STUDI SPESIFIKASI ALAT TANGKAP GILL NET DASAR DI

advertisement
STUDI SPESIFIKASI ALAT TANGKAP GILL NET DASAR
DI KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
Oleh :
Parmen, Eni Kamal dan Yuspardianto
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Bung Hatta Padang
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesifikas alat tangkap gill net dasar,
mengetahui metode penangkapan, daerah penangkapan, jenis ikan yang tertangkap.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pengamatan
langsung ke lapangan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengamati satu
alat tangkap gill net dasar dari antara alat tangkap gill net yang lain. Data primer
diperoleh melalui hasil wawancara langsung dengan nelayan yang merupakan pemilik
alat tangkap gill net dasar dengan menggunakan daftar kuisioner. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari kantor Dinas kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan
Mentawai, instansi yang terkait serta didukung oleh studi kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesifikasi alat tangkap gill net dasar dengan
panjang jaring 52 meter dan ukuran mata 3" (inchi) kemudian dengan shortening
44,53 % serta dalam 3,75 meter dengan bahan monofilament berwarnah putih yang
ada di Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai yang beroperasi
pada pukul 17.00 – 18.00 WIB selama 3 kali penangkapan, daerah pengoperasiannya
meliputi perairan Tuapejat dan lain-lain yang masih berada disekitar perairan
kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai. Metode penangkapan
adalah secara pasif yang dilakukan pada siang dan malam hari tanpa bantuan cahaya,
yang menjadi tujuan penangkapan adalah ikan yang menghampiri dan terbelit pada
jaring dan dengan cara melingkari tempat dimana ikan sedang berkumpul pada suatu
perairan yang berbatu dan ikan yang menyambar dengan ditandai burung yang
beterbangan. Jenis ikan hasil tangkapan adalah ikan belanak (Mugil cephalus), ikan
baronang (Siganus argenteus), ikan kuwe (Caranx melampygus), ikan kerapu
(Cephalopholis argus), ikan biji nangka (Mulloidichthys pfluegeri), ikan omo
(Kyphosus cinerascens), ikan kakap (Lutjanus gibbus).
Kata kunci : Gill Net Dasar, Spesifikasi, Sipora Utara, Mentawai.
1
ABSTRAK
The objective of study is to know the specyfication of bottom gill net, is to know
pattern of catch, fishing ground pattern and specific fish is pattern.
The research method was used by survey method. The data was collocted by primary
data and secondary data.
The result of research shows that specyfication of bottom gill net long is 52 metres
and mesh size is 3 inch with shortening 44,53 % so in down 3,75 metres with material
monofilament white colour at Sipora Utara subdistrict Mentawai Island district the
operation are from 17.00 – 18.00 WIB during 3 trips pattern, the fishing ground area
are at Tuapejat waters in areas Sipora Utara subdistrict. Mentawai Island district.
Methods was pattern is passive which doing to afternoon and night days without
light, of distenation is pattern of catch fish nearfield and gilled to gill net and
encrisling place in fish assemble in some waters coral reef and fish strike in list bird
flying. Specific fihs of catch is Mugil cephalus,Siganus argenteus, Caranx
melampygus, Cephalopholis argus, Mulloidichthys pfluegeri, Kyphosus cinerascens
and Lutjanus gibbus.
Key Word : Bottom Gill Net, Specyficatioan, Sipora Utara, Mentawai.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perairan Indonesia memiliki luas
wilayah lautan dua per tiga dari
seluruh wilayah negara Indonesia.
Secara terinci, negara kepulauan
Indonesia mempunyai luas teritorial
darat dan laut sebesar 5.193.250 km2
dengan luas daratan sebesar 2.072.087
km2 dan luas laut sebesar 3.166.163
km2. Keseluruhan wilayah tersebut
terdiri dari lebih kurang 17.508 pulau
besar dan kecil dengan garis pantai
sepanjang 81.290
km.
dengan
ditetapkannya Zona Ekonomi Eklusif
Indonesia (ZEEI), maka luas lautan
yang dapat dikelola dan dimanfaatkan
adalah lebih kurang 5.800.000 km2
(Soenarno, 2007).
Pada umumnya yang disebutkan
dengan gill net dasar ialah jaring
dengan bentuk empat persegi panjang,
mempunyai mata jaring yang sama
ukurannya pada seluruh jaring, lebar
jaring lebih pendek jika dibandingkan
dengan panjangnya. Pada lembaranlembaran jaring, pada bagian atas
dilekatkan pelampung (float) dan pada
bagian bawah dilekatkan peemberat
(sinker). Dengan menggunakan dua
gaya yang berlawanan arah, yaitu
bouyancy dari float yang bergerak
menuju keatas dan sinking force dari
sinker ditambah dengan berat jaring
didalam air yang bergerak menuju
kebawah, maka jaring akan terentang
(Lusitameilana, 2011).
2
Jaring insang pada umumnya
berbentuk empat persegi panjang.
Ukuran mata jaring (mesh size) seluruh
bagian jaring adalah sama. Ukuran
mata
jaring
yang
digunakan
disesuaikan dengan jenis dan ukuran
ikan yang menjadi target tangkapan.
Konstruksi jaring insang terdiri dari
Badan jaring (webbing), Tali ris atas,
Tali ris bawah, Pelampung, Pemberat.
Jaring insang termasuk kelompok alat
penangkap yang selektif, ukuran
minimum ikan yang menjadi target
tangkapan dapat diatur dengan cara
mengatur ukuran mata jaring yang
digunakan. Ikan-ikan yang menabrak
jaring. Ukurannya mata jaring dan
bukaannya sangat ditentukan oleh ikan
yang menjadi tujuan penanangkapan
(Zaelani, 2013).
Menurut
Kamal
(2007),
menyatakan bahwa gill net merupakan
alat tangkap dimana ikan terjerat atau
terpuntal pada jaring berlapis satu, dua
atau tiga. Penggunaan jaring dapat satu
persatu atau dengan merangkaikan
jaring yang sama atau bermacammacam. Bentuk yang penting adalah
jaring tetap (di dasar), jaring hanyut
(di bawah permukaan) dan jaring
insang lingkar.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Mengetahui
spesifikasi
alat
tangkap Gill Net Dasar yang
beroperasi di Kecamatan Sipora Utara
Kabupaten Kepulauan Mentawai.
b. Mengetahui metoda penangkapan,
daerah penangkapan, jenis ikan yang
tertangkap.
2. BAHAN DAN METODE
2.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan September
Tahun 2014.
Penelitian ini berlokasi di Kecamatan
Sipora Utar Kabupaten Kepulauan
Mentawai.
2.2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif dengan
melakukan obsevasi langsung terhadap
alat tangkap gill net dasar ditinjau dari
spesifikasi dan kontruksi alat tangkap,
metode
penangkapan,
daerah
penangkapan,
jenis
ikan
hasil
tangkapan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Diskripsi Umum
3.1.1. Geografis dan Administratif
Secara geografis,
Kabupaten
Kepulauan Mentawai terletak pada
0o55’00” – 3o 21’00” Lintang Selatan
dan 98o35’00” – 100o32’00” Bujur
Timur, dengan luas wilayah 6.011,35
km2. Daratan Kabupaten Kepulauan
Mentawai terpisah oleh laut dari
kabupaten-kabupaten lain yang ada di
Provinsi Sumatera Barat, yang mana
sebelah Utara berbatasan dengan Selat
3
Siberut, sebelah Selatan berbatasan
dengan Samudera Hindia, sebelah
Timur berbatasan dengan Selat
Mentawai,
dan
sebelah
barat
berbatasan dengan Samudea Hindia.
Kecamatan
Sipora
Utara
merupakan salah satu dari 10
kecamatan yang ada di Kabupaten
Kepulauan Mentawai dengan luas
wilayah 383,08 km2 dan Ibukota
Kecamatan adalah Sido Makmur yang
behubungan langsung dengan laut.
Berdasarkan
letak
geografis
Kecamatan Sipora Utara berada pada
1057'00" - 2081'00" LS dan 98030'00" 99042'00" BT.
3.2. Sumberdaya Ikan
Bila
dilihat
dari
potensi
sumberdaya
ikan,
Kabupaten
Kepulauan Mentawai mempunyai
potensi sumberdaya ikan di perairan
laut sekitar 270.269,80 ton/tahun
(DKP
Kabupaten
Kepulauan
Mentawai, 2014) atau sekitar 86,47 %
dari potensi Provinsi Sumatera Barat
yaitu 312.550 ton/tahun (DKP Provinsi
Sumatera Barat, 2013) atau sekitar
47,82 % dari potensi perairan laut
barat Pulau Sumatera (WPP-RI 572)
yaitu 565.200 ton/tahun (Direktorat
Jenderal Perikanan Tangkap, 2011).
Potensi sumberdaya ikan di perairan
laut Kabupaten Kepulauan Mentawai
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Potensi Sumberdaya Ikan Kabupaten Kepulauan Mentawai.
No.
Jenis Ikan
Potensi
1.
Ikan Pelagis Besar (Tuna, Merlin, Cakalang,
Tongkol, Tenggiri.)
127.721,00
ton/tahun
2.
Ikan Pelagis Kecil (Kembung, Sarden, Selar.)
79.011,00
ton/tahun
3.
Ikan Demersal (Ikan Karang)
62.950,00
ton/tahun
4.
Udang (Udang Barong/Lobster)
587,80
ton/tahun
270.269,80
ton/tahun
500.654
ekor/tahun
Jumlah
5.
Ikan Hias
Sumber : DKP Kab. Kepulauan Mentawai, 2014
3.3. Perikanan Tangkap
A. Alat dan Armada Tangkap
Bila dilihat dari jenis alat tangkap
yang dioperasikan oleh nelayan, maka
sebagian besar jenis alat tangkap yang
digunakan oleh nelayan Kabupaten
Kepulauan Mentawai adalah jaring
insang yaitu 580 unit atau sekitar
97,48 % dari total alat tangkap yang
4
ada, yaitu 595 unit. Untuk lebih
jelasnya jumlah alat tangkap menurut
jenisnya di masing-masing kecamatan
Kabupaten
Kepulauan
disajikan pada Tabel 2.
Mentawai
Tabel 2. Jenis Alat Tangkap Menurut Kecamatan Tahun 2012.
No
Kecamatan
Pukat
Tepi
-
Jenis Alat Tangkap ( Unit )
Jaring
Pacing
Payang
Bagan
Insang
Tonda
25
-
Lainnya
-
1.
Pagai Selatan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Sikakap
Pagai Utara
Sipora Selatan
Sipora Utara
Siberut Selatan
Siberut Barat Daya
Siberut Tengah
-
-
85
75
-
2
-
-
-
-
60
25
80
30
40
-
2
5
6
-
-
9.
10.
Siberut Utara
Siberut Barat
-
-
105
55
-
-
-
2012
-
-
480
-
15
-
2011
-
-
-
-
-
-
2010
10
-
167
-
-
1.573
2009
11
-
420
-
-
1.916
2008
18
Sumber : BPS Kab. Kepulauan Mentawai, 2013.
293
-
25
-
Jumlah
Berdasarkan data dari BPS
Kabupaten
Kepulauan
Mentawai
(2013), jumlah armada tangkap yang
ada
di
Kabupaten
Kepulauan
Mentawai adalah 2.891 unit, yang
terdiri dari 2.086 unit (72,16 %)
perahu tanpa motor, 798 unit (27,60
%) motor tempel dan 7 unit (0,24 %)
kapal motor. Bila dilihat dari jenis
armada yang dimiliki oleh nelayan, ini
menunjukan bahwa jangkauan areal
penangkapan nelayan
Kabupaten
Kepulauan Mentawai masih sangat
terbatas, yaitu sebagian besar (99,76
%) kurang dari 4 (empat) mil, dan
hanya 0,24 % yang dapat melakukan
penangkapan sampai 4 (empat) mil.
Jumlah armada tangkap menurut
jenisnya di masing-masing kecamatan
disajikan pada Tabel 3.
5
Tabel 3. Jumlah dan Jenis Armada Tangkap Menurut Kecamatan Tahun 2012.
No
Kecamatan
1.
Pagai Selatan
2.
Sikakap
3.
Perahu Tanpa Motor
Kecil Sedang Jumlah
101
101
Motor
Tempel
Kapal
Motor
Jumlah
20
-
121
34
260
294
150
2
446
Pagai Utara
158
121
279
50
-
329
4.
Sipora Selatan
100
97
197
90
-
287
5.
Sipora Utara
150
157
307
120
5
432
6.
Siberut Selatan
86
175
261
105
-
366
7.
Siberut Barat Daya
36
-
36
36
-
72
8.
Siberut Tengah
47
-
47
47
-
94
9.
Siberut Utara
113
195
308
155
-
463
10.
Siberut Barat
248
8
256
25
-
281
2012
1.073
1.013
2.086
798
7
2.891
2011
289
840
1.129
538
44
2.840
2010
484
45
529
273
56
1.387
2009
1.133
48
1.181
492
16
2.870
2008
541
336
Sumber : BPS Kab. Kepulauan Mentawai, 2013.
877
343
26
2.123
3.4. Spesifikasi dan Kontruksi Alat
Tangkap Gill Net Dasar
Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa spesifikasi alat tangkap gill net
dasar monofilament terdiri dari talitemali (tali pelampung, tali ris atas, tali
ris bawah dan tali pemberat), dalam
penelitian ini digunakan satu unit alat
tangkap Gill Net Dasar dengan
panjang jaring 52 m, jumlah mata
jaring 1.250 mata dan dalam jaring
3,75 m, jumlah mata jaring ke arah
dalam 50 mata. Ukuran mata jaring 3″
(7,5 cm), nomor benang 100.
Spesifikasi Alat Tangkap Gill Net
dapat dilihat pada Tabel 4.
Jumlah
6
Tabel 4. Spesifikasi Bahan Kontruksi Alat Tangkap Gill Net Dasar
No
Bagian
Kontruksi
Spesifikasi/piece
1
Badan Jaring
2
Tali Ris Atas
3
Tali Ris Bawah dan Tali Pemberat
4
Tali Pela.mpung
5
Pelampung
6
Pemberat
7
Jangkar
8
Pelampung Tanda
-
Bahan Monofilament Berwarnah Putih
Jumlah Mata Jaring ke arah Dalam 50
mata
Jumlah Mata Jaring ke arah Panjang
1.250 mata
No Benang 100
Shortening 44,53 %
Panjang 93,75 m (sebelum dirakit)
Panjang 52 m (sesudah dirakit)
Dalam 3,75 m
Ukuran Mata 3″ (7,5 cm)
Bahan PE
Warna Biru
Ø = 4 mm
Panjang 52 m
Pilinan 3/z
Bahan PE
Warna 2 macam (merah,hitam)
Ø = 3 mm
Panjang 52 m
Pilinan 3/z
Bahan PE
Warna Biru
Ø = 4 mm
Panjang 52 m
Pilinan 3/z
Bahan Karet Sendal
Warna (biru,hitam,merah,kuning,dll)
Panjang 5,5 cm
Jumlah 57 buah
Jarak pelampung 0,92 m
Bahan Timah warna hitam
Ø = 0,6″
Panjang 1,5 cm
Jumlah 325 buah
Jarak pemberat 0,16 m
Bahan dari material batu
Berat 10 kg
Panjang 30 cm
Warna hitam
Jumlah 2 buah (kanan dan kiri)
Jumlah 2 buah
Bahan (gabus putih dan kara/plastik)
Panjang (30 cm kara/plastik dan 15 cm
gabus)
Sumber : Hasil Penelitian 2014.
7
3.5. Shortening
Supaya ikan-ikan mudah terbelit pada
mata jaring dan supaya ikan tersebut tidak
mudah lepas dari mata jaring, maka pada
jaring perlulah diberikan shortening yang
cukup. Yang dimaksud dengan shortening
dalam hal ini dapat dijelaskan dengan “
pengerutan”, yaitu beda panjang tubuh
jaring dalam keadaan tegang sempurna
(stretch) dengan panjang jaring setelah
diletakkan pada tali ris atas maupun tali ris
bawah, disebutkan dalam persen (%),
besarnya shortening pada gill net berkisar
antara 30 – 50 % (Sadhori, 1985).
L-l
S=
× 100 %
L
Dimana :
S = Shortening
L = Panjang Sebelum
Dirakit
I = Panjang Sesudah Dirakit
L-l
S=
× 100 %
L
S =
93,75 – 52
x 100 %
93,75
Dengan Perhitungan :
- Mata Jaring
= 1.250 mata
- Panjang
= 52 m
- Mata dalam
= 50 mata
- Dalam
= 3,75 m
- Mesh Size
= 3″ = 7,5 cm
S = 44,53 %
3.6. Sarana Pendukung
Transportasi yang digunakan dalam
pengoperasian alat tangkap gill net dasar
ini adalah perahu motor yang bekapasitas
Sudirman dan Mallawa (2004),
menyatakan bahwa untuk gill net yang
ikannya tertangkap secara terjerat, nilai
shortening begerak sekitar 30 – 40 % dan
untuk yang tertangkapnya ikan secara
terbelit maka nilai shortening bergerak
sekitar 35 – 60 %.
sedang untuk menunjang dalam trip
penangkapan. Deskripsi perahu alat
tangkap gill net dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Deskripsi Perahu Alat Tangkap Gill Net
No Bagian
1
Badan Perahu
2
Mesin
Deskripsi
Panjang
Lebar
Dalam
Draff
Merek
Yamaha
Mesin Tempel
Volume
7,29
8,9
50
34
-
Satuan
Meter
Cm
Cm
Cm
-
5
PK
Sumber : Hasil Penelitian 2014.
8
Jumlah Anggota
Banyak tenaga kerja atau anggota
dalam satu unit penangkapan adalah
berkisar 2-3 orang, dimana pembagian
tugas masing-masingnya adalah sebagai
berikut :
a. Operator 1 orang, dimana tugasnya
sebagai juru mudi sekaligus bertanggung
jawab menentukan lokasi penangkapn,
keselamatan
dalam
trip
operasi
penangkapan,
dan
menarik
jaring
(hauling).
b. Anggota 2 orang, dimana tugasnya
macam-macam diantaranya adalah buang
jangkar,
pasang jaring (setting) dan
menarik jaring (hauling).
Samsudin dalam Martasuganda
(2002), menyatakan bahwa kapal bottom
gillnet termasuk ke dalam kelompok kapal
dengan metode pengoperasian static gear
(kapal dengan alat tangkap yang
dioperasikan secara statis). Ada dua jenis
kapal
yang
digunakan
dalam
pengoperasian bottom gillnet yaitu dengan
motor tempel (12-25 PK), ukuran: panjang
6,7 m, lebar 1,5 m, dalam 0,5 m, jaring 14
tinting (pieces) dengan motor dalam (6,518 PK), ukuran: panjang 7,5 m, lebar 2 m,
dalam 1 m, jaring 20-25 tinting.
3.7. Metode Penangkapan
Metode penangkapan pada alat
tangkap gill net
adalah secara pasif
dikakukan pada siang dan malam hari
tanpa bantuan cahaya, yang menjadi tujuan
penangkapan
adalah
ikan
yang
menghampiri dan terbelit pada jaring. Pada
daerah penelitian, pengoperasian alat
tangkap gill net juga dilakukan dengan
cara melingkari tempat dimana ada
gerombolan ikan yang menjadi tujuan
utama penangkapan pada saat pasang
sedang dalam pada saat itulah alat tangkap
gill net diturunkan. Setalah itu, jika pasang
telah surut ikan secara otomatis pasti akan
terjerat dan terbelit pada alat tangkap gill
net tersebut, dan tempat ikan sedang
menyambar-nyambar ditandai dengan
adanya burung yang beterbangan.
Dalam pengoperasian alat tangkap gill net
ada dua tahap yaitu : penurunan alat
tangkap (setting) dan penarikan alat
tangkap (hauling).
a. Setting
Setelah menentukan daerah fishing
ground, sebelum menurunkan alat tangkap
posisi perahu ditempatkan sedemikian
rupa. Waktu setting dilakukan pada saat
setelah melihat sasaran ikan yang akan di
tangkap yakni waktu penangkapan
tergantung pada situasi dan kondisi setelah
sampai pada daerah fishing ground ini jika
pengoperasian pada siang hari, sedangkap
pada saat hauling di pagi hari setting
dilakukan pada pukul 17.00 WIB sampai
pukul 18.00 WIB. Bagian alat tangkap
yang
pertama
diturunkan
adalah
pelampung tanda, kemudian jaring yang
adanya pemberat tambahan batu pertama,
sampai jaring yang terakhir dengan adanya
pemberat tambahan batu terakhir dilepas
ke laut, penurunan jaring dengan
kecepatan 1-3 knot.
Setelah semua jaring diturunkan dan telah
terentang
dengan
sempurna,
lalu
dibiarakan dalam air alat tangkap gill net
tersebut dalam jangka waktu tertentu dan
biasanya 2-5 jam. Nelayan pada saat habis
setting biasanya
pergi
berlindung/
mendarat di pantai terdekat ataupun
melakukan kegiatan lain yaitu memancing
dan menyelam.
9
b. Hauling
Setelah dibiarkan selam 1-5 jam, maka
nelayan tersebut melakukan penarikan alat
tangkap (hauling). Bagian alat tangkap
yang pertama diangkat adalah pelampumg
tanda, disusul dengan tali slambar
kemudian jaring samapi jaring yang
terakhir ditandai dengan pemberat
tanbahan yang terakhir sambil alat tangkap
tersebut disusun dengan rapi pada posisi
semula untuk memudahkan pengoperasia
kembali alat tangkap tersebut. Pada saat
hauling, ikan yang terbelit pada alat
tangkap akan diambil dan diberikan
ditempat
yang
sudah
disediakan
sebelumnya, dan dalam penarikan jaring
harus dilakukan dengan cara hati-hati
karena yang tersangkut/terbelit pada jaring
tidak saja ikan namun ada juga batu karang
yang bisa merobekkan badan jaring itu
sendiri.
Sebelum pengoperasian alat tangkap
gill net dimulai, semua peralatan harus
dipersiapkan dengan teliti. Jaring harus
disusun di atas perahu dengan rapi dan
baik, sehingga mempermudah menurunkan
(setting) jaring. Sehingga dengan demikian
alat tangkap gill net dapat disusun di atas
perahu pada :
a. Penyusunan jaring di dalam perahu
sebelum penurunan jaring (setting)
Letak jaring
b. Penyusunan jaring selesai penarikan
(hauling) di dalam perahu
Letak Jaring
3.8. Daerah Penangkapan
Daerah Penangkapan alat tangkap gill
net dasar dioperasikan di perairan Tuapejat
Kecamatan Sipora Utara Kabupaten
Kepulauan Mentawai. Gill net dipasang di
daearah yang tidak deras arusnya pada
kedalam perairan yang disesuaikan dengan
alat tangkap gill net tersebut. Jarak
penangkapan alat tangkap gill net berkisar
0,5-1,0 mil dari pantai dan waktu yang
dibutuhkan mencapai lokasi penangkapan
atau fishing ground sekitar 15-30 menit
dengan kecepatan 2-3 knot karena jarak
daerah penangkapan dengan tempat
pendaratan yang tidak terlalu jauh dengan
kedalaman fishing ground berkisar anatar
4-5 meter dari dasar permukaan laut
dengan sasaran ikan yang akan ditangkap
yaitu ikan pelagis dan ikan demersal.
Dalam menentuan daerah penangkapan
ada beberapa hal yang harus diperhatikan
diantaranya terlindung gelombang besar,
arus tidak terlalu kuat, arah arus beraturan
dan dasar perairan tersebut berpasir, tidak
ada batu karang yang akan menyangkut
alat tangkap atau sejenisnya.
10
Elsafander
(2012),
menyatakan
bahwa daerah pengoperasian jaring insang
dasar ini yang dilakukan oleh nelayan
Desa Nipah Sendanu yaitu disekitar depan
Pulau Rangsang dan bahkan sampai di
belakang Pulau Menggung yang jaraknya
cukup jauh dari pantai Nipah Sendanu.
3.6. Jenis Ikan Hasil Tangkapan
Jenis ikan hasil tangkapan adalah ikan
belanak (Mugil cephalus), ikan baronang
(Siganus argenteus), ikan kuwe (Caranx
melampygus), ikan kerapu (Cephalopholis
argus), ikan biji nangka (Mulloidichthys
pfluegeri),
ikan
omo
(Kyphosus
cinerascens), ikan kakap (Lutjanus
gibbus).
Elsafander
(2012),
menyatakan
bahwa hasil tangkapan yang diperoleh
dalam sekali penangkapan sekitar 5-10 Kg
bahkan ada yang sampai 35 Kg jika tepat
pada
musimnya.
Dalam
sekali
pengoperasian nelayan melakukan 1-2 kali
setting yang mana ikan hasil tangkapan
jaring ini langsung dijual kepada
masyarakat di pelabuhan, dan jika tidak
habis ikan di jual dengan cara keliling
kampung. Adapun ikan-ikan
yang
tertangkap oleh alat tangkap Gillnet oleh
nelayan Desa Nipah Sendanu adalah :
Lomek ( Harpondon sp ), Biang (Setipinna
sp ), Tenggiri ( Cybium commersoni ),
Duri ( Arius maculatus).
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian Studi
Perikanan Gill Net Dasar di Kecamatan
Sipora Utara Kabupaten Kepulauan
Mentawai didapatkan beberapa
kesimpulan antara lain :
1. Alat tangkap gill net dasar beroperasi
pada peraiaran Tuapejat Kecamatan Sipora
Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai,
dengan panjang jaring 52 M, jumlah mata
jaring ke arah panjang 1.250 mata, dan
dalam jaring 3,75 M, jumlah mata jaring
ke arah dalam 50 mata. Ukuran mata jaring
3″ (7,5 cm), shortening adalah 44,53 %,
nomor benang 100, jenis bahan nylon
monofilament, dengan jumlah pemberat
sebanyak 325 buah dengan jarak pemberat
satu dengan yang lain adalah 0,16 meter
serta 57 buah pelampung dengan jarak
pelampung satu dengan pelampung yang
lain adalah 0,92 meter. Perahu gill net
dasar yang digunakan di Kecamatan Sipota
Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai
mempunyai ukuran panjang total (LOA)
7,29 meter, lebar total (BOA) 0,89 meter,
dalam 0,50 meter, draft 0,34 meter dan
bahan utama adalah kayu. Mesin
penggerak yang digunakan adalah jenis
mesin tempel merek Yamaha dengan
tenaga 5 PK.
2. Alat
tangkap gill
net
dasar
dioperasikan diperairan di daerah pantai,
teluk dan di daerah yang tidak terlalu deras
arusnya dimana cara penangkapannya ada
yang dilakukan setting dengan cara
melingkar langsung gerombolan ikan dan
ada juga yang setting langsung di fishing
ground yang diduga dan diyakini memiliki
potensi ikan yang banyak.
3. Jarak penangkapan alat tangkap gill
net berkisar 0,5-1,0 mil dari pantai dan
waktu yang dibutuhkan mencapai lokasi
penangkapan atau fishing ground sekitar
15-30 menit dengan kecepatan 2-3 knot
karena jarak daerah penangkapan dengan
tempat pendaratan (fishing base) yang
tidak terlalu jauh dengan kedalaman
fishing ground berkisar anatar 4-5 meter
dari dasar permukaan laut dengan sasaran
ikan yang akan ditangkap yaitu ikan
pelagis dan ikan demersal.
11
4. Jenis ikan hasil tangkapan adalah ikan
belanak (M. cephalus), ikan baronang (S.
argenteus), ikan kuwe (C. melampygus),
ikan kerapu (C. argus), ikan biji nangka
(M. pfluegeri), ikan omo (K. cinerascens),
ikan kakap (L. gibbus). Selain ikan hasil
tangkapan pada saat penelitian juga
tertangkap
beberapa
sumberdaya
perikanan yang lain dalam jumlah kecil
dan tidak/belum memiliki nilai ekonomis
seperti ikan Kakak Tua (C. sordidus) dan
ikan Kuro (P. octonemus) dan ikan talangtalang (C. tala).
4.2. Saran
Diharapkan kepada Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Kepulauan
Mentawai dan instansi/lembaga yang
terkait dapat memperhatikan nelayan gill
net dimana perlunya meningkatkan
kegiatan penangkapan yang lebih banyak,
tenaga kerja yang lebih terampil serta
adanya bimbingan/penyuluhan terhadap
nelayan dari instansi-instansi terkait.
Untuk mencapai tujuan itu, dapat
dilakukan dengan cara memperbaiki alat
penangkapan yang telah ada atau mencari
metode yang tepat untuk meningkatkan
efisiensi usaha penangkapan tersebut
sehingga dapat meningkatkan produksi dan
pendapatan nelayan.
DAFTAR PUSTAKA
Elsafander, 2012. Studi Konstruksi Alat Tangkap Jaring Insang (Gill Net) di Desa Nipah
Sendanu Kecamatan
Tebing Tinggi Timur KepulauanMeranti Provinsi Riau.
http://portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewjournal&journal=4715.
Kamal. E, 2007. Bahan dan Alat Penangkapan Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Bung Hatta, Padang. 104 Halaman.
Lusitamailiana, 2011. Jaring Insang Dasar (Bottom Gill Net).
https://lusitameilana123.wordpress.com/2011/10/31/11/
Martasuganda, 2002. Jaring Insang Dasar. http://purseseine.blogspot.com/2011/02/jaringinsang.html.
Sadhori, S. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Penerbit Angkasa
Sudirman dan Mallawa, 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Penerbit Rineka Cipta
Soenarno, 2007. Teknik Penangkapan Ikan. Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan,
Banyuwangi.
Zaelani, A. 2013. Kontruksi Jaring Insang.
http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/2013/06/konstruksi-jaring-insang.html
12
13
Download