Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
BAHAN RUJUKAN
2.1
Anggaran
Anggaran merupakan satu yang penting di dalam manajemen
karena
merupakan bagian dari fungsi manajemen. Di dunia bisnis maupun di organisasi
sektor publik, termasuk pemerintah, anggaran merupakan bagian dari aktivitas
penting yang dilakukan secara rutin. Bahkan, di akuntansi pemerintahan dibuat
pencatatan anggaran, mengingat anggaran adalah bagian penting dalam aktivitas
pemerintahan.
Keuangan Negara di Indonesia masih menyimpan sejumlah persoalan.
Persoalan mendasar paling tidak ada dua. Pertama, pengertian keuangan negara
masih diperselisihkan pengertian dan ruang lingkupnya, apakah hanya Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Usaha Milik Negara atau Daerah
(BUMN/BUMD). Kedua, belum ada perundang-undangan yang dibuat oleh
Pemerintah Indonesia dan DPR-RI untuk mengganti peraturan lama Indishe
Comptabiliteitswet (ICW) yang dibuat oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
Sebagaimana diatur di dalam Pasal 23 UUD 1945 yang telah direvisi dua
kali, setiap tahun Pemerintah harus mengajukan APBN kepada DPR-RI untuk
disetujui. Apabila tidak disetujui, digunakan APBN tahun sebelumnya.
Sedemikian penting arti APBN di dalam penyelenggaraan negara sehingga diatur
di dalam konstitusi.
2.1.1
Pengertian Anggaran
Menurut M. Nafarin (2007:11) adalah :
“Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan
suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka
waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang, tetapi
dapat juga dinyatakan dalam satuan barang/jasa”.
Menurut Wildavsky dalam buku Bahtiar Arif (2001:14)
“Anggaran sebagai catatan masa lalu (a record of the past), rencana
masa depan (a statement about the future), mekanisme pengalokasian
sumber daya (a mechanism for allocating resourses), metode untuk
pertumbuhan (a method for securing grouth), alat penyaluran
pendapatan (an angine of income distribution), mekanisme untuk
negosiasi (a mechanism through whit unitsbergain over conflicting
goals, make side payments,and try to motivate oneanother to accomplish
their objectives), harapan aspirasi strategi organisasi (organization’s
expectations, aspirations, and strategies), satu bentuk kekuatan control
(a from of power), dan alat atau jaringan komunikasi (a signal or
network of communication)”.
Berdasarkan pernyataan di atas, anggaran dapat diringkas menjadi:
a. Rencana keuangan mendatang yang berisi pendapatan dan belanja;
b. Gambaran strategi pemerintah dalam pengalokasian sumber daya untuk
pembangunan;
c. Alat pengendalian;
d. Instrument politik;
e. Disusun dalam periode tertentu.
2.1.2
Pengertian Penganggaran
Menurut Tendi dan Sri (2007:3) adalah :
“Penganggaran (budgeting) menunjukkan suatu proses, sejak dari
tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan
rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang diperlukan,
pembagian tugas perencanaan, penyusunan sendiri, implementasi
dari rencana tersebut sampai pada akhirnya tahap pengawasan dan
evaluasi dari pelaksanaan rencana itu”.
Menurut Bahtiar, Muklis dan Iskandar (2001;15) adalah :
“Penganggaran (budgeting) merupakan aktivitas mengalokasikan
sumber daya keuangan yang terbatas untuk pembiayaan belanja
Negara yang cendrung tanpa batas”.
2.1.3
Klasifikasi Anggaran
Menurut Tendi dan Sri (2007:6), anggaran berdasarkan ruang lingkup
terbagi menjadi :
a. Anggaran Komprehensif (Comprehensive Budget), yaitu anggaran perusahaan
yang disusun dengan ruang lingkup yang menyeluruh yang mencakup seluruh
aktivitas perusahaan. Anggaran komprehensif mempunyai 2 komponen pokok,
yaitu :
1) Subtantive Plan
Merupakan rencana yang mencerminkan tujuan apa yang hendak dicapai
oleh suatu perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang beserta
strategi yang dipakai serta asumsi-asumsinya.
2) Financial Plan
Merupakan penjabaran dari segala hal yang direncanakan seperti yang
tercantum dalam substantive plan, menjadi suatu anggaran keuangan yang
diharapkan.
b. Anggaran Parsial (Partial Budget), yaitu anggaran perusahaan yang disusun
dengan ruang lingkup terbatas yang mencakup sebagian dari kegiatan
perusahaan.
Anggaran berdasarkan fleksibilitasnya dibagi menjadi:
a. Anggaran Tetap (Fixed Budget), yaitu anggaran yang disusun untuk periode
waktu tertentu dimana volumenya sudah tertentu dan berdasarkan volume
tersebut direncanakan revenue, cost, dan expense serta tidak diadakan revisi
secara periodik.
b. Anggaran Berkelanjutan (Continues Budget), yaitu anggaran yang disusun
untuk periode waktu tertentu dimana volumenya sudah tertentu dan
berdasarkan volume tersebut direncanakan revenue, cost, dan expense tetapi
diadakan revisi secara periodik dan ditambahkan anggaran untuk satu triwulan
pada periode anggaran berikutnya.
Berdasarkan jangka waktu, anggaran dapat dibagi menjadi :
a. Anggaran jangka pendek, yaitu anggaran operasional yang menunjukkan
rencana operasi atau kegiatan untuk satu periode akuntansi (biasanya 1 tahun)
yang akan datang. Anggaran ini terdiri dari anggaran penjualan, anggaran
produksi, anggaran pemakaian bahan langsung, anggaran pembelian bahan
baku, anggaran upah langsung, anggaran biaya overhead, anggaran persediaan
bahan baku dan bahan jadi, anggaran biaya penjualan dan promosi, anggaran
biaya administrasi, anggaran harga pokok barang yang dijual, anggaran
rugi/laba yang diproyeksikan, anggaran sisa laba yang diproyeksikan anggaran
pendapatan dan pengeluaran lain-lain, anggaran tambahan modal, anggaran
kas, piutang, dan daftar neraca yang diproyeksikan.
b. Anggaran jangka panjang, yaitu anggaran yang menunjukkan rencana
investasi dalam satu tahun anggaran dengan waktu lebih dari satu tahun.
2.1.4
Fungsi Anggaran
Menurut Tendi dan Sri (2007:5), anggaran berfungsi untuk :
1. Perencanaan (Planning)
a. Membantu manajemen meneliti dan mempelajari segala masalah yang
berkaitan dengan aktivitas yang akan dilaksanakan. Dengan kata lain,
sebelum merencanakan kegiatan, manajer mengadakan penelitian dan
pengamatan-pengamatan terlebih dahulu. Kebiasaan membuat rencanarencana akan menguntungkan semua kegiatan.
b. Mengarahkan seluruh tenaga dalam perusahaan yang menentukan arah
atau kegiatan yang paling menguntungkan agar anggaran yang disusun
untuk waktu panjang dan skedule yang teratur akan sangat membantu
dalam mengerahkan secara tepat tenaga-tenaga kepala bagian, salesman,
kepala cabang, dan semua tenaga operasional.
c. Untuk membantu atau menunjang kebijaksanaan-kebijaksanaan (polities)
perusahaan.
d. Menentukan
tujuan-tujuan
perusahaan,
manajemen
yang
dapat
menentukan tujuannya secara jelas dan logis (dapat dilaksanakan) adalah
manajemen yang akan berhasil.
e. Membantu menstabilkan kesempatan kerja yang tersedia. Seorang majikan
yang baik tidak akan pernah mengabaikan atau tidak mempedulikan
kesejahteraan pegawainya. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja yang baik
akan mengakibatkan dapat dihindarkannya kelebihan dan kekurangan
tenaga kerja.
f. Mengakibatkan pemakaian alat-alat fisik secara lebih efektif dengan
disusunnya perencanaan yang terperinci dapat dihindarkan biaya-biaya
yang timbul karena kapasitas yang berlebihan. Pemakaian alat-alat fisik
yang efektif dan ekonomis akan membantu tujuan akhir perusahaan yaitu
mendapat keuntungan yang diharapkan sesuai rencana.
2. Koordinasi (Coordinating)
a. Membantu mengkordinasi faktor manusia dengan perusahaan. Dalam
beberapa situasi mungkin faktor manusia dengan perusahaan ini adalah
yang terpenting. Seringkali terjadi kasus dimana manajer tidak tau apa
yang dilakukan di tahun-tahun mendatang. Akibatnya kadang-kadang
manajer frustasi dan merasa makin lama semakin tidak mampu
mengatasinya. Penyusunan rencana yang terperinci (berupa anggaran)
membantu manajer mengatasi masalah itu, sehingga ia kembali merasa
adanya hubungan antara kemampuannya dengan perusahaan yang
dipimpinnya.
b. Menghubungkan aktivitas perusahaan dengan trend dalam dunia usaha.
Dalam penelitian-penelietian yang telah dilakukan tampak bahwa trend
keuntungan yang telah didapat oleh perusahaan tergantung juga kepada
keadaan dunia usaha pada umumnya. Karena itu dengan disusunnya
anggaran, dapat dinilai apakah rencana tersebut sesuai dengan keadaan
dunia usaha yang akan dihadapi.
c. Menempatkan
penggunaan
menguntungkan,
dalam
perusahaan.
Sebelum
mempelajari
terlebih
arti
modal
seimbang
membelanjakan
dahulu
pada
saluran-saluran
dengan
uangnya,
saluran-saluran
yang
program-program
perusahaan
mana
yang
harus
paling
menguntungkan atau paling sesuai dengan program perusahaan.
d. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dalam organisasi. Setelah
rencana yang baik disusun dan kemudian dijalankan, kelemahankelemahan dapat dilihat untuk kemudian diperbaiki.
3. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan dapat melaksanakan tugasnya melakukan evaluasi (menilai) atas
pelaksanaan pekerjaan dengan cara membandingkan realisasi dengan rencana
anggaran dan melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu (jika ada
penyimpangan yang merugikan).
4. Motivasi
Anggaran memotivasi para pelaksananya dalam melaksanakan tugas-tugas
untuk mencapai tujuan.
5. Komunikasi
Meliputi menyampaian informasi yang berhubungan dengan tujuan, strategi,
kebijaksanaan, rencana, pelaksanaan, dan penyimpangan yang terjadi.
6. Pendidikan
Anggaran mendidik para manajer mengenai bagaimana bekerja secara terinci
pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya.
2.1.5
Tujuan Penyusunan Anggaran
Menurut Tendi dan Sri (2007:6), tujuan penyusunan anggaran adalah :
1. Untuk menyatakan harapan/sasaran perubahan secara jelas dan formal,
sehingga bisa menghindari kerancuan dan memberikan arah apa yang hendak
dicapai manajemen.
2. Untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak yang
terkait sehingga anggaran dimengerti, didukung, dan dilaksanakan.
3. Untuk menyediakan rencana rinci mengenai aktivitas dengan maksud
mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi
individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan.
4. Untuk mengkoordinasikan cara atau metode yang akan ditempuh dalam
rangka memaksimalkan sumber daya.
5. Untuk menyediakan alat pengukur dan kinerja individu dan kelompok, serta
menyediakan informasi yang mendasari perlu tidaknya tindakan koreksi.
2.1.6
Prosedur Penyusunan Anggaran Biaya Operasional
Di dalam garis besarnya, prosedur penyusunan anggaran berjalan paralel
dengan pembagian wewenang dan tanggung jawab operasional. Anggaran biaya
operasional harus diajukan oleh para manajer dan setiap tanggung jawab di
atasnya untuk evaluasi, disetujui, dan dikonsolidasi. Persetujuan akhir dari
rencana biaya tersebut merupakan tanggung jawab dari manajer puncak.
Pada dasarnya prosedur penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan tiga cara :
a. Otoriter (Top Down)
Dalam metode ini anggaran disusun dan ditetapkan sendiri oleh pimpinan dan
anggaran inilah yang harus dilaksanakan bawahan tanpa keterlibatan bawahan
dalam penyusunannya. Bawahan tidak diminta keikutsertaannya dalam
menyusun anggaran.
b. Demokrasi (Bottom Up)
Dalam metode ini anggaran disusun berdasarkan hasil keputusan karyawan.
Penyusunan anggaran yang akan dicapai di masa yang akan datang
sepenuhnya diserahkan pada para karyawan.
c. Campuran (Top Down dan Bottom Up)
Dalam metode ini perusahaan menyusun anggaran yang dimulai dari atasan
yang kemudian selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh karyawan
bawahan.
Pada umumnya prosedur penyusunan anggaran terdiri dari empat tahap, yaitu :
1. Tahap Penentuan Pedoman Anggaran
Anggaran yang akan dibuat pada tahun yang akan datang sebaiknya disiapkan
beberapa bulan sebelum tahun anggaran berikutnya dimulai. Dengan demikian
anggaran dibuat dapat digunakan pada awal tahun anggaran. Tahun anggaran
biasanya dimulai 1 Januari sampai 31 Desember tahun yang sama.
Sebelum penyusunan anggaran, terlebih dahulu manajemen puncak (direktur
atau komisaris) melakukan dua hal yaitu :
a. Menetapkan rencana perusahaan, seperti tujuan, kebijakan, asumsi sebagai
dasar tujuan penyusunan anggaran.
b. Membentuk penyusunan panitia anggaran yang terdiri dari direktur
sebagai ketua, manajer keuangan sebagai sekertaris, dan manajer lainnya
sebagai anggota.
2. Tahap Persiapan Anggaran
Manajer pemasaran sebelum menyusun anggaran penjualan (sales budget)
terlebih dahulu menyusun ramalan penjualan (sales forecast). Setelah
menyusun ramalan penjualan, manajer pemasaran bekerja sama dengan
manajer umum dan manajer keuangan untuk menyusun :
a. Anggaran Penjualan
Setelah itu manajer produksi bekerja sama dengan manajer keuangan dan
manajer umum menyusun :
-
Anggaran biaya produksi
-
Anggaran biaya pabrik
-
Anggaran persediaan
-
Anggaran utang usaha
Anggaran tersebut dibuat berdasarkan anggaran penjualan yang dibuat
oleh manajer pemasaran.
b. Anggaran Beban Administrasi dan Umum
Setelah itu manajer keuangan bekerja sama dengan para manajer lainnya
untuk menyusun :
-
Anggaran laba rugi
-
Anggaran neraca
-
Anggaran kas
-
Anggaran lainnya
Dalam tahap persiapan anggaran ini biasanya diadakan dalam rapat antar
bagian yang terkait saja.
3. Tahap Penentuan Anggaran
Pada tahap penentuan anggaran semua manajer beserta direksi mengadakan
rapat kegiatan :
a. Perundingan untuk menyesuaikan rencana akhir setiap komponen
anggaran.
b. Koordinasi penelaahan komponen anggaran.
c. Pengesahan dan pendistribusian anggaran.
4. Tahap Pelaksanaan Anggaran
Untuk kepentingan pengawasan setiap manajer membuat laporan realisasi
anggaran. Setelah dianalisis kemudian laporan realisasi anggaran disampaikan
kepada direksi.
2.1.7
Prinsip Penyusunan Anggaran
Menurut Tendi dan Sri (2007:9), prinsip-prinsip dasar yang harus dipenuhi
dan ditaati agar suatu anggaran dapat disusun dan direncanakan sesuai dengan
rencana adalah sebagai berikut :
1. Management involvement
Keterlibatan manajemen dalam peyusunan rencana mempunyai komitmen
yang kuat untuk mencapai segala sesuatu yang direncanakan.
2. Organizational Adaption
Suatu rencana harus disusun berdasarkan struktur organisasi dimana ada
ketegasan wewenang dan tanggung jawab. Seorang manajer tidak dapat
memindahkan tanggung jawab atas suatu pekerjaan walaupun dia dapat
melimpahkan sebagian wewenangnya kepada bawahannya.
3. Responsibility Accounting
Agar rencana keuangan dapat dilaksanakan dengan baik, maka harus didukung
adanya suatu system responsibility accounting yang polanya disesuaikan
dengan pertanggungjawaban manajemen keuangan perusahaan.
4. Good Orientation
Penetapan tujuan dan realistis akan menjamin kelangsungan hidup dan
pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang.
5. Full communication
Suatu perencanaan dan pengendalian dapat berjalan secara efektif apabila
antara tingkatan manajemen mempunyai pemahaman yang sama tentang
tanggung jawab dan sasaran yang akan dicapai.
6. Realistic Expectation
Dalam perencanaan, manajemen harus menghindari konservatisme dan
optimism yang berlebihan yang menjadikan sasaran tidak dapat dicapai. Jadi
manajemen
harus
menetapkan
sasaran
yang
realistis
artinya
yang
memungkinkan dapat dicapai.
7. Timeliness
Laporan-laporan mengenai realisasi rencana harus diterima manajer yang
berkompeten tepat pada waktunya agar informasi tersebut berguna bagi
manajemen.
8. Flexibel Application
Perencanaan tidak boleh kaku tetapi harus terdapat celah untuk perubahan
sesuai dengan situasi dan kondisi.
9. Reward and Punishment
Manajemen harus melakukan penilaian kinerja manajer berdasarkan
perencanaan yang telah ditetapkan. Jadi manajer yang kinerjanya di bawah
atau melebihi standar harus dapat diketahui sehingga pemberian suatu reward
atau punishment oleh manajemen menjadi transparan.
2.2
Pengertian Biaya
Pengertian biaya menurut Armanto Witjaksono (2006:6) adalah :
“1) Biaya adalah suatu sumber daya untuk mencapai suatu tujuan
tertentu; 2) Sebagian akuntan mendefinisikan biaya sebagai satuan
moneter atas pengorbanan barang dan jasa untuk memperoleh
manfaat di masa kini atau masa yang akan datang”.
2.2.1
Klasifikasi Biaya
Menurut Alan Jayaatmaja (2006:3) biaya-biaya dapat diklasifikasikan
dengan berbagai cara. Untuk keperluan data biaya yang dapat memenuhi
kebutuhan manajemen perusahaan, biaya-biaya dapat diklasifikasi biaya sebagai
berikut :
1. Kegiatan Utama Perusahaan
Kegiatan operasional dalam perusahaan manufaktur terdiri atas biaya
manufaktur dan biaya komersial. Biaya-biaya tersebut diuraikan sebagai
berikut :
a) Biaya produksi : biaya yang digunakan untuk kegiatan produksi
b) Biaya pemasaran : biaya yang digunakan untuk kegiatan pemasaran
c) Biaya administrasi dan umum : biaya untuk kegiatan selain pemasaran dan
produksi
2. Periode Akuntansi
Biaya yang dikeluarkan bila dihubungkan dengan lamanya manfaat terdiri
dari :
a) Capital expenditure
b) Revenue expenditure
3. Volume Produksi Penjualan
biaya yang dikeluarkan dihubungkan dengan volume produksi atau penjualan
terdiri dari :
a) Variabel cost
Biaya berubah proposional dengan perubahan volume
b) Semi variabel cost
Biaya berubah tidak proposional dengan perubahan volume
c) Fixed cost
biaya tidak berunah walaupun volume berubah sampai range tertentu
4. Objek Biaya
Objek biaya adalah setiap item seperti produk, pelanggan, departemen,
proyek, aktivitas dan lain-lain dimana biaya diukur dan dibebankan.
a) Biaya langsung (Direct cost)
b) Biaya tidak langsung (Indirect cost)
2.2.2
Biaya Operasional
Menurut Munandar (2007:21) :
“Budget operasional (operating budget), ialah Budget yang
memuat taksiran-taksiran yang berkaitan dengan kegiatankegiatan perusahaan dalam jangka waktu (periode) tertentu yang
akan datang”.
Menurut M. Nafarin (2007:32) :
“Anggaran operasional (operational budget) adalah anggaran untuk
menyusun anggaran laba rugi. Contoh : anggaran penjualan,
anggaran biaya pabrik, anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya
tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead pabrik, dan
anggaran beban usaha”.
Anggaran operasional meliputi :
1. Anggaran Proyeksi Rugi Laba
Dalam anggaran ini dihitung atau ditaksir besarnya laba, baik menurut bagian,
maupun jenis produk maupun laba secara keseluruhan.
2. Anggaran Pembantu Rugi Laba (Income Statement Supporting Budget)
Anggaran ini meliputi seluruh anggaran kegiatan-kegiatan yang menyokong
penyusunan suatu laporan rugi/laba (Income Statement), terdiri dari :
a. Anggaran penjualan
Intinya anggaran penjualan ini akan menggambarkan jumlah penerimaan
yang diterima dari penjualan-penjualan pada periode-periode yang akan
datang.
b. Anggaran produksi
Anggaran ini disusun untuk dengan mengacu kepada anggaran penjualan,
anggaran produksi ini terdiri dari beberapa sub anggaran, sebagai berikut :
-
Anggaran bahan baku langsung
-
Anggaran tenaga kerja langsung
-
Anggaran biaya overhead pabrik
3. Anggaran biaya distribusi
Anggaran ini disusun untuk semua jenis biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam rangka memasarkan/mendistribusikan hasil produksinya.
2.2.3
Penyusunan Anggaran Biaya Operasional
Dalam Peraturan Mentri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 bahwa prosedur
penyusunan anggaran biaya operasional dalam suatu organisasi biasanya
dikoordinasikan oleh Komite Anggaran dan Departemen Anggaran. Anggaran
biaya operasional harus dapat membedakan bagian-bagian
yang dapat
dikendalikan dan anggaran tersebut harus dilihat secara rinci setiap periode. Pada
saat membuat atau mengembangkan anggaran anggaran biaya operasional untuk
setiap pusat, tanggung jawab para manajer harus mengikuti pedoman-pedoman
umum yang telah dibentuk oleh manajer puncak, program-program operasional
dan pertimbangan manajer itu sendiri. Karena luasnya aktivitas adalah mustahil
bilamana program-program kerja ini disusun oleh seorang petugas saja. Demikian
juga karena pelaksanaannya nanti akan melibatkan seluruh bagian dari berbagai
jenjang dan dengan berbagai keahlian yang berbeda, maka penyusunan
anggaranpun perlu melibatkan berbagi inti dari berbagai fungsi operasional
perusahaan.
Prosedur penyusunan anggaran biaya operasional secara umum adalah
sebagai berikut :
1.
Menganalisa informasi masa lalu dan lingkungan eksternal yang diantisipasi
untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, kesimpulan dan tantangan yang
dihadapi oleh perusahaan.
2.
Menyusun perencanaan yang strategis dan program-program kerja untuk
menentukan tujuan perusahaan.
3.
Mengkomunikasikan tujuan organisasi jangka panjang khususnya dalam hal
biaya operasional, strategi dan program-program kerja.
2.3
Realisasi Anggaran
2.3.1
Tujuan Laporan Realisasi Anggaran
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
akuntansi pemerintahan, tujuan dari pelaporan realisasi anggaran adalah
memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara
periode. Perhitungan antara anggaran dan realisasinya menunjukan tingkat
kecapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Laporan realisasi anggaran disajikan
sedemikian rupa sehingga menonjolkan berbagai unsur biaya operasional dan
pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Laporan realisasi
anggaran membandingkan realisasi biaya operasional dan pembiayaan dengan
anggarannya. Laporan realisasi anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam catatan atas
laporan keuangan yang memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan
anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter, sebabnya terjadi perbedaan yang
material antara anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih
lanjut angka-angka yang dianggap perlu dijelaskan.
2.3.2
Manfaat Informasi Realisasi Anggaran
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 laporan
realisasi anggaran menyediakan informasi mengenai anggaran biaya operasional
dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing dibandingkan
dengan anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan
dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya ekonomi
perusahaan, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran
dengan :
a. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber
daya ekonomi.
b. Menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang
berguna dalam mengevaluasi kinerja dalam hal efisien efektivitas penggunaan
anggaran.
Laporan realisasi anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam
memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan
perusahaan dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara
komparatif. Laporan realisasi anggaran dapat menyediakan informasi kepada para
pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan pengguna sumber daya
ekonomi.
a. Telah dilaksanakan secara efesien, efektif, dan ekonomis.
b. Telah dilaksanakan sesuai dengan anggaran.
c. Telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan atau prosedur yang berlaku
dijalankan.
2.4
Penyusunan dan Pengujian RUU-APBN
Menurut Bahtiar, Muklis, Iskandar (2001:36), prinsip-prinsip di dalam
penyusunan APBN sebagai berikut :
a. Prinsip Keterbukaan
APBN harus disusun secara terbuka, diketahui oleh rakyat (DPR-RI) dalam
bentuk persetujuan yang diberikan, serta hasilnya dipublikasikan ke khalayak
ramai di dalam Berita Negara setelah persetujuan oleh DPR-RI didapatkan dan
disahkan oleh pemerintah.
b. Prinsip periodik
APBN disusun untuk setiap periode tertentu
dan dipertanggungjawabkan
sesuai dengan APBN periode yang relevan.
c. Prinsip pembebanan anggaran pengeluaran
APBN membebankan belanja secara bruto tidak dalam nilai bersih dan
disesuaikan dengan mata anggaran pengeluarannya.
d. Prinsip fleksibelitas
APBN disusun dengan asumsi-asumsi tertentu sehingga apabila ada perubahan
di dalamnya dimungkinkan adanya perubahan-perubahan.
e. Prinsip preabel
APBN disusun sebelum pelaksanaannya
f. Prinsip kecermatan
APBN disusun dengan secermat mungkin sehinggan meniadakan adanya
kesalahan di dalam perhitungan.
g. Prinsip kelengkapan dan universalitas.
Semua pos pendapatan dan belanja telah dimasukkan di dalam APBN yang
disusun pemerintah.
h. Prinsip komprehensif
APBN telah memperhitungkan semua kegiatan pendapatan dan belanja
Negara selama periode tertentu.
i. Prinsip terinci
APBN disusun terinci sesuai dengan klasifikasi anggaran yang dibuat.
j. Prinsip anggaran berimbang
APBN disusun dengan memperhatikan jumlah pendapatan dan belanja dalam
periode tertentu.
k. Prinsip pendapatan yang tetap (continue)
APBN disususn dengan menekan pada peningkatan pendapatan dalam negeri
dibanding dengan belanja rutin (tabungan pemerintah).
l. Prinsip anggaran yang setiap tahunnya ada kenaikan
APBN disusun dengan jumlah pendapatan dan belanja meningkat setiap tahun
dan memperhatikan tabungan pemerintah seperti di atas.
2.4.1
Pelaksanaaan Anggaran Belanja
Belanja Negara dalam APBN merupakan batas tertinggi untuk tiap jenis
pengeluaran. Oleh karena itu, pimpinan departemen/lembaga pemerintah
nondepartemen tidak diperkenankan melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran yang tidak tersedia dalam APBN. Selain itu, juga tidak
diperkenankan melakukan pengeluaran selain dari tujuan diadakannya belanja
tersebut. Pengeluaran yang dilakukan di departemen/lembaga pemerintah
nondepartemen berdasarkan bukti yang sah dan otorisasi yang telah diberikan,
berupa SKO maupun dokumen yang diberlakukan sebagai SKO (DIK/DIP).
Pengeluaran atas beban APBN dilakukan dengan memperhatikan standar yang
telah ditetapkan secara berkala oleh Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintahan
non departemen. Pelaksanaan anggaran belanja dilakukan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip yang telah ditetapkan, yaitu :
a) Hemat, tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang
disyatratkan
b) Efektif, terarah, dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan setiap
departemen/ lembaga pemerintah non-departemen.
c) Mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri dan potensi nasional.
2.4.2
Pengawasan dan Pemeriksaan
Pengawasan dan pemeriksaan pelaksanaan APBN dilakukan oleh BPK –
RI, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jendral
Departemen, dan Inspektorat Wilayah Pemerintahan Daerah. Pengawasan dan
pemerintahan tersebut dilakukan atas pelaksanan APBN oleh aparat pengawasan
tersebut. Sesuai dengan amanat UUD 1945, pasal 23 Ayat (5) seperti telah
disebutkan sebelumnya, dibentuklah BPK-RI.tindak lanjut pelaksanaannya, diatur
di dalam Undang-undang No.5 tahun 1973. Ruang lingkup tugas BPK RI
dituangkan dalam Pasal 2 UU tersebut yaitu untuk memeriksa tanggung jawab
pemerintah tentang keuangan negara dan semua pelaksanaan APBN. Pemeriksaan
operasional oleh BPK-RI dilakukan sesuai dengan Rencana Kerja Tahunan (RKT)
yang disusun setiap tahun. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah
perolehan dan penggunaan dana APBN telah sesuai dengan ketentuan perundangundangan, efisien, efektif, dan ekonomis.
Download