Pengaruh Jenis Warna Cahaya Lampu Terhadap

advertisement
THE EFFECT OF LIGHT COLORS ON AGE AT FIRST LAYING,
HEN DAY EGG PRODUCTION, AND HEN HOUSE
EGG PRODUCTION OF QUAIL
Wemi Puspitasari1, Edhy Sudjarwo2, Woro Busono2
1.) Student on Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University, Malang
2.) Lecturer on Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University, Malang
ABSTRACT
This research was carried out at Mr. Iskandar field’s in Ampeldento
Village, Karangploso Malang, from 3th May – 2nd June 2013. The purpose of this
research was to find of effect of light color on age at first laying, hen day egg
production, and hen house egg production of quail. The materials used for this
research were 81 female quail and the material also used in this study were 40 day
old quail which give lighting from 1 day old, battery cages, feed types of PT
Charoen Phokphan 5104, 2.5 Watt lamps with yellow, red, green, and blue,
equipment enclosures, vitamins and disinfectants. The research method was
experiment by using Randomized Completely Design with 4 treatment and 5
replication, if there were significant influence would tested by Duncan’s Multiple
Range Test Method. Treatment in this experiment used 4 color were yellow, red,
green, and blue.The results showed that the use of the blue color light better than
green, yellow, and red. Blue color light reach sexual maturity earlier with marked
spawn early, the value of hen day egg production and hen house egg production
higher compared other colors. It is recommended for use in the maintenance quail
blue color light to obtain optimal performance.
Key words : light color, quail, age at first laying, hen day egg production, hen
house egg production.
PENGARUH JENIS WARNA CAHAYA LAMPU TERHADAP
UMUR PERTAMA KALI BERTELUR, HEN DAY EGG PRODUCTION
(HDP), DAN HEN HOUSE EGG PRODUCTION (HHP)
PADA BURUNG PUYUH
Wemi Puspitasari1), Edhy Sudjarwo2), Woro Busono2)
1) Mahasiswa Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas
Brawijaya, Malang
2) Dosen Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan, Universitas
Brawijaya, Malang
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis
warna cahaya lampu terhadap umur pertama kali bertelur, hen day egg production,
dan hen house egg production pada burung puyuh. Materi yang dipakai dalam
penelitian ini adalah burung puyuh umur 40 hari sebanyak 81 ekor, kandang
battery, pakan jenis 5104 dari PT Charoen Phokphan, lampu dengan daya 2,5
Watt, peralatan kandang, vitamin dan desinfektan. Metode penelitian yang
digunakan pada penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 kali
ulangan. Variable ukur yang digunakan adalah umur pertama kali bertelur, hen
day egg production, dan hen house egg production, sedangkan perlakuan yang
digunakan adalah 4 yaitu lampu bewarna kuning (P1), merah (P2), hijau (P3), dan
biru (P4). Uji lanjut yang digunakan adalah UJi Duncan’s. Hasil dari penelitian
ini adalah warna biru mempercepat umur pertama bertelur yaitu sebesar 44,40 ±
0,55 hari. Warna biru meningkatkan nilai hen day egg production sebesar 81,97 ±
3,81 %. Pada penelitian warna cahaya lampu memberikan pengaruh yang tidak
nyata terhadap hen house egg production. Hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa warna cahaya lampu biru dapat mempercepat umur pertama bertelur dan
meningkatkan nilai hen day egg production, tetapi warna cahaya lampu biru tidak
dapat meningkatkan nilai hen house egg production. Disarankan selama
pemeliharaan burung puyuh pada pencahayaan malam hari sebaiknya
menggunakan lampu berwarna biru agar dapat mempercepat umur pertama
bertelur dan meningkatkan produksi telur.
PENDAHULUAN
Daulay, Bahri, dan Sahputra
(2007) menyatakan burung puyuh
sebagai ternak unggas cocok
diusahakan sebagai usaha sampingan
atau usaha komersil, sebab telur dan
dagingnya yang sangat populer di
masyarakat dibutuhkan sebagai salah
satu sumber protein yang cukup
tinggi. Kelebihan usaha beternak
burung puyuh dibandingkan dengan
beternak ayam petelur atau itik
petelur yaitu burung puyuh lebih
cepat bertelur, yakni saat berumur
35-42 hari sudah mulai bertelur,
burung puyuh lebih tahan terhadap
penyakit,
produktifitas
relative
tinggi, kandungan protein telur
burung puyuh tinggi, harga telur
burung puyuh lebih stabil, tidak
membutuhkan lahan yang luas untuk
kandang, dan system pemeliharaan
mudah dan sederhana.
Listyowati dan Roospitasari
(2009) menyatakan penerangan
tambahan di malam hari mutlak
diperlukan dan dapat diperoleh dari
lampu pijar atau lampu minyak.
Cahaya berfungsi sebagai stimulir
kelenjar
hipofisa
yang
akan
mensekresikan hormone Gonadtropin
ke dalam darah menuju alat
reproduksi. Akibatnya, pertumbuhan
dan perkembangan ovarium menjadi
meningkat sehingga berpengaruh
langsung
terhadap
peningkatan
produksi
telur.
Suprijatna,
Atmomarsono, dan Kartasudjana
(2005)
menyatakan
cahaya
merangsang kelenjar pituitary dan
memaksanya untuk mensekresikan
hormon FSH yang meningkat
jumlahnya sehingga mengaktifkan
ovarium.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini menggunakan
81 ekor burung puyuh betina jenis
Coturnix-coturnix japonica. Materi
lain yang digunakan adalah kandang
battery, timbangan, pakan jenis 5104
dari PT Charoen Phokphan, lampu
dengan daya 2,5 Watt berwarna
kuning, merah, hijau, dan biru,
peralatan kandang, vitamin dan
desinfektan.
Metode
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian percobaan
lapang dengan 4 perlakuan dan 5 kali
ulangan.
Analisis
data
yang
digunakan dalam penelitian ini dalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dan apabila terdapat perbedaan
pengaruh yang nyata maka akan
dilanjutkan dengan Uji Duncan.
Variabel yang diukur adalah
umur pertama bertelur, hen day egg
production, dan hen house egg
production. Umur pertama bertelur
diukur dengan cara mencatat pada
umur keberapa burung puyuh pada
tiap kotak perlakuan untuk pertama
kalinya bertelur sehingga dapat
diketahui seberapa cepat burung
puyuh tersebut mencapai dewasa
kelamin
pada
masing-masing
perlakuan. Hen day egg production
dihitung
dengan
menghitung
produksi telur yang dihasilkan dibagi
dengan jumlah unggas pada hari itu
dikalikan 100 %. Hen house egg
production
dihitung
dengan
menghitung produksi telur yang
dihasilkan dibagi dengan jumlah
unggas pada awal masa produksi
dikalikan 100 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Umur Pertama Bertelur
Kandang
burung
puyuh
dengan penyinaran cahaya lampu
warna biru (P4) dan hijau (P3)
menunjukkan umur pertama kali
bertelur
yang
lebih
cepat
dibandingkan
dengan
kandang
burung puyuh dengan penyinaran
cahaya lampu warna kuning (P2) dan
merah (P1). Warna cahaya lampu
biru dalam penelitian diperoleh
rataan umur pertama kali bertelur
adalah 44,4 ± 0,5, sedangkan rataan
umur pertama kali bertelur burung
puyuh di kandang dengan penyinaran
cahaya lampu warna hijau adalah
45,0 ± 0,7. Berbeda dengan warna
kuning dan merah, kandang dengan
penyinaran cahaya lampu warna
kuning dan merah menunjukkan hasil
umur pertama kali bertelur yang
lebih lambat yaitu 45,8 ± 1,0 dan
46,2 ± 0,8.
Abidin (2002), menyatakan
bahwa seekor ayam membutuhkan
waktu tidak kurang dari enam bulan
untuk mulai bertelur, sedangkan
burung puyuh berumur 41 hari sudah
mulai bertelur. Menurut Listiyowati
dan Roospitasari (2009), bila
pemeliharaan
burung
puyuh
dilakukan dengan baik dan intensif
serta teliti maka burung puyuh akan
mencapai dewasa kelamin rata-rata
pada umur sekitar 6 minggu.
Perbedaan umur pertama kali
bertelur burung puyuh pada masing-
masing perlakuan disebabkan adanya
perbedaan respon burung puyuh
terhadap cahaya tampak yaitu warna
kuning, merah, hijau, dan biru.
Warna merah, kuning, hijau dan biru
mempunyai panjang gelombang yang
berbeda sehingga memungkinkan
terjadinya perbedaan respon burung
puyuh setelah menerima rangsangan
cahaya tersebut. Fuad (2011),
menyatakan
warna
mempunyai
panjang gelombang yang berbedabeda. Panjang gelombang untuk
merah adalah 700 nm, orange 600
nm, kuning 580 nm, putih 560 nm,
hijau 520 nm, biru 480 nm dan violet
400 nm. Cahaya akan direspon oleh
burung
puyuh
melalui
indra
penglihatan berupa mata. Melalui
mata cahaya dapat merangsang
hipothalamus untuk menghasilkan
hormon
Gonadotropin
dan
merangsang kelenjar pituitari untuk
menghasilkan FSH dan LH. Kedua
hormon ini bereperan dalam proses
reproduksi.
Proses
fisiologis
produksi telur pada permulaan
dewasa, di bawah pengaruh cahaya
kelenjar otak dirangsang untuk
memproduksi hormon kelamin yang
meningkatkan pertumbuhan ovarium
serta
oviduct
dan
memulai
berproduksi telur (Wahju,1985).
Elfiandra (2007), menyatakan cahaya
berfungsi dalam proses penglihatan,
merangsang siklus internal dan
menstimulasi pelepasan hormon,
baik hormon pertumbuhan maupun
hormon reproduksi. Cahaya dapat
mempengaruhi
perilaku
dan
reproduksi unggas. Mengurangi
intensitas cahaya dapat menjadikan
tingkat kanibalisme rendah. Cahaya
yang menembus ke otak unggas akan
merangsang
hipotalamus
untuk
menghasilkan
hormone
Gonadotropin
dan
merangsang
kelenjar pituitari untuk menghasilkan
FSH dan LH yang merangsang dan
mempertahankan fungsi reproduksi
(Pond and Wilson, 2000).
Tabel 1.Rataan konsumsi pakan, bobot badan, dan konversi pakan puyuh yang
dipengaruhi oleh jenis warna cahaya lampu selama penelitian.
Perlakuan
Umur Pertama
Bertelur (hari)
Hen Day Egg
Production (%)
Hen House Egg
Production (%)
P1
45,8 ± 1,0 a
74,3 ± 1,1 a
72,2 ± 4,6
a
ab
P2
46,2 ± 0,8
73,9 ± 1,5
72,5 ± 3,1
P3
45,0 ± 0,7 a
78,1 ± 2,9 a
75,8 ± 6,8
ab
a
P4
44,4 ± 0,5
81,9 ± 3,8
80,2 ± 5,5
Keterangan : Notasi superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan pengaruh
yang sangat nyata (P<0,01) pada hen day egg production dan
menunjukkan perbedaan pengaruh yang nyata (P<0,05) pada umur
pertama bertelur.
Hen Day Egg Production
Kandang
burung
puyuh
dengan penyinaran cahaya lampu
warna biru (P4) dan hijau (P3)
menunjukkan nilai hen day egg
production yang lebih tinggi
dibandingkan
dengan
kandang
burung puyuh dengan penyinaran
cahaya lampu warna kuning (P2) dan
merah (P1). Warna cahaya lampu
biru dalam penelitian diperoleh
rataan hen day egg production
sebesar 81,9 ± 3,8, sedangkan rataan
hen day egg production burung
puyuh di kandang dengan penyinaran
cahaya lampu warna hijau adalah
78,1 ± 2,9. Berbeda dengan warna
kuning dan merah, kandang dengan
penyinaran cahaya lampu warna
kuning dan merah menunjukkan hasil
rataan nilai hen day egg production
yang lebih rendah yaitu 74,3 ± 1,1
dan 73,9 ± 1,5. Adanya perbedaan ini
disebabkan respon burung puyuh
terhadap panjang gelombang yang
berbeda. Warna biru dan hijau
mempunyai panjang gelombang yang
lebih pendek dibandingkan warna
kuning dan merah, sehingga burung
puyuh yang diberi penyinaran warna
biru dan hijau lebih tenang konsumsi
pakannya lebih digunakan untuk
proses produksi telur. Berbeda
dengan warna kuning dan merah
yang menyebabkan burung puyuh
lebih agresif sehingga konsumsi
pakannya digunakan sebagai energi
untuk aktifitasnya setelah itu untuk
produksi telur. Noveandana (2011),
menyatakan burung puyuh yang
diberi pencahayaan warna biru
memiliki nilai hen day egg
production yang paling tinggi karena
jumlah telur yang diproduksi juga
paling tinggi selama penelitian.
Kasiyati, Kusumorini, dan Manalu
(2012), menyatakan produksi telur
burung puyuh yang optimal dapat
diperoleh bila proses metabolisme
burung puyuh berjalan dengan baik,
proses metabolisme yang baik dapat
tercapai dengan faktor lingkungan
dan nutrisi yang terpenuhi. Faktor
lingkungan meliputi temperatur dan
kelembaban, serta pencahayaan.
Burung puyuh yang menerima
cahaya merah meskipun konsumsi
pakan relatif tinggi namun bobot
tubuhnya masih di bawah burung
puyuh yang menerima cahaya biru.
Hal tersebut berkaitan dengan
aktivitas harian yang lebih agresif
pada burung puyuh yang menerima
cahaya merah, sedangkan pada
burung puyuh yang menerima cahaya
biru lebih tenang, energi lebih
banyak
diarahkan
untuk
perkembangan dan reproduksi.
Hen House Egg Production
Kandang
burung
puyuh
dengan penyinaran cahaya lampu
warna biru (P4) dan hijau (P3)
menunjukkan nilai hen house egg
production yang lebih tinggi
dibandingkan
dengan
kandang
burung puyuh dengan penyinaran
cahaya lampu warna merah (P1) dan
kuning (P2). Warna cahaya lampu
biru dalam penelitian diperoleh
rataan hen house egg production
sebesar 80,2 ± 5,5, sedangkan rataan
hen house egg production burung
puyuh di kandang dengan penyinaran
cahaya lampu warna hijau adalah
75,8 ± 6,8. Berbeda dengan warna
merah dan kuning, kandang dengan
penyinaran cahaya lampu warna
merah dan kuning menunjukkan
hasil rataan nilai hen house egg
production yang lebih rendah yaitu
72,5 ± 3,1 dan 72,2 ± 4,6.
Sudarmono (2003), menyatakan
pengaruh cahaya terhadap proses
produksi telur adalah merangsang
hormon reproduksi gonadotropin dan
proses ovulasi. Hal ini terjadi karena
cahaya masuk ke dalam ruangan
diterima saraf pada mata ayam yang
kemudian menimbulkan rangsangan
dalam menghasilkan hormon yang
sangat potensial dalam proses
pembentukan
telur.
Mardiyati,
kasiyati, fika, dan adonia (2011),
menyatakan burung puyuh yang
menerima cahaya merah meskipun
konsumsi pakan relatif tinggi namun
bobot tubuhnya masih di bawah
burung puyuh yang menerima
cahaya biru. Hal tersebut berkaitan
dengan aktivitas harian yang lebih
agresif pada burung puyuh yang
menerima cahaya merah, sedangkan
pada burung puyuh yang menerima
cahaya biru lebih tenang, energi
lebih banyak diarahkan untuk
perkembangan dan reproduksi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
dapat
disimpulkan
bahwa
penggunaan warna cahaya lampu
biru lebih baik daripada warna hijau,
kuning, dan merah. Warna cahaya
biru menyebabkan burung puyuh
mencapai dewasa kelamin lebih dini
dengan ditandai bertelur lebih awal,
nilai hen day egg production dan hen
house egg production yang lebih
tinggi dibandingan warna lainnya.
Perbedaan tersebut terjadi akibat
respon burung puyuh terhadap
perbedaan panjang gelombang yang
dimiliki oleh setiap warna.
SARAN
Pencahayaan sangat penting
untuk pertumbuhan dan reproduksi
burung
puyuh.
Manajemen
pencahayaan yang baik dapat
meningkatkan produktivitas burung
puyuh. Perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai kualitas telur
burung puyuh terhadap pemberian
warna cahaya yang berbeda-beda
selama pemeliharaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2004. Meningkatkan
Produktivitas
Ayam
Ras
Petelur. Agro Media Pustaka.
Jakarta.
Daulay, A.H., I. Bahri, dan K.
Sahputra. 2007. Pemanfaatan
tepung
buah
mengkudu
(Morinda citrifolia) dalam
ransum terhadap performance
burung
puyuh
(Cortunixcortunix japonica) umur 0 – 42
hari.
Jurnal
Agribisnis
Peternakan , Vol. 3, No. 1,
April 2007.
Elfiandra. 2007. Pemberian warna
lampu penerangan yang
berbeda
terhadap
pertumbuhan badan ayam
broiler. Skripsi. Program
Studi Teknologi Produksi
Ternak. Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Fuad, A. 2011. Fisika statistik.
Bayumedia
Publishing.
Malang.
Kasiyati,
N. Kusumorini, H.
Maheswari, dan W. Manalu.
2012.
Penerapan
Cahaya
Monokromatik
Untuk
Perbaikan Kuantitas Telur
Puyuh (Coturnix coturnix
japonica.L). Penerapan Cahaya
Monokromatik
Kasiyati,
Nastiti K, Hera M, Wasmen M,
1-7.
Listiyowati, E dan K.Roospitasari.
2009. Beternak Puyuh Secara
Komersial. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Mardiati, S.M., Kasiyati, F.Irawati,
dan
A.B.Silalahi.
2011.
Respons biologis puyuh setelah
pemberian
cahaya
monokromatik: suatu kajian
kualitas telur. Respon Biologis
Puyuh 37-43.
Noveandana, C. D. 2011. Pengaruh
warna dan intensitas cahaya
terhadap
umur
pertama
bertelur, jumlah telur, hen day
egg production, dan tebal
cangkang pada burung puyuh.
Skripsi. Jurusan Produksi
Ternak. Fakultas Peternakan
Universitas
Brawijaya.
Malang.
Pon, K. and P. Wilson. 2000.
Introduction To Animal
Science. John Wiley &
Sons, INC. United States Of
America.
Sudarmono, A.S. 2003. Pedoman
Pemeliharaan
Ayam
Ras
Petelur. Kanisius. Yogyakarta.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan
R. Kartasudjana. 2005. Ilmu
Dasar Ternak Unggas. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Wahju, J. 1985. Ilmu Nutrisi Unggas.
Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Download