STUDI SPESIFIKASI ALAT TANGKAP GILL NET DASAR DI KECAMATAN SIPORA UTARA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI Oleh : Parmen, Eni Kamal dan Yuspardianto Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta Padang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesifikas alat tangkap gill net dasar, mengetahui metode penangkapan, daerah penangkapan, jenis ikan yang tertangkap. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pengamatan langsung ke lapangan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengamati satu alat tangkap gill net dasar dari antara alat tangkap gill net yang lain. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara langsung dengan nelayan yang merupakan pemilik alat tangkap gill net dasar dengan menggunakan daftar kuisioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor Dinas kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai, instansi yang terkait serta didukung oleh studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesifikasi alat tangkap gill net dasar dengan panjang jaring 52 meter dan ukuran mata 3" (inchi) kemudian dengan shortening 44,53 % serta dalam 3,75 meter dengan bahan monofilament berwarnah putih yang ada di Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai yang beroperasi pada pukul 17.00 – 18.00 WIB selama 3 kali penangkapan, daerah pengoperasiannya meliputi perairan Tuapejat dan lain-lain yang masih berada disekitar perairan kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai. Metode penangkapan adalah secara pasif yang dilakukan pada siang dan malam hari tanpa bantuan cahaya, yang menjadi tujuan penangkapan adalah ikan yang menghampiri dan terbelit pada jaring dan dengan cara melingkari tempat dimana ikan sedang berkumpul pada suatu perairan yang berbatu dan ikan yang menyambar dengan ditandai burung yang beterbangan. Jenis ikan hasil tangkapan adalah ikan belanak (Mugil cephalus), ikan baronang (Siganus argenteus), ikan kuwe (Caranx melampygus), ikan kerapu (Cephalopholis argus), ikan biji nangka (Mulloidichthys pfluegeri), ikan omo (Kyphosus cinerascens), ikan kakap (Lutjanus gibbus). Kata kunci : Gill Net Dasar, Spesifikasi, Sipora Utara, Mentawai. 1 ABSTRAK The objective of study is to know the specyfication of bottom gill net, is to know pattern of catch, fishing ground pattern and specific fish is pattern. The research method was used by survey method. The data was collocted by primary data and secondary data. The result of research shows that specyfication of bottom gill net long is 52 metres and mesh size is 3 inch with shortening 44,53 % so in down 3,75 metres with material monofilament white colour at Sipora Utara subdistrict Mentawai Island district the operation are from 17.00 – 18.00 WIB during 3 trips pattern, the fishing ground area are at Tuapejat waters in areas Sipora Utara subdistrict. Mentawai Island district. Methods was pattern is passive which doing to afternoon and night days without light, of distenation is pattern of catch fish nearfield and gilled to gill net and encrisling place in fish assemble in some waters coral reef and fish strike in list bird flying. Specific fihs of catch is Mugil cephalus,Siganus argenteus, Caranx melampygus, Cephalopholis argus, Mulloidichthys pfluegeri, Kyphosus cinerascens and Lutjanus gibbus. Key Word : Bottom Gill Net, Specyficatioan, Sipora Utara, Mentawai. 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan Indonesia memiliki luas wilayah lautan dua per tiga dari seluruh wilayah negara Indonesia. Secara terinci, negara kepulauan Indonesia mempunyai luas teritorial darat dan laut sebesar 5.193.250 km2 dengan luas daratan sebesar 2.072.087 km2 dan luas laut sebesar 3.166.163 km2. Keseluruhan wilayah tersebut terdiri dari lebih kurang 17.508 pulau besar dan kecil dengan garis pantai sepanjang 81.290 km. dengan ditetapkannya Zona Ekonomi Eklusif Indonesia (ZEEI), maka luas lautan yang dapat dikelola dan dimanfaatkan adalah lebih kurang 5.800.000 km2 (Soenarno, 2007). Pada umumnya yang disebutkan dengan gill net dasar ialah jaring dengan bentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya. Pada lembaranlembaran jaring, pada bagian atas dilekatkan pelampung (float) dan pada bagian bawah dilekatkan peemberat (sinker). Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari float yang bergerak menuju keatas dan sinking force dari sinker ditambah dengan berat jaring didalam air yang bergerak menuju kebawah, maka jaring akan terentang (Lusitameilana, 2011). 2 Jaring insang pada umumnya berbentuk empat persegi panjang. Ukuran mata jaring (mesh size) seluruh bagian jaring adalah sama. Ukuran mata jaring yang digunakan disesuaikan dengan jenis dan ukuran ikan yang menjadi target tangkapan. Konstruksi jaring insang terdiri dari Badan jaring (webbing), Tali ris atas, Tali ris bawah, Pelampung, Pemberat. Jaring insang termasuk kelompok alat penangkap yang selektif, ukuran minimum ikan yang menjadi target tangkapan dapat diatur dengan cara mengatur ukuran mata jaring yang digunakan. Ikan-ikan yang menabrak jaring. Ukurannya mata jaring dan bukaannya sangat ditentukan oleh ikan yang menjadi tujuan penanangkapan (Zaelani, 2013). Menurut Kamal (2007), menyatakan bahwa gill net merupakan alat tangkap dimana ikan terjerat atau terpuntal pada jaring berlapis satu, dua atau tiga. Penggunaan jaring dapat satu persatu atau dengan merangkaikan jaring yang sama atau bermacammacam. Bentuk yang penting adalah jaring tetap (di dasar), jaring hanyut (di bawah permukaan) dan jaring insang lingkar. 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Mengetahui spesifikasi alat tangkap Gill Net Dasar yang beroperasi di Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai. b. Mengetahui metoda penangkapan, daerah penangkapan, jenis ikan yang tertangkap. 2. BAHAN DAN METODE 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September Tahun 2014. Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Sipora Utar Kabupaten Kepulauan Mentawai. 2.2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan melakukan obsevasi langsung terhadap alat tangkap gill net dasar ditinjau dari spesifikasi dan kontruksi alat tangkap, metode penangkapan, daerah penangkapan, jenis ikan hasil tangkapan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Diskripsi Umum 3.1.1. Geografis dan Administratif Secara geografis, Kabupaten Kepulauan Mentawai terletak pada 0o55’00” – 3o 21’00” Lintang Selatan dan 98o35’00” – 100o32’00” Bujur Timur, dengan luas wilayah 6.011,35 km2. Daratan Kabupaten Kepulauan Mentawai terpisah oleh laut dari kabupaten-kabupaten lain yang ada di Provinsi Sumatera Barat, yang mana sebelah Utara berbatasan dengan Selat 3 Siberut, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Mentawai, dan sebelah barat berbatasan dengan Samudea Hindia. Kecamatan Sipora Utara merupakan salah satu dari 10 kecamatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan luas wilayah 383,08 km2 dan Ibukota Kecamatan adalah Sido Makmur yang behubungan langsung dengan laut. Berdasarkan letak geografis Kecamatan Sipora Utara berada pada 1057'00" - 2081'00" LS dan 98030'00" 99042'00" BT. 3.2. Sumberdaya Ikan Bila dilihat dari potensi sumberdaya ikan, Kabupaten Kepulauan Mentawai mempunyai potensi sumberdaya ikan di perairan laut sekitar 270.269,80 ton/tahun (DKP Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2014) atau sekitar 86,47 % dari potensi Provinsi Sumatera Barat yaitu 312.550 ton/tahun (DKP Provinsi Sumatera Barat, 2013) atau sekitar 47,82 % dari potensi perairan laut barat Pulau Sumatera (WPP-RI 572) yaitu 565.200 ton/tahun (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2011). Potensi sumberdaya ikan di perairan laut Kabupaten Kepulauan Mentawai disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Potensi Sumberdaya Ikan Kabupaten Kepulauan Mentawai. No. Jenis Ikan Potensi 1. Ikan Pelagis Besar (Tuna, Merlin, Cakalang, Tongkol, Tenggiri.) 127.721,00 ton/tahun 2. Ikan Pelagis Kecil (Kembung, Sarden, Selar.) 79.011,00 ton/tahun 3. Ikan Demersal (Ikan Karang) 62.950,00 ton/tahun 4. Udang (Udang Barong/Lobster) 587,80 ton/tahun 270.269,80 ton/tahun 500.654 ekor/tahun Jumlah 5. Ikan Hias Sumber : DKP Kab. Kepulauan Mentawai, 2014 3.3. Perikanan Tangkap A. Alat dan Armada Tangkap Bila dilihat dari jenis alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan, maka sebagian besar jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah jaring insang yaitu 580 unit atau sekitar 97,48 % dari total alat tangkap yang 4 ada, yaitu 595 unit. Untuk lebih jelasnya jumlah alat tangkap menurut jenisnya di masing-masing kecamatan Kabupaten Kepulauan disajikan pada Tabel 2. Mentawai Tabel 2. Jenis Alat Tangkap Menurut Kecamatan Tahun 2012. No Kecamatan Pukat Tepi - Jenis Alat Tangkap ( Unit ) Jaring Pacing Payang Bagan Insang Tonda 25 - Lainnya - 1. Pagai Selatan 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Sikakap Pagai Utara Sipora Selatan Sipora Utara Siberut Selatan Siberut Barat Daya Siberut Tengah - - 85 75 - 2 - - - - 60 25 80 30 40 - 2 5 6 - - 9. 10. Siberut Utara Siberut Barat - - 105 55 - - - 2012 - - 480 - 15 - 2011 - - - - - - 2010 10 - 167 - - 1.573 2009 11 - 420 - - 1.916 2008 18 Sumber : BPS Kab. Kepulauan Mentawai, 2013. 293 - 25 - Jumlah Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai (2013), jumlah armada tangkap yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah 2.891 unit, yang terdiri dari 2.086 unit (72,16 %) perahu tanpa motor, 798 unit (27,60 %) motor tempel dan 7 unit (0,24 %) kapal motor. Bila dilihat dari jenis armada yang dimiliki oleh nelayan, ini menunjukan bahwa jangkauan areal penangkapan nelayan Kabupaten Kepulauan Mentawai masih sangat terbatas, yaitu sebagian besar (99,76 %) kurang dari 4 (empat) mil, dan hanya 0,24 % yang dapat melakukan penangkapan sampai 4 (empat) mil. Jumlah armada tangkap menurut jenisnya di masing-masing kecamatan disajikan pada Tabel 3. 5 Tabel 3. Jumlah dan Jenis Armada Tangkap Menurut Kecamatan Tahun 2012. No Kecamatan 1. Pagai Selatan 2. Sikakap 3. Perahu Tanpa Motor Kecil Sedang Jumlah 101 101 Motor Tempel Kapal Motor Jumlah 20 - 121 34 260 294 150 2 446 Pagai Utara 158 121 279 50 - 329 4. Sipora Selatan 100 97 197 90 - 287 5. Sipora Utara 150 157 307 120 5 432 6. Siberut Selatan 86 175 261 105 - 366 7. Siberut Barat Daya 36 - 36 36 - 72 8. Siberut Tengah 47 - 47 47 - 94 9. Siberut Utara 113 195 308 155 - 463 10. Siberut Barat 248 8 256 25 - 281 2012 1.073 1.013 2.086 798 7 2.891 2011 289 840 1.129 538 44 2.840 2010 484 45 529 273 56 1.387 2009 1.133 48 1.181 492 16 2.870 2008 541 336 Sumber : BPS Kab. Kepulauan Mentawai, 2013. 877 343 26 2.123 3.4. Spesifikasi dan Kontruksi Alat Tangkap Gill Net Dasar Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa spesifikasi alat tangkap gill net dasar monofilament terdiri dari talitemali (tali pelampung, tali ris atas, tali ris bawah dan tali pemberat), dalam penelitian ini digunakan satu unit alat tangkap Gill Net Dasar dengan panjang jaring 52 m, jumlah mata jaring 1.250 mata dan dalam jaring 3,75 m, jumlah mata jaring ke arah dalam 50 mata. Ukuran mata jaring 3″ (7,5 cm), nomor benang 100. Spesifikasi Alat Tangkap Gill Net dapat dilihat pada Tabel 4. Jumlah 6 Tabel 4. Spesifikasi Bahan Kontruksi Alat Tangkap Gill Net Dasar No Bagian Kontruksi Spesifikasi/piece 1 Badan Jaring 2 Tali Ris Atas 3 Tali Ris Bawah dan Tali Pemberat 4 Tali Pela.mpung 5 Pelampung 6 Pemberat 7 Jangkar 8 Pelampung Tanda - Bahan Monofilament Berwarnah Putih Jumlah Mata Jaring ke arah Dalam 50 mata Jumlah Mata Jaring ke arah Panjang 1.250 mata No Benang 100 Shortening 44,53 % Panjang 93,75 m (sebelum dirakit) Panjang 52 m (sesudah dirakit) Dalam 3,75 m Ukuran Mata 3″ (7,5 cm) Bahan PE Warna Biru Ø = 4 mm Panjang 52 m Pilinan 3/z Bahan PE Warna 2 macam (merah,hitam) Ø = 3 mm Panjang 52 m Pilinan 3/z Bahan PE Warna Biru Ø = 4 mm Panjang 52 m Pilinan 3/z Bahan Karet Sendal Warna (biru,hitam,merah,kuning,dll) Panjang 5,5 cm Jumlah 57 buah Jarak pelampung 0,92 m Bahan Timah warna hitam Ø = 0,6″ Panjang 1,5 cm Jumlah 325 buah Jarak pemberat 0,16 m Bahan dari material batu Berat 10 kg Panjang 30 cm Warna hitam Jumlah 2 buah (kanan dan kiri) Jumlah 2 buah Bahan (gabus putih dan kara/plastik) Panjang (30 cm kara/plastik dan 15 cm gabus) Sumber : Hasil Penelitian 2014. 7 3.5. Shortening Supaya ikan-ikan mudah terbelit pada mata jaring dan supaya ikan tersebut tidak mudah lepas dari mata jaring, maka pada jaring perlulah diberikan shortening yang cukup. Yang dimaksud dengan shortening dalam hal ini dapat dijelaskan dengan “ pengerutan”, yaitu beda panjang tubuh jaring dalam keadaan tegang sempurna (stretch) dengan panjang jaring setelah diletakkan pada tali ris atas maupun tali ris bawah, disebutkan dalam persen (%), besarnya shortening pada gill net berkisar antara 30 – 50 % (Sadhori, 1985). L-l S= × 100 % L Dimana : S = Shortening L = Panjang Sebelum Dirakit I = Panjang Sesudah Dirakit L-l S= × 100 % L S = 93,75 – 52 x 100 % 93,75 Dengan Perhitungan : - Mata Jaring = 1.250 mata - Panjang = 52 m - Mata dalam = 50 mata - Dalam = 3,75 m - Mesh Size = 3″ = 7,5 cm S = 44,53 % 3.6. Sarana Pendukung Transportasi yang digunakan dalam pengoperasian alat tangkap gill net dasar ini adalah perahu motor yang bekapasitas Sudirman dan Mallawa (2004), menyatakan bahwa untuk gill net yang ikannya tertangkap secara terjerat, nilai shortening begerak sekitar 30 – 40 % dan untuk yang tertangkapnya ikan secara terbelit maka nilai shortening bergerak sekitar 35 – 60 %. sedang untuk menunjang dalam trip penangkapan. Deskripsi perahu alat tangkap gill net dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Deskripsi Perahu Alat Tangkap Gill Net No Bagian 1 Badan Perahu 2 Mesin Deskripsi Panjang Lebar Dalam Draff Merek Yamaha Mesin Tempel Volume 7,29 8,9 50 34 - Satuan Meter Cm Cm Cm - 5 PK Sumber : Hasil Penelitian 2014. 8 Jumlah Anggota Banyak tenaga kerja atau anggota dalam satu unit penangkapan adalah berkisar 2-3 orang, dimana pembagian tugas masing-masingnya adalah sebagai berikut : a. Operator 1 orang, dimana tugasnya sebagai juru mudi sekaligus bertanggung jawab menentukan lokasi penangkapn, keselamatan dalam trip operasi penangkapan, dan menarik jaring (hauling). b. Anggota 2 orang, dimana tugasnya macam-macam diantaranya adalah buang jangkar, pasang jaring (setting) dan menarik jaring (hauling). Samsudin dalam Martasuganda (2002), menyatakan bahwa kapal bottom gillnet termasuk ke dalam kelompok kapal dengan metode pengoperasian static gear (kapal dengan alat tangkap yang dioperasikan secara statis). Ada dua jenis kapal yang digunakan dalam pengoperasian bottom gillnet yaitu dengan motor tempel (12-25 PK), ukuran: panjang 6,7 m, lebar 1,5 m, dalam 0,5 m, jaring 14 tinting (pieces) dengan motor dalam (6,518 PK), ukuran: panjang 7,5 m, lebar 2 m, dalam 1 m, jaring 20-25 tinting. 3.7. Metode Penangkapan Metode penangkapan pada alat tangkap gill net adalah secara pasif dikakukan pada siang dan malam hari tanpa bantuan cahaya, yang menjadi tujuan penangkapan adalah ikan yang menghampiri dan terbelit pada jaring. Pada daerah penelitian, pengoperasian alat tangkap gill net juga dilakukan dengan cara melingkari tempat dimana ada gerombolan ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan pada saat pasang sedang dalam pada saat itulah alat tangkap gill net diturunkan. Setalah itu, jika pasang telah surut ikan secara otomatis pasti akan terjerat dan terbelit pada alat tangkap gill net tersebut, dan tempat ikan sedang menyambar-nyambar ditandai dengan adanya burung yang beterbangan. Dalam pengoperasian alat tangkap gill net ada dua tahap yaitu : penurunan alat tangkap (setting) dan penarikan alat tangkap (hauling). a. Setting Setelah menentukan daerah fishing ground, sebelum menurunkan alat tangkap posisi perahu ditempatkan sedemikian rupa. Waktu setting dilakukan pada saat setelah melihat sasaran ikan yang akan di tangkap yakni waktu penangkapan tergantung pada situasi dan kondisi setelah sampai pada daerah fishing ground ini jika pengoperasian pada siang hari, sedangkap pada saat hauling di pagi hari setting dilakukan pada pukul 17.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB. Bagian alat tangkap yang pertama diturunkan adalah pelampung tanda, kemudian jaring yang adanya pemberat tambahan batu pertama, sampai jaring yang terakhir dengan adanya pemberat tambahan batu terakhir dilepas ke laut, penurunan jaring dengan kecepatan 1-3 knot. Setelah semua jaring diturunkan dan telah terentang dengan sempurna, lalu dibiarakan dalam air alat tangkap gill net tersebut dalam jangka waktu tertentu dan biasanya 2-5 jam. Nelayan pada saat habis setting biasanya pergi berlindung/ mendarat di pantai terdekat ataupun melakukan kegiatan lain yaitu memancing dan menyelam. 9 b. Hauling Setelah dibiarkan selam 1-5 jam, maka nelayan tersebut melakukan penarikan alat tangkap (hauling). Bagian alat tangkap yang pertama diangkat adalah pelampumg tanda, disusul dengan tali slambar kemudian jaring samapi jaring yang terakhir ditandai dengan pemberat tanbahan yang terakhir sambil alat tangkap tersebut disusun dengan rapi pada posisi semula untuk memudahkan pengoperasia kembali alat tangkap tersebut. Pada saat hauling, ikan yang terbelit pada alat tangkap akan diambil dan diberikan ditempat yang sudah disediakan sebelumnya, dan dalam penarikan jaring harus dilakukan dengan cara hati-hati karena yang tersangkut/terbelit pada jaring tidak saja ikan namun ada juga batu karang yang bisa merobekkan badan jaring itu sendiri. Sebelum pengoperasian alat tangkap gill net dimulai, semua peralatan harus dipersiapkan dengan teliti. Jaring harus disusun di atas perahu dengan rapi dan baik, sehingga mempermudah menurunkan (setting) jaring. Sehingga dengan demikian alat tangkap gill net dapat disusun di atas perahu pada : a. Penyusunan jaring di dalam perahu sebelum penurunan jaring (setting) Letak jaring b. Penyusunan jaring selesai penarikan (hauling) di dalam perahu Letak Jaring 3.8. Daerah Penangkapan Daerah Penangkapan alat tangkap gill net dasar dioperasikan di perairan Tuapejat Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai. Gill net dipasang di daearah yang tidak deras arusnya pada kedalam perairan yang disesuaikan dengan alat tangkap gill net tersebut. Jarak penangkapan alat tangkap gill net berkisar 0,5-1,0 mil dari pantai dan waktu yang dibutuhkan mencapai lokasi penangkapan atau fishing ground sekitar 15-30 menit dengan kecepatan 2-3 knot karena jarak daerah penangkapan dengan tempat pendaratan yang tidak terlalu jauh dengan kedalaman fishing ground berkisar anatar 4-5 meter dari dasar permukaan laut dengan sasaran ikan yang akan ditangkap yaitu ikan pelagis dan ikan demersal. Dalam menentuan daerah penangkapan ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya terlindung gelombang besar, arus tidak terlalu kuat, arah arus beraturan dan dasar perairan tersebut berpasir, tidak ada batu karang yang akan menyangkut alat tangkap atau sejenisnya. 10 Elsafander (2012), menyatakan bahwa daerah pengoperasian jaring insang dasar ini yang dilakukan oleh nelayan Desa Nipah Sendanu yaitu disekitar depan Pulau Rangsang dan bahkan sampai di belakang Pulau Menggung yang jaraknya cukup jauh dari pantai Nipah Sendanu. 3.6. Jenis Ikan Hasil Tangkapan Jenis ikan hasil tangkapan adalah ikan belanak (Mugil cephalus), ikan baronang (Siganus argenteus), ikan kuwe (Caranx melampygus), ikan kerapu (Cephalopholis argus), ikan biji nangka (Mulloidichthys pfluegeri), ikan omo (Kyphosus cinerascens), ikan kakap (Lutjanus gibbus). Elsafander (2012), menyatakan bahwa hasil tangkapan yang diperoleh dalam sekali penangkapan sekitar 5-10 Kg bahkan ada yang sampai 35 Kg jika tepat pada musimnya. Dalam sekali pengoperasian nelayan melakukan 1-2 kali setting yang mana ikan hasil tangkapan jaring ini langsung dijual kepada masyarakat di pelabuhan, dan jika tidak habis ikan di jual dengan cara keliling kampung. Adapun ikan-ikan yang tertangkap oleh alat tangkap Gillnet oleh nelayan Desa Nipah Sendanu adalah : Lomek ( Harpondon sp ), Biang (Setipinna sp ), Tenggiri ( Cybium commersoni ), Duri ( Arius maculatus). 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian Studi Perikanan Gill Net Dasar di Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai didapatkan beberapa kesimpulan antara lain : 1. Alat tangkap gill net dasar beroperasi pada peraiaran Tuapejat Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai, dengan panjang jaring 52 M, jumlah mata jaring ke arah panjang 1.250 mata, dan dalam jaring 3,75 M, jumlah mata jaring ke arah dalam 50 mata. Ukuran mata jaring 3″ (7,5 cm), shortening adalah 44,53 %, nomor benang 100, jenis bahan nylon monofilament, dengan jumlah pemberat sebanyak 325 buah dengan jarak pemberat satu dengan yang lain adalah 0,16 meter serta 57 buah pelampung dengan jarak pelampung satu dengan pelampung yang lain adalah 0,92 meter. Perahu gill net dasar yang digunakan di Kecamatan Sipota Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai mempunyai ukuran panjang total (LOA) 7,29 meter, lebar total (BOA) 0,89 meter, dalam 0,50 meter, draft 0,34 meter dan bahan utama adalah kayu. Mesin penggerak yang digunakan adalah jenis mesin tempel merek Yamaha dengan tenaga 5 PK. 2. Alat tangkap gill net dasar dioperasikan diperairan di daerah pantai, teluk dan di daerah yang tidak terlalu deras arusnya dimana cara penangkapannya ada yang dilakukan setting dengan cara melingkar langsung gerombolan ikan dan ada juga yang setting langsung di fishing ground yang diduga dan diyakini memiliki potensi ikan yang banyak. 3. Jarak penangkapan alat tangkap gill net berkisar 0,5-1,0 mil dari pantai dan waktu yang dibutuhkan mencapai lokasi penangkapan atau fishing ground sekitar 15-30 menit dengan kecepatan 2-3 knot karena jarak daerah penangkapan dengan tempat pendaratan (fishing base) yang tidak terlalu jauh dengan kedalaman fishing ground berkisar anatar 4-5 meter dari dasar permukaan laut dengan sasaran ikan yang akan ditangkap yaitu ikan pelagis dan ikan demersal. 11 4. Jenis ikan hasil tangkapan adalah ikan belanak (M. cephalus), ikan baronang (S. argenteus), ikan kuwe (C. melampygus), ikan kerapu (C. argus), ikan biji nangka (M. pfluegeri), ikan omo (K. cinerascens), ikan kakap (L. gibbus). Selain ikan hasil tangkapan pada saat penelitian juga tertangkap beberapa sumberdaya perikanan yang lain dalam jumlah kecil dan tidak/belum memiliki nilai ekonomis seperti ikan Kakak Tua (C. sordidus) dan ikan Kuro (P. octonemus) dan ikan talangtalang (C. tala). 4.2. Saran Diharapkan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai dan instansi/lembaga yang terkait dapat memperhatikan nelayan gill net dimana perlunya meningkatkan kegiatan penangkapan yang lebih banyak, tenaga kerja yang lebih terampil serta adanya bimbingan/penyuluhan terhadap nelayan dari instansi-instansi terkait. Untuk mencapai tujuan itu, dapat dilakukan dengan cara memperbaiki alat penangkapan yang telah ada atau mencari metode yang tepat untuk meningkatkan efisiensi usaha penangkapan tersebut sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan nelayan. DAFTAR PUSTAKA Elsafander, 2012. Studi Konstruksi Alat Tangkap Jaring Insang (Gill Net) di Desa Nipah Sendanu Kecamatan Tebing Tinggi Timur KepulauanMeranti Provinsi Riau. http://portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewjournal&journal=4715. Kamal. E, 2007. Bahan dan Alat Penangkapan Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang. 104 Halaman. Lusitamailiana, 2011. Jaring Insang Dasar (Bottom Gill Net). https://lusitameilana123.wordpress.com/2011/10/31/11/ Martasuganda, 2002. Jaring Insang Dasar. http://purseseine.blogspot.com/2011/02/jaringinsang.html. Sadhori, S. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Penerbit Angkasa Sudirman dan Mallawa, 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Penerbit Rineka Cipta Soenarno, 2007. Teknik Penangkapan Ikan. Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan, Banyuwangi. Zaelani, A. 2013. Kontruksi Jaring Insang. http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/2013/06/konstruksi-jaring-insang.html 12 13