BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Pengertian Tema Arsitektur Islam merupakan wujud perpaduan antara kebudayaan manusia dan proses penghambaan diri seorang manusia kepada Tuhannya, yang berada dalam keselarasan hubungan antara manusia, lingkungan dan Penciptanya. Arsitektur Islam mengungkapkan hubungan geometris yang kompleks, hirarki bentuk dan ornamen, serta makna simbolis yang sangat dalam. Perkembangan arsitektur Islam dari abad VII sampai abad XV meliputi perkembangan struktur, seni dekorasi, ragam hias dan tipologi bangunan. Daerah perkembangannya meliputi wilayah yang sangat luas, meliputi Eropa, Afrika, hingga Asia tenggara. Karenanya, perkembangannya di setiap daerah berbeda dan mengalami penyesuaian dengan budaya dan tradisi setempat, serta kondisi geografis. Hal ini tidak terlepas dari kondisi alam yang mempengaruhi proses terbentuknya kebudayaan manusia. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Arsitektur Islam yang dimaksud di sini adalah arsitektur islam yang disesuaikan dengan budaya, tradisi, dan kondisi geografis Indonesia yang tidak lepas dari kaidah-kaidah islamiah dan keselarasan hubungan antar manusia serta lingkungannya. Sumber : Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim, penulis Yulianto Sumalyo. 3.2 Hubungan Tema dan Judul Islamic Memorial Park yang merupakan komplek pemakaman muslim menjadi terasa lebih islami dan religius dengan tema arsitektur islam. Begitu juga dengan konteks lingkungannya yang merupakan sarana-sarana yang bernuansa islam. 20 3.3 Arsitektur Islam a. Islam mengharamkan patung b. Hiasan dapat diwujudkan menggunakan motif floral atau tumbuhtumbuhan karena pada dasarnya Islam menyenangi keindahan. c. Kaligrafi menjadi elemen penting dan menonjol dalam menghias. d. Prinsip geometri diterapkan secara beragam dalam arsitektur Islam, berkembang menurut jaman dan tempat. Geometris adalah garis, bidang, lengkung, segitiga hingga segi banyak dan lain-lain ada dalam ilmu ukur, bagian-bagiannya termasuk sudut dan luasnya dapat diukur. e. Hiasan muqarnas berbentuk seperti stalaktit, batu kapur yang terbentuk oleh tetesan air selama ratusan bahkan ribuan tahun di bagian atas gua-gua. Dekorasi ini digunakan pada bagianbagian yang sifat bentuknya tiga dimensional, seperti kubah, ceruk, sudut di antara tiga bidang dan lain-lain. Gambar 3.3 Muqarnas f. Dekorasi geometris dua dimensional menghias bidang-bidang datar dibentuk oleh garis atau bidang datar warna warni dari bermacam bahan menjadi pola seperti bintang, rumit dan ramai oleh karena itu sering disebut intricate. Garis sering dibentuk oleh relief dan warna-warna banyak menggunakan keramik (mozaik), marmer dan bahan alami yang mempunyai warna alami pula. Sumber : Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim, penulis Yulianto Sumalyo. 21 3.4 Arsitektur Masjid 3.4.1 Arti dan Fungsi Masjid Masjid dapat diartikan sebagai tempat dimana saja untuk bersembahyang bagi orang muslim. Kata masjid berasal dari kata sajadasujud, yang berarti patuh, taat, serta tunduk penuh hormat dan takzim. Berdasarkan akar katanya mengandung arti tunduk dan patuh, maka masjid bukan hanya sekedar tempat bersujud, pensucian, tempat shalat dan bertayamum, namun juga sebagai tempat melaksanakan segala aktifitas kaum muslim berkaitan dengan kepatuhan kepada Tuhan. Dari beberapa sudut pandang tersebut di atas dapat dirangkum bahwa masjid dibangun untuk memenuhi keperluan ibadah Islam. Fungsi dan perannya ditentukan oleh lingkungan, tempat dan jaman di mana masjid itu didirikan. Secara prinsip masjid adalah tempat membina umat, untuk itu dilengkapi dengan fasilitas sesuai dengan keperluan pada jaman, siapa yang mendirikan dan lingkungan di mana masjid dibangun. 3.4.2 Bangunan dan Komponen Masjid Selain mempunyai ruang untuk shalat bersama elemen-elemen utama dari masjid, yaitu mihrab, mimbar dan tempat wudu. Keberadaan air untuk wudhu, baik dalam masjid klasik maupun modern kemudian banyak berfungsi ganda, menjadi elemen memperindah, berupa kolam ataupun air mancur (ablutions Fountain). Gambar 3.4.2.1 Elemen utama masjid Unsur pelengkap yang tidak selalu ada dalam masjid yaitu dikka. Minaret dalam perkembangan arsitektur masjid cenderung menjadi bagian 22 yang tak terpisahkan dari mesjid, meskipun banyak mesjid yang tidak mempunyai minaret. Di luar elemen-elemen pokok dan pelengkap tersebut, aspek dekorasi termasuk kaligrafi dan kubah juga sangat bervariasi, berkembang sejalan dengan budaya suatu masyarakat, di tempat tertentu, pada jaman tertentu pula. Terlampir gambar-gambar masjid, minaret, dan unsur masjid lainnya Gambar 3.4.3.2 Minaret Sumber : Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim, penulis Yulianto Sumalyo 3.5 Studi Banding Masjid 3.5.1 Masjid Negara, Kuala Lumpur Arsitektur masjid secara umum termasuk beraliran pasca modern fungsional. Konsep dari arsitektur modern fungsional yang paling menonjol adalah bentuk kesederhanaannya, elemen-elemen fungsional (dinding, pintu, atap, kolom, dll) disusun sedemikian rupa sehingga membentuk komposisi ruang yang selaras, seimbang, dan harmonis. Selain itu aliran ini anti dekorasi dan bagian-bagian yang tidak berfungsi, keindahan terbentuk karena komposisi dari elemen fungsional dari bangunan. Masjid dapat menampung secara bersamaan 10.000 jama’ah. Masuk utama melalui sebuah pelataran yang cukup luas. Tempat wudhu berada di bawah pelataran ini. Bagian untuk masuk utama dua lantai dikelilingi oleh kolam. Lantainya menjorok seolah-olah melayang ringan di atas air. Setelah naik terdapat koridor terbuka, beratap datar. Di beberapa tempat setelah melalui gang masuk tersebut terdapat halaman di dalam segi empat tak beratap dikelilingi oleh unit beratap. 23 Minaret tunggal, cukup tinggi (73 meter) dan langsing, penampangnya bujur sangkar, pucuknya runcing. Aspek tropis sangat diperhatikan, antara lain membuat dinding-dinding tidak masif tetapi berlubang-lubang terbentuk dari blok-blok beton cetak dalam bentuk dan ukuran yang sama, berpola intricate. Selain atap tinggi, dinding-dinding berlubang tersebut membuat ruang sangat sejuk meskipun tidak menggunakan penghawaan buatan. Dalam komplek yang paling menonjol adalah bagian tengah ada konstruksi lipat. Seperti sistem kubah, sistem struktur beton lipat dapat membentuk ruang dalam luas tanpa kolom di tengah. Gambar 3.5.1 Masjid Negara Sumber : Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim, penulis Yulianto Sumalyo 24 3.5.2 Masjid Raya, Magelang Konstruksi bagian utama di mana terdapat ruang sembahyang, mihrab di tengah, berbentuk joglo Jawa. Namun atap nya dua lapis, yang di tengah berbentuk piramid, dikelilingi oleh atap berkemiringan empat sesuai dengan denahnya yang bujur sangkar. Pada sisi-sisi antara atap lebih tinggi dengan atap di bawahnya terdapat jendela berderet sehingga pada siang hari ruang sembahyang cukup terang oleh cahaya alami. Aspek modern masih ada, terlihat pada serambi depan, kiri dan kanan, mengelilingi ruang sembahyang depan dalam bentuk U. Di sisi selatan masjid terdapat unit memanjang ke belakang untuk Kantor Urusan Agama, dengan pola arsitektur jawa, serasi dengan masjidnya. Saat ini bagian depan disambung dengan unit baru dalam rangka perluasan. Dahulu bagian depan dan sisi masjid dikelilingi parit untuk cuci kaki, namun saat ini hilang untuk perluasan. Gambar 3.5.2 Masjid Raya Sumber : Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim, penulis Yulianto Sumalyo 25 3.6 Taman Islami Taman islami adalah suatu bentuk landscape yang didesain sesuai dengan prinsip-prinsip ideologi ketuhanan, menggunakan elemen-elemen fisik yang unik, serta memiliki niat dan tujuan yang jelas. Taman islami merupakan salah satu peradaban dunia. Walaupun agama islam tumbuh perkembangan taman dan berkembang islami tidak di berasal Jazirah Arab, dari kawasan tetapi ini. Perkembangan taman islami dapat disebutkan berawal di daerah Persia; salah satu pusat kebudayaan besar Islam. Selanjutnya, seiring dengan penyebaran agama, taman islami juga ikut tersebar hingga Eropa, bahkan ke India. 3.6.1 Perkembangan Taman Islami di Persia Taman islami yang terdapat di Persia merupakan tipologi seni islami yang lahir dari kegemaran mereka pada pembuatan taman dalam bangunan; khusus dalam istana. Terdapat empat unsur penting pada taman Persia tradisional, yaitu a. Air Digunakan untuk irigasi taman, membuat kolam-kolam yang tenang, serta untuk menghasilkan suara-suara gemericik yang menenangkan. b. Naungan Sebagai antisipasi dari iklim padang pasir, diperlukan tempattempat berteduh yang diwujudkan seperti paviliun atau gazebo. c. Bunga Digunakan sebagai unsur pewangi dan kombinasi warna. d. Musik Sebagai elemen nonvisual untuk merekayasa suasana dan sebagai pemanja telinga. Pada penerapannya, pohon sebagai unsur hijau tidak pernah dibentuk atau dipangkas secara khusus. Bunga-bungaan ditempatkan 26 sedemikian rupa pada padang-padang rumput. Sementara unsur suara didapatkan dari alat-alat musik, suara burung, nyanyian, serta gemericik air. Pada umumnya, taman-taman Persia kuno dirancang menjadi empat bagian yang tiap bagiannya dipisahkan oleh sungai atau kanal. Skema ini berhubungan dengan kepercayaan Persia sebelum Islam pada konsep kosmologi bahwa alam semesta dibagi empat bagian oleh empat sungai besar. Selain itu, hal tersebut juga dinyatakan pada Kitab Injil Perjanjian Lama yang mendeskripsikan surga. Pada persimpangan sungai atau kanal tersebut dibuat kolam atau bukit kecil (biasanya juga terdapat paviliun) sebagai perwakilan gunung atau perlambang pusat alam semesta. Selama beberapa abad, bangsa persia memuja taman sebagai sumber keindahan yang besar. Sikap ini memang dianut jauh sebelum Islam lahir, dan bertahan hingga abad ke-16. Bangsa Persia seperti bangsa-bangsa Timur lainnya menemukan fungsi taman sebagai tempat untuk meditasi dan berpikir. Gambar 3.6.1 Lukisan Persia yang menunjukkan tipe taman Persia. Terlihat persimpangan sungan dan pavilliun 27 3.6.2 Perkembangan Taman Islami di Spanyol Agama Islam terus berkembang dan meluas ke Barat hingga mencapai Spanyol. Islam di Spanyol dibawa oleh bangsa Moor dari dataran Afrika Utara. Di wilayah ini, taman islami mencapai puncaknya, seperti yang terdapat di Alhambra. Islam di Spanyol mewakili peradaban tinggi sebagaimana yang bisa dilihat jejak-jejaknya di Reconquista. Pada dasarnya, taman islami di Spanyol dapat dilihat dari desain patio tradisional yang memanjang mengikuti kontur, dan sebagai penutup dari dunia luar, dibangun deretan pilar dengan arch yang masih bergaya Moorish. Perkembangan menyolok taman Islam di Spanyol adalah mulai beralihnya perhatian dari pembuatan taman yang tertutup seperti di Turki dan Persia menjadi lebih terbuka, walaupun masih dikelilingi benteng dan rumah. Kondisi ini sangat kontras dibandingkan dengan taman istana Alhambra yang sangat tertutup. Ornamentasi interior adalah adopsi perancangan ruang luar (eksterior) yang dibawa ke dalam, seperti penggunaan pilar-pilar yang dihubungkan dengan arch. Karakter ruangan lebih mengacu pada proporsi skala manusia. Penataan landscape lebih ditekankan pada pemaknaan dan filosofi desain ketimbang sekedar upaya memuaskan pengamatan visual. Di tengah-tengah patio biasanya terdapat water fountain sebagai penyejuk ruangan. Ini sekaligus melambangkan bahwa air adalah unsur yang mahal dan penting. 3.5.2.1 Gambar Pernggunaan elemen air pada patio untuk pengatur mikroklimat dan juga untuk berwudhu 28 Gambar 3.5.2.2 Denah Alhambra, Spanyol. Terdapat 3 inner court besar dengan kanal bersilangan dan air mancur serta beragam tanaman yang menjadi borrowed scene dari bangunan-bangunan sekitar. Garis besar desain yang terlihat pada landscape di Spanyol akibat dari pengaruh Islam antara lain adalah : a. Taman yang religius, sebagai tempat spiritual dalam persiapan memasuki rumah ibadah dengan ciri : • Dikelilingi tembok tinggi • Tumbuhan diatur dalam garis lurus • Saluran irigasi menentukan pola penempatan pohon • Kolam merefleksikan masjid dan membawa unsur ketuhanan dan surga • Adanya tanki air sebagai tempat berwudhu • Peneduhan oleh pohon-pohon 29 b. Taman-taman istana • Ekspresi dari surga, yang menggambarkan empat sungai surga • Dinding dengan abstrak geometris dekoratif yang rumit • Urutan dari kamar-kamar kecil pendingin yang menghubungkan halaman terbukan yang panas • Aliran udara dingin dibuat mengalir pada halaman • Raja atau sultan membuat istana seolah-olah berada di “karpet terbang” • Interpenetrasi antara ruang dalam dan ruang luar • Unsur air di tengah halaman, dengan elemen kolam pantul, water fountain, air yang mengalir • Mikroklimat didinginkan dengan air pegunungan • Penggunaan air yang minimal untuk efek maksimal • Kontrasnya antara cahaya dan bayangan • Bukaan-bukaan yang memungkinkan pandangan ke luar • Penggunaan lantai glazur yang berwarna-warni (azulejos) 3.6.3 Elemen Tipikal Taman Islami Perkembangan taman islami tradisional memang terpusat di Timur Tengah, sehingga desain yang ada juga mengikuti alam dan kebiasaan kawasan tersebut. Secara umum, elemen tipikal yang terdapat dalam taman islami ini adalah : a. Dinding yang mengitari taman, penggunaan air, pohon dan bunga, penggunaan seni arabesque, dekorasi geometris islami. b. Taman direncanakan pada pola persegi dengan sumbu bersilangan (crossed plan) dengan karakter sederhana, jelas, disiplin, dan menyenangkan. c. Komposisinya adalah sebagai inner court, yaitu sebagai orientasi pandangan ke dalam, dengan fungsi sebagai : 30 • Isolasi suatu keindahan buatan manusia dari kekacauan lingkungan padang pasir di luar • Taman isolasi dari iklim padang pasir yang berdebu dan juga dari polusi jalan. • Penekanan pada privasi keluarga, khususnya anggota keluarga wanita. Dinding yang mengitari tersebut dipandang sebagai suatu metafora dari pemisahan antara surga dan dunia. Di luar rumah, dipandang sebagai dunia, yaitu lingkungan padang pasir dengan segala kesusahannya yang juga melambangkan kematian. Sedangkan di dalam rumah (patio) melambangkan kehidupan dan surga dengan elemen-elemen keindahan seperti bunga, buah, peneduhan, dan air. Air termasuk elemen penting pada taman islami. Perkembangan desain yang sangat inovatif muncul di Alhambra, sedangkan di Arab sendiri kurang muncul karena hampir mustahil untuk menghadirkan air. Aplikasi air sebagai elemen desain sangat imajinatif dan beragam. Peran air di sini sebagai penekanan elemen arsitektural menghasilkan suara yang menyenangkan, irigasi, pelembab udara dari mikroklimat yang panas dan kering, menghalangi angin debu, dan juga sebagai sarana berwudhu. Susahnya perencanaan dalam memasukkan air ke dalam patio menyebabkan munculnya sistem irigasi yang sangat efisien. Tumbuhan dalam taman islami merupakan elemen penting. Kaum Muslimin mengenalkan banyak sekali jenis pohon, semak, dan bunga pada peradaban selanjutnya. Tanaman membuat perlindungan dari iklim panas. Karena bentuk patio yang dikelilingi oleh dinding dapat menyebabkan turbulensi angin, maka tanaman cypress ditanam dengan bentuk tanaman yang tinggi dan kurus. Selain itu juga untuk menyaring debu dan mengurangi kecepatan angin. Sebagai pelengkap, pada tumbuhan tersebut ditempatkan binatang-binatang sebagai unsur animasi, antara lain angsa, merpati, burung berkicau, dan sebagainya. Sumber : Desain Taman Islami, penulis Doni Fireza 31 3.7 Tahapan Penanganan Jenazah Kewajiban umat muslim terhadap orang yang sudah meninggal adalah memandikan, mengkafankannya, menshalatkannya, dan menguburkannya. Hendaknya mempercepat pengurusan pemakaman bila telah jelas kematiannya. Wajib bagi sekelompok muslim memandikannya. Hal yang harus disiapkan dalam memandikan jenazah adalah tempat yang layak dan tertutup, alas memandikan, air, ember, gayung, wash lap, handuk, kain basahan, sabun, kapur barus, air mawar, daun bidara, dan sisir. Setelah usai maka wajib dikafani. Kemudian dishalatkan, biasanya berjama’ah. Tempat memakamkannya adalah pemakaman khusus kaum muslim. Pembuatan liang lahat sekurang-kurangnya jangan sampai bau busuk dapat keluar dan dibongkar binatang. Tempat yang dipilih haruslah tempat yang cukup kuat tanahnya, tidak mudah longsor dan hanyut tergusur aliran air. Setelah semua terlaksana, saatnya menghantar jenazah ke pemakaman. Saat memasuki pemakaman hendaknya membaca salam. Tidak diperkenankan duduk hingga jenazah diletakkan. Tidak boleh duduk, berdiri, atau ,melangkahi makam-makam yang ada. Jenazah dimasukkan secara membujur, badan jasadnya dihadapkan miring/serong, wajahnya menghadap kiblat. Semua ikatan kafan dilepas. Tubuh jenazah diganjal dengan tanah. Lalu liang ditutup dengan tanah dan apabila hendak ditinggikan maka tidak lebih dari satu jengkal. 32