1 MEDIA PENGENALAN HUTAN DAN LINGKUNGAN HIDUP BAGI SISWA DIDIK SEKOLAH DASAR DAN LANJUTAN *) Oleh: Tarsoen Waryono **) Abstrak Masa anak-anak merupakan perjalanan kritis; masa pembentukan jati diri dari berbagai informasi, yang mempengaruhi tingkat pengetahuan, perilaku dan sikap dimasa remaja dan dewasa sebagai generasi bangsa dimasa mendatang; Untuk itu pembekalan pengetahuan tentang hutan dan lingkungan hidup nampaknya dinilai cukup strategis. Suatu harapan dengan pemahaman sejak usia dini secara nasional; hingga terciptanya kesadaran dan kepedulian terhadap potensi sumberdaya alam dan lingkungannya, akan tertanam bagi setiap insan generasi muda harapan bangsa. Hal ini mengingat bahwa pengenalan hutan dan lingkungan hidup, pada dasarnya meru-pakan tindakan awal dalam manajemen konservasi sebagai salah satu bentuk upaya penyelamatan dan pelestarianya secara berkelanjutan. Pendahuluan A. Latar Belakang Konsepsi pendidikan nasional yang berakar dari kebudayaan bangsa Indonesia, seperti tertuang dalam UUD 1945, diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berkualitas, serta mampu membangun dirinya sendiri dan masyarakat di sekelilingnya; Untuk itu penyelenggaraan pendidikan nasional harus mampu meningkatkan pengetahuan siswa didik berdasarkan kaidah dan rambu-rambu sperti tertuang dalam Undang-undang. Pasca pendidikan dasar, pada hakekatnya merupakan bekal jenjang pendidikan berikutnya, (SLTP dan sederajat), seperti tertuang dalam GBHN, 1978 lebih dititik beratkan untuk membentuk pribadi-pribadi siswa didik yang berbudi pekerti luhur, penuh dan memahami atas ilmu pengetahuan dasar, sebelum meningkat pada jenjang pendidikan berikutnya (SLTA). Demikian halnya pasca pendidikan SLTP, merupakan bekal untuk membentuk diri bagi pribadi-pribadi siswa didik sebagai insan-insan menuju kedewasaan baik di lingkungan pendidikan maupun di lingkungan masyarakat. Mencermati atas konsepsi dasar pendidikan baik pada jenjang sekolah dasar, lanjutan pertama maupun lajutan atas, sebagai insan generasi muda harapan bangsa, perlu pembekalan dalam bentuk pengenalan “hutan dan lingkungan hidup”. *). Temu Karya Lingkungan Guru Didik se DKI Jakarta, dalam rangka peringatan Hari Lingkungan Hidup sedunia, 20 Juni 2002.; Kerjasama Pemda DKI Jakarta dan Universitas Indonesia. **). Staf Pengajar FMIPA dan Pengelola Hutan Kota Universitas Indonesia, serta penerima penghargaan Kalpataru Pembina Lingkungan Tingkat Provinsi DKI Jakarta tahun 2002. Kumpulan Makalah Periode 1987-2008 2 Pembekalan dini dinilai cukup strategis di samping sebagai penunjang ilmu pengetahuan, pada tingkat jenjangnya, juga sebagai pengisian pembentukan insan pribadi siswa didik hingga terciptanya identitas kepribadian atas jati diri yang melekat, juga munculnya rasa peduli serta ramah terhadap lingkungan di sekilingnya. Berbicara tentang hutan dan lingkungan hidup, tentu tidak terlepas dari aspek biotik, abiotik dan manusia serta budaya. Sebagai satu kesatuan yang utuh, manusia sangat berperan dalam mengolahdayakan lingkungannya. Manusia yang memiliki pengalaman selukbeluk lingkungan di sekelilingnya, akan tahu bagaimana menjaga dan melestarikan lingkungan, sebagai wahana interaksi sehari-hari. Pengetahuan ini tentu saja tidak berdiri sendiri dalam diri manusia, namum masih terus disertai dengan prilaku dan sikap yang ada pada manusia itu sendiri. Manusia sebagai mahluk tertinggi, umumnya memiliki tiga aspek dalam kehidupanya yaitu pengetahuan, perilaku dan sikap yang dimiliki sejak kecil; ketiganya akan terbentuk dalam insan jati dirinya berdasarkan masukan-masukan yang didapat sepanjang masa hidupnya sejak kecil hingga dewasa. Masa kecil (anak-anak), merupakan masa pembentukan yang memperoleh informasi untuk membentuk pengetahuan, perilaku dan sikap dimasa remaja dan dewasa. Masa anak-anak merupakan perjalanan yang kritis, sebagai generasi bangsa dimasa mendatang; Untuk itu jika benar pengetahuan dan cara yang ditanamkan pada masa kanakkanak, maka dapat diharapkan ketika berubah kemasa remaja dan dewasa, bekal pengetahuan, pembentukan perilaku serta sikap dalam dirinya terhadap sesuatu akan positif dan atau sebaliknya. Masa remaja dan dewasa, pada dasarnya merupakan masa mencari identitas dan realisasi diri, pada masa ini sering sangat sulit untuk merubah wawasan dasar yang telah terpola dan melekat dalam dirinya sejak kecil. Apalagi wawasan yang terpola dimaksud merupakan pengetahuan yang sifatnya mendasar. Dengan demikian sangatlah strategis pembekalan pengetahuan dasar hutan dan lingkungan hidup sejak dini melalui anakanak secara terprogram dan berkelanjutan, hingga pada saatnya akan tercipta insan-insan pribadi bangsa yang utuh. Di berbagai tempat di seluruh pelosok tanah air; telah diketahui banyak anak-anak telah tumbuh dan berkembang menyatu dan akrab dengan alam lingkungannya. Anak-anak Bajau di kawasan pesisir, sejak kecil telah terbiasa dengan alam lingkungan laut, satu-satunya cita-cita yang diidamkan bagi mereka sejak kanak-kanak adalah mengarungi lautan. Demikian halnya dengan anak-anak Dayak di pedalaman Kalimantan Timur, mereka sejak kecil telah hidup menyatu dengan alam hutan sebagai bagian dari hidupnya. Sejak kanak-kanak telah memiliki pengetahuan jenis-jenis tetumbuhan yang memiliki khasiat obat tradisionil, serta terbiasa membantu orang tua untuk berladang, mencari rotan dalam hutan, menjerat binatang dan berbagai bentuk pengetahuan dasar lain yang diperolehnya. Setelah berubah menjadi remaja dan dewasa baik anak-anak Bajau maupun Dayak, wawasan yang terpola akan terus melekat dalam dirinya, hingga alamlah sebagai tumpuhan hidupnya. Kadangkala mereka tidak mengetahui betapa pentingnya penyelamatan alam dan lingkungannya. Keberadaan tersebut dapat dimengerti karena keterbatasan sarana pendidikan bahkan mungkin tidak tersedia, termasuk materi-materi telaahannya. Kumpulan Makalah Periode 1987-2008 3 Mencermati teladan di atas, tampaknya muatan kurikulum yang bersifat lokal bukan lagi untuk dibicarakan perlu dan atau tidaknya, akan tetapi bagaimana pendekatan implementasinya, dan materi apa yang harus diberikan. Atas dasar itulah naskah yang sederhana ini penulis walaupun mungkin telah terlambat, mencoba untuk memberikan masukan yang erat kaitannya dengan pengenalan hutan dan lingkungan hidup bagi siswa didik Sekolah Dasar dan Lanjutan, sebagai bagian dari kurikulum Pendidikan Nasional. B. Tujuan dan Sasaran (1). Meningkatkan pengetahuan, praktek ramah lingkungan hidup bagi peserta didik anak usia Sekolah Dasar dan Lanjutan, dapat dilakukan dengan cara: (a) pengembangan media yang menarik, dan (b) mendistribusikannya secara rutin. (2). Pemberdayaan belajar mengajar yang diberikan kepada peserta didik tentang pengenalan hutan dan lingkungan hidup, sesuai dengan tatanan jenjang pendidikan, untuk itu perlunya: (a) pelatihan/peningkatan metode mengajar yang mengarah pada pengkaitan peserta didik terhadap materi yang diberikan, (b) pengajar mengupayakan proses pembelajaran secara rutin dan berkesinambungan kepada para peserta didik, berdasarkan media alam di sekitarnya. Fokus Perhatian Sebagai Upaya Pendekatan Uraian berikut mencoba untuk memaparkan; (a) mengapa hutan dan lingkungan hidup sebagai salah satu materi yang dinilai strategis sebagai topik bahasan dalam kurikulum pendidikan nasional; (a) pentingnya perhatian terhadap anak-anak usia dini, (c) media sebagai alat, (d) kriteria tampilan; dan (e) pendekatan penyampaian; yang pada dasarnya merupakan fokus perhatian dan pendekatan pelaksanaanya. A. Mengapa Fokus Terhadap Hutan dan Lingkungan Hidup Berbicara tentang hutan pada dasarnya bagi masyarakat secara luas tidaklah mengherankan, karena persepsi yang sering mucul selalu dihubungkan dengan banjir, tanah longsor, kekurangan air, musim kemarau berkepanjangan, asap kebakaran hutan dan lain sebagainya. Padahal pentingnya hutan yang digambarkan dalam Gunungan Wayang Kulit, terlihat secara jelas dan merupakan simbul ekosistem yang komplek, karena peranan fungsi jasa bio-eko-hidrologisnya. Saduran menurut pedalangan moderen, dalam gunungan tertuang gambar pepohonan yang besar, dengan keragaman satwa liar (kera), terlintas bentuk alur-alur sungai, dan terkhir muncul ada bentuk bangunan rumah terancam dengan cengkraman gigi raksasa, dan penjaga yang bersenjatakan pedang. Lebih jauh disinopsiskan bahwa ekosistem hutan yang komplek dijaga dengan ketat atas keutuhan dan kelestariannya, agar tidak terganggu dari berbagai ancaman-ancamannya, hingga terciptanya kenyamanan lingkungan hidup. Dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), untuk anak-anak Sekolah Dasar dan lanjutan juga diajarkan tentang proses asimilasi (fotosintesa) dan diilustrasikan: hijau daun Kumpulan Makalah Periode 1987-2008 4 pada siang hari, menyerap energi matahari untuk membuat makanan, dengan mereaksikan air, hingga menghasilkan karbohidrat dan oksigen. Karbohidrat pemanfaatannya sangat besar demikian halnya dengan oksigen yang diperlukan oleh setiap insan kehidupan. Ilustrasi proses asimilasi secara kimiawi di daerah perkotaan juga digambarkan sebagai proses yang unik. sinar matahari 6C02 + Sumber polutan 6H20 C6 H1206 Sumber air dalam tanah Luas kawasan hijau + 202 Kenyamanan Lingkungan dengan demikian dapat dijelaskan bahwa kenyamanan lingkungan perkotaan, sangat ditentukan oleh ketersediaan kawasan hijau yang mampu mengendalikan jumlah cemaran (polutan) serta berperan dalam pengaturan tata air tanah. Selain peranan fungsi pepohonan sebagai bagian dari hutan, Indonesia juga memiliki berbagai ekosistem (tipe) hutan seperti mangrove, hutan rawa air tawar, hutan tepi sungai, hutan sagu, hutan rawa gambut, vegetasi pantai, hutan pamah (Dipterocarpaceae), hutan kerangas, dan beberapa tipe hutan lainnya. Dari sekian tipe hutan yang ditemukan pada setiap daerah, adalah tipe hutan tepi sungai (vegetasi riparian). Untuk itu wahana pengenalan hutan kepada anak didik, pada dasarnya tidak menyebabkan permasalahan yang mendasar. Jenis vegetasinya cukup beragam, demikian halnya dengan dinamika dan peranan fungsi jasanya terhadap kehidupan satwa liar. Lingkungan hidup diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan dan mahluk hidup di dalamnya, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia, termasuk mahluk hidup lainnya. Dari uraian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Ekosistem Sosiosistem Teknosistem Suatu kecenderungan bahwa ulah tindakan manusia yang semenamena sebagai salah satu faktor penyebab terganggunya ekosistem. Atas dasar itulah pengenalan lingkungan hidup sejak dini baik melalui pendidikan formal maupun informal merupakan salah satu alternatif tindakan penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup beserta sumberdayanya secara terpadu berkelanjutan. Gambar-1. Ilustrasi Bagan Lingkungan Hidup Kumpulan Makalah Periode 1987-2008 5 B. Perhatian Anak-anak Usia Dini Anak-anak usia 10-12 tahun, umumnya berada pada lapisan atas untuk usia Sekolah Dasar, pada umumnya usia tersebut telah memahami bahan bacaan yang dibicarakan seharihari. Beda dengan usia di bawahnya harus berupaya agak sedikit keras untuk memahami bahan bacaannya, dan masih menggunakan bahasa Indonesia baku. Di beberapa daerah kadangkala Guru didik masih menggunakan bahasa campuran (daerah dan Indonesia) untuk menerangkan sesuatu pada siswa didiknya. Umumnya umur anak-anak yang lebih tua sering menjadi panutan bagi teman-teman kelas di bawahnya, dan secara tidak sadar sering menceriterakan pengetahuan yang diperolehnya, atau menularkan pengetahuannya kepada temen dan adik kelasnya. Anak-anak pada kelas paling tinggi (kelas-VI) di Sekolah Dasar, merasa paling tua kadang kala cukup efektif sebagai mediator antara sekolah dan rumah, hingga kadangkala sering menanyakan dan atau memberikan informasi kepada orang tua dan anggota lainnya; tentang pengetahuan yang diperolehnya. Dengan demikian kunci awal untuk memberikan informasi akan efektif bila perhatian lebih dititik beratkan pada anak-anak usia 10-12 tahun, dengan memberikan materi dasar yang mudah dicerna. C. Media Sebagai Alat Pengembangan pengetahuan selain di sekolah, media juga merupakan alat yang dinilai efektif untuk mengembangkan pengetahuan, dan pratek wawasan lingkungan. Secara umum, bahwa media seperti radio di pedesaan merupakan sarana informasi yang efektif. Namun sangat disayangkan bahwa pemancar radio jarang yang memuat informasi pengetahuan tentang hutan dan lingkungan hidup. Berbeda halnya dengan media cetak yang nampaknya masih sangat terbatas untuk menjangkau keseluruh pedesaan, walaupun para pembacanya bisa membaca berulang-ulang dengan waktu yang cukup. Untuk itu yang menjadi perhatian bagaimana media cetak ini dapat secara rutin menjamah di seluruh pelosok tanah air, hingga pengetahuan bagi anak-anak usia dini bisa mengikuti perkembangan pengetahuan tentang hutan dan lingkungan hidup. D. Kriteria Tampilan Beberapa peneliti pengalaman menunjukkan media yang seperti apa yang mudah dicerna oleh anak-anak serta menarik, hingga memacu niat baca, untuk itu disarankan hal-hal sebagai berikut: (a). Berpenampilan menarik, artinya media tersebut walaupun cetakannya hitam putih, namun bisa didesain dengan gambar-gambar (informasi) yang secara rasional mudah dicerna, dan menggunakan bahasa sederhana. (b). Materinya tidak terlalu ilmiah, apabila harus membuktikan di lapang, maka contoh-contoh yang dimuat tersedia di sekitarnya. Keilmiahan inilah yang nampaknya perlu perhatian khususnya bagaimana cara membukusnya, hingga anak-anak mampu mencerna secara sederhana, akan tetapi kena sasarannya. (c). Media seyogianya memuat hal-hal yang berurutan, dari awal sampai akhir yang memuat kriteria wawasan dasar, materi dan contoh-contoh kongkrit, sehingga anak-anak akan lebih mudah untuk mengingat alur ceritanya dan bukan menghafalnya. Kumpulan Makalah Periode 1987-2008 6 E. Teknik Penyampaian Penyampaian informasi baik memalui jalur formal maupun informal, nampaknya perlu dievaluasi tingkat keefektifannya. Melalui pendidikan formal nampaknya lebih mudah teknik penyampaiannya, akan tetapi akan lebih efektif lagi apabila disampaikan melalui jalur informal seperti dalam kegiatan Pramuka atau sejenisnya, karena untuk melihat kondisi yang senyatanya akan relatif lebih mudah. Di sisi lain, halaman-halaman sekolah yang relatif luas nampaknya juga bisa digumakan sebagai media praktek wawasan lingkungan, dengan mengkoleksi berbagai jenis pepohonan; seperti toga (tanaman obat keluarga). Di tempat inilah anak-anak secara sederhana bisa melihat pertumbuhan tanaman, karena persaingan hidup, ditemukan beberapa jenis binatang baik pada pagi hari, siang hari maupun sore hari. Hasil yang Diharapkan Jika ditelusuri berdasarkan uraian di atas, maka hal-hal yang diharapkan bukan tidak mustail akan dapat dicapai; beberapa di antaranya; (1). Jika media sebagai sasaran seperti yang diinginkan, maka harus terdistribusi ke sasaran dengan sebaik-baiknya. (2). Harus ada kesempatan bagi anak-anak untuk membaca, setelah diterangkan oleh Guru didik, serta dapat mengetahui atau membuktikan apa wawasan apa yang terkandung di dalam muatan media, dan berada di sekelilingnya. (3). Guru didik harus membantu memberikan pemahaman di dalam kelas dengan beberapa pengetahuan lain; artinya kaya akan contoh-cotoh serupa yang dijumpai di sekelilingnya; atau dengan melakukan evaluasi terhadap siswa didiknya, dengan cara lisan, atau mendengarkan ceritera anak-anak pengetahuan apa yang diperolehnya. Melalui cara yang berulang-ulang dengan tatanan materi yang tersedia, akan menjadi kebiasaan bagi siswa didik Sekolah Dasar. Kebiasaan inilah pada jenjang berikutnya akan dipergunakan sebagai pendekatan dalam menerima praktek wawasan hutan dan lingkungan hidup baik pada tingkat lanjutan pertama maupun lajutan atas; walaupun meterinya berubah serta lebih banyak. Uraian Penutup Melalui upaya pemberdayaan masuknya materi hutan dan lingkungan hidup sebagai muatan lokal dalam kurikulum pendidikan nasional, nampaknya cukup strategis, karena bumi Indonesia selain sebagai negara megadiversity dengan kecenderungan atas ancaman yang semakin besar, juga merupakan potensi sumberdaya alam (hutan dan lingkungannya) sebagai bagian dari modal pembangunan dimasa kini maupun mendatang. Terciptanya pemahaman sejak usia dini secara nasional, terhadap hutan dan lingkungan hidup, akan relatif mudah dicerna, diingat, hingga sasaran yang hendak dicapai, yaitu terciptanya kesadaran dan kepedulian terhadap potensi sumberdaya alam dan Kumpulan Makalah Periode 1987-2008 7 lingkungannya akan tertanam bagi setiap insan generasi muda harapan bangsa. Hal ini mengingat bahwa pengenalan hutan dan lingkungan hidup, pada dasarnya merupakan tindakan awal dalam manajemen konservasi sebagai salah satu bentuk upaya penyelamatan dan pelestarian secara berkelanjutan. Guna memantapan para Guru didik secara nasional, nampaknya pembekalan bagi mereka juga perlu perhatian, baik melalui pendalaman maupun pembekalan, walaupun secara sederhana materi ini telah disinggung sebagaian dalam IPA khususnya lingkungan mata pelajaran biologi. Daftar Pustaka Arvis, B., 1973. Environmental Planning for Chaildren Play. Crosby Lockword. London. Kartono, K., 1982. Phsykologi Anak. Alumni Bandung Salim, E,. 1986. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. LP3ES, Jakarta. Saono, Susono., 1998. Keanekaragaman dan Peran Jasad Remik dalam Pembangunan Berkelanjutan Indonesia, (ed. Adisoemarto), Sumberdaya Alam Sebagai Modal Dalam Pembangunan Berkelanjutan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Suripto, Bambang Agus., 1998. Prinsip-prinsip dan Pengelolaan Sumberdaya Keanekaragaman Hayati di Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Waryono., Tarsoen,. 1990. Konsepsi Pembangunan Kawasan Hijau Perkotaan Berwawasan Lingkungan. Pelaksanaan Program Pembangunan Hutan Kota Universitas Indonesia. ________________, 1990. Fungsi dan Peran Jasa Biologis Pepohonan Terhadap Lingkungan Fisik Kritis Perkotaan. Publikasi HK-02/1990. Pelaksanaan Program Pembangunan Hutan Kota Universitas Indonesia. ________________, 1997. Aspek Pemberdayaan Atas Kekurang Perdulian Masyarakat Terhadap Pengelolaan Keanekaragaman Hayati. Publikasi HK-07/1997. Pelaksanaan Program Pembangunan Hutan Kota Universitas Indonesia. Kumpulan Makalah Periode 1987-2008