FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS APEL INDONESIA ISWAHYUNI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Impor Komoditas Apel Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015 Iswahyuni NIM H14110040 ABSTRAK ISWAHYUNI. Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Impor Komoditas Apel Indonesia. Dibimbing oleh TANTI NOVIANTI. Apel merupakan jenis buah-buahan dari produk hortikultura dengan volume impor yang cukup besar. Tingginya volume impor apel tidak lepas dari pengaruh adanya ketersediaan apel dari negara pengekspor, seperti Australia, China, Perancis, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Afrika Selatan yang terus meningkat. Oleh sebab itu, perlu dianalisis faktor-faktor yang dapat memengaruhi volume impor apel Indonesia. Metode yang digunakan adalah panel data statis dengan pendekatan gravity model dalam kurun waktu selama tahun 2009-2013 dari delapan negara pengekspor terbesar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga apel impor, harga apel domestik, harga jeruk domestik, produksi apel domestik, nilai tukar riil, GDP riil per kapita Indonesia, GDP riil per kapita negara pengekspor, dan jarak ekonomi memengaruhi volume impor apel Indonesia. Kata kunci: Apel, Gravity Model, Volume Impor ABSTRACT ISWAHYUNI. The Determinants of Indonesia’s Apples Import Volume.. Supervised by TANTI NOVIANTI. Apples are kind of horticultural product with high rate of import volume. The high volume of imported apples was influenced by increasing availability of apples’s supply in exporting countries, such as Australia, China, France, Japan, South Korea, New Zealand, USA, and South Africa. Therefore, analyzing the determinants of Indonesia’s apples import volume is needed. The method used in this study is static data panel with gravity model approach. Besides, this study utilizes Indonesia’s data on apples’s import volume from 2009 to 2013 from eight largest exporting countries. The results show that price of imported apples, price of domestic apples, price of domestic oranges, total production of domestic apples, real exchange rate, Indonesia's real GDP per capita, exporting countries’s real GDP per capita, and economic distance affect Indonesia’s apples import volume. Keywords: Apples, Gravity model, Import Volume FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS APEL INDONESIA ISWAHYUNI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini ialah perdagangan, dengan judul Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Impor Komoditas Apel Indonesia. Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Isbi Zohalman dan Ibu Nety Herawati serta kedua kakak tersayang dan seluruh keluarga yang senantiasa selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Tanti Novianti, SP, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta waktu yang diluangkan selama proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Ibu Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku dosen penguji utama dan Bapak Dr. Muhammad Findi Alexandi, SE, ME selaku dosen penguji Komisi Pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran untuk memperbaiki skripsi ini. 3. Seluruh dosen, staf dan civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis. 4. Sahabat penulis: Nur Ariyani, Dian Asti Wulandari, Marsella Prisilia, Anne Florita, Ririn Indah Safitri, Carla Sheila Wulandari, Oktavina Widya, Nurul Rahmadhani, Isti Rahmadhani, Ira Miranti Nurani, Wiwi Uliyati, Elma Nefia, Ening Dwi Jawaty, Dyah Kusumaningrum dan Tuti Septi Sriharyani. 5. Teman sebimbingan: Melisa Ananda Samosir, Doni Jaelani, Raras Ramadina Dasri, dan Ade Ayu Amalina Fleury. 6. Rekan-rekan KKP Hegarmanah: Yulya Aryani, Syifa Kamillia, Riana Santoso, Evillya Br Sembiring, Caesar Pratama, dan Deny Kusumaraya. 7. Keluarga besar Ilmu Ekonomi 48 yang selama ini telah bersama-sama menuntut ilmu di IPB. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2015 Iswahyuni DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 5 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup Penelitian 6 TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori 6 6 Penelitian Terdahulu 11 Kerangka Pemikiran 12 Hipotesis Penelitian 13 METODE 14 Jenis dan Sumber Data 14 Metode Analisis Data 14 Analisis Data Panel 15 Model Penelitian 17 HASIL DAN PEMBAHASAN 19 Gambaran Umum 19 Pemilihan Kesesuaian Model dan Hasil Estimasi 21 Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Impor Apel Indonesia 23 Negara-Negara Pengekspor yang Berpotensi Memengaruhi Volume Impor Apel Indonesia 28 SIMPULAN DAN SARAN 28 Simpulan 28 Saran 29 DAFTAR PUSTAKA 29 LAMPIRAN 32 RIWAYAT HIDUP 34 DAFTAR TABEL 1 Perbandingan volume impor buah apel dengan buah segar lainnya tahun 2009-2013 2 Perbandingan volume produksi, impor, dan ekspor apel Indonesia tahun 2009-2013 3 Volume impor apel Indonesia dari negara pengekspor pada tahun 20092013 (ton) 4 Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha (milyar rupiah) tahun 2009-2013 5 Nilai ekspor-impor komoditas apel di Indonesia tahun 2009-2013 6 Jenis dan sumber data 7 Perkembangan pedagangan Indonesia untuk komoditas apel tahun 2009-2012 (ton) 8 Perkembangan produksi, luas panen, dan produktivitas apel tahun 20092013 9 Jumlah produksi apel dari negara pengekspor tahun 2009-2012 (ton) 10 Hasil estimasi gravity model volume impor apel Indonesia menggunakan model fixed effect dengan pembobotan cross section 11 Perbandingan harga apel Indonesia dengan harga apel impor di setiap negara-negara pengekspor tahun 2009-2013 12 Perbandingan harga jeruk Indonesia dengan harga apel impor di setiap negara-negara pengekspor tahun 2009-2013 13 Perbandingan harga apel impor di setiap negara-negara pengekspor tahun 2009-2013 14 Perbandingan gdp riil per kapita negara pengekspor dan jarak geografisnya tahun 2009-2013 15 Hasil estimasi model volume impor apel Indonesia cross section effect 2 2 3 4 5 14 19 20 21 22 23 24 27 27 28 DAFTAR GAMBAR 1 Perkembangan impor dan ekspor komoditas buah-buahan tahun 20102014 2 Kurva perdagangan internasional 3 Alur kerangka pemikiran 1 7 13 DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 Hasil estimasi fixed effect model Hasil Chow test Hasil uji normalitas Hasil uji multikolinearitas 32 33 33 33 PENDAHULUAN Latar Belakang Nilai (juta US $) Indonesia dikenal sebagai negara tropis yang dapat menghasilkan beragam buah-buahan tropis yang tidak dapat tumbuh dengan baik di negara subtropis, seperti salak, durian, jambu air, dan sebagainya. Sementara itu, Indonesia tetap mampu menghasilkan buah-buahan seperti di negara subtropis, diantaranya jeruk, apel, dan anggur. Keunggulan ini seharusnya dapat dimanfaatkan dengan maksimal oleh pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan ekspor buahbuahan Indonesia. Faktanya, pada era globalisasi dengan adanya pasar bebas seperti saat ini banyak produk impor yang masuk ke Indonesia dengan mudah, salah satunya adalah buah-buahan. Selama periode 2010-2014, Indonesia terus meningkatkan aktivitas perdagangan internasional. Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai ekspor maupun impor buah-buahan Indonesia cenderung meningkat, akan tetapi nilai impor lebih besar dibandingkan nilai ekspor. 900,00 800,00 700,00 600,00 500,00 400,00 300,00 200,00 100,00 0,00 829,00 848,70 655,40 789,20 667,30 655,20 Impor 435,60 401,90 418,10 Ekspor 297,90 2010 2011 2012 Tahun 2013 2014 Sumber : Pusdatin Kemendag RI, 2015 (diolah). Gambar 1 Perkembangan impor dan ekspor komoditas buah-buahan tahun 2010-2014 di Indonesia Pertumbuhan nilai ekspor komoditas buah-buahan rata-rata mengalami peningkatan pada periode 2010-2014 dengan rata-rata nilai ekspor pertahun sebesar 441.74 juta US$ dan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 24.81 persen. Nilai ekspor turun mencapai 401.90 juta US$ pada tahun 2012, kemudian meningkat kembali pada tahun 2013-2014. Tahun 2014, nilai ekspor mengalami peningkatan yang paling besar dibandingkan empat tahun terakhir yang mencapai 655.20 juta US$. Pertumbuhan nilai ekspor yang sudah baik ternyata nilainya tidak lebih besar dibandingkan nilai impor komoditas buah-buahan pada periode 2010-2014 dengan rata-rata nilai impor pertahun sebesar 757.92 US$. Laju pertumbuhan nilai impor rata-rata pertahun sebesar 6,44 persen. Nilai impor paling besar terjadi pada 2 tahun 2012 mencapai 848.70 juta US$, kemudian menurun tahun 2013 menjadi 667.30 juta US$. Kondisi ini tidak berlangsung lama, tahun 2014 nilai impor kembali meningkat sebesar 789.20 juta US$. Besarnya impor komoditas buahbuahan khususnya buah segar menunjukkan bahwa produksi dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Buah apel menjadi salah satu buah segar yang memiliki ketergantungan terhadap impor karena menjadi komoditas yang paling banyak digemari masyarakat. Hal ini terlihat dari tingginya volume impor buah apel dibandingkan dengan buah segar impor lainnya. Tabel 1 Perbandingan volume impor buah apel dengan buah segar lainnya tahun 2009-2013 di Indonesia (ton) Tahun Jenis buah Pisang Kurma Alpukat Jeruk Anggur Apel Buah segar lainnya 2009 2010 2011 2012 2013 Trend (%) 328.5 16 435.6 9.9 19 586.2 34 961.4 153 511.9 2 779.2 16 985.9 14.6 31 346.4 41 259.8 197 487.2 1 631.0 20 142.1 15.8 33 073.9 55 793.6 212 684.7 1 922.1 22 557.9 52.3 32 492.0 59 448.5 183 859.4 336.8 29 110.6 0.3 17 328.4 37 639.2 129 932.4 160.0 15.7 46.7 4.3 5.8 -1.6 107 742.8 91 244.0 142 275.2 159 542.5 77 191.8 0.3 Sumber : UN Comtrade, 2015 (diolah). Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa perbandingan volume impor buah apel lebih besar dibandingkan impor buah segar lainnya, seperti pisang, kurma, alpukat, jeruk, anggur, dan buah segar lainnya. Volume impor apel paling tinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 212 684.7 ton, dan yang terendah terjadi pada tahun 2013 sebesar 129 932.4 ton. Rata-rata pertumbuhan volume impor apel pertahun menurun sebesar 1.6 persen meskipun menurun, namun besarnya volume impor apel tetap mendominasi dari buah segar lainnya pada tahun 2009-2013. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan produksi apel domestik yang cenderung meningkat tidak dapat memenuhi konsumsi dalam negeri, sehingga masih perlunya kontribusi impor apel Indonesia. Tabel 2 akan menjelaskan perbandingan volume produksi, impor, dan ekspor apel Indonesia tahun 20092013. Tabel 2 Perbandingan volume produksi, impor, dan ekspor apel Indonesia tahun 2009-2013 Tahun Volume (ton) Produksi Impor 2009 262 009 153 511.9 2010 190 609 197 487.2 2011 200 173 212 684.7 2012 247 075 183 859.4 2013 255 245 129 932.4 Sumber : Kementan RI dan UN Comtrade, 2015 (diolah). Ekspor 60.9 9.0 24.2 3 Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa produksi dan volume impor cenderung mengalami peningkatan pada tahun 2009-2013. Volume produksi memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 1.13 persen dengan volume terbesar terjadi pada tahun 2009 sebanyak 262 009 ton, dan yang terendah terjadi pada tahun 2010 sebanyak 190 609 ton. Besarnya volume produksi ternyata tidak menyebabkan ketiadaan impor apel ke Indonesia. Rata-rata pertumbuhan volume impor sebesar -1.63 persen dengan volume terbesar terjadi pada tahun 2011 sebanyak 212 684.7 ton, dan yang terendah terjadi tahun 2013 sebanyak 129 932.4 ton. Hal ini diduga karena produksi dalam negeri yang bersifat musiman menyebabkan kontribusi impor sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pasar, meskipun rata-rata pertumbuhannya menurun tetapi kontribusinya selalu ada setiap tahun. Selain itu, besarnya volume produksi apel di Indonesia tidak mengakibatkan volume ekspor apel menjadi tinggi. Tahun 2009-2012, volume ekspor tidak lebih besar dibandingkan volume impor. Banyaknya permintaan apel di Indonesia, dan rendahnya kualitas apel lokal diduga menjadi pemicu hal tersebut terjadi. Tingginya volume impor apel tidak lepas dari pengaruh adanya ketersediaan apel dari negara pengekspor. Kondisi volume impor apel dari negara lain terus meningkat, terutama dari beberapa negara pengekspor terbesar yang konsisten mengekspor apel dari tahun 2009-2013 seperti Australia, China, Perancis, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Afrika Selatan. Tabel 3 menunjukkan volume impor apel Indonesia dari negara pengekspor pada tahun 2009-2013. Tabel 3 Volume impor apel Indonesia dari negara pengekspor pada tahun 20092013 (ton) Negara 2009 2010 Australia 560.8 105.1 China 108 398.7 150 572.1 Perancis 1 419.4 875.7 Jepang 85.4 89.1 Republik Korea 231.5 178.8 Selandia Baru 3 111.1 3 102.5 Afrika Selatan 560.5 1 197.0 Amerika Serikat 38 640.5 40 937.8 Sumber : UN Comtrade, 2015 (diolah). Tahun 2011 2012 316.7 584.5 156 049.2 127 014.1 1 273.1 956.7 52.2 35.2 79.7 23.5 3 792.8 3 812.3 1 486.9 1 872.3 49 344.7 49 240.7 2013 157.3 92 856.7 381.0 79.2 36.6 3 841.4 1 063.3 31 516.9 Trend (%) 32.9 -0.7 -19.5 13.8 -23.2 5.8 30.1 -2.4 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa volume impor apel Indonesia dari negara pengekspor terbesar memiliki kontribusi yang berbeda-beda. Data dari UN Comtrade menunjukkan delapan negara ini yang konsisten mengekspor apel dan memiliki kontribusi volume ekspor apel terbesar dibandingkan negara lain di dunia. Volume ekspor apel terbesar berasal dari China yang memiliki rata-rata pertumbuhan pertahun yang menurun sebesar 0.7 persen dengan volume yang paling tinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 156 049.2 ton, dan yang terendah 4 terjadi pada tahun 2013 sebesar 92 856.7 ton. Volume ekspor apel tahun 20092013 yang paling rendah dari Jepang dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 13.8 persen. Volume ekspor apel Jepang tertinggi terjadi tahun 2010 sebesar 89.1 ton, dan yang terendah terjadi tahun 2012 sebesar 35.2 ton. Faktor globalisasi yang membuat menyebarnya pangsa pasar dunia merupakan masalah besar bagi Indonesia yang mempunyai kemampuan produk masih lemah dari segi kualitas, kuantitas, dan kontinuitas sehingga mengakibatkan produk sejenis kalah bersaing yang akhirnya dapat mengakibatkan lonjakan produk impor dan mematikan pasar produk sejenis dalam negeri. Penelitian ini akan membahas komoditas apel yang berasal dari delapan negara yang rata-rata memiliki volume ekspor apel terbesar pada tahun 2009-2013, seperti Australia, China, Perancis, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Afrika Selatan. Delapan negara ini telah memasuki pangsa pasar Indonesia yang mengakibatkan apel domestik kalah bersaing sehingga dapat mematikan pasar domestik. Oleh karena itu, dengan mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap aliran impor komoditas buah apel Indonesia, maka Indonesia dapat meningkatkan daya saingnya agar dapat meraih pangsa pasar apel yang lebih menguntungkan negara. Perumusan Masalah Sektor pertanian di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi lima subsektor. Salah satu dari subsektor tersebut adalah tanaman bahan makanan yang merupakan bagian dari hortikultura yang terdiri atas tanaman sayuran, buahbuahan, biofarmakan, dan tanaman hias. Besarnya nilai masing-masing subsektor pertanian dapat dijelaskan pada Tabel 4. Tabel 4 Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha (milyar rupiah) tahun 2009-2013 Lapangan Usaha 2009 295 883.8 2010 304 771.1 Tahun 2011 315 036.8 Pertanian Tanaman bahan 149 057.8 151 500.7 154 153.9 makanan Tanaman 45 558.4 47 150.6 49 260.4 perkebunan Peternakan 36 648.9 38 214.4 40 040.3 Kehutanan 16 843.6 17 249.6 17 395.5 Perikanan 47 775.1 50 661.8 54 186.7 Sumber : Badan Pusat Statistik RI, 2015 (diolah). (%) 2012 328 279.7 2013* 339 560.8 3.5 158 910.1 161 925.2 2.1 52 325.4 54 629.3 4.6 41 918.6 17 423.0 57 702.6 43 902.3 17 442.5 61 661.2 4.6 0.9 6.6 Keterangan : Angka sementara (*) Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki nilai yang meningkat setiap tahunnya dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 3.5 persen. Begitu pula dengan subsektor pendukungnya, seperti tanaman bahan 5 makanan yang menjadi subsektor hortikultura. Rata-rata pertumbuhannya pertahun dari 2009-2013 sebesar 2.1 persen. Pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2013 sebesar Rp. 161 925.2 miliar, dan terendah terjadi tahun 2009 sebesar Rp. 149 057.8 miliar. Pertumbuhan PDB yang positif ternyata tidak diikuti oleh pertumbuhan dari neraca perdagangan pada tahun 2009-2013. Menurut BPS (2012), kelas menengah Indonesia terus bertambah sejak 2004-2009, dan akan menjadi 250 juta orang pada tahun 2014. Hal ini dikhawatirkan nantinya akan semankin buruknya neraca perdagangan Indonesia sehingga menimbulkan defisit perdagangan (impor > ekspor). Tabel 5 Nilai ekspor-impor komoditas apel di Indonesia tahun 2009-2013 Tahun Nilai (US $) Ekspor 2009 2010 2011 2012 2013 Impor 25 413 11 337 18 775 128 457 990 168 084 129 186 405 214 170 515 810 175 649 113 Trade balance -128 432 577 -168 084 129 -186 405 214 -170 504 473 -175 630 338 Sumber : UN Comtrade, 2015 (diolah) Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa neraca ekspor-impor apel Indonesia mengalami defisit yang ditunjukkan oleh tanda negatif dari hasil trade balance. Secara ekonomi hal tersebut berdampak pada menurunnya surplus neraca perdagangan yang dapat mengurangi cadangan devisa dalam negeri dan menurunkan daya saing buah nasional. Besarnya arus penetrasi impor buah menyebabkan mudahnya buah impor ditemui di pasar modern maupun tradisional. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi petani apel karena akan terjadi persaingan dengan produk apel impor. Kompleksnya masalah impor komoditas apel yang terjadi di Indonesia sehingga didapatkan perumusan masalah yang dapat diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana perkembangan volume impor komoditas apel Indonesia tahun 2009-2013? 2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi impor komoditas apel Indonesia ? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dijelaskan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan perkembangan volume impor komoditas apel Indonesia tahun 2009-2013. 2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi impor komoditas apel Indonesia. 6 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi penulis tetapi juga dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian ini antara lain : 1. Diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah dan pihak terkait yang mengurusi masalah komoditas apel sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan yang terkait dengan kegiatan impor apel agar mengurangi ketergantungan impor apel Indonesia dengan meningkatkan produksi domestik untuk memenuhi permintaan dalam negeri. 2. Bagi peneliti-peneliti lainnya yang akan membahas masalah penelitan yang sama diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu sebagai bahan rujukan dan pertimbangan atau perbandingan dalam penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada komoditas apel dengan kode HS 080810 yang dikonsumsi di Indonesia. Hal ini dilakukan agar gambaran faktor-faktor yang memengaruhi impor komoditas ini lebih terlihat jelas. Penyederhanaan ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa jenis ini memiliki kontribusi volume impor apel yang paling besar dari negara-negara di dunia. Selain itu penelitian ini hanya melihat kontribusi ekspor dari negara yang memberikan sumbangan ekspor terbesar pada komoditas ini yaitu Australia, China, Perancis, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Afrika Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi volume impor komoditas apel Indonesia dengan menggunakan gravity model yang dianalisis dengan metode panel data dalam kurun waktu selama lima tahun dari 2009-2013. Faktor-faktor yang diduga dapat memengaruhi impor yaitu harga apel impor, harga apel domestik, harga jeruk domestik, produksi apel domestik, nilai tukar riil, GDP riil per kapita negara pengekspor, GDP riil per kapita Indonesia, dan jarak ekonomi. TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Teori Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan internasional yang tercemin dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara menjadi 7 salah satu komponen dalam pembentukan Produk Domestik Bruto dari sisi pengeluaran suatu negara. (Oktaviani dan Novianti, 2009). Perdagangan internasional disebabkan oleh perbedaan penguasaan inovasi di bidang teknologi, kesamaan selera, dan faktor potensi alam pada masingmasing negara yang berbeda sehingga diperlukan pasar baru untuk menjual produk tersebut. Tujuannya untuk memperoleh keuntungan sehingga meningkatkan pendapatan negara. Selain motif mencari keuntungan, Krugman (2002) berpendapat bahwa alasan utama terjadinya perdagangan internasional karena dua hal yaitu (1) negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain, dan (2) negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi. Berdasarkan teori perdagangan internasional, perdagangan antar negara terjadi didasarkan adanya perbedaan permintaan dan penawaran diantara negara tersebut. Menurut Salvatore (1997), kekuatan permintaan dan penawaran komoditas di pasar internasional ditentukan oleh harga keseimbangan relatif suatu komoditas dalam perdagangan internasional. Permintaan di pasar internasional terbentuk ketika suatu negara mengalami kelebihan permintaan (excess demand) pada suatu komoditas sehingga untuk memenuhi kebutuhannya negara tersebut melakukan impor. Sebaliknya, penawaran di pasar internasional terbentuk ketika suatu negara mengalami kelebihan penawaran (excess supply) atas suatu komoditas sehingga negara tersebut melakukan ekspor. Gambar 2 menunjukkan adanya proses terciptanya harga komoditas relatif ekuilibrium dengan adanya perdagangan antar negara yang ditinjau dari analisis keseimbangan parsial Sumber: Salvatore, 1997 Gambar 2 Kurva perdagangan internasional Keterangan: PA Harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan internasional 0QA Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan internasional X Jumlah komoditas yang diekspor oleh negara A PB Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan internasional 0QB Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan internasional M Jumlah komoditas yang diimpor oleh negara B P* Harga keseimbangan antara kedua negara setelah perdagangan internasional 0QB Keseimbangan penawaran dan permintaan antar kedua negara dimana jumlah yang diekspor (X) sama dengan jumlah yang diimpor (M) 8 Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa terjadinya keseimbangan harga relatif di pasar dunia karena adanya perdagangan. Sumbu vertikal menunjukkan harga komoditas (P) sedangkan sumbu horizontal menggambarkan jumlah dan kuantitas komoditas yang diminta maupun ditawarkan (Q). Ketika tidak terjadi perdagangan (autarki), keseimbangan negara A dicapai pada P A = QA sedangkan keseimbangan negara B dicapai pada saat PB = QB. Pada saat harga relatif negara A mengalami kelebihan penawaran. Kelebihan penawaran ditunjukkan oleh kurva ED di pasar dunia, ketika kedua negara melakukan perdagangan, negara A akan mengekspor kelebihan penawaran dan negara B akan mengimpor untuk mencukupi permintaan di negaranya. Keseimbangan harga yang terjadi di pasar dunia adalah sebesar P* dan jumlah yang diekspor akan sama dengan jumlah yang diimpor Q* dengan asumsi yang melakukan perdagangan hanya dua negara. Faktor-faktor yang Memengaruhi Impor Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi impor, diantaranya adalah sebagai berikut: Harga Impor Harga impor merupakan salah satu komponen faktor-faktor luar negeri yang memengaruhi fungsi impor pada suatu negara. Harga impor adalah harga produk yang ditetapkan dalam pasar internasional yang diterima oleh negara importir. Perubahan harga impor akan berdampak pada permintaan produk impor suatu negara. Hal ini karena keterkaitan produk yang akan diperdagangkan atau diimpor suatu negara (Kemala, 2013). Hubungan antara harga impor terhadap volume impor dijelaskan sebagai berikut: Harga impor berpengaruh negatif terhadap volume impor. Artinya ketika harga impor lebih mahal maka volume impor akan menurun. Sebaliknya, volume impor akan meningkat saat harga impor lebih murah. Harga Menurut Samuelson (1983), “when the price of a commodity is raides (and the other things are held constant), buyer tend to buy less of the commodity. Similarly, when the price is lowered, other things equal, quantity demanded increased”. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah permintaan sangat tergantung pada harga barang tersebut. Artinya harga barang akan menentukan jumlah permintaan terhadap suatu barang. Menurut Lipsey (1995), harga merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi permintaan. Hubungan antara harga dengan jumlah barang yang akan dibeli adalah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa ketika produsen meningkatkan harga barang, maka yang terjadi pada jumlah barang yang dibeli akan berkurang. Kemudian ketika harga barang menurun, konsumen akan bersedia membeli lebih banyak sehingga jumlah barang yang diminta akan meningkat. Penelitian ini menggunakan harga apel domestik sebagai salah satu variabel harga. 9 Harga Barang Substitusi Terjadinya perubahan harga pada suatu barang akan berpengaruh pada permintaan barang lain. Keadaan ini bisa terjadi bila kedua barang tersebut mempunyai hubungan saling menggantikan (substitusi). Jika harga komoditi substitusi meningkat, maka permintaan komoditi yang bersangkutan akan meningkat. Sebaliknya, penurunan harga komoditi substitusi akan menurunkan permintaan komoditi yang bersangkutan (Lipsey, 1995). Penelitian ini menggunakan harga jeruk domestik sebagai harga barang substitusi. Produksi Domestik Produksi adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan atau menambah guna atas suatu benda, atau segala kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan orang lain melalui pertukaran (Partadireja, 1985). Produksi domestik memiliki hubungan negatif terhadap volume impor apel. Artinya saat terjadi kenaikan produksi maka volume impor apel akan menurun, begitupun sebaliknya. Penelitian ini menggunakan produksi apel domestik. Nilai Tukar Nilai tukar terbagi menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif dari mata uang dua negara, sedangkan nilai tukar riil adalah harga relatif dari barang-barang antara dua negara (Mankiw, 2006). Secara matematis, nilai tukar riil dapat dijelaskan sebagai berikut: Nilai tukar riil = Nilai tukar nominal Jika nilai tukar negara pengekspor terhadap negara pengimpor mengalami peningkatan (depresiasi), maka hal ini akan meningkatkan ekspor negara pengekspor tersebut ke negara pengimpor. Sedangkan, jika nilai tukar negara pengimpor terhadap negara pengekspor mengalami depresiasi, maka hal ini akan menurunkan insentif untuk melakukan impor karena harga produk negara pengimpor tersebut lebih kompetitif. Gross Domestic Product (GDP) Riil per Kapita GDP riil per kapita merupakan ukuran berapa banyak perolehan pendapatan setiap individu dalam perekonomian dengan memperhatikan adanya pengaruh harga. Tingkat konsumsi atau kemampuan daya beli suatu negara atas suatu komoditi dapat diukur dari pendapatan per kapita riil suatu negara. Secara matematis, GDP riil per kapita dapat dijelaskan sebagai berikut: GDP riil per kapita = Jarak Menurut Li et al. (2008) mendefinisikan jarak ekonomi sebagai suatu jarak yang mewakili biaya transportasi oleh suatu negara dalam melakukan kegiatan perdagangan yang dirumuskan sebagai berikut: 10 dimana: DISTcountry.i DISTi GDPi Total GDPi : Jarak ekonomi antara negara pada tahun i : Jarak geografis antar negara pada tahun i : Growth Domestic Product negara pengekspor pada tahun i : Total Growth Domestic Product negara pengekspor pada tahun i Variabel jarak ekonomi dapat berpengaruh positif dan negatif. Apabila jarak berpengaruh negatif maka faktor jarak geografis menjadi faktor yang lebih dominan dibandingkan dengan GDP dalam memengaruhi perdagangan. Hal ini disebabkan jarak dapat meningkatkan biaya transaksi pertukaran barang dan jasa internasional. Namun, jarak ekonomi dapat berpengaruh positif karena faktor GDP menjadi faktor yang lebih dominan dibandingkan dengan jarak geografis (Siahaan, 2008). Sementara itu, Ayuwangi (2013) meneliti bahwa jarak ekonomi secara signifikan berpengaruh negatif terhadap impor artinya semakin jauh jarak geografis, maka perdagangan akan membutuhkan biaya yang lebih besar. Pentingnya Ekspor-Impor Terhadap Gross Domestic Product (GDP) Keterbukaan memungkinkan perekonomian untuk melakukan perdagangan luar negeri, baik ekspor (X) maupun impor (M) barang dan jasa. Ekspor adalah produksi nasional yang dikonsumsi oleh pihak luar negeri, sementara impor adalah produksi luar negeri yang dikonsumsi di dalam negeri. Dengan demikian, identitas pendapatan nasional dari suatu perekonomian terbuka bisa dituliskan seperti berikut: Y = C + I + G + (X – M) ………. (1) atau setara dengan Y = C + I + G + NX ………. (2) Berdasarkan kedua persamaan tersebut dapat dilihat hubungan antara GDP dan ekspor-impor. Simbol NX pada persamaan (2) menjelaskan neraca perdagangan (X – M). Pentingnya hubungan ekspor-impor terhadap GDP adalah jika NX naik maka akan menyebabkan GDP negara tersebut meningkat, sementara jika NX turun maka GDP negara tersebut akan menurun. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Konsep Gravity Model Tinbergen (1962) dan Poyhonen (1963) yang pertama kali mengembangkan analisis gravity model dengan tujuan untuk menjelaskan aliran perdagangan bilateral oleh mitra dagang pada Gross National Product (GNP) dan jarak geografis antar negara. Model ini meniru hukum gravitasi Newton dimana memperhitungkan jarak dan ukuran fisik diantara dua benda. Jarak adalah faktor geografi yang menjadi variabel utama dalam gravity model. Bentuk umum dari gravity model dapat ditunjukkan dalam persamaan berikut: logXij = c + b1logGDPi + b2logGDPj + b3logτij + eij logτij = log (distanceij) 11 dimana Xij menunjukkan ekspor dari negara i ke negara j, GDP adalah nilai gross domestic product dari masing-masing negara, sedangkan τij menunjukkan biaya perdagangan di antara kedua negara serta distance adalah jarak geografi antar kedua negara dan digunakan sebagai proksi biaya perdagangan dan eij adalah random error term. Selanjutnya c adalah konstanta regresi dan b adalah koefisien yang diduga (Shepherd, 2012). Penelitian Terdahulu Penelitian Silitonga (2014) menganalisis tentang faktor-faktor yang memengaruhi volume impor komoditas jeruk di Indonesia. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel terhadap enam negara selama tahun 2002-2012. Variabel-variabel yang digunakan yaitu produksi jeruk domestik, harga jeruk domestik, harga jeruk impor, nilai tukar dan dummy krisis. Hasil dari penelitian ini adalah produksi jeruk domestik memiliki hubungan negatif dengan volume impor, harga jeruk domestik memiliki hubungan positif dengan volume impor, harga jeruk luar negeri memiliki hubungan negatif dengan volume impor dan dummy krisis memiliki hubungan negatif dengan volume impor. Diantara variabel tersebut yang paling berpengaruh terhadap impor jeruk di Indonesia adalah variabel harga jeruk luar negeri. Penelitian Ayuwangi (2013) menganalisis tentang faktor-faktor yang memengaruhi volume impor Indonesia dari ASEAN+6 melalui moda transportasi laut dengan pendekatan gravity model. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel terhadap negara-negara ASEAN+6 selama tahun 2007-2011. Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi variabel ekonomi seperti GDP per kapita ASEAN+6, GDP per kapita Indonesia, jarak ekonomi, dan nilai tukar riil, serta variabel non-ekonomi seperti kualitas pelabuhan, stabilitas politik dan efektivitas pemerintahan Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang secara signifikan berpengaruh positif adalah GDP per kapita Indonesia dan kualitas pelabuhan Indonesia, sedangkan variabel jarak ekonomi, nilai tukar riil, stabilitas politik, dan efektivitas pemerintahan Indonesia secara signifikan berpengaruh negatif. Penelitian De Paul dan Cheng (2012) menganalisis tentang perdagangan apel segar dengan pendekatan gravity model. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel terhadap dua puluh negara selama 2001-2010 menggunakan variabel produksi negara pengekspor, GDP negara pengimpor, jarak, tarif, produksi negara pengekspor, dummy sesama anggota NAFTA, dummy salah satu sebagai anggota NAFTA, dummy anggota EU, dummy kesamaan bahasa, dummy border antara kedua negara, dan dummy cuaca. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa GDP negara pengimpor dan pengekspor, jarak, produksi negara pengekspor, perbedaan cuaca, kesamaan bahasa, dan border berpengaruh positif artinya dapat menjelaskan variabilitas arus perdagangan bilateral apel segar. Sementara itu tarif, dummy sesama anggota NAFTA, dummy salah satu sebagai anggota NAFTA, dummy anggota EU berpengaruh negatif artinya tidak dapat menjelaskan variabilitas arus perdagangan bilateral apel segar. Penelitian Tian dan Yu (2011) menganalisis tentang faktor-faktor penentu kualitas buah-buahan impor di Cina dengan pendekatan gravity model. Alat 12 analisis yang digunakan adalah data panel terhadap sepuluh negara dari tahun 1998-2007. Variabel-variabel yang diteliti yaitu volume impor, harga, GDP China, GDP negara pengekspor, pendapatan per kapita China, pendapatan per kapita negara pengekspor, jarak, common boundary, keterbukaan negara pengekspor, keterbukaan China, share pertanian di negara pengekspor, keanggotaan WTO dan CAFTA, China WTO. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya jumlah impor buah-buahan akan menurunkan kualitas karena pengaruhnya kecil walaupun signifikan, harga berpengaruh positif dimana meningkatnya harga akan meningkatkan kualitas buah impor, GDP dan pendapatan per kapita China berpengaruh positif terhadap kualitas buah impor, sedangkan GDP dan pendapatan per kapita di negara-negara pengekspor berpengaruh negatif terhadap kualitas buah impor. Sementara itu jarak dan common boundary tidak memiliki peran penting dalam menentukan kualitas. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang telah dijelaskan, penelitian pada skripsi ini memiliki masing-masing perbedaan dari penelitian terdahulu. Penelitian ini akan menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi volume impor komoditas apel Indonesia pada tahun 2009-2013 dari negara pengekspor terbesar, seperti Australia, China, Perancis, Jepang, Republik Korea, Selandia Baru, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat. Alat analisis yang digunakan adalah panel data dengan pendekatan gravity model. Variabel independen yang diduga berpengaruh adalah harga apel impor, harga apel domestik, harga jeruk domestik, produksi apel domestik, nilai tukar riil, GDP riil per kapita negara pengekspor, GDP riil per kapita Indonesia, dan jarak ekonomi. Kerangka Pemikiran Apel merupakan jenis buah-buahan dari produk hortikultura dengan jumlah impor yang cukup besar. Banyaknya permintaan apel di Indonesia tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Menurut Kementerian Pertanian (2014), selama periode 2008-2012 produksi apel Indonesia meningkat dengan laju 16.09 persen per tahun, namun tingginya laju produksi belum dapat memenuhi kebutuhan nasional sehingga dilakukan impor. Tahun 2008-2012 impor apel meningkat dari 129.82 ribu ton menjadi 201.64 ribu ton atau peningkatan dengan laju 12.47 persen per tahun. Tingginya jumlah permintaan apel diduga karena meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan masyarakat, dan selera masyarakat yang sudah sadar akan pentingnya nilai gizi. Namun, hal ini belum dimanfaatkan dengan baik oleh produksi dalam negeri karena produktivitas dan dayasaing kualitas maupun kuantitas apel kalah bersaing dengan apel impor dari negara lain. Masalah ini timbul akibat dari belum adanya infrastruktur dan teknologi yang memadai untuk meningkatkan produktivitas apel dalam negeri. Untuk mengatasi permasalahan impor ini maka diperlukan analisis dari faktor-faktor apa saja yang diduga dapat memengaruhi tingginya volume impor apel Indonesia. Hal inilah yang akan dianalisis dalam penelitian ini dengan variabel independen seperti harga apel impor, harga apel domestik, harga jeruk domestik, produksi domestik, nilai tukar riil, GDP riil per kapita negara pengekspor, GDP riil per kapita Indonesia, dan jarak ekonomi. Alat analisis yang 13 digunakan adalah panel data dengan pendekatan gravity model selama tahun 2009-2013 terhadap delapan negara pengekspor apel terbesar. Diharapkan dengan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi volume impor apel Indonesia dapat diusulkan rekomendasi kebijakan yang efektif dan efisien. Berikut gambar kerangka pemikiran yang akan diteliti. -Meningkatnya jumlah penduduk, -Tingginya pendapatan, -Selera masyarakat akan pentingnya buah Permintaan buah apel yang semakin tinggi Produktivitas dan dayasaing apel domestik yang menurun Impor apel Indonesia Faktor-faktor yang memengaruhi impor apel: 1. Harga apel impor 2. Harga apel domestik 3. Harga jeruk domestik 4. Produksi domestik 5. Nilai tukar riil 6. GDP riil per kapita negara pengekspor 7. GDP riil per kapita Indonesia 8. Jarak ekonomi Gambaran umum kondisi impor apel Indonesia Analisis data panel dengan pendekatan gravity model Rekomendasi kebijakan Gambar 3 Kerangka pemikiran Hipotesis Penelitian Hipotesis yang dapat ditentukan dari penelitian ini adalah: 1. Harga apel impor diduga berpengaruh negatif terhadap volume impor apel Indonesia. 2. Harga apel domestik diduga berpengaruh positif terhadap volume impor apel Indonesia. 3. Harga jeruk domestik diduga berpengaruh positif terhadap volume impor apel Indonesia. 4. Produksi apel domestik diduga berpengaruh negatif terhadap volume impor apel Indonesia. 5. GDP riil per kapita negara pengekspor diduga berpengaruh negatif 14 terhadap volume impor apel Indonesia dari negara-negara pengekspor. 6. GDP riil per kapita Indonesia diduga berpengaruh positif terhadap volume impor apel Indonesia dari negara-negara pengekspor 7. Nilai tukar riil diduga berpengaruh negatif terhadap volume impor apel Indonesia 8. Jarak ekonomi diduga berpengaruh negatif terhadap volume impor apel Indonesia dari negara pengekspor. METODE Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang terdiri dari data volume impor, harga apel impor, harga apel domestik, harga jeruk domestik, produksi apel domestik, GDP riil per kapita negara pengekspor, GDP riil per kapita Indonesia, jarak ekonomi, dan nilai tukar riil yang berasal dari beberapa sumber, yaitu Kementerian Pertanian, UN Comtrade, World Bank, United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), Centre d’Etudes Prospectives et d’Informations Internationales (CEPII). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel yang menggabungkan antara time series 2009-2013 serta cross section negara-negara yang terdiri atas Australia, China, Perancis, Jepang, Republik Korea, Selandia Baru, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat. Selanjutnya, apel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah apel segar dengan HS digit 6 yaitu 080810 dengan nomenclature product code HS 1996. Jenis dan sumber data dapat dijelaskan secara ringkas pada Tabel 6. Tabel 6 Jenis dan sumber data No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Data Volume impor Harga apel impor Harga apel domestik Harga jeruk domestik Produksi apel domestik GDP riil Nilai tukar riil 8. Jarak Sumber UN Comtrade UN Comtrade Kementerian Pertanian Kementerian Pertanian Kementerian Pertanian World Development Indicators World Bank dan UNCTAD (diolah) CEPII Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis panel data menggunakan gravity model untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi volume impor apel Indonesia dari delapan negara pengekspor terbesar. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Office Excel dan E-Views 6. 15 Analisis Data Panel Data panel merupakan gabungan antara data cross section dan data time series. Keuntungan yang diperoleh dari kombinasi tersebut adalah mampu meningkatkan observasi sehingga dapat meningkatkan derajat kebebasan dan berimplikasi terhadap efisiensi pendugaan yang menghasilkan penduga yang lebih baik, dan mampu mengurangi masalah identifikasi dan mampu mengukur efek secara sederhana yang tidak dapat diatasi oleh model cross section maupun time series. Menurut Hsiao (2003) dan Klevmarken (1989) dalam Baltagi (2005) berikut ini adalah manfaat dalam pengunaan data panel: 1. Dapat mengendalikan heterogenitas individu atau unit cross section 2. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, mengurangi kolonieritas diantara variabel, memperbesar derajat bebas dan lebih efisien 3. Dapat diandalkan untuk mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak dapat dideteksi dalam model data cross section atau time series 4. Lebih sesuai untuk mempelajari dan menguji model perilaku (behavioural models) yang kompleks 5. Dapat diandalkan untuk study dynamic of adjustment Analisis data panel memiliki tiga macam pendekatan yang terdiri dari pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), model efek tetap (fixed effect), dan model efek acak (random effect). Ketiga pendekatan ini akan dipilih salah satu melalui beberapa uji yang harus dilakukan yaitu Chow Test untuk menentukan apakah FEM atau PLS, Hausman Test untuk menentukan apakah REM atau FEM, dan LM Test untuk menentukan apakah PLS atau REM. Chow Test Chow Test atau uji F-statistik merupakan pengujian untuk memilih apakah model yang terbaik menggunakan model pooled least square atau fixed effect. Dalam pengujian ini dilakukan hipotesa sebagai berikut: H0 : Model pooled least square H1 : Model fixed effect Dasar penolakan terhadap hipotesa nol (H0) adalah dengan menggunakan F-Statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow: FN-1,NT-N-K = dimana: ESS1 = Residual Sum Square hasil pendugaan model Pooled Least Square ESS2 = Residual Sum Square hasil pendugaan model Fixed Effect N = Jumlah data cross section T = Jumlah data time series K = Jumlah variabel penjelas Statistik Chow Test mengikuti distribusi F-Statistik dengan derajat bebas (N-1, NT-N-K). Jika nilai statistik Chow (F-Stat) hasil pengujian lebih besar dari 16 F-tabel maka cukup bukti untuk melakukan penolakan hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect, dan begitu juga sebaliknya. Hausman Test Hausman Test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan untuk memilih model terbaik antara model fixed effect atau model random effect. Hausman Test dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut: H0 : Model random effect H1 : Model fixed effect Sebagai dasar penolakan H0 maka digunakan statistik Hausman dan membandingkan dengan Chi-Square. Statistik Haussman dirumuskan dengan: M = m = β = b (M0 – M1) – β – b – χ2 dimana β adalah vektor untuk variabel fixed effect, b adalah vektor statistik variabel random effect, M0 adalah matriks kovarians untuk dugaan random effect model. Jika nilai m hasil pengujian lebih besar dari χ2 – Tabel, maka sudah cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah fixed effect model, dan begitu juga sebaliknya. LM Test (Breusch-Pagan) LM Test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan dalam memilih model pooled least square atau random effect. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: H0 : Model pooled least square H1 : Model random effect Dasar penolakan hipotesis nol adalah dengan membandingkan nilai statistik LM dengan nilai Chi-Square. Jika nilai statistik LM lebih dari χ2-Tabel maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesis nol sehingga model yang digunakan adalah REM, begitu juga sebaliknya. Uji Asumsi Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term dari model menyebar normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan Jarque Bera Test. Hipotesisnya sebagai berikut: H0 : Residual berdistribusi normal H1 : Residual tidak berdistribusi normal (Gujarati, 2006) Dasar penolakan H0 dilakukan dengan membandingkan nilai Jarque Bera Test dengan taraf nyata ɑ sebesar 5% dimana jika nilai Jarque Bera Test lebih besar dari taraf nyata ɑ sebesar 5% menandakan H0 tidak tolak dan residual berdistribusi normal. Multikolinearitas Multikolinearitas dikatakan ada ketika adanya hubungan linear sempurna antar peubah bebas dalam model. Hal ini dapat dilihat dari nilai R-squared tinggi, variabel bebas banyak yang tidak signifikan, tanda koefisien regresi tidak sesuai dengan teori, dan nilai korelasi parsial antar peubah kurang dari R-squared. 17 Masalah multikolinearitas ini dapat diatasi dengan cara menambah atau mengurangi jumlah data atau variabel independen yang memiliki hubungan linier, menggabungkan data cross section dan data time series, mengganti data. Heteroskedastisitas Jika ragam sisaan tidak sama atau Var(ɛi)=E(ɛi2)=σi2 untuk tiap pengamatan ke-i dari peubah-peubah bebas dalam model regresi, maka kita katakan ada masalah heteroskedastisitas (Juanda, 2009). Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dalam model dengan membandingkan sum square resid pada weighted statistics lebih kecil dari sum square resid unweighted statistics (metode cross section weights). Masalah ini dapat diatasi dengan mengestimasi General Least Square (GLS) menggunakan white-heteroscedasticity. Autokorelasi Gujarati (2006) menyatakan autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data time series atau diurutkan menurut ruang seperti dalam data cross section. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan uji Durbin Watson (DW) dengan hipotesis sebagai berikut: H0 : Tidak terdapat autokorelasi H1 : Terdapat autokorelasi Berikut adalah aturan pengujiannya (Juanda, 2009): 4-dL < DW < 4 : Tolak H0, ada autokorelasi negatif 4-dU < DW < 4-dL : Tidak tentu, tidak ada keputusan dU < DW < 4-dU : Terima H0 dL < DW < dU : Tidak tentu, tidak ada keputusan 0 < DW < dL : Tolak H0, ada autokorelasi positif Model Penelitian Model penelitian yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi volume impor komoditas apel Indonesia adalah data panel dengan pendekatan gravity model. Berdasarkan hipotesis, studi terdahulu yang disesuaikan dengan fakta, dan berbagai alternatif spesifikasi model yang telah dicoba sesuai teori, maka variabel independen yang diduga memengaruhi volume impor apel ke Indonesia adalah harga apel impor, harga apel domestik, harga jeruk domestik, produksi domestik, nilai tukar riil, jarak ekonomi, GDP riil per kapita Indonesia, dan GDP riil per kapita negara pengekspor. Untuk model sebelum diberikan Ln adalah sebagai berikut: Mit = ɑ0 + β1PMit + β2PDt + β3PSt + β4PRODt + β5XRATEit + β6GDPRPit + β7GDPRPINDt + β8DISTit + ɛit Dimana: Mit = volume impor apel Indonesia dari negara pengekspor i tahun ke-t (ton) 18 PMit = PDt PSt = = PRODt = XRATEit = GDPRPit GDPRPINDt DISTit = = = ɑ0 Β1 – β5 ɛit I = = = = T = harga apel impor Indonesia dari negara i tahun ke-t (US$/ton) harga apel domestik pada tahun ke-t (US$/ton) harga jeruk domestik sebagai barang substitusi pada tahun ke-t (US$/ton) produksi apel domestik pada tahun ke-t (US$/ton) nilai tukar riil Indonesia terhadap negara pengekspor i tahun ke-t (Rp/US$) GDP riil per kapita negara pengekspor i tahun ke-t (US$) GDP riil per kapita Indonesia tahun ke-t (US$) jarak ekonomi Indonesia dengan negara pengekspor i tahun ke-t (kilometer) Intersep koefisien variabel-variabel independen Error Australia, China, Perancis, Jepang, Rep. Korea, Selandia Baru, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat 2009-2013 Model persamaan yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: LnMit = ɑ0 + β1LnPMit + β2LnPDt + β3LnPSt + β4LnPRODt + β5LnXRATEit + β6 LnGDPRPit + β7LnGDPRPINDt + β8LnDISTit + ɛit Dimana: LnMit = LnPMit = LnPDt LnPSt = = LnPRODt = LnXRATEit = LnGDPRPit = LnGDPRPINDt = LnDISTit = ɑ0 Β1 – β5 ɛit I = = = = T = volume impor apel Indonesia dari negara pengekspor i tahun ke-t (ton) harga apel impor Indonesia dari negara i tahun ke-t (US$/ton) harga apel domestik pada tahun ke-t (US$/ton) harga jeruk domestik sebagai barang substitusi pada tahun ke-t (US$/ton) produksi apel domestik pada tahun ke-t (US$/ton) nilai tukar riil Indonesia terhadap negara pengekspor i tahun ke-t (Rp/US$) GDP riil per kapita negara pengekspor i tahun ke-t (US$) GDP riil per kapita Indonesia tahun ke-t (US$) jarak ekonomi Indonesia dengan negara pengekspor i tahun ke-t (kilometer) Intersep koefisien variabel-variabel independen Error Australia, China, Perancis, Jepang, Rep. Korea, Selandia Baru, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat 2009-2013 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Indonesia terus meningkatkan aktivitas perdagangan internasional selama periode 2009-2013, termasuk perdagangan produk hortikultura jenis buah segar seperti apel. Berdasarkan data yang telah dilampirkan pada latar belakang menunjukkan bahwa volume impor buah apel lebih besar dibandingkan buah segar lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan apel dalam negeri semakin banyak. Selain itu, volume ekspor apel Indonesia lebih kecil dibandingkan volume impor. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7 yang menjelaskan perkembangan perdagangan Indonesia untuk komoditas apel tahun 2009-2013. Tabel 7 Perkembangan pedagangan Indonesia untuk komoditas apel tahun 2009-2012 (ton) Tahun Volume impor 2009 2010 2011 2012 2013 153 511.9 197 487.2 212 684.7 183 859.4 129 932.4 Volume ekspor 60.96 9.00 24.2 Sumber : UN Comtrade, 2015 (diolah). Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa volume impor apel lebih besar dibandingkan ekspor apel. Volume impor apel terbesar terjadi tahun 2011 sebesar 212 684.70 ton, dan terendah terjadi tahun 2009 sebesar 153 511.90 ton dengan rata-rata pertumbuhan impor apel sebesar 7.59 persen. Sementara itu, volume ekspor terbesar terjadi tahun 2012 sebesar 60.96 ton, dan terendah tahun 2009 sebesar 9.00 ton. Rata-rata pertumbuhan ekspor tidak dapat dihitung karena tahun 2010-2011, Indonesia tidak melakukan ekspor sehingga datanya kosong. Hal itu disebabkan oleh produksi apel yang menurun dari tahun 2009 ke tahun 2010 sebanyak 71 400 ton (Kementan, 2013), sehingga tidak ada ekspor apel bahkan jumlah impornya meningkat sebanyak 43 975.28 ton (UN Comtrade, 2013) untuk memenuhi permintaan dalam negeri. Tahun selanjutnya terjadi hal yang sama, Indonesia tidak mengekspor apel demi memenuhi permintaan dalam negeri. Padahal tahun 2011 jumlah produksinya meningkat dibanding tahun 2010 sebanyak 9 564 ton (Kementan, 2013), tetapi jumlah impor juga menjadi lebih tinggi sebesar 15 197.52 ton (UN Comtrade, 2013). Besarnya volume impor apel Indonesia diduga karena presentase kelas menengah meningkat. Hal ini berdampak pada gaya hidup ingin sehat, sehingga meningkatkan permintaan apel dengan atribut mutu yang menyertai. Fenomena ini juga didukung dengan adanya pasar bebas akibat globalisasi yang menyebabkan impor menjadi tantangan terbesar. Jika permintaan konsumen yang tinggi tidak dipenuhi dari dalam negeri, maka impor akan meningkat dan apel domestik semakin terpinggirkan. 20 Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Bea Cukai dan Kementerian Pertanian telah merumuskan beberapa kebijakan demi menyelamatkan apel domestik. Kementerian Bea Cukai membuat kebijakan tarif bagi komoditas apel impor yang ingin masuk ke Indonesia. Tarif apel impor yang disepakati sebesar lima persen. Besarnya nilai tarif ini dianggap kecil sehingga komoditas apel dari negara pengekspor dapat dengan mudah masuk ke Indonesia. Selanjutnya, Kementerian Pertanian juga turut andil dalam upaya menurunkan impor dengan cara merumuskan beberapa Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) terkait karantina buah-buahan impor termasuk apel. Peraturan yang dimaksud tertuang pada PP No. 14 Tahun 2002 tentang karantina tumbuhan. Permentan No. 09 Tahun 2009 tentang persyaratan dan tatacara tindakan karantina tumbuhan terhadap pemasukan media pembawa organisme pengganggu tumbuhan karantina ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Terakhir, Permentan No. 42 Tahun 2012 tentang tindakan karantina tumbuhan untuk pemasukan buah segar dan sayuran buah segar ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Ketiga peraturan tersebut pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk melindungi buah lokal, dan memeriksa buah impor dengan teliti sebelum masuk ke pasar Indonesia. Banyaknya kebijakan pemerintah Indonesia yang telah dirumuskan harusnya membuat volume impor apel menurun. Didukung juga oleh produksi, luas panen, dan produktivitas apel Indonesia yang cenderung meningkat. Tabel 8 akan menunjukkan data produksi, luas panen, dan produktivitas apel Indonesia tahun 2009-2013 Tabel 8 Perkembangan produksi, luas panen, dan produktivitas apel tahun 2009-2013 Tahun Produksi (ton) 2009 262 009 2010 190 609 2011 200 173 2012 247 075 2013 255 245 Sumber : Kementan RI, 2015 (diolah). Luas panen (ha) 3 089 3 828 3 728 4 265 3 733 Produktivitas (ton/ha) 84.8 49.8 53.7 57.9 68.4 Hal ini diduga karena produksi dalam negeri yang bersifat musiman menyebabkan kontribusi impor sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Selain itu juga didorong oleh faktor lahan yang dapat ditanami apel berada hanya pada tempat tertentu. Menurut Menristek (2000), sentra produksi apel terdapat di Malang dan Pasuruan, Jawa Timur. Hal ini menyebabkan biaya transportasi untuk mendistribusi apel ke seluruh Indonesia menjadi mahal, sehingga berdampak pada besarnya biaya produksi apel yang mengakibatkan harga jual apel lokal menjadi mahal daripada apel impor. Faktor lain yang juga memengaruhi besarnya volume impor apel Indonesia karena banyaknya ketersediaan apel di negara pengekspor. Hal ini dapat dilihat dari volume produksinya yang meningkat. Tabel 9 akan menunjukkan produksi apel di negara pengekspor tahun 2009-2013. 21 Tabel 9 Jumlah produksi apel dari negara pengekspor tahun 2009-2012 (ton) Tahun Negara 2009 Argentina Australia China Perancis Jepang Republik Korea Selandia Baru Afrika Selatan Amerika Serikat 950 000 295 134 31 684 433 1 803 370 845 600 494 491 431 000 817 698 4 402 069 2010 1 050 000 264 401 33 265 186 1 788 433 786 500 460 285 450 000 724 232 4 214 599 2011 1 115 951 299 778 35 986 667 1 857 349 655 300 379 541 445 000 781 124 4 275 108 2012 1 250 000 289 064 37 001 590 1 382 901 793 800 394 596 448 000 795 758 4 110 046 Trend (%) 9.61 -0.20 5.33 -7.51 -0.84 -6.83 1.32 -0.57 -2.23 Sumber : FAO, 2015 (diolah). Keterangan : data produksi 2013 belum tersedia Pemilihan Kesesuaian Model dan Hasil Estimasi Penelitian ini menggunakan analisis gravity model dan data panel untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi volume impor apel Indonesia. Dasar pertimbangan dalam pemilihan model panel yang terbaik dapat dilakukan pengujian statistik melalui Uji Chow. Berdasarkan hasil Uji Chow, model yang digunakan memiliki probabilitas Chi-Sq yang kurang dari taraf nyata 5 persen (0.0000 < 0.05) , sehingga model tersebut lebih tepat menggunakan Fixed Effect Model. Uji Hausman tidak dapat dilakukan pada model ini karena jumlah cross section yang lebih kecil dari jumlah koefisiennya sehingga metode yang digunakan yaitu Fixed Effect Model. Penduga parameter pada model ini dilakukan pembobotan dengan metode GLS (Generalized Least Square). Hal ini dilakukan dengan mentransformasi model sedemikian rupa sehingga memenuhi asumsi Gauss-Markov untuk mendapatkan komponen sisaan yang homogen (homoskedastisitas), dan tidak menunjukkan autokorelasi (Juanda, 2009). Selain itu, model ini juga menggunakan coefficient covariance white cross section method dengan tujuan untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan autokorelasi. 22 Tabel 10 Hasil estimasi gravity model volume impor apel Indonesia menggunakan model fixed effect dengan pembobotan cross section Variabel LnPM LnPD LnPS LnPROD LnXRATE Ln GDPRPIND LnGDPRP LnDIST C Koefisien 1.091080 210.9106 -82.29414 33.17549 -4.734281 119.2165 -7.470812 4.701876 -2253.996 Prob 0.0140* 0.0000* 0.0000* 0.0000* 0.0000* 0.0000* 0.0000* 0.0000* 0.0000* Weighted Statistics R-squared Prob (F-stat) 0.992803 Sum squared resid 0.000000 Durbin-Watson stat 4.778773 2.090689 Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid 0.974540 Durbin-Watson stat 6.990860 1.809095 *signifikan pada taraf nyata 5% Uji Multikolinearitas Indikasi terjadi multikolinearitas dapat ditunjukkan dengan nilai R-squared yang tinggi tetapi variabel independen banyak yang tidak berpengaruh pada variabel dependen. Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa dari delapan variabel independen yang dianalisis, semua variabel signifikan, dan nilai R-squared tinggi sebesar 0.992803 artinya tidak terjadi multikolinearitas. Nilai R-squared menunjukkan bahwa 99.28 persen keragaman variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya yang terdapat dalam model, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel independen diluar model. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari perbandingan sum square residual pada weighted statistics dengan sum square residual pada unweighted statistics. Tabel 10 hasil estimasi model volume impor apel Indonesia menunjukkan bahwa sum square residual pada weighted statistics sebesar 4.778773 lebih kecil dari sum square residual pada unweighted statistics sebesar 6.990860, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson dengan mengetahui bahwa jumlah cross section sebanyak 8 negara, jumlah time series sebanyak 5 tahun sehingga jumlah observasi sebanyak 40. Jumlah variabel independen sebanyak 8 variabel dan ɑ sebesar 5% maka diperoleh nilai Durbin-Watson tabel 23 dengan dL sebesar 1.0078 dan dU sebesar 2.0723. Durbin-Watson stat sebesar 2.090689 (Tabel 10) maka berada dalam selang 4-dU < DW < 4-dL yang artinya tidak ada keputusan, tetapi karena model estimasi sudah menggunakan coefficient covariance white cross section method maka masalah autokorelasi dapat diabaikan. Uji Normalitas Uji normalitas dapat dilihat dari nilai Jarque-Bera dan probabilitas yang lebih besar dari ɑ maka menyebar normal. Berdasarkan pengujian model dihasilkan bahwa nilai Jarque-Bera lebih besar daripada ɑ (0.200361 > 0.05) dan probabilitas lebih besar daripada ɑ (0.904674 > 0.05), sehingga model volume impor apel Indonesia telah memiliki error terms yang menyebar normal. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Volume Impor Apel Indonesia Harga Apel Impor Berdasarkan hasil estimasi yang terdapat dalam Tabel 10 dapat dilihat bahwa harga impor secara signifikan berpengaruh positif terhadap volume impor apel Indonesia. Hal ini dapat ditunjukkan dari probabilitas harga impor sebesar 0.0140 yang lebih kecil dari taraf nyata 5%, sehingga harga impor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume impor apel Indonesia. Oleh karena itu, ketika harga impor mengalami peningkatan sebesar 1% maka volume impor apel Indonesia akan meningkat sebesar 1.091080% dengan asumsi variabel lainnya cateris paribus. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori dan hipotesis awal. Hal ini disebabkan oleh harga apel impor yang lebih murah dibandingkan dengan harga apel domestik, sehingga mengakibatkan masyarakat Indonesia cenderung mengonsumsi apel impor meskipun harganya naik. Data pada Tabel 11 menunjukkan perbandingan harga apel Indonesia dengan harga apel dari negara lain yang diteliti. Tabel 11 Perbandingan harga apel Indonesia dengan harga apel impor di setiap negaranegara pengekspor tahun 2009-2013 Harga (US$/ton) Negara Indonesia Australia China Perancis Jepang Rep. Korea Selandia Baru Afrika Selatan Amerika Serikat 2009 2 101.9 2 297.4 828.4 1 011.9 1 140.5 1 217.8 1 011.2 1 059.7 808.9 2010 2 317.3 2 670.4 851.6 1 024.7 1 105.1 1 795.6 1 001.5 1 018.0 816.8 2011 2 414.7 3 782.4 883.0 1 017.7 1 615.2 1 673.3 1 072.3 994.6 811.0 Sumber : Kementan RI dan UN Comtrade, 2015 (diolah). 2012 2 272.5 3 350.5 939.4 1 044.5 1 073.4 1 686.8 1 249.8 1 018.4 835.2 2013 2 063.7 2 610.9 1 312.4 1 540.2 4 027.2 2 233.9 1 723.0 1 089.5 1 415.3 24 Harga Apel Domestik Berdasarkan hasil estimasi yang terdapat dalam Tabel 10 dapat dilihat bahwa harga apel domestik secara signifikan berpengaruh positif terhadap volume impor apel Indonesia. Hal ini dapat ditunjukkan dari probabilitas harga apel domestik sebesar 0.0000 yang lebih kecil dari taraf nyata 5%, sehingga harga apel domestik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume impor apel Indonesia. Oleh karena itu, ketika harga apel domestik mengalami peningkatan sebesar 1% maka volume impor apel Indonesia akan meningkat sebesar 210.9106% dengan asumsi variabel lainnya cateris paribus. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori, hipotesis awal, dan didukung oleh penelitian Silitonga (2014) yang membahas mengenai faktor-faktor yang memengaruhi volume impor jeruk. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel harga jeruk domestik berpengaruh positif terhadap volume impor jeruk di Indonesia. Harga Jeruk Domestik Berdasarkan hasil estimasi yang terdapat dalam Tabel 10 dapat dilihat bahwa harga jeruk domestik sebagai barang substitusi secara signifikan berpengaruh negatif terhadap volume impor apel Indonesia. Hal ini dapat ditunjukkan dari probabilitas harga jeruk domestik sebesar 0.0000 yang lebih kecil dari taraf nyata 5%, sehingga harga jeruk domestik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume impor apel Indonesia. Oleh karena itu, ketika harga jeruk domestik mengalami peningkatan sebesar 1% maka volume impor apel Indonesia akan menurun sebesar 82.29414% dengan asumsi variabel lainnya cateris paribus. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori dan hipotesis awal. Hal ini disebabkan oleh harga jeruk domestik sebagai barang substitusi lebih murah dibandingkan dengan harga apel impor, sehingga saat terjadi kenaikan harga jeruk domestik tidak membuat volume impor apel meningkat. Data pada Tabel 12 menunjukkan perbandingan harga jeruk domestik dengan harga apel dari negaranegara pengekspor yang diteliti. Tabel 12 Perbandingan harga jeruk Indonesia dengan harga apel impor di setiap negaranegara pengekspor tahun 2009-2013 Harga (US$/ton) Negara Indonesia Australia China Perancis Jepang Rep. Korea Selandia Baru Afrika Selatan Amerika Serikat 2009 869.5 2297.4 828.4 1011.9 1140.5 1217.8 1011.2 1059.7 808.9 2010 1058.3 2670.4 851.6 1024.7 1105.1 1795.6 1001.5 1018.0 816.8 2011 1284.2 3782.4 883.0 1017.7 1615.2 1673.3 1072.3 994.6 811.0 Sumber : Kementan RI dan UN Comtrade, 2015 (diolah). 2012 1283.0 3350.5 939.4 1044.5 1073.4 1686.8 1249.8 1018.4 835.2 2013 1083.7 2610.9 1312.4 1540.2 4027.2 2233.9 1723.0 1089.5 1415.3 25 Produksi Apel Domestik Berdasarkan hasil estimasi yang terdapat dalam Tabel 10 dapat dilihat bahwa produksi apel domestik secara signifikan berpengaruh positif terhadap volume impor apel Indonesia. Hal ini dapat ditunjukkan dari probabilitas produksi apel domestik sebesar 0.0000 yang lebih kecil dari taraf nyata 5%, sehingga produksi apel domestik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume impor apel Indonesia. Oleh karena itu, ketika produksi apel domestik mengalami peningkatan sebesar 1% maka volume impor apel Indonesia akan meningkat sebesar 33.17549% dengan asumsi variabel lainnya cateris paribus. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori dan hipotesis awal. Hal ini disebabkan oleh harga apel impor yang lebih murah dibandingkan dengan harga apel domestik (Tabel 11), sehingga saat terjadi kenaikan produksi apel domestik tidak menyebabkan permintaan apel domestik meningkat. Nilai Tukar Riil Berdasarkan hasil estimasi yang terdapat dalam Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai tukar riil secara signifikan berpengaruh negatif terhadap volume impor apel Indonesia. Hal ini dapat ditunjukkan dari probabilitas nilai tukar riil sebesar 0.0000 yang lebih kecil dari taraf nyata 5%, sehingga nilai tukar riil memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume impor apel Indonesia. Oleh karena itu, ketika nilai tukar riil mengalami peningkatan sebesar 1% maka volume impor apel Indonesia akan mengalami penurunan sebesar 4.734281% dengan asumsi variabel lainnya cateris paribus. Hasil penelitian ini sesuai teori, hipotesis awal, dan didukung oleh penelitian Ayuwangi (2013) yang membahas analisis faktor-faktor yang memengaruhi volume impor Indonesia dari ASEAN+6 melalui moda transportasi laut. Hasilnya menunjukkan bahwa adanya depresiasi rupiah terhadap mata uang negara-negara ASEAN+6 membuat harga domestik lebih kompetitif dibandingkan dengan harga barang impor di pasar nasional sehingga akan menurunkan insentif untuk melakukan impor. GDP Riil per Kapita Indonesia Berdasarkan hasil estimasi yang terdapat dalam Tabel 10 dapat dilihat bahwa GDP riil per kapita Indonesia secara signifikan berpengaruh positif terhadap volume impor apel Indonesia. Hal ini dapat ditunjukkan dari probabilitas GDP riil per kapita Indonesia sebesar 0.0000 yang lebih kecil dari taraf nyata 5%, sehingga GDP riil per kapita Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume impor apel Indonesia. Oleh karena itu, ketika GDP riil per kapita Indonesia mengalami peningkatan sebesar 1% maka volume impor apel Indonesia akan mengalami peningkatan sebesar 119.2165% dengan asumsi variabel lainnya cateris paribus. Hasil penelitian ini sesuai teori, hipotesis awal, dan didukung oleh penelitian Fitzsimons et al. (1999). Peningkatan GDP per kapita negara pengimpor akan meningkatkan konsumsi negara tersebut sehingga permintaan untuk impor pun mengalami peningkatan. Selain itu, menurut penelitian Ayuwangi dan Widyastutik (2013), GDP riil per kapita menunjukkan kemampuan 26 agregat suatu negara. Oleh sebab itu, semakin besar pendapatan agregat suatu negara, maka semakin tinggi kemampuan untuk mengimpor. GDP Riil per Kapita Negara Pengekspor Berdasarkan hasil estimasi yang terdapat dalam Tabel 10 dapat dilihat bahwa GDP riil per kapita negara pengekspor secara signifikan berpengaruh negatif terhadap volume impor apel Indonesia. Hal ini dapat ditunjukkan dari probabilitas GDP riil per kapita negara pengekspor sebesar 0.0000 yang lebih kecil dari taraf nyata 5%, sehingga GDP riil per kapita negara pengekspor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume impor apel Indonesia. Oleh karena itu, ketika GDP riil per kapita negara pengekspor mengalami peningkatan sebesar 1% maka volume impor apel Indonesia akan mengalami penurunan sebesar 7.470812% dengan asumsi variabel lainnya cateris paribus. Hasil penelitian ini sesuai teori, hipotesis awal, dan didukung oleh penelitian Maraya (2013) yang membahas faktor-faktor yang memengaruhi impor daging sapi di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa meningkatnya GDP riil per kapita negara pengekspor maka akan meningkatkan konsumsi daging sapi di negara tersebut. Hal itu menyebabkan negara pengekspor akan mengurangi volume ekspornya karena lebih cenderung untuk memenuhi konsumsi di negaranya dengan asumsi apel adalah barang normal. Jarak Ekonomi Berdasarkan hasil estimasi yang terdapat dalam Tabel 10 dapat dilihat bahwa jarak ekonomi secara signifikan berpengaruh positif terhadap volume impor apel Indonesia. Hal ini dapat ditunjukkan dari probabilitas jarak ekonomi sebesar 0.0000 yang lebih kecil dari taraf nyata 5%, sehingga jarak ekonomi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume impor apel Indonesia. Oleh karena itu, ketika jarak ekonomi mengalami peningkatan sebesar 1% maka volume impor apel Indonesia akan mengalami peningkatan sebesar 4.701876% dengan asumsi variabel lainnya cateris paribus. Hasil penelitian ini sesuai dengan data yang diperoleh. Sejak tahun 20092013, terjadi kecenderungan peningkatan volume impor apel di negara pengekspor yang lebih jauh. Hal ini disebabkan oleh harga apel negara pengekspor yang lebih jauh seperti China dan Amerika Serikat relatif murah dibandingkan negara pengekspor lain yang lebih dekat, sehingga mengakibatkan konsumen di Indonesia lebih memilih apel dengan pertimbangan harga apel yang lebih murah. Hal tersebut merupakan suatu keuntungan bagi negara pengekspor yang lebih jauh ekspor ke Indonesia walaupun biaya dari jarak yang ditimbulkan meningkat akan tetapi biaya tersebut akan tertutupi dengan keuntungan dari nilai ekspor apel yang besar. 27 Tabel 13 Perbandingan harga apel impor di setiap negara-negara pengekspor tahun 20092013 Harga (US$/ton) Negara Australia China Perancis Jepang Rep. Korea Selandia Baru Afrika Selatan Amerika Serikat 2009 2297.4 828.4 1011.9 1140.5 1217.8 1011.2 1059.7 808.9 2010 2670.4 851.6 1024.7 1105.1 1795.6 1001.5 1018.0 816.8 2011 3782.4 883.0 1017.7 1615.2 1673.3 1072.3 994.6 811.0 2012 3350.5 939.4 1044.5 1073.4 1686.8 1249.8 1018.4 835.2 2013 2610.9 1312.4 1540.2 4027.2 2233.9 1723.0 1089.5 1415.3 Sumber : UN Comtrade, 2015 (diolah). Faktor lain yang diduga menyebabkan peningkatan jarak ekonomi positif karena GDP riil per kapita negara pengekspor lebih dominan memengaruhi dibandingkan dengan jarak geografis negara pengekspor. Tabel 14 Perbandingan gdp riil per kapita negara pengekspor dan jarak geografisnya tahun 2009-2013 Tahun Negara Australia GDP (US$) Jarak (km) China GDP (US$) Jarak (km) Perancis GDP (US$) Jarak (km) Jepang GDP (US$) Jarak (km) Rep. Korea GDP (US$) Jarak (km) Selandia Baru GDP (US$) Jarak (km) Afrika Selatan GDP (US$) Jarak (km) Amerika Serikat GDP (US$) Jarak (km) 2009 2010 2011 2012 2013 38618.5 15237.5 38835.9 15237.5 39645.2 15237.5 40144.1 15237.5 40790.4 15237.5 2607.9 14155.3 2861.3 14155.3 3107.7 14155.3 3324.6 14155.3 3558.6 14155.3 34653.6 7685.9 35138.5 7685.9 35665.9 7685.9 35582.2 7685.9 35482.0 7685.9 34879.4 13815.8 36502.0 13815.8 36346.4 13815.8 36898.7 13815.8 37489.9 13815.8 21419.5 14183.6 22675.0 14183.6 23375.4 14183.6 23779.5 14183.6 24356.7 14183.6 27648.0 12981.5 27728.6 12981.5 28154.0 12981.5 28614.4 12981.5 29114.0 12981.5 5726.3 10662.4 5835.8 10662.4 5965.7 10662.4 6047.3 10662.4 6135.3 10662.4 42885.5 3161.7 43552.9 3161.7 43875.9 3161.7 44527.6 3161.7 45153.8 3161.7 Sumber : World Bank dan CEPII, 2015 (diolah). 28 Negara-Negara Pengekspor yang Berpotensi Memengaruhi Volume Impor Apel Indonesia Terdapat beberapa negara pengekspor yang berpotensi dalam memengaruhi penurunan volume impor apel Indonesia, jika tanpa pengaruh dari variabelvariabel independen, seperti harga apel impor, harga apel domestik, harga jeruk domestik, produksi domestik, nilai tukar riil, jarak ekonomi, GDP riil per kapita Indonesia, dan GDP riil per kapita negara pengekspor. Volume impor apel Indonesia hanya dipengaruhi oleh total efek individu, yang didapatkan dari hasil penjumlahan efek individu dengan konstanta pada model. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 15 yang menjelaskan pembeda dari setiap cross section. Tabel 15 Hasil estimasi model volume impor apel Indonesia cross section effect No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. CROSSID Effect 5.676525 -3.098159 13.72717 -13.92343 -27.48301 8.669918 -4.797023 21.22801 Australia China Perancis Jepang Rep. Korea Selandia Baru Afrika Selatan Amerika Serikat Total Effect -2248.32 -2257.09 -2240.27 -2267.92 -2281.48 -2245.33 -2258.79 -2232.77 Sumber : UN Comtrade, 2015 (diolah). Berdasarkan Tabel 15 menunjukkan bahwa total efek individu pada data cross section dengan nilai paling tinggi adalah Republik Korea sebesar -2281.48, Jepang sebesar -2267.92, Afrika Selatan sebesar -2258.79, dan China sebesar 2257.09 . Data tersebut menjelaskan bahwa Republik Korea, Jepang, Afrika Selatan, dan China adalah negara-negara pengekspor yang paling memengaruhi volume impor apel Indonesia. Hal tersebut menjelaskan Indonesia akan mengalami penurunan volume impor apel yang besar jika tidak mengimpor dari negara tersebut. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yang ditentukan maka ditarik kesimpulan bahwa: 1. Perkembangan volume impor apel cenderung meningkat pada tahun 20092013 dan volumenya tidak lebih kecil daripada volume ekspor. Hal ini disebabkan oleh produksi apel Indonesia yang musiman mengakibatkan tingginya konsumsi dalam negari harus dibantu dengan impor. 2. Hasil estimasi pada model panel data diketahui bahwa faktor-faktor yang signifikan memengaruhi volume impor komoditas apel Indonesia adalah harga apel impor, harga apel domestik, harga jeruk doemstik, produksi apel 29 domestik, nilai tukar riil, GDP riil per kapita Indonesia, GDP riil per kapita negara pengekspor, dan jarak ekonomi. Variabel yang berpengaruh positif terhadap volume impor apel yaitu harga apel impor, harga apel domestik, produksi apel domestik, GDP riil per kapita Indonesia dan jarak ekonomi, sedangkan variabel yang berpengaruh negatif terhadap volume impor apel yaitu harga jeruk domestik, nilai tukar riil, dan GDP riil negara pengekspor. Diantara variabel tersebut yang paling berpengaruh terhadap volume impor apel Indonesia adalah variabel harga apel impor. Saran 1. Pemerintah sebaiknya terlebih dahulu memperbaiki sektor hulu produksi apel domestik. Salah satunya dengan pemberian bibit unggul yang berasal dari riset ilmiah. Tujuannya untuk mendorong petani menghasilkan kualitas dan kuantitas produksi apel yang lebih bagus, berkelanjutan, dan dapat bersaing dengan apel impor. 2. Hasil estimasi output diketahui variabel harga apel impor sangat memengaruhi volume impor. Oleh karena itu, Indonesia dapat meningkatkan daya saing apelnya dari segi harga apel domestik dengan cara mempermudah akses distribusi buah-buahan. Selama ini yang menyebabkan hambatan petani untuk memasarkan produknya yaitu biaya transportasi buah-buahan termasuk apel yang mahal, sehingga akan memengaruhi harga apel domestik. DAFTAR PUSTAKA Ayuwangi. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Impor Indonesia dari Asean+6 Melalui Moda Transportasi Laut [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Baltagi BH. 2005. Econometrics Analysis of panel data. Third Edition. New York (US): Mc GrawHill Basri F, Munandar H. 2010. Dasar-Dasar Ekonomi Internasional: Pengenalan dan Aplikasi Metode Kuantitatif. Jakarta (ID): Kencana. [BPS] Badan Pusat Statistik. Indikator Konsumsi Terpilih Indonesia Tahun 2012 [Internet]. [diunduh 2015 April 28]. Tersedia pada: http://bps.go.id/. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapngan Usaha Tahun 2009-2013 [Internet]. [diunduh 2015 Juli 15 ]. Tersedia pada: http://bps.go.id/. [CEPII] Centre d’Etudes Prospectives et d’Informations Internationales. Geodesic Distances [Internet]. [diunduh 2015 April 10]. Tersedia pada: http:cepii.fr/. De Paul, Cheng. 2012. Trade Analysis Of Fresh Apple Using A Gravity Model. Taiwan: National Taiwan University. [FAOSTAT] Food and Agriculture Organization of The United Nations. Production Quantity [Internet]. [diunduh 2015 Mei 22]. Tersedia pada: http://faostat.fao.org/. Firdaus M. 2012. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. Bogor (ID): IPB Press. 30 Fitzsimons E, Hogan V, Neary P. 1999. Explaining the Volume of North-South Trade in Ireland: A Gravity Model Approach. Ireland: Economic and Social Review. Gujarati D. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika. Julius AM, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Basic Econometrics. Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press. Kemala. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Impor Garam Indonesia (dari Negara Mitra Dagang Australia, India, Selandia Baru, dan Cina) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Kementan] Kementerian Pertanian. 2013. Data Produksi Apel di Indonesia Tahun 2009-2013 [Internet]. [diunduh 2015 Maret 7]. Tersedia pada: http://aplikasi.pertanian.go.id/. [Kementan] Kementerian Pertanian. 2013. Data Luas Panen Apel di Indonesia Tahun 2009-2013 [Internet]. [diunduh 2015 Maret 7]. Tersedia pada: http://horti.pertanian.go.id/. [Kementan] Kementerian Pertanian. 2014. Laporan Akhir Penelitian TA 2014 Kajian Kebijakan Pengendalian Impor Produk Hortikultura [Internet]. [diunduh 2015 April 28]. Tersedia pada: http://pse.litbang.pertanian.go.id/. [Kementan] Kementerian Pertanian. 2014. Statistik Harga Komoditas Pertanian 2014. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Krugman P, Maurice O. 2002. International Economics: Theory and Policy. Sixth Edition. Boston: Perason Education, Inc. Li, Song, Zhau. 2008. Component Trade and China’s Global Economics Integration. United Kingdom: United Nations University. Lipsey, R.G, P.N. Courant, D.D. Purpis, P.O Steiner. 1995. Pengantar Mikroekonomi. A. Jaka Wasana, Kirbrandoko dan Budijanto, penerjemah. Jakarta: Binarupa Aksara. Mankiw G. 2005. Teori Makroekonomi. Edisi ke-5. Imam N, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Maraya. 2013. Faktor-faktor yang Memengaruhi Impor Daging Sapi di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Menristek] Menteri Negara Riset dan Teknologi. 2000. Gambaran Umum Apel [Internet]. [diunduh 2015 April 28]. Tersedia pada: http://warintek.ristek.go.id/pertanian/apel.pdf Oktaviani R, Novianti T. 2009. Teori Perdagangan Internasional dan Aplikasinya di Indonesia. Bagian I. Bogor (ID): Departemen Ilmu Ekonomi IPB. Partadireja. 1985. Pengantar Ekonomi. Yogyakarta (ID): BPFE-UGM. [Pusdatin Kemendag] Pusat Data dan Informasi Kementerian Perdagangan. 2015. Data Impor dan Ekspor Komoditas Buah-buahan Tahun 2010-2014 [Internet]. [diunduh 2015 Maret 12]. Tersedia pada: http://kemendag.go.id/. Salvatore D. 1997. Ekonomi Internasional. Haris M, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: International Economics. Shepherd B. 2012. The Gravity Model of International Trade: A User Guide. Jurnal UNESCAP 2012 (Maret): 9. [US] Silitonga. 2014. Faktor – faktor yang Memengaruhi Volume Impor Komoditas Jeruk di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tian, Yu. 2011. The Quality Gravity Model with an Application to Chinese Imported Fruits. Germany: Georg-August-Universität Göttingen. 31 [UN COMTRADE] United Nation Commudity Trade Statistics Database. 2013. Data Query of Import Apples [internet]. [diunduh 2015 Maret 12]. Tersedia pada: http://comtrade.un.org/ [UN COMTRADE] United Nation Commudity Trade Statistics Database. 2013. Data Query of Export Apples [internet]. [diunduh 2015 Maret 12]. Tersedia pada: http://comtrade.un.org/ [UN COMTRADE] United Nation Commudity Trade Statistics Database. 2013. Data Query of Import Fresh Fruits [internet]. [diunduh 2015 Maret 12]. Tersedia pada: http://comtrade.un.org/ [UNCTAD] United Nations Conference on Trade and Development. 2013. Data of Consumer Price Indices [Internet]. [diunduh 2015 April 17]. Tersedia pada: http://unctad.org/. [WDI] World Development Indicators. Data of GDP (Constant 2000 US$) [Internet]. [Diunduh 2015 April 17]. Tersedia pada: http://search.worldbank.org/. [WDI] World Development Indicators. Data of Real GDP [Internet]. [Diunduh 2015 April 17]. Tersedia pada: http://search.worldbank.org/. World Bank. 2013. Data of Currency Exchange Rates [Internet]. [diunduh 2015 Maret 12]. Tersedia pada: http://worldbank.org/. 32 LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Estimasi Fixed Effect Model Dependent Variable: M Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 07/30/15 Time: 14:25 Sample: 2009 2013 Periods included: 5 Cross-sections included: 8 Total panel (balanced) observations: 40 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PM PD PS PROD XRATE GDPRPIND GDPRP DIST C 1.091080 210.9106 -82.29414 33.17549 -4.734281 119.2165 -7.470812 4.701876 -2253.996 0.411494 37.79520 15.22142 5.644873 0.432592 23.27076 1.490824 0.692754 414.2438 2.651508 5.580355 -5.406468 5.877101 -10.94399 5.123016 -5.011196 6.787220 -5.441231 0.0140 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) 0.992803 0.988306 0.446224 220.7277 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat 12.04223 9.230530 4.778773 2.090689 Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid 0.974540 6.990860 Mean dependent var Durbin-Watson stat 7.315387 1.809095 33 Lampiran 2 Hasil Chow Test Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic Cross-section F 133.330280 d.f. Prob. (7,24) 0.0000 Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas 8 Series: Standardized Residuals Sample 2009 2013 Observations 40 7 6 5 4 3 2 1 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis 7.99e-16 -0.076233 0.736684 -0.722646 0.350047 -0.012574 2.654191 Jarque-Bera Probability 0.200361 0.904674 0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 -0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 Lampiran 5 Hasil Uji Multikolinearitas M PM PD PS PROD XRATE GDPRPIND GDPRP DIST M PM PD PS PROD 1.00 -0.58 0.03 -0.01 -0.02 -0.58 1.00 -0.17 0.09 0.11 0.03 -0.17 1.00 0.67 -0.83 -0.01 0.09 0.67 1.00 -0.37 -0.02 0.11 -0.83 -0.37 1.00 0.52 -0.15 -0.02 0.00 0.02 -0.06 0.34 -0.12 0.63 0.22 -0.45 0.37 -0.00 0.02 0.00 -0.65 0.66 0.01 0.07 -0.01 XRATE GDPRPIND 0.52 -0.06 -0.15 0.34 -0.02 -0.12 0.00 0.63 0.02 0.22 1.00 0.03 0.03 1.00 0.16 0.03 0.00 0.09 GDPRP -0.45 0.37 -0.00 0.02 0.00 0.16 0.03 1.00 0.80 Keterangan: Uji multikolinearitas pada data panel dapat dilihat dari nilai korelasi antar variabel yang dibandingkan dengan nilai R-sq yang diperoleh. Diindikasikan tidak terjadi multikolinearitas apabila nilai korelasi antar variabel < nilai R-sq. Terlihat bahwa nilai korelasi antar variabel penjelas < nilai R-sq (0.992803) hal ini menyatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas (asumsi terpenuhi). DIST -0.65 0.66 0.01 0.07 -0.00 0.00 0.09 0.80 1.00 34 RIWAYAT HIDUP Penulis, Iswahyuni, lahir di Palembang pada tanggal 26 Januari 1993. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Isbi Zohalman dan Nety Herawati. Penulis menamatkan sekolah dasar di SD Negeri 123 Palembang, kemudian pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 15 Palembang. Pada tahun 2008, penulis mengikuti pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Karawang dan lulus tahun 2011. Kemudian, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB, melalui jalur SNMPTN Undangan. Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat, seperti Bina Desa BEM KM IPB dan Inovasi Untuk Indonesia. Penulis juga aktif mengikuti kepanitiaan baik yang diadakan oleh IPB, fakultas maupun departemen seperti, IPB Art Contest, Gebyar Nusantara, Extravaganza, Bogor Art Festival, Hipotex-R, dan lainnya.