Bab 6 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Bab ini membahas simpulan, keterbatasan dan saran yang mengacu dari hasil temuan dan pemabahasan pada Bab 5. 6.1 Simpulan Pemerintah Kabupaten Kubu Raya sebagai darah otonomi daerah hasil pemekaran tahun 2007, dalam laporan hasil (LHP) BPK perwakilan rovinsi Kalimantan Barat belum pernah mendapat opini wajar tanpa pengecalian (WTP). Opini BPK atas Pemerintah Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2011, 2012, dan 2013 adalah wajar dengan pengecualian. Salah satu permasalahan yang menjadi temuan BPK terhadap LKPD kabupaten Kubu Raya adalah terkait dengan terjadinya kesalahan pada klasifikasi belanja barang dan belanja modal pada saat penganggaran. Kesalahan klasifikasi tersebut antara lain dapat berimplikasi pada: 1. Kesalahan administrasi pada saat pertanggungjawaban belanja sehingga mempengaruhi pada akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. 2. Aset di Neraca tidak menggambarkan kondisi yang sesungguhnya. 3. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yang merupakan informasi terhadap realisasi belanja menjai tidak informatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terjadinya kesalahan pengklasifikasian belanja pada penyusunan dan penyajian belanja barang dan belanja modal sehingga ditengarai tidak sesuai dengan Standar Akuntansi 74 75 Pemerintah dalam PP No. 71 tahun 2010. Hasil analisis dan diskusi pada penelitian ini di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Proses pelaporan belanja barang dan belanja modal pada Pemerintah Kabupaten Kubu Raya mengacu pada PP Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah . 2. Kesalahan pengklasifikasian dalam penyusunan dan penyajian belanja barang dan belanja modal pada LKPD Pemerintah Kabupaten Kubu Raya disebabkan antara lain: 1. Sumber Daya Manusia pada pengelolaan keuangan yang masih terbatas baik secara kuantitas (jumlah) maupun kualitas. 2. Perencanaan APBD yang kurang optimal terutama terbatasnya waktu dalam penyusunan RKA di SKPD. 3. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang tidak cermat dalam melakukan verifikasi belanja dan belum sepenuhnya berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan dalam proses penganggaran. 4. Penumpukan pencairan di akhir tahun maupun waktu tertentu menyebabkan kurang cermat proses verifikasi belanja pada saat verifikasi SPM di Bidang Anggaran dan Penatausahaan. 5. Kebijakan akuntansi yang dipakai sebagai acuan dalam melaksanakan realisasi belanja sudah ada tetapi belum jelas, dan peraturan-peraturan yang ada sangat banyak dengan variasi tarif yang sangat banyak, sehingga implementasi terhadap klasifikasi belanja tersebut menjadi beragam sesuai dengan pemahaman masing-masing. 76 6. Kebijakan akuntansi belum tersosialisasi dengan baik ke seluruh SKPD yang di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kubu Raya. 6.2 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya mengevaluasi terjadinya kesalahan klasifikasi penyusunan dan penyajian belanja barang dan belanja modal Pemerintah Kabupaten Kubu Raya selama tiga tahun terakhir yaitu pelaksanaan APBD tahun 2011, 2012 dan 2013, sehingga tidak secara detil meneliti pelaksanaan belanja barang dan belanja modal. 2. Penelitian ini menggunakan APBD secara total, tidak dirinci menurut jenis belanja barang dan belanja modal secara lebih detil, karena penulis kesulitan dalam melakukan pengumpulan data. 3. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah terbatas pada SKPD yang mempunyai belanja barang dan belanja modal paling besar anggarannya dan SKPD yang memiliki temuan terhadap kesalahan dalam penyusunan dan penyajian belanja barang dan belanja modal menurut LHP BPK LKPD Pemerintah Kabupaten Kubu Raya tahun 2011, 2012 dan 2013. 77 6.3 Saran a yang Berdasarkan dengan simpulan penelitian di atas, peneliti memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Kabupaten Kubu Raya, antara lain: 1. Mengoptimalkan penggunaan teknolgi informasi untuk mengatasi kekurangan jumlah tenaga pengelola keuangan disertai peningkatan kapasitas SDM di bidang pengelolaan keuangan secara rutin dan berjenjang. 2. Penyusunan perencanaan APBD mengikuti pedoman APBD yang telah ditetapkan sesuai dengan Permendagri 13 tahun 2006 dan Pedoman penyusunan APBD setiap tahunnya, agar penyusunan perencanaan dapat tepat waktu. 3. Memberikan punish dan reward terhadap SKPD yang terdapat kesalahan klasifikasi belanja barang dan belanja modal. 4. Tim APBD agar lebih cermat dalam melakukan verifikasi usulan belanja yang diajukan oleh SKPD sehingga tidak terjadi kesalahan dalam klasifikasi belanja barang dan belanja modal. 5. Pencairan belanja dilakukan tepat waktu sesuai dengan anggaran kas yang telah ditetapkan sehingga verifikasi belanja di bidang penganggaran dan penatausahaan BPKAD dapat berjalan dengan optimal.