a a MENUJU MASYARAKAT YANG IVIANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT MELALUI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GENETIKA, NUTRISI DAN PENYAKIT a a a a a • a a Simposium Nasional ke-3 Hasil Penelitian dan Pengembangan Bidang Kesehatan Jakarta, 30 November - 1 Desember 2006 Diselenggarakan oleh: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JL. PERCETAKAN NEGARA 29. JAKARTA INDONESIA SEHAT 2010 BU KU PANDUAN • MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT MELALUI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GENETIKA, NUTRISI DAN PENYAKIT • X I I Simposium Nasional ke-3 Hasil Penelitian dan Pengembangan Bidang Kesehatan 11 Jakarta, 30 November - 1 Desember 2006 I Diselenggarakan oleh: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JL. PERCETAKAN NEGARA 29, JAKARTA ,-.■ ■ • ,■ •-■ •■ • ■ •-■ . .■ -/ •■ • •■ ■ • ■ • E-3 dup P: twalt Buku Panduan Sekretariat Panitia Penyelenggra Simposium Nasional ke-3 Hasil Penelitian dare Pengernbangan Keselhatan Bidang Kesehatan jt. Percetakan Negara 29 Jakarta 10560 Telp (021) 426 1088 psyv 127 Fax (021) 424 3933 E-mail : [email protected] - - - KATA PENGANTAR Pada kesempatan ini kami atas nama Palitia Pelaksana mengucapkan selamat datang kepada peserta Simposium Nasional ke 3 Hasil Penelitian dan Pengembangan Bidang Kesehatan pada tanggal 30 November dan 1 Desember 2006 di Gedung Balai Kartini, Jakarta yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Perkembangan IP IEK yang semakin dinamis akibat dari melesatnya teknologi telah memacu para peneliti untuk semakin produktif dalam berbagai karyanya. Masalah kesehatan tidak pernah berhenti, bahkan menjadi semakin beragam dan kompleks seising dengan berkembangnya zaman. Beragam basil penelitian menjadi aset yang amat berharga manakala dapat digunakan sebagai dasar kebijakan pengambilan keputusan dalam mengatasi masalah kesehatan tersebut. Sasaran pembangunan bidang kesehatan di Indonesia tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2004 — 2009 dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan antara lain ditandai dengan 1) meningkatnya umur harapan hidup (UHH) dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun, 2) menurunnya angka kematian bayi (AKB) dari 35 menjadi 25 per 1000 kelahiran hidup, 3) menurunnya angka kematian ibu (AKI) dari 307 menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup, dan 4) menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 25,8% menjadi 20%. Upaya untuk tercapainya peningkatan derajat kesehatan masyarakat tersebut, pada awal tahun 2006 Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan Visi yaitu `masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat' dan Misi yaitu `membuat rakyat sehat' telah menyusun suatu strategi yang dikenal dengan Grand Strategy Departemen Kesehatan yang meliputi empat hal; 1) menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, 2) meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, 3) meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan, dan 4) meningkatkan pembiayaan kesehatan. Sejak tahun 2004, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan menggelar simposium nasional basil penelitian dan pengembangan bidang kesehatan pada setiap tahunnya. Ajang temu para peneliti tahun 2006 ini merupakan Simposium Nasional ke3 Hasil Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Sehubungan dengan apa yang telah dinyatakan dalam beberapa dokumen di atas maka tema simposium kali ini adalah "Menuju masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat melalui penelitian dan pengembangan genetika, nutrisi dan penyakit". Selain presentasi makalah basil penelitian dalam bentuk seminar juga akan diselenggarakan Lokakarya dan Diskusi Panel yang akan membahas masalah kesehatan khusus yang diharapkan dapat memecahkan dan memberikan solusi jawaban masalah kesehatan tersebut. Selain itu juga akan dipamerkan produk yang berkaitan dengan bidang kesehatan. Sehubungan dengan itu kami mengucapkan selamat berdiskusi, semoga kegiatan ini dapat membawa manfaat bagi kita semua. Terimakasih. Panitia Pelaksana Ketua, A Drg. Titte Kabul AdincatA M.Sc.PH NIP. 140098683 - - - - rancluan Simposium Nasional K.0-3 baltbangkes Jakarta, 30 Nov— I Des 2006 NFORMASII UMUM si Peserta Simposium Nasional Ke-3 Hasil Penelitian dan Pengembangan Bidang Kesehatan yang diadakan oleh Badan Litbangkes Depkes RI diharapkan melakukan pendaftaran ulang pada hari Kamis (30 November 2006) pada pukul 07.30 WIB sampai dengan 08.30 WIB di Gedung Balai Kartini. Peserta akan mendapatkan 1 (satu) set bahan simposium terdiri dari buku panduan, kumpulan makalah, name tag, tas, pulpen dan buku catatan Lokasi Aga Kegiatan simposium bertempat di Gedung Balai Kartini JI. Jend. Gatot Subroto Kay. 37 , Jakarta 12950 Telp (+6221) 525 3009, 522 5554 Fax (+6221) 525 0435 dengan menggunakan ruangan Raflesia (ballroom) di lantai 1 (satu) serta ruang Mawar I dan Mawar II di lantai 2 (dua) Denah dan Rute Lokasi Program Illmiakt -- Sesi ilmiah merupakan kegiatan simposium yang dilakukan dalam bentuk sebagai berikut: Acara Pleno merupakan kegiatan penyampaian makalah utama yang disampaikan oleh I. Menteri Kesehatan RI bertempat di ruang Raflesia (lantai 1) Acara diskusi panel merupakan kegiatan penyampaian makalah secara panel oleh II. beberapa panelis dilakukan dalam dua kali kesempatan pada hari Kamis (30 November 2006) dan Jum'at (1 Descmber 2006). Kegiatan dilakukan di ruang Raflesia (lantai 1) III. Acara paralel merupakan kegiatan diskusi kelompok yang membahas 3 topik pembahasan dengan alokasi tempat dan topik sebagai berikut : a Peningkatan Akses dan Kualitas Fasilitas Kesehatan serta Pelayanan Kesehatan Masyarakat bertempat di ruang Raflesia (Ballroom) b. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit: Kebijakan dan tantangan bertempat di ruang Mawar I Pembentukan Desa Siaga dan Pos Kesehatan Desa : Percepatan Penurunan AKI & AKB, serta Peningkatan Status Gizi Masyarakat bertempat di Ruang Mawar II Fanduan 5irnrosium Nasional KC-) balthangkes Jakarta, )0 Nov— I Des 2006 Presentasi Poster Semua poster yang disajikan ditempatkan di lantai 2 (depan ruang Mawar I & Mawar 2). Pre Siraposiurn : Workshop Sebelum pelaksanaan simposium, Badan Litbangkes mengadakan kegiatan workshop mengenai materi : 1.Penggunaan Personal Digital Assistance (FDA) pada survey kesehatan masyarakat 2. Aplikasi epidemiologi pada Geografic Infotmastion System (GIS) Pelaksanaan workshop dilakukan pada hari Rabu (29 November 2006) bertempat di ruang Mawar I dan Mawar II mulai pukul 08.00 —16.00 WIB Paraeran Selama kegiatan simposium berlangsung diadakan pula pameran yang dikud kalangan internal Badan Litbangkes yang menampilkan profil unit kerja dan hasil litbang serta perusahaan dan instansi luar. Pembagian stand dan intansi/perusahaan diatur sebagai berikut : YMP. NAS. 111 HASH_ PENELITIAN B PENGENIKANGAN DIBIOANO KESEHATAN 29 - 30 Novernbar 2006 BALM ICARTINI - JAKARTA Calm haloun Keterangan : Stand No. I Stand No. 2 Stand No. 3 Stand No. 4 Stand No. 5 Stand No. 6 Stand No. 7 Stand No. 8 Stand No. 9 : JIIPP dan PDI LIPPI : PT. Laborindo : CV. Maharani (Bali) : PT. Elokarsa : PT. Nutrilab Pratama : PT. Abadi Nusa : Puslitbang Ekologi & Status Kesehatan : EWORS Litbangkes : HAKI Badan Litbangkes Vanduan Simposium Nasional Ke-5 baltkanskes Jakarta, 'o Nov- I Des 2006 Stand No. 10 Stand No. 11 Stand No. 12 Stand No. 13 Stand No. 14 Stand No. 15 Stand No. 16 Stand No. 17 & 18 Stand No. 19 Stand No. 20 : BPTO Tawangmangu : LOKA Badan Litbangkes : Penerbit : Puslitbang BMF • PT. Prodia : PT. New Module : PT. Sail Palapa Bersama : PT. Roche Indonesia : Puslitbang Gizi & Makanan Bogor : Puslitbang PSICK Surabaya Seknetariat Untuk memfasilitasi kebutuhan peserta simposium dan pameran, panitia menyediakan Pusat Layanan Informasi bersama dengan pihak pengelola gedung bertempat di dalam pintu masuk Balai kartini (Lantai 1) Hotel Selama kegiatan, berlangsung peserta dapat menggunakan hotel yang berdekatan dengan lokasi kegiatan dengan informasi sebagai berikut : Ket Alamat Harga Rp. 400.000,- Jl. Gatot Subroto Termasuk makan pagi Jkt 12060 nett/malam Rp. 280.000 Jl. Kapten Tendean No. 1 nett/malam Nama Hotel No Hotel Kartika Chandra I 2 Hotel Maharaja/Maharani Pedoman Untuk Moderator Moderator memimpin dan mengarahkan acara sesuai jadwal yang ditentukan oleh panitia dengan dibantu oleh notulen. Sidang makalah/presentasi dimulai dengan pertamakali moderator memperkenalkan para penyaji dengan menyebutkan nama dan asal instansi. Pedoman Untuk Penyaji Lisan/Oral Bahan presentasi diserahkan kepada panitia didepan ruang sidang. Penyaji diharapkan hadir 10 menit sebelum acara dimulai. Waktu keseluruhan presentasi yang disediakan oleh panitia maksimal 15 menit Sertifikat Sertifikat akan diserahkan kepada peserta pada pada saat pendaftaran. Sertifikat sudah diakreditasi oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia dengan perincian nilai akreditasi sebagai berikut : SK PB IDI No : 927/PB/A.7/11/2006 Pembicara : 3 SKP Pembicara : 3 SKP Simposium I Workshop I Peserta : 5 SKP Peserta : 3 SKP randuan Simposium Nasional Ke-3 baltbangkes Jakarta, 50 Nov - 1 Des zoo6 AGENDA KAMIS, 30 NOVEMBER 2006 08.00 am — 08.30 am PENDAFTARAN 08.30 am — 09.00 am PEMBUKAAN Ruang Raflesia Laporan Pelaksanaan Kegiatan Sambutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 09.00 am — 09.30 am PEMBUKAAN P MERAN REHAT 09.30 am —11.00 am DISKUSI PANEL RUANG RAFLESIA Moderator : Dr. Triono Soendoro, PhD (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI) • "PEMETAAN KEANEKARAGAMAN GENETIK BERBAGAI PENYAKIT DI INDONESIA" Prof. Dr. Sangkot Marzuki, MSc, PhD, DSc (Lembaga Biologi Molekuler Eijkman) • '7 FSSONS I EARNED FROM PRE VIO US AVIAN INFI ,LIENZA PANDEMIC" Dr. Frederick Hayden (World Health Organization) 11.00 am —12.30 am PARALFI SIMPOSIUM (PRESENTASI PENGANTAR TOPIK) RUANG RAFLESIA 'PENINGKATAN AKSES DAN KUALITAS FASILITAS KESEHATAN SERTA PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT" Moderator : Dr. H. Suwandi Makmur, MM (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI) RUANG MAWAR I • Dr. dm. LB. Indra Gotama, SKM, MSi (Pusat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat — Setjen Departemen Kesehatan RI) • Dr. M.J.N.R. Mamahit, SpOG, MARS (RSUD Tangerang) • Dr. Soewarta Kosen, PhD (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI) 'PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT:: KEBIJAKAN DAN TANTANGAN" Moderator : Dr Agus Suwandono, MPH, DrPH (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI) • Dr. Yusharrnen, D.Comm H, MSc (Direktorat Surveilans, Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan Matra — Ditjen P2PL Depkes RI) • Dr. Budhiharjdja, MS, DTM&H, MPH (Dinas Kesehatan Jawa Tengah) ranJuan 5impossr. Nasional Kc-5 balt6angkcs Jakarta, RUANG MAWAR 2 50 Nov— I pcs 2006 'PEMBENTUKAN DESA SL4GA DAN POS KESEHATAN DESA : PERCEPATAN PENURUNAN AKI & AKB, SERTA PENINGKATAN STATUS GIZI MASYARAKAT" Moderator : Soeharsono Soemantri, PhD (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI) 12.30 am — 13.30 pm • Dr. Sri Astuti Soeparmanto, MSc (PH) (Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat — Depkes RI) • Dr. Widjaja Lukito, PhD (SEAMED TROPMED RCCN Universitas Indonesia) • Dr. Purnawan Djunadi, MPH, PhD (FKM Universitas Indonesia) ISHOMA PRESENTASI POSI ER 13.30 pm — 15.00 pm RUANG RAFLESIA PARALFT SIMPOSIUM (PRESENTASI PENUNJANG TOPIK) 'PENINGKATAN AKSES & KUALITAS FASIL1TAS KESEHATAN SERTA PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT" Moderator : Dr. Drs. Wasis Budiarto, MS (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI) STATUS KESEHATAN MASYARAKAT PASCA GEMPA DI PROVINSI DI YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH TAHUN 2006 Felly Philipus Senewe, Salma Ma'roef, Lamria Pangaribuan, M. Sudomo Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI STUDI I ENTANG REKRUITMEN DAN PENDAYAGUNAAN TENAGA KEPERAWATAN DI DAERAH VERPENCIL Wasis Budiarto Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI KETAHANAN HIDUP JEMAAH HAJI INDONESIA Masdalina Pane Subdit Kesehatan Haji Ditjen PP dan PL (mahasiswa program Doktor bidang Epidemiologi FKM UI) ANALISIS KUALITAS PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) DI PUSKESMAS : gruni KASUS DI PUSKESMAS KABUPATEN KEDIRI DAN KABUPATEN TULUNGAGUNG Wahyu Dwi Astuti dan Andryansyah Arifin Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI DETEKSI IMS PADA AN I ENATAL CARE di PUSKESMAS Widjiartini dan Wahyu Dwi A Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI DETEKSI DINIADOT PSCENT IDIOPHA77C SCOLIOSIS (AIS) DI INDONESIA Lute Gatam, Rahyusalim, dan Masdalina Pane Pusat Riset Ortopedi, RS Fatmawati Jakarta rondoan Simposia. Nasional Ke-3 baltbangkos Jakarta, 50 Nov- I Des 2006 RUANG MAWAR I 'TENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DI INDONESIA: KEBIJAKAN DAN TANTANGAN" Moderator : Drg. Sekartuti, MSc (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI) PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TERKAIT LINGKUNGAN DENGAN PENGINDERAAN JAUH DAN SIS1 EM INFORMASI GEOGRAFIS Dyah Respati Suryo Sumunar Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta DAMPAK PERUBAHAN MUSIM IERHADAP KADAR DEBU PM10 LOKASI TRANSPORTASI, INDUSTRI DAN PERMUKIMAN. Sukar, Athena, A., Miko Hananto and Zahra Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI KADAR LOGAM BERAT BIOTA PANTAI KENJERAN SURABAYA DIBANDINGKAN BIOTA DAM TAMAN NASIONAL BALURAN DAN PAGERUNGAN MADURA Rhin Sumiyani1 Soediannoko Soediman1 dan Atiek Moesrianz 'Fakultas Farrnasi Universitas Surabaya (UBAYA) 2Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, ITS PERANAN ANOPHEI ACONTTUS SEBAGAI POTENSIAL VEKTOR MALARIA DI DESA KALIKARUNG KEC. KALIBAWANG ICAB. WONOSOBO TAHUN 2004 Sunaryo, Tri Ramadhani, Bambang Yunianto Loka Litbang P2B2 Banjarnegara - Badan Litbangkes-Depkes RI DISTRIBUSI DAN FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN RESERVOIR LEPTOSPIROSIS DI KABUPA1 EN DEMAK, JAWA 1ENGAH Farida D.H, Ristiyanto, dan Damar Tri Boewono, MS. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI TRANSMISI PENULARAN CAGING BURG DI KABUPAlh,N HULU SUNGAI UTARA Annida, Lukman Waris, dan Amalia Safitri Loka P2B2 Tanah Bumbu Kalsel — Badan Litbangkes — Depkes RI RUANG MAWAR 2 'PEMBENTUKAN DESA SIAGA DAN POS KESEHAT4N DESA : PERCEPATAN PENURUNAN AKI & AKB, SERTA PENINGKATAN STATUS GIZI MASYARAKAT" Moderator : dr. Trihono, MSc (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI) PARADIGMA BARU DALAM MELIHAT PERMASALAHAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANGKA KEMATIAN BAYI Rizanda Machmudl, Adang Bakhtiar2 1 FK Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran komunitas, Universitas Andalas 2Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, PERANAN ORGANI.`,ASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PERAN SERTA MASYARAKAT TERKAIT AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANGKA KEMATIAN BAYI Niniek L Pratiwi, Setia Pranata, Paiman S, Astrid, Linda N Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI rand... Simposium Nasional Ke-5 5altbangkes Jakarta, 50 Nov - I Des zoo6 SEGITIGA STRATEGIS : SEBUAH POLA PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP DALAM UPAYA PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU Didik Budijanto dan Evie Sopacua Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI INOVASI DALAM IMPLEMENTASI PUSKESMAS PONED SEBAGAI UPAYA AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI DI TIGA KABUPATEN DI JAWA TIMUR Tety Rachmawati, SK Poerwani, Agus Suparapto, dan Fachrudi Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan-Badan Litbangkes-Depkes RI ANALISIS KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN DALAM RANGKA AKSFLFRASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANGKA KEMATIAN BAYI Turniani Laksmiarti Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI KOMITMEN POLITIK DAN UPAYA SYSTEMATIS DALAM MENGURANGI KEMATIAN IBU DI INDONESIA Syahrul Aminulllah Ketua Badan-badan Khusus Pengembangan Keanggotaan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dan Presidium Aliansi Pita Putih Indonesia (APPI) 15.00 am —15.30 pm REHAT PRESENTASI POSTER 15.30 am — 17.00 pm PARALEL SIMPOSIUM (PRESENTASI PENUNJANG TOPIIC) RUANG RAFLESIA 'PENINGKATANAKSES & KUALITAS FASILITAS KESEHATAN SERTA PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT" Moderator : Cholis Bachroen, SKM, MPH (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI) PERSEPSI PROVIDER 1 PRHADAP MANAJEMEN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Trijuni Angkasawati, Wahyu Dwi Astuti, dan Andryansyah Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI STUDI TENTANG PENGELUARAN PASIEN DAN UTILISASI PELAYANAN KESEHATAN PESERTA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN BAGI KELUARGA MISK1N (WK GAKIN) : STUDI DI TIGA KABUPATEN DAERAH UJI COBA JPK GAMIN Ristrini dan Tety Rachmawati Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan-Badan Litbangkes-Depkes RI EFEKTIVITAS POSBINDU PTM DALAM PENURUNAN PREVALENSI FAKTOR RISIKO PTM DI KOTA DEPOK Ekowati Rahajeng, Ratih Oemiyati Nunik Kusuma Wardani Puslitbang Biomedis dan Farmasi - Badan Litbangkes - Depkes RI PROFIL SIS1 LM RUJUKAN KEHAMILAN DAN PERSALINAN Lestari Kanti Wiludjeng Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan-Badan Litbangkes-Depkes RI Tandoori Simposiun Nasional Ke-5 baltbanglcoo Jakarta, 5o Nov - 1 Dcs zoos MENGEMBALIKAN PUSKESMAS KE KHITTAHNYA MELALUI UPAYA REVITALISASI PELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS DAN JARINGANNYA Lestari Handayani, Evie Sopacua, Siswanto, N.A.Ma'aruf, Widjiartini Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan-Badan Litbangkes-Depkes RI RUANG MAWAR I 'PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DI INDONESIA• KEBIJAKAN DAN TANTANGAN" Moderator : Dr. Anny Victor, MSc (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI) ANALISIS MUTASI GEN BETA-CAI ENIN PADA JARINGAN LIMFOMA DENGAN METODA PCR DAN SSCP Mulch Syaifudinl, Tadashi Hongyo2, dan Taisei Nomura2 'Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, BATAN 2Departemen Biologi Radiasi dan Genetika Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Osaka, Jepang PROTEIN PENGIKAT LAMININ REKOMBINAN SEBAGAI KANDIDAT VAKSIN TERHADAP CLEARANCE STREPTOCOCCUS PYOGENES MI*- 90226 YANG DIINFEKSI SECARA INTRANASAL PADA MENCIT BALB/c Sri Wahyuningsihl, Maria Immaculata Iwo2, Reny Ellyasheva2 dan Debbie Sofie Retnoningrum2 1)Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional 2/Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung EFEKTIVITAS EKSTRAK AIR DAN EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA (L.) URBAN) DALAM MENURUNKAN WAKTU KEJANG PADA MENCIT PUTIH JANTAN MENGGUNAKAN MAXIMUM EI FCTROSHOCK SEIZURE Aguslina Kirtishanti, Farida Suhud, Imam Luqman Hakim, dan Elizabeth Devita Widiana Fakultas Farmasi Universitas Surabaya PENENTUAN LOGARITMA KOEFISIEN PARTISI (LOG P) SENYAWA BENZOILTIOUREA DAN UJI AKTIVITAS PENEKAN SISTEM SARAF PUSAT (SSP) Dini Kesuma, Farida Suhud, dan Yohana Inge S Fakultas Farmasi Universitas Surabaya PENENTUAN PARAMETER LIPOFILIK SENYAWA 2KLOROBENZOILTIO-UREA DAN UJI POTENSIASI TERHADAP TIOPENTAL Farida Suhud, Dini Kesuma, dan Lilik Fakultas Farmasi Universitas Surabaya RUANG MAWAR 2 'PEMBENTUKAN DESA SIAGA DAN POS KESEHATAN DESA : PERCEPATAN PENURUNAN AKE &AKB, SERTA PENINGKATAN STATUS GIZI MA SYARAKAT" Moderator : dr. Felly Philipus Senewe, M.Kes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI) rancluan Simposium Nasionat Kt-) baltbangkes Jakarta, ;0 Nov— I pea 2006 UPAYA PENINGKATAN AKSES I ERHADAP INFORMASI DAN PELAYANAN KFI UARGA BERENCANA BERKUALITAS DALAM RANGKA PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI (STUDI KASUS DI KABUPATEN KLUNGKUNG DAN KABUPATEN BULELENG, PROP BALI ) Made Budisuari dan Bambang Wasito Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI KEPALA DESA SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN : SUATU STUDI KWALITATIF DI KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA Laksmono Widagdo Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP) RCM UNDIP PENGETAHUAN, STRAP DAN PRAK I EK KADER POSYANDU DI EMPAT KABUPA I .EN Siswanto Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI PEMANFAATAN BAHAN PANGAN LOKAL (INDIGENLIS) DALAM PEMBUATAN FORMULA MAKANAN JAJANAN TINGGI Fe UNTUK PERBAIKAN GIZI ANAK SEKOLAH M. Husni Thamrin dan Marni Handayani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Padang FAKTOR DETERMINAN STATUS GIZI LANSIA PENGHUNI PANTI WERDHA PEMERINTAH DIG JAKARTA TAHUN 2004 Hoirun Nisa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FICK) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta PEMANFAATAN IKAN BETUTU (OXYET FOTRIS MARMORATA, BI REKER) DAN HASIL OLAHANNYA SERTA ANALISA MUTU GIZI DAN MUTU FISIK DI DAERAH TOBASA SUMATERA UTARA Tiar Lince Masriani Bakara Jurusan Gizi Politelmik Kesehatan Medan raneluan Simposium Nasional Ke-3 baltbangkes Jakarta, 30 Nov- I Des 2006 JUM'AT, 1 DESEMBER 2006 08.30 am — 09.30 am DISKUSI PANEL RUANG RAFLESLA Moderator : Dr. dr. Soewarta Kosen (Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan-Departemen Kesehatan RD "CONTROL OF DENGUE HEMORRHAGIC FEVER, SINGAPORE EXPERIENCE" Prof. Kee Tai Goh, MBBS, MSc, MD, FAMS (Ministry of Health Singapore) 09.30 am — 09.45 am REHAT PRESENTASI POS1ER 09.45 am —11.30 am PARALEL SIMPOSIUM (PRESENTASI PENUNJANG TOPIK) RUANG RAFLESIA 'PENINGKATAN AMES & KUALITAS FASILITAS KESEHATAN SERTA PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT" Moderator : Dr. S.K. Poerwani (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI) OBSERVASI PERESEPAN ANTIBIOTIKA UNTUK PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SWASTA SELANGOR, MALAYSIA, PERIODE OKTOBER SAMPAI DESEMBER 2004 Riswaka Sudjaswadi dan Azimah Mohd. Nor Bagian Farmasetika, Fakultas Farmasi UGM PERBANDINGAN METODE ISAPAN NON NUTRISI DAN METODE PENAHANAN TUBUH DALAM UPATA PENURUNAN RESPON NYERI PADA BAYI AM-BAT TINDAKAN SUNTIKAN DI RUANG PERINATOLOGI RS BRAYAT MINULYO SURAKARTA E. Prihantini, Rita Benya Adriani, dan Wiwik Setyaningsih Politeknik Kesehatan Surakarta VALIDASI METODE ANALISIS NIPAGIN M DENGAN IN I ERNAL STANDAR NIPAGIN P DALAM SEDIAAN INJEKSI ANALGESIK CAMPURAN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) Kusuma Hendrajaya, Ririn Sumiyani,dan Rina Nurmalasari Fakultas Farmasi Universitas Surabaya VALIDASI RUMUS TAKSIR BERAT JANIN (TBJ) UNTUK PREDIKSI BERAT BADAN LAHIR BERDASARKAN TINGGI FUNDUS UTERI IBU HAMIL Dewi Gayatri dan Yati Afiyanti Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia UJI BIOEICVALENSI IN VITRO PRODUK OBAT BERMEREK DAN GENERIK BERLOGO YANG MEGANDUNG FUROSEMID Ni Luh Dewi Aryani, Christina Avanti, Siti Aisyah, dan Anis Thohiroh Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Surabaya randuan Simposium Nasional Kc-5 baltbangkes Jakarta, )0 Nov - I Dcs zoo6 TENCEGATIAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DI INDONESIA. KEBIJAKAN DAN TANTANGAN" RUANG MAWAR 1 Moderator : Drs. Damar Tri Boewono, MS (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI) SURVEI NYAMUK AEDES SPP. DI 3 KECAMATAN DI KOTA SEMARANG TAHUN 2006 Nur Endah Wahyuningsihl, Edi Dharmana2, Endang Kusnawatil 'Fakultas Kesehatan Masyarakat ,Universitas Diponegoro 2Fakultas Kedokteran , Universitas Diponegoro. DE1 F.KSI VIRUS DENGUE PADA PROGENI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGAN METODE IMUNOHISTOKIMIA Widiarti, Damar Tri Boewono, Umi Widyastuti, Mujiono dan Lasmiati Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI DAYA LARVASIDA EKS IRAK ETANOL AMPAS SISA DESTILASI ARILUS BIJI PALA (MYRISTICA FRAGRANS HOLM I) IERHADAP LARVA NYAMUKAEDES AEGYPTI LINN. Sajekti Palupi', Nuning H'. ,Sri Subekti2 Fakultas Farmasi Universitas Surabaya Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga DAYA LARVASIDA EKSTRAK ETANOL Cosmos caudatus H.B.K dan Tagetes erecta L. TERFIADAP LARVA NYAMUK Aedes aegypti L. DAN SKRINING KANDUNGAN KIMIANYA Rika Yulia, Liem Liem Niklas Phanliana, Sajekti Palupi Fakultas Farmasi Universitas Surabaya SETAHUN LEBIH EPIDEMI H5N1 PADA MANUSIA DI INDONESIA QULI 2005 — OKTOBFR 2006) Endang R. Sedyaningsihl, Siti Isfandaril, Vivi Setiawatyl, Lutfah Rifati', Syahrial Harunl, Wilfred Purba2, Sholah Imari2, Sardikin Giriputra3, Patrick J. Blair'', Shannon D. Putnam', Timothy M.Uyelcis, Triono Soendoro' 'Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI 2Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 3RSPI Sulianti Saroso, Jakarta 4U.S. Naval Medical Research Unit 2, Jakarta 3Centers for Disease Control and Prevention, Atlanta GA, USA STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG DIMILIIC OLEH PENDERITA FLU BURUNG DI JAWA BARAT Yosephina AS, Dwi TP, dan Achmad T. Politeknik Kesehatan Bandung VIRUS LAIN YANG DIIEMUKAN PADA SPESIMEN NEGATIF H5N1 DENGAN MENGGUNAKAN IEKNOLOGI LUMINEX Reni Herman', Agustina Ika Susanti2, Djoko Yuwono', With Kania2, Widoretnol, Sid M Saragih', Endang R Sedyaningsih', Sardikin Giriputro3, Oerip Pancawatil, Gary T Brice2 'Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI 2 US Naval Medical Research Unit 2, Jakarta 3RSPI Sulianti Saroso randuan Smposiom Nasioaal Ke-3 baltbangkes zoo6 Jakarta, 50 Nov- I Des RUANG MAWAR 2 'PEMBENTUKAN DESA SIAGA DAN POS KESEHATAN DESA : PERCEPATAN PENURUNAN AKI drAKB, SERTA PENINGKATAN STATUS GIZI MASYARAKAT" Moderator : Dra. Rachmalina, MSc (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI) IELAAH KEBIJAKAN PADA INDIKATOR KEBERHASILAN DESA SIAGA SEBAGAI MASUKAN DALAM PELAKSANAAN KEPMENKES No.564/Menkes/SIC/VIII/2006 Evie Sopacua dan Agung Dwilaksono Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes-Depkes RI SURVEI DATA DASAR DALAM RANGKA PERSIAPAN PEMBENTUKAN DESA SIAGA DI DESA MUKAPAYUNG KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006 Holil M. Par'i, Asep Taryana, Isa Ichsanuddin, Pujiono, Ai Juariah, Yayan Sofyan, dick Politeknik Kesehatan Bandung GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DESA BET ENDUNG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARAHAYU TENTANG PROGRAM DESA SIAGA Felix Kasim LAB/SM.IKM /IKAKOM FK.Maranatha/RS.ImmanuelBandung PENGEMBANGAN POS OBAT DESA DI KABUPATEN CIANJUR Martuti Budiharto dan Harimat Hendrawan Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes-Depkes RI PERAN POS KESEHATAN DESA (POSKESDES) DALAM DESA SIAGA DI JAWA l'ENGAH TAHUN 2006 Paiman Soeparmanto Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes-Depkes RI 11.30 am — 13.00 pm ISHOMA PRESENTASI POST ER 13.00 pm —15.00 pm DISICUSI PANEL RUANG RAFLESIA "PERKEMBANGAN MUTAKHIR PENANGANAN AVIAN INFLUENZA (FLU BURUNG) DI INDONESIA : EPIDEMIOLOGI, KLINIS, DAN GENOMIK" Moderator : Dr. Endang R. Sedyaningsih, MPH, DrPH (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI) 14.30 am —15.00 pm • Dr. I Nyoman Kandun, MPH (Ditjen P2PL — Departemen Kesehatan Indonesia) • Dr. Santoso Saroso, SpA (RSPI Dr. Sulianti Saroso) • Patrick J. Blair, PhD (US NAMRU-2 Jakarta) PENUTUPAN randuan Smrosium Naaional Kc-3 balthanglcas Jakarta, 30 Nov - Des Z006 POS1ER 01 PENCEGAHAN PADA TUBERKULOSIS PARU E.J. Manuhutu Departemen Pulrnonolagi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Respirasi UI, RS Persahabatan Jakarta 02 FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA DROP OUT (DO) PADA PENDERITA TB PARU DI KABUPATEN BANDUNG Maria Holly Herawati dan Grace Mediana P Puslitbang Biomedis dan Farmasi — Badan Litbangkes — Departemen Kesehatan RI 03 KUALITAS PEMERIKSAAN BAKTERI TUBERCULOSIS (BTA) DI PUSKESMAS RUJUKAN MIKROSKOPIS Merryani Girsang1, Sumarti2, dan Lia Gardenia Partakusuma3 lPuslitbang Biomedis dan Farmasi - Badan Litbangkes — Departemen Kesehatan RI 2Dinkes Kab Bekasi JawaBarat 3RSPersahabatan Jakarta 04 PENANGGULANGAN MENYELURUH DAN ANALISIS SPATIAL TRANSMISI DBD DI KOTA SALATIGA Damar Tri Boewono, Barodji, Widiarti, Hasan Boesri, Hadi Swasono, Blondine Ch.P. Bagus Febriyanto, Ristiyanto, Suskamdani, dan Wiwik Trapsilowati Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit 05 DISTRIBUSI ANOPHEI FS SUBPICTUS DI KABUPATEN KEPULAUAN SERIBU Jusniar Ariati, S. Sukowati, Shinta dan Hetri Andris Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan — Badan Litbangkes — Departemen Kesehatan RI 06 PEMETAAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN RESERVOIR ERA DESENTRALISASI DI JAWA TIMOR Umi Widyastuti, Nani Sukasediati, Widiarti, Damar T.B., Suskamdani, Ristiyanto, Hadi Swasono dan Y. Sudini Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir penyakit — Badan Litbangkes — Departemen Kesehatan RI 07 FAKTOR RISIKO FILARIASIS DI KECAMATAN TIRTO, KABUPATEN PEKALONGAN, JAWA IENGAH Astri Maharani Widiarti, Bagus Febrianto, dan Sumardi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir penyakit — Badan Litbangkes Departemen Kesehatan RI 08 PREVALENCE OF AN 11BODY AND GENETIC IDENTIFICATION OF HANTAVIRUSES INFECTION AND ECTOPARASITES INFESTATION IN RODENTS AND INSECTIVORES AT THOUSAND ISLANDS DISTRICT OF JAKARTA PROVINCE, INDONESIA Ima Nurisa Ibrahiml, Sri Erlinat, Yusniar Ariatii, Kumiko Yoshimatsu2, Megurni Okumura2, and Jiro Arikawa2 1 Ecology and Health Status Research and Development, National Institute of Health Research and Development, Ministry of Health, Jakarta 2Institute for Animal Experimentation, Hokkaido University Graduate School of Medicine, Sapporo 060-8638, Japan. 09 KEBERHASILAN PROGRAM PEMERINTAH MENGENAI PROGRAM PEMERINTAH 1ENTANG HIV/AIDS DI KALANGAN PSK DI WILAYAH PATOK BEUSI, KECAMATAN PATOK BEUSI, KABUPATEN SUBANG, PROPINSI JAWA BARAT. Felix Kasim Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK Universitas Kristen Maranatha Bandung. 10 PEMANFAATAN INVENTARISASI TUMBUHAN BAHAN BAKU OBAT DIKEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA Nunik Siti Aminah dan Gindo Simanjuntak Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan — Badan Litbangkes — Departemen Kesehatan RI ranclaan Simposium Nasional Kc-5 baltbangkcs Des zoo6 Jakarta, 30 Nov - I 11 POINT VALUE : SUATU ALTERNATIF CARA PENILAIAN KINERJA SDM KESEHATAN Didik Budijanto dan Evie Sopacua Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes - Departemen Kesehatan RI 12 POLICY OPTIONS UNTUK PELATIHAN YANG DISELENGGARAKAN DALAM UPAYA PENURUNAN AKI/AKB Evie Sopacua & Didik Budijanto Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes - Departemen Kesehatan RI 13 HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN DAN STATUS GIZI BALITA (USIA 12-59 BULAN) DI WILAYAH TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH KELURAHAN LEUWIGAJAH CIMAHI SELATAN TAHUN 2006 Risya Damayanti dan Osman Syarief Politeknik Kesehatan Bandung 14 PERAN MEDIA BUKU PENGEMBANGAN INFOR_MASI DIAGNOSIS PENYAKIT DAN BUKU KESEHATAN POPULER DAN PENELITIAN, KONTRIBUSI UNTUK MENUJU MASYARAKAT MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT Misnadiarly', M. Husjain D2, Luxi P2 'Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbangkes - Departemen Kesehatan RI 2Akademi Analis Kesehatan DepKes, Pondok Gede 15 PROGRAM INTERVENSI "MULTI-STATE MODEL" DALAM PENINGKATAN KESEHATAN KELUARGA MISKEN Rizanda Machmudl dan Adang Balchtialh FK Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran komunitas, Universitas Andalas 2Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia 16 PENGOBAT TRADISIONAL (BA I IRA) DAN RAMUAN YANG DIGUNAKAN Sa'roni, Adjirni Puslitbang Biomedis dan Farmasi - Badan Litbangkes - Depkes RI 17 PERENCANAAN PEMBANGUNAN TAHUNAN KESEHATAN DI KABUPA I EN GUGUSAN KEPULAUAN DAN PEGUNUNGAN DI PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR, TH 2006 M. Hasyimi Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan - Badan Litbangkes - Departemen Kesehatan RI 18 BUDGET OBAT DAN KESEHATAN DALAM ANGGARAN KABUPATEN/KOTA Sarjaini Jamal Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes - Depkes RI PENINGKATAN AKSES DAN KUALITAS FASILITAS KESEHATAN SERTA PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT randuan Smposiom Nasional Ke-; baltbangkes Jakarta, 50 Nov - I Des 2006 STATUS KESEHATAN MASYARAKAT PASCAL' GEMPA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH TAHUN 2006 Felly Philipus Senewe, Salina Ma'roef, Lamria Pangaribuan, M. Sudomo Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan - Badan Litbangkes - Depkes RI Survei cepat yang dilakukan oleh Balitbangkes Depkes RI pada 19-22 Juni 2006 untuk mengetahui status kesehatan masyarakat pasca gempa di daerah tersebut. Survei telah dilakukan di tiga lokasi yaitu di Kota Yogyakarta, Kab.Bantul DIY, dan Kab. Klaten Jawa Tengah. Sampel 210 RT yang diwawancarai yaitu 91 RT Yogyakarta, 48 RT Bantul dan 71 RT Klaten. Hasil status Morbiditas (kesakitan) dari masyarakat korban bencana gempa di Yogyakarta terbanyak ISPA (22%) dan luka/vulnus (12%), Bantul terbanyak ISPA (15%) dan luka(15%), Klaten terbanyak ISPA (19%) dan sakit pinggang (17%). Khusus untuk cedera/kecelakaan di Yogyakarta (19%), Bantul (18%), dan lebih sedikit di Klaten (8%). Penyebab cedera mengatakan karena tertimpa bangunan di Yogyakarta (12%), Bantul (20%) dan Klaten (6%). Masyarakat yang mengalami gempa mencari pengobatan sendiri di Yogyakarta (8%), Bantul (7%) dan Klaten (5%). Masyarakat yang setelah gempa di tawat Map, di Yogyakarta (2%), Bantul (8%) dan Klaten (3%). Setelah gempa penderita yang berobat jalan, di Yogyakarta (21%), Bantul (15%) dan Klaten (5%). Masyarakat yang setelah terjadi gempa dan mencari pertolongan ke fasilitas kesehatan terdekat di Yogyakarta paling banyak ke Puskesmas (9%) dan posko relawan (7%). Sedangkan di Bantul paling banyak ke RS swasta (9%) dan posko relawan (7%). Di Klaten paling banyak ke posko relawan (12%) dan praktek dokter/perawat (11%). Masyarakat yang pergi mencari pengobatan kami tanyakan mengenai pembiayaan, di Yogyakarta kebanyakan mengatakan gratis (20%) dan bayar sendiri hanya (1%), di Bantul gratis (18%) dan Jamsostek (2%). Di Klaten gratis (42%) dan bayar sendiri (3%). Kesehatan mental dengan menggunakan kuesioner SRC-20 dari WHO, ditemukan ada gangguan mental (score >7) terbanyak di kab Klaten (15%), di Bantul (14%) dan kota Yogyakarta (1%). Kesimpulan sebagian besar masyarakat pasca gempa menderita ISPA, luka/vulnus dan pusing dan sakit pinggang/pung,gung. Penyebab cedera akibat tertimpa bangunan. Sebagian masyarakat mendapat pertolongan dari posko relawan, dan sebagian besar berobat jalan Hampir semua mendapat pengobatan gratis. Pada sebagian kecil masyarakat pasca gempa ditemukan adanya gangguan mental. Dalam survei ini disarankan perlu adanya tim penanganan yang terpadu dan cepat untuk memulihkan kondisi kesehatan masyarakat khususnya setelah terjadinya gempa. Kata bend: status kesehatan, pasca gempa DP/ dan Jateng STUDI TENTANG REKRUITMEN DAN PENDAYAGUNAAN TENAGA KEPERAWATAN DI DAERAH TERPENCIL Wasis Budiarto Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI KETAHANAN HIDUP JEMAA_H HAJI INDONESIA Masdalina Pane Subdit Kesehatan Haji Ditjen PP dan PL (mahasiswa program Doktor bidang Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI) Latar belakans. Angka kematian jemaah haji Indonesia dalam 10 tahun terakhir berkisar antara 2 - 3.8 per mil. Dua - tiga kali lebih tinggi bila dibandingkan kematian jemaah haji negara-negara Islam lainnya. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian tersebut dan belum mencapai hasil yang diharapkan. Pengamatan terhadap data kematian jemaah haji secara komprehensif akan memberikan kontribusi terhadap perbaikan program kesehatan haji dimasa yang akan datang. Tujuan. Mengetahui penganah waktu dan tempat kematian jemaah haji Indonesia dalam 2 tahun pengamatan (2005-2006). Subjek dan Metorklogi. Seluruh kematian yang terjadi pada musim haji tahun 2005 - 2006 dianalisis pertahun berdasarkan karakteristik demografi, risiko tinggi penyebab kematian, tempat kematian dan waktu kematian. Dilakukan pengamatan prospektif berdasarkan waktu untuk melihat ketahanan hidup jemaah haji Indonesia pada 2 musim haji. Hard Angka kematian JHI dalam 2 musim haji relatif tidak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yaitu 2.3 dan 2.2 permit. Proporsi kernadan terbesar terjadi pada laki-laki (50 - 67 %), usia lebih dari 60 tahun memiliki proporsi kematian lebih dari 50 % dan 25 % dari total kematian terjadi pada jemaah yang tidak diprediksi merailiki risiko tinggi. Berdasarkan penyebab kematian, penyakit paru dan cardiovascular menempati urutan teratas. Lebih dad setengah kematian terjadi di luar jangkauan pelayanan kesehatan. Rata-rata kematian terjadi pada had ke 27 setelah tiba di Arab Saudi, ini menunjukkan ketahanan hidup jemaah haji Indonesia rand., Smposium Nasional Kc-5 baltbangLes Jakarta, 50 Nov - I Des zoos kurang dari 4 minggu. Ada hubungan bermakna antara kematian diluar sarana pelayanan kesehatan dengan waktu terjadinya kematian. Kesimpulan. Pengamatan 3 tahun data kematian menunjukkan konsistensi dalam setiap tahun pengamatan, permasalahan utama kematian JHI adalah kematian diluar sarana pelayanan kesehatan dan kematian tersebut biasanya terjadi dalam waktu relatif singkat Kata Kunci : Ketahanan Hidup, JHI, BPHI, Kloter, Pondokan, Maktab ANALISIS KUALITAS PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) DI PUSKESMAS (STUDI KASUS DI PUSKESMAS KABUPATEN KEDIRI DAN KABUPATEN TULUNGAGUNG) Wahyu Dwi Astuti, Andryansyah Arifin Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan antenatal, telah dilakukan pengukuran kualitas pelayanan antenatal dengan metoea COPE (Client Oriented Provider Efficient). Pengukuran kualitas dengan metoda COPE menggunakan indikator terpenuhinya 7 hak ibu hamil dan 3 kebutuhan provider. Design penelitian deskriptif Sampel adalah ibu hamil, ibu bayi dan provider yang diambil secara purposive. Hasil penelitian tentang kualitas pelayanan ibu hamil di kabupaten Kediri menunjukkan bahwa Pemenuhan hak ibu hamil masih kurang. Ibu hamil tidak mendapat Informasi tentang pelayanan (61,1%). Informasi tentang kehamilan, Akses thd layanan, Informasi tentang pelayanan, Keamanan, Privacy & confidentiality, Dignity , Comfort & expression of opinian, Rujukan masih kurang. Ibu hamil tidak mendapatkan Privacynya (63,0%). Di Kabupaten Tulungagung, bumil (61,5%) kurang merasa aman, serta (62,8%) kurang terjaga Privacy nya. Komitmen provider atau petugas kesehatan masih rendah. Sebesar (70,2%) provider tidak terpenuhi kebutuhan di supervisre oleh atasannya. Kebutuhan provider untuk mendapatkan Informasi terkini & pelatihan juga masih kurang. Rekomendasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan antenatal: dilakukan pelatihan bagi bidan sehingga lebih mampu memenuhi 7 hak ibu hamil yaitu hak untuk memperoleh a),Informasi tentang kesehatannya; b) Keterjanglcuan pelayanan c) Informed choice: d) Safe service; e) Hak untuk dirahasiakan apa yang diketahui provider; 1). Dignity, comfort and expression of opinion: g). Continuity of care serta peningkatan komitmen supervisor untuk memenuhi, Tiga kebutuhan bidan yaitu: 1) Facilitative supervision and management. 2) Information, training and development; 3) Supplies, equipment and infrastruktur. Kata kunen kualitas pelayanan antenatal, hak ibuhamil, kebutuhan provider, Client Oriented Provider Efficient (COPE) DETEKSI IMS PADA ANTENATAL CARE di PUSKESMAS Widjiartini dan Wahyu Dwi A Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI Faktor medik (penyebab langsung) kematian ibu tersebut disebabkan terutama karena komplikasi pada saat kehamilan atau persalinan. Lebih dari 9.000 Perempuan HIV+ hamil dalam setiap tahunnya di Indonesia. Maka HIV/AIDS akan menjadi ancaman terhadap kematian ibu dan bayi di masa mendatang. Padahal di Indonesia pada saat ini pelayanan kesehatan ibu (antenal) belum secara optimal terkoordinasi dengan pelayanan IMS-HIV/AIDS. Kurang optimalnya koordinasi ini akan mengurangi kinerja pembinaan kesehatan reproduksi dalam rangka penurunan AIC dan AKB. Tujuan penelitian adalah Mengkaji deteksi dini Infeksi Menular Seksual pada ante natal care. Sampel diambil secara purposive dan data dianalisi secara deskriptif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa IMS di kalangan Ibu Hamil Cukup Tinggi sehingga Deteksi dini IMS pada ibu hamil mutlak diperlukan Didalam deteksi IMS pada ANC perlu SOP terintegrasi agar selalu dilakukan. Konseling sangat diperlukan pada saat memotivasi ibu untuk periksa laboratorium Deteksi dini juga merupakan upaya perlindungan pada petugas Universal precaution hams diterapkan penuh untuk Perlindungan din petugas dalam tugas. Kata kunci : Pelayanan ANC-IMS DETEKSI DINI ADOLESCENT IDIOPHATIC SCOLIOSIS (AIS) DI INDONESIA Lutfi Gatam, Rahyusalim, Masdalina Pane Pusat Riset Ortopedi, RS Fatmawati Jakarta Pendahuluan. Adolescent Idiqphatk scoliosis adalah suatu kelainan bengkoknya tulang belakang kearah samping yang terjadi pada kelengkungan sekurangnya 11 derajat (yang ditentukan dengan metode Cobb randuan Simposium Nasional Ke-3 balt6angIces Jakarta, 30 Nov - Des zoo6 terhadap foto rontgen konvensional proyeksi Posteroanterior berdiri pada penderita usia antara 1118 tahun tanpa diketahui penyebab yang mendasarinya. Shining untuk skoliosis biasa dilakukan pada anakmemberikan anak sekolah dan anak-anak di suatu komunitas. American Academy of Orthopedic Surgeons rekomendasi untuk melakukan skrining skoliosis terhadap anak wanita sebanyak 2 kali yaitu pada usia 11 tahun dan pada usia 13 tahun dan terhadap anak laid-laid cukup sekali yaitu pada usia 13 atau 14 merekomendasikan skrining skoliosis dengan tahun. Sementara American Academy of Pediatrics melakukan uji bungkuk ke depan cara Adam pada kunjungan rutin kesehatan pada usia 10, 12, 14, dan 16 tahun. Surveilans ini akan memberikan rekomendasi deteksi dini terhadap penderita AIS di lebih berat. Indonesia. Deteksi dini lebih cost effective dibandingkan bila penderita berobat dengan kondisiPengamatan Subjek dan Metadologi. Rekomendasi deteksi dint penderita AIS di Indonesia. Tujuan. dilakukan pada 621 penderita AIS yang berobat di 5 Rumah Sakit dan 1 klinik spesialistik di Jakarta consecutive patients sejak tahun 1986 — 2006. Metode yang digunakan adalah metode pengamatan terhadap pada variabel umur, jenis kelamin, severitas dari kelainan dan jenis tindakan yang dilakukan. Hail 87.1 % penderita AIS adalah perempuan, rata-rata umur 14 tahun (SD 0.2 tahun) lebih dari lebih dari 50 penderita memiliki besar cobb lebih dari 400, biasanya penderita berkunjung ketika besar kelengkungan berkisar antara 21 - 30., sehingga masih dapat dilakukan tindakan konservatif berupa latihan fisik tertentu dan bracing sebelum clikoreksi dengan tindakan operatif. Berdasarkan maturitas [Mang maka ketika risser 0 (usia < 10 tahun) 27.9 °A penderita mencari pengobatan. Dan terbanyak mencari pengobatan ketika maturitas tulang pada risser 4 (usia 13 tahun). Kesimpulan. Deteksi dini AIS difokuskan pada anak perempuan berusia 10 tahun dan usia 12 tahun, untuk anak laki-laki cukup dilakukan pada usia 14 tahun. Kata Kunci : Adolescent Idiophatic scolioris, deteksi dini, shining PERSEPSI PROVIDER TERHADAP MANAJEMEN ALAI KESEHATAN DI RUMAH SMUT Trijuni Angkasawati, Wahyu Dwi Astuti, dan Andryansyah Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes - Departemen Kesehatan RI Kepmenkes No. 004 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan, dan salah satu tujuan strategis adalah upaya penataan manajemen kesehatan di era desentralisasi. Salah satu langkah kunci dalam tujuan tersebut, mengembangkan sub sistem pemeliharaan dan optimalisasi pemanfaatan sarana dan alat kesehatan. Dalam rangka mendukung pelaksanaan Kepmenkes 004 tahun 2003, perlu dilakukan suatu kajian untuk mengetahui persepsi provider di rumah sakit tentang manajemen alat kesehatan. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi dengan lokasi di RSU dr. Soetomo Surabaya; RSUD dr Iskak Tulungagung; Badan Rumah Sakit Daerah Pacitan; RSU dr. Karyadi Semarang; RSU dr. Margono Purwokerto; RSUD Tidar Magelang ; RSUD dr. M. Ashari Pemalang. Sampel berjumlah 56 orang, dipilih secara purposif yang terdiri dari petugas di unit perencanaan, program dan anggaran, operator masing-masing alat yaitu CT Scan, X Ray, USG dan Autoanalyzer, petugas unit Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS), serta bagian medical record. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil wawancara ditemukan : dari proses pengadaan peralatan belum dilakukan studi kelayakan kebutuhan alat. untuk proses pemeliharaan dilakukan bila terjadi kerusakan alat, karena sebagian besar tidak menganggarkan biaya pemeliharaan. Untuk perbaikan dilakukan oleh pihak ketiga. Penentuan tarip berdasar perda dan melihat tarip kompetitor dan penghitungan unit cost. Saran pengadaan alat perlu dilakukan analisis kebutuhan pasien dan klinisi, serta melibatkan seluruh komponen rumah sakit. Perlu adanya perencanaan pemeliharaan baik dari segi teknis maupun anggaran. Kata kunci: alat kesehatan, manajemen STUDI TENTANG PENGELUARAN PASIEN DAN UTILISASI PELAYANAN KESEHATAN PESERTAJAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN BAGI KELUARGA MISKIN (JPK GAKIN) : STUDI DI TIGA KABUPATEN DAERAH UJI COBA JPK GAKIN Ristrini dan Tety Rachmawati Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes - Departemen Kesehatan RI Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 781/Menkes/SK/VI/2003 menyebutkan bahwa pada tahun 2003/2004 dilakukan uji coba JPK-Gakin di 3 propinsi dan di 13 Kab/kota yang rersebar di Indonesia. Tujuan penelidan ini adalah untuk melakukan studi tentang pengeluaran pasien dan utilisasi pelayanan kesehatan peserta program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Keluarga Miskin (WIC Gakin) Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi yang dilakukan secara 'cross sectional' .di 3 kabupaten uji coba JPK Gakin yaitu Rembang, Pati, dan Lombok Barat. Masing-masing Kabupaten dipilih 1 randuan Sintinosium Nasional Kc-5 baltbangkes Jakarta, 50 Nov - I Des 2006 - puskesmas dan 1 RSUD. Dipilih pasien yang sedang dirawat di puskesmas perawatan dan RSUD saat pengumpulan data dilakukan. Selama 1 minggu, yakni pada bulan Juni dan Juli 2004. Jumlah responden sebanyak 315 orang yang terdiri dan Pad 127 orang, Rembang 99 orang dan Lobar 89 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, lcuesioner/angket, dan data sekunder. Analisis dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laim biaya tindakan medik di RS sangat bervariasai antara satu daerah dengan lainnya, di RSUD Pad sebesar Rp. 446.385,- per orang, di Rembang sebesar Rp. 281.938,- dan di Lobar sebesar Rp. 428.421,- per orang, sedangkan biaya ratarata pemeriksaan laboratorium di Pad sebesar Rp. 137.015,-, di Rembang sebesar Rp. 109.500,- dan di Lobar sebesar Rp. 92.730,-. Pemeriksaan rontgen yang dilakukan terhadap 83,8% pasien yang datang ke RS, biaya rata-rata per pasien di RSUD Pad sebesar Rp. 63.121,-, di RSUD Rembang sebesar Rp.56.954,0 sedangkan di Lobar sebesar Rp. 98.445,-. Biaya obat yang menjadi tanggungan pengelola JPK Gakin di RSU Pad mencapai Rp. 897.329,- per pasien, sedangkan di Rembang sebesar Rp. 221.562,- dan di Lobar sebesar Rp. 64.641,-. Biaya pembelian obat di apotik Mar atas beban pasien Gakin di Pad sebesar Rp. 56.500,- sedangkan di Lobar sebesar Rp.115.050,- Tingkat utilisasi pelayanan kesehatan di PPK oleh Gakin belum tercapai, di mana tingkat utilisasi di Rembang barn 2,76%, di Pad 4,58% dan di Lobar 7,62%, padahal ketentuan dari JPK Gakin adalah 10-18% dan seluruh orang rniskin per bulannya. Untuk itu perlu dipertimbangkan jangka waktu berlakunya program ini, khususnya dalam rangka pemberdayaan masyarakat miskin. EFEKTIVITAS POSBINDU PTM DALAM PENURUNAN PREVALENSI FAKTOR RISIKO PTM DI KOTA DEPOK Ekowati Rahajeng, Ratih Oemiyati, dan Nunik Kusuma Wardani Puslit Biomedis dan Farmasi Badan Litbang Kesehatan Depkes RI World Health Organization (WHO) predicted that non-communicable diseases (NCD) have caused about 60% of mortality and 43% of morbidity in the world. These mortality and morbidity rate are commonly occurring in low social economy community. In line with the fact mentioned above is NCD gradually also increases in Indonesia recently. World Health Organisation (WHO) central and regional office in collaboration with other member countries have developed an intervention program to control risk factors of major NCDs (cardiovascular diseases, diabetes mellitus, and particular cancer) through an integrated community base program In Indonesia, Depok municipality had been selected as "Demonstration Area" to develop NCD control program for the municipal area in this decentralized system. Posbindu PTM is an Integrated Health Post for Non Communicable Diseases, which is a community participation to support promotion and preventive programs of early detection for common risk factors of major NCD (such as overweight, hypercholesterolemia, hypertension, hyperglycemia, unhealthy diet, and smoking). Programs in the Integrated Health Post for NCD include risk factors monitoring activities, and increasing knowledge among the society regarding NCD risk factors through counselling and education or interactive dialogue. The purpose of study is to assess the intervention effects on prevention and control the prevalence of NCD and its risk factors such as smoking, fruit and vegetable consumption, low physical activity, obesity, hypertension, hypercholesterol, hyperglycaemia, diabetes and determine means value of risk factors of major NCD risk factors (such as blood pressure, body mass index, waist hip ratio, and blood glucose and blood cholesterol) in the population. To assess the intervention effects on prevention and control NCD risk factors surveillance activity using WHO S 1 EPS approach had been conducted in February 2003 (sample size: 1806 respondents). The surveillance activity had been followed by the implementation of Community Based Intervention on prevention and control of NCD risk factors program in Depok starting from April 2004 and completed on May 2006. Monitoring and evaluation had been done on June-July 2006, which include S IEPS survey (sample size: 1927 respondents) and monitoring "Posbindu PTM". Process evaluation showed that the CBI approach brings `Posbindu PTM' as potential activities for NCD control and prevention program. But for sustainability those program need technical facility, partnership, and social support. Outcome evaluation resulted that the community based intervention of NCD prevention and control program that had been conducted for three years had significantly reduced the prevalence of several common risk factors, such as obesity, hypertension, hyperglycemia, hyper cholesterol, and high risk or combined risk factors (having three or more risk factors) and also considerably reduced the prevalence of diabetes mellitus. Meanwhile, smoking, less physical activity, and fruits and vegetable consumption also decreased but not significantly. Key monk-. Non-communicable diseases, prevention, risk factors, community-based, health behaviours, developing countries, surveillance. rancluan Simposium Nasional Kc-515alt6angkes Jakarta, 30 Nos — I Des 2006 PROFIL SI-STEM RUJUKAN KEHAMILAN DAN PERSALINAN Lestari Kanti Wiludjeng Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes - Departemen Kesehatan RI Safe motherhood issues in Indonesia are complex, even beyond the health sector. Maternal mortality and morbidity continue to remain high. Care and services during pregnancy and delivery continue to be inadequate. Referrals and emergency obstetric care are still delayed by various complex factors. Reproductive health status and access to family planning services remain inadequate and inaccessible for many women. Contextual factors, including the low status of women, poverty, community beliefs and behaviours and decentralivation, pose challenges to the efforts being made to improve the access of many women, especially poor women, to good quality family planning and obstetric care. The Government's commitment to address safe motherhood issues is strong, but that commitment has yet to be appropriately translated into operations at the service and community levels. Keyword: Profile — Referal system — Prenancy and Delivary mother . MENGEMBALIKAN PUSKESMAS KE KHITTAHNYA MELALUI UPAYA REVITALISASI PELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS DAN JARINGANNYA Lestari Handayani, Evie Sopacua, Siswanto, N.A.Ma'aruf, Widjiartini Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes - Departemen Kesehatan RI Upaya kesehatan dasar yang diberikan melalui puskesmas dan jaringannya di era desentralisasi mengalami kemunduran di beberapa daerah. Oleh karena pentingnya peran puskesmas dalam pembangunan kesehatan, maka performa puskesmas harus dioptimalkan kembali melalui program revitalisasi puskesmas. Informasi tentang proses manajemen puskesmas saat ini dan upaya yang dilakukan dalam revitalisasi puskesmas digali melalui penelitian ini yang dilakukan di 8 puskesmas rersebar di 3 propinsi yaitu Jawa Timur (kabupaten Jombang dan Bojonegoro), Jawa Barat (kabupaten Cianjur) dan Nusa Tenggara Timur (kabupaten Sikh) Input pelayanan kesehatan puskesmas untuk data keuangan adanya keluhan kurangnya dana untuk UKM serta lambatnya turun dana. Tenaga kurang baik jenis maupun jumlah kecuali untuk bidan dan perawat serta kompetensinya. Perencanaan, pelaksanaan pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban (proses) dilaksanakan tetapi sebagian besar tidak lengkap. Output pelayanan kesehatan puskesmas dilaksanakan di semua puskesmas penelitian. Hasil penelitian ini merupakan potret yang menggambarkan kondisi puskesmas saat ini, hanya raja pengkajian belum bisa menjawab apa yang harus direvitalisasi di puskesmas. Ini mencerminkan bahwa setiap daerah mempunyai masalah dan kekhasan sehingga revitalisasi puskesmas akan berbeda satu daerah dengan. Meskipun program revitalisasi puskesmas sudah disosialisasilcan tetapi temyata belum banyak dipahami. Upaya revitalisasi sudah dilakukan beberapa puskesmas meskipun tanpa menggunakan label 'revitalisasi' dan dengan menggunakan dana pemerintah daerah. OBSERVASI PERESEPAN ANTIBIOTIKA UNTUK PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SWASTA SELANGOR, MALAYSIA, PERIODE OKTOBER SAMPAI DESEMBER 2004 Riswaka Sudjaswadi dan Azimah Mohd. Nor Bagian Farmasetika, Fakultas Farmasi UGM Observasi tentang penggunaan antibiotika pada suatu rumah sakit telah dilakukan, untuk meneliti rasionalitas peresepan berdasarkan indikator peresepan WHO 1993. Semua peresepan untuk pasien rawt Map yang dikutip dari catatan medik pasien dikumpullcan, dianalisis tentang persentase penggunaan antibiotika, golongan yang banyak diresepkan, penulisan dengan nama paten/generik, sediaan yang diresepkan dan kesesuaian dengan formularium rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peresepan antibiotika selama observasi sebesar 22,38%, golongan yang banyak diresepkan adalah turunan beta laktam sebanyak 78,32%, 22,93% dari jumlah tersebut diresepkan sebagai Rocephin, diikuti Augmentin 13,88%. Sediaan injeksi ditemukan sebanyak 77,38%, sediaan paten mlis 88,77%, sedangkan nama generik hanya 11,25% semua obat yang teresepkan tetcantum dalam formularium rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan antibiotika di rumah sakit tersebut rasional, penggunaan sediaan injeksi dan produk paten yang realtif sangat tinggi, dibahas berdasarkan argumentasi yang dapat diterima. Kata kunci: peresepan antibiotika, indikatorperesepan, pasien rawat inap randuan Simposium Nasional Kt-) baltlaangkes Jakarta, 50 Nov — Dcs 2006 PERBANDINGAN METODE ISAPAN NON NUTRISI DAN METODE PENAHANAN TUBUH DALAM UPATA PENURUNAN RESPON NYERI PADA BAYI AKIBAT TINDAKAN SUNTIKAN DI RUANG PERINATOLOGI RS BRAYAT MINULYO SURAKARTA E Prihantini, Rita Benya Adriani, dan Wiwik Setyaningsih Politeknik Kesehatan Surakarta Seiring kemajuan teknologi dan perkembangan perawatan bayi. Secara moral dan efektif pada semua anak berapapun usia, tingkat kematangan atau beratnya penyakit. Manajemen nyeri bertujuan untuk menurunkan efek nyeri yang merugikan. Penangan nyeri dapat dilakukan dengan metode farmakologik dan non farmakologik diantaranya dengan metode asupan nutrisi dan metode penahanan tubuh dengan melihat respon perilaku bayi yaitu respon motorik, respon ekspresi wajah, dan respon menangis. Hipotesa penelitian : ada perbedaan bermakna penurunan respon nyeri motorik, respon ekspresi wajah dan respon menangis pada bayi yang diberi tindakan suntikan pada metode isapan non nutrisi dan metode penahanan tubuh. Manfaat penelitian : 1) Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan penguasaan dan penerapan metode non nutrisi untuk mengurangi respon nyeri dalam memberi tindakan invasif pada bayi. 2) Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam bidang penelitian ilmiah.3) Sebagai bahan pemikiran untuk dapat dikembangkan dan acuan penelitian selanjutnya. Metode penefitian : termasuk jenis penelitian eksperimen menggunakan rancangan eksperimen sungguhan ( true exsperiment design) dengan postest only group design Analisa data yang dipakai menggunakan uji t-test dengan membandingkan 2 kelompok sampel. Hasil penelitian :1). Ada perbedaan antara metode isapan non nutrisi (dengan diberi empeng) dibandingkan dengan metode penahanan tubuh terhadap penurunan respon nyeri motorik dengan P value 0,020.) Tidak ada perbedaan antara metode isapan non nutrisi (dengan diberi empeng) dengan metode penahanan tubuh terhadap penurunan respon nyeri menangis dengan P value 0,009. Dari kesimpulan tersebut dapat disarankan : 1.) Metode non nutrisi (dengan diberi empeng) perlu diterpkan sebagai salah saw alternative untuk menurunkan nyeri akibat tindakan invasive. 2). Perlu bantuan audio visual untuk memperjelas dalam melekukan identifikasi ekspresi wajah.3) Perlu penelitian lebih lanjut tentang penilaian respon nyeri lainnya yaitu : respon fisiologis (saluran oksigen, pemafasan, nadi dan tekanan darah pada bayi akibat prosedur tindakan menimbulkan nyeri. Kata kunci: Invasive; isapan non nutrisi. VALIDASI METODE ANALISIS NIPAGIN M DENGAN INTERNAL STANDAR NIPAGIN P DALAM SEDIAAN INJEKSI ANALGESIK CAMPURAN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCICT) Kusuma Hendrajaya, Ririn Sumiyani, Rina Nurmalasari Fakultas Farmasi Universitas Surabaya Telah dikembangkan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) fase terbalik yang sederhana, akurat, dan presisi untuk menetapkan pengawet nipagin M dalam sediaan injeksi analgesik; metampiron, piramidon, and lidocain HC1. Setelah dilakukan ekstraksi cair-cair menggunakan klorofonn, pemisahan dan penetapan kadar diperoleh dengan menggunakan kolom Hypersil C18 (ODS) 5dm (250 x 4,6 mm i.d.). Nipagin P digunakan sebagai internal standar dengan detektor ultra violet 254 nm. Kemampuan sistem memisahkan puncak nipagin M dan nipagin P dari gangguan senyawa lain cukup baik. Metode yang dipakai menghasilkan linieritas pada rentang 10,04-100,40 ppm dengan nilai presisi di bawah 2,3 %. Batas kuantitasi nipagin M dalam sediaan injeksi analgesik campuran adalah 10,04 ppm. Kadar nipagin M dalam injeksi analgesik campuran ditemukan 0,20-0,21 Va (b/v). Kata kunci: nipagin M, nipagin P, sediaan Injeksi, analgesik, KCKT fase terbalik. VALIDASI RUMUS TAKSIR BERAT JANIN (TBJ) UNTUK PREDIKSI BERAT BADAN LAHIR BERDASARKAN TINGGI FUNDUS UTERI IBU HAMIL Dewi Gayatri dan Yati Afiyanti Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia — — Ketersediaan fasilitas dan sarana pelayanan pemerikasaan ultrasonografi masih terbatas pada rumah sakit, sedangkan salah saw tujuan pemeriksaan USG adalah memantau pertumbuhan janin termasuk bent badannya. Hal ini berarti diperlukan suave cara alternatif untuk memantau pertumbuhan berat janin dimana fasilitas USG tidak tersedia. Salah saw cara mudah untuk memperkirakan berat janin adalah mengukur Tinggi Fundus Uteri (TFU). Studi ini menguji validitas penggunaan rumus 1BJ memprediksi berat badan lahir berdasarkan tinggi fundus uteri ibu handl untuk melanjutkan hasil randuan Simposium Nasional Kc-5 baltlaangkcs Jakarta, 50 Nov — I DC 5 zoo6 temuan penelitian sebelumnya tentang perbandingan beberapa rumus untuk memprediksi berat badan lahir berdasaskan pengukuran tinggi fundus uteri. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah potong lintang dimana pengambilan data dilakukan satu kali pengukuran yang dilakukan sesaat sebelum melahirkan. Secara umum dapat disimpulkan bahwa rumus TBJ dapat dipakai untuk memprediksi berat badan lahir. Setelah dianalisis lebih lanjut, diketahui bahwa korelasi antara rumus fl3J dengan bent lahir aktual sebesar 0,793, hasil yang sama ditemukan antara rumus Modifikasi Niswander dengan berat lahir aktual. Hasil korelasi ini bermakna pada alpha 5%. Ditemukan bahwa ada hubungan yang cukup kuat antara basil prediksi dengan memakai rumus baik 113J maupun Modifikasi Niswander dengan bent lahir actual namun bila ditinjau dari kemudahan penggunaan rumus maka rumus 113J lebih mudah diingat dibandingkan dengan rumus Modifikasi Niswander. Rekomendasi untuk penelitian berikutnya perlu dilakukan validasi terhadap rumus TBJ dengan menggunakan desain, jumlah sampel dan tehnik penatikan yang lebih baik untuk meningkatkan validitas dan reliabitas hasil penelitian sehingga hasil yang diperoleh dapat digeneralisir untuk populasi Indonesia. Kata Kunci : taksir, bent janin, rumus UJI BIOEKIVALENSI IN VITRO PRODUK OBAT BERMEREK DAN GENERIK BERLOGO YANG MEGANDUNG FUROSEMID Ni Luh Dewi Aryani, Christina Avanti, Siti Aisyah, dan Anis Thohiroh Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Surabaya Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka usaha yang dapat dilakukan antara lain adalah dengan menjamin mutu produk obat yang beredar. Salah sate usaha untuk menjamin mutu tersebut adalah dengan melakukan uji bioekivalensi produk obat, agar nantinya dapat digunakan dasar dalam melakukan substitusi generik secara rasional. Pada penelitian ini dilakukan uji bioekivalensi in vitro produk obat dengan nama dagang (bermerek) dan generik berlogo yang mengandung furosemid. Furosemid merupakan derivat sulfonamida yang tergolong diuretik kuat. Uji bioekivalensi in vitro, dengan cara uji disolusi terbanding, digunakan sebagai uji pendahuluan sebelum dilakukan uji bioekivalensi in vivo. Uji disolusi terbanding tersebut dilakukan pada produk obat dengan nama dagang (bermerek) dan generik berlogo, sebagai produk uji, dengan produk inovator sebagai produk pembandingnya. Uji disolusi dilakukan menggunakan alat tipe 2 (metode dayung), dalam media 900 mL larutan dapar HCI pH 1,2 dan larutan dapar sitrat pH 4,5 pada suhu 37°C dengan kecepatan pengadukan 50 putaran per menit. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah adanya kemiripan profil disolusi antara produk A (bermerek) dan produk C (inovator) sedangkan profil disolusi produk B (generik berlogo) berbeda dengan produk C (inovator) dalam larutan dapar sitrat pH 4,5. Jumlah kumulatif furosemid yang terdisolusi dalam larutan dapar HCI pH 1,2 sampai dengan 60 menit kurang dari 85 %, sehingga uji disolusi terbanding dalam larutan tersebut kurang adekuat untuk menentukan kemiripan profil disolusi produk obat. Kata kunci: Uji bioekivalensi, in vitro, produk bermerek, produk generik, furosemid PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT : KEBIJAKAN DAN TANTANGAN Panduan Simposium Nasional Kc-5 baltkangkes Jakarta, 50 Nov — I Des mob PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TERKAIT LINGKUNGAN DENGAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Dyah Respati Suryo Sumunar Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta Timbulnya penyakit terkait lingkungan, merupakan masalah mendesak di dunia, terutama negara yang sedang berkembang akibat penyebab biologis di dalam lingkungan manusia, yakni air, udara, dan tanah. Penyebab-penyebab tadi menjadikan kematian dini atas jutaan orang, khususnya bayi dan anak-anak, dan juga kecacatan di antara ratusan juta orang lain. Pencegahan dan deteksi dini terhadap penyakit-penyakit terkait lingkungan sangat diperlukan agar penyakit-penyakit tersebut tidak menjadi wabah dan tents merajalela menjadi bencana bagi umat manusia. Analisis spasial merupakan bagian dan pengelolaan (manajemen) penyakit berbasis wilayah, merupakan suatu analisis dan uraian tentang data penyakit secara geografis berkenaan dengan kependudukaan, persebaran, lingkungan, perilaku, sosial, ekonomi, kasus kejadian penyakit, dan hubungan antar variabel tersebut. Untuk mendeteksi lingkungan yang rentan penyakit, dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh (remote sensing) Pakar kedokteran menginformasikan lingkungan yang dimaksud, sementara pakar penginderaan jauh berupaya mengenalinya dan citra. Penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat membantu dalam pengendalian penyakit menular, karena penginderaan jauh dan SIG bekerja pada domain keruangan. Fenomena keruangan terutama terjadi pada lingkungan fisik dan dalam batas tertentu juga lingkungan sosial. Melalui penginderaan jauh, wilayah di permukaan bumi dibuat zonasi berdasarkan keseragaman pola yang tampak melalui citra satelit atau foto udara, dilengkapi dengan data lapangan. Identifikasi fisiografi dan sub-fisiografi dapat dilakukan dengan mudah pada berbagai citra skala sedang (± 1: 100.000) dan skala besar (± 1: 10.000). Ketiga komponen identifilcasi bentuk lahan yang berupa (1) bentuk atau kenampakan morfologis, (2) density atau rona citra, clan (3) sites atau situasi ekologi bentang lahan dapat dikenali cukup jelas pada kedua skala citra tersebut. Kata k.unti: Penyakit terkait lingkungan, pemantauan dan pengendalian, penginderaan jauh, sistem informasi geografis DAMPAK PERUBAHAN MUSIM TERHADAP KADAR DEBU PM10 LOKASI TRANSPORTASI, INDUSTRI DAN PERMUKIMAN. Sukar, Athena, A., Miko Hananto and Zahra Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI Tiga faktor sumber utama pencemaran debu (kepadatan lalu fintas, perubahan ildim dan perubahan penggunaan lahan) gangguan perubahan antar kegiatan rutin dan kenaikan pencemaran debu. Telah dilakukan studi pada tahun 2005 pencemaran debu PM10 di udara luar rumah (ambien) di lokasi transportasi, industri dan permukiman. Tujuan studi adalah untuk mengetahui dampak perubahan musim terhadap beban pencemaran debu khususnya debu PM10. Desain penelitian adalah cross-sectional dan analisis PM10 secara gravimetri dilakukan di laboratorium lingkungan fisik dan kimia kesehatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata (%) dampak perubahan musim lokasi transportasi, industri dan permukiman masing-masing adalah 29,9%, 22,2% dan 17,3%. Analisis statistik menunjukkann bahwa kadar rata-rata ± standar deviasi adalah 77,5 ± 23,8 pg/m3 dengan signifikasi pada 95%s confident interval (CI) adalah 0,025 (3,2-44,4) antara muslin hujan dan kemarau. Bila dibandingkan dengan standar nasional kadar debu PM10 tersebut masih di bawah standar, namun bila dibandingkan dengan kawasan Eropa telah melebihi standar. Kata bind: Polusi udara, Debu PM10, perubahan musim. rancluan Simposium Nasional Ke-3 baltbangkcs ,Jakarta, 50 Nov — I Dcs 2006 KADAR LOGAM BERAT BIOTA PANTAI KENJERAN SURABAYA DIBANDINGKAN BIOTA DARI TAMAN NASIONAL BALURAN DAN PAGERUNGAN MADURA Ririn Sumiyanil Soediatmoko Soediman' dan Atiek Moesriati2 1Fakultas Farmasi Universitas Surabaya (UBAYA) 2Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP, ITS Telah dilakukan penelitian kadar logam bent Cd,Cr,Cu ,Hg dan Pb pada biota Anadara antiquate, Corbuthfaba, Meretrix meretrix dari pantai Kenjeran Surabaya .Sebagai pembanding digunakan biota Acaudina molpapoides dam Holothuria sp dari Taman Nasional Baluran Banyuwangi dan Glymeris undata dari Pantai Pagerungan Madura. Kadar logam Cd, Cr, Cu pada Anadara antiquate berturut-turut 1,107 ±0,039 cDg/g bent keting, 2,400 ±0,225 cbg/g , 4,332±0,097 cPg/g , tidak terdeteksi adanya Hg dan kadar Pb 29,636 ±2,096 cDg/g . Pada Corbula faba kadar logam Cd,Cr,Cu berturut-turut 0,157 ±0,087 Og/g , 1,905 ±0,170 cbg/g , 4,553±0,120 (13g/g , tidak terdeteksi adanya Hg dan kadar Pb 33,023 ± 1,978 cbg/g berat .Kadar logam Cd,Cr,Cu pada Meretrix meretrix berturut-turut 0,248±0,047 (Nig , 1,423 ± 140 cPg/g , 2,810± 0,140 cbg/g , tidak terdeteksi adanya Hg dan kadar Pb 23,401 ± 1,5250g/g Untuk biota Acaudina mapapoides dari Taman Nasional Baluran tidak terdeteksi adanya logam Cd dan Hg ,sedangkan kadar logam Cr,Cu dan Pb berturut-turut 0,050 ±0,0110g/g , 0,056 ±0,003 Cbg/g dan 0,843±0,126 cbg/g Demikian juga untuk Holothuria rp tidak terdeteksi adanya logam Cd dan Hg ,sedangkan kadar logam Cr,Cu dan Pb berturut-turut 0,049±0,0080g/g , 0,031 ±0,0009 cbg/g dan 1,015±0,0800g/g . Kadar logam Cd, Cr,Cu dan Pb pada Gfrmen:r undata dari Pantai Pagerungan berturut-turut 0,213 ±0,125 (Nig , 1,597 ± 0,293 (Deg dan 4,546 ±0,105 (Deg dan 3,370 ±0,154 cbg/g , sedangkan logam Hg tidak terdeteksi. Kadar logam Cd, Cr,Cu dan Pb pada biota dari Pantai Kenjeran relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kadar logam Cd, Cr,Cu dan Pb dari biota Taman Nasional Baluran dan pantai Pagerungan Madura sebagai reference site.,sehingga dapat disimpulkan bahwa biota Pantai Kenjeran telah tercemar. Kg word. Kenjeran, biota, logam berat. PERANAN ANOPHELES ACONITUS SEBAGAI POTENSIAL VEKTOR MALARIA DI DESA KALIKARUNG KEC. KALIBAWANG KAB. WONOSOBO TAHUN 2004 Sunaryo, Tri Ramadhani, Bambang Yunianto Loka Litbang P2B2 Banjarnegara — Badan Litbangkes — Depkes RI — Desa Kalikarung merupakan desa endemis malaria tinggi di Kecamatan Kalibawang, angka kesakitan malaria cenderung meningkat selama empat tahun yaitu : Tahun 2000 (25,2%0), 2001 (33 %o), 2002 (43,3 %o) dan Tahun 2003 (76,12 %o). Anopheles aconitus merupakan vektor potensial malaria di Kabupaten Wonosobo, tempat perkembangbiakannya ditemukan di daerah persawahan berteras dengan irigasi non teknis. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui peranan An. aconitus sebagai vektor malaria di Desa Kalikarung, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Wonosobo Jenis penelitian observasional, desain penelitian studi ekologi dengan pendekatan Time trend stql. Pengamatan vektor malaria dilakukan di Desa Kalikarung, Kecamatan Kalibawang selama 16 kali mulai April–Oktober 2004 dengan cara landing collection 3 orang di dalam rumah dan 3 orang di luar rumah, serta penangkapan nyamuk istirahat di kandang dan di dinding. Hasil penelitian menemukan beberapa spesies Anopheles antara lain: An. aconitus, An. barbirostris, An. vagus, An. annularir dan An. kochi. Kepadatan populasi An. aconitus ditemukan paling dominan ( 91,1 %) dibandingkan spesies yang lain dan ditemukan di setiap pengamatan dengan rerata Man Bitting Rate (MBR): 0.88 ekor/orang/jam. Fluktuasi kepadatan An. aconitus menunjukkan peningkatan mulai bulan April mencapai puncaknya bulan Mei MBR: 5,96 ekOr/orang/jarn. An. aconitus mulai aktif menggigit pada pukul : 18.00, puncak kepadatan terjadi pukul 20.00 'WM. Kasus malaria di Desa Kalikarung menunjukkan adanya peningkatan pada bulan Mei, setting dengan meningkatnya kepadatan An aconitus. Kepadatan An. aconitus menurun randuan 5imposium Nasional Ke-3 baltbangkes Jakarta, )c, Nov - I Des 2006 setelah dilakukan penyemprotan rumah (IRS) pada bulan Mei 2004, setelah itu terjadi penurunan jumlah kasus malaria di Desa Kalikarung. Kata kunci : An.aconitus, kasus malaria, Kalikarung DISTRIBUSI DAN FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN RESERVOIR LEPTOSPIROSIS DI KABUPATEN DEMAK, JAWA TENGA_H Farida D.H, Ristiyanto, dan Damn Tri Boewono Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit — Badan Litbangkes — Departemen Kesehatan RI Studi distribusi dan faktor risiko lingkungan leptospirosis telah dilakukan di Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, pada bulan Mei — Juli 2006. Tujuan penelitian adalah mengetahui penyebaran dan faktor risiko lingkungan kejadian leptospirosis di daerah penelitian. Penelitian menggunakan rancangan cross sectional. Penentuan kasus leptospirosis dengan pemeriksaan darah tepi menggunakan leptotek latteral flow, sedangkan untuk tikus menggunakan leptotek dridot. Distribusi kasus dan reservoir leptospirosis dianalisis dengan pemanfaatan program pemetaan. Karakteristik kasus leptospirosis dikaji dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Hasil penelitian menunjukan bahwa leptospirosis tersebar secara random di sepanjang tepi sungai Tuntang Lama dan terfokus di Kecamatan Bonang (Desa Tridonoredjo, dan Gebang). Buffer Zone kasus leptospirosis dan sungai berjarak < 50 m (21 kasus), 50 — 100 m (8 kasus) dan > 100 m (4 kasus). Kasus leptospirosis berjenis kelamin laki-laki (74,8%) lebih banyak daripada perempuan (25,2%). Kelompok umur kasus leptospirosis >15 tahun (87,4%), pekerjaan petani/nelayan 52,6%, ibu rumah tangga 36,2% dan pedagang 20%. Kasus leptospirosis pada umumnya rumah tidak rapat tikus 74,6% (23,6 — 33,2) dan memanfaatkan air sungai di depan rumahnya 83,2% (RR ; 15,4 — 17,6), dan tidak mempunyai hewan temak 82,5% (RR; 1,6 — 4,7). Selama survei ditemukan 57 ekor tikus, meliputi tikus rumah Battu: tanezumi sebanyak 36 ekor, tikus got R. norvegicus 21 ekor, dan cecurut Sun= murmur (cecurut rumah) sebanyak 15 ekor. R. tanezumi (6,82% dari 36 ekor films) dan tikus got R. norvegicus (3,6% dari 21 ekor tikus) terinfeksi bakteri Lepto.oira. Penduduk yang rumahnya tidak rapat tikus 33 kali lebih besar tertular leptospirosis daripada yang rumahnya rapat dials dan penduduk yang kontak dengan air sungai 18 kali tertular leptospirosis daripada yang tidak kontak dengan air sungai. Rekomendasi penelitian ini adalah penyuluhan penanggulangan dan pencegahan leptospirosis pada penduduk, peningkatan penggunaan air bersih dan pengendalian tikus. Kata kunci; leptospirosis, Demak, Epidemiologi, Reservoir TRANSMISI PENULARAN CAGING BUSKIDI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA Annida, Lukman Waris, dan Amalia Safitri Loka P2B2 Tanah Bumbu Kalsel — Badan Litbangkes — Departemen Kesehatan RI Fasciolopsiath pertama kali dilaporkan pada tahun 1982 di Desa Sei Papuyu, Kecamatan Babirik, Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan infection rate sebanyak 27% dimana infection rate tertinggi 79,1% pada anak sekolah dengan diare sebagai manifestasi kliniknya. Sehingga sampel penelitian yang dipilih adalah anak-anak sekolah dasar sebagai masyarakat endemis F. buski di Desa Kalumpang Dalam Kec. Babirik Kab. Hulu Sungai Utara. Penelitian ini merupakan penelitian dasar yang bersifat deskriptif observasional yang menitikberatkan pada insidensi Fasdolopsiasis dan pengobatannya selama 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu pada musim hujan dan musim kemarau. Hasil pemeriksaan tinja menunjukkan bahwa pada saat musim hujan transmisi penularan F. buski lebih besar (8,26%) dimana didapatkan 7 orang positif Fascio/opriaris dari 118 sampel. Pengobatan dilakukan langsung terhadap penderita Fascia/optic tersebut berupa Prazikuantel dengan dosis 30 mg/Kg BB. Sedangkan pemeriksaan tinja pada musim kemarau menunjukkan adanya ranJaan 5imposium Nasional Kc-3 baltbangkes Jakarta, 5o Nov - I Des woe penularan kecacingan lain (8,91%) dan penularan Fasciolopsiasis yang cenderung mengalami penurunan, yaitu ditemukan pada 2 orang anak dari 99 sampel (1,98%). Ada 6 jenis telur cacing pada kecacingan lain yang berhasil ditemukan pada pemeriksaan tinja selain F. bust yaitu Taenia saginata, Farciola hepatica, Dypilobathrium lawn, Enterobius vermicularis, Anglostoma duodenale dan Ascaris lombdcoides. Pengobatan yang dilakukan pada kecacingan lain tersebut adalah berupa Albendazole dengan dosis 10 mg/Kg BB, dan pada Fasciolopsiasis dengan Prazikuantel. Dengan pengobatan 2 (dua) kali setahun pada musim hujan dan musim kemarau diharapkan penyakit kecacingan khususnya Fardokpsicuis dapat ditekan insidensinya. Kata Kunci • Fascialopsis bust, Fasciolopsiasis, Prazikuantel, Hulu Sungai Utara ANALISIS MUTASI GEN BETA-CATENINPADA JARINGAN LIMFOMA DENGAN METODA PCR DAN SSCP Mulch Syaifudinl, Tadashi Hongyo2 dan Taisei Nomura2 'Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, BATAN Jakarta Indonesia 2Departemen Biologi Radiasi dan Genetika Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Osaka, Jepang Limfoma termasuk penyakit kanker yang belum banyak diketahui mekanisme molekuler yang melatar belakanginya. Di samping itu pengetahuan mengenai mutasi gen tertentu memiliki nilai prognosis yang penting dalam pengobatan limfoma dan pasien pun dapat lebih terjamin. Oleh karena itu mutasi gen f1-catenin telah dianalisis pada 100 spesimen histologi limfoma sinonasal sel NK/T (NKTCL) dari pasien Korea dan Jepang berumur rerata 51,0 tahun dengan metoda polymerase chain reaction (PCR) — single strand conformation polymorphism (SSCP) diikuti dengan direct sequencing. Hasil analisis menunjukkan bahwa 23 mutasi substitusi nukleotida tunggal terdeteksi pada 22 (22,0%) sampel dari seluruh kasus yang diuji. Delapan (19,0%) dari 42 sampel Korea dan 15 (25,9%) dari 58 sampel Jepang menunjukkan mutasi gen fi-catendr, dengan demikian jumlah mutasi ditemukan lebih banyak pada pasien Jepang. Dad seluruh mutasi tersebut, 18 diantaranya adalah mutasi mis-sense dan 5 sampel yang lain adalah mutasi silent. Lima belas (65,2%) dad 23 substitusi nukleotida adalah transisi G:C ke A:T, 6 (26,1%) adalah transisi A:T ke G:C, dan sisanya (8,7%) adalah transversi G:C ke C:G. Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis ini adalah mutasi gen fl-catettin memiliki peranan yang penting dalam limfomagenesis serta menunjukkan peranannya yang penting dalam mengontrol pembelahan seluler atau kematian sel. Gambaran molekuler yang lebih mendekati kenyataan dalam sel ini dapat melengkapi metoda trial-erroryang saat ini digunakan dalam pengobatan kanker. Kata kunci : fl-catenin, mutasi, limfoma, sel NK/T, PCR, SSCP PROTEIN PENGIKAT LAMININ REKOMBINAN SEBAGAI KANDIDAT VAKSIN TERHADAP CLEARANCE STREPTOCOCCUS PYOGENES M1+90226 YANG DIINFEKSI SECARA INTRANASAL PADA MENCIT BALE/c Sri Wahyuningsibl, Maria Immaculata Iwo2, Reny Ellyasheva2, dan Debbie Sofie Retnoningrum 1)Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional 2)Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung Protein pengikat laminin (Lbp), protein permukaan Streptococcus pyogenes berperan dalam adhesi dan berinteraksi spesifik dengan laminin manusia. Interaksi antara Lbp dan laminin dapat digunakan sebagai target untuk pengembangan vaksin terhadap infeksi S. pyogenes. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan Lbp rekombinan galur M12 terhadap clearance S. pyogenes galur 90226 dari mencit BALB/c yang diinfeksi secara intranasal. Lbp dioverproduksi pada Escherichia coli BL21, dimurnikan menggunakan Ictomatografi afinitas dan dianalisa dengan Sodium Dodegd Sulphate Polyacrylamid Gel Electrophoresis (SDS-PAGE), dot blot dan Western blot. Kemampuan randuan Smrosium Nasional Ke-5 balthangkes Jakarta, 30 Nov- 1 Des zooe Lbp rekombinan murni (32,9 kDa) yang diberikan secara intraperitonial diuji terhadap clearance S. MP pada mencit BALB/c yang diinfeksi secara intranasal dan sebagai kontol negatif digunakan tetanus toksoid (11). Kemampuan clearance ditentukan dengan menghitung jumlah koloni [3 hemolitik pada apusan nasal mencit setelah 5 jam (Ts), 10 jam (Tio), 24 jam (T24), dan 30 jam (T30) setelah ditantang dengan 9,01 x 108 CFU/mL S. pyogenes M1+. Keberadaan sIgA anti Lbp pada apusan nasal dan IgG and Lbp pada serum ditentukan dengan analisis dot blot dan Western blot. Hasil uji clearance menunjukkan bahwa pada T5 jumlah koloni (3 hemolitik menurun secara bermakna (p=0,003) pada apusan nasal mencit yang diimunisasi yaitu 48,3±17,6 CFU/mL dibandingkan dengan kontrol 581,7±45,4 CFU/mL dan kontrol TT 483,3±59,7 CFU/mL. Fenomena serupa terjadi juga pada T10. Pada T24 dan T30 baik pada kontrol, TT maupun mencit yang diimunisasi dengan Lbp tidak ditemukan koloni (3 hemolitik pada apusan nasal. sIgA and Lbp pada apusan nasal tidak terdeteksi dengan analisis dot blot, tetapi IgG anti Lbp dalam serum dapat terdeteksi dengan intensitas rendah menggunakan analisis Western blot. Hasil penelitian ini memberi indikasi bahwa imunisasi dengan 5µg Lbp rekombinan dan galur M12 secara intraperitoneal dapat mengeliminasi S. pyogenes M1+ 90226 secara bermakna dan sekret nasal. Hasil pendahuluan ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan Lbp sebagai kandidat vaksin universal. Kata kunci : Streptococcus pyogenes, protein pengikat laminin, clearance, SDS-PAGE Western blot, dot blot, antibodi anti Lbp pyogenes EFEKTIVITAS EKSTRAK AIR DAN EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA (L.) URBAN) DALAM MENURUNKAN WAKTU KEJANG PADA MENCIT PUTIH JANTAN MENGGUNAKAN MAXIMUM ELECTROSHOCK SEIZURE Aguslina Kirtishanti, Farida Suhud, Imam Luqman Hakim, dan Elizabeth Devita Widiana Fakultas Farmasi Universitas Surabaya Epilepsi merupakan penyakit dengan derajat prevalensi cukup tinggi. Terapi epilepsi menggunakan obat antiepilepsi oral yang dikonsumsi jangka panjang atau seumur hidup. Hal tersebut dapat menimbulkan masalah toleransi obat dan efek samping obat yang tidak diinginkan. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu antiepilepsi barn yang dapat mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui khasiat antiepilepsi dan herba pegagan pada mencit putih jantan (Mus musculus) menggunakan alat Maximum Electroshock Sekure dengan metode induksi listrik. Penelitian ini menggunakan 3 kelompok besar mencit yaitu kelompok kontrol yang diberi aquadem, kelompok uji I diberi ekstrak air herba pegagan dan terbagi menjadi 5 kelompok kecil dengan dosis yang berbeda (88,4 mg/kgBB; 265,2 mg/kgBB; 442 mg/kgBB; 707,2 mg/kgBB; 884 mg/kgBB) dan kelompok uji II diberi ekstrak etanol herba pegagan dan dibagi juga menjadi 6 kelompok kecil dengan dosis yang berbeda (4,86 mg/kgBB; 9,73 mg/kgBB; 19,45 mg/kgBB; 38,92 mg/kgBB; 58,38 mg/kgBB; 97,3 mg/kgBB). Setelah diberi terapi maka semua mencit didiamkan selama 30 menit kemudian diberi induksi listrik. Efek antiepilepsi ditandai dengan penurunan waktu kejang tonik dan klonik mencit. Berdasarkan hasil statistik disimpulkan bahwa ekstrak air herba Pegagan dengan dosis 442 mg/Kg BB mencit dan ekstrak etanol (dosis 9,73 mg/KgBB) mampu mengurangi waktu kejang mencit dan terdapat perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kontrol. Kata kunci: Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban ), antiepilepsi randuan Simposium Nasional Kc-3 baltbangkes Jakarta, 5c) Nov - 1 Des 1006 PENENTUAN LOGARITMA KOEFISIEN PARTISI (LOG P) SENYAWA BENZOILTIOUREA DAN UJI AKTIVITAS PENEKAN SISTEM SARAF PUSAT ( SSP ) Dini Kesuma, Farida Suhud, dan Yohana Inge S Fakultas Farmasi Universitas Surabaya Senyawa Benzoiltiourea merupakan pengembangan dan senyawa Benzoilurea, kedua senyawa ini memiliki gugus ureida asiklik yang telah diketahui aktifitasnya sebagai penekan sistem saraf pusat (SSP). Dengan atom S pada senyawa Benzoiltiourea diharapkan aktivitas senyawa untuk menekan sistem saraf pusat lebih tinggi dibandingkan Benzoilurea, karena keelektronegatifan atom S lebih rendah daripada atom 0 sehingga lipofilisitas senyawa lebih tinggi. Sintesis senyawa Benzoiltiourea diperoleh dari reaksi asilasi antara salah satu gugus amina primer tiourea dengan gugus benzoil dari benzoilklorida. Penentuan nilai log P secara percobaan dilakukan dengan metode penggojokan menggunakan sistem dua pelarut yang tidak saling campur (digunakan oktanol-air) dan kadar senyawa uji masing-masing fase ditentukan dengan alat spektrofotometer UV-Vis. Hasil pengukuran log P dari percobaan sebesar 1,60 sedangkan hasil perhitungan log P dan penjumlahan tetapan it Hansch-Fujita sebesar 0,91 dan dan penjumlahan f RelckerMannhold sebesar 1,497. Hasil ini menunjukkan ada perbedaan antara hasil percobaan dengan perhitungan teoritis. Hasil Uji aktivitas penekan SSP berupa uji potensiasi terhadap tiopental menggunakan mencit (MRS muscwhes) menunjukkan bahwa senyawa benzoiltiourea mempunyai efek potensiasi terhadap tiopental Kata kumi : Benzoiltiourea, Logaritma koefisien partisi, Uji aktivitas penekan SSP - PENENTUAN PARAMETER LIPOFILIK SENYAWA 2-KLOROBENZOILTIOUREA DAN UJI POTENSIASI TERHADAP TIOPENTAL Farida Suhud, Dini Kesuma, Lilik Fakultas Farmasi Universitas Surabaya __ Senyawa 2-klorobenzoiltiourea adalah turunan senyawa benzoiltiourea yang dibuat melalui reaksi asilasi dan tiourea dengan 2-klorobenzoil klorida. Dengan memasukkan atom Cl, akan meningkatkan sifat lipofilik dan elektronik senyawa benzoiltiourea, dan diharapkan akan meningkatkan aktivitas penekan sistem saraf pusat. Sifat lipofilik mempengaruhi kemampuan senyawa dalam menembus membran biologis dan sangat dipengaruhi oleh sifat kelarutan obat dalam lemak/air, parameter yang sering digunakan adalah logaritma koefisien partisi (log P). Penentuan nilai log P secara percobaan dilakukan dengan metode penggojokan menggunakan sistem dua pelarut yang tidak saling campur (dipakai oktanol-air) dan kadar senyawa uji masingmasing fase ditentukan dengan alat spektrofotometer UV-Vis. Dan hasil percobaan, diperoleh nilai log P senyawa 2-klorobenzoiltiourea adalah 2,33. Sedangkan nilai log P senyawa 2klorobenzoiltiourea dengan metode r Hansch-Fujita = 1,62 dan dengan metode tetapan f Rekker-Mannhold = 2,225. Jika dibandingkan dengan senyawa induk yaitu senyawa benzoiltiourea (log P percobaan =1,60), nilai log P senyawa 2-klorobenzoiltiourea lebih mendekati nilai log P optimal obat penekan sistem saraf pusat (log P ± 2). Selanjutnya dilakukan uji aktivitas sebagai penekan susunan saraf pusat yaitu uji potensiasi terhadap tiopental dengan hewan coba mencit (Mus murculus) disimpulkan bahwa senyawa 2-klorobenzoiltiourea memiliki kemampuan sebagai obat penekan sistem saraf pusat berdasarkan sifat lipofilik senyawa dan hasil uji potensiasi terhadap tiopental. Kata kunci : Senyawa 2-klorobentoiltiourea, log P, metode spektrofotometer UV-Vis,uji petensiasi terhadap tiopental randuan Sintesiura Nasional Ke-3 baltbangkes Jakarta, 30 Nov - I Des zoo6 SURVEI NYAIVIUK Aedes spp. DI 3 KECAMATAN DI KOTA SEMARANG TAHUN 2006 Nur Endah Wahyuningsihl, Edi Dharmana2, Endang Kusnawatil 'Fakultas Kesehatan Masyarakat ,Universitas Diponegoro 2Fakultas Kedokteran , Universitas Diponegoro. Background Dengue Haemonbagic Fever (DHF) in Central Java during range of time 2000-2004 showed increase trend. This showed that the source of Aedes mosquito vector is still in the environment. The existence of vector disease can be related to the spread of its disease. Semarang city is a city with the highest Incidence Rate (I) in Central Java During the period of 2000-2004, there was always such disease that was reported in this city. Incidence Rate Dengue in Semarang have range between 0,12-0,79. Research have been done by survey on adult and egg mosquito in 3 Sub-District of Sampangan, Pedalangan and Tugurejo that categorized as a location with high, middle and lower endemic area in the city. The research aims are to fmd out the amount of Aedes spp in this city. Methods are a descriptive research with survey method, taking eggs and adult of Aedes spp from the field of Semarang city in Central Java province, at 54 location of adult cath, twice, by resting method and taking eggs from 90 ovitrap location. Result. It was found two species of Aedes spp from the field, those are Aedes aegypti and Aedes albopictus. The amount of Aedes aegypti is 17 (5%) and Aedes albopictus is 323 (95%). The amount of e from 90 ovitraps are 1835 grains, coming from 30% (27) ovitrap containing eggs, it consists of Aedes aegypti and Aedes albopictus species. Suggestion. It is need furthermore research to know age, parousity, Dengue virus that infect Aedes mosquito in the area of research. Keywords: survey Aedes spp, Semarang, Central Java DETEKSI VIRUS DENGUE PADA PROGENI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGAN METODE IMUNOHISTOKIMIA Widiarti, Damar Tri Boewono, Umi Widyastuti, Mujiono dan Lasmiati Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI Demam Berdarah Dengue (DBD) cenderung meningkat dan menyebar luas di perkotaan, sehingga Kejadian Luar Biasa (KLB) terjadi hampir setiap tahun. Diantara penyebab meningkatnya kasus DBD yang sangat kompleks dan multifaktorial, peranan penularan secara transovarial belum dikaji lebih lanjut. Mempertimbangkan sifat telur Aedes aegypti yang tahan kering selama ± 6 bulan, mungkin juga merupakan faktor penunjang masih tents ditemukannya kasus DBD terutama di beberapa kota di Jawa Tengah. Suatu penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui adanya penularan transovarial (virus dari induk diturunkan ke anak) pada vektor DBD di beberapa daerah endemis di Jawa Tengah. Daerah penelitian adalah Kabupaten Tegal, Kendal, Grobogan, Sukoharjo dan Kota Semarang. Metode penelitian menggunakan uji imunohistokimia imunoperoksidase streptavidin biotin compleks untuk mendeteksi antigen virus dengue pada jaringan nyamuk. Cara penelidan dengan melakukan penangkapan nyamuk dan survei jentik di daerah penelitian. Jentik diperoleh dipelihara di laboratorium sampai menjadi dewasa kemudian dilakukan uji imunohistokimia untuk mendeteksi antigen virus dengue. Hasil penelitian deteksi virus pada Ae. aegypti dari Kelurahan Ngemplak Simongan Kecamatan Simongan Kota Semarang ditemukan 6 ekor positip antigen virus dengue dari 476 nyamuk yang diperiksa (1,26 %). Sedangkan dari Kelurahan Manyaran Kecamatan Manyaran Kota Semarang diperoleh 5 ekor Aedes (3 ekor Ae. aegypti dan 2 ekor Ae. albopictus) posidp antigen virus dengue dad 246 yang diperiksa (2,0 %) Hasil penelitian dari Kelurahan Cipiring, Kecamatan Cipiring Kabupaten Kendal positip 4 ekor dari 129 yang diperiksa ( 3,1 %) dan dari Kelurahan Protomulyo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal 1 ekor nyamuk positip antigen virus dengue dari 206 ekor yang diperiksa (0,48 %). Sedangkan 3 kabupaten yang lain tidak ditemukan adanya antigen virus dengue pada larva yang diperiksa. Hasil penelitian ini menggambarkan random, Simposium Nasional Kc-3 baltbangkes Jakarta, 50 Nov - I Des z0o6 indikasi adanya penularan DBD secara transovarial di empat (4) daerah tersebut. Oleh karena itu disarankan pengendalian vektor DBD lebih baik dilakukan terhadap stadium pradewasa dengan larvasida atau pembersihan sarang nyamuk (PSN). Slogan menguras, menutup dan menimbun (3M +) perlu ditambah sikat telur yang menempel pada dinding kontainer (3 M + S) segera disosialisasikan kepada masyarakat. Kata Kunci : Transovarial, Imunohistokimia dan Deteksi Virus Dengue DAYA LARVASIDA EKSTRAK ETANOL AMPAS SISA DESTILASI ARILUS BIJI PALA (MYRISTICA FRAGRANS HOUTT) TERHADAP LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTILINN. Sajekti Palupit, Nuning W. ,Sri Subekti2 Farmasi Universitas Surabaya 2 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga 1Fakultas Telah dilakukan penelitian efek larvasida ekstrak etanol ampas sisa destilasi arilus biji pala (Myistica fragrant Houtt) terhadap larva nyamuk Aedes aegypti Linn. secara eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan satu kontrol negatif (air PDAM yang telah diendapkan), lima perlakuan ekstrak etanol ampas sisa destilasi arilus biji pala (Mytistica fragrant Houtt.) (90 ppm; 230 ppm; 370 ppm, 510 ppm; dan 650 ppm) dan satu kontrol positif (temephos 0,02 ppm), dengan lima kali replikasi. Pengamatan kematian larva dilakukan setelah 24 jam. Dad hasil perhitungan statistik Anava diketahui bahwa terdapat perbedaan sangat bermakna antara kontrol negatif, perlakuan ekstrak etanol ampas sisa destilasi, arilus biji pala (Myristica fragrant Houtt.) (90 ppm; 230 ppm; 370 ppm; 510 ppm) dan kontrol positif tetapi terdapat perbedaan tidak bermakna antara kontrol positif dengan perlakuan ekstrak ampas sisa destilasi arilus biji pala (Myraticafragrans Houtt.) pada konsentarsi 650 ppm. Kata Kunci: Larvasida, Ekstrak etanol ampas sisa destilasi arilus biji pala (Mynstica fragrant Houtt.), Aedes aegypti Linn DAYA LARVASIDA EKSTRAK ETANOL COSMOS CAUDATUSH.B.K DAN TAGE7ES ERECTA L. TERHADAP LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTIL. DAN SKRINING KANDUNGAN KIMIANYA Rika Yulia, Liem Liem, Niklas Phanliana, Sajekti Palupi Fakultas Farmasi Universitas Surabaya Dilakukan uji efek larvasida ekstrak etanol daun kenikir (Cosmos caudatus H.B.K) dan bunga tahi kotok (Tagetes erecta L.) terhadap larva nyamuk Aedes aegpti L. Penelitian ini menggunakan 4 kelompok perlakuan utama, yaitu kelompok kontrol negatif (diberi Air PDAM), kelompok kontrol positif (diberi Temephos 0,02 ppm + air PDAM), kelompok uji A yang dibedakan atas 5 kelompok perlakuan (diberi ekstrak etanol daun kenikit dengan konsentrasi berturut-turut : 600 ppm, 862,5 ppm, 1125 ppm, 1387,5 ppm, dan 1650 ppm) dan kelompok uji B yang dibedakan atas 5 kelompok perlakuan (diberi ekstrak etanol bunga tahi kotok dengan konsentrasi berturutturut : 550 ppm, 712,5 ppm, 875 ppm, 1037,5 ppm, dan 12000 ppm) Pengamatan hasil uji dilakukan setelah 24 jam dengan parameter uji jumlah kematian larva setiap kelompok perlakuan. Hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan efek larvasida yang sangat bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok uji dan kontrol positif, tetapi terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok uji A yang diberi ekstrak etanol daun kenikir konsentrasi 1650 dan kelompok uji B yang diberi ekstrak etanol bunga tahi kotok konsentrasi 1200 ppm terhadap kontrol positif. Dad hasil perhitungan analisis korelasi regresi disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara peningkatan konsentrasi ekstrak etanol daun kenikir dengan kematian larva nyamuk Aedes aegypti L.. Hasil skrining kandungan kimia menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KrI) daun kenikir menunjukkan adanya minyak atsiri, randuan 5imposium Nasional l(c-s baltisanskes Jakarta, 30 Nov- I pea 2006 sedangkan bunga tahi kotok mengandung minyak atsiri, terpenoid bebas, dan flavonoid bebas. Pemeriksaan dengan reaksi wama menunjukkan positif polifenol untuk kedua ekstrak. Kata Kunci : Cosmos caudated H.B.K., Tagetes erecta L., Aedes aegypti L., Larvasida, Insektisida. SETAHUN LEBIH EPIDEMI H5N1 PADA MANUSIA DI INDONESIA GULI 2005 — OKTOBER 2006) Endang R. Sedyaningsihl, Siti IsfandarP, Vivi Setiawatyl, Lutfah Rifatit, Syahrial Harun', Wilfred Purba2, Sholah Imari2, Sardikin Giriputra3, Patrick J. Blair4, Shannon D. Putnam4, Timothy M.Uyekis, Triono Soendorol Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI 2Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 3RSPI Sulianti Saroso, Jakarta 4U.S. Naval Medical Research Unit #2, Jakarta 5Centers for Disease Control and Prevention, Atlanta GA, USA Latar Bekthang Sudah lebih dan setahun sejak kasus Avian influenza A (H5N1) pada manusia yang pertama di Indonesia dilaporkan (juli 2005). Sejak saat itu, rata-rata diidentifikasi lima orang kasus H5N1 setiap bulannya. Hingga tanggal 30 Oktober 2006, telah dilaporkan sebanyak 72 kasus H5N1 pada manusia yang terkonfirmasi, dengan jumlah kematian 55 orang (76.4%). Makalah ini mendeskripsikan karakteristik epidemiologi dan kasus-kasus tersebut. Metode. Kami menganalisis seluruh kasus H5N1 yang terkonfirmasi sesuai definisi WHO sejak Juli 2005 hingga Oktober 2006. Identifikasi infeksi virus H5N1 dilakukan di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI dengan RT-PCR dan tes serologi HI. Data epidemiologi, laboratorium dan Minis dikumpulkan dengan cara wawancara (pengisian kuesioner), pemeriksaan fisik dan laboratorium, serta kajian berkas rekam medis. Kontak dekat kasus, balk kontak rumahtangga, tempat kerja, maupun Rumah Sakit diinvestigasi bersama-sama tim P2PL. Hard Telah dianalisis 72 kasus H5N1 terkonfirmasi, yang berasal dari 9 Provinsi di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Banten, JaBar, JaTeng, JaTim, Lampung, SumBar, SumUt, dan SnlSel. Lebih dad setengah kasus (58,6%) laki-laki, 94,4% berumur kurang dari 40 tahun, dan 25% berumur <10 tahun. Median umur 17,8 tahun, dengan rentang umur 1 -67 tahun. Perbedaan rasio laki-laki dan perempuan per kategori umur tidak signifikan ((2 = 2,08, df = 5, p = 0,8). Lebih dan ❑ kasus (34,7%) merupakan Waster yang ada hubungan darah (keluarga). Delapan puluh persen kasus ada riwayat kontak dengan unggas, balk langsung maupun talc langsung. Penularan terbatas antar manusia tak dapat disingkirkan dan 13% kasus. Kesimpulan. Sejak pertengahan 2005 hingga Oktober 2006, kasus H5N1 manusia sporadik dan Waster ditemukan di Indonesia dengan tingkat kematian yang tinggi. Upaya yang lebih ekstensif perlu dilakukan untuk mencegah kontak manusia dengan unggas terinfeksi H5N1. Kate, kunci. Kasus H5N1 manusia, karakteristik epidemiologi, deslcriptif STUDI FAICTOR-FAKTOR YANG DIMILIKI OLEH PENDERITA FLU BURUNG DI JAWA BARAT Yosephina AS, Dwi TP, Achmad T. Politeknik Kesehatan Bandung Jawa Barat merupakan daerah yang mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya kasus flu burung karena berpotensi balk pada unggas dan manusia dilihat dan populasi unggas maupun kondisi lingkungannya. Kasus flu burung di Jawa Barat sampai dengan Nopember 2005 mencapai 20 orang diantaranya menimpa satu keluarga dalam satu atap dan Jawa Barat penyumbang kasus terbesar di Indonesia. Kelompok manusia yang mempunyai risiko untuk terserang flu burung adalah yang berhubungan dengan unggas dan mamalia (kotorannya), kebersihan lingkungan yang tidak terpelihara (adanya unggas), pekerja yang berhubungan dengan unggas dan penderita flu burung, perilaku dalam penanganan makanan dan pefilaku mengkonsumsi makanan sumber virus. randuan 5imposium Nasional 1(e--> balthangkes Jakarta, 50 Nov - I Dos z006 Permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor apa saja yang dimiliki oleh penderita flu burung? Dan bagaimana distribusi dari faktor tersebut? Adapun tujuan penelitian ini antara lain: mengetahui faktor yang dimiliki oleh kasus flu burung, distribusi dari faktor tersebut, dari penelitian ini diharapkan mendapatkan informasi mengenai faktor yang mempengaruhi flu burung sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu mengetahui gambaran dan faktor yang dimiliki oleh penderita flu burung, Populasinya kasus flu bulling di Jabar balk suspect, probale maupun confirm, sampel dalam penelitian ini kasus di Jabar (kab. Indramayu, Subang, Purwakarta, Bandung, tasikmalaya, Sumedang) dengan pertimbangan sebagai penyumbang kasus terbesar di Jabar (data pebruari 2006). Data yang terkumpul akan dianalisis dengan analisis univariat, analisis kuantitatif dan analisis kualitatif untuk memperjelas kajian kuantitatif faktor-faktor yang ada pada kasus. Hasil faktor yang mempengaruhi terjadinya kasus flu butting adalah lingkungan, perilaku dan penanganan makanan sumber virus, pekerjaan serta personal hygiene. Dari 21 kasus flu burung yang tersebar di 6 (enam) kab/kota, kota Bandung paling banyak menyumbang kasus yaitu sebesar 33,33% disusul Kabupaten Indramayu 19,05%, kemudian Kabupaten Bandung, Purwakarta dan Subang masing-masing 14,285% dan Tasikmalaya 4,76%. Dilihat dari kejadian flu burung, kondisi lingkungan dekat dengan sumber virus dan personal hygiene merupakan faktor paling dominan mendukung terjadinya kasus flu burung (100%). Kondisi lingkungan yang dekat dengan sumber virus adalah yang dekat dengan petemakan unggas dan banyak ditemukan kandang tertutup dan terbuka (terbuka artinya di bawah rumah, di dalam rumah tanpa pembatas, tidak masuk sinar matahari). Banyaknya unggas liar dan banyak rumah yang memelihara unggas secara tradisional, daerah yang padat dan cenderung kumuh, dekat dengan semak-semak dan persawahan Personal hygiene, kasus mempunyai kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan, kebiasaan kasus tidak mengganti pakaian atau membersihkan badan setelah terpajan dengan sumber virus (unggas) yang diduga sebagai penyebab. Perilaku tidak balk dari kasus dalam mengkonsumsi makanan seperti ayam, telur dan prosuk dari ayam (kentucky), bahkan ada yang mengkonsumsi ayam sakit dengan kepercayaan bahwa virus mad setelah ayam sakit diolah sampai matang. Penanganan makanan sumber virus pada kasus 90,48% tidak balk dengan alasan kasus tidak mencuci bahan makanan (telur) sebelum dimasak/dimakan. Dan hasil penelitian dapat diketahui bahwa persepsi mereka terhadap kondisi lingkungan, personal hygiene, penanganan makanan sumber virus (unggas) masih kurang tepat juga persepsinya terhadap informasi pemerintah mengenai flu burung, saran dari penelitian ini yaitu perlu adanya informasi yang lebih lengkap dan jelas mengenai penanganan makanan sumber virus dengan alasan bahwa persepsi masyarakat terhadap informasi yang ada berbeda-beda serta perlu dilakukan penelitian lebih intensif mengenai kondisi lingkungan, personal hygiene, perilaku penanganan dan konsumsi makanan sumber virus. VIRUS LAIN YANG DITEMUKAN PADA SPESIMEN NEGATIF H5N1 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI LUMINEX Reni Herman', Agustina Ika Susanti2, Djoko Yuwonol, Wini Kania2, Widoretno', Siti M Saragibl, Endang R Sedyaningsild, Sardikin Giriputro3, Oerip Pancawatil, dan Gary T Brice2 1 Badan Litbangkes Jakarta 2 US Namru-2, Jakarta 3RSPI Jakarta Untuk menegakkan diagnosa Infeksi virus pada saluran pernafasan biasanya digunakan pemeriksaan isolasi atau deteksi antibodi, yang hanya mengidentifikasi sate agen. Luminex adalah teknologi yang didasarkan pada micralphere-based suipension array, yang dapat membedakan lebih dari 100 microOere yang berbeda, dapat memfasilitasi amplifikasi multiplexing asam nukleat dalam satu kali reaksi, memiliki tingkat kemampuan pemeriksaan multiplexing diatas metode yang ada, baik PCR dan Real Time PCR. Pengembangan teknologi ini dapat mengurangi waktu, tenaga dan biaya pemeriksaan dibandingkan dengan metode deteksi sate agen. Sebanyak 357 sampel yang diketahui negatif H5N1 dari pasien dengan suspek Flu Butting dari beberapa rumah sakit randuan Simposium Nasional Ke-3 ESaltbangkes Jakarta, 30 Nov- I Des 2006 di Jawa dan Sumatera, telah dilakukan pemeriksaan dengan Respiratory viral panel army terhadap 20 jenis pathogen. Dari pemeriksaan ini ditemukan sebanyak 24 % (86/357) spesimen dengan virus yang menginfeksi saluran pernafasan. Agen terbanyak adalah Enterovirus/rbinovirus ( 27/357), Flu A /H3 sebanyak 10/357, Flu A/H1 sebanyak 3/357, Flu B 5/357, flu A non H1 /H3/H5 sebanyak 6/357, Adenovirus 5/357, Respiratory Syngtial Virus tipe B 7 /357 rMetapneumovirus sebanyak 2/357, Parainfluensa virus tipe 1,2,3,4 sebanyak 11/357 dan virus lain yang ditemukan adalah Respiratory Syngtial virus tipe A, Coronavirus 229E dan coronavinu NL63. Lebih menarik lagi, terdapat infeksi campuran sebanyak 5/357. Berdasarkan penemuan ini, respiratory virus panel pada platform Luminex dapat digunakan sebagai metode deteksi virus pada saluran pernafasan yang cepat dan sensitif. Kata bind : Lumine , Virus saluran pernafasan PEMBENTUKAN DESA SIAGA DAN POS KESEHATAN DESA : PERCEPATAN PENURUNAN AM & AKB, SERTA PENINGKATAN STATUS GIZI MASYARAKAT randuan Simposium Nasional 1(e-; baltbangkes Jakarta, 50 Nov- 1 De. 2006 PARADIGMA BARU DALAM MELIHAT PERMASALAHAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANGKA KEMATIAN BAYI Rizanda MachmucP, Adang Bakhtiar2 'FK Bagian IKM/Ilmu Kedoktetan Komunitas, Universitas Andalas 2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah dalam rangka penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) ini. Nahmn dari berbagai upaya intervensi yang dilakukan yang dilakukan rupanya target penurunan angka kematian baik pada ibu maupun bayi masih tetap tinggi, belum mencapai yang diharapkan walaupun sudah dilakukan 10 tahun lebih. Pada penulisan ini dibahas permasalahan kesehatan yang ada, Issue-isue strategis berkaitan dengan kebijakan yang diambil oleh pemerintah, Tujuan terpenting penulisan ini adalah ada dua hal; pertama, untuk menganalisis permasalahan AKI&AKB di Indonesia, kedua memberikan sumbang saran pemikiran terhadap rekomendasi dan prioritas kebijakan intervensi dalam upaya menurunkan AKI&AKB di Indonesia. Bila kebijakan untuk melakukan intervensi pada level yang tepat sasaran diharapkan akan terjadi reduksi yang sesuai harapan terhadap AKI&AKB. Pandangan barn dalam permasalah ingginya angka kematian ibu dan bayi meliputi; Upaya kesehatan yang dilakukan perlu lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat preventif dan promotif yang proaktif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Dalam artian mekanisme jemput bola, dimana kita yang "mencari" orang miskin, bukan mengharapkan orang miskin yang mendatangi fasilitas kesehatan. Hal lain, adanya asumsi bahwa terdapat disparitas dalam penyediaan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang nota bene merupakan pembangunan fisik kesehatan, hal ini tidak terbukti dilihat pada hasil penelitian Rizanda, 2005. Akan tetapi, ada hal yang lebih panting dari sekadar pembangunan secara fisik, yaitu peran penting dari sisi pembangunan manusia pada daerah itu sendiri. Lebih lanjut, secara umum rendahnya prevalensi penyakit lebih ditentukan oleh Indeks pembangunan manusia (IPM) kabupaten dibandingkan dengan SDM kesehatan dan fasilitas kesehatan yang tersedia. Kabupaten yang miskin dengan indikator IPM rendah, merupakan penyumbang terbesar angka kesakitan dan kematian. Masalah kesehatan itu sangat kompleks, saling berkaitan dengan masalah-masalah lain, di Mar kesehatan im sendiri. Besamya peran diluar individu terhadap kesehatan, ini menunjukkan masalah kesehatan tidak akan dapat diselesaikan oleh Departemen Kesehatan sendiri, tapi hams dipikirkan bersama. Upaya yang dapat meningkatkan kesehatan penduduk Indonesia sebaiknya dimulai lebih ke hulu, kearah pengentasan dan kemiskinan kabupaten. Bila kabupaten sudah maju, secara otomatis akan mengurangi jumlah penduduk miskin dan tentunya akan mengurangi angka kesakitan dan kematian. PERANAN ORGANISASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PERAN SERTA MASYARAKAT TERKAIT AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANGKA KEMATIAN BAYI Niniek L Pratiwi, Setia Pranata, Paiman S, Astrid, dan Linda N Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI Penelitian ini mengkaji sejauh mana peran organisasi masyarakat dalam upaya peran serta masyarakat terkait akselerasi penurunan angka kematian ibu dan bayi. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif dengan data kuantitatif dan kualitatif, dilakukan di 4 propinsi: Kalteng, Sulut, Jateng dan Jawa Timur dengan masing-masing propinsi dipilih 2 kabupaten dengan kriteria AKI Dan AKB Tinggi dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peran Organisasi masyarakat dalam upaya PSM terkait akselerasi penurunan angka kematian ibu dan bayi, sebatas memberikan penyuluhar, dan pendidikan pada masyarakat sekitarnya dalam mengatasi 4 terlalu clan 3 terlambat dan ini masih dirasakan kurang, demikian pula dalam upaya mobilisasi dana untuk keperluan tersebut sangat dirasakan kurang optimal. Ke depan peran Organisasi masyarakat melalui PSM perlu ditingkatkan sences of belonging melalui keterlibatan dalam proses Vanduan Simrosium Nasional Kt-) baithangkes Jakarta, 50 Nov - I Des 2006 perencanaan mulai identifikasi masalah sampai pada bentuk konstribusi nyata, sehingga tercapai kepekaan sosial yang lebih tinggi. Dengan demikian 5 tahap perubahan suatu inovasi dapat tercapai Kata kunci: cornmunit, of organization, powetfull community. SEGITIGA STRATEGIS SEBUAH POLA PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP DALAM UPAYA PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU Didik Budijanto dan Evie Sopacua Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI The strategic triangle is a public-private partnership design in the sketch of a community based health effort. Village midwife, included Health Centre and District Health Office is on the public side otherwhile the pregnant woman and her family, village officials and the informant are on the private side. The partnership was expressed through the interaction of the corners of the triangle in an coordination process. Each corner in this strategic triangle consist of pregnant woman mapping as a result of Square Work System and Village Officials Preparedness which conduct by the village midwife, Village Officials Notebook and the book of Mother and Child Care which is keep by the pregnant woman and her family. This is why the strategic triangle is stated as a holistic service because the pregnant woman was involved as a subject not as an object. This public-private partnership designed as a strategic triangle should be taken into consideration in case policies on efforts to decrease maternal mortality rate was formulated to achieve a selfcare community for a healthy living. Keywords : Strategic triangle, public privatepartnership INOVASI DALAM IMPLEMENTASI PUSKESMAS PONED SEBAGAI UPAYA AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI DI 3 (TIGA) KABUPATEN DI JAWA TIMUR Tety Rachmawati, SK Poerwani, Agus Suparapto, dan Fachrudi Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes-Depkes RI Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga atau diramalkan sebalumnya, sehingga ibu hamil hams berada sedekat mungkin pada sarana pelayanan obstetric emergensi dasar. Puskesmas diharapkan mampu memberikan pelayanan emergensi dasar. Peningkatan akses akan mempercepat penurunan Afl dan AKB secara bermakna. Tujuan dati penelitian adalah mengkaji fungsi Pelayanan Obstetri dan Neonatus Emergensi Dasar (PONED) di puskesmas dan Pelayanan Obstetri dan Neonatus Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit. Berfungsinya PONED dan PONEK dipengaruhi oleh sumberdaya manusia, sarana dan fasilitas, obat-obatan . Cakupan pelayanan menggambarkan fungsi dari PONED dan PONEK. Rancangan penelitian ini adalah eksploratif dishiptif Lokasi penelitian di propinsi Jawa Timur (3 kabupaten yaitu Ngawi, Jombang dan Sampang), masing-masing kabupaten diambil 2 puskesmas PONED dan satu RS PONEK.. Unit analisis adalah puskesmas PONED. Data dianalisis secara deskriptif. Dan hasil penelitian didapatkan bahwa sumberdaya manusia di puskesmas PONED dan RS PONEK jumlah dan penempatan belum memenuhi kebutuhan. Pemanfaatan puskesmas PONED dan RS PONEK belum maksimal. Dengan adanya inovasi daerah dalam implementasi puskesmasPONED seperti penempatan SPOG SK Dinas kesehatan, mendekatkan fasilitas pelayanan operasi section secaria di puskesmas, pemberdayaan bidan desa dalam tim PONED merupakan daya ungkit dalam peningkatan cakupan PONED. Hambatan dalam pelaksanaan terutama dalam hal koordinasi dan kebijakan yang mendukung pelaksanaan di lapangan. Kata Kunci : Fungsi — PONED Puskesmas — PONEK Rumah Sakit randuan Stsposium Nasional Ks-5 baltbangkes Jakarta, 50 Nov - I Des zoo6 ANALISIS KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN DALAM RANGKA AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANGKA KEMATIAN BAYI Turniani Laksmiarti Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis kebijakan-kebijakan yang telah diterbitkan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dalam rangka penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), mengingat AKI dan AKB di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara Asean lainnya. Disain Penelitian adalah dirktiptif yang menganalisis kebijakan yang telah berlaku dimasa lampau atau yang berlaku hingga saat ini (retroipektilj. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua kebijakan kesehatan di Provinsi maupun Kabupaten/Kota dilandasi oleh kebijakan nasional. Adapun Kebijakan yang telah diterbitkan oleh Pemerintah Daerah dalam Penurunan AKI dan AKB dalam bentuk Surat Keputusan Pemerintah Daerah tentang GSI( Mother care), SPM ( Standart Pelayanan Minimal), Audit Maternal Perinatal (AMP), Puskesmas Pelayanan Obstreti-Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Retribusi Pelayanan Kesehatan. Dori data sekunder yang didapat terhadap pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak menunjukkan bahwa rata-rata rujukan ibu hamil resiko tinggi pada Daerah Penelitian cukup rendah. Alokasi anggaran Kesehatan berkisar 2,2 % - 8,7 % Alternatif rekomendasi kebijakan yang diusulkan berdasarkan metodologis: a) Karena GSI yang lebih dikenal oleh masyarakat luas, maka GSI merupakan bagian integral dan MPS, b) Fungsi informasi data lebih diakuratkan kembali, sehingga data-data AKI dan AKB yang ada dapat dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan, c) Sesuai dengan UU nomor 32 tahun 2004 tentang kewenangan daerah otonom, maka perlu dilakukan penetapan kembali sasaran-sasaran AM dan AKB yang lebih memungkinkan dalam pencapaiannya yang disesuaikan dengan wilayah dan kecenderungannya yang skenarionya lebih pesimistis Kata Kafiri : Kebijakan — Retrospektif - Akselerasi Penurunan AKI dan AKB KOMITMEN POLITIK DAN UPAYA SiSTEMATIS DALAM MENGURANGI KEMATIAN IBU DI INDONESIA Syahrul Aminuffiah Ketua Badan-badan Khusus Pengembangan Keanggotaan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dan Presidium Aliansi Pita Putih Indonesia (APPI) Dalam upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu di Indonesia dari 307 per setatus ribu kelahiran hidup menjadi 226 tahun 2015, bahkan menjadi Zero, di perlukan upaya systematis dan strategis untuk mewujudkannya. Saat ini AKI di Indonesia masih yang tertinggi di Asia Tenggara didapati bahwa 40 ibu meninggal setiap hari berarti setiap satu jam dua ibu meninggal di Indonesia. Padahal tujuan MDG dalam kesehatan adalah menurunkan angka kematian ibu. Sehingga sudah saatnya dipilthIcan bersama suatu upaya strategis dan systematis untuk mewujudkannya. Salah satu upaya yang strategis dan systematis tersebut adalah melalui penguatan komitmen politik yang serius dari seluruh aktor politik. Mulai dan Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota, Anggota DPR RI, DPD, DPRD Propinsi/Kabupaten/Kota. Karena eksistensi hampir 17 ribu "aktor politik" hasil autentik sistem politik barn RI dari SabangAceh sampai Meroke-Papua yang telah kita pilih secara demokratis tersebut sebetulnya dapat secara systemastis membuat berbagai kebijakan untuk menurunkan AM di Indonesia. Alasan klise dan pemerintah selalau mengatakan minimnya biaya untuk membuat berbagai program dalam rangka penuruan AIC di Indonesia. Padahal sebetulnya biaya tersebut tersedia di APBN, akan tetapi biaya tersebut selalu digunakan untuk membayar hutang luar negeri dengan cara mencicil melalui APBN setiap tahunnya. Komitmen Aktor politik untuk 'meminta' kepada pemberi hutang (Word Bank, IMF, ADB dB) untuk memberikan/menghibahkan hutang yang ada untuk digunakan dalam upaya menyelamatkan kematian Ibu di Indonesia. Berbagai upaya memerlukan komitmen politik dan keseriusan oleh akor politik Indonesia untuk mengkomunikasikan secara politis dengan pemberi hutang sehingga mereka mengerti dan matt mendukung berbagai upaya systematis dalam uaya menyelamtakan ibu di Indonesia. randuan 5smposium Nasronal Kt-, balthangkes Jakarta, 50 Nov - I Dts 2006 UPAYA PENINGKATAN AKSES TERHADAP INFORMASI DAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BERKUALITAS DALAM RANGKA PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI (STUDI KASUS DI KABUPATEN KLUNGKUNG DAN KABUPATEN BULELENG, PROP BALI ) Made Budisuari dan Bambang Wasito Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI Telah dilakukan penelitian upaya peningkatan akses informasi dan pelayanan Keluarga Berencana berkualitas dalam rangka penurunan angka kematian ibu dan bayi. Tujuan dad penelitian ini secara umum untuk meningkatkan akses terhadap informasi dan pelayanan Keluarga Berencana yang berkualitas di Puskesmas dan Rumah sakit Umum Daerah. Penelitian ini merupakan penelitian terapan, teknik sampling yang digunakan adalah "purposive sampling". Penelitian dilakukan di 3 (tiga) propinsi dan dan masing-masing propinsi diambil 2 kabupen/kota yaitu Jawa Timur (kabupaten Trenggalek dan Malang) , Bali (kabupaten Buleleng dan Klungkung) dan Kalimantan Tengah. (kabupaten Kuala Kapuas dan Kota Palangkaraya). Sasaran penelitian adalah puskesmas, Rumah Sakit pemerintah, Dinas Kesehatan serta BKKBD atau bidang yang menangani Keluarga Berencana., Pasangan usia subur (PUS) dan remaja yang berkaitan dengan 4 terlalu. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, wawancara terstruktur menggunakan kuesioner, observasi menggunakan daftar tilik serta data sekunder. Analisis data secara deskriptif.Hasil penelitian di propinsi Bali menunjukkan Informasi Keluarga berencana yang diterima oleh akseptor yang terlalu muda pasangan usia subur (PUS) dan remaja terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan yang berkaitan dengan 4 terlalu, .sangat kecil peranan petugas kesehatan dalam memberi informasi tentang Keluarga Berencana, dan hanya 15-36% yang menerimanya, untuk kelompok terlalu dekat punya anak setelah mendapat informasi KB hanya 0- 36 % yang menerimanya , untuk kelompok terlalu tua punya anak setelah mendapat informasi KB hanya 29,6 — 30 % menerimanya , sedang untuk kelompok terlalu banyak anak hanya 0 — 28 % yang menerimanya. Informasi yang diberikan oleh provider dalam hal ini pelaksana pelayanan KB dapat dikatakan belum baik karena pemahaman pelaksana KB mencapai skor terbanyak cukup dan kurang.Pemahaman yang belum baik dan pelaksana pelayanan KB berkaitan dengan Informed Choice dan penapisan klien khususnya. Oleh karena itu pemberian layanan KB perlu ditingkatkan, meskipun semua pelaksana layanan KB dalam penelitian ini menyatakan telah melaksanakan GATHER (khusus Propinsi Jawa Timur). Diperoleh hasil yang hampir sama dengan Kalimantan Tengah dan Bali yang belum pernah menerima pelatihan KIP/K & Lembar Balik dari STARH . Pelayanan KB dapat dilaksanakan di Puskesmas, hanya saja perlu kejelasan dengan pihak BKKB di Kabupaten yang berkedudukan di Badan KB , atau di Dinas Dukcapil. Penyediaan Alkon untuk Gakin oleh BKKB baik yang Badan KB maupun di Dukcapil adalah kegiatan yang seharusnya dilaksanakan Puskesmas dengan regulasi oleh Dinas Kesehatan. Hal ini mengingat bahwa untuk Gakin tersedia Askeskin sehingga penyediaan Alkon untuk Gakin dapat saja disediakan Puskesmas sesuai kebutuhan, sedang untuk non Gakin disediakan lewat APBD. Kata kunci : akses infarmasi — pelayanan KB — 4 terlalu KEPALA DESA SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN : SUATU STUDI KWALITATIF DI KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA Laksmono Widagdo Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP) FEN UNDIP Salah satu bentuk kegiatan promosi kesehatan adalah Pos pelayanan terpadu (Posyandu) yaitu upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dilandasi peran-serta masyarakat. Posyandu merupakan strategi untuk memelihara kelangsungan hidup disamping untuk membina randuan Simposium Nasional Kc-i 5ait6ang6s _Jakarta, 50 Nov — I Des 2006 tumbuh kembang anak secara sempurna baik fisik maupun mental. Dad berbagai kepustakaan diperoleh informasi bahwa peran-serta masyarakat tidak dapat timbul begitu saja tetapi hams ada motivasi dad pihak lain yang sifatnya terus menerus. Motivasi tersebut dapat berasal dari lingkungan yaitu pemerintah atau swasta dan dapat juga berasal dad masyarakat sendiri. Motivasi yang berasal dart pemerintah atau swasta lebih bersifat temporer sedangkan motivasi yang berasal dari masyarakat sendiri seperti misalnya misalnya dari tokoh masyarakat atau kepala desa (kades) yang diharapkan akan merupakan motivasi yang sifatnya lebih berkesinambungan. Namun dalam pelaksanaannya, posyandu banyak mengalami kendala dan kegagalan walaupun ada juga yang berhasil. Kegagalan tersebut disebabkan antara lain karena disana-sini banyak terjadi angka putus (drop-out) kader karena kurang/tidak adanya motivasi dari kades. Penelitian kualitatif telah dilakukan untuk mendapatkan ciri kades seperti yang diharapkan dan hasil penelitian secara kualitatif ini memperlihatkan adanya pengaruh kepemimpinan kades terhadap sikap kader demikian juga pengaruh kepemimpinan kades terhadap kinerja posyandu. Dapat disimpulkan bahwa adanya angka putus kader (drop-out) adalah karena kepemimpinan kades yang tidak berjalan dengan semestinya, yang sangat berpengaruh selain terhadap angka putus kader yang juga berdampak terhadap kinerja posyandu/peran-serta masyarakat secara keseluruhan. Kata kuuci : Kepala desa, peranserta mayarakat, Posyandu PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTEK ICADER POSYANDU DI EMPAT KABUPATEN Siswanto Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI This study was aimed at (i) assessing Knowledge, Attitude and Practice (KAP) of health cadres regarding five activities of posyandu, and (ii) analysing cadres' KAP with regard of cadres' characteristics. The results have shown that (i) health cadres were dominated by age group of 21 to 40 years (72,5%) or in the age of active house wives, (ii) most of their jobs were house wife (65,4%) and the rest were private, farmers, village officials, and civil servants, (iii) cadres' KAP regarding MCH, family planning, nutrition, immunization and diarrhoea control showing that Sikh Regency for the aspects of knowledge and practice was higher compared to other 4 regencies, (iv) those who were to be health cadres since 1996 and after have the level of knowledge worse than those to be health cadres before 1996, and (v) no influence between the level of education and the level knowledge. To improve the performance of posyandu in the future, the study recommended that (i) the Ministry of Health through Dimas Kesehatan shoud train new cadres and refresh old cadres, (ii) for improving the performance of posyandu, intersectoral team approach should be applied, and (iii) for new cadres' recruitment, it should be taken from active house wives, with non permanent job, and level of education of Junior High School, Senior High School or Elementary School. Key wore. Knowledge, Attitude, Practice, health cadres, characteristics. PEMA.NFAATA.N BAHAN PANGAN LOKAL (INDIGENUS) DALAM PEMBUATAN FORMULA MAKANAN JAJANAN TINGGI Fe UNTUK PERBAIKA.N GIZI ANAK SEKOLAH M. Husni Thamrin dan Marni Handayani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Padang Dalam pembangunan nasional kelompok usia sekolah merupakan kelompok yang tidak bisa diabaikan. Kelompok ini merupakan asset sumber daya manusia dalam pembangunan, sehingga pembinaannya hams sangat diperhatikan. Berbagai masalah kesehatan pada anak usia sekolah, seperti tingkat kesehatan dan gizi yang rendah (KEP, anemia dan cacingan) merupakan faktor utama penyebab menurunnya prestasi belajar anak sekolah. Berdasarkan Survei Kesehatan randuan Simposium Nasional Ka-) 5alt6angkes Jakarta, ,c) Nov — I Des 2008 Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 prevalensi anamia gizi besi pada anak sekolah masih tinggi yaitu 47,3 % dan begitu juga prevalensi penyakit cacingan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menciptakan formula makanan jajanan tinggi Fe untuk perbaikan gizi anak sekolah. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Padang dengan memanfaatkan bahan pang-an lokal tinggi Fe yang ada di daerah setempat. Dalam menciptakan formula makanan jajanan tinggi Fe ini diawali dengan melakukan identifikasi makanan jajanan yang ada di tiga Sekolah Dasar di Kecamatan Nanggalo Kota Padang yaitu SDN 07, 14 dan 17. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung dengan Kepala Sekolah, guru dan murid untuk mendapatkan jenis makanan jajanan serta gambaran kesukaan anak sekolah terhadap makanan jajanan yang ada di sekolah tersebut. Hasil identifikasi tersebut dirangking menurut tingkat kesukaan anak sekolah untuk mendapatkan 7 jenis makanan jajanan yang mereka sukai. Dari 7 jenis makanan itu dibuat suatu formula baru dengan cara menambah bahan makanan yang mengandung tinggi Fe ke dalam bahan dasar makanan tersebut sehingga didapatkan makanan jajanan anak sekolah yang mengandung tinggi Fe disamping juga memenuhi syarat baik dan segi kalori maupun proteinnya. Dari 15 jenis makanan jajanan yang ada pada 3 SDN tersebut, clipilih 7 jenis makanan jajanan yang disukai anak yang dirangking berdasarkan tingkat kesukaan anak sekolah untuk dijadikan formula yaitu : bakwan, lepat nagosari, onde-onde, lepat sagan, kroket, paruik ayam dan lepat pisang. Tujuh macam makanan jajanan tinggi Fe yang sudah diciptakan, dilakukan uji hedonik (kesukaan) pada anak sekolah dasar dan diperoleh lima jenis makanan tinggi Fe yang sangat disukai anak sekolah. Dari lima macam formula makanan jajanan anak sekolah yang telah terpilih, temyata godok ubi jalar menempati rangking pertama yang disukai anak sekolah, kemudian diikuti lepat pisang, onde-onde, singkong inti dan putu singkong. Berdasarkan basil analisis zat gizi dan ketujuh makanan jajanan yang diciptakan tersebut diperoleh kandungan Fe yang tertinggi pada makanan jajanan kroket dan lepat pisang yaitu 2,60 mg dan 2,21 mg. Kata Kund : Pangan lokal, Formula tinggi Fe, gizi anak sekolah FAKTOR DETERMINAN STATUS GIZI LANSIA PENGHUNI PANTI WERDHA PEMERINTAH DKI JAKARTA TAHUN 2004 Hoirun Nisa Fakultas Kedokteran dan Limit Kesehatan - Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta The purpose of this study is to examine the prevalence and determinant factors of nutritional status of dwellers of government residential homes in DKI Jakarta, year of 2004. A cross sectional study was undertaken in fifth government residential homes in DKI Jakarta with total sample of 182 elderly using simple random sampling method. Prevalence of malnutrition (BMI <18.5) in elderly dwellers of government of residential homes are 32.97% with BMI mean of 20.86 ± 4.46. Factors, which are not associated with elderly nutritional status, are age, sex, marital status, and duration of staying at residential homes, health problems, dentures, family's visit, depression, functional status, and protein consumption. Determinant factors associated with nutritional status of elderly are education (OR: 2.53; 95% CI: 1.12-5.71), participated in the residential homes activities (OR: 2.33; 95% CI: 1.03-5.20), number of natural teeth (OR: 3.33; 950/0 CI: 1.42-7.81), and interaction of co-morbid condition and energy consumption, elderly without co-morbid condition and having inadequate energy consumption are at risk of having malnutrition 4.27 times (95% CI: 1.09-16.81) compared to elderly with normal energy consumption, while elderly with co-morbid condition and inadequate energy consumption are at risk of having malnutrition status 34.21 times (95% CI: 8.46 — 138.44) compared to elderly with normal energy consumption. Keywords: Determinant, Nutritional Status, Elderly Panduan Simposium Nasional Ke-3 baltbangkcs Jakarta, 50 Nov - I Des 2006 PEMANFAATAN IKAN BETUTU (OXYELEOTRIS MARMORATA, BLEEKE li) DAN HASIL OLAHANNYA SERTA ANALISA MUTU GIZI DAN MUTU FISIK DI DAERA_H TOBASA SUMATERA UTARA. Tiar Lince Masriani Bakara Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Medan Pemanfaatan IKAN BETUTU (0„%yeleotrir mannorata, Bleeket) dan Hasil Olahannya serta Analisa Mutu Gizi dan Mum Fisik oleh Tiar Lince Masriani Bakara Politeknik Kesehatan Medan Jurusan Giai Lubuk Pakam. Penelitian ini dilakukan untuk pemanfaatan sumber daya alam Ichususnya jenis ikan. IKAN BETUTU (0.>geleottis marmorata, Bleeket) merupakan spesies ikan air tawar yang dapat diperoleh dan basil penangkapan dan perairan umum. Masyarakat Kabupaten Toba Samosir kurang menyukai IKAN BETUTU dengan alasan bentuk dan warnanya yang tidak menarik sehingga harga jual di pasar lokal rendah. Untuk menimbulkan daya tank terhadap IKAN BETUTU perlu dilaksanakan usaha dalam penganekaragaman pangan dengan berbagai cara pengolahan seperti Pembuatan Makanan Formula Tepung IKAN BETUTU, Bakso IKAN BETUTU, Abon IKAN BETUTU, Kerupuk IKAN BETUTU dan Nugget IKAN BETUTU. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah daging IKAN BETUTU, Tepung Beras, Tepung Terigu, Tepung Tapioka, Tepung Sagu, Tepung Panir, Jantung Pisang, Ubi Kayu Parut, Telur Ayam, Udang dan bumbu-bumbu yang digunakan bawang merah, bawang putih, gula merah, gula pasir, minyak goreng, santan kelapa, ketumbar, kemiri, merica, garam dan air. Metode yang digunakan untuk menguji mutu gizi (Protein, Lemak, Karbohidrat, Kalsium) IKAN BETUTU dengan menggunakan metode Kjeldhall, Extraction, Calculation dan Spektrofotometer. Sedangkan metode yang digunakan untuk menguji mutu fisik basil olahan daging IKAN BETUTU dengan uji organoleptik yang dilakukan panels, terlatih sebanyak 20 orang yang dinilai meliputi warna dengan menggunakan indra penglihatan, aroma dengan menggunakan indera pembau, tekstur dengan menggunakan indera pengecap dan peraba sedangkan rasa dengan menggunakan indera pengecap. Hasil yang diperoleh untuk mum gizi daging IKAN BETUTU dalam 100 gram mengandung Protein = 77,20 gram, Lemak = 0,97 gram, Karbohidrat = 7,96 gram dan Kalsium mengandung = 0,95 gram. Sedangkan hasil yang diperoleh untuk mutu fisik hasil olahan IKAN BETUTU yaitu Makanan Formula Tepung Beras IKAN BETUTU dengan perlakuan B pencampuran IKAN BETUTU 30 gram dengan tepung betas 200 gram yang paling disukai oleh panelis dari segi rasa, aroma, warna dan tekstur Hasil yang diperoleh Bakso IKAN BETUTU perlakuan C pencampuran tepung terigu 270 gram dan IKAN BETUTU 900 gram yang paling disukai oleh panels dari segi rasa, aroma, warna dan tekstur. Hasil yang diperoleh Abon IKAN BETUTU perlakuan C pencampuran jantung pisang 75 gram dan IKAN BETUTU 250 gram yang piling disukai oleh panelis dari segi rasa, aroma, warna dan tekstur. Hasil yang diperoleh Kerupuk IKAN BETUTU perlakuan C dengan pencampuran ubi kayo parut 250 gram dan 200 gram IKAN BETUTU dan basil yang diperoleh untuk Nugget IKAN BETUTU dengan perlakuan B dengan pencampuran IKAN BETUTU 450 gram dan 150 gram udang yang paling disukai oleh panels dan segi rasa, aroma, warna, dan tekstur. Kata kunci : IKAN BETUTU bermanfaat sebagai makanan hasil olahan. TELAAH KEBIJAKAN PADA INDIKATOR KEBERHASILAN DESA SIAGA SEBAGAI MASUKAN DALAM PELAKSANAAN KEPMENKES NO.564/MENKES/SK/VIII/2006 Evie Sopacua dan Agung Dwilaksono Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes — Depkes RI This article try to describe through a policy review about the indicators stated in Kepmenkes No.564/ Menkey/ SK/ V711/ 2006 The review analyzed the indicators as the core problem with it's characteristics. The values of the core problem that is sosio cultural, technical and economical, randuan Simposiurn Nasional Ko-) 5altbangkcs Jakarta, 30 Nov- I Des 2006 the dispers powers on the core problem, it's consequecies, resistance and trade off prediction was also explained. This policy review needs more assessment as a policy analysis but through this review, what we must bear in mind that policy formulation is not simple as we thought. Specially if the policy ends in based community health efforts. SURVEI DATA DASAR DALAM RANGKA PERSIAPAN PEMBENTUKAN DESA SIAGA DI DESA MUKAPAYUNG KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG TM-IUN 2006 Holil M. Nei, Asep Taryana, Isa Ichsanuddin, Pujiono, Ai Juariah, Yayan Sofyan, dkk Politeknik Kesehatan Bandung — Pendabuluan. Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara mandiri dalam rangka mewujudkan desa sehat. Sebelum desa dikembangkan menjadi desa siaga perlu diketahui terlebih dahulu keadaan kesehatan, peran serta masyarakat dalam kesehatan, potensi yang dimiliki dan beberapa persiapan yang dilakukan dalam pembentukan desa siaga. Baban dan Mande. Desain penelitian adalah survei yang dilanjutkan dengan intervensi. Sampel adalah keluarga yang mempunyai anak balita dan anak sekolah sebanyak 105 KK dan semua ibu hamil sebanyak 28 orang dari 16 RW yang diambil secara proporsional. Proses penelitian dimulai dan sosialisasi kegiatan, survei mawas did, musyawarah masyarakat desa, selanjutnya dilakukan intervensi dasar dalam rangka pembentukan desa siaga. Hard Dad hasil penelitian diketahui bahwa 39 sampel (37,1%) kepala keluarga tinggal pada rumah yang dindingnya dan bambu, sebagian besar (56,2%) sampel membuang tinjanya pada tempat yang tidak memenuhi syarat. Demikian juga pola makan keluarga sebagian besar mempunyai pola makan yang kurang, asupan protein nabati maupun hewani hanya 2-3 kali dalam seminggu. Balita yang menderita gizi kurang dan bunk sebanyak 34,3% dan status imunisasi balita tidak lengkap sebanyak 62,9%. Ibu hamil yang merencanakan persalinannya ditolong oleh dukun beranak sebanayk 89,3%. Potensi kesehatan desa terdiri 1 buah Balai Pengobatan Swasta, 1 waning obat, seorang bidan praktek swasta, dukun beranak sebanyak 7 orang sedang Pos Kesehatan Desa dan Polindes belum ada. Terdapat 14 Posyandu yang dikelola oleh 30 orang kader kesehatan, 2 RW belum terdapat Posyandu. Telah dibentuk Kelompok Kerja Kesehatan (Pokjakes) yang bertugas mengelola kegiatan kesehatan di desa, juga telah dilakukan pelatihan penyegaran kader, sosialisasi kemitraan bidan-dukun do penyuluhan kesehatan. Kata kunci: desa siaga, kesehatan lingkungan, pola makan, balita, ibu hamil, pokjakes GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DESA BELENDUNG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARAHAYU TENTANG PROGRAM DESA SIAGA Felix Kasim LAB/SM.IKM /IKAKOM FK.Maranatha/RS.ImmanuelBandung Pendabuluan. Tingginya angka kematian, terutama kematian ibu dan kematian bayi, menunjukkan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Departemen Kesehatan yang memiliki visi "Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat" dengan misi "Membuat Rakyat Sehat", serta dengan strategi "Menggerakkan dan Memberdayakan Masyarakat untuk Hidup Sehat", berupaya untuk memfasilitasi percepatan pencapaian derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan kesiap-siagaan di tingkat desa. Metadologi. Penelitian deslcriptif, dengan tehnik pengumpulan data berupa survey melalui wawancara langsung responden menggunakan kuesioner. Populasi penelitian adalah Pasangan Suami Tsai di desa Belendung , tehnik sampling adalah proposional random sampling. Lokasi penelitian adalah desa Belendung, yang termasuk wilayah kerja puskesmas Sukarahayu, kecamatan Subang, kabupaten Subang. Penelitian berlangsung sejak 05 Juni 2006 s/d 29 Juli 2006. Hasi/Penelitian. Didapatkan randuan Sirorosium Nasional Kc-3 baltbangkcs Jakarta, 30 Nov - I Dc5 200e bahwa 44,67% responden mempunyai pengetahuan yang baik mengenai Desa Siaga, sedangkan 55,33% sisanya termasuk kategori pengetahuan kurang. Pada kategori sikap didapatkan bahwa 218 responden (72,67%) mempunyai sikap yang baik mengenai program Desa Siaga, sedangkan 27,33% sisanya termasuk kategori kurang. Pada kategori perilaku terhadap program Desa Siaga, didapatkan bahwa 184 responden (61,33%) termasuk dalam kategori perilaku baik, sedangkan 38,67% sisanya termasuk kategori perilaku kurang. Kata kunci : Desa siaga, pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat desa. PENGEMBANGAN POS OBAT DESA DI KABUPATEN CIANJUR Martuti Budiharto, Harimat Hendrawan Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI Disamping telah dikembangkan sarana pelayanan kesehatan masyarakat : puskesmas, puskesmas pembantu, dan puskesmas keliling, telah dikembangkan Pula upaya kemandirian pembangunan kesehatan bersumber daya masyarakat, yaitu posyandu, pondok bersalin desa, pos obat desa dan upaya kesehatan desa. .Posyandu yang bersifat promotif dan preventif memberi kesempatan untuk meningkatkan kesehatan dan pencegahan khusus, sementara Pos Obat Desa (POD) membuka kesempatan untuk pengobatan dini. Untuk mendekatkan pelayanan obat pada masyarakat dan juga untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, salah satu upaya adalah melalui pengembangan POD. POD melengkapi kegiatan posyandu yang sudah demikian melembaga; bila kegiatan posyandu hanya satu kali dalam sebulan, maka POD praktis dapat berfungsi setiap hari. Dengan demikian pertolongan kepada masyarakat dapat dilayani setiap saat. POD karena merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan yang bersumber daya masyarakat, tentu saja berkedudukan di tingkat masyarakat. Namun demikian pembinaan teknis temp menjadi tanggung jawab puskesmas, hal ini berarti akan terjadi proses edukasi, alih pengetahuan, dan olah keterampilan dalam obat dan pengobatan sederhana terhadap penyakit umum yang sexing diderita masyarakat. Penelitian ini adalah penelitian operasional menggunakan desain kualitatif, memilih kabupaten Cianjur sebagai daerah penelitian dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan secara aman dan tepat. Sementara tujuan khusus adalah sebagai berikut : 1) Tersedianya obat yang bermutu dengan harga terjangkau, 2) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang obat dan upaya pengobatan sederhana terhadap penyakit ringan di daerah setempat, 3) Meningkatkan keterampilan masyarakat dalam mengenal keluhan dan mengobati penyakit ringan secara sederhana. Lokasi penelitian di Kabupaten Cianjur, di Desa Cipendawa dan Desa Cikanyere . Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, FGD dan observasi. Dari hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa di kedua desa terplih terdapat POD, sementara melalui pelatihan kader nampak adanya peningkatan pengetahuan masyarakat tentang obat dan upaya pengobatan sederhana terhadap penyakit ringan serta terjadi peningkatan keterampilan masyarakat dalam mengenal keluhan dan mengobati penyakit ringan secara sederhana. Selain itu dalam pengadaan obat-obat di POD tidak hams melalui PBF yang ditunjuk Pemerintah, namun untuk efisiensi dan efektivitasnya dapat melalui toko obat berijin, yang selain harganya lebih murah, lebih cepat dan jaraknya dekat. Saran : 1) Perlu evaluasi dan revitalisasi POD di lokasi yang pernah ada dan diterapkan sistem pengadaan obat yang lebih mudah dilaksanakan, 2) Perlu diadakan peningkatan penyuluhan masyarakat tentang obat, 3) Perin penataan kembali jenis materi pelatihan bagi kader. PERAN POS KESEHATAN DESA (POSKESDES) DALAM DESA SIAGA DI JAWA TENGAH TAHUN 2006 Paiman Soeparmanto Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI Tujuan penelitian ini ingin mempelajari kegiatan Poskesdes yang melipuri: (1) pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang randuan 5imposius, Nasional Ke-) baltlaangkes Jakarta, 30 Nov — Des 2006 berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), dan faktor-faktor risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang berisiko; (2). penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, serta faktor-faktor risikonya (termasuk kurang gizi); (3). kesiap siagaan dan penanggulangan bencana dan kegawat daruratan kesehatan;(4). pelayanan medis dasar sesuai dengan kompetensinya;(5). promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi, peningkatan Perlaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), penyehatan lingkungan dan lain-lain merupakan kegiatan pengembangan. Tempat penelitian mengambil Propinsi Jawa Tengah pada dua Kabupaten Karanganyar dan Purbalingga yang telah melaksanakan pengembangan Poskesdes mulai awal 2006 sebelum Desa Siaga dikembangkan oleh Departemen Kesehatan.Pengumpulan dengan wawancara mendalam dilakukan pada delapan Poskesdes. Analisis dengan mensintesakan informasi yang bersifat kualitatif. Hasil penelitan yang diperoleh kesimpulan bahwa Poskesdes dikembangkan dengan cara mengembangkan bangunan fisik, peralatan dan tenaga Polindes. Poskesdes menempati bangunan yang kebanyakan mudah dijangkau masyarakat. Poskesdes melaksanakan kegiatan pengamatan epidemiologis dan penyakit menular dengan cara membuat peta yang terjadi di desa: bumil risti, penderita penyakit IBC, lingkungan kurang bersih, balita kurang gizi dan daerah yang mudah kena bencana. Selanjutnya dalam melaksanakan pelayanan medis dasar, Bidan lebih banyak memberikan pengobatan penderita sakit ringan-ringan saja. Mereka merasakan pelatihan manajemen Poskesdes dan yang diberikan khususnya yang berkaitan dengan 17 algoritma sangat terbatas penyerapannya. Untuk mengembangkan UKBM seperti Ambulan Desa, Bank Darah Desa, Dana Sehat dan Waning Obat Desa merupakan tanggung jawab Pengurus Desa Siaga,Poskesdes akan melaksanakan koordinasinya saja. Untuk penyuluhan PHBS Bidan lebih banyak bekerjasama dengan Kader Posyandu dalam pelayanan di Posyandu dan bekerjasama dengan kelompok-kelompok masyarakat misal dalam pengajian dan pertemuan Paguyuban Kader Posyandu. Sejak mulai awal kegiatan Poskesdes telah diberi dukungan oleh Pemerintah Propinsi, Kabupaten,Puskesmas, Kecamatan/Puskesmas serta Pemerintah Desa berupa surat-surat ketetapan sebagai dasar Bidan di Poskesdes menjalankan kegiatan seperti mendapatkan pelimpahan wewenang pelapayana medis dasar, pengelolaan obat dan retribusi pengobatan/ perawatan di Poskesdes Salah satu saran yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam memberikan wewenang Dokter Puskesmas kepada Bidan Desa tentang 17 Algoritma sebaiknya Dokter Puskemas diberikan kewenangan mengetahui kemampuan Bidan Desa di Poskesdes dalam perawaatan medis dasar sesuai dengan standar pelayanan bidan di Poskesdes dan pelatiahan secara intensif pada Bidan di Poskesdes. Kata kuttei; Kegiatan Poskesdes; Desa Siaga. ■ •-■ -■ • • ■ , POSTER , ■ -■ rancluaa SaToaium Nasional Ks-) baltbangkcs Jakarta, 3o Nov - 1 DC5 2006 PENCEGAHAN PADA TUBERKULOSIS PARU E.J. Manuhutu Departemen Pulmonolagi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Respirasi UI, RS Persahabatan, Jakarta •Penelitian yang dilakukan di RS Persahabatan dan di pelbagai pusat penelitian, menemukan bahwa penularan pada anak adalah secara exogen, sedangkan pada orang dewasa adalah secara endogen. Penelitian di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI — RS Persahabatan, menemukan bahwa timbulnya tuberkulosis pan pasta primer, disebabkan oleh menurunnya daya tahan tubuh, pada suatu keadaaan yang disebut trias Manuhutu. Pada saat ini manfaat vaksinasi BCG masih diperdebatkan. Hasil di Inggris dengan prevalensi alergi tuberkulin derajat rendah yang kecil, menunjukkan hasil yang balk, Sebaliknya negara-negara yang beriklim tropis dengan prevalensi alergi tuberkulin derajat rendah yang tinggi, memberikan hasil yang buruk. Pada tahun 2005, di Indonesia ditemukan balita berumur 0-11 tahun selcitax 15.06% bergizi buruk. Bila vaksinasi BCG pada balita tidak menimbulkan proteksi terhadap meningitis tuberkulosis, perlu dipikirkan untuk membuat vaksinasi BCG yang barn yang dapat memberikan proteksi. Kata kunet: tuberkulosis, pencegahan FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA DROP OUT (DO) PADA PENDERITA TB PARU DI KABUPATEN BANDUNG Maria Holly Herawati, Grace Mediana P Puslitbang Biomedis dan Farmasi — Badan Litbangkes — Depkes RI Tubercolusis is still a health problem in Indonesia as well as in other countries in world because it is contagious disease with can cause death if not treated well. One effort treating Tuberculosis in the world including in Indonesia is by appliying the strategic programs, namely the DOTS (Directly Observed Treatmen Shortcourse). In fact, in the pulmonary tuberculosis is treated well and properly, it can be cured, and therefore every TB patient can recuperated but if it is not treated well and properly it will result in DO (Drop Out). In Bandung Regency the DO reach more than 20%, this is of course not favorable because it is expected that all pulmonary TB patient in Bandung can recuperate. The aim of this research is to know the factors related to the DO of pulmonary TB patient in Bandung Regency in the year 2001.The research applies primary data with a control case design and is done in Bandung Regency. The sample of the research are pulmonary TB Patients in Bandung regency with the sample case of 77 respondents and control as many as 77 respondents. The result of the research show that there is a meaningful between the occurrence of DO to a pulmonary TB patient and the criterion of significance p< 0,05, this variabel is distance (p=0,012), cost (0,006), side effect (1)=0,004). Key Wank: tuberculosis, Drop out. KUALITAS PEMERIKSAAN BAKTERI TUBERCULOSIS (BTA) DI PUSKESMAS RUJUKAN MIKROSKOPIS Merryani Girsangl, Sumarti2, dan Lia Gardenia Partakusuma3 'Puslitbang Biomedis dan Farmasi - Badan Litbangkes — Departemen Kesehatan RI 2Dinkes Kab Bekasi JawaBarat 3RSPersahabatan Jakarta Salah satu faktor yang menghambat program pemberantasan tuberculsis paru di Indonesia, adalah belum terstandamya kualitas pemeriksaan laboratorium untuk menemukan bakteri tuberculosis dalam sputum tersangka penderita tbc. hal ini penting untuk menemukan penderita tbc dengan pasti dan cepat dalam menentukan pengobatan dan memutuskan rantai penularan Objektivitas penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas pemeriksaan sputum penderita tbc di Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM), melalui standar penilaian berdasarkan NTP (National Tuberculosis Programme 1997). Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan bakteri tuberculosis (bta) sebagai perangkat menghindari tetjadinya false positip atau false negatip dalam menemukan penderita tbc yang tepat. Penelitian telah dilaksanakan di di PRM Jakarta Timur dan beberapa PRM di Bekasi Jawa Banat, dan cross-check dilakukan di RSPersahabatan tahun 2000/2001. Disain penelitian before and after dengan intervensi pelatihan standar kualitas slide bta. Penilaian kualitas pemeriksaan mengacu pada 5 (lima) indikator melalui pengamatan mikroskopis dan makroskopis, diantaranya smear examination, latar belakang pewarnaan dengan counter stand methilene blue, pengolesan sputum dengan berdasarkan size 2 cm x 3 cm, kebersihan, kesesuaian pewarnaan berdasarkan tipis dan tebalnya smear examination. Keseluruhan hasil penilaian akan mewakili kualitas pemeriksaan sputum dad slide tbc yang dihasilkan oleh laboran. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi Program pemberantasan randuan Simposium Nasional Ke-3 baltbangkes Jakarta, 50 Nov - I Des 1006 tuberculosis, terutama informasi tentang kualitas pemeriksaan sputum di puskesmas. Dad 1036 pemeriksaan terhadap sputum slide, ternyata hanya 38% yang dapat dibaca karena kualitas dan latar belakang biru methilene blue yang tidak sesuai standar pemeriksaan, dan sebesar 43% slide yang dapat dikatagori bersih, karena sebagian besar slide tidak terbaca. Sebesar 15% yang mengikuti standar diameter size 2 cm x 3 cm. Adanya lemak yang menebal temyata berpengaruh terhadap pemeriksaan mikroskopis, dimana hanya 16% yang baik. Hasil cross-check oleh RSP dan Balitbangkes menunjukkan penemuan bta positip sama-sama sebesar 33%. Sebelum diberi pelatihan ditemukan kualitas pemeriksaan sputum tbc <50% dan setelah pelatihan terjadi peningkatan kualitas pemeriksaan >60% terhadap latar belakang, kebersihan dan size standar. Kecuali terhadap kualitas smear examination hanya 42,1% yang baik. Untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan sputum perlu diberikan pelatihan mum pemeriksaan sputum kepada laboran seem langsung dan terus menerus, agar kualitas pemeriksaan lebih baik dan bernilai. Ini perlu dilakukan untuk meningkatkan diagnosis agar dapat membedakan penderita tbc yang sebenarnya, agar false positip atau false negatip dapat dihindari, sehingga obat anti tuberculosis yang diberikan berhasiat guna penyembuhan penyakit tbc. Kata kund: Bakteri tuberculosis, kualitas pemeriksaan, mikroskopis, PRM (Pusat Rujukan Mikroskopis) PENANGGULANGAN MENYELURUH DAN ANALISIS SPATIAL TRANSMISI DBD DI KOTA SALATIGA Damar Tri Boewono, Barodji, Widiarti, Hasan Boesri, Hadi Swasono, Blondine Ch.P. Bagus Febriyanto, Ristiyanto, Suskamdani, dan Wiwik Trapsilowati Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Badan Litbangkes —Depkes RI Penelitian penanggulangan DBD secara menyeluruh dan analisis spatial transmisi DBD di wilayah kota Salatiga telah dilakukan. Tujuan penelitian untuk menentukan penanggulangan DBD secara komprehensif dan menganalisis spatial transmisi DBD dengan pemanfaatan perangkat informasi geografis di wilayah kota Salatiga (Kelurahan Kalicacing, Sidorejo Lor, Kutowinangun dan Mangunsari). Metode penelitian yaitu, penapisan, pemetaan, survei entomologi, uji resistensi, pengendalian vektor dengan Bacillus thuringiensis di tempat penampungan air dan kajian penerimaan masyarakat terhadap pengendalian vektor DBD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, berdasarkan analisis spatial kasus DBD di kota Salatiga bersifat cluster, yaitu mengelompok di beberapa tempat 4-5 kasus Jarak antar kasus < 100 m, terutama di daerah pemukiman kota (kelurahan Kutowinangun dan Kalicacing). Cluster kasus DBD terbanyak terdapat di kelurahan Kalicacing Hasil analisis Buffer Zone memperlihatkan bahwa antar cluster berjarak lebih 1000 m.. Survei entomologi memperlihatkan bahwa, rata-rata telur adalah 50 butir/ovitrap (4 kelurahan), rata-rata larva 3 ekor/kontainer dan kepadatan nyamuk Aedes aegypti, 0,2 ekor/orang/jam. Di kelurahan Kutowinangun ditemukan 2 (2,8%) dari 69 ekor nyamuk Ae. aegypti positif antigen virus dengue. Angka Bebas Jentik (ABJ) di daerah penelitian (4 kelurahan) berkisar antara 74,03%-83,6%. Uji resistensi secara biokimia menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan enzim esterase spesifik pada larva nyamuk yang diuji yaitu, 33,33% untuk Kutowinangun, 16,6% untuk Sidorejo Lor, 16,7% untuk Mangunsari dan Kalicacing, sedangkan uji silang dengan standard WHO memperlihatkan bahwa kematian nyamuk Ae. aegypti yaitu, 70% untuk Kutowinangun, 82% untuk Sidorejo Lor, 74% untuk Mangunsari dan 66% untuk Kalicacing. Angka tersebut menunjukkan bahwa nyamuk di keempat kelurahan tersebut cenderung resisten terhadap malathion 0,8%. Hasil pengendalian vektor DBD dengan B. thutingiensis H-14 galur lokal formulasi bubuk di 23 tempat penampungan air (bak mandi dan drum) di kelurahan Salatiga, menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah TPA positif jentik Ae. aegypti sebesar 77,78%, 87,50% dan 100% masing-masing setelah 3 kali penebaran pada evaluasi hari ke 14, sedangkan penurunan jentik Ae. aegypti sebesar 87,40%- 100% setelah 3 kali penebaran pada evaluasi ke 14. DISTRIBUSI ANOPHELES SUBPICTUS DI KABUPATEN KEPULAUAN SERIBU Jusniar Ariati, S. Sukowati, Shinta dan Herri Andris Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah lebih kurang 21.000 pulau, 17.504 pulau. Pulau-pulau tersebut tersebar luas di berbagai daerah membentuk gugus-gugus pulau atau kepulauan, yang masing-masing mempunyai ciri geografis dan demografis yang berbeda. Salah sam gugus pulau-pulau kecil tersebut adalah Kepulauan Seribu. Dengan perkembangan pembangunan di Teluk Jakarta, Kepulauan Seribu menerima tekanan yang besar sebagai akibat dari aktivitas manusia, antara lain berupa pencemaran, perubahan ekosistem alami menjadi buatan, dan eksploitasi sumberdaya rant:loan Simposium Nasional ICe-3 baltbangkcs Jakarta, 30 Nov- 1 DC5 2006 _ pesisir secara berlebihan. Malaria menjadi salah satu penyakit yang berhubungan erat dengan kondisi lingkungan. Penelitian dilakukan di 6 pulau di Kabupaten Kepulauan Seribu, yaitu :Pulau Panggang, Pulau Pan, Pulau Kotok, Pulau Untung Jawa, Pulau Rambut, Pulau Tidung, berupa : survei pradewasa/larva dan pupa nyamuk. Pengumpulan larva dan pupa nyamuk Anopheles sp dari berbagai macam habitat, Penangkapan nyamuk pada malam hari dilakukan sepanjang malam pada pukul 18.00 — 06.00, di dalam dan di luar rumah dengan metode landing collection, resting collection dan light trap. Penangkapan dilakukan 1 kali pada setiap pulau (spot survey) dengan jumlah penangkap 6 orang. Hasil penangkapan nyamuk dewasa pada malam hari dengan cara landing collections dari beberapa pulau yang diteliti ditemukan 10 spesies nyamuk yaitu Anopheles MbPiCtlij, Cx. vishnui, Cx. fuscocephalus, Cx.quinguefasciatus, Cx. hitacrhinais, Cx. fatigan , Ae. aegypti , Ae. albopictus, Ae. vexans dan Ae. vigilax. Di Palau Pari ditemukan 1 An. subpictus dan 2 An. subpictus di Pulau Untung Jawa, sedangkan di pulaupulau lain didominasi oleh Culex sp. Hasil survei habitat terhadap berbagai jenis genangan air yang berpotensi sebagai habitat Anopheles sp, terdapat perbedaan jenis genangan air yang ada di setiap pulau. Di Pulau Pad ditemukan kolam-kolam perendaman rumput laut dan sumur dangkal, di Pulau Untung Jawa ditemukan lagun dan tambak, di Pulau Tidung ditemukan sumur dangkal dan di Pulau Rambut ditemukan genangan air berupa mangrove. Di Pulau Pad kolam bekas perendaman rumput laut dan sumur dangkal positif ditemukan larva Anopheles subpictus, sedangkan di Pulau lainnya tidak ditemukan. PEMETAAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN RESERVOIR ERA DESENTRALISASI DI JAWA TIMUR Umi Widyastuti, Nani Sukasediati, Widiarti, Damar T.B., Suskamdani, Ristiyanto, Hadi Swasono dan Y. Sudini Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir penyakit — Badan Litbangkes — Depkes RI Gana meningkatkan manajemen program pemberantasan penyakit bersumber binatang di era desentralisasi telah dilakukan pemetaan program pengendalian vektor dan reservoir penyakit di Jawa Timur. Pemetaan menggunakan metode manajemen program pemberantasan vektor dan reservoir meliputi indikator input, proses dan output/outcome. Alat ukur yang digunakan adalah checklist tentang kondisi geografis, situasi penyakit dan pengendalian tular vektor dan reservoir, sedangkan untuk membuat peta kabupaten/kota menggunakan program Arc View V.9. Dalam makalah ini disajikan program pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir di Propinsi Jawa Timur yang meliputi Kabupaten Pasuruan, Trenggalek, Pacitan, Madiun dan Kota Mojokerto dan Madiun. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa, pes masih menjadi masalah di Kab. Pasuruan, malaria di Kabupaten Pacitan dan Madiun, sedangkan DBD terdapat di semua kabupaten/kota. Pes terdapat di Kecamatan Tutur Nongkojajar. Pemberantasan Pes di Kabupaten Pasuruan 3 tahun terakhir dengan metode pipa pralon berinsektisida dapat menurunkan kasus pes pada manusia dan taus. Malaria di Kabupaten Pacitan terdapat di 11 dari 12 kecamatan. API 3 tahun terakhir berikisar antara 0,93 untuk tahun 2003 (LCI), 1,34 untuk 2004 (MCI) dan 1,05 untuk 2005 (MCI). API malaria tertinggi terdapat di Kecamatan Kebonagung yaitu 10,05. Pemberantasan malaria di Kabupaten Pacitan dengan menggunakan IRS dan kelambu. DBD terdapat di semua kabupaten/kota. Dalam 3 tahun terakhir, kasus DBD cenderung meningkat, terkecuali di Kota Mojokerto dan Kota Madiun Pemberantasan DBD di Mojokerto dilakukan secara periodik dengan melibatkan Walikota dan penyelenggaraan Lomba PSN (September — Nopember). Di Kota Madiun, pemberantasan DBD dilakukan secara periodik dan melibatkan berbagai lapisan masyarakat, sehingga terbentuk jumantik sekolahan (84 sekolahan; 109 orang), dan jumantik perkantoran (PNS). Selain ita Pemerintah Kota Madiun melakukan lomba poster DBD untuk SLTP/SLTA, serta terbentuk kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota Madiun dan Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM). Kerjasama ditealisasikan dalam bentuk pemberian stiker penanggulangan DBD pada konsumen. Pengendalian vektor DBD, selain di ke dua kota tersebut, belum berjalan dengan baik. FAKTOR RISIKO FILARIASIS DI KECAMATAN TIRTO, KABUPATEN PEKALONGAN, JAWA TENGAH Astri Maharani , Widiarti, Bagus Febrianto, dan Sumardi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir penyakit Badan Litbangkes — Depkes RI Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor risiko penularan filsariasis telah dilakukan di Desa Samborejo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan pada bulan Agustus 2006. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan populasi penduduk berusia lebih dari 2 tahun. Hasil survei darah menunjukkan bahwa sebanyak 6 orang mengandung mikrofilaria dalam darah dan 79 orang yang randuan Sotosium Nasional Ke-.) baltbangkes Jakarta, 50 Noy- I Dcs zoos diperiksa rate 7,6%) dengan variasi usia antara 13-70 tahun dan status pekerjaan sebagian besar responden (66,7%) adalah tidak bekerja. Hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden merniliki pengetahuan dan persepsi yang tinggi mengenai filariasis. Sebagian besar responden juga memiliki kebiasaan tidur menggunakan obat nyamuk tetapi tidak menggunakan kelambu serta memiliki kebiasaan keluar rumah pada malarn hari. Hasil observasi lingkungan menunjukkan bahwa kondisi lingkungan sekitar tempat tinggal responden mendukung sebagai tempat perindukan vektor. Sedangkan dari hasil penangkapan nyamuk yang hinggap pada manusia diketahui bahwa kepadatan nyamuk cukup tinggi dan semua nyamuk yang tertangkap telah resisten terhadap insektisida malathion, fenithrotion, bendiocarb dan permethrin. Hasil pembedahan thorax nyamuk yang tertangkap diketahui bahwa 3 ekor nyamuk Cx. quinguefasciatus mengandung larva Wucheretia bancrofti (positive rate 0,5%). Berdasarkan perhitungan risiko relatif diperoleh hasil bahwa pengetahun mengenai filariasis, kebiasaan tidur menggunakan obat nyamuk, keberadaan kandang ternak, pemasangan kasa pada ventilasi rumah, kepadatan vektor, resistensi vektor terhadap insektisida dan nyamuk yang terinfeksi merupakan faktor risiko penularan filariasis di Desa Samborejo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan. Kata Kunci : Faktor Risiko, Filariasis, Pekalongan PREVALENCE OF ANTIBODY AND GENETIC IDENTIFICATION OF HANTAVIRUSES INFECTION AND ECTOPARASITES INFESTATION IN RODENTS AND INSECTIVORES AT THOUSAND ISLANDS DISTRICT OF JAKARTA PROVINCE, INDONESIA Ima Nurisa Ibrahiml, Sri Yusniar Ariatft, Kumiko Yoshimatsu2, Megumi Okumura2, and Jiro Arikawa2 'Ecology and Health Status Research and Development, National Institute of Health Research and Development, Ministry of Health, Jakarta 2lnstitute for Animal Experimentation, Hokkaido University Graduate School of Medicine, Sapporo 060-8638, Japan. Hemorrhagic fever with renal syndrome (HERS) and hantavirus pulmonary syndrome (HPS) are a rodent-borne viral zoonosis caused by viruses belonging to the genus Hantavirus, family Bunyaviridae. Five distinct hantaviruses are known in Asia, Hantaan virus (HTNV), Seoul virus (SEOV), Thailand virus (THAIV), Puumala virus, and Thottapalayam virus (IPMV). The fast four spesies were isolated from rodents while the last one was the only hantavirus isolated from insectivores, shrew (Suncus murmur) captured in India in 1968. Although TPMV has been classified into the Hantavirus genus, TPMV is andgenically and genetically distinct from all known rodent-borne hantaviruses. However, epidemiology and epizootiology of TPMV are still obscure because of lacking of systemic investigations. The ectoparasites (flea, louse, tick and mite) may play roles in transmission of many vector-borne diseases. The oriental flea, Xenoprylk: cheopis is known as a vector of plague while Rattus notvegicus (Norway rat) is known as its reservoir. According to previous reports, the specific index indices of approximately 1 at plague foci where human cases have been reported in Southeast Asia. Murine typhus is also transmitted by fleas and schrub typhus transmitted by chigger mites while spotted fever group rickettsiosis transmitted by ticks. Those diseases have been reported in Indonesia. In July and September 2005, an ecological study was conducted to explore the risk factors to humans of some zoonotic diseases in a group of tiny Island located in the Bay of Jakarta belonging to the Thousand Island District of Jakarta Province in Java Island, Indonesia. Part of this study included a survey of rodent diseases. The results are reported here. Trapping of rodents (rats and mice) and shrews was conducted on the six tiny Islands (Pali, Panggang, Kotok, Untung Jawa, Rambut and Tidung). Trapping was done using locally made live-traps and a bait of roasted coconut. The traps were set in the evening and checked for theirs succeed early in the morning the next day. The success traps were wrapped in a pouch clothes and taken to a field temporary laboratory. Blood was drawn from the hearth of anaesthetized animal. The sera were separated and the lung organ of individual animal were taken and kept in -80°C. Serological assay that were performed including screening for IgG detection by FT ISA using recombinant N antigen of HTNV, PUUV, SNV and 1 PMV followed by confirmation tests using IFA, Western blot, mu-capture ELISA and then continue with serotyping by serotyping ELISA for HTNV, SEOV, and THAW and Focus reduction neutralization tests. Antigenicity of IPMV was studied in detail by monoclonal antibodies and polyclonal animal sera. Then the serological screening methods for insectivores, rodents and human by using the recombinant nucleocapsid protein (rNP) of TPMV expressed in insect cats by baculovirus vector were established. A total of 191 small mammals were caught in the Islands with capture rates of 15.7%, 29.3%, 3.6%, 19.3°/s, 1.5% and 30.3% rancluan 5intosium Nasional Kc-5 balt6angkes Jakarta, 50 Nov— I Des zoos respectively (overall mean 23.8%). The highest trap rate was on the Island of Tidung followed by Panggang, Untung Jawa, Pad, Kotok and Rambut. There were 2 species of rodents (Rattus norvegicia (Norway rat) and Rattus rattus (Rattus tanezumi=house rat)) and one species of house shrew (Suncus mutinies). The trap rates for each of the species were 40.4 %, 51.9 % and 7.7% respectively. All of the trapped rats and shrews were infested by at least one group of ectoparasites. The only species of flea was Xenoptryth cheaper. The flea index was 2.8 on R. norvegicus, 0.4 on R. tanezumi and 0.3 on S. muthrus. The specific index for R. norvegicus was relatively high. Some 43 (22.5 %) of rats were antibody positive to hantavirus infection. More than half (12.5 %) of these were came from the Island of Panggang and the remainder (10 %) were on the Islands of Untung Jawa and Tidung. Phylogenetic analysis showed that urban rats possessed SEOV similar to strain B-1 that was isolated in Osaka, Japan and Jakarta strain that was isolated from It not-vest.= from central Jakarta. Two out of 11 (18.1 %) shrews were serologically and genetically positive to TPMV which has been reported to infect humans in Thailand. Viral RNA and mitochondria] cytochrome b sequence were examined for the species identification. TPMV showed the highest antigenic difference in hantaviruses. These results indicated that various hantaviruses distributed in rodents and insectivores and the vector-borne diseases especially plague were also have risk to be spread in the District amongst human population. Key words: ecology, ectoparasites, genetics, hantavirus, mice, plague, rats, shrews, water-borne diseases KEBERHASILAN PROGRAM PEMERINTAH MENGENAI PROGRAM PEMERINTAH TENTANG HIV/AIDS DI KALANGAN PSK DI WILAYAH PATOK BEUSI, KECAMATAN PATOK BEUSI, KABUPATEN SUBANG, PROPINSI JAWA BARAT. Felix Kasim Bagian Ihnu Kesehatan Masyarakat, FK Universitas Kristen Maranatha Bandung. Pendahuluan. Indonesia saat ini menghadapi ancaman epidemik HIV/AIDS dan infeksi menular seksual (IMS) lainnya yang meluas. Kabupaten Subang secara geografis memiliki resiko penularan dipandang perlu kewaspadaan terhadap penyebarluasan IMS/HIV/AIDS tinggi. Maka IMS/HIV/AIDS, terutama pada kelompok berperilaku seksual tinggi seperti Wanita Penjaja Seksual (WPS). Metodolo,gi : penelitian deskriptif, dengan tehnik pengumpulan data berupa survey melalui wawancara langsung responden menggunakan kuesioner. Populasi penelitian adalah WPS, tehnik sampling adalah whole sampling. Lokasi penelitian 2 lokalisasi WPS , di wilayah kerja Puskesmas Patok Beusi, Kecamatan Patok Beusi, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, selama bulan Juni 2006 — Juli 2006. Hasil Penelitian : hasil survey terhadap responden menyatakan 68,33 % responden memiliki taraf pengetahuan kurang, dan .31,67 % masih kurang pengetahuannya mengenai Program Pemerintah bagi WPS dan HIV/AIDS serta IMS lainnya. Hasil survey menyatakan 100 % responden termasuk kedalam kategori mempunyai sikap cukup. Dan survey mengenai perilaku responden, 73,33 % responden mempunyai perilaku kurang dan 26,67 % responden yang perilakunya. Kata kunci : IMS, HIV/AIDS, Program pemerintah, penyuluhan, pengetahuan, sikap dan perilaku WPS. PEMANFAATAN INVETARISASI TUMBUHAN BAHAN BAKU OBAT DI KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA Nunik Siti Aminah dan Gindo Simanjuntak Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan Badan Litbangkes Bumi Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang balk flora dan faunanya. Dan 30.000 jenis tumbuh-tumbuhan yang ada bam sekitar 2% yang telah dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Untuk itu diperlukan adanya inventarisasi tumbuh-tumbuhan yang mengandung khasiat sebagai bahan baku obat. Penelitian dilakukan di enam pulau yaitu Pulau Pan, P. Kartya, P. Kotok, P. Untung Jawa, P. Rambut dan P. Tidung. Secara administratif, keenam pulau tersebut termasuk dalam wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Kabupaten Kepulauan Seibu. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Juli sampai Oktober 2005. Penelitian ini untuk mendata jenis tumbuhan yang bersifat toksik sehingga dapat menjadi bahan baku obat. Secara umum Kepulauan Seribu masih tersimpan tumbuh-tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan baku obat yang bernilai ekonomis. Dengan menggunakan metode cuplikan, jumlah individu setiap jenis di dalam sub-sub petak dihitung dan dicatat nama lokal. Tumbuhan yang terkoleksi di identifikasi di herbarium Bogorensis, Bogor. Hasil studi pendahuluan, dari 70 jenis tumbuh-tumbuhan ditemukan 35 jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat Kata Kunci: Kepulauan Seribu, bahan balm obat, nilai ekonomis random, Soposiom Nasional Kc-5 baltbangkes Jakarta, )0 Nov- I DC5 2006 respectively (overall mean 23.8%). The highest trap rate was on the Island of Tidung followed by Panggang, Untung Jawa, Pan, Kotok and Rambut. There were 2 species of rodents (Rattus norvegicus (Norway rat) and Rattus rattur (Rama tanezumi=house rat)) and one species of house shrew (Swans marinas). The trap rates for each of the species were 40.4 %, 51.9 °A and 7.7% respectively. All of the trapped rats and shrews were infested by at least one group of ectoparasites. The only species of flea was Xenopsylla cheopis. The flea index was 2.8 on R norvegicus, 0.4 on R. tanezumi and 0.3 on S. marinas. The specific index for R. novegicus was relatively high. Some 43 (22.5 %) of rats were antibody positive to hantavirus infection. More than half (12.5 %) of these were came from the Island of Panggang and the remainder (10 %) were on the Islands of Untung Jawa and Tidung. Phylogenetic analysis showed that urban rats possessed SEOV similar to strain B-1 that was isolated in Osaka, Japan and Jakarta strain that was isolated from R nomegicus from central Jakarta. Two out of 11 (18.1 %) shrews were serologically and genetically positive to TPMV which has been reported to infect humans in Thailand. Viral RNA and mitochondria' cytochrome b sequence were examined for the species identification. TPMV showed the highest antigenic difference in hantaviruses. These results indicated that various hantaviruses distributed in rodents and insectivores and the vector-borne diseases especially plague were also have risk to be spread in the District amongst human population. Key words: ecology, ectoparasites, genetics, hantavirus, mice, plague, rats, shrews, water-borne diseases KEBERHASILAN PROGRAM PEMERINTAH MENGENAI PROGRAM PEMERINTAH TENTANG HIV/AIDS DI KALANGAN PSK DI WILAYAH PATOK BEUSI, KECAMATAN PATOK BEUSI, KABUPATEN SUBANG, PROPINSI JAWA BARAT. Felix Kasim Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK Universitas Kristen Maranatha Bandung. Pendahuluan. Indonesia saat ini menghadapi ancaman epidemik HIV/AIDS dan infeksi menular seksual (IMS) lainnya yang meluas. Kabupaten Subang secara geografis memiliki resiko penularan dipandang perlu kewaspadaan terhadap penyebarluasan IMS/HIV/AIDS tinggi. Maka IMS/HIV/AIDS, terutama pada kelompok berperilaku seksual tinggi seperti Wanita Penjaja Seksual (WPS). Metodologi : penelitian deskriptif, dengan tehnik pengumpulan data berupa survey melalui wawancara langsung responden menggunakan kuesioner. Populasi penelitian adalah WPS, tehnik sampling adalah whole sampling. Lokasi penelitian 2 lokalisasi WPS , di wilayah kerja Puskesmas Patok Beusi, Kecamatan Patok Beusi, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, selama bulan Juni 2006 — Juli 2006. Hasil Penelitian : hasil survey terhadap responden menyatakan 68,33 % responden memiliki taraf pengetahuan kurang, dan 31,67 % masih kurang pengetahuannya mengenai Program Pemerintah bagi WPS dan HIV/AIDS serta IMS lainnya. Hasil survey menyatakan 100 % responden termasuk kedalam kategori mempunyai sikap cukup. Dad survey mengenai perilaku responden, 73,33 % responden mempunyai perilaku kurang dan 26,67 % responden yang perilakunya. Kata kunci : IMS, HIV/AIDS, Program pemerintah, penyuluhan, pengetahuan, sikap dan perilaku WPS. PEMANFAATAN INVETARISASI TUMBUHAN BAHAN BAKU OBAT DI KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA Nunik Siti Aminah dan Gindo Simanjuntak Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan Badan Litbangkes Bumi Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang baik flora dan faunanya. Dan 30.000 jenis tumbuh-tumbuhan yang ada barn sekitar 2% yang telah dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Untuk itu diperlukan adanya inventarisasi tumbuh-tumbuhan yang mengandung khasiat sebagai bahan baku obat. Penelitian dilakukan di enam pulau yaitu Pulau Path, P. Kartya, P. Kotok, P. Untung Jawa, P. Rambut dan P. Tidung. Secara administratif, keenam pulau tersebut termasuk dalam wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Kabupaten Kepulauan Seibu. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Juli sampai Oktober 2005. Penelitian ini untuk mendata jenis tumbuhan yang bersifat toksik sehingga dapat menjadi bahan baku obat. Secara umum Kepulauan Seribu masih tersimpan tumbuh-tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan balm obat yang bernilai ekonomis. Dengan menggunakan metode cuplilcan, jumlah individu setiap jenis di dalam sub-sub petak dihitung dan dicatat nama lokal. Tumbuhan yang terkoleksi di identifikasi di herbarium Bogorensis, Bogor. Hasil studi pendahuluan, dari 70 jenis tumbuh-tumbuhan ditemukan 35 jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat Kata Kunci: Kepulauan Seribu, bahan baku obat, nilai ekonomis rand., Simposium Nasional Ke-5 baltbangkes Jakarta, 5o Nov- I Dcs 2006 POINT VALUE: SUATU ALTERNATIF CARA PENILAIAN KINERJA SDM KESEHATAN Didik Budijanto dan Evie Sopacua Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI Generally, performance of an institusion was valued by the financial performance, whereas human resources performance should be a power with great influence into institutional performance. Point value is a tool which try to minimize subyectivity in valueing human resources work prestation. Point value is a multiply result of job descriptions that has been weights with prestative measures which are a work prestation rank score. Daily log as a diary will record work activities and help the comparing of performance appraissal through standards, to achieve the high rank scoreof work prestation. Performance appraissal using point value will also help human resources valued their abilities in conformity with their job descriptions. Implementation point value in human resources work performance into beside financial performance is needed nowadays will give a stimulus in increasing institutional performance. Key ward : point value, human resources performance HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN DAN STATUS GIZI BALITA (USIA 12-59 BULAN) DI WILAYAH TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAN ICELURA_HAN LEUWIGAJAH CIMAHI SELATAN TAHUN 2006 Risya Damayanti, Ir. Osman Syarief, MK/VI Politeknik Kesehatan Bandung Tindakan kekerasan pada balita akan memberikan dampak yang cukup besar, diantaranya keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikologi seperti sifat anak menajdi emosional, agresif atau apatis yang berlebihan serta berat badan atau tinggi badan yang di bawah normal kemungkinan akibat adanya penurunan nafsu makan. Dalam jangka waktu yang lama, penurunan nafsu makan pada anak akan mengakibatkan rendahnya asupan gizi yang akan berpengaruh langsung terhadap status gizi balita tersebut Status gizi kurang terjadi apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah sedikit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang tindakan kekerasan dihubungkan dengan status gizi pada balita. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional, sedankan data dikumpulkan dengan metode wawancara dengan alat bantu kuesioner serta observasi secara langsung dan tidak langsung yang dilakukan di wilayah tempat pembuangan akhir sampah kecamatan Leuwigajah Cimahi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan terdapatnya hubungan antara tindakan kekerasan pada balita dengan status gizi balita tersebut. Dengan tindakan kekerasan yang dialami, status gizi balita akan menjadi status gizi kurang. PERAN MEDIA BUKU PENGEMBANGAN INFORMASI DIAGNOSIS PENYAKIT DAN BUKU KESEHATAN POPULER DAN PENELITIAN, KONTRIBUSI UNTUK MENUJU MASYARAKAT MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT Misnadiarly', M. Husjain D2, Luxi P2 'Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbangkes - Departemen Kesehatan RI 'Akademi Analis Kesehatan DepKes, Pondok Gede Latar Belakang: Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, perlu memperbaiki pelayanan kesehatan, melengkapi peralatan kesehatan yang canggih, sistem pelayanan yang lebih baik (sikap ramah Bari tim petugas kesehatan pada pasien. Disampng itu peningkatan pemberian dana pembiayaan kesehatan, penambahan jaringan ASKES untuk mendapatkan kemudahan- kemudahan dalam pelaksanaan sistem asuransi kesehatan, dll), diperlukan pula pengembangan dan penyebarluasan informasi diagnosis, gejalakit dll untuk dapat mngenal berbagai penyakit serta kemungkinan infeksi kuman mycobacteria yang bisa menyerang masyarakat dengan kondisi salcit apapun dimana dan kapanpun yang perlu diwaspadai untuk dapat melakukan pencegahan secara mandiri, dapat diinformasikan dalam bentuk media buku, poster, dll. Selain itu laporan tentang meningkatnya infeksi atypicak mycobacteria dapat meningkatkan pula kasus MDR-1B, gagal terapi dan kambuh tuberculosis, yang terkait penyakit penyerta DM dan infeksi HIV/AIDS. Tujuan: Memberi informasi tentang buku diagnosis penyakit infeksi khususnya infeksi mycobacteria. yang dilaporkan dapat menyerang berbagai penyakit, serta tentang buku kesehatan populer yang dapat dibaca oleh masyarakat pada umumnya, serta kegiatankegiatan penelitian yang perlu dilakukan untuk menunjang tujuan mernbentuk masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Metoda: Melakukan reviu hasil penelitian dan inforrnasi lainnya dari literature, membuat rencana presurvey tentang pengetahuan dan prilaku masyarakat tentang sesuatu sampai beberapa penyakit yang populer dikenal masyarakat. Pemberian buku sebagai bahan pendidikan, serta melakukan survey ulang dengan 9uisioner yang sama, serta penyediaan buku diagnostik yang lengkap randuan — _ Siatosium Nasional Kc-5 baltbangkcs Jakarta, JO V ov - I Dcs zoos dan memadai untuk SDM laboratoriumm dan ahali bidang esehatan terkait. Hasik Hasil penelitian diharapkan masyarakat telah mempunyai pengetahuan yang memadai tentang suatu penyakit, bagaimana cara mencegah, menanggulanginya, hingg-a dapat terbentuk masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Disamping itu evaluasi terhadap pengetahuan petugas laboratorium ditingkat rumah sakit, BLK, dll , serta temuan penyakit infeksi apakah dapat ditingkatkan. Kesimpulan: Hasil penelitian dan media buku bermanfaat untuk membentuk masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Kata ICund: Buku, Rencana Penelitian, Pendidikan, Masyarakat Sehat. PROGRAM INTERVENSI "MULTI-STATE MODEL" DALAM PENINGKATAN KESEHATAN KELUARGA MISKIN Rizanda Machmudi dan Adang Balchtiato 2 LEK Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu KedOkteran komunitas, Universitas Andalas 2Falcultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Pada makalah ini mencoba untuk melakukan intervensi dengan melalui konsep pendekatan "integrated multi-state population health modelling". Pertanyaan mendasar yang ingin dijawab dengan cara ini adalah "Apo cara yang efektif dan efisien untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian pada tingkat populasi?" Dengan teknik ini kits dapat menentukan cara yang lebih optimal dalam meningkatkan derajat kesehatan. Pendekatan terpadu dapat menjelaskan berbagai kejadian faktor-faktor risiko, peranan faktor kontekstual (level rumah tangga dan kabupaten) dalam timbulnya penyakit. Dengan diketahuinya peranan level ini, rekomendasi dan prioritas kebijakan intervensi pada level yang tepat sasaran dalam penanggulangan penyakit. penentu kebijakan dapat mengetahui besaran masalah dan langkah-langkah yang akan diambil dalam program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat secara efisien dan efektif Berdasarkan hasil penelitian Rizanda, 2005 didapatkan bahwa permasalahan angka kesakitan dan kematian dipengaruhi peran dan faktor kontextual. Lebih lanjut juga didapatkan adanya perbedaan peranan antara level yaitu level kabupaten, rumah tangga dan individu dalam timbulnya kejadian penyakit. Hasil penelitian menunjukkan, adanya peran yang sangat besar dan kabupaten miskin dan rumah tangga yang miskin dalam menyumbang tingginya angka kesakitan dan kematian. Saran yang diberikan berupa langkah-langkah strategis untuk level kabupaten meliputi pendekatan terpadu penanganan kesehatan dan kemiskinan dimana pendekatan ini tidak dapat oleh sektor kesehatan saja,tetapi merupakan kerjasama berbagai sektor. Kemampuan mendeteksi dinamika keluarga miskin (gakin) dan identifikasi kebutuhan kesehatan bagi gakin, serta memprioritaskan meningkatkan index pembangunan manusia melalui pembukaan transportasi wilayah, pemberdayaan secara ekonomis. Langkah pada level rumah tangga, dengan memperkuat jaminan agar keluarga miskin tidak jatuh dalam "economic shock" dengan adanya jaminan masyarakat untuk akses ke pelayanan kesehatan, upaya mendorong gakin untuk menolongdirinya sendiri dengan menfasilitasi kemandirian tersebut. Disamping itu upaya promotive dan preventive memalui penyuluhan kesehatan, pemberdayaan ibu rumahtanggadengan mengkoordinasikan kegiatan kesehatan melalui ketrampilan yang dapat menambah pendapatan keluarga. Kata kund : kemiskinan, pendekatan multi-state model PENGOBAT TRADISIONAL (BATTRA) DAN RAMUAN YANG DIGUNAKAN Sa'roni, Adjirni Puslitbang Biomedis dan Farmasi – Badan Litbangkes – Depkes RI Pengobat tradisional (Battra) ramuan maupun pengobat tradisional yang lain ikut berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk mengetahui keberadaan battra ramuan, keluhan dan ramuan yang digunakan maka dilakukan survei battra ramuan di 7 propinsi dan pendataan battra lain melalui mailing. Hasil survei battra ramuan menunjukkan bahwa keberadaan battra ramuan masih sedikit sekali yang mempunyai izin (2,5%) dan sebagian besar belum terdaftar (58%). Pendidikan battra ramuan hanya sampai SD. Pekerjaan pokok selain sebagai battra ramuan, umumnya sebagai petani. Pada umumnya belum mempunyai catatan tentang pasiennya. Ramuan yang digunakan untuk menngobati suatu keluhan berbeda antara battra yang saw dengan battra yang lain, juga berbeda antara daerah yang saw dengan daerah yang lain. Keluhan yang banyak ditangani oleh battra ramuan antara lain hawk, darah tinggi, rematik, diabetes, kanker, wasir, kencing batu dan panas/demam. Hasil mailiang battra, 27,8% kabupaten/kota yang mengembalikan chek list yang telah diisi. Dan data mailing yang masuk , battra yang mempunyai izin antara 0,1- 12%. Battra yang paling sedikit mempunyai izin adalah battra paranormal (0,1%) dan yang paling banyak mempunyai izin adalah dukun bayi (12%). Battra yang lain barn terdaftar dan yang paling banyak belum terdaftar. Kata Kund : Battra, Keluhan, Ramuan. Panduan SimF>osium Nasional Ke-3 5alt6angkes Jakarta, 50 Nov— 1 Des 2006 PERENCANAAN PEMBANGUNAN TAHUNAN KESEHATAN DI KABUPATEN GUGUSA.NICEPULAUA.N DAN PEGUNUNGAN DI PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR, TH 2006 M.Hasyimi Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan. Makna suatu penyusunan perencanaan sangat penting bagi pembangunan kesehatan kabupaten tertentu. Kabupaten yang terdiri atas gugusan kepulauan dan topografis pegunungan mempunyai tingkat kesulitan yang lebih dibanding kabupaten daratan dalam hal pembangunan kesehatan terutama pembangunan akses dan pelayanan kesehatan. Telah dilakukan penyusunan perencanaan pembangunan tahunan komprehensif (Annual plan) 2007 di Kabupaten Kupang, Alor dan Sikka Propinsi Nusa Tenggara Timur (N1-1). Penyusunan tersebut telah dilakukan pada tanggal 1 sampai dengan 31 Agustus 2006. Pelaksanaannya sendiri meliputi 2 (dua) tahap, yaitu uji coba dan aplikasi. Tahap pertama yaitu penyusunan tool (alat bantu) sekaligus uji cobanya yang dilakukan di Kabupaten Kupang. Tahap kedua yaitu aplikasi alat bantu di Kabupaten Alor dan Sikka. Penyusunan perencanaan dilakukan oleh tim yang disebut Tim Penyusunan Perencanaan Kesehatan (TPPK) kabupaten yang difasilitasi oleh Pendamping Desentralisasi Kesehatan (PDK)-Depkes.RI. Di Kabupaten Kupang selain diperoleh prioritas masalah yang terdiri angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA), juga alat bantu perencanaan. Hasil penyusunan perencanaan yang diperoleh di Kabupaten Alor meliputi kematian ibu, kematian anak dan penyakit yang dapat dicegah dengan immunisasi (PD3I). Sementara di Kabupaten Sikka diperoleh masalah kesehatan : Kematian ibu dan bayi, Gizi kurang dan gizi buruk, malaria dan penyakit yang ditularkan melalui air dan makanan ( Foods and Water diseases). Kata kunci : Perencanaan, Kesehatan, NTT BUDGET OBAT DAN KESEHATAN DALAM ANGGARAN KABUPATEN/KOTA Sarjaini jamal Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI Obat merupakan alternatif yang terbanyak dipilih dalam mengatasi penyakit. Di Puskesmas persediaan obat terbatas, sehingga walapun diketahui tidak rasional namun terapi diberikan hanya untuk 2-3 hari saja termasuk untuk antibiotika. Diperkirakan kurangnya persediaan obat terjadi karena berbagai sebab antara lain meningkatnya kunjungan keluarga miskin di luar kartu Askeskin sehingga persediaan obat cepat habis atau terjadinya perubahan pola penyakit. Walaupun anggaran obat di Kabupaten/Kota berasal dan berbagai sumber (Dana Alokasi Umum — DAU-, Askes, APBD, Program dan Bantuan) namun obat tidak cukup juga. Timbul pertanyaan berapa sebenarnya budget obat yang diterima oleh Kabupaten / Kota selama ini dibandingkan pembiayaan kesehatan dan seluruh sektor di Kabupaten / Kota.? Bahan tulisan ini bersumber dan data Penelitian Analisis Situasi Kebijakan Obat tahun 2005 yang dilakukan oleh Puslitbang Farmasi ( sekarang sebagian KPP menjadi Puslitbang Sistim dan Kebijakan Kesehatan -PSKK- dan Puslitbang Biomedis dan Farmasi -PBMF-). Hasil analisis dari 6 Kabupaten/Kota menyimpulkan bahwa budget obat tahun 2004 hanya 5,4 % dan budget kesehatan atau Rp: 1.400 perkapita / tahun, sedangkan budget kesehatan hanya 5,9 % dart seluruh anggaran Kabupaten/Kota atau rata-rata Rp: 28.000 perkapita/tahun. Dampak dan saran Rendahnya kualitas pengobatan di Puskesmas memungkinkan penderita penyakit yang beresiko tinggi penyebab kematian balita (semisal pneumonia) tidak teratasi secara dini di tingkat pelayanan dasar. Jika obat dianggarkan lebih besar (dianjurkan oleh WHO sebesar 1 US Dollar perkapita/tahun) kualitas pengobatan akan lebih baik dan angka kematian bayi dan anak mungkin dapat diturunkan lebih bermakna. Kata kunci: kualitas pengobatan, anggaran , kabupaten / kota randuan Simposium Nasional Kc-5 baltbanskcs Jakarta, So Nov - I DC5 2006 SUSUNAN KEPANITHAAN Panitia Pengarah a. Ketua b. Sekretaris c. Anggota : Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan : Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan : Kepala Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan, Balitbangkes Kepala Puslitbang Gizi dan Makanan, Balitbangkes Kepala Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Balitbangkes Kepala Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Balitbangkes Kepala Balai Begat Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Prof. Agus Syahrurachman Prof. Amin Soebandrio Prof. Dr. dr. Azrul Azwar, MPH Prof. Dr. Muhilal Prof. Dr. dr. Sangkot Marzuki Prof Dr. Sidik Prof. Dr. dr. Sri Oemiyati dr. I Nyoman Kandun, MPH Prof. Lukman Hakim, M.Sc., Ph.D Panitia Pelaksana d. e. f. g. h. Ketua Wakil Ketua Sekretaris Wakil Sekretaris Bendahara : Drg. Titte Kabul Adimidjaja, M.Sc.PH : Dr. Soewarta Kosen, MPH, Dr.PH : Dr. Dra. Gemala R. Hatta, MRA, MKes : Pretty Multihartina, Ph.D : Indah Yuning Prapti, MKes Sri Rahayu, S.Sos Neneng Irawati Bidang Dana : Dra. Muktiningsih (Ketua) Dra. Rahmalina, MSPH Sri Sugihad, SIP Dra. Pudjilastari Dra. Lucie Widowati, Msi Drh. Harli Novriani, M Kes. Bidang Pameran : Dr. Priyanto Sismadi (Ketua) Dr Damar Tri Buwono Drg. Agus Suprapto, MKes Drs. Damanhuri Nurhasnah Husin, MKes Junediyono, SKM Djunaedi Eddy Purwanto, ST Drs. Edi Hamonangan, HS randuan 5imposium Nasional Ks-5 balthangkes Jakarta, 30 k. Bidang Makalah dan Persidangan : Dr. M. Sudomo (Ketua) Dra. Anny Victor Purba, M.Sc., Ph.D Dr. Emilia Tjitra, M.Sc,Ph.D Drs. Ondri Dwi Sampurno, MS Dr. Drs. Wasis Budiarto, MS Dr. Kornai, M.Sc Drs. Djoko Yuwono, MS Dr. Sudibyo Supardi, Apt Ir. Yuli Widiastuti, MS. 1. Bidang Publikasi dan Dokumentasi : Drs. Mohamad Socheh, NEVI (Ketua) Sugijanto, AMK Budi Santoso, SH Irwan Fajar Wibowo, SKM Leny Wulandari, SKM m. Bidang Perlengkapan dan Konsumsi : Anorital, SKM, MKes (Ketua) Drs. Hendro Martono, MSPH Bambang Sultana, SKM, MKes Drs. Djarjadi Drs. Djuhar, MM Titiek Purwati Dini Yulianti, Ssos n. Tim Sekretariat Kristina, SKM, M.Epid (Ketua) Indra Kurniawan, SKom Evi Suryani, SKom Anni Yulianti, SKM, MKM Aris H Indrianto, SKM Ida Fitrie Nurul Puspasari, SKM Fahrudin All Ahmad, S.Kom. Nay- I Dos 2006 PROM yr: : *:;:•t Pencarian sumber informasi dan kepustakaan Penyusunan protokol penelitian Menjajaki kemungkinan pengerjaan tes atau pemeriksaan Dikelola oleh Bagian Penunjang Penelitian dan bagian Pengembangan Pemeriksaan, dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, LABORATORIUM Membantu mencari pemasok yang menyediakan reagen kit penelitian Pengumpulan clan penyimpanan spesimen penelitian sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan KLINIK PRODIA telah berkontribusi dalam 426 penelitian kedokteran untuk tujuan akademis, epidemiologi maupun publikasi ilmiah, dimana 224 diantaranya berkaitan dengan tes baru Melalculcan pemeriksaan sesuai dengan prosedur, menggunakan metode dan peralatan laboratorium dengan mutu yang andal dan dapat dipercaya wow" :: Analisis statistik dan interpretasi hasil •, Layanan ini merupakan komitmen PRODIA untuk menjadi Pusat Unggulan Diagnostik di bidang Laboratorium Kesehatan di Indonesia, sebagai wujud nyata dari misi PRODIA Untuk Diagnosa Lebih Baik LÀ •„stt Ligh: for Avian 1: -Nza Testing Reagents need The Influenza A virus is an RNA virus : Biological sample extraction kit. High Pure Viral Nucleic Acid Isolation Kit (manual) Cat. No. 11 858 874 001 or MagNA Pure Compact Instrument (automated) Reverse transcription Transcriptor First Strand CDNA Syntesis Kit Cat. No. 04 379 012 001 Thermal cycler. LightCycler 1.5, 2.0 and 480 System Amplification enzyme and related reagents LightCycler FastStarrus DNA Master Hybridization Probes (PCR master mix) Cat. No. 03 515 575 001 Amplification specific reagents and PCR protocols LightMix Influenza virus A Matrix Protein + IPC Cat. No. 40 0234 16 LightMix Influenza virus A H5 Cat. No. 40 0219 16 LightMix Influenza virus A N1 Cat. No. 40 0230 16 LightMix Influenza virus A H5+N1 Cat. No. 40 0242 16 One-Step RT-PCR Two-Step protocol Work Flow (Two-Step PCR) RNA Extraction RNA RT-PCR RNA Extraction 40 min (manual extraction) Hands on time 80 min. Tota l Assay time 160 min. Work Flow (One-Step RT-PCR) 30-40 min (set up) 15 min (RT) 60 min (PCR) 4 40 min (manual extraction) 15 min (set up) Reverse Transcription 25 min (incubation) PCR 5 min (data Result Result Result analysis) V Target H5 Target N1 Target M2 ♦ RNA 20-30 min (set up) st7;Nt, 60 min (PCR) V 5 min (data Result Result Result analysis) Target H5 Target N1 Target M2 • Can screen samples for influenza A (matrix PCR) Contains internal control in same reaction to check inhibition • Positive matrix samples can then be checked with H5 PCR and N1 PCR in one reaction (multiplex) a innInatant tun.. - <Roche> PT Roche Indonesia Diagnostics Division Artha Graha Lt.21-SCRD Lot 25 Jl.Jend.Sudirman Kay. 52-53 Jakarta 12190 Tel. 514 00091 ext.716 Fax.514 00090 E-mail : [email protected] [email protected] Reaction capillary On LightCycler Roche Applied Science The LightCycler System A Proven Standard for Real-Time PCR Outstanding accurancy, versatility and speed for medium and high troughput realtime PCR applications PT. Et—ir ANALYTICAL INSTRI. JERCA NIAGA MEDIKA http ✓/www,berca-indonesia.com/bnm .co, http ://www.berca-indo- ■ Head Office 3ITI Floor Abdul Muls no, 62, Jakarta 10160 Phone: Phone ; (62-21) 3518826, 3441717 Fax. ; (62-21) 3518832 e-mail : [email protected] Demo & Workshop Berea Build, 1st Floor, JI. Abdul Muis no. 62, Jakarta 10160 ■ Surabaya Office Ji. Kutei No.24 Surabaya 60241 Phone: (62-31) 5674477 Fax. (62-31) 5677118 e-mail [email protected] Semarang Rep. Office ■ Ji. Soekarno Hatta 132 Blok 6, Semarang 50196 Phone : (62-24) 6704120, Fax. : (62-24) 6704120 • y NI Bandung:Rep.,Office Mika 131.aPifteta, U. 8, SO Ji, Asia Afrike 141 - 149 Bandung - 40112 Phone &Fax; (62-22) 426 705 Balikpapan Rep. Office ■ Kompiek Ruko Balikpapan Bar Belikpapan 76114 Phone : (62-542) 877668, Fax : (62.542) 877668 ■ Customer Cere FI, Jl. Abdul Muls 62, Jakarta 10160 Berea Build, Ph : (62 - 21) 344 1718, Fax : (62 - 21) • 3518832 e-mail [email protected] Education & 'Raining * Fundamental of GC / HPLC * Basic GC/HPLCI Operation, Maintenance & Troubleshooting Products * Gas Chromatograph * Liquid Chromatograph * Spectrophotometer UV-Vis Diode Array * inductively Coupled Plasma Mass Spectrometer (ICP-MS) * GC - Mass Selective Detector pc-msD) * LC • Mass Selective Detector (LC-MS-NIS) * LC • Rapid Resolution High Throughput * Natural Gas Analyzer (NGA) • Support Services * Contract Service * Service * Guarantee 4 • Mass Spectrometry 1200 Series LC Systems & Modules Gas Chromatography UV/Vis Spectrophotometer , V 1CP MS 7500 Serie • SC" 4 ♦LC-MS/MS j6100 Series Quadropole LC MS Systems Quadropole 3000 Micro GC PIP ,„, i Capillary Electrophoresis Systems I 179- A A 2100 Bioanalyzer G1888 Network Head space Sampler )1ilill pri;ed Distributor for : • • . • Agilent Technologies • •%.. IMO .* ... y y C&S Supplies - - - -