BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Sering didengar banyak orang berbicara mengenai penjualan, pembelian, transaksi, dan perdagangan; tetapi apakah istilah ini sama dengan apa yang dimaksud dengan pemasaran? Masih banyak diantara kita, menafsirkan pemasaran tidak seperti seharusnya. Timbulnya penafsiran yang tidak tepat ini terutama disebabkan karena masih banyaknya di antara kita yang belum mengetahui dengan tepat definisi tentang pemasaran tersebut. Kesalahan pengertian ini menimbulkan pandangan yang keliru tidak hanya tentang kegiatan yang terdapat dalam bidang pemasaran, tetapi juga tentang tugas seorang tenaga pemasaran. Apabila masyarakat berbicara mengenai pemasaran, umumnya yang dimaksudkan adalah permintaan atau pembelian dan harga. Sedangkan apabila seorang tenaga penjualan atau manajer penjualan berbicara mengenai pemasaran, sebenarnya yang dibicarakan adalah penjualan. Bagi seorang manajer toko serba ada, pemasaran diartikannya sebagai kegiatan pengeceran (retailing) atau penjajakan (merchandising). Dari urai diatas, terlihat bahwa istilah pemasaran yang dibicarakan sebenarnya penafsirannya terbatas hanya pada suatu bagian dari kegiatan pemasaran yang menyeluruh. Pada dasarnya pembatasan di atas berada dalam lingkup kegitan atau aktivitas yang berkaitan dengan usaha untuk menyerahkan barang atau jasa yang dihasilkannya pada suatu tingkat harga yang dapat memberikan keuntungan padanya”(dikutip dari buku Assuari, Sofjan. 2007:2) Penafsiran yang sempit tentang pemasaran ini terlihat pula dari definisi American Marketing Association 1960, yaitu menyatakan pemasaran adalah hasil prestasi kerja kegiatan usaha yang berkaitan dengan mengalirnya barang dan jasa dari produsen sampai ke konsumen. Disamping penafsiran ini terdapat pula pandangan yang lebih luas, yang menyatakan pemasaran merupakan proses kegiatan yang mulai jauh sebelum barang-barang/bahan-bahan masuk dalam proses produksi. Dalam hal ini banyak keputusan pemasaran yang harus dibuat jauh sebelum produk itu dihasilkan, seperti keputusan mengenai produk yang dibuat, pasarnya, harga, dan promosinya. Sebagai contoh, keputusan pemasaran tersebut dapat berupa produk apa yang harus diproduksi, apakah produk itu harus dikaitankan dengan sasaran pasar yang dituju. Demikian pula mengenai tingkat harga jual yang direncanakan serta kegiatan iklan atau advertensi dan personal selling, harus dilakukan jauh sebelum barang atau jasa diproduksi. Pandangan yang sempit dalam pengertian pemasaran menyebabkan banyak pengusaha atau dunia usaha masih berorientasi pada produksi atau berpikir dari segi produksi. Mereka menekankan produk apa yang dapat dihasilkan, bukan produk apa yang dapat dipasarkan. Produk yang diusahakan oleh perusahaan, dirancang oleh tenaga teknisi atau insinyur, diolah atau dihasilkan oleh orangorang produksi, kemudian ditetapkan harganya atas dasar kalkulasi biaya oleh tenaga akuntan atau keuangan, dan diserahkan kepada manajer penjualan untuk dijual. Keterbatasn pengertian mengenai pemasaran ini menyebabkan banyaknya perusahaan yang mengalami kesulitan dalam kelanjutan hidupnya pada akhir- akhir ini. Hal ini karena pesaing yang semakin meningkat dalam pemasaran produk yang ada ”(dikutip dari buku Assuari, Sofjan. 2007:3). Dari uraian di atas, terlihat bahwa pemasaran dalam arti sempit oleh para pengusaha sering diartikan sebagai pendistribusian, termasuk kegiatan yang dibutuhkan untuk menempatkan produk yang berwujud pada tangan konsumen rumah tangga dan pemakai industri. Pengertian ini tidak mencakup kegiatan mengubah bentuk barang. Akan tetapi, pengertian tentang pemasaran sebenarnya lebih luas dari kegiatan tersebut. Dari pandangan lain, pemasaran diartikan sebagai kegiatan penciptaan dan penyerahan tingkat kesejahteraan hidup kepada anggota masyarakat. Konsep yang terlalu luas mengenai pengertian pemasaran ini menimbulkan adanya kekaburan terutama dalam mempelajarinya. Oleh karena itu, timbullah berbagai usaha yang menggunakan beberapa pendekatan dalam rangka mempelajari dan mendalaminya. Pemasaran telah didefinisikan dalam berbagai pengertian, seperti telah diutarahkan di atas. Menurut American Marketing Association, pemasaran diartikan sebagai hasil prestasi kerja kegiatan usaha yang langsung berkaitan dengan mengalirnya barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Pengertian ini hampir sama dengan kegiatan distribusi, sehingga gagal menunjukan asas-asas pemasaran, terutama dalam menetukan barang atau jasa apa yang akan dihasilkan. Hal ini terutama disebabkan karena pengertian pemasaran di atas tidak menunjukkan kegiatan usaha yang khusus terdapat dalam pemasaran ”(dikutip dari buku Assuari, Sofjan. 2007:4) Di samping pengertian yang telah disebutkan di atas, terdapat pengertian yang sering digunakan dalam pembahasan tentang pemasaran, terutama nanti akan digunakan dalam tulisan ini. Pengertian tersebut menyatakan pemasaran sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Berdasarkan pengertian ini, pembahasan tentang pemasaran dapat lebih jelas dan terbatas dalam pembatasan yang tegas, terkait dengan kegiatan pemasaran yang berlaku universal ”(dikutip dari buku Assuari, Sofjan. 2007:5). 2.1.1 Bauran Pemasaran (marketing mix) Bauran pemasaran adalah kombinasi kegiatan yang inti dari sistem pemasaran yang terdiri dari strategi produk (product), harga (price), promosi (promotion), dan distribusi (place). (dikutip dari buku Kismono, Gugup. 2001:308). Mc carthy dalam buku Kotler and Keller (2007:23): Mengklasifikasikan alat-alat itu menjadi emapat kelompok yang luas, yang disebut emapat P pemasaran : produk (product), harga (price), promosi (promotion), dan tempat (place). Uraian lebih lanjut mengenai variabel-variabel bauran pemasaran (marketing mix) yang sering disebut dengan 4P adalah sebagai berikut : a. Produk(product) Produk merupakan unsur terpenting dan utama dari bauran pemasaran, karena tanpa adanya produk maka pertukaran tidak akan terjadi. Produk merupakan hal yang sangat luas, dimana mencakup benda yang terlihat secara fisik atau yang tidak terlihat. Tugas pemasar adalah mencari dan mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen. Pengertian produk, menurut Kotler dan Keller (2009:4) “Produk adalah semua yang dapat ditawarkan kepasar untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan, termasuk barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang, tempat, properti, organisasi, informasi, ide. b. Harga (price) Harga adalah salah satu elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan; elemen lain menghasilkan biaya mungkin harga adalah elemen termudah dalam program pemasaran untuk disesuaikan; fitur produk, saluran, dan bahkan komunikasi membutuhkan lebih banyak waktu. Harga juga mengkomunikasikan positioning nilai yang dimaksudkan dari produk atau merek perusahaan ke pasar. Produk yang dirancang dan dipasarkan dengan baik dapat dijual dengan harga tinggi dan menghasilkan laba yang besar. c. Saluran pemasaran/distribusi (place) Produk tidak akan banyak gunanya bagi seorang pelanggan jika tidak tersedia pada saat dan tempat yang dibutuhkan. Produk dapat mencapai pelanggan melalui saluran pemasaran/distribusi. Pengertian saluran distribusi, menurut Cannon, Perreault, Mccarthy, (2008:44): “Saluran distribusi (chanel of distribution) merupakan sekumpulan perusahaan atau individu yang berpartisipasi dalam aliran produk dari produsen hingga pengguna akhir (konsumen)”. Pengertian saluran pemasaran, menurut Kotler dan Keller (2009:106): “Saluran pemasaran (marketing channels) adalah sekelompok organisasi yang saling bergantung yang terlibat dalam proses yang membuat produk atau jasa yang disediakan untuk digunakan atau dikonsumsi. Saluran pemasaran merupakan seperangkat alur yang diikuti produk atau jasa setelah produksi, berakhir dalam pembelian dan digunakan oleh pengguna akhir”. d. Promosi (promotion) Pemasaran modern memerlukan lebih dari sekedar mengembangkan produk yang baik, menetapkan harga secara atraktif, dan membuatnya mudah diakses. Perusahaan juga harus berkomunikasi dengan pemegang kepentingan saat ini dan pontensial serta publik secara umum. Karena itu, untuk sebagian besar, pertanyaan bukanlah apakah kita akan berkomunikasi tetapi lebih kepada apa yang dikatakan, bagaimana dan kapan mengatakannya, kepada siapa, dan seberapa sering. Tetapi komunikasi semakin sulit ketika semakin banyak perusahaan berusaha meraih perhatian pelanggan yang semakin kuat dan terbagi. Konsumen sendiri mengambil peran yang lebih aktif dalam proses komunikasi dan memutuskan komunikasi apa yang ingin mereka terima dan bagaimana mereka ingin berkomunikasi dengan orang lain tentang produk dan jasa yang mereka gunakan. Agar dapat menjangkau dan mempengaruhi pasar sasaran secara efektif, pemasar holistik secara kreatif menerapkan berbagai bentuk komunikasi. Pengertian komunikasi pemasaran, menurut Kotler dan Keller (2009:172): “Komunikasi pemasran (marekting communication) adalah sarana dimana perusahaan berusaha menginformasikan, membujuk, dan meningkatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek yang dijual. Intinya, komunikasi pemasaran merepresentasikan “suara” perusahaan dan mereknya serta merupakan sarana dimana perusahaan dapat membuat dialog dan membangun hubungan dengan konsumen”. Komunikasi pemasaran juga melaksanakan banyak fungsi bagi konsumen. Komunikasi pemasaran dapat memberitahu atau memperlihatkan kepada konsumen tentang bagaimana dan mengapa produk itu digunakan, oleh orang macam apa, serta dimana dan kapan. Konsumen dapat mempelajari tentang siapa yang membuat produk dan apa tujuan perusahaan dan merek; dan mereka bisa mendapatkan insentif atau penghargaan atau usaha percobaan atau penggunaan tersebut. Komunikasi pemasaran memungkinkan perusahaanmenghubungkan merek mereka dengan orang, tempat, acara, merek, pengalaman, perasaan, dan hal lainnya. Mereka dapat berkontribusi pada ekuitas merek dengan menanamkan merek dalam ingtan dan mencipkan citra merek serta mendorong penjualan bahkan mempengaruhi nilai saham. Untuk mengkomunikasikan produk, maka perlu disusun suatu strategi yang sering disebut dengan strategi bauran promosi (promotion-mix) Menurut Arif Isani (2005:6) bauran promosi dikenal lima cara komunikasi yang utama yaitu: a. Periklanan (Advertising) Semua bentuk penyajian non proposal, promosi dan ide tentang barang atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk dengan mendapat bayaran. b. Promosi penjualan (sales promotion) Berbagai bentuk insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan konsumen untuk mencoba atau membeli suatu produk atau jasa. c. Hubungan masyarakat (public relation) Berbagai macam program untuk memelihara, menciptakan, dan mengembangkan citra perusahaan atau merek sebuah produk. d. Penjualan secara pribadi (personal selling) Interaksi langsung dengan satu atau beberapa calon pembeli dengan melakukan presentasi, menjawab pertanyaan dan menerima pesanan. e. Pemasaran langsung (direct marketing) Penggunaan surat, telepon, faksimili, e-mail dan alat komunikasi non personal lainnya untuk melakukan komunikasi secara langsung agar mendapatkan anggapan lansung dari pelanggan dan calon pelanggan. 2.2 Perilaku Konsumen Ada beberapa pengertian atau definisi perilaku konsumen menurut pendapat para ahli dalam buku mereka masing. Schiffman dan kanuk dalam buku Suryani Taktik (2008:6) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut: “Bahwa perilaku konsumen merupakan studi yang mengkaji bagaimana individu membuat keputusan membelanjakan sumber daya yang tersedia dan memiliki (waktu, uang dan usaha) untuk mendapatkan barang atau jasa yang nantinya akan dikonsumsi.” Husein Umar (2003:11) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai suatu studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembangunan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide. 2.2.1 Model Perilaku Konsumen Untuk memahami teori perilaku konsumen akan dapat dipermudah melalui konsep-konsepnya. Berikut ini adalah sebuah contoh model untuk memahami teori perilaku konsumen. Psikologi Konsumen Rangsangan Pemasaran Rangsangan lain Produk & jasa Harga Distribusi Komunikator Ekonomi Teknologi Politik Budaya Motivasi Persepsi Pembelajaran Memori Karakteristik Konsumen Budaya Sosial Personal Proses Keputusan Pembeli Pengenalan Masalah Pencarian Informasi Penilaian alternatif Keputusan Pembelian Perilaku pasca pembelian Keputusan Pembelian Pilihan produk Pilihan merek Pilihan dealer Jumlah pembelian Saat yang tepat melakukan pembelian Metode Pembayaran Sumber : Kotler dan Keller, 2007 Gambar 2.1 Model perilaku konsumen Titik tolak untuk memahami perilaku konsumen adalah model rangsangan tanggapan yang diperlihatkan pada gambar diatas. Rangsangan pemasaran dan lingkungan mulai memasuki kesadaran pembeli. Karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusan menimbulkan keputusan pembelian tertentu. PEMASAR (Perusahaan, organisasi nirlaba, konsumen lain, agen pemerintah) -Strategi bauran pemasaran -Segmentasi -Pemosisian dan diferensiasi Proses PENGARUH LINGKUNGAN -Situasi -Kelompok -Keluarga -Budaya dan Subbudaya -Peristiwa internasional Pertukaran PERTUKARAN SUMBER DAYA (Barang, jasa, informasi, waktu, uang, status, dan perasaan) PEMBELI (Konsumen, perusahaan, agen pemerintah, organisasi nirlaba) Sumber : Husein Umar, 2003 PENGARUH INDIVIDU -Pemrosesan informasi -Motivasi -Belajar berperilaku -Kepribadian dan psikografi -Kepercayaan, sikap, dan perilaku -Komunikasi persuasif Gambar 2.2 Model Perilaku Konsumen dari Mowen dan Minor Penjelasan Model Model ini memiliki lima komponen utama yang membentuk inti permasalahan studi, yaitu pembeli, proses pertukaran, strategi pemasaran dari pemasar, pengaruh individu, dan pengaruh lingkungan. Pembeli adalah para konsumen produk, jasa, ide, dan pengalaman yang ditawarkan oleh pemasar melalui hubungan pertukaran. Strategi pemasaran dari pemasar diimplementasikan dengan penciptaan tujuan segmentasi dan pemosisian produk organisasi atau individu yang diharapakan akan dipertukarkan dengan konsumen. Agar terjadi pertukaran dan mencapai tujuan segmentasi serta pemosisisan, para pemasar mengembangkan bauran pemasaran. Untuk mengembangkan bauran pemasaran, para manajer melakukan studi analisis lingkungan guna mengatisipasi kemungkinan adanya dampak dari pengaruh lingkungan, dan kemudian menggunakan riset pasar untuk mendaptkan informasi tentang konsumen mereka. Model perilaku konsumen menhubungkan pembeli baik dengan pengaruh individu maupun pengaruh lingkungan. Faktor-faktor pengaruh individu adalah proses psikologis yang mempengaruhi para individu dalam memperoleh, mengkonsumsi, serta menerima barang, jasa, ide, dan pengalaman. Faktor-faktor pengaruh lingkungan adalah faktor-faktor diluar individu yang mempengaruhi konsumen individu dan para pemasar termasuk para pengambil keputusan. 2.3 Variabel Dalam Mempelajari Perilaku Konsumen Adapun variabel-variabel yang perlu diketahui dalam menganalisa perilaku konsumen adalah sebagai berikut: 1. Variabel Stimulus, merupakan variabel yang berada diluar diri individu (faktor eksternal) yang sangat berpengaruh dalam proses pembelian. 2. Variabel Respon, merupakan hasil aktivitas individu sebagai reaksi dari variabel stimulus. 3. Variabel Intervening, merupakan variabel antara stimulus dan respon. Variabel ini merupakan faktor internal individu, termasuk motif membeli, sikap terhadap suatu peristiwa, dan persepsi terhadap suatu barang. 2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen Menurut Kotler and Keller (2007:214) mempengaruhi perilaku konsumen yaitu: “Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis”. 2.4.1 Faktor Budaya Faktor budaya memiliki pengaruh yang paling luas dan paling dalam perilaku konsumen. Pemasar perlu memahami peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya, dan kelas sosial pembeli. a. Budaya Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku konsumen yang paling dasar. Pemasar sangat perlu untuk melihat pergeseran budaya agar dapat menyediakan produk-produk baru yang diinginkan konsumen. b. Sub-budaya Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakan identifikasi dan sosial khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya mencakup kebangsaa, agama, kelompok, ras, dan wilayah geografis. c. Kelas sosial Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial, pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara hierarkis dan yang para anggotanya menganut nilai, minat, dan perilaku yang serupa. 2.4.2 Faktor Sosial Pada umumnya konsumen sering meminta pendapat dari orang sekitar dan lingkungannya tentang produk apa yang harus dibeli. Karena itulah lingkungan sosial memberikan pengaruh terhadap prilaku konsumen. Faktor Sosial terdiri dari 3 bagian, yaitu : kelompok acuan, keluarga, dan peran. Kelompok acuan adalah semua kelompok yang memilki pengaruh langsung terhadap sikap / prilaku seseorang. Dengan pendapat yang diperoleh dari suatu kelompok maka konsumen dapat membuat keputusan konsumsi. Keluarga sebagai organisasi pembelian konsumen yang paling penting juga berpengaruh secara langsung terhadap keputusan seseorang dalam membeli barang sehari-hari. Sedangkan peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan seseorang. Suatu produk atau merk dapat menggambarkan peran dan status pemakainya. 2.4.3 Faktor Pribadi Mulai dari bayi hingga dewasa dan menjadi tua, manusia selalu membutuhkan barang dan jasa. Pilihan barang yang dibeli secara otomatis dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dan gaya hidup yang bersangkutan. Gaya hidup adalah cara hidup seseorang yang terlihat melalui aktivitas sehari-hari, minat dan pendapat seseorang. Seseorang dengan pendapatan yang tinggi dan gaya hidup mewah tentunya akan menentukan pilihan pada barang dan jasa yang berkualitas. Selain itu kepribadian dan konsep diri juga mempengaruhi pilihan produk. Konsep diri adalah bagaimana konsumen mempresepsikan diri mereka sendiri, yang meliputi sikap, persepsi, keyakinan, dan evaluasi diri. Karena sangat berguna dalam menganalisis prilaku sonsumen sehingga banyak perusahaan menggunakan konsep yang berhubungan dengan kepribadian seseorang. 2.4.4 Faktor Psikologis Sikap pembelian psikologis dipengaruhi oleh empat facktor psikologis utama, yaitu : motivasi, persepsi, pembelajaran dan kepercayaan. Motivasi merupakan kebutuhan yang mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Melalui motivasi proses pengamatan dan belajar seseorang memperoleh kepercayaan terhadap suatu produk yang secara otomatis mempengaruhi prilaku pembelian konsumen. Para konsumen mengembangkan beberapa kenyakinan mengenai ciri-ciri dari suatu produk dan selanjutnya akan membentuk suatu sikap konsumen terhadap produk tersebut. 2.5 Faktor Pribadi Menurut Kotler (2007:222) keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup; pekerjaan, keadaan ekonomi; kepribadiaan dan konsep-diri; serta nilai dan gaya hidup pembeli. Karena banyak karakteristik ini memiliki dampak sangat lansung pada perilaku konsumen, penting bagi pemasar untuk mengikuti mereka secara dekat. Maka para perusahaan yang cermat melakukan riset atau Quesioner atas riset atas proses keputusan pembelian yang ada dalam jenis produk mereka. Ketika membuat keputusan untuk membeli suatu produk, konsumen melewati tahap-tahap sebagai berikut : a. Pengenalan Masalah Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan aktualnya dengan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan umum seseorang seperti lapar, haus, saat mencapai titik tertentu dapat menjadi sebuah dorongan. Kebutuhan juga dapat ditimbulkan oleh rangsangan eksternal seperti ketika seseorang melihat iklan mobil dan ingin membelinya. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat menidentifikasi rangsangan yang paling sering membengkitkan minat akan suatu jenis produk. Pemasar kemudian dapat membangkitkan strategi pemasaran yang memicu minat konsumen. b. Pencarian Informasi Saat seseorang mulai menyadari kebutuhannya, maka pilihan produk dan merk harus diidentifikasi untuk memenuhi kebutuhanya. Dalam mencari berbagai alternative pilihan untuk memuaskan kebutuhan, seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti beberapa banyak biaya waktu, berapa banyak informasi dari masa lalu dan sumber-sumber lain yang sudah dimiliki oleh konsumen. Yang menjadi minat utama pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relative dari tiap sumber tersebut terhadap kepuasan pembelian selanjutnya. Sewcara umum konsumen mendapatkan informasi tentang suatu produk dari sumber komersial yaitu sumber yang didominasi oleh pemasar. c. Evaluasi Alternatif Jika samua alternative yang wajar telah diidentifikasikan, konsumen harus mengevaluasinya satu per satu sebagai persiapan untuk mengadakan pembelian. Kriteria evaluasi yang dipakai konsumen mencakup pengalaman masa lalu dan sikap terhadap aneka merek. Konsumen juga mendengarkan tanggapan-tanggapan keluarga dan kelompok lain. Beberapa konsep dasar akan dapat membantu pemasar dalam memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari suatu produk. Ketiga, konsumen memandang setiap produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari untuk memuaskan kebutuhan. d. Keputusan Pembeli Setelah mencari dan mengvaluasi berbagai alternative untuk memenuhi kebutuhan, konsumen pada titik tertentu harus memutuskan antara membeli atau tidak membeli, jika keputusan yang diambil adalah membeli, konsumen harus membuat rangkaian keputusan yang menyangkut merek, harga, tempat penjualan, warna, dan lain-lain. e. Perilaku Pasca Pembelian Saat membeli suatu produk,bagi seorang konsumen akan mengalami tingkat kepuasan dan ketidak puasan tertentu. Perasaan konsumen setelah malakukan pembelian dapat mempengaruhi pembelian ulang dan juga ditambah dengan apa yang dikatakan oleh konsumen kepada teman atau kerabat tentang produk tersebut. Biasanya konsumen akan mengalami kecemasan purnabeli,kecemasan ini disebut disonasi kognitif purnabeli yang terjadi karena setiap alternative yang dihadapi kosumen memiliki kelebihan dan kekurangan. 2.6 Kerangka Pikir Penelitian Persaingan yang terjadi antara perusahaan produsen minuman energi saat ini semakin ketat, setiap perusahaan berusaha untuk menjaring konsumen sebanyak-banyaknya dengan bergbagai cara. Contohnya dalam hal ini yaitu perusahaan produsen minuman energi dimana mengeluarkan produk minuman energi ini dalam menentukan keputusan pembeliannya juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli minuman energi merek M-150, seperti faktor bauran pemasaran dan faktor perilaku konsumen. Faktor-faktor tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis faktor. Dari hasil analisis tersebut maka akan dapat diketahui mengenai faktor-faktor apa saja yang sebenarnya mempengaruhi perilaku konsumen terhadap pembelian minuman energi M-150. Hasil analisis tersebut nantinya akan digunakan oleh produsen atau perusahaan untuk menyesuaikan produknya agar dapat meningkatkan posisi produknya di pasaran. Pengenalan masalah Pencarian informasi Evaluasi alternatif Keputusan pembelian Perilaku pascapembelian Sumber : Kotler dan Keller, 2007 Gambar 2.3 Faktor Pribadi