Chapter II - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persepsi
2.1.1. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang terjadi di dalam pengamatan
seseorang terhadap orang lain. Persepsi terhadap suatu obyek yang ada disekitar
manusia pada dasarnya berbeda dengan lainnya karena sebagai makhluk individu
setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan tingkat
pengetahuan dan pemahamannya. Semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman
seseorang terhadap suatu obyek yang dipersepsikan maka semakin baik bentuk
persepsi orang tersebut terhadap obyek begitu pula sebaliknya.
Secara etimologis persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal
dari bahasa Latin perception; dari percipere, yang artinya menerima atau
mengambil (sobur, 2003). Persepsi seseorang bisa diartikan sebagai proses,
pemahaman terhadap sesuatu informasi yang disampaikan oleh orang lain yang
saling berkomunikasi, berhubungan atau kerjasama. Jadi setiap orang tidak
terlepas dari persepsi.
Persepsi menurut Morgan, King dan Robinson (Rukminto, 1994), persepsi
menunjuk bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mengecap, dan
mencim dunia sekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat pula didefenisikan
sebagai segala sesuatu yang dialami oleh manusia. Sedangkan menurut Kimbal
Young (Walgito, 1999), persepsi adalah sesuatu yang menunjukkan aktifitas,
merasakan, mengidentifikasikan dan memahami objek baik fisik maupun sosial.
Universitas Sumatera Utara
Defenisi ini menekankan bahwa persepsi akan timbul setelah seseorang atau
sekelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu obyek dan setelah
dirasakan akan menginterpretasikan obyek yang dirasakannya tersebut.
2.1.2. Proses Persepsi
Adapun proses persepsi menurut Udai Parek (Sobur, 2003) antara lain :
1. Proses menerima rangsangan
Proses pertama dalam persepsi adalah rangsangan atau data dari berbagai
sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indera. Kita melihat
sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya, sehingga
kita mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu.
2. Proses menyeleksi ransangan
Setelah diterima, ransangan atau data diseleksi. Tidaklah mungkin untuk
memperhatikan semua ransangan yang telah diterima. Demi menghemat
perhatian yang digunakan, ransangan-ransangan itu disaring dan diseleksi
untuk proses lanjut. Ada dua kumpulan faktor menentukan seleksi
ransangan itu, yaitu:
a. Faktor- Faktor Intern
1) Kebutuhan psikologis
Kebutuhan seseorang mempengaruhi persepsinya. Kadangkadang, ada hal yang “kelihatan” (yang sebenarnya tidak
ada), karena kebutuhan psikologis. Misalnya, seseorang
yang haus bisa melihat air di banyak tempat; fatamorgana
seperti itu biasa sekali terjadi di padang pasir. Jika
Universitas Sumatera Utara
seseorang kehilangan hal tertentu yang dibutuhkan, mereka
lebih sering melihat barang itu.
2) Latar belakang
Latar belakang mempengaruhi hal-hal yang dipilih dalam
persepsi. Orang-orang dengan latar belakang tertentu
mencari orang-orang dengan latar belakang yang sama.
3) Pengalaman
Pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari
orang-orang, hal-hal, dan gejala-gejala yang mungkin
seruoa dengan pengalaman pribadinya. Seseorang yang
mempunyai pengalaman buruk dalam bekerja dengan jenis
orang tertentu, mungkin akan menyeleksi orang-orang ini
untuk jenis persepsi tertentu.
4) Kepribadian
Kepribadian juga mempengaruhi persepsi. Seorang yang
introvert mungkin akan tertarik kepada orang-orang yang
serupa atau sama sekali berbeda. Berbagai faktor dalam
kepribadian kepribadian mempengaruhi seleksi dalam
persepsi.
5) Sikap dan kepercayaan umum
Sikap dan kepercayaan umum juga mempengaruhi persepsi.
Orang-orang yang mempunyai sikap tertentu terhadap
karyawan wanita atau karyawan yang termasuk kelompok
Universitas Sumatera Utara
bahasa tertentu, besar kemungkinan akan melihat berbagai
hal kecil yang tidak diperhatikan oleh orang lain.
6) Penerimaan diri
Penerimaan
diri
merupakan
sifat
penting
yang
mempengaruhi persepsi. Beberapa telah menunjukkan
bahwa mereka yang lebih ikhlas menerima kenyataan diri
akan lebih tepat menyerap sesuatu daripada mereka yang
kurang ikhlas menerima realitas dirinya. Untuk yang
terakhir ini cenderung mengurangi kecermatan persepsi.
Implikasi dari fakta ini ialah kecermatan persepsi dapat
ditingkatkan dengan membantu orang-orang untuk lebih
menerima diri mereka sendiri.
b. Faktor Ekstern
1. Intensitas
Pada umumnya,ransangan yang lebih intensif mendapatkan
lebih banyak tanggapan daripada ransangan yang kurang
intens.
2. Ukuran
Pada umumnya, benda-benda yang lebih besar lebih
menarik perhatian. Barang yang lebih besar lebih cepat
dilihat.
3. Kontras
Hal-hal lain dari biasa kita lihat akan cepat menarik
perhatian. Jika orang biasa mendengar suara tertentu dan
Universitas Sumatera Utara
sekonyong-sekonyongnya ada perubahan dalam suara itu,
hal itu akan menarik perhatian. Banyak orang secara sadar
atau tidak, melakukan hal-hal yang aneh untuk menarik
perhatian. Perilaku yang luar biasa menarik perhatian
karena prinsip-prinsip perbedaan itu.
4. Gerakan
Hal-hal yang bergerak lebih menarik perhatian daripada
hal-hal yang diam.
5. Ulangan
Biasanya hal-hal yang terulang dapat menarik perhatian.
Akan
tetapi,
ulangan
yang
terlalu
sering
dapat
menghasilkan kejenuhan semantic dan dapat kehilangan arti
perseptif.
6. Keakraban
Hal-hal yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian.
Hal ini terutama jika hal tertentu tidak diharapkan dalam
rangka tertentu.
7. Sesuatu yang baru
Faktor ini kedengarannya bertentangan dengan faktor
keakraban. Akan tatapi, hal-hal baru juga menarik
perhatian. Jika orang sudah biasa dengan kerangka yang
sudah dikenal, sesuatu yang baru menarik perhatian.
Universitas Sumatera Utara
3. Proses Pengorganisasian
Ransangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk.
Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian ransangan, yaitu:
a. Pengelompokan
Berbagai ransangan yang telah diterima dikelompokkan dalam
suatu bentuk. Beberapa faktor digunakan untuk mengelompokkan
ransangan itu, antara lain:
1) Kesamaan, ransangan-ransangan yang mirip dijadikan satu
kelompok.
2) Kedekatan, hal-hal yang lebih dekat antara satu dan yang
lain juga dikelompokkan menjadi satu.
3) Ada suatu kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang
dianggap belum lengkap.
b. Bentuk timbul dan latar
Prinsip lain dari dalam mengatur ransangan disebut bentuk timbul
dan latar. Hal ini merupakan salah satu proses persepsi yang paling
menarik dan paling pokok. Dalam melihat ransangan atau gejala
ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala
tertentu yang timbul menonjol, sedangkan ransangan atau gejala
lainnya berasa di latar belakang.
c. Kemampuan persepsi
Ada suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi, dan
perubahan-perubahan konteks tidak mempengaruhinya. Dunia
persepsi diatur menurut prinsip kemantapan. Dalam persepsi dunia
Universitas Sumatera Utara
tiga dimensional, faktor ketetapan memainkan peranan yang
penting.
4. Proses penafsiran
Setelah ransangan atau data diterima dan diatur, sipenerima lalu
menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi
persepsi setelah data itu ditafsirkan. Persepsi pada pokoknya memberikan
arti pada berbagai data dan informasi yang diterima.
5. Proses pengecekan
Sesudah data diterima dan ditafsirkan, sipenerima mengambil beberapa
tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Proses
pengecekan ini mengklaim terlalu cepat dilakukan dari waktu ke waktu
untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan atau data
baru. Data atau kesan-kesan itu dicek dengan menanyakan kepada orangorang lain menegenai persepsi mereka.
6. Proses reaksi
Tahap terakhir dari proses perceptual ialah bertindak sehubungan dengan
apa yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang berbuat
suatu sehubungan dengan persepsinya. Misalnya, seseorang bertindak
sehubungan dengan persepsi yang baik atau yang buruk yang telah
dibentuknya.
Lingkaran
persepsi
itu
belum
sempurna
sebelum
menimbulkan suatu tindakan. Lingkaran persepsi ini bisa tersembunyi dan
bisa pula terbuka. Tindakan tersembunyi berupa pembentukan pendapat
atau sikap, sedangkan tindak yang terbuka berupa tindakan nyata
Universitas Sumatera Utara
sehubungan dengan persepsi itu. Satu gejala yang telah menarik perhatan
sehubungan dengan tindakan tersembunyi ialah “pembentukan kesan”.
Pembentukan kesan ialah cara seorang pencerap membentuk kesan
tertentu atas suatu obyek atau atas seseorang menurut cirri-ciri yang
diserapnya, atau data yang ia terima dari berbagai sumber.
2.2. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan suatu kondisi yang tidak menguntungkan dari
ketidakmampuan seseorang dalam mengakses dan memanfaatkan sumberdaya
yang berada di sekitarnnya. Kemiskinan dapat didefenisikan dengan pengertian
yang berbeda dengan perspektif yang beragam tergantung dari sudut pandang
mana kemiskinan dimaknakan.
Kemiskinan merupakan bagian dari masalah sosial, apabila studi masalah
sosial dianggap suatu proses maka penanganan kemiskinan sebagai salah satu
bentuk masalah sosial selalu terkait dengan pemahaman terhadap latar belakang
atau faktor-faktor yang dianggap sebagai sumber masalah. Strategi dan
pendekatan dalam menangani masalah akan sangat ditentukan oleh pendekatan
yang digunakan dalam memahami latar belakang masalahnya. Treatment dalam
menangani kemiskinan akan sangat ditentukan oleh diagnosis yang dilakukan
(Soetomo: 326).
Mengacu pada Bank dunia (2000) kemiskinan menurut Haughton and
Khandker didefenisikan sebagai suatu kondisi kurang sejahtera. Pandangan
konvensional yang berkaitan dengan kesejahteraan terutama kepemilikan atas
komoditas, jadi orang miskin adalah mereka yang tidak memiliki cukup
Universitas Sumatera Utara
pendapatan atau konsumsi untuk menempatkan mereka diatas beberapa batas
minimum yang memadai.
Ditinjau dari segi sosial kemiskinan penduduk dapat juga disebutkan
sebagai suatu kondisi sosial yang sangat rendah, seperti penyediaan fasilitas
kesehatan yang tidak mencukupi dan penerangan yang minim. Kondisi sosial lain
dari penduduk miskin biasanya dicirikan oleh keadaan rumah tangga dimana
jumlah anggota keluarga banyak, tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan
anggota rumah tangga rendah, dan umumnya rumah tersebut berada di pedesaan.
Dari segi ekonomi, rumah tangga miskin dicirikan oleh jenis mata pencaharian
pada sektor informal di pedesaan maupun diperkotaan, sering berpindah-pindah
mata pencaharian dari produktivitas yang rendah sehingga menyebabkan
pendapatan yang rendah. Karakteristik lain dari rumah tangga miskin adalah
kecenderungan untuk menyediakan sebagian besar dari anggaran rumah untuk
memenuhi kebutuhan pangan. Alokasi pendapatan yang cenderung hanya untuk
memenuhi kebutuhan pangan merupakan cerminan adanya kemiskinan rumah
tangga.
Defenisi yang dikemukakan oleh para ahli menunjukkan bahwa
kemiskinan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan atau tidak terpenuhinya
hak-hak dasar seseorang atau suatu keluarga dipengaruhi oleh cara hidup dan
mengalami deprevasi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya serta tidak memiliki
aksebilitas terhadap sistem sumber yang ada di sekitar lingkungan sosialnya
dikarenakan adanya tindakan diskriminasi dan keterasingan sosial. Hal tersebut
dicirikan dengan rendahnya partisipasi keluarga miskin dalam proses pengambilan
keputusan dan dalam kehidupan sipil, sosial, ekonomi, dan budaya.
Universitas Sumatera Utara
Dengan menggunakan perspektif yang lebih luas, dalam menerangkan
kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang,
dan papan).
2. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,
pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transfortasi).
3. Ketiadaan jaminan masa depan.
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun missal.
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia.
6. Keterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Ketiadaan akses terhadap lapangan pekerjaaan dan mata pencaharian
berkesinambungan.
8. Ketidakmampuan berusaha karena cacat fisik maupun mental.
9. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (Soeharto, 2009: 32).
2.3. Kesehatan
2.3.2. Pengertian Kesehatan
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam Undang-Undang No 36 Tahun 2009 pasal
1 mendefenisikan kesehatan sebagai keadaan sehat, baik secar fisik, mental,
Universitas Sumatera Utara
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
2.3.2. Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, dan pemulihan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat. Pengembangan upaya kesehatan, yang mencakup upaya kesehatan
masyarakat dan kesehatan perorangan diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu, berkelanjutan, merata, terjangkau,
berjenjang, professional, dan bermutu.
Upaya-upaya kesehatan antara lain sebagai berikut:
a) Upaya pemeliharaan kesehatan
•
Kuratif: tindakan pengobatan
•
Rehabilitatif: upaya pemeliharaan kesehatan atau pemulihan
kesehatan agar penyakitnya tidak semakin terpuruk dengan
mengkonsumsi makanan yang menunjang untuk kesembuhan
penyakitnya.
b) Upaya peningkatan kesehatan
•
Preventif: upaya pencegahan terhadap suatu penyakit
•
Promotif: upaya peningkatan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
2.4. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
2.4.1. Pengertian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) merupakan lembaga
penyelenggara jaminan sosial, sehingga dengan adanya jaminan sosial resiko
keuangan yang dihadapi oleh seseorang, baik itu karena memasuki usia tidak
produktif, mengalami sakit, mengalami kecelakaan bahkan kematian, akan
diambil alih oleh lembaga yang menyelenggarakan jaminan sosial. UndangUndang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial,
secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah
badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
2.4.2. Tugas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
a. Melakukan dan menerima pendaftaran peserta
b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja
c. Menerima bantuan dari pemerintah
d. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta
e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial
f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program jaminan sosial
g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial
kepada peserta dan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3. Wewenang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Dalam melaksanakan tugasnya BPJS berwenang untuk :
a. Menagih pembayaran iuran
b. Menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan
jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas,
kehati-hatian, keamanan dana dan hasil yang memadai
c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan
pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional
d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar
pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang
ditetapkan oleh pemerintah
e. Membuat dan menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan
f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang
tidak memenuhi kewajibannya
g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai
ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi
kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
h. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan
program jaminan sosial.
Universitas Sumatera Utara
2.5. BPJS Kesehatan
2.5.1. Pengertian BPJS Kesehatan
Badan penyelenggara jaminan kesehatan (BPJS Kesehatan) adalah badan
hukum publik
yang
bertanggungjawab kepada presiden dan
berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia
termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6(enam) bulan di Indonesia.
2.5.2. Manfaat dan Sasaran BPJS Kesehatan
1. Manfaat BPJS Kesehatan
Manfaat jaminan kesehatan nasional (JKN) BPJS Kesehatan meliputi :
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non
spesialistik mencakup :
1) Administrasi pelayanan
2) Pelayanan promotif dan preventif
3) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
4) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non
operatif
5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
6) Transfusi darah sesuai kebutuhan medis
7) Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat
pertama
8) Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi.
2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan
mencakup:
Universitas Sumatera Utara
1) Rawat jalan, meliput i:
a) Administrasi pelayanan
b) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh
dokter spesialis dan sub spesialis
c) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
d) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
e) Pelayanan alat kesehatan implant
f) Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan
indikasi medis
g) Rehabilitasi medis
h) Pelayanan darah
i) Pelayanan kedokteran forensik
j) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan.
2) Rawat inap meliputi:
a) Perawatan inap non intensif
b) Perawatan inap di ruang intensif
c) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh menteri
Universitas Sumatera Utara
2. Sasaran BPJS Kesehatan
Tabel 2.1
No
.
2014
2019
1
Tersusunnya seluruh peraturan BPJS Kesehatan telah mendapat
pelaksanaan yang diperlukan;
kepercayaan penuh publik
2.
Beroperasinya
Kesehatan
sesuai
No.24/2011
3.
Paling sedikit 121,6 juta Paket manfaat medis dan non
penduduk
dijamin medis sudah sama untuk seluruh
melalui BPJS Kesehatan
peserta
4.
Manfaat medis JKN yang Fasilitas kesehatan telah tersebar
dikelola oleh BPJS sama untuk memadai;
seluruh peserta sedangkan
untuk manfaat non medis
masih ada perbedaan;
5.
Disusunnya
rencana
aksi Peraturan perundangan disesuaikan
pengembangan
fasilitas untuk memenuhi kebutuhan waktu
kesehatan
dan itu;
implementasinya
secara
bertahap;
6.
Paling sedikit 75 % peserta Paling sedikit 85 % peserta puas
puas dengan BPJS Kesehatan; dengan pelayanan yang diterima
dari BPJS Kesehatan;
7.
Paling sedikit 75 % fasilitas Paling sedikit 80 % fasilitas
kesehatan puas;
kesehatan puas dengan pelayanan
yang
diterima
dari
BPJS
Kesehatan;
8.
Pengelolaan keuangan BPJS Pengelolaan
keuangan
BPJS
Kesehatan terlaksana secara Kesehatan sudah mencapai tingkat
transparan,
efisien,
dan transparansi,
efisiensi,
dan
akuntabel.
akuntabilitas optimal.
BPJS Seluruh penduduk (diperkirakan
UU 257,5 juta) telah terjamin
Universitas Sumatera Utara
2.5.3. Ketentuan Umun Paket Manfaat BPJS Kesehatan
1. Pelayanan Konferehensif
JKN memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara konferehensif
sesuai dengan kebutuhan medis peserta. Artinya, upaya pelayanan yang
diberikan kepada peserta meliputi:
a) Promotif (peningkatan status kesehatan);
b) Preventif (pencegahan penyakit);
c) Kuratif (pengobatan);
d) Rehabilitatif (pengembalian bekas penderita ke masyarakat).
2. Pelayanan Berjenjang
JKN menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara berjenjang sesuai
kebutuhan medis peserta. Pelayanan kesehatan terdiri atas:
a) Pelayanan kesehatan tingkat pertama di puskesmas, klinik, praktek
dokter, atau rumah sakit kelas D pratama).
b) Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan di klinik spesialis,
rumah sakit umum, rumah sakit khusus.
3. Aspek perluasan peserta
Perluasan kepesertaan yang akan dikelola BPJS Kesehatan dan
penyetaraan paket layanan yang dijamin dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut (Situmorang, 2013: 254-256):
a) Peserta Askes PNS dan pensiunan PNS akan berganti nama
menjadi peserta JKN, karena sebelumnya secara sik sudah dikelola
oleh PT. Askes (Persero) berubah menjadi BPJS Kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
b) Penduduk miskin dan tidak mampu (peserta JAMKESMAS) yang
mendapat bantuan iuran dari pemerintah yang sebelumnya dikelola
oleh kementrian kesehatan akan dikelola oleh BPJS Kesehatan.
Peserta tidak membayar iuran, tetapi mendapat bantuan iuran dari
pemerintah yang dibayarkan kepada BPJS.
c) Seluruh pegawai negeri anggota TNI dan POLRI yang sebelumnya
dikelola oleh dinas kesehatan masing-masing angkatan akan
dikelola oleh BPJS Kesehatan.
d) Pemberi kerja swasta yang sebelumnya mendaftarkan diri dan
pekerjanya ke PT (Persero) Jamsostek, mulai Januari 2014
mendaftarkan ke BPJS Kesehatan.
e) Penegakan hukum bagi pemberi kerja agar menjamin kesehatan
pekerjanya (beserta anggota keluarga) akan dilakukan secara
bertahap sampai tahun 2019. Dalam periode ini akan terjadi
penambahan peserta yang dikelola oleh BPJS Kesehatan dengan
tahapan sebagai berikut:
1) Peserta Jamkesda (baik yang sebelumnya dikelola oleh PT.
Askes
dengan
nama
Program
Jaminan
Kesehatan
Masyarakat Umum (PJKMU) ataupun yang dikelola
dengan skema lain harus bergabung menjadi peserta BPJS
Kesehatan paling lambat tahun 2016).
2) Penegakan hukum (dengan sanksi administratif dan sanksi
layanan publik) akan dilakukan secara bertahap. Penegakan
hukum ditujukan terlebih dahulu kepada pemberi kerja
Universitas Sumatera Utara
dengan jumlah karyawan besar yang belum menjamin
karyawan (pekerjanya). Sementara pemberi kerja yang
sebelumnya telah menyediakan jaminan kesehatan melalui
asuransi komersial atau menjamin sendiri (self-insured)
mendapat masa tunggu (wait and see) sampai awal tahun
2019. Pemberi kerja ini dapat mendaftarkan pekerjanya
kapan saja selama tahun 2014-2019. Penegakan hukum
dilakukan secara sistematik mulai dari pemberi kerja
dengan jumlah pekerja lebih dari 100 orang, menyusul
pemberi kerja dengan jumlah pekerja 50-100 orang dan
seterusnya sampai pemberi kerja dengan pekerja satu orang
(termasuk rumah tangga) mendaftarkan pekerjanya kepada
BPJS Kesehatan di tahun 2019.
3) Pekerja mandiri (bukan penerima upah) yang mendapatkan
penghasilan dari usaha sendiri mendaftarkan diri kapan saja
selama tahun 2014-2019.
4) Di tahun 2019, tidak boleh lagi ada pekerja yang tidak
terdaftar dalam BPJS Kesehatan.
4. Aspek paket manfaat dan iuran
Paket manfaat yang dijamin adalah semua layanan yang
berindikasi medis. Artinya, jika dokter mendiagnosis ada penyakit yang
harus diobati, maka pengobatan itu dijamin. Namun karena pemerintah
membayar iuran bagi penduduk miskin dan tidak mampu masih berbeda
Universitas Sumatera Utara
dengan rata-rata besaran iuran untuk pekerja penerima upah, untuk tahap
awal kelas perawatan masih berbeda.
Penerima bantuan iuran (PBI, penduduk miskin dan tidak mampu)
berhak mendapat perawatan di kelas III Rumah sakit pemerintah maupun
swasta yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Sedangkan yang
membayar iuran berhak dirawat di kelas II atau kelas I, tergantung besaran
upah atau golongan pangkat pegawai negeri. Ketika pemerintah sudah
membayar iuran sebesar rata-rata iuran per orang pekerja penerima upah
dan rumah sakit sudah siap memberikan layanan standar, maka kelas
perawatan akan disamakan untuk semua.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak perlu lagi
menyediakan dana operasional bagi puskesmas dan rumah sakit milik
pemerintah. Jadi kewajiban pemerintah dialihkan dari penyediaan
langsung layanan ke pembayaran iuran bagi penduduk miskin dan tidak
mampu (diperkirakan dicapai 2019).
Tim ahli Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), Universitas
Indonesia,
Universitas
JAMSOSTEK dan tim
lain,
BANK
Dunia,
Tim
Nasional Percepatan
dan
ASKES,
Tim
penangulangan
kemiskinan (TNP2K) mengusulkan besaran iuran sementara yang harus
dibayar oleh pemerintah untuk penduduk miskin dan tidak mampu adalah
Rp.27.000 per orang/bulan. Besaran iuran ini masih mempertimbangkan
RS milik pemerintah masih mendapat dana APBN/APBD. Sedangkan
besaran iuran untuk pekerja penerima upah berkisar antara 5-6% dari upah.
Porsi iuran pekerja dan pemberi kerja diusulkan antara 2-3% pekerja dan
Universitas Sumatera Utara
3-4% pemeberi kerja. Dengan kontribusi iuran oleh pekerja, maka
diharapkan pekerja memiliki daya kontrol kepada BPJS.
Besaran iuran nominal bagi pekerja bukan penerima upah
diperhitungkan sama dengan rata-rata besaran iuran per orang per bulan
yang diterima 5-6% upah sebulan. Besaran iuran tambahan per orang bagi
pekerja yang memiliki anak lebih dari tiga orang atau ingin menjamin
orang tua adalah 1% dari upah per orang per bulan. Besaran iuran bagi
pekerja penerima upah diperkirakan sebesar 100% rata-rata iuran per
orang per bulan. Selama masa transisi dua besaran iuran yaitu setara 100%
penerima upah untuk perawatan kelas II dan 125% untuk perawatan di
kelas I.
Dengan demikian terjadi sistem yang berkeadilan dimana semua
penduduk bertanggungjawab atas dirinya dengan mengiur yang porsinya
terhadap penghasilan yang relatif sama. Yang berpenghasilan rendah
mengiur dengan nilai nominal lebih kecil dan yang berpenghasilan tinggi
mengiur
dengan
nominal
yang
lebih
besar,
tetapi
presentasi
upah/penghasilan relatif sama. Dengan demikian terjadi subsidi silang atau
kegotong royongan nasional antara mereka yang lebih kaya kepada yang
lebih miskin, yang muda kepada yang tua, dan yang sehat kepada yang
sakit.
Universitas Sumatera Utara
5. Prosedur Pelayanan Kesehatan
Bagan 2.1
PROSEDUR UMUM
Peserta
Puskesmas
Fasilitas kesehatan
tingkat pertama
Klinik
Praktek dokter umum / gigi
RS kelas D Pratama
Rujuk balik
Fasilitas kesehatan
tingkat kedua
Klinik spesialis
RS umum/khusus
Membawa kartu peserta
BPJS Kesehatan
Membawa:
- kartu peserta BPJS
kesehatan
- rujukan dari Faskes tingkat
pertama
Gawat Darurat
(diperbolehkan
langsung ke Feskes
tingkar lanjutan)
Bagan 2.2
PROSEDUR PELAYANAN RAWAT JALAN DI FASKES TINGKAT
PERTAMA
Peserta
Membawa kartu
BPJS Kesehatan
Klinik/
Puskesmas/
Praktek Dokter
-Faskes memberikan
pelayanan kesehatan
- Peserta/keluarga
menandatangani surat
bukti pelayanan
Pulang
Surat rujukan ke
Faskes tingkat lanjut
Universitas Sumatera Utara
Bagan 2.3
PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN DI FASKES RUJUKAN TINGKAT
LANJUTAN
Klinik Spesialis/
RS Umum/RS
Khusus
BPJS Kesehatan
Centre di Faskes
Tingkat Lanjut
Peserta
- Membawa kartu
BPJS Kesehatan
- Surat rujukan
dari faskes tingkat
pertama
BPJS Kesehatan
Centre menerbitkan
Surat Jaminan
Pelayanan (SJP)
- Pelayanan
Kesehatan
- Peserta/
Keluarga
menandatangani
Surat Bukti
Pelayanan
Pulang
Rujuk Balik ke Faskes
Tingkat Pertama
Bagan 2.4
PROSEDUR PELAYANAN OBAT
•
Faskes Tingkat Pertama
Puskesmas/klinik
Dokter memberikan resep
Apotik Puskesmas/Klinik/
Jejaring
Pulang
-Pengkajian resep, menyiapkan
dan menyerahkan obat kepada
Peserta
- Peserta menandatangani bukti
penerimaan obat
Universitas Sumatera Utara
•
Faskes Tingkat Lanjutan
Klinik Spesialis/RS
Dokter memberikan
resep
Apotik Klinik
Spesialis/RS/Jejaring
Peserta
- Memberikan resep
- Kartu BPJS Kesehatan
- Bukti pelayanan
Pulang
- Verifikasi resep dan bukti
pendukung
-Mengkaji resep dan
memberikan obat kepada
peserta
-Peserta menandatangani bukti
penerimaan obat
2.5.4. Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan
Tabel 2.2
Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama
Pelayanan Kesehatan
Tingkat Lanjutan
Rujukan
Penyuluhan kesehatan perorangan
Pemeriksaan,
pengobatan,
dan
konsultasi medis oleh dokter
spesialis dan subspesialistik
Skrining kesehatan untuk penyakit:
Tindakan medis spesialistik bedah
dan non bedah, contohnya fungsi
cairan paru, operasi sesar, dll
a)
b)
c)
d)
Diabetes mellitus tipe 2;
Hipertensi
Kanker leher rahim; dan
Kanker payudara
KB (konseling, kontrasepsi
vasektomi, dan tubektomi)
dasar, Obat dan bahan medis habis pakai
Imunisasi dasar (BCG, DPT, HB, Polio, Alat kesehatan implant
dan Campak)
Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi penunjang
diagnostic
lanjutan,
medis
contoh: CT Scan, USG, Endoskopi,
dll
Tindakan medis non spesialistik bedah Rehabilitasi medis
atau non bedah, contoh: rawat luka, cabut
gigi, dll
Obat dan bahan medis pakai
Pelayanan darah
Transfusi darah
Kedokteran forensic
Universitas Sumatera Utara
Laboratorium sederhana
Pelayanan jenazah
Rawat inap untuk kasus-kasus tertentu, Rawat inap intensif dan non intensif
contoh: persalinan normal, diare ringan,
dll
2.6. Pelayanan Kesehatan
2.6.1. Pengertian Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan,
mencegah dan
menyembuhkan penyakit
serta
memulihkan kesehatan perseorangan , keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat (Azwar, 1995).
2.6.2. Konsep Pelayanan Kesehatan Dasar
Konsep pelayanan kesehatan dasar mencakup nilai-nilai dasar tertentu
yang berlaku umum terhadap proses pengembangan secara menyeluruh, tetapi
dengan penekanan penerapan di bidang kesehatan seperti berikut (WHO, 1992):
1. Kesehatan secara mendasar berhubungan dengan tersedianya dan
penyebaran sumberdaya- bukan hanya sumberdaya kesehatan seperti
dokter, perawat, klinik, obat, melainkan juga sumberdaya sosial- ekonomi
yang lain seperti pendidikan, air dan persediaan makanan.
2. Pelayanan kesehatan dasar dengan demikian memusatkan perhatian
kepada adanya kepastian bahwa sumberdaya kesehatan dan sumberdaya
sosial yang ada telah tersebar merata dengan lebih memperhatikan mereka
yang paling membutuhkannya.
Universitas Sumatera Utara
3. Kesehatan adalah satu bagian penting dari pembangunan secara
menyeluruh. Faktor yang mempengaruhi kesehatan adalah faktor sosial,
budaya, dan ekonomi disamping biologi dan lingkungan.
4. Pencapaian taraf kesehatan yang lebih baik memerlukan keterlibatan yang
lebih banyak dari penduduk, seperti perorangan, keluarga, dan masyarakat,
dalam pengambilan tindakan demi kegiatan mereka sendiri dengan cara
menerapkan perilaku sehat dan mewujudkan lingkungan yang sehat.
2.6.3. Karakteristik pelayanan kesehatan
Dibandingkan dengan kebutuhan hidup manusia yang lain, kebutuhan
pelayanan kesehatan mempunyai tiga ciri utama yang terjadi sekaligus dan unik
yaitu: uncertainty, asymetri of information dan externality. Ketiga ciri utama
tersebut menyebabkan pelayanan kesehatan sangat unik dibandingkan produk atau
jasa lainnya.
1. Uncertaninty
Uncertainty atau ketidakpastian menunujukkan bahwa kebutuhan akan
pelayanan kesehatan tidak bisa pasti, baik waktu, tempat maupun besarnya
biaya yang dibutuhkan. Dengan ketidakpastian ini sulit bagi seseorang
untuk menganggarkan biaya untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan
kesehatannya. Penduduk yang penghasilannya rendah tidak mampu
menyisihkan penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan yang tidak
diketahui datangnya, bahkan penduduk yang relatif berpendapatan
memadai sekalipun seringkali tidak sanggup memenuhi kecukupan biaya
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan medisnya. Maka dalam hal
Universitas Sumatera Utara
ini seseorang yang tidak miskin dapat menjadi miskin atau bangkrut
manakala ia menderita sakit.
2. Asymmetry of information
Sifat kedua asymmetry of information menunjukkan bahwa konsumen
pelayanan kesehatan berada pada posisi yang lemah sedangkan provider
(dokter dan petugas kesehatan lainnya) mengetahui jauh lebih banyak
tentang manfaat dan kualitas pelayanan yang dijualnya. Ciri ini juga
ditemukan oleh para ahli ekonomi kesehatan lain seperti Feldstein, Jacos,
Rappaport, dan Phelps. Dalam pelayanan kesehatan, misalnya kasus
ekstrim pembedahan, pasien hampir tidak memilikin kemampuan untuk
mengetahui apakah ia membutuhkan pelayanan tersebut atau tidak.
Kondisi ini sering dikenal dengan consumen ignorance atau konsumen
yang bodoh, jangankan ia mengetahui berapa banyak yang diperlukan,
mengetahui apkah ia memerlukan tindakan bedah saja tidak sanggup
dilakukan meskipun pasien mungkin seorang profesor sekalipun.
3. Externality
Externality menunjukkan bahwa konsumsi pelayanan kesehatan tidak saja
mempengaruhi pembeli tetapi juga bukan pembeli. Contohnya adalah
konsumsi rokok yang mempunyai resiko besar pada bukan perokok, akibat
dari ciri ini, pelayanan kesehatan membutuhkan subsidi dalam berbagai
bentuk, oleh karena pembiayaan pelayanan kesehatan tidak saja menjadi
tanggung jawab sendiri, akan tetapi perlunya digalang tanggung jawab
bersama (publik).
Universitas Sumatera Utara
2.6.4. Syarat-Syarat Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan dituntut banyak
syarat yang harus dipenuhi. Syarat yang dimaksud paling tidak mencakup delapan
hal pokok yakni tersedia (available), wajar (appropriate), berkesinambungan
(continue), dapat diterima (acceptable), dapat dicapai (accesible), dapat dijangkau
(affordable), efisien (efficient) serta bermutu (quality) (Azwar, 1995).
1. Ketersediaan pelayanan kesehatan (available)
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan
tersebut tersedia di masyarakat.
2. Kewajaran pelayanan kesehatan (appropriate)
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat
wajar, dalam arti dapat mengatasi masalah yang dihadapi.
3. Kesinambungan pelayanan kesehatan (continue)
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat
berkesinambungan, dalam arti tersedia setiap saat, baik menurut waktu
atau kebutuhan pelayanan kesehatan.
4. Penerimaan pelayanan kesehatan (acceptable)
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat
diterima oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan.
5. Ketercapaian pelayanan kesehatan (accesible)
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat
dicapai oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan tersebut.
6. Keterjangkauan pelayanan kesehatan (affordable)
Universitas Sumatera Utara
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan
tersebur dapat dijangkau oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan.
7. Efisiensi pelayanan kesehatan (efficient)
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan
tersebur diselenggarakan secara efisien.
8. Mutu pelayanan kesehatan (quality)
9. Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat
menyembuhkan pasien serta tindakan yang dilakukan aman.
Adapun kriteria-kriteria pelayanan yang memuaskan menurut DR.Bob
Woworutu (Noveniawanata, 2008) adalah:
1. Kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi
2. Mampu memberikan pelayanan yang baik
3. Tidak berbelit-belit
4. Menyingkat waktu tunggu masyarakat
5. Dapat menguntungkan semua pihak.
Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan
penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, totalitas, dari wujud serta ciri
atau pun terhadap standar yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan mutu
pelayanan tersebut multi-dimensional yang artinya setiap orang dapat saja
melakukan penilaian yang berbeda-beda tergantung dari latar belakang
kepentingan masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
2.7. Konsep Usaha Kesejahteraan Sosial dan Jaminan Sosial
2.7.1. Usaha Kesejahteraan Sosial
Usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan dan
berbagai kegiatan yang secara konkret (nyata) berusaha menjawab kebutuhan
ataupun masalah yang dihadapi oleh anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan
sosial itu sendiri dapat diarahkan pada individu, keluarga, kelompok, ataupun
komunitas. Berdasarkan hal tersebut dapat dirasakan bahwa kesejahteraan sosial
tidaklah bermakna bila tidak diterapkan dalam bentuk usaha kesejahteraan sosial
yang nyata menyangkut kesejahteraan masyarakat.
Dari terminologi tersebut terlihat bahwa usaha kesejahteraan sosial
seharusnya merupakan upaya yang konkret (nyata) baik ia bersifat langsung
(direct service) ataupun tidak langsung (indirect service), sehingga apa yang
dilakukan dapat dirasakan sebagai upaya yang benar-benar ditujukan untuk
menangani masalah ataupun kebutuhan yang dihadapi warga masyarakat, dan
bukan sekedar program, pelayanan ataupun kegiatan yang lebih dititikberatkan
pada
upaya
menghidupi
organisasinya
sendiri
atau
hanya
sekedar
mengekspresikan diri person dalam suatu lembaga. Usaha kesejahteraan sosial
yang baik dan bermanfaat mengandung ciri-ciri khusus, yaitu :
1. Relevan, Pelayanan atau bantuan yang disediakan sesuai dengan
kebutuhan warga masyarakat yang menjadi sasaran/penyandang masalah.
2. Konsisten, Dilaksanakan secara terus menerus sampai terpecahkan
masalah yang dialami oleh sasaran.
Universitas Sumatera Utara
3. Aksesibel, Pelayanan atau bantuan yang disediakan dapat dijangkau dan
digunakan oleh sasaran.
4. Partisipasif,
Keterlibatan
semua
pihak
termasuk
sasaran
dalam
pelaksanaan pelayanan dan bantuan.
2.7.2. Jaminan Sosial
Jaminan sosial (sosial security) adalah sistem atau skema pemberian
tunjangan yang menyangkut pemeliharaan penghasilan (Soeharto, 2009: 15).
Sebagai pelayanan sosial publik, jaminan sosial merupakan perangkat negara yang
didesain untuk menjamin bahwa setiap orang sekurang-kurangnya memiliki
pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Jaminan sosial merupakan sektor kunci dari sistem negara kesejahteraan,
bahwa prinsip negara harus berusaha dan mampu menjamin adanya jaring
pengaman pendapatan (financial safety net) atau pemeliharaan pendapatan
(income maintenance) bagi mereka yang tidak memiliki sumber pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya (Soeharto, 2009: 16). Dalam Undang-Undang
No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional pasca putusan Mahkamah
Konsitusi Republik Indonesia ditegaskan, jaminan sosial merupakan salah satu
bentuk perlindungan sosial yang merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial
untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup layak,
yang dimaksudkan adalah kebutuhan esensial setiap orang dapat hidup layak demi
terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Selanjutnya
Sistem
Jaminan
Sosial
dirancang
untuk
mampu
menyinkronisasikan
penyelenggaraan bentuk jaminan sosial yang dilaksanakan oleh beberapa
Universitas Sumatera Utara
penyelenggara agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi seluruh
peserta.
Program jaminan
sosial diselenggarakan dengan
menggunakan
mekanisme asuransi sosial, bantuan sosial, dan atau tabungan wajib yang
bertujuan untuk dapat memberikan jaminan sosial bagi seluruh penduduk, guna
memenuhi kebutuhan dasar yang layak (UU No 40: 11-12).
2.8. Kerangka Pemikiran
Sulitnya akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Salah satunya faktor tidak adanya kemampuan secara
ekonomi dikarenakan biaya kesehatan yang mahal. Penetapan BPJS Kesehatan
dengan mengakomodir penduduk miskin dan tidak mampu (peserta jamkesmas)
yang sebelumnya dikelola oleh kementrian kesehatan. Penduduk miskin dan tidak
mampu tidak membayar iuran, tetapi mendapat bantuan iuran dari pemerintah
yang dibayarkan kepada BPJS.
Rumah Sakit Umum (RSU) Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten
samosir merupakan salah satu fasilitas kesehatan (FASKES) dalam BPJS
Kesehatan. Pelayanan yang diberikan RSU Dr.Hadrianus Sinaga kepada peserta
BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan salah satunya
pelayanan Rawat Inap Tindak Lanjutan (RITL) yang mencakup pelayanan obat,
penunjang diagnosik, pelayanan darah serta pelayanan lainnya.
Wadah pelayanan kesehatan mempunyai fungsi utama menyelenggarakan
upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi penderita.
Dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit mencakup pelayanan
admisitratif, pelayanan medis, maupun sarana dan prasarana, peserta BPJS
Universitas Sumatera Utara
Kesehatan mempunyai persepsi baik bersifat positif maupun negatif. Adapun
indikator pelayanan kesehatan yang menjadi tolak ukur dalam penelitian ini
mencakup kebutuhan pasien yang dapat dipenuhi, mampu memberikan pelayanan
yang baik, proses pelayanan yang tidak berbelit-belit, menyingkat waktu tunggu
pasien, serta dapat menguntungkan semua pihak. Untuk itulah peneliti ingin
mengetahui bagaimana persepsi peserta BPJS Kesehatan terhadap pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan
Kabupaten Samosir.
Universitas Sumatera Utara
Bagan 2.5
Bagan Alir Pikir
Rumah Sakit Dr.Hadrianus
Sinaga Pangururan Kabupaten
Samosir
Pelayanan Kesehatan Yang
Diberikan kepada Peserta BPJS
Kesehatan Penerima Bantuan
Iuran Jaminan Kesehatan
RITL (Rawat
Inap Tindak
Lanjut)
Persepsi peserta BPJS Kesehatan
-Sarana dan
Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Prasarana
Kesehatan
Kesehatan
terhadap
pelayanan
- Pelayanan
Medis
kesehatan
-Pelayanan
Administrasi
Positif
Negatif
Universitas Sumatera Utara
2.9. Defenisi konsep dan Defenisi Operasional
2.9.1. Defenisi Konsep
Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang
dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 138). Dimana peneliti memberikan
batasan mengenai konsep-konsep penelitian untuk menghindari kesalahpahaman
arti dan konsep penelitian yang digunakan. Defenisi konsep mengarahkan peneliti
agar fokus pada satu istilah saja. Adapun konsep-konsep yang digunakan dalam
penelitian ini, dibatasi sebagai berikut:
1. Persepsi adalah proses pemahaman terhadap sesuatu informasi
yang disampaikan oleh orang lain yang saling berkomunikasi,
berhubungan atau kerjasama.
2. BPJS
Kesehatan
bertanggungjawab
merupakan
kepada
badan
hukum
presiden
publik
dan
yang
berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh
penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6(enam) bulan di Indonesia. Peserta BPJS Kesehatan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah Peserta Penerima Bantuan
Iuran Jaminan Kesehatan.
3. Pelayanan
kesehatan
merupakan
setiap
upaya
yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit
kesehatan perseorangan,
serta memulihkan
keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2.9.2. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah suatu proses menjadikan varibael penelitian
dapat diukur sehingga terjadi transformasi dari unsur konsep ke dunia nyata.
Defenisi operasional adalah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Perumusan
defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang
konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti,
maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya mentransformasi konsep ke
dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat di observasi (Siagian, 2011).
Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah:
a) Peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan yang mendapat pelayanan kesehatan di RSUD Dr.
Hadrianus Sinaga Pangururan.
b) Pasien Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) yang menginap di
ruangan kelas III minimal 3 hari di rumah sakit.
c) Pelayanan kesehatan dengan indikator:
1) Kebutuhan pasien yang dapat dipenuhi
Tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan yang lengkap
bagi pasien RITL peserta BPJS Kesehatan Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan seperti kamar inap, obatobatan, peralatan dan perlengkapan pelayanan kesehatan
lainnya.
2) Mampu memberikan pelayanan yang baik
-
Cepatnya tanggapan dari petugas kesehatan
dalam memenuhi kebutuhan pasien RITL
Universitas Sumatera Utara
peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan
Iuran Jaminan Kesehatan.
-
Sikap yang baik dari petugas kesehatan
dalam melayani pasien RITL peserta BPJS
Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan.
-
Adanya
komunikasi
yang
baik
antara
petugas kesehatan dengan pasien RITL
peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan
Iuran Jaminan Kesehatan.
3) Tidak berbelit-belit
-
Admisnistrasi masuk rumah sakit yang
mudah bagi RITL peserta BPJS Kesehatan
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.
-
Adanya kejelasan yang tepat tentang jenis
penyakit yang diderita pasien peserta BPJS
Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan.
4) Menyingkat waktu tunggu pasien
Dipermudah
dan
dipercepat
pelayanan
pengurusan
administrasi bagi pasien RITL sehingga pasien tidak harus
mengantri berjam-jam lamanya serta memberikan petunjuk
dan informasi pelayanan kepada pasien.
Universitas Sumatera Utara
5) Dapat menguntungkan semua pihak
a. Bagi
rumah
sakit
meningkatkan
dapat
pendapatan
atau keuntungan untuk rumah
sakit
b. Bagi
pasien
mendapatkan
RITL
kesembuhan
dari penyakit yang diderita.
Universitas Sumatera Utara
Download