32 III. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh perusahaan sektor indutri kontruksi dan bangunan yang telah go public dan juga tercatat di Bursa Efek Indonesia, sedangkan teknik penarikan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode purposive judgement sampling. Metode ini adalah metode tipe pemilihan sampel secara tidak acak (non probabilitas) yang informasinya diperoleh dengan menggunakan kriteria tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002). Sampel pada penelitian ini adalah Perusahaan sektor industri kontruksi dan bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2012. Tabel 3.1 Daftar Perusahaan yang menjadi sampel penelitian No Nama Perusahaan Kode 1. Adhi Karya (Persero) Tbk. ADHI 2. Duta Graha Indah Tbk. DGIK 3. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. PTPP 4. Surya Semesta Internusa Tbk. SSIA 5. Total Bangun Persada Tbk. TOTL 6. Wijaya Karya (Persero) Tbk. WIKA Sumber : www.bapepam.go.id (data sekunder diolah) 33 3.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat historis. Sumber data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara, yang dapat berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter), baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2002). 3.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dokumen atau arsip yang menunjukkan laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh akuntan yang tercantum pada Bapepam-LK (www.bapepam.go.id) serta telah dipublikasikan oleh perusahaan atau emiten yang menjadi objek penelitian. Data emiten diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) periode 2011-2012. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode : 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Merupakan pengumpulan data melalui instansi atau lembaga yang terkaitan dan website yang relavan dengan pokok bahasan. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari dan menelaah berbagai literatur seperti buku, makalah ilmiah, surat kabar, dan literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian. 34 3.4 Alat Analisis 3.4.1 Analisis Deskriptif Dalam penelitian ini, analisis deskriptif yang digunakan adalah dengan menghitung mean dari variabel yang akan digunakan dalam metode Piotroski F-Score. Piotroski memberikan sembilan kriteria scoring untuk suatu saham. Data inputnya dengan mudah dapat diperoleh dari laporan keuangan sehingga relatif mudah untuk dihitung. Saham yang lolos pada kriteria tertentu akan diberikan skor 1. Dengan demikian skor maksimum untuk Piotroski F-Score adalah 9. Saham-saham dengan skor 8-9 dapat dikatakan memiliki kondisi keuangan yang cukup kuat sedangkan saham dengan skor 1-3 cenderung memiliki kondisi keuangan yang lemah. Tabel 3.4 Variabel Piotroski F-Score Sumber : Data diolah Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel operasional seperti yang tertera pada gambar di atas, antara lain : 35 1. Net Income Berikan skor 1 apabila net income positif. Net Income yang positif menandakan bahwa perusahaan sedang dalam keadaan untung. NI = 1, Jika NI t > NI t-1 NI = 0, Jika NI t ≤ NI t-1 2. Operating Cash Flow Berikan skor 1 apabila operating cash flow positif. Operating Cash Flow yang positif menandakan bahwa modal operasional perusahaan tidak akan terbebani dengan utang. OCF = 1, Jika OCF t > OCF t-1 OCF = 0, Jika OCF t ≤ OCF t-1 3. Return On Assets Berikan skor 1 apabila ROA lebih tinggi daripada ROA tahun sebelumnya. Pertumbuhan Return On Asset (ROA) yang positif merefleksikan bahwa manajemen mampu meningkatkan Asset. ROA = 1, Jika ROA t > ROA t-1 ROA = 0, Jika ROA t ≤ ROA t-1 36 4. Quality of Earnings Berikan skor 1 apabila operating cash flow lebih besar daripada net income. Operating Cash Flow yang lebih tinggai merefleksikan bahwa pendapatan perusahaan pada tahun yang berjalan lebih banyak di sumbang oleh kegiatan operasional. QOA = 1, Jika CF t > NI t-1 QOA = 0, Jika CF t ≤ NI t-1 5. Long Term Debt vs Assets Berikan skor 1 apabila rasio long-term debt to assets lebih rendah dari tahun sebelumnya. Long Term Debt vs Assets yang menurun merefleksikan bahwa manajemen selalu meningkatkan pendapatan, membayar kewajiban dan tidak menambah utang (Skor 1 juga diberikan apabila tidak memiliki utang walaupun aset meningkat). LTD vs AS = 1, Jika (LTD vs AS) t < (LTD vs AS) t-1 LTD vs AS = 0, Jika (LTD vs AS) t ≥ (LTD vs AS) t-1 6. Current Ratio Berikan skor 1 apabila current ratio meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Current Ratio (CR) yang positif menandakan likuiditas perusahaan sehat dan tidak akan terbebani dengan utang jangka pendek (Current Liabilities) yang jatuh tempo. 37 CR = 1, Jika CR t > CR t-1 CR = 0, Jika CR t ≤ CR t-1 7. Shares Outstanding Berikan skor 1 apabila jumlah saham beredar tidak lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ini menandakan keuangan perusahaan sehat dan tidak perlu menambah modal dengan cara menerbitkan saham baru. SO = 1, Jika SO t ≤ SO t-1 SO = 0, Jika SO t > SO t-1 8. Gross Margin Berikan skor 1 apabila gross margin lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan Gross Margin yang menigkat menandakan perusahaan untung dan dapat meningkatkan penjualan. GM = 1, Jika GM t > GM t-1 GM = 0, Jika GM t ≤ GM t-1 9. Asset Turnover Berikan skor 1 apabila pertumbuhan penjualan lebih tinggi daripada pertumbuhan aset (asset turnover lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu). Pertumbuhan Asset Turnover Ratio yang meningkat menunjukkan perusahaan sangat efisien untuk menghasilkan uang. 38 ATO = 1, Jika ATO t > ATO t-1 ATO = 0, Jika ATO t ≤ ATO t-1 3.4.2 Kriteria Penilaian Tabel 3.4.2 Kriteria Penilaian No. 1. Piotroski F-Score Keterangan Jika saham emiten memiliki nilai Investor perlu melakukan pertimbangan F-Score ≤ 3 khusus dan analisis lanjutan sebelum berinvestasi karena kondisi keuangan emiten yang cenderung lemah 2. Jika saham emiten memiliki nilai Emiten baik dan layak investasi karena 4 ≤ F-Score ≥ 7 3. kondisi keuangannya yang sedang Jika saham emiten memiliki nilai Emiten baik dan sangat layak investasi F-Score ≥ 8 karena kondisi keuangannya yang kuat