nilai-nilai pendidikan kepribadian generasi muda dalam kitab al

advertisement
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KEPRIBADIAN
GENERASI MUDA DALAM KITAB AL-BARZANJI
KARYA JA’FAR BIN HASAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
LUK LUK IL MAKENUN
NIM 11107018
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2011
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323 433 Fax 323433Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail [email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudari:
Nama
:
LUK LUK IL MAKENUN
NIM
:
11107018
Jurusan
:
Tarbiyah
Program Studi
:
Pendidikan Agama Islam
Judul
:
NILAI-NILAI
PENDIDIKAN
KEPRIBADIAN
GENERASI MUDA DALAM KITAB AL-BARZANJI
KARYA JA’FAR BIN HASAN
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 11 Agustus 2011
Pembimbing
M. Gufron, M. Ag.
NIP. 197200814 200312 1 001
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323 433 Fax 323433Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail [email protected]
SKRIPSI
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KEPRIBADIAN GENERASI MUDA DALAM
KITAB AL-BARZANJI KARYA JA’FA BIN HASAN
DISUSUN OLEH
LUK LUK IL MAKENUN
NIM: 11107018
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan
Kependidikan Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga,
pada hari Jum’at tanggal 19 Agustus 2011. dan telah dinyatakan memenuhi syarat
guna memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji
: Agus Waluyo, M. Ag.
Sekretaris Penguji
: Muh. Hafidz, M. Ag.
Penguji I
: Prof. Dr. Mansur, M. Ag.
Penguji II
: Mufiq, S.Ag., M. Phil.
Penguji III
: M. Gufron, M. Ag.
Salatiga, 19 Agustus 2011
Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M. Ag.
NIP. 19580827 198303 1 002
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Luk Luk Il Makenun
NIM
: 11107018
Jurusan
: Tarbiyah
Program studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Salatiga, 11 Agustus 2011
Yang menyatakan,
Luk Luk Il Makenun
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
    
   



  
  
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan
yang
baik
bagimu
(yaitu)
bagi
orang
yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21).
PERSEMBAHAN
Skripsi yang sederhana ini, kupersembahkan kepada:
 Ayahanda dan ibunda tercinta, dengan teriiring doa Rabbigh firli
waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghira.
 Adik-adikku dan semua kerabat, paman, bu lek yang selalu memotivasiku
untuk selalu mengejar cita-cita setinggi mungkin.
 Bapak M. Gufron, M. Ag. selaku pembimbing skripsi, jazakumullahu
khairan kasiran.
 Bapak KH. Ichsanuddin dan Ibu Nyai Kamalah Isom, beserta keluarga
dalem yang telah memberikan nasehat-nasehat.
 Sahabat-sahabat karibku, santriwan-santriwati di Pondok Pesantren AlHasan yang telah membantu dalam management qalbu. Beo (Nurul), Teteh
(Eka), Bimbi (Nisa’), A (Aisyah), Yu Nek (Ima), Chi Put (Puput), terima
kasih atas kebaikannya selama ini. Ulil “De Ka Ka”, terima kasih atas
gurauan canda dan gesekan pemikirannya yang telah ikut mewarnai
perjalanan proses penulisan skripsi ini. Serta semuanya saja yang tidak
bisa penulis sebut satu per satu, terima kasih atas motivasinya.
 Seluruh mahasiswa STAIN Salatiga terutama PAI kelas A tahun
2007......SEMANGAT !!.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur yang dalam, penulis panjatkan kepada Allah, yang telah
memberikan karunia dan kekuatan dalam menyelesaikan skripsi ini. Tanpa
karunia-Nya, skripsi ini tidak mungkin terwujud.
Salawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi Agung
Muhammad saw, yang menjadi inspirasi seluruh muslim dalam menegakkan
kebenaran, yang segala tindakannya patut menjadi teladan. Skripsi ini penulis
ajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga.
Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag. Selaku ketua
STAIN Salatiga yang telah banyak berjasa dan berkenan memberikan
persetujuan/pengesahan terhadap skripsi ini.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada bapak M.Gufran, M.Ag.
sebagai dosen pembimbing, berkat bimbingan dan pengarahan yang telah
disampaikan kepada penulis akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.
Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada para dosen penulis, yang juga
ikut membuka alam pikiran dan ikut memberi pencerahan pada diri penulis untuk
memasuki belantara dunia akademik yang tinggi. Tidak lupa juga ucapan
terimakasih penulis sampaikan pada karyawan perpustakaan dan bagian
administrasi yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi.
vii
Terimakasih yang sama penulis sampaikan kepada keluarga penulis.
Ayahanda dan ibunda yang telah mendidik dan membimbing penulis dengan
penuh kesabaran dan kasih sayang serta tak henti-hentinya mendoakan penulis,
agar mendapatkan taufiq dalam penyelesaian studi dan skripsi ini. Juga adik-adik
semuanya yang turut serta mendoakan penulis.
Terimakasih, penulis sampaikan kepada pengasuh Pondok Pesantren AlHasan, yaitu bapak KH. Ichsanuddin dan ibu Kamalah Isom, yang telah
memberikan pondasi ilmu agama Islam serta dukungan moral, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sabar.
Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada teman-teman seangkatan ’07 dan adik kelas, juga teman-teman Pondok Pesantren Al-Hasan yang
selalu mengingatkan penulis, memberi dorongan, dan memberi bantuan dalam
bentuk materi maupun non materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
Akhirnya, penyelesaian skripsi memang tidak mudah tanpa ada hidayah dari
Allah SWT dan juga kesungguhan dan semangat. Penulis berusaha semaksimal
mungkin untuk memenuhi kriteria sebuah skripsi. Namun, apabila skripsi ini
belum sempurna, penulis mohon masukan, dan kritikan yang membangun guna
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan
menambah khasanah keilmuannya serta dapat mengambil hikmahnya dalam
kehidupan sehari-hari.
Salatiga, 11 Agustus 2011
Penulis
viii
ABSTRAK
Al-Makenun, Luk Luk. 2011. Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda
dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far bin Hasan. Skripsi.
Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam.
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: M.
Gufron, M.Ag.
Kata Kunci : Pendidikan Kepribadian dan Kitab Al-Barzanji
Penelitian ini dilatar belakangi keinginan penulis untuk mengungkap
nilai-nilai pendidikan kepribadian yang ada pada Rasulullah SAW sebagai
panutan umat Islam dalam kitab Al-Barzanji karya Ja’far Bin Hasan dengan cara
bersholawat. Penulis merumuskan tiga pertanyaan yang ingin dijawab melalui
penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana sistematika penulisan kitab Al-Barzanji? (2)
Bagaimana nilai-nilai pendidikan kepribadian dalam kitab Al-Barzanji (3)
bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan kepribadian dalam kitab Al-Barzanji
dengan kehidupan modern saat ini?
Jenis skripsi ini merupakan skripsi hasil kajian pustaka. Untuk
memperoleh data yang representatif dalam pembahasan skripsi ini, digunakan
metode library research (penelitian kepustakaan) dengan cara mencari, membaca,
menyusun catatan kemudian menganalisa buku-buku yang ada relevansinya
dengan masalah penelitian. Kemudian diolah sesuai dengan kemampuan penulis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kitab Al-Barzanji berisi tentang pujipujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad SAW yang biasa dilantunkan
dengan irama atau nada. Sistematika kitab Al-Barzanji bertutur tentang kehidupan
Nabi Muhammad SAW yakni silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja,
dewasa, hingga diangkat menjadi rasul. Di dalamnya juga mengisahkan sifat-sifat
mulia yang dimiliki Nabi Muhammad serta berbagai peristiwa untuk dijadikan
teladan umat manusia. Sedangkan nilai-nilai pendidikan kepribadian yang
terdapat dalam kitab tersebut adalah kesabaran menghadapi cobaan, amanah,
tawadhu’, kesederhanaan, pemaaf, bermusyawarah, menyayangi dan mengasihi
orang yang lemah.
Relevansi Pendidikan kepribadian dalam kitab Al-Barzanji mempunyai
kesesuaian yang tepat dengan pendidikan kepribadian yang dibutuhkan oleh
generasi muda sekarang. Baik nilai-nilai pendidikan kepribadian maupun tujuan
pendidikan kepribadian. jika nilai pendidikan kepribadian dalam kitab Al-Barzanji
diteladankan atau diajarkan pada anak didik, maka akan melahirkan generasi
muda yang berbudi luhur dan mengangkat bangsa ini sebagai bangsa yang
berbudi.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..............................................................
v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
ABSTRAK................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................
4
D. Kegunaan Penelitian ...............................................................
5
E. Telaah Pustaka ........................................................................
5
F. Fokus Penelitian ......................................................................
6
G. Metode Penelitian ...................................................................
8
H. Sistematika Penulisan Skripsi.................................................. 11
BAB II
GARIS BESAR KITAB AL-BARZANJI
A. Latar Belakang Penulis .......................................................... 13
1. Riwayat Hidup ................................................................. 13
2. Karya Ja’far bin Hasan Al-Barzanji .................................. 15
x
B. Sejarah Kitab Al-Barzanji ...................................................... 16
1. Latar Belakang Penggubahan Kitab Al-Barzanji ............... 18
2. Seputar Nama Kitab Al-Barzanji ...................................... 23
C. Sistematika Kitab Al-Barzanji ................................................ 24
1. Seputar Aspek redaksional ............................................... 24
2. Sistematika Penulisan Al-Barzanji.................................... 26
3. Kandungan Syair Al-Barzanji ........................................... 27
BAB III
NILAI DAN TUJUAN PENDIDIKAN GENERASI MUDA
DALAM KITAB AL-BARZANJI
A. Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda dalam
Kitab Al-Barzanji ................................................................... 33
1. Pengertian Pendidikan Kepribadian .................................. 33
2. Nilai Pendidikan Kepribadian dalam Syair Al-Barzanji .... 38
3. Tujuan Pendidikan Kepribadian Kitab Al-Barzanji ........... 51
B. Generasi Muda....................................................................... 53
1. Karakteristik Kepribadian Generasi Muda ........................ 54
2. Proses Pembentukan Kepribadian Generasi Muda ............ 56
BAB IV
RELEVANSI PENDIDIKAN KEPRIBADIAN GENERASI
MUDA DALAM KITAB AL BARZANJI BAGI KEHIDUPAN
ERA SEKARANG
A. Relevansi Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda........ 62
B. Relevansi Tujuan Pendidikan Kepribadian Generasi Muda .... 70
C. Relevansi Pendidikan Kepribadian dalam Kehidupan
xi
Sekarang ................................................................................ 73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ 7 6
B. Saran ..................................................................................... 77
C. Kata Penutup ......................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
LAMPIRAN
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berzanjen
pembacaan kitab al-Barzanji secara bersama
merupakan
tradisi yang sangat populer. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari
khasanah kesusastraan khas pesantren yang hidup lestari sejak dulu dan terus
dipertahankan hingga saat ini.
Hal yang sama juga dijumpai di kalangan masyarakat sekitar pesantren
ataupun masyarakat yang berbasis Nahdlatul Ulama (NU). Tradisi berzanjen
bahkan telah menembus sudut-sudut yang paling jauh di Nusantara. Tidak
hanya di kawasan pedesaan yang merupakan kantong-kantong massa NU,
namun juga dikawasan perkotaan yang lebih plural dan heterogen.
Di kalangan komunitas pesantren dan NU sendiri, berzanjen
merupakan tradisi yang mendarah daging dalam kehidupan keseharian dan
sistem sosialnya. Selain sebagai ritual rutin yang dilaksanakan di setiap malam
jumat, juga sebagai wirid wajib dalam setiap acara tertentu, semisal
maulidiyah atau peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. Kitab tersebut
juga sering dibaca ketika ada hajatan resepsi pernikahan, tingkeban, khitanan.
Lebih dari itu, berzanjen telah menjadi salah satu bagian dari sistem perekat
dan mobilisasi sosial masyarakat, karena dilakukan secara rutin dan
berjamaah, baik di kalangan masjid-masjid dan mushala-mushala maupun di
rumah-rumah para pesertanya secara bergiliran.
1
2
Kitab Al-Barzanji yang dikarang oleh Ja‟far al-Barzanji yang terlahir
di daerah Barzinj (Kurdistan) merupakan salah satu karya sastra yang sudah
ratusan tahun dipakai namun belum ada yang menggeser lewat keindahan
kalimat-kalimat yang disusunnya sampai sekarang. Bagi yang paham bahasa
Arab, tentu untaian kata-katanya sangat indah dan memukau. Umumnya,
mereka terkesima dengan sifat-sifat Rasulullah yang memang sulit ditiru,
indah, menarik dan mengharukan (Fattah, 2008: 302). Al-Barzanji berisikan
tentang sejarah biografi Nabi Muhammad SAW, di dalamnya mengandung
keunikan gaya serta memiliki irama yang khas, penuh metafora dan simbol.
Dalam kajian sastra Arab, keunikan itu disebut al-Madaih al-Nabawiyah atau
puisi-puisi kenabian (Wargadinata, 2010: 102). Banyak penyair Arab yang
menjadikan sastra pujian sebagai bagian dari karya sastranya. Para penyair
berlomba-lomba
dalam
menciptakan
puisi
pujian,
yang
akhirnya
menjadikannya sebagai tradisi.
Karya puisi itu bukan hanya sembarang puisi, melainkan puisi pujaan
bagi Rasulullah SAW. Dalam sejarah sastra Islam, cukup banyak karya sastra
berupa puisi pujaan bagi Rasulullah yang ditulis oleh para sastrawan maupun
ulama dari masa-kemasa. Puisi-puisi pujian bagi Rasulullah lahir dengan
maksud untuk mengungkapkan kepribadian Rasul yang agung dan sempurna
dengan cara yang jelas dan mendetail. Tradisi ini lahir dari penghormatan dan
rasa cinta kaum muslimin yang begitu mendalam kepada junjungannya.
Bahkan Allah memuji dengan tegas mengungkapkan kebesaran kepribadian
3
hamba-Nya yang mulia itu dengan firman-Nya dalam Al-Qur‟an surat AlQalam ayat 4 :
   

“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti
yang agung.” (Al-Qur‟an dan terjemahnya, 2005: 451).
Dalam catatan Annemarie Schimmel, penghormatan kepada Nabi dan
perhatian kepada rincian yang paling kecil pun dari perilaku serta kehidupan
pribadinya tumbuh sejalan dengan semakin jauhnya jarak waktu kehidupan
kaum muslim dengan Nabi. Mereka ingin mengetahui lebih banyak lagi
mengenai
kepribadiannya,
pandangan-pandangannya,
dan
perkataan-
perkataannya, untuk menyakinkan mereka bahwa mereka telah mengikutinya
dengan cara yang benar (Schimmel, 1991: 52).
Pengembangan moral adalah makna lain dari tradisi pembacaan kitab
Al-Barzanji yang dilaksanakan oleh masayarakat. Dengan melakukan tradisi
ini, masyarakat lebih mengenal dan mencintai Nabinya. Kalau seseorang
sudah mengenal dan mencintai Nabinya, maka segala hal yang terkait dengan
Nabi, terutama apa saja yang dilakukan oleh Nabi, akan diikutinya. Dalam
kitab Qami‟tughyan disebutkan bahwa:
(al-Bantani, t.t: 5)
4
“Tanda orang yang mencintai Allah adalah mencintai al-Qur‟an dan tandanya
orang yang mencintai keduanya adalah mencintai Nabi dan tanda mencintai
Nabi Muhammad SAW adalah mencintai sunnah-sunnahnya.”
Berangkat dari itu, penulis termotivasi untuk mengkaji lebih lanjut
tentang nilai-nilai pendidikan kepribadian pada kitab Al-Barzanji karya Ja‟far
bin Hasan.
B. Rumusan Masalah
Sebagai basic question atau pokok masalah pada permasalahan yang
penulis angkat ini adalah:
1. Bagaimana sistematika penulisan kitab Al-Barzanji?
2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan kepribadian generasi muda dalam kitab
Al-Barzanji?
3. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan kepribadian generasi muda
dalam kitab Al-Barzanji dengan kehidupan modern saat ini?
C. Tujuan Penelitian
Sebagai konsekuensi dari pokok masalah, maka tujuan penulisan ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sistematika penulisan kitab Al-Barzanji.
2. Untuk mengetahui adanya nilai-nilai pendidikan kepribadian generasi
muda dalam kitab Al-Barzanji.
5
3. Untuk mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan kepribadian generasi
muda pada kehidupan modern saat ini.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi pengamat
pendidikan kepribadian sebagai masukan yang bermanfaat, menambah
pengetahuan dan wawasan mereka tentang keterkaitan kitab Al-Barzanji
dengan pendidikan kepribadian.
2.
Manfaat praktis
a. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi acuan bagi generasi muda
muslim yang cinta akan kegiatan berzanjen.
b. Diharapkan skripsi ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi
pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.
E. Telaah Pustaka
Untuk menghindari
terjadinya telaah pustaka pengulangan hasil
temuan yang membahas permasalahan yang sama dari seseorang baik dalam
bentuk buku, kitab, dan dalam bentuk tulisan yang lainnya, maka penulis akan
memaparkan beberapa buku yang sudah ada sebagai bandingan dalam
mengupas permasalahan tersebut sehingga diharapkan akan muncul penemuan
baru. Beberapa buku diantaranya:
6
Pertama yaitu Abu Ahmad Abdul Hamid dalam karyanya Sabil alMunji, berisi tentang komentar riwayat hidup Nabi Muhammad SAW dalam
kitab Al-Barzanji.
Kedua adalah Spiritualitas Salawat kajian Sosio-Sastra Nabi
Muhammad SAW karya DR. H. Wildana Wargadinata, LC., M. AG. Buku ini
adalah hasil penelitian tentang tradisi pembacaan al-Madaih al-Nabawiyah
(Barzanji, Diba‟, Manaqib, Burdah).
Ketiga Munyat al-Martaji fi tarjamah Maulid al-Barzanji (Harapan
Bagi Pengharap dalam Riwayat Hidup Nabi Tulisan al-Barzanji) karya Asrari
Ahmad. Berisi komentar dalam bahasa jawa tentang kehidupan Rasulullah
SAW dalam kitab Al-Barzanji.
Keempat Tradisi Orang-Orang NU karya Munawir Abdul Fattah.
Berisi tentang tradisi orang-orang NU salah satunya adalah barzanjen, hukum
berzanjen dan tradisi barzanjen dalam ritual-ritual tertentu.
Kelima ialah Maulid Nabi Menggapai Keteladanan Rasulullah SAW
karya Ahmad Muthohar. Buku ini merupakan hasil penelitian yang mengupas
tentang tradisi perayaan maulid Nabi di dunia Islam umumnya dan di
Indonesia khususnya (termasuk di dalamnya Al-Barzanji dan Diba‟).
F. Fokus Penelitian
Untuk menghindari kesalah fahaman dengan judul yang penulis ambil
maka akan dijelaskan arti dan pengertian masing-masing istilah dari judul
7
skripsi ini, sehingga penulis mengharapkan ada pemahaman yang sama antara
penulis dan pembaca dalam memaknai istilah judul yang dimaksud, yaitu:
1. Nilai pendidikan kepribadian
Nilai pendidikan kepribadian terdiri dari tiga kata, yaitu nilai, pendidikan
dan kepribadian.
a. Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia, nilai adalah:
1) harga dalam arti taksiran, misal nilai intan;
2) harga sesuatu, misalnya uang;
3) angka kepandaian;
4) kadar, mutu;
5) sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan
(Poerwadarminta, 2006: 801).
Nilai juga bisa diartikan suatu penghargaan
atau kualitas
terhadap sesuatu hal, yang dapat dasar penentu tingkah laku seseorang,
karena sesuatu atau hal yang menyenangkan, memuaskan, menarik,
berguna, menguntungkan atau merupakan suatu sistem keyakinan
(Daroeso, 1986: 20).
b. Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Marimba, 1989: 19).
c. Dalam buku Teori Kepribadian karya Yusuf, Hall dan Lindzey
mengemukakan bahwa, kepribadian dapat diartikan sebagai:
1) Keterampilan atau kecakapan sosial (social skill), dan
8
2) Kesan yang paling menonjol, yang ditunjukkan seseorang terhadap
orang lain (Yusuf, 2007: 3).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
nilai pendidikan kepribadian adalah proses perubahan dan perkembangan
tingkah laku yang ditunjukkan seseorang terhadap orang lain menuju ke
arah yang lebih baik dan sempurna.
2. Generasi Muda
Golongan
manusia
berusia
muda
(Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan, 1978: 9).
3. Kitab Al-Barzanji
Kitab Al-Barzanji adalah buku sastra yang memuat biografi dan sejarah
kehidupan Rasulullah (Fattah, 2008: 293-294). Ia ditulis sesuai dengan
setting sosial dimasanya. Sebagai karya sastra kitab barzanji perlu
mendapatkan apresiasi.
G. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kepustakaan atau library research.
Tatang M. Arifin menyebutkan bahwa penelitian literer lebih dimaksudkan
studi “kepustakaan” dan bukan studi “perpustakaan” (Arifin, 1990: 135).
Dalam arti bahwa bahan atau data-data penulisan skripsi ini diperoleh dari
penelitian buku-buku dan literatur-literatur yang berkenaan dengan topik
yang sedang dibahas. Dengan cara demikian, maka penulis akan
9
mendapatkan data-data serta informasi yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah. Dalam hal ini penulis menggunakan:
a. Library Research yaitu suatu research kepustakaan (Hadi, 1991: 9).
Penelitian ini menempuh langkah-langkah diantaranya:
1) Mencari buku-buku yang ada kaitannya dengan penulisan ini.
2) Mencari penyusunan dalam buku-buku, mulai buku pegangan
sistematis, karangan kusus dan lain-lain.
3) Menyusun catatan, kemudian dikonsultasikan atau dirujuk pada
buku yang berkaitan
b. Metode Historis
Yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui perkembangan
pemikiran tokoh yang bersangkutan, baik yang berhubungan dengan
lingkungan historis dan pengaruh di dalamnya maupun dalam
kehidupan sehari-hari (Winarno, 1989: 132).
c. Metode Analisis
Metode ini adalah dimaksudkan untuk menganalisis
bab per bab
mencari pendidikan kepribadian yang terkandung di dalam kitab “AlBarzanji”.
d. Metode Induksi
Metode ini berdasarkan pada analisis dari isi kitab tersebut, maka
penulis mengambil kesimpulan dengan metode induksi.
10
2. Metode Pengumpulan Data
Untuk membantu data, penulis menempuh langkah-langkah melalui
library research. Sumber pustaka untuk kajian ini dapat berupa teks,
seperti teks kitab suci, terjemahannya dan sumber lain yang mendukung
seperti buku-buku tentang pendidikan , ensiklopedi, filsafat, dan sejarah
Nabi. Adapun sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
a. Sumber yang bersifat primer yaitu kitab Al-Barzanji karya Ja‟far bin
Hasan.
b. Sumber data yang bersifat sekunder, yaitu yang menjadi pelengkap
dalam penelitian ini, merupakan bacaan yang ada kaitannya dengan
permasalahan dalam penelitian.
3. Metode Analisa Data
Penelitian ini merupakan serangkaian kegiatan untuk menarik
kesimpulan dari hasil kajian konsep atau teori yang mendukung dalam
penelitian ini.
Selain itu, untuk menganalisis pendidikan kepribadian dalam kitab AlBarzanji penulis juga menggunakan telaah Hermeneutika. Hermeneutika
adalah sebuah disiplin filsafat yang memusatkan kajiannya pada persoalan
pemahaman di atas pemahaman. Menurut Sukron Kamil hermeneutika
ialah pembacaan ulang (retroaktif) terhadap suatu teks seperti karya sastra
sesudah pembacaan heuristik (berdasarkan struktur bahasanya atau makna
tingkat pertama) (Kamil, 2009: 221). Sedangkan Menurut Anton Bakker,
11
Hermeneutika adalah menerjemahkan konteks pikiran zaman dahulu ke
dalam terminologi dan pemahaman yang sesuai dengan cara berfikir aktual
sekarang (Bakker, 1984: 138).
Dalam telaah hermeneutika ini, penulis menelaah isi dan mengartikan
makna yang tersembunyi dari kitab Al-Barzanji, sehingga terhindar adanya
mispersepsi atau interpretasi terhadap kandungan isi kitab tersebut.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun dan
mengolah hasil penelitian dari data serta bahan-bahan yang disusun menurut
urutan tertentu, sehingga menjadi kerangka skripsi yang sistematis. Adapun
sistematika tersebut sebagi berikut:
Pada halaman pembuka tercakup halaman judul, halaman nota
pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan,
kata pengantar dan daftar isi.
BAB I
: Pendahuluan, pada bab ini berisi: latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
telaah pustaka, fokus penelitian, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II
: Pada bab ini berisi tentang garis besar isi kitab Al-Barzanji,
dimana disitu diuraikan mengenai biografi penulis, latar
belakang penulisan kitab Al-Barzanji, dan sistematika
penulisan kitab Al-Barzanji.
12
BAB III
: Pada bab ini membahas mengenai nilai-nilai pendidikan
kepribadian dalam kitab Al-Barzanji bagi generasi muda
Islami yang meliputi nilai-nilai pendidikan kepribadian dalam
syair Al-Barzanji, karakteristik kepribadian dan proses
pembentukan kepribadian generasi muda Islami.
BAB IV
: Memuat analisis konsep tentang nilai-nilai pendidikan
kepribadian pada Al-Barzanji bagi generasi muda dewasa ini
dan relevansi konsep nilai-nilai pendidikan kepribadian
terhadap kehidupan sekarang.
BAB V
: Dalam
bab
terakhir
penulis
membuat
kesimpulan,
memberikan saran yang mana sebagai bahan masukan kepada
pembaca dan tidak lupa penulis membuat kata penutup
sebagai kata akhir dalam pembuatan skripsi ini.
13
BAB II
GARIS BESAR ISI KITAB AL-BARZANJI
A. Latar Belakang Penulis
1. Riwayat Hidup
Kitab maulid Al-barzanji (dimana masyarakat menggunakan
sebutan ini untuk menyebut secara umum kita-kitab maulud dan acara
mauludan yang membaca kitab al-Maulud) disusun oleh Ja‟far bin Hasan
bin „Abd al-Karim bin Muhammad al-Barzanji al-Kurdi (Sholikin, 2009:
59). Beliau dilahirkan pada hari Kamis awal bulan Dzulhijah tahun 1126 H
(1711 M) di Madinah Al-Munawwaroh dan wafat pada hari Selasa,
selepas Asar, 4 Sya‟ban tahun 1177 H (1766 M) di Kota Madinah dan di
makamkan di Jannatul Baqi‟. Syaikh Ja‟far al-Barzanji adalah Mufti
Syafi‟i Madinah, dan khatib masjid Nabawi Madinah, di mana seluruh
hidupnya dipersembahkan untuk kota suci Nabi ini (Sholikhin, 2010: 472).
Sayyid Ja‟far Al-Barzanji adalah seorang ulama besar keturunan
Nabi Muhammad SAW dari keluarga Sa‟adah Al-Barzanji. Keluarga
Barzanji merupakan salah satu dari keluarga yang sangat termuka di
Kurdistan bagian selatan, sebuah keluarga ulama dan syaikh tarekat
Qadiriyah (didirikan oleh Syeikh Abdul Qodir Jaelani (wafat 561 H/1166
H)) yang mempunyai pengaruh politik yang besar (Bruinessen, 1995: 95).
Selain itu keluarga Al-Barzanji juga terkenal kemasyhurannya karena
datuk-datuk Sayyid Ja‟far semuanya ulama termuka yang terkenal dengan
13
14
ilmu dan amalnya, keutamaan dan keshalihannya. Beliau sendiri
mempunyai sifat dan akhlak terpuji, jiwa yang bersih, sangat pemaaf dan
pengampun, zuhud (menghindari sesuatu yang tidak bermanfaat), amat
berpegang teguh pada Al-Quran dan sunnah, wara‟ (menjaga dan
menghindari hal-hal yang subhat), banyak berzikir, senantiasa bertafakkur,
mendahului dalam membuat kebajikan bersedekah, dan pemurah. Nama
nasabnya adalah Sayid Ja‟far ibn Hasan ibn Abdul Karim ibn Muhammad
ibn Sayid Rasul ibn Abdul Sayid ibn Abdul Rasul ibn Qalandar ibn Abdul
Sayid ibn Isa ibn Husain ibn Bayazid ibn Abdul Karim ibn Isa ibn Ali ibn
Yusuf ibn Mansur ibn Abdul Aziz ibn Abdullah ibn Ismail ibn Al-Imam
Musa Al-Kazim ibn Al-Imam Ja‟far As-Sodiq ibn al-Imam Muhammad
Al-Baqir ibn Al-Imam Zainal Abidin ibn Al-Imam Husain ibn Sayidina
Ali r.a.
Semasa kecilnya beliau telah belajar Al-Quran dari Syaikh Ismail
Al-Yamani, dan belajar ilmu tajwid serta memperbaiki bacaan dengan
Syaikh Yusuf As-So‟idi dan Syaikh Syamsuddin Al-Misri. Antara guruguru beliau dalam ilmu agama dan syariat adalah Sayid Abdul Karim
Haidar Al-Barzanji, Syaikh Yusuf Al-Kurdi, Sayid Athiyatullah Al-Hindi.
Selain itu, beliau juga belajar dengan Ulama-ulama terkenal, diantaranya
adalah:
a. Syaikh Athaallah ibn Ahmad Al-Azhari,
b. Syaikh Abdul Wahab At-Thanthowi Al-Ahmadi,
c. Syaikh Ahmad Al-Asybuli (Firmansyah, 2010: 1-2).
15
Sayid Ja‟far Al-Barzanji juga telah menguasai banyak cabang
ilmu, antara lain: Shorof, Nahwu, Manthiq, Ma‟ani, Bayan, Adab, Fiqh,
Usul Fiqh, Faraidh, Hisab, Usuluddin, Hadis, Usul Hadis, Tafsir,
Handasah, A‟rudh, Kalam, Lughah, Sirah, Qiraat, Suluk, Tasawuf, Kutub
Ahkam, Rijal, Mustholah.
Beliau terkenal bukan saja karena ilmu, akhlak dan taqwanya, tapi
juga dengan kemakbulan doanya. Penduduk Madinah sering meminta
beliau berdoa untuk turun hujan pada musim-musim kemarau. Diceritakan
bahwa suatu ketika di musim kemarau, beliau sedang menyampaikan
khutbah jumatnya, seseorang telah meminta beliau beristisqa‟ memohon
hujan. Maka dalam khutbahnya itu, beliau pun berdoa memohon hujan.
Doanya terkabul dan hujan terus turun dengan lebatnya sehingga
seminggu (http://masafirulkhoonah.blogspot.com, 14 Januari 2011).
2. Karya-Karya Ja’far bin Hasan Al-Barzanji
Ja‟far bin Hasan Al-Barzanji adalah seorang penyair yang
produktif. Banyak karya sastra, terutama syair yang telah digubahnya.
Selain produktif, beliau juga sangat menekuni kemampuan sastranya.
Terbukti, syair-syair gubahannya diakui memiliki nilai sastra yang sangat
tinggi.
Berikut ini adalah beberapa karya-karya sastra Ja‟far Al-Barzanji:
a. Syawaahidul Ghufraan „ala Jaliyal Ahzan fi Fadhaa-il Ramadhan
b. Mashaabiihul Ghurar „ala Jaliyal Kadar
c. Taajul Ibtihaaj „ala Dhau-il Wahhaj fi Israa‟ wal mi‟raj
16
d. Al birrul „Aajilu biijaabatisy Syaikh Muhammadin Ghofil
e. Jaaliyatul Kidri biasmaa-i Askhaaabi Sayyidil Malaaika wal Basyar
f. Wal Akhaduyayna Jaaliyatil Kurabi bi-Asmaa-i Sayyidil „Ajami wal
„Arabi fi Asma-il Badaryyina
g. Arraudol Mu‟tharu fiima yukhaddisy Sayyiduna Muhammad minal
Asy‟a
h. Asysyaqaaiqul Atrajiyyatufi Manaqibil Asyraafil Barzanjiyyati
i.
Al‟ariinu Liasmaa-is Sakhabatil Badariyyina
j.
Fatkhur Rahmani „Ala Ajwibatis Sayyidina Ramadhana
k. Alfaidhul Latifa bi ijaabati Naaibi sar‟is Syarifi
l.
Nahuudhul Laisa Lijawaabi Abiil Ghaisi
(http://masaafirulkhoonah.blogspot.com, 14 Januari 2011).
Beliau juga telah menulis buku yang dipersembahkan kepada
Nabi, Qishshas Al-Mi‟raj, adalah buku yang kurang dikenal secara luas di
Indonesia. Sedang karyanya yang benar-benar populer setelah kitab AlBarzanji adalah sebuah hagiografi (literatur tentang kehidupan dan
legenda) Syaikh „Abd Al-Qadir, Lujain Al-Dani fi Manaqib „Abd Al-Qadir
Al-Jilani, sebuah karya yang bahkan menembus sampai sudut-sudut yang
paling jauh di Nusantara (Bruinessen, 1995: 97).
B. Sejarah Kitab Al-Barzanji
Kitab Al-Barzanji merupakan suatu doa-doa, puji-pujian dan
penceritaan riwayat Nabi Muhammad SAW yang bisa dilantunkan dengan
17
irama dan nada. Isi Al-Barzanji bertutur tentang kehidupan Nabi Muhammad
SAW yakni silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, dewasa hingga
diangkat menjadi Rasul. Di dalamnya juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang
dimiliki Nabi Muhammad serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan
umat manusia.
Selanjutnya, umat Islam di Indonesia pada tanggal 12 Rabiul Awal
dipandang sangat penting dan mempunyai nilai sejarah tersendiri bagi umat
Islam, karena pada tanggal itulah Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Sebab
jika ditelusuri lebih jauh, Nabi Muhammad memiliki kedudukan yang sangat
istimewa di kalangan umat Islam. Menurut Scimmel mengutip pendapat dari
Arthur Jeffrey, bertahun-tahun yang lalu, mendiang Syaikh Musthafa AlMaraghi berkata dalam kunjungannya kepada kawannya, uskup Anglikan di
Mesir, bahwa penyebab penghinaan paling umum orang-orang Kristen
terhadap kaum Muslim yang dilakukan dengan tidak sengaja adalah karena
mereka sama sekali tidak dapat memahami penghargaan sangat tinggi seluruh
kaum Muslim yang ditujukan kepada Nabi mereka (Scimmel, 1991: 13).
Selain itu, tonggak sejarah umat Islam sebenarnya dimulai dari lahirnya tokoh
reformasi dunia, yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliaulah yang membebaskan
umat manusia dari kungkungan era jahiliyah menuju era pencerahan (tanwir)
di bawah naungan nilai-nilai tauhid, syura, keadilan, egalitarianisme dan
kemanusiaan (Mustaqim 2007: 37). Umat Islam merayakan hari kelahiran
sang tokoh reformasi tersebut dengan penuh semangat, sebagai bentuk
18
ekspresi rasa cinta (mahabbah) kepada Nabi dan sekaligus mengenang jas-jasa
perjuangan beliau.
Memuliakan Nabi, menghormati dan mencintai beliau, tidak dapat
dipisahkan dari lubuk hati umat Islam di seluruh dunia. Annemarie Schimmel
menceritakan fenomena penghormatan terhadap Nabi sebagai berikut:
“Sebuah copy Al-Quran, yang kemudian ditulis pada abad kedua belas,
di Iran Timur, dengan tulisan Kufi yang sederhana dan dari masa yang
belakangan, mempunyai kekhasan yang mencolok: seluruh surah ke112, mengenai pengakuan akan Keesaan Allah, ditulis dengan hurufhuruf yang kuat dan jalin-menjalin, dan pada halaman lain, kata-kata
Muhammad Rasul Allah, “Muhammad adalah utusan Allah”, seolaholah dibedakan dari yang lain-lainnya, di halaman itu dengan bentuk
kaligrafinya yang menarik perhatian. Penulis yang tak dikenal itu telah
mengungkapkan, dengan cara yang nyata, kedudukan utama Nabi
dalam agama Islam.” (Scimmel, 1991: 13).
Ungkapan penghormatan dan cinta kepada Nabi dari lubuk hati yang
paling dalam, diwujudkan dalam bentuk karya sastra yang tidak pernah kering
dalam Kesejarahan Islam. Sastra penghormatan kepada Nabi ini, kemudian
dikenal dengan jenis sastra al-madaih al-nabawiyah. Sastra ini terus
berkembang , tidak hanya di kawasan Arab dan Timur Tengah saja, melainkan
juga berkembang di negara-negara Islam non Arab seperti Turki, Pakistan, dan
bahkan Indonesia.
1. Latar Belakang Penggubahan Kitab Al-Barzanji
Historis Al-Barzanji tidak dapat dipisahkan dengan momentum
besar perihal peringatan maulid Nabi Muhammad SAW untuk yang
pertama kali yang digalakkan oleh Salahudin al-Ayyubi. Maulid Nabi
Muhammad atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada mulanya
diperingati untuk membangkitkan semangat pasukan dan umat Islam untuk
19
merebut kembali wilayah Yerusalem yang diduduki pasukan salib Eropa
(Republika, 2011: 2). Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras
mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis,
Jerman, dan Inggris.
Ada dua kondisi sosial politik yang melatar belakangi penulisan
munculnya kitab maulid pada abad ke-15. Pertama, bahwa pada abadabad ke-14 hingga ke-16 M diberbagai belahan dunia Islam sedang marak
dan berada pada puncak penyebaran tradisi maulid yang perintisnya sejak
awal abad ke-12 M. Kegiatan maulid mencapai puncak popularitasnya di
kalangan masyarakat, sehingga penguasa-penguasa pun kemudian
mengakomodasinya sebagai kegiatan resmi negara, yang salah satu
motifnya adalah kepentingan politik. Penelitian Nico Kaptein (1994)
mengenai maulid di Maghribi dan Spanyol menunjukkan bahwa budaya
maulid telah menyebar ke hampir seluruh dunia muslim, baik sebagai
bentuk budaya baru yang diilhami kaum sufi, maupun sebagai pelarian
kekecewaan politik, akibat invasi dunia barat modern ke berbagai belahan
dunia Islam. Sehingga umat Islam memerlukan api pemantik, berupa
dimunculkannya semangat kecintaan kepada Rasulullah, guna memompa
semangat perjuangan umat Islam (Sholikin, 2010: 473).
Kondisi
kedua
adalah
kemunduran
dunia
Islam,
serta
kekalahannya di medan perjuangan jihad dengan kaum Salib (dunia
Barat), yang juga mengakibatkan kekalahan sosial kultural, semenjak
jatuhnya Granada (Spanyol) dari pangkuan Islam pada tahun 1492 M.
20
Akibatnya pada kurun waktu tersebut, dimana juga merupakan tahuntahun kehidupan para penulis kitab maulid, termasuk al-Barzanji, dunia
Islam dilanda kemunduran yang sangat draktis, serta kelemahan mentalitas
perjuangan, akibat kekalahan bertubi-tubi perjuangan Islam, yang diakhiri
dengan hancurnya pusat Islam di Eropa (Spanyol) Granada oleh kaum
kristen pada tahun 1492 M, yang menandakan berakhirnya kejayaan
imperium Islam (Sholikin, 2009: 62). Tidak berapa lama kemudian,
hampir seluruh dunia Islam mengalami kolonialisasi oleh kaum KristenEropa, yang ditandai dengan pelayaran Vasco da Gama pada tahun 1498
M sampai ke India.
Kekalahan sektor politik ini, akhirnya berimbas juga pada
kekalahan penyebaran budaya, di mana kebudayaan Barat menjadi
hegemoni baru di dunia muslim. Dalam kondisi seperti itu, umat Islam
memerlukan semangat kejuangan tinggi yang bersumber pada ghirah jihad
Rasulullah. Dengan pemikiran dasar untuk membangkitkan kecintaan
kembali pada Rasulullah serta harapan untuk meneruskan perjuangan ini,
maka
muncullah karya-karya
mengenai pribadi Rasulullah yang
mengiringi kebudayaan maulidan. Sehingga akhirnya disebut sebagai
karya-karya maulid, yang kemudian dijadikan bacaan pokok saat acara
maulid digelar.
Adalah Sultan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi lahir 1137 dan wafat
4 maret 1193 di Damaskus (William, 1984: 395, 399), dimasyhurkan oleh
bangsa Eropa dengan nama “Saladin” pahlawan Perang Salib, dari kelurga
21
Ayyubiyah suku Kurdi (Sunanto: 2003: 149). Menurut Salahuddin,
semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara
mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Maka, Salahuddin
mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad
SAW, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini harus
dirayakan secara massal.
Sebenarnya hal itu bukan gagasan murni Salahuddin, melainkan
usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi yang menjadi Atabeg (setingkat
Bupati) di Irbil, suriah Utara. Untuk mengimbangi maraknya peringatan
Natal
oleh
umat
Nasrani,
Muzaffaruddin
di
Istananya
sering
menyelenggarakan peringatan maulid Nabi, cuma perayaannya bersifat
lokal dan tidak setiap tahun. Adapun Salahuddin ingin agar perayaan
maulid Nabi menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan
tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekedar perayaan ulang tahun
biasa (Ahmadfillah, 2010: 2-3).
Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah di Baghdad
yakni An-Nashir, ternyata Khalifah setuju. Maka pada musim ibadah haji
bulan Dzulhijah 579H/ 1183 M, Salahuddin sebagai penguasa Haramain
(dua tanah suci, Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada
seluruh jamaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masingmasing segera mensosialisasikan kepada masyarakat Islam di mana saja
berada, bahwa mulai tahun 580 H/ 1184 M tanggal 12 Rabi‟ul Awal
22
dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang
membangkitkan semangat umat Islam.
Pada mulanya gagasan Salahuddin ditentang oleh para ulama.
Sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula
hari raya resmi ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.
Akan tetapi Salahuddin kemudian menegaskan bahwa perayaan Maulid
Nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, yang dalam
perayaannya tidak terdapat hal-hal yang bertentangan dengan esensi ajaran
Islam, sehingga tidak dapat dikategorikan bid‟ah yang terlarang.
Salah satu kegiatan yang diprakarsai oleh Sultan Salahuddin pada
peringatan Maulid Nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 H) adalah
menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian
bagi Nabi dengan bahasa seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan
diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi
juara pertama adalah Syaikh Ja‟far Al-Barzanji.
Ternyata peringatan maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan
Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam
menghadapi perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil
menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 H) Yerussalem
direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil Aqsa
menjadi masjid kembali, sampai hari ini.
23
2. Seputar Nama Kitab Al-Barzanji
Al-Barzanji adalah buku sastra yang memuat sejarah biografi Nabi
Muhammad SAW. Nama Al-Barzanji dibangsakan kepada nama
penulisnya, yang diambil dari tempat asal keturunannya yakni daerah
Barzinj (Kurdistan). Nama tersebut menjadi populer di dunia Islam pada
tahun
1920an,
ketika
Syekh
Mahmud
Al-Barzanji
memimpin
pemberontakan Nasional Kurdi terhadap Inggris yang pada waktu itu
menguasai Irak (Dahlan, 2001: 199-200). Karya tulisnya tentang maulid
ada dua, yaitu yang dikenal di Indonesia dengan maulid Al-Barzanji natsr
dalam bentuk prosa-lirik, dan maulid Al-Barzanji nadzam dalam bentuk
puisi (Sholikin, 2010:472). Puisi adalah kata-kata yang berwazan dan
berqafiah, sedang prosa adalah kata-kata yang tidak berwazan dan tidak
berqafiah (Wargadinata, 2008: 163).
Dalam ensiklopedi Islam di Indonesia disebutkan bahwa judul
kitab Maulid karya Ja‟far Al-Barzanji adalah Qissat al-Maulid an-Nabawi
(Cerita tentang Kelahiran Nabi) (Nasution, 1992:169), sedangkan menurut
Abdul Aziz Dahlan berjudul „Iqd Al Jawahir (Kalung Permata) (Dahlan,
2001:199). Maulid karangan beliau ini adalah di antara kitab maulid yang
paling tersohor dan paling luas tersebar ke pelososok negeri Arab dan
Islam, baik di Timur maupun di Barat. Bahkan ramai kalangan Arab dan
Ajam yang menghafalnya dan mereka membacanya dalam perhimpunanperhimpunan agama
yang
munasabah.
Kandungannya
merupakan
khulashah (ringkasan) sirah nabawiyyah yang meliputi kisah kelahiran
24
beliau, masa remaja, pengutusan beliau sebagai Rasul, hijrah dan
akhlaknya beliau.
C. Sistematika Kitab Al-Barzanji
1. Seputar Aspek Redaksional
Karya Ja‟far
Al-Barzanji
merupakan biografi puitis Nabi
Muhammad SAW. Di dalam Al-Barzanji dilukiskan riwayat hidup Nabi
Muhammad SAW dengan bahasa indah dalam bentuk puisi serta prosa
(nasr) (Dahlan, 2001: 200). Bagian nasar terdiri atas 19 bagian, yang
setiap bagiannya dibatasi dengan suatu jeda (fashilat) (Muthohar, 2011:
60). Sementara, bagian puisi (nadzam) terdiri atas 16 sub bagian dengan
mengolah rima akhir “nun”.
Secara umum, kitab Al-Barzanji ditulis dengan bentuk prosa
berirama, yang setiap akhir kalimatnya diakhiri ta‟ marbuthah yang
didahului ya‟ berharakat fathah. Penulisannya menggunakan gaya
personifikasi pada beberapa sisi, dan memakai tasybih (penyerupaan) pada
beberapa sisi yang lain (Muthohar, 2011: 60). Di antara contohnya adalah
tatkala pemberian fashilah (jeda) pada setiap fragmen dalam prosanya,
dengan ungkapan „ath-thirillahumma qabrahul karim, bi „arfin syadziyyin
min shalatiw wa taslim (ya, Allah, bubuhkanlah bauan wangi pada
kuburnya yang mulia, dengan bauan mewangi salawat dan salam sejahtera)
(Muhammad, t.t: 10). Beliau meminjam makna salawat salam dari kata
wangi.
25
Dalam untaian prosa lirik Al-Barzanji, terdapat keterpukauan sang
penyair oleh sosok dan kepribadian Sang Nabi. Dalam puisi (nadzam)
misalnya, antara lain diungkapkan sapaan kepada Nabi Pujaan” Engkau
mentari, Engkau rembulan dan Engkau cahaya diatas cahaya”.
Sarjana Jerman peneliti Islam, Annemarie Schimmel dalam
bukunya, Dan Muhammad adalah Utusan Allah: penghormatan terhadap
Nabi SAW dalam Islam (1991), menerangkan bahwa teks asli karangan
Ja‟far Al-Barzanji, dalam bahasa Arab, sebetulnya berbentuk prosa.
Namun kemudian penyair-penyair sering mengubahnya menjadi puisi
(Scimmel, 1991: 214).
Salah satu hal yang mengagumkan sehubungan dengan karya Ja‟far
Al-Barzanji adalah bahwa karya tulis ini tidak berhenti pada fungsinya
sebagai bahan bacaan. Dengan segala potensinya, karya ini kiranya telah
ikut membentuk tradisi dan mengembangkan kebudayaan sehubungan
dengan cara umat Islam diberbagai negeri menghormati sosok dan
perjuangan Nabi Muhammad SAW. Selain itu, kitab Al-Barzanji ditulis
juga untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW dan
agar umat Islam meneladani kepribadian beliau. Sebagaimana yang
disebutkan dalam Al-Qur‟an Surat Al-Ahzab ayat 21:
    



   


   
26
Artinya : “sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (Al-Qur‟an dan terjemahnya, 2005: 336).
2. Sistematika Penulisan Al-Barzanji
Qashidah Barzanji atau Barzanjen merupakan ciptaan Ja‟far ibn
Hasan al-Barzanji. Qashidah ini terdiri dari dua karya: pertama, syi‟iran
maulid yang kira-kira berjumlah hampir 200 bait, dan kedua, sebuah
kombinasi antara syair dan prosa yang diberi nama Jawahir „Iqd dan alBurud (Adib, 2009: 4). Qasidah tersebut sangat menarik perhatian para
pembaca atau pendengarnya, apalagi yang memahami arti dan maksudnya.
Secara garis besar sistematika kitab Al-Barzanji adalah sebagai
berikut:
BAB I
: Prolog
BAB II
: Silsilah Nabi Muhammad SAW.
BAB III
: Tanda-tanda kelahiran Nabi Muhammad SAW
BAB IV
: Kelahiran Nabi Muhammad SAW
BAB V
: Keadaan Nabi Muhammad SAW lahir
BAB VI
: Berbagai peristiwa yang terjadi ketika kelahiran Nabi
Muhammad SAW
BAB VII
: Pada masa bayi Nabi Muhammad SAW
BAB VIII
: Masa kanak-kanak Nabi Muhammad SAW
BAB IX
: Masa remaja Nabi Muhammad SAW
BAB X
: Pernikahan Nabi Muhammad dengan Khadijah
27
BAB XI
: Peletakan Hajar Aswad oleh Nabi Muhammad SAW
dengan kaum Quraisy
BAB XII
: Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul
BAB XIII
: Nabi Muhammad SAW berdakwah
BAB XIV
: Nabi Muhammad SAW Isra‟ Mi‟raj
BAB XV
: Nabi Muhammad menyatakan kerasulannya pada kaum
Quraisy
BAB XVI
: Nabi Muhammad hijrah ke Madinah
BAB XVII
: Kepribadian Nabi Muhammad SAW
BAB XVIII
: Akhlak Nabi Muhammad SAW
BAB XIX
: Penutup
3. Kandungan Syair Al-Barzanji
Syekh Ja‟far mengawali kitab Al-Barzanji dengan ungkapan “surga
dan segala kenikmatannya adalah merupakan kebahagiaan bagi orang yang
bersalawat dan bermohon kesejahteraan serta berkah atasnya (nabi)”
(Muhammad, tt.: 7). Hal ini dimaksudkan untuk mendorong para pembaca
agar selalu membaca salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai ungkapan cinta atasnya. Seperti kitab-kitab agama pada umumnya,
penulis kitab ini juga menyampaikan ungkapan puji syukur kepada Allah,
salawat salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para
sahabatnya, serta diakhiri dengan memohon pertolongan kepada Allah.
Pada awal kitab ini, dituturkan silsilah Nabi Muhammad SAW.
Yakni, Nabi Muhammad SAW bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin
28
Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushoy bin Kilab bin Murrah bin Ka‟ab bin
Lu-ai bin Ghalib bin Fihr (Quraisy) bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin
Huzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma‟ad bin
Adnan. Yang disebut terakhir ini merupakan anak turun Nabi Ismail bin
Ibrahim.
Setelah itu, Syekh Ja‟far menuturkan dua ikat syair yang
menegaskan keagungan silsilah Nabi Muhammad SAW. Pada bagian
selanjutnya digambarkan, nur Nabi Muhammad SAW berpindah ke rahim
Aminah. Kala itu, terjadi fenomena unik yang sebelumnya tidak pernah
terjadi; tanah gersang menjadi subur, binatang-binatang berucap, langit
cerah, buah-buahan segera masak, hingga singgasana kerajaan-kerajaan
kafir runtuh berantakan.
Dalam mimpinya, Aminah mendengar Hatif (suara tanpa bentuk)
yang menyatakan bahwa ia sedang mengandung calon junjungan seluruh
alam dan makhluk terbaik yang pernah ada. Dia pun diperintahkan agar –
ketika lahir nanti-
janin itu diberi nama Muhammad. Ketika usia
kehamilan dua bulan ayahnya meninggal dunia di Madinah dalam
perjalanan mengunjungi keluarganya dari Bani Adiy, suku Najjar. Dan
ketika genap berusia sembilan bulan, Maryam dan Asiyah mendatangi
Aminah bersama bidadari dari surga.
Malam kelahiran Nabi Muhammad SAW digambarkan dengan amat
heroik. Langit diperketat penjagaannya, bintang melempari setan yang
hendak naik ke atas, bintang Zuhrah memberi hormat dan menerangi tanah
29
Haram. Sebaliknya, gedung di kota Madain (Persia) luluh lantak.
Demikian juga empat belas anjungan dan singgasana Raja Anusyarwan.
Sementara api sesembahan di negeri-negeri jajahan kerajaan Persi, padam.
Beliau dilahirkan di Mekkah pada tanggal 12 Rabi‟ul Awwal Tahun
Gajah. Pasca kelahiran, Nabi Muhammad SAW disusui oleh ibunya
beberapa hari saja. Selebihnya, Tsuwaybatul Aslamiyah, budak yang
dimerdekakan Abu Lahab saat kelahiran Nabi Muhammad SAW. yang
sebelumnya menyusui Hamzah (paman Nabi Muhammad SAW). Setelah
Tsuwaybah, tugas menyusui Nabi diambil Halimah.
Ketika berumur tiga bulan, beliau sudah pandai berdiri tegak, dan
setelah berumur lima bulan sudah pandai berjalan sendiri, dan sesudah
berumur sembilan bulan sudah lancar berbicara dengan fasih (Muhammad,
tt.: 39). Nabi Muhammad SAW sempat ditemui dua malaikat yang
membedah dan membersihkan hatinya.
Saat berusia empat tahun, beliau diajak pergi ke Madinah oleh
ibunya bersama Ummu Aiman (budak yang dimerdekakan Abdullah, ayah
Nabi Muhammad SAW). Di tengah perjalanan, tepatnya di Desa Abwa‟
sang Ibu meninggal dan kemudian dikebumikan di sana. Selepas lima hari
bersama ummu aiman, Nabi Muhammad SAW diasuh oleh sang kakek.
Tak lama kemudian, kakaeknya meninggal. Kemudian Nabi Muhammad
SAW diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.
Ketika berumur dua belas tahun, Abu Thalib mengajak Nabi
Muhammad SAW berdagang ke Syam. Di perjalanan, keduanya bertemu
30
seorang pendeta Buhaira yang mengabarkan kenabian Muhammad SAW,
berdasarkan kabar yang ditemukannya dalam kitab-kitab samawi. Atas
petunjuk pendeta itu pulalah, demi keamanan Nabi Muhammad SAW,
keduanya kembali ke Makah.
Setelah berumur dua puluh lima tahun, Nabi Muhammad SAW
memperdagangkan barang milik Khadijah ke Busro (Syam). Dalam
perjalanan dagang itu beliau ditemani Maisarah, pembantu kepercayaan
Khadijah terjadilah keajaiban; pohon meneduhkan dahannya untuk Nabi
Muhammad SAW yang duduk di bawahnya. Dan ketika bertemu Pendeta
Nasthura, Maisarah diberitahu perihal jati diri Nabi Muhammad SAW
kelak.
Semua yang dialami lantas diceritakan kepada Khadijah. Karenanya,
Khadijah kian mantap untuk menjalin hidup bersama Nabi Muhammad
SAW. Tawaran pun diajukan. Berdasar pertimbangan paman-pamannya,
Nabi Muhammad SAW yang diwakili Abu thalib menyetujui tawaran itu.
Kecuali Ibrahim yang lahir dari rahim Mariyah Al-Qibtiyyah dari
Khadijah inilah semua keturunan Nabi Muhammad SAW kelak berasal.
Dalam kitab ini, dituturkan bagaimana keutamaan Nabi Muhammad
SAW saat menyelamatkan Makah dari pertumpahan darah lantaran konflik
penempatan Hajar Aswad pasca banjir saat beliau berusia tiga puluh lima
tahun.
Usia empat puluh tahun beliau diangkat menjadi Rasul. Dan
menerima wahyu pertama kali di gua Hira‟ , pada hari senin tanggal 17
31
Ramadhan. Wahyu yang pertama adalah Surah Al-„Alaq:1-5, Di mana saat
itu, Jibril tiba-tiba muncul dan memeluk tubuh Nabi Muhammad SAW
seraya berkata “Bacalah”. Tiga tahun atau tiga puluh bulan pasca bertemu
Jibril itu, turunlah wahyu yang ke dua yaitu Surah Al-Mudatstsir 1-6.
Beberapa orang yang masuk Islam paling awal adalah Abu Bakar
Shidiq, Ali bin Aabu Thalib, Khadijah, Zaid bin Haritsah, Bilal bin Rabah,
Utsman bin „Affan, Sa‟ad bin Abi Waqqash, Sa‟id bin Zaid, Thalhah bin
„Ubaidillah, Abdurrahman bin auf, dan Zubair bin Awwam.
Setelah posisi umat Islam (sedikit) kuat, ditandai dengan turunnya
ayat ke-94 surah Al-Hijr, dimulailah dakwah secara terang-terangan.
Dakwah ini mendapat tantangan dari kaum Quraisy, sehingga pada tahun
ke-5, umat Islam hijrah ke Habasyah.
Dalam ancaman yang sedemikian hebat, Abu Thalib tetab semangat
membantu Nabi Muhammad SAW. Hingga akhir hayat, 15 Syawal tahun
ke-10 pasca kenabian. Tiga hari sepeninggal pamannya, Khadijah pun
meninggal. Dengan tiadanya kedua orang ini, kesempatan
besar bagi
kaum Quraisy untuk melakukan beraneka ragam penganiayaan terhadap
beliau dan umat Islam lainnya. Beliau kemudian ke Thaif untuk
menyerukan Islam kepada kaum Bani Tsaqif, tetapi belum berhasil.
Sebelum Nabi Muhammad Hijrah ke Madinah beliau di isra‟
mi‟rajkan oleh Allah. Orang-orang yang percaya di antaranya adalah Abu
Bakar Ash-Shiddiq. Sedangkan yang ragu adalah sebagian umat Islam dan
kaum kafir Quraisy.
32
Untuk kejayaan missi Islam yang dibawanya, lalu beliau
mengatakan terus terang tentang ke-Rasulannya kepada seluruh suku
Quraisy dengan memanfaatkan momen haji untuk berdakwah. Pada
gelombang pertama, tercatat enam orang sahabat anshar yang menyatakan
keimanannya. Tahun berikutnya, semakin banyak yang memeluk agama
Islam. Dari sinilah, Nabi Muhammad SAW mendapatkan suaka politik
dari dua suku Aus dan Khazraj. Akhirnya, Nabi Muhammad SAW hijrah
dari Makah ke Madinah.
Di bagian akhir kitab Al-Barzanji disebutkan beberapa sifat Nabi
Muhammad SAW, misalnya beliau sangat pemalu, tawadhu‟, bersedia
menjenguk orang sakit dan lain-lain. Pengungkapan sifat-sifat ini adalah
agar Nabi Muhammad SAW menjadi suri teladan bagi umatnya.
Kemudian, kitab ini ditutup dengan sebuah doa yang di tulis dalam bentuk
prosa berirama sajak.
33
BAB III
NILAI DAN TUJUAN PENDIDIKAN KEPRIBADIAN GENERASI MUDA
DALAM KITAB AL- BARZANJI
A. Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian dalam Kitab Al-Barzanji
1. Pengertian Pendidikan Kepribadian
Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan to educate yang
berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual (Suwarno, 2006: 19).
Secara terminologis, pendidikan merupakan proses perbaikan, penguatan
dan penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi manusia
(Roqib, 2009: 15). Menurut Suwarno mengutip pendapat George F.
Kneller, pendidikan memiliki arti luas dan sempit. Dalam arti luas,
pendidikan
diartikan
sebagai
tindakan
atau
pengalaman
yang
mempengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemampuan watak
individu.
Dalam
arti
sempit,
pendidikan
adalah
suatu
proses
menstransformasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan dari
generasi ke generasi, yang dilakukan oleh masyarakat melalui lembagalembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan tinggi, atau lembagalembaga lain (Suwarno, 2006: 20).
Sedangkan John S. Brubacher dalam buku Dasar-Dasar Ilmu
Pendidikan karya Suwarno, mengemukakan bahwa pendidikan adalah
proses pengembangan potensi kemampuan, dan kapasitas manusia yang
mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan
33
34
kebiasaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan alat (media) yang
disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk
menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan (Suwarno, 2006: 20).
Apabila istilah pendidikan tersebut dikaitkan dengan Islam maka
para ulama Islam memiliki pandangan yang lebih lengkap sebagaimana
pandangan Ahmad Dahlan dalam buku Filsafat Pendidikan Islam
Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis karya Nizar, beliau berpendapat
bahwa pendidikan Islam adalah usaha membentuk manusia muslim yang
berbudi pekerti luhur, „alim dalam agama, luas pandangan dan paham
masalah ilmu keduniaan, serta berjuang untuk kemajuan masyarakat
(Nizar, 2002:107). Senada dengan Ahmad Dahlan, Ahmad D. Marimba
memberikan pengertian Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Marimba, 1989:
19). Hal ini berarti bahwa pendidikan Islam merupakan upaya pembinaan
pribadi muslim sejati yang bertaqwa, baik sebagai „abd maupun khalifah fi
al-ardh.
Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan
mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada
padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (Insan kamil) sesuai
dengan norma Islam (Achmadi, 2005: 28-29). Konsep manusia seutuhnya
dalam pandangan Islam dapat diformulasikan secara garis besar sebagai
35
pribadi muslim yakni manusia yang beriman dan bertaqwa serta memiliki
berbagai kemampuan yang teraktualisasi dalam hubungannya dengan
Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya secara baik,
positif dan konstrutif.
Dari berbagai ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah upaya seseorang untuk mengembangkan potensi agar dapat
meningkatkan kualitas kehidupan pribadi seseorang.
Istilah “kepribadian (personality)” berasal dari kata latin persona
yang berarti topeng (Hurlock, 1989: 236). Topeng merupakan tutup muka
yang sering digunakan oleh pemain-pemain panggung. Maksud dari
penggunaan istilah ini adalah untuk menggambarkan perilaku, watak, atau
pribadi seseorang yang dalam manifestasinya kehidupan sehari-hari tidak
selalu membawakan dirinya sebagaimana adanya, melainkan selalu
menggunakan tutup muka dengan tujuan untuk menutupi kelemahannya.
Di samping itu, kepribadian juga sering diartikan atau dihubungkan
dengan ciri-ciri tertentu yang menonjol pada diri individu. Dalam
kehidupan sehari-hari, kata kepribadian digunakan untuk menggambarkan:
a. Identitas diri atau jati diri seseorang.
b. Kesan umum seseorang tentang diri individu atau orang lain.
c. Fungsi-fungsi kepribadian yang sehat atau bermasalah.
Dalam buku Teori Kepribadian karya Yusuf LN., Woodwort
mengemukakan bahwa kepribadian merupakan kualitas tingkah laku total
individu” (Yusuf LN., 2008: 3). Sedangkan Dra. I.L. Pasaribu berpendapat
36
bahwa
kepribadian merupakan segala corak perilaku manusia yang
terhimpun dalam dirinya dan yang digunakan untuk bereaksi serta
menyesuaikan dirinya terhadap segala rangsang, baik yang datang dari
lingkungan (dunia luarnya), maupun yang berasal dari dirinya sendiri
(dunia dalamnya) (I.L Pasaribu, 1984: 226).
Menurut disiplin ilmu psikologi, pengertian kepribadian dapat
diambil dari rumusan beberapa teoris kepribadian terkemuka. Pandangan
George Kelly dalam buku Teori-Teori Kepribadian karya Koswara
memandang kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam
mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya (Koeswara, 1991:11).
Senada dengan pendapat George Kelly, Dalam buku Teori Kepribadian
karya Simandjuntak, Allport mengartikan kepribadian yaitu:
“personality is the dynamic organization within the individual of
those psychophysical system, that determines his unique
adjustment to his environment (kepribadian adalah suatu
organisasi yang dinamis dari sistem psikofisis dalam individu
yang menentukan keunikan penyesuaian diri terhadap
lingkungan) (Simandjuntak, 1984: 95).
Pengertian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Organisasi, yang menekankan pemolaan bagian-bagian struktur
kepribadian yang independen, yang masing-masing bagian tersebut
mempunyai hubungan khusus satu sama lain.
b. Dinamis,
menunjukkan hubungan yang saling
mempengaruhi.
Kepribadian itu tumbuh dan berkembang di mana faktor tertentu
mempengaruhi kepribadian tersebut.
37
c. Sistem psikofisis, merupakan keseluruhan fisik-psikologis yang
dimiliki seseorang. Faktor fisik antara lain, bentuk tubuh, proses
pisiologis, faktor genita. Sedangkan faktor psikologis merupakan
perasaan, pengamatan, intelegensi minat, motivasi.
d. Unik, yang merujuk kepada keragaman tingkah laku individu sebagai
ekspresi dari pola sistem psikofisiknya.
Berdasarkan pengertian sebagaimana dikemukakan di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa kepribadian adalah keseluruhan pola (bentuk)
tingkah laku, budi pekerti, sifat-sifat, kebiasaan, kecakapan bentuk tubuh
serta unsur-unsur psiko-fisik lainnya yang selalu menampakkan diri dalam
kehidupan seseorang.
Bila konsep kepribadian di atas ditarik sesuai bangunan Islam, maka
yang dimaksud kepribadian muslim ialah kepribadian yang seluruh aspekaspeknya yakni baik tingkah laku luarnya, kegiatan-kegiatan jiwanya,
maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian
kepada Tuhan penyerahan diri kepada-Nya (Marimba, 1989: 68).
Sedangkan menurut Ibnu Husein, kepribadian seorang muslim adalah
gambaran budi pekerti dan amal baktinya, atau dengan kata lain budi dan
amal bakti seseorang itulah gambaran kepribadiannya (Husein, 2004: 8).
Dengan kata lain, kepribadian muslim berkecenderung kepada pengabdian
diri dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT baik sikap
lahiriyah maupun sikap batiniahnya. Segala niat amal perbuatannya
hanyalah karena Allah dan memang dalam pengawasan Allah SWT.
38
Dari penjelasan di atas menggiring pemahaman bahwa istilah
pendidikan kepribadian dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha atau
proses perubahan dan perkembangan budi pekerti manusia menuju ke arah
yang lebih baik dan sempurna.
2. Nilai Pendidikan Kepribadian dalam Syair Al-Barzanji
Setelah mengetahui kandungan kitab Al-Barzanji sebagaimana
disebutkan pada bab sebelumnya dan dengan berpijak dari pendapat Dra.
I.L. Pasaribu di atas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan
kepribadian dalam kitab Al-Barzanji terdiri dari:
a. Kepribadian dalam kaitannya dengan pengendalian diri.
Kepribadian dalam kaitannya dengan pengendalian diri dalam kitab AlBarzanji adalah:
1) Kesabaran menghadapi cobaan
Artinya: “Seruan beliau ini diimbangi oleh kaum musyrikin dengan
permusuhan terbuka dan penganiayaan terhadap para
sahabatnya.” (Muhammad, tt.: 67).
Artinya: “Pada tanggal 15 Syawwal tahun kesepuluh dari
kenabian. Pamannya yang bernama Abu Thalib meninggal dunia,
dan dengan sepeninggalnya itu bertambah besar pula penghinaan
dan penganiayaannya.” (Muhammad, tt.: 67).
39
Artinya: “Tiga hari kemudian, menyusul lagi Khadijah wafat dan
makin meningkat lagi bencana yang pasti dihadapi kaum
muslimin.” (Muhammad, tt.: 69-70).
Artinya: “Kesempatan besar bagi kaum Quraisy untuk melakukan
beraneka ragam penganiayaan.” (Muhammad, tt.: 70).
Aspek nilai kesabaran menghadapi cobaan dalam kitab AlBarzanji terdapat pada bab XIII halaman 54-56. Syair pada bab
tersebut menjelaskan kesabaran Nabi Muhammad SAW dalam
berdakwah, mengajak kaumnya memeluk Islam meskipun kaum
musyrikin berusaha menghalang-halanginya. Selain itu, diceritakan
pula kesabaran Nabi Muhammad ketika beliau ditinggal oleh dua
orang yang begitu berarti dalam hidupnya, yaitu pada tanggal 15
Syawal tahun kesepuluh dari kenabian , pamannya yang bernama
Abu Thalib meninggal dunia.
Tidak
lama
setelah
kepergian
pamannya,
Khadijah
merupakan istri beliau yang menjadi sumber ketenangan, hiburan,
dan curahan kasih sayang, wafat. Dengan sepeninggalannya dua
tokoh terpandang itu
Abu Thalib dan Khadijah
maka
kesempatan besar bagi kaum musyrikin untuk melakukan beraneka
ragam penghinaan dan penganiayaan yang bertujuan menghalanghalangi dakwah Nabi Muhammad SAW. Meskipun demikian,
beliau tetap sabar dan tetap mendakwahkan Islam.
Sabar adalah sikap mulia yang disukai oleh Allah SWT,
dengan kesabaran seseorang tidak akan menjadi lemah jiwa.
40
Semangatnya akan selalu kuat dan tidak mudah putus asa. Dan
kesabaran merupakan bagian dari bukti taqwa serta iman
seseorang. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur‟an surat AlImran ayat 146:



  











  



Artinya: “Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersamasama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang
bertakwa. mereka tidak menjadi lemah karena bencana
yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan
tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai
orang-orang yang sabar.” (Al-Qur‟an dan terjemahnya,
2005: 54).
Menurut Wahid Ahmadi dalam bukunya Risalah Akhlak,
kesabaran terdiri dari tiga hal, yaitu sabar dalam ketaatan kepada
Allah,
sabar
untuk
meninggalkan kemaksiatan dan sabar
menghadapi ujian dari Allah (Ahmadi, 2004: 86, 88, 90).
Pertama, sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan
ketaatan kepada Allah membutuhkan kesabaran karena secara
tabiatnya jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat
ketaatan. Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat Maryam ayat 65:




41






   
“Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang
ada di antara keduanya, Maka sembahlah Dia dan berteguh
hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui
ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah).” (AlQur‟an dan terjemahnya, 2005: 247).
Penggunaan kata Ishthabir dalam ayat di atas menunjukkan
bahwa dalam beribadah diperlukan kesabaran yang berlipat ganda
mengingat banyaknya rintangan baik dari dalam maupun dari luar
diri.
Ditinjau
dari
penyebabnya,
terdapat
tiga
hal
yang
menyebabkan insan sulit untuk sabar, yaitu malas, bakhil (kikir),
karena keduanya (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.
Kemudian untuk dapat merealisasika kesabaran dalam ketaatan
kepada Allah diperlukan beberapa hal, yaitu:
a) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki
niat, yaitu keikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi
riya‟.
b) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar tidak melupakan
Allah di tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak merasa
malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya.
c) Kondisi ketika telah selesai melakukan ibadah, yaitu untuk
tidak membicarakan ibadah yang dilakukannya supaya
diketahui atau dipuji orang lain.
42
Kedua,
Sabar
dalam
meninggalkan
kemaksiatan.
Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang
besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk
dilakukan, seperti ghibah, dusta, memandang sesuatu yang haram
dan sebagainya. Karena kecenderungan jiwa insan, suka pada halhal yang buruk dan menyenangkan. Dan perbuatan maksiat identik
dengan hal-hal yang menyenangkan.
Ketiga, sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah,
seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi ataupun
inmateri, misalnya kehilangan harta, kehilangan orang yang
dicintai dan sebagainya.
2) Amanah
Aspek nilai amanah pada kitab Al-Barzanji terdapat pada
bab X halaman 49-50. Menceritakan tentang amanat pendeta
Nasthura kepada Maisarah agar menjaga dan melindungi Nabi
Muhammad ketika mendampingi perjalanan Rasulullah ke negeri
Busra (Syam) untuk memperdagangkan harta Khadijah. Pendeta
Nasthura telah melihat adanya tanda-tanda kenabian Rasulullah
SAW ketika beliau beristirahat di bawah pohon kayu di dekat
gereja
Nasthura.
Setelah
kembali
ke
Mekkah,
Maisarah
melaporkan seluruhnya kepada Khadijah tentang peristiwa yang
terjadi selama dalam perjalanan dan melaporkan wasiat yang
sebelumnya telah disampaikan oleh pendeta Nasthura.
43
Artinya: “sesudah itu, Maisarah melaporkan seluruhnya kepada
Khadijah tentang peristiwa yang terjadi selama dalam
perjalanan.” (Muhammad, tt.: 52).
Artinya: “dan melaporkan wasiat yang telah disampaikan oleh
pendeta Nasthura itu.” (Muhammad, tt.: 52).
Dari bait di atas dapat dipetik nilai pendidikan kepribadian
yang berupa nilai amanah. Pribadi generasi muda muslim dapat
dicirikan dengan sifat amanah. Pemuda yang terpercaya karena
memegang amanah, mempunyai nurani yang hidup serta hati yang
bersih. Dapat menjalin interaksi yang baik dengan semua manusia,
menjaga kehormatan diri, kemuliaan, dan hak-hak orang lain.
Bersikap teguh, menjunjung tinggi kepercayaan yang diberikan
orang lain kepada dirinya, sehingga orang lain menaruh harapan
dan kepercayaan kepadanya. Firman Allah dalam Al-Qur‟an surat
An-Nisa‟ ayat 58:




  
 
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya.” (Al-Qur‟an
dan terjemahnya, 2005: 69).
3) Tawadhu‟
Aspek nilai tawadhu‟ dalam kitab Al-Barzanji terdapat pada bab 18
halam 62 – 63,
44
Artinya:“Nabi SAW. adalah orang yang bersangatan malu, dan
tawadhu‟, mau memperbaiki kasutnya sendiri, dan mau
menambal pakainnya yang sobek, dan mau memerah
biri-biri, dan mau membantu keperluan dalam rumah
tangganya.” (Muhammad, tt.: 91-92).
Artinya: “menyukai orang yang mulia, dan menghormati orang
utama, juga mau bersenda gurau dengan sahabatsahabatnya. Beliau tidak pernah bersabda melainkan
yang benar, dan justru Allah SWT menyukai dan rela
kepadanya.” (Muhammad, tt.: 95).
Nabi Muhammad SAW adalah sosok teladan yang tinggi
dalam masalah ketawadhu‟an. Aspek nilai ketawadhu‟an pada bait
di atas yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad ialah beliau
bersedia memperbaiki terompahnya sendiri, menambal pakaiannya
yang sobek, bersedia memerah biri-biri, bersedia membantu
keperluan dalam rumah tangganya.
Tanda orang yang tawadhu‟ adalah di saat seseorang
semakin bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula sikap
tawadhu‟ dan kasih sayangnya. Dan semakin bertambah amalnya
maka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya. Selain
itu, jika bertambah usianya maka semakin berkuranglah ketamakan
nafsunya,
apabila
bertambah
hartanya
maka
bertambahlah
kedermawanan dan kemauannya untuk membantu sesama. Dan
45
setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya maka
semakin dekat dengan manusia dan berusaha untuk menunaikan
berbagai kebutuhan orang lain serta bersikap rendah hati kepada
orang lain. Allah telah menegaskan kepada manusia untuk
senantiasa bersikap tawadhu‟ dan menjauhi sikap sombong.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Furqan ayat
63:


  
  
 
  
Artinya:“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu
(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan
rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan.” (Al-Qur‟an dan terjemahnya:
2005: 63).
Sikap tawadhu‟ terhadap sesama manusia adalah sifat mulia
yang lahir dari kesadaran akan ke-Maha Kuasaan Allah SWT atas
segala hamba-Nya. Orang yang tawadhu‟ menyadari bahwa apa
saja yang dimiliki merupakan karunia Allah SWT. Allah SWT
berfirman:
    
     
  
Artinya : “dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari
Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh
kemudharatan, Maka hanya kepada-Nya-lah kamu
46
meminta pertolongan.” (QS.An-Nahl: 53) (Al-Qur‟an
dan terjemahnya, 2005: 218).
4) Kesederhanaan
Aspek nilai kesederhanaan dalam kitab Al-Barzanji terdapat pada
bab 18 halaman 63:
Artinya: “(Nabi Muhammad) mau berkendaraan unta, kuda,
bighal, dan keledai dari hadiah sebagian raja-raja.”
(Muhammad, tt.: 93-94).
Artinya: “Jika perutnya lapar, maka disumbatnya dengan batu,
padahal kunci gedung perbendaharaan bumi berada
ditangannya.” (Muhammad, tt.: 94).
Artinya: “dan Gunung-gunungpun bersedia menjadi emas untuk
keperluannya, namun beliau juga enggan menerimanya.”
(Muhammad, tt.: 94).
Agama Islam menganjurkan agar umatnya senantiasa hidup
sederhana dalam semua tindakan, sikap, dan amal. Islam adalah
agama yang berteraskan nilai kesederhanaan yang tinggi.
Kesederhanaan adalah satu ciri yang umum bagi Islam dan salah
satu kepribadian utama yang membedakan dari umat yang lain. Ini
selaras dengan firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 143:





47
....




Artinya: “dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat
Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi
saksi atas (perbuatan) manusia.” (QS. Al-Baqarah:143)
(Al-Qur‟an dan terjemahnya, 2005: 17).
Atas prinsip inilah, maka umat Islam yang sejati merupakan
umat yang adil dan sederhana. Umat Islam dijadikan umat yang
adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi saksi atas perbuatan
orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di
akhirat.
Satu perkara yang harus disadari sebagai umat Islam yaitu
konsep sederhana meliputi aqidah (keyakinan), aspek ibadah dan
cara melaksanakannya, akhlak dan cara hidupnya, berinteraksi
antar sesama dan segala sesuatu yang menyentuh persoalan
kehidupan dunia.
Kesederhanaan adalah budaya yang telah diterapkan oleh
Rasulullah SAW. Budaya sederhana senantiasa mendaulatkan prinsip
keadilan serta kemanusiaan inilah yang membentuk generasi muda
Islam yang begitu mantap dan berkualitas.
b. Kepribadian dalam kaitannya dengan orang lain.
Kepribadian dalam kaitannya dengan orang lain dalam kitab AlBarzanji meliputi :
1) Pemaaf
Aspek nilai pemaaf dalam kitab Al-Barzanji terdapat pada bab 15
halaman 59:
48
Artinya: “ di tengah jalan, ternyata dihadang oleh Suraqah. Maka
beliau berdoa kepada Allah SWT memohon kesalamatan
dari padanya.” (Muhammad, tt.: 82).
Artinya: “ seketika itu juga, keempat kaki kendaraannya terbenam
ke dalam bumi yang keras.” (Muhammad, tt.: 82).
Artinya: “ maka Suraqah minta maaf dan keselamatan kepada
Nabi SAW sedangkan beliau sendiri juga memaafkannya
dan terus dia masuk Islam.” (Muhammad, tt.: 82).
Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap
kesalahan orang lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan
untuk membalas. Tindakan memberi maaf sebaiknya diikuti dengan
tindakan berlapang dada. Seperti yang diceritakan pada bait di atas,
yaitu ketika Nabi Muhammad melakukan perjalanan hijrah ke
madinah,
beliau
dihadang
oleh
Suraqah
yang
hendak
mencelakainya, namun dengan izin Allah unta yang dinaiki
Suraqah masuk kedalam tanah sebelum berhasil mencelakai Nabi
Muhammad, Suraqah kemudian meminta maaf kemudian beliau
pun memaafkannya.
Dalam Islam, mampu memaafkan kesalahan orang lain
merupakan salah satu ciri orang yang bertaqwa (muttaqin). Allah
SWT berfirman:







49
 




  





   

Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu
dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi
yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.
Yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di
waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.” (QS. Al-Imran: 133-134) (Al-Qur‟an dan
terjemahnya, 2005: 53).
2) Bermusyawarah
Aspek nilai bermusywarah dalam kitab Al-Barzanji terdapat pada
bab 10 halaman 50:
Artinya: “kemudian Khadijah melamarkan dirinya, dengan maksud
agar ia dapat merasakan bau iman dan kesegarannya”
(Najieh, tt.: 63).
Artinya: “Maka beliau memberitahukan maksud khodijah itu
kepada paman-pamannya untuk dimintai pertimbangan.”
(Najieh, tt.: 63).
Dalam bait di atas menjelaskan tentang pentingnya
bermusyawarah terkait dengan persoalan yang dihadapi oleh
50
manusia. Menurut Taufiq asy-Syawi dalam buku Kuliah Akhlaq
karya Yunahar Ilyas, musyawarah mempunyai martabat sesudah
ibadah terpenting, yaitu salat, sekaligus memberikan pengertian
bahwa
musyawarah
merupakan
salah
satu
ibadah
yang
tingkatannya sama dengan salat dan zakat (Ilyas, 2007:230).
Bermusyawarah merupakan karakteristik dasar seorang
muslim. Kepribadiannya seseorang tidak akan sempurna tanpa ada
kemauan untuk mendengarkan pendapat orang lain. Dalam
pandangan Islam, musyawarah memiliki kedudukan yang sangat
penting. Nilai penting dari musyawarah antara lain:
Pertama, salah satu prinsip penting dalam ajaran Islam
yang sangat ditekankan oleh Allah, karena hal ini merupakan
bagian yang sangat penting dari ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah
merupakan salah satu bukti dari iman.
Kedua, prinsip jalan tengah dari segala perbedaan pendapat,
yakni prinsip keseimbangan antara kehendak individu dengan
kehendak bersama.
3) Menyayangi dan mengasihi orang yang lemah.
Aspek nilai menyayangi dan mengasihi orang yang lemah dalam
kitab Al-Barzanji terdapat pada bab 18 halaman 62:
51
Artinya: “dan beliau menyukai orang fakir dan miskin dan suka
duduk bersama-sama mereka, mau meninjau orangorang yang sakit diantara mereka, bersedia mengantar
jenazah dan tidak mau mencemooh orang yang sangat
fakir.” (Muhammad, tt.: 92).
Tanda terjelas dari kepribadian Muslim adalah kasih sayang
dan mengasihi. Sifat ini merupakan subtansi risalah samawi, karena
sifat tersebut termasuk sifat Allah SWT, yaitu Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang.
Kasih sayang adalah sifat keutamaan dan ketinggian budi
yang menjadikan hati mencurahkan belas kasihan kepada segala
hamba Allah (Al-Ghazali, 1986: 422). Di dalam ajaran Islam,
mengasihi sesama manusia adalah bagian terpenting dari ajaran
Nabi Muhammad SAW. Mencintai umat manusia adalah realisasi
dari ajaran Al-Qur‟an, yang mana pengutusan Nabi Muhammad
SAW merupakan rahmat dan wujud kasih sayang Allah SWT atas
alam semesta,
   
 
Artinya: “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya‟:
107) (Al-Qur‟an dan terjemahnya, 2005: 264).
Nilai kasih sayang pada bait di atas yang dicontohkan oleh
Rasulullah adalah beliau menyukai orang fakir miskin, suka duduk
bersama-sama mereka, mau meninjau orang-orang yang sakit di
antara mereka, bersedia mengantar jenazah dan tidak mau
mencemooh orang yang sangat fakir.
52
3. Tujuan Pendidikan kitab Al-Barzanji
Sebelum penulis kemukakan tujuan pendidikan kepribadian dalam
kitab Al-Barzanji maka terlebih dahulu penulis paparkan garis besar kitab
Al-Barzanji.
Secara garis besar paparan Al-Barzanji dapat diringkas sebagai
berikut:
a. Silsilah Nabi Muhammad SAW adalah Muhammad bin Abdullah bin
Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab
bin Murrah bin Ka‟ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr bin malik bin
Nadhr bin kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar
bin Nizar bin Ma‟ad bin Adnan.
b. Pada masa kanak-kanaknya banyak kelihatan hal luar biasa pada diri
Muhammad SAW, misalnya malaikat membelah dadanya dan
mengeluarkan segala kotoran dari dalamnya.
c.
Pada masa remajanya, ketika berumur 12 tahun, ia dibawa pamannya
berniaga ke Syam (Suriah). Dalam perjalanan pulang, seorang pendeta
melihat tanda-tanda kenabian pada dirinya.
d. Pada waktu berumur 25 tahun ia melangsungkan pernikahannya
dengan Khadijah binti Khuwailid.
e. Pada saat berumur 40 tahun ia diangkat menjadi Rasul, sejak saat itu ia
menyiarkan agama Islam (Dahlan, 2001: 200).
f. Di bagian akhir disebutkan beberapa sifat Nabi Muhammad SAW,
misalnya beliau sangat tawadhu‟, sederhana, pemaaf dan lain-lain.
53
Dari uraian di atas, dapat penulis kemukakan bahwa tujuan
pendidikan kepribadian generasi muda dalam kitab Al-Barzanji tiada lain
adalah membentuk serta mempola kepribadian utama manusia lebih-lebih
generasi muda penerus bangsa agar memiliki akhlak mulia, budi pekerti
luhur dan bertabiat terpuji dengan meneladani Nabi Muhammad SAW
sebagaimana yang di contohkan oleh beliau semasa hidupnya.
B. Generasi Muda
Generasi artinya ialah sekalian orang yang kira-kira sama waktu
hidupnya, angkatan, turunan (Poerwadarminto, 2006: 368). Sedangkan muda
pengertiannya adalah belum sampai setengah umur (Poerwadarminto, 2006:
776). Dari pengertian tersebut penulis simpulkan bahwa generasi muda adalah
orang yang belum sampai setengah umur atau disebut juga sebagai remaja,
yaitu masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Masa remaja populer dengan istilah puber, di Amerika menyebutkan
adolesensi, masyarakat Indonesia menyebutkannya akil baligh, atau pubertas.
Istilah puber berasal dari kata pubertas yang berasal dari bahasa Latin yang
artinya masa remaja dan pubertas sendiri mengandung arti jenjang
kematangan fisik. Adapun istilah adolesensi juga diambil dari bahasa Latin
adolescentia, yang artinya masa sesudah pubertas, masa di mana manusia
mencapai kematangan secara biologis, manusia yang sudah berada dalam
keadaan tenang (Irianto, 2010: 1). Adapun istilah akil- baligh yang diambil
dari bahasa Arab yang berarti masa di mana manusia dituntut untuk
54
melaksanakan kewajiban dan hukum agama serta meninggalkan segala yang
dilarang oleh agama.
Masa remaja dikenal dengan masa perkembangan menuju masa
kematangan jasmani, seksualitas, pikiran, dan emosional. Begitu juga masa
remaja disebut juga sebagai masa di mana terjadinya berbagai perubahan, baik
perubahan pada jasmani, seksualitas, pikiran, kedewasaan, maupun sosial.
Proses perubahan pada remaja tersebut terjadi karena untuk pematangan
kepribadiannya.
1. Karakteristik Kepribadian Generasi Muda
Dalam upaya memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah
yang dihadapi, ternyata tidak semua individu mampu menampilkannya
secara wajar, normal atau sehat (well adjustment), diantaranya banyak juga
yang mengalaminya secara tidak sehat (maladjustment) (Nurihsan,
2008:12). Menurut E.B. Hurlock karakteristik kepribadian generasi muda
yang sehat (healthy personality) ditandai dengan:
a. Menerima tanggung jawab.
b. Memiliki filsafat hidup.
c. Mampu menilai situasi secara realistik.
d. Penerimaan sosial.
e. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik.
f. Mampu menilai diri secara realistik.
g. Kemandirian.
h. Dapat mengontrol emosi.
55
i.
Berorientasi tujuan.
j.
Berorientasi keluar.
k. Berbahagia.
Adapun kepribadian yang tidak sehat ditandai dengan karakteristik
seperti berikut:
a. Mudah marah (tersinggung).
b. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan.
c. Sering merasa tertekan (stres atau depresi).
d. Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya
lebih muda atau terhadap binatang (hewan).
e. Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang
meskipun sudah diperingatkan atau dihukum.
f. Mempunyai kebiasaan berbohong.
g. Hiperaktif.
h. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas.
i.
Senang mengkritik atau mencemooh orang lain.
j.
Sulit tidur.
k. Kurang memiliki rasa tanggung jawab.
l.
Sering mengalami pusing kepala meskipun penyebabnya bukan
bersikap organis.
m. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama.
n. Bersikap pesimis dalam menghadapi kehidupan.
o. Kurang bergairah dalam menjalani kehidupan.
56
Kelainan
kepribadian
berkembang
disebabkan
oleh
faktor
lingkungan yang kurang baik, maka penciptaan lingkungan yang kondusif
sangat diperlukan agar perkembangan kepribadian individu tumbuh secara
optimal.
2. Proses Pembentukan Kepribadian Generasi Muda
Pembentukan kepribadian pada generasi muda merupakan suatu
proses, berlangsung secara berangsur-angsur dan berkembang. Akhir dari
perkembangan kalau berlangsung dengan baik akan menghasilkan suatu
kepribadian yang harmonis. Kepribadian disebut harmonis kalau segala
aspek-aspeknya seimbang, serta tenaga-tenaga kepribadian bekerja
seimbang pula sesuai dengan kebutuhan.
Pada garis besarnya aspek-aspek kepribadian generasi muda dapat
di golongkan dalam 3 hal, yaitu:
a. Aspek-aspek kejasmanian, meliputi tingkah laku luar yang mudah
nampak dan ketahuan dari luar, misalnya: cara-cara berbuat, cara-cara
berbicara.
b. Aspek-aspek kejiwaan, meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat
dilihat dan ketahuan dari luar, misalnya: cara-cara berfikir, sikap dan
minat.
c. Aspek-aspek kerohanian yang luhur, merupakan aspek-aspek kejiwaan
yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan. Meliputi
sistem nilai-nilai yang telah meresap di kepribadian itu. (Marimba,
1989: 67).
57
Sedangkan tenaga-tenaga kepribadian generasi muda terdiri atas:
a. Tenaga-tenaga kejasmanian, meliputi seluruh tenaga-tenaga yang
bersumber pada tubuh, misalnya tenaga-tenaga yang bersumber pada
bekerjanya kelenjar-kelenjar peredaran darah, alat-alat pernapasan,
syaraf dan lain-lain. Tenaga-tenaga ini mempengaruhi terbentuknya
aspek-aspek kejasmanian dan pada batas-batas tertentu mempengaruhi
pula aspek-aspek kejiwaan dari kepribadian.
b. Tenaga-tenaga kejiwaan terdiri atas karsa, rasa, dan cipta; dapat juga
dibagi atas syahwat, godlob (marah) dan natiqoh-natiqoh (akal atau
pikiran).
Ketiga
tenaga
ini
saling
berhubungan,
pengaruh-
mempengaruhi antara satu dengan lainnya (Marimba, 1989: 69).
1) Karsa
Meliputi tenaga-tenaga yang merupakan sumber pendorong
(kekuatan) dari sesuatu kegiatan. Termasuk di dalamnya dorongandorongan nafsu, keinginan-keinginan.
2) Rasa
Tenaga-tenaga yang memberi sifat pada kegiatan kegiatan berupa
keharusan,
kesenangan-kesenangan,
ketidak
senangan
dan
sebagainya.
3) Cipta
meliputi tenaga-tenaga yang dapat menciptakan sesuatu, dapat
memecahkan suatu masalah, dapat mencari jalan-jalan yang tepat
untuk sesuatu kegiatan.
58
Ketiga tenaga ini (karsa, rasa, cipta) erat hubungannya dengan
tenaga kepribadian yang tertinggi yang bersama-sama dengannya
mempengaruhi terbentuknya aspek-aspek kepribadian kedua kejiwaan dan
ketiga kerohanian yang luhur.
Adapun proses pembentukan kepribadian generasi muda terdiri
atas tiga taraf, yaitu:
a. Pembiasaan.
b. Pembentukan pengertian.
c. Pembentukan kerohanian yang luhur.
Pembiasaan ditujukan bagi pembentukan aspek kejasmanian dari
kepribadian atau memberi kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu
(pengetahuan hafalan), seperti berpuasa, salat dan lain-lain. Pembentukan
pengertian meliputi pembentukan minat dan sikap, yang tujuannya adalah
untuk memberi pengertian dan pemahaman tentang aktivitas yang akan
dilaksanakan,
serta
menghayati
makna
ucapan
dalam
upaya
membangkitkan dan memupuk minat, agar seseorang terdorong ke arah
perbuatan yang positif. Selain itu pembentukan ini ditujukan juga untuk
mewujudkan sikap istiqamah. Sikap yang dibentuk meliputi, kecintaan
kepada Allah dan segala sesuatu yang berhubungan dengan-Nya.
Dengan adanya pengertian diharapkan akan membentuk keteguhan
(sikap) dan pandangan positif tentang makna dari lafadz yang diucapkan.
Bila makna itu mengandung nilai-nilai luhur, maka diharapkan akan
terbentuk sikap diri yang positif seperti menjauhkan dengki, menepati
59
janji, ikhlas, jujur, suka berkorban, toleran dan sebagainya. Upaya ini
mengacu kepada pembentukan kerohanian yang luhur. Keluhuran rohaniah
target akhirnya adalah terbentuknya sikap taqwa dalam diri generasi muda.
Kepribadian secara utuh hanya terbentuk melalui pengaruh
lingkungan, khususnya pendidikan. Adapun sasaran yang dituju dalam
pembentukan kepribadian generasi muda ini adalah kepribadian yang
memiliki akhlak mulia. Tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan
tingkat keimanannya, sebab Nabi Muhammad SAW mengemukakan:
(
)
Artinya : “orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah
yang paling baik akhlaqnya.” (HR. Abu Dawud) (Kholidi,
1996: 225)
Dasar pembentukan kepribadian adalah Al-Qur‟an dan hadis,
sedangkan tujuan yang akan dicapai menjadi pengabdi Allah yang setia
(QS. Ad-Dzariyat: 56), sebagai tuhan yang wajib disembah. Sedangkan
pengabdian dimaksud didasarkan atas tuntutan untuk menyembah kepada
Tuhan yang satu. Sebagaimana firman Allah:
    
    
   
   
 
Artinya : “(yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah
Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain dia; Pencipta segala
sesuatu, Maka sembahlah dia; dan Dia adalah pemelihara
segala sesuatu.” (QS.Al-Anam: 102) (Al-Qur‟an dan
terjemahnya, 2005: 112).
60
Sisi penting dalam pembentukan kepribadian generasi muda
muslim yaitu, iman dan akhlak. Iman seseorang berkaitan dengan
akhlaknya, iman sebagai konsep dan akhlak sebagai implikasi dari konsep
dalam hubungannya dengan sikap dan perilaku sehari-hari. Selain itu
dalam pembentukan kepribadian generasi muda muslim sebagai individu
diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan faktor bawaan dan
faktor lingkungan yang berpedoman pada nilai-nilai ke-Islaman.
Pembinaan nilai-nilai ke-Islaman dalam membentukan kepribadian
generasi muda muslim pada dasarnya merupakan cara untuk memberikan
tuntunan dalam mengarahkan perubahan sikap yang dikehendaki Islam.
Dengan kata lain menanamkan sifat-sifat ke-Islaman kepada generasi
muda merupakan proses untuk membentuk kepribadian generasi muda
muslim. Nilai-nilai ke-Islaman sebagai materi pendidikan kepribadian
tersebut adalah berupa:
1.
Pensucian jiwa.
2.
Kejujuran dan benar.
3.
Menguasai hawa nafsu.
4.
Sifat lemah lembut dan rendah hati.
5.
Berhati-hati dalam mengambil keputusan.
6.
Menjauhi buruk sangka.
7.
Mantap dan sabar.
8.
Menjadi teladan yang baik.
9.
Beramal soleh dan berlomba-lomba berbuat baik.
61
10. Menjaga diri (iffah).
11. Ikhlas.
12. Hidup sederhana.
13. Pintar mendengar dan kemudian mengikutinya (yang baik)
(Jalaluddin, 2001: 179).
Dengan demikian pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya
merupakan suatu pembentukan kebiasaan yang baik dan serasi dengan
nilai-nilai akhlaqul qarimah. Untuk itu setiap generasi muda muslim
dianjurkan untuk belajar seumur hidup, sejak lahir (dibesarkan dengan
yang baik) hingga di akhir hayat (tetap dalam kebaikan).
62
BAB IV
RELEVANSI PENDIDIKAN KEPRIBADIAN GENERASI MUDA DALAM
KITAB AL-BARZANJI BAGI KEHIDUPAN ERA SEKARANG
A. Relevansi Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda
Pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan secara sadar yang
diberikan oleh pendidik kepada anak didik sesuai dengan perkembangan
jasmani dan rohani ke arah kedewasaan.
Mendidik generasi muda melalui pembentukan kepribadiaan di dalam
kehidupannya adalah bagian dari penanaman nilai-nilai hidup yang harus
mendapatkan bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut Islam,
ketika anak dilahirkan anak dalam keadaan lemah dan fitrah. Kefitrahan
penciptaan manusia dijelaskan dalam Al-Qur‟an surah Ar-rum ayat 30:










    




 

   
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(Al-Qur‟an dan terjemahnya, 2005: 325).
Ayat di atas menjelaskan bahwa pada dasarnya anak lahir ke dunia
telah membawa fitrah beragama, dan kemudian bergantung kepada orang tua
62
63
(para pendidiknya) dalam mengembangkan fitrah itu sendiri sesuai dengan
usia anak dalam pertumbuhannya.
Anak merupakan anugerah dari Allah kepada manusia yang menjadi
orang tua. Anak adalah seseorang yang akan bertanggung jawab dengan
kehidupannya, janji gemilang bagi masa depan bangsa, negara dan penghibur
orang tua. Mendidik merupakan upaya mempersiapkan dan membina supaya
menjadi anggota masyarakat yang berguna dan menjadi insan yang soleh
dalam hidupnya.
Untuk menjadi insan soleh, maka sejak dini anak harus dibekali
dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Setelah iman dan taqwa
bersemayam pada anak maka perilaku yang ditampilakan akan mempengaruhi
penyesuaian diri dengan dirinya maupun dengan masyarakat. Sehingga
membawa ketenangan hidup, ketrentaman jiwa, maupun kebahagiaan batin.
Oleh karena itu orang tua harus bisa memahami dan mendidik anak sejak awal
pertumbuhannya. Sedini mungkin, ruh anak harus disirami dengan air samawi
agar dapat mengantarkan pada kematangan kepribadian, keutuhannya,
keseimbangannya dan mendorong manusia mengembangkan dirinya menuju
kesempurnaan manusiawi.
Dapat dilihat dalam kehidupan manusia sehari-hari bahwa manusia
diciptakan oleh Allah tidak lepas dari keterkaitan antar manusia yang satu
dengan yang lainnya. Kecenderungan mencontoh itu sangat besar peranannya
pada anak-anak, sehingga sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan.
Sesuatu yang dicontoh, ditiru atau diteladani itu mungkin bersifat baik dan
64
mungkin juga bersifat buruk. Untuk itu bagi umat Islam, keteladanan yang
paling baik dan utama ialah terdapat dalam diri pribadi Rasulullah SAW.
seperti di dalam Al-Qur‟an surat Al-Ahzab ayat 21 disebutkan:
    
   





   
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (AlQur‟an dan terjemahannya, 2005: 336).
Potret keteladanan pada diri Rasulullah merupakan petunjuk bagi
kaum muslim dalam menjalankan peranannya dalam melakukan amanah
untuk mendidik anaknya. Jika dikaji lebih dalam, proses pendidikan berarti
setiap pendidik harus berusaha menjadi teladan bagi anak didiknya. Teladan
dalam semua kebaikan bukan teladan yang mengarah dalam hal keburukan,
dalam pembinaan anak keteladanan sangat penting karena dalam interaksi
pendidikan, anak didik tidak sekedar menangkap dan memperoleh makna
suatu ucapan pendidikan, akan tetapi justru melalui keseluruhan pribadi, yang
tergambar pada sikap dan tingkah laku para pendidiknya.
Adapun nilai pendidikan kepribadian dalam kitab Al-Barzanji
kesesuaiannya dengan kepribadian yang dibutuhkan generasi muda sekarang
adalah sebagai berikut:
65
1. Kesabaran menghadapi cobaan
Sabar merupakan kunci untuk meredakan setiap masalah. Di mana
setiap masalah selalu mengusik hati yang tenang menjadi resah dan
gundah.
Kebanyakan dari pemuda mempunyai sifat yang penuh ambisi,
kemauan, dan idealisme yang tinggi. Pemuda juga senantiasa berpikir
pendek dalam menghadapi suatu masalah. Maka sifat sabarlah yang
mampu meredakan emosi dan menerangkan hati serta mampu menghadapi
masalah dengan pikiran yang jernih.
Di dalam kehidupan berbagai persoalan selalu menghampiri setiap
manusia. Inilah cobaan dari Allah untuk hamba-Nya tidak terkecuali para
pemuda. Bentuk cobaan tersebut bisa berupa pengangguran, kesenjangan
sosial, pertikaian, penganiayaan, dan lain sebagainya, sebagai ujian bagi
hamba-Nya untuk ditingkatkan derajatnya. Seberapa pun besanya cobaan
tersebut bila dihadapi dengan sabar maka Allah akan memudahkannya.
Sebagaimana Rasulullah SAW dalam menghadapi cobaan dan
rintangan dari musuhnya kaum kafir Quraisy dalam menegakkan agama
Islam. Dengan sifat sabar Rasulullah, akhirnya Islam dapat ditegakkan di
kota Mekkah dan Madinah, begitu juga orang-orang yang menentangnya
berbalik menyayanginya dan memuliakannya.
2. Amanah
Di masa sekarang sulit sekali mencari orang yang amanah (dapat
dipercaya) seakan tanpa berdusta dan berbuat curang manusia tidak bisa
66
meraih keuntungan dan kedudukan. Padahal sifat amanah sangat penting,
karena sifat amanah dapat meninggikan derajat manusia dimata Allah dan
hamba-Nya.
Kita bisa mencontoh Rasulullah SAW ketika dipercaya untuk
memimpin peletakkan hajar aswad. Di mana pada waktu itu terjadi
pertikaian dari 4 (empat) suku yang hampir saja menimbulkan peperangan.
Dengan dipercayakannya Rasulullah SAW untuk meletakkan atau
memimpin peletakkan hajar aswad tersebut, maka Rasulullah dengan adil
meletakkan hajar aswad di tengah kain persegi yang mempunyai 4
(empat) sisi. Dengan demikian, setiap pemimpin suku bisa mengangkat
hajar aswad secara bersama-sama.
Begitu juga ketika Rasulullah SAW berdagang, beliau tidak pernah
membohongi Siti Khotijah sebagai pemilik barang yang didagangkannya,
meskipun keuntungan dari berdagang berlipat-lipat. Maka sebagai pemuda
sudah semestinya kita mencontoh sifat amanah Rasulullah SAW karena
amanah menjadikan orang lain percaya kepada kita. Apabila orang lain
sudah percaya tentunya berbagai kepercayaan akan diberikan kepada kita
baik pekerjaan, kedudukan dan lain-lain.
3. Tawadhu‟
Rasulullah SAW adalah pemimpin negara sekaligus pemimpin
agama, akan tetapi Rasulullah tidak pernah sombong melainkan selalu
merendahkan diri. Meskipun jabatannya tinggi Rasulullah justru senang
bergaul dengan orang fakir dan miskin.
67
Sifat Rasulullah SAW yang demikian harus dipraktikkan oleh umat
Islam khususnya pemuda. Sifat tawadhu‟ tidaklah mudah dilakukan. Oleh
karena itu, butuh latihan secara terus menerus agar menjadi kebiasaan.
Menghormati dan menghargai orang lain lebih baik dari pada
menyombongkan diri yang hanya menimbulkan kemarahan orang lain.
Allah SWT juga mencintai orang yang suka bertawadhu‟ daripada hamba
yang berbuat sombong. Sifat yang sombong justru menjadi bumerang bagi
diri individu karena sifat tersebut mengundang kebencian terhadap orang
lain.
Kebencian yang
mendalam akan
mengakibatkan seseorang
melakukan kejahatan kepada orang yang dibenci.
4. Kesederhanaan
Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berlebihan,
maksudnya Allah tidak suka kepada orang yang suka boros melainkan
senang dengan orang yang berbuat hemat. Demikian juga, Allah tidak suka
kepada orang yang hidup bermewah-mewahan melainkan cinta kepada
orang yang hidup dengan kesederhanaan.
Kesederhaan ini telah dicontohkan Rasulullah SAW. Beliau adalah
orang yang sederhana yang hidup mandiri. Beliau tidak sungkan memakai
baju bekas yang sudah rusak dan beliau juga tidak sungkan untuk menjahit
bajunya sendiri. Contoh kesederhaan Rasulullah SAW perlu ditiru
khususnya generasi pemuda. Jika para pemuda senang hidup sederhana
maka akan membentuk kepribadian yang santun.
68
Kesederhanaan menjadi penting mengingat kehidupan masa
sekarang yang penuh dengan hura-hura dan arogan. Dengan hidup
sederhana akan menjauhkan diri dari sifat pemborosan karena sifat
pemborosan tidak
mampu mengukur
harta yang dimiliki. Sifat
pemborosan juga tidak punya kendali terhadap keinginan dan kemauan
yang timbul dari hawa nafsu.
5. Pemaaf
Ciri-ciri orang yang berjiwa besar adalah orang yang mampu
memaafkan kesalahan orang lain meskipun berat dirasakan. Sifat pemaaf
adalah sifat yang mulia yang menjauhkan diri dari penyakit hati.
Rasulullah SAW sudah sekian kali disakiti oleh orang-orang kafir
Quraisy bahkan beliau pernah diludahi dam dilempari kotoran, tetapi
ketika orang yang menyakiti tersebut sakit, Rasulullah adalah orang yang
pertama menjenguknya. Kedatangan Rasulullah SAW mengejutkan orang
yang menjahatinya, ia pun merasa malu dan bersalah dan ketika orang
yang sakit tersebut meminta maaf dengan segera Rasulullah langsung
memaafkan tanpa menyimpan dendam sedikit pun.
Kisah Rasulullah dapat dijadikan teladan bagi kaum muda agar
menjadi orang yang besar hatinya dan mulia akhlaknya. Usia muda adalah
usia yang mudah naik darah dalam arti mudah emosi dan marah dalam
menghadapi masalah. Begitu juga ketika disakiti oleh orang lain, rasa sakit
tersebut tidak akan bisa hilang sebelum terbalaskan. Tetapi jika dilatih
69
dengan sifat pemaaf niscaya pemuda akan menjadi pemuda yang luhur dan
disegani seperti halnya Rasulullah.
6. Bermusyawarah
Dalam bermusyawarah Rasulullah SAW mengajarkan musyawarah
yang demokratis. Rasulullah selalu memberi kesempatan kepada para
sahabat untuk berpendapat mengenai suatu masalah yang bersifat ijtihad.
Maksudnya ketika itu bukan dari Allah maka para sahabat diperkenankan
menyumbangkan
ide
dan
gagasannya
seperti
ketika
Al-Farizi
mengusulkan membuat parit dalam perang khandak. Setelah keputusan
ditetapkan Rasulullah menyerahkan keseluruhannya kepada Allah SWT.
Begitu indah musyawarah yang diajarkan Rasulullah SAW kepada
kita, tiada kefanatikan yang menjerumus ke arah pertikaian. Sudah
sepatutnya cara ini dipakai oleh setiap umat Islam. Memberikan kebebasan
dalam berpendapat dan berpartisipasi kemudian setiap keputusan diakhiri
dengan bertawakal kepada Allah SWT. Niscaya cara ini akan diterima oleh
setiap insan dengan hati yang lapang dan gembira.
7. Menyayangi dan mengasihi orang yang lemah
Dengan menanamkan sikap menyayangi dan mengasihi sejak dini
pada pemuda, diharapkan dalam kehidupannya menjadi pribadi yang
optimis
dan
dapat
membantu
orang
lain
yang
membutuhkan
pertolongannya tanpa membedakan suku, ras, dan derajat orang lain.
Dalam berbagai kesempatan, Rasulullah SAW sendiri tidak pernah
membedakan siapa yang dikasihi dan disayanginya. Sebab kasih sayang
70
itu merupakan tabiat beliau, bahkan tidak saja terhadap orang-orang Islam,
namun juga kaum musyrikin.
B. Relevansi Tujuan Pendidikan Kepribadian Generasi Muda
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia
membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun berada. Pendidikan
sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit
berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus
betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas, yaitu
memiliki budi pekerti luhur dan moral yang baik di samping memiliki
intelektual yang tinggi.
Tujuan pendidikan yang diharapkan adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Selain itu tujuan pendidikan adalah untuk
mengembangkan seluruh aspek dalam diri manusia; aspek kepribadian,
intelektual, fisik, dan mental-spiritualnya. Mengingat manusia adalah makhluk
yang rasional (yang memiliki akal-budi dan kehendak bebas), untuk dapat
berkembang mencapai keutuhan dirinya sebagai manusia, ia harus dididik.
Dalam pendidikan, aspek kepribadian merupakan aspek yang paling
utama untuk dikembangkan, karena kepribadian menyangkut sikap dan
71
tingkah laku yang baik, yang sesuai dengan keluhuran martabat manusia. Oleh
sebab itu pendidikan harus selalu berusaha membentuk dan mengembangkan
sikap dan tingkah laku yang baik dan benar, agar pendidik mampu
mengantarkan anak didiknya menjadi generasi muda yang memiliki
intelektual tinggi dan berkepribadian yang baik.
Mengamati generasi muda yang memiliki karakteristik sedemikian
rupa yang sebelumnya penulis telah uraikan pada bab di atas, maka relevansi
tujuan nilai pendidikan kepribadian dalam kitab Al-Barzanji dengan
kepribadian yang dibutuhkan generasi dewasa ini adalah terbentuknya secara
terpola kepribadian utama manusia lebih-lebih generasi muda penerus bangsa
agar memiliki akhlak mulia, budi pekerti luhur dan bertabiat terpuji dengan
meneladani Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang dicontohkan oleh
beliau semasa hidupnya.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. At-Tahrim ayat 6:


  










   
   
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.” ( (Al-Qur‟an dan terjemahnya, 2005: 448).
72
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa kita disuruh menjaga diri kita
dan keluarga kita dari api neraka. Maksud menjaga diri dan keluarga adalah
dengan cara melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala
larangan-Nya. Dalam konteks ini ada dua hal yang pokok yaitu habluminallah
dan hablum minannas.
Hamblum minallah adalah hubungan manusia dengan Allah secara
langsung dimana hak Allah lebih utama daripada hak manusia. Sedangkan
hablum minannas adalah hubungan manusia dengan sesama manusia, dimana
manusia mempunyai hak dan kewajiban terhadap orang lain.
Kitab Al-Barzanji yang mengajarkan tentang keteladanan Rasulullah
SAW dalam penelitian ini lebih kepada hablum minannas, yaitu meneladani
sifat Rasulullah yang mengajarkan tata cara hidup baik sebagai individu
maupun kolektif, baik sebagai pribadi, keluarga, masyarakat maupun negara.
Akhlak Rasulullah adalah akhlak yang mulia, tutur katanya lembut,
tingkah lakunya sopan dan kebijakannya selalu adil. Itulah yang membuat
Rasulullah mudah diterima dan dicintai di mana pun beliau berada.
Sesungguhnya akhlak Rasulullah inilah yang mengajarkan kepada kita agar
mampu menjalin hubungan baik dengan sesama. Dengan akhlak yang baik
seseorang akan dihormati dan disegani.
Sedangkan untuk menjaga keluarga, orang tua diwajibkan memberikan
pendidikan yang baik kepada anak-anaknya agar selamat di dunia dan akherat.
Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, karena Rasulullah sendiri
73
memberikan pendidikan kepada istri dan anaknya bahkan beliau adalah
pendidik bagi umatnya.
Pendidikan agar selamat di dunia tidak lain adalah pendidikan akhlak
karena berhubungan dengan manusia, dan pendidikan akhlak yang paling
baik adalah pendidikan akhlak Rasulullah SAW sedangkan agar selamat dari
akherat maka pendidikan ubudiyah itu yang harus diberikan.
Begitu banyak keteladanan Rasulullah yang diajarkan kepada kita
sebagaimana yang ada di kitab Al-Barzanji. Sudah sepatutnya generasi muda
membentuk jamaah sholawat agar selalu senantiasa memuliakan Rasulullah
dan meneladaninya.
C. Relevansi Pendidikan Kepribadian Generasi Muda dalam kitab AlBarzanji pada Konteks Sekarang
Kitab Al-Barzanji dalam bahasa aslinya (Arab) dibaca pada berbagai
kesempatan, antara lain pada waktu peringatan maulid Nabi Muhammad SAW
(hari kelahiran). Hari Senin, 12 Rabi‟ul al-Awwal (disebut juga dengan bulan
Mulud), sudah dihafal oleh masyarakat. Perayaan maulid dianggap sangat
penting oleh umat Islam, selain untuk mengenang jasa-jasa Nabi dalam
menyebarkan ajaran agama, juga sebagai upaya untuk menjadikannya suri
teladan. Tidak mengherankan bila dalam upacara peringatan itu hampir selalu
diuraikan sejarah kehidupannya, atau mengutip sesuatu yang bersangkutan
dengannya,
sebagai
ide
moral dalam
menjelaskan
masalah-masalah
kontemporer yang sedang dihadapi oleh umat Islam. Bahkan, pada mulanya
74
maulid Nabi diperingati tidak hanya untuk mengenang jasa-jasanya, tetapi
juga untuk membangkitkan semangat tentara Islam yang sedang menghadapi
tentara Salib. Sehingga saat itu tentara Islam dapat merebut kembali Bait alMuqaddas di Yerussalem yang beberapa tahun telah diduduki tentara Salib
(Muthohar, 2011: 2).
Selain pada waktu peringatan Maulud Nabi, Al-Barzanji juga sering
dibaca ketika ada hajat pemberian nama bagi seorang bayi, acara khitanan,
upacara pernikahan, upacara memasuki rumah baru, berbagai upacara
syukuran, dan ritus peralihan lainnya, sebagai sebuah acara ritual yang
dianggap dapat meningkatkan iman dan membawa banyak manfaat.
Tradisi pembacaan Al-Barzanji dapat dilihat dari dua aspek manfaat:
Pertama, aspek ibadah dan spiritual yang bertujuan untuk dzikrullah, mencari
syafaat di hari kiamat, mengharap barakah, ungkapan cinta pada Rasul,
penentram jiwa, penghormatan kepada Nabi, teladan moral, dan peningkatan
spiritual. Kedua, aspek sosio kultural yang bertujuan untuk bersilaturrahim,
guyub rukun, seni dan budaya Islam, sarana hiburan dan tradisi kampung
halaman.
Bila dikaji lebih dalam, kitab Al-Barzanji selain berisi tentang sejarah
dan puji-pujian atas keutamaan Nabi Muhammad SAW di dalamnya juga
terdapat nilai-nilai pendikan kepribadian yang perlu diteladankan pada
generasi muda, antara lain kesabaran dalam menghadapi cobaan, amanah,
tawadhu‟, kesederhanaan, pemaaf, suka bermusyawarah, menyayangi dan
mengasihi orang yang lemah.
75
Dewasa ini pendidikan kepribadian menjadi prioritas utama khususnya
bagi anak-anak dan remaja. Pendidikan kepribadian sebagai benteng dari
pergaulan bebas yang mengarah dari penyimpangan-penyimpangan tatanan
sosial serta norma-norma yang ada. Banyaknya pergaulan bebas dengan
pengawasan yang serba terbatas menjerumuskan anak dalam pergaulan yang
tidak sesuai dengan norma-norma Islam. Masa-masa yang seharusnya diisi
dengan keindahan budi pekerti menjadi masa yang kelam yang kurang
mengerti tatanan dan aturan.
Di era modern seperti ini dengan teknologi yang serba canggih
menyediakan fasilitas informasi yang serba mudah. Tanpa pendidikan
kepribadian tentu anak tidak punya kendali dalam melangkah. Padahal
teknologi seperti internet tidak hanya memberikan dampak positif, tetapi juga
dampak negatif. Bila tidak ada pengawasan dari orang tua bukan tidak
mungkin anak akan mengakses informasi yang buruk, seperti pornografi.
Pendidikan kepribadian harus ditanamkan sejak kecil baik dari
keluarga, masyarakat dan sekolah, baik sekolah formal maupun non formal.
Pendidikan kepribadian membekali peserta didik untuk dapat menjaga diri
dari perbuatan-perbuatan yang buruk.
Dengan demikian, sangat relevan jika pendidikan kepribadian dalam
kitab Al-Barzanji diterapkan di masa sekarang. Di mana anak mulai
kehilangan pegangan dalam menjalani hidup.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan tentang nilai-nilai pendidikan kepribadian
dalam kitab Al-Barzanji maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Kitab Al-Barzanji disusun oleh Ja‟far bin hasan, beliau adalah putra „Abd
al-Karim bin Muhammad al-Barzanji. Nama Al-Barzanji dibangsakan
kepada nama penulisnya, yang diambil dari tempat asal keturunannya
yakni daerah Barzinj (Kurdistan). Kitab Al-Barzanji terdiri dari dua bentuk
yaitu nasr dan nadzam. Bagian nasar terdiri atas 19 bagian, yang setiap
bagiannya dibatasi dengan suatu jeda (fashilat). Sementara, bagian puisi
(nadzam) terdiri atas 16 sub bagian dengan mengolah rima akhir “nun”.
Kitab tersebut seluruhnya menceritakan pujian dan riwayat hidup Nabi
Muhammad SAW.
2. Nilai pendidikan kepribadian dalam kitab Al-Barzanji meliputi, Kesabaran
menghadapi
cobaan,
bermusyawarah,
amanah,
menyayangi
tawadhu‟,
dan
kesederhanaan,
mengasihi
orang
yang
pemaaf,
lemah.
Sedangkan tujuan dari pendidikan kepribadian dalam kitab Al-Barzanji
adalah membentuk serta mempola kepribadian utama manusia lebih-lebih
generasi muda penerus bangsa agar memiliki akhlak mulia, budi pekerti
luhur dan bertabiat terpuji dengan meneladani Nabi Muhammad SAW
sebagaimana yang dicontohkan oleh beliau semasa hidupnya.
77
3. Pendidikan kepribadian dalam kitab Al-Barzanji mempunyai relevansi
yang tepat dengan pendidikan kepribadian yang dibutuhkan oleh generasi
muda sekarang. Baik nilai-nilai pendidikan kepribadian maupun tujuan
pendidikan kepribadian. Jika nilai pendidikan kepribadian dalam kitab AlBarzanji diteladankan atau diajarkan pada anak didik, maka akan
melahirkan generasi muda yang berbudi luhur dan mengangkat bangsa ini
sebagai bangsa yang berbudi. Pendidikan kepribadian harus ditanamkan
sejak kecil baik dari keluarga, masyarakat dan sekolah, baik sekolah
formal maupun non formal. Di mana anak mulai kehilangan pegangan
dalam menjalani hidup.
B. Saran-Saran
Agar pendidikan kepribadian itu dapat mencapai hasil dan tujuan yang
diharapkan maka perlu:
1. Pendidikan kepribadian hendaknya diberikan sejak dini, sebagai anak yang
tumbuh menjadi orang yang mulia.
2. Seorang pendidik hendaknya selalu memberikan dan mengutamakan hal
terbaik dalam membimbing dan mangarahkan generasi penerus bangsa
serta memiliki kemampuan “meneladankan” nilai-nilai positif kepada
peserta didik.
3. Sebagai generasi muda penerus bangsa hendaknya peserta didik selain
memiliki intelektual yang tinggi juga harus berkepribadian mulia.
78
C. Penutup
Alhamdulillahirabbil alamin atas rahmat, taufiq, hidayah dan inayah
Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segala
keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki. Penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca. Penulis
sadar bahwa tulisan ini masih terdapat banyak kekurangan, maka tidak lupa
kritik serta saran senantiasa penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini.
DARTAR PUSTAKA
Achmadi. 2005. Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Adib, Muhammad. 2009. Burdah Antara Kasidah Mistis dan sejarah.
Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang.
Ahmadfillah. 2010. Sejarah Al-Barzanji (online).(http://majelisrasulullahbuleleng.
Woerdpress.com, diakses 14 mei 2011).
Ahmadi, Wahid. 2004. Risalah Akhlak: Panduan Perilaku Muslim Modern. Solo
Era Intermedia.
Al-Bantani, Nawawi. Tt. Qami’ Tughyan.Semarang: Griya Putra.
Arifin, M. 1987. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin, Tatang M. 1990. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali,
Jakarta.
Bakker, Anton. 1984. Metode-Metode Filsafat. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Bruinessen, Martin van. 1995. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisitradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan.
Dahlan, Abdul Aziz. 2001. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve.
Daroeso, Bambang. 1986. Dasar dan Konsep Pendidikan moral Pancasila.
Semarang: Aneka Ilmu.
Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terejemahnya. Bandung:
Diponegoro.
Fattah, Munawir Abdul. 2008. Tradisi Orang-Orang NU. Yogyakarta: Pustaka
Pesantren.
Firmansyah, Luqman, 2010. Biografi Pengarang Kitab Al-Barzanji (Syaikh Ja’far
Barzanji),
(online),
(http://masdurohman.blogspot.com./2010/12/biografi-pengarang-kitabmaulid.html, diakses 17 Januari 2011).
Hadi, Sutrisno. 1991. Metodologi Research. jilid 1. Yogyakarta: Andi Offset.
http://masaafirulkhoonah.blogspot.com//2010/08/Sayyid-Jafar-al-Barzanji.html,
diakses 14 Januari 2011.
Hurlock, Elizabeth B. 1989. Perkembangan Anak, Jilid 2, Terj. Meitasari
Tjandrasa. Jakarta: Erlangga.
Husein, Ibnu. 2004. Pribadi Muslim Ideal. Semarang: Pustaka Nuun.
Ilyas, Yunahar. 2007. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam (LPPI).
Irianto, Koes. 2010. Memahami Seksiologi. Bandung: Sinar Baru Algensido.
Jalaluddin, Ustman Said. 1994 Filsafah Pendidikan Islam Konsep dan
Perkembangan Pemikirannya. Jakarta: Rajawali Press.
Jalaluddin. 2001. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kamil, Sukron. 200. Teori Kritik Sastra Arab (Klasik dan Modern). Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Kholidi, Muhammad ‘Abdul Aziz. 1996. Sunan Abi Daud. Lebanon: Dar alKotob Ilmiyah.
Koswara.1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Eresco.
Marimba, Achmad D. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: AlMa’Arif.
Muhammad, Mizan Asrori Zain. Tt. Tarjamah Barzanji Arab dan Latin.
Surabaya: Mitra Ummat.
Muthohar, Ahmad. 2011. Maulid Nabi Menggapai Keteladanan Rasulullah SAW.
Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Najieh, Abu Ahmad. Tt. Terjemah Maulid Al-Barzanji. Surabaya: Mutiara Ilmu.
Nasution, Harun. 1992. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan, Jakarta.
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis dan
Praktis. Jakarta: Ciputat Pers.
Poerwadarminto, WJS. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Republika. 17 Februari 2011. Nabi Muhammad SAW di Era Global. hlm. 2.
Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif
di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat. Yogyakarta: LKiS.
Schimmel, Annemarie. 1991. Dan Muhammad adalah Utusan Allah:
penghormatan terhadap Nabi Mnhammad SAW dalam Islam. Terj.
Rahmani Astuti dan Ilyas Yasan. Bandung: Mizan.
Sholikhin, Muhammad. 2009. 17 Jalan Menggapai Mahkota Sufi Syaikh ‘Abdul
Qadir al-Jaelani. Jakarta: PT. Buku Kita. (online).
_________., 2010. Ritual dan Tradisi Islam jawa. Jakarta: PT. Suka Buku.
(online).
Simandjuntak B., dkk. 1984. Teori Kepribadian. Bandung: Tarsito.
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Wargadinata, Wildana. 2010. Spiritual Shalawat (Kajian Sosio-Sastra Nabi
Muhammad SAW). Malang: UIN-Maliki Press.
_________., dkk. 2008. Sastra Arab dan Lintas Budaya. Malang: UIN-Malang
Press.
Williams, L.F Rushbrook. 1984. Seratus Muslim Terkemuka. terj. Jamil Ahmad.
Jakarta: Pustaka Firdaus.
Yusuf LN., Syamsu, & Juntika Nurihsan.2008. Teori Kepribadian, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Download