BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Menyusui adalah suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui lebih dari yang semestinya, oleh karena itu ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui dapat berhasil. Banyak alasan dikemukakan ibu-ibu antara lain ibu merasa ASI nya (Air Susu Ibu) tidak mencukupi atau ASI nya tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Sesungguhnya hal ini tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI dalam jumlah yang cukup untuk bayinya, disamping informasi tentang cara-cara menyusui yang baik dan benar belum menjangkau sebagian besar ibu-ibu (Depkes, 2001) ASI merupakan satu-satunya makanan terbaik bagi bayi karena mempunyai komposisi gizi yang paling lengkap dan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan bayi untuk bertahan hidup pada 6 bulan pertama, meliputi hormon, antibodi, faktor kekebalan sampai antioksidan (Depkes RI, 2002). Pemberian ASI eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air put ih dan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim sejak bayi lahir hingga bayi umur 6 bulan (Roesli, 2000). ASI Eksklusif merupakan sumber gizi yang ideal karena komposisinya seimbang secara alami dan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi, sehingga ASI Eksklusif merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi kualitas dan kuantitasnya, disamping murah, mudah didapat dan juga pemberiannya bisa dilakukan setiap hari makanan pertama yang terbaik dan paling sempurna untuk bayi. Kandungan gizinya yang tinggi dan adanya zat kebal didalamnya, membuat ASI Eksklusif tidak tergantikan oleh susu fomula yang paling hebat dan mahal sekalipun, selain itu ASI Eksklusif juga tidak pernah basi, selama masih dalam tempatnya. Terkait itu, ada satu hal yang disayangkan yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pentingnya ASI Eksklusif bagi bayi. Akibatnya program pemberian ASI Eksklusif tidak berlangsung secara optimal (Yuliarti, 2010). Word Health Organization (WHO) dan The united nation childrens’ fund (UNICEF) pada tahun 2009 menargetkan pemberian ASI Eksklusif di Asia sebesar 55% tetapi data WHO pada Eropa pencapain hanya 19,8 %. Di indonesia bayi yang menyusui ASI Eksklusif sampai 6 bulan hanya 35 % dan target dari kementrian kesehatan republik indonesia pada tahun 2015 minimal ibu menyusui bayi secara Eksklusif sebesar 80 % (http://antaranews.com/ berita707172/capaianasieklusif-dipontianak-rendah) Di negara berkembang, sekitar 10 juta bayi mengalami kematian, dan sekitar 60% dari kematian tersebut seharusnya dapat ditekan salah satunya adalah dengan menyusui, karena ASI sudah terbukti dapat meningkatkan status kesehatan bayi sehingga 1,3 juta bayi dapat diselamatkan. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Found (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar anak sebaiknya disusui hanya ASI selama paling sedikit 6 bulan. Makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI seharusnya dilanjutkan sampai umur dua tahun (WHO, 2005). Kebijakan yang ditempuh dalam program peningkatan pemberian ASI di Indonesia adalah menetapkan 80% dari ibu dapat memberikan ASI secara eksklusif. Namun realitanya, sampai saat ini pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Keprihatinan ini cukup mendasar, karena masih banyak masyarakat yang memberikan makanan pendamping pada waktu bayi berumur sangat muda. Data menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64 %. Persentase ini kemudian menurun cukup tajam menjadi 46 % pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14 % pada bayi berumur 4-5 bulan. Keadaan lain yang memprihatinkan, adalah 13 % dari bayi berumur di bawah 2 bulan telah diberi susu formula dan 15 % telah diberi makanan tambahan (SDKI 2002-2003). Hasil penelitian oleh para pakar menunjukkan bahwa gangguan pertumbuhan pada awal pertumbuhan balita, antara lain disebabkan kekurangan gizi sejak bayi dalam kandungan, pemberian makanan tambahan terlalu dini atau terlalu lambat, makanan tambahan tidak cukup mengandung energi dan zat gizi mikro terutama mineral, besi dan seng, perawatan bayi yang kurang memadai dan ibu tidak berhasil memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya (Supriyono, 2008). WHO telah mengkaji lebih dari 3000 penelitian tentang ASI, hasilnya menunjukkan bahwa pemberian ASI selama 6 bulan adalah jangka waktu yang paling optimal untuk pemberian ASI eksklusif. Hal ini didasarkan pada bukti ilmiah bahwa ASI eksklusif mencukupi kebutuhan gizi bayi dan pertumbuhan bayi akan lebih baik. Seiring hasil kajian WHO tersebut, Menteri Kesehatan melalui Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004 menetapkan perpanjangan pemberian Air Susu Ibu secara eksklusif dari yang semula 4 bulan menjadi 6 bulan (Allen, 2006). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Hellen Keller International pada tahun 2002 di Indonesia, diketahui bahwa rata-rata bayi Indonesia hanya mendapatkan ASI eksklusif selama 1,7 bulan. Berdasarkan WHO yang dituangkan dalam Kepmen No. 450 tahun 2004 menganjurkan agar bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan. Turunnya angka ini terkait pengaruh sosial budaya dimasyarakat, yang menganjurkan supaya bayi diberi makanan tambahan sebelum berusia 6 bulan (Prasetyono, 2009). Pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Akibat dari pemberian ASI dan pemberian makanan tambahan yang salah, sekitar 6,7 juta balita atau 27,3 persen dari seluruh balita di Indonesia menderita kurang gizi dan sebanyak 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk (Meutia, 2008). Pemberian ASI di Indonesia perlu ditingkatkan dan dilestarikan, terutama yang perlu ditingkatkan adalah menyusui AS1 eksklusif yaitu AS1 segera (kurang iebih 30 menit setelah iahir dan berikan kolostrum pada bayi sesegera mungkin) pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Meski demikian, tidak semua ibu mau menyusui bayinya karena berbagai alasan. Misalnya takut gemuk, sibuk, payudara kendor dan sebagainya. Di lain pihak, ada juga ibu yang ingin menyusui bayinya tetapi mengalami kendala. Biasanya ASI tidak mau keluar atau produksinya kurang lancar, serta banyak hal lain yang dapat mempengaruhi produksi ASI (Prasetyono, 2009). Walaupun WHO dan UNICEF telah menetapkan untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi selama 6 bulan pertama, namun angka prevalensi pemberian ASI eksklusif dibeberapa negara bervariasi. Hasil penelitian di 111 negara Brazil menunjukkan bahwa hanya 13,9% bayi yang di beri ASI eksklusif (Vinencio, 2005). Hasil peneliti yang dilakukan di provinsi zheijiang, sebuah wilayah pesisir timur Cina yaitu, pada 1.520 ibu yang melahirkan di empat RS yang berlokasi di kota, pinggiran kota dan daerah pedesaan pada tahun 2004-2005 menunjukkan hanya sebanyak 50.3% ibu memberikan ASI eksklusif kepada Bayinya ( Qiu, 2009) Faktor-faktor yang yang berhubungan dengan pemberian ASI esklusif pada bayi dapat di pengaruhi oleh berbagai faktor yaitu : kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, ibu-ibu menghentikan pemberian ASI eksklusif karena produksi ASI kurang. Sebenarnya hal ini tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi yang cukup melainkan karena kurangnya pengetahuan ibu. Disebabkan oleh ibu bekerja sehingga ibu-ibu menghentikan pemberian ASI eksklusif karena harus bekerja. Faktor dari dukungan keluarga dimana banyak ibu yang gagal memberikan ASI eksklusif karena orang tua, nenek atau ibu mertua mendesak untuk memberikan susu tambahan formula. (Judarwanto, 2006) Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2012 didapatkan Cakupan ASI Eksklusif 49,6 % dan masalah gizi masih tingginya angka gizi buruk, kurus juga masih menjadi masalah. Prevalensi balita kekurangan gizi 23,7%, dan anak kurus 14,2%, jika kita bandingkan dengan kategori masalah gizi menurut WHO maka kondisi masalah gizi di Aceh tergolong kategori sangat tinggi dan serius. Berdasarkan data yang diperoleh dari UPTD Puskesmas Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013, didapatkan jumlah ibu menyusui 0-24 bulan dari 12 desa berjumlah 435 ibu menyusui, sedangkan yang memberikan ASI secara Eksklusif hanya 96 orang (22.0 % ). Sedangkan diawal tahun 2014 dari 440 ibu menyusui hanya 122 (27,7%) yang memberikan ASI Eksklusif. Berdasarkan data yang diperoleh di Desa Surien terdapat jumlah ibu yang menyusui pada tahun 2012 sebanyak 56 orang, tahun 2013 sebanyak 63 ibu menyusui, sedangkan di awal tahun 2014 sebanyak 75 ibu yang menyusui. Sedangkan untuk pemberian ASI eksklusif untuk bayi dari 0-6 bulan di tahun 2012 sebanyak 20 bayi, dan di tahun 2013 sebanyak 30 bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif. Berdasarkan hasil wawancara awal dengan 10 ibu yang menyusui yang penulis lakukan di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh dari 10 orang ibu menyusui, 4 orang ibu mengatakan kurangnya pengetahuan tentang ASI Eksklusif dan 3 orang ibu mengatakan sibuk dengan pekerjaan diluar rumah sehingga tidak sempat untuk memberikan ASI Eksklusif pada Bayinya, dan 3 orang ibu mengatakan kurangnya dukungan dari Keluarga nya. Ibu mengatakan sering mendengar tentang ASI Eksklusif dari TV dan bidan, akan tetapi ibu belum sepenuhnya memahami tentang manfaat, dan keuntungan pemberian ASI secara Eksklusif serta efek bagi bayi jika tidak diberikan ASI secara Eksklusif seperti daya tahan tubuh dan IQ anak rendah. Hal tersebut menjadi alasan Ibu tidak mau memberikan ASI secara Eksklusif kepada bayinya, disamping itu ibu juga mengeluh ASI kurang banyak dan ibu merasa bayinya tidak akan kenyang jika hanya diberikan ASI saja, tanpa adanya makanan pendamping dan Ibu sering menggantikan ASI dengan makanan pendamping seperti pisang dan susu formula. Ibu beranggapan pemberian susu formula lebih mudah serta dikarenakan ibu sibuk dengan pekerjaan rutinitas sehari- hari diluar rumah, ibu juga mengatakan bahwa suami/keluarga tidak mengizinkan ibu memberikan ASI saja karena suami/keluarga berpendapat bayi tidak akan kenyang jika hanya mendapat ASI saja tanpa makanan pendamping ASI. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti judul tentang “Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 0-6 Di Desa Surien Kecamatan Meuraxa” B. Rumusan Masalah Adapun Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor-Faktor Apakah Yang Berhubungan Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi 7- 24 Bulan Di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2014?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi 7-24 bulan di Desa Surien kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan Pengetahuan Ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayinya di Desa Surien kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh b. Untuk mengetahui hubungan Pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayinya di Desa Surien kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh c. Untuk mengetahui hubungan Dukungan Keluarga dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi di Desa Surien kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliliti Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah khususnya tentang pemberian ASI eksklusif pada Bayi. 2. Bagi Lokasi Penelitin a. Sebagai bahan masukan dalam pengembangan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada Bayi dari 0-6 bulan. b. Dapat menjadi salah satu informasi sehingga ibu menyusui tentang hal-hal apa saja yang dapat berhubungan langsung dengan pemberian ASI eksklusif pada Bayinya. 3. Bagi Institusi Dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai bahan referensi diperpustakaan dan peneliti ini dapay dijadikan acuan dalam melakukan penelitian lebih lanjut. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian Air susu ibu (ASI) adalah cairan putih yang di hasilkan oleh kelenjar payudara ibu melelui proses menyusui. Secara alamiah, ia mampu menghasilkan ASI. Air susu ibu merupakan makanan yang telah di siapkan untuk calon bayi saat ia masa kehamilan. Pada masa kehamilan ibu, hormone tertentu merangsang payudara untuk memperbanyak saluran-saluran air susu dan kelenjar-kelenjar air susu (Vivian, 2011) Menurut Khasanah, 2011 Air susu ibu merupakan makanan terbaik ciptaan Tuhan yang diperuntukkan bagi bayi yang baru dilahirkan. Makanmakanan tiruan bagi bayi yang diramu menggunakan teknologi masa kini ternyata tidak mampu menandingi keunggulan ASI. Sebab ASI, mempunyai nilai gizi paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat oleh manusia ataupun susu yang berasal dari hewan, seperti susu sapii, kerbau, atau kambing ASI adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Nilai gizi yang terkandung dalam ASI sangat tinggi sehingga ia tidak memerlukan tambahan komposisi apapun dari luar. Secara alamiah, Tuhan memang telah menciptkan ASI sedemikian rupa sehingga sangat cocok untuk dijadikan makanan yang mudah dicerna olehnya dengan cara diserap melalui puting ibunya. Terkadang, masih banyak mitos dikalangan ibu-ibu. Sebagian dari mereka tidak memberikan ASI secara penuh karena alasan payudara tida mengeluarkan ASI atau ASI yang dihasilkan sedikit. Sebenarnya, mitos tersebut tidak lah benar. Dari hasil penelitian, diperkirakan 8 dari 0 ibu yang melahirkan mampu menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan selama 6 bulan pertama. Bahkan, sekalipun ia gizi nya kurang baik, sering dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan (Khasanah, 2011). ASI Eksklusif adalah makanan pertama yang terbaik dan paling sempurna untuk bayi. Kandungan gizinya yang tinggi dan adanya zat kebal didalamnya, membuat ASI Eksklusif tidak tergantikan oleh susu fomula yang paling hebat dan mahal sekalipun. selain itu ASI Eksklusif juga tidak pernah basi, selama masih dalam tempatnya. Terkait itu, ada satu hal yang disayangkan yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pentingnya ASI Eksklusif bagi bayi. Akibatnya program pemberian ASI Eksklusif tidak berlangsung secara optimal. (Yuliarti, 2010). ASI Eksklusif atau lebih tepat dengan pemberian ASI secara Eksklusif adalah bayi yang hanya diberikan ASI saja tanpa adanya makanan tambahan lain yang dianjurkan sampai enam bulan dan di susui sedini mungkin yang diberikan pada bayi 0-6 bulan tanpa makanan atau cairan yang lain (Yuliarti, 2010) ASI eksklusif adalah bayi yang hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat. WHO, UNICEF, dan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI esklusif selama 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selam 6 bulan pertama. Selanjutnya demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI dan ASI hingga bayi 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2009) Menurut UNICEF dan WHO, ASI Eksklusif adalah makanan terbaik untuk bayi karena merupakan makanan alamiah yang sempurna. ASI Eksklusif merupakan makanan yang aman dan terjamin kebersihannya karena langsung diberikan kepada bayi dalam keadaan segar . Dengan demikian bayi tidak mudah terserang gangguan pencernaan makanan seperti diare, muntah dan sebagainya. (UNICEF, 2009) ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. Air susu ibu mengandung zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI kepada bayi karena mengandung banyak menfaat dan kelebihan. Diantaranya adalah menurunkan risiko terjadinya penyakit infeksi, misalnya infeksi saluran pencernaan (diare), infeksi saluran pernafasan, dan infeksi telinga. ASI juga bisa menurunkan dan mencegah terjadinya penyakit noninfeksi seperti penyakit alergi, obesitas, kurang gizi, asma, dan eksem. Selain itu Asi juga dapat pula meningkatkan IQ dan EQ anak. Menyusui anak bisa menciptakan ikatan psikologis dan kasih saying yang kuat antara ibu dan bayi. Bayi merasa terlindung dalam dekapan ibunya mendengar langsung degup jantung ibu, serta merasakan sentuhan ibu saat disusui olehnya. Pedoman internasional menganjurkan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama. Hal tersebut didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberikan semua energy dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan oleh bayi selama 6 bulan pertama setelah kelahirannya. Yang dimaksud dengan pemberian Pengaturan mengenai pemberian Asi eksklusif juga diatur dalam pasal 128 UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU Kesehatan) yang berbunyi : a. Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis. b. Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus. c. Penyediaan fasilitas khusus sebagimana dimaksudkan pada ayat (2) diadakan di tempat kerja da tempat sarana umum. 2. Volume Air Susu Selama beberapa bulan terakhir masa kehamilan terdapat produksi air susu ibu. Setelah lahir waktu bayi mulai menghisap, maka suplai air susu meningkat dengan cepat. Pada keadaan normal, sekitar 100 ml tersedia pada hari kedua dan ini meningkat menjadi 500 ml pada minggu kedua. Produksi air susu ibu yang paling efektif biasanya dicapai pada 10-14 hari setelah melahirkan. Selama beberapa bulan selanjutnya, bayi yang sehat mengkonsumsi sekitar 700-800 ml per 24 jam. Namun demikian konsumsi bayi bervariasi antara satu dengan yang lainnya, ada yang mengkonsumsi 600 ml atau kurang dan ada pula yang lebih bahkan sampai satu liter selama 24 jam meskipun keduanya mempunyai laju pertumbuhan yang sama. Factor emosi seperti stress atau sangat sedih sangat berpengaruh terhadap produksi air susu selama minggu-minggu pertama periode menyusui (Roesli, 2000). Pada ibu-ibu yang kurang pangan berat, volume air susu dijumpai kira-kira 500-700 ml per hari selama enam bulan pertama, 400-600 ml dalam enam bulan kedua, dan 300-500 ml dalam tahun kedua. Produksi air susu pada ibu yang terkena gizi kurang berat dapat sangat kecil sekali bahkan tidak keluar sama sekali, sehingga keadaan demikian akan berpengaruh fatal pada bayinya. Di wilayah dimana ibu-ibunya kekurangan pangan biasa dijumpai bayi-bayi yang mengalami marasmus dini pada masa enam bulan pertama kehidupannya, khususnya mereka yang hanya memperoleh air susu ibu (Khasanah, 2011). Menurut Khasanah, (2011) pada keadaan normal, air susu ibu mampu memberikan zat gizi yang cukup bagi pertumbuhan bayi sampai umur enam bulan. Namun demikian sebagaimana diuraikan sebelumnya, terdapat variasi dalam hal kebutuhan bayi dan kemampuan produksi air susu ibu. Oleh karena itu untuk mengetahui cukup tidaknya air susu ibu, tidak dapat hanya menggunakan ukuran volume atau banyaknya air susu ibu. Tanda-tanda lapar anak khususnya laju pertumbuhan berat badan merupakan indicator yang lebih baik untuk mengetahui cukup tidaknya air susu ibu. 3. Komposisi ASI Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 jenis. Diantaranya adalah sebagai berikut : a. Kolostrum Kolostrum merupakan cairan yang pertama ASI yang keluar berwarna kekuning-kuningan (lebih kuning disbanding susu mature), agak kental dan kasar yang muncul segera setelah melahirkan. Kolostrum terasa agak kasar karena mengandung butir-butir lemak, bekas-bekas epitel, leukosit, dan limfosit. Atau, dengan kata lain kolostrum adalah cairan pelancar dan pembersih saluran-saluran ASI. Kolostrum keluar pada hari pertama sampai hari ke empat dengan komposisi yang selalu berubah dari hari ke hari. Jumlah kolostrum yang dikeluarkan sangat bervariasi berkisar 10-100 ml/hari dengan rata-rata sekitar 30 ml atau sekitar 3 sendok makan. (Roesli, 2000) b. ASI transisi/Peralihan Adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20 hari) dimana keadaan lemak dan laktosa lebih tinggi dari kadar protein, mineral lebih rendah. (Vivian, 2011) c. ASI Mature Adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan volume bervariasi yaitu 300-850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. (Wati, 2012) 4. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif a. Manfaat ASI bagi Bayi Menurut Khasanah (2011) dan Prasetyono, (2009) mengemukakan bahwa tidak diragukan lagi bahwa bayi yang diberi ASI, terutama ASI eksklusif memiliki banyak manfaat. Manfaat utama yang dapat diperoleh dari ASI, yaitu ia bisa mendapatkan nutrisi terlengkap dan terbaik baginya. Selain itu, ASI juga dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit dan alergi, serta meringankankan kerja pencemarannya, dan lain sebagainnya. 1) ASI Baik bagi Pertumbuhan Emas Otak Bayi Otak bayi membesar dua kali lipat dalam tahun pertama kehidupan. Sel-sel otak yang banyak 14 miliyar sel, tidak bisa tumbuh dan berkembang secara alami saja sehingga ia membutuhkan nutrisi, seperti lemak dan protein. Nutrisi yang paling bagus dan paling cocok tiada lain adalah yangtepat dalam ASI karena ASI sangat sempurna sebagai nutrisibagi bayi. ASI mengandung AA (Asam Arakhidonat) termasuk kelompok omega-6 dan DHA (Asam Dekosa Heksonat) kelompok omega-3, dan nutrisi lain, seperti protein, laktosa, dan lemak lainnya yang merupakan zat yang dapat merangsang pertumbuhan otak bayi. Untuk menunjang pertumbuhan oatak bayi, makanan yang mengandung AA dan DHA sebagaimana terdapat dalam ASI sangat diperlukan baginya. Dalam perkembangannya otak bayi lebih mengutamakan zat AA dan DHA dalam bentuk jadi seperti yang terdapat dalam ASI (Khasanah, 2000). 2) ASI adalah Sumber Nutrisi Terbaik bagi Bayi ASI adalah makanan bernutrisi dan berenergi tinggi, yang mudah untuk dicerna. ASI memiliki kandungan yang dapat membantu melindunginya bayi dari diare, sudden infant death syndrome/SAIJS yaitu sindrom kematian tiba-tiba pada bayi, infeksi telinga dan penyakit infeksi lain biasa terjadi. Riset medis mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat bayi berkembang dengan baik pada 6 bulan pertama bahkan pada usia lebih dari 6 bulan (Roesli, 2000). Menurut WHO, ASI adalah suatu cara yang tidak tertandingi oleh apapun dalam menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi. Evaluasi pada bukti-bukti yang telah ada menunjukkan bahwa pada tingkat populasi dasar, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan adalah cara yang paling optimal dalam pemberian makan kepada bayi. Setelah 6 bulan, biasanya bayi membutuhkan lebih banyak zat besi dan seng daripada yang tersedia dalam ASI. Pada titik inilah, nutisi tambahan bisa diperoleh dari sedikit porsi makanan padat. Bayi-bayi tertentu bisa minum ASI hingga 12 bulan atau lebih. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhna bayi pada masa pertumbuhannya. (Prasetyono, 2009) ASI adalah makan yang sangat sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Jika proses menyusui dilakukan dengan teknik yang tepat dan benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal sampai dengan usia 6 bulan. Salah satu hal yang menyebabkan ASI sangat dibutuhkan bagi perkembangan bayi yang baru lahir adalah kandungan minyak omega-3. Selain sebagai zat penting bagi otak da mata, omega-3 juga sangat penting bagi bayi yang baru lahir (Prasetyono, 2009). 3) ASI Meringankan Pencernaan Bayi Kondisi sistem pencernaan bayi pada bulan-bulan pertama belum berfungsi secara sempurna. Oleh karena itu, asupan nutrisi untuknya tidak boleh yang memberatkan kerja sistem pencernaannya. Selain ASI juga di lengkapi dengan enzim-enzim yang membantu proses pencernaan sehingga meringankan kerja sistem pencernaan bayi. Biasanya bayi siap untuk makan-makanan padat, baik secara pertumbuhan maupun secara psikologis, pada usia 6-9 bulan. Bila makanan padat sudah mulai diberikan sebelum sistem pencernaan bayi siap untuk menerimanya, maka makanan tersebut tidak dapat dicerna dengan baik dan dapat menyebabkan reaksi yang tidak menyenangkan (gangguan pencernaan, timbulnya gas, konstipasi dan lainlain). Tubuh bayi belum memiliki protein pencernaan yang lengkap. Asam lambung dan pepsin dibuang pada saat kelahiran dan baru dalam 3 sampai 4 bulan terakhir jumlahnya meningkat mendekati jumlah untuk orang dewasa. Amylase, enzim yang diproduksi oleh pancreas belum mencapai jumlah yang cukup untuk mencernakan makanan kasar sampai usia sekitar 6 bulan. Dan enzim pencerna karbohidrat seperti maltase, isomalte dan sukrase belum mencapai level orang dewasa sebelum 7 bulan. Bayi juga memiliki jumlah lipase dan bila salts dalam jumlah yang sedikit, sehingga pencernaan lemak belum mencapai level orang dewasa sebelum usia 6-9 bulan (Prasetyono, 2009). 4) ASI meningkat Kekebalan Tubuh Bayi Menurut Roesli, 2000 awal kehidupan bayi merupakan masa paling rawan. Di samping memenuhi kebutuhan nutrisi nya, ASI juga melindungi bayi dari berbagai macam penyakit. Ia baru lahir belum memiliki kekebalan tubuh yang berfungsi sempurna karena ada beberapa unsure penting yang masih kurang untuk melawan infeksi. Ia masih memerlukan tambahan factor yang mendukung kekebalan tubuhnya dari luar. Pada waktu bayi baru lahir, secara alamiah, ia mendapat zat kekebalan tubuh dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah kelahirannya, padahal dari waktu ia lahir sampai ia berusia beberapa bulan, ia belum dapat membentuk kekebalan sendiri pun menjadi lambat sehingga akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi apabila ia diberi ASI. Sebab, ASI mengandung faktor kekebalan tubuh yang lebih tinggi dibandingkan ASI yang keluar selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa ASI lebih dari sekedar makanan. Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI secara khusus bisa terlindung dari serangan penyakit sistem pernafasan dan percernaan. Hal itu disebakan zat-zat kekebalan tubuh di dalam ASI memberikan perlindungan terhadap penyakit adalah penyediaan lingkungan terhadap penyakit adalah penyediaan lingkungan yang ramah bagi bakteri menguntungkan yang disebut flora normal. Keberadaan bakteri tersebut dapat menghambat keberadaan bakteri, virus dan parasit berbahaya. Di sisi lain, telah dibuktikan pula bahwa terdapat unsure-unsur di dalam ASI yang dapat membentuk sistem kekebalan melawan penyakit-penyakit menular, dan membantunya agar bekerja dengan benar (Khasanah, 2011). Meskipun bayi terus menerima imunitas melalui ASI selama mereka terus disusui, kekebalan paling besar diterima bayi saat di berikan ASI eksklusif. ASI mem9iliki kandungan 50 lebih factor imunitas yang sudah dikenal, dan mungkin lebih banyak lagi yang masih tidak diketahui. Satu studi memperlihatkan bayi yang diberikan ASI eksklusif mengalami infeksi telinga 40% lebih sedikit daripada bayiyang diberi ASI ditambah makanan tambahan lain. Probabilitas terjadinya penyakit pernafasan selama masa kanak-kanak secara signifikan berkurang bila bayi diberikan ASI eksklusif setidaknya selama 15 minggu dan makanan padat tidak diberikan selama periode ini. Lebih banyak lagi studi yang juga mengaitkan tingkat eksklusivitas ASI dengan meningkatnya kesehatan (Khasanah, 2011). Pemberian ASI sampai bayi mencapai usia 6 bulan,akan memberikan kekebalan terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi dirinya dari berbagai penyakit infeksi, bakteri, jamur, maupun parasit. Oleh karena itu, dengan adanya zat anti infeksi dalam ASI maka ia yang mendapat ASI eksklusif akan terlindungi dari berbagai macam infeksi (Khasanah, 2011). 5) ASI Menghindarkan Bayi dari Alergi Alergi adalah suatu bentuk penolakan tubuh yang berlebihan atas masuknya zat asing kedalam tubuh. Alergi sering terjadi pada bayi karena sistem pengamanan tubuh belum terbentuk sempurna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ASI maupun melindungi terhadap bebrapa jenis gangguan alergi. Komposisi ASI sudah disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi Bayi. Bayi yang di beri ASI terhindar dari alergi karena ASI mengandung antibodi Ig A tinggi dalam ASI ysng berfungsi sebagai pencegahan sistem imun terhadap zat pemicu alergi (Prasetyono, 2009). Berbagai catatan menunjukkan bahwa memperpanjang pemberian ASI eksklusif mengakibatkan rendahnya angka insiden terjadinya alergi makanan. Sejak lahir sampai usia 4-6 bulan, bayi memiliki apa yanh biasa disebut sebagai “usus yang terbuka”.ini berarti bahwa jarak yang ada di antara sel-sel pada usus kecil akan membuat makromolekul yang utuh, termasuk protein dan bakteri pathogen, dapat msuk kedalam aliran darah (Prasetyono, 2009). Hal ini menguntungkan bagi bayi yang mendapatkan ASI karena zat antibody yang terdapat di dalam ASI dapat masuk langsung melalui aliran darah bayi, tetapi hal ini juga berarti bahwa protein-protein lain dari makanan selain ASI (yang mungkin dapat menyebabkan bayi menderita Alergi) dan bakteri pathogen yang bisa menyebabkan berbagai penyakit bisa masuk juga. Dalam 4-6 bulan pertama usia bayi, saat usus masih “terbuka”, antibody (SIgA) dari ASI melapisi organ pencernaaan bayi dan menyediakan kekebalan pasif, mengurangi terjadinya penyakit dan reaksi alergi sebelum penutupan usus terjadi. Bayi mulai memproduksi antibodi sendiri pada usia sekitar 6 bulan, dan penutupan usus biasanya terjadi pada saat yang sama (Prasetyono, 2009). b. Manfaat ASI Bagi Ibu Manfaat memberikan ASI tidak hanya dirasakan oleh bayi saja, tetapi menyusui juga banyak memberikan bagi ibu. Ada berbagai manfaat yang didapatkan si ibu jika memberikan ASI kepada bayinya. Diantaranya adalah sebagai berikut (Khasanah, 2011) : 1) Menguntungkan secara Ekonomi Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian, menyusui akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya. Biaya bisa dialokasikan untuk memberikan makan yang bergizi kepada ibu menyusui karena menyusui memerlukan zat gizi yang lebih baik. 2) ASI tidak pernah Basi ASI selalu diproduksi oleh pabriknya diwilayah payudara ibu. Bila gudang telah kosong, ASI langsung di pproduksi, sebaliknya bila ASI tidak digunakan akan diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara tidak pernah basi dan tidak perlu memerah, ataupun membuang ASInya sebelum menyusui. 3) Praktis dan tidak merepotkan Bila bayi diberi ASI, ibu tidak perlu repot mempersiapkan alat-alat dan membuat minuman bayi, serta tidak perlu pergi ke toko untuk membeli susu formula. ASI selalu tersedia dan ketika bayi ingin menyusui langsung dapat diberikan tanpa susah mempersiapkan susu botol. 4) Menyusui dapat menunda kehamilan Menyusui bisa menjadi cara Keluarga Berencana (KB) yang paling efektif untuk mencegah kehamilan jika dilakukan secara tepat dengan beberapa syarat, yaitu belum mengalami menstruasi, pemberian ASI-nya tidak boleh dihentikan sama sekali dan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Dengan menyusui secara eksklusif, dapat menunda haid dan kehamilan sehingga hal ini bisa digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorhea Laktasi (MAL) 5) Mempercepat Pengecilan Ukuran Rahim Ibu Isapan bayi saat menyusui mampu membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa pra kehamilan, dan mengurangi risiko perdarahan. Saat menyusui, ada hormone oksitosin yang berperan dalam produksi ASI. Ternyata, hormon tersebut juga berfungsi membantu rahim kembali mengecil lebih cepat dibanding ibu yang tidak menyusui 6) Memberikan Kepuasan Ibu yang memberikan ASI akan merasakan kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam (Roesli, 2000). 5. Konsep Dasar Menyusui a. Pengertian Menyusui adalah cara optimal dalam memberikan nutrisi dan mengasuh bayi dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imonologi dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun- tahun berikutnya. (Varney, 2007) b. Posisi dan Perlekatan Menyusui Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring (Yuliarti, 2010) Gambar 2.1 posisi menyusui sambil berdiri yang benar (Sumber : http//:medicastore.com) Gambar 2:2 Posisi menyusui sambil duduk yang benar. (Sumber : http//:medicastore.com) Gambar 2:3 Posisi menyusui sambil rebahan yang benar. Sumber : http//:medicastore.com) c. Langkah- Langkah Menyusui yang benar Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar puting, duduk dan berbaring dengan santai. Gambar 2.4. Cara meletakkan bayi (Sumber: http//:amiko3’s.wordpress.com) Gambar 2.5 Cara memegang payudara (Sumber: http//:amiko3’s.wordpress.com) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar. Gambar 2:6 Cara merangsang mulut bayi (Sumber: http//:amiko3’s.wordpress.com ) Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar Gambar 2:7 Perlekatan yang benar Gambar 2:8 Perlekatan yang salah (Sumber : http//:medicastore.com) 1) Ciri- Ciri Bayi Menyusui Dengan Benar a. Bayi tampak tenanga b. Badan bayi menempel pada perut ibu c. Dagu bayi menempel pada payudara d. Mulut bayi terbuka cukup lebar e. Areola yang kelihatan lebih luas dibagian atas dari pada bagian bawah f. Bayi ketika mengisap ASI cukup dalam penghisapannya, lembut dan tidak ada bunyi g. Puting susu tidak terasa nyeri h. Kepala dan bayi berada dalam satu garis lurus i. Kepala bayi tidak pada posisi tengadah. (Depkes RI, 2005) 2) Faktor- faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif a. Perubahan sosial budaya a) Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya b) Meniru teman, tetangga yang memberikan susu botol c) Merasa ketinggalan jaman jika menyusui bayinya b. Faktor psikologis a) Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita b) Tekanan batin c. Faktor fisik ibu d. Faktor kurangnya informasi dari petugas kesehatan di masyarakat kurang mendapatkan penerangan tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif (IDAI, 2009) 3) Tujuh Langkah Keberhasilan ASI Eksklusif menurut Baskoro (2008) : a. Mempersiapkan payudara ibu jika diperlukan b. Mempelajari tentang tata laksana menyusui yang benar c. Menciptakan dukungan keluarga, teman dan sebagainya d. Memilih tempat melahirkan e. Memiliki tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara Eksklusif f. Mencari ahli persoalan menyusui seperti Klinik laktasi atau konsultasi untuk persiapan apabila kita menemukan kesukaran g. Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI Eksklusif dan menyusui B. Faktor yang Berhubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif 1. Pengetahuan Pengetahuan ibu merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, raba,. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan dan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang, pengetahuan juga membentuk kepercayaan seseorang serta sikap terhadap suatu hal. Perilaku yang didasari pengetahuan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi perilaku dan keyakinan seseorang, selain itu kemampuan kognitif membentuk cara berfikir seseorang, meliputi kemampuan untuk mengerti faktor-faktor yang berpengaruh dalam kondisi sakit dan praktek kesehatan personal. Semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang arti kesehatan dan manfaat dari fasilitas kesehatan maka akan semakin besar pula keinginan untuk fasilitas kesehatan (Potter dan Perry, 2005). Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil pengguna pancainderanya. Pengetahuan adalah segala sesuatu apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek teretentu. (Mubarak, 2011) Menurut Chomaria (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif adalah Pengetahuan yang mengatakan prilaku modern adalah suatu perilaku yang efektif, serta efisien. Jadi seorang ibu yang cenderung memberikan asupan bayinya dengan susu formula tanpa alasan yang tepat (karena sakit menular, karena beban kerja diluar yang tidak bisa ditinggalkan, karena sakit keras), maka termasuk tindakan yang tidak modern, namun kenyataan yang terjadi banyak ibu yang merasa dirinya berfikiran modern dan maju memandang susu formula lebih hebat dari pada ASI Eksklusif untuk anaknya. Hal ini merupakan pandangan yang tanpa dasar, serta terlihat jika sang ibu tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang ASI Eksklusif. Menurut Ambarwati (2004) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi : pengetahuan ibu. a. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan yang termasuk kedalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan : 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali (recall) materi yang telah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya secara luas. 3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponem - komponem yang masih saling terkait dan masih didalam suatu struktur organisasi tersebut. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi (evaluation) Evalausi diartikan sebagai ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilain terhadap suatu materi atau objek. Studi kohort praktek menyusui yang dilakukan di provinsi Zhejing, sebuah wilayah pesisir timur cina yaitu pada 1.520 ibu yang melahirkan di empat RS yang berlokasikan di kota, pinggiran kota , dan daerah pedesaan pada tahun 2004-2005 menunjukkan sebanyak 50,3% ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Angka ini terkait dengan pengetahuan ibu tentang ASI mereka tidak cukup untuk member makanan bayi mereka. Persepsi ini lebih buruk di kota, dimana 47,9% ibu merasa bahwa mereka tidak memiliki cukup ASI dibandingkan dengan 34,4% dipinggiran kota dan 38% di pedesaan (Qiu, 2009). Hasil penelitian di Uganda pada bulan Agustus 2008 menunjukkan bahwa 49,8% ibu memberikan ASI eksklusif pada bayinya selama 6 bulan. Hasil ini berkaitan erat dengan tingginya pengetahuan ibu tentang menyusui. Mayoritas responden (73,8%) tahu bahwa seorang anak seharusnya diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kelahirannya. Mereka juga merasakan keuntungan utama dari memberikan ASI eksklusif kepada bayinya yaitu sebanyak 55,2% responden menyatakan bahwa keuntungan gizi untuk bayi merupakan keuntungan yang didapat dari pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Hal inilah yang kemungkinan besar mengapa pemberian ASI eksklusif cukup tinggi. Hanya 20% responden yang menyatakan bahwa memberikan ASI eksklusif membawa kerugian yaitu berkurangnya kesehatan ibu akibat menyusui tersebut. Namun mayoritas (66%) merasa bahwa pemberian ASI eksklusif tidak merugikan ibu pengetahuan merupakan faktor penting yang mempengaruhi persepsi dan praktek pemberian ASI eksklusif (Ishak, 2008). 2. Pekerjaan Yang dimaksud dengan ibu bekerja adalah apabila ibu beraktivitas keluar rumah ataupun didalam rumah untuk mendapatkan uang kecuali pekerjaan rutin rumah tangga. Pekerjaan mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif, karena untuk sementara waktu ibu tidak berada dekat dengan anaknya. Ibu bekerja cenderung lebih cepat memberikan MP-ASI kepada bayinya (Yamin, 2007). Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampak belum berperan sebagai timbulnya suatu masalah pada persiapan menghadapi persalinan dan pengasuhan bayi. Ibu yang bekerja di luar rumah akan sangat kesulitan membagi waktu untuk memberikan ASInya kepada bayi yang masih sangat membutuhkan. Kondisi seperti ini seringkali ibu dan para orangtua memberikan susu formula senagai pengganti ASI (DepKes, 2002). Seorang ibu bekerja akan menghabiskan waktunya di kantor, bekerja juga merupakan sumber ketegangan dan stress yang besar bagi para ibu bekerja. Mulai dari peraturan kerja yang kaku, bos yang tidak bijaksana, beban kerja yang berat, ketidakadilan yang dirasakan di tempat kerja, rekan-rekan yang sulit bekerja sama, waktu kerja yang sangat panjang, atau pun ketidaknyamanan psikologis yang dialami akibat dari problem sosial-politis di tempat kerja. Situasi demikian akan membuat ibu menjadi amat lelah, sementara kehadirannya masih sangat dinantikan oleh keluarga di rumah. Kelelahan psikis dan fisik itu lah yang sering membuat mereka sensitif dan emosional, baik terhadap anak-anak maupun terhadap suami (Zindy, 2008). Bila sudah bekerja, kadang ibu tidak mau direpotkan dengan kegiatan dalam memompa ASI di tempat bekerja. Bahkan sebagian ibu lebih mementingkan diri sendiri, dengan alasan mengganggu keindahan tubuh akhirnya ASI tidak diberikan. Di tempat bekerja, banyak kantor atau institusi kerja tidak mendukung program pemberian ASI. Tidak ada upaya penyiapan ruangan khusus untuk tempat menyusui atau memompa ASI saat ibu bekerja. Di tempat umum seperti plasa, pertokoan atau bandara banyak tidak tersedia tempat khusus untuk menyusui bayi. Apalagi di daerah perkotaan harga sewa lahan yang sangat tinggi tampaknya para pengusaha tidak rela keuntungannya diberikan untuk tempat untuk kepentingan pemberian ASI pada bayi (Judarwanto, 2006). Menurut Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia DKI Jakarta (IDAI Jaya) dr Badriul Hegar SpAK, ASI adalah nutrisi alamiah terbaik bagi bayi dengan kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal. Pemberian cuti melahirkan yang hanya tiga bulan akan menyulitkan penerapan ASI eksklusif sehingga bayi tidak mendapatkan haknya, yakni makanan alami terbaik yang melekat pada tubuh ibunya. Sebagai gantinya, bayi terpaksa mengonsumsi susu formula yang harganya mahal dan kadang-kadang tidak terjangkau oleh daya beli rumah tangga. Memberi ASI selama ibu bekerja di kantor berarti ibu harus memupuk kerjasama dengan pengasuh.Jika yang ibu percayai merawatnya adalah orangtua sendiri atau mertua. Kalau mereka tidak punya pemahaman yang sama tentang pemberian dan manfaat ASI eksklusif, ditambah pengalaman mereka dulu mungkin menyusui sambil dicampur susu atau makanan padat, akan sedikit menyulitkan (Yamina, 2005). Di Indonesia, sesuai kebijakan pemerintah, sebagian besar perusahaan menerapkan kebijakan pemberian cuti melahirkan hanya tiga bulan. Karena itu, kendati kampanye nasional pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dicanangkan, kenyataannya hal itu sulit dilakukan bagi ibu yang bekerja di luar rumah. Kondisi fisik dan mental yang lelah setelah bekerja sepanjang hari telah menghambat kelancaran produksi ASI. Akhirnya, jumlah ASI akan semakin sedikit dan atau kering sebelum masa penyusuan dua tahun terpenuhi. Kondisi ibu bekerja tentu jauh berbeda dengan kondisi ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga dapat menyusui bayinya kapan saja, dimana saja, pun dapat dilakukan dengan cara yang paling alamiah, alias langsung dari sumbernya. Jelas saja, karena secara fisik ibu rumah tangga selalu dekat dengan bayinya. Kapan pun bayinya lapar, dia bisa menunda pekerjaannya dan menyusuinya terlebih dulu (Rika, 2006). Menurut Wales (2009), Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi Menjadi seorang ibu merupakan anugerah tersendiri bagi perempuan. Sementara menjadi ibu bekerja juga kebutuhan hidup sekaligus keasyikan tersendiri. Di Inggris ibu yang hamil dan melahirkan bisa mendapatkan cuti 40 minggu, yang diambil mulai 11 minggu sebelum hari perkiraan lahir sampai 29 minggu setelah melahirkan. Artinya, mungkin sekali bagi ibu di sana untuk memberikan ASI Eksklusif bagi bayinya. Ironis sekali jika melihat keadaan di Indonesia, sesuai kebijakan pemerintah, sebagian besar perusahaan menerapkan kebijakan pemberian cuti melahirkan hanya tiga bulan. Karena itu, kendati kampanye nasional pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan dicanangkan, dan informasi tentang manfaat ASI Eksklusif disebarluaskan merata di tengah masyarakat, tetapi pada kenyataannya hanya penyebarluasan informasi saja yang bisa berhasil dengan baik, tetapi semua itu hanya sebatas informasi yang sulit sekali diwujudkan sebagai tindakan nyata (Akida, 2004) Khusus bagi ibu yang bekerja, dengan singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan bahkan sebelum pemberian ASI Eksklusif berakhir ibu sudah harus kembali bekerja dan meninggalkan bayinya mengganggu pemberian ASI Eksklusif. Sebenarnya Kendati demikian, hal itu tidak berarti kesempatan ibu yang bekerja untuk memberi ASI Eksklusif kepada bayinya hilang sama sekali. Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI Eksklusif bagi sang buah hati. Selain diberikan secara langsung, yakni dengan menyusukan si kecil, ASI juga dapat diberikan secara tidak langsung dengan cara memberikan ASI perah. Namun pada kenyataannya hal itu sulit dilakukan terutama bagi ibu yang bekerja di luar rumah. Kondisi fisik dan mental yang lelah setelah bekerja sepanjang hari telah menghambat kelancaran produksi ASI. Sejumlah ibu yang baru memiliki bayi mengaku terpaksa memberikan susu formula lantaran harus kembali bekerja. Produksi ASIpun menurun lantaran kelelahan setelah seharian bekerja (Rachmawati, 2006). Roesli (2005), menambahkan, dukungan lingkungan tempat bekerja yang ramah ibu berpengaruh sangat positif terhadap keberhasilan realisasi ASI Eksklusif bagi bayi-bayi Indonesia. Perusahaan hendaknya juga memberi keleluasaan bagi para karyawati untuk menyusukan bayi atau memerah ASInya di luar waktu istirahat. Beberapa penelitian di Indonesia melaporkan sangat sedikit ibu yang tetap memberikan ASI setelah kembali bekerja. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Merdeyanti (2007), yang memperoleh hasil bahwa proporsi ibu yang tidak patuh memberikan ASI Eksklusif pada ibu yang bekerja adalah 60%, dengan risiko 1.5 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Hasil studi di Tanzania seperti yang dikutip oleh Petit (2008) menunjukkan bahwa 37,9% dari wanita yang tidak menyusui anak mereka secara eksklusif mayoritas (50%) mengatakan hal itu karena ASI tidak cukup, 24,6% mengatakan karena bayi gagal untuk menyusui, dan hanya 19,4% mengatakan karena alasan ibunya bekerja. 3. Dukungan keluarga Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Roesli, 2004). Dukungan keluarga merupakan factor eksternal yang paling besar pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Adanya dukungan keluarga terutama suami maka akan berdampak pada peningkatan rasa percaya diri atau motivasi dari ibu dalam menyusui (Roesli, 2004). Motivasi seorang ibu sangat menentukan dalam pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.Disebutkanbahwa dorongan dan dukungan dari pemerintah, petugas kesehatan dan dukungan keluarga menjadi penentu timbulnya motivasi ibu dalam menyusui (Suririnah, 2004). Dukungan keluarga dapat diberikan dalam beberapa bentuk, yaitu: a) dukungan informasional, b) dukungan penghargaan, c) dukungan instrumental, dan d) dukungan emosional. Ibu menyusui membutuhkan dukungan dan pertolongan, baik ketika memulai maupun melanjutkan menyusui.Sebagai langkah awal mereka membutuhkan bantuan sejak kehamilan dan setelah melahirkan.Mereka membutuhkan dukungan pemberian ASI hingga 2 tahun, perawatan kesehatan maupun dukungan dari keluarga dan lingkungannya (Proverawati, 2010). a. Dukungan informasional Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. b. Dukungan penilaian Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. c. Dukungan instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan. d. Dukungan emosional Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Roesli (2007) mengemukakan bahwa keluarga terutama suami merupakan bagian penting dalam keberhasilan atau kegagalan menyusui, karena suami menentukan kelancaran pengetahuan ASI (let down refelex) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi dan perasaan ibu. Pentingnya dukungan keluarga terhadap pemberian ASI, bahwa semua keluarga mengetahui arti penting mendukung wanita dalam pemberian ASI saja untuk 4 sampai 6 bulan pertama kehidupan anak dan memenuhi kebutuhan makanan anak berusia muda pada tahun rawan. Dukungan atau support dari orang lain atau orang terdekat, sangat berperandalam sukses tidaknya menyusui. Semakin besar dukungan yang didapatkan untuk terus menyusui maka akan semakin besar pula kemampuan untuk dapat bertahanterus untuk menyusui. Dukungan suami maupun keluarga sangat besar pengaruhnya, seorang ibu yang kurang mendapatkan dukungan oleh suami, ibu, adik atau bahkan ditakut-takuti, dipengaruhi untuk beralih ke susu formula (Proverawati, 2010). Berdasarkan studi pendahuluan, dari data DINKES Kendal tahun 2011, jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif yang terdapat di Puskesmas Kendal I dan Kendal II adalah 445. Dari jumlah tersebut yang mendapat ASI eksklusif ada 103 bayi atau 23,1%. Sedangkan dari 429 bayi yang berada di Puskesmas Boja I yang mendapat ASI eksklusif ada 72 bayi atau 16,8%. Hasil wawancara dengan beberapa ibu yang berada di Desa Bebengan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal pada bulan Maret 2011 mengemukakan bahwa singkatnya masa cuti melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir sudah harus kembali bekerja. Penyebab lainnya adalah rendahnya dukungan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi baru lahr C. Kerangka Teori (Notoatmodjo, 2003-2005) - Pengetahuan - prilaku (Chomaria, 2011) - Pengetahuan - Prilaku (Ambarwati 2004) - pengetahuan (Suririnah, 2004) - Dukungan Keluarga (Depkes, 2002) - Pekerjaan (Yamin, 2007) - Pekerjaan (Proverawati, 2010) - Dukungan Keluarga - Dukungan Suami - Dukungan informasional - Dukungan penghargaan - Dukungan instrumental (Roesli, 2004-2007) - Dukungan Keluarga Pemberian ASI eksklusif BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah kelanjutan dari kerangka teori atau landasan teori yang disesuaikan dengan tujuan khusus penelitian yang akan dicapai, yakni sesuai dengan apa yang telah ditulis dalam rumusan masalah. (Notoatmodjo, 2005) Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan dibelakang maka penulis membuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut : Variabel Independen Variabel Dependen Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif pada bayi 7-24 bulan Pekerjaan Dukungan Keluarga Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian B. Definisi Operasional Gambar 3.1 Definisi operasional N Variabel N Defenisi Cara Ukur Alat Hasil Skala Operasional Ukur Ukur Ukur Pemberian ASI saja yang diberikan tanpa makanan tambahan lain dari 0-6 Bulan Membagikan Kuesioner - Eksklusif Ordinal kuesioner sebanyak 1 - Tidak item pertanyaaan Eksklusif tentang pemberian ASI eksklusif dengan kriteria : - Eksklusif : jika bayi 0-6 bulan hanya mendapatkan ASI saja tanpa makan/minum pendamping ASI - Tidak Eksklusif : jika bayi pada usia 0-6 bulan ada mendapatkan makan/minum pendamping ASI O Dependent 1 Pemberian ASI eksklusif 1. Variabel Independent 2. Pengetahuan Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang Membagikan Kuesioner Kuesioner 15 pertanyaan dengan kriteria : - Baik : 75%-100% - Baik - Cukup - Kurang Ordinal 3. Pekerjaan 4. Dukungan Keluarga pemberian ASI ibu menjawab Eksklusif pada dengan benar bayi dari 0-6 - Cukup :55%-74% bulan tanpa ibu menjawab makanan dengan benar pendamping - Kurang :0-54% ibu menjawab dengan benar Kegiatan yang Menyebarkan Kuesioner - Bekerja Ordinal dilakukan ibu kuesioner 1 item - Tidak secara kontiyu pertanyaan dengan Bekerja dan menghasilkan kriteri : penghasilan - Bekerja (PNS, Swasta, Wiraswasta, Buruh, Tani, dll) Tidak Bekerja (IRT) Motivasi atau Menyebarkan Kuesioner Mendukung Ordinal support yang kuisioner dengan 8 Tidak diberikan dari item pertanyaan mendukung keluarga untuk dengan kritria : ibu selama proses - Mendukung jika pemberian ASI x ≥6 Eksklusif - Tidak mendukung jika x<6 C. Hipotesis Ha : Ada Hubungan Pengetahuan Ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayinya. Ha : Ada Hubungan Pekerjaan Ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayinya. Ha : Ada Hubungan Dukungan dari Keluarga pemberian ASI eksklusif pada bayi. BAB IV METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat Analitik dengan menggunakan desain cross sectional, yaitu suatu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali Waktu). Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 7-24 Bulan di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2014. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 7-24 bulan, di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kabupaten Kota Banda Aceh yang jumlahnya 75 orang ibu menyusui. 2. Sampel Sampel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 7-24 bulan, di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kabupaten Kota Banda Aceh. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini secara total sampling dimana jumlah sampelnya 75 ibu menyusui. C. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Dilaksanakan di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh 2. Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 24 Maret sampai 7 April 2014 D. Pengumpulan Data 1. Tehnik Pengumpulan data. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara membagikan kuesioner yang mengharuskan responden untuk menjawab beberapa pertanyaan dengan cara melakukan pengisian kuesioner, terkadang responden tidak dapat melakukan pengisian karena kendala kerepotan dengan bayinya, dengan demikian dalam kondisi tersebut peniliti ikut membacakan pertanyaan yang ada dalam kuesioner kemudian mengisi sesuai dengan jawaban yang diberikan responden. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang berasal dari kader di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kabupaten Kota Banda Aceh. E. Instrumen penelitian Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner yan berisi 25 pertanyaan dalam bentuk Dichotomous Choice, yang terdiri : 1. Pemberian ASI Eksklusif, mengajukan 1 pertanyaan dengan alternatif jawaban “Eksklusif” dan “Tidak Eksklusif” 2. Pengetahuan, mengajukan 15 pertanyaan dengan alternatif jawaban “baik”, “cukup”, dan “kurang” 3. Pekerjaan, mengajukan pertanyaan 1 pertanyaan dengan alternatif jawaban “Bekerja” dan “Tidak Bekerja” 4. Dukungan Keluarga, mengajukan pertanyaan 8 pertanyaan dengan alternatif jawaban “Mendukung” dan “Tidak mendukung” Untuk pemberian skor dari tiap variabel, dengan kriteria 1. Bila pertanyaan positif, jawaban “Ya” diberi nilai 1 dan jawaban “Tidak” diberi 0 2. Bila pertanyaan negatif, jawaban “Ya” diberi nilai 0 dan jawaban “Tidak” diberi nilai 1 F. Pengolahan Data Data yang diperoleh di lapangan diolah dengan program SPSS dengan menggunakan tehnik : 1. Editing Melakukan pengecekan terhadap hasil pengisian meliputi kelengkapan identitas dan jawaban yang diberikan responden 2. Coding Memberikan kode berupa penomoran dengan teliti pada setiap kuesioner yang telah diisi oleh responden untuk mempermudah proses pengolahan data. 3. Transfering, Memindahkan jawaban/ kode jawaban media tertentu, misalnya master tabel atau kartu kode 4. Tabulating Memasukkan data kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase. G. Analisa Data 1. Analisa Univariat Anlisa data pada penelitian ini adalah menghitung distribusi frequensi variabel-variabel yang diteliti. (Notoatmodjo, 2005) Setelah diolah, selanjutnya data yang telah dimasukkan kedalam tabel distribusi frequensi ditentukan presentase perolehan (P) untuk tiap-tiap kategori dengan menggunakan rumus yang dikemukakan sebagai berikut : P = x 100% Keterangan: P = presentase f = frekuensi n = jumlah responden (Budiarto, 2002). 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat dapat dilakukan dengan dua cara: a. Dengan menggunakan computer program SPSS, melalui perhitungan uji chi-Square selanjutnya ditarik kesimpulan, bila nilai P value lebih kecil dari nilai alpha 5% (0,05) berarti hasil perhitungan statistic bermakna (signifikan), dan bila P value > 0.05 berarti hasil perhitungan statistic tidak bermakna. b. Dengan menggunakan rumus = ( ) Keterangan : x 2 = Chi- square O = nilai pengamatan E = nilai yang diharapkan Adapun ketentuan yang dipakai pada uji statistic adalah : 1. Ho ditolak : jika P value hitung > 0,05, artinya menolak hipotesa yang menyatakan bahwa ada hubungan signifikan antara variabel- variabel yang diteliti. 2. Ha diterima : jika P value hitung ≤ 0,05, artinya menerima hipotesa yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel-variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan computer program Statistika package for social science (SPSS) melalui perhitungan uji ChiSquare. Untuk menentukan p-value Chi-Square Tes (X2) tabel, memiliki ketentuan sebagai berikut (Hastono, 2010): 1. Bila Chi-Square Tes (X2) tabel terdiri dari tabel 2x2 dijumpai nilai ekspansi (E) <5, maka p-value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai Fisher Exact Test. 2. Bila Chi-Square Tes (X2) tabel terdiri dari tabel 2x2 tidak dijumpai nilai ekspansi (E) <5, maka p-value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai Continuity Correction. 3. Bila Chi-Square Tes (X2) tabel terdiri lebih dari tabel 2x2, contohnya tabel 3x2, 3x3, 3x4 dijumpai nilai ekspantasi (E) <5 maka harus marger (digabungkan). 4. Bila Chi-Square Tes (X2) tabel terdiri lebih dari tabel 2x2, contohnya tabel 3x2, 3x3, 3x4 tidak dijumpai nilai ekspantasi(E) <5 mak p-value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai Pearson Chi-Square. BAB V PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Surien merupakan sebuah desa yang yang terletak di wilayah kerja kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh, memiliki jumlah penduduk 1108 jiwa dengan luas wilayah 62 ha Desa surien berbatasan dengan : 1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Lamjabat 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bitai 3. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Asoe Nanggroe 4. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Punge Blang Cut B. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh pada tanggal 24 Maret sampai 7 April 2014, dengan jumlah responden 75 bayi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pembagian kuesioner yang berisi 25 pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Analisa Univariat a. Pemberian ASI Eksklusif Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif Pada Responden Di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2014 No Pemberian ASI Frekuensi Presentasi (%) 1 Eksklusif 45 60 2 Tidak Eksklusif 30 40 75 100 Total Sumber : Data Primer ( April 2014) Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 75 responden yang memberikan ASI Eksklusif yaitu sebanyak 45 (60%) orang dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif yaitu sebanyak 30 orang (40%) b. Pengetahuan Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pada Responden Di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2014 No Pengetahuan Frekuensi Presentasi (%) 1 Baik 22 29,3 2 Cukup 40 53,3 3 Kurang 13 17,3 75 100 Total Sumber : Data Primer (April 2014) Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 75 responden yang berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 40 orang (53,3%), berpengetahuan baik yaitu sebanyak 22 orang (29,3%) dan berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 13 orang (17,3%) c. Pekerjaan Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Responden Di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2014 No Pekerjaan Frekuensi Presentasi (%) 1 Sempat 50 66,7 2 Tidak sempat 25 33,3 75 100 Total Sumber : Data Primer (April 2014) Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 75 responden yang berada dalamkategori sempat yaitu sebanyak 50 orang (66,7%) dan berada dalam kategori tidak sempat yaitu sebanyak 25 orang (33,3%) d. Dukungan Keluarga Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pada Responden Di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2014 No Dukungan Keluarga Frekuensi Presentasi (%) 1 Mendukung 54 72 2 Tidak mendukung 21 28 Total 75 100 Sumber : Data Primer (April 2014) Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 75 responden keluarga yang mendukung yaitu sebanyak 54 orang (72%) dan keluarga yang tidak mendukung yaitu sebanyak 21 orang (28%) 2. Analisa Bivariat a. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Responden Di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2014 1 Baik Pemberian ASI Eksklusif Tidak Eksklusif f % f % 17 77,3 5 22,7 3 Cukup 26 65 14 35 40 100 2 Kurang 2 15,4 11 84,6 13 100 No Pengetahuan Total f 22 % 100 p 0,001 Sumber : Data Primer (April 2014) Tabel di atas menunjukkan dari 22 responden yang berpengetahuan baik ada 17 (77,3%) ibu yang memberikan ASI Eksklusif, dari 40 responden yang berpengetahuan cukup yang memberikan ASI Eksklusif ada 26 (65%) ibu dan dari 13 responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 11 (86,4%) ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menunjukkan hubungan tersebut bermakna dengan nilai α = 0,05 dan p value = 0,001 Hal tersebut berarti hipotesis penelitian menyatakan bahwa ada kecenderungan hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan terbukti atau dapat diterima b. Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusi Pada Responden Di Desa Surien Kecamatan Meuraxa KotaBanda Aceh Tahun 2014 No Pekerjaan Pemberian ASI Eksklusif Tidak Eksklusif f % f % Total p f % 1 Sempat 37 74 13 26 50 100 2 Tidak sempat 8 32 17 68 25 100 0,001 Sumber : Data Primer (April 2014) Pada tabel 5.6 terlihat dari 50 responden yang sempat ada 37 (74%) ibu yang memberikan ASI Eksklusif, dari 25 responden yang tidak sempat ada 17 (68%) ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menunjukkan hubungan tersebut bermakna dengan nilai α = 0,05 dan p value = 0,001. Hal tersebut berarti hipotesis penelitian menyatakan bahwa ada kecenderungan hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan terbukti atau dapat diterima c. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemberian ASI Eksklusif Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemberian ASI Eksklusi Pada Responden Di Desa Surien Kecamatan Meuraxa KotaBanda Aceh Tahun 2014 No 1 2 Dukungan Keluarga Mendukung Pemberian ASI Eksklusif Tidak Eksklusif f % f % 38 70,4 Total p f % 16 29,6 54 100 Tidak 7 33,3 14 mendukung Sumber : Data Primer (April 2014) 66,7 21 100 0,007 Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 54 responden yang keluarga mendukung ada 38 (70,4) ibu yang memberikan ASI Eksklusif, dan dari 21 responden yang keluarga tidak mendukung ada 14 (66,7%) ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menunjukkan hubungan tersebut bermakna dengan nilai α = 0,05 dan p value = 0,007. Hal tersebut berarti hipotesis penelitian menyatakan bahwa ada kecenderungan hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan terbukti atau dapat diterima C. Pembahasan Adapun hasil penelitian dengan menggunakan analisa statistik tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 0-6 Bulan Di Desa Surien Keacamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2014 maka didapat analisa : 1. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 75 responden di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh, pada tabel 5.5 menunjukkan dari 22 responden yang berpengetahuan baik ada 17 (77,3%) ibu yang memberikan ASI Eksklusif, dari 40 responden yang berpengetahuan cukup yang memberikan ASI Eksklusif ada 26 (65%) ibu dan dari 13 responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 11 (86,4%) ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menunjukkan hubungan tersebut bermakna dengan nilai α = 0,05 dan p value = 0,001 Hal tersebut berarti hipotesis penelitian menyatakan bahwa ada kecenderungan hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 06 bulan terbukti atau dapat diterima Menurut Indonesia Nutrition Network (2010), pengetahuan ibu yaitu sejauh mana tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dan manfaatnya. Pengetahuan yang tidak begitu baik tentang pemberian ASI Eksklusif dikalangan ibu melahirkan menyebabkan masih ada sebagian ibu yang tidak memberikan ASI secara Eksklusif kepada bayinya. Menurut Nurafifa (2009) Akibat tidak begitu baiknya pengetahuan, banyak ibu menganggap susu formula sama baiknya dengan ASI, bahkan lebih baik dari ASI. Hal ini menyebabkan ibu lebih memilih memberikan susu formula jika merasa ASI kurang atau terbentur kendala menyusui. Hasil penelitian yang dilakukan di Uganda pada bulan Agustus 2008 menunjukkan bahwa 49,8% ibu memberikan ASI eksklusif pada bayinya selama 6 bulan. Hasil ini berkaitan erat dengan tingginya pengetahuan ibu tentang menyusui. Mayoritas responden (73,8%) tahu bahwa seorang anak seharusnya diberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama kelahirannya. Mereka juga merasakan keuntungan utama dari memberikan ASI eksklusif kepada bayinya yaitu sebanyak 55,2% responden menyatakan bahwa keuntungan gizi untuk bayi merupakan keuntungan yang didapat dari pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan. Hal inilah yang kemungkinan besar mengapa pemberian ASI Eksklusif cukup tinggi. Hanya 20% responden yang menyatakan bahwa memberikan ASI Eksklusif membawa kerugian yaitu berkurangnya kesehatan ibu akibat menyusui tersebut. Namun mayoritas (66%) merasa bahwa pemberian ASI Eksklusif tidak merugikan ibu. Menurut asumsi peneliti pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI eksklusif sangat berperan dalam memotivasi ibu untuk mau memberikan ASI secara eksklusif hingga bayinya berusia 6 bulan. Apabila pengetahuan ibu kurang maka ibu tidak tahu manfaat dari pemberian ASI Eksklusif bagi bayinya. Jadi sangat disayangkan bayi-bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif, seperti yang kita ketahui ASI adalah makanan yang terbaik bagi bayi, maka dari itu selaku tenaga kesehatan harus proaktif dalam memberikan konseling dan penyuluhan terkait pentingnya memberikan ASI secara Eksklusif hingga bayi berusia 0-6 bulan, informasi ini diberikan mulai dari ibu melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan 2. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 75 responden di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh, pada tabel 5.6 terlihat dari 50 responden yang sempat ada 37 (74%) ibu yang memberikan ASI Eksklusif, dari 25 responden yang tidak sempat ada 17 (68%) ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menunjukkan hubungan tersebut bermakna dengan nilai α = 0,05 dan p value = 0,001. Hal tersebut berarti hipotesis penelitian menyatakan bahwa ada kecenderungan hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan terbukti atau dapat diterima Menurut Yamin (2007) pekerjaan mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI Eksklusif karena untuk sementara waktu ibu tidak berada dekat dengan bayinya. Ibu bekerja cenderung lebih cepat memberikan MP-ASI kepada bayinya. Bekerja sebagai salah satu timbulnya suatu masalah pada saat menghadapi persalinan dan pengasuhan bayi khususnya dalam pemberian ASI Eksklusif. Menurut Zindy (2008) seorang ibu yang bekerja akan menghabiskan waktunya di kantor, bekerja juga merupakan sumber ketegangan dan stress yang besar bagi para ibu bekerja. Mulai dari peraturan yang kaku, bos yang tidak bijaksana, beban kerja yang berat, ketidakadilan yang dirasakan di tempat kerja, rekan-rekan yang sulit kerja sama, waktu kerja yang sangat panjang ataupun ketidaknyamanan psikologis yang dialami akibat dari problem sosial- politis di tempat kerja. Situasi demikian akan membuat ibu menjadi lelah, sementara kehadirannya masih sangat dinantikan oleh keluarga di rumah. Kelelahan psikis itulah yang sering membuat para tidak mampu secara maksimal memberikan ASI secara Eksklusif dan sebagai gantinya bayi terpaksa mengkonsumsi susu formula. Menurut Rika (2006) kondisi fisik dan mental yang lelah setelah bekerja sepanjang hari telah menghambat kelancaran produksi ASI. Akhirnya, jumlah ASI akan semakin sedikit dan atau kering sebelum masa penyusuan dua tahun terpenuhi. Kondisi ibu bekerja tentu jauh berbeda dengan kondisi ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga dapai menyusui bayinya kapan saja, dimana sajapun dapat dilakukan dengan cara yang paling alamiah alias langsung dari sumbernya. Jelas saja, karena secara fisik ibu rumah tangga selalu dekat dengan bayinya, kapanpun bayinya lapar, dia bisa menunda pekerjaannya dan menyusui bayinya terlebih dahulu. Penelitian yang dilakukan oleh Merdeyanti (2007) dengan hasil bahwa proporsi ibu yang tidak patuh memberikan ASI eksklusif pada ibu yang bekerja adalah 60 %, dengan resiko 1,5 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja dan hasil studi di Tanzania seperti yang dikutip oleh Petit (2008) menunjukkan bahwa 37,9% dari wanita yang tidak menyusui bayinya secara eksklusif mayoritas (50%) mengatakan hal itu karena ASI tidak cukup, 24,6% mengatakan karena bayi gagal untuk menyusui dan hanya 19.4% mengatakan karea alasan ibu bekerja Menurut asumsi peneliti para ibu menyusui yang bekerja merasa sangat kesulitan membagi waktu untuk memberikan ASI secara Eksklusif kepada bayinya sehingga sebagai alternatif agar bayinya tetap terpenuhi kebutuhan cairannya para ibu mulai memberikan susu formula kepada bayinya ketika mereka berada di luar rumah. Hal ini terjadi karena kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dan sebagian besar perusahaan pemberian cuti melahirkan hanya tiga bulan sehingga pada kenyatannya kendati kampanye nasional pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan dicanangkan dan informasi tentang manfaat ASI Eksklusif disebarluaskan merata, tetapi pada kenyataannya sulit sekali di wujudkan sebagai tindakan nyata terlebih bagi para ibu yang harus kembali bekerja sebelum bayinya berusia 6 bulan. Sebagai solusi dari kondisi tersebut, para tim medis sebaiknya memberikan konseling kepada para ibu menyusui yang bekerja tersebut untuk dapat memerah ASI kemudian menyimpannya di dalam kulkas sehingga bayinya tetap mendapatkan ASI eksklusif walaupun ibu sedang tidak berada di samping sang bayi. Jadi, alasan ibu bekerja bukan merupakan alasan sehingga bayi tidak mendapat ASI Eksklusif hingga berusia 6 bulan 3. Hubungan Dukungan Keluarga/Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 75 responden di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh, pada tabel 5.7 bahwa menunjukkan bahwa dari 54 responden yang keluarga mendukung ada 38 (70,4) ibu yang memberikan ASI eksklusif, dan dari 21 responden yang keluarga tidak mendukung ada 14 (66,7%) ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menunjukkan hubungan tersebut bermakna dengan nilai α = 0,05 dan p value = 0,007. Hal tersebut berarti hipotesis penelitian menyatakan bahwa ada kecenderungan hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan terbukti atau dapat diterima Menurut Roesli (2004) dukungan keluarga merupakan faktor eksternal yang paling besar pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Adanya dukungan keluarga terutama suami maka akan berdampak pada peningkatan rasa percaya diri atau motivasi dari ibu dalam menyusui. Menurut Suririnah (2004) motivasi seorang ibu sangat menentukan dalam pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Disebutkan bahwa dorongan dan dukungan dari pemerintah, petugas kesehatan dan dukungan keluarga menjadi penentu timbulnya motivasi ibu dalam menyusui. Sebagai langkah awal mereka membutuhkan bantuan sejak awal kehamilan, melahirkan sampai masa menyusui hingga 2 tahun. Berdasarkan studi yang pernah dilakukan Dinkes Kendal tahun 2011, jumlah bayi yang berusia 0-6 bulan sebanyak 445 bayi namun yang diberikan ASI secara eksklusif hanya 103 bayi (23,1%). Hasil dari wawancara dengan beberapa ibu yang memiliki bayi di daerah tersebut mengemukakan penyebab tidak terlaksanya program ASI eksklusif secara maksimal adalah karena singkatnya masa cuti melahirkan mengakibatkan sebelum masa cuti melahirkan berakhir mereka sudah harus kembali bekerja sehingga pendampingan dan dukungan keluarga/suami terhadap pemberian ASI juga tidak dapat diberikan secara maksimal Menurut asumsi peneliti dukungan atau support dari orang lain atau orang terdekat/keluarga sangat berperan dalam sukses tidaknya menyusui. Semakin besar dukungan yang didapatkan untuk terus menyusui maka akan semakin besar pula kemampuan untuk menyusui. Dukungan suami ataupun keluarga sangat besar pengaruhnya, seorang ibu yang kurang mendapatkan dukungan oleh suami ataupun anggota keluarga lainnya atau bahkan menakutnakuti tentang mitos bahwa bayinya akan merasa kelaparan jika hanya diberikan ASI saja, hal tersebut akan mengganggu psikologis ibu dan bahwa membuat ibu merasa cemas akan kondisi bayinya dan membuat ibu untuk berfikir memberikan tambahan susu formula untuk sang bayi, hal tersebut jelas akan mengganggu keberhasilan pemberian ASI secara eksklusif. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 7-24 Bulan Di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2014 dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Ada Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 0-6 Bulan Di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2014 dengan nilai p value = 0,001 2. Ada Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 0-6 Bulan Di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2014 dengan nilai p value = 0,001 3. Ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 0-6 Bulan Di Desa Surien Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2014 dengan nilai p value = 0,007 B. Saran 1. Bagi Peneliti Diharapkan dapat menambah wawasan tentang ilmu kesehatan bayi, khususnya tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 0-6 Bulan 2. Bagi Tenaga Kesehatan Dan Pemerintah Diharapkan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dapat memberikan konseling dan informasi kepada para ibu yang memiliki bayi usia 0-6 tentang pemberian ASI eksklusif melalui konseling dan penyuluhan terkait pentingnya memberikan ASI secara eksklusif hingga bayi berusia 0-6 bulan mulai dari ibu melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan 3. Masyarakat Umum Diharapkan kepada institusi pendidikan khususnya Akademi Kebidanan hasil penelitian ini agar dapat dimanfaatkan sebagai salah satu referensi untuk pustaka dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan penelitian lebih lanjut khususnya yang berhubungan dengan ASI eksklusif DAFTAR PUSTAKA Ambarwati. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. EGC. Jakarta Azwar. A, 2003. Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia. Warta Kesehatan Masyarakat. Edisi 6, Jakarta, Juni. Budiarto, E, 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. Chomaria, N. 2011. Panduan Terlengkap Pasca Melahirkan. Penerbit Ziyad visi Media. Surakarta Depkes RI. 2008, Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 450/MENKES/IV/Tentang pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Indonesia, Jakarta , 2002 Panduan Pekan ASI Sedunia Khasanah, Nur. 2011. ASI atau Susu Formula ya ?. Jogjakarta : FlashBook Mubarak, W. 2011, Promosi Kesehatan untuk Kebidanan, Jakarta, Salemba Medika Mubarak, W. 2011, Promosi Kesehatan untuk Kebidanan, Jakarta, Salemba Medik Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta . 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. .2002. Metodelogi penelitian. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta ,2005, Promosi Kesehatan: Teori dan aplikasi, Edisi 1, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta , 2007. Promosi Kesehatan dan ilmu Prilaku, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. , 2010, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Potter dan Perry. 2009, Fundamental Of Nursing: Konsep, Proses dan Praktik Buku I, Edisi 7, Jakarta, Salemba Medika Prasetyono, Dwi.S. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Jogjakarta : Diva Press. Proverawati A., dan Rahmawati, E. (2010). Kapita Selekta ASI dan Menyusui.Yogyakarta: Nuha Media. Proverawati, A., dan Asfuah, A. (2009). Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Media. Qiu, L.Et.al.2009. Initiation of Breastfeeding and prevalence of Exclusif Breastfeeding Hospital Discharge in urban, Suburban and Rural areas of zhejiang china. International Breast feeding journal. Biomed Central LTD. Rahmawati. 2005. Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia Masih Sangat Memperihatinkan. Roesli U, 2005. Mengenal ASI eksklusif, Jakarta: Trubus Agriwidya .2008. Bedah ASI. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. . 2008. Inisiasi Menyusui Dini. Pustaka Bunda.Jakarta. . 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Argriwidya. .2001. Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. Jakarta: PT Elex Komputindo. Supriyono. 2004. Gambaran Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Lamongan tahun 2003.Majalah Kesehatan. .2008, Gangguan Diawal Pertumbuhan Balita. Dikutip dalam http://www.wordpress.com.( tanggal januari 2014) Suririnah, 2004. Buku Pintar Merawat Janin 0-9 Bulan-Panduan Bagi Calon Ibu Baru. Jakarta: Gramedia. .2009. Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan; Panduan Bagi Ibu Baru Untuk Menjalani Hari – Hari Bahagia dan Menyenangkan Bersama Bayinya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wati, S. 2011, Produksi ASI dan Yang Mempengaruhinya. Dikutip dalam http://www.creasoft.wordspress.com (tanggal 3 maret 2012) WHO. 2005. ASI Eksklusif. Dikutip dalam http://antaranews.com/berita/707172/capaianasieksklusifdipontianak -rendah. (tanggal januari 2014) Yamin, M 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Asi Eksklusif Oleh Ibu Bayi Yang Berumur 6-12 Bulan Dikecamatan Metro Timur Kota Metro Lampung Tahun 2007, Tesis FKM-UI. . 2008. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Cetakan Kedua. Jakarta: Gaung Persada Press. Yuliarti, N. 2010, Keajaiban ASI Makanan Terbaik Untuk Kesehatan ,Kecerdasan dan Kelincahan Sikecil. Edisi 1. Yogyakarta