PENANGGULANGAN TERORISME BERDASARKAN KONSEP POBLEM-SOLVING APPROACH (KAJIAN PADA RESPONS PEMERINTAH TERHADAP GERAKAN JAMAAH ANSHARUT TAUHID) COUNTER TERRORISM BASED ON THE CONCEPT OF PROBLEMSOLVING APPROACH (STUDY ON THE GOVERNMENT RESPONSES AGAINST JAMAAH ANSHARUT TAUHID MOVEMENT) Arif Rudi Setiyawan (Universitas Pertahanan) ([email protected]) Abstrak - Upaya penanggulangan terorisme oleh pemerintah saat ini dianggap belum cukup memuaskan dalam mengatasi permasalahan pokok penyebab terorisme. Hal itu dibuktikan dengan masih sering terjadinya aksi-aksi terorisme dan masih eksisnya kelompok-kelompok radikal yang menjadi aktor konflik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya penanggulangan terorisme dengan mengamati respons pemerintah terhadap aktivitas dan gerakan salah satu kelompok yang dipersepsi radikal, yaitu Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). Hasil tinjauan tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan prinsip dan teori resolusi konflik, Teori Kebutuhan Manusia serta Problem-Solving Approach dari John Burton. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui pengumpulan data yang diperoleh dari data sekunder, kajian literatur dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi hard approach dan soft approach telah dijalankan pemerintah dan berdampak langsung pada para aktivis JAT. Akan tetapi dengan strategi kombinasi tersebut ternyata masalah terorisme tidak serta-merta selesai karena ideologi radikal dan kelompok radikal (JAT) masih ada dan cita-cita (pendirian khilafah) tidak berhenti. Pendekatan yang ada sekarang belum mementingkan upaya penghilangan kekerasan struktural dan perubahan struktural yang memberikan kesempatan para pihak untuk memenuhi kebutuhankebutuhannya. Perspektif resolusi konflik diyakini mampu menghasilkan penyelesaian konflik dengan metode win-win bukan zero sum (habis-habisan). Prinsip-prinsip dalam resolusi konflik dan strategi problem-solving approach dapat dihadirkan sebagai suatu model baru dalam penanggulangan terorisme. Kata Kunci: Terorisme, Problem-Solving Approach Abstract - The counter-terrorism efforts by the government is currently not considered quite satisfactory in adressing the underlying problems causing of terrorism. This was evidenced by still frequent occurence of acts of terrorism and the persistence of radical groups to actors of the conflict. Penanggulangan Terorisme Berdasarkan Konsep … | Arif Rudi Setiyawan | 61 This research aims to know counter-terrorism efforts by observing the government's response on the activities and movement one of the group perceived radical, namely Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). The results of these reviews further are analyzed using the principle and the theory of conflict resolution, human needs theory and problem-solving approach of John Burton. This research uses qualitative methods through data collection obtained from secondary data, literature review and interviews. The result showed that the hard approach and soft approach strategy has been conducted by the government and direct impact on the JAT activists. However by such combination strategy turns out the problem of terrorism not necesserily complete because of the radical ideology and radical group (JAT) extant and the ideals (the establishment of the caliphate) do not stop. Current approach not attache great importance elimination of structural violence and structural changes which gives the parties an opportunity to meet their needs. The perspective of conflict resolution is believed to be capable of generating conflict resolution by a win-win methode not a zero sum. The principles of conflict resolution and strategies of problem-solving approach can be presented as a new model in counter-terrorism. Keywords: Terrorism, Problem-Solving Approach Pendahuluan D Sebagaimana diketahui, JAT alam artikel ini penulis tertarik identik dengan kelompok ekstrem dan untuk dikategorikan membahas penanggulangan tentang sebagai salah satu terorisme organisasi teroris asing oleh Amerika yang dikaji dari perspektif Studi Damai Serikat. Di dalam negeri, keberadaannya dan Resolusi Konflik. Kajian ini dilakukan dianggap sebagai salah satu representasi dengan mengamati respons pemerintah utama gerakan organisasi Islam radikal. dalam menanggulangi terorisme selama Gagasan ini, khususnya terkait dengan aktivitas- ideologi Pancasila dan sistem negara aktivitas dan peristiwa-peristiwa yang demokrasi dinilai telah memicu terjadinya dilakukan dengan konflik dan berpotensi menyebabkan kelompok Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). perpecahan bangsa. JAT beberapa kali Upaya-upaya atau dikaitkan kelompok JAT menentang pemerintah dalam dikaitkan dengan aksi kekerasan dan terorisme tersebut rencana terorisme. Oleh pemerintah, selanjutnya akan dianalisis dari sudut eksistensi JAT dianggap sebagai sebuah pandang teori dalam khazanah ilmu ancaman. Pada kasus yang pernah terjadi Damai dan Resolusi Konflik. Hasil analisis misalnya pelatihan militer di Aceh dan tersebut memunculkan beberapa peristiwa yang lain, sorotan perspektif baru dan merintis model baru tajam tertuju kepada kelompok JAT. dalam strategi penanggulangan terorisme Bahkan Abu Bakar Baasyir sebagai orang di masa depan. nomor penanggulangan diharapkan satu di JAT 62 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Juni 2017 | Volume 3 Nomor 2 telah memiliki serangkaian catatan kasus terkait isu ingin mencari penyebab yang melatar- seputar belakangi pembangkangan terhadap pemerintah sejak era orde baru. gerakan-gerakan JAT menggunakan landasan teori dari John Kita mengetahui bahwa aksi-aksi Burton (1990) yaitu Human Needs Theory terorisme bukan hanya terjadi baru-baru dan Problem Solving Approach. Teori itu ini saja melainkan telah terjadi sejak awal menyatakan bahwa kebutuhan dasar kemerdekaan Indonesia. Hal itu tentu manusia adalah unsur mutlak dalam terjadi karena sejumlah problematika pemenuhan yang melatarbelakanginya. Ada faktor- Konflik dan kekerasan akan muncul faktor yang menjadi penyebab terorisme apabila satu pihak merasa kelompok lain yang menurut Harits Abu Ulya (2003), menghalangi pemenuhan kebutuhannya. dilatarbelakangi oleh berbagai faktor Menurut yang berasal baik dari dalam maupun luar merupakan kebutuhan yang tidak dapat negeri dan lebih spesifik Saud Usman dinegosiasikan (2015) Jakarta, merupakan hal yang bersifat mendasar. menyebutkan bahwa di Indonesia ide Cita-cita JAT dan pendukungnya untuk tentang pembentukan khilafah telah menggantikan Pancasila dengan syariat menimbulkan Islam bila ditelusuri dari teori ini telah dalam seminar persoalan menyebabkan fenomena Mempelajari terhadap di yang terorisme. respons gerakan negara organisasi yang kesejahteraan Burton menciptakan manusia. konflik identitas karena konflik identitas berkepanjangan. Konflik itu mengakibatkan para pihak saling melakukan hal-hal yang dipersepsi radikal seperti JAT merupakan bertentangan satu dengan yang lain. Di hal yang penting untuk dapat bercermin pihak JAT langkah-langkahnya adalah tentang upaya perjuangan dan jihad sedangkan di mata dilakukan pemerintah perbuatan tersebut dikatakan oleh pemerintah saat ini. Dalam rangka makar serta mengganggu ketertiban dan memetik pelajaran dari hal tersebut, keamanan peneliti mencoba memahaminya dari tersebut Burton menginspirasi penulis aspek dalam tulisan ini dengan mengajukan bagaimana penanggulangan terorisme regulasi penanggulangan dan terorisme konsep yang tawaran negara. sebuah Terhadap solusi yang konflik dapat diterapkan oleh pemerintah dan dengan digunakan untuk mengakhiri konflik yaitu teori konflk. Dari teori konflik, penulis dengan mengupayakan terciptanya Penanggulangan Terorisme Berdasarkan Konsep … | Arif Rudi Setiyawan | 63 kondisi yang memungkinkan pihak-pihak Upaya penanggulangan terorisme yang berkonflik untuk saling memenuhi yang dilakukan masih dipersoalkan karena kebutuhannya secara konstruktif. disinyalir masih ada aspek yang tertinggal Efektivitas Penanggulangan Terorisme dan belum disentuh dengan konsep Setelah enam tahun berdiri (hingga 2016), terbaik BNPT lembaga yang didaulat sebagai permasalahan koordinator penanggulangan terorisme konsep yang dapat memenangkan semua telah menorehkan prestasinya, lembaga kelompok anak bangsa serta memberi itu berhasil meraih simpati dan pujian atas peluang kepada seluruh pihak untuk kinerjanya. BNPT juga telah berusaha dapat memantapkan kebutuhannya sehingga konflik yang strategi serta mengembangkan penanggulangan terorisme yang dapat secara menyelesaikan integral, memenuhi suatu kebutuhan- terjadi di antara semua pihak dapat dengan model (kombinasi) Hard Approach diakhiri. dan Kebutuhan Primordial-Universal Sebagai Soft Approach dengan konsep deradikalisasinya yang menjadi acuan Penyebab Terorisme hingga sekarang. Meskipun begitu, di hati Terkait dengan fenomena terorisme, rakyat masih belum sirna pertanyaan- penulis mencoba menggunakan Teori pertanyaan: Kebutuhan mengapa aksi terorisme Manusia Burton untuk Theory) dihilangkan atau dikalahkan? Mengapa memahami penyebab terorisme. Menurut kelompok-kelompok radikal beserta para Burton (dalam Ichsan Malik, 2005), pendukungnya yang manusia memiliki kebutuhan dasar yang melakukan teror aksi masih John Needs masih sering terjadi seolah tidak dapat berpotensi dari (Human eksis? harus dipenuhi agar stabilitas masyarakat tersebut tetap terjaga. Manusia memiliki suatu menunjukkan sinyalemen bahwa langkah- dorongan dalam dirinya untuk berjuang di langkah belum setiap lingkungan dan kelembagaan pada sepenuhnya mampu menyelesaikan akar semua tataran sosial untuk memenuhi permasalahan yang menjadi inti konflik kebutuhan-kebutuhan primordial- dan belum bisa menciptakan perdamaian universalnya, primordial- abadi seperti yang dicita-citakan dalam universal manusia itu adalah keamanan, Pembukaan UUD 1945. identitas, pengakuan dan pembangunan. Pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan kebutuhan Lebih lanjut Burton menambahkan bahwa 64 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Juni 2017 | Volume 3 Nomor 2 untuk menjamin terpenuhinya kebutuhankebutuhan berusaha lebih lanjut adalah kemungkinan bahwa menguasai lingkungannya terus-menerus kelompok radikal seperti JAT dan para dan perjuangan semacam itu tidak dapat pendukungnya adalah pihak-pihak yang dikekang sebab merupakan perjuangan kebutuhan primordial universalnya tidak primordial. Menurut Panjaitan (2013), terpenuhi atau terhambat sebagaimana primordialisme adalah “adanya ikatan- dipahami ikatan seseorang dalam kehidupan sosial Manusia. Dengan tidak terpenuhinya dengan hal-hal yang dibawa sejak awal kebutuhan primordial universal, serta kelahiran seperti suku bangsa, daerah terhambatnya kelahiran, ikatan klan, dan agama.” Jadi sekelompok orang untuk mencapai suatu perjuangan adalah itu manusia Hal yang penting untuk dipahami yang usaha dalam Teori Kebutuhan seseorang atau bersifat primordial tujuan maka dapat memicu frustrasi dan untuk memenuhi terjadi agresi seperti aksi terorisme. kebutuhan-kebutuhan penting manusia Dengan alur pemikiran tersebut, yang dipengaruhi unsur-unsur mendasar penulis mengajukan proposisi bahwa dalam kehidupan seseorang yang dibawa peristiwa yang terjadi antara kelompok sejak lahir sehingga harus dipenuhi dan JAT dengan negara adalah imbas dari tidak dapat dinegosiasikan. konflik primordial yang tidak selesai Terorisme merupakan salah satu dengan tuntas. Langkah-langkah yang perwujudan dari konflik yang dapat dikembangkan pemerintah bila dilihat dikategorikan bentuk dari perspektif teori yang dibawakan agresi. Meminjam Teori Frustrasi-Agresi Burton diduga belum berjalan dan/atau oleh Dollard dan Miller, agresi diakibatkan tidak dijalankan dengan maksimal. dari frustrasi. Frustrasi terjadi karena Upaya yang Telah Ditempuh adanya hambatan dalam meraih suatu Dalam penelitiannya, Hery Firmansyah tujuan. Jadi aksi terorisme merupakan (2010) menemukan bahwa pemerintah salah telah satu sebagai wujud suatu dari pelampiasan melakukan tiga jenis frustrasi. Sedangkan tujuan yang ingin penanggulangan dicapai adalah kebutuhan primordial yaitu preemtif, preventif dan represif. Tiga kebutuhan-kebutuhan upaya universal. primordial- itu mencapai terorisme, upaya dilakukan dalam keterpaduan yaitu: rangka penegakan hukum dan politik. Firmansyah menilai, Penanggulangan Terorisme Berdasarkan Konsep … | Arif Rudi Setiyawan | 65 pendekatan konseptual dan persuasif memiliki diperlukan tertentu bersifat reguler bagi seluruh narapidana, dengan mengandalkan kekuatan aksi belum mempunyai program pembinaan sosial khusus untuk narapidana teroris sehingga dalam keadaan masyarakat. menyatakan bahwa Firmansyah untuk melawan program belum pembinaan menunjukkan yang hasil yang terorisme diperlukan upaya terkoordinasi diharapkan. Justru yang terjadi sebagian lintas instansi, lintas nasional, dan secara narapidana simultan harus dilakukan langkah-langkah terhadap yang bersifat represif, prefentif, preemtif lembaga pemasyarakatan menjadi tempat maupun rehabilitasi. Ia melihat bahwa menabur radikalisme, selain itu juga negara melahirkan residivisme. mengutamakan tindakan represif saja menemukan bahwa telah gagal menanggulangi terorisme. Ia deradikalisasi menekankan pentingnya menyentuh akar komprehensif atau integratif lebih efektif penyebab terorisme (roots of terrorism) dibanding yang hanya didasarkan pada yaitu dialog lain banyak dengan yang hanya langkah-langkah melakukan perlawanan deradikalisasi, yang keagamaan sehingga Usman program dilakukan saja secara selama ini resosialisasi dan reintegrasi para pelaku program deradikalisasi yang dilakukan di terorisme ke dalam masyarakat. Indonesia menggunakan model dialog Peneliti lainnya Usman (2014), membahas tentang penanggulangan upaya terorisme dengan teologis yang dipadukan dengan model lainnya seperti rehabilitasi psikologi dan sosial. menggunakan strategi deradikalisasi yang Strategi dilakukan di beberapa negara. Strategi Approach yang telah dipraktikkan secara bervariasi Konsep penanggulangan terorisme BNPT oleh banyak negara tersebut dilihat saat ini mengandalkan penegakan hukum sebagai salah menangani terorisme. menurutnya, terhadap satu program narapidana Hard strategi untuk sebagai Akan tetapi radikalisasi deradikalisasi terorisme di hard Approach approach dan dan dengan Soft kontra program deradikalisasinya sebagai bagian dari soft approach atau persuasive approach, Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia namun sepertinya strategi itu masih masih ditemui berbagai hambatan. Secara memungkinkan dilakukan pembenahan. formal di Lembaga Pemasyarakatan baru Karena penjara yang menjadi media 66 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Juni 2017 | Volume 3 Nomor 2 utama bagi kedua konsep tersebut dilibatkan dalam upaya penanggulangan bahkan dapat menjadi tempat para terorisme. Dengan strategi kombinasi narapidana untuk tersebut, narapidana terorisme menjadi berkonsolidasi memperkuat jaringannya. lebih diperhatikan ketika dipenjara dan Sedangkan radikalisasi pasca penjara. Program deradikalisasi (deradikalisasi) dianggap masih lemah juga semakin membuat negara aktif dan melindungi terorisme kontra dihadang dengan penolakan- masyarakat penolakan khususnya dari berbagai ormas ideologi Islam karena salah satunya dianggap pemerintah sebagai upaya pendangkalan agama. memperhatikan Sejauh ini strategi kombinasi hard approach dan dihadirkan gejala soft pemerintah adanya dalam approach perkembangan konsep positif Pada tampak akar paparan tahap ini telah mulai terorisme yang sebenarnya. yang menunjukkan radikal. dari Namun juga ada kelemahan pada strategi kombinasi model kombinasi antara hard approach dan soft approach penanggulangan itu, masih terdapat terorisme dan ideologi radikal dapat kekurangan tetapi juga ada kelebihannya. dikikis habis. Kelompok radikal tetap ada Tanda-tanda misalnya dan tidak dapat mau diajak untuk ditunjukkan dengan sifat pemberantasan menghentikan cita-citanya (mendirikan terorisme khilafah), faktor-faktor konflik tidak dapat terorisme, walaupun positif yang itu lebih manusiawi, antara lain belum pemerintah lebih memperhatikan aspek hilang hak asasi manusia dalam menanggulangi deradikalisasi juga masih bermasalah terorisme. karena masih bersifat top down dan Di penanggulangan samping itu terorisme upaya lebih tingkat sepenuhnya. mampunya keberhasilannya Pelaksanaan yang tidak terkonsep karena ada badan khusus yang mudah untuk diukur. Oleh karena itu menjadi BNPT. strategi kombinasi hard approach dan soft Dengan fungsinya sebagai koordinator, approach seharusnya dilengkapi dengan BNPT dapat berinovasi dalam melakukan strategi lain atau mendasarkan pada penanggulangan terorisme secara kreatif konsep yang dapat menyentuh faktor- termasuk mengajak masyarakat untuk faktor konflik yang terjadi sehingga dapat berperan bahkan koordinatornya mencegah para mantan yaitu terorisme dan dimengerti sifat-sifat konflik tersebut teroris juga untuk diketahui pemecahan masalah yang Penanggulangan Terorisme Berdasarkan Konsep … | Arif Rudi Setiyawan | 67 dapat ditempuh seperti akan Dalam buku Tadzkiroh I pada butir 4 Abu dibahas lebih lanjut dalam artikel ini. Bakar Baasyir menuliskan nasihat agar Direktur Prasasti para penguasa di Republik Indonesia mau Perdamaian, Noor Huda Ismail (2011), bertaubat dan mentaati perintah Allah mengatakan: penting mengatur negara dengan hukum Allah penanganan terorisme di Indonesia mesti secara murni dan kaffah agar selamat dari dilakukan dengan menjadikan potensi siksa neraka. Dari pernyataan Baasyir orang-orang yang dianggap radikal turut tersebut membangun tanah air tempat kelahiran kebutuhan rasa aman yang dimaksud mereka." adalah aman dan selamat dari siksa Faktor Konflik JAT neraka karena menjalankan perintah Allah Terorisme adalah bagian dari konflik yang dengan mengatur negara berdasarkan terkait syariat Islam. Abu bakar Baasyir sebagai Eksekutif Yayasan “...yang erat kebutuhan yang dengan pemenuhan primordial-universal. dapat diketahui bahwa John pemimpin yang dipatuhi dalam kelompok Burton menyatakan bahwa konflik di JAT meyakini bahwa negara yang tidak antara umat manusia terjadi akibat diatur dengan hukum Islam maka amal adanya dorongan untuk berjuang dalam ibadahnya sia-sia. seluruh B. tataran manusia sosial dalam memenuhi kebutuhan (kebutuhan usaha kebutuhan- primordial-universalnya kebutuhan identitas sosial, kelompok JAT memiliki identitas sosial berbeda dan merasa tidak cocok pengakuan dan pembangunan). Pada dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika butir mencoba yang menjadi salah satu dasar hidup yang berbangsa dan bernegara di Indonesia. terindikasi menjadi latar faktor-faktor Kelompok JAT tidak menerima konsep lahirnya konflik khususnya yang terjadi pluralitas. JAT menghendaki umat Islam pada terutama yang memimpin negara, umat beragama Berikut lain dilindungi dan dinaungi dalam hukum penulis menganalisis adalah akan faktor-faktor kelompok berhadapan aman, dengan identitas, ini rasa Terkait Identitas JAT, dengan empat negara. faktor konflik JAT Islam lebih jauh dari itu JAT menginginkan bersumber dari kebutuhan primordial- terwujudnya universal tersebut, yaitu: sedunia dalam satu khilafah. Identitas A. keislaman itulah yang menurut JAT harus Rasa Aman kesatuan 68 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Juni 2017 | Volume 3 Nomor 2 umat Islam diperjuangkan dengan pengorbanan merata. Menurut JAT negara demokrasi besar sekalipun, terlebih di Indonesia penyubur Islam adalah mayoritas maka hukum materialis. Islam mengajarkan bahwa Islam-lah yang menurut JAT paling layak mereka dan yang dimilikinya adalah milik untuk diterapkan. Tuhan C. khalifah Pengakuan JAT menginginkan umat Islam diakui ideologi yang kapitalisme diberi untuk amanat yang sebagai mengelola bumi berdasarkan kehendak Tuhan. sebagai pemimpin dan pengelola negara Apabila dilihat dari perspektif Teori berdasarkan hukum Islam diakui sebagai Kebutuhan Manusia dari John Burton hukum dasar negara. JAT meyakini bahwa maka hukum termasuk dalam kebutuhan primordial- Islam adalah hukum yang kebutuhan-kebutuhan universal, kebenarannya oleh karena itu negara diperjuangkan oleh mereka di setiap haruslah didasarkan atas hukum Islam. tataran Menurut JAT Pancasila bukanlah pilihan kebutuhan terbaik, karena bersumber dari pikiran dapat mengakibatkan manusia, oleh karena itu Pancasila belum sosial sebab final tersebut kebutuhan-kebutuhan Dalam negara yang dapat dinegosiasikan. beragama Islam JAT Dalam terpenuhi ketidakstabilan pemenuhan dan selalu kebutuhan- tidak diubah Prinsip-prinsip itu Apabila dapat diperdebatkan. mayoritas sosial. sebab atas bersumber dari Tuhan yang dipastikan masih oleh di terhadap tersebut tidak Teori Resolusi menyayangkan bukan hukum Islam yang Konflik Dapat Dikembangkan diakui dan digunakan untuk mengelola Ada beberapa prinsip dalam khasanah negara. Studi Damai dan Resolusi Konflik yang D. relevan Pembangunan untuk diterapkan dalam terorisme dan JAT melihat bahwa negara demokrasi menanggulangi tidak bagi menyelesaikan konflik, berikut ini penulis masyarakat Indonesia. Demokrasi justru akan membahas satu persatu secara telah menjadi penyebab perpecahan, singkat sebagai berikut: perselisihan dan ketidakadilan. Keadilan Prinsip pertama, konflik tidak dapat dapat diwujudkan manakala umat Islam dipandang sebagai fenomena politik- membangun dengan dasar-dasar hukum militeristik semata, namun juga harus Islam dan ekonomi Islam yang adil dan dilihat sebagai suatu fenomena sosial membawa kemakmuran Penanggulangan Terorisme Berdasarkan Konsep … | Arif Rudi Setiyawan | 69 Dua periode yang lalu ketika masa saat ini juga belum dapat dikatakan pemerintahan presiden Soekarno dan sempurna. Soeharto, terorisme Prinsip kedua, konflik memiliki siklus dilakukan dengan pendekatan militeristik hidup yang tidak berjalan linear, sangat atau keamanan. Saat itu terorisme dilihat bergantung pada dinamika lingkungan dari perspektif politik-militeristik, kita Konflik yang bermanifestasi menjadi aksi- telah melihat ada keberhasilan dengan aksi terorisme memiliki akar sejarah yang pendekatan itu akan tetapi juga ada cukup kelemahannya, berubah penanggulangan ke sekarang arah panjang. ketika era kelompok demokratisasi era memiliki Bahkan radikal akar saat kelompok- ini dikaitkan kesejarahan dengan reformasi pendekatan penanggulangan kelompok yang telah muncul terlebih terorisme ikut berubah. Negara lebih dahulu misalnya dengan Negara Islam mengedepankan Indonesia (NII). NII disebut sebagai prinsip penegakan hukum dan supremasi sipil sesuai dengan organisasi yang semangat gerakan kelompok-kelompok reformasi. meneguhkan sebagian Prinsip cikal-bakal yang yang menghendaki penegakan syariat Islam di dijalankan oleh pemerintah saat ini yang Indonesia/khilafah. NII telah mewariskan telah menunjukkan adanya pandangan sejarah konflik sebagai sebuah fenomena sosial organisasi selain dari fenomena politik-militeristik. Keberadaan NII dinilai sebagai gerakan Misalnya pendahulu dengan strategi ini menjadi pendekatan hard dan cita-cita radikal yang perjuangan di telah Indonesia. menginspirasi approach yang lebih berwawasan HAM kelompok-kelompok dan adanya program soft approach yang sesudahnya. Meskipun begitu, konflik menekankan pada pendekatan agama, yang sosial, lain tersebut tidak berjalan linear seperti garis sebagainya. Akan tetapi meskipun begitu lurus, konflik yang terjadi tergantung masih banyak hal yang harus dilakukan pada perubahan lingkungan pada suatu mengingat masa. budaya, fenomena ekonomi status sosial konflik bersifat dan sebagai kompleks, melibatkan Perubahan mengeskalasi yang organisasi lingkungan konflik lahir radikal dapat maupun pendekatan kombinasi hard dan soft mendeeskalasi konflik. Seperti peristiwa approach yang dilakukan oleh pemerintah ISIS yang ada di Irak dan Syria mungkin berpengaruh juga terhadap kelompok- 70 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Juni 2017 | Volume 3 Nomor 2 kelompok negeri. Pernyataan Ulya di atas menggambarkan pada sebab-sebab terorisme yang tidak berasal peristiwa baiatnya Abu Bakar Baasyir dan dari sebab tunggal seperti radikalisme pengikutnya di Lapas Nusakambangan agama yang dapat mengakibatkan kelompok- khilafah saja, akan tetapi bisa terjadi dari kelompok lebih interaksi bertingkat dari banyak faktor terhubung dengan kelompok dari luar yang muncul baik di dalam maupun luar negeri yang berpengaruh terhadap akses- negeri. akses Prinsip keempat, resolusi konflik hanya Misalnya radikal seperti di yang radikal logistik, dalam terjadi menjadi pelatihan dan lain saja atau cita-cita sebagainya. diterapkan Prinsip ketiga, sebab-sebab konflik tidak dikombinasikan dapat direduksi ke dalam suatu variabel mekanisme penyelesaian konflik lain yang tunggal dalam bentuk proposisi kausalitas relevan. bivariat melainkan harus dilihat sebagai Penanggulangan fenomena yang terjadi karena interaksi mengutamakan bertingkat berbagai faktor approach (penegakan hukum) dan soft Meminjam pendapat Harits Abu Ulya approach yang tersebut perlu dilengkapi dengan model telah penyebab menyimpulkan terjadinya berbagai terorisme yang secara pendirian optimal dengan terorisme beragam saat pendekatan (kontra jika ini hard radikalisasi). Hal lain yang telah dicetuskan sebelumnya dilatarbelakangi berbagai faktor internal misalnya maupun eksternal negara. Faktor Internal atau menarik seseorang atau sekelompok adalah orang kesenjangan ekonomi disengagement untuk (mendorong memisahkan diri dari (kemiskinan), ketidakadilan, marginalisasi, kelompok radikal, sehingga ia terbebas kondisi sikap dari ideologi radikal). Sayangnya saat ini represif rejim yang berkuasa, kondisi model tersebut kurang mendapatkan sosial, dan faktor dari kelompok dan keseriusan budaya. Sedangkan faktor eksternal yaitu pendekatan soft approach yang telah ada ketidakadilan global, arogansi politik luar juga harus lebih diperkaya dengan model negeri negara adi kuasa kepada dunia yang kreatif ini. politik/pemerintahan, Islam, standar ganda oleh negara adi kuasa, dan tata hubungan dari pemerintah. Padahal Upaya menanggulangi terorisme dengan dan upaya penyelesaian konflik yang perkembangan dunia yang memburuk. melatarbelakangi fenomena itu tidak bisa Penanggulangan Terorisme Berdasarkan Konsep … | Arif Rudi Setiyawan | 71 dimenangkan kombinasi hanya hard dengan approach model dan soft Pemerintah penanggulangan mengharapkan terorisme melalui approach yang saat ini dikembangkan pendekatan kombinasi (hard approach pemerintah saja, akan tetapi diperlukan dan adanya melengkapi. Hal itu menunjukkan bahwa gagasan baru untuk soft approach) pemerintah sumber dari kekerasan dan terorisme. approach semata tidak dapat mengakhiri Prinsip-prinsip yang ada dalam ilmu/teori terorisme oleh karena itu program soft resolusi konflik dapat dipertimbangkan approach berusaha diintesifkan. Namun, untuk strategi soft approach dengan program terorisme, penanggulangan kombinasi strategi saling menghilangkan faktor-faktor konflik dan membantu menyadari dapat hard berbagai deradikalisasi sendiri juga mengalami dapat hambatan salah satunya dengan adanya menunjang kesuksesan pemberantasan penolakan dari ormas Islam termasuk terorisme. oleh JAT di samping faktor teknis dan non Problem-Solving Approach teknis yang lain. Program deradikalisasi Seperti yang telah disampaikan di muka dicurigai merugikan umat Islam, sehingga bahwa mekanisme itu diharapkan secara penanggulangan dijalankan umum upaya strategi ini pun belum dapat diandalkan terorisme yang sepenuhnya untuk mengakhiri konflik pemerintah saat ini (terorisme). menggunakan dua pendekatan, yaitu Meskipun tokoh-tokoh JAT telah hard approach dan soft approach. Hard berhasil dijatuhi pidana dan di dalam approach dengan criminal-justice system lembaga pemasyarakatan pun sedikit dan soft approach. Kedua pendekatan itu banyak mereka telah terpapar program pula-lah terhadap deradikalisasi, akan tetapi hingga kini gerakan kelompok Jamaah Ansharut kelompok itu masih tetap bertahan dan Tauhid. JAT telah merasakan tuah dari cita-citanya yaitu membentuk khilafah. upaya-upaya dengan Fenomena tersebut menunjukkan adanya penangkapan aktivis-aktivisnya termasuk kelemahan dalam pendekatan kombinasi Sang Amir, Abu Bakar Baasyir yang sebab diputuskan ideologi radikal masih belum dapat dikikis terorisme. yang diterapkan itu bersalah ditandai atas perbuatan aksi terorisme masih terjadi, habis dan kelompok-kelompok radikal masih eksis. Dengan kedua model yang 72 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Juni 2017 | Volume 3 Nomor 2 diterapkan pemerintah tersebut ternyata untuk memenuhi kebutuhan itu tidak faktor-faktor dapat menyelesaikan masalah dan tidak konflik belum berhasil dihilangkan sepenuhnya. menghasilkan Penanggulangan terorisme yang dilakukan saat ini belum berperspektif resolusi konflik. approach dan perdamaian yang berkelanjutan. Studi Damai dan Resolusi Konflik Pendekatan hard memiliki prinsip-prinsip penting yang approach belum dapat diterapkan dalam penanggulangan soft mampu menyelesaikan konflik karena di terorisme. dalamnya terkandung prinsip zero sum sebagian (habis-habisan) bukan win win. Dengan penanggulangan pendekatan yang ada, pemerintah belum Misalnya pemerintah secara berusaha terorisme sebagai struktural militeristik semata, akan tetapi sebagai sehingga hal itu menghambat terjadinya fenomena sosial. Pemerintah tampaknya penyelesaian konflik. memahami bahwa perubahan lingkungan terencana menghilangkan kekerasan Prinsip-prinsip telah tersebut bersenyawa terorisme dengan saat tidak ini. melihat fenomena politik- Dari perspektif Studi Damai dan baik di dalam maupun luar negeri Resolusi Konflik, khususnya dalam teori (misalnya fenomena ISIS) juga dapat yang diusung John Burton, ada empat berpengaruh terhadap konflik di dalam kebutuhan dasar manusia (kebutuhan negeri. Pemerintah melihat terorisme primordial-universal) yang menjadi faktor tidak hanya berakar dari sebab tunggal, utama penyebab konflik. Empat faktor misalnya radikalisme agama saja, akan konflik aman, tetapi karena interaksi berbagai faktor. identitas, pengakuan dan pembangunan. Selain itu, pemerintah telah menerapkan Penulis berbagai program untuk menanggulangi tersebut adalah menemukan rasa bahwa ada kekurangan dalam pemenuhan keempat terorisme (seluruh) kebutuhan primordial-universal approach), yang menunjukkan diderita oleh kelompok JAT. Sehingga penanggulangan terorisme hanya dapat kelompok itu berusaha sekeras-kerasnya dilakukan untuk dikombinasikan memenuhi kebutuhannya. (hard approach secara dan bahwa optimal dengan soft jika berbagai Kebutuhan-kebutuhan itu mutlak harus mekanisme penyelesaian konflik lain yang dipenuhi dan tidak dapat dinegosiasikan. relevan. Namun penulis melihat ada Upaya penekanan terhadap keinginan sebuah prinsip yang diprediksi belum Penanggulangan Terorisme Berdasarkan Konsep … | Arif Rudi Setiyawan | 73 dipraktikkan dengan baik dalam terorisme di Indonesia dengan dua cara, penanggulangan terorisme yaitu prinsip sebagai berikut: yang menyatakan bahwa konflik tidak Cara pertama, mengembangkan prosedur dapat diselesaikan dengan senjata ataupun resolusi dengan negosiasi para pihak, konflik dapat conflict management, conflict resolution diakhiri ketika struktur baru yang kondusif dan conflict provention), yang di dalamnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia telah terdapat upaya untuk mengembangkan tercipta. Jadi, resolusi konflik adalah proses tentang bagaimana menciptakan struktur keterlibatan pihak ketiga, memulai proses baru perubahan struktural yang diperlukan bagi pemenuhan kebutuhan konflik (conflict fasilitasi, merancang manusia. Tanpa adanya sebuah kondisi untuk yang memungkinkan pihak-pihak yang fundamental konflik. berkonflik untuk berada dalam kondisi yang memungkinkan kebutuhannya itu, pemenuhan menghilangkan strategi sebab-sebab Penulis melihat, saat ini pemerintah belum mengembangkan prosedur mustahil resolusi konflik ini. Pendekatan yang diselesaikan. Perubahan struktural yang dilakukan tidak dalam rangka untuk dimaksud mengatasi konflik akan tetapi sebaliknya adalah konflik prevention, perubahan sistem secara mendasar terkait dengan hukum, justru ekonomi, tata kebiasaan masyarakat dan penekanan-penekanan dengan sifat yang lain sebagainya yang diarahkan untuk berupaya untuk mengatasi konflik. Saat ini belum tampak seolah menempati posisinya jelas rencana upaya pemerintah secara raksasa yang kuat dengan bermodalkan terstruktur untuk mewujudkan kondisi pandangan yang paling benar, mengambil tersebut, bahkan dalam beberapa aspek jarak dan berposisi sebagai pihak yang kekerasan berlawanan dengan kelompok-kelompok seperti struktural jika revisi dapat menguat Undang-Undang radikal dilakukan (JAT) dengan melakukan mengalahkan. Negara dan ingin sebagai meluruskan Pemberantasan Terorisme yang dilakukan pandangan kelompok itu. Di sisi lain, tidak berperspektif resolusi konflik. kelompok radikal merasa sebagai pihak Dalam rangka menyelesaikan yang lebih benar dari pada negara dan konflik itu, Burton menggagas dibuatnya ingin memperbaiki negara. pranata yang efektif yang menurut Cara penulis dapat diterapkan pada fenomena struktural kedua, memulai dengan 74 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Juni 2017 | Volume 3 Nomor 2 perubahan mengidentifikasi potensi kekerasan struktural (structural kelompok violence) yang terdapat dalam sistem dan kelompok teroris untuk bersama-sama kemudian dapat dirancang solusi-solusi bekerja memenuhi kebutuhan masing- yang masing. Akan tetapi kontroversi serupa mungkin diterapkan untuk ekstrem juga solusi tersebut akan memaksa negara disampaikan mantan ketua BNPT (Saud untuk secara kolektif mengeksplorasi Usman) ketika memperkenalkan konsep cara-cara untuk deradikalisasi yang dianggap oleh negara menyelesaikan konflik dan menempatkan Barat mendukung dan menguntungkan instrumen teroris. perang sebagai alternatif terakhir. Penulis melihat bahwa cara kedua tersebut belum secara sadar ditempuh pemerintah, justru pemerintah cenderung ingin semakin memperkuat infrastruktur pemberantasan terorisme dengan lebih tegas (misalnya pada draft revisi UndangUndang Pemberantasan Terorisme) yang menunjukkan keinginan untuk menambah kuat aspek kekerasan struktural. Akan tetapi cara-cara non kekerasan juga mengemuka dengan diterapkannya criminal-justice system yang adil dan program kontra radikalisme yang lebih berwawasan hak asasi manusia. Strategi tersebut tampak lebih dekat dengan prinsip-prinsip resolusi konflik. Tawaran ide untuk merintis gaya penanggulangan terorisme berbasis pada resolusi konflik problem-solving dengan approach pendekatan tersebut tampak kontroversial, karena mengajak terjadi seperti bahkan menghilangkannya. Proses merancang non-kekerasan pernah atau yang Daftar Pustaka Abu Bakar Baasyir. Buku 1 tadzkiroh Jakarta: JAT Media Center. Firmansyah, Hery. Upaya penanggulangan tindak pidana terorisme. Diakses 23 Oktober 2016, dari https://www.academia.edu/1758960 1 Malik, Ichsan. Kontribusi psikososial dalam penanganan konflik. Diakses pada 23 Oktober 2016, dari old.ui.ac.id/id/news/pdf/271.pdf Perangi Terorisme Kedepankan Strategi Deradikalisasi. Diakses 20 September 2016. dari https://ugm.ac.id/id/berita/3082perangi.terorisme.kedepankan.strat egi.deradikalisasi. Primordialisme.Diakses 23 Oktober 2016. Dari https://artypribadi.wordpress.com/2 013/ Ulya, Harits Abu. Terorisme (Mengeja akar dan realitas penindakannya di indonesia). Diakses 23 Oktober 2016 dari http://www.eramuslim.com/ Usman, 2014. Model Deradikalisasi Narapidana Terorisme Studi Perbandingan Deradikalisasi Di Yaman, Arab Saudi, Singapura, Mesir Dan Indonesia. Diakses 23 Penanggulangan Terorisme Berdasarkan Konsep … | Arif Rudi Setiyawan | 75 Oktober 2016 dari onlinejournal.unja.ac.id › Home › Vol 7, No 2 (2014) › Usman. 76 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Juni 2017 | Volume 3 Nomor 2