BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan negara kepulauan di Asia Timur. Jepang terdiri dari 47 prefektur, masing-masing diawasi oleh gubernur, birokrasi legislatif dan admistratif (geography.about.com/od/japanmaps/a/japan-geography-history.htm diakses : 1 Mei 2014). Jepang sangat dikenal dengan budaya dan seni yang sangat kental dan juga selalu dibanggakan oleh masyarakat Jepang. Budaya dan seni Jepang juga menjadi pedoman hidup yang sudah turun temurun dari nenek moyang mereka terdahulu. Salah satu kota yang menjadi pusat budaya di Jepang dan terdapat banyak kuil atau tempat bersejarah ialah kota Nara (alimansur1.blogspot.com diakses: 1 Mei 2014). Nara merupakan ibu kota pertama di Jepang pada tahun 710-784 Masehi, yang juga dinamakan Periode Nara. Kota Nara terletak di bagian utara Prefektur Nara, dan berbatasan dengan Prefektur Kyoto. Meskipun telah menjadi kota modern, kota ini masih memelihara bangunan-bangunan bersejarah yang berumur hingga 1200 tahun sehingga menarik minat wisatawan asing untuk berkunjung ke kota Nara (http://abinustra.blogspot.com diakses : 1 Juni 2014). Nara menjadi salah satu tempat perkembangan agama Budha di Jepang dan mendapat status sebagai kota penting dalam keseluruhan budaya Jepang. Salah satu faktor yang menjadikan Nara sebagai pusat budaya adalah adanya tujuh bangunan kuil Buddha yaitu Tōdai-ji, Saidai-ji, Kōfuku-ji, Kasuga Shrine, Gangō-ji, Yakushi-ji, 1 2 Tōshōdai-ji, Istana Heijo, dan Hutan Kasugayama. Ketujuh bangunan tersebut telah ditetapkan sebagai bagian dari Situs Warisan Dunia atau UNESCO 1 (Aoyama Shigeru, 1964: 8). Salah satu kuil budha yang berpengaruh dan terkenal pada zaman nara ialah Todaiji. Todai-ji dibangun pada tahun 743, dan terdiri dari beberapa bangunan yang tersebar di dalam lingkungan kuil (abinustra.blogspot.com diakses : 13 juni 2014). Kuil Todai (Todai-ji) atau kuil timur agung adalah kuil Buddha di ujung timur Nara yang bertempat di lereng Gunung Wakakusa. Kuil Todai yang letaknya berada di timur laut Taman Nara merupakan kuil utama Sekte Kegon2. Kuil Todai didirikan abad ke-8 pada zaman Nara oleh Kaisar Shōmu (http://nindya247.wordpress.com diakses : 15 juni 2014). Pada tahun 1181, terjadi perang antar bangsawan di Nara. Perang tersebut memperebutkan dua kuil besar di Nara yaitu, Kuil Todai dan Kuil Kofokuji. Perang tersebut terjadi karena kedua kuil tersebut memiliki tanah yang luas dan memiliki sistem tuan tanah feodal 3 yang sangat berpengaruh pada kekuatan politik tuan tanah yang memilikinya (Wikipedia.org diakses : 3 Mei 2014). Pada tahun 1181 kuil Todai hancur akibat perang sodara antara klan minamoto dan klan taira. Renovasi kuil Toodai dilakukan pada tahun 1682. Kuil todai merupakan tempat untuk meletakkan patung Buddha besar atau yang dikenal 1 Situs Warisan Dunia adalah suatu tempat budaya, alam serta benda yang berarti bagi umat manusia dan menjadi warisan bagi generasi berikutnya (Wikipedia.com diakses : 20 Juni 2014). 2 Salah satu dari enam aliran agama Buddha yang dipelajari di Jepang. 3 Feodal adalah cara pemilikan tanah para kaum bangsawan pada abad pertengahan (KBBI). 3 dengan nama Daibutsu (Seiroku Nomu, 1966: 81). Daibutsu memiliki tinggi 47 meter, panjang 51 meter, dan lebar 88 meter (http://www.britannica.com diakses : 5 April 2014). Kuil Todai terdiri dari beberapa bangunan yaitu, pintu gerbang utama, aula utama, asrama, gudang, dan kantor (atlasobscura.com/places/ diakses : 28 April 2014). Todai-ji telah bertahan selama 1200 tahun sebagai monumen sejarah di Nara yang paling terkemuka di kehidupan penganut agama Buddha. Walaupun saat ini, banyak dipenuhi oleh wisatawan, namun hingga kini masih menjadi tempat suci yang aktif dan dijaga dengan baik oleh pendeta-pendeta yang ditetapkan untuk menyesuaikan ke dunia modern (Mino Yutaka, 1986: 17). Pada bagian struktur utama kuil Todai terdapat sebuah patung besar perunggu menggambarkan dewa yang disebut Dainichi, yang artinya maha penerang. Selain itu, di dalam kuil Todai juga terdapat Patung Daibutsu yang berada di Aula Daibutsu atau Daibutsuden (atlasobscura.com/places/ diakses : 28 April 2014). Daibutsuden dibangun di tengah tempat yang luas dengan ukuran sekitar 2 mil2 5 km2 dengan gerbang, pagoda, anak bangunan, dan tiang-tiang. Daibutsuden seolah tampak seperti bangunan berlantai dua, dengan adanya dua atap yang tersusun secara bertingkat. Daibutsuden merupakan perhitungan arsitektur yang cermat untuk membagi beban atap gedung yang sangat besar. Penempatan sejumlah pilar besar yang menyangganya juga sangat unik, karena tidak ditanamkan ke dalam tanah melainkan berada pada semacam tatakan semen. Semua kecermatan arsitektural itu merupakan cara untuk mengantisipasi bila terjadi gempa bumi. Dengan menggunakan kayu yang kokoh tersebut telah menjadikan bangunan ini 4 sebagai bangunan kayu terbesar di dunia sehingga menjadi situs warisan dunia. (abinustra.blogspot.com diakses : 14 juni 2014). Daibutsuden memiliki beberapa fungsi yang berbeda pada saat zaman Nara dan masa kini. Pada saat zaman Nara Daibutsuden berfungsi sebagai tempat diskusi politik, ekonomi, dan hubungan internasional, serta sebagai tempat belajar, tempat penyembuhan semacam rumah sakit, tempat memuja Buddha, serta tempat menyimpan kekayaan seni Buddha. Sementara pada masa kini Daibutsuden hanya berfungsi sebagai tempat ibadah dan tempat mengadakan beberapa upacara keagamaan umat Budha serta menjadi objek wisata di Jepang (Mino Yutaka, 1986: 17). Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, salah satu bagian yang terkenal dari Kuil Todaiji adalah Daibutsu (patung besar Budha). Daibutsu di Todaiji terbuat dari tembaga dan perunggu, yang beratnya mencapai 250 ton dan tinginya 15 meter (wikipedia.org diakses: 30 Maret 2014). Pada mulanya Daibutsu tersebut memiliki tinggi 16 meter namun saat ini tinggi Daibutsu menjadi 15 meter setelah mengalami restorasi.(http://www.britannica.com diakses : 5 april 2014). Daibutsu dianggap sebagai perwujudan dari Birushanabutsu yang merupakan simbol Buddha sang penerang seluruh alam semesta. Daibutsu didirikan dengan tujuan untuk melindungi negara, karena bangsa Jepang pada zaman Nara merasa takut dengan adanya wabah penyakit, bencana, dan lain-lain (Tamura Yoshiro, 1970: 25). 5 Daibutsu dalam Todai-ji duduk di atas alas yang terbuat dari 56 kelopak teratai yang terbuat dari perunggu. Kelopak ini memperlihatkan ukiran garis rambut Buddha dengan desain yang berasal dari Periode Nara (abad ke-8). Kelopak ini digambarkan sebagai "Sistem - Acuan Dunia – Bunga Teratai ( Lotus - Matrix World- System), yang dalam bahasa Sansekerta dikenal sebagai Padma garbha - loka - dhatu dan dalam bahasa Jepang dikenal sebagai Rengeza Sekai. Keunikan Daibutsu yang lain adalah memiliki gaya rambut yang rumit, karena terbuat dari 966 bola perunggu (niganku.wordpress.com diakses: 16 Mei 2014). Nilai sejarah dan keistimewaan bangunan kuil Todai dan patung Daibutsu membuat wisatawan Jepang dan mancanegara tertarik untuk mengunjunginya, baik untuk berdoa ataupun sekedar ingin tahu serta mengambil gambar. Adanya makna yang sangat besar pada Daibutsu bagi umat Budha di zaman Nara, menyebabkan penulis ingin mengetahui lebih rinci tentang pembuatan Daibutsu dan prosesnya yang rumit sehingga sampai sekarang menjadi Daibutsu yang bersejarah dan merupakan salah satu patung yang dipercaya dapat melindungi negara dari bencana. 1.2 Pokok Bahasan Patung Daibutsu merupakan salah satu daya tarik wisata religi yang berada di Jepang. Patung Daibutsu memiliki latar belakang sejarah pembangunan yang menarik untuk dibahas Pokok bahasan yang diangkat dan dibahas oleh penulis dalam Tugas Akhir ini adalah, 1. Bagaimana awal sejarah pembuatan patung Daibutsu di Kuil Todaiji? 6 2. Bagaimana proses pembuatan patung Daibutsu di Kuil Todaiji? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui hubungan antara sejarah awal masuknya agama Budha di Jepang pada zaman Nara dengan pembuatan Daibutsu di Kuil Todai. 2. Untuk mengetahui tentang sejarah awal pembuatan patung Daibutsu 3. Untuk mengetahui tentang proses pembuatan patung Daibutsu dalam kuil Todai di Nara. 1.4 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam Tugas Akhir ini adalah Tugas Akhir yang berjudul kuil Ruriko Ji di prefektur Yamaguchi yang ditulis oleh Tarmanto, Universitas Gadjah Mada 2010. Tugas Akhir tersebut berisi tentang sejarah berdirinya kuil Ruriko Ji dan bangunan-bangunan pendukung yang ada di kuil Ruriko ji. Berbeda dengan tulisan Tamarno, dalam tugas akhir ini penulis memaparkan sejarah patung Daibutsu di Kuil Todai Nara. Penulis akan menjelaskan sejarah pembangunan patung besar Buddha atau Daibutsu yang berada di dalam kuil Todai, yang belum pernah penulis temukan dalam karya tulis lainnya. 1.5 Metode Penulisan Metode pemaparan yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang memaparkan isi data suatu ulasan objek tertentu. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penuliusan Tugas Akhir ini penulis menggunakan studi pustaka dan penulusuran internet. 7 a. Studi pustaka Dalam penulisan ini digunakan berbagai literatur yang dapat mendukung ataupun menguatkan pendapat juga menjadi sarana informasi yang penting. b. Penelusuran Internet Selain penulusuran data dari sumber-sumber pustaka cetak, penulisan ini juga menggunakan sarana tekhnologi internet untuk mencari berbagai data yang diperlukan, dan website-website penting yang dapat menguatkan informasi yang telah ada. 1.6 Sistematika Penulisan Dalam rangka memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai penelitian ini, penulis menjelaskan isi penelitian ini dalam bentuk sistematika pembahasan, yaitu : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang pembahasan sejarah pembuatan patung Daibutsu dalam Kuil Todai di Nara. 2.1 Ajaran Agama Budha di Jepang pada Zaman Nara. 2.1.1 Masuknya Ajaran Agama Budha di Jepang pada Zaman Nara 8 2.1.2. Perkembangan Ajaran Agama Budha di Jepang pada Zaman Nara 2.2 Pembuatan Patung Daibutsu di Kuil Todaiji 2.2.1. Sejarah Awal Pembuatan Patung Daibutsu 2.2.2. Proses Pembuatan dan Perkembangan Patung Daibutsu 2.2.2.1. Proses Awal Pembuatan Patung Daibutsu ( Tahun 743 – 745 ) 2.2.2.2 Proses Pembuatan Daibutsu di Nara ( Tahun 745 – 749 ) 2.2.2.3 Proses Pembuatan Bagian Daibutsu ( Tahun 749 – 752 ) 2.2.2.4 Upacara Peresmian Patung Budha Besar Daibutsu (Tahun 752) 2.2.2.5 Penyelesain patung Daibutsu Pasca Upacara Peresmian 2.2.2.6. Kerusakan dan Restorasi pada Daibutsu BAB III PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan yang dapat diambil dari tugas akhir ini.