Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL PADA PERUSAHAAN LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA Zunita Efi Ratnasari [email protected] Khuzaini Sekolah Tinggi Ilmu Ekonom i Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to analyze the portfolio in order to maximize the expected return in a certain risk level by using the Single Index Model as the alternative of simple calculation from the Markowitz Model. The company samples are selected among the companies which are actively traded in IDX as well as distributing its dividend between January – December 2012, therefore it is obtaining 7 stocks which are the selected company samples from 45 companies. Optimum portfolio is a portfolio which has excess return to beta (ERB) value is bigger than Ci value, where the Ci is a borderline(cut-off point/C*) which has the last ERB value bigger than Ci value. Besides, the maximum portfolio expected return at a particular risk level will determine the optimum portfolio itself. The result showed that, it is obtaining 3 optimum stock portfolios which are PT. Unilever Indonesia Tbk, PT. Bank Central Asia Tbk and PT. Indo Tambang raya Megah Tbk, because i t has bigger ERB value compare to its Ci value. Moreover, all three portfolios have the maximum expected return at a particular risk level. Keywords: optimum portfolio, single index model, expected return. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menganalisis suatu portofolio agar dapat mema ksimalkan expected return pada tingkat risiko tertentu dengan menggunakan Model Indeks Tunggal sebagai alternatif perhitungan penyederhanaan dari Model Markowitz. Sampel perusahaan yang dipilih sesuai kriteria diantaranya perusahaan yang masih aktif diperdagangkan di BEI serta membagikan dividen periode JanuariDesember 2012, sehingga diperoleh 7 saham yang terpilih seba gai sampel perusahaan dari 45 perusahaan. Portofolio optimal adalah portofolio yang memiliki nilai excess return to beta (ERB) yang lebih besar dari nilai Ci, dimana nilai Ci merupakan titik pembatas (cut-off point/ C*) yang memiliki nilai ERB terakhir kali masih lebih besar dari nilai Ci. Disamping itu, expected return portofolio yang maksimal pada tingkat risiko tertentu juga menentukan portofolio op timal itu sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa , diperoleh 3 saham yang tergolong seba gai portofolio optimal yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk, PT. Bank Central Asia Tbk dan PT. Indo Ta mbangraya Megah Tbk, karena memiliki nilai ERB yang lebih tinggi d ari nilai Ci-nya. Selain itu, ketiga portofolio tersebut menghasilkan expected return yang maksimal pada tingkat risiko tertentu. Kata Kunci: portofolio optimal, model indeks tun ggal, expected return. PENDAHULUAN Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan konsumsi sekarang atau konsumsi mendatang. Penundaan konsumsi sekarang untuk konsumsi mendatang dapat Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 2 dikatakan sebagai suatu investasi. Secara umum investasi dikenal sebagai kegiatan untuk menanamkan harta ataupun modal baik pada aktiva riil maupun aktiva finansial pada suatu unit usaha atau pendanaan dengan maksud memperoleh keuntungan pada masa yang akan datang. Salah satu bentuk investasi yang mulai diminati individu sebagai pemodal adalah investasi saham melalui bursa. Biasanya investor lebih suka membeli saham perusahaan yang go publik, sebab saham perusahaan go publik sebagai komoditi investasi tergolong menjanjikan return yang tinggi tapi juga memiliki risiko tinggi karena sifat komoditinya yang sangat peka terhadap perubahan di bidang politik, ekonomi, moneter, kebijakan pemerintah, baik perubahan itu di luar negeri maupun di dalam negeri. Semakin banyaknya perusahaan yang menjadi emiten di pasar modal akan menimbulkan berbagai kombinasi saham yang bisa dipilih oleh investor dalam berinvestasi di pasar modal portofolio. Berdasarkan kenyataan bahwa pada umumnya investor tidak menginvestasikan seluruh dananya pada satu jenis saham tapi mereka melakukan diversifikasi saham yang bertujuan untuk mengurangi risiko yang ditanggung akibat dana yang diinvestasikan. Untuk mendapatkan keuntungan yang semaksimal mungkin maka analisis portofolio merupakan salah satu alat yang tepat untuk memperkecil risiko yang diterima dengan tujuan memaksimalkan profit dengan tingkat risiko yang sama diantara saham yang ada. Hasil dari analisis ini akan menentukan ketepatan dalam pengambilan keputusan investasi yang dapat diambil oleh investor. Expected return merupakan tujuan para investor dalam berinvestasi. Untuk memaksimalkan expected return dengan tingkat risiko tertentu, biasanya para investor menyiasati dengan portofolio saham dan salah satu cara untuk mengurangi risiko investasi saham bisa dilakukan dengan melakukan diversifikasi kepemilikan saham, yaitu dengan mengkombinasikan berbagai saham dalam investasinya atau dengan membentuk portofolio. Karena pada dasarnya investor sangat menyukai investasi yang menghasilkan pengembalian yang tinggi, tetapi tidak begitu menyukai adanya risiko. Adanya ketidakpastian di masa yang akan datang akan menyebabkan risiko dalam berinvestasi khususnya pada aset finansial yang selalu dipasarkan di bursa, hal tersebut diakibatkan aset finansial sangat peka terhadap perubahan baik perubahan dari dalam perusahaan yang mengeluarkan aset tersebut ataupun perubahan yang diakibatkan oleh keadaan pasar. Sehingga akan menimbulkan dua jenis risiko yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis, risiko sistematis biasanya dipengaruhi oleh keadaan pasar atau risiko ini akan dihadapi oleh semua aset yang listing di bursa sedangkan risiko tidak sistematis biasanya diakibatkan oleh kebijakan-kebijakan perusahaan dan hanya menimpa pada perusahaan yang bersangkutan. Dalam berinvestasi ada dua faktor yang paling dipertimbangkan oleh investor, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dan risiko (risk). Dua faktor ini merupakan hal yang berlawanan, dalam arti investor menyukai expected return yang tinggi dan tidak begitu menyukai risiko yang tinggi. Pada kenyataan terdapat hubungan yang alami antara besarnya pengembalian dan besarnya risiko, karena semakin besar pengembalian yang diharapkan maka akan semakin besar pula risiko yang akan dihadapi atau tingkat pengembalian yang tinggi akan selalu diikuti dengan tingkat risiko yang tinggi pula. Teori portofolio mempelajari dan menentukan kombinasi saham yang paling efisien terhadap sekumpulan saham untuk mengoptimalkan keuntungan yang diharapkan berkaitan dengan pencapaian tujuan investasi. Portofolio saham selain untuk menghindari risiko juga untuk memaksimalkan expected return. Hakikat dari pembentukan portofolio yang efisien dan optimal adalah untuk mengurangi risiko dengan cara diversifikasi saham, yaitu menempatkan Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 3 sejumlah dana pada berbagai alternatif investasi yang berkorelasi negatif agar dana dapat menghasilkan pengembalian yang optimal. Untuk membentuk portofolio optimal dapat menggunakan Model Indeks Tunggal (Single Index Model). Model Indeks Tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks pasar. Secara khusus dapat diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham naik, dan juga sebaliknya, yaitu jika indeks harga saham turun, kebanyakan saham mengalami penurunan harga. Hal ini menyarankan bahwa return-return dari sekuritas mungkin berkolerasi karena adanya reaksi umum (common response) terhadap perubahan-perubahan nilai pasar (Hartono, 2008:323). Asumsi Model Indeks Tunggal mempunyai implikasi bahwa sekuritas-sekuritas bergerak bersama-sama bukan karena efek di luar pasar, melainkan karena mempunyai hubungan yang umum terhadap indeks pasar yang searah dengan perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Model Indeks Tunggal ini dapat diterima dan mewakili kenyataan sesungguhnya bergantung dari seberapa besar asumsi-asumsi tersebut realistis. Untuk menganalisis portofolio, diperlukan sejumlah prosedur perhitungan melalui sejumlah data sebagai input dan dianalisis menjadi output yang menggambarkan apakah termasuk portofolio optimal atau sebaliknya. Salah satu teknik analisis portofolio optimal adalah menggunakan Model Indeks Tunggal. Analisis atas sekuritas dilakukan dengan membandingkan excess return to beta (ERB) dengan cut-off rate-nya (Ci) dari masing-masing saham. Saham yang memiliki ERB lebih besar dari C i dijadikan kandidat portofolio optimal, jika sebaliknya Ci lebih besar daripada ERB maka tidak dijadikan suatu portofolio optimal. LQ45 (Liquid 45) dapat dijadikan alternatif dalam membentuk portofolio saham. Hal ini didasarkan bahwa Bursa Efek Indonesia (BEI) secara rutin memantau perkembangan kinerja emiten-emiten yang masuk dalam perhitungan LQ45. Setiap tiga bulan sekali dilakukan evaluasi atas pergerakan urutan saham-saham tersebut, serta penggantian saham dilakukan setiap enam bulan sekali yaitu pada bulan Februari dan Agustus. LQ45 juga terdiri dari 45 saham unggulan yang mempunyai kriteria antara lain adalah: mempunyai likuiditas yang tinggi, kapitalisasi pasar pada periode tertentu, prospek pertumbuhan perusahaan, keadaan keuangan, serta aktivitas transaksi (nilai, volume dan frekuensi) yang baik di pasar reguler. Dengan menginvestasikan dananya di sejumlah saham yang tergolong LQ45, investor mengharapkan dapat mencapai portofolio yang optimal. Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana membentuk portofolio optimal sehingga dapat memaksimalkan expected return pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana membentuk portofolio optimal sehingga dapat memaksimalkan expected return pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Sehingga dapat diketahui saham-saham mana saja yang tergolong sebagai portofolio optimal dan cocok untuk investor dalam melakukan investasi sahamnya. TINJAUAN TEORETIS Portofolio Teori dasar pemilihan portofolio pertama kali dicetuskan oleh Harry M. Markowitz pada tahun 1952. Tujuan akhir investasi adalah untuk memaksimalkan keuntungan, dan keuntungan yang diperoleh akan sesuai dengan risikonya. Agar risiko bisa dikendalikan, maka investor Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 4 harus melakukan penyebaran risiko dengan cara memperbanyak jenis saham. Karena sesuai dengan filosofi portofolio yakni “Don’t Put All Your Eggs Into One Basket”, yang artinya dalam melakukan investasi janganlah kita menanamkan dana yang kita miliki hanya pada satu macam saham karena jika terjadi kerugian pada perusahaan yang menerbitkan saham tersebut maka kita akan ikut menanggung kerugian itu. Oleh karena itu perlu mempunyai beberapa jenis saham, sehingga bila salah satu saham mengalami kerugian, maka saham yang lainnya masih untung. Portofolio menurut Zubir (2011:2), diartikan sebagai investasi yang terdiri dari berbagai saham perusahaan yang berbeda dengan harapan bila harga salah satu saham menurun, sementara yang lain meningkat, maka investasi tersebut tidak mengalami kerugian. Selain itu, korelasi antara return satu saham dan saham lain juga akan memperkecil varians return portofolio tersebut. Expected Return Portofolio Expected Return/ tingkat pengembalian (keuntungan) yang diharapkan dan risiko bagaikan dua sisi mata uang yang selalu berdampingan. Artinya, dalam berinvestasi, disamping menghitung expected return, investor juga harus memperhatikan risiko yang harus ditanggungnya. Expected Return dari portofolio menurut Zubir (2011:05) adalah nilai rerata dari return saham selama satu periode tertentu. Sedangkan menurut Hartono (2008:240), terdapat beberapa aspek return portofolio dalam mengukur sekuritas tunggal, antara lain adalah: (1) Return realisasi, dimana return (tingkat pengembalian) yang sudah terjadi serta merupakan ratarata tertimbang dari return-return realisasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofoliodan (2) Return ekspektasi, dimana return (tingkat pengembalian) yang belum terjadi dan sudah dipastikan di masa mendatang serta merupakan rata-rata tertimbang dari returnreturn ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio. Risiko Portofolio Menurut Zubir (2011:19), risiko merupakan perbedaan antara hasil yang diharapkan (expected return) dan realisasinya. Semakin besar penyimpangannya, berarti semakin besar tingkat risikonya.Apabila dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko, maka risiko dibedakan menjadi tiga, antara lain adalah investor yang menyukai risiko (risk seeker), investor yang netral terhadap risiko (risk neutral) dan investor yang menghindari risiko (risk averter). Menurut Hartono (2010:278), dalam konteks portofolio, risiko dibedakan menjadi dua antara lain adalah: (1) Risiko sistematis atau disebut juga risiko pasar/ umum yang tidak dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktorfaktor makro (perubahan tingkat suku bunga, kurs valuta asing, kebijakan pemerintah, dsb) yang dapat memengaruhi pasar secara keseluruhan dan (2) Risiko tidak sistematis atau disebut juga risiko unik perusahaan yang merupakan merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Kemudian, risiko total merupakan penjumlahan dari risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Diversifikasi Untuk menurunkan risiko, investor perlu melakukan diversifikasi. Diversifikasi (portofolio) bermakna bahwa investor perlu membentuk portofolio melalui pemilihan kombinasi sejumlah aset sedemikian rupa hingga risiko dapat diminimalkan tanpa mengurangi expected return (Tandelilin, 2010:115). Menurut Hartono (2010:280), investor dapat melakukan diversifikasi dengan berbagai cara, antara lain adalah: (1) Diversifikasi dengan banyak aktiva dimana Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 5 semakin banyak sekuritas yang dimasukkan ke portofolio, semakin kecil risiko portofolionya karena return sekuritas berkorelasi satu dengan lainnya, (2) Diversifikasi secara random dimana pembentukan portofolio dengan memilih sekuritas-sekuritas secara acak tanpa memperhatikan karakteristik dari investasi yang relevan dan (3) Diversifikasi secara Markowitz dimana diversifikasi ini dapat dibuktikan secara matematis dengan menggunakan metode mean-variance dari Markowitz, yakni sekuritas-sekuritas yang mempunyai korelasi lebih kecil dari +1 akan menurunkan risiko portofolio. Konsep Pembentukan Portofolio Optimal Menurut Tandelilin (2010:74-78), portofolio yang optimal dapat dibentuk dengan adanya tiga konsep dasar pembentukan antara lain adalah: (1) Memilih keputusan investasi dana terhadap aktiva berisiko, aktiva bebas risiko ataupun kombinasi dari keduanya, (2) Menentukan fungsi utilitas yang menunjukkan preferensi seorang investor terhadap berbagai pilihan investasi dengan masing-masing risiko dan tingkat return yang diharapkan dan (3) Menentukan portofolio efisien dan portofolio optimal dalam memilih keputusan investasi yang tepat bagi investor. Model Indeks Tunggal Model Indeks Tunggal menurut Hartono (2008:323) didasarkan pada pengamatan bahwa dari suatu sekuritas searah dengan indeks harga pasar. Teori ini dikembangkan oleh William Sharpe pada tahun 1963, yang dapat digunakan untuk menyederhanakan parameter-parameter input dalam perhitungan model Markowitz. Model Indeks Tunggal dipengaruhi oleh tingkat keuntungan “pasar” di mana menyatakan pada saat keadaan pasar membaik (ditunjukkan oleh indeks pasar yang membaik) harga sahamsaham individual akan meningkat. Demikian pula sebaliknya, pada saat pasar memburuk maka harga saham-saham individual akan turun harganya. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa suatu saham bertoleransi dengan perubahan pasar. Perubahan saham memberikan pergerakan terhadap indeks pasar umum sehingga pemilihan indeks pasar umum dapat memberikan pertimbangan dalam analisis investasi. Indeks yang digunakan secara umum adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Di dalam model ini risiko investasi yang terjadi adalah risiko sistematis, sehingga investor perlu menaksir besarnya beta sebagai ukuran risiko. Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal Menurut Hartono (2008:344), di dalam menentukan portofolio optimal dari beberapa saham diperlukan beberapa proses perhitungan dari sejumlah data perusahaan. Perhitungan tersebut akan sangat dimudahkan yang didasarkan pada sebuah angka yang dapat menentukan apakah suatu sekuritas dapat dimasukkan ke dalam portofolio optimal tersebut. Excess return berarti mengukur kelebihan return relatif terhadap satu unit risiko yang tidak dapat didiversifikasikan yang diukur dengan beta. Portofolio yang optimal akan berisi aktiva -aktiva yang mempunyai nilai rasio ERB yang tinggi. Dengan demikian diperlukan sebuah titik pembatas (cut-off point) yang dapat menentukan batas nilai rasio ERB yang dikatakan tinggi. Pasar Modal Pasar modal menurut Husnan (2009:3) didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau saham) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Menurut Tandelilin (2010:26), pasar modal adalah pasar untuk Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 6 memperjualbelikan saham yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Fungsi Pasar Modal Pasar modal menurut Tandelilin (2010:26) berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediaries), di mana fungsi ini menunjukkan peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Di samping itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal. Jenis Pasar Modal Pasar modal juga memiliki beberapa jenis dalam perdagangan saham menurut Tandelilin (2010:28), antara lain adalah pasar pertama (perdana), pasar kedua, pasar ketiga dan pasar keempat. Instrumen Pasar Modal Menurut Tandelilin (2010:30), ada beberapa saham yang umumnya diperdagangkan di pasar modal antara lain adalah saham, obligasi, bukti right, waran dan instrumen derivatif. Investasi Menurut Tandelilin (2010:1), investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Investasi berkaitan dengan menginvestasikan sejumlah dana pada aset riil (tanah, emas, mesin atau bangunan), maupun aset finansia l (deposito, saham ataupun obligasi). Menurut Hartono (2010:5), investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu. Dari definisi investasi yang dijelaskan oleh beberapa pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa investasi adalah penempatan dana maupun sumber daya lain yang digunakan dalam produksi yang efisien dengan tujuan memaksimalkan keuntungan di masa datang. Tujuan Investasi Menurut Tandelilin (2010:7), tujuan investasi yang lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Tetapi secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa perlu melakukan investasi, antara lain adalah: (1) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa mendatang, (2) Mengurangi tekanan inflasi dan (3) Dorongan untuk menghemat pajak. Jenis Investasi Investasi di dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung (Hartono, 2010:7). Saham Saham menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Pemilik saham suatu perusahaan, disebut sebagai pemegang saham, merupakan pemilik perusahaan (Husnan, 2009:279). Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 7 Jenis Saham Menurut Hartono (2010:111), saham dibedakan menjadi tiga bagian antara lain adalah saham preferen, saham biasa dan saham treasuri. Indeks Pasar Saham Informasi mengenai kinerja pasar saham seringkali diringkas dalam suatu indeks pasar saham (stock market indexes). Indeks pasar saham menurut Tandelilin (2010:86) merupakan indikator yang mencerminkan kinerja saham-saham di pasar. Karena merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham, maka indeks pasar saham juga disebut indeks harga saham (stock price index). Adapun jenis-jenis indeks harga saham lain, antara lain adalah: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ45, maupun indeks harga saham lainnya (Indeks Kompas 100, Indeks Sektoral, Jakarta Islamic Indeks, Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan). Penelitian Terdahulu Muninghar (2011) dalam Jurnal Neo-Bis mengenai Optimalisasi Portofolio Indeks Saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) Dengan Pendekatan Model Indeks Tunggal Pada Periode Agustus 2007 s/d Juli 2010. Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa risiko portofolio lebih kecil dari expected return. Ini menunjukkan bahwa portofolio yang telah dbentuk sudah tergolong sebagai portofolio optimal. Yunita (2007) melakukan penelitian mengenai Analisis Portofolio Terhadap Expected Return dan Risiko Saham Dengan Menggunakan Model Indeks Tunggal Pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011. Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa portofolio yang optimal memberikan nilai ERB lebih besar dari nilai C i (ERB > Ci). Khairullah (2007) melakukan penelitian mengenai Analisis Pembentukan Portofolio yang Optimal Dengan Menggunakan Model Indeks Tunggal Pada Saham yang Tergolong LQ45 di Bursa Efek Surabaya. Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa portofolio yang optimal menurut Model Indeks Tunggal adalah portofolio yang berisi aktiva-aktiva yang mempunyai nilai ERB tinggi dari C* (titik pembatas) atau sama dengan titik C*. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif, dimana penelitian yang menggambarkan objek yang diteliti, di mana data dikumpulkan, dipelajari, diolah kemudian dianalisis. Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Januari – Desember 2012 yang berjumlah 45 perusahaan. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan yang sahamnya masih aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia periode Januari– Desember 2012 dan (2) Perusahaan yang membagikan dividen periode Januari–Desember 2012. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 8 Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif, di mana data ini diukur dengan proporsi, meliputi data harga saham dan pembagian dividen periode Januari– Desember 2012. Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yang sahamnya terdaftar dan aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia periode Januari–Desember 2012. 2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data menggunakan dua metode, antara lain adalah Studi Kepustakaan (Library Research) dan Studi Lapangan (Field Research). Variabel dan Definisi Operasional Variabel Adapun faktor-faktor di dalam analisis portofolio yang optimal antara lain sebagai berikut: 1. Tingkat Keuntungan Masing-masing Saham (Rit) Merupakan keuntungan saham yang berasal dari perubahan harga saham dan pembagian dividen, berkorelasi karena adanya reaksi umum terhadap perubahan-perubahan nilai pasar. 2. Koefisien Alpha (α) dan Beta (β) Memperkirakan apa yang terjadi dengan suatu variabel apabila variabel lain berubah. 3. Tingkat Keuntungan Ekspektasi (E(Ri)) Merupakan rata-rata tertimbang dan tingkat keuntungan yang diharapkan masing-masing saham yang membentuk portofolio tersebut. 4. Tingkat Risiko Pasar (σM ) Mengukur risiko dari seberapa besar nilai tiap item-item menyimpang dari rata-ratanya. 5. ERB (Excess return to beta) Merupakan selisih keuntungan ekspektasi dengan keuntungan aktiva bebas risiko atau mengukur kelebihan keuntungan relatif terhadap satu unit risiko yang tidak dapat didiversifikasikan yang diukur dengan beta. 6. C* (Cut-off point) Merupakan batasan untuk memisahkan saham-saham/ aktiva mana saja yang akan dimasukkan di dalam pembentukan portofolio optimal. 7. Proporsi Saham (Wi) Merupakan perhitungan untuk masing-masing saham untuk dimasukkan ke dalam investasi portofolio. 8. Beta Portofolio (β p) Menghitung beta portofolio merupakan rata-rata dari beta saham individu. 9. Alpha Portofolio (αp) Menghitung alpha portofolio merupakan rata-rata alpha saham individu. 10. Tingkat Keuntungan Ekspektasi Portofolio (E(Rp)) Merupakan rata-rata tertimbang dari keuntungan ekspektasi tiap-tiap saham tunggal di dalam portofolio. 11. Risiko Portofolio (σp2 ) Merupakan risiko yang berhubungan dengan pasar (market related risk) dan risiko unik (unique risk). Dengan memasukkan karakteristik beta portofolio. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 9 12. Portofolio Optimal Merupakan portofolio yang dipilih dari sekian kumpulan portofolio efisien yang memberikan nilai expected return (tingkat pengembalian) yang maksimal daripada risikonya. Disamping itu, portofolio yang optimal juga memiliki nilai rasio ERB yang lebih besar dari nilai C i-nya. Teknik Analisis Data 1. Menghitung Tingkat Keuntungan Masing-masing Saham (Rit) Rit = (Hartono, 2008:197) Keterangan: Rit = Tingkat keuntungan saham individu pada periode t Pt = Harga saham individu pada periode t Pt-1 = Harga saham pada periode sebelumnya Dt = Dividen saham yang dibagikan pada periode t 2. Menghitung Koefisien α dan β β= dan α= (Husnan, 2009:115-116) Keterangan: n = Jumlah periode X = Indeks keuntungan pasar Y = Tingkat keuntungan saham β = Beta saham i α = Alpha saham i Menghitung Indeks Keuntungan Pasar (RM ) RMt = (Hartono, 2008:324) Keterangan: RMt = Keuntungan pasar pada periode t IHSGt = Indeks harga saham gabungan pada periode t IHSGt-1 = Indeks harga saham gabungan pada periode sebelumnya 3. Menghitung Tingkat Keuntungan Ekspektasi (E(Ri)) E(Ri) = αi + βi . E(RM) (Hartono, 2008:326) Keterangan: E(Ri) = Tingkat keuntungan ekspektasi dari saham i αi = Alpha saham i βi = Beta saham i E(RM ) = Tingkat keuntungan ekspektasi dari indeks pasar Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 4. 10 Menghitung Tingkat Risiko (σi2 ) 1.) Menghitung Varian dari Return Indeks Pasar (σM 2 ) σM2 = (Hartono, 2008:332) Keterangan: σM 2 = Varian dari return indeks pasar RM = Keuntungan pasar E(RM ) = Tingkat keuntungan ekspektasi dari indeks pasar 2.) Menentukan Varian dari Keseluruhan Residu (σei2 ) σei2 = Jadi, total risiko adalah sebagai berikut: σi2 = βi2 . σM2 + σei2 (Hartono, 2008:331-332) 5. Menghitung excess return to beta (ERB) ERB = (Hartono, 2008:334) Keterangan: E(Ri) = Tingkat keuntungan yang diharapkan dari saham i RBR = Keuntungan aktiva bebas risiko βi = Beta saham i 6. Menghitung Tingkat Pembatas Saham atau cut-off point (C*) Ai = dan Bi = (Hartono, 2008:345) Sehingga untuk menentukan besarnya titik pembatas saham/ cut off point (C*), diperlukan nilai Ci sebagai nilai cut off-point itu sendiri yaitu pada rumus sebagai berikut: Ci = (Hartono, 2008:334) Keterangan: = Varian dari kesalahan residu saham ke-i yang juga merupakan risiko unik atau risiko tidak sistematik = Varian dari return indeks pasar Ci = Nilai C untuk saham ke-i yang dihitung dari kumulasi nilai-nilai A1 sampai dengan Ai dan nilai-nilai B1 sampai dengan Bi. 7. Menghitung Proporsi Saham (Wi) Zi = (ERBi – C*) Wi = (Hartono, 2008:349) Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 11 Keterangan: Wi = Proporsi saham ke-i k = Jumlah saham di portofolio optimal βi = Beta saham ke-i C* = Nilai cut-off point yang merupakan nilai Ci terbesar 8. Menghitung Beta Portofolio (β p) βp βi (Hartono, 2008:338) Keterangan: βp = Beta portofolio = Rata-rata Beta saham individu 9. Menghitung Alpha Portofolio (αp) αp αi (Hartono, 2008:338) Keterangan: αp = Alpha portofolio = Rata-rata Alpha saham individu 10. Menghitung Tingkat Keuntungan Ekspektasi Portofolio (E(Rp)) E(Rp ) = αp + βp . E(RM) (Hartono, 2008:339) Keterangan: E(Rp) = Tingkat keuntungan ekspektasi dari portofolio αp = Alpha portofolio βp = Beta portofolio E(RM ) = Tingkat keuntungan ekspektasi dari indeks saham 11. Menghitung Risiko Portofolio (σp2 ) σp 2 = βp 2 . σM2 + ( . σei)2 (Hartono, 2008:339) Keterangan: σp2 = Risiko portofolio 12. Pembentukan Portofolio Optimal Portofolio optimal merupakan portofolio yang mempunyai nilai expected return yang maksimal pada tingkat risiko tertentu. Disamping itu, portofolio optimal juga memiliki nilai rasio ERB yang lebih besar atau sama dengan nilai C i-nya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Menghitung Tingkat Keuntungan Masing-masing Saham (Rit) Perhitungan tingkat keuntungan masing-masing saham (Rit) atau return individual menggunakan data harga saham individu bulanan dan pembagian dividen bulanan. Tabel 1 menunjukkan hasil perhitungan tingkat keuntungan masing-masing saham pada periode Januari – Desember 2012. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 12 Tabel 1 Hasil Perhitungan Tingkat Keuntungan Saham Individu (Ri) Tahun 2012 Nama Saham Jan AALI -0.0507 AKRA 0.2066 ASII 0.0662 BBCA 0.0000 ITMG -0.0505 UNTR 0.0759 UNVR 0.0426 Feb 0.0825 -0.0137 -0.1020 -0.0500 0.1812 0.0229 -0.0179 Mar 0,0471 0.1944 0.0438 0.0526 0.0023 0.1379 0.0390 Apr -0.0835 -0.0407 -0.0399 0.0000 -0.0852 -0.1030 -0.0075 Mei -0,0444 -0.1818 -0.0944 -0.1250 -0.1497 -0.2196 0.0353 Ri/bulan Juni Juli -0,0196 0,1471 0.0296 0.0504 -0.8935 0.0219 0.0429 0.0959 0.0636 -0.0111 -0.0758 -0.0164 0.1144 0.0590 Agsts -0,0304 -0.0411 -0.0357 -0.0313 0.0745 -0.0452 0.1175 Sep -0,0157 0.2257 0.0963 0.0250 0.1034 0.0324 -0.0277 Okt -0,0456 0.0471 0.0878 0.0380 -0.0356 0.0193 0.0000 Nov -0,1408 -0.0337 -0.0994 0.0732 -0.0344 -0.1919 0.0115 Des 0,1072 -0.0349 0.0574 0.0341 0.1010 0.1677 -0.2087 Sumber: Data diolah Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa nilai keuntungan masing-masing saham sangat berfluktuatif tiap bulannya. Hal ini disebabkan adanya naik turun harga saham yang dimiliki kurang stabil sehingga mengalami kenaikan terlalu jauh dan signifikan dengan harga periode sebelumnya begitu juga dengan penurunan harga saham. 2. Menghitung Koefisien α dan β Perhitungan α dan β berhubungan dengan tingkat keuntungan masing-masing saham (Rit) dan Indeks Keuntungan Pasar yaitu perhitungan berdasarkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Tabel 2 menunjukkan hasil perhitungan Indeks Keuntungan Pasar berdasarkan IHSG periode Januari – Desember 2012. Tabel 2 Hasil Perhitungan Indeks Keuntungan Pasar (RM) Berdasarkan IHSG Tahun 2012 Bulan Desember 2011 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata (E(RM)) Sumber: Data diolah IHSG 3,821.99 3,941.69 3,985.21 4.121,55 4,180.73 3,832.82 3,955.58 4,142.34 4,060.33 4,262.56 4,350.29 4,276.14 4,316.69 RM 0.0313 0.0110 0.0342 0.0143 -0.0832 0.0320 0.0472 -0.0197 0.0498 0.0205 -0.0170 0.0094 0.1298 0.0010 Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 13 Tabel 3 menunjukkan hasil perhitungan Alpha dan Beta pada masing-masing saham. Tabel 3 Hasil Perhitungan Alpha dan Beta Nama Saham AALI AKRA ASII BBCA ITMG UNTR UNVR ΣX 0.1298 0.1298 0.1298 0.1298 0.1298 0.1298 0.1298 ΣY -0.0531 0.4079 -0.8915 0.0502 0.1595 -0.1958 0.1575 ΣX2 0.0163 0.0163 0.0163 0.0163 0.0163 0.0163 0.0163 ΣXY 0.0120 0.1802 -0.0083 0.0156 0.0177 0.0304 0.0000 αi -0.0136 0.0285 -0.2019 0.0022 0.0017 -0.0399 0.0144 βi 0.8440 0.5106 11.798 1.2830 1.0721 2.1823 -0.1141 Sumber: Data diolah Tabel 3 menunjukkan nilai Alpha maupun Beta masing-masing saham yang berhubungan dengan Indeks Keuntungan Pasar dan keuntungan masing-masing saham. Besar Beta ditetapkan sebesar 1 yang berarti mempunyai sifat rentan atau sensitif terhadap perubahan pasar. Jika terdapat nilai Beta yang lebih besar dari 1 (β>1), artinya perusahaanperusahaan tersebut sangat rentan terhadap perubahan kondisi pasar. Sebaliknya saham yang memiliki nilai Beta kurang dari 1 (β<1), maka akan mengakibatkan perubahan return atas saham tersebut dengan arah yang berlawanan. Dari ketujuh perusahaan tersebut, terdapat 3 saham yang memiliki nilai β<1 yaitu saham AALI, AKRA, UNVR, sedangkan terdapat 4 saham yang memiliki nilai β>1 yaitu saham ASII, BBCA, ITMG, UNTR, dan nilai Beta yang paling rendah dimiliki oleh saham UNVR yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk yaitu sebesar -0.1141. Ini berarti perusahaan tersebut kurang rentan/ kurang sensitif terhadap kondisi pasar pada umumnya apabila dibandingkan dengan saham perusahaan yang memiliki nilai Beta bernilai 1. 3. Menghitung Tingkat Keuntungan Ekspektasi (E(Ri)) Setelah menganalisis perhitungan nilai α dan β, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis tingkat keuntungan yang diharapkan/ expected return (E(Ri)) masing-masing saham, dengan memasukkan koefisien α dan β dari masing-masing saham dan rata-rata keuntungan pasar (RM ). Tabel 4 menunjukkan hasil perhitungan expected return (E(Ri)) pada masing-masing saham. Tabel 4 Hasil Perhitungan Expected Return (E(Ri)) Nama Saham AALI AKRA ASII BBCA ITMG UNTR UNVR Sumber: Data diolah αi -0.0136 0.0285 -0.2019 0.0022 0.0017 -0.0399 0.0144 βi 0.8440 0.5106 11.798 1.2830 1.0721 2.1823 -0.1141 E(RM) 0.0010 0.0010 0.0010 0.0010 0.0010 0.0010 0.0010 E(Ri) -0.0128 0.0290 -0.1901 0.0665 0.0580 0.0421 0.0143 Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 14 Expected return (E(Ri)) pada tabel 4 terdapat saham yang memiliki nilai positif dan negatif. Paling tinggi tingkat keuntungannya adalah saham perusahaan PT. Bank Central Asia Tbk yang berarti dapat memberikan keuntungan pada pemegang sahamnya. Sedangkan terdapat 2 saham yang memiliki tingkat keuntungan rendah (negatif) yaitu saham perusahaan PT. Astra Agro Lestari Tbk dan PT. Astra International Tbk berarti kedua saham perusahaan ini kurang memberikan keuntungan para pemegang sahamnya. Saham yang bernilai E(Ri)) diatas nilai E(RM ) maka saham tersebut merupakan saham yang dapat memberikan keuntungan bagi pemegang sahamnya. Dari ketujuh sampel diatas, saham yang mempunyai nilai E(R i)) diatas nilai E(RM ) berarti saham selain saham perusahaan PT. Astra Agro Lestari Tbk dan PT. Astra International Tbk dapat memberikan keuntungan bagi para pemegang sahamnya. 4. Menghitung Tingkat Risiko (σi2 ) Selanjutnya adalah menghitung tingkat risiko dimana perhitungannya meliputi perhitungan varian keuntungan pasar (σM 2) dan varian dari kesalahan residu (σ ei2 ). Kemudian hasil perhitungan kedua varian tersebut digunakan untuk menghitung tingkat risiko masing-masing saham (σi2 ) yang diukur dengan Beta. Tabel 5 menunjukkan hasil perhitungan dari tingakt risiko pada masing-masing saham. Tabel 5 Hasil Perhitungan Varian Pasar (σ M2), Varian Kesalahan Residu (σ ei2) dan Tingkat Risiko Masing-masing Saham (σ i2 ) Nama Saham AALI AKRA ASII BBCA ITMG UNTR UNVR σM2 0.0015 0.0015 0.0015 0.0015 0.0015 0.0015 0.0015 σei2 0.0064 0.0114 0.2577 0.0016 0.0070 0.0084 0.0070 σ i2 0.0075 0.0114 0.4665 0.0041 0.0087 0.0155 0.0070 Sumber: Data diolah Dari perhitungan pada tabel 5, tampak bahwa varian keuntungan pasar (σM 2 ) diperoleh sebesar 0.0015. Nilai dan periode penelitian ini berlaku dan sama pada semua saham, karena dalam periode penelitian keadaan keuntungan pasar adalah tetap. Varian kesalahan residu/ risiko unik (σei2 ) adalah risiko yang menunjukkan besarnya risiko tidak sistematis yang terjadi di dalam perusahaan. Risiko unik paling tinggi terdapat pada saham PT. Astra International Tbk yaitu sebesar 0.2577, sedangkan risiko unik yang paling rendah terdapat pada saham PT. Bank Central Asia Tbk yaitu sebesar 0.0016. Selanjutnya adalah menghitung tingkat risiko masing-masing saham (σi2 ) yaitu dengan menjumlahkan varian keuntungan pasar (σM 2 ) dan varian kesalahan residu (σei2 ) yang diukur dengan Beta. Saham dengan tingkat risiko tertinggi terdapat pada saham PT. Astra International Tbk yaitu sebesar 0.2577. Rata-rata seluruh saham yang diteliti pada tabel diatas memiliki risiko dibawah 1. Ini berarti saham-saham tersebut mempunyai risiko yang kecil, sehingga kesempatan untuk memaksimalkan keuntungan sangat besar pada portofolio tersebut. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 5. 15 Menghitung excess return to beta (ERB) Portofolio optimal dibentuk salah satunya dengan menentukan excess return to beta atau ERB. Nilai dari rasio ini menunjukkan apakah suatu saham dapat dimasukkan ke dalam portofolio optimal atau tidak. Portofolio optimal akan berisi dengan aktiva-aktiva yang mempunyai nilai rasio ERB yang tinggi. Sebelum menentukan nilai rasio ERB, terlebih dahulu menentukan keuntungan aktiva bebas risiko (RBR). Aktiva bebas risiko yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga SBI. Adapun hasil perhitungannya disajikan pada tabel 6 berikut. Tabel 6 Hasil Perhitungan Keuntungan Aktiva Bebas Risiko (R BR) Tahun 2012 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Rata-rata RBR Tahun 2012 6.00 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 69.25 5.7708 0.0577 Sumber: Data diolah Hasil perhitungan nilai rasio ERB ini berhubungan dengan nilai expected return dan nilai keuntungan aktiva bebas risiko yang diukur oleh Beta. Tabel 7 merupakan hasil perhitungan nili rasio ERB pada masing-masing saham. Tabel 7 Hasil Perhitungan ERB Nama Saham AALI AKRA ASII BBCA ITMG UNTR UNVR Sumber: Data diolah βi 0.8440 0.5106 11.798 1.2830 1.0721 2.1823 -0.1141 E(Ri) -0.0128 0.0290 -0.1901 0.0665 0.0580 0.0421 0.0143 RBR 0.0577 0.0577 0.0577 0.0577 0.0577 0.0577 0.0577 ERBi -0.0835 -0.0562 -0.0210 0.0061 0.0003 -0.0071 0.3803 Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 16 Dari tabel 7 diperoleh nilai rasio ERB pada masing-masing saham sangat berfluktuatif. Nilai rasio ERB yang paling tinggi adalah saham PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 0.3803 dan yang paling rendah adalah saham PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar -0.0835. 6. Menghitung Titik Pembatas Saham atau cut-off point (C*) Langkah selanjutnya adalah menganalisis berapa besarnya tingkat pembatas saham atau cut-off point (C*) dimana pengertian dari cut-off point adalah batasan untuk memisahkan saham-saham/ aktiva mana saja yang akan dimasukkan di dalam pembentukan portofolio optimal dengan menentukan nilai C i sebagai nilai dari cut-off point itu sendiri. Sebuah titik pembatas saham (cut-off point) dapat menentukan batas nilai rasio ERB yang dapat dikatakan tinggi. Tabel 8 menunjukkan hasil perhitungan dari C i dan tahapan-tahapannya sebagai berikut. Tabel 8 Hasil Urutan ERB dan Perhitungan C i Nama Saham βi E(Ri) UNVR UNTR ASII BBCA ITMG AKRA AALI -0.1141 2.1823 11.798 1.2830 1.0721 0.5106 0.8440 0.0143 0.0421 -0.1901 0.0665 0.0580 0.0290 -0.0128 RBR σei2 0.0577 0.0070 0.0577 0.0084 0.0577 0.2577 0.0577 0.0016 0.0577 0.0070 0.0577 0.0114 0.0577 0.0064 ERBi Ai Bi 0.3803 -0.0071 -0.0210 0.0061 0.0003 -0.0562 -0.0835 0.7074 -4.0528 -11.345 7.0565 0.0459 -1.2855 -9.2972 1.8593 566.96 540.14 1028.8 164.20 22.870 111.30 Ci 0.7074 -3.3454 -14.690 -7.6335 -7.5876 -8.8731 -8.0117 1.8593 568.82 1108.9 2137.8 2301.9 2324.8 2436.1 0.0011 -0.0027 -0.0083 -0.0027 -0.0026 -0.0030 -0.0026 Sumber: Data diolah Tabel 8 merupakan perhitungan nilai Ci sebagai nilai cut-off point (C*) dimana telah mengurutkan nilai rasio ERB yang terbesar ke terkecil, menghitung nilai A i dan Bi serta menganalisis saham-saham mana yang termasuk dalam portofolio optimal dengan menentukan nilai rasio ERB lebih besar daripada nilai C i-nya. Dari tabel 8 di kolom C i, nilai C* adalah sebesar 0.0011 yaitu untuk saham PT. Unilever Indonesia Tbk dengan nilai rasio ERB sebesar 0.3803 yang merupakan nilai rasio ERB terakhir kali masih lebih besar dari nilai C i. Nilai rasio ERB selanjutnya, yaitu -0.0071 untuk saham PT. United Tractors Tbk sudah tidak dimasukkan sebagai bagian dari portofolio optimal karena memiliki nilai C i sebesar -0.0027. Saham-saham yang membentuk portofolio optimal adalah saham yang mempunyai nilai rasio ERB lebih besar dari nilai C i, yaitu saham-saham PT. Unilever Indonesia Tbk, PT. Bank Central Asia Tbk dan PT. Indo Tambangraya Megah Tbk. 7. Menghitung Proporsi Saham (Wi) Setelah diperoleh saham yang membentuk portofolio optimal maka langkah selanjutnya adalah menentukan besarnya proporsi dari masing-masing saham dimana melakukan perhitungan untuk masing-masing saham untuk dimasukkan ke dalam portofolio optimal. Tabel 9 menunjukkan hasil perhitungan dari proporsi masing-masing saham. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 17 Tabel 9 Hasil Perhitungan Proporsi Saham Pembentuk Portofolio Optimal Nama Saham UNVR BBCA ITMG E(Ri) 0.0143 0.0665 0.0580 βi -0.1141 1.2830 1.0721 Total σei2 0.0070 0.0016 0.0070 ERBi 0.3803 0.0061 0.0003 Ci 0.0011 -0.0027 -0.0026 Zi -6.1810 4.0094 -0.1225 -2.2941 Wi 2.6943 -1.7477 0.0534 1 Wi (%) 269.43 -174.77 5.34 100 Sumber: Data diolah Tabel 9 merupakan hasil perhitungan untuk menentukan proporsi dari masing-masing saham di dalam portofolio optimal. Hasil perhitungan menunjukkan terdapat proporsi saham tertinggi yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 2.6943 dengan tingkat prosentase 296.43%. Sedangkan proporsi saham yang terendah yaitu PT. Bank Central Asia Tbk sebesar -1.7477 dengan tingkat prosentase -174.77%.Besar proporsi saham yang telah didapat tersebut bisa menjadi bahan pertimbangan bagi investor untuk menanamkan dananya ke dalam portofolio optimal. 8. Menghitung Tingkat Keuntungan Ekspektasi Portofolio (E(Rp)) Perhitungan keuntungan ekspektasi portofolio adalah untuk mengetahui seberapa besar nilai keuntungan yang diharapkan pada suatu portofolio yang optimal. Perhitungan ini disajikan bersama perhitungan Beta portofolio (β p) dan Alpha portofolio (αp) yang berhubungan dengan Beta maupun Alpha individu dari masing-masing saham. Tabel 10 menunjukkan hasil perhitungan tingkat keuntungan ekspektasi portofolio pada masingmasing saham. Tabel 10 Hasil Perhitungan Expected Return Portofolio (E(Rp )) Nama Saham Wi UNVR BBCA ITMG Total 2.6943 -1.7477 0.0534 2.6943 0.9466 1 4.6409 βi βp αi αp E(RM) E(Rp ) -0.1141 1.2830 1.0721 -0.3074 1.2145 1.0721 1.9792 0.0144 0.0022 0.0017 0.0388 0.0021 0.0017 0.0426 0.0010 0.0010 0.0010 0.0385 0.0033 0.0028 0.0446 Sumber: Data diolah Berdasarkan perhitungan expected return portofolio pada tabel 10, terlihat bahwa sahamsaham yang membentuk portofolio optimal memiliki jumlah sebesar 0.0446. 9. Menghitung Risiko Portofolio (σp2 ) Langkah terakhir adalah menghitung risiko portofolio yaitu perkiraan penyimpangan dari expected return. Tabel 11 menunjukkan hasil perhitungan dari risiko portofolio masingmasing saham. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 18 Tabel 11 Hasil Perhitungan Risiko Portofolio (σp 2 ) Nama Saham βp σM2 UNVR BBCA ITMG -0.3074 1.2145 1.0721 0.0015 0.0015 0.0015 Total 2.6943 0.9466 1 σei2 σp 2 0.0070 0.0016 0.0070 0.0005 0.0022 0.0017 0.0044 Sumber: Data diolah Dari tabel 11 diatas menunjukkan bahwa risiko untuk portofolio optimal adalah sebesar 0.0044. Berdasarkan tabel 10 besarnya expected return portofolio (E(Rp)) yang akan diperoleh investor adalah sebesar 0.0446, sedangkan untuk risiko yang akan ditanggung jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan expected return portofolio yaitu sebesar 0.0044 sesuai dengan tabel 11. Dengan melihat hasil perhitungan yang telah ada, maka para investor sebaiknya menanamkan modalnya pada saham yang membentuk portofolio optimal yang telah dianalisis pada perhitungan sebelumnya karena pada saham tersebut memiliki tingkat risiko yang lebih rendah sehingga dapat memaksimalkan expected return dalam investasi sahamnya. 10. Pembentukan Portofolio Optimal Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan, dari 7 sampel perusahaan yang diteliti terdapat 3 saham sebagai portofolio optimal yaitu saham PT. Unilever Indonesia Tbk, PT. Bank Central Asia Tbk dan PT. Indo Tambangraya Megah Tbk, karena memiliki nilai rasio ERB yang lebih tinggi dari nilai C i-nya. Disamping itu, ketiga portofolio tersebut dapat memaksimalkan expected return pada tingkat risiko tertentu. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan dari hasil analisis dan pembahasan adalah sebagai berikut: (1) Portofolio optimal merupakan portofolio yang memiliki nilai rasio ERB yang lebih besar atau sama dengan nilai Cinya dan (2) Portofolio optimal juga menghasilkan expected return yang maksimal pada tingkat risiko tertentu. Keterbatasan Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah bahwa periode penelitian yang masih kurang aktual karena pembaharuan harga saham setiap satu tahun setelah dikeluarkannya saham, sehingga belum diketahui saham-saham mana saja yang tergolong portofolio optimal pada periode penelitian terbaru. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menganalisis dengan menggunakan data penelitian pada periode teraktual/ terkini sehingga dapat mengetahui saham-saham mana saja yang cocok untuk investor dalam investasi sahamnya. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 19 DAFTAR PUSTAKA Hartono, J. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Keempat. Penerbit BPFE. Yogyakarta. _________. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketujuh. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Husnan, S. 2009. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Keempat. Penerbit UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Khairullah, M. 2007. Analisis Pembentukan Portofolio yang Optimal Dengan Menggunakan Model Indeks Tunggal Pada Saham yang Tergolong LQ45 di Bursa Efek Surabaya. Skripsi. Jurusan Manajemen. STIESIA. Surabaya. Muninghar. 2011. Optimalisasi Portofolio Indeks Saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) Dengan Pendekatan Model Indeks Tunggal Pada Periode Agustus 2007 s/d Juli 2010. Jurnal NeO-Bis, Vol. 1, No.5: 38-46. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method). Edisi ` Kedua. Penerbit Alfabeta, CV. Bandung. Tandelilin, E. 2010. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Yunita, Z. 2007. Analisis Portofolio Terhadap Expected Return dan Risiko Saham Dengan Menggunakan Model Indeks Tunggal Pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011. Skripsi. Jurusan Manajemen. STIESIA. Surabaya. Zubir, Z. 2011. Manajemen Portofolio: Penerapannya Dalam Investasi Saham. Edisi Pertama. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.