Jurnal DISPROTEK Volume 8 No. 1 Januari 2017 PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI BAHAN PEWARNA Jati Widagdo Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara [email protected] ABSTRACT The Indonesian nation has traditionally known natural coloring to cloth, food, cosmetics and handicraft materials. Natural dyes are very popular because they produce a beautiful and distinctive color effect that cannot be obtained from synthetic dyes. Therefore, it becomes a very valuable aesthetic support for exclusive products and high artistic value. In addition, it has a power to gain a certain market segment. The reasons of why natural dye is not popular among people because they do not know how to make natural color from plantsand what particular plants are compatible to make natural colors. By making natural colors from some parts of plants, Indonesia has a special feature such as speciality and uniqueness produced by Indonesian people. The method used in this research is an experimental method. Experimental research can be interpreted as a systematic, objective and controlled study to predict as well as to control phenomena. The biodiversity of Indonesia can be used as natural substances to make natural color maximally if it is exploreddeeply. Then, Indonesia people independently produce natural color substance and they can reduce import of chemical color substance from other countries. Besides, by establishing entrepreneurship in natural coloring means many opportunities are open for Indonesia people in this field. In other words, unemployment can be reduced and human resources can be increased. Keywords: batik, dye, synthetic, natural, coloring ABSTRAK Bangsa Indonesia secara turun-temurun telah mengenal zat pewarna alam untuk memberi pewarnaan pada pakaian atau sandang, makanan, kosmetik dan bahan-bahan kerajinan. Pewarna zat alam sangat digemari karena menghasilkan efek warna yang indah dan khas yang tidak dapat diperoleh dari zat pewarna sintetis, sehingga menjadi daya dukung estetis yang sangat berarti bagi produk eksklusif dan bernilai seni tinggi sehingga mempunyai daya untuk mendapatkan sekmen pasar tertentu. Namun kurang dikenalnya bahan pewarna alami ini karena masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengetahui bagaimana membuat bahan pewarna alami buatan dan bagian tanaman apa saja yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami Dengan dibuatnya bagian tanaman sebagai bahan pewarna alami maka akan membuat warna yang unik, identik dan menjadi ciri dari warna-warna yang hanya mampu dihasilkan oleh bangsa Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Penelitian eksperimental bisa diartikan studi yang sistematis, objektif dan terkontrol untuk memprediksi ataupun mengontrol fenomena. Keragaman hayati Indonesia apabila dieksplorasi lebih dalam mampu dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan zat pewarna alami apabila digunakan secara maksimal maka ketergantungan bangsa terhadap impor zat pewarna kimia dapat dikurangi. Dengan adanya usaha di bidang pembuatan warna alami juga akan membuka lapangan kerja, sehingga mampu meningkatkan SDM dan dapat mengurangi pengangguran. Kata kunci: batik, pewarna, sintetis, alami PENDAHULUAN pewarnaan pada Jauh sebelum mengenal warna sintetis, makanan, kosmetik Bangsa Indonesia secara turun-temurun telah kerajinan. menggenal zat pewarna alam untuk memberi 67 pakaian dan atau sandang, bahan bahan Jurnal DISPROTEK Pewarna dengan Volume 8 No. 1 Januari 2017 zat warna alam bergantung terhadap penggunaan bahan diperoleh dengan ekstrasi/pembusaan dari pewarna kimia, yang selain mudah didapatkan tanaman yang banyak tumbuh di lingkungan juga lebih murah harganya. Padahal bahan kehidupan lingkungan kimia selain tidak ramah terhadap lingkungan hidupnya. Bagian tanaman yang merupakan juga merupakan bahan impor yang jelas akan zat pewarna alam adalah kayu, kulit, ranting, membebani devisa negara. Namun apabila daun, akar, bunga , biji dan getah dari kayu itu masyarakat Indonesia lebih kreatif sebenarnya sendiri. banyak sekali keragaman hayati di Indonesia masyarakat atau Pewarna zat alam sangat digemari yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna karena menghasilkan efek warna yang indah alami, dan khas yang tidak dapat diperoleh dari zat mengakuinya bahan pewarna alami selain pewarna sintetis, sehingga menjadi daya ramah lingkungan juga memiliki nilai lebih dukung estetis yang sangat berarti bagi produk dibanding dengan pewarna buatan. Namun eksklusif dan bernilai seni tinggi sehingga kurang dikenalnya bahan pewarna alami ini mempunyai daya untuk mendapatkan sekmen karena masih banyak masyarakat Indonesia pasar tertentu. Baik di dalam negeri maupun yang belum mengetahui bagaimana membuat luar negeri misalnya produk batik, kerajinan bahan pewarna alami buatan dan bagian dan lainnya. Namun pada pewarnaan dengan tanaman apa saja yang dapat digunakan zat pewarna alam juga mempunyai kelemahan sebagai bahan pewarna alami, dan dengan di antaranya pewarnaan dengan warna alami dibuatnya bagian tanaman sebagai bahan memakan waktu yang cukup lama sehingga pewarna alami maka akan membuat warna memerlukan kesabaran, ketekunan yang unik, identik dan menjadi ciri dari warna- dalam pengerjaannya. bahkan kalau kita mau jujur warna yang hanya mampu dihasilkan oleh Pewarnaan alami memakan waktu yang bangsa Indonesia. Hal ini terjadi karena cukup lama dikarenakan dari penyiapan bahan banyak sekali tumbuhan yang hanya tumbuh baku yang bersifat alami, biasanya belum di di Indonesia. Penggunaan bahan alami yang budidayakan sehingga sangat berpengaruh dibuat terhadap sumberdaya alam yang ada, tenaga mengurangi ketergantungan terhadap bahan pengumpul, kondisi lingkungan bahan alami itu pewarna impor. tumbuh serta pengaruh musim. oleh orang dihasilkan secara menyeimbangkan maupun secara juga akan “Penggunaan warna zat alami yang Proses ekstraksi untuk pengambilan zat warna baik panas Indonesia dingin oleh bangsa nilai Indonesia dapat ketergantungan tergantung jenis bahannya kadang-kadang terhadap penggunaan pewarna zat kimia yang proses ekstrasi disertai fermentasi untuk zat dihasilkan oleh industri besar maupun oleh zat pewarna tertentu. Zat pewarna alam pada kain pewarna impor.” batik maupun kerajinan kayu untuk mencapai Pengenalan zat pewarna alami kepada warna yang dikehendaki pencelupan harus masyarakat Indonesia diharapkan menambah dilakukan berulang-ulang pada suhu kamar, pengetahuan pencelupan bisa dilakukan dari 8-10 kali pewarna alam sehingga masyarakat mau selama satu minggu. memakai dan membuat zat pewarna alami Indonesia sebagai negara yang banyak memiliki keragaman hayati tentang pemanfaatan zat yang diambil dari tumbuhan disekitar mereka. belum Dengan dikenalnya zat pewarna alam oleh memaksimalkan keragaman hayatinya untuk masyarakat digunakan sebagai bahan pewarna alami, membuat sendiri zat pewarna alami sehingga sehingga negara Indonesia masih sangat mampu untuk menjadi lapangan pekerjaan 68 diharapkan masyarakat mau Jurnal DISPROTEK Volume 8 No. 1 Januari 2017 dan mampu mengurangi tingkat pengangguran menempel dalam masyarakat. pewarnaanya dengan baik, harus proses melalui penggabungan dengan komplek oksida TINJAUAN PUSTAKA logam membentuk zat pewarna yang Zat warna alami adalah zat warna tidak larut. Zat pewarna alam yang dapat yang diperoleh dari alam/tumbuh-tumbuhan sangat tahan lama, misalnya zat pewarna baik secara langsung maupun secara tidak dari kulit akar pace (moridin). 2. Zat Pewarna Direk langsung. Setiap tanaman dapat digunakan sebagai zat pewarna alam, karena Zat pewarna direk melekat pada serat menggandung pigmen alam. Potensi sumber berdasarkan ikatan hitrogen zat warna alam ditentukan ketahanannya rendah, misal yat warna oleh intensitas sehinnga yang berasal dari kunyit (cucumin). warna yang dihasilkan serta sangat tergantung pada jenis coloring matter yang ada. 3. Zat Warna Asam/Basa. Coloring matter adalah subtansi yang Zat warna asam mempunyai jenis gugus mengarah/menentukan arah zat warna alam, kombinasi asam dan basa, tepat untuk merupakan senyawa organik yang terkandung diterapkan pada serat sutra atau wool, dalam sumber zat warna alam tersebut. Dalam namun tidak mampu memberikan warna satu jenis tumbuh-tumbuhan dapat terkandung yang permanen pada kain katun, misalnya lebih dari satu jenis coloring matter. flavouroit Pigmen. 4. Zat Warna Bejana. Zat pewarna alam terdapat pada bagian tumbuh-tumbuhan seperti: daun, akar, Zat pewarna bejana digunakan untuk batang, dan mewarnai serat melalui proses reduksi- sebagainya. Dengan kadar coloring matter oksidasi (redok) dikenal sebagai pewarna yang cukup bervariasi, berdasarkan jenis alam yang paling tua di dunia, dengan coloring matter, zat pewarna alam dibagi ketahanan yang paling unggul dibanding menjadi 4 (empat) golongan yaitu: dengan 1. Zat Alam Mordan pewarna direk, zat warna asam, zat kulit, bunga, buah, getah pewarna zat alam mordan, zat Zat alam mordan (alam), kebanyakan yat pewarna bejana berasal dari daun tom pewarna alam tergolong zat pewarna (indigo). mordan. Agar zat pewarna alam dapat TUMBUH-TUMBUHAN SUMBER ZAT ALAM No Nama Bahan 1 Tom nila Gambar 69 Bagian Warna Daun/buah Biru Jurnal DISPROTEK No Nama Bahan 2 Volume 8 No. 1 Januari 2017 Gambar Bagian Warna Tinggi Kulit Coklat 3 Tegeran Tangkai Kuning 4 Jambal /kulit Kulit Coklat singkong 5 6 muda Putri malu Potro Monggolo Bunga Kuning daun hijau Bunga Hijau daun 70 Jurnal DISPROTEK No Nama Bahan 7 Nangka buah Volume 8 No. 1 Januari 2017 Gambar Bagian Warna Tangkai Kuning batang 8 Jati Daun muda Merah coklat 9 Bawang merah Buah/ Coklat bungkul 10 Mahoni Batang Coklat daun 11 Mengkudu Kulit dan Merah akar 12 Kembang Telang Bunga daun 71 Abu-abu Jurnal DISPROTEK No Nama Bahan 13 14 Volume 8 No. 1 Januari 2017 Gambar Bagian Warna Secang Batang Merah Kembang palu Tepung sari Kuning orange 15 Apucat Daun kulit Coklat buah hijau 16 Pacar kuku/Inai Daun Orange 17 Kesumba Kelopak Orange buah 18 Kenikir sayur Daun 72 Kuning Jurnal DISPROTEK No Nama Bahan 19 Volume 8 No. 1 Januari 2017 Gambar Bagian Warna Pinang Buah Coklat 20 Bunga sepatu Bunga Violet 21 Sapu angin Bunga Ping/ Violet 22 Sari kuning Bunga Kuning 23 Gambir Getah Coklat 24 Ketapang kebo Daun Hijau bunga kuning 73 Jurnal DISPROTEK No Nama Bahan 25 Volume 8 No. 1 Januari 2017 Gambar Bagian Warna Mangga Kulit kayu Hijau 26 Kepel Daun Coklat 27 Jalawe Biji Hitam 28 Lobi- Buah Grey Daun Hijau lobi/talok/karsen 29 Kibedali bunga 30 Srigading Bunga Merah unggu Merah 74 Jurnal DISPROTEK No Nama Bahan 31 Randu Volume 8 No. 1 Januari 2017 Gambar Bagian Warna Daun Lembayu ng 32 Combrang Bunga rias/honje 33 Hijau gelap Teh-tehan merah Daun grey gelap 34 Jambu biji Daun Hijau kekuninga n 35 Pulutan Daun Hijau kehitama n 36 Trengguli buah Coklat kehitama n 75 Jurnal DISPROTEK No Nama Bahan 37 Puring Volume 8 No. 1 Januari 2017 Gambar Bagian Warna Daun Kuning kemeraha n 38 Andong Daun Merah hati 39 Combrang sayur Bunga Merah muda 38 Ulin/ bulian Kayu Daun Merah kehitama n 39 Bugenfil Bunga Merah muda 40 Senggani Daun buah Merah keputihan 76 Jurnal DISPROTEK No Nama Bahan 41 Rhizophora Volume 8 No. 1 Januari 2017 Gambar Bagian Warna Kulit batang Merah (bakau) 1. Kulit Akar Pace Ada empat puluh jenis tumbuhan yang penulis sampaikan meskipun masih banyak Kulit Akar Pace (Morinda citrifolia), lagi tumbuh-tumbuhan yang belum mendapat arah perhatian. pembuatan warna alam dengan Daerah tertentu menggunakan warna tumbuh-tumbuhan dengan metode lain serta menggunakan membuat warna bervariasi dengan tehnik adalah: campuran a. Siapkan dari bahan tertentu sehingga menghasilkan warna tertentu pula. merah, kulit air METODOLOGI PENELITIAN yang digunakan akar pace khusus untuk merebus akar pace dengan air abugosok, Metode cara sendiri dalam air abu dibuat merendam gosok dengan abu cara gosok penelitian ini adalah metode eksperimental. sebanyak 700 gram abu gosok penelitian eksperimental bisa diartikan studi kedalam air 10 liter air, lalu di yang sistematis, obyektif dan terkontrol untuk diamkan selama satu malam, memprediksi ataupun mengontrol fenomena. b. Edapan air dan abu gosok Selain itu penelitian eksperimen memiliki dibuang, sedangkan air yang tujuan untuk menyelidiki keterkaitan sebab- jernih saja yang dipakai untuk akibat dengan langkah mengekspos 1 atau merebus akar pace lebih kelompok eksperimental maupun kondisi c. 1 kg akar pace direbus dengan eksperimen dan hasilnya akan dibandingkan 10 liter air hasil campuran satu sama lain. dengan abu gosok dengan pH=7,5 (Vlot=1:10) selama PEMBAHASAN Proses kurang lebih satu jam atau ekstrasi (pengambilan zat kadar air turun 40% = 6 liter. warna alam dari sumbernya) zat warna alam d. Setelah proses perebusan diperoleh dari atau proses ekstrasi (baik telah dilakukan maka pisahkan dengan suhu tinggi maupun dengan suhu akar pace dengan ekstrak akar rendah) dari bagian tanaman yang merupakan pace, ekstrak akar pace dapat sumbernya, dengan cara menggunakan media digunakan pelarut berupa air, dengan cara melarutkan baik dengan air zat warna alam yang diambil cukup maupun dalam keadaan dingin, bervariasi tergantung jenis sumber zat warna yang perlu diperhatikan adalah alam, sebagai contoh untuk sumber zat warna bahwa akar yang berupa kayu dapat terambil sekitar ekstrak akar pace masih dapat 6,5% masa yang dapat mewarnai. Berikut digunakan kembali. contoh zat warna dari beberapa sumbernya: 77 untuk dalam mewarnai keadan sisa panas pencelupan Jurnal DISPROTEK Volume 8 No. 1 Januari 2017 2. Daun nila ada Daun nila (Indigoferatinctoria l), butiran-butiran yang bergerak turun. arah warna biru. Cara pembuatan g. Jika sudah terjadi warna alam dengan menggunakan penggendapan maka, cairan Daun, nila adalah: didiamkan selama selama 1 a. 1 kg daun nila direndam malam berjalan dapat cairan di atasnya (berwarna terengam dengan sebaiknya daun sempurna, kuning buang jerami), dengan direndam dengan cara di beri membuang cairan yang perendam. terdapat diatas maka akan b. Setelah kurang lebih 10 jam perendaman, mulai didapati pasta indigo, pasta terjadi indigo akan bertahan dalam proses peragian yang ditandai penyimpanan dengan satu adanya gelembung- gelembung gas dan larutan air mulai berwarna Proses waktu asal dalam tahun, penyimpanan tertutup rapat. 3. Bunga Srigading. biru/hijau. peragian dalam Bunga selesai srigading (Nyctanthes apabila gelembung-gelembung arbortristis) arah warna kuning. gas Cara tidak lagi timbul berwarna kuning bening), biasanya peragian (air kehijauan proses memakan pembuatan dengan warna alam menggunakan bunga srigading adalah: waktu a. Bunga srigading kering direbus kurang lebih 24-48 jam. dalam 5 liter air sampai airnya Setelah tinggal 80% atau sekitar 4 liter selesai proses peragian maka pisahkan air (vlot 1:50) dengan daun nila dengan cara b. Setelah proses perebusan menyaring, sehinga didapatkan pisahkan antara ekstrak air daun nila tanpa ampas. dengan bunga srigading d. Proses selanjutnya dengan dengan cara menyaringnya. mengaduk air larutan daun nila c. Setelah ekstrak dipisahkan dari selama kurang lebih setengah bunga jam sampai merata. pewarna e. Setelah f. pengendapan kedalam 5 liter air, agar daun sempurna c. agar diaduk srigading alam maka dari zat bunga selama srigading dapat digunakan baik setengah jam lalu dilanjutkan dalam keadan panas maupun dengan dalam memasukkan 20-30 keadaan dingin, gram bubuk kapur, kemudian kelebihan dari zat pewarna aduk kembali sampai merata alam kurang lebih setengah jam. adalah Indikasi bunga daun nila sudah dari bunga pewarna srigading alam srigading dapat mengendap ialah dengan cara digunakan mengetes sedikit cairan (sudah batik pada media kayu. berwarna coklat) untuk dari mewarnai 4. Warna soga jawa kedalam Warna tabung reaksi, amati apakah Soga Jawa (coklat) diperoleh dengan campuran kayu 78 Jurnal DISPROTEK Volume 8 No. 1 Januari 2017 tageran (Maclura cochinchinensis d. Zat pewarna alam biji kesumo lour), kulit tinggi (Ceriops tagal PERR) dan (Peltaphorum kulit juga jambal pterocarpum dapat digunakan mewarnai batik nontextil. DC). Pada pewarna zat pewarna alam Cara pembuatan warna alam soga sebaiknya masih harus diperkuat lagi ikatan jawa adalah: antara zat warna alam yang sudah terikat oleh a. Campurkan kulit kayu tinggi, serat kulit kayu jambak kayutegeran (KAL(SO4)2), logam, Kapur seperti tawas (Ca(OH)2), Tunjung dengan (FeSO4). Di samping memperkuat ikatan, (atau garam logam juga berguna untuk merubah sesuaikan dengan warna yang warna zat warna alam, sesuai dengan jenis dikehendaki), lalu campurkan garam bahan bahan tersebut dengan kebanyakan air dengan perbandingan (1:10) memberikan warna sesuai dengan warna sampai air tinggal 50% atau aslinya, sedangkan tunjung akan memberikan lima liter. warna lebih gelap/tua, sedangkan dodid yang perbandingan b. Saring air ekstrak 4:2:1 ekstak siap sebagai c. dan garam zat sehingga yang warna mengikatnya. alam, tawas Pada akam baik adalah 7% untuk tawas 5% untuk digunakan pewarna logam kapur,2% untuk tunjung. alam Pada umumnya zat warna alam warna sogo mempunyai ketahanan warna (luntur) akibat Ekstrak siap digunakan baik terkena sinar secara dengan panas maupun di gunakan secara dinggin. zat matahari, warna sehingga alami produk membutuhkan perawatan khusus sesuai dengan kelemahan d. Sisa dari bahan/residu masih yang dimiliki, seperti tidak menjemur langsung dapat di ekstrak lagi dengan dibawah sinar matahari. Sedangkan untuk dengan ketahanan luntur terhadap gosokan maupun dosis pelarut/air dengan perbandingan 1:5. pencucian, 5. Biji Kesumo yang menggunakan indigofera umumnya lebih unggul dibanding Biji kesumo (Bixaorellana l) Arah warna warna kuning jingga. dengan pewarna yang lain. Cara KESIMPULAN pembuatan warna alam dengan menggunakan biji kesumo adalah: Keragaman hayati Indonesia apabila di a. Rebus biji kesumo 200 gram eksplorasi lebih dalam mampu dimanfaatkan menggunakan air sebanyak 3 sebagai bahan pembuatan zat pewarna alami liter, lama perebusan kurang dimana apabila diguanakn secara maksimal lebih selama 1 jam (sampai maka ketergantungan bangsa terhadap impor setengahnya). zat pewarna kimia dapat dikurangi. Dengan b. Saring air ekstrak biji kesumo adanya usaha di bidang pembuatan warna sehingga tinggal airnya saja. alami juga akan membuka lapangan kerja, Zat sehingga mampu meningkatkan SDM dan c. pewarna menggunakan dapat alam biji kusumo digunakan dalam dapat mengurangi pengangguran. keadaan panas maupun dalam keadaan dingin. 79 Jurnal DISPROTEK Volume 8 No. 1 Januari 2017 DAFTAR PUSTAKA Liles, JN. The Art and Craft of Natural Dyeing, Andorosko RJ.Natural Dyes and Home Dyeing (Copyright of original Doverpublication,inc., Traditional Recipes for Modern Use edition, New First York, edition, The Univercity of Tennesse Press, Knoxville. USA. 1971) 1990 De Boer Janet, Dyeing For Fibres and Fibries, Prosea, Plant Resourcer of South East Asia 3, First Published by Kangaroo Pressty Dte and Tanin Producing Plants, Ltd. Prosea 3Whitehalt Road, Kenthrust NSW. 2156, Australia, 1987 Methods, Crown Inspiration, Publisher Inc.,New Sandberg Gosta, The Red Dyes, Cochineal, Dyes, Madder and Murex Purple, A world York. Tour of Textile Techniques, Publised 1973 by Lark Books, 50 College Street. Hetty Wickens, Natural Dyeing For Spinners & Weavers, Bogor, Indonesia. 1991 Dona Z Meilach, Contemporary Batik and Tie Dye Foundation, A Paperback, BT Batsford Batsford Asheville, NC 28801,1997 Craft Articles of Seminar Revival of Natural Indigo Limited, Dyes in Chiang May Collection. London September 1998 80