BAB II LANDASAN TEORI Sistem finansial dapat dideskripsikan melalui fisika khususnya konsepkonsep yang digunakan dalam probabilitas, fenomena kritis dan pengembangan turbulensi fluida. Konsep-konsep ini kemudian diterapkan pada deret waktu finansial sehingga dapat mengetahui perilaku pasar. Disamping itu ada pula suatu model stokastik baru yang diperoleh dengan observasi pada data statistik, ataupun memodelkan dari bahasan fisika yang sudah mapan untuk diterapkan dalam data finansial. Sebelum membahas mengenai pemodelan finansial melalui bahasan fisika yang sudah mapan terlbih dahulu perlu untuk mengetahui mengenai finansial khususnya pasar modal 2.1. Sekilas Pasar Modal 2.1.1. Definisi Umum 1. Pengertian Pasar Modal Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan Efek (aset), Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. 2. Lembaga Penunjang Pasar Modal a. Bursa Efek Bursa Efek adalah Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek PihakPihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara mereka. Pengertian ini mencakup pula sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek, meskipun sistem dan atau sarana tersebut tidak mencakup sistem dan atau sarana untuk memperdagangkan Efek. b. Biro Administrasi Efek. 13 Biro Administrasi Efek (BAE) adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan Emiten melaksanakan pencatatan pemilikan Efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan Efek. c. Kustodian. Kustodian adalah Pihak yang memberikan jasa penitipan Efek dan harta lain yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi Efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. Kegiatan usaha sebagai Kustodian tersebut dapat diselenggarakan oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP), Perusahaan Efek, atau Bank Umum yang telah mendapat persetujuan dari Bapepam. d. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian adalah Pihak yang menyelenggarakan kegiatan Kustodian sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek, dan Pihak lain. Saat ini dilakukan oleh PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). e. Bank Kustodian Bank Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa Penitipan Kolektif dan harta lainnya yang berkaitan dengan Efek. Penitipan Kolektif yang dimaksud disini adalah jasa penitipan atas Efek yang dimiliki bersama oleh lebih dari satu Pihak yang kepentingannya diwakili oleh Kustodian. f. Lembaga Kliring dan Penjaminan. Lembaga Kliring dan Penjaminan adalah Pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa, yaitu kontrak yang dibuat oleh Anggota Bursa Efek, yaitu Perantara Pedagang Efek yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam dan mempunyai hak untuk mempergunakan sistem dan atau sarana Bursa Efek menurut peraturan Bursa Efek, sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh Bursa Efek mengenai jual beli Efek, pinjam meminjam Efek, atau kontrak lain 14 mengenai Efek atau harga Efek. Saat ini dilakukan oleh PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI). g. Wali Amanat. Wali Amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan Pemegang Efek bersifat utang. Bank Umum yang akan bertindak sebagi Wali Amanat wajib terlebih dahulu terdaftar di Bapepam untuk mendapatkan Surat Tanda Terdaftar sebagai Wali Amanat. h. Pemeringkat Efek. Perusahaan Pemeringkat Efek adalah pihak yang menerbitkan peringkatperingkat bagi surat utang (debt securities), seperti obligasi dan commercial paper. Sampai saat ini, Bapepam telah memberikan izin usaha kepada dua Perusahaan Pemeringkat Efek yaitu PT Pefindo dan PT Kasnic Duff & Phelps Credit Rating Indonesia. 3. Profesi Penunjang Pasar Modal a. Akuntan Publik Akuntan Publik adalah pihak yang memberikan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Akuntan yang melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal wajib terlebih dahulu terdaftar di Bapepam untuk mendapatkan Surat Tanda Terdaftar Profesi Penunjang Pasar Modal untuk Akuntan. b. Konsultan Hukum. Konsultan Hukum yang melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal wajib terlebih dahulu terdaftar di Bapepam untuk mendapatkan Surat Tanda Terdaftar Profesi Penunjang Pasar Modal untuk Konsultan Hukum. c. Penilai. Penilai adalah Pihak yang melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan. Penilai yang melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal wajib 15 terlebih dahulu terdaftar di Bapepam untuk mendapatkan Surat Tanda Terdaftar Profesi Penunjang Pasar Modal untuk Penilai. d. Penasihat Investasi. Penasihat Investasi adalah Pihak yang memberi nasihat kepada Pihak lain mengenai penjualan atau pembelian Efek dengan memperoleh imbalan jasa. e. Notaris. Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang membuat Akta Anggaran Dasar dan Akta Perubahan Anggaran Dasar termasuk pembuatan Perjanjian Penjaminan Emisi Efek, Perjanjian Antar Penjamin Emisi Efek, Perjanjian Perwaliamanatan, Perjanjian Agen Penjual dan perjanjian lain yang diperlukan. Notaris yang melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal wajib terlebih dahulu terdaftar di Bapepam untuk mendapatkan Surat Tanda Terdaftar Profesi Penunjang Pasar Modal untuk Notaris. 4. Pelaku Pasar Modal a. Perusahaan Efek. Perusahaan Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau Manajer Investasi. 1) Penjamin Emisi Efek. Penjamin Emisi Efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan Emiten untuk melakukan Penawaran Umum bagi kepentingan Emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa Efek yang tidak terjual. 2) Perantara Pedagang Efek. Perantara Pedagang Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli Efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain. 3) Manajer Investasi. Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola Portofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana 16 pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Emiten. Emiten adalah Pihak yang melakukan Penawaran Umum. Sedangkan Penawaran Umum yang dimaksud disini adalah kegiatan penawaran Efek yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. c. Perusahaan Publik. Perusahaan Publik adalah Perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. d. Investor atau Pemodal Investor adalah pihak yang melakukan kegiatan investasi atau menanamkam modalnya di pasar modal. Investor yang dikenal di pasar modal terdiri dari investor perorangan dan kelembagaan. 2.1.2 INSTRUMEN ATAU PRODUK PASAR MODAL Instrumen atau produk yang diperdagangkan di Pasar Modal disebut dengan Efek. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek. Derivatif dari Efek adalah turunan dari Efek, baik Efek yang bersifat utang maupun yang bersifat ekuitas, seperti opsi dan waran. Opsi (opiton) adalah hak yang dimiliki oleh Pihak untuk membeli atau menjual kepada Pihak lain atas sejumlah Efek pada harga dan dalam waktu tertentu. 17 Waran" adalah Efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegang Efek untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu setelah 6 (enam) bulan atau lebih sejak Efek dimaksud diterbitkan. Transaksi Bursa adalah kontrak yang dibuat oleh Anggota Bursa Efek sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh Bursa Efek mengenai jual beli Efek, pinjam meminjam Efek atau kontrak lain mengenai Efek atau harga Efek 5. Saham (Stocks) Saham pada dasarnya adalah bukti pemilikan atas suatu perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Setiap unit usaha berbentuk PT wajib memiliki saham. Anggaran Dasar sebuah PT menetapkan modal dasar (authorized capital) perusahaan dengan ketentuan tidak boleh lebih kecil dari Rp 20 juta. Pada saat pengesahan pendirian PT, sekurang-kurangya 25% dari modal dasar, yang ditetapkan dalam anggaran dasar tersebut, telah disetor penuh. Bukti penyetoran itulah yang disebut saham. Umumnya, saham-saham itu memiliki nilai nominal yang berfungsi antara lain sebagai nilai minimum penyetoran dan porsi pemilikan terhadap perusahaan. Jadi, kalau PT A memiliki 10 juta saham yang telah disetor penuh, dan B memiliki 10.000 di antaranya, artinya B memiliki klaim sebesar satu per mil terhadap aktiva dan utang perusahaan. Karakteristik yuridis pemegang saham, bisa digambarkan dengan tiga kata berikut: limited risk, berarti pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai jumlah yang disetorkannya ke dalam perusahaan. ultimate control, bermakna pemegang sahamlah yang (secara kolektif) menetapkan tujuan dan arah perusahaan, dan residual claim, menunjukkan posisi para pemegang saham sebagai orang terakhir yang mendapat pembagian hasil usaha perusahaan (dalam bentuk dividen) dan sisa aset dalam likuidasi, yaitu setelah hak-hak para kreditur terpenuhi semuanya. 18 Peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia mengharuskan semua saham memiliki hak suara, apalagi pada Perusahaan Publik. Namun, dalam praktek, karena pemegang saham publik itu jumlahnya bisa ratusan ribu, pelaksanaan hak suara ini sering dilaksanakan dengan mekanisme proxy. Dapat dibayangkan bagaimana jadinya bila Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebuah perusahaan publik dihadiri ratusan ribu pemegang saham. Di Amerika Serikat, saham preferen (preferred stock) biasanya tidak memiliki hak suara. Karena itu, saham preferen di sana umumnya bersifat kumulatif. Sedangkan untuk saham preferen, dapat meminta bantuan pialang atau agen untuk membantu menghitung yield-nya. a. Saham Biasa (Common Stocks) Di antara surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, saham biasa (common stock) adalah yang paling dikenal masyarakat. Di antara emiten (perusahaan yang menerbitkan surat berharga), saham biasa juga merupakan yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Jadi saham biasa paling menarik, baik bagi pemodal maupun bagi emiten. Secara sederhana, saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut, jadi sama dengan menabung di bank. Setiap kali menabung, maka akan mendapat slip yang menjelaskan bahwa telah disetor sejumlah uang. Bila membeli saham, maka pembeli akan menerima kertas yang menjelaskan kepemilikannya terhadap perusahaan penerbit saham tersebut. b. Saham Preferen (Preferred Stocks) Saham Preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena dua hal, yaitu: mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut; dan 19 membayar dividen. Sedangkan persamaan antara saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal: ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya; dividennya tetap selama masa berlaku (hidup) dari saham; memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Oleh karena saham preferen diperdagangkan berdasarkan hasil yang ditawarkan kepada investor, maka secara praktis saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap dan karena itu akan bersaing dengan obligasi di pasar. Walaupun demikian, obligasi perusahaan menduduki tempat yang lebih senior dibanding dengan saham preferen. Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham: 1) Devidend ( Dividen) Yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Umumnya, dividen merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang seperti misalnya pemodal institusi atau dana pensiun dan lain-lain. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai - artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai (cash devidend) dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat pula berupa dividen saham (stock devidend) yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. 2) Capital Gain. Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar 20 sekunder. Misalnya seorang pemodal membeli saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga per saham Rp 3.500 yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya. Umumnya pemodal dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain. Misalnya seorang pemodal membeli saham pada pagi hari dan kemudian menjualnya lagi pada siang hari jika saham mengalami kenaikan. Saham dikenal dengan karakteristik high risk - high return. Artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi. Saham memungkinkan pemodal untuk mendapatkan return atau keuntungan (capital gain) dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Namun, seiring dengan berfluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat membuat pemodal mengalami kerugian besar dalam waktu singkat. Risiko-risiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya: (a) Tidak Mendapat Dividen. Perusahaan akan membagikan dividen jika operasi perusahaan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan demikian potensi keuntungan pemodal untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut. (b) Capital Loss. Dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan capital gain alias keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian seorang pemodal mengalami capital loss. Misalnya seorang pemodal memiliki saham Indosat (ISAT) dengan harga beli Rp 9.000 namun beberapa waktu kemudian dijual dengan harga per saham Rp 8.000,- yang berarti pemodal tersebut mengalami capital loss Rp 1.000 untuk setiap saham yang dijual. Dalam jual beli saham, terkadang untuk menghindari potensi kerugian yang makin besar seiring dengan terus 21 menurunnya harga saham, maka seorang investor rela menjual saham dengan harga rendah. Istilah ini dikenal dengan istilah cut loss. Disamping risiko diatas, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan dengan potensi risiko lainnya yaitu: (c) Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari Bursa atau di-delist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditur atau pemegang obligasi, artinya setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditur atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham. (d) Saham dihapuscatatkan dari Bursa Efek (Delisting) Risiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan di Bursa Efek alias di-delist. Suatu saham perusahaan di-delist dari Bursa umumnya karena kinerja yang buruk misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan Peraturan Pencatatan Efek di Bursa (akan dijelaskan lebih detail pada bagian lain). Saham yang telah didelist tentu saja tidak lagi diperdagangkan di Bursa, namun tetap dapat diperdagangkan di Luar Bursa dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan harga yang jauh dari harga sebelumnya. 6. Obligasi (Bond) Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi dana (dalam hal ini pemodal) dengan yang diberi dana (emiten). Jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik 22 kertas tersebut telah membeli hutang perusahaan yang menerbitkan obligasi. Penerbit membayar bunga atas obligasi tersebut pada tanggal-tanggal yang telah ditentukan secara periodik, dan pada akhirnya menebus nilai utang tersebut pada saat jatuh tempo dengan mengembalikan jumlah pokok pinjaman ditambah bunga yang terutang. Pada umumnya, instrumen ini memberikan bunga yang tetap secara periodik. Bila bunga dalam sistem ekonomi menurun, nilai obligasi naik; dan sebaliknya jika bunga meningkat, nilai obligasi turun. Banyak sekali perbedaan antara saham dan obligasi. Saham merupakan bukti pemilikan, dan yang lainnya merupakan bukti utang. Salah satu perbedaan itu adalah aspek jatuh temponya: obligasi walaupun jangka panjang, tetap ada jatuh temponya (kecuali perpectual bonds yang kini hampir musnah), sedangkan saham tidak memiliki jatuh tempo. Varian jenis-jenis obligasi nyaris tak terbatas. Rumpun aktiva keuangan yang bernama obligasi bisa dikelompokkan berdasar tipe emiten, berdasar maturity atau masa jatuh temponya, berdasar agunan, berdasar ada atau tidaknya indeksasi pelunasan, berdasarkan variasi penetapan tingkat bunga, berdasarkan ada atau tidaknya hak penukaran atau konversi, dan seterusnya. Di pasar modal Indonesia, saat ini, diperdagangkan dua jenis obligasi, yaitu: obligasi biasa dan konversi. Tapi, dalam kelompok obligasi biasa terdapat variasi yang cukup kaya, yaitu: obligasi yang diterbitkan oleh BUMN dan perusahaan swasta; obligasi yang memiliki tingkat bunga tetap dan mengambang; obligasi yang memiliki agunan atau penanggung dan yang tidak; dan seterusnya. Bagi pemodal, dua hal saja yang penting diperhatikan, yaitu tingkat risiko dan potensi keuntungan. Untuk yang pertama bisa digunakan peringkat obligasi tersebut sebagai acuan. Berkaitan dengan perdagangan obligasi, dikenal istilah-istilah berikut: • Face value atau nilai pari, menunjukkan besarnya nilai obligasi yang dikeluarkan. 23 • Jatuh tempo (maturity), merupakan tanggal ditetapkannya emiten obligasi harus membayar kembali uang yang telah dikeluarkan investor pada saat membeli obligasi. Jumlah uang yang harus dibayar sama besarnya dengan nilai pari obligasi. Tanggal jatuh tempo tersebut tercantum dalam sertifikat obligasi. • Bunga atau kupon, merupakan pendapatan (yield) yang diperoleh pemegang obligasi, yang mana periode waktu pembayarannya dapat berbeda-beda misalnya ada yang membayar sekali dalam tiga bulan, enam bulan atau sekali dalam setahun. Dalam melakukan investasi dengan membeli obligasi, investor wajib mengerti dan menyadari benar mengenai manfaat dan risiko yang terkandung dalam instrumen obligasi. a. Manfaat Obligasi Obligasi dikenal sebagai Fixed Income Securities atau surat berharga yang memberikan pendapatan tetap, yaitu berupa bunga atau kupon yang dibayarkan dengan jumlah yang tetap (misalnya sebesar 16% per tahun) pada waktu yang telah ditetapkan, misalnya setiap 3 bulan, 6 bulan atau satu tahun sekali. Obligasi juga mengenal penghasilan dari capital gain, yaitu selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian. b. Risiko Obligasi Kesulitan untuk menentukan penghasilan obligasi adalah sulitnya memperkirakan perkembangan suku bunga. Harga obligasi sangat tergantung dari perkembangan suku bunga. Bila suku bunga bank menunjukkan kecenderungan meningkat, pemegang obligasi akan menderita kerugian karena harga obligasi akan turun. Di samping risiko perkembangan suku bunga yang sulit dipantau, pemegang obligasi juga menghadapi risiko callability, pelunasan sebelum jatuh tempo. Betapa menguntungkannya bila kita memiliki obligasi yang membayar bunga tetap di saat suku bunga menurun. Namun sayangnya keuntungan seperti ini tidak selamanya bisa 24 dinikmati. Banyak obligasi yang telah dikeluarkan oleh emiten, bisa ditarik kembali sebelum tiba saat jatuh tempo. 7. Obligasi Konversi (Convertible Bond) Obligasi konversi, sekilas tidak ada bedanya dengan obligasi biasa, misalnya, memberikan kupon yang tetap, memiliki waktu jatuh tempo dan memiliki nilai pari. Hanya saja, obligasi konversi memiliki keunikan, yaitu bisa ditukar dengan saham biasa. Pada obligasi konversi selalu tercantum persyaratan untuk melakukan konversi. Misalnya, setiap obligasi konversi bisa dikonversi menjadi 3 lembar saham biasa setelah 1 Januari 2006. Persyaratan ini tidak sama diantara obligasi konversi yang satu dengan yang lainnya. Obligasi konversi (convertible bond), sudah dikenal di pasar modal Indonesia. Untuk kalangan emiten swasta, sebenarnya obligasi konversi lebih dulu populer daripada obligasi. Kecenderungan melakukan emisi obligasi baru menunjukkan aktivitas yang meningkat sejak tahun 1992, sedang obligasi konversi sudah memasuki pasar menjelang akhir tahun 1990. 8. Reksa Dana (Mutual Funds) Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu Reksa Dana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Dilihat dari asal kata-nya, Reksa Dana berasal dari kosa kata “reksa” yang berarti jaga atau pelihara bersama dan kata “dana” yang berarti kumpulan uang, sehingga Reksa Dana dapat diartikan sebagai “kumpulan uang yang dipelihara bersama untuk suatu kepentingan”. Umumnya, Reksa Dana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi. 25 Manfaat yang diperoleh pemodal jika melakukan investasi dalam Reksa Dana, antara lain: a. Pemodal walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat melakukan diversifikasi investasi dalam Efek, sehingga dapat memperkecil risiko. Sebagai contoh, seorang pemodal dengan dana terbatas dapat memiliki portfolio obligasi, yang tidak mungkin dilakukan jika tidak tidak memiliki dana besar. Dengan Reksa Dana, maka akan terkumpul dana dalam jumlah yang besar sehingga akan memudahkan diversifikasi baik untuk instrumen di pasar modal maupun pasar uang, artinya investasi dilakukan pada berbagai jenis instrumen seperti deposito, saham, obligasi. b. Reksa Dana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di pasar modal. Menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli bukanlah pekerjaan yang mudah, namun memerlukan pengetahuan dan keahlian tersendiri, dimana tidak semua pemodal memiliki pengetahuan tersebut. c. Efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi pada Reksa Dana dimana dana tersebut dikelola oleh manajer investasi profesional, maka pemodal tidak perlu repot-repot untuk memantau kinerja investasinya karena hal tersebut telah dialihkan kepada manajer investasi tersebut. Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan berbagai peluang keuntungan, Reksa Dana pun mengandung berbagai peluang risiko, antara lain: a. Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan. Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya) yang masuk dalam portfolio Reksa Dana tersebut. b. Risiko Likuiditas Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas unit-unit yang dipegangnya. Manajer Investasi kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas redemption tersebut. c. Risiko Wanprestasi 26 Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana risiko ini dapat timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan Reksa Dana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti wanprestasi dari pihak-pihak yang terkait dengan Reksa Dana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam, yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa Dana. Dilihat dari bentuknya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi: a. Reksa Dana Berbentuk Perseroan (Corporate Type) Dalam bentuk Reksa Dana ini, perusahaan penerbit Reksa Dana menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan tersebut di investasikan pada berbagai jenis Efek yang diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang. Reksa Dana bentuk Perseroan dibedakan lagi berdasarkan sifatnya menjadi Reksa Dana Perseroan yang tertutup dan Reksa Dana Perseroan yang terbuka. Bentuk ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Bentuk hukumnya adalah Perseroan Terbatas (PT). 2) Pengelolaan kekayaan Reksa Dana didasarkan pada kontrak antara Direksi Perusahaan dengan Manajer Investasi yang ditunjuk. 3) Penyimpanan kekayaan Reksa Dana didasarkan pada kontrak antara Manajer Investasi dengan Bank Kustodian. b. Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Contractual Type) Reksa Dana bentuk ini, merupakan kontrak antara Manajer Investasi dengan Bank Kustodian yang mengikat pemegang Unit Penyertaan, di mana Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif. Bentuk inilah yang lebih populer dan jumlahnya semakin bertambah dibandingkan dengan Reksa Dana yang berbentuk Perseroan. Bentuk ini bercirikan: 1) Bentuk hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif. 27 2) Pengelolaan Reksa Dana dilakukan oleh Manajer Investasi berdasarkan kontrak. 3) Penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilaksanakan oleh Bank Kustodian berdasarkan kontrak. 5. Sertifikat Penitipan Efek Indonesia (Indonesian Depository Receipt) Sertifikat Penitipan Efek Indonesia (SPEI) adalah Efek yang memberikan hak kepada pemegangnya atas Efek Utama yang dititipkan secara kolektif pada Bank Kustodian yang telah mendapat persetujuan Bapepam. Bapepam telah mengeluarkan peraturan tentang SPEI ini, namun sampai saat ini belum ada perusahaan yang menerbitkan Efek jenis ini di Indonesia. 2.1.3. DERIVATIF Pengertian Derivatif Derivatif adalah sebuah istilah portofolio yang mengaitkan suatu kenaikan jumlah produk dan jenis-jenis produk dengan seperangkat penggunaan yang semakin membingungkan. Kelompok-kelompok orisinil dari produk yang dianggap sebagai derivatif telah diperluas untuk mencakup: jenis produk baru, klasifikasi produk baru, pasar-pasar baru, para pengguna baru, dan bentuk risiko baru. Dua klasifikasi terbesar dari derivatif adalah derivatif berbasis forward (forward-based derivatives) dan derivatif berbasis option (options-based derivatives). Sebenarnya masih banyak klasifikasi lainnya, yang mencakup strip dan mortgage-backed securities, tetapi yang terkenal adalah dua klasifikasi utama tersebut di atas. Pengertian Transaksi Derivatif Suatu transaksi derivatif merupakan sebuah perjanjian antara dua pihak yang dikenal sebagai counterparties (pihak-pihak yang saling berhubungan). Dalam istilah umum, transaksi derivatif adalah sebuah kontrak bilateral atau perjanjian penukaran pembayaran yang nilainya tergantung pada – diturunkan dari – nilai aset, tingkat referensi atau indeks. Saat ini, transaksi derivatif terdiri dari sejumlah acuan pokok (underlying) yaitu suku bunga (interest rate), kurs tukar (currency), komoditas 28 (commodity), ekuitas (equity) dan indeks (index) lainnya. Mayoritas transaksi derivatif adalah produk-produk Over the Counter (OTC) yaitu kontrak-kontrak yang dapat dinegosiasikan secara pribadi dan ditawarkan langsung kepada pengguna akhir, sebagai lawan dari kontrak-kontrak yang telah distandarisasi (futures) dan diperjualbelikan di bursa. Menurut para dealer dan pengguna akhir (end user) fungsi dari suatu transaksi derivatif adalah untuk melindungi nilai (hedging) beberapa jenis risiko tertentu. Alasan penggunaan derivatif, antara lain: - Peralatan untuk mengelola risiko; - Pencarian untuk hasil yang lebih besar; - Biaya pendanaan yang lebih rendah; - Kebutuhan-kebutuhan yang selalu berubah dan sangat bervariasi dari sekelompok pengguna; - Hedging risiko-risiko saat ini dan masa datang; - Mengambil posisi-posisi risiko pasar; - Memanfaatkan ketidakefisienan yang ada di antara pasar-pasar. Pelaku Transaksi Derivatif: Pengguna Akhir (End Users) Berdasarkan Laporan G-30 tahun 1993, sebagian besar pengguna akhir derivatif yaitu sekitar 80% adalah perusahaan-perusahaan, disamping badanbadan pemerintah dan sektor publik. Alasan-alasan yang mendorong pengguna akhir menggunakan instrumen derivatif adalah: - Untuk sarana lindung nilai (hedging) - Memperoleh biaya dana yang lebih rendah - Mempertinggi keuntungan - Untuk mendiversifikasikan sumber-sumber dana; - Untuk mencerminkan pandangan-pandangan pasar melalui posisi yang diambil. 29 Pialang (Dealer) Terdiri dari lembaga-lembaga keuangan yang bertindak sebagai pialang. Fungsi dari dealer antara lain: - Menjaga likuiditas dan terus menerus tersedianya transaksi; - Memenuhi permintaan pengguna akhir dengan segera; - Memberikan kemampuan untuk mempertinggi likuiditas pasar dan efisiensi harga. 2.1.4. INSTRUMEN DERIVATIF DI PASAR MODAL Derivatif terdiri dari efek yang diturunkan dari instrumen efek lain yang disebut “underlying”. Ada beberapa macam instrument derivatif di Indonesia, seperti Bukti Right, Waran, dan Kontrak Berjangka. Derivatif merupakan instrumen yang sangat berisiko jika tidak dipergunakan secara hati-hati. 1. Bukti Right a. Definisi Sesuai dengan undang-undang Pasar Modal, Bukti Right didefinisikan sebagai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) pada harga yang telah ditetapkan selama periode tertentu. Bukti Right diterbitkan pada penawaran umum terbatas (Right Issue), dimana saham baru ditawarkan pertama kali kepada pemegang saham lama. Bukti Right juga dapat diperdagangkan di Pasar Sekunder selama periode tertentu. Apabila pemegang saham tidak menukar Bukti Right tersebut maka akan terjadi dilusi pada kepemilikan atau jumlah saham yang dimiliki akan berkurang secara proporsional terhadap jumlah total saham yang diterbitkan perusahaan. b. Manfaat Bukti Right: Investor memiliki hak istimewa untuk membeli saham baru pada harga yang telah ditetapkan dengan menukarkan Bukti Right yang dimilikinya. Hal ini memungkinkan investor untuk memperoleh keuntungan dengan membeli saham baru dengan harga yang lebih murah. 30 Contoh: Jika seorang investor membeli Bukti Right di Pasar Sekunder pada harga Rp 200, dengan harga pelaksanaan (exercise price) Rp 1.500. Pada tanggal pelaksanaan harga saham perusahaan X diasumsikan melonjak hingga Rp 2.000 per lembar. Ia dapat membeli saham PT. X hanya dengan membayar Rp 1.700, yaitu Rp 1.500 (harga pelaksanaan) + Rp 200 (harga Right). Kemudian investor tersebut akan memperoleh keuntungan Rp 300 yang berasal dari Rp 2.000 – Rp 1.700. Bukti Right dapat diperdagangkan pada Pasar Sekunder, sehingga investor dapat menikmati capital gain, ketika harga jual dari Bukti Right tersebut lebih besar dari harga belinya. c. Risiko memiliki Bukti Right: Jika harga saham pada periode pelaksanaan jatuh dan menjadi lebih rendah dari harga pelaksanaan, maka investor tidak akan mengkonversikan Bukti Right tersebut, sementara itu investor akan mengalami kerugian atas harga beli Bukti Right. Contoh: Seorang investor membeli Bukti Right di Pasar Sekunder pada harga Rp 200 dengan harga pelaksanaan Rp 1.500. Kemudian pada periode pelaksanaan, harga saham turun menjadi Rp. 1,200 per saham. Investor tersebut tentunya tidak akan menukarkan Bukti Right yang dimilikinya, karena jika ia melakukannya, maka ia harus membayar Rp 1.700 (Rp 1.500 harga pelaksanaan + Rp 200 harga right). Sementara itu jika ia tidak menukarkan Bukti Right yang dimilikinya, maka ia mengalami kerugian Rp 200 atas harga Right tersebut. Bukti Right dapat diperdagangkan pada pasar sekunder, sehingga investor dapat mengalami kerugian (capital loss), ketika harga jual dari Bukti Right tersebut lebih rendah dari harga belinya. 2. a. Waran (Warrant) Definisi Waran biasanya melekat pada saham sebagai daya tarik (sweetener) pada penawaran umum saham ataupun obligasi. Biasanya harga pelaksanaan 31 lebih rendah dari pada harga pasar saham. Setelah saham ataupun obligasi tersebut tercatat di bursa, waran dapat diperdagangkan secara terpisah. Periode perdagangan waran lebih lama dari pada bukti right, yaitu 3 tahun sampai 5 tahun. Waran merupakan suatu pilihan (option), dimana pemilik waran mepunyai pilihan untuk menukarkan atau tidak warannya pada saat jatuh tempo. Pemilik waran dapat menukarkan waran yang dimilikinya 6 bulan setelah waran tersebut diterbitkan oleh emiten. Harga waran itu sendiri berfluktuasi selama periode perdagangan. b. Manfaat dari Waran: Pemilik waran memiliki hak untuk membeli saham baru perusahaan dengan harga yang lebih rendah dari harga saham tersebut di Pasar Sekunder dengan menukarkan waran yang dimilikinya ketika harga saham perusahaan tersebut melebihi harga pelaksanaan. Contoh: Jika seorang investor membeli waran pada harga Rp 200 per lembar dengan harga pelaksanaan Rp 1.500, dan pada tanggal pelaksanaan, harga saham perusahaan meningkat menjadi Rp 1.800 per saham, maka ia akan membeli saham perusahaan tersebut dengan harga hanya Rp 1.700 (Rp 1.500 + Rp 200). Jika ia langsung membeli saham perusahaan tersebut di pasar sekunder, ia harus mengeluarkan Rp 1.800 per saham. Apabila waran diperdagangkan di Bursa, maka pemilik waran mempunyai kesempatan untuk memperoleh keuntungan (capital gain) yaitu apabila harga jual waran tersebut lebih besar dari harga beli. c. Risiko memiliki Waran: Jika harga saham pada periode pelaksanaan (exercise period) jatuh dan menjadi lebih rendah dari harga pelaksanaannya, investor tidak akan menukarkan waran yang dimilikinya dengan saham perusahaan, sehingga ia akan mengalami kerugian atas harga beli waran tersebut. Contoh: Jika seorang investor membeli waran di Pasar Sekunder dengan harga Rp 200, serta harga pelaksanaan Rp. 1.500. Pada tanggal pelaksanaan, harga saham perusahaan yang bersangkutan turun menjadi Rp 1.200. Jika 32 hal tersebut terjadi, maka investor tidak akan menukarkan waran yang dimilikinya, karena ia harus mengeluarkan Rp 1.700 (Rp 1.500 harga pelaksanaan + Rp 200 harga Waran). Jika ia tidak menukarkan Waran yang dimilikinya maka kerugian yang ditanggung hanya Rp 200, yaitu harga beli waran tersebut. Karena sifat waran hampir sama dengan saham dan dapat diperdagangkan di bursa, maka pemilik waran juga dapat mengalami kerugian (capital loss) jika harga beli waran lebih tinggi daripada harga jualnya. 4. Kontrak Berjangka atas Indeks Efek (Index Futures) a. Definisi: Adalah kontrak atau perjanjian antara 2 pihak yang mengharuskan mereka untuk menjual atau membeli produk yang menjadi variabel pokok di masa yang akan datang dengan harga yang telah ditetapkan sebelumnya. Obyek yang dipertukarkan disebut “Underlying Asset”. Setiap pihak sebelum membuka kontrak harus menyetorkan margin awal, dan karena kontrak tersebut memiliki waktu yang terbatas, maka pada saat jatuh tempo posisi kontrak harus ditutup pada berapapun harga yang terjadi bursa. Margin itu sendiri harus berada pada suatu level harga tertentu dan jika margin tersebut turun di bawah level tersebut, yang biasanya diakibatkan kerugian yang sangat besar, lembaga kliring akan meminta investor untuk menambah dananya kembali. Bagaimanapun, harus diperhatikan bahwa seluruh transaksi pada kontrak berjangka dilakukan di Bursa Efek. Di Indonesia, saat ini bentuk kontrak berjangka yang tersedia adalah LQ45 Kontrak Berjangka Indeks Efek yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Surabaya. b. Manfaat Kontrak Berjangka Indeks 1) Instrumen Hedging 33 Hedging dimaksudkan untuk melindungi nilai investasi sehingga dapat meminimalkan risiko. Seorang investor yang memiliki portofolio berencana untuk menjual salah satu sahamnya di masa yang akan datang, tapi dia ingin menentukan pendapatan yang diperolehnya dengan menetapkan harga jual sahamnya saat ini maka untuk mengamankan asetnya ia dapat melakukan hedging Misalkan A berjualan pecel di Singapura. Akan tetapi sayur-mayurnya mesti diimpor dari Batam. Buat A, pendapatan yang didapat adalah dalam bentuk dollar singapura, sedangkan salah satu biaya produksi utamanya (sayuran) dibayar dalam bentuk rupiah. Dalam kondisi ini, A memiliki resiko yaitu resiko kurs mata uang. Jika tiba-tiba mata uang Singapura jatuh karena PAP (partai mayoritas di Singapura) jatuh dan rupiah tetap kokoh, maka A akan sangat rugi karena mendadak biaya produksi jauh lebih mahal dari pendapatan - kecuali A pulang dan berjualan di Indonesia saja. Untuk mengurangi atau menghilangkan resiko ini, A bisa melakukan hedging. Salah satu cara-nya adalah dengan membeli kontrak berjangka (forward contract) di bank - di mana dalam kontrak itu A akan membeli rupiah sebesar Rp 6.000 per dollar singapura 1 bulan dari sekarang, terlepas dari berapa kurs rupiah 1 bulan dari sekarang. Di sini, A mengunci kurs saat ini juga. Seandainya tiba-tiba dollar singapura jatuh dan 1 dollar singapura bernilai Rp 3.000, A tetap bisa mendapat Rp 6.000 per dollar singapura. Kalau hal sebaliknya terjadi 1 bulan lagi tiba-tiba rupiah jatuh dan 1 dollar singapura bernilai Rp15.000, maka A tetap mesti beli Rp 6.000 per dollar Singapura. Tapi hal ini tidak masalah buat A: Ia sudah berhitung apabila rupiah jatuh dan dihargai > Rp 6.000 per dollar singapura, A tetep untung, karena sayur-mayurnya sudah dibeli terlebih dahulu. Sekarang A bisa membawa pulang ke Indonesia lebih banyak rupiah. Tentu masih banyak cara lain buat A untuk hedging resiko kurs yang dimiliki. Contoh kasus yang lain: A memberikan modal kepada tetangga untuk modal berjualan pecel, kemaudian nanti A minta tetangga itu membayar kembali ke A, apakah hal ini termasuk hedging memiliki jawaban yang bervariasi sebagai berikut: 34 • Kalau A tidak punya urusan lain dengan masalah pecel dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pecel, maka yang ia lakukan adalah investasi bukan hedging. • Kalau ternyata A adalah juragan rawon di kota Madiun. Misalnya pecel adalah makanan yang baru masuk Madiun dan orang yang makan pecel akan kehilangan selera untuk makan rawon. Di sini, pecel dan rawon memiliki relasi yang saling bertolak belakang. A, sebagai juragan rawon, tiba-tiba saja terekspos pada resiko bahwa bisnis rawonnya akan terimbas secara negatif dengan semakin populernya pecel di Madiun. Karena A pintar, maka Ia ingin mengurangi resiko itu dengan menanam modal di para penjual pecel. Kalau pecel semakin populer, kerugian dari rawon akan dikurangi oleh keuntungan di modalnya yang ditanam pada penjual pecel. Sekiranya pecel ternyata cuma trend sementara dan orang-orang Madiun kembali ke selera rawon asli Madiun, maka A akan lebih untung dari rawon dan kurang berhasil di pecel. Tapi buat A ini tidak bermasalah, karena Ia adalah juragan rawon dan masih tetap untung besar dari penjualan rawon. Kalau A berfikir pecel akan bangkrut di Madiun, Ia dapat mengambil kembali modal dari para penjual pecel.. Di kasus ini, apa yang dilakukan A tidak lain adalah hedging dalam arti yang lebih luas. Lebih luas penggunaan hedging dalam finansial disebut hegde funds Hedge funds adalah suatu dana yang dikumpulkan dari berbagai nasabah yang biasanya berasal dari lapisan atas, dikelola secara privat (sehingga tidak dibatasi oleh aturan-aturan investasi layaknya suatu reksa dana) oleh fund manager, memasang investasi minimal yang besar (dari beberapa ratus ribu US dollar ke beberapa juta US dollar), dana tidak bisa ditarik setiap saat tapi berjangka sesuai perjanjian, memberi keleluasaan bagi manager tentang cara menginvestasikan dananya — termasuk menggunakan teknikteknik mutakhir, dan mengenakan performance fee. Industri ini berdiri pertama kali di Amerika Serikat. Alfred W. Jones diyakini sebagai pelopor bisnis ini, di mana dia bersama beberapa manager investasi lainnya pada tahun 1949 menggunakan teknik-teknik investasi 35 short sales dan leveraging untuk meningkatkan untung dan sekaligus mengurangi resiko investasinya. Short sales adalah teknik di mana seseorang meminjam saham dari orang lain untuk dijualnya sekarang dan membeli kembali nanti dengan harapan bisa dibeli kembali dengan harga yang lebih murah. Leveraging adalah teknik di mana seseorang memiliki exposure terhadap suatu saham lebih dari dana yang ia taruh di saham bersangkutan. Salah satu caranya ialah dengan meminjam dana ke broker sehingga ia bisa membeli dengan dana 50% saja, yang 50% lagi dihutang. Cara lain adalah dengan membeli kontrak derivatif seperti futures atau options. Teknik short selling dan leveraging ini termasuk teknik baru di masa itu. Pada tahun 1966, majalah Fortune mengeluarkan artikel tentang “hedge fund” yang dikelola oleh A. W. Jones. Berita ini menggemparkan komunitas investasi di masa itu. Dana hegde fund yang dikelolanya jauh mengalahkan hampir semua Reksa Dana yang ada, sekalipun setelah memperhitungkan performance fee sebesar 20%. Salah satu ciri khas dari hedge fund adalah adanya performance fee, di mana manajer investasi hedge fund akan menerima 20% dari naiknya dana yang dikelolanya. Reksa Dana biasanya hanya mengenaan fee yang ditentukan setiap tahun berdasarkan besarnya dana yang dikelola.Seiring waktu hedge funds semakin tumbuh besar, terutama di Amerika Serikat dan Eropa. Penyebab utama pertumbuhan yang spektakuler itu adalah performance hedge fund yang selama ini memang cenderung lebih bagus dari dana reksa. Strategi-strategi yang sering dipakai hedge funds ada banyak caranya, dari yang disebut arbitrage sampai ke directional bet. 2) Spekulasi Investor dapat berspekulasi dengan melakukan perdagangan indeks berjangka daripada melakukan transaksi untuk masing-masing saham. Hal ini dimungkinkan karena adanya “leverage”. Dengan “leverage” investor dapat memperoleh keuntungan dari pergerakan harga dengan modal yang 36 lebih sedikit jika dibandingkan dengan modal yang harus dikeluarkan jika melakukan transaksi perdagangan masing-masing saham di atas. 3) Arbitrase Dengan arbitrase, investor dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan antara harga di pasar spot dan pasar berjangka. Di kasus yang paling ekstrem, kesempatan arbitrage terjadi bila satu aset yang sama memiliki harga yang berbeda di tempat lain dan biaya untuk memindahkan aset itu tidak berarti. Misalkan A adalah seorang penjual buku. Suatu hari datang seorang pembeli yang mencari buku baru Mengenal Ekonofisika di tokonya dan kebetulan kehabisan stok. A mengatakan kepada pembeli bahwa ia dapat menyediakan dengan harga jual Rp50,000. Di toko sebelah, A tahu buku Mengenal Ekonofisika dijual dengan harga Rp45,000. Untuk memastikan, A menelpon ke toko sebelah dan memastikan kalau bukunya ada dan memesan untuk membeli sebentar lagi sebesar Rp45,000. Karena mendesak, pembeli setuju tanpa mau melihat-lihat ke toko sebelah. Di sini, A sudah mengunci 2 harga, harga beli dan harga jual di saat yang boleh dibilang bersamaan. Hal yang dilakukan A pada prinsipnya adalah arbitrase. Ciri utama teknik arbitrase adalah adanya transaksi jual dan transaksi beli terhadap aset yang sama atau aset yang pada dasarnya sama. Dalam contoh ini arbitrase tidak akan terjadi kalau A adalah penjual buku dan pembeli mencari bakso. Ia tidak bisa membeli bakso tetangga dan dijual ke pembeli karena bakso-nya berbeda dan ada kemungkinan pembeli menolak bakso tetangga. Karena terlalu sederhana, kesempatan seperti ini sangat jarang terjadi, apalagi di pasar modal dan pasar uang, dimana perbedaan harga saham antara dua bursa dapat dengan mudah diketahui, maka pasar akan langsung cenderung menyamakan harga. Kemudian konsep arbitrase diperlunak dan digunakan untuk menggambarkan kesempatan-kesempatan yang resikonya relatif kecil. Semua fund yang menggunakan konsep arbitrage dalam strateginya masuk dalam kategori hedge fund. Apa saja yang biasa 37 dilakukan hedge fund untuk menemukan kesempatan arbitrage di pasar modaldiantaranya sebagai berikut: 1. Meneliti hubungan statistik antara berbagai saham di pasar modal. Ada perusahaan-perusahaan yang terhubung kuat sekali antara satu dengan lainnya. Misalnya sesama perusahaan minyak. Saham mereka diyakini untuk bergerak beriringan. Kalau tiba-tiba salah satunya ‘tertinggal’ dan yang lainya ‘melesat’ maka Arbitrator akan membeli saham yang tertinggal dan “menjual” saham yang melesat dengan harapan mereka akan kembali bergerak beriringan (yang tertinggal jadi lebih maju dan yang melesat lebih mundur). 2. Mecari-cari perusahaan (A) yang menjadi kandidat untuk dibeli perusahaan lain (B). Kalau B ingin membeli A, mau tak mau dia harus membeli saham-saham A dengan harga yang lebih mahal daripada apa yang ada dipasar sekarang, karena orang-orang yang memiliki saham A tahu kalau ada calon pembeli besar. Hukum ekonomi klasik mengatakan kalau tiba-tiba ada calon pembeli besar maka harga akan melonjak. Misalnya sekarang saham B = Rp5,000 dan saham A Rp 4,500. B akan membeli saham A dengan cara mengganti setiap 1 lembar saham A dengan 1 lembar saham B. Kalau transaksi berjalan mulus, harga saham A akan terus naik dibandingkan dengan harga saham B sampai pada akhirnya keduanya bernilai sama kalau transaksinya telah terjadi. Hedge fund akan membeli saham A dan “menjual” (short selling) saham B secara bersamaan. Hedge Fund mesti menjual saham B sebagai berjaga-jaga kalau-kalau pasar saham secara keseluruhan anjlok. Kalau hal itu terjadi, mungkin saham B dan saham A akan sama-sama bernilai Rp 3,000 di akhir transaksi. 3. Arbitrase surat utang. Pada dasarnya sama dengan arbitrase yang lain hanya saja mengeksploitasi perbedaan harga dari surat utang dengan berbagai masa jatuh tempo (maturitas). c. Risiko Kontrak Berjangka Indeks Efek 38 Pada saat jatuh tempo, investor harus menutup atau menyelesaikan posisinya, walaupun harga yang terjadi berbeda dengan harapannya, sehingga investor dapat mengalami kerugian yang sangat besar jika dibandingkan dengan modal awalnya. Apabila investor mengalami kerugian yang besar, maka ia diharuskan untuk menyetor tambahan dana ke lembaga kliring. Yang termasuk dalam hal ini adalah kontrak futures dan forward Pada prinsipnya praktek forward contract sudah ada di Indonesia sejak jaman dulu. Di tanah kelahiran misalnya, Cirebon, kontrak ini disebut ngijon/ijon (terjemahan bebasnya: membeli waktu masih hijau). Ada pemborong yang mendatangi rumah A dan membeli buah kedondong sewaktu buahnya masih hijau dan belum masak. Isi perjanjiannya kurang lebih: pemborong akan membeli buah kedondong sewaktu sudah masak nanti, dengan harga yang ditentukan sekarang sebesar Rp2000 per kg. Misalnya kedondong masak 1 bulan lagi dan ternyata harga kedondong di pasar 1 bulan lagi Rp3000 per kg, A harus tetap harus menjual dengan harga Rp2000 per kg. Di skenario lain, ternyata 1 bulan lagi kedondong dihargai Rp1000 per kg, si pemborong tetap harus membeli dengan harga Rp2000 per kg. Hal yang menjadi untung bagi pemilik kedondong adalah dapat mengetahui dengan pasti dana yang akan didapat 1 bulan kemudian. Hedging forward kontrak bisa dipakai buat mengurangi atau menghilangkan efek dari suatu sumber resiko.Untung rugi atau resiko dari memasuki kontrak ini sangat sederhana. Kalau ternyata harga kedondong 1 bulan lagi Rp3000, maka bisa dibilang kalau A rugi Rp1000 (Rp 3000 - Rp2000) per kg karena Ia seharusnya bisa menjual kedondongnya dengan harga Rp3000 di pasar. Sekarang jika buah kedondong diganti dengan dollar AS, maka kontrak itu tak lain adalah forward contract di pasar uang. Biasanya forward contract dinegosiasikan antara kedua belah pihak secara privat (over the counter). Kontrak ini tidak diperjual-belikan di bursa pasar modal. 39 Futures contract dan forward contract pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu memungkinkan pelaku kontrak untuk mengunci satu harga di masa mendatang. Perbedaan utama ada di cara implementasinya. Forward contract Futures Contract Diperdagangkan di OTC (Over the Di perdagangkan di pasar modal Counter) (angkat telpon dan negosiasi langsung) Kontrak tidak standar. Pemilihan Isi kontrak standar (misal: selalu jatuh tanggal jatuh pengiriman, tempo, dll cara tempo minggu ke 3 tiap bulan X, tergantung setelmen negosiasi. memakai cash di akhir tempo) Untung rugi dibukukan di akhir Untung rugi dibukukan tiap hari kontrak Tidak perlu margin Perlu margin (uang yang ditaruh di broker buat jaga - jaga kalau posisi futures kita rugi) Contoh: A & pemborong kedondong membeli kontrak futures di pasar modal sebagai berikut: • A memasuki short kontrak futures kedondong dengan futures price Rp2000 (harga ini berubah-ubah setiap saat) dengan masa jatuh tempo 1 bulan lagi dan dengan pembayaran uang tunai (cash settlement). Artinya, 1 bulan lagi A akan “menjual” kedondong dengan harga Rp2000. Karena cash settlement, 1 bulan lagi A tidak perlu membawa kedondongnya ke exchange tapi cukup mentransfer/ditransfer uang sebesar selisih antara futures price yang sudah ditentukan sebelumnya dan harga kedondong di pasaran 1 bulan lagi. (futures price - harga pasar 1 bulan lagi) akan masuk ke rekening A. • Pemborong kedondong memasuki long kontrak futures kedondong dengan futures price Rp2000 (harga ini berubah-ubah setiap saat) dengan masa 40 jatuh tempo 1 bulan lagi dan dengan pembayaran uang tunai (cash settlement). Artinya, 1 bulan lagi pemborong kedondong akan “membeli” kedondong dengan harga Rp2000. Karena cash settlement, 1 bulan lagi Ia tidak perlu menyiapkan keranjang buat membawa kedondongnya dari exchange tapi cukup mentransfer/ditransfer uang sebesar selisih antara futures price yang sudah ditentukan sebelumnya dan harga kedondong di pasaran 1 bulan lagi. (harga pasar 1 bulan lagi - futures price) akan masuk ke rekening pemborong kedondong. Efek dari transaksi ini pada dasarnya sama saja dengan kontrak forward antara A dan penjual kedondong secara langsung. Perbedaan-perbedaan yang disebut di tabel memiliki akibat yang cukup penting dan dibahas di bawah ini: Counter-party risks: • Kontrak forward dilakukan atas persetujuan dua pelaku kontrak. Di sini timbul resiko bahwa salah satu pihak tidak bisa memenuhi kewajibannya. Mengikuti contoh di atas, hal ini terjadi kalau misalnya pemborong kedondong bangkrut dan tidak bisa membeli kedondong 1 bulan lagi sesuai perjanjian. • Kontrak futures dilakukan melalui perantara pasar modal. Dalam hal ini, exchanges melalui clearing house adalah counter party dari setiap transaksi. Jadi kalau A mau membeli kontrak futures, A tidak bertransaksi langsung dengan pihak yang mengambil posisi bersebrangan. A yang memiliki kedondong tidak bertransaksi langsung dengan pemborong, tetapi melalui pihak ketiga (the exchange). Karena hal ini, resiko salah satu pihak gagal memenuhi kewajibannya menjadi sangat kecil, karena adanya sistem margin yang dimonitor setiap hari. Sebagai pihak ketiga, exchange meminta kedua pihak untuk menaruh sekian persen (%) dari nilai transaksi sebagai jaminan. Liquidity risks: 41 • Pemegang kontrak forward tidak mudah mencari orang lain yang mau menggantikan posisinya (menjual kontrak itu ke orang lain dengan harga yang wajar). • Pemegang kontrak futures bisa dengan mudah membatalkan kontraknya dengan cara membeli tipe kontrak yang bersebrangan di exchange. Contoh: Kalau tadinya A memasuki kontrak long futures, Ia dapat memasuki kontrak short futures beberapa hari kemudian untuk menetralisir posisinya. Harga/Nilai Kontrak: Kalau akan memasuki kontrak forward dengan pihak lain, pertanyaan yang muncul adalah berapakah harga forward yang wajar — berapa harga yang harus dibayar pemborong kedondong 1 bulan lagi? Misal hari ini harga kedondong di pasaran Rp2000, apakah pemborong harus membayar Rp2000 juga 1 bulan lagi? Berapa harga forward yang wajar tergantung oleh beberapa hal berikut ini (dan beberapa hal lain) : • harga kedondong sekarang (S0) • biaya untuk menyimpan kedondong sampai satu bulan lagi (U). • pemasukan lain yang mungkin didapat A karena menyimpan kedondong sampai 1 bulan lagi (Y). • “bunga bank” untuk jangka waktu 1 bulan ke depan (r). • waktu sampai jatuh tempo (T) Bunga bank masuk dalam hitungan karena waktu sesungguhnya adalah komoditas uang. Uang 100 rupiah hari ini sama dengan uang 100 (1 + r ) 1 bulan lagi dengan pasti, tinggal menaruhnya di Bank. Kalau aset yang diforward-kontrakan adalah aset finansial, maka nilainya sedikit berbeda tapi konsepnya sama. Untuk aset finansial, biaya penyimpanan dapat dikatakan nol. Sumber pendapatan biasanya dalam bentuk dividen (d = dividen yield), karena dividen yield biasanya dihitung dalam bentuk persen (%)dari nilai saham per tahun. 42 Seiring waktu, nilai dari kontrak forward dapat naik dan turun karena harga kedondong di pasaran berubah, bunga bank berubah, dan sisa waktu ke jatuh tempo berkurang. Bagi pihak yang mengambil posisi Long (dalam hal ini pemborong kedondong), Ia akan membukukan untung rugi sebesar (Ft F0 ) . Sebaliknya untuk yang mengambil posisi short (A), Ia akan membukukan untung (F0 Ft ) . Ada faktor lain yang mempengaruhi forward price (F) yaitu : • Premium resiko salah satu pihak gagal memenuhi kewajibannya. Forward: Kalau A akan bertransaksi sama pemborong yang sering gagal bayar, tentu dia akan meminta harga (Ft) yang lebih mahal lagi dari yang dirumuskan di atas. Futures: Premium ini dapat dikatakan tidak ada. Kecuali sistem margin gagal. Sampai saat ini, sistem margin terbukti jarang sekali gagal. • Aliran dana dari pembukuan untung rugi. Forward: karena untung rugi ditentukan dan uang ditransfer di akhir jatuh tempo, maka hal ini tidak ada efeknya. Futures: karena untung rugi dibukukan dan uang ditransfer setiap hari, maka nilai dari kontrak futures juga harus memperhitungkan fakta ini. Contoh: Karena suatu hal, harga kedondong selalu naik kalau bunga bank naik dan selalu turun kalau bunga bank turun. Orang yang memasuki long kontrak futures akan untung kalau harga kedondong naik dan rugi kalau harga kedondong turun. Dalam kasus ini, ia juga akan untung kalau bunga bank naik dan rugi kalau bunga bank turun. Ia akan mendapatkan transfer uang di saat bunga bank naik dan harus mentransfer uang di saat bunga bank turun. Efeknya adalah saat Ia memperoleh uang maka akan selalu dapat menaruh uang di bank dengan bunga tinggi, dan saat Ia harus mentransfer uang karena rugi dapat meminjam di bank dengan bunga rendah. Dalam hal ini Ia 43 diuntungkan. Nilai dari kontrak futures akan lebih tinggi dari, kontrak Forward. Margin Call: • Pemegang kontrak futures beresiko terkena margin call. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, margin adalah sebuah jaminan sebesar x% dari nilai transaksi yang harus disimpan di exchange (tentu melalui broker masing-masing). Contoh: Jika tiba-tiba harga kedondong 2 hari lagi (belum jatuh tempo) naik jadi Rp2500, A yang mengambil posisi short akan rugi dan harus mentransfer uang. Pertama-tama, uangnya yang disimpan sebagai margin akan ditransfer dulu. Bila masih kurang, A akan dihubungi oleh exchange untuk memintanya menambah margin/uang jaminan. • Bagaimana bila A ternyata tidak memiliki dana untuk menambah uang jaminan, maka kontraknya akan ditutup secara paksa. Dapat dibayangkan jika ada skenario di mana harga kedondong yang awalnya Rp2000 naik menjadi 2500 2 hari lagi, dan turun menjadi 1500 1 bulan lagi. Bila A tidak bisa memenuhi margin call di level 2500, dia akan rugi walaupun sebenarnya satu bulan lagi harga kedondong jatuh ke 1500. Bila dia memasuki kontrak forward, dia tidak perlu tahu berapa harga kedondong antara hari ini dan 1 bulan lagi, yang penting adalah harga 1 bulan lagi. 5. Opsi (Options) Opsi adalah suatu kontrak berupa hak tapi bukan suatu kewajiban bagi pembeli kontrak untuk membeli atau menjual suatu aset tertentu kepada penjual kontrak dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau disepakati. Sebagai salah satu instrumen turunan atau derivatif di pasar modal, ada beberapa aset yang dapat melandasi opsi tersebut, yaitu saham, obligasi, mata uang, dan juga komoditi. 6. Opsi Saham (Stock Options) 44 Opsi saham adalah suatu kontrak yang menggunakan saham sebagai aset landasan (underlying). Opsi saham merupakan instrumen turunan atau derivatif karena nilainya diturunkan dari nilai dan karakteristik aset yang melandasinya. Opsi saham mulai diperdagangkan di Inggris pada abad ke 18 dan di Amerika Serikat pada abad ke 14, walaupun ketika itu belum ada standar dan bentuk opsi, serta belum diatur secara organisasi seperti bursa efek yang dikenal dewasa ini. Pada tahun 1973, Chicago of Options Exchange (CBOE) mulai dengan 16 jenis saham sebagai dasar perdagangan opsi dengan seperangkat ketentuan dalam melakukan perdagangan. Walaupun ada beberapa modifikasi penyesuaian terhadap dimensi teknologi, namun konsep opsi CBOE dipandang sebagai acuan dasar pengembangan perdagangan di beberapa bursa efek sejak dekade 1980-an sampai sekarang. Perbedaan antara opsi saham dan saham biasa terletak pada kontrak antara pembeli dan penjual. Pembeli akan membayar dalam suatu harga untuk memenuhi hak-hak tertentu dan penjual akan memberikan haknya sebagai imbalan dari harga tersebut. Tidak seperti saham biasa, jumlah opsi yang beredar tergantung pada jumlah pembeli dan penjual yang tertarik untuk menerima dan mengkonversikan haknya. 7. Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities) Efek Beragun Aset adalah Efek yang diterbitkan oleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan kartu kredit, tagihan yang timbul di kemudian hari (future receivables), pemberian kredit termasuk kredit pemilikan rumah atau apartemen, Efek bersifat hutang yang dijamin oleh Pemerintah, Sarana Peningkatan Kredit (Credit Enhancement)/Arus Kas (Cash Flow), serta aset keuangan setara dan aset keuangan lain yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut. 8. Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) adalah kontrak antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang mengikat pemegang 45 Efek Beragun Aset dimana Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan Penitipan Kolektif. 2.1.5. MEKANISME PERDAGANGAN 1. Umum Melakukan transaksi di pasar modal tidak ada bedanya dengan bertransaksi di pasar-pasar komoditas lainnya. Transaksi akan terjadi apabila ada penjual dan pembeli yang menemukan titik temu dari harga yang diminta dan yang ditawarkan. Misalnya saja, B ingin memiliki saham A. Tahun ini perusahaan A mengalami penjualan yang cukup tinggi dan membukukan laba yang cukup mengesankan. Hal yang perlu dilakukan B adalah pergi menghubungi perusahaan investasi dan meminta layanan broker perusahaan tersebut untuk membantunya. Berikut ini adalah urutan-urutan yang bisa B ikuti: a. B sebagai klien membuka opening account di Perusahaan Efek yang dipercaya untuk mengelola dana. b. Perusahaan Efek mencatat nama B dalam file customer perusahaan dan menyimpannya sebagai data perusahaan. c. Jika B ingin melakukan transaksi (beli atau jual), B cukup menghubungi broker dan beritahukan saham yang diinginkan, jumlah, beserta harganya. d. Broker, yang selanjutnya akan bertindak sebagai sales person, akan meneruskan order yang B lakukan (baik beli maupun jual) pada dealer di perusahaan investasi tersebut. e. Dealer akan menghubungi floor trader atau petugas di bursa untuk memasukkan order yang diinginkan. f. Saat order (misalnya order beli) yang B berikan cocok dengan order jual yang ada, maka transaksi berhasil terjadi (done). g. Floor trader akan mengkonfirmasi transaksi yang telah terjadi kepada dealer perusahaan investasi yang selanjutnya akan meneruskannya kepada broker. Broker akan memberitahukan informasi tersebut kepada B. 46 h. Perusahaan investasi akan mengirimkan konfirmasi kepada B yang berisikan detail dari transaksi yang telah terjadi beserta komisi yang harus B berikan atas jasa broker. i. Uang yang harus B berikan apabila melakukan transaksi beli biasanya empat hari setelah transaksi (T+4) dan uang yang akan B terima jika melakukan transaksi jual adalah dalam kurun waktu T + 6 atau enam hari setelah transaksi. 2. Derivatif a. Bukti Right Hampir semua peraturan perdagangan Bukti Right mengikuti prosedur perdagangan Saham.Pada tanggal pelaksanaan, investor membayarkan sejumlah dana ke emiten melalui Perusahaan Efek, dan sebagai imbalannya, mereka akan menerima sejumlah Saham baru. b. Waran (Warrant) Pemegang Waran dapat menukarkan Waran yang dimilikinya menjadi saham biasa dengan membayarkan sejumlah dana ke emiten melalui Perusahaan Efek. Seperti halnya perdagangan Bukti Right, hampir semua peraturan perdagangan Waran, mengikuti prosedur perdagangan Saham. c. Kontrak Berjangka Indeks Saham (KBIE-LQ 45) 1) Fasilitas Perdagangan (a) Periode perdagangan di BES sama dengan periode perdagangan saham di BEJ, yang berdasarkan sistem “tawar menawar” secara elektronik yang beroperasi secara terus menerus selama jam perdagangan. (b) Perdagangan didukung oleh sistem yang disebut “Futures Automated Trading System (FATS)”, dan dapat dilakukan dari kantor masing-masing Perusahaan Efek, serta didukung oleh sistem Risk Monitoring On Line (RMOL). RMOL ini adalah sistem pelaporan secara langsung, yang memungkinkan investor memonitor posisi kontrak yang masih terbuka serta saldo akhir dari modal investor. 47 2) Jenis Kontrak: (a) Kontrak Bulanan, adalah tipe kontrak yang jatuh tempo pada hari Bursa terakhir bulan bersangkutan (b) Kontrak Dua Bulanan, adalah tipe kontrak yang jatuh tempo pada hari Bursa terakhir bulan berikutnya setelah kontrak bulanan (c) Kontrak Kuartal, adalah tipe kontrak yang jatuh tempo pada kuartal terdekat setelah kontrak dua bulanan Seperti juga halnya dengan investasi di saham, Investor juga harus membuka rekening di Perusahaan Efek. Untuk setiap kontrak, Investor harus menempatkan setoran (margin) awal sejumlah Rp. 3 juta per kontrak. Order dari Investor kemudian akan dimasukkan ke dalam sistem FATS oleh “trader” untuk diproses lebih lanjut. Yang membedakan adalah penyelesaian dalam T+1, bukan T+3 seperti yang berlaku di perdagangan saham di BEJ. 3) Spesifikasi Kontrak Berjangka Indeks LQ45: (a) Indeks LQ45 dijadikan sebagai dasar atau “underlying” yang dihitung dan diterbitkan oleh Bursa Efek Jakarta. (b) Setiap indeks poin dikonversikan ke dalam mata uang dengan menggunakan “multiplier”, yang saat ini besarnya Rp. 500,000 untuk setiap poinnya. (c) Penyelesaian secara tunai (cash settlement) (d) Penyelesaian T+1 (e) Mekanisme “matching” yang digunakan untuk mempertemukan order adalah berdasarkan prioritas harga dan prioritas waktu. (f) Hari perdagangan terakhir adalah hari bursa terakhir pada bulan kontrak. (g) Margin awal adalah Rp. 3 juta per kontrak terbuka. Biaya per kontrak saat ini adalah Rp. 50,000 belum termasuk PPN. Pasar dalam bursa ini kemudian dianalisis guna mengetahui kecenderungan dan pola-polanya serta meramalkan bentuknya. Ada berbagai cara pandang ketika ingin menganalisa pasar. Cara-cara tersebut bisa dikategorikan sebagai berikut: 48 a. Technical Analysis (Analisa Teknis) Berlandaskan pada informasi yang bersumber dari pasar itu sendiri: harga dan volume transaksi. Dengan analisa teknik maka dapat melihat sentimen para pemain pasar dalam jangka pendek. Banyak metode-metode analisa teknikal: dari candlestick patterns, berbagai indikator seperti MACD, RSI, berbagai geometric patterns seperti W, M, segitiga, dan sebagainya. Isu utama yang perlu dijawab sebelum mengartikan dan menggunakannya adalah memahami konteks kemunculan patterns-patterns tersebut. Contoh sederhana: jika mengetahui candlestick, tentu dapat mengetahui Doji yang mampu memprediksi trend sudah terbentuk sebelum kemunculan Doji atau bagaimana kondisi pasar keseluruhan di hari itu. Analisa teknis secara modern kemudian berkembang menjadi suatu pemodelan yang dalam hal ini akan dibahas salah satu pemodelan dalam forward rates. b. Fundamental Analysis (Analisa Fundamental) Melalui analisa fundamental dapat diketahui apakah profitibilitas perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan. Pengetahuan ini dapat dimulai dari industri di mana perusahaan itu beroperasi sedang berkembang, keunggulan kompetitif dibanding saingan-saingannya, laporan keuangannya, serta kemungkinan-kemungkinan akuisi suatu perusahaan oleh perusahaan lainnya.Efek dari analisa fundamental akan terasa di jangka menengah dan jangka panjang. c. Strategic Analysis (Analisa Strategis) Hal yang ditekankan dalam hal ini adalah melihat trend-trend ekonomi, sosial, politik, dan demografis dari suatu daerah, negara, kawasan, dan dunia. Pasar modal tidak hidup sendiri, tapi saling terkait dengan sendi-sendi lain suatu peradaban. Contoh pertanyaan-pertanyaan berikut termasuk bagian analisa strategis: Apa yang akan terjadi jika Cina menginvasi Taiwan? Apa efeknya ke pasar Hong Kong, Taiwan, Singapura, Jepang ? Apa yang akan terjadi dengan Yuan, Hong Kong Dollar, Yen, Emas, Euro? Apa efek dari trend outsourcing ke India? Apa efeknya jika rating SBY-JK turun drastis. Apa efeknya jika SBY terpilih kembali. 2.2. Sifat Stokastik dalam Menganalisis Pasar secara Teknis 49 Fisika mengambil analisis teknis dengan menggunakan data pasar maka dirumuskan model yang sesuai guna meramalkan perilaku pasar. Dalam perjalanannya teori-teori kuantum yang ada di fisika ternyata ketika diaplikasikan dalam eknomi. Metode utama yang digunakan dalam ekonofisika adalah mekanika, terutama mekanika statistik yaitu menerapkan metode statistika pada mekanika dengan tujuan menjelaskan perilaku sistem pada level makroskopis dengan mempelajari sifat-sifat statistik mikroskopis dari sistem tersebut. Keuntungan penerapan mekanika statistika pada masalah ekonomi adalah kemampuan konsep-konsep seperti stokastik dinamik, korelasi jangka pendek, korelasi jangka panjang, self-similarity, dan scaling dalam membantu pemahaman perilaku makroskopis sistem ekonomi tanpa harus mengerti secara detail perilaku mikroskopis sistem tersebut. Dalam ilmu ekonomi penerapan mekanika statistika merambah semua pemodelan mikroekonomi maupun makroekonomi, terlebih pada masalah keuangan dan turunannya. 2.2.1.Proses Stokastik Awalanya Teori peluang muncul sebagai jawaban terhadap masalah judi. Masalah utama yang dihadapi oleh teori peluang adalah bagaimana memahami perilaku kejadian atau data yang bersifat acak. Bangunan utama teori peluang meliputi: variabel acak dan peluang munculnya kejadian acak tersebut. Variabel acak /random didefinisikan sebagai pemetaan X dari ruang sampel menjadi bilangan riil antara [0,1], secara matematis ditulis X : :; < (2.1) dengan Y adalah ruang sampel yang menyatakan himpunan semua kejadian yang mungkin muncul dan Z adalah bilangan real antara [0,1]. Konsep variabel acak ini amat penting dalam model ekonomi untuk menggambarkan kejadian-kejadian yang kemunculannya lebih bersifat acak. 50 Nilai yang muncul dari pemetaan di atas disebut peluang munculnya kejadian di Y. Sedangkan distribusi peluang menghimpun penjumlahan sejumlah tertentu peluang yang akan muncul yang didefinisikan sebagai : F ( x ) = Pr ( X x) (2.2) Distribusi peluang yang amat populer dan sering dijadikan model dalam kejadian ekonomi maupun fisika adalah distribusi normal(Gaussian). Untuk distribusi dengan rata-rata [ dan variansi \2 biasa disingkat N([,\2) adalah: f (x ) = 1 2 exp ( x µ )2 2 2 (2.3) distribusi normal merupakan bentuk distribusi yang memiliki sifat simetri, artinya besar peluang untuk kejadian yang lebih besar dari rata-rata dan besar peluang untuk munculnya kejadian yang lebih kecil dari rata-rata memiliki nilai sama besar. Dan besarnya peluang di sekitar nilai rata-rata adalah lebih besar dibanding kejadian lain serta kejadian yang jauh dari nilai rata-rata memiliki peluang yang mendekati nol, distribusi normal memiliki ekor yang kurus. Namun dalam model ekonomi banyak kejadian kurang realistis dimodelkan dalam bentuk distribusi normal dan lebih cocok dimodelkan dengan distribusi yang bersifat asimetri, misalnya distribusi log-normal. Distribusi log-normal diperoleh dari distribusi normal dengan mengganti x=lny dan ==ln y0, sehingga diperoleh: f LN ( x ) dy = 1 2 exp y ln y0 2 2 2 dy y (2.4) Proses stokastik menghubungkan antara variabel random X dengan indek parameter T, yang biasa ditulis ( X t )t T . Jika T=N maka disebut proses stokastik waktu diskrit dan untuk T=R disebut proses stokastik waktu kontinu. Dua bentuk 51 proses stokastik yang sering digunakan dalam ekonofisika adalah Martingales dan Proses Markov. Martingales Martingales merupakan proses stokastik {Xn; n = 0,1,…} yang bersifat: E[ X n ] < 0 [ (2.5) ] E X n +1 X 0 , X 1 ,. . . X n = X n (2.6) Untuk n=0,1,2 . . . . definisi Martingales di atas bisa dianalogikan dengan model permainan adil, yaitu keberuntungan rata-rata pada permainan selanjutnya adalah keberuntungan saat ini dan tidak dipengaruhi oleh sejarah sebelumnya. Dalam pasar keuangan, martingales ini menjadi model untuk hipotesa pasar efisien. Hipotesa pasar efisien menyatakan bahwa fluktuasi harga tidak bisa diprediksi berdasarkan nilai sebelumnya, mirip dengan percobaan melempar dadu. Hipotesa pasar efisien ini kali pertama dirumuskan oleh Samuelson pada tahun 1965. Proses Markov Proses Markov menyatakan bahwa peluang munculnya kejadian yang akan datang tidak dipengaruhi oleh kejadian sebelumnya dan hanya dipengaruhi oleh kejadian saat ini. Secara matematis hal ini ditulis : { } { } Pr a < X t < b X t1 = x1 , .... , X tn = x n = Pr a < X t < b X tn = x n (2.7) Untuk t1 < ..... < t n < t Berbeda dengan hipotesa pasar efisien, kejadian dalam Proses Markov masih dipengaruhi oleh kejadian sebelumnya. Kaklulus Ito 52 Persamaan diferensial tidak hanya berlaku pada model yang determinisitik tapi juga berlaku pada model yang bersifat stokastik yang dikenal dengan persamaan diferensial stokastik. Rumusan Ito (Lema Ito) merupakan salah satu rumusan untuk menyelesaikan persamaan diferensial stokastik dalam model tertentu Lemma dX t = Ito. t Misalkan X adalah proses stokastik yang memenuhi dWt + µ t dt dan f adalah fungsi kontinu yang terdefinisikan dua kali, maka Yt = f ( X t ) juga proses stokastik dan berlaku : dYt = ( t f ' ( X t ))dWt + µ t f ' ( X t ) + 1 2 2 t f ' ' ( X t ) dt (2.8) Salah satu penerapan Lemma Ito ini adalah pada model Black-Scholes dan model jalam acak yang merupakan salah satu bentuk persamaan diferensial stokastik. Jalan Acak (random walk) Jalan acak merupakan salah satiu bentuk dasar dari proses stokastik dan Proses Markov yang menjadi dasar pengembangan Gerak Brown dan Gerak Brown Geometri. Model deterministik terlalu sukar untuk memodelkan perilaku ekonomi, dengan demikian dibutuhkan model stokastik. Jalan acak merupakan salah satu model yang bagus dan sederhana dari model stokastik, misalnya model ini mampu menampilkan aspe probabilistik terhadap perubahan harga. Jalan acak dapat diasumsikan sebagai sebagai orang yang sedang berjalan secara acak pada arah yang acak dengan syarat panjang tiap langkah sama. Salah satu asumsi jalan acak adalah memiliki jarak langkah yang konstan dan memiliki peluang untuk menentukan arah jalan sesuai dengan distribusi seragam. Sebagai gambaran, pada model jalan acak 1-dimensi akan muncul 3 peluang yaitu: tetap pada posisinya, berjalan ke kiri atau berjalan ke kanan yang secara matematis dapat ditulis: Pr {X n +1 = i + 1 X n = i} = pi Pr {X n +1 = i 1 X n = i} = qi (2.9) (2.10) 53 Pr {X n +1 = i X n = i} = ri (2.11) Peluang yang muncul dalam jalan acak bisa diasumsikan pada data perdagangan saham, misalnya pi menyatakan nilai naik saham, qi menyatakan peluang turun saham dan ri menyatakan tetap pada posisi semula. Gambar 2.1. contoh jalan acak yang merekam perjalanan sampai 100 langkah Gerak Brown Gerak Brown merupakan proses stokastik {X (t ); t 0} dan merupakan pengembangan lebih lanjut dari jalan acak, yang memiliki sifat: - nilai X (t + s ) X (s ) memiliki distribusi normal dengan nilai rata-rata 0 dan variansi - 2 t untuk interval yang terpisah [t1 , t 2 ], [t 3 , t 4 ] maka nilai X (4) X (3) dan X (2) X (1) merupakan variabel acak bebas dan memiliki distribusi seperti (i) - X (0) = 0 Model sederhana untuk gerak brown misalnya µ menyatakan drift dan S (t ) = X (t ) + µt dengan menyatakan faktor pengganggu. 54 Gambar 2.3. Gerak Brown dengan X0=0, µ = 1 dan = 0,25 Variasi Gerak Brown Untuk model gerak brown dengan bentuk eksponensial disebut Gerak Brown Geometri misalnya: Y (t ) = e X (t ) (2.12) Y (t ) = exp ( X (t ) + µ t ) (2.13) atau Model dasar Grak Brown ini menjadi kandidat yang realistis untuk model pergerakan harga saham yang selanjutnya akan menghasilkan berbagai macam modifikasi Gerak Brown. Salah satu alasan yang membuat Gerak Brown ini cukup realistis adalah kemampuan menampilkan pola self similarity dan ketidakmulusan grafik deret waktu Distribusi Non Gauss Teorema Limit Pusat Distribusi peluang merupakan salah satu perangkat penting dalam model statistika, keberadaannya memberikan gambaran secara menyeluruh bagaimana perilaku data misalnya terhadap seberapa besar peluang ia akan muncul dalam suatu kejadian. Tentu saja, konsep tentang distribusi peluang adalah konsep 55 abstraksi murni matematis yang digunakan untuk menjamin keberadaan sifat-sifat dari data, atau gambaran ideal. Distribusi peluang yang paling banyak digunakan dalam pemodelan yang bersifat stokastik adalah distribusi normal. Masalah yang muncul adalah bagaimana bentuk distribusi dari penjumlahan data acak yang memiliki sebuah distribusi tertentu?. Ternyata ketika jumlah data yang dilibatkan dalam penjumlahan mendekati tak hingga maka distribusi dari penjumlahan data tersebut mengikuti distribusi normal, ini yang kemudian dikenal sebagai Teorema Limit Pusat (TMP) Distribusi dengan sifat bahwa setiap penjumlahan data acak memiliki distribusi yang sama dengan distribusi semula di sebut distribusi stabil. Jika salah satu syarat untuk terjadinya Teorema Limit Pusat dihilangkan (memiliki distribusi dengan moment kedua tak hingga) maka bisa kita peroleh bentuk distribusi yang tidak memenuhi TLP, misalnya distribusi Cauchy p( x) = a 1 a + b2 (2.14) 2 Dengan menggunakan transformasi Fourier diperoleh fungsi karakteristik (q ) = e s q (2.15) Dan untuk penjumlahan variabel acak S n = x1 + . .. + x n (2.16) Diperoleh fungsi karakteristik (q ) = [ (q )]n (2.17) Melalui balikan transformasi Fourier diperoleh: Pn ( S n ) = na (na ) 1 2 + b2 (2.18) 56 Dengan kata lain distribusi Cauchy merupakan distribusi stabil. Sedangkan untuk distribusi normal (gaussian) juga membentuk distribusi stabil, dengan fungsi karakteristik (q ) = e Dengan a = s q (2.19) 2 2 untuk distribusi peluang: P ( x) = 2 1 e 2 2 2 (2.20) Secara umum fungsi karakteristik untuk distribusi stabil ditemukan oleh Levy dan Khintchine dengan rumusan: $ !iµq a q 1 i& ! ln = # ! iµq a q 1 + i& ! " q tan q 2 q 2 ln q, q %1 (2.21) =1 Namun perumusan fungsi karakteristik yang ditemukan oleh Levy dan Khhintchine ini tidak mampu menjawab pertanyaan sebaliknya yaitu pada bentuk distribusi p(1) apakah sedemikian sehingga distribusi peluang dari jumlah variabel acaknya konvergen ke fungsi karakteristik umum (q ) jika N mendekati tak hingga. Distribusi Levy Simetri PL ( x ) ~ x (1+ ) (2.22) Selain untuk menunjukkan sifat power-law juga menunjukkan ketakhinggaan momen ke dua (variansi tak hingga) dengan kata lain distribusi levy simetri merupakan kelompok distribusi normal stabil dan juga merupakan contoh distribusi yang tidak memenuhi syarat TLP (vaian hingga) tetapi memenuhi akibat TLP Salah satu cara agar Distribusi Levy Simetri memenuhi syarat TLP maka langkah yang paling logis adalah membatasi varian tak hingga menjadi varian 57 hingga yang itu dengan membuat interval terbatas, jika hal ini terjadi maka akan terbentuk distribusi Levy terpotong/LT (Truncated Levy Flight) yang didefinisikan sebagai : 0, x > l $ ! P( x ) = #cPL ( x ) , l < x < l ! 0, c < l " (2.23) Dengan pembatasan selang yang berakibat pada variansi hingga (terbatas) menjadikan LT memenuhi TLP, akibatnya penjumlahan dari variabel acak LT akan konvergen menuju distribusi normal. Otokorelasi Otokorelasi Biasa Fungsi korelasi yang ada dalam statisitka digunakan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara satu kelompok data dengan satu kelompok data lainnya. Dalam pasar saham atau keuangan, hal yang penting adalah mengetahui apakah perubahan nilai pada harga saham atau keuangan tertentu dipengaruhi oleh nilai data tersebut pada waktu sebelumnya. Untuk menjawab hal ini dikembangkan fungsi otokorelasi yang merupakan langkah lanjut dari fungsi korelasi. Fungsi otokorelasi selain berguna untuk melihat apakah perilaku suatu data pada waktu tertentu dipengaruhi oleh data pada waktu sebelumnya, juga berguna untuk mengetahui apakah suatu data memiliki perilaku acak atau tidak. Hal ini penting untuk menjamin bahwa proses peramalan bisa dijalankan, sangat mustahil melakukan peramalan jika data menunjukkan perilaku acak. Fungsi korelasi untuk data acak y1 , y 2 , .. ., y N didefinisikan sebagai berikut : N k rk = ' (y i =1 i y )(y N k ' (y i =1 i y i+k y ) ) (2.24) 2 dengan nilai 0 < nk < 1 58 untuk nilai mendekati nol menunjukkan bahwa data tidak memiliki hubungan dengan data sebelumnya atau data bersifat random. Analisa R/S Merupakan pengembangan lebih lanjut dari fungsi otokorelasi. Jika pada otokorelasi biasa menggunakan data sebagai suatu kesatuan waktu terurut, sedangkan pada analisa R/S (sebutan untuk Eksponen Hurst) data dipecah menjadi beberapa bagian, dan analisis R/S dilakukan terhadap masing –masing data yang terpecah. Misalkan kita memiliki data terurutu Y1 Y2 , ... , YN data ini kemudian dipecah menjadi beberapa bagian dengan panjang sama, dengan masing-masing bagian terdiri y1, y2, ……yN dan X (t , n ) = ' (y t t y n i R(n ) = maks X (t , n ) S (n ) = n ( 1 ' yt n i =1 ) (2.25) min X (t , n ) 2 y n ) (2.26) 1 2 (2.27) Eksponen Hurst diperoleh melalui perbandingan antara nilai R dan S yang memenuhi: R n = 2 S N Dengan H sebagai eksponen Hurst. Secara umum 0 (2.28) H 1 , nilai H memberi informasi apakah suatu data memiliki kecenderungan untuk bertahan pada suatu trend atau tidak. Perilaku data terhadap trend memberi informasi lain terhadap hubungan masing-masing dalam data tersebut. 59 ARCH Model ini merupakan perangkat otoregresi yang mengasumsikan bahwa nilai variansi dari data deret waktu tidak konstan. Hal ini berguna dalam keuangan atau saham sebagai model volatilitas. Lebih jauh model otoregresi memungkinkan peramalan terhadap nilai volatillitas ARCH merupakan fungsi otoregresi yang mengasumsikan bahwa variansi berubah terhadap waktu dan nilai variansi ini dipengaruhi oleh sejumlah data sebelumnya, ide dibalik ini seperti dalam model autoregresi biasa (AR) dan pergerakan rata-rata(MA), yaitu untuk melihat hubungan variabel acak sebelumnya.Secara sederhana ARCH dibangun sebagai berikut: Misalkan X1, X2, ….XT data acak terurut, dan Ft adalah himpunan data acak terurut hingga saat t, maka ARCH dengan derajat q terhadap Xt adalah X t Ft 1 ~ N (0, ht ) Dengan ht = a0 + a1 X 2 + ... + a q X 2 t (2.29) (2.30) q GARCH Merupakan perkembangan lebih lanjut dari ARCH yang hanya melihat hubungan antara variansi kesalahan terhadap beberapa nilai variabel acak, dengan menambahkan bahwa variabel kesalahan juga bergantung pada beberapa variabel kesalahan data acak sebelumnya. Sehingga untuk model GARCH dengan derajat p dan q adalah X t Ft 1 ~ N (0, ht ) Dengan ht = a0 + a1 X 2 t 1 + ... + a q X 2 t q & + 1 ht 1 + .... + & pht (2.31) p (2.32) Sehingga untuk GARCH (1,) diperoleh X t I Ft 1 ~ N (0, ht ) (2.33) Dengan 60 ht = a 0 + a1 X 2 t 1 & +1 ht (2.34) 1 2.3 Model Pasar Keuangan Model Black Scholes Model Blask-Sholes merupakan model Matematis untuk menentukan nilai (harga) option yang adil (wajar), C(Y,t) sehingga tidak mengalami kerugian. Untuk mempermudah pemodelan dan perhitungan, model Black-Scholes membatasi permasalahan dengan mengemukakan beberapa asumsi yaitu: - memenuhi hipotesa pasar efisien - pergerakan harga mengikuti gerak brown geometri dengan drift dan volatilitas konstan - tidak terjadi tindakan arbitrase - tidak ada biaya transaksi - perdagangan berlangsung kontinu - tingkat suku bunga adalah konstan untuk pergerakan harga Y(t) mengikuti gerak Brown geometri ditulis secara matematis dY = µYdt + Y dW (2.35) Dan option (opsi) C(Y,t) sebagai fungsi dari Y maka menurut Lemma Ito diperoleh: dC (C 1 ( 2 C + dC = µY + dY (t 2 (Y 2 2 Y 2 dt + (C YdW (Y (2.36) Sedangkan nilai portofolio yang digunakan untuk meminimalkan resiko terhadap option yang dijual pada saat t adalah )= (C Y (Y C (2.37) Sehingga perubahan portofolio pada selang *t : 61 *) = (C *Y (Y *C (2.38) Dengan melakukan substitusi dari model pergerakan harga gerak brown geometri dan nilai option diperoleh *) = 1 ( 2C 2 (Y 2 2 Y2 (C *t (t (2.38) Dengan tidak terjadinya tidakan arbitrase maka perubahan nilai portofolio akan sama dengan pendapatan pada investasi atau *) = r ) *t (2.39) Sehingga diperoleh persamaan Black-Sholes: rC = (C (C 1 ( 2 C + rY + (t (Y 2 (Y 2 2 Y2 (2.40) Solusi dari persamaan diatas dikenal sebagai rumusan Black-Scholes Model Blask-Shcoles merupakan bentuk awal dari upaya memodelkan sistem keuangan modern. Meski asumsi yang dikemukakan sulit ditemui dari kejadian yang sebenarnya namun memberikan insipirasi bahwa model pasar keuangan dengan sifat stokastik dan tingkat transaksi serta perubahan yang tinggi mampu untuk dimodelkan dengan persamaan diferensial. Masalah yang ditinggalkan oleh Black-Scholes adalah bagaimana memasukkan unsur volatilitas serta arbitrase atau drift yang tidak konstan. Model Turbulensi Tidak seperti Model Black-Sholes yang memulai pemodelan berdasarkan sifat-sifat pasar keuangan, pada model turbulensi metode beberapa sifat yang berlaku dalam fisika dicari kecocokannya dengan yang terjadi di pasar keuangan. Misalnya unsur energi pada fisika memiliki kecocokan dengan unsur informasi dalam keuangan 62 Dalam pemodelan Turbulensi dikenal Bilangan Reynold (Re) yang berfungsi sebagai skala untuk menandai terjadinya turbulensi berdasarkan viskositas v, kecepatan aliran V, dan diameter pipa L. Turbulensi akan muncul pada Bilangan Reynold tertentu, Bilangan Reynold didefinisikan sebagai berikut: Re = LV v (2.41) Di lain pihak persamaan Navier-Stokes juga memodelkan masalah turbulensi berdasarkan kecepatan vektor V dan tekanan P. Persamaan Navier-Stokes dinyatakan sebagai berikut: ( V (r , t ) + (V (r , t ).+ )V (r , t ) = +P + v+ 2V (r , t ) (t (2.42) Dengan + .V (r , t ) = 0 . Komogorov menemukan hubungan antara rata-rata kuadrat penambahan kecepatan dengan perbedaan posisi jika Bilangan Reynold mendekati tak hingga, hubungan yang diperoleh adalah: [V (k ) ] 2 = [V (r + k ) V (r )] 2 ~k 2 3 (2.43) Persamaan ini digunakan sebagai konsep penskalaan (scaling) pada model turbulensi di fisika dan di pasar keuangan. Salah satu contoh hubungan menarik antara aliran fluida tatkala fluida dan perubahan harga diwakili oleh Nilai indeks S&P 500 dan perubahan kecepatan fluida, ternyata keduanya memiliki model yang hampir sama pada (*t ) ~ (*t )v (2.44) Meski dengan nilai v yang berbeda Model Difusi Model Difusi dalam fisika digunakan untuk memodelkan penyebaran kepadatan suatu kuantitas, pada pasar keuangan hal ini bisa digunakan untuk memodelkan penyebaran nilai fluktuasi suatu data keuangan 63 Model Difusi biasanya memiliki bentuk dasar (P =+2P (t (2.45) Atau dalam bentuk lain: (P( x, t ) , 2 ( 2 P(x, t ) = (t 2 (x 2 (2.46) 64