ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.3, No.2 Agustus 2016 | Page 2609 ANALISIS WACANA TEUN A. VAN DIJK DALAM NOVEL INFERNO KARYA DAN BROWN DISCOURSE ANALYSIS OF TEUN A. VAN DIJK ON INFERNO NOVEL BY DAN BROWN Monica Ramadhona Wareza1, Lucy Pujasari Supratman2, Syarif Maulana3 1,2,3 1 Program Studi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Penggunaan topeng tidak jauh dari tujuan estetika, seperti sebagai objek dalam tarian tradisional atau dalam sebuah pesta dan karnaval. Namun, long beaked mask memberikan nuansa lain dari penggunaan topeng. Berangkat dari sejarahnya dalam Kematian Hitam (Black Death), salah satu sejarah kelam abad pertengahan Eropa, topeng ini kerap menjadi objek seni yang diartikan dengan kematian. Salah satu karya seni yang menggunakan long beaked mask adalah Inferno karya penulis Dan Brown. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui wacana dari long beaked mask pada level teks dan mengetahui makna simbol komunikasi dari long beaked mask dalam novel Inferno.Dianalisis menggunakan analisis kontruktivis dan metodologi penelitian kualitatif dan metode analisis wacana, menggunakan analisis wacana dari Teun A. Van Dijk. Hasil dari penelitian ini menunjukkan elemen-elemen dari struktur wacana Teun A. Van Dijk level teks. Struktuk makro dengan elemen tematik. Superstruktur level skematik. Struktur mikro yakni elemen semantik, sintaksis, stilistik dan retoris. Kata Kunci: long beaked mask, analisis wacana, Inferno Abstract The use of masks is not far from aesthetic purposes, such as the object of the traditional dance or a party and carnival. However, the long beaked mask provides other nuances of the use of masks. Departing from its history in the Kematian Hitam (Black Death), one of the dark history of medieval Europe, these masks often become the object of art which means death. One of the artworks that use long beaked mask is the work of author Dan Brown's Inferno. The purpose of this study was to determine the discourse of long beaked mask at the level of the text and to know the meaning of the symbol of long beaked mask of novel Inferno. Analyzed using constructivist analysis and qualitative research methodologies and methods of discourse analysis, using a discourse analysis of Teun A. Van Dijk. The results of this study indicate the elements of discourse structure Teun A. Van Dijk at the level of the text. Struktuk macro thematic elements. Superstructures schematic level. The microstructure of the elements of semantic, syntactic, stylistic and rhetorical. Keywords: long beaked mask, discourse analysis, Inferno ISSN : 2355-9357 1. e-Proceeding of Management : Vol.3, No.2 Agustus 2016 | Page 2610 Pendahuluan Topeng dan masker digunakan sebagai alat untuk menutupi wajah dari paparan cuaca atau digunakan sebagai benda seni. Indonesia bahkan memiliki tarian yang menggunakan topeng sebagai objek dari tarian tersebut. Topeng juga digunakan dalam pesta-pesta dansa di beberapa negara di barat. Hal ini ditujukan untuk menujukkan kemisteriusan dari pengguna topeng tersebut. Penggunaan topeng juga bisa untuk menyembunyikan luka atau bekas luka yang ada di wajah (seperti pemeran Phantom dalam film Phantom of The Opera). Bahkan di negara tertentu diadakan sebuah perayaan khusus dengan mengenakan topeng berbagai macam topeng. Salah satunya adalah Carnivel of Venice di Italia. Karnaval ini sudah terkenal ke seluruh penjuru dunia. Dalam karnaval, setiap partisipan diharuskan mengenakan topeng satu hari penuh selama acara masih berlangsung. Topeng-topeng yang digunakan cukup beragam. Topeng paling aneh yang terlihat selama Carnival of Venice adalah sebuah topeng dengan paruh panjang, lingkaran mata hitam dan tatapan kosong lengkap dengan topi dan mantel panjang hingga kaki serta tak lupa sarung tangan dan sepatu boots yang terbuat dari kulit. Penampilan semacam ini sudah cukup lumrah terlihat di jalan-jalan Venesia. Topeng ini memiliki arti khusus bagi sejarah Eropa oleh sebab itu topeng ini masih digunakan dalam karnaval. Topeng semacam ini justru menjadi ciri khas dari Italia dan banyak dijual di toko-toko cenderamata hingga di pinggiran jalan Di era abad pertengahan (sekitar 1300-1440 M) di sebagian besar Eropa terkena wabah yang belakangan diketahui penyebabnya dibawa oleh tikus. Hampir dua pertiga dari populasi Eropa tewas saat itu karena wabah ini. Masa itu dikenal dengan Kematian Hitam (Black Death). Pada masa Kematian Hitam inilah penggunaan topeng dengan paruh panjang atau dikenal dengan plague mask atau long beaked mask menjadi seragam bagi para dokter yang akan mengobati pasiennya Saat ini, long beaked mask hidup dalam imajinasi artist, penulis, dan film-makers dan banyak digunakan sebagai objek dalam karyanya. Namun penggunaan long beaked mask dalam karya-karya ini tidak jauh dari gambaran kematian. Simbol kematian sudah melekat dan menjadi ciri khas dari topeng ini. Karya sastra pun tidak bisa menghindari paparan penggunaan long beaked mask sebagai objeknya. Karya sastra yang merupakan aksi dari penulisnya terhadap keadaan dunia dan merupakan bentuk tulis dari kehidupan manusia. Karya sastra hadir di tengahtengah masyarakat sebagai hasil imajinasi dan perenungan penulisnya terhadap gejala sosial yang ada di sekitarnya. Maka tak bisa dihindari bahwa karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Tak terkecuali penulis asing yang juga melakukan hal yang sama dengan penulis Indonesia. Dan Brown, seorang penulis yang berkebangsaan Amerika Serikat yang menelurkan novel-novel yang menjadi kontroversi. Novel-novelnya mengangkat isu-isu yang masih menjadi perdebatan di beberapa kalangan dan menjadi banyak diperbincangkan di kalangan penyuka konspirasi. Dan Brown menjadi penulis novel best selling nomor #1 dunia. Salah satu karyanya adalah The Da Vinci Code yang menjadi novel best selling novel all the time yang terjual sebanyak 200 juta kopi. Novel karya Dan Brown telah diterjemahkan ke dalam 52 bahasa dan menjadi best selling all the time dan menjadikan Dan Brown berada dalam daftar 100 Most Influential People in the World oleh TIME Magazine. Inferno merupakan karya terbaru Dan Brown yang dirilis pada tahun 2013. Tak jauh berbeda dari karya Dan Brown sebelumnya, merupakan novel bergenre mystery thriller. Novel ini mengangkat isu yang saat ini tengah menjadi permasalahan utama dunia selain global warming, yakni kepadatan penduduk. Inferno akan menjadi novel ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.3, No.2 Agustus 2016 | Page 2611 selanjutnya yang akan rilis sebagai film setelah dua novel sebelumnya, The Da Vinci Code dan Angels and Demons, juga telah difilmkan. Dalam novel ini, juga menggunakan long beaked mask sebagai objek yang menggambarkan kematian dan menciptakan teror bagi tokoh dalam cerita. Long beaked mask menjadi objek menakutkan yang menciptakan suasana menjadi menegangkan saat tokoh melihatnya. 1.1. Fokus Permasalahan Fokus penelitian digunakan agar penelitian yang dilakukan tidak melenceng dan tidak terlalu meluas. Untuk itu peneliti juga memfokuskan penelitian yang akan dilakukan. Fokus penelitian ini pada long beaked mask atau topeng berparuh panjang dalam novel Inferno karya Dan Brown. Peneliti telah merumuskan pertanyaan penelitian yang didasarkan pada fokus penelitian dan menjadi inti dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana wacana mengenai long beaked mask dalam novel Inferno karya Dan Brown dilihat dari level teks (struktur makro, superstruktur, dan struktir mikro)? 2. Bagaimana pemakanaan simbol komunikasi long beaked mask dalam novel Inferno karya Dan Brown? 1.2. Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui wacana teks long beaked mask dalam novel Inferno karya Dan Brown. 2. Untuk mengetahui makna simbol komunikasi long beaked mask dalam novel Inferno karya Dan Brown. 2. Dasar Teori 2.1. Komunikasi Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) yang paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari katakata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat “Kita berbagi pikiran,” “Kita mendiskusikan makna,” dan “Kita mengirimkan pesan.” (Mulyana, 2007: 46)1. 2.2. Makna Keraf dalam Sobur (2001: 26) menjelaskan pada umumnya, makna dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Makna denotatif, yakni kata yang tidak mengandung makna atau perasaanperasaan tambahan. 2. Makna konotatif, yakni makna kata yang yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu di samping makna dasar yang umum. Orang kerap berpendapat bahwa makna sudah terkandung dalam bunyi kata, namun konsep seperti ini salah. Kata memperoleh makna hanya karena digunakan secara tepat, yaitu dalam penggunaan kata itu sendiri. Manusialah yang memberikan ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.3, No.2 Agustus 2016 | Page 2612 makna pada kata. Makna yang diberikan kepada kata yang sama bisa berbeda-beda, bergantung pada konteks ruang dan waktu (Sobur, 2001: 28-29). 2.3. Wacana Berbagai pendapat banyak menyampaikan tentang arti dari wacana, namun dapat dirangkum pengertian wacana sebagai “rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa” (Sobur, 2009:11)2. 2.4. Analisis Wacana Beberapa ahli menyampaikan penjelasannya mengenai arti dari analisis wacana, maka dapat dikatakan bahwa analisis wacana adalah telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik bahasa. Berdasarkan pendapat Stubbs dan Cook dalam Badara (2012: 187)3, maka analisis wacana tidak dimaksudkan untuk mencari keteraturan dan kaidah seperti tata bahasa, tetapi yang dituntut adalah keteraturan yang berkaitan dengan keberterimaannya pada khalayak. 2.5. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk Wacana oleh van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/bangunan, yakni teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam suatu kesatuan analisis. Model dari analisis van Dijk ini dapat digambar sebagai berikut: Gambar 1 Model Analisis Wacana Teun A. van Dijk Konteks Kognisi Sosial Teks Sumber : Eriyanto, 2001: 225 Sumber: Eriyanto, 2001: 2254 Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Van Dijk memanfaatkan dan mengambil analisis linguistik tentang kosakata, kalimat, proposisi, dan paragraf untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks. pada level kognisi sosial merupakan dimensi untuk menjelaskan bagaimana suatu teks diproduksi oleh individu atau kelompok pembuat teks. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai novel yang melibatkan penulis. Sedangkan aspek ketiga, konteks sosial melihat bagaimana suatu teks itu dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas suatu wacana (Eriyanto, 2001: 224)4. ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.3, No.2 Agustus 2016 | Page 2613 Tabel 1 Skema Penelitian dan Metode Struktur Metode Teks Critical linguistic Menganalisis bagaimana strategi wacana yang dipakai untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu. Bagaimana strategi tektual yang dipakai untuk menyingkirkan atau memarjinalkan suatu kelompok, gagasan, atau peristiwa tertentu. Kognisi Sosial Analisis mendalam Menganalisis bagaimana kognisi penulis dalam tentang penulis. memahami suatu peristiwa tertentu. Konteks Sosial Studi pustaka, Menganalisis bagaimana wacana yang penelusuran sejarah. berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa digambarkan. Sumber: Eriyanto, 2001: 2754 3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana yang biasa digunakan untuk memahami pesan simbolik dari sebuah teks, yang dalam hal ini teks tersebut adalah novel Inferno karya Dan Brown. 4. Pembahasan 4.1. Analisis Teks Long Beaked Mask dalam Novel Inferno Struktur Wacana Struktur Makro Super Struktur Struktur Mikro Tabel 2 Elemen Wacana van Dijk Hal yang diamati Tematik Tema/topik yang dikedepankan dalam novel Inferno Skematik Bagaimana bagian dan urutan film dikemas dalam teks novel yang utuh Semantik Makna yang ingin ditekankan oleh long beaked mask Sintaksis Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih Elemen Topik Skema Latar, detail, maksud Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti Leksikon Stilistik Bagaimana pilihan kata dipakai dalam novel Inferno Retoris Grafis, ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.3, No.2 Agustus 2016 | Page 2614 Bagaimana dan dengan cara metafora, ekspresi penekanan dilakukan 4 Sumber: Eriyanto (2001: 228-229) 4.1.1. Struktur Makro Tematik Peneliti menentukan tema keseluruhan dari novel Inferno karya Dan Brown ini adalah Thriller. Tema ini mengggambarkan keseluruhan isi cerita dari novel Inferno karya Dan Brown dan bagaimana perjuangan Robert Langdon dan Sienna rooks dalam mengungkap apa yang ada di balik pengejaran ketakutan yang ditimbulkan oleh isu adanya Black Death seperti pada abad pertengahan di Eropa. 4.1.2. Superstruktur Skematik Novel Inferno karya Dan Brown ini menggunakan alur campuran atau alur maju mundur, dimana ada beberapa bagian dari cerita yang sengaja dibuat sebagai flashback untuk mendukung cerita yang telah ada. Cerita secara keseluruhan berjalan sebagaimana biasa, yakni menggunaka alur maju, namun karena tokoh utama mengalami hilang ingatan maka alur dibuat mundur hanya pada bagian saat tokoh utama hilang ingatan dan disengaja agar pembaca dapat mengerti cerita pada bagian yang saat tokoh utama mengalami hilang ingatan. 4.1.3. Struktur Mikro Semantik Latar cerita dari novel Inferno ini adalah sejarah Kematian Hitam (Black Death) yang terjadi pada abad pertengahan di Eropa yang kemudian dijadikan sebagai landasan tokoh antagonis untuk melakukan teror terhadap tokoh cerita yang kemudian membungkus ceritanya menjadi sebuah karangan panjang. Dalam novel ini, detail yang dijelaskan mengenai long beaked mask adalah bahwa long beaked mask dalam cerita ini digunakan untuk sekedar menakuti setiap tokoh yang ada dalam cerita. Khususnya pada cuplikan pertama yang sengaja dijelaskan secara terang-terangan agar pembaca mengerti mengenai long beaked mask dan semakin terhanyut ke dalam cerita dan merasakan kengerian yang melanda Robert Langdon seperti digambarkan oleh penulis. Pada maksud, penulis jelas-jelas memaksudkan agar pembaca dapat memahami dengan jelas maksud dari penulis. Terbukti dengan deskripsi dari penulis yang detail mengenai lelaki yang berparuh panjang dan apa yang dilakukannya, serta tentang pemimpin pasukan khusus yang menurut Langdon memiliki tatapan sama dengan topeng wabah/long beaked mask. Sintaksis Kata sambung dan sangat berpengaruh dalam kalimat pada novel ini. Karena jika saja tidak dibarengi dengan konjungsi ini maka kalimat satu dengan lainnyayang tidak memiliki pertalian tidak akan memiliki hubungan dengan kalimat sebelumnya dan cerita tidak akan jadi menegangkan. Kalimat lainnya menggunakan konjungsi namun. Konjungsi ini memberikan makna yang menjelaskan apa yang dirasakan Langdon terhadap long beaked mask saat itu. Penulis bermaksud untuk menjelaskan bahwa pada saat itu long beaked mask menjadi benda yang paling menakutkan bagi Robert Langdon dan ingin pembaca juga ikut mengerti dan merasakan perasaan Langdon. ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.3, No.2 Agustus 2016 | Page 2615 Kalimat dalam Inferno ini menggunakan kalimat induktif dalam menyampaikan cerita. Kalimat induktif ialah kalimat yang menunjukkan inti kalimat terletak pada awal kalimat. Kata ganti dalam novel Inferno yang ditemukan oleh peneliti adalah penggunaan kata dia untuk menggantikan tokoh Langdon. Penggunaan kata ini adalah karena penulis menempatkan dirinya sebegai orang pertama sebagai pencerita dan tokoh utama, Robert Langdon adalah orang ketiga yang menjadi objek cerita. Penggantian kata Langdon dengan kata dia dimaksudkan agar pembaca tidak jenuh dengan penulisan kata yang berulang-ulang. Namun penggantian kata ini tidak merubah maksud dari kata utamanya. Stilistik Gaya bahasa yang digunakan pada novel ini adah gaya bahasa sehari-hari yang tidak berbelit-belit dan dapat dengan mudah dimengerti oleh semua kalangan pembacanya. Hanya saja ada beberapa istilah yang mungkin baru dikenali oleh pembaca melalui melalui novel ini yang tentu saja membutuhkan penalaran dan pemahaman yang lebih dalam memahaminya. Namun tetap saja, secara keseluruhan gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa yang tidak membutuhkan konsentrasi lebih untuk memahaminya. Retoris Pada elemen grafis, penulisan topeng wabah setelahnya menggunakan huruf yang dimiringkan yang berarti memiliki penekanan dan membutuhkan perhatian lebih pada bagian itu. Bisa juga bermaksud untuk menimbulkan kesan dramatis dan membuat pembaca terkejut dengan penulisan topeng wabah tersebut. Penulisan pada bagian plakat dibuat menggunakan ukuran besar ditujukan agar mendapatkan perhatian lebih dari pembacanya. Kemudian pada bagian kata-kata yang disampaikan oleh sosol berparuh juga menggunakan jenis dan ukuran font yang berbeda dengan kalimat lainnya. Jelas bahwa penulis bermaksud untuk membuat pembaca memberikan perhatian khusus pada bagian itu namun tidak bermaksud agar pembaca mengartikannya sendiri karena pada bagian setelahnya, penulis memberikan penjelasannya sendiri mengenai bagian itu melalui alur ceritanya. Kalimat-kalimat metafora dalam novel ini hanya berarti perumpamaan karena saat itu tokoh dalam cerita sedang merasakan ketegangan sehingga benda-benda di sekitarnya terasa mengancam dan menakutinya. 4.2. Wacana Long Beaked Mask dalam Novel Inferno Sebagai Proses Komunikasi Dari segi makna konotatif, long beaked mask memiliki makna mendalam bagi tokoh yang ada di dalam novel Inferno ini. Dalam novel ini dijelaskan bahwa setiap kali Langdon melihat atau membayangkan long beaked mask maka yang muncul pertama kali di pikirannya adalah ketakutan dan jumlah kematian yang sangat banyak. Maka bisa disimpulkan bahwa, penulis dalam novel ini memaksudkan makna long beaked mask dalam Inferno adalah sebagai benda yang menakutkan yang berarti kematian. 5. Kesimpulan Novel Infermo karya Dan Brown merupakan novel bergenre misteri thriller yang mengangkat isu kepadatan penduduk di dalamnya. Sesuai dengan fokus penelitian yang hanya memfokuskan pada long beaked mask saja maka menurut penulis novel ini mengangkat tema tentang teror. Setelah menjelaskan dan menganalisis hasil temuan ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.3, No.2 Agustus 2016 | Page 2616 peneliti terhadap objek penelitian, maka selanjutnya pada bab ini peneliti akan memberikan kesimpulan. Dari segi struktur makro, tema yang menggambarkan keseluiruhan cerita dari novel Inferno karya Dan Brown adalah thriller. Sementara itu, jika dilihat dari sisi long beaked mask, subtopik yang turut mendukung cerita ini adalah teror. Dalam Novel Inferno ini tokoh dalam cerita terus-menerus ditakuti oleh sebuah topeng yang menurut tokoh utama dalam novel ini adalah sebuah topeng yang berasal dari abad pertengahan, yang menjadi simbol kematian Pada superstruktur, skema atau alur cerita yang digunakan dalam novel Inferno adalah alur campuran atau alur maju mundur. Alur mundur ini digunakan penulis untuk mendukung tokoh yang pada awal cerita mengalami hilang ingatan. Alur ini ditujukan agar pembaca bisa memahami kisah yang tidak diingat oleh tokoh. Struktur mikro teks membahas tentang semantik dalam novel Inferno membahas tentang elemen-elemen yang ada dalam novel. Untuk elemen latar, novel ini menggunakan latar tempat yakni Florence dan Venice di Italia dan Istanbul, Turki. Dimensi waktu yang digunakan adalah 24 jam. Latar belakang cerita yang digunakan adalah peristiwa Kematian Hitam (Black Death) di abad pertengahan. Elemen detail yang menjadi sorotan utama dalam novel ini adalah long beaked mask yang menimbulkan ketakutan pada tokoh yang ada dalam cerita. Pada elemen maksud keseluruhan cerita dalam novel ini dijelaskan secara eksplisit oleh penulis. Pada bagian sintaksis, koherensi yang digunakan dalam novel ini adalah ‘dan’ dan ‘namun’. Kedua konjungsi ini digunakan untuk menggabungkan dua kalimat yang berbeda namun menjadikan kedua kalimat ini saling berhubungan satu sama lain. Bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat induktif, yakni inti kalimat berada pada awal kalimat. Kata ganti yang terdapat pada novel ini adalah kata ganti orang ke tiga ‘dia’ untuk tokoh Robert Langdon yang dimaksudkan agar pembaca tidak jenuh dengan penulisan nama Langdon yang berulang-ulang. Elemen stilistik dalam novel menjelaskan bahwa dalam novel ini penulis menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti oleh pembacanya. Meskipun terdapat beberapa istilah yang mungkin tidak biasa bagi orang awam namun penulis dapat memberikan pejelasan dengan baik. Elemen retoris pada grafis teks penulis bermain pada jenis dan ukuran font dan menggunakan huruf yang dimiringkan untuk membuat tulisan menjadi lebih eye catching dan membantu pembaca untuk mengingat dan memberikan perhatian lebih pada bagian yang mendapatkan tulisan berbeda dengan tulisan lainnya. Metafora yang digunakan dalam novel Inferno adalah ungkapan yang digunakan untuk penulis seperti seolah-olah long beaked mask selalu menatap Robert Langdon dengan tatapannya yang dingin. Secara makna konotasi, long beaked mask dalam novel Inferno karya Dan Brown ini semaknai sebagai benda yang menakutkan yang berarti kematian yang selalu menampilkan teror bagi tokoh di dalam novel. DAFTAR PUSTAKA [1] Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya [2] Sobur, Alex. (2009). Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya [3] Badara, Aris. (2012). Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Group [4] Eriyanto. (2001). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS