perbedaan kecenderungan perilaku pembelian impulsif ditinjau dari

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF
1. Pengertian Kecenderungan Pembelian Impulsif
Rook dan Fisher (dalam Semuel, 2007), mendefinisikan sifat pembelian
impulsif sebagai “a consumers’ tendency to buy spontaneusly, immediately and
kinetically”. Pembelian impulsif adalah pembelian yang terjadi ketika konsumen
mengalami perasaan tiba-tiba, penuh kekuatan dan dorongan yang kuat untuk
membeli sesuatu dengan segera (Engel dan Blackwell, 1995). Engel dan Blacwell
(dalam Semuel, 2007) mendefinisikan pembelian impulsif (unplanned buying)
adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya atau
keputusan pembelian dilakukan pada saat berada didalam toko.
Cobb dan Hayer (dalam Semuel, 2007), mengklasifikasikan suatu
pembelian impulsif terjadi apabila tidak terdapat tujuan pembelian merek tertentu
atau kategori produk tertentu pada saat masuk kedalam toko. Betty dan Ferrell
(dalam Mai) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai pembelian yang terjadi
secara tiba-tiba atau segera dengan tidak adanya tujuan untuk membeli produk
yang dikategorikan secara khusus sebelum berbelanja atau tidak adanya perilaku
yang memenuhi tugas-tugas dalam perilaku membeli secara khusus.
Pembelian Impulsif yang dimaksud adalah pembelian yang tidak
direncanakan, yang terjadi secara kebetulan, dengan segera, dan tanpa tujuan
24
Universitas Sumatera Utara
terlebih dahulu. Hal itu cenderung secara spontan dan menggabungkan pemikiran
yang tidak sungguh-sungguh (Cobb dan Hoyer, 1986). Pembelian impulsif di
definisikan sebagai pembelian yang tidak terencana yang dikarakteristikkan
dengan pengambilan keputusan yang relatif cepat, dan prasangka subyektif
terhadap keinginan segera memiliki (Rock & Gardner dalam Lin, 2005).
Rook (dalam Wilkinson, 2007) menyatakan pembelian impulsif (impulse
purchasing)
sebagai
gangguan
perilaku
pada
konsumen,
dan
sering
mengakibatkan konsumen menjadi “kehilangan control”, dengan demikian
pembelian impulsif disebut sebagai perilaku yang buruk atau negatif.
Dari beberapa pengertian di atas, maka disimpulkan bahwa pembelian
impulsif adalah suatu gangguan pada perilaku membeli konsumen dimana
konsumen melakukan pembelian tanpa adanya perencanaan, terjadi dengan tibatiba, dan keinginan yang kuat untuk membeli sesuatu dengan segera pada saat di
dalam toko tanpa adanya suatu pertimbangan untuk konsekuensi yang akan
dihadapi.
2. Karakteristik Kecenderungan Pembelian Impulsif
Adapun karakteristik pembelian impulsif yang disebutkan oleh Rook
(dalam Engel dan Blackwell 1995), yaitu :
a. Spontanitas
Tidak diharapkan sebelumnya dan memotivasi konsumen untuk membeli
saat itu juga, serta langsung merespon point-of-sale yang terangsang
secara visual.
25
Universitas Sumatera Utara
b. Power, paksaan/tekanan, dan perasaan yang hebat
Konsumen termotivasi untuk melakukan pembelian dan bertindak
dengan segera.
c. Perasaan senang dan terangsang
Keinginan yang datang tiba-tiba untuk membeli disertai oleh adanya
emosi yang dikarakteristikkan dengan perasaan “bergairah”, “sensasi”
atau “liar/tidak terkendali”.
d. Mengabaikan konsekuensi
Keinginan untuk membeli yang tidak dapat ditahan serta berpotensial
untuk mengabaikan konsekuensi negatif.
Adapun pendapat lain dari tokoh yang menyebutkan mengenai
karakteristik dari pembelian impulsif. Karakteristik tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Relatif membuat keputusan secara cepat (Rook (1987); Rook & Hoch
(1985) dalam Mai).
b. Menjadi hedonically complex dan lebih bersifat emosional daripada
rasional (Bayley &Nancarrow (1998); Rook (1987); Rook & Hoch
(1985) dalam Mai).
c. Tidak termasuk pembelian pada aitem yang diingat sepertit membeli
bingkisan untuk seseorang yang telah direncanakan sebelumnya (Beatty
& Ferrell (1998) dalam Mai).
26
Universitas Sumatera Utara
3. Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Kecenderungan
Perilaku
Pembelian Impulsif
Hausman (dalam Mai) memberikan argumen mengenai faktor penting
yang mempengaruhi perilaku pembelian impulsif adalah suatu pandangan yang
menganggap berbelanja adalah sebagai kesenangan sosial. Dengan kata lain,
pembelian impulsif menjadi lebih dapat dimengerti jika berbelanja adalah
dirasionalkan sebagai pandangan kesenangan semata.
Jumlah yang terbatas dari penelitian tentang pembelian-pembelian yang
tidak direncanakan menunjukkan bahwa ada beberapa karakteristik produk,
karakteristik pemasaran dan karakteristik-karakteristik konsumen yang muncul
sehubungan dengan proses pembelian (Loudon & Bitta, 1993).
1) Karakteristik produk yang mempengaruhi perilaku pembelian impulsif
adalah :
a.
Memiliki harga yang murah
b.
Adanya sedikit kebutuhan terhadap produk tersebut
c.
Siklus kehidupan produknya pendek
d.
Ukurannya kecil atau ringan
e.
Mudah disimpan.
2) Pada faktor marketing, hal-hal yang mempengaruhi perilaku pembelian
impulsif
adalah :
27
Universitas Sumatera Utara
a.
Distribusi massa pada self-service outlet terhadap pemasangan iklan
besar- besaran dan material yang akan didiskon.
b.
Posisi barang yang dipamerkan dan lokasi toko yang menonjol turut
mempengaruhi pembelian impulsif.
3) Karakteristik konsumen yang mempengaruhi perilaku pembelian impulsif
adalah:
a.
Kepribadian konsumen
b.
Demografis
Karakteristik demografis terdiri dari jenis kelamin (gender), usia
status perkawinan, penghasilan, pekerjaan dan pendidikan.
c.
Karakteristik-karakteristik sosio-ekonomi yang dihubungkan dengan
tingkat pembelian impulsif.
4. Elemen Kecenderungan Pembelian Impulsif
Loudon dan Bitta (1993) mengemukakan 5 elemen untuk membedakan
antara perilaku konsumen yang impulsif dengan perilaku konsumen yang bukan
impulsif. Elemen-elemen tersebut adalah :
a. Konsumen memiliki keinginan atau dorongan yang datang secara tibatiba dan spontan dalam melakukan tindakannya, yang berbeda dari
perilaku sebelumnya.
b. Keinginan atau dorongan konsumen yang datang secara tiba-tiba untuk
membeli yang ditandai adanya ketidakseimbangan psikologis dimana
individu merasa diluar kendali yang bersifat sementara.
28
Universitas Sumatera Utara
c. Konsumen
mengalami
menimbang
antara
konflik
melawan
psikologis
kepuasan
dan
dengan
berusaha
untuk
segera
dengan
konsekuensi jangka panjang dari pembelian.
d. Konsumen mengurangi evaluasi kognitif (proses berfikir) mereka
terhadap fitur produk tertentu.
e. Konsumen seringkali melakukan pembelian impulsif (menurutkan kata
hati) tanpa menghiraukan konsekuensi dimasa yang akan datang.
5. Tipe-tipe Perilaku Pembelian Impulsif
Seperti tertulis diatas, pada pembelian impulsif pembelian tidak secara
khusus direncanakan. Loudon dan Bitta (1993) mengemukakan empat tipe dari
pembelian impulsif. Keempat tipe pembelian impulsif tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Pure Impulse
Pembelian impulsif tipe ini pembeli membeli tanpa melakukan
pertimbangan.
b. Suggestion Impulse
Pembelian impusif tipe ini pembeli berbelanja tidak mengenal produk
akan tetapi begitu melihatnya untuk pertama kali individu merasa
membutuhkannya.
c. Reminder Impulsif
Pembelian impulsif tipe ini, pembeli melihat suatu produk dan teringat
bahwa stok di rumah sudah hampir habis dan perlu untuk dibeli.
29
Universitas Sumatera Utara
d. Planned Impulse
Pembelian impulsif tipe ini, pembeli memasuki toko dengan harapan dan
membeli berdasarkan atas harga khusus, kupon dan lainnya seperti itu.
B. Locus of Control Internal Dan Locus of Control Eksternal
1. Pengertian Locus of Control
Locus of control merupakan suatu keyakinan mengenai sumber kontrol
dari penguat (reinforcement). Locus of control internal merupakan keyakinan
bahwa penguat dihasilkan dari perilaku. Locus of control eksternal merupakan
keyakinan bahwa penguat berada di bawah kontrol dari orang lain, takdir atau
keberuntungan (Rotter dalam Schultz & Schultz, 1994).
Locus of control menurut Rotter (dalam Lefcourt, 1982) merupakan salah
satu variabel kepribadian, yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap
mampu tidaknya individu mengontrol nasib (destiny) sendiri. Selanjutnya Rotter
(dalam Hyatt & Prawitt, 2001) menyatakan bahwa locus of control baik internal
maupun eksternal merupakan tingkatan dimana seorang individu berharap bahwa
reinfocement atau hasil dari perilaku mereka tergantung pada perilaku mereka
sendiri atau karakteristik personal mereka.
Menurut Larsen & Buss (2002) locus of control merupakan suatu konsep
yang menunjuk pada keyakinan individu mengenai sumber kendali akan
peristiwa-peristiwa
yang
terjadi
dalam
hidupnya.
Locus
of
control
menggambarkan seberapa jauh seseorang memandang hubungan antara perbuatan
yang dilakukannya (action) dengan akibat/hasilnya (outcome).
30
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian dari dalam diri
individu dimana individu merasa yakin bahwa hasil dari perilaku atau peristiwaperistiwa yang terjadi dalam hidupnya tergantung dari perilaku mereka sendiri
atau karakteristik kepribadian yang mereka miliki.
2. Konsep Dasar Locus of control
Konsep tentang locus of control yang digunakan Rotter (dalam Lefcourt,
1982) memiliki empat konsep dasar, yaitu :
a. Potensi perilaku yaitu setiap kemungkinan yang secara relatif muncul
pada situasi tertentu, berkaitan dengan hasil yang diinginkan dalam
kehidupan seseorang.
b. Harapan, merupakan suatu kemungkinan dari berbagai kejadian yang
akan muncul dan dialami oleh seseorang.
c. Nilai unsur penguat, adalah pilihan terhadap berbagai kemungkinan
penguatan atas hasil dari beberapa penguat hasil-hasil lainnya yang dapat
muncul pada situasi serupa.
d. Suasana psikologis, adalah bentuk rangsangan baik secara internal
maupun eksternal yang diterima seseorang pada suatu saat tertentu, yang
meningkatkan atau menurunkan harapan terhadap munculnya hasil yang
sangat diharapkan.
31
Universitas Sumatera Utara
3. Jenis Orientasi Locus of control
Rotter (dalam Schultz & Schultz 1994) membagi orientasi locus of control
menjadi dua, yakni locus of control internal dan locus of control eksternal.
Individu dengan locus of control internal cenderung mengangap bahwa
ketrampilan (skill), kemampuan (ability), dan usaha (effort) lebih menentukan apa
yang mereka peroleh dalam hidup mereka. Sedangkan individu yang memiliki
locus of control eksternal cenderung menganggap bahwa hidup mereka terutama
ditentukan oleh kekuatan dari luar diri mereka, seperti nasib, takdir,
keberuntungan, dan orang lain yang berkuasa. Sedangkan mereka yang memiliki
kecenderungan orientasi kontrol eksternal adalah mereka yang secara umum
menganggap bahwa reinforcement positif atau negatif yang di terima berada di
luar wilayah kontrolnya. Perbedaan dalam kecenderungan locus of control internal
dan eksternal berhubungan dengan bentuk kontrol terhadap lingkungan. Individu
yang berorientasi internal lebih aktif dan selalu berusaha menguasai kehidupan
yang dijalaninya dibandingkan dengan individu yang berorientasi eksternal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki kontrol
internal lebih dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan perubahan yang
terjadi dalam lingkungan tersebut. Mereka berusaha untuk dapat mengatasi
masalah yang mereka hadapi dengan mencari berbagai alternatif pemecahan.
Sebaliknya orang-orang dengan kontrol eksternal dianggap kurang memiliki usaha
untuk mencari informasi, untuk mencari alternatif pemecahan masalah yang
mereka hadapi.
32
Universitas Sumatera Utara
Pada orang-orang yang memiliki locus of control internal, faktor
kemampuan dan usaha terlihat dominan. Oleh karena itu apabila individu dengan
locus of control internal mengalami kagagalan mereka akan menyalahkan dirinya
sendiri karena kurangnya usaha yang dilakukan. Begitu pula dengan keberhasilan,
mereka akan merasa bangga atas hasil usahanya. Hal ini akan membawa pengaruh
untuk tindakan selanjutnya di masa yang akan datang bahwa mereka akan
mencapai keberhasilan apabila berusaha keras dengan segala kemampuannya
Sebaliknya pada orang yang memiliki locus of control eksternal melihat
keberhasilan dan kegagalan dari faktor kesukaran dan nasib, oleh karena itu
apabila mengalami kegagalan mereka cenderung menyalahkan lingkungan sekitar
yang menjadi penyebabnya. Hal itu tentunya berpengaruh terhadap tindakan di
masa yang akan datang, karena merasa tidak mampu dan kurang usahanya maka
mereka tidak mempunyai harapan untuk memperbaiki kegagalan tersebut
(Lefcourt, 1982).
Menurut Rotter (dalam Lefcourt, 1982) locus of control merupakan
dimensi kepribadian yang berupa kontinum dari eksternal menuju internal, oleh
karenanya tidak satupun individu yang benar-benar internal atau yang benar-benar
eksternal. Kedua tipe locus of control terdapat pada setiap individu, hanya saja
ada kecenderungan untuk lebih memiliki salah satu tipe locus of control tertentu.
Disamping itu locus of control tidak bersifat statis tapi juga dapat berubah.
Individu yang berorientasi locus of control internal dapat berubah menjadi
individu yang berorientasi locus of control eksternal dan begitu sebaliknya, hal
33
Universitas Sumatera Utara
tersebut disebabkan karena situasi dan kondisi yang menyertainya yaitu dimana ia
tinggal dan sering melakukan aktifitasnya.
4. Karakteristik Locus of Control
Petri, 1980 (dalam Lina, 1997) menyatakan mengenai karakteristik pada
individu yang berlocus of control eksternal.
Karakteristik individu yang memiliki locus of control eksternal yaitu :
a. Memiliki sikap patuh
b. Lebih conform terhadap otoritas atau pengaruh-pengaruh yang ada
c. Lebih mudah dipengaruhi dan tergantung pada petunjuk orang lain
(Serason, 1976 dalam Lina, 1997).
Karakteristik individu yang memiliki locus of control internal yaitu :
a. Lebih mandiri, lebih ulet, mempunyai daya tahan yang kuat lebih tahan
dalam menghadapi pengaruh sosial (Seeman dan Evans, dalam
Zimbardo dan Ruch, 1976 dalam Lina, 1997).
b. Lebih mampu menunda pemuasan, tidak mudah terpengaruh, dan lebih
mampu menghadapi kegagalan (Leffcourt, dalam Wolfe & Robertslaw,
1982, dalam Lina, 1997).
c. Lebih aktif dan ulet dalam mencari dan menggunakan informasi yang
relevan untuk menguasai keadaan (Phares, 1976 dalam Lina, 1997).
34
Universitas Sumatera Utara
C. PERBEDAAN PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF DITINJAU DARI
LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN LOCUS OF CONTROL
EKSTERNAL.
Engel dan Blacwell (1995), mendefinisikan pembelian yang tidak
direncanakan atau yang disebut juga pembelian impulsif sebagai suatu tindakan
pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya atau keputusan pembelian
yang dilakukan pada saat berada didalam toko.
Dalam mengambil keputusan membeli, konsumen dipengaruhi oleh
kepribadian dalam diri. Kepribadian konsumen akan mempengaruhi persepsi dan
pengambilan keputusan dalam membeli (Anwar, 2005). Kepribadian dapat
didefenisikan sebagai suatu bentuk dari sifat-sifat yang ada pada diri individu
yang sangat menentukan perilakunya (Anwar, 2005). Kepribadian konsumen
sangat ditentukan oleh faktor internal dirinya (motif, IQ, emosi, cara berfikir,
persepsi) dan faktor eksternal dirinya (lingkungan fisik, keluarga, masyarakat,
sekolah, lingkungan alam) (Anwar, 2005).
Rotter (dalam Schultz & Schultz 1994) mendefinisikan locus of control
sebagai atribut kepribadian dimana seorang individu dibedakan berdasarkan
derajat keyakinan dalam mengendalikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
hidup mereka. Tambahan menurut Rotter (dalam Lefcourt, 1982) orientasi locus
of control merupakan suatu kontinum unidimensional, dari eksternal menuju
internal.
Individu yang memiliki locus of control internal cenderung lebih percaya
diri, lebih independent, dan lebih yakin terhadap diri dan kemampuan mereka
35
Universitas Sumatera Utara
sendiri (Roueche & Mink, 1976; Fournier & Jeanrie, 1999, dalam Pinto, 2004).
Mereka menunjukkan lebih inisiatif dan berusaha untuk dapat mengontrol dunia
sekitar mereka dan cenderung untuk mengontrol keimpulsifan atau keinginan
mereka dengan lebih baik daripada individu yang memiliki locus of control
eksternal (Joc, 1971, dalam Pinto, 2004).
Lingkungan ekonomi juga sangat mempengaruhi perilaku seseorang, dan
bagaimana
individu
bereaksi
atau
mengadakan
penyesuaian
dengan
lingkungannya dan sangat dipengaruhi oleh locus of control individu tersebut.
Rotter (dalam Lina dkk, 1997), menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan
oleh interaksi antara harapan, nilai-nilai yang ada pada seseorang, serta
lingkungan dimana dia berada. Harapan-harapan ini dapat menentukan kontrol
seseorang apakah sebagai penguat pada kontrol internal atau eksternal. Peneliti
mengasumsikan bahwa konteks sosial dapat mempengaruhi pembelian impulsif,
khususnya ketika berbelanja untuk mengisi waktu luang bersama kelompok.
Dittmar (dalam Buendicho, 2003) percaya bahwa “mengonsumsi produk
menunjukkan identitas diri” dan menentukan peningkatan pada pembelian
impulsif.
36
Universitas Sumatera Utara
D. HIPOTESA PENELITIAN
Ho: Tidak ada perbedaan kecenderungan pembelian impulsif ditinjau dari
locus of control internal dan locus of control eksternal.
Ha: Ada perbedaan kecenderungan pembelian impulsif ditinjau dari locus of
control internal dan locus of control eksternal
37
Universitas Sumatera Utara
Download