BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menyusui adalah suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak
berhasil menyusui lebih dari yang semestinya, oleh karena itu ibu-ibu
memerlukan bantuan agar proses menyusui dapat berhasil. Banyak alasan
dikemukakan ibu-ibu antara lain ibu merasa ASI nya (Air Susu Ibu) tidak
mencukupi atau ASI nya tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi.
Sesungguhnya hal ini tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI dalam
jumlah yang cukup untuk bayinya, disamping informasi tentang cara-cara
menyusui yang baik dan benar belum menjangkau sebagian besar ibu-ibu
(Depkes, 2001)
ASI merupakan satu-satunya makanan terbaik bagi bayi karena
mempunyai komposisi gizi yang paling lengkap dan ideal untuk pertumbuhan
dan perkembangan bayi. ASI dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan
pertama. ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan bayi untuk bertahan
hidup pada 6 bulan pertama, meliputi hormon, antibodi, faktor kekebalan sampai
antioksidan (Depkes RI, 2002).
Pemberian ASI eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI saja
tanpa makanan tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air
put ih dan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur
nasi dan tim sejak bayi lahir hingga bayi umur 6 bulan (Roesli, 2000).
ASI Eksklusif merupakan sumber gizi yang ideal karena komposisinya
seimbang secara alami dan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi,
sehingga ASI Eksklusif merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi
kualitas dan kuantitasnya, disamping murah, mudah didapat dan juga
pemberiannya bisa dilakukan setiap hari makanan pertama yang terbaik dan
paling sempurna untuk bayi. Kandungan gizinya yang tinggi dan adanya zat kebal
didalamnya, membuat ASI Eksklusif tidak tergantikan oleh susu fomula yang
paling hebat dan mahal sekalipun, selain itu ASI Eksklusif juga tidak pernah basi,
selama masih dalam tempatnya. Terkait itu, ada satu hal yang disayangkan yakni
rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pentingnya ASI
Eksklusif bagi bayi. Akibatnya program pemberian ASI Eksklusif tidak
berlangsung secara optimal (Yuliarti, 2010).
Word Health Organization (WHO) dan The united nation childrens’ fund
(UNICEF) pada tahun 2009 menargetkan pemberian ASI Eksklusif di Asia
sebesar 55% tetapi data WHO pada Eropa pencapain hanya 19,8 %. Di indonesia
bayi yang menyusui ASI Eksklusif sampai 6 bulan hanya 35 % dan target dari
kementrian kesehatan republik indonesia pada tahun 2015 minimal ibu menyusui
bayi secara Eksklusif sebesar 80 % (http://antaranews.com/ berita707172/capaianasieklusif-dipontianak-rendah)
Di negara berkembang, sekitar 10 juta bayi mengalami kematian, dan
sekitar 60% dari kematian tersebut seharusnya dapat ditekan salah satunya adalah
dengan menyusui, karena ASI sudah terbukti dapat meningkatkan status kesehatan
bayi sehingga 1,3 juta bayi dapat diselamatkan. Untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Found (UNICEF) dan
World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar anak sebaiknya
disusui hanya ASI selama paling sedikit 6 bulan. Makanan padat seharusnya
diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI seharusnya
dilanjutkan sampai umur dua tahun (WHO, 2005).
Kebijakan yang ditempuh dalam program peningkatan pemberian ASI di
Indonesia adalah menetapkan 80% dari ibu dapat memberikan ASI secara
eksklusif. Namun realitanya, sampai saat ini pemberian ASI eksklusif di Indonesia
masih sangat memprihatinkan. Keprihatinan ini cukup mendasar, karena masih
banyak masyarakat yang memberikan makanan pendamping pada waktu bayi
berumur sangat muda. Data menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif pada
bayi berumur 2 bulan hanya 64 %. Persentase ini kemudian menurun cukup tajam
menjadi 46 % pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14 % pada bayi berumur 4-5
bulan. Keadaan lain yang memprihatinkan, adalah 13 % dari bayi berumur di
bawah 2 bulan telah diberi susu formula dan 15 % telah diberi makanan tambahan
(SDKI 2002-2003).
Hasil penelitian oleh para pakar menunjukkan bahwa gangguan
pertumbuhan pada awal pertumbuhan balita, antara lain disebabkan kekurangan
gizi sejak bayi dalam kandungan, pemberian makanan tambahan terlalu dini atau
terlalu lambat, makanan tambahan tidak cukup mengandung energi dan zat gizi
mikro terutama mineral, besi dan seng, perawatan bayi yang kurang memadai dan
ibu tidak berhasil memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya (Supriyono, 2008).
WHO telah mengkaji lebih dari 3000 penelitian tentang ASI, hasilnya
menunjukkan bahwa pemberian ASI selama 6 bulan adalah jangka waktu yang
paling optimal untuk pemberian ASI eksklusif. Hal
ini didasarkan pada bukti
ilmiah bahwa ASI eksklusif mencukupi kebutuhan gizi bayi dan pertumbuhan
bayi akan lebih baik. Seiring hasil kajian WHO tersebut, Menteri Kesehatan
melalui Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004 menetapkan perpanjangan
pemberian Air Susu Ibu secara eksklusif dari yang semula 4 bulan menjadi 6
bulan (Allen, 2006).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Hellen Keller International pada
tahun 2002 di Indonesia, diketahui bahwa rata-rata bayi Indonesia hanya
mendapatkan ASI eksklusif selama 1,7 bulan. Berdasarkan WHO yang
dituangkan dalam Kepmen No. 450 tahun 2004 menganjurkan agar bayi diberi
ASI eksklusif selama 6 bulan. Turunnya angka ini terkait pengaruh sosial budaya
dimasyarakat, yang menganjurkan supaya bayi diberi makanan tambahan sebelum
berusia 6 bulan (Prasetyono, 2009).
Pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat memprihatinkan.
Akibat dari pemberian ASI dan pemberian makanan tambahan yang salah, sekitar
6,7 juta balita atau 27,3 persen dari seluruh balita di Indonesia menderita kurang
gizi dan sebanyak 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk (Meutia, 2008).
Pemberian ASI di Indonesia perlu ditingkatkan dan dilestarikan, terutama
yang perlu ditingkatkan adalah menyusui AS1 eksklusif yaitu AS1 segera (kurang
iebih 30 menit setelah iahir dan berikan kolostrum pada bayi sesegera mungkin)
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah
tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan
perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan
bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Meski demikian, tidak semua ibu mau
menyusui bayinya karena berbagai alasan. Misalnya takut gemuk, sibuk,
payudara kendor dan sebagainya. Di lain pihak, ada juga ibu yang ingin menyusui
bayinya tetapi mengalami kendala. Biasanya ASI tidak mau keluar atau
produksinya kurang lancar, serta banyak hal lain yang dapat mempengaruhi
produksi ASI (Prasetyono, 2009).
Walaupun WHO dan UNICEF telah menetapkan untuk memberikan ASI
eksklusif kepada bayi selama 6 bulan pertama, namun angka prevalensi
pemberian ASI eksklusif dibeberapa negara bervariasi. Hasil penelitian di 111
negara Brazil menunjukkan bahwa hanya 13,9% bayi yang di beri ASI eksklusif
(Vinencio, 2005). Hasil peneliti yang dilakukan di provinsi zheijiang, sebuah
wilayah pesisir timur Cina yaitu, pada 1.520 ibu yang melahirkan di empat RS
yang berlokasi di kota, pinggiran kota dan daerah pedesaan pada tahun 2004-2005
menunjukkan hanya sebanyak 50.3% ibu memberikan ASI eksklusif kepada
Bayinya ( Qiu, 2009)
Faktor-faktor yang yang berhubungan dengan pemberian ASI esklusif
pada bayi dapat di pengaruhi oleh berbagai faktor yaitu : kurangnya pengetahuan
ibu tentang ASI eksklusif, ibu-ibu menghentikan pemberian ASI eksklusif karena
produksi ASI kurang. Sebenarnya hal ini tidak disebabkan karena ibu tidak
memproduksi yang cukup melainkan karena kurangnya pengetahuan ibu.
Disebabkan oleh ibu bekerja sehingga ibu-ibu menghentikan pemberian ASI
eksklusif karena harus bekerja. Faktor dari dukungan keluarga dimana banyak ibu
yang gagal memberikan ASI eksklusif karena orang tua, nenek atau ibu mertua
mendesak untuk memberikan susu tambahan formula. (Judarwanto, 2006)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh
Tahun 2012 didapatkan Cakupan ASI Eksklusif 49,6 % dan masalah gizi masih
tingginya angka gizi buruk, kurus juga masih menjadi masalah. Prevalensi balita
kekurangan gizi 23,7%, dan anak kurus 14,2%, jika kita bandingkan dengan
kategori masalah gizi menurut WHO maka kondisi masalah gizi di Aceh
tergolong kategori sangat tinggi dan serius.
Berdasarkan data yang diperoleh dari UPTD Puskesmas Meuraxa Banda
Aceh Tahun 2013, didapatkan jumlah ibu menyusui 0-24 bulan dari 12 desa
berjumlah 435 ibu menyusui, sedangkan yang memberikan ASI secara Eksklusif
hanya 96 orang (22.0 % ). Sedangkan diawal tahun 2014 dari 440 ibu menyusui
hanya 122 (27,7%) yang memberikan ASI Eksklusif.
Berdasarkan data yang diperoleh di Desa Surien terdapat jumlah ibu yang
menyusui pada tahun 2012 sebanyak 56 orang, tahun 2013 sebanyak 63 ibu
menyusui, sedangkan di awal tahun 2014 sebanyak 75 ibu yang menyusui.
Sedangkan untuk pemberian ASI eksklusif untuk bayi dari 0-6 bulan di tahun
2012 sebanyak 20 bayi, dan di tahun 2013 sebanyak 30 bayi yang mendapatkan
ASI Eksklusif. Berdasarkan hasil wawancara awal dengan 10 ibu yang menyusui
yang penulis lakukan di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh dari
10 orang ibu menyusui, 4 orang ibu mengatakan kurangnya pengetahuan tentang
ASI Eksklusif dan 3 orang ibu mengatakan sibuk dengan pekerjaan diluar rumah
sehingga tidak sempat untuk memberikan ASI Eksklusif pada Bayinya, dan 3
orang ibu mengatakan kurangnya dukungan dari Keluarga nya. Ibu mengatakan
sering mendengar tentang ASI Eksklusif dari TV dan bidan, akan tetapi ibu belum
sepenuhnya memahami tentang manfaat, dan keuntungan pemberian ASI secara
Eksklusif serta efek bagi bayi jika tidak diberikan ASI secara Eksklusif seperti
daya tahan tubuh dan IQ anak rendah. Hal tersebut menjadi alasan Ibu tidak mau
memberikan ASI secara Eksklusif kepada bayinya, disamping itu ibu juga
mengeluh ASI kurang banyak dan ibu merasa bayinya tidak akan kenyang jika
hanya diberikan ASI saja, tanpa adanya makanan pendamping dan Ibu sering
menggantikan ASI dengan makanan pendamping seperti pisang dan susu formula.
Ibu beranggapan pemberian susu formula lebih mudah serta dikarenakan ibu sibuk
dengan pekerjaan rutinitas sehari- hari diluar rumah, ibu juga mengatakan bahwa
suami/keluarga
tidak
mengizinkan
ibu
memberikan
ASI
saja
karena
suami/keluarga berpendapat bayi tidak akan kenyang jika hanya mendapat ASI
saja tanpa makanan pendamping ASI.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti judul
tentang “Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada
Bayi 0-6 Di Desa Surien Kecamatan Meuraxa”
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor-Faktor
Apakah Yang Berhubungan Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi 7-
24 Bulan Di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun
2014?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian
ASI eksklusif pada bayi 7-24 bulan di Desa Surien kecamatan Meuraxa Kota
Banda Aceh.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan Pengetahuan Ibu dengan pemberian ASI
eksklusif pada bayinya di Desa Surien kecamatan Meuraxa Kota Banda
Aceh
b. Untuk mengetahui hubungan Pekerjaan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif pada bayinya di Desa Surien kecamatan Meuraxa Kota Banda
Aceh
c. Untuk mengetahui hubungan Dukungan Keluarga dengan pemberian ASI
eksklusif pada bayi di Desa Surien kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam penulisan
Karya Tulis Ilmiah khususnya tentang pemberian ASI eksklusif pada Bayi.
2. Bagi Lokasi Penelitin
a. Sebagai bahan masukan dalam pengembangan tentang pentingnya
pemberian ASI eksklusif pada Bayi dari 0-6 bulan.
b. Dapat menjadi salah satu informasi sehingga ibu menyusui tentang hal-hal
apa saja yang dapat berhubungan langsung dengan pemberian ASI eksklusif
pada Bayinya.
3. Bagi Institusi
Dapat
dimanfaatkan
dan
dijadikan
sebagai
bahan
referensi
diperpustakaan dan peneliti ini dapay dijadikan acuan dalam melakukan
penelitian lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Air Susu Ibu (ASI)
1. Pengertian
Air susu ibu (ASI) adalah cairan putih yang di hasilkan oleh kelenjar
payudara ibu melelui proses menyusui. Secara alamiah, ia mampu
menghasilkan ASI. Air susu ibu merupakan makanan yang telah di siapkan
untuk calon bayi saat ia masa kehamilan. Pada masa kehamilan ibu, hormone
tertentu merangsang payudara untuk memperbanyak saluran-saluran air susu
dan kelenjar-kelenjar air susu (Vivian, 2011)
Menurut Khasanah, 2011 Air susu ibu merupakan makanan terbaik
ciptaan Tuhan yang diperuntukkan bagi bayi yang baru dilahirkan. Makanmakanan tiruan bagi bayi yang diramu menggunakan teknologi masa kini
ternyata tidak mampu menandingi keunggulan ASI. Sebab ASI, mempunyai
nilai gizi paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat oleh
manusia ataupun susu yang berasal dari hewan, seperti susu sapii, kerbau, atau
kambing
ASI adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Nilai gizi yang
terkandung dalam ASI sangat tinggi sehingga ia tidak memerlukan tambahan
komposisi apapun dari luar. Secara alamiah, Tuhan memang telah menciptkan
ASI sedemikian rupa sehingga sangat cocok untuk dijadikan makanan yang
mudah dicerna olehnya dengan cara diserap melalui puting ibunya. Terkadang,
masih banyak mitos dikalangan ibu-ibu. Sebagian dari mereka tidak
memberikan ASI secara penuh karena alasan payudara tida mengeluarkan ASI
atau ASI yang dihasilkan sedikit. Sebenarnya, mitos tersebut tidak lah benar.
Dari hasil penelitian, diperkirakan 8 dari 0 ibu yang melahirkan mampu
menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup keperluan bayinya secara
penuh tanpa makanan tambahan selama 6 bulan pertama. Bahkan, sekalipun ia
gizi nya kurang baik, sering dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan
tambahan (Khasanah, 2011).
ASI Eksklusif adalah makanan pertama yang terbaik dan paling
sempurna untuk bayi. Kandungan gizinya yang tinggi dan adanya zat kebal
didalamnya, membuat ASI Eksklusif tidak tergantikan oleh susu fomula yang
paling hebat dan mahal sekalipun. selain itu ASI Eksklusif juga tidak pernah
basi, selama masih dalam tempatnya. Terkait itu, ada satu hal yang
disayangkan yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat
mengenai pentingnya ASI Eksklusif bagi bayi. Akibatnya program pemberian
ASI Eksklusif tidak berlangsung secara optimal. (Yuliarti, 2010).
ASI Eksklusif atau lebih tepat dengan pemberian ASI secara Eksklusif
adalah bayi yang hanya diberikan ASI saja tanpa adanya makanan tambahan
lain yang dianjurkan sampai enam bulan dan di susui sedini mungkin yang
diberikan pada bayi 0-6 bulan tanpa makanan atau cairan yang lain (Yuliarti,
2010)
ASI eksklusif adalah bayi yang hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa
tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu air teh, dan air putih,
serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur
nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat. WHO, UNICEF, dan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No.
450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan rekomendasi
pemberian ASI esklusif selama 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut,
dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan
yang optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selam 6 bulan pertama.
Selanjutnya demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan
makanan pendamping ASI dan ASI hingga bayi 2 tahun atau lebih (Prasetyono,
2009)
Menurut UNICEF dan WHO, ASI Eksklusif adalah makanan terbaik
untuk bayi karena merupakan makanan alamiah yang sempurna. ASI Eksklusif
merupakan makanan yang aman dan terjamin kebersihannya karena langsung
diberikan kepada bayi dalam keadaan segar . Dengan demikian bayi tidak
mudah terserang gangguan pencernaan makanan seperti diare, muntah dan
sebagainya. (UNICEF, 2009)
ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang
bersifat alamiah. Air susu ibu mengandung zat gizi yang dibutuhkan dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI kepada bayi karena
mengandung banyak menfaat dan kelebihan. Diantaranya adalah menurunkan
risiko terjadinya penyakit infeksi, misalnya infeksi saluran pencernaan (diare),
infeksi saluran pernafasan, dan infeksi telinga. ASI juga bisa menurunkan dan
mencegah terjadinya penyakit noninfeksi seperti penyakit alergi, obesitas,
kurang gizi, asma, dan eksem. Selain itu Asi juga dapat pula meningkatkan IQ
dan EQ anak. Menyusui anak bisa menciptakan ikatan psikologis dan kasih
saying yang kuat antara ibu dan bayi. Bayi merasa terlindung dalam dekapan
ibunya mendengar langsung degup jantung ibu, serta merasakan sentuhan ibu
saat disusui olehnya. Pedoman internasional menganjurkan pemberian ASI
secara eksklusif selama 6 bulan pertama. Hal tersebut didasarkan pada bukti
ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan
perkembangannya. ASI memberikan semua energy dan gizi (nutrisi) yang
dibutuhkan oleh bayi selama 6 bulan pertama setelah kelahirannya. Yang
dimaksud dengan pemberian Pengaturan mengenai pemberian Asi eksklusif
juga diatur dalam pasal 128 UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU
Kesehatan) yang berbunyi :
a. Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan
selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis.
b. Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan
penyediaan waktu dan fasilitas khusus.
c. Penyediaan fasilitas khusus sebagimana dimaksudkan pada ayat (2)
diadakan di tempat kerja da tempat sarana umum.
2. Volume Air Susu
Selama beberapa bulan terakhir masa kehamilan terdapat produksi air
susu ibu. Setelah lahir waktu bayi mulai menghisap, maka suplai air susu
meningkat dengan cepat. Pada keadaan normal, sekitar 100 ml tersedia pada
hari kedua dan ini meningkat menjadi 500 ml pada minggu kedua. Produksi air
susu ibu yang paling efektif biasanya dicapai pada 10-14 hari setelah
melahirkan.
Selama
beberapa
bulan
selanjutnya,
bayi
yang
sehat
mengkonsumsi sekitar 700-800 ml per 24 jam. Namun demikian konsumsi bayi
bervariasi antara satu dengan yang lainnya, ada yang mengkonsumsi 600 ml
atau kurang dan ada pula yang lebih bahkan sampai satu liter selama 24 jam
meskipun keduanya mempunyai laju pertumbuhan yang sama. Factor emosi
seperti stress atau sangat sedih sangat berpengaruh terhadap produksi air susu
selama minggu-minggu pertama periode menyusui (Roesli, 2000).
Pada ibu-ibu yang kurang pangan berat, volume air susu dijumpai
kira-kira 500-700 ml per hari selama enam bulan pertama, 400-600 ml dalam
enam bulan kedua, dan 300-500 ml dalam tahun kedua. Produksi air susu pada
ibu yang terkena gizi kurang berat dapat sangat kecil sekali bahkan tidak keluar
sama sekali, sehingga keadaan demikian akan berpengaruh fatal pada bayinya.
Di wilayah dimana ibu-ibunya kekurangan pangan biasa dijumpai bayi-bayi
yang mengalami marasmus dini pada masa enam bulan pertama kehidupannya,
khususnya mereka yang hanya memperoleh air susu ibu (Khasanah, 2011).
Menurut Khasanah, (2011) pada keadaan normal, air susu ibu mampu
memberikan zat gizi yang cukup bagi pertumbuhan bayi sampai umur enam
bulan. Namun demikian sebagaimana diuraikan sebelumnya, terdapat variasi
dalam hal kebutuhan bayi dan kemampuan produksi air susu ibu. Oleh karena
itu untuk mengetahui cukup tidaknya air susu ibu, tidak dapat hanya
menggunakan ukuran volume atau banyaknya air susu ibu. Tanda-tanda lapar
anak khususnya laju pertumbuhan berat badan merupakan indicator yang lebih
baik untuk mengetahui cukup tidaknya air susu ibu.
3. Komposisi ASI
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 jenis.
Diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama ASI yang keluar berwarna
kekuning-kuningan (lebih kuning disbanding susu mature), agak kental dan
kasar yang muncul segera setelah melahirkan. Kolostrum terasa agak kasar
karena mengandung butir-butir lemak, bekas-bekas epitel, leukosit, dan
limfosit. Atau, dengan kata lain kolostrum adalah cairan pelancar dan
pembersih saluran-saluran ASI. Kolostrum keluar pada hari pertama sampai
hari ke empat dengan komposisi yang selalu berubah dari hari ke hari. Jumlah
kolostrum yang dikeluarkan sangat bervariasi berkisar 10-100 ml/hari dengan
rata-rata sekitar 30 ml atau sekitar 3 sendok makan. (Roesli, 2000)
b. ASI transisi/Peralihan
Adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20 hari) dimana
keadaan lemak dan laktosa lebih tinggi dari kadar protein, mineral lebih
rendah. (Vivian, 2011)
c. ASI Mature
Adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan volume
bervariasi yaitu 300-850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat
laktasi. (Wati, 2012)
4. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif
a. Manfaat ASI bagi Bayi
Menurut Khasanah (2011) dan Prasetyono, (2009) mengemukakan
bahwa tidak diragukan lagi bahwa bayi yang diberi ASI, terutama ASI
eksklusif memiliki banyak manfaat. Manfaat utama yang dapat diperoleh dari
ASI, yaitu ia bisa mendapatkan nutrisi terlengkap dan terbaik baginya. Selain
itu, ASI juga dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit dan alergi, serta
meringankankan kerja pencemarannya, dan lain sebagainnya.
1) ASI Baik bagi Pertumbuhan Emas Otak Bayi
Otak bayi membesar dua kali lipat dalam tahun pertama kehidupan.
Sel-sel otak yang banyak 14 miliyar sel, tidak bisa tumbuh dan berkembang
secara alami saja sehingga ia membutuhkan nutrisi, seperti lemak dan
protein. Nutrisi yang paling bagus dan paling cocok tiada lain adalah
yangtepat dalam ASI karena ASI sangat sempurna sebagai nutrisibagi bayi.
ASI mengandung AA (Asam Arakhidonat) termasuk kelompok omega-6
dan DHA (Asam Dekosa Heksonat) kelompok omega-3, dan nutrisi lain,
seperti protein, laktosa, dan lemak lainnya yang merupakan zat yang dapat
merangsang pertumbuhan otak bayi. Untuk menunjang pertumbuhan oatak
bayi, makanan yang mengandung AA dan DHA sebagaimana terdapat
dalam ASI sangat diperlukan baginya. Dalam perkembangannya otak bayi
lebih mengutamakan zat AA dan DHA dalam bentuk jadi seperti yang
terdapat dalam ASI (Khasanah, 2000).
2) ASI adalah Sumber Nutrisi Terbaik bagi Bayi
ASI adalah makanan bernutrisi dan berenergi tinggi, yang mudah
untuk
dicerna.
ASI
memiliki
kandungan
yang
dapat
membantu
melindunginya bayi dari diare, sudden infant death syndrome/SAIJS yaitu
sindrom kematian tiba-tiba pada bayi, infeksi telinga dan penyakit infeksi
lain biasa terjadi. Riset medis mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat
bayi berkembang dengan baik pada 6 bulan pertama bahkan pada usia lebih
dari 6 bulan (Roesli, 2000).
Menurut WHO, ASI adalah suatu cara yang tidak tertandingi oleh
apapun dalam menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan dan
perkembangan seorang bayi. Evaluasi pada bukti-bukti yang telah ada
menunjukkan bahwa pada tingkat populasi dasar, pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan adalah cara yang paling optimal dalam pemberian makan
kepada bayi. Setelah 6 bulan, biasanya bayi membutuhkan lebih banyak zat
besi dan seng daripada yang tersedia dalam ASI. Pada titik inilah, nutisi
tambahan bisa diperoleh dari sedikit porsi makanan padat. Bayi-bayi
tertentu bisa minum ASI hingga 12 bulan atau lebih. ASI merupakan
sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena
disesuaikan
dengan
kebutuhna
bayi
pada
masa
pertumbuhannya.
(Prasetyono, 2009)
ASI adalah makan yang sangat sempurna, baik kualitas maupun
kuantitasnya. Jika proses menyusui dilakukan dengan teknik yang tepat dan
benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal bagi
bayi normal sampai dengan usia 6 bulan. Salah satu hal yang menyebabkan
ASI sangat dibutuhkan bagi perkembangan bayi yang baru lahir adalah
kandungan minyak omega-3. Selain sebagai zat penting bagi otak da mata,
omega-3 juga sangat penting bagi bayi yang baru lahir (Prasetyono, 2009).
3) ASI Meringankan Pencernaan Bayi
Kondisi sistem pencernaan bayi pada bulan-bulan pertama belum
berfungsi secara sempurna. Oleh karena itu, asupan nutrisi untuknya tidak
boleh yang memberatkan kerja sistem pencernaannya. Selain ASI juga di
lengkapi dengan enzim-enzim yang membantu proses pencernaan sehingga
meringankan kerja sistem pencernaan bayi. Biasanya bayi siap untuk
makan-makanan padat, baik secara pertumbuhan maupun secara psikologis,
pada usia 6-9 bulan.
Bila makanan padat sudah mulai diberikan sebelum sistem
pencernaan bayi siap untuk menerimanya, maka makanan tersebut tidak
dapat dicerna dengan baik dan dapat menyebabkan reaksi yang tidak
menyenangkan (gangguan pencernaan, timbulnya gas, konstipasi dan lainlain). Tubuh bayi belum memiliki protein pencernaan yang lengkap. Asam
lambung dan pepsin dibuang pada saat kelahiran dan baru dalam 3 sampai 4
bulan terakhir jumlahnya meningkat mendekati jumlah untuk orang dewasa.
Amylase, enzim yang diproduksi oleh pancreas belum mencapai jumlah
yang cukup untuk mencernakan makanan kasar sampai usia sekitar 6 bulan.
Dan enzim pencerna karbohidrat seperti maltase, isomalte dan sukrase
belum mencapai level orang dewasa sebelum 7 bulan. Bayi juga memiliki
jumlah lipase dan bila salts dalam jumlah yang sedikit, sehingga pencernaan
lemak belum mencapai level orang dewasa sebelum usia 6-9 bulan
(Prasetyono, 2009).
4) ASI meningkat Kekebalan Tubuh Bayi
Menurut Roesli, 2000 awal kehidupan bayi merupakan masa paling
rawan. Di samping memenuhi kebutuhan nutrisi nya, ASI juga melindungi
bayi dari berbagai macam penyakit. Ia baru lahir belum memiliki kekebalan
tubuh yang berfungsi sempurna karena ada beberapa unsure penting yang
masih kurang untuk melawan infeksi. Ia masih memerlukan tambahan factor
yang mendukung kekebalan tubuhnya dari luar. Pada waktu bayi baru lahir,
secara alamiah, ia mendapat zat kekebalan tubuh dari ibunya melalui
plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah kelahirannya,
padahal dari waktu ia lahir sampai ia berusia beberapa bulan, ia belum dapat
membentuk kekebalan sendiri pun menjadi lambat sehingga akan terjadi
kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tersebut dapat
diatasi apabila ia diberi ASI. Sebab, ASI mengandung faktor kekebalan
tubuh yang lebih tinggi dibandingkan ASI yang keluar selanjutnya.
Hal ini menunjukkan bahwa ASI lebih dari sekedar makanan.
Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI secara khusus bisa
terlindung dari serangan penyakit sistem pernafasan dan percernaan. Hal itu
disebakan zat-zat kekebalan tubuh di dalam ASI memberikan perlindungan
terhadap penyakit adalah penyediaan lingkungan terhadap penyakit adalah
penyediaan lingkungan yang ramah bagi bakteri menguntungkan yang
disebut flora normal. Keberadaan bakteri tersebut dapat menghambat
keberadaan bakteri, virus dan parasit berbahaya. Di sisi lain, telah
dibuktikan pula bahwa terdapat unsure-unsur di dalam ASI yang dapat
membentuk sistem kekebalan melawan penyakit-penyakit menular, dan
membantunya agar bekerja dengan benar (Khasanah, 2011).
Meskipun bayi terus menerima imunitas melalui ASI selama mereka
terus disusui, kekebalan paling besar diterima bayi saat di berikan ASI
eksklusif. ASI mem9iliki kandungan 50 lebih factor imunitas yang sudah
dikenal, dan mungkin lebih banyak lagi yang masih tidak diketahui. Satu
studi memperlihatkan bayi yang diberikan ASI eksklusif mengalami infeksi
telinga 40% lebih sedikit daripada bayiyang diberi ASI ditambah makanan
tambahan lain. Probabilitas terjadinya penyakit pernafasan selama masa
kanak-kanak secara signifikan berkurang bila bayi diberikan ASI eksklusif
setidaknya selama 15 minggu dan makanan padat tidak diberikan selama
periode ini. Lebih banyak lagi studi yang juga mengaitkan tingkat
eksklusivitas ASI dengan meningkatnya kesehatan (Khasanah, 2011).
Pemberian ASI sampai
bayi
mencapai
usia 6 bulan,akan
memberikan kekebalan terhadap berbagai macam penyakit karena ASI
adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi
dirinya dari berbagai penyakit infeksi, bakteri, jamur, maupun parasit. Oleh
karena itu, dengan adanya zat anti infeksi dalam ASI maka ia yang
mendapat ASI eksklusif akan terlindungi dari berbagai macam infeksi
(Khasanah, 2011).
5) ASI Menghindarkan Bayi dari Alergi
Alergi adalah suatu bentuk penolakan tubuh yang berlebihan atas
masuknya zat asing kedalam tubuh. Alergi sering terjadi pada bayi karena
sistem pengamanan tubuh belum terbentuk sempurna. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ASI maupun melindungi terhadap bebrapa jenis
gangguan alergi. Komposisi ASI sudah disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi Bayi. Bayi yang di beri ASI terhindar dari alergi karena ASI
mengandung antibodi Ig A tinggi dalam ASI ysng berfungsi sebagai
pencegahan sistem imun terhadap zat pemicu alergi (Prasetyono, 2009).
Berbagai catatan menunjukkan bahwa memperpanjang pemberian
ASI eksklusif mengakibatkan rendahnya angka insiden terjadinya alergi
makanan. Sejak lahir sampai usia 4-6 bulan, bayi memiliki apa yanh biasa
disebut sebagai “usus yang terbuka”.ini berarti bahwa jarak yang ada di
antara sel-sel pada usus kecil akan membuat makromolekul yang utuh,
termasuk protein dan bakteri pathogen, dapat msuk kedalam aliran darah
(Prasetyono, 2009).
Hal ini menguntungkan bagi bayi yang mendapatkan ASI karena zat
antibody yang terdapat di dalam ASI dapat masuk langsung melalui aliran
darah bayi, tetapi hal ini juga berarti bahwa protein-protein lain dari
makanan selain ASI (yang mungkin dapat menyebabkan bayi menderita
Alergi) dan bakteri pathogen yang bisa menyebabkan berbagai penyakit bisa
masuk juga. Dalam 4-6 bulan pertama usia bayi, saat usus masih “terbuka”,
antibody (SIgA) dari ASI melapisi organ pencernaaan bayi dan
menyediakan kekebalan pasif, mengurangi terjadinya penyakit dan reaksi
alergi sebelum penutupan usus terjadi. Bayi mulai memproduksi antibodi
sendiri pada usia sekitar 6 bulan, dan penutupan usus biasanya terjadi pada
saat yang sama (Prasetyono, 2009).
b. Manfaat ASI Bagi Ibu
Manfaat memberikan ASI tidak hanya dirasakan oleh bayi saja, tetapi
menyusui juga banyak memberikan bagi ibu. Ada berbagai manfaat yang
didapatkan si ibu jika memberikan ASI kepada bayinya. Diantaranya adalah
sebagai berikut (Khasanah, 2011) :
1) Menguntungkan secara Ekonomi
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian,
menyusui akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu
formula dan peralatannya. Biaya bisa dialokasikan untuk memberikan
makan yang bergizi kepada ibu menyusui karena menyusui memerlukan zat
gizi yang lebih baik.
2) ASI tidak pernah Basi
ASI selalu diproduksi oleh pabriknya diwilayah payudara ibu. Bila
gudang telah kosong, ASI langsung di pproduksi, sebaliknya bila ASI tidak
digunakan akan diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara
tidak pernah basi dan tidak perlu memerah, ataupun membuang ASInya
sebelum menyusui.
3) Praktis dan tidak merepotkan
Bila bayi diberi ASI, ibu tidak perlu repot mempersiapkan alat-alat
dan membuat minuman bayi, serta tidak perlu pergi ke toko untuk membeli
susu formula. ASI selalu tersedia dan ketika bayi ingin menyusui langsung
dapat diberikan tanpa susah mempersiapkan susu botol.
4) Menyusui dapat menunda kehamilan
Menyusui bisa menjadi cara Keluarga Berencana (KB) yang paling
efektif untuk mencegah kehamilan jika dilakukan secara tepat dengan
beberapa syarat, yaitu belum mengalami menstruasi, pemberian ASI-nya
tidak boleh dihentikan sama sekali dan memberikan ASI eksklusif selama 6
bulan. Dengan menyusui secara eksklusif, dapat menunda haid dan
kehamilan sehingga hal ini bisa digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah
yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorhea Laktasi (MAL)
5) Mempercepat Pengecilan Ukuran Rahim Ibu
Isapan bayi saat menyusui mampu membantu rahim menciut,
mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa pra kehamilan, dan
mengurangi risiko perdarahan. Saat menyusui, ada hormone oksitosin yang
berperan dalam produksi ASI. Ternyata, hormon tersebut juga berfungsi
membantu rahim kembali mengecil lebih cepat dibanding ibu yang tidak
menyusui
6) Memberikan Kepuasan
Ibu yang memberikan ASI akan merasakan kepuasan, kebanggaan
dan kebahagiaan yang mendalam (Roesli, 2000).
5. Konsep Dasar Menyusui
a. Pengertian
Menyusui adalah cara optimal dalam memberikan nutrisi dan
mengasuh bayi dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua
tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imonologi dan psikososial dapat terpenuhi
hingga tahun kedua dan tahun- tahun berikutnya. (Varney, 2007)
b. Posisi dan Perlekatan Menyusui
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang
tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring
(Yuliarti, 2010)
Gambar 2.1 posisi menyusui sambil berdiri yang benar
(Sumber : http//:medicastore.com)
Gambar 2:2 Posisi menyusui sambil duduk yang benar.
(Sumber : http//:medicastore.com)
Gambar 2:3 Posisi menyusui sambil rebahan yang benar.
Sumber : http//:medicastore.com)
c. Langkah- Langkah Menyusui yang benar
Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan
oleskan disekitar puting, duduk dan berbaring dengan santai.
Gambar 2.4. Cara meletakkan bayi
(Sumber: http//:amiko3’s.wordpress.com)
Gambar 2.5 Cara memegang payudara
(Sumber: http//:amiko3’s.wordpress.com)
Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh
tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus,
hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting
susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting
susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
Gambar 2:6 Cara merangsang mulut bayi
(Sumber: http//:amiko3’s.wordpress.com )
Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir
bawah bayi terletak di bawah puting susu. Cara melekatkan mulut bayi
dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka
lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar
Gambar 2:7 Perlekatan yang benar
Gambar 2:8 Perlekatan yang salah
(Sumber : http//:medicastore.com)
1) Ciri- Ciri Bayi Menyusui Dengan Benar
a. Bayi tampak tenanga
b. Badan bayi menempel pada perut ibu
c. Dagu bayi menempel pada payudara
d. Mulut bayi terbuka cukup lebar
e. Areola yang kelihatan lebih luas dibagian atas dari pada bagian bawah
f. Bayi ketika mengisap ASI cukup dalam penghisapannya, lembut dan
tidak ada bunyi
g. Puting susu tidak terasa nyeri
h. Kepala dan bayi berada dalam satu garis lurus
i. Kepala bayi tidak pada posisi tengadah. (Depkes RI, 2005)
2) Faktor- faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif
a. Perubahan sosial budaya
a) Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya
b) Meniru teman, tetangga yang memberikan susu botol
c) Merasa ketinggalan jaman jika menyusui bayinya
b. Faktor psikologis
a) Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita
b) Tekanan batin
c. Faktor fisik ibu
d. Faktor kurangnya informasi dari petugas kesehatan di masyarakat kurang
mendapatkan penerangan tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif
(IDAI, 2009)
3) Tujuh Langkah Keberhasilan ASI Eksklusif menurut Baskoro (2008) :
a. Mempersiapkan payudara ibu jika diperlukan
b. Mempelajari tentang tata laksana menyusui yang benar
c. Menciptakan dukungan keluarga, teman dan sebagainya
d. Memilih tempat melahirkan
e. Memiliki tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara
Eksklusif
f. Mencari ahli persoalan menyusui seperti Klinik laktasi atau konsultasi
untuk persiapan apabila kita menemukan kesukaran
g. Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI Eksklusif
dan
menyusui
B. Faktor yang Berhubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif
1. Pengetahuan
Pengetahuan
ibu
merupakan
hal
yang
sangat
penting
untuk
terbentuknya tindakan seseorang, karena tindakan yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, raba,.
Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan dan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya
tindakan
seseorang.
Meningkatnya
pengetahuan
dapat
menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang, pengetahuan juga
membentuk kepercayaan seseorang serta sikap terhadap suatu hal. Perilaku
yang didasari pengetahuan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari
pengetahuan (Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi
perilaku dan keyakinan seseorang, selain itu kemampuan kognitif membentuk
cara berfikir seseorang, meliputi kemampuan untuk mengerti faktor-faktor
yang berpengaruh dalam kondisi sakit dan praktek kesehatan personal.
Semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang arti kesehatan dan manfaat dari
fasilitas kesehatan maka akan semakin besar pula keinginan untuk fasilitas
kesehatan (Potter dan Perry, 2005).
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
pengguna pancainderanya. Pengetahuan adalah segala sesuatu apa yang
diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia.
Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat
kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak
disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan
terhadap suatu objek teretentu. (Mubarak, 2011)
Menurut
Chomaria
(2011)
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif adalah Pengetahuan yang mengatakan
prilaku modern adalah suatu perilaku yang efektif, serta efisien. Jadi seorang
ibu yang cenderung memberikan asupan bayinya dengan susu formula tanpa
alasan yang tepat (karena sakit menular, karena beban kerja diluar yang tidak
bisa ditinggalkan, karena sakit keras), maka termasuk tindakan yang tidak
modern, namun kenyataan yang terjadi banyak ibu yang merasa dirinya
berfikiran modern dan maju memandang susu formula lebih hebat dari pada
ASI Eksklusif untuk anaknya. Hal ini merupakan pandangan yang tanpa dasar,
serta terlihat jika sang ibu tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
ASI Eksklusif.
Menurut Ambarwati (2004) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pemberian ASI Eksklusif terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal meliputi : pengetahuan ibu.
a. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang termasuk kedalam domain kognitif mempunyai
enam tingkatan :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali (recall)
materi yang telah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau
rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
menginterpretasikannya secara luas.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponem - komponem yang masih saling terkait
dan masih didalam suatu struktur organisasi tersebut.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
6. Evaluasi (evaluation)
Evalausi diartikan sebagai ini berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan justifikasi atau penilain terhadap suatu materi atau
objek.
Studi kohort praktek menyusui yang dilakukan di provinsi Zhejing,
sebuah wilayah pesisir timur cina yaitu pada 1.520 ibu yang melahirkan di
empat RS yang berlokasikan di kota, pinggiran kota , dan daerah pedesaan
pada tahun 2004-2005 menunjukkan sebanyak 50,3% ibu memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya. Angka ini terkait dengan pengetahuan ibu tentang
ASI mereka tidak cukup untuk member makanan bayi mereka. Persepsi ini
lebih buruk di kota, dimana 47,9% ibu merasa bahwa mereka tidak memiliki
cukup ASI dibandingkan dengan 34,4% dipinggiran kota dan 38% di pedesaan
(Qiu, 2009).
Hasil penelitian di Uganda pada bulan Agustus 2008 menunjukkan
bahwa 49,8% ibu memberikan ASI eksklusif pada bayinya selama 6 bulan.
Hasil ini berkaitan erat dengan tingginya pengetahuan ibu tentang menyusui.
Mayoritas responden (73,8%) tahu bahwa seorang anak seharusnya diberikan
ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kelahirannya. Mereka juga merasakan
keuntungan utama dari memberikan ASI eksklusif kepada bayinya yaitu
sebanyak 55,2% responden menyatakan bahwa keuntungan gizi untuk bayi
merupakan keuntungan yang didapat dari pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan. Hal inilah yang kemungkinan besar mengapa pemberian ASI eksklusif
cukup tinggi. Hanya 20% responden yang menyatakan bahwa memberikan ASI
eksklusif membawa kerugian yaitu berkurangnya kesehatan ibu akibat
menyusui tersebut. Namun mayoritas (66%) merasa bahwa pemberian ASI
eksklusif tidak merugikan ibu pengetahuan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi persepsi dan praktek pemberian ASI eksklusif (Ishak, 2008).
2. Pekerjaan
Yang dimaksud dengan ibu bekerja adalah apabila ibu beraktivitas
keluar rumah ataupun didalam rumah untuk mendapatkan uang kecuali
pekerjaan rutin rumah tangga. Pekerjaan mempengaruhi keberhasilan
pemberian ASI eksklusif, karena untuk sementara waktu ibu tidak berada dekat
dengan anaknya. Ibu bekerja cenderung lebih cepat memberikan MP-ASI
kepada bayinya (Yamin, 2007).
Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan sendiri
maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampak belum berperan sebagai
timbulnya suatu masalah pada persiapan menghadapi persalinan dan
pengasuhan bayi. Ibu yang bekerja di luar rumah akan sangat kesulitan
membagi waktu untuk memberikan ASInya kepada bayi yang masih sangat
membutuhkan. Kondisi seperti ini seringkali ibu dan para orangtua
memberikan susu formula senagai pengganti ASI (DepKes, 2002).
Seorang ibu bekerja akan menghabiskan waktunya di kantor, bekerja
juga merupakan
sumber ketegangan dan stress yang besar bagi para ibu
bekerja. Mulai dari peraturan kerja yang kaku, bos yang tidak bijaksana, beban
kerja yang berat, ketidakadilan yang dirasakan di tempat kerja, rekan-rekan
yang sulit bekerja sama, waktu kerja yang sangat panjang, atau pun
ketidaknyamanan psikologis yang dialami akibat dari problem sosial-politis di
tempat kerja. Situasi demikian akan membuat ibu menjadi amat lelah,
sementara kehadirannya masih sangat dinantikan oleh keluarga di rumah.
Kelelahan psikis dan fisik itu lah yang sering membuat mereka sensitif dan
emosional, baik terhadap anak-anak maupun terhadap suami (Zindy, 2008).
Bila sudah bekerja, kadang ibu tidak mau direpotkan dengan kegiatan
dalam memompa ASI di tempat bekerja. Bahkan sebagian ibu lebih
mementingkan diri sendiri, dengan alasan mengganggu keindahan tubuh
akhirnya ASI tidak diberikan. Di tempat bekerja, banyak kantor atau institusi
kerja tidak mendukung program pemberian ASI. Tidak ada upaya penyiapan
ruangan khusus untuk tempat menyusui atau memompa ASI saat ibu bekerja.
Di tempat umum seperti plasa, pertokoan atau bandara banyak tidak tersedia
tempat khusus untuk menyusui bayi. Apalagi di daerah perkotaan harga sewa
lahan yang sangat tinggi tampaknya para pengusaha tidak rela keuntungannya
diberikan untuk tempat untuk kepentingan pemberian ASI pada bayi
(Judarwanto, 2006).
Menurut Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia DKI Jakarta (IDAI Jaya)
dr Badriul Hegar SpAK, ASI adalah nutrisi alamiah terbaik bagi bayi dengan
kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal. Pemberian cuti
melahirkan yang hanya tiga bulan akan menyulitkan penerapan ASI eksklusif
sehingga bayi tidak mendapatkan haknya, yakni makanan alami terbaik yang
melekat pada tubuh ibunya. Sebagai gantinya, bayi terpaksa mengonsumsi susu
formula yang harganya mahal dan kadang-kadang tidak terjangkau oleh daya
beli rumah tangga. Memberi ASI selama ibu bekerja di kantor berarti ibu harus
memupuk kerjasama dengan pengasuh.Jika yang ibu percayai merawatnya
adalah orangtua sendiri atau mertua. Kalau mereka tidak punya pemahaman
yang sama tentang pemberian dan manfaat ASI eksklusif, ditambah
pengalaman mereka dulu mungkin menyusui sambil dicampur susu atau
makanan padat, akan sedikit menyulitkan (Yamina, 2005).
Di Indonesia, sesuai kebijakan pemerintah, sebagian besar perusahaan
menerapkan kebijakan pemberian cuti melahirkan hanya tiga bulan. Karena itu,
kendati kampanye nasional pemberian ASI eksklusif selama enam bulan
dicanangkan, kenyataannya hal itu sulit dilakukan bagi ibu yang bekerja di luar
rumah. Kondisi fisik dan mental yang lelah setelah bekerja sepanjang hari telah
menghambat kelancaran produksi ASI. Akhirnya, jumlah ASI akan semakin
sedikit dan atau kering sebelum masa penyusuan dua tahun terpenuhi. Kondisi
ibu bekerja tentu jauh berbeda dengan kondisi ibu rumah tangga. Ibu rumah
tangga dapat menyusui bayinya kapan saja, dimana saja, pun dapat dilakukan
dengan cara yang paling alamiah, alias langsung dari sumbernya. Jelas saja,
karena secara fisik ibu rumah tangga selalu dekat dengan bayinya. Kapan pun
bayinya lapar, dia bisa menunda pekerjaannya dan menyusuinya terlebih dulu
(Rika, 2006).
Menurut Wales (2009), Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama
yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan
untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam
pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi
Menjadi seorang ibu merupakan anugerah tersendiri bagi perempuan.
Sementara menjadi ibu bekerja juga kebutuhan hidup sekaligus keasyikan
tersendiri.
Di Inggris ibu yang hamil dan melahirkan bisa mendapatkan cuti 40
minggu, yang diambil mulai 11 minggu sebelum hari perkiraan lahir sampai 29
minggu setelah melahirkan. Artinya, mungkin sekali bagi ibu di sana untuk
memberikan ASI Eksklusif bagi bayinya. Ironis sekali jika melihat keadaan di
Indonesia,
sesuai
kebijakan
pemerintah,
sebagian
besar
perusahaan
menerapkan kebijakan pemberian cuti melahirkan hanya tiga bulan. Karena itu,
kendati kampanye nasional pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan
dicanangkan, dan informasi tentang manfaat ASI Eksklusif disebarluaskan
merata di tengah masyarakat, tetapi pada kenyataannya hanya penyebarluasan
informasi saja yang bisa berhasil dengan baik, tetapi semua itu hanya sebatas
informasi yang sulit sekali diwujudkan sebagai tindakan nyata (Akida, 2004)
Khusus bagi ibu yang bekerja, dengan singkatnya masa cuti hamil dan
melahirkan bahkan sebelum pemberian ASI Eksklusif berakhir ibu sudah harus
kembali bekerja dan meninggalkan bayinya mengganggu pemberian ASI
Eksklusif. Sebenarnya Kendati demikian, hal itu tidak berarti kesempatan ibu
yang bekerja untuk memberi ASI Eksklusif kepada bayinya hilang sama sekali.
Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI Eksklusif bagi sang
buah hati. Selain diberikan secara langsung, yakni dengan menyusukan si
kecil, ASI juga dapat diberikan secara tidak langsung dengan cara memberikan
ASI perah. Namun pada kenyataannya hal itu sulit dilakukan terutama bagi ibu
yang bekerja di luar rumah. Kondisi fisik dan mental yang lelah setelah bekerja
sepanjang hari telah menghambat kelancaran produksi ASI. Sejumlah ibu yang
baru memiliki bayi mengaku terpaksa memberikan susu formula lantaran harus
kembali bekerja. Produksi ASIpun menurun lantaran kelelahan setelah seharian
bekerja (Rachmawati, 2006).
Roesli (2005), menambahkan, dukungan lingkungan tempat bekerja
yang ramah ibu berpengaruh sangat positif terhadap keberhasilan realisasi ASI
Eksklusif bagi bayi-bayi Indonesia. Perusahaan hendaknya juga memberi
keleluasaan bagi para karyawati untuk menyusukan bayi atau memerah ASInya
di luar waktu istirahat.
Beberapa penelitian di Indonesia melaporkan sangat sedikit ibu yang
tetap memberikan ASI setelah kembali bekerja. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Merdeyanti (2007), yang memperoleh hasil bahwa proporsi ibu
yang tidak patuh memberikan ASI Eksklusif pada ibu yang bekerja adalah
60%, dengan risiko 1.5 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak bekerja.
Hasil studi di Tanzania seperti yang dikutip oleh Petit (2008)
menunjukkan bahwa 37,9% dari wanita yang tidak menyusui anak mereka
secara eksklusif mayoritas (50%) mengatakan hal itu karena ASI tidak cukup,
24,6% mengatakan karena bayi gagal untuk menyusui, dan hanya 19,4%
mengatakan karena alasan ibunya bekerja.
3. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan (Roesli, 2004).
Dukungan keluarga merupakan factor eksternal yang paling besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Adanya dukungan keluarga
terutama suami maka akan berdampak pada peningkatan rasa percaya diri atau
motivasi dari ibu dalam menyusui (Roesli, 2004).
Motivasi seorang ibu sangat menentukan dalam pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan.Disebutkanbahwa dorongan dan dukungan dari
pemerintah, petugas kesehatan dan dukungan keluarga menjadi penentu
timbulnya motivasi ibu dalam menyusui (Suririnah, 2004).
Dukungan keluarga dapat diberikan dalam beberapa bentuk, yaitu: a)
dukungan informasional, b) dukungan penghargaan, c) dukungan instrumental,
dan d) dukungan emosional. Ibu menyusui membutuhkan dukungan dan
pertolongan, baik ketika memulai maupun melanjutkan menyusui.Sebagai
langkah awal mereka membutuhkan bantuan sejak kehamilan dan setelah
melahirkan.Mereka membutuhkan dukungan pemberian ASI hingga 2 tahun,
perawatan kesehatan maupun dukungan dari keluarga dan lingkungannya
(Proverawati, 2010).
a. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator
(penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran,
sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.
Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor
karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang
khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat,
usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan
validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support,
penghargaan, perhatian.
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum,
istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari
dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk
afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.
Roesli (2007) mengemukakan bahwa keluarga terutama suami
merupakan bagian penting dalam keberhasilan atau kegagalan menyusui,
karena suami menentukan kelancaran pengetahuan ASI (let down refelex)
yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi dan perasaan ibu. Pentingnya
dukungan keluarga terhadap pemberian ASI, bahwa semua keluarga
mengetahui arti penting mendukung wanita dalam pemberian ASI saja
untuk 4 sampai 6 bulan pertama kehidupan anak dan memenuhi kebutuhan
makanan anak berusia muda pada tahun rawan.
Dukungan atau support dari orang lain atau orang terdekat, sangat
berperandalam sukses tidaknya menyusui. Semakin besar dukungan yang
didapatkan untuk terus menyusui maka akan semakin besar pula
kemampuan untuk dapat bertahanterus untuk menyusui. Dukungan suami
maupun keluarga sangat besar pengaruhnya, seorang ibu yang kurang
mendapatkan dukungan oleh suami, ibu, adik atau bahkan ditakut-takuti,
dipengaruhi untuk beralih ke susu formula (Proverawati, 2010).
Berdasarkan studi pendahuluan, dari data DINKES Kendal
tahun 2011, jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif yang terdapat di
Puskesmas Kendal I dan Kendal II adalah 445. Dari jumlah tersebut yang
mendapat ASI eksklusif ada 103 bayi atau 23,1%. Sedangkan dari 429 bayi
yang berada di Puskesmas Boja I yang mendapat ASI eksklusif ada 72 bayi
atau 16,8%. Hasil wawancara dengan beberapa ibu yang berada di Desa
Bebengan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal pada bulan Maret 2011
mengemukakan bahwa singkatnya masa cuti melahirkan mengakibatkan
sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir sudah harus kembali
bekerja. Penyebab lainnya adalah rendahnya dukungan keluarga untuk
memberikan ASI eksklusif pada bayi baru lahr
C. Kerangka Teori
(Notoatmodjo, 2003-2005)
- Pengetahuan
- prilaku
(Chomaria, 2011)
- Pengetahuan
- Prilaku
(Ambarwati 2004)
- pengetahuan
(Suririnah, 2004)
- Dukungan Keluarga
(Depkes, 2002)
- Pekerjaan
(Yamin, 2007)
- Pekerjaan
(Proverawati, 2010)
- Dukungan Keluarga
- Dukungan Suami
- Dukungan informasional
- Dukungan penghargaan
- Dukungan instrumental
(Roesli, 2004-2007)
- Dukungan Keluarga
Pemberian ASI
eksklusif
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kelanjutan dari kerangka teori atau landasan teori
yang disesuaikan dengan tujuan khusus penelitian yang akan dicapai, yakni sesuai
dengan apa yang telah ditulis dalam rumusan masalah. (Notoatmodjo, 2005)
Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan dibelakang maka penulis
membuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pengetahuan
Pemberian ASI
Eksklusif pada bayi
7-24 bulan
Pekerjaan
Dukungan Keluarga
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
B. Definisi Operasional
Gambar 3.1 Definisi operasional
N
Variabel
N
Defenisi
Cara Ukur
Alat
Hasil
Skala
Operasional
Ukur
Ukur
Ukur
Pemberian ASI
saja
yang
diberikan tanpa
makanan
tambahan
lain
dari 0-6 Bulan
Membagikan
Kuesioner - Eksklusif Ordinal
kuesioner sebanyak 1
- Tidak
item pertanyaaan
Eksklusif
tentang pemberian
ASI eksklusif dengan
kriteria :
- Eksklusif : jika bayi
0-6 bulan hanya
mendapatkan ASI
saja tanpa
makan/minum
pendamping ASI
- Tidak Eksklusif :
jika bayi pada usia
0-6 bulan ada
mendapatkan
makan/minum
pendamping ASI
O
Dependent
1
Pemberian
ASI eksklusif
1.
Variabel Independent
2.
Pengetahuan
Pengetahuan ibu
adalah
segala
sesuatu
yang
diketahui oleh ibu
tentang
Membagikan
Kuesioner
Kuesioner 15
pertanyaan dengan
kriteria :
- Baik : 75%-100%
- Baik
- Cukup
- Kurang
Ordinal
3.
Pekerjaan
4.
Dukungan
Keluarga
pemberian
ASI ibu
menjawab
Eksklusif
pada dengan benar
bayi dari 0-6 - Cukup :55%-74%
bulan
tanpa ibu
menjawab
makanan
dengan benar
pendamping
- Kurang :0-54% ibu
menjawab dengan
benar
Kegiatan
yang Menyebarkan
Kuesioner - Bekerja Ordinal
dilakukan
ibu kuesioner 1 item
- Tidak
secara
kontiyu pertanyaan dengan
Bekerja
dan menghasilkan kriteri :
penghasilan
- Bekerja (PNS,
Swasta,
Wiraswasta,
Buruh, Tani, dll)
Tidak Bekerja (IRT)
Motivasi
atau Menyebarkan
Kuesioner Mendukung Ordinal
support
yang kuisioner dengan 8
Tidak
diberikan
dari item
pertanyaan
mendukung
keluarga
untuk dengan kritria :
ibu selama proses - Mendukung jika
pemberian
ASI
x ≥6
Eksklusif
- Tidak
mendukung jika
x<6
C. Hipotesis
Ha
: Ada Hubungan Pengetahuan Ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada
bayinya.
Ha
: Ada Hubungan Pekerjaan Ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada
bayinya.
Ha
: Ada Hubungan Dukungan dari Keluarga pemberian ASI eksklusif pada
bayi.
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat Analitik dengan menggunakan desain cross
sectional, yaitu suatu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau
pengamatan pada saat bersamaan (sekali Waktu). Dalam hal ini peneliti ingin
mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif
pada Bayi 7-24 Bulan di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh
Tahun 2014.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang mempunyai
bayi usia 7-24 bulan, di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kabupaten Kota
Banda Aceh yang jumlahnya 75 orang ibu menyusui.
2. Sampel
Sampel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu
yang mempunyai bayi usia 7-24 bulan, di Desa Surien Kecamatan Meuraxa
Kabupaten Kota Banda Aceh. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini
secara total sampling dimana jumlah sampelnya 75 ibu menyusui.
C. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Dilaksanakan di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh
2. Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 24 Maret sampai 7 April
2014
D. Pengumpulan Data
1. Tehnik Pengumpulan data.
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer yaitu data yang diperoleh dengan cara membagikan kuesioner yang
mengharuskan responden untuk menjawab beberapa pertanyaan dengan cara
melakukan pengisian kuesioner, terkadang responden tidak dapat melakukan
pengisian karena kendala kerepotan dengan bayinya, dengan demikian dalam
kondisi tersebut peniliti ikut membacakan pertanyaan yang ada dalam
kuesioner kemudian mengisi sesuai dengan jawaban yang diberikan responden.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang berasal dari kader di
Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kabupaten Kota Banda Aceh.
E. Instrumen penelitian
Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
kuesioner yan berisi 25 pertanyaan dalam bentuk Dichotomous Choice, yang
terdiri :
1. Pemberian ASI Eksklusif, mengajukan 1 pertanyaan dengan alternatif jawaban
“Eksklusif” dan “Tidak Eksklusif”
2. Pengetahuan, mengajukan 15 pertanyaan dengan alternatif jawaban “baik”,
“cukup”, dan “kurang”
3. Pekerjaan, mengajukan pertanyaan 1 pertanyaan dengan alternatif jawaban
“Bekerja” dan “Tidak Bekerja”
4. Dukungan Keluarga, mengajukan pertanyaan 8 pertanyaan dengan alternatif
jawaban “Mendukung” dan “Tidak mendukung”
Untuk pemberian skor dari tiap variabel, dengan kriteria
1. Bila pertanyaan positif, jawaban “Ya” diberi nilai 1 dan jawaban “Tidak”
diberi 0
2. Bila pertanyaan negatif, jawaban “Ya” diberi nilai 0 dan jawaban “Tidak”
diberi nilai 1
F. Pengolahan Data
Data yang diperoleh di lapangan diolah dengan program SPSS dengan
menggunakan tehnik :
1. Editing
Melakukan pengecekan terhadap hasil pengisian meliputi kelengkapan
identitas dan jawaban yang diberikan responden
2. Coding
Memberikan kode berupa penomoran dengan teliti pada setiap kuesioner yang
telah diisi oleh responden untuk mempermudah proses pengolahan data.
3. Transfering,
Memindahkan jawaban/ kode jawaban media tertentu, misalnya master tabel
atau kartu kode
4. Tabulating
Memasukkan data kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase.
G. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Anlisa data pada penelitian ini adalah menghitung distribusi frequensi
variabel-variabel yang diteliti. (Notoatmodjo, 2005)
Setelah diolah, selanjutnya data yang telah dimasukkan kedalam tabel
distribusi frequensi ditentukan presentase perolehan (P) untuk tiap-tiap kategori
dengan menggunakan rumus yang dikemukakan sebagai berikut :
P = x 100%
Keterangan: P = presentase
f = frekuensi
n = jumlah responden (Budiarto, 2002).
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dapat dilakukan dengan dua cara:
a. Dengan menggunakan computer program SPSS, melalui perhitungan uji
chi-Square selanjutnya ditarik kesimpulan, bila nilai P value lebih kecil
dari nilai alpha 5% (0,05) berarti hasil perhitungan statistic bermakna
(signifikan), dan bila P value > 0.05 berarti hasil perhitungan statistic tidak
bermakna.
b. Dengan menggunakan rumus
=
(
)
Keterangan :
x 2 = Chi- square
O = nilai pengamatan
E = nilai yang diharapkan
Adapun ketentuan yang dipakai pada uji statistic adalah :
1. Ho ditolak : jika P value hitung > 0,05, artinya menolak hipotesa yang
menyatakan bahwa ada hubungan signifikan antara variabel- variabel
yang diteliti.
2. Ha diterima : jika P value hitung ≤ 0,05, artinya menerima hipotesa
yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
variabel-variabel yang diteliti.
Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan computer program
Statistika package for social science (SPSS) melalui perhitungan uji ChiSquare. Untuk menentukan p-value Chi-Square Tes (X2) tabel, memiliki
ketentuan sebagai berikut (Hastono, 2010):
1. Bila Chi-Square Tes (X2) tabel terdiri dari tabel 2x2 dijumpai nilai
ekspansi (E) <5, maka p-value yang digunakan adalah nilai yang terdapat
pada nilai Fisher Exact Test.
2. Bila Chi-Square Tes (X2) tabel terdiri dari tabel 2x2 tidak dijumpai nilai
ekspansi (E) <5, maka p-value yang digunakan adalah nilai yang terdapat
pada nilai Continuity Correction.
3. Bila Chi-Square Tes (X2) tabel terdiri lebih dari tabel 2x2, contohnya tabel
3x2, 3x3, 3x4 dijumpai nilai ekspantasi (E) <5 maka harus marger
(digabungkan).
4. Bila Chi-Square Tes (X2) tabel terdiri lebih dari tabel 2x2, contohnya tabel
3x2, 3x3, 3x4 tidak dijumpai nilai ekspantasi(E) <5 mak p-value yang
digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai Pearson Chi-Square.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Surien merupakan sebuah desa yang yang terletak di wilayah kerja
kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh, memiliki jumlah penduduk 1108 jiwa
dengan luas wilayah 62 ha
Desa surien berbatasan dengan :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Lamjabat
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bitai
3. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Asoe Nanggroe
4. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Punge Blang Cut
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda
Aceh pada tanggal 24 Maret sampai 7 April 2014, dengan jumlah responden 75
bayi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pembagian kuesioner yang berisi
25 pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
a. Pemberian ASI Eksklusif
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif Pada Responden Di Desa
Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2014
No
Pemberian ASI
Frekuensi
Presentasi (%)
1
Eksklusif
45
60
2
Tidak Eksklusif
30
40
75
100
Total
Sumber : Data Primer ( April 2014)
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 75 responden yang
memberikan ASI Eksklusif yaitu sebanyak 45 (60%) orang dan yang tidak
memberikan ASI Eksklusif yaitu sebanyak 30 orang (40%)
b. Pengetahuan
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pada Responden Di Desa Surien
Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2014
No
Pengetahuan
Frekuensi
Presentasi (%)
1
Baik
22
29,3
2
Cukup
40
53,3
3
Kurang
13
17,3
75
100
Total
Sumber : Data Primer (April 2014)
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 75 responden yang
berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 40 orang (53,3%), berpengetahuan
baik yaitu sebanyak 22 orang (29,3%) dan berpengetahuan kurang yaitu
sebanyak 13 orang (17,3%)
c. Pekerjaan
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Responden Di Desa Surien
Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2014
No
Pekerjaan
Frekuensi
Presentasi (%)
1
Sempat
50
66,7
2
Tidak sempat
25
33,3
75
100
Total
Sumber : Data Primer (April 2014)
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 75 responden yang
berada dalamkategori sempat yaitu sebanyak 50 orang (66,7%) dan berada
dalam kategori tidak sempat yaitu sebanyak 25 orang (33,3%)
d. Dukungan Keluarga
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pada Responden Di Desa
Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2014
No
Dukungan Keluarga
Frekuensi
Presentasi (%)
1
Mendukung
54
72
2
Tidak mendukung
21
28
Total
75
100
Sumber : Data Primer (April 2014)
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 75 responden
keluarga yang mendukung yaitu sebanyak 54 orang (72%) dan keluarga
yang tidak mendukung yaitu sebanyak 21 orang (28%)
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan
Pemberian ASI Eksklusif Pada Responden Di Desa Surien
Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2014
1
Baik
Pemberian ASI
Eksklusif
Tidak
Eksklusif
f
%
f
%
17
77,3
5
22,7
3
Cukup
26
65
14
35
40
100
2
Kurang
2
15,4
11
84,6
13
100
No
Pengetahuan
Total
f
22
%
100
p
0,001
Sumber : Data Primer (April 2014)
Tabel di atas menunjukkan dari 22 responden yang berpengetahuan
baik ada 17 (77,3%) ibu yang memberikan ASI Eksklusif, dari 40 responden
yang berpengetahuan cukup yang memberikan ASI Eksklusif ada 26 (65%)
ibu dan dari 13 responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 11
(86,4%) ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menunjukkan
hubungan tersebut bermakna dengan nilai α = 0,05 dan p value = 0,001 Hal
tersebut berarti hipotesis penelitian menyatakan bahwa ada kecenderungan
hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia
0-6 bulan terbukti atau dapat diterima
b. Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian
ASI Eksklusi Pada Responden Di Desa Surien Kecamatan Meuraxa
KotaBanda Aceh Tahun 2014
No
Pekerjaan
Pemberian ASI
Eksklusif
Tidak
Eksklusif
f
%
f
%
Total
p
f
%
1
Sempat
37
74
13
26
50
100
2
Tidak sempat
8
32
17
68
25
100
0,001
Sumber : Data Primer (April 2014)
Pada tabel 5.6 terlihat dari 50 responden yang sempat ada 37 (74%)
ibu yang memberikan ASI Eksklusif, dari 25 responden yang tidak sempat
ada 17 (68%) ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menunjukkan
hubungan tersebut bermakna dengan nilai α = 0,05 dan p value = 0,001. Hal
tersebut berarti hipotesis penelitian menyatakan bahwa ada kecenderungan
hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6
bulan terbukti atau dapat diterima
c. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Pemberian ASI Eksklusi Pada Responden Di Desa Surien
Kecamatan Meuraxa KotaBanda Aceh Tahun 2014
No
1
2
Dukungan
Keluarga
Mendukung
Pemberian ASI
Eksklusif
Tidak
Eksklusif
f
%
f
%
38
70,4
Total
p
f
%
16
29,6
54
100
Tidak
7
33,3
14
mendukung
Sumber : Data Primer (April 2014)
66,7
21
100
0,007
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 54 responden yang keluarga
mendukung ada 38 (70,4) ibu yang memberikan ASI Eksklusif, dan dari 21
responden yang keluarga tidak mendukung ada 14 (66,7%) ibu yang tidak
memberikan ASI Eksklusif
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menunjukkan
hubungan tersebut bermakna dengan nilai α = 0,05 dan p value = 0,007. Hal
tersebut berarti hipotesis penelitian menyatakan bahwa ada kecenderungan
hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi
usia 0-6 bulan terbukti atau dapat diterima
C. Pembahasan
Adapun hasil penelitian dengan menggunakan analisa statistik tentang
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi
0-6 Bulan Di Desa Surien Keacamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2014
maka didapat analisa :
1. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 75 responden di Desa
Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh, pada tabel 5.5 menunjukkan
dari 22 responden yang berpengetahuan baik ada 17 (77,3%) ibu yang
memberikan ASI Eksklusif, dari 40 responden yang berpengetahuan cukup
yang memberikan ASI Eksklusif ada 26 (65%) ibu dan dari 13 responden yang
berpengetahuan kurang sebanyak 11 (86,4%) ibu yang tidak memberikan ASI
Eksklusif
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menunjukkan
hubungan tersebut bermakna dengan nilai α = 0,05 dan p value = 0,001 Hal
tersebut berarti hipotesis penelitian menyatakan bahwa ada kecenderungan
hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 06 bulan terbukti atau dapat diterima
Menurut Indonesia Nutrition Network (2010), pengetahuan ibu
yaitu sejauh mana tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dan
manfaatnya.
Pengetahuan yang tidak begitu baik tentang pemberian ASI
Eksklusif dikalangan ibu melahirkan menyebabkan masih ada sebagian ibu
yang tidak memberikan ASI secara Eksklusif kepada bayinya.
Menurut Nurafifa (2009) Akibat tidak begitu baiknya pengetahuan,
banyak ibu menganggap susu formula sama baiknya dengan ASI, bahkan lebih
baik dari ASI. Hal ini menyebabkan ibu lebih memilih memberikan susu
formula jika merasa ASI kurang atau terbentur kendala menyusui.
Hasil penelitian yang dilakukan di Uganda pada bulan Agustus 2008
menunjukkan bahwa 49,8%
ibu memberikan ASI eksklusif pada bayinya
selama 6 bulan. Hasil ini berkaitan erat dengan tingginya pengetahuan ibu
tentang menyusui. Mayoritas responden (73,8%) tahu bahwa seorang anak
seharusnya diberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama kelahirannya.
Mereka juga merasakan keuntungan utama dari memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya yaitu sebanyak 55,2% responden menyatakan bahwa
keuntungan gizi untuk bayi merupakan keuntungan yang didapat dari
pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan. Hal inilah yang kemungkinan besar
mengapa pemberian ASI Eksklusif cukup tinggi. Hanya 20% responden yang
menyatakan bahwa memberikan ASI Eksklusif membawa kerugian yaitu
berkurangnya kesehatan ibu akibat menyusui tersebut. Namun mayoritas (66%)
merasa bahwa pemberian ASI Eksklusif tidak merugikan ibu.
Menurut asumsi peneliti pengetahuan ibu
menyusui tentang
pemberian ASI eksklusif sangat berperan dalam memotivasi ibu untuk mau
memberikan ASI secara eksklusif hingga bayinya berusia 6 bulan. Apabila
pengetahuan ibu kurang maka ibu tidak tahu manfaat dari pemberian ASI
Eksklusif bagi bayinya. Jadi sangat disayangkan bayi-bayi yang tidak
mendapatkan ASI Eksklusif, seperti yang kita ketahui ASI adalah makanan
yang terbaik bagi bayi, maka dari itu selaku tenaga kesehatan harus proaktif
dalam memberikan konseling dan penyuluhan terkait pentingnya memberikan
ASI secara Eksklusif hingga bayi berusia 0-6 bulan, informasi ini diberikan
mulai dari ibu melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan
2. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 75 responden di Desa
Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh, pada tabel 5.6 terlihat dari 50
responden yang sempat ada 37 (74%) ibu yang memberikan ASI Eksklusif,
dari 25 responden yang tidak sempat ada 17 (68%) ibu yang tidak memberikan
ASI Eksklusif
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menunjukkan
hubungan tersebut bermakna dengan nilai α = 0,05 dan p value = 0,001. Hal
tersebut berarti hipotesis penelitian menyatakan bahwa ada kecenderungan
hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6
bulan terbukti atau dapat diterima
Menurut Yamin (2007) pekerjaan mempengaruhi keberhasilan
pemberian ASI Eksklusif karena untuk sementara waktu ibu tidak berada
dekat dengan bayinya. Ibu bekerja cenderung lebih cepat memberikan MP-ASI
kepada bayinya. Bekerja sebagai salah satu timbulnya suatu masalah pada saat
menghadapi persalinan dan pengasuhan bayi khususnya dalam pemberian ASI
Eksklusif.
Menurut Zindy (2008) seorang ibu yang bekerja akan menghabiskan
waktunya di kantor, bekerja juga merupakan sumber ketegangan dan stress
yang besar bagi para ibu bekerja. Mulai dari peraturan yang kaku, bos yang
tidak bijaksana, beban kerja yang berat, ketidakadilan yang dirasakan di tempat
kerja, rekan-rekan yang sulit kerja sama, waktu kerja yang sangat panjang
ataupun ketidaknyamanan psikologis yang dialami akibat dari problem sosial-
politis di tempat kerja. Situasi demikian akan membuat ibu menjadi lelah,
sementara kehadirannya masih sangat dinantikan oleh keluarga di rumah.
Kelelahan psikis itulah yang sering membuat para tidak mampu secara
maksimal memberikan ASI secara Eksklusif dan sebagai gantinya bayi
terpaksa mengkonsumsi susu formula.
Menurut Rika (2006) kondisi fisik dan mental yang lelah setelah
bekerja sepanjang hari telah menghambat kelancaran produksi ASI. Akhirnya,
jumlah ASI akan semakin sedikit dan atau kering sebelum masa penyusuan dua
tahun terpenuhi. Kondisi ibu bekerja tentu jauh berbeda dengan kondisi ibu
rumah tangga. Ibu rumah tangga dapai menyusui bayinya kapan saja, dimana
sajapun dapat dilakukan dengan cara yang paling alamiah alias langsung dari
sumbernya. Jelas saja, karena secara fisik ibu rumah tangga selalu dekat
dengan bayinya, kapanpun bayinya lapar, dia bisa menunda pekerjaannya dan
menyusui bayinya terlebih dahulu.
Penelitian yang dilakukan oleh Merdeyanti (2007) dengan hasil bahwa
proporsi ibu yang tidak patuh memberikan ASI eksklusif pada ibu yang bekerja
adalah 60 %, dengan resiko 1,5 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang
tidak bekerja dan hasil studi di Tanzania seperti yang dikutip oleh Petit (2008)
menunjukkan bahwa 37,9% dari wanita yang tidak menyusui bayinya secara
eksklusif mayoritas (50%) mengatakan hal itu karena ASI tidak cukup, 24,6%
mengatakan karena bayi gagal untuk menyusui dan hanya 19.4% mengatakan
karea alasan ibu bekerja
Menurut asumsi peneliti para ibu menyusui yang bekerja merasa
sangat kesulitan membagi waktu untuk memberikan ASI secara Eksklusif
kepada bayinya sehingga sebagai alternatif agar bayinya tetap terpenuhi
kebutuhan cairannya para ibu mulai memberikan susu formula kepada bayinya
ketika mereka berada di luar rumah. Hal ini terjadi karena kebijakan yang
diterapkan oleh pemerintah dan sebagian besar perusahaan pemberian cuti
melahirkan hanya tiga bulan sehingga pada kenyatannya kendati kampanye
nasional pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan dicanangkan dan
informasi tentang manfaat ASI Eksklusif disebarluaskan merata, tetapi pada
kenyataannya sulit sekali di wujudkan sebagai tindakan nyata terlebih bagi para
ibu yang harus kembali bekerja sebelum bayinya berusia 6 bulan. Sebagai
solusi dari kondisi tersebut, para tim medis sebaiknya memberikan konseling
kepada para ibu menyusui yang bekerja tersebut untuk dapat memerah ASI
kemudian
menyimpannya
di
dalam
kulkas
sehingga
bayinya
tetap
mendapatkan ASI eksklusif walaupun ibu sedang tidak berada di samping
sang bayi. Jadi, alasan ibu bekerja bukan merupakan alasan sehingga bayi tidak
mendapat ASI Eksklusif hingga berusia 6 bulan
3. Hubungan Dukungan Keluarga/Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 75 responden di Desa
Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh, pada tabel 5.7 bahwa
menunjukkan bahwa dari 54 responden yang keluarga mendukung ada 38
(70,4) ibu yang memberikan ASI eksklusif, dan dari 21 responden yang
keluarga tidak mendukung ada 14 (66,7%) ibu yang tidak memberikan ASI
Eksklusif
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menunjukkan
hubungan tersebut bermakna dengan nilai α = 0,05 dan p value = 0,007. Hal
tersebut berarti hipotesis penelitian menyatakan bahwa ada kecenderungan
hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia
0-6 bulan terbukti atau dapat diterima
Menurut Roesli (2004) dukungan keluarga merupakan faktor eksternal
yang paling besar pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Adanya
dukungan keluarga terutama suami maka akan berdampak pada peningkatan
rasa percaya diri atau motivasi dari ibu dalam menyusui.
Menurut Suririnah (2004) motivasi seorang ibu sangat menentukan
dalam pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Disebutkan bahwa dorongan
dan dukungan dari pemerintah, petugas kesehatan dan dukungan keluarga
menjadi penentu timbulnya motivasi ibu dalam menyusui. Sebagai langkah
awal mereka membutuhkan bantuan sejak awal kehamilan, melahirkan sampai
masa menyusui hingga 2 tahun.
Berdasarkan studi yang pernah dilakukan Dinkes Kendal tahun 2011,
jumlah bayi yang berusia 0-6 bulan sebanyak 445 bayi namun yang diberikan
ASI secara eksklusif hanya 103 bayi (23,1%). Hasil dari wawancara dengan
beberapa ibu yang memiliki bayi di daerah tersebut mengemukakan penyebab
tidak terlaksanya program ASI eksklusif secara maksimal adalah karena
singkatnya masa cuti melahirkan mengakibatkan sebelum masa cuti melahirkan
berakhir mereka sudah harus kembali bekerja sehingga pendampingan dan
dukungan keluarga/suami terhadap pemberian ASI juga tidak dapat diberikan
secara maksimal
Menurut asumsi peneliti dukungan atau support dari orang lain atau
orang terdekat/keluarga sangat berperan dalam sukses tidaknya menyusui.
Semakin besar dukungan yang didapatkan untuk terus menyusui maka akan
semakin besar pula kemampuan untuk menyusui. Dukungan suami ataupun
keluarga sangat besar pengaruhnya, seorang ibu yang kurang mendapatkan
dukungan oleh suami ataupun anggota keluarga lainnya atau bahkan menakutnakuti tentang mitos bahwa bayinya akan merasa kelaparan jika hanya
diberikan ASI saja, hal tersebut akan mengganggu psikologis ibu dan bahwa
membuat ibu merasa cemas akan kondisi bayinya dan membuat ibu untuk
berfikir memberikan tambahan susu formula untuk sang bayi, hal tersebut jelas
akan mengganggu keberhasilan pemberian ASI secara eksklusif.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 7-24 Bulan Di Desa
Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2014 dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Ada Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi
0-6 Bulan Di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2014
dengan nilai p value = 0,001
2. Ada Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 0-6
Bulan Di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2014
dengan nilai p value = 0,001
3. Ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada
Bayi 0-6 Bulan Di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh
Tahun 2014 dengan nilai p value = 0,007
B. Saran
1. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah wawasan tentang ilmu kesehatan bayi,
khususnya tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI
Eksklusif Pada Bayi 0-6 Bulan
2. Bagi Tenaga Kesehatan Dan Pemerintah
Diharapkan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dapat memberikan
konseling dan informasi kepada para ibu yang memiliki bayi usia 0-6 tentang
pemberian ASI eksklusif melalui konseling dan penyuluhan terkait pentingnya
memberikan ASI secara eksklusif hingga bayi berusia 0-6 bulan mulai dari ibu
melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan
3. Masyarakat Umum
Diharapkan
kepada
institusi
pendidikan
khususnya
Akademi
Kebidanan hasil penelitian ini agar dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
referensi untuk pustaka dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan
penelitian lebih lanjut khususnya yang berhubungan dengan ASI eksklusif
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. EGC. Jakarta
Azwar. A, 2003. Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia. Warta
Kesehatan Masyarakat. Edisi 6, Jakarta, Juni.
Budiarto, E, 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : EGC.
Chomaria, N. 2011. Panduan Terlengkap Pasca Melahirkan. Penerbit Ziyad visi
Media. Surakarta
Depkes RI. 2008, Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
450/MENKES/IV/Tentang pemberian ASI Eksklusif
pada Bayi
Indonesia, Jakarta
, 2002 Panduan Pekan ASI Sedunia
Khasanah, Nur. 2011. ASI atau Susu Formula ya ?. Jogjakarta : FlashBook
Mubarak, W.
2011, Promosi Kesehatan untuk Kebidanan, Jakarta, Salemba
Medika
Mubarak, W.
2011, Promosi Kesehatan untuk Kebidanan, Jakarta, Salemba
Medik
Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta
. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
.2002. Metodelogi penelitian. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
,2005, Promosi Kesehatan: Teori dan aplikasi, Edisi 1, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta
, 2007. Promosi Kesehatan dan ilmu Prilaku, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta.
, 2010, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Potter dan Perry. 2009, Fundamental Of Nursing: Konsep, Proses dan Praktik
Buku I, Edisi 7, Jakarta, Salemba Medika
Prasetyono, Dwi.S. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Jogjakarta : Diva Press.
Proverawati A., dan Rahmawati, E. (2010). Kapita Selekta ASI dan
Menyusui.Yogyakarta: Nuha Media.
Proverawati, A., dan Asfuah, A. (2009). Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Media.
Qiu, L.Et.al.2009. Initiation of Breastfeeding and prevalence of Exclusif
Breastfeeding Hospital Discharge in urban, Suburban and Rural
areas of zhejiang china. International Breast feeding journal.
Biomed Central LTD.
Rahmawati. 2005. Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia Masih Sangat
Memperihatinkan.
Roesli U, 2005. Mengenal ASI eksklusif, Jakarta: Trubus Agriwidya
.2008. Bedah ASI. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
. 2008. Inisiasi Menyusui Dini. Pustaka Bunda.Jakarta.
. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Argriwidya.
.2001. Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. Jakarta: PT Elex
Komputindo.
Supriyono. 2004. Gambaran Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Lamongan
tahun 2003.Majalah Kesehatan.
.2008, Gangguan Diawal Pertumbuhan Balita. Dikutip dalam
http://www.wordpress.com.( tanggal januari 2014)
Suririnah, 2004. Buku Pintar Merawat Janin 0-9 Bulan-Panduan Bagi Calon Ibu
Baru. Jakarta: Gramedia.
.2009. Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan; Panduan Bagi Ibu Baru
Untuk Menjalani Hari – Hari Bahagia dan Menyenangkan Bersama
Bayinya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wati, S. 2011, Produksi ASI dan Yang Mempengaruhinya. Dikutip dalam
http://www.creasoft.wordspress.com (tanggal 3 maret 2012)
WHO.
2005.
ASI
Eksklusif.
Dikutip
dalam
http://antaranews.com/berita/707172/capaianasieksklusifdipontianak
-rendah. (tanggal januari 2014)
Yamin, M 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Asi
Eksklusif Oleh Ibu Bayi Yang Berumur 6-12 Bulan Dikecamatan
Metro Timur Kota Metro Lampung Tahun 2007, Tesis FKM-UI.
. 2008. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan.
Cetakan Kedua. Jakarta: Gaung Persada Press.
Yuliarti, N. 2010, Keajaiban ASI Makanan Terbaik Untuk Kesehatan ,Kecerdasan
dan Kelincahan Sikecil. Edisi 1. Yogyakarta
Download