BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian dan Tujuan Investasi Definisi Investasi menurut Jogiyanto H.M (2000;5) adalah: “ Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu.” Sedangkan menurut eduardus tendelilin (2001;3) “Investasi atau komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.” Secara sederhana investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih aset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan/atau peningkatan nilai investasi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka memegang kas atau uang tunai bukan merupakan investasi karena kas tidak memberi penghasilan dan nilainya akan turun jika terjadi inflasi. Sebaliknya menempatkan kas pada tabungan di bank merupakan investasi karena tabungan memberikan penghasilan (return) dalam bentuk bunga. Demikian pula pembelian saham merupakan investasi karena saham memberikan penghasilan dalam bentuk deviden, serta nilainya dapat diharapkan meningkat di masa yang akan datang. Proses investasi meliputi pemahaman dasar keputusan investasi bagaimana mengorganisir aktivitas-aktivitas dalam keputusan investasi. Hal yang mendasar dalam proses investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan risiko dari suatu investasi. Pengertian investasi diatas jelas menunjukan bahwa tujuan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan kita (investor), baik sekarang maupun di masa yang akan datang. 10 11 2.1.2 Jenis-jenis Investasi 2.1.2.1 Aset Nyata dan Aset Keuangan Aset pada dasarnya dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu aset nyata (real assets) dan aset keuangan (financial assets). Aset nyata dapat dilihat secara fisik, seperti property (tanah, gedung, real estate, dll), dan logam mulia (emas, berlian, dll). Sedangkan aset keuangan merupakan klaim terhadap pihak tertentu seperti perusahaan. Klaim tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk sertifikat atau kertas berharga yang menunjukan kepemilikan aset keuangan tersebut. Kaitan antara aset nyata dan aset keuangan adalah sebagai berikut: perusahaan menggunakan aset nyata seperti pabrik dan mesin untuk memperoleh penghasilan. Penghasilan tersebut kemudian dibagikan kepada pemodal sesuai dengan kepemilikan aset keuangannya di perusahaan. Dengan demikian penghasilan yang diterima pemegang aset keuangan sangat tergantung pada penghasilan yang diperoleh dari pemakaian aset nyata oleh perusahaan yang mengeluarkan aset keuangan tersebut. 2.1.2.2 Investasi Langsung dan Tidak Langsung Pemodal dapat melakukan kegiatan investasi secara langsung maupun tidak langsung. Pemodal dikatkan melakukan investasi langsung apabila ia membeli dan memiliki aset keuangan secara langsung, seperti membeli saham perusahaan. Sebaliknya investasi dilakukan secara tidak langsung apabila pemodal membeli kertas berharga yang menunjukan kepemilikan atas suatu perusahaan investasi, yang selanjutnya perusahaan investasi tersebut membeli sekumpulan atau portofolio aset keuangan atas nama pemodal tersebut. Keuntungan investasi tidak langsung dibandingkan dengan investasi langsunga adalah bahwa dengan dana yang terbatas pemodal dapat memiliki suatu portofolio yang terdiversifikasi karena portofolio tersebut terdiri dari puluhan bahkan ratusan investasi. Dalam investasi, konsep diversifikasi menjadi sangat penting karena pemodal dapat meningkatkan penghasilan (return) yang diharapkan dan pada saat yang sama tetap dapat mempertahankannya bahkan mengurangi risiko yang dihadapinya. Manfaat lainnya adalah bahwa pengelolaan dana investasinya, sehingga apabila tidak memiliki pengetahuan yang cukup, maka keputusan investasinya bisa tidak optimal yang pada akhirnya akan merugikan pemodal itu sendiri. 12 2.2 Perusahaan Terbuka (Go Public) Perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai operasinya. Dana dapat diperoleh dari modal pemilik atau pinjaman dalam bentuk hutang. Sumber pendanaan lain yang dapat diperoleh oleh sebuah perusahaan adalah dengan melakukan penawaran umum kepada masyarakat yang biasa disebut go public atau Initial Public Offering (IPO). Menurut SK Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Nomor : KEP/03/PM/1995, yang dapat melakukan penawaran umum adalah perusahaan yang telah mengajukan pernyataan pendaftaran kepada BAPEPAM untuk menjual atau menawarkan efek kepada masyarakat, dan telah memenuhi semua persyaratan yang ditentukan. Perusahaan yang akan melakukan penawaran umum di Indonesia pada dasarnya melalui prosedur yang ditunjukan pada gambar 2.1. Pertama , perusahaan (emiten) tersebut, dengan bantuan profesional dan lembaga pendukung pasar modal, akan menyiapkan bebbagai dokumentasi serta persyaratan yang diperlukan untuk go public. 1 2 Profesional dan Lembaga Pendukung Pasar Modal EMITEN BAPEPAM 3 Pasar Perdana 4 Gambar 2.1 Proses Penawaran Publik di Pasar Perdana Sumber : Jakarta Stock Exchange,. Fact Book 1996 1. Profesional dan lembaga pendukung pasar modal membantu emiten dalam menyiapkan dokumen penawaran publik. 2. Emiten menyerahkan Pernyataan Pendaftaran kepada BAPEPAM 3. Penyataan Pendaftaran dinyatakan efektif oleh BAPEPAM 4. Emiten, Profesional, dan lembaga pendukung melakukan penawaran publik pada pasar perdana. 13 Salah satu profesional pendukung pasar modal yang memegang peranan penting adalah underwriter. Underwriter atau penjamin emisi membantu perusahaan dalam proses go public, mulai dari menentukan harga perdana hingga memasarkan efek yang ditawarkan kepada calon investor. Profesional dan lembaga-lembaga lain yang terkait dengan penawaran publik antara lain adalah akuntan public, notaris, konsultan hukum, trustee (untuk penjualan obligasi), dan guarantor. Setelah semua dokumen lengkap, maka emiten akan menyerahkan pernyataan perdaftaran (registration statement) kepada Bapepam. Setelah bapepam mempelajari dan mengevaluasi aplikasi, maka emiten dapat melakukan penawaran umum. Salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan adalah apabila saham perusahaan tersebut dicatat dan diperdagangkan di pasar modal. Ada beberapa alasan mengapa perusahaan ingin go public dan menjual sahamnya kepda masyarakat, antara lain: 1. Meningkatkan modal dasar perusahaan 2. Memungkinkan pendiri untuk diversifikasi usaha 3. Mempermudah usaha pembelian perusahaan lain (akuisisi) 4. Nilai perusahaan, dapat dilihat dari harga sahamnya di pasar sekunder. Perusahaan yang beroperasi sebagai perusahan publik pada dasarnya harus siap dengan berbagai konsekuensi dan permasalahannya, yaitu memenuhi ketentuan yang berlaku dalam perundang-undangan beserta aturan pelaksanaan yang mengikutinya. Sebagai perusahaan publik, para pemilik lama ataupun para pendiri harus menerima keterlibatan pihak-pihak lain dalam perusahaan yang didirikannya. Sebagaimana yang diwajibkan oleh Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990, perusahaan publik harus memenuhi beberapa kesanggupan, yaitu: 1. Keharusan untuk keterbukaan (full disclosure) Indikator pasar modal yang sehat adalah transparansi atau keterbukaan. Sebagai perusahaan publik yang sahamnya dimiliki oleh masyarakat, harus menyadari keterbukaan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Oleh karena itu emiten harus memenuhi persyaratan keterbukaan dalam berbagai aspek sesuai dengan kebututha pemegang saham dan masyarakat serta peraturan yang berlaku. Dari segi lain, masalah keterbukaan bukanlah semata-mata tanggung jawab emiten saja, akan tetapi akuntan publik ikut 14 memikul tanggung jawab mengenai keterbukaan, khususnya kecukupan disclosure yang dimuat dalam laporan keuangan yang diperiksa. 2. Keharusan untuk memberi laporan Emiten sebagai perusahaan publik wajib menyampaikan laporan rutin maupun laporan lain jika kejadian kepada BAPEPAM dan BEJ. Laporan yang disampaikan emiten kepda bursa, khususnya laporan adanya kejadian penting, secepatnya akan dipublikasikan oleh bursa kepada masyarakat pemodal melalui pengumuman di lantai bursa maupun melaui papan informasi. Masyarakat pemodal dapat memperoleh langsung informasi tersebut ataupun melaui perusahaan pialang. Karena sebagian investor tidak memiliki akses informasi langsung kepada emiten, maka investor sangat tergantung kepada informasi tersebut. 3. Perubahan hubungan dari informal ke formal Sebelum go public, manajemen tidak mempunyai kewajiban laporan apapun, tetapi sesudah go public manajemen harus mempunyai komunikasi dengan pihak luar, misalnya BAPEPAM, akuntan publik, dan stakeholder. Hubungan-hubungan tersebut merupakan aturan yang dapat digunakan oleh semua pihak yang membutuhkan tersebut. 4. Kewajiban membayar deviden Investor membeli saham karena mengharapkan ada keuntungan, dalam hal ini deviden yang dibagikan setiap periode. Perusahaan menjual saham dengan konsekuensi harus memenuhi tujuan investor. Apabila hal tersebut tidak dipenuhi mkaa kredibilitas perusahaan akan turun. Oleh karena itu manajemen perusahaan bekerja keras untuk meyakinkan para investor, yang selanjutnya berkewajiban membayar deviden secara teratur dan konstan atau naik. 5. Berusaha meningkatkan pertumbuhan perusahaan Selain kewajiban membayar deviden, perusahaan harus menunjukan kemampuannya untuk bertahan dalam dunia persaingan, selanjutnya berusaha keras memenangkan persaingan. Disamping itu, perusahaan harus mencapai titik yang optimal supaya dapat membagi deviden yang memadai, disamping dapat melakukan investasi secara fisik sesuai dengan lingkungan bisnis. 15 2.3 Saham Pengertian saham menurut Bambang Riyanto (1995;240) “Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atas peserta dalam suatu Perseroan Terbatas.” Saham (shares) adalah surat bukti pemilikan bagian modal atau tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas yang memberi hak atas dividen dan lainlain menurut besar kecil modal disetor. Wujud dari saham adalah selembar kertas yang menerangkan pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Kelebihan memiliki saham biasa adalah kemampuannya memberikan keuntungan yang tidak terhingga. Tidak terhingga ini bukan berarti keuntungan investasi saham tidak terbatas besarnya. Tetapi, bergantung pada perkembangan perusahaan penerbitnya. Bila perusahaan penerbit mampu menghasilkan laba yang besar, maka ada kemungkinan para pemegang sahamnya kan menikmati keuntungan yang besar juga. Karena dengan laba yang besar itu, bisa diharapkan tersedia dana yang besar untuk dibayarakan sebagai deviden. Di samping mendapatkan penghasilan dari deviden, pemilik saham juga ada kemungkinan mendapatkan penghasilan dari capital gain. 2.3.1 Jenis-jenis Saham Ada dua bentuk saham, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferensi (preferred stock). Masing-masing bentuk saham tersebut memberi hak atau keuntungan yang berbeda kepada pemegang saham. 2.3.1.1 Saham Biasa (common stock) Dalam undang-undang perseroan yang berlaku di Indonesia, diatur hak dan kewajiban hukum para pemegang saham dalam bentuk saham biasa. Berdasarkan undang-undang tersebut, saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas atau yang biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah pemilik sebagian dari perusahaan. Ada dua jenis saham biasa, yaitu saham atas nama dan saham atas unjuk. Saham atas nama yaitu saham yang nama pemiliknya tertera di atas saham tersbut. Sedangkan pada saham atas unjuk, nama pemiliknya tidak tetera di atas saham, tetapi pemilik saham adalah pemegang saham, sehingga pemilik saham adalah yang menyimpan saham tersebut, dan mendapat seluruh hak-hak pemegang saham. 16 Pada saat ini, saham-saham yang diperdagangkan di Indonesia adalah saham atas nama. Untuk itu, pembeli saham harus segera mendaftarkan dan mengadministrasikan saham tersebut atsa nama pembeli. Sebab, apabila belum terdaftar, maka pembeli saham tersebut tidak mendapat seluruh hak-hak sebagai pemegang saham. Hak-hak yang dimiliki oleh pemegang saham adalah: 1. Semua pemegang saham mempunyai suara pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan. Ketentuannya adalah satu saham satu suara, jadi besar kecilnya suara pemegang saham kepada banyakya saham yang dimilikinya 2. Pemegang saham mempunyai wewenang untuk memilih direktur perusahaan. Direktur adalah orang yang mewakili pemegang saham tetapi idak terlibat dalam operasional sehari-hari. Direktur perusahaan bertanggung jawab memilih manajer perusahaan. 3. Mempunyai hak terlebih dahulu untuk membeli saham pada perusahaan yang bersangkutan sebelum dibeli oleh investor baru. Oleh karena itu, pemegang saham memiliki hak untuk mempertahankan proporsi pemilikan perusahaan. 4. Pemegang saham diberi hak atas laba bersih perusahaan sebagai hasil daan ayang diinvestasikan. Hak atas laba dibagikan kepada seluruh pemegang saham berdasarkan jumlah saham yang dikuasainya. Pembagian laba berbentuk dividen, dimana dividen dapat berupa dividen tunai atau dividen saham. 5. Pemegang saham mempunyai hak melihat atau mengetahui hasil RUPS dan daftar pemegang saham perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah adanya manipulasi daftar para pemegang saham atau adanya oenggantian terhadap hal-hal lainnya yang sudah disepakati dalam rapat umum pemegang saham. 6. Pemegang saham biasa mempunyai akses yang tidak terbatas untuk mengetahui pembukuan keuangan kecuali dibatasi oleh keadaan tertentu. 7. Pada kasus likuidasi perusahaan, pemgang saham biasa kan diberi hak untuk dibayar setelah semua kreditur dan pemegang saham preferensi dibayar. 17 8. Pada saat likuidasi, tanggung jawab pemegang saham terhadao kewajiban perusahaan hanya sebesar saham yang dimilikinya atau sebesar modal yag ditanam. Apabila perusahaan kehabisan kekayaan untuk menutup kewajibannya, hal ini menjadi tanggung jawab manajemen perusahaan. 2.3.1.2 Saham Preferensi (Preferred Stock) Saham preferensi adalah jenis saham lain sebagai alternatif saham biasa. Disebut preferensi karena pemegang saham preferensi memiliki keistimewaan di atas pemegang saham biasa, untuk hal-hal tertentu yang diperjanjikan saat emisi saham. Keistimewaan ini bervariasi antara satu emiten dengan emiten lain. Perusahaan yang menerbitkan saham preferensi mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi keistimewaaan pemegang saham preferensi tersebut. Keistimewaan tersebut tidak dapat digeneralisasi, dan tidak akan sama pada setiap saham preferensi. Namun demikian ada bebrapa kemiripan yang berlaku untuk setiap saham preferensi yaitu setiap pemegang saham preferensi menerima deviden terlebih dahulu dibanding dengan pemegang saham biasa. Pemegang saham preferensi juga memiliki hak-hak yang melekat yang disetujui dalam suatu kontrak degan manajemen. Hak-hak pemegang saham preferensi adalah sebagai berikut: 1. Masing-masing pemegang saham preferensi berhak mendapatkan dividen yang ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu penegang saham dan manajemen. 2. Dalam hal pembagian dividen, pemegang saham preferensi mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu sebelim dividen pemegang saham biasa dibayarkan. 3. Pada kasus likuidasi, pemegang saham preferensi mempunyai hak klaim terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa. 4. Pemegang saham preferensi tidak mempunyai hak suara. Walaupun pemegang saham preferensi diperbolehkan hadir dalam RUPS, akan tetapi pemegang saham preferensi tidak mempunyai usara apapun untuk mempengaruhi segala kebijakan perusahaan. 18 2.3.2 Fungsi Saham Menurut Bambang Riyanto (1995;241) fungsi saham biasa adalah: 1. Sebagai alat untuk membelajai perusahaan terutama sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan akan modal permanen, 2. Sebagai alat untuk menentukan pembagian laba, 3. Sebagai alat untuk mengadakan fusi atau kombinasi dari perusahaanperusahaan, 4. Sebagai alat untuk menguasai perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka fungsi saham bagi investor adalah sebagai alat untuk menyalurkan dana sehingga mendapat keuntungan atau dapat menguasai perusahaan, sedangkan bagi perusahaan adalah alat untuk mendapatkan modal dalam menjalankan perusahaan tersebut. 2.3.3 Tujuan Pembelian Saham bagi Investor Seorang investor dalam keputusannya untuk membeli saham memiliki dua tujuan, yaitu: 1. Untuk menjadi pemilik perusahaan yang dibelinya, dengan proporsi sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki, sehingga memp[eroleh hak untuk mendapatkan dividen (investor jangka panjang). 2. Untuk memperoleh capital gain, yaitu keuntungan yang diperoleh ketika ia menjual kembali saham tersebut pada harga yang lebih tinggi dari harga pada saat ia membelinya (investor jangka pendek). Berdasarkan uraian diatas maka tujuan pembelian saham bagi investor adalah untuk menguasai perusahaan ataupun memperoleh keuntungan pada saat menjual saham tersebut. 2.3.4 Harga Saham 2.3.4.1 Penetapan Harga Saham Analisis penetapan harga saham terdiri dari beberapa metode, pendekatan umum yang digunakan dalam menetapkan harga suatu saham yaitu: 19 1. Analisis Fundamental Faktor-faktor fundamental merupakan informasi yang berkenaan dengan kondisi internal perusahaan, informasi ini dilihat melalui laporan keuangan yang diterbitkan secara rutin oleh perusahaan. Menurut Sharpe, Alexander and Bailey (1995;13), Pengertian analisis fundamental adalah sebagai berikut: “Analisis fundamental (fundamental analysis) dimulai dengan pernyataan bahwa nilai intrinsik dari aset finansil sama dengan present value dari semua aliran tunai yang diharapkan diterima oleh pemilik aset.” Menurut Suad Husnan (1998;285) Menyatakan tentang analisis fundamental: “Memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dapat dengan: • Mengestimasi faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang • Menerapkan hubungan variable-variable tersebut sehingga diperoleh taksiran harag saham. Model ini sering disebut sebagai share price forecasting model.” Analisis fundamental ini bertitik tolak dari anggaran dasar bahwa setiap investor adalah mahluk yang rasional karena mereka menganggap adanya hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahan yang bersangkutan. Argumentasi dasarnya jelas yaitu nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai buku suatu saat tapi juga harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai di kemudian hari. Analisis ini dapat dipergunakan dalam menilai harga saham baik bagi perusahaan yang akan menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal maupun bagi perusahaan yang telah terdaftar di lantai bursa. Penggunaan analisis rasio keuangan untuk menghitung harga saham menurut Wiliam F.Sharpe, Gordon J.Alexander, Jeffery V.Bailey (1995;135) dapat digambarkan sebagai berikut (Gambar 2.2): 20 Cakupan Profitabilitas ROE EPS Profit Ekuiti Profit Shares Harga Saham Profit Sales Operasi EBIT Margin EBIT Sales Aset Ekuiti Ekuiti Saham Harga EPS ROA Profit Aset Efisiensi Profit EBIT Margin Sales DER Sales Aset Nilai Buku Perputaran Rasio P/E (PER) Sales Tunai Efisiensi Produksi Sales Pengiriman Sales Inventory Sales Aktiva Tetap Gambar 2.2 Penggunaan Ramalan Rasio untuk Menghitung Ramalan Harga Saham Sumber : Wiliam F.Sharpe, Gordon J.Alexander, Jeffery V.Bailey, Investasi (1995) 2. Analisis Teknikal Menurut Sharpe, Alexander and Bailey (1995;13) pengertian analisis teknikal adalah: “Meliputi studi harga pasar saham dalam upaya meramalkan gerakan harga di masa datang untuk saham perusahaan tertentu.” Jika aliran fundamentalis menekankan pada harga saham apakah itu undervalue atau overvalue, aliran teknikalis ini berfokus pada waktu, dalam arti trend naik atauturun. 2.3.4.2 Penilaian Saham Secara teoritis, nilai suatu saham merupakan present value dari besarnya dividen yang diharapkan oleh investor di masa yang akan datang. Present value secara formal dapat dirumuskan sebagai berikut: 21 ∑ Aruskas (1 + r ) n Nilai saham = t =1 t t Dalam hal ini r adalah tingkat bunga atau tingkat keuntungan yang dipandang layak bagi investasi tersebut. Untuk menggunakan rumus tersebut, analis perlu menaksir: a. tingkat keuntungan yang dipandang layak, b. jumlah dan kapan arus kas tersebut akan diterima, dan c. mengkombinasikan kedua informasi tersebut untuk menaksir nilai intrinsik suatu saham dan membandingkannya dengan harga pasar saat ini. Untuk menaksir tingkat keuntungan yang dipandang layak, analis atau pemodal perlu memasukan faktor risiko. Semakin besar risiko yang ditangggung pemodal, semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang seharusnya diapndang layak. Dengan kata lain, terdapat hubungan yang positif antara faktor risiko denga tingkat keuntungan yang diisyaratkan pemodal. Nilai r disini dipengaruhi oleh tingkat keuntungan bebas resiko ditambah dengan premi untuk risiko. Dengan kata lain, r = Rf + Premi risiko Dalam hal ini Rf adalah tingkat keuntungan (dari investasi) yang bebas risiko, terdiri dari real estate of interest ditambah dengan premi untuk inflasi. Sesuai dengan konsep tersebut maka r investasi pada saham akan lebih tinggi dari tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan juga lebih tinggi dari r untuk investasi pada obligasi. Harga saham di atas merupakan expected stock price, yaitu harga saham yang diharapkan oleh investor dan perusahaan. Namun pada kenyataannya, harga yang terjadi di pasar (realized price) tidak selalu sama dengan expected price tersebut, bahkan perbedaannya sangat besar. Hal ini dapat disebabkan karena dalam perhitungan expected price hanya mempertimbangkan faktor mikro perusahaan, sementara realized price dipengaruhi oleh faktor-faktor baik itu dari kinerja perusahaan, kondisi ekonomi, maupun isu-isu yang terjadi di pasar. 22 2.3.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut Keown yang dialihbahasakan oleh Chaerul D Djakman (1998;468) harga saham bisa berubah-ubah dengan cepat, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan perubahan harga saham tersebut, yaitu: 1. Harapan dan Prilaku Investor Harga saham dapat dipengaruhi oleh harapan investor atau perkiraan investor mengenai keputusan manajemen terhadap kebijakan devidennya.. 2. Kondisi Keuangan Perusahaan Nilai dari suatu perusahaan bisa dilihat dari harga saham perusahaan yang bersangkutan di pasar modal. Kondisi perusahaan yang baik biasanya akan meningkatkan minat investor untuk membeli saham sehingga harga saham naik dan sebaliknya, jika kondisi perusahaan buruk juga akan mempengaruhi harga saham. 3. Permintaan dan Penawaran Harga saham biasanya berfluktuasi mengikuti kekuatan permintaan dan penawaran di pasar modal. Fluktuasi harga saham mencerminkan seberapa besar minat investor terhadap saham suatu perusahaan, oleh karena itu harga saham setiap saat bisa berubah seiring dengan minat investor untuk mendapatkan modalnya pada saham. 4. Tingkat Efisiensi Pasar Modal Perubahan harga saham pada pasar modal yang efisien (pasar yang harga sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan) adalah acak (random). Apabila harga-harga selalu mencerminkan semua informasi yang muncul (yaitu informasi yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya). Dengan demikian perubahan harga tidak bisa diperkirakan sebelumnya. Menurut Suad Husnan (1998;269) ada tiga bentuk pasar yang efisien, yaitu: • Efisien yang lemah (Weak From Efficiency) Bentuk efisien yang lemah yaitu keadaaan dimana harga-harga mencerminkan semua informasi yang ada pada catatan harga di waktu yang lalu. 23 • Efisien setengah kuat (Semi Strong from Efficiency) Bentuk efisien setengah kuat yaitu keadaan dimana harga-harga bukan hanya mencerminkan harga-harga di waktu yang lalu, tetapi mjuga semua informasi yang dipublikasikan. • Efisien kuat (Strong from Efficiency) Bentuk efisien kuat yaitu keadaan dimana harga tidak hanya mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan, tetapi juag informasi yang diperoleh dari analisis fundamental tentang perusahaan dan perekonomian. 5. Kondisi ekonomi dan politik pada umunya Faktor ini akan mempengaruhi supply dan demand akan saham. Keadaan ekonomi yang stabil dan situasi politik yang aman akan menarik minat investor (terutama investor asing) untuk berinvestasi. 2.4 Pasar Modal Undang-Undang Pasar Modal No.8 tahun 1995 memberikan pengetian Pasar Modal yang lebih spesifik yaitu: “Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Pada dasarnya, pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri. Di pasar modal diperjualbelikan instrumen keuangan seprti saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagai produk turunan (deriatif) seperti opsi (put atau call). 24 2.4.1 Jenis Pasar Modal Menurut Jogiyanto (1998;13), terdapat empat jenis pasar modal, yaitu: 1. Pasar Primer (Primary Market), yaitu pasar modal yang menjual untuk pertama kali saham dan sekuritas lainnya sebelum sekuritas tersebut dicatatkan di Bursa Efek. Harga pasar di pasar modal ini ditentukan oleh penjamin emiten (underwriter) dan perusahaan yang go public. Surat berharga yang baru dijual dapat berupa penawaran umum (Initial Public Offering atau IPO), atau penambahan surat berhaga baru jika perusahaan sudah go public. 2. Pasar Sekunder(Secondary Market), yaitu pasar modal dalam bentuk bursa efek, yang memperjualbelikan saham dan sekuritas kepada umum, setelah masa penjualan di primary market. Harga saham pada pasar sekunder ini ditentukan oleh permintaaan dan penawaran yang dipengaruhi berbagi faktor baik dari pasar maupun dari emiten. 3. Pasar Ketiga (Third Market), yaitu pasar modal tempat saham dan sekuritas alin diperdagangkan di luar bursa efek. Pasar ini disebut over the counter market, atau dengan kata lain pasar ketiga dijalankan oleh broker yang mempertemukan penjual dan pembeli pada saat pasar kedua tutup. 4. Pasar Keempat (Fourth Market), yaitu pasar perdagangan saham antar investor atau antar pemegang daham tanpa melaui pialang. Pasar keempat umumnya menggunakan jaringan komunikasi untuk memperdagangkan saham dalam jumlah blok yang besar. Primary market di Indonesia disebut pasar perdana, dan secondary market adalah Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, sedangkan thrid market disebut bursa pararel yang dikelola perserikatan pedagang uang dan efek. Sedangkan contoh fourth market misalnya instinet yang menangani lebih dari satu milyard lembar saham tiap tahunnya. 25 2.4.2 Struktur Pasar Modal Indonesia Pasar Modal di Indonesia berada dibawah pengawasan Menteri Keuangan, dan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Pada Gambar 2.3 diperlihatkan struktur Pasar Modal Indonesia. MENTERI KEUANGAN BADAN PENGAWAS PASAR MODAL LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN (PT.KPEI) BURSA EFEK (PT.BEJ/BES) LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN (PT.KSEI) PERUSAHAAN EFEK LEMBAGA PENUNJANG PROFESI PENUNJANG INVESTOR EMITEN Perantara Perdagangan Efek Biro Administrasi Efek Akuntan Domestik Perusahaan Publik Perantara Perdagangan Efek Biro Administrasi Efek Akuntan Domestik Perusahaan Publik Manajer Investasi Kustodian Konsultan Hukum Asing Reksa Dana Penjamin Emisi Efek Wali Amanat Penilai Pemeringkat Efek Notaris Gambar 2.3 Struktur Pasar Modal Indonesia Sumber : www.jsx.co.id 26 2.4.2.1 BAPEPAM BAPEPAM atau Bdan Pengawas Pasar Modal adalah lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan psar modal. Keberadaan BAPEPAM dimaksudkan agar dapat mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien, dan melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. BAPEPAM memiliki tiga fungsi, yaitu: • Fungsi Pembinaan Memiliki kewenangan untuk memberikan, mencabut, menunda sementara, membekukan izin bagi seluruh lembaga yang terkait di Pasar Modal termasuk Bursa Efek LKP dan LPP. • Fungsi Pengaturan Memiliki kewenangan untuk membuat peraturan di bidang Pasar Modal, untuk memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas Undang-Undang dan peraturan pelaksanaannya. • Fungsi Pengawasan dan Penegakan Hukum Memiliki kewenangan untuk melakukan penyidikan kepada para pelaku di Pasar Modal dan pihak lain yang terlibat dalam ketentuan Pasar Modal. 2.4.2.2 Bursa Efek Bursa Efek adalah lembaga yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek. Di bursa inilah dilakukan jual beli saham dengan menggunakan jasa perusahaan efek yang menjadi anggota bursa. Di Indonesia bursa efek harus berbentuk Perseroan, sementara pemegang sahamnya adalah Perusahaan Efek yang menjadi anggota bursa. Ada dua bursa fek di indonesia yaitu PT Bursa Efek Jakarta (PT BEJ) dan PT Bursa Efek Surabaya (PT BES). PT BEJ memperoleh izin usaha pada 18 Maret 1992 dan diswastakan pada 13 Juli 1992 dengan penyerahan pengelolaan dari BAPEPAM ke PT BEJ. PT BES didirikan pada 16 Juni 1989. Pada tahun 1995 Bursa Pararel menggabungkan diri dengan PT BES. 27 2.4.2.3 Lembaga Kliring dan Penjamin Lembaga ini menyediakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa. Setiap transaksi akan melewati lembaga ini untuk diselesaikan transaksinya, apakah seorang pemodal akan bertambah jumlah saham yang dimilikinya (karena melakukan pembelian) dan melakukan pembayaran, atau akan berkurang jumlah sahamnya (karena menjual saham) dan menerima pembayaran. Lembaga yang melakukan fungsi ini di Indonesia adalah PT KPEI. 2.4.2.4 Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian Lembaga ini merupakan lembaga yang menyediakan jasa ustodian (penyimpana efek) sentral dan penyelesaian transaksi efek. Efek-efek yang diperjualbeliakan di bursa tidaklah beredar secara fisik, tetapi hanya lewat catatan saja (scripless). Efek-efek tersebut disimpan di berbagai bank kustodian, perusahaan efek dan pihak lain. 2.4.2.5 Perusahaan Efek Perusahaan Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau Manajer Investasi setelah memperoleh izin usaha dari BAPEPAM. Penjamin Emisi Efek (Underwriter) adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban membeli sisa efek yang tidak terjual. Perantra Pedagang Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain. Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio inventsai kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.4.2.6 Lembaga Penunjang • Biro Administrasi Efek (BAE), adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek. 28 • Kustodian, adalah pihak yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha pengelolaan dan penyimpanan. Yang dapat menjadi kustodian adalah Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Perusahaan Efek, atau Bank Umum yang telah mendapat persetujuan BAPEPAM. • Wali Amanat (Trustee), adalah pihak atau lembaga yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang (misalnya obligasi). • Pemeringkat Efek, adalah lembaga yang melakukan kajian atas fundamental/kemampuan keuangan suatu perusahaan dan memberikan penilaian atas keadaan keuangan perusahaan tersebut (di Indonesia : Pefindo, Kasnick & Duff). 2.4.2.7 Profesi Penunjang • Akuntan, yaitu Akuntan Publik yang telah mendapaty ijin dari BAPEPAM. Peran Akuntan Publik yanbg pertama adalah memeriksa laporan keuangan dan memberika pendapat terhadap laporan keuangan. Di pasar modal dituntut pendapat wajar tanpa pengecualian terhadap laporan keuangan perusahaan yang akan menerbitkan sekuritas atau yang telah terdaftar di bursa. Pendapat wajar tanpa syarat berarti laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntasi Keuangan tanpa suatu catatan atau kekurangan. • Konsultan Hukum, diperlukan jasanya agar jangan sampai perusahaan yang menerbitkan sekuritas di pasar modal ternyata terlibat persengketaan hukum dengan pihak lain. • Penilai (Approisal), yaitu yang memberikan penilaian atas kewajaran nilai aktiva atau kekayaan lain dari suatu perusahaan. • Notaris, yang akan membuatkan agenda atau kegiatan lain dari perusahaan dan merubahnya menjadi memiliki kekuatan hukum. • Profesi Lain yang ditetapkan oleh PP. 29 2.4.2.8 Investor Investor meliputi investor lokal dan asing, baik perseorangan maupun institusi seperti dana pensiun, asuransi, reksadana, bank, yayasan, dan sebagainya 2.4.2.9 Emiten • Perusahaan publik, yaitu perusahaan (BUMN atau Swasta) yang sebahagian kepemilikan sudah dan/atau dapat dimiliki masyarakat umum. • Reksadana, yaitu Reksadana yang berbentuk Perseroan bersifat tertutup (close-end fund) • Bentuk Usaha lain (hanya untuk obligasi), seperti Koperasi, Firma, CV, dan pemerintah (Pusat dan Daerah). 2.4.3 Manfaat Pasar Modal Pasar Modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal investor mengharapkan dan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki tersebut. Dari sisi issuer, tersedianya dana dari pihak luar memungkinkjan tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Dalam proses ini diharapkan akan terjadi peningkatan kemakmuran. Fungsi ini sebenarnya juga dilakukan oleh intermediasi lainnya, seperti lembaga perbankan. Hanya bedanya dalam pasar modal diperdagangkan dana jangka panjang dan dilakukan secara langsung, tanpa perantara keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih, dan tidak terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut. Kedua fungsi ini sebenarnya saling terkait, dan perbedaaan fungsi ekonomi dan keuangan sering tidak jelas. 30 Dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaanperusahaan sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas. Manfaat keberadaan pasar modal di Indonesia antara lain: • Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal. • Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi. • Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara. • Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah. • Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim berusaha yang sehat. • Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik. • Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek yang bagus. • Altrernatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melauli keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi. • Membina iklim keterbukaan, mendorong pemanfaatan manajemen profesional. • Sumber pembiayaan dana jangka panjang bagi emiten. 2.4.4 Perkembangan Pasar Modal Indonesia Pada 13 Juli 1992, Bursa Efek Jakarta (BEJ) diswastaskan dan mulai menjalankan pasar saham di Inodnesia – sebuah awal pertumbuhan baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19. pada tahun 1912, dengan bantuan 31 pemerintah kolonial Belanda, bursa efek pertaman Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini. Bursa Batavia sempat ditutup selama periode Perang Dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada 1925. selain bursa Batavia, pemerintahan kolonial juga mengoperasikan bursa pararel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia. Pada 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obigasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum Perang Dunia. Kegiatan bursa saham kemudian terhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956. Tidak sampai tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru dibawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitaslisasi pasar saham pun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor swasta – puncak perkembangannya pada tahun 1990. Pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT Bursa Efek Jakarta dan menjadi salah satu bursa saham yang dinamis di Asia. Swastanisasi bursa saham menjadi PT BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Pada awalnya, perkembangan Pasar Modal Indonesia apabila diukur dari jumlah perusahaan yang menerbitkan sahamnya di BEJ maupun kegiatan perdagangan saham, ternyata sangat lambat. Sampai dengan tahun 1982 baru 23 perusahaan yang terdaftar di BEJ, tetapi setelah itu terhenti pada angka 24 perusahaan pada tahun 1988. Perkambangan pasar modal Indonesia setelah tahun 1988 menunjukan jumlah perkembangan yang sangat signifikan. Terlihat dari jumlah emiten yang tercatat pada tahun 1988 hanya 24 emiten, meningkat menjadi 306 emiten pada tahun 2003. Perkembangan yang pesat tersebut harus diikuti dengan perkembangan sistem perdagangan juga, sehingga sistem perdagangan manual sudah tidak relevan lagi. Pada 22 Mei 1995, BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomatis yang menggantikan sistem perdagangan manual. 32 Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparant dibanding sistem perdagangan manual. Pada Juli 2000, BEJ menerapkan perdagangan tanpa warkat (Sripless Trading) dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pamalsuan saham, dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi. Tahun 2002, BEJ juga mulai menerapkan perdagangan jarak jauh (Remote Trading), sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan. 2.5 Perbankan Indonesia Bank merupakan suatu perusahaan dimana kegiatan sehari-hari berkaitan dengan masalah keuangan atau sebagai perantara orang yang menyimpan dana kemudian uang tersebut dipinjamkan lagi kepada orang yang membutuhkan, sehingga dengan demikian fungsi utama bank adalah sebagai perantara bagi penawaran dan permintaan uang. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan pasal 1 menyatakan bahwa: 1. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara, dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya; 2. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam pengertian bank diatas dapat disimpulkan bahwa bank dalam kegiatan operasionalnya memberikan pelayanan atau jasa-jasa kepada para nasabah baik yang berskala besar maupun kecil terutama dalam pemberian kredit, juga penerima simpanan. Peran utama bank adala sebagai perantara antara nasabah yang memiliki atau kelebihan dana dengan nasabah yang memerlukan dana yang dapat diberikan dalam bentuk kredit. 33 Selain itu, bank juga memiliki peran sebagai pengemban misi dalam perekonomian Indonesia, yaitu meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Artinya kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit agar daya beli atau modal usaha masyarakat dapat meningkat laju dan pemerataan dalam pembangunan ekonomi nasional. Namun dalam mengemban misi tersebut, tentunya bank tidak mengabaikan unsur kesehatan bank itu sendiri, keduanya harus berjalan secara proposional. 2.6 Laporan Keuangan 2.6.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hasil akhir dari siklus akuntasi. Informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan adalah informasi akuntansi kuantitatif maupun informasi non kuantitatif. Menurut SAK tentang Kerangka Dasar Penyusunan Laporan Keuangan paragraf 07 (2002) laporan keuangan adalah: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan labarugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana) catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri yang geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.” Sedangkan menurut Fraser & Ormiston (2004:6) laporan keuangan adalah: A corporate annual report contains four basic financial statement; 1. The Balance Sheet Show the financial position assets, liabilities, and stockholders’ equity_ of the firm on a particular date, such as the end of a quarter or a year. 2. The Income or Earnings Statement Present the results of operations _revenues, expenses, net profit or loss, and net profit or loss share_ for the accounting period. 3. The Statement of Stockholders’ equity Reconciles the beginning and ending balance of all accounts that appear in the stockholders’ equity section of the balance sheet. Some firms prepare a statement of retained earnings, frequently combined with the income statement, witch reconciles the beginning and ending balances of the retained earnings account. Companies choosing the better format will generally present the statement of stockholders’ in footnote disclosure. 4. The Statement of Cash Flow Provides information about the cash inflow and outflow from operating, financing, and investing activities during an accounting period. 34 Laporan keuangan yaitu informasi akuntansi yang berisikan informasi mengenai posisi keuangan satuan usaha pada tanggal tertentu, gambaran tentang hasil usaha atau kinerja perusahaan, perubahan equitas, dan perubahan arus kas pada periode tertentu. Di samping itu juga memuat catatan atas laporan keuangan yang memberi keterangan atas hal-hal lain yang tidak tercantum dalam laporan keuangan. Laporan Keuangan Bank Sesuai dengan standar khusus akuntansi perbankan indonesia (SKAPI) yang telah disesuaikan dalam pernyataan standar akuntansi keuangan (SAK) No.31, laporan keuangan bank dapat berupa laporan tahunan dan laporan interim (antar waktu). Laporan Keuangan Bank terdiri atas: • Neraca • Perhitungan rugi laba • Laporan arus kas • Catatan atas laporan keuangan Sedangkan laporan interim sekurang-kurangnya terdiri atas neraca, perhitungan rugi laba, dan laporan komitmen dan kontijensi dengan periode bulanan, triwulanan atau jangka waktu lainnya yang merupakan integral dari laporan keuangan tahunan. 2.6.2 Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan dapat dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan kualitatif. Tujuan umum yaitu tujuan yang ingin dicapai dengan disajikannya laporan keuangan. Sedangkan tujuan kualitatif dari penyajian laporan keuangan adalah terpenuhinya syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh laporan keuangan agar tujuan umum tercapai. 35 Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 1 paragraf 05 (2002) tujuan laporan keuangan adalah: “Tujuan laporan keuangan untuk umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumbersumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi: (a) aktiva; (b) kewajiban; (c) ekuitas; (d) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; dan (e) arus kas Informasi tersebut di atas beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan membantu penggunan laporan dalam memprediksi arus kas pada masa depan khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.” Kasmir (2000;173) menjelaskan ecara umum tujuan pembuatan laporan keuangan suatu bank adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan modal bank pada waktu tertentu, 2. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercemin dari pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu, 3. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban, dan modal suatu bank, 4. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode. Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi yang bisa digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pihak yang berkepentingan seperti : manajemen perusahaan, investor atau calon investor, kreditur, pelanggan, pemasok, bankers, pemerintah, dan lain-lain. 2.6.3 Jenis-jenis Laporan Keuangan Bank memiliki beberapa jenis laporan keuangan yang disajikan seusai dengan SAK. Jenis-jenis laporan keuangan bank menurut Kasmir (2000;175) adalah: 36 1. Neraca Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisis keuangan bank pada tangggal tertentu. Posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi Aktiva (Harta), Pasiva (Kewajiban dan Ekuitas) suatu bank. Penyusunan komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo. 2. Laporan Komitmen dan Kontijensi Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. 3. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. 4. Laporan Arus Kas Merupakan laporan yang menunjukan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan. 5. Catatan Atas Laporan Keuangan Merupakan laporan yang bersisi catatan tersendiri mengenai Posisi Devisa Neto (PDN) menurut jenis dan aktivitas lainnya. 6. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi Laporan gabungan merupakan lapran dari seluruh cabang-cabang bank yang bersangkutan baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri, Sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan bank yang bersangkutan dengan anak perusaannnya. 2.6.4 Pemakai Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah sumber informasi yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pihak internal maupun pihak eksternal. Namun penyajian laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen. Dalam SAK paragraf 06 (2002) disebutkan: “Manajemen perusahaan bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan.” 37 Secara umum, semua orang yang tertarik dengan informasi keuangan dan performen suatu perusahaan yang disebut stakeholders adalah pengguna informasi akuntansi. Stakeholders yang menggunakan informasi akuntansi dapat dibedakan kedalam dua kelompok besar, yaitu internal user dan external user. Internal user yaitu orang-orang yang menggunakan informasi akuntansi sebagai dasar pengambilan keputusan yang langsung mempengaruhi operasi internal perusahaan, sedangkan external user adalah pemakai informasi akuntansi, dalam hal ini laporan keuangan, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai hubungan mereka yang berkaitan dengan perusahaan. Laporan keuangan adalah informasi yang berasal dari informasi akuntansi sebagai hasil akhir dari siklus akuntansi itu sendiri, karena itu pemakai laporan keuangan akan sama dengan pemakai atau pengguna informasi akuntansi. Hongren (1997:4) membedakan pemakai informasi akuntansi berdasarkan bentuk keputusan yang mereka ambil berdasarkan informasi akuntansi tersebut, kelompok tersebut dibedakan sebagai berikut: Individu Masyarakat menggunakan informasi akuntansi dalam peristiwa seharihari, misalnya dalam mengatur rekening di bank mereka, mengevaluasi prospek pekerjaan, melakukan evaluasi dan investasi, atau dalam memutuskan akan menyewa atau membeli sebuah rumah. Kalangan bisnis Para manajer perusahaan menggunakan informasi akuntansi untuk menetapkan tujuan organisasi mereka, mengevaluasi kemajuan mereka dalam pencapaian tujuan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan apabila diperlukan. Keputusan- keputusan yang didasarkan atas informasi akuntansi diantaranya menetapkan gedung mana dan peralatan apa yang akan dibeli, berapa banyak persediaan barang dagang yang disimpan, seberapa banyak uang kas yang harus dipinjam , dan lain-lain. Investor dan kreditor Investor atau para penanam modal menyediakan uang yang dibutuhkan oleh pengusaha untuk memulai operasinya. Untuk memutuskan apakah investor akan membantu suatu usaha baru, investor yang potensial akan mengevaluasi kemungkinan hasil yang akan mereka terima dari investasi tersebut. Ini berarti mereka harus menganalisa laporan keuangan dari bisnis/usaha baru tersebut. Investor yang benar-benar melakukan investasi akan memantau kemajuan usaha tersebut dengan menganalisa laporan keuangan perusahaan dan juga memperhatikan perkembangannya dari pers bisnis – seperti, Warta Ekonomi, Bisnis Indonesia untuk dalam negeri, serta The Wall Street Journal, Business Week, Forbes dan Fortune untuk informasi luar negri. Laporan akuntansi merupakan salah satu sumber informasi utama bagi pers bisnis. Sebelum memberi pinjaman, para pemberi pinjaman akan menentukan dahulu kemampuan peminjam dalam menepati jadwal pelunasannya. Evaluasi 38 ini termasuk mengevaluasi proyek atas hasil operasi dimasa datang, yang didasarkan atas informasi akuntansi. Badan-badan pemerintah Sebagian besar dari organisasi terkena peraturan pemerintah. Misalnya perusahaan yang menjual sahamnya di bursa efek diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) untuk mengungkapkan informasi tertentu, seperti informasi keuangan, kepada pemegang saham publik. Informasi keuangan tersebut akan diperoleh/disusun dari sistem akuntansi perusahaan. Instansi perpajakan Pemerintah memungut pajak dari perorangan dan badan usaha. Jumlah pajak yang dikenakan dihitung dengan menggunakan informasi akuntansi. Perusahaan menentukan pajak pertambahan nilai berdasarkan atas catatan akuntansi mereka yang menunjukkan besarnya penjualan. Perhitungan pajak penghasilan individu dan perusahaan berdasarkan atas catatan pendapatan mereka yang diperoleh dari sistem akuntansi. Akuntansi nir laba Organisasi nir laba, seperti sebagian besar rumah sakit, badan-badan pemerintah, dan sekolah-sekolah, yang beroperasi untuk tujuan yang tidak menghasilkan laba menggunakan informasi akuntansi sebagaimana yang dilakukan oleh badan usaha yang mencari laba. Baik organisasi yang mencari laba maupun organisasi nir laba akan selalu berurusan dengan aggaran pembayaran gaji, pembayaran sewa, dan semacamnya yang berasal dari sistem akuntansi. Para pemakai lainnya Penentuan tuntutan upah para pekerja dan serikat buruh didasarkan atas informasi akuntansi yang menunjukkan pendapatan majikan mereka. Kelompok-kelompok konsumen dan masyarakat luas juga tertarik pada jumlah pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan tertentu. Para pemakai laporan keuangan atau informasi akuntansi dapat dibedakan ke dalam beberapa kelompok yang berlainan, namun pada dasarnya setiap pemakai laporan keuangan memiliki kepentingan yang sama terhadap laporan keuangan, yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 2.7 Analisa Laporan Keuangan 2.7.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan merupakan suatu teknik analisis yang dalam banyak hal mampu memberikan petunjuk atau indikator dan gejala-gejala yang timbul di sekitar kondisi yang melingkupinya. Apabila analisis laporan keuangan ynag dihitung di interprestasikan secara tepat, akan mampu menunjukan aspek-aspek dimana penilaian dan evaluasi lebih lanjut harus dilakukan. 39 Analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata yaitu “analisis” dan “laporan keuangan”, untuk menjelaskan kata ini, penulis menjelaskannya dari arti masingmasing kata. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2001:189) pengertian Analisis dan Laporan Keuangan adalah sebagai berikut: “Analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu untuk unit menjadi bagian unit terkecil”. “Laporan Keuangan adalah neraca, laba rugi, dan laporan arus kas (dana)”. Jika kedua pengertian ini digabungkan, maka pengertian analisis laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2001:190) adalah: “Menguraikan pos-pos keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau mempunyai makna antara yang satu dengan yang lainnya baik antara data kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”. Kegiatan analisis laporan keuangan berfungsi untuk mengkonversi data yang berasal dari laporan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih berguna, lebih mendalam dan lebih tajam dengan teknik tertentu. Oleh karena itu kegunaan analisis laporan keuangan sepenuhnya terletak pada kemampuan dan intelegensi serta keterampilan analisnya dalam menginterprestasikannya. 2.7.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menmbah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Secara lengkap penulis akan menjelaskan tujuan analisis laporan keuangan sebagai berikut: 1. Memberikan informasi yang lebih dalam daripada yang terdapat pada laporan keuangan biasa. 2. Menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit). 40 3. Mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. 4. Membongkar hal-hal ynag bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik yang dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan. 5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan modelmodel dan teori-teori yang tedapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating). 6. Memberikan informasi yang diinginkan oleh pengambil keputusan, antara lain : 7. • Menilai Prestasi Perusahaan. • Memproyeksikan keuangan perusahaan. • Menilai kondisi keuangan perusahaan masa lalu dan masa sekarang. • Menilai komposisi struktur keuangan, arus dan dana. Menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis. 8. Membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal (standar ideal). 9. Memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya. 10. Memprediksi potensial apa yang mungkin perusahaan alami di masa yang akan datang. 41 2.7.3 Jenis-jenis Analisis Laporan Keuangan Penafsiran dari analisis laporan keuangan suatu cara untuk menilai keadaan keuangan dan potensial perusahaan. Melalui analisis laporan keuangan ditelaah hubungan dan kecenderungan dalam komponen-komponen laporan keuangan. Jenis laporan keuangan dipandang dari penganalisis ialah: 1. Analisis Ekstern. Analisis ini dilakukan oleh pihak di luar perusahaan, sehingga informasi yang diperoleh terbatas hanya pada informasi yang tercnatum pada laporan keuangan perusahaan. 2. Analisis Intern. Analisis ini dilakukan oleh pihak yang berada dalam perusahaan sehingga dapat diperoleh informasi yang lengkap. Jenis laporan keuangan dipandang dari cara melakukan analisis ialah: 1. Analisis Statis (analisis vertikal/analisis struktural). Melakukan analisis terhadap laporan keuangan satu periode tertentu, dengan membandingkan satu pos dengan pos lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Disebut analisis statis karena simpulan yang diperoleh untuk periode itu saja tanpa mngetahui perkembangannya. Disebut analisis vertikal karena membandingkan satu pos dengan total kelompok dimana pos itu berada. Disebut analisis struktural karena menganalisis struktur dari suatu kekayaan, contohnya struktur permodalan perusahaan. 2. Analisis Dinamis (analisis horizontal/analisis trend) Menganalisis dengan cara membendingkan laporan kleuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga dapat diketahui perkembangannya. Disebut analisis horizontal karena anlisisi ini dilakukan dengan cara membandingkan angka-angka dari pos-pos tertentu selama beberapa 42 periode tertentu secara berturut-turut dari kiri ke kanan pada garis yang sama. Disebut analisis trend karena menganalisis perubahan-perubahan pos yang ada pada laporan keuangan selama beberapa periode tertentu secara berturut-turut. 2.7.4 Analisa Rasio sebagai Alat dalam Analisis Laporan Keuangan Analisis rasio dipakai untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca maupun ikhtisar laba rugi. Rasio menggambarkan suatu hubungan matematis antara suatu jumlah dengan jumlah lain. Penggunaan alat analisis rasio dapat menjelaskan baik dan buruknya posisi keuangan perusahaan, terutama bila angka rasio ini dibandingkan dengan angka rasio perbandingan yang digunakan sebagai standar. Penggolongan rasio yang baik adalah disesuaikan dengan tujuan analisis. Untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan dalam industri, maka rasio-rasio yang digunakan diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas (Liquidity Ratio) ialah rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan, terdiri dari: • Rasio Lancar (Current Ratio) Mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Current Ratio = • Total current assets x 100% Total current liability Rasio Kas (Cash Ratio) Merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan surat berharga yang dapat diuangkan. Cash Ratio = Cash + Marketable sec urities x 100% Total current liability 43 • Rasio Cepat (Quick Ratio) Merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid (quick assets) Quick Ratio = • Total current assets − Inventory x 100% Total current liability Rasio Modal Kerja terhadap Aset (Working Capital To Assets Ratio) Merupakan likuiditas sari total aktiva dan posisi modal netto WCAC = Total current assets − Total current liability x 100% Total Assets 2. Rasio Leverage (Leverage Ratio), ialah rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang, terdiri dari rasio: • Rasio Hutang terhadap Modal (Total Debt To Equity Ratio), Menunjukan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. DER = • Total debt x 100% Owners Equity Rasio Hutang terhadap Aset (Total Debt to Total Assets Ratio), Merupakan bagian dari keseluruhan dana yang dibelanjai dengan hutang atau merupakan bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang. DAR = • Total debt x 100% Total Assets Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Modal (Long Term To Equity Ratio), Menunjukan bagian dari setiap tupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang. LTER = Long term debt x 100% Owners Equity 44 • Rasio laba terhadap hutang jangka panjang (Time Interest Earned Ratio), Menunjukan besarnya keuntungan untuk membayar hutang jangka panjang. TIER = 3. Rasio Earning before int erest tax x 100% Long term debt int erst Keuntungan (Profitability Ratio), Menunjukan hasil akhir kebijaksanaan dan keputusan, terdiri dari: • Rasio Laba terhadap Aset (Return on Inventory), Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keunatungan ROI = • Earning after tax x 100% Net Assets Rasio Laba terhadap Modal (Return On Equity), Merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto ROE = • Earning after tax x 100% Owners equity Rasio Laba terhadap rata-rata Aset (Return on Average Total Assets), Digunakan untuk memilih investasi dalam proyek yang akan dibiayai dengen penyertaan oleh calon nasabah = Earning after tax x 100% Total Assets − Accumulation depreciation 4. Rasio Nilai Pasar (Market value ratio), adalah analisis yang berkaitan dengan hubungan antara harga saham perusahaan dengan pendapatan (nilai bukunya) dalam setiap lembar saham. Analisis ini juag berkaitan dengan rasio-rasio pembagian dividen. Metode dan teknik analisis yang digunakan kesemuanya itu adalah merupakan permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan 45 dan setiap metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak yang membutuhkan. Dalam perbankan, untuk menilai kinerja keuangan perusahaan juga menggunakan beberapa rasio. Sedangkan dalam memprediksi harga saham digunakan pula rasio keuangan sebagai penilaian kinerja perusahaan. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan Selain memiliki beebrapa manfaat, analisis rasio keuangan juga memiliki beberapa keterbatasan. Menurut Agnes Sawir (2001;44), keterbatasan analisis rasio antara lain adalah: 1. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha. 2. Rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi. 3. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda pula. 4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan. 2.8 Rasio Keuangan yang Digunakan untuk Memprediksi Harga Saham 1. Rasio Harga Saham terhadap Laba (Price to Earning Ratio) Price/Earning Ratio (PER) adalah penilaian predikasi dari para investor saham, terutama untuk menilai saham yang under value (di bawah book value-nya) dengan harapan bisa memberikan capital gain yang besar di masa yang akan datang, PER merupakan ukuran kepercayaan pasar terhadap nilai saham, yang secara teoritis makin tinggi rasio ini maka makin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER diperolah dangan cara membandingakn antara harga saham per saham terhadap laba per saham bank dari saham yang bersangkutan. Rasio ini 46 menunjukan berapa rupiah yang harus dibayar oleh investor untuk setiap satu rupiah laba periode berjalan. Secara matematis, PER dapat ditulis: PER = Stock price earning per share PER yang tinggi menjadi salah satu faktor yang dapat menarik investor untuk membeli saham tersebut. Makin tinggi PER, maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, artinya, performance bank tersebut baik, dan kan berpengaruh terhadap penilaian bank tersebut di masyarakat sehingga akan berpengaruh terhadap harga sahamnya di bursa. Beberapa alasan penggunaan PER dalam melakukan penilaian terhadap harga saham, yaitu: 1. PER menghubungakn harga saham perusahaan terhadap current earning. 2. Perhitungan PER sederhana dan dapat dibandingkan dengan saham lain 3. PER dapat dijadikan wakil resiko dan pertumbuhan bank. Pada bank yang kemungkinan pertumbuhannya tinggi PER-nya tinggi, sedangkan pada bank yang resikonya tinggi, PER-nya akan rendah. 2. Rasio Laba terhadap Lembar Saham (Earning per Share) Earning per Share (EPS) adalah tolok ukur profitabilitas modal yang telah ditanam para pemegang saham. EPS diperoleh dengan jalan membagi keuntungan yang diperoleh bank selama masa tertentu dengan jumlah saham yang telah mereka terbitkan dan disetor. EPS dapat dihitung dengan rumus: EPS = Earnings available for common stockholders Number of common stock outs tan ding Data per lembar saham sering dilaporkan dalam penerbitan keuangan, dan digunak secara luas oleh para pemegang saham dalam mengevaluasi kemampulabaan bank. EPS menunjukan laba yang dihasilkan setiap lembar 47 saham biasa. Jadi, EPS dilaporkan hanya untuk pemegang saham biasa. Semakin tinggi EPS, berarti performance perusahaan semakin baik dalam menghasilkan keuntungan bersih setiap lembar sahamnya, sehingga saham akan diminati investor dan harga jualnya akan naik. 3. Rasio Laba terhdap Modal (Return on Equity) Return on Equity dalam analisis keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan. Analisis ROE ini merupakan teknik analisis yang lazim digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Dengan menggunakan ROE kemempuyan perusahaan untuk memperoleh laba tidak diukur menurut besar kecilnya laba, melainkan harus dibandingkan dengan besarnya modal/dana yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. ROE diperoleh dengan jalan membandingkan jumlah keuntungan yang diperoleh bank selama masa tertentu, dengan jumlah harga neto pemegang saham (modal disetor, laba ditahan, dan laba/rugi berjalan). ROE merupakan tolok ukur profitabilitas yang paling penting bagi para pemegang saham. ROE memberikan gambaran tentang seberapa besar bank telah mampu menghasilkan keuntungan dari jumlah dana yang telah mereka investasikan dalam bank tersebut. ROE dapat dihitung dengan formula: ROE = Net profit after taxes Stockholder ' s equity Kadang dapat terjadi sebuah bank memiliki persentase “return on assets” yang rendah, namun persentase ROE mereka cukup tinggi. Kondisi profitabilitas seperti ini dirasakan kurang sehat, dalam istilah perbankan internasional bak tersebut dinyatakan “heavily leverage”, yaitu jumlah seluruh harta neto pemegang saham terlalu kecil dibandingkan dengan jumlah seluruh harta bank. Dengan perkataan lain, k=jumlah dana yang diinvestasikan oleh para pemegang saham terlalu kecil, dibandingkan dengan jumlah pinjaman dari pihak ketiga yang dipergunakan untuk mendanai kegiatan bisnis mereka. 48 Bank umum dengan perbandingan yang tidak layak antara antara jumlah harta neto pemegang saham dengan jumlah harta secara keseluruhan dapat membahayakan kedudukan para deposan. Disamping itu bank dengan struktur pendanaan seperti ini akan mendapat pengamatan khusus dari Bank Sentral dalam hal ini Bank Indonesia. Batas minimun ROE yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk mengukur tingkat kesehatan banka adalah sebesar suku bunga sertifikat Bank Indonesia. 4. Rasio Nilai Buku (Market Book Value Ratio) Adalah nilai kekayaan bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Dimana nilai kekayaan bersihnya adalah jumlah modal pemegang saham setelah dikurangi saham preferen. Membandingkan antara nilai buku per lembar saham dengan harga pasar per lembar saham memberikan indikasi lain untuk mempertimbangkan kinerja atau keadaan suatu perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Market Book Ratio = H arg a Saham Nilai buku per saham 5. Rasio Laba terhadap Aset (Return on Assets) Return on Assets (ROA) meripakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan assets. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ROA = Net profits after taxes x 100% Total Assets Dalam rangka mengukur tingkat kesehatran bank terdapat perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoritis dan cara perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL (Capital, Assets, Management, Equity, Liquidity) laba yang diperhitungakan adalah laba sebelum pajak. 49 Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya ROA dan tidak memesukan unsur ROE. Hal ini dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat. Batas minimun ROA yang disyaratkan oleh Bank Indonesia adalah 1,215%. 6. Rasio Hutang terhadap Modal (Debt To Equity Ratio) Debt To Equity Ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh hutang-hutangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari modal bank sendiri. Dengan kata lain, rasio ini mengukur seberapa besar total passiva yang terdiri dari persentase modal sendiri dibandingkan dengan besar hutangnya. DER dapat dihitung dengan rumus: DER = Total debt Owners Equity Dalam bisnis perbankan, sebagian besar dana yang ada pada suatu bank berasal dari simpanan masyarakat, baik berupa simpanan giro, tabungan, ataupun deposito. Dengan demikian, hanya sebagian kecil saja dan ayang berasal dari modal sendiri. Selain memperoleh hutang (kewajiban) dari deposan (Penyimpan dana), bank juga memperoleh pinjaman dari lembaga-lembaga perbankan, baik dalam maupun luar negeri, serta pinjaman dari Bank Indonesia (KLBI, BLBI, dan fasilitas lain-lain). 7. Rasio Laba terhadap Penjualan (Profit Margin) Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan operasional bisa diperoleh dari setiap rupiah penjualan. Rasio ini secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut: Profit Margin = Laba operasi x 100% Penjualan