BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu menurunkan angka kematian anak balita dua pertiga dari 68 menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup.1 Namun, sampai tahun 2012, angka kematian bayi di Indonesia adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup.2 Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, angka kematian bayi pada tahun 2012 adalah 25 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan di Kabupaten Sleman pada tahun 2012 adalah 69 per 1000 kelahiran hidup, tetapi kasus kematian bayi terjadi hampir di semua wilayah kecamatan, sehingga upaya pencegahan masih tetap diperlukan.3,4 Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan World Health Organization (WHO) dan United Nations International Children's Emergency Fund(UNICEF) dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak yaitu merekomendasikan sebaiknya anak hanya diberikan air susu ibu (ASI) selama paling sedikit enam bulan dan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan “penyelamatan kehidupan”, karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22% dari kematian bayi sebelum usia satu bulan. Maka diharapkan semua tenaga kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan dapat mensosialisasikan program tersebut.5,6 1 2 Proporsi penyebab kematian bayi pada usia 0-11 bulan yang tertinggi adalah diare yaitu sebesar 42% diikuti pneumonia 24%, meningitis/ensefalitis 9%, kelainan saluran pencernaan sebesar 7%, kelainan jantung kongenital dan hidrosefalus 6%, sepsis 4%, tetanus 3%, dan penyebab lain-lain (malnutrisi, TB, campak) sebesar 5%. Kematian bayi bisa diturunkan dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian Story dan Parish dalam Estiwidani menyatakan bahwa secara signifikan ASI menurunkan insiden diare dan infeksi saluran pernafasan akut. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan Arifeen dalam Estiwidani mengungkapkan bahwa pemberian ASI Eksklusif pada bulan pertama dapat menurunkan risiko kematian akibat diare sebesar 3,9 kali dan kematian akibat infeksi pernafasan akut (ISPA) sebesar 2,4 kali. Dengan ASI eksklusif, 55% dari kematian bayi akibat penyakit diare dan ISPA dapat dicegah pada bayi umur 0-3 bulan dan 66% pada bayi umur 411 bulan. Bayi yang tidak pernah mendapat ASI beresiko meninggal 21% lebih tinggi dalam periode sesudah kelahiran daripada bayi yang mendapat ASI.7,8,9 Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 54,3%, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Sedangkan persentase pemberian ASI Eksklusif di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2013 adalah sebesar 70,83% yang merupakan urutan ke empat pemberian ASI eksklusif tertinggi di Indonesia.5 3 Persentase pemberian ASI eksklusif di Daerah Istimewa Yogyakarta terus mengalami peningkatan sejak tahun 2009. Peningkatan tersebut juga terjadi di seluruh Kabupaten/Kota. Sementara itu, presentase pemberian ASI eksklusif paling tinggi pada tahun 2013 terjadi di kabupaten Sleman yaitu sebesar 80,62% meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 70,39%.4 Sesuai dengan peraturan pemerintah tentang ASI eksklusif setiap bayi berhak untuk mendapatkan ASI eksklusif dari sejak lahir hingga usia 6 bulan tanpa menambahkan dan/mengganti dengan makanan atau minuman lain. Setiap ibu yang melahirkan bayi harus menolak pemberian Susu Formula Bayi atau produk bayi lainnya. Pola pemberian makanan terbaik untuk bayi sejak lahir sampai anak berumur 2 tahun meliputi memberikan ASI kepada bayi segera dalam waktu 1 jam setelah lahir dan memberikan hanya ASI saja sejak lahir sampai umur 6 bulan.10 Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dibedakan menjadi tiga yaitu faktor pemudah, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Faktor pemudah meliputi pendidikan, pengetahuan, serta nilainilai atau adat budaya. Faktor pendukung meliputi pendapatan keluarga, kesediaan waktu, dan kesehatan ibu. Sedangkan faktor pendorong meliputi dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan.7,11 Seorang ibu yang punya pikiran positif tentu saja akan senang melihat bayinya, kemudian memikirkannya dengan penuh kasih sayang, terlebih bila sudah mencium dan menimang si buah hati. Semua itu terjadi 4 bila ibu dalam keadaan yang tenang. Keadaan tenang ini dapat diperoleh oleh ibu apabila ibu mendapat dukungan-dukungan dari lingkungan sekitarnya untuk memberikan ASI secara eksklusif. Karena itu, ibu memerlukan dukungan yang kuat agar dapat memberikan ASI eksklusif. Dukungan dari lingkungan keluarga terlebih dari suami yang merupakan keluarga inti dan orang paling dekat dengan ibu dan sangat menentukan keberhasilan menyusui. Seorang ibu yang mendapatkan dukungan dari suami dan keluarga akan meningkatkan pemberian ASI kepada bayinya. Sebaliknya dukungan yang kurang maka pemberian ASI menurun. Setidaknya terdapat 50% andil seorang ayah dalam suksesnya pemberian ASI eksklusif, sehingga dapat dikatakan keberhasilan dalam menyusui adalah keberhasilan seorang ayah dalam memberikan dukungan, sebaliknya kegagalan menyusui adalah kegagalan ayah dalam memberikan dukungan kepada ibu untuk menyusui secara eksklusif. Pemahaman ayah tidak perlu seahli konselor, tapi saat dibutuhkan siap mendukung dan melindungi proses menyusui dari gangguan yang mungkin terjadi.7, 12 Berdasarkan studi awal yang peneliti lakukan di Dinas Kesehatan Provinsi DIY, data yang diperoleh pada tahun 2013 kabupaten Sleman memiliki angka presentase tertinggi dalam pemberian ASI Eksklusif dan puskesmas Godean II merupakan puskesmas yang memiliki angka paling tinggi dalam pemberian ASI Eksklusif mencakup 94,22%, dan yang terendah adalah puskesmas Gamping II yaitu sebesar 70,31%.Penelitian inidilakukan di puskesmas Godean II untuk mewakili salah satu dari 5 Puskesmaskeseluruhan yang ada di kabupaten Sleman karena pencapaian jumlah ASI eksklusif yang paling banyak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara dukungan suami terhadap minat ibu dalam memberikan ASI Eksklusif di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Godean II?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan suami terhadap minat ibu dalam memberikan ASI eksklusif di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Godean II. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui dukungan suami dalam upaya pemberian ASI Eksklusif di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Godean II. b. Mengetahui minatibu memberikan ASI Eksklusif di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Godean II. c. Menganalisis kekuatan hubungan dukungan suami terhadap minat ibu dalam memberikan ASI Eksklusif di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Godean II. 6 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang meneliti tentang minat ibu dalam pemberian ASI Eksklusif. b. Sebagai data tambahan informasi mengenai prevalensi peran dukungan suami dalam mendukung praktik pemberian ASI Eksklusif. c. Sebagai dasar atau referensi awal untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya yang berkaitan tentang pemberian ASI eksklusif. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa Kebidanan UGM Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa tentang pentingnya dukungan suami untuk mensukseskan ASI Eksklusif. b. Bagi Peneliti 1. Menambah wawasan mengenai hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif. 2. Menambah pengetahuan tentang metodologi penelitian ilmu kebidanan. 7 c. Bagi Ibu Menyusui di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Godean II Menambah pengetahuan ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif. d. Bagi Bidan di Puskesmas Godean II Dapat menjadi bahan masukan untuk meningkatkan promosi kesehatan kepada suami mengenai pentingnya pemberian ASI kepada bayi untuk menumbuhkan pentingnya dukungan suami kepada pasangannya yang sedang menyusui sehingga dapat meningkatkan proses menyusui secara eksklusif. E. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya serupa dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain: 1. Widiarti (2012) dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Suami Tentang Pemberian ASI Terhadap Motivasi Ibu Dalam Menyusui di Kelurahan Kemiri Muka Kota Depok”. Hasil penelitian tersebut adalah tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan suami tentang pemberian ASI terhadap motivasi ibu dalam menyusui. Desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional dengan pendekatan analitik komparatif kategorikal tidak berpasangan. Populasi dari penelitian ini adalah pasangan suami istri yang mempunyai bayi usia 7-12 bulan di kelurahan Kemiri Muka 8 Kecamatan Beiji Kota Depok. Teknik pengambilan sample dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan uji Chi-Square. Perbedaan dengan penelitian terbaru terletak pada variabel penelitian, populasi serta sampel penelitian. Pada penelitian yang akan peneliti lakukan variabel penelitian yang digunakan adalah dukungan suami dan minat ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Populasi dari penelitian terbaru adalah seluruh pasangan suami istri yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di kabupaten Sleman, sedangkan sampel yang digunakan adalah pasangan suami istri yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Godean II.13 2. Rahayu dan Ningrum (2013) dengan judul “Hubungan Dukungan Suami Dengan Kemauan Ibu Hamil Dalam Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Gadang Hanyar Banjarmasin”. Hasil penelitian tersebut adalah tidak ada hubungan bermakna antara dukungan suami dengan kemauan ibu hamil dalam pemberian ASI eksklusif. Desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional dengan pendekatan survei analitik. Populasi dari penelitian ini adalah pasangan suami dan ibu hamil. Teknik pengambilan sample dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan uji Spearman rank. Perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terletak pada variabel penelitian, populasi dan sample penelitian serta metode penelitian yang digunakan. Pada penelitian yang akan peneliti lakukan variabel penelitian yang digunakan adalah dukungan suami dan minat 9 ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Populasi dari penelitian yang akan peneliti lakukan adalah seluruh pasangan suami istri yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di kabupaten Sleman, sedangkan sampel yang digunakan adalah pasangan suami istri yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Godean II. Metode penelitian pada penelitian yang akan peneliti lakukan analisis data menggunakan uji statistik Exact Sig.14