BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN
A.
Pengendalian Internal
a.
Pengertian Pengendalian Internal
Alvin A. Arens, Randal J.Elder, dan Mark S. Beasley (2011: 396)
mendefinisikan pengendalian intern adalah :
“Kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen
jaminan yang wajar bahwa perusahaan mencapai tujuan dan sasarannya”.
Committee of sponsoring Organizations (COSO) mendefinisikan
pengendalian intern sebagai berikut, sebagaimana terdapat dalam buku
Pengantar Akuntansi (2012:389).
“Pengendalian Internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh
dewan
direksi,
manajemen,
dan
karyawan
yang
dirancanguntuk
memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa tujuan organisasi dapat
tercapai melalui hal-hal berikut:
1) Keandalan pelaporan keuangan
2) Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.
3) Efekifitas dan efisiensi operasi.”
Konsep dasar yang terkandung dalam definisi ini adalah :
1) Pengendalian intern adalah suatu proses. Pengendalian Intern
merupakan cara untuk mencapai tujuan, dan bukan tujuan itu sendiri.
2) Pengendalian Intern dipengaruhi oleh manusia. Pengendalian Intern
bukan hanya terdiri dari buku pedoman Kebijakan dan formulirformulir, tetapi juga orang-orang di berbagai jenjang dalam suatu
organisasi.
3) Pengendalian Intern diharapkan memberi keyakinan penuh. Yaitu
bagi manajemen dan dewan komisaris satuan usaha karena adanya
kelemahan-kelemahan bawaan yang melekat pada seluruh sistem
pengendalian intern dan perlunya mempertimbangkan biaya dan
manfaat.
4) Pengendalian Intern adalah alat untuk mencapai tujuan yaitu
pelaporan keuangan, kesesuaian, dan operasi.
5)
Pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuranukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan perusahaan,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong
efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Pembentukan suatu sistem tidak terlepas dari adanya suatu sistem
pengendalian internal, karena pengendalian internal harus melekat di
dalam sistem itu sendiri. Struktur suatu organisasi dan semua metodemetode yang terkoordinir serta ukuran-ukuran yang ditetapkan di dalam
suatu perusahaan untuk tujuan menjaga ditetapkannya di dalam suatu
perusahaan untuk tujuan menjaga keamanan harta kekayaan milik
perusahaan, memeriksa ketepatan dan kebenaran data akuntansi,
meningkatkan efisiensi operasi kegiatan, dan mendorong ditaatinya
kebijaksanaan-kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.
Menurut Mulyadi (2010:163) system pengendalian intern itu adalah
system pengendalian intern yang meliputi struktur organisasi, metode dan
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi
dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
1. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern
Unsur-unsur yang mendukung atau menunjang terlaksananya
system pengendalian intern yang baik menurut Mulyadi (2010):164)
adalah sebagai berikut :
1.
Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional
secara tegas. Struktur organisasi merupakan kerangka (Framework)
pembagian tanggungjawab fungsional kepada unit-unit organisasi
yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok
perusahaan.
Pembagian
tanggungjawab
fungsional
dalam
organisasi ini didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari
fungsi akuntansi.
b. Suatu fungsi tidak boleh dipertanggungjawabkan penuh untuk
melaksanakan semua tahap suatu transaksi. Pemisahan fungsi
akuntansi dari fungsi-fungsi operasi dan fungsi penyimpanan,
catatan akuntansi yang diselenggarakan dapat mencerminkan
transaksi sesungguhnya yang dilaksanakan oleh unit organisasi
yang memegang fungsi operasi dan fungsi penyimpanan.
Dengan demikian dalam pelaksanaan suatu transaksi terdapat
internal check diantara unit organisasi pelaksana.
2.
Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan
dan biaya.Setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dan
pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya
transaksi tersebut oleh karena itu dalam organisasi hanya dibuat
system yang mengatur pembagian wewenang yang otorisasi atas
terlaksananya setiap transaksi dalam organisasi. Salah satu media
yang digunakan untuk merekam penggunaan wewenang untuk
memberikan otorisasi terlaksananya transaksi dalam organisasi
adalah formulir, oleh karenanya penggunaan formulir dicatat dalam
catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan keandalannya
(reliability) yang tinggi.Dengan demikian system otorisasi akan
menjamin
dihasilkannya
dokumen
pembukuan
yang
dapat
dipercaya, sehingga akan menjadi masukan yang dapat dipercaya
bagi proses akuntansi. Selanjutnya, prosedur pencatatan yang baik
akan menghasilkan informasi yang diteliti dan dapat dipercaya
mengenai kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya suatu organisasi.
3.
Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap
unit organisasi. Pembagian tanggungjawab dan sistem wewenang
dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan
terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk
menjamin praktik yang sehat dalam pelaksanaannya. Adapun caracara
yang
umumnya
ditempuh
oleh
perusahaam
dalam
menciptakan praktik yang sehat adalah :
a. Penggunaan
formulir
bernomor
urut
tercetak
yang
pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh orang yang
berwenang.
b. Pemeriksaan mendadak (surprised audit).
c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir
oleh satu orang satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan
dari orang atau unit organisasi lain.
d. Perputaran jabatan (job rotation)
e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak
f. Secara periodik diadakan pencatatan fisik kekayaan dengan
catatannya.
g. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek
efektivitas unsur-unsur system pengendalian intern yang lain.
4.
Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya
Bagaimanapun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi dan
prosedur pencatatan, serta berbagai cara yang diciptkan untuk
mendorong praktik yang sehat, semuanya sangat bergantung
kepada manusia yang melaksanakannya. Jika perusahaan memiliki
karyawan yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian yang lain
dapat dikurangi sampai batas yang minimum, dan perusahaan tetap
mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat
diandalkan. Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan
dipercaya, berbagai cara berikut ini dapat ditempuh :
a. Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut
oleh pekerjaannya.
b. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan
perusahaan,
pekerjaannya.
sesuai
dengan
tuntutan
perkembangan
2. Tujuan Sistem Pengendalian Intern
Tujuan dari sistem pengendalian intern menurut Mulyadi
(2010:163) adalah sebagai berikut :
a. Menjaga kekayaan organisasi
b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
c. Mendorong efisiensi, dan
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Mulyadi (2010:163) menyatakan bahwa “Tujuan dari sistem
pengendalian intern tersebut dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
pengendalian intern akuntansi (Internal Accounting control) dan
pengendalian intern administrasi (Internal Administrative Control)”.
Selanjutnya dikemukakan bahwa pengendalian intern akuntansi yang
merupakan bagian dari system pengendalian intern, yang meliputi
struktur organisasi, metode yang dikoordinasikan terutama untuk
menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan
data akuntansi. Pengendalian intern administrative meliputi struktur
organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama
untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.
3. Pengendalian Intern Suatu Entitas
Menurut Sunarto dalam En, Suryandi, dan Adelyna (2011),
pengendalian intern hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi
manajemen
dan
dewan
komisaris
sehubungan
dengan
tujuan
perusahaan.
Alasannya adalah karena keterbatasan bawaan pada setiap
pengendalian intern berikut :
a. Kesalahan dalam pertimbangan. Manajemen dan personel lainnya
seringkali melakukan pertimbangan yang kurang matang dalam
pengambilan keputusan bisnis atau dalam melakukan tugas-tugas
rutin karena kekurangan informasi, keterbatasan waktu, atau
penyebab lainnya.
b. Kemacetan. Kemacetan pada pengendalian yang telah berjalan bisa
terjadi karena petugas salah mengerti dalam instruksi atau
melakukan
kesalahan
karena
kecerobohan,kebingungan,
atau
kelelahan. Perpindahan personel sementara/tetap, atau perubahan
system atau prosedur, bisa juga mengakibatkan kemacetan.
c. Kolusi. Kolusi atau persengkongkolan yang dilakukan oleh seorang
pegawai dengan pegawai lainnya, atau dengan pelanggan atau
pemasok, bisa tidak terdeteksi oleh struktur pengendalian lain.
d. Pelanggaran
oleh
manajemen.
Manajemen
bisa
melakukan
pelanggaran atas kebijakan/prosedur-prosedur untuk tujuan-tujuan
tidak sah, seperti keuntungan pribadi, atau membuat laporan
keuangan menjadi tampak baik.
e. Biaya
dan
manfaat.
Biaya
penyelenggaraan
suatu
stuktur
pengendalian intern seyogyanya tidak melebihi manfaat yang akan
diperoleh dari penerapan pengendalian intern tersebut.
c.
Komponen-komponen Pengendalian Internal
Komponen-komponen yang terdapat di dalam pengendalian intern
menurut Committee of sponsoring Organizations (COSO) sebagaimana
dikutip oleh James M. Reve, Carl S. Warren dan Ersa Tri Wahyuni
(2012:390) adalah sebagai berikut:
1)
Control Environment (Lingkungan Pengendalian)
Lingkungan pengendalian adalah tindakan, kebijakan dan prosedur
yang mencermikan keseluruhan sikap manajemen puncak, direktur,
komisaris, dan pemilik suatu badan usaha terhadap pengendalian dan
pentingnya
terhadap
perusahaan
tersebut.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi lingkungan pengendalian adalah sebagai berikut :
a) Integitas dan nilai-nilai etika (Integrity dan ethical Values)
Intergitas atau kejujuran dan nilai-nilai etika merupakan dasar
pengendalian
yang
dilaksanakan
oleh
manajemen
dalam
mengurangi dan meredam tindakan penyelewengan yang dilakukan
oleh individu dalam perusahaan.
b) Komitmen terhadap kompetensi (Commitment to Competence)
Komitmen terhadap kompetensi adalah pengetahuan dan keahlian
yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tiap individu dan
merupakan pertimbangan manajemen tentang tingkat kompeten
untuk perkerjaan tertentu dan bagaimana tingkat tersebut diubah
menjadi keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan.
c) Partisipasi dewan komisaris atau komite audit (Board of directors
or audit committee participation).
Suatu kesatuan pengendalian dipengaruhi oleh dewan direksi atau
komite audit. Komite audit yang independen dibebani tanggung
jawab untuk mengawasi proses pelaporan keuangan yang
mencakup pengendalian intern dan ketaatan terhadap undangundang dan peraturan yang ditetapkan.
d) Falsafah manajemen dan gaya operasi (Manajemen’s filosophy
and operation style).
Manajemen melalui aktivitasnya memberikan pengarahan yang
jelas kepada karyawannya mengenai pentingnya pengendalian.
Falsafah manajemen dan gaya operasi menjangkau karakteristik
yang luas. Karakteristik tersebut meliputi: Pendekatan pimpinan
perusahaan dalam mengambil keputusan dan memantau resiko
usaha, sikap dan tindakan pimpinan perusahaan untuk mencapai
anggaran laba dan sasaran operasi lainnya serta pelaporan
keuangan.
e) Struktur organisasi (Organization Structure)
Struktur organisasi mencerminkan garis tanggung jawab dan
wewenang dalam perusahaan. Pemahaman akan struktur organisasi
memungkinkan auditor memahani manajemen dan unsur-unsur
fungsi dalam perusahaan.
f) Penetapan Wewenang dan Tanggung Jawab (Assignment of
authority dan responsibility)
Penetapan wewenang dan tanggung jawab adalah penetapan
metode-metode seperti memorandum manajemen puncak tentang
pentingnya pengendalian dan hal-hal yang berkaitan dengan
pengendalian, rencana organisasi, operasi formal, uraian tugas
karyawan dan kebijakan yang berhubungan dengannya, dokumen
kebijakan dan mencakup perilaku karyawan seperti pertentangan
keputusan petunjuk resmi mengenai perilaku.
g) Kebijakan
Sumber
daya
manusia
dan
prakteknya
(Human Resource Policies and Practices).
Pegawai yang kompeten dan dapat dipercaya penting artinya bagi
pengendalian intern. Dengan adanya pegawai yang dapat
dipercaya, pengendalian yang lain dapat dikurangi. Kebijakan
sumber
daya
manusia
berkaitan
dengan
pengangkatan,
pengevaluasian,
pelatihan,
promosi,
kompensasi
pegawai
merupakan bagian penting dalam pengendalian.
2)
Risk Assesment (Penafsiran resiko)
Bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola
resiko yang berhubungan dengan persiapan laporan keuangan yang
disajikan berdasarkan prinsip akuntasi yang berlaku umum.
Resiko-resiko dapat timbul dalam keadaan-keadaan sebagai berikut:
a) Perubahan dalam lingkungan operasi perusahaan (changes in
operating environment).
Perubahan peraturan atau lingkungan operasi dapat mengakibatkan
perubahan dalam tekanan persaingan dan resiko yang berbeda
secara signifikan.
b) Karyawan Baru (New Personal)
Karyawan baru mungkin memiliki pandangan atau pengertian yang
lain atas pengendalian intern yang sedang diterapkan dalam
perusahaan.
c) Sistem informasi Baru (New or Revamped information System)
Perubahan dalam sistem informasi dapat merubah resiko yang
berhubungan dengan pengendalian intern.
d) Teknologi Baru (New Technology)
Teknologi yang diterapkan pada proses produksi atau sistem
informasi
dapat
merubah
resiko
yang
sebelumnya
telah
diperkirakan oleh pengendalian intern.
e) Pertumbuhan yang pesat
Pertumbuhan yang pesat operasi perusahaan dapat meningkatkan
resiko sebagai akibat dari pengendalian sudah tidak berfungsi lagi
secara memadai.
f) Lingkungan, Produk, atau kegiatan baru (new lines, product, or
activities)
Bidang usaha atau transaksi yang dikenal secara samar oleh
perusahaan akan menimbulkan usaha baru yang sebelumnya telah
diperkirakan oleh pengendalian intern.
g) Keputusan Akuntansi (Accounting Pronouncement)
Penerapan atau perubahan prinsip-prinsip akuntansi yang dapat
menimbulkan resiko dalam mempersiapkan laporan keuangan.
3)
Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Aktivitas pengendalian terdiri dari kebijakan dan prosedur yang
diperlukan untuk meredam resiko dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Pada umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin berhubungan dengan
audit dapat dikategorikan sebagai kebijakan dan prosedur yang
menyangkut:
a)
Tinjauan pelaksanaan Kerja (Performance Reviews)
Aktivitas pengendalian intern dilaksanakan dengan mengadakan
tinjauan pelaksanaan kerja, yaitu dengan cara membandingkan antara
pelaksanaan kerja sebenarnya dengan anggaran, pelamaran dan
periode tinjauan kerja sebelumnya, serta analis yang telah
dilaksanakan dan tindakan koreksi yang telah dilaksanakan.
b)
Pengolahan Informasi (information Processing)
Berbagai tindakan pengendalian dilaksanakan dengan memeriksa
keakuratan,
kelengkapan,
dan
otorisasi
transaksi.
Aktivitas
pengendalian sistem informasi terdiri atas:
c)
Pengendalian Umum
Pada umumnya merupakan pengendalian terhadap operasi pusat data
akusisi dan pemeliharaan sistem software, akses keamanan, serta
pengembangan dan pemeliharaan.
d)
Pengendalian aplikasi
Dilakukan terhadap pengolahan aplikasi individu.Pengendalian ini
menjamin bahwa transaksi yang dilaksanakan telah sah, telah
diotorisasi dengan benar, dan telah diolah secara akurat dan lengkap.
e)
Pengendalian Fisik (Physical control).
Aktivitas pengendalian ini dilaksanakan terhadap fisik atas aktiva,
untuk menjaga aktiva dari perbedaan perhitungan antara catatan
dengan perhitungan fisik, menghindari pencurian aktiva.Aktivitas ini
mendukung persiapan pelaporan keuangan, pelaksanaan audit.
f)
Pemisahan tugas (Segregation of duties)
Tujuan utama pemisahan tugas adalah untuk menghindari timbulnya
kesalahan yang disengaja atau tidak dalam pengotorisasian transaksi,
pencatatan transaksi, dan pemeliharaan asset.
4)
Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Tujuan dari sistem informasi akuntansi perusahaan adalah untuk
mengidentifikasi, mengumpulkan, mengklasifikasi, mencatat dan
melaporkan transaksi-transaksi, menjaga kebenaran aset yang
bersangkutan. Manajemen juga dapat menggunakan informasi
eksternal untuk menilai kejadian dan kondisi yang dapat berpengaruh
pada pengambilan keputusan dan pelaporan eksternal.
5)
Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan merupakan tindak lanjut yang digunakan sebagai
tambahan terhadap keempat unsur lainnya yang dibuat untuk
memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan tertentu telah
tercapai.Pemantauan berkenaan dengan penilaian keefektifan yang
terus menerus pada desain dan operasi pengendalian intern sehingga
dapat disesuaikan dengan perubahan lingkungan.
e. Jenis – jenis Pengendalian Internal
1. Pengendalian Umum
Pengendalian umum pada perusahaan biasanya dilakukan terhadap
aspek fisikal maupun logikal. Aspek fisikal, terhadap aset-aset fisik
perusahaan, sedangkan aspek logikal biasanya terhadap sistem
informasi
di
level
manajemen
(misal:
sistem
operasi).
Pengendalian umum sendiri digolongkan menjadi beberapa,
diantaranya adalah:
a) Pengendalian organisasi dan otorisasi.
Yang dimaksud dengan organisasi disini adalah secara umum
terdapat pemisahan tugas dan jabatan antara pengguna sistem
(operasi) dan administrator sistem (operasi). Disini juga dapat
dilihat bahwa pengguna hanya dapat mengakses sistem apabila
memang telah diotorisasi oleh administrator.
b) Pengendalian operasi.
Operasi sistem informasi dalam perusahaan juga perlu
pengendalian untuk memastikan sistem informasi tersebut
dapat beroperasi dengan baik selayaknya sesuai yang
diharapkan.
c) Pengendalian perubahan.
Perubahan-perubahan
yang
dilakukan
terhadap
sistem
informasi juga harus dikendalikan. Termasuk pengendalian
versi dari sistem informasi tersebut, catatan perubahan
versi,serta manajemen perubahan atas diimplementasikannya
sebuah sistem informasi.
d) Pengendalian akses fisikal dan logikal.
Pengendalian akses fisikal berkaitan dengan akses secara fisik
terhadap fasilitas-fasilitas sistem informasi suatu perusahaan,
sedangkan akses logikal berkaitan dengan pengelolaan akses
terhadap sistem operasi sistem tersebut.
2. Pengendalian Khusus
Pengendalian khusus
atau pengendalian aplikasi(application
control) adalah sistem pengendalian inernal komputer yang
berkaitan dengan pekerjaan atau kegiatan tertentu yang telah
ditentukan(setiap aplikasi berbeda karakteristik dan kebutuhan
pengendalian).
Pengendalian aplikasi terdiri dari :
1) Pengendalian Masukan dan input controls.
2) Pengendalian Proses pengolaha data atau proses controls.
3) Pengendalian keluaran atau output controls
4) Pengendalian file atau database (database controls).
B.
Efektivitas Penjualan
1.
Pengertian Efektivitas
Efektivitas selalu berkaitan dengan tujuan perusahaan. Kegiatan
suatu pusat pertanggungjawaban atau unit organisasi dapat dikatakan
efektif sejalan dengan kontribusi yang diberikan dalam pencapaian
tujuan perusahaan. Artinya semakin besar kontribusi suatu unit
organisasi terhadap pencapaian tujuan perusahaan semakin efektif
kegiatan unit organisasi tersebut.
Menurut Arens (2010) Efektivitas merupakan kemampuan suatu
organisasi untuk memperoleh dan memanfaatkan sumber daya yang ada
sebaik mungkin dalam usahanya mencapai tujuan organisasi.
Suatu unit dapat dikatakan efektif bila kontribusi keluaran yang
dihasilkan semakin besar terhadap nilai pencapian sasaran tersebut.
Efektivitas juga dapat dikatakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu
organisasi
dalam
mencapai
tujuan
organisasi
berhubungan dengan hasil operasi perusahaan.
tersebut
yang
C.
Penjualan
1.
Pengertian Penjualan
Menurut Basu Swastha DH (2010 : 32) penjualan adalah interaksi
antara individu saling bertemu muka yang ditujukan untuk
menciptakan,memperbaiki,menguasai atau mempertahankan hubungan
pertukaran sehingga menguntungkan bagi pihak lain. Penjualan juga
dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan manusia untuk
menyampaikan barang bagi mereka yang memerlukan dengan imbalan
uang menurut harga yang telah ditentukan atas persetujuan bersama.
Untuk memperoleh hasil yang terbaik dalam upaya pencapaian
tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan, aktivitas penjualan perlu
direncanakan dengan baik terlebih dahulu. Dalam perencanaan
penjualan harus diperhatikan kondisi perusahaan (kemampuan untuk
memproduksi atau memasarkan), artinya untuk dapat mencapai hasil
penjualan yang optimal maka volume penjualan haruslah selalu
memperhatikan keadaan perekonomian di masa yang akan datang,
dalam hal ini bagian penjualan harus selalu diikutsertakan dalam
penentuannya.
Sedangkan menurut Suwardjono (2010:381) Penjualan adalah
transaksi pertukaran barang atau jasa hasil produksi perusahaan dengan
kas atau klaim.
Pendapatan perusahaan diperoleh dari aktivitas penjualan
digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Apabila aktivitas
penjualan tidak dikelola dengan baik, maka sasaran penjualan tidak
akan dapat tercapai dan akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan
perusahaan. Adapun yang diperhatikan dalam aktivitas penjualan ini
adalah :
a.
Produk
b.
Penetapan Harga
c.
Distribusi
d.
Metode penjualan
e.
Organisasi
f.
Perencanaan dan Pengendalian
Pemeriksaan pengendalian terhadap kegiatan penjualan harus
dilakukan karena hasil yang diperoleh dalam kegiatan penjualan
mempengaruhi signifikan terhadap laba yang diperoleh perusahaan.
Volume penjualan yang tepat, meningkatkan kepuasan penjualan
melalui pelayanan yang baik dan optimalkan keuntungan.
Tujuan umum yang umumnya dimiliki oleh perusahaan adalah
sebagai berikut :
a. Mencapai volume penjualan tertentu
b. Mendapatkan laba yang optimal dengan modal sekecil-kecilnya
c. Mempertahankan kelangsungan hidupnya terus menerus (going
concern)
d. Menunjang pertumbuhan perusahaan
Tetapi dalam upaya mencapai tujuan tersebut sebelumnya harus
mempunyai sasaran dan misi tertentu, dengan sasaran dan misi inilah
tujuan dapat tercapai
2.
Ruang Lingkup Penjualan
Ruang lingkup kegiatan penjualan dimulai dari perencanaan penjualan
sampai
dengan
evaluasi
terhadap
pelaksanaan
kegiatan
penjualan.Ruang lingkup penjualan secara rinci mencakup hal-hal
sebagai berikut :
a. Perencanaan Penjualan
Atas dasar produk barang dan jasa yang terjadi, kegiatan ini
dimulai dengan target penjualannya, yang menentukan volume
penjualan produk yang akan dijual, menentukan jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan dan menentukan sasaran calon pembeli yang
potensial.
b. Pelaksanaan Kegiatan Penjualan, terdiri dari :
-
Penerimaan order penjualan, terdiri dari penerimaan order dari
pembeli, mengevaluasi order dari pembeli, mengirim surat
penawaran harga, serta membuat surat order pengirim.
-
Pengiriman barang atau kegiatan ini berfungsi menyerahkan barang
sesuai dengan surat order pengiriman yang diterima dengan bagian
order penjualan kepada pembeli dan bertanggungjawab untuk
menjamin bahwa tidak ada barang yang keluar dari perusahaan
tanpa melalui otoritas dari pihak yang berwenang.
c. Evaluasi Kegiatan Penjualan
Secara rutin harus melaksanakan evaluasi terhadap kegiatan
penjualan, apakah pelaksanaannya telah sesuai dengan yang telah
direncanakan, untuk kemudian dijadikan sebagai patokan dan
pengendalian bagi kemajuan-kemajuan yang akan dicapai dimasa
yang akan datang.
3.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi penjualan
Menurut Swastha dan Irawan,(dalam Silviawati,2010) dalam
praktek, kegiatan penjualan itu dipengaruhioleh beberapa faktor yaitu
sebagai berikut:
1.
Kondisi dan kemampuan penjual
Transaksi jual beli atau pemindahan hak milik secara komersial
atas barang dan jasa itu pada prinsipnya melibatkan dua pihak,
yaitu penjual sebagai pihak pertama dan pembeli sebagai pihak
kedua. Disini penjual harus dapat meyakinkan kepada pembelinya
agar dapat berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan
untuk maksud tersebut penjual harus memahami beberapa masalah
penting yang sangat berkaitan, yakni :
a. Jenis karektiristik barang yang ditawarkan
b. Harga Produk
c. Syarat penjualan seperti : pembayaran,penghantaran,pelayanan
sesudah penjualan,garansi dan sebagainya
2.
Kondisi Pasar
Pasar sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran
dalam penjualan, dapat pula ,mempengaruhi kegiatan penjualan.
Adapun faktor-faktor kondisi pasar yang perlu diperhatikan adalah:
a. Jenis pasarnya
b. Kelompok pembeli atau segmen pasarnya
c. Daya belinya
d. Frekuensi pembelian
e. Keinginan dan kebutuhan
3.
Modal
Akan lebih sulit bagi penjualan barang apabila barang yang dijual
tersebut belum dikenal oleh calon pembeli, atau apabila lokasi
pembeli jauh dari tempat penjual. Dalam keadaan seperti ini,
penjual
ketempat
harus
memperkenalkan
pembeli.
Untuk
dulu,membawa
melaksanakan
maksud
barangnya
tersebut
diperlukan adanya sarana serta usaha, seperti : alat transport,
tempat peragaan baik didalam perusahaan maupun diluar
perusahaan, usaha promosi dan sebagainya. Semua ini hanya dapat
dilakukan apabila penjualan memiliki sejumlah modal yang
diperlukan untuk itu.
4.
Tujuan Penjualan
Dalam suatu perusahaan kegiatan penjualan adalah kegiatan yang
penting, karena dengan adanya kegiatan penjualan tersebut terbentuklah
laba yang akan dapat menjamin kontinuitas perusahaan (Andi Wirawan
S 2008).
Dapat disimpulkan bahwa setiap perusahaan pada umumnya
mempunyai tujuan dalam penjualannya, yaitu :
1. Mencapai volume penjualan tertentu
2. Mendapat laba dalam jumlah tertentu
3. Menunjang pertumbuhan perusahaan
5.
Klasifikasi Penjualan
Transaksi penjualan dalam (Andi Wirawan S 2008) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Penjualan tunai
yaitu penjualan uang bersifat cash and carry. Pada umumnya
terjadi secara kontan dan dapat pula terjadi pembayaran selama
satu bulan dianggap kontan
2.
Penjualan kredit
yaitu penjulan dengan tenggang waktu rata-rata lebih dari satu
bulan.
3.
Penjualan tender
Yaitu penjualan yang dilaksanakan melalui prosedur tender untuk
memenuhi permintaan pihak pembeli yang membuka tender
tersebut. Untuk memenangkan
tender, selain harus memenuhi
syarat sebagai prosedur yaitu pemenuhan dokumen tender berupa
jaminan tender,juga harus dapat bersaing dengan pihak lain.
4.
Penjualan eksport
yaitu penjualan yang dilaksanakan kepada pihak pembeli dari luar
negeri yang mengimpor barang tersebut. Biasanya penjualan
ekspor memanfaatkan prosedur Letter of Credit (L/C).
5.
Penjualan konsinyasi
yaitu menjual barang secara titipan kepada pembeli, yang sekaligus
sebagai penjual. Apabila barang tersebut tidak laku terjual, barang
tersebut akan kembali ke penjual.
6.
Penjualan melalui grosir
Yaitu penjualan yang tidak langsung kepada pembeli tetapi melalui
pedagang grosir, yang berfungsi sebagai perantara antara pihak
produsen dengan pedagang eceran (retailer).
D.
Pengendalian Intern atas Penjualan
Pelaksanaan penjualan mempunyai hubungan erat dengan tujuan
perusahaan, karena dalam kegiatan penjualan diharapakan mendapatkan
laba maksimal sehingga perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya terus-menerus. Laba yang telah diperoleh sebagai akibat adanya
penjualan barang dan jasa, perlu diamankan sedemikian rupa sehingga laba
yang menjadi tujuan perusahaan dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana
mestinya.Dalam
hal
ini
pimpinan
perusahaan
harus
menciptakan
pengendalian intern yang memadai.
Unsur-unsur pengendalian intern penjualan yang ditetapkan perusahaan
berguna untuk memberi keyakinan bahwa tujuan pengendalian intern
penjualan dapat dicapai.
Adapun tujuan pengendalian intern transaksi penjualan adalah sebagai
berikut :
1. Penjualan yang dicatat adalah penjualan yang sebenarnya (keabsahan)
2. Transaksi penjualan telah disahkan dengan layak (Otorisasi)
3. Seluruh transaksi penjualan yang ada telah dicatat (kelengkapan)
4. Penjualan yang dicatat adalah untuk jumlah barang yang dijual dan
secara benar dibagi dan dicatat (penilaian)
5. Transaksi penjualan telah diklasifikasikan secara tepat (klasifikasi)
6. Penjualan dicatat tepat pada waktunya (ketepatan)
7. Transaksi penjualan telah dibukukan secara tepat dalam buku tambahan
dan telah siringkas secara benar (posting dan pengikhtisaran).
Selanjutnya untuk mencapai tujuan seperti yang telah dikemukakan di
atas, pimpinan perusahaan sebagai orang yang paling berkepentingan
dengan adanya pengendalian intern yang memadai, perlu memperhatikan
syarat-syarat bagi suatu pengendalian intern yang memadai adalah :
1. Mengadakan pemisahan fungsi yang jelas, antara lain :
a.
Petugas yang melakukan transaksi
b.
Petugas yang melakukan pencatatan
c.
Petugas yang melakukan penyimpanan
2. Menciptakan prosedur yang jelas, singkat dan mudah dimengerti
3. Praktek yang sehat perlu diikuti dan dilaksanakan oleh para petugas atau
karyawan dalam melaksanakan transaksi
4. Ditempatkan staf pemeriksa intern agar senantiasa dapat dilaksanakan
penilaian-penilaian terhadap prosedur serta operasi yang ada, guna
menghindari penyimpangan, kekeliruan atau kekurangan yang mungkin
terjadi.
Dengan adanya pengendalian intern penjualan, dapat membantu
pimpinan perusahaan untuk melindungi pendapatan atas penjualan dari
kecurangan atau penggelapan yang mungkin terjadi sehingga dapat
meningkatakn efektivitas penjualan.
E.
Penelitian Terdahulu
TABEL 1.1
PENELITIAN TERDAHULU
Peneliti
Andi Wirawan S (2008)
Judul
Peranan
Pengendalian
Hasil
- Pelaksanaan
Intern dalam menunjang
pengendalian intern
Efektivitas Penjualan
yang diterapkan
secara keseluruhan
memadai
- Efektivitas
Penjualan Efektiv
Triandi (2007)
Evaluasi Sistem
Sistem Pengendalian Intern
Pengendalian Intern
Efektiv
Penjualan Terhadap
Peningkatan Efektivitas
Penjualan Kamar
LANJUTAN TABEL 1.1
PENELTIAN TERDAHULU
Peneliti
Sapto Damandari
(2006)
Judul
Hasil
Evealuasi Sistem
Sistem Pengendalian
Pengendalian Intern
Persediaan cukup
Persediaan Barang
Efektif
Jadi dalam
Meningkatkan
Efektivitas dan
Efisiensi Operasi
Dewi Hermayanti
(2008)
Evaluasi Sistem
Sistem Pengendalian
Pengendalian Intern
Intern Memadai dan
atas Sistem Penjualan Sesuai Prosedur
Kredit
LANJUTAN TABEL 1.1
PENELTIAN TERDAHULU
Peneliti
David HM Hasibuan
(2012)
Judul
Hasil
Analisa Sistem
Sistem Pengendalian
Pengendalian
Intern Penjualan
Penjualan dan
Efektiv
Pengaruhnya
Terhadap Efektivitas
Penjualan
Sumber: Diolah oleh penulis dari berbagai sumber
Download