UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI JUS DAUN SAGA (Abrus precatorius L.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DAN Escherichia Coli ARTIKEL Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi Oleh RHOZIKIN AKHMAD 050112A074 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO JANUARI 2017 HALAMAN PENGESAHAN Artikel berjudul : UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI JUS DAUN SAGA (Abrus precatorius L.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DAN Escherichia Coli Disusun Oleh : RHOZIKIN AKHMAD NIM. 050112a074 PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS NGUDI WALUYO Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan telah diperkenankan untuk diujikan. Ungaran, Agustus 2017 Pembimbing Utama Richa Yuswantina, S.Farm.,Apt.,M.Si NIDN. 0630038702 UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI JUS DAUN SAGA (Abrus precatorius L.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DAN Escherichia Coli Richa Yuswantina, Sikni Retno Karminingtyas, Rhozikin Akhmad [email protected] INTISARI Latar belakang : daun saga (Abrus precatorius L.) mengandung senyawa kimia flavonoid dan saponin yang diduga dapat menghambat dan membunuh bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia Coli. Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antibakteri daun saga (Abrus precatorius L.) yang dapat menghambat dan membunuh Staphylococcus aureus dan Escherichia Coli yang sebanding dengan ciprofloxacin. Metode : penelitian ini eksperimental danpenelitian ini menggunakan post tes control design menggunakan 4 kelompok perlakuan. Control positif Ciprofloxacin, control negatif Aquadest, control media dan control pertumbuhan, Perlakuan 1 konsentrasi 25%, Perlakuan 2 konsentrasi 50%, Perlakuan 3 konsentrasi 100%.Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi data yang diperoleh berupa diameter zona bening. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Saphiro-Wilk, uji levene’stest dan uji one way ANAVA. Hasil : Jus daun saga (Abrus precatorius L.) dengan konsentrasi 25% dapat menghambat lebih rendah secara signifikan dengan kontrol positif pada bakteri Staphylococcus Aureus dan Escherichia coli, sedangkan pada konsentrasi 50% dan 100% sebanding (berbeda tidak signifikan) dengan kontrol positif pada bakteri Staphylococcus Aureus dan Escherichia coli. Saran : Perlu dilakukan penelitian tentang aktivitas antibakteri dari tanaman selain daun saga (Abrus precatorius L.). Kata kunci : Daun Saga (Abrus precatorius L.), antibakteri, Staphylococcus aureus dan Escherichia Coli Kepustakaan : 25 (1981-2014) ANTIBACTERIAL EFECTIVENESS TEST OF SAGA LEAVES JUICE (Abrus precatorius L.) AGAINST BACTERIA Escherichia coli AND staphylococcus aureus Richa Yuswantina, Sikni Retno Karminingtyas, Rhozikin Akhmad [email protected] ABSTRACT Background : Saga leaves (Abrus precatorius L.) contain chemical compounds such as flavonoid and saponins which allegedly can inhibit and kill bacteria Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Objective : This study aimed to determine the effectiveness of antibacterial in saga leaves (Abrus precatorius L.) that could inhibit and kill Staphylococcus aureus and Escherichia coli comparable to ciprofloxacin. Methods : This was an experimental study using post test control design using the 3 treatment groups : Ciprofloxacin in positive control group, negative control group, treatment 1 with the concentration of 25%, treatment 2 with the concentration of 50% treatment 3 with the concentration of 100% of antibacterial test used the diffusion method. The data were obtained in the form of clear zone diameter. Data were analyzed using the Shapiro-Wilk Test, levene’s test one way ANAVA. Results : Saga leaves juice (Abrus precatorius L.) with the concentration of 25% kill significantly lower with the positive control of Staphylococcus aureus and Escherichia coli, whereas the concentration of 50% and 100% were comparable (not significantly different) the positive control of the Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Suggestion : should test antibacterial activity in saga leaves juice (Abrus precatorius L.) by using different methods. Keywords : Saga leaves (Abrus precatorius L.), antibacterial, Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Bibliographies : 25 (1981-2014) A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan kesehatan yang banyak ditemukan di masyarakat salah satunya adalah penyakit infeksi (Darmadi, 2008). Penyakit ( infeksi diare dan pneumonia) merupakan penyebab kematian urutan tertinggi kematian di dunia pada anak dibawah umur lima tahun (Anonim, 2003). Pemakaian antibiotik yang tidak tepat untuk pengobatan infeksi bakteri dapat memunculkan berbagai masalah yaitu dapat menimbulkan resistensi terhadap antibiotik (Green, 2005). Pengobatan terhadap penyakit infeksi biasanya digunakan antibiotik sintetis, namun pengunaan antibiotik sintetis kadang-kadang memberikan efek samping terhadap tubuh yang tidak di inginkan (Aliero dkk., 2008) Masyarakat mulai sadar bahwa obat modern yang berupa zat kimia memiliki kelemahan-kelemahan yang signifikan sementara di sisi lain pengunaan obat tradisional memiliki kelebihan (Winarto, 2007). Tanaman saga mempunyai kandungan kimia saponin dan flavonoid pada daun, batang dan biji. Batangnya mengandung polifenol dan bijinya juga mengandung tanin, akarnya mengandung alkaloida dan polifenol (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Kandungan yang diambil dari tanaman daun saga adalah flavonoid dan saponin yang telah dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri (Miller 1996). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tertarik untuk meneliti lebih lanjut untuk menguji efektivitas antibakteri daun saga (Abrus precatorius L) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. 2. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Mengetahui efektivitas antibakteri jus daun saga (Abrus precatorius L.). b. Tujuan Khusus 1. Mengetahui aktivitas antibakteri jus daun saga (Abrus precatoriu L.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. 2. Mengetahui konsentrasi jus daun saga (Abrus precatorius L.) yang dapat menghambat dan membunuh Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yang sebanding dengan ciprofloxacin. B. METODE PENELITIAN penelitian ini adalah penelitian eksperimental dan rancangan penelitian menggunakan Post Test Control Group. C. ALAT DAN BAHAN 1. Alat penelitian a. Alat untuk sterilisasi: autoklaf dan oven b. Alat identifikasi bakteri: ose, obyek glass, lampu spiritus c. Alat untuk uji daya bakteri: inkase, cawan petri, lampu spiritus, ose steril, mikropipet, jangka sorong, autoklaf, inkubator, pipet ukur steril, oven, pipet volume, pipet tetes, batang pengaduk, yellow tips, dan alat- alat gelas yang disterilkan (beaker glass, erlenmeyer, tabung reaksi, labu takar, dan gelas ukur) 2. Bahan penelitian a. Bahan baku: Daun saga (Abrus precatorius L.) b. Bahan pelarut: air c. Bahan uji bakteri: suspensi bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, media NA (Nutrien Agar), media BHI (Brain Heart Infusion), aquadest. D. HASIL 1. Determinasi Daun Saga (Abrus precatorius L) Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang. Hasil determinasi tanaman adalah sebagai berikut : Kingdom:Plantae Subkingdom :Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (Biji berkeping dua/dikotil) Ordo : Fabales Famili : Fabaceae (Papilionaceae) Genus : Abrus Species : Abrus precatorius L Nama daerah : Saga Didapatkan hasil determinasi tanaman daun saga: famili 108. Papilionaceae 1a-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-Genus 7. Abrus. 1b-5a-6b-7b-9b-10b-11b-12b13b-15b-17b. Abrus precatorius L. (Backer & van den Brink. 1968) 2. Pembuatan jus daun saga Jus daun saga yang didapatkan dari daerah Ungaran Jawa Tengah kemudian dicuci menggunakan air mengalir, ditiriskan kemudian ditimbang masing - masing konsentrasi, pada konsentrasi 25% b/v ditimbang 25g kemudian ditambahkan aquadest sampai 100 ml setelah dibelender didapatkan hasil sekitar 100 ml. Pada konsentrasi 50% b/v ditimbang 50g kemudian ditambahkan aquadest sampai 100 ml setelah itu diblender didapatkan hasil sekitar 100 ml. Pada kosentrasi 100% b/v ditimbang 100g kemudian ditambahkan aquadest sampai 100 ml setelah itu diblender didapatkan hasil sekitar 100 ml. 3. Pengamatan organoleptis Warna : hijau muda Bau : bau khas Rasa : khas seperti kacang panjang E. IDENTIFIKASI ZAT AKTIF 1. Identifikasi flavonoid Uji fitokimia flavonoid dilakukan dengan 0,1 gram sampel ditambahkan metanol sampai terendam lalu dipanaskan. Filtratnya ditambahkan H₂SO₄, terbentuknya warna merah karena penambahan H₂SO₄ menunjukkan adanya senyawa flavonoid (Harborne, 1987). 2. Identifikasi saponin Uji fitokimia saponin dilakukan dengan cara sampel dirajang halus dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambah aquades didihkan selama 2 - 3 menit, dinginkan setelah dingin dikocok dengan kuat. Uji positif ditandai dengan adanya busa yang stabil 2 - 3 cm selama 5 menit. F. UJI AKTIFITAS ANTIBAKTERI Tabel 4.1 Zona Hambat Bakteri Kelompok perlakuan Kontrol positif 25% b/v 50% b/v 100% b/v Diameter zona hambat (mean±SD) (mm) Staphylococcus Aureus Escherichia coli 31 32 26,3 27,7 30,3 32,7 33 33 Tabel 4.2 Zona Bunuh Bakteri Kelompok perlakuan Kontrol positif 25% 50% 100% Zona Bunuh Staphylococcus Aureus Escherichia coli Jernih Jernih Keruh Keruh Jernih Jernih Jernih Jernih Keterangan : * : Jernih = Membunuh ** : Keruh = Menghambat Tabel 4.3 Uji Normalitas Kelompok perlakuan Kontrol positif Konsentrasi 25% b/v Konsentrasi 50% b/v Konsentrasi 100% b/v Staphylococcus aureus p-value 1,000 Keterangan Terdistribusi Normal 0,637 Terdistribusi Normal 0,463 Terdistribusi Normal 1,000 Terdistribusi Normal Kelompok perlakuan Kontrol positif Konsentrasi 25% b/v Konsentrasi 50% b/v Konsentrasi 100% b/v Escherichia coli p-value 1,000 Keterangan Terdistribusi Normal 0,637 Terdistribusi Normal 0,637 Terdistribusi Normal 1,000 Terdistribusi Normal Tabel 4.4 Uji Levene Statistic Bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli Sig. 0,181 Keterangan Homogen 0,702 Homogen Tabel 4.5 Uji Anava Bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli Sig. 0,019 0,003 Keterangan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Tabel 4.6 LSD a. Bakteri Staphylococcus aureus Dependent (I) Kelompok (J) kelompok variabel perlakuan Staphylococc Kontrol Konsentrasi 25% b/v us aureus positif Konsentrasi 50% b/v Konsentrasi 100% b/v Konsentrasi Kontrol positif 25% b/v Konsentrasi 50% b/v Konsentrasi 100% b/v Sig Keterangan 0,020 0,691 0,251 0,020 0,038 0,003 Berbedasignifikan Berbeda tidak signifikan Berbeda tidak signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Konsentrasi 50% b/v Kontrol positif Konsentrasi 25% b/v Konsentrasi 100% b/v 0,691 0,038 0,137 Berbeda tidak signifikan Berbeda signifikan Berbeda tidak signifikan Konsentrasi 100% b/v Kontrol positif Konsentrasi 25% b/v Konsentrasi 50% b/v 0,251 0,003 0,137 Berbeda tidak signifikan Berbeda signifikan Berbeda tidak signifikan (J) kelompok Sig Keterangan Konsentrasi 25% b/v Konsentrasi 50% b/v Konsentrasi 100% b/v Kontrol positif Konsentrasi 50% b/v Konsentrasi 100% b/v 0,003 0,545 0,371 0,003 0,001 0,001 Berbeda signifikan Berbeda tidak signifikan Berbeda tidak signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Konsentrasi 50% b/v Kontrol positif Konsentrasi 25% b/v Konsentrasi 100% b/v 0,545 0,001 0,760 Berbeda tidak signifikan Berbeda signifikan Berbeda tidak signifikan Konsentrasi 100% b/v Kontrol positif Konsentrasi 25% b/v Konsentrasi 50% b/v 0,371 0,001 0,760 Berbeda tidak signifikan Berbeda signifikan Berbeda tidak signifikan b. Escherichia coli Dependent variabel Escherichia coli (I) Kelompok perlakuan Kontrol positif Konsentrasi 25% b/v G. PEMBAHASAN 1.Determinasi Tanaman Daun Saga Langkah awal yang penting dari penelitian ini adalah melakukan determinasi tanaman yang akan digunakan yaitu daun saga (Abrus precatorius L). Determinasi tanaman ini bertujuan untuk menghindari penggunaan tanaman yang salah karena dapat mencegah tercampurnya tanaman yang akan diteliti dengan tanaman lain. Determinasi dilakukan untuk memperoleh kepastian dan untuk mengetahui kebenaran identitas tanaman yang digunakan serta untuk menghindari kesalahan dalam pengumpulan bahan yang diteliti. Determinasi daun saga (Abrus precatoriumL.) telah dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro Semarang. Berdasarkan hasil determinasi diperoleh kesimpulan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah (Abrus precatorius L.) atau daun saga. Hasil determinasi tanaman dapat dilihat pada lampiran 1. 2.Pembuatan Jus Daun Saga (Abrus precatorius L) Daun saga (Abrus precatorius L) yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun saga yang diperoleh dari daerah Ungaran Jawa Tengah. Tanaman ini diambil dari satu tempat dengan tujuan agar tidak terjadi perbedaan suhu, kelembaban dan tempat tumbuh sehingga dapat menghindari heterogenitas dan didapatkan zat aktif yang sama. Bagian tanaman yang digunakan daun saga, dan dipilih daun yang permukaan terlihat segar dan tidak rusak. Daun saga yang telah dikumpulkan kemudian dicuci dengan air mengalir sampai bersih dan ditiriskan. Daun saga diletakkan ditempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik dan tidak terkena sinar matahari untuk menghilangkan air yang menempel pada daun saga dan menghindari oksidasi yang dapat berpengaruh pada daun saga kemudian ditimbang daun saga sebanyak 25gram, 50gram dan 100gram kemudian ditambahkan aquadest sampai 100ml, kemudian diblender sehingga didapatkan jus daun saga dengan konsentrasi 25%b/v, 50%b/v dan 100b/v, sehingga hasil jus daun saga dimasukkan kedalam beaker glass. 3.Pengujian Senyawa Aktif 1. Flavonoid Sebanyak 0,1ml sampel ditambahkan methanol kemudian dipanaskan, filtrat yang didapat kemudian ditambahkan dengan larutan H2SO4.reaksi positif ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi warna merah. 2. Saponin Sebanyak 0,1 ml sampel ditambahkan dengan aguades didihkan selama 2-3 menit, dinginkan dan kocok secara vertikal. Dari pengujian ini didapatkan reaksi positif yang ditandai dengan adanya buih yang stabil. Berdasarkan reaksi pengamatan warna tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam jus daun saga (Abrus precatorius L) mengandung senyawa flavonoid dan saponin. 4. Uji Aktivitas Antibakteri Uji aktivitas antibakteri bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari jus daun saga (Abrus precatorius L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureusdan Eschericha coli.Dipilih bakteri Staphylococcus aureus karena merupakan bakteri Gram positif dan Eschericha colimerupakan dari bakteri Gram negatif. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi. Hal ini dikarenakan jus daun saga yang berupa larutan sehingga dalam penentuan KHM dan KBM tidak mengalami kesulitan, khususnya dalam hal pengamatan karena akanmudah membedakan kekeruhan dari jus atau bakteri apabila menggunakan difusi. Disamping itu keuntungan dari metode difusi dengan menggunakan kertas cakram lebih mudah dalam penanaman zat aktif pada media yang sudah tercampur dengan bakteri dan dalam satu cawan petri dapat dilakukan beberapa perlakuan. Media yang digunakan adalah Nutrient Agar karena merupakan media pembiakan sederhana yang mengandung asam-asam amino dan pepton yang diperlukan oleh sebagian besar mikroorganisme dan dipakai juga sebagai komponen dasar untuk membuat media biakan lainnya. Parameter yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri yaitu dengan mengamati ada atau tidaknya kadar hambat minimum dan kadar bunuh minimum bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericha coli yang kemudian dibandingkan dengan kontrol negatif. Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri ini menggunakan jus daun saga yang akan digunakan terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericha coli dengan konsentrasi 25% b/v, 50% b/v, dan 100% b/v.penelitian ini menggunakan empat macam perlakuan yaitu kontrol positif, kontrol negatif, kontrol pertumbuhan dan kontrol media. Kontrol positif dimana yang digunakan kertas cakram kemudian direndam kedalam ciproloxacin dalam bentuk sedian suspensi sekitar 15 menit kemudian diambil dan ditiriskan kertas cakram yang sudah di rendam kedalam tabung reaksi menggunakan vinset yang ditaruh diujung tabung reaksi ditunggu 1-2 menit kemudian baru dimasukkan kecawan petri yang sudah tercampur media dan bakteri yang sudah agak padat.Kontrol positif digunakan sebagai pembanding terhadap perlakuan untuk melihatkadar zona hambat bakteri dari jus daun saga yang setara dengan antibiotik ciprofloxacin dengan konsentrasi 15 µg/ml untuk bakteriStaphylococcus aureus dan 0,015 µg/ml untuk bakteriEschericha coli. Kontrol negatif dimana yang digunakan kertas cakram kemudian direndam kedalam aquades sekitar 15 menit kemudian diambil dan ditiriskan kertas cakram yang sudah di rendam kedalam tabung reaksi menggunakan forceps yang ditaruh diujung tabung reaksi ditunggu 1-2 menit kemudian baru dimasukkan kecawan petri yang sudah tercampur media dan bakteri yang suadah agak padat. Kontrol negatif untuk mengetahui apakah pelarurt aquades mempengaruhui aktivitas atau tidak terhadap bakteri uji. Kontrol pertumbuhan media dan suspensi bakteri, kontrol media digunakan untuk mengetahui apakah media yang digunakan untuk bakteri mampu berkembang biak atau tidak dan kontrol media digunakan untuk mengetahui apakah media tersebut steril atau tidak terhadap bakteri uji dan juga bertujuan untuk mengetahui apakah bakteri dapat tumbuh dengan baik atau tidak. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu KHM dan KBM. Kadar Hambat Minimum (KHM) adalah konsentrasi terendah dari antimikroba yang dapat menghambat mikroorganisme tertentu. Kadar Bunuh Minimum (KBM) adalah konsentrasi terendah dari antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme tertentu. Berdasarkan uji aktivitas antibakteri jus daun saga (Abrus precatorius L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus konsentrasi 25% b/v, 50% b/v, dan 100% b/v memiliki aktivitas menghambat bakteri dengan diperoleh larutan bening pada media tidak ada pertumbuhan bakteri. Berdasarkan uji aktivitas antibakteri jus daun saga (Abrus precatorius L.) terhadap bakteri Eschericha colikonsentrasi 25% b/v, 50% b/v, dan 100% b/v memiliki aktivitas menghambat bakteri dengan diperoleh larutan bening pada media tidak ada pertumbuhan bakteri dan untuk mengetahui jus daun saga tersebut bisa membunuh bakteri atau tidak maka dilakukan penanaman ulang pada media dan hasil yang diperoleh berbeda dan memiliki aktivitas antibakteri yang berbeda. Jus daun sagadengan kosentrasi50% b/v dan100% b/v pada bakteri Staphylococcus aureustelah berhasil mendapatkan KBMditunjukkan dengan diameter zona bunuh sedangkan pada bakteri Eschericha colipada konsentrasi 50% b/v dan 100% b/vsudah dapat membunuh bakteri ditunjukkan diameter zona bunuh. Hasil uji normalitas variabel zona hambat bakteri Staphylococcus aureus untuk kelompok kontrol positif, jus daun saga konsentrasi 25%, konsentrasi 50%, dan konsentrasi 100% masing-masing didapatkan p-value 1,000, 0,637, 0,463, dan 1,000. Ini menunjukkan bahwa data-data yang diperoleh dapat dinyatakan berdistribusi normal. Di lanjutkan uji homogenitas varian menggunakan LaveneTest diperoleh p-value 0,181 > α (0,05), ini menunjukkan bahwa data-datayang diperoleh memiliki varian yang homogen. Dilanjutkan ujiANOVA diperoleh F hitung = 5,986 dengan p-value 0,019. Oleh karena F hitung 5,986 > F tabel 4,07 atau p-value 0,019< α (0,05), maka disimpulkan bahwa ada perbedaan secara signifikan efek dari keempat kelompok perlakuan yang diberikanterhadap zona hambat pada bakteri Staphylococcus aureus. Untuk mengetahui perlakuan-perlakuan mana yang memiliki zona bunuh yang berbeda, dilakukan uji Post Hoc Tests menggunakan uji LSD. Hasil uji LSD diperoleh bahwa jus daun saga konsentrasi 25% memiliki efek membunuh bakteri Staphylococcus aureus lebih rendah secara signifikan dengan kontrol positif dengan p-value 0,020 < α (0,05). Sedangkan jus daun saga konsentrasi 50% memiliki efek membunuh bakteri Staphylococcus aureus sebanding (berbeda tidak signifikan) dengan kontrol positif dengan p-value 0,691 > α (0,05). Kemudian jus daun saga konsentrasi 100% juga memiliki efek membunuh bakteri Staphylococcus aureus yang sebanding (berbeda tidak signifikan) dengan kontrol positif dengan p-value 0,251 > α (0,05).Pada 25% b/v memiliki efek bunuh bakteri Staphylococcus aureus lebih rendah secara signifikan dengan kontrol positif sedangkan 50% memiliki efek membunuh bakteri Staphylococcus aureus sebanding dengan kontrol positif dan pada konsentrasi 100% b/v memiliki efek membunuh bakteri Staphylococcus aureus lebih tinggi secara signifikan dengan kontrol positif. Hasil uji normalitas variabel zona hambat bakteri Eschericha coli untuk kelompok kontrol positif, jus daun saga konsentrasi 25%, konsentrasi 50%, dan konsentrasi 100% masing-masing didapatkan p-value 1,000, 0,637, 0,637 , dan 1,000. Ini menunjukkan bahwa data-data yang diperoleh dapat dinyatakan berdistribusi normal. Dilanjutkan uji homogenitas varian menggunakan Lavene Test diperoleh p-value 0,702 > α (0,05), ini menunjukkan bahwa data-datayang diperoleh memiliki varian yang homogen. Dilanjutkan uji homogenitas varian menggunakan Lavene Test diperoleh p-value 0,702 > α (0,05), ini menunjukkan bahwa data-datayang diperoleh memiliki varian yang homogen. Dilanjutkan uji ANOVA diperoleh F hitung = 11,067 dengan p-value 0,003. Oleh karena F hitung 11,067 > F tabel 4,07 atau p-value 0,003< α (0,05), maka disimpulkan bahwa ada perbedaan secara signifikan efek dari keempat kelompok perlakuan yang diberikanterhadap zona hambat pada bakteri Eschericha coli. Untuk mengetahui perlakuan-perlakuan mana yang memiliki zona bunuh yang berbeda, dilakukan uji Post Hoc Tests menggunakan uji LSD. Hasil uji LSD diperoleh bahwa jus daun saga konsentrasi 25% memiliki efek membunuh bakteri Eschericha coli lebih rendah secara signifikan dengan kontrol positif dengan p-value 0,003 < α (0,05). Sedangkan jus daun saga konsentrasi 50% memiliki efek membunuh bakteri Eschericha coli sebanding (berbeda tidak signifikan) dengan kontrol positif dengan p-value 0,545 > α (0,05). Kemudian jus daun saga konsentrasi 100% juga memiliki efek membunuh bakteri Eschericha coli yang sebanding (berbeda tidak signifikan) dengan kontrol positif dengan p-value 0,371 > α (0,05). Pada 25% b/v memiliki efek bunuh bakteri Staphylococcus aureus lebih rendah secara signifikan dengan kontrol positif sedangkan 50% memiliki efek membunuh bakteri Staphylococcus aureus sebanding dengan kontrol positif dan pada konsentrasi 100% b/v memiliki efek membunuh bakteri Staphylococcus aureus lebih tinggi secara signifikan dengan kontrol positif. Daun saga (Abrus precatorius L.) mempunyai senyawa flavonoid dan saponin dimana flavonoid merupakan senyawa polar yang mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol dan aseton. Flavan merupakan senyawa induk dalam tatanama senyawa-senyawa turunan flavon. Mekanisme kerja flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu keutuhan membran sel bakteri. Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam. Mekanisme saponin sebagai antibakteri dengan mengganggu permeabilitas membran sel bakteri, yang mengakibatkan kerusakan membran sel dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida. Ciprofloxacin merupakan golongan fluoroquinolon berspektrum luas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Efek antibakteri Ciprofloxacin disebabkan oleh gangguan terhadap enzim DNA topoisomerase atau biasa disebut DNA-gyrase yang dibutuhkan untuk sintesa DNA bakteri. H. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu pengaruh konsentrasi jus daun saga (Abrus precatorius L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Jus daun saga (Abrus precatorius L.) mempunyai efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. 2. Jus daun saga (Abrus precatorius L.) dengan konsentrasi 25% b/v dapat menghambat Staphylococcus aureus dan Escherichia coli sedangkan pada konsentrasi 50% b/v dan 100% b/v dapat membunuh Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yang sebanding dengan ciprofloxacin kadar 15 µg/ml untuk Staphylococcus aureus dan ciprofloxacin kadar 0,015 µg/ml untuk Escherichia coli. I. UCAPAN TERIMAKASIH Seluruh acivitas akademik Universitas Ngudi Waluyo Ungaran, Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran dan kepada semua yang tidak bisa disebutkan. J. DAFTAR PUSTAKA Syamsuhidayat dan Hutapea, J.R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia,305-306, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta. Green., 2005, Pengobatan Alami Mengatasi Bakteri, Potensi Pustaka, Jakarta. Winarto, W. P., 2007, Tanaman Obat Indonesia untuk Pengobatan Herbal Jilid 3, Karyasari Herba Media Jakarta. Aliero, A.A., Aliero, B.L., and Buhari, U., 2008, Preliminary Phytochemical and Antibacterial Screening of Scadoxus multiflorus, International Journal of Pure and Applied Science, vol. 4, pp. 13-17. Darmadi, 2008, Infeksi Nosokomial : Problematika dan Pengendaliannya, Salemba Medika, Jakarta.