Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Investasi
2.1.1
Pengertian dan Tujuan Investasi
Definisi Investasi menurut Jogiyanto H.M (2000;5) adalah:
“ Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di
dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu.”
Sedangkan menurut eduardus tendelilin (2001;3)
“Investasi atau komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan di masa datang.”
Secara
sederhana
investasi
dapat
diartikan
sebagai
suatu
kegiatan
menempatkan dana pada satu atau lebih aset selama periode tertentu dengan harapan
dapat memperoleh penghasilan dan/atau peningkatan nilai investasi.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka memegang kas atau uang tunai bukan
merupakan investasi karena kas tidak memberi penghasilan dan nilainya akan turun
jika terjadi inflasi. Sebaliknya menempatkan kas pada tabungan di bank merupakan
investasi karena tabungan memberikan penghasilan (return) dalam bentuk bunga.
Demikian pula pembelian saham merupakan investasi karena saham memberikan
penghasilan dalam bentuk deviden, serta nilainya dapat diharapkan meningkat di
masa yang akan datang.
Proses investasi meliputi pemahaman dasar keputusan investasi bagaimana
mengorganisir aktivitas-aktivitas dalam keputusan investasi. Hal yang mendasar
dalam proses investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan
dan risiko dari suatu investasi.
Pengertian investasi diatas jelas menunjukan bahwa tujuan investasi adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan kita (investor), baik sekarang maupun di masa
yang akan datang.
10
11
2.1.2
Jenis-jenis Investasi
2.1.2.1 Aset Nyata dan Aset Keuangan
Aset pada dasarnya dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu aset nyata (real
assets) dan aset keuangan (financial assets). Aset nyata dapat dilihat secara fisik,
seperti property (tanah, gedung, real estate, dll), dan logam mulia (emas, berlian, dll).
Sedangkan aset keuangan merupakan klaim terhadap pihak tertentu seperti
perusahaan. Klaim tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk sertifikat atau kertas
berharga yang menunjukan kepemilikan aset keuangan tersebut.
Kaitan antara aset nyata dan aset keuangan adalah sebagai berikut: perusahaan
menggunakan aset nyata seperti pabrik dan mesin untuk memperoleh penghasilan.
Penghasilan tersebut kemudian dibagikan kepada pemodal sesuai dengan kepemilikan
aset keuangannya di perusahaan. Dengan demikian penghasilan yang diterima
pemegang aset keuangan sangat tergantung pada penghasilan yang diperoleh dari
pemakaian aset nyata oleh perusahaan yang mengeluarkan aset keuangan tersebut.
2.1.2.2 Investasi Langsung dan Tidak Langsung
Pemodal dapat melakukan kegiatan investasi secara langsung maupun tidak
langsung. Pemodal dikatkan melakukan investasi langsung apabila ia membeli dan
memiliki aset keuangan secara langsung, seperti membeli saham perusahaan.
Sebaliknya investasi dilakukan secara tidak langsung apabila pemodal membeli kertas
berharga yang menunjukan kepemilikan atas suatu perusahaan investasi, yang
selanjutnya perusahaan investasi tersebut membeli sekumpulan atau portofolio aset
keuangan atas nama pemodal tersebut.
Keuntungan investasi tidak langsung dibandingkan dengan investasi
langsunga adalah bahwa dengan dana yang terbatas pemodal dapat memiliki suatu
portofolio yang terdiversifikasi karena portofolio tersebut terdiri dari puluhan bahkan
ratusan investasi. Dalam investasi, konsep diversifikasi menjadi sangat penting karena
pemodal dapat meningkatkan penghasilan (return) yang diharapkan dan pada saat
yang sama tetap dapat mempertahankannya bahkan mengurangi risiko yang
dihadapinya. Manfaat lainnya adalah bahwa pengelolaan dana investasinya, sehingga
apabila tidak memiliki pengetahuan yang cukup, maka keputusan investasinya bisa
tidak optimal yang pada akhirnya akan merugikan pemodal itu sendiri.
12
2.2
Perusahaan Terbuka (Go Public)
Perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai operasinya. Dana dapat
diperoleh dari modal pemilik atau pinjaman dalam bentuk hutang. Sumber pendanaan
lain yang dapat diperoleh oleh sebuah perusahaan adalah dengan melakukan
penawaran umum kepada masyarakat yang biasa disebut go public atau Initial Public
Offering (IPO). Menurut SK Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
Nomor : KEP/03/PM/1995, yang dapat melakukan penawaran umum adalah
perusahaan yang telah mengajukan pernyataan pendaftaran kepada BAPEPAM untuk
menjual atau menawarkan efek kepada masyarakat, dan telah memenuhi semua
persyaratan yang ditentukan.
Perusahaan yang akan melakukan penawaran umum di Indonesia pada
dasarnya melalui prosedur yang ditunjukan pada gambar 2.1. Pertama , perusahaan
(emiten) tersebut, dengan bantuan profesional dan lembaga pendukung pasar modal,
akan menyiapkan bebbagai dokumentasi serta persyaratan yang diperlukan untuk go
public.
1
2
Profesional dan
Lembaga Pendukung
Pasar Modal
EMITEN
BAPEPAM
3
Pasar
Perdana
4
Gambar 2.1 Proses Penawaran Publik di Pasar Perdana
Sumber : Jakarta Stock Exchange,. Fact Book 1996
1. Profesional dan lembaga pendukung pasar modal membantu emiten dalam
menyiapkan dokumen penawaran publik.
2. Emiten menyerahkan Pernyataan Pendaftaran kepada BAPEPAM
3. Penyataan Pendaftaran dinyatakan efektif oleh BAPEPAM
4. Emiten, Profesional, dan lembaga pendukung melakukan penawaran
publik pada pasar perdana.
13
Salah satu profesional pendukung pasar modal yang memegang peranan
penting adalah underwriter. Underwriter atau penjamin emisi membantu perusahaan
dalam proses go public, mulai dari menentukan harga perdana hingga memasarkan
efek yang ditawarkan kepada calon investor. Profesional dan lembaga-lembaga lain
yang terkait dengan penawaran publik antara lain adalah akuntan public, notaris,
konsultan hukum, trustee (untuk penjualan obligasi), dan guarantor. Setelah semua
dokumen lengkap, maka emiten akan menyerahkan pernyataan perdaftaran
(registration statement) kepada Bapepam. Setelah bapepam mempelajari dan
mengevaluasi aplikasi, maka emiten dapat melakukan penawaran umum.
Salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan adalah apabila saham
perusahaan tersebut dicatat dan diperdagangkan di pasar modal. Ada beberapa alasan
mengapa perusahaan ingin go public dan menjual sahamnya kepda masyarakat, antara
lain:
1. Meningkatkan modal dasar perusahaan
2. Memungkinkan pendiri untuk diversifikasi usaha
3. Mempermudah usaha pembelian perusahaan lain (akuisisi)
4. Nilai perusahaan, dapat dilihat dari harga sahamnya di pasar
sekunder.
Perusahaan yang beroperasi sebagai perusahan publik pada dasarnya harus
siap dengan berbagai konsekuensi dan permasalahannya, yaitu memenuhi ketentuan
yang berlaku dalam perundang-undangan beserta aturan pelaksanaan yang
mengikutinya. Sebagai perusahaan publik, para pemilik lama ataupun para pendiri
harus menerima keterlibatan pihak-pihak lain dalam perusahaan yang didirikannya.
Sebagaimana yang diwajibkan oleh Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1548/KMK.013/1990, perusahaan publik harus memenuhi beberapa kesanggupan,
yaitu:
1. Keharusan untuk keterbukaan (full disclosure)
Indikator pasar modal yang sehat adalah transparansi atau keterbukaan.
Sebagai perusahaan publik yang sahamnya dimiliki oleh masyarakat, harus
menyadari keterbukaan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Oleh
karena itu emiten harus memenuhi persyaratan keterbukaan dalam berbagai
aspek sesuai dengan kebututha pemegang saham dan masyarakat serta
peraturan yang berlaku. Dari segi lain, masalah keterbukaan bukanlah
semata-mata tanggung jawab emiten saja, akan tetapi akuntan publik ikut
14
memikul tanggung jawab mengenai keterbukaan, khususnya kecukupan
disclosure yang dimuat dalam laporan keuangan yang diperiksa.
2. Keharusan untuk memberi laporan
Emiten sebagai perusahaan publik wajib menyampaikan laporan rutin
maupun laporan lain jika kejadian kepada BAPEPAM dan BEJ. Laporan
yang disampaikan emiten kepda bursa, khususnya laporan adanya kejadian
penting, secepatnya akan dipublikasikan oleh bursa kepada masyarakat
pemodal melalui pengumuman di lantai bursa maupun melaui papan
informasi. Masyarakat pemodal dapat memperoleh langsung informasi
tersebut ataupun melaui perusahaan pialang. Karena sebagian investor tidak
memiliki akses informasi langsung kepada emiten, maka investor sangat
tergantung kepada informasi tersebut.
3. Perubahan hubungan dari informal ke formal
Sebelum go public, manajemen tidak mempunyai kewajiban laporan apapun,
tetapi sesudah go public manajemen harus mempunyai komunikasi dengan
pihak luar, misalnya BAPEPAM, akuntan publik, dan stakeholder.
Hubungan-hubungan tersebut merupakan aturan yang dapat digunakan oleh
semua pihak yang membutuhkan tersebut.
4. Kewajiban membayar deviden
Investor membeli saham karena mengharapkan ada keuntungan, dalam hal
ini deviden yang dibagikan setiap periode. Perusahaan menjual saham
dengan konsekuensi harus memenuhi tujuan investor. Apabila hal tersebut
tidak dipenuhi mkaa kredibilitas perusahaan akan turun. Oleh karena itu
manajemen perusahaan bekerja keras untuk meyakinkan para investor, yang
selanjutnya berkewajiban membayar deviden secara teratur dan konstan atau
naik.
5. Berusaha meningkatkan pertumbuhan perusahaan
Selain kewajiban membayar deviden, perusahaan harus menunjukan
kemampuannya untuk bertahan dalam dunia persaingan, selanjutnya
berusaha keras memenangkan persaingan. Disamping itu, perusahaan harus
mencapai titik yang optimal supaya dapat membagi deviden yang memadai,
disamping dapat melakukan investasi secara fisik sesuai dengan lingkungan
bisnis.
15
2.3
Saham
Pengertian saham menurut Bambang Riyanto (1995;240)
“Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atas peserta dalam suatu
Perseroan Terbatas.”
Saham (shares) adalah surat bukti pemilikan bagian modal atau tanda
penyertaan modal pada perseroan terbatas yang memberi hak atas dividen dan lainlain menurut besar kecil modal disetor. Wujud dari saham adalah selembar kertas
yang menerangkan pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan kertas tersebut. Kelebihan memiliki saham biasa adalah kemampuannya
memberikan keuntungan yang tidak terhingga. Tidak terhingga ini bukan berarti
keuntungan investasi saham tidak terbatas besarnya. Tetapi, bergantung pada
perkembangan
perusahaan
penerbitnya.
Bila
perusahaan
penerbit
mampu
menghasilkan laba yang besar, maka ada kemungkinan para pemegang sahamnya kan
menikmati keuntungan yang besar juga. Karena dengan laba yang besar itu, bisa
diharapkan tersedia dana yang besar untuk dibayarakan sebagai deviden. Di samping
mendapatkan penghasilan dari deviden, pemilik saham juga ada kemungkinan
mendapatkan penghasilan dari capital gain.
2.3.1
Jenis-jenis Saham
Ada dua bentuk saham, yaitu saham biasa (common stock) dan saham
preferensi (preferred stock). Masing-masing bentuk saham tersebut memberi hak atau
keuntungan yang berbeda kepada pemegang saham.
2.3.1.1 Saham Biasa (common stock)
Dalam undang-undang perseroan yang berlaku di Indonesia, diatur hak dan
kewajiban hukum para pemegang saham dalam bentuk saham biasa. Berdasarkan
undang-undang tersebut, saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah
perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas atau yang biasa disebut emiten. Saham
menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah pemilik sebagian dari perusahaan.
Ada dua jenis saham biasa, yaitu saham atas nama dan saham atas unjuk.
Saham atas nama yaitu saham yang nama pemiliknya tertera di atas saham tersbut.
Sedangkan pada saham atas unjuk, nama pemiliknya tidak tetera di atas saham, tetapi
pemilik saham adalah pemegang saham, sehingga pemilik saham adalah yang
menyimpan saham tersebut, dan mendapat seluruh hak-hak pemegang saham.
16
Pada saat ini, saham-saham yang diperdagangkan di Indonesia adalah saham
atas
nama.
Untuk
itu,
pembeli
saham
harus
segera
mendaftarkan
dan
mengadministrasikan saham tersebut atsa nama pembeli. Sebab, apabila belum
terdaftar, maka pembeli saham tersebut tidak mendapat seluruh hak-hak sebagai
pemegang saham.
Hak-hak yang dimiliki oleh pemegang saham adalah:
1. Semua pemegang saham mempunyai suara pada Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) tahunan. Ketentuannya adalah satu saham satu suara, jadi
besar kecilnya suara pemegang saham kepada banyakya saham yang
dimilikinya
2. Pemegang saham mempunyai wewenang untuk memilih direktur
perusahaan. Direktur adalah orang yang mewakili pemegang saham tetapi
idak
terlibat
dalam
operasional
sehari-hari.
Direktur
perusahaan
bertanggung jawab memilih manajer perusahaan.
3. Mempunyai hak terlebih dahulu untuk membeli saham pada perusahaan
yang bersangkutan sebelum dibeli oleh investor baru. Oleh karena itu,
pemegang saham memiliki hak untuk mempertahankan proporsi pemilikan
perusahaan.
4. Pemegang saham diberi hak atas laba bersih perusahaan sebagai hasil daan
ayang diinvestasikan. Hak atas laba dibagikan kepada seluruh pemegang
saham berdasarkan jumlah saham yang dikuasainya. Pembagian laba
berbentuk dividen, dimana dividen dapat berupa dividen tunai atau dividen
saham.
5. Pemegang saham mempunyai hak melihat atau mengetahui hasil RUPS
dan daftar pemegang saham perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk
mencegah adanya manipulasi daftar para pemegang saham atau adanya
oenggantian terhadap hal-hal lainnya yang sudah disepakati dalam rapat
umum pemegang saham.
6. Pemegang saham biasa mempunyai akses yang tidak terbatas untuk
mengetahui pembukuan keuangan kecuali dibatasi oleh keadaan tertentu.
7. Pada kasus likuidasi perusahaan, pemgang saham biasa kan diberi hak
untuk dibayar setelah semua kreditur dan pemegang saham preferensi
dibayar.
17
8. Pada saat likuidasi, tanggung jawab pemegang saham terhadao kewajiban
perusahaan hanya sebesar saham yang dimilikinya atau sebesar modal yag
ditanam. Apabila perusahaan kehabisan kekayaan untuk menutup
kewajibannya, hal ini menjadi tanggung jawab manajemen perusahaan.
2.3.1.2 Saham Preferensi (Preferred Stock)
Saham preferensi adalah jenis saham lain sebagai alternatif saham biasa.
Disebut preferensi karena pemegang saham preferensi memiliki keistimewaan di atas
pemegang saham biasa, untuk hal-hal tertentu yang diperjanjikan saat emisi saham.
Keistimewaan ini bervariasi antara satu emiten dengan emiten lain. Perusahaan yang
menerbitkan saham preferensi mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi
keistimewaaan pemegang saham preferensi tersebut. Keistimewaan tersebut tidak
dapat digeneralisasi, dan tidak akan sama pada setiap saham preferensi. Namun
demikian ada bebrapa kemiripan yang berlaku untuk setiap saham preferensi yaitu
setiap pemegang saham preferensi menerima deviden terlebih dahulu dibanding
dengan pemegang saham biasa.
Pemegang saham preferensi juga memiliki hak-hak yang melekat yang
disetujui dalam suatu kontrak degan manajemen. Hak-hak pemegang saham
preferensi adalah sebagai berikut:
1. Masing-masing pemegang saham preferensi berhak mendapatkan dividen
yang ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu penegang
saham dan manajemen.
2. Dalam hal pembagian dividen, pemegang saham preferensi mempunyai
hak untuk menerima dividen terlebih dahulu sebelim dividen pemegang
saham biasa dibayarkan.
3. Pada kasus likuidasi, pemegang saham preferensi mempunyai hak klaim
terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa.
4. Pemegang saham preferensi tidak mempunyai hak suara. Walaupun
pemegang saham preferensi diperbolehkan hadir dalam RUPS, akan tetapi
pemegang saham preferensi tidak mempunyai usara apapun untuk
mempengaruhi segala kebijakan perusahaan.
18
2.3.2
Fungsi Saham
Menurut Bambang Riyanto (1995;241) fungsi saham biasa adalah:
1. Sebagai alat untuk membelajai perusahaan terutama sebagai alat untuk
memenuhi kebutuhan akan modal permanen,
2. Sebagai alat untuk menentukan pembagian laba,
3. Sebagai alat untuk mengadakan fusi atau kombinasi dari perusahaanperusahaan,
4. Sebagai alat untuk menguasai perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas maka fungsi saham bagi investor adalah sebagai alat
untuk menyalurkan dana sehingga mendapat keuntungan atau dapat menguasai
perusahaan, sedangkan bagi perusahaan adalah alat untuk mendapatkan modal dalam
menjalankan perusahaan tersebut.
2.3.3
Tujuan Pembelian Saham bagi Investor
Seorang investor dalam keputusannya untuk membeli saham memiliki dua
tujuan, yaitu:
1. Untuk menjadi pemilik perusahaan yang dibelinya, dengan
proporsi sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki, sehingga
memp[eroleh hak untuk mendapatkan dividen (investor jangka
panjang).
2. Untuk memperoleh capital gain, yaitu keuntungan yang diperoleh
ketika ia menjual kembali saham tersebut pada harga yang lebih
tinggi dari harga pada saat ia membelinya (investor jangka
pendek).
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan pembelian saham bagi investor adalah
untuk menguasai perusahaan ataupun memperoleh keuntungan pada saat menjual
saham tersebut.
2.3.4
Harga Saham
2.3.4.1 Penetapan Harga Saham
Analisis penetapan harga saham terdiri dari beberapa metode, pendekatan
umum yang digunakan dalam menetapkan harga suatu saham yaitu:
19
1. Analisis Fundamental
Faktor-faktor fundamental merupakan informasi yang berkenaan
dengan kondisi internal perusahaan, informasi ini dilihat melalui laporan
keuangan yang diterbitkan secara rutin oleh perusahaan.
Menurut Sharpe, Alexander and Bailey (1995;13), Pengertian analisis
fundamental adalah sebagai berikut:
“Analisis fundamental (fundamental analysis) dimulai dengan pernyataan
bahwa nilai intrinsik dari aset finansil sama dengan present value dari
semua aliran tunai yang diharapkan diterima oleh pemilik aset.”
Menurut Suad Husnan (1998;285) Menyatakan tentang analisis fundamental:
“Memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dapat dengan:
• Mengestimasi
faktor-faktor
fundamental
yang
mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang
• Menerapkan hubungan variable-variable tersebut sehingga
diperoleh taksiran harag saham.
Model ini sering disebut sebagai share price forecasting model.”
Analisis fundamental ini bertitik tolak dari anggaran dasar bahwa setiap
investor adalah mahluk yang rasional karena mereka menganggap adanya hubungan
antara harga saham dengan kondisi perusahan yang bersangkutan.
Argumentasi dasarnya jelas yaitu nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak
hanya nilai buku suatu saat tapi juga harapan akan kemampuan perusahaan dalam
meningkatkan nilai di kemudian hari.
Analisis ini dapat dipergunakan dalam menilai harga saham baik bagi
perusahaan yang akan menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal
maupun bagi perusahaan yang telah terdaftar di lantai bursa.
Penggunaan analisis rasio keuangan untuk menghitung harga saham menurut Wiliam
F.Sharpe, Gordon J.Alexander, Jeffery V.Bailey (1995;135) dapat digambarkan
sebagai berikut (Gambar 2.2):
20
Cakupan
Profitabilitas
ROE
EPS
Profit
Ekuiti
Profit
Shares
Harga
Saham
Profit
Sales
Operasi
EBIT
Margin
EBIT
Sales
Aset
Ekuiti
Ekuiti
Saham
Harga
EPS
ROA
Profit
Aset
Efisiensi
Profit
EBIT
Margin
Sales
DER
Sales
Aset
Nilai Buku
Perputaran
Rasio P/E (PER)
Sales
Tunai
Efisiensi
Produksi
Sales
Pengiriman
Sales
Inventory
Sales
Aktiva Tetap
Gambar 2.2 Penggunaan Ramalan Rasio untuk Menghitung Ramalan Harga Saham
Sumber : Wiliam F.Sharpe, Gordon J.Alexander, Jeffery V.Bailey, Investasi (1995)
2. Analisis Teknikal
Menurut Sharpe, Alexander and Bailey (1995;13) pengertian analisis teknikal
adalah:
“Meliputi studi harga pasar saham dalam upaya meramalkan gerakan
harga di masa datang untuk saham perusahaan tertentu.”
Jika aliran fundamentalis menekankan pada harga saham apakah itu
undervalue atau overvalue, aliran teknikalis ini berfokus pada waktu, dalam arti trend
naik atauturun.
2.3.4.2 Penilaian Saham
Secara teoritis, nilai suatu saham merupakan present value dari besarnya
dividen yang diharapkan oleh investor di masa yang akan datang. Present value
secara formal dapat dirumuskan sebagai berikut:
21
∑ Aruskas
(1 + r )
n
Nilai saham =
t =1
t
t
Dalam hal ini r adalah tingkat bunga atau tingkat keuntungan yang dipandang
layak bagi investasi tersebut. Untuk menggunakan rumus tersebut, analis perlu
menaksir:
a. tingkat keuntungan yang dipandang layak,
b. jumlah dan kapan arus kas tersebut akan diterima, dan
c. mengkombinasikan kedua informasi tersebut untuk menaksir nilai
intrinsik suatu saham dan membandingkannya dengan harga pasar
saat ini.
Untuk menaksir tingkat keuntungan yang dipandang layak, analis atau
pemodal perlu memasukan faktor risiko. Semakin besar risiko yang ditangggung
pemodal, semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang seharusnya diapndang layak.
Dengan kata lain, terdapat hubungan yang positif antara faktor risiko denga tingkat
keuntungan yang diisyaratkan pemodal. Nilai r disini dipengaruhi oleh tingkat
keuntungan bebas resiko ditambah dengan premi untuk risiko. Dengan kata lain,
r = Rf + Premi risiko
Dalam hal ini Rf adalah tingkat keuntungan (dari investasi) yang bebas risiko,
terdiri dari real estate of interest ditambah dengan premi untuk inflasi.
Sesuai dengan konsep tersebut maka r investasi pada saham akan lebih tinggi
dari tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan juga lebih tinggi dari r
untuk investasi pada obligasi.
Harga saham di atas merupakan expected stock price, yaitu harga saham yang
diharapkan oleh investor dan perusahaan. Namun pada kenyataannya, harga yang
terjadi di pasar (realized price) tidak selalu sama dengan expected price tersebut,
bahkan perbedaannya sangat besar. Hal ini dapat disebabkan karena dalam
perhitungan expected price hanya mempertimbangkan faktor mikro perusahaan,
sementara realized price dipengaruhi oleh faktor-faktor baik itu dari kinerja
perusahaan, kondisi ekonomi, maupun isu-isu yang terjadi di pasar.
22
2.3.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Menurut Keown yang dialihbahasakan oleh Chaerul D Djakman (1998;468)
harga saham bisa berubah-ubah dengan cepat, ada beberapa faktor yang bisa
menyebabkan perubahan harga saham tersebut, yaitu:
1. Harapan dan Prilaku Investor
Harga saham dapat dipengaruhi oleh harapan investor atau perkiraan
investor mengenai keputusan manajemen terhadap kebijakan devidennya..
2. Kondisi Keuangan Perusahaan
Nilai dari suatu perusahaan bisa dilihat dari harga saham perusahaan yang
bersangkutan di pasar modal. Kondisi perusahaan yang baik biasanya akan
meningkatkan minat investor untuk membeli saham sehingga harga saham
naik dan sebaliknya, jika kondisi perusahaan buruk juga akan
mempengaruhi harga saham.
3. Permintaan dan Penawaran
Harga saham biasanya berfluktuasi mengikuti kekuatan permintaan dan
penawaran di pasar modal. Fluktuasi harga saham mencerminkan seberapa
besar minat investor terhadap saham suatu perusahaan, oleh karena itu
harga saham setiap saat bisa berubah seiring dengan minat investor untuk
mendapatkan modalnya pada saham.
4. Tingkat Efisiensi Pasar Modal
Perubahan harga saham pada pasar modal yang efisien (pasar yang harga
sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan) adalah
acak (random). Apabila harga-harga selalu mencerminkan semua
informasi yang muncul (yaitu informasi yang tidak bisa diperkirakan
sebelumnya). Dengan demikian perubahan harga tidak bisa diperkirakan
sebelumnya.
Menurut Suad Husnan (1998;269) ada tiga bentuk pasar yang efisien,
yaitu:
•
Efisien yang lemah (Weak From Efficiency)
Bentuk efisien yang lemah yaitu keadaaan dimana harga-harga
mencerminkan semua informasi yang ada pada catatan harga di waktu
yang lalu.
23
•
Efisien setengah kuat (Semi Strong from Efficiency)
Bentuk efisien setengah kuat yaitu keadaan dimana harga-harga bukan
hanya mencerminkan harga-harga di waktu yang lalu, tetapi mjuga
semua informasi yang dipublikasikan.
•
Efisien kuat (Strong from Efficiency)
Bentuk efisien kuat yaitu keadaan dimana harga tidak hanya
mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan, tetapi juag
informasi yang diperoleh dari analisis fundamental tentang perusahaan
dan perekonomian.
5. Kondisi ekonomi dan politik pada umunya
Faktor ini akan mempengaruhi supply dan demand akan saham. Keadaan
ekonomi yang stabil dan situasi politik yang aman akan menarik minat
investor (terutama investor asing) untuk berinvestasi.
2.4
Pasar Modal
Undang-Undang Pasar Modal No.8 tahun 1995 memberikan pengetian Pasar
Modal yang lebih spesifik yaitu:
“Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran Umum dan
Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.”
Pada dasarnya, pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk
hutang ataupun modal sendiri. Di pasar modal diperjualbelikan instrumen keuangan
seprti saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagai produk turunan
(deriatif) seperti opsi (put atau call).
24
2.4.1 Jenis Pasar Modal
Menurut Jogiyanto (1998;13), terdapat empat jenis pasar modal, yaitu:
1. Pasar Primer (Primary Market), yaitu pasar modal yang menjual untuk
pertama kali saham dan sekuritas lainnya sebelum sekuritas tersebut
dicatatkan di Bursa Efek. Harga pasar di pasar modal ini ditentukan oleh
penjamin emiten (underwriter) dan perusahaan yang go public. Surat
berharga yang baru dijual dapat berupa penawaran umum (Initial Public
Offering atau IPO), atau penambahan surat berhaga baru jika perusahaan
sudah go public.
2. Pasar Sekunder(Secondary Market), yaitu pasar modal dalam bentuk bursa
efek, yang memperjualbelikan saham dan sekuritas kepada umum, setelah
masa penjualan di primary market. Harga saham pada pasar sekunder ini
ditentukan oleh permintaaan dan penawaran yang dipengaruhi berbagi
faktor baik dari pasar maupun dari emiten.
3. Pasar Ketiga (Third Market), yaitu pasar modal tempat saham dan
sekuritas alin diperdagangkan di luar bursa efek. Pasar ini disebut over the
counter market, atau dengan kata lain pasar ketiga dijalankan oleh broker
yang mempertemukan penjual dan pembeli pada saat pasar kedua tutup.
4. Pasar Keempat (Fourth Market), yaitu pasar perdagangan saham antar
investor atau antar pemegang daham tanpa melaui pialang. Pasar keempat
umumnya menggunakan jaringan komunikasi untuk memperdagangkan
saham dalam jumlah blok yang besar.
Primary market di Indonesia disebut pasar perdana, dan secondary market
adalah Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, sedangkan thrid market
disebut bursa pararel yang dikelola perserikatan pedagang uang dan efek.
Sedangkan contoh fourth market misalnya instinet yang menangani lebih dari
satu milyard lembar saham tiap tahunnya.
25
2.4.2
Struktur Pasar Modal Indonesia
Pasar Modal di Indonesia berada dibawah pengawasan Menteri Keuangan, dan
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Pada Gambar 2.3 diperlihatkan struktur
Pasar Modal Indonesia.
MENTERI KEUANGAN
BADAN PENGAWAS
PASAR MODAL
LEMBAGA KLIRING DAN
PENJAMINAN
(PT.KPEI)
BURSA EFEK
(PT.BEJ/BES)
LEMBAGA PENYIMPANAN
DAN PENYELESAIAN
(PT.KSEI)
PERUSAHAAN
EFEK
LEMBAGA
PENUNJANG
PROFESI
PENUNJANG
INVESTOR
EMITEN
Perantara
Perdagangan Efek
Biro Administrasi
Efek
Akuntan
Domestik
Perusahaan
Publik
Perantara
Perdagangan Efek
Biro Administrasi
Efek
Akuntan
Domestik
Perusahaan
Publik
Manajer Investasi
Kustodian
Konsultan Hukum
Asing
Reksa Dana
Penjamin Emisi
Efek
Wali Amanat
Penilai
Pemeringkat Efek
Notaris
Gambar 2.3 Struktur Pasar Modal Indonesia
Sumber : www.jsx.co.id
26
2.4.2.1 BAPEPAM
BAPEPAM atau Bdan Pengawas Pasar Modal adalah lembaga yang mengatur
dan mengawasi kegiatan psar modal. Keberadaan BAPEPAM dimaksudkan agar
dapat mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien, dan
melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. BAPEPAM memiliki tiga fungsi,
yaitu:
•
Fungsi Pembinaan
Memiliki kewenangan untuk memberikan, mencabut, menunda sementara,
membekukan izin bagi seluruh lembaga yang terkait di Pasar Modal termasuk
Bursa Efek LKP dan LPP.
•
Fungsi Pengaturan
Memiliki kewenangan untuk membuat peraturan di bidang Pasar Modal, untuk
memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas Undang-Undang
dan peraturan pelaksanaannya.
•
Fungsi Pengawasan dan Penegakan Hukum
Memiliki kewenangan untuk melakukan penyidikan kepada para pelaku di
Pasar Modal dan pihak lain yang terlibat dalam ketentuan Pasar Modal.
2.4.2.2 Bursa Efek
Bursa Efek adalah lembaga yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem
dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek. Di bursa inilah
dilakukan jual beli saham dengan menggunakan jasa perusahaan efek yang menjadi
anggota bursa. Di Indonesia bursa efek harus berbentuk Perseroan, sementara
pemegang sahamnya adalah Perusahaan Efek yang menjadi anggota bursa.
Ada dua bursa fek di indonesia yaitu PT Bursa Efek Jakarta (PT BEJ) dan PT
Bursa Efek Surabaya (PT BES). PT BEJ memperoleh izin usaha pada 18 Maret 1992
dan diswastakan pada 13 Juli 1992 dengan penyerahan pengelolaan dari BAPEPAM
ke PT BEJ. PT BES didirikan pada 16 Juni 1989. Pada tahun 1995 Bursa Pararel
menggabungkan diri dengan PT BES.
27
2.4.2.3 Lembaga Kliring dan Penjamin
Lembaga ini menyediakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi
bursa. Setiap transaksi akan melewati lembaga ini untuk diselesaikan transaksinya,
apakah seorang pemodal akan bertambah jumlah saham yang dimilikinya (karena
melakukan pembelian) dan melakukan pembayaran, atau akan berkurang jumlah
sahamnya (karena menjual saham) dan menerima pembayaran. Lembaga yang
melakukan fungsi ini di Indonesia adalah PT KPEI.
2.4.2.4 Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
Lembaga ini merupakan lembaga yang menyediakan jasa ustodian
(penyimpana efek) sentral dan penyelesaian transaksi efek. Efek-efek yang
diperjualbeliakan di bursa tidaklah beredar secara fisik, tetapi hanya lewat catatan saja
(scripless). Efek-efek tersebut disimpan di berbagai bank kustodian, perusahaan efek
dan pihak lain.
2.4.2.5 Perusahaan Efek
Perusahaan Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai
Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau Manajer Investasi setelah
memperoleh izin usaha dari BAPEPAM.
Penjamin Emisi Efek (Underwriter) adalah pihak yang membuat kontrak
dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan
atau tanpa kewajiban membeli sisa efek yang tidak terjual. Perantra Pedagang Efek
adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri
atau pihak lain. Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola
portofolio inventsai kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi,
dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.4.2.6 Lembaga Penunjang
•
Biro Administrasi Efek (BAE), adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan
emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang
berkaitan dengan efek.
28
•
Kustodian, adalah pihak yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha
pengelolaan dan penyimpanan. Yang dapat menjadi kustodian adalah
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Perusahaan Efek, atau Bank Umum
yang telah mendapat persetujuan BAPEPAM.
•
Wali Amanat (Trustee), adalah pihak atau lembaga yang mewakili
kepentingan pemegang efek yang bersifat utang (misalnya obligasi).
•
Pemeringkat
Efek,
adalah
lembaga
yang
melakukan
kajian
atas
fundamental/kemampuan keuangan suatu perusahaan dan memberikan
penilaian atas keadaan keuangan perusahaan tersebut (di Indonesia : Pefindo,
Kasnick & Duff).
2.4.2.7 Profesi Penunjang
•
Akuntan, yaitu Akuntan Publik yang telah mendapaty ijin dari BAPEPAM.
Peran Akuntan Publik yanbg pertama adalah memeriksa laporan keuangan dan
memberika pendapat terhadap laporan keuangan. Di pasar modal dituntut
pendapat wajar tanpa pengecualian terhadap laporan keuangan perusahaan
yang akan menerbitkan sekuritas atau yang telah terdaftar di bursa. Pendapat
wajar tanpa syarat berarti laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
Standar Akuntasi Keuangan tanpa suatu catatan atau kekurangan.
•
Konsultan Hukum, diperlukan jasanya agar jangan sampai perusahaan yang
menerbitkan sekuritas di pasar modal ternyata terlibat persengketaan hukum
dengan pihak lain.
•
Penilai (Approisal), yaitu yang memberikan penilaian atas kewajaran nilai
aktiva atau kekayaan lain dari suatu perusahaan.
•
Notaris, yang akan membuatkan agenda atau kegiatan lain dari perusahaan dan
merubahnya menjadi memiliki kekuatan hukum.
•
Profesi Lain yang ditetapkan oleh PP.
29
2.4.2.8 Investor
Investor meliputi investor lokal dan asing, baik perseorangan maupun institusi
seperti dana pensiun, asuransi, reksadana, bank, yayasan, dan sebagainya
2.4.2.9 Emiten
•
Perusahaan publik, yaitu perusahaan (BUMN atau Swasta) yang sebahagian
kepemilikan sudah dan/atau dapat dimiliki masyarakat umum.
•
Reksadana, yaitu Reksadana yang berbentuk Perseroan bersifat tertutup
(close-end fund)
•
Bentuk Usaha lain (hanya untuk obligasi), seperti Koperasi, Firma, CV, dan
pemerintah (Pusat dan Daerah).
2.4.3
Manfaat Pasar Modal
Pasar Modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena
pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi
keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal
menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu
pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana
(issuer). Dengan adanya pasar modal investor mengharapkan dan menginvestasikan
kelebihan dana yang mereka miliki tersebut. Dari sisi issuer, tersedianya dana dari
pihak luar memungkinkjan tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Dalam
proses ini diharapkan akan terjadi peningkatan kemakmuran. Fungsi ini sebenarnya
juga dilakukan oleh intermediasi lainnya, seperti lembaga perbankan. Hanya bedanya
dalam pasar modal diperdagangkan dana jangka panjang dan dilakukan secara
langsung, tanpa perantara keuangan.
Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal
memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi
pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih, dan tidak terlibat
langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut.
Kedua fungsi ini sebenarnya saling terkait, dan perbedaaan fungsi ekonomi dan
keuangan sering tidak jelas.
30
Dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian menjadi
meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaanperusahaan sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan
pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran
masyarakat luas.
Manfaat keberadaan pasar modal di Indonesia antara lain:
•
Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha
sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
•
Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya
diversifikasi.
•
Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara.
•
Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.
•
Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim
berusaha yang sehat.
•
Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
•
Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai
prospek yang bagus.
•
Altrernatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang
bisa diperhitungkan melauli keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi
investasi.
•
Membina iklim keterbukaan, mendorong pemanfaatan manajemen profesional.
•
Sumber pembiayaan dana jangka panjang bagi emiten.
2.4.4
Perkembangan Pasar Modal Indonesia
Pada 13 Juli 1992, Bursa Efek Jakarta (BEJ) diswastaskan dan mulai
menjalankan pasar saham di Inodnesia – sebuah awal pertumbuhan baru setelah
terhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19. pada tahun 1912, dengan bantuan
31
pemerintah kolonial Belanda, bursa efek pertaman Indonesia didirikan di Batavia,
pusat pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini.
Bursa Batavia sempat ditutup selama periode Perang Dunia pertama dan
kemudian dibuka lagi pada 1925. selain bursa Batavia, pemerintahan kolonial juga
mengoperasikan bursa pararel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa
saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia.
Pada 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, bursa
saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obigasi yang
diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum Perang Dunia. Kegiatan
bursa saham kemudian terhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program
nasionalisasi pada tahun 1956.
Tidak sampai tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh
Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru dibawah Departemen
Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitaslisasi pasar saham pun mulai meningkat
seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor swasta – puncak
perkembangannya pada tahun 1990. Pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi
menjadi PT Bursa Efek Jakarta dan menjadi salah satu bursa saham yang dinamis di
Asia. Swastanisasi bursa saham menjadi PT BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi
Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
Pada awalnya, perkembangan Pasar Modal Indonesia apabila diukur dari
jumlah perusahaan yang menerbitkan sahamnya di BEJ maupun kegiatan
perdagangan saham, ternyata sangat lambat. Sampai dengan tahun 1982 baru 23
perusahaan yang terdaftar di BEJ, tetapi setelah itu terhenti pada angka 24 perusahaan
pada tahun 1988.
Perkambangan pasar modal Indonesia setelah tahun 1988 menunjukan jumlah
perkembangan yang sangat signifikan. Terlihat dari jumlah emiten yang tercatat pada
tahun 1988 hanya 24 emiten, meningkat menjadi 306 emiten pada tahun 2003.
Perkembangan yang pesat tersebut harus diikuti dengan perkembangan sistem
perdagangan juga, sehingga sistem perdagangan manual sudah tidak relevan lagi.
Pada 22 Mei 1995, BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS),
sebuah sistem perdagangan otomatis yang menggantikan sistem perdagangan manual.
32
Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih
besar dan menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparant dibanding sistem
perdagangan manual.
Pada Juli 2000, BEJ menerapkan perdagangan tanpa warkat (Sripless Trading)
dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham
hilang dan pamalsuan saham, dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian
transaksi.
Tahun 2002, BEJ juga mulai menerapkan perdagangan jarak jauh (Remote
Trading), sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan
frekuensi perdagangan.
2.5
Perbankan Indonesia
Bank merupakan suatu perusahaan dimana kegiatan sehari-hari berkaitan
dengan masalah keuangan atau sebagai perantara orang yang menyimpan dana
kemudian uang tersebut dipinjamkan lagi kepada orang yang membutuhkan, sehingga
dengan demikian fungsi utama bank adalah sebagai perantara bagi penawaran dan
permintaan uang.
Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan pasal 1
menyatakan bahwa:
1. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
Bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara, dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya;
2. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Dalam pengertian bank diatas dapat disimpulkan bahwa bank dalam kegiatan
operasionalnya memberikan pelayanan atau jasa-jasa kepada para nasabah baik yang
berskala besar maupun kecil terutama dalam pemberian kredit, juga penerima
simpanan. Peran utama bank adala sebagai perantara antara nasabah yang memiliki
atau kelebihan dana dengan nasabah yang memerlukan dana yang dapat diberikan
dalam bentuk kredit.
33
Selain itu, bank juga memiliki peran sebagai pengemban misi dalam
perekonomian Indonesia, yaitu meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Artinya
kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit agar daya beli atau modal usaha
masyarakat dapat meningkat laju dan pemerataan dalam pembangunan ekonomi
nasional. Namun dalam mengemban misi tersebut, tentunya bank tidak mengabaikan
unsur kesehatan bank itu sendiri, keduanya harus berjalan secara proposional.
2.6
Laporan Keuangan
2.6.1
Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah hasil akhir dari siklus akuntasi. Informasi
keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan adalah informasi akuntansi
kuantitatif maupun informasi non kuantitatif.
Menurut SAK tentang Kerangka Dasar Penyusunan Laporan Keuangan
paragraf 07 (2002) laporan keuangan adalah:
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan labarugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus
dana) catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari pelaporan keuangan. Disamping itu juga termasuk
skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut,
misalnya informasi keuangan segmen industri yang geografis serta
pengungkapan pengaruh perubahan harga.”
Sedangkan menurut Fraser & Ormiston (2004:6) laporan keuangan adalah:
A corporate annual report contains four basic financial statement;
1. The Balance Sheet
Show the financial position assets,
liabilities, and stockholders’ equity_ of the firm on a particular date,
such as the end of a quarter or a year.
2. The Income or Earnings Statement
Present the results of
operations _revenues, expenses, net profit or loss, and net profit or loss
share_ for the accounting period.
3. The Statement of Stockholders’ equity
Reconciles the beginning
and ending balance of all accounts that appear in the stockholders’
equity section of the balance sheet. Some firms prepare a statement of
retained earnings, frequently combined with the income statement, witch
reconciles the beginning and ending balances of the retained earnings
account. Companies choosing the better format will generally present the
statement of stockholders’ in footnote disclosure.
4. The Statement of Cash Flow
Provides information about the
cash inflow and outflow from operating, financing, and investing
activities during an accounting period.
34
Laporan keuangan yaitu informasi akuntansi yang berisikan informasi
mengenai posisi keuangan satuan usaha pada tanggal tertentu, gambaran tentang hasil
usaha atau kinerja perusahaan, perubahan equitas, dan perubahan arus kas pada
periode tertentu. Di samping itu juga memuat catatan atas laporan keuangan yang
memberi keterangan atas hal-hal lain yang tidak tercantum dalam laporan keuangan.
Laporan Keuangan Bank
Sesuai dengan standar khusus akuntansi perbankan indonesia (SKAPI) yang
telah disesuaikan dalam pernyataan standar akuntansi keuangan (SAK) No.31,
laporan keuangan bank dapat berupa laporan tahunan dan laporan interim (antar
waktu).
Laporan Keuangan Bank terdiri atas:
•
Neraca
•
Perhitungan rugi laba
•
Laporan arus kas
•
Catatan atas laporan keuangan
Sedangkan laporan interim sekurang-kurangnya terdiri atas neraca, perhitungan
rugi laba, dan laporan komitmen dan kontijensi dengan periode bulanan, triwulanan
atau jangka waktu lainnya yang merupakan integral dari laporan keuangan tahunan.
2.6.2
Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan dapat dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan
kualitatif. Tujuan umum yaitu tujuan yang ingin dicapai dengan disajikannya laporan
keuangan. Sedangkan tujuan kualitatif dari penyajian laporan keuangan adalah
terpenuhinya syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh laporan keuangan agar tujuan
umum tercapai.
35
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 1 paragraf 05
(2002) tujuan laporan keuangan adalah:
“Tujuan laporan keuangan untuk umum adalah memberikan informasi
tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumbersumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka
mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai perusahaan yang meliputi:
(a) aktiva;
(b) kewajiban;
(c) ekuitas;
(d) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; dan
(e) arus kas
Informasi tersebut di atas beserta informasi lainnya yang terdapat dalam
catatan atas laporan keuangan membantu penggunan laporan dalam
memprediksi arus kas pada masa depan khususnya dalam hal waktu dan
kepastian diperolehnya kas dan setara kas.”
Kasmir (2000;173) menjelaskan ecara umum tujuan pembuatan laporan
keuangan suatu bank adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan
modal bank pada waktu tertentu,
2. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercemin dari pendapatan
yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu,
3. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam
aktiva, kewajiban, dan modal suatu bank,
4. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu
periode.
Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan
keuangan adalah memberikan informasi yang bisa digunakan untuk pengambilan
keputusan oleh pihak yang berkepentingan seperti : manajemen perusahaan, investor
atau calon investor, kreditur, pelanggan, pemasok, bankers, pemerintah, dan lain-lain.
2.6.3
Jenis-jenis Laporan Keuangan
Bank memiliki beberapa jenis laporan keuangan yang disajikan seusai dengan
SAK. Jenis-jenis laporan keuangan bank menurut Kasmir (2000;175) adalah:
36
1. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisis keuangan bank pada
tangggal tertentu. Posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi Aktiva
(Harta), Pasiva (Kewajiban dan Ekuitas) suatu bank. Penyusunan
komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh
tempo.
2. Laporan Komitmen dan Kontijensi
Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji
yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak dan harus dilaksanakan apabila
persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi.
3. Laporan Laba Rugi
Laporan
laba
rugi
merupakan
laporan
keuangan
bank
yang
menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu.
4. Laporan Arus Kas
Merupakan laporan yang menunjukan semua aspek yang berkaitan dengan
kegiatan bank baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung
terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas
selama periode laporan.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Merupakan laporan yang bersisi catatan tersendiri mengenai Posisi Devisa
Neto (PDN) menurut jenis dan aktivitas lainnya.
6. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi
Laporan gabungan merupakan lapran dari seluruh cabang-cabang bank
yang bersangkutan baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri,
Sedangkan
laporan
konsolidasi
merupakan
laporan
bank
yang
bersangkutan dengan anak perusaannnya.
2.6.4
Pemakai Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah sumber informasi yang dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pihak internal maupun pihak
eksternal. Namun penyajian laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen.
Dalam SAK paragraf 06 (2002) disebutkan:
“Manajemen perusahaan bertanggung jawab atas penyusunan dan
penyajian laporan keuangan perusahaan.”
37
Secara umum, semua orang yang tertarik dengan informasi keuangan dan
performen suatu perusahaan yang disebut stakeholders adalah pengguna informasi
akuntansi. Stakeholders yang menggunakan informasi akuntansi dapat dibedakan
kedalam dua kelompok besar, yaitu internal user dan external user. Internal user
yaitu orang-orang yang menggunakan informasi akuntansi sebagai dasar pengambilan
keputusan yang langsung mempengaruhi operasi internal perusahaan, sedangkan
external user adalah pemakai informasi akuntansi, dalam hal ini laporan keuangan,
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai hubungan
mereka yang berkaitan dengan perusahaan.
Laporan keuangan adalah informasi yang berasal dari informasi akuntansi
sebagai hasil akhir dari siklus akuntansi itu sendiri, karena itu pemakai laporan
keuangan akan sama dengan pemakai atau pengguna informasi akuntansi.
Hongren (1997:4) membedakan pemakai informasi akuntansi berdasarkan
bentuk keputusan yang mereka ambil berdasarkan informasi akuntansi tersebut,
kelompok tersebut dibedakan sebagai berikut:
Individu
Masyarakat menggunakan informasi akuntansi dalam peristiwa seharihari, misalnya dalam mengatur rekening di bank mereka, mengevaluasi
prospek pekerjaan, melakukan evaluasi dan investasi, atau dalam memutuskan
akan menyewa atau membeli sebuah rumah.
Kalangan bisnis
Para manajer perusahaan menggunakan informasi akuntansi untuk
menetapkan tujuan organisasi mereka, mengevaluasi kemajuan mereka dalam
pencapaian tujuan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan apabila
diperlukan. Keputusan- keputusan yang didasarkan atas informasi akuntansi
diantaranya menetapkan gedung mana dan peralatan apa yang akan dibeli,
berapa banyak persediaan barang dagang yang disimpan, seberapa banyak
uang kas yang harus dipinjam , dan lain-lain.
Investor dan kreditor
Investor atau para penanam modal menyediakan uang yang dibutuhkan
oleh pengusaha untuk memulai operasinya. Untuk memutuskan apakah
investor akan membantu suatu usaha baru, investor yang potensial akan
mengevaluasi kemungkinan hasil yang akan mereka terima dari investasi
tersebut. Ini berarti mereka harus menganalisa laporan keuangan dari
bisnis/usaha baru tersebut. Investor yang benar-benar melakukan investasi
akan memantau kemajuan usaha tersebut dengan menganalisa laporan
keuangan perusahaan dan juga memperhatikan perkembangannya dari pers
bisnis – seperti, Warta Ekonomi, Bisnis Indonesia untuk dalam negeri, serta
The Wall Street Journal, Business Week, Forbes dan Fortune untuk informasi
luar negri. Laporan akuntansi merupakan salah satu sumber informasi utama
bagi pers bisnis.
Sebelum memberi pinjaman, para pemberi pinjaman akan menentukan
dahulu kemampuan peminjam dalam menepati jadwal pelunasannya. Evaluasi
38
ini termasuk mengevaluasi proyek atas hasil operasi dimasa datang, yang
didasarkan atas informasi akuntansi.
Badan-badan pemerintah
Sebagian besar dari organisasi terkena peraturan pemerintah. Misalnya
perusahaan yang menjual sahamnya di bursa efek diharuskan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) untuk mengungkapkan informasi
tertentu, seperti informasi keuangan, kepada pemegang saham publik.
Informasi keuangan tersebut akan diperoleh/disusun dari sistem akuntansi
perusahaan.
Instansi perpajakan
Pemerintah memungut pajak dari perorangan dan badan usaha. Jumlah
pajak yang dikenakan dihitung dengan menggunakan informasi akuntansi.
Perusahaan menentukan pajak pertambahan nilai berdasarkan atas catatan
akuntansi mereka yang menunjukkan besarnya penjualan. Perhitungan pajak
penghasilan individu dan perusahaan berdasarkan atas catatan pendapatan
mereka yang diperoleh dari sistem akuntansi.
Akuntansi nir laba
Organisasi nir laba, seperti sebagian besar rumah sakit, badan-badan
pemerintah, dan sekolah-sekolah, yang beroperasi untuk tujuan yang tidak
menghasilkan laba menggunakan informasi akuntansi sebagaimana yang
dilakukan oleh badan usaha yang mencari laba. Baik organisasi yang mencari
laba maupun organisasi nir laba akan selalu berurusan dengan aggaran
pembayaran gaji, pembayaran sewa, dan semacamnya yang berasal dari sistem
akuntansi.
Para pemakai lainnya
Penentuan tuntutan upah para pekerja dan serikat buruh didasarkan
atas informasi akuntansi yang menunjukkan pendapatan majikan mereka.
Kelompok-kelompok konsumen dan masyarakat luas juga tertarik pada jumlah
pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan tertentu.
Para pemakai laporan keuangan atau informasi akuntansi dapat dibedakan ke
dalam beberapa kelompok yang berlainan, namun pada dasarnya setiap pemakai
laporan keuangan memiliki kepentingan yang sama terhadap laporan keuangan, yaitu
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
2.7
Analisa Laporan Keuangan
2.7.1
Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan suatu teknik analisis yang dalam
banyak hal mampu memberikan petunjuk atau indikator dan gejala-gejala yang timbul
di sekitar kondisi yang melingkupinya. Apabila analisis laporan keuangan ynag
dihitung di interprestasikan secara tepat, akan mampu menunjukan aspek-aspek
dimana penilaian dan evaluasi lebih lanjut harus dilakukan.
39
Analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata yaitu “analisis” dan “laporan
keuangan”, untuk menjelaskan kata ini, penulis menjelaskannya dari arti masingmasing kata. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2001:189) pengertian Analisis dan
Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:
“Analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu untuk unit
menjadi bagian unit terkecil”.
“Laporan Keuangan adalah neraca, laba rugi, dan laporan arus kas
(dana)”.
Jika kedua pengertian ini digabungkan, maka pengertian analisis laporan
keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2001:190) adalah:
“Menguraikan pos-pos keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil
dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau mempunyai makna
antara yang satu dengan yang lainnya baik antara data kuantitatif dengan
tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting
dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”.
Kegiatan analisis laporan keuangan berfungsi untuk mengkonversi data yang
berasal dari laporan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih berguna,
lebih mendalam dan lebih tajam dengan teknik tertentu. Oleh karena itu kegunaan
analisis laporan keuangan sepenuhnya terletak pada kemampuan dan intelegensi serta
keterampilan analisnya dalam menginterprestasikannya.
2.7.2
Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menmbah
informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Secara lengkap penulis akan
menjelaskan tujuan analisis laporan keuangan sebagai berikut:
1.
Memberikan informasi yang lebih dalam daripada yang terdapat pada
laporan keuangan biasa.
2.
Menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari
suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan
(implicit).
40
3.
Mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4.
Membongkar hal-hal ynag bersifat tidak konsisten dalam hubungannya
dengan suatu laporan keuangan baik yang dikaitkan dengan komponen
intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang
diperoleh dari luar perusahaan.
5.
Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan modelmodel dan teori-teori yang tedapat di lapangan seperti untuk prediksi,
peningkatan (rating).
6.
Memberikan informasi yang diinginkan oleh pengambil keputusan, antara
lain :
7.
•
Menilai Prestasi Perusahaan.
•
Memproyeksikan keuangan perusahaan.
•
Menilai kondisi keuangan perusahaan masa lalu dan masa sekarang.
•
Menilai komposisi struktur keuangan, arus dan dana.
Menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang
sudah dikenal dalam dunia bisnis.
8.
Membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan
periode sebelumnya atau dengan standar industri normal (standar ideal).
9.
Memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan baik
posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya.
10.
Memprediksi potensial apa yang mungkin perusahaan alami di masa yang
akan datang.
41
2.7.3
Jenis-jenis Analisis Laporan Keuangan
Penafsiran dari analisis laporan keuangan suatu cara untuk menilai keadaan
keuangan dan potensial perusahaan. Melalui analisis laporan keuangan ditelaah
hubungan dan kecenderungan dalam komponen-komponen laporan keuangan.
Jenis laporan keuangan dipandang dari penganalisis ialah:
1. Analisis Ekstern. Analisis ini dilakukan oleh pihak di luar perusahaan,
sehingga informasi yang diperoleh terbatas hanya pada informasi yang
tercnatum pada laporan keuangan perusahaan.
2. Analisis Intern. Analisis ini dilakukan oleh pihak yang berada dalam
perusahaan sehingga dapat diperoleh informasi yang lengkap.
Jenis laporan keuangan dipandang dari cara melakukan analisis ialah:
1. Analisis Statis (analisis vertikal/analisis struktural).
Melakukan analisis terhadap laporan keuangan satu periode tertentu,
dengan membandingkan satu pos dengan pos lainnya dalam laporan
keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaaan keuangan atau
hasil operasi pada saat itu saja. Disebut analisis statis karena simpulan
yang diperoleh untuk periode itu saja tanpa mngetahui perkembangannya.
Disebut analisis vertikal karena membandingkan satu pos dengan total
kelompok dimana pos itu berada.
Disebut analisis struktural karena menganalisis struktur dari suatu
kekayaan, contohnya struktur permodalan perusahaan.
2. Analisis Dinamis (analisis horizontal/analisis trend)
Menganalisis dengan cara membendingkan laporan kleuangan untuk
beberapa periode atau
beberapa saat,
sehingga dapat
diketahui
perkembangannya.
Disebut analisis horizontal karena anlisisi ini dilakukan dengan cara
membandingkan angka-angka dari pos-pos tertentu selama beberapa
42
periode tertentu secara berturut-turut dari kiri ke kanan pada garis yang
sama.
Disebut analisis trend karena menganalisis perubahan-perubahan pos yang
ada pada laporan keuangan selama beberapa periode tertentu secara
berturut-turut.
2.7.4
Analisa Rasio sebagai Alat dalam Analisis Laporan Keuangan
Analisis rasio dipakai untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam
neraca maupun ikhtisar laba rugi. Rasio menggambarkan suatu hubungan matematis
antara suatu jumlah dengan jumlah lain. Penggunaan alat analisis rasio dapat
menjelaskan baik dan buruknya posisi keuangan perusahaan, terutama bila angka
rasio ini dibandingkan dengan angka rasio perbandingan yang digunakan sebagai
standar.
Penggolongan rasio yang baik adalah disesuaikan dengan tujuan analisis.
Untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan dalam industri, maka rasio-rasio
yang digunakan diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Rasio likuiditas (Liquidity Ratio) ialah rasio yang digunakan untuk
mengukur likuiditas perusahaan, terdiri dari:
•
Rasio Lancar (Current Ratio) Mengukur seberapa jauh aktiva lancar
perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya.
Current Ratio =
•
Total current assets
x 100%
Total current liability
Rasio Kas (Cash Ratio) Merupakan kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang
tersedia dalam perusahaan dan surat berharga yang dapat diuangkan.
Cash Ratio =
Cash + Marketable sec urities
x 100%
Total current liability
43
•
Rasio Cepat (Quick Ratio) Merupakan kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang-hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva
lancar yang lebih likuid (quick assets)
Quick Ratio =
•
Total current assets − Inventory
x 100%
Total current liability
Rasio Modal Kerja terhadap Aset (Working Capital To Assets Ratio)
Merupakan likuiditas sari total aktiva dan posisi modal netto
WCAC =
Total current assets − Total current liability
x 100%
Total Assets
2. Rasio Leverage (Leverage Ratio), ialah rasio-rasio yang digunakan untuk
mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan
hutang, terdiri dari rasio:
•
Rasio Hutang terhadap Modal (Total Debt To Equity Ratio),
Menunjukan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan untuk keseluruhan hutang.
DER =
•
Total debt
x 100%
Owners Equity
Rasio Hutang terhadap Aset (Total Debt to Total Assets Ratio),
Merupakan bagian dari keseluruhan dana yang dibelanjai dengan
hutang atau merupakan bagian dari aktiva yang digunakan untuk
menjamin hutang.
DAR =
•
Total debt
x 100%
Total Assets
Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Modal (Long Term To Equity
Ratio), Menunjukan bagian dari setiap tupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang.
LTER =
Long term debt
x 100%
Owners Equity
44
•
Rasio laba terhadap hutang jangka panjang (Time Interest Earned
Ratio), Menunjukan besarnya keuntungan untuk membayar hutang
jangka panjang.
TIER =
3. Rasio
Earning before int erest tax
x 100%
Long term debt int erst
Keuntungan
(Profitability Ratio),
Menunjukan
hasil
akhir
kebijaksanaan dan keputusan, terdiri dari:
•
Rasio Laba terhadap Aset (Return on Inventory), Kemampuan dari
modal
yang
diinvestasikan
dalam
keseluruhan
aktiva
untuk
menghasilkan keunatungan
ROI =
•
Earning after tax
x 100%
Net Assets
Rasio Laba terhadap Modal (Return On Equity), Merupakan
kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva
untuk menghasilkan keuntungan netto
ROE =
•
Earning after tax
x 100%
Owners equity
Rasio Laba terhadap rata-rata Aset (Return on Average Total Assets),
Digunakan untuk memilih investasi dalam proyek yang akan dibiayai
dengen penyertaan oleh calon nasabah
=
Earning after tax
x 100%
Total Assets − Accumulation depreciation
4. Rasio Nilai Pasar (Market value ratio), adalah analisis yang berkaitan
dengan hubungan antara harga saham perusahaan dengan pendapatan (nilai
bukunya) dalam setiap lembar saham. Analisis ini juag berkaitan dengan
rasio-rasio pembagian dividen.
Metode dan teknik analisis yang digunakan kesemuanya itu adalah merupakan
permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan
45
dan setiap metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu sebagai dasar
pengambilan keputusan bagi pihak yang membutuhkan. Dalam perbankan, untuk
menilai kinerja keuangan perusahaan juga menggunakan beberapa rasio. Sedangkan
dalam memprediksi harga saham digunakan pula rasio keuangan sebagai penilaian
kinerja perusahaan.
Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Selain memiliki beebrapa manfaat, analisis rasio keuangan juga memiliki
beberapa keterbatasan. Menurut Agnes Sawir (2001;44), keterbatasan analisis rasio
antara lain adalah:
1. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang
dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.
2. Rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara
penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.
3. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda
pula.
4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan
perkiraan.
2.8
Rasio Keuangan yang Digunakan untuk Memprediksi Harga Saham
1. Rasio Harga Saham terhadap Laba (Price to Earning Ratio)
Price/Earning Ratio (PER) adalah penilaian predikasi dari para
investor saham, terutama untuk menilai saham yang under value (di bawah
book value-nya) dengan harapan bisa memberikan capital gain yang besar di
masa yang akan datang, PER merupakan ukuran kepercayaan pasar terhadap
nilai saham, yang secara teoritis makin tinggi rasio ini maka makin besar
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
PER diperolah dangan cara membandingakn antara harga saham per
saham terhadap laba per saham bank dari saham yang bersangkutan. Rasio ini
46
menunjukan berapa rupiah yang harus dibayar oleh investor untuk setiap satu
rupiah laba periode berjalan. Secara matematis, PER dapat ditulis:
PER =
Stock price
earning per share
PER yang tinggi menjadi salah satu faktor yang dapat menarik investor
untuk membeli saham tersebut. Makin tinggi PER, maka semakin besar
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, artinya, performance bank
tersebut baik, dan kan berpengaruh terhadap penilaian bank tersebut di
masyarakat sehingga akan berpengaruh terhadap harga sahamnya di bursa.
Beberapa alasan penggunaan PER dalam melakukan penilaian
terhadap harga saham, yaitu:
1. PER menghubungakn harga saham perusahaan terhadap current
earning.
2. Perhitungan PER sederhana dan dapat dibandingkan dengan saham
lain
3. PER dapat dijadikan wakil resiko dan pertumbuhan bank. Pada bank
yang kemungkinan pertumbuhannya tinggi PER-nya tinggi, sedangkan
pada bank yang resikonya tinggi, PER-nya akan rendah.
2. Rasio Laba terhadap Lembar Saham (Earning per Share)
Earning per Share (EPS) adalah tolok ukur profitabilitas modal yang
telah ditanam para pemegang saham. EPS diperoleh dengan jalan membagi
keuntungan yang diperoleh bank selama masa tertentu dengan jumlah saham
yang telah mereka terbitkan dan disetor. EPS dapat dihitung dengan rumus:
EPS =
Earnings available for common stockholders
Number of common stock outs tan ding
Data per lembar saham sering dilaporkan dalam penerbitan keuangan,
dan digunak secara luas oleh para pemegang saham dalam mengevaluasi
kemampulabaan bank. EPS menunjukan laba yang dihasilkan setiap lembar
47
saham biasa. Jadi, EPS dilaporkan hanya untuk pemegang saham biasa.
Semakin tinggi EPS, berarti performance perusahaan semakin baik dalam
menghasilkan keuntungan bersih setiap lembar sahamnya, sehingga saham
akan diminati investor dan harga jualnya akan naik.
3. Rasio Laba terhdap Modal (Return on Equity)
Return on Equity dalam analisis keuangan mempunyai arti yang sangat
penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan. Analisis ROE ini
merupakan teknik analisis yang lazim digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba. Dengan menggunakan ROE kemempuyan
perusahaan untuk memperoleh laba tidak diukur menurut besar kecilnya laba,
melainkan harus dibandingkan dengan besarnya modal/dana yang digunakan
untuk menghasilkan laba tersebut.
ROE diperoleh dengan jalan membandingkan jumlah keuntungan yang
diperoleh bank selama masa tertentu, dengan jumlah harga neto pemegang
saham (modal disetor, laba ditahan, dan laba/rugi berjalan). ROE merupakan
tolok ukur profitabilitas yang paling penting bagi para pemegang saham. ROE
memberikan
gambaran
tentang
seberapa
besar
bank
telah
mampu
menghasilkan keuntungan dari jumlah dana yang telah mereka investasikan
dalam bank tersebut. ROE dapat dihitung dengan formula:
ROE =
Net profit after taxes
Stockholder ' s equity
Kadang dapat terjadi sebuah bank memiliki persentase “return on
assets” yang rendah, namun persentase ROE mereka cukup tinggi. Kondisi
profitabilitas seperti ini dirasakan kurang sehat, dalam istilah perbankan
internasional bak tersebut dinyatakan “heavily leverage”, yaitu jumlah seluruh
harta neto pemegang saham terlalu kecil dibandingkan dengan jumlah seluruh
harta bank. Dengan perkataan lain, k=jumlah dana yang diinvestasikan oleh
para pemegang saham terlalu kecil, dibandingkan dengan jumlah pinjaman
dari pihak ketiga yang dipergunakan untuk mendanai kegiatan bisnis mereka.
48
Bank umum dengan perbandingan yang tidak layak antara antara jumlah harta
neto pemegang saham dengan jumlah harta secara keseluruhan dapat membahayakan
kedudukan para deposan. Disamping itu bank dengan struktur pendanaan seperti ini
akan mendapat pengamatan khusus dari Bank Sentral dalam hal ini Bank Indonesia.
Batas minimun ROE yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk mengukur tingkat
kesehatan banka adalah sebesar suku bunga sertifikat Bank Indonesia.
4. Rasio Nilai Buku (Market Book Value Ratio)
Adalah nilai kekayaan bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa
dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Dimana nilai kekayaan bersihnya adalah
jumlah modal pemegang saham setelah dikurangi saham preferen. Membandingkan
antara nilai buku per lembar saham dengan harga pasar per lembar saham
memberikan indikasi lain untuk mempertimbangkan kinerja atau keadaan suatu
perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Market Book Ratio =
H arg a Saham
Nilai buku per saham
5. Rasio Laba terhadap Aset (Return on Assets)
Return on Assets (ROA) meripakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan.
Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan assets.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
ROA =
Net profits after taxes
x 100%
Total Assets
Dalam rangka mengukur tingkat kesehatran bank terdapat perbedaan kecil
antara perhitungan ROA berdasarkan teoritis dan cara perhitungan berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia. Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba
setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL (Capital, Assets, Management,
Equity, Liquidity) laba yang diperhitungakan adalah laba sebelum pajak.
49
Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih
mementingkan penilaian besarnya ROA dan tidak memesukan unsur ROE. Hal ini
dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya
sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat. Batas minimun ROA yang
disyaratkan oleh Bank Indonesia adalah 1,215%.
6. Rasio Hutang terhadap Modal (Debt To Equity Ratio)
Debt To Equity Ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam menutup kemampuan bank dalam menutup sebagian atau
seluruh hutang-hutangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana
yang berasal dari modal bank sendiri. Dengan kata lain, rasio ini mengukur seberapa
besar total passiva yang terdiri dari persentase modal sendiri dibandingkan dengan
besar hutangnya. DER dapat dihitung dengan rumus:
DER =
Total debt
Owners Equity
Dalam bisnis perbankan, sebagian besar dana yang ada pada suatu bank
berasal dari simpanan masyarakat, baik berupa simpanan giro, tabungan, ataupun
deposito. Dengan demikian, hanya sebagian kecil saja dan ayang berasal dari modal
sendiri. Selain memperoleh hutang (kewajiban) dari deposan (Penyimpan dana), bank
juga memperoleh pinjaman dari lembaga-lembaga perbankan, baik dalam maupun
luar negeri, serta pinjaman dari Bank Indonesia (KLBI, BLBI, dan fasilitas lain-lain).
7. Rasio Laba terhadap Penjualan (Profit Margin)
Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan operasional bisa diperoleh
dari setiap rupiah penjualan. Rasio ini secara matematis dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Profit Margin =
Laba operasi
x 100%
Penjualan
Download