HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM PADA WUS DI PUSKESMAS BERGAS KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL Disusun oleh YUSNIA INDRIYANI NIM. 0141767 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN 2017 Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Wus di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 1 HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM PADA WUS DI PUSKESMAS BERGAS KABUPATEN SEMARANG Yusnia Indriyani 1), Cahyaningrum2), Sri Wahyuni3) 123) Program Studi DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Uniersitas Ngudi Waluyo ABSTRAK Kesehatan reproduksi sangat berkaitan dengan kebersihan organnya. Kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis penyakit dengan tingkat keganasan yang sering ditemukan di kalangan wanita. Kasus kanker serviks di Indonesia juga semakin meningkat setiap tahunnya. Salah satu factor penyebab kanker serviks yaitu kurangnya personal hygiene pada organ reproduksi dan personal hygiene. Studi pendahuluan Wilayah Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang tahun 2016 dari 30 orang yang positif sebanyak 4 orang. Tujuan Penelitian untuk mengetahui hubungan perilaku personal hygiene dengan kejadian kanker leher rahim pada WUS di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Desain penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini dalah WUS yang melakukan tes IVA pada bulan juli sebanyak 36 orang. Denganteknikaccidental sampling yaitu metode pengambilan sampel dengan memilih siapa yang kebetulan datang periksa. Analiis data menggunakan chi squere. Dari hasil penelitian kejadian kanker leher rahim sejumlah25,0% (9 orang). Sedangkan yang tidak mengalami kejadin kanker leher rahim sejumlah 75,0%(27 orang). Dan dapat diketahui bahwa WUS yang memiliki personal hygiene kurang baik, yang Mengalami kanker leher rahim sejumlah 47,1%(8 orang). Sedangkan WUS yang memiliki personal hygiene baik, yang mengalami kanker leher rahim hanya sejumlah 5,3% (1 orang). Hasiluji Fisher Exact diperoleh p-value 0,006.Karena p-value 0,006< α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan secara signifikan antara personal hygiene dengan kejadian kanker leher rahim pada wanita usia subur (WUS) di Wilayah Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. Saran bagi masyarakat supaya tetap menjaga kebersihan personal hygiene untuk mencegah kejadian kanker leher rahim. Kata kunci:Personal hygiene, Kankerleherrahim Kepustakaan:31 (2007-2013) Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Wus di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 2 PERSONAL HYGIENE RELATIONSHIP WITH THE INCIDENCE OF CERVICAL CANCER IN WUS AT PUSKESMAS BERGAS DISTRICT SEMARANG ABSTRACT Reproductive health is closely related to the cleanliness of the organ. Cervical cancer is a type of disease with a level of ferocity that is often found among women. Cases of cervical cancer in Indonesia are also increasing every year. One of the causes of cervical cancer is the lack of personal hygiene in the reproductive organs and personal hygiene preliminary study of puskesmas area of Bergas district of semarang in 2016 from 30 positive people as many as 4 people The purpose of research to know behavior of personal hygiene with cervical cancer at WUS at puskesmas bergas district of semarang The design of this research is corralational with cross sectional approach . the sample of this study was WUS who performed IVA test in july as many as 36 people.With accidental sampling technique that is sampling method by choosing who happened to come check. Data analysis using chi squere. From the results of the research on the incidence of cervical cancer of 25.0% (9 people) as for who did not experience the incidence of cervical cancer of 75.0% ( 27 people ). And it can be seen that WUS who have personal hygiene who have cervical cancer number 47.1% (8 people). While the WUS who has a good problem al hygiene, who had cervical cancer only a number of 5.3% (1 person) Fisher exact test result obtained p-value 0.006. because p-value 0006 < a (0,05) it can be concluded that there is a signifikan relationship between personal hygiene with cervical cancer incidence in women of childbearing age (WUS) in the area of puskesmas Bergas district semarang. Advice for people to keep personal hygiene cleanliness to prevent the incidence of cervical cancer. Keywords : Personal Hygiene, Cervical Cancer Literature : 31 (2007-2013) PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) adalah masuk dan berkembangbiaknya kuman penyakit infeksi kedalam saluran reproduksi. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa bakteri, jamur, virus dan parasit (Depkes, 2010). Menjaga kebersihan organ reproduksi, khususnya bagian luar merupakan, bagian dari kebersihan diri. Kebiasaan itu perlu ditanamkan sejak kecil.Khususnya bagi anak perempuan dimana sejumlah penyakit dan kondisi bisa muncul akibat kebersihan di daerah tersebut kurang terjaga (Nestele, 2014). Kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis penyakit dengan tingkat keganasan yang sering ditemukan di kalangan wanita (Bustan, 2007). Menurut Yayasan Kanker Indonesia (2011), kanker serviks disebabkan oleh Human pappiloma Virus (HPV) yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Wus di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 3 dengan faktor risiko perilaku seksual, merokok, infeksi beberapa jenis virus, dan personal hygiene. Kebersihan harus sangat dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi, diantaranya menjaga kebersihan pada saat menstruasi hal ini dikarenakan pada saat menstruasi pembuluh darah melebar sehingga memudahkan kuman masuk, keluhan yang dirasakan pada saat menstruasi adalah rasa gatal yang disebabkan oleh jamur kandida yang akan tumbuh subur pada saat menstruasi (Sarwono, 2010). Kasus kanker serviks di Indonesia juga semakin meningkat setiap tahunnya.Salah satu faktor penyebab kanker serviks yaitu kurangnya personal hygiene pada organ reproduksi. Hal tersebut dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUP Dr.Kariadi yang menyebutkan bahwa sebanyak 87,10% memiliki personal hygiene yang kurang baik dan adanya kejadian kanker serviks stadium III yaitu sebanyak 58,1%. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kanker serviks dengan personal hygiene yang kurang baik (Pitriyani, 2012). Menurut penelitian Indrawati dan Fitriyani (2012) personal hygiene yang kurang baik memiliki risiko terkena kanker serviks 19,386 kali dibandingkan dengan wanita yang memiliki personal hygiene yang baik. Menurut Bustan (2007), wanita dengan personal hygiene yang buruk berisiko lebih besar untuk terkena kanker serviks daripada wanita denganpersonal hygiene yang baik. Personal hygiene meliputi penggunaan pembalut, penggunaan kloset, dan penggunaan antiseptik (Wijaya, 2010). Dampak Kanker serviks akan menyebar jika tidak diberikan pengobatan. Kanker serviks seringkali menjangkiti dan dapat membunuh wanita di usia yang produktif (usia 30-50 tahun), seringkali pada saat mereka masih memiliki tanggung jawab ekonomi dan sosial terhadap anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Setiap tahun, ratusan ribu kasus HPV terdiagnosis di dunia dan ribuan wanita meninggal karena kanker serviks, yang disebabkan oleh infeksi itu (Mangan, 2013). Studi pendahuluan Wilayah Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang tahun 2016 kejadian kanker servik sebanyak 4 orang. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan personal hygiene dengan kejadian kanker leher rahim pada WUS. MERODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Dilaksanakan di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang pada tanggal 6-25 Juli 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah WUS yang melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 36 orang. Sampel penelitian ini adalah seluruh WUS yang melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 36 orang. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan teknik accidental sampling. Data yang diambil pada penelitian ini terdiri data primer. Data primer adalah data yang didapat langsung dari responden dengan menyebar kuesioner. Analisis data ini peneliti menggunakan analisis univariate Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Wus di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 4 HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden 1. Umur WUS Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Wanita Usia Subur yang Melakukan Pemeriksaan IVA di Wilayah Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Umur Frekuensi Persentase (%) Dewasa Awal (26-35 tahun) 2 5,6 Dewasa Akhir (36-45 tahun) 34 94,4 Jumlah 36 100,0 Berdasarkan tabel 4.1dapat diketahui bahwa dari 36 responden wanita usia subur (WUS) yang melakukan pemeriksaan IVA di wilayah Puskesmas Bergas, Kabupaten Semarang, sebagian besar berumur dewasa akhir (36-45 tahun), yaitusejumlah 34 orang (94,4%). 2. Pendidikan WUS Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan PendidikanWanitaUsiaSubur yang Melakukan Pemeriksaan IVA di Wilayah Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SD 6 16,7 SMP 19 52,8 SMA 10 27,8 D3/S1 1 2,7 Jumlah 36 100,0 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 36 responden wanita usia subur (WUS) yang melakukan pemeriksaan IVA di wilayah Puskesmas Bergas, Kabupaten Semarang, sebagian besar berpendidikan SMP, yaitu sejumlah 19 orang (52,8%). 3. Pekerjaan WUS Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Wanita Usia Subur yang Melakukan Pemeriksaan IVA di Wilayah Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) IRT 16 44,4 Buruh 6 16,7 Swasta 12 33,3 Wiraswasta 1 2,8 Petani 1 2,8 Jumlah 36 100,0 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 36 responden wanita usia subur (WUS) yang melakukan pemeriksaan IVA di wilayah Puskesmas Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Wus di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 5 Bergas, Kabupaten Semarang, sebagian besarbekerja sebagai ibu rumah tangga, yaitu sejumlah 16 orang (44,4%). Analisis Univariat 1. Personal Hygiene pada WUS Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Personal Hygiene pada Wanita Usia Subur yang Melakukan Pemeriksaan IVA di Wilayah Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Personal Hygiene Frekuensi Persentase (%) Kurang Baik 17 47,2 Baik 19 52,8 Jumlah 36 100,0 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar wanita usia subur (WUS) di wilayah Puskesmas Bergas, Kabupaten Semarang, memiliki perilaku personal hygiene yang baik, yaitu sejumlah 19 orang (52,8%). 2. Kejadian Kanker Leher Rahim pada WUS Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Kanker Leher Rahim padaWanitaUsia Subur yang Melakukan Pemeriksaan IVA di Wilayah Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Kejadian Kanker Leher Rahim Frekuensi Persentase (%) Kanker Leher Rahim 9 25,0 Tidak Kanker Leher Rahim 27 75,0 Jumlah 36 100,0 Berdasarkan tabel 4.5dapat diketahui bahwa dari 36 responden wanita usia subur (WUS) yang melakukan pemeriksaan IVA di wilayah Puskesmas Bergas, Kabupaten Semarang, sebagian besar tidak mengalami kejadian kanker leher rahim, yaitu sejumlah 27 orang (75,0%). Sedangkan yang mengalami kejadian kanker leher rahim sejumlah 9 orang (25,0%). Analisis Bivariat Analisis bivariat pada bagian ini disajikan hasil analisis hubungan personal hygiene dengan kejadian kanker leher rahim pada WUS di Wilayah Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang.Untuk mengetahui hubungan tersebut, digunakan uji Chi Square, dan hasilnya disajikan sebagai berikut. Tabel 4.6 Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Kanker Leher Rahim pada WUS di Wilayah Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Personal Hygiene Kurang Baik Baik Total Kejadian Kanker Leher Rahim Kanker Leher Tidak Kanker Total Rahim Leher Rahim % F % F f % 8 47,1 9 52,9 17 100 1 5,3 18 94,7 19 100 9 25,0 27 75,0 36 100 p-value 0,006 Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Wus di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 6 Hasil pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa WUS yang memiliki personal hygiene kurang baik, yang mengalami kanker leher rahim sejumlah 8 orang (47,1%). Sedangkan WUS yang memiliki personal hygiene baik, yang mengalami kanker leher rahim hanya sejumlah 1 orang (5,3%). Hasil uji Fisher Exact diperoleh p-value 0,006. Karena p-value 0,006< α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan secara signifikan antara personal hygiene dengan kejadian kanker leher rahim pada wanita usia subur (WUS) di Wilayah Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. PEMBAHASAN Padabab ini membahas mengenai Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Kanker Leher Rahim Pada WUS Di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. Pembahasan ini meliputi gambaran personal hygiene : A. Gambaran Personal Hygiene Pada WUS Di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa sebagian wanita usia subur (WUS) di wilayah Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang, memiliki perilaku personal hygiene yang kurang baik, yaitu sejumlah 47,2%(17 orang). Kebiasaan personal hygiene WUS yang telah melakukan pemeriksaan IVA dan hasilnya negative adalah penggunakan pentyliner yang terlalu lama dan penggunakan cairan pembersih organ wanita. Penggunakan pentyliner yang terlalu lama biasanya mengakibatkan lembab dan tumbuh jamur serta penggunakan cairan organ wanita bias mengganggu keasaman pada vagina. Kesehatanre produksi sangat berkaitan dengan kebersihan organnya. Organ reproduksi sangat penting dipelihara kebersihannya termasuk memilih air cebok, pembalut dan cara pemakaiannya, serta kekerapan menggantinya, kebersihan selama haid, serta pakaian dalam yang digunakan harus bersih (Pinem, 2009). Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) adalah masuk dan berkembang biaknya kuman penyakit infeksi kedalam saluran reproduksi.Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa bakteri, jamur, virus dan parasit (Depkes, 2010). Menjaga kebersihan organ reproduksi, khususnya bagian luar merupakan, bagian dari kebersihan diri. Kebiasaan itu perlu ditanamkan sejak kecil. Khususnya bagi anak perempuan dimana sejumlah penyakit dan kondisi bisa muncul akibat kebersihan di daerah tersebut kurang terjaga (Nestele, 2014). Menurut Kartikawati (2012), faktor risiko kanker serviks yaitu personal hygiene yang tidak baik dan penggunaan pembalut tidak berkualitas dan mengandung bahan pemutih (dioksin) yang dapat menguap apabila bereaksi dengan darah menstruasi sehingga dapat menghambat sirkulasi udara pada daerah kewanitaan. Selainitu, penggunaan pantyline runtuk sehari-hari dapat mempengaruhi kelembaban organ kewanitaan sehingga keadaan organ 3 kewanitaan menjadi lembab dan merangsang tumbuhnya berbagai bakteri patogen yang dapat menyebabkan kanker serviks (Wijaya, 2010). Menurut penelitian Indrawati dan Fitriyani (2012) personal hygiene yang kurang baik memiliki risiko terkena kanker serviks 19,386 kali dibandingkan dengan wanita yang memiliki personal hygiene yang baik. Menurut Bustan (2007), wanita dengan personal hygiene yang buruk berisiko Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Wus di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 7 lebih besar untuk terkena kanker serviks daripada wanita dengan personal hygiene yang baik. Personal hygiene meliputi penggunaan pembalut, penggunaan kloset, dan penggunaan anti septik (Wijaya, 2010). Menurut American Cancer Society, tahun 2008, faktor-faktor yang dapat meningkatkan terjadinya kanker serviks pada wanita adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV), merokok dimana wanita yang merokok memiliki resiko dua kali lebih besar terhadap kanker serviks dari pada nonperokok, umur dimana perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia 35- 50 tahun dan masih aktif berhubungan seksual, frekuensi kehamilan dimana wanita yang mempunyai banyak anak atau sering melahirkan mempunyai resiko terserang kanker serviks lebih besar. Pendapatan atau status sosial ekonomi dimana kemiskinan yang mengakibat ketidakmampuan mereka untuk mendapat pelayanan kesehatan yang baik dan tidak dapat membayar biaya-biaya tes kesehatan yang cukup mahal (Nurwijaya.et.al, 2012). B. Gambaran Kejadian Kanker Leher Rahim Pada WUS Di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Dapat diketahui bahwa dari 36 responden wanita usia subur (WUS) yang melakukan pemeriksaan IVA di wilayah Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang, sebagian mengalami kejadian kanker leher rahim sejumlah 25,0% (9 orang). Kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis penyakit dengan tingkat keganasan yang sering ditemukan di kalangan wanita (Bustan, 2007). Menurut Yayasan Kanker Indonesia (2011), kanker serviks disebabkan oleh Human pappiloma Virus (HPV) yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan factor risiko perilaku seksual, merokok, infeksi beberapa jenis virus, dan personal hygiene. Kasus kanker serviks di Indonesia juga semakin meningkat setiap tahunnya. Salah satu factor penyebab kanker serviks yaitu kurangnya personal hygiene pada organ reproduksi. Hal tersebut dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUP Dr.Kariadi yang menyebutkan bahwa sebanyak 87,10% memiliki personal hygiene yang kurang baik dan adanya kejadian kanker serviks stadium III yaitu sebanyak 58,1%. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kanker serviks dengan personal hygiene yang kurang baik (Pitriyani, 2012). Menurut Kartikawati (2012), factor risiko kanker serviks yaitu personal hygiene yang tidak baik dan penggunaan pembalut tidak berkualitas dan mengandung bahan pemutih (dioksin) yang dapat menguap apabila bereaksi dengan darah menstruasi sehingga dapat menghambatsirkulasi udara pada daerah kewanitaan. Selain itu, penggunaan pantyliner untuk sehari-hari dapat mempengaruhi kelembaban organ kewanitaan sehingga keadaan organ 3 kewanitaan menjadi lembab dan merangsang tumbuhnya berbagai bakteri patogen yang dapat menyebabkan kanker serviks (Wijaya, 2010). Menurut penelitian Indrawati dan Fitriyani (2012) personal hygiene yang kurang baik memiliki risiko terkena kanker serviks 19,386 kali dibandingkan dengan wanita yang memiliki personal hygiene yang baik. Menurut Bustan (2007), wanitadengan personal hygiene yang buruk berisiko Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Wus di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 8 lebih besar untuk terkena kanker serviks daripada wanita dengan personal hygiene yang baik. Personal hygiene meliputi penggunaan pembalut, penggunaan kloset, dan penggunaan anti septik (Wijaya, 2010). MenurutAmerican Cancer Society, tahun 2008, faktor-faktor yang dapat meningkatkan terjadinya kanker serviks pada wanita adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV), merokok dimana wanita yang merokok memiliki resiko dua kali lebih besar terhadap kanker serviks dari pada nonperokok, umur dimana perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia 35- 50 tahun dan masih aktif berhubungan seksual, frekuensi kehamilan dimana wanita yang mempunyai banyak anak atau sering melahirkan mempunyai resiko terserang kanker serviks lebih besar. Pendapatan atau status sosial ekonomi dimana kemiskinan yang mengakibat ketidakmampuan mereka untuk mendapat pelayanan kesehatan yang baik dan tidak dapat membayar biaya-biaya teskesehatan yang cukup mahal (Nurwijaya.et.al, 2012). Dampak Kanker serviks akan menyebar jika tidak diberikan pengobatan. Kanker serviks seringkali menjangkiti dan dapat membunuh wanita di usia yang produktif (usia 30-50 tahun), seringkali pada saat mereka masih memiliki tanggungjawab ekonomi dan sosial terhadap anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Setiap tahun, ratusan ribu kasus HPV terdiagnosis di dunia dan ribuan wanita meninggal karena kanker serviks, yang disebabkan oleh infeksi itu(Mangan, 2013). C. Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Kanker Leher Rahim Pada WUS Di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Dapat diketahui bahwa WUS yang memiliki personal hygiene kurang baik, yang mengalami kanker leher rahim sejumlah 47,1% (8 orang). Sedangkan WUS yang memiliki personal hygiene baik yang mengalami kanker leher rahim hanya sejumlah5,3% (1 orang). Dari hasiluji Fisher Exact diperoleh p-value 0,006.Karena p-value 0,006< α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan secara signifikan antara personal hygiene dengan kejadian kanker leher rahim pada wanita usia subur (WUS) di Wilayah Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. Hasil ini sesuai penelitian Indrawati dan Fitriyani (2012) personal hygiene yang kurang baik memiliki risiko terkena kanker serviks 19,386 kali dibandingkan dengan wanita yang memiliki personal hygiene yang baik. Menurut Bustan (2007), wanita dengan personal hygiene yang buruk berisiko lebih besar untuk terkena kanker serviks dari pada wanita dengan personal hygiene yang baik. Personal hygiene meliputi penggunaan pembalut, penggunaan kloset, dan penggunaan antiseptik (Wijaya, 2010). Menurut Kartikawati (2012), factor risiko kanker serviks yaitu personal hygiene yang tidak baik dan penggunaan pembalut tidak berkualitas dan mengandung bahan pemutih (dioksin) yang dapat menguap apabila bereaksi dengan darah menstruasi sehingga dapat menghambat sirkulasi udara pada daerah kewanitaan. Selainitu, penggunaan pantyliner untuk sehariharidapatmempengaruhikelembaban organ kewanitaan sehingga keadaan organ 3 kewanitaan menjadi lembab dan merangsang tumbuhnya berbagai bakteri patogen yang dapat menyebabkan kanker serviks (Wijaya, 2010). Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Wus di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 9 Oleh karena itu sangat penting menjaga kebersihan Personal Hygiene untuk mencegah terjadinya kanker serviks. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan personal hygiene dengan kejadian kanker leher rahaim di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Wanita usia subur(WUS) di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang yang memiliki perilaku personal hygiene yang baik, yaitu sejumlah 52,8% (19 orang) yang memiliki perilaku personal hygiene kurang baik sebanyak 47,2% (17 orang). 2. Angka kejadian kanker leher rahim pada wanita usia subur (WUS) di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang sebanyak 25,0% (9 orang) dan yang tidak mengalami kejadian kanker leher rahim, yaitu sejumlah 75,0% (27 orang). 3. Berdasarkan Hasil uji Fisher Exact diperoleh p-value 0,006.Karena p-value 0,006< α (0,05) Ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian kanker leher rahim pada wanita usia subur (WUS) di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta mengacu pada manfaat penelitian, maka saran untuk penelitian ini adalah : 1. Bagi Puskesmas dan Tenaga Kesehatan Hasil penelitian ini agar dapat menjadi masukan dalam memberikan asuhan kebidanan bagi WUS tentang personal hygiene dan kanker leher rahim. 2. Bagi Institusi Pendidikan di Universitas Ngudi Waluyo Agar dapat digunakan sebagai bahan refrensi tentang personal hygiene dan kanker leher rahim. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian sejenis dengan menghubungkan faktor-faktor lain seperti seks bebas aktifitas seksual dini, merokok paritas tinggi ekonomi rendah. DAFTAR PUSTAKA A.Aziz Alimul Hidayat. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penu lisan Ilmiah. Salemba Medika: Edisi 2. Andira, Dita. 2010. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta : A. Plus Books. Andrijono. 2004. Kanker serviks uteri, dalam synopsis kanker Ginekologi, Edisi 3. Jakarta: Pustaka Spirit. Andrijono.2008.CegahKankerServiks Dari Sekarang. Jakarta. (http;//www.MajalahKonstan.comdiaksestanggal 1 Maret 2013). Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Wus di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 10 Baradero, M dan Dayrit, M. 2007. Seri Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: EGC Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan kedua. Jakarta: Rineka Cipta. Depkes R.I. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Fitrianti, Tapparan. 2012.Gambaran Prilaku Kebersihan Organ Genetalia Eksterna Siswi Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kawangkoan.Skripsi. Ilmu Kedokteran Komunitas, Universitas Samratulangi. Diakses 19 Februari 2015. Jonathan, Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu Kartikawati Erni.2012.Panduan Praktis Kolestrol dan Asam Urat.Ungaran : Vmedia Laksamana. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka. Mangan Y. 2013. Cara Bijak Menaklukkan Kanker. Jakarta: Agromedia Pustaka. Nadesul, H. 2008. Membesarkan Bayi Jadi Anak Pintar. Jakarta: PT. KompasMedia Nusantara. Nestle. 2012. Nestle in Society. Diakses pada 10/4/2016, jam 13:20 dari http://www.nestle.com/assetlibrary/ documents/library/documents/corporate_social_res onsibility/nestlecsvfull-report-2012-en.pdf Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rieneka Cipta Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan.edisi 3. Jakarta : Salemba Medika. Nurwijaya, H., et al., 2010. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta : PT. Gramedia. Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta. Trans Info Media. Prasetyaningtyas, Deasylawati. 2007. Tetap Happy Saat Menstruasi. Surakarta: Afra. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Wus di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 11 Proverawati, Atikah, Siti Maesaroh. 2009. Menarche Menstruasi Penuh Makna. Yogyakarta: Muha Medika. Riwidikdo, Handoko. 2009. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press Romauli. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika. Samadi, H.P. 2011. Yes, I Know Everything about Kanker Serviks. Metagraf: Solo. Sibagariang, dkk, 2010. Kesehatan Reproduksi Wanita. Penerbit Trans Info Media, Jakarta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Widyastuti, dkk, 2009. Kesehatan Reproduksi. Penerbit Fitramaya, Yogyakarta. Wijaya. 2010. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta: Niaga Swadaya. Yayasan Peduli Kanker Serviks Indonesia (YPKSI). 2011. www.yayasan Peduli kanker serviks Indonesia. Diakses pada tanggal 23 Juli 2013. Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Wus di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 12 Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Wus di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 13