BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus 1. Definisi Diabetes

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1.
Definisi
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi
saat pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara cukup, atau saat
tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan
sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah
(hiperglikemia) (WHO, 2012). DM adalah ganguan metabolisme
genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi hilangnya
toleransi terhadap karbohidrat (Price & Wilson, 2005).
DM adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer &
Bare, 2001). DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang
disebabkan kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya dengan
karakteristik hiperglikemia. Hiperglikemia jangka panjang pada DM
berhubungan
dengan
kerusakan
jangkapanjang,
disfungsi
atau
kegagalan organ beberapa tubuh terutama mata, ginjal,saraf, jantung,
dan pembuluh darah (Sudoyo et al., 2006).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan DM
merupakan sekelompok kelainan heterogen yang menyebabkan
gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam
darah atau hiperglikemia.
15
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
16
2.
Etiologi
DM memiliki banyak etiologi yang dapat menimbulkan insufisiensi
insulin (Price & Wilson, 2005). Menurut Riyadi dan Sukarmin (2008)
penyebab resistensi insulin pada DM sebenarnya tidak begitu jelas,
tetapi faktor yang banyak berperanantara lain:
a.
Faktor genetik
DM dapat menurun dari keluarga yang pernah memiliki
penyakit DM sebelumnya. Hal ini terjadi karena DNA pada
seseorang yang mengalami DM akan ikut diinformasikan pada gen
berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin (Riyadi dan
Sukarmin, 2008).
b.
Faktor imunologi
Klien DM memiliki bukti adanya respon suatu autoimun yang
merupakan respon abnormal, dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengancara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
seolah-olah dianggap sebagai jaringan asing (Smeltzer & Bare,
2001).
c.
Lingkungan
Faktor-faktor eksternal dapat memicu proses autoimun dan
menyebabkan destruksi pada sel β seperti virus atau toksin
(Smeltzer & Bare, 2001).
d.
Usia
Manusia mengalami penurunan fisiologis yang menurun
dengan cepat setelah usia 40 tahun. Penurunan ini akan beresiko
16
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
17
pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi
insulin (Riyadi dan Sukarmin, 2008). Resistensi insulin cenderung
meningkat pada usia di atas 65 tahun (Smeltzer & Bare,2001).
e.
Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel β pankreas mengalami
hipertropi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi
insulin. Hipertropi pankreas disebabkan karena peningkatan beban
metabolisme glukosa pada seseorang yang mengalami obesitas
untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak (Riyadi dan
Sukarmin, 2008).
f.
Kelompok etnik atau ras tertentu
Golongan hispanik dan penduduk asli Amerika tertentu
memiliki kemungkinan lebih besar untuk terjadinya DM tipe 2
dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika (Smeltzer & Bare,
2001).
g.
Pola makan
Pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat akan
berperan pada ketidakstabilan kerja sel β pankreas. Malnutrisi dapat
merusak pankreas sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja
atau resistensi insulin (Riyadi dan Sukarmin, 2008).
h.
Stres
Stres akan meningkatkan kerja metabolisme dan kebutuhan
akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas.
17
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
18
Beban yang tinggi menyebabkan pankreas mudah rusak sehingga
berdampak pada penurunan insulin (Riyadi dan Sukarmin, 2008).
3.
Patofisiologi
Pada DM tipe 2 terdapat dua masalah utama terkait insulin yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Insulin pada kondisi
normal akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel,
kemudian terjadi reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada DM tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi
intra sel sehingga insulin tidak efektif menstimulasi pengambilan
glukosa jaringan (Smeltzer dan Bare, 2001). Reaksi intraseluler
menyebabkan mobilisasi pembawa GLUT 4 glukosa dan meningkatkan
transport glukosa menembus membran sel (Price & Wilson, 2005).
Klien dengan DM tipe 2 terdapat kelainan dalam pengikatan
insulin dengan reseptor. Kelainan ini disebabkan oleh berkurangnya
jumlah tempat reseptor pada membran sel yang selnya responsif
terhadap insulin atau disebabkan ketidaknormalan reseptor insulin
intrinsik. Hal ini mengakibatkan terjadinya penggabungan abnormal
antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transport glukosa.
Ketidaknormalan postreseptor dapat mengganggu kerja insulin (Price
&Wilson, 2005), untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk
mempertahankan agar glukosa darah tetap normal, terjadi peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan sebagai kompensasi adanya resistensi
insulin.
Lama-kelamaan
sel
beta
tidak
akan
sanggup
lagi
18
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
19
mengkompensasi resistensi sehingga kadar glukosa darah meningkat
dan fungsi sel beta semakin menurun normal (Smeltzer danBare, 2001;
Rondhianto, 2011). Adanya resistensi insulin menyebabkan sel beta
melakukan kompensasi dengan mensekresikan insulin hingga terjadi
hiperinsulinemia. Peningkatan sekresi insulin diikuti oleh sekresi
amylin dari selbeta yang ditumpuk disekitar sel beta hingga menjadi
jaringan amiloid dan akan mendesak sel beta itu sendiri sampai
akhirnya sel beta dalam pulau langerhans menjadi berkurang sampai
50-60% dari jumlah normal (DeFronzo, 2008 dalam Suyono, 2009).
Apabila sel-sel beta pankreas tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan insulin, kadar glukosa akan meningkat dan terjadi DMtipe 2
(Smeltzer dan Bare, 2001). Keadaaan yang menyerupai DM tipe 1 akan
terjadi akibat penurunan sel beta yang berlangsung secara progresif
yang sampai akhirnya sama sekali tidak mampu lagi mensekresikan
insulin sehingga menyebabkan kadar glukosa darah semakin meningkat
(Rondhianto, 2011).
Penurunan fungsi sel beta pankreas disebabkan oleh beberapa
faktor yang meliputi: glukotoksisitas (peningkatan kadar glukosa darah
yang berlangsung lama akan menyebabkan stress oksidatif, IL-Iβ dan
NF-kβ dengan akibat peningkatan apoptosis sel beta), lipotoksisitas
(peningkatan asam lemak bebas yang berasal dari jaringan adiposa
dalam proses lipolisis akan mengalami metabolisme non oksidatif
menjadi ceramide yang toksik terhadap sel beta sehingga sel beta
19
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
20
mengalami apoptosis), penumpukan amiloid dan adanya efek inkretin
yang mempunyai pengaruh langsung terhadap sel beta dengan cara
meningkatkan proliferasi sel beta, meningkatkan sekresi insulin dan
mengurangi apoptosis sel beta. Selain itu untuk menyebabkan DM,
diperlukan faktor pencetus lain misalnya kegemukan, pola makan yang
salah, minum obat-obatan yang dapat menaikkan kadar glukosa darah,
proses menua (usia lebih dari 45 tahun), stres dan lain-lain (DeFronzo,
2008 dalam Suyono, 2009).
4.
Klasifikasi Diabetes Melitus
Terdapat empat klasifikasi klinis gangguan toleransi glukosa menurut
PERKENI (2011), Price & Wilson (2005), Smeltzer & Bare (2001)
yang terdiri dari:
a.
DM tipe 1
DM
tipe
1
disebabkan
oleh
disfungsi
autoimun,
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel β
pankreas telah dihancurkan oleh prosesautoimun dan idiopatik,
tanpa bukti autoimun dan tidak diketahui sumbernya.
b.
DM tipe 2
Klien DM tipe 2 mengalami dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin, yaitu penurunan sensitivitas terhadap
insulin (resistensi insulin) dan gangguan sekresi insulin. Hal ini
sering terjadi pada seseorang dengan diabetes yang berusia lebih
dari 30 tahun dan obesitas.
20
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
21
c.
DM gestasional
DM gestasional terjadi pada wanita yang tidak mengalami DM
sebelum kehamilan akan tetapi terjadi peningkatan gula darah pada
masa kehamilan. Faktor resiko yang dapat menyebabkan DM
gestasional ini antara lain usia tua, etnik, obesitas, multiparitas,
riwayat keluarga, dan riwayat diabetesgestasional terdahulu. Kadar
glukosa darah pada wanita yang mengalami DM gestasional akan
kembali normal setelah melahirkan.
d.
DM tipe khusus lain
DM tipe lain ini disebabkan oleh kelainan genetik dalam sel β
pancreas, kelainan genetik pada kerja insulin, penyakit pada
eksokrin pankreas, penyakit endokrin, obat-obatan yang bersifat
toksik dan infeksi.
5.
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis DM berkaitan dengan defisiensi insulin.
Defisiensi insulin menyebabkan kadar glukosa plasma puasa dalam
kondisi tidak normal (hiperglikemia). Hiperglikemia yang berat dan
melebihi ambang ginjal dapat menimbulkan glikosuria. Glikosuria
dapat mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran
urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Saat glukosa hilang
bersama urin, individu akan mengalami keseimbangan kalorinegatif dan
berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin meningkat (polifagia)
akan terjadi sebagai akibat kehilangan kalori. Gejala lain yang
21
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
22
dapatterjadi pada klien DM antara lain mengeluh lelah, mengantuk,
berat badan turun,lemah dan somnolen (Price & Wilson, 2005).
6.
Komplikasi
Price & Wilson (2005), Masjoer et al. (2001), Smeltzer & Bare
(2001) menjelaskan komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua kategori
yang meliputi komplikasi metabolik akut dan komplikasi vaskular
jangka panjang.
a.
Komplikasi metabolik akut
1) Ketoasidosis diabetik
Ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi metabolik
yang paling seriuspada DM tipe 1. Penurunan jumlah insulin
menyebabkan hiperglikemia dan glukosuria berat, penurunan
lipogenesis, peningkatan lipolisis dan peningkatan oksidasi
asam
lemak
bebas
disertai
pembentukan
bendaketon.
Peningkatan keton dalam plasma menimbulkan ketosis.
Peningkatan produksi keton meningkatkan beban ion hidrogen
danasidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria dapat
menyebabkan dieresis osmotik sehingga terjadi dehidrasi dan
kehilangan elektrolit. Klien DM dapat mengalami hipotensi
dan syok, sehingga terjadi penurunan penggunaan oksigen otak
selanjutnya menyebabkan koma sampai meninggal.
22
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
23
2) Hyperglycemic Hyperosmolar non-ketotic syndrome (HHNK)
HHNK merupakan komplikasi metabolik akut yang sering
terjadi pada pada DM tipe 2 yang lebih tua. HHNK didominasi
oleh
hiperosmolaritas
dan
hiperglikemia
yang
disertai
perubahan tingkat kesadaran. Kelainan dasar pada sindrom ini
berupa kekurangan insulin efektif. Hiperglikemia tanpa ketosis
dapat muncul pada klien DM dengan defisiensi insulinrelatif.
Hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih dari
600mg/dl.
Hiperglikemia
menyebabkan
hiperosmolalitas,
diuresis osmotik, dan dehidrasi berat.
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia (syok insulin) merupakan komplikasi yang
terjadi akibat terapi insulin. Klien DM tipe 1 mungkin
mendapatkan insulin dalam jumlah berlebihan dari kebutuhan
normal untuk mempertahankan kadar glukosa darah sehingga
dapat mengalami hipoglikemia. Gejala yang timbul berupa
pelepasan epinefrin (berkeringat, gemetar, sakit kepala, dan
palpitasi) dan kekurangan glukosa dalam otak (tingkah laku
yang aneh, sensori yang tumpul, dan koma). Serangan
hipoglikemia dapat berbahaya apabila sering atau terjadi dalam
jangka waktu lama karena dapat menyebabkan kerusakan otak
yang permanen hingga kematian.
23
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
24
b. Komplikasi vaskuler jangka panjang
Komplikasi vaskuler jangka panjang pada DM melibatkan
pembuluh darah kecil (microangiopathic) dan pembuluh darah
besar (macroangiopathic). Komplikasi jangka panjang DM dapat
menyerang pada semua sistem organ dalam tubuh. Komplikasi
kronis
DM
dapat
dikategorikan
menjadi
komplikasi
makrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler, dan neuropati.
1) Komplikasi Makrovaskuler
Perubahan aterosklerotik sering terjadi pada pasien DM.
Berbagai penyakit makrovaskuler dapat terjadi tergantung pada
lokasi lesi aterosklerotik. Penyakit tersebut meliputi penyakit
arteri koroner, serebrovaskuler, dan penyakit vaskuler perifer.
2) Komplikasi Mikrovaskuler
Penyakit mikrovaskuler ditandai oleh penebalan membran
basalis pembuluh kapiler. Komplikasi mikrovaskuler yang
sering terjadi pada DM yaitu retinopati diabetik dan nefropati
diabetik.
3) Neuropati
Neuropati mengacu pada sekelompok penyakit yang
menyerang
semuatipe
saraf,
termasuk
saraf
perifer
(sensorimotor), otonom dan spinal. Neuropati perifer menjadi
penyebab ulserasi yang sulit dikontrol pada kakipasien DM.
Hilangnya sensasi menyebabkan hilangnya rasa nyeri dengan
kerusakan kulit akibat trauma dan penekanan dari alas kaki
24
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
25
yang sempit. Penyakit vaskuler dengan berkurangnya suplai
darah juga berperan dalamberkembangnya lesi, dan sering
terjadi infeksi.
7.
Penatalaksanaan
Pilar penatalaksanaan DM menurut PERKENI (2011) adalah:
a.
Edukasi
Pemberdayaan klien DM memerlukan partisipasi aktif
klien, keluarga, dan masyarakat serta tim kesehatan yang
mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku yang sehat,
untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan
edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.
Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda,
dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasi hipoglikemia sangat
penting untuk diberikan kepada klien.
b.
Terapi Gizi Medis
Keberhasilan terapi nutrisi medis sangat bergantung pada
keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi,
petugas kesehatan yang lainserta klien dan keluarganya). Prinsip
pengaturan makan pada klien DM adalah makanan yang seimbang
dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing
individu. Klien DM memerlukan penekanan akan pentingnya
keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah
25
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
26
makanan, terutama bagi yang menggunakan obat penurun glukosa
darah atau insulin.
c.
Latihan Jasmani
Salah satu pilar pengelolaan DM tipe 2 adalah kegiatan
jasmani dan latihan secara teratur (3 – 4 kali seminggu selama
kurang lebih 30 menit). Jenis latihan jasmani untuk penderita DM
bermacam-macam seperti aerobik, yoga, dan thai chi, berdasarkan
penelitian dari ketiga jenis latihan yang dianjurkan aerobik
memiliki rata-rata penurunan glukosa darah paling tinggi. Latihan
jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensitivitas dari insulin, sehingga
dapat memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti
jalan kaki, bersepeda santai, senam kelompok, jogging,dan
berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan
status kesegaran jasmani ( Sarwono, 2012).
d.
Terapi Farmakologis
Intervensi
farmakologi
diberikan
bersama
dengan
pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat).
Intervensi farmakologi berupa pemberian obat hipoglikemik oral
(OHO) dan atau suntikan insulin (PERKENI, 2011). OHO
merupakan obat penurun kadar glukosa darah yang sering
26
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
27
digunakan pada DM tipe 2. Beberapa obat yang biasanya
digunakan antara lain:
1)
Sulfonil Urea
Obat
ini
paling
banyak
digunakan
dan
dapat
dikombinasikan dengan obat golongan lain, yaitu biguanid
(metrofin), inhibitor glukosidase alfa atauinsulin. Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi
insulin oleh sel-sel beta pankreas dan menjadi pilihan utama
pada pasien DM tipe 2 dengan berat badan berlebihan. Klien
yang berusia lanjut perlu menghindari pemberian obat
golongan sulfonil urea yang memiliki waktu kerja panjang
untuk meminimalkan resiko hipoglikemia. Obat-obat dari
kelompok ini yang beredar adalah glibenklamida (5 mg/tablet),
glibenklamida
mg/tablet),
micronized
glikuidon
(30
(5
mg/tablet),glikasida
mg/tablet),
glipisida
(80
(5
mg/tablet),glimepirida (1 mg, 2 mg, 3 mg/tablet), klorpromida
(100 mg/tablet)(Sustrani et al., 2006).
2)
Biguanid/Metformin
Obat golongan ini mempunyai efek utama mengurangi
produksi glukosahati dan memperbaiki ambilan glukosa dari
jaringan (glukosa perifer). Biguanid dikontraindikasikan bagi
klien diabetes dengan gangguan fungsi hati dan ginjal dan
klien yang kecenderungan hipoksia jaringan. Efek sampingnya
27
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
28
adalah mual, dan untuk mengurangi keluhan tersebut
digunakannya
generiknya
bersamaan
adalah
atau
sesudah
metformin-HCl
(500
makan.
Obat
mg dan
850
mg/tablet), dengan merek Bestab,Eraphage, Benofomin,
Diabex, Formell, Glukophage, Glucotika,Gludepatic, Glumin,
Methpica, Neodipar, Tudiab, dan Zumamet (Sustrani et al.,
2006).
3)
Inhibitor Glukosidase Alfa
Obat golongan ini mempunyai efek utama menghambat
penyerapan guladi saluran pencernaan, sehingga dapat
menurunkan kadar gula sesudah makan, terutama bermanfaat
untuk klien dengan kadar gula darah puasa yang masih normal.
Efek sampingnya adalah gangguan fungsi hati danginjal,
terutama pada klien yang pernah mengalami gangguan
tersebut.Oleh karena itu, untuk pemakaian jangka lama obat
ini, diperlukan pemantauan fungsi hati dan ginjal. Obat generik
yang beredar adalah Acarbose (50 mg dan 100 mg/tablet)
dengan merek Glucobay (Sustrani et al., 2006).
4) Meglitinida
Obat ini termasuk kelompok baru yang bekerja pada
pankreas seperti kelompok sulfonil urea, tetapi dengan cara
kerja yang berbeda. Obat generik yang beredar adalah
28
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
29
Repaglinid (0,5 mg, 1 mg dan 2 mg/tablet dengan merek
Novonorm) (Sustrani et al., 2006).
5) Obat Kelompok Lain
Kelompok lain yang belum beredar di Indonesia adalah
thiazolidrediones(troglitazone) yang bekerja pada otot, lemak,
dan liver untuk menghambat pelepasan gula dari jaringan
penyimpanan sumber gula darah tersebut (Sustrani et al.,
2006).
B. Gula Darah
1.
Pengertian Gula Darah
Gula darah adalah bahan energi utama untuk otak yang diperoleh
melalui proses pemecahan senyawa karbohidrat. Kekurangan glukosa
sebagaimana kekurangan oksigen, akan mengakibatkan gangguan
fungsi otak, kerusakan jaringan, bahkan kematian jaringan jika terjadi
secara berkepanjangan. Gula darah merupakan hasil pemecahan dari
karbohidrat yang dengan bantuan energi adenosin tri phospate (ATP)
akan menghasilkan asam piruvat dan bisa digunakan menjadi energi
untuk aktivitas sel (Wiyono, 1996).
Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan
eksogen. Faktor endogen yaitu humoral faktor seperti hormon insulin,
glukagon, kortisol, sistem reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen
29
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
30
antara lain jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi serta aktivitas
fisik yang dilakukan (Subari, 2008).
Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150
mg/dl. Dalam keadaan normal, kadar gula darah puasa berkisar antara
70 – 150 mg/dl, seseorang mengalami diabetes mellitus jika hasil
pemeriksaan menunjukan kadar gula darah puasa lebih dari 126 mg/dl
dan kadar gula darah sewaktu tidak berpuasa lebih dari 200
mg/dl(Khasanah, 2011).
2.
Kriteria Diagnostik Gula Darah
Tabel 2.1 Kriteria Diagnostik Gula Darah
Bukan Diabetes
Pra Diabetes
Diabetes
Puasa
<110
110 – 125
≥126
Sewaktu
<110
110 - 199
≥200
Pemeriksaan darah lainnya yang bisa dilakukan adalah dengan
testoleransi glukosa. Tes ini dilakukan pada keadaan tertentu, nisalnya
pada wanita yang sedang hamil(Lestari, 2009). Namun demikian,
kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan
mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang
dikatakan mengalami hyperglycemia apabila kadar gula dalam darah
jauh diatas nilai normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu
kondisi dimana seseorang mengalami penurunan nilai gula dalam
darah dibawah normal (Khasanah, 2011).
30
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
31
3.
Kadar Gula Darah Tinggi (hiperglikemia)
Hiperglikemia yaitu suatu keadaan dimana kadar gula darah
melebihi > 110 mg/dl. Dalam keadaan normal jika terdapat insulin
asupan glukosa (atau produksi glukosa) yang melebihi kebutuhan
kalori akan disimpan sebagai glikogen didalam sel-sel hati dan sel-sel
otot. Tanda-tanda klasik hiperglikemia yaitu: polidipsia, poliruia,
poliphagia, penurunan berat badan, keletihan(Long, 1996).
Kenaikan kadar glukosa darah yang terjadi pada pagi hari dapat
disebabkan oleh dosis insulin yang tidak adekuat (Smeltzer, 2002).
4.
Kadar Gula Darah Rendah (hipoglikemia)
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah
(glukosa) secara abnormal rendah. Dalam keadaan normal tubuh
mempertahankan kadar gula darah antara 70-110 mg/dL. Pada
diabetes, kadar gula darah terlalu tinggi sedangkan pada hipoglikemia
kadar gula darah terlalu rendah. Kadar gula darah yang rendah
menyebabkan berbagai sistem organ tubuh mengalami kelainan fungsi
(Fahmi, 2010).
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh
kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda: rasa lapar, gemetar, keringat
dingin, pusing dan sebagainya (Darni, 2006).
Hipoglikemia harus segera diatasi karena dalam beberapa menit
bisa menjadi berat, menyebabkan koma dan kadang cedera otak
31
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
32
menetap. Jika terdapat tanda hipoglikemia, penderita harus segera
makan gula (Lestari, 2009).
C. Senam
Pengertian senam adalah aktivitas fisik yang dilakukan baik sebagai
cabang olahraga tersendiri maupun sebagai latihan untuk cabang olahraga
lainnya. Beberapa dengan cabang olahraga lain umumnya yang mengukur
hasil aktifitasnya pada obyek tertentu, senam mengacu pada bentuk gerak
yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian
anggota tubuh dari komponen-komponen kemampuan motorik seperti :
kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan, agilitas dan ketepatan.
Dengan koordinasi yang sesuai dan tata urutan gerak yang selaras akan
terbentuk rangkaian gerak artistik yang menarik (Brick, 2012).
Sedangkan
menurut
(Hidayat,
1990
dalam
Indrawan
2008)
menyatakan senam ialah latihan tubuh yang diciptakan dengan sengaja,
disusun secara sistematik dan dilakukan secara sadar dengan tujuan
membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis. Olahraga senam
sendiri ada bermacam-macam, seperti : senam kuno, senam sekolah, senam
alat, senam korektif, senam irama, urnen, senam artistik dan senam ritmik
atau modern ritmik seperti senam aerobik. Berikut ini akan diuraikan
mengenai senam aerobik :
32
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
33
1.
Senam Aerobik
a.
Definisi
Aerobik berasal dari kata “ aero” yang berarti oksigen. Jadi,
aerobik sangatlah erat dengan penggunaan oksigen. Dalam hal ini
berarti latihan aerobik adalah latihan yang menggunakan sistem
kerja dengan menggunakan oksigen sebagai kerja utama. Olahraga
yang berlangsung secara continue lebih dari 4 menit dengan
intensitas rendah termasuk golongan aerobik. Jadi, olahraga yang
bersifat aerobik bukan hanya senam aerobik, tetapi masih banyak
jenis olahraga lainnya, misalnya bersepeda, berenang, jalan cepat,
lari lintas alam, lari marathon.
Menurut Dinata (2007) senam aerobik adalah senam yang
gerak yang dipilih secara disengaja dengan cara mengikuti Irama
musik yang dipilih sehingga melahirkan ketentuan ritmis,
kontinuitas dan durasi tertentu. Pengertian lain senam aerobik dalah
suatu sistematik gabungan antara rantain gerak dan musik yang
disengaja dibuat sehingga muncul keselarasan antara gerakan dan
music tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Macam Senam Aerobik Berdasarkan Tingkat Benturan
Berdasarkan tingkat intensitas gerakan dan pola kaki yang
digunakan, maka senam aerobik dapat dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu senam aerobic Low Impact atau benturan ringan, Moderat
33
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
34
Impact atau benturan sedang, dan juga aerobic High Impact atau
benturan keras.
Perbedaan tingkat
benturan tersebut
didasarkan pada
perbedaan sentuhan salah satu kaki terhadap lantai. Pada gerakan
senam aerobic Low Impact maka salah satu kaki selalu berada dan
menapak dilantai setiap waktu. Contoh gerakan senam aerobic Low
Impact adalah Cha-cha-cha, gerapevine, mengangkat lutut, langkah
V dan lain-lain. Pada gerakan senam aerobic moderate impact
maka salah satu kaki selalu berada dilantai dengan posisi tumit
mengangkat tetapi jari kaki tetap berada di lantai setiap waktu
dengan contoh gerakan kaki menekan kaki keatas, melompat dan
twist. Sedangkan pada senam aerobik mengarah pada gerakan kaki
meninggalkan lantai atau berada di udara dengan contoh gerakan
loncat, power moves, lompat segap dll. Sedangkan gabungan dari
ketiga macam benturan atau impact diatas dapat disebut mix impact
yang artinya dalam rangkain gerakan senam aerobik mix impact
tersebut adalah kombinasi dan campuran dari senam aerobik low
impact, moderat impact dan high impact.
c.
Jenis Senam Aerobik
Jenis senam aerobik pada saat ini, senam aerobik telah jauh
berkembang pesat dan berbeda. Sekarang aerobik bisa dilakukan
secara individu dengan menirukan gerakan senam yang terdapat
dalam cd senam aerobik yang banyak beredar dipasaran, misalnya
34
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
35
cd karya Berty Tyilarso, Rudi Pocco-Pocco, Ester Suwito dll.
Aerobik dapat pula dilakukan secara berkelompok misalnya
dipusat-pusat kebugaran, instansi dinas, jumat dan minggu pagi
serta acara-acara lainnya.
Pembagian senam aerobik cara melakukan dan musik
pengiring, yaitu :
a) Low impact aerobics (senam aerobik aliran gerakan ringan)
b) Hight impact aerobics (senam aerobik aliran gerakan keras)
c) Discorobic (kombinasi antara gerakan-gerakan aerobik aliran
keras dan ringan disko.
d) Rock (kombinasi gerakan-gerakan aerobik dan ringan dan serta
gerakan-gerakan rock and roll)
e) Aerobic Sport (kombinasi gerakan-gerakan keras dan ringan
serta gerakan-gerakan kalestetik/ kelentukan)
Jenis senam aerobik berdasarkan tingkat benturan kaki
terdapat 3 macam low impact, hight impact, dan moderat impact.
Tingkat benturan adalah tingkat salah satu sentuhan kaki terhadap
lantai. Berikut akan diurakan mengenai benturan kaki low impact.
d. Tujuan dari Senam Aerobik
Tujuan dari senam aerobik adalah :
a) Meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru. Gerakan
yang dipilih harus mampu menyebakan denyut nadi meningkat
sedekimian rupa ke target atau disebut juga zona latihan.
35
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
36
b) Pembentukan tubuh. Gerakan yang dipilih harus mengandng
kalestenik yang memenuhi tuntutan teknik dan ketentuan
anatomis tertentu.
e.
Manfaat Melakukan Senam Aerobik
Melakukan aktivitas olahraga senam aerobik dengan takaran
yang pas dan ideal akan membawa banyak manfaat bagi seseorang.
Berikut ini manfaatnya (Nelly, 2009 dalam Indrawan 2008):
a) Melatih jantung, paru dan peredaran darah sehingga dapat
bekerja secara efektif dan efisien.
b) Melatih kekuatan otot tertentu sehingga otot-otot tersebut
terlihat lebih kuat dan kencang.
c) Meningkatkan kelenturan tubuh dan lain-lain.
Manfaat lainnya adalah (Nelly, 2009 dalam Irawan 2008):
a) Meningkatkan fungsi jantung. Dengan menaikkan detak
jantung selama minimal 20 menit, meningkatkan daya tahan
dan kekuatannya.
b) Meningkatkan kinerja paru-paru seperti bagian lain dari tubuh.
Aerobik
membantu
untuk
memperluas
paru-paru
dan
meningkatkan stamina dan kekuatan.
c) Menjaga jantung dan paru-paru bekerja dengan baik adalah hal
yang terpenting untuk dapat menguasai latihan berat teertentu.
36
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
37
Setelah daya tahan dibangun, akan lebih mudah untuk
menyelesaikan latihan dalam jumlah yang relative singkat.
d) Membantu untuk menurunkan berat badan karena dalam
latihan aerobik memanfaatkan oksigen secara maksimal,
sehingga
dapat
meningkatkan
metabolism
tubuh
atau
pembakaran lemak.
e) Menjadi awet muda, karena latihan aerobik juga memiliki efek
signifikan pada kesehatan otak pada saat terjadi proses
penuaan, sehingga dapat memperbaiki kemampuan memori
atau daya ingat, dan meningkatkan kemampuan fungsi organ
tubuh.
f) Mingkatkan sistem kekebalan tubuh, selain itu juga dapat
meningkatkan daya ingat dan konsentrasi seseorang.
g) Melawan depresi. Kegiatan aerobik yang teratur telah dikenal
untuk
meningkatkan
mood
seseorang
dan
mambantu
membendung efek depresi.
h) Latihan aerobik meningkatkan koordinasi. Terutama saat kita
lanjut usia, koordinasi penting untuk gaya hidup sehat.
f.
Terapi Senam Aerobik Low Impact
Pengertian senam aerobik low impact menurut (Nelly 2009
dalam Irawan 2008) adalah senam aerobik aliran gerakan ringan
dengan salah satu kaki tetap menapak pada lantai setiap waktu.
Dalam penelitian ini terapi senam aerobik low impact memberika
37
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
38
gerakan senam yang terstruktur, ritmik dengan diiringi musik yang
semangat untuk mencapai perbedaan jumlah score pre-test dan
post-test pada sampel.
Sistematik latihan senam aerobik low impact tidak terlepas
dari sistematika umum berolahraga yang terdiri dari tiga fase yang
terdiri dari ( Anonim, 2012) :
a)
Pemanasan (warming up)
Dalam fase ini dapat menggunakan pola warming up
yang didahului dulu kegiatan stretching atau penguluran otototot tubuh dengan dilanjutkann dengan gerakan dinamis
pemanasan. Pola yang kedua yaitu kebalikan dari pola yang
pertama dimana seseorang melakukan pemanasan dinamis
dulu kemudian dilanjutkan dengan melakukan kegiatan
penguluran ottot-otot tubuh atau stretching.
Kegiatan pemanasan atau warming up ini memiliki
tujuan untuk : meningkatkan elastisitas otot dan ligament
disekitar persendian untuk mengurangi resiko cidera,
meningkatkan suhu tubuh dan denyut nadi sehingga
mempersiapkan diri agar siap menuju keaktivitas utama yaitu
aktivitas latihan.
Dalam fase ini, pemilihan gerakan harus dilakukan dan
dilaksanakan
secara
sistematis,
runtut
dan konsisten.
Misalnya, apabila gerakan tersebut dimulai dari kepala maka
38
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
39
urutannya adalah kepala, lengan, dada, pinggang dan kaki.
Begitu pula sebaliknya.
b)
Kegiatan Inti
Fase latihan adalah fase utama dari sistematika latihan
senam aerobik. Dalam fase inni target latihan haruslah
tercapai. Salah satu indikator latihan telah memenuhi target
adalah dengan memprediksi bahwa latihan tersebut telah
mencapai training zone. Training zone daerah ideal denyut
nadi dalam fase latihan. Rentang training zone adalah 60%90% dari denyut nadi maksimal seseorang (DNM). Denyut
nadi yang dimiliki oleh setiap orang berbeda tergantung dari
tingkat usia seseorang. Berikut ini rumus untuk mencari
denyut nadi maksimal seseorang (DNM) : DNM = 220 – usia
(tahun). Umumnya rumus ini digunakan untuk atlit.
Sedangkan rumus menghitung deyut nadi maksimal bagi
orang awam atau bukan atlit adalah : SDNM = 200 – usia
(tahun). Dalam senam aerobik, fase ini dapat dilakuakan
dengan aktivitas senam aerobik low impact, moderate impact,
hight impact maupun mix impact selama 25-55 menit.
c)
Pendinginan (Cooling down)
Pada fase ini hendaknya melakukan dan memilih
gerakan- gerakan yang mampu menurunkan frekwensi denyut
nadi untuk mendekati denyut nadi yang normal, setidaknya
39
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
40
mendekati awal dari latihan. Pemililhan gerakan pendinginan
ini harus merupakan gerakan penurunan dari intensitas tinggi
ke gerakan intensitas rendah.
Ditinjau dari segi faal, perubahan dan penurunan
intensitas secara bertahap tersebut berguna untuk mengindari
penumpukan asam laktat yang akan menyebabkan kelelahan
dan bagian tubuh atau otot tertentu.
Pada gerakan senam aerobik low impact maka salah
satu kaki selalu berada dan menapak setiap waktu. Berikut ini
adalah gerakan kaki senam aerobik low impact :
1)
Single step (langkah tunggal)
Langkahkan kaki kenan kearah kanan lanjutkan dengan
membawa kaki kiri kea rah kaki kanan dan menutup
langkah (hitungan 1 pake angka)
2)
Doble step (Langkah ganda)
Langkahkan kaki ke kanan kea rah kanan, lanjutkan
dengan membawa kaki kiri ke arah kanan dan menutup
langkah (hitungan 1). Lakukan hitungan 1 sekali lagi
atau kearah kanan (hitungan 2).
3)
V step (Langkah segitiga)
Langkahkan kaki kanan kearah diagonal kanan depan
(1), langkahkan kaki kiri kearah diagonal kiri depan (2),
40
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
41
bawa kembali kaki kanan ke posisi awal (3) dan bawa
kaki kiri kembali ke posisi awal (4).
4)
Berjalan
Melangkah maju mundur. Hamper sama dengan doble
step, hanya dalam penggunaan langkah kaki kiri tidak
menutup langkah ke kaki kanan (pada hitungan 1)
melainkan bahwa kaki kiri disisi belakang kaki kanan.
Salah satu kaki menapak dilantai, kaki lainnya
digunakan untuk mengangkat lutut.
2.
Senam Diabetes
a.
Definisi
Senam diabetes dibuat oleh tim ahli yang terdiri atas tiga
dokter (spesialisrehabilitasi medis, spesialis penyakit dalam,
spesialis olahraga kesehatan), ahli gizi dan pelatih sanggar senam.
Senam diabetes merupakan senam aerobik low impact dan ritmis
dengan gerakan menyenangkan, tidak membosankan dan dapat
diikuti semua kelompok umur sehingga menarik antusiasme
kelompok dalam klub-klub diabetes (Tandra, 2007). Senam
diabetes merupakan gerakan senamy ang penekanannya pada
gerakan ritmik otot, sendi, vaskular dan saraf dalam bentuk
peregangan dan relaksasi (Suryanto, 2009). Konsep gerakan pada
senam sehat diabetes mellitus menggunakan konsep latihan
41
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
42
ketahanan jantung paru (endurance) dengan mempertahankan
keseimbangan otot kanan dan kiri (Kemenpora, 2010).
b. Manfaat Senam Diabetes Melitus
Manfaat latihan jasmani menurut Misnadiarly (2006) meliputi:
a)
Membantu membakar kalori dan dapat mengurangi berat
badan.
b)
Meningkatkan jumlah reseptor pada dinding sel tempat
insulin melekatkandiri.
c)
Meningkatkan kadar HDL dan mengurangi kadar LDL.
d)
Membantu melepaskan kecemasan, stres dan ketegangan
sehingga
e)
c.
Memberikan rasa sehat dan bugar.
Prinsip Senam Diabetes Melitus
Menurut Kemenpora (2010), latihan sebaiknya dilakukan
sesuai dengan prinsip FITTE (Frequency, Intensity, Timing, Type,
and Enjoyment) yaitu:
a)
Frekuensi Latihan (frequency)
Latihan fisik harus dilakukan dengan mengikuti kaidah
keteraturan untuk mendapatkan rangsangan yang tepat agar
organ tubuh berkembang sesuai dengan tujuan latihan.
Frekuensi latihan yang disarankan adalah 3 sampai 5kali
dalam 1 minggu dengan pemberian istirahat selama 2 hari
untuk menjaga agar proses penggunaan energi intensif pada
42
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
43
saat latihan dan diikuti oleh periode pemulihan yang
memadai, sehingga tidak terjadi efek kelebihan beban yang
dalam jangka panjang akan dapat menimbulkan over training.
b)
Intensitas Latihan (intensity)
Intensitas latihan adalah jumlah pembebanan agar
organ tubuh mendapatkan situasi beban lebih (over loading)
dan merupakan stimulus agar organ berkembang untuk
meningkatkan kemampuannya. Intensitas latihan merupakan
faktor terpenting dalam latihan jasmani. Untuk mendapatkan
kebugaran jasmani, latihan harus dilakukan dalam takaran
cukup. Intensitas latihan secara sederhana dapat diukur
dengan menghitung denyut nadi saat latihan. Denyut nadi
maksimal (Maximum Heart Rate) biasanya ditentukan
berdasarkan perkiraan denyut nadi maksimal sesuai dengan
umur, atau dapat dihitung dengan rumus Maximum Heart
Rate (MHR) = 220–umur dalam tahun. Intensitas yang
disarankan untuk mendapatkan manfaat kesegaran jasmani
adalah 60 – 80% denyut nadi maksimun dan dipertahankan
selama15 – 30 menit.
c)
Waktu Latihan (timing)
Waktu berlatih merupakan unsur yang paling penting
dalam menciptakan keberhasilan latihan. Pengaturan yang
benar akan menjaga tercapainya tujuan latihan yang
43
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
44
diharapkan. Perlu diperhatikan beberapa hal saat latihan,
antara lain:
1)
Latihan sebaiknya tidak dilakukan pada saat udara
sangat panas atau terik matahari.
2)
Latihan sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan
besar.
3)
Latihan sebaiknya tidak dilakukan saat mendekati
waktu istirahat, karenaakan menunda rasa kantuk.
4)
Latihan
sebaiknya
dipantau
secara
teliti,
untuk
mencegah terjadinya penurunan kadar gula darah secara
tiba-tiba
(hypoglikemik).
Klien
yang
mengalami
diabetes mellitus disarankan melakukan latihan fisik
minimal 30 menit.
d)
Bentuk Latihan (type)
Latihan tertentu akan meningkatkan kemampuan tubuh
yang berlainan, latihan beban akan meningkatkan kekuatan
dan ketahanan otot, latihan kelenturan akan menghasilkan
perbaikan fleksibilitas otot dan sendi tubuh. Senam sehat
diabetes mellitus fokus latihannya yaitu pada peningkatan
metabolisme tenaga melalui latihan daya tahan (endurance),
meningkatkan
peredaran
darah
perifer,
peningkatkan
kelenturan dan merangsang syaraf perifer.
44
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
45
e)
Menyenangkan (enjoyment)
Latihan yang dilakukan dapat memberikan efek
kesenangan dan rasa gembira sehingga seseorang merasa
tidak bosan dan melakukan senam dengan sungguh-sungguh.
Menurut Mansjoer (2000), olah raga sebaiknya dilakukan
sesuai dengan program CRIPE yaitu:
1)
Continous, dilakukan terus menerus selama 30-60
menit tanpa berhenti.
2)
Rhytmical, dilakukan secara berirama dan teratur.
3)
Interval, dilakukan berselang-seling. Kadang cepat,
kadang lambat, tetapi tanpa berhenti.
4)
Progressive, latihan dilakukan secara bertahap dengan
beban latihanditingkatkan pelan-pelan.
5)
Endurance, latihan ketahanan untuk meningkatkan
kesegaran jantung dan pembuluh darah.
d. Tahapan Senam Diabetes Melitus
Menurut Sudoyo et al., (2006) dan Sustrani et al., (2006),
senam sehat diabetes mellitus terdiri dari 4 tahapan yang terdiri
dari:
a)
Pemanasan (warm-up)
Kegiatan ini dilakukan sebelum melakukan latihan,
dengan tujuan untuk mempersiapkan berbagai sistem tubuh
seperti menaikkan suhu tubuh, meningkatkan denyut nadi
45
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
46
serta diperlukan untuk menghindari cidera. Pemanasan ini
cukup dilakukan selama 5 – 10 menit.
b)
Latihan inti (conditioning)
Tahap ini di usahakan denyut nadi mencapai THR
untuk mendapatkan manfaat latihan, apabila dibawah THR
maka latihan tersebut
tidak bermanfaat
dan apabila
berlebihan akan menimbulkan risiko yang tidak diinginkan.
c)
Pendinginan (cooling-down)
Tahap ini dilakukan untuk mencegah penimbunan asam
laktat yang dapat menimbulkan nyeri pada otot setelah
melakukan latihan jasmani, atau pusing akibat masih
terkumpulnya darah pada otot yang aktif. Pendinginan
dilakukan selama kurang lebih 5 – 10 menit hingga denyut
jantung mendekati denyut nadi saat istirahat.
d)
Peregangan (streching)
Tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk melemaskan
dan melenturkan otot otot yang masih teregang dan
menjadikan lebih elastis.
D. ,….
46
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
D. Kerangka Teori
Penatalaksanaan Farmakologis :
Sulfonil Urea
Biguanid / Metformin
DM Tipe
2
DM
DM Tipe
1
Keterangan :
= Tidak diteliti
= Diteliti
Inhibitor Glukosidase Alfa
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
penyakit DM Tipe2 :
Genetik
Imunologi
Lingkungan
Usia
Obesitas
Kelompok etnik
atau ras tertentu
Pola makan
Stress
Meglitinida
Faktor- faktor yang
mempengaruhi kadar glukosa
darah :
Kadar Glukosa
Darah
Glukotoksisitas
Lipotoksisitas
Penumpukan amiloid
Penatalaksanaan Non- Farmakologis :
Resistensi insulin
Edukasi
Terapi gizi medis
Latihan jasmani :
a. Tai chi
b. Senam DM
c. Yoga
d. Aerobik
- Low
Low impact
impact
- Moderate impact
- High impact
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Sumber : Sidartawan (2013), Sarwono (2012)
47
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Pasien
DM tipe II
GDS
pre
Senam DM
GDS
post
GDS
pre
Senam
aerobik low
impact
GDS
post
Wash out
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
B. Hipotesis
Menurut Burn dan Grove, (2005), hipotesis penelitian meliputi 2 (dua)
macam yaitu hipotesis mayor dan hipotesis minor. Pada penelitian ini
dijelaskan hanya satu hipotesis saja, karena variable dependennya sudah
spesifik atau tidak ada sub variabelnya. Hipotesis pada penelitian ini adalah:
a. Ada perbedaan kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah
dilakukan senam aerobik dan senam DM pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
b. Ada perbandingan efektifitas senam aerobik dan senam DM terhadap
penurunan kadar gula darah sewaktu pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
48
Perbandingan Efektivitas Senam..., Ginanjar Wisnu Wardana, S1 Keperawatan UMP, 2015
Download