KENYAMANAN HUTAN KOTA LINARA BERBASIS KERAPATAN

advertisement
KENYAMANAN HUTAN KOTA LINARA BERBASIS KERAPATAN
VEGETASI, IKLIM MIKRO DAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KOTA
METRO PROVINSI LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
MARIA IMMACULATA C. DWI SULISTYANA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRACT
THE CONVENIENCE OF LINARA URBAN FOREST BASED ON
VEGETATION DENSITY, MICROCLIMATE AND PUBLIC
PERCEPTION IN METRO CITY LAMPUNG PROVINCE
By
Maria Immaculata C. Dwi Sulistyana
The urban forest is part of green public open space which is formed by trees
alliance that affect the temperature and humidity and reduce the wind speed so can
provide convenience for the surrounding population. The aims of this research
were to identify the species of the trees, to know comfort level based on THI and
public perception. Trees vegetation data inside urban forest were collected by
census methods, temperature and humidity data were collected by measurement.
Perception data were collected through interview using questionnaire. Descriptive
analysis was used to analyze the trees vegetation and also visitors’ perception.
The comfort level was analyzed by using Nieuwolt’s comfort index. The results
showed the influence of the density of vegetation to temperature and humidity that
affected the level of comfort. The dense canopy area had the air temperature at
29,43oC and humidity at 78,02%. The rare canopy area had the air temperature at
30,49oC and humidity at 75,23%. Based on the THI index, Linara Urban Forest
Maria Immaculata C. Dwi Sulistyana
was classified uncomfortable with values >26. The perception of visitors to the
Linara Urban Forest was in comfort categories.
Key words: the comfort level, urban forest, vegetation’s density.
ABSTRAK
KENYAMANAN HUTAN KOTA LINARA BERBASIS KERAPATAN
VEGETASI, IKLIM MIKRO DAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KOTA
METRO PROVINSI LAMPUNG
Oleh
Maria Immaculata C. Dwi Sulistyana
Hutan kota merupakan bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik yang
terbentuk dari persekutuan vegetasi pohon yang mempengaruhi suhu dan
kelembaban dan mengurangi kecepatan angin sehingga dapat memberikan
kenyamanan
bagi
penduduk
di
sekitarnya.
Penelitian
ini
bertujuan
mengidentifikasi jenis pohon penyusun hutan kota serta mengetahui tingkat
kenyamanan berbasis Temperature Humidity Index (THI) dan persepsi
masyarakat. Data vegetasi pohon dikumpulkan dengan metode sensus terhadap
pohon di hutan kota, data suhu dan kelembaban udara dikumpulkan dengan
pengukuran. Data persepsi pengunjung dikumpulkan dengan wawancara
menggunakan kuesioner. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis
vegetasi pohon dan persepsi pengunjung. Analisis tingkat kenyamanan
menggunakan indeks kenyamanan THI dari persamaan Nieuwolt. Hasil
identifikasi vegetasi pohon menunjukkan adanya pengaruh kerapatan vegetasi
terhadap suhu dan kelembaban udara yang mempengaruhi tingkat kenyamanan.
Maria Immaculata C. Dwi Sulistyana
Lokasi tajuk rapat memiliki suhu rata-rata sebesar 29,43oC dan kelembaban udara
rata-rata sebesar 78,02%. Lokasi tajuk jarang mempunyai suhu rata-rata sebesar
30,49oC dan kelembaban udara rata-rata sebesar 75,23%. Berdasarkan indeks
THI Hutan Kota Linara tergolong tidak nyaman dengan nilai >26.
Persepsi
pengunjung terhadap kenyamanan Hutan Kota Linara termasuk kategori nyaman.
Kata kunci: hutan kota, kerapatan vegetasi, tingkat kenyamanan.
KENYAMANAN HUTAN KOTA LINARA BERBASIS KERAPATAN
VEGETASI, IKLIM MIKRO DAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KOTA
METRO PROVINSI LAMPUNG
Oleh
MARIA IMMACULATA C. DWI SULISTYANA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA KEHUTANAN
Pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 1 Januari 1993,
sebagai anak kedua dari pasangan Bapak Andreas Sutrisno
dan Ibu Maria Magdalena Endah Trisnowati. Jenjang
pendidikan penulis dimulai di SD Xaverius Metro pada
tahun 1999 dan selesai pada tahun 2005. Selanjutnya
penulis melanjutkan pendidikan di SMP Xaverius Metro dan selesai pada tahun
2008. Setelah itu melanjutkan ke SMA Negeri 1 Metro diselesaikan tahun 2011.
Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas
Lampung melalui jalur undangan program Strata 1 (S1) dan mengambil jurusan
Kehutanan.
Pada bulan Agustus-September 2014 penulis melaksanakan Praktik Umum di
Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Nglobo, Kesatuan Pemangkuan
Hutan (KPH) Cepu Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah. Kemudian
pada bulan Januari-Februari 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) Tematik di Kabupaten Tanggamus.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
“Kenyamanan Hutan Kota Linara Berbasis Kerapatan Vegetasi, Iklim Mikro dan
Persepsi Masyarakat di Kota Metro Provinsi Lampung” sebagai syarat untuk
mencapai gelar sarjana kehutanan.
Penulis menyadari bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis terbatas, maka
adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada :
1.
Bapak Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S. selaku Pembimbing I, atas
kesediaannya memberi bimbingan, motivasi, saran, dan kritik dalam proses
penyusunan skripsi.
2.
Ibu Rusita, S.Hut., M.P. selaku Pembimbing II, atas kesediaannya memberi
bimbingan, motivasi, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi.
3.
Bapak Dr. Ir. Samsul Bakri, M.Si. selaku Pembahas, atas kritik dan saran
untuk perbaikan skripsi, kesediaannya memberi bimbingan dan motivasi.
4.
Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
ii
5.
Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
Serta semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis
mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungannya dalam menyelesaikan
skripsi ini. Akhir kata, penulis menyadari bahwa berakhirnya masa studi ini
adalah awal dari perjuangan panjang untuk menjalani kehidupan yang
sesungguhnya. Sedikit harapan semoga karya ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua.
Bandar Lampung, Oktober 2016
Penulis,
Maria Immaculata C. Dwi Sulistyana
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .....................................................................................
Halaman
v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
vii
I.
PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
Latar Belakang Masalah .............................................................
Perumusan Masalah....................................................................
Tujuan Penelitian........................................................................
Manfaat Penelitian......................................................................
Kerangka Pemecahan Masalah...................................................
1
3
3
3
4
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................
6
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Sebagai Ruang Publik .................
Hutan Kota..................................................................................
Fungsi Hutan Kota......................................................................
Hubungan Vegetasi dan Iklim Mikro .........................................
Iklim Mikro ................................................................................
2.5.1 Suhu Udara........................................................................
2.5.2 Kelembaban Relatif Udara................................................
2.6. Kenyamanan ..............................................................................
2.7. Faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan .................................
2.8. Persepsi.......................................................................................
6
7
7
8
9
9
10
10
12
13
III. METODE PENELITIAN ..................................................................
15
II.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
Waktu Dan Tempat.....................................................................
Objek Dan Alat...........................................................................
Jenis Data....................................................................................
Metode Pengumpulan Data ........................................................
Pengolahan dan Analisis Data ....................................................
15
15
15
16
20
iv
Halaman
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN............................. 22
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
4.8.
4.9.
Sejarah Hutan Kota Linara .........................................................
Letak dan Luas............................................................................
Kondisi Fisik Kawasan...............................................................
Geologi dan Tanah......................................................................
Iklim dan Curah Hujan ...............................................................
Flora dan Fauna ..........................................................................
Fungsi dan Manfaat ....................................................................
Fasilitas.......................................................................................
Karakteristik Responden.............................................................
22
22
23
23
24
24
25
25
25
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................
29
5.1.
5.2.
5.3.
5.4.
Jenis Pohon Penyusun Hutan Kota Linara .................................
Suhu Udara .................................................................................
Kelembapan Relatif Udara (RH) ................................................
Tingkat Kenyamanan Hutan Kota Linara...................................
5.4.1 Tingkat Kenyamanan Hutan Kota Linara Berbasis
THI..................................................................................
5.4.2 Tingkat Kenyamanan Hutan Kota Linara Berbasis
Persepsi Masyarakat .......................................................
29
32
33
35
VI. SIMPULAN DAN SARAN................................................................
40
6.1. Simpulan.....................................................................................
6.2. Saran ..........................................................................................
40
41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
42
LAMPIRAN...............................................................................................
46
Tabel 8-23 ...................................................................................................
Hasil perhitungan THI.................................................................................
Kuesioner ....................................................................................................
Gambar 6-11................................................................................................
46-50
51
52-53
54-56
35
37
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Faktor yang mempengaruhi kenyamanan ........................................
12
2.
Persentase responden berdasarkan zona asal pengunjung ...............
26
3.
Persentase responden berdasarkan kondisi sosial ekonomi.............
26
4.
Jenis pohon, bentuk tajuk, jumlah, kerapatan, dan luas tajuk
di area tajuk rapat Hutan Kota Linara..............................................
29
Jenis pohon, bentuk tajuk, jumlah, kerapatan, dan luas tajuk
di area tajuk jarang Hutan Kota Linara............................................
31
6.
Indeks kenyamanan THI Hutan Kota Linara...................................
35
7.
Persepsi pengunjung terhadap kenyamanan Hutan Kota Linara .....
37
8.
Hasil pengamatan suhu udara pagi hari di area tajuk rapat
Hutan Kota Linara ...........................................................................
46
Hasil pengamatan suhu udara siang hari di area tajuk rapat
Hutan Kota Linara ...........................................................................
46
Hasil pengamatan suhu udara sore hari di area tajuk rapat
Hutan Kota Linara ...........................................................................
46
Hasil pengamatan suhu udara pagi hari di area tajuk jarang
Hutan Kota Linara ...........................................................................
47
Hasil pengamatan suhu udara siang hari di area tajuk jarang
Hutan Kota Linara ...........................................................................
47
Hasil pengamatan suhu udara sore hari di area tajuk jarang
Hutan Kota Linara ...........................................................................
47
Hasil pengamatan kelembaban udara pagi hari di area
tajuk rapat Hutan Kota Linara .........................................................
48
5.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
vi
Halaman
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Hasil pengamatan kelembaban udara siang hari di area
tajuk rapat Hutan Kota Linara ........................................................
48
Hasil pengamatan kelembaban udara sore hari di area
tajuk rapat Hutan Kota Linara ........................................................
48
Hasil pengamatan kelembaban udara pagi hari di area
tajuk jarang Hutan Kota Linara .......................................................
49
Hasil pengamatan kelembaban udara siang hari di area
tajuk jarang Hutan Kota Linara .......................................................
49
Hasil pengamatan kelembaban udara sore hari di area
tajuk jarang Hutan Kota Linara .......................................................
49
Suhu udara rata-rata selama 15 hari pengukuran
di Hutan Kota Linara area tajuk rapat..............................................
50
Kelembaban udara rata-rata selama 15 hari pengukuran
di Hutan Kota Linara area tajuk rapat .............................................
50
Suhu udara rata-rata selama 15 hari pengukuran di
Hutan Kota Linara area tajuk jarang ...............................................
50
Kelembaban udara rata-rata selama 15 hari pengukuran
di Hutan Kota Linara area tajuk jarang ...........................................
50
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.
Kerangka pemecahan masalah....................................................
5
2.
Foto udara lokasi Hutan Kota Linara Metro ...............................
17
3.
Suhu udara rata-rata Hutan Kota Linara .....................................
32
4.
Kelembaban udara (RH) rata-rata Hutan Kota Linara ................
34
5.
Diagram tingkat kenyamanan Hutan Kota Linara ......................
39
6.
Pengukuran suhu dan kelembaban udara di Hutan Kota
Linara Metro ...............................................................................
54
7.
Pohon bidara (Ziziphus jujuba) di Hutan Kota Linara Metro .....
54
8.
Pohon ketapang (Terminalia cattappa) di
Hutan Kota Linara Metro............................................................
55
9.
Fasilitas lampu taman di Hutan Kota Linara. .............................
55
10.
Plang Hutan Kota Linara Metro..................................................
56
11.
Fasilitas bangku taman di Hutan Kota Linara Metro..................
56
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan fisik di perkotaan yang semakin meningkat menyebabkan menurunnya ruang terbuka hijau. Pembangunan fisik seperti permukiman penduduk,
perkantoran, pusat perbelanjaan di perkotaan sejatinya ditujukan untuk memberikan kemudahan bagi manusia dalam menjalani hidup. Namun dengan semakin
meningkatnya pembangunan tersebut, keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) atau
ruang-ruang kosong yang ditumbuhi pepohonan menjadi berkurang dan berpengaruh pada ketidakseimbangan ekosistem, seperti berkurangnya tempat peresapan air, meningkatnya suhu udara, pemanasan global, kekeringan dan polusi yang
berakibat menurunnya kualitas lingkungan. Selain masalah ketidakseimbangan
lingkungan, masalah kebutuhan masyarakat akan tempat rekreasi alam juga menjadi masalah yang diakibatkan oleh kurangnya RTH di perkotaan.
Penyelenggaraan RTH di perkotaan sangat penting karena memiliki fungsi
ekologis, sosial budaya, ekonomi dan estetika. Ahmad dkk. (2012) berpendapat
bahwa RTH berperan sebagai pengatur iklim mikro dapat menurunkan suhu
permukaan yang secara langsung berpengaruh terhadap sebaran suhu udara dan
dapat meningkatkan kenyamanan hidup masyarakat.
2
Kota Metro memiliki ruang terbuka hijau (RTH) publik seluas 14% menyebabkan
kurangnya kenyamanan lingkungan karena meningkatnya suhu udara di Kota
Metro (Putra, 2014). Kondisi tersebut menuntut Pemerintah Kota mengadakan
upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang salah satunya adalah dengan pengelolaan hutan kota. Hutan kota merupakan salah satu bentuk ruang terbuka hijau
yang ditumbuhi vegetasi berkayu (pepohonan) di wilayah perkotaan. Unsur
vegetasi yang dominan di dalamnya membantu memperbaiki iklim di sekitarnya
dan memperindah lingkungan. Vegetasi pembentuk hutan mempengaruhi kondisi
atmosfer setempat yaitu mampu menurunkan suhu dan meningkatkan kelembaban
udara dan juga mengurangi kecepatan angin (Martopo dkk, 1995). Hutan kota
juga dapat dijadikan tempat rekreasi atau ruang publik karena fungsi lansekap
sosial yang dimilikinya. Hutan kota menjadi solusi masalah kurangnya kenyamanan lingkungan di perkotaan akibat kurangnya RTH.
Hutan Kota Linara merupakan bagian dari ruang terbuka hijau di Kota Metro yang
dipertahankan keberadaannya untuk mengatasi permasalahan lingkungan kota.
Keberadaan hutan kota ini merupakan komponen penting dalam mempertahankan
kenyamanan kota bagi penduduknya melalui fungsi pembentuk iklim mikro kota
dan lansekap walaupun kapasitasnya terbatas. Hutan kota ini tidak hanya dapat
difungsikan sebagai recharge area tetapi juga digunakan sebagai ruang publik
yang berbasis pelestarian lingkungan. Ruang publik yang baik harus nyaman
dengan didukung fasilitas yang ada di dalamnya sehingga meningkatkan produktivitas pengunjung. Berdasarkan keterangan tersebut, perlu dilakukan penelitian
pada Hutan Kota Linara Metro bagaimana vegetasi membentuk iklim mikro yang
3
mempengaruhi kenyamanan pengunjung dan bagaimana persepsi masyarakat
terhadap hutan kota sebagai ruang terbuka hijau publik.
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Perlu mengetahui hutan kota sebagai bagian RTH yang mempengaruhi iklim
mikro kota.
2. Perlu mengetahui tingkat kenyamanan hutan kota sebagai ruang publik bagi
masyarakat.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi vegetasi pohon penyusun Hutan Kota Linara yang meliputi
jenis, kerapatan, luas tajuk, dan bentuk tajuk.
2. Mengetahui tingkat kenyamanan Hutan Kota Linara berdasarkan indeks
kenyamanan Temperature Humidity Index (THI) serta persepsi masyarakat
terhadap kenyamanan hutan kota.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bahan referensi bagi peneliti lain khususnya objek yang sama pada tempat dan
waktu yang berbeda.
2. Sebagai referensi dan sajian informasi bagi stakeholder tentang kondisi ruang
terbuka hijau di Kota Metro.
4
1.5 Kerangka Pemecahan Masalah
Hutan Kota Linara merupakan bagian dari RTH publik yang ada di Kota Metro.
Hutan kota dengan luasan yang terbatas tersebut berfungsi sebagai pengatur iklim
mikro (suhu dan kelembaban udara) di sekitarnya dan sebagai tempat rekreasi.
Iklim mikro yang terbentuk merupakan hasil dari kerimbunan pepohonan yang
mempengaruhi suhu dan kelembaban udara di dalamnya. Tajuk pohon yang
membentuk kanopi akan menciptakan keteduhan di bawahnya. Semakin rapat
tajuk pohon maka radiasi matahari semakin tereduksi, suhu udara di bawah pohon
menjadi rendah dan terasa sejuk, dengan demikian kerapatan tajuk sangat penting
dalam menyatakan lingkungan yang nyaman. Sebagai ruang terbuka hijau publik,
RTH hutan kota ini seharusnya memiliki fasilitas pendukung lain yang dapat
memberikan kenyamanan bagi pengunjung hutan kota.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi vegetasi pohon penyusun Hutan Kota
Linara yang meliputi jenis, kerapatan, luas tajuk, dan bentuk tajuk, lalu
mengetahui tingkat kenyamanan Hutan Kota Linara berdasarkan indeks
kenyamanan Temperature Humidity Index (THI) serta persepsi masyarakat
terhadap kenyamanan hutan kota. Analisis kenyamanan berdasarkan suhu dan
kelembaban dengan indeks kenyamanan/THI. Analisis persepsi masyarakat
terhadap kenyamanan dilakukan secara deskriptif agar mudah diinterpretasikan.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kenyamanan Hutan Kota Linara Metro serta
manfaatnya. Bagan kerangka pemecahan masalah disajikan dalam Gambar 1.
5
Hutan Kota Linara kapasitas terbatas
Identifikasi pohon
Suhu dan
kelembaban udara.
Persepsi
masyarakat
Iklim mikro
THI
Analisis data
Tingkat kenyamanan
lingkungan
Kategori kenyamanan :
1. Nyaman;
2. Sedang;
3. Tidak nyaman.
Peningkatan pengelolaan
RTH hutan kota Linara
Gambar 1. Kerangka pemecahan masalah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai Ruang Publik
Hakim (2004) mendefinisikan ruang terbuka hijau (green open space) yang
selanjutnya disebut RTH sebagai bagian dari ruang terbuka dalam kota yang
pemanfaatannya lebih bersifat terbuka yang didominasi oleh tanaman yang
tumbuh secara alami maupun budi daya seperti lahan pertanian, pertamanan,
perkebunan dan lainnya. RTH mempunyai fungsi utama yaitu fungsi ekologis,
sosial budaya, ekonomi dan estetika (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05
Tahun 2008). Fungsi ekologis, RTH memiliki peran sebagai pengatur iklim
mikro yaitu menurunkan suhu permukaan yang secara langsung berpengaruh
terhadap sebaran suhu udara dan dapat meningkatkan kenyamanan hidup
masyarakat (Ahmad dkk, 2012).
Secara sosial budaya keberadaan RTH berfungsi sebagai ruang interaksi sosial
dan sarana rekreasi masyarakat khususnya di perkotaan. RTH yang menjalankan
fungsi tersebut disebut RTH publik. RTH publik adalah RTH yang dimiliki dan
dikelola oleh pemerintah daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk
kepentingan masyarakat secara umum misalnya taman kota, hutan kota, lapangan
olahraga, taman hutan raya, kebun binatang dan sebagainya (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 05 Tahun 2008).
7
2.2 Hutan Kota
Fandeli (2004) menyebutkan hutan kota merupakan bentuk persekutuan vegetasi
pohon yang mampu menciptakan iklim mikro dan lokasinya di perkotaan atau
dekat kota yang memiliki manfaat berupa manfaat lingkungan yang terdiri atas
konservasi iklim mikro, keindahan, serta konservasi flora dan kehidupan liar.
Zoer’aeni (2005) menyebutkan bahwa hutan kota adalah unsur RTH yang
terbentuk dari komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh di
lahan kota atau sekitar kota, berbentuk jalur, menyebar, atau bergerombol
(menumpuk) dengan struktur menyerupai hutan alam, membentuk habitat yang
memungkinkan kehidupan bagi satwa dan menimbulkan lingkungan sehat,
nyaman, dan estetis.
2.3 Fungsi Hutan Kota
Zoer’aini (2005) mengemukakan bahwa hutan kota memiliki fungsi lansekap
(fungsi fisik dan sosial), fungsi ekologi dan fungsi estetika. Fungsi fisik yaitu
vegetasi di dalamnya sebagai perlindungan kondisi fisik alami seperti angin, sinar
matahari, pemandangan yang kurang bagus dan bau. Vegetasi berfungsi sebagai
pelengkap, pemersatu, penegas, pengenal, pelembut dan pembingkai. Fungsi
sosial adalah penataan vegetasi dalam hutan kota yang baik akan memberikan
tempat interaksi sosial yang sangat produktif misalnya untuk rekreasi, olahraga
dan sebagai tempat interaksi sosial lainnya.
8
Douglass (1970) dikutip oleh Zoer’aini (2005) menyebutkan rekreasi adalah
kegiatan untuk mencari kesegaran mental dalam rangka memperbaiki semangat
seseorang yang dapat menimbulkan inisiatif dan perspektif kehidupan sehingga
siap kembali untuk bekerja keras.
Fungsi pelestarian lingkungan (ekologi) yaitu menyegarkan udara atau sebagai
paru-paru kota, memperbaiki dan menjaga iklim mikro, (menurunkan suhu kota
dan meningkatkan kelembaban), meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan
keserasian lingkungan fisik kota dan mendukung pelestarian keanekaragaman
hayati, sebagai ruang hidup satwa, perlindungan permukaan tanah dari erosi,
pengendalian dan mengurangi polusi udara dan limbah, peredam kebisingan,
pelestarian plasma nutfah dan bioindikator serta menyuburkan tanah
Fungsi estetika karakteristik visual atau estetika erat kaitannya dengan rekreasi.
Ukuran, bentuk, warna, dan tekstur tanaman serta unsur komposisi dan
hubungannya dengan lingkungan sekitarnya merupakan faktor yang memengaruhi
kalitas estetika. Kualitas visual vegetasi sangat penting karena tanggapan
seseorang merupakan reaksi dari suatu penampakan. hutan, selain memberikan
hasil utama dan sebagai sumber air, juga merupakan sarana untuk berekreasi.
2.4 Hubungan Vegetasi dan Iklim Mikro
Indriyanto (2006) menyebutkan bahwa vegetasi pembentuk hutan merupakan
komponen alam yang mampu mengendalikan iklim melalui pengendalian
fluktuasi atau perubahan unsur-unsur iklim yang ada disekitarnya misalnya suhu,
kelembaban, angin dan curah hujan, serta menentukan kondisi iklim setempat dan
9
iklim mikro. Andjelicus (2008) berpendapat bahwa vegetasi pada ruang terbuka
hijau sangat berpengaruh dalam menciptakan iklim mikro sebagai efek dari proses
fotosistesis dan respirasi tanaman.
2.5 Iklim Mikro
Iklim mikro adalah keberadaan ekosistem setempat yang mempengaruhi
kelembaban dan tingkat curah hujan setempat sehingga suhu menjadi terkendali,
termasuk radiasi matahari dan kecepatan angin (Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 1 tahun 2007). Unsur-unsur iklim seperti suhu dan kelembaban udara
merupakan faktor utama yang mempengaruhi kenyamanan dan aktivitas manusia.
2.5.1 Suhu Udara
Tauhid (2008) mengutip dari Kartasapoetra (2006) menyebutkan suhu adalah
derajat panas atau dinginnya suatu udara yang diukur dengan skala tertentu
menggunakan termometer. Satuan suhu yang biasa digunakan adalah derajat
Celsius (oC). Suhu udara berubah sesuai waktu dan tempat. Suhu udara
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti radiasi matahari, ketinggian tempat, angin,
tipe vegetasi, tipe tanah, sudut datang sinar matahari.
Mengenai kaitannya dengan kenyamanan suhu, menurut Batara (2011) tingkat
kenyamanan suhu udara bagi manusia dibagi atas dingin tak nyaman, sejuk
nyaman, nyaman atau optimal nyaman, hangat nyaman, dan panas tidak nyaman.
Optimal nyaman orang Indonesia ialah pada suhu udara 28oC dengan kelembaban
udara nisbi 70%.
10
2.5.2 Kelembaban Relatif Udara/Relative Humidity (RH)
Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. Kandungan uap
air ini penting karena uap air mempunyai sifat menyerap radiasi bumi yang akan
menentukan cepatnya kehilangan panas dari bumi sehingga dengan sendirinya
juga ikut mengatur suhu udara. Uap air yang ada dalam udara berasal dari hasil
penguapan air di permukaan bumi, air tanah, atau air yang berasal dari penguapan
tumbuh-tumbuhan (Bahri,2012).
Kelembaban relatif/nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan
jumlah uap air maksimum di udara. Kelembaban relatif (RH) dapat diukur
langsung menggunakan higrometer. Untuk memperkirakan RH tanpa alat tersebut
cukup sulit. Berdasarkan waktu, pada keadaan normal, RH pada waktu pagi
cukup tinggi, menurun pada siang hari, dan meninggi lagi pada sorenya dan
maksimum pada malam hari, yang seringkali disertai keadaan yang jenuh yang
dapat mengakibatkan timbulnya pengembunan (Lakitan, 2002). Menurut Umar
(2010) tinggi rendahnya kelembaban udara di suatu tempat tergantung pada
beberapa faktor yaitu suhu, pergerakan angin, kuantitas dan kualitas penyinaran,
vegetasi, ketersediaan air di suatu tempat (air tanah, perairan).
2.6 Kenyamanan
Rushayati dkk. (2011) mengutip pernyataan Nieuwolt (1975) bahwa kenyamanan
merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan pengaruh keadaan
lingkungan yang dinyatakan secara kuantitatif melalui hubungan kelembaban
udara dan suhu udara yang disebut dengan Temperature Humidity Index (THI).
11
Menurutnya THI Indonesia berada pada kisaran 20–26 °C. Untuk
mempertahankan kenyamanan di perkotaan maka perlu pengelolaan lingkungan
dengan cara menurunkan suhu udara di area-area dengan suhu tinggi. Standar
kenyamanan iklim mikro dapat diketahui dengan menggunakan rumus
Temperature Humidity Index (THI) yang menggunakan faktor suhu dan
kelembaban udara.
THI = 0,8T + (RH x T)/500
Keterangan :
T = Suhu udara (°C)
RH = Kelembaban udara (%)
Rhozaq (2014) mengutip dari Mangunwijaya (1997) menyatakan bahwa
kenyamanan lingkungan merupakan wujud dari kenyamanan fisik. Kenyamanan
fisik tersebut berupa kenyamanan visual dan kenyamanan termal. Kenyamanan
visual, kuantitas dan kualitas peranan yang sesuai dengan fungsi masing-masing
ruang. Kenyamanan termal yaitu suatu kondisi dimana manusia tidak merasa
terganggu dengan kondisi lingkungan termal di sekitarnya (rentang suhu udara
24°-28°C, kelembaban 40-60 %, aliran udara 0-0,20 m/detik). Contohnya
terhindar dari sinar matahari yang berlebih, maka perlu adanya peneduh berupa
pepohonan rindang.
Mustikaweni (2008) mengutip dari Brooks (1988) menuliskan kelembaban, suhu
udara, dan penyinaran matahari adalah elemen iklim yang mempengaruhi
kenyamanan manusia. Ketika matahari bersinar, tajuk pohon menahan radiasi
matahari dan menurunkan suhu.
12
Tanaman juga memperbaiki udara panas dengan evapotranspirasi. Menurut Gates
(1972) dalam Setyawati (2012) kondisi yang nyaman adalah kondisi dimana
sebagian besar energi manusia dibebaskan untuk kerja produktif, yang
berhubungan dengan usaha pengaturan suhu tubuh yang minimum. Kondisi
nyaman menunjukan keadaan yang bervariasi untuk setiap individu, sehingga
kenyamanan bersifat subyektif dan berhubungan dengan keadaan tingkat aktivitas,
pakaian, suhu udara, kecepatan angin, pancaran radiasi dan kelembaban udara.
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan
Hakim (2004) menyatakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kenyamanan antara lain sirkulasi, iklim (radiasi matahari, angin, curah hujan, suhu
udara), kebisingan, aroma atau bau-bauan, bentuk, keamanan, kebersihan dan
keindahan. Faktor tersebut dijelaskan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Faktor yang mempengaruhi kenyamanan
Faktor kenyamanan
Sirkulasi
Uraian
Kenyamanan dapat berkurang akibat dari sirkulasi yang kurang baik.
Hendaknya diadakan pembagian sirkulasi antara manusia dengan
kendaraan.
Iklim
Radiasi matahari dapat mengurangi rasa nyaman terutama pada
daerah tropik, khususnya di siang hari, maka diperlukan adanya
peneduh.
Angin pada ruang terbuka yang luas jika diperlukan dapat
ditempatkan elemen-elemen penghalang angin (wind break) agar
kecepatan angin kencang dapat diperlambat sehingga tercipta suasana
yang nyaman.
Curah hujan, faktor ini sering menimbulkan gangguan terhadap
aktivitas manusia di ruang luar. Oleh karenanya perlu disediakan
tempat berteduh apabila terjadi hujan (shelter, gazebo).
Suhu udara, untuk daerah tropik, suhu di siang hari relatif cukup
panas maka untuk mendapatkan iklim mikro yang sejuk maka perlu
ditempatkan pohon peneduh dengan tajuk lebar.
13
Tabel 1 Lanjutan.
Faktor kenyamanan
Kebisingan
Uraian
Untuk mengurangi kebisingan dapat kita pakai tanaman dengan pola
dan ketebalan yang rapat
Aroma atau bau-bauan
Pada daerah pembuangan sampah maka bau yang tidak enak akan
tercium oleh orang yang melaluinya. Untuk mengurangi hal itu,
maka sumber bau dilokalisasikan dan ditempatkan pada area yang
tertutup dari pandangan visual serta dihalangi oleh tanaman
pepohonan/semak ataupun dengan peninggian muka tanah.
Bentuk
Bentuk elemen furniture harus disesuaikan dengan ukuran standar
manusia agar skala yang dibentuk mempunyai rasa nyaman, misalnya
bentuk bangku taman harus mempunyai fungsi yang jelas dan sesuai
ukuran agar bila dimanfaatkan oleh manusia akan terasa nyaman.
Keamanan
Keamanan, bukan saja mencangkup segi kejahatan (kriminal) tapi
juga termasuk kekuatan konstruksi dari elemen taman, tata letak
elemen, bentuk elemen dan kejelasan fungsi.
Kebersihan
Sesuatu yang bersih selain menambah daya tarik lokasi, juga
menambah rasa nyaman karena bebas dari kotoran sampah dan bau
bauan yang tidak menyenangkan.
Keindahan
Keindahan perlu diperhatikan berkaitan dengan kenyamanan yang
mencangkup kepuasan batin, indra, hingga rasa nyaman dapat
diperoleh. Aspek keindahan yaitu adanya keteraturan, keterpaduan,
keseimbangan, irama, proporsi, aksentuasi, ritme dan skala.
Sumber: Hakim (2004).
2.8 Persepsi
Persepsi diartikan sebagai cara kita menerima informasi atau menangkap sesuatu
hal, secara pribadi atau individu. Persepsi tersebut membentuk apa yang kita
pikirkan, mendefinisikan apa yang penting bagi kita, dan selanjutnya yang akan
menentukan bagaimana kita mengambil keputusan. Sarwono (1992) dalam
Pauwah (2013) menjelaskan bahwa persepsi adalah bagaimana manusia mengerti
dan menilai lingkungan.
14
Morgan (1961) dikutip oleh Al-Hafizh (2014) mengemukakan bahwa persepsi
seseorang tidak muncul begitu saja, tentunya terdapat faktor yang
mempengaruhinya.
Secara umum ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu faktor
pelaku persepsi (sikap, motif kepentingan, minat, harapan, pengalaman); faktor
sasaran persepsi (orang, benda, peristiwa); dan faktor situasi (keadaan seseorang
ketika melihat sesuatu dan mempersepsikannya). Sementara menurut Lamb et al.
(1999) dalam Purnomo (2011) terdapat faktor psikologis yang mempengaruhi
persepsi seseorang. Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam
diri seseorang yang akan mempengaruhi keputusan pembeliannya akan suatu
produk atau jasa yang terdiri dari tanggapan, motivasi, pembelajaran, keyakinan
dan sikap.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2016 pada saat cuaca cerah.
Lokasi penelitian berada di Hutan Kota Linara, Kelurahan Tejoagung, Kecamatan
Metro Timur, Kota Metro, Provinsi Lampung.
3.2 Objek dan Alat Penelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pohon penyusun RTH hutan
kota dan pengunjung Hutan Kota Linara Metro. Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah alat tulis, termometer digital dan higrometer, pita meter, tali
rafia, kamera, dan kuesioner.
3.3 Jenis Data
Jenis data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh secara langsung di lokasi penelitian pada saat
berlangsungnya penelitian (Notoatmodjo, 2010). Data sekunder adalah data yang
diperoleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (Notoatmodjo, 2010).
Data primer dalam penelitian ini berupa jenis pohon, kerapatan pohon, bentuk
tajuk, luas tajuk, suhu, kelembaban udara, serta persepsi pengunjung terhadap
Hutan Kota Linara. Data sekunder dalam penelitian ini berupa data gambaran
16
umum lokasi penelitian yang berasal dari dinas terkait yaitu Dinas Tata Kota dan
Pariwisata Kota Metro, sedangkan data penunjang penelitian berasal dari studi
pustaka dan studi literatur terhadap jurnal-jurnal penelitian sebelumnya.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Pengumpulan Data Vegetasi Pohon di Hutan Kota Linara
Data vegetasi pohon yang meliputi jenis pohon, jumlah pohon, luas tajuk dan
bentuk tajuk pohon dikumpulkan dengan metode sensus yaitu mencatat semua
pohon yang berada di Hutan Kota Linara. Pengukuran tajuk pohon dilakukan
dengan cara membuat satu titik di tengah-tengah proyeksi tajuk di tanah, dengan
bantuan pitameter tarik garis ke arah utara selatan barat timur dan catat panjangnya. Selanjutnya menentukan diameter terpanjang dan diameter terpendek tajuk
kemudian dihitung rata-ratanya. Rata-rata diameter tersebut merupakan diameter
tajuk pohon. Tajuk pohon diasumsikan berbentuk lingkaran sehingga untuk
menghitung luasnya digunakan rumus A= πr2 dimana A = luas tajuk (m2), π= 3,14
dan r = diameter (m). Data hasil pengamatan bentuk tajuk pohon diklasifikasikan
dalam beberapa bentuk seperti tidak beraturan (irreguler), jambang (vase), jorong,
piramid/kerucut, tiang/kolom, bundar, bentuk meliyuk atau menjuntai (Indriyanto,
2006).
17
3.4.2 Pengumpulan Data Suhu dan Kelembaban Udara
Pengukuran suhu dan kelembaban udara dilakukan dengan cara memasang alat
termometer digital dan higrometer lalu mencatat angka yang tertera pada alat
tersebut. Lokasi pengukuran tersebut dibagi menjadi dua kelas tajuk yaitu lokasi
tajuk rapat dan lokasi tajuk jarang ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Foto udara lokasi Hutan Kota Linara Metro (Sumber: Google Earth
diunduh pada tanggal 11 Juni 2016 pukul 13.04 WIB).
Pada setiap lokasi dibuat lima titik pengamatan dengan interval jarak setiap titik
pengamatan 20 meter. Pengambilan data dilakukan selama 15 hari, pada pagi hari
pukul 06.00 - 07.00, siang hari pukul 13.00 - 14.00 dan sore hari pukul 17.00 18.00. Pengukuran pada setiap titik pengamatan dilakukan pada ketinggian 1,5
meter diatas permukaan tanah. Menurut Tjasyono (2004), dipilihnya tinggi 1,5
meter karena pada ketinggian ini memungkinkan data klimatologi dapat berlaku
untuk daerah yang lebih luas. Jika pengukuran dilakukan pada ketinggian yang
18
lebih rendah (dekat permukaan tanah) maka akan terdapat gangguan-gangguan
keadaan alam yang menyebabkan hasil data tidak stabil.
Suhu udara rata-rata harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
T=((2 x T07.00) + T13.00 + T17.00))/4
Keterangan :
T 07.00 = Suhu udara yang diukur pada pukul 07.00 WIB
T 13.00 = Suhu udara yang diukur pada pukul 13.00 WIB
T 17.00 = Suhu udara yang diukur pada pukul 17.00 WIB
Sedangkan kelembaban relatif (RH) rata-rata harian dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
RH = (RH07.00) + RH13.00 + RH17.00)/3
Keterangan:
RH 07.00 = Kelembaban relatif yang diukur pada pukul 07.00 WIB
RH 13.00 = Kelembaban relatif yang diukur pada pukul 13.00 WIB
RH 17.00 = Kelembaban relatif yang diukur pada pukul 17.00 WIB
Data suhu dan kelembaban relatif udara selanjutnya ditabulasi, kemudian dilihat
suhu dan kelembaban relatif rata-rata harian yang diukur setiap lokasi, serta untuk
melihat fluktuasi suhu dan kelembaban relatif rata-rata harian selama 15 hari
waktu pengukuran.
3.4.3 Pengumpulan Data Persepsi Masyarakat
Pengumpulan data persepsi masyarakat terhadap kenyamanan hutan kota
dilakukan dengan wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner.
19
Materi kuesioner meliputi (1) profil responden (usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, domisili), (2) persepsi masyarakat terhadap keberadaan
hutan kota (aksesibilitas, fasilitas, kondisi pohon di Hutan Kota Linara,
kenyamanan lingkungan).
Penentuan responden sebagai unit penelitian dilakukan dengan metode sensus dan
metode insidental sampling. Metode sensus adalah metode pengambilan
responden di mana semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel. Metode ini
digunakan pada responden yang terpilih berasal dari warga Desa Kampung Baru,
Kecamatan Metro Timur, Kota Metro yang berjumlah 19 kepala keluarga (KK).
Metode insidental sampling adalah metode dengan memilih responden yang
secara kebetulan bertemu dan diambil keterangannya berdasarkan pertimbangan
tertentu (berusia ≥ 12 tahun, karena pada umur tersebut umumnya sudah dapat
berpikir secara logika (Auranet (2015) dalam Sari (2015)). Metode ini digunakan
untuk pengunjung hutan kota dan orang-orang yang mampir di hutan kota tersebut
secara kebetulan (bukan warga). Penentuan jumlah responden dilakukan dengan
cara mengasumsikan bahwa untuk mengetahui persepsi suatu masyarakat terhadap
suatu objek, maka yang dapat mewakili masyarakat tersebut diperlukan responden
sebanyak 100 orang (Arikunto, 2002). Jumlah responden dalam penelitian ini
secara keseluruhan sebanyak 100 orang.
20
3.5 Pengolahan dan Analisis Data
3.5.1 Pohon Penyusun Hutan Kota Linara
Hasil dari pengamatan mengenai jenis pohon, kerapatan, luas tajuk dan bentuk
tajuk pada masing-masing lokasi tersebut disajikan dalam bentuk tabulasi
kemudian dianalisis secara deskriptif.
3.5.2 Tingkat Kenyamanan Hutan Kota Linara Berbasis Indeks Kenyamanan
Suhu dan Kelembaban Udara/(THI)
Hasil pengukuran data suhu dan kelembaban udara selanjutnya dirata-rata dan
dihitung nilai Temperature Humidity lndex (THI) untuk menunjukkan
kenyamanan suatu lokasi dengan persamaan Nieuwolt (1975) dalam Effendy dan
Aprihatmoko (2014) yaitu:
THI = 0,8T + (RHxT / 500)
Keterangan:
T
= Suhu udara (°C)
RH = Kelembaban udara (%)
Suhu udara dan kelembaban udara akan menentukan kenyamanan. Rentang nilai
indeks kenyamanan didapat dari persamaan Nieuwolt yang dihasilkan oleh penilaian responden dengan rentang nilai sebagai berikut:
a. Indeks 21< THI < 24 Nyaman.
b. Indeks 25< THI < 26 Sedang.
c. Indeks THI > 26 Tidak nyaman.
21
Nilai THI untuk menentukan kenyamanan manusia diperoleh berdasarkan
fisiologi manusia yang berhubungan dengan kondisi lingkungan sekitarnya.
3.5.3 Tingkat Kenyamanan Hutan Kota Linara Berbasis Persepsi Masyarakat
Data persepsi responden disajikan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan
secara sederhana. Hasil wawancara tentang kenyamanan hutan kota disajikan
dalam bentuk tabel dan persentase selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
Penentuan jawaban responden berupa persepsi pengunjung terhadap kenyamanan
Hutan Kota Linara terbagi dalam beberapa aspek. Untuk mendapatkan rata-rata
persentase tingkat kenyamanan hutan kota, skor sangat baik dan baik dijadikan
satu dan dimasukkan dalam kategori nyaman, skor buruk dan sangat buruk
dijadikan satu dan dimasukkan dalam kategori tidak nyaman.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Hutan Kota Linara
Hutan Kota Linara dibangun pada akhir tahun 1996 dengan luas 0,8 hektar
merupakan ide dari Walikota Metro Mozes Herman yang menjabat waktu itu. Ide
membangun hutan kota tersebut terinspirasi dari hasil kunjungan kerja beliau ke
Australia pada tahun 1996. Hutan kota tersebut diberi nama Linara yang merupakan singkatan dari Listrik Negara. Hal ini dikarenakan hutan tersebut dibangun
pada lahan milik PLTD kota Metro (Dinas Tata Kota dan Pariwisata Metro,
2009).
4.2 Letak dan Luas
Secara administratif Hutan Kota Linara berada di wilayah Kecamatan Metro
Timur. Hutan Kota Linara terletak di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Tejoagung
(Bedeng 24), Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. Adapun luas Hutan Kota
Linara adalah 0,8 hektar. Batas wilayah hutan kota Linara ini adalah:
a. Sebelah utara
: anak sungai Way Sekampung dan Lembaga
Permasyarakatan Kelas II Kota Metro.
b. Sebelah selatan
: PLTD Kota Metro.
c. Sebelah barat
: jalan Ahmad Yani.
23
d. Sebelah timur
: pemukiman penduduk Desa Kampung Baru, Kelurahan
Tejoagung, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.
A. Kondisi Fisik Kawasan
Keadan fisik kawasan ini merupakan dataran aluvial dengan kemiringan lereng
0% sampai 3%. Ketinggian daerah ini berkisar antara 25 meter sampai 75 meter
dari permukaan laut. Tampak memiliki topografi yang bervariasi yaitu dengan
area datar dan landai. Pepohonan yang tumbuh antara lain akasia (Acacia
auriculiformis), ketapang (Terminalia cattappa), sengon (Paraserianthes
falcataria), jati (Tectona grandis) dan sebagainya. Areal cekung pada kawasan
ini tampak seperti kolam atau empang jika berisi air. Di bagian belakang hutan
kota terdapat tempat pembuangan sampah warga sekitar hutan kota ini.
B. Geologi dan Tanah
Pada dataran di daerah sungai terdapat endapan permukaan alluvium (campuran
liat galuh dan pasir) dengan tanah lotosol dan podsolik. Air tanah ditemukan pada
akuifer, kecepatan peresapan air tanah sangat lambat, dipengaruhi porositas, permeabilitas dari lapisan tanah, dan pengisian kembali (recharge). Ruang Terbuka
Hijau (RTH) termasuk hutan kota merupakan recharge area yang dapat menahan
laju limpasan air di permukaan tanah, sehingga air akan mudah terinfiltrasi dari
tanah. Air tanah di sekitar Hutan Kota Linara saat ini banyak dimanfaatkan sebagai sumber air baku bagi masyarakat dan bagi kegiatan rumah tangga (Badan
Pusat Statistik Kota Metro, 2015).
24
C. Iklim dan Curah Hujan
Iklim di sekitar kawasan ini beriklim tropis humid dengan banyaknya curah hujan
rata-rata 118 mm/bulan atau antara 180-260 mm/tahun. Sedangkan suhu udara
rata-rata di kawasan ini minimum 22°C dan maksimum 34°C. Rata-rata
kelembaban udara sekitar 80%-90%. Sistem drainase secara alami, aliran air
banyak menuju ke kolam yang ada di dalam Hutan Kota Linara. Sebagian aliran
air yang lain menuju anak sungai Way Perak dan ke arah pemukiman penduduk
(Badan Pusat Statistik Kota Metro, 2015).
D. Flora dan Fauna
Hutan Kota Linara merupakan hutan kota bentuk gerombol dengan komunitas
vegetasinya tumbuh terkonsentrasi pada suatu lokasi dengan jumlah minimal
pohon 100 dengan jarak rapat tidak beraturan. Jenis yang mendominasi lokasi ini
adalah akasia dan jati. Jenis yang dikembangkan merupakan koleksi dari berbagai
jenis tumbuhan yang dinilai dapat berfungsi sebagai penyangga kehidupan dan
kenyamanan serta merupakan kawasan resapan air untuk kepentingan tata air
tanah (hidrologis).
Satwa liar yang dapat dijumpai pada lokasi Hutan Kota Linara meliputi burung,
katak, siput air, kepiting air tawar, dan lain-lain. Sedangkan beberapa jenis
serangga yang ditemukan meliputi kupu-kupu, nyamuk, gareng, dan belalang.
25
E. Fungsi dan Manfaat
Hutan Kota Linara merupakan salah satu bentuk RTH di Kota Metro yang berfungsi sebagai kawasan lindung baik flora maupun fauna, kawasan resapan air
(mencegah banjir dan tanah longsor), menyegarkan udara dengan cara menurunkan suhu kota dan meningkatkan kelembaban udara dan sebagai penyerap polutan
di udara terutama karbon dioksida (CO2). Kawasan ini juga dimanfaatkan sebagai
wahana memperkenalkan berbagai jenis pohon kepada masyarakat.
F. Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di Hutan Kota Linara terbatas karena kurangnya perhatian
dari Pemerintah. Fasilitas pada kawasan ini hanya terdapat dua buah bangku
taman dan tiga buah lampu jalan yang memanfaatkan energi cahaya matahari serta
jalan setapak paving blok yang menghubungkan jalan Ahmad Yani dengan rumah
penduduk. Selain itu terdapat gapura nama/plang Hutan Kota Linara dengan kondisi baru. Fasilitas tersebut merupakan proyek pengelolaan langsung dari Dinas
Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kota Metro pada akhir tahun 2015 yang
memanfaatkan APBD Kota Metro. Fasilitas lahan parkir dan arena bermain anak
tidak terdapat di kawasan ini.
G. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini terdiri dari masyarakat sekitar Hutan Kota Linara
dan pengunjung yang secara kebetulan singgah di Hutan Kota Linara Metro.
Karakteristik pengunjung berdasarkan daerah asal disajikan dalam Tabel 2.
26
Tabel 2. Persentase responden berdasarkan zona asal pengunjung
No.
1.
2.
Jumlah
Daerah Asal
Kota Metro
Luar Kota Metro
Jumlah
84
16
100
Persentase (%)
84
16
100
Sumber : Data Primer (2016).
Berdasarkan Tabel 2 diketahui jumlah pengunjung terbanyak yang datang ke
Hutan Kota Linara berasal dari Kota Metro. Hal ini dikarenakan faktor letak
lokasi hutan kota, di mana pengunjung yang berasal dari Kota Metro lebih mudah
menjangkau hutan kota tersebut dibandingkan pengunjung yang berasal dari luar
Metro.
Karakteristik pengunjung berdasarkan kondisi sosial ekonomi ( usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kendaraan yang digunakan)
disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Persentase responden berdasarkan kondisi sosial ekonomi
No.
1
Karakteristik
Usia
Jumlah
2
Jenis kelamin
Jumlah
3
Pendidikan tertinggi
Jumlah
Kategori
< 20 tahun
20-29 tahun
30-39 tahun
40-49 tahun
50-59 tahun
60-69 tahun
Laki-laki
Perempuan
SD
SMP
SMA/SMK
PT
Jumlah
29
50
11
4
4
2
100
59
41
100
3
10
43
44
100
Persentase (%)
29
50
11
4
4
2
100
59
41
100
3
10
43
44
100
27
Tabel 3 Lanjutan
No.
4
Karakteristik
Pekerjaan
Jumlah
5
Pendapatan per bulan
Jumlah
6
Jenis kendaraan yang
digunakan
Kategori
PNS
TNI/Polri
Pegawai Swasta
Wiraswasta
Pelajar/mahasiswa
Lain-lain
< Rp 1.000.000,Rp 1.000.000-Rp 2.000.000,Rp 2.000.000-Rp 3.000.000,>Rp 3000.000,Motor
Mobil
Sepeda
Jumlah
Jumlah
13
2
27
14
37
7
100
45
19
27
9
100
96
4
0
100
Persentase (%)
13
2
27
14
37
7
100
45
19
27
9
100
96
4
0
100
Sumber : Data Primer (2016).
Berdasarkan Tabel 3, pada karakteristik usia, responden yang datang ke Hutan
Kota Linara rata-rata berusia 14-29 tahun. Mereka singgah di hutan kota untuk
menyegarkan pikiran kembali (refreshing) dari rutinitas sekolah dan pekerjaan
sehari-hari. Sementara untuk pengunjung berusia 30-39 tahun berjumlah 11 orang
atau persentase 11% dan yang berusia 40-49 tahun sebesar 4 persen.
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, responden laki-laki lebih banyak
jumlahnya dibandingkan responden perempuan, yaitu dengan persentase laki-laki
59% dan perempuan 41%. Hal ini diduga karena kuesioner lebih banyak diisi
oleh pengunjung laki-laki ditambah dengan kepala keluarga warga RT 33 RW 08
yang tinggal bersebelahan dengan Hutan Kota Linara Metro.
Berdasarkan karakteristik pendidikan, hasil yang diperoleh adalah PT sebanyak
44%, pendidikan SMA/SMK 43 %, SMP 10% dan SD 3%.
28
Responden dengan pendidikan tertinggi yaitu PT dan SMA/SMK. Hal ini erat
kaitannya dengan budaya dan status keluarganya di mana orang yang berpendidikan tinggi akan memiliki perekonomian lebih baik dibandingkan yang berpendidikan rendah.
Berdasarkan karakteristik pekerjaan, responden dengan pekerjaan pelajar/mahasiswa adalah yang terbanyak yaitu 37%. Karakteristik pekerjaan pegawai swasta
sebanyak 27%, PNS sebanyak 13% , wiraswasta 14% dan pekerjaan lainnya 7%.
Berdasarkan karakteristik pendapatan per bulan, pendapatan kurang dari
Rp 1.000.000,- sebanyak 45%. Asumsi bahwa responden yang memiliki pendapatan sejumlah itu merupakan pelajar/mahasiswa, sebab mereka belum bekerja
atau belum berpenghasilan mandiri. Pendapatan yang diperoleh masih berasal
dari pemberian orang tua. Pegawai swasta umumnya juga berpenghasilan kurang
dari satu juta rupiah. Responden yang pendapatannya Rp 2.000.000-Rp 3.000.000
sebanyak 27% dan pendapatan lebih dari 3 juta sebanyak 9%.
Berdasarkan karakteristik kendaraan yang digunakan, responden mayoritas datang
ke hutan kota dengan kendaraan roda dua. Alasannya demi kepraktisan dan
kemudahan menuju lokasi hutan kota.
VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Simpulan dari penelitian ini antara lain :
1. kondisi pohon penyusun Hutan Kota Linara:
Area tajuk rapat tersusun dari 24 jenis pohon dan didominasi oleh pohon jati
(Tectona grandis), bentuk tajuk yang mendominasi adalah tajuk bulat, dan luas
tajuk tertinggi adalah jenis ketapang (Terminalia catapa). Area tajuk jarang
tersusun dari 7 jenis pohon dan didominasi oleh pohon mangium (Acacia
mangium), bentuk tajuk beragam dan luas tajuk tertinggi adalah jenis bungur
(Lagerstroemia speciosa).
2. tingkat kenyamanan Hutan Kota Linara berdasarkan Temperature Humidity
Index (THI) tergolong tidak nyaman dengan nilai THI pada kedua lokasi tajuk
>26. Berdasarkan persepsi masyarakat, 66% responden menyatakan hutan
Kota Linara tergolong nyaman, sedangkan 34% menyatakan tidak nyaman.
41
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk kebijakan publik pengembangan Hutan Kota
Linara yaitu :
1. perlunya pemilihan jenis pohon yang berpotensi menurunkan suhu udara dan
meningkatkan kelembaban udara agar meningkatkan kenyamanan iklim mikro
di Hutan Kota Linara.
2. perlu penambahan dan perbaikan fasilitas di Hutan Kota Linara seperti gazebo,
kotak sampah, parking area, agar kenyamanannya akan semakin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, F., Arifin, H., Dahlan, E. N., Effendy, S. dan Kurniawan, R. 2012.
Analisis hubungan luas ruang terbuka hijau (rth) dan perubahan suhu di
Kota Palu. Jurnal Hutan Tropis. 13(2) : 173-180.
Al-Hafizh, M. 2013. Pengertian Persepsi dalam Psikologi. Diakses pada tanggal
24 April. http://www.referensi-makalah.com/2013/01/pengertian-persepsidalam-psikologi.html.
Andjelicus, P. J. 2008. Prinsip-Prinsip Perancangan Ruang Terbuka Hijau di
Kota Kupang. Tesis. ITB. Bandung. 200 p.
Anggraeni, T. P. 2009. Struktur Komunitas Tumbuhan dan Jumlah Karbon
Tersimpan di Hutan Kota Linara. Skripsi. Unila. Bandar Lampung. 52 p.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Buku. Rineka
Cipta. Jakarta. 342 p.
Badan Pusat Statistik Kota Metro. 2015. Metro dalam Angka 2015. Buku. BPS
Kota Metro. Metro. 152 p.
Bahri, A. R. S. 2012. Kelembapan Relatif Udara pada Tempat Berbeda. Diakses
tanggal 20 April 2015. http://-andi-rizkiqhiqhi.blogspot.com.
Batara, M. 2011. Pengaruh Tekanan Uap Saat Perebusan Tandan Buah Segar
Kelapa Sawit dan terhadap Kekuatan Dinding Sterilizer di PKS Dolok
Sinumbah. Karya Akhir. USU. Medan. 44 p.
Dahlan. 2011. Potensi Hutan Kota sebagai Alternatif Substitusi Fungsi Alat
Pendingin Ruangan (Air Conditioner) (Studi Kasus di Kampus IPB
Dramaga). Skripsi. IPB. Bogor. 65 p.
Dinas Tata Kota dan Pariwisata Kota Metro. 2009. Laporan SLHD 2008. Buku.
Metro Lampung. 25 p.
Effendy, S. dan Aprihatmoko, F. 2014. Kaitan rth dengan kenyamanan termal
perkotaan. Jurnal Agromet. 28(1) : 23-32.
43
Fandeli, C. dan Mukhlison, K. 2004. Perhutanan Kota. Buku. UGM. Yogyakarta.
203 p.
Gates, D.M. 1972. Man and His Environment : Climate, Harper, and Row. Buku.
New York. 175 p.
Hadi, R., Lila, K. A. dan Gunadi, I.G.A. 2012. Evaluasi indeks kenyamanan
taman kota (Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung
Denpasar, Bali). Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 2(1) : 34-45.
Hakim, R. dan Utomo, H. 2004. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap
Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Desain. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 250 p.
Handoko, S. A., Tohir, R. K., Sutrisno, Y., Brillianti, D. H., Tryfani, D., Oktorina,
P., Yunita, P. dan Hayati, A. N. 2015. Studi Iklim Mikro (Studi Kasus:
Arboretum Lanskap, Kampus IPB Darmaga, Bogor). Makalah. IPB.
Bogor. 7 p.
Hayati, J., Santun, R. P. dan Siti, N. 2013. Pengembangan ruang terbuka hijau
dengan pendekatan kota hijau di Kota Kandangan. Jurnal Tata Loka. 15(4)
: 306-316.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 210 p.
Khairunissa, S. E. 2012. Evaluasi fungsi ekologis rth di Kota Bandung dalam
upaya pengendalian iklim mikro berupa pemanasan lokal dan penyerapan
air (studi kasus taman-taman di WP Cibeunying). Jurnal PWK A. 2(2) : 110.
Krisdianto, Soemarno, Udiansyah, Januwiadi, B. dan Rhamadani, F. 2012. Potensi
vegetasi tusam menjadi payung hijau di rthkp Kota Banjarbaru. Jurnal
Lingkungan Binaan Indonesia. 1(1): 19-26.
Lakitan, B. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Buku. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 173 p.
Laurie, M. 1986. Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan. Buku. Intermatra.
Bandung. 136 p.
Manan, S. 1991. Perkembangan Hidrologi Hutan dan Pengembangan Kehutanan
di Indonesia. Prosiding. Prosiding Simposium Perkembangan Hidrologi
Indonesia. Departemen Pertanian. Jakarta. 27 p.
Martopo, S. dan Fandeli, C. 1995. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan:
Prinsip Dasar dan Pemaparannya dalam Pembangunan. Buku. Liberty.
Jakarta. 645 p.
44
Masruroh, H. 2012. Hubungan RTH dengan Suhu dan Kelembapan dalam Kajian
Iklim Mikro di Kota Malang. Makalah. Universitas Negeri Malang.
Malang. 11 p.
Mustikaweni, R. 2008. Pengaruh Pemanfaatan Ruang Kawasan Lingkar Luar
KRB Terhadap Iklim Mikro. Skripsi. IPB. Bogor. 86 p.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Buku. Rineka Cipta.
Jakarta. 243 p.
Pauwah, Y. 2013. Persepsi dan preferensi pengunjung terhadap kawasan wisata
Pantai Malalayang. Jurnal Jurusan Arsitektur Sabua. 5(1) : 16-27.
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 1 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. 8 p.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan. 84 p.
Permatasari, P. A. 2012. Pengaruh RTH terhadap Iklim Mikro (Studi Kasus
Kebun Raya Bogor). Skripsi. IPB. Bogor. 94 p.
Purnomo, H. 2011. Pengaruh faktor individual wisatawan dan kinerja bauran
pemasaran terhadap nilai jasa pariwisata alam. Jurnal Manajemen Hutan
Tropika. 17(1) : 10-16.
Putra, I. P. 2014. Pelaksanaan Pengaturan Ruang Terbuka Hijau dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah di Kota Metro. Skripsi. Unila. Bandar Lampung. 69
p.
Rozhaq, B. R. 2014. Persepsi Pengunjung Taman terhadap Tingkat Kenyamanan
Taman-Taman di Kota Banjarnegara sebagai Ruang Publik. Skripsi.
UNS. Surakarta. 156 p.
Rushayati, S. B., Alikodra H. S., Dahlan E. N. dan Purnomo H. 2011.
Pengembangan ruang terbuka hijau berdasarkan distribusi suhu permukaan
di Kabupaten Bandung. Jurnal Forum Geografi. 25(1) : 17–26.
Sari, Y. 2015. Analisis Potensi Daya Dukung Kawasan Sepanjang Jalur
Ekowisata Hutan Mangrove di Pantai Sari Ringgung, Kabupaten
Pesawaran, Lampung. Skripsi. Unila. Bandar Lampung. 67 p.
Setiawati, P. 2012. Pengaruh RTH terhadap Iklim Mikro (Studi Kasus di Kebun
Raya Cibodas, Cianjur). Skripsi. IPB. Bogor. 101 p.
45
Siregar, H. H. dan Kusuma, H. E. 2015. Tingkat Kenyamanan Taman Kota
sebagai Ruang Interaksi Masyarakat Perkotaan. Prosiding. Prosiding Temu
Ilmiah IPLBI 2015. ITB. Bandung. 6 p.
Soemarno. 2013. Pohon Pelindung – Shading Tree.Diakses pada 14 Juni 2016.
http://marno.lecture.ub.ac.id-/201311/pohon-pelindung-shading-tree/.
Sukawi. 2008. Taman Kota dan Upaya Pengurangan Suhu di Perkotaan (Studi
Kasus di Kota Semarang). Prosiding. Prosiding Seminar Nasional Peran
Arsitektur Perkotaan dalam Mewujudkan Kota Tropis 6 Agustus 2008.
UNDIP. Semarang. 6 p.
Tauhid. 2008. Kajian Jarak Jangkau Efek Vegetasi Pohon terhadap Suhu Udara
Pada Siang Hari di Perkotaan (Studi kasus : Kawasan Simpang Lima
Kota Semarang). Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. 95 p.
Tjasyono, B. 2004. Klimatologi. Buku. ITB. Bandung. 348 p.
Umar, M. R. 2010. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Buku. Universitas
Hasanuddin. Makassar. 57 p.
Vitasari, D. 2004. Evaluasi Tata Hijau Jalan pada Tiga Kawasan Permukiman
Besar di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi. IPB. Bogor. 94 p.
Wawo, F. C. W. 2010. Kemampuan Tiga Jenis Tanaman dalam Menjerap Debu:
Studi Kasus di Desa Gunung Putri Kecamatan Gunung Putri Kabupaten
Bogor. Skripsi. IPB. Bogor. 54 p.
Zahra, A. F., Sitawati dan Suryanto, A. 2014. Evaluasi keindahan dan
kenyamanan rth alun-alun Kota Batu. Jurnal Produksi Tanaman. 2(7) :
524-532.
Zoer’aeni, D. I. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Buku.
Bumi Aksara. Jakarta. 179 p.
Download