II. TELAAH PUSTAKA Tetraploidisasi adalah proses manipulasi kromosom pada ikan yang memiliki jumlah kromosom 2n (diploid) menjadi ikan dengan jumlah kromosom 4n (tetraploid). Tetraploidisasi secara teori mudah, tetapi dalam praktik sulit untuk dicapai (Piferrer, 2006). Carman (1992) menyatakan bahwa ikan tetraploid relatif mudah untuk diproduksi melalui pencegahan peloncatan pembelahan sel pertama pada telur terfertilisasi menggunakan perlakuan fisik atau kimia. Pendekatan praktis untuk menginduksi poliploidi dapat dilakukan melalui dua metode yaitu secara fisik dan kimia. Induksi secara fisik dapat dialakukan dengan pemberian kejut temperatur (panas atau dingin), kejut tekanan, dan kejutan listrik. Induksi secara kimia dapat dilakukan dengan pemberian sitokhalsin B atau 6- dimetilaminopurin (6-DMAP). Induksi yang paling umum digunakan untuk menghasilkan ikan poliploidi yaitu kejutan suhu panas karena murah, mudah, efisien dan dapat dilakukan dalam jumlah banyak (Thorgaard, 1983). Pengujian hasil tetraploidisasi tersebut dapat dilakukan dengan cara menghitung jumlah nukleolus, pengukuran volume inti eritrosit serta dengan penghitungan jumlah sel kromosom (Carman 1992). Poliploidisasi dengan kejut temperatur dingin telah terbukti menghasilkan benih ikan poliploidi dengan laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang tinggi mencapai 80% pada perlakuan kejut dingin selama 20 atau 30 menit. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa poliploidisasi ikan nilem dengan kejut temperatur dingin 40C selama 20 atau 30 menit memberikan pengaruh terhadap tingkat keberhasilan penetasan telur yang tinggi, rata-rata persentase penetasan >80% (Fitria et al., 2013). Poliploidisasi melalui perlakuan kejut suhu 40oC selama 1,5 menit pada menit ke 29 setelah fertilisasi menghasilkan induksi tetraploid 60% dengan hasil ploidi 25,67% menunjukan bahwa perlakuan telah efektif untuk menghasilkan bio.unsoed.ac.id poliploidisasi pada ikan mas, akan tetapi belum opotimal. Keberhasilan poliploidisasi sangat dipengaruhi oleh suhu kejut, waktu kejutan dan lama kejutan dan tergantung pada umur dan kualitas telur (Mukti et al., 2002). Berdasarkan uraian diatas hasil perlakuan yang dilakukan oleh Fitria et al, (2013) dan Mukti et al, (2002) diklaim dapat menghasilkan ikan tetraploid, oleh karena itu ikan hasil kejut panas 400C selama 90 detik pada menit ke 25, 27, dan 29 pada penelitan ini diasumsikan sebagai ikan tetraploid. 6 Organ reproduksi ikan yang utama adalah gonad karena pada gonad inilah akan dihasilkan sel-sel gamet, saluran, dan kelenjar-kelenjar lainnya sebagai alat kelamin sekunder. Gonad ikan betina dinamakan ovarium, sedangkan gonad ikan jantan dinamakan testes. Ovarium dan testis ikan biasanya terdapat pada individu yang terpisah kecuali pada beberapa jenis ikan kadang-kadang gonad jantan dan betina ditemukan dalam satu individu (Sumartadinata, 1981). Testes menghasilkan spermatozoa dan ovarium menghasilkan ovum atau sel telur (Yatim, 1982). Gonad terbentuk dari jaringan somatis gonad primordia yang berasal dari epitelium germinal dan PGC yang terbentuk di luar gonad primordia (Takashima dan Hibiya, 1995). Gonad ikan teleostei hanya terdiri dari korteks dan tidak memiliki jaringan medula. Gonad teleostei semata-mata berasal dari epitelium peritoneal yang melapisi genital ridge yang mengandung PGC (Guraya, 1994). Perkembangan gonad meliputi dua fase, yaitu fase pertumbuhan gonad dan fase pematangan gonad. Pada fase pertumbuhan, gonad belum mengalami diferensiasi kelamin, sedangkan pada fase pematangan, gonad sudah mulai berdiferensiasi menjadi jantan dan betina sebagai akibat dihasilkannya hormon steroid kelamin. Fase pertumbuhan gonad pada ikan nilem ditandai adanya migrasi PGC ke bakal gonad (Nuraini 1990 dalam Suryaningsih, 2002). Fase ini sudah dimulai sejak benih berumur 10, 20, dan 30 hari pasca menetas (Soeminto 1997 dalam Suryaningsih, 2002) dan akan berlangsung sampai ikan umur 90 hari (Hidayati 1999 dalam Suryaningsih, 2002). Soeminto 1997 dalam Suryaningsih, (2002) menyatakan fase pematangan gonad sudah dimulai pada umur 110 hari, yaitu fase gonad yang dimulai pembentukan lumen dan untuk umur 140 hari gonad anakan ikan nilem sudah berdiferensiasi menjadi testis atau ovarium. Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara, yang pertama dengan cara pengamatan preparat histologis, yang kedua dengan cara pengamatan morfologi ikan. Hasil pengamatan preparat histologis akan diketahui anatomi bio.unsoed.ac.id perkembangan gonad yang lebih jelas dan terperinci. Pengamatan makroskopis hanya dapat dilakukan pada gonad yang telah berdiferensiasi dan matang kelamin. Pengamatan perkembangan secara mikroskopis tingkat awal dapat gonad untuk maupun mempelajari 7 baik perkembangan-perkembangan selanjutnya, untuk mengetahui tahapan perkembangan sel-sel spermatogonia ataupun oogonia (Effendie, 1997). dengan gamet dari Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Ukuran dan diferensiasi gonad ikan nilem hasil kejut panas pada menit ke 25, 27, dan 29 setelah pencampuran milt dan oosit lebih cepat dibandingkan ikan diploid. 2. Kolonisasi dan diferensiasi Primordial Germ Cell ikan nilem hasil kejut panas pada menit ke 25, 27, dan 29 setelah pencampuran milt dan oosit lebih besar dibandingkan ikan diploid. bio.unsoed.ac.id 8