PENGARUH SENAM ZUMBA TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH SEWAKTU PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG TAHUN 2015 SKRIPSI Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Epidemiologi LAURENSIA JULIANI DWI SETYONINGSIH NIM. D11.2011.01287 PROGRAM STUDI SI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2015 © 2015 Hak Cipta Ada Pada Penulis HALAMAN PERSEMBAHAN Yang Utama dari Segalanya yaitu Sang pemberi Cinta dan Cahaya Kasih seperti yang tertulis… Selama kita hidup didunia, masalah selalu ada. Tetapi yang pasti Tuhan Yesus juga SELALU ada untuk menuntun agar kita dapat melewati masalah itu dengan baik. Jadi jangan kuatir tentang hidupmu, karena masa depanmu Tuhan sudah atur dan yakinlah bahwa rancangan Tuhan adalah rancangan yang terbaik (Amsal 23;18). Terimakasih Tuhan Yesus karena rancanganMu selalu indah pada waktuNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sesuai kehendakMu, meskipun didalam proses untuk mencapai akhir yang indah selalu ada kerikil-kerikil yang menghiasi yang terkadang membuat hati menjadi berputus asa. Namun dengan kesetiaanMu disetiap langkahku dalam berproses, maka pada akhirnya aku dapat menyelesaikan karya sederhanaku ini karena aku tahu seperti didalam firmanMu bahwa Engkau akan menggenggam doa-doa umatMu dan akan melepaskannya satu per satu sebagai jawaban atas sebuah pengharapan. Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat berarti didalam hidupku. Emak dan Papa Terkasih Sebagai salah satu tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Emak Agustina sudarwati dan Papa Raymundus Widianto yang tiada pernah berhenti mendukung, mendampingi, menemani setiap waktu. Kedua orang tua yang begitu luar biasa memberikan semangat dan motivasi tanpa lel ah melalui secangkir teh hangat disetiap malam dengan cemilan yang disediakan Emak setiap aku mengerjakan skripsi ini dan doa yang tiada henti terus mengalir melalui hati dari Emak dan Papa ketika kami berdoa bersama. Semoga karya kecilku ini dapat menjadi awal untuk membuat Emak dan Papa bahagia, karena aku sadar mungkin hingga saat ini aku belum bisa berbuat yang lebih. Thank you Mak…thank you Pa… My Sister Untuk kakak aku satu-satunya Yosephine Eka Rini, terimakasih selalu mendukungku,memberikan semangat tiada henti,setiap hari bbm cuman ngingetin ”jangan lupa bikin skripsinya yang semangat kalau revisi gak masalah dicoba terus dan nikmatin prosesnya.” Special thanks to 2 ponakan kecilku Adelia dan Angela yang selalu nemenin tante jul kalau bikin skripsi sampe ketiduran. Pokoknya thank you my sista atas segala bantuanmu dalam pembuatan skripsi ini dan gak pernah absen untuk ikut terlibat dari awal sampai akhir proses dan meski sering bertengkar tapi melalui skripsi ini kita bisa akur lagi, skripsi bikin yang jauh jadi dekat. Sekali lagi terimakasih untuk kesabaran dan perhatianmu selama ini sista. You are my best sister My true Love “samuel nugraha”… Thank you so much because you can understands me more than I understand myself. Kamu jarang banget absen buat nemenin cari referensi kesana kemari, selalu support setiap saat meski sesibuk apapun kamu bekerja, selalu meluangkan waktu untuk menemani selama aku membuat skripsi terutama saat penelitian dari awal hingga akhir, dan dengan secangkir susu panas sebagai penyemangat. This is a simple little work for you, semoga bisa menjadi dasar bagi kamu agar yakin menggapai mimpi dan cita-citamu bersamaku. My best friend Matursuwun Kukuh Wijaya teman baik selama di Udinus, Diah Ayu sulistyaningsih teman dari farmasi yang masih awet sampai sekarang, mella perawat Puskesmas Tlogosari Kulon semenjak magang jadi temen baik yang selalu bikin happy bantuin ambil sampel darah sampe muka pucat, mathilda daniek anak Unika yang udah panas-panas nemenin nyebar undangan selama 2 minggu. Thank you buat member bellydance Sushan Spa Indri dan Tami yang selalu ingetin buat skripsi ditempat ngajar. Thank you so much buat kalian yang sudah ikut serta membantu, menyemangati, memotivasi dari awal hingga akhir. Terimakasih untuk hiburanhiburan dikala aku dalam titik jenuh dan putus asa, selalu setia memberikan doa,nasehat,ojekkan yang diberikan selama proses skripsi ini. Semoga bisa terus jadi teman baik,sukses untuk kita bos… Dosen Pembimbing Tugas Akhirku Bapak Suharyo, SKM,M.Kes selaku dosen pembimbing tugas akhir saya, terimakasih banyak pak karena selama proses skripsi saya sudah dibantu,dibimbing,dan diberi pengarahan. Mohon maaf jika selama ini saya jarang untuk melakukan bimbingan dengan bapak, sekali lagi saya ucapkan terimakasih untuk saran dan ilmu yang diberikan guna memperbaiki skripsi yang saya buat. Saya tidak akan lupa untuk segala bantuan dan kesabaran dari bapak Suharyo. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Kesehatan : Terimakasih banyak untuk semua ilmu,didikan dan pengalaman yang sangat berarti yang telah diberikan kepada kami. Terakhir saya ucapkan terimakasih banyak untuk bantuan dan kerjasamaya pada semua pihak lain yang terlibat dalam penelitian ini… “your dreams today, can be your future tomorrow” RIWAYAT HIDUP Nama : Laurensia Juliani Dwi Setyoningsih Tempat, tanggal lahir : Semarang, 21 Juli 1992 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Katholik Alamat : Jalan Admodirono 1 no 7 Semarang Riwayat Pendidikan : 1. TK Santo Yusup, Semarang, tahun 1996-1998 2. SD Santo Yusup, Semarang, tahun 1998 – 2004 3. SMP Kesatrian 1, Semarang, tahun 2004 – 2007 4. SMK Farmasi Theresiana, Semarang, tahun 2007 – 2010 5. Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang Tahun 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kasih dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Pengaruh Senam Zumba Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Penderita Diabetes mellitus Tipe 2 Di Puskesmas Kedungmundu Semarang”. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai syarat akhir dari kelulusan dalam jenjang perkuliahan strata 1 Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun karena adanya dukungan, motivasi, bimbingan, bantuan dan saran serta kerjasama dari berbagai pihak khususnya pembimbing maka segala hambatan tersebut akhirnya dapat diatasi dengan baik. Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik aspek kualitas maupun kuantitas dari materi penelitian yang disajikan. Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan di masa yang akan datang. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak diberi bantuan oleh berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus hati mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr.Ir.Edi Noersasongko, M.kom selaku rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang 2. Dr.dr. Sri Andarini Indreswari, M.kes selaku dekan Fakultas kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 3. Suharyo,SKM,M.Kes selaku ketua program studi S1 Kesehatan Masyarakat dan pembimbing yang telah berkenan memberikan waktunya untuk mengarahkan, membimbing dan memberi masukan selama proses penyusunan skripsi ini 4. Kriswiharsi Kun Saptorini,SKM,M.Kes(Epid) selaku ketua sidang skripsi 5. Kepala Puskesmas Kedungmundu Semarang yang telah memberikan izin penelitian 6. Kepala bidang penanggulangan penyakit tidak menular (PTM) Puskesmas Kedungmundu yang telah memberikan informasi terkait program diabetes mellitus 7. Bapak lurah di Kelurahan Sambiroto yang telah memberikan izin pemakaian balai kelurahan terkait penelitian yang dilaksanakan 8. Tiara Fani,SKM selaku dosen wali penulis selama belajar di Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro 9. Bapak dan Ibu terkasih yang selalu setia memberikan semangat,dukungan,dan doa untuk menyelesaikan skripsi ini 10. Teman-teman peminatan epidemiologi angkatan tahun 2011 Penulis berharap semoga karya skripsi yang dibuat ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi orang lain untuk ikut dalam menanggulangi penyakit tidak menular (PTM). Semarang, 2 Novembe 2015 Penulis PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2015 ABSTRAK LAURENSIA JULIANI DWI SETYONINGSIH PENGARUH SENAM ZUMBA TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH SEWAKTU PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG TAHUN 2015 X + 168 Hal + 25 Tabel + 2 Gambar + 4 Lampiran Diabetes mellitus merupakan penyakit yang bersifat kronik yang terjadi akibat pankreas tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup sehingga tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin tersebut. International Diabetes Federation menyebutkan bahwa kasus diabetes mellitus di dunia tahun 2012 di seluruh dunia mencapai 23,41 juta orang dan akan terjadi peningkatan menjadi 366 juta penderita pada tahun 2030. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2012-2014 kasus diabetes mellitus tipe 2 tertinggi di Puskesmas Kedungmundu dengan jumlah kasus sebanyak 2.147 kasus tahun 2012, 1.713 kasus tahun 2013 dan 3.073 kasus di tahun 2014. Ada empat pilar pengendalian diabetes, satu diantaranya adalah olahraga. Dengan berolahraga minimal 30 menit maka dapat mengendalikan kadar gula darah. Jenis olahraga yang dianjurkan untuk penderita diabetes adalah olahraga yang bersifat aerobic seperti jogging, berjalan, dan senam berkelompok. Senam berkelompok mengalami perkembangan dan sejak tahun 2012 zumba merupakan bagian dari senam berkelompok yang menggabungkan unsur aerobic dan tari. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh senam zumba terhadap penurunan kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kedungmundu Semarang. Penelitian ini menggunakan metode pra-eksperimen dengan pendekatan one group pre and post-test design. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 38 probandus yang berusia 15-44 tahun, uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah T-berpasangan dan uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan antara kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah senam pada senam zumba pertama hingga keempat (p-value 0,0001 < α 0,05) sehingga ada pengaruh antara senam zumba dengan kadar gula darah sewaktu berdasarkan penurunan KGD secara signifikan dalam empat kali senam zumba yang dilakukan. Diharapkan penderita diabetes mellitus tipe 2 dan masyarakat sekitar yang beresiko terkena diabetes dapat menjadikan senam zumba sebagai salah satu alternatif olahraga rutin untuk menurunkan atau mengendalikan kadar gula darah. Kata kunci : diabetes mellitus, senam zumba, kadar gula darah Kepustakaan : 31 buah, 2005-2014 UNDERGRADUATED PROGRAM OF PUBLIC HEALTH FACULTY OF HEALTH SCIENCES DIAN NUSWANTORO UNIVERSITY SEMARANG 2015 ABSTRACT LAURENSIA JULIANI DWI SETYONINGSIH THE INFLUENCE OF ZUMBA TO DECREASING OF BLOOD SUGAR LEVEL ON PATIENTS OF DIABETIC TYPE II IN KEDUNGMUNDU PRIMARY HEALTH CENTER SEMARANG CITY 2015 X + 168 Pages + 25 Tables + 2 Figures + 4 Appendices Diabetic is a chronic disease caused by unable of pancreas to produce enough insulin so the body cannot effectively use the insulin. IDF mentioned that cases of diabetic in the world in 2012 reached 23,41milion people and will be increasing to 366 million people in 2030. Based on data from the health department of Semarang city in 2012-2014 cases of diabetic type II was highest in the Kedungmundu primary health center as many as 2.147 cases in 2012, 1.713 cases in 2013 and 3.073 cases in 2014. There four controlling diabetic which one of theme is a sport. With exercise at least 30 minutes can control blood sugar level. Sports are recommended for diabetics are aerobic exercise such as jogging, walking, and gymnastic in group. Gymnastic group has developed, and in 2012 zumba is part of the gymnastic group which combines elements of aerobic and dance. The purpose of this study was to determine the effect of gymnastic zumba to decrease blood sugar of people with type 2 diabetes mellitus in the Kedungmundu primary health center Semarang. This study used pre-experiment method, by using one group pre and post-test design. Sample for this study were 38 pro-bandus aged15 until 44 years, statistic test which used in this study was T-paired and Wilcoxon test. Result showed differences between blood sugar level before and after first until fourth zumba (p-value 0,0001 < α 0,05), so there was influence between exercise zumba to blood sugar level based on blood sugar level decrease significantly in the four time calisthenics zumba done. For diabetes mellitus type 2 suffered and those that have high risk of diabetes mellitus are highly motivated to do zumba as one alternative solution to control blood sugar level. Keywords: diabetes mellitus, gymnastic zumba, blood sugar level References: 31, 2005-2014 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iv DAFTAR ISI .......................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................. 6 C. Tujuan Penelitian ............................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ............................................................. 7 E. Keaslian Penelitian............................................................. 9 F. Lingkup penelitian .............................................................. 14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi diabetes................................................................. 16 B. Epidemiologi diabetes ........................................................ 16 C. Patogenesis diabetes ......................................................... 18 D. Patofisiologi diabetes ......................................................... 19 E. Klasifikasi diabetes............................................................. 20 F. Penyebab diabetes ............................................................ 21 G. Faktor risiko diabetes ......................................................... 22 H. Gejala diabetes .................................................................. 24 I. Diagnosis diabetes ............................................................. 26 J. Komplikasi diabetes ........................................................... 27 K. Pengendalian diabetes ....................................................... 28 L. Kadar gula darah ............................................................... 33 M. Olahraga ........................................................................... 38 N. Prinsip olahraga diabetes ................................................... 39 O. intensitas olahraga ............................................................. 39 P. Definisi senam aerobic ....................................................... 40 Q. Manfaat senam aerobic ...................................................... 40 R. Proses pelaksanaan senam aerobic ................................... 43 S. Definisi senam zumba ........................................................ 47 T. Sejarah senam zumba ....................................................... 47 U. Manfaat zumba .................................................................. 48 V. Jenis senam zumba ........................................................... 48 W. Kerangka teori ................................................................... 58 BAB III. METODE PENELITIAN A. Kerangka konsep ............................................................... 59 B. Hipotesis ........................................................................... 59 C. Jenis penelitian .................................................................. 60 D. Variabel penelitian.............................................................. 60 E. Definisi operasional ............................................................ 61 F. Populasi dan sampel .......................................................... 62 G. Pengumpulan data ............................................................. 63 H. Instrumen penelitian ........................................................... 64 I. Validitas............................................................................. 65 J. Pengolahan data ................................................................ 65 K. Analisis data ...................................................................... 66 BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum instansi penelitian ................................... 68 B. Program penanganan diabetes mellitus tipe 2 ..................... 69 C. Gambaran pelaksanaan penelitian senam zumba ............... 71 D. Gambaran senam zumba minggu 1 dan II ........................... 76 E. Karakteristik probandus ...................................................... 77 F. Analisis Univariat ............................................................... 82 G. Hasil rata-rata KGD setiap karakteristik ............................... 88 H. Hasil crosstab rata-rata KGD .............................................. 93 I. Analisis Bivariat ................................................................. 98 BAB V. PEMBAHASAN A. Keterbatasan penelitian ...................................................... 105 B. Hasil Univariat.................................................................... 106 C. Hasil bivariat ...................................................................... 116 BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan .................................................................. 119 B. Saran ....................................................................... 120 DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 122 LAMPIRAN ................................................................................. DAFTAR TABEL Halaman 1.1 Keaslian Penelitian ........................................................................... 9 3.1 Pengeluaran kalori senam aerobic ..................................................... 38 4.1 Distribusi frekuensi probandus menurut jenis kelamin ......................... 77 4.2 Distribusi frekuensi probandus menurut umur ..................................... 78 4.3 Distribusi frekuensi probandus berdasarkan jenis pekerjaan ............... 78 4.4 Distribusi frekuensi probandus menurut tingkat pendidikan ................. 79 4.5 Distribusi frekuensi probandus berdasarkan berat badan .................... 79 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tinggi badan .................... 80 4.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis olahraga ................. 80 4.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama terdiagnosis DM ..... 81 4.9 Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama penggunaan OHO .. 81 4.10 Distribusi frekuensi probandus KGDS senam zumba I ..................... 82 4.11 Distribusi frekuensi probandus KGDS senam zumba II ..................... 83 4.12 Distribusi frekuensi probandus KGDS senam zumba III..................... 84 4.13 Distribusi frekuensi probandus KGDS senam zumba IV .................... 85 4.14 Distribusi frekuensi probandus KGDS senam zumba V ..................... 86 4.15 Hasil crosstabs variabel KGD dengan karakteristik umur................... 93 4.16 Hasil crosstabs variabel KGD dengan karakteristik BB ...................... 94 4.17 Hasil crosstabs variabel KGD dengan karakteristik olahraga ............. 95 4.18 Hasil crosstabs variabel KGD dengan lama terdiagnosis DM............. 96 4.19 Hasil crosstabs KGD dengan karakteristik lama penggunaan OHO ... 97 4.20 Hasil uji wilcoxon KGD dengan senam zumba I ................................ 98 4.21 Hasil uji T-test KGD dengan senam zumba II .................................... 99 4.22 Hasil uji T-test KGD dengan senam zumba III ................................... 100 4.23 Hasil uji wilcoxon KGD dengan senam zumba IV .............................. 101 4.24 Hasil uji wilcoxon KGD dengan senam zumba I dan IV ..................... 102 4.25 Rekapitulasi hasil analisis statistic .................................................... 103 DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1 Kerangka Teori ................................................................................. 32 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 33 4.1 Grafik perbedaan rata-rata kadar GDS sebelum dan sesudah senam .. 87 4.2 Grafik rata-rata KGD menurut umur ................................................... 88 4.3 Grafik rata-rata KGD menurut berat badan ......................................... 89 4.4 Grafik rata-rata KGD menurut jenis olahraga ...................................... 90 4.5 Grafik rata-rata KGD menurut lama terdiagnosis DM .......................... 91 4.6 Grafik rata-rata KGD menurut lama penggunaan OHO ....................... 92 DAFTAR LAMPIRAN 1. Lembar Observasi 2. Hasil SPSS 3. Surat ijin penelitian 4. Dokumentasi penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit non - communicable deseases (penyakit tidak menular) dengan peningkatan jumlah kasus yang signifikan dari tahun ke tahun di dunia. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang terjadi akibat pankreas tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup sehingga tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin tersebut. Hal ini akan menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Keadaan hiperglikemia ini jika berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan dan kegagalan berbagai organ terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. 1 Menurut America Diabetes Association (ADA) tahun 2009, klasifikasi DM terbagi menjadi 4 bagian yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes gestasional,dan pradiabetes. DM jenis ini baru muncul pada usia 40 tahun. DM biasa disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat menjadi penyebab berbagai penyakit seperti hipertensi, stroke, jantung koroner, gagal ginjal, katarak, glaukoma, kerusakan retina mata yang dapat membuat buta, impotensi, gangguan fungsi hati, luka yang lama sembuh mengakibatkan infeksi hingga akhirnya harus diamputasi terutama pada kaki. 2 Tahun 2015 DM masih menjadi tren penyakit tidak menular yang banyak dialami masyarakat di negara maju dan berkembang termasuk Indonesia yang berada di posisi ketujuh negara dengan penderita DM sebanyak 7,6 juta orang. International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2012 menyatakan penderita DM di seluruh dunia mencapai 23,41 juta orang. IDF memprediksi akan terjadi peningkatan menjadi 366 juta penderita pada tahun 2030.3 Berdasarkan data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2013 prevalensi kasus DM tipe-2 pada tahun 2007 dan tahun 2013 mengalami peningkatan di beberapa provinsi diantaranya provinsi Sulawesi tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%) dan Sulawesi Selatan (3,4%). Untuk prevalensi DM tipe 2 di provinsi Jateng sebesar 2% dan mengalami peningkatan sebanyak 0,6% dari tahun 2007.4 Dari data profil Jateng tahun 2012 prevalensi diabetes melitus tipe 1 di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 0,03% lebih rendah dibanding tahun 2011 (0,09%). Prevalensi tertinggi adalah Kabupaten Semarang sebesar 0,66%. Sedangkan prevalensi kasus DM tipe 2, mengalami penurunan dari 0,63% menjadi 0,55% pada tahun 2012. Prevalensi tertinggi adalah Kota Magelang sebesar 7,93%. 5 Jumlah kasus DM di Kota Semarang mengalami penurunan sebesar 10,41% menjadi 13.112 jika dibandingkan tahun 2012 dengan jumlah 14.636 kasus. Berikut prevalensi kasus DM tipe 2 selama tahun 2008-2013 kota Semarang yaitu: 21,1% (2008), 21,3% (2009), 20,5% (2010),19,7% (2011), 20,7% (2012) dan 21,5% (2013).6 Sedangkan jumlah kasus DM tipe 2 menurut umur pada tahun 2012 terbanyak adalah kelompok umur antara 4564 tahun sebanyak 8.667, >65 tahun sebanyak 3.836 kasus dan 15-44 tahun sebanyak 2.125 kasus. Pada tahun 2013 jumlah kasus diabetes non-insulin pada kelompok usia 15-44 tahun meningkat menjadi 2.142 kasus. 6 Ada dan meningkatnya kasus DM tipe 2 kelompok umur 15-44 tahun menunjukkan bahwa penyakit diabetes bukan hanya merupakan faktor degeneratif tapi juga karena faktor pencetus lainnya seperti perubahan gaya hidup, pola makan yang salah, kurangnya kesadaran kebugaran fisik, dan infeksi. CFR (Case Fatality Rate) kota Semarang untuk penyakit tidak menular khususnya DM tipe-2 mengalami fluktuasi pada tahun 2008-2012 yaitu: 0,17% (2008), 0,14% (2009), 0,07% (2010), 0,08% (2011), 1,2% (2012) dan 1,8% (2013). 4 Meskipun jumlah kasus DM di Kota Semarang mengalami penurunan tetapi penyakit ini juga menunjukkan peningkatan CFR selama tahun 2011-2013. Kasus DM tipe-2 tertinggi di Kota Semarang terdapat di Puskesmas Kedungmundu sebanyak 2.147 kasus tahun 2012, 1.713 kasus ditahun 2013 dan 3.073 pada tahun 2014. Untuk jumlah kasus kematian menurut data yang diperoleh dari puskesmas hanya terjadi pada tahun 2013 sebanyak 2 kasus dan tahun 2014 sebanyak 1 kasus. Peningkatan kasus DM tipe-2 yang terjadi di Puskesmas Kedungmundu pada tahun 2014 sebesar 44,25%. Hal ini membuat DM akan tetap menjadi trend kasus sepanjang tahun dikarenakan terjadinya perubahan gaya hidup dari kelompok masyarakat tradisional menjadi “modern”. Kehidupan masyarakat perkotaan saat ini dipengaruhi penggunaan alat bantu elektronik sehingga meminimalkan gerakan fisik, mengakibatkan berkurangnya kerja otot lurik, yang diikuti semakin meningkatnya asupan makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak tinggi yang dalam jangka waktu tertentu mengakibatkan risiko terjadinya obesitas dan diabetes tipe-2.7 Di dalam tubuh manusia, total karbohidrat yang dapat tersimpan kurang lebih sebesar 50 gram atau mampu untuk menghasilkan energi sebesar 2000 kkal, sekitar 80% dari karbohidrat ini akan tersimpan sebagai glikogen dalam otot 18-22% tersimpan sebagai glikogen dalam hati dan sisanya akan bersirkulasi dalam aliran darah dalam bentuk glukosa. Proses pembakaran satu gram karbohidrat menghasilkan energi sebesar empat kkal. Pada saat berolahraga terutama olahraga dengan intensitas sedang sampai tinggi , kebutuhan energi dalam tubuh dapat terpenuhi melalui simpanan glikogen terutama glikogen otot serta melalui simpanan glukosa yang terdapat dalam aliran darah dimana ketersediaan glukosa didalam darah dapat dibantu oleh glikogen hati agar levelnya tetap berada dalam keadaan normal. Latihan fisik pada penderita DM memiliki peranan penting dalam mengendalikan kadar gula darah. Anjuran olahraga atau latihan fisik sebenarnya bukan merupakan hal yang baru sebelum ditemukannya insulin pada tahun 1921, namun pada saat itu belum diketahui batasan latihan fisik yang harus dilakukan seperti jenis latihan, dosis, frekuensi maupun intensitas dari latihan. 8 Jenis olahraga yang dianjurkan pada penderita DM adalah olahraga aerobik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh khususnya meningkatkan fungsi dan efisiensi metabolisme tubuh. Olahraga aerobik seperti jogging, berenang, senam kelompok dan bersepeda tepat dilakukan pada penderita DM karena menggunakan semua otot-otot besar, pernapasan dan jantung. Pada senam aerobik dari setiap variasi gerakan yang banyak dilakukan terutama gerakan dasar pada kaki dan jalan dapat memenuhi criteria CRIPE (continous, rhythmical, interval ,progresif dan endurance) sehingga sesuai dengan tahapan kegiatan yang harus dilakukan. Disamping itu senam aerobik yang dilakukan secara berkelompok akan memberikan rasa senang pada anggota dan juga dapat memotivasi anggota lain untuk terus melakukan olahraga secara teratur. 9 Olahraga aerobik khususnya senam berkelompok saat ini sudah mengalami perkembangan dari jenis dan variasi gerakan. Pada tahun 2012 Zumba dinyatakan merupakan salah satu bagian dari senam kelompok yang menggabungkan unsur aerobik dan tari. Gerakan yang dilakukan pada senam ini lebih menekankan pada bagian otot perut, punggung, paha, betis, otot tebal dibagian dada (pectoralis) dan sebagainya. Zumba merupakan salah satu tarian yang dapat menurunkan kadar glukosa, dikarenakan iramanya yang sedang hingga cepat dapat membantu proses metabolisme karbohidrat, protein dan lemak menjadi energi. Senam zumba menggunakan iringan musik berirama latin yang dipadu dengan tarian-tarian seperti salsa, meringue, mambo, cacha, cumbio, flamenco, tango dan bachala . 10 Pada penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Puji Indriyani,dkk tahun 2006 terkait pegaruh latihan fisik berupa senam aerobik terhadap penurunan kadar gula darah, sampel dalam penelitian adalah semua penderita DM tipe 2 yang menjalani terapi OHO (Obat Hiperglikemi Oral) dan tanpa OHO dengan tidak membedakan umur. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dilihat p<0.05 (0,0001) yang berarti ada pengaruh latihan fisik atau jasmani secara teratur 3 kali seminggu dilakukan hingga 60 menit setiap latihan ,selama 1 bulan rata-rata dengan penurunan kadar glukosa darah puasa menjadi 210,14mg/dl dari 240,27mg/dl.11 Pada penelitian terdahulu peneliti tersebut meneliti kadar gula darah puasa dan senam aerobik namun dengan adanya perkembangan jenis senam berkelompok maka peneliti sekarang tertarik untuk melakukan penelitian terkait senam zumba sebagai modifikasi senam aerobik dan melihat pengaruhnya terhadap kadar glukosa darah sewaktu (GDS). Melihat kondisi dan jumlah kasus penyakit DM yang cukup banyak dan terus meningkat setiap tahunnya dari tahun 2012-2014 di Puskesmas Kedungmundu mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan Pengaruh senam zumba terhadap penurunan kadar GDS pada pasien DM tipe 2 usia 15-44 tahun di Puskesmas Kedungmundu kota Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut “Adakah pengaruh senam zumba terhadap penurunan khadar gula darah sewaktu (GDS) pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang tahun 2015”? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh senam zumba terhadap penurunan kadar gula darah pasien DM tipe 2 di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang tahun 2015 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi karakteristik penderita yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, berat badan, tinggi badan, waktu terdiagnosa DM, aktivitas fisik saat mulai terdiagnosa DM dan riwayat penggunaan OHO b. Mendeskripsikan kadar gula darah pasien DM sebelum latihan zumba c. Mendeskripsikan kadar gula darah pasien DM setelah latihan zumba d. Menganalisis perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah latihan zumba D. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Ilmu Pengetahuan Memberikan informasi dan memperkaya referensi dibidang kesehatan tentang manfaat pelatihan senam zumba sebagai salah satu alternatif penanggulangan diabetes mellitus tipe 2. 2. Bagi Program Memberikan program alternatif terkait pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular (PTM) dan bersifat degeneratif yaitu penyakit diabetes mellitus tipe 2 dalam bentuk pelatihan senam zumba. 3. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai saran bagi penderita DM tipe 2 di Puskesmas Kedungmundu agar dapat melakukan senam zumba secara rutin sebagai salah satu cara untuk menurunkan mengendalikan kadar gula darah. atau E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Nama Peneliti Judul Metode Hasil Puji Pengaruh Indriyani,dkk fisik: senam aerobic Eksperimental antara terhadap penurunan one group prê fisik(senam aerobic) kadar latihan Desain gula darah and : di latihan kadar glukosa darah pada wilayah Variabel : Puskesmas Bukateja Latihan fisik dan Purbalingga (2007) pengaruh post-test terhadap pada pasien DM tipe design 2 Ada kadar penderita DM tipe 2 dengan nilai p<0.05 gula darah Reynaldo Pengaruh Stevanus,dkk Zumba Latihan Desain : tehadap Eksperimental kadar kolestrol High one group prê Density Lipoprotein and darah (2014) pengaruh antara latihan zumba terhadap post-test peningkatan design Variabel Latihan dan kolestrol darah Ada kadar kolestrol HDL darah : zumba kadar HDL dengan p<0,05 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Nama Peneliti Laily Kurniasari, dkk Judul Metode Latihan Desain Pengaruh Aerobik Intensitas Sedang Terhadap Hasil : Eksperimen semu Ada perbedaan kadar glukosa darah dengan sebelum dan setelah pendekatan latihan aerobic Kadar Glukosa Darah (Non equivalent intensitas Pada Pasien control Diabetes Mellitus design) group pada sedang kelompok intervensi dengan p Tipe-2 Di value 0,000 Desa Variabel : Ada perbedaan Langensari Latihan aerobic kadar glukosa darah Kabupaten intensitas Semarang Tahun sedang 2014 sebelum dan dan sesudah latihan kadar glukosa aerobic intensitas darah sedang pada kelompok dengan control p value 0,011 I Dewa Gede,dkk Putu Latihan Senam Desain Aerobik Jalan Kaki : Eksperimen semu Ada bermakna Pasien Diabetes Meliitus (Non equivalent Refill pendekatan control design) dengan dengan Pada tipe-2 tahun 2013 perbedaan nilai CRT(Capillary Time) pada group kelompok perlakuan dengan nilai Variabel : Latihan senam aerobic jalan p=0,001 dan tidak ada perbedaan bermakna pada kaki dan kadar kelompok control (p gula darah Andre Pengaruh Gunawan,dkk Zumba Senam Desain value=0,232) : Terhadap Eksperimental one group prê Kardiorespiratori and Ratulangi : pada control nilainya cenderung zumba dari Angkatan dan VO2 max 2014 besar yang Fakultas Kedokteran Variabel Sam senam lebih post-test kelompok Mahasiswa design Universitas peningkatan nilai VO2 max yang Kebugaran Pada Ada stabil pengukuran pada minggu ke-0 hingga minggu ke12 Adapun perbedaan dengan penelitian ini adalah : 1. Perbedaan penelitian antara penulis dengan peneliti Puji Indriyani,dkk tahun 2007 adalah pada penelitian terdahulu variable yang diteliti meliputi latihan fisik dan kadar gula darah puasa, sampel yang digunakan dalam penelitian terdahulu adalah penderita DM tipe 2 dengan OHO dan tanpa OHO berusia 35-55 tahun yang dilaksanakan setiap 3 kali seminggu dengan durasi 60 menit selama 1 bulan di Puskesmas Bukateja Purbalingga. Sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan peneliti saat ini menggunakan variable senam zumba dan kadar gula darah sewaktu dengan penderita DM tipe 2 usia 15-44 tahun yang tidak mengalami komplikasi dilaksanakan setiap 2 kali seminggu dengan durasi 45 menit selama 2 minggu di Puskesmas Kedungmundu Semarang tahun 2015. 2. Perbedaan penelitian antara penulis dengan peneliti Reynaldo Stevanus,dkk tahun 2014 adalah pada penelitian terdahulu variabel yang diteliti meliputi latihan zumba dan kadar kolestrol HDL darah. Sampel dalam penelitian terdahulu adalah mahasiswi keperawatan Universitas Ratulangi Manado dengan IMT normal,tidak merokok dan tidak memiliki kelainan tulang, penelitian tersebut dilaksanakan di lapangan Universitas dengan durasi waktu 30 menit sebanyak 3 kali seminggu selama 2 minggu. Sedangkan variabel yang diteliti pada penelitian saat ini meliputi senam zumba dan kadar gula darah sewaktu dengan penderita DM tipe 2 usia 15-44 tahun yang tidak mengalami komplikasi dilaksanakan setiap 2 kali seminggu dengan durasi 45 menit selama 2 minggu di Puskesmas Kedungmundu Semarang tahun 2015. 3. Perbedaan penelitian antara penulis dengan peneliti Laily Kurniasari,dkk tahun 2014 adalah pada penelitian terdahulu variable yang diteliti meliputi senam aerobik intensitas sedang dan kadar gula darah. Sampel yang digunakan adalah semua pasien DM tipe-2 yang terdaftar di Puskesmas Ungaran desa Langensari, penelitian tersebut dilaksanakan dengan durasi 35 menit selama 2 minggu di desa Langensari kabupaten Semarang. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian terdahulu adalah eksperimen semu (Non equivalent control group design), sedangkan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah experimental one group pre and post-test design. Variabel yang diteliti pada penelitian saat ini meliputi senam zumba dan kadar gula darah sewaktu dengan penderita DM tipe 2 usia 15-44 tahun yang tidak mengalami komplikasi dilaksanakan setiap 2 kali seminggu dengan durasi 45 menit selama 2 minggu di Puskesmas Kedungmundu Semarang. 4. Perbedaan penelitian antara penulis dengan peneliti I Dewa Putu Gede,dkk tahun 2013 adalah pada penelitian terdahulu variable yang diteliti meliputi latihan aerobik jalan kaki dan kadar gula darah dengan desain penelitian eksperimen semu (Non equivalent control group design). Sampel dalam penelitian terdahulu adalah pasien diabetes tipe 2 tanpa komplikasi kaki diabetik di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat dan dilaksanakan selama 40 menit dengan 12 kali latihan dalam 1 bulan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah experimental one group pre and post-test design. Variabel yang diteliti pada penelitian saat ini meliputi senam zumba dan kadar gula darah sewaktu dengan penderita DM tipe 2 usia 15-44 tahun yang tidak mengalami terjadi komplikasi dilaksanakan setiap 2 kali seminggu dengan durasi 45 menit selama 2 minggu di Puskesmas Kedungmundu Semarang tahun 2015. 5. Perbedaan penelitian antara penulis dengan peneliti Andre Gunawan,dkk tahun 2014 adalah pada penelitian terdahulu variable yang diteliti meliputi senam zumba dan VO2 max. Sampel dalam penelitian terdahulu adalah perempuan bukan atlet zumba berusia 17-19 tahun dengan IMT 18,522,9 kg/m 2, tidak merokok dan tidak memiliki riwayat nyeri sendi. Penelitian terdahulu dilaksanakan di Aula Fakultas kedokteran Kampus Malalayang selama satu minggu pada bulan Desember tahun 2014. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan adalah experimental one group pre and post-test. Variable yang diteliti pada penelitian saat ini meliputi senam zumba dan kadar gula darah sewaktu dengan penderita DM tipe 2 usia 15-44 tahun yang tidak mengalami komplikasi dilaksanakan setiap 2 kali seminggu dengan durasi 45 menit selama 2 minggu di Puskesmas Kedungmundu Semarang tahun 2015. F. Ruang Lingkup 1. Lingkup Keilmuan Penelitian ini merupakan penelitian dibidang kesehatan masyarakat dengan penekanan terhadap pengaruh latihan senam zumba dengan penurunan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2. 2. Lingkup Materi Materi dalam penelitian ini meliputi variable terikat yaitu kejadian diabetes mellitus tipe 2 dan variable bebas yaitu senam zumba 3. Lingkup Lokasi Lokasi penelitian adalah Puskesmas Kedungmundu, Kota Semarang. 4. Lingkup Metode Metode yang digunakan yaitu pra-eksperimental dengan pendekatan experimental one pre and post-test design. Pengambilan data menggunakan data observasi pemeriksaan kondisi awal penderita DM dari data program pengendalian DM tipe 2 di Puskesmas Kedungmundu. 5. Lingkup Objek/Sasaran Sasaran penelitian adalah seluruh penderita DM tipe 2 yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas Kedungmundu tahun 2014-Mei 2015. 6.Lingkup Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada 1 Agustus – 2 Agustus dan 8 Agustus – 9 Agustus tahun 2015 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Diabetes Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pancreas tidak menghasilkan insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Hiperglikemia atau gula darah meningkat, merupakan efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol dan dari waktu ke waktu menyebabkan kerusakan serius pada banyak system tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah. 12 Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan poduksi insulin atau karena kedua-duanya.Penyakit ini bersifat kronik bahkan seumur hidup. Sampai sekarang belum ada obat yang dapat mengobati bahkan menyembuhkannya secara total, yang ada saat ini hanyalah usaha untuk mengendalikan glukosa darah seperti glukosa darah pada orang normal. B. Epidemiologi Diabetes Menurut survey yang dilakukan WHO, tahun 2008 Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita diabetes terbesar didunia setelah India,cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk, dipekirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes mencapai 366 juta penderita. Sedangkan dari data Depkes, jumlah pasien rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin. Menurut Menkes, secara global WHO memperkirakan PTM telah menyebabkan sekitar 60% kematian dari 43% kesakitan diseluruh dunia. Melihat permasalahan tersebut, Menkes menyatakan jika tanpa intervensi dan penanganan yang serius maka permasalahan diabetes akan bertambah besar sehingga sulit untuk menanggulangi dan memperkecil kemungkinan adanya penurunan jumlah penderita. Upaya pencegahan dan penanggulangan tidak dapat dilakukan hanya oleh pemerintah tetapi juga perlu adanya dukungan dari semua pihak termasuk organisasi profesi (PERKENI) dan organisasi kemasyarakatan (PERSADIA dan PEDI). Perlu adanya tindakan pencegahan diabetes mellitus untuk mengurangi resiko komplikasi dan kematian yang dapat dilakukan secara primer maupun sekunder. Pencegahan primer adalah pencegahan terjadinya diabetes mellitus pada individu yang beresiko melalui modifikasi gaya hidup (pola makan sesuai, aktivitas fisik, penurunan BB) dengan didukung program edukasi berkelanjutan. Sedangkan pencegahan sekunder, merupakan tndakan pencegahan komplikasi akut maupun jangka panjang. Program tersebut meliputi pemeriksaan dan pengobatan tekanan darah, perawatan kaki diabtetes, pemeriksaan mata secara rutin, pemeriksaan protein dalam urin dan program menurunkan atau menghentikan kebiasaan merokok. 13 C. Patogenesis Diabetes Diabetes mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin secara relative maupun absolute. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu: rusaknya sel-sel ɞ pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia tertentu, dll). Desensitas atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas. Desensitas atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer apabila didalam tubuh terjadi kekurangan insulin, maka mengakibatkan: menurunnya transport glukosa melalui membrane sel, keadaan ini mengakibatkan sel-sel kekurangan makanan sehingga meningkatkan metabolisme lemak dalam tubuh. Manifestasi yang muncul adalah penderita diabetes mellitus selalu merasa lapar atau nafsu makan meningkat “poliphagia”. Menurunnya glikogenesis menyebabkan terganggunya pembentukan glikogen dalam hati dan otot. Meningkatnya pembentukan glikolisis dan glikogenesis, karena proses ini disertai nafsu makan meningkat atau poliphagia sehingga dapat mengakibatkan terjadinya hiperglikemia. Kadar gula darah tinggi mengakibatkan ginjal tidak mampu lagi mengarbsorbsi dan glukosa keluar bersama urin, keadaan ini yang disebut glikosuria. Manifestasi yang muncul yaitu penderita sering berkemih atau poliuria dan selalu haus atau polidipsia.14 D. Patofisiologi Diabetes Tubuh manusia memerlukan bahan bakar berupa energi untuk menjalankan berbagai fungsi sel tubuh dengan baik dan normal. Bahan bakar tersebut bersumber dari sumber zat gizi karbohidrat, protein, lemak yang didalam tubuh mengalami pemecahan menjadi zat yang sederhana dan proses pengolahan lebih lanjut untuk menghasilkan energi. Proses pembentukan energi terutama yang bersumber dari glukosa memerlukan proses metabolisme yang rumit. Dalam proses metabolisme tersebut, insulin memegang peranan sangat penting yang bertugas memasukkan glukosa kedalam sel untuk selanjutnya diubah menjadi energi. Pada keadaan normal, glukosa diatur sedemikian rupa oleh insulin yang diproduksi oleh sel beta pancreas, sehingga kadarnya didalam darah selalu dalam batas aman baik pada keadaan puasa maupun sesudah makan. Kadar glukosa darah normal berkisar antara 70-140mg/dl. Insulin memegang peranan yang sangat penting dalam pengaturan kadar glukosa darah dan koordinasi penggunaan energi oleh jaringan. Insulin yang dihasilkan sel beta pancreas dapat diibaratkan anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel agar dapat dimetabolisme menjadi energi. Bila insulin tidak ada atau insulin tidak dikenali oleh reseptor pada permukaan sel, maka glukosa tidak dapat masuk kedalam sel dengan akibat glukosa akan tetap berada dalam darah sehingga kadarnya meningkat.14 E. Klasifikasi Diabetes Secara umum diabetes mellitus dibagi menjadi 2 kategori sebagai berikut15 : 1. Diabetes Mellitus tipe 1 (Diabetes Mellitus Bergantung Insulin DMTI) Disebut juga dengan Juvenile Diabetes atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), dengan jumlah penderita sekitar 5-10% dari seluruh penderita DM dan umumnya terjadi pada usia muda (95% pada usia dibawah 25 tahun). DM tipe 1 ditandai dengan terjadinya kerusakan sel ɞ pancreas yang disebabkan oleh proses autoimmune, akibatnya terjadi defisiensi insulin absolute sehingga penderita mutlak memerlukan insulin dari luar (eksogen) untuk mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal. Hingga saat ini, diabetes tipe 1 masih termasuk dalam kategori penyakit yang tidak dapat dicegah, termasuk dengan cara diet atau olahraga. Pada fase awal kemunculan penyakit ini, kebanyakan penderita diabetes tipe 1 ini memiliki kesehatan dan berat badan yang cukup baik, dan respon tubuh terhadap insulin juga masih normal. Penyebab utama kehilangan sel beta pancreas pada penderita diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pancreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi. 2. Diabetes mellitus tipe 2 (Diabetes Mellitus Tidak bergantung Insulin/DMTTI) Diabetes Mellitus tipe 2 juga disebut dengan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Adult Onset Diabetes Jumlah penderita DM tipe 2 merupakan kelompok yang terbesar, hampir mencapai 90-95% dari seluruh kasus DM, terjadi pada usia dewasa yaitu usia pertengahan kehidupan dan peningkatannya lebih tinggi pada lakilaki dibandingkan pada wanita. Karena resistensi insulin, jumlah reseptor insulin pada permukaan sel berkurang,walaupun jumlah insulin tidak berkurang. Hal ini menyebabkan glukosa tidak dapat masuk kedalam sel meskipun insulin tersedia. Keadaan ini disebabkan obesitas terutama tipe sentral, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat,kurangnya aktifitas fisik serta factor keturunan. F. Penyebab Diabetes Diabetes disebabkan karena berkurangnya produksi dan ketersediaan insulin dalam tubuh atau terjadinya gangguan fungsi insulin yang sebenarnya berjumlah cukup. Kekurangan insulin disebabkan adanya kerusakan sebagian kecil atau sebagian besar sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin 16. Namun, ada pula factor lain penyebab terjadinya DM antara lain sebagaih berikut : 1. Genetik atau faktor keturunan 2. Virus atau bakteri Virus penyebab DM adalah rubella, mumps dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan dekstruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan hilangnya autoimun dalam sel beta. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. 3. Bahan toksik atau beracun Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). 4. Nutrisi Nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan factor resiko pertama yang diketahui menyebabkan DM. Semakin berat badan berlebih atau obesitas akibat nutrisi yang berlebihan, semakin besar kemungkinan seseorang terjangkit DM. 5. Kadar kortikosteroid yang tinggi 6. Kehamilan diabetes gestasional yang akan hilang setelah melahirkan. 7. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin. G. Faktor Risiko Diabetes Faktor-faktor risiko terjadinya Diabetes mellitus tipe 2 menurut ADA terdiri atas16: a. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi 1) Ras dan etnik 2) Riwayat Keluarga dengan diabetes ( anak penyandang diabetes) Diabetes mellitus bukan penyakit menular tetapi diturunkan. Namun bukan berarti anak dari kedua orangtua yang diabetes pasti akan mengidap diabetes juga, sepanjang bisa menjaga dan menghindari factor resiko yang lain. Pola genetik yang kuat pada diabetes mellitus tipe 2. Seseorang yang memiliki saudara kandung mengidap diabetes tipe 2 memiliki resiko yang jauh lebih tinggi menjadi pengidap diabetes. 3) Umur Umur merupakan factor pada orang dewasa,dengan semakin bertambahnya umur kemampuan jaringan mengambil glukosa darah semakin menurun. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada orang berumur diatas 40 tahun daripada orang yang lebih muda. b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi/diubah 1) Pola makan Pola makan yang salah dan cenderung berlebihan menyebabkan timbulnya obesitas. Obesitas merupakan factor predisposisi utama dari penyakit diabetes 2) Aktivitas fisik Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan kurangnya pembakaran energi oleh tubuh sehingga kelebihan energi dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh. Penyimpanan berlebihan akan menyebabkan obesitas. 3) Obesitas Diabetes terutama DM tidak tergantung insulin atau Diabetes mellitus tipe 2 sangat erta hubungannya dengan obesitas. Laporan International Diabetes Federation (IDF) tahun 2005 menyebutkan 80 persen dari penderita diabetes ternyata mempunyai berat badan yang berlebihan. 4) Stres Reaksi setiap orang ketika stress melanda berbeda-beda. Beberapa orang mungkin kehilangan nafsu makan sedangkan orang lain cenderung makan berlebih Stres mengarah pada kenaikan berat badan yang utama, kortisol yang tinggi menyebabkan peningkatan pemecahan protein tubuh, peningkatan penggunaan gula trigliserida tubuh, darah dan manifestasinya penurunan meningkatkan trigliserida dan gula darah atau yang dikenal dengan istilah hiperglikemia. 5) Pemakaian Obat-obatan Memiliki riwayat penggunaan obat golongan kortikosteroid dalam jangka waktu lama. H. Gejala Diabetes Secara umum gejala dan tanda penyakit DM dibagi dalam dua kelompok, yaitu gejala akut dan kronis. 15 a. Gejala akut dan tanda dini, meliputi : 1) Penurunan berat badan, rasa lemas dan cepat lelah 2) Sering kencing (poliuri) pada malam hari dengan jumlah air seni banyak 3) Banyak minum (polidipsi) 4) Banyak makan (polifagi) b. Gejala kronis meliputi : 1) Gangguan penglihatan, berupapandangan yang kabur dan menyebabkan sering ganti kacamata 2) Gangguan saraf tepi berupa rasa kesemutan, terutama pada malam hari sering terasa sakit dan rasa kesemutan dikaki 3) Gatal-gatal dan bisul. Gatal umumnya dirasakan pada daerah lipatan kulit diketiak,payudara dan alat kelamin. Bisul dan luka lecet terkena sepatu atau jarum yang lama sembuh 4) Rasa tebal dikulit, yang menyebabkan penderita lupa memakai sandal dan sepatunya 5) Gangguan fungsi seksual. Dapat berupa gangguan ereksi,impoten yang disebabkan gangguan pada saraf bukan karena kekurangan hormone seks (testosterone) 6) Keputihan. Pada penderita wanita,keputihan dan gatal sering dirasakan, hal ini disebabkan daya tahan tubuh penderita menurun. I. Diagnosis Diabetes 1) Diagnosa dan kriteria DM tipe 2 Pada penderita DM ditemukan adanya gejala-gejala khas antara lain:poliuria (banyak kencing),polidipsia (banyak minum karena haus terus), polifagia (makan karena lapar terus), lemas, dan berat badan turun tanpa sebab yang jelas. Gejala-gejala khas seperti diatas dengan satu kali pemeriksaan yang mana menghasilkan GDP (Gula Darah Puasa) dinyatakan positif DM tipe-2. Gejala lain yang menyertai: gringgingan (kesemutan), gatal-gatal, penglihatan kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulvae pada wanita. Gejala-gejala yang tidak khas tersebut dengan dua kali pemeriksaan yang menghasilkan GDP (Gula darah puasa) dinyatakan positif DM tipe-2.1 2) Patokan Kadar Gula Darah Sewaktu dan Puasa Tabel 2.1 Standar Kadar Gula Darah Sewaktu dan Puasa Kadar Glukosa darah Bukan DM Diduga DM Penderita DM 1.Plasma Vena <140 140-200 ≥ 200 2.Darah Kapiler puasa 3.Plasma Vena <80 80-200 ≥ 200 <110 110-126 ≥126 4.Darah kapiler <90 90-110 ≥110 Sewaktu dan Puasa Kriteria diagnostic yang dipergunakan dalam menegakkan diagnose diabetes terdiri dari 3 cara dan setiap hasil tersebut masih memerlukan konfirmasi pada waktu yang berbeda. Maka dapat dikatakan DM jika dikonfirmasi pada hari yang berbeda dengan : a) Kadar glukosa plasma puasa > 126mg/dl. b) Kadar glukosa 2 jam PP dengan Test Toleransi Glukosa (TTG) > 200mg/dl. c) Gejala spesifik dengan kadar glukosa sewaktu >200mg/dl. Menurut PERKENI diagnosis diabetes mellitus dipastikan bila : a) Terdapat keluhan khas diabetes ( poliuri, polidipsi, polifagia) dan penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sebabnya disertai dengan satu nilai pemeriksaan glukosa darah tidak normal (glukosa darah sewaktu >200mg/dl atau glukosa darah puasa >126mg/dl) b) Terdapat keluhan khas yang tidak lengkap atau terdapat kelbuhan tidak khas (lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi). 15 J. Komplikasi Diabetes DM dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai dari kulit sampai jantung. 16 Berikut 2 jenis komplikahsi yang diakibatkan oleh DM kronik 1) Komplikasi Awal (Early complication): a. Hiperalbuminuria b. Background retihnopathy c. Neuropathy d. Kalsifikasi artei medial e. Hipertensi 2) Komplikasi Lanjut (Late complication): a. Kegagalan ginjal b. Proliferative retinopathy c. Gangren dan amputasi d. Coronary heart diseases e. Diabetes-related death K. Pengendalian Diabetes Tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya diabetes mellitus adalah melakukan modifikasi gaya hidup, diantaranya menurunkan berat badan, latihan fisik dan mengurangi konsumsi lemak dan kalori.17 4 pilar pengendalian diabetes mellitus yakni : 1. Edukasi Melakukan pendidikan kesehatan menjadi kewajiban bagi seluruh tenaga medis untuk membuka mata dan pengetahuan masyarakat mengenai semua hal yang berkaitan dengan kesehatan. Perlunya tambahan pengetahuan terkait masalah kesehatan terutama diabetes mellitus sebagai salah satu penyakit degeneratif yang menjadi tren sepanjang tahun perlu adanya koordinasi antara pasien, keluarga dan tenaga kesehatan untuk dapat terjadi perubahan perilaku optimal dan mapan. 2. Pengaturan makan Dalam kasus diabetes khususnya DM tidak tergantung insulin perlu dilakukan pengaturan dalam pola makan, dikarenakan adanya gangguan pada fungsi pankreas sehingga tidak dapat melakukan proses metabolisme dengan baik dan optimal. Jika asupan makan terlalu berlebih maka secara otomatis pancreas mengalami kesulitan dalam mencerna sehingga hanya sedikit yang dapat dikeluarkan saat proses. 3. Latihan Jasmani Manfaat latihan jasmani bagi para penderita diabetes antara lain meningkatkan kebugaran tubuh, meningkatkan penurunan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lemak darah, meningkatkan kadar kolestrol HDL, meningkatkan sensitivitas reseptorinsulin, menormalkan tekanan darah, serta meningkatkan kemampuan kerja. Saat melakukan latihan jasmani, pada tubuh akan terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar oleh otot yang aktif dan terjadi pula reaksi tubuh yang kompleks meliputi fungsi sirkulasi, metabolisme dan susunan saraf otonom. Dimana glukosa yang disimpan dalam otot dan hati sebagai glikogen. Glikogen cepat diakses untuk dipergunakan sebagai sumber energi pada latihan jasmani terutama pada beberapa atau permulaan latihan jasmani dimulai. Jenis latihan jasmani yang dianjurkan untuk para penderita diabetes adalah jalan, jogging, berenang dan bersepeda. Tahapan dalam latihan jasmani sangat diperlukan agar tidak memperoleh beban secara mendadak. Tahapan latihan jasmani mulai dari pemanasan (warming up), latihan inti (conditioning), pendinginan (cooling down), serta peregangan (streaching). Pada saat melakukan latihan jasmani kerja insulin menjadi lebih baik dan yang kurang optimal menjadi lebih baik .Tetapi efek latihan jasmani akan hilang 2x 24 jam hilang. Maka dari itu untuk memperoleh efek yang optimal perlu dilakukan 2 hari sekali atau seminggu 3 kali. Penderita diabetes diperbolehkan melakukan latihan jasmani jika glukosa darah kurang dari 250mg. Jika kadar glukosa diatas 250mg, pada waktu latihan jasmani akan terjadi pemecahan (pembakaran) lemak akibat pemakaian glukosa terganggu. Hal-hal yang harus diperhatikan penderita DM dalam memilih latihan jasmani 12 a. Tetapkan jenis olahraga yang dipilih dan sesuaikan dengan tingkat beratnya DM serta keberadaan komplikasi b. Tidak berlatih pada suhu yang terlalu dingin atau terlalu panas. c. Tidak berlatih pada saat atau setelah hipoglikemi. d. Tidak diperbolehkan latihan berat seperti sepak bola atau badminton, apabila kadar gula darah >250 mg/dl. e. Sediakan asupan air dan makanan yang tepat dalam jumlah cukup f. Latihan selalu adiawali dengan pemanasan selama 5-10 menit dan diakhiri dengan pendinginan selama 5-10 menit. g. Sebaiknya ukur frekuensi nadi sebelum dan sesudah latihan. h. Apabila menghendaki latihan jasmani dalam waktu lama (>1 jam) diperlukan asupan karbohidrat dengan 0,5 sendok makan gula apsir tiap 30 menit. i. Tetapkan jenis olahraga yang dipilih dan sesuaikan dengan tingkat beratnya DM serta keberadaan komplikasi. j. Tidak berlatih pada suhu yang terlalu dingin atau terlalu panas. k. Tidak berlatih pada saat atau setelah hipoglikemi. l. Tidak diperbolehkan latihan berat seperti sepakbola atau badminton, apabila kadar gula darah >250 mg/dl. m. Sediakan asupan air dan makanan yang tepat dalam jumlah cukup. n. Latihan selalu adiawali dengan pemanasan selama 5-10 menit dan diakhiri dengan pendinginan selama 5-10 menit. o. Sebaiknya ukur frekuensi nadi sebelum dan sesudah latihan. p. Apabila menghendaki latihan jasmani dalam waktu lama (>1 jam) diperlukan asupan karbohidrat dengan 0,5 sendok makan gula apsir tiap 30 menit. q. Hindari terjadinya hipoglikemi di tengah latihan dengan cara berikut : 1. Latihan sebaiknya dilakukan 1-3 jam setelah makan. 2. Apabila menggunkan insulin sebaiknya pada saat berlatih dosisnya dikurangi 25% atau seperempatnya. 3. Perlu adanya asupan makanan selama atau setelah latihan lama (>1 jam). 4. Obat Pemberian obat dilakukan untuk mengatasi kekurangan produksi insulin serta menurunkan resistensi insulin. Obat tersebut dibagi menjadi 2 yakni oral dan injeksi sesuai dengan tipe diabetes mellitus yang diderita. Untuk diabetes mellitus tipe 1 obat yang digunakan adalah insulin karena sudah jelas bahwa ini tidak bisa menghasilkan insulin tetapi untuk pengobatan awal diabetes mellitus tipe 1 masih bisa diberikan obat oral tentunya dengan dosis tinggi. Kemudian untuk diabetes mellitus tipe 2, obat yang digunakan untuk membantu produksi insulin yang kurang adalah obat yang dapat merangsang pancreas untuk meningkatkan produksi insulin. Intervensi Farmakologis ditambahkan jika sasaran kadar glukosa belum tercapai dibagi menjadi dua9: 1) Obat Hipoglikemik Oral (OHO) a) Pemicu sekresi insulin 1) Sulfonilurea 2) Glinid b) Penambah sensitivitas terhadap insulin 1) Metformin 2) Tiazolidinidion c) Penghambat glukoneogenesis 1) Metformin d) Penghambat absorbsi glukosa 1) Penghambat glukosidase Alfa (Acarbose) 2) Insulin Jenis dan lama kerja insulin : a) Insulin kerja cepat (rapid acting insulin) b) Insulin kerja pendek (short acting insulin) c) Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin) d) Insulin kerja panjang (long acting insulin) e) Insulin campuran tetap, kerja pendek, kerja menengah (premixed insulin) L. Kadar Gula Darah a) Pengertian Gula darah merupakan kadar gula yang terdapat dalam darah. Gula didalam darah berfungsi sebagai salah satu bahan bakar yang akan dimetabolisme oleh tubuh menjadi energi. Sebagian gula yang ada dalam darah merupakan hasil penyerapan dalam usus dan sebagian lagi dari hasil pemecahan simpanan energi dalam jaringan. 18 Gula dalam darah terutama diperoleh dari fraksi karbohidrat yang terdapat dalam makanan. Gugus/molekul gula dalam karbohidrat dibagi menjadi gugus gula tunggal (monosakarida) misalnya glukosa dan fruktosa, dan gugus gula majemuk meliputi disakarida (sukrosa, laktosa) dan polisakarida (amilum, selulosa, glikogen). Proses penyerapan gula dari makanan mellaui dua tahapan yaitu : tahap pertama, setelah makanan dikunyah dalam mulut, selanjutnya akan masuk dalam saluran pencernaan (lambung dan usus), pada saat itu gugusan gula majemuk diubah menjadi gugusan gula tunggal dan siap diserap oleh tubuh. Tahap kedua yaitu gugusan gula tunggal melalui ribuan pembuluh kecil menembus dinding usus dan masuk ke pembuluh darah vena. Kadar gula dalam darah akan dijaga keseimbangannya oleh insulin yang diproduksi oleh kelenjar beta sel pankreas. Mekanisme kerja insulin dalam mengatur keseimbangan kadar gula dalam darah adalah dengan mengubah gugusan gula tunggal menjadi gula majemuk yang sebagian besar disimpan dalam hati dan sebagian kecil disimpan dalam otak sebagai cadangan pertama. Namun jika kadar gula darah masih berlebihan maka insulin akan mengubah kelebihan gula tersebut menjadi lemak dan protein melalui suatu proses kimia dan kemudian menyimpannya sebagai cadangan kedua. Nilai normal glukosa dalam darah adalah 3,5-5,5 mmol/L. Dalam keadaan normal, kadar gula dalam darah sat berpuasa berkisar antara 80mg%-120mg%, sedangkan satu jam sesudah makan akan mecapai 170mg%, dan dua jam setelah makan akan turun mencapai 140mg%. b) Gula darah pada pasien DM tipe 2 Di dalam darah, kadar gula fluktuatif bergantung pada asupan makanan. Kadar paling tinggi tercapai pada satu jam sesudah makan. Satu jam stelah makan, gula di dalam darah akan mencapai kadar paling tinggi yaitu melebihi 180mg/dl. Kadar 180mg/dl disebut ambang ginjal dimana ginjal bisa menahan gula pada kadar tersebut. Lebih dari angka tersebut ginjal tidak dapat menahan gula dan kelebihan gula akan dikeluarkan bersama urin. Pada DM terdapat masalah dengan efek kerja insulin dalam hal ini memasukkan gula kedalam sel tidak sempurna sehingga gula darah tetap tinggi. Hal ini dapat meracuni dan menyebabkan rasa lemah dan tidak sehat serta menyebabkan komplikasi dan gangguan metabolisme yang lain. Apabila tidak bisa mendapatkan energi yang cukup dari gula, tubuh akan dapat mengolah zat-zat lain didalam tubuh untuk dijadikan energi. Zat-zat itu adalah lemak dan protein menyebabkan turunnya berat badan.19 c) Mekanisme pengaturan gula darah Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan dalam tubuh. Level glukosa didalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glucagon, hormone yang menargetkan sel-sel di liver. Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (glikogenolisis). Glukosa dilepaskan kedalam darah sehingga meningkatkan level gula darah. 20 d) Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar gula darah 1) Glukotoksisitas Kadar glukosa darah yang tinggi dan berlangsung lama akan menyebabkan peningkatan stress oksidatif, IL-1ɞh dan NF-kB dengan akibat peningkatan apoptosis sel beta. 2) Lipotoksisitas Peningkatan asam lemak bebas yang berasal dari jaringan adipose dalam proses liposis akan mengalami metabohlisme non oksidatif menjadi ceramide yang toksik terhadap sel beta hingga menjadi apoptosis. 3) Penumpukan amiloid Akibat kadar glukosa darah yang terus meningkat,maka sel beta akan berusaha mengkompensasi dengan meningkatkan sekresi insulin sehingga terjadi hiperinsulinemia. Peningkatan sekresi insulin juga diiukuti dengan sekresi amylin dari sel beta akan ditumpuk disekitar sehl beta sehingga menjadi jaringan amiloid dan akan mendesak sel beta itu sendiri hingga akhirnya jumlahh hsel beta dalam pulau langerhans jadi berkurang. Pada DM tipe 2 jumlah sel beta berkurang 50-60% dari normal. 4) Resistensi Insulin Suatu keadaan munculnya respons biologis/ gejala klinis akibat meningkatnya kadar insulin. terganggunya sensitivitas Hal jaringan ini dikaitkan terhadap dengan insulin yang diperantarai glukosa. Resistensi insulin menyebabkan insulin tidak dapat berfungsi secara opyimal dalam mensirkulasi glukosa. Akibatnya glukosa semakin menumpuk dalam darah dan secara otomatis meningkatkan kadar gula darah. Pankreas akan melepas lebih banyak insulin untuk menyeimbangkan gula darah namun sebagian besar insulin tidak berfungsi secara efektif.21 e) Pemeriksaan Kadar Gula Darah 1) Kadar glukosa darah atau plasma (puasa atau setelah makan) Bisa normal (euglikemia), bila tinggi (hiperglikemia), dan rendah (hipoglikemia). Pemeriksaan terhadap kadar gula dalam darah vena pada saat pasien puasa 12 jam sebelum pemeriksaan (GDP/ gula darah puasa/nutcher) atau 2 jam setelah makan (post prandial) Nilai normal : Dewasa : 70-110mg/dl Bayi baru lahir : 30-80mg/dl Anak:60-100mg/dl Nilai normal kadar gula darah 2 jam setelah makan : Dewasa : <140mg/dl/2 jam 2) Hemoglobin Glikosilat (HB AIC) Glikosilasi adalah masuknya gula kedalam sel darah merah terikat. Maka tes ni berguna untuk mengukur tingkat ikatan gula pada hemoglobin A (AIC) sepanjang umur sel darah merah selama 120 hari. AIC menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4-6% 3) Glukosa darah sewaktu Pemeriksaan glukosa darah tanpa persiapan atau persetujuan untuk melihat kadar gula darah sesaat tanpa puasa dan tanpa pertimbangan waktu setelah makan. 21 M. Olahraga Pilar ketiga dalam penanggulangan DM tipe 2 adalah dengan melakukan latihan jasmani atau olahraga sebagai salah satu alternative pengendalian kadar gula darah pada penderita. Latihan jasmani yang disarankan untuk dilakukan penderita diabetes salah satunya adalah olahrga aerobik. Olahraga aerobik merupakan olahraga yang menggunakan otot jantung, paru-paru, lengan dan kaki. Latihan jasmani aerobik membuat insulin bekerja lebih keras dan cepat, mengurangi lemak tubuh, dan membantu mengurangi berat badan. Olahraga aerobik terbagi menjadi beberapa jenis antara lain : bersepeda, senam/ menari, jogging, lompat tali, berjalan, dan berenang.9 N. Prinsip Olahraga Pada Diabetes Prinsip latihan jasmani aerobik pada diabetes seperti halnya prinsip latihan jasmani secara umum yaitu memenuhi hal berikut : Frekuensi, intensitas, durasi, dan jenis latihan jasmani. Frekuensi dilakukan secara teratur 3-5 kali perminggu dengan intensitas ringan dan sedang yaitu 60%70% MHR( Maximum Heart Rate) pada durasi 30-60 menit. Untuk pemula latihan jasmani dapat dimulai hanya dengan 5 menit latihan jasmani aerobik setiap hari selama 1 atau 2 minggu. Kemudian durasi waktu dapat diperpanjang hingga 5-10 menit dilatihan berikutnya secara bertahap menjadi 20-60 menit olahraga aerobik yang terus menerus selama 3-5 kali seminggu.9 O. Intensitas Olahraga 60-70% MHR atau denyut nadi maksimal per menit. DNM = 220umur. Setelah pengukuran MHR dilanjutkan dengan mengukur denyut nadi. Denyut nadi diukur dengan cara temukan denyut pembuluh darah pada pergelangan tangan atau disamping leher tepat dibawah salah satu sisi tulang rahang. Hitung jumlah denyut nadi dalam 15 detik, mulailah dengan angka nol. Kalikan dengan 4 untuk mendapatkan jumlah denyut permenit. Bandingkan denyut nadi dengan denyut nadi dari MHR untuk menentukan tercapai atau tidaknya denyut nadi yang sudah ditargetkan sebelumnya melalui perhitungan MHR.9 P. Definisi Senam Aerobik Aerobik berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobic sangatlah erat dengan penggunaan oksigen. Dalam hal ini berarti latihan aerobik adalah latihan yang menggunakan sistem kerja dengan menggunakan oksigen sebagai kerja utama. Suatu susunan gabungan antara rangkaian gerak dan music yang sengaja dibuat sehingga muncul keselarasan antara gerakan dan music tersebut untuk mencapai tujuan tertentu (tubuh sehat dan bugar). 22 Q. Manfaat Senam Aerobik 1. Bagi Jantung Istilah aerobic berarti “dengan oksigen”, sehingga selama adanya gerakan dari tubuh maka otot membutuhkan oksigen untuk bekerja secara efisien. Ketika beban kerja otot meningkat, tubuh menanggapi dengan meningkatkan jumlah oksigen ke bagian otot dan jantung. Sebagai akibatnya, detak jantung dan frekuensi pernapasan meningkat dan terjadinya perubahan oksigen menjadi karbondioksida, yang kemudian dihembuskan. Hasil pembakaran lemak dan kalori dari tubuh adalah keringat , semakin lama/panjang aerobic itu dilakukan maka semakin banyak kalori dan lemak yang dikeluarkan melalui keringat dan diubah menjadi energi. Ketika otot dan jantung sudah beradaptasi dengan gerakan-gerakan aerobic maka pada saat jantung dalam kondisi relaksasi akan lebih banyak pembuluh darah yang membantu meningkatkan kondisi fisik. 23 2. Kekuatan Otot Agar menjadi lebih kuat, otot-otot harus dilatih melebihi beban normalnya. Hal ini disebut dengan prinsip beban berlebih. Untuk memperkuat otot tubuh diperlukan pelatihan aerobic dengan intensitas tinggi dalam waktu singkat dengan menggunakan tenaga yang maksimum dalam gerakan yang diulang-ulang. Massa otot akan bertambah dan lebih kuat jika aerobic dilakukan dengan intensitas berseling yaitu dari tingkat aerobic intensitas tinggi hingga rendah seperti bersepeda .23 3. Daya Tahan Otot Aerobik akan membantu meningkatkan daya tahan otot pada bagian tubuh jika dilakukan secara berkesinambungan. Daya tahan otot ditingkatkan dengan banyak melakukan gerakan-gerakan ringan seperti melompat, mengangkat lutut, dan menendang yang merupakan gerakan dasar untuk sering dilakukan. Latihan aerobic dengan menggunakan kursi mengutamakan penggunaan otot bagian atas badan, low impact, hi/lo, dan aerobic selingan menggunakan semua otot bagian atas dan bagian bawah badan. Aerobik luncur memusatkan pada bagian dalam dan bagian luar paha sama dengan kelenturan pinggul dan aerobic dengan menggunakan dingklik memusatkan pada penggunaan otot bagian kaki (sekitar lutut dan betis).23 4. Kelenturan Kelenturan adalah gerakan yang berada di sekeliling sendi. Setelah melakukan latihan aerobic dan memasuki tahap cooling down (pendinginan) maka akan membantu meningkatkan kelenturan dan memperbaiki sirkulasi darah kembali ke jantung dikarenakan terjadinya peregangan atau relaksasi dari otot-otot yang digunakan untuk berlatih aerobic. Jika secara rutin melakukan latihan aerobic kemungkinan semua otot yang terlatih dan tulang serta sendi dapat berkembang sehingga meminimalkan adanya accident action.23 5. Komposisi Tubuh Bagian terakhir dari kesehatan fisik adalah komposisi tubuh, yang menunjukkan perbandingan kumpulan otot, tulang dan cairan-cairan penting didalam tubuh dengan komposisi lemak. Secara otomatis semakin sering atau rutin melakukan latihan aerobic dengan intensitas sedang selama 30 menit dapat menyeimbangkan komposisi tubuh dengan membakar kira-kira 250 kalori, sedangkan aerobic yang dilakukan dalam intensitas rendah sampai sedang selama 20 menit atau lebih akan membakar lemak dan gerakan aerobic pada intensitas tinggi dalam waktu singkat (kurang dari 20 menit) akan membakar glukosa. 23 R. Proses Pelaksanaan Senam Aerobik a. Peregangan ( Streaching) Gerakan peregangan perlu dilakukan sebelum memulai olah fisik atau llatihan jasmani. Pentingnya melakukan gerakan peregangan adalah untuk melemaskan bagian-bagian otot tubuh yang digunakan agar tidak terjadi cedera baik pada otot maupun sendi. Peregangan diawali dengan melemaskan otot bagian leher, lengan atas dan pundak, dada, punggung , paha , betis dan pergelangan kaki. Pada bagian peregangan hendaknya dilakukan selama 5 – 10 menit.9 b. Pemanasan ( warming up) Gerakan pemanasan penting dilakukan sebelum melakukan latihan fisik yang bertujuan untuk meningkatkan denyut jantung secara bertahap, mempersiapkan otot dan sendi serta peningkatan suhu tubuh. Sebaiknya gerakan pemanasan dilakukan antara 10-15 menit.24 Berikut gerakan – gerakan pemanasan : 1) Pusatkan tubuh anda 2) Ambil napas dalam - dalam dua sampai empat kali 3) Lakukan empat sampai delapan kali gerakan pelepasan punggung 4) Gerakan awal 5) Melakukan peregangan statis c. Latihan inti Latihan inti dilakukan selama 20 sampai 40 menit. Gerakan dari latihan inti disesuaikan dengan jenis dari olahraga aerobic yang dilakukan. Sebagian besar gerakan tersebut melatih otot punggung, lengan, jantung, paru-paru dan kaki. Beberapa gerakan inti yang biasa dilakukan pada senam aerobic adalah menggerakan seluruh otot tubuh secara bergantian dan berkesinambungan sesuai dengan irama musik dengan hitungan 2 x 8 diawal dan diulang sebanyak 4 kali kemudian dengan hitungan 1 x 8 untuk pengulangan selanjutnya. Bagian inti sebaiknya dilakukan dengan benar agar tujuan dari dilakukannya olahraga senam aerobic tercapai.9,23 d. Pendinginan (Cooling down) Pada bagian pertama pendinginan secara berangsur-angsur turunkan intensitas gerakan dengan melakukan 8 – 32 kali pengulangan gerkangerakan yang mudah ditempat. Jantung secara berangsur-angsur akan kembali pada keadaan sebelum memulai latihan. Bagian kedua pendinginan adalah peregangan seperti yang dilakukan sebelum proses pemanasan hanya saja gerakan dalam peregangan setelah pendinginan lebih perlahan dan dimulai dari bagian bawah seperti pergelangan kaki, betis , pangkal paha, pinggul, pinggang, punggung, dada, pundak , lengan dan leher. Tujuan 23 dilakukannya pendinginan adalah untuk mencegah terjadinya penimbunan zat-zat racun akibat gangguan metabolisme tubuh sewaktu berolahraga. Tujuan lainnya agar darah yang terkumpul di otot aktif dapat menurun sehingga tidak terasa nyeri atau pusing. Hendaknya pendinginan dilakukan selama 5 sampai 10 menit. S. Pengeluaran Kalori Tabel 3.1 Pengeluaran Kalori Aerobik dan Senam Aerobik Perkiraan Pengeluaran Kalori dalam Latihan Aerobik Jenis Berjalan (km) Gerakan Aerobik kaki Kilo kalori/menit Durasi Latihan Total 3 km (2,5) 60 150 Berlari (km) 10 km (66) 60 660 Berenang (km) 3 km ( 220) 60 660 2 3 4 <15 <25 <20 <30 <90 <100 Senam Aerobik a.Zona hijau Kursi LIA Dingklik a.Zona biru Kursi LIA Dingklik 2 3 4 >20 >20 >20 >60 >90 >120 a.Zona Ungu LIA Hi/Lo Dingklik 6 6 8 <40 >40 >40 <180 <180 <240 a.Zona Kuning Hi/Lo Selingan Dingklik 6 6 8 >30 >35 >30 >170 >200 >220 a.Zona Orange Hi/Lo Selingan Dingklik Meluncur 10 12 15 20 <20 <35 <35 <35 <260 <360 <400 <600 b.Zona Merah Hi/Lo Selingan Dingklik Meluncur 10 12 15 20 >30 >30 >35 >30 >350 >400 >500 >600 T. Senam Zumba Zumba adalah salah satu bentuk perkembangan dari variasi gerakan dan musik berirama latin dari senam aerobik. Zumba diambil dari istilah kata “zum-zum” yang dalam bahasa kolumbia berarti gerakan cepat. Karena merupakan gabungan musik dan tarian latin dengan step aerobik, maka gerakan-gerakan yang dilakukan merupakan gabungan dari tarian samba, cumbia, salsa, reggae, Hip-hop, mambo, rumba, flamenco, dan calypso. Gerakan yang dilakukan dalam senam zumba memberikan kemampuan membakar kalori jauh lebih banyak dan cepat yang disesuaikan dengan durasi waktu saat pelaksanaannya. Zumba tidak hanya membakar kalori tapi juga menguatkan kerja jantung, Untuk porsi gerakan yang diadopsi oleh olahraga ini 70% dansa dan 30% fitness. Gerakan zumba dance paling banyak adalah kardio seperti meloncat, berputar, bergerak cepat sehingga memperbaiki otot perut, punggung, paha, betis dan pectoralis.24 U. Sejarah Senam Zumba Zumba diciptakan oleh instruktur aerobic dari Columbia bernama Alberto “Berto” Perez pada tahun 1990. Asal mulanya ketika Alberto lupa membawa kaset aerobic yang akan digunakan dalam kelas senamnya sehingga pada akhirnya ia menggunakan kaset seadanya yang dibawa dan kaset tersebut berisi music berirama latin, kemudian Beto membuat gerakan- gerakan baru dalam kelas senamnya diantaranya salsa, rumba dan merengue. Zumba mulai popular di Amerika pada tahun 2003 dan masuk ke Indonesia awal tahun 2009, namun senam ini baru banyak diikuti dan digemari oleh masyarakat pada tahun 2012. 24 V. Manfaat Zumba 1) Mengencangkan Tubuh Selama melakukan senam zumba otot akan lebih banyak digerakkan yang merupakan perpaduan gerakan kebugaran senam biasa dengan squat dan lunge. 2) Mengurangi Berat Badan Melakukan senam zumba dapat membantu mengurangi berat badan terutama lemak pada tubuh karena rata-rata jumlah kalori yang dibakar berkisar 500-1000kkal per 60 menit proses latihan. 3) Memperbaiki kerja otot jantung Dengan berlatih zumba secara rutin minimal 30 menit dapat memperbaiki kerja dari otot jantung. Gerakan-gerakan zumba yang bervariasi terutama zumba sentao yang menggunakan kursi dalam aplikasinya secara tidak langsung mampu menguatkan otot bagian lengan, pectoralis dan jantung dikarenakan adanya kursi sebagai beban. 25 W. Jenis Senam Zumba 1) Original Zumba Kombinasi gerakan tempo cepat, maju, mundur dan energik yang terinspirasi dari tarian asli latin dan mengedepankan unsure aerobic sehingga gerakan yang dilakukan lebih menekankan pada bagian otot kaki dan lengan.26 Berikut gerakan - gerakan yang dilakukan dalam original zumba: a. Siapkan posisi kaki terbuka lebar selebar dengan bahu. Posisi badan condong kedepan sedikit membungkuk. Kemudian rentangkan kedua tangan lurus membentuk sudut 1800. Ayunkan tangan kebelakang ikuti irama music dengan hitungan 1x8 dan lakukan repetisi sebanyak 4 kali. Gerakan kedua dilakukan dengan mengangkat lengan keatas dan dapat pula menggunakan dumble sebagai beban sebanyak 2x8 dengan mengikuti irama music. b. Gerakan bahu putar kebelakang dan kedepan disertai gerakan kaki kekiri, kenanan atau kedepan dan kebelakang secara bergantian. c. Persiapkan kedua tangan menghadap kedepan dengan posisi badan condong kebelakang kemudian lakukan squat kecil dan putaran ringan baik kesamping kiri ataupun kanan d. Buka kaki selebar bahu kemudian jongkok dengan memberikan beban pada tumit angkat badan kembali dengan ayunan tangan kesamping kiri dan kanan , dapat pula disertai gelengan kepala untuk menambah semangat. 2) Zumba Gold Merupakan program zumba yang khusus dibuat untuk generasi lansia. Gerakan dalam zumba gold hampir sama dengan aerobic lowimpact dan cenderung tidak cepat karena tujuan yang hendak dicapai dengan program ini adalah mempertahankan fungsi dari organ tubuh yang penting seperti jantung dan paru-paru yang pada usia lanjut mengalami penurunan fungsi tubuh. 26 Berikut gerakan - gerakan yang dilakukan dalam Zumba gold: a. Gerakan pada zumba gold hanya bersifat ringan, sehingga tidak semua bagian tubuh digerakkan. Tujuannya hanya membuat otototot tubuh tetap aktif karena diikuti oleh kaum lansia. Gerakan peregangan (streaching) dalam zumba gold ini adalah pada bagian hlengan yang direntangkan dengan posisi tubuh duduk pada kursi, kemudian putar lengan kebelakang dan kedepan dalam hitungan 2 x 8 secara bergantian. Angkat kaki kanan dan silangkan ke arah kiri kemudian kembali kearah kanan dengan ritme perlahan hingga sedang mengikuti irama music dan kode dari instruktur. Atur nafas dan sebagai gerakan inti hanya diberikan 3 gerakan utama yaitu gerakan memasang kuda-kuda kemudian badan condong kedepan dan ayunkan tangan yang mengepal kedepan seperti saat berlatih tinju dan gerakan tendangan kaki, gerakan ini baik untuk melatih otot jantung. b. Gerakan kedua dengan berputar disekitar kursi dengan hitungan 2 x 8 sambil melambaikan tangan ke kanan dan ke kiri sesekali melompat untuk memberikan semangat, dapat pula menggunakan dumblle untuk menambahh massa dibagian lengan pada saat melakukan gerakan triceps kearah depan dan belakang. c. Gerakan ketiga ayunkan tangan ke samping kiri dan kanan dengan mencondongkan badan ke arah depan kemudian kembali tegak dengan repetisi 4 x 8. d. Gerakan pendinginan bisa dilakukan dengan memutar kepala dan bahhu kemudian melemaskan tumit dan pergelangan kaki dengan mengayun dan memutar dalam hitungan 2 x 8 disetiap gerakan. 3) Aqua Zumba Merupakan salah satu program zumba yang dilakukan didalam air. Jenis zumba ini adalah latihan cardio yang menggabungkan unsure zumba dance dengan olahraga dalam air. Karena air bersifat menyokong berat badan maka secara fleksibel tubuh dapat bergerak bebas sehingga menghindari terjadinya cedera pada sendi maupun otot setelah dilakukannya olahraga ini. Aqua zumba sangat bagus dan bisa menjadi salah satu alternative untuk dilakukan oleh orangorang yang menjalani terapi untuk melatih kekuatan dan kebugaran kembali setelah mengalami kecelakaan atau pembedahan. 26 Berikut gerakan-gerakan dalam aqua zumba : a. Pilih media air yang dirasa nyaman dengan tinggi 75 cm dari mata kaki. Lakukan peregangan pada daerah kepala dengan memutar kepala secara perlahan dengan hitungan 2x8 ke arah kiri dan kanan, persiapkan bahu dan lengan dengan memutar kearah belakang dan depan secara bergantian. Setelah rileks, peregangan berikutnya mengarah kepada bagian pinggang dengan posisi badan condong ke depan dan ayunkan pinggang secara bergantian dengan hitungan 1 x 8 sesuai iringan music secara bergantian. Lakukan peregangan berikutnya pada bagian betis tujuannya adalah menghindari cedera yang kemungkinan terjadi saat melakukan aqua zumba. b. Warming up (pemanasan) Dilakukan selama 10-15 menit dengan hitungan 4 x 8 yang terdiri dari gerakan kepala keatas, kebawah, kesamping dan berputar serupa pada saat peregangan. Gerakan bahu kearah depan dan belakang kemudian bergantian atas dan bawah. Angkat kedua lengan keatas goyangkan kiri dan kanan diikuti dengan gerakan pinggang dan panggul kearah kiri, kanan dan berputar. Pada gerakan kaki lakukan secara ringan memutar ujung kaki atau tumit kearah dalam dan luar dengan hitungan masing-masing kiri dan kanan 2 x 8. c. Conditioning (gerakan inti) Pada aqua zumba gerakan inti disesuaikan dengan kreatifitas sang instruktur dan tidak ada gerakan standar untuk aqua zumba . Pada saat conditioning gerakan yang terfokus hanya pada kaki dengan melakukan squat kearah depan dan belakang dapat pula kekiri dan kanan. 4) Zumba Toning Zumba toning merupakan jenis zumba yang berfokus pada tonus otot dan pembentukan tubuh. Dengan penggunaan tongkat toning cahaya yang membantu ritme gerakan dan menargetkan bagian tubuh yang akan dibentuk seperti paha dan lengan. Latihan ini sangat bagus dan biasanya dilakukan oleh wanita yang ingin membentuk otot tubuhnya kembali pasca melahirkan. 26 Berikut gerakan-gerakan yang dilakukan dalam zumba toning : a. Hamstring Posisi badan menghadap ke kanan dengan tangan dibawah. Turunkan badan mulai dari pinggang, hingga bahu lurus. Posisikan tangan lurus kearah bawah sambil memegang maracas. Naikkan badan hingga posisi tubuh berdiri tegak dan kedua tangan ditekuk dimasing-masing sisi. Dorong tangan kearah depan dengan posisi mengarah keluar hingga tangan lurus kedepan. b. Lunges Combination Mulai gerakan dengan kedua tangan didepan dada dan kaki berdiri tegak. Langkahkan kaki kiri ke depan dan pasang kudakuda membentuk sudut 90 derajat di bagian lutut, tangan kiri lurus kearah samping. Sementara itu, kaki kanan menyiku dengan lutut yang tak boleh menyentuh lantai dan kaki kiri kebelakang. c. Upper Back Posisi berdiri menyamping hadap kanan dengan kaki kiri di belakang membentuk siku sebanyak 90 derajat dank ski kanan ke depan. Putar bagian mengubah pijakan, tangan dan kaki kearah depan tanpa lalu kearah sebaliknya hingga posisi menyamping hadap kiri, kaki kanan dibelakang dan kaki kiri didepan. Tarik tangan dan kembali berdiri tegak. d. Triceps Bawa kaki kanan dan tangan kanan kearah samping belakang, sementara tangan kiri didepan dada. Langkahkan kaki kanan menyilang didepan kaki kiri dengan sedikit tolakan, lalu gerakan cacha. Tarik arah sebaliknya, yaitu kaki dan tangan kiri kearah samping belakang, lalu langkahkan kai kiri hingga menyilang didepan kaki kanan sambil melakukan gerakan cacha. Gerakan ini dilakukan dengan ayunan seperti saat menari. e. Stomach and biceps Tubuh dalam keadaan kuda-kuda dengan lutut ditekuk dan telapak tangan menghadap keatas. Angkat kaki kanan dan kedua tangan kedepan sambil tahan bagian perut. Tekukkan kaki, turunkan. Lakukan arah sebaliknya. 5) Zumba Tonic Zumba Tonic merupakan salah satu jenis zumba yang dapat dijadikan salah satu alternative bagi anak-anak untuk melakukan olahraga. Biasanya zumba tonic dilakukan secara bersama-sama oleh anggota keluarga baik didalam maupun dipusat kebugaran. Olahraga ini bisa dijadikan terapi untuk anak yang mengalami obesitas sehingga kurangnya rasa percaya diri, dengan melakukan zumba tonic bersama keluarga maka secara tidak langsung memberikan motivasi bagi anak obesitas untuk rutin melakukan olahraga karena gerakangerakan yang dilakukan ringan namun jika dilakukan rutin dapat menurunkan kalori dengan cepat. 26 6) Zumba Sentao Jenis zumba ini membutuhkan kursi dalam mengaplikasikannya. Penggunaan kursi bertujuan untukh memberi beban pada tubuh dan cocok jika digunakan bagi individu yang ingin membentuk tubuh dan menurunkan berat badan. Zumba jenis ini juga digunakan untuk melatih keseimbangan tubuh karena gerakan yang dilakukan dengan mengendalikan kursi sebagai beban dengan ritme sedang hingga cepat. Biasanya zumba sentao lebih banyak diminati oleh remaja dan ibu-ibu.27 Berikut gerakan-gerakan zumba sentao : a. Tangan kiri memegang kursi. Kaki kanan diangkat keatas sejajar dengan pinggul. Lalu, turunkan kebawah. Lakukan hal yang sama pada tangan kanan dan kaki kiri. Fungsi : menguatkan perut dan paha. b. Tangan bertumpu pada kursi, angkat kaki kiri dan kanan kesamping secara bergantian. Fungsi ; menguatkan pinggul c. Dengan tangan bertumpu pada kursi, lakukan gerakan push up. Pegang kursi dengan kedua tangan, luruskan kaki kebelakang. Lalu, turunkan bahu. Fungsi : menguatkan otot lengan, bahu dan dada. d. Pegang kursi dengan posisi badan didepan kursi dan kedua tangan kebelakang. Lalu, tekuk kaki, turunkan dan naikkan badan beberapa kali. Fungsi : menguatkan otot tangan. e. Posisi kaki kanan tegak lurus, naikkan kaki kiri keatas kursi. Turunkan kaki kiri, dengan kaki kanan melangkah kebelakang. Fungsi: penegncangan otot paha f. Dalam posisi duduk, angkat kaki kiri dan kanan bergantian, simpan tangan dibawah paha. Fungsi: pengencangan perut g. Duduk dikursi dengan posisi kedua tangan didepan. Lalu angkat tangan kesamping dan keatas. Fungsi: penguatan otot perut dan punggung h. Pegang kursi dalam posisi tubuh merunduk. Langkahkan kaki kiri kesamping dengan tangan kanan dikursi. Lalu, langkahkan kaki kanan kesamping dengan tangan kiri letakkan dikursi. Fungsi : pembentukan otoy pinggul, paha dan pantat i. Naikkan kaki kiri keatas kursi, lakukan squat untuk mengencangkan kaki. Lalu anhkat kaki yang sama kearah dada untuk mengencangkan perut. Fungsi: Pengencangan otot kaki dan dada j. Dalam posisi duduk, letakkan tangan di kursi. Angkat kaki keatas dan lakukan gerakan seperti gaya bebas saat berenang. Fungsi: pembentukan otot perut. Kerangka Teori Penatalaksanaan Farmakologi : 1. Oral : Sulfonylurea, glinid, biguanid, glitazone Faktor-Faktor yang mempengaruhi DM tipe 2: 2Injeksi : Novoramid, actrapid, livemir Faktor-Faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah : 1.Umur 2.Berat Badan 3.Kurangnya aktifitas DM tipe 2 Kadar glukosa darah 1.Glukotoksisitas fisik 2.Lipotoksisitas 4.Herediter 3.Penumpukan amiloid 5.Stres 4. Resistensi insulin Penatalaksanaan Non Farmakologi : 1.Diet 2.Edukasi 3.Latihan Fisik : a.Tai chi b.Yoga c.Aerobik : -Intensitas rendah - intensitas sedang - intensitas tinggi Zumba Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti Gambar 1.1 Kerangka Teori Modifikasi Sidartawan dan Sarwono BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN VARIABEL Senam zumba Kadar gula darah Gambar 3.1 B. Hipotesis Ada perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah senam zumba C. Jenis Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode praeksperimen melalui pendekatan one group pre and post-test design. Desainpenelitian one group pre and post-test design merupakan salah satu dari metode pra eksperimen yang tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi sudah dilaksanakan observasi pertama (pre-test) yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan (eksperimen). Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut : Pretest Perlakuan O1 Posttest X O2 Keterangan: O1 : Tes awal (pre-test) sebelum perlakuan diberikan X : Perlakuan terhadap kelompok eksperimen yaitu dengan memberikan senam zumba O2 : Tes akhir (post-test) setelah perlakuan diberikan D. Variabel penelitian 1. Variabel bebas : senam zumba 2. Variabel terikat : kadar gula darah sewaktu E. Definisi operasional 1. Senam zumba Senam zumba sama adalah latihan jasmani yang terdiri dari 4 tahap yaitu streaching (peregangan), warming up (pemanasan), conditioning(gerakan inti), dan cooling down (pendinginan) yang dilakukan dalam intensitas sedang dengan durasi 45 menit dengan frekuensi 3 kali dalam 1 minggu selama 2 minggu. Skala : nominal 68 2. Kadar gula darah Kadar glukosa darah adalah tingkat konsentrasi gula darah sewaktu yang dinyatakan dalam mg/dl yang diambil pada suatu waktu tanpa dilakukan puasa. dengan menggunakan glukosa meter atau glucometer oleh perawat Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang Skala : Rasio F. Populasi dan Sampel Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua penderita DM tipe-2 yang berobat di Puskesmas Kedungmundu tahun 2014 Mei 2015 sejumlah 74 probandus. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel tidak acak berdasarkan pertimbangan peneliti dan ciri atau sifat-sifat populasi yang diketahui sebelumnya. Kriteria inklusi sampel : 1. Bersedia menjadi responden 2. Berusia 15-44 tahun 3. Jenis kelamin pria dan wanita 4. Pasien DM tipe 2 dengan GDS maksimal 250mg/dl pada saat sebelum senam Kriteria eksklusi sampel : 1. Mengalami penyakit penyerta lain seperti jantung 2. Pasien DM tipe 2 yang mengalami luka pada kaki G. Pengumpulan data 1. Sumber data a) Data primer Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara kepada petugas Puskesmas Kedungmundu dan probandus penelitian. b) Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Semarang yaitu data jumlah kasus DM tipe-2 se-Kota Semarang di puskesmas dan data dari Puskesmas Kedungmundu yaitu data kasus dan penderita DM tipe-2 yang diperoleh dari catatan medis Langkah-langkah uji coba : 1. Tahap pelaksanaan uji coba a. Penyiapan probandus penelitian 1) Mempersiapkan penderita DM tipe-2 yang memenuhi kriteria inklusi dan telah menyetujui inform consent 2) Isi lembar observasi 1 untuk karakteristik probandus dan penggunaan OHO. 3) Persiapan pemenuhan kebutuhan kalori probandus setelah melakukan senam zumba untuk menghindari kemungkinan gula darah turun terlalu banyak. Asupan kalori dapat berupa buah, ½ cangkir susu maupun krekers terutama air putih untuk menghindari dehidrasi. 4) Lakukan screening dengan pengukuran denyut jantung maksimum atau MHR probandus sebelum melakukan senam zumba, catat hasil pengukuran pada lembar observasi 2. b. Sebagai pre-test lakukan pengukuran kadar glukosa darah sewaktu sebelum senam zumba dengan menggunakan glucometer, berikut langkah-langkah pengukuran KGD : 1) Siapkan perangkat glucometer berikut uji strip, lancet, dan alcohol pad. 2) Cuci tangan untuk mencegah infeksi 3) Pastikan tangan kering dan ruang daerah yang dipilih (jari ketiga atau jari keempat) dengan alcohol pad, tunggu sebentar sampai alcohol menguap 4) Tusuk jari yang tadi sudah ditentukan dengan lancet, yang dibutuhkan hanya satu tetes darah 5) Tempatkan tetes darah pada sisi strip. 6) Tunggu beberapa saat kemudian hasilnya keluar c. Mendata hasil kadar glukosa darah para penderita DM tipe-2 sebelum senam. d. Memberikan perlakuan berupa senam zumba selama 45 menit e. Ukur MHR probandus setelah senam dan bandingkan dengan target yang sudah diukur sebelumnya f. Sebagai post-test ukur kembali kadar glukosa darah probandus g. Mendata kadar glukosa darah probandus setelah senam pada lembar observasi 2. Tahap akhir uji coba a. Bandingkan kedua data pre-test dan post-test, ada penurunan atau tidak KGD setelah treatment b. Menganalisis dan mengolah data melalui uji T berpasangan c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data H. Instrumen Penelitian Pada penelitian ini menggunakan instrument berupa lembar observasi 1 dan 2. Lembar observasi 1 berisi karakteristik responden berupa nama,umur, alamat, berat badan, tinggi badan, mulai terdiagnosis DM, lama sakit dan penggunaan OHO. Lembar observasi kedua berupa hasil pengukuran MHR (Maksimum Heart Rate) yang dihitung dengan menggunakan stopwatch dan untuk mendapatkan kadar gula darah sewaktu dari pasien DM tipe 2 dilakukan pengambilan sampel darah perifer dan diukur oleh tenaga keperawatan Puskesmas Tlogosari Kulon dengan menggunakan alat ukur glucometer di Balai Kelurahan Sambiroto Semarang. I. Validitas Validitas merupakan pernyataan tentang sejauh mana alat ukur (pengukuran, tes, Instrument) mengukur apa yang memang sesungguhnya hendak diukur. Pada penelitian ini digunakan uji validitas pengukuran kadar gula darah sewaktu. Untuk mengetahui alat glucometer benar dalam mengukur kadar gula darah sewaktu maka perlu dilakukan pengecekan ulang glucometer dengan strip yang tersedia jika strip dimasukkan pada alat dan tertulis pada layar “N” atau normal maka alat dalam kondisi baik dan dianggap valid dalam pengukuran. J. Pengolahan Data 1. Editing Langkah ini berguna untuk memeriksa kelengkapan pengisian lembar observasi 1 dan lembar observasi 2 kejelasan jawaban, pengukuran, relevansi jawaban, dan keseragaman data 2. Coding Coding dilakukan untuk mengklasifikasikan jawaban dari para probandus kedalam kategori-kategori dengan memberikan kode pada setiap jawaban probandus. 3. Entry Data Entry data digunakan untuk memasukkan data yang telah mengalami proses koding kedalam variable sheet dalam SPSS. 4. Tabulating Tabulating berguna untuk menyusun data yang memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan variable yang diteliti supaya mempermudah dalam menganalisis data. K. Analisis data 1. Analisis univariat Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan data masing-masing variable yaitu senam zumba (variabel bebas) dan kadar GDS (variabel terikat) dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi, rata-rata (mean), minimum dan maksimum serta standart deviasi. 2. Analisis bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel terikat dan variabel bebas dengan pembuktian hipotesis. Uji normalitas data hasil pengukuran kadar GDS dengan shapirowilk. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah sebaran data yang ada dalam distribusi normal atau tidak. Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka data dalam distribusi normal Data dengan skala data normal diuji dengan uji statistik sampel paired t-test. Uji ini membandingkan apakah terdapat perbedaan atau kesamaan rata-rata antara dua kelompok sampel data yang saling berkaitan berpasangan. Jika data tidak memenuhi syarat maka uji alternatifnya adalah dengan uji wilcoxon (uji nonparametrik). Data yang akan diuji meliputi : a. Data pre-test (O1) dan data post-test GDS (O2) dengan praktik senam zumba (X1) selama minggu pertama b. Data pre-test (O1) dan data post-test GDS (O2) dengan praktik senam zumba (X2) selama minggu kedua Aturan pengambilan keputusan hipotesis : 1. Jika probabilitas ≥ 0,05 maka H0 diterima, berarti tidak ada pengaruh antara senam zumba dengan kadar GDS. 2. Jika probabilitas < 0,05 H0 ditolak, berarti ada pengaruh antara senam zumba dengan kadar GDS. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Puskesmas Kedungmundu Puskesmas Kedungmundu adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja. Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang, Puskesmas Kedungmundu berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kota Semarang dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Puskesmas Kedungmundu terletak di Jl. Sambiroto RT 01/ RW 01 Kelurahan Sambiroto, Kecamatan Tembalang dengan luas wilayah kerja 14.244.890 km2. Puskesmas Kedungmundu merupakan puskesmas induk yang memiliki empat Puskesmas Pembantu Pustu Sendangguwo, Pustu Sambiroto, yaitu Pustu Sendangmulyo dan Pustu Mangunharjo. Puskesmas Kedungmundu sebagai salah satu Puskesmas yang berada di Kecamatan Tembalang dengan luas wilayah 1.138.393 km2 dengan wilayah kerja sebanyak 7 kelurahan yaitu : 1. Kelurahan Kedungmundu : 9 RW 2. Kelurahan Tandang : 14 RW 3. Kelurahan Jangli : 5 RW 4. Kelurahan Sendangguwo : 9 RW 5. Kelurahan Sendangmulyo : 31 RW 6. Kelurrahan Sambiroto : 11 RW 7. Kelurahan Mangunharjo : 8 RW Dengan batas wilayah kerja 1. Sebelah Utara : Kecamatan Pedurungan 2. Sebelah Barat : Kecamatan Banyumanik 3. Sebelah Timur : Kecamatan Batursari Demak 4. Sebelah Selatan : Kecamatan Candisari B. Gambaran Program Penanganan Diabetes mellitus Tipe 2 Puskesmas Kedungmundu Puskesmas kedungmundu memiliki program pencegahan dan pengendalian penyakit diabetes mellitus tipe 2 yang dilakukan dengan titik focus pada pencegahan meningkatnya penderita baru dan pencegahan terjadinya komplikasi akibat diabetes mellitus tipe 2, dengan 2 program sebagai berikut : 1. DPP (Diabetes Preventif Program) DPP merupakan program pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer yang dilakukan oleh Puskesmas Kedungmundu adalah dengan melakukan pemeriksaan rutin kadar glukosa darah setiap seminggu sekali oleh petugas puskesmas yang dibantu oleh RT/RW. Pemeriksaan tersebut dilakukan di daerah yang berdasarkan catatan medis memiliki penderita diabetes mellitus tertinggi dengan tujuan menemukan warga yang beresiko memiliki riwayat DM tipe 2. Pencegahan sekunder dilakukan oleh pihak Puskesmas Kedungmundu melalui penyuluhan kepatuhan minum obat pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dari awal terdiagnosis terkena diabetes dan dilakukan secara rutin sebanyak 2 kali dalam sebulan. Selain diberikan penyuluhan, penderita diabetes juga diberikan treatment pengendalian glukosa darah melalui diet sehat dengan mengurangi jumlah karbohidrat, protein dan lemak sesuai batasan yang ditentukan oleh pihak gizi puskesmas, serta melakukan olahraga dengan senam diabetes pro-lansi yang dilakukan sebulan sekali setiap tanggal 10. Pencegahan tersier diberikan pada penderita diabetes mellitus tipe 2 yang sudah terdiagnosis adanya komplikasi akibat diabetes seperti komplikasi pada mata, jantung, ginjal,dll dengan melakukan pemantauan secara signifikan pada penderita melalui kunjungan langsung di rumah penderita dan pembekalan pada RT/RW agar dapat menyampaikan kepada warga tentang cara penanggulangan diabetes mellitus dengan komplikasi. 2. Pengobatan Pengobatan untuk diabetes mellitus tipe 2 sebaiknya diberikan langsung setelah terdiagnosa terkena diabetes. Di Puskesmas Kedungmundu ada 3 jenis golongan OHO (Obat Hipoglikemik Oral) yang digunakan, antara lain : a. Pemicu Sekresi Insulin Yang meliputi sulfonylurea, untuk meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan penurunan produksi glukosa. b. Penambah Sensitivitas Terhadap Insulin Yang meliputi biguanid yang fungsinya menurunkan glukosa darah dengan memperbaiki transport glukosa kedalam sel otot. Glitazon dengan fungsi menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah pentransport glukosa. c. Penghambat Alfa Glukosidase Merupakan suatu penghambat enzim alfa glukosidase yang terletak pada dinding usus, berfungsi untuk hidrlosis, oligosakarida, trisakarida dan disakarida pada dinding usus halus. Inhibisi system enzim ini secara efektif dapat mengurangi digesti karbohidrat kompleksdan absropsisnya, sehingga pada penderita diabetes dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post-prandial. C. Gambaran Pelaksanaan Penelitian Senam Zumba di Balai Kelurahan Sambiroto 1. Penelitian senam zumba dilaksanakan selama 2 minggu pada hari Sabtu dan Minggu. Pada minggu pertama penelitian, senam dilakukan tanggal 1 Agustus -2 Agustus 2015 dan pada minggu kedua, senam dilaksanakan tanggal 8 Agustus – 9 agustus 2015. Jumlah probandus yang mengikuti penelitian dari awal hingga minggu akhir adalah 38 probandus yang seluruhnya berjenis kelamin perempuan. 2. Pelaksanaan penelitian pada sabtu minggu pertama dilakukan dalam waktu ± 3 jam 40 menit, dan pada hari minggu di minggu pertama hingga pada hari minggu di minggu akhir penelitian, penelitian dilakukan ± 3 jam, dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut: a. Pada 40 menit pertama penelitian, dilakukan wawancara oleh peneliti terkait karakteristik probandus seperti nama, alamat, umur, pendidikan, pekerjaan, riwayat terdiagnosis diabetes, riwayat penggunaan OHO dan olahraga yang dilakukan hingga pada saat penelitian. b. 70 menit berikutnya, setelah probandus diwawancarai maka dilakukan pengukuran dan pemeriksaan awal yaitu pengukuran BB dan TB oleh asisten 1 peneliti, kemudian dilakukan pengukuran maksimum heart rate oleh peneliti dibantu oleh asisten peneliti 2 dan pemeriksaan gula darah sewaktu probandus yang dilakukan oleh tenaga keperawatan sesuai dengan prosedur penelitian yang dibantu oleh peneliti. Pada saat pengukuran dan pemeriksaan di minggu pertama penelitian telah berjalan sesuai prosedur hanya saja pada pelaksanaan penelitian di minggu kedua akhir yaitu di hari minggu, dilakukan pengulangan pemeriksaan kadar gula darah awal sebelum senam pada probandus dikarenakan ada 5 probandus yang saat ditusuk oleh lancet posisi jari bergeser sehingga darah yang keluar mengenai bukan pada sisi penampung sampel darah. Hal ini terjadi dikarenakan pada minggu akhir penelitian dilakukan pembagian doorprise sehingga probandus yang hadir saling berdesakan. Adanya pihak keluarga probandus yang ikut serta dalam pemeriksaan gula darah menyebabkan waktu pelaksanaan penelitian terhambat. c. Setelah usai melakukan pengukuran dan pemeriksaan, probandus masuk pada inti dari penelitian yaitu senam zumba. Senam zumba dilakukan selama 45 menit dalam 4 tahap sebagai berikut: 1. Streaching (peregangan) dilakukan selama 5 menit dengan tujuan agar tidak terjadi cedera pada otot-otot tubuh yang digunakan saat senam. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan asisten peneliti pada sabtu dan minggu pertama dari 38 probandus seluruhnya melakukan gerakan streaching sesuai dengan prosedur penelitian yaitu dalam masing-masing gerakan 2x8 dimulai dari bagian kepala, leher, bahu, lengan, perut, pinggang, panggul hingga kaki. Pada sabtu minggu kedua penelitian, dari hasil pengamatan ada 3 orang yang datang terlambat sehingga tidak mengikuti gerakan streaching yang diberikan, dan pada hari minggu di minggu kedua ada 1 orang yang tidak mengikuti gerakan streaching sesuai prosedur yaitu selama 10 menit dengan alasan sudah melakukan dirumah. 2. Warming up (pemanasan) Warming up dilakukan dalam waktu 10 menit dalam hitungan 4x8 untuk masing-masing gerakan dimulai dari kepala, bahu, lengan, dada, pinggang dan titik focus pada bagian kaki. Tujuanna adalah untuk mempersiapkan otot-otot yang digunakan terutama otot kaki agar dapat terhindar dari komplikasi di bagian kaki dan meningkatkan denyut jantung serta suhu tubuh. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dari 38 probandus seluruhnya melakukan tahap warming up sesuai dengan prosedur yang diberikan oleh peneliti baik di minggu pertama ataupun di minggu kedua penelitian. 3. Conditioning (inti) Gerakan inti dari senam zumba dilakukan dalam ritme medium agar menghindari terjadinya penurunan glukosa darah secara drastis yang dapat mengakibatkan hipoglikemik hingga pingsan. Pada tahap ini setiap gerakan dalam hitungan 2x8 kemudian dilakukan pengulangan dalam hitungan 1x8 hingga 25 menit. Gerakan inti meliputi gerakan kepala kekiri dan kekanan juga gerakan kepala berputar sambil bertepuk tangan mengikuti irama music. Gerakan tangan dilakukan dengan gerakan sikut menyamping dan gerakan tinju kedepan dengan kaki menyilang kanankiri kemudian maju-mundur. Gerakan pinggang dengan menggerakkan pinggang samping kiri dan kanan diikuti gerakan panggul dengan posisi tangan keduanya berada diatas kepala. Gerakan inti pada kaki dengan gerakan seperti melangkah disertai sedikit loncatan dan teriakan penyemangat juga berputar kedepan dan kebelakang. Pada gerakan inti dibuat variasi sesuai dengan keinginan peneliti agar tidak monoton.Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada minggu pertama penelitian, seluruh probandus melakukan sesuai dengan prosedur, pada minggu akhir penelitian di hari sabtu ada 8 probandus yang hanya melakukan gerakan inti hingga menit ke 15-20 dan beristirahat sebentar kemudian melanjutkan kembali, pada hari minggu di minggu akhir ada 6 probandus yang melakukan gerakan inti hanya ±15 menit dikarenakan kelelahan. 4. Cooling down (pendinginan) Tahap ini dilakukan selama 5 menit dengan hitungan 1x8 dimulai dari kaki, panggul, pinggang, perut tangan dan kepala. Tujuan dari tahap ini adalah untuk melemaskan otot-otot yang digunakan selama senam agar tidak terjadi cedera, menurunkan hingga ke batas normal denyut jantung dan menurunkan suhu tubuh. Berdasarkan hasil pengamatan pada tahap ini semua probandus yang berjumlah 38 melakukan cooling down sesuai prosedur penelitian hingga selesai. d. 15 menit berikutnya setelah senam zumba para probandus melakukan istirahat dan diberikan ijin untuk minum air mineral tanpa mengkonsumsi makanan terlebih dahulu karena akan dilakukan pemeriksaan gula darah sesudah senam. e. 50 menit akhir penelitian dilakukan pemeriksaan ulang MHR dan kadar gula darah sesudah senam oleh peneliti dan asisten peneliti. D. Gambaran Senam Zumba Minggu I dan II Senam zumba dilakukan pada pk 09.00 di hari Sabtu dan pk 10.00 di hari Minggu. Senam zumba dilakukan dalam 4 bagian yaitu streaching (peregangan), warming up (pemanasan), conditioning (gerakan inti) dan cooling down (pendinginan). Pada senam zumba di minggu pertama, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dari 38 probandus seluruhnya melakukan proses senam zumba sesuai dengan prosedur dari peneliti dari awal yaitu streaching (peregangan) hingga kebagian cooling down (pendinginan). Gerakan yang dilakukan oleh 38 probandus yang hadir, dari hasil pengamatan hampir secara keseluruhan melakukan gerakan yang sama dengan peneliti dikarenakan gerakan yang diberikan mudah untuk diikuti. Pada minggu II pelaksanaan senam zumba,dari hasil pengamatan yang dilakukan dari 38 probandus ada ± 3 orang dihari Sabtu Minggu II yang datang terlambat sehingga tidak mengikuti streaching (peregangan), sedangkan di hari Minggu pada minggu ke II sebanyak 1 orang tidak mengikuti streaching karena sudah melakukan dirumah. Untuk warming up (pemanasan) dari 38 probandus seluruhnya mengikuti proses warming up dari awal hingga akhir sesuai prosedur selama 10 menit dengan gerakan yang sama yang dilakukan peneliti. Pada bagian conditioning (gerakan inti) dilakukan selama 25 menit, dari hasil pengamatan peneliti pada hari Sabtu minggu II terdapat ± 8 orang yang mengikuti bagian conditioning hingga menit 15-20 dan beristirahat sejenak kemudian melanjutkan gerakan conditioning kembali hingga akhir, sedangkan di hari minggu ada ± 6 orang yang berhenti mengikuti senam zumba kira-kira pada menit ke 14 dikarenakan kelelahan dan gerakan dari beberapa probandus terkadang tidak sama dengan peneliti. Pada bagian cooling down, dari hasil pengamatan seluruh probandus yang hadir mengikuti proses tersebut sesuai prosedur penelitian yaitu selama 5 menit dan gerakan yang dilakukann sesuai dengan peneliti. E. Karakteristik Probandus 1. Jenis Kelamin Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Probandus menurut Jenis Kelamin SSum Jenis kelamin F % perempuan 38 100,0 Laki-laki 0 0,0 Total 38 100,0 ber : Data Primer 2015 Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa seluruh probandus dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 38 orang (100%). 2. Umur Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Probandus menurut umur Umur (Tahun) F % 15-24 3 7,9 >24-34 19 50,0 >34-44 16 42,1 Total 38 100,0 Sumber: Data Primer 2015 Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 38 probandus, jumlah penderita DM tipe-2 tertinggi berada pada umur 25-34 tahun yaitu sebanyak 19 orang (50%) dan jumlah penderita DM tipe-2 terendah pada umur 15-24 tahun yaitu sebanyak 3 orang (7,9%). 3. Pekerjaan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Probandus menurut pekerjaan Pekerjaan Pegawai swasta wiraswasta Pns tidak bekerja Total Sumber: Data primer 2015 F % 5 11 4 18 38 13,2 28,9 10,5 47,4 100,0 Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar dari 38 probandus adalah kelompok tidak bekerja yaitu sebanyak 18 orang (47,4%), dan yang paling sedikit sebanyak 4 orang (10,5%) bekerja sebagai PNS. 4. Tingkat pendidikan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Probandus menurut tingkat pendidikan Pendidikan F % SD 3 7,9 SMP 12 31,6 SMU 22 57,9 Perguruan Tinggi 1 2,6 Total Sumber: Data Primer 2015 38 100,0 Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar dari 38 probandus berpendidikan SMU yaitu sebanyak 22 orang (57,9%), dan yang paling sedikit adalah perguruan tinggi hanya sejumlah 1 orang (2,6%). 5. Berat Badan Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Probandus menurut Berat Badan Berat Badan (Kg) F % 45-53 10 26,3 > 53-61 14 36,8 > 61-69 11 28,9 3 7,9 38 100,0 > 69-77 Total Sumber: Data primer 2015 Dari tabel 4.5 menunjukkan dari 38 probandus,sebagian besar memiliki berat badan antara 54-61 kg yaitu sebanyak 14 orang (36,8%), dan sebagian kecil memiliki berat badan antara 70-77 kg sejumlah 3 orang (7,9%). 6. Tinggi Badan Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Probandus menurut Tinggi Badan Tinggi Badan (Cm) F % 146-156 17 44,7 > 156-166 14 36,8 > 166-176 5 13,2 > 176-180 2 5,3 38 100,0 Total Sumber: Data Primer 2015 Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar dari 38 probandus memiliki tinggi antara 146-156 cm yaitu sebanyak 17 orang (44,7%), dan hanya ada 2 orang (5,3%) dengan tinggi antara 176-180 cm. 7. Olahraga Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Probandus menurut Jenis Olahraga Jenis Olahraga F % Aerobic 10 26,3 non aerobic 15 39,5 tidak olah raga 13 34,2 38 100,0 Total Sumber: Data primer 2015 Dari tabel 4.7 menunjukkan dari 38 probandus sebagian besar melakukan aktivitas fisik dengan berolahraga non-aerobic sebanyak 15 orang (39,5%), dan sebagian kecil yaitu banyak 10 orang (26,3%) melakukan aktivitas fisik dengan berolahraga aerobic. 8. Lama Terdiagnosis DM tipe-2 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi probandus menurut Riwayat Terdiagnosis DM tipe-2 Lama Terdiagnosa DM (Bulan) F % 0-12 12 31,6 > 12-24 10 26,3 > 24-36 8 21,1 > 36-48 6 15,8 > 48-55 2 5,3 38 100,0 Total Sumber: Data Primer 2015 Dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 38 probandus sebagian besar menderita DM tipe-2 selama 0-12 bulan yaitu sebanyak 12 orang (31,6%), dan hanya sebanyak 2 orang (5,3%) yang menderita DM tipe-2 selama 48-55 bulan. 9. Lama Penggunaan OHO (Obat Hiperglikemik Oral) Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Probandus menurut Lama Penggunaan OHO Lama Penggunaan OHO (Bulan) F % 0-6 20 52,6 > 6-12 6 15,8 >12-18 6 15,8 >18-24 5 13,2 >24-29 1 2,6 38 100,0 Total Sumber: Data Primer 2015 Dari tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebagian besar dari 38 probandus telah menggunakan terapi farmakologis dengan OHO antara 0-6 bulan yaitu sebanyak 20 orang (52,6%), dan probandus yang menggunakan OHO antara 24-32 bulan hanya sebanyak 1 orang (2,6%). F. Analisis Univariat 1. Kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) Pertama Berdasarkan hasil uji normalitas Shapiro-wilk diketahui nilai signifikansi sebesar 0,003 untuk GDS sebelum dan 0,306 untuk GDS sesudah pada sabtu minggu pertama sehingga dapat dinyatakan bahwa distribusi data tidak normal dikarenakan signifikansi salah satu data yaitu data GDS sebelum 0,003 < 0,05. Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Probandus Kadar GDS Sebelum dan Sesudah Senam Zumba Sabtu Pada Minggu Pertama kgd_Pertama_sebelum kgd_Pertama_sesudah Klasifikasi (mg/dl) (mg/dl) Rata-rata 226,2105 201,8840 Std. Deviasi 15,75474 13,16350 Nilai Minimum 200,00 179,80 Nilai Maksimum 248,00 230,20 Sumber: Data Primer 2015 Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa dari 38 probandus diperoleh rata-rata kadar GDS sebelum melakukan senam zumba sebesar 226,21mg/dl dengan niliai minimum 200 mg/dl dan nilai maksimum 248 mg/dl. Rata-rata kadar GDS setelah senam zumba menjadi 201,88 mg/dl dengan nilai minimum 179,80 mg/dl dan nilai maksimum 230,20 mg/dl. Data tersebut menunjukkan bahwa ratarata kadar GDS probandus setelah senam zumba menjadi sedikit lebih rendah dibandingkan kadar GDS sebelum senam zumba dengan rata-rata perbedaan penurunan sebesar 24,33 mg/dl . 2. Kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) Kedua Berdasarkan hasil uji normalitas Shapiro-wilk diketahui nilai signifikansi sebesar 0,076 untuk GDS sebelum dan 0,147 untuk GDS sesudah pada hari minggu di minggu pertama sehingga dapat dinyatakan bahwa distribusi data normal dikarenakan kedua data > 0,05. Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Probandus Kadar GDS Sebelum dan Sesudah Senam Zumba hari Minggu Pada Minggu Pertama kgd_Kedua_sebelum kgd_Kedua_sesudah Klasifikasi (mg/dl) (mg/dl) Rata-rata 222,1484 204,5597 Std. Deviasi 14,55659 9,88407 Nilai Minimum 200,20 185,59 Nilai Maksimum 248,00 225,90 Sumber: data primer 2015 Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa dari 38 probandus diperoleh rata-rata kadar GDS sebelum melakukan senam zumba sebesar 222,14 mg/dl dengan nilai minimum 200,20 mg/dl dan nilai maksimum 248 mg/dl. Rata-rata kadar GDS menjadi 204,55mg/dl dengan nilai minimum 185,59 mg/dl dan nilai maksimum 225,90 mg/dl. Data tersebut menunjukkan jika kadar GDS probandus setelah senam zumba lebih rendah dibandingkan kadar GDS sebelum senam zumba dengan perbedaan rata-rata 17,59 mg/dl. 3. Kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) Ketiga Berdasarkan hasil uji normalitas Shapiro-wilk diketahui nilai signifikansi sebesar 0,114 untuk GDS sebelum dan 0,056 untuk GDS sesudah pada hari minggu di minggu pertama sehingga dapat dinyatakan bahwa distribusi data normal dikarenakan kedua data > 0,05. Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Probandus Kadar GDS Sebelum dan Sesudah Senam Zumba hari Sabtu Pada Minggu Kedua kgd_Ketiga_sebelum kgd_Ketiga_sesudah Klasifikasi (mg/dl) (mg/dl) Rata-rata 229,6845 207,8011 Std. Deviasi 12,95216 9,71552 Nilai Minimum 201,47 190,00 Nilai Maksimum 249,00 231,00 Sumber: Data primer 2015 Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa dari 38 probandus diperoleh rata-rata kadar GDS sebelum melakukan senam zumba sebesar 229,68 mg/dl dengan niliai minimum 201,47 mg/dl dan nilai maksimum 249 mg/dl. Rata-rata kadar GDS setelah senam zumba menjadi 207,80 mg/dl dengan nilai minimum 190mg/dl dan nilai maksimum 231 mg/dl. Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kadar GDS probandus setelah senam zumba menjadi sedikit lebih rendah dibandingkan kadar GDS sebelum senam zumba dengan rata-rata perbedaan penurunan 21,88 mg/dl . 4. Kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) Keempat Berdasarkan hasil uji normalitas Shapiro-wilk diketahui nilai signifikansi sebesar 0,733 untuk GDS sebelum dan 0,002 untuk GDS sesudah pada sabtu minggu pertama sehingga dapat dinyatakan bahwa distribusi data tidak normal dikarenakan signifikansi salah satu data yaitu data GDS sesudah 0,002 < 0,05. Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Probandus Kadar GDS Sebelum dan Sesudah Senam Zumba Minggu Pada Minggu Kedua kgd_Keempat_sebelum kgd_Keempat_sesudah Klasifikasi (mg/dl) (mg/dl) Rata-rata 224,5163 206,6766 Std. Deviasi 10,48453 8,05204 Nilai Minimum 200,10 196,20 Nilai Maksimum 243,20 225,20 Sumber: data primer 2015 Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa dari 38 probandus diperoleh rata-rata kadar GDS sebelum melakukan senam zumba sebesar 224,51 mg/dl dengan niliai minimum 200,10 mg/dl dan nilai maksimum 243,20 mg/dl. Rata-rata kadar GDS setelah senam zumba menjadi 206,67 mg/dl dengan nilai minimum 196,20 mg/dl dan nilai maksimum 225,20 mg/dl. Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kadar GDS probandus setelah senam zumba menjadi sedikit lebih rendah dibandingkan kadar GDS sebelum senam zumba dengan rata-rata perbedaan penurunan sebesar 17,84 mg/dl . 5. Kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) Kelima Berdasarkan hasil uji normalitas Shapiro-wilk diketahui nilai signifikansi sebesar 0,007 untuk GDS sebelum dan 0,002 untuk GDS sesudah pada sabtu minggu pertama sehingga dapat dinyatakan bahwa distribusi data tidak normal dikarenakan signifikansi kedua data < 0,05. Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Probandus Kadar GDS Sebelum dan Sesudah Senam Zumba Sabtu Minggu Pertama dan Minggu di Minggu kedua Klasifikasi SSumb kgd_Pertama_sebelum kgd_Keempat_sesudah (mg/dl) (mg/dl) Rata-rata 226,3847 206,6766 Std. Deviasi 15,31681 8,05204 Nilai Minimum 200,00 196,20 Nilai Maximum 248,00 225,20 er: data primer 2015 Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa dari 38 probandus diperoleh rata-rata kadar GDS sebelum melakukan senam zumba sebesar 226,38 mg/dl dengan nilai minimum 200 mg/dl dan nilai maksimum 248 mg/dl. Rata-rata kadar GDS setelah senam zumba menjadi 206,67 mg/dl dengan nilai minimum 196,20 mg/dl dan nilai maksimum 225,20 mg/dl. Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kadar GDS probandus setelah senam zumba menjadi sedikit lebih rendah dibandingkan kadar GDS sebelum senam zumba dengan rata-rata perbedaan penurunan sebesar 19,71 mg/dl . G. Grafik Perbedaan Rata-Rata Kadar Gula Darah Sewaktu Sebelum dan Sesudah Senam Zumba 235 230 225 229,68 226.21 224,51 222,14 220 215 210 207,8 205 200 204,55 206,67 201.88 Sebelum Sesudah 195 190 185 Sabtu di Minggu I Minggu di Minggu I Sabtu di Minggu II Minggu di Minggu II Berdasarkan grafik diatas diketahui adanya penurunan kadar gula darah sewaktu pada sabtu minggu I dengan rata-rata kadar GDS sebelum senam adalah 226,21 mg/dl, kemudian mengalami penurunan dengan rata-rata penurunan sebanyak 24,33 mg/dl menjadi 201,88 mg/dl. Pada hari Minggu di Minggu I kadar GDS probandus mengalami penurunan dengan rata-rata sebelum senam 222,14 mg/dl dan sesudah senam menjadi 204,55 mg/dl. Dan pada hari Sabtu dan Minggu di Minggu II rata-rata kadar GDS probandus juga menunjukkan penurunan dari sebelum senam di hari sabtu sebesar 229,68 mg/dl menjadi 207,80 mg/dl sesudah senam dan pada hari minggu rata-rata kadar GDS sebelum senam adalah 224,51 mg/dl dan sesudah senam menurun menajdi 206,67 mg/dl. Sehingga dapat dikatakan bahwa terjadi perbedaan rata-rata kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah senam zumba yang terjadi secara signifikan selama empat kali diberikan senam zumba, yang berarti ada pengaruh antara senam zumba dengan penurunan kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kedungmundu Semarang. H. Hasil Rata-Rata KGD Setiap Karakteristik 1. Umur Grafik 4.2 Distribusi Frekuensi rata-rata KGD Probandus menurut Umur Pada Minggu I dan II Kadar GDS (mg/dl) 15-24 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 224,82 201,81 216,82 233,19 224,41 197,95 >24-34 222,98 221,56 >34-44 Total 229,33 207,01 205,11 204,95 233,92 210,43 223,51 214,05 224,12 203,1 205,39 222,14 203,92 226,43 206,1 225,39 209,1 202,2 225,25 206,46 227,64 204,51 221 202,96 Zumba I zumba I zumba II Zumba II zumba III zumba III zumba IV zumba IV (sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah) Berdasarkan grafik 4.2 diketahui bahwa rata-rata kadar GDS probandus pada sabtu minggu pertama (zumba I) sebelum dilakukan senam zumba adalah 224,82 mg/dl dan menurun menjadi 201,81 mg/dl setelah senam zumba. Pada hari Minggu di minggu pertama (zumba II) kadar GDS probandus rata-rata sebesar 222,98 mg/dl dan menurun menjadi 205,11 mg/dl. Rata-rata kadar GDS pada sabtu minggu kedua (zumba III) sebelum dilakukan senam zumba adalah 229,33 mg/dl dan menurun menjadi 207,01 mg/dl setelah senam zumba. Pada hari Minggu di minggu kedua (zumba IV) kadar GDS probandus ratarata sebesar 223,51 mg/dl dan menurun menjadi 214,05 mg/dl. 2. Berat Badan Grafik 4.3 Distribusi Frekuensi rata-rata KGD Probandus menurut Berat Badan Pada Minggu I dan II 206,71 204,93 Kadar GDS (mg/dl) 222,86 205,11 229,4 196,63 210 222,5 203,16 206,96 204,98 200,45 208 225,23 229 226,28 217,33 228,94 226,19 224,77 224,63 234,5 207,75 207,35 229,87 209,11 220,74 205,93 230,4 229,57 217,29 215,5 206,72 196,75 225,38 204,01 223,07 206,41 218 209,66 Zumba I Zumba I Zumba II Zumba II Zumba III Zumba III Zumba IV Zumba IV (sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah) (sebelum0 (sesudah) 45-53 >53-61 >61-69 >69-77 Total Berdasarkan grafik 4.3 diketahui bahwa rata-rata kadar GDS pada sabtu minggu pertama (zumba I) sebelum dilakukan senam zumba adalah 224,63 mg/dl dan menurun menjadi 204,93 mg/dl setelah senam zumba. Pada hari Minggu di minggu pertama (zumba II) kadar GDS probandus rata-rata sebesar 224,77 mg/dl dan menurun menjadi 206,71 mg/dl. Pada rata-rata kadar GDS pada sabtu minggu kedua (zumba III) sebelum dilakukan senam zumba adalah 226,19 mg/dl dan menurun menjadi 204,98 mg/dl setelah senam zumba. Pada hari Minggu di minggu kedua (zumba IV) kadar GDS probandus rata-rata sebesar 225,23 mg/dl dan menurun menjadi 206,96 mg/dl. 3. Olahraga Grafik 4.4 Distribusi Frekuensi rata-rata KGD Probandus menurut Olahraga Pada Minggu I dan II Kadar GDS (mg/dl) 226,57 231,31 215,51 204,21 226,13 200,32 201,52 223,24 229,13 224,38 207,72 205,05 202,02 222,28 229,52 222,63 232,99 209,09 201,08 203,67 210,41 228,67 226,89 207,49 206,58 199,73 229,32 210,31 222,44 221,37 204,56 184,31 Zumba I Zumba I Zumba II Zumba II Zumba III Zumba III Zumba IV Zumba IV (sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah) Aerobic Non aerobic Tidak berolahraga Total Berdasarkan grafik 4.4 diketahui bahwa rata-rata kadar GDS pada sabtu minggu pertama (zumba I) sebelum dilakukan senam zumba adalah 226,57 mg/dl dan menurun menjadi 202,02 mg/dl setelah senam zumba. Pada hari Minggu di minggu pertama (zumba II) kadar GDS probandus rata-rata sebesar 222,62 mg/dl dan menurun menjadi 205,05 mg/dl. Pada sabtu minggu kedua (zumba III) sebelum dilakukan senam zumba adalah 229,52 mg/dl dan menurun menjadi 207,72 mg/dl setelah senam zumba. Pada hari Minggu di minggu pertama (zumba IV) kadar GDS probandus rata-rata sebesar 224,38 mg/dl dan menurun menjadi 199,73 mg/dl. 4. Lama Terdiagnosis DM Grafik 4.5 Distribusi Frekuensi rata-rata KGD Probandus menurut Riwayat DM Pada Minggu I dan II Kadar GDS (mg/dl) 226,97 233,73 219,02 227,59 203,76 199,08 208,26 211,26 220,69 219,35 213,4 202,1 201,49 201,21 99,29 199,09 222,67 198,12 238,58 235,09 206,12 190,67 225,55 241,55 207,96 214,6 215,26 212,29 206,57 216,89 230,09 205,14 227,24 198,82 221,39 209,12 221,37 199,81 221,37 209,12 229,29 201,4 232,37 204,87 212,71 208 222,45 204,41 0-12 >12-24 >24-36 >36-48 >48-55 Total Berdasarkan grafik 4.5 diketahui bahwa rata-rata kadar GDS pada sabtu minggu pertama ( zumba I) sebelum dilakukan senam zumba adalah 226,97 mg/dl dan menurun menjadi 203,76 mg/dl setelah senam zumba. Pada hari Minggu di minggu pertama (zumba II) kadar GDS probandus rata-rata sebesar 220,69 mg/dl dan menurun menjadi 202,10 mg/dl. Rata-rata kadar GDS pada sabtu minggu kedua (zumba III) sebelum dilakukan senam zumba adalah 219,35 mg/dl dan menurun menjadi 206,12 mg/dl setelah senam zumba. Pada hari Minggu di minggu kedua (zumba IV) kadar GDS probandus rata-rata sebesar 225,55 mg/dl dan menurun menjadi 207,96 mg/dl. 5. Lama penggunaan OHO Grafik 4.6 Distribusi Frekuensi rata-rata KGD Probandus menurut Riwayat OHO Pada Minggu I dan II Kadar GDS (mg/dl) 225,52 214 229,38 233,36 203,82 200 212,39 222,71 234 205,43 210,1 226,37 209,36 203,17 212,16 198,64 226,81 205,52 215,57 204,09 224,05 198,04 225,47 204,99 223,88 224,53 201,47 230,6 230,6 204,55 190 208,26 214,41 226,21 206,3 198,2 208,09 208,26 226,21 208,09 221,38 199,85 226,36 209,46 230,71 208,42 222,37 205,64 Zumba I Zumba I Zumba II Zumba II Zumba III Zumba III Zumba IV Zumba IV (sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah) 0-6 >6-12 >12-18 >18-24 >24-29 Total Berdasarkan grafik 4.6 diketahui bahwa rata-rata kadar GDS pada sabtu minggu pertama (zumba I) sebelum dilakukan senam zumba adalah 225,52 mg/dl dan menurun menjadi 203,82 mg/dl setelah senam zumba. Pada hari Minggu di minggu pertama (zumba II) kadar GDS probandus rata-rata sebesar 222,71 mg/dl dan menurun menjadi 205,43 mg/dl. Rata-rata kadar GDS pada sabtu minggu kedua (zumba III) sebelum dilakukan senam zumba adalah 224,53 mg/dl dan menurun menjadi 204,55 mg/dl setelah senam zumba. Pada hari Minggu di minggu kedua (zumba IV) kadar GDS probandus rata-rata sebesar 223,88 mg/dl dan menurun menjadi 206,30 mg/dl. I. Hasil Crosstab Rata-Rata KGD Dengan Karakteristik Probandus 1. Umur Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi dengan rata-rata perbedaan KGD Probandus menurut Umur Umur F % Rata-rata Rata-rata Penurunan (Tahun) KGD KGD (Pertama) (Keempat) sebelum sesudah (mg/dl) (mg/dl) rata-rata KGD (mg/dl) 15-24 3 7,9 224,41 202,96 21,45 25-34 19 50,0 233,19 209,10 24,09 35-44 16 42,1 216,86 203,10 13,76 Total 38 100,0 Sumber : Data Primer 2015 Dari tabel 4.15 diketahui bahwa penurunan kadar GDS tertinggi terjadi pada kelompok probandus dengan umur antara 25-34 tahun yaitu dengan ratarata penurunan GDS setelah senam zumba sebesar 24,09 mg/dl dan penurunan kadar GDS terendah terjadi pada kelompok probandus dengan umur antara 3544 tahun yaitu dengan rata-rata penurunan kadar GDS sesudah senam zumba sebesar 13,76 mg/dl. 2. Berat Badan Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi dengan rata-rata perbedaan KGD Probandus menurut Berat Badan Berat Badan (Kg) F % Rata-rata Rata-rata Penurunan KGD KGD rata-rata (Pertama) (Keempat) KGD sebelum sesudah (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl) 45-53 10 26,3 14 36,8 53-61 61-69 11 28,9 3 7,9 69-77 Total 38 100,0 Sumber: Data primer 2015 229,40 228,94 222,86 217,33 209,66 206,41 204,02 207,75 19,74 22,53 18,84 9,58 Dari tabel 4.16 diketahui bahwa penurunan kadar GDS tertinggi terjadi pada kelompok probandus dengan BB antara 54-61 kg yaitu dengan rata-rata penurunan GDS setelah senam zumba sebesar 22,53 mg/dl dan penurunan kadar GDS terendah terjadi pada kelompok probandus dengan BB antara 70-77 kg yaitu dengan rata-rata penurunan kadar GDS sesudah senam zumba sebesar 9,58 mg/dl. 3. Olahraga Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi dengan rata-rata perbedaan KGD Probandus menurut jenis olahraga Rata-rata Rata-rata Penurunan KGD KGD rata-rata (pertama) (keempat) Jenis sebelum sesudah KGD (mg/dl) Olahraga F % (mg/dl) (mg/dl) Aerobic non aerobik tidak olah raga 10 15 26,3 39,5 226,13 222,28 184,31 204,57 41,82 17,71 13 34,2 231,31 210,31 21,00 Total 38 100,0 Sumber: Data primer 2015 Dari tabel 4.17 diketahui bahwa penurunan kadar GDS tertinggi terjadi pada kelompok probandus yang berolahraga aerobic yaitu dengan rata-rata penurunan GDS setelah senam zumba sebesar 41,82 mg/dl dan penurunan kadar GDS terendah terjadi pada kelompok probandus yang berolahraga nonaeorbic yaitu dengan rata-rata penurunan kadar GDS sesudah senam zumba sebesar 17,71 mg/dl. 4. Lama Terdiagnosis Diabetes Mellitus Tipe 2 Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi dengan rata-rata perbedaan KGD Probandus menurut Lama Terdiagnosis DM tipe 2 Lama Rata-rata Penurunan KGD KGD rata-rata (Pertama) (Keempat) Teridagnosis DM (Bulan) Rata-rata F % 0-12 12 31,6 12-24 10 26,3 24-36 8 21,1 36-48 6 15,8 48-55 2 5,3 Total 38 100,0 Sumber: Data Primer 2015 sebelum sesudah (mg/dl) (mg/dl) 227,29 227,24 227,59 219,02 233,73 204,40 209,12 205,14 206,57 214,60 KGD (mg/dl) 25,89 18,12 22,45 12,45 19,13 Dari tabel 4.18 diketahui bahwa penurunan kadar GDS tertinggi terjadi pada kelompok probandus dengan riwayat DM antara 0-12 bulan yaitu dengan rata-rata penurunan GDS setelah senam zumba sebesar 25,89 mg/dl dan penurunan kadar GDS terendah terjadi pada kelompok probandus dengan riwayat DM antara 36-48 bulan yaitu dengan rata-rata penurunan kadar GDS sesudah senam zumba sebesar 12,45 mg/dl. 5. Lama Penggunaan OHO (Obat Hipoglikemik Oral) Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi dengan rata-rata perbedaan KGD Probandus menurut Lama Penggunaan OHO Rata-rata Rata-rata Penurunan KGD KGD rata-rata Lama (Pertama) (Keempat) KGD penggunaan sebelum sesudah (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl) 224,05 226,81 233,36 229,39 214 205,63 209,46 210,12 208,09 198,20 OHO (Bulan) F % 0-6 20 52,6 6-12 6 15,8 12-18 6 15,8 18-24 5 13,2 24-29 1 2,6 Total 38 100,0 Sumber: Data Primer 2015 18,42 17,35 23,24 21,30 15,80 Dari tabel 4.19 diketahui bahwa penurunan kadar GDS tertinggi terjadi pada kelompok probandus dengan riwayat OHO antara 12-18 bulan yaitu dengan rata-rata penurunan GDS setelah senam zumba sebesar 23,24 mg/dl dan penurunan kadar GDS terendah terjadi pada kelompok probandus dengan riwayat DM antara 24-29 bulan yaitu dengan rata-rata penurunan kadar GDS sesudah senam zumba sebesar 15,80 mg/dl. J. Analisis Bivariat 1. Perbedaan kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah senam zumba Pertama Tabel 4.20 Hasil Uji Wilcoxon Antara Kadar Gula Darah Sewaktu Dengan Senam Zumba Variabel Terikat Variabel Bebas Uji statistik 1. Kadar gula darah sewaktu hari sabtu minggu pertama *(sebelum dan sesudah senam) 1. senam zumba Uji Wilcoxon P-Value Keputusan 0,0001 Ada perbedaan Sumber : data primer 2015 Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk yaitu pada kadar gula darah sewaktu sebelum senam zumba diketahui mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,003 dan pada kadar gula darah sewaktu sesudah senam zumba mempunyai nilai signifikansi 0,306. Hal ini menunjukkan bahwa pada nilai signifikansi kadar gula darah sewaktu sebelum senam tidak berdistribusi normal karena < 0,05, sehingga harus dilakukan transformasi data. Hasil uji normalitas dari transformasi data menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,002 hal ini menunjukkan bahwa pada kadar gula darah sewaktu sebelum senam tetap tidak berdistribusi normal, sehingga uji statistik yang digunakan adalah uji Wilcoxon yang merupakan alternative dari uji T-berpasangan. Dari tabel tersebut diketahui bahwa hasil uji Wilcoxon antara kadar gula darah sewaktu dengan senam zumba diperoleh P-Value 0,0001 dan karena PValue kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima atau dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan antara kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah senam zumba pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kedungmundu Semarang. 2. Perbedaan antara kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah senam zumba Kedua Tabel 4.21 Hasil Uji T-test Antara Kadar Gula Darah Sewaktu Dengan Senam Zumba Variabel Terikat 1. Kadar gula darah sewaktu hari minggu minggu pertama *(sebelum dan sesudah senam) Variabel Bebas 1. senam zumba Uji statistic Uji T-test P-Value Keputusan 0,0001 Ada perbedaan Sumber : data primer 2015 Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk yaitu pada kadar gula darah sewaktu sebelum senam diketahui mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,076 dan pada kadar gula darah sewaktu sesudah senam mempunyai nilai signifikansi 0,147. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi antara kadar gula darah sewaktu sebelum senam dan kadar gula darah sewaktu sesudah senam mempunyai data yang normal karena P-Value > 0,05. Sehingga pada tabel 4.21 dalam uji statistik menggunakan uji T-test. Dari tabel dapat diketahui bahwa dari hasil uji T-test antara kadar gula darah sewaktu dengan senam zumba diperoleh P-Value 0,0001 dan karena P-Value kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima atau dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan antara kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah senam zumba pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kedungmundu Semarang. 3. Perbedaan antara kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah senam zumba Ketiga Tabel 4.22 Hasil Uji T-test Antara Kadar Gula Darah Sewaktu Dengan Senam Zumba Variabel Terikat Variabel Bebas Uji statistik 1. Kadar gula darah sewaktu hari sabtu minggu kedua *(sebelum dan sesudah senam) 1. senam zumba Uji T-test P-Value Keputusan 0,0001 Ada perbedaan Sumber : data primer 2015 Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk yaitu pada kadar gula darah sewaktu sebelum senam diketahui mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,114 dan pada kadar gula darah sewaktu sesudah senam mempunyai nilai signifikansi 0,056. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi antara kadar gula darah sewaktu sebelum senam dan kadar gula darah sewaktu sesudah senam mempunyai data yang normal karena P-Value > 0,05. Sehingga pada tabel 4.22 dalam uji statistik menggunakan uji T-test. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari hasil uji T-test antara kadar gula darah sewaktu dengan senam zumba diperoleh P-Value 0,0001 dan karena P-Value kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima atau dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan antara kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah senam zumba pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kedungmundu Semarang. 4. Perbedaan antara kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah senam zumba Keempat Tabel 4.23 Hasil Uji Wilcoxon Antara Kadar Gula Darah Sewaktu Dengan Senam Zumba Variabel Terikat 1. Kadar gula darah sewaktu hari minggu minggu kedua *(sebelum dan sesudah senam) Variabel Bebas 1. senam zumba Uji statistik P-Value Keputusan Uji Wilcoxon 0,0001 Ada perbedaan Sumber : data primer 2015 Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk yaitu pada kadar gula darah sewaktu sebelum senam diketahui mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,733 dan pada kadar gula darah sewaktu sesudah senam mempunyai nilai signifikansi 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa pada nilai signifikansi kadar gula darah sewaktu sesudah senam tidak normal karena < 0,05, sehingga harus dilakukan transformasi data. Hasil uji normalitas dari transformasi data menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,002 hal ini menunjukkan bahwa pada kadar gula darah sewaktu sesudah senam tetap tidak berdistribusi normal, sehingga uji statistik yang digunakan adalah uji Wilcoxon yang merupakan alternative dari uji T-berpasangan. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari hasil uji Wilcoxon antara kadar gula darah sewaktu dengan senam zumba diperoleh P-Value 0,0001 dan karena P-Value kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima atau dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan antara kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah senam zumba pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kedungmundu Semarang. 5. Perbedaan antara kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah senam zumba Pertama dan Keempat Tabel 4.24 Hasil Uji Wilcoxon Antara Kadar Gula Darah Sewaktu Dengan Senam Zumba Variabel Terikat 1. Kadar gula darah sewaktu hari minggu minggu kedua Variabel Bebas 1. senam zumba Uji statistik P-Value Keputusan Uji Wilcoxon 0,0001 Ada perbedaan *(sebelum dan sesudah senam) Sumber : data primer 2015 Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk yaitu pada kadar gula darah sewaktu sebelum senam diketahui mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,007 dan pada kadar gula darah sewaktu sesudah senam mempunyai nilai signifikansi 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa pada nilai signifikansi kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah berdistribusi tidak normal, sehingga harus dilakukan transformasi data. Hasil uji normalitas dari transformasi data menunjukkan nilai kadar gula darah sebelum senam dengan signifikansi sebesar 0,005 dan signifikansi kadar gula darah sesudah tetap 0,002, hal ini menunjukkan bahwa pada kadar gula darah sewaktu baik sebelum maupun sesudah senam tetap berdistribusi tidak normal, sehingga uji statistik yang digunakan adalah uji Wilcoxon yang merupakan alternative dari uji Tberpasangan. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari hasil uji Wilcoxon antara kadar gula darah sewaktu dengan senam zumba diperoleh P-Value 0,0001 dan karena P-Value kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima atau dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan antara kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah senam zumba pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kedungmundu Semarang. K. Rekapitulasi Hasil Analisis Statistik Tabel 4.25 Rekapitulasi Hasil Analisis Statistik Variabel Terikat 1. Kadar gula darah sewaktu *hari sabtu minggu pertama (sebelum dan sesudah senam) *hari minggu minggu pertama (sebelum dan Variabel Bebas Uji statistik P-Value Keputusan Uji Wilcoxon 0,0001 Ada perbedaan Uji T-test 0,0001 Ada perbedaan 1. Senam zumba sesudah senam) *hari sabtu minggu kedua (sebelum dan sesudah senam) *hari minggu minggu kedua (sebelum dan sesudah senam) *hari Sabtu minggu pertama dan hari minggu di minggu kedua (sebelum di hari Sabtu dan sesudah senam di hari minggu) Uji T-test 0,0001 Ada perbedaan Uji Wilcoxon 0,0001 Ada perbedaan Uji Wilcoxon 0,0001 Ada perbedaan Sumber : data primer 2015 Berdasarkan tabel 4.25 dari kelima data menggunakan uji T-test dan uji Wilcoxon dapat diketahui bahwa P-Value adalah 0,0001. Karena P-Value < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa ada perbedaan antara kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah senam zumba pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kedungmundu Semarang. BAB V PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian Penelitian yang dilakukan tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan, antara lain sebagai berikut : 1. Keluarga penderita yang diberikan pemeriksaan glukosa darah juga mengikutsertakan anak dan saudaranya untuk melihat ada tidaknya risiko terkena diabetes, sehingga memerlukan waktu dan stick enzim pengukur gula darah yang lebih dari kebutuhan. 2. yang keluar mengenai bukan pada sisi penampung sampel darah Intensitas maupun berat ringannya gerakan senam zumba yang dilakukan probandus tidak dapat terukur dikarenakan tidak dilakukan pemantauan secara signifikan selama kegiatan senam berlangsung. 3. Belum ada standar frekuensi untuk pengukuran sampel darah yang ideal setelah senam zumba. 4. Pelaksanaan penelitian di minggu kedua akhir yaitu di hari minggu, dilakukan pengulangan pemeriksaan kadar gula darah awal sebelum senam pada probandus dikarenakan ada 5 probandus yang saat ditusuk oleh lancet posisi jari bergeser sehingga darah. B. Analisis Univariat 1. Umur Umur adalah usia responden saat dilakukan penelitian. Pada umumnya seseorang terkena diabetes mellitus pada usia > 40 tahun hal ini dikarenakan kelompok usia > 40 tahun mempunyai resiko lebih tinggi terkena DM akibat menurunnya kemampuan kelenjar pankreas dalam menghasilkan insulin mengakibatkan rendahnya jumlah glukosa yang diubah menjadi energy 16. Meski begitu tidak menutup kemungkinan usia muda juga dapat terkena diabetes mellitus karena dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup. Pernyataan tersebut selaras dengan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kedungmundu Semarang bahwa penderita diabetes mellitus tipe 2 dari 38 probandus sebanyak 19 orang (50%) berusia 25-34 tahun, 16 orang (42,1%) berusia 35-44 tahun dan 3 orang (7,9%) berusia 15-24 tahun. Grafik Rata-Rata Penurunan KGD Berdasarkan Umur Kadar GDS(mg/dl) 250 200 150 100 50 0 Rata-rata KGD I (sebelum) Rata-rata KGD IV (sesudah) Penurunan ratarata KGD 15-24 224,41 202,96 21,45 >24-34 233,19 209,1 24,09 >34-44 216,86 203,1 13,76 Berdasarkan hasil penelitian pada grafik diatas dari senam zumba yang dilakukan, bahwa penurunan kadar GDS tertinggi terjadi pada kelompok probandus dengan umur antara 25-34 tahun yaitu dengan rata-rata penurunan GDS setelah senam zumba sebesar 24,09 mg/dl, dan pada kelompok umur 1524 tahun rata-rata penurunan kadar GDS sebesar 21,45mg/dl, sehingga dapat dikatakan bahwa senam zumba dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pengendalian kadar gula darah untuk mencegah terjadinya diabetes mellitus tipe 2 di usia muda (<45 tahun). 2. Aktivitas fisik (Olahraga) Manfaat latihan fisik bagi para penderita diabetes antara lain meningkatkan kebugaran tubuh, meningkatkan penurunan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lemak darah, meningkatkan kadar kolestrol HDL, meningkatkan sensitivitas reseptorinsulin, menormalkan tekanan darah, serta meningkatkan kemampuan kerja. Saat melakukan latihan jasmani, pada tubuh akan terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar oleh otot yang aktif dan terjadi pula reaksi tubuh yang kompleks meliputi fungsi sirkulasi, metabolisme dan susunan saraf otonom. Dimana glukosa yang disimpan dalam otot dan hati sebagai glikogen. Glikogen cepat diakses untuk dipergunakan sebagai sumber energi pada latihan jasmani terutama pada beberapa atau permulaan latihan jasmani dimulai9. Jenis olahraga yang diperbolehkan dilakukan oleh penderita diabetes mellitus adalah olahraga yang bersifat aerobic seperti jalan, jogging, berenang, bersepeda dan senam berkelompok. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kedungmundu Semarang, dari 38 probandus sebanyak 15 orang (39,5%) melakukan olahraga non-aerobic, sedangkan sebanyak 13 orang (34,2%) tidak melakukan olahraga dan sebanyak 10 orang (26,3%) sisanya melakukan olahraga aerobic. Grafik Rata-Rata Penurunan KGD Berdasarkan Olahraga 250 Kadar GDS (mg/dl) 200 150 100 50 0 Rata-rata KGD I(sebelum) Rata-rata KGD IV (sesudah) Penurunan ratarata kGD Aerobic 226,13 184,31 41,82 Non aerobic 222,28 204,57 17,71 Tidak berolahraga 231,31 210,31 21 Pelitian pada grafik diatas, diketahui bahwa penurunan kadar GDS tertinggi terjadi pada kelompok probandus yang melakukan olahraga aerobic yaitu dengan rata-rata penurunan kadar GDS setelah senam zumba sebesar 41,82mg/dl, sedangkan rata-rata penurunan kadar GDS setelah senam zumba pada kelompok probandus yang melakukan olahraga an-aerobic hanya sebesar 17,71mg/dl. Sehingga dapat dikatakan bahwa senam zumba sebagai cabang aerobic lebih cepat menurunkan kadar GDS jika dibandingkan dengan olahraga an-aerobic. 3. Berat Badan Berat badan adalah massa tubuh penderita diabetes pada saat dilakukan penelitian. Berat badan merupakan salah satu factor resiko terjadinya diabetes mellitus tipe 2, dikarenakan dengan berat badan berlebih akan terjadi obesitas. Obesitas adalah sebuah keadaan yang terjadi akibat adanya kelebihan kalori sehingga menumpuknya lemak berlebih didalam tubuh melebihi batas normal sehingga menyebabkan gangguan organ tubuh seperti pankreas yang menghambat kerja sel ɞ pankreas tidak dapat menghasilkan hormone insulin secara maksimal. Grafik Penurunan Rata-Rata KGD Berdasarkan Berat Badan Kadar GDS (mg/dl) 250 200 150 100 50 0 Rata-rata KGD I (sebelum) Rata-rata KGD IV (sesudah) Rata-rata penurunan KGD 45-53 229,4 209,66 19,74 >53-61 228,94 206,41 22,53 >61-69 222,86 204,02 18,84 >69-77 217,33 207,75 9,58 Dari hasil penelitian pada grafik diatas, diketahui bahwa penurunan kadar GDS tertinggi terjadi pada kelompok probandus pada BB antara >53-61 kg, dengan penurunan rata-rata KGD sebesar 22,53 mg/dl. Penurunan rata-rata kadar GDS terendah terjadi pada probandus pada BB antara >69-77 kg dengan penurunan rata-rata KGD sebesar 9,58 mg/dl. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin banyak BB individu maka semakin tinggi penumpukan lemak dalam tubuh yang mengakibatkan keterbatasan fungsi metabolisme kalori menjadi energi. 4. Lama penggunaan OHO (Obat Hipoglikemik Oral) Lama penggunaan OHO adalah lamanya penderita diabetes mengkonsumsi OHO dari awal terdiagnosis diabetes hingga pada saat dilakukan penelitian. Fungsi dari OHO salah satunya adalah yaitu untuk membantu pancreas memproduksi hormone insulin agar dapat digunakan untuk metabolisme glukosa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan probandus Puskesmas Kedungmundu Semarang, dari 38 probandus sebanyak 20 orang (52,6%) telah menggunakan OHO selama antara 0-6 bulan, 6 orang (15,8%) menggunakan OHO selama >6-12 bulan, 6 orang (15,8%) menggunakan OHO selama >12-18 bulan, 5 orang (13,2%) menggunakan OHO selama >18-24 bulan dan sebanyak 1 orang (2,6%) menggunakan OHO selama >24-29 bulan. Kadar GDS (mg/dl) Grafik Penurunan Rata-Rata KGD Berdasarkan Lama OHO 250 200 150 100 50 0 Rata-rata KGD I(sebelum) Rata-rata KGD IV (sesudah) Rata-rata penurunan KGD 0-6 224,05 205,63 18,42 >6-12 226,81 209,46 17,35 >12-18 233,36 210,12 23,24 >18-24 229,39 208,09 21,3 >24-29 214 198,2 15,8 Dan dari hasil penelitian terhadap senam zumba yang digambarkan dari grafik diatas, diketahui bahwa rata-rata penurunan kadar GDS tertinggi terjadi pada kelompok probandus yang menggunakan OHO selama antara 12-18 bulan yaitu dengan rata-rata penurunan kadar GDS setelah senam zumba sebesar 23,24mg/dl. 5. Lama Terdiagnosis DM Lama terdiagnosis DM adalah lamanya penderita didiagnosis terkena diabetes dari awal saat dilakukan pemeriksaan hingga pada saat dilaksanakan penelitian. Berdasarkan data penelitian dengan probandus Puskesmas Kedungmundu Semarang, dari 38 probandus sebanyak 12 orang (31,6%) telah menderita diabetes selama 0-12 bulan, >12-24 bulan sebanyak 10 orang (26,3%), >24-36 bulan sebanyak 8 orang (21,1%), >36-48 bulan sebanyak 6 orang (15,8%) dan selama >48-55 bulan sebanyak 2 orang (5,3%). kadar GDS (mg/dl) Grafik Penurunan Rata-Rata KGD Berdasarkan Lama Terdiagnosis DM 250 200 150 100 50 0 Rata-rata kadar GDS I (sebelum) Rata-rata kadar GDS IV (sesudah) Penuruan rata-rata KGD 0-12 227,29 204,4 25,89 >12-24 227,24 209,12 18,12 >24-36 227,59 205,14 22,45 >36-48 219,02 206,57 12,45 >48-55 233,73 214,6 19,13 Dan dari hasil penelitian terhadap senam zumba yang digambarkan dari grafik diatas, diketahui bahwa rata-rata penurunan kadar GDS tertinggi terjadi pada kelompok probandus yang telah terdiagnosis DM antara 0-12 bulan dengan rata-rata penurunan KGD sebesar 25,89 mg/dl, untuk rata-rata penurunan KGD terendah terjadi pada kelompok probandus yang telah terdiagnosis selama antara 48-55 bulan yaitu dengan rata-rata penurunan kadar GDS setelah senam zumba sebesar 12,45 mg/dl. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama individu mengalami diabetes maka kemampuan tubuh untuk memetabolisme glukosa darah menjadi energy menurun sehingga jumlah glukosa yang dimetabolisme tidak maksimal. 6. Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada dasarnya glukosa darah sewaktu adalah tingkat konsentrasi gula darah sewaktu yang dinyatakan dalam mg/dl yang diambil pada suatu waktu tanpa dilakukan puasa. Seseorang dinyatakan diabetes mellitus tipe-2 jika kadar glukosa sewaktu dalam darah ≥ 200mg/dl, terjadinya peningkatan glukosa dalam darah dikarenakan salah satunya terjadi resistensi insulin yang menyebabkan pankreas tidak dapat mengubah glukosa menjadi energy dan dalam jangka waktu lama menyebabkan terjadinya diabetes. Resistensi insulin dapat diatasi salah satunya dengan tubuh melakukan aktivitas fisik khususnya latihan aerobic seperti jalan kaki, jogging, bersepeda santai, berenang, dan senam berkelompok. Latihan aerobic secara teratur minimal 3 kali seminggu dianggap mampu memperbaiki kendali glukosa darah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh antara senam zumba sebagai salah satu bentuk latihan aerobic terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kedungmundu maka didapatkan hasil sebagai berikut : a. Pada penelitian pertama diketahui bahwa dari 38 probandus diperoleh ratarata kadar GDS sebelum melakukan senam zumba sebesar 226,21 mg/dl dengan niliai minimum 200mg/dl dan nilai maksimum 248mg/dl. Setelah dilakukan senam zumba selama 45 menit maka diperoleh rata-rata kadar GDS setelah senam zumba menjadi 201,88mg/dl dengan nilai minimum 179,80mg/dl dan nilai maksimum 230,20mg/dl. Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kadar GDS probandus setelah senam zumba menjadi sedikit lebih rendah dibandingkan kadar GDS sebelum senam zumba dengan ratarata perbedaan penurunan sebesar 24,33mg/dl . b. Pada penelitian kedua dapat diketahui bahwa dari 38 probandus diperoleh rata-rata kadar GDS sebelum melakukan senam zumba sebesar 222,14 mg/dl dengan nilai minimum 200,20mg/dl dan nilai maksimum 248mg/dl. Setelah dilakukan senam zumba selama 45 menit maka diperoleh rata-rata kadar GDS menjadi 204,55mg/dl dengan nilai minimum 185,59mg/dl dan nilai maksimum 225,90mg/dl. Data tersebut menunjukkan jika kadar GDS probandus setelah senam zumba lebih rendah dibandingkan kadar GDS sebelum senam zumba dengan perbedaan rata-rata 17,59mg/dl. c. Pada penelitian ketiga dapat diketahui bahwa dari 38 probandus diperoleh rata-rata kadar GDS sebelum melakukan senam zumba sebesar 229,68 mg/dl dengan niliai minimum 201,47mg/dl dan nilai maksimum 249mg/dl. Setelah dilakukan senam zumba selama 45 menit maka diperoleh rata-rata kadar GDS setelah senam zumba menjadi 207,80mg/dl dengan nilai minimum 190mg/dl dan nilai maksimum 231mg/dl. Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kadar GDS probandus setelah senam zumba menjadi sedikit lebih rendah dibandingkan kadar GDS sebelum senam zumba dengan rata-rata perbedaan penurunan 21,88mg/dl . d. Pada penelitian keempat dapat diketahui bahwa dari 38 probandus diperoleh rata-rata kadar GDS sebelum melakukan senam zumba sebesar 224,51 mg/dl dengan niliai minimum 200,10mg/dl dan nilai maksimum 243,20mg/dl. Setelah dilakukan senam zumba selama 45 menit maka diperoleh rata-rata kadar GDS setelah senam zumba menjadi 206,67mg/dl dengan nilai minimum 196,20mg/dl dan nilai maksimum 225,20mg/dl. Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kadar GDS probandus setelah senam zumba menjadi sedikit lebih rendah dibandingkan kadar GDS sebelum senam zumba dengan rata-rata perbedaan penurunan sebesar 17,84mg/dl . C. Analisis Bivariat 1. Analisis pengaruh antara senam zumba dengan kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kedungmundu Semarang diketahui bahwa ada pengaruh antara senam zumba dengan penurunan kadar GDS dikarenakan dari hasil uji T-berpasangan dan uji wilcoxon diperoleh hasil dengn P-value < α 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dan dapat dikatakan juga bahwa senam zumba merupakan salah satu cara untuk dapat membantu menurunkan kadar GDS dengan memperbaiki kerja insulin. Dari data penelitian diketahui bahwa dari 38 probandus rata-rata semua mengalami penurunan kadar GDS setelah melakukan senam zumba, hal ini disebabkan karena senam zumba yang merupakan perkembangan inovasi dari senam aerobic merupakan suatu proses olahraga yang sistematis dengan menggunakan rangsangan gerak yang bertujuan untuk meningkatkan atau mempertahankan kualitas fungsional tubuh yang meliputi kualitas daya tahan paru, jantung, kelenturan, dan daya tahan otot sehingga pada pelaksanaannya menggunakan otot-otot besar dengan gerakan yang terus-menerus, berirama dan berkelanjutan yang diiringi dengan music yang antara lain berfungsi sebagai motivasi latihan, pengaturan waktu latihan, dan kecepatan latihan 29. Dan pada saat berolahraga tubuh akan menyiapkan tenaga dalam glukosa. Untuk semua olahraga aerobic yang porsi latihannya antara 60%-80% dari kemampuan maksimal ambilan oksigen, maka glukosa yang dibakar meningkat hingga 7-20 kali lipat dibandingkan saat istirahat, terutama 30 menit pertama latihan yang akan mencapai 50% dari kebutuhan total tubuh 29. Akan tetapi setelah istirahat konsentrasi glukosa akan kembali normal. Menentukan waktu yang tepat untuk pengambilan sampel darah sangat penting dalam pengukuran gula darah sesudah zumba. Pengambilan dan pemeriksaan darah secara berurutan setelah latihan seperti 30 menit, satu jam, dan dua jam dianjurkan untuk meneliti turn over glukosa plasma pasca latihan zumba30. Hasil penelitian ini tidak selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Novia,dkk di Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Sam Ratulangi manado tahun 2014 bahwa hasil P-value pada penelitian tersebut melalui uji T-berpasangan adalah 0,852, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak maka dapat dikatakan tidak ada pengaruh antara senam zumba dengan penurunan kadar GDS. Pada penelitian tersebut pengambilan dan pengukuran sampel darah setelah senam zumba tidak dilakukan pasca melakukan latihan tetapi dilakukan sehari setelah diberikan latihan senam zumba dan pengukuran kadar glukosa tidak dilakukan disetiap perlakuan 31. Berbeda dengan penelitian novia dkk, pada penelitian dilakukan oleh Puji Indriyani dkk di wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga tahun 2007 bahwa hasil P-value pada penelitian tersebut melalui uji T-berpasangan adalah 0,001, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima maka dapat dikatakan ada pengaruh latihan fisik: senam aerobic terhadap penurunan kadar gula darah11. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang pengaruh senam zumba dengan penurunan kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kedungmundu Semarang dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Sebagian besar dari 38 probandus pada penelitian pertama mengalami penurunan kadar gula darah sewaktu setelah senam zumba dengan ratarata penurunan sebesar 24,33mg/dl. 2. Sebagianbesardari 38 probandus pada penelitian kedua mengalami penurunan kadar gula darah sewaktu setelah senam zumba dengan ratarata penurunansebesar 17,59mg/dl. 3. Sebagian besar dari 38 probandus pada penelitian ketiga mengalami penurunan kadar gula darah sewaktu setelah senam zumba dengan ratarata penurunan sebesar 21,88mg/dl. 4. Sebagian besar dari 38 probandus pada penelitian keempat mengalami penurunan kadar gula darah sewaktu setelah senam zumba dengan ratarata penurunan sebesar 17,84mg/dl. 5. Sebagian besar dari 38 probandus dari penelitian pertama dan penelitan keempat mengalami penurunan kadar gula darah sewaktu setelah senam zumba dengan rata-rata penurunan sebesar 19,71mg/dl. 6. Ada perbedaan antara kadar gula darah sebelum dan sesudah senam zumba dengan p-value0,0001. 7. Ada pengaruh antara senam zumba dengan penurunan kadar gula darah sewaktu karena adanya perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah senam zumba secara signifikan dalam 4 kali penelitian. B. SARAN 1. Bagi Penderita Diabetes Mellitus a. Diharapkan penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kedungmundu dapat meningkatkan frekuensi olahraga yang disarankan khusus penderita diabetes yaitu olahraga yang bersifat aerobic seperti senam zumba minimal 3 kali dalam seminggu dengan durasi minimal 30 menit. Namun senam zumba hanya dapat dilakukan untuk usia<45 tahun dan tubuh tidak mengalami komplikasi. b. Penderita diabetes dapat melakukan aktifitas fisik baik dengan intensitas rendah ataupun sedang secara rutin dan terukur maka dapat membantu untuk mengatur kadar gula darah agar dalam batas normal dan meminimalisasi kemungkinan terjadinya diabetes mellitus tipe 2 khususnya pada usia muda. 2. Bagi Puskesmas Kedungmundu Sebagai bahan masukan untuk Puskesmas Kedungmundu yang menangani program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular khususnya diabetes mellitus tipe 2 untuk dapat terus melakukan 3 program pencegahan yaitu primer, sekunder dan tersier secara signifikan guna menurunkan angka kesakitan maupun kematian dan juga meminimalisasi adanya komplikasi lanjut dari diabetes. Dapat pula sebagai tambahan bahan referensi puskesmas untuk memberikan sosialisasi kepada pihak RT/RW dan kelurahan tentang manfaat senam zumba bagi kesehatan khususnya dalam mengendalikan kadar gula darah di masyarakat. 3. Bagi Peneliti Lain a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperluas variable penelitian seperti pola diet bagi penderita diabetes, jenis senam lain (yoga, pilates, aerobic-body language) dengan waktu penelitian lebih panjang dan pemantauan secara signifikan sehingga penurunan kadar gula darah sewaktu dapat terukur. b. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mempertimbangkan waktu pengambilan sampel darah sebelum dan sesudah zumba pada rentang waktu antara 30 menit-2 jam. DAFTAR PUSTAKA 1. Arisman. Obesitas,Diabetes Mellitus dan dislipidemia. Konsep, Teori dan penanganan Aplikatif. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 2008 2. American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes Mellitus. 2009 3. International Diabetes Federation Global Atlas. IDF diabetes Atlas 5th edition. 2012 4. Profil Kesehatan Indonesia. Departemen Keseahtan Republik Indonesia. 2013 5. Profil Kesehatan Jateng. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012 6. Profil Kesehatan Kota Semarang. Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2013 7. Sidartawan Soegondo.Penatalaksanaan DM Terpadu edisi I.FKUI.Jakarta. 2013 8. Sarwono. Penanganan Pelaksanaan DM Terpadu. Edisi I. FKUI.Jakarta. 2012 9. IKAPI.5 Strategi Penderita Diabetes Mellitus Berusia Panjang. Kanisius. Jogjakarta. 2010 10. Anonymus. Warta Kesra. Tubuh Bugar, Otak Sehat Dengan Zumba Edisi 158.2012:26 11. Puji Indriyani,Heru S dan Agus S. Pengaruh Latihan Fisik;Senam Aerobik Terhadap Penurunan Kadar Gula darah di Puskesmas Bukateja.Media Ners, Volume 1.2007:49-99 12. Suhartono T. Mencegah dan Menanggulangi Diabetes Untuk Dokter dan Diabetisi. Rineka Cipta.Jakarta. 2005 13. Mirzah Maulana. Panduan praktik menangani penyakit kencing manis. Katahati. Jogjakarta. 2009 14. Hasdianah. Mengenal Diabetes Mellitus Dengan Solusi Herbal. Nuha medika. Jogjakarta. 2012 15. Kartika Nuri K. Penyakit degeneratif;mencegah dan mengurangi factor risiko penyakit degeneratif. Nuha Medika. Jogjakarta. 2012 16. Bustan MN. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta. Jakarta. 2007 17. Retno Novitasari. Diabetes Mellitus. Nuha Medika. Jogjakarta. 2012 18. Hardjono. Penanganan Gula Darah Pada Diabetes dengan senam diabetic. Kanisius. Jogjakarta. 2005 19. Nuri Permata.Pengertian Gula darah dan Glukosa darah. 2014 www.sridianti.com/Pengertian-gula-darah-dan-glukosa-darah.html. Diakses 25 April 2015 20. Kariadi K. Pengendalian Gula Darah Cegah Dini Diabetes Mellitus. Nuha Medika. Jogjakarta. 2009 21. Suyono S. Penanganan Diabetes Mellitus Tipe 1 dan Tipe 2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2013 22. Bugar dengan senam aerobik. 2006 http://senam aerobic.wordpress.com/sejarah-senam-aerobik.Diakses 24 April 2015 23. Brick Lynne. Bugar dengan senam aerobic. Raja Grafindo. Perkasa. Jakarta. 2005 24. Marry Luettgen, Carl Foster, Scoot Doberstein.Zumba is the “fitness party”.Journal of sport and medicine.2012:357-382 25. Dunia fitness. Bakar lemak dengan senam zumba. 2012 http://duniafitnes.com/fitness-for-women/membakar-lemak-dengan-senamzumba.html.Diakses 24 April 2015. 26. Klasifikasi Zumba. 2012 http://www.24hourfitness.com/classes/zumba. diakses 30 April 2015 27. Sehat dan bugar dengan zumba sentao. http://www.artikelfemina.com/sehat-bugar-dengan zumba-sentao.Diakses 30 April 2015 28. Soekidjo Notoadmojo. Metodologi Penelitian Keseahtan. Rineka Cipta. Jakarta. 2010 29. Sternlict E.Frisch F, Sumida KD.Zumba fitness workouts: are they an appropriate alternative to running or cycling?. Sport Sci Health. No: DOI.1007/s11332-013-01558.2013 30. Parr BB. Hormonal responses to exercise: Power SK, Howley ET. Exercise physiology. Theory and application to fitness and performance. University of South Carolina Aiken, 2009.p 1-7 31. Novia P,Ticoalu S. Pengaruh senam zumba terhadap kadar gula darah.E-biomedik, Volume 2.2014:452-458 PROSEDUR PELAKSANAAN SENAM ZUMBA 1. Peregangan (streaching) Peregangan dilakukan hanya berkisar 5 menit untuk melemaskan otot-otot tubuh terutama otot lengan dan kaki yang sering digunakan dalam senam zumba sehingga tidak terjadi cedera. a. Gerakan peregangan dimulai dengan membuka kaki selebar bahhu, kemudian ambil nafas dengan menyayunkan lengan memutar kearah depan dada dalam hitungan 1 x 8. Lemaskan otot daerah leher dengan hitungan yang sama, putar leehr kearah kanan dan kiri secara bergantian, maju kearah depan dan belakang dan gelengkan kepala kekanan dan ke kiri masing-masing 1 x 8. b. Peregangan dibagian bahu bisa dilakukan dengan memutar bahu kiri kedepan dan kebelakang dengan hitungan 2 x 8 kemudian bahu kanan dilakukan bergantian dalam 2 repetisi. Gerakan memutar bahu dapat dilakukan dengan menggeser kaki kanan ataupun kiri mengikuti irama music. Lemaskan otot lengan secara optimal dengan gerakan snake arms dalam hitungan 2 x 8. Angkat dan tutunkan bahhu kanan dan kiri secara bergantian denganh hitungan yang sama. c. Pelemasan otot perut dapat dilakukan dengan melakukan kontraksi dan relaksasi perut dengan hitungan 1 x 8 dalam 3 repetisi. d. Gerakan peregangan otot punggung dan pinggul dapat dilakukan dengan membuka kaki selebar bahu kemudian mencondongkan badan kearah kanan dorong semaksimal mungkin dengan hitungan 1 x 8 lakukan untuk punggung dan pinggul kiri dalam 2 repetisi. e. Peregangan otot kaki dapat dengan memutar ujung tumit kearah kanan dan kiri denagn hitungan masing-masing 1 x 8. Angkat kaki kanan kedepan dan letakkan kembali, lakukan gerakan yang sama pada kaki kiri. 2. Pemanasan (Warming up) Gerakan ini dilakukan selama 5-10 menit untuk meningkatkan denyut jantung secara bertahap. a. Gerakan 1: Buka kaki selebar bahu, gelengkan kepala ke kiri dan ke kanan mengikuti irama. Gerakan dapat disertai gerakan kaki kearah depan maju dan mundur, maupun kekanan dan ke kiri dalam 2 repetisi dengan hhihtunganh 1x8 di masing-masing arah. b. Gerakan 2: Putar kedua bahu kearah depan dan belakang diikuti dengan gerakan melangkahkan kaki maju dan mundur.Katupkan kedua tangan didepan dada geser kearah kanan maupun kiri, dapat pula atas dan bawahh dengan gerakan kaki zig-zag, sesuaikan dengan irama music. Gerakan variasi lain dapat seperti gerakan meninju kearah samping kanan maupun kiri juga gerakan kaki seperti menendang secara bergantian. c. Gerakan 3: Persiapan otot kaki dengan merapatkan kedua kaki kemudian lakukan squat secara bergantian kaki kanan dan kiri, kemudian putar tumit dengan posisi kaki berjinjit dengan ihtungan 2 x 8. Gerakan kaki lainnya dapat dengan melangkah zig-zag diikuti dengan teriakan untuk menambah semangat mengikuti irama. 3. Gerakan inti (Conditioning) Gerakan inti dilakukan selama 25 menit a. Gerakan 1 : Berdirilah dengan kaki rapat. Dengan mengikuti irama lagu, lakukan tarian samba yaitu kaki kanan melangkah didepan kaki kiri dan ikuti dengan gerakan tangan kiri yang berada didepan dada dan tangan kiri melambai kearah kanan. Lakukan dengan gerakan pinggul sesuai irama lagu. Arahkan langkah agar sesuai ketukan irama. b. Gerakan 2: Buka kaki selebar bahu dan tautkan kedua tangan didepan dada. Kemudian dengan mengikuti irama lagu, gerakkan pinggul ke kanan dan gerakkan kedua tangan diarah yang sebaliknya. Lakukan sebanyak 2 ketukan dan ganti arah. c. Gerakan 3: Buka kaki lebar-lebar dan luruskan punggung. Goyangkan pinggul kea rah kiri, biarkan kaki kanan berjinjit dan kedua tangan mendorong tubuh kesamping kanan belakang. Lakukan seperti saat sedang menari mengikuti irama music. d. Gerakan 4: Buka kaki lebar-lebar, tautkan kedua tangan diatas kepala. Dengan mengikuti irama, goyangkan pinggul ke kanan, ikuti dengan mendorong kedua tangan diarah yang sebaliknya. Ulangi gerakan dengan membalik arah gerakan. e. Gerakan 5: Buka kaki lebar-lebar, tekuk kedua lutut dan rendahhkan tubuh. Goyangkan pinggul ke kanan, ikuti dengan dorongan tangan kanan kearah yang sama. Biarkan tubuh meliuk mengikuti gerakan pinggul. 4. Pendinginan (Cooling down) Pendinginan dilakukan selama 5 menit a. Gerakan 1: Ambil matras atur posisi badan menungging dengan posisi kepala menghadap kedepan seperti saat yoga, lemaskan punggung dengan mengangkatnya beberapa inci kemudian dengan hitungan 8 ketukan lemaskanh kembali otot punggung ke posisi semula lakukan gerakan yang sama dalam 3 repetisi. Lakukan gerakan baby sleep untuk menghindari cedera pada otot punggung bawah dalam hitungan 2 x 8. Kembali posisi awal dorong kaki kanan dan ayunkan kebawah kemudian keatas begitu sebaliknya dengan kaki kiri dalam hitungan h1 x 8. b. Gerakan 2 : Ambil posisi berdiri rapat dan tegak, lemaskan otot kaki dengan mengetukkan ujung tumit kebawah tujuannya mengembalikan peredaran darah, putar tumit ke kanan dan kiri hsama saat streaching dengan hitungan 1 x 8. Angkat kaki kanan kedepan dan letakkan kembali kebawah, lakukan dalam 2 repitisi dengan hitungan 1 x 8, begitu pula dengan kaki kiri c. Gerakan 3 : Untuk pinggang, buka kaki selebar bahu danh ayunkan punggung dengan tangan kea rah kiri dan kanan masing-masing 8 ketukan. Dan untuk kepala putar kepala kearah kanan dan kiri, kemudian atas dan bawah dalam 2 repetisi dengan hitungan masing-masing arah 1 x 8. LEMBAR OBSERVASI I KARAKTERISTIK RESPONDEN (PENDERITA DM TIPE-2 DI PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG) Nama probandus : Alamat probandus : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Pekerjaan : BB : TB : Mulai terdiagnosis : Lama Sakit : Penggunaan OHO : Lama pengobatan : 1. Ya 2.tidak Semarang, Agustus 2015 ( ) LEMBAR OBSERVASI II PENGUKURAN MHR (Maksimum Heart Rate) dan Kadar GDS 1. Petunjuk Pengukuran MHR a. Persiapkan stopwatch b. Lemaskan bagian tangan kiri atau kanan responden c. Tekan nadi dibagian pergelangan tangan selama satu menit dengan alat bantu berupa stopwatch d. Catat hasil pengukuran target MHR di kolom yang tersedia 2. Petunjuk pengukuran Kadar GDS a. Siapkan perangkat glucometer berikut uji strip, lancet, dan alcohol pad. b. Cuci tangan untuk mencegah infeksi c. Pastikan tangan kering dan ruang daerah yang dipilih (jari ketiga atau jari keempat) dengan alcohol pad, tunggu sebentar sampai alcohol menguap d. Tusuk jari yang tadi sudah ditentukan dengan lancet, yang dibutuhkan hanya satu tetes darah e. Tempatkan tetes darah pada sisi strip. f. Tunggu beberapa saat kemudian hasilnya keluar. g. Mendata hasil kadar glukosa darah para penderita DM tipe-2 sebelum senam. HASIL PENGUKURAN MHR DAN KADAR GDS PROBANDUS MINGGU I TANGGAL MHR I MHR 2 GDS I GDS 2 SABTU MINGGU MINGGU II SABTU MINGGU Keterangan : MHR 1 : Maksimum denyut jantung probandus sebelum melakukan senam zumba MHR 2 : Maksimum denyut jantung probandus setelah melakukan senam zumba GDS 1 : Kadar gula darah sewaktu probandus sebelum melakukan senam zumba GDS 2 : Kadar gula darah sewaktu probandus setelah melakukan senam zumba umur Statistics Frequenc y umur N Valid Valid 38 Missing 0 Percent Valid Cumulative Percent Percent 15-24 3 7.9 7.9 7.9 25-34 19 50.0 50.0 57.9 35-44 16 42.1 42.1 100.0 Total 38 100.0 100.0 pendidikan Statistics Cumulative Frequency pendidikan N Valid 38 Missing Valid 0 sd Percent Valid Percent 3 7.9 7.9 7.9 smp 12 31.6 31.6 39.5 sma 22 57.9 57.9 97.4 1 2.6 2.6 100.0 38 100.0 100.0 pt Total Statistics jenis_kelamin jenis_kelamin N Valid Missing Percent Cumulative 38 0 Valid perempuan Frequency Percent Valid Percent Percent 38 100.0 100.0 100.0 pekerjaan Cumulative Frequency Valid swasta Percent Valid Percent Percent 5 13.2 13.2 13.2 11 28.9 28.9 42.1 4 10.5 10.5 52.6 tidak bekerja 18 47.4 47.4 100.0 Total 38 100.0 100.0 wiraswasta pns Statistics Tinggi badan N Valid 38 Missing 0 tinggi_badan Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent 146-156 17 44.7 44.7 94..7 156-166 14 36.8 36.8 50.0 166-176 5 13.2 13.2 13.2 176-180 2 5.3 5.3 100.0 38 100.0 100.0 Total berat_badan Cumulative Statistics Frequency berat_badan N Valid Missing 38 0 Valid Percent Valid Percent Percent 45-53 10 26.3 26.3 26.3 53-61 14 36.8 36.8 63.2 61-69 11 28.9 28.9 92.1 69-77 3 7.9 7.9 100.0 38 100.0 100.0 Total riwayat_sakitDM Cumulative Frequency Valid Missing Percent 12 31.6 31.6 31.6 12-24 10 26.3 26.3 57.9 38 24-36 8 21.1 21.1 78.9 0 36-48 6 15.8 15.8 94.7 48-55 2 5.3 5.3 100.0 Total 38 100.0 100.0 riwayat_sakitDM Valid Valid Percent 0-12 Statistics N Percent riwayat_oho Statistics riwayat_oho N Cumulative Valid Frequency 38 Missing 0 Valid Statistics Valid Missing Valid Percent Percent 0-6 20 52.6 52.6 52.6 6-12 6 15.8 15.8 68.4 12-18 6 15.8 15.8 84.2 18-24 5 13.2 13.2 97.4 24-29 1 2.6 2.6 100.0 Total 38 100.0 100.0 aktifitas_fisik aktifitas_fisik N Percent 38 Cumulative Frequency 0 Valid Percent Valid Percent Percent aerobik 10 26.3 26.3 26.3 non aerobik 15 39.5 39.5 65.8 tidak olah raga 13 34.2 34.2 100.0 Total 38 100.0 100.0 Hasil uji normalitas “kadar gula darah sebelum senam” dengan “kadar gula darah sesudah senam sabtu minggu I” Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Statistic df Shapiro-Wilk Sig. Statistic df Sig. kgd_sabtu1_sebelum .182 38 .003 .916 38 .007 kgd_sabtu1_sesudah .107 38 .200 * .972 38 .442 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Hasil transformasi data “kadar gula darah sebelum senam” Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Statistic trans_sabtusebelum1 df Shapiro-Wilk Sig. .192 38 Statistic .001 df .910 Sig. 38 .005 a. Lilliefors Significance Correction Hasil uji wilcoxon treatment I Ranks Test Statistics N kgd_sabtu1_sesudah - Negative Ranks Mean Rank Sum of Ranks 0 a 38 b trans_sabtusebelum1 Positive Ranks c Ties 0 Total 38 a. kgd_sabtu1_sesudah < trans_sabtusebelum1 b. kgd_sabtu1_sesudah > trans_sabtusebelum1 c. kgd_sabtu1_sesudah = trans_sabtusebelum1 b kgd_sabtu1_ses udah - .00 .00 19.50 741.00 trans_sabtusebel Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test um1 -5.373 a .000 Hasil uji normalitas “kadar gula darah sebelum senam” dengan “kadar gula darah sesudah senam hari Minggu pada Minggu I” Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Statistic df Shapiro-Wilk Sig. Statistic df Sig. kgd_minggu1_sebelum .082 38 .200 * .948 38 .076 kgd_minggu1_sesudah .168 38 .009 .957 38 .147 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Hasil uji T-test Paired Samples Statistics Mean Pair 1 N Std. Deviation Std. Error Mean kgd_minggu1_sebelum 2.2215E2 38 14.55659 2.36139 kgd_minggu1_sesudah 2.0456E2 38 9.88407 1.60341 Paired Samples Correlations N Pair 1 kgd_minggu1_sebelum & Correlation 38 kgd_minggu1_sesudah .629 Sig. .000 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of Mean Pair 1 kgd_minggu1_sebelum kgd_minggu1_sesudah 1.75887 E1 Std. Std. Error Deviation Mean 11.33423 1.83866 the Difference Sig. (2- Lower Upper t 13.86321 21.31415 9.566 df tailed) 37 .0 Hasil uji normalitas “kadar gula darah sebelum senam” dengan “kadar gula darah sesudah senam hari Sabtu Minggu ke II” Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Statistic df Shapiro-Wilk Sig. Statistic df Sig. kgd_sabtu2_sebelum .107 38 .200 * .953 38 .114 kgd_sabtu2_sesudah .217 38 .000 .944 38 .056 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Hasil uji T-test Paired Samples Statistics Mean Pair 1 N Std. Deviation Std. Error Mean kgd_sabtu2_sebelum 2.2968E2 38 12.95216 2.10112 kgd_sabtu2_sesudah 2.0780E2 38 9.71552 1.57607 Correlation Sig. Paired Samples Correlations N Pair 1 kgd_sabtu2_sebelum & 38 kgd_sabtu2_sesudah .853 .000 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of Mean Pair 1 kgd_sabtu2_sebelum - 2.18834 kgd_sabtu2_sesudah E1 Std. Std. Error Deviation Mean 6.89823 1.11904 the Difference Lower Upper 19.61603 24.15081 Sig. (2t 19.556 df tailed) 37 .000 Hasil uji normalitas “kadar gula darah sebelum senam” dengan “kadar gula darah sesudah senam hari Minggu pada Minggu ke II” Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Statistic df Shapiro-Wilk Sig. Statistic df Sig. kgd_minggu2_sebelum .094 38 .200 * .980 38 .733 kgd_minggu2_sesudah .210 38 .000 .893 38 .002 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Hasil transformasi data “kadar gula darah sesudah senam” Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Statistic trans_minggu2_sesudah a. Lilliefors Significance Correction .211 df Shapiro-Wilk Sig. 38 .000 Statistic .896 df Sig. 38 .002 Hasil uji wilcoxon Ranks N trans_minggu2_sesudah kgd_minggu2_sebelum Mean Rank Sum of Ranks Negative Ranks 38 a 19.50 741.00 Positive Ranks 0 b .00 .00 Ties 0 Total 38 c a. trans_minggu2_sesudah < kgd_minggu2_sebelum b. trans_minggu2_sesudah > kgd_minggu2_sebelum c. trans_minggu2_sesudah = kgd_minggu2_sebelum Test Statistics b trans_minggu2_ sesudah kgd_minggu2_se belum Z -5.373 Asymp. Sig. (2-tailed) a .000 a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test Uji normalitas kadar glukosa darah sewaktu sebelum (sabtu minggu pertama) dan sesudah (minggu pada minggu terakhir) Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Statistic df Shapiro-Wilk Sig. Statistic df Sig. kgd_sabtu1_sebelum .182 38 .003 .916 38 .007 kgd_minggu2_sesudah .210 38 .000 .893 38 .002 a. Lilliefors Significance Correction Hasil Transformasi Data KGD sabtu sebelum senam pada Minggu pertama dan KGD sesudah senam pada MInggu di Minggu Kedua Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Statistic Trans_GDSsebe lum Trans_GDSsesu dah df Shapiro-Wilk Sig. Statistic df Sig. .192 38 .001 .910 38 .005 .211 38 .000 .896 38 .002 a. Lilliefors Significance Correction Uji wilcoxon Ranks N kgd_minggu2_sesudah kgd_sabtu1_sebelum Sum of Ranks Negative Ranks 35 a 20.80 728.00 Positive Ranks 3 b 4.33 13.00 Ties 0 Total 38 a. kgd_minggu2_sesudah < kgd_sabtu1_sebelum b. kgd_minggu2_sesudah > kgd_sabtu1_sebelum c. kgd_minggu2_sesudah = kgd_sabtu1_sebelum Test Statistics Mean Rank b kgd_minggu2_se sudah kgd_sabtu1_seb elum Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test -5.185 a .000 c Statistics kgd_sabtu1_seb kgd_minggu2_se elum N Valid sudah 38 38 0 0 Mean 226.3847 206.6766 Std. Deviation 15.31681 8.05204 Minimum 200.00 196.20 Maximum 248.00 225.20 Missing Hasil compare means rata-rata KGD per treatment berdasarkan karakteristik 1. Pekerjaan Case Processing Summary Cases Included N kgd_sabtu1_sebelum * pekerjaan kgd_sabtu1_sesudah * pekerjaan kgd_minggu1_sebelum * pekerjaan kgd_minggu1_sesudah * pekerjaan Excluded Percent N Total Percent N Percent 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% Report kgd_sabtu1_seb kgd_sabtu1_ses kgd_minggu1_se kgd_minggu1_se pekerjaan swasta elum Mean 216.6450 205.7500 5 5 5 5 Std. Deviation 15.82394 14.15670 13.87097 9.13802 Mean 228.5648 202.8967 224.1800 204.2810 11 11 11 11 Std. Deviation 12.23755 11.26147 16.01658 10.49600 Mean 224.6650 200.2208 220.1700 205.0142 4 4 4 4 Std. Deviation 11.52807 6.61739 13.03112 10.14482 Mean 246.0000 195.5000 225.2400 200.2000 18 18 18 18 Std. Deviation 15.23550 13.97657 13.90754 12.00341 Mean 228.5049 200.6487 221.5587 203.8113 38 38 38 38 13.70626 11.50303 14.20655 10.44556 N tidak bekerja N Total sudah 203.9775 N pns belum 214.7900 N wiraswasta udah N Std. Deviation Case Processing Summary Cases Included N kgd_sabtu2_sebelum * pekerjaan kgd_sabtu2_sesudah * pekerjaan kgd_minggu2_sebelum * pekerjaan kgd_minggu2_sesudah * pekerjaan Excluded Percent N Total Percent N Percent 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% Report kgd_sabtu2_seb kgd_sabtu2_ses kgd_minggu2_se kgd_minggu2_se pekerjaan swasta elum Mean 226.2875 170.5175 5 5 5 5 Std. Deviation 19.50425 16.37323 17.15315 11.73551 Mean 230.8310 207.4557 222.4981 203.3010 11 11 11 11 9.31038 7.50446 9.46714 6.38728 229.6175 207.3658 226.5667 205.1043 4 4 4 4 Std. Deviation 15.55667 10.66874 10.13154 9.61878 Mean 245.7000 225.1000 235.2100 210.1000 18 18 18 18 Std. Deviation 12.66789 11.87500 14.11123 12.44359 Mean 231.5027 211.6291 227.6405 197.2557 38 38 38 38 14.25979 11.60535 12.71576 10.04629 Std. Deviation Mean N tidak bekerja N Total sudah 206.5950 N pns belum 219.8625 N wiraswasta udah N Std. Deviation 2. Umur Case Processing Summary Cases Included N kgd_sabtu1_sebelum * new_umur kgd_sabtu1_sesudah * new_umur kgd_minggu1_sebelum * new_umur kgd_minggu1_sesudah * new_umur Excluded Percent N Total Percent N Percent 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% Report kgd_sabtu1_seb kgd_sabtu1_ses kgd_minggu1_se kgd_minggu1_se new_umur 15-24 Mean elum udah 202.2000 225.2500 206.4667 3 3 3 3 Std. Deviation 18.74871 14.41076 12.06244 5.23219 Mean 233.1914 205.3979 222.1484 203.9274 19 19 19 19 Std. Deviation 15.46829 14.83537 17.04086 12.52854 Mean 216.8637 197.8581 221.5669 204.9531 16 16 16 16 Std. Deviation 14.87067 9.71949 12.34983 6.89740 Mean 224.8217 201.8186 222.9884 205.1157 38 38 38 38 16.36255 12.98854 13.81771 8.21937 N 35-44 N Total sudah 224.4100 N 25-34 belum N Std. Deviation Case Processing Summary Cases Included N kgd_sabtu2_sebelum * new_umur kgd_sabtu2_sesudah * new_umur Excluded Percent N Total Percent N Percent 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% Case Processing Summary Cases Included Excluded Perce N belum * 38 new_umur kgd_minggu2_se sudah * Perce nt kgd_minggu2_se 38 new_umur Total N 100.0 % 100.0 % nt Perce N nt 0 .0% 38 0 .0% 38 100.0 % 100.0 % Report kgd_sabtu2_seb kgd_sabtu2_ses new_umur 15-24 Mean 204.5133 3 3 Std. Deviation 11.96528 6.66048 Mean 226,4389 206.1047 19 19 Std. Deviation 12.95818 7.83788 Mean 233.9212 210.4319 16 16 Std. Deviation 13.05851 11.83253 Mean 229.3344 207.0166 38 38 12.66065 8.77696 N 35-44 N Total udah 227.6433 N 25-34 elum N Std. Deviation Report kgd_minggu2_seb kgd_minggu2_ses new_umur 15-24 Mean 202.9600 3 3 14.25676 6.18604 Minimum 215.21 197.71 Maximum 235.29 212.11 225.3979 209.1074 19 19 9.73147 9.39028 Minimum 213.32 189.42 Maximum 225.24 200.00 224.1288 203.1025 16 16 12.30748 6.69850 Minimum 200.21 189.02 Maximum 221.95 210.10 223.5089 214.0566 38 38 12.09857 7.42494 Minimum 224.10 204.81 Maximum 240.02 218.18 Std. Deviation Mean N Std. Deviation 35-44 Mean N Std. Deviation Total udah 221.0000 N 25-34 elum Mean N Std. Deviation Report kgd_sabtu1_seb kgd_sabtu1_ses pendidikan Case Processing Summary sd Cases Included Excluded Perce N kgd_sabtu1_seb elum * 38 nt 100.0 % pendidikan nt 0 N .0% 38 202.6867 3 3 17.65706 14.36670 Minimum 210.00 197.65 Maximum 245.00 205.41 244.3792 201.8042 12 12 15.40510 12.82463 Minimum 201.35 179.80 Maximum 248.00 225.00 225.2027 201.2309 22 22 15.44950 14.08564 Minimum 200.00 180.00 Maximum 247.47 230.20 246.0000 218.1000 N 1 1 Std. Deviation . . Minimum 246.00 218.10 Maximum 246.00 218.10 236.0396 205.9554 38 38 16.17055 13.75899 Minimum 200.00 179.80 Maximum 248.00 230.20 N Perce Std. Deviation nt 100.0 % smp 38 100.0 % pendidikan 0 .0% 38 100.0 Mean Std. Deviation % sma 3. Pendidikan Mean N Std. Deviation pt Mean Total Mean N Std. Deviation Case Processing Summary Cases Included Excluded Perce N nt kgd_minggu1_se belum * pendidikan 38 % Total Perce N 100.0 udah 228.5767 N kgd_sabtu1_ses udah * N Mean Total Perce elum nt 0 .0% Perce N nt 38 100.0 % Case Processing Summary Cases Included Excluded Perce N belum * 38 kgd_minggu1_se 38 N 100.0 % pendidikan sudah * Perce nt kgd_minggu1_se 100.0 % pendidikan Total Perce nt N nt 0 .0% 38 0 .0% 38 100.0 % 100.0 % Case Processing Summary kgd_sabtu2_seb kgd_sabtu2_ses Cases Included Excluded Perce N pendidikan nt Total Perce N nt sd Perce N Mean elum * 38 pendidikan kgd_sabtu2_ses udah * pendidikan 38 100.0 % 100.0 % 0 0 .0% .0% 38 38 udah 225.5933 205.1733 3 3 22.21987 11.61169 Minimum 201.65 195.88 Maximum 245.55 218.19 226.4608 206.2783 12 12 14.37971 9.40324 Minimum 201.47 190.00 Maximum 249.00 225.00 231.8736 208.7900 22 22 11.24809 10.14368 Minimum 210.20 195.00 Maximum 246.60 231.00 232.4800 212.2000 N 1 1 Std. Deviation . . Minimum 232.48 212.20 Maximum 232.48 212.20 N nt Std. Deviation kgd_sabtu2_seb elum 100.0 % 100.0 smp Mean N % Std. Deviation sma Mean N Std. Deviation pt Mean Total Mean 229.1019 208.1104 38 38 15.94922 10.38620 Minimum 201.47 190.00 Maximum 249.00 231.00 N Std. Deviation Report kgd_minggu1_se kgd_minggu1_se pendidikan belum Case Processing Summary sudah Cases sd Mean 201.0000 194.0000 3 3 7.55342 6.33167 Minimum 201.00 186.70 kgd_minggu2_s Maximum 201.00 198.00 ebelum * Included N Std. Deviation smp Mean N 225.6150 207.5042 12 12 Perce N sma 15.59515 9.19176 Minimum 200.20 195.00 Maximum 245.78 220.50 223.2255 204.5805 22 22 13.18347 10.11763 Minimum 201.00 185.59 Maximum 248.00 225.90 220.3000 200.4500 N 1 1 Std. Deviation . . Minimum 220.30 200.45 Maximum 220.30 200.45 217.5351 201.6336 38 38 12.11068 8.54702 Minimum 200.20 185.59 Maximum 248.00 225.90 Mean N Std. Deviation pt Total Mean Mean N Std. Deviation 38 pendidikan kgd_minggu2_s esudah * Std. Deviation Excluded pendidikan 38 nt Perce N 100.0 % 100.0 % Total nt Perce N 0 .0% 38 0 .0% 38 nt 100.0 % 100.0 % Report kgd_minggu2_se kgd_minggu2_se pendidikan sd Mean 214.4833 3 3 12.24656 10.13612 Minimum 220.10 205.05 Maximum 235.45 225.20 224.7142 207.7575 12 12 9.46855 5.97912 Minimum 212.21 197.29 Maximum 239.67 212.20 223.6773 210.6386 22 22 10.65557 8.60639 Minimum 200.10 196.20 Maximum 243.20 225.20 225.6000 210.1000 N 1 1 Std. Deviation . . Minimum 225.60 210.10 Maximum 225.60 210.10 225.8770 210.7448 38 38 10.79022 8.24054 Minimum 200.10 196.20 Maximum 243.20 225.20 Std. Deviation Mean N Std. Deviation sma Mean N Std. Deviation pt Total sudah 229.5167 N smp belum Mean Mean N Std. Deviation 4. Tinggi Badan Case Processing Summary Cases Included Excluded Perce N lum * 38 tinggi_badan kgd_sabtu1_sesu dah * Perce nt kgd_sabtu1_sebe 38 tinggi_badan Total N 100.0 % 100.0 % nt Perce N nt 0 .0% 38 0 .0% 38 100.0 % 100.0 % Report kgd_sabtu1_seb kgd_sabtu1_ses new_tinggi_badan 146-156 Mean udah 228.4400 177.2500 17 17 9.87654 8.65932 Minimum 188.29 198.25 Maximum 238.75 231.00 222.7750 203.1864 14 14 10.89528 8.55857 Minimum 200.00 185.50 Maximum 247.47 230.20 N Std. Deviation 156-166 elum Mean N Std. Deviation 166-176 Mean 232.1959 202.2547 5 5 15.27868 14.11278 Minimum 201.00 179.80 Maximum 248.00 225.00 219.6333 198.9500 2 2 17.11801 11.14141 Minimum 201.35 180.00 Maximum 245.78 215.00 225.7610 195.4102 38 38 13.29212 10.61802 Minimum 200.00 179.80 Maximum 248.00 230.20 N Std. Deviation 176-180 Mean N Std. Deviation Total Mean N Std. Deviation Case Processing Summary Cases Included Excluded Perce N nt Total Perce N nt Perce N nt kgd_minggu1_se belum * new_tinggi_bada 38 100.0 % 0 .0% 38 0 .0% 38 100.0 % n kgd_minggu1_se sudah * new_tinggi_bada n 38 100.0 % 100.0 % Report kgd_minggu1_se kgd_minggu1_se new_tinggi_badan 146-156 belum Mean sudah 215.0000 200.2800 17 17 Std. Deviation 12.34322 11.05643 Mean 218.1221 199.8664 14 14 9.82116 7.59132 226.6106 206.9282 5 5 Std. Deviation 14.99274 10.21107 Mean 220.0917 209.5133 2 2 Std. Deviation 12.21460 11.20709 Mean 219.9561 204.1469 38 38 12.34293 10.01647 N 156-166 N Std. Deviation 166-176 Mean N 176-180 N Total N Std. Deviation Case Processing Summary Cases Included Excluded Perce N nt Total Perce N nt Perce N nt kgd_sabtu2_seb elum * new_tinggi_bad 38 100.0 % 0 .0% 38 0 .0% 38 100.0 % an kgd_sabtu2_ses udah * new_tinggi_bad an 38 100.0 % 100.0 % Report kgd_sabtu2_seb kgd_sabtu2_sesu new_tinggi_badan 146-156 elum Mean 245.3000 218.4500 17 17 Std. Deviation 13.78643 12.13456 Mean 230.0229 209.0857 14 14 8.68519 6.22316 225.8600 205.2894 5 5 Std. Deviation 14.88133 10.28647 Mean 237.1283 210.1450 2 2 Std. Deviation 15.40208 11.34652 Mean 234.5778 210.7425 38 38 13.18875 9.99767 N 156-166 N Std. Deviation 166-176 dah Mean N 176-180 N Total N Std. Deviation Case Processing Summary Cases Included N kgd_minggu2_sebelum * new_tinggi_badan kgd_minggu2_sesudah * new_tinggi_badan Report Excluded Percent N Total Percent N Percent 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% kgd_minggu2_s kgd_minggu2_s new_tinggi_badan 146-156 ebelum Mean 209.0400 17 17 8.76543 7.14452 225.3529 203.9450 14 14 Std. Deviation 10.87979 868007 Mean 223.2671 209.1094 5 5 Std. Deviation 11.30723 8.45940 Mean 226.1900 199.8500 2 2 9.26691 6.63481 224.7025 205.4861 38 38 10.05484 7.72970 Std. Deviation 156-166 Mean N 166-176 esudah 224.0000 N N 176-180 N Std. Deviation Total Mean N Std. Deviation 5. Berat Badan Case Processing Summary Cases Included Excluded Perce N nt Total Perce N nt Perce N nt kgd_sabtu1_seb elum * new_berat_bada 38 100.0 % 0 .0% 38 0 .0% 38 100.0 % n kgd_sabtu1_sesu dah * new_berat_bada 38 100.0 % 100.0 % n Report kgd_sabtu1_seb kgd_sabtu1_ses new_berat_badan 45-53 Mean elum 229.4000 udah 210.0000 N 10 10 9.44652 7.00339 228.9433 196.6300 4 14 Std. Deviation 14.30081 10.20000 Mean 222.8662 205.1162 11 11 Std. Deviation 14.79373 14.30889 Mean 217.3300 208.0000 3 3 Std. Deviation 14.08642 12.99875 Mean 224.6348 204.9365 38 38 13.16587 11.12775 Std. Deviation 53-61 Mean N 61-69 N 69-77 N Total N Std. Deviation Case Processing Summary Cases Included Excluded Perce N nt Total Perce N nt Perce N nt kgd_minggu1_se belum * new_berat_bada 38 100.0 % 0 .0% 38 0 .0% 38 100.0 % n kgd_minggu1_se sudah * new_berat_bada 38 100.0 % 100.0 % n Report kgd_minggu1_se kgd_minggu1_se new_berat_badan 45-53 Mean N belum sudah 229.5700 217.2900 10 10 53-61 Std. Deviation 15.77641 13.91348 Mean 220.7493 205.9313 14 14 Std. Deviation 12.99958 7.65414 Mean 222.5024 203.1695 11 11 Std. Deviation 16.33464 11.28439 Mean 226.2800 200.4500 3 3 Std. Deviation 13.55118 12.01670 Mean 224.7754 206.7102 38 38 14.49941 11.21717 N 61-69 N 69-77 N Total N Std. Deviation Case Processing Summary Cases Included N kgd_sabtu2_sebelum * new_berat_badan kgd_sabtu2_sesudah * new_berat_badan kgd_minggu2_sebelu m * new_berat_badan kgd_minggu2_sesuda h * new_berat_badan Percent Excluded N Total Percent N Percent 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% Report kgd_sabtu2_seb kgd_sabtu2_ses kgd_minggu2_se kgd_minggu2_se new_berat_badan 46-56 Mean elum udah 196.7500 218.0000 209.6600 10 10 10 10 9.21220 8.75513 10.11442 9.88661 230.4040 206.7273 223.0760 206.4127 14 14 14 14 Std. Deviation 11.32720 9.77276 11.99791 7.27137 Mean 229.8786 209.1157 225.3800 204.0181 11 11 11 11 Std. Deviation 14.49234 9.94853 9.65149 8.85062 Mean 229.0000 207.3500 234.5000 207.7500 3 3 3 3 9.96754 8.65421 15.90031 14.77432 226.1956 204.9857 225.2390 206.9602 38 38 38 38 11.24982 9.28266 11.91603 10.19573 Std. Deviation Mean N 60-69 N 70-79 N Std. Deviation Total sudah 215.5000 N 56-66 belum Mean N Std. Deviation 6. Olahraga Case Processing Summary Cases Included N kgd_sabtu1_sebelum * aktifitas_fisik kgd_sabtu1_sesudah * aktifitas_fisik kgd_minggu1_sebelum * aktifitas_fisik kgd_minggu1_sesudah * aktifitas_fisik Excluded Percent N Total Percent N Percent 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% Report kgd_sabtu1_seb kgd_sabtu1_ses kgd_minggu1_se kgd_minggu1_se aktifitas_fisik aerobik elum Mean 229.1330 210.4120 10 10 10 10 936554 7.73823 15.88988 12.02506 222.2840 200.3200 223.2480 203.6667 15 15 15 15 Std. Deviation 11.12828 10.64669 10.77391 6.15426 Mean 231.3085 204,2154 215.5069 201.0885 13 13 13 13 Std. Deviation 13.10272 9.36951 12.35652 10.29538 Mean 226.5758 202.0214 222.6293 205.0557 38 38 38 38 11.19884 9.25134 13.00857 9.49156 Mean N N Total sudah 201.5290 Std. Deviation tidak olah raga belum 226.1350 N non aerobik udah N Std. Deviation Case Processing Summary Cases Included N kgd_sabtu2_sebelum * aktifitas_fisik kgd_sabtu2_sesudah * aktifitas_fisik kgd_minggu2_sebelum * aktifitas_fisik kgd_minggu2_sesudah * aktifitas_fisik Excluded Percent N Total Percent N Percent 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% Report kgd_sabtu2_seb kgd_sabtu2_ses kgd_minggu2_se kgd_minggu2_se aktifitas_fisik aerobik elum Mean 221.3750 184.3120 10 10 10 10 Std. Deviation 13.53388 9.98715 11.12204 7.72286 Mean 228.6780 207.4947 222.4453 204.5660 15 15 15 15 Std. Deviation 13.83035 9.62011 10.84140 7.87259 Mean 232.9915 209.0915 229.3223 210.3154 13 13 13 13 9.67067 8.25201 8.39226 7.80495 229.5215 207.7230 224.3808 199.7311 38 38 38 38 12.34496 9.28642 10.11857 7.80013 N Std. Deviation Total sudah 206.5830 N tidak olah raga belum 226.8950 N non aerobik udah Mean N Std. Deviation 7. Riwayat DM Case Processing Summary Cases Included Excluded Total umur Frequenc y Valid Percent Valid Cumulative Percent Percent 15-24 3 7.9 7.9 7.9 25-34 19 50.0 50.0 57.9 35-44 16 42.1 42.1 100.0 Total 38 100.0 100.0 Statistics umur N Valid 38 Missing 0 pendidikan Cumulative Frequency Valid sd Percent Percent 3 7.9 7.9 7.9 smp 12 31.6 31.6 39.5 sma 22 57.9 57.9 97.4 1 2.6 2.6 100.0 38 100.0 100.0 pt Total Statistics pendidikan N Valid Percent Valid Missing 38 0 kgd_sabtu1_sebelum * riwayat_sakitDM kgd_sabtu1_sesudah * riwayat_sakitDM kgd_minggu1_sebelum * riwayat_sakitDM kgd_minggu1_sesudah * riwayat_sakitDM 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% Report kgd_sabtu1_seb kgd_sabtu1_ses kgd_minggu1_se kgd_minggu1_se riwayat_sakitDM 0-12 Mean 204.8770 12 12 12 12 Std. Deviation 12.08404 10.64158 11.45900 9.79001 Mean 227.2457 198.8187 221.3959 209.1217 10 10 10 10 9.34432 7.94559 7.29757 6.56554 227.5933 211.2676 235.0933 198.1233 8 8 8 8 Std. Deviation 10.83299 9.45541 10.75234 7.20045 Mean 219.0239 208.2600 201.2060 199.0920 6 6 6 6 Std. Deviation 12.55696 10.88045 9.60067 9.20440 Mean 233.7300 199.0800 213.4000 199.2880 2 2 2 2 17.00054 15.87799 10.54343 9.54467 226.97738 203.7657 220.6933 202.1004 38 38 38 38 12.36377 10.96024 9.93062 8.46101 Mean N N 48-55 N Std. Deviation Total sudah 232.3715 Std. Deviation 36-48 belum 201.4025 N 24-36 udah 227.2940 N 12-24 elum Mean N Std. Deviation Report kgd_sabtu2_seb kgd_sabtu2_ses kgd_minggu2_se kgd_minggu2_se riwayat_sakitDM 0-12 Mean 204.4070 12 12 12 12 Std. Deviation 10.08074 9.88058 9.55321 6.79001 Mean 221.3767 199.8067 221.3770 209.1217 10 10 10 10 Std. Deviation 13.09872 11.76569 11.08747 9.50075 Mean 238.5333 216.8883 230.0903 205.1433 8 8 8 8 8.83299 6.47701 11.79934 9.27775 222.6789 215.2600 212.2961 206.5700 6 6 6 6 Std. Deviation 10.69696 7.50045 9.62867 9.20440 Mean 201.4890 190.6660 241.5550 214.6000 2 2 2 2 9.87243 9.04533 14.09832 11.12766 219.3574 206.1247 225.5543 207.9684 38 38 38 38 10.51638 8.93391 11.23332 9.16911 Std. Deviation Mean N 48-55 N Std. Deviation Total sudah 222.4535 N 36-48 belum 208.0025 N 24-36 udah 212.7092 N 12-24 elum Mean N Std. Deviation 8. Riwayat OHO Case Processing Summary Cases Included N kgd_sabtu1_sebelu m * riwayat_oho kgd_sabtu1_sesuda h * riwayat_oho kgd_minggu1_sebel um * riwayat_oho kgd_minggu1_sesud ah * riwayat_oho Percent Excluded N Total Percent N Percent 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% Report kgd_sabtu1_seb kgd_sabtu1_ses kgd_minggu1_se kgd_minggu1_se riwayat_oho 0-6 Mean 204.9975 20 20 20 20 7.00645 5.20832 11.73877 8.95099 226.8050 205.5167 215.5750 204.0983 6 6 6 6 Std. Deviation 14.45493 9.59242 16.51738 12.36572 Mean 233.3617 203.1750 212.1600 198.6400 6 6 6 6 9.54058 8.27813 10.00275 7.38833 229.3940 212.3900 226.3760 209.3580 5 5 5 5 Std. Deviation 16.50466 14.08609 16.44195 13.16957 Mean 214.0000 200,0000 234.0000 210.1000 N 1 1 1 1 Std. Deviation . . . . 225,5224 203,8242 222.7157 205.4387 38 38 38 38 11.87885 9.29113 13.67522 10.46865 Mean N Std. Deviation Mean N 24-29 Total sudah 225.4675 N 18-24 belum 198.0395 Std. Deviation 12-18 udah 224.0505 N 6-12 elum Mean N Std. Deviation Report kgd_sabtu2_seb kgd_sabtu2_ses kgd_minggu2_se kgd_minggu2_se riwayat_oho 0-6 Mean elum 222.3715 205.6370 20 20 20 20 Std. Deviation 12.05404 9.61158 11.32421 7.79001 Mean 221.3767 199.8467 226.3650 209.4617 6 6 6 6 Std. Deviation 13.36852 11.98569 7.29757 6.55014 Mean 238.5333 216.2683 230.0933 210.1233 6 6 6 6 Std. Deviation 14.83299 12.45001 10.75234 9.25245 Mean 230.6000 208.2600 226.2060 208.0920 5 5 5 5 Std. Deviation 10.69696 7.50045 9.62867 9.20440 Mean 201.4700 190.0000 214.4100 198.2000 N 1 1 1 1 Std. Deviation . . . . 224.5368 204.5595 223.8891 206.3028 38 38 38 38 12.73812 10.38693 9.75069 8.19925 N 18-24 N 24-29 Total sudah 208.4225 N 12-18 belum 230.7040 N 6-12 udah Mean N Std. Deviation Case Processing Summary Cases Included N kgd_sabtu2_sebelum * riwayat_oho kgd_sabtu2_sesudah * riwayat_oho kgd_minggu2_sebelum * riwayat_oho kgd_minggu2_sesudah * riwayat_oho Excluded Percent N Total Percent N Percent 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% Hasil crosstabs karakteristik dengan kadar GDS [-0Hasil crosstab antara umur, rata-rata kadar gula darah sebelum senam, rata-rata kadar gula darah sesudah senam dan penurunan kadar gula darah Case Processing Summary Cases Valid N kategori_umur * rata2_kgd_sblm kategori_umur * rata2_kgd_sesudah kategori_umur * penurunan_kdg Missing Percent N Total Percent N Percent 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% Kategori_umur*rata2_kgd_sblm*rata2_kgd_sesudah*penurunan_kgd Crosstabulation Kategori_umur 15-24 25-34 35-44 rata2_kgd1_sblm rata2_kgd4_sesudah penurunan_kgd 224.41 202.96 21.45 233.19 209.10 24.09 216.86 203.10 13.76 Hasil crosstab kategori berat badan, rata-rata kadar gula darah sebelum senam, rata-rata kadar gula darah sesudah senam dan penurunan kadar gula darah Case Processing Summary Cases Valid N Missing Percent kategori_berat_badan * rata2_kgd1_sblm kategori_berat_badan * rata2_kgd1_sesudah kategori_berat_badan * penurunan_kgd1 N Total Percent N Percent 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% Kategori_berat_badan*rata2_kgd1_sblm*rata2_kgd1_sesudah*penurunan_kgd1 Crosstabulation Kategori_berat_badan rata2_kgd1_sblm rata2_kgd4_sesudah penurunan_kgd 45-53 229.40 209.66 19.74 53-61 228.94 206.41 22.53 61-69 222.86 204.02 18.84 69-77 217.33 207.75 9.58 Hasil crosstab aktifitas fisik, rata-rata kadar gula darah sebelum senam, rata-rata kadar gula darah sesudah senam dan penurunan kadar gula darah Case Processing Summary Cases Valid N aktifitas_fisik * rata2_kgd2_sblm aktifitas_fisik * rata2_kgd2_sesudah aktifitas_fisik * penurunan_kgd2 Missing Percent N Total Percent N Percent 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% aktifitas _fisik*rata2_kgd2_sblm*rata2_kgd2_sesudah*penurunan_kgd2 Crosstabulation aktifitas_fisik rata2_kgd1_sblm rata2_kgd4_sesudah penurunan_kgd Aerobik 226.13 184.31 41.82 Non areobik 222.28 204.57 17.71 Tidakolahraga 231.31 210.31 21.00 Hasil crosstab pekerjaan, rata-rata kadar gula darah sebelum senam, rata-rata kadar gula darah sesudah senam dan penurunan kadar gula darah Case Processing Summary Cases Valid N pekerjaan * rata2_kgd3_sblm pekerjaan * rata2_kgd3_sesudah pekerjaan * penurunan_kgd3 Missing Percent N Total Percent N Percent 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% pekerjaan*rata2_kgd3_sblm*rata2_kgd3_sesudah*penurunan_kgd3 Crosstabulation pekerjaan rata2_kgd1_sblm rata2_kgd4_sesudah penurunan_kgd PegawaiSwasta 214.79 170.51 44.28 wiraswasta 228.56 203.30 25.26 PNS 224.66 205.10 19.56 tidak bekerja 246.00 210.10 35.90 Hasil crosstab tinggi badan, rata-rata kadar gula darah sebelum senam, rata-rata kadar gula darah sesudah senam dan penurunan kadar gula darah Case Processing Summary Cases Valid N Missing Percent kategori_tinggi_badan * rata2_kgd4_sblm kategori_tinggi_badan * rata2_kgd4_sesudah kategori_tinggi_badan * penurunan_kgd4 N Total Percent N Percent 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% Kategori_tinggi _badan*rata2_kgd4_sblm*rata2_kgd4_sesudah*penurunan_kgd4 Crosstabulation Kategori_tinggi_badan rata2_kgd1_sblm rata2_kgd4_sesudah penurunan_kgd 146-156 228.44 209.04 19.40 156-166 222.77 203.94 18.83 166-176 232.19 209.10 23.09 176-180 219.67 199.85 19.82 Hasil crosstab pendidikan, rata-rata kadar gula darah sebelum senam, rata-rata kadar gula darah sesudah senam dan penurunan kadar gula darah Case Processing Summary Cases Valid N pendidikan * rata2_kgd5_sblm pendidikan * rata2_kgd5_sesudah pendidikan * penurunan_kgd5 Missing Percent N Total Percent N Percent 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% pendidikan*rata2_kgd5_sblm*rata2_kgd5_sesudah*penurunan_kgd5 Crosstabulation pendidikan rata2_kgd1_sblm rata2_kgd4_sesudah penurunan_kgd SD 228.57 214.48 14.09 SMP 244.37 207.75 36.62 SMA 225.20 210.63 14.57 Perguruan tinggi 246.00 210.10 35.90 Hasil crosstab riwayat OHO, rata-rata kadar gula darah sebelum senam, rata-rata kadar gula darah sesudah senam dan penurunan kadar gula darah Case Processing Summary Cases Valid N riwayat_oho * rata2_kgd6_sblm riwayat_oho * rata2_kgd6_sesudah riwayat_oho * penurunan_kgd6 Missing Percent N Total Percent N Percent 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% riwayat_OHO*rata2_kgd6_sblm*rata2_kgd6_sesudah*penurunan_kgd6 Crosstabulation riwayat_OHO rata2_kgd1_sblm rata2_kgd4_sesudah penurunan_kgd 0-6 224.05 205.63 18.42 6-12 226.81 209.46 17.35 12-18 233.36 210.12 23.24 18-24 229.39 208.09 21.30 24-29 214.00 198.20 15.80 Hasil crosstab riwayat DM, rata-rata kadar gula darah sebelum senam, rata-rata kadar gula darah sesudah senam dan penurunan kadar gula darah Case Processing Summary Cases Valid N riwayat_DM * rata2_kgd7_sblm riwayat_DM * rata2_kgd7_sesudah riwayat_oho * penurunan_kgd7 Missing Percent N Total Percent N Percent 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% 38 100.0% 0 .0% 38 100.0% riwayat_DM rata2_kgd1_sblm rata2_kgd4_sesudah penurunan_kgd 0-12 227.29 204.40 25.89 12-24 227.24 209.12 18.12 25-36 227.59 205.14 22.45 36-48 219.02 206.57 12.45 48-55 233.73 214.60 19.13 Lampiran Penimbangan BB probandus Pengukuran KGD sebelum Pengukuran KGD sesudah Pengukuran MHR Streaching Warming up Conditioning Cooling down