Teknologi Terbaru untuk Tangani Aritmia HARIAN SINDO, Monday, 09 August 2010 ADA angin segar bagi para penderita aritmia atau gangguan irama jantung.Kini penyakit mereka bisa ditangani dengan teknologi terbaru,dengan teknik ablasi 3 dimensi. Sudah lama ini Sonya Lim, 62, mengalami gangguan irama jantung. Dia mengeluhkan jantungnya yang tiba-tiba berdebar-debar. Saat itu irama jantungnya bisa berdetak hingga 160 kali per menit,padahal jantung yang normal biasanya hanya 80 kali per menit. “Biasanya harus ke RS disuntik obat isoptin baru reda.Tahun ini sudah empat kali mendapat suntikan tersebut. Pertama kali gangguan ini diketahui pada 1992,” tutur sang dokter yang menangani kasus Sonya. Ya, dokter telah memvonis bahwa Sonya mengalami aritmia alias gangguan irama jantung. Gangguan irama jantung (aritmia) merupakan kelainan denyut jantung yang terlalu cepat atau lambat pada seseorang yang seharusnya. Secara normal dan dalam keadaan istirahat, kecepatan denyut jantung manusia berkisar 60–100 detak/menit. “Jika seseorang alami aritmia, denyut jantungnya bisa 300–400 detak per menitnya,” ucap dokter yang ahli dalam Aritmia dari Rumah Sakit Jantung Binawaluya, Dr dr Muhammad Munawar SpJP (K). Munawar mengatakan bahwa irama jantung pada manusia terbagi menjadi tiga, yaitu pelan, normal, dan cepat. Bahkan, gangguan ini bisa menimpa pada orang yang memiliki irama normal.Gangguan jantung ini juga bisa terjadi pada anak-anak,dewasa,dan orang tua.Selain itu,orang yang memiliki penyakit jantung lainnya seperti penyakit jantung koroner juga rentam mengalami gangguan irama jantung. Memang kasus aritmia jumlah tidak sebanyak penderita penyakit jantung koroner. Namun, gangguan ini juga harus diwaspadai. Di Indonesia,5 dari 1.000 orang mengalami gangguan irama jantung, sedangkan faktor risiko mereka yang telah berumur lebih tinggi. Untuk orang yang berumur 70 tahun, 1 dari 10 penderita aritmia. “Gangguan irama jantung janganlah diremehkan, karena berpotensi menyebabkan kematian,” tandas Munawar saat temu media dalam acara edukasi para dokter jantung dari Indonesia, dalam pelatihan penggunaan teknologi terbaru ablasi 3 Dimensi di RS Jantung Bina Waluya, Jakarta, beberapa waktu lalu. Munawar mengatakan, sekarang penyakit ini sudah bisa ditangani secara sempurna dengan teknik ablasi 3 dimensi.Teknik ini sudah diterapkan pada pasien-pasien di RS Jantung Binawaluya. Selain aman dan efektif,teknik ablasi ini juga memiliki tingkat keberhasilan hingga 95%, dan pasien pun tidak perlu mengonsumsi obatobatan lagi.“Setelah ditangani dengan teknik ablasi 3 dimensi ini, pasien tidak perlu mengonsumsi obat yang lain,” ucap dokter kepresidenan ini. Ablasi adalah suatu tindakan untuk mengatasi gangguan irama jantung (aritmia) dengan menggunakan kateter yang dimasukkan ke dalam ruang dalam jantung. Lalu,kateter dihubungkan dengan mesin khusus yang memberikan energi listrik untuk memutus (membakar) jalur konduksi tambahan ataupun fokus-fokus aritmia yang menyebabkan ketidaknormalan irama jantung. RS Jantung Binawaluya memperkenalkan teknologi terbaru ablasi di Indonesia untuk menangani gangguan irama jantung (aritmia) dengan teknik ablasi 3dimensi. Adapun ablasi 3-dimensi adalah suatu tindakan untuk mengatasi gangguan irama jantung dengan menggunakan pemetaan 3-dimensi dari struktur jantung,yang dapat memetakan secara sistematis konduksi listrik jantung sehingga dapat diketahui letak sumber aliran listrik abnormal secara lebih tepat. “Sistem ini bekerja dengan mematikan saraf abnormal pada jantung dengan kateter,”ucapnya. Sistem navigasi ablasi ini terdapat dua jenis yaitu dengan Carto XP Navigation dan EnSite NavX Navigation. Saat ini RS Jantung Binawaluya merupakan satu-satunya rumah sakit di Indonesia yang mempunyai kedua jenis alat tersebut. Bahkan untuk sistem EnSite NavX Navigation, merupakan alat yang tercanggih, terbaik, dan terbaru dibandingkan alat yang terdapat di negaranegara Asia Tenggara. “Rumah sakit ini adalah satusatunya rumah sakit di Indonesia yang memiliki alat ablasi 3 dimensi, sekaligus rumah sakit yang pertama di Asia Tenggara,” jelas dokter yang juga Ketua Divisi Aritmia, Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular, FKUI sejak 1992. Robert Robby,Direktur Operasional PT Rekamilleniumindo Selaras sebuah perusahaan yang menyediakan teknologi terbaru ablasi 3 dimensi, mengatakan bahwa teknologi ablasi ini menggunakan pemetaan 3 dimensi yang memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan teknik ablasi lainnya. Dengan teknik ini, daerah yang akan diablasi sudah lebih akurat.“Kami sangat senang dapat mendukung para dokter jantung di Indonesia dalam penyediaan teknologi terbaru ablasi untuk menangani kasus aritmia,” ucapnya dalam acara yang sama.(inggrid namirazswara)