perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TELEVISI LOKAL DAN BUDAYA DAERAH (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Serta TATV dalam Pelestarian dan Pengembangan Seni Keroncong di Surakarta) Oleh: HAFIZH ESKAPUTRA D 0206115 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Program Studi Ilmu Komunikasi PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO HIDUP ”Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami telah menghilangkan darimu bebanmu Yang telah memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap” (Q.S. Al-Insyirah : 1-8) *** “Satu-satunya kekuatan mekanis yang jauh lebih kuat dari kekuatan uap, listrik dan energi atom adalah will (kemauan). Dengan kemauan anda bisa meraih apapun” (Albert Einstein) *** commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Karya sederhana ini penulis persembahkan untuk: Ibu & Bapak tersayang yang selalu memberi dukungan kepada anaknya terutama dalam bidang pendidikan; Adik-adikku, Ifa dan Tika. Semoga kakakmu ini bisa memberikan contoh yang baik untuk kalian; Rif ’ani Farezani, atas suntikan semangat yang luar biasa terhadapku; dan, Seluruh sahabat-sahabatku yang telah memberi warna dalam kehidupanku. commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Ke-hadhirat Allah SWT-lah selayaknya terucap rasa syukur Alhamdulillah hirrobil’alamin disampaikan, karena hanya dengan Rachmat dan hidayah-NYA, kepada penulis sehingga diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun dengan judul “TELEVISI LOKAL DAN BUDAYA DAERAH (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Serta TATV dalam Pelestarian dan Pengembangan Seni Keroncong di Surakarta)”. Pentingnya penelitian ini sehubungan dengan munculnya UU Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran, yang mengamanatkan realisasi Sistem Stasiun Berjaringan (SSB) dengan tujuan untuk meletakkan pondasi bagi sistem penyiaran, yang telah membawa perubahan paradigma dari semula sangat sentralistik, menjadi desentralistis. Khusus untuk industri penyiaran televisi, hal tersebut membuka peluang munculnya stasiun televisi lokal. Televisi lokal merupakan televisi yang mempunyai batasan ruang siaran berskala daerah, sehingga isi kandungan materi siarannya pun lebih mengacu dan menyesuaikan diri pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat dimana media massa tersebut dikelola. Kemampuan televisi lokal untuk mengeksplor kebudayaan daerah tesebut menjadikan televisi lokal mempunyai peran dalam menguatkan kebudayaan daerah. Setidaknya inilah yang menjadi motivasi penulis untuk mencoba menggeluti penelitian mengenai peran televisi lokal terhadap kebudayaan daerah. Banyak hambatan serta rintangan yang peneliti hadapi dalam penyelesaian penelitian ini. Akan tetapitoitu commit usersemua seakan menjadi tantangan vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tersendiri bagi peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. Berkat dorongan dan dukungan berbagai pihak membuat kesulitan-kesulitan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) Surakarta. 2. Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) Surakarta. 3. Dra. Hj. Sofiah, M.Si, selaku pembimbing akademis atas bimbingan selama massa perkuliahan. Sekaligus sebagai pembimbing skripsi yang telah membimbing serta memberi banyak masukan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Seluruh staf pengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS yang telah memberikan banyak ilmu selama masa perkuliahan. Mohon maaf atas segala kesalahan. Semoga semua ilmu yang telah diberikan bermanfaat dunia akhirat. 5. Pihak TATV (Terang Abadi Televisi) Surakarta yang telah banyak membantu sebagai narasumber bagi penelitian kami. 6. Hj. Waldjinah selaku ketua HAMKRI (Himpunan Artis Keroncong Indonesia) Cabang Surakarta atas informasi yang disampaikan kepada peneliti. 7. Semua informan dalam penelitian ini yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk ”diganggu” oleh penulis. Terimakasih atas informasi yang tergali dan suasana kekeluargaan yang nyaman saat berkomunikasi. commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8. Keluarga besar Pengurus HIMAKOM, FFC, dan LPM VISI, dimana banyak pembelajaran ilmu, pengalaman dan kesempatan pengembangan diri yang di dapat selama ini. 9. Sahabat-sahabat terbaik saya; Muhammad Jundi Rois, Dian Kukuh Purnandi, Wahyu Subekti, Latif Syaifudin, Muhammad Azis Safrodin, Ujang Rusdianto, Adhi Okta Pradana, Faka Fudistira, Herka Yanis Pangaribowo, dan Susilo. Terimakasih atas support yang kalian berikan. Kalian yang terbaik!!! 10. Teman-teman Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2006. Terima kasih sudah menjadi teman yang baik. Kudoakan untuk kesuksesan kalian. Amin. Akhirnya, secara tulus disampaikan, layaknya buah karya manusia yang penuh dengan ketidak-sempurnaan, maka laporan penelitian ini pun penuh dengan ketidak-sempurnaan. Oleh sebab itu, masukan, kritik, dan saran dari siapa pun dinantikan. Surakarta, Maret 2012 Penulis Hafizh Eskaputra D0206115 commit to user viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI JUDUL ………………………………………………………………...... i PERSETUJUAN ………………………………………………………... ii PENGESAHAN ………………………………………………………… iii MOTTO HIDUP ………………………………………………………… iv PERSEMBAHAN ……………………………………………………….. v KATA PENGANTAR ………………………………………………….. vi DAFTAR ISI …………………………………………………………… ix DAFTAR TABEL ……………………………………………………… xiv DAFTAR BAGAN ……………………………………………………... xv ABSTRAK ……………………………………………………………… xvi BAB I : PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah ……………………………...……… 1 I.B. Perumusan Masalah I.C. Tujuan Penelitian ………………………..………………..….. 13 I.D. Luaran Yang Diharapkan …………………………………..… 13 I.E. Manfaat Penelitian ………………………………………..…… 14 I.F. Landasan Teori …………………………………..……… 13 I.F.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa ……….…………… 14 I.F.2. Televisi Lokal ……………………………………………….…… 23 I.F.3. Program Acara di Televisi …………………………………….… 29 I.F.4. Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Pelestarian Budaya ….… 34 commit to user ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id I.F.5. Kebudayaan dan Seni Keroncong ………………………….…… 39 I.F.6. Mengenal Seni Keroncong A. Istilah Keroncong Dalam Musik Keroncong ………….……. 45 B. Karakteristik Musik Keroncong …………………….……… 47 C. Bentuk Lagu dan Harmoni C.1. Stambul I dan Stambul II ………………….……….. 48 C.2. Keroncong Asli …………………………….……….. 49 C.3. Lagu Ekstra ……………………………….………… 50 C.4. Langgam Keroncong ………………………..……… 50 D. Alat-Alat Musik Keroncong Dan Fungsinya D.1. Alat Musik Biola ………………………..………….. 51 D.2. Alat Musik Flute ……………………….…………… 52 D.3. Alat Musik Cuk ……………………….……………. 52 D.4. Alat Musik Cak ……………………….……………. 53 D.5. Alat Musik Gitar ……………………….…………… 53 D.6. Alat Musik Cello …………………..……..………… 54 D.7. Alat Musik Bass ………………………….…………. 54 E. Sejarah Musik Keroncong ………………………………….. 54 I.G. Definisi Konseptual I.G.1. Televisi Lokal …………………………………………………… 59 I.G.2. Peran Televisi Lokal ……………………………………….……. 60 I.G.3. Pelestarian dan Pengembangan Seni Keroncong ………….……. 61 I.H. Kerangka Pemikiran ………………………………………..…. 62 commit to user x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id I.I. Metode Penelitian I.I.1. Jenis Penelitian ………………………………………………….. 63 I.I.2. Lokasi penelitian ……………………………………….………. 64 I.I.1. Sumber Data ……………………………………………..………. 65 I.I.4. Tehnik Sampling Pemilihan Narasumber/Informan ……..……… 66 I.I.5. Tehnik Pengumpulan Data ………………………………..……. 67 I.I.6. Teknik Analisis Data ………………………………………..…… 70 I.I.7. Validitas Data ………………………………………….……….. 72 BAB II : DESKRIPSI LOKASI II.A. Gambaran Umum Terang Abadi TV (TATV) Surakarta II.A.1. Profil TATV ………………………………………………….. 74 II.A.2. Visi dan Misi ………………………………………….……… 76 II.A.3. Slogan ……………………………………………………..…. 76 II.A.4. Data Media TATV …………………………………………... 77 II.A.5. Komposisi Program Acara TATV …………………………..… 77 II.A.6. Penggolongan Pemirsa ……………………….……………… 77 II.A.7. Coverage Area TATV ……………………………………… II.A.8. Pola Siaran TATV …………………………………………… 78 II.A.9. TATV Gallery ……………………………………………….. 79 78 II.A.10. TATV Office …………………………………………………. 79 II.B. Gambaran umun Program Acara Keroncong di TATV II.B.1. Program Acara Keroncong di TATV …………………………. 80 II.B.2. Latar Belakang Program Acara Keroncong di TATV ………. 80 commit to user xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id II.B.3. Sasaran dan Tujuan Program Acara Keroncong di TATV ….. 81 II.B.4. Pelaksanaan Program Acara Keroncong di TATV ………….. 81 BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA III.A. Data dan Karakter Informan ………………………………….. 82 III.B. Sejarah Seni Keroncong di Surakarta Sebelum Hadirnya TATV …………………………………………………………….. 88 III.C. TATV Sebagai Media Massa Televisi Lokal di Surakarta III.C.1. Karakteristik Stasiun Televisi Lokal TATV ………………. 102 III.C.2. Tayangan Program Acara di TATV A. Materi Siaran Lokal di TATV ………………………….. 106 B. Penyusunan Program Acara di TATV ………………….. 110 C. Kesesuaian Program Acara dengan Visi dan Misi TATV……………………………………………………... 114 III.D. TATV Merancang Progam Acara Keroncong III.D.1. Latar Belakang Penayangan Program Acara Keroncong di TATV …………………………………………………….. 118 III.D.2. Penyusunan Program Acara Keroncong di TATV …………. 122 III.D.3. TATV Menjalin Kerjasama dengan HAMKRI …………..… 126 III.E. Kondisi Seni Keroncong di Surakarta Setelah Hadirnya TATV III.E.1. Pengaruh Keberadaan TATV dalam Menayangkan Program Acara Keroncong ……………………………………………. 131 III.E.2. Tayangan Seni Keroncong Sebagai Hiburan Budaya Mulai Disukai Masyarakat …………………………………………. 135 commit to user xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id III.E.3. Menjamurnya Grup-grup Keroncong di Surakarta …………. 139 III.E.4. Geliat Acara (Event) Bartajuk Seni Keroncong di Surakarta …………………………………………………. 143 A. Pencanangan Solo Kota Keroncong oleh Pemerintah ….. 146 B. Diadakannya Solo Keroncong Festival oleh HAMKRI .... 152 BAB IV : PENUTUP IV.A. Kesimpulan ……………………………………………………... 156 IV.B. Saran .............................................................................................. 157 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 160 LAMPIRAN ……………………………………………………………... 165 commit to user xiii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel III.1. Data Informan ……………………………………………… 82 Tabel III.2. Karakteristik Terang Abadi Televisi (TATV) Surakarta …… 102 commit to user xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR BAGAN Bagan I.1. Kerangka Pemikiran …………………………………………... 62 Bagan I.2. Model analisis data interaktif Miles dan Huberman ................. 72 commit to user xv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK HAFIZH ESKAPUTRA, D0206115, TELEVISI LOKAL DAN BUDAYA DAERAH (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Serta TATV dalam Pelestarian dan Pengembangan Seni Keroncong di Surakarta), Skripsi, Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012, 159 halaman. Televisi lokal merupakan televisi yang mempunyai batasan ruang siaran yang hanya berskala daerah, sehingga isi kandungan materi siarannya lebih mengarah pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat dimana media massa tersebut dikelola. Kemampuan televisi lokal untuk mengeksplor kebudayaan daerah menjadikan televisi lokal mempunyai peran dalam melestarikan kebudayaan daerah. Seni keroncong merupakan kebudayaan daerah asli Surakarta. Namun seiring perkembangan zaman keberadaan seni keroncong mulai terkikis oleh budaya asing yang dianggap lebih modern. Untuk melestarikan seni keroncong, TATV (Terang Abadi Televisi) sebagai televisi lokal di Surakarta telah menayangkan program acara keroncong setiap minggunya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran serta TATV dalam melestarikan dan mengembangkan seni keroncong di Surakarta. Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui bagaimana tanggapan atau respon masyarakat di Surakarta terhadap kondisi seni keroncong setelah hadirnya TATV di Surakarta. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan, memaparkan, menuturkan dan menganalisa data yang ada secara mendalam. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Metode analisa data yang digunakan yaitu analisis analisis data kualitatif dan untuk menguji validitas data dilakukan dengan triangulasi sumber data. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa TATV merencanakan program acara keroncong dengan dilatar belakangi oleh visi dan misi TATV yang berkomitmen dalam melestarikan budaya daerah. Selain itu, dalam pelaksanaan program acara keroncong, TATV menjalin kerjasama dengan HAMKRI (Himpunan Artis Keroncong Indonesia) Surakarta. Bentuk kerjasamanya adalah HAMKRI bertanggung jawab menyiapkan grup keroncong yang akan tampil, Sedangkan TATV menyiapkan semua prasarana untuk tayang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah TATV telah mampu menjalankan perannya dalam melestarikan dan mengembangkan seni keroncong di Surakarta. Peran itu tampak yaitu dalam hal mengembalikan popularitas seni keroncong di mata masyarakat Surakarta dengan memberi ruang kepada seni keroncong untuk tampil di televisi sehingga dapat diapresiasi oleh masyarakat, kemudian memberi motivasi kepada grup-grup keroncong untuk kembali aktif dan memotivasi terbentuknya grup-grup keroncong baru dengan memberi kesempatan bagi seniman keroncong untuk tampil di media televisi, serta merangsang munculnya kepedulian dari berbagai pihak untuk ikut melestarikan keroncong sehingga merangsang munculnya berbagai kegiatan keroncong di Surakarta. commit to user xvi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT HAFIZH ESKAPUTRA, D0206115, LOCAL TELEVISION AND LOCAL CULTURE (Descriptive Qualitative Study of TATV's Role in Perserving and Developing Keroncong in Surakarta), Thesis, Communication Studies Program, Social and Political Sciences Faculty, Sebelas Maret Univeristy Surakarta, 2012, 159 pages. Local television has limitation in airing its program which is only in local scale, therefore the essence of the program is purposed to the need and interest of local people where the mass media is managed. The ability of the local television in exploring the local culture makes the local television has a role in preserving the local culture. Keroncong is a native music from Surakarta. However, as the traditional music, keroncong is difficult to compete with foreign culture that is considered by the people is more modern. For keroncong Preservation, TATV (Terang Abadi Televisi) as the local television in Surakarta has aired a keroncong program weekly. This research is aimed to know how TATV play its role in preserving and developing keroncong in Surakarta. Besides, this research is also aimed to know how are the reaction and response from the people of Surakarta toward the condition of keroncong after its presence in TATV Surakarta. The descriptive qualitative research aimed to describe, explain, relate and analyze the data comprehensively. The collecting data techniques were observation, interview and documentation. Purposive sampling technique used in this research to draw the conclusion. Analyze method used in this research were analytical analyze qualitative data and source data triangulation to test the validity of the data. Based on this research, it was known that of TATV planned the keroncong program in influenced by the vision and mission of TATV which have commitment to preserve local culture. Besides, in the making of the keroncong program, TATV cooperated with HAMKRI (Indonesian Keroncong Artist Association) Surakarta. The form of cooperation was HAMKRI had responsible to prepare the keroncong music group which would be showed, while the TATV prepared the equipment for the program. The conclusion is that TATV is able to play its role to preserve and develop the keroncong music in Surakarta. The role is can be seen that TATV can restore the keroncong popularity in people of Surakarta through giving the space to the keroncong to show in television so that can be appreciated by the people. Beside, TATV gives motivation to the keroncong groups to be active again and motivate the forming of the new keroncong groups through the opportunity to show in television media, and stimulate the emerging of care feeling from the other people to join in preserving keroncong, therefore stimulate the emerging various keroncong activity in Surakarta. commit to user xvii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Televisi saat ini sudah bukan merupakan barang mewah dan bukan lagi sebuah kemajuan teknologi yang membuat orang takjub. Televisi menciptakan suasana yang berbeda, penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi sangat mudah di mengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual. Karakteristik istimewa yang dimilikinya membuat televisi menjadi sesuatu media yang mudah dinikmati oleh semua kalangan, baik di kalangan atas, menengah, hingga bawah sekalipun dibandingkan dengan media lainya (radio, koran, majalah, dan lain-lain). Kedahsyatan televisi dalam mempengaruhi pemirsanya tidak perlu diragukan lagi. Dwyer, seorang pakar pertelevisian menyimpulkan setidaknya pemirsa televisi mampu mengingat 50 % materi yang hanya ditayangkan satu kali oleh televisi. Bisa dibayangkan berapa banyak pemirsa mampu mengingat jika tayangan itu ditampilkan berulang-ulang. Lebih jauh lagi, pemirsa televisi masih mampu mengingat 85 % tayangan televisi yang mereka saksikan setelah tiga jam kemudian dan bahkan masih tersisa 65 % ingatan akan tayangan televisi tersebut setelah tiga hari ditayangkan. Dan yang paling luar biasa, televisi mampu menjadi saluran yang paling efektif dalam menyampaikan informasi kepada manusia commit to user 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan merebut 94 % dari seluruh saluran penyampaian pesan-pesan dan informasi kepada manusia. 1 Televisi memang memiliki kemampuan yang luar biasa. Penelitianpenelitian mengenai efektivitas terpaan media massa pada umumnya menempatkan terpaan televisi paling efektif dimana keefektivitasan televisi terletak pada karakteristiknya yang audio-visual. 2 Televisi sebagai media audio-visual menyajikan segala sesuatu yang menarik perhatian pemirsanya. Perkembangan televisi yang sangat pesat jelas menggambarkan bahwa media ini begitu digandrungi oleh masyarakat. Pada waktu TVRI, stasiun televisi pertama di Indonesia muncul di tahun 1962 jumlah pesawat televisi di Jakarta hanya berjumlah 10.000 buah. Tujuh tahun kemudian jumlahnya meningkat menjadi 65.000 buah. Pada akhir Maret 1972 jumlah pesawat televisi di Indonesia ada 212.580 buah, sampai tahun 1984 berjumlah 7.132.462 buah. Hanya dalam kurun waktu 12 tahun jumlah pesawat televisi di Indonesia meningkat sampai hampir 34 kali lipat. 3 Televisi bagaimanapun telah menjadi sebuah fenomena. Simaklah sebutan yang mengawali sejarah pertumbuhannya, yakni “tabung kebodohan”, “kotak ajaib”, “altar elekronik”, atau juga “pedang gersang pemikiran”. Namun, simak pula iklan televisi Du Mount tahun 1950-an yang menyebut televisi sebagai “jendela dunia”. 4 1 Dwyer dalam Farida Nurfalah, Sumardjo dan Dwi Surya. Pengaruh Tayangan Sinetron Religius Terhadap Perilaku Ibu Rumah Tangga Muslimah. Jurnal Teknodik No.22 tahun 2007, hal 44. 2 Sam Abede Pareno. Media Massa Antara Realitas dan Mimpi. (Surabaya: Papyrus, 2005). hal 65. 3 Ishadi S.K., Dunia Penyiaran: Prospek dan Tantangannya. (Jakarta: Gramedia, 1999). 4 commitdkk. to user Budiman dalam Eka Nada Shofa Alkhajar, Anomi Media Massa. (Surakatra: Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi UNS, 2009), hal 10. 2 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sebagaimana disinggung diatas, perkembangan pertelevisian di Indonesia berawal dari tahun 1962, ketika Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games, yaitu dengan didirikannya TVRI pada tanggal 24 Agustus 1962. Hanya dengan menggunakan satu pemancar yang dipasang di komplek Senayan, TVRI melakukan peliputan Asian Games yang dapat di nikmati oleh penduduk Jakarta. Dimana pada awal penyelenggaraannya, jaringan TVRI masih terbatas di Jakarta dan sekitarnya. Selain itu, dengan masih terbatasnya pendukung teknis, masa penyiarannyapun hanya sekitar dua jam perhari dan ekstra setengah jam pada malam minggu. Bahkan, ketika TVRI melakukan siaran perdana, televisi pertama di Indonesia ini hanya sanggup melaksanakan siarannya tidak lebih dari 30 menit sehari. 5 Sejak dikeluarkannya SK Mentri Penerangan No. 111 tahun 1990, industri dan bisnis televisi berubah menjadi sedemikian maraknya. Awalnya adalah tahun 1987/1988 ketika RCTI diizinkan siaran untuk pertama kalinya dengan menggunakan dekoder (decoder), yang kemudian diikuti oleh SCTV (1989), TPI (1991), ANTV (1993), dan Indosiar (1994). Kini dapat kita lihat betapa deras perkembangannya bahkan untuk saluran siaran pun, hingga tahun 2005 terdapat 10 stasiun televisi swasta dan tidak kurang dari 30 stasiun televisi lokal. 6 Adapun televisi lokal sendiri mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 2002 seiring dengan adanya UU No. 32 tahun 2002. Dua hal yang perlu digaris bawahi mengenai keterkaitan antara perkembangan televisi lokal dan UU. No. 32 tahun 2002 adalah pembatasan siaran nasional 5 Alex Leo Zulkarnain. Televisi di Indonesia dan Pengaturannya dalam Deddy Mulyana dan Idi commit(Bandung: to user Remaja Rosdakarya. 1987), hal. 12. Subandi Ibrahim (ed): Bercinta dengan televisi. 6 Ishadi S.K., Op. cit. hal 18. 3 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kecuali dengan melakukan kerja sama dengan televisi-televisi lokal, dan televisi lokal diperbolehkan siaran dengan daya jangkau siaran yang dibatasi hanya untuk daerah yang menjadi home base-nya. 7 Karena itulah dibentuk UU Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran yang mengamanatkan realisasi Sistem Stasiun Berjaringan (SSB), seperti yang dituangkan dalam Pasal 31 ayat 1: “Lembaga penyiaran yang menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau jasa penyiaran televisi atas stasiun penyiaran jaringan dan atau stasiun penyiaran lokal”. 8 Berbagai informasi tentang daerah yang tidak terekspos oleh media nasional mendasari kehadiran media televisi lokal di berbagai daerah. Kehadiran televisi lokal menambah variasi atau pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi, hiburan, dan pendidikan. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Penyiaran No. 32 tahun 2002 yang lebih menitikberatkan pada partisipasi dan kontrol masyarakat serta pemberdayaan institusi lokal. Tujuan UU Penyiaran No.32 tahun 2002 yang mengatur tentang Stasiun Siaran Berjaringan (SSB) adalah untuk meletakkan pondasi bagi sistem penyiaran, yang telah membawa perubahan paradigma dari semula sangat sentralistik, menjadi desentralistis. Agar daerah dapat menikmati manfaat yang lebih baik dari ranah penyiaran, baik di wilayah isi siaran (diversity of content) maupun di wilayah bisnis ekonomi penyiaran (diversity of ownship). Makna dari undang-undang ini adalah untuk 7 Sunardian Wiradono. Matikan TV-Mu! Teror Media Televisi di Indonesia. (Yogyakarta: Resist commit to user Book, 2006), hal. 127. 8 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran 4 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id memberikan keleluasaan untuk pembangunan ekonomi, kesejahteraan masyarakat di daerah. Juga, agar penyiaran tidak terkonsentrasi di pusat. 9 Khusus untuk industri penyiaran televisi, ternyata tidak sekedar terbukanya kesempatan untuk menambah jumlah stasiun televisi swasta nasional, tetapi juga bermunculan berbagai gerakan di daerah untuk mendirikan stasiun televisi lokal. Alasannya ialah untuk menumbuhkan kelokalan dan nuansa keberagaman yang selama orde baru terberangus. Sedangkan stasiun televisi lokal merupakan stasiun penyiaran dengan wilayah siaran terkecil yang mencakup satu wilayah kota atau kabupaten. 10 Efek dari UU Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 membuat stasiun televisi lokal di berbagai daerah menggeliat dan turut memberi warna baru bagi dunia pertelevisian di Indonesia. Perkembangan televisi lokal di Indonesia selama 10 tahun terakhir sampai tahun 2005, mengalami peningkatan yang signifikan. Setelah dunia pertelevisian kita didominasi oleh beberapa stasiun televisi swasta nasional dan satu stasiun televisi publik, sekarang melaju pesat dengan adanya penambahan secara bertahap stasiun televisi lokal baru yang kini mencapai sekitar 86 stasiun tersebar di lebih dari 50 kota besar dan di hampir semua provinsi di Indonesia. 11 Menurut data Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), saat ini televisi lokal yang sudah menjadi anggota ATVLI telah bertambah sebanyak 29 stasiun televisi lokal. Stasiun-stasiun televisi swasta lokal 9 Aji Setiakarya. Menyambut TV Lokal. Sumber: http://www.rumahdunia.net.php. diakses pada 2 Februari 2010. 10 commit toKencana, user 2008). hal 105. Morissan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. (Jakarta: 11 http://www.atvli.com/sejarah.asp. diakses pada 2 Februari 2010. 5 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tersebut adalah: Riau TV, Batam TV, Sri Junjungan TV-Bengkalis, JAKTV-Jakarta, Jogja TV, TV Borobudur-Semarang, JTV-Surabaya, Bali TV, Lombok TV, Publik Khatulistiwa TV-Bontang, Gorontalo TV, Makasar TV, Terang Abadi TV-Surakarta, Bandung TV, O’ ChannelJakarta, Space Toon TV Anak-Jakarta, Cahaya TV-Banten, Megaswara TV-Bogor, Cakra TV-Semarang, Cakra Buana Channel-Depok, Pal TVPalembang, Kendari TV, Tarakan TV, Manajemen Qolbu TV-Bandung, Ratih TV-Kebumen, Ambon TV, Sriwijaya TV-Palembang, Aceh TV dan Padjadjaran TV-Bandung. 12 Hampir sama dengan pendahulunya, yakni televisi swasta yang berada di Jakatra, pengelola televisi lokal hanya melihat media televisi sebagai potensi, asset, kemungkinan atau peluang untuk mengadu peruntungan. Namun kelahirannya, tidak berada dalam ruang opini publik yang memadai. Sehingga banyak televisi lokal tidak diketahui kebeadaanya. Bahkan secara operasional, pada tahap pekembangan awal ini, televisi lokal masih mengadopsi program-program televisi nasional yang cenderung memuat setting budaya Jakarta (Jakarta sentris). Salah satu sebabnya karena televisi lokal (swasta) yang ada masih merupakan kepanjangan tangan dari televisi nasional yang berdomisili di Jakarta. Kebanyakan tayangan di televisi swasta nasional sekarang berorientasi Jakarta sentris. Itu pun hanya 20 % isi tayangan televisi yang bermuatan pendidikan dan informasi dan 80 % sisanya adalah hiburan. commit to user 12 Ibid. 6 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tayangan televisi nasional lebih banyak berisi budaya massa dan mengabaikan budaya lokal. 13 Hal ini menunjukkan produk import masih mendominasi acaraacara televisi lokal. Salah satu penyebabnya adalah televisi lokal yang masih kesulitan menempatkan diri dalam dunia bisnis komersial, khususnya terkait persaingan rating dan iklan, sehingga televisi lokal (swasta) harus meminimalisir dana operasional dengan membeli produkpruduk impor yang lebih murah dan lebih menarik. Televisi merupakan sebuah media massa dalam pengertian dasar, yakni permasif dan massif. Permasif dalam pengertian ia berada dalam ambang batas normal, yang selalu memiliki dalih masyarakat sebagai tameng moralnya. Massif dalam pegertian memproduk dunia citraannya secara serentak dan tanpa alternative. Oleh karena itu, dampak “televisi pusat Jakarta” sangat terasa pada keseragaman selera, budaya masyarakat, setidaknya lewat bahasa maupun life-style modernitas. 14 Apabila kita melihat dari visi dan misi Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI) sebagai asosiasi televisi lokal di Indonesia, dapat dikatakan televisi lokal merupakan salah satu media pengembang potensi budaya daerah. Dalam situs resmi ATVLI, Ketua Umum ATVLI, Satria Naradha mengingatkan, jika pengelola televisi lokal tanpa didasari idealisme tersebut dan lebih berorientasi pada bisnis, sebaiknya diurungkan dan dipertimbangkan keberadaannya oleh pemerintah. 15 13 Kompas.com. Muatan Lokal Harus Diperbanyak 80 % Tayangan Televisi Melulu Berupa Hiburan. 29 Desember 2009. diakses pada 4 Februari 2010. 14 Sunardian Wiradono. Op. cit. hal. 130.commit to user 15 http://www.atvli.com/sejarah.asp, diakses pada 2 Februari 2010. 7 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Keberadaan televisi lokal harus memiliki visi dan misi serta dituntut memberikan kontribusi kepada daerah dan bangsa ini. Adapun visi dan misi dari ATVLI adalah : 16 Visi : Terwujudnya spirit otonomi daerah yang bermartabat di Indonesia bersama media televisi lokal. Misi : 1. Memenuhi hak asasi manusia dalam memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi. 2. Menjadikan media televisi lokal sebagai penunjang dalam upaya menggali nilai budaya, pendidikan, sosial kemasyarakatan, agama, ekonomi, teknologi, dan demokratisasi di semua bidang, dalam rangka pemerataan pembangunan diseluruh Indonesia. Televisi lokal jika mau lebih bijak, sesungguhnya mempunyai potensi besar karena tumbuhnya kerinduan masyarakat terhadap akar budaya sendiri. Akan tetapi, selama ini stasiun televisi di Indonesia lebih dituntut untuk mengembangkan dirinya sebagai institusi bisnis dengan melupakan masyarakat sebagai konsumenya. Hal ini tentu saja bertolak belakang dengan visi dan misi ATVLI yang telah dipaparkan di atas. Selain itu media televisi di Indonesia masih menempatkan masyarakat sebagai objek dan mengeksploitasi objek tersebut, bukan mengeksplorasi sosial budaya yang ada dimasyarakat sebagai salah satu bentuk tanggung commit to user 16 Ibid. 8 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id jawab sosial media. Kondisi semacam ini cukup mengkhawatirkan untuk perkembangan televisi lokal ke depan. Sedangkan televisi memberikan imbas media yang luar biasa besar bagi masyarakat, media ini memiliki daya penetrasi jauh lebih besar dari pada media lainya. Bila kita hubungkan dengan konteks kebudayaan, televisi memiliki pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan kebudayaan dalam masyarakat. Hal itu dikarenakan dengan adanya kontak dengan kebudayaan asing, perubahan kebudayaan sangat mungkin terjadi. Berbicara tentang budaya, menurut Sir E.B. Taylor dalam bukunya Primitive Culture berpendapat bahwa budaya adalah suatu hal yang menyeluruh dan kompleks termasuk disini asal pengetahuan, kepercayaaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dari pemaparan diatas, kesenian merupakan salah satu unsur penting dari kebudayaan yang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma-norma dari masyarakar tempat budaya itu ada. Nilai dan norma tersebut akan menentukan bentuk kesenian seperti apa yang akan tercipta. 17 Surakarta sebagai kota budaya mempunyai berbagai macam bentuk budaya, salah satu bentuk budaya khas dari kota Surakarta adalah seni musik keroncong. Keroncong adalah sejenis musik Indonesia yang memiliki hubungan historis dengan sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado. Sejarah keroncong di Indonesia dapat ditarik hingga akhir abad ke-16, di saat kekuatan Portugis mulai melemah di Nusantara. Pada 17 Fajar Junaedi, dkk., Komodifikasi Budaya Dalam Media Massa, (Surakarta: Sebelas Maret commit to user Univercity Press, 2005), hal 54. 9 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sekitar abad 19-an musik ini juga masuk ke Semenanjung Malaka. Keroncong berawal dari musik yang dimainkan para budak dan opsir Portugis dari daratan India (Gowa) serta Maluku. Bentuk awal musik ini disebut moresco. 18 Salah satu tokoh Indonesia yang memiliki kontribusi cukup besar dalam membesarkan musik keroncong adalah Gesang. Pada perkembangannya seni keroncong pernah mencapai puncak keemasannya dengan Gesang sebagi maestronya. Lelaki asal kota Surakarta (Solo) ini bahkan mendapatkan santunan setiap tahun dari pemerintah Jepang karena berhasil memperkenalkan musik keroncong di sana. Salah satu lagunya yang paling terkenal adalah “Bengawan Solo”. Lantaran pengabdiannya itulah, Gesang memperoleh julukan “Buaya Keroncong” oleh insan keroncong Indonesia, sebutan untuk para pakar musik keroncong. 19 Tetapi seiring dengan perkembangan zaman seni kroncong pelanpelan mulai digeser musik-musik luar negeri yang dirasa lebih mewakili zaman sekarang ini. Hal ini tak lepas dari revolusi teknologi informasi masih bercampur dengan isu dan globalisasi. Ditambah akselerasi modernisasi tidak berjalan seiring dengan daya adaptasi dan kapabilitas masyarakat Indonesia. Akhirnya modernisasi belum tuntas dan nilai tradisi makin menipis. Terang Abadi TV (TATV) hadir sebagai televisi lokal pertama dan satu-satunya bagi masyarakat Solo dan sekitarnya. Jangkauan siarnya sampai saat ini sudah mencapai wilayah Kota Surakarta (Solo); DIY 18 19 commit to user Sejarah Keroncong, Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Keroncong, diakses pada 25 Juli 2010 Ibid. 10 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Yogyakarta, meliputi Kota Yogyakarta, Kab. Sleman, Kab. Bantul, Kab. Kulon Progo, Kab. Gunung Kidul; Kab. Magelang; Kab. Klaten; Kab. Boyolali; Kab. Wonogiri; Kab. Sukoharjo; Kab. Karanganyar; Sebagian Pati; Kudus; Wonosobo; Temanggung dan Ngawi. 20 TATV yang berdomisili di daerah Surakarta mempunyai peran yang sangat penting untuk menjaga keberlangsungan seni keroncong di Surakarta. Dengan berselogan TATV MANTEB (Masa Kini dan Tetap Berbudaya), TATV menjadi televisi yang memberikan hiburan–hiburan yang menarik serta mengangkat informasi dari daerah-daerah dan tidak ketinggalan pula budaya daerah. Hal ini dibuktikan TATV dengan memberi ruang siaran dengan contain kedaerahan lebih banyak dibandingkan dengan siaran yang bersifat nasional, yaitu content program siaran lokal 60 % dan siaran universal 40 %. 21 TATV memiliki visi untuk menjadi televisi yang memberi pencerahan pada paradigma berpikir dan berperilaku bagi pemirsa dan masyarakat, menuju pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Serta misi memberi sumbangsih yang berarti guna kemajuan daerah dan masyarakat permirsa dalam segala bidang kehidupan, melalui perubahan paradigma berpikir dan berperilaku. 22 Salah satu wujud dari peran serta TATV untuk melestarikan dan mengembangkan seni keroncong adalah dengan menayangkan acara seni keroncong dengan pengemasan acara yang menarik, sehingga diminati oleh pemirsanya. Selain itu juga dengan memberikan kesempatan seluas20 Profil Terang Abadi Televisi, http://www.tatv.co.id diakses pada 8 Februari 2010. commit to user Ibid. 22 Ibid. 21 11 perpustakaan.uns.ac.id luasnya digilib.uns.ac.id bagi para seniman keroncong di Surakarta untuk mempertontonkan kebolehanya. Hal ini dibuktikan dengan menyelenggarakan program acara “KERONCONG” setiap hari Senin pukul 21.00 WIB. Program acara “KERONCONG” merupakan program musik keroncong secara live yang diisi oleh orkes keroncong dari Solo dan sekitarnya. Selain itu, TATV juga bekerja sama dengan HAMKRI (Himpunan Arti Musik Keroncong Indonesia) Solo yang di ketuai oleh Hj. Waljinah. 23 Akan tetapi bila kita melihat komposisi program-program acara TATV selama ini, seni keroncong hanya diberikan waktu tayang satu jam dari 80 jam 35 menit total keseluruhan jam tayang TATV dalam satu minggu. Melihat realita seperti itu, keoptimalan peran serta TATV dalam pelestarian dan pengembangan seni keroncong di Surakarta, perlu dicermati secara lebih mendalam. Hal itulah yang menarik untuk dijadikan bahan kajian penelitian. commit to user 23 Ibid. 12 perpustakaan.uns.ac.id I.B. digilib.uns.ac.id Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi seni keroncong di Surakarta sebelum hadirnya TATV Surakarta? 2. Bagaimana TATV Surakarta merencanakan program acara keroncong untuk ikut serta dalam pelestarian seni keroncong di Surakarta? 3. Bagaimana kondisi seni keroncong di Surakarta setelah hadirnya TATV Surakarta? I.C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui bagaimana peran serta TATV dalam keikutsertaannya melestarikan dan mengembangkan seni keroncong di Surakarta. I.D. Luaran Yang Diharapkan Luaran yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebuah karya penelitian tentang sikap dan pandangan masyarakat Surakarta terhadap perkembangan seni musik keroncong, sekaligus mengetahui tentang sejauh mana peran serta TATV dalam keikutsertaannya melestarikan dan mengembangkan seni musik keroncong di Surakarta. Melalui penelitian ini diharapkan ada temuan yang bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Peneliti juga sangat mengharapkan dengan penelitian ini maka akan membangun kesadaran bersama warga masyarakat Indonesia yang berbudaya agar tetap berusaha melestarikan dan mengembangkan seni dan commit to user hari. budaya daerah agar tidak luntur dikemudian 13 perpustakaan.uns.ac.id I.E. digilib.uns.ac.id Manfaat Penelitian 1. Secara praktis penelitian ini bermanfaat sebagai rujukan bagi pengelola TATV untuk mengambil langkah yang tepat untuk melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya terutama seni keroncong di Surakarta. 2. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan referensi bagi akademisi dan seluruh masyarakat yang ingin mengetahui pandangan dan sikap masyarakat Surakarta terhadap perkembangan seni musik keroncong sekaligus tentang sejauh mana peran serta TATV dalam keikutsertaannya melestarikan dan mengembangkan seni musik keroncong di Surakarta. I.F. Landasan Teori I.F.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa Manusia sebagai makhluk sosial tentunya tidak dapat hidup sendiri. Kehidupan manusia sudah dikodratkan untuk saling bergantung antar manusia dalam suatu tatanan kehidupan yang disebut kehidupan sosial. Dalam menjalani kehidupan sosialnya, manusia senantiasa harus berinteraksi satu sama lain. Untuk itu komunikasi sangat penting untuk menunjang kehidupan sosial masyarakat. Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan satu hal yang mendasar. Carl Hovland mendefinisikan komunikasi sebagai: “The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify behavior of the individuals commit to user 14 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (communicatess)” (Proses dimana seorang komunikator menyampaikan rangsangan-rangsangan biasanya lambang-lambang dalam bentuk katakata untuk merubah tingkah laku komunikan). 24 Selain itu, ada pernyataan yang menarik dari Harrold Lasswell, yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan jawaban dari pertanyaan Who Says What In Which Channel to Whom With What Effect? 25 Berdasarkan pernyataan Lasswell, dapat dituruknan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain dan tidak bisa di pisahkan, serta sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu: a. Komunikator (communicator, source, sender) b. Pesan (massage) c. Media (media, channel) d. Komunikan (communicant, receiver, recipient) e. Efek (effect, impact, influence) Melihat dari kelima unsur di atas, Laswell menjelaskan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Salah satu bentuk kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh manusia adalah komunikasi massa. Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Secara sederhana, 24 Onong Uchajana Effendy. Televisi Siaran Teori dan Praktek. ( Bandung: Mandar Maju, 1993), hal 2. 25 commit to user Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. (Bandung: Remaja Ros Dakarya, 2000), hal 62. 15 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. 26 Menurut Elizabeth-Noelle Neuman, ada empat tanda pokok komunikasi massa yaitu (1) bersifat tidak langsung, artinya harus melalui media teknis; (2) bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (para komunikan); (3) bersifat terbuka, artinya ditujukan kepada publik yang tidak terbatas dan anonim; (4) mempunyai publik yang secara geografis tersebar. 27 Komunikasi massa itu sendiri berkembang seiring dengan digunakannya alat-alat mekanik yang mampu melipat gandakan pesanpesan komunikasi lebih tepatnya setelah mesin cetak ditemukan oleh Johan Gutenberg pada awal abad 20. Gejala pengembangan komunikasi massa makin meluas ketika radio dan film digunakan sebagai media komunikasi massa disusul tumbuhnya industri televisi pada pertengahan abad 20 era tahun 1950-an. Komunikasi massa merupakan jenis komunikasi yang menggunakan media massa untuk menyampaikan pesanpesannya. Menurut Berlo (1960) bahwa kata massa diartikan “meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orangorang pada ujung lain dari saluran”. Massa mengandung pengertian orang banyak dan mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar di berbagai lokasi yang dalam waktu yang sama 26 27 commit to user Jalaludin Rahmat. Psikologi Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001). hal. 189 Ibid. 16 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. 28 Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini telah memungkinkan orang di seluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi hal ini dimungkinkan karena adanya berbagai media (channel) yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan. Media penyiaran, yaitu radio dan televisi merupakan salah satu bentuk media massa yang efisien dalam mencapai audiennya dalam jumlah yang sangat banyak. Karenannya media penyiaran memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu komunikasi pada umumnya dan khususnya ilmu komunikasi massa. 29 Televisi siaran merupakan media komunikasi massa karena memenuhi unsur-unsur yang terdiri dari sumber (source), pesan (message), saluran (channel), penerima (receiver) serta efek (effect). 30 Pada saat ini televisi merupakan salah satu media komunikasi yang banyak dibutuhkan masyarakat karena televisi memiliki sifat media yang khas sebagai media pandang dengar (audio-visual) sifat ini menjadikan keunggulan media televisi mampu menyampaikan pesan yang lebih hidup. Segala informasi seperti isu sosial politik, ekonomi, budaya, hukum, kriminalitas, olah raga sampai dengan masalah gosip para public figure, kuis, permainan (games) semuanya ditayangkan di media televisi dengan beragam kreasi pengemasan program acaranya. 28 Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004). Morissan. Manajemen Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi. (Jakarta: commit to user Kencana, 2008), hal. 13. 30 Wiryanto. Op. cit. hal. 67 29 17 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pada hakekatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya elecctrische telescope sebagai perwujudan gagasan dari seorang mahasiswa di Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara dan satu tempat ke tempat lain. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884. Akhirnya Nipkov diakui sebagai “bapak televisi”. 31 Saat ini bisa dikatakan bahwa televisilah yang menjadi media komunikasi massa paling populer. Studi tentang televisi pun banyak dilakukan. Karakteristik televisi yang memiliki jangkaun siar luas dan dapat memberikan efek yang besar pula menjadi daya tarik tersendiri untuk diteliti. Seperti yang diungkapkan oleh Milly Buonanno: The thing that brought many to study television in the first place, namely a popular reach, commercial scale, political power, and cultural significance that made The Tube a metonym of society as a whole, has passed. 32 Secara teknis televisi dapat diartikan sebagai sebuah alat penangkap siaran bergambar. Istilah televisi (television) merupakan suatu kata yang berasal dari gabungan kata tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh dan vision (bahasa Latin videra) artinya melihat/memandang. Jadi secara harfiah, televisi berarti memandang dari jauh. Tepatnya, televisi ialah memandang peristiwa dari jauh dalam waktu yang bersamaan. 33 Menurut Skornis dalam bukunya “Television and Society: An Incuest and Agenda”(1965), televisi merupakan gabungan dari media 31 Wawan Kuswandi. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal. 5-6. 32 Milly Bounnanoo. The Age of Television Experiences and Theories. Book Review by John commit to2009). user Hartly. (International Journal of Communications: 33 Sofiah. Komunikasi Media Film dan Televisi. (Surakarta: UNS Press, 1993), hal. 47 18 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengar dan gambar, sehingga dapat memungkinkan menampilkan pesan suara maupun gambar secara bersamaan. Televisi menciptakan suasana yang berbeda, penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi sangat mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual. 34 Sifat televisi yang serempak dimanfaatkan untuk membuat khalayak secara bersamaan menaruh perhatian kepada pesan yang disampaikan komunikator. Selain sifat televisi yang cepat memungkinkan pesan dapat disampaikan kepada begitu banyak orang dalam waktu yang singkat. Daya tarik televisi juga demikian besar, sehingga pala-pola kehidupan rutinitas manusia sebelum munculnya televisi, berubah total sama sekali. Inilah yang membuat media televisi menjadi panutan baru bagi kehidupan manusia. Tidak menonton televisi sama dengan mahluk buta yang hidup dalam tempurung. Sedangkan pengertian komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Dalam komunikasi massa media tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks dan pembiayaan yang besar. Karena media televisi bersifat transitory (hanya meneruskan), maka pesan-pesan yang disampikan melalui komunikai massa media tersebut hanya dapat didengar dan dilihat sekilas. Pesancommit to user 34 Wawan Kuswandi. Op. cit., hal. 8 19 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pesan televisi bukan hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak (audio visual). 35 Karena sifat komunikasi massa media televisi yang transitory (hanya meneruskan) itu maka: (1) isi pesan yang akan disampaikannya harus singkat dan jelas, (2) cara penyampaian kata per kata harus benar, (3) intonasi suara dan artikulasi harus tepat dan baik. 36 Paradigma Harold Lasswell tentang proses komunikasi yang berbunyi "Who, says waht, to whom, in which channel, and with what effect". Secara langsung menggambarkan bahwa proses komunikasi seseorang memerlukan media. Memasukan paradigma Lasswell dalam komunikasi massa media televisi, secara tegas memperlihatkan bahwa dalam setiap pesan yang disampaikan televisi, tentu saja mempunyai tujuan khalayak, sasaran, serta akan mengakibatkan umpan balik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Posisi dan peran media massa, termasuk televisi dalam operasionalisasinya di masyarakat, tidak berbeda dengan media cetak dan radio. Menurut seorang alhi komunikasi Harold Lasswell melihat fungsi utama media massa sebagai berikut 37 : a. The surveillance of the environment, yang berarti bahwa media televisi berperan sebagai pengamat lingkungan. b. The correlation of part of society inresponding to the environment yaitu media televisi mengadakan korelasi antara informasi data yang 35 Ibid., hal. 16. commit to user Ibid., hal. 18. 37 Darwanto. Televisi Sebagai Media Pendidik. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). hal. 32-33. 36 20 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diperolah dengan kebutuhan khalayak sasaran karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi interpretasi. c. The transmission of the social heritage from one generation to the next yaitu media televisi berperan menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Secara sederhana tentang apa yang dikatakan Lasswell berkaitan dengan fungsi media antara lain: Pertama, media massa menyediakan informasi tentang hal-hal yang berada diluar jangkauan pengelihatan masyarakat luas. Media menginformasikan segala peristiwa yang terjadi dalam masyarakat dan dunia. Informasi yang kita terima dari media memudahkan masyarakat untuk berinovasi, beradaptasi dan lebih maju (mengikuti perkembangan zaman). Kedua, media massa melakukan seleksi mengenai apa yang perlu dan pantas untuk di siarkan. Pemilihan dilakukan oleh editor, reporter, redaktur yang mengelola media massa. Dalam hal ini media juga menjelaskan, menafsirkan, dan mengomentari makna peristiwa dan informasi yang ada dalam masyarakat. Ketiga, media massa sebagai sarana menyampaikan warisan sosial budaya kepada generasi selanjutnya secara berkesinambungan. Fungsi media ini dimaksudkan sebagai sarana mengekspresikan budaya serta mengembangkan budaya baru sehingga dapat meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai budaya. Disamping tiga fungsi utama seperti yang dikemukakan Lasswell tersebut, Charles R. Wright, dalam bukunya Mass Communication A Sociological Perspective, fungsi media massa dinyatakan sebagai berikut: commit to user 21 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id “communicative acts primarily intended for amusement irrespective of any instrumental effect they might have”. 38 Media massa memiliki fungsi hiburan. Hal ini jelas sebagai salah satu fungsi yang lebih bersifat human interest. Maksudnya, agar pemirsa tidak merasa jenuh dengan berbagai isi pesan yang disajikan oleh media. Selain itu, fungsi menghibur media massa juga memiliki daya guna sebagai pelarian pemirsa terhadap suatu masalah. Bahkan, justru karena fungsi hiburan ini orang/masyarakat mengkonsumsi media massa. Di Indonesia sendiri, televisi sebagai media komunikasi massa mengalami perkembangan yang dinamis. Televisi mulai masuk di Indonesia (Jakarta) pada tahun 1962, bertepatan dengan "The 4th Asian Games". Ketika itu Indonesia menjadi penyelenggara. Peresmian pesta olahraga tersebut bersamaan dengan peresmian penyiaran televisi oleh Presiden Soekarno, tanggal 24 Agustus 1962. Televisi yang pertama muncul adalah TVRI dengan jam siar antara 30-60 menit sehari. 39 Dunia pertelevisian di Indonesia berkembang pesat seiring dengan deregulasi pertelevisian Indonesia oleh pemerintah sejak tanggal 24 Agustus 1990 melalui Surat Keputusan Menteri Penerangan nomor 111 tahun 1990 yang mengatur tata cara penyiaran di Indonesia. Hal ini terbukti dengan bermunculannya televisi-televisi swasta. Pada saat itu pemerintah mengijinkan lima saluran televisi swasta yakni RCTI, SCTV, TPI, ANTV, dan Indosiar, mandiri untuk beroperasi secara nasional.40 38 Ibid., hal. 33. Wawan Kuswandi. Op. cit. hal. 34. 40 Ishadi SK. Op. cit. hal. 20. 39 commit to user 22 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dan saat ini tercatat sudah ada 10 stasiun televisi swasta nasional yang telah mengudara yakni RCTI, SCTV, TPI, ANTV, lndosiar, Trans TV, Trans7, Global TV, Metro TV, dan TV One. Ini masih ditambah dengan puluhan televisi lokal dan televisi kabel lainnya. Hal ini membuktikan bahwa televisi memang sudah menjadi "barang penting" di Indonesia dan ini bisa menjadi media komunikasi massa yang paling efektif. I.F.2. Televisi Lokal Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia pertelevisian di Indonesia mulai muncul stasiun-stasiun televisi, mulai dari yang berskala nasional maupun berskala lokal. Perbedaan televisi nasional dan lokal terletak pada jangkauan batas penyiarannya. Televisi berskala nasional adalah televisi yang mempunyai lingkup siar di suatu wilayah negara dan memiliki program-progam dengan topik yang luas untuk konsumsi berskala nasional. Sedangkan televisi lokal merupakan televisi yang mempunyai batasan ruang siar berskala daerah, televisi lokal lebih menonjolkan daerah yang menjadi lingkup siarnya. Seperti yang diungkapkan Morissan, televisi lokal merupakan stasiun penyiaran dengan wilayah siaran terkecil yang mencakup satu wilayah kota atau kabupaten. 41 Hal ini disyaratkan dalam Pasal 31 ayat 5 UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002, bahwa: “Stasiun penyiaran lokal dapat didirikan di lokasi tertentu dalam wilayah Negara Republik Indonesia commit to user 41 Morissan. Op. cit., hal. 105. 23 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut”. Sehingga televisi lokal mempunyai kebebasan mengeksplor kebudayaan di daerah ruang siarnya. Berdasarkan pantauan Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), sejak televisi lokal diakomodir dalam pasal di Undang-Undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, ada sekitar 65 stasiun televisi lokal yang telah mengudara di Indonesia. Baik yang berstatus publik, swasta, maupun komunitas. 42 Media massa lokal fungsinya hampir sama dengan media massa nasional, hanya saja isi kandungan beritanya yang lebih mengacu dan menyesuaikan diri pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat dimana media massa tersebut dikelola. Menurut Depdikbud RI seperti yang dikutip oleh Zakbah (1997) 43 , media massa lokal mempunyai ciri- ciri sebagai berikut: a. Media massa itu dikelola oleh organisasi yang berasal dari masyarakat setempat. b. Isi media massa lokal mengacu dan menyesuaikan diri kepada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat. c. Isi media massa sangat mementingkan berita-berita tentang berbagai peristiwa, kejadian, masalah, dan personalia atau tokoh-tokoh pelaku masyarakat setempat. 42 www.atvli.com, 2010 commit to user dan Pengembangan Budaya Daerah Zakbah. Peranan Media Massa Lokal Bagi Pembinaan Riau. (Jakarta: Depdikbud, 1997) 43 24 perpustakaan.uns.ac.id d. digilib.uns.ac.id Masyarakat media massa lokal terbatas pada masyarakat yang sewilayah dengan tempat kedudukan media massa itu. e. Masyarakat media massa lokal umumnya kurang bervariasi dalam struktur ataupun diferensiasi sosial bila dibandingkan dengan masyarakat media massa nasional. Sebagai televisi lokal yang lebih menonjolkan daerahnya maka dalam bidang kebudayaan dan kesenian daerahpun juga menjadi tanggung jawab televisi lokal. Kebudayaan dan kesenian daerah merupakan aset kebudayaan nasional, keberadaan, kelestariannya, dan perkembangannya perlu dijaga. Televisi lokal yang hadir dengan spirit otonorni daerah, sangat dirasakan dampak kehadirannya sebagai warna baru dunia penyiaran tanah air. Berbagai potensi daerah selama ini disadari kurang optimal diangkat dalam wujud audio visual. Sehingga kehadiran televisi lokal menjadi solusi penting untuk hal tersebut. Dibungkus dengan kemasan lokal yang kental, televisi lokal berupaya mempersembahkan yang terbaik bagi masyarakat dengan kearifan lokal yang berbeda-beda. Paket tayangan yang bermaterikan sosial, budaya, pariwisata, ekonomi, dan unsur kedaerahan lainnya tentunya menjadi suatu kebutuhan bagi seluruh lapisan masyarakat tersebut, demi optimalisasi pembangunan setempat. Termasuk diantaranya harapan atas peluang pembukaan lapangan pekerjaan baru bagi daerah. commit to user 25 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Seperti yang ditegaskan oleh Mantan Menteri Infokom Sofyan Djalil, keberadaan televisi lokal diharapkan menjadi sarana untuk meningkatkan akses informasi masyarakat di daerah. Juga bisa mengembangkan potensi daerah sehingga menjadi lebih maju dan sejahtera melalui pengembangan perekonomian rakyat dan meningkatkan pendidikan politik publik. 44 Tayangan televisi lokal yang bermaterikan sosial, budaya, pariwisata, ekonomi, dan unsur kedaerahan lainnya tentunya menjadi suatu kebutuhan bagi seluruh lapisan masyarakat, demi mempercepat pembangunan setempat. Televisi lokal dapat mengangkat budaya dan kearifan lokal yang hidup berkembang di masyarakat, sehingga akan terjadi proses pembelajaran dan penanaman nilai-nilai positif budaya lokal. Tak banyak budaya dan gaya hidup daerah yang tergali melalui televisi nasional. Dengan adanya televisi lokal, menguntungkan masyarakat daerah. Pertama, televisi lokal berperan sebagai filter atas budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai daerah. Pada saat yang bersamaan, budaya daerah juga memperoleh ruang untuk dilestarikan. 45 Seperti halnya media massa lain, televisi lokal memiliki kekuatan sebagai penggerak ekonomi dan pelestarian kebudayaan. Karena itu, televisi lokal hendaknya tidak hanya mengacu pada idealisme komersial, seperti yang telah dianut televisi-televisi komersial nasional. Pengelola media penyiaran lokal harus berpikir secara lokal. Ini harusnya menjadi 44 45 commit Bali Post. Eksistensi TV Lokal Agar Makin Kuat.to26user Juli 2005. Pikiran Rakyat. TV Lokal Masih Terlokalkan. 18 Desember 2009. 26 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id suatu kekuatan dan sumber keuntungan pengelola media penyiaran lokal dibandingkan dengan media penyiaran nasional. Orang cenderung akan lebih tertarik terhadap apa yang terjadi pada masyarakat atau lingkungan mereka sendiri. Program acara bermuatan lokal pada umumnya menjadi primadona televisi lokal. Nickesia Stacy Ann Gordon mengemukakan: “local programming appears to be the preferred televisual choice where the geolinguistic contextallows, it is important to note that in the media marketplace, that which scholars identify as cultural proximity, television executives see as a great business opportunity. That is to say, with the recognition that local audiences tend to prefer culturally proximate programmes, executives have come to understand the value of localization through programme modeling” (program lokal tampaknya menjadi pilihan televisi di mana konteks geo-linguistik memungkinkan, penting untuk dicatat bahwa dalam pasar media, yang mana para sarjana mengidentifikasikannya sebagai kedekatan budaya, para pebisnis televisi melihatnya sebagai peluang bisnis yang besar. Artinya, dengan pengakuan bahwa penonton lokal cenderung memilih pendekatan kepada program budaya, para pebisnis telah mengerti nilai lokalisasi melalui program pemodelan). 46 Kebanyakan tayangan di televisi swasta nasional sekarang berorientasi Jakarta sentris. Itu pun hanya 20% isi tayangan televisi yang 46 Nickesia Stacy Ann Gordon. Globalization and Cultural Imperialism in Jamaica; The commit of toJamaican user TV through Programme Modeling. Homogenization of Content and Americanization (International Journal of Communication Volume 3. Barry University. 2009), hal. 7 27 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bermuatan pendidikan dan informasi dan 80% sisanya adalah hiburan. Tayangan televisi nasional lebih banyak berisi budaya massa dan mengabaikan budaya lokal. 47 Namun, dalam konteks arus perubahan zaman yang demikian cepat, menghadirkan dan mengangkat kembali budaya daerah bukan hal mudah. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi para penyelenggara dan pengelola stasiun televisi lokal untuk mampu menghadirkan programprogram acara yang sarat nilai lokal tetapi tampil menarik bagi khalayaknya. Lunturnya kebudayaan daerah karena imbas kebudayaan barat perlu mendapat perhatian yang serius. Sesuai yang disebutkan dalam media theory imperialism, bahwa norma-norma budaya asing yang disebarluaskan melalui media elektronik dapat mempengaruhi budaya domestik. 48 Berdasarkan hal inilah televisi lokal mempunyai peranan penting untuk mempertahankan dan melestarikan kebudayaan daerah, karena televisi lokal diberi kebebasan yang lebih untuk mengeksplor kebudayaan di daerahnya. Dalam konteks sosial budaya, televisi lokal bisa menjadi harapan dan “benteng terakhir” ketahanan bangsa. Selama ini kita merasakan serbuan kapitalisme global dan budaya luar begitu kuat menyeruak, masuk lewat televisi nasional yang bekerja sama dengan televisi asing. Televisi ini mempunyai “dosa besar” dalam mengikis kebudayaan lokal, melalui 47 Kompas. Muatan Lokal Harus Diperbanyak 80 Persen Tayangan Televisi Melulu Berupa Hiburan. 29 Desember 2009 diakses pada 4 Februari 2010. 48 commit user Watch Mahasiswa. (Makalah Seminar Gati Gayatri. Globalisasi Media dan Peran toMedia Nasional Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia, 2008), hal. 7. 28 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id gempuran acara yang membawa nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilainilai yang dianut selama ini. Gempuran acara televisi nasional yang negatif ini harus disikapi. Pada posisi ini, televisi lokal punya peluang membawa nilai-nilai luhur budaya daerah, dengan mengangkat budaya dan kearifan lokal (local genius) yang hidup dan berkembang di masyarakat. Di sana akan terjadi proses pembelajaran dan penanaman nilai-nilai (positif) budaya lokal. I.F.3. Program Acara di Televisi Tanpa suatu pemrograman acara yang baik maka televisi hanyalah sebuah kotak yang tidak ada nilainya, namun dengan pemrograman acara yang baik maka pada saat ini televisi telah tumbuh menjadi suatu media massa yang sangat dibutuhkan dan mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam perubahan peradaban manusia di muka bumi ini. Seperti telah kami sampaikan di atas bahwa televisi siaran merupakan salah satu jenis media massa dikarenakan memenuhi unsur-unsur komunikasi massa yang terdiri dari sumber (source), pesan (message), saluran (channel), penerima (receiver) serta efek (effect). Menyusun program acara yang baik untuk sebuah televisi siaran bukanlah sesuatu yang mudah, untuk dapat menyusun program acara yang baik maka industri televisi siaran harus tanggap dan mempelajari karakter perilaku masyarakat yang akan dijadikan target audience-nya agar program acara yang disajikan dan ditayangkan stasiun televisi tersebut to user sesuai yang diinginkan dancommit dibutuhkan masyarakat. 29 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Program acara disusun oleh manajemen televisi dengan beberapa alternatif tahapan proses untuk membidik pemirsanya. Tahap yang pertama adalah melakukan riset dan mempelajari kondisi audien atau penonton yang akan dituju dengan mengkaji status sosial ekonomi pemirsanya, pendidikan dan usia efektif (variabel demografis), perilaku sosial (variabel psikografis) dan penonton yang akan disasar serta mempertimbangkan faktor geografis lokasi studionya. Tahap kedua adalah dengan melakukan analisa atas data riset tersebut sebagai dasar untuk menetapkan Segmentasi, Targetting, Positioning, Formatting dan Programming dalam upaya membidik penonton yang akan dituju. 49 Dari segi program acara, media televisi turut menyumbang dampak bagi khalayak, antara lain: (1) dampak kognitif dalam menyerap dan memahami acara televisi yang memberi pengetahuan bagi khalayak; (2) dampak peniruan akibat dari terpaan media televisi yang mengumbar life style terbaru; (3) dampak perilaku penanaman nilai-nilai sosial budaya yang ditayangkan dalam program acara televisi, yang kemudian diadopsi oleh khalayak. 50 Dalam setiap stasiun televisi, baik nasional maupun lokal, memiliki standar kategori genre program acara siaran yang melingkupi berbagai program acara yang disiarkan. Genre sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Perancis yang memiliki makna jenis (type/kind), merupakan jenis atau tipe program siaran televisi. Melalui genre, khalayak dapat 49 Wahyu Sudarmawan. TESIS: ANALISIS KEBIASAAN MENONTON TELEVISI DI KOTA YOGYAKARTA DIUKUR DENGAN MENGGUNAKAN VARIABEL DEMOGRAFIS: Evaluasi Pemrograman Acara Televisi Lokal RBTV Jogja dalam Upaya Meraih Penonton. (Program Pasca commit to user Sarjana UNS: 2006), hal. 14 50 Wawan Kuswandi. Op. cit., hal. 100. 30 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mengklasifikasikan program televisi sesuai dengan elemen-elemen dalam teks itu sendiri, misalnya tanda-tanda yang digunakan untuk mengidentifikasikan judul program, latar belakang atau struktur cerita. 51 Program (programs) sendiri memiliki arti materi tayangan stasiun televisi yang terdiri dari bermacam genre, meliputi series, movie, entertainment, children, information, news, religious, sport, dan special. 52 Apabila menggunakan kategori program acara televisi sebagaimana disusun oleh Willis dan Aldridge, terdiri dari (1) program drama, (2) program komedi dan variety show, (3) program olahraga, (4) program kuis dan permainan, (5) program musik, (6) program talk show, (7) program berita dan (8) program dokumenter. Nielsen Media Research juga memiliki kategori program acara televisi berdasarkan: (1) seri (series) terdiri dari drama, action/adventure, horror/mystery, sitcom/comedy, animation/puppet; (2) film (movie) terdiri dari drama, action/adventure, horror/mystery, sitcom/comedy, animation/puppet; (3) hiburan (entertainment) terdiri dari traditional, light entertainment, music, variety show, quiz, game show, reality show, comedy; (4) anak-anak (children) terdiri dari series, series animation/puppet, light entertainment, music/variety, quiz/game show, infotainment/edutainment; (5) informasi (information) terdiri dari talk show, documentary, infotainment, infomercial, tv magazine, education, skill/hobbies; (6) berita (news) terdiri dari special news, hard news, talk show, feature; (7) agama (religious) terdiri dari preach, special event, variety show; (8) olahraga (sport) terdiri 51 52 commit(Jakarta: to userPenerbit Buku Kompas, 2009), hal. 102. Sunarto. Televisi, Kekerasan, dan Perempuan. Ibid., hal. 97. 31 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dari journal/highlight, match, exercise, special event; (9) khusus (special) terdiri dari special event; (10) pengisi jeda (filler) terdiri dari news, public announcement, music, quiz, other. 53 Sedangkan menurut Morissan, berbagai jenis program dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: (1) program informasi/berita (news); dan (2) program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan, seperti straight news, feature, dan infotainment. Berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip, dan opini, meliputi current affair, magazine, dokumenter, dan talk show. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar, yaitu musik, drama (meliputi sinetron dan film), permainan (quiz show, reality show), dan pertunjukan. 54 Dalam penelitian ini, TATV (Terang Abadi Televisi) sebagai televisi lokal yang berdomisili di daerah Surakarta mempunyai peran yang sangat penting untuk menjaga keberlangsungan kebudayaan daerah di Surakarta. Dengan Berslogan TATV “MANTEB” (Masa Kini dan Tetap Berbudaya), TATV menjadi televisi yang memberikan informasi dari daerah–daerah dan tidak ketinggalan pula budaya daerah di Surakarta. 55 Salah satu budaya daerah khas masyarakat Surakarta adalah seni keroncong. Wujud dari peran serta TATV untuk melestarikan dan mengembangkan seni keroncong adalah dengan menayangkan acara seni 53 Ibid., hal. 104. Morissan. Op. cit., hal. 208. 55 www.tatv.co.id, 2010. 54 commit to user 32 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id keroncong dengan pengemasan yang menarik, sehingga diminati oleh pemirsanya. Selain itu juga dengan memberikan kesempatan seluasluasnya bagi para seniman keroncong di Surakarta untuk mempertontonkan kebolehanya. Hal ini dibuktikan dengan menyelenggarakan program acara “KERONCONG” setiap hari Senin pukul 21.00 WIB. Program acara “KERONCONG” merupakan program musik keroncong secara live yang diisi oleh orkes keroncong dari Solo dan sekitarnya, bekerja sama dengan HAMKRI (Himpunan Arti Musik Keroncong Indonesia) Solo yang di ketuai oleh Hj. Waljinah. 56 TATV memegang peranan penting dalam pelestarian dan pengembangan seni keroncong di daerah Surakarta. TATV mengemban tugas untuk mewujudkan pelestarian dan pengembangan seni keroncong yang telah menjadi salah satu identitas kota Surakarta pada umumnya dan masyarakat Surakarta pada khususnya, dalam aspek kebudayaan. Penyajian seni keroncong seyogyanya mendapat proporsi yang cukup dalam program penyiaran TATV. Patut kita sadari bahwa dengan penyajian seni keroncong di media, sedikit atau banyak, akan menjadi alternatif cara untuk tetap mempertahankan kebudayaan daerah. commit to user 56 Ibid. 33 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id I.F.4. Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Pelestarian Budaya Seperti yang telah dikemukakan oleh para ahli, ada tiga fungsi utama media massa dalam masyarakat, yaitu : (1) pengawas lingkungan (survaillance of environment), (2) korelasi antar bagian-bagian dalam masyarakat dalam memberikan reaksi terhadap lingkungan (correlation of the parts of society in responding to the environment), (3) Transmisi warisan sosial budaya, yang dilakukan secara berkesinambungan yang berhubungan dengan penyampaian informasi dari generasi ke generasi berikutnya (Transmition of the social heritage of generation to the next). Berbicara tentang fungsi media massa sebagai “Transmition of the social heritage of generation to the next”, media massa merupakan suatu sarana menyampaikan warisan sosial budaya kepada generasi ke generasi selanjutnya secara berkesinambungan. Fungsi media ini dimaksudkan sebagai sarana mengekspresikan budaya serta mengembangkan budaya baru sehingga dapat meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai budaya. Selain itu, media massa memiliki sifat transitory (meneruskan), dalam hal ini media massa berperan sebagai perantara sebuah pesan kepada khalayak, dalam hal ini pesan tersebut berupa budaya. Budaya yang disiarkan oleh media massa akan diterima oleh masyarakat dan dapat diapresiasi secara terus-menerus dari waktu ke waktu. Sehinga suatu bentuk budaya tersebut akan tetap ada bahkan akan terus berkembang di masyarakat luas. commit to user 34 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Melvin De Fleur menyatakan dalam buku "Theories of Mass Communication", bahwa masalah yang penting dalam teori komunikasi kontemporer adalah bagaimana mengukur pengaruh (effect) komunikasi terhadap kehidupan masyarakat. Misalnya, bagaimana komunikasi mempengaruhi ide politik masyarakat atau pola pemilihan mereka dalam pemilihan umum? Bagaimana komunikasi mempengaruhi pilihan masyarakat terhadap produk tertentu? 57 Sebagai individu kita banyak dipengaruhi oleh media, misalnya media membujuk kita untuk mendukung suatu ideologi politik, media membujuk kita untuk membeli barang baru, membujuk kita agar menerima motivasi, bahkan mengubah selera budaya kita. Pengaruh media tersebut banyak kaitannya dengan aspek-aspek lain, seperti sifat komunikator, isi media, serta sifat audience. Persoalannya adalah sampai berapa jauh aspek-aspek ini turut berperan dalam menentukan tanggapan audience yang berhadapan dengan media. De Fleur mencoba menunjukkan, bagaimana usaha-usaha untuk merumuskan teori komunikasi massa yang telah berkembang sebagai titik perhatian para ahli. Pengaruh media terhadap individu maupun kelompok telah berhasil menumbuhkan pembaharuan-pembaharuan yang berjalan pesat. Pembaharuan yang berwujud perubahan (change) maupun pembangunan (development) pada umumnya merupakan suatu proses berlanjut yang menyangkut hubungan-hubungan antara media dengan massa. 57 Eduard Depari dan Colin MacAndrews. Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan. (Yogyajarta: UGM Press, 1995). hal. 3. commit to user 35 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id De Fleur menguraikan pula usaha-usaha para ahli untuk mengukur pengaruh media terhadap pribadi maupun kelompok, serta adanya faktor yang memperkuat pengaruh (intervening factor) di antara media dengan audience. De Fleur menunjukkan ada empat (4) jenis intervening variables di antara media dengan audience yakni: Teori Perbedaan Individu, Teori penggolongan Sosial, Teori Hubungan Sosial dan Teori Norma-norma Budaya. 58 Dalam konteks perubahan budaya, media juga berperan penting. Media diasumsikan memiliki kemampuan untuk merubah, menciptakan atau menghilangkan budaya. Teori yang membahas masalah ini yaitu Teori Norma-norma Budaya (cultural norms theory). Dalam teori yang diperkenalkan oleh Melvin DeFleur ini menyebutkan media massa melalui program tertentu dapat menguatkan budaya atau bahkan sebaliknya media massa menciptakan budaya baru dengan caranya sendiri. Menurut De Fleur, setidak-tidaknya ada tiga cara yang dapat ditempuh oleh media massa untuk mempengaruhi norma-norma budaya. 59 Pertama, pesan-pesan komunikasi massa dapat memperkuat pola-pola budayanya yang berlaku dan membimbing masyarakat untuk mempercayai bahwa pola-pola tersebut masih tetap berlaku dan dipatuhi oleh masyarakat. Kedua, media dapat menciptakan pola-pola budaya baru yang tidak bertentangan dengan pola budaya yang ada, bahkan menyempurnakannya. Ketiga, media massa dapat mengubah norma-norma budaya yang berlaku 58 59 Ibid. commit to user Marhaeni Fajar. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009). hal. 257. 36 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan dengan cara demikian mengubah perilaku individu-individu dalam masyarakat. Mengenai besarnya pengaruh media massa terhadap normanorma budaya memang masih harus lebih banyak dibuktikan lewat penelitian-penelitian yang intensif. Menurut Lazarsfeld dan Merton dalam Wright (1985) media sebenarnya hanya berpengaruh dalam memperkokoh norma-norma budaya yang berlaku. Mereka berpandangan bahwa media bekerja secara konservatif dan hanya menyesuaikan diri dengan norma-norma budaya masyarakat seperti selera dan nilai-nilai, daripada memimpin mereka untuk membentuk norma-norma yang baru. 60 Dalam keadaan tertentu media massa maupun untuk menumbuhkan norma-norma budaya baru. Sebagai contoh, idealnya kebiasaan membaca berkembang dengan cepat akibat penyebaran surat kabar, minat untuk menikmati siaran radio bertambah besar dengan adanya perluasan jangkauan radio. Selain itu, televisi juga membawa norma-norma baru mengenai perilaku komunikasi massa. Media massa secara bersama-sama memberikan suasana baru bagi interaksi keluarga serta memanfaatkannya sebagai sarana rekreasi di rumah. Persoalan yang menyangkut masalah apakah media dapat mengubah perilaku masyarakat yang telah mapan, masih merupakan persoalan yang rumit. Misalnya, kampanye larangan merokok yang dilakukan lewat media massa oleh organisasi antikanker di Amerika Serikat yang bertujuan agar masyarakat mengurangi rokok terbukti secara commit to user 60 Eduard Depari dan Colin MacAndrews. Op. cit. hal. 8 37 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id perlahan-lahan memberikan pengaruh yang positif. Untuk pertama kalinya dalam sejarah terjadi pengurangan konsumsi rokok di kalangan penduduk Amerika Serikat (1968), hal yang mana belum pernah terjadi sebelum diadakannya kampanye. 61 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media massa dapat memperkuat norma-norma budaya dengan informasi-informasi yang disampaikan setiap harinya. Selain itu media massa dapat mengaktifkan perilaku tertentu, apabila informasi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan individu dan tidak bertentangan dengan struktur norma-norma budaya yang berlaku, media massa bahkan dapat menumbuhkan normanorma budaya baru dalam perilaku selama norma tersebut tidak dihalangi oleh hambatan-hambatan sosial budaya. Menindak lanjuti seperti yang dikemukakan di atas, bahwa media massa mempengaruhi budaya-budaya masyarakatnya dengan cara: pesanpesan yang disampaikan media massa memperkuat budaya yang ada. Ketika suatu budaya telah kehilangan tempat apresiasinya, kemudian media massa memberi lahan atau tempat maka budaya yang pada awalnya sudah mulai luntur menjadi hidup kembali. Contoh : Acara pertunjukan Wayang Golek atau Wayang Kulit yang ditayangkan televisi terbukti telah memberi tempat pada budaya tersebut untuk diapresiasi oleh masyarakat. Media massa juga telah menciptakan pola baru tetapi tidak bertentangan bahkan menyempurnakan budaya lama. Contoh : Acara Ludruk di televisi misalnya memberi nuansa baru terhadap budaya ludruk dengan tidak commit to user 61 Marhaeni Fajar. Op. cit. hal . 258. 38 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menghilangkan esensi budaya asalnya. Media massa mengubah budaya lama dengan budaya baru yang berbeda dengan budaya lama. I.F.5. Kebudayaan dan Seni Keroncong Kata “kebudayaan” berasal dari (bahasa sansekerta) buddhayah yang merupakan bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan: “hal-hal yang berkaitan dengan akal”. 62 Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata latin corele artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal arti tersebut yaitu corele kemudian culture, diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. 63 Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. 64 Karya masyarakat menghasilkan kebendaan (material culture) yang diperlukan manusia untuk menguasai alam sekitar, agar kekuatan dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk keperluan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah manusia dalam arti luas, termasuk agama, ideologi, kesenian dan semua unsur yang merupakan ekpresi jiwa manusai sebagai anggota masyarakat. Selanjutnya, cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan bepikir orang-oang yang hidup bermasyarakat yang menghasilkan filsafat dan ilmu 62 Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. (Jakarta: Rineka Cipta.1990). hal. 180 commit (Jakarta: to user Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 172. Suryono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. 64 Ibid., hal. 173 63 39 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pengetahuan. Semua karya, rasa dan cipta dikuasai oleh karsa orang-orang yang menentukan kegunaan agar sesuai dengan kepentingan masyarakat. Seorang Antopologi, Edward Burnett Tylor dalam karyanya Primitive Culture, menyetakan bahwa kebudayaan adalah kompleks dari keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, adat istiadat dan setiap kemapuan lain dan kebiasaan yang di miliki oleh manusia sebagai anggota masyarakat. 65 Kebudayaan dalam arti sempit maupun luas, bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, memfokuskan pada produk, seperti lukisan, musik, candi, dan sebagainya. Kedua, menekankan pada aktifitas kreatif, seperti menciptakan musik atau melukis. 66 Wujud kebudayaan menurut J.J. Honnigman dalam bukunya yang berjudul The World of Man (1959) membedakan adanya tiga “gejala kebudayaan”, yaitu: (1) ideas, (2) activities, dan (3) artifacts. 67 Pernyataan J.J Honnigman tersebut didukung dan disetujui oleh pendapat Koentjaraningrat, yang menyatakan bahwa wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga. 68 Pertama, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya. Ini adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstak, tidak dapat diraba atau difoto. Kedua, wujud kebudayaan sebagai wujud aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud ini sering disebut sebagai sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas65 Alo Liliweri. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). hal. 107. 66 Mursito BM. Memahami Institusi Media. (Surakarta: Lindu Pustaka, 2006). hal. 86 67 commit to user Koentjaraningrat. Op.cit. hal. 186 68 Ibid. hal. 186-187. 40 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi, berhubungan dari waktu ke waktu menurut pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan. Ketiga, wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Misalnya candi, keris, komputer, dan sebagainya. Sedangkan, isi kebudayaan sangatlah komplek dan mencakup berbagai keadaan dan kebutuhan manusia. Hal ini dinyatakan oleh seorang antropolog C. Kluckhohn, sebagai tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universal, seperti : (1) Peralatan dan pelengkapan hidup manusia, (2) Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi, (3) Sistem kemasyarakatan, (4) Bahasa, (5) Kesenian, (6) Sistem pengetahuan, (7) Sistem Religi. 69 Kebudayaan selalu berubah untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat. Seperti yang disampaikan S. I. Poeradisastra (1981), bahwa kebudayaan merupakan suatu organisme hidup yang berubah-ubah didalam ruang dan waktu, menjawab keperluan insani. Hal senada juga disampaikan Bronislaw Milanowski (1981) “culture is essentially a response to human need”. 70 Dari penyataan di atas dapat diketahui fungsi kebudayaan tidak hanya sebagai preservasi, tetapi juga sebagai inovasi, yakni menjawab kebutuhan dan keperluan masyarakat yang selalu berubah dari waktu ke waktu. Kebudayaan akan selalu berubah menyesuaikan perkembangan masyarakat. 69 70 Suryono Soekanto. Op. cit. hal. 176. commit to user Mursito BM. Op. cit. hal. 87. 41 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kebudayaan juga disebut communicable knowledge, artinya bahwa kebudayaan merupakan proses pembelajaran yang dipelajari oleh setiap anggota masyarakat lewat partisipasi dan petukaran dalam kelompok sosial sebagaimana termanifestasi dalam institusi dan artefak. 71 Semua kebudayaan meliputi gagasan dan perilaku yang menampilkan pula segi-segi estetika untuk dinikmati dan itu yang sering kali disebut dengan seni. 72 Menurut Taylor, seni dipandang sebagai sebuah proses yang melatih ketrampilan, aktivitas manusia untuk menyatakan atau mengkomunikasikan perasaan atau nilai yang dia miliki. Kesenian adalah salah satu ciri manusia yang beradab karena ukuran yang dipakai adalah ukuran artistik. 73 Kesenian tersebut merupakan ungkapan rasa berwujud sebagai pencerminan keindahan, kebenaran, perikemanusian serta kekuatan yang tidak terlepas dari kehidupan dan jiwa seseorang. Seni sebagai hasil budaya manusia merupakan bagian penting dalam kehidupan, perkembangan kebudayaan merupakan suatu faktor yang sangat essensial bagi perkembangan umat manusia. 74 Menurut Honigmann, paling tidak ada beberapa kegiatan yang dikategorikan sebagai seni, yaitu: folklor (seni berceritera/menceriterakan dongeng, upacara ritual, seni berpidato, seni berpantun, dan lain-lain), musik, tarian, drama, seni lukis/memahat/mengecat, permainan/olahraga menunggang kuda, mengadu domba dan ayam, dan lain-lain. Bahkan 71 Andrik Purwasito. Komunikasi Multikultural. (Surakarta: UMS Press, 2003). hal. 224 Taylor dalam Alo Liliweri. Op. cit. hal. 125. 73 LE Jumaryo. Komponis, Pemain Musik dan Publik. (Jakarta: Pustaka Jaya, 1978). hal. 32. 74 to user Sudarsono. Beberapa Catatan dancommit Tentang Seni Pertunjukan Indonesia. (Yogyakarta: Konservatori, 1998). hal. 13. 72 42 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id beberapa yang masuk aspek teknologi tergolong pula seni, misalnya memahat, menganyam, dan mengukir. 75 Dalam penelitian ini, penulis mencoba meneliti kesenian keroncong yang merupakan seni musik. Musik itu sendiri adalah ekspresi budaya yang bersifat semesta dan ikatannya dengan kehidupan adalah emosi. Musik tidaklah terpakai jika tidak ada emosi. Musik mempunyai banyak peranan dan arti dalam kehidupan. Musik bukan hanya sekadar kreasi artistik atau untuk hiburan semata, melainkan bersatu dengan berbagai aspek, antara lain; sistem kepercayaan, struktur sosial, aktivitas ekonomi dan lain-lain. Musik sebagai salah satu unsur kesenian berarti juga adalah suatu kebudayaan. Perjalanan sejarah kehidupan manusia sudah menunjukkan bahwa musik hidup, tumbuh dan berkembang sejalan dengan berbagai aktivitas manusia lainnya. Seni musik merupakan media dan pesan budaya bagi anggotanya maupun anggota masyarakat lain. Musik (irama musik atau alat musik) dapat menunjukkan ciri atau identitas sosial suatu suku bangsa tertentu. Misalnya: Pelog dapat diidentikkan dengan musik Jawa, hawaian identik dengan musik orang Hawai di lautan Pasifik, tifa identik dengan orang Ambon, gambus identik dengan orang Melayu, sasando identik dengan orang Rote, dan lain-lain. Musik dapat menunjukkan darimana asal budaya dan komunitas seseorang atau sekelompok orang. Seni musik, misalnya yang terwakili dalam suara/pantun yang umumnya secara internal dan eksternal tidak saja mengandung hiburan commit to user 75 Alo Liliweri. Op. cit. hal. 125. 43 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tetapi juga berceritera, mendidik, mengajarkan bagi anggota nilai-nilai kebudayaan tertentu maupun bagi komunitas budaya yang lain. Kalau anda belajar musik milik etnik lain maka paling tidak anda "dipaksa" untuk mempelajari filosofi hidup etnik mereka. 76 Keroncong merupakan bagian dari seni musik seperti halnya cabang-cabang seni musik yang lainnya, seperti musik gamelan, musik angklung, musik klasik, musik jazz dan jenis-jenis musik lainnya. Sudah barang tentu musik keroncong ini hanya bergerak dan berkembang keindahnnya dilingkup kesenian keroncong saja. 77 Musik keroncong merupakan suatu corak musik populer yang berasal dan para mardjiker yaitu budak-budak Portugis yang dibebaskan oleh Belanda, lantas berpihak pada Belanda untuk semua kepentingan, baik politik, spirituil maupun budaya. Latar belakang ini perlu dikemukakan, supaya jelas, bahwa keroncong bukan berasal dari Pontugis, tetapi dari bekas-bekas budak Portugis yang berpihak pada Belanda. 78 Pada masa pemerintahan Jepang hanya musik keroncong yang diperbolehkan dimainkan, karena dimatikannya bentuk-bentuk hiburan musik yang kebarat-baratan. Perkembangan musik Indonesia pada masa itu bisa dikatakan didominasi oleh musik keroncong dan itu berarti musik keroncong yang mengisi kekosongan dalam usaha mencipta dan menyanyikan lagu-lagu pada masa pemerintahan Jepang. Ketika manifestasi kebudayaan berlaku pada masa Orde Lama, dengan matinya 76 Ibid. hal. 126. Budiman. Mengenal Keroncong Dari Dekat. (Jakarta: Perpustakaan Akademi Musik LPK, commit to user 1979). hal. 12 78 Japi Tambajong. Ensiklopedi Musik Jilid I. (Jakarta: PT Cipta Api Pustaka, 1992). Hal. 305-306. 77 44 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id musik pop menjadikan musik-musik tradisi dan musik rakyat tumbuh subur, antara lain; musik keroncong dan musik melayu. Musik keroncong mencuat dan berkembang subur bukan dianggap sebagai produk barat, melainkan diakui sebagai salah satu kesenian rakyat. 79 Musik keroncong mulai masuk ke Surakarta sekitar tahun 1930-an, walaupun sebenarnya sudah ada terlebih dulu, tetapi berada di Jakarta. 80 Orang yang membawa musik keroncong masuk ke Surakarta tidak diketahui secara jelas. Hanya sekitar tahun 1930-an tokoh keroncong bernama Gesang R. Maladi sudah memainkan musik keroncong. Dalam perjalanan musik keroncong di Surakarta pada 1940-1950-an, semakin kuat citra Solo menguasai keroncong Indonesia. Beberapa lagu keroncong orang Solo, seperti lagu Bengawan Solo yang diciptakan oleh Gesang pada tahun 1940. Tahun 1960-an keroncong Solo semakin menyeruak menjadi pusat perhatian nasional dengan masuknya unsur langgam Jawa. I.F.6. Mengenal Seni Keroncong A. Istilah Keroncong Dalam Musik Keroncong Asal usul istilah keroncong tepatnya tidak dapat diketahui secara jelas. Beberapa pendapat menyatakan bahwa istilah keroncong merupakan kata dan hasil bunyi alat musiknya. Pendapat tersebut diantaranya adalah menurut Judith Becker, yang menyatakan bahwa krincing yang dikenakan penari Ngremo (sebuah tarian dari Jawa 79 Edi Susilo Y. Menyimak Musik Pop Indonesia Melalui Ekspresi Volume 5 Tahun II. 2001. hal. 5 userMenjadi Seni Komersil. (Yogjakarta: Hersapandi. Wayang Wong Sriwedari:commit Dari SenitoIstana Yayasan Untuk Indonesia, 1999). hal. 1 80 45 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Timur) kemungkinan merupakan konotasi atau asosiasi untuk kata keroncong. Suatu kata yang sama dengan kata keroncong adalah aplikasi gitar kecil yang digunakan untuk iringan nyanyian-nyanyian keroncong. 81 Kusbini menyatakan, bahwa kata keroncong merupakan kesan dari bunyi rangkaian dari beberapa buah butiran, berbentuk kecil, madya, dan besar yang mengisi sebuah butiran logam bulat kecil sehingga jika digoyah-goyah akan menghasilkan bunyi menurut besar kecilnya butiran tersebut. 82 Lumban Tobing berpendapat pula, bahwa nama keroncong bukan berasal dari Eropa, melainkan merupakan nama asli terjemahan dari alat musik itu yang di dalam sejarah alat itu senantiasa dipergunakan untuk mengiringi orkes-orkes saja. Menurut Budiman, yang disebut keroncong sebenarnya hanyalah sebuah alat musik fugo atau ukulele, karena bila alat tersebut dimainkan akan berbunyi kroncong. 83 Nirwani menegasan bahwa resquedo (string roll playing) pada gitar menyuarakan seperti “crong…crong”, dan suara ini sebagai modifikasi untuk istilah keroncong. Manusama menyatakan bahwa istilah keroncong tidak hanya dari suara keroncong yang hanya diartikan oleh alat musik saja, namun juga melodi yang diiringi oleh gitar. 84 Heins menyatakan bahwa pada dasarnya nama keroncong 81 Judith Becker. Keroncong, Indonesian Popular Musik dalam Asian Music VII Vol. ll. 1975. hal. 15. 82 Kusbini. Sejarah Kehidupan, Perkembangan Dan Asal-Usul Seni Musik Keroncong Indonesia. (Yogyakarta: Sanggar Olah Seni Indonesia, 1970). hal. 14. 83 Budiman. Mengenal Keroncong Dari Dekat. (Jakarta: Perpustakaan Akademi Musik LPK, 1979). hal. 31. 84 commit to user R. Agus Sri Widjajadi. Musik Keroncong Serta Ekspresi Budayanya di Wilayah Kotamadya Yogyakarta. Pascasarjana UGM. 1997. 46 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dibentuk dari suara alat musik yang berbentuk gitar kecil dengan menggunakan dawai berjumlah lima, seperti halnya ukulele. Selain itu keroncong juga merupakan ansambel musik secara keseluruhan, dan sebagai identitas genre dan gaya. Alat musik yang digunakan dalam ansambel musik tersebut adalah alat musik yang dipetik yang terdiri dari sepasang keroncong, satu sampai tiga gitar, cello dan ditambahkan pula secara perlahan dengan alat mandolin. Alat musik lainnya adalah satu atau dua biola, flute (seruling) dan beberapa alat perkusi (triangle dan tamborine). Dikemudian hari, alat musik gitar berukuran kecil seperti halnya ukulele dapat diciptakan sendiri oleh orang-orang keturunan Portugis yang tinggal di kampung Tugu, dan sekelompok alat musik tersebut yang digunakan untuk mengiringi lagu, inilah yang disebut musik keroncong. B. Karakteristik Musik Keroncong Keroncong merupakan musik pop yang diiringi instrumen musik bass, gitar melodi, biola, cak, cuk dan flute. Jalinan musiknya terdiri dari tiga kelompok yaitu lagu, ritme dan hiasan. Lagu atau melodi utama dibawakan oleh penyanyi, kadang-kadang dibawakan juga oleh biola atau flute secara bergantian pada bagian intro. Kelompok kedua adalah ritme, merupakan permainan cuk yang berfungsi mengisi tetap pada ketukan dan cak pada setengah ketukan dibelakangnya, serta pukulan bass yang jatuh tepat pada ketukan. commit to user Kelompok ketiga adalah hiasan lagu, terdiri dari beberapa permainan 47 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id instrumen antara lain petikan gitar melodi, petikan cello yang menyerupai suara kendang yang bermain melodi, biola, serta flute yang bermain bergantian atau bersama-sama. Jadi dalam pengelompokan ini menempatkan biola dan flute dalam fungsi ganda yaitu sebagai pembawa melodi utama dan penghias, demikian juga gitar melodi dan cello yang mempunyai fungsi ganda sebagai pembawa ritme dan melodi hiasan. Dalam tulisan “In Defence of Keroncong”, Kornhauser menyebutkan bahwa keroncong mempunyai gaya musik yang berasal dari barat, khususnya Portugis. 85 C. Bentuk Lagu dan Harmoni C.1. Stambul I dan Stambul II Stambul mernpunyai dua bentuk, yaitu stambul I dan stambul II. Keduanya mempunyai birama 16, sukat 4/4 (empat per empat), bentuk kalimat lagu A-B dinyanyikan secara bebas sesuai dengan garis melodi. Perbedaannya adalah musik stambul I bersautan dengan vokal yaitu dua birama instrumental dan dua birama berikutnya diisi oleh vokal, sedangkan stambul II seluruhnya dibawakan oleh vokal. Introduksi stambul II merupakan improvisasi akor Tonika (I) ke akor Sub Dominan (IV) yang dibawakan vokal commit to dalam user Dieter Mack, Sejarah Musik Jilid IV. Brosnia Kornhauser. In Defence of Keroncong (Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1984). hal 580. 85 48 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id secara resitatif. 86 Sebuah lagu Stambul II yang populer adalah Baju Biru. Stambul II biasanya dimainkan dalam tangga nada mayor, meskipun demikian ada juga yang dimainkan dalam tangga nada minor. Ciri harmonisasinya membentuk kadens lengkap I-IV-V-I. C.2. Keroncong Asli Keroncong asli menurut konvensi terdiri dari 28 birama dengan sukat 4/4, mempunyai bentuk kalimat lagu A-B-C yang dinyanyikan dua kali. Pada keroncong asli biasanya digunakan intro dan koda. Introduksinya merupakan improvisasi instrumen pembawa melodi menuju akor I, V, I dan pada akhir improvisasi akor-akor itu disertai pukulan instrumen pembawa ritme. Improvisasi ditutup dengan kadens lengkap atau biasa disebut dengan overgang. Pada tengah lagu terdapat interlude pada birama ke-delapan sampai ke-sepuluh. 87 Lagu diakhiri dengan koda yang merupakan kadens lengkap. Lagu keroncong asli biasa dimainkan dalam tangga nada mayor, akan tetapi ada beberapa lagu yang dimainkan dalam tangga nada minor. Ciri umum harmonisasinya secara konvensional membentuk kadens I-IV-V-I modulasi II-V terjadi pada birama lima sampai sepuluh. Sebuah contoh lagu keroncong asli adalah Segenggam Harapan. 86 Harmunah. Musik Keroncong: Sejarah, Gaya Dan Perkembangan. (Yogyakarta: Pusat Musik commit to user Liturgi. 1987). hal. 18. 87 Ibid. hal. 17. 49 perpustakaan.uns.ac.id C.3. digilib.uns.ac.id Lagu Ekstra Lagu ekstra diartikan sebagai lagu tambahan yang tidak termasuk dalam ketiga jenis stambul, keroncong asli dan langgam keroncong. Lagu ekstra tidak mempunyai bentuk yang tetap, bersifat merayu, riang gembira, jenaka dan sangat terpengaruh oleh 1agu-lagu tradisional, 88 misalnya Kicir-Kicir. Lagu-lagu ekstra mempunyai harmoni yang sama dengan bentuk stambul, keroncong asli dan Ianggam yaitu mempunyai kadens lengkap dengan tangga nada mayor ataupun minor pada akor II. Akan tetapi introduksinya tidak selalu ditentukan dengan pola yang pasti. Pada perkembangan terakhir, lagu-lagu yang bisa dimainkan dalam keroncong tidak dikelompokkan dalam lagu ekstra. Untuk menyebut lagu-lagu itu disesuaikan dengan nama genre asal lagu itu sendiri. Misalnya, keroncong pop yaitu istilah yang digunakan menyebut lagu-lagu pop yang dikeroncongkan. C.4. Langgam Keroncong Langgam keroncong terdiri dari 32 birama dengan sukat 4/4 dan bentuk kalimat lagu A-A1-B-A1. Introduksinya adalah 4 birama terakhir lagu langgam keroncong itu. Biasanya lagu dibawakan dua kali, pada pengulangan kalimat A-A1 dibawakan oleh instrumen terlebih dahulu, setelah itu vokal commit to user 88 Ibid. hal. 17-18. 50 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id masuk dan kalimat A-A1 atau lagu ke kalimat B dan ke A1 akhir Iagu (koda) merupakan kadens lengkap. 89 Tangga nada mayor maupun minor bisa digunakan dalam bentuk langgam harmonisasinya adalah keroncong. Adapaun ciri hampir sama dengan jenis musik keroncong asli yaitu membentuk kadens Iengkap I-IV-V-I dan modulasi II-V. D. Alat-Alat Musik Keroncong Dan Fungsinya Dalam sebuah orkes keroncong konvensional terdapat tujuh macam alat musik yang digunakan untuk mengiringi dan memainkan lagu-lagu keroncong. Alat-alat musik tersebut adalah: biola, flute, cuk atau keroncong, cak, gitar, cello dan bass. D.1. Alat Musik Biola Dalarn memainkan lagu-lagu keroncong, selain membawakan melodi lagu, alat musik biola juga berfungsi sebagai pengisi kekosongan pada waktu penyanyi sedang bernyanyi. Pemain biola sangat dituntut untuk dapat bermain dengan improvisasi yang khas keroncong, bahkan pada pembukaan atau intro lagu jenis keroncong pemain biola harus bermain solo (single). Alat musik biola dimainkan dengan digesek dan kadang-kadang dengan dipetik. Biola memiliki empat senar commit to user 89 Ibid. hal. 17. 51 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id atau tali. Tali 1 nada E, tali 2 nada A, tali 3 nada D dan tali 4 nada G. D.2. Alat Musik Flute Alat musik flute merupakan satu-satunya alat musik tiup yang dipakai dalam orkes keroncong. Alat musik ini fungsinya sama dengan alat musik biola. Memiliki daftar nada yang luas, yakni dari nada C1 sampai ke nada C4. D.3. Alat Musik Cuk Alat musik cuk atau keroncong bentuknya seperti gitar, tapi ukurannya Iebih kecil, menggunakan tali dan nilon. Junilah tali pada cuk ada tiga, tali 1 nada E, tali 2 nada B, tali 3 nada G. Alat musik bernama cuk atau keroncong ini sangat berperan dalam orkes keroncng dialah yang menjadi pegangan tempo. Cara memainkannya ada yang dipetik dengan menggunakan jari-jari tangan kanan, dan ada pula dengan hanya menggunakan kuku jari telunjuk saja. Karena alat ini berfungsi sebagai penentu tempo, maka dalam memainkannya alat ini selalu dibunyikan pada ketukan turun (down heal), selain itu sebuah orkes keroncong akan terasa hambar tanpa kehadiran alat ini. commit to user 52 perpustakaan.uns.ac.id D.4. digilib.uns.ac.id Alat Musik Cak Alat musik cak ini hampir sama bentuk dan ukurannya dengan alat musik cuk, hanya talinya terbuat dan kawat atau dawai. Jumlah tali pada cak ada 3, tali tali 1 nada B, tali 2 nada Fis, tali 3 nada D. Cara memainkannya, hanya kalau cuk dimainkan pada ketukan turun (down beat), maka cak ini benlawanan dengan cuk, cak dimainkan pada ketukan naik (up heal) dengan melakukan sinkop-sinkop. Ada juga yang memainkan dengan dipetik satu-satu seperti cuk, hal ini untuk menggimbangi kalau memainkan akor-akor serempak. D.5. Alat Musik Gitar Alat musik gitar memiliki 6 tali dari kawat atau dawai. Tali 1 nada E, tali 2 nada B, tali 3 nada G, tali 5 nada A, dan tali 6 nada E. Disini gitar berfungsi sebagai pembawa melodi (bukan melodi lagu), gitar bermain sepanjang lagu dengan melodi-melodi yang dirangkainya dari nada-nada akar yang sedang berjalan. Karena berfungsi sebagai pembawa melodi, gitar dikenal juga dengan sebutan gitar melodi selain itu gitar juga berfungsi sebagai pembuka pada lagu-lagu jenis keroncong. Kadang-kadang intro bagian pertama lagu-lagu keroncong dimainkan oleh solo gitar secara penuh. commit to user 53 jenis perpustakaan.uns.ac.id D.6. digilib.uns.ac.id Alat Musik Cello Alat musik cello bentuknya seperti biola tetapi ukurannya jauh lebih besar sehingga memainkannnya harus duduk di kursi, sedang cello-nya ditegakkan diantara kedua lutut. Cello memiliki 3 tali dan nilon, nada-nadanya adalah tali 1 nada D, tali 2 nada G dan 3 nada C. Memainkan alat ini dengan cara dipetik (pizzicato), biasanya dipetik dengan jari telunjuk dan ibu jari, karena dimainkan dengan cara dipetik, maka cello disebut juga dengan cello petik. Dalam memainkan cello petik sangat dipentingkan permainan individu yang kuat, karena dalam irama keroncong cello berfungsi sebagai kendang. D.7. Alat Musik Bass Alat musik bass bentuknya mirip dengan cello, tetapi ukurannya lebih besar lagi, sehingga rnemainkannya dengan posisi berdiri. Alat ini memiliki 4 tali, nada-nadanya adalah tali 1 nada G, tali 2 nada D, tali 3 nada A, dan tali 4 nada E. Cara memainkan alat ini dengan dipetik dengan jari-jari kanan. E. Sejarah Musik Keroncong Dalam perjalanan sejarah perkembangan musik keroncong, berbagai pendapat telah menyatakan dan percaya bahwa genre musik ini diawali dan dipenkenalkan sejak abad 16, ketika para pedagang to user Portugis membuka commit hubungan perdagangan rempah-rempah di 54 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Indonesia serta memonopoli perdagangan lokal.90 Mereka bertempat tinggal di beberapa kota daerah pesisir di berbagai pulau, diantaranya menetap di Jakarta. Dalam tempo yang singkat mereka dapat bergaul dengan penduduk priburni setempat. Kemudian terjadi pula perkawinan diantara mereka, serta hasil perkawinan tersebut membuahkan keturunan yang dinamakan mustiza (niestiezen). Kemudian datang pula peranakan Portugis yang lain diantaranya peranakan India yang disebut peranakan Gowa. Mereka bergaul rapat dengan penduduk yang beragama Kristen asal suku Ambon dan Banda yang akhirnya mengelompok di sebuah kampung yang diberi nama kampung Serani, distorsi dan kata Nazarani. Kemudian peranakan yang dikenal dengan Indi Portugis dan disebut pula dengan istilah “Portugis Hitam”, merupakan keluarga baru yang disebut “Merdeques” atau "Mardjiker”. 91 Kendatipun musik keroncong menyebar ke beberapa kota daerah pesisir di Nusantara Indonesia serta memberikan daerah khas lokal pada musik keroncong di wilayah penyebarannya, namun menjadi suatu anggapan bahwa hingga kini gaya musikal musik keroncong di wilayah Tugu-Jakarta, sebagai awal mula yang minimal telah mempengaruhi gaya musikal musik keroncong di wilayah lainnya, atau dapat dikatakan bahwa Tugu-Jakarta merupakan titik tolak keberadaan musik keroncong di Indonesia. Hal ini dapat disimak 90 91 commit to user Ibid. hal. 7. R. Agus Sri Widjajadi. Op. cit. hal. 17. 55 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dari perpindahan yang terjadi dan pusat urban Jakarta, misalnya ke Bandung, Yogyakarta, Solo, Semarang dan Surabaya. 92 Selain itu dapat pula disimak dari reportoar musik keroncong, yaitu diantaranya lagu “Kafrinyo” dengan teks bahasa Portugis yang dipertimbangkan oleh masyarakat Tugu Jakarta sebagai contoh tipe keroncong yang asli. Dua buah lagu yang dianggapnya sebagai lagu tertua serta diklasifikasikan sebagai keroncong Portugis adalah “Cafrinyo” dan “Nina Bobok”, 93 karena pada saat itu banyak pula lagu-lagu yang dibawakannya diiringi oleh alat musik gitar yang populer di Portugis pada abad ke 16, yang secara praktis dapat dibawa oleh pelaut Portugis bersinggah di kota-kota pelabuhan. Apabila ditinjau dari jenisnya musik keroncong adalah seperti jenis seni musik lainnya, misalnya musik gamelan, musik angklung, musik jazz dan lainnya. Instrumen keroncong biasanya dimainkan oleh tujuh orang pemain. Mereka memainkan alat-alat antara lain keroncong (ukulele), keroncong cak (banjo), cello, gitar melodi, bass, flute (seruling), dan biola. Instrumen tersebut selalu mengiringi lagulagu keroncong atau lagu-lagu yang bisa diiringi dengan irama keroncong. 94 Musik keroncong yang tumbuh, hidup dan berkembang di bumi nusantara semakin tampak jelas, terutama di Jawa yang merupakan pusat pengembangan yang utama abad ke 20. Di awal 92 Ernest Heins. Kroncong And Tajidor; Two Cases Of Urban Folk Music In Jakarta dalam Asian Music VII Vol 1, 1975. hal. 25. 93 commit to user Dieter Mack. Op. cit, hal. 582. 94 Budiman. Op. cit, hal. 1. 56 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id abad 20 musik keroncong menyebar dengan cepat, antara lain dengan concour yang diadakan di pasar-pasar malam dan semakin dirasakan sebagai warisan budaya. Sejak itu pula pusat-pusat dunia keroncong berkembang di daerah kebudayaan Jawa. 95 Pada waktu itu pula, kendatipun musik keroncong belum menentukan bentuk yang sempurna, namun sudah mendapat tempat di hati masyarakat. Hal ini diperkuat oleh Tancil Paco yang menyatakan bahwa pada tahun 1920an lagu-lagu keroncong sudah menyebar luas dan digemari orang, walaupun pada waktu itu perbendaharaan lagu-lagu keroncong masih kurang, namun musik keroncong di Semarang atau Jawa Tengah merintis lagu daerah yang dikeroncongkan. 96 Perkembangan musik keroncong di Jawa Tengah khususnya di Surakarta dan sekitarnya, dipengaruhi oleh nada pentatonis (musik gamelan). Menurut Judith Becker pengaruh gamelan jawa mulai ada sejak sebelum kemerdekaan, lebih jauh dan spesifik Judith mengatakan: “……keroncong came into direct contact with a strongly entrenched indigenous music system, the Central Javanese gamelan tradition. In central Java, kroncong became "gamelanized" both musically and in its affective conotations and associative meanings, and it became respectable. The instrument of accompaniment, instead of playing the “um-ching” of the simplest kroncong accompaniment, play the melodic pattrens and figurations of some of the instruments of 95 96 Judith Becker. Op. cit. hal. 15. Budiman. Op. cit. hal. 76. commit to user 57 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id the gamelan “. (keroncong berhubungan langsung dengan tradisi gamelan Jawa. Di Jawa Tengah keroncong "digamelanisasikan", bäik konotasi dan asosiasinya maupun segi musik dan artinya, dan menjadikan keroncong dihargai. Alat-alat pengiringnya, di samping memainkan “um-ching” susunan paling sederhana keroncong, juga memainkan figurasi dan pola-pola melodis beberapa alat gamelan). 97 Pengaruh tradisi gamelan Jawa menghasilkan sebuah reportoar yang disebut “langgam jawa”. Dua unsur yang ada dalam kategori ini adalah syair dalam bahasa Jawa, dan tangga nada serta iramanya juga dari musik daerah. 98 Fungsi instrumentasi dan nada direkayasa agar tercapai suara tradisional, walaupun alat musik yang digunakan sama ketika mengiringi reportoar keroncong asli, langgam keroncong, stambul dan lagu-lagu ekstra. Dalam uraian singkatnya, Yanpolsky berpendapat bahwa langgam Jawa adalah bentuk keroncong daerah yang dinyanyikan dalam bahasa Jawa, dan erat kaitannya dengan kota Surakarta di Jawa Tengah, walaupun tidak terbatas pada daerah itu saja. Lebih lanjut dia berpendapat meskipun instrumentasi dan idiom musiknya sama dengan keroncong namun tangga nadanya mendekati laras pelog jawa dalam musik gamelan dan melodinya lebih didasarkan pada sistem modus jawa dari pada sistem harmoni barat, yaitu dengan menggunakan nada do, mi, fa, sol dan si. 99 97 Judith Becker. Op. cit. hal. 15. Ernest Heins. Op. cit. hal. 25. 99 commitPenyebab to user dan Wujud Perkembangan Tahun 1976Adi Wasono. Langgam Jawa: Faktor-Faktor 1971. STSI Surakarta.1999. 98 58 perpustakaan.uns.ac.id I.G. digilib.uns.ac.id Definisi Konseptual Konsep merupakan abstraksi suatu fenomena yang harus dirumuskan dari sejumlah karakteristik-karaksteristik kejadian-kejadian keadaan kelompok atau individu. I.G.1. Televisi Lokal Televisi lokal merupakan stasiun penyiaran dengan wilayah siaran terkecil yang mencakup satu wilayah kota atau kabupaten. 100 UndangUndang Penyiaran menyatakan bahwa: “Stasiun penyiaran lokal dapat didirikan di lokasi tertentu dalam wilayah negara Republik Indonesia dengan wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut”. 101 Media massa lokal fungsinya hampir sama dengan media massa nasional, hanya saja isi kandungan beritanya yang lebih mengacu dan menyesuaikan diri pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat dimana media massa tersebut dikelola. Kehadiran televisi lokal akan menambah variasi atau pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi, hiburan, dan pendidikan. Televisi lokal bisa menjadi mimbar perdebatan masyarakat lokal mengenai isu-isu atau persoalan-persoalan lokal yang sedang dihadapi. Selain itu, keberadaan televisi lokal dapat menjadi sarana pengembangan potensi daerah, sehingga daerah pada gilirannya menjadi lebih maju dan sejahtera melalui pengembangan perekonomian rakyat dari perspektif otonomi daerah. Kehadiran televisi lokal adalah untuk membendung arus transformasi berbagai unsur budaya lain sehingga dapat 100 101 commit to user Morissan. Op. cit. hal. 105. Pasal 31 ayat 5 UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002 59 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id memakan budaya lokal yang mendarah daging bagi penduduk dimana masyarakat hidup dan berinteraksi didalamnya, tanpa menggeser posisi televisi nasional sebagai televisi nasional. I.G.2. Peran Televisi Lokal Sebagaimana didefinisikan oleh Soerjono Soekanto, peran merupakan aspek dinamis kedudukan atau status. 102 Jika seseorang bisa berbuat sesuai dengan fungsi yang bersumber dari statusnya maka dia bisa memenuhi harapan masyarakat di sekelilingnya. Televisi lokal memiliki fungsi sebagai media sosialisasi, informasi, dan penguatan budaya lokal di daerah domisilinya. Pentingnya pelestarian seni dan budaya daerah melalui media lokal menjadikan bentuk tanggung jawab yang cukup berat, karena begitu kuatnya pamor dari televisi swasta yang sulit di tandingi. Selain itu, Darwanto mengemukakan bahwa media memiliki fungsi menghibur. 103 Media televisi lokal, seperti hal-nya media massa juga memiliki fungi menghibur. Televisi lokal memberi nuansa berbeda terhadap hiburan daerah yang biasanya tampil di acara peringatan tertentu dengan mengangkatnya untuk tayang di televisi. Hal ini memberi tempat terhadap budaya daerah untuk tampil di media sehingga dapat disaksikan (dinikmati) dan diapresiasi oleh masyarakat. Dalam penelitian ini, TATV sebagai televisi lokal di wilayah Surakarta mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan seni dan budaya lokal di Surakarta agar tetap bisa bertahan di mata masyarakat 102 103 Suryono Soekanto. Op. cit. hal. 268. commit to user Darwanto. Op. cit. hal. 33. 60 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id melalui program-program acara yang lebih mengedepankan unsur seni dan budaya. Karena hanya media lokal yang tahu tentang kapasitas daerahnya masing-masing. I.G.3. Pelestarian dan Pengembangan Seni Keroncong Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelestarian berasal dari kata sifat “lestari” yang artinya tidak berubah; terpelihata; atau tetap seperti adanya. Pelestarian merupakan upaya utuk melindungi dari kepunahan. 104 Dalam penelitian ini, pelestarian seni keroncong merupakan upaya untuk tetap mempertahankan seni keroncong agar tetap awet tidak termakan oleh waktu. Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “pengembangan” merupakan suatu proses atau cara untuk menjadikan tumbuh, besar atau banyak. 105 Pengembangan seni keroncong merupakan suatu proses atau cara untuk membuat seni keroncong tidak bejalan statis tetapi mengikuti perkembangan zaman agar tetap menarik di mata khalayak modern (kekinian). Dalam penelitian ini, peneliti mengamati peran TATV tehadap pelestarian dan pengembangan seni keroncong di Surakarta. TATV sebagai televisi lokal di Surakarta memiliki tanggung jawab terhadap budaya lokal di wilayah operasinya. Khususnya untuk kesenian keroncong, TATV memiliki program acara yang berisikan kesenian keroncong. Hal ini menunjukan TATV memiliki perhatian khusus terhadap pelestarian dan perkembangan seni keroncong di Surakarta. 104 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia cet. ke-1, ed. ke-3. Jakarta: commit to user Balai Pustaka, 2001. 105 Ibid. 61 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Keberadaan program acara kesenian keroncong yang di tayangkan TATV tersebut dimaksudkan agar keberadaan seni keroncong yang merupakan kesenian asli daerah diketahuai oleh masyarakat luas. Selain itu, TATV yang menampilkan acara keroncong secara live dituntut untuk mengemas acara tersebut sekreatif dan semenarik mungkin agar memiliki daya tarik untuk ditonton khalayak. I.H. Kerangka Pemikiran Berikut adalah tahapan kerangka berfikir dalam penelitian ini: Bagan I. 1 Kerangka Pemikiran commit to user 62 perpustakaan.uns.ac.id I.I. digilib.uns.ac.id Metode Penelitian I.I.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Moleong mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 106 Sedangkan H.B. Sutopo, dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif, menjabarkan penelitian kualitatif sebagai berikut: “ penelitian kualitatif melibatkan kegiatan ontologis. Data yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka atau frekuensi. Peneliti menekankan catatan yang menggambarkan situasi sebenarnya guna mendukung penyajian data. Peneliti berusaha menganalisa data dengan semua kekayaan wataknya yang penuh nuansa, sedekat mungkin dengan bentuk aslinya seperti waktu dicatat”. 107 Dalam penelitian yang penulis lakukan, yaitu memberikan gambaran mengenai fenomena yang terjadi pada suatu tempat, maka dari itu penulis memilih penelitian deskriptif kualitatif. Menurut W. Gulo penilitian deskriptif kualitatif ini didasarkan pada pertanyaan “bagaimana?”. Kita tidak puas bila hanya mengetahui apa masalahnya secara eksploratif, tetapi ingin mengetahui juga bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Temuan-temuan yang terjadi pada penelitian deskriptif kualitatif lebih luas dan lebih terperinci. Dikatakan lebih luas karena 106 107 commit to user Lexy J Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) HB Sutopo. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Surakarta: UNS Press, 2002). hal. 35. 63 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penelitian ini menitikberatkan tidak hanya masalahnya sendiri, tetapi juga variabel-variabel lain yang berhubungan dengan masalah itu. Lebih terperinci karena variabel-variabel tersebut diuraikan atas faktorfaktornya. 108 Jalaludin Rakhmat menuliskan dalam bukunya Metode Penelitian Komunikasi, bahwa penelitian deskriptif tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. 109 Sementara, Koentjaraningrat dalam buku Metode-metode penelitian masyarakat mengungkapkan : ”penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat setiap individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu untuk menentukan frekuensi dan penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu atau suatu gejala lain dalam masyarakat”. 110 I.I.2. Lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan di Terang Abadi Televisi (TATV) yang berdomisili di wilayah Surakarta, Jawa Tengah. Pemilihan TATV sebagai lokasi penelitian terkait dengan peran dari televisi lokal ini dalam melestarikan dan mengembangkan seni keroncong di Surakarta. Penelitian ini mengamati obyek yaitu program acara musik keroncong yang di siarkan oleh TATV, dari sini peneliti akan melihat bagaimana peran televisi lokal tersebut dalam melestarikan dan mengembangkan seni keroncong di Surakarta. Sementara itu untuk subyek 108 W. Gulo. Metodologi Penelitian. (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2007). hal.19. Jalaluddin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001). hal. 34. 110 Koentjaraningrat. Metode-metode penelitian masyarakat. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, commit to user 1997). hal. 27. 109 64 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penelitian adalah mereka yang dianggap mengetahui permasalahan yang diteliti. Subyek dalam penelitian ini adalah perwakilan dari elemen masyarakat Kota Surakarta, yaitu; TATV (Terang Abadi Televisi), Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia (HAMKRI) Surakarta, seniman keroncong, kalangan budayawan, dan masyarakat pemirsa acara keroncong di TATV. I.I.1. Sumber Data Data yang dikumpulkan terutama merupakan data pokok yaitu data yang paling relevan dengan pokok permasalahan yang diteliti. Akan tetapi, demi kelengkapan dan kebutuhan dari masalah yang diteliti maka akan dikumpulkan pula data pelengkap yang berguna untuk melengkapi data pokok. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari penelitian langsung di lapangan dengan mengamati objek yang diteliti dan kemudian diolah sendiri oleh peneliti. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh secara langsung dari subyek penelitian dengan wawancara dan observasi. b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan mengutip sumbersumber yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah pihak lain, yang biasanya berbentuk publikasi seperti dokumen, buku-buku, arsip, serta catatan lain yang relevan dengan penelitian ini. commit to user 65 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id I.I.4. Tehnik Sampling Pemilihan Narasumber/Informan Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian secara kualitatif. Berkenaan dengan penelitian kualitatif, maka dalam prosedur sampling yang terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. 111 Sampel yang akan diambil sebagai calon responden, menggunakan metode purposive sampling. Hal ini karena penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, untuk memilih sampel lebih tepat dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Selanjutnya bilamana dalam proses pengumpulan data tidak lagi ditemukan variasi informasi, maka peneliti tidak perlu lagi mencari informan baru, dan proses pengumpulan informasi sudah dianggap selesai. Dengan demikian, penelitian kualitatif tidak dipengaruhi oleh jumlah sampel. Dalam hal ini, jumlah sampel (informan) bisa sedikit dan bisa juga banyak tergantung dari tepat tidaknya pemilihan informan kunci dan kompleksitas dan keragaman. 112 Dalam pengambilan sampel, peneliti mengambil beberapa informan yang dianggap mengetahui permasalahan yang diteliti yaitu; perwakilan dari TATV (Terang Abadi Televisi), Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia (HAMKRI) Surakarta, seniman keroncong, kalangan budayawan, dan masyarakat pemirsa acara keroncong di TATV. 111 Burhan Bungin. Analisa Data Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Raja Grafindo Pustaka, 2003). commit to user hal.53 112 Ibid. hal. 54. 66 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id I.I.5. Tehnik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : A. Wawancara mendalam (in-depth interviewing) Dalam penelitian ini digunakan metode wawancara mendalam (in-deph interviewing) yaitu mendapatkan informasi dengan bertanya langsung kepada informan. “pertanyaan bersifat “open-ended” dan mengarah pada kedalaman informasi serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal terstruktur guna menggali pandangaan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam”. 113 Pada umumnya wawancara mendalam (in depth interview) dimaksudkan untuk lebih memfokuskan pada persoalan-persoalan yang menjadi pokok dari minat penelitian. 114 Peneliti hanya mempunyai guide line pertanyaan yang akan ditanyakan, selebihnya berkembang berdasarkan jawaban dari informan. Pertanyaan yang diajukan bisa semakin terfokus sehingga informasi yang dikumpulkan bisa semakin rinci dan mendalam. Dari wawancara ini disamping melihat opini mereka mengenai peristiwa yang terjadi, juga dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya. Wawancara dilakukan terhadap responden yang dapat memberikan informasi dan keterangan-keterangan penting yang berkaitan. Wawancara jenis ini bersifat lentur, terbuka, tidak 113 114 commit to user HB Sutopo. Op. cit. hal. 59. Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. (Yogyakarta: LKiS, 2007). hal. 133. 67 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berstruktur ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin terfokus dan mengarah pada kedalaman informasi. Wawancara ini menggunakan Purposive Sampling, dimana kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. 115 Wawancara ini dilakukan terhadap mereka yang mengetahui permasalahan yang diteliti. Wawancara ini melibatkan TATV (Terang Abadi Televisi), Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia (HAMKRI) Surakarta, seniman keroncong, kalangan budayawan, dan masyarakat pemirsa acara keroncong di TATV. B. Observasi Dalam konteks penelitian komunikasi, penelitian dengan metode pengamatan atau observasi (observation research) biasanya dilakukan untuk melacak secara sistematis dan langsung gejala-gejala komunikasi terkait dengan persoalan-persoalan sosial, politik dan kultural masyarakat. 116 Observasi difokuskan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena riset. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati apapun kegiatan yang terjadi di TATV yang berhubungan dengan peran TATV terbadap pelestarian dan pengembangan seni keroncong di Surakarta. Metode observasi dibedakan menjadi 2 (dua) jenis metode: (a) Observasi dengan ikut terlibat dalam kegiatan komunikasi 115 116 HB Sutopo. Op. cit. hal. 56. Pawito. Op. cit. hal. 111. commit to user 68 yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diteliti (participant observation), dan (b) Observasi tidak terlibat (nonparticipant observation). 117 Metode observasi dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk nonparticipant observation. Peneliti melakukan observasi dengan tidak terlibat dalam kegiatan yang diteliti. Dengan kata lain dalam hal ini peneliti membatasi pada tingkat pengamatan secara pasif, sehingga dapat menjaga peran bukan sebagai “orang dalam”. Observasi dilakukan terhadap beberapa pelaku dan kondisi lingkungan sosial yang relevan, termasuk didalamnya adalah beberapa kegiatan dan proses terkait dengan penelitian. Observasi ini dilakukan bersamaan waktunya dengan wawancara. Observasi dilakukan dengan melihat perilaku maupun ucapan subyek yang diteliti yang berkaitan dengan penelitian. Dengan melihat kegiatan-kegiatan, peristiwa-peristiwa yang ditemui di lapangan, maka observasi semacam ini akan berperan sebagai sumber bukti lain. Obervasi akan dilakukan di studio TATV dan di beberapa wilayah konsumen TATV di Surakarta. C. Dokumentasi Teknik pengumpulan data dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan kategorisasi dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah-masalah penelitian baik dari sumber dokumen maupun buku-buku, koran, majalah dan lain-lain. Dokumentasi juga dilakukan dengan melihat commit to user 117 Ibid. hal. 114. 69 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berbagai perangkat fisik yang berkaitan dengan peran TATV terhadap pelestarian dan pengembangan seni keroncong di Surakarta. I.I.6. Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif karya Lexy J. Moleong adalah “upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”. 118 Oleh karena itu dalam penelitian deskriptif kualitatif ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data interaktif, 119 yang mempunyai tiga komponen: a. Reduksi Data Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data dari fieldnote. Reduksi data berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data. 120 H.B. Sutopo lebih lanjut menyatakan bahwa reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang halhal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan. 121 118 Lexy J. Moleong. Op. cit. hal. 248. HB Sutopo. Op. cit. hal. 96. 120 commit to user Ibid. hal. 91. 121 Ibid. hal. 92. 119 70 perpustakaan.uns.ac.id b. digilib.uns.ac.id Sajian Data Kegiatan kedua dalam kegiatan analisis data adalah penyajian data. Peneliti akan mendapat data yang banyak. Data yang didapat tidak mungkin dipaparkan secara keseluruhan. Untuk itu, dalam penyajian data, data dapat dianalisis oleh peneliti untuk disusun secara sistematis, atau simultan sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti. c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi Menarik simpulan dan verifikasi merupakan kegiatan analisis yang ketiga. Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data, dan penyajian data sehingga data dapat disimpulkan. diverifikasi H.B. agar Sutopo cukup mengungkapkan mantap dan simpulan perlu benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat. H.B. Sutopo kemudian menegaskan bahwa pada dasarnya makna data harus diuji validitasnya supaya simpulan penelitian menjadi lebih kokoh dan lebih bisa dipercaya. 122 commit to user 122 Ibid. hal. 93. 71 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Bagan I.2 Model analisis data interaktif Miles dan Huberman 123 Pengumpulan data Penarikan kesimpulan Reduksi data Sajian data I.I.7. Validitas Data Data yang sudah diperoleh selama penelitian harus dipastikan kebenaran dan keabsahannya. Pemeriksaan keabsahan data yaitu untuk meyakinkan bahwa data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menjamin keabsahan dan validitas data pada penelitian ini digunakan teknik triangulasi, dimana data yang satu akan dikontrol oleh data yang sama dari sumber data yang berbeda. Menurut Lexy J. Moleong teknik triangulasi data yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding terhadap data tersebut. 124 123 124 commit to user Ibid. hal. 96. Lexy J. Moleong. Op. cit. hal. 178. 72 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Validitas data dalam penelitian ini diuji menggunakan teknik triangulasi sumber dan teknik pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda dengan menggunakan dua teknik pengumpulan data. Peneliti bisa memperoleh data dari narasumber yang berbeda-beda posisinya dengan teknik wawancara mendalam, sehingga informasi dari narasumber yang satu bisa dibandingkan dengan informasi dari narasumber lainnya. Dengan cara menggali data dari sumber yang berbeda-beda dan juga teknik pengumpulan data yang berbeda, data sejenis bisa teruji kemantapan dan kebenarannya. 125 125 HB Sutopo. Op. cit. hal. 80. commit to user 73 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II DESKRIPSI LOKASI II.A. II.A.1. Gambaran Umum Terang Abadi Televisi (TATV) Surakarta Profil TATV TATV didirikan pada tanggal 1 Juli 2003 dan telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 1 September 2004. Dalam pendiriannya, TATV berkeinginan untuk berpartisipasi dalam mewujudkan visi dan misi Kota Surakarta dan tetap menjaga khasanah lingkungan dan memperluas wawasan serta ikut meningkatkan moral, pendidikan, budaya dan kesejahteraan masyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan media massa modern. Keberadaan TATV dimaksudkan sebagai media tayangan yang menjadikan tontonan dan tuntunan bagi pemirsanya. TATV berusaha untuk memberikan pelayanan berupa jenis siaran yang beragam, interaktif, atraktif, dan up-to date, sehingga diharapkan TATV dapat diterima di semua lapisan masyarakat Surakarta pada khususnya dan seluruh pemirsa se-Jateng dan DIY pada umumnya. Sebagai stasiun televisi lokal, TATV melihat adanya perubahan yang lebih baik pada kehidupan masyarakat sebagai konsumen acaraacara/program-program televisi. Oleh karena itu, TATV merasa perlu untuk memberikan warna yang berbeda pada setiap produk acaranya dengan mengedepankan hal-hal yang positif. Sebagai agen informasi, commit to user 74 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TATV memiliki idealisme untuk memberikan berbagai dampak bagi perkembangan dan kemajuan masyarakat. TATV harus memposisikan dirinya sebagai televisi yang unik di benak pemirsa, sehingga persepsi pemirsa tentang TATV juga jelas dan solid. Hal ini bertujuan agar TATV dapat senantiasa diingat, disukai dan ditonton masyarakat Solo. TATV memposisikan diri sebagai televisi yang progresif dan positif artinya, TATV memiliki komitmen yang kuat untuk memperjuangkan terciptanya masyarakat Indonesia yang maju dalam segala aspek kehidupan, berdasarkan nilai-nilai kehidupan yang positif. Komitmen ini dikomunikasikan oleh manajemen TATV kepada pemirsa melalui TV Promo, Content (Program on air), maupun lewat event off air secara terus menerus (Intens). Tujuannya adalah untuk menciptakan persepsi tunggal yang kuat di benak pemirsa tentang TATV sebagai televisi yang progresif dan positif. TATV memiliki jam siaran 18 (delapan belas) jam per hari dari pukul 06.00 – 24.00 WIB. Susunan program TATV berangkat dari informasi dan edukasi yang disajikan dalam bentuk hiburan (entertainment), yang bertujuan untuk menjangkau pemirsa dari segala usia, khususnya keluarga. Komposisi program acara TATV dikategorikan sebagai berikut: a. Hiburan, yang terdiri dari acara musik, film dan drama, program acara anak, dan program acara variasi (variety show) yang berupa siaran softnews seperti acara feature. commit to user 75 perpustakaan.uns.ac.id b. digilib.uns.ac.id Berita, olahraga dan fitur, terdiri dari aneka macam berita (lokal, nasional, dan mancanegara), talkshow, ceremonial, olahraga, dll. Hingga saat ini, tayangan-tayangan TATV lebih dari 60% telah diproduksi sendiri oleh TATV. Dengan berguru pada pengalaman, dan stasiun-stasiun televisi lokal yang lain, maka TATV terus berkembang, memperbaiki kualitas tayangan, dan terus berupaya supaya dapat dinikmati oleh semua pemirsa Surakarta pada khususnya dan seluruh pemirsa se-Jateng dan DIY pada umumnya. II.A.2. Visi dan Misi • Visi Menjadi televisi yang memberi pencerahan pada paradigma berpikir dan berperilaku masyarakat pemirsa, menuju pembangunan manusia yang seutuhnya. • Misi Memberi sumbangsih yang berarti guna kemajuan daerah/masyarakat pemirsa dalam segala bidang kehidupan, melalui perubahan paradigma berpikir dan berperilaku II.A.3. Slogan “TATV MANTEB – MASA KINI DAN TETAP BERBUDAYA” commit to user 76 perpustakaan.uns.ac.id II.A.4. digilib.uns.ac.id Data Media TATV Transmisi Tower Height Antenna Type Power Channel Frequency Studio Camera Studio Master Control II.A.5. : 110 m : Omni Direction - Sira Italy 28 panels : 10 KWH (Pathuk - Jogjakarta), 2 KWH (Mojosongo - Solo). : 50 UHF : 703.25 MHZ : Sony DSR - 390; DSR 50P; DSR 170 : 3 Studios (Entertainment, Talk Show, News) : Character Generator (Inscriber dan Tittlebox), Media player (Airbox), Router (Vikinx), VTR Sony - 1600P, Mixer Audio Midas 16 channel, Mixer Video (Panasonic MX-70), dan VDA (Miranda). Komposisi Program Acara TATV Berdasar content program, TATV menyuguhkan siaran lokal sebanyak 60% dan universal 40%, dengan format siaran langsung (live) 50% dan recorded (50%). Komposisi program siaran TATV pun bervariasi, meliputin news (37%), talkshow (20%), hiburan atau entertainment (16%), culture (10%), sport (8%), religion (5%), dan program acara anak-anak atau kids (4%). Serta dengan sumber program In House (60%) dan Out Sourcing (40%). II.A.6. Penggolongan Pemirsa Berdasarkan usia, pemirsa TATV dibagi menjadi beberapa kategori, mencakup dewasa sebanyak 40%, muda (30%), remaja (20%), anak (10%). sedangkan berdasar atas SES (Social Economic Status), commit to user 77 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pemirsa TATV digolongkan meliputi SES A sebanyak 10%, SES B (10%), SES C (30%), SES D (25%), dan SES E (25%). II.A.7. Coverage Area TATV Jangkaun siaran TATV Surakarta meliputi seluruh eks karisidenan Surakarta: Kota Surakarta (Solo), Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten. Karanganyar, Kota Jogjakarta (DIY), Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Magelang, Sebagian Pati, Kudus, Wonosobo, Temanggung, dan Ngawi. II.A.8. Pola Siaran TATV Sejak awal dioperasikan TATV Surakarta, pola siaran yang mengacu pada pola siaran TV lokal. Hal ini dikarenakan, tujuan utama didirikan TATV Surakarta untuk memenuhi kebutuhan akan informasi bagi masyarakat Surakarta dan sekitarnya, yang selalu mengedepankan nilai-nilai budaya lokal. Acara yang diproduksi TATV Surakarta disebut juga pola acara harian. Acara yang disajikan kebanyakan diproduksi sendiri, namun ada beberapa acara yang me-relay dari MNC channel. Adapun acara-acara yang diproduksi oleh TATV Surakarta mencapai 33 program acara. Dari sejumlah program acara tersebut, mencakup siaran informasi antara lain siaran berita lokal, nasional, internasional seperti; Surakarta commit to user 78 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hari ini, Terang Pagi, Kabar Awan, Kabar Wengi, Kabar Bocah, Kabar Gasik, Trang Sandyakala, Jogja Hari Ini, Sporta; siaran talkshow seperti UMS Kick, UNS Menyapa, Fokus Kita, Jagongan Sargede, Forum Solusi, Warna-Warni; serta siaran feature/magazine seperti Jelajah Wisata dan Mampir Maem. II.A.9. TATV Gallery Off Air Events, Bus Panggung, Penghargaan dan Video lain-lain. Control Room, Control Room Studio, Editing News Room, Editor News Room, Front Office, Library, Longue, Marketing Room, Master Control Room, Meeting Room, News Room, Parking Area, Post Production Room, Promo Room, Studio 1, Studio 2, VIP Room, Voice Over Room. II.A.10. TATV Office Kantor Solo Alamat : Jl. Brigjend Katamso 173 Mojosongo, Solo. Phone : 0271 - 852643; 0271 - 858111 (Hunting) Fax : 0271 - 852522 Email : [email protected] Kantor Yogyakarta Alamat : Jl. Gajahmada No.52 Yogyakarta. Phone : 0274 - 510792 Kantor Jakarta Cp : David Haryanto (Marketing & Comm. Manager TATV Jakarta Representation) Phone : 0816 139 3275; 0888 8740 335; 021 - 98297883 Fax : 0816 135 4333; 021 - 56964674 Email : [email protected] [email protected] commit to user 79 perpustakaan.uns.ac.id II.B. II.B.1. digilib.uns.ac.id Gambaran Umum Program Acara Keroncong di TATV Program Acara Keroncong di TATV TATV Surakarta merupakan televisi lokal yang berdomisili di daerahnya (Surakarta dan sekitarnya) memiliki program acara hiburan musik daerah. Program acara musik daerah yang diberikan salah satunya adalah musik keroncong. Program acara musik keroncong di TATV Surakarta diberi nama “KERONCONG”. Program acara ini, merupakan program musik keroncong secara live (siaran langsung) yang diisi oleh orkes atau grup-grup keroncong dari Surakarta dan sekitarnya, berkerja sama dengan HAMKRI (Himpunan Artis Musik Keroncong Republik Indonesia) Surakarta yang di ketuai oleh Hj. Waljinah. Program acara musik seperti keroncong ditayangkan guna mengeksiskan kembali musik keroncong yang hampir punah. II.B.2. Latar Belakang Program Acara Keroncong di TATV Berlandaskan visi dan misi TATV Surakarta, serta di usungnya selogan “TATV MANTEB – MASA KINI DAN TETAP BERBUDAYA”. Tidak dapat disangkal bahwa TATV ingin berperan dalam pelestarian budaya daerah di wilayahnya. Maka dibentuklah suatu program acara dengan nuansa kedaerahan. Salah satunya adalah program acara musik keroncong yang merupakan budaya daerah asli Solo. Program acara ini menampilkan lagu-lagu keroncong secara langsung (live). commit to user 80 perpustakaan.uns.ac.id II.B.3. digilib.uns.ac.id Sasaran dan Tujuan Program Acara Keroncong di TATV Sasaran dari program acara ini adalah seluruh lapisan masyarakat Surakarta pada umumnya, terutama masyarakat pecinta musik keroncong. Sedangkan tujuan dari diadakannya program acara keroncong ini adalah sebagai wujud melestarikan budaya. II.B.4. Pelaksanaan Program Acara Keroncong di TATV Program acara keroncong disiarkan satu minggu sekali, yaitu pada hari Senin pukul 21.00 s.d. 22.00 WIB. Lamanya siaran selama 1 jam (60 menit), dalam setiap penayangannya program acara keroncong ini dapat menampilkan 6 buah lagu keroncong. Kerjasama dengan HAMKRI Cabang Surakarta, program acara keroncong pada setiap minggunya selalu menghadirkan orkes atau grup-grup keroncong yang sudah tersusun sesuai jadwal. Orkes atau grup-grup keroncong sebagai pengisi acara, mereka membawakan lagu yang bisa langsung didengar dan dinikmati oleh pendengar. commit to user 81 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA III.A. Data dan Karakter Informan Tabel III. 1 Data Informan No 1. Nama Keterangan Iswahyudi Tedjo Yuwono Ketua Departemen Pengembangan dan Kreatifitas Program TATV Surakarta (Penanggung Jawab produksi Acara Keroncong TATV) 2. Philiphus Sriyatno Produser Acara Keroncong TATV 3. Zaenal Abidin, S.Pd Bagian Pengawasan Isi Penyiaran KPID Provinsi Jawa Tengah 4. Hj. Waldjinal Ketua HAMKRI (Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia) cabang Surakarta. 5. Erna (OK Solo Manise) Sekretaris HAMKRI dan Pimpinan Orkes Keroncong Solo Manise 6. Bambang Herkamto (OK Anis Pimpinan Merah Bintang) 7. 8. Orkes Keroncong Anis Keroncong Buk Merah Bintang Joko Bekti Haryono (OK Bok Pimpinan Orkes Bolong) Bolong Sukoharjo Ari Mulyono (OK Irama Tirta) Pimpinan Orkes Keroncong Irama Tirta (OK PDAM Surakarta) 9. Eka Wijaya (OK Damai Pimpinan Orkes Keroncong Damai Musik) Musik 10. Subandono (OK Solo Balapan) 11. Winarni Pemirsa Acara Keroncong TATV Pemirsa Acara Keroncong TATV commit to user 82 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12. Sancoko Pemirsa Acara Keroncong TATV 13. Teguh Pemirsa Acara Keroncong TATV 14. Sukarno Pemirsa Acara Keroncong TATV 15. Saryoko Kasie. Pengendalian Evaluasi dan Pelaporan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta. Informan 1 : Iswahyudi Tedjo Yuwono (45) atau yang biasa disapa Pak Uud adalah Ketua Departemen Pengembangan dan Kreatifitas Program TATV Surakarta. Pria kelahiran Klaten ini memulai kariernya di TATV pada tahun 2004 bersamaan dengan berdirinya TATV sebagai koordinator kameraman, kemudian jadi produser, manager produksi, dan sekarang dipercaya memegang departemen pengembangan dan kreatifitas program. Dibalik sosoknya yang terkesan serius, pria berawakan tinggi kurus ini memiliki pembawaan yang ramah, santai, dan juga gemar bercanda. Informan 2 : Philiphus Sriyatno (44) biasa dipanggil Pak Nono menjabat sebagai Produser program acara Keroncong TATV. Selain memegang peran sebagai produser acara keroncong, beliau juga memproduseri 6 program acara di TATV. Pria yang mengaku menyukai seni musik ini sangat ramah dan enak diajak ngobrol. Informan 3 : Zaenal Abidin (45) merupakan Staf Bagian Pengawasan Isi Penyiaran KPID Provinsi Jawa Tengah. Pria yang memiliki gelar Sarjana Pendidikan ini juga merupakan salah satu staf HRD Suara commit to user Merdeka Semarang yang masih aktif. Selain aktif di KPID dan 83 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Suara Merdeka beliau juga aktif dalam Lembaga Swadaya Masyarakat PETIR (Penyumbang Titipan Rakyat) yang sampai sekarang dipimpinnya. Karena aktifitas beliau di LSM ini beliau terkenal dengan panggilan Zaenal “Petir”. Informan 4 : Hj. Waldjinal (65) merupakan salah satu Maestro Keroncong asli Solo. Bungsu dari sepuluh bersaudara ini sejak kecil memang senang sekali menyanyi. Anak dari Wiryo Rahardjo ini, menjadi penyanyi langgam jawa dan keroncong sejak umur 12 tahun hingga sekarang. Yen Neng Tawang Ono Lintang merupakan lagu ciptaan Andjar Any yang melambungkan nama Waldjinah pada tahun 1960-an. Saat ini pelantun lagu Walang Kekek ini, selain masih eksis menyanyi keroncong, beliau juga menjadi Ketua HAMKRI (Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia) Cabang Surakarta. Informan 5 : M.P. Erna M.S. (56) merupakan Sekretaris HAMKRI dan Pimpinan Orkes Keroncong Solo Manise. Wanita yang lebih akrab dipanggil Bu Erna ini adalah sosok wanita karier yang tangguh, beliau memiliki usaha MLM (Multy Level Marketting) produk suplemen kesehatan dan jamu yang dimulai dari bawah hingga sukses. Beliau menyukai musik keroncong karena menganggap keroncong sebagai budaya daerah harus dicintai dan dilestarikan. Informan 6 : Bambang Herkamto (56) merupakan Pimpinan OK Anis Merah Bintang. Pria yang dikenal dengan sapaan Pak Bambang ini jatuh commit to user 84 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id cinta kepada musik keroncong sudah lama saat beliau masih muda. Selain itu, pria ramah yang hobi memelihara burung kicau ini memiliki isatri seorang penyanyi keroncong. Bersama istrinya, Pak Bambang mendirikan OK Anis Merah Bintang dan mengelolanya sampai sekarang. Informan 7 : Joko Bekti H (53) merupakan pimpinan OK Bok Bolong Sukoharjo. Pria humoris ini akrab dipanggil dengan nama Joko Blangkon, karena seringnya beliau memakai blangkon disetiap aktifitasnya. Selain sebagai seniman keroncong, beliau merupakan dosen matematika di Universitas Veteran Sukohajo. Pak Joko menyukai keroncong karena hobi dan merasa terdorong untuk melestarikan budaya daerah asli Solo. Hal tersebut beliau buktikan dengan mendirikan orkes keroncong dan mengabdikan diri sebagai anggota HAMKRI Surakarta. Informan 8 : Ari Mulyono (46) merupakan Pimpinan OK Irama Tirta. Beliau berprofesi sebagai pegawai PDAM Kota Surakarta, kecintaannya terhadap keroncong disalurkannya dengan membentuk orkes keroncong yang beranggotakan para pegawai PDAM Surakarta yang diberi nam “Irama Tirta”. Kecintaannya terhadap musik keroncong tertular dari sang ibu yang merupakan maestro keroncong asal Solo, Hj. Waldjinah. Pak Ari merupakan putra ke-3 Hj. Wadjinah. Selain piawai bernyanyi keroncong, pria berkumis ini pun bisa memainkan alatmusik keroncong dengan baik, khususnya alat musik flute. commit to user 85 perpustakaan.uns.ac.id Informan 9 digilib.uns.ac.id : Eka Wijaya (57) merupakan Pimpinan OK Damai Musik. Kecintaan terhadap keroncong beliau dapat dari muda, terbentuk oleh lingkungan masyarakat yang menggemari musik keroncong. selain sebagai seniman keroncong, pria dengan tiga putra ini merupakan pengusaha elektronik yang memiliki sebuah toko di Palur, Karanganyar. Pria Tionghoa ini menganggap keroncong adalah budaya Indonesia yang harus dicintai dan dilestarikan. Informan 10 : Subandono (64) adalah Pembina OK Solo Balapan. Selain itu, beliau juga merupakan pensiunan PT. KAI Depo Solo Balapan. Bermain keroncong adalah hoby yang mulai ditekuninya pasca pensiun. Pria ramah dan sopan ini mengaku baru beberapa tahun menekuni dunia keroncong, akantetapi walaupun begitu beliau terus mengikuti perkembangan keroncong di Surakarta, baik lewat radio maupun televisi. Informan 11 : Winarni (40) adalah seorang buruh yang bekerja di salah satu pabrik textile di Solo. Ibu yang akrab dengan panggilan Bu Narni ini mengaku suka keroncong sekitar 19 tahun yang lalu, akibat seringnya mendengarkan lagu-lagu keroncong yang disukai oleh Bapaknya. Ibu Narni memiliki suami yang bermain keroncong untuk OK Solo Balapan. Informan 12 : Sancoko (52) merupakan pegawai PT. KAI Depo Solo Balapan. Beliau menyukai musik keroncong sejak berdirinya OK Balapan. Pak Sancoko sering bernyanyi keroncong untuk OK Solo Balapan sebagai hoby-nya. Kesukaannya terhadap keroncong menjadikan commit to user 86 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id beliau terus mengikuti perkembangan keroncong. Beliau sangat menyukai acara keroncong di TATV. Informan 13 : Teguh Siswowibowo (21) adalah seorang mahasiswa FKIP Geografi Semester 6 UNIVET Sukoharjo. Pria kelahiran Wonogiri, 21 tahun yang lalu ini pada dasarnya menyukai musik. Pria mungil yang akrab disapa Teguh ini mengaku menyukai keroncong sejak dirinya bergabung dengan OK UNIVET. Sebagai seorang yang baru mengenal dunia keroncong, Teguh selalu mengikuti perkembangan keroncong dari TATV yang menayangkan acara keroncong. Informan 14 : Sukarno (31) adalah seorang penyanyi keroncong di OK Buk Bolong Sukoharjo. Pria yang biasa dipanggil Nano ini sangat boby bernyanyi keroncong, setiap ada latihan keroncong Nano selalu menyempatkan diri untuk hadir. Pria Sekuter (Suka mengendarai Vespa) ini mengaku menyukai keroncong sejak kecil, yang dianggapnya musik keroncong lebih bagus daripada musik bergenre pop atau rock. Informan 15 : Saryoko (51) merupakan pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta. Pak Yoko panggilannya menjabat sebagai Kasi. Pengendalian Evaluasi dan Pelaporan di lembaga kedinasan tersebut. Kecintaannya terhadap seni dan budaya terlihat dari semangatnya bercerita tentang kekeyaan budaya jawa di Surakarta. commit to user 87 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id III.B. Sejarah Seni Keroncong di Surakarta Sebelum Hadirnya TATV Musik keroncong yang tumbuh, hidup dan berkembang di bumi nusantara semakin tampak jelas, terutama di Jawa yang merupakan pusat pengembangan yang utama abad ke-20. Di awal abad 20 musik keroncong menyebar dengan cepat, antara lain dengan concour yang diadakan di pasar-pasar malam dan semakin dirasakan sebagai warisan budaya. Sejak itu pula pusat-pusat dunia keroncong berkembang di daerah kebudayaan Jawa. 126 Pada waktu itu pula, kendatipun musik keroncong belum menemukan bentuk yang sempurna, namun sudah mendapat tempat di hati masyarakat. Hal ini diperkuat oleh Tancil Paco yang menyatakan bahwa pada tahun 1920-an lagu-lagu keroncong sudah menyebar luas dan digemari orang, walaupun pada waktu itu perbendaharaan lagu-lagu keroncong masih kurang, namun musik keroncong di Semarang-Jawa Tengah merintis lagu daerah yang dikeroncongkan. 127 Musik keroncong mulai masuk ke Surakarta sekitar tahun 1930-an, walaupun sebenarnya sudah ada terlebih dulu di Jakarta. Awal perkembangan keroncong di Surakarta muncul pada saat diadakannya festival musik di Sriwedari yang menampilkan berbagai jenis musik termasuk keroncong. Dari festival itulah muncul kumpulan orkes-orkes keroncong. 128 126 Judith Becker. Keroncong, Indonesian Popular Musik dalam Asian Music VII Vol. ll. 1975. hal. 15. 127 Budiman. Mengenal Keroncong Dari Dekat. (Jakarta: Perpustakaan Akademi Musik LPK, 1979). hal. 76. 128 to Istana user Menjadi Seni Komersil. (Yogjakarta: Hersapandi. Wayang Wong Sriwedari:commit Dari Seni Yayasan Untuk Indonesia, 1999). hal. 1 88 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendapat di atas sependapat dengan apa yang dikatakan oleh informan 4 yang menyatakan bahwa tahap perkembangan keroncong di Solo dimulai dari diadakannya festival musik di Sriwedari. “Awal mulanya keroncong mulai dikenal di Solo menurut sejarahnya dulu berasal dari acara festival musik di Sriwedari waktu itu. Di festival itu pas ditampilkan keroncong. Dari situ keroncong mulai dikenal dan diminati. Terus muncullah orkes-orkes keroncong di Surakarta.” Selain menjelaskan tentang festival musik di Sriwedari yang menjadi tolak ukur perkembangan keroncong di Solo saat itu, menurut informan 7 perkembangan keroncong di Solo terjadi pada era tahun 1930an yang ditandai dengan munculnya grup-grup keroncong di Surakarta. “Munculnya keroncong di Solo menurut sejarah yang saya dengar dan saya baca dari buku sekitar tahun 1930-an saat itu di Sriwedari di adakan acara festival musik. Nah, keroncong salah satunya yang tampil. Dari festival itu keroncong mulai dikenal luas di Solo dan grug-grup keroncong mulai bermunculan saat itu” Budiman dalam bukunya yang berjudul Mengenal Keroncong Dari Dekat bahwa dari pengadaan festival musik di Sriwedari muncul sebuah nama perkumpulan orkes keroncong yang di kenal dengan nama orkes keroncong Monte Carlo. Orkes ini terkenal dengan pembaharuanpembaharuannya mengenai irama dan lagu-lagu diantaranya Keroncong Rumba. Menyusul kemudian munculnya perkumpulan orkes keroncong baru yaitu OK MAKRO yang bermarkas di Singosaren. MAKRO berasal dari singkatan Marsudi Agawe Rukun Kesenian lan Olahraga. Penyanyi yang terkenal dari OK MAKRO yaitu Gesang. 129 commit user Perpustakaan Akademi Musik LPK, Budiman. Mengenal Keroncong Dari Dekat.to(Jakarta: 1979). hal. 115. 129 89 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Munculnya perkumpulan orkes keroncong seperti Monte Carlo dan MAKRO berpengaruh terhadap perkembangan munculnya orkes keroncong lainnya. Menurut Budiman, pada era tahun 1930-an di Solo muncul orkes-orkes keroncong besar dan kecil. Selain Monte Carlo dan MAKRO muncul pula salah satunya Orkes Keroncong Kembang Kacang, di orkes ini Gesang, maestro keroncong asal Solo mengembangkan dirinya sebagai penyanyi dengan suara yang khas, karena dianggap memiliki ciri sendiri dibanding penyanyi keroncong lainnya. 130 Kepopuleran keroncong pada waktu itu memang memunculan grup-grup keroncong di Surakarta. Hal ini dijelaskan oleh Andjar Any, bahwa pada tahun 1950-an, Surakarta kebanjiran orkes musi keroncong. jumlahnya cukup banyak dengan persebaran daerah yang luas. Beberapa orkes sekaligus daerah mereka berasal debagai berikut: 1. OK irama Sehat : Pring Gading 2. OK Irama Sederhana : Mangkuyudan 3. OK Cempaka Putih : Semanggi 4. OK Bintang Surakarta : Mangkuyudan 5. OK Satria : Kawatan 6. OK Setia Kawan : Gading 7. OK Irama Muda : Pasar Kliwon 8. OK Cendrawasih : Gondang 9. OK Suara Muda : Wirengan 10. OK Sema Sakti : Mangkubumen commit to user 130 Ibid. 90 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11. OK Mawar Merah 12. Dan lain-lain. : Mangkubumen Selain orkes, ada beberapa nama penyanyi Solo yang sangat terkenal mereka adalah Maryati, Sayekti, dan Prapti. Ketiga penyanyi ini adalah penyanyi pilihan dari radio orkes. Uniknya setiap penyanyi memiliki gaya khas sendiri-sendiri. Andjar Any menambahkan bahwa pada periode tahun 1950 sampai 1960-an pemusik keroncong di kota Solo sudah tak terhitung lagi banyaknya, namun demikian ada satu perkumpulan orkes keroncong yang perlu kita ingat yaitu Orkes Keroncong Bintang Surakarta yang dipimpin oleh Waldjinah Budi. Orkes ini begitu cepat menanjak namanya, bahkan boleh dikatakan orkes ini adalah salah satu orkes keroncong yang dapat menerobospadatnya lagulagu pop dan dangdut kala itu. 131 Membicarakan perkembangan keroncong di Jawa Tengah rasanya sangatlah kurang ketika tanpa membicarakan Langgam Jawa. Dalam perkembangannya, langgam jawa mampu merebut hati penggemar musik tradisional. Bahkan langgam jawa eksis bersama dengan eksisnya musik keroncong. Ditambahkan oleh Judith Backer, bahwa awal mula perkembangan musik keroncong di Jawa Tengah khususnya di Surakarta dipengaruhi oleh musik gamelan (langgam jawa). Menurut Judith Becker pengaruh gamelan jawa mulai ada sejak sebelum kemerdekaan, lebih jauh dan spesifik Judith mengatakan: 131 Wawancara dengan Andjar Any, tanggal 17 Februari 2005 dalam Sunu Nugroho Widi to user Ariyanto. Skripsi: Perkembangan Musikcommit keroncong Di Surakarta Tahun 1930-1968. (Surakarta: UNS, 2007), hal. 62. 91 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id “……keroncong came into direct contact with a strongly entrenched indigenous music system, the Central Javanese gamelan tradition. In central Java, kroncong became "gamelanized" both musically and in its affective conotations and associative meanings, and it became respectable. The instrument of accompaniment, instead of playing the “um-ching” of the simplest kroncong accompaniment, play the melodic pattrens and figurations of some of the instruments of the gamelan “. (keroncong berhubungan langsung dengan tradisi gamelan Jawa. Di Jawa Tengah keroncong "digamelanisasikan", bäik konotasi dan asosiasinya maupun segi musik dan artinya, dan menjadikan keroncong dihargai. Alatalat pengiringnya, di samping memainkan “um-ching” susunan paling sederhana keroncong, juga memainkan figurasi dan pola-pola melodis beberapa alat gamelan). 132 Ernest Heins dalam tulisannya yang berjudul Kroncong And Tajidor: Two Cases Of Urban Folk Music In Jakarta menyebutkan bahwa pengaruh tradisi gamelan jawa menghasilkan sebuah reportoar yang disebut “Langgam Jawa”. Dua unsur yang ada dalam kategori ini adalah syair dalam Bahasa Jawa dan tangga nada serta iramanya juga dari musik daerah. 133 Fungsi instrumentasi dan nada direkayasa agar tercapai suara tradisional, walaupun alat musik yang digunakan sama ketika mengiringi reportoar keroncong asli, langgam keroncong, stambul dan lagu-lagu ekstra. Dalam uraian singkatnya Yanpolsky berpendapat bahwa langgam Jawa adalah bentuk keroncong daerah yang dinyanyikan dalam Bahasa Jawa, dan erat kaitannya dengan kota Surakarta di Jawa Tengah. 134 Seperti halnya yang disampaikan oleh A.H. Soeharto dalam bukunya Serba-serbi Keroncong bahwa pada tahun 1955 lagu langgam jawa mulai merebak. Soeharto mengatakan, memang pada era 1950-an 132 Judith Becker. Keroncong, Indonesian Popular Musik dalam Asian Music VII Vol. ll. 1975. hal. 15. 133 Ernest Heins. Kroncong And Tajidor; Two Cases Of Urban Folk Music In Jakarta dalam Asian Music VII Vol 1, 1975. hal. 25. 134 commit to Penyebab user Adi Wasono. Langgam Jawa: Faktor-Faktor dan Wujud Perkembangan Tahun 1976-1971. STSI Surakarta.1999. 92 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id langgam jawa semakin populer, dan beberapa diantaranya dipolulerkan oleh Orkes Keroncong Irama Langgam dan Orkes Keroncong Bintang Soerakarta. Tahun 1959 diselenggarakan lomba lagu langgam Kembang Kacang yang berhasil mengorbitkan penyanyi Waldjinah sebagai Ratu Kembang Kacang. 135 Pernyataan di atas dibenarkan oleh informan 4 yang mengungkapkan perkembangan keroncong di Jawa Tengah tidak dapat dilepaskan dengan unsur langgam jawa. “Sejarah berkembangnya keroncong di Jawa Tengah, khusunya di Solo tidak bisa dipisahakan dari langgam jawa-nya. Irama keroncong kan halus sekali, dan kita orang timur suka sekali dengan yang halus-lemah lembut, apalagi di Solo ini. Keroncong pernah masuk pada massa kejayaannya salah satunya saat keroncong mulai dipadukankan dengan langgam jawa. Dan kemudian dikenal dengan langgam keroncong. Makanya pada massa itu keroncong mulai disukai masyarakat.” Selain itu, Infoman 7 menambahkan bahwa perkembangan langgam jawa mulai masuk dalam musik keroncong di tandai dengan munculnya seniman pencipta lagu keroncong langgam jawa yang menandai semakin menguatnya irama keroncong langgam jawa. “Memang pada perkembangannya waktu itu keroncong tidak dapat dipisahkan dari unsur langgam jawa. Pada tahun 1960-an semakin menguatnya irama langgam jawa, saat itu keroncong berkembang sekali bersama munculnya seorang Anjar Any dengan lagu ciptaannya Yen Ing Tawang Ono Lintang, terus Dharmanto dengan lagu Lara Brata. Dan Bu Waldjinah yang saat itu terkenal sekali dengan lagunya seperti Yen Ing Tawang Ono Lintang dan Walang Kekek. Saat itu memang keroncong mengalami massa keemasannya di Solo, hal itu tidak dapat dipisahkan dari kaitannya dengan pengaruh langgam jawa.” Di Jawa Tengah, keroncong dipadukan dengan musik gamelan (langgam jawa) menjadi musik yang lebih dihargai. Tempat yang commit to user 135 AH Soeharto. Serba-serbi Keroncong. (Yogjakarta: Dian Aksara, 1999). hal. 41. 93 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menjadikan langgam jawa tetap eksis adalah Kota Solo. Hal tersebut salah satunya disebabkan karena apresiasi terhadap langgam jawa sangat tinggi. Seperti yang di ungkapka informan 7, pada tahun 1960 semakin menguatnya irama langgam keroncong, tercatat beberapa seniman pencipta lagu langgam jawa, antara lain; Andjar Any dengan lagu ciptaannya “Yen Neng Tawang Ono lintang”, S. Dharmanto dengan lagu ciptaannya “Lara Brata”. Tidak disangkal langgam jawa adalah anak kandung keroncong hasil perkawinan dengan irama daerah jawa yang banyak digemari oleh masyarakat. Perkembangan kepoluleran musik keroncong di Solo tidak selalu berada dimasa-masa keemasan saja, namun keroncong juga mengalami masa-masa kemunduran. Pada tahun 1960-an keroncong mengalami masa kemunduran seiring masuknya budaya barat yang masuk ke Indonesia. Sedikit demi sedikit kepoluleran musik keroncong terganti oleh musikmusik modern dari budaya barat. Dijelaskan oleh Sunu Nugroho Widi Ariyanto dalam skripsinya yang membahas tentang sejarah perkembangan keroncong di Surakarta mengungkapkan bahwa pada tahun 1966 setelah jatuhnya Presiden Soekarno, pemerintah digantikan oleh Soeharto dan kebijakan-kebijakan baru pun dibuka. Pengaruh barat mengalir deras masuk ke Indonesia. Perlahan-lahan pamor keroncong juga mulai menurun diterpa arus musik modern. Di Solo sendiri, mundurnya Keroncong juga disebabkan menjamurnya pusat hiburan yang menyajikan musik-musik modern. Selain itu matinya kelompok orkes keroncong juga membuat eksistensi commit to user 94 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id keroncong menurun. Menurut W.S. Nardi, mundurnya orkes keroncong juga disebabkan karena meninggalnya pimpinan orkes yang pada akhirnya tidak ada gantinya. 136 Sebagai seniman keroncong yang juga hidup pada masa itu, informan 4 juga mengatakan keroncong mengalami masa kemunduran. Hal itu terjadi akibat masuknya budaya barat ke Indonesia dan keroncong mulai kalah bersaing dengan musik yang berasal dari budaya barat tersebut. “Keroncong di Solo juga mengalami masa-masa kemunduran. Ya memang saat itu perkembangan musik di Indonesia berkembang dengan masuknya musik-musik dari barat. Lama kelamaam musik-musik seperti musik pop dan musik melayu atau dangdut juga berkembang dan disukai masyarakat. Keroncong sendiri juga lama kelamaan mengalami massa kemunduran. Karena minat masyarakat yang berubah menyukai musik yang bisa dikatakan modern dari budaya barat itu.” Pandangan yang sama pun diungkapkan oleh informan 7 yang beranggapan selain musik keroncong kalah popular dibandingkan musik dari budaya barat, keroncong di Solo mengalami kemunduran akibat kurang sempurnanya regenerasi kelompok-kelompok orkes keroncong. Pendapat informan 7 ini sejalan seperti yang dikatakan W.S. Nardi yang juga menyoroti kemunduran keroncong pada regenerasi dalam kelompok orkes keroncong. “Masa-masa keroncong mengalami kemunduran, memang faktor utamanya yaitu masuknya pengaruh budaya barat. Lama-lama minat masyarakat beralih ke musik barat yang lebih modern dan lebih energik. Mungkin pada saat itu masyarakat mengalami kebosanan dengan musik keroncong yang iramanya halus dan lemah lembut. Karena kurang minatnya masyarakat akan musik keroncong, ini berpengaruh pada proses regenerasi orkes keroncong. Regenerasi yang buruk menjadikan orkes keroncong tidak ada penerusnya dan lama-lama mati. Karena mengang commit to user Musik keroncong Di Surakarta Tahun Sunu Nugroho Widi Ariyanto. Skripsi: Perkembangan 1930-1968. (Surakarta: UNS, 2007), hal. 52. 136 95 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id minat masyarakat terhadap keroncong beralih pada musik-musik dari budaya barat seperti musik pop. Ya dapat kita lihat seperti sekarang ini.” Musik keroncong merupakan kesenian daerah yang harus dijaga keberadaannya dan terus dikembangkan agar tidak punah. Dewasa ini kesenian keroncong mulai pudar seiring dengan perkembangan zaman, seni musik keroncong mulai tergeser oleh musik-musik hasil budaya barat, seperti rock, pop, R and B dan lain-lain. Musik keroncong seharusnya menjadi salah satu budaya bangsa yang digandrungi oleh generasi muda bangsa, akan tetapi telah banyak generasi muda yang tidak memperhatikan atau malah dilupakan. Sebagai anak bangsa yang mencintai budaya bangsa, seharusnya kita mampu melestarikan dan mengembangkan seni-budaya Indonesia, dalam hal ini khusunya keroncong agar tetap ada. Dalam perkembangannya musik keroncong di Indonesia terutama di Surakarta mengalami berbagai macam kondisi. Akan tetapi seiring perkembangan zaman dan munculnya berbagai golongan masyarakat yang peduli terhadap budaya daerah. Memasuki dekade tahun 2000 keroncong ternyata berkembang lebih baik. Seperti yang dikatakan oleh informan 4 yang menjadi Ketua HAMKRI Surakarta: “Sebelum saya memimpin HAMKRI, kira-kira tahun 2004, kondisi keroncong bisa dibilang sangat memprihatinkan, pada saat itu grup keroncong di Solo cuma ada 12 grup dan jarang sekali ada lomba-lomba keroncong, akan tetapi sehabis tahun 2004 HAMKRI berkerja sama dengan pemerintah untuk menggiatkan kembali keroncong, Alhamdulillah telah banyak mengadakan lomba-lomba dan grup-grup keroncong pun semakin bertambah.” Melalui pernyataan informan 4 tersebut, pada tahun 2004 commit to user keroncong mulai mengalami perkembangan seiring mendapat perhatian 96 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dari berbagai pihak untuk menggiatkan kembali keroncong dengan mengadakan lomba-lomba keroncong. Akan tetapi, menurut informan 7 pengadaan lomba-lomba keroncong belum cukup untuk mengembalikan kembali popularitas keroncong agar benar-benar lestari dan berkembang. Karena itu informan 7 mengungkapkan perlunya sebuah wadah agar keroncong lebih diminati masyarakat luas. “Pada sekarang ini kondisi keroncong memang berangsur membaik. HAMKRI yang berkerjasama dengan pemerintah telah banyak menyelanggarakan lomba-lomba keroncong dan perlahan grup-grup keroncong di Solo yang dulu mati kembali eksis lagi. Akan tetapi untuk lebih melestarikan keroncong perlu adanya suatu wadah yang dapat kembali mengangkat pamor keroncong di mata masyarakat agar keroncong lebih bisa diminati masyarakat lagi. Sekarang ini kan kita tahu masyarakat, khususnya generasi muda pasti lebih menyukai musik pop daripada musik keroncong.” Pendapat yang sama pun disampaikan oleh informan 5 yang menilai untuk lebih mengembangkan serta melestarikan keroncong perlu adanya sebuah wadah atau media yang dapat mengembalikan minat masyarakat kepada musik keroncong. “Keroncong di Solo sekarang ini memang perkembangannya berangsur membaik. Peran HAMKRI mengadakan acara-acara keroncong dan lomba-lomba serta perhatian pemerintah menjadi salah satu penyebabnya. Tapi perlu adanya suatu untuk mengubah persepsi masyarakat agar keroncong tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Seperti adanya siaran radio atau televisi yang menyiarakan keroncong akan memberikan tempat untuk keroncong supaya lebih bisa diterima masyarakat”. Keberadaan media sebagai tempat untuk menjadikan keroncong lebih berkembang, menurut informan 4 juga memiliki peranan tersendiri dalam perkembangan keroncong di Surakarta. Seperti yang dikatakan informan 4 salah satunya adalah RRI Surakarta yang menyiarkan musik commit to user 97 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id keroncong menjadikan musik keroncong, khususnya di Surakarta lebih perkembang dan dapat dinikmati oleh masyarakat. “Peran RRI dalam perkembangan musik keroncong di Surakarta sangat baik sekali. Saat kini sedikit sekali radio yang menyiarkan acara keroncong tapi saya salut dengan RRI Surakarta yang menyiarkan keroncong sampai saat ini. Saya kira pendengar acara keroncong di RRI juga banyak yang suka. Jadi RRI Surakarta memiliki peran penting dalam melestarikan musik keroncong di Surakarta supaya tetap ada dan tidak mati.” Sama halnya dengan informan 9 yang menganggap siaran musik keroncong di RRI Surakarta memiliki pengaruh besar terhadap kelestarian dan perekembangan keroncong di Surakarta, tidak hanya itu siaran musik keroncong di RRI Surakarta mampu mewadahi para pecinta musik keroncong. “Menurut saya RRI Surakarta memiliki peran penting dalam melestarikan musik keroncong di Surakarta. Karena memang di Solo tidak ada lagi stasiun radio selain RRI Surakarta yang menyiarkan musik keroncong. RRI ini bagus sekali. Nama acaranya itu Keroncong Pojok Pamor. RRI menyelenggarakan Keroncong Pojok Pamor secara live, jadi ada grup keroncong membawakan lagu, ada penontonnya juga dan disiarkan RRI secara langsung. Dan penontonnya di RRI itu banyak orang yang datang serta memiliki komunitas pendengar yang setia, termasuk saya. Nah, itu bagus untuk keroncong supaya tetap lestari dan tidak punah.” Menurut uraian di atas memang perkembangan musik keroncong di Surakarta tidak lepas dari pengaruh media radio yang menyiarkan acara musik keroncong. Radio memiliki komunitas pendengar yang setia memberikan tempat bagi musik keroncong untuk diapresiasi masyarakat secara luas. RRI (Radio Republik Indonesia) Surakarta memiliki wadah komunitas atau paguyuban yang diberi nama paguyuban “PAMOR”. commit to user 98 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Paguyuban Pamor dibentuk pada tahun 1997 yang bertempat di RRI Surakarta. Paguyuban Pamor sendiri terdiri dari masyarakat karesidenan Surakarta yang mencintai musik keroncong dan ingin tetap mengembangkan musik keroncong. Paguyuban Pamor RRI Surakarta memiliki visi dan misi sebagai wadah pendengar RRI Surakarta yang menjalin persaudaraan yang akrab dan tulus. Dengan visi dan misi tersebut diharapkan pamor dapat menjaga kelestarian budaya Jawa. Keroncong pojok Pamor ini dipelopori oleh Bapak Jangkung dan Ibu Lita. Beliau berdua ini adalah anggota dari Pamor RRI. Beliau sebagai pelopor untuk mendirikan Keroncong pojok Pamor pada tanggal 15 Oktober tahun 2000. Keroncong pojok Pamor ini siaran dalam satu bulan hanya dua kali, yaitu pada minggu pertama dan minggu ketiga. Kesenian tradisional yang ditampilkan dalam siaran Keroncong pojok Pamor mempunyai suatu nilainilai sosial yang ada dalam masyarakat. Sehingga dapat mempengaruhi masyarakat dan juga kesenian tradisional tersebut merupakan penampilan dari keadaan masyarakat yang sedang terjadi. Oleh karena itu RRI Surakarta sebagai radio siaran publik yang dimiliki oleh pemerintah, mencoba untuk lebih mempopulerkan dan mempertahankan keberadaan kesenian kebudayaan Jawa melalui suatu acara Keroncong pojok Pamor yang didalamnya terdapat lagu-lagu daerah. 137 Menyimak apa yang dikemukakan di atas, peneliti dapat mengamati bahwa dengan tampilnya keroncong di media dapat memberi ruang bagi keroncong untuk di apresiasi oleh masyarakat. Hal ini terlihat to user Faradyan Erwanto. Skripsi: Programcommit Siaran Budaya Pada Radio RRI dan Pelestarian Kebudaya Jawa. (Surakarta: UNS, 2011), hal. 36-37. 137 99 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dari siaran keroncong di radio yang memiliki komunitas pengemar sendiri. Pengemar keroncong tidak lain adalah pendengar radio atau dalam hal ini konsumen media. Hadirnya media massa dapat memberi dampak pada pelestarian dan perkembangan suatu kebudayaan. Jika media tersebut mau menayangkan program acara budaya. Saat ini, media berlomba-lomba memberikan informasi dengan sifat-sifat yang dimilikinya. Media massa pun dapat merubah sikap seseorang. Sehingga, khalayak sendiri akan melihat sejauh mana informasi yang ia dapatkan dari menggunakan media massa tersebut, dan nantinya apakah akan berpengaruh pada kehidupan sehari-hari. Perubahan perilaku manusia akan terlihat setelah diterpa pesan media. Oleh karena itu setiap media memiliki cara tersendiri dalam menyampaikan pesan kepada manusia. Menurut Denis McQuail (2000) dalam bukunya Mass Communications Theory menyatakan bahwa media massa memiliki sifat atau karakteristik yang mampu menjangkau massa dalam jumlah yang besar dan luas (universality of reach), bersifat publik dan mampu memberi popularitas kepada siapa saja yang mucul di media massa. 138 Hadirnya televisi lokal di Surakarta tentunya memberi angin segar terhadap pelestarian keroncong. TATV Surakarta sebagai televisi lokal yang memberikan informasi dan hiburan lokal, serta tetap menjunjung tinggi kearifan lokal dan budaya daerah. Surakarta sebagai daerah siaran TATV, memiliki beraneka ragam kesenian daerah, termasuk salah satunya 138 commit to user Morissan. Teori Komunikasi Massa. (Bogor: Ghadia Indonesia, 2010), hal 1. 100 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id adalah keroncong. Keroncong merupakan budaya daerah asli Surakarta yang harus tetap dijaga kelestariannya. Sehingga sebuah komitmen dari TATV untuk menayangkan program acara musik keroncong yang merupakan kebudayaan daerah Surakarta merupakah hal yang positif dan perlu mendapat dukungan. Penayangan musik keroncong di media akan memberi dampak yang signifikan terhadap pelestarian dan pengembangan musik keroncong, khusunya di Surakarta. Seperti yang dijelaskan oleh Denis McQuail di atas bahwa media massa memberi polularitas kepada siapa saja yang muncul di media massa tersebut, termasuk budaya daerah seperti keroncong. commit to user 101 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id III.C. TATV Sebagai Media Massa Televisi Lokal di Surakarta III.C.1. Karakteristik Stasiun Televisi Lokal TATV Berdasarkan data yang disusun peneliti dari lapangan, karakteristik Terang Abadi Televisi (TATV) Surakarta dapat digambarkan sebagai berikut; Tabel III. 2 Karakteristik Terang Abadi Televisi (TATV) Surakarta No Fokus Terang Abadi Televisi (TATV) Surakarta 1. Stasiun Penyiaran Daerah Surakarta (Lokal) 2. Pengelola Media Domisili Lokal (Surakarta dan sekitarnya) 3. Isi Siaran Dominasi Acara Lokal: 60% Lokal dan 40% Universal. 4. Daya Pemancar 10 KWH (Pathuk - Jogjakarta) dan 2 KWH (Mojosongo - Solo). 5. Daerah Jangkauan Kota Surakarta (Solo), Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, Karanganyar, Kota Jogjakarta (DIY), Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kabupaten. Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Magelang, Sebagian Pati, Kudus, Wonosobo, Temanggung, dan Ngawi. commit to user 102 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hasil pada tabel di atas bila dikaitkan dengan konsep atau karakteristik media massa lokal menurut Zakbah dalam bukunya: Peranan Media Massa Lokal Bagi Pembinaan dan Pengembangan Budaya Daerah Riau yang menyatakan bahwa sebuah media massa lokal, dalam hal ini peneliti katakan media televisi lokal, memiliki kesamaan dalam pengelola media, jangkauan siaran, serta isi siaran yang mengacu dan menyesuaikan diri kepada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat. Sehingga dapat dikatakan TATV memenuhi syarat untuk disebut sebagai televisi lokal. Mengenai stasuin penyiaran dan wilayah jangkauan siaran TATV, peneliti menilai hal ini secara hukum sudah dapat dibenarkan sesuai dengan aturan yang ditetapkan bagi media massa lokal. Sebagaimana diatur dalam pasal 31 ayat 5 Undang-Undang No. 32 tahun 2002 Tentang Penyiaran, “stasiun penyiaran lokal dapat didirikan di lokasi tertentu dalam wilayah negara Republik Indonesia dengan wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut”. Dalam hal ini stasiun siaran TATV bukan berada di Ibukota Negara Republik Indonesia tetapi berada dalam wilayah Negara Republik Indonesia, yaitu berdomisili di Surakarta, Jawa Tengah. Serta wilayah jangkauan siarannya terbatas pada wilayah Surakarta dan sekitarnya, karena siaran TATV ditujukan untuk masyarakat lokal di daerahnya, yang pada umumnya memiliki lingkup yang lebih kecil tidak secara nasional. commit to user 103 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sebagai televisi lokal, TATV seperti halnya televisi lokal pada umumnya juga lebih menonjolkan unsur-unsur lokal daerah, baik dalam bidang sosial dan budaya. Kearifan lokal daerah ini diwujudkan oleh televisi lokal melalui program acara yang mereka tayangkan. Dalam hal ini TATV memiliki program acara; Surakarta Hari ini, Terang Pagi, Kabar Awan, Kabar Wengi, Kabar Bocah, Kabar Gasik, Jogja Hari Ini, merupakan program acara kategori news yang memberi informasi pemirsanya mengenai berita-berita lokal di Surakarta dan sekitarnya, walaupun juga ada kategori berita-berita nasional maupun internasional namun informasi yang memiliki unsur lokal masih mendominasi. Siaran talkshow seperti UMS Kick, UNS Menyapa, Fokus Kita, Jagongan Sargede, Forum Solusi, Warna-Warni; serta siaran feature atau magazine seperti Jelajah Wisata dan Mampir Maem juga masih sarat dengan unsur kedaerahan yang dibangun TATV untuk memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan pemirsanya yang memang kebanyakan masyarakat lokal Surakarta dan sekitarnya. Adapun program acara TATV bernuansa budaya yang menayangkan kesenian asli daerah Surakarta seperti; Keroncong, Campursari, Ketoprak, Wayang Kulit, dan lain-lain, juga disiarkan rutin setiap minggunya untuk menguhibur masyarakat di wilayah siarnya. Serta program acara kategori berita (news); Terang Sanyakala yang menyiarkan berita-berita lokal di daerah Surakarta dan commit to user 104 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sekitasrnya dengan khusus berbahasa jawa yang merupakan bahasa sehari-hari masyarakat Surakarta. Melihat seperti yang telah diungkapkan diatas bahwa TATV memiliki banyak kandungan unsur lokal dalam program acara yang ditayangkan, hal ini semakin menguatkan TATV sebagai televisi lokal. Sejalan seperti yang di ungkapkan oleh Indras Eko A. bahwa,”…televisi lokal dalam program acaranya banyak menonjolkan sisi kebudayaan yang ada dalam jangkauan wilayah televisi lokal tersebut…”. 139 Local-content dalam program acara TATV merupakan keistimewaan televisi lokal yang memang diperuntukkan kepada audience atau masyarakat lokal di daerahnya. Tayangan yang bermaterikan sosial, budaya, pariwisata, ekonomi, dan unsur kedaerahan menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat setempat. III.C.2. Tayangan Program Acara di TATV Untuk menganalisis tayangan program acara TATV Surakarta, peneliti melakukan interview untuk mengetahui isi program acara yang ditayangkan oleh TATV terhadap pihak TATV, sedangkan datadata dan dokumen-dokumen tentang TATV yang peneliti peroleh menjadi bahan pertimbangan. Serta peneliti juga melakukan crosschek untuk mengetahui kebenaran pernyataan dari pihak TATV mengenai program acara yang ditayangkan dengan respon dari para pemirsa TATV terhadap program siarannya. to Tubuh user Komunikasi Kontemporer. (Surakarta: Indras Eko A dalam Fajar Junaedi. commit Membedah UMS Press, 2010), hal. 94. 139 105 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id A. Materi Siaran Lokal di TATV Sebagai sebuah media massa lokal (televisi lokal) yang berbasis di daerah Surakarta, TATV memberikan isi materi siaran yang mengacu dan menyesuaikan diri kepada kebutuhan dan kepentingan masyarakat di daerahnya. Hal ini memberi arti bahwa TATV sangat kental sekali dengan unsur lokal. Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh informan 1 selaku Ketua Departemen Pengembangan dan Kreatifitas Program TATV bahwa materi siaran TATV lebih bermuatan unsur lokal dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat sebagai pemirsanya. “Materi siaran yang akan kita (TATV) tampilkan tentunya harus sesuai dengan apa yang masyarakat Surakarta dan sekitarnya inginkan. Mengingat kita televisi lokal. Jadi materi siaran kami tidak jauh dari apa yang audience butuhkan. Karena masyarakat lokal itu lebih suka berita-berita tentang berbagai peristiwa, kejadian lokal yang dari daerah mereka sendiri, budaya mereka sendiri dan unsur lokal ini adalah kelebihan televisi lokal, televisi nasional tidak mungkin ada.” Dari apa yang disampaikan pihak TATV dan hasil pengamatan peneliti, materi yang ditayangkan oleh TATV menang lebih bermuatan unsur lokal kedaerahan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh para audience-nya. Tanggapan dari pemirsa terhadap tayangan TATV pun beragam, namun pada umumnya pendengar dapat menangkap dan menerima materi yang ditayangkan oleh TATV. Seperti diungkapkan oleh informan 11 yang kesesuaian materi siaran TATV dengan kebutuhan masyarakat Solo. commit to user 106 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id “Ya memang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Solo. TATV itu siarannya daerah sendiri jadi ya bisa tahu berita-berita kejadian kota Solo yang daerah sendiri gitu, jadi tidak ketinggalan berita. TATV juga menyiarkan kebudayaan daerah, seperti campursari, wayang kulit juga pernah saya tonton di TATV.” Hal yang sama dikatakan oleh informan 14 yang melihat perbedaan TATV dengan stasiun televisi lainnya. Menurutnya TATV lebih mempunyai unsur lokal dan kedaerahan. “TATV saya melihatnya jelas beda sekali dengan tv nasional. TATV yang saya lihat banyak unsur lokalnya. Jadi lebih pribumi, lebih banyak unsur daerahnya. Dari acaranya itu banyak acara-acara kesenian daerah”. Adapun informan 12 juga menyatakan TATV sebagai televisi yang banyak menayangkan acara yang bertema budaya. ”Karena TATV itu tv-nya wong Solo. Saya lihat itu dengan televisi yang lain berbeda sekali. TATV acaranya banyak yang menayangkan budaya dan kesenian. Barita-beritanya juga banyak berita khusus daerah Solo dan sekitarnya.” Kemudian juga dikuatkan oleh pernyataan informan 13 yang menyatakan bahwa materi siaran TATV banyak memuat unsur kebudayaan daerah dan beritanya pun sesuai dengan kebutuhan informasi masyarakat Surakarta. “Acaranya itu banyak siaran budaya daerah seperti keroncong, campursari, ketoprak dan banyak setahu saya. Selain itu berita-beritanya juga berita-berita di Solo dan sekitarnya, bahkan ada juga yang pakai Bahasa Jawa. Ada juga acara yang semacam talkshow, yang dibahas juga beragam jadi menambah ilmu pengetahuan juga. Ya intinya TATV itu bagus dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Solo.” Pendapat informan ini memberi gambaran jika materi siaran TATV memiliki unsur kedaerahan yang memang menjadi kebutuhan masyarakat daerahnya. Melihat dari pendapat commit di to user 107 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id informan di atas, bahwa TATV menayangkan kebudayaan di daerahnya, serta memberi informasi yang bersifat lokal yang menurutnya banyak memberi manfaat bagi masyarakat Surakarta sebagai audience-nya. Berdasarkan temuan di atas, peneliti menilai materi yang disiarkan oleh TATV Surakarta masih mengacu pada ketentuan umum pelaksanaan siaran yang mencakup unsur informasi, pendidikan dan budaya seperti yang tertuang pada pasal 36 ayat 1 UU No. 32 tahun 2002. Pasal ini menjelaskan bahwa isi siaran media penyiaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia. 140 Dalam profil TATV terdapat penjelasan mengenai isi siaran, apa saja materi yang disiarkan berikut prosentase besarannya. Disitu disebutkan jika TATV menyuguhkan siaran lokal sebanyak 60% dan universal sebanyak 40%. Dari sini peneliti melihat isi siaran TATV memang masih mengacu pada peraturan perundangan. Seperti yang dijelaskan dalam pasal 36 ayat 2 UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, menjelaskan bahwa isi siaran dari jasa penyiaran televisi, yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran Publik, commit to user 140 UU No 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, 2002. 108 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id wajib memuat sekurang-kurangnya 60% mata acara yang berasal dari dalam negeri (lokal). 141 Pasal 36 ayat 2 UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh informan 1 tentang TATV; “Untuk prosentase materi menyiaran di televisi kami, ini seperti dalam profil kami juga dijelaskan, yakni 60% lokal dan 40% universal, yang artinya memang kami lebih lokal kedaerahan karena memang televisi kami televisi lokal, audience kami audience lokal. Jadi kebanyakan program acara kami mengarah pada kebutuhan masyarakat lokal.” Seperti halnya dengan informan 2 yang melihat TATV sebagai televisi lokal yang ikut serta melestarikan budaya di daerahnya. ”Ya memang TATV berada didaerah Surakarta yang bisa disebut kota budaya yang kental sekali dengan budaya Jawa-nya, sehingga harus memupuk berbagai budaya yang ada di Surakarta ini, salah satunya dengan program-program siaran seni tradisional yang kami punya.” Secara umum berdasarkan pengamatan peneliti materi yang disiarkan oleh TATV Surakarta sangat lokal dan kedaerahan. Unsur kedaerahan tersebut mencakup ranah informasi, pendidikan dan budaya, yang dalam hal ini peneliti amati telah merasa cukup mewakili kebutuhan audience-nya. Namun bukan berarti tayangan TATV tidak tersentuh unsur nasional dan internasional, namun peneliti jelaskan bahwa unsur commit to user 141 Ibid. 109 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id lokal atau kedaerahan yang ditayangkan dalam program-program TATV lebih dominan. B. Penyusunan Program Acara di TATV Morissan dalam bukunya yang berjudul Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi, menyebutkan bahwa tidak ada yang lebih penting dari acara atau program sebagai faktor yang paling penting dan menentukan dalam mendukung keberhasilan finansial suatu stasiun penyiaran radio dan televisi. Adalah program yang membawa audience mengenal suatu stasiun penyiaran. 142 Dalam penelitian ini, peneliti memiliki pikiran yang sama terhadap apa yang di ungkapkan oleh Morissan. Pada awal berdirinya TATV telah menjadikan program acara sebagai suatu ciri televisi ini sendiri dan mengenalkanya kepada masyarakat atau audience-nya di Surakarta sebagai daerah ruang siarnya. Hal ini dikuatkan oleh informan 1 yang mengemukakan: “Kita tahu ya Mas, suatu program acara itu merupakan hal yang sangat amat penting dalam media televisi. Bisa dibilang ini nyawanya televisi. Bahkan program acara yang ada di televisi itu bisa menjadi suatu ciri khas televisi itu sendiri. TATV merupakan televisi lokal jadi kita buat program acara yang dapat mencirikan TATV, yaitu lokal. Semua acara di TATV sebagian besar bernuansa lokal, baik hiburannya juga beritanya. Sebagai media kita juga harus mengerti kemauan masyarakat makanya kita buat program acara yang masyarakat ingini.” commit to user Morissan. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. (Kencana: 2008), hal. 199. 142 110 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Menambahkan betapa pentingnya keberadaan program acara di suatu televisi, Informan 2 mengemukakan bahwa program acara merupakan alasan masyarakat untuk menonton televisi; “Iya sangat penting, jadi program acara di televisi itu penting sekali. Kalau tidak ada program acara kita mau menyampaikan apa? Program ini membuat masyarakat menonton televisi. Kalau tidak ada program acara mana mau masyarakat menonton, menonton apa? Tapi untuk program acara TATV tentunya kita buat yang baik.” Pernyataan pengelola TATV di atas memberi pengertian kepada peneliti akan pentingnya suatu program acara di televisi. Untuk itu dalam merencanakan dan menyusun program acara di televisi diperlukan tahapan sehingga program acara dapat terbentuk dan berjalan dengan baik. Selanjutnya, dalam merencanakan dan menyusun program acara, TATV memiliki tim sendiri dalam hal perencanaan dan penyusunan program acara yaitu Bagian Kreatifitas dan Pengembangan Program berkerjasama dengan Bagian Produksi. Seperti yang dikemukakan oleh informan 1 bahwa: “Untuk penyusunan program acara kami rapatkan secara tim, jadi dari proses awal munculnya ide atau gagasan sampai proses produksi, tugas ini dibagian kreatifitas dan pengembangan program berkerjasama dengan bagian produksi, jadi kita merencanakan terlebih dahulu sebelum masuk pada produksi acara, program acara kita godog disini” commit to user 111 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendapat yang sama juga disampaikan informan 2, jika penyusunan program acara TATV tidak dilakukan secara individu. “Sebelum memprodiksi acara terlebih dulu kita rapatkan dengan bagian kreatifitas dan pengembangan program. Jadi mulai dari usulan ide sampai proses produksi program acara di mulai dari rapat antara tim kreatif dan pengembangan dengan bagian produksi” Menyusun program acara yang baik untuk sebuah televisi siaran bukanlah sesuatu yang mudah, untuk dapat menyusun program acara yang baik maka industri televisi siaran harus tanggap dan mempelajari karakter perilaku masyarakat yang akan dijadikan target audience-nya agar program acara yang ditayangkan tersebut sesuai yang diinginkan dan dibutuhkan masyarakat. Seperti yang disampaikan Wahyu Sudarmawan di BAB I, program acara disusun oleh manajemen televisi dengan beberapa alternatif tahapan proses untuk membidik pemirsanya. Tahap yang pertama adalah melakukan riset dan mempelajari kondisi audien atau penonton yang akan dituju dengan mengkaji status sosial ekonomi pemirsanya, pendidikan dan usia efektif (variabel demografis), perilaku sosial (variabel psikografis) dan penonton yang akan disasar serta mempertimbangkan faktor geografis lokasi studionya. Tahap kedua adalah dengan melakukan analisa atas data riset tersebut sebagai dasar untuk menetapkan Segmentasi, Targetting, Positioning. commit to user 112 Formatting dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Programming dalam upaya membidik penonton yang akan dituju. 143 Untuk kebutuhan riset program acara TATV melakukannya setelah program acara berjalan dan disiarkan. Karena riset yang dilakukan oleh TATV bertujuan untuk mengetahui minat masyarakat terhadap suatu program acara. Hal ini dibenarkan informan 1, “Memang sebaiknya ada riset terlebih dulu ya, tapi TATV karena boleh dikatakan masih baru dalam dunia penyiaran, jadi kita sistemnya masih menawarkan program acara. Program acara kita siarkan dan tinggal kita tunggu respon dari masyarakat. Jadi sistem risetnya itu semacam evaluasi program acara apakah suatu program acara diterima pasar atau tidak. Melalui evaluasi ini kita nanti akan membuat kebijakan apakah program acara tersebut perlu di perbaiki lagi atau di stop, kita ganti program yang lain”. Memang pada kenyataannya sistem penyusunan program acara di TATV masih belum sesuai dengan televisi lain yang sudah mapan. Dengan usia TATV yang masih tergolong sangat muda, penyusunan program acara diproses masih secara sederhana. Program acara disusun dan direncanakan langsung dari ide internal dan langsung dibuat suatu program acara yang siap untuk disiarkan, tanpa melakukan sebuah riset terlebih dahulu. 143 Wahyu Sudarmawan. TESIS: ANALISIS KEBIASAAN MENONTON TELEVISI DI KOTA YOGYAKARTA DIUKUR DENGAN MENGGUNAKAN VARIABEL DEMOGRAFIS: Evaluasi commit to user Pemrograman Acara Televisi Lokal RBTV Jogja dalam Upaya Meraih Penonton. (Program Pasca Sarjana UNS: 2006), hal. 14 113 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id C. Kesesuaian Program Acara dengan Visi dan Misi TATV Program acara dalam sebuah televisi tentu dibuat berdasarkan visi dan misi yang dibawa oleh televisi tersebut, demikian juga dengan TATV (Terang Abadi Televisi) yang memiliki visi dan misi seputar pengelolaan informasi dan hiburan untuk kemajuan masyarakat di daerah layanan siarnya. Pernyataan informan 1 dalam wawancara dengan peneliti menunjukkan jika pengelola TATV telah menyesuaikan program siaran agar sesuai dengan visi dan misi yang dirumuskan. ” Iya, tentu saja setiap pogram acara yang kami buat harus sesuai dengan visi dan misi yang kami miliki. Kita tahu, visi dan misi merupakan ya boleh dikatakan sebagai dasar atau landasan yang harus diperhatikan dalam pembuatan program. Kita memiliki visi dan misi sebagai sarana informasi yang baik bagi masyarakat serta ikut berperan dalam membangun kemajuan daerah, tentunya kami buat acara yang sesuai. Kita menyiarkan berita-berita yang baik yang memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu TATV juga ikut andil dalam mendukung programprogram pemerintah daerah Surakarta. Seperti kita juga punya program yang bekerjasama langsung dengan pemerintah daerah.” Hal serupa juga diungkapkan oleh infoman 3 yang memandang program acara di TATV sudah sejalan dengan tujuan TATV yaitu memberi sumbangsih yang berarti guna kemajuan daerah atau masyarakat, dari aspek kebudayaan. ”Menurut saya sudah ya, jika melihat visi dan misi TATV, saya coba singkronkan dengan program-program acaranya itu bisa dibilang sudah sejalan dengan visi dan misi sebagai televisi lokal di daerahnya. Dengan program acara yang mengangkat budaya daerah seperti keroncong, karawitan, campursari dan wayang orang atau wayang kulit, tentunya sangat diharapkan potensi seni budaya akan terangkat. Seperti kita tahu bahwa seni budaya itu kan juga merupakan potensi daerah yang harus didukung. Tentunya dengan program acara seperti itu televisi lokal TATV commit to user 114 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sesuai dengan visi-misinya yaitu ikut serta dalam memajukan potensi di daerahnya.” Peneliti memperhatikan program-program acara TATV telah sesuai dengan visi dan misi yang diusung. TATV ikut memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan bagi masyarakat Surakarta, serta membantu kemajuan daerah seperti dengan program acara yang melestarikan budaya daerah. Akan tetapi, untuk melihat apakah program acara di TATV ini sudah sesuai dengan visi dan misinya maka dibutuhkan juga penilaian dari pemirsa yang secara langsung merasakan manfaat dari program acara yang ditonton. Berikut pendapat dari informan 7 yang merasa TATV bisa menambah wawasan, menerima informasi yang memajukan masyarakat, sekaligus mendapat hiburan dengan menonton acara di TATV. ”Dengan adanya TATV itu apa saja pengetahuan ataupun informasi, khususnya yang ada di daerah ter-cover semua. Banyak berita daerah yang di tayangkan, ini menjadikan kita warga Solo itu tahu berita-berita di Solo, tidak hanya berita-berita yang lingkupnya nasional saja. Selain itu untuk hiburannya juga sangat menarik, kesenian daerah asli banyak ditampilkan dan itu sangat menghibur. Jadi TATV baik untuk masyarakat, demi kemajuan masyarakat itu kalau dari saya sangat-sangat bermanfaat dan berguna.” Selain pemenuhan informasi dan hiburan, program acara di TATV juga berperan dalam pelestarian budaya lokal yang merupakan potensi daerah, begitu menurut informan 10. ”TATV sangat bermanfaat sekali Mas, contohnya manfaat dalam memajukan kebudayaan daerah, TATV banyak menampilkan kesenian-kesenian tradisional seperti keroncong, campursari, wayang, macapatan, commit to user itu semua saya pernah menonton 115 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan saya rasa TATV memiliki niat bagus dalam melestarikan kesenian dan kebudayaan daerah.” Dukungan terhadap TATV juga di sampaikan oleh informan 8 yang melihat TATV memiliki peran sesuai visi dan misinya dalam memajukan daerah dengan membantu tersosialisasinya program-program pemerintah. “Tentu saya juga melihat kerjasama antara TATV dengan pemerintah ya Mas. TATV banyak membantu mensosialisaikan program-program pemerintah kepada masyarakat. Biasanya dalam program acara semacam talkshow-talkshow ringan yang tampil di TATV. Bagi saya sendiri selaku memirsa ya sedikit banyak tahu tentang kebijakan-kebijakan pemerintah sekarang ini. Ya, lebih melek informasi begitu.” Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa banyak dari informan menyatakan mendapatkan manfaat dari menonton tayangan TATV, mulai dari terpenuhinya informasi yang dibutuhkan masyarakat, serta TATV ikut terlibat dalam melestarikan budaya daerah. Selain itu, informan juga mengungkapkan terjalinnya kerjasama antara TATV dengan pemerintah untuk mensosialisasikan program-program pemerintah di nilai memiliki unsur positif dalam membangun dan memajukan daerah. Deddy Mulyana dalam bukunya Komunikasi Massa; Kontroversi, Teori dan Aplikasi menyatakan bahwa fungsi pers lokal pada dasarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang bersangkutan (masyarakat lokal), apakah itu kebutuhan dari segi pendidikan, segi informasi, atau hiburan. commit to user 116 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Akan tetapi, fungsi pers lokal yang terpenting adalah membangun dan mengembangkan jati diri (identitas) masyarakat lokal tersebut. 144 Jika dilihat dari visi TATV yaitu memberi dampak kemajuan bagi masyarakat dan daerah melalui pengelolaan informasi dan hiburan berkualitas, dengan mengedepankan potensi lokal, program-program acara yang ada saat ini telah sesuai dengan visi tersebut. Demikian halnya jika dilihat dari manfaat yang dirasakan oleh pemirsa, siaran televisi ini telah mampu memenuhi kebutuhan pemirsa dengan menjadi media informasi dan hiburan berkualitas bagi pemirsanya, berarti ada kesesuaian antara program acara dan visi-misi televisi. Dennis McQuail dalam buku Teori Komunikasi Massa menjelaskan tentang konsep hubungan media massa dan masyarakat dari sudut pandang teori normatif media, teori ini mengasumsikan bagaimana seharusnya media tersebut berperan dalam realita sosial atau bagaimana sebenarnya media berfungsi, bilamana serangkaian nilai sosial ingin diterapkan dan dicapai sesuai dengan sifat dasar nilai-nilai tersebut. Jenis teori normatif media ini berperan dalam membentuk institusi media, harapan publik terhadap media bagaimana media harus memainkan peran secara esensial. 145 Dalam konteks televisi lokal titik sentral pemahaman teori ini terletak pada bagaimana pengelola televisi 144 Deddy Mulyana. Komunikasi Massa; Kontroversi, Teori dan Aplikasi. (Bandung : Widya commit to user Padjadjaran, 2008), hal. 108 145 Ibid, hal. 4. 117 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id lokal mampu memenuhi kebutuhan, kepentingan, dan aspirasi pemirsanya. III.D. TATV Merancang Progam Acara Keroncong III.D.1. Latar Belakang Penayangan Program Acara Keroncong di TATV Mengulang kembali tentang apa yang dikatakan oleh Morissan, bahwa televisi lokal merupakan stasiun penyiaran dengan wilayah siaran terkecil yang mencakup satu wilayah kota atau kabupaten. 146 Hal tersebut menjadikan televisi lokal mempunyai batasan ruang siar berskala daerah (kota atau kabupaten), sehingga membuat televisi lokal lebih menonjolkan daerah yang menjadi lingkungan siarnya. Tak ubahnya TATV yang beroperasi di daerah Surakarta. Status televisi lokal yang dimiliki TATV menjadikan televisi ini menonjolkan kedaerahannya. Dengan kata lain program acara bermuatan lokal menjadi primadona tersendiri bagi televisi lokal. “Local programming appears to be the preferred televisual choice where the geo-linguistic contextallows, it is important to note that in the media marketplace, that which scholars identify as cultural proximity, television executives see as a great business opportunity. That is to say, with the recognition that local audiences tend to prefer culturally proximate programmes, executives have come to understand the value of localization through programme modeling” (program acara lokal tampaknya menjadi pilihan televisi di mana konteks geo-linguistik memungkinkan, penting untuk dicatat bahwa dalam pasar media, yang mana para sarjana mengidentifikasikannya sebagai kedekatan budaya, para pebisnis televisi melihatnya sebagai peluang bisnis yang besar. Artinya, dengan pengakuan bahwa penonton lokal cenderung memilih pendekatan kepada program commit to Mengelola user Morissan. Manajemen Media Penyiaran, Strategi Radio dan Televisi. (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 105. 146 118 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id budaya, para pebisnis telah mengerti nilai lokalisasi melalui program pemodelan). 147 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa TATV memiliki program-program acara yang kental dengan budaya kedaerahannya, yaitu yang khas dengan kota Surakarta. Hal ini diungkapkan oleh informan 10 bahwa TATV memiliki banyak program-program acara kesenian daerah. “Ya, banyak acara keseniannya. Kadang ada acara wayang kulit, ada karawitan dan keroncong. Ada juga berita yang pembaca beritanya itu berbahasa Jawa, jadi acaranya itu khas Solo sekali.” Demikian pula Informan 14 yang membandingkan TATV dengan stasiun televisi lain, serta menganggap TATV lebih memiliki content kedaerahan yang lebih kentara (terlihat) dibandingkan dengan televisi lain. “Kalau dibandingkan dengan stasiun televisi lain, TATV jelas berbeda sekali. TATV bisa dikatakan TV-nya wong Solo. Karena banyak sekali unsur Solo-nya, beritanya lebih banyak berita daerah Solo Raya dan program hiburannya pun menayangkan keseniankesenian asli Solo. Seperti wayang, campursari, keroncong juga ada.” Selain itu, dengan selogan yang di usung TATV yaitu “MANTEB” (Masa Kini dan Tetap Berbudaya), menjadikan stasiun televisi lokal ini tetap berorientasi pada perkembangan zaman, akan tetapi tetap menjaga dan memelihara kebudayaan sebagai kearifan lokal yang harus dipertahankan dan dipelihara. Demikian di ungkapkan informan 1 bahwa; 147 Nickesia Stacy Ann Gordon. Globalization and Cultural Imperialism in Jamaica; The commit of toJamaican user TV through Programme Modeling. Homogenization of Content and Americanization (International Journal of Communication Volume 3. Barry University. 2009), hal. 7 119 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id “TATV mempunyai selogan MANTEB (Masa Depan dan Tetap Berbudaya) yang memiliki arti dalam formatnya kita tidak meninggalkan modernisasi, tetapi budaya lokal tetap kita pelihara. Kebudayaan yang merupakan kearifan lokal itu tetap kita kawal, tetap kita penuhi dan kita support. Hal ini selalu kita terapkan dalam setiap program-program acara yang kita siarkan.” Salah satu bentuk kebudayaan yang ditampilkan oleh TATV adalah seni keroncong. Seni keroncong merupakan suatu wujud budaya Indonesia yang tumbuh dan berkembang pesat di Surakarta. Seperti yang dijelaskan oleh informan 4 bahwa; “Keroncong pada mulanya dibawa oleh bangsa Portugis, pada mulanya keroncong di kenal dan mulai bekembang di Tugu Jakarta, tapi perkembangan keroncong yang paling pesat itu di Solo. Karena dulu keroncong sangat erat dikaitkan dengan gamelan jawanya dan langgam jawa. Apalagi pada era Bapak Gesang keroncong di dikenal sampai ke luar negeri. Iya, boleh dikatakan keroncong memang budaya dari Solo. Apalagi sekarang sudah di canangkan oleh Bapak Wali Kota Solo, Bapak Jokowi, Solo sebagai kota Keroncong.” TATV mempunyai komitmen penuh terhadap pelestarian budaya di Kota Surakarta. Komitmen tersebut jelas terlihat dari visi dan misi TATV yang terealisasi dalam program acara yang disiarkan tidak dapat lepas dari unsur kebudayaan. Hal itulah yang melatar belakangi disiarkannya program acara “Keroncong” di TATV. Demikian pula disampaikan oleh informan 2; “Itu (latar belakang acara Keroncong TATV) karena memang komitmen kita “nguri-nguri” (melesterikan) budaya asli Indonesia supaya jangan punah atau diaku oleh negara lain. Dalam visi dan misi TATV juga jelas sekali disebutkan bahwa setia program acara itu memiliki pengaruh untuk melestarikan budaya. Selama ini kita terus menjalankan program acara keroncong dan ini salah satu bentuk kita untuk melestarikan budaya supaya tidak punah atau mati. Dan menurut saya keroncong ini suatu seni yang harus dipertahankan. Karena menjaga kelestarian budaya sendiri itu kan menjadi kewajiban kita semua.” commit to user 120 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pernyataan informan ini menggambarkan bagaimana komitmen TATV dalam melestarikan kebudayaan daerah, dalam penelitian ini khusunya seni keroncong. Secara garis besar pernyatan informan menyebutkan hal yang melatar belakangi progran acara kebudayaan yang ada di TATV memiliki maksud untuk melestarikan budaya lokal supaya lebih berkembang dan dikenal masyarakat. Dijelaskan pula oleh informan 1 bahwa program acara kesenian keroncong di TATV memiliki kesesuaian dengan visi dan misi yang di usung TATV yaitu melestarikan kebudayaan daerah. “Program acara keroncong yang kita miliki menurut saya sejalan dengan visi-misi TATV. Cocok sekali Mas. Karena memang kita tetap mempertahankan budaya daerah. Walau keroncong itu dikatakan cuma kalangan tertentu yang dapat menikmati, banyak orang bilang musik keroncong itu musiknya orang tua-tua, tapi bicara tentang kebudayaan kearifan lokal. Kebudayaan itu kan selalu identik pada kesenian, nah kesenian-kesenian lokal itu yang harus tetap kita kawal, jadi memang kesenian lokal menjadi preoritas dan tetap akan kita usahakan dan kita support.“ Temuan dari penyataan para infoman, memang dari awal berdirinya TATV telah memiliki komitmen terhadap pelestarian dan perkembangan budaya lokal di Surakarta. Hal tersebut didasari dari adanya visi dan misi TATV yang akan selalu mendukung pelestarian budaya daerah, khusus dalam penelitian ini kesenian keroncong melalui program acara yang ditayangkan. Serta jargon yang selalu di angkat tinggi-tinggi oleh TATV selogan “Masa Kini dan Tetap Berbudaya”, memberi dorongan untuk tetap melestarikan kearifan lokal yang telah ada. commit to user 121 perpustakaan.uns.ac.id III.D.2. digilib.uns.ac.id Penyusunan Program Acara Keroncong di TATV Fred Wibowo dalam bukunya yang berjudul Teknik Produksi Program Televisi mengemukakan bahwa berpikir tentang produksi program televisi bagi seorang produser profesional, berarti mengembangkan gagasan bagaimana materi produksi (ide) itu, selain menghibur, dapat juga menjadai suatu sajian yang bernilai dan mamiliki makna. 148 Dalam hal ini, pada penyusunan program acara televisi suatu ide (materi produksi) merupakan hal penting. Dijelaskan kembali oleh Fred Widodo bahwa ide atau gagasan materi poduksi untuk menyusun suatu program acara televisi dapat berupa apa saja. Kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang dan manusia merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produksi yang bermutu. 149 Demikian pula yang terjadi pada Program Acara Keroncong di TATV yang mendapatkan ide terinspirasi oleh Waldjinah, seorang maestero keroncong dari Solo. Seperti yang dikemukakan informan 1 menceritakan awal munculnya program acara keroncong di TATV. “Dulu awalnya kira-kira di bulan Juli 2004 salah satu dari produser kita bertemu dan ngobrol dengan Bu Waljdinah, kita tahu Bu Waldjinah merupakan tokoh keroncong yang sangat baik di Solo. Beliau juga diakui secara nasional. Lalu terlontar bagaimana jika kita membuat acara keroncong? Dan Bu Waldjinah menangkap sekali dan langsung memberi tanggapan positif, bahkan Bu Waldjinah bersedia membantu bersama HAMKRI. Nah dari situlah ide atau gagasan dari terbentuknya acara keroncong di TATV.” Hal menganai ide tentang program acara keroncong ini juga diakui Waldjinah berasal dari TATV. Beliau mengungkapkan bahwa 148 149 commit to user Fred Wibowo. Teknik Produksi Program Televisi. (Yogyakata : PINUS, 2007), hal. 23 Ibid, hal. 24 122 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pihak TATV mendatangi beliau secara tidak langsung dan menawarkan kerjasama untuk program acara keroncong. “Ide acara keroncong ya dari TATV sendiri. Waktu itu ada wakil dari TATV mendatangi saya, terus menawarkan suatu kerjasama untuk membuat acara keroncong. Terus terang tanpa berpikir panjang saya mau sekali. Dan saya bilang kepada TATV kalau saya dan HAMKRI siap membantu.” Berawal dari ide atau gagasan serta didukung oleh komitmen TATV sendiri yang sangat ingin melestarikan dan membawa unsur lokal dalam setiap program acara akhirnya terbentuklah program acara keroncong di TATV. Tahapan penyusunan program acara keroncong di TATV diakui oleh Informan 1 memang masih sangat sederhana sekali dan tidak dalam proses yang sulit. Hal tersebut dikarenakan program acara keroncong terbentuk bersamaan dengan masa-masa awal berdirinya stasuin televisi lokal ini. “Pada saat itu TATV masih berdiri beberapa bulan bahkan kita belum launching. Jadi saya ingat betul di bulan Juli 2004 program acara keroncong sudah ada dan bahkan sebelum TATV launching. Pada awalnya saat itu berbekal dari ide ingin menampilkan seni keroncong, kita adakan rapat kecil, cuma beberapa orang saja dari tim kreatif dan bagian produksi, kita rencanakan dan muncullah konsep acara keroncong yang masih sangat sederhana saat itu. Dengan konsepnya menyanyikan keroncong secara live sederhana kemudian host-nya berkomunikasi telepon dengan pemirsa untuk reques lagu. Untuk durasi dari awal sampai saat ini kita buat selama 1 jam.” Pernyataan yang sama pun diungkapkan oleh infoman 2 yang menilai konsep acara keroncong terdahulu lebih sederhana dibandingkan konsep keroncong yang ada sekarang jauh lebih berfariasi dan dapat disesuaikan sesuai kebutuhan. “Dulu konsep keroncong masih sangat sederhana hanya menampilkan satu grup keroncong secara live. Awalnya commitadalah to userkita ngobrol ada talkshow ringan perkembangannya (konsep) 123 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan pemimpin orkes keroncong dan mengorek kegiatan orkes keroncong mereka yang tampil dan sampai sekarang terus berkembang. Jadi perubahnnya sampai pada beberapa konsep keroncong yaitu ada keroncong kangen, pesona keroncong, keroncong rohani, keroncong lesehan, dan keroncong reguler yang berfariasai sesuai kebutuhan.” Dari apa yang diungkapkan oleh informan 2 dapat diketahui jika dalam perkembangannya saat ini ada lima konsep keroncong yang dapat disesuaikan sesuai kebutuhan siarannya. Konsep-konsep program acara keroncong di TATV yang peneliti dapatkan dari wawancara Informan 2 adalah sebagai berikut: 1. Kangen keroncong, adalah konsep acara keroncong yang dibuat menjadi semacam reuni. Konsep acara ini biasanya sudah di beli oleh klien, yang ingin menyelenggarakan acara dengan hiburan musik keroncong. 2. Pesona Keroncong, adalah konsep acara keroncong yang telah dibeli oleh suatu perusahaan/instansi, dimana isi acara 60% talkshow tentang perusahaan/instansi yang bersangkutan dan 40% diisi hiburan musik keroncong. 3. Keroncong Rohani, adalah konsep acara keroncong yang menampikan satu grup keroncong pada saat memperingati hari besar agama. Lagu-lagu yang dibawakan merupakan lagu religi. 4. Keroncong Lesehan, adalah konsep acara keroncong yang menampilkan talkshow dengan konsep lesehan, menghadirkan narasumber untuk membahas tema-tema/berita yang sedang marak atau populer, dan dengan diselingi hiburan musik keroncong. commit to user 124 perpustakaan.uns.ac.id 5. digilib.uns.ac.id Keroncong Regular, adalah konsep acara keroncong yang menampikan satu grup keroncong seperti biasa, dengan selingan talkshow bersama pimpinan grup keroncong membahas tentang kegiatan grup keroncong yang tampil. Berdasarkan dari banyaknya konsep program acara keroncong yang beraneka ragam, bisa dikatakan TATV sangat kreatif dalam memodifikasi program acara. Akan tetapi, peneliti menemukan celah dimana keroncong hanya dijadikan hiburan atau selingan semata. Terpapar dengan jelas di atas bahwa talkshow yang berhubungan langsung dengan seni keroncong itu sendiri dibahas lebih dalam pada Konsep Keroncong Reguler, sedangkan yang lainnya tidak. Hal ini sedikit telah mengurangi informasi pengatahuan yang didapat pemirsa tentang keroncong itu sendiri. Dari pernyataan para informan, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa munculnya program acara keroncong di TATV berdasarkan sebuah ide spontan dari sang produser yang tanpa sengaja bertemu dengan sosok maestro keroncong, dan dengan diilhami visimisi TATV yang memiliki komitmen dalam melestarikan budaya daerah. Serta dalam perkembangan program acara keroncong dapat dilihat berkembang dengan baik. Hal ini terbukti dengan banyaknya konsep program acara keroncong yang muncul dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan siaran di TATV. Walaupun hanya satu konsep keroncong yang murni membahas tentang keroncong, namun TATV commit to user 125 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id perlu diapresiasi dalam memasukan unsur seni keroncong yang disesuaikan dengan kebutuhan siaran program acaranya. III.D.3. TATV Menjalin Kerjasama dengan HAMKRI TATV menjalin kerjasama dengan pihak lain dalam menjalankan suatu program acara. Salah satunya adalah program acara keroncong yang disiarkan telah menjalin kerjasama dengan pihak yang benar-benar dianggap bisa membantu dan saling menguntungkan. Dalam program acara keroncong, TATV menjalin suatu kerjasama dengan HAMKRI (Himpunan Artis Keroncong Indonesia) cabang Surakarta yang diketuai oleh Hj. Waldjinah. Seperti yang didampaikan oleh Informan 2 dalam wawancara, “Memang selama ini kita untuk penyiaran program acara keroncong berkerjasama dengan HAMKRI. Selama ini TATV menyediakan tempat untuk siaran langsung grup keroncong yang sebelumnya diseleksi oleh HAMKRI. Jadi TATV memfasilitasi semua yang mencakup penyiaran, termasuk memberi tempat untuk siaran di studio.” Terjalinnya ikatan kerjasama antara TATV dan HAMKRI pun tidak dibantah oleh informan 4, bahwa kerjasama antara TATV dengan HAMKRI telah terjalin selama bertahun-tahun. “HAMKRI mulai kerjasama dengan TATV itu tahun 2004, sudah tujuh tahun lebih. Sistem kerjasamanya itu kontrak per tahun, jadi per tahun selalu diperpanjang.” Hal tersebut dikuatkan oleh informan 1, yang menyampaikan bahwa program acara keroncong di TATV telah berkerjasama sejak program ini lahir dan mulai disiarkan. Tidak hanya itu, informan 1 juga menjelaskan bentuk kerjasama seperti apa yang selama ini commit to user 126 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terjalin antara TATV dan HAMKRI dalam menyiarkan program acara keroncong. “Kita sejak awal bahkan dari munculnya acara keroncong di TATV ini kita berkerjasama dengan HAMKRI. Bentuk kerjasamanya yaitu HAMKRI menyiapkan grup keroncong yang mau tampil, baik dari segi grup mana yang akan tampil bahkan sampai proses penyeleksian, pantas atau tidaknya tampil itu dari HAMKRI, yang dalam hal ini Bu Waldjinah sebagai Ketua HAMKRI juga memberi kontrol. Jadi semua masalah yang berkenaan dengan grup keroncong yang mau tampil itu semua dari HAMKRI, baik dari grup mana yang akan tampil, siapa saja yang main alat musik, siapa vokalisnya, apa saja lagu yang mau dinyanyikan, itu semua dari HAMKRI. Sedangkan TATV sendiri cuma menyiapkan studio, prasarana untuk semua tayang, acara, dan host-nya. Jadi kami (TATV) hanya menayangkan saja.” Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bentuk kerjasama antara TATV dan HAMKRI dalam program acara keroncong, dalam hubungan kerjasama tersebut di jelaskan bahwa HAMKRI hanya bertanggung jawab atas grup keroncong yang akan tampil di program acara keroncong di TATV, sedangkan TATV hanya bertanggung jawab terhadap penyiaran program acara. Peran HAMKRI dalam program acara keroncong di TATV begitu penting. Hal ini dijelaskan oleh informan 4 yang mengungkapkan bahwa HAMKRI bertanggung jawab dan secara langsung terlibat untuk menyeleksi grup keroncong yang layak tampil dan penjadwalan grup keroncong yang akan tampil di TATV. “Iya, HAMKRI selalu dilibatkan dalam acara keroncong di TATV. Karena untuk tampil di TATV ada seleksi grup keroncong terlebih dulu dari HAMKRI. Biasanya kami datangi dulu siapa yang akan tampil di TATV. Jadi layak tampil atau tidaknya itu dari HAMKRI yang menyeleksi. Untuk tata panggung dan acara murni dari TATV. Jadi untuk penjadwalan grup keroncong yang akan tampil di TATV itu tanggung jawab HAMKRI.” commit to user 127 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Telah jelas disebutkan di atas bentuk kerjasama HAMKRI dalam program acara keroncong di TATV. HAMKRI adalah sebagai penanggungjawab grup keroncong yang akan tampil di TATV dalam mengisi program acara keroncong di TATV. Informan 6 membenarkan tugas HAMKRI sebagai pihak penyeleksi grup keroncong yang akan tampil di TATV. “Iya, memang benar HAMKRI memantau grup keroncong yang akan tampil di TATV. Dulu waktu kita mau tampil di TATV, sebelumnya memang ada pemberitahuan bahwa grup keroncong Anis Merah Bintang mau tampil, sebelum tampil itu setiap latihannya selalu dikontrol oleh HAMKRI. Oleh HAMKRI, lewat Bu Waldjinah langsung itu memberi masukan, biar nanti waktu tampil bisa tampil bagus sesuai harapan.” Begitu pula Informan 7 yang menyatakan sebelum grup keroncongnya tampil di program acara keroncong TATV memang ada kontrol dari HAMKRI dan TATV. “Sebelum grup keroncong kita tampil di TATV akan ada tinjauan dari HAMKRI dan TATV. Jadi HAMKRI dan pihak TATV mendatangi kami disaat latihan. Kalau HAMKRI biasanya yang datang Bu Waldjinah langsung, Kalau TATV biasanya yang datang itu Pak Nono selaku produser acara. Kalau dari HAMKRI pada waktu latihan sebelum tampil selalu datang dan memberi banyak masukan, memperbaiki yang kurang supaya bisa tampil baik di TATV. Sedangkan dari TATV itu biasanya memberi pengertian tentang pengaturan waktu, jadi kalau 1 buah lagu terlalu panjang biasanya dari pihak TATV minta diperpendek durasinya atau sebaliknya.” Proses seleksi yang dilakukan oleh HAMKRI dimaksudkan untuk mempersiapkan orkes keroncong yang benar-benar siap dan layak tampil di TATV. Selain itu, juga ada kontrol langsung dari TATV memonitor grup keroncong yang akan tampil. Kontrol dari TATV dilakukan oleh produser program acara keroncong secara commitdan to user langsung, guna memantau kompromi masalah durasi lagu yang 128 perpustakaan.uns.ac.id akan digilib.uns.ac.id disingkronkan dengan durasi lamanya program acara berlangsung. Hal tersebut penting dilakukan oleh produser program acara guna tercapainya keberhasilah berjalannya program acara. Karena produser program acara bertanggung jawab atas karya produksi yang dilaksanakan olah tim produksi. Dan selanjutnya bertanggung jawab pula terhadap dampak atau efek setelah acara tadi disiarkan. 150 Kerjasanma yang terjalin antara HAMKRI dan TATV dianggap suatu yang sangat menguntungkan bagi keduanya. Hal ini disambut gembira oleh kedua belah pihak, baik oleh HAMKRI maupun TATV yang memiliki tujuan yang sama dalam melestarikan budaya daerah agar tidak mati dan dilupakan. Demikian disampaikan oleh informan 4 yang sangat senang berkerjasama dengan TATV tanpa ikatan uang guna melestarikan seni keroncong di Surakarta. “Dengan kerjasama ini HAMKRI merasa senang sekali. Setiap kali kami tampil di TATV tidak dibayar, dan kami yang tampil juga tidak membayar. TATV minta kita untuk tampil ya kami tampil. Tidak dibayar tidak masalah karena tujuannya memang murni untuk melestarikan keroncong. Apalagi kami tampil di TATV dengan cumacuma, karena kalau bayar kan mahal. Jadi kami senang-senang saja yang penting bisa melestarikan keroncong.” Hal tesebut dikuatkan oleh informan 2 yang merasa sangat beruntung bisa berkerjasama dengan HAMKRI dalam terbentuknya program acara keroncong di TATV serta menyatukan tujuan bersama dalam melestarikan seni keroncong di Surakarta. “Berkerjasama dengan HAMKRI bagi kami TATV sangat membantu sekali, khusunya untuk program acara keroncong TATV. commit to user 150 Darwanto. Televisi Sebagai Media Pendidik. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). hal. 159. 129 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Justru kami berterimakasih sekali sama HAMKRI. Kita pada waktu itu butuh program acara, kita berkerjasama dengan HAMKRI, muncullah program acara keroncong. Dan kita memiliki satu tujuan yaitu melestarikan budaya daerah Surakarta, disini khusunya seni keroncong, ini yang terpenting.” Selain merasa sangat beruntung dengan adanya kerjasana antara HAMKRI dan TATV, informan 1 pun berharap agar kerjasama antara keduanya tetap terjaga supaya tujuan mulia melestarikan budaya daerah, khususnya keroncong tetap ada. “Kami pihak TATV merasa sangat beruntung sekali bisa menjalin kerjasama dengan HAMKRI. Kita memiliki sebuah tujuan yang sama dalam melestarikan budaya daerah, khusunya keroncong. Jadi harapan kami semoga kerjasama ini terus terjaga sampai tahuntahun berikutnya” Dari pernyataan para informan, peneliti sampai pada kesimpulan bahwa kerjasama yang terjalin antara HAMKRI dan TATV merupakan suatu bentuk kerjasama yang saling menguntungkan bagi kedua pihak yang memiliki tujuan yang sama. Kerjasama antara keduanya memberikan sumbangan yang besar dalam pelestarian budaya daerah yang dalam hal ini kelestarian seni keroncong di Surakarta. commit to user 130 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id III.E. Kondisi Seni Keroncong di Surakarta Setelah Hadirnya TATV III.E.1. Pengaruh Keberadaan TATV dalam Menayangkan Program Acara Keroncong Keberadaan TATV sebagai televisi lokal di Surakarta memberi pengaruh terhadap tumbuh kembang lestarinya seni dan budaya asli Surakarta. Keroncong sebagai budaya asli Surakarta tentunya terkena dampak dari keberadaan stasiun televisi lokal ini. Karena TATV memiliki program-program tayangan kebudayaan yang mengangkat budaya asli Surakarta, termasuk keroncong. Peran TATV dalam melestarikan budaya di Surakarta tidak luput dari perhatian KPID Jawa Tengah. Seperti halnya yang di ungkapkan oleh salah seorang anggota KPID, Zaenal Abidin, dalam wawancara tanggal 23 Mei 2011 menyatakan bahwa jika TATV memberi tempat pada suatu budaya daerah termasuk keroncong, untuk ditayangkan dan ditonton oleh masyarakat banyak tentunya akan memberi dampak pada kelestarian dan perkembangan budaya tersebut. “Iya memang program tayangan budaya di TATV sangat diharapkan, karena di salah dari tujuan lembaga penyiaran untuk membentuk watak dan jati diri bangsa. Nah, hal itu biasanya tumbuh paling awal itu justru di daerah (lokal). Sedangkan budaya yang ada di Jakarta itu sudah terkontaminasi dengan budaya barat (kiblatnya ke barat), justru ini dengan adanya televisi lokal yang dengan programprogram lokalnya itu bisa menjaga budaya yang ada di daerah, melestarikan dan mengembangkan. Kemudian budaya daerah juga memperoleh ruang untuk dilestarikan. Hal ini yang juga akan berdapak pada kelestarian seni keroncong yang mendapat tempat di TATV untuk disiarkan dan ditonton masayarakat banyak”. commit to user 131 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hal yang sama disampaikan oleh informan 4 dengan adanya program tayangan keroncong di TATV budaya daerah seperti musik keroncong dapat dikenal oleh masyarakat segingga TATV turut serta dalam melestarikan keroncong. “Bagus sekali, karena dengan adanya program tayangan seperti itu bisa lebih mengangkat budaya daerah, terutama keroncong dan memperkenalkannya kepada masyarakat luas sehingga masyarakat tahu. Saya senang sekali, Alhamdulillah masih ada yang mau peduli terhadap budaya daerah seperti keroncong ini. Apalagi di zaman sekarang ini, sudah banyak aliran musik yang lebih modern tapi masih ada yang mau mengangkat musik keroncong. Dengan begitu TATV juga ikut membantu dalam melestarikan keroncong.” Menurut Harold Lasswell melihat fungsi media massa sebagai “The transmission of the social heritage from one generation to the next” yaitu media televisi berperan menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. 151 Artinya, media massa sebagai sarana menyampaikan warisan sosial budaya kepada generasi selanjutnya secara berkesinambungan. Fungsi media ini dimaksudkan sebagai sarana mengekspresikan budaya serta mengembangkan budaya baru sehingga dapat meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai budaya. Hadirnya TATV di Surakarta yang menayangkan program acara keroncong dinilai telah memberi dampak positif terhadap kelestarian dan perkembangan keroncong di Surakarta. Keroncong yang sempat mengalami massa kemunduran dan dilupakan masyarakat, kembali diangkat TATV sebagai salah satu tayangan commit to user 151 Darwanto. Televisi Sebagai Media Pendidik. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). hal. 32-33. 132 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id budaya sehingga keroncong dapat dikenal kembali oleh masyarakat sebagai budaya lokal yang harus dilestarikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dampak yang kehadiran TATV yang menayangkan budaya daerah, khususnya keroncong dirasakan langsung oleh para seniman keroncong, seperti informan 9 yang menyatakan setelah adanya program acara keroncong di TATV keroncong di Surakarta kembali hidup lagi karena masyarakat banyak yang tahu dan selain itu juga berdampak positif bagi orkes keroncong yang beliau pimpin. “Adanya program acara keroncong di TATV itu sangat bagus sekali. Dengan ditayangkannya di televisi maka banyak masyarakat yang tahu tentang keroncong. Dulu kan hanya radio RRI saja yang menyiarkan, sekarang TATV juga. Kalau saya lihat memang keroncong sekarang pamornya mulai menanjak. Dulu kami (Orkes Keroncong Damai Musik) pernah tampil di Keroncong TATV. Sehabis tampil di TATV ya mungkin banyak masyarakat yang melihat, setelah tampil Orkes Keroncong Damai Musik banyak undangan untuk main, ya istilahnya “ditanggap” gitu. Lumayan “payu” lah Mas.” Selain itu, kehadiran tayangan keroncong di TATV memberi motivasi tersendiri pada informan 6 untuk meningkatkan kemampuan keroncong supaya bisa tampil di TATV dan bersama melestarikan keroncong. “Memang sekarang keroncong sudah berkembang baik. Salah satu faktornya yaitu dengan adanya tayangan keroncong di TATV. Awalnya kami dulu cuma suka dengan musik keroncong, dengan adanya TATV yang menampilkan keroncong kami termotivasi ingin ikut tampil di TATV. Terus kita latihan supaya bagus sehingga bisa ikut tampil di TATV. Bagi kami, Orkes Keroncong Anis Merah Bintang, merasa harus ikut melestarikan keroncong sebagai warisan budaya agar tidak punah.” commit to user 133 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Informan 8 pun menambahkan bahwa dengan adanya program acara keroncong di TATV ini berdampak pada kembali munculnya orkes-orkes keroncong yang sempat mati untuk kembali eksis lagi. “Adanya keroncong di TATV ini bagus sekali. Karena telah memicu orkes-orkes keroncong yang telah mati kembali hidup lagi. Ini terbukti dengan banyaknya orkes keroncong yang ingin tampil banyak yang mendaftar lewat HAMKRI. Itu diantaranya karena ingin tampil di TATV sehingga memicu untuk latihan. Jadi TATV sangat memacu adanya semangat untuk berperestasi lewat kroncong.” Melihat dari pendapat para seniman keroncong di atas, sangat dirasakan kehadiran TATV memang berdampak positif terhadap tumbuh dan berkembangnya musik keroncong di Surakarta. TATV memiliki tujuan mulia untuk ikut melestarikan budaya daerah lokal dengan menayangkan suatu program acara yang memiliki unsur kedaerahan. Keroncong menjadi salah satu budaya daerah Surakarta yang diberi tempat untuk ditayangkan di TATV dan ditonton masyarakat luas se-Solo Raya. Sehingga dampak penayangan keroncong di media massa menjadikan media massa tersebut memiliki peran dalam melestarikan dan mengembangkan musik keroncong di Surakarta. Menurut Melvin De Fleur, media massa memiliki kemampuan untuk merubah, menciptakan atau menghilangkan budaya. Teori yang membahas masalah ini yaitu Teori Norma-norma Budaya (cultural norms theory). Dalam teori yang diperkenalkan oleh De Fleur ini menyebutkan bahwa pesan-pesan komunikasi massa dapat commit to user yang berlaku dan membimbing memperkuat pola-pola budayanya 134 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id masyarakat untuk mempercayai bahwa pola-pola tersebut masih tetap berlaku dan dipatuhi oleh masyarakat. 152 Hal tersebut bisa menjelaskan bahwa media massa mempengaruhi budaya-budaya masyarakatnya dengan cara: pesan-pesan yang disampaikan media massa memperkuat budaya yang ada. Ketika suatu budaya telah kehilangan tempat apresiasinya, kemudian media massa memberi lahan atau tempat maka budaya yang pada awalnya sudah mulai luntur menjadi hidup kembali. Selain itu, media massa memiliki sifat transitory (meneruskan), dalam hal ini media massa berperan sebagai perantara sebuah pesan kepada khalayak, dalam hal ini pesan tersebut berupa budaya. Budaya yang disiarkan oleh media massa akan diterima oleh masyarakat dan dapat diapresiasi secara terus-menerus dari waktu ke waktu. Sehinga suatu bentuk budaya tersebut akan tetap ada bahkan akan terus berkembang di masyarakat luas. III.E.2. Tayangan Seni Keroncong Sebagai Hiburan Budaya Mulai Disukai Masyarakat Fungsi media massa termasuk televisi tentunya, menurut seorang alhi komunikasi Harold Lasswell melihat fungsi utama media massa sebagai berikut: (a) The surveillance of the environment, yang berarti bahwa media televisi berperan sebagai pengamat lingkungan, (b) The correlation of part of society inresponding to the environment yaitu media televisi mengadakan korelasi antara informasi data yang 152 commit to user Marhaeni Fajar. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009). hal. 257. 135 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diperolah dengan kebutuhan khalayak sasaran karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi interpretasi, (c) The transmission of the social heritage from one generation to the next yaitu media televisi berperan menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. 153 Namun, disamping tiga fungsi utama yang disampaikan Harold Lasswell tersebut, Charles R. Wright, dalam bukunya Mass Communication A Sociological Perspective, fungsi media massa dinyatakan sebagai berikut: “communicative acts primarily intended for amusement irrespective of any instrumental effect they might have”. 154 Media massa memiliki fungsi hiburan. Hal ini jelas sebagai salah satu fungsi yang lebih bersifat human interest. Maksudnya, agar pemirsa tidak merasa jenuh dengan berbagai isi pesan yang disajikan oleh media. Selain itu, fungsi menghibur media massa juga memiliki daya guna sebagai pelarian pemirsa terhadap suatu masalah. Bahkan, justru karena fungsi hiburan ini khalayak mengkonsumsi media massa. Seperti diterangkan di atas, TATV sebagai media massa yang berdomisili di Surakarta pun memiliki fungsi hiburan bagi masyarakat Surakarta yang menontonnya. TATV pun juga memiliki programprogram acara yang menghibur siapa yang menonton. Salah satu program acaranya adalah keroncong, yang merupakan budaya lokal Surakarta. Selain bertujuan ikut serta dalam melestarikan budaya lokal 153 154 commit(Yogyakarta: to user Pustaka Pelajar, 2007). hal. 32-33. Darwanto. Televisi Sebagai Media Pendidik. Ibid., hal. 33. 136 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Surakarta, program acara musik keroncong di TATV juga memiliki unsur hiburan bagi pemirsanya. Sebagai Produser Program Acara Keroncong di TATV, informan 2 bahwa animo masyarakat tentang acara keroncong baik sekali karena TATV memiliki tujuan untuk melestarikan budaya lewat program-program acaranya dan dengan keberadaannya masyarakat menjadi terhibur. “Memang selain kita tetap melestarikan budaya lokal juga ternyata acara ini sangat menarik dan menghibur masyarakat. Ini terbukti dari banyak sekali masukan dari masyarakat penggemar keconcong. Dan untuk masyarakat yang notabane-nya sebagai seniman keroncong itu sangat respect sekali dengan acara ini, ibaratnya TATV sangat membantu sekali pelestarian kesenian keroncong. Dan kebanyakan dari masyarakat itu tetap menginginkan acara keroncong ini tetap bertahan tetap selalu ditayangkan.” Sebagai seniman keroncong dan Ketua HAMKRI Surakarta, informan 4 pun menilai antusiasme masyarakat terhadap program acara keroncong di TATV cukup tinggi karena acara keroncong di TATV selain melestarikan keroncong juga menghibur masyarakat. “Selama 7 tahun siaran dari tahun 2004, acara keroncong itu disukai oleh masyarakat. Antusiasmenya tinggi dan itu bisa dilihat pada saat siaran karena ada interaktifnya banyak yang telephon. Apalagi yang disiarkan juga itu kan melestarikan budaya daerah, keroncong kan merupakan budaya asli Solo. Selain itu masyarakat pasti juga terhibur.” Dari apa yang diungkapkan oleh informan ini dapat diketahui jika TATV menayangkan program acara keroncong selain untuk melestarikan budaya daerah di Surakarta, juga untuk menghibur masyarakat. Hal yang sama dirasakan pemirsa TATV seperti dikemukakan dalam wawancara dengan pertanyaan manfaat dari commit to user 137 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menonton program acara keroncong di TATV. Dalam wawancara informan 11 mengungkapkan tayangan keroncong di TATV sangat menghibur dan mengubah suasana hati jadi senang. “Manfaatnya itu bisa melekat dihati dan bisa dinikmati. Jadi merasa terhibur banget dengan acara keroncong di TATV. Pokoknya suasana hati jadi senang gitu.” Informan 14 pun merasa terhibur dengan menyaksikan acara keroncong di TATV. Tidak hanya itu, informan 14 juga menganggap secara lebih filosofis makna kandungan dari syair lagu keroncong memiliki pesan moral. “Yang jelas terhibur. Yang kedua, dari segi syairnya itu terkandung pesan moral yang membuat saya merasa dilatih untuk mempunyai perasaan yang peka. Peka dalam arti kita tidak cuek terhadap lingkungan. Dalam hidup, kita harus bertenggangrasa terhadap orang lain, sesama manusia. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak disertai dengan sikap yang sombong. Dan disitulah ada manfaat moral yang terkandung dari situ. Saya lebih ke filosofis.” Adapun juga informan 10 yang juga mendapatkan manfaat yang sama seperti informan yang lain, yaitu dengan melihat acara keroncong di TATV merasa terhibur. “Terus terang saya suka sekali dengan keroncong. jadi manfaat untuk pribadi saya sendiri dengan adanya acara keroncong di TATV yang jelas saya terhibur dengan musik keroncongnya. Dan manfaat untu keroncongnya sendiri yang pasti akan naik pamornya karena dapat dilihat dan dikenal masyarakat.” Namun, ada pula informan 13 yang menangkap manfaat menonton program acara keroncong dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang seni keroncong dari forum diskusi yang ada di dalam program acara keroncong di TATV. “Menambah wawasan dan pengetahuan tentang commit to user keroncong. Kan ada forum diskusinya otomatis dari 138 seni segi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pembahasannya bisa menambah wawasan saya yang masih belum mengerti tentang keroncong. Disamping itu, ketika ada yang main keroncong itu mungkin ada variasi-variasi yang mungkin bisa menjadi inspirasi untuk diterapkan ketika latihan keroncong.” Musik keroncong ternyata menjadi hiburan yang cukup menarik bagi para pemirsanya. Unsur menghibur dalam program acara keroncong di TATV menjadikan keroncong lebih di sukai masyarakat yang butuh hiburan. Nampaknya unsur hiburan dalam media televisi tidak dapat di tinggalkan. Seperti yang dijelaskan Ruedi Hofmann dalam bukunya berjudul Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi. “dalam kebudayaan audio-visual segala-galanya penting sedikit mempunyai unsur hiburan. Kalau tidak menghibur umumnya sebuah tayangan tidak akan ditonton. Sekarang ini hiburan semakin diakui sebagai kebutuhan manusia. Tanpa hiburan manusia tidak akan hidup wajar. 155 Dari pernyataan para informan tersebut peneliti sampai pada kesimpulan bahwa program acara musik keroncong di TATV mulai disukai masyarakat Surakarta sebagai hiburan yang berbudaya, karena keroncong merupakan budaya daerah asli Surakarta. Dan mereka merasa mendapat manfaat melalui siaran tersebut sehingga pemirsa acara keroncong di TATV tidak sekedar mendapat hiburan namun juga pengetahuan. III.E.3. Menjamurnya Grup-grup Keroncong di Surakarta Melvin De Fleur, dengan Cultural Norms Theory menyatakan bahwa media massa dapat mengubah norma-norma budaya yang berlaku dan dengan cara itu dapat mengubah perilaku individucommit to user 155 Ruedi Hofmann. Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi. (Jakarta: Grasindo, 1999), hal. 56. 139 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id individu dalam masyarakat. 156 Sebagai individu kita banyak dipengaruhi oleh media, misalnya; media membujuk kita untuk mendukung suatu ideologi politik, media membujuk kita untuk membeli barang baru, membujuk kita agar menerima motivasi, bahkan media mengubah selera budaya kita. Tayangan media berupa musik keroncong menjadikan keroncong sebagai kesenian daerah yang dianggap lebih berharga dimata masyarakat, serta mengubah pandangan masyarakat untuk mencintai dan melestarikan musik keroncong yang merupakan warisan budaya. Seperti yang dijelaskan informan 3 bahwa dengan diberinya kesempatan keroncong untuk tampil di media televisi menjadikan keroncong terus berkembang dan disukai masyarakat. Karena dengan ditayangkannya keroncong di TATV menjadikan keroncong menjadi trend di Surakarta sehingga dapat merangsang munculnya grup-grup keroncong yang lainnya. “Seperti yang sudah saya katakan tadi bahwa televisi merupakan media yang cukup cerdas dan efektif untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas. Tayangan program-program di televisi akan cepat dan mudah diterima masyarakat. Hal itu tentunya akan bisa menciptakan suatu budaya atau trend di masyarakat. Jika suatu kesenian daerah, seperti keroncong di siarkan di televisi secara terus menerus dan ditonton oleh banyak orang, pastinya akan berdampak pada keroncong itu sendiri. Karena musik keroncong diangkat di media dan disukai masyarakat ada kemungkinan itu akan bisa untuk mengidupkan grup-grup keroncong yang sudah tidak aktif lagi untuk kembali aktif. Karena itu tadi keroncong kembali terangkat dan diterima oleh masyarakat.” 156 commit to user Marhaeni Fajar. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009). hal. 257. 140 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Selain itu, Denis McQuail (2000) dalam bukunya Mass Communications Theory menyatakan bahwa media massa memiliki kemampuan untuk memberi popularitas kepada siapa saja yang mucul di media massa. 157 Siapa saja disini yang dimaksud adalah tidak terkecuali musik keroncong. Dengan ditayangkannya musik keroncong di media massa (TATV) tentunya akan lebih mengangkat polularitas keroncong di mata masyarakat yang berdomisili di daerah jangkauan siaran media massa tersebut. Dampak media massa terhadap musik keroncong dirasakan langsung oleh informan 4 bahwa tampilnya musik keroncong di media massa (TATV) menjadikan keroncong semakin meningkat popularitasnya sehingga dapat tampil lagi di berbagai acara televisi serta merangsang grup-grup keroncong di Surakarta semakin bertambah jumlahnya. “TATV memberi kesempatan kepada musikus keroncong untuk lebih maju lagi. Terlebih lagi setelah siaran di TATV, kami juga bisa mengisi atau tampil di TVRI Semarang dan TVRI Jogjakarta. Jadi keroncong terangkat kembali dan disenangi masyarakat. Klubklub keroncong juga semakin banyak, mereka rata-rata berdiri karena hoby dan memang senang dengan musik keroncong. Dulu sebelum keroncong main di TATV jumlah orkes keroncong yang aktif itu tidak sampai 20 grup keroncong, tapi sekarang orkes keroncong yang aktif dan terdaftar oleh HAMKRI sekitar 60 grup keroncong.” Hal yang sama dikatakan oleh informan 6 yang menyatakan adanya program acara musik keroncong di TATV memberi motivasi kepada grup-grup keroncong yang telah lama mati kembali aktif. 157 commit to user Morissan. Teori Komunikasi Massa. (Bogor: Ghadia Indonesia, 2010), hal 1. 141 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id “Justru dengan adanya penayangan keroncong di TATV itu, yang saya tahu orkes-orkes keroncong yang sudah vakum sekarang hidup kembali dan mengadakan latihan. Kemudian mereka menghadap ke HAMKRI, bagaimana sebisanya mereka tampil di TATV.” Adapun informan 9 mengatakan dengan tampilnya keroncong di TATV memotivasi terbentuknya grup-grup keroncong baru. “Perkembangan orkes-orkes keroncong sangat banyak sekali. Sekarang ini banyak sekali orkes keroncong bermunculan. Orkesorkes keroncong yang dulunya sudah tidak main lagi sekarang kembali aktif. Dan lumayan banyak juga orkes-orkes keroncong baru yang terbentuk. Karena ingin tampil di TATV. Ini menjadi motivasi untuk kembali berlatih agar layak tampil di TATV.” Tidak jauh berbeda dengan pendapat informan yang lain, informan 7 juga mengatakan bahwa perkembangan keroncong semakin pesat setelah disiarkan di TATV, terbukti dari beberapa orkes keroncong di luar Surakarta pun ingin berpartisipasi tampil di TATV. Tidak hanya itu, informan 7 menyatakan bahwa dengan disiarkannya program acara keroncong di TATV merangsang kepedulian instansiinstansi baik pemerintah maupun swasta untuk peduli terhadap musik keroncong dengan mendirikan grup keroncong baru. ”Dengan adanya TATV itu perkembangan keroncong semakin pesat bahkan se-Jawa Tengah. Bagi kabupaten-kabupaten yang jadi daerah siarnya TATV itu jadi ingin ikut bergabung ke situ ada yang ikut nyanyi, bahkan ada grup keroncong dari Temanggung, dari Purbalingga dan dari daerah-daerah lain ingin ikut tampil. Apalagi sekarang ini banyak sekali pihak-pihak yang mau peduli terhadap keroncong. Misalnya: PDAM Solo, PDAM Karanganyar, juga ada Universitas-universitas seperti UNIVET Sukoharjo dan UNISRI ikut peduli dan mendirikan orkes keroncong. Diantaranya karena ingin tampil di TATV itu sehingga memicu untuk latihan. Jadi TATV sangat memacu adanya semangat anak muda untuk berperestasi lewat kroncong.” commit to user 142 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berbagai temuan diatas membawa peneliti pada kesimpulan bahwa program acara musik keroncong di TATV mempunyai peran dalam mengembangkan dan melestarikan seni keroncong di Surakarta. Tayangan musik keroncong di TATV memotivasi setiap individu untuk ikut serta dalam melestarikan keroncong sebagai warisan budaya. Serta terbukti telah mampu memberi dorongan semangat bagi para seniman keroncong untuk tampil. Grup–grup keroncong baru pun mulai bermunculan dan menghidupkan kembali grup-grup keroncong yang sempat mati. III.E.4. Geliat Acara (Event) Bartajuk Seni Keroncong di Surakarta Program acara keroncong di TATV telah memberikan dampak positif bagi kelestarian dan pengembangan keroncong di Surakarta. Tayangan keroncong tersebut, mampu mengangkat kembali pamor keroncong dimata masyarakat dan membangkitkan kembali grup-grup keroncong yang telah lama mati. Bahkan, menjadikan keroncong semakin dicintai masyarakat di Surakarta dan merangsang munculnya kepedulian dari berbagai pihak untuk melestarikan keroncong. Bentuk-bentuk pelestarian keroncong tersebut terbukti dengan seiring munculnya berbagai acara-acara yang bertemakan keroncong. seperti yang dikemukakan informan 1 bahwa tayangan keroncong di TATV memiliki dampak yang cukup baik. “Animo masyarakat terhadap keroncong mulai menuju titik yang lebih baik. Sekarang untuk acara keroncong di Solo sendiri semakin banyak. Selain di TATV, di TBS juga mulai aktif lagi, di commit to Balai Soejadmoko Gramedia ituuser setiap hari jum’at selama satu bulan 143 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sekali pasti menampilkan keroncong. Jadi keroncong lebih kompetitif lah. Tapi yang jelas kalau dari teman-teman HAMKRI termasuk Bu Waldjinah sendiri melihat memang gara-gara TATV menampilkan keroncong dampak terhadap kelestarian keroncong di Solo cukup tinggi, mulai banyaknya grup-grup keroncong yang bermunculan, generasai muda pun juga semakin tidak memandang keroncong dengan sebelah mata, dan puncaknya adalah munculnya Solo Keroncong Festival yang tahun ini memerupakan tahun kedua acara tersebut. Bahkan kita semua tahu pemerintah Kota Surakarta juga merespon dengan mencanangkan “Solo Kota Keroncong”. Hal yang disampaikan informan 1 cukup sejalan dengan apa yang di katakan Melvin De Fleur. De Fleur dalam Teori Norma Budaya-nya mengatakan bahwa media dapat menciptakan pola-pola budaya baru yang tidak bertentangan dengan pola budaya yang ada, bahkan menyempurnakannya. 158 TATV menayangkan musik keroncong membentuk pola budaya baru dalam masyarakat. Dalam hal ini membuat musik keroncong menjadi sebuah kesenian yang diminati masyarakat. Hal tersebut mendorong masyarakat untuk ikut dalam melesatrikan seni keroncong di Surakarta dengan mengadakan berbagai kegiatan yang bertajuk keroncong. Seperti yang dikatakan oleh informan 4 bahwa tayangan keroncong di TATV menjadi acuan bangkitnya musik keroncong di Surakarta. Kembali terangkatnya pamor keroncong di masyarakat degera direspon berbagai pihak dengan berbagai macam kegiatankegiatan bertema keroncong. “Iya benar sekali, tayangan keroncong di TATV itu membuat keroncong dikenal masyarakat. Karena keroncong kembali diminati masyarakat, kami HAMKRI sendiri pun bisa mengadakan Solo Keroncong Festival ditahun kemarin dan tahun ini juga kami 158 commit to user Marhaeni Fajar. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009). hal. 257. 144 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id selenggarakan dibulan September besok. Sebelumnya pemerintah juga mencanangkan Solo Kota Keroncong. Tapi memang setelah keroncong di tayangkan di TATV keroncong perkembangannya sangat bagus, dibanding sebelum ditayangkan TATV.” Adapun beberapa seniman keroncong yang menyatakan hal yang sama terhadap geliat kegiatan-kegiatan bertema keroncong semakin marak di Surakarta. Hal ini tidak terlepas dari peran TATV yang membuat keroncong semakin dikenal masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh informan 7 tentang maraknya event-even pentas keroncong di Surakarta. “Dampaknya saya rasakan ada dan banyak sekali event-event keroncong di Surakarta. Selain grup-grup keroncong yang rutin latihan. Sekarang ini di TBS ISI juga sering menampilkan pentas keroncong. terus di Balai Soejatmoko Gramedia itu setiap 1 bulan sekali di hari Jum’at pasti ditampilkan pentas keroncong. di Sriwedari juga kadang-kadang ada yang tampil. Teruk HAMKRI sendiri ada event besar yaitu Solo Keroncong Festival yang rencannya di adakan setiap tahunnya.” Hal yang pun di kemukakan oleh informan 6 bahwa sekarang ini semakin marak acara-acara pentas keroncong dan orkes keroncong yang dipimpinnya semakin sering mendapat undangan untuk tampil di berbagai acara. “Sekarang ini banyak acara-acara keroncong, seperti HAMKRI sendiri menampilkan Solo Keroncong Festival, tahun ini kayaknya juga akan diselenggarakan lagi. Terus saya lihat itu di Sriwedari dan di Gramedia itu juga pernah di pentaskan keroncong. Selain itu kita sendiri OK Anis Merah Bintang sekarang ini juga sering mendapat undangan untuk tampil diberbagai acara.” Dari pernyataan para informan tersebut diatas peneliti sampai pada kesimpulan bahwa tayangan keroncong yang disiarkan TATV menjadikan keroncong lebih bernilai di mata masyarakat. Sehinga commit to user 145 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id memberikan motivasi berbagai pihak untuk mengadakan kegiatankegiatan bertajuk keroncong, seperti Solo Keroncong Festival serta perhatian dari pemerintah dengan mencanangkan Solo Kota Keroncong. Hal tersebut memberi manfaat kepada musik keroncong agar tetap terjaga kelestariannya. A. Pencanangan Solo Kota Keroncong oleh Pemerintah Di Surakarta, seni keroncong merupakan salah satu budaya daerah yang harus dijaga kelestariannya. Program acara keroncong di TATV menjadikan keroncong lebih dikenal oleh masyarakat. Sehingga keroncong yang dulunya sempat mati karena sepi peminat, dengan ditayangkannya keroncong di media massa memberi tempat kepada keroncong untuk diapresiasi oleh masyarakat. Pemerintah kota Surakarta memiliki perhatian khusus terhadap kelestarian budaya daerah, termasuk keroncong sehingga pemerintah ikut berusaha mengangkat seni keroncong kepermukaan dan menempatkan seni keroncong sebagai budaya yang istimewa di Surakarta. Seperti yang diungkapkan oleh informan 4 bahwa pemerintah juga memiliki peran terhadap pelestarian keroncong dengan pencanangan Solo Kota Keroncong. “Selain TATV yang mau menayangkan budaya daerah seperti keroncong, sehingga dapat dikenal masyarakat banyak. Pemerintah juga turut membantu untuk melestarikan keroncong, yaitu dengan menjadikan Solo sebagai Kota Keroncong. hal ini commit tooptimis user terhadap kelesatrian keroncong yang mambuat HAMKRI 146 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id karena banyak pihak yang sejalan bersama-sama untuk melestarikan keroncong yang merupakan budaya asli Solo ini.” Kelestarian dan perkembangan seni keroncong di Surakarta tentu tidak lepas dari peran serta Pemerintah Kota Surakarta. Peran serta pemerintah dalam pelestarian dan pengembangan seni dan budaya daerah sangatlah besar. Kinerja pemerintah dalam memperhatikan seni budaya daerah dijadikan tolak ukur keberlangsungan tetap adanya budaya daerah setempat. Seperti yang dikatakan oleh informan 15, bahwa dengan pencanangan Solo Kota Keroncong, pemerintah kota Surakarta memiliki beberapa program yang akan semakin mengenalkan seni keroncong kepada masyarakat Surakarta dan sekitarnya, serta sebagai bentuk pengembangan dan pelestarian seni keroncong di Surakarta. “Pemerintah Kota Solo mencanangkan Solo Kota Keroncong yang diresmikan pada tanggal 9 September 2007 di Manahan dengan menampilkan pertunjukan pentas keroncong. Pencanangan tersebut merupakan usaha pemerintah untuk menjaga kelestarian keroncong itu sendiri yang merupakan budaya asli Solo. Adapun pencanangan tersebut selanjutnya pemerintah membuat program-program dari Solo Kota Keroncong adalah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yaitu mengadakan lomba-lomba keroncong, kemudian sering mengadakan festival-festival keroncong, pengadaan alat-alat keroncong di tingkat kelurahan atau untuk grup-grup keroncong yang berkembang, dan lewat Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga diadakan kurikulum atau ekstrakulikuler keroncong wajib disetiap SMP dan SMA di Solo. Dengan apanya program seperti itu diharapkan keroncong tidak tetap terjaga kelestariannya.” commit to user 147 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dijelaskan informan 15, adanya beberapa program dibelakang pencanangan Solo Kota Keroncong telah memberi arti dan dampak positif untuk kelestarian seni keroncong di Surakarta. Lomba-lomba keroncong diadakan guna untuk mengembangkan bakat-bakat para seniman keroncong serta sebagai bentuk kaderisasi. Diadakannya festival keroncongpun sangat berguna untuk lebih mengenalkan seni keroncong kepada masyarakat, agar seni keroncong menjadi budaya yang tidak asing dan familiar dengan masyarakat, khususnya masyarakat Surakarta. Hal yang sama disampaikan informan 4 bahwa dengan pencanangan Solo sebagai kota keroncong berarti pemerintah memiliki tujuan yang sama dengan HAMKRI untuk melesatrikan keroncong. Selain itu pemerintah kota Surakarta turut memberi dukungan untuk lomba-lomba keroncong dan penyelenggaraan festival-festival keroncong. “Dengan pencanangan Solo Kota Keroncong oleh Pak Jokowi (Wali Kota Surakarta) HAMKRI juga merasa terbantu. Banyak acara lomba-lomba keroncong yang di adakan pemerintah berkerjasama dengan HAMKRI. Selain itu acara festival keroncong juga mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah. Karean tujuannya sama yaitu melestarikan keroncong.” Program Solo Kota Keroncong yang dicanangkan oleh pemerintah memberi efek penuh terhadap kemajuan seni keroncong, yaitu dengan pengadaan alat-alat keroncong yang diberikan kepada setiap kelurahan atau diberikan kepada grupgrup keroncong yang berkembang. Hal ini sangat diharapkan commit to user 148 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bahwa masyarakat tidak akan kesulitan untuk bermain keroncong karena pengadaan fasilitas keroncong dari pemerintah. Seperti yang diungkapkan informan 6 yang pernah menerima bantuan alat keroncong dari pemerintah. “Dulu kita pernah mendapat bantuan dari pemerintah bersama HAMKRI berupa alat-alat musik keroncong. Dengan pemberian tersebut kami merasa senang dan berterimakasih. Karena dengan itu pemerintah ikut peduli dengan kelangsungan kelestarian grup-grup keroncong di Solo.” Hal senada juga diungkapkan oleh informan 9 tentang pengadaan peralatan keroncong oleh pemerintah. Serta menyambut baik untuk niat pemerintah guna melestarikan keroncong dengan memeperhatiakan grup keroncong yang ada, walaupun beliau sendiri tidak mendapat bantuan peralatan keroncong. “Untuk pengadaaan peralatan musik keroncong dari pemerintah kabarnya pernah kami dengar. Tapi mungkin itu ditujukan untuk grup-grup keroncong yang masih baru berkembang, jadi kami tidak mendapatkan. Tetapi jika program tersebut dijalankan pemerintah dengan baik itu luar biasa sekali. Bukan tidak mungkin akan banyak grup-grup keroncong yang bermunculan dan ini baik untuk kelestarian keroncong itu sendiri. Secara keseluruhan program pemerintah itu baik dan harus kita apresiasi.” Program pengadaan peralatan keroncong oleh pemerintah memang berjalan dan terbukti keberadaannya. Walaupun belum merata, akan tetapi setidaknya hal tersebut memberi dampak yang positif terhadap tumbuh kembang grup-grup keroncong di commit to user Surakarta. 149 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Selain itu, peran pemerintah dalam rangka pelestarian dan pengembangan seni keroncong di Surakarta juga melalui DIKPORA (Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga) akan diadakan kurikulum atau ekstrakulikuler keroncong wajib disetiap SMP dan SMA di Surakarta. Hal ini tentu saja dimaksudkan untuk mengenalkan seni keroncong dari dini kepada masyarakat melalui bangku pendidikan. Namun program dari pemerintah untuk mewajibkan ekstrakulikuler keroncong disetiap SMP dan SMA masih diragukan oleh banyak pihak. Seperti yang diungkapkan oleh informan 4, bahwa kenyataannya di Solo sendiri belum sepenuhnya sekolah tingkat SMP dan SMA memiliki ekstrakulikuler keroncong. “Dulu saya juga sempat mendengar kabar kalau keroncong akan dijadikan ekstrakulikuler di sekolah-sekolah. Bahkan diwajibkan setiap sekolah memiliki ekstakulikuler keroncong. Tetapi pada kenyataannya itu tidak berjalan, yang saya tahu itu cuma ada beberapa SMA yang memiliki ekstrakulikuler keroncong.” Pendapat yang sama pun disampaikan oleh informan 7 yang menilai program pemerintah yang mewajibkan setiap sekolah memiliki kegiatan ekstrakulikuler keroncong tidak sepenuhnya berhasil. “Saya kira program itu belum sepenuhnya berhasil, karena memang tidak kelihatan sekolah mana yang ada ekskul keroncongnya. Yang saya tahu cuma di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta dan SMA 7 Surakarta. Kalau memang ini dari DIKPORA commit diwajibkan ya sebaiknya direalisasikan. Dan to user 150 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kalau benar program ini di adakan pasti ada kemungkinan juga setiap sekolah juga belum siap mengingat keroncong bukan merupakan musik yang mudah dipelajari. Jadi program ini harus dipikirkan secara matang baru dilaksanakan.” Pencanangan Solo Kota Keroncong serta programprogram dari pemerintah untuk melestarikan seni keroncong diharapkan bisa berbuat banyak untuk kejayaan keroncong itu sendiri. Niat baik pemerintah tersebut mendapat tanggapan positif dari seniman keroncong di Surakarta. Mereka berharap programprogram yang dicanangkan oleh pemerintah benar-benar dilaksanakan secara terus menerus. Berikut harapan dari seniman keroncong yang berharap banyak dari program Solo Kota Keroncong. Informan 8 berharap dukungan dari pihak pemerintah berjalan terus dan membantu baik materi dan non materi. “Sebagai seniman keroncong kami berharap kepada memerintah untuk terus mendukung seni keroncong baik materi maupun non materi. Karena keroncong merupakan budaya asli Kota Solo, supaya dapat terus hidup dan lestari.” Seperti halnya informan 8, informan 9 berharap agar pemeritah menjalankan progam-programnya untuk melestarikah budaya daerah, khusunya keroncong dengan baik. “Untuk program pemerintah seperti pengadaan alat-alat keroncong serata keroncong dimasukan kekurikulum pendidikan itu harus benar-benar dilaksanakan. Jangan hanya digembargemborkan saja. Semoga terus dilaksanakan mengingat keroncong adalah seni budaya yang harus dilestarikan.” Berdasarkan dari pendapat para informan, peneliti menangkap sambutan positif serta dukungan dari para seniman commit to user 151 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id keroncong tentang pencanangan Solo Kota Keroncong oleh pemerintah. Seniman keroncong memang memang membutuhkan peran pemerintah dalam melestarikan budaya daerah. Seniman keroncongdan juga HAMKRI memiliki harapan agar program pencangangan Solo Kota Keroncong dapat dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah dan berkelanjutan. B. Diadakannya Solo Keroncong Festival oleh HAMKRI Popularitas keroncong yang didapatkan setelah tampil di media massa menjadikan keroncong lebih dikenal oleh masyarakat. Pada puncaknya adalah dengan diadakannya acara tahunan Solo Keroncong Festival oleh HAMKRI Surakarta yang tahun 2011 ini adalah tahun kedua diadakannya acara tersebut. HAMKRI melihat meningkatnya popularitas keroncong di Surakarta. Dengan kondisi keroncong yang semakin dikenal masyarakat setelah tampil sebagai program acara di TATV Surakarta, HAMKRI kemudian merancang suatu program festival keroncong yang mereka beri nama Solo Keroncong Festival. Seperti yang dikatakan oleh informan 4, bahwa latar belakang diadakannya Solo Keroncong Festival adalah untuk melestarikan keroncong. “Latar belakang diadakannya Solo Keroncong Festival adalah untuk melesatrikan keroncong itu sendiri. Agar keroncong bisa dikenal masyarakat. Acara ini sudah berjalan dua kali, ditahun ini akan kami adakan pada tanggal 29-30 September 2011 nanti.” commit to user 152 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Selain itu, informan 5 menyatakan bahwa selain untuk melestarikan keroncong, Solo Keroncong Festival bertujuan untuk mengenalkan keroncong di mata dunia dengan menampilkan orkes keroncong baik dari dalam negeri maupun orkes keroncong dari luar negri. “Acara Solo Keroncong Festival merupakan acara yang HAMKRI rencanakan untuk tujuan mengenalkan keroncong secara luas tidak hanya Solo saja tapi bahkan se-Indonesia bahkan mancanegara, karena kami juga menampilkan orkes keroncong dari luar negeri.“ HAMKRI menyatakan agar keroncong lebih dikenal oleh masyarakat secara luas, maka HAMKRI mengadakan event yang bisa dibilang berskala internasional. Solo Keroncong Festival merupakan kegiatan besar yang diadakan setiap tahunnya. Hal tersebut tentunya tidak dapat terlaksana tanpa dukungan dari berbagai pihak. Ketua HAMKRI Surakarta (informan 4) menyebutkan adanya kerjasama dengan berbagai pihak yang ikut membantu dalam Solo Keroncong Festival. “Solo Keroncong Festival yang di adakan HAMKRI Surakarta berkerjasama dengan berbagai pihak termasuk Pemerintah Kota Surakarta dan TATV. TATV juga akan menayangkan acara Solo Keroncong Festival secara live agar bida ditonton masyarakat banyak.” Kerjasama antara HAMKRI Surakarta, Pemerintah Kota Surakarta dan TATV terjalin karena memiliki tujuan yang sama dalam melestarikan budaya daerah, khusunya keroncong. Selain itu, dikatakan informan commit 5to bahwa user Solo Keroncong Festival juga 153 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berkerjasama dengan mengikutsertakan grup-grup keroncong dalam dan luar negeri untuk memeriahkan acara tersebut. “Selain kerjasama dengan pemerintah dan TATV yang menyiarkan acara secara live. Kita berkerjasama dengan orkesorkes keroncong dari Solo sendiri, orkes keroncong dari kota-kota lain dan ada juga orkes keroncong dari luar negeri seperti dari Jepang dan Malaysia.” Hadirnya Solo Keroncong Festival memberikan dampak yang baik terhadap perkembangan keroncong di Indonesia, khususnya di Surakarta. Dengan diadakan Solo Keroncong Festival setiap satu tahun sekali semakin mengukuhkan Solo sebagai kota keroncong. Keroncong di Solo semakin berkembang dan tentunya dapat lestari karena dikenal dan dicintai. Tanggapan seniman keroncong tentang diadakannya Solo Keroncong Festival pada dasarnya sama, mereka optimis dengan adanya pagelaran Solo Keroncong Festival semakin memberi ruang kepada keroncong untuk berkembang dan lestari. Seperti yang diungkapkan oleh informan 8 bahwa dengan adanya Solo Keroncong Festival mengakibatkan semakin populernya keroncong dimata masyarakat dan hal ini sangat baik untuk kelestarian keroncong. “Dengan diadakannya Solo Keroncong Festival tentunya dapat dikenalkan keroncong pada masyarakat. Harapannya keroncong kembali diminati masyarakat yang sekarang lebih menyukai musik-musik yang berasal dari kebudayaan barat. Setidaknya masyarakat mengetahui keroncong adalah budaya negeri sendiri yang harus diperhatikan dan dilestarikan. Event ini paling tidak bisa menjadi penyadaran untuk masyarakat untuk user mencintai budayacommit sendiri,tokhususnya keroncong.” 154 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hal yang sama diungkapkan informan 9 yang juga peran penting Solo Keroncong Festival terhadap kelestarian keroncong. “Acara Solo Keroncong Festival yang diadakan oleh HAMKRI tentunya kami harapkan bisa memperkenalkan keroncong pada masyarakat luas. Ini lo keroncong budaya asli Indonesia. Acara ini juga tentunya akan berpengaruh untuk melestarikan keroncong agar tidak mati.” Ditambahkan lagi oleh informan 6 yang menyambut baik diadakannya Solo Keroncong Festival dengan mengharapkan acara tersebut semakin melestarikan keroncong. Serta informan 6 juga termotivasi untuk ikut serta dalam acara tersebut guna melestarikan budaya, khususnya keroncong. “Itulah yang kami semua selaku pemusik keroncong harapkan dari Solo Keroncong Festival agar dengan acara tersebut semakin melestarikan musik keroncong. kami berharap juga, agar acara itu terus dilaksanakan setiap tahunnya. Dan semoga grup keroncong kami OK Anis Merah Bintang bisa ikut tampil di acara Solo Keroncong Festival dikemudian hari dan ikut istilahnya “nguri-uri” budaya.” Berdasarkan pendapat para informan di atas, peneliti melihat diadakannya Solo Keroncong Festival memiliki tujuan untuk mengenalkan keroncong secara luas dimasyarakat dan untuk melestarikan keroncong acar tidak punah. Selain itu banyak dari insan keroncong berharap event tahunan tersebut memberi andil yang cukup besar terhadap perkembangan keroncong. commit to user 155 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV PENUTUP IV.A. Kesimpulan Dari serangkaian data yang diperoleh di lapangan, baik itu melalui wawancara dengan informan maupun dari hasil pengamatan selama penelitian, maka di sini peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut. Peran serta TATV dalam melestarikan dan mengembangkan seni keroncong di Surakarta, tampak dalam hal: 1. Mengembalikan pamor (popularitas) seni keroncong di mata masyarakat Surakarta. TATV telah menayangkan seni keroncong sebagai program acara rutin setiap minggunya. Tayangan tersebut memberi ruang kepada seni keroncong untuk tampil di televisi serta dapat ditonton dan diapresiasi oleh masyarakat. Dengan demikian seni keroncong yang dahulu telah kehilangan tempat apresiasinya, kemudian media massa memberi lahan atau tempat maka keroncong yang pada awalnya sudah mulai terpinggirkan mulai dikenal lagi oleh masyarakat dan perlahan menjadi hidup kembali. 2. Memberi motivasi kepada grup-grup keroncong yang telah mati untuk kembali aktif dan memotivasi terbentuknya grup-grup keroncong baru. Program acara keroncong yang disiarkan oleh TATV, memberi kesempatan bagi seniman keroncong untuk tampil di media televisi sehingga mengakibatkan munculnya grup-grup keroncong, baik grup keroncong lama yang kembali aktif maupun grup keroncong baru. commit to user 156 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Merangsang munculnya berbagai kegiatan-kegiatan (event) keroncong di Surakarta. Program acara keroncong di TATV telah memberikan dampak positif bagi kelestarian dan pengembangan keroncong di Surakarta. Selain mengembalikan pamor keroncong di mata masyarakat dan memotivasi tumbuhnya jumlah grup keroncong di Surakarta. Tayangan keroncong tersebut, mampu merangsang munculnya kepedulian dari berbagai pihak untuk ikut melestarikan keroncong sebagai budaya daerah asli Surakarta. Seperti HAMKRI dengan “Solo Keroncong Festival” dan Pemerintah Kota Surakarta yang mencanangkan “Solo Kota Keroncong”. IV.B. Saran 1. Berdasarkan temuan peneliti dalam Bab III, mengenai konsep-konsep program acara keroncong di TATV yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan siaran. Dari lima konsep program acara keroncong tersebut hanya satu konsep yang murni menyampaikan talkshow dan hiburan tentang keroncong, sedangkan konsep yang lainnya memposisikan commit to user 157 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id keroncong hanya sebagai hiburan atau selingan dari keseluruhan acara. Peneliti menyarankan bahwa sebagai media massa lokal yang menjunjung tinggi kearifan lokal serta mendukung kelestarian budaya daerah, termasuk seni keroncong, seharusnya tidak memposisikan musik keroncong hanya sebagai hiburan semata, melainkan juga harus memberikan pengetahuan/informasi tentang seni keroncong yang memiliki ciri khas tersendiri. Adapun lebih sering menampilkan talkshow atau tanya-jawab dengan narasumber yang membahas khusus tentang musik keroncong setidaknya dapat memberi pengetahuan pada masyarakat tentang seni keroncong yang khas dan berbeda dengan musik lain. 2. Temuan peneliti mengenai bertambah banyaknya grup-grup keroncong di Surakarta yang antusias ingin tampil di TATV. Hal ini sangat merepotkan HAMKRI dalam menjadwal semua grup keroncong yang akan tampil, jika TATV hanya memberikan satu jam dalam satu minggu untuk program acara keroncong. Peneliti menyarankan pihak TATV untuk menambah porsi jam tayang program acara keroncong sehingga antusiasme para seniman keroncong dapat terpenuhi. Sehingga TATV dapat memfasilitasi dengan baik sarana bagi grup-grup keroncong untuk tampil dan diapresiasi oleh masyarakat. 3. Dalam penelitian ini peneliti mendapat temuan bahwa TATV dalam menayangkan program acara keroncong hanya melakukan kerjasama dengan HAMKRI Surakarta. Peneliti menyarakan agar pihak TATV commit to user 158 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id juga membuka peluang kerjasama dengan HAMKRI dari daerah lain, sehingga grup-grup keroncong dari luar Surakarta juga memiliki tempat untuk mengapresiasikan diri dan tampil. Hal ini menjadikan lingkup kerjasama dalam penayangan program acara keroncong tidak terbatas hanya menampilkan grup-grup keroncong di wilayah Surakarta saja. 4. Penelitian ini mendeskripsikan peran TATV Surakarta dalam melestarikan dan mengembangkan seni keroncong di Surakarta, artinya hanya melihat satu fungsi dari televisi lokal ini. Apalagi hanya melibatkan sebagian kecil yaitu satu dari seluruh program acara yang dimiliki TATV. Dalam penelitian selanjutnya akan lebih baik jika tergambarkan keseluruhan materi siaran atau program acara di TATV, bagaimana sebenarnya peran TATV dalam mengembangkan potensi daerah Surakarta (tidak terpaku pada kebudayaan saja), adakah perubahan positif yang cukup signifikan sebelum dan sesudah TATV berdiri. Riset berupa studi khalayak yang menunjukkan data dalam bentuk angka-angka mungkin akan menyempurnakan penelitian ini dan lebih bermanfaat bagi masyarakat. commit to user 159