Penggunaan Ukuran Wadah Yang Berbeda Pada

advertisement
Penggunaan Ukuran Wadah Yang Berbeda Pada Pembesaran Ikan Hias
Mandarinfish (Synchiropus splendidus) di Keramba Jaring Apung
Oleh:
Adi Hardiyanto, Hariyano, Heru Salamet dan Sri Handayani
Abstrak
Plankton di Teluk Ambon Bagian Dalam sebenarnya dapat dimanfaatkan dengan memelihara ikanikan pemakan plankton (plankton feeder) dan perifiton, salah satunya adalah mandarinfish. Ikan mandarin
makan di dasar perairan. Mereka memakan udang kecil, seperti amphipoda dan isopoda, cacing kecil dan
protozoa. Pada pemeliharaan ikan ini, pakan sulit dipersiapkan, sehingga sangat sulit mempertahankan
kehidupannya. Ikan mandarin memiliki mulut yang kecil, sehingga hanya memakan makanan yang kecil
(Delbeek 1989). Sadovy et al. (2004) menambahkan bahwa pakan ikan mandarin adalah invertebrata.
Untuk merealisasikan sasaran produksi benih yang ingin dicapai sebagai alternatifnya maka dilakukan
upaya modifikasi ukuran waring yang berbeda untuk mengetahui pertumnbuhan dan sintasan benih
mandarinfish dengan mengandalkan pakan alami yang terdapat di sekitar KJA.
Benih mandarinfish yang digunakan dalam kegiatan ini adalah benih dengan ukuran 1,3 cm. Dalam
percobaan ini ada tiga perlakuan yaitu perlakuan A (waring ukuran 1 x 1 x 1 m) perlakuan B (waring
ukuran 1 x 1 x 2 m waring) perlakuan C (ukuran 1 x 1 x 3 m ). Benih dimasukkan ke dalam wadah, masing –
masing sebanyak 30 ekor per wadah. Benih dipelihara selama tiga bulan dan selama masa pemeliharaan
benih tidak diberi pakan dari luar, hanya mengandalkan pakan alami yang tersedia dalam waring.
Pertambahan panjang tertinggi terjadi pada perlakuan B yaitu sebesar 2,84 cm (panjang akhir
dikurangi panjang awal/ 4,14 – 1,3 cm) diikuti perlakuan C sebesar 2,7 cm dan terendah pada perlakuan A
yaitu sebesar 2,66 cm. Nilai kelulushidupan pada ketiga perlakuan menunjukkan bahwa sintasan tertinggi
terjadi pada perlakuan B sebesar 85,5% diikuti perlakuan C sebesar 82,2% dan perlakuan A sebesar
73,3%.
Kata kunci : ukuran wadah, pembesaran mandarinfish
Use of Container Size Different Magnification Ornamental Fish In
Mandarinfish ( Synchiropus splendidus ) in Floating Net Cage
By:
Adi Hardiyanto, Hariyano, Heru Salamet and Sri Handayani
Abstrack
Plankton in the Bay of Ambon Interior can actually be used to preserve the fish-eating plankton (plankton
feeders) and periphyton, one of which is mandarinfish. Mandarin fish meal in the bottom waters. They feed on
small shrimp, such as Amphipoda and isopods, small worms and protozoa. In this pisciculture, prepared hard
feed, so it is very difficult to sustain life. Mandarin fish have small mouths, so only eat small meals ( Delbeek
1989). Sadovy et al. (2004 ) adds that the mandarin fish feed are invertebrates. To realize the target seed
production to be achieved as the alternative modification efforts waring different sizes to determine the
survival rate of seeds mandarinfish pertumnbuhan and by relying on natural food found around KJA.
Mandarinfish seeds used in this activity is the seed of the size of 1.3 cm. In this experiment, there are
three treatment that treatment A (waring size of 1 x 1 x 1 m ) treatment B (waring size of 1 x 1 x 2 m waring)
treatment C (size 1 x 1 x 3 m). Seeds inserted into the containe, respectively - each of 30 individuals per
container. Seeds kept for three months and during maintenance of seed were not given food from the
outside, just rely on natural food available in the waring.
The highest increase in length occurs in treatment B is equal to 2.84 cm (length minus the long end of the
start/4.14 to 1.3 cm) followed by treatment C at 2.7 cm and the lowest treatment A is equal to 2.66 cm.
Survival value in all three treatments showed that the highest survival rate in treatment B was 85.5 % followed
by treatment C of 82.2 % and a 73.3 % treatment .
Keywords : container size , magnification mandarinfish
I.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu jenis ikan hias yang banyak diminati sebagai pajangan di aquarium adalah Ikan mandarinfish
(Synchiropus splendidus). Ikan ini merupakan salah satu species ikan yang unik dan cantik sehingga dengan
keunikan dan kecantikan ini, menempati urutan pertama dari daftar 10 besar ikan tercantik di dunia.
Corak warnanya seperti jubah kaisar cina sehingga lebih populer dengan nama ikan mandarin (mandarin
fish). Ikan ini sangat menakjubkan untuk dilihat, mempunyai gerakan yang lucu, bisa berdiri tegak pada
dinding aquarium, matanya yang menonjol dan bisa digerakan layaknya Penari Bali, kebiasaan makannya yang
lucu seperti burung merpati yang mematuk jagung, motifnya yang sangat unik dan istimewa, sangat menarik
untuk ditampilkan pada akuarium. Menurut Sadovy (2001) warnanya yang indah membuat ikan ini bernilai
sebagai ikan perdagangan. Perdagangan ikan mandarin mempunyai peran penting dalam meningkatkan
ekonomi lokal di Philipina dan Hong Kong.
Mandarinfish merupakan hidup endemik di daerah tertentu di Indonesia dengan jumlah terbatas. Tidak
mengherankan kalau mempunyai harga jual yang tinggi. Negara tujuan ekspor ikan hias laut, seperti
Singapura, Malaysia, Hongkong, Cina, Taiwan dan sebagian ke Eropa. Ikan hias ini ditangkap secara terus
menerus dan saat ini hampir punah sehingga termasuk dalam Apendiks Convention on International Trade of
Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES).
Untuk mencegah kepunahannya, diperlukan upaya penyelamatan melalui usaha budidaya. Selain
melestarikan sumberdaya ikan hias di alam, ikan hias hasil budidaya mempunyai berbagai keunggulan
diantaranya, tidak mudah stress dan tidak mudah terserang penyakit karena telah mampu beradaptasi
terhadap lingkungan pemeliharaan, pakan, lalu-lalang orang dan kebisingan serta terbebas dari racun sianida
sehingga ikan tidak mudah mati setelah dipelihara dalam aquarium.
Plankton di Teluk Ambon Bagian Dalam sebenarnya dapat dimanfaatkan dengan memelihara ikan-ikan
pemakan plankton (plankton feeder) dan perifiton, salah satunya adalah mandarinfish. Ikan mandarin makan
di dasar perairan. Mereka memakan udang kecil, seperti amphipoda dan isopoda, cacing kecil dan protozoa.
Pada pemeliharaan ikan ini, pakan sulit dipersiapkan, sehingga sangat sulit mempertahankan kehidupannya.
Ikan mandarin memiliki mulut yang kecil, sehingga hanya memakan makanan yang kecil (Delbeek 1989).
Sadovy et al. (2004) menambahkan bahwa pakan ikan mandarin adalah invertebrata.
Guna merealisasikan sasaran produksi benih yang ingin dicapai sebagai alternatifnya maka dilakukan
upaya modifikasi ukuran waring yang berbeda pada pemeliharaan benih mandrinfish di KJA.
1.2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan ukuran wadah yang berbeda
terhadap pertumbuhan dan sintasan (SR) ikan hias mandarinfish (Synchiropus splendidus) di KJA
1.3.
Waktu dan Tempat
Kegiatan ini dilakukan pada bulan Juli - November 2013 di Karamba Jaring Apung Balai Budidaya Laut
Ambon.
II.
2.1.
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan perekayasaan penggunaan ukuran jaring
yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan mandarinfish dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan bahan
No
Alat / Bahan
1 Benih mandarinfish
2 waring ukuran 1 x 1 x 1 m
3 waring ukuran 1 x 1 x 2 m
4 waring ukuran 1 x 1 x 3 m
5 pemberat
6 cover penutup
7 shelter dari pipa paralon
8 mistar
9 ember
10 tanggo
11 ATK
Kebutuhan
90 ekor
1 buah
1 buah
1 buah
12 bh
3 buah
18 buah
1 buah
3 buah
3 buah
1 set
Keterangan
Hewan uji
Wadah pemeliharaan
Wadah pemeliharaan
Wadah pemeliharaan
Penegang waring
Pelindung waring
Tempat sembunyi
Pengukur panjang
Penampung ikan
Penyerok ikan
Pencatatan & pembuatan laporan
2.2.
Metode Kerja
Metode kegiatan dalam kegiatan ini meliputi:
1. Tahapan persiapan dan pemeliharaan benih yang akan dibesarkan di KJA:
a. Sediakan wadah pemeliharaan berupa waring dengan ukuran yang berbeda
b. Pasang wadah pemeliharaan pada KJA sehingga terbentuk kotak dengan bantuan pemberat pada
keempat sisi pada bagian dasar waring.
c. Siapkan cover menutup waring.
2. Saat Pengujian :
a. Sediakan wadah pemeliharaan pengujian sebanyak 3 buah dengan ukuran 1 x 1 x 1 m, waring ukuran
1 x 1 x 2 m, waring ukuran 1 x 1 x 3 m
b. Seleksi benih ikan dengan ukuran panjang 1,3 cm dengan kriteria sehat, tidak cacat, pergerakan aktif
dan pola warna yang merata.
c. Masukkan benih ke dalam wadah yang telah disiapkan sebanyak 30 ekor per waring.
d. Beri cover dan shelter untuk mencegah penetrasi panas langsung yang dapat membuat ikan stress
dan mati.
e. Benih dipelihara selama tiga bulan dan selama masa pemeliharaan benih tidak diberi pakan
tambahan dari luar,hanya mengandalkan pakan alami yang tersedia di dalam waring
3.
Pengambilan data:
Data yang diambil dalam kegiatan ini berupa tingkat kelulusan hidup (SR) dan pertumbuhan dan
dilakukan pengambilan sampel sebanyak dua kali dalam sebulan.
Data yang telah diperoleh dikumpulkan untuk kemudian diolah menjadi :
-
Tingkat kelangsungan hidup (survival rate) :
SR 
-
Jumlah larva/beni h akhir
x100%
Jumlah larva/beni h awal
Laju Pertumbuhan relatif benih dihitung dengan rumus:
Laju Pertumbuhan Relatif (Relative Growth Rate) adalah sebagai berikut:
1
g =
Lt1
Dimana: g
Lt1
Lt2
t1
t2
=
=
=
=
=
Lt2 – Lt1
t2 – t1
t2 – t1
Laju Pertumbuhan Relatif (mm/hari)
Panjang pada waktu t1 (mm)
Panjang pada waktu t2 (mm)
Waktu Pengukuran ke-1
Waktu Pengukuran ke-2
Kualitas air media pemeliharaan
Dilakukan dengan menganalisa data kualitas air yang diterima dari hasil pengujian oleh laboratorium
kualitas air.
-
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. HASIL
3.1.1. Pertumbuhan/Pertambahan Panjang Benih Mandarinfish
Data pertumbuhan ikan selama tiga bulan masa pemeliharaan dengan ukuran tebar awal 1,3 cm dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Pertumbuhan benih mandarinfish
Pertambahan panjang (cm)
Pengamatan ke
A
B
C
0
1,3
1,3
1,3
1
2.48
2.67
2.71
2
3.00
3.30
3.20
3
3.54
3.95
3.74
4
3.70
4.00
3.85
5
3.96
4.14
4.10
Pertumbuhan mutlak
2,66
2,84
2,70
Ket :
A = ukuran waring 1 x 1 x 1m
B = ukuran waring 1 x 1x 2m
C = ukuran waring 1 x 1 x 3m.
Pertumbuhan mutlak pada perlakuan B yaitu sebesar 2,84 cm, diikuti perlakuan C sebesar 2,7 cm dan
terendah pada perlakuan A yaitu sebesar 2,66 cm,.
3.1.2. Laju Pertumbuhan Relatif (Relatif Growth Rate / RGR)
Laju pertumbuhan relatif selama tiga bulan masa pemeliharaan benih mandarinfish, dapat dilihat pada
table 3.
Tabel 3. Laju pertumbuhan relatif selama 3 bulan masa pemeliharaan
Parameter
A
B
C
RGR (%/hari)
0,12
0,14
0,10
Laju pertumbuhan relatif (Relatif Growth Rate / RGR) pada ketiga perlakuan menunjukkan bahwa
perlakuan B memberi hasil terbaik yaitu 0,14 ini menunjukkan bahwa setiap hari terjadi pertambahan panjang
pada benih sebesar 0,14 cm, diikuti oleh perlakuan C sebesar 0,12 dan perlakuan A sebesar 0,10
Apabila disajikan dalam bentuk grafik, pertumbuhan benih mandarinfish dapat dilihat pada Gambar 1.
4.50
4.00
3.50
panjang (cm)
3.00
2.50
perlakuan A
2.00
perlakuan B
1.50
perlakuan C
1.00
0.50
0.00
1
2
3
4
5
minggu keGambar 1. Grafik Pertumbuhan Ikan Selama Pemeliharaan
Dari grafik di atas terlihat bahwa pertambahan panjang pada ketiga perlakuan tidak berbeda jauh dan
cenderung hampir sama.
3.1.3. Sintasan / survival rate (SR)
Nilai sintasan (SR) benih selama tiga bulan pemeliharaan dapat dilihat pada table 4 di bawah ini:
Tabel 4. Angka kelulushidupan selama 3 bulan pemeliharaan
Bulan
1
2
3
SR (%)
Perlakuan
A
90
70
60
73,3
B
93,3
86,7
76,6
85,5
C
96,7
80
70
82,2
Nilai kelulushidupan pada ketiga perlakuan menunjukan bahwa sintasan tertinggi terjadi
perlakuan B sebesar 85,5 diikuti perlakuan C sebesar 82,2 dan perlakuan A sebesar 73,3.
pada
3.1.4. Kualitas air media pemeliharaan
Kualitas air media pemeliharaan selama tiga bulan pengujian dapat dilihat pada table 4 di bawah ini:
Tabel 4. Data kualitas air media pemeliharaan
Parameter
Kisaran
Suhu (°C)
27,6 – 28,85
Salinitas (‰)
31,5 – 33
pH
7,655 – 7,89
Oksigen terlarut (mg/l)
4,86 – 5,10
NO₂ (mg/l)
0,001 – 0,015
NH₃ (mg/l)
0,001 – 0,015
3.2.
Rata-rata
28,24
32,5
7,8
5,017
0,007
0,0055
PEMBAHASAN
3.2.1. Pertumbuhan/Pertambahan Panjang Benih Mandarinfish
Berdasarkan ketiga perlakuan diatas, pertambahan panjang mandarinfish mengalami pertumbuhan
selama pemeliharaan tiga bulan. Pertumbuhan terjadi apabila ikan hidup dan berada pada lingkungan yang
optimum (suhu, pH dan oksigen) serta kebutuhan makanan yang mencukupi.
Pada penelitian ini, makanan berupa pakan alami kopepoda dan udang renik yang masuk di dalam
waring sesuai dengan perbandingan ukuran waring 1 m, 2 m dan 3 m. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Hepher dan Pruginin dalam Suhadi (2003) yang menyatakan peningkatan kepadatan ikan tanpa disertai
peningkatan jumlah pakan yang diberikan akan menyebabkan penurunan laju pertumbuhan ikan dan jika telah
sampai pada batas carrying capacity maka pertumbuhannya akan terhenti sama sekali.
Sesuai yang diutarakan Hepher dan Pruginin (1981), peningkatan padat penebaran dapat diikuti dengan
pertumbuhan yang maksimal serta peningkatan hasil selama pakan tercukupi dan kualitas air tetap
mendukung. Oleh karena itu, kedua faktor tersebut tidak mempengaruhi pertumbuhan ikan.
Hasil percobaan menunjukan bahwa pertumbuhan panjang dari ketiga perlakuan tersebut meski ada
perbedaan, namun sama baiknya karena tidak ada pertumbuhan yang mencolok. Hal tersebut disebabkan
karena kebutuhan lingkungan dan makanan (zooplankton) masih dalam keadaan yang mencukupi. Sama
halnya dengan panjang, laju pertumbuhan harian ikan juga tidak berbeda terlalu jauh.
Namun jika mencari keuntungan produksi yang maksimal maka perlakuan A merupakan ukuran yang
optimal karena dengan ukuran yang kecil dihasilkan ikan hias yang pertumbuhannya hampir sama dengan
perlakuan lainnya. Pada percobaan ini perlakuan A memberikan keuntungan produksi yang paling besar
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
3.2.2. Sintasan / survival rate (SR)
Nilai kelulushidupan pada ketiga perlakuan menunjukkan bahwa sintasan tertinggi terjadi pada
perlakuan B sebesar 85,5 diikuti perlakuan C sebesar 82,2 dan perlakuan A sebesar 73,3.
Rendahnya nilai sintasan pada perlakuan A disebabkan karena tingginya tingkat persaingan makanan
dimana dengan kepadatan yang sama pada ketiga perlakuan namun volume media pemeliharaannya berbeda
dimana pada perlakuan A volumenya paling kecil, sehingga tingkat persaingan makanannya tinggi sedangkan
ketersediaan pakannya terbatas karena hanya mengandalkan pakan alami yang masuk ke dalam waring.
Pada perlakuan C, meskipun volume wadahnya lebih besar daripada perlakuan B, nilai sintasannya lebih
rendah, ini diduga karena adanya predator kepiting yang masuk ke dalam waring selama masa pemeliharaan.
Dalam pemeliharaanya semua wadah hanya diberi shelter pada kolom air tanpa cover jaring.
3.2.3. Kualitas air media pemeliharaan
Kualitas air dapat mempengaruhi pertumbuhan biota air. Jika kualitas air dalam suatu perairan seperti
suhu, pH, dan oksigen terlarut dalam air berada di luar kisaran optimum, maka pertumbuhannya akan
terhambat. Pengukuran kualitas air selama penelitian meliputi suhu, oksigen terlarut (DO), pH, NO2 dan NH3.
Ikan mandarin hidup pada lingkungan, seperti: kedalaman 0,61-17,0 m, temperatur 28.5 - 29.5 °C,
Nitrate 0.059 - 0.34 umol/L, Salinitas: 32.8 - 34.3 PPS, Oksigen terlaru 4,3 – 4,6 ml/l, Phosphate 0.085 - 0.332
umol/l, Silicate 1.328 - 2.712 umol/l, kedalaman 0.61 – 17 m (Lieske, E. and R. Myers, 1994 dan Baensch, H.A.
and H. Debilus 1997). Dari beberapa parameter kualitas air selama masa pemeliharaan menunjukkan bahwa
kisaran kualitas air pada media pemeliharaan mandarinfish masih dalam kondisi yang sesuai untuk pemijahan
ikan mandarinfish, dimana suhu berkisar antara 27,6 – 28,85°C,salinitas 32,5 permil, DO antara 4,86 – 5,10
mg/l, NO₂ rata-rata sebesar 0, dan 006 mg/l, NH₃ sebesar 0,0045 mg/l, sehingga kualitas air media
pemeliharaan induk mandarinfish selama masa pemaliharaan berada pada kisaran normal.
IV.
4.1.
Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa volume wadah pemeliharaan yang berbeda dengan
kepadatan yang sama tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tetapi berpengaruh terhadap
kelulushidupan benih mandarinfish.
4.2.
Saran
Pada pembesaran mandarinfish di KJA, penggunaan shelter pada kolom air untuk melindungi ikan dari
predator tidaklah cukup, sehingga perlu diberi cover dengan kontruksi yang rapat tanpa celah, sehingga
kepiting tidak bisa masuk ke dalam jaring.
DAFTAR PUSTAKA
Baensch, H.A. and H. Debelius 1997 Meerwasser atlas. Mergus Verlag GmbH, Postfach 86, 49302, Melle,
Germany. 1216 p. 3rd edition.
Delbeek, C. 1989. The Mandarin Fish: Synchiropus splendidus. Seascope.
Herpher B. dan Pruginin Y. 1981. Comercial fish farming : With Special Reference to Fish Culture in
Israel.
John Wiley & Sons New York. 88
Lieske, E. and R. Myers 1994 Collins Pocket Guide. Coral reef fishes. Indo-Pacific & Caribbean including the Red
Sea.Haper Collins Publishers, 400 p.
Sadovy, Y., J. Randall, M. Raotto. 2004. Skin structure in six dragonet species (Gobiesociformes;
Callionymidae): interspecific differences in glandular cell types and mucus secretion.. Journal of Fish
Biology, 66: 1411-1418.
Sadovy, Y., G. Mitcheson, M. Rasotto. 2001. Early development of the mandarinfish, Synchiropus splendidu
(Callionymidae), with notes on its fishery and potential for culture.. Aquarium Sciences and
Conservation, 3: 253-263.
Download