Bidang Unggulan: Pengembangan Metodologi dan Perangkat Pendidikan/Pembelajaran. Kode / Nama Rumpun Ilmu: 121 / Matematika USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI JUDUL PENELITIAN: DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA INTERAKTIF TERPADU DI SEKOLAH INKLUSI MENGAPLIKASIKAN TEKNOLOGI AUGMENTED REALITY 3D TIM PENGUSUL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SEPTEMBER 2015 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL RINGKASAN ii iii iv v vi BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1 4 4 5 6 Latar Belakang Rumusan Permasalahan Tujuan Penelitian Keutamaan Penelitian Manfaat Penelitian BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 2.1 2.2 2.3 7 8 9 Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Teknologi AR Pemanfaatan Teknologi AR di Bidang Pendidikan BAB 3 METODE PENELITIAN 11 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 11 11 12 12 13 13 Peta Alur Penelitian Pelaksanaan Penelitian Tahun Pertama Luaran Penelitian di Tahun Pertama Pelaksanaan Penelitian Tahun Kedua Luaran Penelitian di Tahun Kedua Indikator Capaian BAB 4 BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN 15 4.1 4.2 15 15 Anggaran Biaya Jadwal Penelitian DAFTAR PUSTAKA 17 LAMPIRAN iii DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Prinsip Kerja Teknologi AR Gambar 2 Peta Alur Penelitian 9 11 iv DAFTAR TABEL Tabel 1 Sekolah Luar Biasa di Provinsi Bali 2 Tabel 2 Definisi Pendidikan Inklusif oleh Beberapa Ahli 7 Tabel 3 Format Rekaman Target Capaian Penelitian 13 Tabel 4 Rekapitulasi Anggaran Biaya Penelitian 15 Tabel 5 Jadwal Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi 16 v RINGKASAN Desain Pembelajaran Matematika Interaktif Terpadu Di Sekolah Inklusi Mengaplikasikan Teknologi Augmented Reality 3D Filosofi pendidikan inklusif yang diselenggarakan di sekolah inklusi adalah pemerataan kesempatan pendidikan ke individu pembelajar. Dasar filosofi adalah keyakinan pada apa yang dimiliki individu, pentingnya memberikan nilai pada keragaman, dan bahwa individu pembelajar berpotensi bertukar pengetahuan satu sama lain. Sekolah inklusi tidak hanya membelajarkan siswa normal, tetapi juga siswa dengan kebutuhan khusus. Penempatan siswa berkebutuhan khusus di kelas normal memberikan luaran positif terhadap pengetahuan dan keterampilan dari kedua kelompok siswa. Luaran positif yang secara empiris semestinya diperoleh kedua kelompok siswa dan guru, realitasnya belum terwujud di lapangan. Kondisi ini banyak dipengaruhi oleh minimnya guru khusus serta kebutuhan adaptasi yang belum dilakukan di sekolah inklusi. Proposal penelitian ini mengusulkan desain pembelajaran matematika interaktif terpadu di sekolah inklusi memanfaatkan keunggulan teknologi AR 3D. Fokus penelitian ditujukan pada desain pembelajaran yang memadukan penggunaan buku AR dan sistem dengan tekonologi AR 3D. Urgensi yang mendasari usulan adalah: (i) belum banyak buku AR yang tersedia untuk di sekolah inklusi, (ii) dibutuhkan adaptasi desain pembelajaran untuk mengefektifkan pembelajaran di sekolah inkusi, (iii) bentuk adaptasi yang dinilai efektif untuk pembelajaran di sekolah inklusi adalah penggunaan buku sumber dengan sumber belajar dengan teknologi AR 3D, serta (iv) ketersediaan sumber ahli di Undiksha untuk mendesain pembelajaran yang dibutuhkan di sekolah inklusi. Kegiatan penelitian dijadwalkan untuk dua tahun anggaran (2016 – 2017). Cakupan pekerjaan penelitian meliputi pengembangan sumber belajar berbasis teknologi AR 3D, buku AR dan desain pembelajaran terpadu memanfaatkan buku AR dan sistem dengan teknologi AR 3D. Detail pekerjaan di tahun pertama meliputi: (i) tinjauan pembelajaran di sekolah inklusi dari sumber: buku teks, hasil observasi dan data sekunder yang tersedia, (ii) sumbang saran melibatkan pakar IT, pedagogi dan praktisi untuk merumuskan prototipe sumber belajar dengan teknologi AR 3D dan skenario pembelajaran, (iii) pengembangan sumber belajar dengan teknologi AR 3D, (iv) pengujian prototipe sumber belajar di kelompok terbatas, dan (v) penyusuan artikel dan laporan tahunan di tahun pertama. Di tahun kedua, pekerjaan penelitian meliputi: (i) penyusunan RPP, (ii) penyusunan buku AR untuk sekolah inklusi, (iii) uji desain pembelajaran di lingkungan terbatas dan (iv) uji desain di kelas nyata. Penelitian melibatkan sekolah inklusi SD N 2 Bengkala dan SLB Negeri Singaraja. Luaran kegiatan penelitian di tahun pertama meliputi: (i) desain dan prototipe teknologi AR 3D, (ii) artikel ilmiah untuk dipublikasikan melalui konferensi internasional, (iii) poster penelitian dan (iv) laporan tahunan. Sedangkan luaran kegiatan di tahun kedua: (i) RPP, (ii) buku sumber yang menanamkan teknologi AR 3D, (iii) artikel ilmiah untuk dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi, (iv) poster penelitian dan (v) laporan akhir penelitian. Kata kunci: Pembelajaran interaktif terpadu, Sekolah inklusi, Teknologi Augmented Reality, 3D. vi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan inklusif yang diselenggarakan di sekolah inklusi merupakan upaya mewujudkan pemerataan kesempatan belajar bagi usia didik tanpa adanya unsur diskriminasi. Pada pendidikan inklusif, pembelajaran menempatkan siswa berkebutuhan khusus (SBK) secara bersama-sama dengan siswa normal. Prinsip yang dijadikan dasar pada pendidikan inklusif adalah keyakinan pada kemampuan individu, menghargai keragaman sebagai nilai tambah dan keyakinan bahwa individu pembelajar dapat bertukar pengetahuan satu sama lain (Renzaglia dkk., 2003). Pendidikan inklusif menempatkan siswa dengan dan tanpa kebutuhan khusus di kelas normal. Penempatan SBK di kelas normal memberikan luaran positif terhadap kualitas praktik pendidikan inklusif (Inclusive Education Practice (IEP)), waktu keterlibatan dan dukungan individu (Xuan Bui, 2010). Justifikasi signifikansi peningkatan kualitas IEP mengacu pada kesesuaian usia didik, fungsionalitas, dan kesesuaian usia ketika berpindah dari kelas khusus ke kelas normal. Luaran positif dari pelaksanaan sekolah inklusi tidak terjadi begitu saja. Untuk mendapatkan keuntungan luaran dari kelas inklusi perlu dipahami strategi yang berkaitan dengan persyaratan konteks, praktik pembelajaran atau upaya pemberlakukan kurikulum. Berbagai strategi perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas luaran di kelas inklusi, diantaranya: pemanfaatan teman sebaya, adaptasi kurikulum dan praktik kolaborasi antara staf administrasi, guru umum, guru khusus, orang tua siswa, dan komponen lainnya. Sejauh ini, praktik peningkatan kualitas luaran dari sekolah inklusi belum maksimal diterapkan. Kondisi ini tidak terlepas dari belum terjadinya penerimaan masyarakat secara penuh akan keberadaan sekolah inklusi. Masyarakat masih berpikiran bahwa penempatan SBK secara bersa-ma-sama dengan siswa normal di satu kelas inklusi akan menghambat pembelajaran siswa normal. Pemikiran masyarakat ini tentunya juga mendorong munculnya keyakinan bahwa penye-lenggaran sekolah inklusi dapat menurunkan prestasi belajar siswa normal. Di sisi lain, guru-guru di sekolah inklusi juga belum dapat berbuat banyak dalam memanfaatkan eksistensi keragaman dalam memberi nilai tambah terhadap peningkatan kualitas luaran. Hal ini dikarenakan adanya tekanan berupa: pengajaran diarahkan untuk sukses dalam ujian (teach to test), kekhawatiran ketika siswa tidak memperoleh skor yang memuaskan dan perasaan malu ketika skor siswa yang rendah ditunjukkan ke masyarakat luas. (Bobby Hobgood dan Lauren Ormsby, 2010). Kondisi seperti disebutkan di atas menjadi pertimbangan khusus dituntutnya keberadaan guru khusus di sekolah inklusi. Guru khusus 1 adalah guru yang dipandang memiliki kompetensi memberikan pelayanan kepada SBK di sekolah inklusi. Sayangnya guru khusus yang bertugas di sekolah-sekolah inklusi dilihat dari sisi kuantitas terkategori kurang memadai. Berdasarkan data Dapodik 2015 tercatat ada 57 orang guru yang berstatus PNS maupun guru honorer sekolah yang mengasuh SBK di 15 sekolah luar biasa (SLB) di provinsi Bali (Republik Indonesia, 2015). Nama-nama SLB yang mengasuh SBK di Povinsi Bali tertera di Tabel 1. SLB ini memberikan pelayanan kepada siswa dari berbagai kebutuhan, seperti: tuna rungu, tuna netra, tuna grahita, tuna laras, tuna wicara, tuna daksa, autis, cerdas istimewa, dan bakat istimewa. Tabel 1. Sekolah Luar Biasa di Provinsi Bali NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 NAMA SEKOLAH SLB C Negeri Singaraja SLB B Negeri Singaraja SLB Negeri Jembrana SLB C Kemala Bhayangkari SLB B Negeri Tabanan SLB A Santikatmataka SLB D YPAC Cabang BaliKSDSMP SLB B Negeri PTN Jimbaran SLB Negeri Gianyar SLB Negeri Klungkung SLB Negeri Bangli SLB Negeri Karangasem SLB A Negeri Denpasar SLB C Negeri Denpasar SLB C1 Negeri Denpasar BENTUK PEND. STATUS Jl.Yudistira Selatan No.15 A Jl Veteran 11 A Jln. Sedap Malam Negara Jl. Denpasar Gilimanuk Jl. P. Batam No. 40 Tabanan Jl. S. Parman No.1 Kediri Jl. By Pass Ngurah.Rai Km 30 SLB SLB SLB SLB SLB SLB SLB Negeri Negeri Negeri Swasta Negeri Swasta Swasta Jl By Pass Ngurah Rai Jimbaran Jl Erlangga Jl. Dewi Sartika No. 5 Jln. Erlangga No. 16 A Bangli Jl Nenas Jl.Serma Gede No 11 Sanglah Jl. A. Yani Denpasar Jl. Ahmad Yani,Dauh Puri Kaja SLB SLB SLB SLB SLB SLB SLB SLB Negeri Negeri Negeri Negeri Negeri Negeri Negeri Negeri ALAMAT SD N 2 Bengkala merupakan satu-satunya sekolah inklusi jenjang pendidikan dasar yang berlokasi di kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Di sekolah ini bertugas dua orang guru khusus yang keduanya berstatus guru honorer sekolah. Kedua guru khusus ini berkolaborasi dengan guru-guru di enam kelas inklusi. Ditinjau dari latar belakang pendidikannya, kedua guru khusus ini tidak memiliki latar belakang pendidikan luar biasa (PLB). Pengetahuan dan keterampilan guru khusus diperoleh melalui pelatihan atau workshop. Di sekolah SLB Negeri Singaraja yang notabene sekolahnya bukan sekolah inklusi, SBK dididik di dua kelompok yakni di SLB B untuk siswa tuna rungu dan SLB C untuk siswa tuna grahita. Kelas yang dikelola sebanyak 15 kelas. Ada 25 orang guru dengan rincian: 17 orang berstatus PNS dan 8 orang non PNS yang bertugas di SLB B. Kurang dari setengahnya (8 orang) guru PNS memiliki latar belakang pendidikan PLB dan hanya 1 orang 2 guru non PNS yang memiliki latar belakang pendidikan PLB. Sedangkan di SLB C bertugas 20 orang guru. Tiga diantaranya adalah guru non PNS. Dari 17 orang guru PNS, hanya 2 orang yang memiliki latar belakang pendidikan PLB. Dilihat dari kesediaan perangkat pembelajaran, perangkat yang tersedia di SD N 2 Bengkala adalah buku paket, dua buah televisi dan vcd player, serta video pembelajaran. Televisi dan vcd player dipasang di ruangan khusus sehingga pemanfaatannya terbatas. Selain itu pembelajaran melalui video cenderung kurang interaktif karena siswa minim kesempatan berinteraksi dengan media. Di SLB Negeri Singaraja, alat bantu mengajar yang ada lebih banyak mengarah ke alat bantu keterampilan. Sangat minim alat bantu atau media yang diperuntukan untuk membantu pemahaman isi kurikulum. Penggunaan Teknologi multimedia yang digadang-gadang sebagai alat bantu potensial dalam mengembangkan sumber belajar belum banyak dimanfaatkan. Realitas ini terkait erat dengan terbatasnya pengetahuan dan keterampilan guru dalam pemanfaatan teknologi multimedia. Tek-nologi multimedia yang menjanjikan untuk dimanfaatkan dalam pengembangan sumber belajar adalah teknologi Augmented Reality (AR) (Sari dkk., 2012). Teknologi AR merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu dalam bentuk teknologi digital yang menggabungkan animasi dengan peristiwa nyata yang berupa animasi yang dapat meningkatkan persepsi pengguna tentang interaksi dengan suatu objek dalam dunia nyata (Lyu dkk., 2005). Teknologi ini banyak dikembangkan dalam pembuatan multimedia presentasi pembelajaran sebagai alat bantu guru dalam proses pembelajaran di kelas, dan tidak menggantikan peran guru secara keseluruhan. Dengan teknologi AR, suatu benda yang sebelumnya hanya dapat dilihat secara dua dimensi, dapat muncul sebagai obyek virtual yang dimasukkan ke dalam lingkungan nyata secara waktu nyata. Saat ini penelitian dan penggunaan AR meluas hingga ke berbagai aspek, contohnya dalam bidang industri, bidang medis, bidang penerbangan, periklanan, navigasi, arsitektur bangunan, dan objek virtual (Hsu, 2011). Pemanfaatan teknologi AR di bidang pendidikan memberikan kontribusi positif yang menjadikan pembelajaran lebih bermakna (Cadavieco dkk., 2012), (Chen dan Tsai, 2012), (Kesim dan Ozarslan, 2012), (Salmi dkk., 2012), (Fonseca dkk., 2014). Cadaivieco menggunakan AR dan m-learning untuk mengoptimalkan kinerja siswa di sekolah menengah. Chen dan Tsai mengembangkan sistem AR interaktif untuk memperkaya pengetahuan perpustakaan di SD. Kesim dan Ozarslan menuliskan dalam papernya pengenalan teknologi AR dan potensinya di bidang pendidikan. Salmi memanfaatkan teknologi AR memvisualisasikan informasi yang tidak tertangkap indera untuk pembelajaran di pusat sain dan sekolah pendidikan guru di Helsinki. Sedangkan Fonseca melihat hubungan 3 antara profil siswa, alat bantu yang digunakan, partisipasi dan prestasi akademik menggunakan AR untuk memvisualisasikan model arsitektur. Dari hasil penelusuran pengusul, belum ada peneliti yang mengusulkan pemanfaatan AR untuk desain pembelajaran interaktif terpadu di sekolah inklusi. Terlebih lagi untuk penerapan khusus di sekolah inklusi SD N 2 bengkala yang memiliki karakteristik siswa yang unik. SD N 2 Bengkala merupakan sekolah inklusi yang memiliki karakteristik lingkungan khusus, di mana 50 penduduknya adalah bisu tuli dari 2749 jiwa penduduk. Pola pendidikan inklusif bisu tuli dan normal di SD N 2 Bengkala merupakan salah satu dari tiga sekolah sejenis di dunia, di mana fenomena genotif Desa Bengkala adalah mirip identik dengan kejadian yang ada di Mongolia dan India. Berdasarkan paparan di atas, pengusul memandang sangat dibutuhkan dihasilkan "Desain Pembelajaran Matematika Interaktif Terpadu di Sekolah Inklusi Memanfaatkan Teknologi AR 3D" melalui kegiatan penelitian. 1.2 Rumusan Permasalahan Merujuk pada uraian pada latar belakang masalah, rumusan permasalahan yang hendak ditemukan solusinya adalah sebagai berikut. a. Bagaimana rancangan sumber belajar matematika dengan teknologi AR 3D yang mampu mewujudkan luaran positif SBK di sekolah inklusi, khususnya SD N 2 Bengkala ? b. Bagaimana desain pembelajaran matematika yang menunjang pencapaian target luaran di sekolah inklusi yang memadukan pemanfaatan buku ajar dan sumber belajar dengan teknologi AR 3D ? c. Bagaimana format buku ajar dengan teknologi AR 3D yang dibutuhkan dalam desain pem-belajaran matematika yang memadukan buku ajar dengan sumber belajar dengan teknologi AR 3D ? 1.3 Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan permasalahan, penelitian yang diusulkan bertujuan untuk mengem-bangkan perangkat pembelajaran interaktif terpadu untuk pembelajaran matematika di sekolah inklusi. Desain pembelajaran yang dikembangkan memadukan pemanfaatan buku ajar dan sum-ber belajar dengan teknologi AR 3D. Lebih spesifiknya, tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Menghasilkan rancangan sumber belajar matematika dengan tekonologi AR 3D yang mampu memvisualisasikan fakta atau informasi tersembunyi pada pembelajaran konvensional melalui teks, grafik dan animasi. 4 b. Menghasilkan prototipe sumber belajar dengan teknologi AR 3D yang dapat dioperasikan melalui perangkat berpindah (mobile) seperti smartphone atau tablet untuk memvisualisasikan fakta atau informasi tersembunyi yang menjadi konten pembelajaran matematika di sekolah inklusi. c. Menghasilkan desain pembelajaran matematika interaktif di sekolah inklusi yang memadukan pemanfaatan buku ajar dan sumber belajar dengan teknologi AR 3D yang mampu mengontribusi luaran positif SBK maupun siswa normal. d. Menghasilkan buku ajar dengan teknologi AR 3D yang mendukung keberlangsungan pembelajaran matematika di sekolah inklusi. Pembelajaran bersifat interaktif dengan memadukan penggunaan buku ajar dan sumber belajar dengan teknologi AR 3D. 1.4 Keutamaan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini memiliki keutamaan ditinjau dari beberapa hal berikut. a. Kurangnya ketersediaan perangkat pembelajaran matematika interaktif terpadu di sekolah inklusi memanfaatkan teknologi AR 3D. Seperti diuraikan di subbab Latar Belakang, perangkat pembelajaran yang ada di sekolah inklusi SD N 2 Bengkala maupun SLB Negeri Singaraja masih sangat kurang. b. Sekolah inkusi yang ada di Singaraja, yakni SD N 2 Bengkala memiliki karakteristik khusus sehingga desain pembelajaran yang telah ada di skala internasional maupun nasional belum tentu cocok untuk pemenuhan kebutuhan SBK di sekolah tersebut. c. Untuk menjadikan sekolah inklusi memberikan luaran positif kepada SBK maupun non SBK dibutuhkan adanya adaptasi desain pembelajaran dari kurikulum siswa normal yang umumnya diterapkan di sekolah inklusi. d. Guru-guru di sekolah inklusi memiliki beban kerja cukup berat mengawal siswa untuk mam-pu mendapatkan luaran positif baik untuk siswa SBK maupun non SBK. Selain itu guru juga menanggung beban psikologi yang datang dari berbagai pihak. Beban kerja guru yang sudah berat cenderung tidak memberi kesempatan melakukan pekerjaan lebih seperti mendesain pembelajaran interaktif dan terpadu sebagai bentuk adaptasi pembelajaran yang dibutuhkan siswa. 5 1.5 Manfaat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru maupun instansi sekolah. a. Manfaat Bagi Siswa Hasil penelitian ini menambah keragaman sumber belajar matematika interaktif yang mema-dukan kemajuan di bidang teknologi dan penggunaan buku ajar yang sudah ditanami teknologi AR 3D. Buku ajar yang sudah ditanami teknologi AR 3D yang dipadukan dengan prototipe teknologi AR 3D mampu memvisualisasikan fakta atau informasi mendekati nyata. Kondisi ini memberi peluang ke siswa memahami materi lebih utuh dengan berkurangnya tuntutan imajinasi dalam memahami materi yang dibelajarkan. Siswa juga menjadi aktif da-lam memahami materi memanfaatkan teknologi AR 3D yang sudah dikembangkan. Dengan demikan konstruksi pengetahuan akan terjadi di siswa melalui bimbingan terbatas yang di-berikan oleh guru. b. Manfaat bagi Guru Bertambahnya sumber belajar memungkinkan guru berkreasi dalam pengelolaan kelas sehingga pembelajaran lebih menyenangkan. Hambatan komunikasi yang banyak terjadi antara guru-siswa di sekolah inklusi terjembatani karena peran guru sudah diarahkan sebagai penga-rah yang tidak dituntut menjelaskan rinci materi pelajaran. Penjelasan materi dapat dilakukan melalui bantuan teknologi AR 3D. c. Manfaat Bagi Instansi Sekolah Menambah koleksi sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh guru maupun siswa dalam memahami materi pelajaran dalam lingkungan belajar yang lebih menyenangkan. Dengan begitu, iklim sekolah akan terasa nyaman bagi siwa untuk belajar maupun guru dalam menge-lola kelas. 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Permendiknas nomor 70 tahun 2009 pasal 1 menegaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya (Republik Indonesia, 2009). Pendidikan inklusif diselenggarakan di sekolah inklusi. Pendidikan inklusif menempatkan SBK dan siswa normal dalam satu satuan pendidikan yang sama. Kurikulum yang diimplementasikan di sekolah inklusi adalah kurikulum sekolah umum yang diadaptasikan dengan kebutuhan SBK (Wehmeyer, Lance, & Bashinski, 2002). Sekelompok ahli lain juga mendefinisikan pendidikan inklusif dalam Managing Special and Inclusive Education (Steve Rayner, 2007) seperti tertera di Tabel 2. Tabel 2 Definisi Pendidikan Inklusif oleh Beberapa Ahli NO AHLI DEFINISI 1 Clark dkk., (1995) Inclusion can be understood as a move towards extending the scope of ‘ordinary’ schools so they can include a greater diversity of children. 2 Florian (1998) Within special education, the term inclusive education has come to refer to a philosophy of education that promotes the education of all pupils in mainstream schools. Inclusive education refers to education for all comers. It is a 3 Slee (2000) reaction to discourses that exclude on the basis of a range of student characteristics, including class, race, ethnicity, sexuality, perceived level of ability or disability, or age. 4 Lorenz (2002) The successful mainstreaming of pupils with special educational needs (SEN) who would traditionally have been placed in special schools. Penempatan SBK secara bersama-sama dengan siswa normal diketahui memberikan luaran positif tidak hanya bagi SBK, tetapi juga non SBK. Meskipun secara empiris pendidikan inklusi memberikan luaran positif bagi SBK namun faktanya penyelenggaraan pendidikan inklusif belum diterima baik di masyarakat (Ishartiwi, 2010). Ada kekhawatiran bahwa penempatan bersama SBK dengan non SBK akan menurunkan ketuntasan hasil belajar. Kekhawatiran ini cukup beralasan karena guru di sekolah inklusi banyak yang mengalami frustasi karena standar akuntabilitasnya yang beresiko tinggi. Guru-guru tahu adanya tekanan dalam bentuk pengajarannya yang ditujukan untuk kepentingan ujian, ketakutan skor tes siswa rendah, atau takut tidak memuaskan administrasi sekolah (Bobby 7 Hobgood dan Ormsby, 2011). Fakta lain yang mengamini belum sepenuhnya pendidikan inklusif diterima di masyarakat adalah: (a) pendidikan inklusif kurang disiapkan dari awal secara komprehensif, (b) pemangku jabatan yang berwenang membuat keputusan belum semuanya memahami filosofi pendidikan inklusif, (c) keberadaan guru khusus dengan kompetensi yang dibutuhkan SBK masih kurang, (d) guru umum di sekolah inklusi belum seluruhnya memiliki kemampuan mengelola pembelajaran di sekolah inklusi (Ishartiwi, 2010). Di samping itu ada anteseden yang dikenal sebagai the medical model atau sering disebut deficit model yang mengasumsikan bahwa dasar dalam pendefinisian kesulitan atau ketidakmampuan belajar sebagai penyakit atau ketidaknormalan. Sederhananya; SBK dimasukan dalam kategori problem medis dan memiliki penyakit. Konsekuensi dari anteseden ini adalah bahwa SBK mesti ditangani oleh ahli di bidang patologi (Steve Rayner, 2007). 2.2 Teknologi AR AR mengacu pada teknologi spektrum yang luas yang memproyeksikan materi yang dihasilkan oleh komputer seperti teks, citra, video ke pengguna di dunia nyata (Yuen Steve, 2011). Mulanya peneliti mendefinisikan AR dalam terminologi peralatan khusus seperti head mounted display (HMD). Dengan pertimbangan bahwa pendefinisian seperti itu terlalu sederhana untuk bidang yang sedang berkembang luas maka (Azuma dkk., 1997) dan peneliti lain (Kaufmann, 2003)(Zhou dkk., 2008) mendefinisikan pengimplementasian AR berdasarkan tiga karakteristik: (a) penggabungan dunia nyata dengan elemen maya, (b) yang interaktif dalam waktu nyata dan (c) terdaftar dalam 3D (yakni tampilan objek maya atau infomasi secara intrinsik terikat oleh posisi dan orientasi dunia nyata). Serupa; Höllerer dan Feiner (2004) mendefinisikan AR sebagai penggabungan informasi nyata dan informasi yang dihasilkan melalui komputer dalam lingkungan nyata, interaktif dan dalam real-time dan yang menyelaraskan objek maya dengan fisiknya. Ludwig dan Reimann (2005) mendefinisikan AR sebagai interaksi manusia-mesin yang menambahkan objek maya ke dunia nyata yang disajikan melalui kamera video dalam waktu nyata. Haryvedca (2010) menggambarkan prinsip kerja teknologi AR seperti ditunjukkan pada Gambar 1. 8 Gambar 1. Prinsip kerja teknologi AR Kamera dari peralatan teknologi digunakan merekam citra yang diberikan melalui objek penanda. Rekaman citra penanda selanjutnya dikenai proses orientasi dan posisi penanda 3D. Identifikasi penanda sebagai luaran dari proses orientasi dan posisi digunakan sebagai dasar pencocokan dengan penanda citra yang terekam di memori. Kesesuaian identitas penanda dengan template yang terekam di memori dijadikan dasar penyelarasan objek dengan penanda dan berikutnya memantik proses render objek 3D kedalam format video visualisasi yang akan diberikan ke pengguna. 2.3 Pemanfaatan Teknologi AR di Bidang Pendidikan Pemanfaatan teknologi AR di bidang pendidikan telah menarik perhatian banyak peneliti. (Chen dan Tsai, 2012) melakukan penelitian pada 116 siswa kelas 3 di Taipei Municipal Wanxing Elementary School pada pembelajaran keterampilan dasar perpustakaan menggunakan aplikasi augmented reality library instruction system (ARLIS). Hasil menunjukkan bahwa kinerja pembelajaran siswa meningkat secara signifikan. (Sari dkk., 2012) mengembangkan aplikasi pengenalan pancaindra berbasis AR untuk pembelajaran IPA di jenjang sekolah dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi yang dikembangkan membantu menjadikan siswa lebih paham materi yang dipelajari. (Kaufmann, 2003) melihat potensi dan tantangan pemanfaatan AR di bidang pendidikan dalam arti luas, yakni konteks lingkungan pembelajaran maya yang imersif pada pembelajaran geometri. Hasil menunjukkan pemanfaatan aplikasi yang dinamai Construct3D mendorong eksperimen dan meningkatkan keterampilan spasial. (Suharso, 2012) membangun pembelajaran interaktif pada objek geometri kubus, balok, prisma, tabung, kerucut, dan bola sebagai sumber belajar matematika siswa tingkat sekolah dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prototipe yang dihasilkan diyakini mampu membantu guru dalam pengelolaan kelas. (Kaufmann and Schmalstieg, 2006) memadukan penggunaan AR 9 untuk media pengajaran dan geometri dinamik 3D untuk mamfasilitasi pembelajaran matematika dan geometri pada siswa sekolah menengah. Hasil penelitian menujukkan penggunaan media kolaboratif ini dapat meningkatan keterampilan spasial siswa. 10 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Peta Alur Penelitian Peta alur pelaksanaan penelitian yang akan dikerjakan digambarkan pada Gambar 2. Penelitian ini diusulkan untuk dikerjakan dalam dua tahun kegiatan. Fokus kegiatan di tahun pertama adalah pada perancangan dan pengembangan sumber belajar memanfaatkan teknologi AR 3D. Di tahun kedua akan dilakukan desain pembelajaran dan penyusunan buku ajar yang menanamkan teknologi AR 3D. Cakupan pekerjaan selama dua tahun pada usulan penelitian ini mengadopsi prosedur pengembangan yang dikembangkan oleh Borg dan Gall (1983). Subbab berikut menjelaskan rincian kegiatan di tahun pertama dan kedua. Gambar 2 Peta Alur Penelitian 3.2 Pelaksanaan Pekerjaan Tahun Pertama Di tahun pertama, kerja penelitian meliputi tahapan kegiatan berikut. 1. Pemahaman lingkungan pembelajaran di sekolah inklusi. Kegiatan yang dilakukan mencakup: a. pengkajian literatur sekolah inklusi untuk pemahaman kompetensi dasar, indikator, kegiatan pembelajaran serta waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pembelajaran, b. pemahaman profil siswa di sekolah inklusi melalui observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas atau pencatatan data sekunder, dan c. pemahaman pengelolaan kelas melalui observasi pelaksanaan pembelajaran. 2. Sumbang saran dalam upaya menentukan rancangan teknologi AR 3D serta desain pembelajaran yang cocok untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran di sekolah inklusi. 11 3. Pengembangan objek belajar. Objek belajar yang pada teknologi AR 3D dirancang memanfaatkan teknologi multimedia yang mencakup teks, audio dan video. Video ini dibangkitkan dari objek statik melalui aplikasi sehingga membentuk sebuah visualisasi dinamis. Aplikasi yang digunakan dalam pengembangan objek ini adalah Blender 3D. Selanjutnya dibuatkan penanda (marker) pada objek statik menggunakan aplikasi XML marker. Penanda ini digunakan untuk membangkitan objek dunia nyata menggunakan aplikasi Unity. 4. Penyimpanan objek belajar ke dalam library. Objek belajar yang telah dilengkapi dengan penanda disimpan ke dalam library. Objek belajar ini akan diakses ketika terjadi kesesuaian antara marker yang terekam kamera dengan objek yang tersimpan dalam library. 5. Pengembangan aplikasi pembangkit marker untuk menghasilkan visualisasi dunia nyata. Visualisai dunia nyata dari objek belajar yang telah dikembangkan dilakukan baris perintah (source code) yang dikembangkan melalui aplikasi Unity. Masukan yang dibutuhkan dalam visualisai dunia nyata berupa ID marker yang direkam melalui kamera. Visualisasi dapat terlihat apabila ID marker yang terekam kamera memiliki kecocokan dengan ID objek belajar yang telah tersimpan dalam library. 6. Pengujian Prototipe. Pengujian dilakukan dalam skala terbatas melibatkan pakar teknologi informasi dan pedagogi. Aspek pengujian ditekankan pada: (a) kesesuaian fitur dengan kebutuhan, (b) kemudahan pengoperasian, (c) Human Machine Interface (HMI), dan (d) kelugasan dalam memvisualisa-sikan fakta atau informasi. 3.3 Luaran Penelitian di Tahun Pertama Ada tiga luaran penelitian yang dicanangkan pada akhir tahun pertama kegiatan yaitu: (1) prototipe sumber belajar elektronik dengan teknologi AR 3D, (2) laporan tahunan dan (3) artikel ilmiah untuk dipublikasikan melalui kegiatan konferensi internasional. 3.4 Pelaksanaan Pekerjaan Tahun Kedua Pekerjaan penelitian di tahun kedua meliputi lima kegiatan berikut. 1. Menyusun desain pembelajaran matematika interaktif terpadu di sekolah yang memadukan pemanfaatan buku AR dengan prototipe AR 3D. 2. Menyusun buku AR dengan menanamkan teknologi AR 3D. 3. Uji skala kecil yang melibatkan pakar pedagogi dan guru di sekolah inklusi. 12 4. Uji lapangan skala terbatas melibatkan masing-masing 5 orang siswa dari dua sekolah inklusi. 4. Revisi buku AR mengacu pada masukan dan saran-saran dari hasil uji skala terbatas. 5. Uji coba lapangan utama di 2 sekolah melibatkan 30 orang siswa sebagai subyek penelitian. 4. Revisi akhir buku AR berdasarkan saran dalam uji coba lapangan. 5. Mendesiminasikan temuan penelitian melalui penerbitan artikel di jurnal ilmiah. 3.5 Luaran Penelitian di Tahun Kedua. Di akhir kegiatan tahun kedua, luaran yang dicanangkan adalah: (1) buku AR untuk pembelajaran matematika di sekolah inklusi, (2) rencana pembelajaran di sekolah inklusi yang memadukan pemanfaatan buku AR dengan prototipe AR 3D, (3) artikel ilmiah untuk diterbitkan di jurnal bereputasi, dan (4) laporan akhir penelitian. 3.6 Indikator Capaian Indikator pencapaian kegiatan penelitian dirumuskan untuk setiap tahun berjalan. Pengukuran pencapaian penelitian menggunakan indikator yang telah dirumuskan di masingmasing tahun kegiatan. Format rekaman target capaian kegiatan penelitain ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Format Rekaman Target Capaian Penelitian NO URAIAN TUNTAS / BELUM Tahun Pertama 1 2 3 4 Spesifikasi kebutuhan sistem dengan teknologi AR 3D untuk pembelajaran matematika di sekolah inklusi terekam secara utuh. Penerjemahan spesifikasi kebutuhan sistem dengan teknologi AR 3D ke dalam rancangan sistem tergambarkan secara gamblang. Objek belajar hasil implementasi dari spesifikasi kebutuhan sistem dilengkapi fitur sesuai kebutuhan, mudah dioperasikan, HMI-nya bagus dan memvisualisasikan fakta atau informasi secara lugas. Prototipe AR 3D berhasil diuji oleh 3 orang pakar meliputi, pakar TI, pedagogi dan guru. 13 KETERCAPAIAN KETERANGAN (%) 5 6 Artikel ilmiah untuk temuan penelitian tahun pertama terpublikasikan melalui forum seminar nasional. Berhasil disusunnya laporan tahunan penelitian tahun pertama Tahun Kedua 7 Desain pembelajaran matematika yang bersifat interaktif memadukan penggunaan buku AR dengan teknologi AR 3D terskenario dengan baik 8 Buku AR untuk pembelajaran matematika interaktif di sekolah inklusi memenuhi standar format buku ajar. 9 Hasil pengujian perangkat dalam skala kecil, skala terbatas maupun dari uji lapangan di sekolah inklusi menunjukkan hasil yang baik. 10 Diperolehnya peningkatan luaran pembelajaran matematika yang signifikan dari siswa sekolah inklusi yang dibelajarkan melalui perpaduan buku AR dan teknologi AR 3D. 11 Temuan hasil penelitian terpublikasikan melalui paper di junal ilmiah bereputasi 12 Berhasil disusun laporan akhir kegiatan penelitian di akhir tahun kedua 14 BAB 4 BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN 4.1 Anggaran Biaya Total biaya yang dibutuhkan untuk keseluruhan pelaksanaaan penelitian mencapai Rp 180.000.000 (seratus delapan puluh juta rupiah). Untuk tahun pertama anggaran yang dialokasikan adalah Rp 90.000.000,- dan sisanya 90.000.000,- untuk pelaksanaan kegiatan di tahun kedua. Kebutuhan biaya untuk lima pos kegiatan ditunjukkan pada Tabel 4 dan justifikasi anggaran penelitian diberikan di Lampiran 1. Tabel 4 Rekapitulasi Anggaran Biaya Penelitian NO 1 2 3 4 5 BIAYA YANG DIUSULKAN (Rp) Tahun I Tahun II Rp 27.000.000 Rp 27.000.000 Rp 10.731.000 Rp 13.356.000 Rp 16.269.000 Rp 27.000.000 Rp 22.500.000 Rp 9.144.000 Rp 13.500.000 Rp 13.500.000 Rp 90.000.000 Rp 90.000.000 KEGIATAN Honorarium Peralatan penunjang Bahan habis pakai Perjalanan Biaya lain-lain Total 4.2 Jadwal Penelitian Pelaksanaan penelitian unggulan institusi ini dijadwalkan untuk dua tahun anggaran (2016-2017). Waktu definitif pelaksanaan kegiatan pada setiap tahun anggaran adalah sembilan bulan kerja. Jadwal rinci pelaksanaan kegiatan diberikan pada Tabel 5. 15 Tabel 5 Jadwal Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi 2016 2017 Bulan keBulan ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 NO KEGIATAN 1 2 3 4 Pemahaman konten kurikulum sekolah inklusi Penentuan teknologi AR yang representatif untuk pengembangan purwarupa Penyusunan skenario pembelajaran Pengembangan media elektronik menggunakan teknologi AR - Pengembangan objek belajar - Pengisian penanda pada objek belajar - Penyimpanan objek belajar yang telah dilengkapi penanda - Penyusunan script untuk membangkitkan objek visual dunia nyata dari objek belajar yang telah dilengkapi penanda - Pengembangan efek multimedia - Penambahan efek multiedia ke visualisasi dunia nyata Penyusunan laporan tahunan Penyusunan artikel ilmiah untuk dipublikasikan melalui seminar internasional Penyusunan petunjuk teknis penggunaan media dalam pembelajaran Penyusunan instrumen pengumpulan data Uji Delphi dari pakar di bidang teknologi informasi dan pedagogi Analisis dan revisi purwarupa berdasarkan masukan pada uji Delphi Uji lapangan terbatas Analisis dan revisi purwarupa berdasarkan masukan pada uji lapangan terbatas Uji lapangan nyata Analisis dan revisi purwarupa berdasarkan masukan pada uji lapangan nyata Analisis uji pencapaian kompetensi Penyusunan laporan akhir kegiatan penelitian Penyusunan Artikel Ilmiah untuk dipublikasian di jurnasl internasional bereputasi Pengiriman artikel ke jurnal internasional bereputasi 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 16 DAFTAR PUSTAKA Aries Suharso, 2012, Model Pembelajaran Interaktif Bangun Ruang 3d Berbasis Augmented Reality, Majalah Ilmiah Solusi Unsika ISSN 1412-86676 Vol. 11 No. 24 Ed.Sep - Nop 2012 Azuma, R.T., others, 1997. A survey of augmented reality. Presence 6, 355–385. B Hobgood, L Ormsby, 2010, Inclusion in the 21st Century classroom: Differentiating with technology, Learn NC: UNC, Chapel Hill. Borg, W.R. and Gall, M.D., 1983, Educational Research: An Introduction, London: Longman, Inc. Cadavieco, J.F., Goulão, M. de F., Costales, A.F., 2012. Using Augmented Reality and mLearning to Optimize Students Performance in Higher Education. Procedia - Soc. Behav. Sci., 4th WORLD CONFERENCE ON EDUCATIONAL SCIENCES (WCES-2012) 0205 February 2012 Barcelona, Spain 46, 2970–2977. doi:10.1016/j.sbspro.2012.05.599 Chen, C.-M., Tsai, Y.-N., 2012. Interactive augmented reality system for enhancing library instruction in elementary schools. Comput. Educ. 59, 638–652. doi:10.1016/j.compedu. 2012.03.001 Fonseca, D., Martí, N., Redondo, E., Navarro, I., Sánchez, A., 2014. Relationship between student profile, tool use, participation, and academic performance with the use of Augmented Reality technology for visualized architecture models. Comput. Hum. Behav. 31, 434–445. doi:10.1016/j.chb.2013.03.006 Haryvedca, 2010, Perkembangan Multimedia Digital dan Teknologi Augmented Reality, https://haryvedca.wordpress.com, diakses tanggal 3 maret 2015. Hsu, C., 2011. The Feasibility of Augmented Reality on Virtual Tourism Website, in: 2011 4th International Conference on Ubi-Media Computing (U-Media). Presented at the 2011 4th International Conference on Ubi-Media Computing (U-Media), pp. 253–256. doi:10. 1109/U-MEDIA.2011.66 Ishartiwi, 2010, Implementasi Pendidikan Inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Sistem Persekolahan Nasional, Jurnal Pendidikan Khusus Vol. 6 No. 1, 1-9. Kaufmann, H., 2003. Collaborative augmented reality in education. Inst. Softw. Technol. Interact. Syst. Vienna Univ. Technol. Kaufmann, H., Schmalstieg, D., 2006. Designing Immersive Virtual Reality for Geometry Education, in: Virtual Reality Conference, 2006. Presented at the Virtual Reality Conference, 2006, pp. 51–58. doi:10.1109/VR.2006.48 Kesim, M., Ozarslan, Y., 2012. Augmented Reality in Education: Current Technologies and the Potential for Education. Procedia - Soc. Behav. Sci., Cyprus International Conference on Educational Research (CY-ICER-2012)North Cyprus, US08-10 February, 2012 47, 297–302. doi:10.1016/j.sbspro.2012.06.654 Ludwig, C., Reimann, C., 2005, Augmented Reality: Information at Focus, C-LAB ist eine Kooperation der Universität Paderborn und der Siemens Business Services GmbH & Co OHG www.c-lab.de. Lyu, M.R., King, I., Wong, T.T., Yau, E., Chan, P.W., 2005. ARCADE: Augmented Reality Computing Arena for Digital Entertainment, in: 2005 IEEE Aerospace Conference. 17 Presented at the 2005 IEEE Aerospace Conference, pp. 1–9. doi:10.1109/AERO.2005. 1559626 Republik Indonesia, 2015, Data Pokok Pendidikan Menengah, http://dapo.dikmen. kemdikbud.go.id/ pada tanggal 22-4-2015. diakses dari Republik Indonesia, 2009, Permendiknas No. 70 tahun 2009 tentang Inklusi. Renzaglia, A., Karvonen, M., Drasgow, E., Stoxen, C.C., 2003. Promoting a Lifetime of Inclusion. Focus Autism Dev. Disabil. 18, 140–149. doi:10.1177/108835760301800 30201 Salmi, H., Kaasinen, A., Kallunki, V., 2012. Towards an Open Learning Environment via Augmented Reality (AR): Visualising the Invisible in Science Centres and Schools for Teacher Education. Procedia - Soc. Behav. Sci., The 5th International Conference of Intercultural Arts Education 2012: Design Learning, University of Helsinki, Finland 45, 284–295. doi:10.1016/j.sbspro.2012.06.565 Sari, W.S., Dewi, I.N., Setiawan, A., 2012. Multimedia Presentasi Pembelajaran Berbasis Augmented Reality untuk Pengenalan Pancaindra dalam Mendukung Mata Pelajaran IPA Tingkat Sekolah Dasar. Semantik 2. Steve Rayner, 2007, Managing Special and Inclusive Education, Sage Publication, Los Angeles, London, New Delhi, Singapore. Höllerer, T., Feiner, S., Hallaway, D., Bell, B., Lanzagorta, M., Brown, D., Julier, S., Baillot, Y., Rosenblum, L., 2001. User interface management techniques for collaborative mobile augmented reality. Comput. Graph., Mixed realities - beyond conventions 25, 799–810. doi:10.1016/S0097-8493(01)00122-4 Wehmeyer, Lance dan Bashinski, 2002, Promoting Access to the General Curriculum for students with Mental Retardation: A Multi - Level Model, Education and Training in Mental Retardation and Developmental Disabiilities, 37(3), http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/ download?doi=10.1.1.123.8674&rep=rep1&type=pdf Xuan Bui, Carol Quirk, Selene Almazan, Michele Valenti, 2010, Inclusive Education Research & Practice, Maryland Coalition For Inclusive Education, www.mcie.org Yuen, S.; Yaoyuneyong, G.; & Johnson E., 2011, Augmented Reality: An Overview and Five Directions for AR in education, Journal of Educational Technology Development and Exchange, 4(1), 119-140. Zhou, F., Duh, H.B.-L., Billinghurst, M., 2008. Trends in augmented reality tracking, interaction and display: A review of ten years of ISMAR, in: Proceedings of the 7th IEEE/ACM International Symposium on Mixed and Augmented Reality. IEEE Computer Society, pp. 193–202. 18 LAMPIRAN-LAMPIRAN 19 LAMPIRAN 1. RINCIAN ANGGARAN BIAYA TAHUN PERTAMA A. Honor (maksimum 30%) No Penerima 1 2 3 4 Jumlah Jumlah Jam/Minggu Minggu Ketua Pelaksana Anggota Peneliti 1 Anggota Peneliti 2 Tenaga lapangan 10 8 8 6 36 36 36 32 Honor/Jam Rp Rp Rp Rp 25.000 23.500 23.500 23.250 Jumlah A Total Rp Rp Rp Rp 9.000.000 6.768.000 6.768.000 4.464.000 Rp 27.000.000 B. Peralatan penunjang (5 - 15 %) No Uraian 1 Papan Whiteboard Gantung 90 x 120 cm 2 Rautan Meja Angle 5 3 Biaya Proof Reading Artikel Penelitian Vol 4 4 1 Unit bh bh Paket Harga / Unit Total Rp 250.000 Rp 1.000.000 Rp 60.000 Rp 240.000 Rp 2.500.000 Rp 2.500.000 4 Eksternal Hard Disk Seagate USB 3.0 500GB 2 bh Rp 850.000 Rp 1.700.000 5 Scandisk Micro SDHC Extreme Pro Class 8 GB 2 bh Rp 350.000 Rp 6 Sewa Aplikasi Unity untuk pengembangan sistem AR 1 Paket Rp 1.700.000 Rp 1.700.000 7 Sewa 2 buah tablet untuk pengembangan & testing prototipe sistem AR 3D selama 2 bulan 4 paket Rp 650.000 Rp 2.600.000 8 9 10 11 12 Penggaris besi 30 cm Penggaris Segitiga Rotring Ziegel Box File Plastik Bantex Gunting besar Perforator no 85B 4 4 4 4 2 bh set bh bh bh Rp Rp Rp Rp Rp 4.000 21.000 25.000 8.500 28.500 Rp Rp Rp Rp Rp 700.000 16.000 84.000 100.000 34.000 57.000 Rp 10.731.000 Jumlah B C. Bahan Habis Pakai (20 - 30 %) No Uraian 1 Kertas HVS A4 70 gr 2 Kertas Buram 3 Toner Black Canon 4 Tinta Printer Warna Vol 10 6 6 8 20 Unit rim rim pcs pcs Harga / Unit Rp 38.000 Rp 16.000 Rp 950.000 Rp 350.000 Total Rp 380.000 Rp 96.000 Rp 5.700.000 Rp 2.800.000 5 6 7 8 9 Lakban Hitam 1 1/2" Lakban Kertas 2" (masking tape) Stapler HD 10 D Isi Stapler no 10 Batere A3 Energizer 10 10 4 10 5 pcs pcs pcs pcs set Rp Rp Rp Rp Rp 10 Pencetakan Kuesioner Penelitian (10 hal per eksemplar @ Rp 150) 10 eks Rp 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Map Borneo Kancing 2 Kertas Photo A3 Blueprint Cutter Joyko SG L500 Isi Cutter Joyko SG L500 Post IT Sign Here 3M Pengadaan paper jurnal dari internet Spidol Whiteboard Artline Spidol 12 Warna Snowman Amplop Coklat A4 Garda Lem Uhu Stik 21 Gr Pembelian prosiding konferensi Biaya registrasi konferensi 1 3 3 2 4 20 10 4 1 10 1 1 lusin pak pcs pak pad bh bh set pak bh bh paket Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 9.000 8.500 30.000 3.000 8.500 Rp Rp Rp Rp Rp 90.000 85.000 120.000 30.000 42.500 1.500 Rp 15.000 20.500 66.000 13.000 32.000 16.000 250.000 8.000 10.000 25.000 13.000 500.000 750.000 Jumlah C Rp 20.500 Rp 198.000 Rp 39.000 Rp 64.000 Rp 64.000 Rp 5.000.000 Rp 80.000 Rp 40.000 Rp 25.000 Rp 130.000 Rp 500.000 Rp 750.000 Rp 6.269.000 D. Perjalanan (15% - 25%) No Pejalan 1 Transport Lokal Peneliti untuk 10 Keg. Vol 10 unit keg Rp Tarif 75.000 Rp Total 750.000 2 Guru pendamping (4 orang guru, @ 5 kali perjalanan) 20 keg Rp 75.000 Rp 1.500.000 3 Tenaga pembantu peneliti 5 keg Rp 75.000 Rp 4 Transport udara pp 3 orang peneliti, terkait keikutsertaan dalam konferensi internasional. 3 keg Rp 2.500.000 Rp 7.500.000 5 Transport lokal 3 peneliti dalam keikutsertaan dalam konferensi internasional. 3 keg Rp 1.000.000 Rp 3.000.000 6 Biaya harian dalam keikutsertaan dalam konferensi internasional. 6 keg Rp 562.500 Rp 3.375.000 7 Akomodasi kegiatan konferensi internasional (3 peneliti, @2 hr keg) 6 OH Rp 1.000.000 Rp 6.000.000 Jumlah D 375.000 Rp 22.500.000 E. Biaya lain-lain (5% - 15%) No Uraian Vol 21 unit Biaya Total 1 Konsumsi Pengumpulan Data (2 peneliti @ 3 hr keg, 4 guru pendamping dan 70 siswa) 80 Paket Rp 27.500 Rp 2.200.000 2 Cetak 10 eks draf artikel penelitian (15 hal @ Rp 150) 10 eks Rp 3 Cetak 10 eks draf laporan penelitian (100 hal @ Rp 150) 10 eks Rp 4 Cetak 10 eks artikel penelitian (15 hal @ Rp 150) 10 eks Rp 5 Cetak 10 eks laporan penelitian (150 hal @ Rp 150) 10 eks Rp 22.500 6 7 8 9 10 Jilid 6 eks Artikel dan 8 eks Laporan Cetak Poster Penelitian Analisis Data Cetak X Banner 80 x 180 bahan Luster Rangka X Banner 80 x 180 15 4 1 4 2 eks bh Paket eks set Rp Rp Rp Rp Rp 6.000 500.000 1.540.000 500.000 150.000 Rp 90.000 Rp 2.000.000 Rp 1.540.000 Rp 2.000.000 Rp 300.000 11 Sewa ruang pertemuan beserta peralatannya untuk 3 hari pertemuan. 3 keg Rp 1.650.000 Rp 4.950.000 2.250 Rp 15.000 22.500 Rp 150.000 2.250 Rp 22.500 Rp 225.000 Jumlah E Rp 13.500.000 Grand Total (Jumlah A+B+C+D+E) Rp 90.000.000 TAHUN KEDUA A. Honor (maksimum 30%) No Penerima 1 2 3 4 Jumlah Jumlah Jam/Minggu Minggu Ketua Pelaksana Anggota Peneliti 1 Anggota Peneliti 2 Tenaga lapangan 10 8 8 6 36 36 36 32 Honor/Jam Rp Rp Rp Rp 25.000 23.500 23.500 23.250 Jumlah A Total Rp Rp Rp Rp 9.000.000 6.768.000 6.768.000 4.464.000 Rp 27.000.000 B. Peralatan penunjang (5 - 15 %) No Uraian 1 Papan Whiteboard Gantung 90 x 120 cm 2 Rautan Meja Angle 5 Vol 4 4 Unit bh bh Harga / Unit Rp 250.000 Rp 60.000 Total Rp 1.000.000 Rp 240.000 3 Eksternal Hard Disk Seagate USB 3.0 500GB 2 bh Rp 875.000 Rp 1.750.000 4 Scandisk Micro SDHC Extreme Pro Class 8 GB 2 bh Rp 350.000 Rp 22 700.000 5 Sewa 5 buah tablet untuk pengembangan & testing prototipe sistem AR 3D selama 3 bulan 15 paket Rp 625.000 6 7 8 9 10 Penggaris besi 30 cm Penggaris Segitiga Rotring Ziegel Box File Plastik Bantex Gunting besar Perforator no 85B 4 4 4 4 2 bh set bh bh bh Rp Rp Rp Rp Rp 4.000 21.000 25.000 8.500 28.500 Rp 9.375.000 Rp Rp Rp Rp Rp 16.000 84.000 100.000 34.000 57.000 Rp 13.356.000 Jumlah B C. Bahan Habis Pakai (20 - 30 %) No Uraian 1 Kertas HVS A4 70 gr 2 Kertas Buram 3 Toner Black Canon 4 Tinta Printer Warna 5 Lakban Hitam 1 1/2" 6 Lakban Kertas 2" (masking tape) 7 Stapler HD 10 D 8 Isi Stapler no 10 9 Batere A3 Energizer Vol 10 6 6 8 10 10 4 10 5 Unit rim rim pcs pcs pcs pcs pcs pcs set Harga / Unit Rp 38.000 Rp 16.000 Rp 950.000 Rp 350.000 Rp 9.000 Rp 8.500 Rp 30.000 Rp 3.000 Rp 8.500 Total Rp 380.000 Rp 96.000 Rp 5.700.000 Rp 2.800.000 Rp 90.000 Rp 85.000 Rp 120.000 Rp 30.000 Rp 42.500 Rp 10 Pencetakan Kuesioner Penelitian (10 hal per eksemplar @ Rp 150) 10 eks Rp 1.500 11 12 13 14 15 16 Map Borneo Kancing 2 Kertas Photo A3 Blueprint Cutter Joyko SG L500 Isi Cutter Joyko SG L500 Post IT Sign Here 3M Biaya Proof Reading Artikel Penelitian 1 3 3 2 3 1 lusin pak pcs pak pad Paket Rp Rp Rp Rp Rp Rp 20.500 66.000 12.000 32.000 16.000 3.500.000 Rp 20.500 Rp 198.000 Rp 36.000 Rp 64.000 Rp 48.000 Rp 3.500.000 17 Fee penerbitan di jurnal internasional bereputasi 1 bh Rp 6.750.000 Rp 6.750.000 18 19 20 21 Spidol Whiteboard Artline Spidol 12 Warna Snowman Amplop Coklat A4 Garda Lem Uhu Stik 21 Gr 10 4 1 10 bh set pak bh Rp Rp Rp Rp 8.000 10.000 25.000 13.000 22 Sewa Mathworks Matlab untuk Analisis Data 2 bln Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 15 bh Rp 250.000 Rp 3.750.000 23 Pengadaan paper jurnal dari internet Jumlah C Rp Rp Rp Rp 15.000 80.000 40.000 25.000 130.000 Rp 27.000.000 D. Perjalanan (15% - 25%) No Pejalan 1 Transport Lokal Peneliti untuk 10 Keg. Vol 10 23 unit keg Rp Tarif 75.000 Total Rp 750.000 2 Guru pendamping (4 orang guru, @ 5 kali perjalanan) 20 keg Rp 75.000 Rp 1.500.000 3 Tenaga pembantu peneliti 5 keg Rp 75.000 Rp 4 Transport udara pp 2 orang peneliti, terkait bimbingan ke tenaga ahli 2 keg Rp 1.600.000 5 Transport lokal 2 peneliti dalam terkait bimbingan ke tenaga ahli 2 keg Rp 450.000 Rp 6 Biaya harian dalam keikutsertaan terkait bimbingan ke tenaga ahli. 2 keg Rp 500.000 Rp 1.000.000 7 Akomodasi terkait bimbingan ke tenaga ahli(2 peneliti, @1 hr keg) 2 OH Rp 709.500 Rp 1.419.000 375.000 Rp 3.200.000 900.000 Rp 9.144.000 Jumlah D E. Biaya lain-lain (5% - 15%) No Uraian Vol unit Biaya Total 1 Konsumsi Pengumpulan Data (2 peneliti @ 3 hr keg, 4 guru pendamping dan 70 siswa) 80 Paket Rp 27.500 2 Cetak 10 eks draf artikel penelitian (15 hal @ Rp 150) 10 eks Rp 2.250 Rp 22.500 3 Cetak 10 eks draf laporan penelitian (100 hal @ Rp 150) 10 eks Rp 15.000 Rp 150.000 4 Cetak 10 eks artikel penelitian (15 hal @ Rp 150) 10 eks Rp 2.250 Rp 22.500 5 Cetak 10 eks laporan penelitian (150 hal @ Rp 150) 10 eks Rp 22.500 Rp 225.000 6 7 8 9 10 Jilid 6 eks Artikel dan 8 eks Laporan Cetak Poster Penelitian Analisis Data Cetak X Banner 80 x 180 bahan Luster Rangka X Banner 80 x 180 15 4 1 4 2 eks bh Paket eks set Rp Rp Rp Rp Rp 6.000 500.000 1.540.000 500.000 150.000 Rp 90.000 Rp 2.000.000 Rp 1.540.000 Rp 2.000.000 Rp 300.000 11 Sewa ruang pertemuan beserta peralatannya untuk 3 hari pertemuan. 3 keg Rp 1.650.000 Rp 4.950.000 Rp 2.200.000 Jumlah E Rp 13.500.000 Grand Total (Jumlah A+B+C+D+E) Rp 90.000.000 24 Lampiran 2: Dukungan Prasarana dan Sarana Dukungan prasarana dan sarana Jurusan Pendidikan Matematika terhadap pelaksa-naan penelitian unggulan institusi adalah sebagai berikut. 1. Satu gedung Laboratorium Komputer yang dilengkapi dengan 35 unit personal komputer dan terhubung melalui jaringan lokal, printer. a. Komputer personal 35 unit b. Printer 2 unit c. Jaringan komunikasi lokal 1 paket d. LCD proyektor 1 unit e. Layar proyektor 1 unit f. Tape mini compo 1 unit g. Televisi 32" 1 unit h. Papan tulis 1 buah 2. Jaringan nirkabel (wifi) untuk koneksi ke jaringan informasi global (internet) 3. Perpustakaan dengan sejumlah referensi untuk memenuhi kebutuhan informasi. 25