pengaruh faktor-faktor perilaku konsumen terhadap keputusan

advertisement
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERILAKU KONSUMEN TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN SHAMPO SUNSILK DI BANJARMASIN TENGAH
M. Dedy Sofyan
Mahasiswa STIE Pancasetia Banjarmasin
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku konsumen dalam keputusan pembelian shampo Sunsilk di Banjarmasin Tengah dilihat dari faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Metode penelitian yang digunakan adalah
analisis regresi linier berganda. Penelitian dilakukan terhadap 100 orang penduduk Banjarmasin Tengah selama satu bulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa
semua variabel perilaku konsumen berpengaruh terhadap keputusan pembelian
shampo Sunsilk dan variabel yang paling berpengaruh adalah faktor pribadi.
Kata kunci: perilaku konsumen, keputusan pembelian, shampo Sunsilk
ABSTRACT
The aims of this research is determine consumers’ behavior in buying decision of
Sunsilk shampoo in Central Banjarmasin according to cultural, social, individual,
and psychological factors. The research method is doubled linear regression
analysis. This research was conducted to 100 residents of Central Banjarmasin
for one month. The research result shows that all variables of consumer’s
behavior influ-ence buying decision of Sunsilk shampoo and the dominant
variable is individual factor.
Keywords: consumers’ behavior, buying decision, Sunsilk shampoo
PENDAHULUAN
Salah satu produk perawatan rambut yang selalu dipakai oleh wanita adalah
shampo. Pemilihan shampo yang tepat akan
mempercepat pulihnya kondisi rambut. Pada
saat rambut kita rapuh rontok, pilihan pertama adalah kita pasti memilih shampo untuk
rambut rontok, dengan berbagai kandungan
di dalamnya dipercaya bisa mengatasi rambut yang rontok. Potensi yang sangat besar
dalam bisnis shampo perlu disikapi secara
tepat oleh produsen. Hal ini penting sekali
dalam memahami tentang perilaku konsumen.
Perkembangan bisnis personal care
saat ini semakin berkembang pesat seiring
dengan meningkatnya pasar industri shampo di Indonesia. Persaingan terlihat dari beberapa merek shampo yang hadir di Indonesia. Gambar 1 menunjukkan bahwa PT Unilever Indonesia tbk. merajai pangsa pasar di
Indonesia disusul oleh beberapa merek
kompetitor lainnya.
Wings,
5%
P & G,
30%
Lainnya,
5%
Unilever,
60%
Gambar 1. Shampoo Market Share
Sumber: Frontier Consulting Group
Tabel 1 menunjukkan bahwa hingga
tahun 2011 produk shampo Sunsilk merupakan produk shampo yang paling banyak dipilih dan disukai oleh konsumen. PT Unilever
Indonesia, Tbk meletakkan target pemasaran Sunsilk pada perempuan.
101
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
Tabel 1. Top Brand Award Indonesia
Merek
2009
2010
2011
Sunsilk
26,3% 25,9% 25,8%
(Unilever)
Clear
23,0% 20,8% 21,0%
(Unilever)
Pantene
18,0% 20,1% 24,2%
(P&G)
Lifebuoy
11,3% 12,2% 10,7%
(Unilever)
Rejoice
6,0%
6,5%
6,0%
(P&G)
Dove
5,3%
5,5%
5,2%
(Unilever)
Zinc
3,8%
3,5%
3,2%
(Wings)
Emeron
2,2%
1,7%
1,8%
(Wings)
Sumber: Frontier Consulting Group
2012
20,5%
20,3%
29,2%
11,7%
102
keseharian mereka, seperti misalnya sebagai karyawan, ibu rumah tangga dan berbagai macam profesi pekerjaan. Hal tersebut
sangatlah sesuai dengan kriteria penelitian
yang akan diteliti. Berdasarkan uraian di
atas maka peneliti tertarik untuk membuktikan apakah benar faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis berpengaruh terhadap
keputusan pembelian konsumen wanita
Shampo Sunsilk.
6,1%
TINJAUAN PUSTAKA
5,5%
2,3%
1,2%
Bisnis shampo di Indonesia, memiliki
persaingan pasar yang begitu pesat, ditunjukkan dengan gencarnya penayangan iklan
di media televisi. Tidak ada satupun iklan
atau penjual yang mampu meyakinkan konsumen secara persuasif tentang kualitas suatu produk selain teman, keluarga kenalan,
pelanggan lama atau pakar ahli. Pengalaman, pengaruh teman, kelompok dan pemakaian dalam keluarga memiliki pengaruh
besar dalam keputusan pembelian konsumen (Filza Lianda, 2009:3).
Beberapa tipe daya tarik yang paling
lazim digunakan dalam pemasaran adalah
para selebriti, para ahli, orang biasa, juru
bicara dan sebagainya (Leon G. Schiffman
& Leslie Lazar Kanuk, 2008). Awal Juni
2010 silam Sunsilk muncul dengan kejutan.
Sunsilk hadir dengan judul baru yaitu Sunsilk Co Creation. Kandungan formula dalam
produk semakin baik dan berinovasi karena
Sunsilk melakukan kerjasama dengan para
ahli rambut dunia. Sunsilk yang biasanya dikomunikasikan dengan iklan yang memaparkan kepuasan pemakaian produk dan semata menunjukkan keindahan rambut pemakai
tiba-tiba diiklankan dengan memunculkan
Thomas Taw, seorang hair expert London.
Dengan adanya pencantuman nama ahli pada produk maka hal ini akan menambah keyakinan konsumen untuk mem-beli dan
menggunakan shampo Sunsilk.
Banjarmasin merupakan pusat kota
di mana masyarakat wanitanya aktif dalam
Teori Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen ditimbulkan oleh
adanya interaksi antara faktor-faktor lingkungan dan individu. Dalam interaksi tersebut, sosialisasi antara individu mengakibatkan terjadinya transfer dan interaksi perilaku. Oleh karena itu, teori perilaku konsumen
tersebut merupakan variasi dari pola dasar.
Faktorfaktor
Lingkungan
Individu
Perilaku
Gambar 2: Pola Dasar Teori Perilaku Konsumen
Sumber: Swastha dan Handoko (2008)
Teori perilaku konsumen menurut
Swastha dan Handoko (2008) adalah
sebagai berikut:
1. Teori Ekonomi Mikro. Keputusan untuk
membeli merupakan hasil perhitungan
ekonomis rasional yang sadar. Pembeli
individual
berusaha
menggunakan
barang-barang yang akan memberikan
kegunaan (kepuasan) paling banyak, sesuai dengan selera dan harga-harga relatif.
2. Teori Psikologis. Teori ini mendasari
faktor-faktor psikologis individu untuk selalu dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan
lingkungan, yang merupakan penerapan
dari teori-teori bidang psikologis dalam
menganalisa perilaku konsumen.
3. Teori Sosiologis. Teori ini lebih menitikberatkan pada hubungan dan pengaruh
antara individu-individu yang dikaitkan
dengan perilaku mereka jadi lebih mengutamakan perilaku kelompok daripada
perilaku individu.
4. Teori Antropologis. Teori ini sama dengan teori sosiologis. Teori ini menekankan pada tingkah laku pembelian dari
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
suatu kelompok tetapi kelompok yang
diteliti adalah kelompok masyarakat luas
antara lain: kebudayaan (kelompok paling besar), subkultur (kebudayaan besar) dan kelas-kelas sosial.
Model Perilaku Konsumen
Model perilaku konsumen membentuk pola fikir yang sistematis tentang hubungan berbagai variabel.
Rangsangan Pemasaran
Produk
Harga
Tempat
Promosi
Karakteristik Konsumen
Budaya
Sosial
Pribadi
Psikologis
Rangsangan Lain
Ekonomi
Teknologi
Politik
Budaya
Proses Keputusan
Pembeli
Pengenalan Masalah
Pencarian Informasi
Evaluasi
Keputusan
Perilaku Pascapembelian
Keputusan Konsumen
Pilihan Produk
Pilihan Merek
Pilihan Penyalur
Waktu Pembelian
Jumlah Pembelian
Gambar 3: Model Perilaku Konsumen
Sumber: Kotler, (2009:166-173)
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Konsumen
1. Faktor Budaya. Faktor budaya merupakan sekelompok nilai-nilai sosial yang
diterima masyarakat secara menyeluruh
dan tersebar kepada anggota-anggotanya melalui bahasa dan simbol (Schiffman & Kanuk, 2008). Produsen harus
mengetahui peranan yang dimainkan
oleh budaya, subbudaya, dan kelas sosial pembeli.
2. Faktor Sosial. Menurut Schiffman dan
Kanuk (2008), faktor sosial adalah sekelompok orang yang mampu mempengaruhi perilaku individu dalam melakukan
tindakan berdasarkan kebiasaan. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktorfaktor sosial seperti kelompok, keluarga,
serta peran dan status.
103
3. Faktor Pribadi. Faktor pribadi adalah pola kebiasaan seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungan terdekat dalam menentukan pilihan, kemudian diekspresikan dalam suatu tindakan (Schiffman &
Kanuk, 2008). Keputusan pembelian dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti jenis kelamin, usia, kepribadian,
konsep diri dan gaya hidup.
4. Faktor Psikologis Menurut Swastha dan
Handoko (2000), motif adalah keadaan
dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Dalam motif pembelian
terdapat pertimbangkan dua manfaat yaitu (1) manfaat utilitarian merupakan atribut produk fungsional yang obyektif dan
(2) manfaat hedonik mencakup respon
emosional, kesenangan panca indera,
mimpi dan pertimbangan estetis.
Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Amstrong (2008:
202), proses keputusan pembelian konsumen terdiri dari lima tahap, yaitu pengenalan
kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan evaluasi pascapembelian. Pengambilan keputusan pembelian
terbagi menjadi dua, yaitu berdasarkan atribut produk dan berdasarkan sikap.
Perilaku Pembelian
Menurut Kotler (2009) perilaku pembelian konsumen berdasarkan pada derajat
keterlibatan dan tingkat perbedaan antara
merek, yaitu:
1. Perilaku Membeli yang Kompleks. Perilaku ini bercirikan keterlibatan mendalam
konsumen dalam membeli, dan adanya
perbedaan pandangan yang signifikan
antara merek yang satu dengan merek
yang lain.
2. Perilaku Membeli yang Mengurangi Kecocokan Perilaku ini bercirikan keterlibatan konsumen yang tinggi tetapi sedikit
perbedaan yang dirasakan di antara
merek-merek yang ada.
3. Perilaku Membeli karena Kebiasaan. Perilaku ini bercirikan keterlibatan konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan
yang dirasakan di antara merek-merek
yang ada.
4. Perilaku Membeli yang Mencari Variasi.
Perilaku membeli konsumen dalam situ-
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
asi bercirikan rendahnya keterlibatan
konsumen tetapi perbedaan di antara
merek dianggap besar.
Proses Keputusan Pembelian
Menurut (Kotler, 2009:204) tahaptahap yang dilewati pembeli untuk mencapai
keputusan membeli, yaitu:
Pengenalan
Masalah
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Hasil/Tingkah Laku
Pascapembelian
Pembelian
Gambar 4: Proses Keputusan Konsumen
1. Pengenalan Masalah. Proses ini terjadi
ketika konsumen menghadapi suatu masalah yaitu keadaan di mana terdapat
perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan keadaan yang sebenarnya
terjadi.
2. Pencarian Informasi. Ada dua pencarian
informasi yaitu pencarian internal adalah
informasi yang didapat dari dirinya sendiri seperti pengalaman pribadi dan ingatan konsumen dan pencarian eksternal
adalah ketika konsumen mencari informasi dari lingkungannya seperti iklan,
pengalaman kawan dekatnya, dan pendapat masyarakat.
3. Evaluasi Alternatif. Evaluasi alternatif
adalah tahap di mana konsumen mengevaluasi berbagai alternatif dan membuat
pertimbangan nilai yang terbaik untuk
memenuhi kebutuhan.
4. Pembelian. Pembelian meliputi keputusan konsumen mengenai apa yang dibeli, apakah membeli atau tidak, kapan
membeli, di mana membeli, dan bagaimana cara membayarnya.
5. Tingkah Laku Pascapembelian. Setelah
mengkonsumsi suatu produk atau jasa,
konsumen akan memiliki rasa puas atau
tidak puas terhadap produk atau jasa
yang dikonsumsinya.
Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dan bahan
acuan dalam menganalisis perilaku konsumen, perlu dicantumkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh beberapa peneliti, di
antaranya adalah sebagai berikut.
104
1. Lukas (2012). Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi keputusan pembelian
shampo Pantene Pro-V dikota Depok.
Populasi dalam penelitian ini yaitu pengguna shampo pantene pro-V pada mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas
Gunadarma Depok. Sampel diambil dengan menggunakan teknik stratified proportional random sampling dengan jumlah 100 responden.
2. Yuanita (2012). Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi keputusan pembelian
shampo Pantene. Populasi dalam penelitian ini yaitu pengguna shampo Pantene pada mahasiswi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Malang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik stratified proportional random sampling dengan jumlah 174 responden.
3. Perdana (2010). Tujuan dari penelitian
ini untuk mengetahui apakah citra merk,
perceived quality dan iklan mempengaruhi keputusan pembelian shampo Lifebuoy. Penelitian ini dilakukan di Surakarta. Pengambilan sampel menggunakan
teknik accidental sampling dengan sampel 100 orang.
Kerangka Konseptual
Perilaku konsumen adalah bidang ilmu yang mempelajari cara individu, kelompok, dan organisasi dalam memilih, membeli, memakai, serta memanfaatkan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka. Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh empat faktor yaitu faktor budaya,
sosial, pribadi dan psikologi.
Faktor Budaya
(X1)
Faktor Sosial
(X2)
Keputusan
Pembelian (Y)
Faktor Pribadi
(X3)
Faktor
Psikologis (X4)
Gambar 5: Kerangka Konseptual
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh wanita di Banjarmasin Tengah yang
membeli Shampo Sunsilk, Dalam penelitian
yang tidak diketahui berapa jumlah populasi.
Besarnya sampel ditentukan sebanyak 25
kali variabel independen (Ferdinand, 2006).
Jadi, sampel dalam penelitian ini berjumlah
(25 × 4) atau 100 responden.
Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data. Jenis data dalam penelitian
ini berupa data kuantitatif, yaitu data
yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (skoring) dalam
skala pengukuran (skala likert) dengan
jawaban sangat setuju, setuju, cukup
setuju, kurang setuju, dan tidak setuju.
2. Sumber Data. Sumber data merupakan
data primer, yaitu data yang diperoleh
langsung melalui wawancara dan kuesioner kuesioner menyangkut faktorfaktor perilaku konsumen terhadap
keputusan pembelian.
Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan pemberian kuesioner/angket kepada responden
2. Wawancara. Wawancara merupakan
teknik pengumpulan data dengan menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawaban yang telah disiapkan.
Definisi Operasional Variabel
1. Faktor Budaya (X1). Budaya merupakan
suatu ciri khas dari sekumpulan orang
yang diterapkan secara turun-temurun
sebagai penuntun dari kehidupan mereka sehari-sehari. (Kotler, 2009). Indikatornya adalah sebagai berikut.
a. Budaya (X1.1). Budaya merupakan
keseluruhan kepercayaan, nilai-nilai,
dan kebiasaan yang dipelajari dan
membantu mengatur perilaku konsumen para anggota suatu masyarakat tertentu. (Schiffman & Kanuk,
2008: 303).
b. Subkebudayaan (X1.2). Subkebudayaan di sini dapat diartikan sebagai
sistem nilai yang fungsinya adalah
mendorong dan membimbing ma-
105
syarakatnya menjawab tantangan
yang mereka hadapi sepanjang masa.
c. Kelas Sosial (X1.3). Ukuran kelas sosial berkaitan dengan penggolongan individu ke dalam berbagai kelompok kelas sosial. Pengelompokan ini sangat penting bagi pemasar,
yang menggunakan klasifikasi sosial sebagai alat yang efektif untuk
mengenali dan membagi pasar-pasar yang ditargetkan. (Schiffman &
Kanuk, 2008).
2. Faktor Sosial (X2). Faktor sosial merupakan sekelompok orang yang samasama mempertimbangkan secara dekat
persamaan dalam status atau penghargaan komunitas yang secara terus-menerus bersosialisasi di antara mereka
sendiri baik secara formal maupun informal (Lamb, 2001). Indikator faktor
budaya adalah sebagai berikut.
a. Mengikuti Lingkungan Pergaulan
(X2..1). Lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya sikap dan
sifat konsumen dalam membeli atau
menggunakan suatu produk.
b. Pengalaman
Anggota
Keluarga
(X2.2). Pengalaman akan menimbulkan perasaan emosional, yang selanjutnya akan memberikan referensi tentang pengalaman baik atau
buruk terhadap suatu produk yang
telah dibeli dan digunakan terhadap
anggota keluarga lainnya.
c. Peran Status (X2.3). Posisi seseorang dalam tiap-tiap kelompok didefinisikan melalui peran status. Seseorang seringkali memilih produk
yang menunjukkan statusnya dalam
masyarakat.
3. Faktor Pribadi (X3). Faktor pribadi merupakan suatu cara mengumpulkan dan
mengelompokkan kekonsistenan reaksi
seorang individu terhadap situasi yang
sedang terjadi. Indikator faktor pribadi
adalah sebagai berikut.
a. Usia (X3.1). Pembelian seseorang
terhadap barang dan jasa akan berubah-ubah selama hidupnya. Demikian pula dengan selera seseorang
berhubungan dengan usianya.
b. Pekerjaan (X3.2). Pemasar berusaha
mengenali kelompok pekerjaan yang
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
mempunyai minat di atas rata-rata
akan produk dan jasa mereka.
c. Situasi Ekonomi (X3.3). Pemasar
produk yang peka terhadap pendapatan mengamati kecenderungan
dalam pendapatan pribadi, tabungan ataupun uang yang didapatkan
secara berkala.
d. Gaya Hidup (X3.4). Gaya hidup turut
menentukan perilaku pembelian
yang ini diwujudkan dalam aktivitas
(pekerjaan, hobi, berbelanja, olahraga, kegiatan sosial), dan minat (makanan, mode, keluarga, rekreasi)
e. Kepribadian (X3.5). Kepribadian biasanya diuraikan dalam arti sifat-sifat
seperti rasa percaya diri, dominasi,
kemudahan bergaul, otonomi, mempertahankan diri, kemampuan menyesuaikan diri, dan keagresifan.
Kepribadian dapat bermanfaat untuk menganalisis tingkah laku konsumen untuk pemilihan produk atau
merek tertentu.
4. Faktor Psikologis (X4). Faktor psikologis
merupakan suatu keadaan di mana seseorang mempunyai keinginan-keinginan yang berasal dari diri pribadinya untuk menentukan keputusannya sesuai
dengan keinginannya (Kotler, 2009).
a. Motivasi (X4.1). Motivasi adalah
penggerak suatu perubahan pada
diri sesorang yang nampak pada
gejala kejiwaan, perasaan, dan juga
emosi, sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan
sesuatu dikarenakan adanya tujuan,
kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan.
b. Persepsi (X4.2). Persepsi adalah proses memilih, mengatur, dan menginterprestasikan informasi untuk membentuk suatu gambaran yang berarti
mengenai dunia.
c. Pengetahuan (X4.3). Pengetahuan
atau pembelajaran merupakan perubahan dalam perilaku seorang individu yang bersumber dari pengalaman.
d. Keyakinan (X4.4). Melalui perbuatan
dan belajar serta pengetahuan, seseorang akan memperoleh keyakinan terhadap suatu produk.
106
e. Sikap (X4.5). Sikap menempatkan
orang dalam suatu kerangka pemikiran mengenai menyukai atau tidak,
membeli atau tidak terhadap suatu
produk.
5. Keputusan Pembelian Konsumen (Y).
Keputusan pembelian adalah suatu tindakan konsumen dalam usaha untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan diikuti oleh kepuasan yang dirasakan oleh
konsumen tersebut. Indikatornya adalah
sebagai berikut.
a. Menjatuhkan pilihan atau alternatif
pada produk yang terbaik (Y1)
b. Pengambilan keputusan dilakukan
secara sadar dan rasional (Y2)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Jawaban
responden
variabelvariabel yang diteliti adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Jawaban Responden
Jawaban Responden (%)
Indikator
SS
S
CS
TS
STS
56
X1.1.
11
21
10
2
34
X1.2
15
28
18
5
44
X1.3
22
20
12
2
44
X2.1
23
16
17
0
53
X2.2
31
15
1
0
43
X2.3
10
32
11
4
58
X3.1
12
27
3
0
32
X3.2
6
21
31
10
42
X3.3
41
14
3
0
39
X3.4
7
21
32
1
30
X3.5
9
22
29
10
47
X4.1
17
30
6
0
40
X4.2
11
29
19
1
36
X4.3
29
29
5
1
41
X4.4
7
22
29
1
38
X4.5
13
37
11
1
47
Y1
17
30
6
0
40
Y2
11
29
19
0
Sumber: data diolah
Tanggapan responden terhadap faktor budaya (X1) adalah sebagai berikut.
1. Pada indikator X1.1 jawaban tertinggi
adalah setuju (56%). Hal ini menunjukkan bahwa responden pada umumnya
setuju jika membeli shampo Sunsilk ka-
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
rena mengikuti perkembangan kebudayaan akan kecantikan wanita saat ini.
2. Pada indikator X1.2 jawaban tertinggi
adalah setuju (34%) dan diikuti cukup
setuju (28%). Hal ini menunjukkan bahwa responden pada umumnya setuju
dan cukup setuju jika membeli Shampo
Sunsilk dikonsumsi oleh sebagian besar
subkultur masyarakat yang mengalami
rambut rontok.
3. Pada indikator X1.3 jawaban tertinggi
adalah setuju (44%). Hal ini menunjukkan bahwa responden setuju bahwa para wanita lain yang mengalami rambut
rontok dalam kelas sosial manapun dapat termotivasi untuk membeli Shampo
Sunsilk.
Tanggapan responden terhadap
faktor sosial adalah sebagai berikut.
1. Pada indikator X2.1 jawaban tertinggi
adalah setuju (44%). Hal ini menunjukkan bahwa responden pada umumnya
setuju jika membeli shampo Sunsilk karena dipengaruhi lingkungan pergaulan.
2. Pada indikator X2.2 jawaban tertinggi
adalah setuju (53%). Hal ini menunjukkan bahwa responden pada umumnya jika membeli shampo Sunsilk karena adanya pengalaman dari anggota keluarga
responden.
3. Pada indikator X2.3 jawaban tertinggi
adalah setuju (43%). Hal ini menunjukkan bahwa responden pada umumnya
setuju jika membeli shampo Sunsilk karena dipengaruhi peran status di masyarakat.
Tanggapan responden terhadap faktor pribadi adalah sebagai berikut.
1. Pada indikator X3.1 jawaban tertinggi
adalah setuju (58%). Hal ini menunjukkan bahwa responden pada umumnya
setuju jika membeli shampo Sunsilk karena sesuai dengan kebutuhan rambut di
usia mereka.
2. Pada indikator X3.2 jawaban tertinggi
adalah cukup setuju (32%) dan jawaban
tertinggi kedua adalah tidak setuju
(31%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden cukup setuju jika membeli shampo Sunsilk karena dipengaruhi
lingkungan pergaulan, sedangkan sebagian lain tidak setuju.
3. Pada indikator X3.3 jawaban tertinggi
adalah setuju (42%), dan jawaban ter-
107
tinggi kedua adalah sangat setuju (41%).
Hal ini menunjukkan bahwa responden
pada umumnya menyatakan setuju jika
shampo Sunsilk terjangkau oleh situasi
ekonomi dan pendapatan masyarakat
manapun.
4. Pada indikator X3.4 jawaban tertinggi
adalah setuju (39%). Hal ini menunjukkan bahwa responden pada umumnya
setuju bahwa shampo Sunsilk dapat mewakili gaya hidup wanita masa kini yang
peduli akan penam-pilan rambutnya.
5. Pada indikator X3.5 jawaban tertinggi
adalah cukup setuju (30%) dan tertinggi
kedua adalah tidak setuju (29%), dan
yang ketiga adalah setuju (22%). Hal ini
menunjukkan bahwa responden memiliki jawaban bervariasi tentang pemakaian
shampo Sunsilk dapat meningkatkan
rasa percaya diri mereka.
Tanggapan responden terhadap faktor psikologis adalah sebagai berikut.
1. Pada indikator X4.1 jawaban tertinggi
adalah setuju (47%). Hal ini menunjukkan bahwa responden pada umumnya
setuju jika membeli shampo Sunsilk karena termotivasi untuk mengatasi permasalahan rambut rontok mereka.
2. Pada indikator X4.2 jawaban tertinggi
adalah cukup setuju (40%). Hal ini menunjukkan bahwa responden pada
umumnya menyatakan cukup setuju jika
membeli shampo Sunsilk sesuai dalam
persepsi memiliki manfaat lebih baik daripada manfaat shampo merek lain yang
sejenis.
3. Pada indikator X4.3 jawaban tertinggi
adalah setuju (36%). Setelah memahami
manfaat dan termotivasi untuk membeli
shampo maka konsumen akan mencari
informasi mengenai shampo yang ingin
dibeli.
4. Pada indikator X4.4 jawaban tertinggi
adalah cukup setuju (41%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yakin dengan manfaat jangka
panjang shampo Sunsilk.
5. Pada indikator X4.5 jawaban tertinggi
adalah setuju (38%) kemudian diikuti jawaban cukup setuju (37%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden setuju bahwa shampo Sunsilk
lebih baik daripada Shampo merek lain
dan mengambil sikap untuk membelinya.
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
Tanggapan responden terhadap keputusan pembelian adalah sebagai berikut.
1. Pada indikator Y1 jawaban tertinggi adalah setuju (47%). Hal ini menunjukkan
bahwa shampo Sunsilk merupakan produk terbaik dalam hal mengatasi permasalahan rambut rontok yang dialami. Hal
ini karena informasi yang didapatkan dari lingkungan pergaulan, relasi, anggota
keluarga, dan teman maupun iklan sesuai dengan apa yang didapatkannya atas
produk tersebut.
2. Pada indikator Y2 jawaban tertinggi adalah cukup setuju (40%). Hal ini menunjukkan bahwa bahwa keputusan membeli shampo Sunsilk merupakan keputusan
yang tepat sehingga mereka membelinya atas dasar kesadaran dan kemauan
mereka sendiri.
108
Tabel 3 menunjukkan bahwa semua
item adalah valid karena mempunyai nilai
rhitung lebih besar dari syarat 0,30.
Uji Reliabilitas
Teknik yang digunakan untuk mengukur tingkat reliabilitas adalah Cronbach
Alpha yaitu dengan cara membandingkan nilai α dengan standarnya. Jika nilai α minimal
0,6 maka instrumen dapat diterima dan dikatakan reliabel (Ghozali 2006:42).
Tabel 4. Reliabilitas Instrumen
Variabel
Faktor Budaya (X1)
Faktor Sosial (X2)
Faktor Pribadi (X3)
Faktor Psikologi (X4)
Keputusan Pembelian (Y)
α
0,751
0,800
0,805
0,802
0,863
Ket.
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Sumber: data diolah
Uji Validitas
Pengujian validitas data dilakukan
dengan metode korelasi Bivariate Pearson
(Pearson Product Moment Correlation), yaitu
dengan mengkorelasikan masing-masing
skor item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item.
Item-item pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan itemitem tersebut mampu memberikan dukungan
dalam mengungkap apa yang ingin diungkap. Mengacu pada teori maka instrumen dinyatakan valid bila hasil korelasi hitungnya
berada di atas 0,3.
Tabel 3. Validitas Instrumen
Variabel
Faktor
Budaya (X1)
Faktor
Sosial (X2)
Faktor
Pribadi (X3)
Faktor
Psikologi (X4)
Keputusan
Pembelian (Y)
Item
X1.1
X1.2
X1.3
X2.1
X2.2
X2.3
X3.1
X3.2
X3.3
X3.4
X3.5
X4.1
X4.2
X4.3
X4.4
X4.5
Y1
Y2
Sumber: data diolah
rhitung
0,634
0,722
0,675
0,712
0,800
0,735
0,852
0,760
0,780
0,797
0,792
0,606
0,925
0,505
0,925
0,925
0,822
0,872
Syarat
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
Ket.
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai koefisien reliabilitas berkisar antara 0 sampai
dengan 1. semakin mendekati 1 menunjukkan bahwa item semakin reliabel.
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi yang dibangun terdapat korelasi antar variabel bebas.
Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel bebas.
Untuk mendeteksi ada atau tidak adanya
multikolinieritas dilakukan dengan melihat
toleransi variabel dan Variance Inflation Factor (VIF) yaitu dengan kriteria:
1. jika nilai VIF < 5, maka tidak terdapat
multikolinearitas, dan
2. jika nilai tolerance > 0,1, maka tidak terdapat multikolinearitas.
Tabel 5. Kolinearitas Statistik
Variabel
X1
X2
X3
X4
Tolerance
0,435
0,403
0,294
0,322
VIF
2,301
2,484
3,398
3,103
Ket.
Tidak
terjadi
multikolinearitas
Sumber: data diolah
Tabel 5 menunjukkan nilai VIF tidak
lebih dari angka 5 dan untuk nilai tolerance
lebih dari angka 0,1. Hal ini berarti faktor
budaya (X1), sosial (X2), faktor pribadi (X3),
dan faktor psikologi (X4) tidak mengalami
gejala multikolinieritas.
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
Uji Heteroskedastisitas
Model regresi yang baik adalah yang
tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan Uji
Glejser dengan kriteria keputusan:
1. jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak
mengalami gangguan heteroskedastisitas, dan
2. jika nilai signifikansi < 0,05 maka mengalami gangguan heteroskedastisitas.
Tabel 6. Uji Glejser
Variabel
Faktor Budaya (X1)
Faktor Sosial (X2)
Faktor Pribadi (X3)
Faktor Psikologi (X4)
Sig.
0,397
0,085
0,130
0,309
Ket.
Tidak
terjadi
heteroskedastisitas
Sumber: data diolah
Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai
signifikansi semua variabel bebas > 0,05,
maka secara statistik tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas.
Uji Linieritas
Uji linearitas digunakan untuk melihat
apakah spesifikasi model yang digunakan
sudah benar atau tidak. Uji linearitas dapat
diketahui dengan nilai signifikansi pada baris
deviation from lineraity yang tercantum dalam ANOVA tabel dari output. Kriteria yang
digunakan yaitu garis regresi dikatakan linier jika nilai signifikansi lebih besar dari nilai
alpha yang ditentukan yaitu 5% (0,05).
Tabel 7. Uji Liniearitas
Variabel
Faktor Budaya (X1)
Faktor Sosial (X2)
Faktor Pribadi (X3)
Faktor Psikologi (X4)
Sig.
0,214
0,476
0,591
0,542
Ket.
Linier
Linier
Linier
Linier
Sumber: data diolah
Tabel 7 menunjukkan nilai signifikan
dari setiap variabel bebas lebih besar dari
0,05 maka garis regresinya dikatakan linier.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel
penelitian. Kriteria untuk mendeteksi normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov yaitu:
1. jika sig.(p) > 0,05 maka tidak mengalami
gangguan distribusi normal, dan
2. jika sig.(p) < 0,05 maka mengalami
gangguan distribusi normal.
109
Tabel 8. Uji Kolmogorov-Smirnov
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstd. Residual
1,105
0,174
Sumber: data diolah
Tabel 8 menunjukkan nilai sig. lebih
besar dari 0,05 yang berarti residual tidak
mengalami gangguan distribusi normal.
Analisis Regresi Berganda
Hasil analisis regresi berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 9. Hasil Regresi Berganda
Koef.
Reg
X1
0,197
X2
0,116
X3
0,193
X4
0,085
Konstanta =
ttabel
=
Multiple R =
R Square =
Var.
thitung
6,305
3,683
9,515
4,497
0,270
1,661
0,966
0,933
rparsial
0,543
0,353
0,633
0,419
Fhitung
Sig.F
Ftabel
rparsial2
Ket.
0,2948 Sig.
0,1246 Sig.
0,4886 Sig.
0,1756 Sig.
= 332,171
= 0,000
= 2,47
Sumber: data diolah
Persamaan regresi berganda adalah
sebagai berikut.
Y = 0,270 + 0,197 X1 + 0,116 X2 + 0,193 X3
+ 0,085 X4
Uji t (Parsial)
Nilai thitung faktor budaya adalah sebesar 6,305, hasil ini lebih besar dibandingkan dengan ttabel pada alpha 5% (0,05)
sebesar 1,661 dengan nilai signifikan sebesar 0,000. Dengan demikian, secara parsial
faktor budaya berpengaruh secara signifikan
terhadap keputusan pembelian shampo
Sunsilk di Banjarmasin Tengah. Besarnya
kontribusi faktor budaya terhadap keputusan
pembelian dalam penelitian ini dapat diketahui dari nilai rparsial2 sebesar (0,543)² =
0,2948 atau 29,48% yang dapat dinyatakan
memiliki tingkat hubungan yang cukup.
Nilai thitung faktor sosial adalah sebesar 3,683, hasil ini lebih besar dibandingkan
dengan ttabel pada alpha 5% (0,05) yaitu sebesar 1,661 dengan nilai signifikan sebesar
0,000. Disimpulkan sebagai berikut Nilai
thitung > ttabel yaitu 3,683 > 1,661. Dengan demikian secara parsial faktor sosial berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan
pembelian shampo Sunsilk di Banjarmasin
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
Tengah. Besarnya kontribusi faktor sosial
terhadap keputusan pembelian dalam penelitian ini dapat diketahui dari nilai rparsial2 sebesar (0,353)² = 0,1246 atau 12,46% yang
dapat dinyatakan memiliki tingkat hubungan
yang cukup.
Nilai thitung faktor pribadi adalah sebesar 9,515 hasil ini lebih besar dibandingkan
dengan ttabel pada alpha 5% (0,05) yaitu sebesar 1,661 dengan nilai signifikan sebesar
0,000. Nilai thitung > ttabel yaitu 9,515 > 1,661.
Dengan demikian secara parsial faktor pribadi berpengaruh secara signifikan terhadap
keputusan pembelian shampo Sunsilk di
Banjarmasin Tengah. Besarnya kontribusi
faktor pribadi terhadap keputusan pembelian dalam penelitian ini dapat diketahui dari
nilai rparsial2 sebesar 0,699² yaitu 0,4886 atau
48,86% yang dapat dinyatakan memiliki tingkat hubungan yang cukup.
Nilai thitung faktor psikologis adalah
sebesar 4,497 hasil ini lebih besar dibandingkan dengan ttabel pada alpha 5% (0,05)
yaitu sebesar 1,661 dengan nilai signifikan
sebesar 0,000. Nilai thitung > ttabel yaitu 4,497
> 1,661. Besarnya kontribusi faktor psikologis terhadap keputusan pembelian dalam
penelitian ini dapat diketahui dari nilai r parsial2
yaitu sebesar 0,419² yaitu 0,1756 atau
17,56% dapat dinyatakan memiliki tingkat
hubungan yang cukup.
Uji F (Simultan)
Faktor budaya, sosial, pribadi dan
psikologis secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
pembelian shampo Sunsilk di Banjarmasin
Tengah pada tingkat kesalahan 5%. Hal ini
dibuktikan bahwa nilai Fhitung (332,171) lebih
besar dari Ftabel (2,47) dan sig. F (0,000) lebih kecil dari α = 0,05. Penjelasan tersebut
sesuai dengan kriteria pengujian, jika F hitung
lebih besar dari Ftabel maka variabel bebas
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat.
Keempat variabel bebas yaitu faktor
budaya, sosial, pribadi dan psikologis mempunyai hubungan yang kuat dengan keputusan pembelian, dapat dilihat dari Multple R
yaitu sebesar 0,966 lebih besar dari 0,5 atau
mendekati angka 1. Selanjutnya besarnya
pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat berdasarkan nilai R square sebesar
0,933. Nilai koefisien tersebut menunjukan
bahwa besarnya pengaruh faktor budaya,
110
sosial, pribadi dan psikologis secara simultan terhadap keputusan pembelian shampo
Sunsilk di Banjarmasin Tengah sebesar
93,00%, sedangkan sisanya 7,00% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti harga, produk, promosi, saluran distribusi dan ekuitas merek.
Uji Variabel Dominan
Dilihat dari perbandingan keempat
variabel tersebut, maka dapat diketahui variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap keputusan pembelian shampo Sunsilk di Banjarmasin Tengah yaitu dari nilai
Standardized Coefficient Beta tertinggi yaitu
faktor pribadi (X3) sebesar 0,465. Nilai Standardized Coefficient Beta untuk faktor pribadi tersebut lebih besar dibanding dengan
nilai Standardized Coefficient Beta faktor
lainnya yaitu faktor budaya, faktor sosial dan
faktor psikologis. Hal ini berarti bahwa faktor
pribadi merupakan variabel yang dominan
pengaruhnya terhadap keputusan pembelian
Shampo Sunsilk di Banjarmasin Tengah.
Implikasi Hasil Penelitian
Implikasi terhadap Kebijakan Produk
Shampo Sunsilk yang Berkaitan dengan
Budaya
Penelitian menunjukkan bahwa kebudayaan yang semakin berkembang menyebabkan perubahan pembelian. Para pemasar dapat melihat perkembangan kebudayaan melalui perubahan-perubahan yang
terjadi di masyarakat. Sunsilk harus terus
memantau dan memperhatikan kebutuhan
wanita dengan baik, adanya perkembangan
zaman dan budaya. Perusahaan dapat mengadakan acara seperti Beauty Class untuk
menambah pengetahuan produk kepada
konsumen sehingga tercipta sharing antara
produsen dan konsumen yang membuat
produsen mengerti hal yang sedang terjadi,
perubahan budaya pergaulan yang menjadi
kiblat wanita dan hal apa saja yang menjadi
masalah di kalangan wanita saat ini.
Implikasi terhadap Kebijakan Produk
Shampo Sunsilk yang Berkaitan dengan
Faktor Sosial.
Berdasarkan hasil penelitian, faktor
sosial berpengaruh terhadap keputusan
pembelian shampo Sunsilk di Banjarmasin
Tengah. Perusahaan harus dapat memahami peluang-peluang dalam pangsa pasar.
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
Salah satunya adalah memahami perilaku
konsumen serta pihak-pihak yang dapat
mempengaruhi konsumen. Selain menarik
minat konsumen itu sendiri, produk yang
dihasilkan harus pula dapat menarik minat
pihak-pihak yang diperkirakan dapat mempengaruhi konsumen. Misalnya dengan menanamkan iklan yang bertema pengalaman
keluarga atau sahabat akan pemakaian
shampo Sunsilk. Berdasarkan pengalaman
yang telah dialami orang terdekat maka konsumen dapat merasa yakin atas produk
yang dipilihnya. Jika konsumen awalnya tidak tertarik pada produk atau jasa yang dipilih namun pihak-pihak lain dapat memberi
masukan maka konsumen secara langsung
maupun tidak langsung akan terpengaruhi.
Implikasi terhadap Kebijakan Produk
Shampo Sunsilk yang Berkaitan dengan
Faktor Pribadi
Berdasarkan hasil analisa, faktor pribadi berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian shampo Sunsilk di Banjarmasin Tengah. Hasil ini menunjukan bahwa
faktor pribadi harus sangat diperhatikan oleh
perusahaan, yaitu dengan melakukan riset
terus-menerus untuk mengetahui perkembangan dan keinginan konsumen terhadap
shampo Sunsilk. Sunsilk perlu menetapkan
segmen pasar yang fokus sehingga harga
sesuai dengan target konsumen dan tetap
menyesuaikan dengan segala situasi ekonomi taget pasar. Selain itu Sunsilk juga perlu
melakukan edukasi pasar akan pentingnya
menjaga keindahan rambut juga harus berfokus pada perbaikan produk kedepannya.
Implikasi terhadap Kebijakan Produk
Shampo Sunsilk yang Berkaitan dengan
Faktor Psikologis
Berdasarkan hasil penelitian, faktor
psikologis berpengaruh terhadap keputusan
pembelian Shampo Sunsilk di Banjarmasin
Tengah. Hasil ini menunjukan bahwa dengan memperhatikan faktor psikologi yang
terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran,
keyakinan dan sikap. Perusahaan harus dapat terus berinovasi terhadap produk dengan tetap mempertahankan mutu produk.
Sunsilk hendaknya berupaya meningkatkan
mutu produk, dilihat dari perkembangan produk. Sunsilk sering berganti produk dan
membuang jenis produk lama. Hal ini akan
menyusahkan pelanggan yang cocok de-
111
ngan jenis shampo yang lama. Untuk menghindari hal tersebut Sunsilk hendaknya menekankan pemahaman konsumen inovasi
produk yang diubah disertai dengan peningkatan kandungan manfaatnya. Setelah konsumen memiliki motivasi, perusahaan harus
dapat menanamkan positioning yang baik di
dalam benak konsumen agar terwujudnya
persepsi yang baik terhadap produk tersebut. Dalam kemasan produknya pun Sunsilk
harus selalu meletakkan keterangan dalam
kemasan belakang produk, hal ini berfungsi
sebagai penambah pengetahuan konsumen
akan produk. Perusahaan dapat lebih mengintensifkan program-program Sunsilk secara langsung terhadap konsumen misalnya
seminar bersama, talkshow, dan tanya jawab guna memberikan pembelajaran akan
pentingnya menjaga kesehatan dan keindahan rambut. Berdasarkan hal tersebut maka
dapat terbentuklah sikap dan keyakinan
yang baik terhadap konsumen.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Faktor budaya, sosial, faktor pribadi, dan
faktor psikologis berpengaruh secara
parsial terhadap keputusan pembelian
shampo Sunsilk di Banjarmasin Tengah.
2. Faktor budaya, sosial, faktor pribadi, dan
faktor psikologis secara simultan berpengaruh terhadap keputusan pembelian
shampo Sunsilk di Banjarmasin Tengah.
3. Faktor pribadi merupakan faktor dominan terhadap keputusan pembelian
shampo Sunsilk di Banjarmasin Tengah.
Berdasarkan kesimpulan yang telah
dipaparkan sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa saran antara lain.
1. Perkembangan pembelian dan konsumsi
seseorang hendaknya mengikuti perkembangan kebudayaan masyarakat di
wilayah pemasaran tersebut. Perusahaan diharapkan dapat meningkatkan teknologi dalam pembuatan produk sehingga pembelian akan produk dapat ditingkatkan pula.
2. Perusahaan harus memperhatikan keinginan konsumen, kepentingan jangka
panjang konsumen dan kepentingan
jangka panjang masyarakat. Sunsilk tak
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
hanya memahami konsumennya saja
namun juga memahami perilaku dan
pola pikir orang sekitar konsumen seperti
lingkungan pergaulan di masyarakat.
3. Produsen merek Sunsilk perlu meletakkan segmen pasar yang fokus terhadap
kandungan manfaat dalam produk. Selain itu, Sunsilk juga perlu melakukan edukasi pasar akan pentingnya menjaga keindahan rambut baik untuk menunjang
penampilan ataupun keinginan akan kesehatan rambut yang diidamkan. Inovasi
terhadap semua varian produk
4. Perusahaan harus mampu memperhatikan dan memaksimalkan keputusan konsumen yang berasal dari faktor psikologis. Perusahaan diharap selalu melakukan market research terhadap produk
pesaing yang beredar di pasar agar tetap menjaga kepercayaan para konsumen dengan kualitas dan jaminan terhadap produk yang ditawarkan, sehingga
konsumen mempunyai motivasi yang lebih untuk membuat keputusan pembelian terhadap shampo Sunsilk.
DAFTAR PUSTAKA
Ferdinand, Augusty T. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Edisi II. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.
Lianda, Filza. 2009. “Pengaruh Kepuasan
dan Kepercayaan Mahasiswi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi
USU terhadap Keputusan Pembelian
Ulang Sampo Sunsilk”. (Skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara.
Lukas, Wongso. 2012. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumen
dalam Pembelian Shampo Merek
Pantene Pro-V di Kota Depok“.
(Skripsi). Depok: Universitas Gunadarma.
Ghozali, Imam. 2005. “Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS”. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran.
Jilid 2. Trans. Jakarta: Bumi Aksara.
Kotler, Philip & Gary Armstrong. 2008.
Dasar-dasar Pemasaran. Edisi 12.
Jilid 1. Jakarta: Prenhalindo.
112
Lamb, Charles W., Joseph F. Hair, Carl
McDaniel. 2001. Pemasaran. Edisi I.
Trans. Jakarta: Salemba Empat.
Perdana, Kusuma. 2010. “Pengaruh Citra
Merek, Perceived Quality dan Iklan
terhadap
Keputusan
Pembelian
Shampo Lifebouy di Kota Surakarta.
Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Schiffman, Leon & Leslie Lazar Kanuk.
2008. Perilaku Konsumen. Edisi 7.
Jakarta: Indeks.
Swasta, Basu & T. Hani Handoko. 2000.
Manajemen Barang dalam Pemasaran. Cetakan Kedua Yogyakarta:
BPFE.
Swastha Basu & T. Hani Handoko. 2008.
Manajemen Pemasaran: Analisa Perilaku Konsumen. Edisi Pertama. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: BPFE.
Yuanita, Stefani. 2012. “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Pembelian Shampo Pantene di Kota Malang”. (Skripsi). Malang: Universitas
Negeri Malang
Download
Study collections