PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA DOA DAN SEMANGAT PENITEN REKOLEK MENURUT SPIRITUALITAS SUSTER FRANSISKAN SUKABUMI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama katolik Oleh: Atik Suparyanti NIM : 081124011 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi, yang telah memberikan kesempatan untuk belajar, orang tua yang selalu menyertaiku dalam setiap doanya, teman-teman sepanggilan yang selalu memberiku semangat, dan semua orang yang telah mendukungku lewat sapaan, senyuman, perhatian, kasih dan terutama doa-doa yang memberi daya kekuatan dan sumber pengharapan. iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MOTTO “Bersukacitalah dalam pengharapan, bersabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa.” (Rom 12:12) v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK Skripsi ini berjudul “HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA DOA DAN SEMANGAT PENITEN REKOLEK MENURUT SPIRITUALITAS SUSTER FRANSISKAN SUKABUMI”. Pemilihan judul skripsi ini bertitik tolak pada perlunya lebih menghidupi doa dan semangat peniten rekolek dalam hidup para suster Fransiskan Sukabumi. Pemahaman doa yang baik akan membantu dalam perwujudan sikapnya. Peranan semangat peniten rekolek untuk semakin memberi kekuatan dalam menghidupi semangat kongregasi. Maka perlulah mengetahui hubungan timbal balik antara doa dan semangat peniten rekolek dalam hidup para Suster Fransiskan Sukabumi sehingga nanti semangat ini dapat dihidupi dan mampu diwujudkan dalam hidup pribadi, komunitas maupun dalam karya. Penulis mengkaji masalah ini menggunakan metode studi pustaka. Semangat peniten rekolek dan doa adalah warisan dari pendiri yang perlu terus dihidupi sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak hilang ataupun luntur. Dalam usaha untuk meghidupi nilai-nilai yang ada dalam semangat kongregasi maka perlulah untuk memahami dan mendalami sejarah munculnya semangat peniten rekolek. Munculnya semangat peniten rekolek ini di prakasai oleh beberapa tokoh diantaranya: Petrus Marchant dan Yohana Van Yesus. Dari kedua tokoh ini di dapatkan bagaimana perjuangan dalam usaha untuk menghidupi semangat pembaharuan yang sampai sekarang masih hidup dan relevan di zaman ini. Suster Fransiskan Sukabumi mempunyai teladan hidup yang nyata khususnya dalam menghidupi semangat peniten yaitu St. Fransiskus Assisi. Fransiskus menjadi model dalam penghayatan semangat peniten rekolek karena kerendahan hatinya dan totalitasnya kepada Allah. Doa dalam hidup para Suster Fransiskan Sukabumi merupakan bentuk bakti dan juga usaha untuk semakin menghidupi semangat peniten rekolek. Suster Fransiskan Sukabumi dipanggil untuk menjadi pendoa dan pentobat yang sejati karena kongregasi ini memiliki semboyan hidup sebagai peniten rekolek. Maka akan ditemukan benang merah kaitan antara doa dan semangat peniten rekolek bahwa doa mendukung semangat peniten rekolek maupun sebaliknya semangat peniten rekolek mendukung dalam perwujudan doa. Katekese Shared Cristian Praxis (SCP) adalah salah sarana yang dapat dipergunakan untuk semakin menyuburkan semangat peniten rekolek dalam hidup para Suster Fransiskan Sukabumi. Katekese model SCP sebagai bentuk on going formation karena memiliki kekhasan, sharing pengalaman iman, bentuk pertemuan dialog patisipatif, peserta sebagai subyek yang mampu membuat perubahan. Program Katekese yang ditampilkan untuk membantu para suster semakin menghidupi imannya. Penulis berharap bahwa semakin lama akan semakin memahami hubungan antara doa dan semangat peniten rekolek dalam hidup pribadi, komunitas maupun dalam karya. viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT The title of this thesis is THE MUTUAL CONNECTION BETWEEN THE PRAYER AND THIS SPIRIT OF THE RECOLLECT PENITENCE ACCORDING TO THE SPIRITUALITY OF THE FRANSISCAN SISTERS OF SUKABUMI. The writer chose this title based on the needs to provide sustenance for prayer and the spirit of the recollect penitence in the life of the Fransiscan sisters of Sukabumi. Well understanding about prayer will helped the sisters in assisting their realization of their attitude. The role of the spirit of the recollect penitence is to strengthen their way of life in living out the spirit of the congregation. So it is nessary to know about the mutual connection between the prayer and the spirit of the recollect penitence in the life of the Fransiscan sisters of Sukabumi, later on, they can live out this spirit and able to realize on their own lives, in the community and apostolic activities. The writer examines this problem using the method of literature. The spirit of the recollect penitence and prayer was the heritage of ythe founder which is needed to live it so that the values contained in it will not lost whethet faded. In an effort to live out the values that exist in the spirit of the congregation, it is needed to understand about the history of emerged initiating by several prominent figures including Peter Machant and Joana Van Yesus. Based om there two prominent figures we can find how they were stuggling to live out the spirit of renewal that still revant till this modern world. The Fransiscan sisters of Sukabumi have a real life example especially in living out the spirit of the recollect penitence that is St. Fransicis of Assisi. He became a model of total comprehension in living out the spirit of the recollect penitence, because of this humility and the totality of self giving to God. Prayers in the life of the Fransiscan sisters of Sukabumi are form of devotions and the effort to be more provided sustenance for the spirit of the recollect penitence. The Fransiscan sisters of Sukabumi are called to become a genuine prayer and a repentant person, because this congregation have a motto that is to live as a recollect penitence. It will be found in common thread that links between prayer and the spirit of the recollect penitence, neither is prayer able to support the spirit of the recollect penitence nor just the opposite the recollect penitence will support the realization of prayer. Cathechesis Shared Christian Praxis (SCP) is one means that we can use it in enriching out spirit of recollect penitence as a Fransiscan sisters of Sukabumi, personal, community and work of mission. Cathechesis Shared Christian Praxis (SCP) as a form of on going formation because of the uniqueness in terms of faith sharing experiences, participatory dialogue, participants as a subject which able to maka a changes. Catechetical program was offer to help the sisters to understand more about the mutual connection between the prayer and the spirit of the recollect penitence in their lives as personal, community and in the mission work. ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Allah yang Maha baik, karena penyertaan-Nya yang tiada hentinya, sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi yang berjudul: HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA DOA DAN SEMANGAT PENITEN REKOLEK MENURUT SPIRITUALITAS SUSTER FRANSISKAN SUKABUMI. Penulisan skripsi ini bertujuan memberikan sumbangan, untuk hidup religius dalam hubungan dengan doa yang merupakan ciri khas kehidupan religius. Doa dan pertobatan menjadi gerak bersama yang mampu mendukung dalam hidup rohani. Penulis bersyukur bahwa kehadiran banyak pihak baik secara langsung maupun tidak yang telah mendampingi, membimbing, mendoakan dan memotivasi penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada: 1. Rm. Dr. J Darminta, SJ selaku dosen pembimbing utama, yang telah menyediakan waktu untuk membimbing dengan setia dan sabar, mengarahkan, memberikan masukan dan memotivasi dalam menyusun skripsi ini. 2. Rm. Drs. FX. Heryatno W.W.,S.J., M.Ed. selaku kaprodi IPPAK yang telah mendukung dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi. 3. Bpk. Y.H. Bintang Nusantara, SFK, M. Hum selaku dosen penguji II dan pembimbing akademik yang telah mendampingi, memberikan motivasi, membimbing dengan penuh kesabaran selama penulis menyelesaikan skripsi. 4. Bpk. Drs. L. Bambang Hendarto Y. M. Hum selaku dosen III yang selalu setia mengarahkan dan membantu penulis untuk menyelesaikan tugas skripsi. 5. Segenap Staf Dosen prodi IPPAK Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas Sanata Dharma yang membimbing penulis selama belajar. 6. Sr. Maria, SFS dan para suster SFS komunitas Sragen yang terbuka dan mendukung penulis selama menyelesaikan tugas menulis. x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... ii PENGESAHAN ............................................................................................... iii PERSEMBAHAN ............................................................................................. iv MOTTO ...............................................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................................. vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................ ix KATA PENGANTAR .........................................................................................x DAFTAR ISI .................................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................9 C. Tujuan Penulisan ...................................................................................9 D. Manfaat Penulisan ...............................................................................10 E. Metode Penulisan ................................................................................10 F. Sistematika Penulisan..........................................................................11 BAB II SPIRITUALITAS PENITEN REKOLEK SUSTER FRANSISKAN SUKABUMI A. Latar Belakang Sejarah Gerakan Spiritualitas Peniten Rekolek Suster Fransiskan Sukabumi ..........................................................................13 1.Sejarah Peniten Rekolek Suster Fransiskan Sukabumi ....................14 2.Sejarah Peniten Rekolek menurut Kontitusi Limburg .....................17 a. Petrus Marchan Perancang Konstitusi Limburg .........................18 b. Yohana Van Yesus Perancang Konstitusi Limburg ...................19 c. Kekhasan Yohana Van Yesus .....................................................21 B. Makna Gerakan Peniten Rekolek bagi Keempat Kongregasi .............26 1.Gerakan Peniten Rekolek bagi Keempat Kongregasi ......................26 xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2.Hubungan Keempat Kongregasi Peniten Rekolek ...........................29 C. Peniten Rekolek menurut St. Fransiskus Assisi ..................................30 1.Awal Pertobatan St. Fransiskus Assisi ketika berdoa di depan Salib San Damiano .....................................................................................30 a. Titik Awal Pertobatan Fransiskus ...............................................31 b. Praktek Pertobatan oleh Fransiskus ............................................32 c. Puncak Hidup Pertobatan Fransiskus .........................................33 2.Teladan Hidup Fransiskus Assisi dalam Memaknai Peniten Rekolek a. Semangat Tobat ..........................................................................34 b. Semangat Doa .............................................................................35 c. Hidup dalam Kemiskinan ...........................................................36 d. Hidup dalam Semangat Kehinadinaan .......................................37 D. Spriritualitas Peniten Rekolek dalam Konstitusi Suster Fransiskan Sukabumi .............................................................................................37 1.Pengertian Spiritualitas secara umum ..............................................38 2.Pengertian Spiritualitas menurut Konstitusi Suster Fransiskan Sukabumi berdasarkan Kapitel Th. 2012 ..........................................38 a. Menghayati Kasih ......................................................................39 b. Yesus Kristus Injili .....................................................................39 c. Hidup Persaudaraan ....................................................................40 d. Tobat ...........................................................................................40 e. Doa ..............................................................................................40 f. Pelayanan ....................................................................................41 g. Kesederhanaan ............................................................................41 3. Usaha Kongregasi dalam Menfasilitasi Penghayatan Spiritualitas .....................................................................................42 E. Tantangan dalam Menghayati Semangat Peniten Rekolek .................43 1.Tantangan Zaman Modern bagi Suster Fransiskan Sukabumi .........43 2.Relevansi Peniten Rekolek untuk Zaman ini ...................................46 BAB III DOA DALAM KEHIDUPAN PARA SUSTER FRANSISKAN SUKABUMI A. Doa ......................................................................................................48 xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENDAHULUAN Hidup religius adalah salah satu bentuk panggilan khusus. Seorang religius yang dipanggil memerlukan waktu untuk dapat berproses dalam menanggapi panggilanNya. Dalam proses menanggapi panggilan perlu memperhatikan hidup doanya. Bagi para religius doa merupakan hal yang pokok dan mendasar yang perlu dihayati dan dihidupi. Doa menjadi dasar bagi para religus untuk dapat melaksanakan apa yang menjadi kehendakNya. Sebagai religius tidak hanya melaksanakan doa tetapi juga perlu melakukan pertobatan dengan semangat tobat. Doa dan pertobatan Dalam kehidupan seorang religius merupakan hal penting, begitu juga dalam hidup para Suster Fransiskan Sukabumi doa dan pertobatan merupakan dua hal yang penting yang perlu diusahakan untuk semakin menjadi milik. Doa dan pertobatan merupakan dua hal penting karena para Suster Fransiskan Sukabumi memiliki spirit hidup sebagai peniten rekolek. Dalam usaha untuk semakin menghayati dan menghidupi semangat peniten rekolek ini maka perlunya on going formation (pembelajaran terus menerus). Dalam bab I penulis akan menguraikan latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan mengenai hubungan timbal balik antara doa dan semangat peniten rekolek menurut spiritualitas Suster Fransiskan Sukabumi. A. Latar Belakang Hidup religius merupakan panggilan yang dihayati oleh manusia dalam kondisi-kondisi kemanusiaannya. Hidup religius merupakan bagian dari hidup Kristen. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Hidup Kristen merupakan hidup pertobatan terus menerus, yang berarti terus menerus mengarahkan hidup kepada Tuhan, atau dipanggil untuk mengadakan pembaharuan. Pembaharuan itu bukan berarti mengubah atau menggantikan karisma khas hidup religius, sehingga pembaharuan itu tetap menjaga kekhasan tarekat. Pembaharuan yang perlu dilakukan antara lain dalam hal doa. Doa merupakan sarana memupuk hidup batin (ET n. 45) doa adalah ungkapan kedalaman kerinduan untuk dapat berjumpa dengan Allah. Doa adalah ungkapan semangat keanakkan maupun semangat penghambaan di hadapan Allah dan merupakan pernyataan iman bahwa Allah memang kuasa atas hidupnya. Oleh karena berdoa merupakan saat dimana orang membiarkan Allah menyatakan diriNya menopang hdup manusia. Doa merupakan bentuk olah diri agar menjadi orang rohani. (Darminta,1983:28-29) Doa adalah sarana dimana seorang religius menyadari bahwa hidupnya ditopang oleh Allah, dan sumber kehidupannya. Pengalaman akan kepercayaan dan keyakinan akan pertolongan Allah itu terungkap dalam doa. Dalam doa orang akan bertemu dalam relasi intim penuh kerinduan akan peran serta Allah dalam kehidupannya. Doa merupakan bagian inti dalam kehidupan seorang religius. Dalam Konsili Vatikan II, dalam Dekrit Perfectae Caritatis (1993: art. 6) menegaskan: “ Mereka yang mengikarkan nasihat Injil harus mencari dan mencintai di atas segalanya Allah, Yang lebih dahulu mencinta kita (bdk 1 Yoh 4: 10). Dalam segala situasi hendaknya mereka mengembangkan kehidupan yang tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah (bdk Kol 3:3)”. Relasi yang intim dengan Allah dalam ketulusan dan penyerahan diri yang utuh akan semua realitas hidup. Setiap pribadi religius diharapkan mampu mengembangkan hidup pribadinya dan imannya sehingga memiliki daya dampak dalam kehidupannya. Sebagai religius yang secara khusus mengabdikan diri bagi Kristus dalam hidup dalam ketaatan, kemiskinan, dan kemurnian, maka perlu adanya aturan yang membantu dalam rangka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 untuk semakin menghayati imannya salah satunya adalah pembaharuan yang ditetapkan oleh Konsili Vatikan II ialah: Lembaga hidup monastik hendaknya dipertahankan dengan setia dan makin memancarkan semangatnya yang asli baik Timur maupun Barat. Lembaga ini berjasa luhur selama perjalanan abad dalam Greja dan dalam masyarakat manusia. Tugas utama para rahib ilaha memberikan pelayanan kepada Kedaulatan Ilahi, pelayanan yang serentak rendah hati dan anggun di balik tembok-tembok pertapaan, ilahi dalam kehidupan tertutup, maupun dengan menerima secara sah sejumlah karya dibidang kerasulan atau cinta kasih Kristen. Maka, sambil mempertahankan ciri khas tiap lembaga, hendaknya tradisi-tradisi tua yang baik diperbaharui dan disesuaikan dengan kebutuhan jiwa-jiwa dewasa ini sekian, sehingga pertapaan menjadi semisal pesemaian bagi pembaharuan umat Kristen. Demikian pula sebaliknya biara-biara yang berdasarkan peraturan atau lembaganya menggabungkan secara mesra kehidupan kerasulan dengan ofisi dalam koor dan dengan tata hidup pertapaan, menyerasikan cara hidupnya dengan tuntutan-tuntutan kerasulan yang sesuai baginya, sehingga mereka mengikuti tata hidupnya dengan setia sebagai sesuatu yang sangat bermanfaat bagi kepentingan Gereja. (PC. Art. 9) Lembaga hidup bakti perlu menyadari pentingnya kontemplasi karena dimensi ini ditemukan dalam doa dan karya. Doa menjadi salah satu makanan jiwa dan kekuatan dalam kehidupan seorang religius. Kehidupan doa tidak hanya berhenti pada keteraturan, ketaatan, kedisiplinan dalam doa tetapi juga menyangkut pada hal-hal lainnya. Doa yang dihayati dan dihidupi ini setiap hari perlu memiliki daya dampak dalam kehidupan seorang religius. Doa menjadi salah satu hal penting dalam kehidupan religius. Doa menjadi kekuatan dalam kehidupan religius, berbagai usaha dilakukan untuk dapat semakin memaknai doa. Pembaharuan dalam hidup doa perlu diusahakan terus menerus karena doa ini menjadi inti hidup religius yang perlu dikembangkan dan dihayati sehingga semakin memantapkan hidup panggilan. Pembaharuan yang dilakukan oleh lembaga religius tidak hanya dalam hidup doa tetapi juga semangat tobat, karena tobat menjadi ciri khas seorang religius. Hidup religius sebagai tanda pertobatan, maka perlu terus diperbaharui untuk semakin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 mengembangkan hidup rohani. Dalam kongregasi SFS kehidupan doa dan semangat pertobatan perlu diperbaharui terus menerus karena SFS memiliki dua ciri khas yaitu sebagai peniten rekolek sebagai pentobat dan pendoa. Para suster Fransiskan Sukabumi memiliki semangat Peniten Rekolek. Peniten artinya: pertobatan dan Rekolek artinya: mengumpulkan kembali. Jadi Peniten Rekolek artinya: Kembali memusatkan diri pada Allah. Bentuk dari peniten : pertobatan, ulahtapa, matiraga. Bentuk rekolek: samadi, permenungan, kontemplasi. Usaha untuk kembali pada semangat awal ini memotivasi untuk sungguh menghargai dan memberi tekanan penting khususnya dalam hidup rohani yang menjadi salah satu aspek yang menentukan dan mendukung hidup sebagai religius. Kongregasi SFS disebut: “Saudara-saudari para pentobat” (AngOrReg art.2). Mengapa disebut dengan saudari-saudari para pentobat, karena Fransiskus menamakan dirinya adalah pentobat dari Asisi. Fransiskus sangat menekankan hidup dalam pertobatan, ia sangat menghidupi semangat tobat dalam keseluruhan hidupnya. “Pertobatan” biasanya dipahami sebagai praktek usaha-usaha matiraga lahiriah, seperti halnya: puasa dan matiraga. “Pertobatan” (Metanoia) Injili berarti harafiah merupakan suatu perubahan budi, pembaharuan menyeluruh dan terus menerus atas diri seseorang yang mengarahkan kepada kesatuan dengan Allah dengan seluruh keberadaannnya. Di setiap tempat di mana pun juga, pada setiap saat dan segala waktu, hendaklah saudara-Saudari dengan sungguh-sungguh dan rendah hati mengimani Allah yang kekal, mahatinggi, dan mahaluhur, Bapa dan Putera dan Roh kudus; hendaklah mereka memiliki-Nya di dalam hati dan mencintai-Nya, menghormati, menyembah, mengabdi, memuji, meluhurkan serta memuliakanNya. Hendaklah mereka menyembah Dia dengan hati yang murni, karena kita harus selalu bedoa dengan tidak jemu-jemu; sebab Bapa mencari penyembah yang demikian itu. (AngReg.Pasal: 3 ayat 1) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 Dengan jelas dikatakan Fransiskus bahwa saudara-saudari selalu menyediakan waktu khusus untuk berdoa serta tidak jemu-jemu. Menyadari bahwa Allah sungguh Mahaluhur dan pengikutnya diajak untuk memiliki kesungguhan dalam kehidupannya. Fransiskus mengajarkan kepada kita religius yang mengambil semangat dari St. Fransiskus, dapat mengikuti hidup seturut injil. “Cara hidup saudara-saudari Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus ialah: menepati Injil Suci Tuhan Yesus Kristus, dengan itu hidup dalam ketaatan tanpa milik dan dalam kemurnian....(AngOrReg Art.1). Berarti bahwa Injil menjadi sumber utama dari segala peraturan yang ada. Dalam AngOrReg dinyatakan bahwa setiap saudara yang mengambil spiritualitas Fransiskus diajak untuk menepati Injil sebagai pegangan dan pedoman dalam kehidupannya. Sebagai pengikut Fransiskus para suster SFS diingatkan untuk selalu: .....Sebagai pengikut Yesus Kristus menurut teladan Fransiskus, mereka wajib mengerjakan hal-hal yang lebih banyak dan lebih besar dengan menepati perintah dan nasihat Tuhan kita Yesus Kristus, dan mereka harus menyangkal dirinya sebagaimana mereka masing-masing telah janjikan kepada Allah (AngOrReg art.1b hal: 6) Dalam AngOrReg ini Fransiskus memberikan beberapa nasihat yang diarahkan bagi kaum religius . Undangan untuk mengerjakan hal-hal yang besar dan luhur sesuai dengan injil yang memadukan pertobatan. Pertobatan injili yang dituntut oleh kehadiran kerajaan Allah. Hidup pertobatan dapat diwujudkan lewat: puasa badani, matiraga terhadap kesombongan, dan melawan dosa-dosa. Dalam kehidupan religius kita temukan juga adanya kecenderungan untuk mapan, tidak mau berubah, merasa sudah mampu melakukan segala sesuatu dan tidak perlu lagi untuk terus belajar, orang menjadi sombong dengan hidupnya. Mandeg dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 tak berkembang, diantaranya adalah dalam doa bisa kita lihat bagaimana kehadiran dalam doa itu sungguh dengan sepenuh hati atau hanya sekedar kewajiban saja. Begitu pula dalam penghayatan pertobatan apakah sudah mampu untuk mewujudkannya dalam kehidupan bersama. Para suster SFS juga mengalami kesulitan terutama dalam penghayatan dan menghidupi spiritualitas kongregasi. Dalam rekomendasi kapitel di Sukabumi, tanggal 3 April 2012 para kapitularis menemukan sejumlah keprihatinan, bertolak dari pengalaman hidup sebagai anggota Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi khususnya dalam hidup komunitas, menggereja dan memasyarakat. Keprihatinan mendorong untuk mencari, menggali, menemukan dan mendalami khasanah rohani pendiri, kongregasi, sejarahnya antara lain: Upaya-upaya pendalaman spiritualitas belum cukup memotivasi, mendorong dan menggugah para Suster Fransiskan Sukabumi untuk hidup sesuai dengan spiritualitas. Dalam Kapitel ini menjadi titik tolak untuk melihat bahwa para suster SFS perlu memahami dan mendalami spiritualitas sebagai suatu bentuk on going formation. Pembaharuan terus menerus adalah salah satu usaha untuk semakin mengembangkan hidup religius. Sebagai seorang religius dituntut untuk selalu hidup dalam semangat pembaharuan terus menerus. Pembaharuan terus menerus ini dikenal dalam kehidupan religius sebagai on going formation. Pembaharuan yang dilakukan dalam kehidupan religius dilakukan dalam banyak aspek antara lain: doa, persaudaraan, spiritualitas, karya, pelayanan, dll. Pembaharuan ini dirasakan sebagai usaha yang tidak hanya sekali jadi, perlu proses yang panjang dan juga ketekunan dalam mengusahakannya. Untuk dapat mengetahui sejauh mana hubungan antara doa dan semangat peniten rekolek (pertobatan terus menerus) dalam KHK 1249 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 Semua orang beriman kristiani menurut cara masing-masing wajib melakukan tobat demi hukum ilahi. Akan tetapi, agar mereka semua bersatu dalam pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, saat orang-orang beriman kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk berdoa, menjalankan ibadat dan karya amalkasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibaannya secara lebih setia dan terutama dengan puasa dan berpantang, seturut norma kanon(1249). Dalam kanon ini mau ditegaskan bahwa perlu melakukan pertobatan yang sejati yang disertai dengan kesungguhan, melakukan hal-hal yang nyata yang menjadi ciri khas pertobatan. Pertobatan berdasarkan AngOrReg art. 13 memberikan beberapa orientasi yang khas pertobatan: perjalanan pertobatan, tindakan-tindakan penitensi dan partisipasi dalam sengsara Kristus. Anggaran Dasar dan cara hidup Saudara-saudari Ordo ketiga regular Santo Fransiskus (2001:pasal 1 ayat 2) sebagai berikut: Saudara-saudari dari Ordo ini, bersama semua orang yang mau mengabdi Tuhan Allah di dalam Gereja yang kudus, katolik dan apostolic, hendaknya bertekun dalam iman dan pertobatan yang sejati. Mereka mau menghayati pertobatan injili ini dalam semangat doa dan kemiskinan serta kerendahan hati. Dan hendaknya mereka menjauhkan diri dari segala kejahatan dan bertekun dalam yang baik hingga akhir sebab Putera Allah sendiri akan datang dengan mulianya dan mengatakan kepada semua orang yang mengakui Dia dan menyembah serta mengabdi kepadaNya dalam pertobatan: Mari hai kamu yang diberkati Bapa-Ku, terimalah kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak awal. Dalam usaha untuk mengahayati dan melakukan pembaharuan tentu mengalami pasang surut maka perlu usaha untuk terus meningkatkan semangat peniten rekolek dalan kehidupan para suster Fransiksan Sukabumi. Para suster SFS sudah banyak belajar untuk memahami maksud dari konstitusi dan memahami apa yang menjadi ciri khas kongregasi yaitu semangat peniten rekolek, maka dalam usaha untuk semakin paham dan menghayati perlu ada pembelajaran terus menerus: lewat belajar bersama, rekoleksi, retret dan lain-lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 Pemahaman akan doa dan semangat peniten rekolek perlu dipahami oleh para suster karena hal ini mendukung dalam penghayatan dalam kehidupan bersama. Pembaharuan terus menerus berkaitan dengan doa perlu diusahakan untuk semakin meningkatkan hidup beriman kristiani. Sehingga para suster semakin tangguh dalam kehidupan serta tidak mudah putus asa dalam menghadapi masalah-masalah yang ada, sehingga mampu mewujudkan diri sebagai tempat pengungsian bagi yang membutuhkannya. Doa menjadi sumber kekuatan dan ciri khas seorang Fransiskan rekolek maka dimensi hidup doa menjadi hal yang penting yang perlu diusahakan. Sehingga doa bukan hanya sebatas formalitas saja atau kewajiban tetapi sebagai kebutuhan yang hakiki yang mampu mendukung dalam kehidupan sebagai seorang Fransiskan sejati. Sehingga penulis merasa tertarik untuk mengetahui hubungan antara doa dan semangat peniten rekolek dalam kehidupan para suster SFS apakah dari antara keduanya ada hubngan yang semakin menyuburkan sehingga mampu mewujudkan sebuah pembaharuan. Doa menuju pada pembaharuan terus menerus dan pertobatan yang sejati. Agar manusia tidak terjebak dalam rutinitas doa maka perlu melakukan pembaharuan terus menerus, dalam hal motivasi, semangat, memberi makna dalam doa. Bukan hanya sekedar rutinitas, atau kewajiban tetapi sebagai sumber kekuatan kekuatan yang menghidupkan. Untuk dapat memahami hubungan timbal balik antara semangat peniten rekolek dalam hidup doa sehingga keduanya dapat saling mendukung dan semakin memajukan kehidupan rohani. Memampukan menjadi setiap anggotanya untuk menjadi pembawa damai bagi sesama, dewasa dan mampu mengolah hidupnya dengan baik, maka penulis ingin menyumbangkan gagasan- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 gagasan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh para Suster Fransiskan Sukabumi, sehingga pada penulisan skripsi ini penulis mengambil judul: “HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA DOA DAN SEMANGAT PENITEN REKOLEK MENURUT SPIRITUALITAS SUSTER FRANSISKAN SUKABUMI.” B. Rumusan Permasalahan 1. Apakah latar belakang semangat peniten rekolek Suster Fransiskan Sukabumi? 2. Bagaimanakah pandangan Suster Fransiskan Sukabumi mengenai semangat peniten rekolek? 3. Bagaimana doa dalam kehidupan para suster Fransiskan Sukabumi menurut spiritualitas kongregasi? 4. Bagaimana hubungan timbal balik antara doa dan semangat peniten rekolek dalam kehidupan para Suster Fransiskan Sukabumi? 5. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk semakin menyuburkan semangat peniten rekolek bagi para Suster Fransiskan Sukabumi? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah: 1. Membantu para Suster Fransiskan Sukabumi untuk mendalami latar belakang sejarah semangat peniten rekolek. 2. Membantu para Suster Fransiskan Sukabumi untuk semakin memahami dan menghidupi semangat peniten rekolek. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 3. Membantu para Suster Fransiskan Sukabumi semakin menghidupi doa seturut spiritualitas kongregasi. 4. Membantu Para Suster Fransiskan Sukabumi untuk mengetahui hubungan timbal balik antara doa dan semangat peniten rekolek. 5. Menyuburkan semangat peniten rekolek dalam hidup doa sehingga buah-buah pertobatan sungguh dapat diaktualisasikan dalam hidup sehari-hari. D. Manfaat Penulisan 1. Bagi para Suster Fransiskan Sukabumi Membantu para Suster Fransiskan Sukabumi dalam menghayati doa dan semangat peniten rekolek. 2. Bagi kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi Memberikan sumbangan untuk dapat mengusahakan menyuburkan doa dan semangat peniten rekolek dalam hidup para Suster Fransiskan Sukabumi. 3. Bagi penulis Melalui ini penulis semakin diajak untuk lebih mendalami dan menghayati doa dan semangat peniten rekolek dalam kehidupan Suster Fransiskan Sukabumi. E. Metode Penulisan Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode studi pustaka yakni dengan membaca buku-buku dari berbagai sumber dan menyerapnya sebagai bahan untuk menulis skripsi. Selain itu penulis juga menyebarkan kuisoner untuk dapat mendukung tulisan ini, serta berdasarkan pengalaman dan penghayatan pribadi yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 dialami penulis pada setiap perjumpaan dan kebersamaan dengan para Suster Fransiskan Sukabumi. F. Sistematika Penulisan Karya tulis ini berjudul “Hubungan Timbal Balik antara Doa dan Semangat Peniten Rekolek menurut Spiritualitas Suster Fransiskan Sukabumi”. Dalam penulisan skripsi ini penulis membaginya dalam lima bab yakni: Pada bab I pendahuluan yang meliputi: Latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Pada bab II, penulis akan menguraikan dalam 5 bagian. Bagian pertama menjelaskan mengenai sejarah peniten rekolek beserta tokoh-tokoh yang menjadi penggerak peniten rekolek. pada bagian kedua membahas mengenai makna gerakan peniten rekolek bagi keempat kongregasi. bagian ketiga berbicara mengenai peniten rekolek menurut St. Fransiskus Assisi. Bagian keempat tentang spiritualitas peniten rekolek dalam konstitusi Suster Fransiskan Sukabumi dan bagian kelima berisi mengenai tantangan dalam menghidupi peniten rekolek. Pada bab III, penulis akan membahas mengenai, Doa dalam kehidupan para suster Fransiskan sukabumi. Hidup doa, pengertian doa: doa menurut kitab suci, doa menutur dokumen Konsili Vatikan II, Makna doa, persoalan dalam doa. Doa dalam konstitusi Suster Fransiskan Sukabumi, Jalan kontemplatif dan asketik dalam doa. Makna peniten rekolek dalan doa, tantangan penghayatan doa dalam semangat peniten, dan peniten rekolek secara timbal balik dalam kehidupan para Suster Fransiskan Sukabumi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 Pada bab IV, penulis akan membahas mengenai program Katekese sebagai salah satu sarana untuk on going formation demi mendukung perkembangan hidup doa dan pertobatan. Katekese Shared Christian Praxis (SCP) untuk mengaktualisasikan doa dan pertobatan dalam kehidupan sehari-hari. Bab ini akan dibagi dalam tiga bagian, bagian pertama berisikan tentang on going formation dalam hidup religius, bagian kedua membahas mengenai katekese sebagai salah satu usaha dalam On going formation. Pada bagian ketiga beriskan tentang usulan program katekese beserta contohnya. Pada bab V penulis akan memberikan kesimpulan dan saran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II SPIRITUALITAS PENITEN REKOLEK SUSTER FRANSISKAN SUKABUMI Peniten rekolek merupakan semangat yang dihidupi oleh religius SFS. Pada Bab II ini penulis akan menjelaskan tentang peniten rekolek dalam kongregasi suster Fransiskan Sukabumi (SFS), pada bagian pertama berisi mengenai latar belakang gerakan peniten rekolek. pada bagian kedua berisi tentang makna gerakan peniten rekolek bagi kehidupan para Suster Fransiskan Sukabumi, pada bagian ketiga memuat Gerakan ini tidak dapat terlepas dari seorang tokoh yaitu St. Fransiskus Assisi. Tantangan dalam penghayatan dan relevansinya. Gerakan ini muncul karena peran serta Fransiskus dalam mendirikan ordo, St. Fransiskus Assisi mendirikan tiga ordo: Ordo pertama yaitu Ordo Saudara Dina, Ordo kedua yaitu Ordo Klaris, dan Ordo ketiga yaitu Ordo Peniten. Ordo Peniten adalah ordo aktif yang berada di tengah dunia, yang ingin mengabdi Allah dan sesama, menurut Injil dalam tapa dan karya amal. A. Latar Belakang Sejarah Fransiskan Sukabumi Gerakan Spiritualitas Peniten Rekolek Suster Pada bagian latar belakang gerakan peniten rekolek akan di munculkan 2 hal yaitu sejarah peniten rekolek yang bermula dari Fransiskus Assisi yang memiliki kekhasan dalam hidupnya sebagi seorang peniten rekolek. Pada bagian kedua memuat tentang sejarah peniten rekolek dalam konstitusi limburg di mana dalam konstitusi ini diatur segala hal yang berkaitan dengan cara hidup para peniten rekolek yang diprakasai oleh dua tokoh yaitu Petrus Marchant dan Yohana van Yesus. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 Gerakan peniten rekolek adalah salah satu pembaharuan dalam kehidupan religius pada abad ke-17. Gerakan ini juga dipengaruhi oleh seorang tokoh yaitu Martin Luther. Pembaharuan dalam hidup membiara ditunjukkan dengan semangat untuk semakin menghayati Injil suci Tuhan Yesus Kristus tanpa terlepas dari tradisi hidup membiara. Gerakan ini melestarikan tradisi hidup membiara menggunakan unsur baru tetapi juga tidak melupakan unsur lama. Gerakan pada abad itu disebut “peniten” yang artinya pentobat. Fransiskus Assisi memperkenalkan kelompoknya sebagai “pentobat dari Assisi”. Para religius yang tertarik pada cara hidup Fransiskus dan meneladan pola menghayati Injil ala Fransiskus disebut sebagai para peniten. 1. Sejarah Peniten Rekolek Suster Fransiskan Sukabumi Sejarah peniten rekolek berawal dari St. Fransiskus Assisi yang memberi perhatian besar pada pembaharuan. Pembaharuan bagi Fransiskus adalah semacam usaha untuk kembali ke awal simple, sederhana, tidak mencolok sesuai dengan bentuk hidup Fransiskus (Eddy Kristianto 2009: 21-22). Gerakan peniten rekolek ini hanya terdapat dalam gerakan religius Fransiskan “Minoriten” atau OFM saja (Eddy Kristianto, 2009: 19). Hal ini mengatakan bahwa gerakan peniten rekolek ini tidak terdapat pada dua ordo OFMConv dan OFMCap, meskipun ketiganya sama-sama meneladan cara hidup Fransiskus Assisi tetapi masing-masing ordo memiliki kekhasannya yang berbeda satu dengan yang lain. Karena cara hidup Fransiskus yang khas membuat banyak orang tertarik untuk bergabung bersama dengan Fransiskus, meskipun pada awalnya Fransikus tidak memiliki cita-cita untuk mendirikan ordo. Ordo pertama Santo Fransiskus yang melaksanakan Anggaran Dasar (Regula) dengan setia dan bakti disebut sebagai rekolek yang merupakan salah satu cabang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 yang lahir dari ranah Observan. Fransiskan Observan berusaha menepati regula dengan baik. Hal itu mau menegaskan bahwa “penyesuaian” terus menerus untuk menjadi pribadi yang berkwalitas dengan tetap menyadari keterbatasannya sebagai manusia. Kesetiaan pada regula St. Fransiskus Assisi dengan tidak ada pemaafan keterbatasan diri dan juga pembenaran diri karena situasi, sehingga regular dilaksanakan dengan penuh ketaatan dan kesetiaan tanpa terkecuali ( Eddy Kristianto, 2009:23). Dalam perjalanan waktu, untuk dapat sungguh menghayati regula dengan setia tidak selalu dapat berjalan sebagaimana mestinya, karena ada juga kemerosotan dalam upaya penghayatan semangat awal. (Eddy Kristianto 2009: 24). Maka muncullah gerakan pembaharuan untuk menghidupkan jiwa regula. Untuk melakukan pembaharuan itu diperlukan upaya yang pelik, unik dan rumit sehingga hal ini berujung pada pemisahan. Kelompok Observan; melaksanakan, melakukan, menghayati adalah rekolek. Gerakan ini merupakan usaha bersama (Eddy Kristianto ,2009: 25). Hal ini mau mengatakan bahwa gerakan pembaharuan ini bukan hanya diprakasai oleh seorang tokoh saja tetapi merupakan gerak bersama yang akhirnya menghasilkan suatu pembaharuan. Reformasi katolik disuburkan oleh Reformasi Protestanisme (Martin Luther cs) dan Kontra Reformasi (Konsili Trento). Tahta suci berkepentingan untuk mengawasi, dan terutama memelihara dengan penuh perhatian kelompok-kelompok religius supaya kelompok ini menghayati dengan benar nasehat Injil dan memenuhi harapan Gereja Katolik Roma (Eddy Kristanto, 2009:25). Sri Paus Clemens VII menerbitkan surat edaran yang berjudul In Suprema Kan (1532), bahkan Paus Gregorius XIII menulis surat untuk menyemangati bagi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 berlangsungnya pembaharuan hidup religius di lingkungan Gereja khususnya dalam keluarga Fransiskan. Sri Paus dan Raja Henry IV mendukung gerakan rekolek sehingga memperoleh otonomi dari Observan. Pada 1602 Clemens VIII menyatakan para rekolek sebagai putra-putra sejati Fransiskus Assisi (Eddy Kristanto, 2009:26). Rekolek merupakan salah satu cabang dari Observan yang muncul di Eropa barat pada abad ke-16 dan berkembang terutama di Prancis, Jerman, Belanda dan Belgia. Rekolek menciptakan dan mempertahankan tradisi tinggal di pedesaan, desentralisasi, menjunjung tinggi keugaharian, dan kesederhanaan melalui ulah tapa, doa serta meditasi dan refleksi. Petrus Marchant adalah minister Provinsi Belgia, ia adalah seorang Fransiskan Rekolek, yang memberikan ilham kepada Johanna Van Jesus untuk melalukan reformasi dari dalam hidup religius yang ia hayati. Adanya hubungan antara satu dengan yang lain menghasilkan suatu tektur, yang mampu mendukung gerakan peniten ini, karena sejak awal diungkapkan, bahwa gerakan ini bukan sebagai gerak personal melainkan gerak bersama yang melibatkan banyak tokoh dalam mewujudkannya. Fransiskus Assisi menamakan kelompoknya sebagai: Ordo Pentobat” (The Order of Penitence), tetapi pada akhirnya istilah ini dipakai oleh Ordo ketiga regula Santo Fransiskus yang sudah eksis pada abad ke-13. (Eddy Kristianto, 2009:28). Hal-hal yang mematangkan dan menjadi humus dalam peniten rekolek adalah askese (spiritual exercises, penguasaan diri, matiraga-puasa, penyangkalan diri) dan discretion (pembedaan roh). Dalam karya-karyanya, Poverello d’Assisi mewariskan kehendak dan semangat yang kuat dengan askese. Askese yang dimaksud adalah sikap tobat sejati dan kesadaran akan kerapuhan diri di hadirat Allah yang mahaagung, mahabaik, maha sempurna, satu-satunya yang patut disembah dan dimuliakan. Hal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 yang hendak di usahakan adalah hati yang wening (jernih) dan roh ilahi yang menguasai insani religius. Semangat doa dan devosi tidak bisa tidak dalam tradisi Fransiskan merupakan buah utama mengikuti Kristus dan oleh karena itu menduduki tempat terpenting dalam kehidupan Fransiskan. Tanpa pengalaman yang mendalam akan Allah, para fransiskan tidak akan mampu berbagi (peduli dan terlibat) dihadapan penderitaan bangsa manusia. Maka perlu menyadari perlunya menemukan kembali dimensi kontemplatif dari cara hidup ini. Para Fransiskan menjunjung asas Copmtemplatio aliis tradere artinya membawa, menarik hasil dan buah kontemplatisi kepada orang lain (Eddy Kristanto, 2009:30). Hal ini mau menggambarkan bahwa kontemplasi yang dilakukan oleh para pengikut Fransiskus ini bukan hanya berhenti demi untuk keperluan pribadi tetapi juga dapat dirasakan oleh sesama lewat tutur kata, perbuatan dan pelayanan. Para religius bukanlah orang-orang yang tinggal di menara gading, terpisah dengan masyarakat, melainkan bagian itegral masyarakat. Para religius memiliki kepedulian terhadap orang-orang yang terpinggirkan sehingga terasa kesehatian dengan masyarakat. Munculnya rekolek menegaskan adanya semangat untuk kembali ke akar ke sumber cita-cita pendiri seraya mempertimbangkan zaman. Gerakan rekolek mau mengingat kembali pada jati dirinya. 2. Sejarah Peniten Rekolek Menurut Konstitusi Limburg Pembaharuan yang terdapat dalam konstitusi Limburg adalah pembaharuan yang terjadi dipengaruhi oleh Gereja di mana pada abad ke-17 di dalam gereja terjadilah suatu gerakan pembaharuan hidup religius. Yohana dari Yesus adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 seorang pembaru hidup religius Suster-suster Ordo Fransiskan Regular (Nico Dister 2011:5). Pembaharuan ini dimulai dari kota Limburg (pegunungan Ardennes, Belgia) dan dikenal dengan sebutan “Reformasi Limburg”. Di antara serikat Ordo Fransiskan Regular di Indonesia ada yang berasal dari Nederland dan mengikuti reformasi Limburg dan berspiritualitas Peniten Rekolek. Biara Suster Peniten Rekolek di Breda (Belanda) yang bersemboyan Alles voor allen adalah ibu kandung dari keempat kongregasi yaitu FCH (Palembang), SFS (Sukabumi), KSFL (Pematangsiantar), dan FSE (Medan). Konstitusi Limburg pada abad XVI dipakai untuk pegangan dan konstitusi ini dirancang oleh Muder Yohana bersama saudara dina bernama Petrus Marchant (Nico Syukur Dister 2011:6). Kedua tokoh inilah yang telah membaharui semangat peniten rekolek dengan cara menyusun atura-aturan dalam biara yang akan mengingatkan para peniten untuk semakin menghayati panggilannya. Konstitusi Limburg ini memuat tentang aturan-aturan hidup dalam biara yang mengajak pengikutnya untuk kembali pada semangat awal. Semangat awal itu adalah kesadaran bahwa sebagai pengikut Fransiskus yang peniten dan rekolek, yang tidak melupakan doa dan pertobatan sebagai kekhasannya. a. Petrus Marchant Perancang Konstitusi Limburg Petrus Machant adalah salah seorang anggota Fransiskan rekolek yang lahir tahun 1585 di Couvin, Provinsi Namur. Setelah masuk persaudaraan Fransiskan Rekolek, beliau ditugaskan oleh ordonya pertama-tama ke Jerman dan kemudian ke Belanda dan Inggris . Ia mendirikan Provinsi Santo Yosef di Flandria dan tahun 1625 terpilih sebagai Minister Provinsi. Flandria adalah bagian dari negeri Belgia sekarang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 Petrus Marchant membidani lahirnya kongregasi Peniten Rekolek serta menyusun konstitusi Peniten Rekolek (tahun 1623). Konstitusi ini disusun berdasarkan inspirasi dari Sr. Yohana Van Jesus yang terdorong oleh Ilham Ilahi bercita-cita untuk membaharui semangat hidup religius Ordo ketiga Regular St. Fransiskus. Konstitusi disahkan oleh Paus Urbanus VIII pada tahun 1634. Lalu konstitusi ini menjadi sumber pegangan bagi para religius yang menamakan dirinya Peniten Rekolek (Eddy Kristianto, 2009: 39) Pada tahun 1841, atas rekomendasi Mgr. Johanes Van Hooydonk, konstitusi itu dicetak ulang untuk kepentingan para religius yang baru tumbuh diwilayah keuskupannya, seperti di Dongen, Etten, Roosendal, Bergen Op Zoom, dll. Petrus Marchant kemudian menjadi Devinitor Jendral seluruh Ordo St. Fransiskus dan Kustos di Flandria dan akhirnya diangkat menjadi Komisaris Apostolik Jenderal. Beliaulah yang menerima pembaharuan profesi religius Johana Van Jesus, ia mengantar mereka ke tempat yang telah dipersiapkan yaitu di Limburg. Petrus Machant menjadi pembimbing rohani. Sampai pada akhir hidupnya ia setia mendampingi para suster kongregasi Peniten Rekolek. Petrus Marchant wafat di Gent pada tanggal 11 November 1661 (Eddy Kristisnto, 2009: 41). b. Yohana Van Yesus Perancang Konstitusi Limburg Johana Van Yesus lahir pada tanggal 3 Agustus 1576 di Gent. Nama babtisnya Johanna Baptista Neerinckx. Ayahnya bernama Neerinckx, seorang pegawai pajak terkemuka di Gent. Masyarakat menghormatinya, karena ia mencerminkan hidup sebagai seorang kristiani, yang jujur dalam menjalankan tugasnya. Ia mempunyai devosi kepada Santa Perawan Maria ( Eddy Kristianto, 2009: 42). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 Pada usianya yang ke- 28 tahun Johanna Babtista Neerinckx masuk biara. Berawal dari pertemuan dengan seorang Fransiskan Rekolek, kemudian dia memutuskan untuk masuk biara Ordo santo Fransiskus yaitu kongregasi Suster-suster Kelabu di kota Gent dengan nama Sr. Johanna Neerinkx. Kongregasi ini merupakan Ordo Ketiga regular Santo Yakobus yang membaktikan diri kepada perawatan orangorang sakit. Terdorong untuk menjadi putri yang terbaik dari Bapa Fransiskus, maka ketika dipilih menjadi pemimpin dalam kongregasi, ia mulai mengadakan pembaharuan. Ia meletakkan pembaharuan dengan keyakinan bahwa Allah adalah segala-galanya dan manusia bukan apa-apa dihadapan –Nya. Agar hatinya terus menerus ada pada hadirat-Nya maka sikap hening “clausura” dipandang penting. Pembaharuan ini ditolak oleh para anggotanya, sehingga akhirnya ia memutuskan untuk mengundurkan diri dan menjadi suster biasa. Jiwa pembaharuan lebih diarahkan pada diri sendiri sampai mendapat waktu yang cukup matang. Keheningan dia ciptakan di sekeliling dirinya sehingga membuat suara Tuhan meresapkan lebih dalam. Ia juga tercekam oleh keinginan untuk melihat clausura, dan itu sangat mempengaruhi seluruh hidupnya, kemudian ia menjadi tidak tenang sebelum mewujudkannya (Eddy Kristianto, 2009: 43). Untuk mewujudkan pembaharuan itu ia mengalami ketakutan, suatu ketakutan yang sungguh beralasan mengingat kesadaran atas kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi di satu pihak, tetapi di lain pihak dorongan hati terus menekan dirinya untuk sesegera mungkin mewujudkan pembaharuan. Yohana Van Yesus kemudian memberanikan diri untuk mengungkapkan keinginan dan dorongan hatinya kepada seorang Fransiskan Rekolek, yaitu Petrus Marchant. Berkat kerja Roh yang sama, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 akhirnya Johanna Neerickx mendapat dukungan dan jalan keluar yang terbaik dari ketakutan tersebut. Pada tanggal 21 September 1623, Sr. Johanna dan beberapa suster yang mendukung pembaharuan meninggalkan biara Gent menuju Limburg untuk memulai suatu cara hidup baru yang diperjuangkan. Kota Limburg terletak di Belgia Timur, wilayah pegunungan dan pariwisata Ardenes, tidak terlalu jauh dari metropolitan Liege. Sr. Johanna Neerikx, Sr. Francoise Verhelst, Sr. Catharina Baeke, Sr. Maria Makam, Sr. Johanna Wagenere. Mereka membaharui profesi berdasarkan Konstitusi Peniten Rekolek 1623, di tangan pater Petrus Marchant serta mengubah namanya menjadi Sr. Johanna Van Jesus, Sr. Francoise Van Maria, Sr. Catharina van Antonius, Sr. Maria Van Bonaventura dan Sr. Johanna Van Bernadus. Di tempat yang baru suasana alam baru dan aturan baru jiwa mereka berkembang dengan sangat cepat. Pembaharuan itu lebih menitik beratkan segi kontemplatif, dengan dua ide besar yang menjiwai hidupnya yaitu: penitensi (pertobatan, ulah tapa, matiraga), dan rekolek (samadi, permenungan, kontemplasi) yang diwujudkan dengan menghayati kemiskinan sejati, hidup dalam klausura. Johanna wafat di Limburg 26 Agustus 1648 (Eddy Kristianto, 2009: 46-47). c. Kekhasan Yohana Van Yesus Kekhasan Yohana Van Yesus adalah memiliki jiwa pembaharu dan semangat hamba Yesus. Warisan dari Ibu Yohana Van Yesus melukiskan jiwa dan semangat sejati sebagai seorang Peniten Rekolek. Dengan mengenal warisan dan terutama perjalanan spiritualitasnya maka akan sangat membantu kita untuk semakin mampu menghayati hidup sebagai seorang peniten yang sejati. 1). Allah adalah segala-galanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 Muder Yohana memiliki hasrat besar untuk dapat bermatiraga, cinta kasih serta Ekaristi. Kepekaan akan kebenaran, ketulenan dan kejujuran ia memandang segala sesuatu dengan secara benar dan jujur buahnya dapat terlihat yaitu keyakinan hidup bahwa ia bukan apa-apa dan bahwa Allah adalah segala-galanya. Kesadaran hidupnya bahwa ia bukan apa-apa dihadirat Allah menunjukkan bahwa ia memiliki kerendahan hati yang mendalam. Keyakinan bahwa manusia bukan apa-apa di hadapan Allah begitu juga diyakini oleh St. Fransiskus Assisi dalam syair-syair yang terkenal: Nyayian saudara matahari, mulai dengan menyapa Allah Yang Mahaluhur, Mahakuasa dan berakir dengan ajakan kepada segala mahkluk ciptaannNya untuk merendahkan diri serendah-rendahnya. Barangsiapa hendak menjalankan hidup pasif atau hidup mistik, harus pertamatama menyiapkan diri dalam hidup aktif atau hidup berkarya dengan melepaskan diri dari segala sesuatu yang padanya ia melekat, betapa pun kecilnya. Allah menghendaki hati dan maksud kita murni dan tak bernoda. Tak satu ciptaan pun boleh tinggal di dalamnya, karena Tuhan sendiri saja ingin mendiaminya untuk melaksanakan kehendak-Nya dan untuk menyempurnakan kekasihnya menurut perkenaan-Nya. (Nico Syukur Dister, 2011: 59). Berikut ini adalah ajaran Muder Yohana mengenai kesempurnaan. Menurut Muder Yohana kesempurnaan terletak dalam pengalaman mistik bahwa Allah adalah segalagalnya, berkat persatuan kasih yang total dengan Allah. Hal ini dapat terjadi dengan latihan matiraga, pemurnian, pasrah dan pelepasan sehingga kehendakNya yang mendorong setiap hal yang kita perbuat. Jangan ada seseorang yang memegahkan diri dihadapan Allah (1Kor 1:28-29). Hal ini mau mengatakan bahwa Tuhan tidak ingin manusia merasa minder atau rendah diri atau bahkan sebaliknya merasa super atau sombong. Yesus mengajak kta untuk belajar dari padaNya khususnya mengenai kerendahan hati supaya jwa kita akan mendapat ketenangan(Mat 11;29). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 Dalam praktik hidup rohani kita dapat menghayati bahwa Allah adalah segalagalanya maka perlulah kita melakukan pengosongan diri secara total yaitu dengan: penyangkalanan terhadap hal pemuasaan inderawi dan rohani dengan melepaskan kesenangan jasmani dan rohani seperti makanan yang lezat, nikmat dalam doa(Konsolidasi), pujian orang-orang ekstase dan penglihatan. Usaha agar semua perbuatan dilakukan dengan maksud yang menyerupai kehendak Allah, memiliki sikap pasrah akan segala penderitaan, serta proaktif dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Dengan melakukan hal di atas maka semangat kebenaran itu akan tumbuh dan berkembang dalam kehidupan kita (Nico Syukur Dister 2011:64). 2). Aku sendiri bukan apa-apa Pelepas-bebasan (atau pemurnian) yang aktif dilangsungkan oleh jiwa sendiri dengan bantuan rakmat Allah. Tujuan dari pelepas adalah memurnikan daya-daya yang indrawi dan rohani dari segala ketidak teraturan dan kelekatan sehingga oleh karenanya seluruh hidup dipimpin oleh kehendak Allah (Nico Syukur Dister 2011: 66) Menyadari bahwa manusia bukan apa-apa ini akan mengajak kita untuk menyadari bahwa peran Allah dalam hidup kita memberi sesuatu yang mampu menggerakkan dan menghidupi kita. Pelepas-bebasan disebut juga kemiskinan rohani merupakan pekerjaan Allah yang harus ditanggung atau diderita oleh jiwa dengan sabar dan tenang. 3). Jalan Cinta kasih “Jangan bertindak karena takut atau demi kepentingan dirimu sendiri, betapa pun rohani dan luhurnya, tetapi lakukanlah segala sesuatu demi cinta kasih murni Allah, untuk berkenan kepada-Nya dan untuk memenuhi kehendakNya dalam segala sesuatu”. (Nico Syukur Dister 2011: 72) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 Ajaran cinta kasih inilah yang mendasari penghayatan Yohana bahwa Allah adalah segala-galanya dan Si aku bukan apa-apa. Kasih kepada Allah sebagai intensi semua perbuatan kita. Hal ini memiliki arti bahwa setiap hal yang kita lakukan adalah hanya untuk kemuliaan Allah. Bukan untuk kepentingan diri pribadi. Tetapi demi kemuliaan Allah. 4). Jalan Salib Yohana hanya mengajarkan jalan yang dikemukakan Tuhan kita Yesus Kristus dalam injil karangan St. Matius, bab 16: “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya memikul salibnya dan mengikuti Aku.” Dalam hal ini diajarkan empat tingkat: keingingan untuk mendatangi Tuhan kita dengan meninggalkan semuanya, menyangkal dirinya dan meninggalkan semuanya yang dapat merayu atau menarik perhatian kita, memikul salib yaitu dengan menderita dan mati dalam Yesus Kristus dan mengikuti Yesus Kristus dengan menjadikan Dia pemimpin, serta teladan dalam perkataan dan perbuatan. ......Menyadari keangkuhan sebagai musuh yang paling licik dan berbahaya, ia berdoa dengan memohon agar Tuhan sudi mengambil darinya pengetahuan yang luhur dan ekstase yang mempesonakan itu, lagi pula spaya Allah hanya menyatakan dua hal yaitu: kebinaannya sendiri, kebukan apa-apaannya dan kelemahannya, dan kebaikan yang tiada habisnya dari Yesus Kristus yang tersalib. (Nico Syukur Dister, 2011: 80) Sangat jelas dalam kutipan diatas bahwa Devosi kepada Yesus yang tersalib menjadi ciri khas dari kongregasi ini. Salib menjadi satu dalam kehidupan harian, Rosario sengsara Tuhan didaraskan setiap hari dan alat-alat sengsara Kristus tersalib sebagai lambang dan tanda pengenal kongregasi (Nico Syukur Dister 2011: 80). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 Hal ini menunjukkan bahwa devosi kepada Kristus yang tersalib menjadi ciri khas kongregasi Peniten Rekolek yang diharapkan dapat meresap dalam kehidupan para suster Peniten Rekolek. 5). Taman Tertutup Taman tertutup adalah gambaran jiwa. “Dinda, pengantinku, kebun tertutup engkau, kebun tertutup dan mata air termeterai” (Kid 4:12). Cintailah keheningan injili dengan menahan kata-kata yang sia-sia dan tak berguna. Keheningan seperti itu mempertahankan engkau dalam kemurnian hati, di mana Allah yang agung mempunyai kediaman-Nya Yang kudus. “Berbahagialah orang yang suci hatinya” sabda Guru” sebab mereka akan melihat Allah” (Mat 5:8). Dalam jalan rawaji dijelaskan Muder Yohana bahwa pelepasan-bebasan aktif dalam kehidupan tidak mungkin kecuali berkat hidup doa yang mendalam. Sifat doa ini ditulisnya: Doa yang benar itu terdiri dari gerak turun dan gerak naik. Adapun “turun” artinya secara kontinu melayangkan pandangan kepada kebukan-apa-apa-an kita sendiri dan kepada ketidak berdayakan kita. Gerak naik itu kita langsungkan dalam roh yang mengagumi keagungan dan kebaikan Bapa di surge, yang dengan penuh kasih sayang memimpin kita oleh ketuhanan-Nya (Nico Syukur Dister 2011:87). Doa menjadi daya penggerak maka kehidupan doa yang mendalam menjadi kekuatan untuk menggerakkan hidup itu sendiri. Dalam doa kita menyadari bahwa kita manusia yang lemah tak berdaya menyadari bahwa kita memerlukan Allah dan menyadari dengan penuh bahwa keberadaan kita saat ini karena kebaikan dan keagungan Allah Bapa. Kontemplasi Allah yang paling luhur oleh mereka yang hatinya suci dalam matiraga, ulahtapa, dan doa ini sebagai tujuan klausura Yohana. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 Kecondongan tetap untuk menarik diri dari dunia dan bersemedi dalam hati sebagai ciri khas peniten. Keheningan memiliki nilai tinggi dalam kehidupan seorang peniten bagaimana hal ini dapat dihidupi oleh para pengikutnya. Maka perlulah kita sebagi pengikutya selalu menyediakan waktu dan diri untuk mampu menciptakan suasana hening dalam hati. B. Makna Gerakan Peniten Rekolek Bagi Keempat Kongregasi Kongregasi yang dialiri oleh semangat Peniten Rekolek khususnya yang ada di Indonesia FCH (Suster St. Fransiskus Charitas), SFS (Suster Fransiskan Sukabumi), KSFL (Kongregasi Suster-suster Fransiskus dari St. Lusia), FSE (Suster Fransiskan Santa Elisabeth), memiliki satu semangat yang sama yang diilhami oleh Ibu Theresia Saelmaekers yang memiliki semboyan: “Alles Voor Allen” (Nico Dister Syukur 2011:6). Makna Gerakan peniten rekolek bagi keempat kongregasi adalah kekuatan untuk selalu yakin akan penyelenggaraan illahi. 1. Gerakan Peniten Rekolek Bagi Keempat Kongregasi Makna gerakan peniten rekolek mengajak kita untuk selalu sadar akan cita-cita luhur untuk selalu membaharui diri terus menerus. Kesadaran akan pentingnya keheningan dalam kehidupan religius. Perkembangan hidup religius dipengaruhi oleh situasi dan kondisi dalam kehidupan di biara. Pada kenyataannya untuk selalu hidup dalam cita-cita memerlukan perjuangan dan kesetiaan dalam melaksanakannya. Peniten rekolek adalah semangat yang mendasari hidup para suster yang memiliki spiritualitas peniten rekolek. Semangat peniten rekolek sebagai suatu ikatan yang mengingatkan para pengikutnya untuk semakin mampu hidup sebagai seorang yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 selalu mau mengusahakan yang terbaik dalam kehidupannya. Hubungan dengan keempat kongregasi bahwa selama ini semangat Peniten ini telah hidup dan tumbuh subur dalam karya-karya para suster yang sampai sekarang masih dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan zaman. Perjuangan untuk selalu dapat menghidupi semangat pembaharuan diri terus menerus. Kongregasi yang dialiri oleh semangat Peniten Rekolek khususnya yang ada di Indonesia FCH (Suster St. Fransiskus Charitas), SFS (Suster Fransiskan Sukabumi), KSFL (Kongregasi Suster-suster Fransiskus dari St. Lusia), FSE (Suster Fransiskan Santa Elisabeth), memiliki satu semangat yang sama yang diilhami oleh Ibu Theresia Saelmaekers yang memiliki semboyan: “Alles Voor Allen” (Nico Dister Syukur 2011:6). Moeder Theresia Saelmaekers adalah pendiri biara Breda. Sifat-sifatnya: tangguh, bertanggungjawab, berani, pekerja keras, teguh pada prinsip dan percaya akan penyelegaraan Tuhan. Biara Breda yang didirikan oleh Moeder Theresia Saelmaekers berasal dari pembaharuan Limbur. Biara ini juga disebut dengan nama biara peniten. Biara peniten di pengaruhi oleh semangat Suster dari Dongen. Biara ini mengkhususkan untuk merawat secara fisik, tetapi ia juga memperhatikan kehidupan rohani pasien. Kehidupan manusia dipulihkan secara utuh: sehat jasmani dan rohani dalam arti terjadi keseimbangan dalam proses penyembuhan (Eddy Kristianto, 2009: 81). Dalam kongregasi Alles voor Allen ditanamkan semangat berbagi, peniten murah hati, rekolek tanpa pamrih dalam karya, percaya akan penyelenggaraan Ilahi. Keyakinan akan penyelenggaraan Ilahi ini lah yang mendorongnya untuk membuka komunitas-komunitas di Oosterhout, Bergen op Zoom, dan Rotterdam. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 Kepercayaan pada penyelenggaraan Ilahi ini dapat kita lihat dari peran Allah dalam hidup pribadi para pengikutnya yang tangguh untuk berjuang seperti halnya Ibu Theresia Saelmaekers, dalam karya misi yang dilakukan bukan hanya di Belanda tetapi sampai di Indonesia, kongregasi peniten rekolek ini dapat berkembang sampai di Indonesia, makna peniten rekolek ini dapat dirasakan dan dibuktikan dari cara melayani pasien selain merawat secara fisik tetapi juga secara rohani. Ini adalah bagan bentuk kekerabatan antara keempat konggregasi Biara Breda Alles Voor Allen Th 1830 Kelompok Theresia Saelmaekers dari Leuven Biara Oosterhout Bergen op Zoom Biara Rotterdam Biara Breda Jl. Haagdijk “Charitas” Th. 1834 “Pengungsian bagi “Alles voor Allen” Theresia Saelmaekers Penderita” Th. 1838 Th. 1841-1847 (FCH-Palembang) Sr. Rosa de Bie Sr. Lucia Dierckx (SFS-Sukabumi) (KSFL-Pematang Siantar) “Ketika Aku Sakit, kamu melawat Aku” Th. 1880 Sr.Malthilda Leenders (FSE-Medan) ( Eddy Kristianto, 2009: 86) Yang melakukan misi di bidang perawatan adalah pertama Peniten Rekolek Roosendal (FCH) yang berdiri sejak tahun 1834 oleh Moeder Theresia Saelmaekers dan di Indonesia mulai berkarya sejak tahun 1926 yang pusatnya di Palembang. Yang kedua Biara Peniten Rekolek BOZ (SFS) yang berdiri sejak tahun1838 oleh Moeder PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 Rosa De Bie dan di Indonesia berkarya sejak tahun 1933 yang pusatnya di Sukabumi. Yang ketiga Biara Peniten Rekolek Rotterdam (KSFL) yang berdiri sejak tahun 1847 oleh Moeder Lucia dan di Indonesia berkarya sejak tahun 1925 yang pusat biaranya ada di Pemantang Siantar. Yang keempat Biara Peniten Rekolek Elisabeth Breda (FSE) yang berdiri sejak tahun 1880 oleh Moeder Malthilda leenders dan di Indonesia berkarya sejak tahun 1925 yang pusat biaranya ada di Medan. 2. Hubungan Keempat Kongregasi Peniten Rekolek Keempat kongregasi ini saling berhubungan kekerabatan seperti yang dapat dilihat dalam diagram diatas. Moeder Theresia Saelmaekers mendirikan beberapa biara yang akhirnya datang dan berkarya di Indonesia. Semangat Ibu Theresia ini dihidupi oleh tarekat-tarekat yang ada di Indonesia: FCH, SFS, KSFL dan FSE. Maria Theresia, sebagai pemimpin religius, memiliki banyak andil dalam mengembangkan kehidupan religius maupun kehidupan karya pelayanan. Barbara (Saelmaekers) lahir di Brabant (Belgia), tanggal 5 September 1797. Nama Biara: Suster Maria Theresia. Moeder Theresia Saelmakers ini adalah pendiri kongregasi Fransiskan Breda. Biara Breda menggunakan Anggaran dasar Ordo ketiga Regular St. Fransiskus Assisi dan Konstitusi Peniten Rekolek Reformasi Limburg (Eddy Kristianto, 2009:79). Biara Breda terbuka akan tugas perutusan dan dalam menanggapi zaman. Theresia Saelmaekers memotivasi para susternya untuk selalu menghidupi semangat “Alles Voar Allen”. “Alles voor Allen” menjadi nama resmi kongregasi sejak 21 Maret 1855 yang disahkan oleh J.F. Van Gogh dari Bergen Op Zoom. Dalam kongregasi ditanamkan semangat berbagi, peniten murah hati, rekolek tanpa pamrih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 dalam karya pelayanan (Moeder Theresia Saelmaekers, pendiri kongregasi Fransiskan Breda : 29). Keyakinan akan penyelenggaraan Ilahi ini yang mendorong ntuk membuka komunitas-komunitas di Osterhout, Bergen Op Zoom, dan Rotterdam. Komunitas yang didirikan itu merupakan pusat dari biara-biara yang ada di Indonesia Osterhout adalah pusat biara FCH, Bergen Op zoom pusat biara SFS, Rotterdam adalah pusat dari biara KSFL, dan Breda adalah pusat biara FSE. Hubungan keempat kongregasi adalah hubungan saudara yang disatukan dalam satu semangat Peniten Rekolek “Alles Voor Allen” yang artinya Semua untuk semua. C. Peniten Rekolek Menurut St. Fransiskus Assisi Peniten Rekolek berawal dari pertobatan St. Fransiskus Assisi oleh karena dorongan dari Allah. Pertobatan yang membawa perubahan dalam hidupnya baik sebagai titik awal perubahan dalam hidupnya. Dari hidup yang serba tidak menentu menjadi pribadi yang memiliki arah hidup yang jelas. Perubahan yang menyeluruh dan menembus batas diri sendiri. 1. Awal Pertobatan Fransiskus Assisi Ketika Berdoa Di depan Salib San Damiano Fransiskus memahami “pertobatan (metanoia) Injili” merupakan perubahan budi, pembaharuan menyeluruh dan terus menembus batas diri seseorang yang mengarahkan kepada kesatuan dengan Allah dengan seluruh keberadaannya. Fransiskus mengawali pembaharuan ketika berdoa di depan salib San Damiano. Fransiskus menyerahkan dirinya pada Allah melalui totalitasnya dalam mengikuti apa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 yang dikehendakiNya, hal ini terwujud dalam sikap hidupnya setelah ia mendengarkan suara Allah. a. Titik Awal Pertobatan Fransiskus Assisi “Kami bersyukur kepadaMu karena sebagaimana dengan perantaraan Putramu, Engkau telah menciptakan kami, demikian pula karena belas kasihMu yang mahakudus, yang telah Engkau berikan kepada kami, Engkau telah membuat Dia, yang sungguh Allah dan sungguh Manusia, lahir dari Santa Maria tetap perawan, yang mulia dan amat berbahagia dan oleh salib, darah dan wafatNya, Engkau mau menebus kami, orang tawanan. Dan kami bersyukur kepadamu, karena PuteraMu itu akan datang lagi dalam semarak keagunganNya, untuk mengirim ke dalam api yang kekal orang-orang terkutuk yang belum melakukan pertobatan dan belum mengenal Engkau serta mengabdi kepadamu dalam pertobatan: “Marilah kamu yang diberkatioleh bapaKu, terimalah kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia di jadikan.(Mat 25:34, AngTBul 23:3-5) Fransiskus memulai langkah “Pertobatannya dalam Anggaran dasar Tanpa Bulla dengan doa syukur. Pertobatan Fransiskus adalah suatu ungkapan terima kasih karena kebaikan Allah atas belas kasih Allah bapa yang telah mengutus puteranya untuk manusia. Pertobatan dilakukan bukan karena semata-mata dorongan manusiawi, melainkan tindakkan Allah. “Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi karena kemurahan hati Allah”.(Rom 9:16) Apa yang dikerjakan Allah bukan karena jasa baik kita tetapi karena kebaikan hati dan kasihnya, maka hal ini menjadi landasan untuk selalu dapat bersyukur. Hidup dalam pertobatan adalah suatu tanggapan manusia akan kasih yang menyelamatkan manusia, karena rasa syukur seseorang dapat melaksanakannya secara tulus dan sepenuh hati. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 Fransiskus memberikan petunjuk kepada kita arah hidup religius yang sejati khususnya dengan pertobatan yang tidak hanya dipergunakan untuk sendiri tetapi menyeluruh. Pertobatan seturut injil suci, khususnya kotbah di bukit (bdk.Mat 5-7). b. Praktik Hidup Pertobatan oleh Fransiskus Assisi sebagai jawaban total Fransiskus menjalani hidup pertobatan dengan penuh kebahagiaan, yang terungkap dalam keseluruhan hidupnya. Hidup pertobatan adalah jawaban total dan terang-terangan dari hati penuh rasa syukur atas semua karunia Allah melalui Kristus. Fransiskus bertekun dalam pertobatan yakni penyangkalan diri secara total menuju kepada Tuhan. Marilah kita mencinta Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap budi, dengan penuh kekuatan dan ketabahan, dengan penuh daya pengertian, dan segenap tenaga, dengan segala jerih payah, dan segenap perasaan, dengan seluruh sanubari, dengan penuh hasrat, dan kemauan, Dia sudah dan masih memberikan kepada kita semuanya: seluruh badan, seluruh jiwa, dan seluruh hidup kita, Dia yang menciptakan kita dan menebus kita serta akan menyelamatkan kita karena belaskasihNya semata-mata, Dia sudah dan masih mengerjakan segalanya yang baik untuk kita, orang yang malang dan hina ini, busuk dan berbau, tak tahu terima kasih dan jahat” (AngTBul 23:8). Dalam AngTBul 23:8 tersebut mau dikatakan bahwa sebagai rasa syukur perlulah mencintai Tuhan dengan sepenuh hati dengan ketulusan dan cinta sejati karena karya keselamatan yang telah dianugerahkan kepada manusia. Ia telah menebus manusia yang berdosa dengan belaskasih yang tak ternilai. Melakukan pertobatan berarti membiarkan dirinya dipersatukan dan dipadukan menjadi bagian kesatuan dengan Allah. Kerajaan Allah terwujud lewat kehadiran manusia yang mau bertobat. Jawaban dan kesanggupan manusia untuk menjawab panggilan Allah akan memampukan manusia berjuang dan mampu mewujudkan pertobatan itu. Pertobatan bukan hanya semata-mata atas kemauan manusia tetapi Allah memiliki berperan dalam hidup manusia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 c. Puncak hidup pertobatan Fransiskus Assisi Puncak pertobatan Injili adalah sebagaimana orang mampu melepaskan diri sendiri demi Allah bahkan sampai melupakan diri. Hal ini berarti bahwa orang mengarahkan hidupnya menuju pada Allah sampai kekal. Fransiskus menyebut dirinya”jalan pentobat”. Pertobatan berhubungan dengan metanoia pertobatan sejati. Pertobatan berasal dari Allah yang telah mencurahkan kasihNya kepada manusia. Titik awal hidup pertobatan tidak terletak pada diri seseorang tetapi terletak pada tindakan Allah. Allahlah yang menciptakan untuk melakukan petobatan, melalui kristus Allah menyelamatkan manusia yang jatuh dalam dosa. Keseluruhan hidup Fransiskus adalah melakukan pertobatan Hidup dalam rencana Allah adalah sesuatu yang membahagiakan. Maka janganlah menginginkan dan menghendaki hal lainnya, janganlah sesuatu yang lain menyenangkan dan menggembirakan kita, kecuali pencipta dan penebus serta penyelamat kita (AngTBul 23:9). Kesempurnaan dan kepenuhan hidup pertobatan dipaparkan Fransiskus dalam Anggaran Tanpa Bulla 23: 10-11 “Maka apa pun juga tidak boleh mencegah, merintangi dan menghalangi, di manapun juga, di segala tempat, pada setiap saat dan setiap waktu, setiap hari dan senantiasa, hendaklah kita semua mengasihi, menghormati, dan menyembah, mengabdi, memuji dan memuliakan, meluhurkan dan menjujung tinggi, mengagungkan dan mensyukuri Allah yang kekal, mahatinggi dan mahaluhur, Tritunggal dan Keesaan, Bapa, Putra dan Roh Kudus, Pencipta segala sesuatu, Penyelamat semua orang yang menaruh kepercayaan, harapan dan kasih kepadaNya, Dia yang tanpa awal dan tanpa akhir, tidak berubah, tidak kelihatan, tidak terkatakan, tidak terperikan, tidak terhingga, tak terduga, yang patut dihormati dan dipuji, mulia, agung, tinggi dan luhur, manis memikat hati, dan menyenangkan, seluruhnya patut dirindukan, melampaui segalagalanya, sepanjang masa. Amin. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 Dalam seluruh hidupnya Fransiskus menampakkan bagaimana ia telah memberi teladan kesalehan khususnya dalam melakukan pertobatan sejati. Fransiskus menyadari bahwa dirinya adalah adalah seorang pendosa yang perlu selalu kembali kepada sang sumber rahmat. Kesadaran itu ia hidupi dan ia pancarkan lewat kehidupannya setiap hari. Sikap radikal yang dimiliki Fransiskus adalah pembaharuan diri terus menerus. 2. Teladan Hidup Fransiskus Assisi Terutama Dalam Memaknai Peniten Rekolek (Wasiat-Wasiat) Bagi pengikut Fransiskus hidup Fransiskus merupakan teladan dalam kehidupan. Hidup dijiwai oleh roh Fransiskan yang menjadi dasar atau disebut pilar utama yang menopang kehidupan sebagai seorang Fransiskan. Berikut ini diuraikan secara singkat ke-4 pilar utama roh Fransiskan itu: a. Semangat Melakukan Pertobatan Pertobatan merupakan tuntutan untuk suatu hidup religius, tetapi merupakan elemen hakiki dari hidup kristiani. Pertobatan dalam semangat Fransiskan mengandung dua unsur yang hakiki dan khas. Suatu pertobatan terus menerus dalam arti biblis”metanoia” yaitu suatu gerakan batin manusia yang mengarahkan diri kembali kepada Allah. Allah sebagai pusat hidup aspirasi dan aktivitas hidup. Pertobatan dalam pandangan Fransiskan menunjukkan sikap batin (psikologi spiritual) yang mengarahkan kerinduan utama jiwa dan gerakan hati yang tak henti-hentinya (Eddy Kristianto 2009:203). Gerakan hidup beroroientasi pada Allah mendorong pula aspek pekerjaan karitatif-aktif terhadap orang-orang yang sungguh membutuhkan. Pelayanan karitatif (karya amal kasih) dipandang sebagai suatu ciri corak khas kehidupan tarekat ordo PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 ketiga regular. Pertobatan bagi Fransiskus adalah perubahan orientasi yaitu dengan memeluk orang kusta dan merawat mereka. Maka dalam sejarah kongregasi Peniten Rekolek perhatian pada orang sakit, anak terlantar, orang miskin amat jelas (Eddy Kristianto 2009:205). Karya karitatif merupakan dimensi konstitutif dari hal melakukan pertobatan dalam semangat cinta kasih kristiani. Pada saat ini kongregasi yang memiliki semangat Peniten Rekolek juga memiliki karya-karya yang diperuntukkan untuk membantu mereka yang sakit dan menderita sesuai dengan semangat pertobatan. Pelayanan karya karitatif disesuaikan dengan zaman yang ada namun tetap dijiwai oleh semangat pelayanan kasih. b. Semangat Berdoa Berdoa merupakan puncak dari pertobatan. Dalam doa orang mengkontemplasikan misteri dan karya Allah dan mengangkat pujian serta syukur kepada Bapa dengan perantaraan Kristus dalam Roh Kudus. Berdoa mencakup keberadaan manusia sebagai makhluk yang selalu menundukkan diri kepada kehendak Allah. Dalam konteks hidup religius bercorak Fransiskan, dimensi hidup doa mendapat tempat utama. Wejangan berkenaan dengan setiap orang yang bekerja berbunyi: “Saudara-saudara yang diberi karunia oleh Tuhan untuk bekerja, hendaknya bekerja dengan setia dan bakti, sedemikian rupa.... sehingga mereka tidak memadamkan semangat doa dan kebaktian suci....” (AngBul V:1-2). Sedangkan kepada setiap orang yang belajar dan studi, Fransiskus mengingatkan kita dalam surat kepada Antonius: “Aku setuju, engkau mengajarkan teologi suci kepada para saudara, asal engkau tidak memadamkan semangat doa dan kebaktian kepada studi itu, sebagaiamana tercantum dalam Anggaran Dasar.” (Leo Laba Ladjar 2001:272). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 Hal ini mau menegaskan bahwa Fransiskus menekankan hidup doa sebagai hal yang utama dalam setiap pelayanan dan karyanya, mengapa demikian karena doa menjadi obor yang mampu memhidupkan serta memberi kekuatan dalam karya maupun dalam tugas-tugas yang dilaksanakannya. Maka Fransiskus menghendaki agar para pengikutnya memili ikatan perasaan dengan Gereja yaitu dengan melakukan Ofisi Ilahi atau Ibadat Harian. Ekaristi sebagai puncak dan sumber hidup mereka (Eddy Kristianto 2009:208). Aspek keheningan menjadi hal yang penting dalam gerakan Ordo ketiga regular Fransiskan. Dalam keheningan orang mampu mendengarkan suara Allah lewat Sabda Injil. Maka tradisi silensium magnum (keheningan total) mendapat tempat dalam praksis hidup para Fransiskan. c. Hidup dalam semangat kemiskinan Semangat kemiskinandan kedinaan merupakan kembaran warisan rohani Fransiskus. Roh kedinaan dalam semangat Fransiskus berkaitan dengan pilihan bebas untuk mengambil disposisi batin sebagai minors, bawahan. Pilihan ini muncul bukan karena sindrom rendah diri (inferiority complex) (ed. Eddy Kristianto 2009: 209). Semangat kemiskinan Fransiskan merupakan suatu kemampuan dasar untuk melepaskan, mengosongkan diri sebagaimana Kristus yang “walaupun Ilahi, tetapi melepaskan keilahian-Nya dan mengosongkan diri” (Flp 2:7). Hal ini mau mengatakan bahwa kedua hal diatas yaitu kedinaan dan kemiskinan memiliki hubungan yang tak terpisahkan karena dalam kedinaan di sana terkandung makna kemiskinan yang sesungguhnya, kemiskinan tanpa adanya kerendahan diri tak dapat juga disebut miskin. Pengalaman yang dapat dirasakan bahwa saat orang mampu mengosongkan diri sebagaimna adanya di sana ada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 kebahagian dan kedinaan yang menyatakan bahwa manusia bukanlah apa-apa dan apa yang dimiliki manusia adalah pemberian dari kemurahanNya. Miskin bukan berarti pada materiil saja tetapi dilaksanakan dalam cara hidup mengikuti Kristus menurut gaya Fransiskus sebagai “musafir dan perantau” (AngBul VI:3). Menerima semua dari Allah dan sesama, dan memberi kembali segala-galanya kepada Allah dan sesama. d. Hidup dalam semangat kehinadinaan (Kerendahan Hati) Kehinadinaan muncul karena pilihan bebas untuk hidup seturut teladan Kristus (Luk 22:26), yang datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan memberi hidupNya bagi keselamatan banyak orang dan karena kasih Allah (1Ptr 2:13). Kehinadinaan merupakan ciri khas dalam Fransiskan. Kesetiaan akan sikap hina dina membuat para saudara-saudari tidak mencari kesuksesan demi kesuksesan dalam karyanya, serta kedudukan terhormat. Hal ini mau mengatakan bahwa kehinadinaan menjadikan orang mampu untuk mensyukuri setiap kesempatan sebagai anugerah Tuhan. Keempat pilar di atas memberikan gambaran bahwa sebagai seorang peniten tentunya memiliki semangat pertobatan yang terus menerus, semangat doa dalam keheningan batin, miskin di hadapan Allah dan dapat hidup dalam kehinadinaan sebagaimana Kristus telah memberikan teladan kepada kita Ia yang kaya mau turun dari surga untuk kita para pendosa. D. Spiritualitas Peniten Rekolek Dalam Konstitusi SFS Spiritualitas adalah semangat yang ada dalam hidup, roh atau jiwa. Pada bagian pertama akan dibicarakan mengenai spiritualitas secara umum dan pada bagian kedua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 akan dibicarakan mengenai spiritualitas suster Fransiskan Sukabumi berdasarkan rekomendasi kapitel tahun 2012. 1. Pengertian Spiritualitas Secara Umum Spiritualitas adalah daya gerak yang membentuk sikap dan semangat setiap anggota kelompok hidup membiara. Spiritualitas sebagai kekhasan hidup religius dalam menghayati hidup rohaninya. Harjawijata(1979:2) menyatakan pengertian kata”spiritualitas” berasal dari bahasa latin “spiritus” sebenarnya menjadi sesuatu yang sangat konkrit antara lain: ilham, sukma, jiwa. Spriritualitas berarti cara menyadari, memikirkan dan menghayati hidup rohani yang digerakkan oleh roh. Dalam kamus bahasa Indonesia “Spiritual” artinya rohani (jiwa). Secara etimologi kata “spirit” berasal dari kata Latin “Spiritus”, yang berarti “roh, jiwa, sukma, kasadaran diri, nyawa hidup. Spiritualitas adalah sesuatu hal yang diyakini dan dihayati dalam hidup dan menjadi pendorong seseorang alam bertindak dan bersikap di dalam kehidupannya (Biara Karmel). 2. Pengertian Spiritualitas Menurut Konstitusi SFS Berdasarkan Kapitel Th. 2012 Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi mempunyai spiritualitas yang diambil dari semangat hidup Yesus yang miskin dan tersalib. Spiritualitas tersebut mampu menggerakkan para religius SFS untuk lebih meningkatkan kwalitas rohaninya dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah. Dalam usaha untuk semakin menghidupkan dan mempermudah dalam penghayatan spiritualitas SFS maka dalam kapitel tanggal 1-14 April 2012 merumuskan spiritualitas sebagai berikut: “Suster fransiskan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 sukabumi menghayati kasih Yesus Kristus injili dalam hidup persaudaraan yang ditopang oleh semangat tobat, doa, pelayanan dan kesederhanaan” Di bawah ini termuat penjabaran mengenai masing-masing arti kata dan makna dalam rumusan spiritualitas SFS a) Menghayati kasih Allah mewahyukan diri-Nya sebagai kasih (bdk 1 Yoh 4:8). Sikap Allah yang adalah kasih itu paling nyata dalam memberi demi kebaikan dan keselamatan manusia, solider, setia kawan dan terlibat dalam hidup manusia. Kita beriman dan berharap akan Allah dipanggil untuk mengikuti teladan dan kepedulian Allah tersebut. Menghayati kasih berarti menghadirkan Allah dalam perilaku hidup kita (Rekomendasi Kapitel SFS 2012: 1). Menghayati kasih yang mengutamakan orang lain: solider, setia kawan, terlibat. Allah selalu mengajari kita untuk memberi dengan ketulusan, totalitas, sepenuh hati tidak hanya pada materi tetapi bakat dan kemampuan serta perhatian sederhana untuk menjadi bahan bagi kita untuk memberi. b) Yesus Kristus Injili Allah yang Maha baik, Maha luhur, maha kuasa, maha kasih memberikan Putera Tunggal-Nya kepada seluruh ciptaan-Nya melalui peristiwa inkarnasi yang memuncak pada sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya. Seluruh fungsi dan peran Yesus Kristus Putera Allah itu diwartakan oleh para Rasul dan diimani oleh Gereja sebagai pribadi yang menyelamatkan (Rekomendasi Kapitel SFS, 2012: 1). Menjadi Suster Fransiskan Sukabumi seorang yang tidak menghindari kesulitan, berani memaknai setiap kesulitan, tidak menyerah pada kesulitan, berani PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 mencari jalan keluar, selalu mengandalkan Allah. Kesulitan yang besar atau kecil menjadi bagian tak terpisahkan bagi para Suster Fransiskan Sukabumi. c) Hidup Persaudaraan Hidup persaudaran suster fransiskan sukabumi berpola pada persekutuan Yesus dan keduabelas rasul. Dengan ciri-ciri sebagai berikut: terdiri dari orang-orang sederhana, total, siap sedia, menyertai Guru ke manapun Dia pergi, menjadi saksi kebangkitan-Nya dan pewarta yang tangguh, persekutuan manusiawi, kolegialitas (Rekomendasi Kapitel SFS, 2012: 1). Hidup persaudaraan dimulai dari komunitas, komunitas adalah “starting point” untuk melatih diri dalam penghayatan persaudaraan. komunitas tempat pembelajaran yang lengkap. d) Tobat Sebagaimana St. Fransiskus Assisi memulai hidupnya yang baru dalam semangat pertobatan, demikian pula para suster menghayati panggilan mereka sebagai batu dari pertobatan untuk mengikuti Yesus Kristus. Ada banyak cara hidup yang ditawarkan oleh dunia, tetapi berkat kasih karunia Allah ia berkenan menggerakkan hati orang-orang pilihanNya untuk membaktikan diri mereka demi kerajaan-Nya (Mat 19:11). Menjadi anggota SFS yang dihayati sebagai suatu “tanda pertobatan” adalah berusaha “mengenakan hidup baru” dalam Yesus Kristus. Spirit ini menggerakkan para suster untuk mengusahakan pembaharuan diri terus menerus dalam hidup mereka setiap hari dengan saling mengampuni dan menyelamatkan (Rekomendasi Kapitel SFS, 2012: 2). e) Doa “Allahku dan semuaku” (Deus meus et omnia) menjadi ungkapan hati St. Fransiskus Assisi atas keagungan Allah yang diimaninya. Ungkapan itu merupakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 bentuk komunikasi intensif antara manusia hina dina dengan Allah yang melampaui segalanya. Para suster disadarkan bahwa hidup doa dan kontemplasi (doa pribadi, doa bersama, ekaristi, relfeksi atas realita hidup dalam terang sabda) merupakan sumber dan roh yang menjiwai seluruh hidup dan pelayanan mereka (konst. Pasal 32). Dari sumber ini mengalir kekuatan dan semangat hidup bagi para suster (Rekomendasi Kapitel SFS 2012: 2). Spirit doa mampu membawa orang untuk bertindak sesuai apa yang dikehendaki Allah. Kesadaran akan kebutuhan untuk selalu bersama Allah. Doa mampu menyuburkan hidup sebagai SFS. f) Pelayanan Yesus bersabda kepada para murid-Nya: jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki (Yoh 13:14). Hal ini jugalah yang diharapkan oleh Ibu Rosa de Bie dari para suster, untuk hidup saling melayani dengan gembira agar dapat menjadikan diri mereka sebagai pengungsian bagi yang berkesusahan (konst. Ps: 45). Pengalaman saling melayani dalam hidup berkomunitas inilah yang kemudian mengalir keluar kepada semua orang yang dilayani melalui perbuatan kasih dalam berbagai bentuk karya pelayanan yang dilaksanakan oleh para suster. Dengan cara ini para suster ikut membawa sekaligus mengalami dan menyadari kasih Allah secara nyata. Allah adalah tempat pengungsian bagi orang lain, khusunya yang menderita (Rekomendasi Kapitel SFS, 2012 : 2). g) Kesederhanaan Semangat dasar dalam menghayati kesederhanaan bagi para suster adalah teladan hidup Ibu Rosa de Bie sendiri. Selain totalitasnya dalam pelayanan kepada orang-orang yang membutuhkan, kesederhanaan/kesahajaan hidup dihayatinya dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 sikap lepas bebas pada jabatan, barang/harta benda dan tempat yang dapat menjamin hidup serta kelangsungan hidup kongregasinya. Para suster hendaknya menampakkan kesederhanaan dalam: penggunaan barang/fasilitas, cara bergaul yang terbuka menerima siapa saja, penuh syukur dan gembira atas apa yang disediakan, mau bekerja keras apapun jenisnya, rela berbagi baik materi maupun kemampuan dengan orang lain (bdk. Konst ps: 20), melepaskan hak untuk menggunakan dan mengurus milik pribadi (bdk, Konst ps 23). (Rekomendasi Kapitel SFS, 2012 hal: 2). Tarekat suster Fransiskan Sukabumi mempunyai spiritualitas yang diambil dari semangat St. Fransiskus Assisi. St. Fransiskus sebagai teladan dalam kehidupan para suster yang memiliki devosi kepada salib. Salib menjadi tanda serta lambang bagi kongregasi untuk lebih menjiwa seluruh kehidupannnya sebagai seorang peniten yang sejati. Yesus yang tersalib dan miskin menjadi bentuk penghayatan dalam kehidupan sehari-hari. Merenungkan sengasara Kristus dan ketekunannya bersama Maria Bunda Yesus. 3. Usaha Kongregasi Dalam Menfasilitasi Penghayatan Spiritualitas Usaha yang dilakukan kongregasi dalam menghayati dan menfasilitasi anggota untuk semakin memahami spiritualitas. Kongregasi memberi kesempatan kepada para suster untuk lebih memperdalami hidupnya dengan study spiritualitas di komunitas, retret tahunan, rekoleksi, Visitasi. Kongregasi telah mengusahakan segala cara untuk semakin mengajak anggotanya untuk menghayati dan menghidupi spiritualitas kongregasi. Usaha yang dilakukan kongregasi tidak akan menghasilkan buah melimpah apabila masing-masing pribadi kurang terbuka dan terlibat dalam usaha untuk menghayati spiritualitas kongregasi. Kongregasi telah memberi kesempatan baik maka setiap pribadi mengusahakan untuk menghidupi bahkan menjadikan milik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 E. Tantangan Dalam Menghayati Semangat Peniten Rekolek Usaha untuk semakin menghayati semangat peniten rekolek, menghadapi tantangan-tantangan zaman yang menuntut sebuah sikap bijaksana dalam menyikapi. Tantangan yang dihadapi oleh para suster SFS dalam menghayati semangat peniten rekolek adalah kemajuan zaman yang pesat membutuhkan kesaksian akan penghayatan spiritualitas pendiri yang relevan (Sr. Zita, 2008:232). 1. Tantangan Zaman Modern bagi para suster SFS Tantangan zaman modern khususnya hidup religius mengalami pergeseran nilai terutama dari cara hidup dan penghayatan nilai-nilai luhur yang ada dalam biara. Pengalaman membuktikan bahwa budaya yang berkembang dalam zaman modern ini mempengaruhi pola pikir orang zaman sekarang. Dunia dewasa ini menawarkan aneka bentuk pola dan gaya hidup bercorak hedonistic dan pragmatis. Orang hanya mengejar hal-hal yang menguntungkan dalam hidupnya (Sudiarjo dan Bagus Laksana 2003: 74). Gaya hidup kontemporer yang hedonistic mulai melunturkan gaya hidup asketik (Sudiarjo dan Bagus Laksana 2003: 74). Hal ini mau mengatakan bahwa gaya hidup asketik tidak lagi dijalankan dengan baik. Kegiatan pantang dan puasa mulai luntur tidak dilaksanakan dengan baik. Orang merasa sulit untuk dapat merasakan kesusahan, orang tidak tahan dengan keadaan yang tidak nyaman. Kesulitan untuk dapat melalui proses yang panjang dan menyakitkan, pengalaman ini mau membuktikan bahwa kesabaran orang zaman ini sudah mulai luntur karena orang tidak lagi menghargai proses tetapi lebih banyak melihat hasilnya saja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 Budaya konsumeristik (mentalitas pelahap) mempengaruhi hidup religius zaman ini, di mana keinginan untuk memuaskan apa yang ingin dimiliki tanpa mampu untuk memilih secara selektif serta bijaksana. Keinginan dan kebutuhan mengendalikan hidup manusia yang mendorong seseorang untuk menjadi pelahap. Seseorang dikatakan berhasil jika memiliki banyak barang serta uang sehingga melahirkan dorongan untuk mengingikan dan memperjuangkan perolehan sebanyakbanyaknya (Darminta, 2006:75) Budaya instan serba cepat dan tidak lagi menghargai proses, pengaruh ini cukup besar dirasakan dalam kehidupan religius semua serba cepat dan tepat dan orang cenderung untuk terburu-buru dan tidak dapat tertata hidupnya, tanpa pertimbangan matang dan hanya asal selesai. Kwalitas hidup dan hasilnya juga kurang memuasakan karena semua dikerjakan asal bisa selesai saja. Mudah menyerah atau cepat putus asa orang mudah untuk menyerah karena usahanya tidak menghasilkan buah yang nyata, pada kenyataannya sulit bagi orang untuk mampu menerima kekalahan karena dunia sekarang ini selalu memihak mereka yang menang. Cepat menyerah dan putus asa adalah awal sebuah kegagalan. keberanian dan kebesaran hatilah yang akan memampukan manusia untuk bangkit kembali dari kegagalan. Dalam kegagalan di sana tersimpan makna yang mendalam. Pada intinya manusia zaman ini memiliki sikap egois mementingkan dirinya cukup tinggi semua diukur dengan dirinya. Semua hal selalu dikaitkan dengan diri apakah menguntungkan untuk dirinya atau tidak sehingga sulit untuk dapat berempati dengan orang lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 Tantangan yang terberat adalah bagaimana dapat mencapai kesempurnaan rohani. Untuk mewujudkan hal itu perlu kerja keras atau bahkan harus di bayar mahal dengan melalui proses yang panjang. Maka dari itu orang semakin diajak untuk mampu mengusahakan yang terbaik dalam hidupnya ( Sudiarjo dan Bagus Laksana 2003: 75). Tantangan dalam menghayati peniten rekolek dipengaruhi juga oleh hal-hal di atas. Seorang peniten bagaimana mampu mengalahkan kemauannya sendiri dan membiarkan Allah berkarya dalam hidupnya menjadi sulit karena manusia lebih mengandalakan kekuatannnya sendiri, merasa paling baik, paling hebat sehingga tidak lagi merasa perlu untuk selalu menyandarkan hidupnya pada penyelenggaraan Illahi. Kerendahan hati itu seakan tidak lagi dimiliki karena merasa lebih baik dari orang lain. Sikap peka terhadap sesama juga dirasakan kurang karena bergesernya nilai kemanusiaan dan kepedulian, ingin menjadi nomor satu dan akibatnya melupakan orang-orang di sekitarnya. Kesatuan dan cintalah yang akan menjadikan tubuh ini seimbang dan berkembang, menyakini bahwa masing-masing anggota memiliki peran yang tak tergantikan oleh siapapun dan menghargai setiap pribadi sebagai satu tubuh yang tak terpisahkan. Persaudaraan SFS yang menyatukan setiap pribadi-pribadi sehingga kita bukannya hidup sendiri tetapi sadar bahwa persaudaraanlah yang menyatukan kita. Kesombongan tentu bukan ciri seorang peniten rekolek, karena Moeder Yohana selalu mengajarkan kita untuk selalu mampu bersikap rendah hati. Tantangannya terletak pada penghayatan nilai-nilai pendiri pada setiap pribadi sejauh mana nilai-nilai itu mampu dihidupi oleh setiap pribadi, kesederhanaan, kehinadinaan, semangat doa, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 pertobatan yang terus menerus yaitu dengan mau memperbaharui diri untuk menjadi pribadi yang berkwalitas tinggi. Keteladanan hidup dalam penghayatan spiritualitas akan sangat membantu dalam mempromosikan cara hidup membiara sehingga kehadiran para suster memiliki dampak yang positif bagi sesama terutama dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari baik dalam hidup komunitas maupun karya yang ditangani oleh para suster. Menjadi saksi dalam kehidupan keseharian itu memerlukan keteladanan yang nyata. 2. Relevansi Peniten Rekolek Untuk Zaman Ini Tantangan zaman dan kenyataan yang dihadapi oleh kaum religius menuntut suatu sikap hidup rohani yang matang. Kehidupan rohani yang matang berarti seseorang memiliki sikap bijaksana, dewasa, bertanggungjawab. Kebijaksanaan dan kedewasaan yang memampukan orang untuk menentukan yang terbaik dalam kehidupannnya. Semangat peniten rekolek bagi religius mengingatkan kita akan pentingnya relasi yang mendalam dengan Allah dan sikap pertobatan terus menerus dimana manusia menyadari bahwa dirinya bukanlah apa-apa. Hidup manusia bersumber pada Allah. Allah adalah sumber kekuatan dan kebijaksaan. Relevansi cita-cita Peniten Rekolek bagi masa kini adalah bagaimana orang diajak untuk kembali pada sumber hidup yang mampu menjamin seluruh kehidupan kita.. Situasi sosial kemasyarakatan di Indonesia menjadi suatu tantangan di masa kini. Gaya hidup kontemporer yang hedonistic di mana orang merasa sulit untuk dapat merasakan kesusahan, orang tidak tahan dengan keadaan yang tidak nyaman. Maka usaha yang dapat dilakukan adalah dengan melatih kesabaran, tidak mudah mengeluh bila mengalami kesulitan atau kegagalan. Hal ini dapat dilakukan terutama PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 kesiapsediaan dalam melaksanakn tugas perutusan, berani menerima segala tugas dengan penuh kegembiraan di manapun dan dengan siapapun. Budaya konsumeristik (mentalitas pelahap) gaya hidup ini sudah sangat berkembang di zaman sekarang ini, usaha yang dapat dilakukan adalah dengan selektif dan bijaksana dalam menentukan apa yang akan dipakai dan dipergunakan. Mengetahui kebutuhannya sendiri dan berani mengatakan cukup sehingga penghayatan kemiskinan itu nyata dalam hidup kita. Mudah menyerah atau cepat putus asa, orang zaman ini mudah mengalami stress karena kurangnya penyerahan diri yang total, orang sibuk dengan kegiatan untuk mencari nafkah sehingga melupakan Tuhan yang merupakan sumber hidup. Di tengah kesibukkan yang ada selalu menyediakan waktu khusus untuk berdoa. Budaya instan serba cepat menghargai proses, perlu latihan kesabaran, rendah hati, tidak sombong, tidak meremehkan orang lain, dan memberi kepercayaan penuh. Rendah hati dalam bersikap terhadap orang lain, berani mengakui kelebihan orang lain, memberi ucapan selamat kepada orang lain yang sudah bekerja keras, sportif. Semangat peniten rekolek masih sangat relevan di zaman ini karena manusia tidak bisa hidup mengandalkan kekuatannya sendiri, Allah tetap mengambil peranan penting dalam hidup. Maka perlu keseimbangan antara doa dan karya sehingga hidup tumbuh menjadi pribadi yang seimbang dan berkembang dalam iman. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III DOA DALAM KEHIDUPAN PARA SUSTER FRANSISKAN SUKABUMI Pada bab III, penulis akan menjelaskan doa dan peniten rekolek dalam kehidupan para Suster Fransiskan Sukabumi. Doa menjadi bagian penting dalam kehidupan religius. Dengan berdoa seorang religius SFS mengungkapkan rasa kedekatannya dengan Allah. Hubungan kedekatan bukan hanya sebagai gambaran atau gagasan saja melainkan adanya relasi yang mendalaman antara Allah dan manusia. Manusia menjawab kasih Allah yang besar dengan berdoa. Dalam menanggapi kasih Allah yang besar maka perlu ada keterbukaan hati serta kerelaan untuk mau dibimbing dan diarahkan sehingga mampu menjawab kasih Allah. Peniten rekolek sebagai ciri khas tarekat merupakan penggerak untuk semakin maju dalam hidup doa. Doa yang dilakukan ini menggandung semangat peniten rekolek yang mampu memberi daya kehidupan untuk para suster Fransiskan Sukabumi dalam kehidupan rohani. Doa menyuburkan semangat peniten rekolek, sebaliknya semangat peniten rekolek menyuburkan doa. A. Doa Doa ialah pertama-tama merupakan sikap hidup yang sadar akan kehadiran Allah, yang menyempurnakan semangat cinta kepada Sang Pencipta, dan menghasilkan sikap benar kepada sesame dan citaanNya (Arah Dasar Pendidikan SFS, 2001:4). Sikap manusia yang menyadari kehadiran Allah ini merupakan salah satu bentuk bakti manusia kepada Sang Pencipta. Sikap sadar ini menjadi daya yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 menggerakkan manusia untuk mampu berbuat kasih sebagaimana Allah mengajarkannya kepada manusia. Doa merupakan kewajiban Injili (Luk 11:1), tetapi juga merupakan tuntutan rohani, sebab cinta Allah perlu juga diungkapkan dalam bentuk kata-kata dan percakapan dan pengangkatan hati terus menerus ( Darminta, 1983:44). Doa merupakan kewajiban bagi manusia karena Allah sungguh mengasihi manusia sebagaimana manusia juga mengungkapkan kasih kepada Allah cara satu-satunya adalah bersatu dengannNya, berdialog dan melakukan doa. Tanpa adanya doa kehidupan rohani akan mengalami kekeringan dan akhirnya tidak berkembang dan berbuah. 1. Pengertian Doa KWI (1996:194) menguraikan bahwa: doa berarti mengangkat hati, mengarahkan hati kepada Tuhan, menyatakan diri anak Allah, mengakui Allah sebagai Bapa. Dalam hal ini manusia manusia mempunyai kerinduan untuk dapat bersama Allah. Kedekatan sebagai anak membuat manusi berani mengungkapkan apa yang menjadi kebutuhannya, karena yakin bahwa Allah adalah Bapanya. Dalam kamus bahasa Indonesia doa adalah: permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan. Doa yang berisikan permohonan bukan hanya harapan tetapi juga disertakan pujian kepada Tuhan karena hidup manusia itu merupakan hadiah dari Tuhan. Doa adalah relasi antara manusia dan Allah yang didalamnya manusia yang mampu berkomunikasi, dan mengakui keberadaan Allah yang transenden. Doa merupakan pertemuan antara keduanya, ada sapaan dan juga jawaban. Darminta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 (1982:49) menguraikan bahwa: doa sebagai ungkapan norma dari cinta manusia kepada Allah. Dalam hal ini manusia memiliki kerinduan akan Allah. Kerinduan itu bukan hanya diwujudkan dalam pikiran tetapi juga dalam tindakan nyata yaitu taat kepada kehendak Allah. Kehendak Allah yang dilakukan dengan penuh cinta akan membuahkan sikap mengenal Allah dalam iman , harapan dan kasih. Darminta 1983:33; 38-39 menyatakan bahwa: doa merupakan ungkapan kenyataan manusia sebagai makhluk religius yang menuju pada Allah. Doa sebagai ungkapan kerinduan dan keinginan religius untuk menuju kepada Allah. Doa merupakan ungkapan bahwa betapa manusia ini adalah kecil di hadapan Allah, semua bergantung pada kebaikanNya. Kesadaran bahwa sebagai manusia yang lemah memiliki keterbatasan dan juga kebutuhan akan kebahagian yang sejati dan juga kekuatan untuk dapat menjalani kehidupan di dunia ini dengan penuh berkat. Doa adalah gerak Allah menuju manusia dan manusia menuju Allah. Artinya bahwa tanpa peran serta Allah sungguh nyata dalam kehidupan manusia. Tanpa peran serta Allah maka tidak akan terjadi komunikasi timbal balik. a. Doa menurut Kitab Suci Doa menurut Kitab suci berarti bahwa apa yang diungkapkan sesuai dengan situasi yang dialami, secara sederhana tetapi menyentuh pada pengalaman manusiawi. Dalam kitab suci terdapat banyak contoh bagaimana berdoa yang berkenan kepada Allah yaitu dengan berani dan pasrah menyerahkan apa yang dialai secara jujur dan terbuka akan rahmat Allah. Dalam kitab suci terdapat banyak pengalaman yang juga kita alami setiap hari sehingga kitab suci sebagai dasar dari doa-doa kita. Doa merupakan salah satu hal yang mutlak dilakukan oleh manusia apapun agamanya. Dalam kehidupan kita sebagai umat beriman yang percaya kepada Yesus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 kitapun belajar dari pribadi Yesus terutama dalam hal berdoa, seperti ada dalam Luk 11:1 “Tuhan ajarilah kami berdoa” hal ini mau mengatakan bahwa manusia merindukan suatu relasi yang mendalam dengan Sang pemberi kehidupan (Darminta, 1983:39). Dalam kitab suci, doa juga dialami oleh Musa dan bahkan diajarkan oleh Yesus. Doa Musa berkaitan denagn perjalanan ke tanah terjanji. Doa Musa ini merupakan perjuangan untuk menaklukkan kelemahan-kelemahan diri (Kel 17:8-13) merupakan pergulatan untuk keluar menjadi pemenang (Kej 32:22-32) Doa dilakukan untuk memenangkan kwalitas hidup kekal dan hidup Ilahi. Kwalitas hidup doa terungkap dalam tindakakan nyata (Mat 25:35-36) Segelas air kepada yang haus dan sesuap nasi bagi yang kelaparan. Segala sesuatu yang dilakuakn untuk Tuhan.”Lakukanlah ini untuk Aku” Hal ini mau menyatakan baha Yesus mengajak manusia untuk mampu berbuat kasih bagi sesamanya. Bagi Yesus doa adalah komunikasi personal dengan BapaNya, komunikasi ini terjalin dengan baik dalam suasana kesunyian. Yesus mengatakan:”Jikalau engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapa yang ada di tempat yang tersenbunyi.....” (Mat 6:6). Kesunyian ini menandakan adanya relasi intim antara manusia dan Allah. Allah saja yang mengetahui apa yang sedang terjadi dengan manusia. Mazmur 51: 15 menggunakan nama Tuhan Allah adalah demi mendukung kebenaran dan ketaatan kepada diri-Nya. Dengan demikian namanya dikuduskan dan dihormati. Dengan begitu berdoa merupakan bukti bahwa manusia menghormati dan menghargai nama-Nya yang tinggi luhur. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 b. Doa menurut Dokumen Konsili Vatikan II Tugas seorang religius adalah memberi kesaksian tentang Allah yang tampak dalam Kristus. Dalam Prefetae Caritatis art.6 tertulis:’memelihara dengan tekun semangat doa dan doa itu sendiri, sambil menimba dari sumber-sumber spiritualitas Kristen yang sejati.....” Di sini mau mengatakan bahwa doa seorang religius membawa situasi utuh dalam keterbukaan diri dan cinta kepada Allah. Dengan berdoa orang tidak akan mengalami kekosongan sebab kristus selalu memberi kekuatan. Doa sebagai kekuatan dalam panggilan, doa itu perlu dan tidak bisa diabaikan oleh seorang religius. Doa menjadikan hidup ini berarti dan berisi karena Kristus memberikan isi pada setiap gerak hidup kita. Breemen (1988: 176) mengatakan bahwa doa itu komonunikasi dengan Tuhan penuh cinta, mendengarkan dan menjawab. Dalam kehidupan doa mengandaikan adanya percakapan antara keduanya sehingga dapat terjadi dialog. Di dalam suanan dialog ada yang mendengarkan dan menjawab artinya bahwa adanya sikap saling mendengarkan dan terbuka akan kehadiranNya. Dalam dialog itu suatu komunikasi sepadan dan sejalan serta ada hubungan cinta tanpa adanya cinta maka komunikasi tak akn terjalin dengan baik. Doa adalah sumber kekuatan bagi seorang religius. Dalam doa seorang religius menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah. Sebagaimana Yesus mengajarkan kepada kita untuk selalu berdoa kepada Bapa yang telah dengan kasihNya mencintai kita manusia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 2. Makna Doa Doa memegang peran penting dalam kehidupan seseorang dalam doa kita akan menyadari dan mengakui ketergantungan kita kepada Allah. Doa menjadi dasar hidup sebagai seorang kristiani. Dalam doa mengakui ketergantungan kita kepada Allah, menyatakan kekagumannya dan kasihnya kepadaNya, menikmati keberadaannya dan menerima kebutuhannya. Darminta (1983:85) menyatakan bahwa doa berkaitan dengan kehidupan rohani manusia. Kehidupan rohani yang tumbuh dan berkembang karena adanya peran serta Allah. Allah menjadikan manusia semakin dewasa dan tumbuh dalam iman. a. Doa Berakar Dalam Hidup Mat 6: 6 “Tetapi kalau kamu berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang di ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang ada di tempat tersembunyi akan membalasnya kepadamu” hal ini mau ngatakan bahwa hubungan pribadi antara manusia dan Tuhan ini merupakan suatu relasi yang pribadi dan mendalam. Ke dalaman relasi ini dapat dirasakan lewat bagaimana kehadiran Allah yang tersembunyi itu mampu di rasakan oleh manusia begitu juga sebaliknya hal ini menandakan bahwa Tuhan sudah mengetahui apa yang sebenarnya kita butuhkan dan Ia selalu ada untuk menemani kita dalam situasi apapun. Dimana ia dapat mengungkapkan apa yang dirasakan baik susah maupun senang hanya kepada Allah. Ada kejujuran dan hubungan relasi yang pribadi antara keduanya. Breemen (1983: 55-60) menyatakan bahwa doa yang benar adalah doa yang melibatkan seluruh pribadi. Artinya bahwa dalam situasi apapun manusia mengakui keberadaannya misalnya: sedih, gembira, risau, hal ini tidak dapat disingkarkan dari doa. Maka dapat terasakan bahwa dalam situasi apapun Tuhan ambil peranan dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 kehidupan manusia. Doa melihat hal-hal real dan nyata dengan cara pandang yang berbeda artinya bahwa manusia dapat memaknai kenyataan dengan lebih utuh dan nyata. Berdoa bearti memandang dengan mata iman segala kenyataan dengan lebih utuh dan tepat. Tuhan selalu berbicara dengan manusia, hanya manusia apakah mampu mendengarkan dengan baik suaraNya. Manusia memerlukan kesadaran, bukan hanya di dalam pikiran, terutama di dalam hati, bahwa hidup adalah suatu karunia, karunia yang diberikan terus menerus yang perlu disyukuri. (Mazmur 103:2) “Pujilah Tuhan, hai jiwaku dan janganlah lupa akan segala kebaikanNya”. Doa membuat manusia tidak lupa akan kebaikan Bapa, yang telah melengkapi segala sesuatu dan tidak ada kekerasaan yang mampu memisahkan hidup manusia dari BapaNya seperti tertulis dalam Injil berikut ini: “Karena itu aku berkata kepadamu: janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, jangan kuatir pula akan tubuhnu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?”(Mat 6:2526). Keresahan membuat arah hidup menjadi salah. Maka perlu disadari bahwa kadang kala perhatian hidup bukan kepada Tuhan tetapi akan hal yang didoakan. Doa yang benar menurut Breemen (1983:59) “membuka kedok dalam diri, selama ini tersembunyi: kekuasan, harta, karir, kedudukan atau sesuatu yang lainnya”. Dengan mampumenyingkirkan kekuatiran hidup maka doa menjadi kekuatan yang mampu membebaskan hidupnya. b. Hidup Berakar Dalam Doa Breemen(1983: 61) menyatakan: hidup berakar dalam doa merupakan hidup yang sangat sederhana, kekayaan terletak dalam kesederhanannya. Kesederhanaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 menjadi gerakan untuk mampu berpusat pada Bapa Sang Pencipta. Hidup yang terbuka akan sabda Allah, sehingga kerajaan Allah dapat berkembang melalui kehadiran seorang religius. Hidup yang berakar pada doa memungkinkan manusia untuk dapat diikut sertakan dalam kesatuan dengan Tritunggal Kudus. Karena karya Roh kuduslah yang akn memampukan religius untuk berdoa. Seorang religius sadar bahwa ia lemah di hadapan sang pencipta. Breemen (1983: 62) menguraikan bahwa berdoa mengandaikan sikap penuh perhatian, menunggu kedatangan Tuhan, mengosongkan diri dalam hati. Dalam kehidupan seorang religius perlu menciptakan keheningan diri sehingga dapat mendengarkan sabda Tuhan. Dalam kehidupan seorang religius perlu berusaha untuk semakin tekun dalam berdoa baik saat mengalami kegembiraan, maupun saat kering, kosong karena dari pengalaman itulah maka akan terasa bahwa Allah selalu mendampingi dan mengantar religius untuk selalu berkembang, bahkan dalam kekosongan Allah hadir dan berkarya. Dalam keadaan apapun seorang religius diharapkan setia untuk merenungkan sabdaNya untuk dapat menjadi sumber hidupnya dalam perutusan. 3. Persoalan Dalam Doa Yang Dihadapi Oleh Para Suster Fransiskan Sukabumi Berdoa adalah hal yang tidak mudah, maka orang mengusahakannya agar kerinduannya dapat terpenuhi khususnya dalam hal berdoa. Untuk dapat mencapai doa maka orang perlu proses yang tidak sederhana. Dapatlah kita melihat dan mencoba menganalisa kesukaran-kesukarn yang muncul dalam praktek dan proses doa. Persoalan doa yang dihadapai oleh para religius adalah karena kesibukan karya dan tantangan zaman di masa globalisasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 a. Kesukaran-kesukaran dalam doa Dalam kehidupan religius juga dihadapkan pada berbagai tantangan dan kesulitan. Kesulitan yang biasa dialami oleh religius adalah kesukaran dalam berdoa, karena banyaknya pekerjaan. Hal ini dirasakan oleh kongregasi yang aktif kontemplatif, karena mereka bekerja dan bertanggungjawab besar terhadap karya kongregasi seperti: Sekolah, Rumah Sakit, Karya Pastoral, Rumah Retret, Panti Jompo dll. Kesukaran yang ditemukan dalam doa seperti dinyatakan Darminta 1982:55) sebagai berikut: “Kesukaran ada karena setiap religius mempunyai tuntutan psikologis yang berbeda karena, warna kegiatan yang berbeda, dan dalam doa seorang religius dituntut untuk merubah diri sendiri dan memisahkan diri dari dunia yang menyibukkan dengan mencari dan berusaha menfokuskan diri pada Tuhan dengan seluruh hati dan budinya. Untuk mencapai kesatuan yang integral dengan Tuhan memang tidak mudah, karena dihadapkan dengan situasi yang menyibukkan mental seorang religius yang sangat goyah dan mengembara ke mana-mana dihayutkan dengan seribu satu macam kesan dari luar dan oleh fantasinya sendiri yang mudah mengkhianatinya”. Seorang religius juga dapat mengalami keputusasaan karena sebuah kesukaran. Hal ini akan dapat diatasi kalau dalam kehidupan rohani seorang religius tekun mengisi kehidupannya. Mengisi kehidupannya terutama lewat doa-doa sebagai mana layaknya seorang religius. Bila hal ini dilakukan dengan terus menerus akan membuahkan hasil yaitu menjadi pribadi yang matang dan dewasa. Mampu mengolah hidupnya dan siap untuk menghadapi tantangan dan kesulitan sebagai sarana untuk semakin memajukan hidupnya. Untuk dapat mencapai kedalaman hidup, seorang religius perlu bergumul dalam doa terutama bila menghadapi situasi sulit. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 b. Pergumulan dalam doa Kehidupan religius tidak terlepas dari hidup rohani sebagai inti dan pusat hidup. Inti dan pusat yang dimaksud bahwa Allah adalah tempat penyerahan diri seutuhnya dalam wujud persembahan diri yang total kepadaNya. Untuk memperkembangkan hidup rohaninya seorang religius perlu bergumul dengan pengalamannya. Berdialog dengan Allah berarti seorang religius mampu menentukan pilihan dan keputusannya yang tentunya mengarah kepada kebaikan. Dalam pergumulan dalam doa, seorang religius selalu didorong untuk berbuat lebih bagi Allah, tetapi mengalami keterbatasan. Hal ini diuraikan Breemen (1983:63) “nyatanya dalam ketidakmampuan ini, meskipun mengecewakan, tidak melemahkan atau menekan, sebab dari dalam seluruh hidup doa merupakan keyakinan, bahwa Tuhan dapat diandalkan tanpa habisnya, bahwa ia tidak meninggalkan kita, entah apa yang kita lakukan, bahwa ia tetatp akan mencintai kita seperti apa adanya”. Breemen (1983:66) menyatakan bahwa: Pergumulan dalam doa dirasakan oleh setiap religius sebagai suatu kekosongan, namun dalam hidup religius tetap berkembang terus. Ada rasa kering, kurang puas, kecewa, dalam peristiwa itu religius diajak kembali untuk mencari Allah sebagai sumber hidupnya. Kenyataan dalam kesulitan yang dihadapi oleh religius di dalam doa membuat seorang religius menghayati kesetiaan Allah. Allah selalu setia, maka dalam situasi apapun harus tetap setia kepada Allah. Kesetiaan religius dalam doa akan menyatukan dirinya dengan Yesus. Yesus pernah juga mengalami pergulatan dalam doa seperti yang tertulis dalam Injil sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 “Lalu katanya kepada mereka: “Hatiku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah”. Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanag dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari padaNya. Katanya: Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagiMu, ambillah cawan ini dari padaKu, tetapi jangan apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki” (Mrk 14: 34-36). Doa yang dilakukan dengan berbagai metode dan cara mengalami kegagalan hanya satu dasar untuk dapat berhasil yaitu dengan menyerahkan kembali kepada Allah pengalaman kegagalan itu sebagai suatu persembahan. Ketekunan dan ketabahan pada saat mengalami kegagalan dan kekringan di sana Allah hadir untuk selalu membimbing dan menuntun. B. Doa Dalam Kehidupan Para Suster SFS Suster Fransiskan Sukabumi adalah kongregasi tingkat deosesan yang artinya kongregasi tingkat keuskupan. Kongregasi ini adalah suster deosesan Bogor yang memiliki biara induk di Sukabumi. Suster Fransiskan Sukabumi memiliki pedoman dalam mengatur kehidupan anggotanya salah satu pendomannya adalah konstitusi. Pedoman yang ada untuk mempermudah para suster makin menghayati dan menghidupi spiritualitas kongregasi. “ Fransiskus menimba semangat doa dan kebaktian suci dari Yesus sendiri. Dia mengakui Yesus sebagai pola hidupnya. Karena itu ia mengikuti hidup doa Yesus sampai kecil-kecilnya seperti: cara, waktu, serta kata-kata-Nya. Moeder Rosa de Bie memandang hidup doa sebagai roh yang menjiwai seluruh hidup dan pelayanannya” (Konst. Art:32) Dalam pasal ini mau dikatakan bahwa Roh yang menjiwai adalah Yesus yang merupakan pola hidup bagi seorang religius. Apa yang dilakukan oleh Yesus menjadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 prinsip utama seorang religius yang sejati. “Dalam kristus para suster dihubungkan dengan Bapa, dengan sesama manusia dan dengan seluruh ciptaan” (Konst art:33) Hubungan doa yang terjalin dengan baik menandakan adanya hubungan baik dengan sesama dan seluruh ciptaan sehingga dari pernyataan itu mau dikatakan bahwa hubungan baik dengan Bapa akan mengakibatkan hubungan baik juga dengan sesama. Penghayatan hidup doa ini sebagai perwujudkan iman seorang religius. Doa membantu orang untuk menyadari keberadaan hidupnya, dihadapan Allah. Seorang religius yang menghayati panggilannya dengan cara bersatu dengan Kristus. Kebersatuan dengan Kristus memberi jiwa dan roh dalam kehidupannya. “Dalam doa bersama para suster mengalami secara istimewa kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka. Dalam Kristus mereka dihubungkan dengan Bapa, dengan sesama manusia dan dengan seluruh ciptaan. Dalam kesatuan ini harapan mereka diperteguhkan, cinta kasih mereka dibangkitkan dan iman mereka diperbaharui. “ (Konst Art: 33). Semua yang telah dipersatukan dalam Kristus akan semakin dimajukan dalam kehidupan dalam cinta kasih kepada sesame dan iman yang semakin mendalam serta diperbaharui dalam roh. Kongregasi suster Fransiskan Sukabumi meneladan kehidupan doa Fransiskus dan Ia sendiri menimba semangat doa dan kebaktian suci dari Yesus. Yesus sebagai pola hidupnya. Karena itu ia mengikuti hidup doa Yesus sampai sekecil-kecilnya seperti: cara, waktu, serta kata-kataNya (Konst pasal 32). Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi juga memiliki kebiasaan yang disebut dengan tradisi dalam doa yang diatur dalam konstitusi. dimaksudkan dalam konstitusi adalah sebagai berikut: Adapun doa-doa yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 1. Perayaan Ekaristi Perayaan Ekaristi adalah pusat hidup religius. Dalam konstitusi dituliskan bahwa: Perayaan Ekaristi merupakan ungkapan terdalam pertemuan hati dengan hati Kristus karena Perayaan Ekaristi menjadi pusat hidup religius. (Konst, Pasal 35) Dari pernyataan ini dapat diketahui bahwa melalui ekaristi seorang fransiskan bersatu dengan Kristus yang senantiasa mempersembahkan diri-Nya dalam perjamuan yang suci. Ekaristi menjadi sumber dan pusat hidup religius yang sejati. Dalam konstitusi pasal 36:” sedapat mungkin para suster ambil bagian dalam Perayaan Ekaristi setiap hari atau Ibadat sabda dan ibadat harian”. Diharapkan bahwa para susuter selalu dapat mengikuti Perayaan Ekaristi yang merupakan sumber kehidupan religius. Berjiwa ekaristis sehingga juga berdampak bagi sesama yang dijumpai. Bersikap baik dan penuh kasih kepada sesama. Hidup dijiwai oleh Kristus, mampu berbagi, sabar dan mau bersaudara dengan siapa saja. 2. Ofisi Harian Ibadat harian atau ofisi sebagai doa resmi Gereja merupakan perhatian penting bagi tarekat Fransiskan. Menyadari pentingnya doa harian tersebut maka dengan penuh kedisiplinan Fransiskus mendoakan dengan kesungguhan hati, menghadirkan seluruh keberadaan dirinya. Dengan jelas dalam konstitusi dituliskan bahwa: Perayaan Ekaristi dihubungkan dengan doa bersama dan doa pribadi. Setiap hari hendaknya para suster merayakan Ibadat harian bersama-sama yaitu ibadat pagi, sore dan malam, sesuai liturgi Gereja. (Konst Pasal 37) Berdasarkan pernyataan ini, maka jelas dikatakan bahwa setiap pribadi hendaknya merayakan Ibadat harian bersama-sama maksudnya bersama komunitas setiap pagi,sore dan malam. Kebersamaan dalam doa ini yang ingin dihidupi oleh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 tarekat Fransiskan. Dengan mendaraskan mazmur-mazmur dalam ofisi, ia mengikut sertakan Gereja dunia. Bukan berdoa atas nama pribadi tetapi atas nama gereja. Doa ofisi merupakan doa resmi gereja sehingga hubungan kita dengan gereja semakin dipersatukan erat dengan Yesus, tidak hanya sebagai tubuh Kristus bahkan menjadi mempelainya. Bersama seluruh gereja dan alam semesta kita memuji dan memuliakan Allah sehingga kita semakin kuat. Seorang peniten sejati maka akan selalu menyediakan waktu untuk dapat berdoa bagi orang lain. Dengan berdoa berarti orang juga diajak untuk peduli dan memahami teman-temannya. Doa Ofisi ini membantu untuk mereka yang sangat membutuhkan doa-doa dari kita, selalu siap sedia, berkorban, dan mau mendokan orang lain, memiliki jiwa yang kedamaian. 3. Doa Rosario Keutaman yang ditinggalkan Bapa Fransiskus sebagai teladan yang menarik kepada anak-anaknya yaitu kebaktian kepada Santa Bunda Allah. Sejak awal Santa Bunda Perawan diakui dan dihormati pelindung ordo serafik. Devosi kepada bunda maria sebagai perawan suci merupakan suatu kebiasaan tarekat SFS. Melalui Rosario setiap anggota mempunyai kesempatan untuk merenungkan sejarah keselamatan yang terlaksana lewat pribadi Bunda Maria. St. Fransiskus memiliki kecintaan kepada Bunda Maria. Fransiskanes sangat menghormati Maria sebagai bunda Yesus. Bahkan setiap anggota tarekat SFS memakai nama Maria (Konstitusi, 1898, hal:59). Seorang peniten menpunyai ciri sebagai yang berdefosinya kepada Bunda Maria, sehingga hidup Bunda Maria menjadi teladan hidup kita. Sikap Maria menjadi inspirasi bagi kita untuk selalu siap sedia, setia, dan percaya kepada penyelenggaraan Ilahi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 4. Jalan Salib Doa jalan salib untuk menghormati Sengsara Kristus. Untuk kembali mengenang sengsara Tuhan kongregasi SFS setiap jumat sore melakukan jalan salib bersama. Dalam pelaksanaan jalan salib dilaksanakan dengan rendah hati, gembira, silensium dimulai hari kamis jam 21.00 s.d. jumat jam 16.00. sikap ini mau menunjukkan bahwa para suster SFS menghidupi semangat peniten rekolek. Hidup dalam kesederhanaan dan dengan mati raga. (ArdasPend SFS pasal:3, hal. 5-6). Jalan Salib sebagai symbol bahwa untuk menjadi pengikutnya maka perlu banyak perjuangan yang akhirnya membawa sukacita. Belajar untuk bermatiraga, ugahari, tekun setia dalam tugas. 5. Defosi Kepada Sakramen Mahakudus Setiap hari semua suster akan mengunjungi Sakramen Mahakudus, sambil berlutut di depan Yesus dalam keheningan mereka akan mengatakan kepadaNya apa yang diilhamkan kasihnya kepadanya. Kunjungan Sakramen Mahakudus tidak lebih dari 10 menit. Kunjungan sakramen Mahakudus adalah tempat untuk menimba ketenangan, penghiburan dan kekuatan. Maka kitapun akan dikuatkan kalau kita menghadap Yesus dengan iman yang hidup dalam sakramen cinta kasih-Nya (Konstitusi, 1898 hal: 66). Dalam keheningan menimba sumber kehidupan. Setiap hari menyediakan waktu khusus untuk mengadakan Defosi kepada Sakramen Mahakudus. 6. Silensium Silensium adalah tanda keheningan biara yang merupakan tanda pengenal dari suatu komunitas yang baik dan teratur. Dalam keheningan di sana Allah hadir dan berkarya, disana berdiam semangat yang baik, disana sembayanag dan latihan-latihan rohani dihormati. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 Mengusahakan silensium sebagai usaha untuk memusatkan hati dan budi kepada kehendak Allah. Silensium ini dilakukan pada hari jumat di mulai dari kamis malam setelah makan malam dan diakhiri pada sore hari setelah ibadat sore bersama, hal ini untuk melatih para suster dalam mengendalikan diri serta menata kembali hidupnya (Konstitusi, 1898 hal:49). 7. Meditasi Meditasi adalah merenungkan dengan serius salah satu kebenaran agama kita, supaya kehendak digerakkan untuk sesuai dengan kebenaran itu demi membangkitkan pernyataan iman, sesal dan terimakasih dan untuk membuat niat-niat yang baik. Latihan ini adalah latihan yang penting untuk hidup rohani. Dalam keheningan meditasi jiwa belajar mengenal Allah, dan kesempurnaan-kesempurnaan yang tak terbatas (Kontitusi, 1898 hal:52). 8. Pemeriksaan Batin Pemeriksaan batin perlu dilakukan untuk dapat maju dalam keutamaan, tanpa pemeriksaan batin seorang tidak akan sampai untuk mengenal dirinya sendiri yaitu kecenderungan yang jahat dan semua dosa untuk dapat menyembuhkan penyakitpenyakit jiwa dan merawat luka (Konstitusi, 1898 hal:54). 9. Bacaan Rohani Bantuan dalam hidup rohani, khususnya untuk belajar bermeditasi dengan baik dan memperoleh pengetahuan tentang dirinya sendiri. Bertekun dalam membaca dan mendengarkan bacaan rohani yang sesuai dengan ketentuan pemimpin. Para suster harus banyak membaca dan merenungkannya supaya mereka dapat mengarahkan seluruh cita-cita dan perbuatannya (Konstitusi 1898, hal:57). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 10. Sakramen Pengakuan Sakramen Pengakuan adalah sarana yang paling mujarab dan paling kuat yang disediakan Yesus bagi orang yang berdosa untuk bertobat dan untuk orang yang baik untuk sampai akhir berjalan maju dengan berani pada jalan keutamaan. Dalam perjumpaan tentang anak yang hilang, kita temukan gambaran yang menarik tentang bels kasih Allah dan cinta kasihNya yang berbelas kasih terhadap orang yang berdosa, yang kembali kepadanya dengan rasa sesal yang jujur. Setiap kali orang mengakukan dosanya dengan rendah hati dan penuh sesal maka akan dikembalikan kepadanya pakaian rahmat ilahi mulia dan diterima sebagai jaminan dari cinta kasih dan persahabatan Allah (Konstitusi, 1898 hal:60). 11. Retret Tahunan Para religius yang telah meninggalkan dunia dan semua kesia-siaan berkewajiban terus menerus mengejar tujuan agung yang mereka maksudkan pada saat memeluk status religius, yaitu menyerahkan dirinya kepada Allah dan selalu berjalan pada jalan kesempurnaan. Supaya mereka bertekun dalam semangat itu maka para suster harus menganggap sebagai rahmat istimewa bahwa mereka setiap tahun boleh melangsungkan beberapa hari dalam kesepian rohani. Sebab hari hari penuh doa dan meditasi, Allah menganugerahi pemberiannNya secara berlimpah dan religius itu diajak untuk membersihkan dirinya dari debu dosa dan meneruskan karya kesempurnaan dengan semangat yang disegarkan lagi (Konstitusi 1898 hal:67). 12. Rekoleksi Bulanan Rekoleksi bertujuan untuk mawas diri secara sungguh-sungguh dan memeriksa bagaimana sesudah retret terakhir atau selama bulan yang terakhir orang telah melakukan kewajibannya, maupun untuk memperbaharui dan menghidupi niat-niat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 baik yang telah dibuat pada retret treakhir serta membuat niat itu menghasilkan buah dan juga untuk menyiapkan diri atas kematian yang menyenangkan. Pada kenyataannya komunitas SFS selalu menyediakan waktu untuk dapat melaksanakan doa yang kongkret hal ini nampak dalam praktek doa masing-masing komunitas baik secara pribadi maupun bersama. Komunitas bertanggungjawab untuk mengaturnya sesuai dengan keperluan pribadi, sedangkan untuk kegiatan komunitas disesuaikan dengan karya yang dilakukan oleh para suster. Setiap suster berdoa Rosario setiap hari, bersama dengan komunitas setiap hari senin sampai minggu (Minggu biasanya didoakan secara pribadi) sesuai jam yang disepakati oleh komunitas. Waktu untuk kontemplasi, meditasi sekurang-kurangnya setengah jam sampai satu jam setiap hari. Suasana silensium dimulai dari malam sesudah doa malam dan diakhiri pagi sebelum makan pagi. Jika memungkinkan diadakan Perayaan Ekaristi di komunitas setiap hari atau mengikuti misa di gereja. Ibadat harian selalu didoakan secara bersama dalam konunitas kecuali ada halangan. Ibadat harian sebagai Ibadat resmi gereja, sehingga para suster selalu berusaha mengusahakan untuk dapat berdoa bersama dengan komunitas (Konstitusi 1898, hal:69). C. Jalan Mistik Dan Asketik Dalam Doa 1. Kontemplatif Kontemplatif adalah salah satu bentuk dalam doa. Doa adalah adalah suatu tindakan manusia, doa suatu realita hidup manusia. Latihan doa setahap demi setahap sehingga tidak terkesan sebagai suatu kewajiban apalagi sebagai beban melainkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 melihatnya sebagai pertemuan dengan Tuhan yang sangat merindukan dan penuh dengan Roh Kudus (James Borst, MHM, 1981:7). Hidup kontemplatif berarti hidup yang berpusat pada Allah sebagai pencipta dan sumber hidup. Setiap kongregasi selalu memupuk dimensi kontemplatif. Dimensi kontemplatif adalah pengalaman akan Allah. Dimensi kontemplatif pada dasarnya suatu realita rahmat yang dialami oleh setiap orang beriman sebagai anugerah. Kontemplasi membuat manusia terlibat dalam hidup sesama seperti halnya Allah terlibat dalam hidup manusia. Dimensi ini diungkapkan dengan adanya kerinduan untuk mencari kehendak Allah. hasil dari kontemplasi adalah sikap rendah hati akan misteri kehadiranNya dalam peristiwa-peristiwa, selalu membawa damai kepada sesama (Darminta, 1983:32-33). 2. Askese Doa merupakan perjuangan selama hidup, sebagaimana hidup rohani merupakan perjuangan (Darminta, 1983: 54). Pengalaman menunjukkan bahwa dalam kehidupan rohani manusia mengalami pasang surut sesuai situasi yang dialaminya. Untuk mencapai kematangan dalam hidup rohani perlu mengalami proses yang tidak mudah perlu perjuangan, keuletan dan tekat yang sungguh sehingga dapat mewujudkan hal itu. Manusia perlu memiliki disiplin hidup dan disiplin dalam doa sehingga hidup rohani kita berkembang. a. Keheningan Keheningan perlu kita ciptakan karena hening adalah salah satu askese memupuk keheningan hidup dan hati. Kehingan hati yang menjadi tuntutan utama PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 dalam doa. seperti perasaan teratur, perhatian terpusat, nafsu teraur dan pikiran juga teratur. Keteraturan dalan hati dapat juga akan nampak dalam keteraturan lahiriah, seperti tutur kata teratur, gerak-gerik yang teratur, hidup teratur. Kehieningan mempunyai makan dalam aksese batiniah. Hening tempat yang nyaman untuk dapat menciptakan kerukunan, penghargaan, dan saling menghormati.(Darminta, 1983:54). b. Kesunyian Kesunyian hidup yaitu berani sendiri menghadapi diri sendiri untuk memahami keadaan diri dan menciptakan keheningan dalam hidup. Hal ini memang sulit, karena akan berhadapan dengan sisi lemah yang kita miliki. Kesunyian perlu kita usahakan untuk dapat mencapai hidup rohani yang matang dan dewasa. (Darminta, 1983:55). c. Laku Tapa Batin Seorang yang mampu menciptakan keheningan dan kesunyian berarti orang tersebut melakukan laku tapa batin yaitu mampu mengalahkan segala kecenderungan tak teratur. Pengingkaran diri mengatur segala kecenderungan diri dan mampu mengenali hambatan yang ada dalam diri. Laku batiniah seperti halnya penyerahan diri dan kemauan yang keras (Darminta, 1983: 55). d. Tabah dan Setia Doa adalah proses perjuangan selama hidup. adakalanya doa terasa kering, sukar tetapi dalam situasi semacam itu kita tertantang untuk tidak putus asa. maka diperlukan kepasrahan diri, ketabahan dan kerendahan hati. Ketabahan dan kesetiaan dituntut dalam pengalaman berdoa orang harus tabah dan setia menciptakan kondisi doa, dan perlu juga rendah hati sabar membiarkan Allah yang bekerja dalam doa (Darminta, 1983:55). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 3. Hubungan antara Kontemplasi dan Askese Hubungan antara kontemplasi dan aksese adalah bagaimana doa itu sendiri dihayati bukan hanya dari apa yang tampak tetapi juga yang memancar dari kedalaman hati. Kontemplasi adalah salah satu bentuk doa di mana orang sudah mencapai tarap yang paling tinggi, mengalami Allah yang merupakan sumber hidup, pengalaman yang menyenangkan dan menguatkan. Askese adalah suatu bentuk latihan rohani yang perlu diusahakan terus menerus dalam kehidupan karena doa tidak mudah. Pengalaman mengajak kita untuk selalu menyadari bahwa kita bukan apa-apa sehingga semua keberhasilan dan kegagalan itu semua adalah campur tangan Allah. Doa adalah sebuah perjuangan yang selalu memerlukan proses dan mengalami banyak tantangan maka perlu terus diperjuangkan, setiap hari sehingga dalam doa itu akan menemukan pengalaman bersama Allah yang tidak dapat terlupakan. Seperti halnya pengalaman kontemplasi adalah pengalaman indah bersama Allah. Pengalaman ini akan menjadi kekuatan bagi kita untuk selalu mengusahakan doa yang baik karena bersama Allah itu akan menemukan kedamaian dan ketenangan. Manusia memerlukan itu dalam kehidupannya agar semakin mampu memaknai setiap kesempatan sebagai rahmat Allah. D. Hubungan Doa dan Semangat Peniten Rekolek Peniten rekolek dan doa saling ada keterkaitan satu dengan yang lain. Doa menjadi sumber dalam melaksanakan pertobatan. Pertobatan membuahkan doa yang nyata. Doa yang memiliki daya kekuatan dan juga memiliki sebuah kekuatan yang dialiri oleh semangat peniten rekolek, sehingga memberi daya dampak dalam kehidupan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69 1. Semangat Peniten Rekolek menyuburkan Doa Peniten Rekolek artinya pertobatan. Pertobatan itu mampu menyuburkan doa karena sebagai suatu semangat yang mendasari doa, dengan menyadari bahwa manusia yang masih memiliki banyak kekurangan dan tidak sempurna. Makna peniten rekolek dalam doa adalah menyuburkan doa. Artinya bahwa dengan memiliki semangat peniten rekolek yang tinggi seseorang dapat semakin dekat dengan Tuhan hal ini terlihat nyata dalam kehidupan doanya. Seorang peniten tentulah adalah seorang pendoa. Doa menjadi kekuatan seorang peniten rekolek, karena seseorang akan kuat bertahan dalam semangat ini kalau memiliki kehidupan doa yang baik. Doa menjadi makanan pokok sehari-hari bagi jiwanya dan peniten adalah wujud nyata penyerahannya kepada penyelenggaraan illahi. 2. Doa menyuburkan Semangat Peniten Rekolek Doa adalah relasi yang perlu kita bangun bersama Allah. Doa merupakan kekuatan dalam kehidupan religius, tanpa doa maka hidup akan terasa kering dan tak memiliki arti apa-apa. Doa akan menyuburkan peniten rekolek karena doa menjadi kekuatan untuk dapat melakukan pertobatan. Relasi mendalam dengan Allah akan membuat manusia makin dekat dengan Allah dan merasakan bahwa Allah sungguh baik hati. Pengalaman ini mau mengajak untuk selalu disadarkan bahwa pertobatan itu dialami sebagai suatu tanda kasih Allah yang nyata dalam kehidupan manusia. Pengalaman doa menjadi kekuatan untuk dapat melakukan pertobatan yang sejati dan penuh dengan kerelaan. Kerinduan akan ketenangan bersama Allah yang akan menjadi penyemangat dalam setiap doa. Seorang pendoa akan selalu terpacu untuk dapat melakukan pertobatan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 3. Hubungan timbal balik antara Doa dan Peniten Rekolek Hubungan doa dalam pelaksanaan peniten rekolek. Menjadi seorang peniten rekolek berarti bahwa hidupnya dipenuhi dengan sikap mawas diri, menyadari bahwa dirirnya adalah manusia yang mudah untuk berbuat salah atau dosa. Doa merupakan perjumpaan seorang religius dengan Allah. Melalui perjumpaan dengan Allah seorang religius mampu berdialog dengan Allah, saling berbicara dan mendengarkan serta terbuka hatinya untuk setiap hal yang dihadapinya. Untuk mampu melakukan pertobatan sejati dan terus menerus maka perlulah seorang religius mengusahakan adanya relasi yang mendalam dengan Kristus yang merupakan teladan hidupnya. Pertobatan yang dilakukan karena menyadari sungguh bahwa Allah sungguh Maharahim yang memberikan pengampunan dan kasih besar kepada manusia. Memiliki sikap keterbukaan hati untuk mampu melaksanakan pertobatan itu dengan kesungguhan. Doa yang sungguh memiliki buah dalam kehidupan dan terutama tercermin dalam keseluruhan hidup. Seorang religius yang menghayati doa dengan baik akan tercermin dalam kehidupannya. Buah yang tercermin dalam kehidupannya dapat dirasakan oleh orang lain, dan seorang yang mampu bertobat adalah seorang yang memiliki relasi baik dengan Tuhan. Begitu juga seorang yang berdoa bak maka akan membuat ia mampu untuk melaksanakan pertobatan karena keyakinan bahwa Alah adalah Allah yang maha baik. Komunikasi dengan Tuhan melalui doa hanya akan terjadi kalau kita sungguh percaya, terbuka, mencintai dan membiarkan diri di semangati oleh cinta Tuhan. Cinta Tuhan akan tumbuh subur kalau dalam diri kita ada usaha untuk memperbaharui diri melalui tobat. Dengan semangat pertobatan hati kita menjadi bersih dan menjadi bait Allah. Hidup menjadi damai, gembira, bermakna dalam semangat cinta dari Tuhan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 sendiri. Kekuatan doa dalam kehidupan kita sebagai seorang yang beriman hidup menjadi damai dan senantiasa berada dalam kebersamaan dengan Tuhan. (Alberto.2008:49-50). Seorang religius yang peniten rekolek akan semakin membuat ia dekat dengan Tuhan karena melalui doa inilah relasi intim antara keduanya dapat terjalin baik. Karena menyadari bahwa kerahiman Tuhan dalam hidup ini menjadikan kita semakin yakin dan percaya bahwa ia adalah Sang Penyelamat yang mampu memberi kesegaran baru serta pengampunan. Oleh karena kasihNya maka hubungan dekat semakin terbina lewat karya pegampunan, karena manusia diselamatkan olehnya. Manusia tak dapat hidup tanpa kehadiran Allah dengan berkat pengampunan maka kita juga mampu mensyukuri setiap kesempatan sebagai berkat yang melimpah. E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHAYATAN DOA DAN PENITEN REKOLEK Tantangan yang dihadapi oleh para suster fransiskan sukabumi terutama dalam mewujudkan doa dalam semangat peniten rekolek. Doa bukan hanya sekedar hadir di kapel dan mengikuti kegiatan secara rutin dan teratur tetapi bagaimana doa sendiri memberi suatu kekuatan dalam hidup tabah dalam menghadapi tantangan, cobaan. menjadi orang yang damai. Peniten rekolek artinya dapat melakukan pertobatan terus menerus terutama bagaimana dalam kehidupan komunitas apakah kehadiran kita sungguh sudah merupakan juru damai, mudah mengampuni, rendah hati, mau mengakui kelebihan orang lain dengan baik. Para suster sudah sungguh membatinkan semangat peniten rekolek dalam hidupnya. memiliki keheningan dan juga kesediaan untuk mampu menjadi berkat bagi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 sesama. Menyadari bahwa kehadiran para suster sebagai tanda pertobatan yang nantinya memampukan untuk dapat menggerakkan orang lain dalam melakukan pertobatan. Tantangan yang dihadapi juga berkaitan erat dengan perkembangan zaman. Zaman mempengaruhi pola hidup seseorang, dalam menentukan pilihannya, anak-anak harus belajar untuk mengerjakan sesuai perintah tetapi juga mampu untuk memperiotaskan hidup. 1. Faktor mentalitas zaman Zaman ini adalah masa millennium ke tiga dengan budaya instans.Tantangan yang terbesar yang dihadapi adalah mentatilitas tidak mau susah, orang sulit untuk mau berusaha dalam situasi yang sulit. maunya enak tetapi tidak mau berusaha. Budaya instans cepat saji, dan tidak menghabiskan waktu maupun tenaga praktis. Individualisme semakin banyak ditemukan. Masing-masing memiliki kesibukannya sendiri yang sulit untuk mau merelakan waktu bagi orang lain. Gejala Individualisme terlihat dari begitu kuatnya keinginan untuk mengejar aktualisasi diri. Tantangan yang ada dan timbul itu menunjukkan bahwa zaman yang berubah juga mengubah pola pikir orang. Zaman yang selalu berubah juga membawa dampak yang sangat besar bagi suatu penghayatan doa secara khusus, karena orang zaman ini dipengaruhi oleh macam-macam tawaran yang selalu membujuk dan merayu sebagaimana iklan dalam televisi. Penghayatan doa mulai luntur karena dikalahkan oleh tawaran-tawaran. Apabila kita kurang bijaksana ada bahaya terlarut dalam mentalitas zaman sehingga hidup religius kita tidak lagi berdampak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 2. Faktor Internal Faktor Internal ini adalah faktor yang berasal dari dalam diri sendiri, bagaimana orang mengusahakan yang terbaik dalam hidupnya. Orang zaman ini juga mengalami tantangan khususnya dalam hal harga diri atau kurang mampu mengatur kegiatan atau kurang dewasa dan bijaksana. Harga diri dan prestasi menjadi suatu yang sangat berharga sehingga orang jatuh pada kesombongan. Kesombongan menganggap bahwa keberhasilan hanya karena usahanya sendiri sehingga melupakan peran serta Allah dalam kehidupannya. Doa menjadi sesuatu yang tidak penting dalam hidupnya. 3. Faktor Eksternal Faktor yang berasal dari luar diri yang mempengaruhi hidup seseorang adalah pekerjaan yang banyak sehingga menghabiskan tenaga. Orang sudah merasa lelah dengan pekerjaannya sehingga memberi ampun pada diri sendiri, bahwa bekerja adalah doa. Bekerja dianggap sebagai doa bahaya yang terjadi bahwa orang merasa bahwa dengan bekerja baik dan rajin sehingga tidak perlu berdoa. Padahal doa adalah komunikasi dengan Tuhan, waktu berkomunikasi perlu ada keintiman dan juga kerelaan untuk mendengarkan, kalau kita sibuk bekerja apakah dapat mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan oleh Tuhan. Maka perlu waktu khusus untuk dapat mendengarkan dan berbicara dengan Tuhan secara pribadi. tertentu agar dapat berkomunikasi dengan Tuhan dengan baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV KATEKESE SEBAGAI SARANA DALAM MENYUBURKAN DOA DAN SEMANGAT PENITEN REKOLEK SUSTER FRANSISKAN SUKABUMI Pembinaan hidup dalam biara berlangsung terus menerus dan berkelanjutan. Proses belajar dan pembentukan diri bagi para suster Fransiskan Sukabumi tidak akan pernah selesai, sebagai seorang pribadi para suster Fransiskan Sukabumi diharapkan senantiasa belajar dan membentuk diri sepanjang perjalanan hidupnya. Mengembangkan hidupnya semakin menghayati semangat peniten rekolek. Dengan semakin menghayati serta menghidupi semangat peniten rekolek akan menjadikan para suster sungguh mencintai tarekat SFS. Semakin tangguh sebagai pribadi dan mampu menghidupi semangat tarekat. Untuk menanggapi zaman yang semakin berkembang berpesat maka para suster juga perlu mengembangkan hidupnya sehingga kuat dalam menghadapi arus zaman. Dalam usaha untuk semakin menghayati dan menghidupi semangat peniten rekolek maka penulis mengusulkan program katekese yang membantu para suster untuk semakin mampu memahami, menghidupi, dan menyuburkan semangat peniten rekolek dalam kehidupan sehari-hari. Program katekese yang dipilih oleh penulis adalah dengan model Shared Christian Praxis (SCP). Program katekese dengan model SCP (Shared Christian Praxis) sangat cocok untuk pembinaan para suster SFS, karena sifatnya yang dialogis partisipatif dengan menekankan keterbukaan dan kerjasama. Proses pelaksanaan, peserta sebagai subyek, pergulatan, keprihatinan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 harapan peserta mendapat tempat utama. Katekese model ini memiliki pendekatan yang multi arah (Groome, 1997:1). Berdasarkan itu maka, dalam bab IV bagian pertama, penulis akan menguraikan tentang On-going Formation sebagai suatu pembinaan berkelanjutan bagi para suster SFS demi menyuburkan pemahaman dan penghayatan semangat peniten rekolek. Selanjutnya pada bagian kedua penulis akan menguraikan tentang katekese sebagai salah satu usaha On-going formation bagi para suster SFS. Pada bagian ketiga penulis akan memaparkan tentang: usulan program katekese untuk menyuburkan semangat doa dan peniten rekolek. A. On Going Formation Suster Fransiskan Sukabumi 1. Pengertian On Going Formation (Pembinaan terus menerus) “Formatio” menurut Darminta (1999:218) sangat sulit di terjemahkan dalam bahasa Indonesia. Formatio artinya adalah pembentukan atau pembinaan. Kongregasi SFS menyebutnya dengan kata pembinaan hal ini dapat di lihat dari Konstitusi SFS (2000: 75). Dalam konstitusi SFS pada bab IV mengatur secara khusus program pembinaan. Kesadaran akan perlunya pembinaan terus menerus (on-going Formation) sangat penting bagi para suster SFS untuk senantiasa dilakukan demi menyuburkan semangat peniten rekolek. Formatio sebagai sesuatu proses dalam pembinaan, di dalam pembinaan itu terdapat kegiatan bimbingan rohani. Proses pembinaan mengarah pada pola kerohanian dalam kehidupan religius, seperti yang dinyatakan Darminta (1999:219) sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 “Pada mulanya formation yang bersifat bimbingan pribadi. Tujuannya ialah melatih agar orang mampu hidup secara rohani. Selanjutnya, ketika hidup bertapa berkembang menjadi hidup membiara dengan segala aturannya, formation religius berkembang pula menjadi kegiatan religius yang dilembagakan untuk orang masuk dalam biara. mereka dilatih dan dididik menurut pola hidup tertentu, yang dialami sebagai jalan menuju kesempurnaan hidup”. Formatio religius di dalamnya menyangkut unsur pembinaan. “Pembinaan” merupakan suatu usaha “pembentukan” anggota religius dalam proses terus menerus sampai tercapainya kepribadian yang utuh dan kehidupan religius yang mantap” (Pujaharsana dalam Rohani 1986: 197). Masa pembinaan seorang religius tidak hanya terbatas waktu postulan, novisiat dan masa yunior tetapi meliputi masa sesudah kaul kekal, bahkan proses pembinaan sepanjang hidup. Dalam Kongregasi SFS tim formator yang akan mengatur proses dan program pembinaan bagi setiap jenjang suster. Hal ini mengingat bahwa kaul kekal bukan akhir dari pembinaan. Pembinaan terus menerus dapat membentuk pribadi religius memiliki kemantapan sikap dan arah hidup, dewasa dalam hidup bersama maupun masyarakat. Pembinaan hidup religius perlu dilakukan terutama untuk kelangsungan hidup panggilan. “Selama seluruh hidup para religius hendaknya dengan tekun melanjutkan pembinaan rohani, doctrinal dan praktis dan para pemimpin hendaknya menyediakan sarana dan waktu untuk itu” (KHK Kan 661). Pembinaan yang diberikan kepada para religius perlu diberikan untuk membina iman para religius pada khusunya dalam rangka untuk mengembangkan iman dan mengolah hidupnya. Kehidupan sebagai religius perlu di olah dengan baik karena dalam kehidupan bermasyarakat kita ditantang untuk menjadi garam serta terang bagi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 seama lewat apa yang ada, sehingga kedewasaan perlu kita miliki sehingga siap untuk bekerja bagi sesama. Kesetiaan pada panggilan dan pelayanan kepada Gereja menuntut dari para suster bahwa sesudah mengikrarkan profesi kekal mereka masih selalu mengusahakan perkembangan dan pendalaman rohani terus menerus secara tanggungjawab bersama. Dengan mengandalkan kesetiaan Ilahi dan menyadari tanggungjawab sebagai rekan suster satu sama lain, hendaknya mereka saling membantu untuk berkembang baik secara pribadi maupun bersama-sama sampai pada kepenuhan hidup yang menjadi tujuan Kristus memanggilnya. (Konst pasal 114). Sebagai seorang yang telah mengucapkan janji setia dalam profesi maka perlulah menjaga dan memelihara semangat doa demi kesetiaan kepada panggilan. Tujuan pembinaan religius adalah memungkinkan para calon hidup religius dan anggotaanggota muda yang sudah profesi, menemukan dan kemudian mengasimilasikan dan memperdalam apa yang menjadi jati diri religius. PPLLR (1992: art 6:14). Dari ungkapan itu mau mengatakan bahwa penghayatan hidup religius perlu terus dipupuk agar tetap hidup sehingga makin hari semakin mampu mengenali jati dirinya. Kaum religius sendiri secara individual memikul tanggungjawab pertama untuk menyatakan “ya” kepada panggilan yang telah diterima dan untuk menerima semua akibat jawaban ini, hal ini tidaklah terutama terdapat dalam tertib akal budi, tetapi menyangkut seluruh hidup. Panggilan dan tindakan Allah, sama seperti kasihnya selalu baru: situasi-situasi sejarah tidak akan pernah terulang. Olah karenanya seorang yang terpanggil tiada henti-hentinya diajak untuk memberikan jawaban penuh perhatian, barudan bertanggungjawab. Perjalanan setiap religius akan mengingatkan perjalanan umat Allah dalam pengungsian dan juga perkembangan yang berlangsung perlahan-lahan murid-murid, yang lamban percaya tetapi akhirnya, berkobar-kobar dengan semangatnya ketika Tuhan bangkit memperlihatkan diri-Nya kepada mereka. Hal ini menunjukkan sejauh manakah pembinaan seorang religius harus dipribadikan. Oleh karenanya hal itu akan menjadi masalah yang amat menarik hati nurani dan tanggungjawab pribadi setiap religius, sehingga mereka menanamkan di dalam kalbu mereka nilai-nilai hidup religius, dan serentak pula, peranan hidup yang dianjurkan kepada mereka oleh pembimbing pembinaan sehingga mereka menemukan di dalam diri mereka sendiri pembenaran untuk pilihan-pilihan praktis mereka dan menemukan dalam Roh pemcipta dinamisme fundamental mereka. Oleh karenanya, keseimbangan yang tepat haruslah ditemukan di PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 antara pembinaan kelompok dan pembinaan setiap pribadi, diantara penghargaan terhadap waktu yang disediakan untuk setiap tahap pembinaan dan penyesuaiannya dengan irama hidup individu (PPLLR No.16 (1992: art 29). Dari pernyataan diatas tertuliskan bahwa pembinaan dilakukan secara pribadi maupun kelompok untuk memperoleh hasil yaitu keseimbangan hidup religius. Pembinaan yang dilakukan sesuai dengan tahap pembinaan yang ada dalam setiap lembaga hidup bakti. Para suster SFS perlu pembinaan terus menerus baik secara pribadi maupun bersama demi perutusan. Pembinaan secara personal menjadi dasar dalam proses pembinaan seseorang, sehingga diharapkan sebelum membina orang lain, terlebih dahulu ia mampu membina dirinya sendiri sehingga dapat menjadi saksi kasih Kristus yang memancar terang kepada sesama. 2. Tujuan On Going Formation Manusia diharapkan untuk dapat bertumbuh dan pertumbuhan itu membutuhkan suatu proses. Untuk mencapai suatu tahap kedewasaan seorang religius memerlukan juga proses pembinaan. Dalam PPLLR (1992: art.1) “memperkenalkan mereka dengan hidup religius dan membantu mereka menyadari ciri khas di dalam gereja, terutama ditujukan untuk membantu para religius pria dan wanita menyadari kesatuan hidup mereka dalam Kristus melalui Roh. dengan memadukan secara harmonis unsur-unsur rohani, apostolic, doctrinal dan praktis”. Berdasarkan tujuan tersebut, maka formation religius dapat memberikan kepada religius suatu arah yang menjadi dasar hidupnya sehingga tidak mudah untuk berbalik arah. Dalam arah dasar pendidikan Tarekat suster Fransiskan Sukabumi hal 31dikatakan bahwa tujuan pembinaan lanjutan adalah sebagai berikut: Memelihara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 semangat doa demi kesetiaan kepada panggilanNya, membaharui diri terus menerus dalam hidup religius, mampu menghadapi dan mengatasi berbagai tantangan hidup, mampu mengembangkan profesinya sesuai dengan tuntutan zaman, kerasulan Tarekat dan Gereja, menerima segala perubahan yang terjadi (fisik, psikis, rohani) dan terbuka menerima nilai-nilai baru, agar tetap membuahkan kerasulan yang efektif dalam hidupnya, mengembangkan sikap lepas bebas terhadap semua yang menjadi pegangan dan kebanggaan (posisi, prestasi, ambisi, kemampuan). Dalam berbagai hal di atas sebagai tujuan yang nantinya ingin dicapai bahwa pembinaan dalam on going formation akan semakin mengembangkan hidup seseorang sehingga menjadi pribadi yang dewasa dan tangguh, berkembang secara rohani dan keprobadiannya. Perkembangan akan dapat dirasakan apabila religius mau mengembangkan diri lewat pekerjaan, studi, komunitas, doa sehingga menjadi pribadi yang sejati. Perkembangan rohani mampu dirasakan oleh setiap orang memalui kehadiran dan kehidupannya sehari-hari. (Arah dasar Pendidikan Suster SFS, 2001:32). 3. On Going Formation melalui Katekese On Going formation adalah salah satu bentuk pembinaan. Dalam proses pembinaan ini ada banyak metode untuk dapat mencapai perkembangan diri yang optimal. Salah satu cara yang dapat dipergunakan dalam pembinaan adalah melalui metode katekese. Dalam proses katekese ada unsur-unsur yang cocok dipergunakan khususnya dalam pembinaan, karena katekese bertitik tolak pada pengalaman peserta. Peserta menjadi unsur utama dalam katekese, pemimpin pertemuan hanya sebagai fasilitator. Katekese ini memampukan orang untuk mau berefleksi dan membangun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 niat untuk dapat berkembang lebih baik. Katekese ini menjadi salah satu pilihan dalam usaha untuk semakin mengembangkan kwalitas hidup. Maka para suster SFS perlu terus menerus membina dan mengolah penghayatan hidup bakti demi tugas perutusan. Salah satu cara pembinaan diri terus-menerus adalah katekese. B. Katekese Sebagai salah satu usaha untuk On going Formation para Suster Fransiskan Sukabumi Katekese merupakan salah satu bentuk pewartaan gereja. Pewartaan itu bertujuan untuk menghantar orang menjadi murid Kristus, sesuai pesan-Nya kepada para murid setelah kebangkitan: “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Mat 28:19). Katekese terus mengalami perkembangan sesuai dengan situasi umat dan pengalaman hidup umat yang dihadapi dan dialami. Hal ini dikarenakan umat kristiani sebagai subyek katekese tidak dapat dipisahkan dari lingkungan tempat mereka tinggal, yang terus menerus mengalami perubahan setiap harinya. Katekese sebagai sarana untuk pembinaan bagi para suster Fransiskan Sukabumi maka di bawah ini akan dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan katekese. 1. Pengertian Katekese Istilah katekese berasal dari kata Yunani”katechein” bentuk dari akar kata “kat” yang berarti pergi atau meluas dan “echo” yang atrinya menggemakan atau menyuarakan ke luar. Berdasarkan bentuk kata tersebut kata “katechein” berarti menggemakan atau menyuarakan keluar. Kata “katechein” digunakan oleh orang Kristen untuk menyampaikan perbagai harta kekayaan iman gereja seprti ajaran Tuhan dan Gereja serta keadaan manusia dalam hidup kongrte sehari-hari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 Dalam rangka pengembangan kehidupan umat beriman Paus Yohanes Paulus II mengartikan katekese sebagai berikut: Katekese adalah pembinaan iman bagi anak-anak, kaum muda, dan orangorang dewasa adalam iman, khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristiani, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT, art.18). Rumusan di atas memandang katekese sebagai pembinaan iman bagi semua orang beriman. Pembinaan iman di atas ditujukan bagi siapa saja tanpa ada diskriminasi warna kulit, budaya, kaya atau miskin dan yang lainnya. Hal yang utama dalam kegiatan katekese adalah menyampaikan ajaran Kristen secara terus menerus dan teratur kepada anak-anak, kaum muda dan orang dewasa agar mereka semua menuju pada kedewasaan iman dan kepenuhan hidup Kristen. Dalam konstitusi Suster Fransiskan Sukabumi tidak dibicarakan mengenai katekese, tetapi dalam pembinaan bagi anggotanya penghayatan spiritualitas merupakan awal dan menuntut kesediaan untuk terus menerus diperbaharui dan diperdalam hidupnya menjadi pribadi yang utuh. Pembaharuan dan ketahanan hidup Tarekat tergantung pada pembinaan para anggota. Pembinaan bermaksud mendalami hidup mereka secara terus menerus dalam Yesus Kristus. Hal ini juga mencakup bantuan untuk perkembangan pribadi masing-masing suster secara menyeluruh. (Konst. Pasal: 68) 2. Tujuan Katekese Dalam anjuran apostolic Catechesi Tradendae artikel 5, Sri Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa tujuan katekese adalah: “Bukan saja menghubungkan umat dengan Yesus Kristus, melainkan mengundangnya untuk memasuki persekutuan hidup mesra dengan-Nya. Hanya Dialah, yang dapat membimbing kita kepada cinta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 kasih Bapa dalam Roh dan mengajak kita ikut serta menghayati hidup Tritunggal kudus”. Katekese bertujuan untuk mengembangkan iman dan penghayatan hidup sebagai pribadi yang dicintai Tuhan dengan segala keberadaan kita. Persekutuan hidup mesra dengan Tuhan mengandaikan adanya relasi saling memahami dan mengerti sehingga relasi personal itu dapat tercipta. Dengan relasi personal manusi masuk dalam persekutuan mesra dengan Tuhan. Tujuan ini relevan dengan apa yang tertulis dalam konstitusi Suster Fransiskan Sukabumi pasal: 68 yang menyatakan pembinaan religius bermaksud mendalami hidup secara terus menerus dalam Yesus Kristus, seterusnya akan memajukan doa dan pengenalan lebih dalam akan Allah, dan menyadarkan kita betapa tergantungnya kita akan rahmat Allah. Paus Yohanes paulus II dalam dokumen yang sama lebih lanjut mengatakan, “Tujuan khas katekese ialah: berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan peri hidup Kristen umat beriman, muda maupun tua” (CT, art.20). Katekese pertama-tama ditujukan kepada mereka yang imannya baru bertumbuh, untuk membantu umat mampu berkembang menuju kepenuhan hidup Kristen. Demikian pula bantuan untuk memperkembangkan pribadi masing-msing secara menyeluruh (Konst. Pasal:78). Tujuan komunikasi iman menurut PKKI II ialah: Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman kita seharihari, dan kita bertobat (Metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan sehari-hari: dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih, dan semakin dikukuhkan hidup Kristiani kita, pula kita semakin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 mengkokohkan Gereja semesta, sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat (Yoseph Lalu, 2005:5). Pendalaman iman yang terus menerus berarti perluasan pengalaman pertobatan. Pertobatan dapat dimengerti sebagai berbaliknya orang dalam memandang hidupnya dan kehidupan ini dari perseptif relasi dengan Allah. Dalam kaitannya dengan katekese, bagi suster Fransiskan Sukabumi katekese bertujuan untuk mengembangkan dan memperdalam kesatuan dengan Allah, sehingga semakin bersatu erat dengan Kristus. Direktorium Kateketik Umum (DKU, art. 46), menguraikan tujuan katekese ialah: membimbing orang-orang Kristen secara individu dan kelompok menuju iman yang dewasa, maka katekese haruslah tetap setia untuk menyajikan seluruh kekayaan warisan Kristen. Dewasa dalam iman berarti iman yang utuh, yakni seimbang dan terpadu antara rasio, afeksi, dan tindakannya. Hal ini berciri antara lain: tidak kekanakkanakan, tidak takut menghadapi (berdialog dengan) umat lain, satu antara rumus (kata) yang diucapkan dan tindakannya (Dapiyanta (2001:12) Selain itu dewasa dalam iman dihayati dalam konteks: perayaan, persaudaraan, pelayanan, kesaksian secara terpadu dalam hidup. Iman yang dewasa tidak akan didapatkan dalam sekali jalan, untuk mencapai iman yang mendalam maka perlu proses terus menerus. 3. Isi Katekese Paus Yohanes Paulus II dalam Dokumen Catechesi Trandendae artikel 26 menyatakan: Katekese merupakan suatu momen atau aspek dalam pewartaan Injil, isinya juga tidak dapat lain kecuali isi pewartaan Injil sendiri secara menyeluruh. Satu-satunya amanat-yakni Warta Gembira Keselamatan, yang telah didengar sekali atau ratusan kali, dan telah diterima setulus hati, dalam katekese terus menerus didalami melalui refleksi dan studi sistematis, melalui kesadaran akan gema pantulannya dalam kehidupan pribadi seseorang, suatu kesadaran yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 meminta komitmen yang semakin penuh dan dengan mengintegrasikannya dalam keseluruhan yang organis dan selaras, yakni perihidup Kristen dalam masyarakat dan dunia. Isi katekese yang menjadi inti dari pewartaan Injil adalah Allah dan seluruh misteri keselamatan dan pribadi-Nya. Kehadiran Kristus di dunia menjadi bukti kasih Allah yang sungguh-sungguh mencintai manusia secara langsung dalam karya keselamatan-Nya. Kabar gembira pembebasan tersebut menjadi sumber iman, harapan dan kekuatan hidup setiap jemaat. Warta gembira karya penyelamatan Allah selalu bersifat diagonal Allah menawarkan dan mengundang jemaat untuk mampu mendengarkan, menerima serta menanggapinya di dalam kehidupan sehari-hari. Allah yang misteri tidak dapat langsung dikenali manusia tetapi perlu dipahami dan perlu didalami lebih lanjut melalui proses yang terus menerus. Kita perlu mewujudkan warta gembira secara konkret secara serius terus diperjuangkan. Bagi tarekat Suster Fransiskan Sukabumi, isi katekese adalah Kristus. Kristus menjadi sumber dan pusat hidup religius. Dalam tujuan berdirinya tarekat menyatakan bahwa: Tarekat Suster-suter Fransiskan Sukabumi adalah suatu persaudaraan yang terdiri atas pribadi yang terdorong oleh ilham Ilahi mau menghayati dan meneruskan cita-cita Moeder rosa de Bie yaitu: mengusahakan penyucian para anggotanya yang berdevosikan pada perjuangan dan penderitaan yesus yang miskin dan tersalib dengan hidup dalam semangat doa dan kontemplasi tobat dan silih, serta pelayanan cinta seturut teladan Fransiskus Assisi.(Eeuwferst-pr. BOZ) Allah yang menjadi pendorong untuk mampu menghayati hidup Yesus. Illahi yang menjadi daya pendorong bagi para suster untuk dapat mengidupi semangat Kristus yang miskin dan tersalib. Maka pada akhirnya para suster diajak untuk selalu berpusat kepada Yesus Kristus. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 4. Model Katekese Shared Christian Praxis Shared Christian Praxis (SCP) sebagai model berkatekese untuk membantu para suster agar semakin memahami dan menghayati semangat peniten rekolek, karena model ini memungkinkan terjadinya dialog partisipatif antar peserta ketekese. Katekese model SCP lebih cocok sebagai usaha pembinaan, sebab bersifat dialogispartisipatif, menekankan kemitraan dan dalam penyelenggaraannya menempatkan peserta sebagai subyek. Model ini lebih menekankan komunikasi iman dan partisipatif peserta dalam keseluruhan katekese. Selain itu model ini mendorong peserta untuk aktif berdialog dan merefleksikan pengalaman hidupnya. Model katekese ini dapat dikatakan sebagai model praksis, karena dari pengalaman hidup peserta yang direfleksikan secara kritis dan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi kristiani supaya muncul aikap dan kesadaran baru yang memberi motivasi pada keterlibatan baru (Sumarno Ds, 2007:14-15). Model Shared Christian Praxis memiliki tiga komponen yaitu Praxis, Kristiani dan Shared. adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Praxis Praxis dalam pengertian model katekese merupakan tindakan manusia yang direfleksikan. Praxis sebagai tindakan meliputi seluruh keterlibatan manusia dalam dunia yang mempunyai tujuan untuk perubahan hidup yang meliputi kesatuan antara praktek dan teori. Praxis mempunyai tiga unsur pembentukan yang saling berkaitan yaitu aktivitas, refleksi, dan kreativitas. Ketiganya untuk membangkitakan imaginasi, meneguhkan dan mendorong praxis baru yang dipertanggungjawabkan secara etis, dan moral. Unsus pertama, aktivitas meliputi kegiatan mental dan fisik, kesadaran, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86 tindakan personal dan sosial, hidup pribadi dan kegiatan bersama yang merupakan medan untuk mewujudkan diri manusia. Unsur kedua adalah refleksi menekankan refleksi kritis terhadap tindakan historis pribadi dan sosial dalam masa lampau terhadap praxis pribadi dan kehidupan bersama masyarakat serta terhadap”Tradisi” dan “Visi” iman kristiani sepanjang sejarah. Unsur ketiga, kreativitas merupakan perpaduan antara aktivitas dan refleksi yang menekankan sikap transenden manusia dalam dinamika menuju masa depan yang terus berkembang sehingga melahirkan praksis baru (Sumarno Ds, 2007:15). b. Kristiani Kristiani adalah mengusahakan agar kekayaan iman Kristiani sepanjang sejarah dan Visinya semakin terjangkau dan relevan untuk peserta. Kekayaan kristiani yang ditekankan dalam model ini adalah pengalaman iman tradisi Kristiani sepanjang sejarah dan visinya. Tradisi Kristiani mengungkapkan realitas iman jemaat yang hidup dan sungguh dihidupi. ini merupakan tanggapan manusia terhadap wahyu Allah yang terlaksana dalam hidup sebagai realitas iman dan tradisi senantiasa mengundang keterlibatan praktis. Visi kristiani menegaskan tuntutan dan janji Allah yang terkandung dalam tradisi, tanggungjawab dan pengutusan orang kristiani sebagai jalan untuk menghidupi semangat dan sikap kemuridan (Groome, 1997: 3). c. Sharing Sharing berarti berbagi rasa, pangalaman, pengetahuan serta saling mendengarkan pengalaman orang lain. Dalam berdialog ada dua unsur penting, yakni mendengarkan dan berbicara. Berbicara berarti menyampaikan suatu gagasan atau ide, atau pengalaman yang terjadi dalam dirinya. Didasari oleh sikap keterbukaan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 kejujuran, serta kerendahan hati. mendengarkan berarti mendengar dengan hati dan rasa tentang apa yang dikomunikasikan oleh orang lain. Dengan mendengarkan orang lain peserta dapat menemukan diri sendiri dan menemukan kehendak Allah (Sumarno Ds, 2007:16-17). Ada tiga hal yang pokok dalam keseluruhan proses katekese SCP. Pertama peserta diajak untuk mengumuli pengalaman hidupnya. Kedua, pengalamana iman tersebut direnungkan dan dikonfrontasikan dengan kitab suci atau tradisi gereja. Ketiga, dengan refleksi pengalaman iman yang telah dikonfortasikan dengan Kitab Suci dan tradisi Gereja, peserta diharapkan mampu membangun pemahaman, kesadaran, maupun tindakan baru dalam rangka meningkatkan perkembangan hidup beriman. Katekese model SCP diperkenalkan pertama kali oleh Thomas H. Groome. Model katekese ini dapat dimulai dengan langkah pendahuluan atau shering disebut langkah nol. Langkah ini dimaksudkan untuk pemusatan aktivitas peserta dan dapat juga digunakan untuk membantu peserta menukan topic dengan bertolak dari kehidupan konkret. Topik itu selanjutnya menjadi tema dasar pertemuan. Sarana yang digunakan dapat berupa cerita, poster, video, kaset suara, film atau sarana pendukung yang lain dalam katekese. Pada langkah ini pendamping berperan untuk membantu peserta supaya bersama-sama merumuskan prioritas tema yang akan diproses pada langkah selanjutnya. 1). Langkah pertama: Pengungkapan pengalaman faktual Langkah pertama ini pada intinya mengajak peseta untuk mengungkapkan pengalamannya atau permasalahan yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman hidup faktual ini dapat berupa pengalaman hidup semdiri, permasalahn PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88 hidup dimasyarakat atau gabungan. Melalui proses ini peserta membagikan pengalaman yang sungguh dialaminya. Cara pengungkapan pengalaman factual ini dapat dibantu dengan berbagai sarana, misalnya cerita, puisi, drama pendek, lambang, foto, poster dan lain sebagainya. Dalam mengungkapkan pengalamannya ada kebebasan untuk mengungkapkan perasaan, nilai, sikap, keyakinan maupun keprcayaan akan suatu pengalaman. Pada langkah ini peserta diharapkan sampai pada kesadaran dan tindakan yang tepat terhadap pengalaman hidupnya sendiri. Dalam langkah ini peran dan tanggungjawab pembimbing ialah pertama menjadi fasilitator yang menciptakan suasana pertemuan menjadi hangat dan mendukung peserta untuk membagikan praxis hidupnya, kedua merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang jelas, terarah, tidak menyinggung harga diri orang lain, sesuai latar belakang peserta, dan bersifat terbuka dan obyektif (Sumarno Ds, 2011:19) 2). Langkah kedua : mendalami pengalaman hidup peserta Pada langkah kedua memiliki tujuan memperdalam saat refleksi dan mengantar peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman hidup dan tindakannya yang meliputi: pemahaman kritis dan sosial (alasan, minat, asumsi), kenangan analitis dan sosial (sumber-sumber historis), dan imajinisai kreatif dan sosial (harapan konsekuensi historis). Dalam langkah ini pembimbing memiliki tanggungjawab: menciptakan suasana pertemuan yang menghormati dan mendukung setiap gagasan serta sumbangan peserta saran peserta, mengundang refleksi kritis setiap peserta, mendorong peserta supaya mengadakan dialog dan penegasan bersama yang bertujuan memperdalam, menguji pemahaman, kenangan dan imajinasi peserta, mengajak setiap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 peserta untuk berbicara, menggunakan pertanyaan yang menggali tidak menginterogasi dan mengganggu harga diri dan apa yang dirahasiakan oleh peserta dan menyadari kondisi peserta, lebih-lebih mereka yang tidak biasa melakukan refleksi kritis terhadap pengalaman hidupnya (Sumarno, Ds, 2011:20). 3). Langkah ketiga: menggali pengalaman kristiani Langkah ketiga ini mempunyai tujuan mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani agar lebih terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan peserta yang konteks dan latar belakang kebudayaannya berlainan. Tradisi kristiani mengungkapkan pewahyuan diri dan kehendak Allah yang memuncak dalam misteri hidup dan karya Yesus Kristus serta mengungkapkan tanggapan manusia atas pewahyuan tersebut. Sifat pewahyuan adalah: dialogal dan menyejarah dan normative seperti terungkap dalam KS, dogma, pengajaran gereja, liturgi, spiritualitas, devosi, seni dalam gereja, kepemimpinan dan kehidupan jemaat beriman. Walaupun bersifat normative, namun supaya menjadi relevan, perlu ditafsirkan. (Sumarno, Ds: 20-21) Peranan pembimbing adalah pertama menghormati Tradisi dan visi Kristiani sebagai yang otentik dan normative, kedua cara dan isi tafsiran bertujuan memberikan informasi dan membantu peserta agar nilai-nilai Tradisi dan visi Kristiani menjadi miliknya, ketiga, menggunakan metode yang tepat, pembimbing bisa menggunakan metode kuliah, diskusi kelompok, memanfaatkan produk-produk audio-visual, keempat, bersifat tidak mendikte tetapi mengantar peserta ke tingkat kesadaran, tidak mengulang-ulang rumusan, tidak bersikap sebagai “guru’, adakalanya bersikap sebagai “murid” yang siap belajar. Kelima, tafsiran dari pembimbing mengikutsertakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90 kesaksian iman, harapan, dan hidupnya sendiri, keenam, harus membuat persiapan yang matang dan studi sendiri (Sumarno Ds, 2011:21) 4). Langkah keempat: Menerapkan Iman Kristiani dalam situasi konkret peserta Langkah ini lebih menekankan interpretasi yang dialektis antara tradisi dan visi factual peserta dengan tradisi dan visi Kristiani yang akan melahirkan kesadaran sikap dan niat baru sebagai jemaat kristiani. Tujuan dari langkah ini adalah mengajak peserta, berdasarkan Tradisi dan visi kristiani menemukan bagi dirinya nilai hidup yang hendak digarisbawahi, dipertahankan dan dikembangkan. Di satu pihak peserta mengintegrasikan nilai-nilai hidup mereka ke dalam Tradisi dan visi Kristiani, dilain pihak mempersonalisasikan dan memperkaya dinamika Tradisi dan visi Kristiani (Sumarno Ds, 2011:21) Peranan pembimbing pada langkah ini adalah menghormati kebebasan dan hasil penegasan peserta yang menolak tafsir pembimbing, meyakinkan peserta bahwa mereka mampu mempertemukan nilai pengalaman hidup dan visi mereka dengan nilai Tradisi dan visi Kristiani, mendorong peserta merubah sikap dari pendengar pasif menjadi pihak yang aktif, menyadari bahwa tafsir pembimbing bukan kata mati, mendengarkan dengan hati tanggapan, pendapat, dan pemikiran peserta (Sumarno Ds, 2011:22). 5). Langkah kelima: mengusahakan aksi konkret Langkah kelima ini mengajak peserta agar sampai pada keputusan praktis yang dipahami sebagai tanggapan jemaat terhadap pewahyuan Allah yang terus menerus berlangsung di dalam sejarah kehidupan manusia dalam kontinuitas denga tradisi Gereja sepanjang sejarah dan visi Kristiani. Keprihatinannya adalah praktis yakni PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91 mendorong keterlibatan baru dengan jalan mengusahkan metanoia:pertobatan pribadi dan sosial (Sumarno Ds, 2011:22) Sesuai dengan tujuan langkah ini pembimbing bertanggungjawab menyadari hakekat praktis, inovatif dan transformative dari langkah ini, merumuskan pertanyaan operational yang membantu ke arah yang menekankan sikap optimis yang realistis pada peserta, dapat merangkum hasil langkah pertama sampai keempat, supaya dapat lebih membantu peserta mengusahakan supaya peserta sampai pada keputusan pribadi dan bersama, dan sebagai penutup peserta diajak merayakan liturgi sederhana untuk mendoakan keputusan (Sumarno Ds, 20011:22) 5. Relevansi Katekese Dalam Upaya Menyuburkan Semangat Peniten Rekolek Dalam upaya untuk menyuburkan semangat peniten rekolek, katekese sangat relevan untuk pembinaan. Katekese adalah suatu model pembinaan yang dapat dipergunakan oleh para suster SFS untuk semakin mengembangkan hidup berimannya. Program katekese dengan model SCP (Shared Christian Praxis) sangat cocok untuk pembinaan para suster SFS, karena sifatnya yang dialogis partisipatif dengan menekankan keterbukaan dan kerjasama. Proses pelaksanaan, peserta sebagai subyek, pergulatan, keprihatinan dan harapan peserta mendapat tempat utama. Katekese model ini memiliki pendekatan yang multi arah (Groome, 1997:1). Katekese sebagai komunikasi iman atau sharing pengalaman iman membantu para suster SFS, agar saling memperkaya, saling meneguhkan dalam perjalanan hidup panggilan dan saling menguatkan dalam penghayatan iman yang semakin menyerupai Yesus yang tersalib. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92 C. Usulan Program Pembinaan Suster Fransiskan Sukabumi 1. Pengertian Program Pembinaan Menurut kamus bahasa Indonesia (1997:490) program adalah rancangan atas sesuatu yang akan dikerjakan. Program biasanya berhubungan dengan suatu yang diatur sehingga dapat dilaksanakan oleh pihak yang berkepentingan. Dalam konstitusi SFS dijelaskan bahwa pentingnya melakukan program pembinaan karena pembinaan bagi para suster SFS berlangsung seumur hidup dan berkelanjutan. Maka manusia perlu berkembang dari waktu ke waktu. menyempurnakan diri untuk semakin menjadi lebih baik. Pembinaan para suster SFS adalah segala usaha pembinaan, membaharuan terus menerus, untuk mengembangkan diri setiap anggota kongregasi (ADP SFS Art.9:1). 2. Latar belakang Program pembinaan Pedoman Pembinaan Dalam Lembaga Religius yang dikeluarkan Kongregasi untuk lembaga Hidup Bakti dan Serikat kerasulan (Roma: 1990, Art.66) menyebutkan: “Selama hidup para religius hendaknya dengan tekun mengikuti pengembangan rohani, ilmiah, dan praktis, para pemimpin hendaknya memikirkan kemudahan dan waktu untuk itu” (KHK, kanon: 661): “Karena itu setiap lembagareligius merencanakan dan mewujudkan suatu program pembinaan yang tetap, yangcocok untuk semua anggotanya. Vita Consecrata, Art: 69 menyatakan bahwa pembinaan terus menerus menegaskan bahwa: “Pembinaan awal berkaitan erat dengan pembinaan terus menerus, dan sementara itu menciptakan kesediaan pada siapa pun untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 mem[ersilahkan diri dibina setiap hari....tidak seorang pun dikecualikan dari kewajiban bertumbuh secara manusiawi sebagai religius.” Pembentukan diri terus menerus adalah konsekuensi sebagai pribadi yang mau berkembang. Sebagai SFS juga diharapkan mampu mengembangkan hidupnya bukan hanya dari segi jasmani tetapi terutama segi rohaninya. Maka diharapakan menjadi pribadi yang memiliki kesetiaan pada panggilan religius, mampu menghadapi tantangan, mengembangakan potensi dirinya dengan baik sesuai tuntutan zaman, mengembangkan sikap lepas bebas, serta bahagia dalam kehidupannya. Di Bawah ini merupakan hasil wawancara secara tertulis kepada para suster SFS berkaitan dengan penghayatan peniten Rekolek P1. Semangat peniten rekolek adalah pedoa dan pentobat dimana kita diajak untuk terus menerus memberi diri untuk menuju pada kesempurnaan. Tantangan untuk mengidupi semangat peniten rekolek adalah dengan diri sendiri (ada malas, egois, terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga mengabaikan hidup doa). Suka menunda-nunda waktu, tidak disiplin, pengaruh kemajuan iptek dan terpengaruh lingkungan membuat kita lupa akan hidup doa serta adanya kejenuhan, lelah. Usaha yang dilakukan untuk semakin mengidupi dengan melakukan rekonsiliasi terus menerus (Refleksi). P2. Semangat Peniten adalah spirit yang harus dihayati dan dihidupi serta dibatinkan sehingga membawa pribadi pada pembaharuan terus menerus. Tantangan yang dihadapi adalah: mengalami kemalasan, kurang bisa mengendalikan diri, sikap kurang mampu melepas kelekatan, kurang terbuka akan karya Allah. Usaha PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 untuk semakin menghidupi adalah setia dalam hidup doa, mengupayakan matiraga, kehendak, makanan, pengendalian diri dalam berkehendak. P3. Seorang peniten rekolek harus bersemangat dalam menghayati kasih Yesus Kristus Injili, bersemangat dalam membina hidup persaudaraan, semangat tobat doa, pelayanan dan kesederhanaan menjadi penopang dalam hidup hariannya. Tantangan mengalami pasang surut kadang bersemangat dalam mengejar kehidupan yang lebih baik pribadi yang bermutu kadang juga kurang berlaku bijaksana. Usaha untuk semakin menghidupi adalah bertekun untuk mewujudkan apa yang saya tuliskan, berdoa memohon rahmat Tuhan dan bersyukur atas segala anugerah yang telah diterima dalam hidup ini, serta belajar dari para saudari entah perkataan dan perbuatan yang baik. P4. Semangat tobat pendoa bahwa hidup seseorang harus selalu berani memperbahari diri terus menerus itu berbuah dalam kehidupan sehari-hari lewat tugas perutusan dan kerasulannya. Tantangan adalah kelemahan diri sendiri (malas, merasa sudah baik, tidak tahu), kesibukan karya sehingga tidak mampu menyeimbangkan antara doa dan karya hidup persaudaraan, mapan tidak berani berubah tidak berani mengambil jarak, kurang lepas bebas terhadap orang, tugas, tempat, jabatan. Usaha untuk semakin menhidupi adalah menyeimbangkan diri antara doa, karya, persaudaraaan, belajar rendah hati, menerima situasi dan sikap kritis, kreatif dan memaknainya sebagai bekal hidup, belajar untuk lepas bebas berani berubah menjadi lebih baik setiap hari, berusaha agar semangat peniten rekolek menjadi milik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95 P5. Semangat yang dilandasi dengan semangat untuk berdoa dan tobat. Tantangan adalah sebagai pendoa sering kurang kesadaran dalam melaksanakannya, kemalasan dan kurang bisa mengatur waktu. Semangat pertobatan misalnya dalam mengubah keenderungan yang kurang baik ketika sudah mengalami kegagalan terkadang tidak mau berusaha lagi. Usaha untuk semakin menghidupi adalah mau memulai lagi untuk berbuat baik dari hal-hal yang kecil. P6. Semangat yang diwariskan oleh ibu pendiri yang perlu dijadikan milik bagi setiap anggotanya yakni semangat doa, tobat, pelayanan dan kesederhanaan. Tantangan dari dalam maupun luar diri yakni tuntutan karya serta keadaan fisk mempengaruhi karya maupun doa, kelelahan fisik, serta sakit. Usaha yang dilakukan untuk menghidupi semangat peniten rekolek adalah menyediakan waktu untuk berdoa baik doa pribadi maupun bersama dan melaksanakan tugas dengan baik. Matiraga dengan cara mengurangi jam istirahat untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas yang belum selesai. P7. Semangat pembaharuan diri yang ditopang oleh tobat dan doa terus menerus. Tantangan dari dalam diri kurang mampu membagi waktu, kurang konsisten, suka mengampuni diri sendiri, sikap menunda kurang disiplin. Tantangan dari luar situasi dan kondisi baik dalam persaudaraan dan karya. Usaha untuk menghidupi semangat peniten rekolek, mau bangkit dari kesalahan, tegas dengan diri sendiri, berani membatasi kegiatan, punya prinsip untuk dapat melakukan sesuatu atau mampu memprioritaskan suatu hal. P8. Peniten rekolek artinya pentobat dan pendoa memiliki hubungan dengan berdamai sehingga relasi dengan Tuhan secara lebih intens diwujudkan lewat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96 diri sendiri dan sesama. Tantangan adalah keterbatasan diri dalam pengolahan diri sehingga muncul kemanusiawian diri yang lebih menonjol seperti egois, sombong, kurang rendah sehingga menghambat perjumpaan dengan Tuhan dan sesama. Usaha yang dilakukan untuk semakin menghidupi adalah sadar diri terus menerus, tekun, memiliki daya juang yang tinggi. P9. Semangat pentobat dan pendoa merupakan spirit yang menjadi sikap batin dimana seseorang mengalami perubahan dari hal-hal yang kurang baik menuju ke hal yang baik dan berkenan pada Allah(tobat) melalui hidup doa yang intens dengan Tuhan. Tantangan ektrenal; menurunnya keteladanan, melemahnya hidup doa karena aktifitas jadwal tugas yang semakin banyak, pengaruh Iptek, serta arus globalisasi. Intern: kadang terlena dalam kesibukan dunia yang semu dan mengabaikan hidup rohani. Usaha untuk menghidupi adalah mawas diri sadar akan tujuan hakiki dari pilihan hidup saat ini, membangun sikap reflektif bukan reaktif, menyadari keberadaan diri sebagai seorang peniten rekolek yang pentobat dan pendoa. P10. Semangat peniten adalah semangat untuk dapat melakukan pertobatan terus menerus memperbaiki diri lebih baik dengan keterbukaan kepada kehendak Allah. Tantangan dalam menghayati Peniten Rekolek adalah kurangnya kesadaran diri untuk lebih terbuka membaharui diri. Usaha untuk menghayati adalah sadar dan breusaha meninggalkan keinginan diri yang kurang baik agar semakin berani terbuka sadar bahwa harus bertobat dan mau memperbaharui diri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97 P11 Semangat peniten adalah pentobat, pendoa, kerjakeras dan siap sedia untuk diutus. Tantangan arus zaman yang semakin pesat kurang menghargai proses. Usahanya dalah dengan berdoa dan memohon kekuatan dari Tuhan untuk memampukan saya untuk mencoba menekuni apa yang telah menjadi komitmen dan pilihan saya. P12. Peniten rekolek dalah pendoa dan pentobat diajak untuk dapat melakukan pertobatan terus menerus dan doa menjadi nafas hidup dengan mau akrap dengan Tuhan. Tantangan sikap malas dan kekuasai oleh keinginan diri. Usaha menumbuh kembangkan semangat doa dan tobat sebagai religius SFS meskipun mengalami jatuh bangun. P13. Peniten rekolek adalah semangat tobat dan doa yang merupakan sumber hidup bagi SFS. sebagai seorang yang memiliki spiritualitas ini maka diharapkan dalam kehidupan sungguh menhidupi sebagai seorang pendoa dan pentobat yang sejati. Tantangan dalam menghayati adalah adanya kemalasan dan egoisme diri yang kadang menguasai sehingga kurang mau bertobat dan merasa diri hebat. Usaha yang dilakukan untuk menghayati adalah selalu sadar bahawa saya seorang SFS yang dipanggil untuk selalu tekun dalan doa dan tobat sehingga hidup sungguh mencerminkan suatu kedamaian. P14. Semangat peniten Rekolek adalah semangat sebagai pentobat dan pendoa. Pentobat artinya menghidupi keseluruhan hidup sebagai wujud pertobatan, sedangkan pendoa adalah semangat untuk menghidupi dan menghidupkan doa dalam kehidupan. Tantangan bersifat intern yaitu: kendala dari dalam diri sendiri bagaimana mampu mengalahkan diri sendiri agar Allah yang bekerja serta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98 semangat keterbukanapa-apaan yang selalu dihadapkan pada kesombongan dan keegoisan diri. Mangusahakan metanoia, terbuka terhadap pembaharuan diri, mau selalu dibentuk danmengusahakan sikap reflektif. Kesimpulannya Semangat peniten rekolek perlu menjadi milik dan pedoman hidup yang perlu diusahakan terus menerus secara khusus penghayatan perlu ditingkatkan dalam hal doa maupun pertobatan. Tantangan ada dari dua sisi, baik dari dalam maupun luar diri. Tantangan yang terbesar adalah berasal dari dalam diri seperti: egois, malas, kurang mau berusaha, tidak disiplin, kurang memiliki daya juang sehingga perlu usaha dalam diri untuk semakin menyemangati dan bangkit dalam usaha untuk menghidupi semangat peniten rekolek. Tantangan dari luar misalnya: perkembangan Iptek, pekerjaan, suasana komunitas dll. Usaha yang ada dalam diri untuk semakin menyadari dan menghidupi semangat peniten rekolek serta tekun dalam mengusahakan pertobatan. Berdasarkan hasil kuisoner diatas maka penulis merasa perlu untuk mengusulkan Program pembinaan untuk semakin membantu para suster SFS menghayati spiritualitas peniten rekolek. Para suster SFS yang memiliki semangat kongregasi sebagai Peniten rekolek (Pentobat dan pendoa) mampu mewujudkan semangat itu dalam kehidupan sehari-hari sehingga hidup para suster semakin berkembang baik secara pribadi maupun dalam komunitas. Usulan program ini hanya sebagai salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk pembinaan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99 3. Tujuan Program pembinaan Pembinaan ini bertujuan untuk semakin mengembangkan hidup rohani para suster SFS. melalui program pembinaan yang berkesinambungan maka akan semakin mengembangkan hidup pribadi para suster juga dalam hidup kebersamaan di dalam komunitas. Pembinaan ini semakin menumbuhkan nilai-nilai iman kristiani, sehingga semakin mematangkan cinta kepada Kristus yang menjadi manusia pendoa yang diwujudkan dalam sikap hidup dan kerasulannya. 4. Tema-tema pembinaan Menghayati semangat peniten rekolek (pentobat dan pendoa) menjadi hal yang penting secara khusus bagi Suster Fransiskan Sukabumi, maka penulis mengusulkan program pembinaan dengan tema umum: “Menghidupi Doa Dan Semangat Peniten Rekolek Suster Fransiskan Sukabumi”. Peniten rekolek mengandung dua hal penting yang perlu diusahakan terus menerus bagi pengikut St. Fransiskus secara khusus suster Fransiskan Sukabumi (SFS). Unsur pertama adalah Doa dan unsur kedua adalah pertobatan. Dua hal ini menjadi materi pokok dalam kehidupan para suster SFS. Doa dan pertobatan yang dmemiliki daya dampak baik secara pribadi, komunitas maupun dalam karya. Para suster SFS perlu memiliki dua sikap ini dala kehidupannya baik secara pribadi, komunitas maupun dalam karya. Bagaimana mengusahakan untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka penulis mengusulkan beberapa tema yang akan membantu para suster untuk mengaktualisasikan hidupnya khususnya dalam hidup doa, komunitas dan karya. Dalam usulan program ini ditarik garis merah berkaitan dengan hubungan antara doa dan semangat peniten rekolek yang saling mendukung sehingga diharapkan bahwa keduanya ada dalam hidup para Suster PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100 Fransiskan Sukabumi. Keterkaitan antara doa dan semangat peniten rekolek ini dapat dirasakan dan ditemukan dalam penghayatan pribadi, dalam hidup berkomunitas maupun dalam karya pelayanan. Usulan program SCP ini bersifat umum, pengembangan dan pelaksanaannya disesuaikan dngan keadaan komunitas masing-masing karena mengingat karya pelayanan yang ditangani oleh para suster satu dengan yang lainnya berbeda. Dengan usulan program ini diharapkan bahwa para suster makin menghayati dan menghidupi semangat peniten rekolek dalam kehidupan sehari-hari yang terwujud dalam hidup pribadi, komunitas maupun karya. Bahan yang ditawarkan diolah dalam beberapa pertemuan dengan model SCP (Shared Christian Praxis). Dengan model pertemuan ini diharapkan masing-masing suster terlibat aktif untuk membangun hidupnya, karena dalam pertemuan ini sharing pengalaman actual menjadi poin penting. Sharing pengalaman adalah bentuk komunikasi yang mendalam di mana setiap pribadi diajak untuk terlibat dalam mendengarkan dengan sepenuh hati, terbuka, jujur, serta kerendahan hati dan mau berbicara menyampaikan ide dan gagasannya. Atas dasar pertimbangan diatas penulis membaginya menjadi tiga sub tema: Tema Umum : “ Menghidupi Doa dan Semangat Peniten Rekolek Suster Fransiskan Sukabumi” Tujuan Umum : Bersama pendamping, peserta semakin mampu menghidupi doa dan semangat peniten rekolek dalam hidup pribadi, komunitas dan karya dalam kongregasi Sukabumi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101 Sub Tema Pertama : Suster Fransiskan Sukabumi menghidupi Doa dan Semangat Peniten Rekolek dalam hidup pribadi Tujuan : Bersama pendamping, peserta semakin mampu mengidupi doa dan semangat peniten rekolek dalam hidup pribadi sehingga menjadi pribadi yang tangguh dalam hidup beriman dengan mengusahakan keheningan, kedisiplinan dalam doa, dan refleksi. Sub Tema Kedua : Suster Fransiskan Sukabumi menghidupi Doa dan semangat peniten rekolek dalam persaudaraan/ komunitas. Tujuan : Bersama pendanping, peserta semakin mampu menghidupi doa dan semangat peniten rekolek dalam persaudaraan/ komunitas, sehingga menjadi pribadi yang penuh syukur, bahagia, kasih terhadap sesama anggota komunitas. Sub Tema ketiga : Suster Fransiskan Sukabumi menghidupi doa dan semangat peniten rekolek dalam karya perutusan Tujuan : Bersama pendamping peserta semakin mampu menghidupi doa dan semangat peniten rekolek dalam karya perutusan sehingga melayani dengan ketulusan, rela berkorban, murah hati, dan penuh kasih dalam perutusan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Penjabaran Tema Usulan Program Shared Christian Praxis (SCP) Tema Umum : “ Menghidupi Doa dan Semangat Peniten Rekolek Suster Fransiskan Sukabumi” Tujuan Umum : Bersama pendamping, peserta semakin mampu menghidupi doa dan semangat peniten rekolek dalam hidup pribadi, komunitas dan karya dalam kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi. No Sub Tema Tujuan Sub Tema Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan 1. Suster Fransiskan Sukabumi menghidupi Doa dan Semangat Peniten Rekolek dalam hidup pribadi Bersama pendamping, peserta semakin mampu mengidupi doa dan semangat peniten rekolek dalam hidup pribadi sehingga menjadi pribadi yang tangguh dalam hidup beriman dengan Suster Fransiskan Sukabumi berani mengusahakan keheningan untuk dapat merefleksikan hidupnya dengan baik sehingga menjadi pribadi yang tangguh, Agar peserta dapat merefleksikan hidupnya dengan baik sehingga menjadi pribadi yang tangguh, sabar dan tekun dalam berdoa. Uraian Materi Pertemuan Metode • Betapa pentingnya keheningan Metode • Sharing Sarana • Kitab Suci Sumber Bahan • Kitab Suci Mat 6: 5-6 • Refleksi • Konstitusi, Mat 7:7-11 SFS, 2001 • Merefleksikan • Informasi • Konst. SFS. • Teks Cerita: 2001, Pasal hidup • Diskusi “Doa tiada 3,34 Kelompok putus” • Pribadi yang tangguh, sabar • Ben Yahya, • Madah Bakti serta tekun 1984. Berteduh dalam doa • Salib sebentar dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Suster Fransiskan Sukabumi menghidupi Doa dan semangat peniten rekolek dalam persaudaraa n/ komunitas mengusahakan keheningan, kedisiplinan dalam doa, dan refleksi. sabar, dan tekun dalam berdoa. Bersama pendanping, peserta semakin mampu menghidupi doa dan semangat peniten rekolek dalam persaudaraan/ komunitas SFS, sehingga menjadi pribadi yang penuh syukur, bahagia, kasih terhadap sesama Suster Fransiskan Sukabumi mengusahakan kasih terhadap sesama dalam komunitas sehingga hidup bahagia, dan penuh syukur • Lilin renungan hal. 112-112. Yogyakarta: Kanisius. • Majalah Utusan Oktober 2002,hal 8 Yogyakarta Agar peserta • Kasih yang dapat menjadi sejati: pribadi SFS mengampuni yang penuh dengan syukur, ketulusan hati bahagia dan kasih terhadap • Bahagia sebagai sesama anggota SFS: anggota saling komunitas meneguhkan • Bersyukur dan bahagia atas persaudaraan SFS: peka, • Sharing • Kitab Suci • Refleksi • Konstitusi, SFS, 2001 • Konst.SFS. 2001, pasal • Foto-foto 43, 44 anggota komunitas • Foto-foto anggota • Madah komunitas Bakti • Dianne • Salib Bergant CSA dan Robert.J. • Lilin Karris. OFM (2002). Tafsir • Informasi • Diskusi kelompok • Kitab Suci Mat 18: 21-35 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius solider 3. Suster Fransiskan Sukabumi menghidupi doa dan semangat peniten rekolek dalam karya perutusan Bersama pendamping peserta semakin mampu menghidupi doa dan semangat peniten rekolek dalam karya perutusan sehingga melayani dengan ketulusan, rela berkorban, murah hati, dan penuh kasih dalam perutusan. . Suster Fransiskan Sukabumi mengusahakan pelayanan yang total terhadap setiap orang yang dilayani dalam tugas perutusan Agar peserta • Melayani dalam karya dengan perutusan ketulusan hati dapat semakin • Kasih terhadap mampu sesama melayani dengan • Totalitas dan ketulusan dan keteladanan penuh kasih hidup • Sharing • Kitab Suci • Refleksi • Konstitusi, SFS, 2001 • Konst,2001, Pasal 50 • Cerita: “Sang • Bahan Bambu rekoleksi Yunior: Cerita • Salib “Sang Bambu” • Informasi • Diskusi kelompok • Lilin • Kitab Suci Yoh 10:10-15 • LBI,1981, Tafsir Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105 6. Contoh Persiapan Katekese SCP bagi para Suster Fransiskan Sukabumi Katekese bagi pembinaan terus menerus (on Going Formation) para suster Fransiskan Sukabumi dalam menghayati semangat peniten rekolek dalam hidup pribadi, komunitas dan karya kerasulan. a). Identitas 1). Tema : Pentingnya doa bagi peniten rekolek sehingga menjadi pribadi yang tangguh dan beriman mendalam. 2). Tujuan : Bersama pendamping, peserta semakin menyadari pentingnya doa dalam pribadi seorang peniten rekolek. 3). Peserta : Para Suster Fransiskan Sukabumi 4). Tempat : Susteran St. Fransiskus Sragen 5). Hari/Tanggal : Senin, 10 Februari 2013 6). Waktu : 90 menit 7). Metode : Sharing, refleksi pribadi, informasi, diskusi kelompok 8). Sarana : Kitab Suci, Tape Recorder, Kaset instrument, Konstitusi SFS, Salib, Lilin. 9). Sumber Bahan : Kitab Suci Mat 6:5-6 Konst.2001, pasal 3, 34 Ben Yahya,1984. Berteduh sebentar dengan renungan hal: 111-112. Yogyakarta: Kanisius Utusan, Oktober 2002; 8. Yogyakarta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106 b). Pemikiran Dasar Doa dan pertobatan menjadi ciri khas seorang peniten rekolek. Doa dan pertobatan adalah dua hal yang saling terkait. Berhadapan dengan hal ini maka perlu nya melihat kembali perjalanan doa dan pertobatan dalam hidup para Suster Fransiskan Sukabumi. Para Suster Fransiskan Sukabumi ditantang untuk mampu mewujudkan doa dan pertobatan dalam kehidupannya. Keheningan sumber kekuatan manusia, kedisiplinan adalah bentuk dari rasa tanggungjawab yang besar kepada Allah. Maka, dalam hidup doa para suster mengusahakan untuk semakin dihidupi dan dihayati dalam perjumpaan khusus bersama Allah. Dalam kehidupan manusia zaman ini, banyak mengalami tantangan sulitnya untuk menyediakan waktu bagi Allah. Setiap orang sibuk dengan urusannya masing-masing sehingga kurang memperhatikan kehidupan rohaninya. Mat 6:5-6 mengisahkan tentang hal berdoa. Yesus mengajarkan kepada kita untuk berdoa dengan baik. Doa yang baik dan berkenan bukan karena kata-kata yang bagus, indah tetapi doa yang sederhana yang memiliki kerendahan hati, sabar dan tekun. Yesus setelah berkarya selalu memberi waktu khusus untuk menimba sumber kehidupan yaitu berdoa di tentap yang sunyi. Dalam Injil Matius, Yesus mengajak kita untuk mengadakan hubungan personal, intim bersama Allah. Yesus mengajarkan kepada kita untuk berdoa kepada Bapa pada tempat yang tersembunyi maka Bapa kan mendengarkan doamu. Suara dan kehendak Bapa hanya bisa dengar kalau kita menciptakan ruang hening dalam hati kita. Dalam pertemuan ini para Suster Fransiskan Sukabumi, diajak untuk kembali pada sumber hidup yaitu doa dan menyadari bahwa doa yang berkenan kepada Allah adalah doa yang tulus dan sederhana. Para suster menyadari akan penting keheningan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107 karena itu perlu berani mengusahakan. Dengan demikian, para Suster SFS semakin mampu menghidupi semangat peniten rekolek. Sehingga para suster semakin tangguh dalam iman. c). Pengembangan langkah-langkah (1). Pembukaan (a). Pengantar Para suster yang terkasih, sebagai seorang SFS patutlah kita bersyukur, karena panggilan untuk hidup dalam cara hidup istimewa. Kita menyadari bahwa sebagai seorang peniten rekolek perlu mengusahakan keheningan yang menjadi sebuah kebutuhan. hendaklah setiap pribadi mengusahakan, untuk dapat melakukan keheningan sebagai mana seorang religius SFS. Yesus adalah teladan hidup kita dariNya kita akan banyak belajar. Yesus mengajari kita untuk berdoa secara sederhana dengan penuh ketulusan. Doa membentuk hidup seseorang untuk semakin beriman dan kuat dalam menghadapi kesulitan-kesulitan hidup. (b). Lagu pembukaan MB. No. 215 “Cahaya hidupku” (c). Doa Pembukaan Allah Bapa yang maha baik kami mengucapkan terimakasih atas kasih-Mu sehingga kami boleh berkumpul ditempat ini untuk mendekatkan diri pada-Mu. Pimpinlah kami dalam pertemuan ini dari awal hingga akhir nanti agar dapat mensyukuri penyelenggaraan-Mu atas hidup kami. Yesus memberikan teladan dan sekaligus teguran untuk kita supaya memiliki hati yang sederhana, apa adanya di hadapan Allah. Untuk itu bukalah hati kami agar dapat mengenal dan mengalami PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108 sapaan sabdaMu. Sehingga dengan demikian kami mampu semakin mengusahakan keheningan dan memperdalam iman kami. Demi Yesus Kristus Putra-Mu Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang, segala masa. Amin. (2). Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual (a). Membagikan Teks cerita: “Doa tiada Putus” kepada peserta dan memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyimak dan mendalami cerita. (b). Peserta menceritakan kembali isi dari cerita secara singkat (c). Inti sari dari Cerita “Doa tiada putus” Ibu Reni adalah seorang Ibu yang sudah lama menderita penyakit paru-paru, dan sudah menghabiskan uang untuk berobat. Tetapi penyakitnya tak kunjung sembuh. Obat-obat alternatif telah dicobanya tetapi hasilnya tak kunjung ringan penyakitnya. Akhirnya Ibu Reni memutuskan untuk menghentikan pengobatan. Dia diobati di rumah dengan berdoa bersama kepada Tuhan. Sejak saat itu di rumahnya ada doa bersama untuk memohonkan kesembuhan dan setelah enam bulan ibu Renipun dinyatakan lebih sehat. (d). Mengungkapkan pengalaman peserta dengan tuntutan pertanyaan: 1. Apa yang dialami oleh Ibu Reni! 2. Apakah para suster mempunyai pengalaman yang mirip dengan pengalaman ibu Reni? Coba ceritakan! (e). Rangkuman Saudari-saudari yang terkasih dalam Kristus dari cerita tadi kita dapat melihat bagaimana pengalaman Ibu Reni yang sedang sakit paru-paru. Ia mengadalkan kekuatan doa untuk dapat menjadi obat bagi penyakitnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109 Saudari-saudari yang terkasih dalam kristus dalam kehidupan kita sehari-hari kita sering juga mengalami banyak persoalan hidup yang kadang membuat diri kita putus asa dan tidak berarti. dari kisah Ibu Reni ternyata ketulusan, kesederhanaan itu mempapukan dirinya untuk bertahan menghadapi sakit yang ia derita. (3). Langkah II : Refleksi kritis atas sharing pengalaman hidup faktual (a). Peserta diajak sharing pengalaman atau cerita diatas dengan dibantu pertanyaan sebagai berikut: 1. Mengapa Ibu Reni menjadikan doa sebagai kekuatan dalam menghadapi penyakitnya? 2. Mengapa doa menjadi penting dalam kehidupan para suster SFS? (b). Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan rangkuman singkat. Arah Rangkuman Para suster yang terkasih kesulitan, penyakit tidaklah membuat seseorang menjadi putus asa dengan hidupnya. dalam cerita di atas Ibu Reni memutuskan untuk berhenti berobat karena merasa tidak ada perkembangan yang baik. Doa yang dilakukannya dengan penuh kepasrahan ternyata menjadi obat untuk penyakitnya. Sungguh luar biasa. Dalam hidup bersama para suster pernah merasakan bagimana perjuangan untuk dapat menerima hidup dengan penuh syukur dan berani untuk pasrah pada kehendak Allah. Ternyata dalam kepasrahan kepada Allah semuanya menjadi berjalan lebih baik. Doa menjadi penting dalam kehidupan para suster karena kekuatan doa mampu memberi daya dan mukjizat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110 (4). Langkah III :menggali pengalaman Iman Kristiani (a). Salah seorang peserta diminta untuk membaca perikop dari Kitab Suci, Injil Mat 6: 5-6. 6:5 "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungantikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 6:6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. (b). Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi bacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa pertanyaan: 1. Ayat-ayat mana yang menunjukkan ciri-ciri doa yang baik? mengapa? 2. Ayat-ayat mana yang menunjukkan bahwa Allah mendengarkan doa yang baik? 3. Makna apa yang dapat diambil dari perikop ini? (c). Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti perikop sehubungan dengan jawaban atas 2 pertanyaan diatas. (d). Pendamping memberikan tafsir dari Mat 6:5-6 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungannya dengan tema dan tujuan. Ayat 6 “ Jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang di tempat yang tersembunyi. Maka Bapamu akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111 melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu”. Pada ayat 6 ini diungkapkan bagaimana ciri-ciri doa yang baik. Dalam ayat 6 ini memiliki hubungan dengan ayat 5 yang mengungkapkan ajakan Yesus untuk tidak berdoa seperti seorang yang munafik, yang suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Apabila orang hanya mau dipuji maka akan mendapat pujian tetapi bukan dari Bapa tetapi dari manusia. Maka Bapamu akan melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu, merupakan bentuk bahwa Allah sungguh mendengarkan doa yang baik. Doa yang baik juga akan menghasilkan buah yang baik yaitu didengarkan Allah. Relasi yang mendalam dalam doa perlu dihidupi. Ayat 6 Yesus mengajak untuk memiliki relasi yang pribadi dan mendalam bersama Bapa. Keintiman ini ditunjukkan dengan masuk ke dalam kamar berarti bahwa diajak untuk masuk kekedalaman diri. Masuk ke dalam diri merupakan hal yang sulit karena perlu berani meninggalkan semuanya untuk dapat masuk ke dalam diri. Yesus memanggil manusia untuk selalu memiliki kedekatan relasi dengan Bapa. Bapa yang berada di tempat yang tersembunyi hanya dapat ditemui dalam keheningan pribadi. Dalam keheningan bersama Bapa maka akan memperoleh kepenuhannya. Yesus mengajarkan bahwa betapa pentingnya doa untuk kehidupan manusia. Doa adalah sumber sukacita, pengharapan, kekuatan dalam menghadapi segala hal yang terjadi dalam hidup. Perlunya waktu untuk dapat menjalin relasi dengan Bapa yaitu waktu khusus dalam berdoa. Doa menjadi penting karena doa yang berdaya dampak dalam kehidupan pribadi supaya semakin mantap dan kuat dalam iman dan pengharapan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112 Dalam keheningan Allah akan dapat ditemui, maka perlu menyediakan waktu hening bersama Allah. Kekuatan keheningan ini akan membawa kekuatan dalam hidup doa (5). Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam situasi Peserta Konkret Pengantar Saudari-saudari yang terkasih dalam Kristus berbagai pengalaman pernah kita alami dalam kehidupan kita sehari-hari, terutama pengalaman berdoa. dalam kehidupa doa yang kita alami banyak kali orang lebih menonjolkan apa yang menjadi kekuatannya dan keunguulannya. maka tak jarang juga ada orang yang melakukan sesuatu tindakan dengan motivasi agar dipuji. Dalam pengalaman doa juga kita dapat menemukan bagaimana seseorang ingin juga dipuji bahwa doanya bagus, rajin. Sebagai Suster SFS doa adalah hal pokok yang perlu dilakukan oleh para suster. (a). Sebagai bahan refleksi agar kita semakin menumbuhkan kesadaran akan peranan doa dalam kehidupan kita manusia 1. Bagaimana kita dapat memaknai pengalaman doa di hadapan Allah? 2. Sikap-sikap mana yang sebaiknya kita perjuangkan untuk semakin menjadi pendoa ? (b). Arah Rangkuman Saudari-saudari yang terkasih dalam Kristus, melalui pengalaman doa membuat kita tersadarkan akan pentingnya sikap sederhana dan rendah hati dalam berdoa. Doa bukan untuk memegahkan diri atau ajang untuk pamer tetapi kesempatan bagi kita untuk berwawancara dengan Allah. Melalui pertemuan ini kita disadarkan akan makna doa yang sesungguhnya dan bagaimana kita perlu berdoa aagar hidup kita menjadi tabah dan semakin mendalam imannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113 (6). Langkah ke V : keterlibatan baru demi semakin terwujudnya kerajaan Allah di dunia ini (a). Pengantar Saudari-saudari yang terkasih dalam kristus, dalam pertemuan hari ini, yang dari awal kita telah dihantar tentang makna doa. Setelah bersama-sama kita menggali pengalaman hidup kita sebagai orang Kristen dan belajar dari pengalaman Yesus, Yesus mengajak kita untuk juga menyadari panggilan sebagai pentobat. Maka sekarang, secara pribadi dan bersama memikirkan niat-niat apa yang dapat kita lakukan sebagai bentuk kesadaran kita untuk mewujudkan kasih itu. Pertanyaan penuntun untuk membantu peserta membangun niat-niatnya baik secara pribadi maupun bersama. • Niat apa yang hendak kita lakukan dalam memaknai doa? (b). Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening untuk memikirkan sendiri-sendiri tentang niat-niat pribadi maupun bersama yang akan dilaksanakan. (c). Niat-niat pribadi maupun kelompok tersebut diungkapkan dalam pleno untuk saling meneguhkan. (d) Kemudian, pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan mendiskusikan bersama guna menentukan rencana bersama konkret, yang dapat segera diwujudkan agar mereka semakin memperbaharui sikap pribadi maupun kelompok untuk mewujudkan tugas kita sebagai pendoa. (7). Penutup a. Doa umat (spontan) Pendamping memberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan doa- doa spontan, dimulai oleh pendamping dengan menghubungkannya sesuai tema dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114 tujuan serta sesuai kebutuhan dan situasi peserta yaitu dalam memaknai doa. Akhir doa umat ditutup dengan doa penutup oleh pendamping dengan merangkum keseluruhan proses dari awal sampai akhir. b. Doa penutup Ya Allah Bapa yang maha baik, kami mengucap syukur dan berterima kasih kepada-Mu atas berkat dan rahmat kasih-Mu yang begitu besar dalam hidup kami. Melalui sabdaMu yang kami dengarkan tadi membuat kami sadar akan arti doa dan sikap dalam doa sehingga doa ini menjadi sumber kekuatan dalam menghadapi situasi kehidupan yang kadang tidak mudah. Utuslah kami menjadi pendoa yang bisa menyebarkan cinta kasih kepada sesama kami. Semoga kami bisa menjadi murid-Mu yang bijaksana dan sederhana, menjadi saksi Kristus yang setia, yang selalu percaya akan penyelenggaraan Ilahi. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin c. Pertemuan SCP diakhiri dengan lagu penutup: MB. No.294 “Tuhan Semayam di hatiku” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115 BAB V PENUTUP Pada akhir dari penulisan skripsi ini, penulis mengemukakan beberapa hal penting yang perlu diperhatikan kembali dan beberapa saran yang dapat membantu para Suster Fransiskan Sukabumi dalam mengembangkan penghayatan semangat peniten rekolek dan doa. Bagian penutup ini terdiri dari dua bagian yakni: Kesimpulan dan Saran. A. Kesimpulan Semangat peniten rekolek adalah semangat yang harus dihidupi oleh Suster Fransiskan Sukabumi. Semangat peniten rekolek adalah doa dan pertobatan terus menerus dua hal ini menjadi ciri khas seorang Fransiskan peniten rekolek. Hidup menjadi seorang pentobat dan pendoa. Doa bagi Para Suster Fransiskan Sukabumi adalah hal yang perlu diusahakan dan diperbaharui terus menerus. Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi meneladan kehidupan doa Fransiskus dan Ia sendiri menimba semangat doa dan kebaktian suci dari Yesus. Yesus sebagai pola hidupnya. Karena itu ia mengikuti hidup doa Yesus sampai sekecil-kecilnya seperti: cara, waktu, serta katakataNya (Konst pasal 32). Fransiskus menjadi teladan dalam kehidupan seorang peniten. Para Suster Fransiskan Sukabumi diharapkan meneladan cara hidup Fransiskus Assisi yang mampu menanggapi panggilan Allah untuk dapat melakukan pembaharuan dalam hidupnya. Doa bagi Fransiskus adalah saat di mana ia dapat mengungkapkan seluruh keberadaan dirinya dengan penuh. Doa bagi para Suster Fransiskan Sukabumi sebagai jiwa dan kekuatan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116 Para Suster Fransiskus Sukabumi tidak hanya menghidupi doa tetapi juga pertobatan terus menerus. Pertobatan ini dinyatakan dalam kehidupannya setiap hari dengan misa kudus, perayaaan ofisi bersama, jalan salib, meditasi, periksa batin, rosario, rekoleksi, silensium, dan lain-lain. Dua yang perlu terus diperbaharui yaitu doa dan semangat peniten rekolek karena kadang mengalami pasang surut. Perlunya penghayatan karena pengetahuan dan pemahaman perlu diwujud nyatakan terutama dalam realitas hidup. Menghidupi semangat peniten rekolek dengan mendalami sejarahnya dan mempelajari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sehingga semakin hari semakin mencintai dan bahkan mampu mengaktualisasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Keteladan St. Fransiskus menjadi sumber hidup bagi Suster Fransiskan Sukabumi untuk dapat menjadi seorang peniten rekolek sejati. Katekese model Shared Christian Praxis sebagai salah satu sarana yang dapat dipakai untuk on going formation karena dengan cara ini peserta diajak untuk berdialog menentukan langkah dalam perbaikan diri. Katekese SCP memungkinkan adanya dialog iman yang akan memperkembangkan hidup, sharing iman yang bersifat dialogis partisipatif yang menekankan keterbukaan dan kerjasama. Pembaharuan dalam doa dan pertobatan merupakan salah bentuk on going formation agar penghayatan akan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat terwujud dalam hidup. Program katekese yang ditampilkan untuk membantu para Suster Fransiskan Sukabumi semakin memahami dan mendalami doa dan semangat peniten rekolek. B. Saran Dalam usaha untuk menghayati semangat penitent rekolek kongregasi memberi ruang gerak untuk semakin dapat mengembangkan hidup. Usaha yang telah dilakukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117 oleh kongregasi antara lain: Retret, rekoleksi, doa bersama, Ekaristi, kursus spiritualitas dan lain-lain hal ini diyakini sebagai salah satu bentuk kepedulian kongregasi dalam mengembangakan hidup para Suster Fransiskan Sukabumi. Penghayatan semangat penitent ini tidak hanya memerlukan dukungan dari kongregasi tetapi terutama bagaimana setiap pribadi mampu mengusahakan untuk semakin memahami dan menghayatinya. Penghayatan pribadi sangat berpengaruh pada kwalitas hidup orang yang bersangkutan. Setiap pribadi mengusahakan diri untuk membangun hidup rohaninya dengan cara: rajin berdoa, periksa batin, meditasi, sehingga terbentuklah pribadi yang tangguh memiliki daya juang yang tinggi. Dalam hidup bersama juga diusahakan gerak bersama yang memungkinkan setiap pribadi untuk semakin menghayati dan menghidupi semangat peniten rekolek dengan memberi fasilitas kepada anggota untuk semakin mendalami misalnya: belajar bersama setiap senin sore, rekoleksi bersama komunitas, retret spiritualitas. Dalam hidup karya mengusahakan pelayanan yang total bagi sesama yang merupakan suatu bentuk pertobatan. Siap melayani dan mengabdi di mana saja bahkan di tempat yang terpencil dan terpinggirkan. Para Suster Fransiskan Sukabumi banyak berkarya di kota-kota kecil untuk melayani masyarakat yang terpinggirkan. Bentuk karya yang ditanggani ini menjadi salah satu bentuk pengungsian yang nyata dalam hidup bermasyarakat. Marilah kita semakin mengusahakan untuk membangun hidup kita dimulai dari pribadi kita masing-masing sehingga nanti akan berdampak pada komunitas maupun karya yang dipercayakan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118 DAFTAR PUSTAKA Alkitab Deuterokanonika. (1976). Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia dan Lembaga Biblika Indonesia. Bodo Murray, OFM. (2002). Fransiskus Perjalanan & Impian. Jakarta: Sekafi Breemen Van. P. SJ. (1983). Kupanggil Engkau dengan Namamu. Yogyakarta: Kanisius. Darminta, J, SJ. (1981). Doa Dan Berdoa. Seri Ikrar 9. Yogyakarta: Kanisius ________, (1983). Tuhan Ajarilah Kami Berdoa. Seri Ikhrar 14. Yogyakarta: Kanisius. ________ (1995). Hidup Religius Hidup Gerakan Roh. Seri spiritualitas ________, (1995). Mistik Devosi & Hidup Rohani. Yogyakarta: Kanisius ________, (1997) Doa dan Pengolahan Hidup. Seri Spiritualitas Kristen. Yogyakarta: Kanisius. ________, (1983). Religius Dan Pembaharuan Rohani. Seri Ikhrar 12. Yogyakarta: Kanisius. Djono Moi, A. Alberto,O. Carm (2008). Menimba Kekuatan Doa. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama Dokumen Gerejawi No. 16. (1992). Jakarta: Dokpen KWI Dokumen Konsili vatikan II (1983). Deklarasi Evangelica Tesficatio, Petunjuk tentang pembaharuan hidup religius. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan MAWI _________, (1983). Deklarasi Perfectae Caritatis, Pembaharuan Hidup Kebiaraan. Jakarta: Departeman Dokumentasi dan Penerangan MAWI. _________, (1983). Deklarasi Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Liturgi Suci. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan MAWI. Goby Ivan (1976). Fransiskus Assisi. Ende: Nusa Indah Groome, Thomas H. SJ. (1988). Bimbingan Doa. Yogyakarta: Kanisius. Groome, Thomas H. SJ. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese (FX. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. (buku asli diterbitkan 1991). Hugghe. G. Mgr. (1968). Menuju hidup Membiara Jang Seimbang I. Yogyakarta: Kanisius. Hugghe. G. Mgr. (1968). Menuju Hidup Membiara Jang Seimbang IV. Yogyakarta: Kanisius. Joseph. M. Stoutzenberger dan John D. Bohrer. (2000). Meditasi bersama Fransiskus dari Assisi. Bogor: Grafika Bogor. Konferensi WaliGereja Indonesia. (2006). Kitab Hukum Kanonik, Edisi Resmi Gereja, Bogor: Grafika Mardi Yuana. Kongregasi SFS. (2012). Rekomendasi kapitel 2012. Sukabumi. Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi. Moeder Theresia Sealmaekers. Sukabumi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119 Kongregasi SFS. (2001). Konstitusi SFS Tahun 2000. Bogor: SMK Grafika Mardi Yuana. Kristianto, Eddy, OFM. (2009). Gerakan awal Kongregasi Peniten Rekolek. Yogyakarta: Kanisius. KWI. (1992). Pedoman-pedoman pembinaan dalam lembaga religius. Jakarta: KWI. KWI. (2004). Bertolak Segar dalam Kristus. Jakarta: KWI. KWI. (1994). Cerita yang Patut diperhatikan. Jakarta: KWI. Laplace Jean, SJ. (1984). Doa Menurut Kitab Suci. Seri Sumber Hidup: (Darminta.J.SJ, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius. Leo Ladjar. (1988). Fransiskus Assisi Karya-karyaNya. Yogyakarta: Kanisius. Mardi Prasetya, Sj. (2001). Tugas Pembinaan demi Mutu Hidup Bakti. Yogyakarta: Kanisius. Martino Canti, OFM. (2006). Identitas Fransiskan. Bogor: Grafika Mardi Yuana. Martinus Telaumbanua, Dr. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor. Nouwen Henri. J.M. (1985). Menggapai Kematangan Hidup Rohani. Yogyakarta: Kanisius Pater OFM (1978). Fioretti. Ende: Nusa Indah Pedoman Penulisan Skripsi. (2006). Yogyakarta: Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, FKIP USD. Peraturan Khusus untuk Suster-Suster Rumah sakit di Bergen op Zoom. (1898). Sukabumi. Philomena, Agudo, FMM. Ph. D. (1988). Aku Memilih Engkau. Yogyakarta: Kanisius. Prasetyo Mardi. F, SJ. (2001). Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti 2. Yogyakarta: Kanisius. Profisialat SFS, (2001). Arah dasar Pendidikan SFS. Bogor: Grafika Provisialat SFS, (2000). Konstitusi Tarekat. Bogor: Grafika Bogor. Purwo Hadiwardoyo, Al, MSF. (2007). Pertobatan dalam Tradisi Katolik. Yogyakarta: Kanisius. Seri Puskat (1971). No. 65 Aturan hidup bagi seorang religius Baru. Yogyakarta: Puskat. Sumarno Ds. M. SJ. M. A. (2011). PPL PAK Paroki. Diktat Mata kuliah untuk mahasiswa semester IV, program Studi Ilmu Pendidikan Agama Katolik, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Suster Fransiskan Sukabumi. (2007). Konstitusi Peniten Ordo ke tiga St. Fransiskus di Limburg-1841. Sukabumi. Suster Fransiskan Sukabumi. (2007). Konstitusi Peniten Rekolek Biara St. Chatarina-BOZ-1908. Sukabumi. Suster Fransiskan Sukabumi. (2007). Peraturan Khusus Suster Rumah Sakit di Keuskupan Breda-1855. Sukabumi. Syukur Dister. Nico, OFM. (2011). Semangat Hamba Allah Yohana dari Yesus. Yogyakarta: Kanisius. Tim Spiritualitas SFS, (2012). Retret SFS Th 2012. Sukabumi. Wahyo, OFM. (1979). Thomas Celano St. Fransiskus dari Assisi Walker. (1978). Konkordasi Alkitab. Yogyakarta: Kanisius. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120 William A. Barry. SJ. (2002). Apa yang kau inginkan dalam doa. Jakarta: Obor Yohanes Paulus II. (1983). Catechesi Trandendea, Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan MAWI. Yosef Lalu, Pr. (2005). Katekese Umat. Jakarta: KWI Zita, SFS. (2008). Dari kapitel ke kapitel. Bogor: Mardi Yuana PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 1: Surat Pemberitahuan penelitian kepada Pelayan Umum Persaudaraan Suster Fransiskan Sukabumi Kepada Yth: Sr. M. Marietta, SFS Pelayan Umum Persaudaraan SFS Di Sukabumi Dengan Hormat, Dengan ini saya Sr. M. Kamila, SFS, yang bertanda tangan dibawah ini mengajukan permohonan untuk dapat mengadakan penelitian sederhana mengenai semangat peniten rekolek yang selama ini telah dihidupi dan dihayati oleh para suster. Penelitian ini berupa kuisoner yang berisikan beberapa pertanyaan yang menyangkut pengalaman para suster dalam menghayati semangat peniten rekolek. Saya mengharapkan kesediaan para suster untuk dapat mengisinya dengan baik sesuai dengan pengalamannnya. Jumlah para suster yang mengisi kuisoner 15 suster, lima suster yunior, lima suster medior dan lima suster senior. Penelitian ini saya pergunakan untuk mendukung skripsi yang berjudul: HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA DOA DAN SEMANGAT PENITEN REKOLEK MENURUT SPIRITUALITAS SUSTER FRANSISKAN SUKABUMI. Atas perhatian dan dukungannya saya mengucapkan terimakasih. Sragen, 4 Desember 2012 Salam Hormat, Sr.M. Kamila, SFS (1) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 2: Daftar Pertanyaan kuisoner Nama : Umur : 1. Apa yang suster ketahui tentang semangat Peniten Rekolek? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------2. Tantangan atau kendala apa yang suster alami dalam menghayati Semangat Peniten Rekolek? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------3. Usaha apakah yang telah suster lakukan selama ini untuk dapat menghidupi Semangat Peniten Rekolek? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Terimakasih (2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 3: Rangkuman Hasil Pengisian Kuisoner Para Suster Fransiskan Sukabumi (SFS) P1. Semangat peniten rekolek adalah pedoa dan pentobat dimana kita diajak untuk terus menerus memberi diri untuk menuju pada kesempurnaan. Tantangan yang dihadapi adalah dengan diri sendiri (ada malas, egois, terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga mengabaikan hidup doa). Suka menundanunda waktu, tidak disiplin, pengaruh kemajuan iptek dan terpengaruh lingkungan membuat kita lupa akan hidup doa serta adanya kejenuhan, lelah. Usaha yang dilakukan melakukan rekonsiliasi terus menerus. P2. Semangat Peniten adalah spirit yang harus dihayati dan dihidupi serta dibatinkan sehingga membawa pribadi pada pembaharuan terus menerus. Tantangan yang dihadapi adalah: mengalami kemalasan, kurang bisa mengendalikan diri, sikap kurang mampu melepas kelekatan, kurang terbuka akan karya Allah. Usaha adalah setia dalam hidup doa, mengupayakan matiraga sikap, kehendak, makanan, pengendalian diri dalam berkehendak. P3. Seorang peniten rekolek harus bersemangat dalam menghayati kasih Yesus Kristus Injili, bersemangat dalam membina hidup persaudaraan, semangat tobat doa, pelayanan dan kesederhanaan menjadi penopang dalam hidup hariannya. Tantangan mengalami pasang surut kadang bersemangat dalam mengejar kehidupan yang lebih baik pribadi yang bermutu kadang juga kurang berlaku bijaksana. Usaha adalah bertekun untuk mewujudkan apa yang saya tuliskan, berdoa memohon rahmat Tuhan dan bersyukur atas segala anugerah yang telah diterima dalam hidup ini, serta belajar dari para saudari entah perkataan dan perbuatan yang baik. P4. Semangat tobat pendoa bahwa hidup seseorang harus selalu berani memperbahari diri terus menerus itu berbuah dalam kehidupan sehari-hari lewat tugas perutusan dan kerasulannya. Tantangan adalah kelemahan diri sendiri (malas, merasa sudah baik, tidak tahu), kesibukan karya sehingga tidak mampu menyeimbangkan antara doa dan karya hidup persaudaraan, mapan tidak berani berubah tidak berani mengambil jarak, kurang lepas bebas terhadap orang, tugas, tempat, jabatan. Usaha menyeimbangkan diri antara doa, karya, persaudaraaan, belajar rendah hati, menerima situasi dan sikap kritis, kreatif dan memaknainya sebagai (3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bekal hidup, belajar untuk lepas bebas berani berubah menjadi lebih baik setiap hari, berusaha agar semangat peniten rekolek menjadi milik. P5. Semangat yang dilandasi dengan semangat untuk berdoa dan tobat. Tantangan adalah sebagai pendoa sering kurang kesadaran dalam melaksanakannya, kemalasan dan kurang bisa mengatur waktu. Semangat pertobatan misalnya dalam mengubah keenderungan yang kurang baik ketika sudah mengalami kegagalan terkadang tidak mau berusaha lagi Usaha yang dilakukan adalah mau memulai lagi untuk berbuat baik dari halhal yang kecil. P6. Semangat yang diwariskan oleh ibu pendiri yang perlu dijadikan milik bagi setiap anggotanya yakni semangat doa, tobat, pelayanan dan kesederhanaan. Tantangan dari dalam maupun luar diri yakni tuntutan karya serta keadaan fisk mempengaruhi karya maupun doa, kelelahan fisik, serta sakit. Usaha yang dilakukan untuk menghidupi semangat peniten rekolek adalah menyediakan waktu untuk berdoa baik doa pribadi maupun bersama dan melaksanakan tugas dengan baik. Matiraga dengan cara mengurangi jam istirahat untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas yang belum selesai. P7. Semangat pembaharuan diri yang ditopang oleh tobat dan doa terus menerus. Tantangan dari dalam diri kurang mampu membagi waktu, kurang konsisten, suka mengampuni diri sendiri, sikap menunda kurang disiplin. Tantangan dari luar situasi dan kondisi baik dalam persaudaraan dan karya. Usaha untuk menghidupi semangat peniten rekolek, mau bangkit dari kesalahan, tegas dengan diri sendiri, berani membatasi kegiatan, punya prinsip untuk dapat melakukan sesuatu atau mampu memprioritaskan suatu hal. P8. Peniten rekolek artinya pentobat dan pendoa memiliki hubungan dengan berdamai sehingga relasi dengan Tuhan secara lebih intens diwujudkan lewat diri sendiri dan sesama. Tantangan adalah keterbatasan diri dalam pengolahan diri sehingga muncul kemanusiawian diri yang lebih menonjol seperti egois, sombong, kurang rendah seihingga menghambat perjumpaan dengan Tuhan dan sesama Usaha yang dilakukan adalah sadar diri terus menerus, tekun, memiliki daya juang yang tinggi. P9. Semangat pentobat dan pendoa merupakan spirit yang menjadi sikap batin dimana seseorang mengalami perubahan dari hal-hal yang kurang baik menuju ke hal yang baik dan berkenan pada Allah(tobat) melalui hidup doa yang intens dengan Tuhan (4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tantangan ektrenal; menurunnya keteladanan, melemahnya hidup doa karena aktifitas jadwal tugas yang semakin banyak, pengaruh Iptek, serta arus globalisasi. Intern: kadang terlena dalam kesibukan dunia yang semu dan mengabaikan hidup rohani Usaha untuk menghayati : Mawas diri sadar akan tujuan hakiki dari pilihan hidup saat ini, membangun sikap reflektif bukan reaktif, menyadari keberadaan diri sebagai seorang peniten rekolek yang pentobat dan pendoa. P10. Semangat peniten adalah semangat untuk dapat melakukan pertobatan terus menerus memperbaiki diri lebih baik dengan keterbukaan kepada kehendak Allah. Tantangan dalam menghayati Peniten Rekolek adalah kurangnya kesadaran diri untuk lebih terbuka membaharui diri. Usaha untuk menghayati adalah sadar dan breusaha meninggalkan keinginan diri yang kurang baik agar semakin berani terbuka sadar bahwa harus bertobat dan mau memperbaharui diri. P11 Semangat peniten adalah pentobat, pendoa, kerjakeras dan siap sedia untuk diutus. Tantangan arus zaman yang semakin pesat kurang menghargai proses Usahanya dalah dengan berdoa dan memohon kekuatan dari Tuhan untuk memampukan saya untuk mencoba menekuni apa yang telah menjadi komitmen dan pilihan saya. P12. Peniten rekolek dalah pendoa dan pentobat diajak untuk dapat melakukan pertobatan terus menerus dan doa menjadi nafas hidup dengan mau akrap dengan Tuhan. Tantangan sikap malas dan kekuasai oleh keinginan diri Usaha menumbuh kembangkan semangat doa dan tobat sebagai religius SFS meskipun mengalami jatuh bangun. P13. Peniten rekolek adalah semangat tobat dan doa yang merupakan sumber hidup bagi SFS. sebagai seorang yang memiliki spiritualitas ini maka diharapkan dalam kehidupan sungguh menhidupi sebagai seorang pendoa dan pentobat yang sejati. Tantangan dalam menghayati adalah adanya kemalasan dan egoisme diri yang kadang menguasai sehingga kurang mau bertobat dan merasa diri hebat Usaha yang dilakukan untuk menghayati adalah selalu sadar bahawa saya seorang SFS yang dipanggil untuk selalu tekun dalan doa dan tobat sehingga hidup sungguh mencerminkan suatu kedamaian. (5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI P14. Semangat peniten Rekolek adalah semangat sebagai pentobat dan pendoa. Pentobat artinya menghidupi keseluruhan hidup sebagai wujud pertobatan, sedangkan pendoa adalah semangat untuk menghidupi dan menghidupkan doa dalam kehidupan. Tantangan bersifat intern yaitu: kendala dari dalam diri sendiri bagaimana mampu mengalahkan diri sendiri agar Allah yang bekerja serta semangat keterbukanapa-apaan yang selalu dihadapkan pada kesombongan dan keegoisan diri. Mangusahakan metanoia, terbuka terhadap pembaharuan diri, mau selalu dibentuk danmengusahakan sikap reflektif. Kesimpulannya Semangat peniten rekolek perlu menjadi milik dan pedoman hidup yang perlu diusahakan terus menerus.(Penghayatan perlu ditingkatkan dalam hal doa maupun pertobatan. Tantangan ada dari dua sisi, baik dari dalam maupun luar diri. Tantangan yang terbesar adalah berasal dari dalam diri seperti: egois, malas, kurang mau berusaha, tidak disiplin, kurang memiliki daya juang sehingga perlu usaha dalam diri untuk semakin menyemangati dan bangkit dalam usaha untuk menghidupi semangat peniten rekolek. Tantangan dari luar misalnya: perkembnagan Iptek, pekerjaan, suasana komunitas dll. Usaha yang ada dalam diri untuk semakin menyadari dan menghidupi semangat peniten rekolek serta tekun dalam mengusahakan pertobatan. (6)