bab 2 landasan teori

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Hot Air Balloon
Balon udara adalah salah satu alat terbang manusia yang paling tua,
dengan konsep dan teknologi yang sederhana dibandingkan dengan mesin
terbang yang lainnya. Di sisi yang lain balon udara sangatlah berbeda apabila
dibandingkan dengan mesin / alat terbang di era modern, berbeda dengan cara
manuver pesawat terbang ataupun helikopter yang dapat berpindah / berganti
arah terbang secara cepat, balon udara sangatlah bergantung pada angin dan
tidak dapat digerakan ataupun diterbangkan untuk bermanuver secara
terkendali.
Menurut U.S. Department of Transportation Federal Aviation Administration
(2008), balon udara terdiri atas envelope yang diisi dengan gas yang
dihasilkan oleh sistim pemanas. Gas yang dihasilkan tersebut sifatnya lebih
ringan bila dibandingkan dengan udara atmosfir disekitarnya. Udara di dalam
envelope yang lebih ringan dan tidak serapat udara disekitarnya akan
mengakibatkan sebuah balon udara untuk naik keudara dan mengangkat orang
ataupun isi keranjang / basket lainnya. Buoyancy atau konsep daya apung
yang dihasilkan dari sistim pemanas untuk menaikan atau menurunkan
temperatur udara akan menghasilkan perbedaan tekanan cairan diudara antara
9 10 bagiaan atas dan bawah untuuk mengubaah ketinggiaan terbang sebuah
s
hot air
a
ballo
oon.
Gambar 2.1 Istilah Hoot Air Balloonn (Sumber Gaambar : U.S. Department
D
o
of
Tran
nsportation Federal
F
Aviatioon Administraation (2008). Balloon Flyiing Handbookk.)
Bagian – Bagian darii hot air ballloon :
d
ballooon pada um
mumnya terbuuat
1. Envellope : Yang biasa juga disebut
dari kombinasi
k
a
antara
nilon ataupun poolyester merrupakan unssur
pembbuat yang serrupa dengann bahan yangg biasa dijum
mpai di parassut
era modern.
m
Enveelope dibuatt dengan tenuunan yang sangat
s
erat dan
d
dilapiisi dengan bahan
b
yang membuatnyya ketat udara dan tahhan
lama.. Penggunaaan nilon padaa hot air ballloon adalahh karena bahhan
11 tersebut ringan, kokoh serta memiliki titik leleh yang tinggi.
Bagian bawah dari envelope yang berdekatan dengan burner /
heating system terbuat dari bahan yang disebut Nomex, bahan
tersebut digunakan karena tahan akan api sehingga diletakkan
didaerah terpanas dari hot air balloon. Envelope dewasa ini
sangatlah bervariasi dari sisi bentuk, warna dan ukuran yang
membuat hot air balloon terlihat unik, menarik dan indah bila
diterbangkan di udara.
2. Basket : Adalah tempat barang ataupun penumpang, pada
umumnya basket terbuat dari bahan yang kuat, lentur, ringan dan
dapat bervariasi dalam bentuk dan ukuran.
3. Burner / Heating system : Sistim pemanas balon udara pada
umumnya menggunakan alat pembakaran tunggal atau ganda yang
berfungsi untuk mengkonversikan bahan bakar yang berada
didalam tangki. Tangki bahan bakar akan menyimpan propana cair
(LPG) untuk dijadikan udara panas dengan cara dibakar. Propana
adalah bahan bakar dari gas cair yang umumnya digunakan karena
propana memiliki titik didih yang rendah dan tidaklah berbau
dalam bentuk gas. Dari sisi keamanan, Propana juga ditambahkan
senyawa kimia (ethyl mercaptan) yang akan menghasilkan bau
yang kuat sebagai indikator kebocoran gas, namun senyawa
tersebut akan hilang baunya apabila terbakar sehingga dapat
berguna untuk memberi seorang pilot indikasi keamanan bila
12 terdappat masalahh pada tabunng gas proppana sebelum
m atau disaaat
penerrbangan ballon udara. (U.S.
(
Deparrtment of Transportatio
T
on
Federral Aviation Administrattion, 2008)
Gambar 2.2 Konfigurrasi Sistim Pem
manas
13 Gambar 2.3 Skema Sistim Bahan Bakar (Sumber Gambar : U.S.
Department of Transportation Federal Aviation Administration, 2008.
Balloon Flying Handbook.)
2.1.1
Lisensi Pilot Hot Air Balloon
Hot air balloon terdaftar dan termasuk dalam kategori pesawat,
sama seperti fix wing aircraft atau helikopter. Hot air balloon adalah
alat transportasi udara yang mengkedepankan keamanan dan bukan
kegiatan yang bisa dianggap enteng. Pilot hot air balloon harus
kompeten dalam mengoperasikan balon, memiliki pengetahuan dan
keahlian untuk dapat mengatasi masalah atau keadaan yang mungkin
timbul dalam penerbangan. Selain itu, seorang pilot akan bertanggung
jawab untuk keselamatan orang-orang / penumpang yang dibawanya
di dalam keranjang hot air balloon.
Seorang pilot hot air balloon sebagai orang yang bertanggung jawab
dalam penerbangan haruslah memegang lisensi pilot sah yang
dikeluarkan oleh Otoritas Penerbangan Sipil (Civil Aviation Authority)
khusus untuk hot air balloon yang dikenal sebagai Private Pilot
License / PPL (B) untuk penerbangan pribadi dan Commercial Pilot
License
/
CPL
(http://www.bbac.org)
(B)
untuk
penerbangan
komersial.
14 Hot air balloon sendiri diatur secara internasional dalam Civil
Aviation Safety Regulation (CASR) dan diatur oleh Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara (DKUPPU) dibawah Kementrian Perhubungan
Republik Indonesia.
Indonesia sendiri belum memiliki sekolah penerbangan khusus Hot air
balloon. Maka untuk dapat menerbangkan hot air balloon di udara
Indonesia, seorang calon pilot haruslah mengambil Private Pilot
license / Commercial Pilot License di negara yang memiliki sekolah
penerbangan khusus hot air balloon. Contoh negara yang memiliki
sekolah pelatihan penerbangan hot air balloon adalah Australia dan
Inggris yang akan dijadikan sebagai acuan untuk business model
creation ini. Setelah seorang pilot memenuhi persyaratan Private Pilot
license / Commercial Pilot, maka seorang pilot akan mendapatkan
lisensi untuk dapat menerbangkan hot air balloon yang kemudian
harus mendapatkan izin dari DKUPPU untuk dapat terbang di udara
Indonesia.
Persyaratan untuk menjadi seorang pilot hot air balloon bila mengacu
pada negara Inggris adalah sebagai berikut :
Untuk memenuhi persyaratan untuk Private Pilot license:
1. Mempunyai jam terbang diatas hot air balloon minimal 16 jam
2. Telah 6 kali melakukan penerbangan
15 3. Melakukan 4 penerbangan dengan instruktur berlisensi dan 2
penerbangan sisa dapat dilakukan dengan pemegang PPL (B)
4. Menyimpan log / catatan pelatihan penerbangan
5. Direkomendasikan dan disetujui untuk uji terbang oleh instruktur
6. Melakukan flight test examination yang diuji oleh pemeriksa dari
Civil Aviation Authority
7. Melakukan penerbangan sendiri / solo dibawah pengawasan
penguji
8. Mengambil ujian tertulis dalam peraturan penerbangan, navigasi,
meteorologi, sistem hot air balloon.
9. Deklarasi kebugaran secara medis yang ditandatangani oleh dokter
10. Menyelesaikan ujian tertulis dan uji terbang dalam waktu 24 bulan
Untuk memenuhi persyaratan untuk Commercial Pilot license (B)
yang dibatasi (restricted):
1. Memiliki sertifikat medis class 2 (private pilot)
2. Mempunyai jam terbang sebagai pilot in command menerbangkan
hot air balloon minimal 75 jam
3. Melakukan General flight test yang diawasi oleh Civil Aviation
Authority
4. Mengambil ujian tertulis dalam peraturan penerbangan, navigasi,
meteorologi, sistem hot air balloon.
16 5. Deklarasi kebugaran secara medis yang ditandatangani oleh
dokter.
2.2
Perilaku Konsumen (Customer Behavior)
Menurut Solomon (1996). Perilaku konsumen akan melibatkan
keputusan tertentu, kegiatan, ide atau pengalaman yang memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal ini berkaitan dengan semua kegiatan
yang terlibat langsung dalam memperoleh, mengkonsumsi atau membuang
produk dan jasa. Dalam konteks pariwisata, faktor kompleks yang
mempengaruhi wisatawan dalam keputusan pembelian akhir adalah tawaran
dengan nilai emosional bagi pelanggan. Memahami cara konsumen membuat
keputusan dan faktor-faktor yang memotivasi serta mendorong wisatawan
untuk melakukan pembelian tertentu yang harus mempertimbangkan
kebutuhan, kebiasaan konsumen, preferensi konsumen, segmentasi pasar
pariwisata, serta faktor-faktor motivasi seperti budaya, pribadi, emosional,
status, pengembangan pribadi, dan fisik.
2.3
Pariwisata (Tourism)
17 Menurut L. Burgess et al (2011). Pariwisata dan perjalanan adalah
curious product, dimana mereka ada hanya sebagai informasi pada titik
penjualan dan oleh karena itu, tidak dapat dicicipi sebelum keputusan untuk
membeli dibuat. Intangibility tersebut merupakan faktor untuk sektor jasa
secara umumnya. Pencarian informasi yang digunakan untuk merencanakan
perjalanan mungkin memakan waktu lebih lama, yang melibatkan penggunaan
sumber informasi lebih dari pencarian informasi di kategori lain.
Industri pariwisata juga ditandai dengan penawaran dari bisnis pelengkap.
Misalnya, wisatawan sering menggunakan berbagai layanan termasuk
perjalanan udara, penyewaan mobil, akomodasi hotel dan wisata tambahan,
dimana layanan – layanan ini biasanya disediakan oleh perusahaan /
organisasi yang berbeda.
2.3.1
Tourism Industry
Menurut L. Burgess et al (2011). Ukuran dan pertumbuhan
potensi industri pariwisata di seluruh dunia ditunjukkan pada angkaangka terbaru dari United Nations World Tourism Organisation
(UNWTO). Barometer Pariwisata UNWTO menunjukkan peningkatan
6% dari sektor pariwisata pada tahun 2007. Sementara penurunan
selama kurun waktu krisis ekonomi dunia 2008 sampai 2009,
pariwisata menurun jauh lebih sedikit (4% penurunan) dari sektor
18 ekspor (12% penurunan) dan menurut UNWTO pertumbuhan tahun
2010 sebesar menjadi bukti pemulihan sektor pariwisata setelah krisis
ekonomi. Sektor wisata adalah salah satu industri terbesar dan paling
menguntungkan di dunia, pariwisata telah juga telah diidentifikasi
sebagai pendorong penting bagi pembangunan daerah. Peluang
pariwisata baru akan sangat tergantung pada jenis dan kualitas aset
alam suatu daerah, kapasitas pengelolaan organisasi, operator regional
pariwisata, serta tingkat dukungan dari pemerintah di semua tingkatan.
Pariwisata menjadi semakin penting untuk meningkatkan ekonomi
regional, memberikan kesempatan bagi daerah untuk mengembangkan
dan tumbuh secara berkelanjutan.
Industri pariwisata menyediakan berbagai macam produk dan layanan
dengan
segmen
petualangan,
budaya,
warisan,
transportasi,
akomodasi, ritel dan perhotelan. Kerjasama penting antara pemerintah
dengan sektor pariwisata lokal dalam menyediakan upaya pemasaran
yang terkoordinasi dan komprehensif, serta bertindak sebagai titik
masuk untuk akses pengunjung ke operator dan penyedia pariwisata,
dimana wisatawan dan pengunjung akan diberikan informasi tentang
atraksi, akomodasi dan layanan yang ditawarkan di kawasan tersebut.
2.4
Destination Marketing
19 Destination Marketing adalah proses komunikasi dengan calon
pengunjung yang potensial untuk mempengaruhi preferensi tujuan perjalanan,
sebelum akhirnya menentukan tujuan dan produk pilihan. Tindakan
dilaksanakan dalam tahap Destination Marketing harus didukung oleh metode
penemuan, yaitu Destination Planning, serta dilanjutkan dengan proses dan
kegiatan yaitu Destination Development.
Agar Destination Marketing berhasil maka harus melibatkan :
1. Pemahaman motivasi dan preferensi pengunjung dalam proses
pengambilan
keputusan,
perencanaan
perjalanan
mereka
dan
bagaimana perilaku tersebut berubah dari waktu ke waktu.
2. Mengidentifikasi calon pengunjung yang cocok dengan Destination
Attraction dan pengalaman serta menyelaraskan dengan nilai-nilai
masyarakat.
3. Mengembangkan Strategic Marketing Plan untuk memberikan arahan
kegiatan tujuan pemasaran.
4. Kerjasama para pemangku kepentingan agar dapat melaksanakan
kegiatan pemasaran yang utama, termasuk:
5. Tindakan promosi dan iklan yang relevan untuk mempengaruhi
persepsi pengunjung, kesadaran dan pilihan tujuan.
20 6. Penjualan yang efektif dan saluran distribusi untuk memungkinkan
konversi niat untuk mengunjungi ke kunjungan yang sebenarnya.
7. Pengembangan program pemasaran kerjasama organisasi dan bisnis
pariwisata untuk memberikan sinergi antara sumber daya serta
meningkatkan potensi kunjungan suatu destinasi.
Sumber : http://www.sustainabletourismonline.com/destinations-andcommunities/implementation/destination-marketing
2.5 Wisatawan
2.5.1
Pengertian Wisatawan
Wisatawan adalah seseorang tanpa membedakan ras, jenis
kelamin, bahasa, agama, yang memasuki wilayah suatu negara yang
mengadakan perjanjian lain daripada negara di mana orang itu
biasanya tinggal dan berada disitu kurang dari 24 jam dan tidak lebih
dari 6 bulan, di dalam jangka waktu 12 bulan berturut-turut, untuk
tujuan non-imigran yang legal, seperti perjalanan wisata, rekreasi,
olahraga, kesehatan, alasan keluarga, studi, ibadah keagamaan atau
urusan usaha (Spillane, 1987). Dalam penulisan ini definisi wisatawan
adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk
berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan serta
kunjungannya. Dari beberapa batasan yang telah disebut di atas, maka
21 secara umum didapat ciri-ciri tentang seseorang yang disebut sebagai
wisatawan, yaitu: perjalanan yang dilakukan lebih dari 24 jam,
perjalanan tersebut hanya untuk sementara waktu, dan orang yang
melakukan perjalanan itu tidak mencari nafkah di tempat atau negara
yang dikunjunginya. Para wisatawan pun mempunyai motif untuk
mengadakan perjalanan wisata, motif-motif wisata dibagi menjadi
empat kelompok yaitu (McIntosh dalam Yoeti, 2008) :
1. Motif fisik, motif ini berhubungan dengan kebutuhan badaniah /
fisik seperti olahrga, istirahat, kesehatan, dan sebagainya.
2. Motif budaya, motif ini adalah sifat dari wisatawan, dimana
mereka ingin mempelajari atau memahami tata cara dan
kebudayaan bangsa atau daerah lain seperti kebiasaan penduduk,
kehidupan sehari-hari, musik, tarian, dan sebagainya.
3. Motif interpersonal, motif ini terlahir dari keinginan wisatawan
untuk bertemu dengan keluarga, teman, tetangga, atau orang-orang
tertentu seperti artis atau tokoh politik.
4. Motif status atau prestise, motif ini didasari atas anggapan bahwa
orang yang pernah mengunjungi tempat / daerah lain melebihi
sesamanya yang tidak pernah bepergian akan menaikkan gengsi
bahkan statusnya.
2.5.2 Jenis dan Macam-macam Pariwisata
22 Walaupun banyak jenis pariwisata dan tujuan perjalanan yang
terdapat di daerah wisata yang dapat menarik kustomer untuk
mengunjunginya, dapat pula diketahui jenis pariwisata yang mungkin
layak untuk dikembangkan dan mengembangkan jenis sarana dan
prasarana yang mendukung kegiatan pariwisata tersebut, jenis-jenis
pariwisata tersebut adalah (Spillane, 1987):
1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism), jenis
pariwisata ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat
tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar yang baru, untuk
bersantai, untuk menikmati keindahan alam, untuk menikmati
hikayat rakyat suatu daerah, untuk menikmati hiburan, dan
sebagainya.
2. Pariwisata untuk rekreasi (recreation tourism), jenis pariwisata ini
dilakukan oleh orang yang menghendaki hari-hari libur untuk
istirahat serta untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan
rohani yang akan menyegarkan keletihan dan kelelahannya.
3. Pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism), jenis pariwisata ini
ditandai oleh adanya rangkaian motivasi seperti keinginan untuk
belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset untuk mempelajari adat
istiadat, cara hidup masyarakat negara lain, dan sebagainya.
4. Pariwisata untuk urusan usaha / bisnis (business tourism), jenis
pariwisata ini menekankan unsur perjalanan yang menggunakan
23 waktunya untuk keperluan bisnis bersamaan dengan menikmati
dirinya sebagai wisatawan yang mengunjungi berbagai obyek
wisata dan jenis pariwisata lainnya.
5. Pariwisata untuk olahraga (sports tourism), jenis pariwisata ini
bertujuan untuk tujuan olahraga, baik hanya untuk menjadi
penonton olahraga atau ditujukan bagi mereka yang ingin
melakukan kegiatan olahraga. Pariwisata ini dapat dibagi lagi
menjadi dua kategori:
a. Big sports event, yaitu peristiwa-peristiwa oahraga besar
seperti Olimpiade, Piala Dunia Sepakbola, kejuaraan tinju
dunia, dan lain-lain yang menarik perhatian bagi penonton
atau penggemarnya.
b. Sporting tourism for practitioners, yaitu pariwisata olahraga
bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri
seperti pendakian gunung, olahraga berkuda, berburu,
memancing dan lain-lain.
6. Pariwisata untuk konvensi (convention tourism), banyak negara
yang tertarik dan menganggap jenis pariwisata ini dengan
banyaknya hotel atau bangunan-bangunan yang khusus dilengkapi
untuk menunjang convention tourism.
Berdasarkan sifat perjalanan dan lokasi dimana perjalanan dilakukan,
wisatawan dapat diklarifikasikan sebagai berikut (Yoeti, 1982):
24 1. Foreign Tourist atau wisatawan asing adalah orang yang melakukan
perjalanan wisata yang datang memasuki suatu negara lain yang
bukan merupakan negara dimana dia biasanya tinggal, istilah
wisatawan asing saat ini populer dengan sebutan Wisatawan
Mancanegara.
2. Domestic Foreign Tourist adalah orang asing yang berdiam atau
bertempat tinggal pada suatu negara yang melakukan perjalanan
wisata di wilayah negara di mana dia tinggal. Orang tersebut bukan
warga negara dimana dia berada tetapi Warga Negara Asing
(WNA) yang karena tugas dan kedudukannya menetap dan tinggal
pada suatu negara.
3. Domestic Tourist adalah Wisatawan Dalam Negeri (WDN) yaitu
seorang warga negara yang melakukan perjalanan di negaranya,
wisatawan semacam ini lebih dikenal dengan istilah wisatawan
lokal / wisatawan nusantara.
4. Indigenous Foreign Tourist adalah warga suatu negara tertentu
yang karena tugas atau jabatannya berada di luar negeri dan pulang
ke negara asalnya untuk melakukan perjalanan wisata di wilayah
negaranya sendiri.
5. Transit Tourist adalah wisatawan yang sedang melakukan
perjalanan wisata ke suatu negara tertentu yang menumpang kapal
udara atau kapal laut ataupun kereta api yang terpaksa singgah pada
suatu pelabuhan / airport / stasiun bukan atas kemauannya sendiri.
25 Biasanya keadaan ini terjadi apabila ada pergantian moda
transportasi yang digunakan untuk meneruskan perjalanan ke
negara tujuan, menambah penumpang atau mengisi bahan bakar
dan kemudian melanjutkan perjalanan ke tujuan semula. Waktu
yang cukup lama untuk pergantian tersebut itulah yang digunakan
oleh penumpang untuk menikmati tempat yang disinggahinya.
6. Business Tourist adalah orang yang mengadakan perjalanan untuk
tujuan bukan wisata, tetapi perjalanan wisata itu dilakukan setelah
tujuan utamanya selesai. Sehingga perjalanan wisata merupakan
perjalanan sekunder setelah tujuan primernya.
2.6 Business Model Canvas
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010), Business Model menciptakan
secara rasional bagaimana sebuah organisasi diciptakan, disampaikan dan
memberikan value atau nilai kepada konsumen. Tertulis pada buku yang di
ciptakan oleh keduanya, bahwa Osterwalder & Pigneur menjabarkan
mengenai pendekatan model bisnis yang diberi nama canvas untuk
memudahkan pebisnis mengkaji ulang seluruh Business Process yang di
terapkan olehnya, sehingga diharapkan mampu menciptakan pebisnis yang
semakin
kompetitif
dalam
menciptakan
bisnis-bisnis
terbaru.
Canvas diciptakan berdasarkan sebuah framework yang dinamakan “Nine
Building Block”, seperti gambar berikut :
26 Gambar 2.4 Struktur Model Bisnis
Sumber Gambar : Osterwalder & Pigneur (2010)
Model ini terdiri dari 9 blok pembangunan model bisnis dasar, yaitu:
1. Customer Segments
Customer Segment Building Block menjelaskan mengenai
bagaimana kita menjangkau berbagai kelompok orang ataupun
organisasi perusahaan, dengan tujuan agar mampu melayani dan
memberikan value kepada mereka.
Berbagai jenis Customer Segment yang digunakan dalam business
model tersebut adalah :
a. Mass Market
Business Model yang menggunakan model yang tidak
membedakan antara segmen pelanggan yang berbeda.
b. Niche Market
27 Business Model yang menggunakan model Niche Market
menyasar
segmen
pelanggan
yang
spesifik
dan
terspesialisasi. Value Proposition, Distribution Channels,
dan
Customer
Relationship
dibuat
khusus
untuk
kebutuhan Niche Market.
c. Segmented Market
Business Model yang menggunakan model Segmented
Market membedakan segmen pasar dari kebutuhan dan
masalahnya masing-masing.
2. Value Proposition
Value Proposition Building Block menggambarkan gabungan
antara produk dan layanan yang menciptakan nilai untuk Customer
Segments.
Value
Proposition
adalah
alasan
yang
membuat
pelanggan beralih dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Value
Proposition dapat memecahkan masalah pelanggan atau memuaskan
kebutuhan pelanggan.
28 Berbagai jenis Customer Segment yang digunakan dalam business
model tersebut adalah :
a. Newness
Beberapa Value Proposition memenuhi berbagai kebutuhan
pelanggan yang belum pernah mereka terima sebelumnya.
Hal ini biasa terkait dengan teknologi, tetapi tidak selalu,
misalnya telepon seluler yang menciptakan industri baru di
seputar bisnis telekomunikasi.
b. Customization
Menyesuaikan produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
spesifik pelanggan seacara individu atau segmen pelanggan
yang
juga
menciptakan
value.
Pendekatan
ini
memungkinkan untuk menyesuaikan produk dan jasa
dengan tetap meraih keunggulan skala ekonomi.
c. Brand / Status
Pelanggan dapat menemukan value dalam sebuah tindakan
yang sederhana karena menggunakan atau memasang
merek tertentu. Misalnya, memakai jam tangan Rolex yang
menunjukkan prestise / kekayaan.
29 d. Price
Menawarkan value yang sama pada harga yang lebih
rendah sering dilakukan untuk memuaskan kebutuhan
segmen pelanggan yang sensitif terhadap harga. Akan
tetapi, proposisi Value Proposition harga murah memberi
implikasi penting bagi seluruh model bisnis.
e. Cost Reduction
Membantu pelanggan mengurangi biaya sebagai upaya
untuk menciptakan value.
f. Risk Reduction
Pelanggan menghargai pengurangan risiko yang muncul
ketika mereka membeli suatu produk atau jasa.
g. Accessibility
Menyediakan produk atau jasa bagi pelanggan yang
sebelumnya sulit mengakses produk atau jasa sebagai
upaya untuk menciptakan value.
3.
Channels
30 Channels Building Block menggambarkan bagaimana sebuah
perusahaan berkomunikasi dengan Customer Segment dan menjangkau
mereka untuk memberikan Value Proposition. Channels adalah titik
sentuh pelanggan yang sangat berperan dalam setiap kejadian yang
mereka alami.
Channel memiliki beberapa tahap / fase, yaitu :
a. Awareness
Bagaimana meningkatkan kesadaran terhadap produk dan
jasa perusahaan?
b. Evaluation
Bagaimana membantu pelanggan mengevaluasi value
proposition organisasi?
c. Purchase
Bagaimana memungkinkan pelanggan membeli produk dan
jasa spesifik kita?
d. Delivery
Bagaimana menyampaikan value proposition
pelanggan?
e. After Sales
kepada
31 Bagaimana memberikan dukungan purnajual kepada
pelanggan?
4.
Customer Relationship
Customer
Relationship
Building
Block
menggambarkan
berbagai jenis hubungan yang dibangun perusahaan bersama segmen
pelanggan yang spesifik. Relationship dapat bervariasi mulai dari yang
bersifat pribadi sampai otomatis. Customer Relationship dapat
didorong oleh motivasi berikut :
a. Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition)
b. Retensi Pelanggan (Customer Retention)
c. Meningkatkan Penjualan (Boosting Sales / Upselling)
Kita dapat membedakan beberapa kategori Customer Relationship,
yang mungkin sudah ada dalam Company’s Relationship dengan
segmen pelanggan tertentu :
a.
Dedicated Personal Assistance
Dalam hubungan jenis ini, perusahaan menugaskan petugas
pelayanan pelanggan yang khusus di peruntukkan bagi
klien individu. Jenis hubungan ini paling dalam dan paling
32 intim, dan biasanya dikembangkan dalam jangka waktu
panjang.
5.
Revenue Stream
Revenue Stream Building Block menggambarkan pendapatan
yang dihasilkan perusahaan dari masing-masing segmen pelanggan
(Cost harus mengurangi revenue untuk menghasilkan pemasukan).
Jika pelanggan adalah inti dari Business Model, perusahaan harus
bertanya kepada dirinya sendiri, untuk value apakah masing-masing
segmen pelanggan benar-benar bersedia membayar. Jika pertanyaan
tersebut dapat terjawab, maka perusahaan dapat menciptakan satu atau
lebih revenue stream dari masing-masing segmen pelanggan. Model
bisnis menjalankan dua jenis revenue stream:
a. Transaction Revenue yang dihasilkan dari satu kali
pembayaran pelanggan.
b. Recurring Revenue yang dihasilkan dari pembayaran
berkelanjutan baik untuk memberikan value proposition
kepada
pelanggan
maupun
menyediakan
pelanggan pasca-pembelian.
Ada beberapa cara untuk membangun revenue stream :
a.
Asset Sale
dukungan
33 Pengertian revenue stream yang paling luas berasal dari
penjualan hak kepemilikan atas produk fisik.
b.
Usage Fee
Revenue stream dihasilkan dari penggunaan jasa tertentu,
semakin sering layanan tersebut digunakan maka semakin
banyak pula pelanggan yang membayar.
c.
Brokerage Fee
Revenue stream ini bersumber dari layanan perantara yang
di lakukan atas nama dua pihak atau lebih.
d.
Advertising
Revenue
stream
ini
dihasilkan
dari
biaya
untuk
mengiklankan produk, servis, atau merek tertentu.
6.
Key Resources
Key Resources Building Block menggambarkan asetaset terpenting yang diperlukan agar sebuah business model
dapat berfungsi. Setiap business model memerlukan key
resources, dimana resources memungkinkan perusahaan
menciptakan dan menawarkan value proposition, menjangkau
pasar, mempertahankan hubungan dengan Customer Segment,
dan memperoleh pendapatan / keuntungan. Kebutuhan key
34 resources berbeda-beda sesuai jenis business model, sumber
daya utama dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Physical : Kategori ini meliputi semua bentuk aset fisik
seperti fasilitas pabrik, bangunan, kendaraan, mesin,
sistem, sistem titik penjualan, dan jaringan distribusi.
b. Intellectual : Intellectual resources seperti merek (brand),
pengetahuan yang di lindungi paten dan hak cipta,
kemitraan,
serta
komponen-komponen
database
yang
pelanggan
semakin
merupakan
penting
dalam
business model yang kuat. Intellectual resources sulit di
kembangkan, tetapi jika berhasil akan memberikan nilai
yang sangat berarti.
c. Human
:
Setiap
perusahaan
memerlukan
Human
resources, tetapi orang-orang akan menonjol dalam model
bisnis tertentu.
d. Financial : Beberapa business model membutuhkan
sumber daya finansial dan atau jaminan finansial, seperti
uang tunai, kredit, atau opsi saham untuk merekrut
karyawan andalan.
7.
Key Activities
35 Key Activities Building Block menggambarkan hal-hal
terpenting yang harus dilakukan perusahaan agar dapat
beroperasi dengan sukses. Seperti halnya key resources, key
activities juga diperlukan untuk menciptakan dan memberikan
value
proposition,
menjangkau
pasar,
mempertahankan
customer relationship, dan memperoleh revenue. Seperti key
resources, key activities juga akan berbeda-beda sesuai dengan
business
model
yang
digunakannya.
Key
activities
dikategorikan sebagai berikut :
a. Problem Solving
Key Activities jenis ini terkait dengan penawaran solusi
baru untuk masalah-masalah pelanggan individu. Kegiatan
konsultan, rumah sakit, dan organisasi jasa lain biasanya di
dominasi aktivitas pemecahan masalah.
8.
Key Partnership
Key Partnership Building Block menggambarkan
jaringan pemasok dan mitra yang membuat model bisnis dapat
bekerja. Perusahaan membentuk kemitraan dengan berbagai
alasan, dan kemitraan menjadi landasan dari berbagai business
model. Perusahaan menciptakan aliansi untuk mengoptimalkan
36 business
model,
mengurangi
risiko,
atau
memperoleh
resources dari kemitraan tersebut. Kita dapat membedakan
empat jenis kemitraan yang berbeda :
a. Strategic alliances antara non-kompetitor.
b. Coopetition kemitraan strategis antar pesaing.
c. Joint ventures untuk mengembangkan bisnis baru.
d. Hubungan pembeli-pemasok untuk menjamin pasokan
yang dapat diandalkan.
Agar bermanfaat, maka di bedakan tiga motivasi dalam
membangun kemitraan :
a.
Optimisasi dan skala ekonomi : Bentuk paling mendasar
dari kemitraan atau hubungan antara pembeli-pemasok
dirancang untuk mengoptimalkan alokasi sumber daya dan
aktivitas. Tidak efisien dan tidak logis bagi sebuah
perusahaan
untuk
memiliki
semua
resources
atau
mengerjakan semua aktivitasnya sendiri. Optimisasi dan
skala
ekonomi
kemitraan
biasanya
dibuat
untuk
37 mengurangi
biaya,
dimana
sering
kali
melibatkan
outsourcing atau pemanfaatan infrastruktur bersama.
b.
Pengurangan risiko dan ketidakpastian : Kemitraan dapat
membantu
mengurangi
risiko
dalam
lingkungan
kompetitif yang bercirikan ketidakpastian. Bukan sesuatu
yang tidak biasa bagi pesaing untuk membentuk aliansi
strategis dalam satu area walaupun tetap bersaing di area
lainnya.
c.
Akuisisi resources dan aktivitas tertentu : Hanya sedikit
perusahaan yang memiliki semua sumber daya atau
melakukan semua aktivitas yang di gambarkan oleh
business model perusahaan tersebut. Kebanyakan mereka
lebih suka memperluas kemampuan dengan mengandalkan
perusahaan lain untuk melengkapi sumber dayanya atau
melaksanakan
aktivitas-aktivitas
tertentu.
Kemitraan
semacam ini muncul karena adanya kebutuhan untuk
memperoleh pengetahuan, lisensi, atau akses kepada
pelanggan.
9.
Cost Structure
38 Cost Structure Building Block menggambarkan semua
biaya yang di keluarkan untuk mengoperasikan business
model. Blok bangunan ini menjelaskan biaya terpenting yang
muncul
ketika
Menciptakan
customer
mengoperasikan
dan
memberikan
relationship,
dan
model
bisnis
value,
mempertahankan
menghasilkan
tertentu.
revenue,
menyebabkan timbulnya biaya. Perhitungan biaya semacam ini
relatif lebih mudah setelah key resources, key activities, dan
key
partnership
ditentukan.
Business
model
harus
meminimalkan biaya, Akan tetapi cost structure yang rendah
lebih penting bagi beberapa model bisnis daripada model bisnis
lainnya. Oleh karena itu cost structure di bedakan dalam dua
kelas, yaitu cost driven dan value driven.
a. Cost Driven
Business Model Cost Driven berfokus pada peminimalan
biaya. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan dan
mempertahankan cost structure seramping mungkin,
menggunakan value proposition dengan harga rendah.
b. Value Driven
Tidak
semua
perusahaan
memfokuskan
strateginya
terhadap implikasi biaya pada desain model bisnis tertentu,
39 fokus strategi difokuskan pada penciptaan nilai. Premium
value proposition dan layanan personalisasi biasanya
menjadi ciri bisnis model dengan strategi value driven.
Cost structure dapat memiliki karakteristik berikut :
a. Fixed Cost
Biaya-biaya yang tetap sama meskipun volume barang atau
jasa yang dihasilkan berbeda-beda.
b. Variable Cost
Biaya-biaya yang bervariasi secara proporsional dengan
volume barang atau jasa yang dihasilkan.
c. Economic of Scale
Keunggulan biaya yang dinikmati suatu bisnis ketika
produksinya berkembang.
d. Economic of Scope
Keunggulan biaya yang dinikmati bisnis terkait dengan
lingkup operasional yang lebih besar.
2.7
PESTEL Analysis
40 Menurut Thompson et al. (2014) Setiap perusahaan beroperasi dalam
ruang lingkup “Macro-Environment” yang terdiri dari 6 komponen utama:
Political Factors, Economic Conditions dalam lingkungan umum perusahaan
(local, country, regional, worldwide), Sociocultural Forces, Technological
Factors, Environmental Factors (Mengenali Lingkungan dan Alam Sekitar),
dan Legal / Regulatory Conditions. Masing-masing komponen memiliki
potensi perusahaan untuk mempengaruhi industri lebih cepat dan lingkungan
yang kompetitif, meskipun beberapa cenderung memiliki efek yang lebih
penting daripada yang lain. Analisis dampak faktor-faktor ini sering disebut
sebagai PESTEL Analysis, acronym yang berfungsi sebagai pengingat dari
enam komponen yang terlibat.
Enam komponen-komponen dari Macro-Environment adalah :
1. Political Factors
Faktor-faktor ini termasuk kebijakan politik dan proses politik, termasuk
sejauh mana pemerintah campur tangan dalam perekonomian. Mereka
termasuk hal-hal lain seperti tax policy, fiscal policy, tariffs, political
climate, dan strength of institution seperti sistem perbankan.
2. Economic Conditions
Kondisi ekonomi termasuk iklim umum ekonomi dan faktor-faktor
tertentu seperti interest rates, exchange rates, inflation rate, dan
unemployment rate, rate of economic growth, trade deficits / surplus,
41 savings rates, dan per capita domestic product. Faktor ekonomi juga
mencakup kondisi di pasar saham dan obligasi yang dapat mempengaruhi
kepercayaan konsumen dan pendapatan tambahan.
3. Sociocultural Forces
Sociocultural Forces termasuk nilai-nilai sosial, sikap, faktor budaya, dan
gaya hidup yang mempengaruhi bisnis, serta faktor demografi seperti
population size, growth rate, dan age distribution. Sociocultural forces
bervariasi oleh diberbagai daerah dan berubah dari waktu ke waktu.
4. Technological Factors
Technological
factors
termasuk
laju
perubahan
teknologi
dan
perkembangan teknis yang memiliki potensi efek luas pada masyarakat,
seperti rekayasa genetika dan nanotechnology. mereka termasuk lembaga
yang terlibat dalam menciptakan pengetahuan baru dan mengendalikan
penggunaan teknologi, seperti R&D consortia, incubator technology,
universitas yang disponsori, paten serta hak cipta hukum, dan kontrol
pemerintah melalui internet.
5. Environmental Forces
Ini termasuk pasokan ecological dan lingkungan seperti cuaca, iklim,
perubahan iklim, dan faktor-faktor terkait seperti kekurangan air. Faktor-
42 faktor ini dapat berdampak langsung terhadap industri seperti insurance,
Farming, Energy Production, dan pariwisata.
6. Legal and Regulatory Factors
Faktor-faktor ini meliputi peraturan dan undang-undang yang harus
dipatuhi
perusahaan
seperti
undang-undang
konsumen,
hukum
perburuhan, hukum antitrust, dan kesehatan kerja serta peraturan
keselamatan.
2.8
Porter’s Five Forces Analysis
Kegunaan analisa five forces ini adalah untuk memahami dan
mengatasi persaingan. Seringkali, penentuan persaingan terlalu sempit,
seolah-olah hanya terjadi di antara para pesaing langsung. Persaingan untuk
dalam mendapatkan keuntungan yang melampaui saingan industri akan
berpengaruh pada empat kekuatan lain yang kompetitif juga yaitu customers,
suppliers, potential entrants, dan substitute products. Untuk memahami
persaingan industri dan profitabilitas, seseorang harus menganalisis struktur
dasar industri dalam hal Five Forces.
43 Gambar 2.5 Five Forces
(Sumber Gambar : https://hbr.org/resources/images/article_assets/hbr/0801/R0801E_A.gif )
1. Threat of New Entrants
Pendatang baru untuk industri membawa kapasitas baru dan keinginan
untuk mendapatkan pangsa pasar dengan menempatkan tekanan pada
harga, biaya dan tingkat investasi yang diperlukan untuk bersaing. Ketika
pendatang
baru
terdiversifikasi
dari
pasar
lain,
mereka
dapat
memanfaatkan kemampuan yang ada dan arus kas yang tersedia untuk
menggoyang kompetisi. Oleh karena itu, new entrants menempatkan cap
pada potensi keuntungan dari suatu industri. Ketika tingkat ancaman
tinggi, pemain lama harus dapat menahan harga atau dapat meningkatkan
investasi untuk mencegah pesaing baru. Ancaman (threat) dalam suatu
44 industri tergantung pada besarnya batasan (barrier), dan terdapat pula
reaksi pendatang yang berharap pada para pemain lama. Jika barrier
rendah dan pendatang baru berharap sedikit pembalasan dari entrenched
competitors, maka threat of new entrants yang terjadi tinggi dan
profitabilitas industri dimoderasi.
2. Bargaining Power of Suppliers
Powerful supplier mendapatkan lebih banyak value untuk diri mereka
sendiri dengan cara membebankan harga yang lebih tinggi, membatasi
kualitas atau jasa, atau menggeser biaya kepada peserta industri. Powerful
supplier, termasuk supplier tenaga kerja, dapat menekan profitabilitas dari
industri yang tidak mampu untuk menyamakan peningkatan biaya dari
harga mereka sendiri.
3. Bargaining Power of Buyers
Powerful customers dapat mendapatkan value lebih dengan cara memaksa
agar harga turun, menuntut kualitas yang lebih baik atau layanan yang
lebih (sehingga dapat menaikkan biaya), dan umumnya permainan para
peserta industri adalah dengan cara melawan satu sama lain, semua
dilakukan dengan mengorbankan profitabilitas industri. Pembeli akan kuat
jika mereka mampu mempengaruhi negosiasi secara relatif terhadap
pelaku industri, terutama jika mereka price sensitive, serta dapat
45 menggunakan kekuatan mereka terutama untuk menekan penurunan
harga.
4. Threat of Substitute Product and Service
Pengganti (substitute) produk atau jasa menawarkan / memberikan hal
yang sama atau fungsi yang sama dengan berbagai cara. Contohnya antara
lain video conferencing adalah pengganti untuk travel, plastik adalah
pengganti aluminium, E-mail menggantikan pos kilat. Dimana terkadang
ancaman substitusi terjadi secara downstream atau tidak langsung, ketika
pemain substitusi menggantikan produk industri pembeli.
5. Rivalry Among Existing Competitors
Didalam Rivalry Among Existing Competitors banyak bentuk yang
kesamaan termasuk potongan harga, pengenalan produk baru, kampanye
iklan, dan perbaikan layanan. Persaingan dengan tingkat yang tinggi
mampu membatasi profitabilitas industry, dimana persaingan mampu
mendorong kepada potensi keuntungan industri tertentu. Pertama, pada
intensitas perusahaan bagaimana cara mereka bersaing dan kedua, atas
dasar bagaimana mereka bersaing.
(Sumber : Porter, E., Michael (2008). The Five Competitive Force That Shape
Strategy. Diakses Tanggal May 5, 2015, from https://hbr.org/2008/01/the-fivecompetitive-forces-that-shape-strategy)
46 2.9
Five Generic Competitive Strategy
Five generic competitive strategy secara umum digunakan untuk
mengatur
perencanaan
perusahaan
seperti
mengintai
posisi
pasar,
menjalankan operasi bisnis dan berencana dalam menghadapi perubahan
pasar, menghadapi rival / persaingan, serta untuk memperkuat posisi
perusahaan dipasaran agar dapat memberikan nilai / value yang dapat
membuat pelanggan merasa senang. (Thompson, Strickland, dan Gamble,
2014)
1. A low cost provider
Tujuannya adalah untuk menerapkan strategi agar biaya keseluruhan lebih
rendah dari persaingan / rival untuk produk atau jasa yang sebanding bagi
para pembelinya.
2. A broad differentiation strategy
Tujuannya adalah untuk menawarkan sesuatu yang berbeda dari pesaing /
rival yang sudah ada, dimana perbedaan penawaran tersebut akan
menimbulkan daya tarik bagi pembelinya.
3. A focused or market niche low-cost strategy
47 Tujuannya adalah untuk memfokuskan perusahaan pada segmen pembeli
yang sempit / market niche dan mengatasi persaingan dengan cara
penerapan harga yang lebih murah dari para pesaing / rival.
4. A focused or market niche differentiation strategy
Tujuannya adalah untuk memfokuskan perusahaan pada segmen pembeli
yang sempit / market niche dan menawarkan sesuatu yang berbeda dari
pesaing / rival yang sudah ada, dimana perbedaan penawaran tersebut
akan menimbulkan daya tarik bagi pembelinya.
5. A best-cost provider strategy
Tujuannya adalah untuk memberikan pelanggan atau konsumen perpaduan
antara nilai / value lebih dengan menerapkan strategi biaya keseluruhan
lebih rendah dari persaingan / rival untuk produk atau jasa yang
sebanding, sehingga para pembeli / konsumen akan mendapatkan nilai
yang lebih untuk uang yang mereka keluarkan untuk produk atau jasa
yang dibelinya.
2.10
TOWS Analysis
Menurut Keller, Kotler. (2012) Evaluasi keseluruhan dari threats,
opportunities, strengths, weaknesses, perusahaan disebut TOWS Analysis. Ini
48 adalah cara untuk memantau lingkungan pemasaran secara eksternal dan
internal.
1.
Analisis Lingkungan Eksternal (Threat dan Opportunity) : Sebuah unit
bisnis harus mampu memantau kunci kekuatan macro environment dan
faktor
lingkungan
mikro
yang
secara
signifikan
mempengaruhi
kemampuannya untuk mendapatkan keuntungan. Unit Bisnis tersebut
harus mampu menyiapkan sistem intelijen pemasaran untuk melacak tren
dan perkembangan yang penting dari setiap peluang atau ancaman yang
terkait. Pemasaran yang baik adalah seni finding, developing, dan profiting
dari kesempatan yang ada. Sebuah market opportunity merupakan daerah
kesempatan yang perusahaan miliki dengan probabilitas tinggi yang akan
mendatangkan keuntungan. Ada dua sumber utama peluang pasar, yaitu:
a.
Yang pertama adalah untuk menawarkan sesuatu yang pada
kondisi short supply. Hal ini memerlukan sedikit pemasaran bila
sesuai dengan kebutuhan yang cukup jelas.
b.
Yang kedua adalah untuk menyediakan produk atau layanan yang
ada dengan cara baru atau superior. Problem detection method
adalah cara yang digunakan untuk meminta saran konsumen.
Metode ini ideal dan cocok untuk sebagai riset dalam
mengeluarkan produk atau jasa versi ideal. Consumption chain
method adalah cara lain untuk memetakan langkah-langkah
konsumen dalam memperoleh, menggunakan, dan membuang
49 produk. Metode terakhir ini sering mengarah ke produk atau
layanan yang sama sekali baru.
2.
Analisis Lingkungan Internal (Weakness dan Strength) : Digunakan untuk
menemukan peluang yang menarik agar dapat mengambil keuntungan dari
informasi tersebut. Setiap bisnis perlu mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan internalnya, dimana bisnis yang dapat mengevaluasi kekuatan
dan kelemahan mereka sendiri, agar dapat membatasi diri sendiri
dihadapan kesempatan atau mempertimbangkan hal yang mungkin
dibutuhkan untuk menemukan atau mengembangkan kekuatan baru.\
2.11 Segmentation, Targeting, Positioning
1. Segmentation
Menurut Kotler dan Keller (2012), segmentasi pasar terdiri dari
kelompok – kelompok pelanggan yang memiliki kebutuhan dan
keinginan yang serupa. Kepuasaan pelanggan sangatlah penting bagi
kelangsungan sebuah perusahaan, maka dari itu perusahaan haruslah
dengan jelas menentukan segmentasi pasar, dimana segmentasi pasar
sendiri bisa dilihat dari berbagai faktor seperti :
a. Geographic Segmentation (Segmentasi Geografis)
Segmentasi
geografis
memfokuskan
segmentasinya
dengan
membedakan faktor – faktor dari sisi geografis seperti negara,
50 provinsi, kota, daerah, lingkungan / kebangsaan tertentu, iklim,
kepadatan penduduk, dan ukuran pasar. (Kotler & Keller, 2012)
b. Demographic Segmentation (Segmentasi Demografis)
Segmentasi demografis membedakan pasar dilihat dari sudut pandang
perbedaan umur, siklus hidup keluarga, jumlah anggota keluarga,
jenis kelamin, tingkat pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras,
budaya, angkatan / generasi, dan kelas sosial. Segmentasi demografis
dapat memberikan gambaran penting karena dapat dikaitkan erat
dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan. Selain itu, data yang
digunakan tipe segmentasi ini lebih mudah untuk didapatkan dan
dapat membantu perusahaan dalam mengkategorikan segmentasi
pelanggan tepat dan sesuai. (Kotler & Keller, 2012)
c. Psychographic Segmentation (Segmentasi psikografis)
Segmentasi berdasarkan faktor psikografis merupakan perpaduan
antara ilmu psikologis dan demografis yang membedakan pelanggan
dengan tujuan untuk lebih mengerti karakter kepribadian, gaya hidup,
nilai – nilai yang dianggap penting bila dilihat dari sudut pandang
seorang pelanggan. (Kotler & Keller, 2012)
d. Behavioral Segmentation (Segmentasi perilaku)
Segmentasi perilaku membedakan pelanggan dilihat dari sisi
pengetahuan terhadap suatu produk / servis, sikapnya terhadap suatu
51 produk / servis, kegunaan ataupun respon seorang pelanggan terhadap
suatu produk / servis. (Kotler & Keller, 2012)
2. Targeting
Setelah menentukan segmentasi pasar yang tepat, maka sebuah perusahaan
ataupun usaha bisnis haruslah menentukan penargetan (Targeting) agar
dapat mendefinisikan atau menjawab pertanyaan bagaimana menyasar
pasar tersebut dan untuk apa pasar tersebut ditargetkan untuk kebutuhan
perusahaan / usaha bisnis dan juga untuk kepentingan pasar yang
ditargetkan. (Kotler & Keller, 2012)
3. Positioning
Menurut Kotler dan Keller (2012), Positioning adalah tindakan merancang
citra perusahaan dan produk atau jasa yang akan ditawarkan agar
menempati tempat tertentu di benak konsumen yang ditargetkan, sehingga
dapat memaksimalkan potensi dan bermanfaat bagi perusahaan dalam
membuat keputusan.
2.12 Marketing Mix
Menurut Kotler (2010), marketing mix adalah serangkaian alat
pemasaran yang digunakan dan dipadukan perusahaan untuk menghasilkan
respon yang diinginkan oleh sasaran pasar perusahaan. Variabel marketing
52 mix dibagi menjadi tujuh unsur yaitu : product, price, promotion, place,
people, process, physical evidence.
1. Product
Produk memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen. Produk sendiri dapat dibagi menjadi dua yaitu produk
berwujud dan tidak berwujud seperti layanan / servis. Dalam industri jasa,
layanan yang baik, ramah, tepat waktu, dan konsisten sangatlah penting
untuk menghasilkan tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi. Maka apa
yang ditawarkan kepada konsumen haruslah sesuai dengan keinginan dan
ekspektasi konsumen.
2. Price
Produk / jasa yang ditawarkan haruslah mewakili nilai terbaik untuk uang
dan sesuai dengan perceived value akan produk / jasa yang akan
konsumen terima untuk sejumlah uang yang akan mereka keluarkan.
3. Promotion
Tujuan promosi adalah menggunakan alat – alat atau media komunikasi
yang digunakan untuk sarana promosi haruslah dapat menyampaikan
pesan secara informatif dan menarik emosi target konsumen yang dituju.
4. Place
53 Lokasi produk / pelayanan yang ditawarkan haruslah tersedia ditempat –
tempat yang mudah dijangkau, menarik dan sesuai dengan keinginan
target konsumen yang dituju.
5. People
Memiliki staf (human resource) yang tepat sama pentingnya dengan
produk / jasa yang ditawarkan, karena perusahaan akan mengandalkan
orang – orang yang menjalankan bisnis dari semua lini dimana semuanya
saling membutuhkan dan saling mengandalkan.
6. Process
Layanan yang diberikan dalam rangka penjualan produk / jasa adalah
bagian dari nilai yang dibayarkan seorang konsumen terhadap suatu
produk / jasa. Oleh karena itu sebuah proses perlu didefinisikan secara
jelas untuk memastikan tingkat pelayanan kepada setiap pelanggan sama
dan sesuai dengan prosedur operasi standar.
7. Physical Evidence
Layanan yang diberikan secara langsung atau tidak langsung meliputi
elemen fisik walaupun apa yang ditawarkan adalah hal yang tidak
berwujud / intangible. Lokasi pelayanan juga tidak kalah pentingnya bagi
konsumen. Dimulai dari daya tarik, tingkat kenyamanan dan rasa aman
akan memberikan pengalaman tersendiri yang akan berpengaruh kepada
tingkat kepuasan seorang konsumen.
54 2.13 Financial Report
Menurut Kimmel et al. (2013) tujuan dari informasi keuangan adalah
untuk menyediakan masukan untuk pengambilan keputusan. Akuntansi adalah
sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan
kegiatan ekonomi suatu organisasi untuk pihak yang berkepentingan.
Terdapat dua jenis kelompok pengguna informasi keuangan: pengguna
internal dan pengguna eksternal.
1. Pengguna Internal
Pengguna internal dari informasi keuangan adalah para manajer yang
melakukan perencanaan, mengatur, dan menjalankan bisnis. Untuk
pengguna internal, informasi keuangan menyediakan laporan internal,
seperti
perbandingan
keuangan
dari
operasi
alternatif,
proyeksi
pendapatan dari kampanye penjualan yang baru, dan meramalkan
kebutuhan kas untuk tahun selanjutnya.
2. Pengguna Eksternal
Terdapat beberapa jenis pengguna eksternal dari informasi keuangan.
investor menggunakan informasi akuntansi untuk membuat keputusan
untuk membeli, menahan, atau menjual saham. Kreditur seperti supplier
dan bank menggunakan informasi keuangan untuk mengevaluasi risiko
dalam memberikan kredit atau pinjaman.
55 2.13.1 Income Statement
Menurut Kimmel et al. laporan laba rugi adalah informasi
mengenai pendapatan dan pengeluaran perusahaan yang akhirnya
menunjukkan laba atau rugi bersih untuk periode waktu tertentu.
2.13.2 Retained Earning Statement
Menurut Kimmel et al. laporan laba ditahan menunjukkan
jumlah dan penyebab perubahan pada laba ditahan untuk periode
waktu tertentu.
2.13.3 Balance Sheet
Menurut Kimmel et al. neraca melaporkan aset dan pengakuan
terhadap aset pada poin waktu tertentu.
Persamaan Akuntansi Dasar:
Assets = Liabilities + Stockholders’ Equity
2.13.4 Statement of Cash Flow
Menurut Kimmel et al. Tujuan utama dari laporan arus kas
adalah untuk menyediakan informasi keuangan tentang penerimaan
56 kas dan pembayaran kas dari suatu bisnis untuk periode waktu
tertentu.
2.14 Financial Projection
Menurut Titman et al. (2014). Financial Projections merupakan
pendapatan serta biaya yang dikeluarkan dalam periode waktu tertentu. Pada
umumnya, perusahaan melakukan proyeksi keuangan berdasarkan data
kinerja,
pemasukan
dan
pengeluaran
perusahaan
pada
tahun-tahun
sebelumnya kemudian menggabungkan trend yang terjadi di masa lalu ke
dalam sebuah perencanaan baru untuk meramalkan kondisi keuangan di
perusahaan di masa mendatang. Dengan adanya proyeksi keuangan ini dapat
membantu perusahaan dalam mengatur anggaran, penjualan, penggajian,
proyeksi arus kas perusahaan, meningkatkan control manajemen operasi dan
menciptakan profitabilitas.
2.14.1 Break Even Analysis
Menurut Titman et al. (2014), Break even analysis adalah suatu
jenis analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi tingkat penjualan
yang diperlukan untuk memenuhi biaya yang berkaitan dengan suatu
proyek dalam rangka untuk menghindari kehilangan uang. Break even
sales didefinisikan sebagai tingkat penjualan dimana pendapatan
57 bersih operasional sama dengan nol. Menurut Keown et al. (2014),
Break even point adalah tingkat penjualan atau output yang diperlukan
untuk menutupi total biaya tetap dan variabel, di mana biaya tetap total
sama dengan biaya tetap ditambah depresiasi.
0
atau
0
2.15 Capital Budgeting
Capital budgeting (Penganggaran modal) adalah proses perencanaan
yang digunakan untuk menemukan apakah investasi jangka panjang dari
sebuah organisasi atau perusahaan layak untuk dilakukan atau tidak (Titman
et al, 2011). Capital budgeting merupakan garis besar rencana pengeluaran
aktiva tetap. Penganggaran modal yang efektif akan menaikkan ketepatan
waktu dan kualitas dari penambahan aktiva.
Menurut Titman et al. (2011, p431), komponen-komponen dari Capital
Budgeting adalah:
2.15.1 Net Present Value
58 Menurut Titman et al. (2014), perbedaan dalam nilai sekarang
dari sebuah arus kas suatu proposal investasi di masa yang akan
datang dengan pengeluaran kas awal. Perbedaan ini adalah
peningkatan yang diharapkan dalam nilai perusahaan karena
penerimaan proyek.
1
Dimana:
NPV
Ct
C0
r
t
: Net Present Value
: Arus kas masuk seiring berjalannya waktu
: Arus kas awal
: tingkat suku bunga
: jumlah periode
2.15.2 Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Titman et al. (2014) Internal Rate of Return (IRR)
dari investasi adalah sejalan dengan Yield to Maturity (YTM) pada
obligasi. Secara khusus, IRR adalah Discount Rate yang menghasilkan
NPV nol untuk proyek tersebut
Rumus untuk IRR adalah :
0
0
2.15.3 Payback Period
1
1
1
0
59 Payback Period for an investment opportunity adalah jumlah
tahun yang dibutuhkan untuk memulihkan pengeluaran kas awal yang
diperlukan untuk membuat investasi. Payback period memiliki kriteria
untuk mengambil keputusan, yang di namakan payback criterion,
Payback Criterion mengukur seberapa cepat proyek ini akan kembali
kepada investasi awal, yang merupakan bagian informasi yang sangat
berguna untuk mengetahui kapan dilakukannya evaluasi terhadap
investasi yang berisiko. Secara khusus, semakin lama perusahaan
harus menunggu untuk memulihkan investasi, semakin banyak hal
bisa terjadi yang mungkin mengurangi atau menghilangkan manfaat.
2.16 Capital Expenditure
Capital expenditure adalah pengeluaran periodic untuk melakukan
investasi terhadap peralatan yang termasuk sebagai asset perusahaan (Titman
et al, 2010). Investasi yang dimaksud tidak sebatas hanya pada pembelian
saja, namun juga pada saat perusahaan mengeluarkan dana untuk perbaikan
ataupun penggantian asset perusahaan.
2.17 Operating Expenditure
Operating expenditure adalah dana yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan tersebut (Titman et al, 2010).
60 Dana yang dikeluarkan bersifat sebagai pengeluaran sehari-hari yang
digunakan untuk menjaga kelangsungan asset perusahaan dalam menjalankan
kebutuhan operasional sehari-hari.
Download