1 Kemampuan Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran di SMKN Parigi Selatan Darwis 1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako. ABSTRAK Tujuan penelitian adalah: 1) Untuk mengetahui kemampuan guru PKn dalam melaksanakan pembelajaran PKn untuk meningkatkan kedisiplinan belajar siswa di SMK Negeri Parigi Selatan; 2) Untuk mengetahui hambatan yang ditemukan guru PKn dalam meningkatkan kedisiplinan belajar siswa di SMK Negeri Parigi Selatan. Lokasi penelitian bertempat di SMKN Parigi Selatan beralamat di desa Dolago Padang Kecamatan Parigi Selatan. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah: obeservasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Penulis menetapkan teknik pengolahan data secara deskriptif kualitatif yaitu pengolahan data dengan mengemukakan data dengan narasi. Subjek penelitian adalah Guru PKn berjumlah 2 orang dan kepala sekolah selaku informan kunci. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMKN Parigi Selatan sudah memiliki kemampuan yang baik sebab dalam peningkatan kedisiplinan belajar siswa pada pembelajaran guru PKn sudah memiliki kompetensi pedagogik seperti senantiasa memberikan motivasi belajar untuk disiplin dalam belajar, pemberian nasehat dan pemberian sanksi terhadap peserta didik yang kurang disiplin dalam belajar dan kompetensi peribadi seperti senantiasa memberi teladan yang baik dalam lingkungan sekolah serta senantiasa disiplin waktu dalam pembelajaran. Adapun hambatan-hambatan yang ditemukan guru dalam peningkatan kedisiplinan belajar siswa pada pembelajaran seperti kurangnya sarana dan prasarana serta masih kurangnya motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn hal tersebut disebabkan karena mata pelajaran PKn tidak diujian nasionalkan sehingga menyebabkan mata pelajaran PKn kurang diminati dan siswa kurang termotivasi untuk belajar PKn. Kata Kunci 1. : Kemampuan Guru, Kedisiplinan Belajar Siswa Darwis, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako. 2013 2 I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan dan pembangunan manusia seutuhnya, oleh sebab itu program pendidikan harus meliputi pendidikan untuk mengetahui, pendidikan untuk berbuat, dan pendidikan untuk menjadi. Pendidikan untuk menjadi (education for becoming) merupakan potensi pendidikan moral serta nilai-nilai keperibadian dikenal dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Harus diakui mengintegrasikan bahwa ketiga setiap komponen mata pelajaran tersebut. selalu Akan dituntut tetapi dapat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang menekankan pada pemberian nilai-nilai dan moral yang tinggi yang dapat dilihat pada kedisiplinan belajar siswa, hal ini sangat penting mengingat tujuan pendidikan nasional tidak hanya menciptakan manusia yang cerdas, beriptek tapi juga memiliki moral yang baik, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab II Pasal 3 yaitu: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, barahklak yang mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.2 Berdasarkan hasil wawancara bersama salah satu guru PKn oleh Bapak Suharman menyoal kedisiplinan siswa beliau menuturkan bahwa “masih adanya siswa disaat pembelajaran masih berlangsung siswa sering keluar masuk ruangan, ribut, dan kadang didapati siswa yang tidur saat pembelajaran masih berlangsung”. 2. Sudirman. (2011). Kemampuan guru dalam pembinaan moral siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di MAN Sausu. Palu: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako. 3 Berdasarkan penuturan salah seorang guru tersebut di atas, maka ketidak disiplinan siswa dalam pembelajaran dapat dikarenakan kemampuan guru dari aspek kompetensi dalam memberikan contoh yang berkaitan kedisiplinan masih kurang misalnya ketepatan waktu guru dalam mengajar yang terkait dengan kompetensi pedagogik dan kepribadian atau kurang menariknya seorang guru dalam menyampaikan materi ajarnya dan metode guru dalam mengajar yang monoton sehingga menyebabkan siswa bosan dan jenuh, hingga menyebabkan siswa pada saat pembelajaran berlangsung ada beberapa siswa keluar masuk ruangan, ribut, hingga bolos disaat pembelajaran belum selesai. Berdasarkan pemikiran tersebut, Berkaitan dengan uraian di atas maka penulis termotifasi untuk memilih judul yaitu: “Kemampuan Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Di SMK Negeri Parigi Selatan”. Kompetensi guru merupakan “perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, sosial, spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme”.3 Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika. Guru pun juga dituntut untuk dapat menjalankan peran guru sebagai berikut: 1) Guru sebagai Pendidik Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Peran guru sebagai pendidik (nurturer) berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, 3. Mulyasa. E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi danimplementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Konsep, Karakteristik, 4 bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggung jawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan. Untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada. 2) Guru sebagai Pengajar Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu : Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan. Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar. 3) Guru sebagai Pembimbing Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut. Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai. Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar. Keempat, guru harus melaksanakan penilaian. 5 4) Guru sebagai Penasehat Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.4 Manurut Rifai Abu, dkk (1989:13) dalam Rahmat Hidayat (2012:14), macammacam disiplin adalah sebagai berikut : a. b. c. d. 4. 5. Disiplin tentang kesetiakawanan Kesetiakawanan sebagai salah satu unsur disiplin dapat dinyatakan dengan adanya interaksi antar individu, individu dengan kelompok atau antar kelompok. Sikap ini lebih tampak pada interaksi antar individu dengan kelompok dan antar kelompok karena adanya factor pengawasan secara konsisten dari guru dan orang tua murid, sehingga hubungan guru dan murid akan lebih baik dan proses pembelajaran dapat berjalan lancar. Disiplin dengan sikap tenggang rasa Tenggang rasa adalah suatu sikap diri mau menghormati orang lain khususnya pada guru dan tahu menempatkan diri sesuai keadaan, sehingga tidak menimbulkan ketegangan dan keresahan, agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar. Disiplin tentang cermat Cermat adalah suatu sikap mental seseorang dengan sepenuh minat mengamati segala sesuatu. Disiplin tentang tertib Tertib adalah aturan atau peraturan yang baik dan merupakan hasil pelaksanaan yang konsisten dari peraturan yang ada. Motivasi untuk tertib terhadap kebiasaan di sekolah adalah untuk mendapatkan suasana disekolah itu teratur dan menciptakan suasana yang mendukung pendidikan, contohnya pembelajaran berjalan dengan tertib Anshal, Dideja. (2010). Peran dan Fungsi Guru dalm Proses Belajar Mengajar. [Online]. Tersedia:http://edukasi.kompasiana.com/2012/07/18/peran-dan-fungsi-guru478870.html. [2 Sepetember 2013]. Rahmat Hidayat. (2012). Upaya Meningkatkan Disiplin Siswa Dalam Pembelajaran PKn Kelas VIII A Di SMP Negeri 13 Palu Melalui Pemberian Reward Dan Punishment.Palu. FKIP Untad. 6 e. Disiplin dalam belajar Disiplin dalam belajar sangat penting untuk dilakukan siswa, karena tanpa disiplin, pembelajaran tidak akan maksimal dan tidak akan meraih prestasi yang baik.5 II. METODE PENELITIAN Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian yaitu pendekatan deskriftif kualitatif karena dalam penelitian ini ingin mengungkapkan gejala keseluruhan (holistik-kontekstual) dalam metode studi kasus, maksudnya ialah hanya mengkaji sifat umum program yang bersangkutan, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat. Melalui pengumpulan data dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Hal ini yang akan diteliti yaitu kemampuan guru PKn dalam meningkatkan kedisiplinan belajar siswa dalam pembelajaran, apakah guru dapat mendiplin belajar kan siswa dalam pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan di SMKN Parigi Selatan Jln. Kalbu Desa Dolago Kec. Parigi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan di SMKN Parigi Selatan Jln. Kalbu Desa Dolago Kec. Parigi Selatan. Ruang lingkup penelitian yakni aktivitas guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam meningkatkan kedisiplinan belajar siswa pada pembelajaran di SMKN Parigi Selatan. Instrumen merupakan alat atau cara yang digunakan sebagai pengumpul data dalam sebuah penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Hasil dari keempat jenis instrumen tersebut tersebut dianalisa untuk dijadikan acuan dalam pengambilan kesimpulan untuk dipaparkan secara naratif oleh peneliti. Pengertian observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mencatat tentang hal-hal yang didapatkan di lapangan yang relevan dengan objek penelitian di SMKN Parigi Selatan. 7 wawancara adalah proses pengumpulan data dari para informan. Wawancara akan dilakukan dengan metode bebas terpimpin. Wawancara ini akan dilakukan terhadap guru PKn dan kepala sekolah SMKN Parigi Selatan selaku informan. Teknik angket dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab sesuai dengan keadaan sebenarnya. Dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan berupa foto-foto penelitian. Seperti foto-foto hasil observasi, wawancara dan pada saat penyebaran dan pengisian angket. Penulis menetapkan teknik pengolahan data secara deskriptif kualitatif yaitu pengolahan data dengan menggunakan perhitungan berdasarkan persentase (%) khusus data angket, dengan rumus: 100% = ⋯ % P= Dimana : f = jumlah jawaban dari setiap alternative jawaban n = jumlah sampel. 6 Data wawancara dianalisis merujuk pada pendapat Milles dan Huberman, (1992;16). Reduksi data dilakukan sebagai proses memilih, menyeleksi data, menyederhanakan, dan transformasi data kasar yang terdapat dalam penelitian. Maksud dilaksanakannya reduksi data yaitu untuk memfokuskan, mengarahkan dan mengklasifikasikan data yang dibutuhkan yang sesuai dengan kajian dalam penelitian ini. Penyajian data yang dimaksudkan ialah untuk menghimpun, menyusun seluruh informasi dari informan, sehingga dari penyajian data tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan. 6. 7. Sidijono, Anas. (1994). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Milles dan Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: U.I Press. 8 Verifikasi data dimaksudkan untuk mengevaluasi segalah informasi yang telah didapatkan dari suatu data yang diperoleh dari informan, sehingga akan didapatkan suatu data yang validitas dan berkualitas serta hasil dari data tersebut dapat dipertanggung jawabkan akan kebenarannya. III. HASIL Berdasarkan angket yang telah disebarkan ke siswa, maka angket tersebut dianalisis dengan menggunakan rumus statistik deskriptif. Sehingga dapat diketahui hasil penelitian ini yakni siswa yang menyatakan bahwa guru memperlihatkan keteladanan dalam peningkatan kedisiplinan belajar siswa, mempunyai tanggapan yang cukup bervariasi, pernyataan siswa terhadap guru PKn yang menyatakan “sangat sering” yaitu ada 16 orang siswa atau 42,10%, yang menyatakan “sering” yaitu ada 14 orang siswa atau 36,84 %, yang menyatakan”jarang” yaitu ada 7 orang siswa atau 18,42% dan 1 orang siswa yang menyatakan “tidak pernah” atau 2,63 %. siswa yang menyatakan guru senantiasa memberikan motivasi saat pembelajaran dalam kaitannya tentang pentingnya disiplin dalam belajar , mempunyai tanggapan yang berbeda yaitu 29 0rang siswa atau 76,31% yang menyatakan “Sangat sering”, 8 orang siswa atau 21,05% menyatakan “sering”, 1 orang siswa atau 2,63% yang menyatakan “jarang” dan tidak ada siswa yang menyatakan “tidak pernah”. siswa yang menyatakan guru setiap jam pembelajaran masuk dan keluar kelas tepat waktu, mempunyai tanggapan yang cukup bervariasi yaitu 25 orang siswa atau 65,78 yang menyatakan “selalu tepat waktu”, 12 orang siswa atau 31,57% yang menyatakan tepat waktu, tidak ada tanggapan yang menyatakan “tidak tepat waktu” dan 1 orang siswa atau 2,63% yang menyatakan “tidak masuk” . siswa yang menyatakan bahwa siswa yang menyatakan guru dalam memberikan nasehat dan sanksi ketidak disiplinan dalam pembelajaran PKn, memiliki tanggapan yang berbeda yaitu 27 orang siswa atau 71,05% yang menyatakan “memberikan sanksi”, 10 orang siswa atau 26,31% yang menyatakan “kadang-kadang”, 1 orang siswa atau 2,63% yang menyatakan “jarang” dan tidak ada tanggapan yang menyatakan “tidak pernah” . siswa yang 9 menyatakan bahwa tanggapan siswa terhadap pemberian nasehat oleh guru, mempunyai tanggapan yang berbeda yaitu 16 orang siswa atau 42,10% yang menyatakan ”sangat senang”, 19 orang siswa atau 50% siswa menyatakan “senang”, 2 orang siswa atau 5,26% yang menyatakan “tidak senang” dan 1 orang siswa atau 2,63% yang mentayatakan “tidak terimah”. Berdasarkan pengamatan pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMK Negeri Parigi Selatan bahwa pada pembelajaran, guru telah melakukan langkah-langkah di atas mulai dari membuka pelajaran, menulis dan membacakan indikator yang akan disampaikan, hingga kesesuaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru dengan media pembelajaran yang digunakan, guru PKn masuk dan keluar kelas tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditetapkan, guru meningkatkan kedisiplinan belajar siswa pada pembelajaran, misalnya guru senantiasa memberikan nasehat kepada siswa yang kurang disiplin dalam pembelajaran dan guru PKn memberikan sanksi terhadap siswa yang kurang disiplin dalam pembelajaran, seperti siswa yang terlambat masuk kelas, tidak mengerjakan tugas rumah dan tugas sekolah, keluar masuk kelas kelas saat pembelajaran masih berlansung, hingga tidur saat guru menjelaskan materi. Serta guru senantiasa memberikan motivasi kepada siswa saat pembelajaran yang berkaitan tentang pentingnya kedisiplinan dalam belajar (Pengamatan, 23 Agustus 2013). IV. PEMBAHASAN Terlebih dahulu dibahas dan dianalisis mengenai kemampuan guru dalam peningkatan kedisiplinan belajar siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan data yang ada dan telah dipaparkan, maka guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMKN Parigi Selatan, sudah memiliki kemampuan yang baik sebab dalam peningkatan kedisiplinan belajar siswa pada pembelajaran guru PKn sudah memiliki kompetensi pedagogik seperti senantiasa memberikan motivasi belajar untuk disiplin dalam belajar, pemberian nasehat dan pemberian sanksi terhadap peserta didik yang kurang disiplin dalam belajar dan kompetensi peribadi seperti senantiasa member teladan 10 yang baik dalam lingkungan sekolah serta senantiasa disiplin waktu dalam pembelajaran. Berdasarkan buktikan dari hasil pengamatan penulis selama enam kali pertemuan pada tanggal 23 dan 31 Agustus 2013 di kelas XIB, kelas XIC, dan kelas XIIb bahwa dalam pembelajaran di kelas guru meningkatkan kedisiplinan belajar siswa bukan hanya dengan senantiasa memberikan nasehata kepada siswa yang kurang disiplin namun juga memberikan sanksi yang bersifat mendidik. Sehingga dengan memberikan nasehat dan sanksi kepada siswa yang kurang disiplin pada pembelajaran, sebagaimana peneliti dapati pada observasi pertama peneliti mendapati salah satu siswa yang terlambat masuk kelas pada mata pelajaran PKn sementara berlansung, yang kemudian guru PKn memberikan nasehat yang kemudian siswa yang bersangkutan tidak diperkenankan masuk ruangan kerana telah melampaui batas yang telah disepakati bersama jika siswa terlambat masuk ruangan selama 10 menit maka siswa yang telambat tidak di perkenankan masuk di kelas kepada siswa yang terlambat tersebut. Hal yang serupa peneliti juga temukan pada observasi keempat peneliti dapati guru PKn memberikan teguran dan sanksi kepada salah seorang siswa yang tidak mengerjakan tugas rumah yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya, sanksi yang diberikan kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas rumah yang telah diberikan ialah tidak diperkenankan siswa yang bersangkutan untuk masuk kelas selama pekerjaan rumah atau tugas yang diberikan tidak dikerjakan dan pada observasi yang keenam peneliti juga mendapati salah seorang siswa keluar masuk saat pembelajaran masih berlansung sehingga guru PKn memanggil siswa tersebut dan memberikan teguran kepada siswa yang bersangkutan untuk tidak keluar masuk ruangan ketika pembelajaran sedang berlansung. Dari hal tersebut menunjukkan bahwa guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki kemampuan yang baik dalam peningkatan kedisiplinan belajar siswa dalam pembelajaran. Perlu diperhatikan bahwa semestinya guru dalam peningkatan kedisiplinan belajar siswa dalam pembelajaran yaitu guru PKn sudah semestinya menjalankan dan melaksanakan perannya sebagai seorang guru. Pertama, peran guru sebagai pendidik 11 hal tersebuut sudah dijalankan dan dilaksanakan yakni dengan mendisiplinkan dan mengontrol setiap peserta didikagar tingkah laku peserta didik tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada disekolah. Kedua, peran guru sebagai pengajar sebagai pengajar yang baik senantiasa memberikan motivasi kepada peserta didik dalam hal ini ialah pemberian motivasi tentang pentingnya disiplin dalam belajar. Ketiga, peran guru sebagai pembimbing hal itupun telah dilakukan pula oleh guru yakni dengan merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai serta senantiasa melibatkan peserta didik dalam pembelejaran. Keempat, peran guru sebagai penasehat hal inipun juga dilakukan guru dengan cara memahami peserta didik dengan senantiasa memberikan nasehat dan sanksi yang mendidik. Selain dari keempat hal di atas guru pun juga harus dapat memahami dan menempatkan kedewasaannya, sebagai pendidik harus dapat menempatkan dirinya sebagai teladan. Teladan dalam hal kedisiplinan, berpakaian rapi dan selalu memberi nasehat, teguran dan sanksi yang mendidik kepada siswa untuk dapat mendisiplinkan diri mereka. Guru harus berlaku biasa, terbuka serta menghindarkan segala perbuatan tercela dan tingkah laku yang akan menjatuhkan martabat sebagai seorang pendidik, hal demikian telah dilakukan oleh guru PKn di SMKN Parigi Selatan, bahwa setiap pembelajaran selalu bemberikan contoh keteladanan kepada siswa misalnya berpakaian rapi dan selalu memberikan nasehat kepada siswa tentang kedisiplinan, pendidikan dan saling meghargai sesama. Indikator lainnya yang menunjukkan bahwa guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki kemampuan yang baik dalam meningkatkan kedisiplinan belajar siswa dalam pembelajaran ialah guru selalu memberi nasehat yang kemudian jika peserta didik yang kurang disiplin tidak mengindahkan nasehat yang telah diberikan maka selanjutnya diberikan teguran untuk tidak mengulangi pelanggaran ketidak kedisiplinan yang telah dilakukan oleh peserta didik dan jika masih tetap tidak mengindahkan teguran yang telah diberikan maka akan diberikan sanksi yang bersifat edukatif, jika masih tetap tidak membuat jerah maka langkah terakhir yang dilakukan oleh guru PKn di SMKN Parigi Selatan ialah dengan 12 memberikan nilai tidak tuntas kepada siswa yang tidak disiplin dalam pembelajaran. Dengan demikian guru telah memenuhi syarat dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang guru khususnya pada peningkatan kedisiplinan belajar siswa dalam pembelajaran. Hambatan yang cukup mendasar dalam peningkatan kedisiplinan belajar siswa ialah sarana dan prasarana sekolah serta masih kurangnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran sehingga menyebabkan pembelajaran kurang efektif hal tersebut dikarenakan SMK Negeri Parigi Selatan terbilang sekolah baru. Satu hal yang sangat penting diperhatikan oleh guru ialah motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn, guru harus lebih memahami keinginan siswanya sehingga dapat merangsang siswa dalam pembelajaran. Karena motivasi belajar siswa sangat berpengaruh pada pembelajaran, oleh karenanya peran guru selalu dituntut untuk selalu memberikan motivasi kepada siswa, serta memberikan nasehat kepada siswa demi masa depannya dan guru selalu memberikan apresiasi terhadap siswa setelah pembelajaran, sehingga dapat menciptakan pembelajaran efektif. untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut perlu dikembangkan sifat demokratis yang terbuka dari para guru, perlu ada keaktifan dari pihak siswa juga harus bersikap sopan, saling hormat menghormati, guru lebih bersikap manusiawi, dapat menjadi contoh teladan bagi siswanya, rasio guru dan siswa lebih proposional, masing-masing pihak perlu mengetahui latar belakang baik guru maupun siswa, V. KESIMPULAN DAN SARAN Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMKN Parigi Selatan sudah memiliki kemampuan yang baik sebab dalam peningkatan kedisiplinan belajar siswa pada pembelajaran guru PKn sudah memiliki kompetensi pedagogik seperti senantiasa memberikan motivasi belajar untuk disiplin dalam belajar, pemberian nasehat dan pemberian sanksi terhadap peserta didik yang kurang disiplin dalam 13 belajar dan kompetensi peribadi seperti senantiasa member teladan yang baik dalam lingkungan sekolah serta senantiasa disiplin waktu dalam pembelajaran. Adapun hambatan yang paling mendasar adalah kurangnya sarana dan prasarana serta masih kurangnya motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn yang yang dikarenakan mata pelajaran PKn tidak diujian nasionalkan sehingga menyebabkan mata pelajaran PKn kurang diminati dan siswa kurang termotivasi untuk belajar PKn. Ada beberapa hal yang perlu disampaikan sebagai saran dalam penelitian ini yang pertama khususnya untuk guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), diharapkan dapat lebih meningkatkan kedisiplinan belajar siswa dalam pembelajaran dengan lebih baik lagi dan menjadi contoh teladan bagi siswa, kedua dalam peningkatan kedisiplinan belajar siswa pada pembelajaran tidak lepas dari peran serta dukungan kepala sekolah sebagai pimpinan yang berwenang memberikan saran kepada guru, sehingga peran guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing dan penasehat dapat dijalankan lebih maksimal lagi dan yang ketiga adalah dalam peningkatan kedisiplinan belajar siswa pada pembelajaran guru lebih diharapkan dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk dapat memdisiplinkan diri pada pembelajaran. 14 VI. DAFTAR RUJUKAN Anshal, Dideja. (2010). Peran dan Fungsi Guru dalm Proses Belajar Mengajar. [Online].Tersedia:http://edukasi.kompasiana.com/2012/07/18/peran-danfungsi-guru478870.html. [2 Sepetember 2013]. Mulyasa. E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, danimplementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Milles dan Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: U.I Press. Rahmat Hidayat. 2012. Upaya Meningkatkan Disiplin Siswa Dalam Pembelajaran PKn Kelas VIII A Di SMP Negeri 13 Palu Melalui Pemberian Reward Dan Punishment.Palu. FKIP Untad. Sudirman. (2011). Kemampuan guru dalam pembinaan moral siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di MAN Sausu. Palu: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.