Nirma Mei Raya Manik Buha Simamora ABSTRAK

advertisement
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
PKn di KELAS X SMA NEGERI 2 PANGURURAN
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh : Nirma Mei Raya Manik

Buha Simamora
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model
pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan minat belajar
siswa pada mata pelajaran PKn di kelas X SMA Negeri 2 Pangururan.
Adapun metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode
deskriptif kualitatif. Alat pengumpul data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi aktivitas belajar siswa dan hasil belajar
(pos tes), angket dan wawancara. Populasi dalam penelitian ini terdiri
dari 6 kelas X yang berjumlah 182 orang, dan yang menjadi sampel
dalam penelitian ini adalah kelas X-1 dengan jumlah 36 orang siswa
yang diambil secara acak sederhana (random sampling). Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan rumus tabel frekuensi. Dari hasil analisis diperoleh data
pretes sebagai hasil belajar awal siswa dengan presentase siswa yang
tuntas adalah 45,16%. Data postes siklus I dengan rata-rata nilai 55,56
% berarti ada peningkatan hasil belajar siswa sebesar 10,4 %.
Sedangkan postes siklus II dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa
83,33% berarti ada peningkatan hasil belajar siswa dari postes siklus I
ke postes siklus II sebesar 27 %. Hasil observasi pada siklus I dengan
Kriteria Sangat Baik dan Baik sekitar 55,55%, (20 orang siswa )
sedangkan siklus II ,83,34% (30 orang siswa). Dengan demikian ada
peningkatan aktivitas belajar siswa sekitar 27 %. Dapat disimpulkan
bahwa penerapan model Pembelajaran Snowball Throwing dapat
meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas
X-I SMA Negeri 2 Pangururan Tahun Pelajaran 2010/2011.
Kata Kunci : Model Pembelajaran, Snowball Throwing Minat
Belajar, PKn
PENDAHULUAN
Sejak awal kehidupannya manusia terlibat dalam kegiatan belajar yang tak
terhitung jumlahnya mulai dari hal-hal yang sederhana sampai pada hal-hal yang
kompleks. Pendidikan sebagai salah satu proses pembentukan sikap, kepribadian dan
keterampilan manusia dalam menghadapi masa depan. Sukses tidaknya belajar
ditentukan oleh sebagian besar oleh pribadi siswa sebagai peserta didik yang sedang
belajar, sekolah sebagai lembaga pendidikan hanya wadah untuk membantu


Nirma Mei Raya Manik adalah Mahasiswa Jurusan PP-Kn FIS Universitas Negeri Medan
Drs. Buha Simamora, SH., MH adalah Dosen Pada Jurusan PP-Kn FIS Universitas Negeri Medan
Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013
1
mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Sekolah sebagai wadah lembaga
pendidikan berfungsi sebagai tempat dalam menyelenggarakan pendidikan.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan (KBBI). Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (2009:3) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya memiliki kekuatan spiritual
kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Menurut Mc Leod (dalam Sagala,2009:2) dalam pengertian sempit pendidikan
berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh.
Selanjutnya menurut Mudyahardjo (dalam Sagala, 2009:3) pendidikan ialah
segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang
hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas pendidikan dapat dimaknai pendidikan
sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang
mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar
dimana individu itu berada. Dari uraian pengertian pendidikan diatas dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya pendidikan usaha manusia (pendidik) dengan penuh tanggung
jawab membimbing anak didik menuju kedewasaan melalui proses pembelajaran di
sekolah.
Dari keseluruhan proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami siswa
sebagai anak didik. Diantara unsur-unsur penegak proses pendidikan khususnya
pendidikan formal, guru merupakan unsur yang sangat penting, karena guru merupakan
tumpuan dan harapan keberhasilan proses transformasi pendidikan. Gurulah tumpuan
dan harapan tercapainya tujuan pendidikan, terbentuknya manusia yang takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, terampil, cinta tanah air serta bertanggungjawab.
Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013
2
Ketidakberhasilan proses pendidikan dengan sendirinya lebih banyak terlihat
pada tanggungjawab gurunya. Seorang pengajar memerlukan keahlian dalam memilih
dan menggunakan model pembelajaran yang terbaik agar materi pelajaran tersebut
dapat disampaikan dengan baik di kelas dan dapat diterima oleh siswa.
Dalam meningkatkan minat siswa pada suatu mata pelajaran khususnya mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan hendaknya guru harus semakin memperhatikan
siswa, mencari strategi
bahkan memberikan motivasi, membimbing siswa agar
meningkatkan minat belajarnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Salah satunya dengan mengubah model pembelajaran yang lebih menarik sehingga
siswa berminat untuk belajar.
Guru sebagai salah satu unsur di dalam proses belajar mengajar yang
mempunyai peranan yang penting dan dianggap bertanggung jawab dengan
keberhasilan dalam menerima dan memahami pelajaran yang disampaikan. Pada
dasarnya setiap guru menginginkan agar semua kompetensi yang terdapat dalam suatu
bidang studi dapat tercapai pada setiap proses pembelajaran.
Sebagai seorang guru semestinya mempunyai daya kreasi dalam menerapkan
variasi model, teknik atau metode, serta strategi dalam proses pembelajaran. Dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas, guru harus memperhatikan dan tanggap
terhadap tingkat kemampuan siswa yang berbeda-beda dalamn menangkap ilmu yang
diberikan. Dengan demikian seorang guru harus bisa memahami alternatif yang akan
diambil dalam proses belajar mengajar guna tercapainya tujuan pembelajaran.
Pendidikan kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya. Namun dalam kenyataannya minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran
Pendidikan kewarganegaraan sangat rendah, hal ini dikarenakan beberapa faktor,
misalnya model pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi yang
kurang menarik sehingga siswa ketika berminat untuk belajar, bahkan tak jarang siswa
merasa bosan dan mengantuk pada saat pembelajaran berlangsung. Peran guru sebagai
pembimbing dituntut untuk mampu mengadakan pendekatan yang bersifat pribadi
dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan observasi penulis di SMA Negeri 2 Pangururan bahwa ketika guru
mengajar di kelas guru masih menggunakan metode konvensional dan memberikan
Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013
3
contoh tanpa melibatkan siswa dalam kegiatan belajar, maka siswa cenderung diam dan
tidak memiliki aktivitas dalam belajar, kemudian siswa lebih banyak menunggu sajian
materi yang diberikan guru. Kondisi ini terkadang menjadikan siswa enggan untuk
belajar, merasakan kejenuhan dan keinginan agar proses belajar mengajar cepat selesai.
Bahkan sebelum proses belajar selesai siswa cenderung mencari-cari alasan agar bisa
keluar dari kelas untuk menghilangkan kejenuhan.
Adapun faktor yang diduga menjadi penyebab kurangnya minat belajar siswa
adalah pembelajaran lebih ditekankan pada pengumpulan pengetahuan tanpa
mempertimbangkan keterampilan proses dan pembentukan sikap dalam pembelajaran,
kurangnya kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan bernalarnya
melalui diskusi kelompok serta sasaran belajar ditentukan oleh guru sehingga
pembelajaran menjadi kurang bermakna dan peran guru terlalu monoton.
Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan perbaikan dalam pembelajaran
agar proses belajar mengajar terlaksana dengan baik dan hasil belajar meningkat.
Pendekatan apapun yang digunakan harus mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian
dan peran guru sebagai fasilitator dalam mengupayakan situasi memperkaya
pengalaman belajar siswa. Model yang dimaksud adalah model pembelajaran Snowball
Throwing.
Model pembelajaran Snowball Throwing merupakan model pembelajaran yang
bersifat permainan antar kelompok dimana kegiatannya melempar bola pertanyaan, ini
akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir,
menulis, bertanya atau berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan kegiatan seperti
permainan yang menghibur serta memacu daya pikir siswa yaitu menggulung kertas dan
melemparkannya pada siswa lain, di dalam kertas tersebut terdapat pertanyaan yang
harus dijawab oleh siswa dari kelompok lain.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk membahas dan menelaah
lebih dalam mengenai Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing dalam
Meningkatkan Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PKn di Kelas X SMA Negeri
2 Pangururan Tahun Pelajaran 2010/2011.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Pangururan, Kabupaten Samosir.
Alasan penulis mengadakan penelitian disekolah ini karena di sekolah tersebut belum
Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013
4
pernah dilakukan penelitian yang sama. Selain itu mengingat rendahnya minat belajar
siswa, maka penulis tertarik untuk meneliti di sekolah tersebut. Populasi adalah
keseluruhan obyek penelitian. Yang menjadi populasi penelitian ini adalah jumlah
seluruh siswa kelas X yang terdiri dari 6 kelas di SMA Negeri 2 Pangururan dengan
jumlah 182 orang. Teknik memilih sampel secara acak dapat dilakukan dengan manual
atau tradisional maupun dengan menggunakan tabel random. Penulis menggunakan
sampel acak manual.
Daftar jumlah siswa kelas X sebagai berikut :
Kelas
X-I
X-2
X-3
X-4
X-5
X-6
Jumlah
36
30
29
29
29
29
Nama-nama kelas ditulis didalam sebuah kertas dan digulung seperti bola,
kemudian diambil salah satu kertas, nama kelas yang dapat akan menjadi sampel.Yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-1 dengan jumlah 36 orang
siswa. Penelitian ini menggunakan variabel tunggal (satu variabel) yaitu pada penerapan
model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan minat belajar siswa pada
mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Penerapan model pembelajaran Snowball
Throwing dalam meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran PKn yaitu
upaya guru untuk meningkatkan ketertarikan siswa dalam belajar PKn, model ini
melatih bagaimana kesiapan siswa dalam memperhatikan guru menerangkan dan
menjawab pertanyaan yang akan dilemparkan serta setiap siswa dalam kelompok harus
tanggap dalam memberikan jawabannya apabila kelompoknya yang mendapat
pertanyaan tersebut. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Untuk memperoleh data-data yang aktual dan akurat dan lapangan sebagai
bahan dalam menyelesaikan tulisan ini, penulis menggunakan alat pengumpul data 1)
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengmatan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap subjek yang diteliti.
Dalam penulisan ini penulis menggunakan teknik observasi langsung terhadap subjek
penelitian.
Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013
5
Penulis mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran
berlangsung, dalam hal ini penulis membuat lembar observasi. Selanjutnya penulis
meberikan pretes dan pos tes untuk melihat hasil belajar siswa setelah menggunakan
model pembelajaran Snowball Throwing. 2) Angket adalah merupakan pertanyaan
tertulis yang diedarkan kepada responden. Pertanyaan yang disertai jawaban dan
responden menjawab sesuai dengan keadaan dan situasi yang sebenarnya. Hal ini untuk
mempermudah menganalisisnya karena pertanyaan dan alternatif
jawaban yang
diajukan sama untuk semua responden. Angket dalam penelitian ini dibuat dalam
bentuk tertutup, maksudnya jawaban dari angket yang penulis buat adalah terbatas dan
sudah ditentukan yaitu dengan menyediakan alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh
responden. Angket dalam penelitian ini diberikan kepada siswa. 3) Wawancara
dilakukan untuk mendapat informasi dengan bertanya langsung kepada guru Pendidikan
kewarganegaraan yang mengajar di kelas X SMA Negeri 2 Pangururan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan tabel frekuensi untuk Penerapan model pembelajaran Snowball Throwing
dalam meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas X SMA
Negeri 2 Pangururan Tahun Pelajaran 2010/2011.
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
P = Persentasi pertanyaan yang dijawab
f = Jumlah frekuensi
N = Jumlah responden/ sampel
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data aktivitas belajar dan
hasil belajar untuk melihat penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam
meningkatkan minat belajar siswa selama proses belajar mengajar sebagai berikut :
1. Siswa Berminat Terhadap Mata Pelajaran PKn.
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa kelas X-I dalam hal
berminat terhadap mata pelajaran PKn, 15 responden atau 41,67 % menjawab ya, 5
orang atau 13,89 % responden menjawab tidak, dan 16 orang atau 44,44 % responden
menjawab kurang. Siswa kurang berminat terhadap mata pelajaran PKn disebabkan
Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013
6
berbagai hal, misalnya model pembelajaran dalam penyampaian materi yang kurang
menarik sehingga tidak ada ketertarikan siswa untuk belajar, bahkan mereka merasa
bosan ketika proses belajar mengajar berlangsung.
2. Selama Proses Belajar Mengajar Berlangsung, Apakah Siswa Mengerti Dengan
Penjelasan Yang Diberikan oleh Guru.
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa kelas X-1, selama proses belajar
mengajar berlangsung apakah siswa mengerti penjelasan yang diberikan oleh guru, 15
orang atau 41,67 % responden menjawab mengerti, 5 orang atau 13,89% responden
menjawab tidak mengerti dan 16 orang atau 44,44% responden menjawab hanya sedikit.
Hal ini terjadi karena siswa kurang tertarik dengan cara guru mengajar sehingga siswa
merasa bosan, sudah tentu tidak mengerti pelajaran yang disampaikan, ia hanya
memikirkan kapan ganti pelajaran. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
ketika proses belajar PKn berlangsung hanya sedikit siswa yang mengerti penjelasan
yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini terlihat bahwa siswa kurang berminat pada
mata pelajaran PKn.
3.
Menyukai Cara Mengajar Yang Dilakukan oleh Guru?
Dari data yang diperoleh, siswa kelas X-1 dalam hal menyukai cara mengajar
yang dilakukan oleh guru, 15 orang atau 41,67 % responden menjawab ya, 21 orang
atau 58,33 % responden menjawab kurang. Dapat disimpulkan bahwa selama ini cara
mengajar yang dilakukan oleh guru kurang menarik sehingga lebih banyak siswa yang
kurang menyukai dalam penyampaian materi pelajaran ketika proses pembelajaran
berlangsung. Seorang guru PKn harus menguasai berbagai model pembelajaran, disini
lah peran guru harus lebih ditingkatkan. Guru harus mampu menyesuaikan metode
ataupun model pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.
4.
Apakah Anda Menyukai Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok.
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa kelas X-1 dalam hal
menyukai metode pembelajaran diskusi kelompok , kebanyakan siswa menyukai belajar
dengan diskusi kelompok. Dapat dilihat dari jawaban responden, 26 orang siswa atau
72,22% responden menjawab ya, 10 orang atau 27,78% responden yang menjawab
kurang dan tidak ada responden yang menjawab tidak. Dapat disimpulkan bahwa siswa
kelas X-1 menyukai metode pembelajaran diskusi. Siswa yang menjawab kurang
disebabkan oleh beberapa faktor misalnya fakor tingkat kepintaran, kemungkinan
mereka agak lambat menanggapi ketika pembelajaran berlangsung, atau disebabkan
Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013
7
kurang terbiasanya berbicara di kelas (kurang percaya diri). Seorang guru harus mampu
memperhatikan kondisi siswa, memperhatikan tingkat kemampuan siswa, misalnya
lebih sering menyuruh siswa yang kurang aktif dalam menjawab pertanyaan, namun
kalau tidak bisa di jawab oleh siswa, guru harus bersabar mengajarinya, sebab peran
guru bukan hanya mentansfer ilmu yang dimilikinya tetapi juga mendidik serta
membimbing siswa agar ilmu yang disampaikan dapat diterima oleh siswa.
5.
Guru Menggunakan
Menjelaskan Materi.
Metode
Pembelajaran
yang
Bervariasi
Dalam
Dari data yang diperoleh menunjukkan siswa kelas X-I dalam hal guru
menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dalam menjelaskan materi, 10 orang
siswa atau
27,78% responden menjawab ya, dan 26 orang siswa atau 72,22 %
menjawab kadang.
Berdasarkan wawancara (2) dari guru bidang studi yang mengajar
di kelas ini mengatakan bahwa guru tersebut menggunakan model pembelajaran
ceramah dan Tanya jawab sederhana, kadang-kadang melakukan metode diskusi. Dapat
disimpulkan bahwa guru belum menggunakan berbagai model pembelajaran yang dapat
meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran PKn.
6.
Dalam Penyampaian Materi PKn, Model Pembelajaran Harus Bervariasi.
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa kelas X-I, hal penyampaian
materi PKn model pembelajaran harus bervariasi, 36 orang atau 100 % responden
menjawab ya. Guru PKn harus mampu memilih dan mengupayakan penggunaan model
pembelajaran yang bervariasi. Sekarang ini terdapat lebih dari seratus model
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru ketika mengajar. Guru harus berusaha
agar siswa berminat terhadap pelajaran yang dibawakan.
Seorang guru PKn harus mampu memilih dan menggunakan model
pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa, boleh saja menggunakan
metode ceramah namun alangkah lebih baik jika divariasikan dengan model
pembelajaran yang lain misalnya model pembelajaran Snowball Throwing.
7.
Ketika Guru Menjelaskan Materi Dengan Menggunakan Metode Ceramah,
Apakah Siswa Berperan Aktif.
Dari data yang diperoleh menunjunjukkan bahwa siwa kelas X-I, ketika guru
menjelaskan materi dengan menggunakan metode ceramah, apakah siswa berperan
aktif, 15 orang siswa atau 41,67 % responden menjawab ya, 5 orang atau 13,89% siswa
menjawab tidak dan 16 orang siswa atau 44,44 % menjawab kadang. Siswa yang
Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013
8
menjawab ya berperan aktif meskipun metode yang digunakan guru adalah ceramah, hal
ini karena siswa tersebut tergolong pintar sehingga pada saat guru menyampaikan
materi dengan ceramah mereka aktif, dilihat dari keseriusan mendengarkan penjelasan
guru, mengejukan pertanyaan mencatat hal-hal yang penting dari penjelasan guru.
8.
Selama Ini, Siswa Tahu Model Pembelajaran Snowball Throwing?
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa kelas X-I , selama ini siswa
tahu model pembelajaran Snowball Throwing, tidak ada siswa yang menjawab ya, 36
orang atau 100% responden menjawab tidak. Jelas bahwa selama ini guru bidang studi
belum pernah menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing.
Inilah yang menjadi salah satu penyebab kurang berminatnya siswa dalam belajar
PKn. Seiring dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, model pembelajaran semakin
berkembang. Guru dapat mengakses di internet ataupun di buku yang memuat berbagai
model pembelajaran. Salah satu tujuan Negara Indonesia adalah meningkatkan
pendidikan, salah satu kunci untuk mencapai tujuan tersebut adalah guru, jadi
seharusnya guru harus mampu menerapkan berbagai model pembelajaran dalam
menyampaikan materi.
9.
Selama Ini, Apakah Guru Bidang Studi Telah Menggunakan Model
Pembelajaran Snowball Throwing?
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa selama ini, apakah guru telah
menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing dalam menyampaikan materi,
tidak ada siswa yang menjawab tidak dan kadang, 36 orang siswa atau 100% responden
menjawab tidak. Kemungkinan belum menguasai berbagai model pembelajaran yang
semakin berkembang. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa selama
ini guru belum pernah menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing.
10. Siswa Setuju Model Pembelajaran Snowball Throwing Merupakan Model
Pembelajaran Yang Bersifat Permainan Antar Kelompok Dimana
Kegiatannya Melempar Pertanyaan Yang Digulung Dalam Kertas Berbentuk
Bola.
Dari data yang diperoleh menunjukkan 30 orang atau 83,33 % siswa kelas X-I
setuju bahwa Model pembelajaran Snowball Throwing merupakan model pembelajaran
yang bersifat permainan antar kelompok dimana kegiatannya melempar pertanyaan
yang digulung dalam kertas berbentuk bola, 6 orang atau 16,67% menjawab kurang
setuju. Siswa yang menjawab kurang setuju karena mereka kurang memperhatikan
ketika penulis menyampaikan penjelasan awal pelajaran. Dari penjelasan tersebut dapat
Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013
9
disimpulkan bahwa siswa memperhatikan ketika penulis menyampaikan materi
pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing. Dalam hal ini
penulis melihat siswa mulai menyukai pelajaran PKn
11. Model Pembelajaran Snowball Throwing Sesuai Dengan Penyampaian Materi
PKn.
Dari data yang diperoleh menunjukkan model pembelajaran Snowball Throwing
sesuai dengan penyampaian materi PKn. Hal tersebut dilihat dari 100 % responden
menjawab sesuai, tidak ada siswa yang menjawab tidak dan kurang sesuai. Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ini cocok untuk
diterapkan. Siswa merasa tertarik ketika peneliti menggunakan model ini dalam
penyampaian materi.
Peneliti melihat aktifitas siswa yang semakin meningkat, siswa berperan aktif,
siswa yang kurang terbiasa berbicara di depan teman-temannya sudah mulai mau
mengeluarkan suaranya, terlihat dari, ketika ia mendapat bola pertanyaan , dia mampu
menjawab. Dan dengan motivasi dan penghargaan yang diberikan oleh peneliti sehingga
siswa lebih percaya diri .
12. Model Pembelajaran Snowball Throwing Dapat Meningkatkan Ketertarikan
Siswa Dalam Belajar PKn?
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa kelas X-I dalam hal
menjawab, model pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan minat belajar
siswa dalam belajar PKn, 36 orang siswa atau 100 % responden menjawab ya, tidak ada
responden yang menjawab tidak dan mungkin. Hal ini terbukti ketika penulis
menyampaikan materi dengan menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing,
sebagian besar siswa berperan aktif, meskipun ada beberapa orang yang kurang
memperhatikan. Namun penulis melihat aktivitas siswa selama proses belajar semakin
meningkat selama penelitian.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
PKn dapat meningkatkan ketertarikan siswa dalam belajar PKn.
13. Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing
Terhadap Hasil Belajar Siswa?
Akan Berpengaruh
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa kelas X-I dalam menjawab,
penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing akan berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa, 36 orang siswa menjawab ya, tidak ada responden yang menjawab tidak
Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013
10
dan kadang. Penulis mengamati selama penelitian mulai dari Siklus I hingga Siklus II
(menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing) hasil belajar siswa semakin
meningkat dilihat dari hasil pre tes dan pos tes. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing akan
berpengaruh terhadap hasi belajar siswa yaitu adanya peningkatan.
14. Dalam Menggunakan Model Pembelajaran Snowball Throwing, Guru
Memberikan Tugas Rumah Sebagai Penunjang Memahami Materi yang
Diajarkan.
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa kelas X-I, dalam
menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing, guru memberikan tugas rumah
sebagai penunjang memahami materi yang diajarkan, 36 orang siswa atau 100%
responden menjawab ya. Dengan diberikannya tugas rumah bertujuan agar siswa mau
belajar dirumah, dalam arti ketika mereka mengerjakan tugasnya, ia akan berusaha
mengingat kembali materi pelajaran yang diterima dari sekolah, atau membuka kembali
catatan yang diterima dari sekolah. Dengan demikian siswa akan semakin rajin dan
menyukai pelajaran PKn. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas
rumah dapat menunjang tumbuhnya minat belajar siswa pada mata pelajaran PKn
setelah diterapkannya model Pembelajaran Snowball Throwing.
15. Siswa senang belajar PKn dengan penggunaan model pembelajaran Snowball
Throwing.
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa kelas X-I dalam hal, senang
belajar PKn dengan penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing, 30 orang
siwa atau 83,33 % responden menjawab ya dan 6 orang atau 16,67% responden
menjawab kurang. Ketika penulis menggunakan model pembelajaran Snowball
Throwing, penulis mengamati siswa merasa senang, santai , mereka berperan aktif
sehingga suasana diskusi kelompok berjalan dengan baik, mereka merasa seperti
permainan yang menghibur namum mempermudah memahami pelajaran PKn, sehingga
kesan belajar PKn yang membosankan tidak penulis temukan dikelas X-I. Siswa yang
kurang senang karena mereka kurang mengikuti dan kurang memperhatikan ketika
penulis menjelaskan mengenai model pembelajaran tersebut sehingga ketika
pembelajaran berlangsung mereka merasa asing, ada juga siswa yang masih malu-malu
bersuara sehingga mereka kurang senang, mereka lebih menyukai metode ceramah
Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013
11
karena jarang malibatkan siswa sementara model pembelajaran Snowball Throwing
siswa terlibat secara langsung yaitu menjawab pertanyaan.
PEMBAHASAN
Pada awal penelitian, peneliti mengamati guru mata pelajaran PKn mengajar
dikelas. Pada awal pembelajaran, guru mengajar seperti biasanya, dimana guru hanya
menggunakan model pembelajaran ceramah dan tanya jawab sederhana. Selain itu, guru
hanya memberikan contoh soal dari buku yang jawabannya sudah ada dalam buku
tersebut sehingga siswa kuang tertarik dan tidak termotivasi untuk memecahkan
masalah yang ada dalam contoh soal, siswa hanya mencatat kembali yang ada dalam
buku paket. Dengan demikian jelas terlihat bahwa rendahnya minat belajar siswa.
Dalam menerangkan materi pelajaran, guru kurang memperhatikan tingkah laku
siswa sehingga menjadi siswa merasa kurang diperhatikan, akibatnya siswa kurang
bersemangat untuk belajar, ada juga siswa melakukan hal-hal lain yang tidak
berhubungan dengan pembelajaran dan tidak memperhatikan apa yang diterangkan oleh
guru. Dalam kegiatan pembelajaran ini, siswa aktif hanya 15 orang atau 41,67%
(lampiran 5) dalam proses belajar mengajar siswa jarang untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat. Dengan demikian, aktivitas belajar siswa masih cenderung
pasif, hasil belajar siswa masih tergolong rendah sekitar 15 siswa atau 41,67 % ( karena
banyak siswa yang tingkat penguasaan dan nilai belajar belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).
Oleh karena itu, peneliti dan guru bidang studi merencanakan untuk pertemuan
berikutnya dengan menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing dan
menggunakan pembelajaran tindakan kelas. Untuk mengetahui tingkat penguasaan
siswa terhadap materi penguasaan maka akan diberikan tes (pos tes). Pada penelitian ini,
peneliti menjalankan 2 siklus yang akan dideskripsikan sebagai berikut.
1. Siklus I
A) Perencanaan Tindakan
Peneliti melakukan konsultasi dengan guru bidang studi PKn untuk mengetahui
keadaan siswa di sekolah serta mengadakan diskusi tentang Penerapan
Model
Pembelajaran Snowball Throwing Dalam kegiatan awal ini juga peneliti bersama guru
biang studi PKn secara bersama-sama menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013
12
(RPP) dan menyusun soal-soal pos tes sebagai alat mengumpulkan data tentang hasil
belajar siswa.
B) Pelaksanaan Tindakan
Materi yang disampaikan adalah pengertian warga Negara, dan asas
kewarganegaraan disampaikan dalam 2 jam pelajaran. Pelaksanaan tindakan dilakukan
untuk siklus I dan II untuk melihat peningkatan minat belajar siswa. Perangkat yang
digunakan dalam pembelajaran ini adalah:
1.
Media pemberajaran (kertas karton)
2.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3.
Lembar observasi
C) Pengamatan
Pada saat siswa melakukan diskusi kelompok peneliti mengambil posisi duduk
di belakang siswa melakukan observasi aktivitas siswa. Setiap siswa akan dilakukan
pengamatan terhadap aktivitasnya selama proses tindakan berlangsung. Dari hasil
pengamatan tersebut akan diperoleh aktivitas siswa untuk diolah setelah pembelajaran
selesai. Siswa yang memenuhi kriteria sangat baik 7 orang atau 19,44, baik 13 orang
atau 36,11 % dan cukup baik 11 orang atau 30,56% dan 5 orang atau 13,89% kurang
baik (lampiran 5) . Setelah proses tindakan selesai maka dilakukan penghitungan
terhadap hasil post tes yang diperoleh siswa. Siswa yang tuntas sebanyak 20 orang
siswa atau 55,56 % dan siswa 16 atau 44,44% tidak tuntas (lampiran 8), hasil belum
maksimal.
D) Refleksi
Dari data aktivitas dan hasil belajar siswa terlihat bahwa siswa masih jauh dari
yang diharapkan, minat belajar siswa belum meningkat, hal ini dikarenakan:
1.
Terkesan hasil kerja kelompok hanya dikerjakan sebagian orang saja. Hal ini
terlihat
dari banyaknya
siswa
yang
kurang
aktif
dalam
diskusi
rasa
bertanggungjawab atas kelompoknya juga masih jauh dari yang diharapkan.
2.
Belum terbiasanya siswa berbicara ketika menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh temannya.
Dari kekurangan yang ditemukan peneliti pada Siklus I (pertemuan ke-1 dan ke-
2), maka peneliti mencoba mengambil alternatif perbaikan untuk diharapkan nantinya
pada Siklus II, diantaranya adalah lebih memotivasi siswa agar lebih aktif lagi dalam
Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013
13
pembelajaran, dan memberikan pengakuan dan penghargaan kepada siswa agar lebih
aktif dalam diskusi kelompok sehingga menumbuhkan semangat serta minat belajar
siswa.
2. Siklus II
A) Perencanaan
Sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I, diketahui bahwa perlu dilakukan
siklus II. hal ini dilakukan karena aktivitas dan hasil belajar belum mengalami
ketuntasan. Dari hasil observasi aktivitas dan perolehan hasil belajar siswa pada siklus I
minat belajar sebagian siswa sudah tumbuh namun masih terdapat beberapa orang siswa
yang belum tuntas sehingga peneliti membuat perbaikan proses pembelajaran untuk
mengatasi masalah tersebut, yaitu :
1. Peneliti lebih sering menyuruh siswa yang memiliki kemampuan rendah untuk
mengajukan pertanyaan, dan memberikan saran-saran dalam berdiskusi sehingga
siswa tersebut akan terbiasa dalam mengajukan pertanyaan.
2. Peneliti mengarahkan siswa untuk tidak grogi dalam berbicara di kelas untuk
menjelaskan materi kepada teman-temannya serta mempersiapkan bahan diskusi
sehingga pertanyaan dari kelompok lain dapat dijawab dengan baik.
3. Peneliti menyarankan siswa supaya lebih menumbuhkan sikap bekerjasama dalam
tim/kelompok, sebab dengan kerjasama maka perkerjaan yang berat akan mudah
untuk diselesaikan.
4. Peneliti memotivasi siswa untuk lebih berperan aktif dalam belajar dengan
memberikan nilai plus kepada siswa yang berperan aktif dalam pembelajaran.
5. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
B) Pelaksanaan Tindakan
Pada pertemuan sebelumnya siswa telah dikenalkan pada pengertian warga
Negara. Materi ini juga sebagai langkah dasar untuk materi berikutnya adalah mengenai
pewarganegaraan. Proses pembelajaran pada siklus II sama dengan siklus I yaitu
menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing.
Adapun perangkat pembelajaran yang dibutuhkan guna mendukung pelaksanaan
tindakan pada siklus II adalah :
1. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Media pembelajaran (Kertas karton)
Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013
14
3. Lembar pos tes dan lembar observasi
C) Pengamatan
Pada saat siswa melakukan diskusi kelompok, peneliti mengambil posisi
berkeliling di dalam kelas untuk melakukan observasi aktivitas siswa. Setiap siswa akan
dilakukan pengamatan terhadap aktivitasnya selama proses tindakan berlangsung. Dari
hasi pengamatan tersebut akan diperoleh aktivitas siswa untuk diolah setelah proses
pembelajaraan selesai. Siswa yang memenuhi kriteria sangat baik 10
orang atau
27,78%, baik 20 orang atau 55,56 % dan cukup baik 6 orang atau 16,66% (lampiran 6).
Dari hasil observasi aktivitas belajar siswa telah memperlihatkan peningkatan pada
siklus II. Peningkatan ini terjadi karena siswa mulai terbiasa belajar dalam kelompok.
Dengan demikian minat belajar siswa pada mata pelajaran PKn telah meningkat.
Setelah proses tindakan selesai maka dilakukan penghitungan terhadap hasil pos
tes yang diperoleh siswa. Siswa yang tuntas sebanyak 30 atau 83,33% dan siswa yang
tidak tuntas sebanyak 6 atau 16,67 % (lampiran 9).
Perolehan daya serap siswa sebesar 83% dengan nilai ≥ 70 telah mengisyaratkan
bahwa standar nilai yang ditargetkan yaitu 70% dengan nilai ≥ 70 telah tercapai. Hal ini
berarti bahwa penelitian ini diatakan berhasil.
D) Refleksi
Setelah dilakukan pengamatan pada siklus II maka hasil belajar siswa
mengalami peningkatan sebesar 27 %. Untuk hasil pengamatan aktivitas siswa dengan
memiliki 4 aspek penilaian juga mengalami peningkatan sebesar 27 % untuk kriteria
“Sangat Baik dan Baik”. Hal ini membuktian bahwa siklus selanjutnya tidak perlu
dilakukan. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran Snowball Throwing telah
terbukti meningkatkan minat belajar siswa kelas X-I di SMA Negeri 2 Pangururan
Tahun Pelajaran 2010/2011
PENUTUP
Model pembelajaran Snowball Throwing merupakan model pembelajaran yang
bersifat permainan antar kelompok dimana kegiatannya melempar bola pertanyaan, ini
akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir,
menulis, bertanya atau berbicara.
Penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan minat
belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas X-I di SMA Negeri 2 Pangururan Tahun
Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013
15
Pelajaran 2010/2011, hal ini dapat dilihat pada siklus I hasil belajar yang diperoleh
(tuntas) sebesar 20 siswa atau 55,56 %, sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan
yang cukup signifikan yaitu hasil belajar siswa yang diperoleh sebesar 30 siswa atau
83,33% (lampiran 9). Jadi peningkatan dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 27 %.
Disamping dapat meningkatkan hasil belajar siswa, penerapan model
pembelajaran Snowball Throwing ini juga dapat meningkat aktivitas belajar siswa. Hal
ini terlihat dari tingkat kerjasama siswa dan keaktifan siswa dalam menyampaikan
pendapat dan bertanya berdiskusi dalam kelas mencapai 30 siswa atau 83%.(Kriteria
Sangat Baik dan Baik )
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta.
Armeta, S. 2010. Pembelajaran Matematika Melalui Stategi Snowball Trhowing
Dengan Peta Konsep Dalam Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa
(PTK Pada Siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 2 Trucuk, Klaten)
http://armeta07.wordpress.com/20101/08/21/model-pembelajaran-snowballthrowing. Diakses tanggal 05 April 2011. Online
Bahri Djamarah, Syaiful.2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:PT Rineka Cipta.
Bahri Djamarah, Syaiful.2006. Psikologi Belajar. Jakarta:PT Rineka Cipta.
Hanafiah, Nanang. 2009. Konsep strategi pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Majid, Abdul.2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Muchtar, Radhiah.2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Medan: FIS Unimed
Pamungkas, Bambang. 2006. Model–Model Pembelajaran, http://learningwithme.blogspot.com/2011/02/pembelajaran.html. Diakses tanggal 22 Februari
2011. Online.
Sagala, Syaiful.2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:Alfabeta
Sanjaya, Wina.2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta:Kencana
Setiawan, Deni. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Kewarganegaraan. Medan :
FIS Unimed
Slameto.2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta:PT Rineka
Cipta
Suherman, Herman. (2011). “Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi
Kompetensi Siswa”. Jurnal Pendidikan. Vol 1, Edisi 6, Hal 19. Pusat
Pengembangan dan Peningkatan Pembelajaran Elektronik FKIP Universitas
Langlang buana : Bandung. Tersedia http://educare.e-fkipunla.net (Diakses
tanggal 01 Maret 2011).
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013
16
Suprijono,Agus.2010. Coopertive Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Suyatno, 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buanan
Pustaka
Usman, Uzer.2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung:PT Remaja Rodaskarya.
Widodo, Rahmad. 2009. Model Pembelajaran Snowball Throwing. http://wyw1d.
wordpress.com/2011/01/model-pembelajaran-18-snowball-throwing/. Diakses
tanggal 05 April 2011. Online
PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Yogyakarta. Pustaka Belajar.
Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013
17
Download