KEHARMONISAN KELUARGA ANTARA SUAMI ISTRI DITINJAU DARI KEMATANGAN EMOSI PADA PERNIKAHAN USIA DINI PENI RATNAWATI Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan antara suami dan istri serta hubungan antara kematangan emosi dengan keharmonisan keluarga pada pernikahan usia dini. Subyek penelitian ini berjumlah 40 pasang yang menikah pada usia dini warga kecamatan Karangtengah. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah studi populasi. Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik Uji t dan Analisis Korelasi product moment. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kematangan emosi antara suami dengan istri dan adanya perbedaan antara keharmonisan keluarga menurut suami dan istri. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh diketahui bahwa rxy = 0,453 dan p=0,000 (p < 0,01) yang berarti ada hubungan yang positif antara kematangan emosi dan keharmonisan keluarga. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Kata kunci: Keharmonisan Keluarga, Kematangan Emosi. FAMILY HARMONY BETWEEN HUSBAND AND WIFE IN TERMS OF EMOTIONAL MATURITY AT AN EARLY AGE MARRIAGE. Abstract The research aimed to analyze the difference between husband and wife as well as the relations between the maturity of emotion with the family harmony at an early age marriage. This amount is 40 pairs of respondent who are married at an early age residents karangtengah sub-district. The technique of adoption of the data used is the study population. Methods of data analysis is done using the product moment correlation technique and analysis of t-test. Result of the analysis showed that there was no difference between the maturity of emotions with a wife and husband of the difference between the family harmony according to a husband and wife. Based on the result analysis of data obtained known that the rxy = 0,453 and p = 0,000 ( p & it; 0.01 ) that mean there was a positive relationship between the maturity of emotion and harmony the family. So that hypothesis in research is accepted. Keywords: Family Harmony, Emotional Maturity. 155 seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan Pendahuluan Manusia merupakan makhluk sosial, yang kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan Esa. Pernikahan merupakan salah suatu dan saling tergantung terhadap manusia aktivitas lainnya. Dengan sifat dan hakekat itu, umumnya akan terkait pada suatu tujuan yang manusia ingin selalu berusaha untuk selalu individu. dicapai Aktivitas oleh individu individu yang memenuhi kebutuhannya. Diantara kebutuhan bersangkutan, demikian pula dalam hal tersebut adalah kebutuhan sosial. Untuk pernikahan. Karena pernikahan merupakan memenuhi kebutuhan sosialnya, maka mereka suatu aktivitas dari satu pasangan, maka biasanya sudah akan melakukan pernikahan. selayaknya merekapun juga Manusia dalam proses perkembangan untuk mempunyai tujuan tertentu, tetapi karena meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan pernikahan itu terdiri dari dua individu, maka hidup yang dapat memberikan keturunan. adanya kemungkinan bahwa tujuan mereka Pernikahan jalan untuk bisa itu tidak sama. Bila hal tersebut terjadi, maka rumah tangga yang tujuan itu harus dibulatkan agar terdapat suatu bahagia. Pernikahan adalah suatu penyatuan kesatuan dalam tujuan tersebut (Walgito, jiwa dan raga dua manusia berlawanan jenis 2004:13). mewujudkan sebagai suatu dalam suatu ikatan yang suci dan mulia di Setiap orang yang memasuki kehidupan bawah lindungan hukum dan Tuhan Yang berkeluarga Maha Esa (Walgito:2004:11). Kertamuda menginginkan (2009:16) bahwa harmonis, bahagia, sejahtera lahir dan batin. pernikahan adalah suatu yang sangat sakral Hal ini telah menjadi keinginan dan harapan dan tidak hanya melibatkan pasangan yang mereka jauh sebelum dipertemukan dalam akan berkomitmen yang akan menikah, namu ikatan pernikahan yang sah. Keharmonisan juga melibatkan keluarga besar kedua belah Rumah pihak. Keharmonisan berasal dari kata harmonis Menurut juga mengungkapkan Undang-Undang Pernikahan, pernikahan adalah ikatan lahir batin antara melalui pernikahan terciptanya Tangga - tentu keluarga Secara yang terminologi yang berarti serasi, selaras. Titik berat dari keharmonisan keluarga adalah keadaan 156 selaras atau serasi, keharmonisan bertujuan dapat dikarenakan kurangnya pengetahuan untuk mencapai keselarasan dan keserasian, mengenai dunia pernikahan, serta kurangnya dalam kehidupan rumah tangga perlu menjaga kesiapan untuk menikah (Papalia Olds dan kedua Wendkos, 2004). hal tersebut untuk mencapai keharmonisan rumah tangga (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Keluarga Pengertian pernikahan dini adalah sebuah merupakan bentuk ikatan/pernikahan yang salah satu atau tempat para penghuninya beristirahat dari kedua pasangan berusia di bawah 18 tahun suatu kepenatan aktivitas, sehingga keluarga atau sedang mengikuti pendidikan di sekolah haruslah menyenangkan. Menurut sekcam Karangtengah, Demak pernikahan banyak menengah atas. Jadi sebuah pernikahan membawa juga orang di kecamatan disebut pernikahan dini, jika kedua atau salah faktanya meskipun satu pasangan masuk berusia di bawah 18 kebahagiaan yang tapi tahun (masih berusia remaja) (YPAN, 2008). mengakhiri Kebiasaan yang terjadi di kecamatan pernikahannya dengan perceraian. Perceraian tentunya tidak terjadi begitu saja, pasti ada faktor yang mendasarinya. Berdasarkan data yang didapatkan peneliti dari Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Makamah Agung yang mengungkapkan bahwa faktor penyebab perceraian yang paling banyak adalah perselisihan yang terus menerus yang disebabkan oleh pernikahan. ketidakharmonisan dalam Banyak mempengaruhi faktor ketidakharmonisan yang dalam pernikahan, salah satu faktor yang sangat mempengaruhi ketidak harmonisan dalam keluarga adalah faktor emosi. Salah satu Karangtengah, Demak adalah pernikahan yang dilakukan usia muda, dimana kebiasaan yang terjadi adalah anak perempuan yang berusia 15 tahun dan belum menikah, seringkali justru dianggap tidak laku. Bahkan terdapat pula pernikahan dalam usia relatif muda yaitu 13 tahun. Perkembangan ini amat mengkhawatirkan, karena berdasarkan data dari kecamatan Karangtengah, jumlah pernikahan setiap tahunnya selalu meningkat, namun jumlah perceraian juga meningkat pula. Berdasarkan data terlihat bahwa selama 4 adalah tahun terakhir, terdapat peningkatan jumlah ketidakmampuan pasangan menyesuaikan diri pernikahan yang terjadi pada kecamatan dengan peran dan tugasnya. Hal tersebut Karangtengah, Demak, namun dalam tahun penyebab konflik rumah tangga yang sama pula, jumlah kasus perceraian yang 157 terjadi juga mengalami peningkatan. Hal ini cukup matang. Hasil ini bertolak belakang mengindikasikan dengan teori yang menyatakan bahwa kurang bahwa terdapat banyak kasus ketidakharmonisan dalam keluarga matangnya yang menyebabkan terjadinya perceraian. perceraian. Data yang didapat dari Kantor Urusan Agama, menyebutkan bahwa emosi akan mengakibatkan Keharmonisan Keluarga banyak pasangan yang menikah usia dini, lalu bercerai pula dalam usia masih relatif muda. Keharmonisan keluarga adalah adanya komunikasi aktif di antara mereka-terdiri dari suami istri, dan atau anak atau siapapun yang Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa tinggal bersama (Subhan, 2004). pada tahum 2009-2012, terdapat banyak Keharmonisan rumah tangga adalah proses pasangan yang menikah di bawah umur dinamis yang melibatkan kepiawaian seluruh dengan anggota alasan beragam, antara lain keluarga dan dialog adalah perjodohan, hamil di luar nikah maupun yang keniscayaan betul-betul saling mencintai. Sedangkan pada (Ronosulistyo, Rosalina dan Angelina, 2009). tahun yang sama terdapat pula pada saat menikah, usia dari pasangan atau salah satu individu masih di bawah umur. Banyak pasangan yang menikah pada usia dini pada kecamatan Karangtengah, Demak, hal ini menjadi fenomena tersendiri karena secara emosional, usia yang masih sangat muda tersebut belum cukup mampu dan dalam mengatasi kesulitan dan Berdasarkan hasil angket yang dilakukan peneliti mengalami terhadap perceraian, prosesnya Menurut Mitrofan dan Ciuperca (1998 dalam Adriana et al, 2012), keharmonisan keluarga adalah bagaimana suami dan istri dapat melakukan komunikasi, motivasi, serta mengetahui lebih dalam tentang pasangannya dalam mengembangkan hubungannya sebagai suatu keluarga. Menurut Kidwell et al (2012) dalam Pekdemir et al (2013), keharmonisan keluarga adalah ukuran dari persepsi standar dari pola kehidupan berumah tangga. oleh setiap kasus perceraian dimana pasangan yang bercerai tenang dalam 20 orang terlihat yang bahwa sebagian besar individu yang melakukan perilaku keluarga yang mencerminkan sinkronisasi dan integrasi di antara anggota keluarga yang juga diindikasikan melalui anggota keluarga. perceraian memiliki kematangan emosi yang 158 Secara terminologi keharmonisan berasal Dalam penelitian ini peneliti dari kata harmonis yang berarti serasi, dan menyimpulkan bahwa keharmonisan keluarga selaras (Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan hubungan antara suami dan istri 2012). atau kedua orangtua dalam hubungan kasih Keharmonisan bertujuan untuk mencapai keselarasan dan keserasian dalam sayang. kehidupan. Keluarga perlu menjaga kedua hal ketentraman tersebut untuk mencapai keharmonisan. kebahagiaan jiwa, dan kesenangan jasmaniah, Keharmonisan keluarga merupakan hubungan antara suami dan istri atau kedua orang tua dalam hubungan kasih sayang. Hubungan hati, yang menciptakan ketenangan pikiran, serta dapat mengantarkan seseorang hidup lebih bahagia, lebih layak dan lebih tentram. Aspek-aspek keharmonisan dalam Hubungan ini dapat menciptakan ketentraman keluarga menurut Sadarjoen (2005:68) antara hati, ketenangan pikiran, kebahagiaan jiwa, lain sebagai berikut: dan kesenangan jasmaniah. Hubungan kasih sayang ini dapat memperkuat kebersamaan antar anggota a. Faktor keimanan keluarga rasa Faktor keimanan merupakan faktor keluarga, penentu penting, yaitu penentu tentang kekokohan pondasi keluarga, dan menjaga keyakinan atau agama yang akan di keutuhannya. Cinta dan kasih sayang dapat pilih oleh kedua pasangan. menciptakan rasa saling menghormati dan b. Continuous improvement . saling bekerja sama, bahu-membahu dalam Terkait dengan sejauh mana tingkat menyelesaikan setiap problem yang datang kepekaan perasaan antar pasangan menghadang perjalanan kehidupan berumah terhadap tangga. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 1 pernikahan. tantangan ayat 2 UU Pernikahan No 1 Tahun 1974 yang c. Kesepakatan mendeskripsikan pernikahan sebagai ikatan jumlah anak. lahir batin antara seorang pria dengan seorang Sepakat untuk menentukan berapa wanita sebagai suami istri dengan tujuan jumlah anak yang akan dimiliki suatu membentuk keluarga, rumah tangga yang pasangan yang baru menikah. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Nuruddin dan Tarigan, tentang permasalahan perencanaan d. Kadar rasa bakti pasangan terhadap orang tua dan mertua masing-masing. 2006:42). 159 Keadilan dalam memperlakukan Kematangan Emosi kedua belah pihak : keluarga, orang tua atau mertua beserta keluarga besarnya. merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu (khusus) dan emosi cenderung terjadi dalam kaitannya e. Sense of humour. Menciptakan suasana Emosi atau ceria memiliki dengan perilaku yang mengarah (approach) menghidupkan didalam makna keluarga terapi, yang memungkinkan terciptanya relasi yang atau menyingkiri (avoidance) terhadap sesuatu dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa penuh keceriaan. seseorang sedang mengalami emosi Walgito Sikap adil antar pasangan terhadap (2004:209), Emosi tak pernah diam. Emosi kedua belah pihak keluarga besar tak akan pernah menjadi permanen. Karena Menurut Gunarsa (2012:16), terdapat itulah disebut emosi yang berasal dari kata beberapa mempengaruhi Prancis emotion, yang berasal lagi dari keharmonisan keluarga yaitu suasana rumah emouvoir, excite, yang berdasarkan kata Latin yang harus diciptakan sedemikian rupa emovere, yang terdiri dari kata-kata e- sehingga menjamin timbulnya suasana dan (variant atau ex-), artinya “keluar” dan perasaan aman. Hal ini bukan berarti bahwa di movere, dalam keluarga tersebut tidak ada maasalah “Motivasi” juga bersal dari kata movere). yang harus diatasi atau perselisihan paham Dengan demikian, secara etimologi emogi yang tercetus dalam pertengkaran. Faktor lain berarti “bergerak keluar”. (Sarwono, 2010 yang :125). juga faktor yang mempengaruhi keharmonisan “bergerak” artinya (istilah keluarga menurut Gunarsa (2000), adalah kondisi ekonomi keluarga. Tingkat sosial ekonomi yang rendah seringkali menjadi penyebab terjadinya permasalahan dalam sebuah keluarga. Akibat banyaknya masalah yang ditemui karena kondisi keuangan yang memprihatinkan ini menyebabkan kondisi keluarga menjadi tidak harmonis. Chaplin (2008:165) mendefinisikan kematangan emosi sebagai suatu keadaan atau kondisi mencapai perkembangan Chaplin tingkat emosional. (2008:165), kedewasaan Ditambahkan kematangan emosi adalah suatu keadaan atau kondisi untuk mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosional seperti anak-anak, 160 kematangan emosional berhubungan dengan seringkali kontrol emosi. Seseorang yang telah matang emosinya memiliki kekayaan dan keanekaragaman mengantisipasi secara kritis situasi yang dihadapi. Menurut pendapat Walgito (2004:45) ada beberapa aspek kematangan emosi, yaitu: ekspresi emosi, ketepatan emosi dan kontrol a. Dapat menerima baik keadaan dirinya emosi. maupun keadaan orang lain seperti Seseorang yang kematangan emosi emosinya. Emosi telah dapat mencapai mengendalikan sesuai obyektifnya. dengan Hal ini keadaan disebabkan terkendali karena seseorang yang lebih matang menyebabkan orang mampu berpikir secara emosinya dapat berpikir secara lebih baik, baik, dapat berpikir secara obyektif. melihat yang adanya, persoalan secara objektif (Walgito, 2004: 44). Lebih lanjut (Hurlock 1999:213) mendefinisikan kematangan emosi sebagai tidak meledaknya emosi dihadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Petunjuk b. Tidak bersifat implusif, akan merespon stimulus dengan cara berpikir baik, dapat mengatur memberikan pikirannya tanggapan untuk terhadap stimulus yang mengenainya. c. Dapat mengontrol emosi dan kematangan emosi yang lain adalah bahwa mengekspresikan emosinya dengan individu menilai situasi secara kritis terlebih baik. dahulu sebelum bereaksi secara emosional. Dalam penelitian menyimpulkan yang ini dimaksud d. Bersifat sabar, penuh pengertian dan peneliti pada umumnya cukup mempunyai dengan toleransi yang baik. kematangan emosi adalah kemampuan dan e. Mempunyai tanggung jawab yang kesanggupan individu untuk memberikan baik, dapat berdiri sendiri, tidak tanggapan dalam mudah mengalami frustasi dan akan menghadapi tantangan hidup yang ringan dan menghadapi masalah dengan penuh berat serta mampu menyelesaikan masalah, pengertian. emosi dengan baik mampu mengendalikan emosi dan mampu 161 Hurlock (1999: 213) bahwa individu yang mengalami kematangan emosi memperlihatkan beberapa aspek: a. Membicarakan dan perkataannya dapat menyakiti orang lain. c. Seseorang berbagai masalah dapat menyatakan perasaanya dengan cara-cara yang pribadinya dengan orang lain konstruktif, dan menyatakan kekecewaan dengan bijaksana. b. Keterbukaan, perasaan dan masalah pribadi dipengaruhi sebagian oleh rasa d. Seseorang dengan keadaan beban aman dalam hubungan sosial dan perasaan berat, dia tidak menuduh sebagian oleh tingkat kesukaannya perasaan-perasaan itu menghancurkan pada ”orang sasaran” yaitu orang yang hidupnya, tetapi berusaha mengatasi kepadanya remaja mau mengutarakan perasaan-perasaan berbagai bijaksana kesulitannya, dan oleh tingkat penerimaan orang sasaran itu. dengan Metode Penelitian c. Belajar menggunakan ”katarsis emosi” untuk menyalurkan emosinya itu Populasi dalam penelitian ini adalah para pasangan suami istri yang menikah dini di d. Mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi secara objektif kecamatan memiliki Karangtengah, karakteristik Demak umur yang pada saat Seseorang yang secara emosional matang, menikah sekitar 15 sampai 18 tahun, dengan menunjukkan ciri-ciri kematangan sebagai lama menikah sekitar 4 sampai 7 tahun, dan berikut dalam ( Imtima 2007) : usia mereka sekarang sekitar 21 sampai 25 tahun. Jumlah subyek penelitian yang dipakai a. Dapat menahan diri, tidak emosional di dalam menanggapi sesuatu masalah yang sedang dihadapi. dan sini. Dalam b. Seseorang akan berusaha mengenal perasaan-perasaan 40 pasangan suami istri yang menika di usia penelitian ini peneliti menggunakan studi populasi yang merupakan mensensor penelitian terhadap kelompok besar orang perkataannya sebelum mengemukakan yang berpartisipasi dalam studi penelitian, perasaannya, yang terdiri atas subyek yang mempunyai kalau-kalau pendapat kualitas karakteristik tertentu yang ditetapkan 162 oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian antara kematangan emosi dan keharmonisan ditarik kesimpulannya. keluarga, dengan bantuan IBM SPSS Teknik analisis data yang digunakan (Statistical Packages for Social Science) for untuk menguji hipotesis adalah teknik uji Windows 19. Berdasarkan hasil analisis data beda untuk mengukur perbedaan antara yang diperoleh diketahui bahwa rxy = 0,453 keharmonisan kematangan dan p=0,000 (p < 0,01) yang berarti ada emosi suami dan istri. Analisis korelasi hubungan yang positif antara kematangan product moment digunakan untuk mengetahui emosi dan keharmonisan keluarga, sehingga hubungan hipotesis keluarga dan keharmonisan keluarga dan dalam penelitian ini yang kematangan emosi. menyebutkan bahwa ada hubungan antara Hasil dan Pembahasan kematangan emosi dan keharmonisan Berdasarkan uji beda, terlihat dari hasil keluarga diterima. Kematangan emosi mutlak Levene statistic bahwa nilai signifikansi diperlukan dalam usaha pasangan usia dini adalah 0,043 < 0,05 sehingga dapat dikatakan dalam keharmonisan suami keharmonisan keluarganya. Dengan adanya dengan istri tidak sama. Hasil ini berarti dapat kematangan emosi dan kedewasaan dari menolak Ho dikatakan pasangan, maka diharapkan pasangan suami terdapat perbedaan keharmonisan istri memiliki tingkat toleransi yang tinggi keluarga sehingga menurut dapat antara keluarga menurut suami dengan istri. mempertahankan pernikahan dan antar pasangannya, berpengertian dengan Berdasarkan hasil uji beda, terlihat dari kondisi yang terjadi saat ini dan terus mau hasil Levene statistic bahwa nilai signifikansi berusaha adalah 0,493 > 0,05 sehingga dapat dikatakan karena kematangan emosi menurut suami dengan berkeluarga berlangsung seumur hidup. istri memiliki varian yang sama. Hasil ini Simpulan berarti dapat menerima Ho sehingga dapat untuk melakukan penyesuaian Berdasarkan dalam hasil penyesuaian, kehidupan penelitian terlihat dikatakan tidak terdapat perbedaan antara terdapat kematangan emosi suami dengan istri. keluarga menurut suami dengan istri. Hal ini Selanjutnya dilakukan uji perbedaan antara keharmonisan hipotesis mengindikasikan bahwa walaupun menurut dengan menggunakan teknik korelasi Product suami rumah tangga saat ini telah harmonis, Moment untuk menguji apakah ada hubungan namun hal itu belum tentu juga berlaku 163 menurut istri sehingga hal ini sering kali dapat memicu pertengkaran yang mengakibatkan keretakan dalam rumah tangga. Berdasarkan hasil uji beda t, terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan antara kematangan emosi suami dengan istri. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan positif antara keharmonisan kematangan keluarga emosi dimana dan semakin tinggi kematangan emosi maka keharmonisan keluarga akan semakin tinggi pula, ataupun sebaliknya semakin rendah kematangan emosi maka akan semakin rendah pula keharmonisan keluarga, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Duvall, E.M. dan Miller, B.C. 1985. Marriage and Family Development. New York : Harper & Row Publisher Inc. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS19, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Gunarsa, D. 2012. Psikologi Keluarga. Jakarta : PT BPK. Gunung Mulia http://kampiunpsikologi.wordpress.com/2008/ 11/19/pengertian-kematangan-emosi/ diakses pada 14 /09/ 2013 http://alitrigiyatno.wordpress.com/2012/03/ diakses pada 16/10/2013 http://pasutrisejahtera.blogspot.com/2013/09/ keluarga-harmonis-dan-sejahtera.html diakses pada tanggal 14/09/2013 http://www.sarjanaku.com/2013/01/pengertia n-keluarga-harmonis.html diakes pada tanggal 15/09/2013 Hurlock, E. B. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga. Daftar Pustaka Hadi,S. 2004. Statistik Jilid 2. Yogyakarta : Andi Kamus Besar Bahasa Indonesia. Basri, H. 1996. Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kertamuda, Fatchiah E. 2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia. Jakarta. Salemba Humanika Chaplin, J.P. 1989. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta. PT Raja Grafindo. Khairani, Rahma dan Dona Eka Putri. 2008. Kematangan Emosi Pada Pria dan Wanita Yang Menikah Muda. Jurnal Psikologi Volume 1. No.2. Juni 2008. Daradjad, Zakiah. 1975. Ketenangan dan Kebahagiaan Keluarga. Jakarta: Bulan Bintang. Daradjad, Zakiyah. 1994. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. PT. Bumi Aksara. Mar’at, S. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosda Karya. Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan. 2006. Hukum Perdata Islam di Indonesia : Studi Kritis 164 Perkembanagan Hukum Islam dari Fikih, UU No. 1/1974 sampai KHI. Jakarta : Prenada. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Remaja. Edisi Enam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008. Emotional learning. Alih Bahasa: Ahmadi Kahfi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sarwono, S. W. 2011. Psikologi sosial, individu dan teori-teori psikologi sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Papalia, Diane E. and Sally Wendkos. 1995. Human Development. New York: Mc Graw-Hill Inc. Subhan, Zaitunah. 2004. Menuju Keluarga Sakinah.Yogyakarta : Pustaka Pesantren Qaimi Ali. 2002. Menggapai Langit Masa Depan Anak. Bogor: Cahaya. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitiatif dan R&D. Bandung :Alfabeta. Osho. Qoriah, Indah Nur. 2009. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Keharmonisan Keluarga (Suami-Istri) di Dusun Nglempung, Desa Pakisrejo, Kecamatan Srengat,, Kabupaten Blitar. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang Ronosulistyo, dr. Hanny, dr. Hj. Ina Rosalina, dan Ayu Angelina. 2009. Dialog Keluarga Menuju Surga. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Sadarjoen, Sawitri Supardi. 2005. Konflik Marital. Bandung. Refika Aditama Syazili, Ahmad. 2008. Hubungan Keluarga Harmonis dan Tingkah Laku Siswa. Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang. Malang Umar, Husein. 2011. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:Rajawali Pers. Walgito, B. 2006. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Andi. Widyawati, S. 2002. Penyesuaian Diri Remaja Ditinjau Dari Persepsi Keharmonisan Keluarga dan Jenis Kelamin. Fakultas Psikologi Universitas Soegijapranata, Semarang. 165