22 DAYA DUKUNG PERAIRAN ALAMI DALAM PENGEMBANGAN

advertisement
GROUPER Jurnal Ilmia Fakultas Perikanan
DAYA DUKUNG PERAIRAN ALAMI DALAM PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP
WADUK SEMPOR
Fuquh Rahmat Shaleh
Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan
Jl. Veteran No. 53 A Lamongan
ABSTRAKS
Waduk Sempor merupakan salah satu waduk di Kab. Kebumen yang pemanfaatannya selain irigasi juga
memberikan kontribusi dalam perikanan tangkap. Terjadinya penurunan tangkapan nelayan/hari diduga
ketidaktahuan perubahan kualitas air dan kondisi fisik waduk. Tujuan penelitian ini adalah menentukan daya
dukung perairan dalam pengembangan perikanan tangkap. Penelitian dilakukan bulan Januari – April 2014 di
Waduk Sempor, Kebumen. Penentuan daya dukung perairan alami menggunakan pendekatan produktivitas
primer. Produktivitas primer selama penelitian berkisar antara 208,91 – 280,71 dengan rata-rata 265,81 gC/m2.
Berdasarkan produktivitas primer di Waduk Sempor maka daya dukung perairan alaminya mencapai 51,83
ton/tahun. Penebaran benih ikan dilakukan sebanyak tiga sesi dalam setahun sebanyak 115177 ekor/sesi di
stasiun Inlet 1 da Inlet 2. Jenis ikan yang dapat ditebar antara lain ikan Nila, Tawes dan Bandeng.
Key Word : Daya dukung perairan alami, waduk, pengembangan perikanan tangkap
untuk pengembangan perikanan tangkap dalam
penerapan ranching.
Pendahuluan
Waduk Sempor merupakan salah satu
waduk yang berukuran 275 ha yang berada di
Kebumen, Jawa Tengah. Pemanfaatan perairan
Waduk Sempor dalam perikanan tangkap cukup
banyak memberi kontribusi terhadap kesejahteraan
masyarakat di sekitar waduk.
Terjadinya
penurunan akan hasil produksi tangkap nelayan
yang semulanya pada tahun 1990an yaitu 20
kg/hari/nelayan menjadi 3 kg/hari/nelayan sehingga
pendapatan nelayan semakin sedikit (Supriyanto,
2011). Penurunan hasil tangkapan ini diduga terjadi
pengurangan pakan alami yang diakibatkan oleh
ketidaktahuan perubahan kualitas air dan kondisi
fisik waduk.
Pengembangan perikanan tangkap di
waduk diantaranya adalah ranching. Secara
sederhana, ranching adalah pemeliharaan ikan
dalam suatu kawasan perairan dan kawasan tesebut
memiliki isolasi alamiah sehingga ikan yang ditebar
(restocking) biasa dipastikan tidak bisa berpindah
tempat dan dapat ditangkap kembali (recapture)
(BAPEKAB 2003 in Kurnia 2011). Penggunaan
ranching harus dilakukan dengan menyesuaikan
dengan daya dukung perairan alami serta komunitas
ikan diperairan tersebut.
Daya dukung perairan adalah tingkat
produksi ikan maksimum yang dapat dihasilkan di
perairan tersebut secara berkelanjutan (Siagian
2010). Daya dukung perairan alami dalam
perikanan adalah produksi maksimum dari suatu
spesies yang dapat ditampung oleh ekosistem
(Legovic et al. 2008). Oleh karena itu perlunya
informasi mengenai daya dukung perairan alami
Metode
Penelitian ini dilakukan di Waduk Sempor,
Kebumen, Jawa Tengah. Kegiatan penelitian
meliputi dua macam kegiatan yakni kegiatan di
lapangan dan di laboratorium. Kegiatan di lapangan
berupa pengambilan data primer dan sekunder,
sedangkan kegiatan di laboratorium berupa analisis
kualitas air yang dilakukan di Laboratorium
Produktivitas Perairan Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perikanan UNDIP dan Laboratorium
Limnologi Lembaga Penelitian Indonesia (LIPI)
Bogor. Pengambilan sampel di lapangan dilakukan
dari bulan Januari sampai April 2014. Lokasi
sampling dibagi menjadi 4 stasiun (Gambar 1) dan
pada masing-masing stasiun dibagi menjadi 3
substasiun. Selang waktu pengambilan sampel
dilakukan selama 1 bulan. Parameter kualitas air
yang diamati yaitu klorofil-a. Data komunitas ikan
didapatkan dari hasil tangkapan nelayan selama
penelitian berlangsung.
Pengambilan sampel air dilakukan pada
setiap stasiun pengamatan menggunakan Van Dorn
Water Sampler. Sampel air diambil secara vertikal
pada kedalaman berbeda yaitu 0 m (permukaan), 2
m, dan 6 m dimana masing-masing mewakili
lapisan permukaan, lapisan tengah dan batas bawah
zona
eufotik.
Penentuan
zona
eufotik
didugaberdasarkan persamaan Viner (1984) in An
& Jones (2000) yaitu :
Z eufotik = 2,3 x Kecerahan (m)
22
GROUPER Jurnal Ilmia Fakultas Perikanan
yang berisi es (2-4oC) dan sebagian diberi bahan
pengawet.
Sampel air dimasukkan ke dalam botol
sampel untuk keperluan analisis laboratorium.
Penyimpanan sampel air dilakukan dalam cool box
Gambar 1. Titik lokasi penelitian
menggunakan pendekatan metode Beveridge
(1987).
Data tentang produktivitas primer,
diperoleh dengan menggunakan metode konversi
nilai klorofil-a (Smith 2006). Nilai dari
produktivitas primer akan dikonversikan dengan
menggunakan tabel konversi sesuai dengan nilai
persen yang telah ditetapkan untuk merubah karbon
plantonik menjadi karbon ikan. Berikut adalah
tahapan pengukuran daya dukung perikanan alami :
1. Ditentukan gross primary production ( ∑pp)
dari data produktivitas primer (g C/m2/th)
2. Nilai ∑PP tersebut dikonversikan kedalam
biomassa ikan yang akan dihasilkan, dengan
menggunakan tabel konversi. Dihitung
produksi ikan tahunan (Fy) berdasarkan tabel
konversi (Tabel 1). Dalam hal ini diasumsikan
kandungan Fy = 10% berat basah ikan.
Analisis produktivitas primer
Pengukuran produktivitas primer dapat
diketahui dengan pendekatan kandungan klorofil-a
(Smith 2006) sebagai berikut:
Keterangan :
PP
= Produktivitas Primer (gC/m2/th)
CHL
= Klorofil-a (mg/m3)
Analisis daya dukung perikanan alami
Daya dukung perikanan alami dapat
diketahui dengan pendekatan, analisis kandungan
produktivitas primer suatu perairan.Berdasarkan
hasil analisis dapat diketahui kapasitas perairan
untuk memproduksi hasil tangkapan serta dapat
diketahuijumlah benih yang layak ditebarkan.
Perhitungan daya dukung perikanan alami
23
GROUPER Jurnal Ilmia Fakultas Perikanan
Tabel 1. Konversi ∑pp dengan areal ikan yang dapat dipanen pada perairan dengan produktivitas primer yang
berbeda (Beveridge 1987)
% Konversi ke areal ikan
( g ikan C/m/th)
1-1,2
∑pp (gC/m2/th)
< 1000
1000-1500
1,2 - 1,5
1500-2000
1,5 - 2,1
2000-2500
2500-3000
3000 -3500
2,1 - 3,2
3,2 - 2,1
2,1 - 1,5
3500-4000
1,5 - 1,2
4000-4500
1,2 - 1,0
-1,0
> 4500
Hasil dan Pembahasan
Produktivitas Perairan
Produktivitas primer di Waduk Sempor
berdasarkan kandungan klorofil-a dibulan Januari Maret 2014 berkisar antara 208,91 – 280,71 dengan
rata-rata 265,81 gC/m2. Produktivitas primer
Waduk Sempor dapat dilihat pada Gambar 2
dibawah ini. Produktivitas primer tertinggi terletak
pada daerah inlet sedangkan yang terendah yaitu
daerah outlet.
350
gC/m2
300
250
200
PP
150
100
50
0
INLET
INLET 2
KJA
OUTLET
RATA-RATA
Gambar 2. Produktivitas Primer Waduk Sempor Januari – April 2014
(40%) dan ikan nila (36%) (Gambar 3). Purnomo
et al, (2013) menyatakan komunitas ikan di Waduk
Sempor tahun 2011 didominasi oleh ikan lohan
yang merupakan ikan asing yang masuk secara
tidak sengaja. Keanekaragaman ikan di Waduk
Sempor sedang, berdasarkan nilai indeks
keanekaragaman yaitu 1,18 dimana nilai 1-3 ialah
keanekaragaman sedang (Shannon-Weaver 1963).
Struktur komunitas ikan dan hasil tangkapan
Berdasarkan hasil tangkapan nelayan selama
penelitian, jenis ikan yang terinventarisasi di
Waduk Sempor selama penelitian ada 5 spesies
antara lain ikan lohan (Cichlasoma trimaculatum),
nila (Oreochromis niloticus), betutu (Oxyeleotris
marmorata), tawes (Barbonimus gonyonotus),
udang air tawar. Komunitas ikan di Waduk Sempor
dari 335 sampel ikan didominasi oleh ikan lohan
24
GROUPER Jurnal Ilmia Fakultas Perikanan
1%
1% 1%
Ikan Nila
20%
Ikan Lohan
37%
Ikan Betutu
Ikan Tawes
Ikan Udang
40%
Ikan Bandeng
Gambar 3. Komunitas ikan di Waduk Sempor
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
dengan 11 responden dari 24 nelayan, alat tangkap
yang digunakan untuk menangkap ikan adalah
gillnet. Jenis perahu yang digunakan yaitu perahu
fiber dan kayu dengan mesin ketinting 2-5 PK.
Setiap hari jumlah nelayan yang beroperasi di
Waduk Sempor hanya berkisar 2-5 orang dengan
alat tangkap jaring dengan ukuran 3inci. Nelayan
Waduk Sempor merupakan terdiri dari nelayan
harian dan musiman yang menebar jaring di malam
hari dan di ambil ketika pagi hari. Ketika musim
penghujan nelayan melakukan penangkapan 30
hari/bulan tetapi ketika tidak musim hanya 20
hari/bulan. Hasil tangkapan nelayan di waduk ini
berkisar 2-3kg/hari/orang dengan komoditas ikan
tertangkap adalah Ikan Nila (Gambar 4).
Hal ini sesuai dengan Purnomo et al, 2013,
hasil tangkapan nelayan persatuan upaya sebesar
2,3 kg/orang/hari dan Ikan Nila merupakan jenis
ikan yang banyak tertangkap setiap bulan.
12
10
kg/hri
8
6
4
2
0
Ikan Nila Ikan Lohan
Ikan
Betutu
Ikan
Tawes
Udang air
tawar
Gambar 4. Hasil Tangkapan nelayan Waduk Sempor
Bobot ikan yang tertangkap di Waduk Sempor
berkisar antara 50- 600 gr/ekor dengan rata-rata
bobot paling tinggi ditunjukkan oleh jenis ikan nila
sebagaimana yang disajikan pada Tabel 2. Rata-rata
bobot ikan hasil tangkapan secara keseluruhan jenis
ikan adalah 150gr/ekor.
Tabel 2. Bobot Ikan yang tertangkap di Waduk Sempor
No
1
2
3
4
5
Jenis Ikan
Kisaran (gr)
Ikan Nila
Ikan Lohan
Ikan Betutu
Ikan Tawes
Udang air tawar
100-600
30-90
100-250
80-170
80-140
Rata-rata (gr)
256
55
197
132
110
25
GROUPER Jurnal Ilmia Fakultas Perikanan
saat ini adalah 51,83 ton/tahun, artinya
kemampuan optimum perikanan tangkap saat ini
dapat memproduksi ikan sebanyak 51,83 ton
(Tabel 3 ).
Daya Dukung Perairan Alami
Penentuan daya dukung perairan alami
Waduk Sempor dilakukan melalui pendekatan
produktivitas primer. Daya dukung Waduk
Sempor berdasarkan produktivitas primer kondisi
Tabel 3. Perhitungan daya dukung perairan alami
Parameter
Satuan
Hasil
gC/m2/tahun
265,81
%
0,78
Produksi ikan
gC ikan/m2/tahun
20,73
Daya dukung
ton ikan /tahun
51,83
Produktivitas primer
Produktivitas ikan
Waduk Sempor dilakukan pada daerah yang
memiliki sumber pakan yaitu produktivitas
perairan tinggi ialah Inlet 1 dan Inlet 2; dan sisa
pakan budidaya keramba jaring apung (KJA).
Daerah yang memiliki produktivitas perairan
yang tinggi memiliki fitoplankton yang melimpah
sehingga menciptakan sumber makanan untuk
pertumbuhan benih ikan. Sehingga penebaran
benih bisa dilakukan secara bergantian agar
terjadi peningkatan produksi yang merata di
seluruh area waduk.
Pushpalatha&
Chandrasoma
(2010)
mengemukakan bahwa penebaran benih ikan
dengan kepadatan yang berkisar 217–870
ekor/ha/tahun di 15 waduk yang luasnya <250 ha
di Sri Lanka dapat meningkatkan hasil tangkapan
berkisar
42,8–134,4%. Peningkatan
hasil
tangkapan ini akan meningkatkan pendapatan
nelayan sehingga kesejahteraan nelayan dapat
tercipta.
Penentuan Restoking Benih Ikan
Potensi produksi perikanan alami di
Waduk Sempor yaitu 51,83 ton/tahun, jika benih
ikan yang akan ditebar memiliki bobot 25 gr/ekor
serta rata-rata bobot ikan hasil tangkapan nelayan
adalah 150/gr/ekor, maka diketahui perubahan
bobotnya adalah 125gr/ekor. Jumlah benih
optimum yang dapat ditebar ialah potensi
produksi ikan dibagi dengan perubahan bobot,
sehingga jumlahnya adalah 345533ekor/tahun.
Purnomo et al (2013) mengemukakan bahwa
penebaran ikan nila yang selama ini sering
dilakukan diperkirakan tidak akan banyak
meningkatkan
laju
rekruitmen
alaminya
karena Waduk Sempor mempunyai daerah litoral
yang sangat terbatas. Oleh karena itu penebaran
ikan harus dilakukan secara berulang-ulang,
minimum 3 kali dalam setahun. Sehingga jumlah
bibit ikan yang ditebar dalam satu sesi penebaran
adalah 115177 ekor.
Jenis ikan yang ditebar yaitu jenis ikan
yang digemari masyarakat serta bersifat pemakan
fitoplankton (phytoplankton grazer). Hal ini
dikarenakan salah satu usaha pencegahan
eutrofikasi
untuk
mengurangi
populasi
fitoplankton di perairan apabila terjadi
penambahan jumlah KJA di Waduk Sempor.
Jenis ikan yang cocok di Waduk Sempor yaitu
ikan nila, tawes atau bandeng. Penebaran benih di
Kesimpulan
Daya dukung perairan alami di Waduk
Sempor berdasarkan produktivitas primer adalah
51,83 ton/ tahun. Penebaran bibit ikan untuk
peningkatan perikanan tangkap di Waduk Sempor
dilakukan secara tiga periodik sebanyak 115117
ekor/sesi dengan jenis Ikan Nila, Tawes atau
Bandeng.
Daftar Pustaka
An K.G, Jones JR. 2000. Factors regulat ing
bluegreen dominance in a Reservoir
Directly Influenced by the Asian
Monsoon. Hydrobiologia. 432: 37 – 48.
Kurnia R. 2011. Model Restoking kerapu macan
(Epinephelus
fuscoguttatus)
dalam
sistem sea ranching di Perairan Dangkal
Semak Daun, Kepulauan Seribu [
Disertasi]. Bogor. (ID) : Institut
Pertanian Bogor.
Beveridge, MCM. 1987. Cage Aquaculture. The
News Books Ltd. Surrey.
26
GROUPER Jurnal Ilmia Fakultas Perikanan
Legovic T, Palerud R, Christensen G, White P,
Regpala R. 2008. A Model to Estimate
Aquaculture Carrying Capacity in three
areas of the Philippines. J Science
Diliman :31-40.
Shannon CE, Weaver W. 1963. The Mathematical
Theory of Communication. University of
Illinois Press, Urbana, 117pp.
Siagian, M. 2010. Daya Dukung Waduk PLTA
Koto Panjang Kampar Provinsi Riau.
Jurnal Perikanan dan Kelautan 15, 1 :
25 – 38.
Smith VH. 2006. Using primary productivity as
an index of coastal eutrphication: the
units of measurement matter. Journal of
Plankton Research 29 (1): 1-6.
Supriyanto. 2011. Ikan di Waduk Sempor
semakin berkurang. Suara Merdeka
[Online].
(http://
www.
suaramerdeka.com/v1/index.php/read/ne
ws/2011/03/27/81345, diakses 27 Mei
2013).
Purnomo K, Andri W dan Endi S K, 2013. Daya
Dukung dan Potensi Produksi Ikan
Waduk Sempor Di Kabupaten Kebumen
Provinsi Jawa Tengah. J Lit Perikan
Ind, 19 (4): 203-212.
Pusphalatha, K, B, C & J. Chandrasoma, 2010.
Culture-based fisheries in minor perenial
reservoirs in Sri Lanka: Variability in
production, stocked species and yield
implication. J. Appl. Ichthyol 26: 99 –
104p
27
Download