pengaruh senam zumba terhadap penurunan kadar gula

advertisement
PENGARUH SENAM ZUMBA TERHADAP PENURUNAN
KADAR GULA DARAH SEWAKTU PADA PENDERITA
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS
KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG TAHUN 2015
SKRIPSI
Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Epidemiologi
LAURENSIA JULIANI DWI SETYONINGSIH
NIM. D11.2011.01287
PROGRAM STUDI SI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2015
© 2015
Hak Cipta Ada Pada Penulis
HALAMAN PERSEMBAHAN
Yang Utama dari Segalanya yaitu Sang pemberi Cinta dan Cahaya Kasih seperti yang tertulis…
Selama kita hidup didunia, masalah selalu ada. Tetapi yang pasti Tuhan Yesus juga SELALU
ada untuk menuntun agar kita dapat melewati masalah itu dengan baik. Jadi jangan kuatir
tentang hidupmu, karena masa depanmu Tuhan sudah atur dan yakinlah bahwa rancangan
Tuhan adalah rancangan yang terbaik (Amsal 23;18).
Terimakasih Tuhan Yesus karena rancanganMu selalu indah pada waktuNya sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan dengan baik sesuai kehendakMu, meskipun didalam proses untuk
mencapai akhir yang indah selalu ada kerikil-kerikil yang menghiasi yang terkadang membuat
hati menjadi berputus asa. Namun dengan kesetiaanMu disetiap langkahku dalam berproses,
maka pada akhirnya aku dapat menyelesaikan karya sederhanaku ini karena aku tahu seperti
didalam firmanMu bahwa Engkau akan menggenggam doa-doa umatMu dan akan
melepaskannya satu per satu sebagai jawaban atas sebuah pengharapan.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat berarti didalam hidupku.
Emak dan Papa Terkasih
Sebagai salah satu tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga
kupersembahkan karya kecil ini kepada Emak Agustina sudarwati dan Papa Raymundus
Widianto yang tiada pernah berhenti mendukung, mendampingi, menemani setiap waktu.
Kedua orang tua yang begitu luar biasa memberikan semangat dan motivasi tanpa lel ah melalui
secangkir teh hangat disetiap malam dengan cemilan yang disediakan Emak setiap aku
mengerjakan skripsi ini dan doa yang tiada henti terus mengalir melalui hati dari Emak dan
Papa ketika kami berdoa bersama. Semoga karya kecilku ini dapat menjadi awal untuk
membuat Emak dan Papa bahagia, karena aku sadar mungkin hingga saat ini aku belum bisa
berbuat yang lebih. Thank you Mak…thank you Pa…
My Sister
Untuk
kakak
aku
satu-satunya
Yosephine
Eka
Rini,
terimakasih
selalu
mendukungku,memberikan semangat tiada henti,setiap hari bbm cuman ngingetin ”jangan lupa
bikin skripsinya yang semangat kalau revisi gak masalah dicoba terus dan nikmatin prosesnya.”
Special thanks to 2 ponakan kecilku Adelia dan Angela yang selalu nemenin tante jul kalau bikin
skripsi sampe ketiduran. Pokoknya thank you my sista atas segala bantuanmu dalam
pembuatan skripsi ini dan gak pernah absen untuk ikut terlibat dari awal sampai akhir proses
dan meski sering bertengkar tapi melalui skripsi ini kita bisa akur lagi, skripsi bikin yang jauh jadi
dekat. Sekali lagi terimakasih untuk kesabaran dan perhatianmu selama ini sista. You are my
best sister
My true Love “samuel nugraha”…
Thank you so much because you can understands me more than I understand myself. Kamu
jarang banget absen buat nemenin cari referensi kesana kemari, selalu support setiap saat
meski sesibuk apapun kamu bekerja, selalu meluangkan waktu untuk menemani selama aku
membuat skripsi terutama saat penelitian dari awal hingga akhir, dan dengan secangkir susu
panas sebagai penyemangat. This is a simple little work for you, semoga bisa menjadi dasar
bagi kamu agar yakin menggapai mimpi dan cita-citamu bersamaku.
My best friend
Matursuwun Kukuh Wijaya teman baik selama di Udinus, Diah Ayu sulistyaningsih teman dari
farmasi yang masih awet sampai sekarang, mella perawat Puskesmas Tlogosari Kulon
semenjak magang jadi temen baik yang selalu bikin happy bantuin ambil sampel darah sampe
muka pucat, mathilda daniek anak Unika yang udah panas-panas nemenin nyebar undangan
selama 2 minggu. Thank you buat member bellydance Sushan Spa Indri dan Tami yang selalu
ingetin buat skripsi ditempat ngajar. Thank you so much buat kalian yang sudah ikut serta
membantu, menyemangati, memotivasi dari awal hingga akhir. Terimakasih untuk hiburanhiburan dikala aku dalam titik jenuh dan putus asa, selalu setia memberikan
doa,nasehat,ojekkan yang diberikan selama proses skripsi ini. Semoga bisa terus jadi teman
baik,sukses untuk kita bos…
Dosen Pembimbing Tugas Akhirku
Bapak Suharyo, SKM,M.Kes selaku dosen pembimbing tugas akhir saya, terimakasih banyak
pak karena selama proses skripsi saya sudah dibantu,dibimbing,dan diberi pengarahan. Mohon
maaf jika selama ini saya jarang untuk melakukan bimbingan dengan bapak, sekali lagi saya
ucapkan terimakasih untuk saran dan ilmu yang diberikan guna memperbaiki skripsi yang saya
buat. Saya tidak akan lupa untuk segala bantuan dan kesabaran dari bapak Suharyo.
Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Kesehatan :
Terimakasih banyak untuk semua ilmu,didikan dan pengalaman yang sangat berarti yang telah
diberikan kepada kami.
Terakhir saya ucapkan terimakasih banyak untuk bantuan dan kerjasamaya pada semua pihak
lain yang terlibat dalam penelitian ini…
“your dreams today, can be your future tomorrow”
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Laurensia Juliani Dwi Setyoningsih
Tempat, tanggal lahir
: Semarang, 21 Juli 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Katholik
Alamat
: Jalan Admodirono 1 no 7 Semarang
Riwayat Pendidikan :
1. TK Santo Yusup, Semarang, tahun 1996-1998
2. SD Santo Yusup, Semarang, tahun 1998 – 2004
3. SMP Kesatrian 1, Semarang, tahun 2004 – 2007
4. SMK Farmasi Theresiana, Semarang, tahun 2007 – 2010
5. Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro
Semarang Tahun 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan
kasih dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul
“Pengaruh Senam Zumba Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Penderita
Diabetes mellitus Tipe 2 Di Puskesmas Kedungmundu Semarang”.
Penulisan skripsi ini diajukan sebagai syarat akhir dari kelulusan dalam jenjang
perkuliahan strata 1 Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Dalam penulisan skripsi ini tidak
lepas dari hambatan dan kesulitan, namun karena adanya dukungan, motivasi, bimbingan,
bantuan dan saran serta kerjasama dari berbagai pihak khususnya pembimbing maka segala
hambatan tersebut akhirnya dapat diatasi dengan baik.
Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik aspek kualitas
maupun kuantitas dari materi penelitian yang disajikan. Semua ini didasarkan dari keterbatasan
yang dimiliki penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari
sempurna sehingga penulis
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan di masa
yang akan datang. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak diberi bantuan oleh berbagai
pihak.
Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus hati mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr.Ir.Edi Noersasongko, M.kom selaku rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang
2. Dr.dr. Sri Andarini Indreswari, M.kes selaku dekan Fakultas kesehatan Universitas Dian
Nuswantoro Semarang
3. Suharyo,SKM,M.Kes selaku ketua program studi S1 Kesehatan Masyarakat dan
pembimbing yang telah berkenan memberikan waktunya untuk mengarahkan,
membimbing dan memberi masukan selama proses penyusunan skripsi ini
4. Kriswiharsi Kun Saptorini,SKM,M.Kes(Epid) selaku ketua sidang skripsi
5. Kepala Puskesmas Kedungmundu Semarang yang telah memberikan izin penelitian
6. Kepala
bidang
penanggulangan
penyakit
tidak
menular
(PTM)
Puskesmas
Kedungmundu yang telah memberikan informasi terkait program diabetes mellitus
7. Bapak lurah di Kelurahan Sambiroto yang telah memberikan izin pemakaian balai
kelurahan terkait penelitian yang dilaksanakan
8. Tiara Fani,SKM selaku dosen wali penulis selama belajar di Fakultas Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro
9. Bapak dan Ibu terkasih yang selalu setia memberikan semangat,dukungan,dan doa
untuk menyelesaikan skripsi ini
10. Teman-teman peminatan epidemiologi angkatan tahun 2011
Penulis berharap semoga karya skripsi yang dibuat ini dapat memberikan manfaat baik
bagi penulis sendiri maupun bagi orang lain untuk ikut dalam menanggulangi penyakit tidak
menular (PTM).
Semarang, 2 Novembe 2015
Penulis
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2015
ABSTRAK
LAURENSIA JULIANI DWI SETYONINGSIH
PENGARUH SENAM ZUMBA TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH SEWAKTU
PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG
TAHUN 2015
X + 168 Hal + 25 Tabel + 2 Gambar + 4 Lampiran
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang bersifat kronik yang terjadi akibat pankreas
tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup sehingga tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin tersebut. International Diabetes Federation menyebutkan bahwa kasus
diabetes mellitus di dunia tahun 2012 di seluruh dunia mencapai 23,41 juta orang dan akan
terjadi peningkatan menjadi 366 juta penderita pada tahun 2030. Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Kota Semarang tahun 2012-2014 kasus diabetes mellitus tipe 2 tertinggi di
Puskesmas Kedungmundu dengan jumlah kasus sebanyak 2.147 kasus tahun 2012, 1.713
kasus tahun 2013 dan 3.073 kasus di tahun 2014. Ada empat pilar pengendalian diabetes, satu
diantaranya adalah olahraga. Dengan berolahraga minimal 30 menit maka dapat
mengendalikan kadar gula darah. Jenis olahraga yang dianjurkan untuk penderita diabetes
adalah olahraga yang bersifat aerobic seperti jogging, berjalan, dan senam berkelompok.
Senam berkelompok mengalami perkembangan dan sejak tahun 2012 zumba merupakan
bagian dari senam berkelompok yang menggabungkan unsur aerobic dan tari. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui pengaruh senam zumba terhadap penurunan kadar gula darah
sewaktu pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kedungmundu Semarang.
Penelitian ini menggunakan metode pra-eksperimen dengan pendekatan one group pre
and post-test design. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 38 probandus yang berusia 15-44
tahun, uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah T-berpasangan dan uji
wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan antara kadar gula darah sewaktu sebelum
dan sesudah senam pada senam zumba pertama hingga keempat (p-value 0,0001 < α 0,05)
sehingga ada pengaruh antara senam zumba dengan kadar gula darah sewaktu berdasarkan
penurunan KGD secara signifikan dalam empat kali senam zumba yang dilakukan.
Diharapkan penderita diabetes mellitus tipe 2 dan masyarakat sekitar yang beresiko
terkena diabetes dapat menjadikan senam zumba sebagai salah satu alternatif olahraga rutin
untuk menurunkan atau mengendalikan kadar gula darah.
Kata kunci : diabetes mellitus, senam zumba, kadar gula darah
Kepustakaan : 31 buah, 2005-2014
UNDERGRADUATED PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
FACULTY OF HEALTH SCIENCES DIAN NUSWANTORO UNIVERSITY
SEMARANG
2015
ABSTRACT
LAURENSIA JULIANI DWI SETYONINGSIH
THE INFLUENCE OF ZUMBA TO DECREASING OF BLOOD SUGAR LEVEL ON PATIENTS
OF DIABETIC TYPE II IN KEDUNGMUNDU PRIMARY HEALTH CENTER SEMARANG CITY
2015
X + 168 Pages + 25 Tables + 2 Figures + 4 Appendices
Diabetic is a chronic disease caused by unable of pancreas to produce enough insulin so the
body cannot effectively use the insulin. IDF mentioned that cases of diabetic in the world in
2012 reached 23,41milion people and will be increasing to 366 million people in 2030. Based on
data from the health department of Semarang city in 2012-2014 cases of diabetic type II was
highest in the Kedungmundu primary health center as many as 2.147 cases in 2012, 1.713
cases in 2013 and 3.073 cases in 2014. There four controlling diabetic which one of theme is a
sport. With exercise at least 30 minutes can control blood sugar level. Sports are recommended
for diabetics are aerobic exercise such as jogging, walking, and gymnastic in group. Gymnastic
group has developed, and in 2012 zumba is part of the gymnastic group which combines
elements of aerobic and dance. The purpose of this study was to determine the effect of
gymnastic zumba to decrease blood sugar of people with type 2 diabetes mellitus in the
Kedungmundu primary health center Semarang.
This study used pre-experiment method, by using one group pre and post-test design.
Sample for this study were 38 pro-bandus aged15 until 44 years, statistic test which used in this
study was T-paired and Wilcoxon test.
Result showed differences between blood sugar level before and after first until fourth
zumba (p-value 0,0001 < α 0,05), so there was influence between exercise zumba to blood
sugar level based on blood sugar level decrease significantly in the four time calisthenics zumba
done.
For diabetes mellitus type 2 suffered and those that have high risk of diabetes mellitus
are highly motivated to do zumba as one alternative solution to control blood sugar level.
Keywords: diabetes mellitus, gymnastic zumba, blood sugar level
References: 31, 2005-2014
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iv
DAFTAR ISI .......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 7
E. Keaslian Penelitian............................................................. 9
F. Lingkup penelitian .............................................................. 14
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi diabetes................................................................. 16
B. Epidemiologi diabetes ........................................................ 16
C. Patogenesis diabetes ......................................................... 18
D. Patofisiologi diabetes ......................................................... 19
E. Klasifikasi diabetes............................................................. 20
F. Penyebab diabetes ............................................................ 21
G. Faktor risiko diabetes ......................................................... 22
H. Gejala diabetes .................................................................. 24
I.
Diagnosis diabetes ............................................................. 26
J. Komplikasi diabetes ........................................................... 27
K. Pengendalian diabetes ....................................................... 28
L. Kadar gula darah ............................................................... 33
M. Olahraga ........................................................................... 38
N. Prinsip olahraga diabetes ................................................... 39
O. intensitas olahraga ............................................................. 39
P. Definisi senam aerobic ....................................................... 40
Q. Manfaat senam aerobic ...................................................... 40
R. Proses pelaksanaan senam aerobic ................................... 43
S. Definisi senam zumba ........................................................ 47
T. Sejarah senam zumba ....................................................... 47
U. Manfaat zumba .................................................................. 48
V. Jenis senam zumba ........................................................... 48
W. Kerangka teori ................................................................... 58
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Kerangka konsep ............................................................... 59
B. Hipotesis ........................................................................... 59
C. Jenis penelitian .................................................................. 60
D. Variabel penelitian.............................................................. 60
E. Definisi operasional ............................................................ 61
F. Populasi dan sampel .......................................................... 62
G. Pengumpulan data ............................................................. 63
H. Instrumen penelitian ........................................................... 64
I.
Validitas............................................................................. 65
J. Pengolahan data ................................................................ 65
K. Analisis data ...................................................................... 66
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum instansi penelitian ................................... 68
B. Program penanganan diabetes mellitus tipe 2 ..................... 69
C. Gambaran pelaksanaan penelitian senam zumba ............... 71
D. Gambaran senam zumba minggu 1 dan II ........................... 76
E. Karakteristik probandus ...................................................... 77
F. Analisis Univariat ............................................................... 82
G. Hasil rata-rata KGD setiap karakteristik ............................... 88
H. Hasil crosstab rata-rata KGD .............................................. 93
I.
Analisis Bivariat ................................................................. 98
BAB V. PEMBAHASAN
A. Keterbatasan penelitian ...................................................... 105
B. Hasil Univariat.................................................................... 106
C. Hasil bivariat ...................................................................... 116
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................. 119
B. Saran ....................................................................... 120
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 122
LAMPIRAN .................................................................................
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Keaslian Penelitian ........................................................................... 9
3.1 Pengeluaran kalori senam aerobic ..................................................... 38
4.1 Distribusi frekuensi probandus menurut jenis kelamin ......................... 77
4.2 Distribusi frekuensi probandus menurut umur ..................................... 78
4.3 Distribusi frekuensi probandus berdasarkan jenis pekerjaan ............... 78
4.4 Distribusi frekuensi probandus menurut tingkat pendidikan ................. 79
4.5 Distribusi frekuensi probandus berdasarkan berat badan .................... 79
4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tinggi badan .................... 80
4.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis olahraga ................. 80
4.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama terdiagnosis DM ..... 81
4.9 Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama penggunaan OHO .. 81
4.10 Distribusi frekuensi probandus KGDS senam zumba I ..................... 82
4.11 Distribusi frekuensi probandus KGDS senam zumba II ..................... 83
4.12 Distribusi frekuensi probandus KGDS senam zumba III..................... 84
4.13 Distribusi frekuensi probandus KGDS senam zumba IV .................... 85
4.14 Distribusi frekuensi probandus KGDS senam zumba V ..................... 86
4.15 Hasil crosstabs variabel KGD dengan karakteristik umur................... 93
4.16 Hasil crosstabs variabel KGD dengan karakteristik BB ...................... 94
4.17 Hasil crosstabs variabel KGD dengan karakteristik olahraga ............. 95
4.18 Hasil crosstabs variabel KGD dengan lama terdiagnosis DM............. 96
4.19 Hasil crosstabs KGD dengan karakteristik lama penggunaan OHO ... 97
4.20 Hasil uji wilcoxon KGD dengan senam zumba I ................................ 98
4.21 Hasil uji T-test KGD dengan senam zumba II .................................... 99
4.22 Hasil uji T-test KGD dengan senam zumba III ................................... 100
4.23 Hasil uji wilcoxon KGD dengan senam zumba IV .............................. 101
4.24 Hasil uji wilcoxon KGD dengan senam zumba I dan IV ..................... 102
4.25 Rekapitulasi hasil analisis statistic .................................................... 103
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Kerangka Teori ................................................................................. 32
3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 33
4.1 Grafik perbedaan rata-rata kadar GDS sebelum dan sesudah senam .. 87
4.2 Grafik rata-rata KGD menurut umur ................................................... 88
4.3 Grafik rata-rata KGD menurut berat badan ......................................... 89
4.4 Grafik rata-rata KGD menurut jenis olahraga ...................................... 90
4.5 Grafik rata-rata KGD menurut lama terdiagnosis DM .......................... 91
4.6 Grafik rata-rata KGD menurut lama penggunaan OHO ....................... 92
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Observasi
2. Hasil SPSS
3. Surat ijin penelitian
4. Dokumentasi penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit non - communicable deseases
(penyakit tidak menular) dengan peningkatan jumlah kasus yang signifikan dari tahun
ke tahun di dunia. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang terjadi akibat
pankreas tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup sehingga tubuh tidak dapat
secara efektif menggunakan insulin tersebut. Hal ini akan menyebabkan peningkatan
konsentrasi glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Keadaan hiperglikemia ini jika
berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan dan kegagalan berbagai
organ terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. 1
Menurut America Diabetes Association (ADA) tahun 2009, klasifikasi DM terbagi
menjadi 4 bagian yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes gestasional,dan
pradiabetes. DM jenis ini baru muncul pada usia 40 tahun. DM biasa disebut dengan the
silent killer karena penyakit ini dapat menjadi penyebab berbagai penyakit seperti
hipertensi, stroke, jantung koroner, gagal ginjal, katarak, glaukoma, kerusakan retina
mata yang dapat membuat buta, impotensi, gangguan fungsi hati, luka yang lama
sembuh mengakibatkan infeksi hingga akhirnya harus diamputasi terutama pada kaki. 2
Tahun 2015 DM masih menjadi tren penyakit tidak menular yang banyak
dialami masyarakat di negara maju dan berkembang termasuk Indonesia
yang berada di posisi ketujuh negara dengan penderita DM sebanyak 7,6
juta orang. International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2012
menyatakan penderita DM di seluruh dunia mencapai 23,41 juta orang. IDF
memprediksi akan terjadi peningkatan menjadi 366 juta penderita pada tahun
2030.3
Berdasarkan data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2013 prevalensi
kasus DM tipe-2 pada tahun 2007 dan tahun 2013 mengalami peningkatan di
beberapa provinsi diantaranya provinsi Sulawesi tengah (3,7%), Sulawesi
Utara (3,6%) dan Sulawesi Selatan (3,4%). Untuk prevalensi DM tipe 2 di
provinsi Jateng sebesar 2% dan mengalami peningkatan sebanyak 0,6% dari
tahun 2007.4 Dari data profil Jateng tahun 2012 prevalensi diabetes melitus
tipe 1 di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 0,03% lebih
rendah
dibanding
tahun
2011 (0,09%).
Prevalensi
tertinggi
adalah
Kabupaten Semarang sebesar 0,66%. Sedangkan prevalensi kasus DM
tipe 2, mengalami penurunan dari 0,63% menjadi 0,55% pada tahun
2012. Prevalensi tertinggi adalah Kota Magelang sebesar 7,93%. 5
Jumlah kasus DM di Kota Semarang mengalami penurunan sebesar
10,41% menjadi 13.112 jika dibandingkan tahun 2012 dengan jumlah 14.636
kasus. Berikut prevalensi kasus DM tipe 2 selama tahun 2008-2013 kota
Semarang yaitu: 21,1% (2008), 21,3% (2009), 20,5% (2010),19,7% (2011),
20,7% (2012) dan 21,5% (2013).6
Sedangkan jumlah kasus DM tipe 2
menurut umur pada tahun 2012 terbanyak adalah kelompok umur antara 4564 tahun sebanyak 8.667, >65 tahun sebanyak 3.836 kasus dan 15-44 tahun
sebanyak 2.125 kasus. Pada tahun 2013 jumlah kasus diabetes non-insulin
pada kelompok usia 15-44 tahun meningkat menjadi 2.142 kasus. 6 Ada dan
meningkatnya kasus DM tipe 2 kelompok umur 15-44 tahun menunjukkan
bahwa penyakit diabetes bukan hanya merupakan faktor degeneratif tapi
juga karena faktor pencetus lainnya seperti perubahan gaya hidup,
pola
makan yang salah, kurangnya kesadaran kebugaran fisik, dan infeksi. CFR
(Case Fatality Rate) kota Semarang untuk penyakit tidak menular khususnya
DM tipe-2 mengalami fluktuasi pada tahun 2008-2012 yaitu: 0,17% (2008),
0,14% (2009), 0,07% (2010), 0,08% (2011), 1,2% (2012) dan 1,8% (2013). 4
Meskipun jumlah kasus DM di Kota Semarang mengalami penurunan tetapi
penyakit ini juga menunjukkan peningkatan CFR selama tahun 2011-2013.
Kasus DM tipe-2 tertinggi di Kota Semarang terdapat di Puskesmas
Kedungmundu sebanyak 2.147 kasus tahun 2012, 1.713 kasus ditahun 2013
dan 3.073 pada tahun 2014. Untuk jumlah kasus kematian menurut data
yang diperoleh dari puskesmas hanya terjadi pada tahun 2013 sebanyak 2
kasus dan tahun 2014 sebanyak 1 kasus.
Peningkatan kasus DM tipe-2 yang terjadi di Puskesmas Kedungmundu
pada tahun 2014 sebesar 44,25%. Hal ini membuat DM akan tetap menjadi
trend kasus sepanjang tahun dikarenakan terjadinya perubahan gaya hidup
dari
kelompok masyarakat
tradisional
menjadi
“modern”.
Kehidupan
masyarakat perkotaan saat ini dipengaruhi penggunaan alat bantu elektronik
sehingga meminimalkan gerakan fisik, mengakibatkan berkurangnya kerja
otot lurik, yang diikuti semakin
meningkatnya asupan makanan yang
mengandung karbohidrat dan lemak tinggi yang dalam jangka waktu tertentu
mengakibatkan risiko terjadinya obesitas dan diabetes tipe-2.7
Di dalam tubuh manusia, total karbohidrat yang dapat tersimpan kurang
lebih sebesar 50 gram atau mampu untuk menghasilkan energi sebesar 2000
kkal, sekitar 80% dari karbohidrat ini akan tersimpan sebagai glikogen dalam
otot 18-22% tersimpan sebagai glikogen dalam hati dan sisanya akan
bersirkulasi dalam aliran darah dalam bentuk glukosa. Proses pembakaran
satu gram karbohidrat menghasilkan energi sebesar empat kkal. Pada saat
berolahraga terutama olahraga dengan intensitas sedang sampai tinggi ,
kebutuhan energi dalam tubuh dapat terpenuhi melalui simpanan glikogen
terutama glikogen otot serta melalui simpanan glukosa yang terdapat dalam
aliran darah dimana ketersediaan glukosa didalam darah dapat dibantu oleh
glikogen hati agar levelnya tetap berada dalam keadaan normal. Latihan fisik
pada penderita DM memiliki peranan penting dalam mengendalikan kadar
gula darah. Anjuran olahraga atau latihan fisik sebenarnya bukan merupakan
hal yang baru sebelum ditemukannya insulin pada tahun 1921, namun pada
saat itu belum diketahui batasan latihan fisik yang harus dilakukan seperti
jenis latihan, dosis, frekuensi maupun intensitas dari latihan. 8
Jenis olahraga yang dianjurkan pada penderita DM adalah olahraga
aerobik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh
khususnya meningkatkan fungsi dan efisiensi metabolisme tubuh. Olahraga
aerobik seperti jogging, berenang, senam kelompok dan bersepeda tepat
dilakukan pada penderita DM karena menggunakan semua otot-otot besar,
pernapasan dan jantung. Pada senam aerobik dari setiap variasi gerakan
yang banyak dilakukan terutama gerakan dasar pada kaki dan jalan dapat
memenuhi criteria CRIPE (continous, rhythmical, interval ,progresif dan
endurance) sehingga sesuai dengan tahapan kegiatan yang harus dilakukan.
Disamping itu senam aerobik yang dilakukan secara berkelompok akan
memberikan rasa senang pada anggota dan juga dapat memotivasi anggota
lain untuk terus melakukan olahraga secara teratur. 9
Olahraga aerobik khususnya senam berkelompok saat ini sudah
mengalami perkembangan dari jenis dan variasi gerakan. Pada tahun 2012
Zumba dinyatakan merupakan salah satu bagian dari senam kelompok yang
menggabungkan unsur aerobik dan tari. Gerakan yang dilakukan pada
senam ini lebih menekankan pada bagian otot perut, punggung, paha, betis,
otot tebal dibagian dada (pectoralis) dan sebagainya. Zumba merupakan
salah satu tarian yang dapat menurunkan kadar glukosa, dikarenakan
iramanya yang sedang hingga cepat dapat membantu proses metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak menjadi energi. Senam zumba menggunakan
iringan musik berirama latin yang dipadu dengan tarian-tarian seperti salsa,
meringue, mambo, cacha, cumbio, flamenco, tango dan bachala . 10
Pada
penelitian
yang
pernah
dilakukan
sebelumnya
oleh
Puji
Indriyani,dkk tahun 2006 terkait pegaruh latihan fisik berupa senam
aerobik terhadap penurunan kadar gula darah, sampel dalam penelitian
adalah semua penderita DM tipe 2 yang menjalani terapi OHO (Obat
Hiperglikemi Oral) dan tanpa OHO dengan tidak membedakan umur.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dilihat p<0.05 (0,0001) yang
berarti ada pengaruh latihan fisik atau jasmani secara teratur
3 kali
seminggu dilakukan hingga 60 menit setiap latihan ,selama 1 bulan rata-rata
dengan penurunan kadar glukosa darah puasa menjadi 210,14mg/dl dari
240,27mg/dl.11 Pada penelitian terdahulu peneliti tersebut meneliti kadar gula
darah puasa dan senam aerobik namun dengan adanya perkembangan jenis
senam berkelompok maka peneliti sekarang tertarik untuk melakukan
penelitian terkait senam zumba sebagai modifikasi senam aerobik dan
melihat pengaruhnya terhadap kadar glukosa darah sewaktu (GDS).
Melihat kondisi dan jumlah kasus penyakit DM yang cukup banyak dan
terus meningkat setiap tahunnya dari tahun 2012-2014 di Puskesmas
Kedungmundu mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang
berhubungan dengan Pengaruh senam zumba terhadap penurunan kadar
GDS pada pasien DM tipe 2 usia 15-44 tahun di Puskesmas Kedungmundu
kota Semarang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut “Adakah pengaruh senam zumba terhadap
penurunan khadar gula darah sewaktu (GDS) pada pasien DM tipe 2 di
Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang tahun 2015”?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh senam zumba terhadap
penurunan kadar gula darah pasien DM tipe 2 di
Puskesmas
Kedungmundu Kota Semarang tahun 2015
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik penderita yaitu umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, berat badan, tinggi badan, waktu terdiagnosa
DM, aktivitas fisik saat mulai terdiagnosa DM dan riwayat
penggunaan OHO
b. Mendeskripsikan kadar gula darah pasien DM sebelum latihan zumba
c. Mendeskripsikan kadar gula darah pasien DM setelah latihan zumba
d. Menganalisis
perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah
latihan zumba
D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Ilmu Pengetahuan
Memberikan informasi dan memperkaya referensi dibidang kesehatan
tentang manfaat pelatihan senam zumba sebagai salah satu alternatif
penanggulangan diabetes mellitus tipe 2.
2. Bagi Program
Memberikan program alternatif terkait pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular (PTM) dan bersifat degeneratif yaitu penyakit
diabetes mellitus tipe 2 dalam bentuk pelatihan senam zumba.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai saran bagi penderita DM tipe
2 di Puskesmas Kedungmundu agar dapat melakukan senam zumba
secara rutin sebagai
salah satu cara untuk menurunkan
mengendalikan kadar gula darah.
atau
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
Nama Peneliti
Judul
Metode
Hasil
Puji
Pengaruh
Indriyani,dkk
fisik: senam aerobic Eksperimental
antara
terhadap penurunan one group prê
fisik(senam aerobic)
kadar
latihan Desain
gula
darah and
:
di
latihan
kadar
glukosa darah pada
wilayah Variabel
:
Puskesmas Bukateja Latihan fisik dan
Purbalingga (2007)
pengaruh
post-test terhadap
pada pasien DM tipe design
2
Ada
kadar
penderita DM tipe 2
dengan nilai p<0.05
gula
darah
Reynaldo
Pengaruh
Stevanus,dkk
Zumba
Latihan Desain
:
tehadap Eksperimental
kadar kolestrol High one group prê
Density
Lipoprotein and
darah (2014)
pengaruh
antara
latihan
zumba
terhadap
post-test peningkatan
design
Variabel
Latihan
dan
kolestrol
darah
Ada
kadar
kolestrol HDL darah
:
zumba
kadar
HDL
dengan p<0,05
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
Nama Peneliti
Laily Kurniasari,
dkk
Judul
Metode
Latihan Desain
Pengaruh
Aerobik
Intensitas
Sedang
Terhadap
Hasil
:
Eksperimen
semu
Ada
perbedaan
kadar glukosa darah
dengan sebelum dan setelah
pendekatan
latihan
aerobic
Kadar Glukosa Darah (Non equivalent intensitas
Pada
Pasien control
Diabetes
Mellitus design)
group
pada
sedang
kelompok
intervensi dengan p
Tipe-2
Di
value 0,000
Desa Variabel
:
Ada
perbedaan
Langensari
Latihan aerobic kadar glukosa darah
Kabupaten
intensitas
Semarang
Tahun sedang
2014
sebelum
dan
dan sesudah
latihan
kadar
glukosa aerobic
intensitas
darah
sedang
pada
kelompok
dengan
control
p
value
0,011
I
Dewa
Gede,dkk
Putu
Latihan
Senam Desain
Aerobik Jalan Kaki
:
Eksperimen
semu
Ada
bermakna
Pasien
Diabetes
Meliitus (Non equivalent Refill
pendekatan
control
design)
dengan
dengan
Pada
tipe-2 tahun 2013
perbedaan
nilai
CRT(Capillary
Time)
pada
group kelompok perlakuan
dengan
nilai
Variabel
:
Latihan
senam
aerobic
jalan
p=0,001 dan tidak
ada
perbedaan
bermakna
pada
kaki dan kadar kelompok control (p
gula darah
Andre
Pengaruh
Gunawan,dkk
Zumba
Senam Desain
value=0,232)
:
Terhadap Eksperimental
one group prê
Kardiorespiratori
and
Ratulangi
:
pada
control
nilainya
cenderung
zumba dari
Angkatan dan VO2 max
2014
besar
yang
Fakultas Kedokteran Variabel
Sam senam
lebih
post-test kelompok
Mahasiswa design
Universitas
peningkatan
nilai VO2 max yang
Kebugaran
Pada
Ada
stabil
pengukuran
pada minggu ke-0
hingga minggu ke12
Adapun perbedaan dengan penelitian ini adalah :
1. Perbedaan penelitian antara penulis dengan peneliti Puji Indriyani,dkk
tahun 2007 adalah pada penelitian terdahulu variable yang diteliti meliputi
latihan fisik dan kadar gula darah puasa, sampel yang digunakan dalam
penelitian terdahulu adalah penderita DM tipe 2 dengan OHO dan tanpa
OHO berusia 35-55 tahun yang dilaksanakan setiap 3 kali seminggu
dengan durasi 60 menit selama 1 bulan di Puskesmas Bukateja
Purbalingga. Sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan peneliti saat
ini menggunakan variable senam zumba dan kadar gula darah sewaktu
dengan penderita DM tipe 2 usia 15-44 tahun yang tidak mengalami
komplikasi dilaksanakan setiap 2 kali seminggu dengan durasi 45 menit
selama 2 minggu di Puskesmas Kedungmundu Semarang tahun 2015.
2. Perbedaan
penelitian
antara
penulis
dengan
peneliti
Reynaldo
Stevanus,dkk tahun 2014 adalah pada penelitian terdahulu variabel yang
diteliti meliputi latihan zumba dan kadar kolestrol HDL darah. Sampel
dalam penelitian terdahulu adalah mahasiswi keperawatan Universitas
Ratulangi Manado dengan IMT normal,tidak merokok dan tidak memiliki
kelainan tulang, penelitian tersebut dilaksanakan di lapangan Universitas
dengan durasi waktu 30 menit sebanyak 3 kali seminggu selama 2
minggu. Sedangkan variabel yang diteliti pada penelitian saat ini meliputi
senam zumba dan kadar gula darah sewaktu dengan penderita DM tipe 2
usia 15-44 tahun yang tidak mengalami komplikasi dilaksanakan setiap 2
kali seminggu dengan durasi 45 menit selama 2 minggu di Puskesmas
Kedungmundu Semarang tahun 2015.
3. Perbedaan penelitian antara penulis dengan peneliti Laily Kurniasari,dkk
tahun 2014 adalah pada penelitian terdahulu variable yang diteliti meliputi
senam aerobik intensitas sedang dan kadar gula darah. Sampel yang
digunakan adalah semua pasien DM tipe-2 yang terdaftar di Puskesmas
Ungaran desa Langensari, penelitian tersebut dilaksanakan dengan
durasi 35 menit selama 2 minggu di desa Langensari kabupaten
Semarang. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian terdahulu
adalah eksperimen semu (Non equivalent control group design),
sedangkan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
experimental one group pre and post-test design. Variabel yang diteliti
pada penelitian saat ini meliputi senam zumba dan kadar gula darah
sewaktu dengan penderita DM tipe 2 usia 15-44 tahun yang tidak
mengalami komplikasi dilaksanakan setiap 2 kali seminggu dengan
durasi 45 menit selama 2 minggu di Puskesmas Kedungmundu
Semarang.
4. Perbedaan penelitian antara penulis dengan peneliti I Dewa Putu
Gede,dkk tahun 2013 adalah pada penelitian terdahulu variable yang
diteliti meliputi latihan aerobik jalan kaki dan kadar gula darah dengan
desain penelitian eksperimen semu (Non equivalent control group
design). Sampel dalam penelitian terdahulu adalah pasien diabetes tipe 2
tanpa komplikasi kaki diabetik di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar
Barat dan dilaksanakan selama 40 menit dengan 12 kali latihan dalam 1
bulan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
experimental one group pre and post-test design. Variabel yang diteliti
pada penelitian saat ini meliputi senam zumba dan kadar gula darah
sewaktu dengan penderita DM tipe 2 usia 15-44 tahun yang tidak
mengalami terjadi komplikasi dilaksanakan setiap 2 kali seminggu
dengan durasi 45 menit selama 2 minggu di Puskesmas Kedungmundu
Semarang tahun 2015.
5. Perbedaan penelitian antara penulis dengan peneliti Andre Gunawan,dkk
tahun 2014 adalah pada penelitian terdahulu variable yang diteliti meliputi
senam zumba dan VO2 max. Sampel dalam penelitian terdahulu adalah
perempuan bukan atlet zumba berusia 17-19 tahun dengan IMT 18,522,9 kg/m 2, tidak merokok dan tidak memiliki riwayat nyeri sendi.
Penelitian terdahulu dilaksanakan di Aula Fakultas kedokteran Kampus
Malalayang selama satu minggu pada bulan Desember tahun 2014.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan
adalah experimental one group pre and post-test. Variable yang diteliti
pada penelitian saat ini meliputi senam zumba dan kadar gula darah
sewaktu dengan penderita DM tipe 2 usia 15-44 tahun yang tidak
mengalami komplikasi dilaksanakan setiap 2 kali seminggu dengan
durasi 45 menit selama 2 minggu di Puskesmas Kedungmundu
Semarang tahun 2015.
F. Ruang Lingkup
1. Lingkup Keilmuan
Penelitian ini merupakan penelitian dibidang kesehatan masyarakat
dengan penekanan terhadap pengaruh latihan senam zumba dengan
penurunan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2.
2. Lingkup Materi
Materi dalam penelitian ini meliputi
variable terikat yaitu kejadian
diabetes mellitus tipe 2 dan variable bebas yaitu senam zumba
3.
Lingkup Lokasi
Lokasi penelitian adalah Puskesmas Kedungmundu, Kota Semarang.
4. Lingkup Metode
Metode yang digunakan yaitu pra-eksperimental dengan pendekatan
experimental
one pre and post-test design. Pengambilan data
menggunakan data observasi pemeriksaan kondisi awal penderita DM
dari data program pengendalian DM tipe 2 di Puskesmas Kedungmundu.
5. Lingkup Objek/Sasaran
Sasaran penelitian adalah seluruh penderita DM tipe 2 yang
melakukan pemeriksaan di Puskesmas Kedungmundu tahun 2014-Mei
2015.
6.Lingkup Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan pada 1 Agustus – 2 Agustus dan 8
Agustus – 9 Agustus tahun 2015
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Diabetes
Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pancreas tidak
menghasilkan insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan. Hiperglikemia atau gula darah
meningkat, merupakan efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol dan
dari waktu ke waktu menyebabkan kerusakan serius pada banyak system
tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah. 12
Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan metabolisme yang
ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan
poduksi insulin atau karena kedua-duanya.Penyakit ini bersifat kronik bahkan
seumur hidup. Sampai sekarang belum ada obat
yang dapat mengobati
bahkan menyembuhkannya secara total, yang ada saat ini hanyalah usaha
untuk mengendalikan glukosa darah seperti glukosa darah pada orang
normal.
B. Epidemiologi Diabetes
Menurut survey yang dilakukan WHO, tahun 2008 Indonesia
menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita diabetes terbesar didunia
setelah India,cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,6% dari total
penduduk, dipekirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes mencapai
366 juta penderita. Sedangkan dari data Depkes, jumlah pasien rawat inap
maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh
penyakit endokrin. Menurut Menkes, secara global WHO memperkirakan
PTM telah menyebabkan sekitar 60% kematian dari 43% kesakitan diseluruh
dunia.
Melihat permasalahan tersebut, Menkes menyatakan jika tanpa
intervensi dan penanganan yang serius maka permasalahan diabetes akan
bertambah besar sehingga sulit untuk menanggulangi dan memperkecil
kemungkinan adanya penurunan jumlah penderita. Upaya pencegahan dan
penanggulangan tidak dapat dilakukan hanya oleh pemerintah tetapi juga
perlu adanya dukungan dari semua pihak termasuk organisasi profesi
(PERKENI) dan organisasi kemasyarakatan (PERSADIA dan PEDI).
Perlu
adanya tindakan
pencegahan
diabetes
mellitus
untuk
mengurangi resiko komplikasi dan kematian yang dapat dilakukan secara
primer maupun sekunder. Pencegahan primer adalah pencegahan terjadinya
diabetes mellitus pada individu yang beresiko melalui modifikasi gaya hidup
(pola makan sesuai, aktivitas fisik, penurunan BB) dengan didukung program
edukasi berkelanjutan. Sedangkan pencegahan sekunder, merupakan
tndakan pencegahan komplikasi akut maupun jangka panjang. Program
tersebut meliputi pemeriksaan dan pengobatan tekanan darah, perawatan
kaki diabtetes, pemeriksaan mata secara rutin, pemeriksaan protein dalam
urin dan program menurunkan atau menghentikan kebiasaan merokok. 13
C. Patogenesis Diabetes
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya
kekurangan insulin secara relative maupun absolute. Defisiensi insulin dapat
terjadi melalui 3 jalan, yaitu: rusaknya sel-sel ɞ pankreas karena pengaruh
dari luar (virus, zat kimia tertentu, dll). Desensitas atau penurunan reseptor
glukosa pada kelenjar pankreas. Desensitas atau kerusakan reseptor insulin
di jaringan perifer apabila didalam tubuh terjadi kekurangan insulin, maka
mengakibatkan: menurunnya transport glukosa melalui membrane sel,
keadaan
ini
mengakibatkan
sel-sel
kekurangan
makanan
sehingga
meningkatkan metabolisme lemak dalam tubuh. Manifestasi yang muncul
adalah penderita diabetes mellitus selalu merasa lapar atau nafsu makan
meningkat “poliphagia”.
Menurunnya glikogenesis menyebabkan terganggunya pembentukan
glikogen dalam hati dan otot. Meningkatnya pembentukan glikolisis dan
glikogenesis, karena proses ini disertai nafsu makan meningkat atau
poliphagia sehingga dapat mengakibatkan terjadinya hiperglikemia. Kadar
gula darah tinggi mengakibatkan ginjal tidak mampu lagi mengarbsorbsi dan
glukosa keluar bersama urin, keadaan ini yang disebut glikosuria. Manifestasi
yang muncul yaitu penderita sering berkemih atau poliuria dan selalu haus
atau polidipsia.14
D. Patofisiologi Diabetes
Tubuh manusia memerlukan bahan bakar berupa energi untuk
menjalankan berbagai fungsi sel tubuh dengan baik dan normal. Bahan
bakar tersebut bersumber dari sumber zat gizi karbohidrat, protein, lemak
yang didalam tubuh mengalami pemecahan menjadi zat yang sederhana dan
proses pengolahan lebih lanjut untuk menghasilkan energi. Proses
pembentukan energi terutama yang bersumber dari glukosa memerlukan
proses metabolisme yang rumit. Dalam proses metabolisme tersebut, insulin
memegang peranan sangat penting yang bertugas memasukkan glukosa
kedalam sel untuk selanjutnya diubah menjadi energi.
Pada keadaan normal, glukosa diatur sedemikian rupa oleh insulin
yang diproduksi oleh sel beta pancreas, sehingga kadarnya didalam darah
selalu dalam batas aman baik pada keadaan puasa maupun sesudah
makan. Kadar glukosa darah normal berkisar antara 70-140mg/dl. Insulin
memegang peranan yang sangat penting dalam pengaturan kadar glukosa
darah dan koordinasi penggunaan energi oleh jaringan. Insulin yang
dihasilkan sel beta pancreas dapat diibaratkan anak kunci yang dapat
membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel agar dapat dimetabolisme
menjadi energi. Bila insulin tidak ada atau insulin tidak dikenali oleh reseptor
pada permukaan sel, maka glukosa tidak dapat masuk kedalam sel dengan
akibat glukosa akan tetap berada dalam darah sehingga kadarnya
meningkat.14
E. Klasifikasi Diabetes
Secara umum diabetes mellitus dibagi menjadi 2 kategori sebagai
berikut15 :
1. Diabetes Mellitus tipe 1 (Diabetes Mellitus Bergantung Insulin DMTI)
Disebut juga dengan Juvenile Diabetes atau Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM), dengan jumlah penderita sekitar 5-10% dari
seluruh penderita DM dan umumnya terjadi pada usia muda (95% pada
usia dibawah 25 tahun). DM tipe 1 ditandai dengan terjadinya kerusakan
sel ɞ pancreas yang disebabkan oleh proses autoimmune, akibatnya
terjadi defisiensi insulin absolute sehingga penderita mutlak memerlukan
insulin dari luar (eksogen) untuk mempertahankan kadar gula darah
dalam batas normal.
Hingga saat ini, diabetes tipe 1 masih termasuk dalam
kategori
penyakit yang tidak dapat dicegah, termasuk dengan cara diet atau
olahraga. Pada fase awal kemunculan penyakit ini, kebanyakan penderita
diabetes tipe 1 ini memiliki kesehatan dan berat badan yang cukup baik,
dan respon tubuh terhadap insulin juga masih normal. Penyebab utama
kehilangan sel beta pancreas pada penderita diabetes tipe 1 adalah
kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pancreas.
Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi.
2. Diabetes
mellitus
tipe
2
(Diabetes
Mellitus
Tidak
bergantung
Insulin/DMTTI) Diabetes Mellitus tipe 2 juga disebut dengan Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Adult Onset Diabetes Jumlah
penderita DM tipe 2 merupakan kelompok yang terbesar, hampir
mencapai 90-95% dari seluruh kasus DM, terjadi pada usia dewasa yaitu
usia pertengahan kehidupan dan peningkatannya lebih tinggi pada lakilaki dibandingkan pada wanita.
Karena resistensi insulin, jumlah reseptor insulin pada permukaan sel
berkurang,walaupun jumlah insulin tidak berkurang. Hal ini menyebabkan
glukosa tidak dapat masuk kedalam sel meskipun insulin tersedia.
Keadaan ini disebabkan obesitas terutama tipe sentral, diet tinggi lemak
dan rendah karbohidrat,kurangnya aktifitas fisik serta factor keturunan.
F. Penyebab Diabetes
Diabetes disebabkan karena berkurangnya produksi dan ketersediaan
insulin dalam tubuh atau terjadinya gangguan fungsi insulin yang sebenarnya
berjumlah cukup. Kekurangan insulin disebabkan adanya kerusakan
sebagian kecil atau sebagian besar sel-sel beta pulau langerhans dalam
kelenjar pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin 16. Namun, ada pula
factor lain penyebab terjadinya DM antara lain sebagaih berikut :
1. Genetik atau faktor keturunan
2. Virus atau bakteri
Virus penyebab DM adalah rubella, mumps dan human coxsackievirus
B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini
mengakibatkan dekstruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini
menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan hilangnya
autoimun dalam sel beta. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum
bisa dideteksi.
3. Bahan toksik atau beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah
alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis
jamur).
4. Nutrisi
Nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan factor resiko pertama
yang diketahui menyebabkan DM. Semakin berat badan berlebih atau
obesitas akibat nutrisi yang berlebihan, semakin besar kemungkinan
seseorang terjangkit DM.
5. Kadar kortikosteroid yang tinggi
6. Kehamilan diabetes gestasional yang akan hilang setelah melahirkan.
7. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.
G. Faktor Risiko Diabetes
Faktor-faktor risiko terjadinya Diabetes mellitus tipe 2 menurut ADA terdiri
atas16:
a. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi
1) Ras dan etnik
2) Riwayat Keluarga dengan diabetes ( anak penyandang diabetes)
Diabetes mellitus bukan penyakit menular tetapi diturunkan.
Namun bukan berarti anak dari kedua orangtua yang diabetes
pasti akan mengidap diabetes juga, sepanjang bisa menjaga dan
menghindari factor resiko yang lain.
Pola genetik yang kuat pada diabetes mellitus tipe 2. Seseorang
yang memiliki saudara kandung mengidap diabetes tipe 2 memiliki
resiko yang jauh lebih tinggi menjadi pengidap diabetes.
3) Umur
Umur merupakan factor pada orang dewasa,dengan semakin
bertambahnya umur kemampuan jaringan mengambil glukosa
darah semakin menurun. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada
orang berumur diatas 40 tahun daripada orang yang lebih muda.
b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi/diubah
1)
Pola makan
Pola makan yang salah dan cenderung berlebihan menyebabkan
timbulnya obesitas. Obesitas merupakan factor predisposisi
utama dari penyakit diabetes
2)
Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan kurangnya pembakaran
energi oleh tubuh sehingga kelebihan energi dalam tubuh akan
disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh. Penyimpanan
berlebihan akan menyebabkan obesitas.
3)
Obesitas
Diabetes terutama DM tidak tergantung insulin atau Diabetes
mellitus tipe 2 sangat erta hubungannya dengan obesitas.
Laporan International Diabetes Federation (IDF) tahun 2005
menyebutkan 80 persen dari penderita diabetes ternyata
mempunyai berat badan yang berlebihan.
4)
Stres
Reaksi setiap orang ketika stress melanda berbeda-beda.
Beberapa orang mungkin kehilangan nafsu makan sedangkan
orang lain cenderung makan berlebih
Stres mengarah pada kenaikan berat badan yang utama, kortisol
yang tinggi menyebabkan peningkatan pemecahan protein
tubuh,
peningkatan
penggunaan
gula
trigliserida
tubuh,
darah
dan
manifestasinya
penurunan
meningkatkan
trigliserida dan gula darah atau yang dikenal dengan istilah
hiperglikemia.
5) Pemakaian Obat-obatan
Memiliki riwayat penggunaan obat golongan kortikosteroid dalam
jangka waktu lama.
H. Gejala Diabetes
Secara umum gejala dan tanda penyakit DM dibagi dalam dua
kelompok, yaitu gejala akut dan kronis. 15
a. Gejala akut dan tanda dini, meliputi :
1) Penurunan berat badan, rasa lemas dan cepat lelah
2) Sering kencing (poliuri) pada malam hari dengan jumlah air seni
banyak
3) Banyak minum (polidipsi)
4) Banyak makan (polifagi)
b. Gejala kronis meliputi :
1) Gangguan penglihatan, berupapandangan yang kabur dan
menyebabkan sering ganti kacamata
2) Gangguan saraf tepi berupa rasa kesemutan, terutama pada
malam hari sering terasa sakit dan rasa kesemutan dikaki
3) Gatal-gatal dan bisul. Gatal umumnya dirasakan pada daerah
lipatan kulit diketiak,payudara dan alat kelamin. Bisul dan luka
lecet terkena sepatu atau jarum yang lama sembuh
4) Rasa tebal dikulit, yang menyebabkan penderita lupa memakai
sandal dan sepatunya
5) Gangguan fungsi seksual. Dapat berupa gangguan ereksi,impoten
yang disebabkan gangguan pada saraf bukan karena kekurangan
hormone seks (testosterone)
6) Keputihan. Pada penderita wanita,keputihan dan gatal sering
dirasakan, hal ini disebabkan daya tahan tubuh penderita
menurun.
I. Diagnosis Diabetes
1) Diagnosa dan kriteria DM tipe 2
Pada penderita DM ditemukan adanya gejala-gejala khas antara
lain:poliuria (banyak kencing),polidipsia (banyak minum karena haus
terus), polifagia (makan karena lapar terus), lemas, dan berat badan turun
tanpa sebab yang jelas. Gejala-gejala khas seperti diatas dengan satu kali
pemeriksaan yang mana menghasilkan GDP (Gula Darah Puasa)
dinyatakan positif DM tipe-2. Gejala lain yang menyertai: gringgingan
(kesemutan), gatal-gatal, penglihatan kabur, disfungsi ereksi pada pria,
pruritus vulvae pada wanita. Gejala-gejala yang tidak khas tersebut
dengan dua kali pemeriksaan yang menghasilkan GDP (Gula darah
puasa) dinyatakan positif DM tipe-2.1
2) Patokan Kadar Gula Darah Sewaktu dan Puasa
Tabel 2.1
Standar Kadar Gula Darah Sewaktu dan Puasa
Kadar Glukosa
darah
Bukan DM
Diduga DM
Penderita DM
1.Plasma Vena
<140
140-200
≥ 200
2.Darah Kapiler
puasa
3.Plasma Vena
<80
80-200
≥ 200
<110
110-126
≥126
4.Darah kapiler
<90
90-110
≥110
Sewaktu dan
Puasa
Kriteria diagnostic yang dipergunakan dalam menegakkan diagnose
diabetes terdiri dari 3 cara dan setiap hasil tersebut masih memerlukan
konfirmasi pada waktu yang berbeda.
Maka dapat dikatakan DM jika dikonfirmasi pada hari yang berbeda
dengan :
a) Kadar glukosa plasma puasa > 126mg/dl.
b) Kadar glukosa 2 jam PP dengan Test Toleransi Glukosa (TTG) >
200mg/dl.
c) Gejala spesifik dengan kadar glukosa sewaktu >200mg/dl.
Menurut PERKENI diagnosis diabetes mellitus dipastikan bila :
a) Terdapat keluhan khas diabetes ( poliuri, polidipsi, polifagia) dan
penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sebabnya disertai
dengan satu nilai pemeriksaan glukosa darah tidak normal (glukosa
darah sewaktu >200mg/dl atau glukosa darah puasa >126mg/dl)
b) Terdapat keluhan khas yang tidak lengkap atau terdapat kelbuhan
tidak khas (lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi). 15
J. Komplikasi Diabetes
DM dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai
dari kulit sampai jantung. 16
Berikut 2 jenis komplikahsi yang diakibatkan oleh DM kronik
1) Komplikasi Awal (Early complication):
a. Hiperalbuminuria
b. Background retihnopathy
c. Neuropathy
d. Kalsifikasi artei medial
e. Hipertensi
2) Komplikasi Lanjut (Late complication):
a. Kegagalan ginjal
b. Proliferative retinopathy
c. Gangren dan amputasi
d. Coronary heart diseases
e. Diabetes-related death
K. Pengendalian Diabetes
Tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya diabetes
mellitus adalah melakukan modifikasi gaya hidup, diantaranya menurunkan
berat badan, latihan fisik dan mengurangi konsumsi lemak dan kalori.17
4 pilar pengendalian diabetes mellitus yakni :
1. Edukasi
Melakukan pendidikan kesehatan menjadi kewajiban bagi seluruh
tenaga medis untuk membuka mata dan pengetahuan masyarakat
mengenai semua hal yang berkaitan dengan kesehatan. Perlunya
tambahan pengetahuan terkait masalah kesehatan terutama diabetes
mellitus sebagai salah satu penyakit degeneratif yang menjadi tren
sepanjang tahun perlu adanya koordinasi antara pasien, keluarga dan
tenaga kesehatan untuk dapat terjadi perubahan perilaku optimal dan
mapan.
2. Pengaturan makan
Dalam kasus diabetes khususnya DM tidak tergantung insulin perlu
dilakukan
pengaturan
dalam
pola makan,
dikarenakan
adanya
gangguan pada fungsi pankreas sehingga tidak dapat melakukan proses
metabolisme dengan baik dan optimal. Jika asupan makan terlalu
berlebih maka secara otomatis pancreas mengalami kesulitan dalam
mencerna sehingga hanya sedikit yang dapat dikeluarkan saat proses.
3. Latihan Jasmani
Manfaat latihan jasmani bagi para penderita diabetes antara lain
meningkatkan
kebugaran tubuh, meningkatkan
penurunan kadar
glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi
kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lemak darah,
meningkatkan
kadar
kolestrol
HDL,
meningkatkan
sensitivitas
reseptorinsulin, menormalkan tekanan darah, serta meningkatkan
kemampuan kerja. Saat melakukan latihan jasmani, pada tubuh akan
terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar oleh otot yang aktif dan
terjadi pula reaksi tubuh yang kompleks meliputi fungsi sirkulasi,
metabolisme dan susunan saraf otonom. Dimana glukosa yang disimpan
dalam otot dan hati sebagai glikogen. Glikogen cepat diakses untuk
dipergunakan sebagai sumber energi pada latihan jasmani terutama
pada beberapa atau permulaan latihan jasmani dimulai.
Jenis latihan jasmani yang dianjurkan untuk para penderita diabetes
adalah jalan, jogging, berenang dan bersepeda. Tahapan dalam latihan
jasmani sangat diperlukan agar
tidak memperoleh beban secara
mendadak. Tahapan latihan jasmani mulai dari pemanasan (warming
up), latihan inti (conditioning), pendinginan (cooling down), serta
peregangan (streaching).
Pada saat melakukan latihan jasmani kerja insulin menjadi lebih
baik dan yang kurang optimal menjadi lebih baik .Tetapi efek latihan
jasmani akan hilang 2x 24 jam hilang. Maka dari itu untuk memperoleh
efek yang optimal perlu dilakukan 2 hari sekali atau seminggu 3 kali.
Penderita diabetes diperbolehkan melakukan latihan jasmani
jika
glukosa darah kurang dari 250mg. Jika kadar glukosa diatas 250mg,
pada waktu latihan jasmani akan terjadi pemecahan (pembakaran)
lemak akibat pemakaian glukosa terganggu.
Hal-hal yang harus diperhatikan penderita DM dalam memilih latihan
jasmani 12
a. Tetapkan jenis olahraga yang dipilih dan sesuaikan dengan
tingkat beratnya DM serta keberadaan komplikasi
b. Tidak berlatih pada suhu yang terlalu dingin atau terlalu panas.
c. Tidak berlatih pada saat atau setelah hipoglikemi.
d. Tidak diperbolehkan latihan berat seperti sepak bola atau
badminton, apabila kadar gula darah >250 mg/dl.
e. Sediakan asupan air dan makanan yang tepat dalam jumlah
cukup
f.
Latihan selalu adiawali dengan pemanasan selama 5-10 menit
dan diakhiri dengan pendinginan selama 5-10 menit.
g. Sebaiknya ukur frekuensi nadi sebelum dan sesudah latihan.
h. Apabila menghendaki latihan jasmani dalam waktu lama (>1 jam)
diperlukan asupan karbohidrat dengan 0,5 sendok makan gula
apsir tiap 30 menit.
i.
Tetapkan jenis olahraga yang dipilih dan sesuaikan dengan
tingkat beratnya DM serta keberadaan komplikasi.
j.
Tidak berlatih pada suhu yang terlalu dingin atau terlalu panas.
k. Tidak berlatih pada saat atau setelah hipoglikemi.
l.
Tidak diperbolehkan latihan berat seperti sepakbola atau
badminton, apabila kadar gula darah >250 mg/dl.
m. Sediakan asupan air dan makanan yang tepat dalam jumlah
cukup.
n. Latihan selalu adiawali dengan pemanasan selama 5-10 menit
dan diakhiri dengan pendinginan selama 5-10 menit.
o. Sebaiknya ukur frekuensi nadi sebelum dan sesudah latihan.
p. Apabila menghendaki latihan jasmani dalam waktu lama (>1 jam)
diperlukan asupan karbohidrat dengan 0,5 sendok makan gula
apsir tiap 30 menit.
q. Hindari terjadinya hipoglikemi di tengah latihan dengan cara
berikut :
1. Latihan sebaiknya dilakukan 1-3 jam setelah makan.
2. Apabila menggunkan insulin sebaiknya pada saat berlatih
dosisnya dikurangi 25% atau seperempatnya.
3. Perlu adanya asupan makanan selama atau setelah latihan
lama (>1 jam).
4. Obat
Pemberian obat dilakukan untuk mengatasi kekurangan
produksi insulin serta menurunkan resistensi insulin. Obat tersebut
dibagi menjadi 2 yakni oral dan injeksi sesuai dengan tipe diabetes
mellitus yang diderita. Untuk diabetes mellitus tipe 1 obat yang
digunakan adalah insulin karena sudah jelas bahwa ini tidak bisa
menghasilkan insulin tetapi untuk pengobatan awal diabetes mellitus
tipe 1 masih bisa diberikan obat oral tentunya dengan dosis tinggi.
Kemudian untuk diabetes mellitus tipe 2, obat yang digunakan untuk
membantu produksi insulin yang kurang adalah obat yang dapat
merangsang pancreas untuk meningkatkan produksi insulin.
Intervensi Farmakologis ditambahkan jika sasaran kadar glukosa
belum tercapai dibagi menjadi dua9:
1) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
a) Pemicu sekresi insulin
1) Sulfonilurea
2) Glinid
b) Penambah sensitivitas terhadap insulin
1) Metformin
2) Tiazolidinidion
c) Penghambat glukoneogenesis
1) Metformin
d) Penghambat absorbsi glukosa
1) Penghambat glukosidase Alfa (Acarbose)
2)
Insulin
Jenis dan lama kerja insulin :
a) Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
b) Insulin kerja pendek (short acting insulin)
c) Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
d) Insulin kerja panjang (long acting insulin)
e) Insulin campuran tetap, kerja pendek, kerja menengah
(premixed insulin)
L. Kadar Gula Darah
a) Pengertian
Gula darah merupakan kadar gula yang terdapat dalam darah. Gula
didalam darah berfungsi sebagai salah satu bahan bakar yang akan
dimetabolisme oleh tubuh menjadi energi. Sebagian gula yang ada
dalam darah merupakan hasil penyerapan dalam usus dan sebagian lagi
dari hasil pemecahan simpanan energi dalam jaringan. 18
Gula dalam darah terutama diperoleh dari fraksi karbohidrat yang
terdapat dalam makanan. Gugus/molekul gula dalam karbohidrat dibagi
menjadi gugus gula tunggal (monosakarida) misalnya glukosa dan
fruktosa, dan gugus gula majemuk meliputi disakarida (sukrosa, laktosa)
dan polisakarida (amilum, selulosa, glikogen). Proses penyerapan gula
dari makanan mellaui dua tahapan yaitu : tahap pertama, setelah
makanan dikunyah dalam mulut, selanjutnya akan masuk dalam saluran
pencernaan (lambung dan usus), pada saat itu gugusan gula majemuk
diubah menjadi gugusan gula tunggal dan siap diserap oleh tubuh.
Tahap kedua yaitu gugusan gula tunggal melalui ribuan pembuluh kecil
menembus dinding usus dan masuk ke pembuluh darah vena. Kadar
gula dalam darah akan dijaga keseimbangannya oleh insulin yang
diproduksi oleh kelenjar beta sel pankreas. Mekanisme kerja insulin
dalam mengatur keseimbangan kadar gula dalam darah adalah dengan
mengubah gugusan gula tunggal menjadi gula majemuk yang sebagian
besar disimpan dalam hati dan sebagian kecil disimpan dalam otak
sebagai cadangan pertama. Namun jika kadar gula darah masih
berlebihan maka insulin akan mengubah kelebihan gula tersebut menjadi
lemak dan protein melalui
suatu proses kimia dan kemudian
menyimpannya sebagai cadangan kedua.
Nilai normal glukosa dalam darah adalah 3,5-5,5 mmol/L.
Dalam keadaan normal, kadar gula dalam darah sat berpuasa
berkisar antara 80mg%-120mg%, sedangkan satu jam sesudah
makan akan mecapai 170mg%, dan dua jam setelah makan akan
turun mencapai 140mg%.
b) Gula darah pada pasien DM tipe 2
Di dalam darah, kadar gula fluktuatif bergantung pada asupan
makanan. Kadar paling tinggi tercapai pada satu jam sesudah makan.
Satu jam stelah makan, gula di dalam darah akan mencapai kadar
paling tinggi yaitu melebihi 180mg/dl. Kadar 180mg/dl disebut
ambang ginjal dimana ginjal bisa menahan gula pada kadar tersebut.
Lebih dari angka tersebut ginjal tidak dapat menahan gula dan
kelebihan gula akan dikeluarkan bersama urin. Pada DM terdapat
masalah dengan efek kerja insulin dalam hal ini memasukkan gula
kedalam sel tidak sempurna sehingga gula darah tetap tinggi. Hal ini
dapat meracuni dan menyebabkan rasa lemah dan tidak sehat serta
menyebabkan komplikasi dan gangguan metabolisme yang lain.
Apabila tidak bisa mendapatkan energi yang cukup dari gula, tubuh
akan dapat mengolah zat-zat lain didalam tubuh untuk dijadikan
energi. Zat-zat itu adalah lemak dan protein menyebabkan turunnya
berat badan.19
c) Mekanisme pengaturan gula darah
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk
mempertahankan keseimbangan dalam tubuh. Level glukosa didalam
darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun,
karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh,
pankreas melepaskan glucagon, hormone yang menargetkan sel-sel
di liver. Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa
(glikogenolisis).
Glukosa
dilepaskan
kedalam
darah
sehingga
meningkatkan level gula darah. 20
d) Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar gula darah
1)
Glukotoksisitas
Kadar glukosa darah yang tinggi dan berlangsung lama akan
menyebabkan peningkatan stress oksidatif, IL-1ɞh dan NF-kB
dengan akibat peningkatan apoptosis sel beta.
2)
Lipotoksisitas
Peningkatan asam lemak bebas yang berasal dari jaringan
adipose dalam proses liposis akan mengalami metabohlisme non
oksidatif menjadi ceramide yang toksik terhadap sel beta hingga
menjadi apoptosis.
3)
Penumpukan amiloid
Akibat kadar glukosa darah yang terus meningkat,maka sel beta
akan berusaha mengkompensasi dengan meningkatkan sekresi
insulin sehingga terjadi hiperinsulinemia. Peningkatan sekresi
insulin juga diiukuti dengan sekresi amylin dari sel beta akan
ditumpuk disekitar sehl beta sehingga menjadi jaringan amiloid
dan akan mendesak sel beta itu sendiri hingga akhirnya jumlahh
hsel beta dalam pulau langerhans jadi berkurang. Pada DM tipe
2 jumlah sel beta berkurang 50-60% dari normal.
4) Resistensi Insulin
Suatu keadaan munculnya respons biologis/ gejala klinis akibat
meningkatnya
kadar
insulin.
terganggunya
sensitivitas
Hal
jaringan
ini
dikaitkan
terhadap
dengan
insulin
yang
diperantarai glukosa. Resistensi insulin menyebabkan insulin
tidak dapat berfungsi secara opyimal dalam mensirkulasi
glukosa. Akibatnya glukosa semakin menumpuk dalam darah
dan secara otomatis meningkatkan kadar gula darah. Pankreas
akan melepas lebih banyak insulin untuk menyeimbangkan gula
darah namun sebagian besar insulin tidak berfungsi secara
efektif.21
e) Pemeriksaan Kadar Gula Darah
1) Kadar glukosa darah atau plasma (puasa atau setelah makan)
Bisa normal (euglikemia), bila tinggi (hiperglikemia), dan rendah
(hipoglikemia). Pemeriksaan terhadap kadar gula dalam darah
vena pada saat pasien puasa 12 jam sebelum pemeriksaan
(GDP/ gula darah puasa/nutcher) atau 2 jam setelah makan (post
prandial)
Nilai normal :
Dewasa : 70-110mg/dl
Bayi baru lahir : 30-80mg/dl
Anak:60-100mg/dl
Nilai normal kadar gula darah 2 jam setelah makan :
Dewasa : <140mg/dl/2 jam
2) Hemoglobin Glikosilat (HB AIC)
Glikosilasi
adalah masuknya gula kedalam sel darah merah
terikat. Maka tes ni berguna untuk mengukur tingkat ikatan gula
pada hemoglobin A (AIC) sepanjang umur sel darah merah
selama
120
hari.
AIC
menunjukkan
kadar
hemoglobin
terglikosilasi yang pada orang normal antara 4-6%
3) Glukosa darah sewaktu
Pemeriksaan glukosa darah tanpa persiapan atau persetujuan
untuk melihat kadar gula darah sesaat tanpa puasa dan tanpa
pertimbangan waktu setelah makan. 21
M. Olahraga
Pilar ketiga dalam penanggulangan DM tipe 2 adalah dengan
melakukan latihan jasmani atau olahraga sebagai salah satu alternative
pengendalian kadar gula darah pada penderita. Latihan jasmani yang
disarankan untuk dilakukan penderita diabetes salah satunya adalah olahrga
aerobik. Olahraga aerobik merupakan olahraga yang menggunakan otot
jantung, paru-paru, lengan dan kaki. Latihan jasmani aerobik membuat
insulin
bekerja lebih keras dan cepat, mengurangi lemak tubuh, dan
membantu mengurangi berat badan. Olahraga aerobik terbagi menjadi
beberapa jenis antara lain : bersepeda, senam/ menari, jogging, lompat tali,
berjalan, dan berenang.9
N. Prinsip Olahraga Pada Diabetes
Prinsip latihan jasmani aerobik pada diabetes seperti halnya prinsip
latihan jasmani secara umum yaitu memenuhi hal berikut : Frekuensi,
intensitas, durasi, dan jenis latihan jasmani. Frekuensi dilakukan secara
teratur 3-5 kali perminggu dengan intensitas ringan dan sedang yaitu 60%70% MHR( Maximum Heart Rate) pada durasi 30-60 menit. Untuk pemula
latihan jasmani dapat dimulai hanya dengan 5 menit latihan jasmani aerobik
setiap hari selama 1 atau 2 minggu. Kemudian durasi waktu dapat
diperpanjang hingga 5-10 menit dilatihan berikutnya secara bertahap menjadi
20-60 menit olahraga aerobik yang terus menerus selama 3-5 kali
seminggu.9
O. Intensitas Olahraga
60-70% MHR atau denyut nadi maksimal per menit. DNM = 220umur. Setelah pengukuran MHR dilanjutkan dengan mengukur denyut nadi.
Denyut nadi diukur dengan cara temukan denyut pembuluh darah pada
pergelangan tangan atau disamping leher tepat dibawah salah satu sisi
tulang rahang. Hitung jumlah denyut nadi dalam 15 detik, mulailah dengan
angka nol. Kalikan dengan 4 untuk mendapatkan jumlah denyut permenit.
Bandingkan denyut nadi dengan denyut nadi dari MHR untuk menentukan
tercapai atau tidaknya denyut nadi yang sudah ditargetkan sebelumnya
melalui perhitungan MHR.9
P. Definisi Senam Aerobik
Aerobik berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobic
sangatlah erat dengan penggunaan oksigen. Dalam hal ini berarti latihan
aerobik
adalah
latihan
yang
menggunakan
sistem
kerja
dengan
menggunakan oksigen sebagai kerja utama. Suatu susunan gabungan
antara rangkaian gerak dan music yang sengaja dibuat sehingga muncul
keselarasan antara gerakan dan music tersebut untuk mencapai tujuan
tertentu (tubuh sehat dan bugar). 22
Q. Manfaat Senam Aerobik
1. Bagi Jantung
Istilah aerobic berarti “dengan oksigen”, sehingga selama adanya
gerakan dari tubuh maka otot membutuhkan oksigen untuk bekerja
secara efisien. Ketika beban kerja otot meningkat, tubuh menanggapi
dengan meningkatkan jumlah oksigen ke bagian otot dan jantung.
Sebagai akibatnya, detak jantung dan frekuensi pernapasan meningkat
dan terjadinya perubahan oksigen menjadi karbondioksida, yang
kemudian dihembuskan. Hasil pembakaran lemak dan kalori dari tubuh
adalah keringat , semakin lama/panjang aerobic itu dilakukan maka
semakin banyak kalori dan lemak yang dikeluarkan melalui keringat dan
diubah menjadi energi.
Ketika otot dan jantung sudah beradaptasi dengan gerakan-gerakan
aerobic maka pada saat jantung dalam kondisi relaksasi akan lebih
banyak pembuluh darah yang membantu meningkatkan kondisi fisik. 23
2. Kekuatan Otot
Agar menjadi lebih kuat, otot-otot harus dilatih melebihi beban normalnya.
Hal ini disebut dengan prinsip beban berlebih. Untuk memperkuat otot
tubuh diperlukan pelatihan aerobic dengan intensitas tinggi dalam waktu
singkat dengan menggunakan tenaga yang maksimum dalam gerakan
yang diulang-ulang. Massa otot akan bertambah dan lebih kuat jika
aerobic dilakukan dengan intensitas berseling yaitu dari tingkat aerobic
intensitas tinggi hingga rendah seperti bersepeda .23
3. Daya Tahan Otot
Aerobik akan membantu meningkatkan daya tahan otot pada bagian
tubuh jika dilakukan secara berkesinambungan. Daya tahan otot
ditingkatkan dengan banyak melakukan gerakan-gerakan ringan seperti
melompat, mengangkat lutut, dan menendang yang merupakan gerakan
dasar untuk sering dilakukan.
Latihan aerobic dengan menggunakan kursi mengutamakan penggunaan
otot bagian atas badan, low impact, hi/lo, dan aerobic selingan
menggunakan semua otot bagian atas dan bagian bawah badan. Aerobik
luncur memusatkan pada bagian dalam dan bagian luar paha sama
dengan kelenturan pinggul dan aerobic dengan menggunakan dingklik
memusatkan pada penggunaan otot bagian kaki (sekitar lutut dan
betis).23
4. Kelenturan
Kelenturan adalah gerakan yang berada di sekeliling sendi. Setelah
melakukan
latihan
aerobic
dan
memasuki
tahap
cooling
down
(pendinginan) maka akan membantu meningkatkan kelenturan dan
memperbaiki sirkulasi darah kembali ke jantung dikarenakan terjadinya
peregangan atau relaksasi dari otot-otot yang digunakan untuk berlatih
aerobic. Jika secara rutin melakukan latihan aerobic kemungkinan semua
otot yang terlatih dan tulang serta sendi dapat berkembang sehingga
meminimalkan adanya accident action.23
5. Komposisi Tubuh
Bagian terakhir dari kesehatan fisik adalah komposisi tubuh, yang
menunjukkan perbandingan kumpulan otot, tulang dan cairan-cairan
penting didalam tubuh dengan komposisi lemak. Secara otomatis
semakin sering atau rutin melakukan latihan aerobic dengan intensitas
sedang selama 30 menit dapat menyeimbangkan komposisi tubuh
dengan membakar kira-kira 250 kalori, sedangkan aerobic yang
dilakukan dalam intensitas rendah sampai sedang selama 20 menit atau
lebih akan membakar lemak dan gerakan aerobic pada intensitas tinggi
dalam waktu singkat (kurang dari 20 menit) akan membakar glukosa. 23
R. Proses Pelaksanaan Senam Aerobik
a. Peregangan ( Streaching)
Gerakan peregangan perlu dilakukan sebelum memulai olah fisik atau
llatihan jasmani. Pentingnya melakukan gerakan peregangan adalah
untuk melemaskan bagian-bagian otot tubuh yang digunakan agar tidak
terjadi cedera baik pada otot maupun sendi. Peregangan diawali dengan
melemaskan otot bagian leher, lengan atas dan pundak, dada, punggung
, paha , betis dan pergelangan kaki. Pada bagian peregangan hendaknya
dilakukan selama 5 – 10 menit.9
b. Pemanasan ( warming up)
Gerakan pemanasan penting dilakukan sebelum melakukan latihan fisik
yang bertujuan untuk meningkatkan denyut jantung secara bertahap,
mempersiapkan otot dan sendi serta peningkatan suhu tubuh. Sebaiknya
gerakan pemanasan dilakukan antara 10-15 menit.24 Berikut gerakan –
gerakan pemanasan :
1) Pusatkan tubuh anda
2) Ambil napas dalam - dalam dua sampai empat kali
3) Lakukan empat sampai delapan kali gerakan pelepasan punggung
4) Gerakan awal
5) Melakukan peregangan statis
c. Latihan inti
Latihan inti dilakukan selama 20 sampai 40 menit. Gerakan dari latihan
inti disesuaikan dengan jenis dari olahraga aerobic yang dilakukan.
Sebagian besar gerakan tersebut melatih otot punggung, lengan, jantung,
paru-paru dan kaki. Beberapa gerakan inti yang biasa dilakukan pada
senam
aerobic adalah menggerakan seluruh otot tubuh secara
bergantian dan berkesinambungan sesuai dengan irama musik dengan
hitungan 2 x 8 diawal dan diulang sebanyak 4 kali kemudian dengan
hitungan 1 x 8 untuk pengulangan selanjutnya. Bagian inti sebaiknya
dilakukan dengan benar agar tujuan dari dilakukannya olahraga senam
aerobic tercapai.9,23
d. Pendinginan (Cooling down)
Pada bagian pertama pendinginan secara berangsur-angsur turunkan
intensitas gerakan dengan melakukan 8 – 32 kali pengulangan gerkangerakan yang mudah ditempat. Jantung secara berangsur-angsur akan
kembali pada keadaan sebelum memulai latihan.
Bagian kedua pendinginan adalah peregangan seperti yang dilakukan
sebelum proses pemanasan hanya saja gerakan dalam peregangan
setelah pendinginan lebih perlahan dan dimulai dari bagian bawah seperti
pergelangan kaki, betis , pangkal paha, pinggul, pinggang, punggung,
dada, pundak , lengan dan leher.
Tujuan
23
dilakukannya pendinginan adalah untuk mencegah terjadinya
penimbunan zat-zat racun akibat gangguan metabolisme tubuh sewaktu
berolahraga. Tujuan lainnya agar darah yang terkumpul di otot aktif dapat
menurun
sehingga tidak
terasa nyeri
atau
pusing.
Hendaknya
pendinginan dilakukan selama 5 sampai 10 menit.
S. Pengeluaran Kalori
Tabel 3.1
Pengeluaran Kalori Aerobik dan Senam Aerobik
Perkiraan Pengeluaran Kalori dalam Latihan Aerobik
Jenis
Berjalan
(km)
Gerakan
Aerobik
kaki
Kilo
kalori/menit
Durasi
Latihan
Total
3 km (2,5)
60
150
Berlari (km)
10 km (66)
60
660
Berenang (km)
3 km ( 220)
60
660
2
3
4
<15
<25
<20
<30
<90
<100
Senam Aerobik
a.Zona hijau
Kursi
LIA
Dingklik
a.Zona biru
Kursi
LIA
Dingklik
2
3
4
>20
>20
>20
>60
>90
>120
a.Zona Ungu
LIA
Hi/Lo
Dingklik
6
6
8
<40
>40
>40
<180
<180
<240
a.Zona Kuning
Hi/Lo
Selingan
Dingklik
6
6
8
>30
>35
>30
>170
>200
>220
a.Zona Orange
Hi/Lo
Selingan
Dingklik
Meluncur
10
12
15
20
<20
<35
<35
<35
<260
<360
<400
<600
b.Zona Merah
Hi/Lo
Selingan
Dingklik
Meluncur
10
12
15
20
>30
>30
>35
>30
>350
>400
>500
>600
T. Senam Zumba
Zumba adalah salah satu bentuk perkembangan dari variasi gerakan dan
musik berirama latin dari senam aerobik. Zumba diambil dari istilah kata
“zum-zum” yang dalam bahasa kolumbia berarti gerakan cepat. Karena
merupakan gabungan musik dan tarian latin dengan step aerobik, maka
gerakan-gerakan yang dilakukan merupakan gabungan dari tarian samba,
cumbia, salsa, reggae, Hip-hop, mambo, rumba, flamenco, dan calypso.
Gerakan yang dilakukan dalam senam zumba memberikan kemampuan
membakar kalori jauh lebih banyak dan cepat yang disesuaikan dengan
durasi waktu saat pelaksanaannya. Zumba tidak hanya membakar kalori tapi
juga menguatkan kerja jantung, Untuk porsi gerakan yang diadopsi oleh
olahraga ini 70% dansa dan 30% fitness. Gerakan zumba dance paling
banyak adalah kardio seperti meloncat, berputar, bergerak cepat sehingga
memperbaiki otot perut, punggung, paha, betis dan pectoralis.24
U. Sejarah Senam Zumba
Zumba diciptakan oleh instruktur aerobic dari Columbia bernama Alberto
“Berto” Perez pada tahun 1990. Asal mulanya ketika Alberto lupa membawa
kaset aerobic yang akan digunakan dalam kelas senamnya sehingga pada
akhirnya ia menggunakan kaset seadanya yang dibawa dan kaset tersebut
berisi music berirama latin, kemudian Beto membuat gerakan- gerakan baru
dalam kelas senamnya diantaranya salsa, rumba dan merengue. Zumba
mulai popular di Amerika pada tahun 2003 dan masuk ke Indonesia awal
tahun 2009, namun senam ini baru banyak diikuti dan digemari oleh
masyarakat pada tahun 2012. 24
V. Manfaat Zumba
1) Mengencangkan Tubuh
Selama melakukan senam zumba otot akan lebih banyak digerakkan
yang merupakan perpaduan gerakan kebugaran senam biasa dengan
squat dan lunge.
2) Mengurangi Berat Badan
Melakukan senam zumba dapat membantu mengurangi berat badan
terutama lemak pada tubuh karena rata-rata jumlah kalori yang dibakar
berkisar 500-1000kkal per 60 menit proses latihan.
3) Memperbaiki kerja otot jantung
Dengan berlatih zumba secara rutin minimal 30 menit dapat memperbaiki
kerja dari otot jantung. Gerakan-gerakan zumba yang bervariasi terutama
zumba sentao yang menggunakan kursi dalam aplikasinya secara tidak
langsung mampu menguatkan otot bagian lengan, pectoralis dan jantung
dikarenakan adanya kursi sebagai beban. 25
W. Jenis Senam Zumba
1) Original Zumba
Kombinasi gerakan tempo cepat, maju, mundur dan energik yang
terinspirasi dari tarian asli latin dan mengedepankan unsure aerobic
sehingga gerakan yang dilakukan lebih menekankan pada bagian otot
kaki dan lengan.26
Berikut gerakan - gerakan yang dilakukan dalam original zumba:
a. Siapkan posisi kaki terbuka lebar selebar dengan bahu. Posisi badan
condong kedepan sedikit membungkuk. Kemudian rentangkan kedua
tangan lurus membentuk sudut 1800. Ayunkan tangan kebelakang
ikuti irama music dengan hitungan 1x8 dan lakukan repetisi sebanyak
4 kali. Gerakan kedua dilakukan dengan mengangkat lengan keatas
dan dapat pula menggunakan dumble sebagai beban sebanyak 2x8
dengan mengikuti irama music.
b. Gerakan bahu putar kebelakang dan kedepan disertai gerakan kaki
kekiri, kenanan atau kedepan dan kebelakang secara bergantian.
c. Persiapkan kedua tangan menghadap kedepan dengan posisi badan
condong kebelakang kemudian lakukan squat kecil dan putaran ringan
baik kesamping kiri ataupun kanan
d. Buka kaki selebar bahu kemudian jongkok dengan memberikan beban
pada tumit angkat badan kembali dengan ayunan tangan kesamping
kiri dan kanan , dapat pula disertai gelengan kepala untuk menambah
semangat.
2) Zumba Gold
Merupakan program zumba yang khusus dibuat untuk generasi
lansia. Gerakan dalam zumba gold hampir sama dengan aerobic lowimpact dan cenderung tidak cepat karena tujuan yang hendak dicapai
dengan program ini adalah mempertahankan fungsi dari organ tubuh
yang penting seperti jantung dan paru-paru yang pada usia lanjut
mengalami penurunan fungsi tubuh. 26
Berikut gerakan - gerakan yang dilakukan dalam Zumba gold:
a. Gerakan pada zumba gold hanya bersifat ringan, sehingga tidak
semua bagian tubuh digerakkan. Tujuannya hanya membuat otototot tubuh tetap aktif karena diikuti oleh kaum lansia. Gerakan
peregangan (streaching) dalam zumba gold ini adalah pada
bagian hlengan yang direntangkan dengan posisi tubuh duduk
pada kursi, kemudian putar lengan kebelakang dan kedepan
dalam hitungan 2 x 8 secara bergantian. Angkat kaki kanan dan
silangkan ke arah kiri kemudian kembali kearah kanan dengan
ritme perlahan hingga sedang mengikuti irama music dan kode
dari instruktur. Atur nafas dan sebagai gerakan inti hanya
diberikan 3 gerakan utama yaitu gerakan memasang kuda-kuda
kemudian badan condong kedepan dan ayunkan tangan yang
mengepal kedepan seperti saat berlatih tinju dan gerakan
tendangan kaki, gerakan ini baik untuk melatih otot jantung.
b. Gerakan kedua dengan berputar disekitar kursi dengan hitungan 2
x 8 sambil melambaikan tangan ke kanan dan ke kiri sesekali
melompat untuk memberikan semangat, dapat pula menggunakan
dumblle untuk menambahh massa dibagian lengan pada saat
melakukan gerakan triceps kearah depan dan belakang.
c. Gerakan ketiga ayunkan tangan ke samping kiri dan kanan
dengan mencondongkan badan ke arah depan kemudian kembali
tegak dengan repetisi 4 x 8.
d. Gerakan pendinginan bisa dilakukan dengan memutar kepala dan
bahhu kemudian melemaskan tumit dan pergelangan kaki dengan
mengayun dan memutar dalam hitungan 2 x 8 disetiap gerakan.
3) Aqua Zumba
Merupakan salah satu program zumba yang dilakukan didalam air.
Jenis zumba ini adalah latihan cardio yang menggabungkan unsure
zumba dance dengan olahraga dalam air. Karena air bersifat
menyokong berat badan maka secara fleksibel tubuh dapat bergerak
bebas sehingga menghindari terjadinya cedera pada sendi maupun
otot setelah dilakukannya olahraga ini. Aqua zumba sangat bagus
dan bisa menjadi salah satu alternative untuk dilakukan oleh orangorang yang menjalani terapi untuk melatih kekuatan dan kebugaran
kembali setelah mengalami kecelakaan atau pembedahan. 26
Berikut gerakan-gerakan dalam aqua zumba :
a. Pilih media air yang dirasa nyaman dengan tinggi 75 cm dari mata
kaki. Lakukan peregangan pada daerah kepala dengan memutar
kepala secara perlahan dengan hitungan 2x8 ke arah kiri dan
kanan, persiapkan bahu dan lengan dengan memutar kearah
belakang dan depan secara bergantian. Setelah rileks, peregangan
berikutnya mengarah kepada bagian pinggang dengan posisi
badan condong ke depan dan ayunkan pinggang secara
bergantian dengan hitungan 1 x 8 sesuai iringan music secara
bergantian. Lakukan peregangan berikutnya pada bagian betis
tujuannya adalah menghindari cedera yang kemungkinan terjadi
saat melakukan aqua zumba.
b. Warming up (pemanasan)
Dilakukan selama 10-15 menit dengan hitungan 4 x 8 yang terdiri
dari gerakan kepala keatas, kebawah, kesamping dan berputar
serupa pada saat peregangan. Gerakan bahu kearah depan dan
belakang kemudian bergantian atas dan bawah. Angkat kedua
lengan keatas goyangkan kiri dan kanan diikuti dengan gerakan
pinggang dan panggul kearah kiri, kanan dan berputar. Pada
gerakan kaki lakukan secara ringan memutar ujung kaki atau tumit
kearah dalam dan luar dengan hitungan masing-masing kiri dan
kanan 2 x 8.
c. Conditioning (gerakan inti)
Pada aqua zumba gerakan inti disesuaikan dengan kreatifitas
sang instruktur dan tidak ada gerakan standar untuk aqua zumba .
Pada saat conditioning gerakan yang terfokus hanya pada kaki
dengan melakukan squat kearah depan dan belakang dapat pula
kekiri dan kanan.
4) Zumba Toning
Zumba toning merupakan jenis zumba yang berfokus pada tonus otot
dan pembentukan tubuh. Dengan penggunaan tongkat toning cahaya
yang membantu ritme gerakan dan menargetkan bagian tubuh yang
akan dibentuk seperti paha dan lengan. Latihan ini sangat bagus dan
biasanya dilakukan oleh wanita yang ingin membentuk otot tubuhnya
kembali pasca melahirkan. 26
Berikut gerakan-gerakan yang dilakukan dalam zumba toning :
a. Hamstring
Posisi badan menghadap ke kanan dengan tangan dibawah.
Turunkan badan mulai dari pinggang, hingga bahu lurus.
Posisikan tangan lurus kearah bawah sambil memegang
maracas. Naikkan badan hingga posisi tubuh berdiri tegak dan
kedua tangan ditekuk dimasing-masing sisi.
Dorong tangan kearah depan dengan posisi mengarah keluar
hingga tangan lurus kedepan.
b. Lunges Combination
Mulai gerakan dengan kedua tangan didepan dada dan kaki
berdiri tegak. Langkahkan kaki kiri ke depan dan pasang kudakuda membentuk sudut 90 derajat di bagian lutut, tangan kiri lurus
kearah samping. Sementara itu, kaki kanan menyiku dengan lutut
yang tak boleh menyentuh lantai dan kaki kiri kebelakang.
c. Upper Back
Posisi berdiri menyamping hadap kanan dengan kaki kiri di
belakang membentuk siku sebanyak 90 derajat dank ski kanan ke
depan. Putar bagian
mengubah
pijakan,
tangan dan kaki kearah depan tanpa
lalu
kearah
sebaliknya hingga
posisi
menyamping hadap kiri, kaki kanan dibelakang dan kaki kiri
didepan. Tarik tangan dan kembali berdiri tegak.
d. Triceps
Bawa kaki kanan dan tangan kanan kearah samping belakang,
sementara tangan kiri didepan dada. Langkahkan kaki kanan
menyilang didepan kaki kiri dengan sedikit tolakan, lalu gerakan
cacha. Tarik arah sebaliknya, yaitu kaki dan tangan kiri kearah
samping belakang, lalu langkahkan kai kiri hingga menyilang
didepan kaki kanan sambil melakukan gerakan cacha. Gerakan ini
dilakukan dengan ayunan seperti saat menari.
e. Stomach and biceps
Tubuh dalam keadaan kuda-kuda dengan lutut ditekuk dan
telapak tangan menghadap keatas. Angkat kaki kanan dan kedua
tangan kedepan
sambil tahan bagian perut. Tekukkan kaki,
turunkan. Lakukan arah sebaliknya.
5) Zumba Tonic
Zumba Tonic merupakan salah satu jenis zumba yang dapat dijadikan
salah satu alternative bagi anak-anak untuk melakukan olahraga.
Biasanya zumba tonic dilakukan secara bersama-sama oleh anggota
keluarga baik didalam maupun dipusat kebugaran. Olahraga ini bisa
dijadikan terapi untuk anak yang mengalami obesitas sehingga
kurangnya rasa percaya diri, dengan melakukan zumba tonic
bersama keluarga maka secara tidak langsung memberikan motivasi
bagi anak obesitas untuk rutin melakukan olahraga karena gerakangerakan yang dilakukan ringan namun jika dilakukan rutin dapat
menurunkan kalori dengan cepat. 26
6) Zumba Sentao
Jenis zumba ini membutuhkan kursi dalam mengaplikasikannya.
Penggunaan kursi bertujuan untukh memberi beban pada tubuh dan
cocok jika digunakan bagi individu yang ingin membentuk tubuh dan
menurunkan berat badan. Zumba jenis ini juga digunakan untuk
melatih keseimbangan tubuh karena gerakan yang dilakukan dengan
mengendalikan kursi sebagai beban dengan ritme sedang hingga
cepat. Biasanya zumba sentao lebih banyak diminati oleh remaja dan
ibu-ibu.27
Berikut gerakan-gerakan zumba sentao :
a. Tangan kiri memegang kursi. Kaki kanan diangkat keatas sejajar
dengan pinggul. Lalu, turunkan kebawah. Lakukan hal yang sama
pada tangan kanan dan kaki kiri. Fungsi : menguatkan perut dan
paha.
b. Tangan bertumpu pada kursi, angkat kaki kiri dan kanan
kesamping secara bergantian. Fungsi ; menguatkan pinggul
c. Dengan tangan bertumpu pada kursi, lakukan gerakan push up.
Pegang kursi dengan kedua tangan, luruskan kaki kebelakang.
Lalu, turunkan bahu. Fungsi : menguatkan otot lengan, bahu dan
dada.
d. Pegang kursi dengan posisi badan didepan kursi dan kedua
tangan kebelakang. Lalu, tekuk kaki, turunkan dan naikkan badan
beberapa kali. Fungsi : menguatkan otot tangan.
e. Posisi kaki kanan tegak lurus, naikkan kaki kiri keatas kursi.
Turunkan kaki kiri, dengan kaki kanan melangkah kebelakang.
Fungsi: penegncangan otot paha
f.
Dalam posisi duduk, angkat kaki kiri dan kanan bergantian,
simpan tangan dibawah paha. Fungsi: pengencangan perut
g. Duduk dikursi dengan posisi kedua tangan didepan. Lalu angkat
tangan kesamping dan keatas. Fungsi: penguatan otot perut dan
punggung
h. Pegang kursi dalam posisi tubuh merunduk. Langkahkan kaki kiri
kesamping dengan tangan kanan dikursi. Lalu, langkahkan kaki
kanan kesamping dengan tangan kiri letakkan dikursi. Fungsi :
pembentukan otoy pinggul, paha dan pantat
i.
Naikkan
kaki
kiri
keatas
kursi,
lakukan
squat
untuk
mengencangkan kaki. Lalu anhkat kaki yang sama kearah dada
untuk mengencangkan perut. Fungsi: Pengencangan otot kaki
dan dada
j.
Dalam posisi duduk, letakkan tangan di kursi. Angkat kaki keatas
dan lakukan gerakan seperti gaya bebas saat berenang. Fungsi:
pembentukan otot perut.
Kerangka Teori
Penatalaksanaan Farmakologi :
1. Oral : Sulfonylurea, glinid,
biguanid, glitazone
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi DM tipe
2:
2Injeksi : Novoramid, actrapid,
livemir
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi kadar
glukosa darah :
1.Umur
2.Berat Badan
3.Kurangnya aktifitas
DM tipe 2
Kadar glukosa darah
1.Glukotoksisitas
fisik
2.Lipotoksisitas
4.Herediter
3.Penumpukan amiloid
5.Stres
4. Resistensi insulin
Penatalaksanaan Non Farmakologi :
1.Diet
2.Edukasi
3.Latihan Fisik :
a.Tai chi
b.Yoga
c.Aerobik :
-Intensitas rendah
- intensitas sedang
- intensitas tinggi
Zumba
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 1.1 Kerangka Teori Modifikasi Sidartawan dan Sarwono
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
INDEPENDEN
VARIABEL
DEPENDEN
VARIABEL
Senam zumba
Kadar gula darah
Gambar 3.1
B. Hipotesis
Ada perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah senam
zumba
C. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode praeksperimen melalui pendekatan one group pre and post-test design.
Desainpenelitian one group pre and post-test design merupakan salah
satu dari metode pra eksperimen yang tidak ada kelompok
pembanding (kontrol), tetapi sudah dilaksanakan observasi pertama
(pre-test) yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang
terjadi setelah adanya perlakuan (eksperimen). Bentuk rancangan ini
adalah sebagai berikut :
Pretest
Perlakuan
O1
Posttest
X
O2
Keterangan:
O1
: Tes awal (pre-test) sebelum perlakuan diberikan
X
: Perlakuan terhadap kelompok eksperimen yaitu dengan
memberikan senam zumba
O2
: Tes akhir (post-test) setelah perlakuan diberikan
D. Variabel penelitian
1. Variabel bebas
: senam zumba
2. Variabel terikat : kadar gula darah sewaktu
E. Definisi operasional
1. Senam zumba
Senam zumba sama adalah latihan jasmani yang terdiri dari 4
tahap yaitu streaching (peregangan), warming up (pemanasan),
conditioning(gerakan inti), dan cooling down (pendinginan) yang
dilakukan dalam intensitas sedang dengan durasi 45 menit
dengan frekuensi 3 kali dalam 1 minggu selama 2 minggu.
Skala : nominal
68
2. Kadar gula darah
Kadar glukosa darah adalah tingkat konsentrasi gula darah
sewaktu yang dinyatakan dalam mg/dl yang diambil pada suatu
waktu tanpa dilakukan puasa. dengan menggunakan glukosa
meter atau glucometer oleh perawat Puskesmas Tlogosari Kulon
Semarang
Skala : Rasio
F. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua penderita
DM tipe-2 yang berobat di Puskesmas Kedungmundu tahun 2014 Mei 2015 sejumlah 74 probandus.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah
teknik pengambilan sampel tidak acak berdasarkan pertimbangan
peneliti dan ciri atau sifat-sifat populasi yang diketahui sebelumnya.
Kriteria inklusi sampel :
1. Bersedia menjadi responden
2. Berusia 15-44 tahun
3. Jenis kelamin pria dan wanita
4. Pasien DM tipe 2 dengan GDS maksimal 250mg/dl pada saat
sebelum senam
Kriteria eksklusi sampel :
1. Mengalami penyakit penyerta lain seperti jantung
2. Pasien DM tipe 2 yang mengalami luka pada kaki
G. Pengumpulan data
1. Sumber data
a) Data primer
Data primer dalam
penelitian ini
diperoleh dari
hasil
wawancara kepada petugas Puskesmas Kedungmundu dan
probandus penelitian.
b) Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kota Semarang yaitu data jumlah kasus DM tipe-2
se-Kota Semarang di puskesmas dan data dari Puskesmas
Kedungmundu yaitu data kasus dan penderita DM tipe-2 yang
diperoleh dari catatan medis
Langkah-langkah uji coba :
1. Tahap pelaksanaan uji coba
a. Penyiapan probandus penelitian
1) Mempersiapkan
penderita
DM
tipe-2
yang
memenuhi kriteria inklusi dan telah menyetujui
inform consent
2) Isi lembar observasi 1 untuk karakteristik probandus
dan penggunaan OHO.
3) Persiapan pemenuhan kebutuhan kalori probandus
setelah
melakukan
senam
zumba
untuk
menghindari kemungkinan gula darah turun terlalu
banyak. Asupan kalori dapat berupa buah, ½
cangkir susu maupun krekers terutama air putih
untuk menghindari dehidrasi.
4) Lakukan screening dengan pengukuran denyut
jantung maksimum atau MHR probandus sebelum
melakukan senam zumba, catat hasil pengukuran
pada lembar observasi 2.
b. Sebagai pre-test lakukan pengukuran kadar glukosa
darah
sewaktu
sebelum
senam
zumba dengan
menggunakan glucometer, berikut langkah-langkah
pengukuran KGD :
1) Siapkan perangkat glucometer berikut uji strip,
lancet, dan alcohol pad.
2) Cuci tangan untuk mencegah infeksi
3) Pastikan tangan kering dan ruang daerah yang
dipilih (jari ketiga atau jari keempat) dengan alcohol
pad, tunggu sebentar sampai alcohol menguap
4) Tusuk jari yang tadi sudah ditentukan dengan
lancet, yang dibutuhkan hanya satu tetes darah
5) Tempatkan tetes darah pada sisi strip.
6) Tunggu beberapa saat kemudian hasilnya keluar
c. Mendata hasil kadar glukosa darah para penderita DM
tipe-2 sebelum senam.
d. Memberikan perlakuan berupa senam zumba selama
45 menit
e. Ukur MHR probandus setelah senam dan bandingkan
dengan target yang sudah diukur sebelumnya
f.
Sebagai post-test ukur kembali kadar glukosa darah
probandus
g. Mendata kadar glukosa darah probandus setelah
senam pada lembar observasi
2. Tahap akhir uji coba
a. Bandingkan kedua data pre-test dan post-test, ada
penurunan atau tidak KGD setelah treatment
b. Menganalisis dan mengolah data melalui
uji T
berpasangan
c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan
data
H. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan instrument berupa lembar
observasi 1 dan 2. Lembar observasi 1 berisi karakteristik responden
berupa nama,umur, alamat, berat badan, tinggi badan, mulai
terdiagnosis DM, lama sakit dan penggunaan OHO. Lembar observasi
kedua berupa hasil pengukuran MHR (Maksimum Heart Rate) yang
dihitung dengan menggunakan stopwatch dan untuk mendapatkan
kadar gula darah sewaktu dari pasien DM tipe 2 dilakukan
pengambilan
sampel
darah
perifer
dan
diukur
oleh
tenaga
keperawatan Puskesmas Tlogosari Kulon dengan menggunakan alat
ukur glucometer di Balai Kelurahan Sambiroto Semarang.
I. Validitas
Validitas merupakan pernyataan tentang sejauh mana alat ukur
(pengukuran,
tes,
Instrument)
mengukur
apa
yang
memang
sesungguhnya hendak diukur. Pada penelitian ini digunakan uji
validitas pengukuran kadar gula darah sewaktu. Untuk mengetahui
alat glucometer benar dalam mengukur kadar gula darah sewaktu
maka perlu dilakukan pengecekan ulang glucometer dengan strip
yang tersedia jika strip dimasukkan pada alat dan tertulis pada layar
“N” atau normal maka alat dalam kondisi baik dan dianggap valid
dalam pengukuran.
J. Pengolahan Data
1. Editing
Langkah ini berguna untuk memeriksa kelengkapan pengisian
lembar observasi 1 dan lembar observasi 2 kejelasan jawaban,
pengukuran, relevansi jawaban, dan keseragaman data
2. Coding
Coding dilakukan untuk mengklasifikasikan jawaban dari para
probandus kedalam kategori-kategori dengan memberikan kode
pada setiap jawaban probandus.
3. Entry Data
Entry data digunakan untuk memasukkan data yang telah
mengalami proses koding kedalam variable sheet dalam SPSS.
4. Tabulating
Tabulating berguna untuk menyusun data yang memiliki sifat-sifat
yang sesuai dengan variable yang diteliti supaya mempermudah
dalam menganalisis data.
K. Analisis data
1. Analisis univariat
Analisis
univariat
bertujuan
untuk
menjelaskan
atau
mendeskripsikan data masing-masing variable yaitu senam zumba
(variabel bebas) dan kadar GDS (variabel terikat) dengan
menggunakan
tabel
distribusi
frekuensi,
rata-rata
(mean),
minimum dan maksimum serta standart deviasi.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh antara
variabel terikat dan variabel bebas dengan pembuktian hipotesis.
Uji normalitas data hasil pengukuran kadar GDS dengan shapirowilk. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah sebaran data yang
ada dalam distribusi normal atau tidak. Apabila nilai signifikansi >
0,05 maka data dalam distribusi normal
Data dengan skala data normal diuji dengan uji statistik sampel
paired t-test. Uji ini membandingkan apakah terdapat perbedaan
atau kesamaan rata-rata antara dua kelompok sampel data yang
saling berkaitan berpasangan. Jika data tidak memenuhi syarat
maka uji alternatifnya adalah dengan uji wilcoxon (uji nonparametrik). Data yang akan diuji meliputi :
a. Data pre-test (O1) dan data post-test GDS (O2) dengan praktik
senam zumba (X1) selama minggu pertama
b. Data pre-test (O1) dan data post-test GDS (O2) dengan praktik
senam zumba (X2) selama minggu kedua
Aturan pengambilan keputusan hipotesis :
1. Jika probabilitas ≥ 0,05 maka H0 diterima, berarti tidak ada
pengaruh antara senam zumba dengan kadar GDS.
2. Jika probabilitas < 0,05 H0 ditolak, berarti ada pengaruh
antara senam zumba dengan kadar GDS.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Puskesmas Kedungmundu
Puskesmas Kedungmundu adalah unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kota Semarang yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di wilayah kerja. Sebagai unit pelaksana
teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang, Puskesmas Kedungmundu
berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional
Dinas Kesehatan Kota Semarang dan merupakan unit pelaksana
tingkat pertama dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Puskesmas Kedungmundu terletak di Jl. Sambiroto RT
01/ RW 01 Kelurahan Sambiroto, Kecamatan Tembalang dengan luas
wilayah kerja 14.244.890 km2. Puskesmas Kedungmundu merupakan
puskesmas induk yang memiliki empat Puskesmas Pembantu
Pustu
Sendangguwo,
Pustu
Sambiroto,
yaitu
Pustu Sendangmulyo dan
Pustu Mangunharjo.
Puskesmas Kedungmundu sebagai salah satu Puskesmas yang
berada di Kecamatan Tembalang dengan luas wilayah 1.138.393 km2
dengan wilayah kerja sebanyak 7 kelurahan yaitu :
1. Kelurahan Kedungmundu
: 9 RW
2. Kelurahan Tandang
: 14 RW
3. Kelurahan Jangli
: 5 RW
4. Kelurahan Sendangguwo
: 9 RW
5. Kelurahan Sendangmulyo
: 31 RW
6. Kelurrahan Sambiroto
: 11 RW
7. Kelurahan Mangunharjo
: 8 RW
Dengan batas wilayah kerja
1. Sebelah Utara
: Kecamatan Pedurungan
2. Sebelah Barat
: Kecamatan Banyumanik
3. Sebelah Timur
: Kecamatan Batursari Demak
4. Sebelah Selatan : Kecamatan Candisari
B. Gambaran Program Penanganan Diabetes mellitus Tipe 2 Puskesmas
Kedungmundu
Puskesmas kedungmundu memiliki program pencegahan dan pengendalian penyakit
diabetes mellitus tipe 2 yang dilakukan dengan titik focus pada pencegahan
meningkatnya penderita baru dan pencegahan terjadinya komplikasi akibat diabetes
mellitus tipe 2, dengan 2 program sebagai berikut :
1. DPP (Diabetes Preventif Program)
DPP merupakan program pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan
primer yang dilakukan oleh Puskesmas Kedungmundu adalah dengan
melakukan pemeriksaan rutin kadar glukosa darah setiap seminggu sekali oleh
petugas puskesmas yang dibantu oleh RT/RW. Pemeriksaan tersebut dilakukan
di daerah yang berdasarkan catatan medis memiliki penderita diabetes mellitus
tertinggi dengan tujuan menemukan warga yang beresiko memiliki riwayat DM
tipe 2.
Pencegahan sekunder dilakukan oleh pihak Puskesmas Kedungmundu melalui
penyuluhan kepatuhan minum obat pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dari
awal terdiagnosis terkena diabetes dan dilakukan secara rutin sebanyak 2 kali
dalam sebulan. Selain diberikan penyuluhan, penderita diabetes juga diberikan
treatment pengendalian glukosa darah melalui diet sehat dengan mengurangi
jumlah karbohidrat, protein dan lemak sesuai batasan yang ditentukan oleh pihak
gizi puskesmas, serta melakukan olahraga dengan senam diabetes pro-lansi
yang dilakukan sebulan sekali setiap tanggal 10.
Pencegahan tersier diberikan pada penderita diabetes mellitus tipe 2 yang sudah
terdiagnosis adanya komplikasi akibat diabetes seperti komplikasi pada mata,
jantung, ginjal,dll dengan melakukan pemantauan secara signifikan pada
penderita melalui kunjungan langsung di rumah penderita dan pembekalan pada
RT/RW agar dapat menyampaikan kepada warga tentang cara penanggulangan
diabetes mellitus dengan komplikasi.
2. Pengobatan
Pengobatan untuk diabetes mellitus tipe 2 sebaiknya diberikan langsung setelah
terdiagnosa terkena diabetes. Di Puskesmas Kedungmundu ada 3 jenis
golongan OHO (Obat Hipoglikemik Oral) yang digunakan, antara lain :
a. Pemicu Sekresi Insulin
Yang meliputi sulfonylurea, untuk meningkatkan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas dan penurunan produksi glukosa.
b. Penambah Sensitivitas Terhadap Insulin
Yang meliputi biguanid yang fungsinya menurunkan glukosa darah
dengan memperbaiki transport glukosa kedalam sel otot. Glitazon dengan
fungsi menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah pentransport glukosa.
c. Penghambat Alfa Glukosidase
Merupakan suatu penghambat enzim alfa glukosidase yang terletak pada
dinding usus, berfungsi untuk hidrlosis, oligosakarida, trisakarida dan
disakarida pada dinding usus halus. Inhibisi system enzim ini secara
efektif dapat mengurangi digesti karbohidrat kompleksdan absropsisnya,
sehingga pada penderita diabetes dapat mengurangi peningkatan kadar
glukosa post-prandial.
C. Gambaran Pelaksanaan Penelitian Senam Zumba di Balai Kelurahan
Sambiroto
1. Penelitian senam zumba dilaksanakan selama 2 minggu pada hari Sabtu dan
Minggu. Pada minggu pertama penelitian, senam dilakukan tanggal 1 Agustus -2
Agustus 2015 dan pada minggu kedua, senam dilaksanakan tanggal 8 Agustus –
9 agustus 2015. Jumlah probandus yang mengikuti penelitian dari awal hingga
minggu akhir adalah 38 probandus yang seluruhnya berjenis kelamin
perempuan.
2. Pelaksanaan penelitian pada sabtu minggu pertama dilakukan dalam waktu ± 3
jam 40 menit, dan pada hari minggu di minggu pertama hingga pada hari minggu
di minggu akhir penelitian, penelitian dilakukan ± 3 jam, dengan rangkaian
kegiatan sebagai berikut:
a. Pada 40 menit pertama penelitian, dilakukan wawancara oleh peneliti terkait
karakteristik probandus seperti nama, alamat, umur, pendidikan, pekerjaan,
riwayat terdiagnosis diabetes, riwayat penggunaan OHO dan olahraga yang
dilakukan hingga pada saat penelitian.
b. 70 menit berikutnya, setelah probandus diwawancarai maka dilakukan
pengukuran dan pemeriksaan awal yaitu pengukuran BB dan TB oleh asisten
1 peneliti, kemudian dilakukan pengukuran maksimum heart rate oleh peneliti
dibantu oleh asisten peneliti 2 dan pemeriksaan gula darah sewaktu
probandus yang dilakukan oleh tenaga keperawatan sesuai dengan prosedur
penelitian yang dibantu oleh peneliti.
Pada saat pengukuran dan pemeriksaan di minggu pertama penelitian telah
berjalan sesuai prosedur hanya saja pada pelaksanaan penelitian di minggu
kedua akhir yaitu di hari minggu, dilakukan pengulangan pemeriksaan kadar
gula darah awal sebelum senam pada probandus dikarenakan ada 5
probandus yang saat ditusuk oleh lancet posisi jari bergeser sehingga darah
yang keluar mengenai bukan pada sisi penampung sampel darah. Hal ini
terjadi dikarenakan pada minggu akhir penelitian dilakukan pembagian
doorprise sehingga probandus yang hadir saling berdesakan.
Adanya pihak keluarga probandus yang ikut serta dalam pemeriksaan gula
darah menyebabkan waktu pelaksanaan penelitian terhambat.
c. Setelah usai melakukan pengukuran dan pemeriksaan, probandus masuk
pada inti dari penelitian yaitu senam zumba. Senam zumba dilakukan selama
45 menit dalam 4 tahap sebagai berikut:
1. Streaching (peregangan) dilakukan selama 5 menit dengan tujuan agar
tidak terjadi cedera pada otot-otot tubuh yang digunakan saat senam.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan asisten peneliti pada sabtu
dan minggu pertama dari 38 probandus seluruhnya melakukan gerakan
streaching sesuai dengan prosedur penelitian yaitu dalam masing-masing
gerakan 2x8 dimulai dari bagian kepala, leher, bahu, lengan, perut,
pinggang, panggul hingga kaki. Pada sabtu minggu kedua penelitian, dari
hasil pengamatan ada 3 orang yang datang terlambat sehingga tidak
mengikuti gerakan streaching yang diberikan, dan pada hari minggu di
minggu kedua ada 1 orang yang tidak mengikuti gerakan streaching
sesuai prosedur yaitu selama 10 menit dengan alasan sudah melakukan
dirumah.
2. Warming up (pemanasan)
Warming up dilakukan dalam waktu 10 menit dalam hitungan 4x8 untuk
masing-masing gerakan dimulai dari kepala, bahu, lengan, dada,
pinggang dan titik focus pada bagian kaki. Tujuanna adalah untuk
mempersiapkan otot-otot yang digunakan terutama otot kaki agar dapat
terhindar dari komplikasi di bagian kaki dan meningkatkan denyut jantung
serta suhu tubuh. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
dari 38 probandus seluruhnya melakukan tahap warming up sesuai
dengan prosedur yang diberikan oleh peneliti baik di minggu pertama
ataupun di minggu kedua penelitian.
3. Conditioning (inti)
Gerakan inti dari senam zumba dilakukan dalam ritme medium agar
menghindari terjadinya penurunan glukosa darah secara drastis yang
dapat mengakibatkan hipoglikemik hingga pingsan. Pada tahap ini setiap
gerakan dalam hitungan 2x8 kemudian dilakukan pengulangan dalam
hitungan 1x8 hingga 25 menit. Gerakan inti meliputi gerakan kepala kekiri
dan kekanan juga gerakan kepala berputar sambil bertepuk tangan
mengikuti irama music. Gerakan tangan dilakukan dengan gerakan sikut
menyamping dan gerakan tinju kedepan dengan kaki menyilang kanankiri kemudian maju-mundur. Gerakan pinggang dengan menggerakkan
pinggang samping kiri dan kanan diikuti gerakan panggul dengan posisi
tangan keduanya berada diatas kepala. Gerakan inti pada kaki dengan
gerakan seperti melangkah disertai sedikit loncatan dan teriakan
penyemangat juga berputar kedepan dan kebelakang. Pada gerakan inti
dibuat
variasi
sesuai
dengan
keinginan
peneliti
agar
tidak
monoton.Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada minggu
pertama penelitian, seluruh probandus melakukan sesuai dengan
prosedur, pada minggu akhir penelitian di hari sabtu ada 8 probandus
yang hanya melakukan gerakan inti hingga menit ke 15-20 dan
beristirahat sebentar kemudian melanjutkan kembali, pada hari minggu di
minggu akhir ada 6 probandus yang melakukan gerakan inti hanya ±15
menit dikarenakan kelelahan.
4. Cooling down (pendinginan)
Tahap ini dilakukan selama 5 menit dengan hitungan 1x8 dimulai dari
kaki, panggul, pinggang, perut tangan dan kepala. Tujuan dari tahap ini
adalah untuk melemaskan otot-otot yang digunakan selama senam agar
tidak terjadi cedera, menurunkan hingga ke batas normal denyut jantung
dan menurunkan suhu tubuh. Berdasarkan hasil pengamatan pada tahap
ini semua probandus yang berjumlah 38 melakukan cooling down sesuai
prosedur penelitian hingga selesai.
d. 15 menit berikutnya setelah senam zumba para probandus melakukan
istirahat dan diberikan ijin untuk minum air mineral tanpa mengkonsumsi
makanan terlebih dahulu karena akan dilakukan pemeriksaan gula darah
sesudah senam.
e. 50 menit akhir penelitian dilakukan pemeriksaan ulang MHR dan kadar gula
darah sesudah senam oleh peneliti dan asisten peneliti.
D. Gambaran Senam Zumba Minggu I dan II
Senam zumba dilakukan pada pk 09.00 di hari Sabtu dan pk 10.00 di hari
Minggu. Senam zumba dilakukan dalam 4 bagian yaitu streaching (peregangan),
warming
up
(pemanasan),
conditioning
(gerakan
inti)
dan
cooling
down
(pendinginan). Pada senam zumba di minggu pertama, berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan dari 38 probandus seluruhnya melakukan proses senam
zumba sesuai dengan prosedur dari peneliti dari awal yaitu streaching (peregangan)
hingga kebagian cooling down (pendinginan). Gerakan yang dilakukan oleh 38
probandus yang hadir, dari hasil pengamatan hampir secara keseluruhan melakukan
gerakan yang sama dengan peneliti dikarenakan gerakan yang diberikan mudah
untuk diikuti.
Pada minggu II pelaksanaan senam zumba,dari hasil pengamatan yang
dilakukan dari 38 probandus ada ± 3 orang dihari Sabtu Minggu II yang datang
terlambat sehingga tidak mengikuti streaching (peregangan), sedangkan di hari
Minggu pada minggu ke II sebanyak 1 orang tidak mengikuti streaching karena
sudah melakukan dirumah. Untuk warming up (pemanasan) dari 38 probandus
seluruhnya mengikuti proses warming up dari awal hingga akhir sesuai prosedur
selama 10 menit dengan gerakan yang sama yang dilakukan peneliti. Pada bagian
conditioning (gerakan inti) dilakukan selama 25 menit, dari hasil pengamatan peneliti
pada hari Sabtu minggu II terdapat ± 8 orang yang mengikuti bagian conditioning
hingga menit 15-20 dan beristirahat sejenak kemudian melanjutkan gerakan
conditioning kembali hingga akhir, sedangkan di hari minggu ada ± 6 orang yang
berhenti mengikuti senam zumba kira-kira pada menit ke 14 dikarenakan kelelahan
dan gerakan dari beberapa probandus terkadang tidak sama dengan peneliti. Pada
bagian cooling down, dari hasil pengamatan seluruh probandus yang hadir mengikuti
proses tersebut sesuai prosedur penelitian yaitu selama 5 menit dan gerakan yang
dilakukann sesuai dengan peneliti.
E. Karakteristik Probandus
1. Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Probandus menurut Jenis Kelamin
SSum
Jenis kelamin
F
%
perempuan
38
100,0
Laki-laki
0
0,0
Total
38
100,0
ber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa seluruh probandus dalam
penelitian ini berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 38 orang (100%).
2. Umur
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Probandus menurut umur
Umur (Tahun)
F
%
15-24
3
7,9
>24-34
19
50,0
>34-44
16
42,1
Total
38
100,0
Sumber: Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 38 probandus, jumlah
penderita DM tipe-2 tertinggi berada pada umur 25-34 tahun yaitu sebanyak 19
orang (50%) dan jumlah penderita DM tipe-2 terendah pada umur 15-24 tahun
yaitu sebanyak 3 orang (7,9%).
3. Pekerjaan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Probandus menurut pekerjaan
Pekerjaan
Pegawai swasta
wiraswasta
Pns
tidak bekerja
Total
Sumber: Data primer 2015
F
%
5
11
4
18
38
13,2
28,9
10,5
47,4
100,0
Berdasarkan tabel 4.3
menunjukkan bahwa sebagian besar dari 38
probandus adalah kelompok tidak bekerja yaitu sebanyak 18 orang (47,4%), dan
yang paling sedikit sebanyak 4 orang (10,5%) bekerja sebagai PNS.
4. Tingkat pendidikan
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Probandus menurut tingkat pendidikan
Pendidikan
F
%
SD
3
7,9
SMP
12
31,6
SMU
22
57,9
Perguruan Tinggi
1
2,6
Total
Sumber: Data Primer 2015
38
100,0
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar dari 38
probandus berpendidikan SMU yaitu sebanyak 22 orang (57,9%), dan yang
paling sedikit adalah perguruan tinggi hanya sejumlah 1 orang (2,6%).
5. Berat Badan
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Probandus menurut Berat Badan
Berat Badan (Kg)
F
%
45-53
10
26,3
> 53-61
14
36,8
> 61-69
11
28,9
3
7,9
38
100,0
> 69-77
Total
Sumber: Data primer 2015
Dari tabel 4.5 menunjukkan dari 38 probandus,sebagian besar memiliki
berat badan antara 54-61 kg yaitu sebanyak 14 orang (36,8%), dan sebagian
kecil memiliki berat badan antara 70-77 kg sejumlah 3 orang (7,9%).
6. Tinggi Badan
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Probandus menurut Tinggi Badan
Tinggi Badan (Cm)
F
%
146-156
17
44,7
> 156-166
14
36,8
> 166-176
5
13,2
> 176-180
2
5,3
38
100,0
Total
Sumber: Data Primer 2015
Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar dari 38 probandus
memiliki tinggi antara 146-156 cm yaitu sebanyak 17 orang (44,7%), dan hanya
ada 2 orang (5,3%) dengan tinggi antara 176-180 cm.
7. Olahraga
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Probandus menurut Jenis Olahraga
Jenis Olahraga
F
%
Aerobic
10
26,3
non aerobic
15
39,5
tidak olah raga
13
34,2
38
100,0
Total
Sumber: Data primer 2015
Dari tabel 4.7 menunjukkan dari 38 probandus sebagian besar
melakukan aktivitas fisik dengan berolahraga non-aerobic sebanyak 15 orang
(39,5%), dan sebagian kecil yaitu banyak 10 orang (26,3%) melakukan aktivitas
fisik dengan berolahraga aerobic.
8. Lama Terdiagnosis DM tipe-2
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi probandus menurut Riwayat Terdiagnosis DM tipe-2
Lama Terdiagnosa DM
(Bulan)
F
%
0-12
12
31,6
> 12-24
10
26,3
> 24-36
8
21,1
> 36-48
6
15,8
> 48-55
2
5,3
38
100,0
Total
Sumber: Data Primer 2015
Dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 38 probandus sebagian besar
menderita DM tipe-2 selama 0-12 bulan yaitu sebanyak 12 orang (31,6%), dan
hanya sebanyak 2 orang (5,3%) yang menderita DM tipe-2 selama 48-55 bulan.
9. Lama Penggunaan OHO (Obat Hiperglikemik Oral)
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Probandus menurut Lama Penggunaan OHO
Lama Penggunaan OHO
(Bulan)
F
%
0-6
20
52,6
> 6-12
6
15,8
>12-18
6
15,8
>18-24
5
13,2
>24-29
1
2,6
38
100,0
Total
Sumber: Data Primer 2015
Dari tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebagian besar dari 38 probandus
telah menggunakan terapi farmakologis dengan OHO antara 0-6 bulan yaitu
sebanyak 20 orang (52,6%), dan probandus yang menggunakan OHO antara
24-32 bulan hanya sebanyak 1 orang (2,6%).
F. Analisis Univariat
1. Kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) Pertama
Berdasarkan hasil uji normalitas Shapiro-wilk diketahui nilai signifikansi
sebesar 0,003 untuk GDS sebelum dan 0,306 untuk GDS sesudah pada sabtu
minggu pertama sehingga dapat dinyatakan bahwa distribusi data tidak normal
dikarenakan signifikansi salah satu data yaitu data GDS sebelum 0,003 < 0,05.
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Probandus Kadar GDS Sebelum dan Sesudah Senam
Zumba Sabtu Pada Minggu Pertama
kgd_Pertama_sebelum
kgd_Pertama_sesudah
Klasifikasi
(mg/dl)
(mg/dl)
Rata-rata
226,2105
201,8840
Std. Deviasi
15,75474
13,16350
Nilai Minimum
200,00
179,80
Nilai Maksimum
248,00
230,20
Sumber: Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa dari 38 probandus diperoleh
rata-rata kadar GDS sebelum melakukan senam zumba sebesar 226,21mg/dl
dengan niliai minimum 200 mg/dl dan nilai maksimum 248 mg/dl. Rata-rata kadar
GDS setelah senam zumba menjadi 201,88 mg/dl dengan nilai minimum 179,80
mg/dl dan nilai maksimum 230,20 mg/dl. Data tersebut menunjukkan bahwa ratarata kadar GDS probandus setelah senam zumba menjadi sedikit lebih rendah
dibandingkan kadar GDS sebelum senam zumba dengan rata-rata perbedaan
penurunan sebesar 24,33 mg/dl .
2. Kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) Kedua
Berdasarkan hasil uji normalitas Shapiro-wilk diketahui nilai signifikansi
sebesar 0,076 untuk GDS sebelum dan 0,147 untuk GDS sesudah pada hari
minggu di minggu pertama sehingga dapat dinyatakan bahwa distribusi data
normal dikarenakan kedua data > 0,05.
Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi Probandus Kadar GDS Sebelum dan Sesudah Senam
Zumba hari Minggu Pada Minggu Pertama
kgd_Kedua_sebelum
kgd_Kedua_sesudah
Klasifikasi
(mg/dl)
(mg/dl)
Rata-rata
222,1484
204,5597
Std. Deviasi
14,55659
9,88407
Nilai Minimum
200,20
185,59
Nilai Maksimum
248,00
225,90
Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa dari 38 probandus diperoleh
rata-rata kadar GDS sebelum melakukan senam zumba sebesar 222,14 mg/dl
dengan nilai minimum 200,20 mg/dl dan nilai maksimum 248 mg/dl. Rata-rata kadar
GDS menjadi 204,55mg/dl dengan nilai minimum 185,59 mg/dl dan nilai maksimum
225,90 mg/dl. Data tersebut menunjukkan jika kadar GDS probandus setelah senam
zumba lebih rendah dibandingkan kadar GDS sebelum senam zumba dengan
perbedaan rata-rata 17,59 mg/dl.
3. Kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) Ketiga
Berdasarkan hasil uji normalitas Shapiro-wilk diketahui nilai signifikansi
sebesar 0,114 untuk GDS sebelum dan 0,056 untuk GDS sesudah pada hari
minggu di minggu pertama sehingga dapat dinyatakan bahwa distribusi data
normal dikarenakan kedua data > 0,05.
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Probandus Kadar GDS Sebelum dan Sesudah Senam
Zumba hari Sabtu Pada Minggu Kedua
kgd_Ketiga_sebelum
kgd_Ketiga_sesudah
Klasifikasi
(mg/dl)
(mg/dl)
Rata-rata
229,6845
207,8011
Std. Deviasi
12,95216
9,71552
Nilai Minimum
201,47
190,00
Nilai Maksimum
249,00
231,00
Sumber: Data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa dari 38 probandus diperoleh
rata-rata kadar GDS sebelum melakukan senam zumba sebesar 229,68 mg/dl
dengan niliai minimum 201,47 mg/dl dan nilai maksimum 249 mg/dl. Rata-rata kadar
GDS setelah senam zumba menjadi 207,80 mg/dl dengan nilai minimum 190mg/dl
dan nilai maksimum 231 mg/dl. Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kadar
GDS probandus setelah senam zumba menjadi sedikit lebih rendah dibandingkan
kadar GDS sebelum senam zumba dengan rata-rata perbedaan penurunan 21,88
mg/dl .
4. Kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) Keempat
Berdasarkan hasil uji normalitas Shapiro-wilk diketahui nilai signifikansi
sebesar 0,733 untuk GDS sebelum dan 0,002 untuk GDS sesudah pada sabtu
minggu pertama sehingga dapat dinyatakan bahwa distribusi data tidak normal
dikarenakan signifikansi salah satu data yaitu data GDS sesudah 0,002 < 0,05.
Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi Probandus Kadar GDS Sebelum dan Sesudah Senam
Zumba Minggu Pada Minggu Kedua
kgd_Keempat_sebelum kgd_Keempat_sesudah
Klasifikasi
(mg/dl)
(mg/dl)
Rata-rata
224,5163
206,6766
Std. Deviasi
10,48453
8,05204
Nilai Minimum
200,10
196,20
Nilai Maksimum
243,20
225,20
Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa dari 38 probandus diperoleh
rata-rata kadar GDS sebelum melakukan senam zumba sebesar 224,51 mg/dl
dengan niliai minimum 200,10 mg/dl dan nilai maksimum 243,20 mg/dl. Rata-rata
kadar GDS setelah senam zumba menjadi 206,67 mg/dl dengan nilai minimum
196,20 mg/dl dan nilai maksimum 225,20 mg/dl. Data tersebut menunjukkan bahwa
rata-rata kadar GDS probandus setelah senam zumba menjadi sedikit lebih rendah
dibandingkan kadar GDS sebelum senam zumba dengan rata-rata perbedaan
penurunan sebesar 17,84 mg/dl .
5. Kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) Kelima
Berdasarkan
hasil
uji normalitas
Shapiro-wilk
diketahui
nilai
signifikansi
sebesar 0,007 untuk GDS sebelum dan 0,002 untuk GDS sesudah pada sabtu
minggu pertama sehingga dapat dinyatakan bahwa distribusi data tidak normal
dikarenakan signifikansi kedua data < 0,05.
Tabel 4.14
Distribusi Frekuensi Probandus Kadar GDS Sebelum dan Sesudah Senam
Zumba Sabtu Minggu Pertama dan Minggu di Minggu kedua
Klasifikasi
SSumb
kgd_Pertama_sebelum kgd_Keempat_sesudah
(mg/dl)
(mg/dl)
Rata-rata
226,3847
206,6766
Std. Deviasi
15,31681
8,05204
Nilai Minimum
200,00
196,20
Nilai Maximum
248,00
225,20
er: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa dari 38 probandus
diperoleh rata-rata kadar GDS sebelum melakukan senam zumba sebesar 226,38
mg/dl dengan nilai minimum 200 mg/dl dan nilai maksimum 248 mg/dl. Rata-rata
kadar GDS setelah senam zumba menjadi 206,67 mg/dl dengan nilai minimum
196,20 mg/dl dan nilai maksimum 225,20 mg/dl. Data tersebut menunjukkan bahwa
rata-rata kadar GDS probandus setelah senam zumba menjadi sedikit lebih rendah
dibandingkan kadar GDS sebelum senam zumba dengan rata-rata perbedaan
penurunan sebesar 19,71 mg/dl .
G. Grafik Perbedaan Rata-Rata Kadar Gula Darah Sewaktu Sebelum dan Sesudah
Senam Zumba
235
230
225
229,68
226.21
224,51
222,14
220
215
210
207,8
205
200
204,55
206,67
201.88
Sebelum
Sesudah
195
190
185
Sabtu di
Minggu I
Minggu di
Minggu I
Sabtu di
Minggu II
Minggu di
Minggu II
Berdasarkan grafik diatas diketahui adanya penurunan kadar gula darah
sewaktu pada sabtu minggu I dengan rata-rata kadar GDS sebelum senam adalah
226,21 mg/dl, kemudian mengalami penurunan dengan rata-rata penurunan sebanyak
24,33 mg/dl menjadi 201,88 mg/dl. Pada hari Minggu di Minggu I kadar GDS
probandus mengalami penurunan dengan rata-rata sebelum senam 222,14 mg/dl dan
sesudah senam menjadi 204,55 mg/dl. Dan pada hari Sabtu dan Minggu di Minggu II
rata-rata kadar GDS probandus juga menunjukkan penurunan dari sebelum senam di
hari sabtu sebesar 229,68 mg/dl menjadi 207,80 mg/dl sesudah senam dan pada hari
minggu rata-rata kadar GDS sebelum senam adalah 224,51 mg/dl dan sesudah
senam menurun menajdi 206,67 mg/dl.
Sehingga dapat dikatakan bahwa terjadi perbedaan rata-rata kadar gula darah
sewaktu sebelum dan sesudah senam zumba yang terjadi secara signifikan selama
empat kali diberikan senam zumba, yang berarti ada pengaruh antara senam zumba
dengan penurunan kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus tipe 2
di Puskesmas Kedungmundu Semarang.
H. Hasil Rata-Rata KGD Setiap Karakteristik
1. Umur
Grafik 4.2
Distribusi Frekuensi rata-rata KGD Probandus menurut Umur
Pada Minggu I dan II
Kadar GDS (mg/dl)
15-24
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
224,82
201,81
216,82
233,19
224,41
197,95
>24-34
222,98
221,56
>34-44
Total
229,33
207,01
205,11
204,95
233,92
210,43
223,51
214,05
224,12
203,1
205,39
222,14
203,92
226,43
206,1
225,39 209,1
202,2
225,25
206,46
227,64
204,51
221
202,96
Zumba I zumba I zumba II Zumba II zumba III zumba III zumba IV zumba IV
(sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah)
Berdasarkan grafik 4.2 diketahui bahwa rata-rata kadar GDS probandus pada sabtu
minggu pertama (zumba I) sebelum dilakukan senam zumba adalah 224,82 mg/dl dan
menurun menjadi 201,81 mg/dl setelah senam zumba. Pada hari Minggu di minggu pertama
(zumba II) kadar GDS probandus rata-rata sebesar 222,98 mg/dl dan menurun menjadi
205,11 mg/dl. Rata-rata kadar GDS pada sabtu minggu kedua (zumba III) sebelum
dilakukan senam zumba adalah 229,33 mg/dl dan menurun menjadi 207,01 mg/dl setelah
senam zumba. Pada hari Minggu di minggu kedua (zumba IV) kadar GDS probandus ratarata sebesar 223,51 mg/dl dan menurun menjadi 214,05 mg/dl.
2. Berat Badan
Grafik 4.3
Distribusi Frekuensi rata-rata KGD Probandus menurut Berat Badan
Pada Minggu I dan II
206,71
204,93
Kadar GDS (mg/dl)
222,86
205,11
229,4
196,63
210
222,5
203,16
206,96
204,98
200,45
208
225,23
229
226,28
217,33
228,94
226,19
224,77
224,63
234,5
207,75
207,35
229,87
209,11
220,74
205,93
230,4
229,57
217,29
215,5
206,72
196,75
225,38
204,01
223,07
206,41
218
209,66
Zumba I Zumba I Zumba II Zumba II Zumba III Zumba III Zumba IV Zumba IV
(sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah) (sebelum0 (sesudah)
45-53
>53-61
>61-69
>69-77
Total
Berdasarkan grafik 4.3 diketahui bahwa rata-rata kadar GDS pada sabtu minggu
pertama (zumba I) sebelum dilakukan senam zumba adalah 224,63 mg/dl dan menurun
menjadi 204,93 mg/dl setelah senam zumba. Pada hari Minggu di minggu pertama (zumba
II) kadar GDS probandus rata-rata sebesar 224,77 mg/dl dan menurun menjadi 206,71
mg/dl. Pada rata-rata kadar GDS pada sabtu minggu kedua (zumba III) sebelum dilakukan
senam zumba adalah 226,19 mg/dl dan menurun menjadi 204,98 mg/dl setelah senam
zumba. Pada hari Minggu di minggu kedua (zumba IV) kadar GDS probandus rata-rata
sebesar 225,23 mg/dl dan menurun menjadi 206,96 mg/dl.
3. Olahraga
Grafik 4.4
Distribusi Frekuensi rata-rata KGD Probandus menurut Olahraga
Pada Minggu I dan II
Kadar GDS (mg/dl)
226,57
231,31
215,51
204,21
226,13
200,32
201,52
223,24
229,13
224,38
207,72
205,05
202,02
222,28
229,52
222,63
232,99
209,09
201,08
203,67
210,41
228,67
226,89
207,49
206,58
199,73
229,32
210,31
222,44
221,37
204,56
184,31
Zumba I Zumba I Zumba II Zumba II Zumba III Zumba III Zumba IV Zumba IV
(sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah)
Aerobic
Non aerobic
Tidak berolahraga
Total
Berdasarkan grafik 4.4 diketahui bahwa rata-rata kadar GDS pada sabtu minggu
pertama (zumba I) sebelum dilakukan senam zumba adalah 226,57 mg/dl dan menurun
menjadi 202,02 mg/dl setelah senam zumba. Pada hari Minggu di minggu pertama (zumba
II) kadar GDS probandus rata-rata sebesar 222,62 mg/dl dan menurun menjadi 205,05
mg/dl. Pada sabtu minggu kedua (zumba III) sebelum dilakukan senam zumba adalah
229,52 mg/dl dan menurun menjadi 207,72 mg/dl setelah senam zumba. Pada hari Minggu
di minggu pertama (zumba IV) kadar GDS probandus rata-rata sebesar 224,38 mg/dl dan
menurun menjadi 199,73 mg/dl.
4. Lama Terdiagnosis DM
Grafik 4.5
Distribusi Frekuensi rata-rata KGD Probandus menurut Riwayat DM
Pada Minggu I dan II
Kadar GDS (mg/dl)
226,97
233,73
219,02
227,59
203,76
199,08
208,26
211,26
220,69
219,35
213,4
202,1
201,49
201,21
99,29
199,09
222,67
198,12
238,58
235,09
206,12
190,67
225,55
241,55
207,96
214,6
215,26
212,29
206,57
216,89
230,09
205,14
227,24
198,82
221,39
209,12
221,37
199,81
221,37
209,12
229,29
201,4
232,37
204,87
212,71
208
222,45
204,41
0-12
>12-24
>24-36
>36-48
>48-55
Total
Berdasarkan grafik 4.5 diketahui bahwa rata-rata kadar GDS pada sabtu minggu
pertama ( zumba I) sebelum dilakukan senam zumba adalah 226,97 mg/dl dan menurun
menjadi 203,76 mg/dl setelah senam zumba. Pada hari Minggu di minggu pertama (zumba
II) kadar GDS probandus rata-rata sebesar 220,69 mg/dl dan menurun menjadi 202,10
mg/dl. Rata-rata kadar GDS pada sabtu minggu kedua (zumba III) sebelum dilakukan
senam zumba adalah 219,35 mg/dl dan menurun menjadi 206,12 mg/dl setelah senam
zumba. Pada hari Minggu di minggu kedua (zumba IV) kadar GDS probandus rata-rata
sebesar 225,55 mg/dl dan menurun menjadi 207,96 mg/dl.
5. Lama penggunaan OHO
Grafik 4.6
Distribusi Frekuensi rata-rata KGD Probandus menurut Riwayat OHO
Pada Minggu I dan II
Kadar GDS (mg/dl)
225,52
214
229,38
233,36
203,82
200
212,39
222,71
234
205,43
210,1
226,37
209,36
203,17
212,16
198,64
226,81
205,52
215,57
204,09
224,05
198,04
225,47
204,99
223,88
224,53
201,47
230,6
230,6
204,55
190
208,26
214,41
226,21
206,3
198,2
208,09
208,26
226,21
208,09
221,38
199,85
226,36
209,46
230,71
208,42
222,37
205,64
Zumba I Zumba I Zumba II Zumba II Zumba III Zumba III Zumba IV Zumba IV
(sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah) (sebelum) (sesudah)
0-6
>6-12
>12-18
>18-24
>24-29
Total
Berdasarkan grafik 4.6 diketahui bahwa rata-rata kadar GDS pada sabtu minggu
pertama (zumba I) sebelum dilakukan senam zumba adalah 225,52 mg/dl dan menurun
menjadi 203,82 mg/dl setelah senam zumba. Pada hari Minggu di minggu pertama (zumba
II) kadar GDS probandus rata-rata sebesar 222,71 mg/dl dan menurun menjadi 205,43
mg/dl. Rata-rata kadar GDS pada sabtu minggu kedua (zumba III) sebelum dilakukan
senam zumba adalah 224,53 mg/dl dan menurun menjadi 204,55 mg/dl setelah senam
zumba. Pada hari Minggu di minggu kedua (zumba IV) kadar GDS probandus rata-rata
sebesar 223,88 mg/dl dan menurun menjadi 206,30 mg/dl.
I.
Hasil Crosstab Rata-Rata KGD Dengan Karakteristik Probandus
1. Umur
Tabel 4.15
Distribusi Frekuensi dengan rata-rata perbedaan KGD Probandus menurut Umur
Umur
F
%
Rata-rata
Rata-rata
Penurunan
(Tahun)
KGD
KGD
(Pertama) (Keempat)
sebelum
sesudah
(mg/dl)
(mg/dl)
rata-rata
KGD
(mg/dl)
15-24
3
7,9
224,41
202,96
21,45
25-34
19
50,0
233,19
209,10
24,09
35-44
16
42,1
216,86
203,10
13,76
Total
38
100,0
Sumber : Data Primer 2015
Dari tabel 4.15 diketahui bahwa penurunan kadar GDS tertinggi terjadi
pada kelompok probandus dengan umur antara 25-34 tahun yaitu dengan ratarata penurunan GDS setelah senam zumba sebesar 24,09 mg/dl dan penurunan
kadar GDS terendah terjadi pada kelompok probandus dengan umur antara 3544 tahun yaitu dengan rata-rata penurunan kadar GDS sesudah senam zumba
sebesar 13,76 mg/dl.
2. Berat Badan
Tabel 4.16
Distribusi Frekuensi dengan rata-rata perbedaan KGD Probandus menurut Berat
Badan
Berat Badan
(Kg)
F
%
Rata-rata
Rata-rata
Penurunan
KGD
KGD
rata-rata
(Pertama)
(Keempat)
KGD
sebelum
sesudah
(mg/dl)
(mg/dl)
(mg/dl)
45-53
10
26,3
14
36,8
53-61
61-69
11
28,9
3
7,9
69-77
Total
38
100,0
Sumber: Data primer 2015
229,40
228,94
222,86
217,33
209,66
206,41
204,02
207,75
19,74
22,53
18,84
9,58
Dari tabel 4.16 diketahui bahwa penurunan kadar GDS tertinggi terjadi
pada kelompok probandus dengan BB antara 54-61 kg yaitu dengan rata-rata
penurunan GDS setelah senam zumba sebesar 22,53 mg/dl dan penurunan
kadar GDS terendah terjadi pada kelompok probandus dengan BB antara 70-77
kg yaitu dengan rata-rata penurunan kadar GDS sesudah senam zumba sebesar
9,58 mg/dl.
3. Olahraga
Tabel 4.17
Distribusi Frekuensi dengan rata-rata perbedaan KGD Probandus menurut jenis
olahraga
Rata-rata
Rata-rata
Penurunan
KGD
KGD
rata-rata
(pertama) (keempat)
Jenis
sebelum
sesudah
KGD
(mg/dl)
Olahraga
F
%
(mg/dl)
(mg/dl)
Aerobic
non aerobik
tidak olah
raga
10
15
26,3
39,5
226,13
222,28
184,31
204,57
41,82
17,71
13
34,2
231,31
210,31
21,00
Total
38
100,0
Sumber: Data primer 2015
Dari tabel 4.17 diketahui bahwa penurunan kadar GDS tertinggi terjadi
pada kelompok probandus yang berolahraga aerobic yaitu dengan rata-rata
penurunan GDS setelah senam zumba sebesar 41,82 mg/dl dan penurunan
kadar GDS terendah terjadi pada kelompok probandus yang berolahraga nonaeorbic yaitu dengan rata-rata penurunan kadar GDS sesudah senam zumba
sebesar 17,71 mg/dl.
4. Lama Terdiagnosis Diabetes Mellitus Tipe 2
Tabel 4.18
Distribusi Frekuensi dengan rata-rata perbedaan KGD Probandus menurut Lama
Terdiagnosis DM tipe 2
Lama
Rata-rata
Penurunan
KGD
KGD
rata-rata
(Pertama) (Keempat)
Teridagnosis
DM (Bulan)
Rata-rata
F
%
0-12
12
31,6
12-24
10
26,3
24-36
8
21,1
36-48
6
15,8
48-55
2
5,3
Total
38
100,0
Sumber: Data Primer 2015
sebelum
sesudah
(mg/dl)
(mg/dl)
227,29
227,24
227,59
219,02
233,73
204,40
209,12
205,14
206,57
214,60
KGD
(mg/dl)
25,89
18,12
22,45
12,45
19,13
Dari tabel 4.18 diketahui bahwa penurunan kadar GDS tertinggi terjadi
pada kelompok probandus dengan riwayat DM antara 0-12 bulan yaitu dengan
rata-rata penurunan GDS setelah senam zumba sebesar 25,89 mg/dl dan
penurunan kadar GDS terendah terjadi pada kelompok probandus dengan
riwayat DM antara 36-48 bulan yaitu dengan rata-rata penurunan kadar GDS
sesudah senam zumba sebesar 12,45 mg/dl.
5. Lama Penggunaan OHO (Obat Hipoglikemik Oral)
Tabel 4.19
Distribusi Frekuensi dengan rata-rata perbedaan KGD Probandus menurut Lama
Penggunaan OHO
Rata-rata
Rata-rata
Penurunan
KGD
KGD
rata-rata
Lama
(Pertama)
(Keempat)
KGD
penggunaan
sebelum
sesudah
(mg/dl)
(mg/dl)
(mg/dl)
224,05
226,81
233,36
229,39
214
205,63
209,46
210,12
208,09
198,20
OHO (Bulan)
F
%
0-6
20
52,6
6-12
6
15,8
12-18
6
15,8
18-24
5
13,2
24-29
1
2,6
Total
38
100,0
Sumber: Data Primer 2015
18,42
17,35
23,24
21,30
15,80
Dari tabel 4.19 diketahui bahwa penurunan kadar GDS tertinggi terjadi pada
kelompok probandus dengan riwayat OHO antara 12-18 bulan yaitu dengan
rata-rata penurunan GDS setelah senam zumba sebesar 23,24 mg/dl dan
penurunan kadar GDS terendah terjadi pada kelompok probandus dengan
riwayat DM antara 24-29 bulan yaitu dengan rata-rata penurunan kadar GDS
sesudah senam zumba sebesar 15,80 mg/dl.
J. Analisis Bivariat
1. Perbedaan kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah senam zumba
Pertama
Tabel 4.20
Hasil Uji Wilcoxon Antara Kadar Gula Darah Sewaktu Dengan Senam Zumba
Variabel Terikat
Variabel Bebas
Uji statistik
1. Kadar gula
darah sewaktu
hari sabtu minggu
pertama
*(sebelum dan
sesudah senam)
1. senam
zumba
Uji
Wilcoxon
P-Value
Keputusan
0,0001
Ada
perbedaan
Sumber : data primer 2015
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk yaitu pada kadar gula
darah sewaktu sebelum senam zumba diketahui mempunyai nilai signifikansi
sebesar 0,003 dan pada kadar gula darah sewaktu sesudah senam zumba
mempunyai nilai signifikansi 0,306. Hal ini menunjukkan bahwa pada nilai
signifikansi kadar gula darah sewaktu sebelum senam tidak berdistribusi normal
karena < 0,05, sehingga harus dilakukan transformasi data. Hasil uji normalitas
dari transformasi data menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,002 hal ini
menunjukkan bahwa pada kadar gula darah sewaktu sebelum senam tetap tidak
berdistribusi normal, sehingga uji statistik yang digunakan adalah uji Wilcoxon
yang merupakan alternative dari uji T-berpasangan.
Dari tabel tersebut diketahui bahwa hasil uji Wilcoxon antara kadar gula
darah sewaktu dengan senam zumba diperoleh P-Value 0,0001 dan karena PValue kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima atau dapat
diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan antara kadar gula darah sewaktu
sebelum dan sesudah senam zumba pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di
Puskesmas Kedungmundu Semarang.
2. Perbedaan antara kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah senam
zumba Kedua
Tabel 4.21
Hasil Uji T-test Antara Kadar Gula Darah Sewaktu Dengan Senam Zumba
Variabel Terikat
1. Kadar gula
darah sewaktu
hari minggu
minggu pertama
*(sebelum dan
sesudah senam)
Variabel Bebas
1. senam
zumba
Uji statistic
Uji
T-test
P-Value
Keputusan
0,0001
Ada
perbedaan
Sumber : data primer 2015
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk yaitu pada kadar gula
darah sewaktu sebelum senam diketahui mempunyai nilai signifikansi sebesar
0,076 dan pada kadar gula darah sewaktu sesudah senam mempunyai nilai
signifikansi 0,147. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi antara kadar gula
darah sewaktu sebelum senam dan kadar gula darah sewaktu sesudah senam
mempunyai data yang normal karena P-Value > 0,05. Sehingga pada tabel 4.21
dalam uji statistik menggunakan uji T-test.
Dari tabel dapat diketahui bahwa dari hasil uji T-test antara kadar gula darah
sewaktu dengan senam zumba diperoleh P-Value 0,0001 dan karena P-Value
kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima atau dapat diambil
kesimpulan bahwa ada perbedaan antara kadar gula darah sewaktu sebelum
dan sesudah senam zumba pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di
Puskesmas Kedungmundu Semarang.
3. Perbedaan antara kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah senam
zumba Ketiga
Tabel 4.22
Hasil Uji T-test Antara Kadar Gula Darah Sewaktu Dengan Senam Zumba
Variabel Terikat
Variabel Bebas
Uji statistik
1. Kadar gula
darah sewaktu
hari sabtu minggu
kedua
*(sebelum dan
sesudah senam)
1. senam
zumba
Uji
T-test
P-Value
Keputusan
0,0001
Ada
perbedaan
Sumber : data primer 2015
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk yaitu pada kadar gula
darah sewaktu sebelum senam diketahui mempunyai nilai signifikansi sebesar
0,114 dan pada kadar gula darah sewaktu sesudah senam mempunyai nilai
signifikansi 0,056. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi antara kadar gula
darah sewaktu sebelum senam dan kadar gula darah sewaktu sesudah senam
mempunyai data yang normal karena P-Value > 0,05. Sehingga pada tabel 4.22
dalam uji statistik menggunakan uji T-test.
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari hasil uji T-test antara kadar
gula darah sewaktu dengan senam zumba diperoleh P-Value 0,0001 dan karena
P-Value kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima atau dapat
diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan antara kadar gula darah sewaktu
sebelum dan sesudah senam zumba pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di
Puskesmas Kedungmundu Semarang.
4. Perbedaan antara kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah senam
zumba Keempat
Tabel 4.23
Hasil Uji Wilcoxon Antara Kadar Gula Darah Sewaktu Dengan Senam Zumba
Variabel Terikat
1. Kadar gula
darah sewaktu
hari minggu
minggu kedua
*(sebelum dan
sesudah senam)
Variabel Bebas
1. senam
zumba
Uji statistik
P-Value
Keputusan
Uji
Wilcoxon
0,0001
Ada
perbedaan
Sumber : data primer 2015
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk yaitu pada kadar gula
darah sewaktu sebelum senam diketahui mempunyai nilai signifikansi sebesar
0,733 dan pada kadar gula darah sewaktu sesudah senam mempunyai nilai
signifikansi 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa pada nilai signifikansi kadar gula
darah sewaktu sesudah senam tidak normal karena < 0,05, sehingga harus
dilakukan transformasi data. Hasil uji normalitas dari transformasi data
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,002 hal ini menunjukkan bahwa pada
kadar gula darah sewaktu sesudah senam tetap tidak berdistribusi normal,
sehingga uji statistik yang digunakan adalah uji Wilcoxon yang merupakan
alternative dari uji T-berpasangan.
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari hasil uji Wilcoxon antara kadar
gula darah sewaktu dengan senam zumba diperoleh P-Value 0,0001 dan karena
P-Value kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima atau dapat
diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan antara kadar gula darah sewaktu
sebelum dan sesudah senam zumba pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di
Puskesmas Kedungmundu Semarang.
5. Perbedaan antara kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah senam
zumba Pertama dan Keempat
Tabel 4.24
Hasil Uji Wilcoxon Antara Kadar Gula Darah Sewaktu Dengan Senam Zumba
Variabel Terikat
1. Kadar gula
darah sewaktu
hari minggu
minggu kedua
Variabel Bebas
1. senam
zumba
Uji statistik
P-Value
Keputusan
Uji
Wilcoxon
0,0001
Ada
perbedaan
*(sebelum dan
sesudah senam)
Sumber : data primer 2015
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk yaitu pada kadar gula
darah sewaktu sebelum senam diketahui mempunyai nilai signifikansi sebesar
0,007 dan pada kadar gula darah sewaktu sesudah senam mempunyai nilai
signifikansi 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa pada nilai signifikansi kadar gula
darah sewaktu sebelum dan sesudah berdistribusi tidak normal, sehingga harus
dilakukan transformasi data. Hasil uji normalitas dari transformasi data
menunjukkan nilai kadar gula darah sebelum senam dengan signifikansi sebesar
0,005 dan signifikansi kadar gula darah sesudah tetap 0,002, hal ini
menunjukkan bahwa pada kadar gula darah sewaktu baik sebelum maupun
sesudah senam tetap berdistribusi tidak normal, sehingga uji statistik yang
digunakan adalah uji Wilcoxon yang merupakan alternative dari uji Tberpasangan.
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari hasil uji Wilcoxon antara kadar
gula darah sewaktu dengan senam zumba diperoleh P-Value 0,0001 dan karena
P-Value kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima atau dapat
diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan antara kadar gula darah sewaktu
sebelum dan sesudah senam zumba pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di
Puskesmas Kedungmundu Semarang.
K. Rekapitulasi Hasil Analisis Statistik
Tabel 4.25
Rekapitulasi Hasil Analisis Statistik
Variabel Terikat
1. Kadar gula
darah sewaktu
*hari sabtu
minggu pertama
(sebelum dan
sesudah senam)
*hari minggu
minggu pertama
(sebelum dan
Variabel Bebas
Uji statistik
P-Value
Keputusan
Uji Wilcoxon
0,0001
Ada
perbedaan
Uji T-test
0,0001
Ada
perbedaan
1. Senam zumba
sesudah senam)
*hari sabtu
minggu kedua
(sebelum dan
sesudah senam)
*hari minggu
minggu kedua
(sebelum dan
sesudah senam)
*hari Sabtu
minggu pertama
dan hari minggu
di minggu kedua
(sebelum di hari
Sabtu dan
sesudah senam
di hari minggu)
Uji T-test
0,0001
Ada
perbedaan
Uji Wilcoxon
0,0001
Ada
perbedaan
Uji Wilcoxon
0,0001
Ada
perbedaan
Sumber : data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.25 dari kelima data menggunakan uji T-test dan uji
Wilcoxon dapat diketahui bahwa P-Value adalah 0,0001. Karena P-Value < 0,05
maka dapat dikatakan bahwa ada perbedaan antara kadar gula darah sewaktu
sebelum dan sesudah senam zumba pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di
Puskesmas Kedungmundu Semarang.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan,
antara lain sebagai berikut :
1. Keluarga
penderita
yang
diberikan
pemeriksaan
glukosa
darah
juga
mengikutsertakan anak dan saudaranya untuk melihat ada tidaknya risiko
terkena diabetes, sehingga memerlukan waktu dan stick enzim pengukur gula
darah yang lebih dari kebutuhan.
2. yang keluar mengenai bukan pada sisi penampung sampel darah Intensitas
maupun berat ringannya gerakan senam zumba yang dilakukan probandus tidak
dapat terukur dikarenakan tidak dilakukan pemantauan secara signifikan selama
kegiatan senam berlangsung.
3. Belum ada standar frekuensi untuk pengukuran sampel darah yang ideal setelah
senam zumba.
4. Pelaksanaan penelitian di minggu kedua akhir yaitu di hari minggu, dilakukan
pengulangan pemeriksaan kadar gula darah awal sebelum senam pada
probandus dikarenakan ada 5 probandus yang saat ditusuk oleh lancet posisi jari
bergeser sehingga darah.
B. Analisis Univariat
1. Umur
Umur adalah usia responden saat dilakukan penelitian. Pada umumnya
seseorang terkena diabetes mellitus pada usia > 40 tahun hal ini dikarenakan
kelompok usia > 40 tahun mempunyai resiko lebih tinggi terkena DM akibat
menurunnya kemampuan kelenjar pankreas dalam menghasilkan insulin
mengakibatkan rendahnya jumlah glukosa yang diubah menjadi energy 16. Meski
begitu tidak menutup kemungkinan usia muda juga dapat terkena diabetes
mellitus karena dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup. Pernyataan tersebut
selaras dengan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kedungmundu
Semarang bahwa penderita diabetes mellitus tipe 2 dari 38 probandus sebanyak
19 orang (50%) berusia 25-34 tahun, 16 orang (42,1%) berusia 35-44 tahun dan
3 orang (7,9%) berusia 15-24 tahun.
Grafik Rata-Rata Penurunan KGD
Berdasarkan Umur
Kadar GDS(mg/dl)
250
200
150
100
50
0
Rata-rata KGD I
(sebelum)
Rata-rata KGD IV
(sesudah)
Penurunan ratarata KGD
15-24
224,41
202,96
21,45
>24-34
233,19
209,1
24,09
>34-44
216,86
203,1
13,76
Berdasarkan hasil penelitian pada grafik diatas dari senam zumba yang
dilakukan, bahwa penurunan kadar GDS tertinggi terjadi pada kelompok
probandus dengan umur antara 25-34 tahun yaitu dengan rata-rata penurunan
GDS setelah senam zumba sebesar 24,09 mg/dl, dan pada kelompok umur 1524 tahun rata-rata penurunan kadar GDS sebesar 21,45mg/dl, sehingga dapat
dikatakan bahwa senam zumba dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
pengendalian kadar gula darah untuk mencegah terjadinya diabetes mellitus tipe
2 di usia muda (<45 tahun).
2. Aktivitas fisik (Olahraga)
Manfaat
latihan
fisik
bagi
para penderita diabetes
antara lain
meningkatkan kebugaran tubuh, meningkatkan penurunan kadar glukosa darah,
mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya
komplikasi aterogenik, gangguan lemak darah, meningkatkan kadar kolestrol
HDL, meningkatkan sensitivitas reseptorinsulin, menormalkan tekanan darah,
serta meningkatkan kemampuan kerja. Saat melakukan latihan jasmani, pada
tubuh akan terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar oleh otot yang aktif dan
terjadi pula reaksi tubuh yang kompleks meliputi fungsi sirkulasi, metabolisme
dan susunan saraf otonom. Dimana glukosa yang disimpan dalam otot dan hati
sebagai glikogen. Glikogen cepat diakses untuk dipergunakan sebagai sumber
energi pada latihan jasmani terutama pada beberapa atau permulaan latihan
jasmani dimulai9. Jenis olahraga yang diperbolehkan dilakukan oleh penderita
diabetes mellitus adalah olahraga yang bersifat aerobic seperti jalan, jogging,
berenang, bersepeda dan senam berkelompok.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kedungmundu
Semarang, dari 38 probandus sebanyak 15 orang (39,5%) melakukan olahraga
non-aerobic, sedangkan sebanyak 13 orang (34,2%) tidak melakukan olahraga
dan sebanyak 10 orang (26,3%) sisanya melakukan olahraga aerobic.
Grafik Rata-Rata Penurunan KGD
Berdasarkan Olahraga
250
Kadar GDS (mg/dl)
200
150
100
50
0
Rata-rata KGD
I(sebelum)
Rata-rata KGD
IV (sesudah)
Penurunan ratarata kGD
Aerobic
226,13
184,31
41,82
Non aerobic
222,28
204,57
17,71
Tidak berolahraga
231,31
210,31
21
Pelitian pada grafik diatas, diketahui bahwa penurunan kadar GDS tertinggi
terjadi pada kelompok probandus yang melakukan olahraga aerobic yaitu dengan
rata-rata penurunan kadar GDS setelah senam zumba sebesar 41,82mg/dl,
sedangkan rata-rata penurunan kadar GDS setelah senam zumba pada kelompok
probandus yang melakukan olahraga an-aerobic hanya sebesar 17,71mg/dl.
Sehingga dapat dikatakan bahwa senam zumba sebagai cabang aerobic lebih
cepat menurunkan kadar GDS jika dibandingkan dengan olahraga an-aerobic.
3. Berat Badan
Berat badan adalah massa tubuh penderita diabetes pada saat dilakukan
penelitian. Berat badan merupakan salah satu factor resiko terjadinya diabetes
mellitus tipe 2, dikarenakan dengan berat badan berlebih akan terjadi obesitas.
Obesitas adalah sebuah keadaan yang terjadi akibat adanya kelebihan kalori
sehingga menumpuknya lemak berlebih didalam tubuh melebihi batas normal
sehingga menyebabkan gangguan
organ tubuh seperti pankreas yang
menghambat kerja sel ɞ pankreas tidak dapat menghasilkan hormone insulin
secara maksimal.
Grafik Penurunan Rata-Rata KGD
Berdasarkan Berat Badan
Kadar GDS (mg/dl)
250
200
150
100
50
0
Rata-rata KGD I
(sebelum)
Rata-rata KGD IV
(sesudah)
Rata-rata
penurunan KGD
45-53
229,4
209,66
19,74
>53-61
228,94
206,41
22,53
>61-69
222,86
204,02
18,84
>69-77
217,33
207,75
9,58
Dari hasil penelitian pada grafik diatas, diketahui bahwa penurunan
kadar GDS tertinggi terjadi pada kelompok probandus pada BB antara >53-61 kg,
dengan penurunan rata-rata KGD sebesar 22,53 mg/dl. Penurunan rata-rata
kadar GDS terendah terjadi pada probandus pada BB antara >69-77 kg dengan
penurunan rata-rata KGD sebesar 9,58 mg/dl. Sehingga dapat dikatakan bahwa
semakin banyak BB individu maka semakin tinggi penumpukan lemak dalam
tubuh yang mengakibatkan keterbatasan fungsi metabolisme kalori menjadi
energi.
4. Lama penggunaan OHO (Obat Hipoglikemik Oral)
Lama
penggunaan
OHO
adalah
lamanya
penderita
diabetes
mengkonsumsi OHO dari awal terdiagnosis diabetes hingga pada saat dilakukan
penelitian. Fungsi dari OHO salah satunya adalah yaitu untuk membantu
pancreas
memproduksi
hormone
insulin
agar
dapat
digunakan
untuk
metabolisme glukosa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan probandus
Puskesmas Kedungmundu Semarang, dari 38 probandus sebanyak 20 orang
(52,6%) telah menggunakan OHO selama antara 0-6 bulan, 6 orang (15,8%)
menggunakan OHO selama >6-12 bulan, 6 orang (15,8%) menggunakan OHO
selama >12-18 bulan, 5 orang (13,2%) menggunakan OHO selama >18-24 bulan
dan sebanyak 1 orang (2,6%) menggunakan OHO selama >24-29 bulan.
Kadar GDS (mg/dl)
Grafik Penurunan Rata-Rata KGD
Berdasarkan Lama OHO
250
200
150
100
50
0
Rata-rata KGD
I(sebelum)
Rata-rata KGD IV
(sesudah)
Rata-rata
penurunan KGD
0-6
224,05
205,63
18,42
>6-12
226,81
209,46
17,35
>12-18
233,36
210,12
23,24
>18-24
229,39
208,09
21,3
>24-29
214
198,2
15,8
Dan dari hasil penelitian terhadap senam zumba yang digambarkan dari
grafik diatas, diketahui bahwa rata-rata penurunan kadar GDS tertinggi terjadi
pada kelompok probandus yang menggunakan OHO selama antara 12-18 bulan
yaitu dengan rata-rata penurunan kadar GDS setelah senam zumba sebesar
23,24mg/dl.
5. Lama Terdiagnosis DM
Lama terdiagnosis DM adalah lamanya penderita didiagnosis terkena
diabetes dari awal saat dilakukan pemeriksaan hingga pada saat dilaksanakan
penelitian. Berdasarkan data
penelitian dengan probandus Puskesmas
Kedungmundu Semarang, dari 38 probandus sebanyak 12 orang (31,6%) telah
menderita diabetes selama 0-12 bulan, >12-24 bulan sebanyak 10 orang
(26,3%), >24-36 bulan sebanyak 8 orang (21,1%), >36-48 bulan sebanyak 6
orang (15,8%) dan selama >48-55 bulan sebanyak 2 orang (5,3%).
kadar GDS (mg/dl)
Grafik Penurunan Rata-Rata KGD Berdasarkan
Lama Terdiagnosis DM
250
200
150
100
50
0
Rata-rata kadar
GDS I (sebelum)
Rata-rata kadar
GDS IV (sesudah)
Penuruan rata-rata
KGD
0-12
227,29
204,4
25,89
>12-24
227,24
209,12
18,12
>24-36
227,59
205,14
22,45
>36-48
219,02
206,57
12,45
>48-55
233,73
214,6
19,13
Dan dari hasil penelitian terhadap senam zumba yang digambarkan dari
grafik diatas, diketahui bahwa rata-rata penurunan kadar GDS tertinggi terjadi
pada kelompok probandus yang telah terdiagnosis DM antara 0-12 bulan dengan
rata-rata penurunan KGD sebesar 25,89 mg/dl, untuk rata-rata penurunan KGD
terendah terjadi pada kelompok probandus yang telah terdiagnosis selama
antara 48-55 bulan yaitu dengan rata-rata penurunan kadar GDS setelah senam
zumba sebesar 12,45 mg/dl. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama individu
mengalami diabetes maka kemampuan tubuh untuk memetabolisme glukosa
darah menjadi energy menurun sehingga jumlah glukosa yang dimetabolisme
tidak maksimal.
6. Kadar Glukosa Darah Sewaktu
Pada dasarnya glukosa darah sewaktu adalah tingkat konsentrasi gula
darah sewaktu yang dinyatakan dalam mg/dl yang diambil pada suatu waktu
tanpa dilakukan puasa. Seseorang dinyatakan diabetes mellitus tipe-2 jika kadar
glukosa sewaktu dalam darah ≥ 200mg/dl, terjadinya peningkatan glukosa dalam
darah dikarenakan salah satunya terjadi resistensi insulin yang menyebabkan
pankreas tidak dapat mengubah glukosa menjadi energy dan dalam jangka
waktu lama menyebabkan terjadinya diabetes.
Resistensi insulin dapat diatasi salah satunya dengan tubuh melakukan
aktivitas fisik khususnya latihan aerobic seperti jalan kaki, jogging, bersepeda
santai, berenang, dan senam berkelompok. Latihan aerobic secara teratur
minimal 3 kali seminggu dianggap mampu memperbaiki kendali glukosa darah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh antara senam
zumba sebagai salah satu bentuk latihan aerobic terhadap penurunan kadar gula
darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kedungmundu
maka didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Pada penelitian pertama diketahui bahwa dari 38 probandus diperoleh ratarata kadar GDS sebelum melakukan senam zumba sebesar 226,21 mg/dl
dengan niliai minimum 200mg/dl dan
nilai maksimum 248mg/dl. Setelah
dilakukan senam zumba selama 45 menit maka diperoleh rata-rata kadar
GDS setelah senam zumba menjadi 201,88mg/dl dengan nilai minimum
179,80mg/dl dan nilai maksimum 230,20mg/dl. Data tersebut menunjukkan
bahwa rata-rata kadar GDS probandus setelah senam zumba menjadi sedikit
lebih rendah dibandingkan kadar GDS sebelum senam zumba dengan ratarata perbedaan penurunan sebesar 24,33mg/dl .
b. Pada penelitian kedua dapat diketahui bahwa dari 38 probandus diperoleh
rata-rata kadar GDS sebelum melakukan senam zumba sebesar 222,14
mg/dl dengan nilai minimum 200,20mg/dl dan nilai maksimum 248mg/dl.
Setelah dilakukan senam zumba selama 45 menit maka diperoleh rata-rata
kadar GDS menjadi 204,55mg/dl dengan nilai minimum 185,59mg/dl dan nilai
maksimum 225,90mg/dl. Data tersebut menunjukkan jika kadar GDS
probandus setelah senam zumba lebih rendah dibandingkan kadar GDS
sebelum senam zumba dengan perbedaan rata-rata 17,59mg/dl.
c. Pada penelitian ketiga dapat diketahui bahwa dari 38 probandus diperoleh
rata-rata kadar GDS sebelum melakukan senam zumba sebesar 229,68
mg/dl dengan niliai minimum 201,47mg/dl dan nilai maksimum 249mg/dl.
Setelah dilakukan senam zumba selama 45 menit maka diperoleh rata-rata
kadar GDS setelah senam zumba menjadi 207,80mg/dl dengan nilai
minimum
190mg/dl
dan
nilai
maksimum
231mg/dl.
Data
tersebut
menunjukkan bahwa rata-rata kadar GDS probandus setelah senam zumba
menjadi sedikit lebih rendah dibandingkan kadar GDS sebelum senam zumba
dengan rata-rata perbedaan penurunan 21,88mg/dl .
d. Pada penelitian keempat dapat diketahui bahwa dari 38 probandus diperoleh
rata-rata kadar GDS sebelum melakukan senam zumba sebesar 224,51
mg/dl dengan niliai minimum 200,10mg/dl dan nilai maksimum 243,20mg/dl.
Setelah dilakukan senam zumba selama 45 menit maka diperoleh rata-rata
kadar GDS setelah senam zumba menjadi 206,67mg/dl dengan nilai
minimum 196,20mg/dl dan nilai maksimum 225,20mg/dl. Data tersebut
menunjukkan bahwa rata-rata kadar GDS probandus setelah senam zumba
menjadi sedikit lebih rendah dibandingkan kadar GDS sebelum senam zumba
dengan rata-rata perbedaan penurunan sebesar 17,84mg/dl .
C. Analisis Bivariat
1. Analisis pengaruh antara senam zumba dengan kadar Gula Darah Sewaktu
(GDS)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kedungmundu
Semarang diketahui bahwa ada pengaruh antara senam zumba dengan
penurunan kadar GDS dikarenakan dari hasil uji T-berpasangan dan uji wilcoxon
diperoleh hasil dengn P-value < α 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
Dan dapat dikatakan juga bahwa senam zumba merupakan salah satu cara
untuk dapat membantu menurunkan kadar GDS dengan memperbaiki kerja
insulin.
Dari data penelitian diketahui bahwa dari 38 probandus rata-rata semua
mengalami penurunan kadar GDS setelah melakukan senam zumba, hal ini
disebabkan karena senam zumba yang merupakan perkembangan inovasi dari
senam aerobic merupakan suatu proses olahraga yang sistematis dengan
menggunakan rangsangan gerak yang bertujuan untuk meningkatkan atau
mempertahankan kualitas fungsional tubuh yang meliputi kualitas daya tahan
paru, jantung, kelenturan, dan daya tahan otot sehingga pada pelaksanaannya
menggunakan otot-otot besar dengan gerakan yang terus-menerus, berirama
dan berkelanjutan yang diiringi dengan music yang antara lain berfungsi sebagai
motivasi latihan, pengaturan waktu latihan, dan kecepatan latihan 29. Dan pada
saat berolahraga tubuh akan menyiapkan tenaga dalam glukosa. Untuk semua
olahraga aerobic yang porsi latihannya antara 60%-80% dari kemampuan
maksimal ambilan oksigen, maka glukosa yang dibakar meningkat hingga 7-20
kali lipat dibandingkan saat istirahat, terutama 30 menit pertama latihan yang
akan mencapai 50% dari kebutuhan total tubuh 29.
Akan tetapi setelah istirahat konsentrasi glukosa akan kembali normal.
Menentukan waktu yang tepat untuk pengambilan sampel darah sangat penting
dalam pengukuran gula darah sesudah zumba. Pengambilan dan pemeriksaan
darah secara berurutan setelah latihan seperti 30 menit, satu jam, dan dua jam
dianjurkan untuk meneliti turn over glukosa plasma pasca latihan zumba30.
Hasil penelitian ini tidak selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh
Novia,dkk di Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Sam Ratulangi manado tahun
2014 bahwa hasil P-value pada penelitian tersebut melalui uji T-berpasangan
adalah 0,852, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak maka dapat dikatakan tidak
ada pengaruh antara senam zumba dengan penurunan kadar GDS. Pada
penelitian tersebut pengambilan dan pengukuran sampel darah setelah senam
zumba tidak dilakukan pasca melakukan latihan tetapi dilakukan sehari setelah
diberikan latihan senam zumba dan pengukuran kadar glukosa tidak dilakukan
disetiap perlakuan 31.
Berbeda dengan penelitian novia dkk, pada penelitian dilakukan oleh
Puji Indriyani dkk di wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga tahun 2007 bahwa
hasil P-value pada penelitian tersebut melalui uji T-berpasangan adalah 0,001,
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima maka dapat dikatakan ada pengaruh latihan
fisik: senam aerobic terhadap penurunan kadar gula darah11.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tentang pengaruh senam zumba dengan
penurunan kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di
Puskesmas Kedungmundu Semarang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sebagian besar dari 38 probandus pada penelitian pertama mengalami
penurunan kadar gula darah sewaktu setelah senam zumba dengan ratarata penurunan sebesar 24,33mg/dl.
2. Sebagianbesardari 38 probandus pada penelitian kedua mengalami
penurunan kadar gula darah sewaktu setelah senam zumba dengan ratarata penurunansebesar 17,59mg/dl.
3. Sebagian besar dari 38 probandus pada penelitian ketiga mengalami
penurunan kadar gula darah sewaktu setelah senam zumba dengan ratarata penurunan sebesar 21,88mg/dl.
4. Sebagian besar dari 38 probandus pada penelitian keempat mengalami
penurunan kadar gula darah sewaktu setelah senam zumba dengan ratarata penurunan sebesar 17,84mg/dl.
5. Sebagian besar dari 38 probandus dari penelitian pertama dan penelitan
keempat mengalami penurunan kadar gula darah sewaktu setelah senam
zumba dengan rata-rata penurunan sebesar 19,71mg/dl.
6. Ada perbedaan antara kadar gula darah sebelum dan sesudah senam
zumba dengan p-value0,0001.
7. Ada pengaruh antara senam zumba dengan penurunan kadar gula darah
sewaktu karena adanya perbedaan kadar gula darah sebelum dan
sesudah senam zumba secara signifikan dalam 4 kali penelitian.
B. SARAN
1. Bagi Penderita Diabetes Mellitus
a. Diharapkan penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas
Kedungmundu
dapat
meningkatkan
frekuensi
olahraga
yang
disarankan khusus penderita diabetes yaitu olahraga yang bersifat
aerobic seperti senam zumba minimal 3 kali dalam seminggu dengan
durasi minimal 30 menit. Namun senam zumba hanya dapat
dilakukan untuk usia<45 tahun dan tubuh tidak mengalami
komplikasi.
b. Penderita diabetes dapat melakukan aktifitas fisik baik dengan
intensitas rendah ataupun sedang secara rutin dan terukur maka
dapat membantu untuk mengatur kadar gula darah agar dalam batas
normal dan meminimalisasi kemungkinan terjadinya diabetes mellitus
tipe 2 khususnya pada usia muda.
2. Bagi Puskesmas Kedungmundu
Sebagai bahan masukan untuk Puskesmas Kedungmundu yang
menangani program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak
menular khususnya diabetes mellitus
tipe 2 untuk dapat terus
melakukan 3 program pencegahan yaitu primer, sekunder dan tersier
secara signifikan guna menurunkan angka kesakitan maupun kematian
dan juga meminimalisasi adanya komplikasi lanjut dari diabetes. Dapat
pula sebagai tambahan bahan referensi puskesmas untuk memberikan
sosialisasi kepada pihak RT/RW dan kelurahan tentang manfaat senam
zumba bagi kesehatan khususnya dalam mengendalikan kadar gula
darah di masyarakat.
3. Bagi Peneliti Lain
a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperluas variable
penelitian seperti pola diet bagi penderita diabetes, jenis senam lain
(yoga, pilates, aerobic-body language) dengan waktu penelitian lebih
panjang dan pemantauan secara signifikan sehingga penurunan
kadar gula darah sewaktu dapat terukur.
b. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mempertimbangkan waktu
pengambilan sampel darah sebelum dan sesudah zumba pada
rentang waktu antara 30 menit-2 jam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arisman.
Obesitas,Diabetes
Mellitus
dan
dislipidemia.
Konsep,
Teori
dan
penanganan Aplikatif. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 2008
2. American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes Mellitus.
2009
3. International Diabetes Federation Global Atlas. IDF diabetes Atlas 5th edition. 2012
4. Profil Kesehatan Indonesia. Departemen Keseahtan Republik Indonesia. 2013
5. Profil Kesehatan Jateng. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012
6. Profil Kesehatan Kota Semarang. Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2013
7. Sidartawan Soegondo.Penatalaksanaan DM Terpadu edisi I.FKUI.Jakarta. 2013
8. Sarwono. Penanganan Pelaksanaan DM Terpadu. Edisi I. FKUI.Jakarta. 2012
9. IKAPI.5 Strategi Penderita Diabetes Mellitus Berusia Panjang. Kanisius. Jogjakarta.
2010
10. Anonymus. Warta Kesra. Tubuh Bugar, Otak Sehat Dengan Zumba
Edisi
158.2012:26
11. Puji Indriyani,Heru S dan Agus S. Pengaruh Latihan Fisik;Senam Aerobik Terhadap
Penurunan Kadar Gula darah di Puskesmas Bukateja.Media Ners, Volume
1.2007:49-99
12. Suhartono T. Mencegah dan Menanggulangi Diabetes Untuk Dokter dan Diabetisi.
Rineka Cipta.Jakarta. 2005
13. Mirzah Maulana. Panduan praktik menangani penyakit kencing manis. Katahati.
Jogjakarta. 2009
14. Hasdianah. Mengenal Diabetes Mellitus Dengan Solusi Herbal. Nuha medika.
Jogjakarta. 2012
15. Kartika Nuri K. Penyakit degeneratif;mencegah dan mengurangi factor risiko penyakit
degeneratif. Nuha Medika. Jogjakarta. 2012
16. Bustan MN. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta. Jakarta. 2007
17. Retno Novitasari. Diabetes Mellitus. Nuha Medika. Jogjakarta. 2012
18. Hardjono. Penanganan Gula Darah Pada Diabetes dengan senam diabetic. Kanisius.
Jogjakarta. 2005
19. Nuri Permata.Pengertian Gula darah dan Glukosa darah. 2014
www.sridianti.com/Pengertian-gula-darah-dan-glukosa-darah.html. Diakses 25 April
2015
20. Kariadi K. Pengendalian Gula Darah Cegah Dini Diabetes Mellitus. Nuha Medika.
Jogjakarta. 2009
21. Suyono S. Penanganan Diabetes Mellitus Tipe 1 dan Tipe 2. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2013
22. Bugar dengan senam aerobik. 2006
http://senam aerobic.wordpress.com/sejarah-senam-aerobik.Diakses 24 April 2015
23. Brick Lynne. Bugar dengan senam aerobic. Raja Grafindo. Perkasa. Jakarta. 2005
24. Marry Luettgen, Carl Foster, Scoot Doberstein.Zumba is the “fitness party”.Journal of
sport and medicine.2012:357-382
25. Dunia fitness. Bakar lemak dengan senam zumba. 2012
http://duniafitnes.com/fitness-for-women/membakar-lemak-dengan-senamzumba.html.Diakses 24 April 2015.
26. Klasifikasi Zumba. 2012
http://www.24hourfitness.com/classes/zumba. diakses 30 April 2015
27. Sehat dan bugar dengan zumba sentao.
http://www.artikelfemina.com/sehat-bugar-dengan zumba-sentao.Diakses 30 April
2015
28. Soekidjo Notoadmojo. Metodologi Penelitian Keseahtan. Rineka Cipta. Jakarta. 2010
29. Sternlict E.Frisch F, Sumida KD.Zumba fitness workouts: are they an appropriate
alternative to running or cycling?. Sport Sci Health. No: DOI.1007/s11332-013-01558.2013
30. Parr BB. Hormonal responses to exercise: Power SK, Howley ET. Exercise
physiology. Theory and application to fitness and performance. University of South
Carolina Aiken, 2009.p 1-7
31. Novia P,Ticoalu S. Pengaruh senam zumba terhadap kadar gula darah.E-biomedik,
Volume 2.2014:452-458
PROSEDUR PELAKSANAAN SENAM ZUMBA
1. Peregangan (streaching)
Peregangan dilakukan hanya berkisar 5 menit untuk melemaskan otot-otot tubuh
terutama otot lengan dan kaki yang sering digunakan dalam senam zumba sehingga
tidak terjadi cedera.
a. Gerakan peregangan dimulai dengan membuka kaki selebar bahhu, kemudian
ambil nafas dengan menyayunkan lengan memutar kearah depan dada dalam
hitungan 1 x 8. Lemaskan otot daerah leher dengan hitungan yang sama, putar
leehr kearah kanan dan kiri secara bergantian, maju kearah depan dan belakang
dan gelengkan kepala kekanan dan ke kiri masing-masing 1 x 8.
b. Peregangan dibagian bahu bisa dilakukan dengan memutar bahu kiri kedepan
dan kebelakang dengan hitungan 2 x 8 kemudian bahu kanan dilakukan
bergantian dalam 2 repetisi. Gerakan memutar bahu dapat dilakukan dengan
menggeser kaki kanan ataupun kiri mengikuti irama music. Lemaskan otot
lengan secara optimal dengan gerakan snake arms dalam hitungan 2 x 8. Angkat
dan tutunkan bahhu kanan dan kiri secara bergantian denganh hitungan yang
sama.
c. Pelemasan otot perut dapat dilakukan dengan melakukan kontraksi dan relaksasi
perut dengan hitungan 1 x 8 dalam 3 repetisi.
d. Gerakan peregangan otot punggung dan pinggul dapat dilakukan dengan
membuka kaki selebar bahu kemudian mencondongkan badan kearah kanan
dorong semaksimal mungkin dengan hitungan 1 x 8 lakukan untuk punggung dan
pinggul kiri dalam 2 repetisi.
e. Peregangan otot kaki dapat dengan memutar ujung tumit kearah kanan dan kiri
denagn hitungan masing-masing 1 x 8. Angkat kaki kanan kedepan dan letakkan
kembali, lakukan gerakan yang sama pada kaki kiri.
2. Pemanasan (Warming up)
Gerakan ini dilakukan selama 5-10 menit untuk meningkatkan denyut jantung secara
bertahap.
a. Gerakan 1:
Buka kaki selebar bahu, gelengkan kepala ke kiri dan ke kanan mengikuti irama.
Gerakan dapat disertai gerakan kaki kearah depan maju dan mundur, maupun
kekanan dan ke kiri dalam 2 repetisi dengan hhihtunganh 1x8 di masing-masing
arah.
b. Gerakan 2:
Putar kedua bahu kearah depan dan belakang diikuti dengan gerakan
melangkahkan kaki maju dan mundur.Katupkan kedua tangan didepan dada
geser kearah kanan maupun kiri, dapat pula atas dan bawahh dengan gerakan
kaki zig-zag, sesuaikan dengan irama music. Gerakan variasi lain dapat seperti
gerakan meninju kearah samping kanan maupun kiri juga gerakan kaki seperti
menendang secara bergantian.
c. Gerakan 3:
Persiapan otot kaki dengan merapatkan kedua kaki kemudian lakukan squat
secara bergantian kaki kanan dan kiri, kemudian putar tumit dengan posisi kaki
berjinjit dengan ihtungan 2 x 8. Gerakan kaki lainnya dapat dengan melangkah
zig-zag diikuti dengan teriakan untuk menambah semangat mengikuti irama.
3. Gerakan inti (Conditioning)
Gerakan inti dilakukan selama 25 menit
a. Gerakan 1 :
Berdirilah dengan kaki rapat. Dengan mengikuti irama lagu, lakukan tarian samba
yaitu kaki kanan melangkah didepan kaki kiri dan ikuti dengan gerakan tangan
kiri yang berada didepan dada dan tangan kiri melambai kearah kanan. Lakukan
dengan gerakan pinggul sesuai irama lagu. Arahkan langkah agar sesuai
ketukan irama.
b. Gerakan 2:
Buka kaki selebar bahu dan tautkan kedua tangan didepan dada. Kemudian
dengan mengikuti irama lagu, gerakkan pinggul ke kanan dan gerakkan kedua
tangan diarah yang sebaliknya. Lakukan sebanyak 2 ketukan dan ganti arah.
c. Gerakan 3:
Buka kaki lebar-lebar dan luruskan punggung. Goyangkan pinggul kea rah kiri,
biarkan kaki kanan
berjinjit dan kedua tangan mendorong tubuh kesamping
kanan belakang. Lakukan seperti saat sedang menari mengikuti irama music.
d. Gerakan 4:
Buka kaki lebar-lebar, tautkan kedua tangan diatas kepala. Dengan mengikuti
irama, goyangkan pinggul ke kanan, ikuti dengan mendorong kedua tangan
diarah yang sebaliknya. Ulangi gerakan dengan membalik arah gerakan.
e. Gerakan 5:
Buka kaki lebar-lebar, tekuk kedua lutut dan rendahhkan tubuh. Goyangkan
pinggul ke kanan, ikuti dengan dorongan tangan kanan kearah yang sama.
Biarkan tubuh meliuk mengikuti gerakan pinggul.
4. Pendinginan (Cooling down)
Pendinginan dilakukan selama 5 menit
a. Gerakan 1:
Ambil matras atur posisi badan menungging dengan posisi kepala menghadap
kedepan seperti saat yoga, lemaskan punggung dengan mengangkatnya
beberapa inci kemudian dengan hitungan 8 ketukan lemaskanh kembali otot
punggung ke posisi semula lakukan gerakan yang sama dalam 3 repetisi.
Lakukan gerakan baby sleep untuk menghindari cedera pada otot punggung
bawah dalam hitungan 2 x 8. Kembali posisi awal dorong kaki kanan dan
ayunkan kebawah kemudian keatas begitu sebaliknya dengan kaki kiri dalam
hitungan h1 x 8.
b. Gerakan 2 :
Ambil posisi berdiri rapat dan tegak, lemaskan otot kaki dengan mengetukkan
ujung tumit kebawah tujuannya mengembalikan peredaran darah, putar tumit ke
kanan dan kiri hsama saat streaching dengan hitungan 1 x 8. Angkat kaki kanan
kedepan dan letakkan kembali kebawah, lakukan dalam 2 repitisi dengan
hitungan 1 x 8, begitu pula dengan kaki kiri
c. Gerakan 3 :
Untuk pinggang, buka kaki selebar bahu danh ayunkan punggung dengan tangan
kea rah kiri dan kanan masing-masing 8 ketukan. Dan untuk kepala putar kepala
kearah kanan dan kiri, kemudian atas dan bawah dalam 2 repetisi dengan
hitungan masing-masing arah 1 x 8.
LEMBAR OBSERVASI I
KARAKTERISTIK RESPONDEN
(PENDERITA DM TIPE-2 DI PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG)
Nama probandus
:
Alamat probandus
:
Jenis Kelamin
:
Umur
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
BB
:
TB
:
Mulai terdiagnosis
:
Lama Sakit
:
Penggunaan OHO
:
Lama pengobatan
:
1. Ya
2.tidak
Semarang, Agustus 2015
(
)
LEMBAR OBSERVASI II
PENGUKURAN MHR (Maksimum Heart Rate) dan Kadar GDS
1.
Petunjuk Pengukuran MHR
a. Persiapkan stopwatch
b. Lemaskan bagian tangan kiri atau kanan responden
c. Tekan nadi dibagian pergelangan tangan selama satu menit dengan alat bantu
berupa stopwatch
d. Catat hasil pengukuran target MHR di kolom yang tersedia
2. Petunjuk pengukuran Kadar GDS
a. Siapkan perangkat glucometer berikut uji strip, lancet, dan alcohol pad.
b. Cuci tangan untuk mencegah infeksi
c. Pastikan tangan kering dan ruang daerah yang dipilih (jari ketiga atau jari
keempat) dengan alcohol pad, tunggu sebentar sampai alcohol menguap
d. Tusuk jari yang tadi sudah ditentukan dengan lancet, yang dibutuhkan hanya
satu tetes darah
e. Tempatkan tetes darah pada sisi strip.
f.
Tunggu beberapa saat kemudian hasilnya keluar.
g. Mendata hasil kadar glukosa darah para penderita DM tipe-2 sebelum senam.
HASIL PENGUKURAN MHR DAN KADAR GDS PROBANDUS
MINGGU I
TANGGAL
MHR I
MHR 2
GDS I
GDS 2
SABTU
MINGGU
MINGGU II
SABTU
MINGGU
Keterangan :
MHR 1
: Maksimum denyut jantung probandus sebelum melakukan senam zumba
MHR 2
: Maksimum denyut jantung probandus setelah melakukan senam zumba
GDS 1
: Kadar gula darah sewaktu probandus sebelum melakukan senam zumba
GDS 2
: Kadar gula darah sewaktu probandus setelah melakukan senam zumba
umur
Statistics
Frequenc
y
umur
N
Valid
Valid
38
Missing
0
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
15-24
3
7.9
7.9
7.9
25-34
19
50.0
50.0
57.9
35-44
16
42.1
42.1
100.0
Total
38
100.0
100.0
pendidikan
Statistics
Cumulative
Frequency
pendidikan
N
Valid
38
Missing
Valid
0
sd
Percent
Valid Percent
3
7.9
7.9
7.9
smp
12
31.6
31.6
39.5
sma
22
57.9
57.9
97.4
1
2.6
2.6
100.0
38
100.0
100.0
pt
Total
Statistics
jenis_kelamin
jenis_kelamin
N
Valid
Missing
Percent
Cumulative
38
0
Valid
perempuan
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
38
100.0
100.0
100.0
pekerjaan
Cumulative
Frequency
Valid
swasta
Percent
Valid Percent
Percent
5
13.2
13.2
13.2
11
28.9
28.9
42.1
4
10.5
10.5
52.6
tidak bekerja
18
47.4
47.4
100.0
Total
38
100.0
100.0
wiraswasta
pns
Statistics
Tinggi badan
N
Valid
38
Missing
0
tinggi_badan
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
146-156
17
44.7
44.7
94..7
156-166
14
36.8
36.8
50.0
166-176
5
13.2
13.2
13.2
176-180
2
5.3
5.3
100.0
38
100.0
100.0
Total
berat_badan
Cumulative
Statistics
Frequency
berat_badan
N
Valid
Missing
38
0
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
45-53
10
26.3
26.3
26.3
53-61
14
36.8
36.8
63.2
61-69
11
28.9
28.9
92.1
69-77
3
7.9
7.9
100.0
38
100.0
100.0
Total
riwayat_sakitDM
Cumulative
Frequency
Valid
Missing
Percent
12
31.6
31.6
31.6
12-24
10
26.3
26.3
57.9
38
24-36
8
21.1
21.1
78.9
0
36-48
6
15.8
15.8
94.7
48-55
2
5.3
5.3
100.0
Total
38
100.0
100.0
riwayat_sakitDM
Valid
Valid Percent
0-12
Statistics
N
Percent
riwayat_oho
Statistics
riwayat_oho
N
Cumulative
Valid
Frequency
38
Missing
0
Valid
Statistics
Valid
Missing
Valid Percent
Percent
0-6
20
52.6
52.6
52.6
6-12
6
15.8
15.8
68.4
12-18
6
15.8
15.8
84.2
18-24
5
13.2
13.2
97.4
24-29
1
2.6
2.6
100.0
Total
38
100.0
100.0
aktifitas_fisik
aktifitas_fisik
N
Percent
38
Cumulative
Frequency
0
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
aerobik
10
26.3
26.3
26.3
non aerobik
15
39.5
39.5
65.8
tidak olah raga
13
34.2
34.2
100.0
Total
38
100.0
100.0
Hasil uji normalitas “kadar gula darah sebelum senam” dengan “kadar gula darah
sesudah senam sabtu minggu I”
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
kgd_sabtu1_sebelum
.182
38
.003
.916
38
.007
kgd_sabtu1_sesudah
.107
38
.200
*
.972
38
.442
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Hasil transformasi data “kadar gula darah sebelum senam”
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
trans_sabtusebelum1
df
Shapiro-Wilk
Sig.
.192
38
Statistic
.001
df
.910
Sig.
38
.005
a. Lilliefors Significance Correction
Hasil uji wilcoxon treatment I
Ranks
Test Statistics
N
kgd_sabtu1_sesudah -
Negative Ranks
Mean Rank Sum of Ranks
0
a
38
b
trans_sabtusebelum1
Positive Ranks
c
Ties
0
Total
38
a. kgd_sabtu1_sesudah < trans_sabtusebelum1
b. kgd_sabtu1_sesudah > trans_sabtusebelum1
c. kgd_sabtu1_sesudah = trans_sabtusebelum1
b
kgd_sabtu1_ses
udah -
.00
.00
19.50
741.00
trans_sabtusebel
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
um1
-5.373
a
.000
Hasil uji normalitas “kadar gula darah sebelum senam” dengan “kadar gula darah
sesudah senam hari Minggu pada Minggu I”
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
kgd_minggu1_sebelum
.082
38
.200
*
.948
38
.076
kgd_minggu1_sesudah
.168
38
.009
.957
38
.147
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Hasil uji T-test
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
kgd_minggu1_sebelum
2.2215E2
38
14.55659
2.36139
kgd_minggu1_sesudah
2.0456E2
38
9.88407
1.60341
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
kgd_minggu1_sebelum &
Correlation
38
kgd_minggu1_sesudah
.629
Sig.
.000
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence Interval of
Mean
Pair 1 kgd_minggu1_sebelum
kgd_minggu1_sesudah
1.75887
E1
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
11.33423
1.83866
the Difference
Sig. (2-
Lower
Upper
t
13.86321
21.31415
9.566
df
tailed)
37
.0
Hasil uji normalitas “kadar gula darah sebelum senam” dengan “kadar gula darah
sesudah senam hari Sabtu Minggu ke II”
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
kgd_sabtu2_sebelum
.107
38
.200
*
.953
38
.114
kgd_sabtu2_sesudah
.217
38
.000
.944
38
.056
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Hasil uji T-test
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
kgd_sabtu2_sebelum
2.2968E2
38
12.95216
2.10112
kgd_sabtu2_sesudah
2.0780E2
38
9.71552
1.57607
Correlation
Sig.
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
kgd_sabtu2_sebelum &
38
kgd_sabtu2_sesudah
.853
.000
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence Interval of
Mean
Pair 1 kgd_sabtu2_sebelum - 2.18834
kgd_sabtu2_sesudah
E1
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
6.89823
1.11904
the Difference
Lower
Upper
19.61603
24.15081
Sig. (2t
19.556
df
tailed)
37
.000
Hasil uji normalitas “kadar gula darah sebelum senam” dengan “kadar gula darah
sesudah senam hari Minggu pada Minggu ke II”
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
kgd_minggu2_sebelum
.094
38
.200
*
.980
38
.733
kgd_minggu2_sesudah
.210
38
.000
.893
38
.002
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Hasil transformasi data “kadar gula darah sesudah senam”
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
trans_minggu2_sesudah
a. Lilliefors Significance Correction
.211
df
Shapiro-Wilk
Sig.
38
.000
Statistic
.896
df
Sig.
38
.002
Hasil uji wilcoxon
Ranks
N
trans_minggu2_sesudah kgd_minggu2_sebelum
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
38
a
19.50
741.00
Positive Ranks
0
b
.00
.00
Ties
0
Total
38
c
a. trans_minggu2_sesudah < kgd_minggu2_sebelum
b. trans_minggu2_sesudah > kgd_minggu2_sebelum
c. trans_minggu2_sesudah = kgd_minggu2_sebelum
Test Statistics
b
trans_minggu2_
sesudah kgd_minggu2_se
belum
Z
-5.373
Asymp. Sig. (2-tailed)
a
.000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Uji normalitas kadar glukosa darah sewaktu sebelum (sabtu minggu pertama) dan
sesudah (minggu pada minggu terakhir)
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
kgd_sabtu1_sebelum
.182
38
.003
.916
38
.007
kgd_minggu2_sesudah
.210
38
.000
.893
38
.002
a. Lilliefors Significance Correction
Hasil Transformasi Data KGD sabtu sebelum senam pada Minggu pertama dan KGD
sesudah senam pada MInggu di Minggu Kedua
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
Trans_GDSsebe
lum
Trans_GDSsesu
dah
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
.192
38
.001
.910
38
.005
.211
38
.000
.896
38
.002
a. Lilliefors Significance Correction
Uji wilcoxon
Ranks
N
kgd_minggu2_sesudah kgd_sabtu1_sebelum
Sum of Ranks
Negative Ranks
35
a
20.80
728.00
Positive Ranks
3
b
4.33
13.00
Ties
0
Total
38
a. kgd_minggu2_sesudah < kgd_sabtu1_sebelum
b. kgd_minggu2_sesudah > kgd_sabtu1_sebelum
c. kgd_minggu2_sesudah = kgd_sabtu1_sebelum
Test Statistics
Mean Rank
b
kgd_minggu2_se
sudah kgd_sabtu1_seb
elum
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
-5.185
a
.000
c
Statistics
kgd_sabtu1_seb kgd_minggu2_se
elum
N
Valid
sudah
38
38
0
0
Mean
226.3847
206.6766
Std. Deviation
15.31681
8.05204
Minimum
200.00
196.20
Maximum
248.00
225.20
Missing
Hasil compare means rata-rata KGD per treatment berdasarkan karakteristik
1. Pekerjaan
Case Processing Summary
Cases
Included
N
kgd_sabtu1_sebelum *
pekerjaan
kgd_sabtu1_sesudah *
pekerjaan
kgd_minggu1_sebelum *
pekerjaan
kgd_minggu1_sesudah *
pekerjaan
Excluded
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
Report
kgd_sabtu1_seb kgd_sabtu1_ses kgd_minggu1_se kgd_minggu1_se
pekerjaan
swasta
elum
Mean
216.6450
205.7500
5
5
5
5
Std. Deviation
15.82394
14.15670
13.87097
9.13802
Mean
228.5648
202.8967
224.1800
204.2810
11
11
11
11
Std. Deviation
12.23755
11.26147
16.01658
10.49600
Mean
224.6650
200.2208
220.1700
205.0142
4
4
4
4
Std. Deviation
11.52807
6.61739
13.03112
10.14482
Mean
246.0000
195.5000
225.2400
200.2000
18
18
18
18
Std. Deviation
15.23550
13.97657
13.90754
12.00341
Mean
228.5049
200.6487
221.5587
203.8113
38
38
38
38
13.70626
11.50303
14.20655
10.44556
N
tidak bekerja
N
Total
sudah
203.9775
N
pns
belum
214.7900
N
wiraswasta
udah
N
Std. Deviation
Case Processing Summary
Cases
Included
N
kgd_sabtu2_sebelum *
pekerjaan
kgd_sabtu2_sesudah *
pekerjaan
kgd_minggu2_sebelum *
pekerjaan
kgd_minggu2_sesudah *
pekerjaan
Excluded
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
Report
kgd_sabtu2_seb kgd_sabtu2_ses kgd_minggu2_se kgd_minggu2_se
pekerjaan
swasta
elum
Mean
226.2875
170.5175
5
5
5
5
Std. Deviation
19.50425
16.37323
17.15315
11.73551
Mean
230.8310
207.4557
222.4981
203.3010
11
11
11
11
9.31038
7.50446
9.46714
6.38728
229.6175
207.3658
226.5667
205.1043
4
4
4
4
Std. Deviation
15.55667
10.66874
10.13154
9.61878
Mean
245.7000
225.1000
235.2100
210.1000
18
18
18
18
Std. Deviation
12.66789
11.87500
14.11123
12.44359
Mean
231.5027
211.6291
227.6405
197.2557
38
38
38
38
14.25979
11.60535
12.71576
10.04629
Std. Deviation
Mean
N
tidak bekerja
N
Total
sudah
206.5950
N
pns
belum
219.8625
N
wiraswasta
udah
N
Std. Deviation
2. Umur
Case Processing Summary
Cases
Included
N
kgd_sabtu1_sebelum *
new_umur
kgd_sabtu1_sesudah *
new_umur
kgd_minggu1_sebelum *
new_umur
kgd_minggu1_sesudah *
new_umur
Excluded
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
Report
kgd_sabtu1_seb kgd_sabtu1_ses kgd_minggu1_se kgd_minggu1_se
new_umur
15-24
Mean
elum
udah
202.2000
225.2500
206.4667
3
3
3
3
Std. Deviation
18.74871
14.41076
12.06244
5.23219
Mean
233.1914
205.3979
222.1484
203.9274
19
19
19
19
Std. Deviation
15.46829
14.83537
17.04086
12.52854
Mean
216.8637
197.8581
221.5669
204.9531
16
16
16
16
Std. Deviation
14.87067
9.71949
12.34983
6.89740
Mean
224.8217
201.8186
222.9884
205.1157
38
38
38
38
16.36255
12.98854
13.81771
8.21937
N
35-44
N
Total
sudah
224.4100
N
25-34
belum
N
Std. Deviation
Case Processing Summary
Cases
Included
N
kgd_sabtu2_sebelum *
new_umur
kgd_sabtu2_sesudah *
new_umur
Excluded
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
Case Processing Summary
Cases
Included
Excluded
Perce
N
belum *
38
new_umur
kgd_minggu2_se
sudah *
Perce
nt
kgd_minggu2_se
38
new_umur
Total
N
100.0
%
100.0
%
nt
Perce
N
nt
0
.0%
38
0
.0%
38
100.0
%
100.0
%
Report
kgd_sabtu2_seb kgd_sabtu2_ses
new_umur
15-24
Mean
204.5133
3
3
Std. Deviation
11.96528
6.66048
Mean
226,4389
206.1047
19
19
Std. Deviation
12.95818
7.83788
Mean
233.9212
210.4319
16
16
Std. Deviation
13.05851
11.83253
Mean
229.3344
207.0166
38
38
12.66065
8.77696
N
35-44
N
Total
udah
227.6433
N
25-34
elum
N
Std. Deviation
Report
kgd_minggu2_seb kgd_minggu2_ses
new_umur
15-24
Mean
202.9600
3
3
14.25676
6.18604
Minimum
215.21
197.71
Maximum
235.29
212.11
225.3979
209.1074
19
19
9.73147
9.39028
Minimum
213.32
189.42
Maximum
225.24
200.00
224.1288
203.1025
16
16
12.30748
6.69850
Minimum
200.21
189.02
Maximum
221.95
210.10
223.5089
214.0566
38
38
12.09857
7.42494
Minimum
224.10
204.81
Maximum
240.02
218.18
Std. Deviation
Mean
N
Std. Deviation
35-44
Mean
N
Std. Deviation
Total
udah
221.0000
N
25-34
elum
Mean
N
Std. Deviation
Report
kgd_sabtu1_seb kgd_sabtu1_ses
pendidikan
Case Processing Summary
sd
Cases
Included
Excluded
Perce
N
kgd_sabtu1_seb
elum *
38
nt
100.0
%
pendidikan
nt
0
N
.0%
38
202.6867
3
3
17.65706
14.36670
Minimum
210.00
197.65
Maximum
245.00
205.41
244.3792
201.8042
12
12
15.40510
12.82463
Minimum
201.35
179.80
Maximum
248.00
225.00
225.2027
201.2309
22
22
15.44950
14.08564
Minimum
200.00
180.00
Maximum
247.47
230.20
246.0000
218.1000
N
1
1
Std. Deviation
.
.
Minimum
246.00
218.10
Maximum
246.00
218.10
236.0396
205.9554
38
38
16.17055
13.75899
Minimum
200.00
179.80
Maximum
248.00
230.20
N
Perce
Std. Deviation
nt
100.0
%
smp
38
100.0
%
pendidikan
0
.0%
38
100.0
Mean
Std. Deviation
%
sma
3. Pendidikan
Mean
N
Std. Deviation
pt
Mean
Total
Mean
N
Std. Deviation
Case Processing Summary
Cases
Included
Excluded
Perce
N
nt
kgd_minggu1_se
belum *
pendidikan
38
%
Total
Perce
N
100.0
udah
228.5767
N
kgd_sabtu1_ses
udah *
N
Mean
Total
Perce
elum
nt
0
.0%
Perce
N
nt
38
100.0
%
Case Processing Summary
Cases
Included
Excluded
Perce
N
belum *
38
kgd_minggu1_se
38
N
100.0
%
pendidikan
sudah *
Perce
nt
kgd_minggu1_se
100.0
%
pendidikan
Total
Perce
nt
N
nt
0
.0%
38
0
.0%
38
100.0
%
100.0
%
Case Processing Summary
kgd_sabtu2_seb kgd_sabtu2_ses
Cases
Included
Excluded
Perce
N
pendidikan
nt
Total
Perce
N
nt
sd
Perce
N
Mean
elum *
38
pendidikan
kgd_sabtu2_ses
udah *
pendidikan
38
100.0
%
100.0
%
0
0
.0%
.0%
38
38
udah
225.5933
205.1733
3
3
22.21987
11.61169
Minimum
201.65
195.88
Maximum
245.55
218.19
226.4608
206.2783
12
12
14.37971
9.40324
Minimum
201.47
190.00
Maximum
249.00
225.00
231.8736
208.7900
22
22
11.24809
10.14368
Minimum
210.20
195.00
Maximum
246.60
231.00
232.4800
212.2000
N
1
1
Std. Deviation
.
.
Minimum
232.48
212.20
Maximum
232.48
212.20
N
nt
Std. Deviation
kgd_sabtu2_seb
elum
100.0
%
100.0
smp
Mean
N
%
Std. Deviation
sma
Mean
N
Std. Deviation
pt
Mean
Total
Mean
229.1019
208.1104
38
38
15.94922
10.38620
Minimum
201.47
190.00
Maximum
249.00
231.00
N
Std. Deviation
Report
kgd_minggu1_se kgd_minggu1_se
pendidikan
belum
Case Processing Summary
sudah
Cases
sd
Mean
201.0000
194.0000
3
3
7.55342
6.33167
Minimum
201.00
186.70
kgd_minggu2_s
Maximum
201.00
198.00
ebelum *
Included
N
Std. Deviation
smp
Mean
N
225.6150
207.5042
12
12
Perce
N
sma
15.59515
9.19176
Minimum
200.20
195.00
Maximum
245.78
220.50
223.2255
204.5805
22
22
13.18347
10.11763
Minimum
201.00
185.59
Maximum
248.00
225.90
220.3000
200.4500
N
1
1
Std. Deviation
.
.
Minimum
220.30
200.45
Maximum
220.30
200.45
217.5351
201.6336
38
38
12.11068
8.54702
Minimum
200.20
185.59
Maximum
248.00
225.90
Mean
N
Std. Deviation
pt
Total
Mean
Mean
N
Std. Deviation
38
pendidikan
kgd_minggu2_s
esudah *
Std. Deviation
Excluded
pendidikan
38
nt
Perce
N
100.0
%
100.0
%
Total
nt
Perce
N
0
.0%
38
0
.0%
38
nt
100.0
%
100.0
%
Report
kgd_minggu2_se kgd_minggu2_se
pendidikan
sd
Mean
214.4833
3
3
12.24656
10.13612
Minimum
220.10
205.05
Maximum
235.45
225.20
224.7142
207.7575
12
12
9.46855
5.97912
Minimum
212.21
197.29
Maximum
239.67
212.20
223.6773
210.6386
22
22
10.65557
8.60639
Minimum
200.10
196.20
Maximum
243.20
225.20
225.6000
210.1000
N
1
1
Std. Deviation
.
.
Minimum
225.60
210.10
Maximum
225.60
210.10
225.8770
210.7448
38
38
10.79022
8.24054
Minimum
200.10
196.20
Maximum
243.20
225.20
Std. Deviation
Mean
N
Std. Deviation
sma
Mean
N
Std. Deviation
pt
Total
sudah
229.5167
N
smp
belum
Mean
Mean
N
Std. Deviation
4. Tinggi Badan
Case Processing Summary
Cases
Included
Excluded
Perce
N
lum *
38
tinggi_badan
kgd_sabtu1_sesu
dah *
Perce
nt
kgd_sabtu1_sebe
38
tinggi_badan
Total
N
100.0
%
100.0
%
nt
Perce
N
nt
0
.0%
38
0
.0%
38
100.0
%
100.0
%
Report
kgd_sabtu1_seb kgd_sabtu1_ses
new_tinggi_badan
146-156
Mean
udah
228.4400
177.2500
17
17
9.87654
8.65932
Minimum
188.29
198.25
Maximum
238.75
231.00
222.7750
203.1864
14
14
10.89528
8.55857
Minimum
200.00
185.50
Maximum
247.47
230.20
N
Std. Deviation
156-166
elum
Mean
N
Std. Deviation
166-176
Mean
232.1959
202.2547
5
5
15.27868
14.11278
Minimum
201.00
179.80
Maximum
248.00
225.00
219.6333
198.9500
2
2
17.11801
11.14141
Minimum
201.35
180.00
Maximum
245.78
215.00
225.7610
195.4102
38
38
13.29212
10.61802
Minimum
200.00
179.80
Maximum
248.00
230.20
N
Std. Deviation
176-180
Mean
N
Std. Deviation
Total
Mean
N
Std. Deviation
Case Processing Summary
Cases
Included
Excluded
Perce
N
nt
Total
Perce
N
nt
Perce
N
nt
kgd_minggu1_se
belum *
new_tinggi_bada
38
100.0
%
0
.0%
38
0
.0%
38
100.0
%
n
kgd_minggu1_se
sudah *
new_tinggi_bada
n
38
100.0
%
100.0
%
Report
kgd_minggu1_se kgd_minggu1_se
new_tinggi_badan
146-156
belum
Mean
sudah
215.0000
200.2800
17
17
Std. Deviation
12.34322
11.05643
Mean
218.1221
199.8664
14
14
9.82116
7.59132
226.6106
206.9282
5
5
Std. Deviation
14.99274
10.21107
Mean
220.0917
209.5133
2
2
Std. Deviation
12.21460
11.20709
Mean
219.9561
204.1469
38
38
12.34293
10.01647
N
156-166
N
Std. Deviation
166-176
Mean
N
176-180
N
Total
N
Std. Deviation
Case Processing Summary
Cases
Included
Excluded
Perce
N
nt
Total
Perce
N
nt
Perce
N
nt
kgd_sabtu2_seb
elum *
new_tinggi_bad
38
100.0
%
0
.0%
38
0
.0%
38
100.0
%
an
kgd_sabtu2_ses
udah *
new_tinggi_bad
an
38
100.0
%
100.0
%
Report
kgd_sabtu2_seb kgd_sabtu2_sesu
new_tinggi_badan
146-156
elum
Mean
245.3000
218.4500
17
17
Std. Deviation
13.78643
12.13456
Mean
230.0229
209.0857
14
14
8.68519
6.22316
225.8600
205.2894
5
5
Std. Deviation
14.88133
10.28647
Mean
237.1283
210.1450
2
2
Std. Deviation
15.40208
11.34652
Mean
234.5778
210.7425
38
38
13.18875
9.99767
N
156-166
N
Std. Deviation
166-176
dah
Mean
N
176-180
N
Total
N
Std. Deviation
Case Processing Summary
Cases
Included
N
kgd_minggu2_sebelum *
new_tinggi_badan
kgd_minggu2_sesudah *
new_tinggi_badan
Report
Excluded
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
kgd_minggu2_s kgd_minggu2_s
new_tinggi_badan
146-156
ebelum
Mean
209.0400
17
17
8.76543
7.14452
225.3529
203.9450
14
14
Std. Deviation
10.87979
868007
Mean
223.2671
209.1094
5
5
Std. Deviation
11.30723
8.45940
Mean
226.1900
199.8500
2
2
9.26691
6.63481
224.7025
205.4861
38
38
10.05484
7.72970
Std. Deviation
156-166
Mean
N
166-176
esudah
224.0000
N
N
176-180
N
Std. Deviation
Total
Mean
N
Std. Deviation
5. Berat Badan
Case Processing Summary
Cases
Included
Excluded
Perce
N
nt
Total
Perce
N
nt
Perce
N
nt
kgd_sabtu1_seb
elum *
new_berat_bada
38
100.0
%
0
.0%
38
0
.0%
38
100.0
%
n
kgd_sabtu1_sesu
dah *
new_berat_bada
38
100.0
%
100.0
%
n
Report
kgd_sabtu1_seb kgd_sabtu1_ses
new_berat_badan
45-53
Mean
elum
229.4000
udah
210.0000
N
10
10
9.44652
7.00339
228.9433
196.6300
4
14
Std. Deviation
14.30081
10.20000
Mean
222.8662
205.1162
11
11
Std. Deviation
14.79373
14.30889
Mean
217.3300
208.0000
3
3
Std. Deviation
14.08642
12.99875
Mean
224.6348
204.9365
38
38
13.16587
11.12775
Std. Deviation
53-61
Mean
N
61-69
N
69-77
N
Total
N
Std. Deviation
Case Processing Summary
Cases
Included
Excluded
Perce
N
nt
Total
Perce
N
nt
Perce
N
nt
kgd_minggu1_se
belum *
new_berat_bada
38
100.0
%
0
.0%
38
0
.0%
38
100.0
%
n
kgd_minggu1_se
sudah *
new_berat_bada
38
100.0
%
100.0
%
n
Report
kgd_minggu1_se kgd_minggu1_se
new_berat_badan
45-53
Mean
N
belum
sudah
229.5700
217.2900
10
10
53-61
Std. Deviation
15.77641
13.91348
Mean
220.7493
205.9313
14
14
Std. Deviation
12.99958
7.65414
Mean
222.5024
203.1695
11
11
Std. Deviation
16.33464
11.28439
Mean
226.2800
200.4500
3
3
Std. Deviation
13.55118
12.01670
Mean
224.7754
206.7102
38
38
14.49941
11.21717
N
61-69
N
69-77
N
Total
N
Std. Deviation
Case Processing Summary
Cases
Included
N
kgd_sabtu2_sebelum
* new_berat_badan
kgd_sabtu2_sesudah
* new_berat_badan
kgd_minggu2_sebelu
m * new_berat_badan
kgd_minggu2_sesuda
h * new_berat_badan
Percent
Excluded
N
Total
Percent
N
Percent
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
Report
kgd_sabtu2_seb kgd_sabtu2_ses kgd_minggu2_se kgd_minggu2_se
new_berat_badan
46-56
Mean
elum
udah
196.7500
218.0000
209.6600
10
10
10
10
9.21220
8.75513
10.11442
9.88661
230.4040
206.7273
223.0760
206.4127
14
14
14
14
Std. Deviation
11.32720
9.77276
11.99791
7.27137
Mean
229.8786
209.1157
225.3800
204.0181
11
11
11
11
Std. Deviation
14.49234
9.94853
9.65149
8.85062
Mean
229.0000
207.3500
234.5000
207.7500
3
3
3
3
9.96754
8.65421
15.90031
14.77432
226.1956
204.9857
225.2390
206.9602
38
38
38
38
11.24982
9.28266
11.91603
10.19573
Std. Deviation
Mean
N
60-69
N
70-79
N
Std. Deviation
Total
sudah
215.5000
N
56-66
belum
Mean
N
Std. Deviation
6. Olahraga
Case Processing Summary
Cases
Included
N
kgd_sabtu1_sebelum *
aktifitas_fisik
kgd_sabtu1_sesudah *
aktifitas_fisik
kgd_minggu1_sebelum *
aktifitas_fisik
kgd_minggu1_sesudah *
aktifitas_fisik
Excluded
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
Report
kgd_sabtu1_seb kgd_sabtu1_ses kgd_minggu1_se kgd_minggu1_se
aktifitas_fisik
aerobik
elum
Mean
229.1330
210.4120
10
10
10
10
936554
7.73823
15.88988
12.02506
222.2840
200.3200
223.2480
203.6667
15
15
15
15
Std. Deviation
11.12828
10.64669
10.77391
6.15426
Mean
231.3085
204,2154
215.5069
201.0885
13
13
13
13
Std. Deviation
13.10272
9.36951
12.35652
10.29538
Mean
226.5758
202.0214
222.6293
205.0557
38
38
38
38
11.19884
9.25134
13.00857
9.49156
Mean
N
N
Total
sudah
201.5290
Std. Deviation
tidak olah raga
belum
226.1350
N
non aerobik
udah
N
Std. Deviation
Case Processing Summary
Cases
Included
N
kgd_sabtu2_sebelum *
aktifitas_fisik
kgd_sabtu2_sesudah *
aktifitas_fisik
kgd_minggu2_sebelum *
aktifitas_fisik
kgd_minggu2_sesudah *
aktifitas_fisik
Excluded
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
Report
kgd_sabtu2_seb kgd_sabtu2_ses kgd_minggu2_se kgd_minggu2_se
aktifitas_fisik
aerobik
elum
Mean
221.3750
184.3120
10
10
10
10
Std. Deviation
13.53388
9.98715
11.12204
7.72286
Mean
228.6780
207.4947
222.4453
204.5660
15
15
15
15
Std. Deviation
13.83035
9.62011
10.84140
7.87259
Mean
232.9915
209.0915
229.3223
210.3154
13
13
13
13
9.67067
8.25201
8.39226
7.80495
229.5215
207.7230
224.3808
199.7311
38
38
38
38
12.34496
9.28642
10.11857
7.80013
N
Std. Deviation
Total
sudah
206.5830
N
tidak olah raga
belum
226.8950
N
non aerobik
udah
Mean
N
Std. Deviation
7. Riwayat DM
Case Processing Summary
Cases
Included
Excluded
Total
umur
Frequenc
y
Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
15-24
3
7.9
7.9
7.9
25-34
19
50.0
50.0
57.9
35-44
16
42.1
42.1
100.0
Total
38
100.0
100.0
Statistics
umur
N
Valid
38
Missing
0
pendidikan
Cumulative
Frequency
Valid
sd
Percent
Percent
3
7.9
7.9
7.9
smp
12
31.6
31.6
39.5
sma
22
57.9
57.9
97.4
1
2.6
2.6
100.0
38
100.0
100.0
pt
Total
Statistics
pendidikan
N
Valid Percent
Valid
Missing
38
0
kgd_sabtu1_sebelum *
riwayat_sakitDM
kgd_sabtu1_sesudah *
riwayat_sakitDM
kgd_minggu1_sebelum *
riwayat_sakitDM
kgd_minggu1_sesudah *
riwayat_sakitDM
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
Report
kgd_sabtu1_seb kgd_sabtu1_ses kgd_minggu1_se kgd_minggu1_se
riwayat_sakitDM
0-12
Mean
204.8770
12
12
12
12
Std. Deviation
12.08404
10.64158
11.45900
9.79001
Mean
227.2457
198.8187
221.3959
209.1217
10
10
10
10
9.34432
7.94559
7.29757
6.56554
227.5933
211.2676
235.0933
198.1233
8
8
8
8
Std. Deviation
10.83299
9.45541
10.75234
7.20045
Mean
219.0239
208.2600
201.2060
199.0920
6
6
6
6
Std. Deviation
12.55696
10.88045
9.60067
9.20440
Mean
233.7300
199.0800
213.4000
199.2880
2
2
2
2
17.00054
15.87799
10.54343
9.54467
226.97738
203.7657
220.6933
202.1004
38
38
38
38
12.36377
10.96024
9.93062
8.46101
Mean
N
N
48-55
N
Std. Deviation
Total
sudah
232.3715
Std. Deviation
36-48
belum
201.4025
N
24-36
udah
227.2940
N
12-24
elum
Mean
N
Std. Deviation
Report
kgd_sabtu2_seb kgd_sabtu2_ses kgd_minggu2_se kgd_minggu2_se
riwayat_sakitDM
0-12
Mean
204.4070
12
12
12
12
Std. Deviation
10.08074
9.88058
9.55321
6.79001
Mean
221.3767
199.8067
221.3770
209.1217
10
10
10
10
Std. Deviation
13.09872
11.76569
11.08747
9.50075
Mean
238.5333
216.8883
230.0903
205.1433
8
8
8
8
8.83299
6.47701
11.79934
9.27775
222.6789
215.2600
212.2961
206.5700
6
6
6
6
Std. Deviation
10.69696
7.50045
9.62867
9.20440
Mean
201.4890
190.6660
241.5550
214.6000
2
2
2
2
9.87243
9.04533
14.09832
11.12766
219.3574
206.1247
225.5543
207.9684
38
38
38
38
10.51638
8.93391
11.23332
9.16911
Std. Deviation
Mean
N
48-55
N
Std. Deviation
Total
sudah
222.4535
N
36-48
belum
208.0025
N
24-36
udah
212.7092
N
12-24
elum
Mean
N
Std. Deviation
8. Riwayat OHO
Case Processing Summary
Cases
Included
N
kgd_sabtu1_sebelu
m * riwayat_oho
kgd_sabtu1_sesuda
h * riwayat_oho
kgd_minggu1_sebel
um * riwayat_oho
kgd_minggu1_sesud
ah * riwayat_oho
Percent
Excluded
N
Total
Percent
N
Percent
38 100.0%
0
.0%
38 100.0%
38 100.0%
0
.0%
38 100.0%
38 100.0%
0
.0%
38 100.0%
38 100.0%
0
.0%
38 100.0%
Report
kgd_sabtu1_seb kgd_sabtu1_ses kgd_minggu1_se kgd_minggu1_se
riwayat_oho
0-6
Mean
204.9975
20
20
20
20
7.00645
5.20832
11.73877
8.95099
226.8050
205.5167
215.5750
204.0983
6
6
6
6
Std. Deviation
14.45493
9.59242
16.51738
12.36572
Mean
233.3617
203.1750
212.1600
198.6400
6
6
6
6
9.54058
8.27813
10.00275
7.38833
229.3940
212.3900
226.3760
209.3580
5
5
5
5
Std. Deviation
16.50466
14.08609
16.44195
13.16957
Mean
214.0000
200,0000
234.0000
210.1000
N
1
1
1
1
Std. Deviation
.
.
.
.
225,5224
203,8242
222.7157
205.4387
38
38
38
38
11.87885
9.29113
13.67522
10.46865
Mean
N
Std. Deviation
Mean
N
24-29
Total
sudah
225.4675
N
18-24
belum
198.0395
Std. Deviation
12-18
udah
224.0505
N
6-12
elum
Mean
N
Std. Deviation
Report
kgd_sabtu2_seb kgd_sabtu2_ses kgd_minggu2_se kgd_minggu2_se
riwayat_oho
0-6
Mean
elum
222.3715
205.6370
20
20
20
20
Std. Deviation
12.05404
9.61158
11.32421
7.79001
Mean
221.3767
199.8467
226.3650
209.4617
6
6
6
6
Std. Deviation
13.36852
11.98569
7.29757
6.55014
Mean
238.5333
216.2683
230.0933
210.1233
6
6
6
6
Std. Deviation
14.83299
12.45001
10.75234
9.25245
Mean
230.6000
208.2600
226.2060
208.0920
5
5
5
5
Std. Deviation
10.69696
7.50045
9.62867
9.20440
Mean
201.4700
190.0000
214.4100
198.2000
N
1
1
1
1
Std. Deviation
.
.
.
.
224.5368
204.5595
223.8891
206.3028
38
38
38
38
12.73812
10.38693
9.75069
8.19925
N
18-24
N
24-29
Total
sudah
208.4225
N
12-18
belum
230.7040
N
6-12
udah
Mean
N
Std. Deviation
Case Processing Summary
Cases
Included
N
kgd_sabtu2_sebelum *
riwayat_oho
kgd_sabtu2_sesudah *
riwayat_oho
kgd_minggu2_sebelum *
riwayat_oho
kgd_minggu2_sesudah *
riwayat_oho
Excluded
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
Hasil crosstabs karakteristik dengan kadar GDS
[-0Hasil crosstab antara umur, rata-rata kadar gula darah sebelum senam, rata-rata kadar gula
darah sesudah senam dan penurunan kadar gula darah
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
kategori_umur *
rata2_kgd_sblm
kategori_umur *
rata2_kgd_sesudah
kategori_umur *
penurunan_kdg
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
Kategori_umur*rata2_kgd_sblm*rata2_kgd_sesudah*penurunan_kgd Crosstabulation
Kategori_umur
15-24
25-34
35-44
rata2_kgd1_sblm
rata2_kgd4_sesudah
penurunan_kgd
224.41
202.96
21.45
233.19
209.10
24.09
216.86
203.10
13.76
Hasil crosstab kategori berat badan, rata-rata kadar gula darah sebelum senam, rata-rata kadar
gula darah sesudah senam dan penurunan kadar gula darah
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Missing
Percent
kategori_berat_badan *
rata2_kgd1_sblm
kategori_berat_badan *
rata2_kgd1_sesudah
kategori_berat_badan *
penurunan_kgd1
N
Total
Percent
N
Percent
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
Kategori_berat_badan*rata2_kgd1_sblm*rata2_kgd1_sesudah*penurunan_kgd1 Crosstabulation
Kategori_berat_badan
rata2_kgd1_sblm
rata2_kgd4_sesudah
penurunan_kgd
45-53
229.40
209.66
19.74
53-61
228.94
206.41
22.53
61-69
222.86
204.02
18.84
69-77
217.33
207.75
9.58
Hasil crosstab aktifitas fisik, rata-rata kadar gula darah sebelum senam, rata-rata kadar gula
darah sesudah senam dan penurunan kadar gula darah
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
aktifitas_fisik *
rata2_kgd2_sblm
aktifitas_fisik *
rata2_kgd2_sesudah
aktifitas_fisik * penurunan_kgd2
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
aktifitas _fisik*rata2_kgd2_sblm*rata2_kgd2_sesudah*penurunan_kgd2 Crosstabulation
aktifitas_fisik
rata2_kgd1_sblm
rata2_kgd4_sesudah
penurunan_kgd
Aerobik
226.13
184.31
41.82
Non areobik
222.28
204.57
17.71
Tidakolahraga
231.31
210.31
21.00
Hasil crosstab pekerjaan, rata-rata kadar gula darah sebelum senam, rata-rata kadar gula
darah sesudah senam dan penurunan kadar gula darah
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
pekerjaan * rata2_kgd3_sblm
pekerjaan *
rata2_kgd3_sesudah
pekerjaan * penurunan_kgd3
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
pekerjaan*rata2_kgd3_sblm*rata2_kgd3_sesudah*penurunan_kgd3 Crosstabulation
pekerjaan
rata2_kgd1_sblm
rata2_kgd4_sesudah
penurunan_kgd
PegawaiSwasta
214.79
170.51
44.28
wiraswasta
228.56
203.30
25.26
PNS
224.66
205.10
19.56
tidak bekerja
246.00
210.10
35.90
Hasil crosstab tinggi badan, rata-rata kadar gula darah sebelum senam, rata-rata kadar gula
darah sesudah senam dan penurunan kadar gula darah
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Missing
Percent
kategori_tinggi_badan *
rata2_kgd4_sblm
kategori_tinggi_badan *
rata2_kgd4_sesudah
kategori_tinggi_badan *
penurunan_kgd4
N
Total
Percent
N
Percent
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
Kategori_tinggi _badan*rata2_kgd4_sblm*rata2_kgd4_sesudah*penurunan_kgd4 Crosstabulation
Kategori_tinggi_badan
rata2_kgd1_sblm
rata2_kgd4_sesudah
penurunan_kgd
146-156
228.44
209.04
19.40
156-166
222.77
203.94
18.83
166-176
232.19
209.10
23.09
176-180
219.67
199.85
19.82
Hasil crosstab pendidikan, rata-rata kadar gula darah sebelum senam, rata-rata kadar gula
darah sesudah senam dan penurunan kadar gula darah
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
pendidikan *
rata2_kgd5_sblm
pendidikan *
rata2_kgd5_sesudah
pendidikan * penurunan_kgd5
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
pendidikan*rata2_kgd5_sblm*rata2_kgd5_sesudah*penurunan_kgd5 Crosstabulation
pendidikan
rata2_kgd1_sblm
rata2_kgd4_sesudah
penurunan_kgd
SD
228.57
214.48
14.09
SMP
244.37
207.75
36.62
SMA
225.20
210.63
14.57
Perguruan tinggi
246.00
210.10
35.90
Hasil crosstab riwayat OHO, rata-rata kadar gula darah sebelum senam, rata-rata kadar gula
darah sesudah senam dan penurunan kadar gula darah
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
riwayat_oho *
rata2_kgd6_sblm
riwayat_oho *
rata2_kgd6_sesudah
riwayat_oho *
penurunan_kgd6
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
riwayat_OHO*rata2_kgd6_sblm*rata2_kgd6_sesudah*penurunan_kgd6 Crosstabulation
riwayat_OHO
rata2_kgd1_sblm
rata2_kgd4_sesudah
penurunan_kgd
0-6
224.05
205.63
18.42
6-12
226.81
209.46
17.35
12-18
233.36
210.12
23.24
18-24
229.39
208.09
21.30
24-29
214.00
198.20
15.80
Hasil crosstab riwayat DM, rata-rata kadar gula darah sebelum senam, rata-rata kadar gula
darah sesudah senam dan penurunan kadar gula darah
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
riwayat_DM *
rata2_kgd7_sblm
riwayat_DM *
rata2_kgd7_sesudah
riwayat_oho *
penurunan_kgd7
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
38
100.0%
0
.0%
38
100.0%
riwayat_DM
rata2_kgd1_sblm
rata2_kgd4_sesudah
penurunan_kgd
0-12
227.29
204.40
25.89
12-24
227.24
209.12
18.12
25-36
227.59
205.14
22.45
36-48
219.02
206.57
12.45
48-55
233.73
214.60
19.13
Lampiran
Penimbangan BB probandus
Pengukuran KGD sebelum
Pengukuran KGD sesudah
Pengukuran MHR
Streaching
Warming up
Conditioning
Cooling down
Download