televisi lokal dan budaya daerah

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TELEVISI LOKAL DAN BUDAYA DAERAH
(Studi Deskriptif Kualitatif Peran Serta TATV dalam Pelestarian dan
Pengembangan Seni Keroncong di Surakarta)
Oleh:
HAFIZH ESKAPUTRA
D 0206115
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
pada Program Studi Ilmu Komunikasi
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO HIDUP
”Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?
Dan Kami telah menghilangkan darimu bebanmu
Yang telah memberatkan punggungmu?
Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain
dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap”
(Q.S. Al-Insyirah : 1-8)
***
“Satu-satunya kekuatan mekanis yang jauh lebih kuat dari kekuatan uap, listrik
dan energi atom adalah will (kemauan). Dengan kemauan anda bisa meraih
apapun”
(Albert Einstein)
***
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini penulis persembahkan untuk:
™ Ibu & Bapak tersayang yang selalu memberi dukungan kepada anaknya
terutama dalam bidang pendidikan;
™ Adik-adikku, Ifa dan Tika. Semoga kakakmu ini bisa memberikan contoh
yang baik untuk kalian;
™ Rif ’ani Farezani, atas suntikan semangat yang luar biasa terhadapku;
dan,
™ Seluruh sahabat-sahabatku yang telah memberi warna dalam
kehidupanku.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Ke-hadhirat
Allah
SWT-lah
selayaknya
terucap
rasa
syukur
Alhamdulillah hirrobil’alamin disampaikan, karena hanya dengan Rachmat dan
hidayah-NYA, kepada penulis sehingga diberikan kesempatan untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun dengan judul “TELEVISI LOKAL DAN BUDAYA
DAERAH (Studi
Deskriptif
Kualitatif
Peran Serta TATV dalam
Pelestarian dan Pengembangan Seni Keroncong di Surakarta)”. Pentingnya
penelitian ini sehubungan dengan munculnya UU Nomor 32 Tahun 2002 Tentang
Penyiaran, yang mengamanatkan realisasi Sistem Stasiun Berjaringan (SSB)
dengan tujuan untuk meletakkan pondasi bagi sistem penyiaran, yang telah
membawa perubahan paradigma dari semula sangat sentralistik, menjadi
desentralistis. Khusus untuk industri penyiaran televisi, hal tersebut membuka
peluang munculnya stasiun televisi lokal. Televisi lokal merupakan televisi yang
mempunyai batasan ruang siaran berskala daerah, sehingga isi kandungan materi
siarannya pun lebih mengacu dan menyesuaikan diri pada kebutuhan dan
kepentingan masyarakat setempat dimana media massa tersebut dikelola.
Kemampuan televisi lokal untuk mengeksplor kebudayaan daerah tesebut
menjadikan televisi lokal mempunyai peran dalam menguatkan kebudayaan
daerah. Setidaknya inilah yang menjadi motivasi penulis untuk mencoba
menggeluti penelitian mengenai peran televisi lokal terhadap kebudayaan daerah.
Banyak hambatan serta rintangan yang peneliti hadapi dalam
penyelesaian penelitian ini. Akan
tetapitoitu
commit
usersemua seakan menjadi tantangan
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersendiri bagi peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. Berkat dorongan dan
dukungan berbagai pihak membuat kesulitan-kesulitan tersebut dapat teratasi.
Oleh karena itu peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) Surakarta.
2. Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas
Maret (FISIP UNS) Surakarta.
3. Dra. Hj. Sofiah, M.Si, selaku pembimbing akademis atas bimbingan
selama massa perkuliahan. Sekaligus sebagai pembimbing skripsi yang
telah membimbing serta memberi banyak masukan dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Seluruh staf pengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS yang
telah memberikan banyak ilmu selama masa perkuliahan. Mohon maaf
atas segala kesalahan. Semoga semua ilmu yang telah diberikan
bermanfaat dunia akhirat.
5. Pihak TATV (Terang Abadi Televisi) Surakarta yang telah banyak
membantu sebagai narasumber bagi penelitian kami.
6. Hj. Waldjinah selaku ketua HAMKRI (Himpunan Artis Keroncong
Indonesia) Cabang Surakarta atas informasi yang disampaikan kepada
peneliti.
7. Semua informan dalam penelitian ini yang telah bersedia menyediakan
waktunya untuk ”diganggu” oleh penulis. Terimakasih atas informasi yang
tergali dan suasana kekeluargaan yang nyaman saat berkomunikasi.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Keluarga besar Pengurus HIMAKOM, FFC, dan LPM VISI, dimana
banyak pembelajaran ilmu, pengalaman dan kesempatan pengembangan
diri yang di dapat selama ini.
9. Sahabat-sahabat terbaik saya; Muhammad Jundi Rois, Dian Kukuh
Purnandi, Wahyu Subekti, Latif Syaifudin, Muhammad Azis Safrodin,
Ujang Rusdianto, Adhi Okta Pradana, Faka Fudistira, Herka Yanis
Pangaribowo, dan Susilo. Terimakasih atas support yang kalian berikan.
Kalian yang terbaik!!!
10. Teman-teman Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2006. Terima kasih sudah
menjadi teman yang baik. Kudoakan untuk kesuksesan kalian. Amin.
Akhirnya, secara tulus disampaikan, layaknya buah karya manusia yang
penuh dengan ketidak-sempurnaan, maka laporan penelitian ini pun penuh dengan
ketidak-sempurnaan. Oleh sebab itu, masukan, kritik, dan saran dari siapa pun
dinantikan.
Surakarta,
Maret 2012
Penulis
Hafizh Eskaputra
D0206115
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
JUDUL ………………………………………………………………...... i
PERSETUJUAN ………………………………………………………... ii
PENGESAHAN ………………………………………………………… iii
MOTTO HIDUP ………………………………………………………… iv
PERSEMBAHAN ……………………………………………………….. v
KATA PENGANTAR ………………………………………………….. vi
DAFTAR ISI …………………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL ……………………………………………………… xiv
DAFTAR BAGAN ……………………………………………………... xv
ABSTRAK ……………………………………………………………… xvi
BAB I : PENDAHULUAN
I.A.
Latar Belakang Masalah
……………………………...……… 1
I.B.
Perumusan Masalah
I.C.
Tujuan Penelitian ………………………..………………..….. 13
I.D.
Luaran Yang Diharapkan …………………………………..… 13
I.E.
Manfaat Penelitian ………………………………………..…… 14
I.F.
Landasan Teori
…………………………………..……… 13
I.F.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa ……….…………… 14
I.F.2. Televisi Lokal ……………………………………………….…… 23
I.F.3. Program Acara di Televisi …………………………………….… 29
I.F.4. Pengaruh Komunikasi Massa
Terhadap
Pelestarian Budaya ….… 34
commit
to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I.F.5. Kebudayaan dan Seni Keroncong ………………………….…… 39
I.F.6. Mengenal Seni Keroncong
A. Istilah Keroncong Dalam Musik Keroncong ………….……. 45
B. Karakteristik Musik Keroncong …………………….……… 47
C. Bentuk Lagu dan Harmoni
C.1.
Stambul I dan Stambul II ………………….……….. 48
C.2.
Keroncong Asli …………………………….……….. 49
C.3.
Lagu Ekstra ……………………………….………… 50
C.4.
Langgam Keroncong ………………………..……… 50
D. Alat-Alat Musik Keroncong Dan Fungsinya
D.1.
Alat Musik Biola ………………………..………….. 51
D.2.
Alat Musik Flute ……………………….…………… 52
D.3.
Alat Musik Cuk ……………………….……………. 52
D.4.
Alat Musik Cak ……………………….……………. 53
D.5.
Alat Musik Gitar ……………………….…………… 53
D.6.
Alat Musik Cello …………………..……..………… 54
D.7.
Alat Musik Bass ………………………….…………. 54
E. Sejarah Musik Keroncong ………………………………….. 54
I.G.
Definisi Konseptual
I.G.1. Televisi Lokal …………………………………………………… 59
I.G.2. Peran Televisi Lokal ……………………………………….……. 60
I.G.3. Pelestarian dan Pengembangan Seni Keroncong ………….……. 61
I.H.
Kerangka Pemikiran ………………………………………..…. 62
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I.I.
Metode Penelitian
I.I.1.
Jenis Penelitian ………………………………………………….. 63
I.I.2.
Lokasi penelitian ……………………………………….………. 64
I.I.1.
Sumber Data ……………………………………………..………. 65
I.I.4.
Tehnik Sampling Pemilihan Narasumber/Informan ……..……… 66
I.I.5.
Tehnik Pengumpulan Data ………………………………..……. 67
I.I.6.
Teknik Analisis Data ………………………………………..…… 70
I.I.7.
Validitas Data ………………………………………….……….. 72
BAB II : DESKRIPSI LOKASI
II.A. Gambaran Umum Terang Abadi TV (TATV) Surakarta
II.A.1.
Profil TATV ………………………………………………….. 74
II.A.2.
Visi dan Misi ………………………………………….……… 76
II.A.3.
Slogan ……………………………………………………..…. 76
II.A.4.
Data Media TATV …………………………………………... 77
II.A.5.
Komposisi Program Acara TATV …………………………..… 77
II.A.6.
Penggolongan Pemirsa ……………………….……………… 77
II.A.7.
Coverage Area TATV ………………………………………
II.A.8.
Pola Siaran TATV …………………………………………… 78
II.A.9.
TATV Gallery ……………………………………………….. 79
78
II.A.10. TATV Office …………………………………………………. 79
II.B.
Gambaran umun Program Acara Keroncong di TATV
II.B.1.
Program Acara Keroncong di TATV …………………………. 80
II.B.2.
Latar Belakang Program Acara Keroncong di TATV ………. 80
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
II.B.3.
Sasaran dan Tujuan Program Acara Keroncong di TATV ….. 81
II.B.4.
Pelaksanaan Program Acara Keroncong di TATV ………….. 81
BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
III.A. Data dan Karakter Informan ………………………………….. 82
III.B. Sejarah Seni Keroncong di Surakarta Sebelum Hadirnya
TATV …………………………………………………………….. 88
III.C. TATV Sebagai Media Massa Televisi Lokal di Surakarta
III.C.1.
Karakteristik Stasiun Televisi Lokal TATV ………………. 102
III.C.2.
Tayangan Program Acara di TATV
A. Materi Siaran Lokal di TATV ………………………….. 106
B. Penyusunan Program Acara di TATV ………………….. 110
C. Kesesuaian Program Acara dengan Visi dan Misi
TATV……………………………………………………... 114
III.D. TATV Merancang Progam Acara Keroncong
III.D.1.
Latar Belakang Penayangan Program Acara Keroncong
di TATV …………………………………………………….. 118
III.D.2.
Penyusunan Program Acara Keroncong di TATV …………. 122
III.D.3.
TATV Menjalin Kerjasama dengan HAMKRI …………..… 126
III.E. Kondisi Seni Keroncong di Surakarta Setelah Hadirnya TATV
III.E.1.
Pengaruh Keberadaan TATV dalam Menayangkan Program
Acara Keroncong ……………………………………………. 131
III.E.2.
Tayangan Seni Keroncong Sebagai Hiburan Budaya Mulai
Disukai Masyarakat …………………………………………. 135
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
III.E.3.
Menjamurnya Grup-grup Keroncong di Surakarta …………. 139
III.E.4.
Geliat Acara (Event) Bartajuk Seni Keroncong
di Surakarta …………………………………………………. 143
A. Pencanangan Solo Kota Keroncong oleh Pemerintah …..
146
B. Diadakannya Solo Keroncong Festival oleh HAMKRI .... 152
BAB IV : PENUTUP
IV.A. Kesimpulan ……………………………………………………... 156
IV.B. Saran .............................................................................................. 157
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 160
LAMPIRAN ……………………………………………………………... 165
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel III.1. Data Informan ……………………………………………… 82
Tabel III.2. Karakteristik Terang Abadi Televisi (TATV) Surakarta …… 102
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN
Bagan I.1. Kerangka Pemikiran …………………………………………... 62
Bagan I.2. Model analisis data interaktif Miles dan Huberman ................. 72
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
HAFIZH ESKAPUTRA, D0206115, TELEVISI LOKAL DAN BUDAYA
DAERAH (Studi
Deskriptif Kualitatif Peran Serta TATV dalam
Pelestarian dan Pengembangan Seni Keroncong di Surakarta), Skripsi,
Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012, 159 halaman.
Televisi lokal merupakan televisi yang mempunyai batasan ruang siaran
yang hanya berskala daerah, sehingga isi kandungan materi siarannya lebih
mengarah pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat dimana media
massa tersebut dikelola. Kemampuan televisi lokal untuk mengeksplor
kebudayaan daerah menjadikan televisi lokal mempunyai peran dalam
melestarikan kebudayaan daerah. Seni keroncong merupakan kebudayaan daerah
asli Surakarta. Namun seiring perkembangan zaman keberadaan seni keroncong
mulai terkikis oleh budaya asing yang dianggap lebih modern. Untuk melestarikan
seni keroncong, TATV (Terang Abadi Televisi) sebagai televisi lokal di Surakarta
telah menayangkan program acara keroncong setiap minggunya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran serta TATV
dalam melestarikan dan mengembangkan seni keroncong di Surakarta. Selain itu,
penelitian ini juga untuk mengetahui bagaimana tanggapan atau respon
masyarakat di Surakarta terhadap kondisi seni keroncong setelah hadirnya TATV
di Surakarta.
Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
menggambarkan, memaparkan, menuturkan dan menganalisa data yang ada secara
mendalam. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara
dan dokumentasi. Sedangkan penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Purposive Sampling. Metode analisa data yang digunakan yaitu analisis
analisis data kualitatif dan untuk menguji validitas data dilakukan dengan
triangulasi sumber data.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa TATV merencanakan
program acara keroncong dengan dilatar belakangi oleh visi dan misi TATV yang
berkomitmen dalam melestarikan budaya daerah. Selain itu, dalam pelaksanaan
program acara keroncong, TATV menjalin kerjasama dengan HAMKRI
(Himpunan Artis Keroncong Indonesia) Surakarta. Bentuk kerjasamanya adalah
HAMKRI bertanggung jawab menyiapkan grup keroncong yang akan tampil,
Sedangkan TATV menyiapkan semua prasarana untuk tayang.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah TATV telah mampu menjalankan
perannya dalam melestarikan dan mengembangkan seni keroncong di Surakarta.
Peran itu tampak yaitu dalam hal mengembalikan popularitas seni keroncong di
mata masyarakat Surakarta dengan memberi ruang kepada seni keroncong untuk
tampil di televisi sehingga dapat diapresiasi oleh masyarakat, kemudian memberi
motivasi kepada grup-grup keroncong untuk kembali aktif dan memotivasi
terbentuknya grup-grup keroncong baru dengan memberi kesempatan bagi
seniman keroncong untuk tampil di media televisi, serta merangsang munculnya
kepedulian dari berbagai pihak untuk ikut melestarikan keroncong sehingga
merangsang munculnya berbagai kegiatan keroncong di Surakarta.
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
HAFIZH ESKAPUTRA, D0206115, LOCAL TELEVISION AND LOCAL
CULTURE (Descriptive Qualitative Study of TATV's Role in Perserving and
Developing Keroncong in Surakarta), Thesis, Communication Studies
Program, Social and Political Sciences Faculty, Sebelas Maret Univeristy
Surakarta, 2012, 159 pages.
Local television has limitation in airing its program which is only in local
scale, therefore the essence of the program is purposed to the need and interest of
local people where the mass media is managed. The ability of the local television
in exploring the local culture makes the local television has a role in preserving
the local culture. Keroncong is a native music from Surakarta. However, as the
traditional music, keroncong is difficult to compete with foreign culture that is
considered by the people is more modern. For keroncong Preservation, TATV
(Terang Abadi Televisi) as the local television in Surakarta has aired a keroncong
program weekly.
This research is aimed to know how TATV play its role in preserving and
developing keroncong in Surakarta. Besides, this research is also aimed to know
how are the reaction and response from the people of Surakarta toward the
condition of keroncong after its presence in TATV Surakarta.
The descriptive qualitative research aimed to describe, explain, relate and
analyze the data comprehensively. The collecting data techniques were
observation, interview and documentation. Purposive sampling technique used in
this research to draw the conclusion. Analyze method used in this research were
analytical analyze qualitative data and source data triangulation to test the validity
of the data.
Based on this research, it was known that of TATV planned the keroncong
program in influenced by the vision and mission of TATV which have
commitment to preserve local culture. Besides, in the making of the keroncong
program, TATV cooperated with HAMKRI (Indonesian Keroncong Artist
Association) Surakarta. The form of cooperation was HAMKRI had responsible to
prepare the keroncong music group which would be showed, while the TATV
prepared the equipment for the program.
The conclusion is that TATV is able to play its role to preserve and
develop the keroncong music in Surakarta. The role is can be seen that TATV can
restore the keroncong popularity in people of Surakarta through giving the space
to the keroncong to show in television so that can be appreciated by the people.
Beside, TATV gives motivation to the keroncong groups to be active again and
motivate the forming of the new keroncong groups through the opportunity to
show in television media, and stimulate the emerging of care feeling from the
other people to join in preserving keroncong, therefore stimulate the emerging
various keroncong activity in Surakarta.
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
I.A.
Latar Belakang Masalah
Televisi saat ini sudah bukan merupakan barang mewah dan bukan
lagi sebuah kemajuan teknologi yang membuat orang takjub. Televisi
menciptakan suasana yang berbeda, penyampaian isi pesan seolah-olah
langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan
oleh televisi sangat mudah di mengerti karena jelas terdengar secara audio
dan terlihat secara visual. Karakteristik istimewa yang dimilikinya
membuat televisi menjadi sesuatu media yang mudah dinikmati oleh
semua kalangan, baik di kalangan atas, menengah, hingga bawah sekalipun
dibandingkan dengan media lainya (radio, koran, majalah, dan lain-lain).
Kedahsyatan televisi dalam mempengaruhi pemirsanya tidak perlu
diragukan lagi. Dwyer, seorang pakar pertelevisian menyimpulkan
setidaknya pemirsa televisi mampu mengingat 50 % materi yang hanya
ditayangkan satu kali oleh televisi. Bisa dibayangkan berapa banyak
pemirsa mampu mengingat jika tayangan itu ditampilkan berulang-ulang.
Lebih jauh lagi, pemirsa televisi masih mampu mengingat 85 % tayangan
televisi yang mereka saksikan setelah tiga jam kemudian dan bahkan
masih tersisa 65 % ingatan akan tayangan televisi tersebut setelah tiga hari
ditayangkan. Dan yang paling luar biasa, televisi mampu menjadi saluran
yang paling efektif dalam menyampaikan informasi kepada manusia
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan merebut 94 % dari seluruh saluran penyampaian pesan-pesan dan
informasi kepada manusia. 1
Televisi memang memiliki kemampuan yang luar biasa. Penelitianpenelitian mengenai efektivitas terpaan media massa pada umumnya
menempatkan terpaan televisi paling efektif dimana keefektivitasan
televisi terletak pada karakteristiknya yang audio-visual. 2
Televisi sebagai media audio-visual menyajikan segala sesuatu
yang menarik perhatian pemirsanya. Perkembangan televisi yang sangat
pesat jelas menggambarkan bahwa media ini begitu digandrungi oleh
masyarakat. Pada waktu TVRI, stasiun televisi pertama di Indonesia
muncul di tahun 1962 jumlah pesawat televisi di Jakarta hanya berjumlah
10.000 buah. Tujuh tahun kemudian jumlahnya meningkat menjadi 65.000
buah. Pada akhir Maret 1972 jumlah pesawat televisi di Indonesia ada
212.580 buah, sampai tahun 1984 berjumlah 7.132.462 buah. Hanya dalam
kurun waktu 12 tahun jumlah pesawat televisi di Indonesia meningkat
sampai hampir 34 kali lipat. 3
Televisi bagaimanapun telah menjadi sebuah fenomena. Simaklah
sebutan yang mengawali sejarah pertumbuhannya, yakni “tabung
kebodohan”, “kotak ajaib”, “altar elekronik”, atau juga “pedang gersang
pemikiran”. Namun, simak pula iklan televisi Du Mount tahun 1950-an
yang menyebut televisi sebagai “jendela dunia”. 4
1
Dwyer dalam Farida Nurfalah, Sumardjo dan Dwi Surya. Pengaruh Tayangan Sinetron Religius
Terhadap Perilaku Ibu Rumah Tangga Muslimah. Jurnal Teknodik No.22 tahun 2007, hal 44. 2
Sam Abede Pareno. Media Massa Antara Realitas dan Mimpi. (Surabaya: Papyrus, 2005). hal 65.
3
Ishadi S.K., Dunia Penyiaran: Prospek dan Tantangannya. (Jakarta: Gramedia, 1999). 4
commitdkk.
to user
Budiman dalam Eka Nada Shofa Alkhajar,
Anomi Media Massa. (Surakatra: Program
Pascasarjana Ilmu Komunikasi UNS, 2009), hal 10.
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebagaimana disinggung diatas, perkembangan pertelevisian di
Indonesia berawal dari tahun 1962, ketika Indonesia menjadi tuan rumah
Asian Games, yaitu dengan didirikannya TVRI pada tanggal 24 Agustus
1962. Hanya dengan menggunakan satu pemancar yang dipasang di
komplek Senayan, TVRI melakukan peliputan Asian Games yang dapat di
nikmati oleh penduduk Jakarta. Dimana pada awal penyelenggaraannya,
jaringan TVRI masih terbatas di Jakarta dan sekitarnya. Selain itu, dengan
masih terbatasnya pendukung teknis, masa penyiarannyapun hanya sekitar
dua jam perhari dan ekstra setengah jam pada malam minggu. Bahkan,
ketika TVRI melakukan siaran perdana, televisi pertama di Indonesia ini
hanya sanggup melaksanakan siarannya tidak lebih dari 30 menit sehari. 5
Sejak dikeluarkannya SK Mentri Penerangan No. 111 tahun 1990,
industri dan bisnis televisi berubah menjadi sedemikian maraknya.
Awalnya adalah tahun 1987/1988 ketika RCTI diizinkan siaran untuk
pertama kalinya dengan menggunakan dekoder (decoder), yang kemudian
diikuti oleh SCTV (1989), TPI (1991), ANTV (1993), dan Indosiar (1994).
Kini dapat kita lihat betapa deras perkembangannya bahkan untuk saluran
siaran pun, hingga tahun 2005 terdapat 10 stasiun televisi swasta dan tidak
kurang dari 30 stasiun televisi lokal. 6
Adapun televisi lokal sendiri mulai berkembang di Indonesia sejak
tahun 2002 seiring dengan adanya UU No. 32 tahun 2002. Dua hal yang
perlu digaris bawahi mengenai keterkaitan antara perkembangan televisi
lokal dan UU. No. 32 tahun 2002 adalah pembatasan siaran nasional
5
Alex Leo Zulkarnain. Televisi di Indonesia dan Pengaturannya dalam Deddy Mulyana dan Idi
commit(Bandung:
to user Remaja Rosdakarya. 1987), hal. 12.
Subandi Ibrahim (ed): Bercinta dengan televisi.
6
Ishadi S.K., Op. cit. hal 18. 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kecuali dengan melakukan kerja sama dengan televisi-televisi lokal, dan
televisi lokal diperbolehkan siaran dengan daya jangkau siaran yang
dibatasi hanya untuk daerah yang menjadi home base-nya. 7
Karena itulah dibentuk UU Nomor 32 Tahun 2002 Tentang
Penyiaran yang mengamanatkan realisasi Sistem Stasiun Berjaringan
(SSB), seperti yang dituangkan dalam Pasal 31 ayat 1:
“Lembaga penyiaran yang menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau
jasa penyiaran televisi atas stasiun penyiaran jaringan dan atau stasiun
penyiaran lokal”. 8
Berbagai informasi tentang daerah yang tidak terekspos oleh media
nasional mendasari kehadiran media televisi lokal di berbagai daerah.
Kehadiran televisi lokal menambah variasi atau pilihan bagi masyarakat
untuk mendapatkan informasi, hiburan, dan pendidikan. Hal ini sesuai
dengan amanat Undang-Undang Penyiaran No. 32 tahun 2002 yang lebih
menitikberatkan
pada
partisipasi
dan
kontrol
masyarakat
serta
pemberdayaan institusi lokal.
Tujuan UU Penyiaran No.32 tahun 2002 yang mengatur tentang
Stasiun Siaran Berjaringan (SSB) adalah untuk meletakkan pondasi bagi
sistem penyiaran, yang telah membawa perubahan paradigma dari semula
sangat sentralistik, menjadi desentralistis. Agar daerah dapat menikmati
manfaat yang lebih baik dari ranah penyiaran, baik di wilayah isi siaran
(diversity of content) maupun di wilayah bisnis ekonomi penyiaran
(diversity of ownship). Makna dari undang-undang ini adalah untuk
7
Sunardian Wiradono. Matikan TV-Mu! Teror Media Televisi di Indonesia. (Yogyakarta: Resist
commit to user
Book, 2006), hal. 127.
8
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memberikan keleluasaan untuk pembangunan ekonomi, kesejahteraan
masyarakat di daerah. Juga, agar penyiaran tidak terkonsentrasi di pusat. 9
Khusus untuk industri penyiaran televisi, ternyata tidak sekedar
terbukanya kesempatan untuk menambah jumlah stasiun televisi swasta
nasional, tetapi juga bermunculan berbagai gerakan di daerah untuk
mendirikan stasiun televisi lokal. Alasannya ialah untuk menumbuhkan
kelokalan dan nuansa keberagaman yang selama orde baru terberangus.
Sedangkan stasiun televisi lokal merupakan stasiun penyiaran dengan
wilayah siaran terkecil yang mencakup satu wilayah kota atau
kabupaten. 10
Efek dari UU Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 membuat stasiun
televisi lokal di berbagai daerah menggeliat dan turut memberi warna baru
bagi dunia pertelevisian di Indonesia. Perkembangan televisi lokal di
Indonesia selama 10 tahun terakhir sampai tahun 2005, mengalami
peningkatan yang signifikan. Setelah dunia pertelevisian kita didominasi
oleh beberapa stasiun televisi swasta nasional dan satu stasiun televisi
publik, sekarang melaju pesat dengan adanya penambahan secara bertahap
stasiun televisi lokal baru yang kini mencapai sekitar 86 stasiun tersebar di
lebih dari 50 kota besar dan di hampir semua provinsi di Indonesia. 11
Menurut data Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), saat ini
televisi lokal yang sudah menjadi anggota ATVLI telah bertambah
sebanyak 29 stasiun televisi lokal. Stasiun-stasiun televisi swasta lokal
9
Aji Setiakarya. Menyambut TV Lokal. Sumber: http://www.rumahdunia.net.php. diakses pada 2
Februari 2010.
10
commit
toKencana,
user 2008). hal 105.
Morissan. Jurnalistik Televisi Mutakhir.
(Jakarta:
11
http://www.atvli.com/sejarah.asp. diakses pada 2 Februari 2010.
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut adalah: Riau TV, Batam TV, Sri Junjungan TV-Bengkalis,
JAKTV-Jakarta, Jogja TV, TV Borobudur-Semarang, JTV-Surabaya, Bali
TV, Lombok TV, Publik Khatulistiwa TV-Bontang, Gorontalo TV,
Makasar TV, Terang Abadi TV-Surakarta, Bandung TV, O’ ChannelJakarta, Space Toon TV Anak-Jakarta, Cahaya TV-Banten, Megaswara
TV-Bogor, Cakra TV-Semarang, Cakra Buana Channel-Depok, Pal TVPalembang, Kendari TV, Tarakan TV, Manajemen Qolbu TV-Bandung,
Ratih TV-Kebumen, Ambon TV, Sriwijaya TV-Palembang, Aceh TV dan
Padjadjaran TV-Bandung. 12
Hampir sama dengan pendahulunya, yakni televisi swasta yang
berada di Jakatra, pengelola televisi lokal hanya melihat media televisi
sebagai potensi, asset, kemungkinan atau peluang untuk mengadu
peruntungan. Namun kelahirannya, tidak berada dalam ruang opini publik
yang
memadai.
Sehingga
banyak
televisi
lokal
tidak
diketahui
kebeadaanya. Bahkan secara operasional, pada tahap pekembangan awal
ini, televisi lokal masih mengadopsi program-program televisi nasional
yang cenderung memuat setting budaya Jakarta (Jakarta sentris). Salah
satu sebabnya karena televisi lokal (swasta) yang ada masih merupakan
kepanjangan tangan dari televisi nasional yang berdomisili di Jakarta.
Kebanyakan tayangan di televisi swasta nasional sekarang
berorientasi Jakarta sentris. Itu pun hanya 20 % isi tayangan televisi yang
bermuatan pendidikan dan informasi dan 80 % sisanya adalah hiburan.
commit to user
12
Ibid.
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tayangan televisi nasional lebih banyak berisi budaya massa dan
mengabaikan budaya lokal. 13
Hal ini menunjukkan produk import masih mendominasi acaraacara televisi lokal. Salah satu penyebabnya adalah televisi lokal yang
masih kesulitan menempatkan diri dalam dunia bisnis komersial,
khususnya terkait persaingan rating dan iklan, sehingga televisi lokal
(swasta) harus meminimalisir dana operasional dengan membeli produkpruduk impor yang lebih murah dan lebih menarik.
Televisi merupakan sebuah media massa dalam pengertian dasar,
yakni permasif dan massif. Permasif dalam pengertian ia berada dalam
ambang batas normal, yang selalu memiliki dalih masyarakat sebagai
tameng moralnya. Massif dalam pegertian memproduk dunia citraannya
secara serentak dan tanpa alternative. Oleh karena itu, dampak “televisi
pusat Jakarta” sangat terasa pada keseragaman selera, budaya masyarakat,
setidaknya lewat bahasa maupun life-style modernitas. 14
Apabila kita melihat dari visi dan misi Asosiasi Televisi Lokal
Indonesia (ATVLI) sebagai asosiasi televisi lokal di Indonesia, dapat
dikatakan televisi lokal merupakan salah satu media pengembang potensi
budaya daerah. Dalam situs resmi ATVLI, Ketua Umum ATVLI, Satria
Naradha mengingatkan, jika pengelola televisi lokal tanpa didasari
idealisme tersebut dan lebih berorientasi pada bisnis, sebaiknya
diurungkan dan dipertimbangkan keberadaannya oleh pemerintah. 15
13
Kompas.com. Muatan Lokal Harus Diperbanyak 80 % Tayangan Televisi Melulu Berupa
Hiburan. 29 Desember 2009. diakses pada 4 Februari 2010.
14
Sunardian Wiradono. Op. cit. hal. 130.commit to user
15
http://www.atvli.com/sejarah.asp, diakses pada 2 Februari 2010.
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keberadaan televisi lokal harus memiliki visi dan misi serta
dituntut memberikan kontribusi kepada daerah dan bangsa ini. Adapun visi
dan misi dari ATVLI adalah : 16
Visi : Terwujudnya spirit otonomi daerah yang bermartabat di Indonesia
bersama media televisi lokal.
Misi : 1. Memenuhi hak asasi manusia dalam memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan informasi.
2. Menjadikan media televisi lokal sebagai penunjang dalam upaya
menggali nilai budaya, pendidikan, sosial kemasyarakatan,
agama, ekonomi, teknologi, dan demokratisasi di semua bidang,
dalam rangka pemerataan pembangunan diseluruh Indonesia.
Televisi lokal jika mau lebih bijak, sesungguhnya mempunyai
potensi besar karena tumbuhnya kerinduan masyarakat terhadap akar
budaya sendiri. Akan tetapi, selama ini stasiun televisi di Indonesia lebih
dituntut untuk mengembangkan dirinya sebagai institusi bisnis dengan
melupakan masyarakat sebagai konsumenya. Hal ini tentu saja bertolak
belakang dengan visi dan misi ATVLI yang telah dipaparkan di atas.
Selain itu media televisi di Indonesia masih menempatkan masyarakat
sebagai objek dan mengeksploitasi objek tersebut, bukan mengeksplorasi
sosial budaya yang ada dimasyarakat sebagai salah satu bentuk tanggung
commit to user
16
Ibid.
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jawab sosial media. Kondisi semacam ini cukup mengkhawatirkan untuk
perkembangan televisi lokal ke depan.
Sedangkan televisi memberikan imbas media yang luar biasa besar
bagi masyarakat, media ini memiliki daya penetrasi jauh lebih besar dari
pada media lainya. Bila kita hubungkan dengan konteks kebudayaan,
televisi memiliki pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan
kebudayaan dalam masyarakat. Hal itu dikarenakan dengan adanya kontak
dengan kebudayaan asing, perubahan kebudayaan sangat mungkin terjadi.
Berbicara tentang budaya, menurut Sir E.B. Taylor dalam bukunya
Primitive Culture berpendapat bahwa budaya adalah suatu hal yang
menyeluruh
dan
kompleks
termasuk
disini
asal
pengetahuan,
kepercayaaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan serta
kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dari
pemaparan diatas, kesenian merupakan salah satu unsur penting dari
kebudayaan yang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma-norma dari
masyarakar tempat budaya itu ada. Nilai dan norma tersebut akan
menentukan bentuk kesenian seperti apa yang akan tercipta. 17
Surakarta sebagai kota budaya mempunyai berbagai macam bentuk
budaya, salah satu bentuk budaya khas dari kota Surakarta adalah seni
musik keroncong. Keroncong adalah sejenis musik Indonesia yang
memiliki hubungan historis dengan sejenis musik Portugis yang dikenal
sebagai fado. Sejarah keroncong di Indonesia dapat ditarik hingga akhir
abad ke-16, di saat kekuatan Portugis mulai melemah di Nusantara. Pada
17
Fajar Junaedi, dkk., Komodifikasi Budaya Dalam Media Massa, (Surakarta: Sebelas Maret
commit to user
Univercity Press, 2005), hal 54.
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sekitar abad 19-an musik ini juga masuk ke Semenanjung Malaka.
Keroncong berawal dari musik yang dimainkan para budak dan opsir
Portugis dari daratan India (Gowa) serta Maluku. Bentuk awal musik ini
disebut moresco. 18
Salah satu tokoh Indonesia yang memiliki kontribusi cukup besar
dalam
membesarkan
musik
keroncong
adalah
Gesang.
Pada
perkembangannya seni keroncong pernah mencapai puncak keemasannya
dengan Gesang sebagi maestronya. Lelaki asal kota Surakarta (Solo) ini
bahkan mendapatkan santunan setiap tahun dari pemerintah Jepang karena
berhasil memperkenalkan musik keroncong di sana. Salah satu lagunya
yang paling terkenal adalah “Bengawan Solo”. Lantaran pengabdiannya
itulah, Gesang memperoleh julukan “Buaya Keroncong” oleh insan
keroncong Indonesia, sebutan untuk para pakar musik keroncong. 19
Tetapi seiring dengan perkembangan zaman seni kroncong pelanpelan mulai digeser musik-musik luar negeri yang dirasa lebih mewakili
zaman sekarang ini. Hal ini tak lepas dari revolusi teknologi informasi
masih bercampur dengan isu dan globalisasi. Ditambah akselerasi
modernisasi tidak berjalan seiring dengan daya adaptasi dan kapabilitas
masyarakat Indonesia. Akhirnya modernisasi belum tuntas dan nilai tradisi
makin menipis.
Terang Abadi TV (TATV) hadir sebagai televisi lokal pertama dan
satu-satunya bagi masyarakat Solo dan sekitarnya. Jangkauan siarnya
sampai saat ini sudah mencapai wilayah Kota Surakarta (Solo); DIY
18
19
commit to user
Sejarah Keroncong, Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Keroncong,
diakses pada 25 Juli 2010
Ibid.
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Yogyakarta, meliputi Kota Yogyakarta, Kab. Sleman, Kab. Bantul, Kab.
Kulon Progo, Kab. Gunung Kidul; Kab. Magelang; Kab. Klaten; Kab.
Boyolali; Kab. Wonogiri; Kab. Sukoharjo; Kab. Karanganyar; Sebagian
Pati; Kudus; Wonosobo; Temanggung dan Ngawi. 20
TATV yang berdomisili di daerah Surakarta mempunyai peran
yang sangat penting untuk menjaga keberlangsungan seni keroncong di
Surakarta. Dengan berselogan TATV MANTEB (Masa Kini dan Tetap
Berbudaya), TATV menjadi televisi yang memberikan hiburan–hiburan
yang menarik serta mengangkat informasi dari daerah-daerah dan tidak
ketinggalan pula budaya daerah. Hal ini dibuktikan TATV dengan
memberi ruang siaran dengan contain kedaerahan lebih banyak
dibandingkan dengan siaran yang bersifat nasional, yaitu content program
siaran lokal 60 % dan siaran universal 40 %. 21
TATV memiliki visi untuk menjadi televisi yang memberi
pencerahan pada paradigma berpikir dan berperilaku bagi pemirsa dan
masyarakat, menuju pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Serta
misi memberi sumbangsih yang berarti guna kemajuan daerah dan
masyarakat permirsa dalam segala bidang kehidupan, melalui perubahan
paradigma berpikir dan berperilaku. 22
Salah satu wujud dari peran serta TATV untuk melestarikan dan
mengembangkan seni keroncong adalah dengan menayangkan acara seni
keroncong dengan pengemasan acara yang menarik, sehingga diminati
oleh pemirsanya. Selain itu juga dengan memberikan kesempatan seluas20
Profil Terang Abadi Televisi, http://www.tatv.co.id diakses pada 8 Februari 2010.
commit to user
Ibid.
22
Ibid.
21
11
perpustakaan.uns.ac.id
luasnya
digilib.uns.ac.id
bagi
para
seniman
keroncong
di
Surakarta
untuk
mempertontonkan kebolehanya.
Hal ini dibuktikan dengan menyelenggarakan program acara
“KERONCONG” setiap hari Senin pukul 21.00 WIB. Program acara
“KERONCONG” merupakan program musik keroncong secara live yang
diisi oleh orkes keroncong dari Solo dan sekitarnya. Selain itu, TATV juga
bekerja sama dengan HAMKRI (Himpunan Arti Musik Keroncong
Indonesia) Solo yang di ketuai oleh Hj. Waljinah. 23
Akan tetapi bila kita melihat komposisi program-program acara
TATV selama ini, seni keroncong hanya diberikan waktu tayang satu jam
dari 80 jam 35 menit total keseluruhan jam tayang TATV dalam satu
minggu. Melihat realita seperti itu, keoptimalan peran serta TATV dalam
pelestarian dan pengembangan seni keroncong di Surakarta, perlu
dicermati secara lebih mendalam. Hal itulah yang menarik untuk dijadikan
bahan kajian penelitian.
commit to user
23
Ibid.
12
perpustakaan.uns.ac.id
I.B.
digilib.uns.ac.id
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat ditarik
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi seni keroncong di Surakarta sebelum hadirnya
TATV Surakarta?
2. Bagaimana TATV Surakarta merencanakan program acara keroncong
untuk ikut serta dalam pelestarian seni keroncong di Surakarta?
3. Bagaimana kondisi seni keroncong di Surakarta setelah hadirnya
TATV Surakarta?
I.C.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui bagaimana peran serta TATV dalam keikutsertaannya
melestarikan dan mengembangkan seni keroncong di Surakarta.
I.D.
Luaran Yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebuah karya
penelitian tentang sikap dan pandangan masyarakat Surakarta terhadap
perkembangan seni musik keroncong, sekaligus mengetahui tentang sejauh
mana peran serta TATV dalam keikutsertaannya melestarikan dan
mengembangkan seni musik keroncong di Surakarta. Melalui penelitian ini
diharapkan ada temuan yang bermanfaat baik secara teoritis maupun
praktis. Peneliti juga sangat mengharapkan dengan penelitian ini maka
akan membangun kesadaran bersama warga masyarakat Indonesia yang
berbudaya agar tetap berusaha melestarikan dan mengembangkan seni dan
commit
to user hari.
budaya daerah agar tidak luntur
dikemudian
13
perpustakaan.uns.ac.id
I.E.
digilib.uns.ac.id
Manfaat Penelitian
1. Secara praktis penelitian ini bermanfaat sebagai rujukan bagi
pengelola TATV untuk mengambil langkah yang tepat untuk
melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya terutama seni
keroncong di Surakarta.
2. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan referensi
bagi akademisi dan seluruh masyarakat yang ingin mengetahui
pandangan dan sikap masyarakat Surakarta terhadap perkembangan
seni musik keroncong sekaligus tentang sejauh mana peran serta
TATV dalam keikutsertaannya melestarikan dan mengembangkan
seni musik keroncong di Surakarta.
I.F.
Landasan Teori
I.F.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya tidak dapat hidup sendiri.
Kehidupan manusia sudah dikodratkan untuk saling bergantung antar
manusia dalam suatu tatanan kehidupan yang disebut kehidupan sosial.
Dalam menjalani kehidupan sosialnya, manusia senantiasa harus
berinteraksi satu sama lain. Untuk itu komunikasi sangat penting untuk
menunjang kehidupan sosial masyarakat.
Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan satu hal yang
mendasar. Carl Hovland
mendefinisikan komunikasi sebagai: “The
process by which an individual (the communicator) transmits stimuli
(usually verbal symbols) to modify behavior of the individuals
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(communicatess)” (Proses dimana seorang komunikator menyampaikan
rangsangan-rangsangan biasanya lambang-lambang dalam bentuk katakata untuk merubah tingkah laku komunikan). 24
Selain itu, ada pernyataan yang menarik dari Harrold Lasswell,
yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan jawaban dari pertanyaan
Who Says What In Which Channel to Whom With What Effect? 25
Berdasarkan pernyataan Lasswell, dapat dituruknan lima unsur komunikasi
yang saling bergantung satu sama lain dan tidak bisa di pisahkan, serta
sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu:
a.
Komunikator (communicator, source, sender)
b.
Pesan (massage)
c.
Media (media, channel)
d.
Komunikan (communicant, receiver, recipient)
e.
Efek (effect, impact, influence)
Melihat dari kelima unsur di atas, Laswell menjelaskan bahwa
komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator
kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
Salah satu bentuk kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh
manusia adalah komunikasi massa. Komunikasi massa diartikan sebagai
jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,
heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan
yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Secara sederhana,
24
Onong Uchajana Effendy. Televisi Siaran Teori dan Praktek. ( Bandung: Mandar Maju, 1993),
hal 2.
25
commit
to user
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar.
(Bandung: Remaja Ros Dakarya, 2000),
hal 62.
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat
kabar, majalah, radio, televisi, dan film. 26
Menurut Elizabeth-Noelle Neuman, ada empat tanda pokok
komunikasi massa yaitu (1) bersifat tidak langsung, artinya harus melalui
media teknis; (2) bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara
peserta-peserta komunikasi (para komunikan); (3) bersifat terbuka, artinya
ditujukan kepada publik yang tidak terbatas dan anonim; (4) mempunyai
publik yang secara geografis tersebar. 27
Komunikasi massa itu sendiri berkembang seiring dengan
digunakannya alat-alat mekanik yang mampu melipat gandakan pesanpesan komunikasi lebih tepatnya setelah mesin cetak ditemukan oleh
Johan Gutenberg pada awal abad 20. Gejala pengembangan komunikasi
massa makin meluas ketika radio dan film digunakan sebagai media
komunikasi massa disusul tumbuhnya industri televisi pada pertengahan
abad 20 era tahun 1950-an. Komunikasi massa merupakan jenis
komunikasi yang menggunakan media massa untuk menyampaikan pesanpesannya. Menurut Berlo (1960) bahwa kata massa diartikan “meliputi
semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orangorang pada ujung lain dari saluran”. Massa mengandung pengertian orang
banyak dan mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama,
mereka dapat tersebar di berbagai lokasi yang dalam waktu yang sama
26
27
commit
to user
Jalaludin Rahmat. Psikologi Komunikasi.
(Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2001). hal. 189
Ibid.
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang
sama. 28
Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini telah
memungkinkan orang di seluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi
hal ini dimungkinkan karena adanya berbagai media (channel) yang dapat
digunakan sebagai sarana penyampaian pesan. Media penyiaran, yaitu
radio dan televisi merupakan salah satu bentuk media massa yang efisien
dalam mencapai audiennya dalam jumlah yang sangat banyak. Karenannya
media penyiaran memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu
komunikasi pada umumnya dan khususnya ilmu komunikasi massa. 29
Televisi siaran merupakan media komunikasi massa karena
memenuhi unsur-unsur yang terdiri dari sumber (source), pesan (message),
saluran (channel), penerima (receiver) serta efek (effect). 30 Pada saat ini
televisi merupakan salah satu media komunikasi yang banyak dibutuhkan
masyarakat karena televisi memiliki sifat media yang khas sebagai media
pandang dengar (audio-visual) sifat ini menjadikan keunggulan media
televisi mampu menyampaikan pesan yang lebih hidup. Segala informasi
seperti isu sosial politik, ekonomi, budaya, hukum, kriminalitas, olah raga
sampai dengan masalah gosip para public figure, kuis, permainan (games)
semuanya ditayangkan di media televisi dengan beragam kreasi
pengemasan program acaranya.
28
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004).
Morissan. Manajemen Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi. (Jakarta:
commit to user
Kencana, 2008), hal. 13.
30
Wiryanto. Op. cit. hal. 67
29
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada hakekatnya, media televisi lahir karena perkembangan
teknologi. Bermula dari ditemukannya elecctrische telescope sebagai
perwujudan gagasan dari seorang mahasiswa di Berlin (Jerman Timur)
yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara dan
satu tempat ke tempat lain. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884.
Akhirnya Nipkov diakui sebagai “bapak televisi”. 31
Saat ini bisa dikatakan bahwa televisilah yang menjadi media
komunikasi massa paling populer. Studi tentang televisi pun banyak
dilakukan. Karakteristik televisi yang memiliki jangkaun siar luas dan
dapat memberikan efek yang besar pula menjadi daya tarik tersendiri
untuk diteliti. Seperti yang diungkapkan oleh Milly Buonanno: The thing
that brought many to study television in the first place, namely a popular
reach, commercial scale, political power, and cultural significance that
made The Tube a metonym of society as a whole, has passed. 32
Secara teknis televisi dapat diartikan sebagai sebuah alat
penangkap siaran bergambar. Istilah televisi (television) merupakan suatu
kata yang berasal dari gabungan kata tele (bahasa Yunani) yang berarti
jauh dan vision (bahasa Latin videra) artinya melihat/memandang. Jadi
secara harfiah, televisi berarti memandang dari jauh. Tepatnya, televisi
ialah memandang peristiwa dari jauh dalam waktu yang bersamaan. 33
Menurut Skornis dalam bukunya “Television and Society: An
Incuest and Agenda”(1965), televisi merupakan gabungan dari media
31
Wawan Kuswandi. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. (Jakarta: Rineka Cipta,
1996), hal. 5-6.
32
Milly Bounnanoo. The Age of Television Experiences and Theories. Book Review by John
commit to2009).
user
Hartly. (International Journal of Communications:
33
Sofiah. Komunikasi Media Film dan Televisi. (Surakarta: UNS Press, 1993), hal. 47
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengar dan gambar, sehingga dapat memungkinkan menampilkan pesan
suara maupun gambar secara bersamaan. Televisi menciptakan suasana
yang berbeda, penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara
komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi
sangat mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat
secara visual. 34
Sifat televisi yang serempak dimanfaatkan untuk membuat
khalayak secara bersamaan menaruh perhatian kepada pesan yang
disampaikan komunikator. Selain sifat televisi yang cepat memungkinkan
pesan dapat disampaikan kepada begitu banyak orang dalam waktu yang
singkat. Daya tarik televisi juga demikian besar, sehingga pala-pola
kehidupan rutinitas manusia sebelum munculnya televisi, berubah total
sama sekali. Inilah yang membuat media televisi menjadi panutan baru
bagi kehidupan manusia. Tidak menonton televisi sama dengan mahluk
buta yang hidup dalam tempurung.
Sedangkan pengertian komunikasi massa media televisi ialah
proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui
sebuah sarana, yaitu televisi. Dalam komunikasi massa media tersebut,
lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan
melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks dan
pembiayaan yang besar. Karena media televisi bersifat transitory (hanya
meneruskan), maka pesan-pesan yang disampikan melalui komunikai
massa media tersebut hanya dapat didengar dan dilihat sekilas. Pesancommit to user
34
Wawan Kuswandi. Op. cit., hal. 8
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pesan televisi bukan hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam
gambar yang bergerak (audio visual). 35
Karena sifat komunikasi massa media televisi yang transitory
(hanya meneruskan) itu maka: (1) isi pesan yang akan disampaikannya
harus singkat dan jelas, (2) cara penyampaian kata per kata harus benar,
(3) intonasi suara dan artikulasi harus tepat dan baik. 36
Paradigma Harold Lasswell tentang proses komunikasi yang
berbunyi "Who, says waht, to whom, in which channel, and with what
effect". Secara langsung menggambarkan bahwa proses komunikasi
seseorang memerlukan media. Memasukan paradigma Lasswell dalam
komunikasi massa media televisi, secara tegas memperlihatkan bahwa
dalam setiap pesan yang disampaikan televisi, tentu saja mempunyai
tujuan khalayak, sasaran, serta akan mengakibatkan umpan balik, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Posisi dan peran media massa, termasuk televisi dalam
operasionalisasinya di masyarakat, tidak berbeda dengan media cetak dan
radio. Menurut seorang alhi komunikasi Harold Lasswell melihat fungsi
utama media massa sebagai berikut 37 :
a.
The surveillance of the environment, yang berarti bahwa media
televisi berperan sebagai pengamat lingkungan.
b.
The correlation of part of society inresponding to the environment
yaitu media televisi mengadakan korelasi antara informasi data yang
35
Ibid., hal. 16.
commit to user
Ibid., hal. 18.
37
Darwanto. Televisi Sebagai Media Pendidik. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). hal. 32-33.
36
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diperolah dengan kebutuhan khalayak sasaran karena komunikator
lebih menekankan pada seleksi evaluasi interpretasi.
c.
The transmission of the social heritage from one generation to the
next yaitu media televisi berperan menyalurkan nilai-nilai budaya dari
satu generasi ke generasi berikutnya.
Secara sederhana tentang apa yang dikatakan Lasswell berkaitan
dengan fungsi media antara lain: Pertama, media massa menyediakan
informasi tentang hal-hal yang berada diluar jangkauan pengelihatan
masyarakat luas. Media menginformasikan segala peristiwa yang terjadi
dalam masyarakat dan dunia. Informasi yang kita terima dari media
memudahkan masyarakat untuk berinovasi, beradaptasi dan lebih maju
(mengikuti perkembangan zaman). Kedua, media massa melakukan seleksi
mengenai apa yang perlu dan pantas untuk di siarkan. Pemilihan dilakukan
oleh editor, reporter, redaktur yang mengelola media massa. Dalam hal ini
media juga menjelaskan, menafsirkan, dan mengomentari makna peristiwa
dan informasi yang ada dalam masyarakat. Ketiga, media massa sebagai
sarana menyampaikan warisan sosial budaya kepada generasi selanjutnya
secara berkesinambungan. Fungsi media ini dimaksudkan sebagai sarana
mengekspresikan budaya serta mengembangkan budaya baru sehingga
dapat meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai budaya.
Disamping tiga fungsi utama seperti yang dikemukakan Lasswell
tersebut, Charles R. Wright, dalam bukunya Mass Communication A
Sociological Perspective, fungsi media massa dinyatakan sebagai berikut:
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“communicative acts primarily intended for amusement irrespective of any
instrumental effect they might have”. 38
Media massa memiliki fungsi hiburan. Hal ini jelas sebagai salah
satu fungsi yang lebih bersifat human interest. Maksudnya, agar pemirsa
tidak merasa jenuh dengan berbagai isi pesan yang disajikan oleh media.
Selain itu, fungsi menghibur media massa juga memiliki daya guna
sebagai pelarian pemirsa terhadap suatu masalah. Bahkan, justru karena
fungsi hiburan ini orang/masyarakat mengkonsumsi media massa.
Di Indonesia sendiri, televisi sebagai media komunikasi massa
mengalami perkembangan yang dinamis. Televisi mulai masuk di
Indonesia (Jakarta) pada tahun 1962, bertepatan dengan "The 4th Asian
Games". Ketika itu Indonesia menjadi penyelenggara. Peresmian pesta
olahraga tersebut bersamaan dengan peresmian penyiaran televisi oleh
Presiden Soekarno, tanggal 24 Agustus 1962. Televisi yang pertama
muncul adalah TVRI dengan jam siar antara 30-60 menit sehari. 39
Dunia pertelevisian di Indonesia berkembang pesat seiring dengan
deregulasi pertelevisian Indonesia oleh pemerintah sejak tanggal 24
Agustus 1990 melalui Surat Keputusan Menteri Penerangan nomor 111
tahun 1990 yang mengatur tata cara penyiaran di Indonesia. Hal ini
terbukti dengan bermunculannya televisi-televisi swasta. Pada saat itu
pemerintah mengijinkan lima saluran televisi swasta yakni RCTI, SCTV,
TPI, ANTV, dan Indosiar, mandiri untuk beroperasi secara nasional.40
38
Ibid., hal. 33.
Wawan Kuswandi. Op. cit. hal. 34.
40
Ishadi SK. Op. cit. hal. 20.
39
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dan saat ini tercatat sudah ada 10 stasiun televisi swasta nasional
yang telah mengudara yakni RCTI, SCTV, TPI, ANTV, lndosiar, Trans
TV, Trans7, Global TV, Metro TV, dan TV One. Ini masih ditambah
dengan puluhan televisi lokal dan televisi kabel lainnya. Hal ini
membuktikan bahwa televisi memang sudah menjadi "barang penting" di
Indonesia dan ini bisa menjadi media komunikasi massa yang paling
efektif.
I.F.2. Televisi Lokal
Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia pertelevisian di
Indonesia mulai muncul stasiun-stasiun televisi, mulai dari yang berskala
nasional maupun berskala lokal. Perbedaan televisi nasional dan lokal
terletak pada jangkauan batas penyiarannya. Televisi berskala nasional
adalah televisi yang mempunyai lingkup siar di suatu wilayah negara dan
memiliki program-progam dengan topik yang luas untuk konsumsi
berskala nasional. Sedangkan televisi lokal merupakan televisi yang
mempunyai batasan ruang siar berskala daerah, televisi lokal lebih
menonjolkan daerah yang menjadi lingkup siarnya.
Seperti yang diungkapkan Morissan, televisi lokal merupakan
stasiun penyiaran dengan wilayah siaran terkecil yang mencakup satu
wilayah kota atau kabupaten. 41 Hal ini disyaratkan dalam Pasal 31 ayat 5
UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002, bahwa: “Stasiun penyiaran lokal dapat
didirikan di lokasi tertentu dalam wilayah Negara Republik Indonesia
commit to user
41
Morissan. Op. cit., hal. 105.
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut”. Sehingga
televisi lokal mempunyai kebebasan mengeksplor kebudayaan di daerah
ruang siarnya.
Berdasarkan pantauan Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI),
sejak televisi lokal diakomodir dalam pasal di Undang-Undang No. 32
tahun 2002 tentang Penyiaran, ada sekitar 65 stasiun televisi lokal yang
telah mengudara di Indonesia. Baik yang berstatus publik, swasta, maupun
komunitas. 42
Media massa lokal fungsinya hampir sama dengan media massa
nasional, hanya saja isi kandungan beritanya yang lebih mengacu dan
menyesuaikan diri pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat
dimana media massa tersebut dikelola. Menurut Depdikbud RI seperti
yang dikutip oleh Zakbah (1997)
43
, media massa lokal mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:
a.
Media massa itu dikelola oleh organisasi yang berasal dari masyarakat
setempat.
b.
Isi media massa lokal mengacu dan menyesuaikan diri kepada
kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat.
c.
Isi media massa sangat mementingkan berita-berita tentang berbagai
peristiwa, kejadian, masalah, dan personalia atau tokoh-tokoh pelaku
masyarakat setempat.
42
www.atvli.com, 2010
commit
to user dan Pengembangan Budaya Daerah
Zakbah. Peranan Media Massa Lokal
Bagi Pembinaan
Riau. (Jakarta: Depdikbud, 1997)
43
24
perpustakaan.uns.ac.id
d.
digilib.uns.ac.id
Masyarakat media massa lokal terbatas pada masyarakat yang
sewilayah dengan tempat kedudukan media massa itu.
e.
Masyarakat media massa lokal umumnya kurang bervariasi dalam
struktur ataupun diferensiasi sosial bila dibandingkan dengan
masyarakat media massa nasional.
Sebagai televisi lokal yang lebih menonjolkan daerahnya maka
dalam bidang kebudayaan dan kesenian daerahpun juga menjadi tanggung
jawab televisi lokal. Kebudayaan dan kesenian daerah merupakan aset
kebudayaan nasional, keberadaan, kelestariannya, dan perkembangannya
perlu dijaga.
Televisi lokal yang hadir dengan spirit otonorni daerah, sangat
dirasakan dampak kehadirannya sebagai warna baru dunia penyiaran tanah
air. Berbagai potensi daerah selama ini disadari kurang optimal diangkat
dalam wujud audio visual. Sehingga kehadiran televisi lokal menjadi
solusi penting untuk hal tersebut. Dibungkus dengan kemasan lokal yang
kental, televisi lokal berupaya mempersembahkan yang terbaik bagi
masyarakat dengan kearifan lokal yang berbeda-beda. Paket tayangan yang
bermaterikan sosial, budaya, pariwisata, ekonomi, dan unsur kedaerahan
lainnya tentunya menjadi suatu kebutuhan bagi seluruh lapisan masyarakat
tersebut, demi optimalisasi pembangunan setempat. Termasuk diantaranya
harapan atas peluang pembukaan lapangan pekerjaan baru bagi daerah.
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Seperti yang ditegaskan oleh Mantan Menteri Infokom Sofyan
Djalil, keberadaan televisi lokal diharapkan menjadi sarana untuk
meningkatkan akses informasi masyarakat di daerah. Juga bisa
mengembangkan potensi daerah sehingga menjadi lebih maju dan
sejahtera melalui pengembangan perekonomian rakyat dan meningkatkan
pendidikan politik publik. 44
Tayangan televisi lokal yang bermaterikan sosial, budaya,
pariwisata, ekonomi, dan unsur kedaerahan lainnya tentunya menjadi suatu
kebutuhan
bagi
seluruh
lapisan
masyarakat,
demi
mempercepat
pembangunan setempat. Televisi lokal dapat mengangkat budaya dan
kearifan lokal yang hidup berkembang di masyarakat, sehingga akan
terjadi proses pembelajaran dan penanaman nilai-nilai positif budaya lokal.
Tak banyak budaya dan gaya hidup daerah yang tergali melalui
televisi
nasional.
Dengan
adanya
televisi
lokal,
menguntungkan
masyarakat daerah. Pertama, televisi lokal berperan sebagai filter atas
budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai daerah. Pada saat yang
bersamaan, budaya daerah juga memperoleh ruang untuk dilestarikan. 45
Seperti halnya media massa lain, televisi lokal memiliki kekuatan
sebagai penggerak ekonomi dan pelestarian kebudayaan. Karena itu,
televisi lokal hendaknya tidak hanya mengacu pada idealisme komersial,
seperti yang telah dianut televisi-televisi komersial nasional. Pengelola
media penyiaran lokal harus berpikir secara lokal. Ini harusnya menjadi
44
45
commit
Bali Post. Eksistensi TV Lokal Agar Makin
Kuat.to26user
Juli 2005.
Pikiran Rakyat. TV Lokal Masih Terlokalkan. 18 Desember 2009.
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
suatu kekuatan dan sumber keuntungan pengelola media penyiaran lokal
dibandingkan dengan media penyiaran nasional. Orang cenderung akan
lebih tertarik terhadap apa yang terjadi pada masyarakat atau lingkungan
mereka sendiri.
Program acara bermuatan lokal pada umumnya menjadi primadona
televisi lokal. Nickesia Stacy Ann Gordon mengemukakan: “local
programming appears to be the preferred televisual choice where the geolinguistic contextallows, it is important to note that in the media
marketplace, that which scholars identify as cultural proximity, television
executives see as a great business opportunity. That is to say, with the
recognition that local audiences tend to prefer culturally proximate
programmes, executives have come to understand the value of localization
through programme modeling” (program lokal tampaknya menjadi pilihan
televisi di mana konteks geo-linguistik memungkinkan, penting untuk
dicatat
bahwa
dalam
pasar
media,
yang
mana
para
sarjana
mengidentifikasikannya sebagai kedekatan budaya, para pebisnis televisi
melihatnya sebagai peluang bisnis yang besar. Artinya, dengan pengakuan
bahwa penonton lokal cenderung memilih pendekatan kepada program
budaya, para pebisnis telah mengerti nilai lokalisasi melalui program
pemodelan). 46
Kebanyakan tayangan di televisi swasta nasional sekarang
berorientasi Jakarta sentris. Itu pun hanya 20% isi tayangan televisi yang
46
Nickesia Stacy Ann Gordon. Globalization and Cultural Imperialism in Jamaica; The
commit of
toJamaican
user TV through Programme Modeling.
Homogenization of Content and Americanization
(International Journal of Communication Volume 3. Barry University. 2009), hal. 7
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bermuatan pendidikan dan informasi dan 80% sisanya adalah hiburan.
Tayangan televisi nasional lebih banyak berisi budaya massa dan
mengabaikan budaya lokal. 47
Namun, dalam konteks arus perubahan zaman yang demikian
cepat, menghadirkan dan mengangkat kembali budaya daerah bukan hal
mudah. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi para penyelenggara dan
pengelola stasiun televisi lokal untuk mampu menghadirkan programprogram acara yang sarat nilai lokal tetapi tampil menarik bagi
khalayaknya.
Lunturnya kebudayaan daerah karena imbas kebudayaan barat
perlu mendapat perhatian yang serius. Sesuai yang disebutkan dalam
media theory imperialism, bahwa norma-norma budaya asing yang
disebarluaskan melalui media elektronik dapat mempengaruhi budaya
domestik. 48
Berdasarkan hal inilah televisi lokal mempunyai peranan
penting untuk mempertahankan dan melestarikan kebudayaan daerah,
karena televisi lokal diberi kebebasan yang lebih untuk mengeksplor
kebudayaan di daerahnya.
Dalam konteks sosial budaya, televisi lokal bisa menjadi harapan
dan “benteng terakhir” ketahanan bangsa. Selama ini kita merasakan
serbuan kapitalisme global dan budaya luar begitu kuat menyeruak, masuk
lewat televisi nasional yang bekerja sama dengan televisi asing. Televisi
ini mempunyai “dosa besar” dalam mengikis kebudayaan lokal, melalui
47
Kompas. Muatan Lokal Harus Diperbanyak 80 Persen Tayangan Televisi Melulu Berupa
Hiburan. 29 Desember 2009 diakses pada 4 Februari 2010.
48
commit
user Watch Mahasiswa. (Makalah Seminar
Gati Gayatri. Globalisasi Media dan
Peran toMedia
Nasional Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia, 2008), hal. 7.
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
gempuran acara yang membawa nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilainilai yang dianut selama ini.
Gempuran acara televisi nasional yang negatif ini harus disikapi.
Pada posisi ini, televisi lokal punya peluang membawa nilai-nilai luhur
budaya daerah, dengan mengangkat budaya dan kearifan lokal (local
genius) yang hidup dan berkembang di masyarakat. Di sana akan terjadi
proses pembelajaran dan penanaman nilai-nilai (positif) budaya lokal.
I.F.3. Program Acara di Televisi
Tanpa suatu pemrograman acara yang baik maka televisi hanyalah
sebuah kotak yang tidak ada nilainya, namun dengan pemrograman acara
yang baik maka pada saat ini televisi telah tumbuh menjadi suatu media
massa yang sangat dibutuhkan dan mempunyai pengaruh yang cukup besar
dalam perubahan peradaban manusia di muka bumi ini. Seperti telah kami
sampaikan di atas bahwa televisi siaran merupakan salah satu jenis media
massa dikarenakan memenuhi unsur-unsur komunikasi massa yang terdiri
dari sumber (source), pesan (message), saluran (channel), penerima
(receiver) serta efek (effect).
Menyusun program acara yang baik untuk sebuah televisi siaran
bukanlah sesuatu yang mudah, untuk dapat menyusun program acara yang
baik maka industri televisi siaran harus tanggap dan mempelajari karakter
perilaku masyarakat yang akan dijadikan target audience-nya agar
program acara yang disajikan dan ditayangkan stasiun televisi tersebut
to user
sesuai yang diinginkan dancommit
dibutuhkan
masyarakat.
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Program acara disusun oleh manajemen televisi dengan beberapa
alternatif tahapan proses untuk membidik pemirsanya. Tahap yang
pertama adalah melakukan riset dan mempelajari kondisi audien atau
penonton yang akan dituju dengan mengkaji status sosial ekonomi
pemirsanya, pendidikan dan usia efektif (variabel demografis), perilaku
sosial (variabel psikografis) dan penonton yang akan disasar serta
mempertimbangkan faktor geografis lokasi studionya. Tahap kedua adalah
dengan melakukan analisa atas data riset tersebut sebagai dasar untuk
menetapkan
Segmentasi,
Targetting,
Positioning,
Formatting
dan
Programming dalam upaya membidik penonton yang akan dituju. 49
Dari segi program acara, media televisi turut menyumbang dampak
bagi khalayak, antara lain: (1) dampak kognitif dalam menyerap dan
memahami acara televisi yang memberi pengetahuan bagi khalayak; (2)
dampak peniruan akibat dari terpaan media televisi yang mengumbar life
style terbaru; (3) dampak perilaku penanaman nilai-nilai sosial budaya
yang ditayangkan dalam program acara televisi, yang kemudian diadopsi
oleh khalayak. 50
Dalam setiap stasiun televisi, baik nasional maupun lokal, memiliki
standar kategori genre program acara siaran yang melingkupi berbagai
program acara yang disiarkan. Genre sendiri berasal dari kata dalam
Bahasa Perancis yang memiliki makna jenis (type/kind), merupakan jenis
atau tipe program siaran televisi. Melalui genre, khalayak dapat
49
Wahyu Sudarmawan. TESIS: ANALISIS KEBIASAAN MENONTON TELEVISI DI KOTA
YOGYAKARTA DIUKUR DENGAN MENGGUNAKAN VARIABEL DEMOGRAFIS: Evaluasi
Pemrograman Acara Televisi Lokal RBTV Jogja dalam Upaya Meraih Penonton. (Program Pasca
commit to user
Sarjana UNS: 2006), hal. 14
50
Wawan Kuswandi. Op. cit., hal. 100.
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengklasifikasikan program televisi sesuai dengan elemen-elemen dalam
teks
itu
sendiri,
misalnya
tanda-tanda
yang
digunakan
untuk
mengidentifikasikan judul program, latar belakang atau struktur cerita. 51
Program (programs) sendiri memiliki arti materi tayangan stasiun
televisi yang terdiri dari bermacam genre, meliputi series, movie,
entertainment, children, information, news, religious, sport, dan special. 52
Apabila menggunakan kategori program acara televisi sebagaimana
disusun oleh Willis dan Aldridge, terdiri dari (1) program drama, (2)
program komedi dan variety show, (3) program olahraga, (4) program kuis
dan permainan, (5) program musik, (6) program talk show, (7) program
berita dan (8) program dokumenter. Nielsen Media Research juga
memiliki kategori program acara televisi berdasarkan: (1) seri (series)
terdiri dari drama, action/adventure, horror/mystery, sitcom/comedy,
animation/puppet; (2) film (movie) terdiri dari drama, action/adventure,
horror/mystery,
sitcom/comedy,
animation/puppet;
(3)
hiburan
(entertainment) terdiri dari traditional, light entertainment, music, variety
show, quiz, game show, reality show, comedy; (4) anak-anak (children)
terdiri
dari
series,
series
animation/puppet,
light
entertainment,
music/variety, quiz/game show, infotainment/edutainment; (5) informasi
(information)
terdiri
dari
talk
show,
documentary,
infotainment,
infomercial, tv magazine, education, skill/hobbies; (6) berita (news) terdiri
dari special news, hard news, talk show, feature; (7) agama (religious)
terdiri dari preach, special event, variety show; (8) olahraga (sport) terdiri
51
52
commit(Jakarta:
to userPenerbit Buku Kompas, 2009), hal. 102.
Sunarto. Televisi, Kekerasan, dan Perempuan.
Ibid., hal. 97.
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari journal/highlight, match, exercise, special event; (9) khusus (special)
terdiri dari special event; (10) pengisi jeda (filler) terdiri dari news, public
announcement, music, quiz, other. 53
Sedangkan menurut Morissan, berbagai jenis program dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: (1)
program informasi/berita (news); dan (2) program hiburan (entertainment).
Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu berita
keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera
disiarkan, seperti straight news, feature, dan infotainment. Berita lunak
(soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip, dan opini,
meliputi current affair, magazine, dokumenter, dan talk show. Sementara
program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar, yaitu musik, drama
(meliputi sinetron dan film), permainan (quiz show, reality show), dan
pertunjukan. 54
Dalam penelitian ini, TATV (Terang Abadi Televisi) sebagai
televisi lokal yang berdomisili di daerah Surakarta mempunyai peran yang
sangat penting untuk menjaga keberlangsungan kebudayaan daerah di
Surakarta. Dengan Berslogan TATV “MANTEB” (Masa Kini dan Tetap
Berbudaya), TATV menjadi televisi yang memberikan informasi dari
daerah–daerah dan tidak ketinggalan pula budaya daerah di Surakarta. 55
Salah satu budaya daerah khas masyarakat Surakarta adalah seni
keroncong. Wujud dari peran serta TATV untuk melestarikan dan
mengembangkan seni keroncong adalah dengan menayangkan acara seni
53
Ibid., hal. 104.
Morissan. Op. cit., hal. 208.
55
www.tatv.co.id, 2010.
54
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keroncong dengan pengemasan yang menarik, sehingga diminati oleh
pemirsanya. Selain itu juga dengan memberikan kesempatan seluasluasnya
bagi
para
seniman
keroncong
di
Surakarta
untuk
mempertontonkan kebolehanya.
Hal ini dibuktikan dengan menyelenggarakan program acara
“KERONCONG” setiap hari Senin pukul 21.00 WIB. Program acara
“KERONCONG” merupakan program musik keroncong secara live yang
diisi oleh orkes keroncong dari Solo dan sekitarnya, bekerja sama dengan
HAMKRI (Himpunan Arti Musik Keroncong Indonesia) Solo yang di
ketuai oleh Hj. Waljinah. 56
TATV memegang peranan penting dalam pelestarian dan
pengembangan seni keroncong di daerah Surakarta. TATV mengemban
tugas untuk mewujudkan pelestarian dan pengembangan seni keroncong
yang telah menjadi salah satu identitas kota Surakarta pada umumnya dan
masyarakat Surakarta pada khususnya, dalam aspek kebudayaan.
Penyajian seni keroncong seyogyanya mendapat proporsi yang cukup
dalam program penyiaran TATV. Patut kita sadari bahwa dengan
penyajian seni keroncong di media, sedikit atau banyak, akan menjadi
alternatif cara untuk tetap mempertahankan kebudayaan daerah.
commit to user
56
Ibid.
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I.F.4. Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Pelestarian Budaya
Seperti yang telah dikemukakan oleh para ahli, ada tiga fungsi
utama media massa dalam masyarakat, yaitu : (1) pengawas lingkungan
(survaillance of environment), (2) korelasi antar bagian-bagian dalam
masyarakat dalam memberikan reaksi terhadap lingkungan (correlation
of the parts of society in responding to the environment), (3) Transmisi
warisan sosial budaya, yang dilakukan secara berkesinambungan yang
berhubungan dengan penyampaian informasi dari generasi ke generasi
berikutnya (Transmition of the social heritage of generation to the
next).
Berbicara tentang fungsi media massa sebagai “Transmition of the
social heritage of generation to the next”, media massa merupakan
suatu sarana menyampaikan warisan sosial budaya kepada generasi ke
generasi selanjutnya secara berkesinambungan. Fungsi media ini
dimaksudkan
sebagai
sarana
mengekspresikan
budaya
serta
mengembangkan budaya baru sehingga dapat meningkatkan dan
melestarikan nilai-nilai budaya.
Selain itu, media massa memiliki sifat transitory (meneruskan),
dalam hal ini media massa berperan sebagai perantara sebuah pesan
kepada khalayak, dalam hal ini pesan tersebut berupa budaya. Budaya
yang disiarkan oleh media massa akan diterima oleh masyarakat dan dapat
diapresiasi secara terus-menerus dari waktu ke waktu. Sehinga suatu
bentuk budaya tersebut akan tetap ada bahkan akan terus berkembang di
masyarakat luas.
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Melvin De Fleur menyatakan dalam buku "Theories of Mass
Communication", bahwa masalah yang penting dalam teori komunikasi
kontemporer adalah bagaimana mengukur pengaruh (effect) komunikasi
terhadap kehidupan masyarakat. Misalnya, bagaimana komunikasi
mempengaruhi ide politik masyarakat atau pola pemilihan mereka dalam
pemilihan
umum?
Bagaimana
komunikasi
mempengaruhi
pilihan
masyarakat terhadap produk tertentu? 57
Sebagai individu kita banyak dipengaruhi oleh media, misalnya
media membujuk kita untuk mendukung suatu ideologi politik, media
membujuk kita untuk membeli barang baru, membujuk kita agar menerima
motivasi, bahkan mengubah selera budaya kita. Pengaruh media tersebut
banyak kaitannya dengan aspek-aspek lain, seperti sifat komunikator, isi
media, serta sifat audience. Persoalannya adalah sampai berapa jauh
aspek-aspek ini turut berperan dalam menentukan tanggapan audience
yang berhadapan dengan media.
De Fleur mencoba menunjukkan, bagaimana usaha-usaha untuk
merumuskan teori komunikasi massa yang telah berkembang sebagai titik
perhatian para ahli. Pengaruh media terhadap individu maupun kelompok
telah berhasil menumbuhkan pembaharuan-pembaharuan yang berjalan
pesat. Pembaharuan yang berwujud perubahan (change) maupun
pembangunan (development) pada umumnya merupakan suatu proses
berlanjut yang menyangkut hubungan-hubungan antara media dengan
massa.
57
Eduard Depari dan Colin MacAndrews. Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan.
(Yogyajarta: UGM Press, 1995). hal. 3. commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
De Fleur menguraikan pula usaha-usaha para ahli untuk mengukur
pengaruh media terhadap pribadi maupun kelompok, serta adanya faktor
yang memperkuat pengaruh (intervening factor) di antara media dengan
audience. De Fleur menunjukkan ada empat (4) jenis intervening variables
di antara media dengan audience yakni: Teori Perbedaan Individu, Teori
penggolongan Sosial, Teori Hubungan Sosial dan Teori Norma-norma
Budaya. 58
Dalam konteks perubahan budaya, media juga berperan penting.
Media diasumsikan memiliki kemampuan untuk merubah, menciptakan
atau menghilangkan budaya. Teori yang membahas masalah ini yaitu Teori
Norma-norma Budaya (cultural norms theory). Dalam teori yang
diperkenalkan oleh Melvin DeFleur ini menyebutkan media massa melalui
program tertentu dapat menguatkan budaya atau bahkan sebaliknya media
massa menciptakan budaya baru dengan caranya sendiri.
Menurut De Fleur, setidak-tidaknya ada tiga cara yang dapat
ditempuh oleh media massa untuk mempengaruhi norma-norma budaya. 59
Pertama, pesan-pesan komunikasi massa dapat memperkuat pola-pola
budayanya yang berlaku dan membimbing masyarakat untuk mempercayai
bahwa pola-pola tersebut masih tetap berlaku dan dipatuhi oleh
masyarakat.
Kedua, media dapat menciptakan pola-pola budaya baru yang tidak
bertentangan dengan pola budaya yang ada, bahkan menyempurnakannya.
Ketiga, media massa dapat mengubah norma-norma budaya yang berlaku
58
59
Ibid.
commit
to user
Marhaeni Fajar. Ilmu Komunikasi Teori
dan Praktek.
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009). hal. 257.
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan dengan cara demikian mengubah perilaku individu-individu dalam
masyarakat. Mengenai besarnya pengaruh media massa terhadap normanorma budaya memang masih harus lebih banyak dibuktikan lewat
penelitian-penelitian yang intensif.
Menurut Lazarsfeld dan Merton dalam Wright (1985) media
sebenarnya hanya berpengaruh dalam memperkokoh norma-norma budaya
yang berlaku. Mereka berpandangan bahwa media bekerja secara
konservatif dan hanya menyesuaikan diri dengan norma-norma budaya
masyarakat seperti selera dan nilai-nilai, daripada memimpin mereka
untuk membentuk norma-norma yang baru. 60
Dalam keadaan tertentu media massa maupun untuk menumbuhkan
norma-norma budaya baru. Sebagai contoh, idealnya kebiasaan membaca
berkembang dengan cepat akibat penyebaran surat kabar, minat untuk
menikmati siaran radio bertambah besar dengan adanya perluasan
jangkauan radio. Selain itu, televisi juga membawa norma-norma baru
mengenai perilaku komunikasi massa. Media massa secara bersama-sama
memberikan suasana baru bagi interaksi keluarga serta memanfaatkannya
sebagai sarana rekreasi di rumah.
Persoalan yang menyangkut masalah apakah media dapat
mengubah perilaku masyarakat yang telah mapan, masih merupakan
persoalan yang rumit. Misalnya, kampanye larangan merokok yang
dilakukan lewat media massa oleh organisasi antikanker di Amerika
Serikat yang bertujuan agar masyarakat mengurangi rokok terbukti secara
commit to user
60
Eduard Depari dan Colin MacAndrews. Op. cit. hal. 8
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perlahan-lahan memberikan pengaruh yang positif. Untuk pertama kalinya
dalam sejarah terjadi pengurangan konsumsi rokok di kalangan penduduk
Amerika Serikat (1968), hal yang mana belum pernah terjadi sebelum
diadakannya kampanye. 61
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media massa dapat
memperkuat norma-norma budaya dengan informasi-informasi yang
disampaikan setiap harinya. Selain itu media massa dapat mengaktifkan
perilaku tertentu, apabila informasi yang disampaikan sesuai dengan
kebutuhan individu dan tidak bertentangan dengan struktur norma-norma
budaya yang berlaku, media massa bahkan dapat menumbuhkan normanorma budaya baru dalam perilaku selama norma tersebut tidak dihalangi
oleh hambatan-hambatan sosial budaya.
Menindak lanjuti seperti yang dikemukakan di atas, bahwa media
massa mempengaruhi budaya-budaya masyarakatnya dengan cara: pesanpesan yang disampaikan media massa memperkuat budaya yang ada.
Ketika suatu budaya telah kehilangan tempat apresiasinya, kemudian
media massa memberi lahan atau tempat maka budaya yang pada awalnya
sudah mulai luntur menjadi hidup kembali. Contoh : Acara pertunjukan
Wayang Golek atau Wayang Kulit yang ditayangkan televisi terbukti telah
memberi tempat pada budaya tersebut untuk diapresiasi oleh masyarakat.
Media massa juga telah menciptakan pola baru tetapi tidak bertentangan
bahkan menyempurnakan budaya lama. Contoh : Acara Ludruk di televisi
misalnya memberi nuansa baru terhadap budaya ludruk dengan tidak
commit to user
61
Marhaeni Fajar. Op. cit. hal . 258.
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menghilangkan esensi budaya asalnya. Media massa mengubah budaya
lama dengan budaya baru yang berbeda dengan budaya lama.
I.F.5. Kebudayaan dan Seni Keroncong
Kata “kebudayaan” berasal dari (bahasa sansekerta) buddhayah
yang merupakan bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal.
Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan: “hal-hal yang berkaitan
dengan akal”. 62 Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa
asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata latin corele
artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani.
Dari asal arti tersebut yaitu corele kemudian culture, diartikan sebagai
segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. 63
Selo
Soemardjan
dan
Soelaeman
Soemardi
merumuskan
kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. 64
Karya masyarakat menghasilkan kebendaan (material culture) yang
diperlukan manusia untuk menguasai alam sekitar, agar kekuatan dan
hasilnya dapat dimanfaatkan untuk keperluan masyarakat. Rasa yang
meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai
sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah manusia dalam arti
luas, termasuk agama, ideologi, kesenian dan semua unsur yang
merupakan ekpresi jiwa manusai sebagai anggota masyarakat. Selanjutnya,
cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan bepikir orang-oang
yang hidup bermasyarakat yang menghasilkan filsafat dan ilmu
62
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. (Jakarta: Rineka Cipta.1990). hal. 180
commit (Jakarta:
to user Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 172.
Suryono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar.
64
Ibid., hal. 173
63
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengetahuan. Semua karya, rasa dan cipta dikuasai oleh karsa orang-orang
yang menentukan kegunaan agar sesuai dengan kepentingan masyarakat.
Seorang Antopologi, Edward Burnett Tylor dalam karyanya
Primitive Culture, menyetakan bahwa kebudayaan adalah kompleks dari
keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, adat istiadat dan
setiap kemapuan lain dan kebiasaan yang di miliki oleh manusia sebagai
anggota masyarakat. 65
Kebudayaan dalam arti sempit maupun luas, bisa dilihat dari dua
sisi. Pertama, memfokuskan pada produk, seperti lukisan, musik, candi,
dan sebagainya. Kedua, menekankan pada aktifitas kreatif, seperti
menciptakan musik atau melukis. 66
Wujud kebudayaan menurut J.J. Honnigman dalam bukunya yang
berjudul The World of Man (1959) membedakan adanya tiga “gejala
kebudayaan”, yaitu: (1) ideas, (2) activities, dan (3) artifacts. 67
Pernyataan J.J Honnigman tersebut didukung dan disetujui oleh
pendapat Koentjaraningrat, yang menyatakan bahwa wujud kebudayaan
dibedakan menjadi tiga. 68 Pertama, wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan
sebagainya. Ini adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstak, tidak
dapat diraba atau difoto. Kedua, wujud kebudayaan sebagai wujud
aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud ini
sering disebut sebagai sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas65
Alo Liliweri. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). hal.
107.
66
Mursito BM. Memahami Institusi Media. (Surakarta: Lindu Pustaka, 2006). hal. 86
67
commit to user
Koentjaraningrat. Op.cit. hal. 186
68
Ibid. hal. 186-187.
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi, berhubungan dari waktu ke
waktu menurut pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan. Ketiga, wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Misalnya candi,
keris, komputer, dan sebagainya.
Sedangkan, isi kebudayaan sangatlah komplek dan mencakup
berbagai keadaan dan kebutuhan manusia. Hal ini dinyatakan oleh seorang
antropolog C. Kluckhohn, sebagai tujuh unsur kebudayaan yang dianggap
sebagai cultural universal, seperti : (1) Peralatan dan pelengkapan hidup
manusia, (2) Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi, (3)
Sistem kemasyarakatan, (4) Bahasa, (5) Kesenian, (6) Sistem pengetahuan,
(7) Sistem Religi. 69
Kebudayaan selalu berubah untuk memenuhi kebutuhan individu
dan masyarakat. Seperti yang disampaikan S. I. Poeradisastra (1981),
bahwa kebudayaan merupakan suatu organisme hidup yang berubah-ubah
didalam ruang dan waktu, menjawab keperluan insani. Hal senada juga
disampaikan Bronislaw Milanowski (1981) “culture is essentially a
response to human need”. 70
Dari penyataan di atas dapat diketahui fungsi kebudayaan tidak
hanya sebagai preservasi, tetapi juga sebagai inovasi, yakni menjawab
kebutuhan dan keperluan masyarakat yang selalu berubah dari waktu ke
waktu. Kebudayaan akan selalu berubah menyesuaikan perkembangan
masyarakat.
69
70
Suryono Soekanto. Op. cit. hal. 176. commit to user
Mursito BM. Op. cit. hal. 87.
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kebudayaan juga disebut communicable knowledge, artinya bahwa
kebudayaan merupakan proses pembelajaran yang dipelajari oleh setiap
anggota masyarakat lewat partisipasi dan petukaran dalam kelompok sosial
sebagaimana termanifestasi dalam institusi dan artefak. 71
Semua
kebudayaan
meliputi
gagasan
dan
perilaku
yang
menampilkan pula segi-segi estetika untuk dinikmati dan itu yang sering
kali disebut dengan seni. 72
Menurut Taylor, seni dipandang sebagai
sebuah proses yang melatih ketrampilan, aktivitas manusia untuk
menyatakan atau mengkomunikasikan perasaan atau nilai yang dia miliki.
Kesenian adalah salah satu ciri manusia yang beradab karena
ukuran yang dipakai adalah ukuran artistik. 73 Kesenian tersebut
merupakan ungkapan rasa berwujud sebagai pencerminan keindahan,
kebenaran, perikemanusian serta kekuatan yang tidak terlepas dari
kehidupan dan jiwa seseorang. Seni sebagai hasil budaya manusia
merupakan bagian penting dalam kehidupan, perkembangan kebudayaan
merupakan suatu faktor yang sangat essensial bagi perkembangan umat
manusia. 74
Menurut Honigmann, paling tidak ada beberapa kegiatan yang
dikategorikan sebagai seni, yaitu: folklor (seni berceritera/menceriterakan
dongeng, upacara ritual, seni berpidato, seni berpantun, dan lain-lain),
musik, tarian, drama, seni lukis/memahat/mengecat, permainan/olahraga
menunggang kuda, mengadu domba dan ayam, dan lain-lain. Bahkan
71
Andrik Purwasito. Komunikasi Multikultural. (Surakarta: UMS Press, 2003). hal. 224
Taylor dalam Alo Liliweri. Op. cit. hal. 125.
73
LE Jumaryo. Komponis, Pemain Musik dan Publik. (Jakarta: Pustaka Jaya, 1978). hal. 32.
74
to user
Sudarsono. Beberapa Catatan dancommit
Tentang
Seni Pertunjukan Indonesia. (Yogyakarta:
Konservatori, 1998). hal. 13.
72
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
beberapa yang masuk aspek teknologi tergolong pula seni, misalnya
memahat, menganyam, dan mengukir. 75
Dalam penelitian ini, penulis mencoba meneliti kesenian keroncong
yang merupakan seni musik. Musik itu sendiri adalah ekspresi budaya
yang bersifat semesta dan ikatannya dengan kehidupan adalah emosi.
Musik tidaklah terpakai jika tidak ada emosi. Musik mempunyai banyak
peranan dan arti dalam kehidupan. Musik bukan hanya sekadar kreasi
artistik atau untuk hiburan semata, melainkan bersatu dengan berbagai
aspek, antara lain; sistem kepercayaan, struktur sosial, aktivitas ekonomi
dan lain-lain.
Musik sebagai salah satu unsur kesenian berarti juga adalah suatu
kebudayaan. Perjalanan sejarah kehidupan manusia sudah menunjukkan
bahwa musik hidup, tumbuh dan berkembang sejalan dengan berbagai
aktivitas manusia lainnya. Seni musik merupakan media dan pesan budaya
bagi anggotanya maupun anggota masyarakat lain. Musik (irama musik
atau alat musik) dapat menunjukkan ciri atau identitas sosial suatu suku
bangsa tertentu. Misalnya: Pelog dapat diidentikkan dengan musik Jawa,
hawaian identik dengan musik orang Hawai di lautan Pasifik, tifa identik
dengan orang Ambon, gambus identik dengan orang Melayu, sasando
identik dengan orang Rote, dan lain-lain. Musik dapat menunjukkan
darimana asal budaya dan komunitas seseorang atau sekelompok orang.
Seni musik, misalnya yang terwakili dalam suara/pantun yang
umumnya secara internal dan eksternal tidak saja mengandung hiburan
commit to user
75
Alo Liliweri. Op. cit. hal. 125.
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tetapi juga berceritera, mendidik, mengajarkan bagi anggota nilai-nilai
kebudayaan tertentu maupun bagi komunitas budaya yang lain. Kalau anda
belajar musik milik etnik lain maka paling tidak anda "dipaksa" untuk
mempelajari filosofi hidup etnik mereka. 76
Keroncong merupakan bagian dari seni musik seperti halnya
cabang-cabang seni musik yang lainnya, seperti musik gamelan, musik
angklung, musik klasik, musik jazz dan jenis-jenis musik lainnya. Sudah
barang tentu musik keroncong ini hanya bergerak dan berkembang
keindahnnya dilingkup kesenian keroncong saja. 77
Musik keroncong merupakan suatu corak musik populer yang
berasal dan para mardjiker yaitu budak-budak Portugis yang dibebaskan
oleh Belanda, lantas berpihak pada Belanda untuk semua kepentingan,
baik politik, spirituil maupun budaya. Latar belakang ini perlu
dikemukakan, supaya jelas, bahwa keroncong bukan berasal dari Pontugis,
tetapi dari bekas-bekas budak Portugis yang berpihak pada Belanda. 78
Pada masa pemerintahan Jepang hanya musik keroncong yang
diperbolehkan dimainkan, karena dimatikannya bentuk-bentuk hiburan
musik yang kebarat-baratan. Perkembangan musik Indonesia pada masa
itu bisa dikatakan didominasi oleh musik keroncong dan itu berarti musik
keroncong yang mengisi kekosongan dalam usaha mencipta dan
menyanyikan lagu-lagu pada masa pemerintahan Jepang. Ketika
manifestasi kebudayaan berlaku pada masa Orde Lama, dengan matinya
76
Ibid. hal. 126.
Budiman. Mengenal Keroncong Dari Dekat. (Jakarta: Perpustakaan Akademi Musik LPK,
commit to user
1979). hal. 12
78
Japi Tambajong. Ensiklopedi Musik Jilid I. (Jakarta: PT Cipta Api Pustaka, 1992). Hal. 305-306.
77
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
musik pop menjadikan musik-musik tradisi dan musik rakyat tumbuh
subur, antara lain; musik keroncong dan musik melayu. Musik keroncong
mencuat dan berkembang subur bukan dianggap sebagai produk barat,
melainkan diakui sebagai salah satu kesenian rakyat. 79
Musik keroncong mulai masuk ke Surakarta sekitar tahun 1930-an,
walaupun sebenarnya sudah ada terlebih dulu, tetapi berada di Jakarta. 80
Orang yang membawa musik keroncong masuk ke Surakarta tidak
diketahui secara jelas. Hanya sekitar tahun 1930-an tokoh keroncong
bernama Gesang R. Maladi sudah memainkan musik keroncong. Dalam
perjalanan musik keroncong di Surakarta pada 1940-1950-an, semakin
kuat citra Solo menguasai keroncong Indonesia. Beberapa lagu keroncong
orang Solo, seperti lagu Bengawan Solo yang diciptakan oleh Gesang pada
tahun 1940. Tahun 1960-an keroncong Solo semakin menyeruak menjadi
pusat perhatian nasional dengan masuknya unsur langgam Jawa.
I.F.6. Mengenal Seni Keroncong
A. Istilah Keroncong Dalam Musik Keroncong
Asal usul istilah keroncong tepatnya tidak dapat diketahui
secara jelas. Beberapa pendapat menyatakan bahwa istilah keroncong
merupakan kata dan hasil bunyi alat musiknya. Pendapat tersebut
diantaranya adalah menurut Judith Becker, yang menyatakan bahwa
krincing yang dikenakan penari Ngremo (sebuah tarian dari Jawa
79
Edi Susilo Y. Menyimak Musik Pop Indonesia Melalui Ekspresi Volume 5 Tahun II. 2001. hal. 5
userMenjadi Seni Komersil. (Yogjakarta:
Hersapandi. Wayang Wong Sriwedari:commit
Dari SenitoIstana
Yayasan Untuk Indonesia, 1999). hal. 1
80
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Timur) kemungkinan merupakan konotasi atau asosiasi untuk kata
keroncong. Suatu kata yang sama dengan kata keroncong adalah
aplikasi gitar kecil yang digunakan untuk iringan nyanyian-nyanyian
keroncong. 81 Kusbini menyatakan, bahwa kata keroncong merupakan
kesan dari bunyi rangkaian dari beberapa buah butiran, berbentuk
kecil, madya, dan besar yang mengisi sebuah butiran logam bulat kecil
sehingga jika digoyah-goyah akan menghasilkan bunyi menurut besar
kecilnya butiran tersebut. 82
Lumban Tobing berpendapat pula, bahwa nama keroncong
bukan berasal dari Eropa, melainkan merupakan nama asli terjemahan
dari alat musik itu yang di dalam sejarah alat itu senantiasa
dipergunakan untuk mengiringi orkes-orkes saja. Menurut Budiman,
yang disebut keroncong sebenarnya hanyalah sebuah alat musik fugo
atau ukulele, karena bila alat tersebut dimainkan akan berbunyi
kroncong. 83 Nirwani menegasan bahwa resquedo (string roll playing)
pada gitar menyuarakan seperti “crong…crong”, dan suara ini sebagai
modifikasi untuk istilah keroncong. Manusama menyatakan bahwa
istilah keroncong tidak hanya dari suara keroncong yang hanya
diartikan oleh alat musik saja, namun juga melodi yang diiringi oleh
gitar. 84 Heins menyatakan bahwa pada dasarnya nama keroncong
81
Judith Becker. Keroncong, Indonesian Popular Musik dalam Asian Music VII Vol. ll. 1975. hal.
15.
82
Kusbini. Sejarah Kehidupan, Perkembangan Dan Asal-Usul Seni Musik Keroncong Indonesia.
(Yogyakarta: Sanggar Olah Seni Indonesia, 1970). hal. 14.
83
Budiman. Mengenal Keroncong Dari Dekat. (Jakarta: Perpustakaan Akademi Musik LPK,
1979). hal. 31.
84
commit
to user
R. Agus Sri Widjajadi. Musik Keroncong
Serta
Ekspresi Budayanya di Wilayah Kotamadya
Yogyakarta. Pascasarjana UGM. 1997.
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dibentuk dari suara alat musik yang berbentuk gitar kecil dengan
menggunakan dawai berjumlah lima, seperti halnya ukulele.
Selain itu keroncong juga merupakan ansambel musik secara
keseluruhan, dan sebagai identitas genre dan gaya. Alat musik yang
digunakan dalam ansambel musik tersebut adalah alat musik yang
dipetik yang terdiri dari sepasang keroncong, satu sampai tiga gitar,
cello dan ditambahkan pula secara perlahan dengan alat mandolin.
Alat musik lainnya adalah satu atau dua biola, flute (seruling) dan
beberapa alat perkusi (triangle dan tamborine). Dikemudian hari, alat
musik gitar berukuran kecil seperti halnya ukulele dapat diciptakan
sendiri oleh orang-orang keturunan Portugis yang tinggal di kampung
Tugu, dan sekelompok alat musik tersebut yang digunakan untuk
mengiringi lagu, inilah yang disebut musik keroncong.
B. Karakteristik Musik Keroncong
Keroncong merupakan musik pop yang diiringi instrumen
musik bass, gitar melodi, biola, cak, cuk dan flute. Jalinan musiknya
terdiri dari tiga kelompok yaitu lagu, ritme dan hiasan. Lagu atau
melodi utama dibawakan oleh penyanyi, kadang-kadang dibawakan
juga oleh biola atau flute secara bergantian pada bagian intro.
Kelompok kedua adalah ritme, merupakan permainan cuk yang
berfungsi mengisi tetap pada ketukan dan cak pada setengah ketukan
dibelakangnya, serta pukulan bass yang jatuh tepat pada ketukan.
commit
to user
Kelompok ketiga adalah
hiasan
lagu, terdiri dari beberapa permainan
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
instrumen antara lain petikan gitar melodi, petikan cello yang
menyerupai suara kendang yang bermain melodi, biola, serta flute
yang bermain bergantian atau bersama-sama.
Jadi dalam pengelompokan ini menempatkan biola dan flute
dalam fungsi ganda yaitu sebagai pembawa melodi utama dan
penghias, demikian juga gitar melodi dan cello yang mempunyai
fungsi ganda sebagai pembawa ritme dan melodi hiasan. Dalam
tulisan “In Defence of Keroncong”, Kornhauser menyebutkan bahwa
keroncong mempunyai gaya musik yang berasal dari barat, khususnya
Portugis. 85
C. Bentuk Lagu dan Harmoni
C.1.
Stambul I dan Stambul II
Stambul mernpunyai dua bentuk, yaitu stambul I dan
stambul II. Keduanya mempunyai birama 16, sukat 4/4 (empat
per empat), bentuk kalimat lagu A-B dinyanyikan secara bebas
sesuai dengan garis melodi. Perbedaannya adalah musik
stambul I bersautan dengan vokal yaitu dua birama
instrumental dan dua birama berikutnya diisi oleh vokal,
sedangkan stambul II seluruhnya dibawakan oleh vokal.
Introduksi stambul II merupakan improvisasi akor
Tonika (I) ke akor Sub Dominan (IV) yang dibawakan vokal
commit to dalam
user Dieter Mack, Sejarah Musik Jilid IV.
Brosnia Kornhauser. In Defence of Keroncong
(Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1984). hal 580.
85
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
secara resitatif. 86 Sebuah lagu Stambul II yang populer adalah
Baju Biru.
Stambul II biasanya dimainkan dalam tangga nada
mayor, meskipun demikian ada juga yang dimainkan dalam
tangga nada minor. Ciri harmonisasinya membentuk kadens
lengkap I-IV-V-I.
C.2.
Keroncong Asli
Keroncong asli menurut konvensi terdiri dari 28 birama
dengan sukat 4/4, mempunyai bentuk kalimat lagu A-B-C yang
dinyanyikan dua kali. Pada keroncong asli biasanya digunakan
intro
dan
koda.
Introduksinya
merupakan
improvisasi
instrumen pembawa melodi menuju akor I, V, I dan pada akhir
improvisasi akor-akor itu disertai pukulan instrumen pembawa
ritme. Improvisasi ditutup dengan kadens lengkap atau biasa
disebut dengan overgang. Pada tengah lagu terdapat interlude
pada birama ke-delapan sampai ke-sepuluh. 87 Lagu diakhiri
dengan koda yang merupakan kadens lengkap.
Lagu keroncong asli biasa dimainkan dalam tangga
nada mayor, akan tetapi ada beberapa lagu yang dimainkan
dalam tangga nada minor. Ciri umum harmonisasinya secara
konvensional membentuk kadens I-IV-V-I
modulasi II-V
terjadi pada birama lima sampai sepuluh. Sebuah contoh lagu
keroncong asli adalah Segenggam Harapan.
86
Harmunah. Musik Keroncong: Sejarah, Gaya Dan Perkembangan. (Yogyakarta: Pusat Musik
commit to user
Liturgi. 1987). hal. 18.
87
Ibid. hal. 17.
49
perpustakaan.uns.ac.id
C.3.
digilib.uns.ac.id
Lagu Ekstra
Lagu ekstra diartikan sebagai lagu tambahan yang tidak
termasuk dalam ketiga jenis stambul, keroncong asli dan
langgam keroncong. Lagu ekstra tidak mempunyai bentuk
yang tetap, bersifat merayu, riang gembira, jenaka dan sangat
terpengaruh oleh 1agu-lagu tradisional, 88 misalnya Kicir-Kicir.
Lagu-lagu ekstra mempunyai harmoni yang sama
dengan bentuk stambul, keroncong asli dan Ianggam yaitu
mempunyai kadens lengkap dengan tangga nada mayor
ataupun minor pada akor II. Akan tetapi introduksinya tidak
selalu ditentukan dengan pola yang pasti.
Pada perkembangan terakhir, lagu-lagu yang bisa
dimainkan dalam keroncong tidak dikelompokkan dalam lagu
ekstra. Untuk menyebut lagu-lagu itu disesuaikan dengan nama
genre asal lagu itu sendiri. Misalnya, keroncong pop yaitu
istilah yang digunakan menyebut lagu-lagu pop yang
dikeroncongkan.
C.4.
Langgam Keroncong
Langgam keroncong terdiri dari 32 birama dengan
sukat 4/4 dan bentuk kalimat lagu A-A1-B-A1. Introduksinya
adalah 4 birama terakhir lagu langgam keroncong itu. Biasanya
lagu dibawakan dua kali, pada pengulangan kalimat A-A1
dibawakan oleh instrumen terlebih dahulu, setelah itu vokal
commit to user
88
Ibid. hal. 17-18.
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masuk dan kalimat A-A1 atau lagu ke kalimat B dan ke A1
akhir Iagu (koda) merupakan kadens lengkap. 89
Tangga nada mayor maupun minor bisa digunakan
dalam
bentuk
langgam
harmonisasinya adalah
keroncong.
Adapaun
ciri
hampir sama dengan jenis musik
keroncong asli yaitu membentuk kadens Iengkap I-IV-V-I dan
modulasi II-V.
D. Alat-Alat Musik Keroncong Dan Fungsinya
Dalam sebuah orkes keroncong konvensional terdapat tujuh
macam alat musik yang digunakan untuk mengiringi dan memainkan
lagu-lagu keroncong. Alat-alat musik tersebut adalah: biola, flute, cuk
atau keroncong, cak, gitar, cello dan bass.
D.1.
Alat Musik Biola
Dalarn
memainkan
lagu-lagu
keroncong,
selain
membawakan melodi lagu, alat musik biola juga berfungsi
sebagai pengisi kekosongan pada waktu penyanyi sedang
bernyanyi. Pemain biola sangat dituntut untuk dapat bermain
dengan improvisasi yang khas keroncong, bahkan pada
pembukaan atau intro lagu jenis keroncong pemain biola harus
bermain solo (single).
Alat musik biola dimainkan dengan digesek dan
kadang-kadang dengan dipetik. Biola memiliki empat senar
commit to user
89
Ibid. hal. 17.
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau tali. Tali 1 nada E, tali 2 nada A, tali 3 nada D dan tali 4
nada G.
D.2.
Alat Musik Flute
Alat musik flute merupakan satu-satunya alat musik
tiup yang dipakai dalam orkes keroncong. Alat musik ini
fungsinya sama dengan alat musik biola. Memiliki daftar nada
yang luas, yakni dari nada C1 sampai ke nada C4.
D.3.
Alat Musik Cuk
Alat musik cuk atau keroncong bentuknya seperti gitar,
tapi ukurannya Iebih kecil, menggunakan tali dan nilon.
Junilah tali pada cuk ada tiga, tali 1 nada E, tali 2 nada B, tali 3
nada G.
Alat musik bernama cuk atau keroncong ini sangat
berperan dalam orkes keroncng dialah yang menjadi pegangan
tempo. Cara memainkannya ada yang dipetik dengan
menggunakan jari-jari tangan kanan, dan ada pula dengan
hanya menggunakan kuku jari telunjuk saja. Karena alat ini
berfungsi sebagai penentu tempo, maka dalam memainkannya
alat ini selalu dibunyikan pada ketukan turun (down heal),
selain itu sebuah orkes keroncong akan terasa hambar tanpa
kehadiran alat ini.
commit to user
52
perpustakaan.uns.ac.id
D.4.
digilib.uns.ac.id
Alat Musik Cak
Alat musik cak ini hampir sama bentuk dan ukurannya
dengan alat musik cuk, hanya talinya terbuat dan kawat atau
dawai. Jumlah tali pada cak ada 3, tali tali 1 nada B, tali 2 nada
Fis, tali 3 nada D. Cara memainkannya, hanya kalau cuk
dimainkan pada ketukan turun (down beat), maka cak ini
benlawanan dengan cuk, cak dimainkan pada ketukan naik (up
heal) dengan melakukan sinkop-sinkop. Ada juga yang
memainkan dengan dipetik satu-satu seperti cuk, hal ini untuk
menggimbangi kalau memainkan akor-akor serempak.
D.5.
Alat Musik Gitar
Alat musik gitar memiliki 6 tali dari kawat atau dawai.
Tali 1 nada E, tali 2 nada B, tali 3 nada G, tali 5 nada A, dan
tali 6 nada E. Disini gitar berfungsi sebagai pembawa melodi
(bukan melodi lagu), gitar bermain sepanjang lagu dengan
melodi-melodi yang dirangkainya dari nada-nada akar yang
sedang berjalan.
Karena berfungsi sebagai pembawa melodi, gitar
dikenal juga dengan sebutan gitar melodi selain itu gitar juga
berfungsi sebagai pembuka pada lagu-lagu jenis keroncong.
Kadang-kadang
intro
bagian
pertama
lagu-lagu
keroncong dimainkan oleh solo gitar secara penuh.
commit to user
53
jenis
perpustakaan.uns.ac.id
D.6.
digilib.uns.ac.id
Alat Musik Cello
Alat musik cello bentuknya seperti biola tetapi
ukurannya jauh lebih besar sehingga memainkannnya harus
duduk di kursi, sedang cello-nya ditegakkan diantara kedua
lutut. Cello memiliki 3 tali dan nilon, nada-nadanya adalah tali
1 nada D, tali 2 nada G dan 3 nada C.
Memainkan alat ini dengan cara dipetik (pizzicato),
biasanya dipetik dengan jari telunjuk dan ibu jari, karena
dimainkan dengan cara dipetik, maka cello disebut juga
dengan cello petik. Dalam memainkan cello petik sangat
dipentingkan permainan individu yang kuat, karena dalam
irama keroncong cello berfungsi sebagai kendang.
D.7.
Alat Musik Bass
Alat musik bass bentuknya mirip dengan cello, tetapi
ukurannya lebih besar lagi, sehingga rnemainkannya dengan
posisi berdiri. Alat ini memiliki 4 tali, nada-nadanya adalah tali
1 nada G, tali 2 nada D, tali 3 nada A, dan tali 4 nada E. Cara
memainkan alat ini dengan dipetik dengan jari-jari kanan.
E. Sejarah Musik Keroncong
Dalam perjalanan sejarah perkembangan musik keroncong,
berbagai pendapat telah menyatakan dan percaya bahwa genre musik
ini diawali dan dipenkenalkan sejak abad 16, ketika para pedagang
to user
Portugis membuka commit
hubungan
perdagangan rempah-rempah di
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Indonesia serta memonopoli perdagangan lokal.90 Mereka bertempat
tinggal di beberapa kota daerah pesisir di berbagai pulau, diantaranya
menetap di Jakarta.
Dalam tempo yang singkat mereka dapat bergaul dengan
penduduk priburni setempat. Kemudian terjadi pula perkawinan
diantara mereka, serta hasil perkawinan tersebut membuahkan
keturunan yang dinamakan mustiza (niestiezen). Kemudian datang
pula peranakan Portugis yang lain diantaranya peranakan India yang
disebut peranakan Gowa. Mereka bergaul rapat dengan penduduk
yang beragama Kristen asal suku Ambon dan Banda yang akhirnya
mengelompok di sebuah kampung yang diberi nama kampung Serani,
distorsi dan kata Nazarani. Kemudian peranakan yang dikenal dengan
Indi Portugis dan disebut pula dengan istilah “Portugis Hitam”,
merupakan
keluarga
baru
yang
disebut
“Merdeques”
atau
"Mardjiker”. 91
Kendatipun musik keroncong menyebar ke beberapa kota
daerah pesisir di Nusantara Indonesia serta memberikan daerah khas
lokal pada musik keroncong di wilayah penyebarannya, namun
menjadi suatu anggapan bahwa hingga kini gaya musikal musik
keroncong di wilayah Tugu-Jakarta, sebagai awal mula yang minimal
telah mempengaruhi gaya musikal musik keroncong di wilayah
lainnya, atau dapat dikatakan bahwa Tugu-Jakarta merupakan titik
tolak keberadaan musik keroncong di Indonesia. Hal ini dapat disimak
90
91
commit to user
Ibid. hal. 7.
R. Agus Sri Widjajadi. Op. cit. hal. 17.
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari perpindahan yang terjadi dan pusat urban Jakarta, misalnya ke
Bandung, Yogyakarta, Solo, Semarang dan Surabaya. 92
Selain itu dapat pula disimak dari reportoar musik keroncong,
yaitu diantaranya lagu “Kafrinyo” dengan teks bahasa Portugis yang
dipertimbangkan oleh masyarakat Tugu Jakarta sebagai contoh tipe
keroncong yang asli. Dua buah lagu yang dianggapnya sebagai lagu
tertua serta diklasifikasikan sebagai keroncong Portugis adalah
“Cafrinyo” dan “Nina Bobok”,
93
karena pada saat itu banyak pula
lagu-lagu yang dibawakannya diiringi oleh alat musik gitar yang
populer di Portugis pada abad ke 16, yang secara praktis dapat dibawa
oleh pelaut Portugis bersinggah di kota-kota pelabuhan.
Apabila ditinjau dari jenisnya musik keroncong adalah seperti
jenis seni musik lainnya, misalnya musik gamelan, musik angklung,
musik jazz dan lainnya. Instrumen keroncong biasanya dimainkan
oleh tujuh orang pemain. Mereka memainkan alat-alat antara lain
keroncong (ukulele), keroncong cak (banjo), cello, gitar melodi, bass,
flute (seruling), dan biola. Instrumen tersebut selalu mengiringi lagulagu keroncong atau lagu-lagu yang bisa diiringi dengan irama
keroncong. 94
Musik keroncong yang tumbuh, hidup dan berkembang di
bumi nusantara semakin tampak jelas, terutama di Jawa yang
merupakan pusat pengembangan yang utama abad ke 20. Di awal
92
Ernest Heins. Kroncong And Tajidor; Two Cases Of Urban Folk Music In Jakarta dalam Asian
Music VII Vol 1, 1975. hal. 25.
93
commit to user
Dieter Mack. Op. cit, hal. 582.
94
Budiman. Op. cit, hal. 1.
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
abad 20 musik keroncong menyebar dengan cepat, antara lain dengan
concour yang diadakan di pasar-pasar malam dan semakin dirasakan
sebagai warisan budaya. Sejak itu pula pusat-pusat dunia keroncong
berkembang di daerah kebudayaan Jawa. 95 Pada waktu itu pula,
kendatipun musik keroncong belum menentukan bentuk yang
sempurna, namun sudah mendapat tempat di hati masyarakat. Hal ini
diperkuat oleh Tancil Paco yang menyatakan bahwa pada tahun 1920an lagu-lagu keroncong sudah menyebar luas dan digemari orang,
walaupun pada waktu itu perbendaharaan lagu-lagu keroncong masih
kurang, namun musik keroncong di Semarang atau Jawa Tengah
merintis lagu daerah yang dikeroncongkan. 96
Perkembangan musik keroncong di Jawa Tengah khususnya di
Surakarta dan sekitarnya, dipengaruhi oleh nada pentatonis (musik
gamelan). Menurut Judith Becker pengaruh gamelan jawa mulai ada
sejak sebelum kemerdekaan, lebih jauh dan spesifik Judith
mengatakan:
“……keroncong came into direct contact with a strongly
entrenched indigenous music system, the Central Javanese gamelan
tradition. In central Java, kroncong became "gamelanized" both
musically and in its affective conotations and associative meanings,
and it became respectable. The instrument of accompaniment, instead
of playing the “um-ching” of the simplest kroncong accompaniment,
play the melodic pattrens and figurations of some of the instruments of
95
96
Judith Becker. Op. cit. hal. 15.
Budiman. Op. cit. hal. 76.
commit to user
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
the gamelan “. (keroncong berhubungan langsung dengan tradisi
gamelan Jawa. Di Jawa Tengah keroncong "digamelanisasikan", bäik
konotasi dan asosiasinya maupun segi musik dan artinya, dan
menjadikan keroncong dihargai. Alat-alat pengiringnya, di samping
memainkan “um-ching” susunan paling sederhana keroncong, juga
memainkan figurasi dan pola-pola melodis beberapa alat gamelan). 97
Pengaruh
tradisi
gamelan
Jawa
menghasilkan
sebuah
reportoar yang disebut “langgam jawa”. Dua unsur yang ada dalam
kategori ini adalah syair dalam bahasa Jawa, dan tangga nada serta
iramanya juga dari musik daerah.
98
Fungsi instrumentasi dan nada
direkayasa agar tercapai suara tradisional, walaupun alat musik yang
digunakan sama ketika mengiringi reportoar keroncong asli, langgam
keroncong, stambul dan lagu-lagu ekstra.
Dalam uraian singkatnya, Yanpolsky berpendapat bahwa
langgam Jawa adalah bentuk keroncong daerah yang dinyanyikan
dalam bahasa Jawa, dan erat kaitannya dengan kota Surakarta di Jawa
Tengah, walaupun tidak terbatas pada daerah itu saja. Lebih lanjut dia
berpendapat meskipun instrumentasi dan idiom musiknya sama
dengan keroncong namun tangga nadanya mendekati laras pelog jawa
dalam musik gamelan dan melodinya lebih didasarkan pada sistem
modus jawa dari pada sistem harmoni barat, yaitu dengan
menggunakan nada do, mi, fa, sol dan si. 99
97
Judith Becker. Op. cit. hal. 15.
Ernest Heins. Op. cit. hal. 25.
99
commitPenyebab
to user dan Wujud Perkembangan Tahun 1976Adi Wasono. Langgam Jawa: Faktor-Faktor
1971. STSI Surakarta.1999.
98
58
perpustakaan.uns.ac.id
I.G.
digilib.uns.ac.id
Definisi Konseptual
Konsep merupakan abstraksi suatu fenomena yang harus
dirumuskan dari sejumlah karakteristik-karaksteristik kejadian-kejadian
keadaan kelompok atau individu.
I.G.1. Televisi Lokal
Televisi lokal merupakan stasiun penyiaran dengan wilayah siaran
terkecil yang mencakup satu wilayah kota atau kabupaten. 100 UndangUndang Penyiaran menyatakan bahwa: “Stasiun penyiaran lokal dapat
didirikan di lokasi tertentu dalam wilayah negara Republik Indonesia
dengan wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut”. 101
Media massa lokal fungsinya hampir sama dengan media massa
nasional, hanya saja isi kandungan beritanya yang lebih mengacu dan
menyesuaikan diri pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat
dimana media massa tersebut dikelola. Kehadiran televisi lokal akan
menambah variasi atau pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan
informasi, hiburan, dan pendidikan. Televisi lokal bisa menjadi mimbar
perdebatan masyarakat lokal mengenai isu-isu atau persoalan-persoalan
lokal yang sedang dihadapi.
Selain itu, keberadaan televisi lokal dapat menjadi sarana
pengembangan potensi daerah, sehingga daerah pada gilirannya menjadi
lebih maju dan sejahtera melalui pengembangan perekonomian rakyat dari
perspektif otonomi daerah. Kehadiran televisi lokal adalah untuk
membendung arus transformasi berbagai unsur budaya lain sehingga dapat
100
101
commit to user
Morissan. Op. cit. hal. 105.
Pasal 31 ayat 5 UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memakan budaya lokal yang mendarah daging bagi penduduk dimana
masyarakat hidup dan berinteraksi didalamnya, tanpa menggeser posisi
televisi nasional sebagai televisi nasional.
I.G.2. Peran Televisi Lokal
Sebagaimana
didefinisikan
oleh
Soerjono
Soekanto,
peran
merupakan aspek dinamis kedudukan atau status. 102 Jika seseorang bisa
berbuat sesuai dengan fungsi yang bersumber dari statusnya maka dia bisa
memenuhi harapan masyarakat di sekelilingnya.
Televisi lokal memiliki fungsi sebagai media sosialisasi, informasi,
dan penguatan budaya lokal di daerah domisilinya. Pentingnya pelestarian
seni dan budaya daerah melalui media lokal menjadikan bentuk tanggung
jawab yang cukup berat, karena begitu kuatnya pamor dari televisi swasta
yang sulit di tandingi.
Selain itu, Darwanto mengemukakan bahwa media memiliki fungsi
menghibur. 103 Media televisi lokal, seperti hal-nya media massa juga
memiliki fungi menghibur. Televisi lokal memberi nuansa berbeda
terhadap hiburan daerah yang biasanya tampil di acara peringatan tertentu
dengan mengangkatnya untuk tayang di televisi. Hal ini memberi tempat
terhadap budaya daerah untuk tampil di media sehingga dapat disaksikan
(dinikmati) dan diapresiasi oleh masyarakat.
Dalam penelitian ini, TATV sebagai televisi lokal di wilayah
Surakarta mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan seni dan
budaya lokal di Surakarta agar tetap bisa bertahan di mata masyarakat
102
103
Suryono Soekanto. Op. cit. hal. 268. commit to user
Darwanto. Op. cit. hal. 33.
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melalui program-program acara yang lebih mengedepankan unsur seni
dan budaya. Karena hanya media lokal yang tahu tentang kapasitas
daerahnya masing-masing.
I.G.3. Pelestarian dan Pengembangan Seni Keroncong
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelestarian berasal dari
kata sifat “lestari” yang artinya tidak berubah; terpelihata; atau tetap
seperti adanya. Pelestarian merupakan upaya utuk melindungi dari
kepunahan. 104
Dalam penelitian ini, pelestarian seni keroncong
merupakan upaya untuk tetap mempertahankan seni keroncong agar tetap
awet tidak termakan oleh waktu.
Sedangkan,
menurut
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia,
“pengembangan” merupakan suatu proses atau cara untuk menjadikan
tumbuh, besar atau banyak. 105 Pengembangan seni keroncong merupakan
suatu proses atau cara untuk membuat seni keroncong tidak bejalan statis
tetapi mengikuti perkembangan zaman agar tetap menarik di mata
khalayak modern (kekinian).
Dalam penelitian ini, peneliti mengamati peran TATV tehadap
pelestarian dan pengembangan seni keroncong di Surakarta. TATV
sebagai televisi lokal di Surakarta memiliki tanggung jawab terhadap
budaya lokal di wilayah operasinya. Khususnya untuk kesenian keroncong,
TATV memiliki program acara yang berisikan kesenian keroncong. Hal ini
menunjukan TATV memiliki perhatian khusus terhadap pelestarian dan
perkembangan seni keroncong di Surakarta.
104
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia cet. ke-1, ed. ke-3. Jakarta:
commit to user
Balai Pustaka, 2001.
105
Ibid.
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keberadaan program acara kesenian keroncong yang di tayangkan
TATV tersebut dimaksudkan agar keberadaan seni keroncong yang
merupakan kesenian asli daerah diketahuai oleh masyarakat luas. Selain
itu, TATV yang menampilkan acara keroncong secara live dituntut untuk
mengemas acara tersebut sekreatif dan semenarik mungkin agar memiliki
daya tarik untuk ditonton khalayak.
I.H.
Kerangka Pemikiran
Berikut adalah tahapan kerangka berfikir dalam penelitian ini:
Bagan I. 1
Kerangka Pemikiran
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id
I.I.
digilib.uns.ac.id
Metode Penelitian
I.I.1. Jenis Penelitian
Jenis
penelitian
ini
adalah
penelitian
kualitatif.
Moleong
mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain
secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah. 106
Sedangkan H.B. Sutopo, dalam bukunya Metodologi Penelitian
Kualitatif, menjabarkan penelitian kualitatif sebagai berikut:
“ penelitian kualitatif melibatkan kegiatan ontologis. Data yang
dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang
memiliki arti lebih daripada sekedar angka atau frekuensi. Peneliti
menekankan catatan yang menggambarkan situasi sebenarnya guna
mendukung penyajian data. Peneliti berusaha menganalisa data dengan
semua kekayaan wataknya yang penuh nuansa, sedekat mungkin dengan
bentuk aslinya seperti waktu dicatat”. 107
Dalam penelitian yang penulis lakukan, yaitu memberikan
gambaran mengenai fenomena yang terjadi pada suatu tempat, maka dari
itu penulis memilih penelitian deskriptif kualitatif. Menurut W. Gulo
penilitian
deskriptif
kualitatif
ini
didasarkan
pada
pertanyaan
“bagaimana?”. Kita tidak puas bila hanya mengetahui apa masalahnya
secara eksploratif, tetapi ingin mengetahui juga bagaimana peristiwa
tersebut terjadi. Temuan-temuan yang terjadi pada penelitian deskriptif
kualitatif lebih luas dan lebih terperinci. Dikatakan lebih luas karena
106
107
commit
to user
Lexy J Moleong. Metodologi Penelitian
Kualitatif.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007)
HB Sutopo. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Surakarta: UNS Press, 2002). hal. 35.
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penelitian ini menitikberatkan tidak hanya masalahnya sendiri, tetapi juga
variabel-variabel lain yang berhubungan dengan masalah itu. Lebih
terperinci karena variabel-variabel tersebut diuraikan atas faktorfaktornya. 108
Jalaludin Rakhmat menuliskan dalam bukunya Metode Penelitian
Komunikasi, bahwa penelitian deskriptif tidak mencari atau menjelaskan
hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. 109 Sementara,
Koentjaraningrat dalam buku Metode-metode penelitian masyarakat
mengungkapkan :
”penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat
setiap individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu untuk menentukan
frekuensi dan penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan
tertentu atau suatu gejala lain dalam masyarakat”. 110
I.I.2. Lokasi penelitian
Penelitian dilaksanakan di Terang Abadi Televisi (TATV) yang
berdomisili di wilayah Surakarta, Jawa Tengah. Pemilihan TATV sebagai
lokasi penelitian terkait dengan peran dari televisi lokal ini dalam
melestarikan dan mengembangkan seni keroncong di Surakarta.
Penelitian ini mengamati obyek yaitu program acara musik
keroncong yang di siarkan oleh TATV, dari sini peneliti akan melihat
bagaimana peran televisi lokal tersebut dalam melestarikan dan
mengembangkan seni keroncong di Surakarta. Sementara itu untuk subyek
108
W. Gulo. Metodologi Penelitian. (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2007). hal.19.
Jalaluddin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2001). hal. 34.
110
Koentjaraningrat. Metode-metode penelitian masyarakat. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
commit to user
1997). hal. 27.
109
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penelitian adalah mereka yang dianggap mengetahui permasalahan yang
diteliti. Subyek dalam penelitian ini adalah perwakilan dari elemen
masyarakat Kota Surakarta, yaitu; TATV (Terang Abadi Televisi),
Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia (HAMKRI) Surakarta,
seniman keroncong, kalangan budayawan, dan masyarakat pemirsa acara
keroncong di TATV.
I.I.1. Sumber Data
Data yang dikumpulkan terutama merupakan data pokok yaitu data
yang paling relevan dengan pokok permasalahan yang diteliti. Akan tetapi,
demi kelengkapan dan kebutuhan dari masalah yang diteliti maka akan
dikumpulkan pula data pelengkap yang berguna untuk melengkapi data
pokok. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut :
a.
Data primer, yaitu data yang diperoleh dari penelitian langsung di
lapangan dengan mengamati objek yang diteliti dan kemudian diolah
sendiri oleh peneliti. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh
secara langsung dari subyek penelitian dengan wawancara dan
observasi.
b.
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan mengutip sumbersumber yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah pihak lain,
yang biasanya berbentuk publikasi seperti dokumen, buku-buku, arsip,
serta catatan lain yang relevan dengan penelitian ini.
commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I.I.4. Tehnik Sampling Pemilihan Narasumber/Informan
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian secara
kualitatif. Berkenaan dengan penelitian kualitatif, maka dalam prosedur
sampling yang terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci
(key informan) atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai
dengan fokus penelitian. 111
Sampel yang akan diambil sebagai calon responden, menggunakan
metode purposive sampling. Hal ini karena penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif, untuk memilih sampel lebih tepat dilakukan secara
sengaja (purposive sampling). Selanjutnya bilamana dalam proses
pengumpulan data tidak lagi ditemukan variasi informasi, maka peneliti
tidak perlu lagi mencari informan baru, dan proses pengumpulan informasi
sudah dianggap selesai. Dengan demikian, penelitian kualitatif tidak
dipengaruhi oleh jumlah sampel. Dalam hal ini, jumlah sampel (informan)
bisa sedikit dan bisa juga banyak tergantung dari tepat tidaknya pemilihan
informan kunci dan kompleksitas dan keragaman. 112
Dalam
pengambilan
sampel,
peneliti
mengambil
beberapa
informan yang dianggap mengetahui permasalahan yang diteliti yaitu;
perwakilan dari TATV (Terang Abadi Televisi), Himpunan Artis Musik
Keroncong Indonesia (HAMKRI) Surakarta, seniman keroncong, kalangan
budayawan, dan masyarakat pemirsa acara keroncong di TATV.
111
Burhan Bungin. Analisa Data Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Raja Grafindo Pustaka, 2003).
commit to user
hal.53
112
Ibid. hal. 54.
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I.I.5. Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
A. Wawancara mendalam (in-depth interviewing)
Dalam penelitian ini digunakan metode wawancara mendalam
(in-deph interviewing) yaitu mendapatkan informasi dengan bertanya
langsung kepada informan.
“pertanyaan bersifat “open-ended” dan mengarah pada kedalaman
informasi serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal
terstruktur guna menggali pandangaan subjek yang diteliti tentang
banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi
penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam”. 113
Pada umumnya wawancara mendalam (in depth interview)
dimaksudkan untuk lebih memfokuskan pada persoalan-persoalan
yang menjadi pokok dari minat penelitian. 114 Peneliti hanya
mempunyai guide line pertanyaan yang akan ditanyakan, selebihnya
berkembang berdasarkan jawaban dari informan. Pertanyaan yang
diajukan bisa semakin terfokus sehingga informasi yang dikumpulkan
bisa semakin rinci dan mendalam.
Dari wawancara ini disamping melihat opini mereka mengenai
peristiwa yang terjadi, juga dapat digunakan sebagai dasar penelitian
selanjutnya. Wawancara dilakukan terhadap responden yang dapat
memberikan informasi dan keterangan-keterangan penting yang
berkaitan. Wawancara jenis ini bersifat lentur, terbuka, tidak
113
114
commit to user
HB Sutopo. Op. cit. hal. 59.
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. (Yogyakarta: LKiS, 2007). hal. 133.
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berstruktur ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin terfokus dan
mengarah pada kedalaman informasi.
Wawancara ini menggunakan Purposive Sampling, dimana
kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap
mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat
dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. 115 Wawancara ini
dilakukan terhadap mereka yang mengetahui permasalahan yang
diteliti. Wawancara ini melibatkan TATV (Terang Abadi Televisi),
Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia (HAMKRI) Surakarta,
seniman keroncong, kalangan budayawan, dan masyarakat pemirsa
acara keroncong di TATV.
B. Observasi
Dalam konteks penelitian komunikasi, penelitian dengan
metode pengamatan atau observasi (observation research) biasanya
dilakukan untuk melacak secara sistematis dan langsung gejala-gejala
komunikasi terkait dengan persoalan-persoalan sosial, politik dan
kultural masyarakat. 116 Observasi difokuskan untuk mendeskripsikan
dan menjelaskan fenomena riset. Observasi dalam penelitian ini
dilakukan dengan mengamati apapun kegiatan yang terjadi di TATV
yang berhubungan dengan peran TATV terbadap pelestarian dan
pengembangan seni keroncong di Surakarta.
Metode observasi dibedakan menjadi 2 (dua) jenis metode: (a)
Observasi dengan ikut terlibat dalam kegiatan komunikasi
115
116
HB Sutopo. Op. cit. hal. 56.
Pawito. Op. cit. hal. 111.
commit to user
68
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diteliti (participant observation), dan (b) Observasi tidak terlibat
(nonparticipant observation). 117
Metode observasi dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk
nonparticipant observation. Peneliti melakukan observasi dengan
tidak terlibat dalam kegiatan yang diteliti. Dengan kata lain dalam hal
ini peneliti membatasi pada tingkat pengamatan secara pasif, sehingga
dapat menjaga peran bukan sebagai “orang dalam”. Observasi
dilakukan terhadap beberapa pelaku dan kondisi lingkungan sosial
yang relevan, termasuk didalamnya adalah beberapa kegiatan dan
proses terkait dengan penelitian. Observasi ini dilakukan bersamaan
waktunya dengan wawancara. Observasi dilakukan dengan melihat
perilaku maupun ucapan subyek yang diteliti yang berkaitan dengan
penelitian. Dengan melihat kegiatan-kegiatan, peristiwa-peristiwa
yang ditemui di lapangan, maka observasi semacam ini akan berperan
sebagai sumber bukti lain. Obervasi akan dilakukan di studio TATV
dan di beberapa wilayah konsumen TATV di Surakarta.
C. Dokumentasi
Teknik
pengumpulan
data
dokumentasi
adalah
cara
pengumpulan data yang dilakukan dengan kategorisasi dan klasifikasi
bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah-masalah
penelitian baik dari sumber dokumen maupun buku-buku, koran,
majalah dan lain-lain. Dokumentasi juga dilakukan dengan melihat
commit to user
117
Ibid. hal. 114.
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berbagai perangkat fisik yang berkaitan dengan peran TATV terhadap
pelestarian dan pengembangan seni keroncong di Surakarta.
I.I.6. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen dalam buku
Metodologi Penelitian Kualitatif karya Lexy J. Moleong adalah
“upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain”. 118
Oleh karena itu dalam penelitian deskriptif kualitatif ini teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis data interaktif, 119 yang
mempunyai tiga komponen:
a.
Reduksi Data
Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis
yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan
abstraksi data dari fieldnote. Reduksi data berlangsung terus
sepanjang pelaksanaan penelitian. Bahkan prosesnya diawali
sebelum pelaksanaan pengumpulan data. 120 H.B. Sutopo lebih lanjut
menyatakan bahwa reduksi data adalah bagian dari proses analisis
yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang halhal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga
simpulan penelitian dapat dilakukan. 121
118
Lexy J. Moleong. Op. cit. hal. 248.
HB Sutopo. Op. cit. hal. 96.
120
commit to user
Ibid. hal. 91.
121
Ibid. hal. 92.
119
70
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Sajian Data
Kegiatan kedua dalam kegiatan analisis data adalah penyajian
data. Peneliti akan mendapat data yang banyak. Data yang didapat
tidak mungkin dipaparkan secara keseluruhan. Untuk itu, dalam
penyajian data, data dapat dianalisis oleh peneliti untuk disusun
secara sistematis, atau simultan sehingga data yang diperoleh dapat
menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti.
c.
Penarikan Simpulan dan Verifikasi
Menarik simpulan dan verifikasi merupakan kegiatan analisis
yang ketiga. Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan
dari reduksi data, dan penyajian data sehingga data dapat
disimpulkan.
diverifikasi
H.B.
agar
Sutopo
cukup
mengungkapkan
mantap
dan
simpulan
perlu
benar-benar
bisa
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas
pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali
dengan cepat. H.B. Sutopo kemudian menegaskan bahwa pada
dasarnya makna data harus diuji validitasnya supaya simpulan
penelitian menjadi lebih kokoh dan lebih bisa dipercaya. 122
commit to user
122
Ibid. hal. 93.
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bagan I.2
Model analisis data interaktif Miles dan Huberman 123
Pengumpulan data
Penarikan
kesimpulan
Reduksi data
Sajian data
I.I.7. Validitas Data
Data yang sudah diperoleh selama penelitian harus dipastikan
kebenaran dan keabsahannya. Pemeriksaan keabsahan data yaitu untuk
meyakinkan bahwa data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk menjamin keabsahan dan validitas data pada penelitian ini
digunakan teknik triangulasi, dimana data yang satu akan dikontrol oleh
data yang sama dari sumber data yang berbeda.
Menurut Lexy J. Moleong teknik triangulasi data yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding terhadap data
tersebut. 124
123
124
commit to user
Ibid. hal. 96.
Lexy J. Moleong. Op. cit. hal. 178.
72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Validitas data dalam penelitian ini diuji menggunakan teknik
triangulasi sumber dan teknik pengumpulan data, yaitu mengumpulkan
data sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda dengan menggunakan
dua teknik pengumpulan data. Peneliti bisa memperoleh data dari
narasumber yang berbeda-beda posisinya dengan teknik wawancara
mendalam, sehingga informasi dari narasumber yang satu bisa
dibandingkan dengan informasi dari narasumber lainnya. Dengan cara
menggali data dari sumber yang berbeda-beda dan juga teknik
pengumpulan data yang berbeda, data sejenis bisa teruji kemantapan dan
kebenarannya. 125
125
HB Sutopo. Op. cit. hal. 80.
commit to user
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
II.A.
II.A.1.
Gambaran Umum Terang Abadi Televisi (TATV) Surakarta
Profil TATV
TATV didirikan pada tanggal 1 Juli 2003 dan telah diresmikan
oleh Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 1 September 2004. Dalam
pendiriannya,
TATV
berkeinginan
untuk
berpartisipasi
dalam
mewujudkan visi dan misi Kota Surakarta dan tetap menjaga khasanah
lingkungan dan memperluas wawasan serta ikut meningkatkan moral,
pendidikan, budaya dan kesejahteraan masyarakat dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan media massa modern.
Keberadaan TATV dimaksudkan sebagai media tayangan yang
menjadikan tontonan dan tuntunan bagi pemirsanya. TATV berusaha
untuk memberikan pelayanan berupa jenis siaran yang beragam,
interaktif, atraktif, dan up-to date, sehingga diharapkan TATV dapat
diterima di semua lapisan masyarakat Surakarta pada khususnya dan
seluruh pemirsa se-Jateng dan DIY pada umumnya.
Sebagai stasiun televisi lokal, TATV melihat adanya perubahan
yang lebih baik pada kehidupan masyarakat sebagai konsumen acaraacara/program-program televisi. Oleh karena itu, TATV merasa perlu
untuk memberikan warna yang berbeda pada setiap produk acaranya
dengan mengedepankan hal-hal yang positif. Sebagai agen informasi,
commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TATV memiliki idealisme untuk memberikan berbagai dampak bagi
perkembangan dan kemajuan masyarakat.
TATV harus memposisikan dirinya sebagai televisi yang unik di
benak pemirsa, sehingga persepsi pemirsa tentang TATV juga jelas dan
solid. Hal ini bertujuan agar TATV dapat senantiasa diingat, disukai
dan ditonton masyarakat Solo. TATV memposisikan diri sebagai
televisi yang progresif dan positif artinya, TATV memiliki komitmen
yang kuat untuk memperjuangkan terciptanya masyarakat Indonesia
yang maju dalam segala aspek kehidupan, berdasarkan nilai-nilai
kehidupan
yang
positif.
Komitmen
ini
dikomunikasikan
oleh
manajemen TATV kepada pemirsa melalui TV Promo, Content
(Program on air), maupun lewat event off air secara terus menerus
(Intens). Tujuannya adalah untuk menciptakan persepsi tunggal yang
kuat di benak pemirsa tentang TATV sebagai televisi yang progresif
dan positif.
TATV memiliki jam siaran 18 (delapan belas) jam per hari dari
pukul 06.00 – 24.00 WIB. Susunan program TATV berangkat dari
informasi dan edukasi yang disajikan dalam bentuk hiburan
(entertainment), yang bertujuan untuk menjangkau pemirsa dari segala
usia,
khususnya
keluarga.
Komposisi
program
acara
TATV
dikategorikan sebagai berikut:
a.
Hiburan, yang terdiri dari acara musik, film dan drama, program
acara anak, dan program acara variasi (variety show) yang berupa
siaran softnews seperti acara feature.
commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Berita, olahraga dan fitur, terdiri dari aneka macam berita (lokal,
nasional, dan mancanegara), talkshow, ceremonial, olahraga, dll.
Hingga saat ini, tayangan-tayangan TATV lebih dari 60% telah
diproduksi sendiri oleh TATV. Dengan berguru pada pengalaman, dan
stasiun-stasiun televisi lokal yang lain, maka TATV terus berkembang,
memperbaiki kualitas tayangan, dan terus berupaya supaya dapat
dinikmati oleh semua pemirsa Surakarta pada khususnya dan seluruh
pemirsa se-Jateng dan DIY pada umumnya.
II.A.2.
Visi dan Misi
•
Visi
Menjadi televisi yang memberi pencerahan pada paradigma
berpikir
dan
berperilaku
masyarakat
pemirsa,
menuju
pembangunan manusia yang seutuhnya.
•
Misi
Memberi
sumbangsih
yang
berarti
guna
kemajuan
daerah/masyarakat pemirsa dalam segala bidang kehidupan,
melalui perubahan paradigma berpikir dan berperilaku
II.A.3.
Slogan
“TATV MANTEB – MASA KINI DAN TETAP BERBUDAYA”
commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id
II.A.4.
digilib.uns.ac.id
Data Media TATV
Transmisi
Tower Height
Antenna Type
Power
Channel
Frequency
Studio
Camera
Studio
Master Control
II.A.5.
: 110 m
: Omni Direction - Sira Italy 28 panels
: 10 KWH (Pathuk - Jogjakarta),
2 KWH (Mojosongo - Solo).
: 50 UHF
: 703.25 MHZ
: Sony DSR - 390; DSR 50P; DSR 170
: 3 Studios (Entertainment, Talk Show, News)
: Character Generator (Inscriber dan Tittlebox),
Media player (Airbox), Router (Vikinx),
VTR Sony - 1600P, Mixer Audio Midas 16
channel, Mixer Video (Panasonic MX-70),
dan VDA (Miranda).
Komposisi Program Acara TATV
Berdasar content program, TATV menyuguhkan siaran lokal
sebanyak 60% dan universal 40%, dengan format siaran langsung (live)
50% dan recorded (50%). Komposisi program siaran TATV pun
bervariasi, meliputin news (37%), talkshow (20%), hiburan atau
entertainment (16%), culture (10%), sport (8%), religion (5%), dan
program acara anak-anak atau kids (4%). Serta dengan sumber program
In House (60%) dan Out Sourcing (40%).
II.A.6.
Penggolongan Pemirsa
Berdasarkan usia, pemirsa TATV dibagi menjadi beberapa
kategori, mencakup dewasa sebanyak 40%, muda (30%), remaja (20%),
anak (10%). sedangkan berdasar atas SES (Social Economic Status),
commit to user
77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemirsa
TATV
digolongkan
meliputi
SES A
sebanyak
10%,
SES B (10%), SES C (30%), SES D (25%), dan SES E (25%).
II.A.7.
Coverage Area TATV
Jangkaun siaran TATV Surakarta meliputi seluruh eks
karisidenan Surakarta: Kota Surakarta (Solo), Kabupaten Klaten,
Kabupaten Boyolali, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo,
Kabupaten. Karanganyar, Kota Jogjakarta (DIY), Kabupaten Sleman,
Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunung Kidul,
Kabupaten Magelang, Sebagian Pati, Kudus, Wonosobo, Temanggung,
dan Ngawi.
II.A.8.
Pola Siaran TATV
Sejak awal dioperasikan TATV Surakarta, pola siaran yang
mengacu pada pola siaran TV lokal. Hal ini dikarenakan, tujuan utama
didirikan TATV Surakarta untuk memenuhi kebutuhan akan informasi
bagi masyarakat Surakarta dan sekitarnya, yang selalu mengedepankan
nilai-nilai budaya lokal.
Acara yang diproduksi TATV Surakarta disebut juga pola acara
harian. Acara yang disajikan kebanyakan diproduksi sendiri, namun ada
beberapa acara yang me-relay dari MNC channel. Adapun acara-acara
yang diproduksi oleh TATV Surakarta mencapai 33 program acara.
Dari sejumlah program acara tersebut, mencakup siaran informasi
antara lain siaran berita lokal, nasional, internasional seperti; Surakarta
commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hari ini, Terang Pagi, Kabar Awan, Kabar Wengi, Kabar Bocah, Kabar
Gasik, Trang Sandyakala, Jogja Hari Ini, Sporta; siaran talkshow seperti
UMS Kick, UNS Menyapa, Fokus Kita, Jagongan Sargede, Forum
Solusi, Warna-Warni; serta siaran feature/magazine seperti Jelajah
Wisata dan Mampir Maem.
II.A.9.
TATV Gallery
Off Air Events, Bus Panggung, Penghargaan dan Video lain-lain.
Control Room, Control Room Studio, Editing News Room, Editor News
Room, Front Office, Library, Longue, Marketing Room, Master Control
Room, Meeting Room, News Room, Parking Area, Post Production
Room, Promo Room, Studio 1, Studio 2, VIP Room, Voice Over Room.
II.A.10. TATV Office
Kantor Solo
Alamat
: Jl. Brigjend Katamso 173 Mojosongo, Solo.
Phone
: 0271 - 852643; 0271 - 858111 (Hunting)
Fax
: 0271 - 852522
Email
: [email protected]
Kantor Yogyakarta
Alamat
: Jl. Gajahmada No.52 Yogyakarta.
Phone
: 0274 - 510792
Kantor Jakarta
Cp
: David Haryanto
(Marketing & Comm. Manager TATV Jakarta Representation)
Phone
: 0816 139 3275; 0888 8740 335; 021 - 98297883
Fax
: 0816 135 4333; 021 - 56964674
Email
: [email protected]
[email protected]
commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id
II.B.
II.B.1.
digilib.uns.ac.id
Gambaran Umum Program Acara Keroncong di TATV
Program Acara Keroncong di TATV
TATV Surakarta merupakan televisi lokal yang berdomisili di
daerahnya (Surakarta dan sekitarnya) memiliki program acara hiburan
musik daerah. Program acara musik daerah yang diberikan salah
satunya adalah musik keroncong. Program acara musik keroncong di
TATV Surakarta diberi nama “KERONCONG”. Program acara ini,
merupakan program musik keroncong secara live (siaran langsung)
yang diisi oleh orkes atau grup-grup keroncong dari Surakarta dan
sekitarnya, berkerja sama dengan HAMKRI (Himpunan Artis Musik
Keroncong Republik Indonesia) Surakarta yang di ketuai oleh Hj.
Waljinah. Program acara musik seperti keroncong ditayangkan guna
mengeksiskan kembali musik keroncong yang hampir punah.
II.B.2.
Latar Belakang Program Acara Keroncong di TATV
Berlandaskan visi dan misi TATV Surakarta, serta di usungnya
selogan “TATV MANTEB – MASA KINI DAN TETAP BERBUDAYA”.
Tidak dapat disangkal bahwa TATV ingin berperan dalam pelestarian
budaya daerah di wilayahnya. Maka dibentuklah suatu program acara
dengan nuansa kedaerahan. Salah satunya adalah program acara musik
keroncong yang merupakan budaya daerah asli Solo. Program acara ini
menampilkan lagu-lagu keroncong secara langsung (live).
commit to user
80
perpustakaan.uns.ac.id
II.B.3.
digilib.uns.ac.id
Sasaran dan Tujuan Program Acara Keroncong di TATV
Sasaran dari program acara ini adalah seluruh lapisan
masyarakat Surakarta pada umumnya, terutama masyarakat pecinta
musik keroncong. Sedangkan tujuan dari diadakannya program acara
keroncong ini adalah sebagai wujud melestarikan budaya.
II.B.4.
Pelaksanaan Program Acara Keroncong di TATV
Program acara keroncong disiarkan satu minggu sekali, yaitu
pada hari Senin pukul 21.00 s.d. 22.00 WIB. Lamanya siaran selama 1
jam (60 menit), dalam setiap penayangannya program acara keroncong
ini dapat menampilkan 6 buah lagu keroncong. Kerjasama dengan
HAMKRI Cabang Surakarta, program acara keroncong pada setiap
minggunya selalu menghadirkan orkes atau grup-grup keroncong yang
sudah tersusun sesuai jadwal. Orkes atau grup-grup keroncong sebagai
pengisi acara, mereka membawakan lagu yang bisa langsung didengar
dan dinikmati oleh pendengar.
commit to user
81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
III.A. Data dan Karakter Informan
Tabel III. 1
Data Informan
No
1.
Nama
Keterangan
Iswahyudi Tedjo Yuwono
Ketua Departemen Pengembangan dan
Kreatifitas Program TATV Surakarta
(Penanggung Jawab produksi Acara
Keroncong TATV)
2.
Philiphus Sriyatno
Produser Acara Keroncong TATV
3.
Zaenal Abidin, S.Pd
Bagian
Pengawasan
Isi
Penyiaran
KPID Provinsi Jawa Tengah
4.
Hj. Waldjinal
Ketua
HAMKRI
(Himpunan
Artis
Musik Keroncong Indonesia) cabang
Surakarta.
5.
Erna (OK Solo Manise)
Sekretaris HAMKRI dan Pimpinan
Orkes Keroncong Solo Manise
6.
Bambang Herkamto (OK Anis Pimpinan
Merah Bintang)
7.
8.
Orkes
Keroncong
Anis
Keroncong
Buk
Merah Bintang
Joko Bekti Haryono (OK Bok Pimpinan
Orkes
Bolong)
Bolong Sukoharjo
Ari Mulyono (OK Irama Tirta)
Pimpinan Orkes Keroncong Irama Tirta
(OK PDAM Surakarta)
9.
Eka
Wijaya
(OK
Damai Pimpinan Orkes Keroncong Damai
Musik)
Musik
10. Subandono (OK Solo Balapan)
11. Winarni
Pemirsa Acara Keroncong TATV
Pemirsa Acara Keroncong TATV
commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12. Sancoko
Pemirsa Acara Keroncong TATV
13. Teguh
Pemirsa Acara Keroncong TATV
14. Sukarno
Pemirsa Acara Keroncong TATV
15. Saryoko
Kasie.
Pengendalian
Evaluasi
dan
Pelaporan, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Surakarta.
Informan 1
: Iswahyudi Tedjo Yuwono (45) atau yang biasa disapa Pak Uud
adalah Ketua Departemen Pengembangan dan Kreatifitas
Program TATV Surakarta. Pria kelahiran Klaten ini memulai
kariernya di TATV pada tahun 2004 bersamaan dengan
berdirinya TATV sebagai koordinator kameraman, kemudian jadi
produser, manager produksi, dan sekarang dipercaya memegang
departemen pengembangan dan kreatifitas program. Dibalik
sosoknya yang terkesan serius, pria berawakan tinggi kurus ini
memiliki pembawaan yang ramah, santai, dan juga gemar
bercanda.
Informan 2
: Philiphus Sriyatno (44) biasa dipanggil Pak Nono menjabat
sebagai Produser program acara Keroncong TATV. Selain
memegang peran sebagai produser acara keroncong, beliau juga
memproduseri 6 program acara di TATV. Pria yang mengaku
menyukai seni musik ini sangat ramah dan enak diajak ngobrol.
Informan 3
: Zaenal Abidin (45) merupakan Staf Bagian Pengawasan Isi
Penyiaran KPID Provinsi Jawa Tengah. Pria yang memiliki gelar
Sarjana Pendidikan ini juga merupakan salah satu staf HRD Suara
commit to user
Merdeka Semarang yang masih aktif. Selain aktif di KPID dan
83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Suara Merdeka beliau juga aktif dalam Lembaga Swadaya
Masyarakat PETIR (Penyumbang Titipan Rakyat) yang sampai
sekarang dipimpinnya. Karena aktifitas beliau di LSM ini beliau
terkenal dengan panggilan Zaenal “Petir”.
Informan 4
: Hj. Waldjinal (65) merupakan salah satu Maestro Keroncong
asli Solo. Bungsu dari sepuluh bersaudara ini sejak kecil memang
senang sekali menyanyi. Anak dari Wiryo Rahardjo ini, menjadi
penyanyi langgam jawa dan keroncong sejak umur 12 tahun
hingga sekarang. Yen Neng Tawang Ono Lintang merupakan lagu
ciptaan Andjar Any yang melambungkan nama Waldjinah pada
tahun 1960-an. Saat ini pelantun lagu Walang Kekek ini, selain
masih eksis menyanyi keroncong, beliau juga menjadi Ketua
HAMKRI (Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia) Cabang
Surakarta.
Informan 5
: M.P. Erna M.S. (56) merupakan Sekretaris HAMKRI dan
Pimpinan Orkes Keroncong Solo Manise. Wanita yang lebih
akrab dipanggil Bu Erna ini adalah sosok wanita karier yang
tangguh, beliau memiliki usaha MLM (Multy Level Marketting)
produk suplemen kesehatan dan jamu yang dimulai dari bawah
hingga sukses. Beliau menyukai musik keroncong karena
menganggap keroncong sebagai budaya daerah harus dicintai dan
dilestarikan.
Informan 6
: Bambang Herkamto (56) merupakan Pimpinan OK Anis Merah
Bintang. Pria yang dikenal dengan sapaan Pak Bambang ini jatuh
commit to user
84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
cinta kepada musik keroncong sudah lama saat beliau masih
muda. Selain itu, pria ramah yang hobi memelihara burung kicau
ini memiliki isatri seorang penyanyi keroncong. Bersama istrinya,
Pak Bambang mendirikan OK Anis Merah Bintang dan
mengelolanya sampai sekarang.
Informan 7
: Joko Bekti H (53) merupakan pimpinan OK Bok Bolong
Sukoharjo. Pria humoris ini akrab dipanggil dengan nama Joko
Blangkon, karena seringnya beliau memakai blangkon disetiap
aktifitasnya.
Selain
sebagai
seniman
keroncong,
beliau
merupakan dosen matematika di Universitas Veteran Sukohajo.
Pak Joko menyukai keroncong karena hobi dan merasa terdorong
untuk melestarikan budaya daerah asli Solo. Hal tersebut beliau
buktikan dengan mendirikan orkes keroncong dan mengabdikan
diri sebagai anggota HAMKRI Surakarta.
Informan 8
: Ari Mulyono (46) merupakan Pimpinan OK Irama Tirta. Beliau
berprofesi sebagai pegawai PDAM Kota Surakarta, kecintaannya
terhadap keroncong disalurkannya dengan membentuk orkes
keroncong yang beranggotakan para pegawai PDAM Surakarta
yang diberi nam “Irama Tirta”. Kecintaannya terhadap musik
keroncong tertular dari sang ibu yang merupakan maestro
keroncong asal Solo, Hj. Waldjinah. Pak Ari merupakan putra
ke-3 Hj. Wadjinah. Selain piawai bernyanyi keroncong, pria
berkumis ini pun bisa memainkan alatmusik keroncong dengan
baik, khususnya alat musik flute.
commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id
Informan 9
digilib.uns.ac.id
: Eka Wijaya (57) merupakan Pimpinan OK Damai Musik.
Kecintaan terhadap keroncong beliau dapat dari muda, terbentuk
oleh lingkungan masyarakat yang menggemari musik keroncong.
selain sebagai seniman keroncong, pria dengan tiga putra ini
merupakan pengusaha elektronik yang memiliki sebuah toko di
Palur, Karanganyar. Pria Tionghoa ini menganggap keroncong
adalah budaya Indonesia yang harus dicintai dan dilestarikan.
Informan 10
: Subandono (64) adalah Pembina OK Solo Balapan. Selain itu,
beliau juga merupakan pensiunan PT. KAI Depo Solo Balapan.
Bermain keroncong adalah hoby yang mulai ditekuninya pasca
pensiun. Pria ramah dan sopan ini mengaku baru beberapa tahun
menekuni dunia keroncong, akantetapi walaupun begitu beliau
terus mengikuti perkembangan keroncong di Surakarta, baik
lewat radio maupun televisi.
Informan 11
: Winarni (40) adalah seorang buruh yang bekerja di salah satu
pabrik textile di Solo. Ibu yang akrab dengan panggilan Bu Narni
ini mengaku suka keroncong sekitar 19 tahun yang lalu, akibat
seringnya mendengarkan lagu-lagu keroncong yang disukai oleh
Bapaknya. Ibu Narni memiliki suami yang bermain keroncong
untuk OK Solo Balapan.
Informan 12
: Sancoko (52) merupakan pegawai PT. KAI Depo Solo Balapan.
Beliau menyukai musik keroncong sejak berdirinya OK Balapan.
Pak Sancoko sering bernyanyi keroncong untuk OK Solo Balapan
sebagai hoby-nya. Kesukaannya terhadap keroncong menjadikan
commit to user
86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
beliau terus mengikuti perkembangan keroncong. Beliau sangat
menyukai acara keroncong di TATV.
Informan 13
: Teguh Siswowibowo (21) adalah seorang mahasiswa FKIP
Geografi Semester 6 UNIVET Sukoharjo. Pria kelahiran
Wonogiri, 21 tahun yang lalu ini pada dasarnya menyukai musik.
Pria mungil yang akrab disapa Teguh ini mengaku menyukai
keroncong sejak dirinya bergabung dengan OK UNIVET. Sebagai
seorang yang baru mengenal dunia keroncong, Teguh selalu
mengikuti
perkembangan
keroncong
dari
TATV
yang
menayangkan acara keroncong.
Informan 14
: Sukarno (31) adalah seorang penyanyi keroncong di OK Buk
Bolong Sukoharjo. Pria yang biasa dipanggil Nano ini sangat
boby bernyanyi keroncong, setiap ada latihan keroncong Nano
selalu menyempatkan diri untuk hadir. Pria Sekuter (Suka
mengendarai Vespa) ini mengaku menyukai keroncong sejak
kecil, yang dianggapnya musik keroncong lebih bagus daripada
musik bergenre pop atau rock.
Informan 15
: Saryoko (51) merupakan pegawai Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Surakarta. Pak Yoko panggilannya menjabat
sebagai Kasi. Pengendalian Evaluasi dan Pelaporan di lembaga
kedinasan tersebut. Kecintaannya terhadap seni dan budaya
terlihat dari semangatnya bercerita tentang kekeyaan budaya jawa
di Surakarta.
commit to user
87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
III.B. Sejarah Seni Keroncong di Surakarta Sebelum Hadirnya TATV
Musik keroncong yang tumbuh, hidup dan berkembang di bumi
nusantara semakin tampak jelas, terutama di Jawa yang merupakan pusat
pengembangan yang utama abad ke-20. Di awal abad 20 musik keroncong
menyebar dengan cepat, antara lain dengan concour yang diadakan di
pasar-pasar malam dan semakin dirasakan sebagai warisan budaya. Sejak
itu pula pusat-pusat dunia keroncong berkembang di daerah kebudayaan
Jawa. 126 Pada waktu itu pula, kendatipun musik keroncong belum
menemukan bentuk yang sempurna, namun sudah mendapat tempat di hati
masyarakat. Hal ini diperkuat oleh Tancil Paco yang menyatakan bahwa
pada tahun 1920-an lagu-lagu keroncong sudah menyebar luas dan
digemari orang, walaupun pada waktu itu perbendaharaan lagu-lagu
keroncong masih kurang, namun musik keroncong di Semarang-Jawa
Tengah merintis lagu daerah yang dikeroncongkan. 127
Musik keroncong mulai masuk ke Surakarta sekitar tahun 1930-an,
walaupun sebenarnya sudah ada terlebih dulu di Jakarta. Awal
perkembangan keroncong di Surakarta muncul pada saat diadakannya
festival musik di Sriwedari yang menampilkan berbagai jenis musik
termasuk keroncong. Dari festival itulah muncul kumpulan orkes-orkes
keroncong. 128
126
Judith Becker. Keroncong, Indonesian Popular Musik dalam Asian Music VII Vol. ll. 1975.
hal. 15.
127
Budiman. Mengenal Keroncong Dari Dekat. (Jakarta: Perpustakaan Akademi Musik LPK,
1979). hal. 76.
128
to Istana
user Menjadi Seni Komersil. (Yogjakarta:
Hersapandi. Wayang Wong Sriwedari:commit
Dari Seni
Yayasan Untuk Indonesia, 1999). hal. 1
88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pendapat di atas sependapat dengan apa yang dikatakan oleh
informan 4 yang menyatakan bahwa tahap perkembangan keroncong di
Solo dimulai dari diadakannya festival musik di Sriwedari.
“Awal mulanya keroncong mulai dikenal di Solo menurut
sejarahnya dulu berasal dari acara festival musik di Sriwedari waktu itu.
Di festival itu pas ditampilkan keroncong. Dari situ keroncong mulai
dikenal dan diminati. Terus muncullah orkes-orkes keroncong di
Surakarta.”
Selain menjelaskan tentang festival musik di Sriwedari yang
menjadi tolak ukur perkembangan keroncong di Solo saat itu, menurut
informan 7 perkembangan keroncong di Solo terjadi pada era tahun 1930an yang ditandai dengan munculnya grup-grup keroncong di Surakarta.
“Munculnya keroncong di Solo menurut sejarah yang saya dengar
dan saya baca dari buku sekitar tahun 1930-an saat itu di Sriwedari di
adakan acara festival musik. Nah, keroncong salah satunya yang tampil.
Dari festival itu keroncong mulai dikenal luas di Solo dan grug-grup
keroncong mulai bermunculan saat itu”
Budiman dalam bukunya yang berjudul Mengenal Keroncong Dari
Dekat bahwa dari pengadaan festival musik di Sriwedari muncul sebuah
nama perkumpulan orkes keroncong yang di kenal dengan nama orkes
keroncong Monte Carlo. Orkes ini terkenal dengan pembaharuanpembaharuannya mengenai irama dan lagu-lagu diantaranya Keroncong
Rumba. Menyusul kemudian munculnya perkumpulan orkes keroncong
baru yaitu OK MAKRO yang bermarkas di Singosaren. MAKRO berasal
dari singkatan Marsudi Agawe Rukun Kesenian lan Olahraga. Penyanyi
yang terkenal dari OK MAKRO yaitu Gesang. 129
commit
user Perpustakaan Akademi Musik LPK,
Budiman. Mengenal Keroncong Dari
Dekat.to(Jakarta:
1979). hal. 115.
129
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Munculnya perkumpulan orkes keroncong seperti Monte Carlo dan
MAKRO
berpengaruh
terhadap
perkembangan
munculnya
orkes
keroncong lainnya. Menurut Budiman, pada era tahun 1930-an di Solo
muncul orkes-orkes keroncong besar dan kecil. Selain Monte Carlo dan
MAKRO muncul pula salah satunya Orkes Keroncong Kembang Kacang,
di orkes ini Gesang, maestro keroncong asal Solo
mengembangkan
dirinya sebagai penyanyi dengan suara yang khas, karena dianggap
memiliki ciri sendiri dibanding penyanyi keroncong lainnya. 130
Kepopuleran keroncong pada waktu itu memang memunculan
grup-grup keroncong di Surakarta. Hal ini dijelaskan oleh Andjar Any,
bahwa pada tahun 1950-an, Surakarta kebanjiran orkes musi keroncong.
jumlahnya cukup banyak dengan persebaran daerah yang luas. Beberapa
orkes sekaligus daerah mereka berasal debagai berikut:
1.
OK irama Sehat
: Pring Gading
2.
OK Irama Sederhana
: Mangkuyudan
3.
OK Cempaka Putih
: Semanggi
4.
OK Bintang Surakarta
: Mangkuyudan
5.
OK Satria
: Kawatan
6.
OK Setia Kawan
: Gading
7.
OK Irama Muda
: Pasar Kliwon
8.
OK Cendrawasih
: Gondang
9.
OK Suara Muda
: Wirengan
10.
OK Sema Sakti
: Mangkubumen
commit to user
130
Ibid.
90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11.
OK Mawar Merah
12.
Dan lain-lain.
: Mangkubumen
Selain orkes, ada beberapa nama penyanyi Solo yang sangat
terkenal mereka adalah Maryati, Sayekti, dan Prapti. Ketiga penyanyi ini
adalah penyanyi pilihan dari radio orkes. Uniknya setiap penyanyi
memiliki gaya khas sendiri-sendiri. Andjar Any menambahkan bahwa
pada periode tahun 1950 sampai 1960-an pemusik keroncong di kota Solo
sudah tak terhitung lagi banyaknya, namun demikian ada satu
perkumpulan orkes keroncong yang perlu kita ingat yaitu Orkes
Keroncong Bintang Surakarta yang dipimpin oleh Waldjinah Budi. Orkes
ini begitu cepat menanjak namanya, bahkan boleh dikatakan orkes ini
adalah salah satu orkes keroncong yang dapat menerobospadatnya lagulagu pop dan dangdut kala itu. 131
Membicarakan perkembangan keroncong di Jawa Tengah rasanya
sangatlah kurang ketika tanpa membicarakan Langgam Jawa. Dalam
perkembangannya, langgam jawa mampu merebut hati penggemar musik
tradisional. Bahkan langgam jawa eksis bersama dengan eksisnya musik
keroncong. Ditambahkan oleh Judith Backer, bahwa awal mula
perkembangan musik keroncong di Jawa Tengah khususnya di Surakarta
dipengaruhi oleh musik gamelan (langgam jawa). Menurut Judith Becker
pengaruh gamelan jawa mulai ada sejak sebelum kemerdekaan, lebih jauh
dan spesifik Judith mengatakan:
131
Wawancara dengan Andjar Any, tanggal 17 Februari 2005 dalam Sunu Nugroho Widi
to user
Ariyanto. Skripsi: Perkembangan Musikcommit
keroncong
Di Surakarta Tahun 1930-1968. (Surakarta:
UNS, 2007), hal. 62.
91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“……keroncong came into direct contact with a strongly
entrenched indigenous music system, the Central Javanese gamelan
tradition. In central Java, kroncong became "gamelanized" both musically
and in its affective conotations and associative meanings, and it became
respectable. The instrument of accompaniment, instead of playing the
“um-ching” of the simplest kroncong accompaniment, play the melodic
pattrens and figurations of some of the instruments of the gamelan “.
(keroncong berhubungan langsung dengan tradisi gamelan Jawa. Di Jawa
Tengah keroncong "digamelanisasikan", bäik konotasi dan asosiasinya
maupun segi musik dan artinya, dan menjadikan keroncong dihargai. Alatalat pengiringnya, di samping memainkan “um-ching” susunan paling
sederhana keroncong, juga memainkan figurasi dan pola-pola melodis
beberapa alat gamelan). 132
Ernest Heins dalam tulisannya yang berjudul Kroncong And
Tajidor: Two Cases Of Urban Folk Music In Jakarta menyebutkan bahwa
pengaruh tradisi gamelan jawa menghasilkan sebuah reportoar yang
disebut “Langgam Jawa”. Dua unsur yang ada dalam kategori ini adalah
syair dalam Bahasa Jawa dan tangga nada serta iramanya juga dari musik
daerah. 133 Fungsi instrumentasi dan nada direkayasa agar tercapai suara
tradisional, walaupun alat musik yang digunakan sama ketika mengiringi
reportoar keroncong asli, langgam keroncong, stambul dan lagu-lagu
ekstra. Dalam uraian singkatnya Yanpolsky berpendapat bahwa langgam
Jawa adalah bentuk keroncong daerah yang dinyanyikan dalam Bahasa
Jawa, dan erat kaitannya dengan kota Surakarta di Jawa Tengah. 134
Seperti halnya yang disampaikan oleh A.H. Soeharto dalam
bukunya Serba-serbi Keroncong bahwa pada tahun 1955 lagu langgam
jawa mulai merebak. Soeharto mengatakan, memang pada era 1950-an
132
Judith Becker. Keroncong, Indonesian Popular Musik dalam Asian Music VII Vol. ll. 1975.
hal. 15.
133
Ernest Heins. Kroncong And Tajidor; Two Cases Of Urban Folk Music In Jakarta dalam
Asian Music VII Vol 1, 1975. hal. 25.
134
commit to Penyebab
user
Adi Wasono. Langgam Jawa: Faktor-Faktor
dan Wujud Perkembangan Tahun
1976-1971. STSI Surakarta.1999.
92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
langgam jawa semakin populer, dan beberapa diantaranya dipolulerkan
oleh Orkes Keroncong Irama Langgam dan Orkes Keroncong Bintang
Soerakarta. Tahun 1959 diselenggarakan lomba lagu langgam Kembang
Kacang yang berhasil mengorbitkan penyanyi Waldjinah sebagai Ratu
Kembang Kacang. 135
Pernyataan
di
atas
dibenarkan
oleh
informan
4
yang
mengungkapkan perkembangan keroncong di Jawa Tengah tidak dapat
dilepaskan dengan unsur langgam jawa.
“Sejarah berkembangnya keroncong di Jawa Tengah, khusunya di
Solo tidak bisa dipisahakan dari langgam jawa-nya. Irama keroncong kan
halus sekali, dan kita orang timur suka sekali dengan yang halus-lemah
lembut, apalagi di Solo ini. Keroncong pernah masuk pada massa
kejayaannya salah satunya saat keroncong mulai dipadukankan dengan
langgam jawa. Dan kemudian dikenal dengan langgam keroncong.
Makanya pada massa itu keroncong mulai disukai masyarakat.”
Selain itu, Infoman 7 menambahkan bahwa perkembangan
langgam jawa mulai masuk dalam musik keroncong di tandai dengan
munculnya seniman pencipta lagu keroncong langgam jawa yang
menandai semakin menguatnya irama keroncong langgam jawa.
“Memang pada perkembangannya waktu itu keroncong tidak dapat
dipisahkan dari unsur langgam jawa. Pada tahun 1960-an semakin
menguatnya irama langgam jawa, saat itu keroncong berkembang sekali
bersama munculnya seorang Anjar Any dengan lagu ciptaannya Yen Ing
Tawang Ono Lintang, terus Dharmanto dengan lagu Lara Brata. Dan Bu
Waldjinah yang saat itu terkenal sekali dengan lagunya seperti Yen Ing
Tawang Ono Lintang dan Walang Kekek. Saat itu memang keroncong
mengalami massa keemasannya di Solo, hal itu tidak dapat dipisahkan dari
kaitannya dengan pengaruh langgam jawa.”
Di Jawa Tengah, keroncong dipadukan dengan musik gamelan
(langgam jawa) menjadi musik yang lebih dihargai. Tempat yang
commit to user
135
AH Soeharto. Serba-serbi Keroncong. (Yogjakarta: Dian Aksara, 1999). hal. 41.
93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjadikan langgam jawa tetap eksis adalah Kota Solo. Hal tersebut salah
satunya disebabkan karena apresiasi terhadap langgam jawa sangat tinggi.
Seperti yang di ungkapka informan 7, pada tahun 1960 semakin
menguatnya irama langgam keroncong, tercatat beberapa seniman pencipta
lagu langgam jawa, antara lain; Andjar Any dengan lagu ciptaannya “Yen
Neng Tawang Ono lintang”, S. Dharmanto dengan lagu ciptaannya “Lara
Brata”. Tidak disangkal langgam jawa adalah anak kandung keroncong
hasil perkawinan dengan irama daerah jawa yang banyak digemari oleh
masyarakat.
Perkembangan kepoluleran musik keroncong di Solo tidak selalu
berada dimasa-masa keemasan saja, namun keroncong juga mengalami
masa-masa kemunduran. Pada tahun 1960-an keroncong mengalami masa
kemunduran seiring masuknya budaya barat yang masuk ke Indonesia.
Sedikit demi sedikit kepoluleran musik keroncong terganti oleh musikmusik modern dari budaya barat.
Dijelaskan oleh Sunu Nugroho Widi Ariyanto dalam skripsinya
yang membahas tentang sejarah perkembangan keroncong di Surakarta
mengungkapkan bahwa pada tahun 1966 setelah jatuhnya Presiden
Soekarno, pemerintah digantikan oleh Soeharto dan kebijakan-kebijakan
baru pun dibuka. Pengaruh barat mengalir deras masuk ke Indonesia.
Perlahan-lahan pamor keroncong juga mulai menurun diterpa arus musik
modern. Di Solo sendiri, mundurnya Keroncong juga disebabkan
menjamurnya pusat hiburan yang menyajikan musik-musik modern. Selain
itu matinya kelompok orkes keroncong juga membuat eksistensi
commit to user
94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keroncong menurun. Menurut W.S. Nardi, mundurnya orkes keroncong
juga disebabkan karena meninggalnya pimpinan orkes yang pada akhirnya
tidak ada gantinya. 136
Sebagai seniman keroncong yang juga hidup pada masa itu,
informan 4 juga mengatakan keroncong mengalami masa kemunduran.
Hal itu terjadi akibat masuknya budaya barat ke Indonesia dan keroncong
mulai kalah bersaing dengan musik yang berasal dari budaya barat
tersebut.
“Keroncong di Solo juga mengalami masa-masa kemunduran. Ya
memang saat itu perkembangan musik di Indonesia berkembang dengan
masuknya musik-musik dari barat. Lama kelamaam musik-musik seperti
musik pop dan musik melayu atau dangdut juga berkembang dan disukai
masyarakat. Keroncong sendiri juga lama kelamaan mengalami massa
kemunduran. Karena minat masyarakat yang berubah menyukai musik
yang bisa dikatakan modern dari budaya barat itu.”
Pandangan yang sama pun diungkapkan oleh informan 7 yang
beranggapan selain musik keroncong kalah popular dibandingkan musik
dari budaya barat, keroncong di Solo mengalami kemunduran akibat
kurang sempurnanya regenerasi kelompok-kelompok orkes keroncong.
Pendapat informan 7 ini sejalan seperti yang dikatakan W.S. Nardi yang
juga menyoroti kemunduran keroncong pada regenerasi dalam kelompok
orkes keroncong.
“Masa-masa keroncong mengalami kemunduran, memang faktor
utamanya yaitu masuknya pengaruh budaya barat. Lama-lama minat
masyarakat beralih ke musik barat yang lebih modern dan lebih energik.
Mungkin pada saat itu masyarakat mengalami kebosanan dengan musik
keroncong yang iramanya halus dan lemah lembut. Karena kurang
minatnya masyarakat akan musik keroncong, ini berpengaruh pada proses
regenerasi orkes keroncong. Regenerasi yang buruk menjadikan orkes
keroncong tidak ada penerusnya dan lama-lama mati. Karena mengang
commit
to user Musik keroncong Di Surakarta Tahun
Sunu Nugroho Widi Ariyanto. Skripsi:
Perkembangan
1930-1968. (Surakarta: UNS, 2007), hal. 52.
136
95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
minat masyarakat terhadap keroncong beralih pada musik-musik dari
budaya barat seperti musik pop. Ya dapat kita lihat seperti sekarang ini.”
Musik keroncong merupakan kesenian daerah yang harus dijaga
keberadaannya dan terus dikembangkan agar tidak punah. Dewasa ini
kesenian keroncong mulai pudar seiring dengan perkembangan zaman,
seni musik keroncong mulai tergeser oleh musik-musik hasil budaya barat,
seperti rock, pop, R and B dan lain-lain. Musik keroncong seharusnya
menjadi salah satu budaya bangsa yang digandrungi oleh generasi muda
bangsa,
akan
tetapi
telah
banyak
generasi
muda
yang
tidak
memperhatikan atau malah dilupakan. Sebagai anak bangsa yang
mencintai budaya bangsa, seharusnya kita mampu melestarikan dan
mengembangkan seni-budaya Indonesia, dalam hal ini khusunya
keroncong agar tetap ada.
Dalam perkembangannya musik keroncong di Indonesia terutama
di Surakarta mengalami berbagai macam kondisi. Akan tetapi seiring
perkembangan zaman dan munculnya berbagai golongan masyarakat yang
peduli terhadap budaya daerah. Memasuki dekade tahun 2000 keroncong
ternyata berkembang lebih baik. Seperti yang dikatakan oleh informan 4
yang menjadi Ketua HAMKRI Surakarta:
“Sebelum saya memimpin HAMKRI, kira-kira tahun 2004, kondisi
keroncong bisa dibilang sangat memprihatinkan, pada saat itu grup
keroncong di Solo cuma ada 12 grup dan jarang sekali ada lomba-lomba
keroncong, akan tetapi sehabis tahun 2004 HAMKRI berkerja sama
dengan pemerintah untuk menggiatkan kembali keroncong, Alhamdulillah
telah banyak mengadakan lomba-lomba dan grup-grup keroncong pun
semakin bertambah.”
Melalui pernyataan informan 4 tersebut, pada tahun 2004
commit
to user
keroncong mulai mengalami
perkembangan
seiring mendapat perhatian
96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari berbagai pihak untuk menggiatkan kembali keroncong dengan
mengadakan lomba-lomba keroncong. Akan tetapi, menurut informan 7
pengadaan lomba-lomba keroncong belum cukup untuk mengembalikan
kembali popularitas keroncong agar benar-benar lestari dan berkembang.
Karena itu informan 7 mengungkapkan perlunya sebuah wadah agar
keroncong lebih diminati masyarakat luas.
“Pada sekarang ini kondisi keroncong memang berangsur
membaik. HAMKRI yang berkerjasama dengan pemerintah telah banyak
menyelanggarakan lomba-lomba keroncong dan perlahan grup-grup
keroncong di Solo yang dulu mati kembali eksis lagi. Akan tetapi untuk
lebih melestarikan keroncong perlu adanya suatu wadah yang dapat
kembali mengangkat pamor keroncong di mata masyarakat agar keroncong
lebih bisa diminati masyarakat lagi. Sekarang ini kan kita tahu masyarakat,
khususnya generasi muda pasti lebih menyukai musik pop daripada musik
keroncong.”
Pendapat yang sama pun disampaikan oleh informan 5 yang
menilai untuk lebih mengembangkan serta melestarikan keroncong perlu
adanya sebuah wadah atau media yang dapat mengembalikan minat
masyarakat kepada musik keroncong.
“Keroncong di Solo sekarang ini memang perkembangannya
berangsur membaik. Peran HAMKRI mengadakan acara-acara keroncong
dan lomba-lomba serta perhatian pemerintah menjadi salah satu
penyebabnya. Tapi perlu adanya suatu untuk mengubah persepsi
masyarakat agar keroncong tidak dipandang sebelah mata oleh
masyarakat. Seperti adanya siaran radio atau televisi yang menyiarakan
keroncong akan memberikan tempat untuk keroncong supaya lebih bisa
diterima masyarakat”.
Keberadaan media sebagai tempat untuk menjadikan keroncong
lebih berkembang, menurut informan 4 juga memiliki peranan tersendiri
dalam perkembangan keroncong di Surakarta. Seperti yang dikatakan
informan 4 salah satunya adalah RRI Surakarta yang menyiarkan musik
commit to user
97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keroncong menjadikan musik keroncong, khususnya di Surakarta lebih
perkembang dan dapat dinikmati oleh masyarakat.
“Peran RRI dalam perkembangan musik keroncong di Surakarta
sangat baik sekali. Saat kini sedikit sekali radio yang menyiarkan acara
keroncong tapi saya salut dengan RRI Surakarta yang menyiarkan
keroncong sampai saat ini. Saya kira pendengar acara keroncong di RRI
juga banyak yang suka. Jadi RRI Surakarta memiliki peran penting dalam
melestarikan musik keroncong di Surakarta supaya tetap ada dan tidak
mati.”
Sama halnya dengan informan 9 yang menganggap siaran musik
keroncong di RRI Surakarta memiliki pengaruh besar terhadap kelestarian
dan perekembangan keroncong di Surakarta, tidak hanya itu siaran musik
keroncong di RRI Surakarta mampu mewadahi para pecinta musik
keroncong.
“Menurut saya RRI Surakarta memiliki peran penting dalam
melestarikan musik keroncong di Surakarta. Karena memang di Solo tidak
ada lagi stasiun radio selain RRI Surakarta yang menyiarkan musik
keroncong. RRI ini bagus sekali. Nama acaranya itu Keroncong Pojok
Pamor. RRI menyelenggarakan Keroncong Pojok Pamor secara live, jadi
ada grup keroncong membawakan lagu, ada penontonnya juga dan
disiarkan RRI secara langsung. Dan penontonnya di RRI itu banyak orang
yang datang serta memiliki komunitas pendengar yang setia, termasuk
saya. Nah, itu bagus untuk keroncong supaya tetap lestari dan tidak
punah.”
Menurut uraian di atas memang perkembangan musik keroncong di
Surakarta tidak lepas dari pengaruh media radio yang menyiarkan acara
musik keroncong. Radio memiliki komunitas pendengar yang setia
memberikan tempat bagi musik keroncong untuk diapresiasi masyarakat
secara luas. RRI (Radio Republik Indonesia) Surakarta memiliki wadah
komunitas atau paguyuban yang diberi nama paguyuban “PAMOR”.
commit to user
98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Paguyuban Pamor dibentuk pada tahun 1997 yang bertempat di
RRI Surakarta. Paguyuban Pamor sendiri terdiri dari masyarakat
karesidenan Surakarta yang mencintai musik keroncong dan ingin tetap
mengembangkan musik keroncong. Paguyuban Pamor RRI Surakarta
memiliki visi dan misi sebagai wadah pendengar RRI Surakarta yang
menjalin persaudaraan yang akrab dan tulus. Dengan visi dan misi tersebut
diharapkan pamor dapat menjaga kelestarian budaya Jawa. Keroncong
pojok Pamor ini dipelopori oleh Bapak Jangkung dan Ibu Lita. Beliau
berdua ini adalah anggota dari Pamor RRI. Beliau sebagai pelopor untuk
mendirikan Keroncong pojok Pamor pada tanggal 15 Oktober tahun 2000.
Keroncong pojok Pamor ini siaran dalam satu bulan hanya dua kali, yaitu
pada minggu pertama dan minggu ketiga. Kesenian tradisional yang
ditampilkan dalam siaran Keroncong pojok Pamor mempunyai suatu nilainilai sosial yang ada dalam masyarakat. Sehingga dapat mempengaruhi
masyarakat dan juga kesenian tradisional tersebut merupakan penampilan
dari keadaan masyarakat yang sedang terjadi. Oleh karena itu RRI
Surakarta sebagai radio siaran publik yang dimiliki oleh pemerintah,
mencoba untuk lebih mempopulerkan dan mempertahankan keberadaan
kesenian kebudayaan Jawa melalui suatu acara Keroncong pojok Pamor
yang didalamnya terdapat lagu-lagu daerah. 137
Menyimak apa yang dikemukakan di atas, peneliti dapat
mengamati bahwa dengan tampilnya keroncong di media dapat memberi
ruang bagi keroncong untuk di apresiasi oleh masyarakat. Hal ini terlihat
to user
Faradyan Erwanto. Skripsi: Programcommit
Siaran Budaya
Pada Radio RRI dan Pelestarian
Kebudaya Jawa. (Surakarta: UNS, 2011), hal. 36-37.
137
99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari siaran keroncong di radio yang memiliki komunitas pengemar sendiri.
Pengemar keroncong tidak lain adalah pendengar radio atau dalam hal ini
konsumen media.
Hadirnya media massa dapat memberi dampak pada pelestarian
dan perkembangan suatu kebudayaan. Jika media tersebut mau
menayangkan program acara budaya. Saat ini, media berlomba-lomba
memberikan informasi dengan sifat-sifat yang dimilikinya. Media massa
pun dapat merubah sikap seseorang. Sehingga, khalayak sendiri akan
melihat sejauh mana informasi yang ia dapatkan dari menggunakan media
massa tersebut, dan nantinya apakah akan berpengaruh pada kehidupan
sehari-hari. Perubahan perilaku manusia akan terlihat setelah diterpa pesan
media. Oleh karena itu setiap media memiliki cara tersendiri dalam
menyampaikan pesan kepada manusia.
Menurut
Denis
McQuail
(2000)
dalam
bukunya
Mass
Communications Theory menyatakan bahwa media massa memiliki sifat
atau karakteristik yang mampu menjangkau massa dalam jumlah yang
besar dan luas (universality of reach), bersifat publik dan mampu memberi
popularitas kepada siapa saja yang mucul di media massa. 138
Hadirnya televisi lokal di Surakarta tentunya memberi angin segar
terhadap pelestarian keroncong. TATV Surakarta sebagai televisi lokal
yang memberikan informasi dan hiburan lokal, serta tetap menjunjung
tinggi kearifan lokal dan budaya daerah. Surakarta sebagai daerah siaran
TATV, memiliki beraneka ragam kesenian daerah, termasuk salah satunya
138
commit to user
Morissan. Teori Komunikasi Massa. (Bogor: Ghadia Indonesia, 2010), hal 1.
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah keroncong. Keroncong merupakan budaya daerah asli Surakarta
yang harus tetap dijaga kelestariannya. Sehingga sebuah komitmen dari
TATV untuk menayangkan program acara musik keroncong yang
merupakan kebudayaan daerah Surakarta merupakah hal yang positif dan
perlu mendapat dukungan. Penayangan musik keroncong di media akan
memberi dampak yang signifikan terhadap pelestarian dan pengembangan
musik keroncong, khusunya di Surakarta. Seperti yang dijelaskan oleh
Denis McQuail di atas bahwa media massa memberi polularitas kepada
siapa saja yang muncul di media massa tersebut, termasuk budaya daerah
seperti keroncong.
commit to user
101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
III.C. TATV Sebagai Media Massa Televisi Lokal di Surakarta
III.C.1.
Karakteristik Stasiun Televisi Lokal TATV
Berdasarkan data yang disusun peneliti dari lapangan,
karakteristik Terang Abadi Televisi (TATV) Surakarta dapat
digambarkan sebagai berikut;
Tabel III. 2
Karakteristik Terang Abadi Televisi (TATV) Surakarta
No
Fokus
Terang Abadi Televisi (TATV) Surakarta
1.
Stasiun Penyiaran
Daerah Surakarta (Lokal)
2.
Pengelola Media
Domisili Lokal (Surakarta dan sekitarnya)
3.
Isi Siaran
Dominasi Acara Lokal: 60% Lokal dan 40%
Universal.
4.
Daya Pemancar
10 KWH (Pathuk - Jogjakarta) dan 2 KWH
(Mojosongo - Solo).
5.
Daerah Jangkauan
Kota Surakarta (Solo), Kabupaten Klaten,
Kabupaten Boyolali, Kabupaten Wonogiri,
Kabupaten
Sukoharjo,
Karanganyar,
Kota
Jogjakarta
(DIY),
Sleman,
Kabupaten
Bantul,
Kabupaten
Kabupaten.
Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunung
Kidul, Kabupaten Magelang, Sebagian Pati,
Kudus, Wonosobo, Temanggung, dan Ngawi.
commit to user
102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil pada tabel di atas bila dikaitkan dengan konsep atau
karakteristik media massa lokal menurut Zakbah dalam bukunya:
Peranan Media Massa Lokal Bagi Pembinaan dan Pengembangan
Budaya Daerah Riau yang menyatakan bahwa sebuah media massa
lokal, dalam hal ini peneliti katakan media televisi lokal, memiliki
kesamaan dalam pengelola media, jangkauan siaran, serta isi siaran
yang mengacu dan menyesuaikan diri kepada kebutuhan dan
kepentingan masyarakat setempat. Sehingga dapat dikatakan TATV
memenuhi syarat untuk disebut sebagai televisi lokal.
Mengenai stasuin penyiaran dan wilayah jangkauan siaran
TATV, peneliti menilai hal ini secara hukum sudah dapat dibenarkan
sesuai dengan aturan yang ditetapkan bagi media massa lokal.
Sebagaimana diatur dalam pasal 31 ayat 5 Undang-Undang No. 32
tahun 2002 Tentang Penyiaran, “stasiun penyiaran lokal dapat
didirikan di lokasi tertentu dalam wilayah negara Republik Indonesia
dengan wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut”.
Dalam hal ini stasiun siaran TATV bukan berada di Ibukota Negara
Republik Indonesia tetapi berada dalam wilayah Negara Republik
Indonesia, yaitu berdomisili di Surakarta, Jawa Tengah. Serta wilayah
jangkauan siarannya terbatas pada wilayah Surakarta dan sekitarnya,
karena siaran TATV ditujukan untuk masyarakat lokal di daerahnya,
yang pada umumnya memiliki lingkup yang lebih kecil tidak secara
nasional.
commit to user
103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebagai televisi lokal, TATV seperti halnya televisi lokal pada
umumnya juga lebih menonjolkan unsur-unsur lokal daerah, baik
dalam bidang sosial dan budaya. Kearifan lokal daerah ini diwujudkan
oleh televisi lokal melalui program acara yang mereka tayangkan.
Dalam hal ini TATV memiliki program acara; Surakarta Hari ini,
Terang Pagi, Kabar Awan, Kabar Wengi, Kabar Bocah, Kabar Gasik,
Jogja Hari Ini, merupakan program acara kategori news yang
memberi informasi pemirsanya mengenai berita-berita lokal di
Surakarta dan sekitarnya, walaupun juga ada kategori berita-berita
nasional maupun internasional namun informasi yang memiliki unsur
lokal masih mendominasi.
Siaran talkshow seperti UMS Kick, UNS Menyapa, Fokus Kita,
Jagongan Sargede, Forum Solusi, Warna-Warni; serta siaran feature
atau magazine seperti Jelajah Wisata dan Mampir Maem juga masih
sarat dengan unsur kedaerahan yang dibangun TATV untuk
memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan pemirsanya yang
memang kebanyakan masyarakat lokal Surakarta dan sekitarnya.
Adapun program acara TATV bernuansa budaya yang
menayangkan kesenian asli daerah Surakarta seperti; Keroncong,
Campursari, Ketoprak, Wayang Kulit, dan lain-lain, juga disiarkan
rutin setiap minggunya untuk menguhibur masyarakat di wilayah
siarnya. Serta program acara kategori berita (news); Terang Sanyakala
yang menyiarkan berita-berita lokal di daerah Surakarta dan
commit to user
104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sekitasrnya dengan khusus berbahasa jawa yang merupakan bahasa
sehari-hari masyarakat Surakarta.
Melihat seperti yang telah diungkapkan diatas bahwa TATV
memiliki banyak kandungan unsur lokal dalam program acara yang
ditayangkan, hal ini semakin menguatkan TATV sebagai televisi
lokal. Sejalan seperti yang di ungkapkan oleh Indras Eko A.
bahwa,”…televisi
lokal
dalam
program
acaranya
banyak
menonjolkan sisi kebudayaan yang ada dalam jangkauan wilayah
televisi lokal tersebut…”. 139 Local-content dalam program acara
TATV merupakan keistimewaan televisi lokal yang memang
diperuntukkan kepada audience atau masyarakat lokal di daerahnya.
Tayangan yang bermaterikan sosial, budaya, pariwisata, ekonomi, dan
unsur kedaerahan menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat setempat.
III.C.2.
Tayangan Program Acara di TATV
Untuk menganalisis tayangan program acara TATV Surakarta,
peneliti melakukan interview untuk mengetahui isi program acara
yang ditayangkan oleh TATV terhadap pihak TATV, sedangkan datadata dan dokumen-dokumen tentang TATV yang peneliti peroleh
menjadi bahan pertimbangan. Serta peneliti juga melakukan crosschek
untuk mengetahui kebenaran pernyataan dari pihak TATV mengenai
program acara yang ditayangkan dengan respon dari para pemirsa
TATV terhadap program siarannya.
to Tubuh
user Komunikasi Kontemporer. (Surakarta:
Indras Eko A dalam Fajar Junaedi. commit
Membedah
UMS Press, 2010), hal. 94.
139
105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A. Materi Siaran Lokal di TATV
Sebagai sebuah media massa lokal (televisi lokal) yang
berbasis di daerah Surakarta, TATV memberikan isi materi siaran
yang mengacu dan menyesuaikan diri kepada kebutuhan dan
kepentingan masyarakat di daerahnya. Hal ini memberi arti bahwa
TATV sangat kental sekali dengan unsur lokal. Sejalan dengan
apa yang dikemukakan oleh informan 1 selaku Ketua Departemen
Pengembangan dan Kreatifitas Program TATV bahwa materi
siaran TATV lebih bermuatan unsur lokal dan sesuai dengan apa
yang dibutuhkan masyarakat sebagai pemirsanya.
“Materi siaran yang akan kita (TATV) tampilkan tentunya
harus sesuai dengan apa yang masyarakat Surakarta dan
sekitarnya inginkan. Mengingat kita televisi lokal. Jadi materi
siaran kami tidak jauh dari apa yang audience butuhkan. Karena
masyarakat lokal itu lebih suka berita-berita tentang berbagai
peristiwa, kejadian lokal yang dari daerah mereka sendiri, budaya
mereka sendiri dan unsur lokal ini adalah kelebihan televisi lokal,
televisi nasional tidak mungkin ada.”
Dari apa yang disampaikan pihak TATV dan hasil
pengamatan peneliti, materi yang ditayangkan oleh TATV
menang lebih bermuatan unsur lokal kedaerahan sesuai dengan
apa yang dibutuhkan oleh para audience-nya. Tanggapan dari
pemirsa terhadap tayangan TATV pun beragam, namun pada
umumnya pendengar dapat menangkap dan menerima materi
yang ditayangkan oleh TATV. Seperti diungkapkan oleh
informan 11 yang kesesuaian materi siaran TATV dengan
kebutuhan masyarakat Solo.
commit to user
106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Ya memang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Solo.
TATV itu siarannya daerah sendiri jadi ya bisa tahu berita-berita
kejadian kota Solo yang daerah sendiri gitu, jadi tidak ketinggalan
berita. TATV juga menyiarkan kebudayaan daerah, seperti
campursari, wayang kulit juga pernah saya tonton di TATV.”
Hal yang sama dikatakan oleh informan 14 yang melihat
perbedaan TATV dengan stasiun televisi lainnya. Menurutnya
TATV lebih mempunyai unsur lokal dan kedaerahan.
“TATV saya melihatnya jelas beda sekali dengan tv
nasional. TATV yang saya lihat banyak unsur lokalnya. Jadi lebih
pribumi, lebih banyak unsur daerahnya. Dari acaranya itu banyak
acara-acara kesenian daerah”.
Adapun informan 12 juga menyatakan TATV sebagai
televisi yang banyak menayangkan acara yang bertema budaya.
”Karena TATV itu tv-nya wong Solo. Saya lihat itu
dengan televisi yang lain berbeda sekali. TATV acaranya banyak
yang menayangkan budaya dan kesenian. Barita-beritanya juga
banyak berita khusus daerah Solo dan sekitarnya.”
Kemudian juga dikuatkan oleh pernyataan informan 13
yang menyatakan bahwa materi siaran TATV banyak memuat
unsur kebudayaan daerah dan beritanya pun sesuai dengan
kebutuhan informasi masyarakat Surakarta.
“Acaranya itu banyak siaran budaya daerah seperti
keroncong, campursari, ketoprak dan banyak setahu saya. Selain
itu berita-beritanya juga berita-berita di Solo dan sekitarnya,
bahkan ada juga yang pakai Bahasa Jawa. Ada juga acara yang
semacam talkshow, yang dibahas juga beragam jadi menambah
ilmu pengetahuan juga. Ya intinya TATV itu bagus dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat Solo.”
Pendapat informan ini memberi gambaran jika materi
siaran TATV memiliki unsur kedaerahan yang memang menjadi
kebutuhan masyarakat
daerahnya. Melihat dari pendapat
commit di
to user
107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
informan di atas, bahwa TATV menayangkan kebudayaan di
daerahnya, serta memberi informasi yang bersifat lokal yang
menurutnya banyak memberi manfaat bagi masyarakat Surakarta
sebagai audience-nya.
Berdasarkan temuan di atas, peneliti menilai materi yang
disiarkan oleh TATV Surakarta masih mengacu pada ketentuan
umum pelaksanaan siaran yang mencakup unsur informasi,
pendidikan dan budaya seperti yang tertuang pada pasal 36 ayat 1
UU No. 32 tahun 2002. Pasal ini menjelaskan bahwa isi siaran
media penyiaran wajib mengandung informasi, pendidikan,
hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak,
moral, kemajuan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta
mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia. 140
Dalam profil TATV terdapat penjelasan mengenai isi
siaran, apa saja materi yang disiarkan berikut prosentase
besarannya. Disitu disebutkan jika TATV menyuguhkan siaran
lokal sebanyak 60% dan universal sebanyak 40%. Dari sini
peneliti melihat isi siaran TATV memang masih mengacu pada
peraturan perundangan. Seperti yang dijelaskan dalam pasal 36
ayat 2 UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, menjelaskan
bahwa isi siaran dari jasa penyiaran televisi, yang diselenggarakan
oleh Lembaga Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran Publik,
commit to user
140
UU No 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, 2002.
108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
wajib memuat sekurang-kurangnya 60% mata acara yang berasal
dari dalam negeri (lokal). 141
Pasal 36 ayat 2 UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran
ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh informan 1 tentang
TATV;
“Untuk prosentase materi menyiaran di televisi kami, ini
seperti dalam profil kami juga dijelaskan, yakni 60% lokal dan
40% universal, yang artinya memang kami lebih lokal kedaerahan
karena memang televisi kami televisi lokal, audience kami
audience lokal. Jadi kebanyakan program acara kami mengarah
pada kebutuhan masyarakat lokal.”
Seperti halnya dengan informan 2 yang melihat TATV
sebagai televisi lokal yang ikut serta melestarikan budaya di
daerahnya.
”Ya memang TATV berada didaerah Surakarta yang bisa
disebut kota budaya yang kental sekali dengan budaya Jawa-nya,
sehingga harus memupuk berbagai budaya yang ada di Surakarta
ini, salah satunya dengan program-program siaran seni tradisional
yang kami punya.”
Secara umum berdasarkan pengamatan peneliti materi
yang disiarkan oleh TATV Surakarta sangat lokal dan
kedaerahan.
Unsur
kedaerahan
tersebut
mencakup
ranah
informasi, pendidikan dan budaya, yang dalam hal ini peneliti
amati telah merasa cukup mewakili kebutuhan audience-nya.
Namun bukan berarti tayangan TATV tidak tersentuh unsur
nasional dan internasional, namun peneliti jelaskan bahwa unsur
commit to user
141
Ibid.
109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lokal atau kedaerahan yang ditayangkan dalam program-program
TATV lebih dominan.
B. Penyusunan Program Acara di TATV
Morissan dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi,
menyebutkan bahwa tidak ada yang lebih penting dari acara atau
program sebagai faktor yang paling penting dan menentukan
dalam mendukung keberhasilan finansial suatu stasiun penyiaran
radio dan televisi. Adalah program yang membawa audience
mengenal suatu stasiun penyiaran. 142
Dalam penelitian ini, peneliti memiliki pikiran yang sama
terhadap apa yang di ungkapkan oleh Morissan. Pada awal
berdirinya TATV telah menjadikan program acara sebagai suatu
ciri televisi ini sendiri dan mengenalkanya kepada masyarakat
atau audience-nya di Surakarta sebagai daerah ruang siarnya. Hal
ini dikuatkan oleh informan 1 yang mengemukakan:
“Kita tahu ya Mas, suatu program acara itu merupakan hal
yang sangat amat penting dalam media televisi. Bisa dibilang ini
nyawanya televisi. Bahkan program acara yang ada di televisi itu
bisa menjadi suatu ciri khas televisi itu sendiri. TATV merupakan
televisi lokal jadi kita buat program acara yang dapat mencirikan
TATV, yaitu lokal. Semua acara di TATV sebagian besar
bernuansa lokal, baik hiburannya juga beritanya. Sebagai media
kita juga harus mengerti kemauan masyarakat makanya kita buat
program acara yang masyarakat ingini.”
commit
to user
Morissan. Manajemen Media Penyiaran:
Strategi
Mengelola Radio dan Televisi. (Kencana:
2008), hal. 199.
142
110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menambahkan betapa pentingnya keberadaan program
acara di suatu televisi, Informan 2 mengemukakan bahwa
program acara merupakan alasan masyarakat untuk menonton
televisi;
“Iya sangat penting, jadi program acara di televisi itu
penting sekali. Kalau tidak ada program acara kita mau
menyampaikan apa? Program ini membuat masyarakat menonton
televisi. Kalau tidak ada program acara mana mau masyarakat
menonton, menonton apa? Tapi untuk program acara TATV
tentunya kita buat yang baik.”
Pernyataan pengelola TATV di atas memberi pengertian
kepada peneliti akan pentingnya suatu program acara di televisi.
Untuk itu dalam merencanakan dan menyusun program acara di
televisi diperlukan tahapan sehingga program acara dapat
terbentuk dan berjalan dengan baik. Selanjutnya, dalam
merencanakan dan menyusun program acara, TATV memiliki tim
sendiri dalam hal perencanaan dan penyusunan program acara
yaitu
Bagian
Kreatifitas
dan
Pengembangan
Program
berkerjasama dengan Bagian Produksi. Seperti yang dikemukakan
oleh informan 1 bahwa:
“Untuk penyusunan program acara kami rapatkan secara
tim, jadi dari proses awal munculnya ide atau gagasan sampai
proses produksi, tugas ini dibagian kreatifitas dan pengembangan
program berkerjasama dengan bagian produksi, jadi kita
merencanakan terlebih dahulu sebelum masuk pada produksi
acara, program acara kita godog disini”
commit to user
111
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pendapat yang sama juga disampaikan informan 2, jika
penyusunan program acara TATV tidak dilakukan secara
individu.
“Sebelum memprodiksi acara terlebih dulu kita rapatkan
dengan bagian kreatifitas dan pengembangan program. Jadi mulai
dari usulan ide sampai proses produksi program acara di mulai
dari rapat antara tim kreatif dan pengembangan dengan bagian
produksi”
Menyusun program acara yang baik untuk sebuah televisi
siaran bukanlah sesuatu yang mudah, untuk dapat menyusun
program acara yang baik maka industri televisi siaran harus
tanggap dan mempelajari karakter perilaku masyarakat yang akan
dijadikan
target
audience-nya
agar
program
acara
yang
ditayangkan tersebut sesuai yang diinginkan dan dibutuhkan
masyarakat.
Seperti yang disampaikan Wahyu Sudarmawan di BAB I,
program acara disusun oleh manajemen televisi dengan beberapa
alternatif tahapan proses untuk membidik pemirsanya. Tahap
yang pertama adalah melakukan riset dan mempelajari kondisi
audien atau penonton yang akan dituju dengan mengkaji status
sosial ekonomi pemirsanya, pendidikan dan usia efektif (variabel
demografis), perilaku sosial (variabel psikografis) dan penonton
yang akan disasar serta mempertimbangkan faktor geografis
lokasi studionya. Tahap kedua adalah dengan melakukan analisa
atas data riset tersebut sebagai dasar untuk menetapkan
Segmentasi,
Targetting,
Positioning.
commit to user
112
Formatting
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Programming dalam upaya membidik penonton yang akan
dituju. 143
Untuk
kebutuhan
riset
program
acara
TATV
melakukannya setelah program acara berjalan dan disiarkan.
Karena riset yang dilakukan oleh TATV bertujuan untuk
mengetahui minat masyarakat terhadap suatu program acara. Hal
ini dibenarkan informan 1,
“Memang sebaiknya ada riset terlebih dulu ya, tapi TATV
karena boleh dikatakan masih baru dalam dunia penyiaran, jadi
kita sistemnya masih menawarkan program acara. Program acara
kita siarkan dan tinggal kita tunggu respon dari masyarakat. Jadi
sistem risetnya itu semacam evaluasi program acara apakah suatu
program acara diterima pasar atau tidak. Melalui evaluasi ini kita
nanti akan membuat kebijakan apakah program acara tersebut
perlu di perbaiki lagi atau di stop, kita ganti program yang lain”.
Memang pada kenyataannya sistem penyusunan program
acara di TATV masih belum sesuai dengan televisi lain yang
sudah mapan. Dengan usia TATV yang masih tergolong sangat
muda, penyusunan program acara diproses masih secara
sederhana. Program acara disusun dan direncanakan langsung dari
ide internal dan langsung dibuat suatu program acara yang siap
untuk disiarkan, tanpa melakukan sebuah riset terlebih dahulu.
143
Wahyu Sudarmawan. TESIS: ANALISIS KEBIASAAN MENONTON TELEVISI DI KOTA
YOGYAKARTA DIUKUR DENGAN MENGGUNAKAN VARIABEL DEMOGRAFIS: Evaluasi
commit
to user
Pemrograman Acara Televisi Lokal RBTV
Jogja dalam
Upaya Meraih Penonton. (Program Pasca
Sarjana UNS: 2006), hal. 14
113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Kesesuaian Program Acara dengan Visi dan Misi TATV
Program acara dalam sebuah televisi tentu dibuat
berdasarkan visi dan misi yang dibawa oleh televisi tersebut,
demikian juga dengan TATV (Terang Abadi Televisi) yang
memiliki visi dan misi seputar pengelolaan informasi dan hiburan
untuk
kemajuan
masyarakat
di
daerah
layanan
siarnya.
Pernyataan informan 1 dalam wawancara dengan peneliti
menunjukkan jika pengelola TATV telah menyesuaikan program
siaran agar sesuai dengan visi dan misi yang dirumuskan.
” Iya, tentu saja setiap pogram acara yang kami buat harus
sesuai dengan visi dan misi yang kami miliki. Kita tahu, visi dan
misi merupakan ya boleh dikatakan sebagai dasar atau landasan
yang harus diperhatikan dalam pembuatan program. Kita
memiliki visi dan misi sebagai sarana informasi yang baik bagi
masyarakat serta ikut berperan dalam membangun kemajuan
daerah, tentunya kami buat acara yang sesuai. Kita menyiarkan
berita-berita yang baik yang memenuhi kebutuhan masyarakat.
Selain itu TATV juga ikut andil dalam mendukung programprogram pemerintah daerah Surakarta. Seperti kita juga punya
program yang bekerjasama langsung dengan pemerintah daerah.”
Hal serupa juga diungkapkan oleh infoman 3 yang
memandang program acara di TATV sudah sejalan dengan tujuan
TATV yaitu memberi sumbangsih yang berarti guna kemajuan
daerah atau masyarakat, dari aspek kebudayaan.
”Menurut saya sudah ya, jika melihat visi dan misi TATV,
saya coba singkronkan dengan program-program acaranya itu bisa
dibilang sudah sejalan dengan visi dan misi sebagai televisi lokal
di daerahnya. Dengan program acara yang mengangkat budaya
daerah seperti keroncong, karawitan, campursari dan wayang
orang atau wayang kulit, tentunya sangat diharapkan potensi seni
budaya akan terangkat. Seperti kita tahu bahwa seni budaya itu
kan juga merupakan potensi daerah yang harus didukung.
Tentunya dengan program acara seperti itu televisi lokal TATV
commit to user
114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sesuai dengan visi-misinya yaitu ikut serta dalam memajukan
potensi di daerahnya.”
Peneliti memperhatikan program-program acara TATV
telah sesuai dengan visi dan misi yang diusung. TATV ikut
memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan bagi masyarakat
Surakarta, serta membantu kemajuan daerah seperti dengan
program acara yang melestarikan budaya daerah. Akan tetapi,
untuk melihat apakah program acara di TATV ini sudah sesuai
dengan visi dan misinya maka dibutuhkan juga penilaian dari
pemirsa yang secara langsung merasakan manfaat dari program
acara yang ditonton. Berikut pendapat dari informan 7 yang
merasa TATV bisa menambah wawasan, menerima informasi
yang memajukan masyarakat, sekaligus mendapat hiburan dengan
menonton acara di TATV.
”Dengan adanya TATV itu apa saja pengetahuan ataupun
informasi, khususnya yang ada di daerah ter-cover semua. Banyak
berita daerah yang di tayangkan, ini menjadikan kita warga Solo
itu tahu berita-berita di Solo, tidak hanya berita-berita yang
lingkupnya nasional saja. Selain itu untuk hiburannya juga sangat
menarik, kesenian daerah asli banyak ditampilkan dan itu sangat
menghibur. Jadi TATV baik untuk masyarakat, demi kemajuan
masyarakat itu kalau dari saya sangat-sangat bermanfaat dan
berguna.”
Selain pemenuhan informasi dan hiburan, program acara di
TATV juga berperan dalam pelestarian budaya lokal yang
merupakan potensi daerah, begitu menurut informan 10.
”TATV sangat bermanfaat sekali Mas, contohnya manfaat
dalam memajukan kebudayaan daerah, TATV banyak
menampilkan kesenian-kesenian tradisional seperti keroncong,
campursari, wayang,
macapatan,
commit
to user itu semua saya pernah menonton
115
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan saya rasa TATV memiliki niat bagus dalam melestarikan
kesenian dan kebudayaan daerah.”
Dukungan terhadap TATV juga di sampaikan oleh
informan 8 yang melihat TATV memiliki peran sesuai visi dan
misinya
dalam
memajukan
daerah
dengan
membantu
tersosialisasinya program-program pemerintah.
“Tentu saya juga melihat kerjasama antara TATV dengan
pemerintah ya Mas. TATV banyak membantu mensosialisaikan
program-program pemerintah kepada masyarakat. Biasanya
dalam program acara semacam talkshow-talkshow ringan yang
tampil di TATV. Bagi saya sendiri selaku memirsa ya sedikit
banyak tahu tentang kebijakan-kebijakan pemerintah sekarang ini.
Ya, lebih melek informasi begitu.”
Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti ditemukan
bahwa banyak dari informan menyatakan mendapatkan manfaat
dari menonton tayangan TATV, mulai dari terpenuhinya
informasi yang dibutuhkan masyarakat, serta TATV ikut terlibat
dalam melestarikan budaya daerah. Selain itu, informan juga
mengungkapkan terjalinnya kerjasama antara TATV dengan
pemerintah
untuk
mensosialisasikan
program-program
pemerintah di nilai memiliki unsur positif dalam membangun dan
memajukan daerah.
Deddy Mulyana dalam bukunya Komunikasi Massa;
Kontroversi, Teori dan Aplikasi menyatakan bahwa fungsi pers
lokal pada dasarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang bersangkutan (masyarakat lokal), apakah itu
kebutuhan dari segi pendidikan, segi informasi, atau hiburan.
commit to user
116
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Akan tetapi, fungsi pers lokal yang terpenting adalah membangun
dan mengembangkan jati diri (identitas) masyarakat lokal
tersebut. 144
Jika dilihat dari visi TATV yaitu memberi dampak
kemajuan bagi masyarakat dan daerah melalui pengelolaan
informasi dan hiburan berkualitas, dengan mengedepankan
potensi lokal, program-program acara yang ada saat ini telah
sesuai dengan visi tersebut. Demikian halnya jika dilihat dari
manfaat yang dirasakan oleh pemirsa, siaran televisi ini telah
mampu memenuhi kebutuhan pemirsa dengan menjadi media
informasi dan hiburan berkualitas bagi pemirsanya, berarti ada
kesesuaian antara program acara dan visi-misi televisi.
Dennis McQuail dalam buku Teori Komunikasi Massa
menjelaskan tentang konsep hubungan media massa dan
masyarakat dari sudut pandang teori normatif media, teori ini
mengasumsikan bagaimana seharusnya media tersebut berperan
dalam realita sosial atau bagaimana sebenarnya media berfungsi,
bilamana serangkaian nilai sosial ingin diterapkan dan dicapai
sesuai dengan sifat dasar nilai-nilai tersebut. Jenis teori normatif
media ini berperan dalam membentuk institusi media, harapan
publik terhadap media bagaimana media harus memainkan peran
secara esensial. 145 Dalam konteks televisi lokal titik sentral
pemahaman teori ini terletak pada bagaimana pengelola televisi
144
Deddy Mulyana. Komunikasi Massa; Kontroversi, Teori dan Aplikasi. (Bandung : Widya
commit to user
Padjadjaran, 2008), hal. 108
145
Ibid, hal. 4.
117
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lokal mampu memenuhi kebutuhan, kepentingan, dan aspirasi
pemirsanya.
III.D. TATV Merancang Progam Acara Keroncong
III.D.1.
Latar Belakang Penayangan Program Acara Keroncong di TATV
Mengulang kembali tentang apa yang dikatakan oleh Morissan,
bahwa televisi lokal merupakan stasiun penyiaran dengan wilayah
siaran terkecil yang mencakup satu wilayah kota atau kabupaten. 146
Hal tersebut menjadikan televisi lokal mempunyai batasan ruang siar
berskala daerah (kota atau kabupaten), sehingga membuat televisi
lokal lebih menonjolkan daerah yang menjadi lingkungan siarnya. Tak
ubahnya TATV yang beroperasi di daerah Surakarta. Status televisi
lokal yang dimiliki TATV menjadikan televisi ini menonjolkan
kedaerahannya. Dengan kata lain program acara bermuatan lokal
menjadi primadona tersendiri bagi televisi lokal.
“Local programming appears to be the preferred televisual
choice where the geo-linguistic contextallows, it is important to note
that in the media marketplace, that which scholars identify as cultural
proximity, television executives see as a great business opportunity.
That is to say, with the recognition that local audiences tend to prefer
culturally proximate programmes, executives have come to
understand the value of localization through programme modeling”
(program acara lokal tampaknya menjadi pilihan televisi di mana
konteks geo-linguistik memungkinkan, penting untuk dicatat bahwa
dalam pasar media, yang mana para sarjana mengidentifikasikannya
sebagai kedekatan budaya, para pebisnis televisi melihatnya sebagai
peluang bisnis yang besar. Artinya, dengan pengakuan bahwa
penonton lokal cenderung memilih pendekatan kepada program
commit
to Mengelola
user
Morissan. Manajemen Media Penyiaran,
Strategi
Radio dan Televisi. (Jakarta:
Kencana, 2008), hal. 105.
146
118
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
budaya, para pebisnis telah mengerti nilai lokalisasi melalui program
pemodelan). 147
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa TATV
memiliki program-program acara yang kental dengan budaya
kedaerahannya, yaitu yang khas dengan kota Surakarta. Hal ini
diungkapkan oleh informan 10 bahwa TATV memiliki banyak
program-program acara kesenian daerah.
“Ya, banyak acara keseniannya. Kadang ada acara wayang
kulit, ada karawitan dan keroncong. Ada juga berita yang pembaca
beritanya itu berbahasa Jawa, jadi acaranya itu khas Solo sekali.”
Demikian pula Informan 14 yang membandingkan TATV
dengan stasiun televisi lain, serta menganggap TATV lebih memiliki
content
kedaerahan yang lebih
kentara (terlihat) dibandingkan
dengan televisi lain.
“Kalau dibandingkan dengan stasiun televisi lain, TATV jelas
berbeda sekali. TATV bisa dikatakan TV-nya wong Solo. Karena
banyak sekali unsur Solo-nya, beritanya lebih banyak berita daerah
Solo Raya dan program hiburannya pun menayangkan keseniankesenian asli Solo. Seperti wayang, campursari, keroncong juga ada.”
Selain itu, dengan selogan yang di usung TATV yaitu
“MANTEB” (Masa Kini dan Tetap Berbudaya), menjadikan stasiun
televisi lokal ini tetap berorientasi pada perkembangan zaman, akan
tetapi tetap menjaga dan memelihara kebudayaan sebagai kearifan
lokal yang harus dipertahankan dan dipelihara. Demikian di
ungkapkan informan 1 bahwa;
147
Nickesia Stacy Ann Gordon. Globalization and Cultural Imperialism in Jamaica; The
commit of
toJamaican
user TV through Programme Modeling.
Homogenization of Content and Americanization
(International Journal of Communication Volume 3. Barry University. 2009), hal. 7
119
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“TATV mempunyai selogan MANTEB (Masa Depan dan
Tetap Berbudaya) yang memiliki arti dalam formatnya kita tidak
meninggalkan modernisasi, tetapi budaya lokal tetap kita pelihara.
Kebudayaan yang merupakan kearifan lokal itu tetap kita kawal, tetap
kita penuhi dan kita support. Hal ini selalu kita terapkan dalam setiap
program-program acara yang kita siarkan.”
Salah satu bentuk kebudayaan yang ditampilkan oleh TATV
adalah seni keroncong. Seni keroncong merupakan suatu wujud
budaya Indonesia yang tumbuh dan berkembang pesat di Surakarta.
Seperti yang dijelaskan oleh informan 4 bahwa;
“Keroncong pada mulanya dibawa oleh bangsa Portugis, pada
mulanya keroncong di kenal dan mulai bekembang di Tugu Jakarta,
tapi perkembangan keroncong yang paling pesat itu di Solo. Karena
dulu keroncong sangat erat dikaitkan dengan gamelan jawanya dan
langgam jawa. Apalagi pada era Bapak Gesang keroncong di dikenal
sampai ke luar negeri. Iya, boleh dikatakan keroncong memang
budaya dari Solo. Apalagi sekarang sudah di canangkan oleh Bapak
Wali Kota Solo, Bapak Jokowi, Solo sebagai kota Keroncong.”
TATV mempunyai komitmen penuh terhadap pelestarian
budaya di Kota Surakarta. Komitmen tersebut jelas terlihat dari visi
dan misi TATV yang terealisasi dalam program acara yang disiarkan
tidak dapat lepas dari unsur kebudayaan. Hal itulah yang melatar
belakangi disiarkannya program acara “Keroncong” di TATV.
Demikian pula disampaikan oleh informan 2;
“Itu (latar belakang acara Keroncong TATV) karena memang
komitmen kita “nguri-nguri” (melesterikan) budaya asli Indonesia
supaya jangan punah atau diaku oleh negara lain. Dalam visi dan misi
TATV juga jelas sekali disebutkan bahwa setia program acara itu
memiliki pengaruh untuk melestarikan budaya. Selama ini kita terus
menjalankan program acara keroncong dan ini salah satu bentuk kita
untuk melestarikan budaya supaya tidak punah atau mati. Dan
menurut saya keroncong ini suatu seni yang harus dipertahankan.
Karena menjaga kelestarian budaya sendiri itu kan menjadi kewajiban
kita semua.”
commit to user
120
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pernyataan
informan
ini
menggambarkan
bagaimana
komitmen TATV dalam melestarikan kebudayaan daerah, dalam
penelitian ini khusunya seni keroncong. Secara garis besar pernyatan
informan menyebutkan hal yang melatar belakangi progran acara
kebudayaan yang ada di TATV memiliki maksud untuk melestarikan
budaya lokal supaya lebih berkembang dan dikenal masyarakat.
Dijelaskan pula oleh informan 1 bahwa program acara kesenian
keroncong di TATV memiliki kesesuaian dengan visi dan misi yang di
usung TATV yaitu melestarikan kebudayaan daerah.
“Program acara keroncong yang kita miliki menurut saya
sejalan dengan visi-misi TATV. Cocok sekali Mas. Karena memang
kita tetap mempertahankan budaya daerah. Walau keroncong itu
dikatakan cuma kalangan tertentu yang dapat menikmati, banyak
orang bilang musik keroncong itu musiknya orang tua-tua, tapi bicara
tentang kebudayaan kearifan lokal. Kebudayaan itu kan selalu identik
pada kesenian, nah kesenian-kesenian lokal itu yang harus tetap kita
kawal, jadi memang kesenian lokal menjadi preoritas dan tetap akan
kita usahakan dan kita support.“
Temuan dari penyataan para infoman, memang dari awal
berdirinya TATV telah memiliki komitmen terhadap pelestarian dan
perkembangan budaya lokal di Surakarta. Hal tersebut didasari dari
adanya visi dan misi TATV yang akan selalu mendukung pelestarian
budaya daerah, khusus dalam penelitian ini kesenian keroncong
melalui program acara yang ditayangkan. Serta jargon yang selalu di
angkat tinggi-tinggi oleh TATV selogan “Masa Kini dan Tetap
Berbudaya”, memberi dorongan untuk tetap melestarikan kearifan
lokal yang telah ada.
commit to user
121
perpustakaan.uns.ac.id
III.D.2.
digilib.uns.ac.id
Penyusunan Program Acara Keroncong di TATV
Fred Wibowo dalam bukunya yang berjudul Teknik Produksi
Program Televisi mengemukakan bahwa berpikir tentang produksi
program
televisi
bagi
seorang
produser
profesional,
berarti
mengembangkan gagasan bagaimana materi produksi (ide) itu, selain
menghibur, dapat juga menjadai suatu sajian yang bernilai dan
mamiliki makna. 148 Dalam hal ini, pada penyusunan program acara
televisi suatu ide (materi produksi) merupakan hal penting.
Dijelaskan kembali oleh Fred Widodo bahwa ide atau gagasan
materi poduksi untuk menyusun suatu program acara televisi dapat
berupa apa saja. Kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang
dan manusia merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produksi
yang bermutu. 149 Demikian pula yang terjadi pada Program Acara
Keroncong di TATV yang mendapatkan ide terinspirasi oleh
Waldjinah, seorang maestero keroncong dari Solo. Seperti yang
dikemukakan informan 1 menceritakan awal munculnya program
acara keroncong di TATV.
“Dulu awalnya kira-kira di bulan Juli 2004 salah satu dari
produser kita bertemu dan ngobrol dengan Bu Waljdinah, kita tahu Bu
Waldjinah merupakan tokoh keroncong yang sangat baik di Solo.
Beliau juga diakui secara nasional. Lalu terlontar bagaimana jika kita
membuat acara keroncong? Dan Bu Waldjinah menangkap sekali dan
langsung memberi tanggapan positif, bahkan Bu Waldjinah bersedia
membantu bersama HAMKRI. Nah dari situlah ide atau gagasan dari
terbentuknya acara keroncong di TATV.”
Hal menganai ide tentang program acara keroncong ini juga
diakui Waldjinah berasal dari TATV. Beliau mengungkapkan bahwa
148
149
commit
to user
Fred Wibowo. Teknik Produksi Program
Televisi.
(Yogyakata : PINUS, 2007), hal. 23
Ibid, hal. 24
122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pihak TATV mendatangi beliau secara tidak langsung dan
menawarkan kerjasama untuk program acara keroncong.
“Ide acara keroncong ya dari TATV sendiri. Waktu itu ada
wakil dari TATV mendatangi saya, terus menawarkan suatu
kerjasama untuk membuat acara keroncong. Terus terang tanpa
berpikir panjang saya mau sekali. Dan saya bilang kepada TATV
kalau saya dan HAMKRI siap membantu.”
Berawal dari ide atau gagasan serta didukung oleh komitmen
TATV sendiri yang sangat ingin melestarikan dan membawa unsur
lokal dalam setiap program acara akhirnya terbentuklah program acara
keroncong di TATV. Tahapan penyusunan program acara keroncong
di TATV diakui oleh Informan 1 memang masih sangat sederhana
sekali dan tidak dalam proses yang sulit. Hal tersebut dikarenakan
program acara keroncong terbentuk bersamaan dengan masa-masa
awal berdirinya stasuin televisi lokal ini.
“Pada saat itu TATV masih berdiri beberapa bulan bahkan kita
belum launching. Jadi saya ingat betul di bulan Juli 2004 program
acara keroncong sudah ada dan bahkan sebelum TATV launching.
Pada awalnya saat itu berbekal dari ide ingin menampilkan seni
keroncong, kita adakan rapat kecil, cuma beberapa orang saja dari tim
kreatif dan bagian produksi, kita rencanakan dan muncullah konsep
acara keroncong yang masih sangat sederhana saat itu. Dengan
konsepnya menyanyikan keroncong secara live sederhana kemudian
host-nya berkomunikasi telepon dengan pemirsa untuk reques lagu.
Untuk durasi dari awal sampai saat ini kita buat selama 1 jam.”
Pernyataan yang sama pun diungkapkan oleh infoman 2 yang
menilai
konsep
acara
keroncong
terdahulu
lebih
sederhana
dibandingkan konsep keroncong yang ada sekarang jauh lebih
berfariasi dan dapat disesuaikan sesuai kebutuhan.
“Dulu konsep keroncong masih sangat sederhana hanya
menampilkan satu grup keroncong secara live. Awalnya
commitadalah
to userkita ngobrol ada talkshow ringan
perkembangannya (konsep)
123
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan pemimpin orkes keroncong dan mengorek kegiatan orkes
keroncong mereka yang tampil dan sampai sekarang terus
berkembang. Jadi perubahnnya sampai pada beberapa konsep
keroncong yaitu ada keroncong kangen, pesona keroncong, keroncong
rohani, keroncong lesehan, dan keroncong reguler yang berfariasai
sesuai kebutuhan.”
Dari apa yang diungkapkan oleh informan 2 dapat diketahui
jika dalam perkembangannya saat ini ada lima konsep keroncong yang
dapat disesuaikan sesuai kebutuhan siarannya. Konsep-konsep
program acara keroncong di TATV yang peneliti dapatkan dari
wawancara Informan 2 adalah sebagai berikut:
1.
Kangen keroncong, adalah konsep acara keroncong yang dibuat
menjadi semacam reuni. Konsep acara ini biasanya sudah di beli
oleh klien, yang ingin menyelenggarakan acara dengan hiburan
musik keroncong.
2.
Pesona Keroncong, adalah konsep acara keroncong yang telah
dibeli oleh suatu perusahaan/instansi, dimana isi acara 60%
talkshow tentang perusahaan/instansi yang bersangkutan dan 40%
diisi hiburan musik keroncong.
3.
Keroncong Rohani, adalah konsep acara keroncong yang
menampikan satu grup keroncong pada saat memperingati hari
besar agama. Lagu-lagu yang dibawakan merupakan lagu religi.
4.
Keroncong Lesehan, adalah konsep acara keroncong yang
menampilkan talkshow dengan konsep lesehan, menghadirkan
narasumber untuk membahas tema-tema/berita yang sedang
marak atau populer, dan dengan diselingi hiburan musik
keroncong.
commit to user
124
perpustakaan.uns.ac.id
5.
digilib.uns.ac.id
Keroncong Regular, adalah konsep acara keroncong yang
menampikan satu grup keroncong seperti biasa, dengan selingan
talkshow bersama pimpinan grup keroncong membahas tentang
kegiatan grup keroncong yang tampil.
Berdasarkan dari banyaknya konsep program acara keroncong
yang beraneka ragam, bisa dikatakan TATV sangat kreatif dalam
memodifikasi program acara. Akan tetapi, peneliti menemukan celah
dimana keroncong hanya dijadikan hiburan atau selingan semata.
Terpapar dengan jelas di atas bahwa talkshow yang berhubungan
langsung dengan seni keroncong itu sendiri dibahas lebih dalam pada
Konsep Keroncong Reguler, sedangkan yang lainnya tidak. Hal ini
sedikit telah mengurangi informasi pengatahuan yang didapat pemirsa
tentang keroncong itu sendiri.
Dari pernyataan para informan, peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa munculnya program acara keroncong di TATV
berdasarkan sebuah ide spontan dari sang produser yang tanpa sengaja
bertemu dengan sosok maestro keroncong, dan dengan diilhami visimisi TATV yang memiliki komitmen dalam melestarikan budaya
daerah. Serta dalam perkembangan program acara keroncong dapat
dilihat berkembang dengan baik. Hal ini terbukti dengan banyaknya
konsep program acara keroncong yang muncul dan dapat disesuaikan
dengan kebutuhan siaran di TATV. Walaupun hanya satu konsep
keroncong yang murni membahas tentang keroncong, namun TATV
commit to user
125
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perlu diapresiasi dalam memasukan unsur seni keroncong yang
disesuaikan dengan kebutuhan siaran program acaranya.
III.D.3.
TATV Menjalin Kerjasama dengan HAMKRI
TATV
menjalin
kerjasama
dengan
pihak
lain
dalam
menjalankan suatu program acara. Salah satunya adalah program acara
keroncong yang disiarkan telah menjalin kerjasama dengan pihak
yang
benar-benar
dianggap
bisa
membantu
dan
saling
menguntungkan. Dalam program acara keroncong, TATV menjalin
suatu kerjasama dengan HAMKRI (Himpunan Artis Keroncong
Indonesia) cabang Surakarta yang diketuai oleh Hj. Waldjinah. Seperti
yang didampaikan oleh Informan 2 dalam wawancara,
“Memang selama ini kita untuk penyiaran program acara
keroncong berkerjasama dengan HAMKRI. Selama ini TATV
menyediakan tempat untuk siaran langsung grup keroncong yang
sebelumnya diseleksi oleh HAMKRI. Jadi TATV memfasilitasi semua
yang mencakup penyiaran, termasuk memberi tempat untuk siaran di
studio.”
Terjalinnya ikatan kerjasama antara TATV dan HAMKRI pun
tidak dibantah oleh informan 4, bahwa kerjasama antara TATV
dengan HAMKRI telah terjalin selama bertahun-tahun.
“HAMKRI mulai kerjasama dengan TATV itu tahun 2004,
sudah tujuh tahun lebih. Sistem kerjasamanya itu kontrak per tahun,
jadi per tahun selalu diperpanjang.”
Hal tersebut dikuatkan oleh informan 1, yang menyampaikan
bahwa program acara keroncong di TATV telah berkerjasama sejak
program ini lahir dan mulai disiarkan. Tidak hanya itu, informan 1
juga menjelaskan bentuk kerjasama seperti apa yang selama ini
commit to user
126
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terjalin antara TATV dan HAMKRI dalam menyiarkan program acara
keroncong.
“Kita sejak awal bahkan dari munculnya acara keroncong di
TATV ini kita berkerjasama dengan HAMKRI. Bentuk kerjasamanya
yaitu HAMKRI menyiapkan grup keroncong yang mau tampil, baik
dari segi grup mana yang akan tampil bahkan sampai proses
penyeleksian, pantas atau tidaknya tampil itu dari HAMKRI, yang
dalam hal ini Bu Waldjinah sebagai Ketua HAMKRI juga memberi
kontrol. Jadi semua masalah yang berkenaan dengan grup keroncong
yang mau tampil itu semua dari HAMKRI, baik dari grup mana yang
akan tampil, siapa saja yang main alat musik, siapa vokalisnya, apa
saja lagu yang mau dinyanyikan, itu semua dari HAMKRI. Sedangkan
TATV sendiri cuma menyiapkan studio, prasarana untuk semua
tayang, acara, dan host-nya. Jadi kami (TATV) hanya menayangkan
saja.”
Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bentuk kerjasama antara
TATV dan HAMKRI dalam program acara keroncong, dalam
hubungan kerjasama tersebut di jelaskan bahwa HAMKRI hanya
bertanggung jawab atas grup keroncong yang akan tampil di program
acara keroncong di TATV, sedangkan TATV hanya bertanggung
jawab terhadap penyiaran program acara.
Peran HAMKRI dalam program acara keroncong di TATV
begitu
penting.
Hal
ini
dijelaskan
oleh
informan
4
yang
mengungkapkan bahwa HAMKRI bertanggung jawab dan secara
langsung terlibat untuk menyeleksi grup keroncong yang layak tampil
dan penjadwalan grup keroncong yang akan tampil di TATV.
“Iya, HAMKRI selalu dilibatkan dalam acara keroncong di
TATV. Karena untuk tampil di TATV ada seleksi grup keroncong
terlebih dulu dari HAMKRI. Biasanya kami datangi dulu siapa yang
akan tampil di TATV. Jadi layak tampil atau tidaknya itu dari
HAMKRI yang menyeleksi. Untuk tata panggung dan acara murni
dari TATV. Jadi untuk penjadwalan grup keroncong yang akan tampil
di TATV itu tanggung jawab HAMKRI.”
commit to user
127
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Telah jelas disebutkan di atas bentuk kerjasama HAMKRI
dalam program acara keroncong di TATV. HAMKRI adalah sebagai
penanggungjawab grup keroncong yang akan tampil di TATV dalam
mengisi
program
acara
keroncong
di
TATV.
Informan
6
membenarkan tugas HAMKRI sebagai pihak penyeleksi grup
keroncong yang akan tampil di TATV.
“Iya, memang benar HAMKRI memantau grup keroncong
yang akan tampil di TATV. Dulu waktu kita mau tampil di TATV,
sebelumnya memang ada pemberitahuan bahwa grup keroncong Anis
Merah Bintang mau tampil, sebelum tampil itu setiap latihannya selalu
dikontrol oleh HAMKRI. Oleh HAMKRI, lewat Bu Waldjinah
langsung itu memberi masukan, biar nanti waktu tampil bisa tampil
bagus sesuai harapan.”
Begitu pula Informan 7 yang menyatakan sebelum grup
keroncongnya tampil di program acara keroncong TATV memang ada
kontrol dari HAMKRI dan TATV.
“Sebelum grup keroncong kita tampil di TATV akan ada
tinjauan dari HAMKRI dan TATV. Jadi HAMKRI dan pihak TATV
mendatangi kami disaat latihan. Kalau HAMKRI biasanya yang
datang Bu Waldjinah langsung, Kalau TATV biasanya yang datang itu
Pak Nono selaku produser acara. Kalau dari HAMKRI pada waktu
latihan sebelum tampil selalu datang dan memberi banyak masukan,
memperbaiki yang kurang supaya bisa tampil baik di TATV.
Sedangkan dari TATV itu biasanya memberi pengertian tentang
pengaturan waktu, jadi kalau 1 buah lagu terlalu panjang biasanya dari
pihak TATV minta diperpendek durasinya atau sebaliknya.”
Proses seleksi yang dilakukan oleh HAMKRI dimaksudkan
untuk mempersiapkan orkes keroncong yang benar-benar siap dan
layak tampil di TATV. Selain itu, juga ada kontrol langsung dari
TATV memonitor grup keroncong yang akan tampil. Kontrol dari
TATV dilakukan oleh produser program acara keroncong secara
commitdan
to user
langsung, guna memantau
kompromi masalah durasi lagu yang
128
perpustakaan.uns.ac.id
akan
digilib.uns.ac.id
disingkronkan
dengan
durasi
lamanya
program
acara
berlangsung.
Hal tersebut penting dilakukan oleh produser program acara
guna tercapainya keberhasilah berjalannya program acara. Karena
produser program acara bertanggung jawab atas karya produksi yang
dilaksanakan olah tim produksi. Dan selanjutnya bertanggung jawab
pula terhadap dampak atau efek setelah acara tadi disiarkan. 150
Kerjasanma yang terjalin antara HAMKRI dan TATV
dianggap suatu yang sangat menguntungkan bagi keduanya. Hal ini
disambut gembira oleh kedua belah pihak, baik oleh HAMKRI
maupun TATV yang memiliki tujuan yang sama dalam melestarikan
budaya daerah agar tidak mati dan dilupakan. Demikian disampaikan
oleh informan 4 yang sangat senang berkerjasama dengan TATV
tanpa ikatan uang guna melestarikan seni keroncong di Surakarta.
“Dengan kerjasama ini HAMKRI merasa senang sekali. Setiap
kali kami tampil di TATV tidak dibayar, dan kami yang tampil juga
tidak membayar. TATV minta kita untuk tampil ya kami tampil. Tidak
dibayar tidak masalah karena tujuannya memang murni untuk
melestarikan keroncong. Apalagi kami tampil di TATV dengan cumacuma, karena kalau bayar kan mahal. Jadi kami senang-senang saja
yang penting bisa melestarikan keroncong.”
Hal tesebut dikuatkan oleh informan 2 yang merasa sangat
beruntung bisa berkerjasama dengan HAMKRI dalam terbentuknya
program acara keroncong di TATV serta menyatukan tujuan bersama
dalam melestarikan seni keroncong di Surakarta.
“Berkerjasama dengan HAMKRI bagi kami TATV sangat
membantu sekali, khusunya untuk program acara keroncong TATV.
commit to user
150
Darwanto. Televisi Sebagai Media Pendidik. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). hal. 159.
129
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Justru kami berterimakasih sekali sama HAMKRI. Kita pada waktu
itu butuh program acara, kita berkerjasama dengan HAMKRI,
muncullah program acara keroncong. Dan kita memiliki satu tujuan
yaitu melestarikan budaya daerah Surakarta, disini khusunya seni
keroncong, ini yang terpenting.”
Selain merasa sangat beruntung dengan adanya kerjasana
antara HAMKRI dan TATV, informan 1 pun berharap agar kerjasama
antara keduanya tetap terjaga supaya tujuan mulia melestarikan
budaya daerah, khususnya keroncong tetap ada.
“Kami pihak TATV merasa sangat beruntung sekali bisa
menjalin kerjasama dengan HAMKRI. Kita memiliki sebuah tujuan
yang sama dalam melestarikan budaya daerah, khusunya keroncong.
Jadi harapan kami semoga kerjasama ini terus terjaga sampai tahuntahun berikutnya”
Dari pernyataan para informan, peneliti sampai pada
kesimpulan bahwa kerjasama yang terjalin antara HAMKRI dan
TATV
merupakan
suatu
bentuk
kerjasama
yang
saling
menguntungkan bagi kedua pihak yang memiliki tujuan yang sama.
Kerjasama antara keduanya memberikan sumbangan yang besar dalam
pelestarian budaya daerah yang dalam hal ini kelestarian seni
keroncong di Surakarta.
commit to user
130
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
III.E. Kondisi Seni Keroncong di Surakarta Setelah Hadirnya TATV
III.E.1.
Pengaruh Keberadaan TATV dalam Menayangkan Program
Acara Keroncong
Keberadaan TATV sebagai televisi lokal di Surakarta memberi
pengaruh terhadap tumbuh kembang lestarinya seni dan budaya asli
Surakarta. Keroncong sebagai budaya asli Surakarta tentunya terkena
dampak dari keberadaan stasiun televisi lokal ini. Karena TATV
memiliki program-program tayangan kebudayaan yang mengangkat
budaya asli Surakarta, termasuk keroncong.
Peran TATV dalam melestarikan budaya di Surakarta tidak
luput dari perhatian KPID Jawa Tengah. Seperti halnya yang di
ungkapkan oleh salah seorang anggota KPID, Zaenal Abidin, dalam
wawancara tanggal 23 Mei 2011 menyatakan bahwa jika TATV
memberi tempat pada suatu budaya daerah termasuk keroncong, untuk
ditayangkan dan ditonton oleh masyarakat banyak tentunya akan
memberi dampak pada kelestarian dan perkembangan budaya tersebut.
“Iya memang program tayangan budaya di TATV sangat
diharapkan, karena di salah dari tujuan lembaga penyiaran untuk
membentuk watak dan jati diri bangsa. Nah, hal itu biasanya tumbuh
paling awal itu justru di daerah (lokal). Sedangkan budaya yang ada di
Jakarta itu sudah terkontaminasi dengan budaya barat (kiblatnya ke
barat), justru ini dengan adanya televisi lokal yang dengan programprogram lokalnya itu bisa menjaga budaya yang ada di daerah,
melestarikan dan mengembangkan. Kemudian budaya daerah juga
memperoleh ruang untuk dilestarikan. Hal ini yang juga akan
berdapak pada kelestarian seni keroncong yang mendapat tempat di
TATV untuk disiarkan dan ditonton masayarakat banyak”.
commit to user
131
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal yang sama disampaikan oleh informan 4 dengan adanya
program tayangan keroncong di TATV budaya daerah seperti musik
keroncong dapat dikenal oleh masyarakat segingga TATV turut serta
dalam melestarikan keroncong.
“Bagus sekali, karena dengan adanya program tayangan
seperti itu bisa lebih mengangkat budaya daerah, terutama keroncong
dan memperkenalkannya kepada masyarakat luas sehingga
masyarakat tahu. Saya senang sekali, Alhamdulillah masih ada yang
mau peduli terhadap budaya daerah seperti keroncong ini. Apalagi di
zaman sekarang ini, sudah banyak aliran musik yang lebih modern
tapi masih ada yang mau mengangkat musik keroncong. Dengan
begitu TATV juga ikut membantu dalam melestarikan keroncong.”
Menurut Harold Lasswell melihat fungsi media massa sebagai
“The transmission of the social heritage from one generation to the
next” yaitu media televisi berperan menyalurkan nilai-nilai budaya
dari satu generasi ke generasi berikutnya. 151 Artinya, media massa
sebagai sarana menyampaikan warisan sosial budaya kepada generasi
selanjutnya secara berkesinambungan. Fungsi media ini dimaksudkan
sebagai sarana mengekspresikan budaya serta mengembangkan
budaya baru sehingga dapat meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai
budaya.
Hadirnya TATV di Surakarta yang menayangkan program
acara keroncong dinilai telah memberi dampak positif terhadap
kelestarian dan perkembangan keroncong di Surakarta. Keroncong
yang
sempat
mengalami
massa
kemunduran
dan
dilupakan
masyarakat, kembali diangkat TATV sebagai salah satu tayangan
commit to user
151
Darwanto. Televisi Sebagai Media Pendidik. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). hal. 32-33.
132
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
budaya sehingga keroncong dapat dikenal kembali oleh masyarakat
sebagai budaya lokal yang harus dilestarikan dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
Dampak yang kehadiran TATV yang menayangkan budaya
daerah, khususnya keroncong dirasakan langsung oleh para seniman
keroncong, seperti informan 9 yang menyatakan setelah adanya
program acara keroncong di TATV keroncong di Surakarta kembali
hidup lagi karena masyarakat banyak yang tahu dan selain itu juga
berdampak positif bagi orkes keroncong yang beliau pimpin.
“Adanya program acara keroncong di TATV itu sangat bagus
sekali. Dengan ditayangkannya di televisi maka banyak masyarakat
yang tahu tentang keroncong. Dulu kan hanya radio RRI saja yang
menyiarkan, sekarang TATV juga. Kalau saya lihat memang
keroncong sekarang pamornya mulai menanjak. Dulu kami (Orkes
Keroncong Damai Musik) pernah tampil di Keroncong TATV.
Sehabis tampil di TATV ya mungkin banyak masyarakat yang
melihat, setelah tampil Orkes Keroncong Damai Musik banyak
undangan untuk main, ya istilahnya “ditanggap” gitu. Lumayan
“payu” lah Mas.”
Selain itu, kehadiran tayangan keroncong di TATV memberi
motivasi tersendiri pada informan 6 untuk meningkatkan kemampuan
keroncong supaya bisa tampil di TATV dan bersama melestarikan
keroncong.
“Memang sekarang keroncong sudah berkembang baik. Salah
satu faktornya yaitu dengan adanya tayangan keroncong di TATV.
Awalnya kami dulu cuma suka dengan musik keroncong, dengan
adanya TATV yang menampilkan keroncong kami termotivasi ingin
ikut tampil di TATV. Terus kita latihan supaya bagus sehingga bisa
ikut tampil di TATV. Bagi kami, Orkes Keroncong Anis Merah
Bintang, merasa harus ikut melestarikan keroncong sebagai warisan
budaya agar tidak punah.”
commit to user
133
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Informan 8 pun menambahkan bahwa dengan adanya program
acara keroncong di TATV ini berdampak pada kembali munculnya
orkes-orkes keroncong yang sempat mati untuk kembali eksis lagi.
“Adanya keroncong di TATV ini bagus sekali. Karena telah
memicu orkes-orkes keroncong yang telah mati kembali hidup lagi.
Ini terbukti dengan banyaknya orkes keroncong yang ingin tampil
banyak yang mendaftar lewat HAMKRI. Itu diantaranya karena ingin
tampil di TATV sehingga memicu untuk latihan. Jadi TATV sangat
memacu adanya semangat untuk berperestasi lewat kroncong.”
Melihat dari pendapat para seniman keroncong di atas, sangat
dirasakan kehadiran TATV memang berdampak positif terhadap
tumbuh dan berkembangnya musik keroncong di Surakarta. TATV
memiliki tujuan mulia untuk ikut melestarikan budaya daerah lokal
dengan menayangkan suatu program acara yang memiliki unsur
kedaerahan. Keroncong menjadi salah satu budaya daerah Surakarta
yang diberi tempat untuk ditayangkan di TATV dan ditonton
masyarakat luas se-Solo Raya. Sehingga dampak penayangan
keroncong di media massa menjadikan media massa tersebut memiliki
peran dalam melestarikan dan mengembangkan musik keroncong di
Surakarta.
Menurut Melvin De Fleur, media massa memiliki kemampuan
untuk merubah, menciptakan atau menghilangkan budaya. Teori yang
membahas masalah ini yaitu Teori Norma-norma Budaya (cultural
norms theory). Dalam teori yang diperkenalkan oleh De Fleur ini
menyebutkan
bahwa
pesan-pesan
komunikasi
massa
dapat
commit
to user yang berlaku dan membimbing
memperkuat pola-pola
budayanya
134
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masyarakat untuk mempercayai bahwa pola-pola tersebut masih tetap
berlaku dan dipatuhi oleh masyarakat. 152
Hal tersebut bisa
menjelaskan bahwa media massa mempengaruhi budaya-budaya
masyarakatnya dengan cara: pesan-pesan yang disampaikan media
massa memperkuat budaya yang ada. Ketika suatu budaya telah
kehilangan tempat apresiasinya, kemudian media massa memberi
lahan atau tempat maka budaya yang pada awalnya sudah mulai luntur
menjadi hidup kembali.
Selain
itu,
media
massa
memiliki
sifat
transitory
(meneruskan), dalam hal ini media massa berperan sebagai perantara
sebuah pesan kepada khalayak, dalam hal ini pesan tersebut berupa
budaya. Budaya yang disiarkan oleh media massa akan diterima oleh
masyarakat dan dapat diapresiasi secara terus-menerus dari waktu ke
waktu. Sehinga suatu bentuk budaya tersebut akan tetap ada bahkan
akan terus berkembang di masyarakat luas.
III.E.2.
Tayangan Seni Keroncong Sebagai Hiburan Budaya Mulai
Disukai Masyarakat
Fungsi media massa termasuk televisi tentunya, menurut
seorang alhi komunikasi Harold Lasswell melihat fungsi utama media
massa sebagai berikut: (a) The surveillance of the environment, yang
berarti bahwa media televisi berperan sebagai pengamat lingkungan,
(b) The correlation of part of society inresponding to the environment
yaitu media televisi mengadakan korelasi antara informasi data yang
152
commit
to user
Marhaeni Fajar. Ilmu Komunikasi Teori
dan Praktek.
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009). hal. 257.
135
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diperolah dengan kebutuhan khalayak sasaran karena komunikator
lebih menekankan pada seleksi evaluasi interpretasi, (c) The
transmission of the social heritage from one generation to the next
yaitu media televisi berperan menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu
generasi ke generasi berikutnya. 153
Namun, disamping tiga fungsi utama yang disampaikan Harold
Lasswell tersebut, Charles R. Wright, dalam bukunya Mass
Communication A Sociological Perspective, fungsi media massa
dinyatakan sebagai berikut: “communicative acts primarily intended
for amusement irrespective of any instrumental effect they might
have”. 154 Media massa memiliki fungsi hiburan. Hal ini jelas sebagai
salah satu fungsi yang lebih bersifat human interest. Maksudnya, agar
pemirsa tidak merasa jenuh dengan berbagai isi pesan yang disajikan
oleh media. Selain itu, fungsi menghibur media massa juga memiliki
daya guna sebagai pelarian pemirsa terhadap suatu masalah. Bahkan,
justru karena fungsi hiburan ini khalayak mengkonsumsi media
massa.
Seperti diterangkan di atas, TATV sebagai media massa yang
berdomisili di Surakarta pun memiliki fungsi hiburan bagi masyarakat
Surakarta yang menontonnya. TATV pun juga memiliki programprogram acara yang menghibur siapa yang menonton. Salah satu
program acaranya adalah keroncong, yang merupakan budaya lokal
Surakarta. Selain bertujuan ikut serta dalam melestarikan budaya lokal
153
154
commit(Yogyakarta:
to user Pustaka Pelajar, 2007). hal. 32-33.
Darwanto. Televisi Sebagai Media Pendidik.
Ibid., hal. 33.
136
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surakarta, program acara musik keroncong di TATV juga memiliki
unsur hiburan bagi pemirsanya.
Sebagai Produser Program Acara Keroncong di TATV,
informan 2 bahwa animo masyarakat tentang acara keroncong baik
sekali karena TATV memiliki tujuan untuk melestarikan budaya lewat
program-program acaranya dan dengan keberadaannya masyarakat
menjadi terhibur.
“Memang selain kita tetap melestarikan budaya lokal juga
ternyata acara ini sangat menarik dan menghibur masyarakat. Ini
terbukti dari banyak sekali masukan dari masyarakat penggemar
keconcong. Dan untuk masyarakat yang notabane-nya sebagai
seniman keroncong itu sangat respect sekali dengan acara ini,
ibaratnya TATV sangat membantu sekali pelestarian kesenian
keroncong. Dan kebanyakan dari masyarakat itu tetap menginginkan
acara keroncong ini tetap bertahan tetap selalu ditayangkan.”
Sebagai seniman keroncong dan Ketua HAMKRI Surakarta,
informan 4 pun menilai antusiasme masyarakat terhadap program
acara keroncong di TATV cukup tinggi karena acara keroncong di
TATV selain melestarikan keroncong juga menghibur masyarakat.
“Selama 7 tahun siaran dari tahun 2004, acara keroncong itu
disukai oleh masyarakat. Antusiasmenya tinggi dan itu bisa dilihat
pada saat siaran karena ada interaktifnya banyak yang telephon.
Apalagi yang disiarkan juga itu kan melestarikan budaya daerah,
keroncong kan merupakan budaya asli Solo. Selain itu masyarakat
pasti juga terhibur.”
Dari apa yang diungkapkan oleh informan ini dapat diketahui
jika TATV menayangkan program acara keroncong selain untuk
melestarikan budaya daerah di Surakarta, juga untuk menghibur
masyarakat. Hal yang sama dirasakan pemirsa TATV seperti
dikemukakan dalam wawancara dengan pertanyaan manfaat dari
commit to user
137
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menonton program acara keroncong di TATV. Dalam wawancara
informan 11 mengungkapkan tayangan keroncong di TATV sangat
menghibur dan mengubah suasana hati jadi senang.
“Manfaatnya itu bisa melekat dihati dan bisa dinikmati. Jadi
merasa terhibur banget dengan acara keroncong di TATV. Pokoknya
suasana hati jadi senang gitu.”
Informan 14 pun merasa terhibur dengan menyaksikan acara
keroncong di TATV. Tidak hanya itu, informan 14 juga menganggap
secara lebih filosofis makna kandungan dari syair lagu keroncong
memiliki pesan moral.
“Yang jelas terhibur. Yang kedua, dari segi syairnya itu
terkandung pesan moral yang membuat saya merasa dilatih untuk
mempunyai perasaan yang peka. Peka dalam arti kita tidak cuek
terhadap lingkungan. Dalam hidup, kita harus bertenggangrasa
terhadap orang lain, sesama manusia. Dalam kehidupan sehari-hari
kita tidak disertai dengan sikap yang sombong. Dan disitulah ada
manfaat moral yang terkandung dari situ. Saya lebih ke filosofis.”
Adapun juga informan 10 yang juga mendapatkan manfaat
yang sama seperti informan yang lain, yaitu dengan melihat acara
keroncong di TATV merasa terhibur.
“Terus terang saya suka sekali dengan keroncong. jadi manfaat
untuk pribadi saya sendiri dengan adanya acara keroncong di TATV
yang jelas saya terhibur dengan musik keroncongnya. Dan manfaat
untu keroncongnya sendiri yang pasti akan naik pamornya karena
dapat dilihat dan dikenal masyarakat.”
Namun, ada pula informan 13 yang menangkap manfaat
menonton program acara keroncong dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang seni keroncong dari forum diskusi yang ada di
dalam program acara keroncong di TATV.
“Menambah wawasan dan pengetahuan tentang
commit
to user
keroncong. Kan ada
forum
diskusinya otomatis dari
138
seni
segi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembahasannya bisa menambah wawasan saya yang masih belum
mengerti tentang keroncong. Disamping itu, ketika ada yang main
keroncong itu mungkin ada variasi-variasi yang mungkin bisa menjadi
inspirasi untuk diterapkan ketika latihan keroncong.”
Musik keroncong ternyata menjadi hiburan yang cukup
menarik bagi para pemirsanya. Unsur menghibur dalam program acara
keroncong di TATV menjadikan keroncong lebih di sukai masyarakat
yang butuh hiburan. Nampaknya unsur hiburan dalam media televisi
tidak dapat di tinggalkan. Seperti yang dijelaskan Ruedi Hofmann
dalam bukunya berjudul Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi.
“dalam kebudayaan audio-visual segala-galanya penting
sedikit mempunyai unsur hiburan. Kalau tidak menghibur umumnya
sebuah tayangan tidak akan ditonton. Sekarang ini hiburan semakin
diakui sebagai kebutuhan manusia. Tanpa hiburan manusia tidak akan
hidup wajar. 155
Dari pernyataan para informan tersebut peneliti sampai pada
kesimpulan bahwa program acara musik keroncong di TATV mulai
disukai masyarakat Surakarta sebagai hiburan yang berbudaya, karena
keroncong merupakan budaya daerah asli Surakarta. Dan mereka
merasa mendapat manfaat melalui siaran tersebut sehingga pemirsa
acara keroncong di TATV tidak sekedar mendapat hiburan namun
juga pengetahuan.
III.E.3.
Menjamurnya Grup-grup Keroncong di Surakarta
Melvin De Fleur, dengan Cultural Norms Theory menyatakan
bahwa media massa dapat mengubah norma-norma budaya yang
berlaku dan dengan cara itu dapat mengubah perilaku individucommit to user
155
Ruedi Hofmann. Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi. (Jakarta: Grasindo, 1999), hal. 56.
139
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
individu dalam masyarakat. 156
Sebagai individu kita banyak
dipengaruhi oleh media, misalnya; media membujuk kita untuk
mendukung suatu ideologi politik, media membujuk kita untuk
membeli barang baru, membujuk kita agar menerima motivasi, bahkan
media mengubah selera budaya kita. Tayangan media berupa musik
keroncong menjadikan keroncong sebagai kesenian daerah yang
dianggap lebih berharga dimata masyarakat, serta mengubah
pandangan masyarakat untuk mencintai dan melestarikan musik
keroncong yang merupakan warisan budaya.
Seperti yang dijelaskan informan 3 bahwa dengan diberinya
kesempatan keroncong untuk tampil di media televisi menjadikan
keroncong terus berkembang dan disukai masyarakat. Karena dengan
ditayangkannya keroncong di TATV menjadikan keroncong menjadi
trend di Surakarta sehingga dapat merangsang munculnya grup-grup
keroncong yang lainnya.
“Seperti yang sudah saya katakan tadi bahwa televisi
merupakan media yang cukup cerdas dan efektif untuk menyampaikan
pesan kepada masyarakat luas. Tayangan program-program di televisi
akan cepat dan mudah diterima masyarakat. Hal itu tentunya akan bisa
menciptakan suatu budaya atau trend di masyarakat. Jika suatu
kesenian daerah, seperti keroncong di siarkan di televisi secara terus
menerus dan ditonton oleh banyak orang, pastinya akan berdampak
pada keroncong itu sendiri. Karena musik keroncong diangkat di
media dan disukai masyarakat ada kemungkinan itu akan bisa untuk
mengidupkan grup-grup keroncong yang sudah tidak aktif lagi untuk
kembali aktif. Karena itu tadi keroncong kembali terangkat dan
diterima oleh masyarakat.”
156
commit
to user
Marhaeni Fajar. Ilmu Komunikasi Teori
dan Praktek.
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009). hal. 257.
140
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain itu, Denis McQuail (2000) dalam bukunya Mass
Communications Theory menyatakan bahwa media massa memiliki
kemampuan untuk memberi popularitas kepada siapa saja yang mucul
di media massa. 157 Siapa saja disini yang dimaksud adalah tidak
terkecuali
musik
keroncong.
Dengan
ditayangkannya
musik
keroncong di media massa (TATV) tentunya akan lebih mengangkat
polularitas keroncong di mata masyarakat yang berdomisili di daerah
jangkauan siaran media massa tersebut.
Dampak media massa terhadap musik keroncong dirasakan
langsung oleh informan 4 bahwa tampilnya musik keroncong di media
massa
(TATV)
menjadikan
keroncong
semakin
meningkat
popularitasnya sehingga dapat tampil lagi di berbagai acara televisi
serta merangsang grup-grup keroncong di Surakarta semakin
bertambah jumlahnya.
“TATV memberi kesempatan kepada musikus keroncong
untuk lebih maju lagi. Terlebih lagi setelah siaran di TATV, kami juga
bisa mengisi atau tampil di TVRI Semarang dan TVRI Jogjakarta.
Jadi keroncong terangkat kembali dan disenangi masyarakat. Klubklub keroncong juga semakin banyak, mereka rata-rata berdiri karena
hoby dan memang senang dengan musik keroncong. Dulu sebelum
keroncong main di TATV jumlah orkes keroncong yang aktif itu tidak
sampai 20 grup keroncong, tapi sekarang orkes keroncong yang aktif
dan terdaftar oleh HAMKRI sekitar 60 grup keroncong.”
Hal yang sama dikatakan oleh informan 6 yang menyatakan
adanya program acara musik keroncong di TATV memberi motivasi
kepada grup-grup keroncong yang telah lama mati kembali aktif.
157
commit to user
Morissan. Teori Komunikasi Massa. (Bogor: Ghadia Indonesia, 2010), hal 1.
141
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Justru dengan adanya penayangan keroncong di TATV itu,
yang saya tahu orkes-orkes keroncong yang sudah vakum sekarang
hidup kembali dan mengadakan latihan. Kemudian mereka
menghadap ke HAMKRI, bagaimana sebisanya mereka tampil di
TATV.”
Adapun informan 9 mengatakan dengan tampilnya keroncong
di TATV memotivasi terbentuknya grup-grup keroncong baru.
“Perkembangan orkes-orkes keroncong sangat banyak sekali.
Sekarang ini banyak sekali orkes keroncong bermunculan. Orkesorkes keroncong yang dulunya sudah tidak main lagi sekarang
kembali aktif. Dan lumayan banyak juga orkes-orkes keroncong baru
yang terbentuk. Karena ingin tampil di TATV. Ini menjadi motivasi
untuk kembali berlatih agar layak tampil di TATV.”
Tidak jauh berbeda dengan pendapat informan yang lain,
informan 7 juga mengatakan bahwa perkembangan keroncong
semakin pesat setelah disiarkan di TATV, terbukti dari beberapa orkes
keroncong di luar Surakarta pun ingin berpartisipasi tampil di TATV.
Tidak hanya itu, informan 7 menyatakan bahwa dengan disiarkannya
program acara keroncong di TATV merangsang kepedulian instansiinstansi baik pemerintah maupun swasta untuk peduli terhadap musik
keroncong dengan mendirikan grup keroncong baru.
”Dengan adanya TATV itu perkembangan keroncong semakin
pesat bahkan se-Jawa Tengah. Bagi kabupaten-kabupaten yang jadi
daerah siarnya TATV itu jadi ingin ikut bergabung ke situ ada yang
ikut nyanyi, bahkan ada grup keroncong dari Temanggung, dari
Purbalingga dan dari daerah-daerah lain ingin ikut tampil. Apalagi
sekarang ini banyak sekali pihak-pihak yang mau peduli terhadap
keroncong. Misalnya: PDAM Solo, PDAM Karanganyar, juga ada
Universitas-universitas seperti UNIVET Sukoharjo dan UNISRI ikut
peduli dan mendirikan orkes keroncong. Diantaranya karena ingin
tampil di TATV itu sehingga memicu untuk latihan. Jadi TATV
sangat memacu adanya semangat anak muda untuk berperestasi lewat
kroncong.”
commit to user
142
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berbagai temuan diatas membawa peneliti pada kesimpulan
bahwa program acara musik keroncong di TATV mempunyai peran
dalam mengembangkan dan melestarikan seni keroncong di Surakarta.
Tayangan musik keroncong di TATV memotivasi setiap individu
untuk ikut serta dalam melestarikan keroncong sebagai warisan
budaya. Serta terbukti telah mampu memberi dorongan semangat bagi
para seniman keroncong untuk tampil. Grup–grup keroncong baru pun
mulai bermunculan dan menghidupkan kembali grup-grup keroncong
yang sempat mati.
III.E.4.
Geliat Acara (Event) Bartajuk Seni Keroncong di Surakarta
Program acara keroncong di TATV telah memberikan dampak
positif bagi kelestarian dan pengembangan keroncong di Surakarta.
Tayangan keroncong tersebut, mampu mengangkat kembali pamor
keroncong dimata masyarakat dan membangkitkan kembali grup-grup
keroncong yang telah lama mati. Bahkan, menjadikan keroncong
semakin dicintai masyarakat di Surakarta dan merangsang munculnya
kepedulian dari berbagai pihak untuk melestarikan keroncong.
Bentuk-bentuk pelestarian keroncong tersebut terbukti dengan seiring
munculnya berbagai acara-acara yang bertemakan keroncong. seperti
yang dikemukakan informan 1 bahwa tayangan keroncong di TATV
memiliki dampak yang cukup baik.
“Animo masyarakat terhadap keroncong mulai menuju titik
yang lebih baik. Sekarang untuk acara keroncong di Solo sendiri
semakin banyak. Selain di TATV, di TBS juga mulai aktif lagi, di
commit to
Balai Soejadmoko Gramedia
ituuser
setiap hari jum’at selama satu bulan
143
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sekali pasti menampilkan keroncong. Jadi keroncong lebih kompetitif
lah. Tapi yang jelas kalau dari teman-teman HAMKRI termasuk Bu
Waldjinah sendiri melihat memang gara-gara TATV menampilkan
keroncong dampak terhadap kelestarian keroncong di Solo cukup
tinggi, mulai banyaknya grup-grup keroncong yang bermunculan,
generasai muda pun juga semakin tidak memandang keroncong
dengan sebelah mata, dan puncaknya adalah munculnya Solo
Keroncong Festival yang tahun ini memerupakan tahun kedua acara
tersebut. Bahkan kita semua tahu pemerintah Kota Surakarta juga
merespon dengan mencanangkan “Solo Kota Keroncong”.
Hal yang disampaikan informan 1 cukup sejalan dengan apa
yang di katakan Melvin De Fleur. De Fleur dalam Teori Norma
Budaya-nya mengatakan bahwa media dapat menciptakan pola-pola
budaya baru yang tidak bertentangan dengan pola budaya yang ada,
bahkan
menyempurnakannya. 158
TATV
menayangkan
musik
keroncong membentuk pola budaya baru dalam masyarakat. Dalam
hal ini membuat musik keroncong menjadi sebuah kesenian yang
diminati masyarakat. Hal tersebut mendorong masyarakat untuk ikut
dalam melesatrikan seni keroncong di Surakarta dengan mengadakan
berbagai kegiatan yang bertajuk keroncong.
Seperti yang dikatakan oleh informan 4 bahwa tayangan
keroncong di TATV menjadi acuan bangkitnya musik keroncong di
Surakarta. Kembali terangkatnya pamor keroncong di masyarakat
degera direspon berbagai pihak dengan berbagai macam kegiatankegiatan bertema keroncong.
“Iya benar sekali, tayangan keroncong di TATV itu membuat
keroncong dikenal masyarakat. Karena keroncong kembali diminati
masyarakat, kami HAMKRI sendiri pun bisa mengadakan Solo
Keroncong Festival ditahun kemarin dan tahun ini juga kami
158
commit
to user
Marhaeni Fajar. Ilmu Komunikasi Teori
dan Praktek.
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009). hal. 257.
144
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
selenggarakan dibulan September besok. Sebelumnya pemerintah juga
mencanangkan Solo Kota Keroncong. Tapi memang setelah
keroncong di tayangkan di TATV keroncong perkembangannya
sangat bagus, dibanding sebelum ditayangkan TATV.”
Adapun beberapa seniman keroncong yang menyatakan hal
yang sama terhadap geliat kegiatan-kegiatan bertema keroncong
semakin marak di Surakarta. Hal ini tidak terlepas dari peran TATV
yang membuat keroncong semakin dikenal masyarakat. Seperti yang
dikatakan oleh informan 7 tentang maraknya event-even pentas
keroncong di Surakarta.
“Dampaknya saya rasakan ada dan banyak sekali event-event
keroncong di Surakarta. Selain grup-grup keroncong yang rutin
latihan. Sekarang ini di TBS ISI juga sering menampilkan pentas
keroncong. terus di Balai Soejatmoko Gramedia itu setiap 1 bulan
sekali di hari Jum’at pasti ditampilkan pentas keroncong. di Sriwedari
juga kadang-kadang ada yang tampil. Teruk HAMKRI sendiri ada
event besar yaitu Solo Keroncong Festival yang rencannya di adakan
setiap tahunnya.”
Hal yang pun di kemukakan oleh informan 6 bahwa sekarang
ini semakin marak acara-acara pentas keroncong dan orkes keroncong
yang dipimpinnya semakin sering mendapat undangan untuk tampil di
berbagai acara.
“Sekarang ini banyak acara-acara keroncong, seperti HAMKRI
sendiri menampilkan Solo Keroncong Festival, tahun ini kayaknya
juga akan diselenggarakan lagi. Terus saya lihat itu di Sriwedari dan
di Gramedia itu juga pernah di pentaskan keroncong. Selain itu kita
sendiri OK Anis Merah Bintang sekarang ini juga sering mendapat
undangan untuk tampil diberbagai acara.”
Dari pernyataan para informan tersebut diatas peneliti sampai
pada kesimpulan bahwa tayangan keroncong yang disiarkan TATV
menjadikan keroncong lebih bernilai di mata masyarakat. Sehinga
commit to user
145
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memberikan motivasi berbagai pihak untuk mengadakan kegiatankegiatan bertajuk keroncong, seperti Solo Keroncong Festival serta
perhatian dari pemerintah dengan mencanangkan Solo Kota
Keroncong. Hal tersebut memberi manfaat kepada musik keroncong
agar tetap terjaga kelestariannya.
A. Pencanangan Solo Kota Keroncong oleh Pemerintah
Di Surakarta, seni keroncong merupakan salah satu
budaya daerah yang harus dijaga kelestariannya. Program acara
keroncong di TATV menjadikan keroncong lebih dikenal oleh
masyarakat. Sehingga keroncong yang dulunya sempat mati
karena sepi peminat, dengan ditayangkannya keroncong di media
massa memberi tempat kepada keroncong untuk diapresiasi oleh
masyarakat.
Pemerintah kota Surakarta memiliki perhatian khusus
terhadap kelestarian budaya daerah, termasuk keroncong sehingga
pemerintah
ikut
berusaha
mengangkat
seni
keroncong
kepermukaan dan menempatkan seni keroncong sebagai budaya
yang istimewa di Surakarta. Seperti yang diungkapkan oleh
informan 4 bahwa pemerintah juga memiliki peran terhadap
pelestarian
keroncong
dengan
pencanangan
Solo
Kota
Keroncong.
“Selain TATV yang mau menayangkan budaya daerah
seperti keroncong, sehingga dapat dikenal masyarakat banyak.
Pemerintah juga turut membantu untuk melestarikan keroncong,
yaitu dengan menjadikan Solo sebagai Kota Keroncong. hal ini
commit tooptimis
user terhadap kelesatrian keroncong
yang mambuat HAMKRI
146
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karena banyak pihak yang sejalan bersama-sama untuk
melestarikan keroncong yang merupakan budaya asli Solo ini.”
Kelestarian
dan
perkembangan
seni
keroncong
di
Surakarta tentu tidak lepas dari peran serta Pemerintah Kota
Surakarta. Peran serta pemerintah dalam pelestarian dan
pengembangan seni dan budaya daerah sangatlah besar. Kinerja
pemerintah dalam memperhatikan seni budaya daerah dijadikan
tolak ukur keberlangsungan tetap adanya budaya daerah setempat.
Seperti yang dikatakan oleh informan 15, bahwa dengan
pencanangan Solo Kota Keroncong, pemerintah kota Surakarta
memiliki beberapa program yang akan semakin mengenalkan seni
keroncong kepada masyarakat Surakarta dan sekitarnya, serta
sebagai bentuk pengembangan dan pelestarian seni keroncong di
Surakarta.
“Pemerintah Kota Solo mencanangkan Solo Kota
Keroncong yang diresmikan pada tanggal 9 September 2007 di
Manahan dengan menampilkan pertunjukan pentas keroncong.
Pencanangan tersebut merupakan usaha pemerintah untuk
menjaga kelestarian keroncong itu sendiri yang merupakan
budaya asli Solo. Adapun pencanangan tersebut selanjutnya
pemerintah membuat program-program dari Solo Kota Keroncong
adalah melalui
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yaitu
mengadakan lomba-lomba keroncong, kemudian sering
mengadakan festival-festival keroncong, pengadaan alat-alat
keroncong di tingkat kelurahan atau untuk grup-grup keroncong
yang berkembang, dan lewat Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga diadakan kurikulum atau ekstrakulikuler keroncong
wajib disetiap SMP dan SMA di Solo. Dengan apanya program
seperti itu diharapkan keroncong tidak tetap terjaga
kelestariannya.”
commit to user
147
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dijelaskan informan 15, adanya beberapa program
dibelakang pencanangan Solo Kota Keroncong telah memberi arti
dan dampak positif untuk kelestarian seni keroncong di Surakarta.
Lomba-lomba keroncong diadakan guna untuk mengembangkan
bakat-bakat para seniman keroncong serta sebagai bentuk
kaderisasi. Diadakannya festival keroncongpun sangat berguna
untuk lebih mengenalkan seni keroncong kepada masyarakat, agar
seni keroncong menjadi budaya yang tidak asing dan familiar
dengan masyarakat, khususnya masyarakat Surakarta.
Hal yang sama disampaikan informan 4 bahwa dengan
pencanangan Solo sebagai kota keroncong berarti pemerintah
memiliki tujuan yang sama dengan HAMKRI untuk melesatrikan
keroncong. Selain itu pemerintah kota Surakarta turut memberi
dukungan untuk lomba-lomba keroncong dan penyelenggaraan
festival-festival keroncong.
“Dengan pencanangan Solo Kota Keroncong oleh Pak
Jokowi (Wali Kota Surakarta) HAMKRI juga merasa terbantu.
Banyak acara lomba-lomba keroncong yang di adakan pemerintah
berkerjasama dengan HAMKRI. Selain itu acara festival
keroncong juga mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah.
Karean tujuannya sama yaitu melestarikan keroncong.”
Program Solo Kota Keroncong yang dicanangkan oleh
pemerintah memberi efek penuh terhadap kemajuan seni
keroncong, yaitu dengan pengadaan alat-alat keroncong yang
diberikan kepada setiap kelurahan atau diberikan kepada grupgrup keroncong yang berkembang. Hal ini sangat diharapkan
commit to user
148
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa masyarakat tidak akan kesulitan untuk bermain keroncong
karena pengadaan fasilitas keroncong dari pemerintah.
Seperti yang diungkapkan informan 6 yang pernah
menerima bantuan alat keroncong dari pemerintah.
“Dulu kita pernah mendapat bantuan dari pemerintah
bersama HAMKRI berupa alat-alat musik keroncong. Dengan
pemberian tersebut kami merasa senang dan berterimakasih.
Karena dengan itu pemerintah ikut peduli dengan kelangsungan
kelestarian grup-grup keroncong di Solo.”
Hal senada juga diungkapkan oleh informan 9 tentang
pengadaan
peralatan
keroncong
oleh
pemerintah.
Serta
menyambut baik untuk niat pemerintah guna melestarikan
keroncong dengan memeperhatiakan grup keroncong yang ada,
walaupun beliau sendiri tidak mendapat bantuan peralatan
keroncong.
“Untuk pengadaaan peralatan musik keroncong dari
pemerintah kabarnya pernah kami dengar. Tapi mungkin itu
ditujukan untuk grup-grup keroncong yang masih baru
berkembang, jadi kami tidak mendapatkan. Tetapi jika program
tersebut dijalankan pemerintah dengan baik itu luar biasa sekali.
Bukan tidak mungkin akan banyak grup-grup keroncong yang
bermunculan dan ini baik untuk kelestarian keroncong itu sendiri.
Secara keseluruhan program pemerintah itu baik dan harus kita
apresiasi.”
Program pengadaan peralatan keroncong oleh pemerintah
memang berjalan dan terbukti keberadaannya. Walaupun belum
merata, akan tetapi setidaknya hal tersebut memberi dampak yang
positif terhadap tumbuh kembang grup-grup keroncong di
commit to user
Surakarta.
149
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain itu, peran pemerintah dalam rangka pelestarian dan
pengembangan seni keroncong di Surakarta juga melalui
DIKPORA (Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga) akan
diadakan kurikulum atau ekstrakulikuler keroncong wajib disetiap
SMP dan SMA di Surakarta. Hal ini tentu saja dimaksudkan
untuk mengenalkan seni keroncong dari dini kepada masyarakat
melalui bangku pendidikan.
Namun program dari pemerintah untuk mewajibkan
ekstrakulikuler keroncong disetiap SMP dan SMA masih
diragukan oleh banyak pihak. Seperti yang diungkapkan oleh
informan 4, bahwa kenyataannya di Solo sendiri belum
sepenuhnya
sekolah
tingkat
SMP
dan
SMA
memiliki
ekstrakulikuler keroncong.
“Dulu saya juga sempat mendengar kabar kalau keroncong
akan dijadikan ekstrakulikuler di sekolah-sekolah. Bahkan
diwajibkan setiap sekolah memiliki ekstakulikuler keroncong.
Tetapi pada kenyataannya itu tidak berjalan, yang saya tahu itu
cuma ada beberapa SMA yang memiliki ekstrakulikuler
keroncong.”
Pendapat yang sama pun disampaikan oleh informan 7
yang menilai program pemerintah yang mewajibkan setiap
sekolah memiliki kegiatan ekstrakulikuler keroncong tidak
sepenuhnya berhasil.
“Saya kira program itu belum sepenuhnya berhasil, karena
memang tidak kelihatan sekolah mana yang ada ekskul
keroncongnya. Yang saya tahu cuma di SMA Pangudi Luhur
Santo Yosef Surakarta dan SMA 7 Surakarta. Kalau memang ini
dari DIKPORA commit
diwajibkan
ya sebaiknya direalisasikan. Dan
to user
150
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kalau benar program ini di adakan pasti ada kemungkinan juga
setiap sekolah juga belum siap mengingat keroncong bukan
merupakan musik yang mudah dipelajari. Jadi program ini harus
dipikirkan secara matang baru dilaksanakan.”
Pencanangan Solo Kota Keroncong serta programprogram dari pemerintah untuk melestarikan seni keroncong
diharapkan bisa berbuat banyak untuk kejayaan keroncong itu
sendiri. Niat baik pemerintah tersebut mendapat tanggapan positif
dari seniman keroncong di Surakarta. Mereka berharap programprogram
yang
dicanangkan
oleh
pemerintah
benar-benar
dilaksanakan secara terus menerus. Berikut harapan dari seniman
keroncong yang berharap banyak dari program Solo Kota
Keroncong. Informan 8 berharap dukungan dari pihak pemerintah
berjalan terus dan membantu baik materi dan non materi.
“Sebagai seniman keroncong kami berharap kepada
memerintah untuk terus mendukung seni keroncong baik materi
maupun non materi. Karena keroncong merupakan budaya asli
Kota Solo, supaya dapat terus hidup dan lestari.”
Seperti halnya informan 8, informan 9 berharap agar
pemeritah menjalankan progam-programnya untuk melestarikah
budaya daerah, khusunya keroncong dengan baik.
“Untuk program pemerintah seperti pengadaan alat-alat
keroncong serata keroncong dimasukan kekurikulum pendidikan
itu harus benar-benar dilaksanakan. Jangan hanya digembargemborkan saja. Semoga terus dilaksanakan mengingat
keroncong adalah seni budaya yang harus dilestarikan.”
Berdasarkan dari pendapat para informan, peneliti
menangkap sambutan
positif
serta dukungan dari para seniman
commit
to user
151
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keroncong tentang pencanangan Solo Kota Keroncong oleh
pemerintah. Seniman keroncong memang memang membutuhkan
peran pemerintah dalam melestarikan budaya daerah. Seniman
keroncongdan juga HAMKRI memiliki harapan agar program
pencangangan Solo Kota Keroncong dapat dilaksanakan dengan
baik oleh pemerintah dan berkelanjutan.
B. Diadakannya Solo Keroncong Festival oleh HAMKRI
Popularitas keroncong yang didapatkan setelah tampil di
media
massa
menjadikan
keroncong
lebih
dikenal
oleh
masyarakat. Pada puncaknya adalah dengan diadakannya acara
tahunan Solo Keroncong Festival oleh HAMKRI Surakarta yang
tahun 2011 ini adalah tahun kedua diadakannya acara tersebut.
HAMKRI melihat meningkatnya popularitas keroncong di
Surakarta. Dengan kondisi keroncong yang semakin dikenal
masyarakat setelah tampil sebagai program acara di TATV
Surakarta, HAMKRI kemudian merancang suatu program festival
keroncong yang mereka beri nama Solo Keroncong Festival.
Seperti yang dikatakan oleh informan 4, bahwa latar belakang
diadakannya Solo Keroncong Festival adalah untuk melestarikan
keroncong.
“Latar belakang diadakannya Solo Keroncong Festival
adalah untuk melesatrikan keroncong itu sendiri. Agar keroncong
bisa dikenal masyarakat. Acara ini sudah berjalan dua kali,
ditahun ini akan kami adakan pada tanggal 29-30 September 2011
nanti.”
commit to user
152
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain itu, informan 5 menyatakan bahwa selain untuk
melestarikan keroncong, Solo Keroncong Festival bertujuan
untuk
mengenalkan
keroncong
di
mata
dunia
dengan
menampilkan orkes keroncong baik dari dalam negeri maupun
orkes keroncong dari luar negri.
“Acara Solo Keroncong Festival merupakan acara yang
HAMKRI rencanakan untuk tujuan mengenalkan keroncong
secara luas tidak hanya Solo saja tapi bahkan se-Indonesia bahkan
mancanegara, karena kami juga menampilkan orkes keroncong
dari luar negeri.“
HAMKRI menyatakan agar keroncong lebih dikenal oleh
masyarakat secara luas, maka HAMKRI mengadakan event yang
bisa dibilang berskala internasional. Solo Keroncong Festival
merupakan kegiatan besar yang diadakan setiap tahunnya. Hal
tersebut tentunya tidak dapat terlaksana tanpa dukungan dari
berbagai pihak. Ketua HAMKRI Surakarta (informan 4)
menyebutkan adanya kerjasama dengan berbagai pihak yang ikut
membantu dalam Solo Keroncong Festival.
“Solo Keroncong Festival yang di adakan HAMKRI
Surakarta berkerjasama dengan berbagai pihak termasuk
Pemerintah Kota Surakarta dan TATV. TATV juga akan
menayangkan acara Solo Keroncong Festival secara live agar bida
ditonton masyarakat banyak.”
Kerjasama antara HAMKRI Surakarta, Pemerintah Kota
Surakarta dan TATV terjalin karena memiliki tujuan yang sama
dalam melestarikan budaya daerah, khusunya keroncong. Selain
itu, dikatakan informan
commit 5to bahwa
user Solo Keroncong Festival juga
153
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berkerjasama dengan mengikutsertakan grup-grup keroncong
dalam dan luar negeri untuk memeriahkan acara tersebut.
“Selain kerjasama dengan pemerintah dan TATV yang
menyiarkan acara secara live. Kita berkerjasama dengan orkesorkes keroncong dari Solo sendiri, orkes keroncong dari kota-kota
lain dan ada juga orkes keroncong dari luar negeri seperti dari
Jepang dan Malaysia.”
Hadirnya Solo Keroncong Festival memberikan dampak
yang baik terhadap perkembangan keroncong di Indonesia,
khususnya di Surakarta. Dengan diadakan Solo Keroncong
Festival setiap satu tahun sekali semakin mengukuhkan Solo
sebagai kota keroncong. Keroncong di Solo semakin berkembang
dan tentunya dapat lestari karena dikenal dan dicintai. Tanggapan
seniman keroncong tentang diadakannya Solo Keroncong Festival
pada dasarnya sama, mereka optimis dengan adanya pagelaran
Solo Keroncong Festival semakin memberi ruang kepada
keroncong
untuk
berkembang
dan
lestari.
Seperti
yang
diungkapkan oleh informan 8 bahwa dengan adanya Solo
Keroncong
Festival
mengakibatkan
semakin
populernya
keroncong dimata masyarakat dan hal ini sangat baik untuk
kelestarian keroncong.
“Dengan diadakannya Solo Keroncong Festival tentunya
dapat dikenalkan keroncong pada masyarakat. Harapannya
keroncong kembali diminati masyarakat yang sekarang lebih
menyukai musik-musik yang berasal dari kebudayaan barat.
Setidaknya masyarakat mengetahui keroncong adalah budaya
negeri sendiri yang harus diperhatikan dan dilestarikan. Event ini
paling tidak bisa menjadi penyadaran untuk masyarakat untuk
user
mencintai budayacommit
sendiri,tokhususnya
keroncong.”
154
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal yang sama diungkapkan informan 9 yang juga peran
penting Solo Keroncong Festival terhadap kelestarian keroncong.
“Acara Solo Keroncong Festival yang diadakan oleh
HAMKRI tentunya kami harapkan bisa memperkenalkan
keroncong pada masyarakat luas. Ini lo keroncong budaya asli
Indonesia. Acara ini juga tentunya akan berpengaruh untuk
melestarikan keroncong agar tidak mati.”
Ditambahkan lagi oleh informan 6 yang menyambut baik
diadakannya Solo Keroncong Festival dengan mengharapkan
acara tersebut semakin melestarikan keroncong. Serta informan 6
juga termotivasi untuk ikut serta dalam acara tersebut guna
melestarikan budaya, khususnya keroncong.
“Itulah yang kami semua selaku pemusik keroncong
harapkan dari Solo Keroncong Festival agar dengan acara tersebut
semakin melestarikan musik keroncong. kami berharap juga, agar
acara itu terus dilaksanakan setiap tahunnya. Dan semoga grup
keroncong kami OK Anis Merah Bintang bisa ikut tampil di acara
Solo Keroncong Festival dikemudian hari dan ikut istilahnya
“nguri-uri” budaya.”
Berdasarkan pendapat para informan di atas, peneliti
melihat diadakannya Solo Keroncong Festival memiliki tujuan
untuk mengenalkan keroncong secara luas dimasyarakat dan
untuk melestarikan keroncong acar tidak punah. Selain itu banyak
dari insan keroncong berharap event tahunan tersebut memberi
andil yang cukup besar terhadap perkembangan keroncong.
commit to user
155
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
PENUTUP
IV.A. Kesimpulan
Dari serangkaian data yang diperoleh di lapangan, baik itu melalui
wawancara dengan informan maupun dari hasil pengamatan selama
penelitian, maka di sini peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut.
Peran serta TATV dalam melestarikan dan mengembangkan seni
keroncong di Surakarta, tampak dalam hal:
1. Mengembalikan pamor (popularitas) seni keroncong di mata
masyarakat Surakarta. TATV telah menayangkan seni keroncong
sebagai program acara rutin setiap minggunya. Tayangan tersebut
memberi ruang kepada seni keroncong untuk tampil di televisi serta
dapat ditonton dan diapresiasi oleh masyarakat. Dengan demikian seni
keroncong yang dahulu telah kehilangan tempat apresiasinya,
kemudian media massa memberi lahan atau tempat maka keroncong
yang pada awalnya sudah mulai terpinggirkan mulai dikenal lagi oleh
masyarakat dan perlahan menjadi hidup kembali.
2. Memberi motivasi kepada grup-grup keroncong yang telah mati untuk
kembali aktif dan memotivasi terbentuknya grup-grup keroncong baru. Program acara keroncong yang disiarkan oleh TATV, memberi
kesempatan bagi seniman keroncong untuk tampil di media televisi
sehingga mengakibatkan munculnya grup-grup keroncong, baik grup
keroncong lama yang kembali aktif maupun grup keroncong baru.
commit to user
156
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Merangsang munculnya berbagai kegiatan-kegiatan (event) keroncong
di Surakarta. Program acara keroncong di TATV telah memberikan
dampak positif bagi kelestarian dan pengembangan keroncong di
Surakarta.
Selain
mengembalikan
pamor
keroncong
di
mata
masyarakat dan memotivasi tumbuhnya jumlah grup keroncong di
Surakarta.
Tayangan
keroncong
tersebut,
mampu
merangsang
munculnya kepedulian dari berbagai pihak untuk ikut melestarikan
keroncong sebagai budaya daerah asli Surakarta. Seperti HAMKRI
dengan “Solo Keroncong Festival” dan Pemerintah Kota Surakarta
yang mencanangkan “Solo Kota Keroncong”.
IV.B. Saran
1.
Berdasarkan temuan peneliti dalam Bab III, mengenai konsep-konsep
program acara keroncong di TATV yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan siaran. Dari lima konsep program acara keroncong tersebut
hanya satu konsep yang murni menyampaikan talkshow dan hiburan
tentang keroncong, sedangkan
konsep yang lainnya memposisikan
commit to user
157
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keroncong hanya sebagai hiburan atau selingan dari keseluruhan
acara. Peneliti menyarankan bahwa sebagai media massa lokal yang
menjunjung tinggi kearifan lokal serta mendukung kelestarian budaya
daerah, termasuk seni keroncong, seharusnya tidak memposisikan
musik keroncong hanya sebagai hiburan semata, melainkan juga harus
memberikan pengetahuan/informasi tentang seni keroncong yang
memiliki ciri khas tersendiri. Adapun lebih sering menampilkan
talkshow atau tanya-jawab dengan narasumber yang membahas
khusus tentang musik keroncong setidaknya dapat memberi
pengetahuan pada masyarakat tentang seni keroncong yang khas dan
berbeda dengan musik lain.
2.
Temuan
peneliti
mengenai
bertambah
banyaknya
grup-grup
keroncong di Surakarta yang antusias ingin tampil di TATV. Hal ini
sangat merepotkan HAMKRI dalam menjadwal semua grup
keroncong yang akan tampil, jika TATV hanya memberikan satu jam
dalam satu minggu untuk program acara keroncong. Peneliti
menyarankan pihak TATV untuk menambah porsi jam tayang
program acara keroncong sehingga antusiasme para seniman
keroncong dapat terpenuhi. Sehingga TATV dapat memfasilitasi
dengan baik sarana bagi grup-grup keroncong untuk tampil dan
diapresiasi oleh masyarakat.
3.
Dalam penelitian ini peneliti mendapat temuan bahwa TATV dalam
menayangkan program acara keroncong hanya melakukan kerjasama
dengan HAMKRI Surakarta. Peneliti menyarakan agar pihak TATV
commit to user
158
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
juga membuka peluang kerjasama dengan HAMKRI dari daerah lain,
sehingga grup-grup keroncong dari luar Surakarta juga memiliki
tempat untuk mengapresiasikan diri dan tampil. Hal ini menjadikan
lingkup kerjasama dalam penayangan program acara keroncong tidak
terbatas hanya menampilkan grup-grup keroncong di wilayah
Surakarta saja.
4.
Penelitian ini mendeskripsikan peran TATV Surakarta dalam
melestarikan dan mengembangkan seni keroncong di Surakarta,
artinya hanya melihat satu fungsi dari televisi lokal ini. Apalagi hanya
melibatkan sebagian kecil yaitu satu dari seluruh program acara yang
dimiliki TATV. Dalam penelitian selanjutnya akan lebih baik jika
tergambarkan keseluruhan materi siaran atau program acara di TATV,
bagaimana sebenarnya peran TATV dalam mengembangkan potensi
daerah Surakarta (tidak terpaku pada kebudayaan saja), adakah
perubahan positif yang cukup signifikan sebelum dan sesudah TATV
berdiri. Riset berupa studi khalayak yang menunjukkan data dalam
bentuk angka-angka mungkin akan menyempurnakan penelitian ini
dan lebih bermanfaat bagi masyarakat.
commit to user
159
Download