PENGARUH KINESIO TAPING TERHADAP MUSCLE PAIN UPPER TRAPEZIUS PADA KARYAWAN SOPIR BUS DAMRI DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: NURDIN BAKHTIYAR J 110 080 068 PROGRAM STUDI DIV FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 PENGESAHAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGARUH KINESIO TAPING TERHADAP MUSCLE PAIN UPPER TRAPEZIUS PADA KARYAWAN SOPIR BUS DAMRI DI SURAKARTA Publikasi karya ilmiah ini telah disetujui untuk diuji dalam ujian skripsi Program Studi Diploma IV Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diajukan oleh: Nurdin Bakhtiyar J 110 080 068 Mengetahui, Pembimbing I Pembimbing II Agus Widodo, SST. Ft, M. Fis Wahyuni, SST.Ft, M. Kes ABSTRAK PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI,2014 NURDIN BAKHTIYAR / J110080068 “PENGARUH KINESIO TAPING TERHADAP MUSCLE PAIN UPPER TRAPEZIUS PADA KARYAWAN SOPIR BUS DAMRI DI SURAKARTA” (Terdiri dari 27 Halaman, V Bab, 5 Gambar, 7 Tabel) (Dibimbing oleh: Agus Widodo dan Wahyuni) Latar Belakang: Muscle Pain Upper Trapezius dapat terjadi pada pengemudi sopir bus karena gerakan statis saat posisi duduk dan menggunakan bahu serta tangan yang berlebihan. Pemasangan kinesio taping selama 3 hari dapat menguragi nyeri Muscle Pain Upper Trapezius pada pengemudi sopir bus. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh kinesio taping terhadap penurunan nyeri kasus Muscle Pain Upper Trapezius pada pengemudi sopir bus. Metode Penelitian: Quasi eksperimen dengan desain penelitian pre and post test with group control. Populasi dalam penelitian ini pengemudi sopir bus DAMRI di Surakarta responden yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 22 responden. Total sampel sebanyak 18 responden dengan rincian pada kelompok eksperimen 11 responden, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 11 responden. Hasil penelitian dianalisa dengan uji Non Parametrik. Hasil Penelitian: Non Parametrik menunjukan hasil p= 0,0001 < 0,05 yang berarti ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terhadap penurunan nyeri Muscle Pain Upper Trapezius pada pengemudi sopir bus. Kata Kunci: Kinesio Taping, Muscle Pain Upper Trapezius, Pengemudi Sopir Bus. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nyeri leher yang disertai dengan myostatic otot, sedangkan myostatic otot adalah kekuatan otot, ketegangan otot, pergerakan otot yang terbatas, nyeri yang dapat terjadi dalam waktu yang lama tanpa disertai patologis pada jaringan lunak (Kisner, 2007). Myostatic otot trapezius sendiri dapat terjadi karena merpakan otot tipe satu atau tipe postural yang punya warna, kontraksinya landai (slow twitch fibre) yang berfungsi sebagai stabilitator atau untuk mempertahankan postur dan pada tipe otot satu sering terjadi ketegangan dan pemendekan otot (Hamilton, 2008). Hal tersebut bisa dilihat dalam kinerja sopir bus, apabila dilakukan dalam waktu yang lama dan berulalng-ulang dapat menyebabkan Repetitive Starin Injury (RSI). Fisioterapi mempunyai modalitas untuk mengurangi nyeri berupa kinesio taping. Kinesio taping adalah metode rehabilitasi untuk menstabilkan otot dan sendi yang terluka dan melancarkan peredaran darah serta aliran limfe sehingga mengurangi nyeri pada proses penyembuhan tanpa membatasi gerakan tubuh. Metode ini telah terbukti sukses menangani berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan otot, sendi, dan jaringan ikat lainnya. Kase (2003) mengatakan bahwa kinesio tapping dapat mengurangi odema dan nyeri pada muscle pain upper tarpezius. Rumusan Masalah. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah, apakah ada pengaruh kinesio taping terhadap muscle pain upper trapezius pada karyawan bus DAMRI di Surakarta? Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pengaruh kinesio taping terhadap muscle pain upper trapezius pada karyawan bus DAMRI di Surakarta. Manfat Penelitian. 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini sebagai informasi ilmiah serta menambah pengetahuan tentang pengaruh dari Apakah ada pengaruh pengaruh kinesio taping terhadap muscle pain upper trapezius pada karyawan bus DAMRI di Surakarta. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari dari penlitian ini adalah peneliti membuat suatu perlakuan yang menggunakan metode kinesio taping untuk mengurangi nyeri, yang mana hal ini dapat menambah informasi dalam perkembangan ilmu fisioterapi, dapat dijadikan refrensi bagi ilmuwan lain untuk melakukan penelitian lanjutan, yang dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan teknologi, dan seni (IPTEKS). Kerangka Teori 1. Aktifitas Pekerja Sopir Bus Pekerjaan menyopir bus merupakan pekerjaan yang membutuhkan kosentrasi dan posisi leher yang tegak dalam waktu lama.. Hal itu akan berakibat pada munculnya keluhan di tubuhnya, seperti nyeri otot trapezius akibat duduk lama, mata yang lelah akibat terlalu lama melihat pandangan ke depan, maupun tangan yang lelah karena terlalu lama menyetir disertai dengan waktu istirahat yang terbatas (Andersen, et al 2002). Muscle Pain Upper Trapezius Nyeri pada otot trapezius upper dapat ditandai dengan sakit kepala, nyeri pada rahang, nyeri belakang mata, nyeri pada leher, pusing atau vertigo yang hubungannya dengan leher kaku, gerakan terbatas, dan nyeri pada bahu (DeLaune, 2011). Nyeri pada otot trapezius upper pekerja sopir bus disebabkan karena ketidakseimbangan antara kompresi atau ketegangan rileksasi, mengakibatkan terjadinya kontraksi otot secara terus-menerus yang menimbulkan stres mekanis pada jaringan myofasial dalam waktu lama. Kondisi ini menyebabkan nociseptor yang ada dalam otot dan tendon terstimulasi. Semakin sering kuat nosiceptor tersebut terstimulasi makam akan semakin kuat aktifitas refleks ketegangan otot trapezius upper yang menimbulkan terjadinya viscous circle. Keadaan viscous circle mengakibatkan adanya daerah pada jaringan beruba taut band yang mengalami iskemic lokal sehingga mengakibatkan gangguan mikrosirkulasi jaringan yang menyebabkan terjadinya kekurangna nutrisi dan oksigen serta menumpuknya zat-zat sisa metabolisme mengakibatkan timbulnya rasa nyeri (Ervina, 2012). Hubungan antara Carpal Tunnel Syndrome dan pekerja rental komputer Fungsi otot trapezius adalah menahan gerakan bahu dan lengan agar tidak jatuh, selain itu berfungsi untuk gerakan slide fleksi kepala otot trapezius upper terlibat. Otot trapezius upper juga aktif terlibat bersama otot ekstensor neck menggerakan ekstensi leher. Otot trapezius upper juga terlibat pada gerakan slide kepala. Tipe-tipe otot berdasarkan karakteristik biokimia dan kemampuan kontraksi otot-otot skeletal manusia dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu tipe I (slow-twitch), intermediate, dan tipe II (fast-twitch). Kaena otot trapezius merupakan otot yang digunakan sebagai penahan posture dan merupakan tipe otot I yang sering mengalami ketegangan otot. Otot tipe I (slow-twitch) sendiri mengandung mitokondria dan myoglobin dalam jumlah besar serta dikelilingi oleh kapiler yang lebih banyak dari tipe II, serta serabut tipe I memiliki kapasitas tinggi untuk metabolisme aerobik dan memiliki daya tahan tinggi terhadap kelelahan. Otot leher yang paling mempunyai peranan besar dalam gerakan leher adalah otot trapezius, otot levator scapula, otot scalne (Paul, 2009). Dalam kasus ini termasuk level I yaitu gaya tumpu (fulcurum) terletak antara gaya beban dan gaya otot (Hamilton, 2009). Menurut angka kejadian ketegangan otot leher ditemukan bahwa trapezius upper adalah otot yang banyak mengalami ketegangan sebesar 40,2%, levator scapula 33,6%, rhomboidius mayor 6,5%, splenius capitis 16,4%, rhomboidius minor 21,3%, multifidus 17,2% (Sari, 2011). Kinesio Taping Kinesio taping berpengaruh pada sistem limfatik. Ketika terjadi inflammasi sistem limfatik pada superficial dan deep limfatic vessels akan penuh. Kinesio taping membantu aliran limfatik dibawahnya sehingga terjadi penurunan tingkat inflammasi (kase, 2005).Keuntungan dari kinesio taping bahwa daerah convolution dapat meningkatkan sirkulasi darah dan cairan limfa karena efek lifting, yang menciptakan ruang diantara kulit dan otot (Kase, 2005). Pemakaian kinesio taping pada daerah luka akan melancarkan sirkulasi darah dan meningkatkan volum darah (Piller, 2006). Dalam mengklasifikasi pemasangan kinesio taping perlu diperhatikan starting point dan tengangan dalam tarikan. a. Dari distal ke proximal (Insertion to Origo) Digunakan untuk menginhibisi penggunaan otot yang berlebihan dan spasme otot dengan tegangan 15% sampai 25%. b. Dari proximal ke distal (Origo to Insertion) Digunakan untuk memfasilitasi kelemahan otot yang berlebihan dan rehabilitasi dengan tegangan 15% sampai 50%. Metode Penelitian Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian yang dilakukan adalah experimental dengan pendekatan quasi experiment. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre and post test with control group design. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu penelitian Penelitian ini di lakukan pada bulan Februari 2014 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kantor bus DAMRI di Surakarta Definisi Operasinal. Definisi Operasinal 1. Kinesio taping dapat di gunakan pada kasus muscle pain upper trapezius yaitu mengurangi nyeri dan odema. Metode ini menggunakan satu lembar kinesio taping sepanjang insersio sampai origo otot trapesius upper digunakan dengan tarikan ringan sampai sedang (15 – 25 %). Durasi pemasangan selama 3 hari. 2. Pengukuran nyeri pada kasus muscle pain upper trapezius dilakukan dengan kondisi nyeri tekan saat posisi duduk. Pengukuran dilakukan sebelum pemasangan kinesio taping dan setelah pemasangan kinesio taping. Pengurangan nyeri pada kasus ini menggunakan skala VAS (Visual Analogue Scale). Kemudian terapis menerangkan pada pasien bahwa angka 0 mm menunjukkan rasa tidak nyeri dan angka 100 mm menunjukkan rasa nyeri yang sangat hebat dan tidak dapat ditahan lagi oleh pasien. Kemudian pasien diminta menunjukkan satu titik pada garis tersebut yang kira – kira menggambarkan letak nyeri yang dirasakan pasien. Panjang garis yang dimulai dari titik tidak nyeri/angka nol sampai dengan titik yang ditunjuk pasien menunjukkan derajat/besarnya nyeri yang dirasakan pasien. Besar nyeri diukur dalam satuan milimeter. Teknik analisa data Pengumpulan data berupa pengukuran nyeri dilakukan pre-test dan post-test pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji normalitas data adalah Non Parametrik. Pada data berdistribusi normal uji beda pengaruh dua kelompok menggunakan Wilcoxon Test pada data berdistribusi normal dan Mann Whitney Test jika data distribusi tidak normal. Pengolahan data menggunakan software program SPSS windows versi for windows. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Gambaran Umum Penelitian ini dilakukan kantor bus DAMRI di Surakarta dengan jumlah 22 orang yang memenuhi kriteria inklusi sebagai responden penelitian. Jumlah responden di bagi menjadi 2 kelompok 11 responden sebagai kelompok eksperimen dan 11 responden sebagai kelompok kontrol. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui manfaat kinesio taping terhadap penurunan nyeri kasus Muscle Pain Upper Trapezius. Hasil penelitian Usia Karakteristik demografi responden berdasarkan usia dipaparkan dalam tabel sebagai berikut: Tabel .4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia Responden (tahun) 25 – 35 36 – 45 46 – 55 Jumlah Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 9 1 11 9,09 81,81 9,09 100 4 5 2 11 36,36 45,45 18,18 100 Berdasarkan Tabel 4.1 jumlah responden terbanyak di Perum Bus DAMRI di Surakarta adalah pada kelompok usia 36 – 45 tahun sebanyak 9 responden (81,81%) di kelompok eksperimen dan 5 responden (45,45%) di kelompok kontrol. Hasil Analisa Data Uji Normalitas Data Berdasarkan uji normalitas data dengan menggunakan metode Non Parametrik selisih penurunan nyeri diperoleh hasil perhitungan seperti dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.4. Non Parametrik Kelompok Pre Post Eksperimen P Kesimpulan 17,05 Normal 7,345 Normal P 1,50 0,512 Kontrol Kesimpulan Normal Normal Berdasarkan hasil uji non parametrik pada tabel 4.4. di ketahui bahwa data dari kelompok eksperimen pre test berdistibusi normal (p = 17,05> 0,05) dan post test berdistribusi normal (p = 7,345> 0,05). Sedangkan data dari kelompok kontrol pre test berdistibusi normal (p = 1,50> 0,05) dan post tes berdistribusi normal (p = 0,512> 0,05). Uji Beda Pengaruh (Wilcoxon Test) Tabel 4.5. Wilcoxon Test Kelompok Eksperimen Kontrol Jumlah 11 11 Mean Pre Post 61,09 57,55 38,00 52,55 Asymp. Sig (2- Kesimpulan tailed 0,0001 Signifikan 0,061 Tidak Signifikan Berdasarkan uji pengaruh Wilcoxon Test pada kelompok eksperimen didapatkan nilai p= 0,0001, artinya, ada pengaruh kinesio taping terhadap penurunan nyeri kasus muscle pain upper trapezius pada karyawan sopir bus DAMRI. Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan nilai p= 0,061, artinya, tidak ada pengaruh. Nilai mean skor penurunan nyeri kelompok eksperimen lebih meningkat dari kelompok kontrol. Uji Beda Dua Sampel Terpisah (Mann-Whitney Test) Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney Test maka diperoleh hasil perhitungan seperti dalam tabel berikut : Tabel 4.6. Mann-Whitney Test Kelompok Eksperimen Kontrol Mean 23,09 11,00 Z P value Kesimpulan -3,956 0,0001 Hipotesis diterima Pada uji beda dengan menggunakan uji statistik Mann-Whitney Test menunjukkan bahwa hasil p= 0,0001 yang berarti ada perbedaan pengaruh kinesio taping yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terhadap status penurunan nyeri kasus muscle pain upper trapezius pada karyawan sopir bus DAMRI. Rata-rata pengaruh untuk kelompok eksperimen sebesar 23,09 dan kelompok kontrol sebesar 11,00. Dari perhitungan tersebut tampak bahwa kelompok eksperimen memiliki rata-rata pengaruh yang lebih besar dari pada kelompok kontrol. Pembahasan Pengemudi bus melakukan pekerjaan melakukan kontrol pada setir bus dan menggunakan secara terus menerus. Hal ini mengakibatkan terjadinya kontraksi otot secara berulang-ulang atau terus-menerus dan statik akan menimbulkan spasme, sehingga sirkulasi darah menjadi tidak lancar. Akibat lebih lanjut akan menyebabkan penumpukan Asam laktat dan zat-zat kimia seperti bradikinin dan histamine. Dengan penumpukan zat-zat tersebut akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris atau saraf nyeri (nosiseptor) dan akan dihantarkan ke medulla spinalis selanjutnya oleh saraf acendent disampaikan ke otak dan akan diinterprestasikan yaitu rasa nyeri (Rambe, 2004). Kinesio taping dipasang pada insersio (head of metakarpal) sampai origo (epicondilus humerus) yaitu daerah epidermis kulit, pada lapisan ini terdapat mekanoreseptor yang akan terstimulasi oleh efek pressure dan distraction yang dihasilkan oleh kinesio taping (Kase, 2003). Di dalam mekanoreseptor terdapat berbagai macam reseptor, salah satunya adalah reseptor panas (rufini). Stimulasi pada reseptor rufini akan mengakibatkan efek panas, hal ini memicu terjadinya vasodilatasi pembuluh darah dan pembuluh vena lancar. Dengan demikian metabolisme akan lancar, apabila metabolisme lancar maka tidak ada sampah metabolisme (asam laktat). Stimulasi substansi “P” tidak akan terjadi dengan tidak adanya sampah metabolisme (asam laktat), sehingga tidak adanya persepsi nyeri (Piller, 2005). Keterbatasan Penelitian Dalam proses penelitian ini terdapat kelemahan-kelemahan sebagai berikut: a. Inkonsistensi sikap kerja dari masing-masing pembatik menjadikan variabel pengganggu bagi peneliti. b. Dilihat dari jumlah responden dalam penelitian, dirasa masih terlalu sedikit untuk menjadikan penelitian yang valid. c. Perlakuan yang terbatas dirasakan peneliti kurang sehingga hanya mampu menemukan ada tidaknya pengaruh dari perlakuan yang dilakukan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan kajian dan didukung adanya analisa data serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, ada pengaruh kinesio taping terhadap muscle pain upper trapezius karyawan sopir bus DAMRI di Surakarta. Saran 1. Bagi Masyarakat Masyarakat terutama yang sering mengemudikan mobil pribadi pada umumnya dan pengemudi bus pada khususnya. Sebaiknya para pengemudi mobil pribadi dan bus memperhatikan dalam posisi bahu saat duduk yang benar sehingga dapat meminimalisir terjadinya pada muscle pain upper trapezius dan memperhatikan lamanya mengemudikan bus karena posisi setatis yang terlalu lama dapat menyebabkan kerjadinya Repetitive Strain Injury (RSI) di selingi istirahat dan latihan gerakan pada bagian bahu. 2. Bagi Penelitian Selanjutnya Hendaknya penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah sampel penelitian dan dengan dikembangkan lagi variabel – variabel yang lebih kompleks tidak hanya mengintervensi satu kasus tanpa mengetahui karena apa kasus tersebut terjadi. 3. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini menjadikan evidence based theory muscle pain upper trapezius dan pengembangan keilmuan Fisioterapi Ergonomi. Daftar Pustaka .Andersen J, Kaergaard A, Frost P, Thomsen J, Bonde J, Fallentin N, et al. 2002. Physical, psychosocial, and individual risk factors for neck/shoulder pain with pressure tenderness in the muscles among workers perfoming monotonous, repetitive work. Spine: 27: 660-7. Ariens GAM, et al. 2001. Are Neck Pain Flexion, Neck Rotation, and Sitting at Work Risk Factor for Neck Pain? Result of a Prospective Cohort Study. Occup Enviromed 2001;58:200-7 Chaitow, Leon, 2003; Modern Neuromuscular Techniques: Second Edition, Churchill Livingstone, Elservier Science Limited. China. Cole DC, Ibrahim SA, Shannon HS, 2005 Predictors of Work-Related Repetitive Strain Injuries in a Population Cohort. American Journal of Public Health. Vol.95 no.7 hal 1233-1237 Delaune, V. 2011 Pain Reelirf With Help.LotusPublishingChichester, England. Berkeley, California. Trigger Point North Atlantic SelfBooks Donateli, RA. 2012. Physical Therapy of the shoulder. National Director of Sport Rehabilitation Physioterapy Associares. Las Vegas. Nevada. Ervina, JHA. 2012. Pengaruh Penambahan Contract Relax Sterching Pada Intervensi Interferencial Current dan Ultrasound Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Sindroma Miofasial Otot Supraspinatus. Universitas Esa Unggul, Jakarta