HAMBATAN BAHASA DALAM MENCIPTAKAN KEHARMONISAN KARYAWAN PADA PT.VIBIZ MEDIA EDUKASI Vina Jurusan Marketing Communication Bina Nusantara University Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Jakarta Barat, DKI Jakarta 11530 (021) 53696969 [email protected] Nama: Vina Dosen Pembimbing: Bhernadetta Pravita Wahyuningtyas, S.Sos., M.Si. ABSTRAK Research explains the problem that occur due to language barriers and how to overcome the problems because of differences in language. The research method used is qualitative research. The analysis is conducted through interviewing techniques and observation competent informants. The result showed that in this company there is a problem because of the language and style of speech used by employees when they bring their culture to communicate and how to resolve the problemis to understand, accept and appreciate the culture of others. Concluded that in company the problemsthat occure are because of differences in language and style of spaking and how to overcome them is to use the speech codes theory , build a character, appreciate the culture of others and minimize the sense of uncertainty. Keywords : Interculural Communication, Culture, Language,Harmony Penelitian menjelaskan mengenai permasalahan yang terjadi karena hambatan bahasa dan cara mengatasi permasalahan karena perbedaan bahasa. Metode penelitan yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Analisis yang dilakukan melalui teknik wawancara terhadap informan yang berkompeten dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam perusahaan ini terjadi permasalahan karena bahasa dan gaya bicara yang digunakan oleh karyawan masih membawa kebudayaannya ketika berkomunikasi dan cara mengatasi permasalahannya adalah memahami, menerima dan menghargai budaya orang lain. Disimpulkan bahwa dalam perusahaan ini permasalahan yang terjadi adalah karena adanya perbedaan bahasa dan gaya berbicara dan cara mengatasinya adalah dengan menggunakan teori kode berbicara, membentuk karakter, menghagai budaya orang lain, dan mengurangi rasa ketidakpastian. Kata Kunci : Komunikasi antar budaya, Budaya, Bahasa, Keharmonisan PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki masyarakat yang majemuk. Kemajemukan Indonesia dapat dibuktikan melalui semboyan lambang Negara Republik Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika”. Semboyan ini menjelaskan tetang berbagai macam adat istiadat, ras, suku, agama dan bahasa. Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan, dan tindakan oleh masyarakat suatu negara dari segi etnis, budaya, agama, dan sebagainya Pakar kebudayaan dari Universitas Indonesia (UI) Bambang Wibawarta mengatakan perlunya dialog antarbudaya untuk menjadikan kebinekaan yang dimiliki Indonesia kian bernilai positif. Dia menilai keberagaman yang dimiliki Indonesia menjadi modal besar untuk masyarakat namun apabila tidak dikelola dengan baik maka bisa menjadi potensi konflik yang besar. (Budilaksono, 2014) 1 Dengan latar belakang dan kebudayaan yang berbeda ini, munculah komunikasi antar budaya. Hal yang menandai komunikasi antarbudaya adalah sumber dan penerimanya berasal dari budaya yang berbeda (Mulyana & Rakhmat, 2010) Indonesia juga memiliki bahasa daerah yang beragam, ada bahasa batak, jawa, sunda, melayu, dayak, bugis, maupun papua. Dengan adanya keberagaman budaya dan bahasa inilah mencirikan Indonesia kaya akan kebudayaannya.(Putih, 2014). Ketidaksamaan bahasa dalam berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman antara komunikan dan komunikator yang pada akhirnya dapat berujung pada konflik. Dalam dunia kerja, perbedaan bahasa tentunya akan berimbas pada produktivitas karyawan dan membuat karyawan tidak harmonis. Hal ini terjadi pada PT. Vibiz Media Edukasi. Karyawan yang bekerja di perusahaan ini memiliki berbagai macam etnik, suku, agama yang berbeda- beda, sehingga bahasa yang di gunakan masih terikat oleh budaya yang mereka miliki. Perbedaan bahasa dan gaya bicara ini menyebabkan adanya kesalahpahaman. PT Vibiz Media Edukasi memiliki karyawan yang mayoritas beretnis batak. Bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi menggunakan nada suara yang tinggi membuat mereka sulit untuk membaur dengan karyawan lainnya dan dapat menyebabkan adanya miscomunication atau kesalahpahaman dalam dunia kerja. Pada dasarnya, antara komunikasi dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Komunikasi antarbudaya biasanya terjadi di lingkungan masyarakat seperti ditempat kerja. Komunikasi antarbudaya terjadi karena adanya perbedaan latar belakang ras, suku, etnik, agama dan bahasa.Menurut Mulyana, komunikasi antarbudaya terjadi bila pengirim pesan merupakan anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota dari suatu budaya lain. (Mulyana & Rakhmat, 2010). Bila kita membahas tentang komunikasi antarbudaya tidak terlepas dari pembahasan tentang subbudaya dan subkelompok. Subbudaya atau subkultur merupakan suatu komunitas rasial, etnik, regional, ekonomi atau sosial yang memperlihatkan pola perilaku yang membedakannya dengan subkultur-subkultur lainnya dalam sebuah budaya atau masyrakat yang melingkupinya Sedangkan subkelompok hadir pada suatu komunitas yang tidak puas dan tidak sepaham denga komunitas itu, serta mempunyai kesulitan memahami dan berkomunikasi dengan komunitas tersebut. Ciri utama subkelompok yang mencolok adalah nilai-nilai, sikap-sikap, dan perilaku atau unsur-unsur perilakunya bertentangan dengan nilai-nilai, sikap-sikap dan perilaku mayoritas komunitas(Mulyana & Rakhmat, 2010). Keragaman budaya merupakan suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaanperbedaan dalam berbagai bidang terutama suku bangsa dan ras, budaya, agama dan keyakinan, ideologi, adat, kesopanan, serta situasi ekonomi. Keragaman budaya juga merupakan suatu fakta tentang keberadaan begitu banyak ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Kesadaran adanya keanekaragaman tersebut semakin terasa di masa kini berkat komunikasi global dan meningkatnya kontak antarbudaya. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berfikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan,kebiasaan makan,praktik komunikasi, tindakan-tindakan sosial, kegiatan-kegiatan ekonomi dan politik dan teknologi,semua itu berdasarkan pola-pola budaya. Apa yang orang-orang lakukan, bagaimana mereka bertindak, bagaimana mereka hidup dan berkomunikasi, merupakan respons-renspons terhadap dan fungsi-fungsi dari budaya mereka.(Mulyana & Rakhmat, 2010). Menurut Alo liliweri budaya dibangun oleh unsur-unsur penting yakni nilai,kepercayaan dan bahasa. (Darmastuti, 2013) Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter dalam (Darmastuti, 2013) Faktor-faktor ini yang kemudian mempengaruhi persepsi individu dalam memandang realitas yang ada disekitarnya.Berikut penjelasan dari masing-masing unsur yang ada di dalam budaya: a. Kepercayaan Kepercayaan dipandang sebagai suatu konsep yang dimiliki oleh setiap individu mengenai bagaimana mereka melihat keadaan di sekelilingnya. Kepercayaan seseorang bisa terhadap suatu gagasan tertentu tentang orang lain, individu, alam, keadaan sekitar maupun tentang fisik, biologi, sosial dan sebagainya Alo Liliweri. (Darmastuti, 2013) b. Nilai Nilai merupakan suatu konsep abstrak yang dimiliki individu dalam memandang dunia ini. Dengan nilai individu dapat menetapkan apa yang dianggap baik atau buruk, benar atau salah, dan patut atau tidak patut. c. Bahasa Bahasa merupakan suatu sistem kodifikasi kode dan simbol baik secara verbal maupun non verbal. Bahasa memiliki peran penting dalam proses komunikasi khususnya dalam komunikasi dengan mereka yang berasal dari kebudayaan dan latar belakang yang berbeda. Bahasa menjadi sebuah identitas dan terkait dengan kelompok masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut. d. Persepsi Persepsi yang muncul dalam diri seseorang sangat terikat dengan budaya yang dimilikinya. Persepsi merupakan cara-cara seperti apa seseorang dalam memberi makna suatu pesan, objek ataupun lingkungannya yang dipengaruhi sistem nilai yang dianut. Persepsi bisa mengenai diri sendiri maupun orang lain, hal ini sangat dipengaruhi latar belakang budaya dimana individu tersebut berada. Hal ini berbeda dengan masyarakat Barat yang memiliki kecenderungan otonom atau lebih individualis, dimana persepsi diri sendiri dan orang lain dipengaruhi oleh orang itu sendiri.(Darmastuti, 2013) Dalam sebuah perusahaan keharmonisan sangat penting karena dengan adanya keharmonisan sebuah organisasi/perusahaan dapat berjalan secara seimbang dan tujuan perusahaan akan tercapai . Keharmonisan tidak akan tercipta jika komunikasi antar karyawan tidak efektif. Keharmonisan antar tim akan membuahkan hasil jangka panjang yang menguntungkan. Ketika keharmonisan itu bisa dibangun sama saja terwujudnya saling mengerti bahwa tidak mungkin membangun organisasi akan berhasil sistemnya tidak beroperasi utuh. Satu saja subsistem rusak atau terganggu maka akan mempengaruhi jalannya roda organisasi. Sebaliknya kalau mekanisme antarsubsistem telah berjalan optimum atau harmonis maka berarti kinerja perusahaan akan semakin berkembang.(Mangkuprawira, 2010) Menurut (Chen, 2012) dalam membangun komunikasi yang harmonnis di butuhkan adanya Saling menghormati adalah dasar dalam membangun hubungan yang stabil, Senantiasa menghargai sesama manusia, tingkatkan budaya menerima perbedaan, menghargai perasaan dan pikiran orang lain, agar komunikasi berjalan dengan lancar,upayakan agar orang-orang yang berkomunikasi merasa nyaman dengan kehadiran sesamanya, membentuk character building seperti bertutur kata yang baik, organisasi atau perusahaan yang anggotanya saling mendukung sehingga menjadi akrab satu sama lain akan bekerja dengan penuh semangat dan komitmen demi meraih kesuksesan bersama. Menurut Effendy (2009), faktor penghambat dalam komunikasi adalah Hambatan Sosiologis. Hambatan sosiologis adalah hambatan yang berhubungan dengan masyarakat. Masyarakat menurut effendy (2009) terdiri dari berbagai golongan dan lapisan yang menimbulkan perbedaan dalam status sosial, agama, tingkat pendidikan, timgkat kekayaan dan sebagainya, yang kesemuanya dapat menjadi hambatan bagi kelancaran komunikasi. Yang kedua adalah Hambatan Antropologis yaitu mengenal seseorang berarti tidak hanya mengetahui siapa namanya, melainkan mengetahui dan mengenal komunikannya dari segi antropologisnya juga, misalnya jenis ras, gaya hidup, bahasa, kebiasaan serta norma yang dianutnya. (Effendy, 2009). Yang ketiga adalah Hambatan Psikologis, yaitu hambatan yang terjadi karena komunikan sedang sedih, bingung, marah, kecwa, mnaruh prasangka dan lain sebagainya. (Effendy, 2009). Hambatan lain yang menghambat komunikasi adalah hambatan sematis yang terfokus pada bahasa, hambatan mekanis yang dijumpai adalah pada media sekunder, seperti suara yang tidak jelas dari penyiar radio, yang terakhir adalah hambatan ekologis dimana hambatan tersebut datangnya dari lingkungan. Hambatan atau gangguan berkomunikasi merupakan pengaruh dari dalam dan luar individu atau lingkungan yang merusak aliran informasi atau isi pesan yang dikirimkan dan diterima. Untuk memecahkan masalah tersebut, berikut ini diuraikan cara mengatasi hambatan komunikasi organisasi menurut Bove dan Thill (Sutrisna, 2006) adalah memelihara iklim komunikasi terbuka, bertekad memegang teguh berkomunikasi, memahami kesulitan komunikasi antarbudaya, menggunakan pendekatan komunikasi yang berpusat pada penerima, menggunakan teknologi secara bijaksana, menciptakan dan memproses pesan secara efektif dan efisien, dan memberikan umpan balik (feedback) secara tepat. Dalam penelitian ini rumusan masalahnya adalah mengenai bagaimana permasalahan yang terjadi karena adanya perbedaan bahasa dalam menciptakan keharmonisan karyawan pada PT. Vibiz Media Edukasi dan bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui permasalahan yang terjadi karena perbedaan bahasa/tutur kata dalam menciptakan keharmonisan karyawan pada PT. Vibiz Media Edukasi dan untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi permasalahan yang timbul karena perbedaan bahasa yang digunakan oleh karyawan PT. Vibiz Media Edukasi METODE PENELITIAN Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah purposive sampling dan snowball sampling. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan open coding, axial coding dan selective coding. Teknik keabsahan data yang di gunakan adalah pengujian credibility, pengujian transferability, pengujian dependability, pengujian confirmability. HASIL DAN BAHASAN Melalui hasil penelitian, dalam perusahaan ini memiliki karyawan yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, baik dari suku,ras, etnik, agama maupun bahasa. Komunikasi yang dilakukan antar karyawan diperusahaan ini, masih membawa budaya khasnya ketika berkomunikasi. Hal ini menimbulkan suatu kesalahpahaman, sehingga komunikasi tidak efektif sehingga dibutuhkan suatu upaya dimana seseorang harus memahami dan menghargai kebudayaan seseorang, agar tidak terjadi suatu permasalahan. Untuk menyikapi komunikasi yang terjadi antara dua kebudayaan yang berbeda ini, maka karyawan dalam perusahaan ini harus mengerti mengenai budaya mereka, karena gaya bicara yang mereka gunakan merupakan cerminan budaya mereka, identitas mereka. Keragaman budaya yang terjadi di kantor ini cenderung mengenai bahasa dan gaya berbicara seseorang, dimana dikatakan bahwa ada etnis tionghua yang menggunakan bahasa budayanya dan karyawan batak juga menggunakan nada suara dan intonasi yang tinggi saat berkomunikasi sehingga komunikasi sulit untuk dilakukan. Gaya berbicara seseorang sebenarnya ditentukan oleh budayanya. Jika dalam dunia kerja ada yang menggunakan bahasa budayanya maka hal ini tentu akan menimbulkan suatu kesalahpahaman dan salah persepsi. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan bahwa karyawan ada karyawan baru yang baru masuk kerja selama 1 minggu, mengundurkan diri, hal ini karena tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan kerja di perusahaan ini. Ketidakpastian dan rasa curiga yang timbul dalam benak seseorang tentunya akan berpengaruh terhadap komunikasi yang kita lakukan. Sehingga salah satu karyawan yang beretnis batak juga mengatakan ia akan mengurangi rasa curiga serta ketidakpastian yang ia rasakan karena perbedaan budaya tersebut.Dengan mengurangi rasa curiga dan ketidakpastian ini, maka komunikasi akan berjalan dengan lancar dan keharmonisan akan tercipta dalam perusahaan ini. Kita harus dapat beradaptasi dengan lingkungan sehingga kita mengerti dan memahami gaya berbicara seseorang. Nilai – nilai budaya khas yang di bawa seseorang, seperti gaya bicaranya akan membuat seseorang merasa terganggu, karena menimbulkan kesalahpahaman dan komunikasi menjadi tidak efektif dalam proses penyampaian pesan. Gaya bicara/ bahasa seseorang juga di pengaruhi oleh budayanya juga, karena jika kita berkomunikasi dengan orang yang satu budaya dengan kita, maka komunikasi juga akan enak untuk dilakukan dan penerima pesan akan merasa nyaman bila berkomunikasi dengan seseorang yang memiliki budaya yang sama. Saat berkomunikasi dengan seseorang kepribadian kita terbentuk, orang bisa menilai kepribadian kita saat kita berkomunikasi dengannya. Kepribadian kita bisa dilihat,misalnya saat kita berbicara,orang bisa melihat dari gaya bicara kita, apakah kita sombong, rendah hati, atau humoris. Cara berbicara seseorang menentukan keaslian dari individu tersebut. Dengan memahami kepribadian dan keaslian individu maka dapat menciptakan komunikasi yang efektif dan dapat menciptakan keharmonisan. Hasil yang ditemukan peneliti saat observasi adalah peneliti juga pernah berkomunikasi dengan karyawan yang berasal dari jawa, dimana saat berkomunikasi orang jawa gaya/ cara berbicaranya lembut, dan ini menunjukkan bahwa orang jawa itu sopan saat berkomunikasi. Gaya bicara seseorang tentunya mempengaruhi terciptanya harmonisasi antar karyawan dan menimbulkan adanya miscommunication, bila terjadi miscommunication maka komunikasi kita akan terhambat dan komunikasi akan sulit untuk dilakukan sehingga tujuan perusahaan sulit untuk dicapai dan jika gaya bicara seseorang tidak disesuaikan dengan kondisi yang ada dan sesuai, maka dapat menimbulkan suatu persepsi yang bersifat negatif. Hal ini sesuai dengan hambatan komunikasi yaitu mengenai hambatan semantis, yaitu bahasa. Hasil penelitian ini juga didukung oleh pernyataan informan ahli selaku narasumber yang mengatakan bahwa gaya/kode berbicara mempengaruhi terciptanya harmonisasi, dimana dikatakan bahwa komunikasi itu sebagai alat informasi, dan mengenai bagaimana gaya bicara itu memberikan suatu makna dan pemahaman yang berbeda bagi seseorang. Oleh karena itu kita harus mengenal persepsi individu dengan individu yang lain dengan indikasi bahwa peran komunikasi adalah suatu hal mengenai karakteristik dan kepribadian seseorang. Jadi jika kita memahami karakteristik seseorang dan kepribadiannya dalam berkomunikasi , itu akan menjadikan suatu pembelajaran untuk menyadari tipikal orang tersebut dan kita megetahui komunikasi apa yang harus kita terapkan untuk beradaptasi, tetapi jika seseorang tidak dapat beradaptasi dengan gaya/kode berbicara seseorang dia akan dikucilkan dan tidak akan bisa menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Hal ini bergantung pada individual masing-masing, apakah bisa berdaptasi atau tidak. Jika seseorang bisa berdaptasi maka komunikasi mereka akan baik dan harmonisasi pasti akan tercipta. Hal ini didukung pula oleh jurnal yang berjudul Pengaruh Komunikasi Antarbudaya Dan Harmonisasi Kerja Di PT. Sumber Tani Agung Medan (Hartati, 2010) dimana jurnal ini menunjukkan bahwa dengan memahami, menghargai, memghormati dan menerima perbedaan budaya, maka suasana kerja akan tenang dan harmonisasi akan tercipta. Dalam berkomunikasi dengan seseorang yang membawa budaya khasnya tentu membuat seseorang menjadi tidak nyaman ketika berkomunikasi, khususnya bagi yang berbeda budaya.Hal ini akan membuat seseorang menjadi salah persepsi dan merasa canggung saat berkomunikasi. Tetapi jika seseorang berkomunikasi dengan orang yang budayanya sama (bahasa),persamaan ini akan membuat komunikan dan komunikator merasa nyaman saat berkomunikasi. Komunikasi menunjukkan kepribadian dan psikologi seseorang. Hal ini dinyatakan oleh karyawan diperusahaan ini, bahwa dari cara berbicara seseorang bisa menunjukkan bahwa karakter orang tersebut seperti apa, misalnya sopan, lembut atau kasar. Jadi melalui tutur bahasa yang di gunakan sseseorang bisa memprediksi kepribadian orang tersebut. Saat berkomunikasi dengan seseorang kepribadian kita terbentuk, orang bisa menilai kepribadian kita saat kita berkomunikasi dengannya. Kepribadian kita bisa dilihat,misalnya saat kita berbicara,orang bisa melihat dari gaya bicara kita, apakah kita sombong, rendah hati, atau humoris. Cara berbicara seseorang menentukan keaslian dari individu tersebut. Dengan memahami kepribadian dan keaslian individu maka dapat menciptakan komunikasi yang efektif dan dapat menciptakan keharmonisan. Hasil yang ditemukan peneliti saat observasi adalah peneliti juga pernah berkomunikasi dengan karyawan yang berasal dari jawa, dimana saat berkomunikasi orang jawa gaya/ cara berbicaranya lembut, dan ini menunjukkan bahwa orang jawa itu sopan saat berkomunikasi Bahasa dan gaya berbicara yang kita gunakan dalam dunia kerja adalah gaya bicara dan tata bahasa yang baik dan di mengerti semua orang yaitu bahasa Indonesia dan bahasa internasional bila diperlukan agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar serta komunikan dan komunikator mengerti isi dan makna pesan tersebut. Dalam dunia kerja harus professional juga, menggunakan gaya bahasa yang baik dan benar agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Jika bahasa kita di mengerti dan dipahami oleh setiap orang ketika berkomunikasi maka komunikasi akan efektif dan relasi kita dalam berinteraksi semakin banyak karena orang merasa nyaman ketika berkomunikasi dengan kita. Menginterpretasi isi pesan yang disampaikan oleh seseorang berhubungan erat dengan bahasa dan gaya bicara yang digunakan, karena setelah kita mendegarkan perbincangan atau komunikasi seseorang kita baru bisa menangkap dan isi makna pesan itu apa. Agar kita dapat menerima dan memahami isi pesan tersebut, kedekatan dalam komunikasi dan keterbukaan sangat dibutuhkan saat komunikasi itu berlangsung selain itu dengan memahami penerima pesan, menyesuaikan pesan dengan penerima maka kita dapat mengintepretasi isi pesan yang disampaikan seseorang. Dengan adanya kedekatan dan keterbukaan dalam komunikasi serta memahami penerima pesan, maka isi dan makna pesan akan mudah untuk di tangkap dan diterima oleh komunikan. Dalam sebuah diskusi juga harus menggunakan bahasa yang dipahami oleh setiap orang, sehingga kita dapat menjelaskan isi pendapat kita. Dalam melakukan diskusi kita harus menghargai pendapat orang lain sesuai dengan gaya bicara dan bahasa yang mereka gunakan. Dengan bahasa yang formal yang kita gunakan saat berdiskusi dapat memberikan suatu penjelasan serta dapat mengontrol keadaan dalam diskusi tersebut. Dalam suatu perusahaan harmonisasi dibutuhkan agar tujuan, visi dan misi perusahaan tercapai, jika dalam suatu perusahaan tidak ada harmonisasi dan keakraban antar karyawan maka akan mempengaruhi hasil kerja dan hasilnya juga tidak akan sesuai harapan dan karyawan juga tidak akan betah untuk kerja di perusahan tersebut dan akhirnya mengundurkan diri dari pekerjaanya. Kegiatan di luar jam kerja sangat bermafaat untuk membina komunikasi antarkaryawan agar tidak kaku dan mengakrabkan hubungan mereka walaupun berbeda budaya. Kegiatan yang terdapat di PT.Vibiz Media Edukasi adalah kegiatan gathering yang di lakukan di akhir tahun da nada kegiatan lain yaitu makan bareng saat berbuka puasa. Kegiatan seperti ini menambah komunikasi dan dapat membina suatu hubungan yang harmonis. Selain itu juga dapat mencairkan suasana dan mendekatkan hubungan satu dengan yang lainnya. Faktor penghambat terciptanya harmonisasi adalah karena adanya kelompok yang masih berkubu dan tidak adanya pembauran sehingga harmonisasi sulit untuk di ciptakan. Hal ini terlihat pada hasil observasi yang peneliti lakukan, bahawa karyawan IT yang beretnis tionghua, pada jam istrirahat mainnya selalu bareng, makan bareng, bahkan pada saat ada event kantor mereka juga berkelompok sendiri atau berkubu. Dalam kasus ini, ini menjadi suatu permasalahan untuk menciptakan suatu keharmonisan antrakaryawan karena dalam hal ini karyawannya membentuk kelompok sendiri dan berkubu. Agar keharmonisan bisa tercipta maka harus bisa berbaur dan menjalin kerjasama yang baik sehingga dengan pembauran tersebut akan tercipta komunikasi yang baik dan tujuan perusahaan dan karier akan tercapai. Untuk menciptakan hubungan dan komunikasi yang harmonis dengan seseorang, maka harus menghormati dan menghargai budaya seseorang, seperti mengerti dan menerima pendapat dan pola pikir seseorang. Selain itu untuk menciptakan keharmonisan dalam dunia kerja kita harus membangun hubungan yang harmonis terlebih dahulu dengan membentuk character building seperti yang dikatakan oleh Febe Victoria Chen, yaitu harus membentuk character building seperti bertutur kata yang tepat tanpa menyinggung perasaan orang lain. SIMPULAN DAN SARAN Permasalahan yang terjadi karena adanya hambatan sematis. Dimana dalam perusahaan ini, karyawannya masih membawa budayanya ketika berkomunikasi. Dalam perusahaan ini karyawan Tionghua yang masih berbicara menggunakan bahasa hokien ketika berkomunikasi dengan karyawan yang memiliki kesamaan budaya dengannya. Selain itu pada karyawan yang beretnis batak juga masih berkomunikasi menggunakan intonasi dan konotasi yang tinggi sehingga menimbulkan kesalahpahaman dan salah persepsi seperti berupa bentakan dan kemarahan saat berbicara, sehingga mengurangi komunikasi antara karyawan yang satu dengan yang lainnya. Pada karyawan yang beretis jawa juga masih menggunakan dialeknya saat berkomunikasi. Permasalahan ini terjadi karena mereka tidak mengerti dan memahami bahasa dan gaya bicara yang digunakan setiap karyawan, karena bahasa dan gaya bicara mereka masih terikat oleh kebudayaannya. Cara mengatasi permasalahan karena perbedaan bahasa yang digunakan karyawan yang masih terikat dengan kebudayaannya adalah membentuk character building seperti tutur kata yang sopan saat berbicara, menghargai budaya orang lain, professional dalam bekerja seperti menggunakan Bahasa Indonesia dalam dunia kerja, mengurangi rasa curiga dan ketidakpastian, menerima keberagaman budaya, sikap toleransi, dan memperbanyak komunikasi sehingga seseorang bisa mengenal dan beradaptasi dengan cara bicara dan bahasa yang digunakan. Dalam dunia kerja dibutuhkan adanya kegiatan diluar jam kerja seperti makan siang bersama, gathering, dan berbuka puasa bersama, agarkaryawan semakin solid. Dengan adanya bahasa yang dipahami dan dimengerti oleh karyawan diperusahaan ini, maka membantu setiap karyawan bersosialisasi dan berinteraksi dengan karyawan lain serta komunikasi dalam penyampaian pesan juga berjalan dengan lancar dan efektif. Adapun saran dari penulis setelah melakukan penelitian skripsi ini adalah untuk saran akademis, yaitu Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan, jika ada yang ingin melakukan penelitian serupa, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran bagi yang baru ingin memulai sebuah penelitian, bagi seseorang yang membahas mengenai hambatan bahasa dalam menciptakan keharmonisan. Selain itu, Speech codes theory merupakan teori yang perlu diterapkan dalam dunia kerja dan menjadi bagian dalam profesionalisme kerja. Sehingga disarankan bagi mata kuliah Professional Image & Acting agar speech codes theory ini menjadi dasar yang perlu diterapkan dan dikembangkan pada mahasiswa. Untuk saran praktis yaitu Saran yang diberikan peneliti kepada karyawan perusahaan PT.Vibiz Media Edukasi adalah agar tidak berkomunikasi dengan menggunakan gaya / kode bicara sesuai dengan budayanya, tetapi dalam dunia kerja gunakanlah bahasa yang dimengerti dan dipahami oleh setiap orang yaitu bahasa Indonesia serta gunakan tutur kata yang sopan saat berkomunikasi dengan karyawan lain. Selain itu, untuk karyawan di PT.Vibiz Media Edukasi yang memiliki latarbelakang kebudayaan yang berbeda diharapkan untuk saling berbaur dan bekerjasama tanpa melihat perbedaan tersebut. Untuk saran umum Diharapkan hasil penelitian ini dapat membuat masyarakat menyadari pentingnya Speech codes theory untuk menciptakan keharmonisan karyawan dalam dunia kerja dan diharapkan speech codes theory ini bisa diterapkan oleh masyarakat untuk menciptakan keharmonisan dengan kerabat atau tetangga yang memiliki perbedaan latar belakang kebudayaan. REFERENSI Ardianto, E. (2011). Metodologi Penelitian untuk Public Relations - Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media . Budilaksono, I. (2014, Agustus 15). Retrieved from http://www.antaranews.com/berita/448629/pakarui-perlu-dialog-antarbudaya Chen, F. V. (2012). Soft Skill For Success : Menciptakan Keharmonisan di Dunia Kerja. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Darmastuti, R. (2013). Mindfullnesa dalam Komunikasi Antarbudaya . Yogyakarta: Buku Litera. Effendy, O. U. (2009). Komunikasi teori dan praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Gansi, A. (2013, September 13). Retrieved from http://kalbar.antaranews.com/berita/316216/perusahaan-di-sekadau-agar-harmonis-dengankaryawan Indriana, N. (2014, Mei 8). Academia Edu. Retrieved from Academia Edu Web Site: www.academia.edu/7428934/PROPOSAL_PENELITIAN_KUALITATIF Mangkuprawira, S. (2010, September 19). MEMELIHARA KEHARMONISAN KERJASAMA. MEMELIHARA KEHARMONISAN KERJASAMA. Mulyana, D., & Rakhmat, J. (2010). Komunikasi Antar Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Putih, M. (2014, Mei 12). Bersatu Dalam Keberagaman. pp. http://merpatiputih.lk.ipb.ac.id/2014/05/12/bersatu-dalam-keberagaman/. Samovar, L. A., Porter, R. E., & Mcdaniel, E. R. (2010). Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta: Salemba Humanika. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sutrisna, D. (2006). Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi. Yaqin, A. (2005). Pendidikan Multikultural Cross-Cultural Understanding untuk. Yogyakarta:: Nusa Aksara.