15 BAB II TINJAUAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL A

advertisement
BAB II
TINJAUAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
A. Tinjauan Umum Mengenai Jaminan Kesehatan Nasional
5. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari SJSN yang
diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial.
Bersifat wajib bagi seluruh masyarakat Indonesia dan orang asing yang yang
bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia berdasarkan SJSN.
Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang
telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Jaminan ini disebut
JKN karena semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan
yang dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat
enam bulan di Indonesia dan telah membayar iuran. 11
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan pola pembiayaan praupaya, artinya pembiayaan kesehatan yang dikeluarkan sebelum atau tidak dalam
kondisi sakit. Pola pembiayaan pra-upaya menganut hukum jumlah besar dan
perangkuman risiko. Supaya risiko dapat disebarkan secara luas dan direduksi
11
Kementerian Kesehatan RI, Buku Saku FAK BPJS Kesehatan, Sekretariat Jenderal,
Jakarta 2013.
15
Universitas Sumatera Utara
16
secara efektif, maka pola pembiayaan ini membutuhkan jumlah besar peserta.
Oleh karena itu, pada pelaksanaannya, JKN mewajibkan seluruh penduduk
Indonesia menjadi peserta agar hukum jumlah besar tersebut dapat dipenuhi.
Perangkuman risiko terjadi ketika sejumlah individu yang berisiko sepakat untuk
menghimpun risiko kerugian dengan tujuan mengurangi beban (termasuk biaya
kerugiam/klaim) yang harus ditanggung masing-masing individu. 12
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia
merupakan bagian dari SJSN. Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan
melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory)
berdasarkan UU SJSN. Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia
terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan masyarakat yang layak. 13
Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang
layak, yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh pemerintah. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diatur
dalam Pasal 19 SJSN, jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, serta diselenggarakan
dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. 14
Maksud dari prinsip asuransi sosial disini meliputi :
12
13
Murti B., Dasar-Dasar Asuransi Kesehatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta 2000, hal 81
Kemenkes-RepubIik Indonesia Tahun 2014
14
U ndang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Pasal 19
Universitas Sumatera Utara
17
a. Kegotong-royongan antara yang kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang
tua dan muda, dan yang berisiko tinggi dan rendah;
b. kepesertaan yang bersifat wajib dan tidak selektif
c. iuran berdasarkan persentase upah/penghasilan;
d. bersifat nirlaba
Prinsip ekuitas yaitu kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai
dengan kebutuhan medisnya, yang tidak terikat dengan besaran iuran yang telah
dibayarkannya. Sesuai dengan UU BPJS bahwa badan yang menyelenggarakan
JKN adalah BPJS kesehatan. Untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan maka
terdapat beberapa pihak yang terlibat yaitu, badan penyelenggara dalam hal ini
BPJS Kesehatan, fasilitas kesehatan.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mulai berlaku di Indonesia pada
tanggal 1 Januari 2014 serta mengacu pada prinsip-prinsip SJSN, berikut: 15
a. Prinsip kegotongroyongan
Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam hidup
bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan Indonesia.
Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu
peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang
berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud
karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang
15
Tim Penyusun Bahan Advokasi dan Sosialisasi JKN, Buku Pegangan Sosialisasi JKN,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia:Jakarta,2014,hal.17.
Universitas Sumatera Utara
18
bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotong royong jaminan sosial dapat
menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Prinsip nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh BPJS adalah nirlaba bukan untuk mencari
laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi
sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat
adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian,
akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip-prinsip manajemen ini mendasari
seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil
pengembangannya.
c. Prinsip portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan
atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Prinsip kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta
sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh
rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat
danpemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan pertama
dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat
Universitas Sumatera Utara
19
menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya SJSN dapat mencakup
seluruh rakyat.
e. Prinsip dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada
badan
penyelenggara
untuk
dikelola
sebaik-baiknya
dalam
rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
f. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial
Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk
sebesar-besarkepentingan peserta.
Dasar Hukum Jaminan Kesehatan Nasional.
Peraturan perundang-
undangan yang memerintahkan dan member kewenangan Penyelenggaraan JKN
Terbentang luas, mulai dari UUD 1945 hingga Peraturan Menteri dan Lembaga.
Pemerintah telah mengundangkan (dua puluh dua) Peraturan Perundang-undangan
yang menjadi dasar hukum penyelenggaraan program JKN dan tata kelola BPJS
Kesehatan. Hingga akhir Februari 2014, dasar hukum penyelenggaraan program
JKN dan Tata kelola BPJS Kesehatan diatur dalam 2 (dua) Pasal UUD 1945, 2
(dua) buah UU, 6 (enam) Peraturan Pemerintah, 5 (lima) Peraturan Presiden, 4
(empat) Peraturan Menteri, dan 1(satu) Peraturan BPJS Kesehatan.
1. Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 28H dan Pasal 34 UUD 1945 adalah dasar hukum Tertinggi yang
menjamin hak konstitusional warga Negara atas pelayanan Kesehatan dan
mewajibkan Pemerintah untuk membangun System dan tata kelola
Universitas Sumatera Utara
20
penyelenggaraan
pelayanan
kesehatan
yang
terintegrasi
dengan
penyelenggaraan program jaminan sosial.
Pasal 28H ayat (1): Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan Sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Ayat (2): Setiap orang Berhak
mendapatkan
kemudahan
dan
perlakuan
khusus
untuk
memperoleh
Kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
ayat (3): Setiap orang berhak atas jaminan social yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. 16
Pasal 34
Ayat (1): Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara Oleh negara.
Ayat (2): Negara mengembangkan system jaminan Sosial bagi Seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak Mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
Ayat (3): Negara bertanggung jawab atas penyediaan Fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas Pelayanan umum yang layak.
2. Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
Undang-Undang SJSN menetapkan program JKN sebagai salah Satu program
jaminan social dalam system Jaminan social nasional. Di dalam UU SJSN ini
diatur asas, tujuan, prinsip, organisasi, dan tata cara penyelenggaraan Program
16
Pasal 28H dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945
Universitas Sumatera Utara
21
jaminan kesehatan nasional. 17 UU SJSN menetapkan asuransi social dan ekuitas
sebagai Prinsip penyelenggaraan JKN. Kedua prinsip dilaksanakan dengan
menetapkan kepesertaan wajib dan penahapan implementasinya, iuran sesuai
Dengan besaran pendapatan, manfaat JKN sesuai dengan kebutuhan medis, serta
Tata kelola Dana amanah Peserta oleh badan penyelenggara nirlaba dengan
mengedepankan kehati-hatian, akuntabilitas efisiensi dan efektifitas.
Undang-Undang SJSN membentukdua organ yang bertanggungjawab dalam
Penyelenggaraan program jaminan social nasional, Yaitu Dewan Jaminan Sosial
Nasional (DJSN) Dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).UU Ini
mengatur secara umum fungsi, tugas, dan kewenangan kedua organ tersebut. UU
SJSN mengintegrasikan program bantuan social dengan program jaminan sosial.
Integrasi kedua program perlindungan sosial tersebut diwujudkan dengan
mewajibkan pemerintah untuk menyubsidi Iuran JKN dan keempat program
jaminansocial lainnya bagi orang miskin dan orang tidak mampu.Kewajiban ini
dilaksanakan secara bertahap dan dimulai dari program JKN. UU SJSN
menetapkan dasar hokum bagi transformasi PT. Askes (Persero) dan Ketiga
Persero lainnya menjadi BPJS.
3. Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial
Undang-Undang BPJS adalah peraturan pelaksanaan UU SJSN. UU BPJS
melaksanakan Pasal 5 UU SJSN pasca Putusan Mahkamah Konstitusi dalam
17
Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
Universitas Sumatera Utara
22
Perkara No. 007/PUU-III/2005. UU BPJS menetapkan Pembentukan BPJS
Kesehatan untuk Penyelenggaraan program JKN dan BPJS Ketenagakerjaan
untuk penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja, Jaminan hari tua,
jaminan pensiun, dan jaminan kematian. UU BPJS mengatur proses transformasi
badan penyelenggara jaminan sosial dari badan usaha milik Negara (BUMN) ke
badan hokum public otonom nirlaba BPJS. Perubahan-perubahan kelembagaan
tersebut mencakup perubahan dasar hukum, bentuk badan hukum, organ, Tata
kerja, lingkungan, tanggung jawab, hubungan kelembagaan, serta Mekanisme
pengawasan dan pertanggungjawaban. UU BPJS menetapkan Bahwa BPJS
Berhubungan langsung dan bertanggungjawab kepada Presiden.
4. Peraturan Pemerintah No. 101 Tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan (PP PBIJK)
Peraturan Pemerintah Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PP
PBIJK) adalah Peraturan pelaksanaan UU SJSN. PP PBIJK melaksanakan
ketentuan Pasal 14 ayat (3) dan Pasal 17 ayat (6) UU SJSN. PP PBIJK Mengatur
tata cara pengelolaan subsidi iuran jaminan kesehatan bagi Penerima Bantuan
Iuran. PP PBIJK memuat ketentuan-ketentuan yang mengatur penetapan criteria
dan tata cara Pendataan fakir miskin dan orang tidak mampu, penetapan PBIJK,
pendaftaran PBIJK, pendanaannya, pengelolaan Data PBI, serta peran Serta
masyarakat.
5. Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 2013
Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pengenaan
Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan
Universitas Sumatera Utara
23
Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan Penerima Bantuan Iuran Dalam
1 Penyelenggaraan Jaminan Sosial adalah peraturan pelaksanaan UU No.24
Tahun 2011 UUBPJS. PP 86/2013 melaksanakan ketentuan UU BPJS Pasal 17
ayat (5). Peraturan Ini mengatur ruang lingkup sanksi administratif, tata cara
pengenaannya kepada Pemberi kerja dan perorangan, serta tata cara pengawasan
dan Pemeriksaan kepatuhan peserta dalam penyelenggaraan program Jaminan
sosial.
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan (PERPRES
JK)
6.
PerPres JK adalah peraturan pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS. PerPres
JK melaksanakan ketentuan Pasal 13 ayat (2), Pasal 21 ayat (4), Pasal 22 Ayat (3),
Pasal 23 ayat (5), Pasal 26, Pasal 27 Ayat (5), Dan Pasal 28 Ayat (2) UU SJSN.
PerPres JK Juga melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (3) dan Pasal 19 ayat (5)
huruf a UU BPJS.PerPres JK mengatur Peserta dan kepesertaan JKN, pendaftaran,
iuran Dan tata kelola iuran, manfaat JKN, koordinasi manfaat, penyelenggaraan
pelayanan, fasilitas kesehatan, kendali Mutu dan kendali biaya, penanganan
keluhan, dan penanganan sengketa.
7. Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 Tentang Perubahan Peraturan
Presiden No. 12 TAHUN 2013 (PERPRES PERUBAHAN PERPRES JK)
Menjelang penyelenggaraan JKN pada 1 Januari 2014, ditemukan Beberapa
ketentuan dalam PerPres JK yang perlu disesuaikan dengan Kebutuhan
penyelenggaraan JKN. Materi muatan Perpres Perubahan PerPres Jaminan
Kesehatan adalah untuk:
Universitas Sumatera Utara
24
(1) mengubah ketentuan tentang peserta JKN dan penerima manfaat JKN;
(2) mengatur lebih rinci penahapan kepesertaan wajib JKN;
(3) menambahkan ketentuan tentang iuran JKN. Besaran iuran Diatur rinci
Untuk masing-masing kelompok peserta dan diatur Pula tata Cara
pengelolaan iuran JKN;
(4) mengubah batasan hak ruang perawatan inap Di rumah sakit
(5) menambahkan Dua manfaat yang tidak dijamin oleh JKN, yaitu pelayanan
kesehatan yang telah Dijamin oleh program jaminan kecelakaan Lalu
lintas yang Bersifat wajib Sampai nilai yang ditanggung Oleh program
jaminan kecelakaan lalu lintas dan biaya pelayanan kesehatan Pada
kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah;
(6) menambahkan ketentuan Tentang koordinasi manfaat antara JKN dan
program Jaminan kecelakaan kerja dan program jaminan Kecelakaan lalu
lintas wajib;
(7) mengubah ketentuan pelayanan obat, alat Medis habis Pakai dan alat
kesehatan;
(8) mengubah ketentuan tentang pemberian kompensasi;
(9) mengubah prosedur pembayaran fasilitas kesehatan;
(10)
mengubah ketentuan kendali mutu dan kendali biaya.
8. Peraturan Presiden No. 107 Tahun 2013
Peraturan Presiden No.107 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan
Tertentu Berkaitan Dengan Kegiatan OperasionalKementerian Pertahanan,
Universitas Sumatera Utara
25
Tentara Nasional Indonesia, Dan Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah
peraturan Pelaksanaan UU BPJS. PrePres No. 107/2013 melaksanakan ketentuan
Pasal 57 dan Pasal 60 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011.
PerPres ini mengatur jenis pelayanan kesehatan Bagi Kementerian
Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang tidak didanai oleh JKN. Pelayanan kesehatan Tersebut
diselenggarakan di fasilitas kesehatan Milik Kementerian Pertahanan dan
Kepolisian RI, serta didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
9. Peraturan Menteri Kesehatan No. 59 Tahun 2014
Peraturan Menteri Kesehatan No. 59 Tahun 2014 Tentang Standar Tarif
Pelayanan Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan
(Permenkes Standar Tarif Pelayanan Kesehatan) adalah peraturan pelaksanaan
PerPres No. 12 Tahun 2013. Permenkes Standar Tarif Pelayanan Kesehatan
Melaksanakan ketentuan Pasal 37 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun
2013. Standar tariff yang diatur dalam peraturan ini mencakup tariff bagi fasilitas
Kesehatan tingkat Pertama dan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. Standar tarif
memuat tarif INA-CBGs, tariff kapitasi, dan tariff non-kapitasi.
10. Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013
Peraturan Menteri Kesehatan No.71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan
Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional (Permenkes Pelayanan Kesehatan
JKN) adalah peraturan pelaksanaan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
26
Permenkes Pelayanan Kesehatan JKN melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (7),
Pasal 22 ayat (1) huruf c, Pasal 26 ayat (2), Pasal 29 ayat (6), Pasal 31, Pasal 34
ayat (4), Pasal 36 ayat (5), Pasal 37 ayat (3), dan Pasal 44 Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2013. Permenkes ini mengatur tata cara penyelenggaraan
pelayanan kesehatan oleh program JKN, tata cara kerjasama fasilitas Kesehatan
dengan BPJS Kesehatan, sistem pembayaran fasilitas kesehatan, sistem kendali
Mutu dan kendali biaya, pelaporan dan kajian pemanfaatan pelayanan (utilization
review), serta peraturan peralihan bagi pemberlakuan ketentuan-ketentuan wajib
di fasilitas kesehatan.
11. Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2014
Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan
Jaminan Kesehatan (PerBPJS Penyelenggaraan JK) adalah peraturan pelaksanaan
PerPres No. 12 Tahun 2013 dan PerPres No. 111 Tahun 2013. PerBPJS
Penyelenggaraan JK melaksanakan ketentuan PerPres No. 12 Tahun 2013 Pasal
15, Pasal 17 ayat (7), Pasal 26 ayat (3), Pasal 31, Pasal 40 ayat (5), dan Pasal 42
ayat (3) dan PerPres No. 111 Tahun 2013 Pasal 17 A ayat (6). Peraturan BPJS
Kesehatan tersebut mengatur tata cara pendaftaran dan pemutahiran data Peserta
JKN, identitas Peserta JKN, tata cara pembayaran iuran, Tata cara Pengenaan
sanksi administratif, tata cara penggunaan hasil penilaian teknologi kesehatan,
prosedur pelayanan kesehatan, prosedur Pelayanan gawat darurat, tata Cara
penerapan system kendali mutu pelayanan JKN.
12. Peraturan Menteri Keuangan No. 205 Tahun 2013
Universitas Sumatera Utara
27
Peraturan Menteri Keuangan No. 205 Tahun 2013 (Permenkeu 205/2013)
mengatur tata cara penyediaan, pencairan, dan pertanggungjawaban dana iuran
jaminan kesehatan penerima penghasilan dari pemerintah.
13. Peraturan Menteri Keuangan No. 206 Tahun 2013
Peraturan Menteri Keuangan No. 205 Tahun 2013 (Permenkeu 206/2013)
mengatur tata cara penyediaan, pencairan, dan pertanggungjawaban dana iuran
jaminan kesehatan penerima bantuan iuran.
14. Peraturan Pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS yang Mengatur tata kelola
BPJS Kesehatan
UU SJSN dan UU BPJS mendelegasikan berbagai ketentuan Kelembagaan
BPJS untuk diatur dalam Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden. Peraturan
tersebut adalah:
(1) Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2013 Tentang Modal Awal BPJS
Kesehatan.
(2) Peraturan Pemerintah No.85 Tahunn 2013 Tentang Hubungan Antar
LembagaBPJS.
(3) Peraturan Pemerintah No.87 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Aset Jaminan
Sosial Kesehatan.
(4) Peraturan Pemerintah No. 88 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pengenaan
Sanksi Administratif Bagi Anggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Universitas Sumatera Utara
28
(5) Peraturan Presiden No.108 Tahun 2013 Tentang Bentuk dan Isi Laporan
Pengelolaan Program Jaminan Sosial.
(6) Peraturan Presiden No.110 Tahun 2013 Tentang Gaji atau Upah dan Manfaat
Tambahan Lainnya serta Insentif Bagi Anggota Dewan Pengawas dan
Anggota Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Keenam peraturan
tersebut diulas dalam buku “Paham BPJS
6. Ruang Lingkup Peserta Jaminan Kesehatan Nasional
Peserta JKN merupakan setiap orang termasuk orang asing yang bekerja
paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh pemerintah. Masyarakat yang telah mendaftar dan
membayar iuran, maka sudah secara otomatis menjadi peserta JKN, namun
apabila peserta tersebut tidak membayar iuran secara berturut-turut selama 6
(enam) bulan atau meninggal dunia, maka kepesertaannya secara otomatis pula
telah berakhir. Kecuali bagi peserta yang merupakan pekerja yang tidak
mendapatkan pekerjaan setelah 6 (enam) bulan pasca Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) dan tidak mampu. Pasal 4 huruf g UU BPJS menyebutkan bahwa
kepesertaan dalam program JKN bersifat wajib, artinya seluruh warga masyarakat
wajib menjadi peserta JKN. 18
Peserta JKN dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu : (1) penerima bantuan
iuran, yang meliputi fakir miskin dan orang tidak mampu; dan (2) bukan penerima
bantuan iuran, yang meliputi pekerja formal dan informal beserta keluarganya.
18
Undang-Undang No.24 Tahun 2011 tentang Badan PenyelenggaraJaminan Sosial, Pasal
4 huruf g
Universitas Sumatera Utara
29
Iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur
oleh peserta, pemberi kerja dan/ atau pemerintah untuk program jaminan
kesehatan. Atas dasar iuran yang dibayarkan setiap peserta berhak memperoleh
manfaat jaminan kesehatan yang bersifat pelayanan kesehatan perorangan,
mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk
pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang
diperlukan. 19
7. Pengertian Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan hal yang penting yang harus dijaga
maupun ditingkatkan kualitasnya sesuai standar pelayanan yang berlaku, agar
masyaraka
sebagai
konsumen
dapat
merasakan
pelayanan
yang
diberikan.pelayanan sendiri hakikatnya merupakan suatu usaha untuk membantu
menyiapkan segala sesuatu yang diperukan orang lain serta dapat memberikan
kepuasan sesuai dengan keinginan yang diharapkan oleh konsumen. 20.
Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri/secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah, dan mencembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
peroorangan,
keluarga,
kelompok,
atau
masyarakat.
21
Azwar
(2010:40)
mendefinisikan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
19
Kementerian Kesehatan RI, 2013, Op.cit.
20
Triwulan Tutik, Titik. Perlindungan Hukum Bagi Pasien. PT.Prestasi Pustaka,
Jakarta.2010. hal.1
21
Setiawan
Dimas.
http://definisimu.blogspot.co.id/2012/08/definisi-pelayanankesehatan.html (diakses tanggal 1 April 2016).
Universitas Sumatera Utara
30
secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan
kesehatan perseorangan, kelompok dan ataupun masyarakat.
Azwar mendefinisikan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta
memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok dan ataupun masyarakat. 22
Pelayanan Kesehatan menurut Depkes RI adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun
masyarakat. Sesuai dengan batasan seperti di atas, mudah dipahami bahwa bentuk
dan jenis pelayanan kesehatan yang ditemukan banyak macamnya. 23.
Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
mengatur bahwa: Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup roduktif
secara sosial dan ekonomis. Pasal 1 angka 11 mengatur bahwa: Upaya kesehatan
adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
terpadi, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memlihara dan meningkatkan
22
Azwar, Azrul, Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Jakarta, 2010, hal
40
23
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan
Nasional. Jakarta
Universitas Sumatera Utara
31
derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemeliharaan kesehatan oleh pemerintah
dan/atau masyarakat, yang dapat digolongkan sebagai pelayanan kesehatan antara
lain adalah pemeriksaan medik, diagnosis, terapi, anastesi, menulis resep obatobatan, pengobatan dan perawatan di rumah sakit, peningkatan pasien, kontrol,
pelayanan pasca perawatan, pemberian keterangan medis, pemberian informasi,
kerjasama vertikal penyelenggaraan pelayanan kesehatan, dan sebagainya. 24
Dari aspek legal Rumah Sakit dimana Dokter atau tenaga kesehatan selaku
pemberi pelayanan kesehatan dalam melaksanakan profesinya harus mendapat
perlindungan hukum demikian juga pasien selaku penerima pelayanan kesehatan
mempunyai hak dan kewajiban sehingga diharapkan dapat tercipta hubungan yang
harmonis dalam pelayanan kesehatan agar hubungan antara tenaga kesehatan,
pasien dan Rumah Sakit merupakan hubungan yang sangat kompleks dan terus
berkembang sesuai dengan perubahan tata nilai dalam kehidupan masyarakat dan
perkembangan teknologi dibidang kedokteran. Dalam hubungan antara dokter dan
pasien sering timbul masalah dengan adanya dugaan terjadinya kelalaian medis,
hal itu dapat juga disebabkan karena kurangnya pemahaman atau persepsi yang
sama atas hak dan kewajiban baik pemberi dan penerima pelayanan kesehatan. 25
Pelayanan kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 seperti
dalam penjelasan di atas bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan baik itu
24
Tengker,Freddy. Hak Pasien. CV.Mandar Maju, Bandung,2007, hal.56
25
http://buk.depkes.go.id/index.php:tanggungjawabrumahsakitdalammemberikanperlin
dunganhukum bagipasiendantenagakesehatandirumahsakit (Diakses pada: 04 Maret 2016)
Universitas Sumatera Utara
32
perseorangan maupun masyarakat sangat dijamin dalam UU Kesehatan dalam
beberapa pasal sangat jelas ditegaskan bahwa untuk menjamin kesehatan
masyarakat maka pemerintah mengupayakan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dalam upaya mencapai Indonesia yang sehat pada tahun 2010 ini.
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah baik itu berupa penyediaan
fasilitas pelayanan kasehatan, penyediaan obat, serta pelayanan kesehatan itu
sendiri. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang diberikan oleh pemerintah dalam
upaya menjamin kesehatan masyarakat. 26
Pelayanan kesehatan perseorangan ini harus tetap mendapat izin dari
pemerintah sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, seperti yang termaktub di dalam Pasal 30 ayat (1), (2) dan (3), yaitu : 27
1. Pasal 30 ayat (1) :Fasilitas Pelayanan Kesehatan, menurut jenis pelanyanannya
terdiri :
a. Pelayanan Kesehatan Perseorangan; dan
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
2. Pasal 30 ayat (2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagamana dimaksud pada
ayat (1) meliputi :
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
26
Dewi, Alexandria I. Etika dan Hukum Kesehatan. Pustaka Publiseher,Yogyakarta. 2008,
27
Ibid.
hal 1.
Universitas Sumatera Utara
33
3. Pasal 30 ayat (3) fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan oleh pihak pemerintah, pemerintah daerah dan swasta.
Fasilitas pelayanan kesehatan wajib, membeikan akses yang luas bagi
kebutuhan penelitain dan pengembangan dibidang kesehatan, dalam hal
demikain fasilitas pelayanan kesehatan akan memberikan pelayanan kesehatan
bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu,
dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan kesehatan baik swasta maupun
pemerintah wajib untuk melayani pasien tanpa memandang siapa pasien
tersebut, hal ini dalam undang-undang melarang bagi siapa saja yang terlibat
dalam pelayanan kesehatan memberatkan pasien dalam keadaan darurat untuk
menolak pasien atau meminta uang muka sebagai jaminan. 28
Pelayanan kesehatan adalah kegiatan dengan melakukan pendekatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam pelayanan kesehatan
perseorangan sesuai dengan Pasal 30 ayat (1) adalah ditujukan untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.
Sedangkan pelayanan kesehatan masyarakat adalah ditujukan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan
masyarakat. Pelayanan kesehatan ini adalah mendahulukan pertolongan
keselamatan nyawa pasien dibandingkan kepentingan lainnya. 29
Penyelenggaraan
pelayanan
kesehatan
dilaksanakan
secara
bertanggungjawab, aman, bermutu serta merata dan nondiskriminatif, dalam hal
ini pemerintah sangat bertanggungjawab atas pelayanan kesehatan, serta
28
29
Ibid.
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
34
menjamin standar mutu pelayanan kesehatan. Dengan demikian sangat jelaslah
bahwa dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan pemerintah sangat peduli dengan
adanya ketentuan-ketentuan yang berlaku menurut Undang-Undang No. 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan.
8. Program Jaminan Kesehatan Nasional
Program yang digulirkan pemerintah di tahun 2014 JKN dari BPJS ini
memberi angin segar buat masyarakat Indonesia. Dengan adanya program tersebut
semua masyarakat mendapatkan pelayanan sosial kesehatan dari pemerintah.
30
Di
Indonesia, falsafah dan dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 juga mengakui
hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini juga termaktub dalam UUD 45 pasal 28H
dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti dengan
UU 36/2009 tentang Kesehatan. Dalam UU 36/2009 ditegaskan bahwa setiap
orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di
bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam
program jaminan kesehatan sosial.
Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi di atas, pemerintah
bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan.
Usaha ke arah itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan
menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan,
30
http://kuliahnyata.blogspot.co.id/2013/12/jaminan-kesehatan-nasional-jkn-dan.html
(diakses tanggal 1 April 2016)
Universitas Sumatera Utara
35
diantaranya adalah melalui PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero) yang
melayani antara lain pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran, dan pegawai
swasta. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu, pemerintah memberikan
jaminan melalui skema Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan
Kesehatan Daerah (Jamkesda). Namun demikian, skema-skema tersebut masih
terfragmentasi, terbagi- bagi. Biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit
terkendali. Untuk mengatasi hal itu, pada 2004, dikeluarkan UU SJSN. UU SJSN
ini mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk
JKN melalui suatu BPJS.
Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 juga menetapkan, Jaminan Sosial
Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk JKN akan diselenggarakan oleh BPJS
Kesehatan yang implementasinya dimulai 1 Januari 2014. Secara operasional,
pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden,
antara lain: Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan
Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan;
dan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan Kesehatan Nasional).
Pelayanan kesehatan yang dijamin, antara lain : 31
a.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yaitu pelayanan kesehatan nonspesifikasi:
1) Administrasi pelayanan.
31
Ridha Hidayat. http://www.academia.edu/8664718/Makalah_bpjs (diakses tanggal 1
Apil 2016).
Universitas Sumatera Utara
36
2) Pelayanan promitif dan preventif.
3) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis.
4) Tindakan medis non-spesialistik baik operatif manupun non-operatif.
5) Transfusi darah.
6) Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama, dan
Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi
Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut yaitu pelayanan kesehatan
yang mencakup: Program jaminan pemelihara kesehatan memberikan manfaat
paripurna meliputi seluruh kebutuhan medis yang diselenggarakan di setiap
jenjang Program Pelayanan Kesehatan dengan rincian cakupan pelayanan sebagai
berikut:
a. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh dokter umum atau dokter gigi di Puskesmas, Klinik, Balai
Pengobatan atau Dokter praktek solo
b. Pelayanan Rawat Jalan tingkat II (lanjutan) adalah pemeriksaan dan
pengobatan yang dilakukan oleh dokter spesialis atas dasar rujukan dari
dokter PPK I sesuai dengan indikasi medis
c. Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada peserta yang memerlukan perawatan di ruang rawat inap
Rumah Sakit
d. Pelayanan Persalinan adalah pertolongan persalinan yang diberikan
kepada tenaga kerja wanita berkeluarga atau istri tenaga kerja peserta
Universitas Sumatera Utara
37
program jaminan pemelihara kesehatan maksimum sampai dengan
persalinan ke 3 (tiga).
e. Pelayanan Khusus adalah pelayanan rehabilitasi, atau manfaat yang
diberikan untuk mengembalikan fungsi tubuh Emergensi merupakan suatu
keadaan dimana peserta membutuhkan pertolongan segera, yang bila tidak
dilakukan dapat membahayakan jiwa.
Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin
Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur
dalam peraturan yang berlaku.
1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan (kecuali untuk kasus gawat darurat).
2. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan
kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan
kerja.
3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu
lintas.
4. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri.
5. Pelayanan kesehatan untuk tujuan kosmetik dan/atau kosmetik.
6. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas (memperoleh keturunan).
7. Pelayanan ortodonsi (meratakan gigi).
8. Gangguan kesehatan akibat ketergantungan obat terlarang dan/atau alkohol.
9. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri atau akibat
melakukan hobi yang berbahaya.
Universitas Sumatera Utara
38
10. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional.
11. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai eksperimentasi.
12. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi dan susu.
13. Perbekalan kesehatan rumah tangga.
14. Pelayanan kesehatan akibat bencana dan wabah
Dasar landasan dan dasar hukum dari jaminan kesehatan nasional ini
adalah UU SJSN, UU BPJS, PP No 101/ 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran
(PBI), Perpres No 12 / 2103 tentang Jaminan Kesehatan Nasional, Roadmap JKN,
Rencana aksi pengembangan pelayanan kesehatan, Permenkes, Peraturan BPJS. 32
Peran Pemerintah Pusat dan Daerah dalam Pembiayaan Kesehatan
diantaranya dalam pembiayaan operasional fasilitas kesehatan akan dibiayai dari
hasil pendanaan jaminan kesehatan, namun pada masa transisi untuk fasilitas
sistem pelayanan kesehatan daerah masih membutuhkan subsidi operasional dari
pemerintah daerah.
Sedangkan ASKES yang dibawahi pusat akan tetap menjadi tanggung
jawab Pemerintah Pusat. Ketersediaan dan pemenuhan kebutuhan SDM kesehatan
termasuk pendistribusiannya menjadi tanggung jawab pusat dan daerah.
Kementerian Kesehatan (pusat) akan fokus pada pengaturan termasuk pedoman,
standar-standar dan penyeimbang anggaran berdasarkan fiskal daerah
32
http://kumpulanmakalahilmiah.blogspot.co.id/2013/08/program-jaminan-kesehatannasional-jkn.html (diakses tanggal 1 April 2016).
Universitas Sumatera Utara
39
B. Tinjauan Hukum Terhadap BPJS
3. Para Pihak dalam BPJS
Para pihak dalam BPJS, antara lain penyelenggara BPJS dan peserta BPJS
a. Penyelenggara BPJS
BPJS (Badan Penyelengaraan Jaminan Sosial) Kesehatan adalah Badan
Penyelenggaran Jaminan Sosial yang dibentuk pemerintah untuk memberikan
jaminan kesehatan untuk masyarakat. 33
Lembaga ini bertanggung jawab terhadap Presiden. BPJS berkantor pusat
di Jakarta, dan bisa memiliki kantor perwakilan di tingkat provinsi serta kantor
cabang di tingkat kabupaten kota. Setiap warga negara Indonesia dan warga asing
yang sudah berdiam di Indonesia selama minimal enam bulan wajib menjadi
anggota BPJS. Ini sesuai Pasal 14 UU BPJS.
Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota BPJS.
Sedangkan orang atau keluarga yang tidak bekerja pada perusahaan wajib
mendaftarkan diri dan anggota keluarganya pada BPJS. Setiap peserta BPJS akan
ditarik iuran yang besarnya ditentukan kemudian. Sedangkan bagi warga miskin,
iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui program Bantuan Iuran.
Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di sektor formal,
namun juga pekerja informal. Pekerja informal juga wajib menjadi anggota BPJS
Kesehatan. Para pekerja wajib mendaftarkan dirinya dan membayar iuran sesuai
dengan tingkatan manfaat yang diinginkan.
33
Pasal 1 ayat (2) PP No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
40
Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa dimulai secara
bertahap pada 2014 dan pada 2019, diharapkan seluruh warga Indonesia sudah
memiliki jaminan kesehatan tersebut. Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi
menyatakan BPJS Kesehatan akan diupayakan untuk menanggung segala jenis
penyakit namun dengan melakukan upaya efisiensi
b. Peserta BPJS
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 jenis Iuran dibagi
menjadi: 34
1) Iuran Jaminan Kesehatan bagi penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah
daerah dibayar oleh Pemerintah Daerah (orang miskin dan tidak mampu).
2) Iuran Jaminan Kesehatan bagi peserta Pekerja Penerima Upah (PNS, Anggota
TNI/POLRI, Pejabat Negara, Pegawai pemerintah non pegawai negeri dan
pegawai swasta) dibayar oleh Pemberi Kerja yang dipotong langsung dari gaji
bulanan yang diterimanya.
3) Pekerja Bukan Penerima Upah (pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja
mandiri) dan Peserta bukan Pekerja (investor, perusahaan, penerima pensiun,
veteran, perintis kemerdekaan, janda, duda, anak yatim piatu dari veteran atau
perintis kemerdekaan) dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.
Untuk jumlah iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima
Upah yang terdiri atas PNS, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, dan
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri akan dipotong sebesar 5 persen dari
gaji atau Upah per bulan, dengan ketentuan 3 persen dibayar oleh pemberi kerja,
34
https://muslim.or.id/23816-hukum-bpjs.html diakses tanggal 1 April 2016)
Universitas Sumatera Utara
41
dan 2 persen dibayar oleh peserta. Tapi iuran tidak dipotong sebesar demikian
secara sekaligus. Karena secara bertahap akan dilakukan mulai 1 Januari 2014
hingga 30 Juni 2015 adalah pemotongan 4 persen dari Gaji atau Upah per bulan,
dengan ketentuan 4 persen dibayar oleh Pemberi Kerja dan 0,5 persen dibayar
oleh Peserta.
Namun mulai 1 Juli 2015, pembayaran iuran 5 persen dari Gaji atau Upah
per bulan itu menjadi 4 persen dibayar oleh Pemberi Kerja dan 1 persen oleh
Peserta. Sementara bagi peserta perorangan akan membayar iuran sebesar
kemampuan dan kebutuhannya. Untuk saat ini sudah ditetapkan bahwa:
1) Untuk mendapat fasilitas kelas I dikenai iuran Rp 59.500 per orang per bulan
2) Untuk mendapat fasilitas kelas II dikenai iuran Rp 42.500 per orang per bulan
3) Untuk mendapat fasilitas kelas III dikenai iuran Rp 25.500 per orang per bulan
Pembayaran iuran ini dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulan dan
apabila ada keterlambatan dikenakan denda administratif sebesar 2 persen dari
total iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 3 (tiga) bulan. Dan besaran
iuran Jaminan Kesehatan ditinjau paling lama dua tahun sekali yang ditetapkan
dengan Peraturan Presiden.
4. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam BPJS
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Bab IV Bagian Keempat di
jalaskan mengenai hak dan kewajiban BPJS, yakni: 35
1.
Hak
Pasal 12
35
Nurchamimzone.blogspot.co.id/2014/01/makalah-organisasi-manajemenkesehatan.html (diakses tanggal 1 April 2016)
Universitas Sumatera Utara
42
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11,
BPJS berhak untuk: 36
a. Memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang
bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
b. Memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program
Jaminan Sosial dari DJSN setiap 6 (enam) bulan.
c. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan Fasilitas Kesehatan.
Menerima laporan pelayanan sesuai waktu dan jenis yang telah disepakati.
2.
Kewajiban
a. Memberikan nomor identitas tunggal kepada Peserta;
b. Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk sebesarbesarnya kepentingan Peserta;
c. Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik
mengenai
kinerja,
kondisi
keuangan,
serta
kekayaan
dan
hasil
pengembangannya;
d. Memberikan Manfaat kepada seluruh Peserta sesuai dengan UndangUndang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;
e. Memberikan informasi kepada Peserta mengenai hak dan kewajiban untuk
mengikuti ketentuan yang berlaku;
36
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.
Universitas Sumatera Utara
43
f. Memberikan informasi kepada Peserta mengenai prosedur untuk
mendapatkan hak dan memenuhi kewajibannya;
g. Memberikan informasi kepada Peserta mengenai saldo jaminan hari tua
dan pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
h. Memberikan informasi kepada Peserta mengenai besar hak pensiun 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
i. Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang
lazim dan berlaku umum;
j. Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
dalam penyelenggaraan Jaminan Sosial; dan
k. Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan,
secara berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan
kepada DJSN.
Hak dan Kewajiban Peserta BPJS
Hak Peserta
1. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh pelayanan
kesehatan.
2. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta
prosedur pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas yang bekerja sama dengan
BPJS kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
44
4. Menyampaikan keluhan/ pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau
tertulis ke kantor BPJS Kesehatan.
Kewajiban Peserta
1. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang besarnya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2. Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan, penceraian,
kematian, kelahiran pindah alamat atau pindah fasilitas kesehatan tingkat 1
3. Menjaga kartu peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh
orang yang tidak berhak.
4. Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Download