1 BAB I PENDAHULUAN Seiring telah dibukanya kerjasama

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN
Seiring telah dibukanya kerjasama perdagangan internasional seperti saat
ini menuntut perusahaan- perusahaan dalam negeri untuk dapat meningkatkan
daya saing nya guna menghadapi persaingan di skala internasional. Persaingan
yang terjadi bukan hanya melibatkan arus barang dan jasa namun sudah
menyentuh pada pasar input, salah satunya pasar modal. Dengan adanya pasar
modal ini memungkinkan perusahaan untuk menambah modal guna meningkatkan
saing usahanya.
Melalui Peraturan No. X.K.6 tahun 2012 Bapepam dalam hal ini sebagai
regulator pasar modal telah mewajibkan setiap perusahaan yang terdaftar di pasar
modal untuk mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh
KAP. Hal ini menjadi penting karena informasi utama yang digunakan sebagai
pertimbangan oleh para penawar dana seperti investor dan kreditor adalah laporan
keuangan. Selain itu, Pengungkapan laporan keuangan merupakan faktor yang
signifikan dalam pencapaian efisiensi pasar modal dan merupakan sarana
akuntabilitas publik (Sutanto, 2012:2).
Laporan keuangan merupakan sumber informasi bagi investor dalam
pengambilan keputusan investasi dalam pasar modal (Sutanto, 2012:2). Oleh
karena itu, sebagaimana dinyatakan dalam FASB No. 1 bahwasannya laporan
keuangan harus dapat membantu investor maupun kreditor yang berkepentingan
dengan perusahaan dalam mengintepretasikan keadaan perusahaan. Hal ini sejalan
1
2
dengan pendapat Guthrie et al (2006:256), “The annual report is the most efficient
way for an organisation to communicate with stakeholder groups deemed to have
an interest in controlling certain strategic aspects of an organisation”.
Namun pada kenyataannya, laporan keuangan kini telah mengalami
penurunan nilai guna. Bahkan Oliveira (2008 dalam Sutanto, 2012:2) mengatakan
dengan tegas bahwa laporan keuangan telah kehilangan relevansinya sebagai
instrumen pengambilan keputusan. Sebagai bukti, beberapa peneliti menemukan
adanya kesenjangan (disparity) yang besar antara nilai pasar dan nilai buku
beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat pada tabel 1.1, dikarenakan
perusahaan telah gagal dalam melaporkan “hidden value”
dalam laporan
tahunannya (Mouritsen et al, 2004, dalam Suhardjanto dan Wardhani, 2010:72).
Tabel 1.1
Market Value and Assets (in billions of dollars)
Market
Net
Hidden
Revenue Profits
Value
assets
Value
General Electric
169
79
7.3
31
138 (82%)
Coca-cola
148
19
3.5
6
142 (96%)
Exxon
125
119
7.5
43
82 (66%)
Microsoft
119
9
2.2
7
112 (94%)
Intel
113
21
5.2
17
96 (85%)
(Sumber: Roos, Johan, Goran Roos, Nicola C. Dragonetti & Leif Edvinsson 1997,
dalam Sawarjuwono dan Kadir, 2003)
Company
Adanya gap yang besar ini menunjukkan bahwa laporan keuangan tidak
lagi menggambarkan keadaaan yang sebenarnya, sehingga membuat laporan
keuangan menjadi tidak terlalu berguna dalam pengambilan keputusan. Saleh et al
(2007:3) menyatakan penyebab dari adanya gap tersebut adalah sebagai berikut:
The traditional accounting convention is unable to accomodate the need
for reporting the knowledge assets. thus, this phenomenon has created
3
significant disparity between the market value and book value of many
companies.
Knowledge assets menurut Akhavan (2009:276) merupakan aset terpenting
(the most important property) dalam sebuah organisasi. Pendapat ini sejalan
dengan pernyataan Lev dan Zarowin (1999 dalam Suhardjanto dan Wardhani
(2010:72), bahwa pengetahuan merupakan aset tidak berwujud (intangible
resources) yang menjadi faktor kunci dari nilai jangka panjang perusahaan
(company’s long term value) pada ekonomi yang berbasis pengetahuan
(knowledge-based economy) dewasa ini, namun laporan keuangan telah dinilai
gagal dalam menggambarkan luas cakupannya. Oleh karena itu, pendekatan yang
sesuai untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan yaitu dengan meningkatkan
pengungkapan informasi mengenai knowledge assets dalam hal ini disebut
intellectual capital (Canibano et al, 2000 dalam Suhardjanto dan Wardhani,
2010:72).
Pengungkapan informasi intellectual capital di dalam laporan tahunan
perusahaan menjadi tema yang menarik, mengingat intellectual capital diyakini
sebagai faktor penggerak dan pencipta nilai perusahaan (value driver and
creation) (Ulum, 2011:1). Selain itu Tayles et al, (2002 dalam Purnomosidhi,
2006:1) juga menyatakan Intellectual capital (intellectual capital) sebagai sumber
potensial untuk meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (sustainable
competitive advantage). Dengan mengungkapkan informasi intellectual capital
perusahaan maka asimetri informasi dapat dihindari, sebagaimana yang
dinyatakan oleh Goh and Lim (2004:501), “IC information is one of the
4
information needs of the investors. This is because IC information allows
investors to assess better the company’s future wealth creation capabilities”.
Namun demikian, pengungkapan Intellectual capital khususnya di
Indonesia masih terbilang rendah, sesuai dengan pernyataan dari Staf Ahli Deputi
Gubernur Bank Indonesia Tarmidan Sitorus pada pemberitaan di media saat
membuka konferensi internasional tentang Intellectual capital, sebagai berikut.
Intellectual capital di Indonesia masih rendah, dan ini akan berakibat
pada terancamnya daya saing Indonesia terhadap negara-negara lain... Saat
ini, daya saing Indonesia terancam karena belum adanya kepedulian
terhadap Intellectual capital tersebut. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
survei indeks sumber daya manusia yang merupakan komponen utama dari
Intellectual capital oleh berbagai lembaga ...
(sumber:http://www.beritasore.com)
Pernyataan tersebut juga sejalan dengan temuan dari beberapa penelitian
terdahulu mengenai tingkat pengungkapan Intellectual capital di Indonesia.
Diantaranya, penelitian oleh Suhardjanto dan Wardhani pada tahun 2007 yang
menemukan tingkat pengungkapan Intellectual capital di Indonesia hanya sebesar
34,5%. Penelitian di tahun yang sama juga dilakukan oleh Utomo dengan hasil
41%, dilanjutkan oleh Sutanto (2009) dengan hasil 40,87%, dan Permono (2010),
30%.
Selain rendah, tingkat pengungkapan Intellectual capital dari setiap
perusahaan juga bervariasi (Stephanie dan Yuyetta, 2012:1). Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor. Pertama, hasil-hasil studi terkait dengan topik ini ditemukan
tidak konsisten (lihat misalnya Bukh, et al, 2005; Guthrie, et al., 2006; Jing Li, et
al, 2008), ditambah lagi dengan belum adanya aturan yang tegas dari profesi
5
akuntansi (accounting professions) mengenai pengungkapan intellectual capital
ini (Sutanto, 2012:3).
Kedua, banyak sedikitnya informasi yang diungkapkan bergantung pada
biaya. Menurut Foster (1995 dalam Sutanto, 2012:3) biaya pengungkapan
informasi
cenderung
mahal
sehingga
masing-masing
perusahaan
akan
mengungkapkan informasi secara sukarela ketika manfaat yang diperoleh lebih
besar dari biayanya.
Ketiga, kerangka pengungkapan intellectual capital (Intellectual capital
Framework) yang digunakan juga bervariasi jumlah indikatornya. Ada beberapa
ahli yang merumuskan kerangka pengungkapan intellectual capital, di antaranya
Sveiby (1997 dalam Purnomosidhi, 2006:13) merumuskan 25 indikator.
Kemudian Petty dan Guthrie (dalam Ulum, 2011:4; Guthrie et al, 2006:260)
merumuskan 28 indikator yang kemudian dikerucutkan menjadi 18 indikator.
Ketidakseragaman penggunaan kerangka pengungkapan ini menyebabkan tingkat
pengungkapan juga tidak seragam.
Selain ketiga faktor di atas, tingkat pengungkapan intellectual capital juga
dipengaruhi
oleh
karakteristik
setiap
perusahaan
(Guthrie,
2006:261;
Purnomosidhi, 2006:2; Suhardjanto dan Wardhani, 2010:5; Sutanto, 2012:3).
Karakteristik perusahaan adalah ciri atau identitas yang melekat pada sebuah
perusahaan sehingga membedakannya dengan perusahaan lain (Suhardjanto dan
Wardhani,
2010:5).
Terdapat
banyak
indikator
yang
merepresentasikan
karakteristik perusahaan dan memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan
Intellectual capital berdasarkan penelitian terdahulu pada tabel 1.2
6
Tabel 1.2
Indikator Karakteristik dan Pengaruhnya
Tahun
Nama Peneliti
1995
Meek et al
2001
Marwata
2004
Simanjuntak
dan Widiastuti
2006
Purnomosidhi
2009
Suhardjanto
dan Wardhani
2012
Sutanto
Indikator
Ukuran perusahaan
Status listing
Country/region
Profitabilitas
Ukuran perusahaan
Penerbitan sekuritas
Basis perusahaan
Leverage
Rasio likuiditas
Umur perusahaan
Struktur kepemilikan
Profitabilitas
Leverage
Struktur kepemilikan
Ukuran perusahaan
(Size)
Tipe industri
Foreign Listing Status
Leverage
Kinerja keuangan
Leverage
Kinerja Intellectual
capital
Ukuran perusahaan
(size),
Profitabilitas,
Leverage,
Umur listing di BEI,
dan
Corporate
Governance
Provisions
Ukuran perusahaan
Struktur kepemilikan
Basis perusahaan
Profitabilitas
Leverage
Umur perusahaan
Pengaruh Terhadap
Pengungkapan
Intellectual capital
Ukuran, status listing dan
Country berpengaruh.
Sementara Profitabilitas
tidak berpengaruh.
Hanya ukuran dan
penerbitan sekuritas yang
berpengaruh signifikan.
Semua variabel
berpengaruh.
Ukuran perusahaan,
leverage, dan kinerja
Intellectual capital
berpengaruh signifikan.
Ukuran perusahaan dan
profitabilitas berpengaruh
signifikan.
Ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan.
7
Indikator dan hasil penelitian yang tidak konsisten tersebut jelas membuat
tingkat pengungkapan intellectual capital pada perusahaan bervariasi. Sehingga
perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui konsistensi temuan jika
diterapkan pada kondisi lingkungan yang berbeda (Stephanie dan Yuyetta,
2012:1).
Berdasarkan fenomena pada latar belakang masalah di atas, maka penulis
bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH UKURAN
PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, DAN LEVERAGE TERHADAP
TINGKAT
PENGUNGKAPAN
INTEKTUAL
KAPITAL.”(Studi Pada
Perusahaan Go Public yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 Tahun 2013 di
Bursa Efek Indonesia)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena masalah yang dikemukakan pada latar belakang
penelitian di atas, maka identifikasi masalah dirumuskan sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan (size) terhadap tingkat
pengungkapan intellectual capital.
2. Seberapa besar pengaruh profitabilitas terhadap tingkat pengungkapan
intellectual capital.
3. Seberapa besar pengaruh leverage terhadap tingkat pengungkapan intellectual
capital
8
1.3
MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penulis melakukan penelitian ini untuk memberikan gambaran
mengenai pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tingkat pengungkapan
intellectual capital pada perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini ada dua, yaitu untuk mendapatkan bukti
empiris mengenai :
a. Pengaruh ukuran perusahaan (size) terhadap tingkat pengungkapan
intellectual capital.
b. Pengaruh profitabilitas terhadap tingkat pengungkapan intellectual capital.
c. Pengaruh leverage terhadap tingkat pengungkapan intellectual capital.
1.4 KEGUNAAN PENELITIAN
1.4.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
perkembangan ilmu akuntansi khususnya akuntansi keuangan. Penelitian ini juga
diharapkan dapat digunakan sebagai literatur, bahan pertimbangan dan motivasi
untuk melakukan penelitian lebih lanjut bagi para akademisi, praktisi, maupun
pengamat sehingga manfaat pengungkapan modal intelektual semakin nyata.
9
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi perusahaan
mengenai tingkat pengungkapan Intellectual capital pada kelompok saham LQ 45
dan faktor - faktor apa saja dari karakteristik perusahaan yang mempengaruhi
tingkat pengungkapan tersbut.
Bagi investor dan pihak eksternal perusahaan lain, diharapkan hasil
penelitian ini dapat menjadi dasar pertimbangan juga dalam pengambilan
keputusan ekonomi di pasar modal.
1.5
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penulis melakukan penelitian pada beberapa perusahaan yang listing di
Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan situs www.idx.co.id. Adapun
waktu penelitian dilaksanakan pada periode bulan Maret tahun 2015 sampai
dengan Juli 2015.
Download