BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan Uraian tumbuhan meliputi morfologi tumbuhan, sistematika, nama daerah dan nama asing, sinonim, manfaat, dan kandungan kimia. 2.1.1 Morfologi Tumbuhan ketepeng merupakan perdu dengan tinggi ± 5 m. Batang berkayu, bulat, percabangan simpodial, coklat kotor. Daun majemuk berwarna hijau, menyirip genap, anak daun delapan sampai dua puluh empat pasang, bentuk bulat panjang, ujung tumpul, tepi rata, pangkal membulat, panjang 3,5-15 cm, lebar 2,5-9 cm, pertulangan menyirip, tangkai pendek. Bunga majemuk berbentuk tandan dengan kelopak berbagi lima, benang sari tiga, daun pelindung pendek berwarna jingga, mahkota berbentuk kupu-kupu. Buah polong panjang bersegi empat, panjang ± 18 cm dan lebar ± 2,5 cm, masih muda berwarna hijau setelah tua hitam kecoklatan. Biji berbentuk segitiga lancip, pipih, masih muda hijau setelah tua berwarna hitam.Akar tunggang bercabang, bulat dan kehitaman (Anonim, 2016). 2.1.2 Sistematika Tumbuhan ketepeng (Senna alata (L.)Roxb.)diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Bangsa : Fabales Suku : Fabaceae / Leguminosae 5 Universitas Sumatera Utara Marga : Senna / Cassia Spesies : Senna alata (L.) Roxb.(Anonim, 2016). 2.1.3 Nama daerah dan nama asing Ketepeng kebo (Jawa), ketepeng china (Indonesia), ketepeng badak (Sunda), acon-aconan (Madura), sajamera (Halmahera), kupang-kupang (Ternate), tabankun (Tidore), daun kupang, daun kurap, gelenggang, uru’kap (Sumatera), seven golden candlestick (Inggris), akapulko (Filipina) (Titin, 2008). 2.1.4 Sinonim Sinonim :Cassia alata L.; Cassia bracteata L.f.; Cassia herpetica Jacq.; Cassia rumphiana (DC.) Bojer; Herpetica alata (L.)Raf. (Anonim, 2008) 2.1.5 Manfaat Daun ketepeng digunakan sebagai obat panu, kurap, kudis, sembelit, cacingan, dan sariawan (Titin, 2008). 2.1.6 Kandungan kimia Daun ketepeng mengandung rein aloe-emodina, rein aloe-emodinadaintron, rein, aloe emodina, asam krisofanat, dihidroksimetilanthraquinone, tanin (Titin, 2008). 2.2 Uraian Kandungan Kimia 2.2.1 Glikosida Glikosida merupakan suatu senyawa yang biladihidrolisis akan terurai menjadi gula (glikon) dan senyawa lain (aglikon atau genin). Glikosida dibagi atas 4 tipe berdasarkan atom penghubung glikon dan aglikon, yaitu: a. Tipe O-heterosida atau O-glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom O, contohnya : salisin. 6 Universitas Sumatera Utara b. Tipe S-heterosida atau S-glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom S, contohnya : sinigrin. c. Tipe N-heterosida atau N-glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom N, contohnya nikleosidin dan kronotosidin. d. Tipe C-heterosida atau C-glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom C, contohnya aloin dan viteksin (Fransworth, 1996). 2.2.2 Flavonoid Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yag terbesar mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatis yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga (Markham, 1998). Flavonoida sering terdapat sebagai glikosida.Flavonoida merupakan kandungan khas tumbuhan hijau yang terdapat pada bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga, buah buni dan biji.Flavonoida bersifat polar karena mengandung sejumlah hidroksil yang tersulih atau suatu gula (Markham, 1998). 2.2.3 Steroid/triterpenoid Steroid adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklo pentana perhidrofenantren.Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena.Uji yang biasa digunakan adalah reaksi Liebermann-Burchard yang dengan kebanyakan triterpen dan steroida memberikan warna hijau-biru.Senyawa triterpenoid dan steroid berstruktur siklik dengan berbagai gugus fungsi yang melekat padanya, seperti gugus alcohol 7 Universitas Sumatera Utara aldehid atau asam karboksilat. Mereka berupa senyawa tidak berwarna, berbentuk kristal, sering kali memiliki titik leleh tinggi dan bersifat aktif optik Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang-kurangnya empat golongan senyawa : triterpenasebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Triterpena tertentu menjadi terkenal karena rasanya, terutama kepahitannya (Harborne, 1987). 2.2.4 Saponin Saponin merupakan senyawa glikosida triterpenoida ataupun glikosida steroida yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisa sel darah merah (Harborne, 1987). 2.2.5 Tanin Tanin adalah senyawa yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung silang proteina.Tanin tumbuhan dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis.Kadar tanin yang tinggi mempunyai arti penting bagi tumbuhan yakni pertahanan bagi tumbuhan dan membantu mengusir hewan pemakan tumbuhan.Tanin terkondensasi terdapat pada paku-pakuan, gimnospermae, dan angiospermae, sedangkan tanin terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua.Beberapa tanin terbukti mempunyai antioksidan dan menghambat pertumbuhan tumor (Harborne, 1987). 2.2.6. Glikosida antrakinon Glikosida antrakinon, golongan glikosida ini aglikonnya adalah sekerabat dengan antrasena yang memiliki gugus karbonil pada kedua atom C yang berseberangan (atom C9dan C10) atau hanya C9 (antron) dan C9 ada gugus hidroksil (antranol) (Gunawan dan Mulyani, 2004). 8 Universitas Sumatera Utara Senyawa antrakinon dan turunannya seringkali bewarna kuning sampai merah sindur (oranye), larut dalam air panas atau alkohol encer. Untuk identifikasi digunakan reaksi Borntraeger.Antrakuinon yang mengandung gugus karboksilat (rein) dapat diekstraksi dengan penambahan basa, misalnya dengan natrium bikarbonat.Hasil reduksi antrakinon adalah antron dan antranol, terdapat bebas di alam atau sebagai glikosida.Antron bewarna kuning pucat, tidak menunjukkan fluoresensi dan tidak larut dalam alkali, sedangkan isomemya, yaitu antranol bewarna kuning kecoklatan dan dengan alkali membentuk larutan berpendar (berfluoresensi) kuat.Oksantron merupakan zat antara (intermediate) antara antrakinon dan antranol. Reaksi Borntraeger modifikasi Fairbairn, yaitu dengan menambahkan hydrogen peroksida akan menujukkan reaksi positif. Senyawa ini terdapat dalam Frangulae cortex.Diantron adalah senyawa dimer tunggal atau campuran dari molekul antron, hasil oksidasi antron (Gunawan dan Mulyani, 2004). Antrakuinon termasuk senyawa yang tidak berbahaya, tidak menimbulkan ketagihan, kebiasaan, ataupun tidak menimbulkan toleransi terhadap manusia.Antanol dan antron memiliki sifat reduksi yang kuat.Sifat ini sering dijadikan sebagai pelengkap ramuan dari obat-obat antiseptik tertentu untuk beberapa penyakit kulit, misalnya pemakaian krisarobin dalam psoriasis, eksim kering dan penyakit kulit karena berbagai jamur, juga pemakaian aloe sebagai antiseptik untuk luka pada pengobatan veteriner (Gunawan dan Mulyani, 2004). 9 Universitas Sumatera Utara 2.3Ekstrak 2.3.1 Pengertian ekstrak Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hamper semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes, RI., 1995). Ekstraksi adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan (Depkes, RI., 1979). 2.3.2 Metode ekstraksi Menurut Ditjen POM RI (2000), beberapa metode ekstraksi yaitu: 1. Cara dingin a. Maserasi, adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada suhu kamar. Maserasi yang dilakukan dengan pengadukan secara terus menerus disebut dengan maserasi kinetik, sedangkan yang dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi. b. Perkolasi, adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/ penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh perkolat. 2. Cara panas a. Refluks, adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada 10 Universitas Sumatera Utara temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. b. Digesti,adalahproses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperaturelebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC. c. Sokletasi, adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. d. Infudansi, adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90oC selama 15 menit. e. Dekoktasi, adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90oC selama 30 menit. 2.4 Fraksinasi Fraksinasi adalah suatu metode pemisahan senyawa organik berdasarkan kelarutan senyawa-senyawa tersebut dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur, biasanya antara pelarut air dan pelarut organik (Soebagio, 2005). Teknik pemisahan ekstraksi cair-cair ini dilakukan dengan menggunakan corong pisah.Kedua pelarut yang saling tidak bercampur tersebut dimasukkan ke dalam corong pisah, kemudian digojok dan didiamkan.Senyawa organik akan terdistribusi ke dalam fasenya masing-masing bergantung pada kelarutannya terhadap fase tersebut dan kemudian akan terbentuk dua lapisan yang dapat dipisahkan dengan membuka kunci pipa corong pisah (Odugbemi, 2008). Ekstrak dipartisi dengan menggunakan peningkatan polaritas pelarut seperti petroleum eter, n-heksana, kloroform, etilasetat dan etanol. Pemilihan 11 Universitas Sumatera Utara pelarut pada ekstraksi bergantung pada sifat analitnya dimana pelarut dan analit harus memiliki sifat yang sama, contohnya analit yang sifat lipofilitasnya tinggi akan terekstraksipada pelarut yang relatif nonpolar seperti n-heksana sedangkan analit yang semipolar terlarut pada pelarut yang semipolar (Venn, 2008). 2.5 Bakteri Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu, berbentuk bola, batang atau spiral berdiameter sekitar 0,5-1,0 µm dan panjangnya 1,5-2,5 µm (Dwijoseputro, 1994). Nama bakteri berasal dari kata “bakterion” dari bahasa Yunani yang berarti tongkat atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil, berkembangbiak dengan pembelahan diri, serta demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop. (Gibson, 1996). Pertumbuhan dan perkembangan bakteri dipengaruhi oleh: 1. Zat makanan (nutrisi) Sumber zat makanan bagi bakteri diperoleh dari senyawa karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, unsur logam (natrium, kalsium, magnesium, mangan, besi, tembaga dan kobalt), vitamin dan air untuk fungsi metabolik dan pertumbuhannya. 2. Keasaman dan kebasaan (pH) Kebanyakan bakteri tumbuh optimum pada pH antara 6,5 - 7,5. Namun, beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat asam atau basa. 3. Temperatur Proses pertumbuhan bakteri tergantungpada reaksi kimiawi dan laju reaksi kimia yang dipengaruhi oleh temperatur. Maka diklasifikasikan menjadi: a. Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 0 - 30oC, 12 Universitas Sumatera Utara dengan temperatur optimum adalah 10 - 20oC. b. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 5 - 60oC, temperatur optimum adalah 25 - 40oC. c. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur optimumadalah 55 - 65oC. 4. Oksigen a. Aerobik, yaitu bakteri yang butuh oksigen dalam pertumbuhannya. b. Anaerobik, yaitu bakteri yang dapat tumbuh tanpa oksigen. c. Anaerobik fakultatif, yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan oksigen ataupun tanpa oksigen. d. Mikroaerofilik, yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik dengan adanya sedikit oksigen. 5. Tekanan osmosa Medium yang baik bagi pertumbuhan bakteri adalah medium isotonis terhadap isi sel bakteri. 6. Kelembaban Secara umum bakteri tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada lingkungan yang lembap. Kebutuhan akan air tergantung dari jenis bakterinya (Pelczar, et al.,1988) 2.5.1 Morfologi bakteri Berdasarkan morfologinya bakteri dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu: Bentuk basil Bakteri yangmempunyai bentuk batang atau silinder, membelah dalam satu bidang, berpasangan ataupun bentuk rantai pendek atau panjang. Bakteri bentuk basil dapat dibedakan atas: 13 Universitas Sumatera Utara a. Monobasil yaitu basil yang terlepas satu sama lain dengan kedua ujung tumpul. b. Diplobasil yaitu basil yang bergandeng dua dan kedua ujungnya tumpul. c. Streptobasil yaitu basil yang bergandengan panjang dengan kedua ujung tajam. Contoh bakteri dengan bentuk basil adalahEschericia coli, Bacillus anthracis, Salmonella typhimurium dan Shigella dysentriae. Bentuk kokus Merupakan bakteri yang bentuknya seperti bola-bola kecil, ada yang hidup sendiri dan ada yang berpasang-pasangan. Bakteri bentuk kokus dapat dibedakan atas: a. Diplokokus yaitu kokus yang bergandeng dua. b. Tetrakokus yaitu kokus yang mengelompok empat. c. Stafilokokus yaitu kokus yang mengelompok dan membentuk anggur. d. Streptokokus yaitu kokus yang bergandengan panjang menyerupai rantai. e. Sarsina yaitu kokus yang mengelompok seperti kubus. Contoh bakteri dengan bentuk kokus adalahStaphylococcus aureus, Sarcina luten, Diplococcus pneumonia dan Streptococcus lactis. Bentuk spiral Dibedakan atas: a. Spiral yaitu menyerupai spiral atau lilitan. b. Vibrio yaitu bentuk batang yang melengkung berupa koma. c. Spirochaeta yaitu menyerupai bentuk spiral, bedanya dengan spiral dalam kemampuannya melenturkan tubuhnya sambil bergerak. Contoh bakteri dengan bentuk spiral adalah Vibrio cholera dan 14 Universitas Sumatera Utara Spirochaeta palida (Volk dan Wheeler, 1989). 2.5.2Staphylococcus aureus Staphylococcus aureusmerupakan bakteri gram positif, aerob dan anaerob fakultatif berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak teratur, diameter 0,8 – 1,0 µm, tidak membentuk spora atau tidak bergerak, koloni berwarna kuning. Bakteri ini tumbuh pada suhu 37oC tetapi paling baik membentuk pigmen pada suhu 2025oC.Koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat halus, menonjol, dan berkilau membentuk berbagai pigmen.Bakteri ini terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul, dan luka. Dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan (Jawetz, et al., 2007). Staphylococcus aureushidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan seperti hidung, mulut, tenggorokan dan dapat pula dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin.Selain dapat menyebabkan intoksikasi, bakteri ini juga dapat menyebabkan berbagai macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia, dan mastitis pada manusia dan hewan (Supardi dan Sukamto, 1999).Adapun sistematika dari bakteri Staphylococcus aureus yaitu: Divisi : Schizophyta Kelas : Schizomycetes Bangsa :Eubacteriales Suku : Micrococcaceae Marga : Staphylococcus Spesies : Staphylococcus aureus(Holt, et al., 1988). 2.5.3Staphylococcus epidermidis 15 Universitas Sumatera Utara Merupakan bakteri gram positif, aerob atau anaerob fakultatif berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak teratur, diameter 0,8 – 1,0 um tidak membentuk spora dan tidak bergerak, koloni berwarna putih bakteri ini tumbuh cepat pada suhu 37C tetapi paling baik membentuk pigmen pada suhu kamar 20C. koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat halus, menonjol, berkilau, tidak menghasilkan pigmen, berwarna putih porselen sehingga Staphylococcus epidermidis disebut Staphylococcus albus, koagulasi negatif dan tidak meragi manitol. Staphylococcus epidermidis terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul dan luka. Dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan(Jawetz, et al., 2007). Adapun sistematika Staphylococcus epidermidis adalah (Breed, 1957): Divisi : Bacteriophyta Kelas : Schizomycetes Bangsa : Eubacteriales Suku : Microciccaceae Marga : Staphylococcus Jenis : Staphylococcus epidermidis 2.5.4 Pseudomonas aeruginosa Organisme ini merupakan basilus gram-negatif yang motil dan hidup dalam suasana aerob.Bakteri ini terdapat dimana-mana pada lingkungan, tetapi jarang pada flora orang sehat.Jumlah pembawa meningkat dengan perawatan inap rumah sakit. Lingkungan yang lembap merupakan habitat Pseudomonas aeruginosa, seperti bak cuci dan keran air (Gillespie dan Bamford, 2008) Pseudomonas aeruginosa memproduksi sitotoksin dan protease (misalnya 16 Universitas Sumatera Utara eksotoksin A dan S, hemolisis, dan etalase). Luka bakar dapat terkoloni menyebabkan septikemia sekunder akibat Pseudomonas aeruginosa.Septikemia dengan mortalitas tinggi merupakan anacaman tersendiri bagi pasien neutropenia (Gillespie dan Bamford, 2008). Sistematika Pseudomonas aeruginosa adalah (Breed, 1957): Divisi : Eukariota Kelas : Schizomycetes Bangsa : Pseudomonadales Suku : Pseudomonadaceae Marga : Pseudomonas Jenis : Pseudomonas aeruginosa 2.6 Fase Pertumbuhan Mikroorganisme Ada empat macam fase pertumbuhan mikroorganisme, yaitu fase lag, fase log (fase esksponensial), fase stasioner dan fase kematian. a. Fase lag Fase lag merupakan fase adaptasi, yaitu fase penyesuaian mikroorganisme pada suatu lingkungan baru. Ciri fase lag adalah tidak adanya peningkatan jumlah sel, yang ada hanyalah peningkatan ukuran sel. Lama fase lag tergantung pada kondisi dan jumlah awal mikroorganisme dan media pertumbuhan. Bila sel- sel mikroorganisme diambil dari kultur yang sama sekali berlainan, maka yang sering terjadi adalah mikroorganisme tersebut tidak mampu tumbuh dalam kultur. b. Fase log (fase esksponensial) Fase ini merupakan fase dimana mikroorganisme tumbuh dan membelah pada kecepatan maksimum, namun tergantung pada genetika mikroorganisme, 17 Universitas Sumatera Utara sifat media, dan kondisi pertumbuhan. Sel baru terbentuk dengan laju konstan dan massa yang bertambah secara eksponensial. Hal atau keadaan yang dapat menghambat laju pertumbuhan adalah bila satu atau lebih nutrisi dalam kultur habis, sehingga hasil metabolisme yang bersifat racun akan tertimbun dan menghambat pertumbuhan. c. Fase stationer Fase ini merupakan fase dimana pertumbuhan mikroorganisme terhenti dan terjadi keseimbangan antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang mati. Terdapat kehilangan sel yang lambat karena kematian diimbangi oleh pembentukan sel-sel baru melalui pertumbuhan dan pembelahan dengan nutrisi yang dilepaskan oleh sel-sel yang mati karena mengalami lisis. d. Fase kematian Fase ini merupakan fase dimana jumlah sel yang mati meningkat.Faktor penyebabnya adalah ketidaktersediaan nutrisi dan akumulasi produk buangan yang toksik (Pratiwi, 2008). 2.6 Pengukuran Aktivitas Antibakteri Penentuan kepekaan bakteri patogen terhadap agen antibakteri tertentu dapat dilakukan beberapa metode berikut ini, dimana setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. a. Metode dilusi Metode ini digunakan untuk mengukur kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM). Cara yang dilakukan yaitu dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada media yang telah ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen antimkroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih 18 Universitas Sumatera Utara tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi selama 18 – 24 jam.Media yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai KBM (Pratiwi, 2008). b. Metode difusi agar Metode yang paling sering digunakan dan biasanya menggunakan cakram. Ada beberapa jenis cakram yaitu cakram kertas, cakram silinder dan punch hole. Cakram tersebut yang berisi sejumlah tertentu obat ditempatkan pada permukaan medium padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannnya.Setelah diinkubasi, diameter zona hambatan sekitar cakram dipergunakan untuk mengukur kekuatan hambatan obat terhadap mikroorganisme yang uji (Pratiwi, 2008). c. Metode Bioautografi Metode bioautografi merupakan metode spesifik untuk mendeteksi bercak pada kromatogram hasil KLT (kromatografi lapis tipis) yang mempunyai aktivitas antibakteri, antifungi, dan antivirus.Keuntungan metode ini adalah sifatnya yang efisien untuk mendeteksi senyawa antimikroba karena letak bercak dapat ditentukan walaupun berada dalam campuran yang kompleks sehingga memungkinkan untuk mengisolasi senyawa aktif tersebut.Kerugiannya adalah metoda ini tidak dapat digunakan untuk menentukan KHM dan KBM (Pratiwi, 2008). 19 Universitas Sumatera Utara