- Lembaga Penerbitan Balitbangkes

advertisement
a
a
MENUJU MASYARAKAT YANG IVIANDIRI
UNTUK HIDUP SEHAT
MELALUI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
GENETIKA, NUTRISI DAN PENYAKIT
a
a
a
a
a
•
a
a
Simposium Nasional ke-3
Hasil Penelitian dan Pengembangan Bidang Kesehatan
Jakarta, 30 November - 1 Desember 2006
Diselenggarakan oleh:
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
JL. PERCETAKAN NEGARA 29. JAKARTA
INDONESIA
SEHAT
2010
BU KU PANDUAN
•
MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI
UNTUK HIDUP SEHAT
MELALUI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
GENETIKA, NUTRISI DAN PENYAKIT
•
X
I
I
Simposium Nasional ke-3
Hasil Penelitian dan Pengembangan Bidang Kesehatan
11
Jakarta, 30 November - 1 Desember 2006
I
Diselenggarakan oleh:
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
JL. PERCETAKAN NEGARA 29, JAKARTA
,-.■
■
•
,■
•-■
•■
•
■
•-■
.
.■
-/
•■
•
•■
■
•
■
•
E-3
dup
P: twalt
Buku Panduan
Sekretariat Panitia Penyelenggra
Simposium Nasional ke-3
Hasil Penelitian dare Pengernbangan Keselhatan
Bidang Kesehatan
jt. Percetakan Negara 29 Jakarta 10560
Telp (021) 426 1088 psyv 127 Fax (021) 424 3933
E-mail : [email protected]
-
-
-
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan ini kami atas nama Palitia Pelaksana mengucapkan selamat
datang kepada peserta Simposium Nasional ke 3 Hasil Penelitian dan Pengembangan
Bidang Kesehatan pada tanggal 30 November dan 1 Desember 2006 di Gedung Balai
Kartini, Jakarta yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.
Perkembangan IP IEK yang semakin dinamis akibat dari melesatnya teknologi
telah memacu para peneliti untuk semakin produktif dalam berbagai karyanya. Masalah
kesehatan tidak pernah berhenti, bahkan menjadi semakin beragam dan kompleks
seising dengan berkembangnya zaman. Beragam basil penelitian menjadi aset yang amat
berharga manakala dapat digunakan sebagai dasar kebijakan pengambilan keputusan
dalam mengatasi masalah kesehatan tersebut.
Sasaran pembangunan bidang kesehatan di Indonesia tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang 2004 — 2009 dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan antara
lain ditandai dengan 1) meningkatnya umur harapan hidup (UHH) dari 66,2 tahun
menjadi 70,6 tahun, 2) menurunnya angka kematian bayi (AKB) dari 35 menjadi 25 per
1000 kelahiran hidup, 3) menurunnya angka kematian ibu (AKI) dari 307 menjadi 226
per 100.000 kelahiran hidup, dan 4) menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari
25,8% menjadi 20%. Upaya untuk tercapainya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat tersebut, pada awal tahun 2006 Departemen Kesehatan Republik Indonesia
dengan Visi yaitu `masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat' dan Misi yaitu `membuat
rakyat sehat' telah menyusun suatu strategi yang dikenal dengan Grand Strategy
Departemen Kesehatan yang meliputi empat hal; 1) menggerakkan dan memberdayakan
masyarakat untuk hidup sehat, 2) meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas, 3) meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan
informasi kesehatan, dan 4) meningkatkan pembiayaan kesehatan.
Sejak tahun 2004, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan menggelar
simposium nasional basil penelitian dan pengembangan bidang kesehatan pada setiap
tahunnya. Ajang temu para peneliti tahun 2006 ini merupakan Simposium Nasional ke3 Hasil Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Sehubungan dengan apa yang telah
dinyatakan dalam beberapa dokumen di atas maka tema simposium kali ini adalah
"Menuju masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat melalui penelitian dan
pengembangan genetika, nutrisi dan penyakit". Selain presentasi makalah basil
penelitian dalam bentuk seminar juga akan diselenggarakan Lokakarya dan Diskusi
Panel yang akan membahas masalah kesehatan khusus yang diharapkan dapat
memecahkan dan memberikan solusi jawaban masalah kesehatan tersebut. Selain itu
juga akan dipamerkan produk yang berkaitan dengan bidang kesehatan.
Sehubungan dengan itu kami mengucapkan selamat berdiskusi, semoga kegiatan
ini dapat membawa manfaat bagi kita semua. Terimakasih.
Panitia Pelaksana
Ketua,
A Drg. Titte Kabul AdincatA M.Sc.PH
NIP. 140098683
-
-
-
-
rancluan Simposium Nasional K.0-3 baltbangkes
Jakarta, 30 Nov— I Des 2006
NFORMASII UMUM
si
Peserta Simposium Nasional Ke-3 Hasil Penelitian dan Pengembangan Bidang Kesehatan yang
diadakan oleh Badan Litbangkes Depkes RI diharapkan melakukan pendaftaran ulang pada hari
Kamis (30 November 2006) pada pukul 07.30 WIB sampai dengan 08.30 WIB di Gedung Balai
Kartini. Peserta akan mendapatkan 1 (satu) set bahan simposium terdiri dari buku panduan,
kumpulan makalah, name tag, tas, pulpen dan buku catatan
Lokasi Aga
Kegiatan simposium bertempat di Gedung Balai Kartini JI. Jend. Gatot Subroto Kay. 37 , Jakarta
12950 Telp (+6221) 525 3009, 522 5554 Fax (+6221) 525 0435 dengan menggunakan ruangan
Raflesia (ballroom) di lantai 1 (satu) serta ruang Mawar I dan Mawar II di lantai 2 (dua)
Denah dan Rute Lokasi
Program Illmiakt
--
Sesi ilmiah merupakan kegiatan simposium yang dilakukan dalam bentuk sebagai berikut:
Acara Pleno merupakan kegiatan penyampaian makalah utama yang disampaikan oleh
I.
Menteri Kesehatan RI bertempat di ruang Raflesia (lantai 1)
Acara diskusi panel merupakan kegiatan penyampaian makalah secara panel oleh
II.
beberapa panelis dilakukan dalam dua kali kesempatan pada hari Kamis
(30 November 2006) dan Jum'at (1 Descmber 2006). Kegiatan dilakukan di ruang
Raflesia (lantai 1)
III. Acara paralel merupakan kegiatan diskusi kelompok yang membahas 3 topik
pembahasan dengan alokasi tempat dan topik sebagai berikut :
a Peningkatan Akses dan Kualitas Fasilitas Kesehatan serta Pelayanan Kesehatan
Masyarakat bertempat di ruang Raflesia (Ballroom)
b. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit: Kebijakan dan tantangan bertempat di
ruang Mawar I
Pembentukan Desa Siaga dan Pos Kesehatan Desa : Percepatan Penurunan AKI &
AKB, serta Peningkatan Status Gizi Masyarakat bertempat di Ruang Mawar II
Fanduan 5irnrosium Nasional KC-) balthangkes
Jakarta, )0 Nov— I Des 2006
Presentasi Poster
Semua poster yang disajikan ditempatkan di lantai 2 (depan ruang Mawar I & Mawar 2).
Pre Siraposiurn : Workshop
Sebelum pelaksanaan simposium, Badan Litbangkes mengadakan kegiatan workshop mengenai
materi :
1.Penggunaan Personal Digital Assistance (FDA) pada survey kesehatan masyarakat
2. Aplikasi epidemiologi pada Geografic Infotmastion System (GIS)
Pelaksanaan workshop dilakukan pada hari Rabu (29 November 2006) bertempat di ruang
Mawar I dan Mawar II mulai pukul 08.00 —16.00 WIB
Paraeran
Selama kegiatan simposium berlangsung diadakan pula pameran yang dikud kalangan internal
Badan Litbangkes yang menampilkan profil unit kerja dan hasil litbang serta perusahaan dan
instansi luar. Pembagian stand dan intansi/perusahaan diatur sebagai berikut :
YMP. NAS. 111 HASH_ PENELITIAN B PENGENIKANGAN DIBIOANO KESEHATAN
29 - 30 Novernbar 2006
BALM ICARTINI - JAKARTA
Calm haloun
Keterangan :
Stand No. I
Stand No. 2
Stand No. 3
Stand No. 4
Stand No. 5
Stand No. 6
Stand No. 7
Stand No. 8
Stand No. 9
: JIIPP dan PDI LIPPI
: PT. Laborindo
: CV. Maharani (Bali)
: PT. Elokarsa
: PT. Nutrilab Pratama
: PT. Abadi Nusa
: Puslitbang Ekologi & Status Kesehatan
: EWORS Litbangkes
: HAKI Badan Litbangkes
Vanduan Simposium Nasional Ke-5 baltkanskes
Jakarta, 'o Nov- I Des 2006
Stand No. 10
Stand No. 11
Stand No. 12
Stand No. 13
Stand No. 14
Stand No. 15
Stand No. 16
Stand No. 17 & 18
Stand No. 19
Stand No. 20
: BPTO Tawangmangu
: LOKA Badan Litbangkes
: Penerbit
: Puslitbang BMF
• PT. Prodia
: PT. New Module
: PT. Sail Palapa Bersama
: PT. Roche Indonesia
: Puslitbang Gizi & Makanan Bogor
: Puslitbang PSICK Surabaya
Seknetariat
Untuk memfasilitasi kebutuhan peserta simposium dan pameran, panitia menyediakan Pusat
Layanan Informasi bersama dengan pihak pengelola gedung bertempat di dalam pintu masuk
Balai kartini (Lantai 1)
Hotel
Selama kegiatan, berlangsung peserta dapat menggunakan hotel yang berdekatan dengan lokasi
kegiatan dengan informasi sebagai berikut :
Ket
Alamat
Harga
Rp. 400.000,- Jl. Gatot Subroto Termasuk
makan pagi
Jkt 12060
nett/malam
Rp. 280.000 Jl. Kapten
Tendean No. 1
nett/malam
Nama Hotel
No
Hotel Kartika Chandra
I
2
Hotel Maharaja/Maharani
Pedoman Untuk Moderator
Moderator memimpin dan mengarahkan acara sesuai jadwal yang ditentukan oleh panitia dengan
dibantu oleh notulen. Sidang makalah/presentasi dimulai dengan pertamakali moderator
memperkenalkan para penyaji dengan menyebutkan nama dan asal instansi.
Pedoman Untuk Penyaji Lisan/Oral
Bahan presentasi diserahkan kepada panitia didepan ruang sidang. Penyaji diharapkan hadir
10 menit sebelum acara dimulai. Waktu keseluruhan presentasi yang disediakan oleh panitia
maksimal 15 menit
Sertifikat
Sertifikat akan diserahkan kepada peserta pada pada saat pendaftaran. Sertifikat sudah
diakreditasi oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia dengan perincian nilai akreditasi
sebagai berikut :
SK PB IDI No : 927/PB/A.7/11/2006
Pembicara : 3 SKP
Pembicara : 3 SKP
Simposium
I
Workshop
I
Peserta : 5 SKP
Peserta : 3 SKP
randuan Simposium Nasional Ke-3 baltbangkes
Jakarta, 50 Nov - 1 Des zoo6
AGENDA
KAMIS, 30 NOVEMBER 2006
08.00 am — 08.30 am
PENDAFTARAN
08.30 am — 09.00 am
PEMBUKAAN
Ruang Raflesia
Laporan Pelaksanaan Kegiatan
Sambutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
09.00 am — 09.30 am
PEMBUKAAN P MERAN
REHAT
09.30 am —11.00 am
DISKUSI PANEL
RUANG RAFLESIA
Moderator :
Dr. Triono Soendoro, PhD
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI)
•
"PEMETAAN KEANEKARAGAMAN GENETIK BERBAGAI
PENYAKIT DI INDONESIA"
Prof. Dr. Sangkot Marzuki, MSc, PhD, DSc
(Lembaga Biologi Molekuler Eijkman)
•
'7 FSSONS I EARNED FROM PRE VIO US AVIAN INFI ,LIENZA
PANDEMIC"
Dr. Frederick Hayden (World Health Organization)
11.00 am —12.30 am
PARALFI SIMPOSIUM (PRESENTASI PENGANTAR TOPIK)
RUANG RAFLESIA
'PENINGKATAN AKSES DAN KUALITAS FASILITAS
KESEHATAN SERTA PELAYANAN KESEHATAN
MASYARAKAT"
Moderator :
Dr. H. Suwandi Makmur, MM
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI)
RUANG MAWAR I
•
Dr. dm. LB. Indra Gotama, SKM, MSi
(Pusat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat —
Setjen Departemen Kesehatan RI)
•
Dr. M.J.N.R. Mamahit, SpOG, MARS (RSUD Tangerang)
•
Dr. Soewarta Kosen, PhD
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI)
'PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT::
KEBIJAKAN DAN TANTANGAN"
Moderator : Dr Agus Suwandono, MPH, DrPH
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI)
•
Dr. Yusharrnen, D.Comm H, MSc
(Direktorat Surveilans, Epidemiologi, Imunisasi dan
Kesehatan Matra — Ditjen P2PL Depkes RI)
•
Dr. Budhiharjdja, MS, DTM&H, MPH
(Dinas Kesehatan Jawa Tengah)
ranJuan 5impossr. Nasional Kc-5 balt6angkcs
Jakarta,
RUANG MAWAR 2
50 Nov— I pcs 2006
'PEMBENTUKAN DESA SL4GA DAN POS KESEHATAN DESA :
PERCEPATAN PENURUNAN AKI & AKB, SERTA PENINGKATAN
STATUS GIZI MASYARAKAT"
Moderator :
Soeharsono Soemantri, PhD
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI)
12.30 am — 13.30 pm
•
Dr. Sri Astuti Soeparmanto, MSc (PH)
(Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat — Depkes RI)
•
Dr. Widjaja Lukito, PhD
(SEAMED TROPMED RCCN Universitas Indonesia)
•
Dr. Purnawan Djunadi, MPH, PhD (FKM Universitas Indonesia)
ISHOMA
PRESENTASI POSI ER
13.30
pm — 15.00 pm
RUANG RAFLESIA
PARALFT SIMPOSIUM (PRESENTASI PENUNJANG TOPIK)
'PENINGKATAN AKSES & KUALITAS FASIL1TAS
KESEHATAN SERTA PELAYANAN KESEHATAN
MASYARAKAT"
Moderator :
Dr. Drs. Wasis Budiarto, MS
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI)
STATUS KESEHATAN MASYARAKAT PASCA GEMPA DI
PROVINSI DI YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH TAHUN
2006
Felly Philipus Senewe, Salma Ma'roef, Lamria Pangaribuan, M. Sudomo
Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI
STUDI I ENTANG REKRUITMEN DAN PENDAYAGUNAAN
TENAGA KEPERAWATAN DI DAERAH VERPENCIL
Wasis Budiarto
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI
KETAHANAN HIDUP JEMAAH HAJI INDONESIA
Masdalina Pane
Subdit Kesehatan Haji Ditjen PP dan PL
(mahasiswa program Doktor bidang Epidemiologi FKM UI)
ANALISIS KUALITAS PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC)
DI PUSKESMAS : gruni KASUS DI PUSKESMAS KABUPATEN
KEDIRI DAN KABUPATEN TULUNGAGUNG
Wahyu Dwi Astuti dan Andryansyah Arifin
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI
DETEKSI IMS PADA AN I ENATAL CARE di PUSKESMAS
Widjiartini dan Wahyu Dwi A
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI
DETEKSI DINIADOT PSCENT IDIOPHA77C SCOLIOSIS (AIS)
DI INDONESIA
Lute Gatam, Rahyusalim, dan Masdalina Pane
Pusat Riset Ortopedi, RS Fatmawati Jakarta
rondoan Simposia. Nasional Ke-3 baltbangkos
Jakarta, 50 Nov- I Des 2006
RUANG MAWAR I
'TENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DI
INDONESIA: KEBIJAKAN DAN TANTANGAN"
Moderator :
Drg. Sekartuti, MSc
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI)
PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TERKAIT
LINGKUNGAN DENGAN PENGINDERAAN JAUH DAN
SIS1 EM INFORMASI GEOGRAFIS
Dyah Respati Suryo Sumunar
Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta
DAMPAK PERUBAHAN MUSIM IERHADAP KADAR DEBU
PM10 LOKASI TRANSPORTASI, INDUSTRI DAN PERMUKIMAN.
Sukar, Athena, A., Miko Hananto and Zahra
Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI
KADAR LOGAM BERAT BIOTA PANTAI KENJERAN
SURABAYA DIBANDINGKAN BIOTA DAM TAMAN NASIONAL
BALURAN DAN PAGERUNGAN MADURA
Rhin Sumiyani1 Soediannoko Soediman1 dan Atiek Moesrianz
'Fakultas Farrnasi Universitas Surabaya (UBAYA)
2Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, ITS
PERANAN ANOPHEI ACONTTUS SEBAGAI POTENSIAL
VEKTOR MALARIA DI DESA KALIKARUNG KEC.
KALIBAWANG ICAB. WONOSOBO TAHUN 2004
Sunaryo, Tri Ramadhani, Bambang Yunianto
Loka Litbang P2B2 Banjarnegara - Badan Litbangkes-Depkes RI
DISTRIBUSI DAN FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN RESERVOIR
LEPTOSPIROSIS DI KABUPA1 EN DEMAK, JAWA 1ENGAH
Farida D.H, Ristiyanto, dan Damar Tri Boewono, MS.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI
TRANSMISI PENULARAN CAGING BURG DI KABUPAlh,N
HULU SUNGAI UTARA
Annida, Lukman Waris, dan Amalia Safitri
Loka P2B2 Tanah Bumbu Kalsel — Badan Litbangkes — Depkes RI
RUANG MAWAR 2
'PEMBENTUKAN DESA SIAGA DAN POS KESEHAT4N DESA :
PERCEPATAN PENURUNAN AKI & AKB, SERTA
PENINGKATAN STATUS GIZI MASYARAKAT"
Moderator :
dr. Trihono, MSc
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI)
PARADIGMA BARU DALAM MELIHAT PERMASALAHAN
ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANGKA KEMATIAN BAYI
Rizanda Machmudl, Adang Bakhtiar2
1 FK Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran komunitas,
Universitas Andalas
2Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
PERANAN ORGANI.`,ASI MASYARAKAT DALAM UPAYA
PERAN SERTA MASYARAKAT TERKAIT AKSELERASI
PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANGKA
KEMATIAN BAYI
Niniek L Pratiwi, Setia Pranata, Paiman S, Astrid, Linda N
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI
rand... Simposium Nasional Ke-5 5altbangkes
Jakarta, 50 Nov - I Des zoo6
SEGITIGA STRATEGIS : SEBUAH POLA PUBLIC-PRIVATE
PARTNERSHIP DALAM UPAYA PENURUNAN ANGKA
KEMATIAN IBU
Didik Budijanto dan Evie Sopacua
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI
INOVASI DALAM IMPLEMENTASI PUSKESMAS PONED
SEBAGAI UPAYA AKSELERASI PENURUNAN ANGKA
KEMATIAN IBU DAN BAYI DI TIGA KABUPATEN DI JAWA
TIMUR
Tety Rachmawati, SK Poerwani, Agus Suparapto, dan Fachrudi
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan-Badan Litbangkes-Depkes RI
ANALISIS KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN DALAM
RANGKA AKSFLFRASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU
DAN ANGKA KEMATIAN BAYI
Turniani Laksmiarti
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI
KOMITMEN POLITIK DAN UPAYA SYSTEMATIS DALAM
MENGURANGI KEMATIAN IBU DI INDONESIA
Syahrul Aminulllah
Ketua Badan-badan Khusus Pengembangan Keanggotaan Ikatan Ahli
Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dan Presidium Aliansi Pita
Putih Indonesia (APPI)
15.00 am —15.30 pm
REHAT
PRESENTASI POSTER
15.30 am — 17.00 pm
PARALEL SIMPOSIUM (PRESENTASI PENUNJANG TOPIIC)
RUANG RAFLESIA
'PENINGKATANAKSES & KUALITAS FASILITAS
KESEHATAN SERTA PELAYANAN KESEHATAN
MASYARAKAT"
Moderator :
Cholis Bachroen, SKM, MPH
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI)
PERSEPSI PROVIDER 1 PRHADAP MANAJEMEN ALAT
KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
Trijuni Angkasawati, Wahyu Dwi Astuti, dan Andryansyah
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes
RI
STUDI TENTANG PENGELUARAN PASIEN DAN UTILISASI
PELAYANAN KESEHATAN PESERTA JAMINAN
PEMELIHARAAN KESEHATAN BAGI KELUARGA MISK1N (WK
GAKIN) :
STUDI DI TIGA KABUPATEN DAERAH UJI COBA JPK GAMIN
Ristrini dan Tety Rachmawati
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan-Badan Litbangkes-Depkes RI
EFEKTIVITAS POSBINDU PTM DALAM PENURUNAN
PREVALENSI FAKTOR RISIKO PTM DI KOTA DEPOK
Ekowati Rahajeng, Ratih Oemiyati Nunik Kusuma Wardani
Puslitbang Biomedis dan Farmasi - Badan Litbangkes - Depkes RI
PROFIL SIS1 LM RUJUKAN KEHAMILAN DAN PERSALINAN
Lestari Kanti Wiludjeng
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan-Badan Litbangkes-Depkes RI
Tandoori Simposiun Nasional Ke-5 baltbanglcoo
Jakarta, 5o Nov - 1 Dcs zoos
MENGEMBALIKAN PUSKESMAS KE KHITTAHNYA MELALUI
UPAYA REVITALISASI PELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS
DAN JARINGANNYA
Lestari Handayani, Evie Sopacua, Siswanto, N.A.Ma'aruf, Widjiartini
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan-Badan Litbangkes-Depkes RI
RUANG MAWAR I
'PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DI
INDONESIA• KEBIJAKAN DAN TANTANGAN"
Moderator :
Dr. Anny Victor, MSc
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI)
ANALISIS MUTASI GEN BETA-CAI ENIN PADA JARINGAN
LIMFOMA DENGAN METODA PCR DAN SSCP
Mulch Syaifudinl, Tadashi Hongyo2, dan Taisei Nomura2
'Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, BATAN
2Departemen Biologi Radiasi dan Genetika Kesehatan, Fakultas
Kedokteran, Universitas Osaka, Jepang
PROTEIN PENGIKAT LAMININ REKOMBINAN SEBAGAI
KANDIDAT VAKSIN TERHADAP CLEARANCE
STREPTOCOCCUS PYOGENES MI*- 90226 YANG DIINFEKSI
SECARA INTRANASAL PADA MENCIT BALB/c
Sri Wahyuningsihl, Maria Immaculata Iwo2, Reny Ellyasheva2 dan
Debbie Sofie Retnoningrum2
1)Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional
2/Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung
EFEKTIVITAS EKSTRAK AIR DAN EKSTRAK ETANOL HERBA
PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA (L.) URBAN) DALAM
MENURUNKAN WAKTU KEJANG PADA MENCIT PUTIH
JANTAN MENGGUNAKAN MAXIMUM EI FCTROSHOCK
SEIZURE
Aguslina Kirtishanti, Farida Suhud, Imam Luqman Hakim, dan
Elizabeth Devita Widiana
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
PENENTUAN LOGARITMA KOEFISIEN PARTISI (LOG P)
SENYAWA BENZOILTIOUREA DAN UJI AKTIVITAS PENEKAN
SISTEM SARAF PUSAT (SSP)
Dini Kesuma, Farida Suhud, dan Yohana Inge S
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
PENENTUAN PARAMETER LIPOFILIK SENYAWA 2KLOROBENZOILTIO-UREA DAN UJI POTENSIASI TERHADAP
TIOPENTAL
Farida Suhud, Dini Kesuma, dan Lilik
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
RUANG MAWAR 2
'PEMBENTUKAN DESA SIAGA DAN POS KESEHATAN DESA :
PERCEPATAN PENURUNAN AKE &AKB, SERTA
PENINGKATAN STATUS GIZI MA SYARAKAT"
Moderator :
dr. Felly Philipus Senewe, M.Kes
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI)
rancluan Simposium Nasionat Kt-) baltbangkes
Jakarta, ;0 Nov— I
pea
2006
UPAYA PENINGKATAN AKSES I ERHADAP INFORMASI DAN
PELAYANAN KFI UARGA BERENCANA BERKUALITAS
DALAM RANGKA PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU
DAN BAYI (STUDI KASUS DI KABUPATEN KLUNGKUNG
DAN KABUPATEN BULELENG, PROP BALI )
Made Budisuari dan Bambang Wasito
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI
KEPALA DESA SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR YANG
BERPENGARUH DALAM KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN :
SUATU STUDI KWALITATIF DI KECAMATAN MLONGGO
KABUPATEN JEPARA
Laksmono Widagdo
Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP) RCM UNDIP
PENGETAHUAN, STRAP DAN PRAK I EK KADER POSYANDU
DI EMPAT KABUPA I .EN
Siswanto
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI
PEMANFAATAN BAHAN PANGAN LOKAL (INDIGENLIS)
DALAM PEMBUATAN FORMULA MAKANAN JAJANAN
TINGGI Fe UNTUK PERBAIKAN GIZI ANAK SEKOLAH
M. Husni Thamrin dan Marni Handayani
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Padang
FAKTOR DETERMINAN STATUS GIZI LANSIA PENGHUNI
PANTI WERDHA PEMERINTAH DIG JAKARTA TAHUN 2004
Hoirun Nisa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FICK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta
PEMANFAATAN IKAN BETUTU (OXYET FOTRIS
MARMORATA, BI REKER) DAN HASIL OLAHANNYA SERTA
ANALISA MUTU GIZI DAN MUTU FISIK DI DAERAH TOBASA
SUMATERA UTARA
Tiar Lince Masriani Bakara
Jurusan Gizi Politelmik Kesehatan Medan
raneluan Simposium Nasional Ke-3 baltbangkes
Jakarta, 30 Nov- I Des 2006
JUM'AT, 1 DESEMBER 2006
08.30 am — 09.30 am
DISKUSI PANEL
RUANG RAFLESLA
Moderator :
Dr. dr. Soewarta Kosen
(Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan-Departemen Kesehatan RD
"CONTROL OF DENGUE HEMORRHAGIC FEVER, SINGAPORE
EXPERIENCE"
Prof. Kee Tai Goh, MBBS, MSc, MD, FAMS (Ministry of Health
Singapore)
09.30 am — 09.45 am
REHAT
PRESENTASI POS1ER
09.45 am —11.30 am
PARALEL SIMPOSIUM (PRESENTASI PENUNJANG TOPIK)
RUANG RAFLESIA
'PENINGKATAN AMES & KUALITAS FASILITAS KESEHATAN
SERTA PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT"
Moderator :
Dr. S.K. Poerwani
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI)
OBSERVASI PERESEPAN ANTIBIOTIKA UNTUK PASIEN RAWAT
INAP DI RUMAH SAKIT SWASTA SELANGOR, MALAYSIA,
PERIODE OKTOBER SAMPAI DESEMBER 2004
Riswaka Sudjaswadi dan Azimah Mohd. Nor
Bagian Farmasetika, Fakultas Farmasi UGM
PERBANDINGAN METODE ISAPAN NON NUTRISI DAN
METODE PENAHANAN TUBUH DALAM UPATA PENURUNAN
RESPON NYERI PADA BAYI AM-BAT TINDAKAN SUNTIKAN DI
RUANG PERINATOLOGI RS BRAYAT MINULYO SURAKARTA
E. Prihantini, Rita Benya Adriani, dan Wiwik Setyaningsih
Politeknik Kesehatan Surakarta
VALIDASI METODE ANALISIS NIPAGIN M DENGAN IN I ERNAL
STANDAR NIPAGIN P DALAM SEDIAAN INJEKSI ANALGESIK
CAMPURAN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
(KCKT)
Kusuma Hendrajaya, Ririn Sumiyani,dan Rina Nurmalasari
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
VALIDASI RUMUS TAKSIR BERAT JANIN (TBJ) UNTUK PREDIKSI
BERAT BADAN LAHIR BERDASARKAN TINGGI FUNDUS UTERI
IBU HAMIL
Dewi Gayatri dan Yati Afiyanti
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
UJI BIOEICVALENSI IN VITRO PRODUK OBAT BERMEREK DAN
GENERIK BERLOGO YANG MEGANDUNG FUROSEMID
Ni Luh Dewi Aryani, Christina Avanti, Siti Aisyah, dan Anis Thohiroh
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Surabaya
randuan Simposium Nasional Kc-5 baltbangkes
Jakarta, )0 Nov - I Dcs zoo6
TENCEGATIAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DI
INDONESIA. KEBIJAKAN DAN TANTANGAN"
RUANG MAWAR 1
Moderator :
Drs. Damar Tri Boewono, MS
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI)
SURVEI NYAMUK AEDES SPP. DI 3 KECAMATAN DI KOTA
SEMARANG TAHUN 2006
Nur Endah Wahyuningsihl, Edi Dharmana2, Endang Kusnawatil
'Fakultas Kesehatan Masyarakat ,Universitas Diponegoro
2Fakultas Kedokteran , Universitas Diponegoro.
DE1 F.KSI VIRUS DENGUE PADA PROGENI VEKTOR DEMAM
BERDARAH DENGAN METODE IMUNOHISTOKIMIA
Widiarti, Damar Tri Boewono, Umi Widyastuti, Mujiono dan Lasmiati
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI
DAYA LARVASIDA EKS IRAK ETANOL AMPAS SISA DESTILASI
ARILUS BIJI PALA (MYRISTICA FRAGRANS HOLM I) IERHADAP
LARVA NYAMUKAEDES AEGYPTI LINN.
Sajekti Palupi', Nuning H'. ,Sri Subekti2
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
DAYA LARVASIDA EKSTRAK ETANOL Cosmos caudatus H.B.K dan
Tagetes erecta L. TERFIADAP LARVA NYAMUK Aedes aegypti L. DAN
SKRINING KANDUNGAN KIMIANYA
Rika Yulia, Liem Liem Niklas Phanliana, Sajekti Palupi
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
SETAHUN LEBIH EPIDEMI H5N1 PADA MANUSIA DI
INDONESIA QULI 2005 — OKTOBFR 2006)
Endang R. Sedyaningsihl, Siti Isfandaril, Vivi Setiawatyl, Lutfah Rifati',
Syahrial Harunl, Wilfred Purba2, Sholah Imari2, Sardikin Giriputra3, Patrick
J. Blair'', Shannon D. Putnam', Timothy M.Uyelcis, Triono Soendoro'
'Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI
2Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
3RSPI Sulianti Saroso, Jakarta
4U.S. Naval Medical Research Unit 2, Jakarta
3Centers for Disease Control and Prevention, Atlanta GA, USA
STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG DIMILIIC OLEH PENDERITA
FLU BURUNG DI JAWA BARAT
Yosephina AS, Dwi TP, dan Achmad T.
Politeknik Kesehatan Bandung
VIRUS LAIN YANG DIIEMUKAN PADA SPESIMEN NEGATIF
H5N1 DENGAN MENGGUNAKAN IEKNOLOGI LUMINEX
Reni Herman', Agustina Ika Susanti2, Djoko Yuwono', With Kania2,
Widoretnol, Sid M Saragih', Endang R Sedyaningsih', Sardikin Giriputro3,
Oerip Pancawatil, Gary T Brice2
'Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI
2 US Naval Medical Research Unit 2, Jakarta
3RSPI Sulianti Saroso
randuan Smposiom Nasioaal Ke-3 baltbangkes
zoo6
Jakarta, 50 Nov- I Des
RUANG MAWAR 2
'PEMBENTUKAN DESA SIAGA DAN POS KESEHATAN DESA :
PERCEPATAN PENURUNAN AKI drAKB, SERTA
PENINGKATAN STATUS GIZI MASYARAKAT"
Moderator :
Dra. Rachmalina, MSc
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI)
IELAAH KEBIJAKAN PADA INDIKATOR KEBERHASILAN DESA
SIAGA SEBAGAI MASUKAN DALAM PELAKSANAAN
KEPMENKES No.564/Menkes/SIC/VIII/2006
Evie Sopacua dan Agung Dwilaksono
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes-Depkes RI
SURVEI DATA DASAR DALAM RANGKA PERSIAPAN
PEMBENTUKAN DESA SIAGA DI DESA MUKAPAYUNG
KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006
Holil M. Par'i, Asep Taryana, Isa Ichsanuddin, Pujiono, Ai Juariah, Yayan
Sofyan, dick
Politeknik Kesehatan Bandung
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU
MASYARAKAT DESA BET ENDUNG DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUKARAHAYU TENTANG PROGRAM DESA SIAGA
Felix Kasim
LAB/SM.IKM /IKAKOM FK.Maranatha/RS.ImmanuelBandung
PENGEMBANGAN POS OBAT DESA DI KABUPATEN CIANJUR
Martuti Budiharto dan Harimat Hendrawan
Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes-Depkes RI
PERAN POS KESEHATAN DESA (POSKESDES) DALAM DESA
SIAGA DI JAWA l'ENGAH TAHUN 2006
Paiman Soeparmanto
Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes-Depkes RI
11.30 am — 13.00 pm
ISHOMA
PRESENTASI POST ER
13.00 pm —15.00 pm
DISICUSI PANEL
RUANG RAFLESIA
"PERKEMBANGAN MUTAKHIR PENANGANAN AVIAN
INFLUENZA (FLU BURUNG) DI INDONESIA : EPIDEMIOLOGI,
KLINIS, DAN GENOMIK"
Moderator :
Dr. Endang R. Sedyaningsih, MPH, DrPH
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI)
14.30 am —15.00 pm
•
Dr. I Nyoman Kandun, MPH (Ditjen P2PL — Departemen Kesehatan
Indonesia)
•
Dr. Santoso Saroso, SpA (RSPI Dr. Sulianti Saroso)
•
Patrick J. Blair, PhD (US NAMRU-2 Jakarta)
PENUTUPAN
randuan Smrosium Naaional Kc-3 balthanglcas
Jakarta, 30 Nov - Des Z006
POS1ER
01 PENCEGAHAN PADA TUBERKULOSIS PARU
E.J. Manuhutu
Departemen Pulrnonolagi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Respirasi UI,
RS Persahabatan Jakarta
02 FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA DROP OUT
(DO) PADA PENDERITA TB PARU DI KABUPATEN BANDUNG
Maria Holly Herawati dan Grace Mediana P
Puslitbang Biomedis dan Farmasi — Badan Litbangkes — Departemen Kesehatan RI
03 KUALITAS PEMERIKSAAN BAKTERI TUBERCULOSIS (BTA) DI PUSKESMAS
RUJUKAN MIKROSKOPIS
Merryani Girsang1, Sumarti2, dan Lia Gardenia Partakusuma3
lPuslitbang Biomedis dan Farmasi - Badan Litbangkes — Departemen Kesehatan RI
2Dinkes Kab Bekasi JawaBarat
3RSPersahabatan Jakarta
04 PENANGGULANGAN MENYELURUH DAN ANALISIS SPATIAL TRANSMISI DBD DI
KOTA SALATIGA
Damar Tri Boewono, Barodji, Widiarti, Hasan Boesri, Hadi Swasono, Blondine Ch.P. Bagus
Febriyanto, Ristiyanto, Suskamdani, dan Wiwik Trapsilowati
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit
05 DISTRIBUSI ANOPHEI FS SUBPICTUS DI KABUPATEN KEPULAUAN SERIBU
Jusniar Ariati, S. Sukowati, Shinta dan Hetri Andris
Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan — Badan Litbangkes — Departemen Kesehatan RI
06 PEMETAAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN
RESERVOIR ERA DESENTRALISASI DI JAWA TIMOR
Umi Widyastuti, Nani Sukasediati, Widiarti, Damar T.B., Suskamdani, Ristiyanto,
Hadi Swasono dan Y. Sudini
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir penyakit — Badan Litbangkes —
Departemen Kesehatan RI
07 FAKTOR RISIKO FILARIASIS DI KECAMATAN TIRTO, KABUPATEN PEKALONGAN,
JAWA IENGAH
Astri Maharani Widiarti, Bagus Febrianto, dan Sumardi
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir penyakit — Badan Litbangkes
Departemen Kesehatan RI
08 PREVALENCE OF AN 11BODY AND GENETIC IDENTIFICATION OF
HANTAVIRUSES INFECTION AND ECTOPARASITES INFESTATION IN RODENTS
AND INSECTIVORES AT THOUSAND ISLANDS DISTRICT OF JAKARTA PROVINCE,
INDONESIA
Ima Nurisa Ibrahiml, Sri Erlinat, Yusniar Ariatii, Kumiko Yoshimatsu2, Megurni Okumura2, and
Jiro Arikawa2
1 Ecology and Health Status Research and Development, National Institute of Health Research and
Development, Ministry of Health, Jakarta
2Institute for Animal Experimentation, Hokkaido University Graduate School of Medicine,
Sapporo 060-8638, Japan.
09 KEBERHASILAN PROGRAM PEMERINTAH MENGENAI PROGRAM PEMERINTAH
1ENTANG HIV/AIDS DI KALANGAN PSK DI WILAYAH PATOK BEUSI,
KECAMATAN PATOK BEUSI, KABUPATEN SUBANG, PROPINSI JAWA BARAT.
Felix Kasim
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK Universitas Kristen Maranatha Bandung.
10 PEMANFAATAN INVENTARISASI TUMBUHAN BAHAN BAKU OBAT
DIKEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA
Nunik Siti Aminah dan Gindo Simanjuntak
Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan — Badan Litbangkes — Departemen Kesehatan RI
ranclaan Simposium Nasional Kc-5 baltbangkcs
Des zoo6
Jakarta, 30 Nov - I
11 POINT VALUE : SUATU ALTERNATIF CARA PENILAIAN KINERJA SDM
KESEHATAN
Didik Budijanto dan Evie Sopacua
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes - Departemen Kesehatan RI
12 POLICY OPTIONS UNTUK PELATIHAN YANG DISELENGGARAKAN DALAM
UPAYA PENURUNAN AKI/AKB
Evie Sopacua & Didik Budijanto
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes - Departemen Kesehatan RI
13 HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN DAN STATUS GIZI BALITA (USIA 12-59 BULAN)
DI WILAYAH TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH KELURAHAN LEUWIGAJAH
CIMAHI SELATAN TAHUN 2006
Risya Damayanti dan Osman Syarief
Politeknik Kesehatan Bandung
14 PERAN MEDIA BUKU PENGEMBANGAN INFOR_MASI DIAGNOSIS PENYAKIT DAN
BUKU KESEHATAN POPULER DAN PENELITIAN, KONTRIBUSI UNTUK MENUJU
MASYARAKAT MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT
Misnadiarly', M. Husjain D2, Luxi P2
'Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbangkes - Departemen Kesehatan RI
2Akademi Analis Kesehatan DepKes, Pondok Gede
15 PROGRAM INTERVENSI "MULTI-STATE MODEL" DALAM PENINGKATAN
KESEHATAN KELUARGA MISKEN
Rizanda Machmudl dan Adang Balchtialh
FK Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran komunitas, Universitas Andalas
2Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
16 PENGOBAT TRADISIONAL (BA I IRA) DAN RAMUAN YANG DIGUNAKAN
Sa'roni, Adjirni
Puslitbang Biomedis dan Farmasi - Badan Litbangkes - Depkes RI
17 PERENCANAAN PEMBANGUNAN TAHUNAN KESEHATAN DI KABUPA I EN
GUGUSAN KEPULAUAN DAN PEGUNUNGAN DI PROPINSI NUSA TENGGARA
TIMUR, TH 2006
M. Hasyimi
Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan - Badan Litbangkes - Departemen Kesehatan RI
18 BUDGET OBAT DAN KESEHATAN DALAM ANGGARAN KABUPATEN/KOTA
Sarjaini Jamal
Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes - Depkes RI
PENINGKATAN AKSES DAN KUALITAS FASILITAS KESEHATAN
SERTA PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
randuan Smposiom Nasional Ke-; baltbangkes
Jakarta, 50 Nov - I Des 2006
STATUS KESEHATAN MASYARAKAT PASCAL' GEMPA DI PROVINSI DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH TAHUN 2006
Felly Philipus Senewe, Salina Ma'roef, Lamria Pangaribuan, M. Sudomo
Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan - Badan Litbangkes - Depkes RI
Survei cepat yang dilakukan oleh Balitbangkes Depkes RI pada 19-22 Juni 2006 untuk mengetahui
status kesehatan masyarakat pasca gempa di daerah tersebut. Survei telah dilakukan di tiga lokasi yaitu di
Kota Yogyakarta, Kab.Bantul DIY, dan Kab. Klaten Jawa Tengah. Sampel 210 RT yang diwawancarai
yaitu 91 RT Yogyakarta, 48 RT Bantul dan 71 RT Klaten. Hasil status Morbiditas (kesakitan) dari
masyarakat korban bencana gempa di Yogyakarta terbanyak ISPA (22%) dan luka/vulnus (12%), Bantul
terbanyak ISPA (15%) dan luka(15%), Klaten terbanyak ISPA (19%) dan sakit pinggang (17%). Khusus
untuk cedera/kecelakaan di Yogyakarta (19%), Bantul (18%), dan lebih sedikit di Klaten (8%).
Penyebab cedera mengatakan karena tertimpa bangunan di Yogyakarta (12%), Bantul (20%) dan Klaten
(6%). Masyarakat yang mengalami gempa mencari pengobatan sendiri di Yogyakarta (8%), Bantul (7%)
dan Klaten (5%). Masyarakat yang setelah gempa di tawat Map, di Yogyakarta (2%), Bantul (8%) dan
Klaten (3%). Setelah gempa penderita yang berobat jalan, di Yogyakarta (21%), Bantul (15%) dan
Klaten (5%). Masyarakat yang setelah terjadi gempa dan mencari pertolongan ke fasilitas kesehatan
terdekat di Yogyakarta paling banyak ke Puskesmas (9%) dan posko relawan (7%). Sedangkan di Bantul
paling banyak ke RS swasta (9%) dan posko relawan (7%). Di Klaten paling banyak ke posko relawan
(12%) dan praktek dokter/perawat (11%). Masyarakat yang pergi mencari pengobatan kami tanyakan
mengenai pembiayaan, di Yogyakarta kebanyakan mengatakan gratis (20%) dan bayar sendiri hanya
(1%), di Bantul gratis (18%) dan Jamsostek (2%). Di Klaten gratis (42%) dan bayar sendiri (3%).
Kesehatan mental dengan menggunakan kuesioner SRC-20 dari WHO, ditemukan ada gangguan mental
(score >7) terbanyak di kab Klaten (15%), di Bantul (14%) dan kota Yogyakarta (1%). Kesimpulan
sebagian besar masyarakat pasca gempa menderita ISPA, luka/vulnus dan pusing dan sakit
pinggang/pung,gung. Penyebab cedera akibat tertimpa bangunan. Sebagian masyarakat mendapat
pertolongan dari posko relawan, dan sebagian besar berobat jalan Hampir semua mendapat
pengobatan gratis. Pada sebagian kecil masyarakat pasca gempa ditemukan adanya gangguan mental.
Dalam survei ini disarankan perlu adanya tim penanganan yang terpadu dan cepat untuk memulihkan
kondisi kesehatan masyarakat khususnya setelah terjadinya gempa.
Kata bend: status kesehatan, pasca gempa DP/ dan Jateng
STUDI TENTANG REKRUITMEN DAN PENDAYAGUNAAN TENAGA
KEPERAWATAN DI DAERAH TERPENCIL
Wasis Budiarto
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI
KETAHANAN HIDUP JEMAA_H HAJI INDONESIA
Masdalina Pane
Subdit Kesehatan Haji Ditjen PP dan PL
(mahasiswa program Doktor bidang Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI)
Latar belakans. Angka kematian jemaah haji Indonesia dalam 10 tahun terakhir berkisar antara 2 - 3.8
per mil. Dua - tiga kali lebih tinggi bila dibandingkan kematian jemaah haji negara-negara Islam lainnya.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian tersebut
dan belum mencapai hasil yang diharapkan. Pengamatan terhadap data kematian jemaah haji secara
komprehensif akan memberikan kontribusi terhadap perbaikan program kesehatan haji dimasa yang
akan datang. Tujuan. Mengetahui penganah waktu dan tempat kematian jemaah haji Indonesia dalam 2
tahun pengamatan (2005-2006). Subjek dan Metorklogi. Seluruh kematian yang terjadi pada musim haji
tahun 2005 - 2006 dianalisis pertahun berdasarkan karakteristik demografi, risiko tinggi penyebab
kematian, tempat kematian dan waktu kematian. Dilakukan pengamatan prospektif berdasarkan waktu
untuk melihat ketahanan hidup jemaah haji Indonesia pada 2 musim haji. Hard Angka kematian JHI
dalam 2 musim haji relatif tidak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yaitu 2.3 dan 2.2 permit. Proporsi
kernadan terbesar terjadi pada laki-laki (50 - 67 %), usia lebih dari 60 tahun memiliki proporsi kematian
lebih dari 50 % dan 25 % dari total kematian terjadi pada jemaah yang tidak diprediksi merailiki risiko
tinggi. Berdasarkan penyebab kematian, penyakit paru dan cardiovascular menempati urutan teratas.
Lebih dad setengah kematian terjadi di luar jangkauan pelayanan kesehatan. Rata-rata kematian terjadi
pada had ke 27 setelah tiba di Arab Saudi, ini menunjukkan ketahanan hidup jemaah haji Indonesia
rand., Smposium Nasional Kc-5 baltbangLes
Jakarta, 50 Nov - I Des zoos
kurang dari 4 minggu. Ada hubungan bermakna antara kematian diluar sarana pelayanan kesehatan
dengan waktu terjadinya kematian. Kesimpulan. Pengamatan 3 tahun data kematian menunjukkan
konsistensi dalam setiap tahun pengamatan, permasalahan utama kematian JHI adalah kematian diluar
sarana pelayanan kesehatan dan kematian tersebut biasanya terjadi dalam waktu relatif singkat
Kata Kunci : Ketahanan Hidup, JHI, BPHI, Kloter, Pondokan, Maktab
ANALISIS KUALITAS PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) DI PUSKESMAS
(STUDI KASUS DI PUSKESMAS KABUPATEN KEDIRI DAN KABUPATEN
TULUNGAGUNG)
Wahyu Dwi Astuti, Andryansyah Arifin
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI
Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan antenatal, telah dilakukan pengukuran kualitas pelayanan
antenatal dengan metoea COPE (Client Oriented Provider Efficient). Pengukuran kualitas dengan
metoda COPE menggunakan indikator terpenuhinya 7 hak ibu hamil dan 3 kebutuhan provider.
Design penelitian deskriptif Sampel adalah ibu hamil, ibu bayi dan provider yang diambil secara
purposive. Hasil penelitian tentang kualitas pelayanan ibu hamil di kabupaten Kediri menunjukkan
bahwa Pemenuhan hak ibu hamil masih kurang. Ibu hamil tidak mendapat Informasi tentang pelayanan
(61,1%). Informasi tentang kehamilan, Akses thd layanan, Informasi tentang pelayanan, Keamanan,
Privacy & confidentiality, Dignity , Comfort & expression of opinian, Rujukan masih kurang. Ibu
hamil tidak mendapatkan Privacynya (63,0%). Di Kabupaten Tulungagung, bumil (61,5%) kurang
merasa aman, serta (62,8%) kurang terjaga Privacy nya. Komitmen provider atau petugas kesehatan
masih rendah. Sebesar (70,2%) provider tidak terpenuhi kebutuhan di supervisre oleh atasannya.
Kebutuhan provider untuk mendapatkan Informasi terkini & pelatihan juga masih kurang.
Rekomendasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan antenatal: dilakukan pelatihan bagi bidan
sehingga lebih mampu memenuhi 7 hak ibu hamil yaitu hak untuk memperoleh a),Informasi tentang
kesehatannya; b) Keterjanglcuan pelayanan c) Informed choice: d) Safe service; e) Hak untuk
dirahasiakan apa yang diketahui provider; 1). Dignity, comfort and expression of opinion: g). Continuity
of care serta peningkatan komitmen supervisor untuk memenuhi, Tiga kebutuhan bidan yaitu: 1)
Facilitative supervision and management. 2) Information, training and development; 3) Supplies,
equipment and infrastruktur.
Kata kunen kualitas pelayanan antenatal, hak ibuhamil, kebutuhan provider, Client Oriented Provider
Efficient (COPE)
DETEKSI IMS PADA ANTENATAL CARE di PUSKESMAS
Widjiartini dan Wahyu Dwi A
Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI
Faktor medik (penyebab langsung) kematian ibu tersebut disebabkan terutama karena komplikasi pada
saat kehamilan atau persalinan. Lebih dari 9.000 Perempuan HIV+ hamil dalam setiap tahunnya di
Indonesia. Maka HIV/AIDS akan menjadi ancaman terhadap kematian ibu dan bayi di masa
mendatang. Padahal di Indonesia pada saat ini pelayanan kesehatan ibu (antenal) belum secara optimal
terkoordinasi dengan pelayanan IMS-HIV/AIDS. Kurang optimalnya koordinasi ini akan mengurangi
kinerja pembinaan kesehatan reproduksi dalam rangka penurunan AIC dan AKB. Tujuan penelitian
adalah Mengkaji deteksi dini Infeksi Menular Seksual pada ante natal care. Sampel diambil secara
purposive dan data dianalisi secara deskriptif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa IMS di
kalangan Ibu Hamil Cukup Tinggi sehingga Deteksi dini IMS pada ibu hamil mutlak diperlukan
Didalam deteksi IMS pada ANC perlu SOP terintegrasi agar selalu dilakukan. Konseling sangat
diperlukan pada saat memotivasi ibu untuk periksa laboratorium Deteksi dini juga merupakan upaya
perlindungan pada petugas Universal precaution hams diterapkan penuh untuk Perlindungan din
petugas dalam tugas.
Kata kunci : Pelayanan ANC-IMS
DETEKSI DINI ADOLESCENT IDIOPHATIC SCOLIOSIS (AIS) DI INDONESIA
Lutfi Gatam, Rahyusalim, Masdalina Pane
Pusat Riset Ortopedi, RS Fatmawati Jakarta
Pendahuluan. Adolescent Idiqphatk scoliosis adalah suatu kelainan bengkoknya tulang belakang kearah
samping yang terjadi pada kelengkungan sekurangnya 11 derajat (yang ditentukan dengan metode Cobb
randuan Simposium Nasional Ke-3 balt6angIces
Jakarta, 30 Nov - Des zoo6
terhadap foto rontgen konvensional proyeksi Posteroanterior berdiri pada penderita usia antara 1118
tahun tanpa diketahui penyebab yang mendasarinya. Shining untuk skoliosis biasa dilakukan pada anakmemberikan
anak sekolah dan anak-anak di suatu komunitas. American Academy of Orthopedic Surgeons
rekomendasi untuk melakukan skrining skoliosis terhadap anak wanita sebanyak 2 kali yaitu pada usia
11 tahun dan pada usia 13 tahun dan terhadap anak laid-laid cukup sekali yaitu pada usia 13 atau 14
merekomendasikan skrining skoliosis dengan
tahun. Sementara American Academy of Pediatrics
melakukan uji bungkuk ke depan cara Adam pada kunjungan rutin kesehatan pada usia 10, 12, 14, dan
16 tahun. Surveilans ini akan memberikan rekomendasi deteksi dini terhadap penderita AIS di
lebih berat.
Indonesia. Deteksi dini lebih cost effective dibandingkan bila penderita berobat dengan kondisiPengamatan
Subjek dan Metadologi.
Rekomendasi
deteksi
dint
penderita
AIS
di
Indonesia.
Tujuan.
dilakukan pada 621 penderita AIS yang berobat di 5 Rumah Sakit dan 1 klinik spesialistik di Jakarta
consecutive patients
sejak tahun 1986 — 2006. Metode yang digunakan adalah metode pengamatan terhadap
pada variabel umur, jenis kelamin, severitas dari kelainan dan jenis tindakan yang dilakukan. Hail 87.1
% penderita AIS adalah perempuan, rata-rata umur 14 tahun (SD 0.2 tahun) lebih dari lebih dari 50
penderita memiliki besar cobb lebih dari 400, biasanya penderita berkunjung ketika besar kelengkungan
berkisar antara 21 - 30., sehingga masih dapat dilakukan tindakan konservatif berupa latihan fisik
tertentu dan bracing sebelum clikoreksi dengan tindakan operatif. Berdasarkan maturitas [Mang maka
ketika risser 0 (usia < 10 tahun) 27.9 °A penderita mencari pengobatan. Dan terbanyak mencari
pengobatan ketika maturitas tulang pada risser 4 (usia 13 tahun). Kesimpulan. Deteksi dini AIS
difokuskan pada anak perempuan berusia 10 tahun dan usia 12 tahun, untuk anak laki-laki cukup
dilakukan pada usia 14 tahun.
Kata Kunci : Adolescent Idiophatic scolioris, deteksi dini, shining
PERSEPSI PROVIDER TERHADAP MANAJEMEN ALAI KESEHATAN DI RUMAH
SMUT
Trijuni Angkasawati, Wahyu Dwi Astuti, dan Andryansyah
Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes - Departemen Kesehatan RI
Kepmenkes No. 004 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan, dan
salah satu tujuan strategis adalah upaya penataan manajemen kesehatan di era desentralisasi. Salah satu
langkah kunci dalam tujuan tersebut, mengembangkan sub sistem pemeliharaan dan optimalisasi
pemanfaatan sarana dan alat kesehatan. Dalam rangka mendukung pelaksanaan Kepmenkes 004 tahun
2003, perlu dilakukan suatu kajian untuk mengetahui persepsi provider di rumah sakit tentang
manajemen alat kesehatan. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi dengan lokasi di RSU dr.
Soetomo Surabaya; RSUD dr Iskak Tulungagung; Badan Rumah Sakit Daerah Pacitan; RSU dr.
Karyadi Semarang; RSU dr. Margono Purwokerto; RSUD Tidar Magelang ; RSUD dr. M. Ashari
Pemalang. Sampel berjumlah 56 orang, dipilih secara purposif yang terdiri dari petugas di unit
perencanaan, program dan anggaran, operator masing-masing alat yaitu CT Scan, X Ray, USG dan
Autoanalyzer, petugas unit Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS), serta bagian medical
record. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil wawancara ditemukan : dari proses pengadaan peralatan
belum dilakukan studi kelayakan kebutuhan alat. untuk proses pemeliharaan dilakukan bila terjadi
kerusakan alat, karena sebagian besar tidak menganggarkan biaya pemeliharaan. Untuk perbaikan
dilakukan oleh pihak ketiga. Penentuan tarip berdasar perda dan melihat tarip kompetitor dan
penghitungan unit cost. Saran pengadaan alat perlu dilakukan analisis kebutuhan pasien dan klinisi, serta
melibatkan seluruh komponen rumah sakit. Perlu adanya perencanaan pemeliharaan baik dari segi
teknis maupun anggaran.
Kata kunci: alat kesehatan, manajemen
STUDI TENTANG PENGELUARAN PASIEN DAN UTILISASI PELAYANAN
KESEHATAN PESERTAJAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN BAGI KELUARGA
MISKIN (JPK GAKIN) : STUDI DI TIGA KABUPATEN DAERAH UJI COBA JPK GAKIN
Ristrini dan Tety Rachmawati
Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes - Departemen Kesehatan RI
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 781/Menkes/SK/VI/2003 menyebutkan bahwa pada
tahun 2003/2004 dilakukan uji coba JPK-Gakin di 3 propinsi dan di 13 Kab/kota yang rersebar di
Indonesia. Tujuan penelidan ini adalah untuk melakukan studi tentang pengeluaran pasien dan utilisasi
pelayanan kesehatan peserta program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Keluarga Miskin (WIC
Gakin) Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi yang dilakukan secara 'cross sectional' .di 3 kabupaten
uji coba JPK Gakin yaitu Rembang, Pati, dan Lombok Barat. Masing-masing Kabupaten dipilih 1
randuan Sintinosium Nasional Kc-5 baltbangkes
Jakarta, 50 Nov - I Des 2006
-
puskesmas dan 1 RSUD. Dipilih pasien yang sedang dirawat di puskesmas perawatan dan RSUD saat
pengumpulan data dilakukan. Selama 1 minggu, yakni pada bulan Juni dan Juli 2004. Jumlah responden
sebanyak 315 orang yang terdiri dan Pad 127 orang, Rembang 99 orang dan Lobar 89 orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, lcuesioner/angket, dan data sekunder.
Analisis dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laim biaya tindakan medik di
RS sangat bervariasai antara satu daerah dengan lainnya, di RSUD Pad sebesar Rp. 446.385,- per orang,
di Rembang sebesar Rp. 281.938,- dan di Lobar sebesar Rp. 428.421,- per orang, sedangkan biaya ratarata pemeriksaan laboratorium di Pad sebesar Rp. 137.015,-, di Rembang sebesar Rp. 109.500,- dan di
Lobar sebesar Rp. 92.730,-. Pemeriksaan rontgen yang dilakukan terhadap 83,8% pasien yang datang ke
RS, biaya rata-rata per pasien di RSUD Pad sebesar Rp. 63.121,-, di RSUD Rembang sebesar
Rp.56.954,0 sedangkan di Lobar sebesar Rp. 98.445,-. Biaya obat yang menjadi tanggungan pengelola
JPK Gakin di RSU Pad mencapai Rp. 897.329,- per pasien, sedangkan di Rembang sebesar Rp.
221.562,- dan di Lobar sebesar Rp. 64.641,-. Biaya pembelian obat di apotik Mar atas beban pasien
Gakin di Pad sebesar Rp. 56.500,- sedangkan di Lobar sebesar Rp.115.050,- Tingkat utilisasi pelayanan
kesehatan di PPK oleh Gakin belum tercapai, di mana tingkat utilisasi di Rembang barn 2,76%, di Pad
4,58% dan di Lobar 7,62%, padahal ketentuan dari JPK Gakin adalah 10-18% dan seluruh orang rniskin
per bulannya. Untuk itu perlu dipertimbangkan jangka waktu berlakunya program ini, khususnya dalam
rangka pemberdayaan masyarakat miskin.
EFEKTIVITAS POSBINDU PTM DALAM PENURUNAN PREVALENSI
FAKTOR RISIKO PTM DI KOTA DEPOK
Ekowati Rahajeng, Ratih Oemiyati, dan Nunik Kusuma Wardani
Puslit Biomedis dan Farmasi Badan Litbang Kesehatan Depkes RI
World Health Organization (WHO) predicted that non-communicable diseases (NCD) have caused
about 60% of mortality and 43% of morbidity in the world. These mortality and morbidity rate are
commonly occurring in low social economy community. In line with the fact mentioned above is NCD
gradually also increases in Indonesia recently. World Health Organisation (WHO) central and regional
office in collaboration with other member countries have developed an intervention program to control
risk factors of major NCDs (cardiovascular diseases, diabetes mellitus, and particular cancer) through
an integrated community base program In Indonesia, Depok municipality had been selected as
"Demonstration Area" to develop NCD control program for the municipal area in this decentralized
system. Posbindu PTM is an Integrated Health Post for Non Communicable Diseases, which is a
community participation to support promotion and preventive programs of early detection for
common risk factors of major NCD (such as overweight, hypercholesterolemia, hypertension,
hyperglycemia, unhealthy diet, and smoking). Programs in the Integrated Health Post for NCD include
risk factors monitoring activities, and increasing knowledge among the society regarding NCD risk
factors through counselling and education or interactive dialogue. The purpose of study is to assess the
intervention effects on prevention and control the prevalence of NCD and its risk factors such as
smoking, fruit and vegetable consumption, low physical activity, obesity, hypertension, hypercholesterol, hyperglycaemia, diabetes and determine means value of risk factors of major NCD risk
factors (such as blood pressure, body mass index, waist hip ratio, and blood glucose and blood
cholesterol) in the population. To assess the intervention effects on prevention and control NCD risk
factors surveillance activity using WHO S 1 EPS approach had been conducted in February 2003
(sample size: 1806 respondents). The surveillance activity had been followed by the implementation of
Community Based Intervention on prevention and control of NCD risk factors program in Depok
starting from April 2004 and completed on May 2006. Monitoring and evaluation had been done on
June-July 2006, which include S IEPS survey (sample size: 1927 respondents) and monitoring
"Posbindu PTM". Process evaluation showed that the CBI approach brings `Posbindu PTM' as
potential activities for NCD control and prevention program. But for sustainability those program need
technical facility, partnership, and social support. Outcome evaluation resulted that the community
based intervention of NCD prevention and control program that had been conducted for three years
had significantly reduced the prevalence of several common risk factors, such as obesity, hypertension,
hyperglycemia, hyper cholesterol, and high risk or combined risk factors (having three or more risk
factors) and also considerably reduced the prevalence of diabetes mellitus. Meanwhile, smoking, less
physical activity, and fruits and vegetable consumption also decreased but not significantly.
Key monk-. Non-communicable diseases, prevention, risk factors, community-based, health behaviours,
developing countries, surveillance.
rancluan Simposium Nasional Kc-515alt6angkes
Jakarta, 30 Nos — I Des 2006
PROFIL SI-STEM RUJUKAN KEHAMILAN DAN PERSALINAN
Lestari Kanti Wiludjeng
Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes - Departemen Kesehatan RI
Safe motherhood issues in Indonesia are complex, even beyond the health sector. Maternal mortality
and morbidity continue to remain high. Care and services during pregnancy and delivery continue to be
inadequate. Referrals and emergency obstetric care are still delayed by various complex factors.
Reproductive health status and access to family planning services remain inadequate and inaccessible
for many women. Contextual factors, including the low status of women, poverty, community beliefs
and behaviours and decentralivation, pose challenges to the efforts being made to improve the access
of many women, especially poor women, to good quality family planning and obstetric care. The
Government's commitment to address safe motherhood issues is strong, but that commitment has yet
to be appropriately translated into operations at the service and community levels.
Keyword: Profile — Referal system — Prenancy and Delivary mother .
MENGEMBALIKAN PUSKESMAS KE KHITTAHNYA
MELALUI UPAYA REVITALISASI PELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS DAN
JARINGANNYA
Lestari Handayani, Evie Sopacua, Siswanto, N.A.Ma'aruf, Widjiartini
Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes - Departemen Kesehatan RI
Upaya kesehatan dasar yang diberikan melalui puskesmas dan jaringannya di era desentralisasi
mengalami kemunduran di beberapa daerah. Oleh karena pentingnya peran puskesmas dalam
pembangunan kesehatan, maka performa puskesmas harus dioptimalkan kembali melalui program
revitalisasi puskesmas. Informasi tentang proses manajemen puskesmas saat ini dan upaya yang
dilakukan dalam revitalisasi puskesmas digali melalui penelitian ini yang dilakukan di 8 puskesmas
rersebar di 3 propinsi yaitu Jawa Timur (kabupaten Jombang dan Bojonegoro), Jawa Barat (kabupaten
Cianjur) dan Nusa Tenggara Timur (kabupaten Sikh) Input pelayanan kesehatan puskesmas untuk
data keuangan adanya keluhan kurangnya dana untuk UKM serta lambatnya turun dana. Tenaga kurang
baik jenis maupun jumlah kecuali untuk bidan dan perawat serta kompetensinya. Perencanaan,
pelaksanaan pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban (proses) dilaksanakan tetapi
sebagian besar tidak lengkap. Output pelayanan kesehatan puskesmas dilaksanakan di semua
puskesmas penelitian. Hasil penelitian ini merupakan potret yang menggambarkan kondisi puskesmas
saat ini, hanya raja pengkajian belum bisa menjawab apa yang harus direvitalisasi di puskesmas. Ini
mencerminkan bahwa setiap daerah mempunyai masalah dan kekhasan sehingga revitalisasi puskesmas
akan berbeda satu daerah dengan. Meskipun program revitalisasi puskesmas sudah disosialisasilcan
tetapi temyata belum banyak dipahami. Upaya revitalisasi sudah dilakukan beberapa puskesmas
meskipun tanpa menggunakan label 'revitalisasi' dan dengan menggunakan dana pemerintah daerah.
OBSERVASI PERESEPAN ANTIBIOTIKA UNTUK PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT SWASTA SELANGOR, MALAYSIA, PERIODE OKTOBER SAMPAI DESEMBER
2004
Riswaka Sudjaswadi dan Azimah Mohd. Nor
Bagian Farmasetika, Fakultas Farmasi UGM
Observasi tentang penggunaan antibiotika pada suatu rumah sakit telah dilakukan, untuk meneliti
rasionalitas peresepan berdasarkan indikator peresepan WHO 1993. Semua peresepan untuk pasien
rawt Map yang dikutip dari catatan medik pasien dikumpullcan, dianalisis tentang persentase
penggunaan antibiotika, golongan yang banyak diresepkan, penulisan dengan nama paten/generik,
sediaan yang diresepkan dan kesesuaian dengan formularium rumah sakit. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peresepan antibiotika selama observasi sebesar 22,38%, golongan yang banyak
diresepkan adalah turunan beta laktam sebanyak 78,32%, 22,93% dari jumlah tersebut diresepkan
sebagai Rocephin, diikuti Augmentin 13,88%. Sediaan injeksi ditemukan sebanyak 77,38%, sediaan paten
mlis 88,77%, sedangkan nama generik hanya 11,25% semua obat yang teresepkan tetcantum dalam
formularium rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan antibiotika di rumah sakit tersebut
rasional, penggunaan sediaan injeksi dan produk paten yang realtif sangat tinggi, dibahas berdasarkan
argumentasi yang dapat diterima.
Kata kunci: peresepan antibiotika, indikatorperesepan, pasien rawat inap
randuan Simposium Nasional Kt-) baltlaangkes
Jakarta, 50 Nov — Dcs 2006
PERBANDINGAN METODE ISAPAN NON NUTRISI DAN METODE PENAHANAN
TUBUH DALAM UPATA PENURUNAN RESPON NYERI PADA BAYI AKIBAT
TINDAKAN SUNTIKAN DI RUANG PERINATOLOGI RS BRAYAT MINULYO
SURAKARTA
E Prihantini, Rita Benya Adriani, dan Wiwik Setyaningsih
Politeknik Kesehatan Surakarta
Seiring kemajuan teknologi dan perkembangan perawatan bayi. Secara moral dan efektif pada semua
anak berapapun usia, tingkat kematangan atau beratnya penyakit. Manajemen nyeri bertujuan untuk
menurunkan efek nyeri yang merugikan. Penangan nyeri dapat dilakukan dengan metode farmakologik
dan non farmakologik diantaranya dengan metode asupan nutrisi dan metode penahanan tubuh dengan
melihat respon perilaku bayi yaitu respon motorik, respon ekspresi wajah, dan respon menangis.
Hipotesa penelitian : ada perbedaan bermakna penurunan respon nyeri motorik, respon ekspresi wajah
dan respon menangis pada bayi yang diberi tindakan suntikan pada metode isapan non nutrisi dan
metode penahanan tubuh. Manfaat penelitian : 1) Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan
penguasaan dan penerapan metode non nutrisi untuk mengurangi respon nyeri dalam memberi
tindakan invasif pada bayi. 2) Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam bidang penelitian
ilmiah.3) Sebagai bahan pemikiran untuk dapat dikembangkan dan acuan penelitian selanjutnya. Metode
penefitian : termasuk jenis penelitian eksperimen menggunakan rancangan eksperimen sungguhan ( true
exsperiment design) dengan postest only group design Analisa data yang dipakai menggunakan uji t-test
dengan membandingkan 2 kelompok sampel. Hasil penelitian :1). Ada perbedaan antara metode isapan
non nutrisi (dengan diberi empeng) dibandingkan dengan metode penahanan tubuh terhadap
penurunan respon nyeri motorik dengan P value 0,020.) Tidak ada perbedaan antara metode isapan non
nutrisi (dengan diberi empeng) dengan metode penahanan tubuh terhadap penurunan respon nyeri
menangis dengan P value 0,009. Dari kesimpulan tersebut dapat disarankan : 1.) Metode non nutrisi
(dengan diberi empeng) perlu diterpkan sebagai salah saw alternative untuk menurunkan nyeri akibat
tindakan invasive. 2). Perlu bantuan audio visual untuk memperjelas dalam melekukan identifikasi
ekspresi wajah.3) Perlu penelitian lebih lanjut tentang penilaian respon nyeri lainnya yaitu : respon
fisiologis (saluran oksigen, pemafasan, nadi dan tekanan darah pada bayi akibat prosedur tindakan
menimbulkan nyeri.
Kata kunci: Invasive; isapan non nutrisi.
VALIDASI METODE ANALISIS NIPAGIN M DENGAN INTERNAL STANDAR
NIPAGIN P DALAM SEDIAAN INJEKSI ANALGESIK CAMPURAN SECARA
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCICT)
Kusuma Hendrajaya, Ririn Sumiyani, Rina Nurmalasari
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Telah dikembangkan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) fase terbalik yang sederhana, akurat, dan
presisi untuk menetapkan pengawet nipagin M dalam sediaan injeksi analgesik; metampiron, piramidon,
and lidocain HC1. Setelah dilakukan ekstraksi cair-cair menggunakan klorofonn, pemisahan dan
penetapan kadar diperoleh dengan menggunakan kolom Hypersil C18 (ODS) 5dm (250 x 4,6 mm i.d.).
Nipagin P digunakan sebagai internal standar dengan detektor ultra violet 254 nm. Kemampuan sistem
memisahkan puncak nipagin M dan nipagin P dari gangguan senyawa lain cukup baik. Metode yang
dipakai menghasilkan linieritas pada rentang 10,04-100,40 ppm dengan nilai presisi di bawah 2,3 %.
Batas kuantitasi nipagin M dalam sediaan injeksi analgesik campuran adalah 10,04 ppm. Kadar nipagin
M dalam injeksi analgesik campuran ditemukan 0,20-0,21 Va (b/v).
Kata kunci: nipagin M, nipagin P, sediaan Injeksi, analgesik, KCKT fase terbalik.
VALIDASI RUMUS TAKSIR BERAT JANIN (TBJ) UNTUK PREDIKSI BERAT BADAN
LAHIR BERDASARKAN TINGGI FUNDUS UTERI IBU HAMIL
Dewi Gayatri dan Yati Afiyanti
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
—
—
Ketersediaan fasilitas dan sarana pelayanan pemerikasaan ultrasonografi masih terbatas pada rumah
sakit, sedangkan salah saw tujuan pemeriksaan USG adalah memantau pertumbuhan janin termasuk
bent badannya. Hal ini berarti diperlukan suave cara alternatif untuk memantau pertumbuhan berat
janin dimana fasilitas USG tidak tersedia. Salah saw cara mudah untuk memperkirakan berat janin
adalah mengukur Tinggi Fundus Uteri (TFU). Studi ini menguji validitas penggunaan rumus 1BJ
memprediksi berat badan lahir berdasarkan tinggi fundus uteri ibu handl untuk melanjutkan hasil
randuan Simposium Nasional Kc-5 baltlaangkcs
Jakarta, 50 Nov — I DC 5 zoo6
temuan penelitian sebelumnya tentang perbandingan beberapa rumus untuk memprediksi berat badan
lahir berdasaskan pengukuran tinggi fundus uteri. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
potong lintang dimana pengambilan data dilakukan satu kali pengukuran yang dilakukan sesaat sebelum
melahirkan. Secara umum dapat disimpulkan bahwa rumus TBJ dapat dipakai untuk memprediksi berat
badan lahir. Setelah dianalisis lebih lanjut, diketahui bahwa korelasi antara rumus fl3J dengan bent
lahir aktual sebesar 0,793, hasil yang sama ditemukan antara rumus Modifikasi Niswander dengan berat
lahir aktual. Hasil korelasi ini bermakna pada alpha 5%. Ditemukan bahwa ada hubungan yang cukup
kuat antara basil prediksi dengan memakai rumus baik 113J maupun Modifikasi Niswander dengan bent
lahir actual namun bila ditinjau dari kemudahan penggunaan rumus maka rumus 113J lebih mudah
diingat dibandingkan dengan rumus Modifikasi Niswander. Rekomendasi untuk penelitian berikutnya
perlu dilakukan validasi terhadap rumus TBJ dengan menggunakan desain, jumlah sampel dan tehnik
penatikan yang lebih baik untuk meningkatkan validitas dan reliabitas hasil penelitian sehingga hasil
yang diperoleh dapat digeneralisir untuk populasi Indonesia.
Kata Kunci : taksir, bent janin, rumus
UJI BIOEKIVALENSI IN VITRO PRODUK OBAT BERMEREK DAN GENERIK
BERLOGO YANG MEGANDUNG FUROSEMID
Ni Luh Dewi Aryani, Christina Avanti, Siti Aisyah, dan Anis Thohiroh
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Surabaya
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka usaha yang dapat dilakukan antara lain
adalah dengan menjamin mutu produk obat yang beredar. Salah sate usaha untuk menjamin mutu
tersebut adalah dengan melakukan uji bioekivalensi produk obat, agar nantinya dapat digunakan dasar
dalam melakukan substitusi generik secara rasional. Pada penelitian ini dilakukan uji bioekivalensi in vitro
produk obat dengan nama dagang (bermerek) dan generik berlogo yang mengandung furosemid.
Furosemid merupakan derivat sulfonamida yang tergolong diuretik kuat. Uji bioekivalensi in vitro,
dengan cara uji disolusi terbanding, digunakan sebagai uji pendahuluan sebelum dilakukan uji
bioekivalensi in vivo. Uji disolusi terbanding tersebut dilakukan pada produk obat dengan nama dagang
(bermerek) dan generik berlogo, sebagai produk uji, dengan produk inovator sebagai produk
pembandingnya. Uji disolusi dilakukan menggunakan alat tipe 2 (metode dayung), dalam media 900 mL
larutan dapar HCI pH 1,2 dan larutan dapar sitrat pH 4,5 pada suhu 37°C dengan kecepatan
pengadukan 50 putaran per menit. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah adanya kemiripan profil
disolusi antara produk A (bermerek) dan produk C (inovator) sedangkan profil disolusi produk B
(generik berlogo) berbeda dengan produk C (inovator) dalam larutan dapar sitrat pH 4,5. Jumlah
kumulatif furosemid yang terdisolusi dalam larutan dapar HCI pH 1,2 sampai dengan 60 menit kurang
dari 85 %, sehingga uji disolusi terbanding dalam larutan tersebut kurang adekuat untuk menentukan
kemiripan profil disolusi produk obat.
Kata kunci: Uji bioekivalensi, in vitro, produk bermerek, produk generik, furosemid
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT :
KEBIJAKAN DAN TANTANGAN
Panduan Simposium Nasional Kc-5 baltkangkes
Jakarta, 50 Nov — I Des mob
PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TERKAIT LINGKUNGAN
DENGAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Dyah Respati Suryo Sumunar
Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta
Timbulnya penyakit terkait lingkungan, merupakan masalah mendesak di dunia, terutama negara
yang sedang berkembang akibat penyebab biologis di dalam lingkungan manusia, yakni air, udara,
dan tanah. Penyebab-penyebab tadi menjadikan kematian dini atas jutaan orang, khususnya bayi
dan anak-anak, dan juga kecacatan di antara ratusan juta orang lain. Pencegahan dan deteksi dini
terhadap penyakit-penyakit terkait lingkungan sangat diperlukan agar penyakit-penyakit tersebut
tidak menjadi wabah dan tents merajalela menjadi bencana bagi umat manusia. Analisis spasial
merupakan bagian dan pengelolaan (manajemen) penyakit berbasis wilayah, merupakan suatu
analisis dan uraian tentang data penyakit secara geografis berkenaan dengan kependudukaan,
persebaran, lingkungan, perilaku, sosial, ekonomi, kasus kejadian penyakit, dan hubungan antar
variabel tersebut. Untuk mendeteksi lingkungan yang rentan penyakit, dapat dilakukan dengan
menggunakan teknologi penginderaan jauh (remote sensing) Pakar kedokteran menginformasikan
lingkungan yang dimaksud, sementara pakar penginderaan jauh berupaya mengenalinya dan citra.
Penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat membantu dalam pengendalian
penyakit menular, karena penginderaan jauh dan SIG bekerja pada domain keruangan.
Fenomena keruangan terutama terjadi pada lingkungan fisik dan dalam batas tertentu juga
lingkungan sosial. Melalui penginderaan jauh, wilayah di permukaan bumi dibuat zonasi
berdasarkan keseragaman pola yang tampak melalui citra satelit atau foto udara, dilengkapi
dengan data lapangan. Identifikasi fisiografi dan sub-fisiografi dapat dilakukan dengan mudah
pada berbagai citra skala sedang (± 1: 100.000) dan skala besar (± 1: 10.000). Ketiga komponen
identifilcasi bentuk lahan yang berupa (1) bentuk atau kenampakan morfologis, (2) density atau
rona citra, clan (3) sites atau situasi ekologi bentang lahan dapat dikenali cukup jelas pada kedua
skala citra tersebut.
Kata k.unti: Penyakit terkait lingkungan, pemantauan dan pengendalian, penginderaan jauh, sistem
informasi geografis
DAMPAK PERUBAHAN MUSIM TERHADAP KADAR DEBU PM10 LOKASI
TRANSPORTASI, INDUSTRI DAN PERMUKIMAN.
Sukar, Athena, A., Miko Hananto and Zahra
Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI
Tiga faktor sumber utama pencemaran debu (kepadatan lalu fintas, perubahan ildim dan
perubahan penggunaan lahan) gangguan perubahan antar kegiatan rutin dan kenaikan
pencemaran debu. Telah dilakukan studi pada tahun 2005 pencemaran debu PM10 di udara luar
rumah (ambien) di lokasi transportasi, industri dan permukiman. Tujuan studi adalah untuk
mengetahui dampak perubahan musim terhadap beban pencemaran debu khususnya debu
PM10. Desain penelitian adalah cross-sectional dan analisis PM10 secara gravimetri dilakukan di
laboratorium lingkungan fisik dan kimia kesehatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi
dan Status Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Hasil menunjukkan
bahwa rata-rata (%) dampak perubahan musim lokasi transportasi, industri dan permukiman
masing-masing adalah 29,9%, 22,2% dan 17,3%. Analisis statistik menunjukkann bahwa kadar
rata-rata ± standar deviasi adalah 77,5 ± 23,8 pg/m3 dengan signifikasi pada 95%s confident
interval (CI) adalah 0,025 (3,2-44,4) antara muslin hujan dan kemarau. Bila dibandingkan dengan
standar nasional kadar debu PM10 tersebut masih di bawah standar, namun bila dibandingkan
dengan kawasan Eropa telah melebihi standar.
Kata bind: Polusi udara, Debu PM10, perubahan musim.
rancluan Simposium Nasional
Ke-3 baltbangkcs
,Jakarta, 50 Nov — I Dcs 2006
KADAR LOGAM BERAT BIOTA PANTAI KENJERAN SURABAYA
DIBANDINGKAN BIOTA DARI TAMAN NASIONAL BALURAN DAN
PAGERUNGAN MADURA
Ririn Sumiyanil Soediatmoko Soediman' dan Atiek Moesriati2
1Fakultas Farmasi Universitas Surabaya (UBAYA)
2Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP, ITS
Telah dilakukan penelitian kadar logam bent Cd,Cr,Cu ,Hg dan Pb pada biota Anadara antiquate,
Corbuthfaba, Meretrix meretrix dari pantai Kenjeran Surabaya .Sebagai pembanding digunakan biota
Acaudina molpapoides dam Holothuria sp dari Taman Nasional Baluran Banyuwangi dan Glymeris
undata dari Pantai Pagerungan Madura. Kadar logam Cd, Cr, Cu pada Anadara antiquate
berturut-turut 1,107 ±0,039 cDg/g bent keting, 2,400 ±0,225 cbg/g , 4,332±0,097 cPg/g , tidak
terdeteksi adanya Hg dan kadar Pb 29,636 ±2,096 cDg/g . Pada Corbula faba kadar logam
Cd,Cr,Cu berturut-turut 0,157 ±0,087 Og/g , 1,905 ±0,170 cbg/g , 4,553±0,120 (13g/g , tidak
terdeteksi adanya Hg dan kadar Pb 33,023 ± 1,978 cbg/g berat .Kadar logam Cd,Cr,Cu pada
Meretrix meretrix berturut-turut 0,248±0,047 (Nig , 1,423 ± 140 cPg/g , 2,810± 0,140 cbg/g ,
tidak terdeteksi adanya Hg dan kadar Pb 23,401 ± 1,5250g/g Untuk biota Acaudina mapapoides
dari Taman Nasional Baluran tidak terdeteksi adanya logam Cd dan Hg ,sedangkan kadar logam
Cr,Cu dan Pb berturut-turut 0,050 ±0,0110g/g , 0,056 ±0,003 Cbg/g dan 0,843±0,126 cbg/g
Demikian juga untuk Holothuria rp tidak terdeteksi adanya logam Cd dan Hg ,sedangkan kadar
logam Cr,Cu dan Pb berturut-turut 0,049±0,0080g/g , 0,031 ±0,0009 cbg/g dan
1,015±0,0800g/g . Kadar logam Cd, Cr,Cu dan Pb pada Gfrmen:r undata dari Pantai Pagerungan
berturut-turut 0,213 ±0,125 (Nig , 1,597 ± 0,293 (Deg dan 4,546 ±0,105 (Deg dan 3,370
±0,154 cbg/g , sedangkan logam Hg tidak terdeteksi. Kadar logam Cd, Cr,Cu dan Pb pada biota
dari Pantai Kenjeran relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kadar logam Cd, Cr,Cu dan Pb
dari biota Taman Nasional Baluran dan pantai Pagerungan Madura sebagai reference site.,sehingga
dapat disimpulkan bahwa biota Pantai Kenjeran telah tercemar.
Kg word. Kenjeran, biota, logam berat.
PERANAN ANOPHELES ACONITUS SEBAGAI POTENSIAL VEKTOR MALARIA
DI DESA KALIKARUNG KEC. KALIBAWANG KAB. WONOSOBO TAHUN 2004
Sunaryo, Tri Ramadhani, Bambang Yunianto
Loka Litbang P2B2 Banjarnegara — Badan Litbangkes — Depkes RI
—
Desa Kalikarung merupakan desa endemis malaria tinggi di Kecamatan Kalibawang, angka
kesakitan malaria cenderung meningkat selama empat tahun yaitu : Tahun 2000 (25,2%0), 2001
(33 %o), 2002 (43,3 %o) dan Tahun 2003 (76,12 %o). Anopheles aconitus merupakan vektor potensial
malaria di Kabupaten Wonosobo, tempat perkembangbiakannya ditemukan di daerah
persawahan berteras dengan irigasi non teknis. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui
peranan An. aconitus sebagai vektor malaria di Desa Kalikarung, Kecamatan Kalibawang,
Kabupaten Wonosobo Jenis penelitian observasional, desain penelitian studi ekologi dengan
pendekatan Time trend stql. Pengamatan vektor malaria dilakukan di Desa Kalikarung,
Kecamatan Kalibawang selama 16 kali mulai April–Oktober 2004 dengan cara landing collection 3
orang di dalam rumah dan 3 orang di luar rumah, serta penangkapan nyamuk istirahat di kandang
dan di dinding. Hasil penelitian menemukan beberapa spesies Anopheles antara lain: An. aconitus,
An. barbirostris, An. vagus, An. annularir dan An. kochi. Kepadatan populasi An. aconitus ditemukan
paling dominan ( 91,1 %) dibandingkan spesies yang lain dan ditemukan di setiap pengamatan
dengan rerata Man Bitting Rate (MBR): 0.88 ekor/orang/jam. Fluktuasi kepadatan An. aconitus
menunjukkan peningkatan mulai bulan April mencapai puncaknya bulan Mei MBR: 5,96
ekOr/orang/jarn. An. aconitus mulai aktif menggigit pada pukul : 18.00, puncak kepadatan terjadi
pukul 20.00 'WM. Kasus malaria di Desa Kalikarung menunjukkan adanya peningkatan pada
bulan Mei, setting dengan meningkatnya kepadatan An aconitus. Kepadatan An. aconitus menurun
randuan 5imposium Nasional Ke-3 baltbangkes
Jakarta, )c, Nov - I Des 2006
setelah dilakukan penyemprotan rumah (IRS) pada bulan Mei 2004, setelah itu terjadi penurunan
jumlah kasus malaria di Desa Kalikarung.
Kata kunci : An.aconitus, kasus malaria, Kalikarung
DISTRIBUSI DAN FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN RESERVOIR
LEPTOSPIROSIS DI KABUPATEN DEMAK, JAWA TENGA_H
Farida D.H, Ristiyanto, dan Damn Tri Boewono
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit —
Badan Litbangkes — Departemen Kesehatan RI
Studi distribusi dan faktor risiko lingkungan leptospirosis telah dilakukan di Kecamatan Bonang,
Kabupaten Demak, pada bulan Mei — Juli 2006. Tujuan penelitian adalah mengetahui penyebaran
dan faktor risiko lingkungan kejadian leptospirosis di daerah penelitian. Penelitian menggunakan
rancangan cross sectional. Penentuan kasus leptospirosis dengan pemeriksaan darah tepi
menggunakan leptotek latteral flow, sedangkan untuk tikus menggunakan leptotek dridot.
Distribusi kasus dan reservoir leptospirosis dianalisis dengan pemanfaatan program pemetaan.
Karakteristik kasus leptospirosis dikaji dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Hasil
penelitian menunjukan bahwa leptospirosis tersebar secara random di sepanjang tepi sungai
Tuntang Lama dan terfokus di Kecamatan Bonang (Desa Tridonoredjo, dan Gebang). Buffer Zone
kasus leptospirosis dan sungai berjarak < 50 m (21 kasus), 50 — 100 m (8 kasus) dan > 100 m (4
kasus). Kasus leptospirosis berjenis kelamin laki-laki (74,8%) lebih banyak daripada perempuan
(25,2%). Kelompok umur kasus leptospirosis >15 tahun (87,4%), pekerjaan petani/nelayan
52,6%, ibu rumah tangga 36,2% dan pedagang 20%. Kasus leptospirosis pada umumnya rumah
tidak rapat tikus 74,6% (23,6 — 33,2) dan memanfaatkan air sungai di depan rumahnya 83,2%
(RR ; 15,4 — 17,6), dan tidak mempunyai hewan temak 82,5% (RR; 1,6 — 4,7). Selama survei
ditemukan 57 ekor tikus, meliputi tikus rumah Battu: tanezumi sebanyak 36 ekor, tikus got R.
norvegicus 21 ekor, dan cecurut Sun= murmur (cecurut rumah) sebanyak 15 ekor. R. tanezumi
(6,82% dari 36 ekor films) dan tikus got R. norvegicus (3,6% dari 21 ekor tikus) terinfeksi bakteri
Lepto.oira. Penduduk yang rumahnya tidak rapat tikus 33 kali lebih besar tertular leptospirosis
daripada yang rumahnya rapat dials dan penduduk yang kontak dengan air sungai 18 kali tertular
leptospirosis daripada yang tidak kontak dengan air sungai. Rekomendasi penelitian ini adalah
penyuluhan penanggulangan dan pencegahan leptospirosis pada penduduk, peningkatan
penggunaan air bersih dan pengendalian tikus.
Kata kunci; leptospirosis, Demak, Epidemiologi, Reservoir
TRANSMISI PENULARAN CAGING BUSKIDI KABUPATEN HULU
SUNGAI UTARA
Annida, Lukman Waris, dan Amalia Safitri
Loka P2B2 Tanah Bumbu Kalsel — Badan Litbangkes — Departemen Kesehatan RI
Fasciolopsiath pertama kali dilaporkan pada tahun 1982 di Desa Sei Papuyu, Kecamatan Babirik,
Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan infection rate sebanyak 27% dimana infection rate tertinggi
79,1% pada anak sekolah dengan diare sebagai manifestasi kliniknya. Sehingga sampel penelitian
yang dipilih adalah anak-anak sekolah dasar sebagai masyarakat endemis F. buski di Desa
Kalumpang Dalam Kec. Babirik Kab. Hulu Sungai Utara. Penelitian ini merupakan penelitian
dasar yang bersifat deskriptif observasional yang menitikberatkan pada insidensi Fasdolopsiasis dan
pengobatannya selama 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu pada musim hujan dan musim kemarau.
Hasil pemeriksaan tinja menunjukkan bahwa pada saat musim hujan transmisi penularan F. buski
lebih besar (8,26%) dimana didapatkan 7 orang positif Fascio/opriaris dari 118 sampel. Pengobatan
dilakukan langsung terhadap penderita Fascia/optic tersebut berupa Prazikuantel dengan dosis
30 mg/Kg BB. Sedangkan pemeriksaan tinja pada musim kemarau menunjukkan adanya
ranJaan 5imposium Nasional Kc-3 baltbangkes
Jakarta, 5o
Nov - I Des woe
penularan kecacingan lain (8,91%) dan penularan Fasciolopsiasis yang cenderung mengalami
penurunan, yaitu ditemukan pada 2 orang anak dari 99 sampel (1,98%). Ada 6 jenis telur cacing
pada kecacingan lain yang berhasil ditemukan pada pemeriksaan tinja selain F. bust yaitu Taenia
saginata, Farciola hepatica, Dypilobathrium lawn, Enterobius vermicularis, Anglostoma duodenale dan
Ascaris lombdcoides. Pengobatan yang dilakukan pada kecacingan lain tersebut adalah berupa
Albendazole dengan dosis 10 mg/Kg BB, dan pada Fasciolopsiasis dengan Prazikuantel. Dengan
pengobatan 2 (dua) kali setahun pada musim hujan dan musim kemarau diharapkan penyakit
kecacingan khususnya Fardokpsicuis dapat ditekan insidensinya.
Kata Kunci • Fascialopsis bust, Fasciolopsiasis, Prazikuantel, Hulu Sungai Utara
ANALISIS MUTASI GEN BETA-CATENINPADA JARINGAN LIMFOMA
DENGAN METODA PCR DAN SSCP
Mulch Syaifudinl, Tadashi Hongyo2 dan Taisei Nomura2
'Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, BATAN Jakarta Indonesia
2Departemen Biologi Radiasi dan Genetika Kesehatan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Osaka, Jepang
Limfoma termasuk penyakit kanker yang belum banyak diketahui mekanisme molekuler yang
melatar belakanginya. Di samping itu pengetahuan mengenai mutasi gen tertentu memiliki nilai
prognosis yang penting dalam pengobatan limfoma dan pasien pun dapat lebih terjamin. Oleh
karena itu mutasi gen f1-catenin telah dianalisis pada 100 spesimen histologi limfoma sinonasal sel
NK/T (NKTCL) dari pasien Korea dan Jepang berumur rerata 51,0 tahun dengan metoda
polymerase chain reaction (PCR) — single strand conformation polymorphism (SSCP) diikuti dengan direct
sequencing. Hasil analisis menunjukkan bahwa 23 mutasi substitusi nukleotida tunggal terdeteksi
pada 22 (22,0%) sampel dari seluruh kasus yang diuji. Delapan (19,0%) dari 42 sampel Korea dan
15 (25,9%) dari 58 sampel Jepang menunjukkan mutasi gen fi-catendr, dengan demikian jumlah
mutasi ditemukan lebih banyak pada pasien Jepang. Dad seluruh mutasi tersebut, 18 diantaranya
adalah mutasi mis-sense dan 5 sampel yang lain adalah mutasi silent. Lima belas (65,2%) dad 23
substitusi nukleotida adalah transisi G:C ke A:T, 6 (26,1%) adalah transisi A:T ke G:C, dan
sisanya (8,7%) adalah transversi G:C ke C:G. Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis ini
adalah mutasi gen fl-catettin memiliki peranan yang penting dalam limfomagenesis serta
menunjukkan peranannya yang penting dalam mengontrol pembelahan seluler atau kematian sel.
Gambaran molekuler yang lebih mendekati kenyataan dalam sel ini dapat melengkapi metoda
trial-erroryang saat ini digunakan dalam pengobatan kanker.
Kata kunci : fl-catenin, mutasi, limfoma, sel NK/T, PCR, SSCP
PROTEIN PENGIKAT LAMININ REKOMBINAN SEBAGAI KANDIDAT
VAKSIN TERHADAP CLEARANCE STREPTOCOCCUS PYOGENES M1+90226 YANG DIINFEKSI SECARA INTRANASAL PADA MENCIT BALE/c
Sri Wahyuningsibl, Maria Immaculata Iwo2, Reny Ellyasheva2, dan Debbie Sofie
Retnoningrum
1)Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional
2)Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung
Protein pengikat laminin (Lbp), protein permukaan Streptococcus pyogenes berperan dalam adhesi
dan berinteraksi spesifik dengan laminin manusia. Interaksi antara Lbp dan laminin dapat
digunakan sebagai target untuk pengembangan vaksin terhadap infeksi S. pyogenes. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji kemampuan Lbp rekombinan galur M12 terhadap clearance S. pyogenes
galur 90226 dari mencit BALB/c yang diinfeksi secara intranasal. Lbp dioverproduksi pada
Escherichia coli BL21, dimurnikan menggunakan Ictomatografi afinitas dan dianalisa dengan Sodium
Dodegd Sulphate Polyacrylamid Gel Electrophoresis (SDS-PAGE), dot blot dan Western blot. Kemampuan
randuan Smrosium Nasional Ke-5 balthangkes
Jakarta, 30 Nov- 1 Des zooe
Lbp rekombinan murni (32,9 kDa) yang diberikan secara intraperitonial diuji terhadap clearance S.
MP pada mencit BALB/c yang diinfeksi secara intranasal dan sebagai kontol negatif
digunakan tetanus toksoid (11). Kemampuan clearance ditentukan dengan menghitung jumlah
koloni [3 hemolitik pada apusan nasal mencit setelah 5 jam (Ts), 10 jam (Tio), 24 jam (T24), dan 30
jam (T30) setelah ditantang dengan 9,01 x 108 CFU/mL S. pyogenes M1+. Keberadaan sIgA anti
Lbp pada apusan nasal dan IgG and Lbp pada serum ditentukan dengan analisis dot blot dan
Western blot. Hasil uji clearance menunjukkan bahwa pada T5 jumlah koloni (3 hemolitik menurun
secara bermakna (p=0,003) pada apusan nasal mencit yang diimunisasi yaitu 48,3±17,6 CFU/mL
dibandingkan dengan kontrol 581,7±45,4 CFU/mL dan kontrol TT 483,3±59,7 CFU/mL.
Fenomena serupa terjadi juga pada T10. Pada T24 dan T30 baik pada kontrol, TT maupun mencit
yang diimunisasi dengan Lbp tidak ditemukan koloni (3 hemolitik pada apusan nasal. sIgA and
Lbp pada apusan nasal tidak terdeteksi dengan analisis dot blot, tetapi IgG anti Lbp dalam serum
dapat terdeteksi dengan intensitas rendah menggunakan analisis Western blot. Hasil penelitian ini
memberi indikasi bahwa imunisasi dengan 5µg Lbp rekombinan dan galur M12 secara
intraperitoneal dapat mengeliminasi S. pyogenes M1+ 90226 secara bermakna dan sekret nasal.
Hasil pendahuluan ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan Lbp sebagai kandidat
vaksin universal. Kata kunci : Streptococcus pyogenes, protein pengikat laminin, clearance, SDS-PAGE
Western blot, dot blot, antibodi anti Lbp
pyogenes
EFEKTIVITAS EKSTRAK AIR DAN EKSTRAK ETANOL HERBA
PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA (L.) URBAN) DALAM MENURUNKAN
WAKTU KEJANG PADA MENCIT PUTIH JANTAN MENGGUNAKAN
MAXIMUM ELECTROSHOCK SEIZURE
Aguslina Kirtishanti, Farida Suhud, Imam Luqman Hakim, dan Elizabeth Devita
Widiana
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Epilepsi merupakan penyakit dengan derajat prevalensi cukup tinggi. Terapi epilepsi
menggunakan obat antiepilepsi oral yang dikonsumsi jangka panjang atau seumur hidup. Hal
tersebut dapat menimbulkan masalah toleransi obat dan efek samping obat yang tidak diinginkan.
Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu antiepilepsi barn yang dapat mengatasi masalah
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui khasiat antiepilepsi dan herba pegagan pada
mencit putih jantan (Mus musculus) menggunakan alat Maximum Electroshock Sekure dengan metode
induksi listrik. Penelitian ini menggunakan 3 kelompok besar mencit yaitu kelompok kontrol
yang diberi aquadem, kelompok uji I diberi ekstrak air herba pegagan dan terbagi menjadi 5
kelompok kecil dengan dosis yang berbeda (88,4 mg/kgBB; 265,2 mg/kgBB; 442 mg/kgBB;
707,2 mg/kgBB; 884 mg/kgBB) dan kelompok uji II diberi ekstrak etanol herba pegagan dan
dibagi juga menjadi 6 kelompok kecil dengan dosis yang berbeda (4,86 mg/kgBB; 9,73
mg/kgBB; 19,45 mg/kgBB; 38,92 mg/kgBB; 58,38 mg/kgBB; 97,3 mg/kgBB). Setelah diberi
terapi maka semua mencit didiamkan selama 30 menit kemudian diberi induksi listrik. Efek
antiepilepsi ditandai dengan penurunan waktu kejang tonik dan klonik mencit. Berdasarkan hasil
statistik disimpulkan bahwa ekstrak air herba Pegagan dengan dosis 442 mg/Kg BB mencit dan
ekstrak etanol (dosis 9,73 mg/KgBB) mampu mengurangi waktu kejang mencit dan terdapat
perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kontrol.
Kata kunci: Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban ), antiepilepsi
randuan Simposium Nasional Kc-3 baltbangkes
Jakarta, 5c) Nov - 1 Des 1006
PENENTUAN LOGARITMA KOEFISIEN PARTISI (LOG P) SENYAWA
BENZOILTIOUREA DAN UJI AKTIVITAS PENEKAN SISTEM SARAF
PUSAT ( SSP )
Dini Kesuma, Farida Suhud, dan Yohana Inge S
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Senyawa Benzoiltiourea merupakan pengembangan dan senyawa Benzoilurea, kedua senyawa ini
memiliki gugus ureida asiklik yang telah diketahui aktifitasnya sebagai penekan sistem saraf pusat
(SSP). Dengan atom S pada senyawa Benzoiltiourea diharapkan aktivitas senyawa untuk menekan
sistem saraf pusat lebih tinggi dibandingkan Benzoilurea, karena keelektronegatifan atom S lebih
rendah daripada atom 0 sehingga lipofilisitas senyawa lebih tinggi. Sintesis senyawa
Benzoiltiourea diperoleh dari reaksi asilasi antara salah satu gugus amina primer tiourea dengan
gugus benzoil dari benzoilklorida. Penentuan nilai log P secara percobaan dilakukan dengan
metode penggojokan menggunakan sistem dua pelarut yang tidak saling campur (digunakan
oktanol-air) dan kadar senyawa uji masing-masing fase ditentukan dengan alat spektrofotometer
UV-Vis. Hasil pengukuran log P dari percobaan sebesar 1,60 sedangkan hasil perhitungan log P
dan penjumlahan tetapan it Hansch-Fujita sebesar 0,91 dan dan penjumlahan f RelckerMannhold sebesar 1,497. Hasil ini menunjukkan ada perbedaan antara hasil percobaan dengan
perhitungan teoritis. Hasil Uji aktivitas penekan SSP berupa uji potensiasi terhadap tiopental
menggunakan mencit (MRS muscwhes) menunjukkan bahwa senyawa benzoiltiourea mempunyai
efek potensiasi terhadap tiopental
Kata kumi : Benzoiltiourea, Logaritma koefisien partisi, Uji aktivitas penekan SSP
-
PENENTUAN PARAMETER LIPOFILIK SENYAWA 2-KLOROBENZOILTIOUREA DAN UJI POTENSIASI TERHADAP TIOPENTAL
Farida Suhud, Dini Kesuma, Lilik
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
__
Senyawa 2-klorobenzoiltiourea adalah turunan senyawa benzoiltiourea yang dibuat melalui reaksi
asilasi dan tiourea dengan 2-klorobenzoil klorida. Dengan memasukkan atom Cl, akan
meningkatkan sifat lipofilik dan elektronik senyawa benzoiltiourea, dan diharapkan akan
meningkatkan aktivitas penekan sistem saraf pusat. Sifat lipofilik mempengaruhi kemampuan
senyawa dalam menembus membran biologis dan sangat dipengaruhi oleh sifat kelarutan obat
dalam lemak/air, parameter yang sering digunakan adalah logaritma koefisien partisi (log P).
Penentuan nilai log P secara percobaan dilakukan dengan metode penggojokan menggunakan
sistem dua pelarut yang tidak saling campur (dipakai oktanol-air) dan kadar senyawa uji masingmasing fase ditentukan dengan alat spektrofotometer UV-Vis. Dan hasil percobaan, diperoleh
nilai log P senyawa 2-klorobenzoiltiourea adalah 2,33. Sedangkan nilai log P senyawa 2klorobenzoiltiourea dengan metode r Hansch-Fujita = 1,62 dan dengan metode tetapan f
Rekker-Mannhold = 2,225. Jika dibandingkan dengan senyawa induk yaitu senyawa
benzoiltiourea (log P percobaan =1,60), nilai log P senyawa 2-klorobenzoiltiourea lebih
mendekati nilai log P optimal obat penekan sistem saraf pusat (log P ± 2). Selanjutnya dilakukan
uji aktivitas sebagai penekan susunan saraf pusat yaitu uji potensiasi terhadap tiopental dengan
hewan coba mencit (Mus murculus) disimpulkan bahwa senyawa 2-klorobenzoiltiourea memiliki
kemampuan sebagai obat penekan sistem saraf pusat berdasarkan sifat lipofilik senyawa dan
hasil uji potensiasi terhadap tiopental.
Kata kunci : Senyawa 2-klorobentoiltiourea, log P, metode spektrofotometer UV-Vis,uji petensiasi terhadap
tiopental
randuan Sintesiura Nasional Ke-3 baltbangkes
Jakarta, 30 Nov - I Des zoo6
SURVEI NYAIVIUK Aedes spp. DI 3 KECAMATAN DI KOTA SEMARANG
TAHUN 2006
Nur Endah Wahyuningsihl, Edi Dharmana2, Endang Kusnawatil
'Fakultas Kesehatan Masyarakat ,Universitas Diponegoro
2Fakultas Kedokteran , Universitas Diponegoro.
Background Dengue Haemonbagic Fever (DHF) in Central Java during range of time 2000-2004
showed increase trend. This showed that the source of Aedes mosquito vector is still in the
environment. The existence of vector disease can be related to the spread of its disease.
Semarang city is a city with the highest Incidence Rate (I) in Central Java During the period of
2000-2004, there was always such disease that was reported in this city. Incidence Rate Dengue in
Semarang have range between 0,12-0,79. Research have been done by survey on adult and egg
mosquito in 3 Sub-District of Sampangan, Pedalangan and Tugurejo that categorized as a
location with high, middle and lower endemic area in the city. The research aims are to fmd out
the amount of Aedes spp in this city. Methods are a descriptive research with survey method,
taking eggs and adult of Aedes spp from the field of Semarang city in Central Java province, at 54
location of adult cath, twice, by resting method and taking eggs from 90 ovitrap location. Result.
It was found two species of Aedes spp from the field, those are Aedes aegypti and Aedes albopictus.
The amount of Aedes aegypti is 17 (5%) and Aedes albopictus is 323 (95%). The amount of e
from 90 ovitraps are 1835 grains, coming from 30% (27) ovitrap containing eggs, it consists of
Aedes aegypti and Aedes albopictus species. Suggestion. It is need furthermore research to know age,
parousity, Dengue virus that infect Aedes mosquito in the area of research.
Keywords: survey Aedes spp, Semarang, Central Java
DETEKSI VIRUS DENGUE PADA PROGENI VEKTOR DEMAM BERDARAH
DENGAN METODE IMUNOHISTOKIMIA
Widiarti, Damar Tri Boewono, Umi Widyastuti, Mujiono dan Lasmiati
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan — Depkes RI
Demam Berdarah Dengue (DBD) cenderung meningkat dan menyebar luas di perkotaan,
sehingga Kejadian Luar Biasa (KLB) terjadi hampir setiap tahun. Diantara penyebab
meningkatnya kasus DBD yang sangat kompleks dan multifaktorial, peranan penularan secara
transovarial belum dikaji lebih lanjut. Mempertimbangkan sifat telur Aedes aegypti yang tahan
kering selama ± 6 bulan, mungkin juga merupakan faktor penunjang masih tents ditemukannya
kasus DBD terutama di beberapa kota di Jawa Tengah. Suatu penelitian dilakukan bertujuan
untuk mengetahui adanya penularan transovarial (virus dari induk diturunkan ke anak) pada
vektor DBD di beberapa daerah endemis di Jawa Tengah. Daerah penelitian adalah Kabupaten
Tegal, Kendal, Grobogan, Sukoharjo dan Kota Semarang. Metode penelitian menggunakan uji
imunohistokimia imunoperoksidase streptavidin biotin compleks untuk mendeteksi antigen virus
dengue pada jaringan nyamuk. Cara penelidan dengan melakukan penangkapan nyamuk dan
survei jentik di daerah penelitian. Jentik diperoleh dipelihara di laboratorium sampai menjadi
dewasa kemudian dilakukan uji imunohistokimia untuk mendeteksi antigen virus dengue. Hasil
penelitian deteksi virus pada Ae. aegypti dari Kelurahan Ngemplak Simongan Kecamatan
Simongan Kota Semarang ditemukan 6 ekor positip antigen virus dengue dari 476 nyamuk yang
diperiksa (1,26 %). Sedangkan dari Kelurahan Manyaran Kecamatan Manyaran Kota Semarang
diperoleh 5 ekor Aedes (3 ekor Ae. aegypti dan 2 ekor Ae. albopictus) posidp antigen virus dengue
dad 246 yang diperiksa (2,0 %) Hasil penelitian dari Kelurahan Cipiring, Kecamatan Cipiring
Kabupaten Kendal positip 4 ekor dari 129 yang diperiksa ( 3,1 %) dan dari Kelurahan
Protomulyo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal 1 ekor nyamuk positip antigen virus
dengue dari 206 ekor yang diperiksa (0,48 %). Sedangkan 3 kabupaten yang lain tidak ditemukan
adanya antigen virus dengue pada larva yang diperiksa. Hasil penelitian ini menggambarkan
random, Simposium Nasional Kc-3 baltbangkes
Jakarta, 50
Nov - I Des z0o6
indikasi adanya penularan DBD secara transovarial di empat (4) daerah tersebut. Oleh karena itu
disarankan pengendalian vektor DBD lebih baik dilakukan terhadap stadium pradewasa dengan
larvasida atau pembersihan sarang nyamuk (PSN). Slogan menguras, menutup dan menimbun
(3M +) perlu ditambah sikat telur yang menempel pada dinding kontainer (3 M + S) segera
disosialisasikan kepada masyarakat.
Kata Kunci : Transovarial, Imunohistokimia dan Deteksi Virus Dengue
DAYA LARVASIDA EKSTRAK ETANOL AMPAS SISA DESTILASI ARILUS
BIJI PALA (MYRISTICA FRAGRANS HOUTT) TERHADAP LARVA
NYAMUK AEDES AEGYPTILINN.
Sajekti Palupit, Nuning W. ,Sri Subekti2
Farmasi Universitas Surabaya
2 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
1Fakultas
Telah dilakukan penelitian efek larvasida ekstrak etanol ampas sisa destilasi arilus biji pala
(Myistica fragrant Houtt) terhadap larva nyamuk Aedes aegypti Linn. secara eksperimental dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan satu kontrol negatif (air PDAM yang telah
diendapkan), lima perlakuan ekstrak etanol ampas sisa destilasi arilus biji pala (Mytistica fragrant
Houtt.) (90 ppm; 230 ppm; 370 ppm, 510 ppm; dan 650 ppm) dan satu kontrol positif
(temephos 0,02 ppm), dengan lima kali replikasi. Pengamatan kematian larva dilakukan setelah 24
jam. Dad hasil perhitungan statistik Anava diketahui bahwa terdapat perbedaan sangat bermakna
antara kontrol negatif, perlakuan ekstrak etanol ampas sisa destilasi, arilus biji pala (Myristica
fragrant Houtt.) (90 ppm; 230 ppm; 370 ppm; 510 ppm) dan kontrol positif tetapi terdapat
perbedaan tidak bermakna antara kontrol positif dengan perlakuan ekstrak ampas sisa destilasi
arilus biji pala (Myraticafragrans Houtt.) pada konsentarsi 650 ppm.
Kata Kunci: Larvasida, Ekstrak etanol ampas sisa destilasi arilus biji pala (Mynstica fragrant
Houtt.), Aedes aegypti Linn
DAYA LARVASIDA EKSTRAK ETANOL COSMOS CAUDATUSH.B.K DAN
TAGE7ES ERECTA L. TERHADAP LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTIL.
DAN SKRINING KANDUNGAN KIMIANYA
Rika Yulia, Liem Liem, Niklas Phanliana, Sajekti Palupi
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Dilakukan uji efek larvasida ekstrak etanol daun kenikir (Cosmos caudatus H.B.K) dan bunga tahi
kotok (Tagetes erecta L.) terhadap larva nyamuk Aedes aegpti L. Penelitian ini menggunakan 4
kelompok perlakuan utama, yaitu kelompok kontrol negatif (diberi Air PDAM), kelompok
kontrol positif (diberi Temephos 0,02 ppm + air PDAM), kelompok uji A yang dibedakan atas 5
kelompok perlakuan (diberi ekstrak etanol daun kenikit dengan konsentrasi berturut-turut : 600
ppm, 862,5 ppm, 1125 ppm, 1387,5 ppm, dan 1650 ppm) dan kelompok uji B yang dibedakan
atas 5 kelompok perlakuan (diberi ekstrak etanol bunga tahi kotok dengan konsentrasi berturutturut : 550 ppm, 712,5 ppm, 875 ppm, 1037,5 ppm, dan 12000 ppm) Pengamatan hasil uji
dilakukan setelah 24 jam dengan parameter uji jumlah kematian larva setiap kelompok perlakuan.
Hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan efek larvasida yang sangat
bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok uji dan kontrol positif, tetapi
terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok uji A yang diberi ekstrak etanol daun
kenikir konsentrasi 1650 dan kelompok uji B yang diberi ekstrak etanol bunga tahi kotok
konsentrasi 1200 ppm terhadap kontrol positif. Dad hasil perhitungan analisis korelasi regresi
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara peningkatan konsentrasi ekstrak etanol daun
kenikir dengan kematian larva nyamuk Aedes aegypti L.. Hasil skrining kandungan kimia
menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KrI) daun kenikir menunjukkan adanya minyak atsiri,
randuan 5imposium Nasional l(c-s baltisanskes
Jakarta, 30 Nov-
I pea
2006
sedangkan bunga tahi kotok mengandung minyak atsiri, terpenoid bebas, dan flavonoid bebas.
Pemeriksaan dengan reaksi wama menunjukkan positif polifenol untuk kedua ekstrak.
Kata Kunci : Cosmos caudated H.B.K., Tagetes erecta L., Aedes aegypti L., Larvasida, Insektisida.
SETAHUN LEBIH EPIDEMI H5N1 PADA MANUSIA DI INDONESIA
GULI 2005 — OKTOBER 2006)
Endang R. Sedyaningsihl, Siti IsfandarP, Vivi Setiawatyl, Lutfah Rifatit, Syahrial Harun',
Wilfred Purba2, Sholah Imari2, Sardikin Giriputra3, Patrick J. Blair4, Shannon D.
Putnam4, Timothy M.Uyekis, Triono Soendorol
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI
2Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
3RSPI Sulianti Saroso, Jakarta
4U.S. Naval Medical Research Unit #2, Jakarta
5Centers for Disease Control and Prevention, Atlanta GA, USA
Latar Bekthang Sudah lebih dan setahun sejak kasus Avian influenza A (H5N1) pada manusia
yang pertama di Indonesia dilaporkan (juli 2005). Sejak saat itu, rata-rata diidentifikasi lima orang
kasus H5N1 setiap bulannya. Hingga tanggal 30 Oktober 2006, telah dilaporkan sebanyak 72
kasus H5N1 pada manusia yang terkonfirmasi, dengan jumlah kematian 55 orang (76.4%).
Makalah ini mendeskripsikan karakteristik epidemiologi dan kasus-kasus tersebut. Metode. Kami
menganalisis seluruh kasus H5N1 yang terkonfirmasi sesuai definisi WHO sejak Juli 2005 hingga
Oktober 2006. Identifikasi infeksi virus H5N1 dilakukan di Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI dengan RT-PCR dan tes serologi HI. Data epidemiologi,
laboratorium dan Minis dikumpulkan dengan cara wawancara (pengisian kuesioner), pemeriksaan
fisik dan laboratorium, serta kajian berkas rekam medis. Kontak dekat kasus, balk kontak rumahtangga, tempat kerja, maupun Rumah Sakit diinvestigasi bersama-sama tim P2PL. Hard Telah
dianalisis 72 kasus H5N1 terkonfirmasi, yang berasal dari 9 Provinsi di Indonesia, yaitu DKI
Jakarta, Banten, JaBar, JaTeng, JaTim, Lampung, SumBar, SumUt, dan SnlSel. Lebih dad
setengah kasus (58,6%) laki-laki, 94,4% berumur kurang dari 40 tahun, dan 25% berumur <10
tahun. Median umur 17,8 tahun, dengan rentang umur 1 -67 tahun. Perbedaan rasio laki-laki dan
perempuan per kategori umur tidak signifikan ((2 = 2,08, df = 5, p = 0,8). Lebih dan ❑ kasus
(34,7%) merupakan Waster yang ada hubungan darah (keluarga). Delapan puluh persen kasus ada
riwayat kontak dengan unggas, balk langsung maupun talc langsung. Penularan terbatas antar
manusia tak dapat disingkirkan dan 13% kasus. Kesimpulan. Sejak pertengahan 2005 hingga
Oktober 2006, kasus H5N1 manusia sporadik dan Waster ditemukan di Indonesia dengan tingkat
kematian yang tinggi. Upaya yang lebih ekstensif perlu dilakukan untuk mencegah kontak
manusia dengan unggas terinfeksi H5N1.
Kate, kunci. Kasus H5N1 manusia, karakteristik epidemiologi, deslcriptif
STUDI FAICTOR-FAKTOR YANG DIMILIKI OLEH PENDERITA FLU BURUNG
DI JAWA BARAT
Yosephina AS, Dwi TP, Achmad T.
Politeknik Kesehatan Bandung
Jawa Barat merupakan daerah yang mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya kasus flu burung
karena berpotensi balk pada unggas dan manusia dilihat dan populasi unggas maupun kondisi
lingkungannya.
Kasus flu burung di Jawa Barat sampai dengan Nopember 2005 mencapai 20 orang
diantaranya menimpa satu keluarga dalam satu atap dan Jawa Barat penyumbang kasus terbesar
di Indonesia.
Kelompok manusia yang mempunyai risiko untuk terserang flu burung adalah yang
berhubungan dengan unggas dan mamalia (kotorannya), kebersihan lingkungan yang tidak
terpelihara (adanya unggas), pekerja yang berhubungan dengan unggas dan penderita flu burung,
perilaku dalam penanganan makanan dan pefilaku mengkonsumsi makanan sumber virus.
randuan 5imposium Nasional 1(e--> balthangkes
Jakarta, 50 Nov - I Dos z006
Permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor apa saja yang dimiliki oleh penderita flu burung?
Dan bagaimana distribusi dari faktor tersebut? Adapun tujuan penelitian ini antara lain:
mengetahui faktor yang dimiliki oleh kasus flu burung, distribusi dari faktor tersebut, dari
penelitian ini diharapkan mendapatkan informasi mengenai faktor yang mempengaruhi flu
burung sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu mengetahui gambaran dan faktor yang dimiliki
oleh penderita flu burung, Populasinya kasus flu bulling di Jabar balk suspect, probale maupun
confirm, sampel dalam penelitian ini kasus di Jabar (kab. Indramayu, Subang, Purwakarta,
Bandung, tasikmalaya, Sumedang) dengan pertimbangan sebagai penyumbang kasus terbesar di
Jabar (data pebruari 2006). Data yang terkumpul akan dianalisis dengan analisis univariat, analisis
kuantitatif dan analisis kualitatif untuk memperjelas kajian kuantitatif faktor-faktor yang ada pada
kasus. Hasil faktor yang mempengaruhi terjadinya kasus flu butting adalah lingkungan, perilaku
dan penanganan makanan sumber virus, pekerjaan serta personal hygiene. Dari 21 kasus flu
burung yang tersebar di 6 (enam) kab/kota, kota Bandung paling banyak menyumbang kasus
yaitu sebesar 33,33% disusul Kabupaten Indramayu 19,05%, kemudian Kabupaten Bandung,
Purwakarta dan Subang masing-masing 14,285% dan Tasikmalaya 4,76%. Dilihat dari kejadian
flu burung, kondisi lingkungan dekat dengan sumber virus dan personal hygiene merupakan
faktor paling dominan mendukung terjadinya kasus flu burung (100%). Kondisi lingkungan yang
dekat dengan sumber virus adalah yang dekat dengan petemakan unggas dan banyak ditemukan
kandang tertutup dan terbuka (terbuka artinya di bawah rumah, di dalam rumah tanpa pembatas,
tidak masuk sinar matahari). Banyaknya unggas liar dan banyak rumah yang memelihara unggas
secara tradisional, daerah yang padat dan cenderung kumuh, dekat dengan semak-semak dan
persawahan Personal hygiene, kasus mempunyai kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum
makan, kebiasaan kasus tidak mengganti pakaian atau membersihkan badan setelah terpajan
dengan sumber virus (unggas) yang diduga sebagai penyebab. Perilaku tidak balk dari kasus
dalam mengkonsumsi makanan seperti ayam, telur dan prosuk dari ayam (kentucky), bahkan ada
yang mengkonsumsi ayam sakit dengan kepercayaan bahwa virus mad setelah ayam sakit diolah
sampai matang. Penanganan makanan sumber virus pada kasus 90,48% tidak balk dengan alasan
kasus tidak mencuci bahan makanan (telur) sebelum dimasak/dimakan. Dan hasil penelitian
dapat diketahui bahwa persepsi mereka terhadap kondisi lingkungan, personal hygiene,
penanganan makanan sumber virus (unggas) masih kurang tepat juga persepsinya terhadap
informasi pemerintah mengenai flu burung, saran dari penelitian ini yaitu perlu adanya informasi
yang lebih lengkap dan jelas mengenai penanganan makanan sumber virus dengan alasan bahwa
persepsi masyarakat terhadap informasi yang ada berbeda-beda serta perlu dilakukan penelitian
lebih intensif mengenai kondisi lingkungan, personal hygiene, perilaku penanganan dan konsumsi
makanan sumber virus.
VIRUS LAIN YANG DITEMUKAN PADA SPESIMEN NEGATIF H5N1
DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI LUMINEX
Reni Herman', Agustina Ika Susanti2, Djoko Yuwonol, Wini Kania2, Widoretno',
Siti M Saragibl, Endang R Sedyaningsild, Sardikin Giriputro3, Oerip Pancawatil, dan
Gary T Brice2
1 Badan Litbangkes Jakarta
2 US Namru-2, Jakarta
3RSPI Jakarta
Untuk menegakkan diagnosa Infeksi virus pada saluran pernafasan biasanya digunakan
pemeriksaan isolasi atau deteksi antibodi, yang hanya mengidentifikasi sate agen. Luminex
adalah teknologi yang didasarkan pada micralphere-based suipension array, yang dapat membedakan
lebih dari 100 microOere yang berbeda, dapat memfasilitasi amplifikasi multiplexing asam nukleat
dalam satu kali reaksi, memiliki tingkat kemampuan pemeriksaan multiplexing diatas metode yang
ada, baik PCR dan Real Time PCR. Pengembangan teknologi ini dapat mengurangi waktu, tenaga
dan biaya pemeriksaan dibandingkan dengan metode deteksi sate agen. Sebanyak 357 sampel
yang diketahui negatif H5N1 dari pasien dengan suspek Flu Butting dari beberapa rumah sakit
randuan Simposium Nasional Ke-3 ESaltbangkes
Jakarta, 30 Nov- I Des 2006
di Jawa dan Sumatera, telah dilakukan pemeriksaan dengan Respiratory viral panel army terhadap 20
jenis pathogen. Dari pemeriksaan ini ditemukan sebanyak 24 % (86/357) spesimen dengan virus
yang menginfeksi saluran pernafasan. Agen terbanyak adalah Enterovirus/rbinovirus ( 27/357), Flu
A /H3 sebanyak 10/357, Flu A/H1 sebanyak 3/357, Flu B 5/357, flu A non H1 /H3/H5
sebanyak 6/357, Adenovirus 5/357, Respiratory Syngtial Virus tipe B 7 /357 rMetapneumovirus
sebanyak 2/357, Parainfluensa virus tipe 1,2,3,4 sebanyak 11/357 dan virus lain yang ditemukan
adalah Respiratory Syngtial virus tipe A, Coronavirus 229E dan coronavinu NL63. Lebih menarik lagi,
terdapat infeksi campuran sebanyak 5/357. Berdasarkan penemuan ini, respiratory virus panel pada
platform Luminex dapat digunakan sebagai metode deteksi virus pada saluran pernafasan yang
cepat dan sensitif.
Kata bind : Lumine , Virus saluran pernafasan
PEMBENTUKAN DESA SIAGA DAN POS KESEHATAN DESA :
PERCEPATAN PENURUNAN AM & AKB, SERTA
PENINGKATAN STATUS GIZI MASYARAKAT
randuan Simposium Nasional 1(e-; baltbangkes
Jakarta, 50 Nov- 1 De. 2006
PARADIGMA BARU DALAM MELIHAT PERMASALAHAN ANGKA
KEMATIAN IBU DAN ANGKA KEMATIAN BAYI
Rizanda MachmucP, Adang Bakhtiar2
'FK Bagian IKM/Ilmu Kedoktetan Komunitas, Universitas Andalas
2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
Berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah dalam rangka penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) ini. Nahmn dari berbagai upaya intervensi yang
dilakukan yang dilakukan rupanya target penurunan angka kematian baik pada ibu maupun bayi
masih tetap tinggi, belum mencapai yang diharapkan walaupun sudah dilakukan 10 tahun lebih.
Pada penulisan ini dibahas permasalahan kesehatan yang ada, Issue-isue strategis berkaitan
dengan kebijakan yang diambil oleh pemerintah, Tujuan terpenting penulisan ini adalah ada dua
hal; pertama, untuk menganalisis permasalahan AKI&AKB di Indonesia, kedua memberikan
sumbang saran pemikiran terhadap rekomendasi dan prioritas kebijakan intervensi dalam upaya
menurunkan AKI&AKB di Indonesia. Bila kebijakan untuk melakukan intervensi pada level
yang tepat sasaran diharapkan akan terjadi reduksi yang sesuai harapan terhadap AKI&AKB.
Pandangan barn dalam permasalah ingginya angka kematian ibu dan bayi meliputi; Upaya
kesehatan yang dilakukan perlu lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat preventif dan promotif
yang proaktif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Dalam artian mekanisme
jemput bola, dimana kita yang "mencari" orang miskin, bukan mengharapkan orang miskin yang
mendatangi fasilitas kesehatan. Hal lain, adanya asumsi bahwa terdapat disparitas dalam
penyediaan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang nota bene merupakan pembangunan
fisik kesehatan, hal ini tidak terbukti dilihat pada hasil penelitian Rizanda, 2005. Akan tetapi, ada
hal yang lebih panting dari sekadar pembangunan secara fisik, yaitu peran penting dari sisi
pembangunan manusia pada daerah itu sendiri. Lebih lanjut, secara umum rendahnya prevalensi
penyakit lebih ditentukan oleh Indeks pembangunan manusia (IPM) kabupaten dibandingkan
dengan SDM kesehatan dan fasilitas kesehatan yang tersedia. Kabupaten yang miskin dengan
indikator IPM rendah, merupakan penyumbang terbesar angka kesakitan dan kematian. Masalah
kesehatan itu sangat kompleks, saling berkaitan dengan masalah-masalah lain, di Mar kesehatan
im sendiri. Besamya peran diluar individu terhadap kesehatan, ini menunjukkan masalah
kesehatan tidak akan dapat diselesaikan oleh Departemen Kesehatan sendiri, tapi hams
dipikirkan bersama. Upaya yang dapat meningkatkan kesehatan penduduk Indonesia sebaiknya
dimulai lebih ke hulu, kearah pengentasan dan kemiskinan kabupaten. Bila kabupaten sudah
maju, secara otomatis akan mengurangi jumlah penduduk miskin dan tentunya akan mengurangi
angka kesakitan dan kematian.
PERANAN ORGANISASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PERAN SERTA
MASYARAKAT TERKAIT AKSELERASI PENURUNAN ANGKA
KEMATIAN IBU DAN ANGKA KEMATIAN BAYI
Niniek L Pratiwi, Setia Pranata, Paiman S, Astrid, dan Linda N
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI
Penelitian ini mengkaji sejauh mana peran organisasi masyarakat dalam upaya peran serta
masyarakat terkait akselerasi penurunan angka kematian ibu dan bayi. Penelitian ini merupakan
penelitian eksplanatif dengan data kuantitatif dan kualitatif, dilakukan di 4 propinsi: Kalteng,
Sulut, Jateng dan Jawa Timur dengan masing-masing propinsi dipilih 2 kabupaten dengan kriteria
AKI Dan AKB Tinggi dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peran Organisasi
masyarakat dalam upaya PSM terkait akselerasi penurunan angka kematian ibu dan bayi, sebatas
memberikan penyuluhar, dan pendidikan pada masyarakat sekitarnya dalam mengatasi 4 terlalu
clan 3 terlambat dan ini masih dirasakan kurang, demikian pula dalam upaya mobilisasi dana
untuk keperluan tersebut sangat dirasakan kurang optimal. Ke depan peran Organisasi
masyarakat melalui PSM perlu ditingkatkan sences of belonging melalui keterlibatan dalam proses
Vanduan Simrosium Nasional Kt-) baithangkes
Jakarta, 50 Nov - I Des 2006
perencanaan mulai identifikasi masalah sampai pada bentuk konstribusi nyata, sehingga tercapai
kepekaan sosial yang lebih tinggi. Dengan demikian 5 tahap perubahan suatu inovasi dapat
tercapai
Kata kunci: cornmunit, of organization, powetfull community.
SEGITIGA STRATEGIS SEBUAH POLA PUBLIC-PRIVATE
PARTNERSHIP DALAM UPAYA PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU
Didik Budijanto dan Evie Sopacua
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI
The strategic triangle is a public-private partnership design in the sketch of a community based
health effort. Village midwife, included Health Centre and District Health Office is on the public
side otherwhile the pregnant woman and her family, village officials and the informant are on the
private side. The partnership was expressed through the interaction of the corners of the triangle
in an coordination process. Each corner in this strategic triangle consist of pregnant woman
mapping as a result of Square Work System and Village Officials Preparedness which conduct
by the village midwife, Village Officials Notebook and the book of Mother and Child Care
which is keep by the pregnant woman and her family. This is why the strategic triangle is stated
as a holistic service because the pregnant woman was involved as a subject not as an object. This
public-private partnership designed as a strategic triangle should be taken into consideration in
case policies on efforts to decrease maternal mortality rate was formulated to achieve a selfcare
community for a healthy living.
Keywords : Strategic triangle, public privatepartnership
INOVASI DALAM IMPLEMENTASI PUSKESMAS PONED SEBAGAI UPAYA
AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI
DI 3 (TIGA) KABUPATEN DI JAWA TIMUR
Tety Rachmawati, SK Poerwani, Agus Suparapto, dan Fachrudi
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes-Depkes RI
Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga atau diramalkan
sebalumnya, sehingga ibu hamil hams berada sedekat mungkin pada sarana pelayanan obstetric
emergensi dasar. Puskesmas diharapkan mampu memberikan pelayanan emergensi dasar.
Peningkatan akses akan mempercepat penurunan Afl dan AKB secara bermakna. Tujuan dati
penelitian adalah mengkaji fungsi Pelayanan Obstetri dan Neonatus Emergensi Dasar (PONED)
di puskesmas dan Pelayanan Obstetri dan Neonatus Emergensi Komprehensif (PONEK) di
rumah sakit. Berfungsinya PONED dan PONEK dipengaruhi oleh sumberdaya manusia, sarana
dan fasilitas, obat-obatan . Cakupan pelayanan menggambarkan fungsi dari PONED dan
PONEK. Rancangan penelitian ini adalah eksploratif dishiptif Lokasi penelitian di propinsi
Jawa Timur (3 kabupaten yaitu Ngawi, Jombang dan Sampang), masing-masing kabupaten
diambil 2 puskesmas PONED dan satu RS PONEK.. Unit analisis adalah puskesmas PONED.
Data dianalisis secara deskriptif. Dan hasil penelitian didapatkan bahwa sumberdaya manusia di
puskesmas PONED dan RS PONEK jumlah dan penempatan belum memenuhi kebutuhan.
Pemanfaatan puskesmas PONED dan RS PONEK belum maksimal. Dengan adanya inovasi
daerah dalam implementasi puskesmasPONED seperti penempatan SPOG SK Dinas kesehatan,
mendekatkan fasilitas pelayanan operasi section secaria di puskesmas, pemberdayaan bidan desa
dalam tim PONED merupakan daya ungkit dalam peningkatan cakupan PONED. Hambatan
dalam pelaksanaan terutama dalam hal koordinasi dan kebijakan yang mendukung pelaksanaan
di lapangan.
Kata Kunci : Fungsi — PONED Puskesmas — PONEK Rumah Sakit
randuan Stsposium Nasional Ks-5 baltbangkes
Jakarta, 50 Nov - I Des zoo6
ANALISIS KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN DALAM RANGKA
AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANGKA KEMATIAN
BAYI
Turniani Laksmiarti
Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes-Depkes RI
Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis kebijakan-kebijakan yang telah diterbitkan oleh
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dalam rangka penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), mengingat AKI dan AKB di Indonesia masih cukup
tinggi dibandingkan dengan negara Asean lainnya. Disain Penelitian adalah dirktiptif yang
menganalisis kebijakan yang telah berlaku dimasa lampau atau yang berlaku hingga saat ini
(retroipektilj. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua kebijakan kesehatan di Provinsi
maupun Kabupaten/Kota dilandasi oleh kebijakan nasional. Adapun Kebijakan yang telah
diterbitkan oleh Pemerintah Daerah dalam Penurunan AKI dan AKB dalam bentuk Surat
Keputusan Pemerintah Daerah tentang GSI( Mother care), SPM ( Standart Pelayanan Minimal),
Audit Maternal Perinatal (AMP), Puskesmas Pelayanan Obstreti-Neonatal Emergensi Dasar
(PONED) dan Retribusi Pelayanan Kesehatan. Dori data sekunder yang didapat terhadap
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak menunjukkan bahwa rata-rata rujukan ibu hamil resiko tinggi
pada Daerah Penelitian cukup rendah. Alokasi anggaran Kesehatan berkisar 2,2 % - 8,7 %
Alternatif rekomendasi kebijakan yang diusulkan berdasarkan metodologis: a) Karena GSI yang
lebih dikenal oleh masyarakat luas, maka GSI merupakan bagian integral dan MPS, b) Fungsi
informasi data lebih diakuratkan kembali, sehingga data-data AKI dan AKB yang ada dapat
dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan, c) Sesuai dengan UU nomor 32 tahun 2004 tentang
kewenangan daerah otonom, maka perlu dilakukan penetapan kembali sasaran-sasaran AM dan
AKB yang lebih memungkinkan dalam pencapaiannya yang disesuaikan dengan wilayah dan
kecenderungannya yang skenarionya lebih pesimistis
Kata Kafiri : Kebijakan — Retrospektif - Akselerasi Penurunan AKI dan AKB
KOMITMEN POLITIK DAN UPAYA SiSTEMATIS DALAM MENGURANGI
KEMATIAN IBU DI INDONESIA
Syahrul Aminuffiah
Ketua Badan-badan Khusus Pengembangan Keanggotaan Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat Indonesia (IAKMI) dan Presidium Aliansi Pita Putih Indonesia (APPI)
Dalam upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu di Indonesia dari 307 per setatus ribu
kelahiran hidup menjadi 226 tahun 2015, bahkan menjadi Zero, di perlukan upaya systematis dan
strategis untuk mewujudkannya. Saat ini AKI di Indonesia masih yang tertinggi di Asia Tenggara
didapati bahwa 40 ibu meninggal setiap hari berarti setiap satu jam dua ibu meninggal di
Indonesia. Padahal tujuan MDG dalam kesehatan adalah menurunkan angka kematian ibu.
Sehingga sudah saatnya dipilthIcan bersama suatu upaya strategis dan systematis untuk
mewujudkannya. Salah satu upaya yang strategis dan systematis tersebut adalah melalui
penguatan komitmen politik yang serius dari seluruh aktor politik. Mulai dan Presiden,
Gubernur, Bupati/Walikota, Anggota DPR RI, DPD, DPRD Propinsi/Kabupaten/Kota.
Karena eksistensi hampir 17 ribu "aktor politik" hasil autentik sistem politik barn RI dari SabangAceh sampai Meroke-Papua yang telah kita pilih secara demokratis tersebut sebetulnya dapat
secara systemastis membuat berbagai kebijakan untuk menurunkan AM di Indonesia. Alasan
klise dan pemerintah selalau mengatakan minimnya biaya untuk membuat berbagai program
dalam rangka penuruan AIC di Indonesia. Padahal sebetulnya biaya tersebut tersedia di APBN,
akan tetapi biaya tersebut selalu digunakan untuk membayar hutang luar negeri dengan cara
mencicil melalui APBN setiap tahunnya. Komitmen Aktor politik untuk 'meminta' kepada
pemberi hutang (Word Bank, IMF, ADB dB) untuk memberikan/menghibahkan hutang yang
ada untuk digunakan dalam upaya menyelamatkan kematian Ibu di Indonesia. Berbagai upaya
memerlukan komitmen politik dan keseriusan oleh akor politik Indonesia untuk
mengkomunikasikan secara politis dengan pemberi hutang sehingga mereka mengerti dan matt
mendukung berbagai upaya systematis dalam uaya menyelamtakan ibu di Indonesia.
randuan 5smposium Nasronal Kt-, balthangkes
Jakarta, 50 Nov - I
Dts 2006
UPAYA PENINGKATAN AKSES TERHADAP INFORMASI DAN
PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BERKUALITAS DALAM
RANGKA PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI
(STUDI KASUS DI KABUPATEN KLUNGKUNG DAN KABUPATEN BULELENG,
PROP BALI )
Made Budisuari dan Bambang Wasito
Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI
Telah dilakukan penelitian upaya peningkatan akses informasi dan pelayanan Keluarga Berencana
berkualitas dalam rangka penurunan angka kematian ibu dan bayi. Tujuan dad penelitian ini
secara umum untuk meningkatkan akses terhadap informasi dan pelayanan Keluarga Berencana
yang berkualitas di Puskesmas dan Rumah sakit Umum Daerah. Penelitian ini merupakan
penelitian terapan, teknik sampling yang digunakan adalah "purposive sampling". Penelitian
dilakukan di 3 (tiga) propinsi dan dan masing-masing propinsi diambil 2 kabupen/kota yaitu
Jawa Timur (kabupaten Trenggalek dan Malang) , Bali (kabupaten Buleleng dan Klungkung) dan
Kalimantan Tengah. (kabupaten Kuala Kapuas dan Kota Palangkaraya). Sasaran penelitian adalah
puskesmas, Rumah Sakit pemerintah, Dinas Kesehatan serta BKKBD atau bidang yang
menangani Keluarga Berencana., Pasangan usia subur (PUS) dan remaja yang berkaitan dengan
4 terlalu. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, wawancara terstruktur
menggunakan kuesioner, observasi menggunakan daftar tilik serta data sekunder. Analisis data
secara deskriptif.Hasil penelitian di propinsi Bali menunjukkan Informasi Keluarga berencana
yang diterima oleh akseptor yang terlalu muda pasangan usia subur (PUS) dan remaja terhadap
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan yang berkaitan dengan 4 terlalu, .sangat kecil
peranan petugas kesehatan dalam memberi informasi tentang Keluarga Berencana, dan hanya
15-36% yang menerimanya, untuk kelompok terlalu dekat punya anak setelah mendapat
informasi KB hanya 0- 36 % yang menerimanya , untuk kelompok terlalu tua punya anak setelah
mendapat informasi KB hanya 29,6 — 30 % menerimanya , sedang untuk kelompok terlalu
banyak anak hanya 0 — 28 % yang menerimanya. Informasi yang diberikan oleh provider dalam
hal ini pelaksana pelayanan KB dapat dikatakan belum baik karena pemahaman pelaksana KB
mencapai skor terbanyak cukup dan kurang.Pemahaman yang belum baik dan pelaksana
pelayanan KB berkaitan dengan Informed Choice dan penapisan klien khususnya. Oleh karena
itu pemberian layanan KB perlu ditingkatkan, meskipun semua pelaksana layanan KB dalam
penelitian ini menyatakan telah melaksanakan GATHER (khusus Propinsi Jawa Timur).
Diperoleh hasil yang hampir sama dengan Kalimantan Tengah dan Bali yang belum pernah
menerima pelatihan KIP/K & Lembar Balik dari STARH . Pelayanan KB dapat dilaksanakan di
Puskesmas, hanya saja perlu kejelasan dengan pihak BKKB di Kabupaten yang berkedudukan di
Badan KB , atau di Dinas Dukcapil. Penyediaan Alkon untuk Gakin oleh BKKB baik yang
Badan KB maupun di Dukcapil adalah kegiatan yang seharusnya dilaksanakan Puskesmas
dengan regulasi oleh Dinas Kesehatan. Hal ini mengingat bahwa untuk Gakin tersedia Askeskin
sehingga penyediaan Alkon untuk Gakin dapat saja disediakan Puskesmas sesuai kebutuhan,
sedang untuk non Gakin disediakan lewat APBD.
Kata kunci : akses infarmasi — pelayanan KB — 4 terlalu
KEPALA DESA SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR YANG BERPENGARUH
DALAM KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN : SUATU STUDI
KWALITATIF DI KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA
Laksmono Widagdo
Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP) FEN UNDIP
Salah satu bentuk kegiatan promosi kesehatan adalah Pos pelayanan terpadu (Posyandu) yaitu
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dilandasi peran-serta masyarakat.
Posyandu merupakan strategi untuk memelihara kelangsungan hidup disamping untuk membina
randuan Simposium Nasional Kc-i 5ait6ang6s
_Jakarta, 50 Nov — I Des 2006
tumbuh kembang anak secara sempurna baik fisik maupun mental. Dad berbagai kepustakaan
diperoleh informasi bahwa peran-serta masyarakat tidak dapat timbul begitu saja tetapi hams
ada motivasi dad pihak lain yang sifatnya terus menerus. Motivasi tersebut dapat berasal dari
lingkungan yaitu pemerintah atau swasta dan dapat juga berasal dad masyarakat sendiri. Motivasi
yang berasal dart pemerintah atau swasta lebih bersifat temporer sedangkan motivasi yang berasal
dari masyarakat sendiri seperti misalnya misalnya dari tokoh masyarakat atau kepala desa (kades)
yang diharapkan akan merupakan motivasi yang sifatnya lebih berkesinambungan. Namun dalam
pelaksanaannya, posyandu banyak mengalami kendala dan kegagalan walaupun ada juga yang
berhasil. Kegagalan tersebut disebabkan antara lain karena disana-sini banyak terjadi angka putus
(drop-out) kader karena kurang/tidak adanya motivasi dari kades. Penelitian kualitatif telah
dilakukan untuk mendapatkan ciri kades seperti yang diharapkan dan hasil penelitian secara
kualitatif ini memperlihatkan adanya pengaruh kepemimpinan kades terhadap sikap kader
demikian juga pengaruh kepemimpinan kades terhadap kinerja posyandu. Dapat disimpulkan
bahwa adanya angka putus kader (drop-out) adalah karena kepemimpinan kades yang tidak
berjalan dengan semestinya, yang sangat berpengaruh selain terhadap angka putus kader yang
juga berdampak terhadap kinerja posyandu/peran-serta masyarakat secara keseluruhan.
Kata kuuci : Kepala desa, peranserta mayarakat, Posyandu
PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTEK ICADER POSYANDU DI EMPAT
KABUPATEN
Siswanto
Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI
This study was aimed at (i) assessing Knowledge, Attitude and Practice (KAP) of health cadres
regarding five activities of posyandu, and (ii) analysing cadres' KAP with regard of cadres'
characteristics. The results have shown that (i) health cadres were dominated by age group of 21
to 40 years (72,5%) or in the age of active house wives, (ii) most of their jobs were house wife
(65,4%) and the rest were private, farmers, village officials, and civil servants, (iii) cadres' KAP
regarding MCH, family planning, nutrition, immunization and diarrhoea control showing that
Sikh Regency for the aspects of knowledge and practice was higher compared to other 4
regencies, (iv) those who were to be health cadres since 1996 and after have the level of
knowledge worse than those to be health cadres before 1996, and (v) no influence between the
level of education and the level knowledge. To improve the performance of posyandu in the
future, the study recommended that (i) the Ministry of Health through Dimas Kesehatan shoud
train new cadres and refresh old cadres, (ii) for improving the performance of posyandu,
intersectoral team approach should be applied, and (iii) for new cadres' recruitment, it should be
taken from active house wives, with non permanent job, and level of education of Junior High
School, Senior High School or Elementary School.
Key wore. Knowledge, Attitude, Practice, health cadres, characteristics.
PEMA.NFAATA.N BAHAN PANGAN LOKAL (INDIGENUS) DALAM
PEMBUATAN FORMULA MAKANAN JAJANAN TINGGI Fe UNTUK
PERBAIKA.N GIZI ANAK SEKOLAH
M. Husni Thamrin dan Marni Handayani
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Padang
Dalam pembangunan nasional kelompok usia sekolah merupakan kelompok yang tidak bisa
diabaikan. Kelompok ini merupakan asset sumber daya manusia dalam pembangunan, sehingga
pembinaannya hams sangat diperhatikan. Berbagai masalah kesehatan pada anak usia sekolah,
seperti tingkat kesehatan dan gizi yang rendah (KEP, anemia dan cacingan) merupakan faktor
utama penyebab menurunnya prestasi belajar anak sekolah. Berdasarkan Survei Kesehatan
randuan Simposium Nasional Ka-) 5alt6angkes
Jakarta, ,c) Nov — I Des 2008
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 prevalensi anamia gizi besi pada anak sekolah masih tinggi
yaitu 47,3 % dan begitu juga prevalensi penyakit cacingan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menciptakan formula makanan jajanan tinggi Fe untuk perbaikan gizi anak sekolah. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Padang dengan
memanfaatkan bahan pang-an lokal tinggi Fe yang ada di daerah setempat. Dalam menciptakan
formula makanan jajanan tinggi Fe ini diawali dengan melakukan identifikasi makanan jajanan
yang ada di tiga Sekolah Dasar di Kecamatan Nanggalo Kota Padang yaitu SDN 07, 14 dan 17.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung dengan Kepala Sekolah, guru dan
murid untuk mendapatkan jenis makanan jajanan serta gambaran kesukaan anak sekolah
terhadap makanan jajanan yang ada di sekolah tersebut. Hasil identifikasi tersebut dirangking
menurut tingkat kesukaan anak sekolah untuk mendapatkan 7 jenis makanan jajanan yang
mereka sukai. Dari 7 jenis makanan itu dibuat suatu formula baru dengan cara menambah bahan
makanan yang mengandung tinggi Fe ke dalam bahan dasar makanan tersebut sehingga
didapatkan makanan jajanan anak sekolah yang mengandung tinggi Fe disamping juga memenuhi
syarat baik dan segi kalori maupun proteinnya. Dari 15 jenis makanan jajanan yang ada pada 3
SDN tersebut, clipilih 7 jenis makanan jajanan yang disukai anak yang dirangking berdasarkan
tingkat kesukaan anak sekolah untuk dijadikan formula yaitu : bakwan, lepat nagosari, onde-onde,
lepat sagan, kroket, paruik ayam dan lepat pisang. Tujuh macam makanan jajanan tinggi Fe yang
sudah diciptakan, dilakukan uji hedonik (kesukaan) pada anak sekolah dasar dan diperoleh lima
jenis makanan tinggi Fe yang sangat disukai anak sekolah. Dari lima macam formula makanan
jajanan anak sekolah yang telah terpilih, temyata godok ubi jalar menempati rangking pertama
yang disukai anak sekolah, kemudian diikuti lepat pisang, onde-onde, singkong inti dan putu
singkong. Berdasarkan basil analisis zat gizi dan ketujuh makanan jajanan yang diciptakan
tersebut diperoleh kandungan Fe yang tertinggi pada makanan jajanan kroket dan lepat pisang
yaitu 2,60 mg dan 2,21 mg.
Kata Kund : Pangan lokal, Formula tinggi Fe, gizi anak sekolah
FAKTOR DETERMINAN STATUS GIZI LANSIA PENGHUNI PANTI
WERDHA PEMERINTAH DKI JAKARTA TAHUN 2004
Hoirun Nisa
Fakultas Kedokteran dan Limit Kesehatan - Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta
The purpose of this study is to examine the prevalence and determinant factors of nutritional
status of dwellers of government residential homes in DKI Jakarta, year of 2004. A cross
sectional study was undertaken in fifth government residential homes in DKI Jakarta with total
sample of 182 elderly using simple random sampling method. Prevalence of malnutrition (BMI
<18.5) in elderly dwellers of government of residential homes are 32.97% with BMI mean of
20.86 ± 4.46. Factors, which are not associated with elderly nutritional status, are age, sex,
marital status, and duration of staying at residential homes, health problems, dentures, family's
visit, depression, functional status, and protein consumption. Determinant factors associated
with nutritional status of elderly are education (OR: 2.53; 95% CI: 1.12-5.71), participated in the
residential homes activities (OR: 2.33; 95% CI: 1.03-5.20), number of natural teeth (OR: 3.33;
950/0 CI: 1.42-7.81), and interaction of co-morbid condition and energy consumption, elderly
without co-morbid condition and having inadequate energy consumption are at risk of having
malnutrition 4.27 times (95% CI: 1.09-16.81) compared to elderly with normal energy
consumption, while elderly with co-morbid condition and inadequate energy consumption are at
risk of having malnutrition status 34.21 times (95% CI: 8.46 — 138.44) compared to elderly with
normal energy consumption.
Keywords: Determinant, Nutritional Status, Elderly
Panduan Simposium Nasional Ke-3 baltbangkcs
Jakarta, 50 Nov - I Des 2006
PEMANFAATAN IKAN BETUTU (OXYELEOTRIS MARMORATA,
BLEEKE li) DAN HASIL OLAHANNYA SERTA ANALISA MUTU GIZI DAN
MUTU FISIK DI DAERA_H TOBASA SUMATERA UTARA.
Tiar Lince Masriani Bakara
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Medan
Pemanfaatan IKAN BETUTU (0„%yeleotrir mannorata, Bleeket) dan Hasil Olahannya serta Analisa
Mutu Gizi dan Mum Fisik oleh Tiar Lince Masriani Bakara Politeknik Kesehatan Medan Jurusan
Giai Lubuk Pakam. Penelitian ini dilakukan untuk pemanfaatan sumber daya alam Ichususnya
jenis ikan. IKAN BETUTU (0.>geleottis marmorata, Bleeket) merupakan spesies ikan air tawar yang
dapat diperoleh dan basil penangkapan dan perairan umum. Masyarakat Kabupaten Toba
Samosir kurang menyukai IKAN BETUTU dengan alasan bentuk dan warnanya yang tidak
menarik sehingga harga jual di pasar lokal rendah. Untuk menimbulkan daya tank terhadap
IKAN BETUTU perlu dilaksanakan usaha dalam penganekaragaman pangan dengan berbagai
cara pengolahan seperti Pembuatan Makanan Formula Tepung IKAN BETUTU, Bakso IKAN
BETUTU, Abon IKAN BETUTU, Kerupuk IKAN BETUTU dan Nugget IKAN BETUTU.
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah daging IKAN BETUTU, Tepung Beras,
Tepung Terigu, Tepung Tapioka, Tepung Sagu, Tepung Panir, Jantung Pisang, Ubi Kayu Parut,
Telur Ayam, Udang dan bumbu-bumbu yang digunakan bawang merah, bawang putih, gula
merah, gula pasir, minyak goreng, santan kelapa, ketumbar, kemiri, merica, garam dan air.
Metode yang digunakan untuk menguji mutu gizi (Protein, Lemak, Karbohidrat, Kalsium) IKAN
BETUTU dengan menggunakan metode Kjeldhall, Extraction, Calculation dan
Spektrofotometer. Sedangkan metode yang digunakan untuk menguji mutu fisik basil olahan
daging IKAN BETUTU dengan uji organoleptik yang dilakukan panels, terlatih sebanyak 20
orang yang dinilai meliputi warna dengan menggunakan indra penglihatan, aroma dengan
menggunakan indera pembau, tekstur dengan menggunakan indera pengecap dan peraba
sedangkan rasa dengan menggunakan indera pengecap. Hasil yang diperoleh untuk mum gizi
daging IKAN BETUTU dalam 100 gram mengandung Protein = 77,20 gram, Lemak = 0,97
gram, Karbohidrat = 7,96 gram dan Kalsium mengandung = 0,95 gram. Sedangkan hasil yang
diperoleh untuk mutu fisik hasil olahan IKAN BETUTU yaitu Makanan Formula Tepung Beras
IKAN BETUTU dengan perlakuan B pencampuran IKAN BETUTU 30 gram dengan tepung
betas 200 gram yang paling disukai oleh panelis dari segi rasa, aroma, warna dan tekstur Hasil
yang diperoleh Bakso IKAN BETUTU perlakuan C pencampuran tepung terigu 270 gram dan
IKAN BETUTU 900 gram yang paling disukai oleh panels dari segi rasa, aroma, warna dan
tekstur. Hasil yang diperoleh Abon IKAN BETUTU perlakuan C pencampuran jantung pisang
75 gram dan IKAN BETUTU 250 gram yang piling disukai oleh panelis dari segi rasa, aroma,
warna dan tekstur. Hasil yang diperoleh Kerupuk IKAN BETUTU perlakuan C dengan
pencampuran ubi kayo parut 250 gram dan 200 gram IKAN BETUTU dan basil yang diperoleh
untuk Nugget IKAN BETUTU dengan perlakuan B dengan pencampuran IKAN BETUTU 450
gram dan 150 gram udang yang paling disukai oleh panels dan segi rasa, aroma, warna, dan
tekstur.
Kata kunci : IKAN BETUTU bermanfaat sebagai makanan hasil olahan.
TELAAH KEBIJAKAN PADA INDIKATOR KEBERHASILAN DESA SIAGA
SEBAGAI MASUKAN DALAM PELAKSANAAN KEPMENKES
NO.564/MENKES/SK/VIII/2006
Evie Sopacua dan Agung Dwilaksono
Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan - Badan Litbangkes — Depkes RI
This article try to describe through a policy review about the indicators stated in Kepmenkes
No.564/ Menkey/ SK/ V711/ 2006 The review analyzed the indicators as the core problem with it's
characteristics. The values of the core problem that is sosio cultural, technical and economical,
randuan Simposiurn Nasional Ko-) 5altbangkcs
Jakarta, 30 Nov- I Des 2006
the dispers powers on the core problem, it's consequecies, resistance and trade off prediction
was also explained. This policy review needs more assessment as a policy analysis but through
this review, what we must bear in mind that policy formulation is not simple as we thought.
Specially if the policy ends in based community health efforts.
SURVEI DATA DASAR DALAM RANGKA PERSIAPAN PEMBENTUKAN DESA
SIAGA DI DESA MUKAPAYUNG KECAMATAN CILILIN KABUPATEN
BANDUNG TM-IUN 2006
Holil M. Nei, Asep Taryana, Isa Ichsanuddin, Pujiono, Ai Juariah, Yayan Sofyan, dkk
Politeknik Kesehatan Bandung
—
Pendabuluan. Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan secara mandiri dalam rangka mewujudkan desa sehat. Sebelum desa
dikembangkan menjadi desa siaga perlu diketahui terlebih dahulu keadaan kesehatan, peran serta
masyarakat dalam kesehatan, potensi yang dimiliki dan beberapa persiapan yang dilakukan dalam
pembentukan desa siaga. Baban dan Mande. Desain penelitian adalah survei yang dilanjutkan
dengan intervensi. Sampel adalah keluarga yang mempunyai anak balita dan anak sekolah
sebanyak 105 KK dan semua ibu hamil sebanyak 28 orang dari 16 RW yang diambil secara
proporsional. Proses penelitian dimulai dan sosialisasi kegiatan, survei mawas did, musyawarah
masyarakat desa, selanjutnya dilakukan intervensi dasar dalam rangka pembentukan desa siaga.
Hard Dad hasil penelitian diketahui bahwa 39 sampel (37,1%) kepala keluarga tinggal pada
rumah yang dindingnya dan bambu, sebagian besar (56,2%) sampel membuang tinjanya pada
tempat yang tidak memenuhi syarat. Demikian juga pola makan keluarga sebagian besar
mempunyai pola makan yang kurang, asupan protein nabati maupun hewani hanya 2-3 kali dalam
seminggu. Balita yang menderita gizi kurang dan bunk sebanyak 34,3% dan status imunisasi
balita tidak lengkap sebanyak 62,9%. Ibu hamil yang merencanakan persalinannya ditolong oleh
dukun beranak sebanayk 89,3%. Potensi kesehatan desa terdiri 1 buah Balai Pengobatan Swasta,
1 waning obat, seorang bidan praktek swasta, dukun beranak sebanyak 7 orang sedang Pos
Kesehatan Desa dan Polindes belum ada. Terdapat 14 Posyandu yang dikelola oleh 30 orang
kader kesehatan, 2 RW belum terdapat Posyandu. Telah dibentuk Kelompok Kerja Kesehatan
(Pokjakes) yang bertugas mengelola kegiatan kesehatan di desa, juga telah dilakukan pelatihan
penyegaran kader, sosialisasi kemitraan bidan-dukun do penyuluhan kesehatan.
Kata kunci: desa siaga, kesehatan lingkungan, pola makan, balita, ibu hamil, pokjakes
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT
DESA BELENDUNG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARAHAYU
TENTANG PROGRAM DESA SIAGA
Felix Kasim
LAB/SM.IKM /IKAKOM FK.Maranatha/RS.ImmanuelBandung
Pendabuluan. Tingginya angka kematian, terutama kematian ibu dan kematian bayi, menunjukkan
masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Departemen Kesehatan yang memiliki visi
"Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat" dengan misi "Membuat Rakyat Sehat", serta
dengan strategi "Menggerakkan dan Memberdayakan Masyarakat untuk Hidup Sehat", berupaya
untuk memfasilitasi percepatan pencapaian derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh
penduduk dengan mengembangkan kesiap-siagaan di tingkat desa. Metadologi. Penelitian
deslcriptif, dengan tehnik pengumpulan data berupa survey melalui wawancara langsung
responden menggunakan kuesioner. Populasi penelitian adalah Pasangan Suami Tsai di desa
Belendung , tehnik sampling adalah proposional random sampling. Lokasi penelitian adalah desa
Belendung, yang termasuk wilayah kerja puskesmas Sukarahayu, kecamatan Subang, kabupaten
Subang. Penelitian berlangsung sejak 05 Juni 2006 s/d 29 Juli 2006. Hasi/Penelitian. Didapatkan
randuan Sirorosium Nasional Kc-3 baltbangkcs
Jakarta, 30 Nov - I Dc5 200e
bahwa 44,67% responden mempunyai pengetahuan yang baik mengenai Desa Siaga, sedangkan
55,33% sisanya termasuk kategori pengetahuan kurang. Pada kategori sikap didapatkan bahwa
218 responden (72,67%) mempunyai sikap yang baik mengenai program Desa Siaga, sedangkan
27,33% sisanya termasuk kategori kurang. Pada kategori perilaku terhadap program Desa Siaga,
didapatkan bahwa 184 responden (61,33%) termasuk dalam kategori perilaku baik, sedangkan
38,67% sisanya termasuk kategori perilaku kurang.
Kata kunci : Desa siaga, pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat desa.
PENGEMBANGAN POS OBAT DESA DI KABUPATEN CIANJUR
Martuti Budiharto, Harimat Hendrawan
Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI
Disamping telah dikembangkan sarana pelayanan kesehatan masyarakat : puskesmas, puskesmas
pembantu, dan puskesmas keliling, telah dikembangkan Pula upaya kemandirian pembangunan
kesehatan bersumber daya masyarakat, yaitu posyandu, pondok bersalin desa, pos obat desa dan
upaya kesehatan desa. .Posyandu yang bersifat promotif dan preventif memberi kesempatan
untuk meningkatkan kesehatan dan pencegahan khusus, sementara Pos Obat Desa (POD)
membuka kesempatan untuk pengobatan dini. Untuk mendekatkan pelayanan obat pada
masyarakat dan juga untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, salah satu upaya adalah melalui
pengembangan POD. POD melengkapi kegiatan posyandu yang sudah demikian melembaga;
bila kegiatan posyandu hanya satu kali dalam sebulan, maka POD praktis dapat berfungsi setiap
hari. Dengan demikian pertolongan kepada masyarakat dapat dilayani setiap saat. POD karena
merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan yang bersumber daya masyarakat, tentu saja
berkedudukan di tingkat masyarakat. Namun demikian pembinaan teknis temp menjadi tanggung
jawab puskesmas, hal ini berarti akan terjadi proses edukasi, alih pengetahuan, dan olah
keterampilan dalam obat dan pengobatan sederhana terhadap penyakit umum yang sexing
diderita masyarakat. Penelitian ini adalah penelitian operasional menggunakan desain kualitatif,
memilih kabupaten Cianjur sebagai daerah penelitian dan bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan secara aman dan
tepat. Sementara tujuan khusus adalah sebagai berikut : 1) Tersedianya obat yang bermutu
dengan harga terjangkau, 2) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang obat dan upaya
pengobatan sederhana terhadap penyakit ringan di daerah setempat, 3) Meningkatkan
keterampilan masyarakat dalam mengenal keluhan dan mengobati penyakit ringan secara
sederhana. Lokasi penelitian di Kabupaten Cianjur, di Desa Cipendawa dan Desa Cikanyere .
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, FGD dan observasi. Dari hasil analisis dapat
diambil kesimpulan bahwa di kedua desa terplih terdapat POD, sementara melalui pelatihan
kader nampak adanya peningkatan pengetahuan masyarakat tentang obat dan upaya pengobatan
sederhana terhadap penyakit ringan serta terjadi peningkatan keterampilan masyarakat dalam
mengenal keluhan dan mengobati penyakit ringan secara sederhana. Selain itu dalam pengadaan
obat-obat di POD tidak hams melalui PBF yang ditunjuk Pemerintah, namun untuk efisiensi dan
efektivitasnya dapat melalui toko obat berijin, yang selain harganya lebih murah, lebih cepat dan
jaraknya dekat. Saran : 1) Perlu evaluasi dan revitalisasi POD di lokasi yang pernah ada dan
diterapkan sistem pengadaan obat yang lebih mudah dilaksanakan, 2) Perlu diadakan
peningkatan penyuluhan masyarakat tentang obat, 3) Perin penataan kembali jenis materi
pelatihan bagi kader.
PERAN POS KESEHATAN DESA (POSKESDES) DALAM DESA SIAGA
DI JAWA TENGAH TAHUN 2006
Paiman Soeparmanto
Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI
Tujuan penelitian ini ingin mempelajari kegiatan Poskesdes yang melipuri: (1) pengamatan
epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang
randuan 5imposius, Nasional Ke-) baltlaangkes
Jakarta, 30 Nov — Des 2006
berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), dan faktor-faktor risikonya (termasuk
status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang berisiko; (2). penanggulangan penyakit, terutama
penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, serta faktor-faktor risikonya
(termasuk kurang gizi); (3). kesiap siagaan dan penanggulangan bencana dan kegawat daruratan
kesehatan;(4). pelayanan medis dasar sesuai dengan kompetensinya;(5). promosi kesehatan untuk
peningkatan keluarga sadar gizi, peningkatan Perlaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
penyehatan lingkungan dan lain-lain merupakan kegiatan pengembangan. Tempat penelitian
mengambil Propinsi Jawa Tengah pada dua Kabupaten Karanganyar dan Purbalingga yang telah
melaksanakan pengembangan Poskesdes mulai awal 2006 sebelum Desa Siaga dikembangkan
oleh Departemen Kesehatan.Pengumpulan dengan wawancara mendalam dilakukan pada
delapan Poskesdes. Analisis dengan mensintesakan informasi yang bersifat kualitatif. Hasil
penelitan yang diperoleh kesimpulan bahwa Poskesdes dikembangkan dengan cara
mengembangkan bangunan fisik, peralatan dan tenaga Polindes. Poskesdes menempati bangunan
yang kebanyakan mudah dijangkau masyarakat. Poskesdes melaksanakan kegiatan pengamatan
epidemiologis dan penyakit menular dengan cara membuat peta yang terjadi di desa: bumil risti,
penderita penyakit IBC, lingkungan kurang bersih, balita kurang gizi dan daerah yang mudah
kena bencana. Selanjutnya dalam melaksanakan pelayanan medis dasar, Bidan lebih banyak
memberikan pengobatan penderita sakit ringan-ringan saja. Mereka merasakan pelatihan
manajemen Poskesdes dan yang diberikan khususnya yang berkaitan dengan 17 algoritma sangat
terbatas penyerapannya. Untuk mengembangkan UKBM seperti Ambulan Desa, Bank Darah
Desa, Dana Sehat dan Waning Obat Desa merupakan tanggung jawab Pengurus Desa
Siaga,Poskesdes akan melaksanakan koordinasinya saja. Untuk penyuluhan PHBS Bidan lebih
banyak bekerjasama dengan Kader Posyandu dalam pelayanan di Posyandu dan bekerjasama
dengan kelompok-kelompok masyarakat misal dalam pengajian dan pertemuan Paguyuban Kader
Posyandu. Sejak mulai awal kegiatan Poskesdes telah diberi dukungan oleh Pemerintah Propinsi,
Kabupaten,Puskesmas, Kecamatan/Puskesmas serta Pemerintah Desa berupa surat-surat
ketetapan sebagai dasar Bidan di Poskesdes menjalankan kegiatan seperti mendapatkan
pelimpahan wewenang pelapayana medis dasar, pengelolaan obat dan retribusi pengobatan/
perawatan di Poskesdes Salah satu saran yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam
memberikan wewenang Dokter Puskesmas kepada Bidan Desa tentang 17 Algoritma sebaiknya
Dokter Puskemas diberikan kewenangan mengetahui kemampuan Bidan Desa di Poskesdes
dalam perawaatan medis dasar sesuai dengan standar pelayanan bidan di Poskesdes dan
pelatiahan secara intensif pada Bidan di Poskesdes.
Kata kuttei; Kegiatan Poskesdes; Desa Siaga.
■
•-■
-■
•
•
■
,
POSTER
,
■
-■
rancluaa SaToaium Nasional Ks-) baltbangkcs
Jakarta, 3o Nov - 1 DC5 2006
PENCEGAHAN PADA TUBERKULOSIS PARU
E.J. Manuhutu
Departemen Pulmonolagi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Respirasi UI,
RS Persahabatan, Jakarta
•Penelitian yang dilakukan di RS Persahabatan dan di pelbagai pusat penelitian, menemukan bahwa
penularan pada anak adalah secara exogen, sedangkan pada orang dewasa adalah secara endogen.
Penelitian di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI — RS Persahabatan,
menemukan bahwa timbulnya tuberkulosis pan pasta primer, disebabkan oleh menurunnya daya tahan
tubuh, pada suatu keadaaan yang disebut trias Manuhutu. Pada saat ini manfaat vaksinasi BCG masih
diperdebatkan. Hasil di Inggris dengan prevalensi alergi tuberkulin derajat rendah yang kecil,
menunjukkan hasil yang balk, Sebaliknya negara-negara yang beriklim tropis dengan prevalensi alergi
tuberkulin derajat rendah yang tinggi, memberikan hasil yang buruk. Pada tahun 2005, di Indonesia
ditemukan balita berumur 0-11 tahun selcitax 15.06% bergizi buruk. Bila vaksinasi BCG pada balita tidak
menimbulkan proteksi terhadap meningitis tuberkulosis, perlu dipikirkan untuk membuat vaksinasi
BCG yang barn yang dapat memberikan proteksi.
Kata kunet: tuberkulosis, pencegahan
FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA DROP OUT (DO)
PADA PENDERITA TB PARU DI KABUPATEN BANDUNG
Maria Holly Herawati, Grace Mediana P
Puslitbang Biomedis dan Farmasi — Badan Litbangkes — Depkes RI
Tubercolusis is still a health problem in Indonesia as well as in other countries in world because it is
contagious disease with can cause death if not treated well. One effort treating Tuberculosis in the
world including in Indonesia is by appliying the strategic programs, namely the DOTS (Directly
Observed Treatmen Shortcourse). In fact, in the pulmonary tuberculosis is treated well and properly, it
can be cured, and therefore every TB patient can recuperated but if it is not treated well and properly it
will result in DO (Drop Out). In Bandung Regency the DO reach more than 20%, this is of course not
favorable because it is expected that all pulmonary TB patient in Bandung can recuperate. The aim of
this research is to know the factors related to the DO of pulmonary TB patient in Bandung Regency in
the year 2001.The research applies primary data with a control case design and is done in Bandung
Regency. The sample of the research are pulmonary TB Patients in Bandung regency with the sample
case of 77 respondents and control as many as 77 respondents. The result of the research show that
there is a meaningful between the occurrence of DO to a pulmonary TB patient and the criterion of
significance p< 0,05, this variabel is distance (p=0,012), cost (0,006), side effect (1)=0,004).
Key Wank: tuberculosis, Drop out.
KUALITAS PEMERIKSAAN BAKTERI TUBERCULOSIS (BTA) DI PUSKESMAS
RUJUKAN MIKROSKOPIS
Merryani Girsangl, Sumarti2, dan Lia Gardenia Partakusuma3
'Puslitbang Biomedis dan Farmasi - Badan Litbangkes — Departemen Kesehatan RI
2Dinkes Kab Bekasi JawaBarat
3RSPersahabatan Jakarta
Salah satu faktor yang menghambat program pemberantasan tuberculsis paru di Indonesia, adalah
belum terstandamya kualitas pemeriksaan laboratorium untuk menemukan bakteri tuberculosis dalam
sputum tersangka penderita tbc. hal ini penting untuk menemukan penderita tbc dengan pasti dan cepat
dalam menentukan pengobatan dan memutuskan rantai penularan Objektivitas penelitian ini adalah
untuk mengetahui kualitas pemeriksaan sputum penderita tbc di Puskesmas Rujukan Mikroskopis
(PRM), melalui standar penilaian berdasarkan NTP (National Tuberculosis Programme 1997). Tujuan
penelitian adalah untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan bakteri tuberculosis (bta) sebagai perangkat
menghindari tetjadinya false positip atau false negatip dalam menemukan penderita tbc yang tepat.
Penelitian telah dilaksanakan di di PRM Jakarta Timur dan beberapa PRM di Bekasi Jawa Banat, dan
cross-check dilakukan di RSPersahabatan tahun 2000/2001. Disain penelitian before and after dengan
intervensi pelatihan standar kualitas slide bta. Penilaian kualitas pemeriksaan mengacu pada 5 (lima)
indikator melalui pengamatan mikroskopis dan makroskopis, diantaranya smear examination, latar
belakang pewarnaan dengan counter stand methilene blue, pengolesan sputum dengan berdasarkan size
2 cm x 3 cm, kebersihan, kesesuaian pewarnaan berdasarkan tipis dan tebalnya smear examination.
Keseluruhan hasil penilaian akan mewakili kualitas pemeriksaan sputum dad slide tbc yang dihasilkan
oleh laboran. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi Program pemberantasan
randuan Simposium Nasional Ke-3 baltbangkes
Jakarta, 50 Nov - I Des 1006
tuberculosis, terutama informasi tentang kualitas pemeriksaan sputum di puskesmas. Dad 1036
pemeriksaan terhadap sputum slide, ternyata hanya 38% yang dapat dibaca karena kualitas dan latar
belakang biru methilene blue yang tidak sesuai standar pemeriksaan, dan sebesar 43% slide yang dapat
dikatagori bersih, karena sebagian besar slide tidak terbaca. Sebesar 15% yang mengikuti standar
diameter size 2 cm x 3 cm. Adanya lemak yang menebal temyata berpengaruh terhadap pemeriksaan
mikroskopis, dimana hanya 16% yang baik. Hasil cross-check oleh RSP dan Balitbangkes menunjukkan
penemuan bta positip sama-sama sebesar 33%. Sebelum diberi pelatihan ditemukan kualitas
pemeriksaan sputum tbc <50% dan setelah pelatihan terjadi peningkatan kualitas pemeriksaan >60%
terhadap latar belakang, kebersihan dan size standar. Kecuali terhadap kualitas smear examination
hanya 42,1% yang baik. Untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan sputum perlu diberikan pelatihan
mum pemeriksaan sputum kepada laboran seem langsung dan terus menerus, agar kualitas
pemeriksaan lebih baik dan bernilai. Ini perlu dilakukan untuk meningkatkan diagnosis agar dapat
membedakan penderita tbc yang sebenarnya, agar false positip atau false negatip dapat dihindari,
sehingga obat anti tuberculosis yang diberikan berhasiat guna penyembuhan penyakit tbc.
Kata kund: Bakteri tuberculosis, kualitas pemeriksaan, mikroskopis, PRM (Pusat Rujukan Mikroskopis)
PENANGGULANGAN MENYELURUH DAN ANALISIS SPATIAL TRANSMISI DBD DI
KOTA SALATIGA
Damar Tri Boewono, Barodji, Widiarti, Hasan Boesri, Hadi Swasono, Blondine Ch.P. Bagus
Febriyanto, Ristiyanto, Suskamdani, dan Wiwik Trapsilowati
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Badan Litbangkes —Depkes RI
Penelitian penanggulangan DBD secara menyeluruh dan analisis spatial transmisi DBD di wilayah kota
Salatiga telah dilakukan. Tujuan penelitian untuk menentukan penanggulangan DBD secara
komprehensif dan menganalisis spatial transmisi DBD dengan pemanfaatan perangkat informasi
geografis di wilayah kota Salatiga (Kelurahan Kalicacing, Sidorejo Lor, Kutowinangun dan Mangunsari).
Metode penelitian yaitu, penapisan, pemetaan, survei entomologi, uji resistensi, pengendalian vektor
dengan Bacillus thuringiensis di tempat penampungan air dan kajian penerimaan masyarakat terhadap
pengendalian vektor DBD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, berdasarkan analisis spatial kasus
DBD di kota Salatiga bersifat cluster, yaitu mengelompok di beberapa tempat 4-5 kasus Jarak antar
kasus < 100 m, terutama di daerah pemukiman kota (kelurahan Kutowinangun dan Kalicacing). Cluster
kasus DBD terbanyak terdapat di kelurahan Kalicacing Hasil analisis Buffer Zone memperlihatkan bahwa
antar cluster berjarak lebih 1000 m.. Survei entomologi memperlihatkan bahwa, rata-rata telur adalah
50 butir/ovitrap (4 kelurahan), rata-rata larva 3 ekor/kontainer dan kepadatan nyamuk Aedes aegypti, 0,2
ekor/orang/jam. Di kelurahan Kutowinangun ditemukan 2 (2,8%) dari 69 ekor nyamuk Ae. aegypti
positif antigen virus dengue. Angka Bebas Jentik (ABJ) di daerah penelitian (4 kelurahan) berkisar
antara 74,03%-83,6%. Uji resistensi secara biokimia menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan
enzim esterase spesifik pada larva nyamuk yang diuji yaitu, 33,33% untuk Kutowinangun, 16,6% untuk
Sidorejo Lor, 16,7% untuk Mangunsari dan Kalicacing, sedangkan uji silang dengan standard WHO
memperlihatkan bahwa kematian nyamuk Ae. aegypti yaitu, 70% untuk Kutowinangun, 82% untuk
Sidorejo Lor, 74% untuk Mangunsari dan 66% untuk Kalicacing. Angka tersebut menunjukkan bahwa
nyamuk di keempat kelurahan tersebut cenderung resisten terhadap malathion 0,8%. Hasil
pengendalian vektor DBD dengan B. thutingiensis H-14 galur lokal formulasi bubuk di 23 tempat
penampungan air (bak mandi dan drum) di kelurahan Salatiga, menunjukkan bahwa terjadi penurunan
jumlah TPA positif jentik Ae. aegypti sebesar 77,78%, 87,50% dan 100% masing-masing setelah 3 kali
penebaran pada evaluasi hari ke 14, sedangkan penurunan jentik Ae. aegypti sebesar 87,40%- 100%
setelah 3 kali penebaran pada evaluasi ke 14.
DISTRIBUSI ANOPHELES SUBPICTUS DI KABUPATEN KEPULAUAN SERIBU
Jusniar Ariati, S. Sukowati, Shinta dan Herri Andris
Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah lebih kurang 21.000 pulau,
17.504 pulau. Pulau-pulau tersebut tersebar luas di berbagai daerah membentuk gugus-gugus pulau atau
kepulauan, yang masing-masing mempunyai ciri geografis dan demografis yang berbeda. Salah sam
gugus pulau-pulau kecil tersebut adalah Kepulauan Seribu. Dengan perkembangan pembangunan di
Teluk Jakarta, Kepulauan Seribu menerima tekanan yang besar sebagai akibat dari aktivitas manusia,
antara lain berupa pencemaran, perubahan ekosistem alami menjadi buatan, dan eksploitasi sumberdaya
rant:loan Simposium Nasional ICe-3 baltbangkcs
Jakarta, 30 Nov- 1 DC5 2006
_
pesisir secara berlebihan. Malaria menjadi salah satu penyakit yang berhubungan erat dengan kondisi
lingkungan. Penelitian dilakukan di 6 pulau di Kabupaten Kepulauan Seribu, yaitu :Pulau Panggang,
Pulau Pan, Pulau Kotok, Pulau Untung Jawa, Pulau Rambut, Pulau Tidung, berupa : survei
pradewasa/larva dan pupa nyamuk. Pengumpulan larva dan pupa nyamuk Anopheles sp dari berbagai
macam habitat, Penangkapan nyamuk pada malam hari dilakukan sepanjang malam pada pukul 18.00 —
06.00, di dalam dan di luar rumah dengan metode landing collection, resting collection dan light trap.
Penangkapan dilakukan 1 kali pada setiap pulau (spot survey) dengan jumlah penangkap 6 orang. Hasil
penangkapan nyamuk dewasa pada malam hari dengan cara landing collections dari beberapa pulau yang
diteliti ditemukan 10 spesies nyamuk yaitu Anopheles MbPiCtlij, Cx. vishnui, Cx. fuscocephalus,
Cx.quinguefasciatus, Cx. hitacrhinais, Cx. fatigan , Ae. aegypti , Ae. albopictus, Ae. vexans dan Ae. vigilax. Di
Palau Pari ditemukan 1 An. subpictus dan 2 An. subpictus di Pulau Untung Jawa, sedangkan di pulaupulau lain didominasi oleh Culex sp. Hasil survei habitat terhadap berbagai jenis genangan air yang
berpotensi sebagai habitat Anopheles sp, terdapat perbedaan jenis genangan air yang ada di setiap pulau.
Di Pulau Pad ditemukan kolam-kolam perendaman rumput laut dan sumur dangkal, di Pulau Untung
Jawa ditemukan lagun dan tambak, di Pulau Tidung ditemukan sumur dangkal dan di Pulau Rambut
ditemukan genangan air berupa mangrove. Di Pulau Pad kolam bekas perendaman rumput laut dan
sumur dangkal positif ditemukan larva Anopheles subpictus, sedangkan di Pulau lainnya tidak ditemukan.
PEMETAAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN
RESERVOIR ERA DESENTRALISASI DI JAWA TIMUR
Umi Widyastuti, Nani Sukasediati, Widiarti, Damar T.B., Suskamdani, Ristiyanto,
Hadi Swasono dan Y. Sudini
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir penyakit —
Badan Litbangkes — Depkes RI
Gana meningkatkan manajemen program pemberantasan penyakit bersumber binatang di era
desentralisasi telah dilakukan pemetaan program pengendalian vektor dan reservoir penyakit di Jawa
Timur. Pemetaan menggunakan metode manajemen program pemberantasan vektor dan reservoir
meliputi indikator input, proses dan output/outcome. Alat ukur yang digunakan adalah checklist tentang
kondisi geografis, situasi penyakit dan pengendalian tular vektor dan reservoir, sedangkan untuk
membuat peta kabupaten/kota menggunakan program Arc View V.9. Dalam makalah ini disajikan
program pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir di Propinsi Jawa Timur yang meliputi
Kabupaten Pasuruan, Trenggalek, Pacitan, Madiun dan Kota Mojokerto dan Madiun. Hasil pemetaan
menunjukkan bahwa, pes masih menjadi masalah di Kab. Pasuruan, malaria di Kabupaten Pacitan dan
Madiun, sedangkan DBD terdapat di semua kabupaten/kota. Pes terdapat di Kecamatan Tutur
Nongkojajar. Pemberantasan Pes di Kabupaten Pasuruan 3 tahun terakhir dengan metode pipa pralon
berinsektisida dapat menurunkan kasus pes pada manusia dan taus. Malaria di Kabupaten Pacitan
terdapat di 11 dari 12 kecamatan. API 3 tahun terakhir berikisar antara 0,93 untuk tahun 2003 (LCI),
1,34 untuk 2004 (MCI) dan 1,05 untuk 2005 (MCI). API malaria tertinggi terdapat di Kecamatan
Kebonagung yaitu 10,05. Pemberantasan malaria di Kabupaten Pacitan dengan menggunakan IRS dan
kelambu. DBD terdapat di semua kabupaten/kota. Dalam 3 tahun terakhir, kasus DBD cenderung
meningkat, terkecuali di Kota Mojokerto dan Kota Madiun Pemberantasan DBD di Mojokerto
dilakukan secara periodik dengan melibatkan Walikota dan penyelenggaraan Lomba PSN (September —
Nopember). Di Kota Madiun, pemberantasan DBD dilakukan secara periodik dan melibatkan berbagai
lapisan masyarakat, sehingga terbentuk jumantik sekolahan (84 sekolahan; 109 orang), dan jumantik
perkantoran (PNS). Selain ita Pemerintah Kota Madiun melakukan lomba poster DBD untuk
SLTP/SLTA, serta terbentuk kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota Madiun dan Perusahaan Air
Minum Daerah (PDAM). Kerjasama ditealisasikan dalam bentuk pemberian stiker penanggulangan
DBD pada konsumen. Pengendalian vektor DBD, selain di ke dua kota tersebut, belum berjalan dengan
baik.
FAKTOR RISIKO FILARIASIS DI KECAMATAN TIRTO, KABUPATEN PEKALONGAN,
JAWA TENGAH
Astri Maharani , Widiarti, Bagus Febrianto, dan Sumardi
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir penyakit
Badan Litbangkes — Depkes RI
Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor risiko penularan filsariasis telah dilakukan di Desa
Samborejo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan pada bulan Agustus 2006. Penelitian
menggunakan desain cross sectional dengan populasi penduduk berusia lebih dari 2 tahun. Hasil survei
darah menunjukkan bahwa sebanyak 6 orang mengandung mikrofilaria dalam darah dan 79 orang yang
randuan Sotosium Nasional Ke-.) baltbangkes
Jakarta, 50 Noy- I Dcs zoos
diperiksa
rate 7,6%) dengan variasi usia antara 13-70 tahun dan status pekerjaan sebagian besar
responden (66,7%) adalah tidak bekerja. Hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden
merniliki pengetahuan dan persepsi yang tinggi mengenai filariasis. Sebagian besar responden juga
memiliki kebiasaan tidur menggunakan obat nyamuk tetapi tidak menggunakan kelambu serta memiliki
kebiasaan keluar rumah pada malarn hari. Hasil observasi lingkungan menunjukkan bahwa kondisi
lingkungan sekitar tempat tinggal responden mendukung sebagai tempat perindukan vektor. Sedangkan
dari hasil penangkapan nyamuk yang hinggap pada manusia diketahui bahwa kepadatan nyamuk cukup
tinggi dan semua nyamuk yang tertangkap telah resisten terhadap insektisida malathion, fenithrotion,
bendiocarb dan permethrin. Hasil pembedahan thorax nyamuk yang tertangkap diketahui bahwa 3 ekor
nyamuk Cx. quinguefasciatus mengandung larva Wucheretia bancrofti (positive rate 0,5%). Berdasarkan
perhitungan risiko relatif diperoleh hasil bahwa pengetahun mengenai filariasis, kebiasaan tidur
menggunakan obat nyamuk, keberadaan kandang ternak, pemasangan kasa pada ventilasi rumah,
kepadatan vektor, resistensi vektor terhadap insektisida dan nyamuk yang terinfeksi merupakan faktor
risiko penularan filariasis di Desa Samborejo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan.
Kata Kunci : Faktor Risiko, Filariasis, Pekalongan
PREVALENCE OF ANTIBODY AND GENETIC IDENTIFICATION OF
HANTAVIRUSES INFECTION AND ECTOPARASITES INFESTATION IN RODENTS
AND INSECTIVORES AT THOUSAND ISLANDS DISTRICT OF JAKARTA PROVINCE,
INDONESIA
Ima Nurisa Ibrahiml, Sri
Yusniar Ariatft, Kumiko Yoshimatsu2, Megumi Okumura2,
and Jiro Arikawa2
'Ecology and Health Status Research and Development, National Institute of Health Research
and Development, Ministry of Health, Jakarta
2lnstitute for Animal Experimentation, Hokkaido University Graduate School of Medicine,
Sapporo 060-8638, Japan.
Hemorrhagic fever with renal syndrome (HERS) and hantavirus pulmonary syndrome (HPS) are a
rodent-borne viral zoonosis caused by viruses belonging to the genus Hantavirus, family Bunyaviridae.
Five distinct hantaviruses are known in Asia, Hantaan virus (HTNV), Seoul virus (SEOV), Thailand
virus (THAIV), Puumala virus, and Thottapalayam virus (IPMV). The fast four spesies were isolated
from rodents while the last one was the only hantavirus isolated from insectivores, shrew (Suncus
murmur) captured in India in 1968. Although TPMV has been classified into the Hantavirus genus,
TPMV is andgenically and genetically distinct from all known rodent-borne hantaviruses. However,
epidemiology and epizootiology of TPMV are still obscure because of lacking of systemic
investigations. The ectoparasites (flea, louse, tick and mite) may play roles in transmission of many
vector-borne diseases. The oriental flea, Xenoprylk: cheopis is known as a vector of plague while Rattus
notvegicus (Norway rat) is known as its reservoir. According to previous reports, the specific index
indices of approximately 1 at plague foci where human cases have been reported in Southeast Asia.
Murine typhus is also transmitted by fleas and schrub typhus transmitted by chigger mites while spotted
fever group rickettsiosis transmitted by ticks. Those diseases have been reported in Indonesia. In July
and September 2005, an ecological study was conducted to explore the risk factors to humans of some
zoonotic diseases in a group of tiny Island located in the Bay of Jakarta belonging to the Thousand
Island District of Jakarta Province in Java Island, Indonesia. Part of this study included a survey of
rodent diseases. The results are reported here. Trapping of rodents (rats and mice) and shrews was
conducted on the six tiny Islands (Pali, Panggang, Kotok, Untung Jawa, Rambut and Tidung). Trapping
was done using locally made live-traps and a bait of roasted coconut. The traps were set in the evening
and checked for theirs succeed early in the morning the next day. The success traps were wrapped in a
pouch clothes and taken to a field temporary laboratory. Blood was drawn from the hearth of
anaesthetized animal. The sera were separated and the lung organ of individual animal were taken and
kept in -80°C. Serological assay that were performed including screening for IgG detection by FT ISA
using recombinant N antigen of HTNV, PUUV, SNV and 1 PMV followed by confirmation tests using
IFA, Western blot, mu-capture ELISA and then continue with serotyping by serotyping ELISA for
HTNV, SEOV, and THAW and Focus reduction neutralization tests. Antigenicity of IPMV was
studied in detail by monoclonal antibodies and polyclonal animal sera. Then the serological screening
methods for insectivores, rodents and human by using the recombinant nucleocapsid protein (rNP) of
TPMV expressed in insect cats by baculovirus vector were established. A total of 191 small mammals
were caught in the Islands with capture rates of 15.7%, 29.3%, 3.6%, 19.3°/s, 1.5% and 30.3%
rancluan 5intosium Nasional Kc-5 balt6angkes
Jakarta, 50 Nov— I
Des zoos
respectively (overall mean 23.8%). The highest trap rate was on the Island of Tidung followed by
Panggang, Untung Jawa, Pad, Kotok and Rambut. There were 2 species of rodents (Rattus norvegicia
(Norway rat) and Rattus rattus (Rattus tanezumi=house rat)) and one species of house shrew (Suncus
mutinies). The trap rates for each of the species were 40.4 %, 51.9 % and 7.7% respectively. All of the
trapped rats and shrews were infested by at least one group of ectoparasites. The only species of flea
was Xenoptryth cheaper. The flea index was 2.8 on R. norvegicus, 0.4 on R. tanezumi and 0.3 on S. muthrus.
The specific index for R. norvegicus was relatively high. Some 43 (22.5 %) of rats were antibody positive
to hantavirus infection. More than half (12.5 %) of these were came from the Island of Panggang and
the remainder (10 %) were on the Islands of Untung Jawa and Tidung. Phylogenetic analysis showed
that urban rats possessed SEOV similar to strain B-1 that was isolated in Osaka, Japan and Jakarta
strain that was isolated from It not-vest.= from central Jakarta. Two out of 11 (18.1 %) shrews were
serologically and genetically positive to TPMV which has been reported to infect humans in Thailand.
Viral RNA and mitochondria] cytochrome b sequence were examined for the species identification.
TPMV showed the highest antigenic difference in hantaviruses. These results indicated that various
hantaviruses distributed in rodents and insectivores and the vector-borne diseases especially plague
were also have risk to be spread in the District amongst human population.
Key words: ecology, ectoparasites, genetics, hantavirus, mice, plague, rats, shrews, water-borne diseases
KEBERHASILAN PROGRAM PEMERINTAH MENGENAI PROGRAM PEMERINTAH
TENTANG HIV/AIDS DI KALANGAN PSK DI WILAYAH PATOK BEUSI, KECAMATAN
PATOK BEUSI, KABUPATEN SUBANG, PROPINSI JAWA BARAT.
Felix Kasim
Bagian Ihnu Kesehatan Masyarakat, FK Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Pendahuluan. Indonesia saat ini menghadapi ancaman epidemik HIV/AIDS dan infeksi menular seksual
(IMS) lainnya yang meluas. Kabupaten Subang secara geografis memiliki resiko penularan
dipandang perlu kewaspadaan terhadap penyebarluasan
IMS/HIV/AIDS tinggi. Maka
IMS/HIV/AIDS, terutama pada kelompok berperilaku seksual tinggi seperti Wanita Penjaja Seksual
(WPS). Metodolo,gi : penelitian deskriptif, dengan tehnik pengumpulan data berupa survey melalui
wawancara langsung responden menggunakan kuesioner. Populasi penelitian adalah WPS, tehnik
sampling adalah whole sampling. Lokasi penelitian 2 lokalisasi WPS , di wilayah kerja Puskesmas Patok
Beusi, Kecamatan Patok Beusi, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, selama bulan Juni 2006 — Juli
2006. Hasil Penelitian : hasil survey terhadap responden menyatakan 68,33 % responden memiliki taraf
pengetahuan kurang, dan .31,67 % masih kurang pengetahuannya mengenai Program Pemerintah bagi
WPS dan HIV/AIDS serta IMS lainnya. Hasil survey menyatakan 100 % responden termasuk kedalam
kategori mempunyai sikap cukup. Dan survey mengenai perilaku responden, 73,33 % responden
mempunyai perilaku kurang dan 26,67 % responden yang perilakunya.
Kata kunci : IMS, HIV/AIDS, Program pemerintah, penyuluhan, pengetahuan, sikap dan perilaku WPS.
PEMANFAATAN INVETARISASI TUMBUHAN BAHAN BAKU OBAT
DI KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA
Nunik Siti Aminah dan Gindo Simanjuntak
Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan Badan Litbangkes
Bumi Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang balk flora dan faunanya. Dan 30.000 jenis
tumbuh-tumbuhan yang ada bam sekitar 2% yang telah dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan.
Untuk itu diperlukan adanya inventarisasi tumbuh-tumbuhan yang mengandung khasiat sebagai bahan
baku obat. Penelitian dilakukan di enam pulau yaitu Pulau Pan, P. Kartya, P. Kotok, P. Untung Jawa,
P. Rambut dan P. Tidung. Secara administratif, keenam pulau tersebut termasuk dalam wilayah
Kecamatan Kepulauan Seribu Kabupaten Kepulauan Seibu. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan
Juli sampai Oktober 2005. Penelitian ini untuk mendata jenis tumbuhan yang bersifat toksik sehingga
dapat menjadi bahan baku obat. Secara umum Kepulauan Seribu masih tersimpan tumbuh-tumbuhan
yang berpotensi sebagai bahan baku obat yang bernilai ekonomis. Dengan menggunakan metode
cuplikan, jumlah individu setiap jenis di dalam sub-sub petak dihitung dan dicatat nama lokal.
Tumbuhan yang terkoleksi di identifikasi di herbarium Bogorensis, Bogor. Hasil studi pendahuluan, dari
70 jenis tumbuh-tumbuhan ditemukan 35 jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku obat
Kata Kunci: Kepulauan Seribu, bahan balm obat, nilai ekonomis
random, Soposiom Nasional Kc-5 baltbangkes
Jakarta, )0 Nov- I DC5 2006
respectively (overall mean 23.8%). The highest trap rate was on the Island of Tidung followed by
Panggang, Untung Jawa, Pan, Kotok and Rambut. There were 2 species of rodents (Rattus norvegicus
(Norway rat) and Rattus rattur (Rama tanezumi=house rat)) and one species of house shrew (Swans
marinas). The trap rates for each of the species were 40.4 %, 51.9 °A and 7.7% respectively. All of the
trapped rats and shrews were infested by at least one group of ectoparasites. The only species of flea
was Xenopsylla cheopis. The flea index was 2.8 on R norvegicus, 0.4 on R. tanezumi and 0.3 on S. marinas.
The specific index for R. novegicus was relatively high. Some 43 (22.5 %) of rats were antibody positive
to hantavirus infection. More than half (12.5 %) of these were came from the Island of Panggang and
the remainder (10 %) were on the Islands of Untung Jawa and Tidung. Phylogenetic analysis showed
that urban rats possessed SEOV similar to strain B-1 that was isolated in Osaka, Japan and Jakarta
strain that was isolated from R nomegicus from central Jakarta. Two out of 11 (18.1 %) shrews were
serologically and genetically positive to TPMV which has been reported to infect humans in Thailand.
Viral RNA and mitochondria' cytochrome b sequence were examined for the species identification.
TPMV showed the highest antigenic difference in hantaviruses. These results indicated that various
hantaviruses distributed in rodents and insectivores and the vector-borne diseases especially plague
were also have risk to be spread in the District amongst human population.
Key words: ecology, ectoparasites, genetics, hantavirus, mice, plague, rats, shrews, water-borne diseases
KEBERHASILAN PROGRAM PEMERINTAH MENGENAI PROGRAM PEMERINTAH
TENTANG HIV/AIDS DI KALANGAN PSK DI WILAYAH PATOK BEUSI, KECAMATAN
PATOK BEUSI, KABUPATEN SUBANG, PROPINSI JAWA BARAT.
Felix Kasim
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Pendahuluan. Indonesia saat ini menghadapi ancaman epidemik HIV/AIDS dan infeksi menular seksual
(IMS) lainnya yang meluas. Kabupaten Subang secara geografis memiliki resiko penularan
dipandang perlu kewaspadaan terhadap penyebarluasan
IMS/HIV/AIDS tinggi. Maka
IMS/HIV/AIDS, terutama pada kelompok berperilaku seksual tinggi seperti Wanita Penjaja Seksual
(WPS). Metodologi : penelitian deskriptif, dengan tehnik pengumpulan data berupa survey melalui
wawancara langsung responden menggunakan kuesioner. Populasi penelitian adalah WPS, tehnik
sampling adalah whole sampling. Lokasi penelitian 2 lokalisasi WPS , di wilayah kerja Puskesmas Patok
Beusi, Kecamatan Patok Beusi, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, selama bulan Juni 2006 — Juli
2006. Hasil Penelitian : hasil survey terhadap responden menyatakan 68,33 % responden memiliki taraf
pengetahuan kurang, dan 31,67 % masih kurang pengetahuannya mengenai Program Pemerintah bagi
WPS dan HIV/AIDS serta IMS lainnya. Hasil survey menyatakan 100 % responden termasuk kedalam
kategori mempunyai sikap cukup. Dad survey mengenai perilaku responden, 73,33 % responden
mempunyai perilaku kurang dan 26,67 % responden yang perilakunya.
Kata kunci : IMS, HIV/AIDS, Program pemerintah, penyuluhan, pengetahuan, sikap dan perilaku WPS.
PEMANFAATAN INVETARISASI TUMBUHAN BAHAN BAKU OBAT
DI KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA
Nunik Siti Aminah dan Gindo Simanjuntak
Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan Badan Litbangkes
Bumi Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang baik flora dan faunanya. Dan 30.000 jenis
tumbuh-tumbuhan yang ada barn sekitar 2% yang telah dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan.
Untuk itu diperlukan adanya inventarisasi tumbuh-tumbuhan yang mengandung khasiat sebagai bahan
baku obat. Penelitian dilakukan di enam pulau yaitu Pulau Path, P. Kartya, P. Kotok, P. Untung Jawa,
P. Rambut dan P. Tidung. Secara administratif, keenam pulau tersebut termasuk dalam wilayah
Kecamatan Kepulauan Seribu Kabupaten Kepulauan Seibu. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan
Juli sampai Oktober 2005. Penelitian ini untuk mendata jenis tumbuhan yang bersifat toksik sehingga
dapat menjadi bahan baku obat. Secara umum Kepulauan Seribu masih tersimpan tumbuh-tumbuhan
yang berpotensi sebagai bahan balm obat yang bernilai ekonomis. Dengan menggunakan metode
cuplilcan, jumlah individu setiap jenis di dalam sub-sub petak dihitung dan dicatat nama lokal.
Tumbuhan yang terkoleksi di identifikasi di herbarium Bogorensis, Bogor. Hasil studi pendahuluan, dari
70 jenis tumbuh-tumbuhan ditemukan 35 jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku obat
Kata Kunci: Kepulauan Seribu, bahan baku obat, nilai ekonomis
rand., Simposium Nasional Ke-5 baltbangkes
Jakarta, 5o Nov- I Dcs 2006
POINT VALUE: SUATU ALTERNATIF CARA PENILAIAN KINERJA SDM
KESEHATAN
Didik Budijanto dan Evie Sopacua
Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI
Generally, performance of an institusion was valued by the financial performance, whereas human
resources performance should be a power with great influence into institutional performance. Point
value is a tool which try to minimize subyectivity in valueing human resources work prestation. Point
value is a multiply result of job descriptions that has been weights with prestative measures which are a
work prestation rank score. Daily log as a diary will record work activities and help the comparing of
performance appraissal through standards, to achieve the high rank scoreof work prestation.
Performance appraissal using point value will also help human resources valued their abilities in
conformity with their job descriptions. Implementation point value in human resources work
performance into beside financial performance is needed nowadays will give a stimulus in increasing
institutional performance.
Key ward : point value, human resources performance
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN DAN STATUS GIZI BALITA (USIA 12-59 BULAN)
DI WILAYAH TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAN ICELURA_HAN LEUWIGAJAH
CIMAHI SELATAN TAHUN 2006
Risya Damayanti, Ir. Osman Syarief, MK/VI
Politeknik Kesehatan Bandung
Tindakan kekerasan pada balita akan memberikan dampak yang cukup besar, diantaranya keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikologi seperti sifat anak menajdi
emosional, agresif atau apatis yang berlebihan serta berat badan atau tinggi badan yang di bawah normal
kemungkinan akibat adanya penurunan nafsu makan. Dalam jangka waktu yang lama, penurunan nafsu
makan pada anak akan mengakibatkan rendahnya asupan gizi yang akan berpengaruh langsung terhadap
status gizi balita tersebut Status gizi kurang terjadi apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah
sedikit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang tindakan kekerasan
dihubungkan dengan status gizi pada balita. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional,
sedankan data dikumpulkan dengan metode wawancara dengan alat bantu kuesioner serta observasi
secara langsung dan tidak langsung yang dilakukan di wilayah tempat pembuangan akhir sampah
kecamatan Leuwigajah Cimahi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan terdapatnya hubungan antara
tindakan kekerasan pada balita dengan status gizi balita tersebut. Dengan tindakan kekerasan yang
dialami, status gizi balita akan menjadi status gizi kurang.
PERAN MEDIA BUKU PENGEMBANGAN INFORMASI DIAGNOSIS PENYAKIT DAN
BUKU KESEHATAN POPULER DAN PENELITIAN, KONTRIBUSI UNTUK MENUJU
MASYARAKAT MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT
Misnadiarly', M. Husjain D2, Luxi P2
'Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbangkes - Departemen Kesehatan RI
'Akademi Analis Kesehatan DepKes, Pondok Gede
Latar Belakang: Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, perlu memperbaiki pelayanan kesehatan,
melengkapi peralatan kesehatan yang canggih, sistem pelayanan yang lebih baik (sikap ramah Bari tim
petugas kesehatan pada pasien. Disampng itu peningkatan pemberian dana pembiayaan kesehatan,
penambahan jaringan ASKES untuk mendapatkan kemudahan- kemudahan dalam pelaksanaan sistem
asuransi kesehatan, dll), diperlukan pula pengembangan dan penyebarluasan informasi diagnosis,
gejalakit dll untuk dapat mngenal berbagai penyakit serta kemungkinan infeksi kuman mycobacteria
yang bisa menyerang masyarakat dengan kondisi salcit apapun dimana dan kapanpun yang perlu
diwaspadai untuk dapat melakukan pencegahan secara mandiri, dapat diinformasikan dalam bentuk
media buku, poster, dll. Selain itu laporan tentang meningkatnya infeksi atypicak mycobacteria dapat
meningkatkan pula kasus MDR-1B, gagal terapi dan kambuh tuberculosis, yang terkait penyakit
penyerta DM dan infeksi HIV/AIDS. Tujuan: Memberi informasi tentang buku diagnosis penyakit
infeksi khususnya infeksi mycobacteria. yang dilaporkan dapat menyerang berbagai penyakit, serta
tentang buku kesehatan populer yang dapat dibaca oleh masyarakat pada umumnya, serta kegiatankegiatan penelitian yang perlu dilakukan untuk menunjang tujuan mernbentuk masyarakat mandiri
untuk hidup sehat. Metoda: Melakukan reviu hasil penelitian dan inforrnasi lainnya dari literature,
membuat rencana presurvey tentang pengetahuan dan prilaku masyarakat tentang sesuatu sampai
beberapa penyakit yang populer dikenal masyarakat. Pemberian buku sebagai bahan pendidikan, serta
melakukan survey ulang dengan 9uisioner yang sama, serta penyediaan buku diagnostik yang lengkap
randuan
—
_
Siatosium Nasional Kc-5 baltbangkcs
Jakarta, JO V ov - I Dcs zoos
dan memadai untuk SDM laboratoriumm dan ahali bidang esehatan terkait. Hasik Hasil penelitian
diharapkan masyarakat telah mempunyai pengetahuan yang memadai tentang suatu penyakit, bagaimana
cara mencegah, menanggulanginya, hingg-a dapat terbentuk masyarakat mandiri untuk hidup sehat.
Disamping itu evaluasi terhadap pengetahuan petugas laboratorium ditingkat rumah sakit, BLK, dll ,
serta temuan penyakit infeksi apakah dapat ditingkatkan. Kesimpulan: Hasil penelitian dan media buku
bermanfaat untuk membentuk masyarakat mandiri untuk hidup sehat.
Kata ICund: Buku, Rencana Penelitian, Pendidikan, Masyarakat Sehat.
PROGRAM INTERVENSI "MULTI-STATE MODEL" DALAM PENINGKATAN
KESEHATAN KELUARGA MISKIN
Rizanda Machmudi dan Adang Balchtiato 2
LEK Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu KedOkteran komunitas, Universitas Andalas
2Falcultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
Pada makalah ini mencoba untuk melakukan intervensi dengan melalui konsep pendekatan "integrated
multi-state population health modelling". Pertanyaan mendasar yang ingin dijawab dengan cara ini
adalah "Apo cara yang efektif dan efisien untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian pada tingkat
populasi?" Dengan teknik ini kits dapat menentukan cara yang lebih optimal dalam meningkatkan
derajat kesehatan. Pendekatan terpadu dapat menjelaskan berbagai kejadian faktor-faktor risiko,
peranan faktor kontekstual (level rumah tangga dan kabupaten) dalam timbulnya penyakit. Dengan
diketahuinya peranan level ini, rekomendasi dan prioritas kebijakan intervensi pada level yang tepat
sasaran dalam penanggulangan penyakit. penentu kebijakan dapat mengetahui besaran masalah dan
langkah-langkah yang akan diambil dalam program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat
secara efisien dan efektif Berdasarkan hasil penelitian Rizanda, 2005 didapatkan bahwa permasalahan
angka kesakitan dan kematian dipengaruhi peran dan faktor kontextual. Lebih lanjut juga didapatkan
adanya perbedaan peranan antara level yaitu level kabupaten, rumah tangga dan individu dalam
timbulnya kejadian penyakit. Hasil penelitian menunjukkan, adanya peran yang sangat besar dan
kabupaten miskin dan rumah tangga yang miskin dalam menyumbang tingginya angka kesakitan dan
kematian. Saran yang diberikan berupa langkah-langkah strategis untuk level kabupaten meliputi
pendekatan terpadu penanganan kesehatan dan kemiskinan dimana pendekatan ini tidak dapat oleh
sektor kesehatan saja,tetapi merupakan kerjasama berbagai sektor. Kemampuan mendeteksi dinamika
keluarga miskin (gakin) dan identifikasi kebutuhan kesehatan bagi gakin, serta memprioritaskan
meningkatkan index pembangunan manusia melalui pembukaan transportasi wilayah, pemberdayaan
secara ekonomis. Langkah pada level rumah tangga, dengan memperkuat jaminan agar keluarga miskin
tidak jatuh dalam "economic shock" dengan adanya jaminan masyarakat untuk akses ke pelayanan
kesehatan, upaya mendorong gakin untuk menolongdirinya sendiri dengan menfasilitasi kemandirian
tersebut. Disamping itu upaya promotive dan preventive memalui penyuluhan kesehatan,
pemberdayaan ibu rumahtanggadengan mengkoordinasikan kegiatan kesehatan melalui ketrampilan
yang dapat menambah pendapatan keluarga.
Kata kund : kemiskinan, pendekatan multi-state model
PENGOBAT TRADISIONAL (BATTRA) DAN RAMUAN YANG DIGUNAKAN
Sa'roni, Adjirni
Puslitbang Biomedis dan Farmasi – Badan Litbangkes – Depkes RI
Pengobat tradisional (Battra) ramuan maupun pengobat tradisional yang lain ikut berperan dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk mengetahui keberadaan battra ramuan, keluhan dan
ramuan yang digunakan maka dilakukan survei battra ramuan di 7 propinsi dan pendataan battra lain
melalui mailing. Hasil survei battra ramuan menunjukkan bahwa keberadaan battra ramuan masih
sedikit sekali yang mempunyai izin (2,5%) dan sebagian besar belum terdaftar (58%). Pendidikan battra
ramuan hanya sampai SD. Pekerjaan pokok selain sebagai battra ramuan, umumnya sebagai petani.
Pada umumnya belum mempunyai catatan tentang pasiennya. Ramuan yang digunakan untuk
menngobati suatu keluhan berbeda antara battra yang saw dengan battra yang lain, juga berbeda antara
daerah yang saw dengan daerah yang lain. Keluhan yang banyak ditangani oleh battra ramuan antara
lain hawk, darah tinggi, rematik, diabetes, kanker, wasir, kencing batu dan panas/demam. Hasil
mailiang battra, 27,8% kabupaten/kota yang mengembalikan chek list yang telah diisi. Dan data
mailing yang masuk , battra yang mempunyai izin antara 0,1- 12%. Battra yang paling sedikit
mempunyai izin adalah battra paranormal (0,1%) dan yang paling banyak mempunyai izin adalah
dukun bayi (12%). Battra yang lain barn terdaftar dan yang paling banyak belum terdaftar.
Kata Kund : Battra, Keluhan, Ramuan.
Panduan SimF>osium Nasional Ke-3 5alt6angkes
Jakarta, 50 Nov— 1 Des 2006
PERENCANAAN PEMBANGUNAN TAHUNAN KESEHATAN DI KABUPATEN
GUGUSA.NICEPULAUA.N DAN PEGUNUNGAN DI PROPINSI NUSA TENGGARA
TIMUR, TH 2006
M.Hasyimi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan.
Makna suatu penyusunan perencanaan sangat penting bagi pembangunan kesehatan kabupaten tertentu.
Kabupaten yang terdiri atas gugusan kepulauan dan topografis pegunungan mempunyai tingkat
kesulitan yang lebih dibanding kabupaten daratan dalam hal pembangunan kesehatan terutama
pembangunan akses dan pelayanan kesehatan. Telah dilakukan penyusunan perencanaan pembangunan
tahunan komprehensif (Annual plan) 2007 di Kabupaten Kupang, Alor dan Sikka Propinsi Nusa
Tenggara Timur (N1-1). Penyusunan tersebut telah dilakukan pada tanggal 1 sampai dengan 31
Agustus 2006. Pelaksanaannya sendiri meliputi 2 (dua) tahap, yaitu uji coba dan aplikasi. Tahap
pertama yaitu penyusunan tool (alat bantu) sekaligus uji cobanya yang dilakukan di Kabupaten
Kupang. Tahap kedua yaitu aplikasi alat bantu di Kabupaten Alor dan Sikka. Penyusunan perencanaan
dilakukan oleh tim yang disebut Tim Penyusunan Perencanaan Kesehatan (TPPK) kabupaten yang
difasilitasi oleh Pendamping Desentralisasi Kesehatan (PDK)-Depkes.RI. Di Kabupaten Kupang selain
diperoleh prioritas masalah yang terdiri angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA),
juga alat bantu perencanaan. Hasil penyusunan perencanaan yang diperoleh di Kabupaten Alor meliputi
kematian ibu, kematian anak dan penyakit yang dapat dicegah dengan immunisasi (PD3I). Sementara di
Kabupaten Sikka diperoleh masalah kesehatan : Kematian ibu dan bayi, Gizi kurang dan gizi buruk,
malaria dan penyakit yang ditularkan melalui air dan makanan ( Foods and Water diseases).
Kata kunci : Perencanaan, Kesehatan, NTT
BUDGET OBAT DAN KESEHATAN DALAM ANGGARAN KABUPATEN/KOTA
Sarjaini jamal
Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan — Badan Litbangkes — Depkes RI
Obat merupakan alternatif yang terbanyak dipilih dalam mengatasi penyakit. Di Puskesmas persediaan
obat terbatas, sehingga walapun diketahui tidak rasional namun terapi diberikan hanya untuk 2-3 hari
saja termasuk untuk antibiotika. Diperkirakan kurangnya persediaan obat terjadi karena berbagai sebab
antara lain meningkatnya kunjungan keluarga miskin di luar kartu Askeskin sehingga persediaan obat
cepat habis atau terjadinya perubahan pola penyakit. Walaupun anggaran obat di Kabupaten/Kota
berasal dan berbagai sumber (Dana Alokasi Umum — DAU-, Askes, APBD, Program dan Bantuan)
namun obat tidak cukup juga. Timbul pertanyaan berapa sebenarnya budget obat yang diterima oleh
Kabupaten / Kota selama ini dibandingkan pembiayaan kesehatan dan seluruh sektor di Kabupaten /
Kota.? Bahan tulisan ini bersumber dan data Penelitian Analisis Situasi Kebijakan Obat tahun 2005
yang dilakukan oleh Puslitbang Farmasi ( sekarang sebagian KPP menjadi Puslitbang Sistim dan
Kebijakan Kesehatan -PSKK- dan Puslitbang Biomedis dan Farmasi -PBMF-). Hasil analisis dari 6
Kabupaten/Kota menyimpulkan bahwa budget obat tahun 2004 hanya 5,4 % dan budget kesehatan
atau Rp: 1.400 perkapita / tahun, sedangkan budget kesehatan hanya 5,9 % dart seluruh anggaran
Kabupaten/Kota atau rata-rata Rp: 28.000 perkapita/tahun. Dampak dan saran Rendahnya kualitas
pengobatan di Puskesmas memungkinkan penderita penyakit yang beresiko tinggi penyebab kematian
balita (semisal pneumonia) tidak teratasi secara dini di tingkat pelayanan dasar. Jika obat dianggarkan
lebih besar (dianjurkan oleh WHO sebesar 1 US Dollar perkapita/tahun) kualitas pengobatan akan
lebih baik dan angka kematian bayi dan anak mungkin dapat diturunkan lebih bermakna.
Kata kunci: kualitas pengobatan, anggaran , kabupaten / kota
randuan Simposium Nasional Kc-5 baltbanskcs
Jakarta, So Nov - I DC5 2006
SUSUNAN KEPANITHAAN
Panitia Pengarah
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Anggota
: Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
: Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
: Kepala Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan, Balitbangkes
Kepala Puslitbang Gizi dan Makanan, Balitbangkes
Kepala Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Balitbangkes
Kepala Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan,
Balitbangkes
Kepala Balai Begat Penelitian dan Pengembangan Vektor dan
Reservoir Penyakit
Prof. Agus Syahrurachman
Prof. Amin Soebandrio
Prof. Dr. dr. Azrul Azwar, MPH
Prof. Dr. Muhilal
Prof. Dr. dr. Sangkot Marzuki
Prof Dr. Sidik
Prof. Dr. dr. Sri Oemiyati
dr. I Nyoman Kandun, MPH
Prof. Lukman Hakim, M.Sc., Ph.D
Panitia Pelaksana
d.
e.
f.
g.
h.
Ketua
Wakil Ketua
Sekretaris
Wakil Sekretaris
Bendahara
: Drg. Titte Kabul Adimidjaja, M.Sc.PH
: Dr. Soewarta Kosen, MPH, Dr.PH
: Dr. Dra. Gemala R. Hatta, MRA, MKes
: Pretty Multihartina, Ph.D
: Indah Yuning Prapti, MKes
Sri Rahayu, S.Sos
Neneng Irawati
Bidang Dana
: Dra. Muktiningsih (Ketua)
Dra. Rahmalina, MSPH
Sri Sugihad, SIP
Dra. Pudjilastari
Dra. Lucie Widowati, Msi
Drh. Harli Novriani, M Kes.
Bidang Pameran : Dr. Priyanto Sismadi (Ketua)
Dr Damar Tri Buwono
Drg. Agus Suprapto, MKes
Drs. Damanhuri
Nurhasnah Husin, MKes
Junediyono, SKM
Djunaedi
Eddy Purwanto, ST
Drs. Edi Hamonangan, HS
randuan 5imposium Nasional Ks-5 balthangkes
Jakarta, 30
k. Bidang Makalah dan Persidangan :
Dr. M. Sudomo (Ketua)
Dra. Anny Victor Purba, M.Sc., Ph.D
Dr. Emilia Tjitra, M.Sc,Ph.D
Drs. Ondri Dwi Sampurno, MS
Dr. Drs. Wasis Budiarto, MS
Dr. Kornai, M.Sc
Drs. Djoko Yuwono, MS
Dr. Sudibyo Supardi, Apt
Ir. Yuli Widiastuti, MS.
1. Bidang Publikasi dan Dokumentasi :
Drs. Mohamad Socheh, NEVI (Ketua)
Sugijanto, AMK
Budi Santoso, SH
Irwan Fajar Wibowo, SKM
Leny Wulandari, SKM
m. Bidang Perlengkapan dan Konsumsi :
Anorital, SKM, MKes (Ketua)
Drs. Hendro Martono, MSPH
Bambang Sultana, SKM, MKes
Drs. Djarjadi
Drs. Djuhar, MM
Titiek Purwati
Dini Yulianti, Ssos
n. Tim Sekretariat
Kristina, SKM, M.Epid (Ketua)
Indra Kurniawan, SKom
Evi Suryani, SKom
Anni Yulianti, SKM, MKM
Aris H Indrianto, SKM
Ida Fitrie
Nurul Puspasari, SKM
Fahrudin All Ahmad, S.Kom.
Nay- I Dos 2006
PROM
yr: : *:;:•t
Pencarian sumber informasi dan kepustakaan
Penyusunan protokol penelitian
Menjajaki kemungkinan pengerjaan tes atau
pemeriksaan
Dikelola oleh Bagian Penunjang
Penelitian dan bagian Pengembangan
Pemeriksaan, dalam kurun waktu
15 tahun terakhir, LABORATORIUM
Membantu mencari pemasok yang menyediakan
reagen kit penelitian
Pengumpulan clan penyimpanan spesimen
penelitian sesuai dengan persyaratan yang
telah ditetapkan
KLINIK PRODIA telah berkontribusi
dalam
426 penelitian
kedokteran untuk tujuan akademis,
epidemiologi maupun publikasi
ilmiah, dimana 224 diantaranya
berkaitan dengan tes baru
Melalculcan pemeriksaan sesuai dengan
prosedur, menggunakan metode dan peralatan
laboratorium dengan mutu yang andal dan
dapat dipercaya
wow"
:: Analisis statistik dan interpretasi hasil
•,
Layanan ini merupakan komitmen PRODIA untuk menjadi
Pusat Unggulan Diagnostik di bidang Laboratorium Kesehatan
di Indonesia, sebagai wujud nyata dari misi PRODIA
Untuk Diagnosa Lebih Baik
LÀ
•„stt
Ligh:
for Avian 1:
-Nza Testing
Reagents need
The Influenza A virus is an RNA virus :
Biological sample extraction kit.
High Pure Viral Nucleic Acid Isolation Kit (manual) Cat. No. 11 858 874 001
or MagNA Pure Compact Instrument (automated)
Reverse transcription
Transcriptor First Strand CDNA Syntesis Kit Cat. No. 04 379 012 001
Thermal cycler.
LightCycler 1.5, 2.0 and 480 System
Amplification enzyme and related reagents
LightCycler FastStarrus DNA Master Hybridization Probes (PCR master mix) Cat. No. 03 515 575 001
Amplification specific reagents and PCR protocols
LightMix Influenza virus A Matrix Protein + IPC Cat. No. 40 0234 16
LightMix Influenza virus A H5
Cat. No. 40 0219 16
LightMix Influenza virus A N1
Cat. No. 40 0230 16
LightMix Influenza virus A H5+N1
Cat. No. 40 0242 16
One-Step RT-PCR
Two-Step protocol
Work Flow (Two-Step PCR)
RNA Extraction
RNA
RT-PCR
RNA Extraction
40 min (manual
extraction)
Hands on time 80 min.
Tota l
Assay time 160 min.
Work Flow (One-Step RT-PCR)
30-40 min (set up)
15 min (RT)
60 min (PCR)
4
40 min (manual
extraction)
15 min (set up)
Reverse Transcription
25 min (incubation)
PCR
5 min (data
Result Result Result analysis)
V Target H5 Target N1 Target M2
♦
RNA
20-30 min (set up)
st7;Nt, 60 min (PCR)
V
5 min (data
Result Result Result analysis)
Target H5 Target N1 Target M2
• Can screen samples for influenza A (matrix PCR) Contains internal control in same
reaction to check inhibition
• Positive matrix samples can then be checked with H5 PCR and N1 PCR in one reaction
(multiplex)
a innInatant tun..
-
<Roche>
PT Roche Indonesia
Diagnostics Division
Artha Graha Lt.21-SCRD Lot 25
Jl.Jend.Sudirman Kay. 52-53
Jakarta 12190
Tel. 514 00091 ext.716
Fax.514 00090
E-mail : [email protected]
[email protected]
Reaction capillary
On LightCycler
Roche Applied Science
The LightCycler System
A Proven Standard for Real-Time PCR
Outstanding accurancy, versatility and speed
for medium and high troughput realtime PCR applications
PT. Et—ir
ANALYTICAL INSTRI.
JERCA NIAGA MEDIKA
http ✓/www,berca-indonesia.com/bnm
.co,
http ://www.berca-indo-
■
Head Office
3ITI Floor Abdul Muls no, 62, Jakarta 10160
Phone:
Phone ; (62-21) 3518826, 3441717 Fax. ; (62-21) 3518832
e-mail : [email protected]
Demo & Workshop
Berea Build, 1st Floor, JI. Abdul Muis no. 62, Jakarta 10160
■
Surabaya Office
Ji. Kutei No.24 Surabaya 60241
Phone: (62-31) 5674477 Fax. (62-31) 5677118
e-mail [email protected]
Semarang Rep. Office
■
Ji. Soekarno Hatta 132 Blok 6, Semarang 50196
Phone : (62-24) 6704120, Fax. : (62-24) 6704120
•
y
NI Bandung:Rep.,Office
Mika 131.aPifteta, U. 8, SO
Ji, Asia Afrike 141 - 149
Bandung - 40112
Phone &Fax; (62-22) 426 705
Balikpapan Rep. Office
■
Kompiek Ruko Balikpapan Bar
Belikpapan 76114
Phone : (62-542) 877668, Fax : (62.542) 877668
■
Customer Cere
FI, Jl. Abdul Muls 62, Jakarta 10160
Berea Build,
Ph : (62 - 21) 344 1718, Fax : (62 - 21) • 3518832
e-mail [email protected]
Education & 'Raining
* Fundamental of GC / HPLC
* Basic GC/HPLCI
Operation, Maintenance
& Troubleshooting
Products
* Gas Chromatograph
* Liquid Chromatograph
* Spectrophotometer UV-Vis Diode Array
* inductively Coupled Plasma Mass
Spectrometer (ICP-MS)
* GC - Mass Selective Detector pc-msD)
* LC • Mass Selective Detector (LC-MS-NIS)
* LC • Rapid Resolution High Throughput
* Natural Gas Analyzer (NGA)
•
Support Services
* Contract Service
* Service
* Guarantee
4
•
Mass Spectrometry
1200 Series LC
Systems & Modules
Gas Chromatography
UV/Vis Spectrophotometer ,
V
1CP MS 7500 Serie •
SC"
4
♦LC-MS/MS
j6100 Series Quadropole
LC MS Systems
Quadropole
3000 Micro GC PIP
,„,
i
Capillary Electrophoresis
Systems
I
179-
A
A
2100 Bioanalyzer
G1888 Network
Head space Sampler
)1ilill pri;ed Distributor for :
• • .
• Agilent Technologies
• •%..
IMO .*
...
y
y C&S Supplies
-
-
-
-
Download