ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGASOSIASI PADA

advertisement
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGASOSIASI PADA
PROSES PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA
KURIKULUM 2013 (TEMA AIR, BUMI DAN MATAHARI)
DI KELAS II SD NEGERI 14 DAUH PURI
KECAMATAN DENPASAR BARAT
(TAHUN AJARAN 2014/2015)
Nihayanti1, DB.Kt.Ngr. Semara Putra2, Ida Bagus Gede Surya Abadi3
1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
1
2
Email : [email protected] , [email protected] ,
3
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan kemampuan siswa dalam mengasosiasi pada
proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 (Tema Air, Bumi
dan Matahari) di Kelas II SD Negeri 14 Dauh Puri Kecamatan Denpasar Barat (2)
mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam
mengasosiasi pada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan subjek penelitian siswa kelas II SD Negeri 14 Dauh Puri tahun
ajaran 2014/2015 yang berjumlah 42. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.
Selanjutnya, data dianalisis menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Hasil
penelitian mengungkapkan bahwa kemampuan siswa dalam mengasosiasi pada proses
pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 (Tema Air, Bumi dan
Matahari) di Kelas II SD Negeri 14 Dauh Puri Kecamatan Denpasar Barat tahun ajaran
2014/2015 tergolong mengasosiasi secara induktif kategori generalisasi hal ini didukung
oleh persentase rata – rata kemampuan mengasosiasi siswa yang tergolong baik secara
tertulis adalah 83,34%, sedangkan siswa yang tergolong amat baik 16,66%. Faktor yang
mempengaruhi kemampuan mengasosiasi siswa diantaranya minat dan motivasi siswa
yang sangat tinggi dalam mengikuti proses pembelajaran dan peran guru dalam
membimbing siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam mengasosiasi pada proses pembelajaran
dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 (tema air, bumi dan matahari) di kelas II
SD Negeri 14 Dauh Puri Kecamatan Denpasar Barat tahun ajaran 2014/2015 adalah baik
secara generalisasi.
Kata kunci : kemampuan, siswa, mengasosiasi, pendekatan saintifik, dan kurikulum 2013
ABSTRACK
The purpose of this study was to examine (1) describe the student`s competence in
associating on the process of learning with scientific approach in the curricullum 2013
(themes of water, earth, and sun) for the class II of SD Negeri 14 Dauh Puri Kecamatan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Denpasar Barat. (2) describe some factors that affects the student`s ability in associating
on the process of learning with scientific approach in the curricullum 2013. This study was
descriptive study that has 42 students as a subject of research for the students of class II of
SD SD Negeri 14 Dauh Puri in the school year 2014/2015. In this study, a technique for
collecting data were using observation, interview, questionnaire opened, and
documentation. Analysis data was using a qualitative and quantitative approach. For the
result of this study display that the student`s capability in assocaiting on the process of
learning is generalizability inductive category. This case was supported by an average of
student`s associating with writing presentation were 83,34% for good students and the poor
students were 16,66%. From the whole result, the present researcher conclude that the
student`s ability in associating on the process of learning was partly good that furthermore
followed by the teacher`s including in the process of learning and guiding the students in
that process. This research concludes that through the student`s competence in
associating on the process of learning with scientific approach in the curricullum 2013
(themes of water, earth, and sun) for the class II of SD Negeri 14 Dauh Puri Kecamatan
Denpasar Barat is good with generalizability.
Key word : capability, student, association, saintific approach, and curriculum 2013
PENDAHULUAN
Perubahan teknologi dan informasi
yang sangat pesat membuat banyak
perubahan yang terjadi didalam segala
aspek kehidupan. Salah satu perubahan
yang
terjadi
adalah
dalam
bidang
pendidikan. Untuk itu diperlukan adanya
upaya peningkatan kualitas pendidikan
yang berfokus pada adanya upaya
peningkatan kemampuan. Hal ini penting
guna
membentuk
daya
kreatif
dan
keterampilan tinggi untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia
yang
dinamis.
Pendidikan merupakan salah satu
upaya mencetak generasi bangsa yang
kompeten, baik dalam ranah kognitif, afektif
maupun psikomotor. Pendidikan dalam
rangka mencapai tujuan memerlukan
pedoman
berupa
kurikulum
sebagai
seperangkat isi, tujuan maupun rancangan
dalam mencapai tujuan pendidikan yang
tertuang dalam system pendidikan nasional.
Indonesia sebagai Negara yang
memiliki salah satu cita – cita mencerdaskan
kehidupan bangsa tentu memiliki system
pendidikan
nasional
yang
kemudian
diturunkan pada seperangkat rencana
berupa
kurikulum.
Namun,
seiring
berkembangnya zaman perubahan demi
perubahan pun terjadi. Tentu hal tersebut
dimaksudkan untuk menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman agar pada era
globalisasi, generasi penerus bangsa dapat
mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Kurikulum yang disosialisasikan pada
saat ini adalah Kurikulum 2013. Kurikulum ini
menjadi pengganti dari kurikulum yang
sebelumnya yang berkembang di Indonesia
yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Tahun 2013 telah diberlakukan
pembelajaran Tematik Terpadu bagi peserta
didik mulai dari kelas I, II, IV dan V.
Pembelajaran dimaksud adalah dengan
menggunakan Tema yang akan menjadi
pemersatu
berbagai
mata
pelajaran.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi
pedagogik modern dalam pembelajaran,
yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
Pendekatan ilmiah (scientific appoach)
dalam
pembelajaran
sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya,
mencoba,
mengolah,
menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta untuk semua
mata pelajaran. Berdasarkan teori Dyer
(Sani, 2014) pendekatan ilmiah (scientific
approach) dalam pembelajaran
yang
memiliki komponen proses pembelajaran
antara lain: 1) mengamati, 2) menanya, 3)
mencoba/mengumpulkan
informasi,
4)
menalar/asosiasi, 5) membentuk jejaring
(melakukan
komunikasi).
Karakteristik
pendekatan saintifik antara lain sebagai
berikut; 1) berpusat pada siswa, 2)
melibatkan
proses
sains
dalam
mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip,
3) melibatkan proses-proses kognitif yang
potensial dalam merangsang perkembangan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
intelek, khususnya keterampilan berpikir
tingkat
tinggi
siswa,
4)
dapat
mengembangkan karakter siswa (Sani,
2014). Untuk membentuk kemampuan daya
kreatif siswa khususnya keterampilan
berpikir tingkat tinggi dibutuhkan suatu ilmu
pengetahuan untuk mendukung hal tersebut.
Adapaun yang dimaksud dari kemampuan
tersebut
adalah
kemampuan
untuk
menggunakan daya nalar. Dari
hasil
penelitian yang dilakukan oleh Lovel dan
Ranty,
“jika
siswa
belum
memiliki
kemampuan bernalar yang diperlukan, maka
pengetahuan
yang
diperoleh
dari
pembelajaran akan
terlupakan,
atau
walaupun
masih
tertinggal
hanya
merupakan pengetahuan hafalan”. Hal
serupa sesuai dengan pernyataan W.W
Sawyer dalam Fadjhar yaitu “pengetahuan
yang diberikan langsung kepada para siswa
akan kurang meningkatkan kemampuan
bernalar siswa”. Untuk itu diperlukan suatu
keterampilan baru yang berguna mengasah
kemampuan penalaran siswa
agar
pengetahuan yang di dapat tidak hanya
sebatas kemampuan hafalan saja. Suatu
keterampilan yang baru yang dimaksud
adalah
kemampuan
penalaran
(mengasosiasi) yang merupakan salah satu
komponen
dari
proses
pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik.
Kegiatan “mengasosiasi / mengolah
informasi” dalam kegiatan pembelajaran
sebagaimana
disampaikan
dalam
Permendikbud Nomor 81a tahun 2013
adalah memproses informasi yang sudah
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan / eksperimen maupun hasil
dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan
informasi.
Pengolahan
informasi yang dikumpulkan dari yang
bersifat menambah keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan informasi yang
bersifat mencari solusi dari berbagai sumber
yang memiliki pendapat yang berbeda
sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan
ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan
suatu informasi dengan informasi lainnya,
menemukan pola dari keterikatan informasi
tersebut. Apabila dikaitkan dengan hal di
atas, maka Istilah “menalar” dalam kerangka
proses pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013
adalah untuk menggambarkan bahwa guru
dan peserta didik merupakan pelaku aktif.
Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan
situasi peserta didik harus lebih aktif
daripada guru. Penalaran adalah proses
berpikir yang logis dan sistematis atas faktakata empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Istilah aktivitas menalar dalam
konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013
dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk
pada
teori
belajar
asosiasi
atau
pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam
pembelajaran merujuk pada kemampuan
mengelompokkan
beragam
ide
dan
mengasosiasikan beragam peristiwa untuk
kemudian
memasukannya
menjadi
penggalan memori. Selama mentransfer
peristiwa-peristiwa
khusus
ke
otak,
pengalaman tersimpan dalam referensi
dengan
peristiwa
lain.
Pengalamanpengalaman yang sudah tersimpan di
memori otak berelasi dan berinteraksi
dengan pengalaman sebelumnya yang
sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai
asosiasi atau menalar. Dari perspektif
psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi
antara entitas konseptual atau mental
sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran
atau kedekatan dalam ruang dan waktu.
Dalam menalar siswa dapat mengambil
hikmah dari sikap dan pengetahuan yang
didapat dari proses belajarnya.
Istilah menalar di sini merupakan
padanan dari associating; bukan merupakan
terjemahan dari reasonsing, meski istilah ini
juga bermakna menalar atau penalaran.
Istilah “menalar” dalam kerangka proses
pembelajaran dengan pendekatan ilmiah
yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk
menggambarkan bahwa guru dan peserta
didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya
tentu dalam banyak hal dan situasi peserta
didik harus lebih aktif daripada guru.
Penalaran adalah proses berfikir yang logis
dan sistematis atas fakta-kata empiris yang
dapat
diobservasi untuk
memperoleh
simpulan berupa pengetahuan. Penalaran
dimaksud merupakan penalaran ilmiah,
meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak
bermanfaat.
Terdapat dua cara menalar, yaitu
penalaran induktif dan penalaran deduktif.
Penalaran induktif merupakan cara menalar
dengan menarik simpulan dari fenomena
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang
bersifat umum. Jadi, menalar secara induktif
adalah proses penarikan simpulan dari
kasus-kasus yang bersifat nyata secara
individual atau spesifik menjadi simpulan
yang bersifat umum. Kegiatan menalar
secara induktif lebih banyak berpijak pada
observasi inderawi atau pengalaman empirik.
Penalaran deduktif merupakan cara menalar
dengan menarik simpulan dari pernyataanpernyataan atau fenomena yang bersifat
umum menuju pada hal yang bersifat
khusus. Pola penalaran deduktif dikenal
dengan pola silogisme. Cara kerja menalar
secara deduktif adalah menerapkan hal-hal
yang umum terlebih dahulu untuk kemudian
dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya
yang khusus.
Ada tiga jenis silogisme, yaitu
silogisme kategorial, silogisme hipotesis,
silogisme alternatif. Pada penalaran deduktif
tedapat premis, sebagai proposisi menarik
simpulan.
Penarikan
simpulan
dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu langsung
dan tidak langsung. Simpulan secara
langsung ditarik dari satu premis, sedangkan
simpulan tidak langsung ditarik dari dua
premis.
Orientasi Kurikulum 2013 adalah
terjadinya peningkatan dan keseimbangan
antara
kompetensi
sikap
(attitude),
keterampilan (skill)
dan pengetahuan
(knowledge). Sejalan dengan amanat UU
No. 20 tahun 2003 sebagaimana tersurat
dalam penjelasan Pasal 35: kompetensi
lulusan merupakan kualitas kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan sesuai dengan standar
nasional yang telah disepakati (Hidayat,
2013). Sejalan pula dengan pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi yang telah
dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup
kompetensi
sikap,
pengetahuan,
dan
keterampilan secara terpadu.
Secara konseptual draft Kurikulum
2013 dicita-citakan untuk mampu melahirkan
generasi masa depan yang cerdas
komprehensif yakni tidak hanya cerdas
intelektualnya, tetapi juga cerdas emosi,
sosial, dan spiritualnya. Hal itu tampak
dengan terintegrasikannya nilai-nilai karakter
ke dalam proses pembelajaran, tidak lagi
menjadi suplemen seperti dalam Kurikulum
2006. Pendekatan dan strategi pembelajaran
yang digunakan dengan memberikan ruang
kepada peserta didik untuk mengonstruksi
pengetahuan baru berdasarkan pengelaman
belajar yang diperoleh dari kelas, lingkungan
sekolah, dan masyarakat juga akan mampu
mendekatkan peserta didik pada kultur
masyarakat dan bangsanya. Kurikulum 2013
menjadi salah satu solusi menghadapi
perubahan zaman yang kelak akan
mengutamakan
kompetensi
yang
disinergikan dengan nilai-nilai karakter.
Pada
kurikulum
2013
proses
pembelajaran menggunakan pendekatan
saintifik.
Menurut
Kosasih
(2014)
menyatakan bahwa “Pendekatan saintifik
merupakan pendekatan di dalam kegiatan
pembelajaran
yang
mengutamakan
kreativitas dan temuan-temuan siswa”.
Sehingga
dapat
dikatakan
bahwa
pengalaman belajar siswa, baik berupa
pengetahuan, keterampilan dan sikap
mereka peroleh berdasarkan kesadaran dan
kepentingan mereka sendiri.
Daryanto
(2014)
berpendapat
pendekatan saintifik dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman kepada peserta
didik dalam mengenal, memahami berbagai
materi menggunakan pendekatan ilmiah,
bahwa informasi bisa berasal dari mana saja,
kapan saja, tidak tergantung pada informasi
searah dari guru. Oleh karena itu kondisi
pembelajaran yang diharapkan tercipta
diarahkan untuk mendorong siswa dalam
mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi, dan bukan hanya memberi tahu.
Berdasarkan pendapat di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan
pendekatan
saintifik
adalah
pendekatan yang mengutamakan kreativitas
dan temuan-temuan siswa dengan tujuan
agar siswa berperan aktif dalam proses
pembelajaran dan dapat mengembangkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa.
Dari karateristik diatas, pendekatan
saintifik sangat tertuju pada siswa dalam
proses pembelajarannya. Keterlibatan siswa
dalam pembelajaran merupakan teknik dari
pembelajaran saintifik sehingga siswa dapat
mengembangkan pengetahuan, sikap dan
keterampilannya.Selain
itu
pendekatan
saintifik juga menekankan pada karakter
siswa.perkembangkan karakter siswa dalam
proses pembelajaran dapat dilihat dari
keterlibatan belajar siswa secara aktif.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Namun
kenyataannya,
kegiatan
mengasosiasi atau menalar ini menjadi
kendala. Siswa belum mampu menemukan
keterkaitan suatu informasi dengan informasi
lainnya. Dalam hal ini, pembelajaran masih
berpusat pada guru (teacher oriented)dan
belum berpusat pada siswa (student
oriented).
Pembelajaran
seperti
ini
menyebabkan proses pembelajaran kurang
efektif. dimana guru menjelaskan sedangkan
siswa duduk manis mendengarkan. Hal ini
tidak sesuai dengan karakteristik pendekatan
saintifik pada kurikulum 2013. Banyak siswa
mampu menghafal dengan baik materi ajar
yang diterimanya namun belum mampu
menghubungkan antara apa yang mereka
pelajari dengan bagaimana pengetahuan
tersebut
dimanfaatkan.
Akibatnya
kemampuan penalaran (mengasosiasi) siswa
tidak berkembang. Permasalahan tersebut
terjadi pada siswa kelas II SD. Berdasarkan
hasil wawancara pada tanggal 29 Desember
2014 dengan guru kelas II yakni Ibu Nyoman
Sukanti, S.Pd.SD di SD Negeri 14 Dauh Puri,
kemampuan siswa dalam mengasosiasi
masih sangat rendah, misalnya dalam
kegiatan mengidentifikasi teks laporan
sederhana tentang lingkungan sekitar
maupun menulis laporan sederhana tentang
hasil pengamatan lingkungan sekitar dan
mengaitkan fakta – fakta yang ada di
lingkungan sekitar dengan kegiatan sehari hari. Hal ini menjadi kendala dalam proses
kegiatan mengasosiasi, sehingga guru perlu
memberikan lebih banyak informasi kepada
siswa agar dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan.
Berdasarkan pemaparan di atas,
menjadi sangat menarik untuk diteliti
bagaimana kemampuan mengasosiasi siswa
dengan diimplementasikannya kurikulum
2013. Karena dalam implementasi kurikulum
2013 menggunakan pendekatan saintifik,
kegiatan mengasosiasi menjadi salah satu
komponennya.
Penelitian
ini
akan
memberikan deskripsi tentang kemampuan
mengasosiasi
siswa
dalam
proses
pembelajaran tersebut.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di kelas II,
SD Negeri 14 Dauh Puri Kecamatan
Denpasar Barat tahun ajaran 2014/2015
pada bulan Februari – Maret 2015.
Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas II SD Negeri 14 Dauh Puri tahun ajaran
2014/2015 yang dipilih berdasarkan teknik
sampling
jenuh.
Sugiyono
(2009)
menyatakan “sampling jenuh adalah teknik
penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel”. Terpilih
subjek penelitian sebanyak 42 siswa. Objek
penelitian merupakan hal yang dikaji dalam
penelitian yaitu kemampuan siswa dalam
mengasosiasi pada proses pembelajaran
dengan pendekatan saintifik pada kurikulum
2013 di kelas II SD Negeri 14 Dauh Puri
tahun ajaran 2014/2015.
Dalam penelitian ini membutuhkan
instrumen yang tepat agar hasil yang
didapatkan dapat menjawab rumusan
masalah. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah : peneliti sebagai
instrument, yakni peneliti bertindak sebagai
pengumpul data yang melakukan wawancara
serta observasi terhadap subjek penelitian,
Instrumen penelitian dikembangkan oleh
peneliti kemudian dikonsultasikan dengan
dosen pembimbing. Untuk menentukan
validitas instrument dilakukan dengan cara
Expert Judgement, yaitu mengkonsultasikan
instrument yang telah dibuat kepada
beberapa ahli ; pedoman observasi
dirancang untuk mendapatkan gambaran
sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian yaitu mendeskripsikan hasil
analisis
kemampuan
siswa
dalam
mengasosiasi pada proses pembelajaran
dengan pendekatan saintifik. Pada tahap
observasi, peneliti hadir di kelas yang
bersifat observasi non partisipatif kepada
siswa untuk memahami bagaimana kegiatan
siswa dalam belajar di sekolah. Dalam
pengamatan, data diinterpretasikan sesuai
dengan keadaan empiris secara umum
berdasarkan apa yang yang telah dipaparkan
pada landasan teori yang ada. Observasi
dilakukan sampai data telah benar - benar
jenuh. Pengamatan dilakukan pada siswa
kelas II tema Air, Bumi dan Matahari di SD
Negeri 14 Dauh Puri Kecamatan Denpasar
Barat tahun ajaran 2014/2015; Wawancara
dilaksanakan
berdasarkan
pedoman
wawancara yang telah disusun. Wawancara
dilakukan terhadap sumber data penelitian,
yakni guru dan siswa. Wawancara terhadap
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
guru ditujukan untuk memperoleh data
berkaitan dengan keterangan tentang
kemampuan siswa dalam mengasosiasi dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya.
Sedangkan wawancara terhadap siswa
bertujuan untuk memperoleh informasi
secara langsung tentang kemampuan siswa
dalam mengasosiasi dan juga faktor-faktor
yang
mempengaruhinya.
Pedoman
wawancara dirancang untuk memperoleh
deskripsi
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kemampuan siswa dalam
mengasosiasi pada proses pembelajaran
dengan
pendekatan
saintifik,
Teknik
wawancara yang digunakan adalah teknik
wawancara semi terstruktur (Sugiyono,
2008). Peneliti menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan - pertanyaan
tertulis. Tujuan dari wawancara ini adalah
untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka, di mana pihak yang diajak
berwawancara diminta pendapat mengenai
kemampuan siswa dalam mengasosiasi dan
juga faktor-faktor yang mempengaruhinya
pada
proses
pembelajaran
dengan
pendekatan
saintifik;
Dokumentasi
digunakan untuk memperoleh data yang
bersumber pada tulisan, seperti buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, dan
sebagainya (Arikunto, 2010). Dokumentasi
dilakukan
dengan
mencatat
dan
mengabadikan kegiatan berupa foto – foto
maupun
video
pada
saat
peneliti
mengobservasi kegiatan pembelajaran di
dalam kelas.
Dokumentasi
dirancang
untuk
mengumpulkan
data-data
mengenai
rumusan
masalah
pertama,
yaitu
kemampuan siswa dalam mengasosiasi
pada
proses
pembelajaran
dengan
pendekatan saintifik pada kurikulum 2013.
Pedoman dokumentasi dirancang untuk
mengumpulkan
data-data
mengenai
rumusan
masalah
pertama,
yaitu
kemampuan siswa dalam mengasosiasi
pada
proses
pembelajaran
dengan
pendekatan saintifik pada kurikulum 2013.
Angket dirancang untuk untuk mengetahui
kemampuan mengasosiasi siswa secara
tertulis .
Dalam penelitian deskriptif kualitatif,
seorang peneliti biasanya menjadi kunci
utama dalam mengumpulkan data yang
diperlukan. Informasi atau data – data dalam
penelitian deskriptif dilakukan pada natural
setting (kondisi yang alamiah), sumber data
primer, dan teknik pengumpulan data lebih
banyak
pada
observasi,
wawancara
mendalam (in depth interview), angket
terbuka dan dokumentasi. Data kualitatif
akan
diperoleh
melalui
observasi,
wawancara dan dokumentasi sedangkan
data kuantitatif akan diperoleh melalui
jawaban siswa dalam angket.
Dalam penelitian kualitatif, data
diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data
yang bermacam-macam (triangulasi), dan
dilakukan secara terus-menerus sampai
datanya jenuh. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan langkah-langkah seperti yang
dikemukakan Miles dan Humberman (dalam
Sugiyono, 2014) bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data
yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification.
Reduksi data adalah salah satu
bentuk
analisis
yang
menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang
data yang tidak perlu dan mengorganisasi
data dengan cara sedemikian rupa sehingga
kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan
diverifikasi.
Penyajian
data
adalah
sekumpulan
informasi
tersusun
yang
memberi
kemungkinan
penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Kegiatan ini memunculkan dan menunjukkan
kumpulan data atau nformasi yang
terorganisasi
dan
terkategori
yang
memungkinkan penarikan suatu kesimpulan
atau tindakan. Langkah ketiga dalam analisis
data
kualitatif
menurut
Miles
dan
Humberman adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi,
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada
tahap awal, didukung oleh bukti yang valid
dan konsisten saat peneliti dikemukakan
merupakan kesimpulan kredibel.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dimulai tanggal 23 Februari
2015 sampai tanggal 10 Maret 2015 (catatan
lapangan terlampir). Peneliti hanya dapat
mengikuti pembelajaran dengan penuh
hanya di hari Rabu dan Sabtu, karena di hari
lain
pelajaran
yang
menggunakan
pendekatan saintifik maksimal hanya 1 X 30
menit dikarenakan ada tambahan pelajaran
lainnya seperti Agama, Bahasa Bali, Bahasa
Inggris, dan Olahraga. Selain peneliti
mengikuti proses pembelajaran di dalam
kelas sekaligus mengobservasi kegiatan
mengasosiasi
siswa
dalam
proses
pembelajaran, peneliti juga melakukan
wawancara dengan guru untuk mendapatkan
informasi tentang kemampuan mengasosiasi
siswa. Dalam observasi, peneliti melihat
keaktifan dan antusias siswa dalam
mengikuti
pembelajaran,
menjawab
pertanyan yang diberikan oleh guru bahkan
ada beberapa siswa yang tidak sungkan
menyampaikan
pendapatnya
walaupun
terkadang pendapat yang disampaikan oleh
siswa tidak sesuai dengan materi yang
sedang dibahas. Namun dalam hal ini, guru
tidak langsung membenarkan ataupun
menyalahkan pendapat siswa tersebut,
melainkan guru memberikan kesempatan
kepada siswa lain untuk menyampaikan
pendapat yang mereka miliki sendiri hingga
menemukan pendapat yang sesuai dengan
pelajaran hari tersebut. Hal ini sesuai dengan
konsep pendekatan saintifik dimana guru
bukanlah satu satunya sumber belajar
namun guru hanya sebagai fasilitator.
Setelah 8 kali peneliti memantau keaktifan
siswa di dalam kelas, kemudian peneliti
berkerja sama dengan guru kelas untuk
membuat beberapa soal yang berbentuk
angket terbuka. Hal ini dimaksudkan agar
peneliti dapat mengetahui dengan jelas
apakah siswa kelas II sudah mampu
mengasosiasi dengan baik atau belum.
Dikarenakan pada proses pembelajaran
tidak semua siswa berani menyimpulkan
pada akhir pelajaran ataupun menyampaikan
pendapat atas pertanyaan yang diberikan
oleh guru, mengingat siswa kelas II masih
berumur 7 – 8 tahun diyakini siswa tersebut
masih malu – malu untuk menyampaikan
pendapatnya. Oleh karena itu peneliti
meminta
persetujuan guru kelas untuk
bersama – sama membuat angket terbuka
untuk
mengetahui
kemampuan
mengasosiasi siswa secara tertulis. Angket
terbuka dibagikan hari Rabu, 04 Maret 2015.
Dari hasil diskusi dengan guru kelas II,
peneliti membuat 5 pertanyaan atau
pernyatan yang sesuai dengan tema yang
sedang
dipelajari.
Pertanyaan
atau
pernyataan dalam angket berskor maksimal
15 dengan 5 butir pertanyaan maupun
pernyataan. Hasil dari jawaban siswa dalam
angket
terbuka
kemudian
diproses
menggunakan bantuan Microsoft Office Exel
2007 untuk mendapatkan nilai rata – rata
(mean) nya. Dari hasil pengujian statistik
deskriptif rata – rata (mean) kemampuan
mengasosiasi siswa secara tertulis dalam
proses
pembelajaran
menggunakan
pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 (
tema Air, Bumi dan Matahari) di kelas II SD
Negeri 14 Dauh Puri Kecamatan Denpasar
Barat tahun ajaran 2014/2015 adalah 10,
86. Kemudian dikonversikan pada nilai
Kurikulum 2013 menjadi 2,90. Kemampuan
mengasosiasi termasuk ke dalam ranah
kompetensi pengetahuan. Sehingga jika
dikaitkan ke dalam rentang nilai kompetensi
pengetahuan, rata – rata nilai kemampuan
mengasosiasi siswa di kelas II SD Negeri 14
Dauh Puri Kecamatan Denpasar Barat
menempati predikat B ( Baik).
Tabel 01. Tabel Persentase Distribusi Frekuensi Kemampuan Mengasosiasi Siswa
No
1
2
3
4
5
6
Kelas Interval
0,00 – 1,00
1,00 – 1,33
1,33 – 1,66
1,66 – 2,00
2,00 – 2,33
2,33 – 2,66
Nilai sikap
Kurang
Cukup
Baik
F
0
0
0
0
0
10
Persentase (%)
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
23,81
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
7
8
9
10
Jumlah
2,66 – 3,00
3,00 – 3,33
3,33 – 3,66
3,66 – 4,00
19
6
2
5
42
Sangat baik
Berdasarkan tabel 01. diatas
menunjukkan
bahwa
kemampuan
mengasosiasi 42 siswa diantaranya 4,76 %
atau 2 orang siswa mendapatkan nilai A-,
11,90 % atau 5 orang siswa mendapatkan
nilai A, 14,29 % atau 6 orang siswa
mendapatkan nilai B+, 45,24 % atau 19
orang siswa mendapatkan nilai B, dan
23,81 % atau 10 orang siswa mendapatkan
nilai B-. dari 42 siswa, yang mendapatkan
nilai kompetensi kemampuan mengasosiasi
baik sebanyak 35 orang atau 83,34 % dan
yang mendapatkan nilai kemampuan
mengasosiasi
dengan
sangat
baik
sebanyak 7 orang atau 16,66 %.
Sementara, hasil wawancara siswa
dan guru terkait faktor – faktor yang
mempengaruhi siswa dalam kemampuan
mengasosiasi setelah direduksi adalah
faktor internal yang berasal dari dalam diri
siswa sangat baik. Sehingga dapat
dikatakan
faktor
internal
sangat
mempengaruhi kemampuan mengasosiasi
siswa. Seperti yang sudah dikemukakan
45,24
14,29
4,76
11,90
100
bahwa jenis penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dan pendekatan
kuantitatif. Data yang diperoleh melalui
observasi dan angket adalah data
kuantitatif yang akan dianalisis secara
kuantitatif, setelah itu dianalisis lagi menjadi
deskriptif kualitatif. Sementara data yang
diperoleh melalui wawancara dianalisis
secara
deskriptif
kualitatif.
Adapun
analisisnya adalah sebagai berikut. Analisis
data deskriptif kuantitatif dilakukan melalui :
(1) Pereduksian data sebanyak 42 siswa (2)
penyajian berupa tabel dan diagram serta
(3) penarikan simpulan. Analisis penilaian
kemampuan mengasosiasi siswa secara
tertulis dilakukan untuk mendapatkan
informasi mengenai aspek yang diteliti.
Kemampuan
mengasosiasi
termasuk
kedalam kompetensi pengetahuan, maka
untuk penilaiannya digunakan penilaian
kompetensi pengetahuan menggunakan
nilai kualitatif seperti pada tabel berikut
Tabel 02. Tabel Rentang Nilai Kompetensi Pengetahuan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kelas Interval
0 – 1,00
1,01 – 1,33
1,34 – 1,66
1,67 – 2,00
2,01 – 2,33
2,34 – 2,66
2,67 – 3,00
3,01 – 3,33
3,34 – 3,66
10
3,67 – 4,00
Nilai sikap
Kurang
Cukup
Baik
Amat Baik
Perhitungan
nilai
kemampuan
mengasosiasi
adalah
dengan
cara
menentukan skala penilaian pengetahuan
dibuat dengan rentangan 0 - 3, contoh; 0 =
jawaban salah, tidak menjawab; 1 = jawaban
Predikat
D
D+
CC
C+
BB
B+
A-
A
(Kurniasih dan Sani, 2014:101)
benar, salah; 2 = jawaban benar, alasan
kurang lengkap; 3 = jawaban benar, alasan
benar
dan
lengkap.
Menetapkan
pembobotan dan rumus perhitungan,
pembobotan
ditetapkan
oleh
satuan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
pendidikan
dengan
mempertimbangkan
karakteristik sekolah dan peserta didik. Nilai
pengetahuan disarankan diberi bobot lebih
besar dari pada nilai ulangan karena lebih
mencerminkan perkembangan pencapaian
kompetensi siswa. Setelah didapat hasilnya
kemudian
dianalisis
secara
deskriptif
kualitatif satu persatu. Diakhir akan dicari
rata-rata siswa sehingga dapat disimpulkan
secara klasikal.
Analisis data deskriptif kualitatif ini
diperoleh melalui wawancara siswa dan guru
setelah lengkap akan ditriangulasi melalui
teknik triangulasi sumber. Analsisnya hanya
berupa data kualitatif.
Pembahasan
Penelitian
ini
diawali
dengan
mengamati kondisi sekolah dan siswa
melalui tahapan observasi dan wawancara
kepada guru, dari hasil wawancara dengan
guru dan observasi kegiatan pembelajaran di
dalam kelas selama 8 x pertemuan. Selama
8 x pertemuan peneliti mengobservasi
kegiata belajar siswa di kelas, nampak siswa
sangat aktif dan antusias mengikuti
pelajaran. Terlebih siswa sangat senang
apabila guru menugaskan siswa melakukan
percobaan dan guru membawa alat peraga
di dalam kelas. Selama peneliti mengamati
kegiatan siswa mengasosisasi di dalam
kelas melalui bantuan perekam video,
peneliti berdiskusi dengan guru kelas untuk
mendapatkan saran agar hasil penelitian ini
maksimal, hasil diskusi tersebut peneliti
disarankan untuk membuat angket terbuka
yang
disesuaikan
dengan
indikator
kemampuan mengasosiasi dikarenakan
untuk
menganalisis
kemampuan
mengasosiasi siswa secara lisan kurang
terjamin hasilnya walaupun sudah melalui
bantuan perekam video sehingga peneliti
disarankan untuk membuat angket terbuka
yang berisikan pertanyaan seputar tema
yang sedang diajarkan, sehingga dalam
pertanyaan angket tersebut peneliti dapat
menganalisis kemampuan mengasosiasi
siswa secara tertulis dengan lebih mudah
dan hasil analisis lebih akurat dibandingkan
jika hanya melalui media perekam video
saja. Hasil analisis data berdasarkan angket
terbuka yang dilakukan dan wawancara
dengan
siswa
menunjukkan,
bahwa
kemampuan mengasosiasi siswa secara
induktif mulai terlihat namun dalam kategori
penalaran induktif secara generalisasi. Hal
ini terbukti dalam jawaban siswa yang
mampu memberikan dugaan terhadap
sebuah pertanyaan dan siswa mampu
menarik suatu kesimpulan dari beberapa
fakta yang diberikan yang bersifat umum,
seperti
pada
gambar
4
(terlampir).
Berdasarkan gambar tersebut, kemampuan
mengasosiasi siswa secara generalisasi
sudah tampak. Karena dapat mengaitkan
fakta – fakta dalam menjawab pertanyan
yang diberikan. Berdasarkan hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa kemampuan
mengasosiasi siswa secara generalisasi
sudah baik. Hal ini di dukung dengan hasil
analisis data dengan mencari rata – rata nilai
siswa dalam menjawab angket terbuka yakni
sebesar 83,34 % siswa yang sudah
mendapatkan predikat BAIK dalam penilaian
kompetensi pengetahuan kurikulum 2013
khususnya
kemampuan
siswa
dalam
mengasosiasi secara tertulis. Hal ini
didukung oleh faktor yang berada di dalam
diri siswa, yakni faktor motivasi dan minat
siswa yang sangat tinggi dalam mengikuti
pembelajaran dengan baik sehingga siswa
mampu mengasosiasi dengan baik. Selain
faktor yang berasal dari dalam diri siswa,
faktor eksternal pun sangat berpengaruh.
Seperti faktor guru. Guru pun memiliki
peranan yang sangat penting dalam proses
pembelajaran.
Dalam
hal
ini
guru
menerapkan pendekatan saintifik dengan
baik, hal ini terlihat bahwa guru memberikan
kesempatan kepada masing-masing siswa
untuk melakukan percobaan sendiri baik
disekolah maupun di rumah, selain itu
bantuan guru membawa alat peraga yang
terbuat dari bahan bekas sederhana pun
menunjukkan keterampilan guru mengolah
barang bekas sekaligus memberikan contoh
kepada siswa agar mampu mengolah barang
bekas menjadi barang yang sangat berharga
bagi kehidupan sehari – hari walaupun
sangat sederhana.
PENUTUP
Berdasarkan
hasil
observasi,
wawancara, dokumentasi dan penyebaran
angket kepada siswa kelas II SD Negeri 14
Dauh Puri Kecamatan Denpasar Barat tahun
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
ajaran 2014/2015, dapat disimpulkan antara
lain :
Kemampuan mengasosiasi siswa
secara induktif terlihat dalam proses
pembelajaran dengan pendekatan saintifik
pada kurikulum 2013 tema Air, Bumi dan
Matahari. Hal ini terlihat pada tabel
persentase distribusi frekuensi kemampuan
mengasosiasi siswa. Berdasarkan tabel
tersebut 4,76 % siswa atau 2 orang
mendapatkan nilai A-, 11,90 % atau 5 orang
siswa mendapatkan nilai A, 14,29 % atau 6
orang siswa mendapatkan nilai B+, 45,24 %
atau 19 siswa mendapatkan nilai B dan
23,81 % atau 10 orang siswa mendapatkan
nilai B-. Dari 42 siswa, yang mendapatkan
nilai kompetensi kemampuan mengasosiasi
baik sebanyak 35 orang atau 83,34 % dan
yang
mendapatkan
nilai
kemampuan
mengasosiasi dengan sangat baik sebanyak
7 orang atau 16,66 %. Kemampuan
mengasosiasi siswa secara deduktif belum
terlihat,
dikarenakan
kemampuan
mengasosiasi siswa kelas II dikategorikan
mengasosiasi secara sederhana dan 0 %
atau tidak ada siswa yang memenuhi kriteria
dalam indikator kemampuan mengasosiasi
secara deduktif. Deskripsi kemampuan
mengasosisasi siswa dalam pembelajaran
dengan pendekatan saintifik pada kurikulum
2013 tema Air, Bumi dan Matahari dapat
disimpulkan kemampuan mengasosisasi
secara induktif dalam aspek generalisasi, hal
ini nampak pada hasil jawaban siswa pada
angket terbuka yang mampu mengaitkan
fakta – fakta yang ada pada kehidupan
sehari – hari dengan memberikan simpulan
yang bersifat umum .
Faktor - Faktor yang mempengaruhi
kemampuan mengasosiasi siswa dalam
pembelajaran
dengan
menerapkan
pendekatan saintifik pada kurikulum 2013
tema Air, Bumi dan Matahari didukung oleh
faktor internal dan faktor eksternal siswa.
Faktor internal siswa diantaranya minat dan
motivasi siswa yang sangat tinggi dalam
mengikuti proses pembelajaran dan faktor
eksternal siswa adalah peran serta guru
dalam membimbing siswa ketika proses
pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah
diperoleh,
dapat
dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut :
Kepada
siswa
disarankan
dalam
melakukan kegiatan pembelajaran untuk
lebih memperhatikan dan lebih fokus
terhadap pembelajaran yang
sedang
berlangsung sehingga pembelajaran yang
diperoleh benar-benar sesuai dengan materi
pembelajaran. Kepada guru, disarankan
lebih kreatif, inovatif dan aktif dalam
menyiapkan pembelajaran dan memilih
pendekatan yang disesuaikan dengan tema
pembelajaran,
sehingga
dalam
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran
suasana pembelajaran akan menyenangkan.
Kepada peneliti lain hendaknya dapat
melaksanakan penelitian dengan berbagai
pendekatan atau model pembelajaran lain
yang belum sepenuhnya dapat terjangkau
dalam penelitian ini, dengan adanya
penelitian ini dapat dijadikan sebagai
pembanding
dalam
melakukan
suatu
penelitian berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman.
2009.
Belajar
dan
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik Edisi Revisi.
Jakarta: Reneka Cipta
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran
Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta
:Grava Media
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan
Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno.
2007. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: Refika Aditama
Hasibuan, J.J dan Moedjiono. 1992. Proses
Belajar
Mengajar.
Bandung:
Rosdakarya
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014.
Sukses
Mengimplementasikan
Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena
Kosasih, E. 2014.Strategi Belajar dan
Pembelajaran Implementasi Kurikulum
2013.Bandung : Yrama Widya
Modul
Diklat
Guru
Dalam
Rangka
Implementasi Kurikulum 2013 jenjang
SD/SMP/SMA.
2013.
Konsep
Pendekatan Saintifik. Kementerian
pendidikan dan Kebudayaan.
Moleong, Lexy J. 2009.Metodelogi Penelitian
Kualitatif. Bandung : Rosdakarya
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Nasution.2008.Metode
Research.Jakarta
:Bumi Aksara.
Riyanto, Yatim. 2001. Metodelogi Penelitian
Pendidian. Surabaya: SIC
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran
Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum
2013. Jakarta : Bumi Aksara
Salinan Lampiran 1 Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor
57 tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
Silberman, Mel. 2009. Active Learning: 101
Strategi
Pembelajaran
Aktif.
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Sugiyono. 2008. Manajemen Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung :
Rosdakarya
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan
Pembelajaran.
Jakarta:
Fajar
Interpratama Mandiri
Suyadi,
2013.Strategi
Pembelajaran
Pendidikan
Karakter.
Bandung:
Rosdakarya
Uno, B. Hamzah. 2014. Assessment
Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Download