BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi 2.1.1. Pengertian Persepsi Persepsi merupakan suatu proses yang terjadi di dalam pengamatan seseorang terhadap orang lain. Persepsi terhadap suatu obyek yang ada disekitar manusia pada dasarnya berbeda dengan lainnya karena sebagai makhluk individu setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pemahamannya. Semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap suatu obyek yang dipersepsikan maka semakin baik bentuk persepsi orang tersebut terhadap obyek begitu pula sebaliknya. Secara etimologis persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perception; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil (sobur, 2003). Persepsi seseorang bisa diartikan sebagai proses, pemahaman terhadap sesuatu informasi yang disampaikan oleh orang lain yang saling berkomunikasi, berhubungan atau kerjasama. Jadi setiap orang tidak terlepas dari persepsi. Persepsi menurut Morgan, King dan Robinson (Rukminto, 1994), persepsi menunjuk bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mengecap, dan mencim dunia sekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat pula didefenisikan sebagai segala sesuatu yang dialami oleh manusia. Sedangkan menurut Kimbal Young (Walgito, 1999), persepsi adalah sesuatu yang menunjukkan aktifitas, merasakan, mengidentifikasikan dan memahami objek baik fisik maupun sosial. Universitas Sumatera Utara Defenisi ini menekankan bahwa persepsi akan timbul setelah seseorang atau sekelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu obyek dan setelah dirasakan akan menginterpretasikan obyek yang dirasakannya tersebut. 2.1.2. Proses Persepsi Adapun proses persepsi menurut Udai Parek (Sobur, 2003) antara lain : 1. Proses menerima rangsangan Proses pertama dalam persepsi adalah rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indera. Kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya, sehingga kita mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu. 2. Proses menyeleksi ransangan Setelah diterima, ransangan atau data diseleksi. Tidaklah mungkin untuk memperhatikan semua ransangan yang telah diterima. Demi menghemat perhatian yang digunakan, ransangan-ransangan itu disaring dan diseleksi untuk proses lanjut. Ada dua kumpulan faktor menentukan seleksi ransangan itu, yaitu: a. Faktor- Faktor Intern 1) Kebutuhan psikologis Kebutuhan seseorang mempengaruhi persepsinya. Kadangkadang, ada hal yang “kelihatan” (yang sebenarnya tidak ada), karena kebutuhan psikologis. Misalnya, seseorang yang haus bisa melihat air di banyak tempat; fatamorgana seperti itu biasa sekali terjadi di padang pasir. Jika Universitas Sumatera Utara seseorang kehilangan hal tertentu yang dibutuhkan, mereka lebih sering melihat barang itu. 2) Latar belakang Latar belakang mempengaruhi hal-hal yang dipilih dalam persepsi. Orang-orang dengan latar belakang tertentu mencari orang-orang dengan latar belakang yang sama. 3) Pengalaman Pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari orang-orang, hal-hal, dan gejala-gejala yang mungkin seruoa dengan pengalaman pribadinya. Seseorang yang mempunyai pengalaman buruk dalam bekerja dengan jenis orang tertentu, mungkin akan menyeleksi orang-orang ini untuk jenis persepsi tertentu. 4) Kepribadian Kepribadian juga mempengaruhi persepsi. Seorang yang introvert mungkin akan tertarik kepada orang-orang yang serupa atau sama sekali berbeda. Berbagai faktor dalam kepribadian kepribadian mempengaruhi seleksi dalam persepsi. 5) Sikap dan kepercayaan umum Sikap dan kepercayaan umum juga mempengaruhi persepsi. Orang-orang yang mempunyai sikap tertentu terhadap karyawan wanita atau karyawan yang termasuk kelompok Universitas Sumatera Utara bahasa tertentu, besar kemungkinan akan melihat berbagai hal kecil yang tidak diperhatikan oleh orang lain. 6) Penerimaan diri Penerimaan diri merupakan sifat penting yang mempengaruhi persepsi. Beberapa telah menunjukkan bahwa mereka yang lebih ikhlas menerima kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu daripada mereka yang kurang ikhlas menerima realitas dirinya. Untuk yang terakhir ini cenderung mengurangi kecermatan persepsi. Implikasi dari fakta ini ialah kecermatan persepsi dapat ditingkatkan dengan membantu orang-orang untuk lebih menerima diri mereka sendiri. b. Faktor Ekstern 1. Intensitas Pada umumnya,ransangan yang lebih intensif mendapatkan lebih banyak tanggapan daripada ransangan yang kurang intens. 2. Ukuran Pada umumnya, benda-benda yang lebih besar lebih menarik perhatian. Barang yang lebih besar lebih cepat dilihat. 3. Kontras Hal-hal lain dari biasa kita lihat akan cepat menarik perhatian. Jika orang biasa mendengar suara tertentu dan Universitas Sumatera Utara sekonyong-sekonyongnya ada perubahan dalam suara itu, hal itu akan menarik perhatian. Banyak orang secara sadar atau tidak, melakukan hal-hal yang aneh untuk menarik perhatian. Perilaku yang luar biasa menarik perhatian karena prinsip-prinsip perbedaan itu. 4. Gerakan Hal-hal yang bergerak lebih menarik perhatian daripada hal-hal yang diam. 5. Ulangan Biasanya hal-hal yang terulang dapat menarik perhatian. Akan tetapi, ulangan yang terlalu sering dapat menghasilkan kejenuhan semantic dan dapat kehilangan arti perseptif. 6. Keakraban Hal-hal yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian. Hal ini terutama jika hal tertentu tidak diharapkan dalam rangka tertentu. 7. Sesuatu yang baru Faktor ini kedengarannya bertentangan dengan faktor keakraban. Akan tatapi, hal-hal baru juga menarik perhatian. Jika orang sudah biasa dengan kerangka yang sudah dikenal, sesuatu yang baru menarik perhatian. Universitas Sumatera Utara 3. Proses Pengorganisasian Ransangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian ransangan, yaitu: a. Pengelompokan Berbagai ransangan yang telah diterima dikelompokkan dalam suatu bentuk. Beberapa faktor digunakan untuk mengelompokkan ransangan itu, antara lain: 1) Kesamaan, ransangan-ransangan yang mirip dijadikan satu kelompok. 2) Kedekatan, hal-hal yang lebih dekat antara satu dan yang lain juga dikelompokkan menjadi satu. 3) Ada suatu kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap belum lengkap. b. Bentuk timbul dan latar Prinsip lain dari dalam mengatur ransangan disebut bentuk timbul dan latar. Hal ini merupakan salah satu proses persepsi yang paling menarik dan paling pokok. Dalam melihat ransangan atau gejala ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan ransangan atau gejala lainnya berasa di latar belakang. c. Kemampuan persepsi Ada suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi, dan perubahan-perubahan konteks tidak mempengaruhinya. Dunia persepsi diatur menurut prinsip kemantapan. Dalam persepsi dunia Universitas Sumatera Utara tiga dimensional, faktor ketetapan memainkan peranan yang penting. 4. Proses penafsiran Setelah ransangan atau data diterima dan diatur, sipenerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan. Persepsi pada pokoknya memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima. 5. Proses pengecekan Sesudah data diterima dan ditafsirkan, sipenerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Proses pengecekan ini mengklaim terlalu cepat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan atau data baru. Data atau kesan-kesan itu dicek dengan menanyakan kepada orangorang lain menegenai persepsi mereka. 6. Proses reaksi Tahap terakhir dari proses perceptual ialah bertindak sehubungan dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang berbuat suatu sehubungan dengan persepsinya. Misalnya, seseorang bertindak sehubungan dengan persepsi yang baik atau yang buruk yang telah dibentuknya. Lingkaran persepsi itu belum sempurna sebelum menimbulkan suatu tindakan. Lingkaran persepsi ini bisa tersembunyi dan bisa pula terbuka. Tindakan tersembunyi berupa pembentukan pendapat atau sikap, sedangkan tindak yang terbuka berupa tindakan nyata Universitas Sumatera Utara sehubungan dengan persepsi itu. Satu gejala yang telah menarik perhatan sehubungan dengan tindakan tersembunyi ialah “pembentukan kesan”. Pembentukan kesan ialah cara seorang pencerap membentuk kesan tertentu atas suatu obyek atau atas seseorang menurut cirri-ciri yang diserapnya, atau data yang ia terima dari berbagai sumber. 2.2. Kemiskinan Kemiskinan merupakan suatu kondisi yang tidak menguntungkan dari ketidakmampuan seseorang dalam mengakses dan memanfaatkan sumberdaya yang berada di sekitarnnya. Kemiskinan dapat didefenisikan dengan pengertian yang berbeda dengan perspektif yang beragam tergantung dari sudut pandang mana kemiskinan dimaknakan. Kemiskinan merupakan bagian dari masalah sosial, apabila studi masalah sosial dianggap suatu proses maka penanganan kemiskinan sebagai salah satu bentuk masalah sosial selalu terkait dengan pemahaman terhadap latar belakang atau faktor-faktor yang dianggap sebagai sumber masalah. Strategi dan pendekatan dalam menangani masalah akan sangat ditentukan oleh pendekatan yang digunakan dalam memahami latar belakang masalahnya. Treatment dalam menangani kemiskinan akan sangat ditentukan oleh diagnosis yang dilakukan (Soetomo: 326). Mengacu pada Bank dunia (2000) kemiskinan menurut Haughton and Khandker didefenisikan sebagai suatu kondisi kurang sejahtera. Pandangan konvensional yang berkaitan dengan kesejahteraan terutama kepemilikan atas komoditas, jadi orang miskin adalah mereka yang tidak memiliki cukup Universitas Sumatera Utara pendapatan atau konsumsi untuk menempatkan mereka diatas beberapa batas minimum yang memadai. Ditinjau dari segi sosial kemiskinan penduduk dapat juga disebutkan sebagai suatu kondisi sosial yang sangat rendah, seperti penyediaan fasilitas kesehatan yang tidak mencukupi dan penerangan yang minim. Kondisi sosial lain dari penduduk miskin biasanya dicirikan oleh keadaan rumah tangga dimana jumlah anggota keluarga banyak, tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan anggota rumah tangga rendah, dan umumnya rumah tersebut berada di pedesaan. Dari segi ekonomi, rumah tangga miskin dicirikan oleh jenis mata pencaharian pada sektor informal di pedesaan maupun diperkotaan, sering berpindah-pindah mata pencaharian dari produktivitas yang rendah sehingga menyebabkan pendapatan yang rendah. Karakteristik lain dari rumah tangga miskin adalah kecenderungan untuk menyediakan sebagian besar dari anggaran rumah untuk memenuhi kebutuhan pangan. Alokasi pendapatan yang cenderung hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan merupakan cerminan adanya kemiskinan rumah tangga. Defenisi yang dikemukakan oleh para ahli menunjukkan bahwa kemiskinan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan atau tidak terpenuhinya hak-hak dasar seseorang atau suatu keluarga dipengaruhi oleh cara hidup dan mengalami deprevasi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya serta tidak memiliki aksebilitas terhadap sistem sumber yang ada di sekitar lingkungan sosialnya dikarenakan adanya tindakan diskriminasi dan keterasingan sosial. Hal tersebut dicirikan dengan rendahnya partisipasi keluarga miskin dalam proses pengambilan keputusan dan dalam kehidupan sipil, sosial, ekonomi, dan budaya. Universitas Sumatera Utara Dengan menggunakan perspektif yang lebih luas, dalam menerangkan kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang, dan papan). 2. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transfortasi). 3. Ketiadaan jaminan masa depan. 4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun missal. 5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia. 6. Keterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat. 7. Ketiadaan akses terhadap lapangan pekerjaaan dan mata pencaharian berkesinambungan. 8. Ketidakmampuan berusaha karena cacat fisik maupun mental. 9. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (Soeharto, 2009: 32). 2.3. Kesehatan 2.3.2. Pengertian Kesehatan Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam Undang-Undang No 36 Tahun 2009 pasal 1 mendefenisikan kesehatan sebagai keadaan sehat, baik secar fisik, mental, Universitas Sumatera Utara spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. 2.3.2. Upaya Kesehatan Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, dan pemulihan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Pengembangan upaya kesehatan, yang mencakup upaya kesehatan masyarakat dan kesehatan perorangan diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu, berkelanjutan, merata, terjangkau, berjenjang, professional, dan bermutu. Upaya-upaya kesehatan antara lain sebagai berikut: a) Upaya pemeliharaan kesehatan • Kuratif: tindakan pengobatan • Rehabilitatif: upaya pemeliharaan kesehatan atau pemulihan kesehatan agar penyakitnya tidak semakin terpuruk dengan mengkonsumsi makanan yang menunjang untuk kesembuhan penyakitnya. b) Upaya peningkatan kesehatan • Preventif: upaya pencegahan terhadap suatu penyakit • Promotif: upaya peningkatan kesehatan Universitas Sumatera Utara 2.4. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) 2.4.1. Pengertian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) merupakan lembaga penyelenggara jaminan sosial, sehingga dengan adanya jaminan sosial resiko keuangan yang dihadapi oleh seseorang, baik itu karena memasuki usia tidak produktif, mengalami sakit, mengalami kecelakaan bahkan kematian, akan diambil alih oleh lembaga yang menyelenggarakan jaminan sosial. UndangUndang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. 2.4.2. Tugas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) a. Melakukan dan menerima pendaftaran peserta b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja c. Menerima bantuan dari pemerintah d. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat. Universitas Sumatera Utara 2.4.3. Wewenang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Dalam melaksanakan tugasnya BPJS berwenang untuk : a. Menagih pembayaran iuran b. Menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana dan hasil yang memadai c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh pemerintah e. Membuat dan menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan h. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan sosial. Universitas Sumatera Utara 2.5. BPJS Kesehatan 2.5.1. Pengertian BPJS Kesehatan Badan penyelenggara jaminan kesehatan (BPJS Kesehatan) adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6(enam) bulan di Indonesia. 2.5.2. Manfaat dan Sasaran BPJS Kesehatan 1. Manfaat BPJS Kesehatan Manfaat jaminan kesehatan nasional (JKN) BPJS Kesehatan meliputi : 1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik mencakup : 1) Administrasi pelayanan 2) Pelayanan promotif dan preventif 3) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis 4) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif 5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai 6) Transfusi darah sesuai kebutuhan medis 7) Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama 8) Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi. 2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan mencakup: Universitas Sumatera Utara 1) Rawat jalan, meliput i: a) Administrasi pelayanan b) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan sub spesialis c) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis d) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai e) Pelayanan alat kesehatan implant f) Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan indikasi medis g) Rehabilitasi medis h) Pelayanan darah i) Pelayanan kedokteran forensik j) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan. 2) Rawat inap meliputi: a) Perawatan inap non intensif b) Perawatan inap di ruang intensif c) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh menteri Universitas Sumatera Utara 2. Sasaran BPJS Kesehatan Tabel 2.1 No . 2014 2019 1 Tersusunnya seluruh peraturan BPJS Kesehatan telah mendapat pelaksanaan yang diperlukan; kepercayaan penuh publik 2. Beroperasinya Kesehatan sesuai No.24/2011 3. Paling sedikit 121,6 juta Paket manfaat medis dan non penduduk dijamin medis sudah sama untuk seluruh melalui BPJS Kesehatan peserta 4. Manfaat medis JKN yang Fasilitas kesehatan telah tersebar dikelola oleh BPJS sama untuk memadai; seluruh peserta sedangkan untuk manfaat non medis masih ada perbedaan; 5. Disusunnya rencana aksi Peraturan perundangan disesuaikan pengembangan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan waktu kesehatan dan itu; implementasinya secara bertahap; 6. Paling sedikit 75 % peserta Paling sedikit 85 % peserta puas puas dengan BPJS Kesehatan; dengan pelayanan yang diterima dari BPJS Kesehatan; 7. Paling sedikit 75 % fasilitas Paling sedikit 80 % fasilitas kesehatan puas; kesehatan puas dengan pelayanan yang diterima dari BPJS Kesehatan; 8. Pengelolaan keuangan BPJS Pengelolaan keuangan BPJS Kesehatan terlaksana secara Kesehatan sudah mencapai tingkat transparan, efisien, dan transparansi, efisiensi, dan akuntabel. akuntabilitas optimal. BPJS Seluruh penduduk (diperkirakan UU 257,5 juta) telah terjamin Universitas Sumatera Utara 2.5.3. Ketentuan Umun Paket Manfaat BPJS Kesehatan 1. Pelayanan Konferehensif JKN memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara konferehensif sesuai dengan kebutuhan medis peserta. Artinya, upaya pelayanan yang diberikan kepada peserta meliputi: a) Promotif (peningkatan status kesehatan); b) Preventif (pencegahan penyakit); c) Kuratif (pengobatan); d) Rehabilitatif (pengembalian bekas penderita ke masyarakat). 2. Pelayanan Berjenjang JKN menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis peserta. Pelayanan kesehatan terdiri atas: a) Pelayanan kesehatan tingkat pertama di puskesmas, klinik, praktek dokter, atau rumah sakit kelas D pratama). b) Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan di klinik spesialis, rumah sakit umum, rumah sakit khusus. 3. Aspek perluasan peserta Perluasan kepesertaan yang akan dikelola BPJS Kesehatan dan penyetaraan paket layanan yang dijamin dilakukan dengan tahapan sebagai berikut (Situmorang, 2013: 254-256): a) Peserta Askes PNS dan pensiunan PNS akan berganti nama menjadi peserta JKN, karena sebelumnya secara sik sudah dikelola oleh PT. Askes (Persero) berubah menjadi BPJS Kesehatan. Universitas Sumatera Utara b) Penduduk miskin dan tidak mampu (peserta JAMKESMAS) yang mendapat bantuan iuran dari pemerintah yang sebelumnya dikelola oleh kementrian kesehatan akan dikelola oleh BPJS Kesehatan. Peserta tidak membayar iuran, tetapi mendapat bantuan iuran dari pemerintah yang dibayarkan kepada BPJS. c) Seluruh pegawai negeri anggota TNI dan POLRI yang sebelumnya dikelola oleh dinas kesehatan masing-masing angkatan akan dikelola oleh BPJS Kesehatan. d) Pemberi kerja swasta yang sebelumnya mendaftarkan diri dan pekerjanya ke PT (Persero) Jamsostek, mulai Januari 2014 mendaftarkan ke BPJS Kesehatan. e) Penegakan hukum bagi pemberi kerja agar menjamin kesehatan pekerjanya (beserta anggota keluarga) akan dilakukan secara bertahap sampai tahun 2019. Dalam periode ini akan terjadi penambahan peserta yang dikelola oleh BPJS Kesehatan dengan tahapan sebagai berikut: 1) Peserta Jamkesda (baik yang sebelumnya dikelola oleh PT. Askes dengan nama Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) ataupun yang dikelola dengan skema lain harus bergabung menjadi peserta BPJS Kesehatan paling lambat tahun 2016). 2) Penegakan hukum (dengan sanksi administratif dan sanksi layanan publik) akan dilakukan secara bertahap. Penegakan hukum ditujukan terlebih dahulu kepada pemberi kerja Universitas Sumatera Utara dengan jumlah karyawan besar yang belum menjamin karyawan (pekerjanya). Sementara pemberi kerja yang sebelumnya telah menyediakan jaminan kesehatan melalui asuransi komersial atau menjamin sendiri (self-insured) mendapat masa tunggu (wait and see) sampai awal tahun 2019. Pemberi kerja ini dapat mendaftarkan pekerjanya kapan saja selama tahun 2014-2019. Penegakan hukum dilakukan secara sistematik mulai dari pemberi kerja dengan jumlah pekerja lebih dari 100 orang, menyusul pemberi kerja dengan jumlah pekerja 50-100 orang dan seterusnya sampai pemberi kerja dengan pekerja satu orang (termasuk rumah tangga) mendaftarkan pekerjanya kepada BPJS Kesehatan di tahun 2019. 3) Pekerja mandiri (bukan penerima upah) yang mendapatkan penghasilan dari usaha sendiri mendaftarkan diri kapan saja selama tahun 2014-2019. 4) Di tahun 2019, tidak boleh lagi ada pekerja yang tidak terdaftar dalam BPJS Kesehatan. 4. Aspek paket manfaat dan iuran Paket manfaat yang dijamin adalah semua layanan yang berindikasi medis. Artinya, jika dokter mendiagnosis ada penyakit yang harus diobati, maka pengobatan itu dijamin. Namun karena pemerintah membayar iuran bagi penduduk miskin dan tidak mampu masih berbeda Universitas Sumatera Utara dengan rata-rata besaran iuran untuk pekerja penerima upah, untuk tahap awal kelas perawatan masih berbeda. Penerima bantuan iuran (PBI, penduduk miskin dan tidak mampu) berhak mendapat perawatan di kelas III Rumah sakit pemerintah maupun swasta yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Sedangkan yang membayar iuran berhak dirawat di kelas II atau kelas I, tergantung besaran upah atau golongan pangkat pegawai negeri. Ketika pemerintah sudah membayar iuran sebesar rata-rata iuran per orang pekerja penerima upah dan rumah sakit sudah siap memberikan layanan standar, maka kelas perawatan akan disamakan untuk semua. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak perlu lagi menyediakan dana operasional bagi puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah. Jadi kewajiban pemerintah dialihkan dari penyediaan langsung layanan ke pembayaran iuran bagi penduduk miskin dan tidak mampu (diperkirakan dicapai 2019). Tim ahli Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), Universitas Indonesia, Universitas JAMSOSTEK dan tim lain, BANK Dunia, Tim Nasional Percepatan dan ASKES, Tim penangulangan kemiskinan (TNP2K) mengusulkan besaran iuran sementara yang harus dibayar oleh pemerintah untuk penduduk miskin dan tidak mampu adalah Rp.27.000 per orang/bulan. Besaran iuran ini masih mempertimbangkan RS milik pemerintah masih mendapat dana APBN/APBD. Sedangkan besaran iuran untuk pekerja penerima upah berkisar antara 5-6% dari upah. Porsi iuran pekerja dan pemberi kerja diusulkan antara 2-3% pekerja dan Universitas Sumatera Utara 3-4% pemeberi kerja. Dengan kontribusi iuran oleh pekerja, maka diharapkan pekerja memiliki daya kontrol kepada BPJS. Besaran iuran nominal bagi pekerja bukan penerima upah diperhitungkan sama dengan rata-rata besaran iuran per orang per bulan yang diterima 5-6% upah sebulan. Besaran iuran tambahan per orang bagi pekerja yang memiliki anak lebih dari tiga orang atau ingin menjamin orang tua adalah 1% dari upah per orang per bulan. Besaran iuran bagi pekerja penerima upah diperkirakan sebesar 100% rata-rata iuran per orang per bulan. Selama masa transisi dua besaran iuran yaitu setara 100% penerima upah untuk perawatan kelas II dan 125% untuk perawatan di kelas I. Dengan demikian terjadi sistem yang berkeadilan dimana semua penduduk bertanggungjawab atas dirinya dengan mengiur yang porsinya terhadap penghasilan yang relatif sama. Yang berpenghasilan rendah mengiur dengan nilai nominal lebih kecil dan yang berpenghasilan tinggi mengiur dengan nominal yang lebih besar, tetapi presentasi upah/penghasilan relatif sama. Dengan demikian terjadi subsidi silang atau kegotong royongan nasional antara mereka yang lebih kaya kepada yang lebih miskin, yang muda kepada yang tua, dan yang sehat kepada yang sakit. Universitas Sumatera Utara 5. Prosedur Pelayanan Kesehatan Bagan 2.1 PROSEDUR UMUM Peserta Puskesmas Fasilitas kesehatan tingkat pertama Klinik Praktek dokter umum / gigi RS kelas D Pratama Rujuk balik Fasilitas kesehatan tingkat kedua Klinik spesialis RS umum/khusus Membawa kartu peserta BPJS Kesehatan Membawa: - kartu peserta BPJS kesehatan - rujukan dari Faskes tingkat pertama Gawat Darurat (diperbolehkan langsung ke Feskes tingkar lanjutan) Bagan 2.2 PROSEDUR PELAYANAN RAWAT JALAN DI FASKES TINGKAT PERTAMA Peserta Membawa kartu BPJS Kesehatan Klinik/ Puskesmas/ Praktek Dokter -Faskes memberikan pelayanan kesehatan - Peserta/keluarga menandatangani surat bukti pelayanan Pulang Surat rujukan ke Faskes tingkat lanjut Universitas Sumatera Utara Bagan 2.3 PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN DI FASKES RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN Klinik Spesialis/ RS Umum/RS Khusus BPJS Kesehatan Centre di Faskes Tingkat Lanjut Peserta - Membawa kartu BPJS Kesehatan - Surat rujukan dari faskes tingkat pertama BPJS Kesehatan Centre menerbitkan Surat Jaminan Pelayanan (SJP) - Pelayanan Kesehatan - Peserta/ Keluarga menandatangani Surat Bukti Pelayanan Pulang Rujuk Balik ke Faskes Tingkat Pertama Bagan 2.4 PROSEDUR PELAYANAN OBAT • Faskes Tingkat Pertama Puskesmas/klinik Dokter memberikan resep Apotik Puskesmas/Klinik/ Jejaring Pulang -Pengkajian resep, menyiapkan dan menyerahkan obat kepada Peserta - Peserta menandatangani bukti penerimaan obat Universitas Sumatera Utara • Faskes Tingkat Lanjutan Klinik Spesialis/RS Dokter memberikan resep Apotik Klinik Spesialis/RS/Jejaring Peserta - Memberikan resep - Kartu BPJS Kesehatan - Bukti pelayanan Pulang - Verifikasi resep dan bukti pendukung -Mengkaji resep dan memberikan obat kepada peserta -Peserta menandatangani bukti penerimaan obat 2.5.4. Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan Tabel 2.2 Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan Rujukan Penyuluhan kesehatan perorangan Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis oleh dokter spesialis dan subspesialistik Skrining kesehatan untuk penyakit: Tindakan medis spesialistik bedah dan non bedah, contohnya fungsi cairan paru, operasi sesar, dll a) b) c) d) Diabetes mellitus tipe 2; Hipertensi Kanker leher rahim; dan Kanker payudara KB (konseling, kontrasepsi vasektomi, dan tubektomi) dasar, Obat dan bahan medis habis pakai Imunisasi dasar (BCG, DPT, HB, Polio, Alat kesehatan implant dan Campak) Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi penunjang diagnostic lanjutan, medis contoh: CT Scan, USG, Endoskopi, dll Tindakan medis non spesialistik bedah Rehabilitasi medis atau non bedah, contoh: rawat luka, cabut gigi, dll Obat dan bahan medis pakai Pelayanan darah Transfusi darah Kedokteran forensic Universitas Sumatera Utara Laboratorium sederhana Pelayanan jenazah Rawat inap untuk kasus-kasus tertentu, Rawat inap intensif dan non intensif contoh: persalinan normal, diare ringan, dll 2.6. Pelayanan Kesehatan 2.6.1. Pengertian Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan , keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Azwar, 1995). 2.6.2. Konsep Pelayanan Kesehatan Dasar Konsep pelayanan kesehatan dasar mencakup nilai-nilai dasar tertentu yang berlaku umum terhadap proses pengembangan secara menyeluruh, tetapi dengan penekanan penerapan di bidang kesehatan seperti berikut (WHO, 1992): 1. Kesehatan secara mendasar berhubungan dengan tersedianya dan penyebaran sumberdaya- bukan hanya sumberdaya kesehatan seperti dokter, perawat, klinik, obat, melainkan juga sumberdaya sosial- ekonomi yang lain seperti pendidikan, air dan persediaan makanan. 2. Pelayanan kesehatan dasar dengan demikian memusatkan perhatian kepada adanya kepastian bahwa sumberdaya kesehatan dan sumberdaya sosial yang ada telah tersebar merata dengan lebih memperhatikan mereka yang paling membutuhkannya. Universitas Sumatera Utara 3. Kesehatan adalah satu bagian penting dari pembangunan secara menyeluruh. Faktor yang mempengaruhi kesehatan adalah faktor sosial, budaya, dan ekonomi disamping biologi dan lingkungan. 4. Pencapaian taraf kesehatan yang lebih baik memerlukan keterlibatan yang lebih banyak dari penduduk, seperti perorangan, keluarga, dan masyarakat, dalam pengambilan tindakan demi kegiatan mereka sendiri dengan cara menerapkan perilaku sehat dan mewujudkan lingkungan yang sehat. 2.6.3. Karakteristik pelayanan kesehatan Dibandingkan dengan kebutuhan hidup manusia yang lain, kebutuhan pelayanan kesehatan mempunyai tiga ciri utama yang terjadi sekaligus dan unik yaitu: uncertainty, asymetri of information dan externality. Ketiga ciri utama tersebut menyebabkan pelayanan kesehatan sangat unik dibandingkan produk atau jasa lainnya. 1. Uncertaninty Uncertainty atau ketidakpastian menunujukkan bahwa kebutuhan akan pelayanan kesehatan tidak bisa pasti, baik waktu, tempat maupun besarnya biaya yang dibutuhkan. Dengan ketidakpastian ini sulit bagi seseorang untuk menganggarkan biaya untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatannya. Penduduk yang penghasilannya rendah tidak mampu menyisihkan penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan yang tidak diketahui datangnya, bahkan penduduk yang relatif berpendapatan memadai sekalipun seringkali tidak sanggup memenuhi kecukupan biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan medisnya. Maka dalam hal Universitas Sumatera Utara ini seseorang yang tidak miskin dapat menjadi miskin atau bangkrut manakala ia menderita sakit. 2. Asymmetry of information Sifat kedua asymmetry of information menunjukkan bahwa konsumen pelayanan kesehatan berada pada posisi yang lemah sedangkan provider (dokter dan petugas kesehatan lainnya) mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaat dan kualitas pelayanan yang dijualnya. Ciri ini juga ditemukan oleh para ahli ekonomi kesehatan lain seperti Feldstein, Jacos, Rappaport, dan Phelps. Dalam pelayanan kesehatan, misalnya kasus ekstrim pembedahan, pasien hampir tidak memilikin kemampuan untuk mengetahui apakah ia membutuhkan pelayanan tersebut atau tidak. Kondisi ini sering dikenal dengan consumen ignorance atau konsumen yang bodoh, jangankan ia mengetahui berapa banyak yang diperlukan, mengetahui apkah ia memerlukan tindakan bedah saja tidak sanggup dilakukan meskipun pasien mungkin seorang profesor sekalipun. 3. Externality Externality menunjukkan bahwa konsumsi pelayanan kesehatan tidak saja mempengaruhi pembeli tetapi juga bukan pembeli. Contohnya adalah konsumsi rokok yang mempunyai resiko besar pada bukan perokok, akibat dari ciri ini, pelayanan kesehatan membutuhkan subsidi dalam berbagai bentuk, oleh karena pembiayaan pelayanan kesehatan tidak saja menjadi tanggung jawab sendiri, akan tetapi perlunya digalang tanggung jawab bersama (publik). Universitas Sumatera Utara 2.6.4. Syarat-Syarat Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan dituntut banyak syarat yang harus dipenuhi. Syarat yang dimaksud paling tidak mencakup delapan hal pokok yakni tersedia (available), wajar (appropriate), berkesinambungan (continue), dapat diterima (acceptable), dapat dicapai (accesible), dapat dijangkau (affordable), efisien (efficient) serta bermutu (quality) (Azwar, 1995). 1. Ketersediaan pelayanan kesehatan (available) Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut tersedia di masyarakat. 2. Kewajaran pelayanan kesehatan (appropriate) Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat wajar, dalam arti dapat mengatasi masalah yang dihadapi. 3. Kesinambungan pelayanan kesehatan (continue) Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat berkesinambungan, dalam arti tersedia setiap saat, baik menurut waktu atau kebutuhan pelayanan kesehatan. 4. Penerimaan pelayanan kesehatan (acceptable) Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat diterima oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan. 5. Ketercapaian pelayanan kesehatan (accesible) Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat dicapai oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan tersebut. 6. Keterjangkauan pelayanan kesehatan (affordable) Universitas Sumatera Utara Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebur dapat dijangkau oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan. 7. Efisiensi pelayanan kesehatan (efficient) Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebur diselenggarakan secara efisien. 8. Mutu pelayanan kesehatan (quality) 9. Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat menyembuhkan pasien serta tindakan yang dilakukan aman. Adapun kriteria-kriteria pelayanan yang memuaskan menurut DR.Bob Woworutu (Noveniawanata, 2008) adalah: 1. Kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi 2. Mampu memberikan pelayanan yang baik 3. Tidak berbelit-belit 4. Menyingkat waktu tunggu masyarakat 5. Dapat menguntungkan semua pihak. Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, totalitas, dari wujud serta ciri atau pun terhadap standar yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan mutu pelayanan tersebut multi-dimensional yang artinya setiap orang dapat saja melakukan penilaian yang berbeda-beda tergantung dari latar belakang kepentingan masing-masing. Universitas Sumatera Utara 2.7. Konsep Usaha Kesejahteraan Sosial dan Jaminan Sosial 2.7.1. Usaha Kesejahteraan Sosial Usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan dan berbagai kegiatan yang secara konkret (nyata) berusaha menjawab kebutuhan ataupun masalah yang dihadapi oleh anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial itu sendiri dapat diarahkan pada individu, keluarga, kelompok, ataupun komunitas. Berdasarkan hal tersebut dapat dirasakan bahwa kesejahteraan sosial tidaklah bermakna bila tidak diterapkan dalam bentuk usaha kesejahteraan sosial yang nyata menyangkut kesejahteraan masyarakat. Dari terminologi tersebut terlihat bahwa usaha kesejahteraan sosial seharusnya merupakan upaya yang konkret (nyata) baik ia bersifat langsung (direct service) ataupun tidak langsung (indirect service), sehingga apa yang dilakukan dapat dirasakan sebagai upaya yang benar-benar ditujukan untuk menangani masalah ataupun kebutuhan yang dihadapi warga masyarakat, dan bukan sekedar program, pelayanan ataupun kegiatan yang lebih dititikberatkan pada upaya menghidupi organisasinya sendiri atau hanya sekedar mengekspresikan diri person dalam suatu lembaga. Usaha kesejahteraan sosial yang baik dan bermanfaat mengandung ciri-ciri khusus, yaitu : 1. Relevan, Pelayanan atau bantuan yang disediakan sesuai dengan kebutuhan warga masyarakat yang menjadi sasaran/penyandang masalah. 2. Konsisten, Dilaksanakan secara terus menerus sampai terpecahkan masalah yang dialami oleh sasaran. Universitas Sumatera Utara 3. Aksesibel, Pelayanan atau bantuan yang disediakan dapat dijangkau dan digunakan oleh sasaran. 4. Partisipasif, Keterlibatan semua pihak termasuk sasaran dalam pelaksanaan pelayanan dan bantuan. 2.7.2. Jaminan Sosial Jaminan sosial (sosial security) adalah sistem atau skema pemberian tunjangan yang menyangkut pemeliharaan penghasilan (Soeharto, 2009: 15). Sebagai pelayanan sosial publik, jaminan sosial merupakan perangkat negara yang didesain untuk menjamin bahwa setiap orang sekurang-kurangnya memiliki pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Jaminan sosial merupakan sektor kunci dari sistem negara kesejahteraan, bahwa prinsip negara harus berusaha dan mampu menjamin adanya jaring pengaman pendapatan (financial safety net) atau pemeliharaan pendapatan (income maintenance) bagi mereka yang tidak memiliki sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Soeharto, 2009: 16). Dalam Undang-Undang No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional pasca putusan Mahkamah Konsitusi Republik Indonesia ditegaskan, jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial yang merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup layak, yang dimaksudkan adalah kebutuhan esensial setiap orang dapat hidup layak demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Selanjutnya Sistem Jaminan Sosial dirancang untuk mampu menyinkronisasikan penyelenggaraan bentuk jaminan sosial yang dilaksanakan oleh beberapa Universitas Sumatera Utara penyelenggara agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi seluruh peserta. Program jaminan sosial diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi sosial, bantuan sosial, dan atau tabungan wajib yang bertujuan untuk dapat memberikan jaminan sosial bagi seluruh penduduk, guna memenuhi kebutuhan dasar yang layak (UU No 40: 11-12). 2.8. Kerangka Pemikiran Sulitnya akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya faktor tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan yang mahal. Penetapan BPJS Kesehatan dengan mengakomodir penduduk miskin dan tidak mampu (peserta jamkesmas) yang sebelumnya dikelola oleh kementrian kesehatan. Penduduk miskin dan tidak mampu tidak membayar iuran, tetapi mendapat bantuan iuran dari pemerintah yang dibayarkan kepada BPJS. Rumah Sakit Umum (RSU) Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten samosir merupakan salah satu fasilitas kesehatan (FASKES) dalam BPJS Kesehatan. Pelayanan yang diberikan RSU Dr.Hadrianus Sinaga kepada peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan salah satunya pelayanan Rawat Inap Tindak Lanjutan (RITL) yang mencakup pelayanan obat, penunjang diagnosik, pelayanan darah serta pelayanan lainnya. Wadah pelayanan kesehatan mempunyai fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi penderita. Dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit mencakup pelayanan admisitratif, pelayanan medis, maupun sarana dan prasarana, peserta BPJS Universitas Sumatera Utara Kesehatan mempunyai persepsi baik bersifat positif maupun negatif. Adapun indikator pelayanan kesehatan yang menjadi tolak ukur dalam penelitian ini mencakup kebutuhan pasien yang dapat dipenuhi, mampu memberikan pelayanan yang baik, proses pelayanan yang tidak berbelit-belit, menyingkat waktu tunggu pasien, serta dapat menguntungkan semua pihak. Untuk itulah peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi peserta BPJS Kesehatan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir. Universitas Sumatera Utara Bagan 2.5 Bagan Alir Pikir Rumah Sakit Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Pelayanan Kesehatan Yang Diberikan kepada Peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan RITL (Rawat Inap Tindak Lanjut) Persepsi peserta BPJS Kesehatan -Sarana dan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Prasarana Kesehatan Kesehatan terhadap pelayanan - Pelayanan Medis kesehatan -Pelayanan Administrasi Positif Negatif Universitas Sumatera Utara 2.9. Defenisi konsep dan Defenisi Operasional 2.9.1. Defenisi Konsep Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 138). Dimana peneliti memberikan batasan mengenai konsep-konsep penelitian untuk menghindari kesalahpahaman arti dan konsep penelitian yang digunakan. Defenisi konsep mengarahkan peneliti agar fokus pada satu istilah saja. Adapun konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini, dibatasi sebagai berikut: 1. Persepsi adalah proses pemahaman terhadap sesuatu informasi yang disampaikan oleh orang lain yang saling berkomunikasi, berhubungan atau kerjasama. 2. BPJS Kesehatan bertanggungjawab merupakan kepada badan hukum presiden publik dan yang berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6(enam) bulan di Indonesia. Peserta BPJS Kesehatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan. 3. Pelayanan kesehatan merupakan setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit kesehatan perseorangan, serta memulihkan keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Universitas Sumatera Utara 2.9.2. Defenisi Operasional Defenisi operasional adalah suatu proses menjadikan varibael penelitian dapat diukur sehingga terjadi transformasi dari unsur konsep ke dunia nyata. Defenisi operasional adalah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya mentransformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat di observasi (Siagian, 2011). Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah: a) Peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang mendapat pelayanan kesehatan di RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan. b) Pasien Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) yang menginap di ruangan kelas III minimal 3 hari di rumah sakit. c) Pelayanan kesehatan dengan indikator: 1) Kebutuhan pasien yang dapat dipenuhi Tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan yang lengkap bagi pasien RITL peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan seperti kamar inap, obatobatan, peralatan dan perlengkapan pelayanan kesehatan lainnya. 2) Mampu memberikan pelayanan yang baik - Cepatnya tanggapan dari petugas kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien RITL Universitas Sumatera Utara peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan. - Sikap yang baik dari petugas kesehatan dalam melayani pasien RITL peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan. - Adanya komunikasi yang baik antara petugas kesehatan dengan pasien RITL peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan. 3) Tidak berbelit-belit - Admisnistrasi masuk rumah sakit yang mudah bagi RITL peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan. - Adanya kejelasan yang tepat tentang jenis penyakit yang diderita pasien peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan. 4) Menyingkat waktu tunggu pasien Dipermudah dan dipercepat pelayanan pengurusan administrasi bagi pasien RITL sehingga pasien tidak harus mengantri berjam-jam lamanya serta memberikan petunjuk dan informasi pelayanan kepada pasien. Universitas Sumatera Utara 5) Dapat menguntungkan semua pihak a. Bagi rumah sakit meningkatkan dapat pendapatan atau keuntungan untuk rumah sakit b. Bagi pasien mendapatkan RITL kesembuhan dari penyakit yang diderita. Universitas Sumatera Utara