konsep yang digunakan dalam probabi

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
Sistem finansial dapat dideskripsikan melalui fisika khususnya konsepkonsep yang digunakan dalam probabilitas, fenomena kritis dan pengembangan
turbulensi fluida. Konsep-konsep ini kemudian diterapkan pada deret waktu
finansial sehingga dapat mengetahui perilaku pasar. Disamping itu ada pula suatu
model stokastik baru yang diperoleh dengan observasi pada data statistik, ataupun
memodelkan dari bahasan fisika yang sudah mapan untuk diterapkan dalam data
finansial. Sebelum membahas mengenai pemodelan finansial melalui bahasan
fisika yang sudah mapan terlbih dahulu perlu untuk mengetahui mengenai
finansial khususnya pasar modal
2.1. Sekilas Pasar Modal
2.1.1. Definisi Umum
1.
Pengertian Pasar Modal
Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan perdagangan Efek (aset), Perusahaan Publik yang berkaitan dengan
Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
Efek.
2.
Lembaga Penunjang Pasar Modal
a.
Bursa Efek
Bursa Efek adalah Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem
dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek PihakPihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara mereka.
Pengertian ini mencakup pula sistem dan atau sarana untuk mempertemukan
penawaran jual dan beli Efek, meskipun sistem dan atau sarana tersebut
tidak mencakup sistem dan atau sarana untuk memperdagangkan Efek.
b.
Biro Administrasi Efek.
13
Biro Administrasi Efek (BAE) adalah pihak yang berdasarkan kontrak
dengan Emiten melaksanakan pencatatan pemilikan Efek dan pembagian
hak yang berkaitan dengan Efek.
c.
Kustodian.
Kustodian adalah Pihak yang memberikan jasa penitipan Efek dan harta lain
yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden,
bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi Efek, dan mewakili
pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. Kegiatan usaha sebagai
Kustodian tersebut dapat diselenggarakan oleh Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian (LPP), Perusahaan Efek, atau Bank Umum yang telah
mendapat persetujuan dari Bapepam.
d.
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
Lembaga
Penyimpanan
dan
Penyelesaian
adalah
Pihak
yang
menyelenggarakan kegiatan Kustodian sentral bagi Bank Kustodian,
Perusahaan Efek, dan Pihak lain. Saat ini dilakukan oleh PT. Kustodian
Sentral Efek Indonesia (KSEI).
e.
Bank Kustodian
Bank Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa Penitipan Kolektif dan
harta lainnya yang berkaitan dengan Efek. Penitipan Kolektif yang
dimaksud disini adalah jasa penitipan atas Efek yang dimiliki bersama oleh
lebih dari satu Pihak yang kepentingannya diwakili oleh Kustodian.
f.
Lembaga Kliring dan Penjaminan.
Lembaga Kliring dan Penjaminan adalah Pihak yang menyelenggarakan jasa
kliring dan penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa, yaitu kontrak yang
dibuat oleh Anggota Bursa Efek, yaitu Perantara Pedagang Efek yang telah
memperoleh izin usaha dari Bapepam dan mempunyai hak untuk
mempergunakan sistem dan atau sarana Bursa Efek menurut peraturan
Bursa Efek, sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh Bursa Efek
mengenai jual beli Efek, pinjam meminjam Efek, atau kontrak lain
14
mengenai Efek atau harga Efek. Saat ini dilakukan oleh PT. Kliring
Penjaminan Efek Indonesia (KPEI).
g.
Wali Amanat.
Wali Amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan Pemegang Efek
bersifat utang. Bank Umum yang akan bertindak sebagi Wali Amanat wajib
terlebih dahulu terdaftar di Bapepam untuk mendapatkan Surat Tanda
Terdaftar sebagai Wali Amanat.
h.
Pemeringkat Efek.
Perusahaan Pemeringkat Efek adalah pihak yang menerbitkan peringkatperingkat bagi surat utang (debt securities), seperti obligasi dan commercial
paper. Sampai saat ini, Bapepam telah memberikan izin usaha kepada dua
Perusahaan Pemeringkat Efek yaitu PT Pefindo dan PT Kasnic Duff &
Phelps Credit Rating Indonesia.
3.
Profesi Penunjang Pasar Modal
a.
Akuntan Publik
Akuntan Publik adalah pihak yang memberikan pendapat atas kewajaran,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha serta arus kas
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Akuntan yang
melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal wajib terlebih dahulu terdaftar di
Bapepam untuk mendapatkan Surat Tanda Terdaftar Profesi Penunjang
Pasar Modal untuk Akuntan.
b.
Konsultan Hukum.
Konsultan Hukum yang melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal wajib
terlebih dahulu terdaftar di Bapepam untuk mendapatkan Surat Tanda
Terdaftar Profesi Penunjang Pasar Modal untuk Konsultan Hukum.
c.
Penilai.
Penilai adalah Pihak yang melakukan penilaian terhadap aktiva tetap
perusahaan. Penilai yang melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal wajib
15
terlebih dahulu terdaftar di Bapepam untuk mendapatkan Surat Tanda
Terdaftar Profesi Penunjang Pasar Modal untuk Penilai.
d.
Penasihat Investasi.
Penasihat Investasi adalah Pihak yang memberi nasihat kepada Pihak lain
mengenai penjualan atau pembelian Efek dengan memperoleh imbalan jasa.
e.
Notaris.
Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang membuat Akta Anggaran
Dasar dan Akta Perubahan Anggaran Dasar termasuk pembuatan Perjanjian
Penjaminan Emisi Efek, Perjanjian Antar Penjamin Emisi Efek, Perjanjian
Perwaliamanatan, Perjanjian Agen Penjual dan perjanjian lain yang
diperlukan. Notaris yang melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal wajib
terlebih dahulu terdaftar di Bapepam untuk mendapatkan Surat Tanda
Terdaftar Profesi Penunjang Pasar Modal untuk Notaris.
4.
Pelaku Pasar Modal
a.
Perusahaan Efek.
Perusahaan Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai
Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau Manajer Investasi.
1)
Penjamin Emisi Efek.
Penjamin Emisi Efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan Emiten
untuk melakukan Penawaran Umum bagi kepentingan Emiten dengan atau
tanpa kewajiban untuk membeli sisa Efek yang tidak terjual.
2)
Perantara Pedagang Efek.
Perantara Pedagang Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha jual
beli Efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain.
3)
Manajer Investasi.
Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola
Portofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi
kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana
16
pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b.
Emiten.
Emiten adalah Pihak yang melakukan Penawaran Umum. Sedangkan
Penawaran Umum yang dimaksud disini adalah kegiatan penawaran Efek
yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat
berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-Undang Pasar Modal dan
peraturan pelaksanaannya.
c.
Perusahaan Publik.
Perusahaan Publik adalah Perseroan yang sahamnya telah dimiliki
sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki
modal disetor sekurang-kurangnya Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)
atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
d.
Investor atau Pemodal
Investor adalah pihak yang melakukan kegiatan investasi atau menanamkam
modalnya di pasar modal. Investor yang dikenal di pasar modal terdiri dari
investor perorangan dan kelembagaan.
2.1.2 INSTRUMEN ATAU PRODUK PASAR MODAL
Instrumen atau produk yang diperdagangkan di Pasar Modal disebut
dengan Efek. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan
kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif
dari Efek.
Derivatif dari Efek adalah turunan dari Efek, baik Efek yang bersifat utang
maupun yang bersifat ekuitas, seperti opsi dan waran.
Opsi (opiton) adalah hak yang dimiliki oleh Pihak untuk membeli atau
menjual kepada Pihak lain atas sejumlah Efek pada harga dan dalam waktu
tertentu.
17
Waran" adalah Efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi
hak kepada pemegang Efek untuk memesan saham dari perusahaan tersebut
pada harga tertentu setelah 6 (enam) bulan atau lebih sejak Efek dimaksud
diterbitkan.
Transaksi Bursa adalah kontrak yang dibuat oleh Anggota Bursa Efek sesuai
dengan persyaratan yang ditentukan oleh Bursa Efek mengenai jual beli
Efek, pinjam meminjam Efek atau kontrak lain mengenai Efek atau harga
Efek
5.
Saham (Stocks)
Saham pada dasarnya adalah bukti pemilikan atas suatu perusahaan
berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Setiap unit usaha berbentuk PT wajib
memiliki saham. Anggaran Dasar sebuah PT menetapkan modal dasar
(authorized capital) perusahaan dengan ketentuan tidak boleh lebih kecil
dari Rp 20 juta. Pada saat pengesahan pendirian PT, sekurang-kurangya
25% dari modal dasar, yang ditetapkan dalam anggaran dasar tersebut, telah
disetor penuh. Bukti penyetoran itulah yang disebut saham. Umumnya,
saham-saham itu memiliki nilai nominal yang berfungsi antara lain sebagai
nilai minimum penyetoran dan porsi pemilikan terhadap perusahaan. Jadi,
kalau PT A memiliki 10 juta saham yang telah disetor penuh, dan B
memiliki 10.000 di antaranya, artinya B memiliki klaim sebesar satu per mil
terhadap aktiva dan utang perusahaan. Karakteristik yuridis pemegang
saham, bisa digambarkan dengan tiga kata berikut:
limited risk, berarti pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai
jumlah yang disetorkannya ke dalam perusahaan.
ultimate control, bermakna pemegang sahamlah yang (secara kolektif)
menetapkan tujuan dan arah perusahaan, dan
residual claim, menunjukkan posisi para pemegang saham sebagai orang
terakhir yang mendapat pembagian hasil usaha perusahaan (dalam bentuk
dividen) dan sisa aset dalam likuidasi, yaitu setelah hak-hak para kreditur
terpenuhi semuanya.
18
Peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia mengharuskan semua
saham memiliki hak suara, apalagi pada Perusahaan Publik. Namun, dalam
praktek, karena pemegang saham publik itu jumlahnya bisa ratusan ribu,
pelaksanaan hak suara ini sering dilaksanakan dengan mekanisme proxy.
Dapat dibayangkan bagaimana jadinya bila Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) sebuah perusahaan publik dihadiri ratusan ribu pemegang saham.
Di Amerika Serikat, saham preferen (preferred stock) biasanya tidak
memiliki hak suara. Karena itu, saham preferen di sana umumnya bersifat
kumulatif. Sedangkan untuk saham preferen, dapat meminta bantuan pialang
atau agen untuk membantu menghitung yield-nya.
a.
Saham Biasa (Common Stocks)
Di antara surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, saham
biasa (common stock) adalah yang paling dikenal masyarakat. Di antara
emiten (perusahaan yang menerbitkan surat berharga), saham biasa juga
merupakan yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari
masyarakat. Jadi saham biasa paling menarik, baik bagi pemodal maupun
bagi emiten. Secara sederhana, saham dapat didefinisikan sebagai tanda
penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan.
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut,
jadi sama dengan menabung di bank. Setiap kali menabung, maka akan
mendapat slip yang menjelaskan bahwa telah disetor sejumlah uang. Bila
membeli saham, maka pembeli akan menerima kertas yang menjelaskan
kepemilikannya terhadap perusahaan penerbit saham tersebut.
b.
Saham Preferen (Preferred Stocks)
Saham Preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan
antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap
(seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti
yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa
karena dua hal, yaitu: mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa
tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut; dan
19
membayar dividen. Sedangkan persamaan antara saham preferen dengan
obligasi terletak pada tiga hal: ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya;
dividennya tetap selama masa berlaku (hidup) dari saham; memiliki hak
tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Oleh
karena saham preferen diperdagangkan berdasarkan hasil yang ditawarkan
kepada investor, maka secara praktis saham preferen dipandang sebagai
surat berharga dengan pendapatan tetap dan karena itu akan bersaing dengan
obligasi di pasar. Walaupun demikian, obligasi perusahaan menduduki
tempat yang lebih senior dibanding dengan saham preferen.
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh pemodal dengan
membeli atau memiliki saham:
1)
Devidend ( Dividen)
Yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham
tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan
setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika
seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus
memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu
hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui
sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Umumnya,
dividen merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan
orientasi jangka panjang seperti misalnya pemodal institusi atau dana
pensiun dan lain-lain. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa
dividen tunai - artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen
berupa uang tunai (cash devidend) dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap
saham - atau dapat pula berupa dividen saham (stock devidend) yang berarti
kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga
jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan
adanya pembagian dividen saham tersebut.
2)
Capital Gain.
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital
gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar
20
sekunder. Misalnya seorang pemodal membeli saham ABC dengan harga
per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga per saham Rp
3.500 yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp
500 untuk setiap saham yang dijualnya. Umumnya pemodal dengan
orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain.
Misalnya seorang pemodal membeli saham pada pagi hari dan kemudian
menjualnya lagi pada siang hari jika saham mengalami kenaikan. Saham
dikenal dengan karakteristik high risk - high return. Artinya saham
merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi
namun juga berpotensi risiko tinggi. Saham memungkinkan pemodal untuk
mendapatkan return atau keuntungan (capital gain) dalam jumlah besar
dalam waktu singkat. Namun, seiring dengan berfluktuasinya harga saham,
maka saham juga dapat membuat pemodal mengalami kerugian besar dalam
waktu singkat.
Risiko-risiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya:
(a)
Tidak Mendapat Dividen.
Perusahaan
akan
membagikan
dividen
jika
operasi
perusahaan
menghasilkan keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat
membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan
demikian potensi keuntungan pemodal untuk mendapatkan dividen
ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.
(b)
Capital Loss.
Dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan
capital gain alias keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya
pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga
beli. Dengan demikian seorang pemodal mengalami capital loss. Misalnya
seorang pemodal memiliki saham Indosat (ISAT) dengan harga beli Rp
9.000 namun beberapa waktu kemudian dijual dengan harga per saham Rp
8.000,- yang berarti pemodal tersebut mengalami capital loss Rp 1.000
untuk setiap saham yang dijual. Dalam jual beli saham, terkadang untuk
menghindari potensi kerugian yang makin besar seiring dengan terus
21
menurunnya harga saham, maka seorang investor rela menjual saham
dengan harga rendah. Istilah ini dikenal dengan istilah cut loss. Disamping
risiko diatas, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan dengan
potensi risiko lainnya yaitu:
(c)
Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi
Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara
langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan
pencatatan saham di Bursa Efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau
dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan
dikeluarkan dari Bursa atau di-delist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi,
maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding
kreditur atau pemegang obligasi, artinya setelah semua aset perusahaan
tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditur atau
pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para
pemegang saham.
(d)
Saham dihapuscatatkan dari Bursa Efek (Delisting)
Risiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham perusahaan
dikeluarkan dari pencatatan di Bursa Efek alias di-delist. Suatu saham
perusahaan di-delist dari Bursa umumnya karena kinerja yang buruk
misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan,
mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara
berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai
dengan Peraturan Pencatatan Efek di Bursa (akan dijelaskan lebih detail
pada bagian lain). Saham yang telah didelist tentu saja tidak lagi
diperdagangkan di Bursa, namun tetap dapat diperdagangkan di Luar Bursa
dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual
biasanya dengan harga yang jauh dari harga sebelumnya.
6.
Obligasi (Bond)
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara
pemberi dana (dalam hal ini pemodal) dengan yang diberi dana (emiten).
Jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik
22
kertas tersebut telah membeli hutang perusahaan yang menerbitkan obligasi.
Penerbit membayar bunga atas obligasi tersebut pada tanggal-tanggal yang
telah ditentukan secara periodik, dan pada akhirnya menebus nilai utang
tersebut pada saat jatuh tempo dengan mengembalikan jumlah pokok
pinjaman ditambah bunga yang terutang. Pada umumnya, instrumen ini
memberikan bunga yang tetap secara periodik. Bila bunga dalam sistem
ekonomi menurun, nilai obligasi naik; dan sebaliknya jika bunga meningkat,
nilai obligasi turun.
Banyak sekali perbedaan antara saham dan obligasi. Saham merupakan
bukti pemilikan, dan yang lainnya merupakan bukti utang. Salah satu
perbedaan itu adalah aspek jatuh temponya: obligasi walaupun jangka
panjang, tetap ada jatuh temponya (kecuali perpectual bonds yang kini
hampir musnah), sedangkan saham tidak memiliki jatuh tempo.
Varian jenis-jenis obligasi nyaris tak terbatas. Rumpun aktiva keuangan
yang bernama obligasi bisa dikelompokkan berdasar tipe emiten, berdasar
maturity atau masa jatuh temponya, berdasar agunan, berdasar ada atau
tidaknya indeksasi pelunasan, berdasarkan variasi penetapan tingkat bunga,
berdasarkan ada atau tidaknya hak penukaran atau konversi, dan seterusnya.
Di pasar modal Indonesia, saat ini, diperdagangkan dua jenis obligasi, yaitu:
obligasi biasa dan konversi. Tapi, dalam kelompok obligasi biasa terdapat
variasi yang cukup kaya, yaitu: obligasi yang diterbitkan oleh BUMN dan
perusahaan swasta; obligasi yang memiliki tingkat bunga tetap dan
mengambang; obligasi yang memiliki agunan atau penanggung dan yang
tidak; dan seterusnya.
Bagi pemodal, dua hal saja yang penting diperhatikan, yaitu tingkat risiko
dan potensi keuntungan. Untuk yang pertama bisa digunakan peringkat
obligasi tersebut sebagai acuan.
Berkaitan dengan perdagangan obligasi, dikenal istilah-istilah berikut:
•
Face value atau nilai pari, menunjukkan besarnya nilai obligasi yang
dikeluarkan.
23
•
Jatuh tempo (maturity), merupakan tanggal ditetapkannya emiten obligasi
harus membayar kembali uang yang telah dikeluarkan investor pada saat
membeli obligasi. Jumlah uang yang harus dibayar sama besarnya dengan
nilai pari obligasi. Tanggal jatuh tempo tersebut tercantum dalam sertifikat
obligasi.
•
Bunga atau kupon, merupakan pendapatan (yield) yang diperoleh pemegang
obligasi, yang mana periode waktu pembayarannya dapat berbeda-beda
misalnya ada yang membayar sekali dalam tiga bulan, enam bulan atau
sekali dalam setahun.
Dalam melakukan investasi dengan membeli obligasi, investor wajib
mengerti dan menyadari benar mengenai manfaat dan risiko yang
terkandung dalam instrumen obligasi.
a.
Manfaat Obligasi
Obligasi dikenal sebagai Fixed Income Securities atau surat berharga yang
memberikan pendapatan tetap, yaitu berupa bunga atau kupon yang
dibayarkan dengan jumlah yang tetap (misalnya sebesar 16% per tahun)
pada waktu yang telah ditetapkan, misalnya setiap 3 bulan, 6 bulan atau satu
tahun sekali. Obligasi juga mengenal penghasilan dari capital gain, yaitu
selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian.
b.
Risiko Obligasi
Kesulitan
untuk
menentukan
penghasilan
obligasi
adalah
sulitnya
memperkirakan perkembangan suku bunga. Harga obligasi sangat
tergantung dari perkembangan suku bunga. Bila suku bunga bank
menunjukkan kecenderungan meningkat, pemegang obligasi akan menderita
kerugian karena harga obligasi akan turun. Di samping risiko perkembangan
suku bunga yang sulit dipantau, pemegang obligasi juga menghadapi risiko
callability, pelunasan sebelum jatuh tempo. Betapa menguntungkannya bila
kita memiliki obligasi yang membayar bunga tetap di saat suku bunga
menurun. Namun sayangnya keuntungan seperti ini tidak selamanya bisa
24
dinikmati. Banyak obligasi yang telah dikeluarkan oleh emiten, bisa ditarik
kembali sebelum tiba saat jatuh tempo.
7.
Obligasi Konversi (Convertible Bond)
Obligasi konversi, sekilas tidak ada bedanya dengan obligasi biasa,
misalnya, memberikan kupon yang tetap, memiliki waktu jatuh tempo dan
memiliki nilai pari. Hanya saja, obligasi konversi memiliki keunikan, yaitu
bisa ditukar dengan saham biasa. Pada obligasi konversi selalu tercantum
persyaratan untuk melakukan konversi. Misalnya, setiap obligasi konversi
bisa dikonversi menjadi 3 lembar saham biasa setelah 1 Januari 2006.
Persyaratan ini tidak sama diantara obligasi konversi yang satu dengan yang
lainnya. Obligasi konversi (convertible bond), sudah dikenal di pasar modal
Indonesia. Untuk kalangan emiten swasta, sebenarnya obligasi konversi
lebih dulu populer daripada obligasi. Kecenderungan melakukan emisi
obligasi baru menunjukkan aktivitas yang meningkat sejak tahun 1992,
sedang obligasi konversi sudah memasuki pasar menjelang akhir tahun
1990.
8.
Reksa Dana (Mutual Funds)
Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat
pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki
banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari
masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan
investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas.
Selain itu Reksa Dana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal
lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Dilihat dari asal kata-nya,
Reksa Dana berasal dari kosa kata “reksa” yang berarti jaga atau pelihara
bersama dan kata “dana” yang berarti kumpulan uang, sehingga Reksa Dana
dapat diartikan sebagai “kumpulan uang yang dipelihara bersama untuk
suatu kepentingan”. Umumnya, Reksa Dana diartikan sebagai wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi.
25
Manfaat yang diperoleh pemodal jika melakukan investasi dalam Reksa
Dana, antara lain:
a.
Pemodal walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat melakukan
diversifikasi investasi dalam Efek, sehingga dapat memperkecil risiko.
Sebagai contoh, seorang pemodal dengan dana terbatas dapat memiliki
portfolio obligasi, yang tidak mungkin dilakukan jika tidak tidak memiliki
dana besar. Dengan Reksa Dana, maka akan terkumpul dana dalam jumlah
yang besar sehingga akan memudahkan diversifikasi baik untuk instrumen
di pasar modal maupun pasar uang, artinya investasi dilakukan pada
berbagai jenis instrumen seperti deposito, saham, obligasi.
b.
Reksa Dana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di pasar
modal. Menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli bukanlah
pekerjaan yang mudah, namun memerlukan pengetahuan dan keahlian
tersendiri, dimana tidak semua pemodal memiliki pengetahuan tersebut.
c.
Efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi pada Reksa Dana dimana dana
tersebut dikelola oleh manajer investasi profesional, maka pemodal tidak
perlu repot-repot untuk memantau kinerja investasinya karena hal tersebut
telah dialihkan kepada manajer investasi tersebut.
Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan berbagai
peluang keuntungan, Reksa Dana pun mengandung berbagai peluang risiko,
antara lain:
a.
Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan.
Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, obligasi, dan
surat berharga lainnya) yang masuk dalam portfolio Reksa Dana tersebut.
b.
Risiko Likuiditas
Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika
sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption)
atas unit-unit yang dipegangnya. Manajer Investasi kesulitan dalam
menyediakan uang tunai atas redemption tersebut.
c.
Risiko Wanprestasi
26
Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana risiko ini dapat timbul ketika
perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan Reksa Dana tidak
segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai
pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti wanprestasi
dari pihak-pihak yang terkait dengan Reksa Dana, pialang, bank kustodian,
agen pembayaran, atau bencana alam, yang dapat menyebabkan penurunan
NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa Dana.
Dilihat dari bentuknya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi:
a.
Reksa Dana Berbentuk Perseroan (Corporate Type)
Dalam bentuk Reksa Dana ini, perusahaan penerbit Reksa Dana
menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil
penjualan tersebut di investasikan pada berbagai jenis Efek yang
diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang. Reksa Dana bentuk
Perseroan dibedakan lagi berdasarkan sifatnya menjadi Reksa Dana
Perseroan yang tertutup dan Reksa Dana Perseroan yang terbuka. Bentuk ini
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Bentuk hukumnya adalah Perseroan Terbatas (PT).
2)
Pengelolaan kekayaan Reksa Dana didasarkan pada kontrak antara Direksi
Perusahaan dengan Manajer Investasi yang ditunjuk.
3)
Penyimpanan kekayaan Reksa Dana didasarkan pada kontrak antara
Manajer Investasi dengan Bank Kustodian.
b.
Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Contractual Type)
Reksa Dana bentuk ini, merupakan kontrak antara Manajer Investasi dengan
Bank Kustodian yang mengikat pemegang Unit Penyertaan, di mana
Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi
kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan
penitipan kolektif. Bentuk inilah yang lebih populer dan jumlahnya semakin
bertambah dibandingkan dengan Reksa Dana yang berbentuk Perseroan.
Bentuk ini bercirikan:
1)
Bentuk hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif.
27
2)
Pengelolaan Reksa Dana dilakukan oleh Manajer Investasi berdasarkan
kontrak.
3)
Penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilaksanakan oleh Bank
Kustodian berdasarkan kontrak.
5.
Sertifikat Penitipan Efek Indonesia (Indonesian Depository Receipt)
Sertifikat Penitipan Efek Indonesia (SPEI) adalah Efek yang memberikan
hak kepada pemegangnya atas Efek Utama yang dititipkan secara kolektif
pada Bank Kustodian yang telah mendapat persetujuan Bapepam. Bapepam
telah mengeluarkan peraturan tentang SPEI ini, namun sampai saat ini
belum ada perusahaan yang menerbitkan Efek jenis ini di Indonesia.
2.1.3. DERIVATIF
Pengertian Derivatif
Derivatif adalah sebuah istilah portofolio yang mengaitkan suatu kenaikan
jumlah produk dan jenis-jenis produk dengan seperangkat penggunaan yang
semakin membingungkan. Kelompok-kelompok orisinil dari produk yang
dianggap sebagai derivatif telah diperluas untuk mencakup: jenis produk
baru, klasifikasi produk baru, pasar-pasar baru, para pengguna baru, dan
bentuk risiko baru. Dua klasifikasi terbesar dari derivatif adalah derivatif
berbasis forward (forward-based derivatives) dan derivatif berbasis option
(options-based derivatives). Sebenarnya masih banyak klasifikasi lainnya,
yang mencakup strip dan mortgage-backed securities, tetapi yang terkenal
adalah dua klasifikasi utama tersebut di atas.
Pengertian Transaksi Derivatif
Suatu transaksi derivatif merupakan sebuah perjanjian antara dua pihak
yang
dikenal
sebagai
counterparties
(pihak-pihak
yang
saling
berhubungan). Dalam istilah umum, transaksi derivatif adalah sebuah
kontrak bilateral atau perjanjian penukaran pembayaran yang nilainya
tergantung pada – diturunkan dari – nilai aset, tingkat referensi atau indeks.
Saat ini, transaksi derivatif terdiri dari sejumlah acuan pokok (underlying)
yaitu suku bunga (interest rate), kurs tukar (currency), komoditas
28
(commodity), ekuitas (equity) dan indeks (index) lainnya. Mayoritas
transaksi derivatif adalah produk-produk Over the Counter (OTC) yaitu
kontrak-kontrak yang dapat dinegosiasikan secara pribadi dan ditawarkan
langsung kepada pengguna akhir, sebagai lawan dari kontrak-kontrak yang
telah distandarisasi (futures) dan diperjualbelikan di bursa. Menurut para
dealer dan pengguna akhir (end user) fungsi dari suatu transaksi derivatif
adalah untuk melindungi nilai (hedging) beberapa jenis risiko tertentu.
Alasan penggunaan derivatif, antara lain:
-
Peralatan untuk mengelola risiko;
-
Pencarian untuk hasil yang lebih besar;
-
Biaya pendanaan yang lebih rendah;
-
Kebutuhan-kebutuhan yang selalu berubah dan sangat bervariasi dari
sekelompok pengguna;
-
Hedging risiko-risiko saat ini dan masa datang;
-
Mengambil posisi-posisi risiko pasar;
-
Memanfaatkan ketidakefisienan yang ada di antara pasar-pasar.
Pelaku Transaksi Derivatif:
Pengguna Akhir (End Users)
Berdasarkan Laporan G-30 tahun 1993, sebagian besar pengguna akhir
derivatif yaitu sekitar 80% adalah perusahaan-perusahaan, disamping badanbadan pemerintah dan sektor publik. Alasan-alasan yang mendorong pengguna
akhir menggunakan instrumen derivatif adalah:
-
Untuk sarana lindung nilai (hedging)
-
Memperoleh biaya dana yang lebih rendah
-
Mempertinggi keuntungan
-
Untuk mendiversifikasikan sumber-sumber dana;
-
Untuk mencerminkan pandangan-pandangan pasar melalui posisi yang
diambil.
29
Pialang (Dealer)
Terdiri dari lembaga-lembaga keuangan yang bertindak sebagai pialang.
Fungsi dari dealer antara lain:
-
Menjaga likuiditas dan terus menerus tersedianya transaksi;
-
Memenuhi permintaan pengguna akhir dengan segera;
-
Memberikan kemampuan untuk mempertinggi likuiditas pasar dan
efisiensi harga.
2.1.4. INSTRUMEN DERIVATIF DI PASAR MODAL
Derivatif terdiri dari efek yang diturunkan dari instrumen efek lain yang
disebut “underlying”. Ada beberapa macam instrument derivatif di Indonesia,
seperti Bukti Right, Waran, dan Kontrak Berjangka. Derivatif merupakan
instrumen yang sangat berisiko jika tidak dipergunakan secara hati-hati.
1.
Bukti Right
a.
Definisi
Sesuai dengan undang-undang Pasar Modal, Bukti Right didefinisikan
sebagai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) pada harga yang
telah ditetapkan selama periode tertentu. Bukti Right diterbitkan pada
penawaran umum terbatas (Right Issue), dimana saham baru ditawarkan
pertama kali kepada pemegang saham lama. Bukti Right juga dapat
diperdagangkan di Pasar Sekunder selama periode tertentu. Apabila
pemegang saham tidak menukar Bukti Right tersebut maka akan terjadi
dilusi pada kepemilikan atau jumlah saham yang dimiliki akan berkurang
secara proporsional terhadap jumlah total saham yang diterbitkan
perusahaan.
b.
Manfaat Bukti Right:
Investor memiliki hak istimewa untuk membeli saham baru pada harga yang
telah ditetapkan dengan menukarkan Bukti Right yang dimilikinya. Hal ini
memungkinkan investor untuk memperoleh keuntungan dengan membeli
saham baru dengan harga yang lebih murah.
30
Contoh: Jika seorang investor membeli Bukti Right di Pasar Sekunder pada
harga Rp 200, dengan harga pelaksanaan (exercise price) Rp 1.500. Pada
tanggal pelaksanaan harga saham perusahaan X diasumsikan melonjak
hingga Rp 2.000 per lembar. Ia dapat membeli saham PT. X hanya dengan
membayar Rp 1.700, yaitu Rp 1.500 (harga pelaksanaan) + Rp 200 (harga
Right). Kemudian investor tersebut akan memperoleh keuntungan Rp 300
yang berasal dari Rp 2.000 – Rp 1.700.
Bukti Right dapat diperdagangkan pada Pasar Sekunder, sehingga investor
dapat menikmati capital gain, ketika harga jual dari Bukti Right tersebut
lebih besar dari harga belinya.
c.
Risiko memiliki Bukti Right:
Jika harga saham pada periode pelaksanaan jatuh dan menjadi lebih rendah
dari harga pelaksanaan, maka investor tidak akan mengkonversikan Bukti
Right tersebut, sementara itu investor akan mengalami kerugian atas harga
beli Bukti Right.
Contoh: Seorang investor membeli Bukti Right di Pasar Sekunder pada
harga Rp 200 dengan harga pelaksanaan Rp 1.500. Kemudian pada periode
pelaksanaan, harga saham turun menjadi Rp. 1,200 per saham. Investor
tersebut tentunya tidak akan menukarkan Bukti Right yang dimilikinya,
karena jika ia melakukannya, maka ia harus membayar Rp 1.700 (Rp 1.500
harga pelaksanaan + Rp 200 harga right). Sementara itu jika ia tidak
menukarkan Bukti Right yang dimilikinya, maka ia mengalami kerugian Rp
200 atas harga Right tersebut.
Bukti Right dapat diperdagangkan pada pasar sekunder, sehingga investor
dapat mengalami kerugian (capital loss), ketika harga jual dari Bukti Right
tersebut lebih rendah dari harga belinya.
2.
a.
Waran (Warrant)
Definisi
Waran biasanya melekat pada saham sebagai daya tarik (sweetener) pada
penawaran umum saham ataupun obligasi. Biasanya harga pelaksanaan
31
lebih rendah dari pada harga pasar saham. Setelah saham ataupun obligasi
tersebut tercatat di bursa, waran dapat diperdagangkan secara terpisah.
Periode perdagangan waran lebih lama dari pada bukti right, yaitu 3 tahun
sampai 5 tahun. Waran merupakan suatu pilihan (option), dimana pemilik
waran mepunyai pilihan untuk menukarkan atau tidak warannya pada saat
jatuh tempo. Pemilik waran dapat menukarkan waran yang dimilikinya 6
bulan setelah waran tersebut diterbitkan oleh emiten. Harga waran itu
sendiri berfluktuasi selama periode perdagangan.
b.
Manfaat dari Waran:
Pemilik waran memiliki hak untuk membeli saham baru perusahaan dengan
harga yang lebih rendah dari harga saham tersebut di Pasar Sekunder
dengan menukarkan waran yang dimilikinya ketika harga saham perusahaan
tersebut melebihi harga pelaksanaan.
Contoh: Jika seorang investor membeli waran pada harga Rp 200 per lembar
dengan harga pelaksanaan Rp 1.500, dan pada tanggal pelaksanaan, harga
saham perusahaan meningkat menjadi Rp 1.800 per saham, maka ia akan
membeli saham perusahaan tersebut dengan harga hanya Rp 1.700 (Rp
1.500 + Rp 200). Jika ia langsung membeli saham perusahaan tersebut di
pasar sekunder, ia harus mengeluarkan Rp 1.800 per saham.
Apabila waran diperdagangkan di Bursa, maka pemilik waran mempunyai
kesempatan untuk memperoleh keuntungan (capital gain) yaitu apabila
harga jual waran tersebut lebih besar dari harga beli.
c.
Risiko memiliki Waran:
Jika harga saham pada periode pelaksanaan (exercise period) jatuh dan
menjadi lebih rendah dari harga pelaksanaannya, investor tidak akan
menukarkan waran yang dimilikinya dengan saham perusahaan, sehingga ia
akan mengalami kerugian atas harga beli waran tersebut.
Contoh: Jika seorang investor membeli waran di Pasar Sekunder dengan
harga Rp 200, serta harga pelaksanaan Rp. 1.500. Pada tanggal pelaksanaan,
harga saham perusahaan yang bersangkutan turun menjadi Rp 1.200. Jika
32
hal tersebut terjadi, maka investor tidak akan menukarkan waran yang
dimilikinya, karena ia harus mengeluarkan Rp 1.700 (Rp 1.500 harga
pelaksanaan + Rp 200 harga Waran). Jika ia tidak menukarkan Waran yang
dimilikinya maka kerugian yang ditanggung hanya Rp 200, yaitu harga beli
waran tersebut.
Karena sifat waran hampir sama dengan saham dan dapat diperdagangkan di
bursa, maka pemilik waran juga dapat mengalami kerugian (capital loss)
jika harga beli waran lebih tinggi daripada harga jualnya.
4.
Kontrak Berjangka atas Indeks Efek (Index Futures)
a.
Definisi:
Adalah kontrak atau perjanjian antara 2 pihak yang mengharuskan mereka
untuk menjual atau membeli produk yang menjadi variabel pokok di masa
yang akan datang dengan harga yang telah ditetapkan sebelumnya. Obyek
yang dipertukarkan disebut “Underlying Asset”.
Setiap pihak sebelum membuka kontrak harus menyetorkan margin awal,
dan karena kontrak tersebut memiliki waktu yang terbatas, maka pada saat
jatuh tempo posisi kontrak harus ditutup pada berapapun harga yang terjadi
bursa. Margin itu sendiri harus berada pada suatu level harga tertentu dan
jika margin tersebut turun di bawah level tersebut, yang biasanya
diakibatkan kerugian yang sangat besar, lembaga kliring akan meminta
investor untuk menambah dananya kembali.
Bagaimanapun, harus diperhatikan bahwa seluruh transaksi pada kontrak
berjangka dilakukan di Bursa Efek.
Di Indonesia, saat ini bentuk kontrak berjangka yang tersedia adalah LQ45
Kontrak Berjangka Indeks Efek yang diselenggarakan oleh Bursa Efek
Surabaya.
b.
Manfaat Kontrak Berjangka Indeks
1)
Instrumen Hedging
33
Hedging dimaksudkan untuk melindungi nilai investasi sehingga dapat
meminimalkan risiko. Seorang investor yang memiliki portofolio berencana
untuk menjual salah satu sahamnya di masa yang akan datang, tapi dia ingin
menentukan pendapatan yang diperolehnya dengan menetapkan harga jual
sahamnya saat ini maka untuk mengamankan asetnya ia dapat melakukan
hedging
Misalkan A berjualan pecel di Singapura. Akan tetapi sayur-mayurnya mesti
diimpor dari Batam. Buat A, pendapatan yang didapat adalah dalam bentuk
dollar singapura, sedangkan salah satu biaya produksi utamanya (sayuran)
dibayar dalam bentuk rupiah. Dalam kondisi ini, A memiliki resiko yaitu
resiko kurs mata uang. Jika tiba-tiba mata uang Singapura jatuh karena PAP
(partai mayoritas di Singapura) jatuh dan rupiah tetap kokoh, maka A akan
sangat rugi karena mendadak biaya produksi jauh lebih mahal dari
pendapatan - kecuali A pulang dan berjualan di Indonesia saja. Untuk
mengurangi atau menghilangkan resiko ini, A bisa melakukan hedging.
Salah satu cara-nya adalah dengan membeli kontrak berjangka (forward
contract) di bank - di mana dalam kontrak itu A akan membeli rupiah
sebesar Rp 6.000 per dollar singapura 1 bulan dari sekarang, terlepas dari
berapa kurs rupiah 1 bulan dari sekarang. Di sini, A mengunci kurs saat ini
juga. Seandainya tiba-tiba dollar singapura jatuh dan 1 dollar singapura
bernilai Rp 3.000, A tetap bisa mendapat Rp 6.000 per dollar singapura.
Kalau hal sebaliknya terjadi 1 bulan lagi tiba-tiba rupiah jatuh dan 1 dollar
singapura bernilai Rp15.000, maka A tetap mesti beli Rp 6.000 per dollar
Singapura. Tapi hal ini tidak masalah buat A: Ia sudah berhitung apabila
rupiah jatuh dan dihargai > Rp 6.000 per dollar singapura, A tetep untung,
karena sayur-mayurnya sudah dibeli terlebih dahulu. Sekarang A bisa
membawa pulang ke Indonesia lebih banyak rupiah. Tentu masih banyak
cara lain buat A untuk hedging resiko kurs yang dimiliki.
Contoh kasus yang lain:
A memberikan modal kepada tetangga untuk modal berjualan pecel,
kemaudian nanti A minta tetangga itu membayar kembali ke A, apakah hal
ini termasuk hedging memiliki jawaban yang bervariasi sebagai berikut:
34
•
Kalau A tidak punya urusan lain dengan masalah pecel dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan pecel, maka yang ia lakukan adalah investasi bukan
hedging.
•
Kalau ternyata A adalah juragan rawon di kota Madiun. Misalnya pecel
adalah makanan yang baru masuk Madiun dan orang yang makan pecel
akan kehilangan selera untuk makan rawon. Di sini, pecel dan rawon
memiliki relasi yang saling bertolak belakang. A, sebagai juragan rawon,
tiba-tiba saja terekspos pada resiko bahwa bisnis rawonnya akan terimbas
secara negatif dengan semakin populernya pecel di Madiun. Karena A
pintar, maka Ia ingin mengurangi resiko itu dengan menanam modal di para
penjual pecel. Kalau pecel semakin populer, kerugian dari rawon akan
dikurangi oleh keuntungan di modalnya yang ditanam pada penjual pecel.
Sekiranya pecel ternyata cuma trend sementara dan orang-orang Madiun
kembali ke selera rawon asli Madiun, maka A akan lebih untung dari rawon
dan kurang berhasil di pecel. Tapi buat A ini tidak bermasalah, karena Ia
adalah juragan rawon dan masih tetap untung besar dari penjualan rawon.
Kalau A berfikir pecel akan bangkrut di Madiun, Ia dapat mengambil
kembali modal dari para penjual pecel.. Di kasus ini, apa yang dilakukan A
tidak lain adalah hedging dalam arti yang lebih luas. Lebih luas penggunaan
hedging dalam finansial disebut hegde funds
Hedge funds adalah suatu dana yang dikumpulkan dari berbagai nasabah
yang biasanya berasal dari lapisan atas, dikelola secara privat (sehingga
tidak dibatasi oleh aturan-aturan investasi layaknya suatu reksa dana) oleh
fund manager, memasang investasi minimal yang besar (dari beberapa ratus
ribu US dollar ke beberapa juta US dollar), dana tidak bisa ditarik setiap
saat tapi berjangka sesuai perjanjian, memberi keleluasaan bagi manager
tentang cara menginvestasikan dananya — termasuk menggunakan teknikteknik mutakhir, dan mengenakan performance fee.
Industri ini berdiri pertama kali di Amerika Serikat. Alfred W. Jones
diyakini sebagai pelopor bisnis ini, di mana dia bersama beberapa manager
investasi lainnya pada tahun 1949 menggunakan teknik-teknik investasi
35
short sales dan leveraging untuk meningkatkan untung dan sekaligus
mengurangi resiko investasinya. Short sales adalah teknik di mana
seseorang meminjam saham dari orang lain untuk dijualnya sekarang dan
membeli kembali nanti dengan harapan bisa dibeli kembali dengan harga
yang lebih murah. Leveraging adalah teknik di mana seseorang memiliki
exposure terhadap suatu saham lebih dari dana yang ia taruh di saham
bersangkutan. Salah satu caranya ialah dengan meminjam dana ke broker
sehingga ia bisa membeli dengan dana 50% saja, yang 50% lagi dihutang.
Cara lain adalah dengan membeli kontrak derivatif seperti futures atau
options. Teknik short selling dan leveraging ini termasuk teknik baru di
masa itu.
Pada tahun 1966, majalah Fortune mengeluarkan artikel tentang “hedge
fund” yang dikelola oleh A. W. Jones. Berita
ini menggemparkan
komunitas investasi di masa itu. Dana hegde fund yang dikelolanya jauh
mengalahkan hampir semua Reksa Dana yang ada, sekalipun setelah
memperhitungkan performance fee sebesar 20%.
Salah satu ciri khas dari hedge fund adalah adanya performance fee, di mana
manajer investasi hedge fund akan menerima 20% dari naiknya dana yang
dikelolanya. Reksa Dana biasanya hanya mengenaan fee yang ditentukan
setiap tahun berdasarkan besarnya dana yang dikelola.Seiring waktu hedge
funds semakin tumbuh besar, terutama di Amerika Serikat dan Eropa.
Penyebab utama pertumbuhan yang spektakuler itu adalah performance
hedge fund yang selama ini memang cenderung lebih bagus dari dana reksa.
Strategi-strategi yang sering dipakai hedge funds ada banyak caranya, dari
yang disebut arbitrage sampai ke directional bet.
2)
Spekulasi
Investor dapat berspekulasi dengan melakukan perdagangan indeks
berjangka daripada melakukan transaksi untuk masing-masing saham. Hal
ini dimungkinkan karena adanya “leverage”. Dengan “leverage” investor
dapat memperoleh keuntungan dari pergerakan harga dengan modal yang
36
lebih sedikit jika dibandingkan dengan modal yang harus dikeluarkan jika
melakukan transaksi perdagangan masing-masing saham di atas.
3)
Arbitrase
Dengan arbitrase, investor dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan
antara harga di pasar spot dan pasar berjangka.
Di kasus yang paling ekstrem, kesempatan arbitrage terjadi bila satu aset
yang sama memiliki harga yang berbeda di tempat lain dan biaya untuk
memindahkan aset itu tidak berarti. Misalkan A adalah seorang penjual
buku. Suatu hari datang seorang pembeli yang mencari buku baru Mengenal
Ekonofisika di tokonya dan kebetulan kehabisan stok. A mengatakan kepada
pembeli bahwa ia dapat menyediakan dengan harga jual Rp50,000. Di toko
sebelah, A tahu buku Mengenal Ekonofisika dijual dengan harga Rp45,000.
Untuk memastikan, A menelpon ke toko sebelah dan memastikan kalau
bukunya ada dan memesan untuk membeli sebentar lagi sebesar Rp45,000.
Karena mendesak, pembeli setuju tanpa mau melihat-lihat ke toko sebelah.
Di sini, A sudah mengunci 2 harga, harga beli dan harga jual di saat yang
boleh dibilang bersamaan. Hal yang dilakukan A pada prinsipnya adalah
arbitrase. Ciri utama teknik arbitrase adalah adanya transaksi jual dan
transaksi beli terhadap aset yang sama atau aset yang pada dasarnya sama.
Dalam contoh ini arbitrase tidak akan terjadi kalau A adalah penjual buku
dan pembeli mencari bakso. Ia tidak bisa membeli bakso tetangga dan dijual
ke pembeli karena bakso-nya berbeda dan ada kemungkinan pembeli
menolak bakso tetangga.
Karena terlalu sederhana, kesempatan seperti ini sangat jarang terjadi,
apalagi di pasar modal dan pasar uang, dimana perbedaan harga saham
antara dua bursa dapat dengan mudah diketahui, maka pasar akan langsung
cenderung menyamakan harga. Kemudian konsep arbitrase diperlunak dan
digunakan untuk menggambarkan kesempatan-kesempatan yang resikonya
relatif kecil. Semua fund yang menggunakan konsep arbitrage dalam
strateginya masuk dalam kategori hedge fund. Apa saja yang biasa
37
dilakukan hedge fund untuk menemukan kesempatan arbitrage di pasar
modaldiantaranya sebagai berikut:
1. Meneliti hubungan statistik antara berbagai saham di pasar modal. Ada
perusahaan-perusahaan yang terhubung kuat sekali antara satu dengan
lainnya. Misalnya sesama perusahaan minyak. Saham mereka diyakini
untuk bergerak beriringan. Kalau tiba-tiba salah satunya ‘tertinggal’ dan
yang lainya ‘melesat’ maka Arbitrator akan membeli saham yang
tertinggal dan “menjual” saham yang melesat dengan harapan mereka akan
kembali bergerak beriringan (yang tertinggal jadi lebih maju dan yang
melesat lebih mundur).
2. Mecari-cari perusahaan (A) yang menjadi kandidat untuk dibeli
perusahaan lain (B). Kalau B ingin membeli A, mau tak mau dia harus
membeli saham-saham A dengan harga yang lebih mahal daripada apa
yang ada dipasar sekarang, karena orang-orang yang memiliki saham A
tahu kalau ada calon pembeli besar. Hukum ekonomi klasik mengatakan
kalau tiba-tiba ada calon pembeli besar maka harga akan melonjak.
Misalnya sekarang saham B = Rp5,000 dan saham A Rp 4,500. B akan
membeli saham A dengan cara mengganti setiap 1 lembar saham A dengan
1 lembar saham B. Kalau transaksi berjalan mulus, harga saham A akan
terus naik dibandingkan dengan harga saham B sampai pada akhirnya
keduanya bernilai sama kalau transaksinya telah terjadi. Hedge fund akan
membeli saham A dan “menjual” (short selling) saham B secara
bersamaan. Hedge Fund mesti menjual saham B sebagai berjaga-jaga
kalau-kalau pasar saham secara keseluruhan anjlok. Kalau hal itu terjadi,
mungkin saham B dan saham A akan sama-sama bernilai Rp 3,000 di
akhir transaksi.
3. Arbitrase surat utang. Pada dasarnya sama dengan arbitrase yang lain
hanya saja mengeksploitasi perbedaan harga dari surat utang dengan
berbagai masa jatuh tempo (maturitas).
c.
Risiko Kontrak Berjangka Indeks Efek
38
Pada saat jatuh tempo, investor harus menutup atau menyelesaikan
posisinya, walaupun harga yang terjadi berbeda dengan harapannya,
sehingga investor dapat mengalami kerugian yang sangat besar jika
dibandingkan dengan modal awalnya.
Apabila investor mengalami kerugian yang besar, maka ia diharuskan untuk
menyetor tambahan dana ke lembaga kliring. Yang termasuk dalam hal ini
adalah kontrak futures dan forward
Pada prinsipnya praktek forward contract sudah ada di Indonesia sejak
jaman dulu. Di tanah kelahiran misalnya, Cirebon, kontrak ini disebut
ngijon/ijon (terjemahan bebasnya: membeli waktu masih hijau). Ada
pemborong yang mendatangi rumah A dan membeli buah kedondong
sewaktu buahnya masih hijau dan belum masak. Isi perjanjiannya kurang
lebih: pemborong akan membeli buah kedondong sewaktu sudah masak
nanti, dengan harga yang ditentukan sekarang sebesar Rp2000 per kg.
Misalnya kedondong masak 1 bulan lagi dan ternyata harga kedondong di
pasar 1 bulan lagi Rp3000 per kg, A harus tetap harus menjual dengan harga
Rp2000 per kg. Di skenario lain, ternyata 1 bulan lagi kedondong dihargai
Rp1000 per kg, si pemborong tetap harus membeli dengan harga Rp2000
per kg.
Hal yang menjadi untung bagi pemilik kedondong adalah dapat mengetahui
dengan pasti dana yang akan didapat 1 bulan kemudian. Hedging forward
kontrak bisa dipakai buat mengurangi atau menghilangkan efek dari suatu
sumber resiko.Untung rugi atau resiko dari memasuki kontrak ini sangat
sederhana. Kalau ternyata harga kedondong 1 bulan lagi Rp3000, maka bisa
dibilang kalau A rugi Rp1000 (Rp 3000 - Rp2000) per kg karena Ia
seharusnya bisa menjual kedondongnya dengan harga Rp3000 di pasar.
Sekarang jika buah kedondong diganti dengan dollar AS, maka kontrak itu
tak lain adalah forward contract di pasar uang. Biasanya forward contract
dinegosiasikan antara kedua belah pihak secara privat (over the counter).
Kontrak ini tidak diperjual-belikan di bursa pasar modal.
39
Futures contract dan forward contract pada dasarnya memiliki tujuan yang
sama, yaitu memungkinkan pelaku kontrak untuk mengunci satu harga di
masa mendatang. Perbedaan utama ada di cara implementasinya.
Forward contract
Futures Contract
Diperdagangkan di OTC (Over the Di perdagangkan di pasar modal
Counter)
(angkat
telpon
dan
negosiasi langsung)
Kontrak tidak standar. Pemilihan Isi kontrak standar (misal: selalu jatuh
tanggal
jatuh
pengiriman,
tempo,
dll
cara tempo minggu ke 3 tiap bulan X,
tergantung setelmen
negosiasi.
memakai
cash
di
akhir
tempo)
Untung rugi dibukukan di akhir Untung rugi dibukukan tiap hari
kontrak
Tidak perlu margin
Perlu margin (uang yang ditaruh di
broker buat jaga - jaga kalau posisi
futures kita rugi)
Contoh: A & pemborong kedondong membeli kontrak futures di pasar
modal sebagai berikut:
•
A memasuki short kontrak futures kedondong dengan futures price
Rp2000 (harga ini berubah-ubah setiap saat) dengan masa jatuh tempo 1
bulan lagi dan dengan pembayaran uang tunai (cash settlement). Artinya, 1
bulan lagi A akan “menjual” kedondong dengan harga Rp2000. Karena
cash settlement, 1 bulan lagi A tidak perlu membawa kedondongnya ke
exchange tapi cukup mentransfer/ditransfer uang sebesar selisih antara
futures price yang sudah ditentukan sebelumnya dan harga kedondong di
pasaran 1 bulan lagi. (futures price - harga pasar 1 bulan lagi) akan masuk
ke rekening A.
•
Pemborong kedondong memasuki long kontrak futures kedondong dengan
futures price Rp2000 (harga ini berubah-ubah setiap saat) dengan masa
40
jatuh tempo 1 bulan lagi dan dengan pembayaran uang tunai (cash
settlement). Artinya, 1 bulan lagi pemborong kedondong akan “membeli”
kedondong dengan harga Rp2000. Karena cash settlement, 1 bulan lagi Ia
tidak perlu menyiapkan keranjang buat membawa kedondongnya dari
exchange tapi cukup mentransfer/ditransfer uang sebesar selisih antara
futures price yang sudah ditentukan sebelumnya dan harga kedondong di
pasaran 1 bulan lagi. (harga pasar 1 bulan lagi - futures price) akan masuk
ke rekening pemborong kedondong.
Efek dari transaksi ini pada dasarnya sama saja dengan kontrak forward
antara A dan penjual kedondong secara langsung. Perbedaan-perbedaan
yang disebut di tabel memiliki akibat yang cukup penting dan dibahas di
bawah ini:
Counter-party risks:
•
Kontrak forward dilakukan atas persetujuan dua pelaku kontrak. Di sini
timbul resiko bahwa salah satu pihak tidak bisa memenuhi kewajibannya.
Mengikuti contoh di atas, hal ini terjadi kalau misalnya pemborong
kedondong bangkrut dan tidak bisa membeli kedondong 1 bulan lagi
sesuai perjanjian.
•
Kontrak futures dilakukan melalui perantara pasar modal. Dalam hal ini,
exchanges melalui clearing house adalah counter party dari setiap
transaksi. Jadi kalau A mau membeli kontrak futures, A tidak bertransaksi
langsung dengan pihak yang mengambil posisi bersebrangan.
A yang memiliki kedondong tidak bertransaksi langsung dengan
pemborong, tetapi melalui pihak ketiga (the exchange). Karena hal ini,
resiko salah satu pihak gagal memenuhi kewajibannya menjadi sangat
kecil, karena adanya sistem margin yang dimonitor setiap hari. Sebagai
pihak ketiga, exchange meminta kedua pihak untuk menaruh sekian persen
(%) dari nilai transaksi sebagai jaminan.
Liquidity risks:
41
•
Pemegang kontrak forward tidak mudah mencari orang lain yang mau
menggantikan posisinya (menjual kontrak itu ke orang lain dengan harga
yang wajar).
•
Pemegang kontrak futures bisa dengan mudah membatalkan kontraknya
dengan cara membeli tipe kontrak yang bersebrangan di exchange.
Contoh: Kalau tadinya A memasuki kontrak long futures, Ia dapat
memasuki kontrak short futures beberapa hari kemudian untuk
menetralisir posisinya.
Harga/Nilai Kontrak:
Kalau akan memasuki kontrak forward dengan pihak lain, pertanyaan
yang muncul adalah berapakah harga forward yang wajar — berapa harga
yang harus dibayar pemborong kedondong 1 bulan lagi? Misal hari ini
harga kedondong di pasaran Rp2000, apakah pemborong harus membayar
Rp2000 juga 1 bulan lagi?
Berapa harga forward yang wajar tergantung oleh beberapa hal berikut ini
(dan beberapa hal lain) :
•
harga kedondong sekarang (S0)
•
biaya untuk menyimpan kedondong sampai satu bulan lagi (U).
•
pemasukan lain yang mungkin didapat A karena menyimpan kedondong
sampai 1 bulan lagi (Y).
•
“bunga bank” untuk jangka waktu 1 bulan ke depan (r).
•
waktu sampai jatuh tempo (T)
Bunga bank masuk dalam hitungan karena waktu sesungguhnya adalah
komoditas uang. Uang 100 rupiah hari ini sama dengan uang 100 (1 + r ) 1
bulan lagi dengan pasti, tinggal menaruhnya di Bank. Kalau aset yang diforward-kontrakan adalah aset finansial, maka nilainya sedikit berbeda tapi
konsepnya sama. Untuk aset finansial, biaya penyimpanan dapat dikatakan
nol. Sumber pendapatan biasanya dalam bentuk dividen (d = dividen yield),
karena dividen yield biasanya dihitung dalam bentuk persen (%)dari nilai
saham per tahun.
42
Seiring waktu, nilai dari kontrak forward dapat naik dan turun karena harga
kedondong di pasaran berubah, bunga bank berubah, dan sisa waktu ke jatuh
tempo berkurang. Bagi pihak yang mengambil posisi Long (dalam hal ini
pemborong kedondong), Ia akan membukukan untung rugi sebesar (Ft
F0 ) .
Sebaliknya untuk yang mengambil posisi short (A), Ia akan membukukan
untung (F0
Ft ) .
Ada faktor lain yang mempengaruhi forward price (F) yaitu :
•
Premium resiko salah satu pihak gagal memenuhi kewajibannya.
Forward: Kalau A akan bertransaksi sama pemborong yang sering gagal
bayar, tentu dia akan meminta harga (Ft) yang lebih mahal lagi dari yang
dirumuskan di atas.
Futures: Premium ini dapat dikatakan tidak ada. Kecuali sistem margin gagal.
Sampai saat ini, sistem margin terbukti jarang sekali gagal.
•
Aliran dana dari pembukuan untung rugi.
Forward: karena untung rugi ditentukan dan uang ditransfer di akhir jatuh
tempo, maka hal ini tidak ada efeknya.
Futures: karena untung rugi dibukukan dan uang ditransfer setiap hari, maka
nilai dari kontrak futures juga harus memperhitungkan fakta ini.
Contoh: Karena suatu hal, harga kedondong selalu naik kalau bunga bank naik
dan selalu turun kalau bunga bank turun. Orang yang memasuki long kontrak
futures akan untung kalau harga kedondong naik dan rugi kalau harga
kedondong turun. Dalam kasus ini, ia juga akan untung kalau bunga bank naik
dan rugi kalau bunga bank turun. Ia akan mendapatkan transfer uang di saat
bunga bank naik dan harus mentransfer uang di saat bunga bank turun.
Efeknya adalah saat Ia memperoleh uang maka akan selalu dapat menaruh
uang di bank dengan bunga tinggi, dan saat Ia harus mentransfer uang karena
rugi dapat meminjam di bank dengan bunga rendah. Dalam hal ini Ia
43
diuntungkan. Nilai dari kontrak futures akan lebih tinggi dari,
kontrak
Forward.
Margin Call:
•
Pemegang kontrak futures beresiko terkena margin call. Seperti yang
sudah dijelaskan di atas, margin adalah sebuah jaminan sebesar x% dari
nilai transaksi yang harus disimpan di exchange (tentu melalui broker
masing-masing). Contoh: Jika tiba-tiba harga kedondong 2 hari lagi
(belum jatuh tempo) naik jadi Rp2500, A yang mengambil posisi short
akan rugi dan harus mentransfer uang. Pertama-tama, uangnya yang
disimpan sebagai margin akan ditransfer dulu. Bila masih kurang, A akan
dihubungi oleh exchange untuk memintanya menambah margin/uang
jaminan.
•
Bagaimana bila A ternyata tidak memiliki dana untuk menambah uang
jaminan, maka kontraknya akan ditutup secara paksa.
Dapat dibayangkan jika ada skenario di mana harga kedondong yang
awalnya Rp2000 naik menjadi 2500 2 hari lagi, dan turun menjadi 1500 1
bulan lagi. Bila A tidak bisa memenuhi margin call di level 2500, dia akan
rugi walaupun sebenarnya satu bulan lagi harga kedondong jatuh ke 1500.
Bila dia memasuki kontrak forward, dia tidak perlu tahu berapa harga
kedondong antara hari ini dan 1 bulan lagi, yang penting adalah harga 1
bulan lagi.
5.
Opsi (Options)
Opsi adalah suatu kontrak berupa hak tapi bukan suatu kewajiban bagi
pembeli kontrak untuk membeli atau menjual suatu aset tertentu kepada
penjual kontrak dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau disepakati.
Sebagai salah satu instrumen turunan atau derivatif di pasar modal, ada
beberapa aset yang dapat melandasi opsi tersebut, yaitu saham, obligasi,
mata uang, dan juga komoditi.
6.
Opsi Saham (Stock Options)
44
Opsi saham adalah suatu kontrak yang menggunakan saham sebagai aset
landasan (underlying). Opsi saham merupakan instrumen turunan atau
derivatif karena nilainya diturunkan dari nilai dan karakteristik aset yang
melandasinya.
Opsi saham mulai diperdagangkan di Inggris pada abad ke 18 dan di
Amerika Serikat pada abad ke 14, walaupun ketika itu belum ada standar
dan bentuk opsi, serta belum diatur secara organisasi seperti bursa efek yang
dikenal dewasa ini. Pada tahun 1973, Chicago of Options Exchange
(CBOE) mulai dengan 16 jenis saham sebagai dasar perdagangan opsi
dengan seperangkat ketentuan dalam melakukan perdagangan. Walaupun
ada beberapa modifikasi penyesuaian terhadap dimensi teknologi, namun
konsep opsi CBOE dipandang sebagai acuan dasar pengembangan
perdagangan di beberapa bursa efek sejak dekade 1980-an sampai sekarang.
Perbedaan antara opsi saham dan saham biasa terletak pada kontrak antara
pembeli dan penjual. Pembeli akan membayar dalam suatu harga untuk
memenuhi hak-hak tertentu dan penjual akan memberikan haknya sebagai
imbalan dari harga tersebut. Tidak seperti saham biasa, jumlah opsi yang
beredar tergantung pada jumlah pembeli dan penjual yang tertarik untuk
menerima dan mengkonversikan haknya.
7.
Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities)
Efek Beragun Aset adalah Efek yang diterbitkan oleh Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset yang portofolionya terdiri dari aset keuangan
berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan kartu
kredit, tagihan yang timbul di kemudian hari (future receivables), pemberian
kredit termasuk kredit pemilikan rumah atau apartemen, Efek bersifat
hutang yang dijamin oleh Pemerintah, Sarana Peningkatan Kredit (Credit
Enhancement)/Arus Kas (Cash Flow), serta aset keuangan setara dan aset
keuangan lain yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut.
8.
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA)
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) adalah kontrak
antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang mengikat pemegang
45
Efek Beragun Aset dimana Manajer Investasi diberi wewenang untuk
mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi
wewenang untuk melaksanakan Penitipan Kolektif.
2.1.5. MEKANISME PERDAGANGAN
1.
Umum
Melakukan transaksi di pasar modal tidak ada bedanya dengan bertransaksi
di pasar-pasar komoditas lainnya. Transaksi akan terjadi apabila ada penjual
dan pembeli yang menemukan titik temu dari harga yang diminta dan yang
ditawarkan. Misalnya saja, B ingin memiliki saham A. Tahun ini perusahaan
A mengalami penjualan yang cukup tinggi dan membukukan laba yang
cukup mengesankan. Hal yang perlu dilakukan B adalah pergi menghubungi
perusahaan investasi dan meminta layanan broker perusahaan tersebut untuk
membantunya. Berikut ini adalah urutan-urutan yang bisa B ikuti:
a.
B sebagai klien membuka opening account di Perusahaan Efek yang
dipercaya untuk mengelola dana.
b.
Perusahaan Efek mencatat nama B dalam file customer perusahaan dan
menyimpannya sebagai data perusahaan.
c.
Jika B ingin melakukan transaksi (beli atau jual), B cukup menghubungi
broker dan beritahukan saham yang diinginkan, jumlah, beserta harganya.
d.
Broker, yang selanjutnya akan bertindak sebagai sales person, akan
meneruskan order yang B lakukan (baik beli maupun jual) pada dealer di
perusahaan investasi tersebut.
e.
Dealer akan menghubungi floor trader atau petugas di bursa untuk
memasukkan order yang diinginkan.
f.
Saat order (misalnya order beli) yang B berikan cocok dengan order jual
yang ada, maka transaksi berhasil terjadi (done).
g.
Floor trader akan mengkonfirmasi transaksi yang telah terjadi kepada
dealer perusahaan investasi yang selanjutnya akan meneruskannya kepada
broker. Broker akan memberitahukan informasi tersebut kepada B.
46
h.
Perusahaan investasi akan mengirimkan konfirmasi kepada B yang
berisikan detail dari transaksi yang telah terjadi beserta komisi yang harus B
berikan atas jasa broker.
i.
Uang yang harus B berikan apabila melakukan transaksi beli biasanya empat
hari setelah transaksi (T+4) dan uang yang akan B terima jika melakukan
transaksi jual adalah dalam kurun waktu T + 6 atau enam hari setelah
transaksi.
2.
Derivatif
a.
Bukti Right
Hampir semua peraturan perdagangan Bukti Right mengikuti prosedur
perdagangan Saham.Pada tanggal pelaksanaan, investor membayarkan
sejumlah dana ke emiten melalui Perusahaan Efek, dan sebagai imbalannya,
mereka akan menerima sejumlah Saham baru.
b.
Waran (Warrant)
Pemegang Waran dapat menukarkan Waran yang dimilikinya menjadi
saham biasa dengan membayarkan sejumlah dana ke emiten melalui
Perusahaan Efek. Seperti halnya perdagangan Bukti Right, hampir semua
peraturan perdagangan Waran, mengikuti prosedur perdagangan Saham.
c.
Kontrak Berjangka Indeks Saham (KBIE-LQ 45)
1)
Fasilitas Perdagangan
(a)
Periode perdagangan di BES sama dengan periode perdagangan saham di
BEJ, yang berdasarkan sistem “tawar menawar” secara elektronik yang
beroperasi secara terus menerus selama jam perdagangan.
(b)
Perdagangan didukung oleh sistem yang disebut “Futures Automated
Trading System (FATS)”, dan dapat dilakukan dari kantor masing-masing
Perusahaan Efek, serta didukung oleh sistem Risk Monitoring On Line
(RMOL). RMOL ini adalah sistem pelaporan secara langsung, yang
memungkinkan investor memonitor posisi kontrak yang masih terbuka serta
saldo akhir dari modal investor.
47
2)
Jenis Kontrak:
(a)
Kontrak Bulanan, adalah tipe kontrak yang jatuh tempo pada hari Bursa
terakhir bulan bersangkutan
(b)
Kontrak Dua Bulanan, adalah tipe kontrak yang jatuh tempo pada hari Bursa
terakhir bulan berikutnya setelah kontrak bulanan
(c)
Kontrak Kuartal, adalah tipe kontrak yang jatuh tempo pada kuartal terdekat
setelah kontrak dua bulanan Seperti juga halnya dengan investasi di saham,
Investor juga harus membuka rekening di Perusahaan Efek. Untuk setiap
kontrak, Investor harus menempatkan setoran (margin) awal sejumlah Rp. 3
juta per kontrak. Order dari Investor kemudian akan dimasukkan ke dalam
sistem FATS oleh “trader” untuk diproses lebih lanjut. Yang membedakan
adalah penyelesaian dalam T+1, bukan T+3 seperti yang berlaku di
perdagangan saham di BEJ.
3)
Spesifikasi Kontrak Berjangka Indeks LQ45:
(a)
Indeks LQ45 dijadikan sebagai dasar atau “underlying” yang dihitung dan
diterbitkan oleh Bursa Efek Jakarta.
(b)
Setiap indeks poin dikonversikan ke dalam mata uang dengan menggunakan
“multiplier”, yang saat ini besarnya Rp. 500,000 untuk setiap poinnya.
(c)
Penyelesaian secara tunai (cash settlement)
(d)
Penyelesaian T+1
(e)
Mekanisme “matching” yang digunakan untuk mempertemukan order
adalah berdasarkan prioritas harga dan prioritas waktu.
(f)
Hari perdagangan terakhir adalah hari bursa terakhir pada bulan kontrak.
(g)
Margin awal adalah Rp. 3 juta per kontrak terbuka. Biaya per kontrak saat
ini adalah Rp. 50,000 belum termasuk PPN.
Pasar dalam bursa ini kemudian dianalisis guna mengetahui kecenderungan
dan pola-polanya serta meramalkan bentuknya. Ada berbagai cara pandang ketika
ingin menganalisa pasar. Cara-cara tersebut bisa dikategorikan sebagai berikut:
48
a. Technical Analysis (Analisa Teknis)
Berlandaskan pada informasi yang bersumber dari pasar itu sendiri: harga
dan volume transaksi. Dengan analisa teknik maka dapat melihat sentimen para
pemain pasar dalam jangka pendek. Banyak metode-metode analisa teknikal: dari
candlestick patterns, berbagai indikator seperti MACD, RSI, berbagai geometric
patterns seperti W, M, segitiga, dan sebagainya. Isu utama yang perlu dijawab
sebelum
mengartikan
dan
menggunakannya
adalah
memahami
konteks
kemunculan patterns-patterns tersebut. Contoh sederhana: jika mengetahui
candlestick, tentu dapat mengetahui Doji yang mampu memprediksi trend sudah
terbentuk sebelum kemunculan Doji atau bagaimana kondisi pasar keseluruhan di
hari itu. Analisa teknis secara modern kemudian berkembang menjadi suatu
pemodelan yang dalam hal ini akan dibahas salah satu pemodelan dalam forward
rates.
b. Fundamental Analysis (Analisa Fundamental)
Melalui analisa fundamental dapat diketahui apakah profitibilitas
perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan. Pengetahuan ini dapat dimulai dari
industri di mana perusahaan itu beroperasi sedang berkembang, keunggulan
kompetitif
dibanding
saingan-saingannya,
laporan
keuangannya,
serta
kemungkinan-kemungkinan akuisi suatu perusahaan oleh perusahaan lainnya.Efek
dari analisa fundamental akan terasa di jangka menengah dan jangka panjang.
c. Strategic Analysis (Analisa Strategis)
Hal yang ditekankan dalam hal ini adalah melihat trend-trend ekonomi,
sosial, politik, dan demografis dari suatu daerah, negara, kawasan, dan dunia.
Pasar modal tidak hidup sendiri, tapi saling terkait dengan sendi-sendi lain suatu
peradaban. Contoh pertanyaan-pertanyaan berikut termasuk bagian analisa
strategis: Apa yang akan terjadi jika Cina menginvasi Taiwan? Apa efeknya ke
pasar Hong Kong, Taiwan, Singapura, Jepang ? Apa yang akan terjadi dengan
Yuan, Hong Kong Dollar, Yen, Emas, Euro? Apa efek dari trend outsourcing ke
India? Apa efeknya jika rating SBY-JK turun drastis. Apa efeknya jika SBY
terpilih kembali.
2.2. Sifat Stokastik dalam Menganalisis Pasar secara Teknis
49
Fisika mengambil analisis teknis dengan menggunakan data pasar maka
dirumuskan model yang sesuai guna meramalkan perilaku pasar. Dalam
perjalanannya teori-teori kuantum yang ada di fisika ternyata ketika diaplikasikan
dalam eknomi. Metode utama yang digunakan dalam ekonofisika adalah
mekanika, terutama mekanika statistik yaitu menerapkan metode statistika pada
mekanika dengan tujuan menjelaskan perilaku sistem pada level makroskopis
dengan mempelajari sifat-sifat statistik mikroskopis dari sistem tersebut.
Keuntungan penerapan mekanika statistika pada masalah ekonomi adalah
kemampuan konsep-konsep seperti stokastik dinamik, korelasi jangka pendek,
korelasi jangka panjang, self-similarity, dan scaling dalam membantu pemahaman
perilaku makroskopis sistem ekonomi tanpa harus mengerti secara detail perilaku
mikroskopis sistem tersebut. Dalam ilmu ekonomi penerapan mekanika statistika
merambah semua pemodelan mikroekonomi maupun makroekonomi, terlebih
pada masalah keuangan dan turunannya.
2.2.1.Proses Stokastik
Awalanya Teori peluang muncul sebagai jawaban terhadap masalah judi.
Masalah utama yang dihadapi oleh teori peluang adalah bagaimana memahami
perilaku kejadian atau data yang bersifat acak. Bangunan utama teori peluang
meliputi: variabel acak dan peluang munculnya kejadian acak tersebut.
Variabel acak /random didefinisikan sebagai pemetaan X dari ruang
sampel menjadi bilangan riil antara [0,1], secara matematis ditulis
X : :; <
(2.1)
dengan Y adalah ruang sampel yang menyatakan himpunan semua kejadian yang
mungkin muncul dan Z adalah bilangan real antara [0,1]. Konsep variabel acak ini
amat penting dalam model ekonomi untuk menggambarkan kejadian-kejadian
yang kemunculannya lebih bersifat acak.
50
Nilai yang muncul dari pemetaan di atas disebut peluang munculnya
kejadian di Y. Sedangkan distribusi peluang menghimpun penjumlahan sejumlah
tertentu peluang yang akan muncul yang didefinisikan sebagai :
F ( x ) = Pr ( X
x)
(2.2)
Distribusi peluang yang amat populer dan sering dijadikan model dalam kejadian
ekonomi maupun fisika adalah distribusi normal(Gaussian). Untuk distribusi
dengan rata-rata [ dan variansi \2 biasa disingkat N([,\2) adalah:
f (x ) =
1
2
exp
( x µ )2
2
2
(2.3)
distribusi normal merupakan bentuk distribusi yang memiliki sifat simetri, artinya
besar peluang untuk kejadian yang lebih besar dari rata-rata dan besar peluang
untuk munculnya kejadian yang lebih kecil dari rata-rata memiliki nilai sama
besar. Dan besarnya peluang di sekitar nilai rata-rata adalah lebih besar dibanding
kejadian lain serta kejadian yang jauh dari nilai rata-rata memiliki peluang yang
mendekati nol, distribusi normal memiliki ekor yang kurus. Namun dalam model
ekonomi banyak kejadian kurang realistis dimodelkan dalam bentuk distribusi
normal dan lebih cocok dimodelkan dengan distribusi yang bersifat asimetri,
misalnya distribusi log-normal. Distribusi log-normal diperoleh dari distribusi
normal dengan mengganti x=lny dan ==ln y0, sehingga diperoleh:
f LN ( x ) dy =
1
2
exp
y
ln
y0
2
2
2
dy
y
(2.4)
Proses stokastik menghubungkan antara variabel random X dengan indek
parameter T, yang biasa ditulis ( X t )t T . Jika T=N maka disebut proses stokastik
waktu diskrit dan untuk T=R disebut proses stokastik waktu kontinu. Dua bentuk
51
proses stokastik yang sering digunakan dalam ekonofisika adalah Martingales dan
Proses Markov.
Martingales
Martingales merupakan proses stokastik {Xn; n = 0,1,…} yang bersifat:
E[ X n ] < 0
[
(2.5)
]
E X n +1 X 0 , X 1 ,. . . X n = X n
(2.6)
Untuk n=0,1,2 . . . .
definisi Martingales di atas bisa dianalogikan dengan model permainan adil, yaitu
keberuntungan rata-rata pada permainan selanjutnya adalah keberuntungan saat
ini dan tidak dipengaruhi oleh sejarah sebelumnya. Dalam pasar keuangan,
martingales ini menjadi model untuk hipotesa pasar efisien. Hipotesa pasar efisien
menyatakan bahwa fluktuasi harga tidak bisa diprediksi berdasarkan nilai
sebelumnya, mirip dengan percobaan melempar dadu. Hipotesa pasar efisien ini
kali pertama dirumuskan oleh Samuelson pada tahun 1965.
Proses Markov
Proses Markov menyatakan bahwa peluang munculnya kejadian yang akan datang
tidak dipengaruhi oleh kejadian sebelumnya dan hanya dipengaruhi oleh kejadian
saat ini. Secara matematis hal ini ditulis :
{
} {
}
Pr a < X t < b X t1 = x1 , .... , X tn = x n = Pr a < X t < b X tn = x n (2.7)
Untuk t1 < ..... < t n < t
Berbeda dengan hipotesa pasar efisien, kejadian dalam Proses Markov masih
dipengaruhi oleh kejadian sebelumnya.
Kaklulus Ito
52
Persamaan diferensial tidak hanya berlaku pada model yang determinisitik tapi
juga berlaku pada model yang bersifat stokastik yang dikenal dengan persamaan
diferensial stokastik. Rumusan Ito (Lema Ito) merupakan salah satu rumusan
untuk menyelesaikan persamaan diferensial stokastik dalam model tertentu
Lemma
dX t =
Ito.
t
Misalkan
X
adalah
proses
stokastik
yang
memenuhi
dWt + µ t dt dan f adalah fungsi kontinu yang terdefinisikan dua kali,
maka Yt = f ( X t ) juga proses stokastik dan berlaku :
dYt = (
t
f ' ( X t ))dWt + µ t f ' ( X t ) +
1
2
2
t
f ' ' ( X t ) dt
(2.8)
Salah satu penerapan Lemma Ito ini adalah pada model Black-Scholes dan model
jalam acak yang merupakan salah satu bentuk persamaan diferensial stokastik.
Jalan Acak (random walk)
Jalan acak merupakan salah satiu bentuk dasar dari proses stokastik dan Proses
Markov yang menjadi dasar pengembangan Gerak Brown dan Gerak Brown
Geometri. Model deterministik terlalu sukar untuk memodelkan perilaku
ekonomi, dengan demikian dibutuhkan model stokastik. Jalan acak merupakan
salah satu model yang bagus dan sederhana dari model stokastik, misalnya model
ini mampu menampilkan aspe probabilistik terhadap perubahan harga.
Jalan acak dapat diasumsikan sebagai sebagai orang yang sedang berjalan
secara acak pada arah yang acak dengan syarat panjang tiap langkah sama. Salah
satu asumsi jalan acak adalah memiliki jarak langkah yang konstan dan memiliki
peluang untuk menentukan arah jalan sesuai dengan distribusi seragam. Sebagai
gambaran, pada model jalan acak 1-dimensi akan muncul 3 peluang yaitu: tetap
pada posisinya, berjalan ke kiri atau berjalan ke kanan yang secara matematis
dapat ditulis:
Pr {X n +1 = i + 1 X n = i} = pi
Pr {X n +1 = i 1 X n = i} = qi
(2.9)
(2.10)
53
Pr {X n +1 = i X n = i} = ri
(2.11)
Peluang yang muncul dalam jalan acak bisa diasumsikan pada data
perdagangan saham, misalnya pi menyatakan nilai naik saham, qi menyatakan
peluang turun saham dan ri menyatakan tetap pada posisi semula.
Gambar 2.1. contoh jalan acak yang merekam perjalanan sampai 100 langkah
Gerak Brown
Gerak Brown merupakan proses stokastik
{X (t ); t
0}
dan merupakan
pengembangan lebih lanjut dari jalan acak, yang memiliki sifat:
-
nilai X (t + s ) X (s ) memiliki distribusi normal dengan nilai rata-rata 0
dan variansi
-
2
t
untuk interval yang terpisah [t1 , t 2 ], [t 3 , t 4 ] maka nilai X (4) X (3) dan
X (2) X (1) merupakan variabel acak bebas dan memiliki distribusi seperti
(i)
-
X (0) = 0
Model sederhana untuk gerak brown misalnya
µ menyatakan drift dan
S (t ) = X (t ) + µt dengan
menyatakan faktor pengganggu.
54
Gambar 2.3. Gerak Brown dengan X0=0, µ = 1 dan
= 0,25
Variasi Gerak Brown
Untuk model gerak brown dengan bentuk eksponensial disebut Gerak
Brown Geometri misalnya:
Y (t ) = e X (t )
(2.12)
Y (t ) = exp ( X (t ) + µ t )
(2.13)
atau
Model dasar Grak Brown ini menjadi kandidat yang realistis untuk model
pergerakan harga saham yang selanjutnya akan menghasilkan berbagai macam
modifikasi Gerak Brown. Salah satu alasan yang membuat Gerak Brown ini
cukup realistis adalah kemampuan menampilkan pola self similarity dan
ketidakmulusan grafik deret waktu
Distribusi Non Gauss
Teorema Limit Pusat
Distribusi peluang merupakan salah satu perangkat penting dalam model
statistika, keberadaannya memberikan gambaran secara menyeluruh bagaimana
perilaku data misalnya terhadap seberapa besar peluang ia akan muncul dalam
suatu kejadian. Tentu saja, konsep tentang distribusi peluang adalah konsep
55
abstraksi murni matematis yang digunakan untuk menjamin keberadaan sifat-sifat
dari data, atau gambaran ideal.
Distribusi peluang yang paling banyak digunakan dalam pemodelan yang
bersifat stokastik adalah distribusi normal. Masalah yang muncul adalah
bagaimana bentuk distribusi dari penjumlahan data acak yang memiliki sebuah
distribusi tertentu?. Ternyata ketika jumlah data yang dilibatkan dalam
penjumlahan mendekati tak hingga maka distribusi dari penjumlahan data tersebut
mengikuti distribusi normal, ini yang kemudian dikenal sebagai Teorema Limit
Pusat (TMP)
Distribusi dengan sifat bahwa setiap penjumlahan data acak memiliki
distribusi yang sama dengan distribusi semula di sebut distribusi stabil. Jika salah
satu syarat untuk terjadinya Teorema Limit Pusat dihilangkan (memiliki distribusi
dengan moment kedua tak hingga) maka bisa kita peroleh bentuk distribusi yang
tidak memenuhi TLP, misalnya distribusi Cauchy
p( x) =
a
1
a + b2
(2.14)
2
Dengan menggunakan transformasi Fourier diperoleh fungsi karakteristik
(q ) = e
s q
(2.15)
Dan untuk penjumlahan variabel acak
S n = x1 + . .. + x n
(2.16)
Diperoleh fungsi karakteristik
(q ) = [ (q )]n
(2.17)
Melalui balikan transformasi Fourier diperoleh:
Pn ( S n ) =
na
(na )
1
2
+ b2
(2.18)
56
Dengan kata lain distribusi Cauchy merupakan distribusi stabil. Sedangkan untuk
distribusi normal (gaussian) juga membentuk distribusi stabil, dengan fungsi
karakteristik
(q ) = e
Dengan a =
s q
(2.19)
2
2
untuk distribusi peluang:
P ( x) =
2
1
e
2
2
2
(2.20)
Secara umum fungsi karakteristik untuk distribusi stabil ditemukan oleh Levy dan
Khintchine dengan rumusan:
$
!iµq a q 1 i&
!
ln = #
! iµq a q 1 + i&
!
"
q
tan
q
2
q 2
ln q,
q
%1
(2.21)
=1
Namun perumusan fungsi karakteristik yang ditemukan oleh Levy dan
Khhintchine ini tidak mampu menjawab pertanyaan sebaliknya yaitu pada bentuk
distribusi p(1) apakah sedemikian sehingga distribusi peluang dari jumlah variabel
acaknya konvergen ke fungsi karakteristik umum
(q )
jika N mendekati tak
hingga.
Distribusi Levy Simetri
PL ( x ) ~ x
(1+ )
(2.22)
Selain untuk menunjukkan sifat power-law juga menunjukkan ketakhinggaan
momen ke dua (variansi tak hingga) dengan kata lain distribusi levy simetri
merupakan kelompok distribusi normal stabil dan juga merupakan contoh
distribusi yang tidak memenuhi syarat TLP (vaian hingga) tetapi memenuhi akibat
TLP
Salah satu cara agar Distribusi Levy Simetri memenuhi syarat TLP maka
langkah yang paling logis adalah membatasi varian tak hingga menjadi varian
57
hingga yang itu dengan membuat interval terbatas, jika hal ini terjadi maka akan
terbentuk
distribusi
Levy terpotong/LT
(Truncated
Levy
Flight)
yang
didefinisikan sebagai :
0, x > l
$
!
P( x ) = #cPL ( x ) , l < x < l
!
0, c < l
"
(2.23)
Dengan pembatasan selang yang berakibat pada variansi hingga (terbatas)
menjadikan LT memenuhi TLP, akibatnya penjumlahan dari variabel acak LT
akan konvergen menuju distribusi normal.
Otokorelasi
Otokorelasi Biasa
Fungsi korelasi yang ada dalam statisitka digunakan untuk mengetahui sejauh
mana hubungan antara satu kelompok data dengan satu kelompok data lainnya.
Dalam pasar saham atau keuangan, hal yang penting adalah mengetahui apakah
perubahan nilai pada harga saham atau keuangan tertentu dipengaruhi oleh nilai
data tersebut pada waktu sebelumnya. Untuk menjawab hal ini dikembangkan
fungsi otokorelasi yang merupakan langkah lanjut dari fungsi korelasi.
Fungsi otokorelasi selain berguna untuk melihat apakah perilaku suatu
data pada waktu tertentu dipengaruhi oleh data pada waktu sebelumnya, juga
berguna untuk mengetahui apakah suatu data memiliki perilaku acak atau tidak.
Hal ini penting untuk menjamin bahwa proses peramalan bisa dijalankan, sangat
mustahil melakukan peramalan jika data menunjukkan perilaku acak.
Fungsi korelasi untuk data acak y1 , y 2 , .. ., y N didefinisikan sebagai berikut
:
N k
rk =
' (y
i =1
i
y
)(y
N k
' (y
i =1
i
y
i+k
y
)
)
(2.24)
2
dengan nilai 0 < nk < 1
58
untuk nilai mendekati nol menunjukkan bahwa data tidak memiliki hubungan
dengan data sebelumnya atau data bersifat random.
Analisa R/S
Merupakan pengembangan lebih lanjut dari fungsi otokorelasi. Jika pada
otokorelasi biasa menggunakan data sebagai suatu kesatuan waktu terurut,
sedangkan pada analisa R/S (sebutan untuk Eksponen Hurst) data dipecah menjadi
beberapa bagian, dan analisis R/S dilakukan terhadap masing –masing data yang
terpecah.
Misalkan kita memiliki data terurutu Y1 Y2 , ... , YN data ini kemudian dipecah
menjadi beberapa bagian dengan panjang sama, dengan masing-masing bagian
terdiri y1, y2, ……yN dan
X (t , n ) =
' (y
t
t
y
n
i
R(n ) = maks X (t , n )
S (n ) =
n
(
1
' yt
n i =1
)
(2.25)
min X (t , n )
2
y
n
)
(2.26)
1
2
(2.27)
Eksponen Hurst diperoleh melalui perbandingan antara nilai R dan S yang
memenuhi:
R
n
=
2
S
N
Dengan H sebagai eksponen Hurst. Secara umum 0
(2.28)
H
1 , nilai H memberi
informasi apakah suatu data memiliki kecenderungan untuk bertahan pada suatu
trend atau tidak. Perilaku data terhadap trend memberi informasi lain terhadap
hubungan masing-masing dalam data tersebut.
59
ARCH
Model ini merupakan perangkat otoregresi yang mengasumsikan bahwa
nilai variansi dari data deret waktu tidak konstan. Hal ini berguna dalam keuangan
atau saham sebagai model volatilitas. Lebih jauh model otoregresi memungkinkan
peramalan terhadap nilai volatillitas
ARCH merupakan fungsi otoregresi yang mengasumsikan bahwa variansi
berubah terhadap waktu dan nilai variansi ini dipengaruhi oleh sejumlah data
sebelumnya, ide dibalik ini seperti dalam model autoregresi biasa (AR) dan
pergerakan rata-rata(MA), yaitu untuk melihat hubungan variabel acak
sebelumnya.Secara sederhana ARCH dibangun sebagai berikut:
Misalkan X1, X2, ….XT data acak terurut, dan Ft adalah himpunan data acak
terurut hingga saat t, maka ARCH dengan derajat q terhadap Xt adalah
X t Ft 1 ~ N (0, ht )
Dengan
ht = a0 + a1 X 2 + ... + a q X 2 t
(2.29)
(2.30)
q
GARCH
Merupakan perkembangan lebih lanjut dari ARCH yang hanya melihat hubungan
antara variansi kesalahan terhadap beberapa nilai variabel acak, dengan
menambahkan bahwa variabel kesalahan juga bergantung pada beberapa variabel
kesalahan data acak sebelumnya. Sehingga untuk model GARCH dengan derajat p
dan q adalah
X t Ft 1 ~ N (0, ht )
Dengan ht = a0 + a1 X 2 t 1 + ... + a q X 2 t q & + 1 ht 1 + .... + & pht
(2.31)
p
(2.32)
Sehingga untuk GARCH (1,) diperoleh
X t I Ft 1 ~ N (0, ht )
(2.33)
Dengan
60
ht = a 0 + a1 X 2 t 1 & +1 ht
(2.34)
1
2.3 Model Pasar Keuangan
Model Black Scholes
Model Blask-Sholes merupakan model Matematis untuk menentukan nilai
(harga) option yang adil (wajar), C(Y,t) sehingga tidak mengalami kerugian.
Untuk mempermudah pemodelan dan perhitungan, model Black-Scholes
membatasi permasalahan dengan mengemukakan beberapa asumsi yaitu:
-
memenuhi hipotesa pasar efisien
-
pergerakan harga mengikuti gerak brown geometri dengan drift dan
volatilitas konstan
-
tidak terjadi tindakan arbitrase
-
tidak ada biaya transaksi
-
perdagangan berlangsung kontinu
-
tingkat suku bunga adalah konstan
untuk pergerakan harga Y(t) mengikuti gerak Brown geometri ditulis secara
matematis
dY = µYdt + Y dW
(2.35)
Dan option (opsi) C(Y,t) sebagai fungsi dari Y maka menurut Lemma Ito
diperoleh:
dC (C 1 ( 2 C
+
dC = µY
+
dY (t 2 (Y 2
2
Y 2 dt +
(C
YdW
(Y
(2.36)
Sedangkan nilai portofolio yang digunakan untuk meminimalkan resiko terhadap
option yang dijual pada saat t adalah
)=
(C
Y
(Y
C
(2.37)
Sehingga perubahan portofolio pada selang *t :
61
*) =
(C
*Y
(Y
*C
(2.38)
Dengan melakukan substitusi dari model pergerakan harga gerak brown geometri
dan nilai option diperoleh
*) =
1 ( 2C
2 (Y 2
2
Y2
(C
*t
(t
(2.38)
Dengan tidak terjadinya tidakan arbitrase maka perubahan nilai portofolio akan
sama dengan pendapatan pada investasi atau
*) = r ) *t
(2.39)
Sehingga diperoleh persamaan Black-Sholes:
rC =
(C
(C 1 ( 2 C
+ rY
+
(t
(Y 2 (Y 2
2
Y2
(2.40)
Solusi dari persamaan diatas dikenal sebagai rumusan Black-Scholes
Model Blask-Shcoles merupakan bentuk awal dari upaya memodelkan sistem
keuangan modern. Meski asumsi yang dikemukakan sulit ditemui dari kejadian
yang sebenarnya namun memberikan insipirasi bahwa model pasar keuangan
dengan sifat stokastik dan tingkat transaksi serta perubahan yang tinggi mampu
untuk dimodelkan dengan persamaan diferensial. Masalah yang ditinggalkan oleh
Black-Scholes adalah bagaimana memasukkan unsur volatilitas serta arbitrase
atau drift yang tidak konstan.
Model Turbulensi
Tidak seperti Model Black-Sholes yang memulai pemodelan berdasarkan
sifat-sifat pasar keuangan, pada model turbulensi metode beberapa sifat yang
berlaku dalam fisika dicari kecocokannya dengan yang terjadi di pasar keuangan.
Misalnya unsur energi pada fisika memiliki kecocokan dengan unsur informasi
dalam keuangan
62
Dalam pemodelan Turbulensi dikenal Bilangan Reynold (Re) yang
berfungsi sebagai skala untuk menandai terjadinya turbulensi berdasarkan
viskositas v, kecepatan aliran V, dan diameter pipa L. Turbulensi akan muncul
pada Bilangan Reynold tertentu, Bilangan Reynold didefinisikan sebagai berikut:
Re =
LV
v
(2.41)
Di lain pihak persamaan Navier-Stokes juga memodelkan masalah turbulensi
berdasarkan kecepatan vektor V dan tekanan P. Persamaan Navier-Stokes
dinyatakan sebagai berikut:
(
V (r , t ) + (V (r , t ).+ )V (r , t ) = +P + v+ 2V (r , t )
(t
(2.42)
Dengan + .V (r , t ) = 0 . Komogorov menemukan hubungan antara rata-rata kuadrat
penambahan kecepatan dengan perbedaan posisi jika Bilangan Reynold mendekati
tak hingga, hubungan yang diperoleh adalah:
[V (k ) ]
2
= [V (r + k ) V (r )]
2
~k
2
3
(2.43)
Persamaan ini digunakan sebagai konsep penskalaan (scaling) pada model
turbulensi di fisika dan di pasar keuangan. Salah satu contoh hubungan menarik
antara aliran fluida tatkala fluida dan perubahan harga diwakili oleh Nilai indeks
S&P 500 dan perubahan kecepatan fluida, ternyata keduanya memiliki model
yang hampir sama pada
(*t ) ~ (*t )v
(2.44)
Meski dengan nilai v yang berbeda
Model Difusi
Model Difusi dalam fisika digunakan untuk memodelkan penyebaran
kepadatan suatu kuantitas, pada pasar keuangan hal ini bisa digunakan untuk
memodelkan penyebaran nilai fluktuasi suatu data keuangan
63
Model Difusi biasanya memiliki bentuk dasar
(P
=+2P
(t
(2.45)
Atau dalam bentuk lain:
(P( x, t ) , 2 ( 2 P(x, t )
=
(t
2
(x 2
(2.46)
64
Download