BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan berbasis rancangan posttest only group design. 3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi Penelitian Populasi dalam ini adalah tikus betina (Rattus norvegicus) yang diperoleh dari Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. 3.2.2. Sampel Penelitian Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague-Dawley yang dikembangkan oleh Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Islam Indonesia yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah tikus yang sehat dan tidak cacat, berumur 1 bulan dan memiliki berat 40-60 gram. Kriteria eksklusi mencakup tikus mati dalam penelitian dan tikus sakit dalam penelitian. Jumlah sampel menurut WHO adalah minimal 5 ekor tiap kelompok. Pada penelitian ini digunakan 10 ekor tikus yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. 3.3. Variabel Penelitian 3.3.1. Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah gambaran histologi perubahan dan pertumbuhan sel usus halus. 3.3.2. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah infusa daun kelor (Moringa oleifera) dengan dosis 400 mg/kgBB/hari dalam sediaan 50cc yang diberikan selama 60 hari. 17 18 3.4. Definisi Operasional 1. Infusa air daun kelor (Moringa oleifera) adalah ekstrak hasil dari pengeringan dan penyerbukan daun kelor yang diambil daun yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua tanpa tangkai. Dosis yang digunakan pada pada penelitian ini adalah 400 mg/kgBB/hari dicampurkan dalam 50 ml aquades dan diberikan selama 60 hari per oral ad libitum. 2. Gambaran histopatologi usus halus yang dimaksud dalam penelitian adalah panjang dan lebar vili usus halus tikus putih. Perubahan histologi sel usus halus tikus putih dengan pewarnaan Hematoksilin eosin. Pengamatan menggunakan mikroskop cahaya Olympus CX 21 Pengamatan daerah yang akan diteliti menggunakan mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 4x dan lensa okuler 10x. Masing-masing sampel diambil + 5 lapangan pandang. Pembacaan hasil ini dilakukan oleh 1 orang pembaca. Perubahan gambaran histopatologi yang dilihat adalah sebagai berikut : 1) Ukuran panjang vili usus halus 2) Lebar atas vili usus halus 3.5. Instrumen Penelitian 1. Kandang tikus dan makanan tikus 2. Makanan tikus 3. Timbangan tikus 4. Infusan 5. Kain fannel 6. Tabung gelas 500 cc 7. Alat pemotong Jaringan 8. Kaca objek 9. Deck glass 10. Mikroskop cahaya 11. Pencetak blok jaringan 12. Infusaair daun Kelor (Moringa oleifera) 400 mg/kgBB/hari 19 13. Tikus dewasa (Rattus norvegicus) galur Sprague-Dawley, sehat dan tidak cacat, berumur 1 bulan dan memiliki berat badan 40-60 gram. 14. Bahan-bahan penatalaksanaan jaringan dan pembuatan sediaan histologi berupa zat pewarna Hematoksislin Eosin, parafin, cloral hydrat 3,5%, dan aquades. 3.6. Tahap Penelitian 3.6.1. Koleksi Daun Kelor (Moringa oleifera) Proses pembuatan simplisia pada prinsipnya meliputi tahap tahap pencucian, pengecilan ukuran dan pengeringan. 1. Daun kelor dicuci dan dibersihkan untuk mencegah kotoran yg melekat. 2. Kemudian daun kelor dilakukan pemotongan kecil-kecil untuk membantu proses pengeringan. 3. Potongan kecil-kecil dikeringkan di bawah sinar matahari dan ditutupi dengan kain hitam untuk mencegah kerusakan kandungan kimia tanaman yang di sebabkan oleh sinar UV dari matahari. 4. Setelah itu, simpliasi di serbukan dengan blender untuk memperbesar luas permukaan partikel agar kontak antar bahan dan larutan lebih besar. 3.6.2. Pembuatan Simplisia Herbal Daun Kelor (Moringa oleifera) Proses pembuatan infusa daun kelor dilakukan dengan metode infundasi. Keuntungan dari proses ini agar bahan aktif di dalam sel cepat larut karena sel akan mengalami lisis sehingga bahan aktif di dalamnya keluar. Cara pembuatan infusa daun kelor adalah: 1. Simplisia daun kelor yang telah di serbukan sesuai metode yang di atas, kemudian di timbang dengan berat tertentu dan di campur air dalam panci sesuai konsenterasi yang diinginkan. 2. Setelah itu dipanaskan dengan pemanas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu dalam panci 90oC sambil sesekali diaduk. 3. Infusa disaring selagi panas dengan kain fannel. 20 4. Untuk mencukupi kekeurangan air, ditambahkan air mendidih melalui ampasnya sehingga diperoleh infusa yang dikehendaki. 3.6.3. Pembuatan Infusa Air Daun Kelor (Moringa oleifera) Proses pembuatan infusa daun kelor dilakukan dengan metode infundasi. Keuntungan dari proses ini agar bahan aktif di dalam sel cepat larut karena sel akan mengalami lisis sehingga bahan aktif di dalamnya keluar. Cara pembuatan infusa daun kelor adalah: 1. Serbuk daun kelor yang telah di timbang dengan berat tertentu di campur air dalam panci sesuai konsenterasi yang diinginkan. 2. Kemudian dipanaskan dengan pemanas air selam 15 menit, dihitung mulai suhu dalam panci 90oC sambil sesekali diaduk. 3. Infusa disaring selagi panas dengan kain fannel. 4. Untuk mencukupi kekeurangan air, ditambahkan air mendidih melalui ampasnya sehingga diperoleh infusa yang dikehendaki. 3.6.4. Persiapan Hewan Coba Hewan coba berjumlah 10 ekor tikus (Rattus norvegicus) betina berumur 1 bulan galur Sprague-Dawley yang dipilih secara random dan dibagi ke dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan jumlah yang sama pada masingmasing kelompok, yaitu 5 ekor tikus per kelompok. Pemeliharaan hewan coba dilakukan di dalam kandang dengan ukuran 40x20x20 cm3. Suhu dalam kandang diatur sesuai dengan suhu kamar. Pencahayaan dalam kandang diatur dengan siklus terang gelap selama masingmasing 12 jam. Siklus gelap dimulai pukul 14.00 WIB dan untuk siklus terang dimulai pada pukul 07.00 WIB. Pemberian makan tikus berupa pelet BR-2 dilakukan setiap pagi pada pukul 08.00 WIB dan pemberian infusa kelor sebanyak 50cc. Sedangkan air minum diberikan secara ad libitum setelah air infusa habis (pada saat pemberian makan). Jika infusa pada pagi hari saat waktu pemberian makan belum habis maka sisa dicatat volumenya dalam cc yang masih tersisa. Pada waktu pemberian infusa jika masih ada sisa maka ditimbang dalam gram dan dicatat. 21 3.6.5. Pemberian Infusa Daun Kelor (Moringa oleifera) Pemberian infusan dilakukan pada kelompok perlakuan dengan dosis 400mg/kgBB/hari secara oral sebagai pengganti air minum pada pukul 15.00 sampai esok pagi pukul 07.00 sebanyak 50 cc dan dilakukan pengecekan. Jika didapatkan sisa dihitung volumenya dan dicatat. Pemberian minum infusa dilakukan setiap hari selama 60 hari. 0,08g/0,2 KgBB 0,018g/0,045KgBB 0.018 g 0,00036 𝑔/𝑚𝑙 50𝑚𝑙 0,00036 𝑔 = 0,036 𝑔 100 𝑚𝑙 Buat infusa 0,036 𝑔 × 50 𝑚𝑙 = 0,1845𝑚𝑙 10𝑚𝑙 0,185𝑚𝑙 × 7𝑒𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑘𝑢𝑠 = 1,3 𝑚𝑙 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑟 → 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 350 𝑚𝑙 𝑎𝑖𝑟 3.6.6. Pengambilan Jaringan Usus Halus Sampel diambil dari tikus putih pada hari ke-60 dengan cara pengambilan jaringan usus halus tikus dengan teknik perfusi transkardial. Sebelumnya tikus dibius menggunakan inhalasi eter. Perfusi dilakukan dengan menggunakan 0,2% paraformaldehid dalam phosphate buffer (PB) 0,1 M, pH 7,4 pada suhu 370C, dengan kecepatan antara 15-20 mL/menit sebagai pre-rinse, dilanjutkan dengan larutan fiksatif 2% paraformaldehid dalam PB 0,1 M, pH 7,4 dengan suhu 40C selama 20 menit dengan kecepatan yang sama. Perfusi transkardial dilakukan dengan membuka rongga dada dengan melakukan insisi linea mediana pada dinding abdomen, dilanjutkan insisi sepanjang linea axilaris sampai dinding thoraks terbuka dan jantung terlihat. Ventrikel kiri jantung diinsisi kemudian kanula dimasukkan hingga mencapai aorta ascenden. Kanula difiksasi dengan penjepit ateri. Dilakukan insisi atrium kanan untuk mengeluarkan darah. Cairan perfusi PBS dialirkan melalui kanula. Agar usus halusmendapatkan perfusi sepenuhnya maka dilakukan jepitan pada aorta 22 descendens. Perfusi PBS dilanjutkan sampai darah yang keluar melalui atrium kanan tampak jernih dan arteri mamaria interna disekitar sternum tampak putih karena terisi cairan jernih. Kemudian dimasukkan cairan fiksatif selama 20 menit. Fiksasi yang baik dapat diamati melalui tanda-tanda dimana ekstremitas superior tampak kaku, arteri mamaria interna tampak jernih dan terjadi perubahan warna pada bola mata yang sebelumnya tampak merah menjadi putih. Setelah perfusi transkardial sempurna maka dilakukan dekapitasi, kemudian pengambilan jaringan usus halus tikus. Jaringan usus halus tersebut diambil secara hari-hati dan difiksasi dengan larutan 2% paraformaldehid dalam PB 0,1 M, pH 7,4 pada suhu 40C selama 24 jam. 3.6.7. Proses Blok Parafin dan Sayatan Preparat Pembuatan preparat histologi dilakukan dengan cara organ usus halus difiksasi dengan menggunakan larutan Netral Buffer Formalin 10% kemudian dipotong dan dimasukan ke dalam tempat specimen yang terbuat dari plastik. Selanjutnya dilakukan dehidrasi dengan alkohol konsentrasi bertingkat 70%, 80%, 90% alkohol absolute I, absolute II masing-masing 2 jam. Lalu dilakukan penjernihan (clearing) dengan xylol kemudian dicetak menggunakan paraffin sehingga sedian tercetak didalam blok-blok paraffin dan disimpan dalam lemari es. Blok-blok paraffin tersebut kemudian dipotong tipis setebal 4-5 µm menggunakan mikrotom. Hasil potongan diapungkan dalam air hangat bersuhu 60 °C untuk meregangkan agar jaringan tidak berlipat. Sedian kemudian diangkat dan diletakkan dalam gelas objek untuk dilakukan dalam gelas objek untuk dilakukan kemudian diberi pewarnaan hematoksilin eosin untuk selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop. 3.7. Cara Pengumpulan Data Efek pemberian infusa kelor (Moringa oleifera), pengamatan preparatnya dilakukan oleh 1 orang pembaca untuk masing-masing preparat dengan menggunakan mikroskop cahaya Olympus CX 21 dilakukan di Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. 23 3.8. Analisis Data Data yang diperoleh berupa angka pengukuran panjang dan lebar vili usus halus yang di hitung oleh peneliti untuk membandingkan hasil pengukuran antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan menggunakan analisa statistik independent t-test. 3.9. Etika Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia dan telah mendapatkan persetujuan Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Nomor : 29/Ka.Kom.Et/70/KE/I/2016 24 3.10. Skema perjalanan penelitian sebagai berikut : 10ekor tikus dibagi kedalam 2 kelompok, masing-masing 5 tikus. Diberikan infusan Daun kelor dengan dosis 400 mg/KgBB dengan cairan 50 cc daun kelor Perlakuan – diberikan infusan Daun kelor serta pemberian pakan dengan pakan pelet BR-2 Kontrol – diberikan air biasa dan pemberian pakan dengan pakan pelet BR-2 Perlakuan tiap kelompok dilakukan sekali sehari sampai hari ke-60 Hari ke-61 dilakukan eksisi jaringan usus halus. Hasil eksisi jaringan lalu dibuat preparat dengan pewarnaan hematoksilin eosin Dilakukan pengamatan dan penilaian preparat menggunakan mikroskop cahaya Hasil eksisi jaringan lalu dibuat preparat dengan pewarnaan hematoksilin eosin Data dianalisis menggunakan uji independent T-test Gambar 6. Skema penelitian