1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan didirikan dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh pendirinya. Penetapan tujuan bisnis berarti menetapkan tujuan yang menjadi sasaran sebuah bisnis. Tujuan merupakan target kinerja, yang menjadi alat ukur keberhasilan atau kegagalan kinerja sesuai sasaran yang diharapkan dan direncanakan. Berdasarkan jangka waktunya, tujuan perusahaan dapat dibedakan menjadi tujuan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Tujuan jangka panjang diraih dalam jangka waktu yang lama, biasanya lebih dari lima tahun. Tujuan jangka menengah biasanya meliputi periode satu hingga lima tahun. Di sisi lain, tujuan jangka pendek memiliki kerangka waktu hanya satu tahun atau kurang. Tujuan perusahaan yang paling sering menjadi prioritas adalah tujuan jangka pendek. Penetapan tujuan ini biasanya ditargetkan untuk satu siklus akuntansi. Bisnis sering menekankan pada profit yang merupakan hasil suatu transaksi jual-beli. Persepsi inilah yang kemudian membuat perusahaan menjadikan laba sebagai tujuan utama. Berdasarkan pemikiran tersebut maka tujuan jangka pendek perusahaan berkaitan dengan hal ini yaitu mempertahankan kelancaran likuiditas, memastikan hasil penjualan barang dan/atau jasa tidak 1 2 mengalami penurunan, serta perusahaan memastikan dapat membayar hutang dan biaya-biaya produksinya. Tujuan jangka menengah perusahaan merupakan penghubung antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Cara lain untuk mendekatkan tujuan perusahaan adalah melukiskan tujuan sebagai keuntungan dari stakeholder. Oleh karena itu, tujuan jangka menengah perusahaan adalah maksimalisasi keuntungan dengan mempertahankan serta menambah jumlah stakeholders. R. Edward Freeman, 1984 (dalam Uzliawati et al., 2015:3) menjelaskan stakeholder sebagai individu atau kelompok yang bisa mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh organisasi sebagai dampak dari aktivitas-aktivitasnya. Pemahaman ini membuka perspektif baru tentang tujuan perusahaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tujuan perusahaan adalah manfaat bagi semua stakeholder. Pemaparan sebelumnya menyatakan bahwa tujuan utama perusahaan adalah mendapatkan profit, menjadikan banyak perusahaan berusaha mendapatkan laba yang tinggi tanpa menghiraukan dampak yang ditimbulkan atas aktivitas yang berhubungan dengan perolehan laba tersebut. Namun seiring perkembangan bisnis, perusahaan dituntut harus tetap melaksanakan bisnis yang beretika karena tujuan utama bisnis bukan hanya tentang keuntungan singkat. Perusahaan telah menetapkan tujuan baru yaitu mencapai keuntungan yang berkelanjutan. Karena itu tujuan perusahaan dalam jangka panjang yaitu mencapai keuntungan maksimal dan tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Penetapan tujuan ini implikasinya pada kenaikan nilai perusahaan. 3 Perusahaan perlu memberikan perhatian yang lebih terhadap realisasi nilai perusahaan karena tujuan jangka panjang membutuhkan strategi yang efektif sekaligus adaptif. Hal ini menjadi perhatian manajer sekaligus eksekutif dengan adanya upaya mencari strategi yang diterapkan untuk upaya perluasan usaha, yang pada gilirannya akan dapat memengaruhi nilai perusahaan. Pandangan inilah yang mendasari manajer untuk mencari faktor yang memengaruhi nilai perusahaan kemudian menerapkannya. Salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh perusahaan untuk dapat meningkatkan nilainya yaitu penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG). Pernyataan ini sesuai dengan Siaran Pers Otoritas Jasa Keuangan (2015) yang mengungkapkan bahwa tata kelola perusahaan merupakan elemen penting untuk investasi serta pembiayaan melalui modal pasar, dan merupakan kunci untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Good Corporate Governance berdampak pada kestabilan usaha karena pengelolaan yang efektif dalam operasi perusahaan. Selain itu, penerapan ini diperlukan perusahaan sebagai bentuk tanggungjawab terhadap stakeholder. Penetapan prinsip GCG oleh pemerintah demi keberlanjutan usaha emiten pada praktiknya masih belum dilaksanakan sepenuhnya. Berbagai program selama ini kurang menyentuh pada tataran implementasi dalam pengelolaan bisnis di Indonesia (Effendi, 2016:207). Upaya mengimplementasikan prinsip GCG di Indonesia menghadapi berbagai kendala atau tantangan yang sulit diatasi dengan tepat dan cepat. Salah satu kendala yang dihadapi adalah masih kentalnya budaya 4 korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang sangat bertentangan dengan prinsip GCG. Perusahaan yang tidak mengimplementasikan GCG pada akhirnya dapat ditinggalkan oleh para investor, kurang dihargai oleh masyarakat (publik), dan dapat dikenakan sanksi apabila berdasarkan hasil penilaian, perusahaan tersebut terbukti melanggar hukum (Effendi, 2016:209). Perusahaan seperti ini akan kehilangan peluang (opportunity) untuk dapat melanjutkan kegiatan usahanya (going concern) dengan lancar. Namun sebaliknya, perusahaan yang telah mengimplementasikan GCG dapat menciptakan nilai (value creation) bagi masyarakat (publik), pemasok (supplier), distributor, pemerintah, dan ternyata lebih diminati para investor sehingga berdampak secara langsung bagi kelangsungan usaha perusahaan tersebut. Perusahaan dewasa ini menghadapi persaingan global yang menuntut adanya adaptasi dengan kondisi pasar. Era global juga secara tidak langsung menuntut perusahaan melakukan perubahan pola manajemen. Semakin ketatnya persaingan usaha mendesak perusahaan untuk menerapkan manajemen berbasis ilmu pengetahuan. Pola manajemen berbasis ilmu pengetahuan mengedepankan adanya inovasi dan pengelolaan yang efisien demi menciptakan keunggulan kompetitif. Pengelolaan yang dilakukan perusahaan meliputi sumber daya manusia yang berkualitas, cara berhubungan yang baik dan berkelanjutan, serta organisasi yang baik untuk memberikan nilai tambah. Ketiga pengelolaan ini merupakan modal intelektual yang dimiliki perusahaan. 5 Sejalan dengan perkembangan zaman dan teknologi serta kompleksitas dunia usaha secara komprehensif maka pada era digital ini terjadi pergeseran pada klasifikasi faktor-faktor produksi antara lain dengan memisahkan aset manusia (human capital) dari tenaga kerja (labor) (Gustari, 2016). Human capital pada saat ini difokuskan pada pengetahuan yang dimiliki (knowledge) dan kontribusinya terhadap aspek penciptaan nilai perusahaan. Modal kecerdasan dan kejelian dari manusia yang ada dalam suatu perusahaan akan jauh lebih bernilai dalam meningkatkan kapitalisasi atas nilai perusahaan dibandingkan dengan hanya menggantungkan diri kepada kekuatan modal dan kecanggihan dari sistem maupun teknologi yang mumpuni sekalipun. Daya saing Indonesia saat ini masih mengandalkan faktor efficiency driven, belum mengarah ke innovation driven yang didukung oleh intellectual capital (Muhammad, 2015). Perusahaan dapat bersaing dengan menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi kreatif yang dihasilkan oleh intellectual capital yang dimiliki perusahaan. Akan tetapi, daya saing Indonesia berada di peringkat 34 dari 144 negara, di bawah Malaysia dan Thailand. Oleh karena itu, strategi bersaing harus diletakkan pada upaya mencari, mendapatkan, mengembangkan, dan memertahankan sumber daya strategis tersebut (Suprayitno, 2015). Pengelolaan perusahaan yang efektif menyebabkan iklim investasi dalam perusahaan bersangkutan menjadi lebih baik sehingga memungkinkan untuk melakukan ekspansi. Keberhasilan ekspansi memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk tumbuh. Pertumbuhan perusahaan (growth) menurut 6 Machfoedz, 1996 (dalam Syardiana et al., 2015:40) adalah seberapa jauh perusahaan menempatkan dalam sistem ekonomi secara keseluruhan atau sistem ekonomi untuk industri yang sama. Pertumbuhan perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya. Pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan nantinya memberikan sinyal kepada investor bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik. Kepercayaan investor inilah yang menjadikan naiknya permintaan akan saham perusahaan. Surplus yang terjadi menyebabkan harga saham naik dan menambah nilai perusahaan. Industri manufaktur merupakan industri yang paling aktif dalam upaya peningkatan nilai perusahaannya melalui aset berupa tenaga kerja, penerapan tata kelola perusahaan yang baik, serta fokus yang tinggi pada upaya pertumbuhan perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan manufaktur merupakan sektor yang beroperasi secara terus menerus. Pertimbangan inilah yang menjadi dasar pemilihan sektor manufaktur sebagai populasi dalam penelitian. Perusahaan manufaktur yang dipilih untuk menjadi sampel dalam penelitian ini didasarkan pada kriteria yang sesuai dengan variabel yang ada. Berdasarkan kriteria tersebut, didapatkan dua belas sampel yang kemudian ditunjukkan pula harga saham pada saat closing price pada periode penelitian. Harga saham diungkapkan karena menurut Fama, 1978 (dalam Putra, 2012:9) nilai perusahaan tercermin dari harga pasar sahamnya. Berdasarkan kualifikasi tersebut, nama perusahaan yang akan dijadikan sampel dalam penelitian beserta harga saham sesuai periode penelitian adalah sebagai berikut: 7 Tabel 1 Daftar Closing Price Saham Perusahaan Manufaktur No. Nama Perusahaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Indal Aluminium Industry Tbk Lion Metal Works Tbk Trias Sentosa Tbk Alkindo Naratama Tbk Nipress Tbk Prima Alloy Steel Universal Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Sekar Laut Tbk Siantar Top Tbk Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. T Gudang Garam Tbk Mandom Indonesia Tbk Kode Perusahaan INAI LION TRST ALDO NIPS PRAS INDF SKLT STTP ULTJ GGRM TCID 2011 270 525 390 370 110 132 4,600 140 690 1,080 62,050 7,700 Harga Saham (dalam Rp) 2012 2013 2014 2015 225 300 350 405 1,040 1,200 930 1,050 345 250 380 310 470 660 735 735 113 323 487 425 255 185 204 125 5,850 6,600 6,750 5,175 180 180 300 370 1,050 1,550 2,880 3,015 1,330 4,500 3,720 3,945 56,300 42,000 60,700 55,000 11,000 11,900 17,525 16,500 Sumber: www.duniainvestasi.com, 2016 Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap nilai perusahaan. Mekanisme ini menggunakan proksi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen, dan sebagainya. Penelitian yang dilakukan oleh Rupilu (2011) menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan negatif terhadap nilai perusahaan, sementara hasil penelitian Mukhtaruddin (2014) menyatakan hal sebaliknya, yaitu bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Perbedaan kedua penelitian tersebut juga ditemukan pada kepemilikan institusional dan komite audit. Hasil penelitian Rupilu menunjukkan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan sedangkan Mukhtaruddin menyatakan bahwa pengaruhnya tidak signifikan. Di samping itu, Rupilu dalam penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa komite audit berpengaruh signifikan positif, tetapi penelitian Mukhtaruddin mempunyai hasil pengaruh yang tidak signifikan. 8 Begitu pula berbagai penelitian juga telah dilakukan untuk melihat pengaruh modal intelektual terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Bemby et al. (2015) menyatakan bahwa modal intelektual memiliki pengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Faza dan Hidayah (2014) menyatakan hasil yang berbeda, yaitu bahwa pengaruh modal perusahaan terbukti tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel lain yang diteliti dalam mengukur nilai perusahaan adalah growth (pertumbuhan perusahaan). Penelitian yang dilakukan atas variabel ini juga mempunyai perbedaan hasil antar peneliti. Penelitian yang dilakukan oleh Chaidir (2015) menyatakan bahwa growth mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Missy et al. (2016) menyatakan bahwa pengaruhnya tidak signifikan. Berdasarkan fenomena dan kesenjangan penelitian terdahulu, maka dalam penelitian ini digunakan variabel mekanisme Good Corporate Governance, modal intelektual, dan growth untuk membuktikan bagaimana pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. Selain itu, obyek penelitian yang dipilih adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan memiliki informasi atas elemen yang akan digunakan dalam penelitian. Jangka waktu yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dalam kurun waktu lima tahun laporan keuangan. Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Modal Intelektual, dan Growth terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)”. 9 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan, maka dapat diidentifikasikan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pemahaman Good Corporate Governance, modal intelektual, dan growth (pertumbuhan perusahaan) dapat meningkatkan nilai perusahaan mulai dikenal oleh pelaku bisnis tetapi dalam praktiknya belum semua pelaku bisnis menerapkannya. 2. Masih adanya kesenjangan dalam penelitian antara mekanisme Good Corporate Governance, modal intelektual, dan growth (pertumbuhan perusahaan) dalam pengaruhnya kepada nilai perusahaan. Sebagaimana dijelaskan mengenai identifikasi masalah yang ada, maka rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain: 1. Apakah kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2015? 2. Apakah kepemilikan institusional mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2015? 3. Apakah komite audit mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2015? 4. Apakah modal intelektual mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2015? 10 5. Apakah growth mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2015? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui bukti empiris pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2015 2. Mengetahui bukti empiris pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2015 3. Mengetahui bukti empiris pengaruh komite audit terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2015 4. Mengetahui bukti empiris pengaruh modal intelektual terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2015 5. Mengetahui bukti empiris pengaruh growth (pertumbuhan perusahaan) terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2015 11 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian mencakup tiga hal, yaitu manfaat teoritis, manfaat praktis, serta manfaat kebijakan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berbagai pihak sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Pengujian atas teori melalui penelitian empiris diharapkan hasilnya menolak ataupun mengukuhkan serta merevisi teori yang berhubungan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam bidang keuangan maupun penelitian sejenis dan dapat menambah wawasan tentang nilai perusahaan. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memecahkan masalah praktis yang dialami investor maupun perusahaan yang membutuhkan cara menambah nilai perusahaan. Penelitian ini dapat digunakan oleh manajer untuk landasan pengambilan keputusan sehingga dapat cepat memberikan saran inovasi bagi perusahaan yang akan melakukan ekspansi. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan pemilihan variabel penelitian bagi peneliti berikutnya untuk dikembangkan lebih lanjut. 3. Manfaat kebijakan Memberikan masukan bagi pemerintah sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan regulasi yang sesuai pada perusahaan yang go public terkait dengan good corporate governance, modal intelektual maupun growth (pertumbuhan perusahaan) dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan. 12 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memberikan batasan masalah agar dapat memberikan pemahaman sesuai permasalahan dengan lebih terarah pada tujuan. Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup mekanisme Good Corporate Governance yang terdiri atas kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, serta komite audit; modal intelektual dan growth pada perusahaan publik sektor manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2011 hingga 2015.