BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian The Effect of Tetrahydrocurcumin in Curmin Cream on The
Hydration, Elasticity, and Color of Human Skin
Rungsima
yang dilakukan oleh
et al. (2009) menunjukkan hasil bahwa pemberian THC dan
liposome dua kali sehari selama empat minggu terhadap 80 wanita umur 30 −
45 tahun memberikan efek pencerahan dan elastisitas kulit dibandingkan
kontrol. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Rungsima dengan penelitian
dalam skripsi ini adalah penggunaan THC secara topikal, pembawa bahan uji
berupa sediaan krim, durasi perlakuan selama empat minggu, pengolesan krim
2 kali sehari,
parameter anti aging berupa elastisitas dan hidrasi kulit.
Perbedaan penelitian Rungsima et al. (2009) dengan penelitian dalam skripsi
ini antara lain penelitian Rungsima menggunakan subyek uji perempuan
berumur 30-45 tahun, jumlah subyek uji 80 orang, kelompok uji berjumlah
empat kelompok yaitu GPO krim kurmin yang mengandung THC dan liposom;
GPO kurmin krim yang mengandung THC; GPO kurmin krim yang
mengandung liposom; dan kontrol pembawa krim, dosis pengolesan krim pada
pada kulit wajah sebanyak 1 gram, metode uji tanpa penyinaran UV, juga
menggunakan parameter anti aging berupa warna kulit, alat untuk mengukur
parameter penuaan antara lain Corneometer CM 825 untuk mengukur hidrasi
kulit, Cutometer MPA 580 untuk mengukur elastisitas, dan Dermospectrometer
untuk mengukur warna kulit.
Penelitian yang dilakukan oleh Haftek et al. (2008) yang berjudul Clinical,
Biometric and Structural Evaluation of the Long-term Effects of a Topical
Treatment with Ascorbic Acid and Madecassoside in Photoaged Human Skin
menunjukkan hasil bahwa pemberian ekstrak 0,1%
madecassoside dari
triterpenoid pegagan secara topikal dapat memperbaiki kekenyalan, kelenturan,
dan hidrasi kulit terhadap 20 perempuan sukarelawan yang mengalami penuaan
karena sinar matahari. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Haftek et al.
dengan penelitian dalam skripsi ini adalah parameter anti aging berupa
4
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
kelenturan dan hidrasi kulit, serta bahan uji diaplikasikan secara topikal.
Perbedaan penelitian Haftek et al. dengan penelitian dalam skripsi ini antara
lain penelitian Haftek menggunakan rancangan penelitian double blind acak,
bahan uji berupa isolat pegagan, jenis subyek uji perempuan yang mengalami
photoaging berjumlah 20 orang, jenis kontrol positif menggunakan vitamin C,
durasi perlakuan selama 6 bulan, juga menggunakan parameter anti aging
berupa jumlah kerutan kulit, dan menggunakan metode
histologi semi
kuantitatif untuk mengukur parameter penuaan.
Penelitian Pemberian Oral Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica)
Lebih Banyak Meningkatkan Jumlah Kolagen dan Menurunkan Ekspresi
MMP-1 daripada Vitamin C Pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus) yang
dipapar sinar UVB yang dilakukan oleh Herawati (2014) memberikan hasil
bahwa pemberian ekstrak pegagan 50 mg secara oral lebih banyak
meningkatkan jumlah kolagen dan menurunkan ekspresi MMP-1 daripada
vitamin C 9 mg pada tikus Wistar yang dipapar sinar UVB. Persamaan
penelitian Herawati dengan penelitian ini adalah menggunakan tanaman
pegagan, waktu pengujian selama 4 minggu, adanya simulasi penyinaran UV,
dan menggunakan parameter kadar kolagen untuk menguji aktivitas anti aging.
Perbedaan penelitian Herawati dengan penelitian ini adalah penelitian Herawati
menggunakan subyek uji 30 ekor tikus Wistar jantan berat badan 180-200
gram berumur 10-12 minggu, rancangan penelitian post test control group
design, kelompok uji berjumlah 3 kelompok, kontrol positif menggunkan
vitamin C, bagian tanaman pegagan yang digunakan adalah daun, ekstrak air
daun pegagan yang telah diuapkan dilarutkan dalam pembawa air-tween 80
10%, ekstrak daun pegagan diberikan secara oral, dosis oral pegagan 50 mg,
dosis oral vitamin C 9 mg, luas kulit dorsal tikus yang dicukur seluas 5x5 cm2,
penyinaran UV hanya menggunakan UVB dari lampu KN-4003, dosis total
penyinaran UVB 840 mJ/cm2, menggunakan parameter penurunan ekspresi
MMP-1 untuk mengukur aktivitas anti aging.
Penelitian Formulation and Anti-Aging Effect of Cream Containing
Breadfruit (Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg) Leaf Extract
yang
dilakukan oleh Nazliniwaty et al. (2016) menunjukkan hasil bahwa pemberian
krim ekstrak daun sukun 3,5% dapat meningkatkan kadar air dan mengurangi
5
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
noda kulit dibandingkan kontrol negatif dan krim ekstrak daun sukun
konsentrasi 0,5%, 1,5%, dan 2,5%, namun untuk parameter kekenyalan, besar
pori, jumlah keriput krim ekstrak daun sukun 3,5% menghasilkan nilai yang
tidak berbeda dibandingkan kontrol negatif serta formula krim lainnya.
Persamaan penelitian Nazliniwaty dengan penelitian dalam skripsi ini adalah
penelitian Nazliniwaty melakukan uji anti aging secara topikal, bahan pembawa
berupa krim tipe emulsi
minyak dalam air (o/w), adanya senyawa aktif
flavonoid sebagai antioksidan dalam bahan uji, waktu pengujian selama 4
minggu, pengolesan krim 2x/hari, menggunakan parameter anti aging berupa
kadar air, kekenyalan, dan besar pori. Perbedaan penelitian Nazliniwaty dengan
penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian Nazliniwaty menggunakan bahan
uji berupa ekstrak daun sukun, subyek uji 18 perempuan umur 20-30 tahun
sehat dan tidak punya riwayat alergi kulit, kelompok uji terdiri dari F0 (basis
krim); F1 (krim ekstrak daun sukun 0,5%); menggunakan parameter anti aging
jumlah keriput dan noda kulit, dan alat uji anti aging berupa Skin Analyzer
Aramo.
B. Landasan Teori
1. Kulit
Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh dari berbagai macam
gangguan dari lingkungan. Secara histologis, kompartemen kulit terdiri dari
epidermis, dermis, dan hipodermis. Secara struktural dan fungsional lapisan
epidermis dan dermis dipisahkan oleh membran basal (Menon, 2014).
Epidermis sebagian besar tersusun atas keratinosit, sebagian kecil
melanosit dan sel dendritik seperti sel langerhans. Pada lapisan epidermis
bernukleus terdapat serabut saraf yang memasok impuls. Terdapat tiga
lapisan yaitu stratum basal (stem sel maupun posmitotik, terdapat sel
perantara yang disebut transliently amplifying cells), stratum spinosum
(lapisan keringat), stratum granulosum, dan stratum korneum (Menon,
2015). Stratum basal bertanggung jawab terhadap populasi sel epidermis.
Lapisan ini terdiri dari 10% stem cells, 50% amplifying cells, dan 40%
postmitotic cells. Secara normal, stem cells membelah perlahan, tetapi
dalam kondisi tertentu seperti proses penyembuhan dan terpapar oleh
6
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
growth factor, stem cells akan membelah dengan cepat. Stratum spinosum
terdiri dari 5-12 lapisan mengandung granula lamelar, keramid, kolesterol,
beberapa enzim seperti protease, fosfatase, lipase, dan glikosidase. Stratum
granulosum terdiri dari 1-3 lapisan granula keratohialin mengandung
profilagrin yang merupakan prekursor filagrin. Stratum korneum terdiri dari
15 lapisan yang sudah tidak mengandung organel sel. Bangunan lapisan ini
disebut “brick mortar” dimana brick merupakan sel keratinosit, sedangkan
mortar merupakan lipid dan protein yang berasal dari granula lamelar.
Lapisan ini banyak mengandung asam amino sehingga punya kemampuan
untuk
mengikat
air.
Fungsi
dari
lapisan
ini
sebagai
pelindung
transepidermal water loss (TEWL), kelembaban dan fleksibilitas kulit
(Baumann dan Saghari, 2009).
Lapisan dermis terletak di bawah lapisan epidermis. Dermis terdiri dari
dua lapisan yaitu papillary dermis di bagian superficial dan reticular dermis
di bagian dalam. Di papillary dermis terdapat kolagen, elastin, fibrous, dan
ground substance (mukopolisakarida, asam hyaluronat, kondroitin sulfat),
serta kaya akan mikrosirkulasi. Pada reticular dermis terdapat kumpulan
kolagen yang lebih kasar dengan serabut-serabut elastin yang tersebar. Sel
utama pada lapisan ini adalah sel fibroblast, yang akan menghasilkan
kolagen (70-80%) untuk kekenyalan, elastin (1-3%) untuk elastisitas, dan
proteoglikan untuk kelembaban. Fibroblast juga menghasilkan enzim
seperti kolagenase dan stromelysin. Sel imun seperti sel mast,
polimorfonuklear leukosit, limfosit, dan makrofag terdapat pada lapisan
dermis (Khazanchi, 2007; Scott and Bennion, 2011).
Lapisan hipodermis merupakan sebuah lapisan subkutan di bawah
retikularis dermis. Hipodermis berupa jaringan ikat lebih longgar dengan
serat kolagen halus terorientasi sejajar dengan permukaan kulit. Hipodermis
sering mengandung
sel-sel lemak yang membentuk lapisan pannikulus
adiposus yang jumlahnya bervariasi sesuai daerah tubuh dan lebih banyak
dibanding dermis (Mescher, 2010 dalam Kalangi, 2013).
7
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
Gambar 2.1. Struktur kulit (McLafferty et al., 2012)
2. Kolagen kulit
Kolagen merupakan protein tripel heliks yang terdapat di seluruh bagian
tubuh, dan berfungsi sebagai pengikat jaringan, perlekatan sel, migrasi sel,
pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis), morfogenesis jaringan,
dan perbaikan jaringan. Kolagen pada vertebrata terdiri dari 28 jenis yang
diberi nomor I- XXVIII. Kolagen pada kulit merupakan kolagen tipe I, III,
V, dan VI yang membentuk struktur horizontal di dermis, diselingi oleh
serat elastin. Kolagen tipe 1 adalah jenis yang paling banyak di jaringan ikat
kulit. Proteoglikan terutama asam hialuronat merupakan substansi amorf
yang di sekelilingnya terdapat serat kolagen dan serat elastin (Scott and
Benion, 2011). Serat kolagen berfungsi untuk memberi kekuatan, integritas
struktural, dan ketahanan pada kulit (Kadler et al., 2007; Draelos, 2016).
8
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
Gambar 2.2. Histologi kolagen dermis dengan pewarnaan HE (Emmert et al., 2013)
Kolagen 1 disintesis di sel fibroblast melalui dua proses, yaitu proses di
dalam sel dan di luar sel. Pada proses intrasel, mula-mula terbentuk
prokolagen berupa dua rantai peptida alpha pada translasi di ribosom
sepanjang retikulum endoplasma kasar (RER).
Kemudian rantai
polipeptida dilepaskan ke lumen RER. Sinyal peptide dilepaskan ke RER,
sehingga rantai peptida menjadi rantai pro-alpha. Selanjutnya terjadi proses
hidroksilasi lisin dan prolin asam amino di lumen, dengan kofaktor asam
askorbat. Kemudian residu hidroksilisin mengalami glikosilasi. Di dalam
retikulum endoplasma terbentuk tripel alpha helik. Kemudian prokolagen
dieksositosis ke badan golgi. Pada proses esktrasel, prokolagen yang sudah
dieksositosis selanjutnya diubah menjadi tropokolagen oleh prokolagen
peptidase. Beberapa tropokolagen membentuk fibril kolagen melalui crosslinking kovalen. Beberapa fibril kolagen membentuk serabut kolagen.
Kolagen selanjutnya menempel pada membran sel melalui beberapa
protein, antara lain fibronektin dan integrin (Mescher, 2010).
Kolagen dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor
intrinsik antara lain genetik dan hormon, faktor ekstrinsik meliputi sinar
ultraviolet, polusi, dan diet. Produksi kolagen juga dipengaruhi oleh
hormon estrogen. Estrogen dapat meningkatkan sintesis kolagen. Wanita
menopouse mengalami penurunan kadar kolagen secara signifikan (Farage
et al., 2008).
9
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
Matrix Metalloproteinase-1 (MMP-1) atau kolagenase merupakan suatu
proteinase ektraselular yang dominan pada kulit, dan
berperan dalam
pemecahan kolagen tipe 1 secara fisiologi. MMP tersusun dari propeptida,
katalitik, dan hemopexin. MMP memecah kolagen menjadi menjadi ¾ dan
¼ fragmen. MMP-1 memecah kolagen setelah residu ke 775 (Gly), dalam
sekuen rantai GIA-alpha 1 dan rantai GLL-alpha2 (Chang and Buehler,
2014).
3. Elastin
Serabut elastin yang berada di lapisan dermis lebih sedikit dibandingkan
kolagen, namun mempunyai peranan penting dalam menjaga elastisitas dan
ketahanan kulit, menjaga agar kulit dapat kembali ke bentuk semula dengan
segera setelah kulit diregangkan. Secara histologi, serabut elastin dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu oxytalan, elaunin, dan elastic. Oxytalan
berada di permukaan paling luar, sangat tipis, dan terbentang dari
perpendicular ke dermal-epidermal junction. Elaunin dan elastic berada di
lapisan yang lebih dalam serta lebih tebal. Ketika kulit mengalami
photoaging, elastin berubah bentuk dan fungsinya menjadi jaringan
elastosis, di mana serabut elastin berubah menjadi tebal dan tidak teratur.
Jaringan elastosis dapat menimbulkan manifestasi klinis penuaan kulit,
yaitu kulit tampak kendur atau berkurang elastisitasnya (Menon, 2015).
Gambar 2.3. Perubahan susunan serat elastin karena photoaging. (A) Area kulit
yang tidak terpapar sinar matahari. (B) Area kulit yang terpapar sinar matahari.
Tanda panah merah menunjukkan ketidakteraturan serat elastin (Weihermann et
al., 2016)
10
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
4. Teori Penuaan (Aging)
Penuaan atau aging merupakan proses penurunan fungsi biologis dari
usia kronologis. Proses penuaan ditandai oleh penurunan energi seluler
yang menurunkan kemampuan sel untuk memperbaiki diri. Terjadi dua
fenomena, yaitu penurunan fisiologis (kehilangan fungsi tubuh dan sistem
organnya) dan peningkatan penyakit (Fowler, 2003 dalam Wahyuningsih,
2011).
Menurut American Academy of Anti-Aging Medicine (A4M),
penuaan adalah kelemahan dan kegagalan fisik-mental yang berhubungan
dengan aging normal disebabkan oleh disfungsi fisiologis, dan dalam
banyak kasus dapat diubah dengan intervensi medis yang tepat (Klatz, 2003
dalam Wahyuningsih, 2011).
Menurut Jin (2010) dan American Federation for Aging Research
(2011), Proses penuaan (aging) pada manusia pada dasarnya terjadi melalui
penuaan yang terprogram dan
penuaan karena kerusakan. Teori aging
terdiri dari 8 teori, sebagai berikut:
a. Teori umur yang terprogram
Organ tubuh manusia sudah memiliki program genetik dalam DNA
masing-masing yang akan mengatur fungsi fisik dan mental. Program
ini secara otomatis akan menentukan pada usia berapa manusia akan
menua dan pada usia berapa manusia pada akhirnya akan mati.
b. Teori endokrin
Hormon bertindak sebagai jam biologis yang mengendalikan laju
penuaan. Penuaan diatur secara hormonal, dan terjaganya jalur yang
mengkode insulin / IGF-1 memegang peranan kunci dalam pengaturan
penuaan secara hormonal.
c. Teori imunologi
Imunitas tubuh secara terprogram mengalami penurunan seiring
waktu, sehingga tubuh semakin rentan terkena infeksi yang akhirnya
mengarah pada proses penuaan dan kematian. Keefektifan sitem
imunitas tubuh mencapai puncaknya ketika usia pubertas, dan secara
bertahap menurun bersama pertambahan usia. Saat menua antibodi
tubuh semakin lemah sehingga semakin sedikit penyakit yang dapat
diserangnya, tekanan selular meningkat dan berakhir dengan kematian.
11
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
d. Teori keausan
Sel-sel tubuh memiliki bagian vital yang jika dipakai berulang dan
terus menerus, maka akan mengalami keausan yang menyebabkan selsel rusak, yang selanjutnya terakumulasi menjadi kerusakan organ,
kemudian keruskan tubuh secara keseluruhan.
e. Teori kecepatan hidup
Semakin besar kecepatan metabolisme oksigen basal pada manusia,
semakin pendek rentang hidupnya. Semakin cepat manusia bekerja,
semakin besar energi yang digunakan, dan tubuh semakin cepat
mengalami kerusakan.
f. Teori ikatan silang
Ikatan silang antara protein intraseluler dan interseluler semakin
meningkat secara progresif sejalan dengan bertambahnya usia. Misalnya
ikatan silang pada serabut kolagen, yang akan menyebabkan penurunan
elastisitas dan kelenturan kolagen pada membran basalis, dan berakibat
rusaknya fungsi organ.
g. Teori radikal bebas
Superoksida dan radikal bebas lainnya dapat menyebabkan
kerusakan makromolekul, seperti asam nukleat, gula, lipid, dan protein.
Radikal bebas yang meningkat dapat menyebabkan keruskan sel,
kemudian jaringan, sehingga fungsi organ menjadi rusak. Sinyal
Reactive Oxygen Species (ROS) merupakan enzim/jalur gen terpenting
yang mengkode penuaan sel (cell senescence) dan organ.
h. Teori kerusakan somatik DNA
Keruskan DNA terjadi secara terus menerus dalam sel organisme
hidup. Beberapa kerusakan ini dapat diperbaiki, namun akumulasi
kerusakan seperti DNA polymerase tidak dapat diperbaiki karena
kecepatan mekanisme perbaikan tidak secepat proses polymerase.
Kerusakan DNA dapat membuat sel tidak dapat membelah diri. Mutasi
genetik terjadi dan terakumulasi sejalan dengan pertambahan usia, dan
menyebabkan malfungsi sel.
Menurut Fowler (2003) dalam Wahyuningsih (2011) penuaan
terbagi menjadi 3 fase, yaitu:
12
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
a. Fase subklinik (usia 25-35 tahun)
Pada fase ini, hormon-hormon seperti estrogen, growth hormone
(GH), dan testoteron mulai menurun. Pembentukan radikal bebas yang
merusak DNA dan sel, mulai berpengaruh terhadap tubuh. Manifestasi
klinis penuaan belum terlihat dari luar. Individu umumnya merasa
masih dalam keadaan normal.
b. Fase transisi (usia 35-45 tahun)
Pada fase transisi terjadi penurunan hormon hingga 25%. Massa otot
menurun, dan terjadi penumpukan lemak. Keadaan ini menyebabkan
individu resistensi terhadap insulin, penyakit jantung, dan obesitas. Pada
fase ini mulai terlihat manifestasi klinis seperti elastisitas dan
pigmentasi kulit mulai menurun, rambut mulai beruban, pendengaran
dan penglihatan berkurang.
c. Fase klinik (usia 45 tahun ke atas)
Pada fase klinik, penurunan hormon terus berlanjut, termasuk
DHEA, melatonin, GH, estrogen, testoteron, dan hormon tiroid.
Kemampuan penyerapan nutrisi, vitamin, dan mineral menurun,
sehingga kehilangan massa otot dan tulang. Penyakit kronis terlihat
jelas pada fase ini.
5. Anti aging
Anti aging atau anti penuaan merupakan produk kosmetik topikal yang
mampu mengobati atau menghilangkan gejala penuaan pada kulit
yang
disebabkan oleh sinar UV matahari (fotoaging) atau produk yang dapat
mengurangi atau memperlambat timbulnya gejala-gejala fotoaging (Barel et
al., 2009).
Fungsi anti aging adalah untuk menyuplai antioksidan bagi jaringan
kulit, menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit, menjaga kelembaban dan
elastisitas kulit, dan merangsang produksi kolagen. Sedangkan manfaat anti
aging antara lain mencegah kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit
terlihat kusam dan keriput, membuat kulit tampak sehat, cerah,elastis, dan
awet muda (Muliyawan dan Surana, 2013).
13
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
6. Radikal bebas
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang memiliki elektron
bebas yang tidak berpasangan. Elektron yang tidak memiliki pasangan
cenderung akan menarik elektron dari senyawa lainnya, sehingga elektron
tersebut akan dimiliki bersama oleh dua atom atau senyawa radikal bebas
baru yang lebih reaktif. Peningkatan reaktivitas tersebut menyebabkan
senyawa radikal bebas menjadi lebih mudah menyerang sel-sel sehat dalam
tubuh (Sadeli, 2016).
Radikal bebas memiliki dua sifat yaitu reaktivitsnya yang tinggi karena
akan cenderung menarik elektron dari senyawa lainnya, dan memiliki
kemampuan untuk mengubah suatu molekul, atom, atau senyawa untuk
menjadi suatu radikal baru Target utama radikal bebas adalah protein,
karbohidrat, asam lemak tak jenuh dan lipoprotein, serta unsur-unsur DNA.
Dari molekul-molekul target tersebut, yang paling rentan terhadap serangan
radikal bebas adalah asam lemak tak jenuh. Senyawa radikal bebas di dalam
tubuh dapat merusak asam lemak tak jenuh ganda pada membran sel
sehingga dinding sel menjadi rapuh, merusak basa DNA sehingga
mengacaukan sistem genetika. Radikal bebas akan terus mencari elektron
dari molekul-molekul di sekitarnya dan apabila tidak dikendalikan reaksi
berantai ini dapat berlangsung secara terus menerus (Halliwell dan
Gutteridge, 2000 dalam Sadeli, 2016).
Senyawa radikal bebas di dalam tubuh dapat terbentuk dari metabolisme
sel, atau beberapa obat, sinar UV, asap rokok, polutan lingkungan. Senyawa
radikal bebas ini dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu: (a)
spesies oksigen reaktif, misalnya anion superoksida, radikal hidroksil, dan
hidrogen peroksida, dan (b) spesies nitrogen reaktif, misalnya nitrat oksida
dan peroksinitrat (Brambilla, 2008).
7. Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat mendonorkan elektron. Dalam
sistem biologis, antioksidan merupakan molekul atau senyawa yang dapat
meredam aktivitas radikal bebas dengan mencegah oksidasi sel (Syahrizal,
2008). Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu:
14
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
a. Antioksidan primer
Antioksidan primer bekerja dengan cara mencegah terbentuknya
radikal bebas baru dan mengubah molekul radikal bebas menjadi
molekul yang lebih stabil. Misalnya Butil Hidroksi Toluen (BHT),
tokoferol, dan alkil galat.
b. Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder dapat menghambat kerja prooksidan seperti
logam Fe, Cu, Pb, dan Mn, sehingga dapat memperlambat terjadinya
reaksi oksidasi. Antioksidan sekunder menangkap radikal bebas serta
mencegah reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang lebih
besar. Contoh jenis antioksidan ini antara lain vitamin C, viatmin E, dan
betakaroten.
c. Antioksidan tersier
Antioksidan dapat memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak
akibat efek radikal bebas. Misalnya enzim sulfoksidan redukatase yang
dapat memperbaiki DNA (Syahrizal, 2008)..
Berdasarkan sumbernya, antioksidan terdiri dari antioksidan alami dan
antioksidan buatan (sintetik). Antioksidan alami berasal dari tumbuhan dan
hewan. Struktur molekul antioksidan alami pada umumnya memiliki gugus
hidroksil. Antioksidan alami dari tumbuhan misalnya senyawa fenolik
berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan
asam organik polifungsional. Flavonoid dapat mereduksi radikal bebas
(Zuhra et al., 2008). Antioksidan yang aman digunakan misalnya Butil
Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), dan propil galat.
Penggunaan antioksidan sintetik dapat bersifat toksik pada dosis tertentu.
Dosis yang diizinkan oleh FDA adalah
0,01-0,1% (Panagan, 2011).
8. Sinar Ultraviolet matahari
Berdasarkan panjang gelombang fotonnya, sinar ultraviolet matahari
(UV) dikelompokkan menjadi UVA (315-400 nm), UVB (290-320 nm) ,
dan UVC (100-280 nm). Energi UVA sampai ke bumi sekitar 90-95%,
UVB 5-10%, sedangkan UVC terserap oleh lapisan ozon. Sinar UVA dapat
menembus dermis dan meningkatkan spesies oksigen reaktif (ROS) yang
dapat menginduksi mutagenesis DNA secara tidak langsung. Sinar UVA
15
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
memiliki pengaruh utama terhadap penuaan kulit ekstrinsik melalui
degradasi kolagen dermis. Meskipun panjang gelombangnya lebih pendek,
UVB lebih efisien mencapai permukaan bumi dan lebih terserap oleh
epidermis. Radiasi UVB yang mencapai kulit, 70 % diserap pada stratum
korneum, 20% mencapai seluruh epidermis, dan 10% mencapai bagian atas
dermis (Pandel et al., 2013; Ortiz et al., 2014).
Penetrasi sinar UV matahari ke dalam lapisan kulit adalah seperti
terlihat dalam Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Penetrasi sinar UV matahari ke dalam lapisan kulit (Dermatology.ca.,
2016)
Radiasi sinar UVB matahari menembus lapisan epidermis atau bagian
permukaan kulit, yang menimbulkan kerusakan DNA dan perubahan pada
sel-sel kulit, dan pada akhirnya terakumulasi menimbulkan fotoaging, dan
pada kasus tertentu dapat menimbulkan kanker kulit. Sinar UVA matahari
selain berbahaya bagi sel-sel di lapisan epidermis, juga dapat merusak
kolagen dan elastin di lapisan dermis, serta merusak pembuluh darah
(Dermatology.ca, 2016).
9. Pengaruh sinar UV matahari terhadap penuaan kulit
Paparan sinar UVA dan UVB terhadap kulit dapat menimbulkan
terbentuknya radikal bebas dalam sel-sel
dan jaringan struktural kulit.
Senyawa radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS), radikal
hidroksil, dan senyawa lainnya sangat reaktif dan tidak stabil (Jung et al.,
2008). Energi sinar UV matahari terutama UVB dengan induksi rekasi
radikal bebasnya, dapat merusak molekul di lapisan epidermis dan sedikit
16
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
lapisan dermis,
khususnya DNA, sehingga proses sintesis enzim dan
protein menjadi terganggu. Sintesis enzim dan protein menghasilkan enzim
dan protein yang berbeda . Sintesis protein melepaskan prostaglandin dan
sitokin yang menyebabkan pembuluh darah kulit berdilatasi dan menarik sel
– sel inflamasi. Kulit meningkat sensitivitasnya sehingga timbul sunburn
atau eritema yang ditandai oleh terbentuknya ruam kemerahan pada
permukaan kulit , agak bengkak atau timbul, dan nyeri. Sunburn merupakan
reaksi inflamasi akut kulit terhadap paparan radiasi UV yang berlebih
(Sobell, 2017). Paparan sinar UV pada stratum korneum lapisan epidermis
dapat mengubah sifat mekanik dan fungsi barier statum korneum, sehingga
terjadi peningkatan hilangnya kadar air transepidermal dan hidrasi stratum
korneum menurun (Biniek et al., 2012).
Sinar UV selain mengurangi kolagen yang matur pada dermis, juga
merusak sintesis kolagen secara berkelanjutan, terutama melalui penurunan
regulasi sintesis kolagen secara berkelanjutan, melalui penurunan regulasi
ekspresi gen prokolagen tipe 1 dan tipe III. Dua mekanisme yang
bertanggung jawab terhadap berkurangnya kadar gen prokolagen adalah
induksi AP-1 dan menurunkan regulasi TGF-β tipe II. Sinar UV
menginduksi faktor transkripsi AP-1, dengan mengikat dan mengeksekusi
faktor yang merupakan bagian dari kompleks transkripsional yang
diperlukan untuk transkripsi prokolagen, yaitu dengan mengganggu
produksi kolagen. Faktor transkripsi AP-1 juga telah terbukti menurunkan
sintesis kolagen dengan menghambat pengaruh TGF-β, sebuah sitokin
profibrotik mayor, dan salah satu eksekusi dari sinyal protein ini yang akan
mengaktifkan protein baik secara langsung maupun tak langsung
(Wiraguna, 2013).
Bukti yang ada terus bertambah dari penelitian in vitro bahwa radiasi
UV memicu aksi ligand reseptor melalui pembentukan ROS (Reactive
Oxygen Species). ROS bersifat sebagai oksidan dan melalui proses oksidasi
tersebut akan menurunkan enzim proteintyrosine phosphatase. Penurunan
enzim ini akan menyebabkan terjadi up-regulation reseptor growth factor
dan pada akhirnya akan mengaktivasi AP-1 (Rabe et al., 2006). Reactive
oxygen species (ROS) juga berpengaruh dalam tranduksi sinyal yang
17
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
diperantarai oleh MAP kinase (MAPKs), p38 dan JNK. Enzim ini sama
baiknya dengan seramid dari membran sel yang selanjutnya menyebabkan
induksi AP-1. Activator protein-1 terdiri dari dua subunit, yaitu c-fos yang
diekspresikan secara konstitutif dan c-jun yang dapat terinduksi UV.
Ekspresi komponen c-Jun dari AP-1 yang berlebihan pada fibroblast hasil
kultur dapat mengurangi jumlah ekspresi kolagen tipe 1. Activator protein-1
dapat menekan ekspresi gen prokolagen tipe 1, prokolagen tipe 3 dan TGFβ
sel fibroblast dermis sehingga terjadi penurunan sintesis kolagen. Pada
manusia, dalam waktu beberapa jam terpapar sinar UV akan terbentuk
MMPs khususnya gelatinase dan kolagenase yang pada akhirnya
menurunkan jumlah kolagen pada lapisan dermis. Berkurangnya kolagen
dermis membuat kulit berkurang kekenyalannya (Rhein and
Santiago,
2010). Serabut kolagen dan serabut elastin membentuk anyaman yang
saling menyilang, sehingga
degradasi kolagen mempengaruhi serabut
elastin, yaitu elastin menjadi terkumpul dalam bentuk berkas serabut yang
tebal, tidak beraturan, dan kehilangan elastisitasnya. Perubahan ini
membuat permukaan kulit menjadi kendur atau berkurang elastisitasnya
dan dan timbul keriput (McLafferty et al., 2012). Berkurangnya elastisititas
kulit yang berkontribusi pada berkurangnya integritas kulit dan dukungan
struktur perifolikuler dapat memperbesar pori- pori pada permukaan kulit
(Lee et al., 2016).
Mekanisme fotoaging dapat dirangkum dalam diagram seperti Gambar
2.5. di bawah ini.
18
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
Gambar 2.5. Mekanisme penuaan kulit karena radiasi sinar UV matahari
(Jadoon et al., 2015)
Skema proses patofisiologi setelah kulit terpapar sinar UV matahari
adalah seperti dalam Gambar 2.6 di bawah ini.
Gambar 2.6. Proses patofisiologi setelah kulit terpapar sinar UV matahari (Yin, et al.,
2015)
19
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
10. Tetrahidrokurkumin (THC)
Tetrahidrokurkumin (Tetrahydrocurcumin/THC) merupakan
tidak berwarna dan metabolit
derivat
curcumin (CUR). Curcurmin adalah
komponen utama berwarna kuning dari tanaman kunyit (Curcuma longa)
dengan zat aktif terbesar berupa polifenol, yang banyak digunakan sebagai
bumbu, zat tambahan, dan obat herbal. THC disintesis dari CUR dengan
reaksi hidrogenasi dikatalisis oleh arang. Produk kemudian dimurnikan
dengan
kromatografi kolom dilanjutkan rekristalisasi menggunakan
diklormetan-hexan sehingga diperoleh hasil 75% serbuk kristal yang tidak
berwarna.
Gambar 2.7. Hidrolisis kurkumin menjadi tetrahidrokurkumin ( Aggarwal et al.,
2015)
Perbedaan struktur THC adalah hilangnya dua gugus diena pada karbon
α dan β. Gugus fenolik dan diketon pada CUR yang bersifat sebagai
antioksidan, tetap ada pada THC
(Prabhu, 2011; Bartosz, 2014) seperti
terlihat dalam Gambar 2.8.
Gambar 2.8. Struktur curcumin dan tetrahydrocurcumin (Jager et al., 2013)
Uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode BTA dengan
substrat asam linoleat dalam sistem etanol/air menunjukkan bahwa
20
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
tetrahydrocurcuminoid mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih baik
dibandingkan curcuminoid, yang ditandai oleh pembentukan peroksidasi
lipid dalam jumlah yang lebih sedikit (Osawa et al.,1995 dalam Xiang et
al., 2011).Terahydrocurcumin konsentrasi 1-2% efektif sebagai antioksidan
untuk menangkal rekasi berantai radikal bebas akibat paparan sinar ultra
violet matahari (Sabinsa Corp.,2016). Tetrahydrocurcumin dalam sel HFF-1
mampu melindungi kulit dari photoaging akibat sinar UVB sebesar 61,2%
dan memperbaiki kelangsungan hidup sel. THC tetap aman dan tidak toksik
hingga konsentrasi 10 µg/ml dengan efektifitas yang baik untuk
meningkatkan kadar kolagen (37,90%), elastin (90,1%), dan asam
hialuronat (74,19%) (Trivedi et al., 2017).
Tetrahydrocurcumin berupa serbuk kristal tidak berwarna atau putih,
larut dalam propilen glikol (1:8 pada 400 C), polisorbat 20 (1:4 pada 400C),
agak larut dalam etanol, tidak larut dalam air dan gliserin (Pubchem, 2016).
THC lebih stabil dalam pH fisiologis dan lebih mudah larut dalam air
dibandingkan CUR. Aktivitas antioksidan dan antiinflamsi
THC lebih
poten dibandingkan CUR (Bartosz, 2014).
11. Pegagan (Centella asiatica)
Ramuan pegagan secara tradisional digunakan
terutama untuk
pengobatan kulit, antara lain untuk meyembuhkan luka ringan, goresan,
luka bakar, luka hipertrofik , dan sebagai anti-inflamasi , khususnya eksim.
Pegagan juga berkhasiat sebagai antipiretik, diuretik, rematik, antibakteri,
antivirus, meningkatkan kognisi, meredakan kecemasan, dan sebagai agen
anti kanker (Bylka et al., 2013).
Gambar 2.9. tanaman pegagan (Centella asiatica)
21
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
Bagian daun, batang, dan akar pegagan mengandung senyawa kimia
seperti flavonoid, terpenoid, alkaloid, saponin, dll (Biradar and Rachetti,
2013). Penelitian Pitella et al. (2009) menunjukkan bahwa kandungan
flavonoid dan fenolik dalam ekstrak air pegagan berkorelasi dengan
aktivitas antioksidan yaitu dengan IC50 sebesar 31,25 μg/ml. Quersetin,
suatu derivate dari flavonoid pegagan, mempunyai aktivitas biologi sebagai
antioksidan (Roy et al., 2013).
Gambar 2.10. Struktur quersetin pegagan, suatu derivat dari flavonoid (Roy et
al, 2013)
Konstituen utama pegagan asiaticoside, madecassoside, asiatic acid,
dan madecassic acid dari fraksi triterpenoid, menunjukkan berbagai efek
defensif dan terapi, yang paling menonjol adalah mempengaruhi produksi
kolagen dan deposisi dalam penyembuhan luka (Wu et al., 2012).
Gambar 2.11. Struktur kimia asiaticoside, madecassoside, asiatic acid, madecassic
acid (Wu et al., 2012)
22
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
Ekstrak pegagan dapat meningkatkan antioksidan enzimatik dan nonenzimatik,
seperti halnya superoksida dismutase, katalase, glutation
peroksidase, vitamin E dan asam askorbat dalam jaringan yang baru
terbentuk. Enzim
antioksidan, seperti superoksida dismutase (SOD),
katalase dan glutation peroksidase (GSHPx) meningkat secara signifikan,
dan antioksidan seperti glutation (GSH) dan asam askorbat yang menurun
pada tikus limfoma-bearing setelah pengobatan oral 50mg/kg dari berat
badan per hari dengan
ekstrak metanol
C. asiatica selama 14 hari .
Pemberian ekstrak air C. asiatica dapat melawan stres oksidatif pada tikus
jantan yang diinduksi counteract lead (Seevaratnam et al., 2012). Formula
krim minyak dalam air 5% Centella asiatica yang diaplikasikan kepada 25
sukarelawan selama 4 minggu mempunyai efektifitas yang lebih baik untuk
meningkatkan hidrasi kulit dan mengurangi inflamasi dibandingkan formula
krim 2,5% Centella asiatica (Lyco et al., 2016). Ekstrak Centella asiatica
10% mempunyai kemampuan perlindungan terhadap sinar UVA dan UVB
yang lebih baik dibandingkan ekstrak bearberry dan octyl methoxy
cinnamate dalam konsentrasi yang sama (Hashim et al., 2011).
Madecassoside yang diisolasi dari C. asiatica, diketahui untuk
menginduksi ekspresi kolagen dan memodulasi mediator inflamasi.Untuk
menguji hal ini, Haftek et al. (2008) telah melakukan uji klinik secara acak
double-blind,
dan ditemukan peningkatan skor klinis
yang signifikan
untuk keriput, kelenturan, ketegasan,kekasaran dan hidrasi kulit.
12. Ethyl Ascorbil Ether
Ethyl Ascorbyl Ether merupakan merupakan derivat vitamin C yang
stabil, dalam dosis 0,1─3% dapat mencerahkan kulit, bersifat antioksidan,
serta menstimulasi sintesis kolagen (Spec-Chem Ind., 2016).
Ethyl Ascorbil Ether ( C8, H12, O6 ) memiliki berat molekul 204,18,
berbentuk kristal putih, pH 3,0─4,5, titik leleh 111-116o C, larut dalam air,
minyak (Mcbiotec, 2016).
13. Remaserasi
Remaserasi
adalah
proses
pengekstrakan
simplisia
dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan
pada temperatur kamar, kemudian setelah maserat disaring, prosesnya
23
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
diulangi kembali dengan menggunakan pelarut baru. Remaserasi bertujuan
untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan maupun yang tidak
tahan pemanasan. Secara teknologi remaserasi termasuk ekstraksi dengan
prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan (Pratiwi, 2010;
Istiqomah, 2013).
Ekstraksi pegagan dengan penyari etanol 70% teknis selama 24 jam
menggunakan metode remaserasi, reperkolasi, maserasi, dan perkolasi
masing-masing menghasilkan rendemen sebesar 25,5%; 24,8%; 18,5%; dan
23% (Bahua et a., 2011). Maserasi pegagan dengan etanol 70% teknis
perbandingan 1:5 selama 24 jam dengan pengadukan stirer 30 menit
kecepatan 500 rpm, dapat menarik komponen asiatikosida sebesar 0,232%
(Zulkarnaen et al., 2016). Maserasi serbuk pegagan 100 gram dengan
penyari etanol 70 % 500 ml selama 24 jam dengan pengadukan overhead
stirer menghasilkan asiatikosida sebesar 7,19% (Febriyanti et al., 2016).
14. Krim
Krim merupakan sediaan setengah padat yang digunakan untuk
pemakaian luar, pada umumnya berupa emulsi kental dan mengandung
tidak kurang dari 60% air (Anief, 2008). Tipe krim dikelompokkan menjadi
dua yaitu krim tipe minyak dalam air (vanishing cream) dan tipe minyak
dalam air (cold cream). Krim tersusun dari zat berkhasiat, fase minyak, fase
air, dan bahan pengemulsi. Bahan pengemulsi harus mempunyai kualitas
tertentu, antara lain harus bisa dicampurkan dengan bahan lainnya, tidak
mengganggu efikasi zat aktif, tidak toksik, harus stabil, dan tidak terurai
dalam sediaan (Ansel, 2008).
Sediaan krim dibuat melalui proses peleburan dan proses emulsifikasi.
Komponen fase minyak seperti minyak dan lilin dicairkan di atas penangas
air, sedangkan komponen fase air dipanaskan sampai kira-kira mencapai
suhu yang sama dengan fase minyak. Kemudian kedua fase dicampur dan
diaduk perlahan-lahan sampai campuran dingin dan membentuk basis krim.
Jika fase air tidak sama temperaturnya dengan fase minyak, maka beberapa
lilin akan menjadi padat (Ansel, 2008).
15. Sistem Pemberian Obat Melalui Kulit
24
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
Bentuk sediaan krim merupakan bentuk sediaan yang paling banyak
digunakan dalam sistem pemberian obat maupun kosmetik melalui kulit.
Preparat yang digunakan pada kulit antara lain untuk efek fisik, yaitu
sebagai pelindung kulit, pelincir, pelembut, zat pengering dan lain-lain, atau
untuk efek khusus dari bahan obat yang ada. Pada umumnya pemberian
obat atau kosmetik melalui kulit dimaksudkan untuk memberikan efek
lokal. Absorpsi bahan obat dari luar kulit ke posisi bawah kulit (absorpsi
perkutan) teergantung pada sifat fisika kimia bahan obat, sifat pembawa
farmasetika, dan kondisi kulit (Ansel, 2008 hal. 491; Yanhendri and Satya,
2012).
Penetrasi obat setelah pemakaian topikal pada kulit yang utuh sebagian
besar melalui lapisan epidermis, dan sebagian kecil lainnya melalui dinding
folikel rambut, kelenjar keringat atau kelenjar lemak atau antara sel-sel
selaput tanduk. Absorpsi perkutan suatu obat pada umumnya disebabkan
oleh penetrasi obat langsung melalui stratum korneum yang memiliki
ketebalan 10─15 µm. Stratum korneum terdiri dari kurang lebih 40%
protein (pada umumnya keratin) dan 40% air dan lemak terutama
trigliserida, asam lemak bebas, kolesterol, dan fosfat lemak. Komponen
lemak pada stratum korneum menyebabkan rendahnya penetrasi obat
melalui stratum korneum. Suatu obat yang dapat menembus stratum
korneum kemudian dapat terus melalui jaringan epidermis yang lebih dalam
dan masuk ke dermis apabila obat mencapai pembuluh darah maka obat
tersebut dapat diabsorpsi ke dalam sirkulasi sistemik. Stratum korneum
sebagai jaringan keratin berlaku sebagai membran semi permeabel, dan
molekul obat mempenetrasi dengan cara difusi pasif. Jumlah obat yang
dapat melalui berbagai lapisan kulit tergantung pada konsentrasi obat, sifat
kelarutan dalam air, dan koefisien partisi obat tersebut dalam minyak atau
air. Difusi molekul obat pada lapisan-lapisan kulit dapat terjadi melalui
penetrasi transelular (menyeberangi sel), penetrasi interselular (antarsel),
dan penetrasi transapapendageal yaitu melalui folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar lemak, dan pilo sebaceaus (Ansel, 2008 hal. 492).
25
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi perkutan antara lain:
1. Obat yang dicampurkan dalam pembawa tertentu harus bersatu pada
permukaan kulit dalam konsentrasi yang cukup
2. Luas permukaan kulit yang diberi obat topikal, konsentrasi obat,
koefisien partisi
3. Pembawa yang meningkatkan jumlah uap air yang ditahan kulit
umumnya cenderung baik bagi absorpsi pelarut obat
4. Hidrasi pada stratum corneum dapat meningkatkan penetrasi obat
5. Lamanya waktu pemakaian obat. Pada umumnya, semakin lama waktu
pemakaian obat menempel pada kulit, semakin banyak kemungkinan
obat terabsorpsi (Ansel,2008 hal. 493─494).
16. Skin Analyzer EH 900 U
Skin analyzer EH 900 U merupakan suatu alat analisis kulit digital,
yang dapat menganalisis kondisi kulit meliputi kadar minyak (sebum),
pigmen, kolagen, elastisitas, besar pori – pori, jerawat, sensitivitas, dan
moisture (kadar air). Perangkat Skin Analyzer EH 900 U terdiri dari main
body, handset kamera, dan lensa 50XP. Di sekeliling lensa kamera, terdapat
LED illuminator. Kamera dilengkapi dengan sensor CCD hingga resolusi
5.0 mega pixel dan Special DSP image processor. Cara menggunakan Skin
Analyzer EH 900 U adalah alat dihubungkan ke PC yang telah diinstall cd
driver Skin Analyzer EH 900 U, kulit yang akan dianalisis difoto dengan
handset kamera, lalu dengan mikroskopi elektronik untuk kulit, foto dan
data kulit dimasukkan ke PC untuk dianalisis. Foto kulit dan hasil analisis
kulit ditampilkan di layar PC (Renewcell.in, 2017).
Hasil pengukuran kulit menggunakan skin analyzer EH 900 U memiliki
kriteria seperti terlihat pada tabel 2.1.
26
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan Skin Analyzer EH 900 U (Skin Analyzer EH 900 U, 2017)
Pengukuran
Kadar
kolagen
Elastisitas
Moisture
(Kadar air)
Besar pori
Serious lack
(25-50%)
Loose skin
(15-35%)
Dry
(3-4%)
Smooth
(< 0,02 mm)
Reduce
(50-65%)
Weak
(35-50%)
Ageing
(4-10%)
Small
(0,02-0,05mm)
Parameter
Normal
(65-80%)
Normal
(50-65%)
Normal
(10-15%)
Normal
(0,05-0,07mm)
Better
(65-70%)
Higher
(15-30%)
Rougher
(0,07-0,12mm)
Best
(70-71%)
Shiny moist
(30-65%)
Rough
(≥0,12mm)
Sensitivitas kulit pada alat Skin Analyzer EH 900 U tidak memiliki nilai
parameter, hanya ditunjukkan oleh jumlah dan diameter area kulit yang
mengalami sensitivitas (Anonim,2016).
27
UJI AKTIVITAS ANTI AGING ...,ANI YUPITAWATI, FARMASI, , UMP 2017
Download