bio.unsoed.ac.id

advertisement
I. PENDAHULUAN
Ikan Nilem (Osteochilus hasselti C.V.) tergolong kedalam family Cyprinidae,
memiliki warna tubuh coklat, hijau kehitaman, dan merah (Sumantadinata, 1981).
Ikan nilem merupakan jenis ikan air tawar yang banyak dibudidayakan oleh
masyarakat dan menjadi komoditas potensial di Kabupaten Banyumas (Dinas
Perikanan dan Peternakan Banyumas, 2011). Kelebihan lainnya yaitu teknik
budidaya yang relatif mudah, memiliki citarasa daging yang lezat dan berpeluang
diekspor ke luar negeri. Akan tetapi, budidaya ikan nilem masih dilakukan secara
tradisional menyebabkan produksi ikan nilem per tahunnya masih rendah (Subagja et
al., 2007).
Pertumbuhan merupakan salah satu hal paling mendasar dalam usaha budidaya,
hampir semua kegiatan budidaya bertujuan agar organisme yang dibudidayakan
dapat tumbuh dengan cepat sehingga dapat dipanen dalam waktu yang singkat. Ikanikan yang memiliki kualitas genetik yang baik biasanya memiliki pertumbuhan yang
cepat dan tahan terhadap serangan penyakit (Effendie, 1997). Upaya untuk
meningkatkan hasil budidaya ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V.) salah satunya
adalah dengan cara menerapkan bioteknologi pada bidang budidaya perikanan.
Penerapan bioteknologi dalam manajemen pembenihan ikan dapat dilakukan dengan
cara poliploidisasi (Fitria et al., 2013).
Poliploidisasi adalah proses manipulasi kromosom untuk menghasilkan ikan
poliploid. Poliploid merupakan suatu kondisi dimana individu memiliki lebih dari
dua salinan satu set kromosom. Misalnya, triploid memiliki tiga set kromosom dan
tetraploid memiliki empat set kromosom (Beaumont dan Hoar, 2003). Manipulasi
kromosom dapat menghasilkan individu triploid dan tetraploid yang memiliki
kemampuan tumbuh lebih baik dibandingkan individu diploid dan haploid.
Umumnya individu tetraploid bersifat fertil sedangkan individu triploid bersifat steril
bio.unsoed.ac.id
(Kadi, 2007). Ikan tetraploid diharapkan akan menjadi batu loncatan untuk
menghasilkan individu triploid steril. Namun, individu tetraploid jarang diproduksi
karena kelangsungan hidupnya rendah dan perkembangannya abnormal (Sakao,
2006).
Gonad merupakan organ reproduksi primer yang berfungsi menghasilkan
gamet dan hormon-hormon yang berperan dalam proses reproduksi. Gonad
dibedakan atas ovarium (pada individu betina) dan testis (pada individu jantan)
3
(Lagler, 1962). Organ ini dibentuk sejak masa embrional dan terus mengalami
perkembangan menuju pemasakan sehingga menjadi gonad yang fungsional
(Effendie, 1997). Perkembangan gonad ikan teleostei umumnya berlangsung pada
stadia larva. Tahapan perkembangan gonad ikan pada berbangai spesies secara garis
besar sama, akan tetapi pewaktuannya bervariasi tergantung faktor yang
mempengaruhi
(Satoh
dan
Egami,
1972
dalam
Guraya,
1994).
Untuk
membandingkan perkembangan gonad ikan diploid dan tetraploid yang bersifat fertil
perlu dilakukan pengamatan terhadap tahap diferensiasi gonad ikan nilem.
Diferensiasi yaitu suatu proses transformasi atau perubahan sel kedalam
bentuk dan fungsi sel yang baru, terjadinya proses diferensiasi dapat dilihat antara
lain dari perubahan morfologi (Djuwita, 2012). Diferensiasi seks dapat diartikan
sebagai proses fisiologis yang mengarah pada perkembangan testis dan ovarium
gonad (Mulyasih, 2012). Jenis kelamin suatu individu ditentukan bersama oleh faktor
genetis dan lingkungan. Pada awal perkembangan embrio faktor genetis merupakan
penentu arah perkembangan organ kelamin primer yaitu testis atau ovari
(Yatim,1986).
Penelitian tentang diferensiasi gonad pada ikan teleostei secara alami ataupun
experimental sudah pernah dilakukan, yaitu dengan cara mengamati perubahan yang
terjadi pada Primordial Germ Cell (PGC) (selanjutnya akan digunakan sebagai
kriteria utama untuk menentukan jenis kelamin). Perubahan PGC pada kebanyakan
spesies teleostei terjadi menjelang fase akhir perkembangan gonad khususnya pada
gonad jantan. Perkembangan gonad dimulai dari diferensiasi PGC menjadi sel
kelamin jantan atau betina hingga membentuk struktur testis atau ovarium
(Nakamura, 2013).
Diferensiasi gonad pada teleostei bervariasi menurut spesies. Tahap pertama
diferensiasi gonad ditandai dengan peningkatan jumlah PGC dan sel-sel somatis
gonad. Ditinjau dari pewaktuan untuk memulai meiosis PGC, diferensiasi gonad
bio.unsoed.ac.id
pada individu betina terlihat lebih cepat dibandingkan dengan individu jantan.
Perkembangan jaringan somatis seperti pembentukan rongga ovarium atau lumen
testis juga dapat membantu dalam mengenali awal diferensiasi gonad pada beberapa
ikan teleostei (Guraya, 1994).
Primordial Germ Cell berbentuk oval dengan nukleus bulat yang di dalamnya
terdapat nukleolus yang besar, dan ukurannya lebih besar dari sel somatik. Pada
sebagian besar hewan PGC bergabung dengan sel somatik membentuk gonad pada
4
perkembangan gamet (Hibiya, 1995). Primordial Germ Cell terbentuk karena adanya
maternal determinan berupa mRNA vasa, kemudian akan terlokalisir pada sel
tertentu dan menjadi PGC. Setelah dialokasikan, perkembangan selanjutnya akan ke
arah usus belakang dan bermigrasi secara aktif melalui mesenterium dorsal ke arah
calon gonad (Herpin et al., 2007).
Penelitian tentang poliploidisasi khususnya tetraploid masih jarang dilakukan
sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang ikan tetraploid. Selain itu,
belum banyaknya informasi mengenai perkembangan gonad ikan tetraploid yang
memiliki sifat fertil yang sama seperti ikan diploid (normal) yang memiliki 2 set
kromosom. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
diferensiasi gonad ikan tetraploid.
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah ukuran dan diferensiasi gonad pada ikan nilem yang diberi kejut
panas pada menit ke 25, 27, dan 29 setelah pencampuran milt dan oosit.
2. Bagaimanakah kolonisasi dan diferensiasi Primordial Germ Cell pada gonad ikan
nilem yang diberi kejut panas pada ment ke 25, 27, dan 29 setelah pencampuran
milt dan oosit.
Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat dirumuskan tujuan penelitian
sebagai berikut :
1. Mengevaluasi ukuran dan diferensiasi gonad ikan nilem hasil kejut panas pada
menit ke 25, 27, dan 29 setelah pencampuran milt dan oosit.
2. Mengevaluasi kolonisasi dan diferensiasi Primordial Germ Cell ikan nilem hasil
kejut panas pada menit ke 25, 27, dan 29 setelah pencampuran milt dan oosit.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut adalah dapat
memberikan informasi mengenai diferensiasi gonad ikan nilem (Osteochilus hasselti
C.V.) khususnya ikan tetraploid, dapat dijadikan dasar strategi produksi budidaya
perikanan, sebagai batu loncatan untuk mendapatkan ikan triploid, dan sebagai
bio.unsoed.ac.id
sumber informasi penelitian selanjutnya.
5
Download